Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
1.
2.
3.
4.
Kelas A5
DOSEN PEMBIMBING :
Dr. Drs. H. Musrifu.H . M.hi
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PROGRAM STUDI SIPIL
MAKASSAR 2016
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah swt., atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
Konsep Ketuhanan Menurut Islam dengan segala ikhtiar dan kemampuan yang
kami miliki, meski masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan
kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak akan terwujud
sebagaimana adanya tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih kepada rekan rekan sekelas yang senantiasa
mendoakan dan mendorong kami. Ucapan terima kasih dan penghargaan sebesarbesarnya kami sampaikan kepada bapak Dr. Drs. H. Musrifu.H . M.hi yang telah
membimbing kami hingga bisa menyelesaikan makalah ini.
Semoga segala bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada kami
mendapat pahala dan bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Kami
menyadari
kesempurnaan.
Karena
sepenuhnya
itu
kami
bahwa
makalah
mengharapkan
ini
masih
sumbang
jauh
saran
dari
demi
Makassar,
Oktober
Kelompok 1
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................. i
KATA PENGANTAR...............................................................................
ii
DAFTAR ISI..........................................................................................
iii
BAB
I.
PENDAHULUAN...................................................................
A. Latar Belakang ..............................................................1
BAB II.
B. Rumusan Masalah..........................................................
PEMBAHASAN.....................................................................
10
BAB III.
11
13
14
PENUTUP ..........................................................................
22
A. Kesimpulan ...................................................................
22
B. Saran ............................................................................ 22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang Tuhan dan kesetiaan terhadap aturan-aturan-Nya
merupakan dasar bagi tiap agama, baik agama langit atau pun bumi . Namun
kesadaran manusia akan eksistensinya menggiring ia untuk melihat bahwa
eksistensinya dipengaruhi oleh tiga sifat; faktisitas, transendensi dan kebutuhan
untuk mengerti.Faktisitas berarti, bahwa eksistentsi selalu Nampak di depan
kesadaran manusia sebagai sesuatu yang sudah ada. Sedangkan yang dimaksud
dengan transendensi pada eksistensi manusia merupakan sifat yang nampak
secara langsung dalam kesadaran manusia bahwa ia manusia, bukan hanya
sekedar tubuh yang nampak dalam ruang dan waktu bersama ada yang lain,
namun manusia adalah makhluk yang dapat melampaui dirinya melebihi dari
batas ruang dan waktu dalam kesadarannya.
Keberadaan kebutuhan untuk mengerti merupakan modus yang paling jelas
dari transendensi kesadaran manusia. Termasuk dalam kesadaran ini adalah
bahwa manusia selalu terdorong untuk selalu mempertanyakan hakikat dirinya
dan dunianya. Karena hal inilah kemudian menimbulkan suatu pertanyaan
mengenai dari mana ia dan dunianya berasal. Dalam filsafat ketuhanan,
pertanyaan ini akan bermuara pada wilayah mengenai eksistensi Tuhan.
Persoalan mengenai eksistensi Tuhan walau kadang suka melingkar pada
pengulangan kata ada dan tiada namun dapat diterangkan dengan beberapa
argumentasi, yakni: argumentasi ontology, teologi dan kosmologi. Pendekatan
ontology lebih bersifat apriori, yang mencakup tentang pengetahuan mistik dan
kesadaran manusia, sedangkan argumentasi teologi dan kosmologi merupakan
argumentasi yang bersifat apriost Setiap yang ada memiliki eksistensinya, dan
yang bereksistensi pasti memiliki sebab keberadaannya dalam mengada untuk
sebuah ada dari eksistensinya. Oleh karena hal itu, alam semestapun memiliki
sebab dari bermulanya. Pengejaran sebab atau alasan inilah yang menjadi kajian
hangat dalam argumentasi sebuah penciptaan, baik dari
kalangan filsafat ataupun saintis.
Dalam makalah atau resensi tentang konsep ketuhanan ini akan kami bahas
beberapa aliran, baik aliran yang mempercayai Tuhan ataupun
yang semi percaya Tuhan bahkan yang menolak eksistensiNya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil permasalahan yang
dihadapi yaitu:
Bagaimana konsep dasar ketuhanan menurut islam?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yaitu :
a) Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah pendidikan
Agama
b) Untuk mengenal lebih dalam tentang konsep ketuhanan menurut
islam
c) Untuk memahami filsafat ketuhanan
d) Untuk memahami bagaimana pemikiran manusia tentang tuhan
e) Untuk mengetahui tuhan menurut agama wahyu
BAB II
PEMBAHASAN
nyata, Rabb segala sesuatu dan Rajanya,tiada ilah yang berhak diibadahi
selain dia dan tidak ada Rabb selainNYA. Juga membenarkan bahwa Allah
disifati dengan segala kesempurnaan dan terbebas dari segala kekurangan.
Keimanan merupakan hidayah Allah kepadanya, kemudian berdasarkan dalildalil naqli (Al-Quran atau As-Sunnah) dan aqli (logika).
Iman kepada Allah berarti percaya dan cinta kepada ajaran Allah, yaitu Al-Quran dan
Sunnah Rasul. Apa yang dikehendaki Allah, menjadi kehendak orang yang beriman, sehingga
dapat menimbulkan tekad untuk mengorbankan apa saja untuk mewujudkan harapan dan
kemauan yang menuntun Allah kepadanya.
Beriman kepada Allah Subhanahuwata`ala merupakan iman yang paling
tinggi kedudukannya dan paling mulia nilainya. Sebab, seluruh kehidupan
seorang muslim berpusar di situ dan terbentuk karenanya. Iman kepada
AllahSubhanahuwata`ala merupakan dasar segala prinsip di dalam sistem umum
bagi kehidupan seorang muslim secara keseluruhan. Manakala keimanan ini
sudah terbangun dengan baik, maka keimanan-keimanan yang lainnya akan
mengikuti.
Seorang muslim beriman kepada Allah Subhanahuwata`ala dalam arti, dia
meyakini wujud (keberadaan) Allah Yang Maha Suci, dan bahwa sesungguhnya
Dia adalah Penciptaan langit dan bumi, Maha Mengetahui yang ghaib dan
tampak, Rabb (Pencipta, Pemilik, Penguasa, Pengatur) segala sesuatu dan
PemilikNya. Tiada tuhan (sesembahan) yang berhak disembah kecuali Dia, dan
tiada rabb selain Dia. Dan (meyakini) bahwasanya Dia bersifat dengan segala
sifat kesempurnaan, suci dari segala kekurangan. Yang demikian itu, karena
petunjuk Allah Subhanahuwata`ala kepadanya (seorang muslim) , kemudian
karena dalil-dalil naqli dan`aqli berikut ini :
A. Dalil-dalil Naqli (dari Al-Qur`an)
1. Allah Subhanahuwata`ala sendiri memberitakan tentang wujudNya, tentang
rububiyahNya atas makhlukNya dan tenang asma`Nya (nama-namaNya) dan
sifat-sifatNya. Berita tersebut ada di dalam Kitab Suci Al-Qur`an. Diantaranya
adalah firmanNya,
Artinya :
Artinya :
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah)
pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari
sebatang pohon kayu, yaitu: Ya Musa, Sesungguhnya Aku adalah Allah, Tuhan
semesta alam. (QS. Al-Qashash : 30)
Juga firmanNya dalam mengagungkan diriNya serta menyebutkan namanama dan sifat-sifatNya,
Artinya :
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib
dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dialah Allah
yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang
Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang
Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang
membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa
yang di langit dan bumi. dan dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. Al- Hasyr : 22-24).
Juga firmanNya di dalam membatalkan klaim adanya rabb selain Dia, atau
adanya Ilah (sesembahan) selain Dia di langit dan di bumi,
Artinya :
Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu Telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy
daripada apa yang mereka sifatkan. (QS. Al-Anbiya : 22).
2. Berita dari lebih 124.000 nabi dan rasul tentang wujud
Allah Subhanahuwata`ala, rubububiyahNya bagi semesta alam, tentang
penciptaanNya terhadap alam semesta ini dan penguasaanNya; dan tentang
asma` dan sifat-sifatNya. Tiada seorang Nabi atau rasul pun diantara mereka
melainkan Allah Subhanahuwata`ala telah mewahyukan kepada hati dan
akalnya sesuatu yang memastikan bahwa apa yang disampaikanNya adalah
firman (kalam) dan wahyu dari AllahSubhanahuwata`ala kepadanya. Berita
yang disampaikan oleh sejumlah besar manusia pilihan tersebut tidak
memungkinkan bagi akal sehat untuk mendustakannya, sebagaimana tidak
mungkin jumlah sebesar itu sepakat untuk berdusta dan menyampaikan
berita tentang sesuatu yang tidak mereka ketahui, tidak mereka yakini dan
tidak memastikan kebenarannya, padahal mereka adalah manusia pilihan,
manusia yang paling suci jiwanya, paling cerdas akal pikirannya dan paling
benar pembicaraannya.
B. Dalil-dalil `Aqli
1. Adanya alam semesta dan makhluk yang beraneka ragam memberikan
kesaksian akan wujud (adanya) Sang Pencipta, yaitu
Allah Subhanahuwata`ala. Karena tidak ada seorang pun di alam raya ini
yang mengklaim telah menciptakan alam raya ini beserta isi-isinya selain dari
Allah Subhanahuwata`ala. Akal manusia pun menyatakan mustahil (tidak
mungkin) adanya sesuatu tanpa adanya sang pencipta (yang mengadakan),
bahkan juga akan menyatakan mustahil akan adanya sesuatu yang sangat
sederhana tanpa ada yang mengadakannya, seperti adanya makanan tanpa
adanya orang yang berupaya untuk memasaknya, atau adanya hamparan di
bumi tanpa adanya yang menghamparkannya.
Maka bagaimana dengan alam raya yang luar biasa besarnya yang terdiri
dari langit dengan segala planet-planet yang dikandungnya, matahari, bulan
dan bintang-bintang, semuanya berbeda besar dan kecilnya, bentuk dan
rupanya, dimensi-dimensinya dan pergerakannya; bumi dengan segala apa
yang dipermukaannya, seperti manusia, jin, dan berbagai hewan dengan
segala jenis dan spesiesnya dan dengan segala perbedaan warna dan
bahasa, perbedaan pengetahuan dan pemahaman, karekteristik dan cirri, dan
dengan segala apa yang dikandungnya seperti tambang yang bermacammacam warna dan kegunaannya; dengan segala sungai yang mengalir,
daratan yang diliputi lautan dan samudera, serta dengan segala macam
tumbuh-tumbuhan , pepohonan yang beraneka macam buah-buahannya,
yang berbeda-beda pula macam dan jenisnya, rasa dan baunya, kekhususan
dan kegunaannya.
2. Adanya firmanNya pada kita yang selalu kita baca dan kita hayati serta kita
fahami maknanya adalah sebagai bukti atas wujud Allah Subhanahuwata`ala,
karena sangat mustahil ada pembicaraan (kalam) tanpa adanya pembicara
(mutakallim) atau adanya ucapan tanpa adanya yang mengucapkan.
tawakal nilai yang harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim
yang tidak terpisah dengan aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.
Ketaatan merupakan karunia yang sangat besar bagi muslim dan
sebagian orang yang menyebut kecerdasan spiritual yang ditindak lanjuti
dengan kecerdasan sosial. Inti ketaatan tidak dinilai menurut Allah Swt, bila
tidak ada nilai pada aspek sosial.
Muslim yang baik memiliki kecerdasan intelektual sekaligus
kecerdasan spiritual (QS. Ali Imran: 190-191) sehingga sikap
keberagamaannya tidak hanya pada ranah emosi tetapi didukung kecerdasan
pikir atau ulul albab. Terpadunya dua hal tersebut insya Allah menuju dan
berada pada agama yang fitrah. (QS.Ar-Rum: 30).
Jadi, filsafat Ketuhanan dalam Islam bisa diartikan juga yaitu
kebijaksanaan Islam untuk menentukan Tuhan, dimana Ia sebagai dasar
kepercayaan umat Muslim.
Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitif telah mengakui
adanya kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu
yang berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda
Animisme
Masyarakat primitif pun mempercayai adanya peran roh dalam
hidupnya. Setiap benda yang dianggap benda baik, mempunyai roh. Oleh
masyarakat primitif, roh dipercayai sebagai sesuatu yang aktif sekalipun
bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh dianggap sebagai sesuatu yang
selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa tidak senang apabila
kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak
terkena efek negatif dari roh-roh tersebut, manusia harus menyediakan
kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan saran dukun adalah salah
satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
Politeisme
Kepercayaan dinamisme dan animisme lama-lama tidak memberikan
kepuasan, karena terlalu banyak yang menjadi sanjungan dan pujaan. Roh
yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa mempunyai tugas
dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa yang
bertanggung jawab terhadap cahaya, ada yangmembidangi masalah air,
ada yang membidangi angin dan lain sebagainya.
Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan
seleksi, karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lamakelamaan kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif
(tertentu). Satu bangsa hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan
Tuhan, namun manusia masih mengakui Tuhan (Ilah) bangsa lain.
Kepercayaan satu Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme
(Tuhan Tingkat Nasional).
Monoteisme
aliran tersebut ada yang bersifat liberal, tradisional dan ada aliran diantara keduanya. Ketiga
corak pemikiran ini mewarnai sejarah pemikiran ilmu ketuhanan (teologi) dalam Islam. Aliranaliran tersebuut adalah:
1. Muktazilah, adalah kelompok rasionalis dikalangan orang Islam, yang sangat menekankan
penggunaan akal dalam memahami semua ajaran Islam. Dalam menganalisis masalah
ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani, satu sistem teologi
untuk mempertahankan kedudukan keimanan. Hasil dari paham Mutazilah
yang bercorak rasional ialah muncul abad kemajuan ilmu pengetahuan
dalam Islam. Namun kemajuan ilmu pengetahuan akhirnya menurun
dengan kalahnya mereka dalam perselisihan dengan kaum Islam ortodoks.
Mutazilahlahir sebagai pecahan dari kelompok Qadariah ,
sedang Qadariah adalah pecahan dari Khawarij
2. Qodariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan
berkehendak dan berbuat.[5] Manusia berhak menentukan dirinya kafir atau mukmin sehingga
mereka harus bertanggung jawab pada dirinya. Jadi, tidak ada investasi Tuhan dalam perbuatan
manusia.
3. Jabariyah, adalah kelompok yang berpendapat bahwa kehendak dan perbuatan manusia sudah
ditentukan Tuhan. Jadi, manusia dalam hal ini tak ubahnya seperti wayang. Ikhtiar dan doa
yang dilakukan manusia tidak ada gunanya.
4. Asyariyah dan Maturidiyah, adalah kelompok yang mengambil jalan tengah
antara Qodariyah dan Jabariyah.Manusia wajib berusaha semaksimal mungkin. Akan tetapi,
Tuhanlah yang menentukan hasilnya.
Pada prinsipnya aliran-aliran tersebut di atas tidak bertentangan
dengan ajaran dasar Islam. Oleh karena itu umat Islam yang memilih aliran
mana saja diantara aliran-aliran tersebut sebagai teologi mana yang
dianutnya, tidak menyebabkan ia keluar dari islam. Menghadapi situasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, umat Islam perlu
mengadakan koreksi ilmu berlandaskan al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa
dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu.
Di antara aliran tersebut yang nampaknya lebih dapat menunjang
perkembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan etos kerja adalah
aliranMutazilah dan Qadariah.
telah dibahas dan diteliti secara cermat dalam buku-buku teologi dan
filsafat serta sudah dibuktikan keberadaannya dengan mengemukakan
argumentasi logikal dan rasional. Pembuktian kebenaran kenabian tidak
bergantung pada pengetahuan kita tentang hakikat dan esensi wahyu.
Disamping itu, pengutusan para nabi adalah sebuah kenyataan sejarah
yang tak dapat dipungkiri. Dan di sepanjang sejarah kehidupan manusia,
manusia-manusia pilihan bangkit dan hadir untuk membimbing dan
memberi petunjuk kepada manusia dan memproklamirkan bahwa mereka
miliki hubungan khusus dengan Tuhan. Dan mereka memiliki program dan
rencana untuk menyelamatkan manusia dari kehancuran dan menunjukkan
jalan keselamatan dan kebahagian di dunia dan akhirat. Dengan kesaksian
sejarah pula, para nabi merupakan manusia-manusia pilihan yang tidak
memiliki cacat dan celah dalam kehidupannya, mereka terkenal sebagai
orang yang amanah, orang shaleh, jujur, ikhlas, berakhlak baik, dan
berbudi pekerti yang luhur.
Di samping itu, mereka juga menunjukkan mukjizat untuk
membuktikan kenabian mereka, memaparkan perintah-perintah Tuhan
dengan pasti dan bijaksana, menampakkan keimanan yang kuat dan
perkataan yang benar, dan mengajak manusia untuk beriman kepada
Tuhan dan alam gaib. Mereka terkenal sebagai orang jujur dan amanah
serta bisa dipercaya, karena itu manusia mempercayainya dan menerima
ajakannya, setia, berjihad, dan bersungguh-sungguh untuk mengamalkan
perintah-perintahnya.
Bisikan;
Suara yang tak terdengar;
Isyarat;
Tulisan;
Risalah dan utusan;
Ilham.
itu sendiri, memahamkan itu sendiri, dan yang dipahami itu sendiri." Dalam
makna leksikal wahyu tidak ditekankan secara khusus subjek pemberi wahyu,
baik itu Tuhan, malaikat, manusa, jin, dan setan.
Demikian pula, subjek penerima wahyu tidak ditegaskan secara
khusus, siapa yang menerimanya dan apa yang diwahyukan. Wahyu dalam
Al-Quran Kata Wahyu dan derivasinya disebutkan 78 kali dalam al-Quran dan
seluruhnya memiliki makna yang berbeda-beda, sebagai berikut:
1. Insting dan fitrah Allah berfirman, "Dan Allahmu mewahyukan kepada
lebah buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon dan
tempa-tempat yang dibuat manusia." Syekh Mufid menuliskan, "Yang
dimaksud dengan wahyu adalah ilham tersembunyi. Lebah
memahami tanggung jawabnya tanpa perantaraan kata-kata." Lebah
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang menakjubkan seperti membuat
rumah heksagonal yang bersegi enam, menjaga rumah, melakukan
perjalanan jauh untuk mencari bunga, mengisap saripati bunga,
merubah saripati tersebut menjadi madu, kembali ke sarangnya
sendiri, tinggal di sarang mereka, menjaga ratu, dan puluhan
pekerjaan yang menakjubkan. Semua itu muncul dari insting yang ada
pada diri mereka. Berdasarkan insting dan fitrah serta ilham dari
Tuhan lebah melakukan pekerjaan yang menakjubkan tersebut.
2. Sunnatullah dan Hukum Alam Allah berfirman, "Kemudian Dia menuju
pada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia
berkata kepadanya dan kepada bumi: " datanglah kamu keduanya
menurut perintahKu dengan suka hati atau terpaksa". Keduanya
menjawab: "kami datang dengan suka hati." Maka dia menjadikannya
tujuh langit dalam dua masa dan dia mewahyukan pada tiap-tiap
langit urusannya. Dan kami hiasi langit yang dekat dengan bintangbintang yang cemerlang dan kami memeliharanya dengan sebaikbaiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui". Di dalam ayat lain disebutkan, "Apabila digoncangkan
dengan goncangan yang dahsyat dan bumi telah mengeluarkan
beban-beban berat yang dikandungnya dan manusia bertanya:
mengapa bumi jadi begini? Pada hari itu bumi menceritakan beritanya
karena sesungguhnya Allahmu telah memahyukan (yang sedemikian
itu) kepadanya." Tuhan menciptakan bumi, langit, dan alam materi
sesuai dengan "sunnah" dan hukum sebab-akibat (kausalitas). Dan
alam semesta tersebut berjalan sesusai dengan "sunnah". Alam
semesta memiliki hukum dan "sunnah" tersendiri dan diatur sesuai
dengan "sunnah" tersebut. "Sunnah" tersebut berasal dari Tuhan dan
berjalan sesuai dengan perintah-Nya.
Jadi yang dimaksud dengan wahyu Ilahi dalam ayat tersebut yaitu
sunnatullah dan hukum alam. Sebagian penafsir menjelaskan bahwa wahyu
yang dimaksud pada ayat itu adalah wahyu kepada ahli langit yakni para
malaikat. Dari kedua ayat ini ada dua hal penting yang bisa kita tarik
kesimpulan pertama wahyu turun tidak melalui perantaraan kata-kata dan
yang kedua penerima wahyu tidak mesti harus yang berakal.
3. Ilham, bisikan, dan inspirasi ke dalam hati Al-Quran dalam masalah
ibu Nabi Musa As mengatakan, "Yaitu ketika kami mengilhamkan
kepada ibumu suatu yang diilhamkan yaitu letakkanlah ia (Musa) di
dalam peti kemudian lemparkanlah ia kesungai Nil maka pasti sungai
itu membawanya ke tepi supaya di ambil oleh musuh-Ku." Dalam ayat
lain dikatakan, "dan kami ilhamkan kepada ibu Musa " susukanlah dia
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke dalam
sungai Nil dan janganlah kamu khawatir dan jangan pula bersedih hati
karena sesungguhnya kami akan mengembalikannya kepadamu dan
menjadikannya salah seorang dari para rasul." Penerima wahyu pada
kedua ayat tersebut adalah ibu nabi Musa as, dan sudah tak bisa
dipungkir bahwa wahyu tersebut bukanlah wahyu yang diterima para
nabi as tetapi satu bentuk pemberian pemahaman secara sembunyi,
ilham, inspirasi dan bisikan ke dalam hati baik dalam tidur maupun
ketika terjaga. Syekh Mufid berkata, "kaum muslimin sepakat bahwa
ibu nabi Musa diberikan wahyu apakah ketika terjaga ataukah ketika
tidur."
4. Isyarah Allah Swt berfirman dalam surah Maryam ayat 10-11, "Zakaria
berkata: ya Allahku berilah aku suatu tanda Allah berfirman tanda
bagimu ialah bahwa kamu tidak dapaat bercakap-ccakap dengan
manusia selama tiga malam padahal kamu sehat. maka ia keluar dari
mihrab menuju kaumnya lalu ia memberi isyaraat kepadamereka
hendaklah kamu bertasbih di waktu pagi dan petang." Pada ayat lain
dinukilkan kisah Nabi Zakaria As pada surah Ali Imran ayat 41,
"Berkata Zakaria berilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah
mengandung) Allah berfirman : tandanya bagimu kamu tidak dapat
berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat
dan sebutlah nama Allah sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di
waktu petang dan pagi hari." Dalam kedua ayat tersebut yang
memberikan wahyu adalah Nabi Zakaria As dan penerima wahyu
adalah kaumnya, wahyu adalah memberikan pemahaman dalam
bentuk isyarat dimana hanya orang yang diajak bicara saja yang bisa
memahaminya.
5. Wahyu kepada hawariyyun (pengikut khusus Nabi Isa As) Allah Swt
berfirman dalam surah al-Maidah ayat 111, "Dan ingatlah ketika Aku
ilhamkan kepada pengikut nabi isa as yang setia: " berimanlah kamu
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menyelesaikan makalah ini, kami dapat menyimpulkan bahwa konsep Ketuhanan
dapat diartikan sebagai kecintaan, pemujaan atau sesuatu yang dianggap penting oleh manusia
terhadap sesuatu hal (baik abstrak maupun konkret). Filsafat Ketuhanan dalam Islam merupakan
aspek ajaran yang fundamental, kajian ini harus dilaksanakan secara intensif. Kata iman berasal
dari bahasa Arab, yaitu amina-yukminu-imanan, yang secara ethimologi berarti yakin atau
percaya. Sedangkan takwa berasal dari bahasa Arab, yaitu waqa-yuwaqi-wiqayah, secara
ethimologi artinya hati-hati, waspada, mawasdiri, memelihara, dan melindungi. Pengertian Takwa
secara terminologi dijelaskan dalam Al-hadits, yang artinya menjalankan semua perintah Allah
dan menjauhi segala larangan-Nya.
B. SARAN
Kita sebagai manusia seharusnya lebih mengembangkan pengetehuan
tentang referensi konsep ketuhanan menurut islam sehingga pemahaman
kita tentang konsep ketuhanan dalam islam tidak terbatas terutama
mengenai filsafat ketuhanan,pemikiran manusia tentang tuhan,tuhan menurt
wahyu,dan dalil dalil pembuktian eksintensi tuhan.
Dan kita dikatakan sosok manusia yang seutuhnya apabila ada
keselarasan manusia dengan tuhannya.maka dari itu kita sebagai penerus
pemuda bangsa dan negara mari kita pahamkan dalam keseharian kita
tentang pemahaman konsep dasar ketuhanan menurut islam.
~Semoga Bermanfaat~
DAFTAR PUSTAKA
rezkyfausi.blogspot.co.id/2012/12/konsep-ketuhanan-dalam-islam.html
http://manhajuddinzuhudi.blogspot.co.id/2014/07/urgensi-iman-dan
Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jaza`iri. 2006. Minhajul Muslimin. Jakarta : Darul
Haq.
https://semakinterang.wordpress.com/2011/11/21/pentingnya-imankepada-allah/
http://nuristiar.blogspot.co.id/2013/10/makalah-pai-konsep-ketuhanandalam-islam.html