Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

pemikiran atau pun diskusi serta dengan tujuan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Pengantar Studi Islam.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak mungkin terselesaikan tanpa motivasi
dari berbagai pihak.Berkat motivasi tersebut, semua rintangan dan hambatan
dapat kami atasi bersama.Pada kesempatan ini kami juga ucapkan terima kasih
kepada Bapak muhadi khalidi selaku dosen matakuliah metedeologi Studi Islam
kami di uin ar-raniry banda aceh.

Kami menyadari bahwa dalam proses penyusunan makalah ini hingga selesai,
pasti masih terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna,
karena pengetahuan, kemampuan dan pengalaman kami yang masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, kepada para pembaca dengan segala kerendahan hati;
kami mengharap saran dan kritik konstuktif demi kesempurnaan makalah ini di
masa mendatang.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih untuk kedua kalinya kepada dosen, rekan-
rekan, serta semua pihak yang membantu kami. Semoga dengan disusunnya
makalah ini akan ada peningkatan kualitas sumber daya mu’min yang hakiki dan
bisaselalu bermanfaat bagi para teman-teman mahasiswa,Amin

1
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR………………………………………………………………1

DAFTARISI………………………………………………………………………..2

BAB I PEMBAHASAN…………………………………………………………… 3

A. Pengertian doktrin………………………………………………………….. 3
B. Islam sebagai doktrin……………………………………………………… 3
C. penjelasan doktrin-doktrin sentral dalam islam…………………………. 6

BAB II

PENUTUP………………………………………………………………………… 13

KESIMPULAN…………………………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 15

2
BAB I

PEMBAHASAN

A. Pengertian Doktrin

Kata doktrin berasal dari bahasa inggris yaitu doctrine yang berarti ajaran. Oleh
karena itu, doktrin lebih dikenal dengan ajaran-ajaran yang bersifat absolut yang
tidak boleh diganggu gugat. Kata doktrin berarti dalil-dalil dari suatu
ajaran. Kesesuaian pengertian ini dapat kita temukan di lapangan bahwa suatu
ajaran dalam agama maupun yang lainya pasti mempunyai dasar atau dalil-dalil.

Pengertian yang sama juga dapat ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yaitu “doktrin adalah ajaran atau asas suatu aliran politik, keagamaan;
pendirian segolongan ahli ilmu pengetahuan, ketatanegaraan secara bersistem,
khususnya dalam penyusunan kebijakan negara”. Dari penjelasan yang telah
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa doktrin adalah ajaran-ajaran atau
pendirian suatu agama atau aliran atau segolongan ahli yang tersusun dalam
sebuah sistem yang tidak bisa terpisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.

Dari uraian pengertian di atas juga dapat disimpulkan bahwa doktrin merupakan
ajaran-ajaran atau asas untuk mendirikan suatu agama atau organisasi-organisasi
lain yang ajaran-ajarannya bersifat absolut dan tidak bisa diganggu gugat.

B. Islam Sebagai Doktrin

Islam merupakan agama yang sangat multidimensi yang dapat dikaji dari berbagai
aspek baik dari tinjauan budaya-sosial maupun dari aspek doktrin sebagaimana
yang akan kami jelaskan berikut ini. Agama Islam apabila ditelaah dari aspek
doktrin maka yang akan muncul adalah ajaran-ajaran yang ada dalam agama Islam
itu sendiri yang bisa saja ajaran tersebut tidak dapat diganggu gugat
keberadaannya. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang trilogi doktrin

3
(ajaran) Islam yang biasa dikenal dengan trilogi ajaran Ilahi, yakni: Iman, Islam
dan Ihsan.

1. Iman

Kata iman ditinjau dari segi etimologi (bahasa) merupakan bentuk masdar dari
kataÂmana, Yu’minu, Ĩmanan yang berarti kepercayaan. Kata iman juga menurut
Imam Al-Ghazali diartikan At-Tashdiqu (pembenaran). Sedangkan menurut
Fazlurrahman, kata iman yang terdapat dalam Al-Qur’an mempunyai dua makna,
yaitu :

a) Yakin, percaya dan beriman,

b) Aman, mengamankan dan memberikan keamanan.

Dari segi terminologi iman oleh para ahli didefenisikan berbeda-beda akan tetapi
perbedaan tersebut tidak terlepas dari pengertian iman sebagaimana yang
dijelaskan oleh Rasulullah SAW, ketika Malaikat Jibril datang bertanya kepada-
Nya, yakni “Iman adalah pembenaran dan keyakinan terhadap adanya Allah
dengan Ke-Esa-an-Nya, Malaikat, pertemuan dengan-Nya, para utusan-utusan-
Nya dan percaya pada hari kebangkitan atau hari akhir”.

Menurut aliran ahlus sunnah wal jama’ah iman yang sempurna adalah diucapkan
dengan lidah, dibenarkan dengan hati dan dikerjakan dengan anggota tubuh.
Selain itu juga menurut aliran Ahlus Sunah Wal Jama’ah bahwa iman tersebut
dapat bertambah dan juga dapat berkurang seiring dengan ketaatan seseorang.
Tentang bertambah dan berkurangnya iman tersebut aliran Ahlus Sunnah
melandaskan pendapatnya pada Al-Qur’an surat Al-Anfal ayat 2.

Terkait dengan iman seperti yang dipaparkan dalam pengertian di atas yang
termasuk di dalamnya adalah iman kepada Allah SWT.

4
Iman kepada Allah SWT berimplikasi terhadap pengakuan-pengakuan lain yang
berhubungan dengan-Nya, seperti zat Allah, sifat-sifat Allah, perbuatan (af’al)
Allah, malaikat Allah, para Nabi dan utusan Allah, hari kiamat, serta surga dan
neraka. Hal tersebut merupakan refleksi dari ke-tauhid-an kepada Allah SWT.

2. Islam

Secara harfiah kata Islam berasal dari Bahasa Arab, yakni Aslama, Yuslimu
Islâman yang berarti keselamatan. Sedangkan secara terminologi Islam
mengandung pengertian “Ketundukan, kepasrahan dan ketaatan dalam
menyembah (ibadah) kepada Allah, tidak musyrik kepada-Nya, kemudian
melaksanakan segala perintah-Nya, seperti melaksanakan shalat, zakat, berpuasa,
haji, serta meninggalkan segala yang dilarang-Nya”.

3. Ihsan

Dalam literatur Arab kata Ihsan berarti berbuat baik atau perbuatan baik.
Sedangkan secara terminologi ihsan bermakna sesuai dengan penjelasan
Rasulullah yakni “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya,
jika tidak maka sesungguhnya dia melihatmu”.

Iman, Islam dan Ihsan merupakan tiga serangkai atau trilogi doktrin (ajaran) ilahi
yang tidak dapat dipisahkan. Jadi, seorang dikatakan sebagai muslim sejati apabila
ia mempu menyatukan tiga dimensi tersebut. Pada perkembangan selanjutnya
trilogi tersebut menjadi tiga kerangka dasar Islam yang digunakan dalam tiga
bidang pemikiran Islam, yaitu Aqidah, Syari’ah dan Akhlak.

5
C. penjelasan doktrin-doktrin sentral dalam islam.

1. Allah
a. Iman kepada allah.

Doktrin sentral agama islam berkaitan dengan konsep tentang tuhan yang ditinjau
dari Diri-Nya sendiri, juga nama nama dan Sifat sifat-Nya.Doktrin yang integral
tentang sifat ketuhanan, sekaligus yang absolut,yang azali, dan yang maha baik
yang berada pada jantung ajaran islam. Realitas tertinggi, atau Allah
(demikianlah, dia sudah sepatutnya di panggil, adalah kata dari bahasa Arab untuk
menunjukkan Tuhan yang di pakai oleh penganut Arab Kristen, penganut Yahudi
yang terarahkan, juga kaum muslim), yang sekaligus sebagai Tuhan, realitas supra
personal atau Tuhan tertinggi. Allah bukanlah wujud yang murni melainkan
bukan hanya sekedar wujud, sehingga tidak ada deskripsi yang dapat menyifati-
Nya, yang justru tidak dapat mengelakkan pereduksian sifat-nya yang azali dan
Esensi-Nya yang absolute, karena Dia m

engatasi segala pembatasan dan definisi. Itulah alasan yang menjadikan


syahadat,la ilaha illa’Llah(“tidak ada tuhan selain allah”),yang memuat dokrtin
islam yang sempurna tentang sifat tuhan, bermula denga awalan la, untuk
menegaskan segala sesuatu berupa esensi ketuhanan atau tuhan, pada-nya diri dan
realitas-nya yang maha tinggi. Adalah dengan hanya membatasi itu melalui
penegasan yang pasti. Sebagaimana dalam salah satu ayat al-Qur’an “tidak ada
satupun , yang dapat mnyerupai-Nya.”(Q.s.42:2).Allah adalah yang absolut, yang
maha, Esa yang sepenuhnya transenden dan mengatasi semua batas – batas dan
pembatasan, dari setiap konsep dan ide.

Di sisi lain , Dia juga yang iman, karena, menurut al-Qur’an “dia adalah yang
pertama dan yang terakhir , juga yang lahir dan yang batin , dia juga maha
mengetahui segala sesuatu”(Q.s57:3).Tuhan adalah yang pertama (al-awwal)
karena Dia adalah asal-usul, aifa dari segala sesuatu. Dia adalah yang terahir (al-
akhir), kerena kepada-nya segala sesuatu, bukan hanya jiwa manusia, melainkan

6
seluruh kosmos akan kembali. Dia adalah yang lahir (azh-zhahir). Karena
manifestasi yang tampak dasarnya adalah tidak lebih tifani dari nama dan sifat-
Nya dalam substansi “ketiadaan”, dan seluruh yang ada hakikatnya adalah bias
dari wujud-Nya .bahkan , pada sisi lain, Dia juga yang bathin (al-bathin), karena
Dia adalah iman dalam segala sesuatu, hanya ahli hikmah yang mampu
memahami dan mengetahui dengan pengertian sepenuhnya bahwa Allah adalah
Imanen. Sebagaimana Allah transenden brsifat Iman dan memahami sepenuhnya
ayat “ kemana saja kalian berpaling , disanalah wajah allah.”(Q.s.2:115). Lebih
jauh lagi, ahli hikmah dapat mencapai pada pemahaman seperti ini hanya dengan
hikmah, oleh baik seorang laki laki maupun perempuan, dengan menyadari dan
menerima penerangan sepenuhnya akan transendasi Ilahi (ta’la), karena kekuatan
yang adikodrati akan menampakkan diri-nya sendirinya dalam wujud iman hanya
melalui pencapaian diketahui dan dialami untuk pertama kali yang transenden.

Allah memiliki Esansi (Dzat) yang mengatasi dan melampaui seluruh kata gori
dan definisi, seperti warna gelap yang pekad karena intensitas sinarnya sehingga
tidak diketahui, Berupa radiasi sinar gelombang sinar ultraviolet sebaimana
pernah di ungkapkan oleh sebagian sufi, meskipun mengatasi dan melampaui
penggambaran tentang semua duolitas dan gender, Esensi Tuhan terkadang
digambarkan melalui format gender fiminin.dari sisi sifat keazalian-nya , dalam
konteks pembahasan tentang metafisika, terkadang prinsip -prinsip sifat feminitas
yang ultima, melekat dan menembus pada aspek ketuhanan sebagai pencipta
sedangkan dari aspek keobselutan-nya mengandung prinsip-prinsip sifa
maskulinitas diri-nya sendiri.

Sebagian ulama’ mengklasifikasi dengan sifat- sifatnya.dikatakan bahwa allah


mempunyai beberapa sifat yang wajib bagi Allah, dan beberapa sifat muhal
baginya, yang keteranganya banyak dijelaskan dalam kitab- kitab tauhid.

1. Kemustahilan menemukan dzat Allah

Allah adalah Maha Esa, baik dlam dzat, sifat, maupun perbuatan. Esa dalam dzat
artinya Allah itu tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan

7
diapun tidak sekutu. Esa dalam sifat berarti bahwa tak seorangpun yang memiliki
sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh Allah. Dan esa dalam perbuatan (af’al) ialah
bahwa tidak ada seorangpun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai
perbuatan Allah.

Allah dengan sifat Rahman dan Rahim nya telah membekali manusia dengan akal
dan pikiran untuk digunakan dalam menjalankan kehidupannya. Akal pikiran itu
merupakan cirri keistimewaan manusia, sekaligus factor pembeda antara manusia
dan mahluk lainnya. Manusia dapat mencapai taraf kehidupan yang mulia
melallui akal pikirannya; Sbaliknya, manusiapun dapat terpuruk ke kehidupan
yang hina melalui akalnya. Akal, sekalipun telah dipergunakan dengan sungguh-
sungguh keberadaannya tetap dalam ruang lingkup yang terbatas. Artinya, ada
sejumlah persoalan yang tidak dapat diselesaikam oleh akal. Salah satu persoalan
yang tidak diselesaikan oleh akal ialah dzat Allah. Dalam Al-qur’an, Allah
berfirman, “Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang dia dapat
melihat segala penglihatan itu dan Dia-lah yang maha halus lagi maha
mengetahui.” (Q.S. Al-An’am:103).

2. Argumen Keberadaan Allah SWT

Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung
keberadaan Allah. Pertama, paham yang mengatakan alam semesta ini ada dari
yang tidak ada (creatio ex-nihilo). Kedua, paham yang mengatakn alam semesta
ini berasal dari sel (jauhar) yang merupakan inti. Ketiga, paham yang mengatakan
alam semesta itu ada yang menciptakan.

Al-Farabi dengan teori pancarannya mengatakan alam semesta ini adalah hasil
pancaran wujud kesebelas atau akal kesepuluh. Akal pertama adalah sebab
pertama, yang merupakan wujud pertama yang melahirkan wujud berikutnya.
Wujud pertama adalah Allah.

Ibnu Sina membangun sebuah teori yang disebut teori wujud yang dibangun
dalam upaya membuktikan eksistensi tuhan. Teori ini sifat wujud lebih penting

8
dari sifat-sifat lainnya, meskipun sifat esensi sendiri. Wujud menjadikan esensi
yang berada didalam akal mempunyai kenyataan diluar akal.

Teori kedua mengatakan alam semesta berasal dari sel, melihat sebagai teori yang
lebih sesak daripada teori pertama. Menurutnya sel tidak mungkin mampu
menyusun dan memberinya sesuatu pada struktur alam semesta umpamanya,
aspek gender dan tatat surya.Teori ketiga mengatakan alam semesta ada yang
menciptakan adalah teori yang bersesuain dengan pemikiran akal yang sehat.
Masalah yang kemudian muncul teori ketiga ialah : siapakah yang menciptakan
alam semesta ini ?. menurut doktrin Islam, yang hal inipun menjadi aqidah dan
keyakinan umat Islam bahwa alam semesta ini adalah Allah, jawaban itu
membawa pengertian bahwa Allah itu ada. Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa
ayat yang menjelasakan bahwa Allah itu ada. Ayat yang menjelaskan pernyataan
tersebut adalah Q.S. Al-Zumar ayat 62-63 :

“ Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.


Kepunyaannya ialah langit dan bumi. Dan orang-orang yang kafir terhadap ayat
Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi “.

Iman kepada Allah adalah doktrin utama dalam Islam yang tidak dapat ditawar
lagi.ia adalah dimensi ta’abudi yang terkait dengan petunjuk dan pertolongan
Allah atas hambanya.

b. Rosul Dan Wahyu

Islam menegaskan bahwa setelah doktrin berkaitan dengan sifat tuhan (at-
Tauhaid), doktrin yang menempati urutan paling penting yang menyusulnya
adalah doktrin yang kenanabian (an-nubuwwah), menerut pemahaman Islam,
tuhan telah menjadikan nubuwah sebagaio realitassetral dalam perjalanan sejarah

9
umat manusia ;lingkaran kenabian dimulai sejak nabi adam a.s.dan ditutup
dewngan turunnya wahwun al-quran. Disebutkan terdapat kurang lebih 124.000
nabi yang diutus kepada setiap bangsa dan kelompok maysarakat, dan tuhan tidak
akan meninggalkan sesuatu kelompok umat manusia tanpa kehadiran wahyu ,
seperti yang secara tegas dijelaskan dalam al-quran tentu saja ,kepada seyiap suku
bangsa terdapat utusan .(q.s.10:48).

Seorang utusan tuhan telah dipilih oleh allah dan hanya oleh diri –nYa sediri
.klasifikaSI utusan-utusan tuhan (al-Anbiya’ )terdiri dari mereka yang membawa
kabar tertentu dari tuhan, disebut dengan nabi, dan mereka yang menjadi utusan
disebut dengan rosul pembawa misi ajaran yang besar dan kelompok lain , mereka
yang memiliki sikap tegu, didalam bahasa arab disebut ulu,l-‘azhmi , yakni nabi –
nabi :musa ,isa al-masih ,dan nabi pembawa ajaran islam , yang mengakkan
agama yang baru. Pada setiap kasus , nabvi menerima ajarannya dari tuhan
;sabda-sabda dan perbuatannya buka dari sifatnya yang genius atau sumber –
sumber yang didapat dari latar belakang historis . nabi tidak berhutang budi dan
mendaptkanya semua dari siapapun kecuali allah dia membawa suatu ajaran yang
mempunyai kesegaran dan semerbak keharunan yang benar-benar asli karena
ajarannya berasal dari asal yang satu, suatu misi,yang dalam kasus ini ia menjadi
penerima pasif.

Diantara tugas yang diemban oleh para rasul adalah pertama, mengajarkan tauhid
dengan segala sifat-sifatnya; kedua, mengajak manusia agar hanya menyembah
dan meminta pertolongan kepada Allah; Ketiga, mengajarkan kepada manusia
agar memiliki moral atau ahlak yang mulia; Keempat, mengajarkan kepada
manusia norma-norma kehidupan agar selamat di dunia dan di akhirat; Kelima,
mengajak manusia agar bersemangat dalam bekerja dan berusaha serta
menjauhkan sifat-sifat malas sehingga terjadi keseimbangan antara kehidupan
dunia dan akhirat; Keenam, mengajak manusia agar tidak mengikuti hawa nafsu
dan Ketujuh, menyampaikan berita-berita yang bersifat ghoib seperti malaikat,
surna dan neraka, alam kubur, dan alam akhirat.

10
Dalam rangka menyampaikan tugas risalahnya, para rasul dilengkapi dengan
berbagai bekal keutamaan seperti kitab, mukjijat, dan sifat-sifat kemuliaan.
Adapun sifat-sifat yang diberikan Allah kepada rasul adalah sebagai berikut:

1. Sidiq, artinya jujur dan benar dan terhindar dari sifat dusta atau bohong.

2. Amanah, artinya dapat dipercaya dan terhindar dari sifat khianat

3. Tablig, artinya menyampaikan dan terhindar dari sifat al-kitman atau


menyembunyikan sesuatu

4. Fathanah, artinya bijaksana dan brilliant serta terhindar dari sifat al-jahl atau
bodoh[9]

c. Manusia

Islam memandang manusia baik laki-laki maupun perempuan,dari segi dirinya


sendiri sebagai makhluk yang berdiri dihadapan tuhanNya,baik sebagai hambanya
maupun sebagai khalifah di muka bumi ini.

Allah menciptakan manusia pertama kali dari tanah liat(nabi adam)dan


menghembuskan ruh kepadanya setelah itu allah mengajarkan semua nama-nama
benda padanya dan memerintahkan kepada seluruh makhluk allah agar bersujud
padanya, merekan bersujud kecuali iblis yang tidak mau bersujud pada adam,
yang akhirnya iblis dilaknat oleh allah dan menjadi musuh para hamba allah
hingga hari kiamat nanti. Islam juga memandang hakikat manusia dalam
realitasnya yang permanin,manusia juga sebagai makhluk seperti yang kita
ketahui sampai pada saat ini,tidak berasal dari proses evolusi dari makhluk yang
lebih rendah. Manusia juga diciptakan dengan dua jenis,yaitu laki-laki dan
perempuan,masing –masing telah diberi aturan oleh islam dan akan diberi putusan
sesuai dengan amalnya di akhirat nanti.

11
d. Alam Semesta

Alam semesta yang juga dikatakan alam kosmos,jagat raya,alam universal, adalah
ciptaan allah yang diciptakan sebagai tempat para mahluk allah yang lain.
Tanah,air hewan,pepohonan merupakan pemberian allah yang harus kita jaga.

Semua ciptaan allah pasti memiliki manfaat tersendiri, entah manfaat yang sudah
diketahui maupu manfaat yang belum diketahui, waktu – waktu shalat wajib yang
dilakukan lima kali sehari ditentukan sesuai gerakan spesifik matahari,
sebagaimana pula menunjukkan waktu permulaan dan berakhirnya puasa.

d. Eskatologi

Banyak dari ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Hadiht Nabi membahas subyek yang
berkaitan dengan persoalan-persoalan eskatologis, atau hari akhir, dari seluruh
realitas , baik makrokosmik maupun mikrokosmik .Islam menyakini bahwa pada
saat kematian, indifidu-indifidu memasuki suatu keadaan yang nantinya menjadi
pembuktian kebenaran dari pokok – pokok keimanan mereka, dari hasil perbuatan
meraka dalam kehidupan, meskipun keyataannya akan selalu bergantung pada
dimensi kasih Ilahi yang tidak terhingga.Al-Qur’an dan Hadits memberikan
deskripsi dengan jelas tentang surga dan neraka.

Islam juga memiliki ajaran yang detail tentang peristiwa – peristiwa eskatologis
pada dunia makrokosmik. Menurut Islam sejarah umat manusia dan kosmik
mempunyai akhir, sebagai mana juga mereka memiliki awal. Akhir dari sejarah
manusia akan ditandai dengan saat kedatangan figure yang diberi gelar al-Mahdi
yang akan menghapus penindasan,mengalahkan para musuh agama,dan
mengembalikan rasa kedamaian dan keadilan di bumi.

12
Setelah periode yang hanya tuhan sendiri dengan pasti mengetahunya,bersamaan
dengan kedatangan kedua Isa Almasih ke Jerusalem, yang akan membawa sejarah
umat manusia untuk menjelang dan menghadapi kedatangan hari pengadilan. Isa
Almasih mempunyai peran sentral dalam eskatologi ajaran islam, namundia
bukanlah krestus dalam pengertian ajaran kristiani yang menjadi bagian dari
trinitas, melainkan sebagai figure agung dan mata rantai genealogi nabi-nabi yang
menganut ajaran Ibbrahimiah a.s. yang menegaskan keesaan Allah.

13
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah memahani tentang Doktrin kepercayaan dalam islam maka dapat kita tarik
kesimpulan:

1. Doktrin berasal dari bahasa Inggris “ doctrin’’ yang berarti ajaran atau norma
yang diambil dari wahyu yang diturunkan tuhan, atau pemikiran mendalam
filosofis yang diyakini mengandung kebenaran.

2. Doktrin kepercayaan islam itu meliputi 6 aspek yan harus diyakini


kebenarannya. Dan 6 aspek itu dalam islam dinamakan “ Rukun Iman ’’ yaitu :

a. Iman kepada Allah

b. Iman kepada Malaikat Allah

c. Iman kepada Kitab-kitab Allah

d. Iman kepada Rasul-rasul Allah

e. Iman kepada Hari akhir

f. Iman kepada Qodo’ dan Qodar

14
3. Terminologi iman tidak hanya sekedar kepercayaan dan pengakuan adanya
Allah tetapi mencakup dimensi pengucapan dan perbuatan-keyakinan atau
pengakuan merupakan gerbang utama keimanan.

4. Keyakinan itu adanya dihati. IQ merupakan pengakuan yang sngguh-sungguh


tentang kebenaran adanya Allah yang Maha Esa. Keyakinan ini selanjutnya
diikuti dengan suatu pernyataan lisan dalam bentuk melafalkan dua kalimat
syahadat dan direalisasikan dalam bentuk perbuatan ( amal ) unsur kerja yang
nyata.

B. Saran

Berkaitan dengan materi ini maka secara pribadi penulis menyarankan agar
sebagai seorang muslim hendaklah kita berusaha untuk memperkuat keimanan
kita, sehingga dengan kuatnya keimanan kita dan keyakinan kita terhadap rukun
iman maka kita dapat mengaplikasikan apa- apa yang menjadi larangan maupun
perintah dari Allah SWT.

15
Daftar pustaka

Y. Al-barry, M. Dahlan.2003.Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri


Intelektual. surabaya: Arkola.

Nasr, Sayyed Hosen.2003.Islam, Agama,Sejarah dan Peradaban. surabaya:


Risalah Gusti.

An-Nadwi, Fadlil Sa’id.1998. Ilmu Tauhid (Benteng Iman). Surabaya:Al-


Hidayah

16
17

Anda mungkin juga menyukai