Anda di halaman 1dari 22

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama


Dosen pengampu: gsdhfihkdhjbg

Oleh:
Dandi Darmawan (7020230070)
Dicky Permana Sidik (7020230073)
Damar Tri Rahmadhani (7020230052)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GALUH
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat
rahmat-Nya tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah
yang berjudul “Hubungan Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya Dengan
Kagaluhan”.

Tidak lupa juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak
akan maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Penulis tentunya menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat adanya


kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya
ilmiah ini.

Saya harap semoga makalah ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan masalah
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Aqidah
2.1.1 Pengertian Aqidah
2.1.2 Ruang Lingkup Aqidah
2.2 Definisi Iman
2.2.1 Implikasi Keimanan
2.3 Pembuktian adanya tuhan (Allah)
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

iii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pada masyarakat maju, agama yang diagungkan bukan lagi animisme,
politeisme, atau tauhid. Ajaran dasar tauhid adalah Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena itu Tuhan bukan lagi Tuhan yang bersifat nasional melainkan Tuhan yang
internasional, Tuhan seluruh bangsa di dunia ini bahkan Tuhan semesta alam. Di
sinilah Islam mengambil kedudukannya sebagai agama tauhid yang mengakui
keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, khususnya Allah SWT, yang merupakan inti
ajaran agama Islam yang dirumuskan dalam kalimat tauhid “LA ILAHA
ILLALLAH”. Dan keimanan atau keyakinan merupakan pengembangan dari
ungkapan tauhid di atas yang biasa dikenal dengan Aqidah.

Aqidah menurut etimologi adalah mata rantai, sambungan. Disebut


demikian karena mengikat dan menjadi pengait atau gantungan suatu benda.
Secara teknis berarti iman atau keyakinan. Dengan demikian, akidah Islam
(Aqidah Islamiyah) dikaitkan dengan rukun iman yang menjadi landasan seluruh
ajaran Islam. Kedudukannya sangat sentral dan mendasar, ia merupakan landasan
dan sekaligus penghubung atau landasan segala sesuatu dalam Islam. Ini juga
merupakan titik awal aktivitas umat Islam.

Keimanan Islam diawali dengan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang mutlak bernama Allah. Allah Maha Kuasa sifat, sifat dan perbuatannya, yang
disebut dengan tauhid. Tauhid adalah pilar utama keimanan dan landasan
fundamental dari semua keyakinan Islam.

Secara sederhana sistematisasi akidah Islam dapat dijelaskan sebagai


berikut: jika umat telah menerima tauhid sebagai sebab pertama, yaitu sumber
pertama, asal mula segala sesuatu. Dalam akidah Islam, maka pasal-pasal iman
yang lain hanya bersifat rasional (masuk akal). Jika manusia meyakini bahwa
Allah mempunyai kehendak, sebagai bagian dari fitrah-Nya, maka mereka juga
meyakini adanya malaikat yang diciptakan Allah (melalui perbuatan-Nya) untuk
melaksanakan dan menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh malaikat
Jibril. kepada para rasulnya, yang kini terkumpul dalam kitab suci. Namun perlu

iv
diperhatikan dan segera diingat bahwa kitab suci tersebut, tetap murni dan asli,
memuat kehendak Tuhan, hanya Al-Qur'an.

Kehendak Tuhan telah dikomunikasikan manusia melalui laki-laki pilihan


Allah, yang disebut Rasulullah atau rasul-Nya. Konsekuensi logisnya adalah kita
pun meyakini adanya rasul yang mengkomunikasikan dan menjelaskan kehendak
Tuhan kepada umat manusia, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup dan gaya
hidup. Kehidupan ini dan kehidupan ini pasti akan berakhir suatu saat nanti,
sebagaimana ditegaskan dengan tegas oleh kitab suci dan para rasul. Konsekuensi
logisnya adalah kita meyakini akan adanya Hari Akhir, dimana seluruh kehidupan
dan keberadaan seperti sekarang ini akan berakhir. Maka Tuhan akan mahakuasa
dalam tindakan-Nya akan mendatangkan kehidupan baru yang baqa (abadi),
bukan fana (sementara) seperti yang kita lihat di alam saat ini.

Konsekuensi logisnya adalah kita juga percaya bahwa ada rasul yang
mengkomunikasikan dan menjelaskan kehendak Tuhan kepada umat manusia,
untuk menjadi pedoman hidup dan cara menjalani hidup. Kehidupan ini dan
kehidupan ini pasti akan berakhir suatu saat nanti, sebagaimana ditegaskan dengan
tegas oleh kitab suci dan para rasul. Konsekuensi logisnya adalah kita meyakini
akan terjadi kiamat, saat seluruh kehidupan dan seluruh makhluk hidup akan
berakhir. Pada saat itu, Allah SWT dalam perbuatan-Nya akan mendatangkan
kehidupan baru yang bersifat baqa (abadi), tidak fana (sementara) seperti yang
kita lihat di alam saat ini. Dari uraian singkat di atas, tampak bahwa pokok-pokok
keyakinan Islam terangkum secara logis dan sistematis dalam istilah Rukun Iman.
Keyakinan dasar atau rukun iman inilah yang merupakan iman Islam.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa itu Aqidah?
2. Apa itu iman?
3. Bagaimana pembuktian adanya tuhan?

1.2. Tujuan masalah


1. Untuk mengetahui apa itu Aqidah
2. Untuk mengetahui definisi dari iman
3. Untuk mengetahui pembuktian adanya tuhan

v
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Aqidah

2.1.1 Pengertian Aqidah

Aqidah secara bahasa berasal dari kata aqdan, yang berarti


ikatan. Adalah keyakinan yang tersimpul dengan kokoh di dalam
hati. bersifat mengikat dan mengandung perjanjian. Secara istilah
adalah keyakinan hati atas sesuatu.

Kata aqidah tersebut dapat digunakan untuk ajaran yang


terdapat dalam islam. dan dapat pula digunakan untuk ajaran lain
di luar islam sehingga ada istilah aqidah islam, aqidah nasrani,ada
aqidah yang benar atau lurusdan ada aqidah yang sesat
atau menyimpang.

Dalam ajaran agama islam. (aqidah islam al-aqidah al-


islamiyah)merupakan keyakinan atas sesuatu yang terdapat dalam
apa yang disebut dengan rukun iman. yaitu keyakinan kepada
Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari
akhir,serta taqdir baik dan buruk .

2.1.2 Ruang Lingkup Aqidah

Kajian aqidah menyangkut keyakinan umat Islam atau


iman. Karena itulah, secara formal, ajaran dasar tersebut terangkum
dalam rukun iman yang enam. Oleh sebab itu, sebagian para ulama
dalam pembahasan atau kajian aqidah, mereka mengikuti
sistematika rukun iman yaitu: iman kepada Allah, iman kepada
malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk ruhani seperti
jin, iblis, dan setan), iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada
Nabi dan rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada

vi
qadha dan qadar Allah swt.
Sementara Ulama dalam kajiannya tentang aqidah islam
menggunakan sistematika sebagai berikut:

1. Ilahiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


berhubungan dengan ilah (Tuhan,Allah), seperti wujud Allah,
nama-nama dan sifat-sifat Allah,perbuatan-perbuatan (af’al) Allah
dan sebagainya.

2. Nubuwat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu


yang berhubungan dengan nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan
mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan sebagainya.

3. Ruhaniyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu


yang berhubungan dengan alam metafisik seperyi Malaikat, Jin,
Iblis, Setan, Roh dan lain sebaginya.

4. Sam’iyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang


hanya bisa diketahui lewat sama’, yaitu dalil naqli berupa al-qur’an
dan as-sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-
tanda kiamat, surga, neraka dan sebaginya.

Selain ruang lingkup yang di atas aqidah juga bisa


mengikuti sistematis arkanul iman yaitu

1. Iman keppada Allah SWT

2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah

3. Iman kepada kitab-kitab Allah

4. Iman kepad Nabi dan Rasul

5. Iman kepada hari Akhir

6. Iman kepada Qada dan Qadar

vii
2.1.3 Dalil-dalil Aqidah Islam

Dalam ajaran Islam, aqidah memiliki kedudukan yang


sangat penting. Ibarat suatu bangunan, aqidah adalah pondasinya,
sedangkan ajaran Islam yang lain, seperti ibadah dan akhlaq,
adalah sesuatu yang dibangun di atasnya. Rumah yang dibangun
tanpa pondasi adalah suatu bangunan yang sangat rapuh. Tidak
usah ada gempa bumi atau badai, bahkan untuk sekedar menahan
atau menanggung beban atap saja, bangunan tersebut akan runtuh
dan hancur berantakan.

Maka, aqidah yang benar merupakan landasan (asas) bagi


tegak agama (din) dan diterimanya suatu amal. Aqidah Islam juga
menuntut hanya nabi Muhammad saw sebagai satu-satunya
panutan di antara semua makhluk yang ada. Tidak boleh mengikuti
selain Rasulullah Muhammad, dan tidak diterima selain dari beliau.
Beliaulah yang telah menyampaikan syari’at Rabbnya. Tidak
diperkenankan mengambil syari’at selain dari beliau (siapapun
orangnya), atau dari agama dan ideologi selain Islam, atau dari
para pakar hukum. Seorang muslim wajib mengikuti dan
mengambil hukum hanya dari Rasul saw berdasarkan firman Allah
Swt:
‫َم ْن ُيِط ِع الَّرُسوَل َفَقْد َأَطاَع َهَّللا‬
“barang siapa yang taat kepada rasul maka sungguh dia
telah taat kepada Allah.”
(QS. An-nisaa: 80)

Dan firman-Nya:
‫َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َلَع َّلُك ْم ُتْر َحُم وَن‬
“Taatlah kalian kepada rasul semoga kalian dirahmati.”
(QS. An-Nuur: 56)

viii
Dan firman Allah SWT:
‫ُقْل َأِط يُعوا َهَّللا َو َأِط يُعوا الَّرُسوَل َفِإْن َتَو َّلْو ا َفِإَّنَم ا َع َلْيِه َم ا ُح ِّمَل َو َع َلْيُك ْم َم ا ُح ِّم ْلُتْم َو ِإْن ُتِط يُعوُه َتْهَتُدوا َو َم‬
‫ا َع َلى الَّرُسوِل ِإاَّل اْلَباَل ُغ اْلُم ِبيُن‬
“Katakanlah: “Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul;
dan jika kamu berpaling Maka Sesungguhnya kewajiban Rasul itu
adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu
sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan
jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. dan
tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang”.
(QS. An-Nuur: 54)

Dan Allah Azza wajalla berfirman:


‫ُقْل َأِط يُعوا َهَّللا َو الَّرُس وَل َفِإْن َتَو َّلْو ا َفِإَّن َهَّللا اَل ُيِحُّب اْلَك اِفِر يَن‬
“Katakanlah: “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu
berpaling, Maka Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
kafir”.
(QS. Ali Imran: 32)

Dan ayat-ayat yang masih banyak lagi dari kitabullah Azza


wajalla.
Dan telah datang pula perintah dari Allah Azza wajalla
untuk mengikuti Rasul-Nya Shallallahu alaihi wasallam berupa
perintah untuk menjadikannya sebagai suri tauladan dalam banyak
tempat (dalam al-qur’an).

Allah Azza wajalla berfirman:


‫ُقْل ِإْن ُكْنُتْم ُتِح ُّبوَن َهَّللا َفاَّتِبُعوِني ُيْح ِبْبُك ُم ُهَّللا َو َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو ُهَّللا َغ ُفوٌر َر ِح يٌم‬
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

ix
(QS. Ali Imran: 31)
Dan Allah Azza wajalla juga berfirman:
‫َفآِم ُنوا ِباِهَّلل َو َر ُسوِلِه الَّنِبِّي اُأْلِّمِّي اَّلِذ ي ُيْؤ ِم ُن ِباِهَّلل َو َك ِلَم اِتِه َو اَّتِبُعوُه َلَع َّلُك ْم َتْهَتُد وَن‬
“Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi
yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-
kalimat-Nya dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk”.
(QS. Al-A’raf: 158)

‫َو َم ا َء اَتاُك ُم الَّرُسوُل َفُخ ُذ وُه َو َم ا َنَهاُك ْم َع ْنُه َفاْنَتُهوا‬


Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia,
dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.
(Q.S Al-Hasyr : 7)
Akidah Islam juga menuntut kewajiban menerapkan Islam
secara sempurna dan totalitas. Diharamkan menjalankan (hukum
Islam) sebagian dan meninggalkan sebagian lainnya, atau
menerapkannya secara bertahap.
Kita tidak boleh membeda-bedakan hukum yang satu
dengan hukum yang lainnya. Seluruh hukum Allah adalah sama
dalam hal kewajiban pelaksanaannya. Oleh karena itu
Abubakar dan para sahabat telah memerangi orang-orang yang
tidak mau membayar zakat, karena mereka menolak melaksanakan
salah satu hukum, yaitu hukum zakat. Disamping itu Allah Swt
mengancam orang-orang yang membeda-bedakan antara satu
hukum dengan hukum yang lain, atau orang-orang yang beriman
terhadap sebagian dari Kitabullah dan kufur terhadap sebagian
lainnya. Mereka diancam dengan kehinaan di dunia dan siksa yang
pedih di akhirat.
Beberapa ulama telah membahas berbagai perkara tentang
akidah, antara lain pembuktian adanya Allah Sang Pencipta,
pembuktian kebutuhan akan adanya Rasul dan pembuktian bahwa
al-Qur’an berasal dari Allah Swt dan Muhammad saw adalah
seorang Rasul. Semua itu dibahas berdasarkan dalil ‘aqli dan naqli

x
yang berasal dari al-Qur’an dan Hadits mutawatir. Meraka telah
membahas pula perkara qadar, qadha dan rizki, ajal, tawakal
kepada Allah, serta perkara hidayah (petunjuk) dan dlalalah
(kesesatan).

2.1.4 Aqidah yang benar dalam islam


Aqidah yang benar dan lurus serta terjaimin dari
kontaminasi adalah aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW
dan dijalankan oleh para shahabatnya. Aqidah ini tidak terlalu
rumit serta tidak terjebak dengan perdebatan masalah teologis yang
membingungkan. Aqidah ini bisa dicerna dengan mudah oleh para
ilmuwan, filosouf dan rakyat kebanyakan.

Aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW adalah aqidah


yang diperuntukkan untuk semua kalangan dan tidak kurang
kekuatan ilmiyahnya dari pecahan-pecahannya yang sering
terjebak beradu argumen dengan aliran teologi barat yang
cenderung asyik bermain di wilayah logika semata.

Satu lagi keistimewaaan aqidah yang diajarkan oleh


Rasulullah SAW adalah aqidah ini mampu menanamkan jiwa dan
ruh serta kekuatan luar biasa ke dalam hati para penganutnya,
sehingga mampu mengubah kehidupan miskin dan terbelakang
menjadi peradaban besar dunia yang eksis bukan hanya pada
masalah ukhrawi tetapi juga masalah duniawi.

Sedangkan aliran-aliran ilmu kalam itu tidak pernah


melahirkan sebuah gerakan besar, bahkan cenderung melahirkan
orang-orang yang berpikir nyeleneh dan menyimpang dari
kehidupan normal. Kadang-kadang mengaku jadi tuhan, kadang-
kadang mengatakan bahwa tuhan menyatu dalam dirinya dan
kadang-kadang lagi menyatakan dirinya tidak butuh lagi dengan
nabi dan rasul karena kedudukannya sudah sama.

xi
Sedangkan aqidah yang diajarkan Rasulullah SAW ini telah
sukses mengatarkan masyarakat gurun yang tadinya menyembah
batu dan kurma berubah seratus delapan puluh derajat menjadi
tatanan masyarakat baru yang maju, modern dan berkebudayaan
tinggi.

Dengan aqidah ini, seorang budak mampu berdiri tegak di


depan raja-raja dunia sambil menawarkan pilihan untuk masuk
Islam, bayar jizyah atau perang.

Dengan aqidah ini, generasi pertama umat ini mampu


menaklukkan tiga imperium besar dunia dan mengantarkan
masyarakatnya menuju pintu gerbang kehidupan kosmopolitan
yang besar dan disatukan dalam sebuah khilafah terbesar sepanjang
sejarah.

Dan yang tidak kalah penting untuk diketahui, aqidah ini


tidak akan pernah hilang di telan zaman, karena semua doktrin dan
ajarannya telah diabadikan dalam kitab suci abadi hingga akhir
zaman.

Dalam istilah baku apa yang diajarkan oleh Rasulullah


SAW ini adalah aqidah ahli sunnah wal jamaah, yaitu aqidahnya
orang yang mengukuti sunnah Rasulullah SAW dan jamaah
shahabatnya atau yang dikenal sebagai ahlus sunah wal jamaah.

2.2 Definisi Iman


Keimanan berasal dari kata dasar “iman”. Untuk memahami
pengertian iman dalam ajaran Islam, strateginya yaitu mengumpulkan
ayat-ayat Al-Quran atau haditsyang redaksionalnya terdapat kata iman,
atau kata lain yang dibentuk dari kata tersebut yaitu “aamana” (fi’il
madhi/bentuk telah), “yu’minu” (fi’il mudhori/bentuk sedang atau akan),
dan mukminun (pelaku/orang yang beriman). Selanjutnya dari ayat-ayat
atau hadits tersebut dicari pengertiannya.
Dalam Al-Quran terdapat sejumlah ayat, yang berbicara tentang
iman diantaranya. QS Al-Baqarah: 165.
 ۗ‫َوِم َن الَّنا ِس َم ْن َّيَّتِخ ُذ ِم ْن ُد ْو ِن ِهّٰللا َاْنَدا ًدا ُّيِح ُّبْو َنُهْم َك ُحِّب ِهّٰللاۗ  َو ا َّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْۤو ا َاَشُّد ُح ًّبا ِّلـّٰل ِه‬
‫َو َلْو َيَر ى اَّلِذ ْيَن َظَلُم ْۤو ا ِاْذ َيَر ْو َن اْلَع َذ ا َب ۙ  َاَّن اْلُقَّو َة ِهّٰلِل َجِم ْيًعاۙ  َّو َاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلَع َذ ا ِب‬

xii
Artinya:
"Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain
Allah sebagai tandingan yang mereka cintai seperti mencintai Allah.
Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah.
Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka
melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik
Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya (niscaya mereka
menyesal)."
Berdasarkan redaksi ayat tersebut, iman identik dengan asyaddu
hubban lillah. Hub artinya kecintaan atau kerinduan. Asyaddu adalah kata
superlatif syadiid (sangat). Asyaddu hubban berarti sikap yang
menunjukkan kecintaan atau kerinduan luar biasa. Lillah artinya kepada
atau terhadap Allah. Dari tersebut tergambar bahwa iman adalah sikap
(attitude), yaitu kondisi mental yang menunjukkan kecenderungan atau
keinginan luar biasa terhadap Allah. Orang-orang yang beriman kepada
Allah berarti orang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk
mewujudkan harapan atau kemauan yang dituntut oleh Allah kepadanya.

2.2.1 Implikasi Keimanan

Jika keimanan diartikan sebagai percaya, maka tidak ada


yang mengetahui ciri-ciri orang beriman kecuali Allah, karena
yang mengetahui isi hati seseorang hanyalah Allah. Karena makna
iman yang sebenarnya mencakup aspek yang berkaitan dengan
hati, perkataan dan perilaku. Maka akan diketahui ciri-ciri orang
mukmin, antara lain:
1. Tawakal
Apabila dibacakan ayat ayat Allah, gemetar dan
terangsang untuk melaksanakannya seperti dinyatakan
dalam QS. Al-Anfaal (8):2

‫ِاَّنَم ا اْلُم ْؤ ِم ُنْو َن اَّلِذ ْيَن ِاَذ ا ُذ ِكَر ُهّٰللا َو ِج َلْت ُقُلْو ُبُهْم َو ِا َذ ا ُتِلَيْت َع َلْيِه ْم ٰا ٰيُتٗه َزا َد ْتُهْم‬
‫ِاْيَم ا ًنا َّوَع ٰل ى َر ِّبِه ْم َيَتَو َّك ُلْو َن‬

Artinya:

xiii
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah
mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya,
dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka,
bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka
bertawakal,"

Tawakkal, artinya selalu mengabdi (hidup) hanya


sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah. Dengan kata
lain, orang yang amanah adalah orang yang mendasarkan
berbagai aktivitasnya atas perintah Allah. Seorang mukmin
makan bukan karena lapar, melainkan karena
mengetahui perintah Allah. QS. Al-Baqarah : 172

‫ٰۤي َا ُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُک ُلْو ا ِم ْن َطِّيٰب ِت َم ا َر َز ْقٰن ُك ْم َو ا ْشُك ُرْو ا ِهّٰلِل ِاْن ُکْنُتْم ِاَّياُه َتْعُبُد ْو َن‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari


rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan
bersyukurlah kepada Allah jika kamu hanya menyembah
kepada-Nya."

Ayat diatas menjelaskan bahwa seseorang yang


makan dan minum karena didorong oleh perasaan lapar
atau haus, maka mukminnya adalah mukmin bathil, karena
perasaanlah yang menjadi penggeraknya. Dalam konteks
islam bila makan pada hakikatnya melaksanakan perintah
Allah supaya fisik kuat untuk beribadah (dalam arti
luas) kepada-Nya

2. Mawas diri dan bersikap ilmiah


Pengertian mawas diri disini dimaksudkan agar
seseorang tidak terpengaruh oleh berbagai kasus dari mana
pun datangnya, baik darin kalangan jin dan manusia,
bahkan mungkin juga dating dari dirinya sendiri.
Mawas diri berhubungan dengan alam pikiran, yaitu
bersikap kritis dalam menerima informasi, terutama dalam

xiv
memahami nilai-nilai dasar keislaman. Hal ini diperlukann,
agar terhindar dari berbagai fitnah. QS. Ali-Imran (3): 7.

‫ُهَو اَّلِذ ْۤي َاْنَز َل َع َلْيَك اْلِكٰت َب ِم ْنُه ٰا ٰي ٌت ُّم ْح َك ٰم ٌت ُهَّن ُاُّم اْلِكٰت ِب َو ُا َخ ُر‬
‫ُم َتٰش ِبٰه ٌت ۗ  َفَا َّم ا اَّلِذ ْيَن ِفْي ُقُلْو ِبِه ْم َزْيٌغ َفَيَّتِبُعْو َن َم ا َتَش ا َبَه ِم ْنُه اْبِتَغٓاَء اْلِفْتَنِة َو ا‬
‫ْبِتَغٓاَء َتْأِوْيِلٖه ۚ  َو َم ا َيْع َلُم َتْأِو ْيَلۤٗه ِااَّل ُهّٰللاۘ  َو الّٰر ِس ُخ ْو َن ِفى اْلِع ْلِم َيُقْو ُلْو َن ٰا َم َّنا ِبٖه ۙ  ُك ٌّل‬
‫ِّم ْن ِع ْنِد َر ِّبَناۚ  َو َم ا َيَّذ َّك ُر ِاۤاَّل ُاوُلوا اَاْل ْلَبا ِب‬

Artinya:
"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Qur'an)
kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang
muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Qur'an) dan yang
lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya
condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat
untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah.
Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, "Kami
beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Tuhan
kami." Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali
orang yang berakal."

Atas dasar pemikiran tersebut hendaknya seseorang


tidak dibenarkan menyatakan sesuatu sikap, sebelum
mengetahui terlebih dahulu permasalahannya.

3. Optimis dalam menghadapi masa depan

Perjalanan hidup manusia tidak sepenuhnya mulus,


namun terkadang menemui berbagai kendala dan tantangan
yang memerlukan solusi. Jika suatu tantangan atau
permasalahan tidak dapat segera diselesaikan maka tantangan
tersebut akan terus menumpuk. Jika seseorang tidak dapat

xv
mengatasi dan memecahkan suatu masalah maka ia mengidap
penyakit psikologis yang biasa disebut penyakit mental, yang
meliputi frustrasi, stres, depresi, dan lain-lain.

Al-Quran memerintahkan umat manusia untuk selalu


optimis karena pada hakikatnya tantangan adalah pelajaran bagi
setiap manusia. Hal ini tercantum dalam surat Al-Insyirah (94),
ayat 5-6. Jika seseorang merasa telah melakukan suatu
perbuatan dengan penuh perhitungan, maka tidak perlu
memikirkan akibatnya, karena keinginan adalah akibat dari
suatu perbuatan. Namun Nabi Muhammad SAW bersabda,
mereka yang hari ini lebih buruk dari kemarin adalah mereka
yang merugi dan jika hidupnya sama dengan kemarin maka
mereka tertipu, namun yang berbahagia adalah orang yang
kehidupannya hari ini lebih baik dari kemarin. Jika optimisme
adalah sikap yang terpuji, maka pesimisme adalah sikap yang
tercela. Sikap ini hendaknya tidak tercermin pada diri mukmin
itu sendiri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam surat Yusuf
(12) ayat 87, sedangkan sikap putus asa atau arti kata tersebut
hanya berlaku bagi orang-orang yang tidak beriman.

‫ٰي َبِنَّي اْذ َهُبْو ا َفَتَح َّسُسْو ا ِم ْن ُّيْو ُسَف َو َا ِخ ْيِه َو اَل َت۟ا ْيـَئُسْو ا ِم ْن َّرْو ِح ِهّٰللاۗ  ِاَّنٗه اَل َي۟ا ْيـَئُس ِم ْن‬
‫َّرْو ِح ِهّٰللا ِااَّل اْلَقْو ُم اْلٰك ِفُرْو َن‬
Artinya:

"Wahai anak-anakku! Pergilah kamu, carilah (berita)


tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari
rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir."

4. Konsisten dan menepati janji

xvi
Janji adalah hutang. Menepati janji berarti
membayar utang. Sebaliknya ingkar janji adalah suatu
pengkhianatan. QS. Al-Maidah: 1.

‫ٰۤي ـَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْۤو ا َاْو ُفْو ا ِبا ْلُع ُقْو ِد ۗ  ُاِح َّلْت َلـُك ْم َبِهْيَم ُة اَاْل ْنَع ا ِم ِااَّل َم ا ُيْتٰل ى َع َلْيُك ْم َغْيَر ُمِح ِّلى‬
‫الَّصْيِد َو َا ْنـُتْم ُحُر ٌم ۗ  ِاَّن َهّٰللا َيْح ُك ُم َم ا ُيِر ْيُد‬

Artinya:

"Wahai orang-orang yang beriman! Penuhilah janji-


janji. Hewan ternak dihalalkan bagimu, kecuali yang akan
disebutkan kepadamu, dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang berihram (haji atau umrah).
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum sesuai dengan
yang Dia kehendaki."

Seseorang mukmin senantiasa akan menepati janji,


dengan Allah, sesama manusia, dan dengan ekologinya
(lingkungannya). Seseorang mukmin adalah seorang yang
telah berjanji untuk berpandangan dan bersikap dengan
yang dikehendaki Allah. Seorang suami misalnya, ia telah
berjanji untuk bertanggung jawab terhadap istri dan anak-
anaknya. Sebaliknya istri pun demikian. Seorang
mahasiswa, ia telah berjanji untuk mengikuti ketentuan-
ketentuan yang berlaku di lembaga pendidikan tempat ia
studi, baik yang bersifat administratif maupun akademis.
Seorang pemimpin berjanji untuk mengayomi masyarakat
yang dipimpinnya. Janji terhadap ekologi berarti memenuhi
dan memelihara apa yang dibutuhkan oleh lingkungannya,
agar tetap berdaya guna dan berhasil guna.

5. Tidak sombong

Kesombongan merupakan suatu sifat dan sikap yang


tercela yang membahayakan diri maupun orang lain dan

xvii
lingkungan hidupnya. Seorang yang telah merasa dirinya
pandai, karena kesombongannya akan berbalik menjadi
bodoh lantaran malas belajar, tidak mau bertanya kepada
orang lain yang dianggapnya bodoh. Karena ilmu
pengetahuan itu amat luas dan berkembang terus, maka
orang yang merasa telah pandai, jelas akan menjadi bodoh.
Al-quran Surat Luqman (31) ayat 18, menyatakan suatu
larangan terhadap sifat dan sikap yang sombong. Firman
Allah. QS. Luqman (31): 18.

‫َو اَل ُتَص ِّعْر َخَّد َك ِللَّنا ِس َو اَل َتْم ِش ِفى اَاْل ْر ِض َم َر ًحاۗ  ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل ُم ْخ َتا‬
‫ٍل َفُخ ْو ٍر‬

Artinya:

"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari


manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi
dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membanggakan diri."

2.3 Pembuktian adanya tuhan (Allah)

Allah SWT telah menciptakan bukti-bukti material akan wujud-Nya,


sehingga semua akal dan perasaan berbicara tentang keesaan dan wujud Allah
SWT. Allah SWT telah menjadikan akal sebagai alat pertama untuk menyadari
(memahami) wujud-Nya, sehingga akal tersebut dapat menangkap pengertian
untuk selan- jutnya memahami wujud Allah SWT melalui dalil akal terhadap
apa yang diciptakan-Nya dalam alam semesta.

Tetapi fungsi dan kemampuan akal untuk memahami wujud Allah


SWT sangat terbatas. Dengan akal kita dapat menangkap pengertian dan
menyadari akan adanya sang pencipta, yang mem- buat sesuatu yang tidak ada
menjadi ada; akan tetapi dengan akal saja kita tidak dapat memahami tentang
apa yang dikehendaki sang pencipta dari kita, bagaimana cara beribadah

xviii
kepada-Nya. dan bagaimana pula-cara bersyukur kepada-Nya, serta apa yang
disediakan untuk manusia sebagai balasan terhadap amalannya yang berupa
pahala dan ganjaran bagi yang mentaati perintah dan larangan-Nya, dan
siksaan bagi yang menentang-Nya.

Semua yang disebut terakhir adalah di luar kemampuan akal manusia.


Oleh karena itu Allah SWT mengutus rasul-rasul-Nya untuk memberi
pengertian tentang Dia, untuk apa alam dan manu- sia dicipta, bagaimana
pedoman dan tuntunan hidup yang telah digariskan untuk kita, serta tentang
pahala dan hukuman yang disediakan bagi manusia. Semua itu adalah hal-hal
yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia.

Datanglah rasul-rasul dengan membawa mukjizat dari Allah SWT,


yang berupa risalah yang hak, yang berisi ajaran-ajaran dan tuntunan-Nya.
Dengan penuh perjuangan mereka menyampaikan risalah tersebut kepada
umat manusia. Akan tetapi dalam buku ini kami tidak membahas tentang
mukjizat para rasul serta ajaran- ajaran yang mereka bawa atau tentang
masalah-masalah gaib. Yang akan kami bahas hanya masalah-masalah dhahir
saja dan tentang bukti-bukti material yang dapat menunjukkan kita akan
adanya masalah gaib dan hal-hal yang tidak tampak meskipun berada di
sekitar kita.

Dan semuanya itu dibahas dengan perantaraan akal dan bukan dengan
perantaraan iman. Allah SWT meletakkan bukti-bukti keimanan dalam alam
sebagaimana menetapkan bukti-bukti (dalil-dalil) akal. Tetapi yang kami
bahas hanyalah yang berhu- bungan dengan dalil akal saja, agar manusia
mengetahui bahwa hukum akal dapat menunjukkan ribuan bukti dari ayat-ayat
(kekuasaan dan keagungan) Allah SWT, yang bersaksi bahwa tidak ada ilah
melainkan Allah.

Dengan demikian tidak ada jalan lain untuk membantah atau


mengingkarinya dan ini tepat sekali dengan apa yang difirmankan oleh Allah
SWT: “Apakah dalam Dzat Allah masih ada keragu-raguan, yaitu Tuhan Maha
Pencipta langit dan bumi?” (Ibrahim: 10). Allah Ta’ala telah berfirman dalam
kitabNya yang Agung: “Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yang

xix
telah menciptakan langit dan bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia
bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam pada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan diciptakan-Nya pula matahari, bulandan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk pada perintah-Nya, ingatlah
menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb
semesta alam.” (Al Qur‟an Surat: Al A`raaf:54).

xx
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam kesimpulan makalah ini, kita mencapai pemahaman yang lebih
mendalam tentang konsep Allah yang Maha Esa dan makna ketuhanan dalam
Islam. Aqidah dianggap sebagai pijakan utama dalam iman seorang Muslim, yang
memandu mereka untuk meyakini keesaan Tuhan. Dalam Islam, iman adalah inti
dari hubungan dengan Allah, dan ia mencakup keyakinan dalam Tuhan, para
malaikat, kitab suci, rasul-rasul, hari akhir, dan takdir Allah.

Kita juga mengeksplorasi beberapa argumen dan bukti yang digunakan untuk
mendukung keyakinan akan keberadaan Allah. Sementara Islam menekankan
pentingnya iman yang kuat tanpa melihat Allah secara langsung, argumen-
argumen ini memberikan landasan filosofis dan alamiah yang dapat memperkuat
keyakinan individu.

Penting untuk mengingat bahwa aqidah dan iman dalam Islam tidak hanya
merupakan konsep teologis, tetapi juga memberikan panduan bagi perilaku dan
etika dalam kehidupan sehari-hari seorang Muslim. Mereka membentuk dasar
keyakinan dan prinsip moral yang menjadi landasan kehidupan beragama.

Mengingat pentingnya konsep Allah yang Maha Esa dalam Islam, pendidikan
agama dan pemahaman yang benar sangat penting. Dalam dunia yang semakin
multikultural, dialog antar agama dan toleransi antar umat beragama menjadi
kunci untuk mempromosikan pemahaman dan kerukunan yang lebih baik di
antara berbagai komunitas agama.

Makalah ini diharapkan dapat memberikan panduan awal dalam memahami


konsep ketuhanan dalam Islam dan menginspirasi refleksi lebih lanjut tentang
makna dan implikasi aqidah serta iman dalam kehidupan kita.

3.2 Saran
Dalam konteks pembahasan ini, terdapat beberapa saran untuk pengembangan
lebih lanjut:

1. Penekanan pada Kajian Aqidah: Sarankan agar lembaga-lembaga


pendidikan Islam, termasuk madrasah dan universitas, memberikan
perhatian yang lebih besar pada pengajaran dan penelitian dalam
bidang aqidah. Hal ini dapat membantu mendalami pemahaman aqidah
dan mengembangkan metode pemikiran yang lebih kuat.

xxi
2. Mengembangkan Kesadaran Akan Keberagaman: Sarankan agar
individu menghormati dan menghargai beragam keyakinan agama dan
pandangan dalam masyarakat. Ini menciptakan lingkungan yang
inklusif dan mendukung dialog antar agama.
3. Penerapan Moral: Sarankan agar keyakinan akan Allah tercermin
dalam tindakan moral dan etika sehari-hari. Mengamalkan nilai-nilai
agama dalam kehidupan sehari-hari adalah salah satu cara terbaik
untuk meneguhkan keyakinan.

Dengan demikian, makalah ini berusaha untuk menguraikan konsep


ketuhanan dalam Islam, memberikan gambaran aqidah dan iman, serta mengulas
beberapa argumen yang mendukung keyakinan akan Allah. Semoga makalah ini
bermanfaat dalam memperdalam pemahaman tentang Allah yang Maha Esa dalam
Islam dan mempromosikan toleransi antar umat beragama.

xxii

Anda mungkin juga menyukai