KETUHANAN
Disusun Oleh:
Pendidikan Agama Islam Kelas 18
Kelompok 1
1. Siti Maisaroh Halimatus S (181510101018)
2. Rizi Firman Maulidi (181510101021)
3. Aidatul Fitriyah (181510601078)
Dosen Pembimbing:
BAIDLOWI, S.H.I, M.H.I
UNIVERSITAS JEMBER
Jalan. Kalimantan No. 37, Kampus Tegalboto, Jember, Jawa Timur, 68121,
Indonesia; (0331) 330-224
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dimana atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, yang
dimana topik dari makalah ini mengenai tentang “Ketuhanan Yang Maha Esa Dan
Ketuhanan”
Penyusun juga berterima kasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam, dimana yang telah membantu penyusun dengan
memberikan pengarahan yang tepat untuk bisa menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Makalah ini merupakan hasil dari beberapa sumber yang ditemui dari buku
dan internet. Setelah membaca makalah ini penyusun berharap agar pembaca dapat
menjadikan makalah ini sebagai referensi bacaan yang menarik untuk di bahas.
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penyusun merasa masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang
membaca, demi mencapai kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca untuk menambah pengetahuan
dan wawasan kita. Akhir kata penyusun ucapkan terima kasih.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam masyarakat yang sudah maju, agama yang dianut bukan lagi animisme,
dinamisme, politeisme, atau henoteisme, tetapi agama monoteisme, agama tauhid.
Dasar ajaran agama monoteisme adalah Tuhan Satu, Tuhan Maha Esa, dengan
demikian Tuhan tidak lagi merupakan Tuhan Nasional akan tetapi Tuhan
Internasional, tuhan semua bangsa di dunia ini dan bahkan Tuhan alam semesta.
Disinilah Islam mengambil posisi sebagai agama tauhid yang hanya mengakui adanya
satu tuhan yaitu Allah SWT, yang merupakan inti dari ajaran agama Islam yang
terumuskan dalam kalimat tauhid “La ilaha illallah”. Dan keyakinan atau keimanan
yang merupakan pengembangan dari kalimat tauhid di atas sering disebut dengan
Aqidah.
Aqidah dalam bahasa Arab (dalam bahasa Indonesia ditulis akidah), menurut
etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian, karena ia mengikat dan
menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam pengertian teknis artinya
iman atau keyakinan. Akidah Islam (aqidah Islamiyah), karena itu ditautkan dengan
rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam. Kedudukannya sangat sentral
dan fundamental, menjadi asas dan sekaligus sangkutan atau gantungan segala
sesuatu dalam Islam. Juga menjadi titik tolak kegiatan seorang muslim.
Akidah Islam berawal dari keyakinan kepada Zat Mutlak Yang Maha Esa
yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, perbuatan wujud-Nya itu
disebut tauhid. Tauhid menjadi inti rukun iman dan prima causa seluruh keyakinan
Islam. Secara sederhana, sistematikan akidah Islam, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kalau orang telah menerima tauhid sebagai prima causa yakni asal yang pertama, asal
dari segala-galanya dalam keyakinan Islam, maka rukun iman yang lain hanyalah
akibat logis (masuk akal) saja penerimaan tauhid tersebut. Kalau orang yakin bahwa
Allah mempunyai kehendak, sebagai bagian dari sifat-Nya, maka orang yakin pula
adanya (para) Malaikat yang diciptakan Allah (melalui perbuatan-Nya) untuk
melaksanakan dan menyampaikan kehendak Allah yang dilakukan oleh malaikat
Jibril kepada para Rasul-Nya, yang kini dihimpun dalam kitab-kitab suci. Namun,
perlu segera dicatat dan diingat bahwa kitab suci yang masih murni dan asli memuat
kehendak Allah, hanyalah Al-Qur’an. Kehendak Allah itu disampaikan kepada
manusia melalui manusia pilihan Tuhan yang disebut Rasulullah atau utusan-Nya.
Konsekuensi logisnya adalah kita meyakini pula adanya para rasul yang
menyampaikan dan menjelaskan kehendak Allah kepada umat manusia, untuk
dijadikan pedoman dalam hidup dan kehidupan. Hidup dan kehidupan ini pasti akan
berakhir pada suatu ketika, sebagaimana dinyatakan dengan tegas oleh kitab-kitab
suci dan oleh para rasul itu. Akibat logisnya adalah kita yakin adanya Hari Akhir,
tatkala seluruh hidup dan kehidupan seperti yang ada sekarang ini akan berakhir.
Pada waktu itu kelak Allah Yang Maha Esa dalam perbuatan-Nya itu akan
menyediakan suatu kehidupan baru yang sifatnya baqa (abadi), tidak fana (sementara)
seperti yang kita lihat dalam alam sekarang.
Dalam uraian singkat tersebut di atas, tampak logis dan sistematisnya pokok-
poko keyakinan Islam terangkum dalam istilah Rukun Iman. Pokok-pokok keyakinan
atau Rukun Iman ini merupakan akidah Islam. Secara singkat, Rukun Iman akan
diuraikan sebagai berikut;
a. Keyakinan (Iman) Kepada Allah berarti yakin dan percaya dengan sepenuh hati
akan adanya Allah, keesaan-Nya serta sifat-sifat-Nya yang sempurna.
Konsekuensi dari pengakuan ini adalah mengikuti tanpa reserve
petunjuk/tuntunan/bimbingan Allah dan Rasul-Nya yang tersebut dalam Al-
Qu’an dan Hadits Nabi, menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an
dan As-Sunnah (Masjfuk Zuhdi; 1993:11)
b. Keyakinan pada para malaikat
Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap pancaindera manusia. Akan
tetapi, dengan izin Allah malaikat dapat menjelmakan dirinya seperti manusia,
seperti malaikat Jibril menjadi manusia dihadapan Maryam, ibu Nabi Isa as (Q.S.
Maryam (19): 16-17). Karena malaikat itu makhluk Allah yang gaib, maka yang
dituntut dari seorang yang beriman kepada Allah hanya wajib percaya adanya.
Tidak perlu untuk membuktikan adanya malaikat. Untuk mengetahui bahwa
malaikat itu ada dan diciptakan oleh Allah, seorang mukmin wajib percaya/yakin
pada keterangan-keterangan tentang malaikat ini dari sumber yang otentik yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di dalam Al-Qr’an tidak dijelaskan asal kejadian
malaikat, akan tetapi memberikan keterangan berupa tugas dan sifat malaikat,
antara lain;
Selalu taat dan patuh kepada Allah, tidak pernah maksiat kepada Allah.
Keterangan ini dapat dibaca dalam Al-Qur’an ayat 6 Surat At-Thamrin.
Para malaikat mempunyai tugas tertentu di alam gaib dan di alam dunia. Tugas
malaikat di alam dunia antara lain:
- Menyampaikan wahyu Allah kepada manusia melalui para Rasul-Nya,
- Mengukuhkan hati orang-orang yang beriman,
- Memberi pertolongan kepada manusia,
- Membantu perkembangan rohani manusia,
- Mendorong manusia untuk berbuat baik,
- Mencatat perbuatan manusia, dan
- Melaksanakan hukuman Allah.
A. Filsafat Ketuhanan
1. Pengertian Iman
Secara etimologi, iman artinya percaya. Oleh sebab itu, setiap ajaran Islam
yang berhubungan dengan kepercayaan disebut dengan iman. Dengan demikian, iman
mengambil pusat kesadarannya di dalam hati manusia.
Ulama memberikan terminologi iman dengan beragam istilah. Namun
demikian, disepakati bahwa keimanan itu diawali dari pengikraran seseorang
terhadap asas keimanan tersebut dengan lisan, membenarkan dengan sepenuh hati
tanpa keraguan, dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan itu dengan anggota
tubuh. Inilah kerangka dasar iman yang disepakati Ahli Sunnah Wa al-Jamaah.
Mengikrarkan dengan lisan berarti mengucapkan dua kalimah syahadat, yaitu
bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Nabi Muhammad
adalah utusan Allah. Dua kalimat syahadat merupakan pintu gerbang seseorang yang
masuk islam.
Membenarkan dengan hati adalah meyakini sepenuhnya makna dua kalimah
syahadat yang diucapkannya dan segala ajaran-ajaran yang ditimbulkan syahadat
tersebut. Dengan demikian, ketika seseorang mengikrarkan dua kalimah syahadat
tetapi ia tidak meyakini di dalam hatinya hakikat dari ikrarnya tersebut makaia
tergolong seorang munafik. Orang munafik dalam hal keimanan lebih berbahaya dari
orang kafir.
Merealisasikan tuntutan keimanan berarti tunduk dan patuh kepada segala
ajaran-ajaran yang ditimbulkan keimanan dengan cara melaksanakannya. Oleh sebab
itu, ia akan menempatkan ajaran-ajaran wajib pada kedudukan wajib, ajaran-ajaran
yang sunnat pada kedudukan sunat, larangan-larangan yang haram pada posisi haram,
larangan-larangan makruh(dibenci Allah) pada posisi makruh, dan hal-hal
yang mubah (boleh) pada kedudukan boleh dilaksanakan dan boleh ditinggalkan.
2. Wujud Iman
Di dalam Islam, wujud iman seseorang diasaskan penegakannya kepada rukun
iman. Keimanan itu diwujudkan ke dalam kepercayaan hati, pengakuan, dan
perilakunya. Pada tingkatan perilaku inilah wujud iman tersebut dapat terlihat.
Iman kepada Allah ialah membenarkan dengan yakin sepenuhnya tanpa
sedikitpun keraguan akan adanya Allah dan keesaan-Nya. Oleh sebab itu, maka setiap
Muslim wajib mempercayai hal-hal berikut:
a. Allah itu esa pada zat
Keesaan Allah pada zat-Nya ialah mengiktikadkan bahwa zat Allah itu
tunggal, tiada terbilang, dan tiada tersusun dari beberapa bagian sebagaimana
makhluk-Nya. Zatnya itu bukan benda, bukan pula terjadi dari beberapa elemen
material. Manusia tidak dituntut untuk mengetahui secara detail tentang Zat Allah.
b. Allah itu esa pada sifat
Keesaan Allah pada sifat-Nya ialah mengiktikadkan bahwa tidak ada sesuatu
yang menyamai Allah pada sifat-Nya dan hanya Allah sendirilah yang mempunyai
sifat keutamaan dan kesempurnaan.
c. Allah itu esa pada wujud
Keesaan Allah pada wujud-Nya ialah mengiktikadkan bahwa hanya Allah
yang wajib wujud-Nya, sedang wujud selain Allah adalah mungkin, artinya hanya
Allah yang tetap ada tanpa awal dan tanpa akhir sementara yang lain-Nya
berpermulaan dan akan dan binasa, kecuali yang dikekalkan-Nya.
d. Allah itu esa pada af’al (perbuatan-Nya)
Keesaan Allah pada af’al ialah mengiktikadkan bahwa Allah yang menjadikan
alam, yang menghidupkan dan mematikan, yang memberi rizeki, yang
menyenangkan, dan yang menyukarkan, yang menyempitkan dan memewahkan. Dia
lah yang menghasilkan terwujudnya segala sesuatu ini.
e. Allah itu esa pada menerima ibadat hamba-Nya
Keesaan Allah pada menerima ibadat hamba-Nya ialah mengiktikadkan
bahwa hanya Allah yang berhak menerima ibadat hamba. Dialah yang berhak
disembah, diibadati, baik dengan doa maupun dengan amaliah yang lain yang
termasuk ibadah.
f. Allah itu esa dalam menyelesaikan segala hajat dan keperluan makhluk
Allah tidak berhajat kepada apa dan siapa pun. Oleh sebab itu, ketika seorang
hamba menginginkan sesuatu yang berada di luar kemampuan makhluk, maka ia
harus menujukan permohonannya kepada Allah.
g. Allah itu esa dalam membataskan batasan-batasan hukum
Allah lah yang berhak menghalalkan dan mengharamkan sesuatu, baik
melalui firman-Nya di dalam Alquran maupun melalui Nabi-Nya di dalam Sunnah.
Oleh sebab itu, segala produk hukum syari’ah harus mengacu kepada Alquran dan
Sunnah.
Iman kepada malaikat, seorang mukmin wajib mengakui dan mengimani
adanya . Mereka adalah makhluk Allah yang senantiasa taat kepada perintah-Nya dan
tidak pernah melakukan maksiat sedikitpun, sebagaimana firman Allah di bawah ini:
ص و َنا َلا َ ي ُ ْؤ َم ُر و َنا ا ََم َو ي َ فْ ع َ ل ُو َنا أ َ َم َر هُ ْما َم ا
ُ ّْللااَ ي َ ع
Artinya: Malaikat-malaikat tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan(QS. At-tahrim: 6)
Berdasarkan ayat di atas, ada lima kriteria (sifat-sifat) orang mukmin, yaitu:
1. Orang mukmin merupakan orang yang menjadikan walinya sesama orang yang
beriman. Loyalitas terhadap sesama Mukmin merupakan kewajiban dan melepaskan diri
dari ikatan loyalitas terhadap orang kafir menjadi keniscayaan bagi setiap Mukmin.
Bukan berarti kita harus memerangi setiap orang kafir.
2. Orang yang beriman adalah orang yang aktif melakukan amar ma’aruf dan nahi
munkar. Ia menyuarakan kebenaran secara terus-menerus bukan secara musiman saja
seperti pada bulan ramadhan saja, atau pada momentum hari-hari besar Islam semata.
Melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar haruslah dengan tuntutansyar’i. Sebab jika
dilakukan tanpa tuntutan syar’i, maka justru dapat terjebak kepada kemungkaran yang
baru.
3. Orang beriman adalah orang yang menegakkan salat. Artinya, seseorang Mukmin
akan tetap konsisten dengan salatnya. Tidak dikatakan seseorang itu memiliki kriteria
mukmin, jika ia tidak melaksanakan salat secara istiqomah pada setiap waktu-waktu yang
diwajibkan untuk salat.
4. Orang Mukmin adalah orang yang memberikan atau mengeluarkan zakatnya, baik itu
zakat fitrah maupun zakat mal (harta). Oleh sebab itu, bagi orang-orang memiliki harta
dan haul (waktu) serta nishab (ukuran banyak atau jumlah)-nya telah sampai maka ia
wajib mengeluarkan zakat mal-nya kepada orang yang berhak menerima zakat sesuai
dengan ashnaf-nya.
5. Semua perilaku dan ibadah di atas, adalah dalam rangka menaati Allah dan Rasul-
Nya. Oleh sebab itu, bagi orang Mukmin maka setiap prilakunya adalah dalam koridor
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, bukan dengan tujuan tertentu selain dalam kerangka
ini.
Seseorang belum dapat dikatakan beriman ketika akalnya tidak memahami
kepada siapa dia beriman. Akal yang tidak memahami hal ini adalah akal yang belum
tercerahkan oleh iman yang kukuh. Orang yang beriman adalah orang yang mampu
memahami hakikat imannya kepada Allah secara intelektual untuk memperkokoh
keimanannya terhadap rububiyah Allah.
Seseorang belum sempurna imannya ketika ia tidak memiliki rasa keterikatan
emosional terhadap imannya tersebut. Orang yang beriman adalah orang yang memiliki
ketajaman rasadiniyah sekaligus mampu mengendalikan emosi syaithaniyah-nya.
Seseorang belum dapat dikatakan beriman ketika hakiikat iman yang
diakuinya tidak terhunjam dengan kukuh di dalam hatinya (qalbu). Orang yang beriman
adalah orang yang di lubuk hatinya (qalbu-nya) tertanam keyakinan tauhid kepada Allah
tanpa keraguan sedikitpun. Ia mengamini Allah tidak hanya sebatas ilmu yaqin dan ainul
yaqin, tetapi telah menghantarkannya kepada haqqul yaqin
.
5. Korelasi Antara Iman dan Takwa
Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi, wiqayah, yang berarti takut, menjaga,
memelihara dan melindungi. Sesuai dengan makna etimologis tersebut, maka takwa
dapat diartikan sebagai sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman
ajaran agama islam secara utuh dan konsisten. Karakteristik orang orang yang bertakwa
yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam lima indikator ketakwaan:
Pertama, iman kepada Allah, para malaikat, kitab kitab dan para nabi. Dengan
kata lain, instrumen ketakwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara
fitrah iman.
Kedua, mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang
orang miskin, orang orang yang putus belanja di perjalanan, orang orang yang meminta
dana, orang orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban dan
memerdekakan hamba sahaya.
Ketiga, mendirikan salat dan menunaikan zakat. Dengan kata lain, orang yang
bertakwa adalah orang yang memelihara ibadah formalnya dengan baik dan konsisten.
Keempat, menepati janji yang dalam pengertian lain adalah memelihara
kehormatan diri.
Kelima, sabar pada saat kepayahan, kesusahan, dan pada waktu perang. Dengan
kata lain, ia memiliki semangat juang dalam memelihara agama dan harga dirinya.
وجٍ فِي كُنت ُ ْام َولَ ْاو ا ْل َم ْوتُا يُد ِْرك ُّك ُام تَكُونُوا أَ ْينَ َما
شيَ َد ٍاة بُ ُر ا َ َوإِن ُّم
سنَ اةٌ ت ُ ِص ْب ُه ْام َ ن َه ِذ ِاه َيقُولُوا َح ّللاِ ِعن ِاد ِم ْاس ِيئ اَةٌ ت ُ ِص ْب ُه ْام َو ِإن َا
َ َيقُولُوا
ن َه ِذ ِاه ن كُلا قُ ْال ِعندِكَا ِم ْا ُون َال ا ْلقَ ْو ِام َهؤ َُل ِاء فَ َما ِال َا
ّللاِ ِعن ِاد ِم ْا يَكَاد َا
َحدِيثًا يَ ْفقَ ُه َا
ون
Dimana saja kamu berada, kematian akan datang mendapatkan kamu kendatipun kamu
di benteng yang tinggi lagi kokoh.( An Nisa 4: 78)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman artinya percaya. keimanan itu diawali dari pengikraran seseorang
terhadap asas keimanan tersebut dengan lisan, membenarkan dengan sepenuh hati tanpa
keraguan, dan merealisasikan tuntutan-tuntutan keimanan itu dengan anggota tubuh. Di
dalam Islam, wujud iman seseorang diasaskan penegakannya kepada rukun iman.
Keimanan itu diwujudkan ke dalam kepercayaan hati, pengakuan, dan perilakunya.
Proses terbentuknya iman itu dilalui dengan kesadaran untuk mengikrarkan sesuatu
karena keyakinan yang kuat di dalam hati. Ikrar itu lahir dari desakan, kesadaran, dan
keyakinan hati. Sehingga, hal itu membentuk keyakinan yang disebut dengan iman.
Pertama, perana agama pada masa modern dirasakan masih sangat penting,
bahkan menunjukkan gejala peningkatan. Fenomena kebangkitan agama di antaranya
dapat diamati dari maraknya kegiatan-kegiatan keagamaan dan larisnya buku-buku
agama. Fenomena ini setidaknya dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya kesadaran
providensi setiap individu, ketidakberhasilan modernisasi dan industrialisasi dalam
mewujudkan kehidupan yang lebih bermakna (meaningful). Di samping itu, kegagalan
organized religions dalam mewujudkan agama yang bercorak humanistik, juga disinyalir
turut mendorong praktik spiritualitas era modern.
Kedua, agama tetap akan memegang peranan penting di masa mendatang,
terutama dalam memberikan landasan moral bagi perkembangan sains dan teknologi.
Dalam kaitan ini perlu ditekankan pentingnya usaha mengharmoniskan ilmu pengetahuan
dan teknologi (Iptek) dengan agama (Imtaq). Iptek harus selalu dilandasi oleh nilai-nilai
moral-agama agara tidak bersifat destruktif terhadap nilai-nilai kemanusiaan
(dehumanisasi). Sedangkan ajaran agama harus didekatkan dengan konteks modernitas,
sehingga dapat bersifat kompatibel dengan segala waktu dan tempat.
Pada dasarnya dalam kehidupan modern, kita sebagai manusia tidak bisa
terlepas dari iman dan taqwa. Karena dengan kita beriman dan bertaqwa, kita dapat
mencegah dan menyelamatkan diri dari hal-hal yang menyesatkan atau dari segala
sesuatu yang tidak baik. Selain itu, kita juga dapat menentukan apakah modernisasi
tersebut dianggap sebagai suatu kemajuan atau tidak, dipandang bermanfaat atau tidak,
diperlukan atau sebaliknya perlu dihindari.
B. Saran
Sebagai umat Islam, janganlah kita mempercayai kekuatan selain kekuatan
Allah SWT. Kekuatan selain kekuatan Allah merupakan kekuatan yang sangat terbatas
dan tidak jauh lebih besar dari kekuatan Allah.
Kita harus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita sebagai umat Islam
untuk tidak mudah tergoda dan percaya terhadap omongan orang tentang kekuatan yang
lebih besar dari Allah.
Permasalahan-permasalahan yang ada di era globalisasi sekarang yang banyak
menyimpang dari aturan agama khususnya di Indonesia sangat miris sekali. Yang
diperlukan sekarang adalah generasi muda yang handal, dengan daya kreatif, innovatif,
kritis, dinamis, tidak mudah terbawa arus, memahami nilai-nilai budaya luhur, siap
bersaing dalam knowledge based society, punya jati diri yang jelas, memahami dan
mengamalkan nilai-nilai ajaran Islam sebagai kekuatan spritual. Kekuatan yang
memberikan motivasi emansipatoris dalam mewujudkan sebuah kemajuan fisik-material,
tanpa harus mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdiansyah,Septian.2010. Keimanan dan
Ketaqwaan.http://tugaskuliahseptian.blogspot.com/2010/06/keimanan-dan-
ketakwaan.html
Abr26. 2011. Pengertian iman dan taqwa. http:// tugas agama/imtaq.html
Nainayn Nurmala, 2012. Implementasi iman dan taqwa. http://implementasi-iman-dan-
takwa-dalam.html
Punya papinka. 2011. Implementasi iman dan takwa. http://IMPLEMENTASI IMAN
DAN TAQWA DALAM KEHIDUPAN MODERN _ punyanyavika.html
Tafany, 2009. Iman dan taqwa, http://pengertian-iman-dan-taqwa -----.html