Anda di halaman 1dari 17

KONSEP PENANAMAN

AQIDAH DALAM ISLAM


Dosen Pemandu: Dr. H. Soim, M.Pd.
Mata kuliah: Agama

Disusun Oleh:
1. ALINDA NURUL HIKMAH
(21184202010)
2. SEPHIA MAR’ATUS SHOLIKAH
(21184202023)
Program studi:
PENDIDIKAN MATEMATIKA
Fakultas:
Sosial & Humaiora
BAB I : PENDAHULUAN

KONSEP PENANAMAN AQIDAH


DALAM ISLAM
1.1 Latar Belakang

Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan


oleh Allah Swt, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya
sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman
(mu’min). Namun bukan berarti bahwa keimanan itu ditanamkan
dalam diri seseorang secara dogmatis, sebab proses keimanan
harus disertai dalil-dalil aqli. Akan tetapi, karena akal manusia
terbatas maka tidak semua hal yang harus diimani dapat diindra
dan dijangkau oleh akal manusia.
Para ulama sepakat bahwa dali-dalil aqli yang haq dapat
menghasilkan keyakinan dan keimanan yang kokoh. Sedangkan
dalil-dalil naqli yang dapat memberikan keimanan yang
diharapkan hanyalah dalil-dalil yang qath’i.
Konsep Penanaman Aqidah dalam Islam

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Makalah


• Apa yang dimaksud dengan • Menjelaskan pengertian Aqidah
Aqidah Islam? Islam
• Apa saja Fungsi Aqidah Islam? • Menyampaikan fungsi-fungsi
• Apa saja tingkatan dalam Aqidah Islam
Aqidah Islam? • Menerangkan tentang tingkatan
dalam Aqidah Islam
• Bagaimana hakekat keesaan
• Menjelaskan hakekat keesaan
Tuhan?
Tuhan
• Bagaimana konsep • Menyampaikan konsep
penanaman Aqidah? penanaman Aqidah
• Apa saja hambatan dalam • Menerangkan hambatan-
penanaman Aqidah? hambatan dalam penanaman
Aqidah
BAB II : PEMBAHASAN

KONSEP PENANAMAN AQIDAH


DALAM ISLAM
2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI AQIDAH

a. Pengertian Aqidah Islam


Aqidah berasal dari kata “aqada” yang artinya ikatan dua utas tali dalam satu buhul
sehingga menjadi tersambung. “Aqad” berarti pula janji, karena janji merupakan
ikatan kesepakatan antara 2 orang yang mengadakan perjanjian. Aqidah menurut
terminologi adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang
membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan
keraguan. Aqidah Islam didalam Al-Qur’an disebut dengan iman, bukan hanya
berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat,
karena lapangan iman itu sangatlah luas bahkan mencakup segala sesuatu yang
dilakukan seorang muslim yang disebut amal soleh. Karena itu, Iman didefinisikan
sebagai berikut: “Mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan
melaksanakan dengan segala anggota badan (perbuatan).”
Aqidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam, yakni keyakinan
yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal. Seseorang dipandang
sebagai muslim atau bukan muslim tergantung aqidahnya, apabila ia beraqidah Islam
maka segala sesuatu yang dilakukannya akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim
atau amal soleh, apabila tidak maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa
meskipun perbuatan yang dilakukannya itu bernilai.
2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI AQIDAH
• Fungsi Aqidah Islam Memberikan ketenangan dan
ketentraman jiwa.
Agama sebagai kebutuhan fitrah
Menuntun dan manusia akan senantiasa menuntut
mengembangkan dasar dan mendorongnya untuk terus
ketuhanan yang dimiliki mencarinya. Aqidah memberikan
manusia sejak lahir. jawaban yang pasti, sehingga
Manusia sejak lahir telah kebutuhan rohaniahnya dapat
memiliki potensi keberagaman terpenuhi dan memperoleh
(fitrah), sehingga sepanjang ketenangan serta ketentraman jiwa
hidupnya manusia membutuhkan yang diperlukannya.
agama dalam rangka mencari Memberikan pedoman hidup
keyakinan terhadap Tuhan. Aqidah yang pasti.
Islam berperan memenuhi Keyakinan terhadap Tuhan yang
kebutuhan fitrah manusia tersebut, diberikan Aqidah Islam memberikan
menuntun dan mengarahkan arahan dan pedoman yang pasti,
manusia kepada keyakinan yang sebab Aqidah menunjukkan
benar tentang Tuhan, tidak kebenaran keyakinan yang
menduga-duga atau mengira-ngira, sesungguhnya. Aqidah memberikan
melainkan menunjukkan Tuhan yang
2.2 TINGKATAN AQIDAH ISLAM
Tingkatan Aqidah tersebut adalah:
• Tingkat Taqlid, yakni tingkat dimana keyakinan didasarkan atas
pendapat orang yang diikutinya tanpa dipikirkan lagi.
• Tingkat Yakin, yakni tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan
dalil yang jelas, tetapi belum sampai menemukan hubungan yang kuat
antara obyek keyakinan dengan dalil yang diperolehnya, sehingga
memungkinkan orang terkecoh oleh sanggahan-sanggahan atau dalil-
dalil lain yang lebih rasional dan mendalam.
• Tingkat Ainul Yakin, yakni tingkat keyakinan yang didasarkan atas
dalil-dalil rasional, ilmiah, dan mendalam, sehingga mampu
membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta
mampu memberikan argumentasi yang rasional terhadap sanggahan-
sanggahan yang datang, sehingga tidak mungkin terkecoh oleh
argumentasi lain yang dihadapkan kepadanya.
• Tingkat Haqul Yakin, yakni tingkat keyakinan yang disamping
didasarkan atas dalil-dalil rasional, ilmiah, dan mendalam, dan mampu
membuktikan hubungan antara obyek keyakinan dengan dalil-dalil serta
mampu memberikan argumentasi yang rasional dan selanjutnya dapat
menemukan dan merasakan keyakinan tersebut melalui pengalaman
agamanya.
2.3 HAKEKAT KEESAAN TUHAN
HAKEKAT KEESAAN TUHAN manusia sejak zaman Yunani
Kuno sudah berusaha memikirkan tentang Keesaan Tuhan.
Meski konsepnya tersebut sangat didominasi oleh rasio
manusia, namun bisa juga terjadi bahwa dalam
menggunakan rasionya, manusia dapat menggapai
sebagian dari hakikat Tuhan. Dalam hal ini, tentunya
agama Islam memiliki Al-Qur'an sebagai Wahyu yang
menjelaskan konsep tersebut dengan penuh keyakinan.
Namun, meskipun agama Islam telah cukup gamblang
menjelaskan konsep Keesaan Tuhan dengan Al-Qur'an dan
Hadits, eksplorasi dan kuriositas para Ulama tidak
berhenti di situ. Kemampuan elaborasi para Ulama yang
kemudian disebut mutakallim hingga filosof Muslim telah
membuahkan banyak karya tentang hal tersebut. Hasil
elaborasi mereka seringkali dijadikan semacam dalil 'aqli
untuk menyatakan berbagai fakta yang telah ada dalam Al-
Qur'an dan Hadits, khususnya tentang konsep Keesaan
Tuhan.
2.3 HAKEKAT KEESAAN TUHAN
a. Konsep Keesaan Tuhan dalam Para teolog (mutakallimin)
Prespektif Islam mempunyai pandangan yang berbeda
Secara literal, kata al-jawahir (al- tentang kemahaesaan Tuhan Kelompok
jauhar) berarti menyatu didalam inti ini membayangkan Tuhan sebagai Dia
substansi yang biasa disebut dengan dalam diri-Nya sendiri dan
haqiqat jauhar, al-nafas ar-rahmani atau mengesampingkan alam dan segala
al-hayula al-kulliyyah. Al-jauhar makhluk-Nya. Hadist yang sering dikutip
merupakan lokus pengejawantahan bagi ialah tafakkaru fi khalqillah wala tafakkaru
Zat Ilahi yaitu nama indah Tuhan (al-asma fi dzatillah (pikirkanlah makhluk Allah
al-husna). Jauhar menurut para filsuf dan jangan memikirkan Zat Allah.
merupakan dua struktur entitas yang Hubungan antara Tuhan dan makhluk
berbeda, walaupun keduanya sulit untuk menurut kalangan sufi lebih ditekankan
dipisahkan. Sedangkan menurut kalangan kepada aspek keserupaan (tasybih),
sufi, jauhar bukanlah merupakan dua entis keterbandingan, dan keesaan mutlak (al-
yang berbeda, tetapi yang satu merupakan wahdah). Sedangkan kalangan
hakekat dan lainnya merupakan mutakallimin lebih menekankan aspek
manifestas (Allah sebagai hakekat wujud), perbedaan (tanzih), keterbandingan dan
meskipun keduanya berbeda tak bisa dualitas.
dipisahkan satu sama lain.
Dalam pandangan tasawuf, wujud
keberadaan Tuhan tidak bisa dibayangkan
berada diantara wujud-wujud makhluk-
Nya, yang berdiri sendiri dan sama sekali
terpisah dengan para makhluk-Nya.
Dimana ada wujud dan maujud, disitu ada
2.3 HAKEKAT KEESAAN TUHAN
• Konsep Keesaan Tuhan dalam Prespektif Selama Pancasila tetap dalam
Pancasila eksistensinya sebagai nilai-nilai proven, maka
tidak ada alasan untuk menolak Pancasila dari
Pancasila bukan agama dan tidak boleh sudut logika manapun. Doktrin setiap agama
diagamakan, namun Pancasila tidak bisa khususnya Islam adalah doktrin terbuka,
dipisahkan dengan agama. Khususnya agama dalam arti menerima nilai-nilai luar untuk
Islam menyemangati substansi Pancasila dan mendandani dirinya. Sebagaimana disebutkan
Pancasila bentuk artikulasi Islam dari dan dalam hadits "Hikmah atau keluhuran ada
oleh umat Islam Indonesia. Pancasila adalah dimana-mana dan diperuntukkan untuk orang
kristalisasi nilai-nilai luhur kehidupan beriman, dimana pun kalian temukan maka
masyarakat bangsa Indonesia. Sila pertama ambillah.
dalam Pancasila yaitu "Ketuhanan Yang Maha
Esa" adalah kalimat rumusan politik yang Pola relasi antara agama dan Pancasila
disepakati oleh kita. Ketuhanan Yang Maha sebaiknya berdasarkan pola relasi fungsional
Esa tidak memiliki doktrin tersendiri di luar dan struktural. Secara fungsional karena nilai-
dari doktrin yang dianut didalam agama para nilai Pancasila bisa dianggap sebagai
pemeluk agama di Indonesia. Pada masa Orde artikulasi dan sekaligus wahana untuk
Baru, Pancasila yang tadinya hanya dianggap mewujudkan doktrin ajaran agama, dan
sebagai rumusan provan tiba-tiba agama tetap pada fungsinya yang terusik
dipromosikan menjadi rumusan sakral. Jika sebagai sumber nilai-nilai sakral. Pola
Pancasila disakralkan, tentu akan berhadapan pendekatan titik temu atau istilah yang
dengan nilai-nilai agama yang diyakini sebagai diperkenalkan dalam Q.S Ali 'Imran 3:64,
nilai-nilai sakral bagi pemeluknya. Dengan "Ta'alau ila kalimatin sawa' (kembali ke titik
kata lain, sakralisasi Pancasila berpotensi yang sama)". Doktrin ajaran agama seperti itu
menyebabkan desakralisasi ajaran agama tentu sangat sesuai atau tidak boleh
yang menjadi keyakinan doktrinal para dipertentangkan dengan akronim budaya
pemeluknya. luhur kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika
2.4 KONSEP PENANAMAN AQIDAH DAN
HAMBATANNYA
a. Konsep Penanaman Aqidah
Sebagai seorang Muslim tentu tidak ada panduan yang lebih
diutamakan dalam mengambil keputusan selain Al-Qur’an. Hal ini
penting, mengingat Al-Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang
absolut benar.
Cara menanamkan pendidikan Aqidah pada masa sekarang
• Pertama, mendekatkan kepada kisah-kisah atau cerita yang
mengesakan Allah Ta’ala.
Terkait hal ini sebenarnya tidak perlu bingung atau kehabisan bahan
dalam mengulas masalah cerita atau kisah karena Al-Qur’an sendiri
memiliki banyak kisah inspiratif yang semuanya menanamkan nilai
ketauhidan.
• Kedua, mengaktualisasikan Aqidah dalam kehidupan sehari-hari.
• Ketiga, mendorong untuk serius dalam menuntut ilmu dengan
berguru pada orang yang kita anggap bisa membantu membentuk
frame berpikir islami pada anak.
2.4 KONSEP PENANAMAN AQIDAH DAN
HAMBATANNYA
b. Hambatan Dalam Penanaman Aqidah Hal seperti itu yang pernah terjadi
• Pertama: Faktor Pendidikan. pada Bangsa Indonesia saat dijajah
Dengan Pendidikan yang lemah, Belanda yang merupakan non muslim.
maka Aqidah orang juga akan mudah Selain merampas kekayaan alam, para
goyah. Oleh karena itu, Pendidikan penjajah juga datang dengan misi
Aqidah harus diajarkan sedini mungkin. menyebarkan agama merekan pada
Bahkan dalam Islam, agar memiliki anak- penduduk lokal.
anak yang shaleh dan shaleha, maka • Keempat: Faktor Sosial.
Pendidikan Aqidah sudah dimulai Ketika di masyarakat terjadi
sebelum menikah. Selain itu, Pendidikan bentrokan hingga menimbulkan teror,
Aqidah juga ditanamkan pada anak saat maka orang akan mencari perlindungan
masih dalam kandungan, saat dilahirkan pada orang atau kelompok yang dianggap
dan sesudah dilahirkan, maupun selama bisa memberikan keamanan dan
masa pertumbuhannya. kenyamanan. Namun yang berbahaya,
• Kedua: Faktor Ekonomi. jika orang/kelompok yang dimintai
Lemahnya ekonomi bisa membuat perlindungan itu berasal dari kelompok
Aqidah seseorang menjadi goyah. non muslim. Dalam kondisi seperti itu,
Kemiskinan bisa membuat orang Aqidah seseorang bisa terpengaruh.
berpindah keyakinan. • Kelima: Faktor Orang Tua (Paling
• Ketiga: Faktor Politik. Mempengaruhi)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah
SAW menyatakan bahwa “setiap anak
BAB III : PENUTUP

KONSEP PENANAMAN AQIDAH


DALAM ISLAM
3.1 KESIMPULAN
Dalam keseluruhan bangunan Islam, Aqidah dapat
diibaratkan sebagai pondasi. Dimana seluruh
komponen ajaran Islam tegak diatasnya. Aqidah
merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan
keyakinan itulah sesorang termotivasi untuk
menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya.
Karena sifatnya keyakinan maka materi Aqidah
sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh
Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW.
SELESAI…..
TERIMA KASIH……

Anda mungkin juga menyukai