Kelompok: 2 (dua)
Semester: 1 (satu)
Di susun oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Teologi Mu’tazilah dan Ahlu sunnah Wal Jama’ah, dan
tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada baginda Nabi Muhammad,
Saw, keluarga serta sahabatnya yang telah menjadi perantara keilmuan-keilmuan
yang diturunkan oleh Allah. Swt, sehingga sampai pada kita selaku umatnya.
Selanjutnya kami atas nama penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Ahmad Fatih, S.Pd. I, MM selaku Dosen pengampu mata Kuliah Studi
Studi Akhlaq Tasawuf dan Aqidah Islam” yang telah memberikan tugas ini
kepada kami, sehingga kami dapat mengetahui secara lebih mendalam terkait
dua Aliran Theologi yang eksis dan mewarnai sejarah peradapan Islam termasuk
didalamnya terkait sejarah, tokoh, doktrin, konsep berpikir, sumbang sih, kritik
maupun pertentangan yang terjadi; yang selanjutnya akan kami bahas dalam
makalah ini.
Makalah ini kami harapkan dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita tentang studi dan kajian yang membahas
tentang Teologi Mu’tazilah dan Ahlu sunnah Wal Jama’ah. Namun di sisi lain
kami juga menyadari sepenuhnya bahwa isi di dalam makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran, dan usulan dari Bapak Ahmad Fatih, S.Pd. I, MM selaku
dosen pengampu dan juga dari rekan-rekan mahasiswa sekalian demi perbaikan
makalah yang telah kami buat dibawah ini.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya; apabila terdapat kesalahan kata-kata dalam penyusunanya,
sependek pengetahuan kami; kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 2 (dua)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar belakang...........................................................................................1
C. Tujuan pembahasan...................................................................................6
D. Manfaat pembahasan.................................................................................7
BAB II......................................................................................................................9
PEMBAHASAN......................................................................................................9
A. Teologi Mu’tazilah....................................................................................9
BAB III..................................................................................................................26
PENUTUP..............................................................................................................26
A. Kesimpulan..............................................................................................26
B. Saran........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di dalam Alquran, Allah ta’ala telah memerintahkan manusia
untuk belajar, berilmu dan berpikir, sebagaimana dalam surah Al-
Mujadalah Ayat 11.
ح ٱهَّلل ُ لَ ُكمۡۖ َوِإ َذا قِي َل ۡ ْ س فَ ۡٱف َسح
ِ ُوا يَف َس
ۡ ْ يل لَ ُكمۡ تَفَ َّسح
ِ ُِوا فِي ٱل َم ٰ َجل َ ِٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا ِإ َذا ق
ت َوٱهَّلل ُ بِ َماٖ ۚ وا ۡٱل ِع ۡل َم د ََر ٰ َج
ْ ُوا ِمن ُكمۡ َوٱلَّ ِذينَ ُأوت
ْ ُوا يَ ۡرفَ ِع ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
yْ وا فَٱن ُش ُز
yْ ٱن ُش ُز
ٞ ِت َۡع َملُونَ َخب
ير
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam Hadis rasullullah juga telah memerintahkan umatnya untuk
belajar;
َسه ََّل هللاُ لَهُ طَ ِر ْيقًا ِإلَى ال َجنَّ ِة,َم ْن َسلَكَ طَ ِر ْيقًايَ ْلتَ ِمسُ فِ ْي ِه ِع ْل ًما
"Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu,
maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim).
Dari kutipan ayat Alquran dan hadits diatas, jelas tergambar bahwa
manusia pada hakekatnya diperintahkan untuk belajar, berpikir dan
berilmu. Namun setelah melewati proses ajarannya manusia pada akhirnya
mampu berilmu dan berpikir, bahkan menemukan dan mengembangkan
dasar-dasar keilmuan yang tersurat dalam musfaf Alquran maupun yang
tersirat yang berada dialam sekitar, termasuk didalamnya pengetahuan
terkait dengan Agama. Seiring dengan perkembangan agama yang begitu
pesat, muncul juga suatu kenyataan yang tak bisa di hindari, yaitu
1
2
1
Ahmad Syamsul Muarif dan Mohammad Yunus, “Tinjauan Teologi Islam di Dunia:
“Isu dan Prospek” Frederick Mathewson Denny”, Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman,
Vol. 19 No. 2, Desember 2019, hlm. 51
2
Lingga Yuwana, Teologi Islam Perspektif Sayyid Qutb”, Kalimah: Jurnal Studi Agama-
Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 18 No. 1, Maret 2020, hlm. 74
3
dilakukan oleh Ali bin Abi Tholib dengan pihak Umayyah. Sehingga pada
tahap berikutnya berkembang sebagai satu analisis pemikiran untuk
memperkokoh keimanan di dalam Islam itu sendiri.5
Dari semua aliran Theologi yang mewarnai perkembangan umat
islam itu, Aliran Mu’tazilah adalah suatu aliran teologi Islam terbesar dan
tertua sepanjang sejarah peradaban Islam; sehingga dalam eksistensinya
Mu’tazilah mampu masuk dan bepengaruh kedalam lini sendi-sendi
masyarakat kehidupan di zamanya, termasuk didalamnya dalam bidang
ilmu pengetahuan.
Rizka Maulida dan M. Fandriansyah mengungkapkan fakta dalam
jurnalnya, bahwa; Rasionalisme Mu’tazilah sangat berdampak pada
pengembangan ilmu di masa dinasti Abbasiyyah hingga berdirinya
lembaga ilmu dan perguruan tinggi berupa Baitul Hikmah. Pengembangan
ilmu tersebut berdampak pada kejayaan dan kesejahteraan rakyatnya
diberbagai bidang terutama sosial, politik, budaya dan ekonomi.6
Aliran Theologi selanjutnya yang masih eksis pada zaman modern
sekarang ini adalah aliran Sunni atau Ahlussunah Wal Jamaah ataupun
orang mengenalnya dengan Aswaja.
Achmad Muhibin Zuhri dan Winarto Eka Wahyudi berpendapat
dalam jurnalnya bahwa Sunni di Nusantara berhasil menunjukkan bahwa
sifat kontekstual agama melahirkan implikasi terhadap lahirnya ekspresi
keislaman yang khas. Indonesia yang menjadi negara berpenduduk muslim
terbesar di dunia tak bisa dilepaskan dari fenomena teologis ini, bahwa
diakui atau tidak, paham keislaman Indonesia yang relatif moderat, toleran
dan akomodatif merupakan konsekuensi dari nalar teologi Sunnisme yang
menjadi mainstraim dalam dinamika kelompok keagamaan di Indonesia.
5
Muhammad Adnan, “Menapaki Sejarah Pemikiran Dalam Teologi Islam”, CENDEKIA:
Jurnal Studi Keislaman, Vol. 6 No. 1, Juni 2020, hlm. 45
6
Rizka Maulida dan M. Fandriansyah, “Teologi Mu’tazilah Dan Pengaruhnya dibidang
Sosial Politik Dan Ekonomi”, Al-Mufasir; Jurnal Ilmu Alquran, Tafsir dan Studi Islam, Vo. 4, No.
1, Maret 2022, hlm. 90
5
7
Achmad Muhibin Zuhri dan Winarto Eka Wahyudi, “Artikulasi Teologi Sunni di
Indonesia: Sejarah, Ekspresi dan Gerakannya”, Journal of Islamic Civilization, Vol. 3, No. 2,
Oktober 2021, hlm. 133.
6
2. Perumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Theologi Mu’tazilah dan Ahlu
sunnah Wal Jama’ah?
b. Bagimana sejarah awal mula munculnya Theologi Mu’tazilah
dan Ahlu sunnah Wal Jama’ah, beserta tokoh-tokohnya?
c. Bagaimana Landasan berpikir Theologi Mu’tazilah dan Ahlu
sunnah Wal Jama’ah?
d. Apa hikmah dibalik ajaran Theologi Mu’tazilah dan Theologi
Ahlu sunnah Wal Jama’ah?
C. Tujuan pembahasan
1. Untuk mengetahui definsi Theologi Mu’tazilah dan Ahlu sunnah Wal
Jama’ah.
2. Untuk mengetahui sejarah awal mula munculnya Theologi Mu’tazilah
dan Ahlu sunnah Wal Jama’ah, beserta tokoh-tokohnya.
3. Untuk mengetahui Landasan berpikir, Theologi Mu’tazilah dan Ahlu
sunnah Wal Jama’ah
4. Untuk mengetahui hikmah dibalik ajaran Theologi Mu’tazilah dan
ajaran Theologi Ahlu sunnah Wal Jama’ah
D. Manfaat pembahasan
Pada dasarnya manfaat pembahasan Theologi Mu’tazilah dan Ahlu
sunnah Wal Jama’ah adalah untuk memperdalam Pengetahuan tentang
ilmu ketuhanan didasarkan pada keyakinan yang kuat sehingga seseorang
tidak akan mudah terpengaruh dengan paham-paham teologi yang salah.
7
1. Manfaat Teoritis
Manfaat yang bersifat teoritis ialah dengan mempelajari
teologi Islam seseorang dapat mengetahui berbagai aliran beserta
pemikiran dan pemahamannya, sehingga seseorang tidak terjebak
pada aliran-aliran yang menyimpang/sesat, sekaligus akan dapat
menangkalnya dengan menggunakan pola pikir dari aliran terkait. Di
samping itu dapat pula dijadikan sebagai bukti bahwa ajaran-ajaran
Islam dapat diselaraskan dengan pemikiran yang rasional
argumentatif.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dalam membahas Theologi Mu’tazilah dan
Ahlu sunnah Wal Jama’ah dapat memahami keberadaan berbagai
aliran teologi Islam dan hubungannya dengan nash Alquran dan
Hadits, sehingga dapat mengambil sikap dan beramal sesuai dengan
aliran tersebut, termasuk didalamnya untuk memperkuat dan
memberikan pondasi iman, mengamalkan ajaran islam, memberikan
arahan kepada yang membutuhkan nasihat dan mengarahkan kepada
jalan sesuai tuntunan Rasul.
PEMBAHASAN
A. Teologi Mu’tazilah
1. Definisi Theologi Mu’tazilah.
Menurut Luis Ma’lub dalam Al-Munjid fi Al-lughah yang di
kutif Abdul Rozak dan Rozihon Anwar; secar harfiah kata Mu’Tazilah
berasal dari i’tazala yang dapat diartikan berpisah atau memisahkan
diri atau berarti menjauhkan diri.8
Senada dengan hal tersebut Abubakar Atjeh berpendapat
bahawa Kata-kata mu'tazilah ini terambil dari perkataan Arab i'tizal,
Yang berarti pada mulanya mengasingkan diri.9
Sedangkan menurut Hadis Purba dan Salamuddin, definisi
Mu’tazilah adalah sebagai nama teologi rasional dan liberal dalam
dunia islam dan timbul setelah peristiwa Wasil bin Atha’ dengan
gurunya Hasan al Basri di Basrah.10
9
10
11
Abdul Rozak dan Rozihon, Ilmu Kalam, Op cit, hlm, 97-100.
12
12
Hadis Purba dan Salamuddin, Theologi Islam, Op cit, hlm 179-180.
13
14
Rohanda dan Dadan Firdaus, Ilmu Kalam, Bandung: CV. Arfino Raya, 2017, hlm. 32
15
Abdul Rozak dan Rozihon, Ilmu Kalam, Loc cit, hlm.106
17
17
Abdurahman Navis, dkk (ed), Khazanah Aswaja, Surabaya: Tim Aswaja NU Center
PWNU Jawa timur, 2016, hlm. 10-15.
18
Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam, Jakarta: Pustaka Al
Riyadi, 2003, hlm.106
19
Rohanda dan Dadan Firdaus, Ilmu Kalam, Op cit, hlm. 34
19
ٌاض َرة
ِ َّذ نyُٖوه يَ ۡو َمِئ
ٞ ُوج
“Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri”
ةٞ َاظ َر
ِ ِإلَ ٰى َربِّهَا ن
”Kepada Tuhannyalah mereka melihat “
c. Tuhan mempunyai sifat-sifat sebagaimana disebutkan dalam Al-
Qur’an seperti mengetahui, berkuasa dengan qudrat-Nya, hidup
dengan hayat-Nya dan sifat tersebut adalah ajali serta berdiri
diatas zat Tuhan.
d. Keadilan Tuhan terkait pemberian pahala, bahwa Allah tidak
mempunyai kewajiban apa pun, tidak memberi pahala kepada
20
Abdurahman Navis, dkk (ed), Khazanah Aswaja, Op cit, hlm. 34-39
21
ُ لِ َش ۡي ٍء ِإ َذٓا َأ َر ۡد ٰنَهُ َأن نَّقُو َل لَ ۥهُ ُكن فَيَ ُكونyِإنَّ َما قَ ۡولُنَا
“Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami
menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya,
“Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu”.
f. Masalah -masalah Gaib yang di informasikan Al-Quran seperti
fana, lauh, arsy, kursi, surga dan neraka masih dipahami harfiah
saja, demikian mengimani semuanya sebagaimana surah Al-Jinn
ayat 26.
ر َعلَ ٰى غ َۡيبِ ِٓۦه َأ َحدًاyُ ب فَاَل ي ُۡظ ِه
ِ ٰ َعلِ ُم ۡٱلغ َۡي
“(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia
tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib
itu”.
g. Muslim pendosa yang melakukan dosa besar kemudian
meninggal tetap dihukumi mukmin, tidak kafir dan tidak diantara
keduanya, dia dapat mendapatkan ampunan dengan rahmatnya
ataupun mendapatkan syafaat dari Nabi Muhammad saw.
Rasullullah bersabda.
21
Rohanda dan Dadan Firdaus, Ilmu Kalam, Op cit, hlm. 34-38
22
Abdul Rozak dan Rozihon, Ilmu Kalam, Loc cit, hlm.157
23
23
Sufyan Raji Abdullah, Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam, Op cit, hlm. 110-112
24
Abdurahman Navis, dkk (ed), Khazanah Aswaja, Op cit, hlm. 397-398
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan tersbut diatas penulis dapat memberikan
kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, adalah
sebagai berikut
1. yang dimaksud dengan Theologi Mu’tazilah dan Ahlu sunnah Wal
Jama’ah adalah suatu aliran terkait keilmuan yang mempelajari
ketuhanan, namun latar belakangkang kemunculanya berbeda-beda.
2. Sejarah awal mula munculnya Theologi Mu’tazilah dan Ahlu
sunnah Wal Jama’ah, beserta tokoh-tokohnya diawali dari lingkup
terkecil majelis sehingga berkembang menjadi suatu kelompok atau
firqoh yang melahirkan tokoh-tokoh terkenal serta mashyur
termasuk dengan hasil karya berupa kitab-kitab.
3. Landasan berpikir Theologi Mu’tazilah dan Ahlu sunnah Wal
Jama’ah meliputi landasan Theologis normatif, Sosiologis dan
filosofis dengan doktrin ajaran yang berbeda-beda.
4. Hikmah dibalik ajaran Theologi Mu’tazilah dan Theologi Ahlu
sunnah Wal Jama’ah pada dasarnya merupakan bukti nyata bahwa
umat islam itu bukan umat yang bodoh, terbelakang, namun umat
yang mempunya kemapuan berpikir serta berilmu tinggi dalam
bidangnya masing-masing.
B. Saran
Setelah membahas makalah yang penulis susun diatas, dalam
mempelajari ilmu kalam khususnya aliran-aliran ataupun Theologi-
Theologi selepas wafatnya Rasul; kita hendaknya jangan hanya memahami
secara tektual saja, namun harus lebih mendalam lagi memahami doktrin-
doktrin dan dasar pemikiran-pemikiranya terutama Theologi Mu’Tazilah
maupun Ahlu sunnah Wal Jama’ah, sehingga kita mengerti arti
sesungguhnya atas doktrin maupun ajaran-ajaran tersebut.
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, R., & Rozihon. (2014). Ilmu Kalam. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Abdurrahman, N., & dkk. (2016). Khazanah Aswaja. Surabaya: Tim Aswaja Nu
Center PWNU Jawa Timur.
Abubakar, A. (1966). Ilmu Ketuhanan. Jakarta: Tintamas.
Achmad, M. Z., & Winarto, E. W. (2021). Artikulasi Theologi Sunni di Indonesia:
Sejarah, Ekspresi dan Gerakanya. Jurnal of Islamic Civilization, 133.
Ahmad, S. M., & Mohammad, Y. (2019). Tinjauan Teologi Islam Di dunia Isu
dan Proyek Frederick Mathewson Denny. Jurnal Islamika: Jurnal Ilmu-
Ilmu Islam, 51.
Akilah, m. (2019). Jejak Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Rusyd Dalam
Perkembangan Theologi Islam. Jurna Sulesana, 197.
Hadis, P., & Salamuddin. (2016). Theologi Islam. Medan: Perdana Publising.
Lingga, Y. (2020). Theologi Islam Perspektif Sayyid Qutb. Kalmilah: Jurnal
Studi Agama-Agama dan Pemikiran Islam, 74.
Muhammad, A. (2020). Menapaki Sejarah Pemikiran Dalam Theologi Islam.
CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 45.
Rizka, M., & M., F. (2022). Theologi Mu'tazilah dan Pengaruhnya di bidang
Sosial Politik dan Ekonomi. Al-Mufasir: Jurnal Ilmu Alquran, Tafsir dan
Studi Islam, 90.
Rohanda, & Dadan, F. (2017). Ilmu Kalam. Bandung: CV. Arfindo Raya.
Sufyan, R. A. (2003). Mengenal Aliran-Aliran dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-
Riyadi.
Zainimal. (2021). Mu'tazilah dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Islam. Tarikhuna:
Journal Of History And History Education, 102-103.
Zulkarnain. (2022). Telaah kritis Theologi Islam. Jurnal Theosofi dan Peradapan
Islam, 86.