Anda di halaman 1dari 18

IMAN KEPADA MALAIKAT

Mata Kuliah : Tauhid Dan Ilmu Kalam


Makalah Ini Bertujuan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tauhid Dan Ilmu Kalam
Dosen Pembimbing : Dr. Masykurillah, S.Ag, MA

KELAS C

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Elyse Tantina (1901051023)
Tahta Gilang Adiwissa (1901051067)
Wita Purnama Sari (1901051068)

TADRIS BAHASA INGGRIS


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Ta’ala
atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal fikiran, sehingga
penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah sebagai bagian dari mata kuliah Tauhid
& Ilmu Kalam dengan dosen pengampu Dr. masyikurillah, S.Ag, MA. dengan judul ””Iman
Kepada Malaikat””

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan
harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami,
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca dalam makalah ini supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Metro, 6 Oktober 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................................1
C.Tujuan..........................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN 2

A. Dalil naqal dan akal iman kepada malaikat................................................................................3


B. Konsep Islam tentang malaikat...................................................................................................4
C. Hakikat dan urgensi iman kepada malaikat
D. Implementasi keimanan kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari..................................10

BAB III PENUTUP.........................................................................................................................

Simpulan........................................................................................................................................10

Saran

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................11

BAB I
3
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Saat ini pengetahuan tentang agama mulai luntur dari kalangan umat islam sendiri,
khusunya kaum muda. Mereka yang mengaku islam, justru kebanyakan tidak tahu mengenai
ajaran ( syariat) islam, pedoman islam, asas-asas agama islam, dan lain-lain yang berkaitan
dengan islam. Hal semacam ini tentu membuat hati semakin miris. Apalagi kita yang notabene
sebagai mahasiswa muslim yang sepatutnya mengenal agama lebih dalam sebagai pedoman
hidup, malah tidak mengerti bahkan tidak perduli sama sekali terhadapnya.
Semua mahkluk yang diciptakan oleh Allah SWT dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu : ghaib (al-ghaib) dan nyata (as-syahadah). Yang memberdakan mahkluk ciptaan Allah itu
adalah bisa dan tidak bisanya dijangkau oleh pancaindera manusia.Segala sesuatu yang tidak bisa
dijangkau oleh panca indera manusia digolongkan menjadi al-ghaib, dan sebalikya yang bisa
dijangkau dengan panca indera manusia digolongkan menjadi as-syahadah.
Untuk mengetahui dan mengimani wujud mahkluk ghaib ini, seseorang dapat menempuh
dua cara, yaitu : melalui berita atau informasi yang diberikan oleh beberapa sumber tertentu atau
dengan melalui bukti-bukti nyata yang menunjukkan mahkluk ghaib itu memang ada. Misalnya,
malaikat kita mengetahui dan mengimani wujud malaikat, pertama melalui khabar/ berita yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW baik berita yang disampaikan berupa Al-Quran atau
Sunnah.Banyak sekali ayat-ayat Al-Quran atau Sunnah Rasulullah yang menjelaskan tentang
Malaikat.Karena kita mengimani kebenaran dua sumber tersebut, dan yang berikutnya kita dapat
mengetahui dan mengimani wujud malaikat melalui bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta
yang menunjukkan bahwa malaikat itu memang ada.

B. Rumusan Masalah
4
1. Bagaimana konsep Islam tentang malaikat?
2. Bagaimana hakikat dan urgensi iman kepada malaikat?
3. Apa saja implementasi keimanan kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep Islam tentang iman kepada malaikat
2. Untuk mengetahui hakikat dan urgensi iman kepada malaikat
3. Untuk mengetahui implementasi keimanan kepada malaikat dalam kehidupan
sehari hari

BAB II
Pembahasan
5
A. Dalil naqal dan akal iman kepada malaikat
Secara etimologi iman artinya percaya. Secara terminologi iman artinya pembenaran
dalam hati, pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.1 Berdasarkan dalil
aqli yang rasional dan dalil naqli yang dapat didengar, manusiapun meyakini Allah dan
pengurusan-Nya terhadap segala sesuatu, ketuhanan-Nya (bagi orang-orang yang terdahulu dan
orang-orang yang datang kemudian). Atas dasar inilah maka kehidupan Muslim, dalam segala
aspeknya, sangat bergantung pada keimanan terhadap Allah SWT.2
Permasalahan yang timbul saat ini bagi sebagian manusia adalah kekosongan iman dan
moral seiring dengan adanya perkembangan dan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagian tugas-tugas manusia sudah diambil alih oleh ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut serta berbagai kebutuhan hidup manusia sudah dapat dipenuhi oleh bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka timbullah perasaan tidak lagi membutuhkan kepada Tuhan,
serta ragu-ragu kepada Tuhan.3
Manusia sekarang ini sudah terjadinya krisis spritualitas. Diakui oleh Seyyed Hossein
Nasr. Menurut Nasr, manusia sudah mengalami proses sekularisasi kesadaran, sehingga telah
kehilangan kendali diri (self control), sehingga manusia dihinggapi berbagai penyakit rohaniah.
Manusia lupa tentang siapa dirinya. Nasr melanjutkan, manusia sekarang ini hidup dipinggir
lingkaran eksistensinya di mana Ia hanya mampu memperoleh pengetahuan tentang dunia yang
secara kualitatif bersifat dangkal dan secara kuantitatif berubah-ubah.4
1. Dalil naqal
Q.S An-nisa ayat 136

1
DR.Shalih Ibn Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid, Terj. Syahirul Alim Al-Adib ,Lc. (Jakarta: Ummul Qura, 2012 ),
hal.147.

2
Abu Bakar Jabir El-Jazair, 1990 : 1
3

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tar-bawiy), Cet, IV, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2010), hal. 58.

4
Sehat Ihsan Shadiqin, Dialog Tasawuf Dan Psikologi Studi Kom-paratif Modern Hamka Dan Spritual Quotient
Danah Zohar, (Program Pasca Sarjana IAIN AR-Raniry Banda Aceh, 2004), Hal. 88

6
ۤ
‫ه‬Hٖ Hِ‫ه َو ُكتُب‬Hٖ ِ‫ َكت‬Hِ‫رْ بِاهّٰلل ِ َو َم ٰل ِٕٕى‬Hُ‫ ُل ۗ َو َم ْن يَّ ْكف‬H‫ َز َل ِم ْن قَ ْب‬H‫ٓي اَ ْن‬ ِ ‫وْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬H‫ َّز َل ع َٰلى َر ُس‬Hَ‫ب الَّ ِذيْ ن‬
Hْْٓ ‫ب الَّ ِذ‬ ‫هّٰلل‬
ِ ‫وْ لِ ٖه َو ْال ِك ٰت‬H‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا ٰا ِمنُوْ ا بِا ِ َو َر ُس‬
‫ض ٰلاًل ۢ بَ ِع ْيدًا‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫َو ُر ُسلِ ٖه َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر فَقَ ْد‬

"Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
(Muhammad) dan kep5ada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-
kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat
jauh." (Q.s an-nisa ayat 136)

2. Dalil akal

Iman kepada para malaikat Allah merupakan salah satu bentuk iman kepada yang ghaib
serta perwujudan dari penyembahan dan penghambaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Iman kepada para malaikat yaitu pengakuan para keberadaan perbuatan dan tindakan mereka
yang dilakukan di dunia dan di akhirat.
Terdapat perbedaan pendapat diantara para teolog mengenai keutamaan dan kemuliaan
para nabi atas para malaikat sebagian dari teolog Asy Ariyah dan seluruh teologi Syiah dengan
pertimbangan dalil naqli dan aqli berpendapat bahwa para nabi lebih mulia dibanding para
malaika.
Namun jika pada sebagian ayat nama malaikat disebut sebelum para nabi, maka hal itu
tidaklah menunjukkan lebih mulianya malaikat , karena sebagimana telah disebutkan bahwa para
nabi lebih mulia dibanding kan para malaikat, mengingat kemuliaan tersebut tidak menyebabkan
terbentang nya sekian jarak di antara mereka.
Demikian pula halnya pada penyebutan nama para malaikat seperti Jibril dan Mikail adalah
akhir dan setelah semua malaikat malaikat disebut, padahal mereka adalah termasuk malaikat
malaikat Allah yang agung dan mulia. Oleh karena itu, penyebutan para malaikat dan nabi nabi
bukan merupakan alasan atas urutan tingkat dan posisi keberadaan mereka.

B. Konsep Islam tentang malaikat

Al-Quran adalah sumber utama untuk konsep Islam tentang malaikat.Beberapa dari
mereka, seperti Gabriel dan Mikhael, disebutkan namanya dalam Al Qur'an, yang lain hanya
disebut oleh fungsi mereka. Dalam literatur hadis, malaikat sering ditugaskan hanya pada satu
fenomena tertentu. Malaikat memainkan peran penting dalam literatur Mi'raj, di mana

7
Muhammad bertemu beberapa malaikat selama perjalanannya di surga.Malaikat selanjutnya
sering ditampilkan dalam eskatologi Islam, teologi Islam, dan filsafat Islam. Tugas yang
diberikan kepada malaikat mencakup, misalnya, mengkomunikasikan wahyu dari Allah,
memuliakan Allah, mencatat tindakan setiap orang, dan mengambil jiwa seseorang pada saat
kematian.
Dalam Islam, seperti dalam Yudaisme dan Kristen, malaikat sering diwakili dalam
bentuk antropomorfik yang dikombinasikan dengan gambar supernatural, seperti sayap,
berukuran besar atau memakai benda-benda surgawi. Al-Quran menggambarkan mereka sebagai
"rasul dengan sayap — dua, atau tiga, atau empat (berpasangan): Dia [Tuhan] menambah
Ciptaan sesuai keinginannya..." Karakteristik umum untuk malaikat adalah kebutuhan mereka
yang hilang akan keinginan tubuh seperti makan dan minum.Kurangnya afinitas mereka terhadap
keinginan material juga diekspresikan oleh ciptaan mereka dari cahaya: Malaikat belas kasihan
diciptakan dari nur (cahaya dingin) yang bertentangan dengan malaikat hukuman yang
diciptakan dari nar (cahaya panas). Umat Islam umumnya tidak memiliki persepsi tentang
penggambaran bergambar malaikat, seperti yang ditemukan dalam seni Barat.
Walaupun kepercayaan kepada malaikat-malaikat tetap salah satu dari enam rukun Iman
dalam Islam, namun tidak dapat ditemukan dogmatis angelologi dalam tradisi Islam. Meskipun
demikian, para ulama telah membahas peran malaikat tertentudalam isra mi'raj, dan ayat-ayat
Alquran. Bahkan jika mereka tidak dengan fokus diteliti, mereka telah ditampilkan dalam
berbagai cerita rakyat, perdebatan filsafat dan teologi sistematis. Sementara dalam Islam klasik,
meluasnya gagasan tersebut diterima sebagai kanonik, ada tendesi kontemporer para ahli untuk
menolak banyak penelitian tentang malaikat-malaikat, seperti memanggil Malaikat Kematian
dengan nama Azra'il.

Ibn Sina, yang memanfaatkan kosmologi emanasi Neo-Platonis dari Al-Farabi,


mengembangkan hierarki angelologi Intellects, yang diciptakan oleh "Yang Satu". Oleh karena
itu, ciptaan pertama oleh Tuhan adalah malaikat tertinggi yang diikuti oleh malaikat agung
lainnya, yang diidentifikasi dengan Intellek rendah. Selanjutnya, terdapat malaikat rendah atau
"bola bergerak", di mana pada gilirannya, memancarkan Intelek lainnya sampai mencapai batas
intelek, yang memerintah atas jiwa-jiwa. Akal kesepuluh bertanggung jawab untuk mewujudkan
bentuk materi dan menerangi pikiran.
8
Dalam Agama Islam Rakyat, masing-masing malaikat dapat dimunculkan dalam ritus pengusiran
setan (ruqyah), yang namanya diukir dalam jimat.

Beberapa cendekiawan modern telah menekankan interpretasi ulang metaforis dari konsep
malaikat:

a. Kristen
Artikel utama: Angelologi Kristen
Malaikat adalah makhluk roh yang diciptakan oleh Tuhan yang ditugaskan Tuhan untuk
beberapa tujuan khusus sesuai dengan rencana-Nya, baik untuk melayani Tuhan maupun untuk
menolong orang-orang beriman
Kata "malak" atau malaikat berasal dari bahasa Ibrani ‫מלאך‬, mal'akh, yang juga berarti "utusan".
Kata ini di dalam TB diterjemahkan menjadi: Malaikat, malaikat, utusan, suruhan, orang-orang
suruhan, bentara, pesuruh, dan raja.

b. Malaikat dalam Tanakh

Patung malaikat di sebuah kuburan di Metairie, Louisiana.


Istilah "malaikat" dalam Alkitab, ‫"( מלאך‬malakh"), memiliki arti hanya ketika disebutkan
bersama-sama dengan pengutusnya, yaitu YHWH sendiri, seperti misalnya dalam "malaikat
YHWH", atau "malaikat Elohim".Sebutan lainnya yang juga digunakan adalah "anak-anak
Elohim".
Malaikat disebut sebagai "penjaga".Mereka disebut sebagai "tentara langit" atau bala tentara
"Elohim". "Bala tentara," ‫ צבאות‬Zebaot dalam gelar Yahuwah Zebaot, Elohim dari bala tentara
surgawi, mungkin dihubungkan dengan para malaikat. "Bala tentara" ini dihubungkan pula
dengan bintang-bintang, karena bintang-bintang dianggap terkait erat dengan para malaikat.
Namun, YHWH membedakan diri-Nya dari para malaikat, dan karena itu orang-orang Ibrani
dilarang Musa menyembah "bala tentara surga".

9
Sebelum munculnya monoteisme di Israel, gagasan tentang malaikat ditemukan dalam Mal'akh
Yahuwah, malaikat YHWH, atau Mal'akh Elohim. Mal'akh Yahweh adalah penampakan atau
perwujudan Yahuwah dalam bentuk manusia. Istilah Mal'akh Yahuwah digunakan secara
berganti-ganti dengan Yahuwah[38]. Mereka yang melihat Mal'akh Yahuwah mengatakan bahwa
mereka telah melihat Elohim.Mal'akh Yahuwah (atau Elohim) menampakkan diri kepada
Abraham, Hagar, Musa, Gideon, &c., dan memimpin bangsa Israel dalam tiang awan.Frasa
Mal'akh Yahweh mungkin merupakan sebuah sapaan sopan untuk sang Raja Ilahi; tetapi malah
menjadi sarana untuk menghindari antropomorphisme, dan kemudian, saat para malaikat
dikelompokkan, Mal'akh Yahweh berarti "malaikat berpangkat tinggi".

Penyamaan Mal'akh Yahuwah dengan Logos, atau Pribadi kedua dari Tritunggal, tidak
ditunjukkan melalui acuan kepada kitab suci Ibrani, tetapi gagasan tentang pengidentifikasian
Yang Ada dengan Elohim, namun yang dalam pengertian tertentu berbeda daripada-Nya,
menggambarkan kecenderungan pemikiran keagamaan Yahudi untuk membedakan pribadi-
pribadi di dalam keesaan Elohim. Orang Kristen berpendapat bahwa hal ini merupakan
gambaran pendahuluan dari doktrin tentang Tritunggal, sementara orang Yahudi Kabalis
mengatakan bahwa hal ini kemudian berkembang menjadi pemikiran teologis dan gambaran
Kabbalah.

Setelah doktrin monoteisme dinyatakan secara resmi, dalam periode segera sebelum dan pada
masa Pembuangan, kita menemukan banyak gambaran tentang malaikat dalam Kitab Yehezkiel.
Nabi Yehezkiel, sebagai nabi di Pembuangan, mungkin dipengaruhi oleh hierarkhi makhluk
adikodrati di dalam agama Babel, dan mungkin oleh angelologi Zoroastrianisme, namun tidak
jelas bahwa doktrin Zoroastrianisme ini sudah berkembang demikian awal.

Yehezkiel 9 memberikan gambaran yang terinci mengenai kerub (suatu jenis malaikat). Dalam
salah satu penglihatannya Yehezkiel melihat 7 malaikat melaksanakan penghakiman Elohim atas
Yerusalem. Seperti dalam Kitab Kejadian, mereka digambarkan sebagai "manusia"; mal'akh,
karena "malaikat", tidak muncul dalam Kitab Yehezkiel. Belakangan, dalam penglihatan
Zakharia, malaikat memainkan peranan penting. Mereka disebut kadang-kadang sebagai

10
"manusia", kadang-kadang sebagai mal'akh, dan Mal'akh Yahuwah tampaknya menduduki
tempat utama di antara mereka.

Dalam masa pasca-Alkitab, bala tentara surgawi menjadi semakin terorganisasi.Malaikat pun
menjadi beragam, juga sudah mempunyai nama.

c. Malaikat jatuh
Pada mulanya semua malaikat diciptakan dalam kondisi baik, kudus dan tanpa cela.Namun
ada sebagian malaikat yang telah jatuh yaitu memilih untuk memberontak terhadap Elohim.
Malaikat yang jatuh ini disebut sebagai setan, dan kemungkinan di antaranya adalah Kerub.

d. Bahá'í
Dalam bukunya Certitude Bahá'u'lláh, pendiri Iman Bahá'í, menggambarkan malaikat sebagai
orang yang "telah menghabiskan waktu dengan api cinta Tuhan, dengan semua sifat dan
keterbatasan manusia", dan telah "berpakaian sendiri" dengan atribut malaikat dan telah
"diberkahi dengan atribut spiritual". 'Abdu'l-Bahá menggambarkan malaikat sebagai "konfirmasi
Tuhan dan kekuatan surgawi-Nya" dan sebagai "makhluk yang diberkati yang telah memutuskan
semua hubungan dengan dunia bawah ini" dan "dilepaskan dari rantai diri", dan "penyingkap
Tuhan berlimpah rahmat ". Tulisan-tulisan Bahá'í juga merujuk pada Concourse on High,
pembawa acara malaikat, dan visi Maid of Heaven dari Bahá'u'lláh.

e. Setanisme
Kuil Setan sangat mempromosikan apa yang disebutnya "Setanisme sastra", gagasan Setan dan
malaikat yang jatuh sebagai tokoh sastra dan metafora. Secara khusus, novel Revolt of the
Angels karya Anatole France dipandang sebagai contoh dari tradisi ini. Di dalamnya, seorang
malaikat pelindung bernama Arcade mengorganisir pemberontakan melawan surga setelah
belajar tentang sains.

C. Hakikat dan Urgensi Iman kepada Para Malaikat

11
Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami mengatakan, yang di maksud iman kepada malaikat
adalah meyakini adanya malaikat, sebagai hamba Allah yang selalu tunduk dan beribadah.14
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, mengatakan dalam bukunya: malaikat adalah makhluk
agung, jumlahnya banyak dan tak terbilang, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah
semata. Allah meciptakan mereka dari cahaya, menciptaka mereka dengan tabiat baik, tidak
mengenal kejahatan, dan mereka tidak dperintahkan atapun melakukan itu. Karena itu mereka
taat kepada Rabb, tidak mendurhkai apapun yang diperintahkan, dan melakukan perintah yang
disampaikan.
Mereka bertasbih memahasucikan Allah siang dan malam tanpa kenal lelah, tidak jemu
untuk beribadah kepada Allah ataupun sombong.15 Beriman dengan para malaikat adalah salah
satu rukun iman. Mereka adalah sejenis makhluk Allah yang selalu taat kepada-Nya, tidak akan
menentang perintahnya dan tidak makan atau minum. Mereka juga senantiasa jaga dan tidak
pernah tidur sekejappun, baik siang maupun malam.
Iman kepada Para Malaikat adalah percaya bahwa malaikat adalah makhluk ciptaan Allah
swt yang tidak pernah membangkang perintah-Nya, juga makhluk gaib yang menjadi perantara-
perantara Allah swt dengan Para Rasul. Kita percaya bahwa malaikat merupakan makhlk pilihan
Allah, mereka tidak berbuat dosa, tidak melawan kepada-Nya, pekerjaannya semata-mata
menjunjung tinggi tugas yang diberikan kepada mereka masing-masing.16
Dengan iman inilah manusia akan memperoleh martabat yang tinggi dan tingkatan yang
mulia di sisi Allah. Sehingga siapa saja yang beriman kepada Allah dan para Rasul-Nya maka
akan memperoleh pahala yang besar.
Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an di dalam Q.S Ali Imran ayat 179
“Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu beriman dan bertakwa, maka
bagimu pahala yang besar”.
Berdasarkan ayat tersebut, maka jelaslah bahwa dengan keimanan seseorang akan
memperoleh pahala yang besar. Di dalam Al-Qur’an Allah telah menjanjikan dengan tegas
kepada orang-orang yang benar-benar beriman baik laki-laki maupun perempuan akan diberi
pahala berupa suga, yaitu suatu tempat di alam akhirat kelak yang penuh dengan segala macam
keenangan, ketenangan, kesejahteraan, dan kenikmatan yang kekal abadi selama-lamanya. Dan
itulah merupakan pahala terbesar dan kenikmatan yang hakiki. Sebab kalua kita jumpa manusn
ia-manusia di dnia yang sudah tercukupi segala-galanya punya rumah yang megah, punya
12
perusahaan yang berkembang pesat, punya segala macam model mobil mewah, punya istri cantik
dan seterusnya, sehingga ia merasa tenang dan tentram, merasa bahagia dan merasa nikmat.
Tapi itu semuanya adalah merupakan kepuasan, ketenangan, kebahagiaan, dan kenikmatan
yang hanya sementara. Jadi kepuasan, ketenangan, ketentraman, kebahagiaan dan kenikmatan
yang hakiki hanyalah di surga. Iniah sebagai pahala orang yang benar-benar beriman, yang telah
dijanjikan oleh Allah.
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an Qs. At –Taubah:72
Artinya: Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin, lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka didalamnya, dan
(mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. dan keridhaan Allah adalah lebih besar; itu
adalah keberuntungan yang besar.
Dari ayat tersebut, memberikan pengertian dengan tegas dan pasti bahwa orang-orang yang
benar-benar beriman atau orang-orang yang sempurna imannya (beramal shalih dan bertaqwa
kepada Allah) akan memperoleh pahala berupa surga, yang gambarannya di bawah surga itu
mengalir sungai-sungai, mereka senantiasa dalam keridhaan Allah dan mereka kekal selama-
lamanya di dalam surga itu, yakni tak akan mengalami kematian lagi dan tidak akan kehabisan
waktu. Mereka di surga tidak menginginkan pindah tempat maupun ke luar dari padanya.
Jadi keimanan inilah yang akan menentukan nasib bagi seseorang berabad-abad di alam
akhirat kelak. Maka siapa saja yang menginginkan pahala surga, hendaklah menjadi orang yang
beriman dan konsekuensi terhadap keimanannya.Dengan demikian maka jika kamu
menginginkan pahala surga, maka rebutlah kebaikan, kejarlah amal shaleh sebanyak-banyaknya
yang siapapun tak dapat meandinginya, bersegeralah mohon ampunan dan keridhaan Allah serta
berimanlah (taatlah) kepada segala perintah Allah dan Rasul-Nya.6227

D. Implementasi keimanan kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari

Menurut Abu A’la Al Maududi, seorang tokoh pembaru dari Pakistan, beriman
6

7
Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Jak-Sel, Mustaqim, 2001,
hlm. 81

13
kepada malaikat akan memurnikan dan mebebaskan konsep tauhid dari perbuatan-perbuatan
syirik. Hal itu juga sejalan dengan beberapa hadis Nabi Muhammad Saw. yang melarang umat
islam untuk menyambah malaikat. Dengan mengimani keberadaan malaikat, umat islam juga
menyadari bahwa tugas-tugas dan kewajiban yang dijalankan malaikat sangat dekat dan
berkaitan erat dengan kehidupan manusia8. Dengan memahami hal itu, umat islam akan
terdorong untuk mengerjakan amalan-amalan yang dihadiri dan didoakan malaikat atas perintah
Allah Swt. Di antara amalan-amalan tersebut adalahsebagai berikut:

 Mengerjakan ibadah pada malam Lailatul Qadar.


 Membaca Al-Qur’an dan berzikir kepada Allah Swt
 Mengerjakan kebajikan.
 Menuntut ilmu yang bermanfaat.
 Berjalan menuju masjid.
 Mengerjakan salat berjamaah pada saf yang pertama.
 Hadir lebih awal ketika mengerjakan salat jum’at.
 Memberikan sedekah dan infak dalam kebaikan.
 Mengerjakan ibadah haji dan wukuf di arafah.
 Mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
 Mengunjungi orang yang sakit.
 Tidur dalam keadaan berwudhu.

8
Syakh abu bakar jabir al-jazairi, Aqidatu Mu’min kupas tuntas aqidah seorang mu’min, Solo,
Daar An-Naba’,2014, hlm 212

14
BAB III
Penutup

1. Simpulan

Al-Quran adalah sumber utama untuk konsep Islam tentang malaikat.Beberapa dari
mereka, seperti Gabriel dan Mikhael, disebutkan namanya dalam Al Qur'an, yang lain hanya
disebut oleh fungsi mereka. Dalam literatur hadis, malaikat sering ditugaskan hanya pada satu
fenomena tertentu. Malaikat memainkan peran penting dalam literatur Mi'raj, di mana
Muhammad bertemu beberapa malaikat selama perjalanannya di surga.Malaikat selanjutnya
sering ditampilkan dalam eskatologi Islam, teologi Islam, dan filsafat Islam. Tugas yang
diberikan kepada malaikat mencakup, misalnya, mengkomunikasikan wahyu dari Allah,
memuliakan Allah, mencatat tindakan setiap orang, dan mengambil jiwa seseorang pada saat
kematian.

15
Syaikh Hafizh bin Ahmad Hakami mengatakan, yang di maksud iman kepada malaikat
adalah meyakini adanya malaikat, sebagai hamba Allah yang selalu tunduk dan beribadah.14
Syaikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi, mengatakan dalam bukunya: malaikat adalah makhluk
agung, jumlahnya banyak dan tak terbilang, tidak ada yang bisa menghitungnya selain Allah
semata. Allah meciptakan mereka dari cahaya, menciptaka mereka dengan tabiat baik, tidak
mengenal kejahatan, dan mereka tidak dperintahkan atapun melakukan itu. Karena itu mereka
taat kepada Rabb, tidak mendurhkai apapun yang diperintahkan, dan melakukan perintah yang
disampaikan.

Dengan memahami hal itu, umat islam akan terdorong untuk mengerjakan amalan-amalan
yang dihadiri dan didoakan malaikat atas perintah Allah Swt. Di antara amalan-amalan tersebut
adalahsebagai berikut:

 Mengerjakan ibadah pada malam Lailatul Qadar.


 Membaca Al-Qur’an dan berzikir kepada Allah Swt
 Mengerjakan kebajikan.
 Menuntut ilmu yang bermanfaat.
 Berjalan menuju masjid.
 Mengerjakan salat berjamaah pada saf yang pertama.
 Hadir lebih awal ketika mengerjakan salat jum’at.
 Memberikan sedekah dan infak dalam kebaikan.
 Mengerjakan ibadah haji dan wukuf di arafah.
 Mengucapkan shalawat kepada Nabi Muhammad Saw.
 Mengunjungi orang yang sakit.
 Tidur dalam keadaan berwudhu.

Beriman kepada malaikat berarti memercayai dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT
telah menciptakan makhluk bernama malaikat. Mengimani keberadaan malaikat merupakan hal
yang sangat penting. Walaupun kita tidak dapat melihat malaikat secara langsung. Namun jika

16
Allah mengkehendakinya, maka malaikat bisa dilihat oleh manusia. Kepercayaan tersebut akan
memurnikan amalan umat islam dari segala bentuk kesyirikan. Wujud malaikat mustahil dapat
dilihat dengan mata telanjang, karena mata manusia tercipta dari unsur dasar tanah liat kering
dari lumpur hitam yang diberi bentuk tidak akan mampu melihat wujud dari malaikat yang
asalnya terdiri dari cahaya, hanya Nabi Muhammad yang mampu melihat wujud asli malaikat
bahkan sampai dua kali. Para Malaikat diciptakan dari cahaya. Merupakan makhluk Allah yang
selalu taat dan tidak pernah maksiat. Malaikat adalah makhluk yang sangat besar, Malaikat juga
memiliki paras yang sangat indah.

2. Saran

Saran Dengan makalah ini diharapkan mahasiswa Islam khususnya kita sebagai generasi muda
penerus bangsa agar dapat mengetahui tentang seluk-beluk malaikat Allah. Baik pengertian,
macam-macam, tugas-tugas, serta lebih meningkatkan kadar keimanan kita kepada malaikat
Allah.

1. Kepada penulis selanjutnya diharapkan dapat mencari referensi yang lebih banyak lagi
mengenai malaikat Allah.

2. Marilah kita bersama-sama menjaga keimanan kita terhadap 6 rukun iman yang ada untuk
kelanjutan hidup kita dan selama hayat dikandung badan kita semua selamat dunia dan akhirat.

Daftar Pustaka

Syaikh Hafidz bn Ahmad Hakami, 222Kunci Aqidah yang Lurus, Jak-Sel, Mustaqim, 2001,

abu bakar jabir al-jazairi, Aqidatu Mu’min kupas tuntas aqidah seorang mu’min, Solo, Daar An-
Naba’,2014

Op.Cit, Iman, Ilmu dan Amal Saleh.

Zainuddin, Pahala Dalam Islam, (Jakarta, PT RINEKA CIPTA, 1992)

DR.Shalih Ibn Fauzan Al-Fauzan, Kitab Tauhid, Terj. Syahirul Alim Al-Adib ,Lc. (Jakarta:
Ummul Qura, 2012 ), hal.

17
Abu Bakar Jabir El-Jazair, 1990 : 1

Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan (Tafsir Al-Ayat Al-Tar-bawiy), Cet, IV, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2010)

Sehat Ihsan Shadiqin, Dialog Tasawuf Dan Psikologi Studi Kom-paratif Modern Hamka Dan
Spritual Quotient Danah Zohar, (Program Pasca Sarjana IAIN AR-Raniry Banda Aceh,
2004)

18

Anda mungkin juga menyukai