Anda di halaman 1dari 13

KEADILAN YANG BERDASARKAN TAFSIR HUKUM ISLAM

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Tafsir Ayat dan
Hadist Hukum Politik

Disusun Oleh:

DESNA ELIAN (106200072)

Dosen Pengampu:
Masburiyah, S. Ag. M. Fil

SEMESTER IV B
PRODI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Tafsir Ayat dan Hadist Ilmu Politik yang diampu oleh Ibu Masburiyah, S. Ag.
M. Fil kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran beliau, kami dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini kami kerjakan dengan semaksimal mungkin menggunakan sumber
seperti buku-buku yang telah ditetapkan dan juga sumber internet. Tapi terlepas dari itu
semua, kami sadar diri dengan kemampuan kami yang belum seberapa, sehingga
Makalah ini bisa dikatakan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami siap
menerima segala kritikan dan sarannya agar kami bisa memperbaiki dimasa yang akan
datang.

Jambi, 31 Mei 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI
p

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................................................ 2
BAB I ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 3
A. Latar Belakang ................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 4

C. Tujuan ............................................................. Error! Bookmark not defined.


BAB II ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
PEMBAHASAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.
A.PENGERTIAN KEADILAN ........................... Error! Bookmark not defined.
B. ASBABUN NUZUL DARI
KEADILAN…………………………….....................................................................7
C. POLITIK ISLAM………………………………………………………...…..11
BAB III ....................................................................................................................... 12
PENUTUP .................................................................................................................. 14
A. KESIMPULAN ................................................................................................. 14
B. SARAN............................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadilan merupakan sesuatu yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-
hari. Berlaku adil merupakan salah satu prinsip Islam yang dijelaskan dalam
berbagai nas al-Qur‘an. Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang
sangat ditekankan dalam islam, sehingga wajar bila tuntunan dan aturan agama
semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia
diperintahkan untuk berlaku adil. Syari‘at Islam yang diturunkan dari Allah SWT,
telah menanamkan dasar keadilan dalam masyarakat muslim yang tidak ada
duanya, yang tidak dikenal oleh masyarakat manusia dalam sejarah mereka dahulu,
dan tidak sampai kepadanya dalam sejarahnya sekarang. Hal ini karena ia
mengaitkan terealisasinya keadilan dalam dengan Allah, Allah-Lah yang
memerintahkan untuk berbuat adil, dan Dia-Lah yang mengawasi pelaksanaannya
dalam kehidupan nyata, Dia yang memberi pahala bagi yang melaksanakannya,
dan menjatuhkan siksa bagi yang mengabaikannya dalam segala situasi dan
kondisi1.

Berbicara tentang keadilan merupakan suatu konsep yang penting


dalamkehidupan manusia. Masalah keadilan tidak hanya wilayah kajian hukum
saja, tetapi juga masalah ini bisa dikaji dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora. Keadilan merupakan tujuan, sedangkan hukum hanya alat saja untuk
mencapai tujuan tersebut. Ternyata konsep atau bahkan nilai keadilan sering
dipengaruhi unsur subjektifitas manusia, sehingga keadilan terkadang hanya bisa

1
Heru Haruman ‖Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UIN

Sunan Gunung Djati, Fakultas Ushuluddin) 2013 hlm.1

3
dirasakan oleh pihak-pihak tertentu. Apa yang dirasa adil oleh seseorang belum
tentu dirasakan oleh orang lain atau golongan tertentu.2

B. Rumusan Masalah
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mencoba merumuskan
pembahasan:
1. Apa pengertian keadilan ?

2. Apa Ashabun Nuzul dari keadilan ?

3. Apa kaitan keadilan dengan ilmu politik ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari keadilan

2. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul dari keadilan

3. Untuk mengetahui kaitan keadilan dan ilmu politik

2
Heru Haruman ‖Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UIN

Sunan Gunung Djati, Fakultas Ushuluddin) 2013 hlm. 1

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan merupakan suatu hal yang paling mendasar yang harus ada dalam
institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran dalam sistem pemikiran. Suatu
hukum dan intuisi meskipun terlihat rapi dan efisien jika dirasa tidak memiliki
nilai keadilan maka ia harus dirombak ulang bahkan bisa dihapuskan. Dalam
keadilan terdapat kehormatan seseorang sehingga masyarakat sekalipun tidak bisa
mengganggu gugat. Atas dasar ini keadilan menolak hilangnya suatu kebebasan
sejumlah orang oleh sebagian orang lainya. Keadilan tidak akan membiarkan
segelintir orang mengambil dan menikmati suatu keuntungan yang diambil dari
suatu minoritas dengan suatu pemaksaan.

Keadilan tidak membiarkan pengorbanan yang dipaksakan pada segelintir


orang diperberat oleh sebagian besar keuntungan yang dinikmati banyak orang.
Oleh karena itu,dalam masyarakat yang adil kebebasan warga Negara dianggap
mapan; hak-hak yang dijamin oleh keadilan tidak tunduk pada tawar-menawar
politik atau kulkulasi kepentingan sosial. Satu-satunya hal yang mengijinkan kita
untuk menerima teori yang salah adalah karena tidak adanya teori yang lebih baik;
secara analogis, ketidakadilan bisa dibiarkan hanya ketika ia butuh menghindari
ketidakadilan yang lebih besar. Sebagai kebijakan utama umat manusia,
kebenaran dan keadilan tidak bisa diganggu gugat.3

Agama Islam mengajarkan bagi penganutnya untuk menjunjung tinggi nilai


keadilan,Islam memerintahkan setiap manusia untuk berbuat adil atau
menegakkan keadilan pada setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan (QS.an-
Nisaa (4) ayat 58:

3
John Rawls, Terjemahan Uzair Fauzan, Teori Keadilan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),
hlm.3-4.

5
َ‫ى ت ُ ؤَ د ُّّ ا ا ْْل َ ٰه ٌٰ ت ِ ا ِ لٰ ٰٓ ى ا َ ُ ْ ل ِ ِ َ ا ۙ َّ ا ِ ذ َ ا ح َ ك َ وْ ت ُ ن ْ ب َ ي ْ ي‬
ْ َ ‫ّٰللا َ ي َ أ ْ ه ُ ُر ك ُ ن ْ ا‬
‫۞ ا ِ ىَّ ه‬ 

‫ّٰللا َ ً ِ ع ِ و َّ ا ي َ ع ِ ظ ُ ك ُ ن ْ ب ِ َٖ ۗ ا ِ ىَّ ه‬
َ‫ّٰللا َ ك َ ا ى‬ ‫ى ت َ حْ ك ُ و ُ ْْ ا ب ِ ا ل ْ ع َ د ْ ل ِ ۗ ا ِ ىَّ ه‬ ْ َ‫س ا‬ ِ ‫ا ل ٌ َّ ا‬
‫ص ي ْ ًر ا‬ ِ َ ‫س َ وِ ي ْ ع ً ا ۢ ب‬

58. Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara
manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah
sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha
Mendengar, Maha Melihat.

keadilan sosial tidak menghalangi keadilan individu ketika bersifat ilahiah.


Kezaliman, lawan keadilan, dapat dihukum. Menjamin hak-hak manusia
merupakan tanggung jawab semua/seluruh manusia, karena hak-hak ilamiah
wujud sifatnya permanen dan pada prinsipnya universal.

B. ASBABUN NUZUL DARI KEADILAN

QS. Al- Hadid Ayat 25

‫ت َّا َ ًْزَ ْلٌَا َه َع ُِ ُن ْال ِك ٰت َب َْ ْال ِويْزَ اىَ ِل َيقُ ْْ َم‬ ِ ٌٰ ّ‫سلٌََا ِب ْال َب ِي‬
ُ ‫س ْلٌَا ُر‬ َ ‫لَقَ ْد ا َ ْر‬
‫اس‬ِ ٌَّ‫ش ِد ْيدٌ َّّ َهٌَا ِف ُع ِلل‬ َ ‫س‬ ٌ ْ ‫اس ِب ْال ِق ْس ِِۚط َّا َ ًْزَ ْلٌَا ْال َح ِد ْيدَ ِف ْي َِ َبأ‬
ُ ٌَّ‫ال‬
ࣖ ‫ي َع ِزي ٌْز‬ ٌّ ِْ َ‫ّٰللاَ ق‬
‫ب ا َِّى ه‬ ِ ۗ ‫سلََٗ ِب ْالغَ ْي‬ُ ‫ص ُر ٍٗ َّ ُر‬ ‫َّ ِل َي ْعلَ َن ه‬
ُ ٌْ َّ‫ّٰللاُ َه ْي ي‬
25. Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang
nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai
kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui
siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.

6
1. Asbabun Nuzulnya:

Dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan kepada kita semua, bahwa Allah
telah mengutus beberapa Rasul untuk menyampaikan risalahnya dengan berbagai
kemampuan dan bukti nyata (Mukjizat), yang membuktikan bahwa para Rasul
adalah manusia yang dipilih Allah untuk menyebarkan risalah-Nya, dalam hal ini
Allah SWT menjelaskan telah menjadikan besi bagi kemanfaatan manusia dan
dijadikan sebagai bukti bahwa Allah yang berkehendak atas segala sesuatu dan
segala hal.

2. Penafsirannya:

Sebagaimana penjelasan diatas, bahwa Allah SWT mengutus para Rasul


kepada umat-umat-Nya dengan membawa bukti-bukti yang kuat untuk
membuktikan kebenaran risalah Nya. Bukti-bukti itu adalah mukjizat-mukjizat
yang diberikan kepada para Rasul, seperti tidak terbakar oleh api sebagai mukjizat
Nabi Ibrahim As, mimpi yang benar sebagai mukjizat Nabi Yusuf As, Tongkat
sebagai mukjizat Nabi Musa As. Al-Quran sebagai mukjizat Nabi Muhammad
Saw dan sebagainya.

Sebagai dasar mengatur dan membina masyarakat, maka setiap agama


yang dibawa oleh para Rasul itu mempunyai asas "keadilan". Keadilan ini wajib
ditegakkan oleh para Rasul dan pengikut-pengikutnya dalam masyarakat, yaitu
keadilan penguasa terhadap rakyatnya, keadilan suami sebagai kepala rumah
tangga, keadilan pemimpin atas yang dipimpinnya dan sebagainya, sehingga
seluruh anggota masyarakat sama kedudukannya dalam hukum, sikap dan
perlakuan.

Allah SWT menerangkan bahwa Dia melakukan yang demikian itu agar Dia
mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang mengikuti dan menolong
agama yang disampaikan para Rasul yang diutus-Nya dan siapa yang
mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah SWT ingin menguji manusia dan
mengetahui sikap manusia terhadap nikmat-Nya itu. Manusia yang taat dan
tunduk kepada Allah akan melakukan semua yang disampaikan para Rasul itu,
karena ia yakin bahwa semua perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah,
walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi dirinya.

7
QS. Al-Maidah Ayat 42

َ ‫ِ ذتحك ِّٰۡل س ََ ّٰۡ لُ َّٰ َس لس ذِۡك ِّٰۡل س ََۡو ُّٰع‬


‫مس‬ ‫َس لۡ ِّٰ كَ ّٰس ل‬
ّٰ َٓ ّٰۡ ‫َس لۡ ِّٰ كَ ّٰ سَلۡل ّٰۡستۡ ُكٓ ّٰ ل س ۡسَل َِّٰس لۡ ر كۡ ّٰ ل سَل ّٰۡ كُ ّٰ سيل ّٰب لِ كَ ّٰ س ل ّٰ س ل‬ ّٰ َٓ ّٰ‫َۡس ل َِّٰسيكح‬
َ‫ََّ ّٰبۡلس يَ َّٰ َِ ّٰو َاسسۡس ل َِّٰس لُۡلتّٰ مل سَل ّٰۡ كُ ّٰ سيل ّٰبِل كَ ّٰس ا ّٰلبََي‬
َ ‫سسلست َكع ُ س َّٰ كت ِّٰو‬‫ۡس َِ ذ‬

Sammaa'uuna lilkazibi akkaaluuna lissuht; fa in jaaa'uuka fahkum bainahum aw


a'rid anhum wa in tu'rid 'anhum falany-yadurruuka shai'anw wa in hakamta
fahkum bainahum bilqist; innal laaha yuhibbul muqsitiin

Mereka sangat suka mendengar berita bohong, banyak memakan (makanan)


yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (Muhammad untuk
meminta putusan), maka berilah putusan di antara mereka atau berpalinglah dari
mereka, dan jika engkau berpaling dari mereka maka mereka tidak akan
membahayakanmu sedikit pun. Tetapi jika engkau memutuskan (perkara mereka),
maka putuskanlah dengan adil. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
adil.

Tafsir

Ayat ini sekali lagi menjelaskan sifat buruk orang Yahudi, yaitu bahwa
mereka sangat suka mendengar berita bohong, terutama yang berkaitan dengan
pribadi Nabi Muhammad, banyak memakan makanan yang haram, seperti
menerima suap, makan riba, dan lainnya. Jika mereka, orang Yahudi, datang
kepadamu, wahai Nabi Muhammad, untuk meminta putusan, maka berilah
putusan di antara mereka sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kitab Taurat atau
berpalinglah dari mereka, karena sebenarnya tidak ada manfaat sedikit pun, dan
jika engkau berpaling dari mereka dengan tidak melayani permintaan yang tidak
akan mereka lakukan, maka mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun.
Tetapi jika engkau memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah dengan adil
sesuai dengan hukum yang terdapat dalam Taurat. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah sangat menyukai orang-orang yang adil dalam memutuskan
perkara.

8
Ayat ini sekali lagi menjelaskan sifat-sifat Yahudi yang senang mendengar
berita-berita bohong tentang pribadi dan kerasulan Nabi Muhammad saw, untuk
menunjukkan bahwa perbuatan orang Yahudi itu selalu didasarkan atas hal-hal
yang tidak benar dan bohong; satu sifat yang amat jelek, hina dan merusak.

C. KEADILAN POLITIK ISLAM


Keadilan adalah norma kehidupan yang didambakan oleh setiap orang dalam
tatanan kehidupan sosial mereka. Lembaga sosial yang bernama negara maupun
lembaga-lembaga dan organisasi internasional yang menghimpun negara-negara
nampaknyapun mempunyai visi dan misi yang sama terhadap keadilan, walaupun
persepsi dan konsepsi mereka barangkali berbeda dalam masalah tersebut.
Keadilan merupakan konsep yang relatif. Skala keadian sangat beragam antara
satu negara dengan negara lain, dan masing-masing skala keadilan itu
didefinisikan dan ditetapkan oleh masyarakat sesuai dengan tatanan sosial
masyarakat yang bersangkutan.

Sebagaimana telah disinggung di atas, Abdul Qadir Abu Faris, dalam bukunya
yang berjudul sistem politik Islam, beranggapan bahwa keadilan merupakan salah
satu dari empat pilar dari sistem politik Islam. Sementara itu, M. Dhiaduddin Rais
menyebutnya sebagai salah satu dari empat prinsip dasar Negara
islam.Selanjutnya, Dhiaduddin mengatakan bahwa keadilan adalah tujuan umum
atau tujuan akhir dari pemerintahan Islam, dan merupakan salah satu kewajiban
bagi iman/pemimpin politik Islam untuk mewujudkannya. (2001:265).

Keadilan politik, demikian kata Madjid Khaduri (1999:19-20), diukur dengan


perundang-undangan negara, penguasa akan menentukan berapa banyuak unsur-
unsur keadilan yang terkandung dalam perundang-undangan negara. Dalam Islam,
orang-orang yang beriman memiliki pemikiran terhadap doktrin bahwa tatanan
publik mereka sesungguhnya berasal dari sumber Ilahi yang Maha Agung. Dalam
bentuknya yang membumi, sumber itu terdiri atas wahyu dan hikmah Ilahiah.
Yang pertama termaktub dalam al-Qur‘an dan yang kedua termaktub dalam
Sunnah Nabi (Hadits). Sesuai dengan tatanan publiknya, keadilan politik dalam

9
Islam—sudah tentu semua aspek dari keadilan—berasal dari Allah yang Maha
Kuasa, yang kehendaknya tidak diujikan secara langsung pada komunitas orang-
orang beriman, tapi melalui seorang Nabi dan Imam (penguasa).

Para pakar muslim yang berbicara tentang keadilan juga membahasnya dari
aspek sosio politik disebut keadilan sosial. Mereka berpendapat bahwa keadilan
seorang penguasa/pejabat pemerintahan –dalam hal yang berkaitan dengan hak-
hak keuangan rakyat, hak-hak yang menjadi konsekuensi suatu pekerjaan—akan
membuat rakyatnya merasa aman dan tentram, akan meningkatkan etos kerja
mereka, sehingga pembangunan sektor ekonomi meningkat dan terciptalah
kehidupan yang adil dan makmur. (M. Dhiauddin, 2001:269).

Dhiauddin melanjutkan, bahwa harta dan pekerjaan akan memperkuat negara


dan mempertahankan kesinambungan pemerintahan. Oleh karena itu, segala
bentuk kezaliman terhadap harta rakyat atau hak kepemilikan rakyat akan
membuat rakyat sengsara dan kemalasan untuk bekerja. Konsekuensi berikutnya
akan menimbulkan krisis kepercayaan terhadap penguasa, bahkan dapat
menimbulkan krisis ekonomi.

Quraisy Shihab (1996:126) pada akhir kajiannya tentang keadilan sosial


menegaskan bahwa keadilan yang dimaksud bukan mempersamakan semua
anggota masyarakat melainkan mempersamakan mereka dalam kesempatan
mengukir prestasi. Jika kesempatan berprestasi telah diberikan kepada seluruh
rakyat, namun diantara mereka ada yang kurang mampu, bahkan tidak mampu
berprestasi dalam mencari nafkah, maka jalan keluar yang ditempuh oleh
pemerintahan Islam adalah memberikan santunan kepada mereka; melalui zakat
atau lainnya. Surat al-Taubah ayat 60 menggambarkan orang-orang yang berhak
menerima santunan dari uang zakat antara lain : orang-orang fakir, miskin, amil,
mualaf, hamba sahaya (untuk usaha memerdekannya), gharim (orang pailit) dan
ibn sabil. Muad ibn Jabal ketika diutus menjadi Gubernur di Yaman mendapat
pesan dari rasulullah saw : ―Aku diperintah untuk mengambil zakat dari orang-

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam Alquran kata adil atau keadilan dipresentasikan dengan beberapa kata
yaitu kata al-’adl, al-qist dan al-mizan, kalimat-kalimat tersebut adalah, kata ‘ain
- dal - lam atau ‗adala. Kata keadian berasal dari kata adil yang secara bahasa
sikap yang ‗berpihak kepada yang benar‘, ‗tidak memihak salah satunya‘, ‗tidak
berat sebelah‘. adil ‘adl menurut literatur bahasa arab makna pokoknya adalah
‗al-istiwa’ (keadaan lurus/sama) dan al-I’wijaj (keadaan menyimpang).
Berikutnya adalah kata al-qist, arti asalnya adalah ―bagian‖ (yang wajar dan patut),
ini tidak harus mengantarkan adanya ―persamaan‖. Bukankah bagian dapat saja
diperoleh oleh satu pihak? Karena itu, kata al-qist lebih umum daripada kata al-
’adl, dan karena itu pula ketika alquran menuntut seseorang untuk berlaku adil
Terhadap dirinya sendiri, kata al-qist itulah yang digunakannya.

Keadilan dalam islam selalu mendapatkan posisi yang sangat penting.


Terbukti terdapat tiga kata yang paling masyhur untuk membahasakan keadilan
dalam alquran, meskipun dengan penekanan makna yang tentu saja berbeda.
Keadilan yang dibicarakan dan dituntut oleh alquran sangat bervariasi, tidak
hanya pada proses penetapan hukum atau terhadap pihak yang berseteru,
melainkan alquran juga menuntut keadilan terhadap diri sendiri, baik ketika
berucap, menulis, atau bersikap batin.

B. SARAN
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kekurangan, penulis sadar akan
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya untuk kritik dan sarannya diucapkan terimakasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

1
Heru Haruman ‖Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UIN

Sunan Gunung Djati, Fakultas Ushuluddin) 2013 hlm.1 John Rawls, Terjemahan Uzair Fauzan, Teori Keadilan,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm.3-4.

Murtadha Muthahhari, Barrasi-ye mabani-ye iqtishad-e Islami, (Telaah Ringkas Ihwal Prinsip-prinsip

Ekonomi Islam), alih bahasa (Teheran: Hikmat Publications, 1403 H.),hlm.15

1
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, (Jakarta: Pustaka Nasional,2016), hlm.262

12

Anda mungkin juga menyukai