Makalah diajukan untuk memenuhi tugas UTS mata kuliah Tafsir Ayat dan
Hadist Hukum Politik
Disusun Oleh:
Dosen Pengampu:
Masburiyah, S. Ag. M. Fil
SEMESTER IV B
PRODI HUKUM TATA NEGARA
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Tujuan dari penyusunan Makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Tafsir Ayat dan Hadist Ilmu Politik yang diampu oleh Ibu Masburiyah, S. Ag.
M. Fil kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan dan saran beliau, kami dapat
menyelesaikan Makalah ini.
Makalah ini kami kerjakan dengan semaksimal mungkin menggunakan sumber
seperti buku-buku yang telah ditetapkan dan juga sumber internet. Tapi terlepas dari itu
semua, kami sadar diri dengan kemampuan kami yang belum seberapa, sehingga
Makalah ini bisa dikatakan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami siap
menerima segala kritikan dan sarannya agar kami bisa memperbaiki dimasa yang akan
datang.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
p
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadilan merupakan sesuatu yang sangat signifikan dalam kehidupan sehari-
hari. Berlaku adil merupakan salah satu prinsip Islam yang dijelaskan dalam
berbagai nas al-Qur‘an. Prinsip ini benar-benar merupakan akhlak mulia yang
sangat ditekankan dalam islam, sehingga wajar bila tuntunan dan aturan agama
semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan manusia
diperintahkan untuk berlaku adil. Syari‘at Islam yang diturunkan dari Allah SWT,
telah menanamkan dasar keadilan dalam masyarakat muslim yang tidak ada
duanya, yang tidak dikenal oleh masyarakat manusia dalam sejarah mereka dahulu,
dan tidak sampai kepadanya dalam sejarahnya sekarang. Hal ini karena ia
mengaitkan terealisasinya keadilan dalam dengan Allah, Allah-Lah yang
memerintahkan untuk berbuat adil, dan Dia-Lah yang mengawasi pelaksanaannya
dalam kehidupan nyata, Dia yang memberi pahala bagi yang melaksanakannya,
dan menjatuhkan siksa bagi yang mengabaikannya dalam segala situasi dan
kondisi1.
1
Heru Haruman ‖Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UIN
3
dirasakan oleh pihak-pihak tertentu. Apa yang dirasa adil oleh seseorang belum
tentu dirasakan oleh orang lain atau golongan tertentu.2
B. Rumusan Masalah
Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis mencoba merumuskan
pembahasan:
1. Apa pengertian keadilan ?
C. Tujuan
2
Heru Haruman ‖Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UIN
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEADILAN
Keadilan merupakan suatu hal yang paling mendasar yang harus ada dalam
institusi sosial, sebagaimana halnya kebenaran dalam sistem pemikiran. Suatu
hukum dan intuisi meskipun terlihat rapi dan efisien jika dirasa tidak memiliki
nilai keadilan maka ia harus dirombak ulang bahkan bisa dihapuskan. Dalam
keadilan terdapat kehormatan seseorang sehingga masyarakat sekalipun tidak bisa
mengganggu gugat. Atas dasar ini keadilan menolak hilangnya suatu kebebasan
sejumlah orang oleh sebagian orang lainya. Keadilan tidak akan membiarkan
segelintir orang mengambil dan menikmati suatu keuntungan yang diambil dari
suatu minoritas dengan suatu pemaksaan.
3
John Rawls, Terjemahan Uzair Fauzan, Teori Keadilan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),
hlm.3-4.
5
َى ت ُ ؤَ د ُّّ ا ا ْْل َ ٰه ٌٰ ت ِ ا ِ لٰ ٰٓ ى ا َ ُ ْ ل ِ ِ َ ا ۙ َّ ا ِ ذ َ ا ح َ ك َ وْ ت ُ ن ْ ب َ ي ْ ي
ْ َ ّٰللا َ ي َ أ ْ ه ُ ُر ك ُ ن ْ ا
۞ ا ِ ىَّ ه
ّٰللا َ ً ِ ع ِ و َّ ا ي َ ع ِ ظ ُ ك ُ ن ْ ب ِ َٖ ۗ ا ِ ىَّ ه
َّٰللا َ ك َ ا ى ى ت َ حْ ك ُ و ُ ْْ ا ب ِ ا ل ْ ع َ د ْ ل ِ ۗ ا ِ ىَّ ه ْ َس ا ِ ا ل ٌ َّ ا
ص ي ْ ًر ا ِ َ س َ وِ ي ْ ع ً ا ۢ ب
ت َّا َ ًْزَ ْلٌَا َه َع ُِ ُن ْال ِك ٰت َب َْ ْال ِويْزَ اىَ ِل َيقُ ْْ َم ِ ٌٰ ّسلٌََا ِب ْال َب ِي
ُ س ْلٌَا ُر َ لَقَ ْد ا َ ْر
اسِ ٌَّش ِد ْيدٌ َّّ َهٌَا ِف ُع ِلل َ س ٌ ْ اس ِب ْال ِق ْس ِِۚط َّا َ ًْزَ ْلٌَا ْال َح ِد ْيدَ ِف ْي َِ َبأ
ُ ٌَّال
ࣖ ي َع ِزي ٌْز ٌّ ِْ َّٰللاَ ق
ب ا َِّى ه ِ ۗ سلََٗ ِب ْالغَ ْيُ ص ُر ٍٗ َّ ُر َّ ِل َي ْعلَ َن ه
ُ ٌْ َّّٰللاُ َه ْي ي
25. Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang
nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai
kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui
siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa.
6
1. Asbabun Nuzulnya:
Dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan kepada kita semua, bahwa Allah
telah mengutus beberapa Rasul untuk menyampaikan risalahnya dengan berbagai
kemampuan dan bukti nyata (Mukjizat), yang membuktikan bahwa para Rasul
adalah manusia yang dipilih Allah untuk menyebarkan risalah-Nya, dalam hal ini
Allah SWT menjelaskan telah menjadikan besi bagi kemanfaatan manusia dan
dijadikan sebagai bukti bahwa Allah yang berkehendak atas segala sesuatu dan
segala hal.
2. Penafsirannya:
Allah SWT menerangkan bahwa Dia melakukan yang demikian itu agar Dia
mengetahui siapa di antara hamba-hamba-Nya yang mengikuti dan menolong
agama yang disampaikan para Rasul yang diutus-Nya dan siapa yang
mengingkarinya. Dengan anugerah itu Allah SWT ingin menguji manusia dan
mengetahui sikap manusia terhadap nikmat-Nya itu. Manusia yang taat dan
tunduk kepada Allah akan melakukan semua yang disampaikan para Rasul itu,
karena ia yakin bahwa semua perbuatan, sikap dan isi hatinya diketahui Allah,
walaupun ia tidak melihat Allah mengawasi dirinya.
7
QS. Al-Maidah Ayat 42
Tafsir
Ayat ini sekali lagi menjelaskan sifat buruk orang Yahudi, yaitu bahwa
mereka sangat suka mendengar berita bohong, terutama yang berkaitan dengan
pribadi Nabi Muhammad, banyak memakan makanan yang haram, seperti
menerima suap, makan riba, dan lainnya. Jika mereka, orang Yahudi, datang
kepadamu, wahai Nabi Muhammad, untuk meminta putusan, maka berilah
putusan di antara mereka sesuai dengan yang ditetapkan dalam Kitab Taurat atau
berpalinglah dari mereka, karena sebenarnya tidak ada manfaat sedikit pun, dan
jika engkau berpaling dari mereka dengan tidak melayani permintaan yang tidak
akan mereka lakukan, maka mereka tidak akan membahayakanmu sedikit pun.
Tetapi jika engkau memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah dengan adil
sesuai dengan hukum yang terdapat dalam Taurat. Ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah sangat menyukai orang-orang yang adil dalam memutuskan
perkara.
8
Ayat ini sekali lagi menjelaskan sifat-sifat Yahudi yang senang mendengar
berita-berita bohong tentang pribadi dan kerasulan Nabi Muhammad saw, untuk
menunjukkan bahwa perbuatan orang Yahudi itu selalu didasarkan atas hal-hal
yang tidak benar dan bohong; satu sifat yang amat jelek, hina dan merusak.
Sebagaimana telah disinggung di atas, Abdul Qadir Abu Faris, dalam bukunya
yang berjudul sistem politik Islam, beranggapan bahwa keadilan merupakan salah
satu dari empat pilar dari sistem politik Islam. Sementara itu, M. Dhiaduddin Rais
menyebutnya sebagai salah satu dari empat prinsip dasar Negara
islam.Selanjutnya, Dhiaduddin mengatakan bahwa keadilan adalah tujuan umum
atau tujuan akhir dari pemerintahan Islam, dan merupakan salah satu kewajiban
bagi iman/pemimpin politik Islam untuk mewujudkannya. (2001:265).
9
Islam—sudah tentu semua aspek dari keadilan—berasal dari Allah yang Maha
Kuasa, yang kehendaknya tidak diujikan secara langsung pada komunitas orang-
orang beriman, tapi melalui seorang Nabi dan Imam (penguasa).
Para pakar muslim yang berbicara tentang keadilan juga membahasnya dari
aspek sosio politik disebut keadilan sosial. Mereka berpendapat bahwa keadilan
seorang penguasa/pejabat pemerintahan –dalam hal yang berkaitan dengan hak-
hak keuangan rakyat, hak-hak yang menjadi konsekuensi suatu pekerjaan—akan
membuat rakyatnya merasa aman dan tentram, akan meningkatkan etos kerja
mereka, sehingga pembangunan sektor ekonomi meningkat dan terciptalah
kehidupan yang adil dan makmur. (M. Dhiauddin, 2001:269).
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam Alquran kata adil atau keadilan dipresentasikan dengan beberapa kata
yaitu kata al-’adl, al-qist dan al-mizan, kalimat-kalimat tersebut adalah, kata ‘ain
- dal - lam atau ‗adala. Kata keadian berasal dari kata adil yang secara bahasa
sikap yang ‗berpihak kepada yang benar‘, ‗tidak memihak salah satunya‘, ‗tidak
berat sebelah‘. adil ‘adl menurut literatur bahasa arab makna pokoknya adalah
‗al-istiwa’ (keadaan lurus/sama) dan al-I’wijaj (keadaan menyimpang).
Berikutnya adalah kata al-qist, arti asalnya adalah ―bagian‖ (yang wajar dan patut),
ini tidak harus mengantarkan adanya ―persamaan‖. Bukankah bagian dapat saja
diperoleh oleh satu pihak? Karena itu, kata al-qist lebih umum daripada kata al-
’adl, dan karena itu pula ketika alquran menuntut seseorang untuk berlaku adil
Terhadap dirinya sendiri, kata al-qist itulah yang digunakannya.
B. SARAN
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kekurangan, penulis sadar akan
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah
selanjutnya untuk kritik dan sarannya diucapkan terimakasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
1
Heru Haruman ‖Keadilan Menurut Sayyid Qutb Dalam Tafsiir FI ZILALIL QUR’AN” (Bandung: UIN
Sunan Gunung Djati, Fakultas Ushuluddin) 2013 hlm.1 John Rawls, Terjemahan Uzair Fauzan, Teori Keadilan,
(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), hlm.3-4.
Murtadha Muthahhari, Barrasi-ye mabani-ye iqtishad-e Islami, (Telaah Ringkas Ihwal Prinsip-prinsip
1
Nunu Burhanuddin, Ilmu Kalam dari Tauhid Menuju Keadilan, (Jakarta: Pustaka Nasional,2016), hlm.262
12