Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TUJUAN HUKUM ISLAM


MATA KULAH : FILSAFAT HUKUM ISLAM

DOSEN PENGAMPU : JASMIATI, M.H

Oleh :

• Mei Sarah Al Himmah


• Asih Sundari

PROGRAM STUDI (AKHWAL SYAHSIYYAH)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
TUANKU TAMBUSAI
PASIR PENGARAIAN
ROKAN HULU
RIAU
2022 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullah Wabarokatuh.

Alhamdulillahirobil’alamin banyak nikmat yang Allah Swt berikan kepada kita semua, puji
dan syukur juga ucapkan kepada Allah Swt sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan juga kami mengucapkan terimakasih kepada IBU JASMIATI, MH selaku dosen mata
kuliah FILSAFAT HUKUM ISLAM yang telah memberi tugas kepada kami. Kami
menyadari bahwa pembuatan makalah ini berkat ridho Allah Swt dan tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar
besarnya kepada semua pihak dan teman teman yang telah membantu membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa tulisan makalah ini jauh dari kata sempurna baik materi maupun
penulisan nya, namun kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
di miliki, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. …… 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................. …… 1
C. Tujuan Penulis……………………………………………………………………… 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian hukum islam………………………………………………………….….... 2
B. Pengertian tujuan hukum islam……………………………………………………..… 3
C. Tujuan hukum islam………………………………………………………………...… 4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..………10

B. Saran…………………………………………………………………………...……..10

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAULUAN
A. Latar Belakang

Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa umat Islam di Indonesia adalah unsur paling
mayoritas. Dalam tatanan dunia Islam internasional, umat Islam Indonesia bahkan dapat
disebut sebagai komunitas muslim paling besar yang berkumpul dalam satu batas teritorial
kenegaraan. Ole Karena itu, menjadi sangat menarik untuk memahami hukum Islam di tengah-
tengah komunitas Islam terbesar di dunia itu. Pertanyaan-pertanyaan seperti seberapa jauh
pengaruh kemayoritasan kaum muslimin Indonesia itu terhadap penerapan hukum Islam di
Tanah Air ? Maka dapat dijawab dengan hukum Islam di Indonesia.

Hukum yang menjadi tuntunan masyarakat merupakan cita cita sosial yang tidak pernah
berhenti dikejar sampai akhir hayat, baik hukum dari norma berkehidupan sosial maupun
hukum dalam ajaran agama yang dianut, dalam konteks kali ini lebih mengarah kepada hukum
Islam sebagai agama yang kita anut dan kita yakini eksistensinya. Tuhan Mensyari’atkan
hukum-Nya bagi manusia tentunya bukan tanpa tujuan, melainkan demi kesejahteraan,
kemaslahatan manusia itu sendiri. Perwujudan perintah tuhan dapat dilihat lewat Al-qu’ran dan
penjabaran dapat tergambar dari hadis Nabi Muhammad SAW. Manusia luar biasa yang
memiliki hak khusus untuk menerangkan kembali maksud Tuhan dalam Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Apa pengertian hukum Islam?

2. Apa pengertian tujuan hukum Islam?


3. Apa tujuan dari hukum Islam?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang dicapai dalam makalah ini sebagai
berikut:

1. Agar mengetahui dan memahami apa itu hukum Islam.


2. Agar mengetahui dan memahami pengertian dari tujuan hukum Islam.
3. Agar mengetahui dan memahami tujuan dari hukum Islam.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hukum Islam

Hukum islam adalah ilmu tentang hukum dalam agama islam. Hukum islam sebagai sistem
hukum yang bersumber dari Din al Islam sebagai suatu sistem hukum dan suatu disiplin ilmu,
hukum islam mempunyai dan mengembangkan istilah-istilahnya sendiri sebagaimana disiplin
ilmu yang lain. Dalam studi hukum islam, di indonesia, sering kali dijumpai istilah hukum
islam, syari’ah, fiqh, serta beberapa istilah teknis lainnya. Istilah hukum islam merupakan
istilah khas Indonesia. Makna syari’ah adalah jalan ke sumber (mata) air, dahulu (di arab) orang
mempergunakan kata syari;ah untuk sebutan jalan setapak menuju ke sumber (mata) air yang
diperlukan manusia untuk minum dan membersihkan diri.

Kata syari’ah ini juga berarti jalan yang lurus, jalan yang lempang tidak berkelok-
kelok,juga berarti jalan raya. Kemudian penggunaan kata syari’ah ini bermakna peraturan,
adapt kebiasaan, undang-undang dan hukum. Syariah islam berarti segala peraturan agama
yang di tetapkan Allah untuk ummat islam, baik dari Al-Qur’an maupun dari sunnah Rasulullah
saw. yang berupa perkataan,perbuatan ataupun takrir (penetapan atau pengakuan). Pengertian
tersebut meliputi ushuluddin (pokok-pokok agama), yang menerangkan tentang keyakinan
kepada allah berserta sifat-sifatnya, hari akhirat dan sebagainya, yang semuanya dalam
pembahasan ilmu tauhid atau ilmu kalam.

Ia juga mencakup kegiatan-kegiatan manusia yang mengarah kepada pendidikan jiwa dan
keluarga serta masyarakat. Demikian pula tentang jalan yang akan membawanya kepada
kehidupan yang sejahtera dan bahagia. Ini semuanya termasuk dalam pembahasan ilmu akhlak.
Menurut pengertian-pengertian tersebut, syariah itu meliputi hukum-hukum Allah bagi seluruh
perbuatan manusia, tentang halal,haram makruh,sunnah dan mubah pengertian inilah yang kita
kenal ilmu fiqih, yang sinonim dengan istilah “undang-undang”. Para pakar hukum islam
selalu berusaha memberikan batasan pengertian “Syariah” yang lebih tegas, untuk
memudahkan kita mebedakan dengan fiqih, yang dia antaranya sebagai berikut:

1. Imam Abu Ishak As-syatibi dalam bukunya Al-Muwafaqat ushulil ahkam mengatakan
bahwasannya arti syariat itu sesungguhnya menetapkan batas tegas bagi orang-orang
mukallaf dalam segala perbuatan,perkataan dan akidah mereka.

2. Prof. DR. Mahmud Salthut mengatakan bahwa syari’ah ialah segala peraturan yang
telah diisyaratkan Allah, atau Dia telah mensyariatkan dasar-dasarnya, agar manusia
melaksanakannya, untuk dirinya sendiri dalam berkomunikasi dengan tuhannya dengan
sesama muslim dengan sesama manusia dengan alam semesta dan berkomunikasi
dengan kehidupan.

B. Pengertian Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam sejatinya adalah tujuan Pencipta hukum Islam itu sendiri. Tujuan
hukum Islam adalah arah setiap perilaku dan tindakan manusianya dalam rangka mencapai
kebahagiaan hidup dengan mentaati serta menghindari apa yang telah menjadi hukumNya.
Dalam FirmanNya Allah tegas memberikan segala ciptaannya pada manusia itu tidaklah sia-
sia. Surah Al-Mu’minun ayat 115 yakni

◼ ☺ ⬧⬧


 ◆⬧ ◆ ⧫⧫
 ⧫❑➔➔

Artinya: Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara
main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? (Q.S. Al-
Mu’minun: 115)

Allah SWT menurunkan syari’at hukum Islam untuk mengatur kehidupan manusia, baik
selaku pribadi maupun selaku anggota masyarakat. Hukum Islam melarang perbuatan yang
pada dasarnya merusak kehidupan manusia, sekalipun perbuatan itu disenangi oleh manusia
atau sekalipu perbuatan itu dilakukan hanya oleh seseorang tanpa merugikan orang lain, seperti
seorang yang minum-minuman memabukkan (khamr). Dalam pandangan Islam perbuatan
orang itu tetap dilarang, karena dapat merusak akalnya yang seharusnya ia pelihara, walaupun
mereka membeli minuman tersebut dengan uangnya sendiri dan diminum dirumahnya tanpa
mengganggu orang lain.

Demikian juga perbutan hubungan seksual di luar nikah (zina), perbuatan tersebut mutlak
dilarang siapapun yang melakukanya, walaupun mereka melakukanya itu dengan suka sama
suka, tanpa paksaan dan tidak merugikan orang lain. Hal yang sama umpamanya melakukan
bunuh diri, membuang jam tanganya ke laut, atau membakar harta miliknya. Sekalipun
perbuatan itu tidak merugikan orang lain, namum tetap perbuatan tersebut terlarang. Perbuatan
di atas, menurut hukum di luar Islam, bukan suatu yang terlarang, selama tidak merugikan
orang lain, atau merugikan masyarakat.
Dengan demikian Islam adalah agama yang memberi pedoman hidup kepada manusia
secara menyeluruh, meliput segala aspek kehidupannya menuju tercapainya kebahagian hidup
rohani dan jasmani, baik dalam kehidupan individunya maupun dalam kehidupan
masyarakatnya.

C. Tujuan Hukum Islam

Tujuan hukum Islam secara global atau bisa dikategorikan tujuan umumnya adalah untuk
kemaslahatan manusia seluruhnya baik kemaslahatan di dunia fana ini, maupun kemashlahatan
di hari yang baqa (kekal) kelak. Seperti yang telah disinggung dalam latar belakang
pengambilan judul ini, keberadaan hukum tidak dapat terlepas dengan tujuan dan harapan
manusia sebagai pelaku atau subjek hukum, dan harapan manusia sebagai pelaku hukum disini
dapat kita kategorikan sebagai tujuan khusus diantaranya :

1. Kemashlahatan hidup bagi diri dan orang lain

2. Tegaknya Keadilan

3. Persamaan hak dan kewajiban dalam hukum

4. Saling kontrol di dalam kehidupan bermasyarakat

5. Kebebasan berekspresi, berpendapat, bertindak dengan tidak melebihi batas-batas


hukum dan norma sosial.

6. Regenerasi sosial yang positif dan bertanggung jawab.

Asy Syatibi mengatakan bahwa tujuan syariat hukum Islam adalah mencapai
kemashlahatan hambanya, baik di dunia maupun diakhirat. Kemashlahatan tersebut didasarkan
kepada 5 hal mendasar, diantaranya: memelihara agama (hifzh ad-din), memelihara jiwa (hifzh
an-nafs), memelihara akal (hifzh al-‘aql), memelihara keturunan (hifzh an-nashl), memelihara
kekayaan (hifzh al-mal).

Sementara pengertian memelihara itu sendiri ada dua aspek dasar :

1. Hifzh ad-din min janib al wujud, aspek yang menguatkan unsur-unsurnya dan
mengokohkan landasanya. Contohnya : mengucapkan dua kalimat syahadat, shalat,
puasa, dan naik haji.
2. Hifzh ad-din min janib al-adam, aspek yang mengantisipasi agar kelima tersebut tidak
terganggu dan terjaga dengan baik. Contohnya : adanya hukum jinayah.

Kembali kepada dasar dari tujuan syariat Islam yang lima tadi, yakni Al Maqaashidu ‘l-
Khamsah, yaitu :

1. Memelihara Kemashlahatan Agama

Beragama merupakan kebutuhan utama yang harus dipenuhi karena agamalah yang dapat
menyentuh hati nurani manusia. Agama juga harus terpelihara dari ancaman orang-orang yang
tidak bertanggung jawab yang hendak merusakkan akidah, ibadah, dan akhlaknya. Hal ini
didasarkan dengan Firman Allah Surat Asy-Syura’ ayat 13 :

⬧⧫ ◆  ⧫◆


⧫ ◼ ⬧ 


Artinya: Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya
kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa Yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah
kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang
kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali
(kepada-Nya). (QS. As-Syura’: 13).

2. Memelihara Jiwa

Islam melarang pembunuhan dan pelaku pembunuhan diancam denngan hukuman qiyas
(pembalasan yang seimbang), diharapkan agar orang-orang yang akan melakukan pembunuhan
berfikir seribu kali karena balasannya akan sama, yakni pembunuh juga akan dibunuh.

Allah telah berfirman didalam surat Al Baqarah 178-179:

❑⧫◆ ⧫ ⧫


  ◼⧫ 
⧫ ⧫  ◼⬧
➔ ➔◆
☺⬧  ⬧ ⬧◆
   ⬧ ◆
➔☺ ⧫⬧
  ⬧ ◆
◼▪   ⬧
➔⧫ ⧫ ☺⬧  ☺◆◆
  ⧫ ⬧⬧ ⬧
❑◆   ⬧◆
→➔⬧ ⧫ ⧫
 ⧫❑→⬧

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan
orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan
hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu
pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi
ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari
Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu,
Maka baginya siksa yang sangat pedih. Al Baqarah (178)

Artinya: Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang
yang berakal, supaya kamu bertakwa. Al Baqarah (179)

Qishaash ialah mengambil pembalasan yang sama. qishaash itu tidak dilakukan, bila yang
membunuh mendapat kema'afan dari ahli waris yang terbunuh Yaitu dengan membayar diat
(ganti rugi) yang wajar. pembayaran diat diminta dengan baik, umpamanya dengan tidak
mendesak yang membunuh, dan yang membunuh hendaklah membayarnya dengan baik,
umpamanya tidak menangguh-nangguhkannya. bila ahli waris si korban sesudah Tuhan
menjelaskan hukum-hukum ini, membunuh yang bukan si pembunuh, atau membunuh si
pembunuh setelah menerima diat, Maka terhadapnya di dunia diambil qishaash dan di akhirat
Dia mendapat siksa yang pedih.
3. Memelihara Akal

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna, diciptakan Allah dengan bentuk yang
paling sempurna diantara ciptaan Allah yang lainnya, begitupula dengan akal yang
anugerahkan Allah hanya kepada manusia, bahwa akal sangat penting peranannya dalam hidup
di dunia ini. Oleh karena itu Allah mensyariatkan peraturan untuk manusia guna memelihara
akal yang sangat penting itu, seperti Allah melarang meminum-minuman keras, untuk apa ?
untuk menjaga akal manusia.

Allah menjelaskan ini melalui surat Al Maidah ayat 90-91

 ◆⧫ ☺


☺ →⧫  →
⧫⧫  ⧫  ⧫⧫
⧫ ⧫ ◼⧫ ⬧  
⧫ ⧫⬧  ◼⧫ 
⧫ ⬧◆   ◼⧫
⬧  ⬧◆  ✓
 ⧫⧫ ☺ ❑◆
⧫ ☺ ⬧ ❑⬧
☺ →⧫◆ ◆◼⧫
⬧ ◆❑➔◆ ◼◆◆◆
➔  ➔⧫ ☺ 
 ◆◆ ⧫❑➔⬧ ⬧
 ✓⬧   ⬧ 

Artinya: Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan
kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah
menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-
hamba-Nya. karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan.
dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan. Al Baqarah : (90)
Artinya: Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang
diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang
diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan
sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa
yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi
Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?". Al Baqarah : (91)

4. Memelihara Keturunan

Islam mengatur pernikahan dan mengaharamkan zina, menetapkan siapa-siapa yang boleh
dan tidak boleh dinikahi, bagaimana cara perkawinan itu dilakukan dan syarat apa yang harus
dipenuhi, agar pernikahan itu sah, dan anak-anak yang lahir dari hubungan itu dianggap sah
pula menjadi keturunan dari ayahnya.

Firman Allah surat An Nisa ayat 3 :

 ❑➔   ◆


⬧ ⧫ ❑⬧⬧ ◆⧫◆
⧫   ⬧
 ⬧  ⧫◆ ◼➔◆
⧫  ◼◆❑⬧ ❑➔⬧ 
⬧  ☺ ⬧◼⧫
 ❑❑➔⬧  

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan
yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain)
yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki.
yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. Berikanlah
maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan
penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari
maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai
makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.”

5. Memelihara Harta Benda dan Kehormatan

Sejatinya memang harta benda itu milik Allah, namun Islam juga mengakui hak pribadi
seseorang. Manusia terkadang tamak terhadap harta benda, mendapatkan harta benda itu
dengan jalan apapun, maka dari itu Allah mengatur mengenai muamalat seperti jual-beli, sewa
menyewa, gadai, melarang penipuan, riba dan sebagainya. Maka dari itu Allah berfirman dalam
Al Quran surah Al Baqarah 188 :

⧫ ⬧◆❑ ❑➔⬧ ◆


 ❑➔◆ ⧫
❑➔→⧫ ⧫ ◼
 ◆❑  ⬧
⧫❑☺◼➔⬧ ◆ 


Artinya: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui. Al Baqarah : 188.

Lima tujuan syari’at diatas difokuskan menjadi tiga peringkat kebutuhan berdasarkan skala
prioritas masing-masing, yaitu:

1. Kebutuhan Dharuriyah

Kebutuhan dharuriyah atau kebutuhan utama, yang menjadi skala prioritas yang paling
essensial, yakni kelima tujuan syariat itu sendiri memelihara agama, memelihara jiwa,
memelihara akal, memelihara keturunan, dan memelihara harta.

2. Kebutuhan Hajjiyah

Kebutuhan hajjiyah ditujukan untuk menghilangkan kesulitan di dalam pelaksanaannya,


karena hukum Islam tidak menghendaki kesulitan yang tidak wajar.

3. Kebutuhan Tahsiniyah
Kebutuhan tahsiniyah ditujukan untuk mengendalikan kehidupan manusia agar selalu
harmoni, serasi dan penuh dengan nilai-nilai estetika sehingga terjaminlah manusia oleh
perilaku atau akhlaqnya yang terpuji.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Hukum islam yakni ilmu tentang hukum dalam agama islam. Hukum islam sebagai
sistem hukum yang bersumber dari Din al Islam sebagai suatu sistem hukum dan suatu
disiplin ilmu, hukum islam mempunyai dan mengembangkan istilah-istilahnya sendiri
sebagaimana disiplin ilmu yang lain. Istilah hukum islam merupakan istilah khas
Indonesia.

2. Arti dari tujuan hukum Islam adalah arah setiap perilaku dan tindakan manusianya
dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup dengan mentaati serta menghindari apa
yang telah menjadi hukum-Nya.

3. Tujuan Hukum Islam yakni untuk kemaslahatan manusia seluruhnya baik kemaslahatan
di dunia fana ini, maupun kemashlahatan di hari yang baqa (kekal) kelak.

B. Saran
Dengan terbentuknya makalah ini kami harap dapat bermanfaat bagi kita semua dan juga
dalam kehidupan kita mengenai bagaimanatujuan dari hukum Islam. Dan juga kita dapat
mengambil hikmah dan semoga kita dapat mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dan juga saran dari pembaca sekalian untuk menjadi motivasi bagi kami untuk membuat
makalah yang lebih baik lagi kedepannya apabila diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud, Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Press, 1998.

Arifin, Miftahul & Faishal Haq, Ushul Fiqh, Surabaya: Citra Media, 1997.
Muslehuddin, Muhammad, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis, Yogyakarta,: PT.
Tiara Wacana Yogya, 1997.
Praja, Juhaya S., Filsafat Hukum Islam, Bandung : LPPM Universitas Islam, 1998.
Qur’an In Word.

Rasjidi, M., Hukum Islam dan Pelaksanaanya dalam Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1976.
Saebani, Beni Ahmad, Filasafat Hukum Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Syah, Ismail Muhammad, Filsafat Hukum Islam, Jakarta: Radar Jaya Offset, 2004.
Usman, Suparman, Hukum Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002

Anda mungkin juga menyukai