Anda di halaman 1dari 156

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM

KB PADA PASANGAN MUSLIM DI BAWAH UMUR DALAM


MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Oleh:

EVA NURFITRIANI
NIM : 180 402 004

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapat


gelar Magister Hukum

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020

i
TESIS

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM


KB PADA PASANGAN MUSLIM DI BAWAH UMUR DALAM
MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH
DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Pembimbing:

Dr. H. Sainun., M.Ag


Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum.

Oleh :
EVA NURFITRIANI
NIM : 180 402 004

Tesis ini ditulis untuk memenuhi sebagaian persyaratan untuk mendapat


gelar Magistar Hukum

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2020

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis oleh EVA NURFITRIANI NIM 180 402 004 dengan judul “Analisis
Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Program KB Pada Pasangan Muslim di
bawah umur dalam mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah warahmah di
Kabupaten Lombok Tengah telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji :

Disetujui pada tanggal, 30 Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. H. Sainun, M. Ag Dr. Hj. Teti Indrawati P.,M.Hum


NIP :196412311992031037 NIP: 197508201999032003

iv
PENGESAHAN PENGUJI

Tesis oleh EVA NURFITRIANI, NIM : 180 402 004 dengan judul “Analisis
Hukum Islam terhadap pelaksanaan Program KB pada pasangan Muslim di bawah
umur dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten
Lombok Tengah” telah dipertahankan di depan Dewan penguji pascasarjana UIN
Mataram pada tanggal 13 Agustus tahun 2020.

Dewan Penguji :

DEWAN PENGUJI

1. Dr.Hairul Hamim., M.A

(Ketua/Penguji) Tanggal:

2. Moh Abdun Nasir., M A,P.hD.

(Penguji Utama) Tanggal:

3. Dr. H. Sainun, M. Ag

(Pembimbing I) Tanggal:

4. Dr. Hj. Teti Indrawati P., M.Hum

(Pembimbing II) Tanggal:

Mengertahui,
Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri Mataram.

Prof. Dr. Suprapto., M.Ag


NIP :197207202000031002

v
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISM

vii
ABSTRAK
Pro-Kontra tentang penggunaan alat kontrasepsi dalam Masyarakat islam
telah menjadi polemik yang tak kunjung selesai. Dimulai sejak pemerintah
mencanangkan program KB (Keluarga Berencana) tahun 1968 hingga hari ini, ada
pihak yang merasa di untungkan tetapi tak sedikit pula yang merasa dirugikan dan
akhirnya meninggalkan praktik kontrasepsi yang sebelumnya diikuti sepenuh hati
padahal sesungguhnya Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu cara yang
tepat dan digunakan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Untuk target pencapaian program KB pada awal-awal tahun 70-an
pelaksanaannya agak memaksa peserta KB namun berjalannya waktu serta
meningkatnya kesadaran masyarakat bahwa menjadi akseptor KB dapat
meningkatkan kualitas keluarga tersebut karena fenomena sosial perkawinan usia
muda di Indonesia merupakan salah satu fenomena yang banyak terjadi diberbagai
wilayah ditanah air, baik diperkotaan maupun dipedesaan. Hal ini menunjukkan
kesederhanaan pola fikir masyarakat sehingga penomena sosial (pernikahan usia
dini) masih berulang terus dan masih terjadi di berbagai tanah air baik di kota-kota
besar maupun dipelosok tanah air termasuk di Kabupaten Lombok Tengah.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yang didapatkan
dari wawancara dengan imforman serta observasi yang dilakukan dilapangan dan
data sekunder yang diperoleh dari instansi terkait seperti Dinas Pemberdayaan
Perempuan Perlindungan anak pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana.
Teknik analisis data menggunakan analisis data diskriptif kualitatif dengan
pengujian keabsahan data menggunakan teknik Triangulasi sehingga lebih valid
data yang di dapat di lapangan, fenomena perkawinan usia muda akan berdampak
pada kehidupan keluarga dan kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Selain
banyaknya terjadi kasus perceraian, kematian bayi dan ibu dalam kasus
perkawinan muda merupakan kasus tertinggi di Indonesia. Untuk mengantisipasi
perkembangan tersebut, Rencana Pembangunan Jangka menengah (RPJM) 2004-
2009 mengamanatkan peningkatan kualitas penduduk dilakukan melalui
pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian dan peningkatan kualitas
program Keluarga Berencana terhadap anak yang melakukan pernikahan dibawah
umur karena dalam membina sebuah keluarga yang Sakinah mawaddah warahmah
tidaklah mudah karena harus saling memupuk kepercayaan antara satu sama lain
musyawarah dalam setiap permasalahan dan sebagainya karena seyogyanya masih
tergantungan kepada orang tua masing-masing.
Katakunci : Analisis Hukum Islam, Pelaksanaan program KB, pasangan di bawah umur,
mewujudkan keluarga Sakinah mawaddah warahmah.

viii
ABSTRACT

The pro and contra of using contraceptives in an Islamic society have


become a persistent polemic. Starting from the time the government launched the
Family Planning (KB) program in 1968 until today, there are parties who feel
fortunate but not a few who feel disadvantaged and finally leave the practice of
contraception which was previously followed wholeheartedly when in fact Family
Planning (KB) is one of the methods. appropriate and used to improve the health
and well-being of the family.
For the target of achieving the family planning program in the early 70s its
implementation somewhat forced family planning participants, but time went on
and increased public awareness that being a family planning acceptor could
improve the quality of the family because the social phenomenon of marriage at a
young age in Indonesia is one of the phenomena that often occurs in various areas
in the homeland, both urban and rural areas. This shows the simplicity of the
people's mindset so that social phenomenon (early age marriage) is still repeated
and still occurs in various countries, both in big cities and in remote areas of the
country, including in Central Lombok Regency.
This study uses a descriptive method with a qualitative approach. Sources of
data in this study are primary data obtained from interviews with informants and
observations made in the field and secondary data obtained from related agencies
such as the Office of Women's Empowerment, Child Protection, Population
Control and Family Planning. The data analysis technique uses descriptive
qualitative data analysis by testing the validity of the data using the Triangulation
technique so that the data obtained in the field is more valid, the phenomenon of
young marriage will have an impact on family life and the quality of Indonesian
human resources. Apart from the large number of divorce cases, infant and
maternal mortality in cases of young marriage is the highest case in Indonesia. To
anticipate these developments, the 2004-2009 Medium Term Development Plan
(RPJM) mandates that the population quality be improved through birth control,
reducing the mortality rate and improving the quality of the family planning
program for children who marry underage because in fostering a family that is not
Sakinah mawaddah warahmah. easy because you have to cultivate mutual trust
between one another during deliberation in every problem and so on because it
should still depend on your parents.

Keywords : Analysis of Islamic Law, Implementation of family planning programs, underage


couples, realizing the Sakinah family of mawaddah warahmah.

ix
‫نبذة خمترصة‬

‫ا‬
‫مستمرا‪ .‬بدءاا‬
‫ا‬ ‫أصبحت إجيابيات وسلبيات استخدام وسائل منع احلمل يف المجتمع اإلساليم جداًل‬
‫من الوقت اذلي أطلقت فيه احلكومة برنامج تنظيم األرسة (تنظيم األرسة) يف اعم ‪ 1968‬وحىت ايلوم هناك‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫أخريا ممارسات منع‬ ‫أطراف تشعر بأنها حمظوظة ولكن ليس عددا قليال منهم يشعرون بالرضر ويرتكون‬
‫ا‬
‫احلمل الىت تم اتباعها سابقا بإخالص يف حني أن تنظيم األرسة (‪ )KB‬هو أحد الطرق‪ .‬مناسبة وتستخدم‬
‫تلحسني صحة ورفاهية األرسة‪.‬‬

‫بالنسبة لهدف حتقيق برنامج تنظيم األرسة يف أوائل السبعينيات أجرب تنفيذه إىل حد ما المشاركني‬
‫ا‬
‫يف تنظيم األرسة ولكن مر الوقت وزاد الويع العام بأن كونك متقبال تلنظيم األرسة يمكن أن حيسن نوعية‬
‫األرسة ألن الظاهرة اًلجتماعية للزواج يف سن مبكرة يف إندونيسيا يه إحدى الظواهر الىت حتدث يف العديد‬
‫من األماكن‪ .‬مناطق الوطن سواء احلرضية أو الريفية‪ .‬يوضح هذا بساطة عقلية انلاس حبيث ًل تزال الظاهرة‬
‫اًلجتماعية (الزواج المبكر) تتكرر وًل تزال حتدث يف بادان خمتلفة سواء يف المدن الكربى أو يف المناطق‬
‫انلائية من ابلالد بما يف ذلك منطقة لومبوك الوسطى‪.‬‬

‫يستخدم هذا ابلحث المنهج الوصيف مع المنهج انلويع‪ .‬مصادر ابليانات يف هذه ادلراسة يه ابليانات‬
‫األويلة الىت تم احلصول عليها من المقابالت مع المخربين والمالحظات الىت تم إجراؤها يف الميدان وابليانات‬
‫اثلانوية الىت تم احلصول عليها من الواكًلت ذات الصلة مثل مكتب تمكني المرأة ومحاية الطفل ومراقبة‬
‫الساكن وتنظيم األرسة‪ .‬تستخدم تقنية حتليل ابليانات حتليل ابليانات الوصفية انلوعية عن طريق اختبار صحة‬
‫ابليانات باستخدام تقنية اتلثليث حبيث تكون ابليانات الىت تم احلصول عليها يف الميدان أك ر صحة وسوف‬
‫يكون لظاهرة زواج الشباب تأثري ىلع احلياة األرسية ونوعية الموارد البرشية اإلندونيسية‪ .‬باإلضافة إىل‬
‫حاًلت الطالق العديدة‪ ,‬وفيات الرضع واألمهات يف حالة زواج الشباب يه أىلع حالة يف إندونيسيا‪ .‬تلوقع‬
‫هذه اتلطورات ‪ ,‬تنص خطة اتلنمية المتوسطة األجل ‪ )RPJM( 2009-2004‬ىلع حتسني نوعية الساكن من‬
‫خالل حتديد النسل‪ ,‬خفض معدل الوفيات وحتسني جودة برنامج تنظيم األرسة لألطفال اذلين يزتوجون دون‬
‫السن القانونية ألن راعية أرسة يه سكينة مودة ورمحة ليس باألمر السهل ألنه يتعني عليهم تعزيز اثلقة‬
‫المتبادلة يف بعضهم ابلعض واتلداول يف لك مشلكة وما إىل ذلك ألنه ًل يزال جيب أن يعتمد ىلع وادليهم‪- .‬لك‪.‬‬

‫اللكمات المفتاحية‪ :‬حتليل الرشيعة اإلسالمية ‪ ,‬تنفيذ برامج تنظيم األرسة ‪ ,‬األزواج القرص ‪ ,‬إدراك اعئلة‬
‫سكينة من مودة ورمحة‪.‬‬

‫‪xi‬‬
xii

MOTTO :

َ‫ض َع َٰ افا َخافُوا ْ َعلَ ييه يم فَلي َي ذت ُقوا ْ ٱ ذّلل‬ ٗ‫َ يَ ي َ ذ َ َي ََ ُ ْ ي َ ي ي ُ ذ‬


ِ ِ ‫ويلخش ٱذلِين لو تركوا مِن خلفِ ِهم ذرِية‬
‫َو ييلَ ُقولُوا ْ قَ يو ًٗل َس ِد ا‬
٩ ‫يدا‬
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
Perkataan yang benar. (Qs.An-Nisa: 9)
PERSEMBAHAN

Tesis ini ku persembahkan kepada orang-orang yang aku banggakan dalam


hidupku, sebagai bentuk kebaktian dan kasih sayangku atas tetesan keringat, doa,
dan segala nasehat-nasehatnya:
Kedua orangtuaku, Ayahanda dan Ibundaku (Lalu Syawal bin Irman dan
Jawidah binti Kaharuddin bin Abdullah) atas do’a, cinta kasih sayang dan curahan
keringat perjuangan, restu serta bimbingannya yang selalu mengiringi langkahku
dalam study dan cita-citaku Semoga amal ibadahnya diterima dan selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amiiin ya Rabbal alamiin.
Adikku tercinta (Redi Mustriadi) yang selalu menjadi motivasiku
Kakekku tersayang (Ky.Imran (Alm) dan Sailah ) Kaharudin (Alm) dan Salmah
(Alm) yang selalu menyemangatiku dan mendoakan untuk kesuksesan ku. Bibi
dan pamanku tersayang (Bpk Samsiah, Bpk Baeh, Bpk aksar, paman Kaharudin,
Bpk Nawiyah, bibi ku tercinta (Saimi, Saini, tanteku tersayang Ibu Sipah, dan
segenap keluargaku yang telah berjasa kepadaku baik moril maupun materil
mudah-mudahan segala amal ibadahnya diterima oleh Allah Swt.
Adik-adik sepupu ku sirajudin, sanoel, Salmiatin, Dira, arya, Nanik
Melani, Kakak misan ku tercinta Salmin, Yuliana, Salmiah, Rusmiana, Sirnawati
yang selalu menyemangati ku.
Sahabat-ku yang selalu menjadi motivasiku Ibu Kasubag Akadma FS.
Ibunda Rahmi.,M.Pd dan teman kelasku seangkatan 2018-2019 di pascasarjana
UIN Mataram.
Segenap Keluarga Besarku yang senantiasa memberikan motivasi agar penulis
bisa menyelesaikan Tesis ini.

xii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT senantiasa kita panjatkan kehadiran ilahi
robbi sehingga Alhamdulillah kita deiberikan nikmat sehat dan nikmat iman
sampai hari ini dan hanya kepadanyalah tempat kita memohon pertolongan,
ampunan dan memohon perlindungan dari segala macam kejahatan jiwa dan
kejahatan perbuatan dan dari segala macam bala’ dan musibah .Shalawat serta
salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW para keluarga
dan sahabatnya serta orang-orang yang selalu setia mengikuti mereka sampai hari
akhir nanti. Aamiin .
Penulis menyadari bahwa proses penyelesaikan tesis ini tidak
akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain:
1. Bapak Dr. H. Sainun, M.Ag. Selaku pembimbing I dan Dr. Hj. Teti Indrawati
Purnamasari, M. Hum selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan,
motivasi, dan koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah
kesibukannya dalam suasana pandemi Covid-menjadikan tesis ini lebih
matang dan selesai;
Semoga beliau berdua beserta seluruh keluarganya selalu dalam lindungan
Allah SWT, dan apa yang telah beliau berdua berikan tercatat sebagai amal
ibadah di sisi-Nya. Aamiin.
2. Dr. Hj. Teti Indrawati Purnamasari, M.Hum selaku Ketua Prodi HKI program
Magister pascasarjana UIN Mataram;
3. Prof. Dr. Suprapto, M.Ag selaku direktur Program Pascasarjana UIN Mataram
yang telah memberi banyak solusi bagi mahasiswa pascasarjana UIN Mataram
agar sesegera mungkin menyelesaikan program studinya dan mencapai gelar
Magister;
4. Prof. Dr. H. Mutawalli, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah
memberikan banyak solusi dan motivasi serta kontribusi kepada kami
mahasiswa UIN Mataram dan yang telah memberi tempat bagi penulis untuk
menuntut ilmu.

xiii
5. Kedua orangtua saya yang selalu mendukung dan mendoakan saya setiap
waktunya dan kepada adik saya Redi Mustriady yang telah memeberikan
semangat dan do’a semoga perjuangan ini selalu diberikan keberkahan dan
ridha oleh Allah SWT. Aamiin.
6. Kepala Dinas pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian
Penddudk dan Keluarga Berencana Kabupaten lOmbok Tengah beserta
stafnya dan Kepala Desa Tanak Awu beserta stafnya serta beberapa responden
yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.
Semoga bantuan berupa motivasi, solusi dan do’a dari semua pihak
sehingga terselesainya tesis ini senantiasa mendapat balasan terbaik dari Allah
SWT serta karya ilmiah ini bermanfaat bagi alam semesta. Amin,,,ya Rabbal
alamin.

Mataram, 03 Juli 2020


Penulis

EVA NURFITRIANI
NIM. 180 402 004

xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

xv
DAFTAR ISI

COVER LUAR ............................................................................................... i


LEMBAR LOGO .......................................................................................... ii
COVER DALAM ........................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .......................................................... vi
LEMBAR PENGECEKAN PLAGIARISME ............................................. vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
MOTO ............................................................................................................. xi
PERSEMBAHAN ........................................................................................... xii
KATA PENGANTAR .................................................................................... xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ......................................... xv
DAFTAR ISI ................................................................................................... xx
DAFTAR TABEL........................................................................................... xxi
BAB I : PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 8
B. Identifikasi, Rumusan, dan Batasan Masalah ..................................... 8
1. Identifikasi Masalah ........................................................................ 8
2. Bata san Masalah ............................................................................. 9
3. Rumusan Masalah............................................................................ 10
C. TujuanPenelitian.................................................................................. 10
D. Siginifikansi dan Manfaat Penelitian ................................................... 11
E. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...................................................... 13
F. Kerangka Teori .................................................................................... 19
1. Konsep Pelaksanaan Program Keluarga Berencana ...................... 19
2. Perspektif Hukum Islam terhadap Keluarga Berencana ................ 22
a. Ayat-ayat al-Qur’an tentang Keluarga Berencana ................... 25
b. Hadits-hadits Nabi tentang Keluarga Berencana ..................... 27

xvi
c. Hukum Islam tentang KB......................................................... 29
d. Motivasi ber-KB dan hukumnya .............................................. 30
e. Peraturan pemerintah tentang KB ............................................ 35
f. Konsep sakinah mawaddah warahmah .................................... 37
G. Metode Penelitian ............................................................................... 39
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian..................................................... 39
2. Kehadiran Peneliti .......................................................................... 42
3. Data danSumber data Penelitian .................................................... 42
4. Teknik dan instrumen pengumpulan data ...................................... 44
a. Metode Observasi ...................................................................... 44
b. Metode Wawancara ................................................................... 45
c. metode dokumentasi .................................................................. 46
5. Teknik Analisis Data ...................................................................... 46
6. Pengecekan Keabsahan Data.......................................................... 48
H. Sistematika Pembahasan ................................................................... 51
BAB II : PRAKTIK KELUARGA BERENCANA PADA PASANGAN
MUSLIM DIBAWAH UMURDI KABUPATEN LOMBOK
TENGAH ................................................................................. 53
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 53
1. Sejarah Perkembangan BKKBN .............................................. 53
B. Pelaksanaan Program KB pada pasangan Muslim di bawah umur
dalam mewujudkan Keluarga samawa di Kabupaten Lombok
Tengah ............................................................................................ 56
C. Pandangan Ulama tentang Keluarga Berencana (KB) .................. 65
1. Hukum dalam Metode penggunaan alat Kontrasepsi.............. 66
2. Alasan akseptor KB memilih berKB ....................................... 67
3. Keuntungan menggunakan KB ............................................... 71
4. Peran pemerintah dalam keluarga berencana .......................... 72
5. Macam-macam metode kontrasepsi ........................................ 74

xvii
D. Perspektif Hukum Keluarga Islam terhadap praktik Keluarga
Berencana ....................................................................................... 81
1. Dukungan Islam terhadap Keluarga berencana...................... 82
a. Memahami Keluarga Berencana ........................................ 82
b. Optimalisasi Program KB .................................................. 83
2. Fatwa Ulama dunia tentang Keluarga Berencana .................. 86
1) Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2025 ............. 90
a) Memenuhi Kebutuhan ................................................. 92
b) Pertumbuhan Menurun ................................................ 93
c) Faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan
dibawah umur ............................................................... 95
BAB III : ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM KELUARGA
ISLAM TERHADAP PRAKTIK KELUARGA
BERENCANA DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH ... 97
A. Analisis perspektif hukum keluarga islam terhadap
praktik keluarga berencana di kabupaten lombok tengah . 97
B. Analisis pandangan Islam terhadap peralatan modern
pelaksanaan program KB .................................................. 105
1. Pandangan agama islam mengenai upaya
pengendalian laju pertumbuhan penduduk ................... 112
a. Islam memandang pertumbuhan penduduk ............. 115
b. Al’Azl sebagai salah satu pengendalian Penduduk . 118
BAB IV: PENUTUP ............................................................................. 123
A. Kesimpulan ........................................................................ 123
B. Saran .................................................................................. 123
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 124
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xviii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.3 Daftar Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, 94


Tabel 2.4 Daftar Jumlah perempuan yang melakukan perkawinan pada usia
10- 19 tahun, 95.

xix
DAFTAR SINGKATAN

KB : Keluarga Berencana
KDRT : Kekerasan dalam Rumah tangga
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
PKBI : Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia
IPPF : Indonesian Planned Parenthood Federation
ASI : Air susu Ibu
SPM : Standar Pelayanan Minimum
AKDR : Alat kontrasepsi dalam Rahim
IUD : Intra Uterin Device
BP4 : Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian
perkawinan
PUP : Pendewasaan Usia perkawinan
LSM : Lembaa swadaya Masyarakat
KTD : Kehamilan yang tidak di inginkan
MAL : Metode aminore laktasi
MKJP : Metode Kontrasepsi jangka panjang
Putusan MK : Putusan Mahkamah Konstitusi

xx
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan

seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang maha

Esa. Perkawinan bukan untuk keperluan sesaat tetapi untuk seumur hidup

karena perkawinan mengandung nilai luhur. Dengan adanya ikatan lahir batin

antara pria dan wanita yang dibangun diatas nilai-nilai sakral karena

berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa yang merupakan sila pertama

pancasila. Maksudnya adalah bahwa perkawinan tidak cukup hanya dengan

ikatan lahir atau ikatan batin saja, tetapi harus kedua-duanya, terjalinnya

ikatan lahir batin merupakan fondasi da lam membentuk keluarga bahagia

dan kekal.1

Pengertian di bawah umur adalah pernikahan atau akad yang bisa

menjamin seseorang laki-laki dan perempuan saling memiliki dan bisa

melakukan hubungan suami istri, dan pernikahan itu dilaksanakan oleh

seseorang (calon suami/calon istri) yang usianya belum mencapai umur yang

telah ditentukan oleh undang-undang yang sedang berlaku di Indonesia yang

telah ditetapkan oleh pemerintah.

Dalam masyarakat banyak terjadi permasalahan hukum perkawinan

ini, salah satunya mengenai per kawinan di bawah umur.Hal tersebut dinilai

1
K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1996, hlm.2.

1
2

menjadi masalah serius, karena memunculkan kontroversi di masyarakat,

tidak hanya di Indonesia namun menjadi isu internasional. Pada faktanya

perkawinan semacam ini sering terjadi karena sejumlah alasan dan

pandangan, diantaranya karena telah menjadi tradisi atau kebiasaan

masyarakat yang dinilai kurang baik.Fenomena pernikahan dibawah umur

banyak terjadi diIndonesia. Perkawinan tersebut tidak hanya terjadi karena

kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja, tetapi karena adanya beberapa

faktor yang mempengaruhi. Salah satunya adalah pengaruh adat istiadat atau

kebiasaan masyarakat dan agama yang melegalisasi perkawinan anak-anak.

Di sejumlah daerah, hukum agama dan hukum adat sering dipadukan sebagai

landasan teologis dan sosiologis untuk mengesahkan terjadinya pekawinan

anak-anak.

Perkawinan bawah umur diakui secara luas sebagai praktik sosial

budaya yang berbahaya, yang merupakan penyebab dan juga akibat dari

pelanggaran hak asasi manusia.2 Didefinisikan sebagai perkawinan di bawah

usia 18 tahun, namun sekarang sudah ada revisi sesuai dengan amanat

putusan MK No.22/-XV/2017 tertanggal 13 Desember 2018 bahwa batas

usia perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun untuk dapat melangsungkan

perkawinan secara sah.3 Lebih dari 22.000 orang anak perempuan usia 10-14

tahun atau setara dengan 0,2% perempuan muda telah menikah.4 Selanjutnya,

2
Bentuk Pelanggaran Hak asasi manusia yaitu: pelecehan, pengucilan diskriminasi social
dan lain-lain.
3
Kompas, Jumat,13/09/019 pukul 17.09 WIB.
4
LBH APIK Nusa Tenggara Timur, BKKBN dalam Riset Kesehatan Dasar
2010”Indonesia Tertinggi Kedua dalam pernikahan Usia Dini,”Oke Web
3

jumlah perempuan muda berusia 15-19 tahun yang menikah juga sangat

tinggi yaitu mencapai 11,7 %, sementara laki-laki diusia yang sama yaitu 15-

19 tahun yang telah menikahkannya 1,6 %. Sebanyak 50% perempuan muda

di Indonesia menikah dibawah usia 19 tahun. Secara nasional, median usia

pernikahan adalah 19,8 tahun. Padahal diharapkan usia minimal untuk

menikah bagi perempuan adalah 21tahun dan laki-laki minimal usia 25

tahun.5

Perkawinan bawah umur juga merusak hak otonomi seorang anak

perempuan, untuk hidup bebas dari kekerasan dan paksaan, dan untuk

mendapatkan pendidikan. Karena seorang suami seringkali mengharapkan

istrinya untuk melahirkan seorang anak segera setelah menikah (begitupun

keluarga dari pasangan tersebut mengharapkan yang sama), perkawinan

bawah umur juga memungkinkan eksploitasi seksual dan membahayakan

kesehatan seorang anak perempuan. Selain itu anak-anak yang dilahirkan

oleh ibu yang masih dibawah umur akan memulai hidup pada posisi yang

kurang menguntungkan sehingga akan mengabadikan siklus kemiskinan.

Perkawinan anak bagi bangsa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

kondisi sosial ekonomi, budaya, serta agama yang berkembang dalam

masyarakat. Pengaruh terhadap konsep agama juga sangat kuat dalam

pelaksanaan perkawinan anak di Indonesia. Adalah suatu kebiasaan bagi

hukum untuk mengakomodasi praktik keagamaan dengan cara membebaskan

Indonesia@l bhapikntt.com, Sonny Dewi Juliasih.diakses pada tanggal 20 Agustus 2019.pukul


20.45 WIB.
5
LBHApik Nusa Tenggara timur, BKKBN dalam Riset Kesehatan Dasar 2010”Indonesia
tertinggi kedua dalam pernikahan usia dini”.Oke web Indonesia@l bhapikntt.com, Sonny Dewi
Judiasih, diakses pada tanggal 21 september 2018 pukul 21 WIB.
4

mereka dari ketentuan umum yang seharusnya dilakukan.6 Perkawinan bawah

umur melibatkan anak-anak dan diatur oleh keluarga serta anggota

masyarakat yang terlibat dalam peroses perjodohan (untuk menemukan anak

gadis atau laki-laki yang tepat untuk dinikahkan).7 Perkawinan anak-anak

merupakan wujud dari tradisi atau adat kebiasaan sebagai hasil dari

kombinasi antara sosial, kebudayaan, dan faktor-faktor ekonomi.8

Perkawinan anak-anak merupakan suatu praktik diskriminasi

terutama terhadap anak-anak perempuan dan merupakan pelanggaraan

terhadap hak asasi manusia secara umum yang seharusnya dilarang untuk

dilakukan dibelahan dunia manapun. Tetapi dalam praktiknya, perkawinan

bawah umur terjadi dibeberapa wilayah negara didunia. Di beberapa belahan

dunia, sering terjadi praktik diskriminasi terhadap keberadaan perempuan

yang diakibatkan oleh pengaruh agama dan kebudayaan. Perempuan selalu

diperlakukan sebagai minoritas dan kadang-kadang sebagai warga negara

kelas II yang hanya dapat dilihat tapi tidak untuk didengar suaranya. 9

Latar belakang perkawinan di bawah umur antara lain bersifat

dorongan atau paksaan adalah dikarenakan adanya pesan dari orang tua yang

telah meninggal dunia, karena perjanjian yang telah dibuat oleh orang tua

6
Roderick M. Hills Jr., Decentralizing Religious and Secular Accomodations,
Instituttionalizing Rights and Religion Competing Supremacies, Disunting oleh Leora Batnitzky
dan Hanoch Dagan, Cambridge University Press,hlm.108.
7
Guilia Granata, Child Marriages Today: Wich Perspective for Girl, Interdiciplinary
Journal of Family Studies, Sonny Dewi Juliasih dkk, 1/2015,hlm.38-53.
8
Biswajit Ghosh,child Marriage, Society,and The Law, A study in A Rural contack in
West Bengel, India, International Journal of Law, Policy, and the Family, Vol.25,No.2, Agustus
2011, hlm.205.
9
Ebenezer Durojaye, Woman But Not Humam, Widow Hood Practices and Human
Rights Violations in Nigeria, International Jour nal of Low, Policy,and The Family, Vol.27,No.2,
Agustus 2013, hlm.176.
5

kedua belah pihak, karena lingkungan dan pergaulan.10 Men Riset pusat study

kependudukan dan kebijakan UGM tentang perkawinan usia anak di

Indonesia mengatakan bahwa Penyebab Perkawinan Anak adalah sebagai

berikut :

Kemiskinan. Probabilitas keluarga miskin mengawinkan anaknya di

usia dini tiga kali lebih tinggi dari pada keluarga tidak miskin, Tingkat

pendidikan orangtua yang rendah, Tradisi setempat, pemahaman dan

kesadaran anak perempuan rendah, dan dari efek Sosial media.11

Indonesia termasuk negara dengan presentasi pernikahan usia muda

yang tinggi di dunia, yaitu ranking ke-37, sedangkan di tingkat ASEAN

tertinggi kedua setelah kamboja. Adapun rata-rata usia kawin pertama yang

rendah dari penduduk suatu daerah mencerminkan keadaan sosial ekonomi

yang rendah dari daerah tersebut. Di Nusa Tenggara Barat misalnya, sejak

Tahun 1997 sampai dengan tahun 2007 juga cenderung menikah di usia yang

relatif muda, yaitu di bawah 20 tahun padahal berdasarkan revisi Undang-

undang sesuai dengan amanat putusan MK No.22/-XV/2017 tertanggal 13

Desember 2018 bahawa batas usia perempuan dan laki-laki adalah 19 tahun

untuk dapat melangsungkan perkawinan secara sah.12Sedangkan pada pasal 6

ayat 1 undang-undang tersebut menyebutkan bahwa untuk melangsungkan

perkawinan seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun harus mendapat

10
Tolib Setiady, Hukum Adat Indonesia, Alfabeta,Jakarta,2013, hlm.221.
11
Riset pusat study kependudukan dan kebijakan UGM tentang perkawinan usia anak di
Indonesia, Wawancara Kabid Pengendalian Penduduk di kantor BKKBN Praya tanggal 26
Agustus 2019.
12
Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Buana Press:2008.
6

izin dari orangtua yang bersangkutan. dan fenomena perkawinan muda di

NTB perlu dilakukan kajian. 13

Prosentase perempuan yang melakukan perkawinan pertama pada

Usia 10-19 tahun cukup tinggi yaitu sebesar 48,89 % pada tahun 2013,

sebanyak 51,88 % pada tahun 2014 50,29 %, tahun 2015 turun menjadi 47,14

%. (Data BPS NTB 2015).14 Sedangkan Jumlah peserta KB menurut metode

kontrasepsi dan kecamatan di Lombok Tengah, 2018 di daerah Pujut yang

menggunakan Pil 571 orang, menggunakan spiral 5096 orang yang

menggunakan kondom 73 orang yang menggunakan suntikan 7014 orang

yang menggunakan susuk/Implan sebanyak 6339 orang, yang menggunakan

MOW 295 orang, yang menggunakan MOP 136 orang Jumlah total 19.524

orang. Data yang gagal menggunakan Pil 103 orang, menggunakan kondom

43 orang, menggunakan suntikan 416 orang, yang menggunakan MOW 3

orang. Desa Pringgarata yang menggunakan Pil 1196 orang, yang

menggunakan spiral 487 orang, yang menggunakan Kondom 87 orang, yang

menggunakan suntikan 6004 orang, yang menggunakan susuk 2042 orang,

yang menggunakan MOW 56 orang, yang menggunakan MOP 30 Orang

Jumlah total 9.902 orang. Yang gagal penggunaan Pil 124 orang, yang gagal

menggunakan Kondom 47 orang, yang gagal menggunakan suntikan 151

orang, yang gagal menggunakan MOP 2 orang. 15

13
Tolib Setiady, Hukum adat Indonesia, Alfabeta, Jakarta, 2013, hlm. 221.
14
Sumber Data: Pembangunan Manusia Berbasis Gender Tahun 2016 Kerjasama BPS
dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
15
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak,Pengendalian Penduduk dan KB
Kabupaten Lombok Tengah.
7

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi

dampak dari perkawinan usia muda adalah dengan melaksanakan program

Keluarga. Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran

anak,jarak, dan usia ideal melahirkan, mengatur kelahiran, mengatur

kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak

reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang berdasarkan

Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 danUndang-undang No. 25 tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan pembangunan Nasional.16Undang-undang

No. 52 tahun 2009 tentang perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga mengamanatkan pentingnya pengendalian kuantitas dan

peningkatan kualitas penduduk. Pengendalian kuantitas dilakukan melalui

pengendalian kelahiran, penurunan angka kematian, dan pengarahan

mobilitas penduduk dalam rangka menekan dan mengendalikan kelahiran,

pemerintah menetapkan kebijakan program Keluarga Berencana (KB),

diantaranya memprioritaskan penggarapan program KB diwilayah dan

sasaran husus yaitu di wilayah tertinggal, terpencil perbatasan dan miskin

perkotaan dengan meningkatkan akses layanan KB metode jangka panjang.

Keluarga Berencana (KB) juga merupakan suatu cara untuk

mencegah kehamilan agar ibu melahirkan anak yang diinginkan sesuai

dengan perencanaan keluarga sehat.17Dengan demikian Keluarga Berencana

(KB) bertujuan untuk menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera yang

bersamaan pula dengan usaha penurunan angka kelahiran yang berkaitan erat

16
Buku Panduan praktis Pelayanan Kontrasepsi,Edisi 3, Jakarta. 2014.
17
Sapiudin Shidiq, Fikih Kontemporer,(Jakarta:Kencana,2016),hlm.20.
8

dengan penurunan jumlah kelahiran (jumlah anak) perkeluarga untuk

terciptanya masyarakat yang bahagia dan sejahtera atau untuk mewujudkan

Keluarga Sakinah Mawaddah warahmah.18 Berdasarkan latar belakang di atas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hukum

Islam terhadap Pelaksanaan Program KB Pada Pasangan Muslim di bawah

umur dalam mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah di

Kabupaten Lombok Tengah.

B. Identifikasi, Batasan,dan Rumusan Masalah

Dalam menguraikan permasalahan ini penulis menjelaskan beberapa

hal yang terkait dengan judul dari penelitian tesis ini, sebagai berikut :

1. Identifikasi Masalah

Dalam konteks identifikasi masalah ini penulis menjelaskan tentang

berbagai kemungkinan permasalahan yang muncul, sehingga penulis tertarik

untuk meneliti terkait “Analisis Hukum Islam terhadap Pelaksanaan

Program KB Pada Pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan

Keluarga Sakinah Mawaddah wa Rahmah di Kabupaten Lombok

Tengah.”antaranya adalah :

a. Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi yaitu

tentang masa subur. Remaja perempuan dan laki-laki usia 15-24

tahun yang mengetahui tentang masa subur mencapai 65 %.

b. Remaja rentan terkena dampak kesehatan reproduksi, remaja putus

sekolah, remaja jalanan, remaja penyalahgunaan napza.

18
Ahmad Kusyairi Suhail,Tafsir Keluarga menjadi Keluarga bahagia di Dunia & di
Surga, (Ikadi,2016), 23.
9

c. Remaja mengalami kekerasan seksual, korban perkosaan dan pekerja

seks komersial.

2. Batasan Masalah

Mengingat materi pembahasan yang sangat luas dan komfleks,

peneliti membatasi materi pembahasan seputar pelaksanaan program

Keluarga Berencana, Problematika dan solusi aternatif sebagai jalan

keluar terhadap problem tersebut ditinjau dari perspektif Hukum

Keluarga Islam. Batasan fokus kajian ini menjadi penting dalam rangka

memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja agar dalam

merencanakan keluarga, mereka dapat mempertimbangkan berbagai

aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga. program keluarga

berencana yang meliputi pelayanan kesehatan reproduksi dan

pendewasaan usia perkawinan, Peningkatan kesejahteraan akibat

pertumbuhan ekonomi di NTB belum dibarengi dengan peningkatan

yang signifikan pada kualitas hidup penduduk baik dibidang pendidikan,

kesehatan maupun pendapatan. Selain itu rendahnya kualitas penduduk

NTB cenderung mempengaruhi terjadinya pernikahan di usia muda;

Semakin berkualitas suatu penduduk maka semakin kecil kemungkinan

terjadinya pernikahan muda. Salah satu program andalan dalam perogram

Keluarga Berencana dan kependudukan yang saat ini adalah

pendewasaan usia perkawinan. Pernikahan diusia yang muda memiliki

berbagai dampak, antara lain meningkatnya angka drop out sekolah, rata-

rata lama sekolah yang rendah, subordinasi keluarga, hak kesehatan


10

reproduksi rendah, peluang kematian ibu tinggi, dan meningkatnya

peluang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di

bawah umur di Kabupaten Lombok Tengah?

b. Bagaimana analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan program KB

pada pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan Kelaurga

yang sakinah mawaddah wa rahmah di Kabupaten Lombok Tengah?

c. Bagaimana Persepektif Hukum Keluarga Islam terhadap pelaksanaan

program KB pada pasangan Muslim di bawah umur dalam

mewujudkan Keluarga sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten

Lombok tengah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun alasan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Menjelaskan pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah

umur dalam mewujudkan keluarga Sakinah mawaddah warahmah di

Kabupaten Lombok Tengah.

2. Menganalisis dengan jelas tentang perspektif Hukum islam terhadap

pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah umur dalam

mewujudkan Keluarga Sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten

Lombok Tengah.
11

3. Menjelaskan pandangan Hukum Keluarga Islam terhadap pelaksanaan

program KB pada pasangan Muslim dibawah umur di Kabupaten

Lombok Tengah.

4. Tambahan kajian tentang tren pernikahan muda terutama yang berkaitan

dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di provinsi Nusa

Tenggara Barat.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, segi

teoritis dan segi praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan

dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama terhadap siapapun yang

membaca hasil penelitian ini antara lain dalam rangka :

a. Menambah khazanah keilmuan dibidang praktik Hukum Keluarga

dan mendalami ketentuan-ketentuan hukum Keluarga Islam yang

sudah ditetapkan dalam Syari’ah.

b. Menumbuh kembangkan daya kritis dalam meneliti masalah-

masalah sosial Hukum Keluarga khususnya tentang “Analisis

Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Program KB Pada Pasangan

Muslim diBawah Umur dalam Mewujudkan keluarga Sakinah

Mawaddah wa Rahmah” di Kabupaten Lombok Tengah”.

c. Sebagai motivasi memperluas cakrawala berpikir dalam mempelajari

masalah Hukum Keluarga Islam khususnya pada Program KB pada

pasangan perkawinan Usia muda di Kabupaten Lombok Tengah.


12

d. Tambahan wawasan mengenai faktor yang mempengaruhi terjadinya

perkawinan di bawah umur.

e. Menyumbangkan sebuah gambaran teori menyangkut pernikahan di

bawah umur dalam melaksanakan program KB di Kabupaten

Lombok Tengah dalam mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah

warahmah, untuk selanjutnya dapat dibaca dengan seksama sehingga

dapat dipahami secara baik dan benar sebagai sebuah teori dalam

ilmu Hukum Keluarga guna selanjutnya dipraktikkan dalam setiap

pelaksanaan pernikahan di bawah umur.

f. Menjadi salah satu bahan analisa dan kajian lebih luas dan lebih

mendalam terkait dengan ilmu hukum keluarga khususnya tentang “

pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim dibawah Umur

dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah wa Rahmah di

Kabupaten Lombok Tengah”.

2. Manfaat Praktis yang dihajatkan dari hasil penelitian ini antara lain :

a. Hasil penelitian ini sebagai Tambahan kajian tentang tren pernikahan

muda terutama yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber

daya manusia di NTB.

b. Sebagai informasi mengenai tren perkawinan muda di NTB serta

faktor yang mempengaruhi terjadinya perkawinan muda, sehingga

dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam pembuatan

kebijakan.
13

c. Memberikan pemahaman yang benar dan pengetahuan tentang

“Analisis Hukum Islam terhadap Pelaksanaan Program KB Pada

Pasangan Muslim di Bawah Umur dalam mewujudkan keluarga

Sakinah Mawaddah wa Rahmah di Kabupaten Lombok Tengah”.

E. Penelitian terdahulu yang relevan

Agar penulisan tesis ini mempunyai bobot ilmiah dan dapat

dipertanggung jawabkan keasliannya, maka penulis terlebih dahulu

melakukan survey literatur telaah pustaka terhadap hasil penelitian

sebelumnya. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang memilki kemiripan

dengan penelitian yang akan dilakukan penulis diantaranya :

1. Jalaluddin (2014)19 dengan judul Tesis” Problematika Penerapan Regulasi

Batas Usia Nikah (Studi Kritis di Kota Mataram Tahun 2010-2012)“

Penelitian ini bertujuan untuk membahas tentang Penerapan Regulasi batas

usia nikah di Kota Mataram, menelaah pendapat tokoh agama, tokoh

masyarakat, tokoh adat, dan pejabat KUA tentang usia pernikahan ideal di

Kota Mataram, Sedangkan Peneliti sendiri membahas Analisis Hukum

Islam terhadap Pelaksanaan Program KB pada pasangan Muslim di bawah

umur di Kabupaten Lombok Tengah dalam mewujudkan keluarga yang

sakinah mawaddah warahmah, Perspektif Hukum Islam terhadap Peralatan

modern dalam pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah

umur dalam mewujudkan Kelaurga yang sakinah mawaddah wa rahmah

di Kabupaten Lombok Tengah. Persamaannya terletak pada fokus kajian

19
Tesis, Jalaluddin, “Problematika Penerapan Regulasi Batas Usia Nikah (Studi Kritis
diKota Mataram Tahun 2010-2012), Institut Agama Islam Negeri Mataram Tahun 2014.
14

yaitu sama-sama meneliti tentang pernikahan di bawah umur

Perbedaannya, penelitian di atas fokus pada batas usia perkawinan

sedangkan penelitian ini lebih fokus kearah Pelaksanaan Program KB dan

analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan program KB yang dilakukan

oleh pasangan di bawah umur.

2. Yusuf Hanafi dalam bukunya yang awalnya berasal dari Disertasi

(201120) “Kontroversi Perkawinan anak di bawah umur (child marriage)

Perspektif fiqih Islam, HAM Internasional, dan UU Nasional”Berpijak

atas dasar pemikiran dan analisis penulis, mengkaji tentang legalitas

perkawinan anak di bawah umur, baik dari perspektif fikih Islam, hukum

Positif Islam (UU Perkawinan) maupun hukum perdata internasional

(Instrumen HAM). Sistem hukum-hukum itu mempunyai, dimana masing-

masing memiliki perspektif yuridis yang berbeda terhadap persoalan

perkawinan anak dibawah umur. Kenyataan ini sekaligus melahirkan

minimal dua masalah hukum. Pertama, haronisasi antara system hukum

yang satu dengan system hukum yang lain. Kedua, tantangan legislasi atas

hukum perkawinan terkait dengan perkawinan anak dibawah umur.

Tulisan ini, salah satunya bertujuan untuk menunjukkan urgensi

peninjauan ulang atas perangkat undang-undang perkawinan guna

menjawab tantangan legislasi menuju harmonisasi antar system hukum di

era global dewasa ini.

20
Desertasi, Yusuf Hanafi, Kon troversi Perkawinan anak di bawah umur (child
marriage) Perspektif fiqih Islam, HAM Internasional, dan UU Nasional, Universitas Negeri
Malang, 2011.
15

Penelitian di atas dengan penelitian ini memiliki kesamaan pada fokus

kajiannya, yaitu membahas tentang perkawinan di bawah umur.

Sedangkan perbedaannya tertelak pada perspektif, penelitian di atas

menggunakan Perspektif fiqih Islam, HAM Internasional, dan UU

Nasional, sedangkan peneliti ini hanya menggunakan perspektif Hukum

Keluarga Islam.

3. Nila Himmayati (2015)21 dengan judul Tesis “Fenomena Pernikahan dini

dalam perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif (Study kasus pada

masyarakat kecamatan Kota Mataram) membahas tentang Fenomena

dan dampak Pernikahan dini yang terjadi di Kecamatan Mataram dilihat

dari pandangan Hukum Islam dan Hukum Fositif, membahas tentang

fiqih indonesia dalam menjawab pro dan kontra pernikahan dini. Sedang

Peneliti fokus tentang Analisis Hukum islam terhadap pelaksanaan

program KB pada pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan

Keluarga Sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah,

Problematika dan solusi pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim

di bawah umur dalam mewujudkan Keluarga Sakinah mawaddah

warahmah di Kabupaten Lombok Tengah, Pandangan Hukum keluarga

Islam terhadap pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di

bawah umur dalam mewujudkan Keluarga Sakinah mawaddah warahmah

di Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian di atas dengan penelitian ini

memiliki kesamaan pada fokus kajiannya, yaitu membahas tentang


21
Tesis, yang ditulis oleh Nila Himmawati, Fenomena Pernikahan dini dalam perspektif
Hukum Islam dan Hukum Posistif (Study kasus pada masyarakat kecamatan Kota Mataram”
Institut Agama Islam Negeri Mataram Tahun 2015.
16

perkawinan di bawah umur. Sedangkan perbedaannya tertelak pada

perspektif, penelitian di atas menggunakan Perspektif hukum Islam dan

hukum Positif, sedangkan peneliti ini hanya menggunakan Analisis

Hukum Islam dan perspektif Hukum Keluarga Islam.

4. Jurnal Qawwam yang ditulis oleh Masnun Tahir (2014)22 dengan judul

“Nikah Dini dalam tinjauan Hukum Keluarga Islam Indonesia”

menyimpulkan substansi Hukum Keluarga Islam adalah menciptakan

kemaslahatan sosial bagi manusia pada masa kini dan masa depan.

Hukum Islam bersifat Humanis dan selalu membawa rahmat bagi

semesta alam. Apa yang pernah digaungkan Imam syatiby hal ini

bertujuan agar hukum Islam tetap selalu up to date, relevan dan mampu

merespon dinamika perkembangan zaman. Permasalahan berikutnya

adalah baik kebijakan pemerintah maupun hukum agama sama-sama

mengandung unsur maslahat. Pemerintah melarang pernikahan dini

adalah dengan berbagai pertimbangan, begitu pula agama tidak

membatasi usia pernikahan ternyata juga mempunyai nilai positif.

Sebuah permaslahan yang cukup delematis. Selanjutnya menurut Masnun

Tahir JIka teori fiqih Indonesia ini dikembangkan lebih lanjut, maka bisa

dijadikan counter terhadap praktik nikah dini yang notabene masih

disalah fahami oleh masyarakat muslim Indonesia kebanyakan. Dengan

demikian anggapan bahwa nikah dini diperkenankan oleh agama namun

tidak diperbolehkan menurut hukum adalah keliru dan merupakan wujud

22
Masnun Tahir,Nikah Dini dalam tinjauan hukum islam. (Mataram jurnal Qawwam,
2014), hal. 24.
17

ketidakpahaman mengenai sejarah bangunan konsep pembentukan

hukum syariah pada umumnya, sejarah pembentukan serta lahirnya UU

No.1 tahun 1974 hususnya serta pemahaman dan sosialisasi tentang

konsep dan aplikasi fiqih Indonesia yang mungkin masih menjadi barang

asing bagi muslim Indonesia.23

Penelitian di atas dan penelitian ini keduanya membahas tentang

pernikahan dini atau bawah umur. Perbedaannya terletak pada fokus

yang menjadi kajiannya, penelitian di atas fokus pada pernikahan dini

saja sedangkan penelitian ini fokus kajiannya menyangkut praktik KB

bagi pasangan keluarga pernikahan di bawah umur.

5. Jurnal Pengembangan Humaniora Vol.8 No.2, Agustus 2008. Nur

Hidayati24 menulis judul “ Pernikahan Dini dalam Perspektif

Hukum”yang dalam kesimpulannya menyatakan bahwa pernikahan dini

tidak melanggar dari sisi hukum fiqih, namun dari segi Hukum

pemerintah jelas melanggar, karena pemerintah telah merativikasi dan

membuat undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan

Undang-undang No.23 tentang perlindungan anak Negara harus

meratifikasi Undang-undang No.1 tahun 1974 tentang perkawinan

dengan pendewasaan usia perkawinan di atas usia 18 tahun tanpa

membedakan batas minimal usia perkawinan perempuan dan laki-laki

untuk menyelamatkan masa depan anak-anak Indonesia. Penelitian di

23
Masnun Tahir, Nikah Dini dalam Tinjauan Hukum Kelaurga Islam Indonesia.(Mataram
Jurnal Qawwam,2014), hlm.22.
24
Nur Hidayati, Pernikahan Dini Dalam Perspektif Hukum Islam . (Jurnal
Pengembangan Humaniora:Vol.8 No.2, agustus,2008).
18

atas dan penelitian ini sama-sama mengkaji tentang pernikahan dini

sedangkan perbedaannya terletak pada perspektif. Penelitian di atas

menggunakan perspektif hukum konvensional sedangkan penelitian ini

menggunakan perspektif hukum keluarga Islam.

6. Tesis yang ditulis oleh Sri Mulyani (2015)25 dalam penelitian tesisnya

dengan judul “Pola kehidupan perkawinan usia muda dan dampaknya

terhadap keutuhan Rumah Tangga”. Menyimpulkan bahwa faktor

penyebab terjadinya pernikahan dini (di bawah umur) adalah kurangnya

pengetahuan masyarakat di bidang Hukum ,hususnya Undang-Undang

No.1 Tahun 1974, dan karena pengaruh lingkungan serta adanya

pergaulan bebas. Perkawinan usia muda, ternyata berdampak pada sering

terjadinya perselisisihan yang sulit dipecahkan dalam rumah tangga dan

akhirnya berdampak pada perceraian. Persamaannya dengan penelitian

ini adalah keduanya membahas tentang perkawinan usia muda sedangkan

perbedaannya terletak pada fokus kajiannya, penelitian di atas fokus pada

dampak perkawinan usia muda, sedangkan penelitian ini membahas

tentang analisis Hukum islam terhadap pelaksanaan program Keluarga

berencana terhadap perkawinan di bawah umur dalam membangun

keluarga sakinah mawaddah warahmah.

25
Sri Mulyani, PolaKehidupan perkawinan usia muda dan Dampaknya terhadap keutuhan
Rumah Tangga, Mataram, Tesis IAIN Mataram 2014.
19

f. Kerangka Teoritik

1. Konsep pelaksanaan Program Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana (KB) merupakan program

pemerintah dalam program pengendalian jumlah penduduk di Indonesia.

Pelaksana program Keluarga Berencana (KB) tersebut adalah pemangku

kebijakan (stakeholders) yang menjalankan program kependudukan dan

pembangunan keluarga. Pelaksana kebijakan utama tersebut adalah Unit

Pelaksana Teknis Badan Keluarga Berencana (UPTBKB) dan Pelaksana

Lapangan Keluarga Berencana (PLKB).

Tujuan utama sebuah Keluarga mengikuti Program Keluarga

Berencana. Hartanto mengemukakan bahwa “Program Keluarga

Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan

suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan atau

mengatur interval diantara kehamilan”. Selanjutnya dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 87 Tahun 2014 pada pasal 18 dikemukakan

bahwa: Kebijakan Keluarga Berencana bertujuan untuk:

a. mengatur kehamilan yang diinginkan;

b. menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan

anak;

c.meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan

pelayanan Keluarga Berencana dan kesehatan reproduksi;

d. meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga

Berencana; dan
20

e. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya untuk menjarangkan

jarak kehamilan.

Keluarga sakinah mawaddah warahmah dan sehat mandiri merupakan

tujuan utama pembentukan keluarga yang sejahtera. Hal ini sesuai dengan

tujuan adanya Badan Koordinator Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) yaitu agar fungsi keluarga berada pada kondisi optimal,

peningkatan fungsionalisasi dan struktur yang jelas, maka dari itu perlu

peran lembaga yang menangani secara terdesentralisasi, terutama pada

bidang program Keluarga Berencana (KB).

Program Keluarga Berencana (KB) ini bertujuan untuk

mewujudkan akseptor (penerima program Keluarga Berencana) yang

diterapkan dan dilaksanakan melalui tujuh program keluaran program

Keluarga Berencana (KB). Tujuh program keluaran (KB) tersebut

adalah: Intra Uterine Device (IUD), Metode Operasi Wanita (MOW),

Metode Operasi Wanita (MOW) Tubektomi, dan Vasektomi, Kondom,

Implan, Suntik, dan Pil. Salah satu dari tujuh program tersebut

dapat digunakan oleh akseptor Keluarga Berencana (KB) sesuai

kebutuhan keluarga pasangan usia subur. Pasangan keluarga usia subur

yang menjadi akseptor program Keluarga Berencana (KB) yang telah ikut

serta mengikuti program Keluarga Berencana (KB) dapat dikatakan

sebagai keluarga yang telah berpartisipasi terhadap program Keluarga


21

Berencana (KB). Menurut Sarwono26 mengemukakan prioritas misi

utama program Keluarga Berencana (KB) yaitu: a). Pemberdayaan

masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas; b) Menggalang

kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan

keluarga; c) Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan

reproduksi; d) Meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya

mewujudkan hak-hak reproduksi; e) Meningkatkan upaya pemberdayaan

perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui

program keluarga berencana; f) Mempersiapkan sumber daya manusia

berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia.

Dari beberapa teori tersebut dapat diketahui bahwa tujuan

program Keluarga Berencana (KB) adalah membentuk keluarga sakinah

mawaddah (sehat mandiri). Keluarga sehat mandiri merupakan

dampak yang dihasilkan serta dirasakan oleh masyarakat sebagai pengikut

serta keluarga Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sebuah manifestasi.

Salah satu pihak yang mendukung program Keluarga Berencana agar

memperoleh atau mewujudkan Keluarga Sehat Mandiri adalah keluarga itu

sendiri. Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani,

rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup pemeliharaan dan

perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-

anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarganya. Keluarga yang

menjadi akseptor adalah salah satu atau dua pasangan yang mengikuti
26
Sarwono, Prawirohardjo, .Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan KB. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka, hlm 16.2005.
22

program Keluarga Berencana (KB) setelah mendapatkan keturunan dua

anak dan belum memliki keturunan pada masa usia subur.

Tujuan akseptor untuk mengikuti program Keluarga Berencana (KB)

melalui penggunaan salah satu program dari tujuh program Keluarga

Berencana (KB) salah satu penerima program tersebut Pasangan Usia

Subur (PUS) yang telah ikut serta mengikuti program tersebut. Apabila

masyarakat yang layak menjadi akseptor tidak mengikuti program

Keluarga Berencana (KB), maka multikomplek dampak yang ditimbulkan

adalah reproduksi keturunan tidak diimbangi dengan ekonomi keluarga

kurang seimbang, tingkat pendidikan kurang seimbang, dan terjadinya

ledakan penduduk yang tidak diimbangi dengan daya dukung terhadap

kebutuhan penduduk tersebut.27

2. Perspektif Hukum Islam Tentang Keluarga Berencana

Dalam rangka membina keluarga bahagia dan sejahtera serta

mengembangkan keturunan, Islam memberikan pedoman kepada

manusia tentang cara-cara berketurunan seperti yang tercantum dalam Al-

Qur’an surat al-Baqarah A :233


َ ُ ‫َ ي َ َ ُ ُ ي ي َ َ ي َ َٰ َ ُ ذ َ ي َ ي َ َ ي َ ي َ َ َ َ ُ ذ ذ َ َ َ َ َ ي‬
‫اعة َوىلع ٱل َم يولودِ ُلۥ‬‫ني َكمِلنيِِۖ ل ِمن أراد أن يتِم ٱلرض‬ ِ ‫وٱلوَٰل ِدَٰت ير‬
ِ ‫ضعن أولدهن حول‬
َ َ َ َ ُ َ ََ ‫َ ُ َ ذُ َي ٌ ذ ُ ي‬ ‫ي‬ ُ ُ
‫ٓار َو َٰ ِ َدلةُ ُۢ ب ِ َودلِها َوًل‬
‫ض ذ‬ ‫وف ًل تكلف نفس إًِل وسعها ًل ت‬ ِ ‫رِ يزق ُه ذن َوك يِس َوت ُه ذن ب ِٱل َم يع ُر‬
ََ ُ َََ َ ُ‫ي‬ َ َ ‫ي ُ َ َٰ َ َ ي َ َ َ َ ا‬ ‫ََ ي‬ َ ‫ ذ‬ٞ ُ
‫اض مِنهما وتشاورٖ فال‬ َ ِ ِ‫دله ِۦ َوىلع ٱل َوار‬
ٖ ‫ث مِثل ذل ِك َۗ فإِن أرادا ف ِصاًل عن تر‬ ِ ‫َم يولود ُلۥ ب ِ َو‬

27
Wirdhana,Indra,. Delapan Fungsi Keluarga. Jakarta: Direktorat Bina Ketahanan
Remaja,2013),131.
23

ٓ ‫ي َ َ ُّ ي َ َ ي َ ي ُ ٓ ْ َ ي َ َٰ َ ُ ي َ َ ُ َ َ َ َ ي ُ ي َ َ ذ ي ُ ذ‬ ََ َ َُ
‫ضعوا أولدكم فال جناح عليكم إِذا سلمتم ما‬ ِ ‫جناح عل يي ِه َماَۗ ِإَون أردتم أن تسرت‬

٢٣٣ ٞ‫صري‬ َ َ ُ ‫َي‬ َ ‫ّلل َوٱ يعلَ ُم ٓوا ْ أَ ذن ٱ ذ‬


َ ‫وف َوٱ ذت ُقوا ْ ٱ ذ‬ ‫ي‬ َ
ِ ‫َءات يي ُتم ب ِٱل َم يع ُر‬
ِ ‫ّلل ب ِ َما تع َملون ب‬

Artinya:” Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua


tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
(Al-Qur’an surat al-Baqarah A :233

Sebagaimana juga terdapat dalam surah al-Ahqāf (46): 15.

َ ََُ ُ َ ُ‫ُ ٗ َي‬ َ ٗ ُ ُ َََ ‫ََ ذ يَ ي َ َ َ َي ي َ ا‬


‫محل يت ُه أ ُّم ُهۥ ك يرها َو َوض َع يت ُه ك يرهاۖ َومحل ُهۥ َوف ِصَٰل ُهۥ ثلَٰثون‬ َٰ ‫نسن بِو َٰ ِدليهِ إِح‬
ۖ‫سنا‬ َٰ ‫ووصينا ٱ ِإل‬
َ َ َ ‫َ ي ا َ ذ ٰٓ َ َ َ َ َ ُ ذ ُ َ َ َ َ َ ي َ َ َ َ ٗ َ َ َ َ ي ي ٓ َ ي َ ي ُ َ ي‬
ٓ ِ ‫ك ٱ ذل‬
‫ىت‬ ‫ب أوزِع ِِن أن أشكر ن ِعمت‬ ِ ‫شهرا حىت إِذا بلغ أشدهۥ وبلغ أربعِني سنة قال ر‬
َ َ َ َ ‫َأ ين َع يم‬
َ َ ُ ‫ُي‬
‫ت إِ ييلك‬ َٰ َ َ ‫ىلع َو‬
ٓ ِ ‫ىلع َو َٰ ِ َدل ذي َوأ ين أ يع َم َل َصَٰل ِ ٗحا تَ ير َضى َٰ ُه َوأ يصل يِح ِىل ِيف ُذرِ ذي‬
‫ىتِۖ إ ِ ِّن تب‬ ‫ت َ َذ‬

١٥ ‫ني‬ َ ‫ِإَوّن م َِن ٱل ي ُم يسلِم‬


ِ ِ

Artinya: “ Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada


dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah,
dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila Dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku,
24

tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau


berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat
amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan
(memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat
kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang
berserah diri".(Qs. surah al-Ahqāf (46): 15.).28
Dengan prinsip kedua ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa dalam mengembangkan keturunan harus berdasarkan

perencanaan yang matang, baik dari segi jarak kelahiran antara satu

kelahiran dengan kelahiran berikutnya maupun jumlah keluarga yang

disesuaikan dengan kemampuan keluarga. Islam telah mengajarkan

cara pengaturan kelahiran dengan interval selama 3-4 tahun sekali

untuk melahirkan anak. Dengan demikian Islam bukan saja

membolehkan Keluarga Berencana, bahkan menganjurkan dan

mengajarkan cara merencanakan keluarga.29

Kebolehan melaksanakan Keluarga Berencana harus

didasarkan kepada motivasi (niat) yang baik, dalam keadaan tertentu

dan juga dengan cara yang bersifat sementara. Sebab kebolehan

melaksanakan Keluarga Berencana dalam Islam hanya merupakan

jalan keluar (rukhs̟ah) bagi suatu keluarga untuk mengadakan

keseimbangan dan kepentingan dalam hidup berkeluarga atau

28
Al-Qur’an dan Terjemah, Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2016.
29
Faried Ma‟ruf Noor, Menuju Keluarga Sejahtera & Bahagia, (Bandung:penerbit tidak
tercantum, 1974), hlm. 51
25

bermasyarakat dan bernegara untuk mengatasi kesukaran (mud̟arat)

dan kebutuhan (hajat).30

Banyak ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi yang berhubungan

dengan persoalan keluarga, baik menyangkut perkawinan, pendidikan

anak, tanggung jawab suami-isteri sampai kepada persoalan nafkah dan

keberlanjutan generasi. Diantara ayat-ayat al-Qur’an yang berhubungan

dengan permasalahan keluarga berencana, antara lain:

a. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Keluarga Berencana (KB)

Ayat-ayat al-Qur’an yang dapat di jadikan dalil tentang

keluarga berencana antara lain:

1) Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 9 sebagai berikut :

ْ ُ َُ‫َ يَ ي َ ذ َ َي ََ ُ ْ ي َ ي ي ُ ذ ٗ َ ا َ ُ ْ َ َي ي َ يَذ ُ ْ ذ َ َ ي‬
‫ضعَٰفا خافوا علي ِهم فليتقوا ٱّلل ويلقولوا‬
ِ ‫ويلخش ٱذلِين لو تركوا مِن خلفِ ِهم ذرِية‬
‫قَ يو ًٗل َسد ا‬
٩ ‫ِيدا‬
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar. (Qs. An-Nisa:9).

Pengertian yang lemah pada ayat di atas mempunyai makna

lemah secara fisik biologis, mental psikologi, mental spiritual, sosial

ekonomi, pendidikan dan keterampilan, sosial kemasyarakatan dan

sebagainya. Ayat ini memberi petunjuk kepada kita bahwa Allah

30
N. Sholihat, “Penerapan Maqās̟ id Asy-Syarī‟ah Dalam Ijtihad Majelis Ulama Indonesia
dan Muhammadiyah Mengenai Masalah Keluarga Berencana”, Skripsi tidak diterbitkan
(Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2002), hlm. 81.
26

menghendaki jangan sampai kita meninggalkan keturunan yang kalau

kita sudah meninggal dunia yang fana ini, menjadi umat dan bangsa

yang lemah. Karena itu, kita harus bertakwa kepada Allah dan

menyesuaikan perbuatan kita dengan ucapan yang telah kita ikrarkan.

Kita telah ikrar bahwa kita akan membangun masyarakat dan negara

dalam segala bidang materil dan spiritual untuk mewujudkan suatu

masyarakat yang adil dan makmur yang diridhai Allah SWT. Dan

salah satu usaha untuk mencapai tujuan pembangunan itu adalah

dengan melaksanakan KB.

Dari ayat di atas memberi petunjuk kepada kita bahwa kita

perlu melaksanakan perencanaan keluarga atas dasar mencapai

keseimbangan antara mendapatkan keturunan dengan :

a) Terpeliharanya kesehatan ibu anak, terjaminnya keselamatan jiwa

ibu karena beban jasmani dan rohani selama hamil, melahirkan,

menyusui, dan memlihara anak, serta timbulnya kejadian-kejadian

yang tidak diinginkan dalam keluarganya.

b) Terpeliharanya kesehatan jiwa, kesehatan jasmani dan rohani anak

serta tersedianya pendidikan bagi anak.

c) Terjaminnya keselamatan agama orang tua yang dibebani

kewajiban mencukupkan kebutuhan keluarga.

Berhubung dengan hal-hal tersebut diatas, maka dapat

dipahami :
27

1) Seorang ayah sebagai kepala keluarga wajib bertanggung jawab atas

kesejahteraan anak dan istrinya.

2) Seorang ibu tidak dibenarkan menderita karena anaknya, demikian

pula ayahnya dan ahli warisnya.

3) . Tentang penderitaan seorang ibu terdapat isyarat/petunjuk yang

dapat difahami dalam surat Al-Baqarah ayat 233 dan surat luqman

ayat 14, yaitu lamanya 2 tahun, dan surat Al-Ahqaf ayat 15 lamanya

30 bulan.

4) Sesuai dengan ilmu kesehatan, bahwa selama si ibu menyusui

anaknya ia dapat tidak mengalami menstsruasi dan ini berarti selama

2 tahun meneteki, ia dapat tidak hamil; sehingga dengan demikian

dapat diambil pengertian dari ayat-ayat tersebut bahwa ibu

hendaknya mengatur jarak antara dua kehamilan/kelahiran minimal

selama 30 bulan =2,5 tahun dan bisa dibulatkan 3 tahun. Waktu 2,5

sampai 3 tahun sebagai jarak antara kehamilan/kelahiran memang

baik menurut ilmu kesehatan, karena si ibu memang memerlukan

waktu tersebut untuk menjaga kesehatannya pada waktu hamil agar

kandungannya selamat dan ia perlu menyusui dan merawat bayinya

dengan seksama. Kemudian ia perlu merehabilitasi (memperbaiki)

dirinya sendiri.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 233 dijelaskan perlunya

musyawarah antara suami-isteri dan adanya persetujuan dari keduanya

jika ingin menyapih anaknya lebih cepat dari 2 tahun. Dan ini berarti
28

pengaturan/penjarangan kehamilan/kelahiran itu mutlak diperlukan

musyawarah antara suami-isteri dan adanya persetujuan dari mereka

yang bersangkutan.31

b. Hadis-hadis Nabi tentang Keluarga Berencana (KB)

Mengenai hadis-hadis yang dapat diajadikan referensi atau

dalil tentang permasalahan KB antara lain adalah sebagai berikut :

‫ا نك ا ن تدع ور ثتك ا غنيا ء خير من ا ن تز ر هم عا لة يثكففو ن ا لنا س‬


32
) ‫( متفق عليه‬

Sesunggunya lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu dalam


keadaan kaya daripada meninggalkan mereka menjadi beban dan
meminta-minta kepada orang banyak”.(HR.Bukhari dan Muslim.dari
Sa’id bin Abi waqqas ra.).
Hadis ini” memberi petunjuk bahwa faktor kemampuan

suami-istri untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya hendaknya

dijadikan pertimbangan mereka yang ingin menambah jumlah anaknya.

Bahkan faktor kemampuan memikul beban keluarga dapat dijadikan

pertimbangan oleh seseorang untuk menunda perkawinannya,

sebagaimana firman Allah swt dalam surat An-nur ayat 33:

‫َ ي‬ ُ ‫ىت ُي يغن َِي ُه ُم ٱ ذ‬


َٰ ‫احا َح ذ‬ َ َ ُ َ َ َ ‫ذ‬
‫ِك ا‬ ‫َيَ ي َي‬
…ِ‫ّلل مِن فضلِه‬ ‫جيدون ن‬
ِ ‫وليستعفِ ِف ٱذلِين ًل‬

Artinya: “Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah


menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan mereka
dengan karunia-Nya. (QS.An-nur Ayat: 33)33

31
Masjfuki Zuhdi, Islam dan Keluarga Berencana di Indonesia,(Surabaya: Bina Ilmu,
1982), hlm.17.
32
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum Islam
hlm.47.
29

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫سلَّ َم‬ ْ َ‫عل‬


َ ‫ي ِه َو‬ ُ ‫صلَّى‬
َ ‫هللا‬ ِ ‫س ْو ُل‬
َ ‫هللا‬ ْ‫ع‬
ُ ‫قَا َل َر‬:‫ن هُقَا َل‬ ُ ‫ي‬
َ ‫هللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ي ُه َري َْرةَ َر‬ ْ ِ‫ب‬ َ ‫ع ْن أ‬
َ
‫ْف‬ ْ َ
ِ ‫ي خَـي ٌْر َوأ َحبُّ ِإلَـى‬
َّ ‫هللا ِمنَ الـ ُمؤْ ِم ِن ال‬
ِ ‫ض ِعي‬ ْ ْ
ُّ ‫ اَلـ ُمؤْ ِم ُن القَـ ِو‬:

Artinya:”Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , beliau berkata, Rasûlullâh
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan
lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang
lemah;(HR.Muslim).34

Maksud mukmin kuat dalam hadits di atas adalah kuat imannya, bukan

semata kuat fisik atau materi. Karena kuatnya fisik dan materi akan

membahayakan diri jika digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah

Subhanahu wa Ta'ala. Pada dasarnya, kuatnya fisik dan materi bukan

sebagai pijakan mulia atau tercela. Hanya saja, jika keduanya digunakan

untuk kemanfaatan di dunia dan akhirat, ia menjadi terpuji. Sebaliknya,

jika digunakan untuk kemaksiatan terhadap Allah, ia menjadi tercela. Kuat

dalam hadits di atas mencakup kuat fisik, jiwa, dan materi. Kemudian

semua itu diikat dengan iman kepada Allah Ta'ala, ridha dan menerima

qadha' dan qadar.

Hadis ini memberi petunjuk/peringatan bahwa Islam lebih

menghargai kualitas daripada kuantitas dan yang dimaksud dengan

orang mukmin yang kuat disini ialah orang mukmin yang mempunyai

kekuatan mental maupun fisik, moril maupun materil, sehingga dapat

benar-benar mencerminkan kekuatan Islam sendiri.

33
Al-Qur’an & Terjemah Provinsi Nusa Tenggara Barat,2016.
34
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2664); Ahmad (II/366, 370); Ibnu
Mâjah (no. 79, 4168); an-Nasâ-i dalam Amalul Yaum wal Lailah (no. 626, 627); at-Thahawi dalam
Syarh Musykilil Aatsâr (no. 259, 260, 262); Ibnu Abi Ashim dalam Kitab as-Sunnah (no. 356).
30

c. Hukum Islam tentang KB

Dalam al-Qur’an dan Hadits Islam tidak di temukan nash

yang sharih (clearstaetmant) yang memerintahkan atau melarang ber-

KB. Oleh karena itu, hukum ber-KB sebaiknya kita kembalikan

kepada kaidah :

" ‫االصل فى ا ال شياء االبا حة حتى يد ل ا لد ليل على تحر يمها‬

Artinya:”Pada asalnya segala sesuatu/perbuatan itu boleh sampai


ada dalil yang menunjukkan keharamannya.” (HR.Bukhari dan
Muslim).

Seseorang yang melakukan program KB tidak terlepas dari

situasi dan kondisi yang melingkarinya, baik kondisi yang

berhubungan dengan pribadi; seperti masalah kesehatan dan ekonomi

ataupun yang berhubungan dengan kondisi negara yang berusaha

menekan tingkat pertumbuhan, bisa saja mubah, haram,bisa juga

wajib sesuai dengan kondisi. Dengan demikian, selain kaidah di atas,

kaidah lain yang dapat dijadikan landasan adalah:

‫تغيراالحكام بتغيراالزمنة واالمكنة واالحوال‬


“Hukum itu berubah sesuai dengan perubahan waktu, tempat dan
keadaan.”35
d. Motivasi ber-KB dan hukumnya

Terdapat beberapa motivasi yang mendorong seseorang

untuk melakukan KB. Dari motivasi dan kondisi yang di hadapi oleh

orang yang ber-KB, maka akan dapat di tentukan hukumnya. Menurut

35
M. Ali Hasan, Masail Fiqhiyah pada Masalah-masalah Kontemporer Hukum
Islam.hlm.47.
31

Yusuf Qardhawi dalam bukunya al-Halal wa al-Haram yang

mengemukakan bahwa melestarikan keturunan merupakan tujuan

utama dari sebuah perkawinan dan halal itu dapat dicapai melalui

kelahiran anak.

Pada asalnya Islam menganjurkan umatnya untuk

membangun sebuah keluarga yang mempunyai banyak keturunan. Hal

ini dapat dipahami secara tekstual dari kandungan beberapa Hadis

Rasulullah berikut ini :

‫من ترك ا لز و ا ج محا فة ا لعيا ل فليس منا‬

Artinya:”Siapa yang tidak menikah karena khawatir menanggung


beban keluarga, maka bukan termasuk golongan kami.(HR.Bukhari)”
Hadis lain yang senada juga mengatakan :

‫تزوجوا ا لو دو د ا لو د و د فا نى مكا ثر بكم ا ال مم يوم القيامة‬

Artinya:”Nikahlah olehmu wanita yang berbakat banyak anak dan


setia/sayang sesungguhnya aku akan merasa bangga akan banyaknya
jumlahmu di antara umat para Nabi kelak di hari kiamat”.
(HR.Ahmad).36
Secara tekstual, dari pemahaman beberapa hadis seperti

tersebut di atas terdapat perintah bagi umat Islam untuk

memperbanyak anak keturunan. Namun, pemahaman Nash di atas

hendakya tidak berhenti pada pemahaman teks belaka, namun harus di

pahami sejalan dengan konteks yang ada.

Menurut Yusuf Qardhawi, terdapat macam dispensasi bagi

orang Islam di dalam mengatur dan membatasi kelahiran anak, jika di


36
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Hadis Shahih Bukhari dan Muslim, hlm.342.
32

temukan alasan rasional dan kondisi darurat yang dapat dijadikan

alasan. Di antara kondisi darurat itu adalah :

1) Kehawatiran terhadap nasib hidup sang ibu dan kesehatannya


dikarenakan dari beban yang di akibatkan dari hamil atau

melahirkan yang dapat menyebabkan si ibu binasa. Kebenarannya

harus di dasari oleh sebuah penelitian atau informasi dari dokter

yang professional. Hal ini diperkuat oleh firman Allah SWT.


َ ُ‫ُ ي َ ذي‬ ‫ي‬ َ ْ ُ‫ََ ُي‬
١٩٥ ….‫…وًل تلقوا بِأيدِيكم إِىل ٱتلهلك ِة‬.

Artinya: “Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri


kedalam kebinasaan….(QS.al-Baqarah (2):195).37

2) Kehawatiran jatuh kedalam kesulitan duniawi yang akan berimbas

kepada kesulitan dalam menjalankan perintah agama sehingga di

mungkinkan akan menerima sesuatu yang haram dan melakukan

sesuatu yang di larang demi untuk anak, Allah swt berfirman :

ُ َ َ َ ُ‫ُ ُ ذ‬
٦ …‫يل يج َعل َعل ييكم‬
ِ ‫…ي ِريد ٱّلل‬

Artinya:“Allah tidak akan menyulitkan hidup mu.


(Al-Maidah A: 6)

3) Kehawatiran terhadap kesehatan dan pendidikan anak di

karenakan faktor ekonomi yang dapat membawa kepada

kekufuran. Dalam kitab sahih Muslim, Dari usamah bin Zaid

bahwasanya seseorang datang kepada Rasulullah SAW. Ia

37
Al-Qur’an dan Terjemah, Nusa Tenggara Barat,hlm.27.
33

berkata, “Ya Rasulullah aku melakukan azl (membuang sperma

keluar Rahim, ketika puncak orgasme) terhadap istriku

“Rasulullah menjawab,”Kenapa kau lakukan itu ?”Orang itu

menjawab ,”Aku kasihan terhadap anak-anak.”Maka Rasulullah

menjawab ,”Seandainya anak ini rusak, maka akan musnahlah

negara Persia dan Romawi.”

Sejalan dengan pendapat Yusuf Qardhawi yang

membolehkan tentang KB, Masfuk Zuhdi menambahkan bahwa

seorang Muslim yang melaksanakan KB dengan motivasi yang

bersifat pribadi seperti untuk menjarangkan kehamilan/keturunan atau

untuk menjaga kesegaran, kesehatan, dan kelangsingan sang ibu

hukumnya boleh.

Selain motivasi pribadi sebagaimana tersebut di atas, orang

yang berKBjuga punya motivasi yang bersifat kolektif yang telah

dicanangkan secara nasional seperti untuk kesejahteraan masyarakat

atau negara maka hukumnya bisa sunah bahkan wajib. Sebagaimana

dijelaskan dalam kaidah usul fiqh yang artinya yaitu: “Menolak

kerusakan lebih diutamakan daripada menarik kemaslahatan”.

Hal ini tergantung kepada kondisi sebuah negara dilihat dari

pertumbuhan penduduknya, apakah sudah over populated (terlalu

padat penduduknya) atau karena faktor wilayah pemukimannya,

seperti tempat tinggal, pertanian, pendidikan dan sebagainya yang

sudah benar-benar overloaded (Terlalu sarat) sehingga wilayah yang


34

bersangkutan tidak sanggup lagi mendukung kebutuhan penduduk

secara normal.

Mengatur angka kelahiran dalam rangka mewujudkan

keluarga yang bahagia terpenuhi segala kebutuhannya baik jasmani

dan rohani merupakan usaha yang harus dilakukan oleh setiap

keluarga. Mulai dari kesehatan, Pendidikan, sandang, pangan dan

papannya. Tanggung jawab ini merupakan perintah Allah SWT

kepada semua penanggung jawab keluarga terutama sang suami.

Usaha ini tidaklah bertentangan dengan keyakinan kita kepada Allah,

bahwa Allah maha pemberi rezeki. Permasalahannya adalah ber-KB

yang di hubungkan dengan keraguan terhadap Allah sebagai Dzat

pemberi rezeki sehingga harus membatasi anak dengan dua saja, maka

dalam hal ini menurut hemat penulis, tidak dapat di benarkan .

Yang harus dicita-citakan adalah bagaimana umat Islam

terutama di Indonesia memiliki jumlah terbesar secara kuantitatif

tetapi juga berkualitas tinggi dari segi akidah, ekonomi, pendidikan

dan sebagainya sehingga menjadi umat yang terbaik. Sebab hadis

Rasulullah yang memerintahkan untuk memperbanyak anak keturunan

itu menurut hemat penulis harus juga diiringi dengan hadis lain yang

memerintahkan peningkatan kualitas sumber daya manusianya.

Apalah artinya untuk kejayaan Islam, jika hanya besar dari segi

jumlah, tetapi minim secara kualitas.Islam mewajibkan untuk

menciptakan keluarga berkualitas dengan mengatur angka kelahiran


35

rasional demi kesejahteraan anak tanpa harus membatasi jumlah anak.

Islam mengharamkan program keluarga yang hanya menitik tekankan

pada pembatasan angka kelahiran”cukup dua saja, laki perempuan

sama”karena secara kuantitas hal ini akan tidak menguntungkan bagi

umat islam.

Selanjutnya istilah Keluarga Berencana, oleh presiden

Abdurrahman Wahid, diganti dengan keluarga berkualitas, karena

yang menjadi titik tekan pada program keluarga berkualitas bukan

membatasi jumlah anak, tapi kualitas anak. Membatasi jumlah anak

tidak identik dengan peningkatan kualitas anak.38

e. Peraturan Pemerintah tentang Keluarga Berencana

Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan

Perkumpulan Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di

gedung Ikatan Dokter Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri

berkembang menjadi perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia

(PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood Federation (IPPF). Pada

tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh Departemen

Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan

perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB diseluruh

wilayah tanah air.Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra

pada tanggal 11 Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No.

35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan Tim yang akan

38
Ibid, 27.
36

mengadakan persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga

Berencana. Setelah melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan

beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat

dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk

Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat

Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembaga ini statusnya adalah

sebagai Lembaga Semi Pemerintah.

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

dibentuk berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai Kepala

BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian,

pada tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai

penyempurnaan Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status

badan ini berubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementrian

yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada presiden

melalui Mentri Kesehatan. BKKBN mempunyai tugas melaksanakan

tugas pemerintahan dibidang pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana. Dasar hukum Peraturan

Presiden Nomor 62 Tahun 2010. Dalam melaksanakan tugas,

BKKBN menyelenggarakan fungsi:

1. Perumusan Kebijakan nasional di bidang pengendalian penduduk

dan penyelenggara Keluarga Berencana.

2. Penetapan norma, standard, prosedur, dan kriteria di bidang

pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana


37

3. Penyelenggara komunikasi dan imformasi dan edukasi di bidang

pengendalian penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.

4. Pembinaan pembimbingan dan fasilitasi di bidang pengendalian

penduduk dan penyelenggaraan keluarga berencana.39

f. Konsep Sakinah Mawaddah warahmah

Hidup berpasang-pasangan merupakan fitrah makhluk hidup di

dunia. Namun hanya manusialah satu-satunya makhluk Allah yang

mampu membungkus fitrah hidup dalam sebuah ikatan perkawinan.

Salah satu tujuan perkawinan adalah terbentuknya keluarga yang

harmonis. Dalam Islam keluarga harmonis adalah keluarga sakinah,

mawaddah, wa rahmah. Mewujudkan sebuah keluarga sakinah memang

bukanlah hal yang mudah. Perlu adanya upaya yang mengarah pada

proses tersebut. Antara lain kesadaran anggota keluarga, sosialisasi,

bimbingan dan dorongan kepada mereka untuk menanamkan nilai-nilai

pembentukan keluarga sakinah. Masih banyak rumah tangga yang

dilanda konflik atau pertengkaran sehingga berimbas pada rusaknya

tatanan keluarga mulai dari anak sampai lingkungan yang bersifat makro.

Krisis dalam rumah tangga bukan hanya terjadi dikalangan orang biasa

melainkan juga banyak terjadi pada lapisan atas tidak terkecuali kalangan

publik figur atau selebritis. Dalam pandangan al-Qur’an salah satu tujuan

39
www.bkkbn.go.id: sejarah BKKBN, 2016.
38

al-qur’an adalah menciptakan sakinah, mawaddah, dan rahmah antara

suami, istri, dan anak-anaknya. Hal ini ditegaskan dalam QS. Ar-Rum:

21. Yaitu sebagai berikut:

ٗ ‫ُ ي َ ي َ َٰ ٗ َ ي ُ ُ ٓ ْ َ ي َ َ َ َ َ َ ي َ ُ ذ َ ذ‬ ُ َ ‫ي‬ ُ َ َ َ َ ‫َ ي َ َ َٰ ٓ َ ي‬
‫سكم أزوجا ل ِتسكنوا إِيلها وجعل بينكم مودة‬ ِ ‫ومِن ءايتِهِۦ أن خلق لكم مِن أنف‬
َ ‫َ ذ‬ َ َٰ َ َ َٰ َ ‫َ َيَا ذ‬
٢١ ‫ت ل ِق يو ٖم َي َتفك ُرون‬
ٖ ‫ورمحة إِن ِيف ذل ِك ٓأَلي‬

Artinya:”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
( QS. Ar-Rum: 21).
Kata sakinah, dalam QS. Al-Rum ayat 21 diatas, dalam al-

qur’an ditafsirkan dengan cenderung dan tenteram. Penafsiran ini tidak

jauh berbeda dengan penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir

lainnya. Mufassir Indonesia Qurais hihab menjelaskan bahwa Adanya

sakinah/ketenteraman. merupakan modal yang paling berharga dalam

membina rumah tangga bahagia. Dengan adanya rumah tangga yang

bahagia, jiwa dan pikiran menjadi tenteram, tubuh dan hati mereka

menjadi tenang, kehidupan dan penghidupan menjadi mantap, kegairahan

hidup akan timbul, dan ketentraman bagi laki-laki dan perempuan secara

menyeluruh akan tercapai.40 .Keluarga adalah unit kecil yang mempunyai

pimpinan dan anggota mempunyai pembagian tugas dan kerja, serta hak

dan kewajiban bagi masing-masing anggotanya. Keluarga adalah sekolah

tempat putra-putri bangsa belajar. Islam sangat mementingkan


40
Amir Syarifudin,Hukum Perkawinan Islam Indonesia (Jakarta Kencana,2007), hlm 18.
39

pembinaan pribadi dan keluarga. Pribadi yang baik akan melahirkan

keluarga yang baik, sebaliknya pribadi yang rusak akan

melahirkankeluarga yang rusak.

Konsep sakinah, dalam QS. al-Rum ayat 21, ditafsirkan dengan

cenderung dan tenteram. Penafsiran ini tidak jauh berbeda dengan

penafsiran yang dikemukakan oleh mufassir lainnya. Sedangkan dalam

menafsirkan konsep mawaddah dan rahmah ditafsirnya Departemen

Agama merujuk kepada berbagai pendapat para ulama, sehingga apa

yang dijelaskannya, menurut penulis sifatnya mengakomodir dari

berbagai pendapat. Misalnya, pendapat Mujahid dan Ikrimah yang

berpendapat bahwa kata mawaddah adalah sebagai kata ganti

“nikah”(bersetubuh), sedangkan kata rahmah sebagai kata ganti anak.

Ada yang berpendapat bahwa mawaddah tertuju bagi anak muda, dan

rahmah bagi orang tua. Ada pula yang menafsirkan bahwa mawaddah

ialah rasa kasih sayang yang makin lama terasa makin kuat antara suami

istri.41

G. Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan mengandung pokok bahasan mengenai

“Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan program KB pada pasangan

Muslim bawah umur dalam mewujudkan Keluarga Sakinah Mawaddah

Warahmah di Kabupaten Lombok Tengah. Metode penelitian yang di gunakan

adalah deskriptif Kualitatif yaitu pengolahan data yang di dasarkan pada hasil

41
Shihab, Quraish, Keluarga Sakinah, Dalam Jurnal Bimas Islam, Vol. 4 N0.1, Tahun 2011.
40

studi di lapangan yang kemudian dipadukan dengan data yang di peroleh dari

studi kepustakaan dan tinjauan Hukum Islam, sehingga dapat diperoleh data

yang akurat, sedangkan terhadap permasalahanannya digunakan pendekatan

yuridis sosiologis fenomenologis, artinya di dalam menghadapi permasalahan

yang di bahas berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku yang kemudian di

hubungkan dengan fakta-fakta lapangan.

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dari rumusan masalah dalam penelitian ini. Penelitian yang hendak

dilakukan dikategorikan sebagai pendekatan yuridis sosisologis

fenomenologis, yaitu didalam menghadapi permasalahan yang terkait

dengan tema penelitian ini kemudian dihubungkan dengan fenomena yang

terjadi dalam masyarakat. Pendekatan seperti yang disebut diatas,

bertujuan untuk meneliti kaidah-kaidah hukum yang terkandung di

dalamnya, terkait satu sama lain secara logis, dan apakah norma hukum

tersebut mampu menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga

tidak ada kekurangan hukum dan apakah peroses norma-norma hukum

tersebut tersusun secara hirarki.42

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran secara mendalam

tentang, Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan program KB pada

pasangan Muslim di bawah umur dalam mewujudkan Keluarga sakinah

mawaddah warahmah diKabupaten Lombok Tengah dalam penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif, sebagaimana menurut J. Moleong

42
Muhammad Jafar Anwar, Pedoman Praktis Penelitian,(Jakarta: Pro deleader,2016), 74.
41

bahwa metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar dan individu secara

utuh. Tujuan dari penelitian kualitatif ini ialah mencari dan

memperoleh informasi yang mendalam dan luas.43Dalam hal ini yang

menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah pasangan perkawinan

di bawah umur yang melaksanakan program KB dalam mewujudkan

keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Dengan digunakannya metode penelitian kualitatif, maka data yang

didapat lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga

tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan

karena metode ini lebih trendy, tetapi permasalahannya lebih tepat

dicarikan jawabannya dengan metode kualitatif. Dengan metode

kuantitatif tidak akan bisa ditemukan data yang bersifat peroses kerja,

perkembangan suatu kegiatan, deskripsi yang luas dan mendalam, norma,

sikap mental, etos kerja dan budaya yang dianut seseorang maupun

kelompok orang dalam lingkungan kerjanya dengan metode kuantitatif

hanya dapat digali fakta-fakta yang bersifat empirik dan terstrukur. Fakta-

fakta yang tidak tampak oleh indra akan sulit diungkapkan. Tetapi dengan

metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas dan

pasti, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi. Karena itulah kemudian

43
Lexy J. Moleong,Metodologi Penelitian Kualitatif, ( Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), 23.
42

peneliti lebih cenderung menggunakan metode penelitian kualitatif.44

Sedangkan pendekatan yang peneliti gunakan untuk mengungkapkan dan

menggali data adalah dengan menggunakan studi kasus dengan tujuan

untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan

interaksi lingkungan suatu unit sosial, individual, kelompok atau

masyarakat.45

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri,

sebagaimana menurut Nurul Ulfatin, pada penelitian kualitatif, kehadiran

peneliti di lapangan mutlak diperlukan.46Dalam penelitian ini, peneliti

datang langsung ke lokasi penelitian yaitu di sebagian daerah Kabupaten

Lombok Tengah yaitu di Selawang kecamatan Pujut,Kab. Lombok

Tengah, di Desa tanak Awu, di praya, di pringgarata, di tatak di sengkol

Kecamatan Pujut dan sebagainya. peneliti melakukan wawancara,

observasi, dan pengambilan data dilapangan, maka dari itu, kehadiran

peneliti di lokasi penelitian menjadi sangat penting, karena untuk

mendapatkan data yang utuh.

3. Data dan Sumber Data Penelitian

Sumber data adalah subjek dari data itu sendiri, yang

mana apabila didalam penelitiannya menggunakan interview atau


44
Sugiono,Memahami Penelitian Kualitatif…,10.
45
Sumadi suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Wali, 1988), hlm. 23,.
46
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Ilmiah (Jakarta: rineka Cipta, 1994), hlm.175.
43

wawancara sebagai alat mengumpulkan data, maka sumber data itu

disebut responden yaitu orang yang menjawab pertanyaan peneliti,

baik berbentuk tulisan maupun lisan, apabila peneliti menggunakan

observasi maka sumber dari datanya berupa gerak, peroses sesuatu,

ataupun situasi.47 Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini,

bersumber dari dua data yaitu, data primer dan sekunder.

a. Data primer diperoleh peneliti dari kata-kata lisan (verbal) dan perilaku

informan, data primer akan peneliti peroleh dari para informan

dengan teknik pemilihan informan yaitu bersifat purposive, yaitu

orang yang dipilih dalam data primer yang mengetahui data itu

sesuai dengan fokus penelitian. Adapun informen kunci nantinya

ketika dalam penyusunan Tesis ini adalah pasangan perkawinan di

bawah umur yaitu pasangan suami istri yang menikah berkisar di bawah

usia 18 tahun di Kabupaten Lombok Tengah, petugas pelayanan KB di

puskesmas Lombok Tengah, Kepala BKKBN sesuai data yang

dibutuhkan dan Kepala KUA Pujut Lombok Tengah .

b. Sedangkan data sekunder berupa studi pustaka yang bertujuan untuk

memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku-buku, dokumen-

dokumen, dan literatur-literatur lain yang berhubungan dengan

penelitian ini. Seperti kepustakaan, perundang-undangan dan profil

Desa Tanak awu di Kecamatan Pujut serta data-data pendukung

lainnya.

47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, cet.15, Jakarta:
Rineka Cipta, 2014, 172.
44

Jenis penelitian lapangan ini dimaksudkan agar dapat

diperoleh fakta, data dan informasi yang lebih obyektif dan akurat

mengenai Analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan program KB

pada pasangan Muslim di dalam mewujudkan Keluarga yang sakinah

mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok Tengah, kajian

kepustakaan yang peneliti lakukan dengan mempelajari atau menelaah

dan mengkaji buku-buku yang erat kaitannya dengan masalah yang

dibahas.

4. Teknik dan Instrument Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling

strategis di dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menghasilkan data,48 dibutuhkanlah metode yang sangat

berpengaruh besar terhadap validitas dan kualitas data yang akan

memberikan pengaruh besar terhadap kualitas dan obyektifitas data

hasil penelitian.

Adapun metode yang peneliti pakai dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi

dari gejala atau fenomena (peristiwa/kejadian) secara sistematis dan

didasarkan pada tujuan penyelidikan yang telah dirumuskan.49

Observasi dilakukan tatkala peneliti mengamati pelaksanaan


48
Suharsimi ari kanto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik,( Jakarta : Rineka
Cipta,1996), hlm.106.
49
.Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2001), hlm.91.
45

program KB yang dilakukan oleh pasutri (pasangan suami istri) usia

muda, observasi ini bertujuan untuk memperoleh data real tentang

kondisi nyata. Adapun hal-hal yang ingin didapatkan secara utuh

melalui observasi ini adalah, mengamati pelaksanaan program KB

yang dilakukan oleh pasutri yang melakukan pernikahan di bawah

umur, problematika yang dihadapi oleh para pelaku perkawinan di

bawah umur yang melaksanakan program KB dan solusi efektip

yang bisa diberikan kepada para pasutri tersebut serta faktor

pendukung dan penghambat pelaksanaan program KB pada pelaku

perkawinan di bawah umur.

Observasi dilakukan untuk mengadakan pengamatan

langsung dilapangan guna mencari data yang dibutuhkan serta

menemukan permasalahan yang berkaitan dengan analisi Hukum

islam terhadap pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di

bawah umur dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah

warahmah di Kabupaten Lombok Tengah.

b. Metode wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk menghimpun data-data

penelitian yang bersifat non-observasi atau teknik

dokumentasi.50Metode ini dipakai agar menghasilkan sebuah

informasi yang lengkap dari tema yang akan diteliti. Selain itu,

wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mencocokkan dan

50
.Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah) (Jakarta:Bumi aksara,2003), hlm.17.
46

membandingkan teori dengan praktik. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan wawancara tidak terstruktur, wawancara ini peneliti

lakukan guna untuk memperoleh informasi berupa data-data

penelitian yang terkaittentang judul penelitian.Wawancara mendalam

dalam penelitian ini dilakukan kepada beberapa pihak, yang terkait

dengan judul penelitian adalah pasangan suami isteri yang

melakukan KB di Kabupaten Lombok tengah, Kepala KUA

Kecamatan Pujut yang melaksanakan pencatatan pernikahan, Kepala

BKKBN dan juga beberapa perawat yang ada di Puskesmas Lombok

Tengah yang menangani Pasangan Perkawinan di usia muda yang

melaksanakan program KB.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh

data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang

relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film

dokumenter, data yang relevan dengan penelitian.51

Metode ini digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan

data dalam bentuk buku, jurnal, tesis, atau data-data tertulis lainnya

yang terkait dengan variabel penelitian. Teknik ini merupakan

penalaahan terhadaprefrensi-refrensi yang berhubungan dengan

fokus permasalahan penelitian.

5. Teknik Analisis Data

51
Riduwan, Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2003),
.30.
47

Yang dimaksud analisis disini ialah upaya-upaya untuk

menata hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk

menghasilkan pemahaman peneliti terhadap temuan dilapangan yang

ingin disajikan, kepada khalayak. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif statistik bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus hingga tuntas, tatkala datanya telah

jenuh maka dilakukanlah reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.52

Peroses analisis data penelitian kualitatif tidak serta merta

langsung sekali jadi, karena dalam interaksinya dilaksanakan secara

bolak-balik. Dari mengumpulkan data memaparkan data, dan kemudian

mereduksi data, dari mereduksi data kemudian kembali memaparkan

data, baru kemudian memberikan kesimpulan. Begitupun sebaliknya,

karena peroses bolak-baliknya sangat tergantung sekali kepada seberapa

tajam permasalahan yang diteliti.

Adapun dibawah ini beberapa penjelasan dari siklus diatas yaitu:

a) Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang

memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data mentah yang diperoleh melalui catatan tertulis di

52
Robet Bogdan dan stevan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif,
(Surabaya:Usaha Nasition,1992), hlm.137.
48

lapangan.53Dalam hal ini mereduksi data yang ada dilapangan

dianalisis secara keseluruhan, dirangkum, dipilih yang pokok-pokok

dari yang dibutuhkan.

b). Penyajian Data

“penyajian data dilakukan berbentuk uraian, agar mudah dipahami

terhadap peristiwa atau kasus yang terjadi, kemudian

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami itu, dan memudahkan peneliti dalam memahami apa yang

terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya”.54

c). Penarikan Kesimpulan

Pada saat kegiatan analisis data sudah dilakukan secara terus

menerus, baiknya data yang berasal langsung dari lapangan,

maupun data itu sudah tidak berada dilapangan, maka pada saat

itulah kesimpulan mulai dilakukan. Agar dapat mengarah kepada

hasil kesimpulan, tentu harus berdasarkan pada analisis data, baik

dari observasi, dokumentasi dan lainnya.55

6. Pengecekan Keabsahan data

Melakukan keabsahan data adalah hal yang sangat

penting di dalam melakukan penelitian kualitatif, karena informasi

yang dikumpulkan oleh peneliti, dijadikan data dalam memeriksa

kredibilitas dari data itu sehingga bisa dipertanggung jawabkan dan

menjadi dasar yang kuat dalam menarik sebuah kesimpulan.


53
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif, 247.
54
Robet Bogdan dan stevan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, hlm.114.
55
Robet Bogdan dan stevan Taylor, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, 117.
49

Adapun beberapa kriteria dalam mengecek keabsahan

data diantaranya sebagai berikut:56

1) Kepercayaan / kredibilitas

Terhadap beberapa teknik pemeriksaan dalam kriteria

kredibilitas,yaitu ketekunan pengamatan, triangulasi, kajian

kasus negatif dan pengecekan anggota. 57Agar data- data yang di

peroleh dalam penelitian ini terjamin kepercayaan dan validitas,

maka pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan adalah

metode triangulasi. Adapun yang dimaksud dengan triangulasi

adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu.58

Denzim dikutip oleh Moleong, membedakan empat macam

triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan

penggunaan sumber, metode, dan teori.59 Teknik triangulasi

yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:60

a) Triangulasi Sumber

Peneliti melakukan teknik triangulasi dengan cara

membandingkan data hasil wawancara dari pihak lembaga

yang diteliti dengan hasil pengamatan, dan data hasil

56
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif, 279.
57
Nurul Ulfatin, Metode Penelitian Kualitatif, hlm.324.
58
Afrizal, Metodelogi Penelitian Kualitatif,(Jakarta: Grafindo Persada, 2014), 114.
59
Nurul Ulfatin, “Metode Penelitian, ” 330.
60
Ibid., hlm.330.
50

wawancara dengan dokumen-dokumen yang berkaitan

dengan apa yang diteliti. Hal ini, dilakukan untuk menguji

tingkatan validitas data serta mengetahui hubungan antara

berbagai data, sehingga kesalahan dari analisis data dapat

dihindari. Dalam hal ini, peneliti berusaha membandingkan

hasil wawancara dari informan yakni : pasangan perkawinan

dibawah umur yang mealakasanakan program KB di

Kabupaten Lombok Tengah, Kepada Kepala BKKBN

Lombok Tengah, Kepada Kepala KUA Kecamatan Pujut

yang melaksanakan pencatatan pernikahan, Kepada perawat

yang menangani pasutri yang melaksnakan program KB di

usia muda di puskesmas Kecamatan Pujut Lombok Tengah

serta dokumen-dokumen terkait penelitian.

b) Triangulasi Metode

Penelitian ini menggunakan teknik ini dengan

melakukan pengecekan kepercayaan beberapa sumber data

yang dalam hal ini adalah informan dengan metode yang

sama. Peneliti mengumpulkan data dan membandingkan data

yang diperoleh itu dari satu informan ke informan lainnya.

2). Ketergantungan / Dependability

Di dalam penelitian kualitatif, uji ketergantungan

dilakukan dengan mengaudit kepada keseluruhan proses dari

penelitian itu, banyaknya kasus peneliti yang meneliti tidak


51

melakukan penelitian ke lapangan namun data studi pendahuluan

ada. Maka dari itu penguji dari ketergantungan peneliti dilakukan

melalui audit kepada keseluruhan proses penelitian, audit dalam

penelitian ini adalah pembimbing yang mengaudit secara

keseluruhan aktivitas peneliti pada saat melakukan penelitian,

dimulai dari penentuan fokus penelitian sampai kepada

kesimpulan akhir.

3). Konfirmabilitas

Pengujian konfirmabilitas dalam penelitian kualitatif,

yaitu menguji hasil penelitian, jika dikaitkan dengan peroses yang

dilakukan, teknik ini digunakan untuk mengadakan pengecekan

kebenaran data mengenai Efekivitas pelaksanaan program KB

pada pelaku perkawinan di bawah umur dalam mewujudkan

Keluarga sakinah mawaddah warahmah di Kabupaten Lombok

Tengah, ini dilakukan untuk memastikan tingkatan validitas hasil

penelitian, dibuktikan dengan bukti fisik berupa dokumentasi dan

data-data lainnya.

7. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam penelitian ini menggunakan bab

yang akan berisi.

Bab I : Pendahuluan, Membahas tentang latar belakang, rumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian

(jenis penelitian, jenis dan sumber data, prosedur


52

pengumpulan data, analisis data), tinjauan pustaka dan

sistimatika pembahasan.

Bab II : Membahas tentang Pelaksanaan program KB pada pasangan

Muslim bawah umur dalam mewujudkan keluarga sakinah,

mawaddah, warahmah, di Kabupaten Lombok Tengah,

perspektif Hukum Islam terhadap pelaksanaan program

KB pada pasangan Muslim bawah umur dalam

mewujudkan perkawinan, sakinah, mawaddah, warahmah

di Kabupaten Lombok Tengah, di bagi kedalam beberapa

topik, yaitu: gambaran umum lokasi penelitian, BKKBN

sebagai Badan yang mengatur pelaksanaan Program

Keluarga Berencana (KB), pasutri (pasangan suami istri)

dan petugas KB sebagai fokus dalam penelitian, faktor-

faktor penyebab terjadinya pernikahan di bawah umur,

dampak pernikahan dini hingga tindakan preventif yang

harus dilakukan pemerintah bekerjasama dengan elemen

masyarakat, dan yang terakhir mengenai pandangan

hukum Keluarga Islam terhadap pelaksanaan Praktik

program KB pada pasangan usia muda di Kabupatn

Lombok Tengah.

BAB III : Berisi tentang analisis Hukum Islam terhadap pelaksanaan

program KB pada pasangan Muslim di bawah umur di

Kabupaten Lombok Tengah.


53

Bab IV : Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran penulis,

lampiran.
BAB II

PRAKTIK PELAKSANAAN KELUARGA BERENCANA PADA


PASANGAN MUSLIM DI BAWAH UMUR DI KABUPATEN LOMBOK
TENGAH

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Praya Kabupaten Lombok Tengah.

Upaya Keluarga Berencana mula-mula timbul atas prakarsa

kelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan

ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris yaitu Marie Stopes (19880-1950)

yang menganjurkan pengaturan kehamilan dikalangan buruh. Di Amerika

Serikat dikenal dengan Margareth Sanger (1883-1966) dengan program

“birth control” nya merupakan pelopor KB Modern. Pada tahun 1925 ia

mengorganisir Konverensi International di NewYork yang menghasilkan

pembentukan International Federation of Birth Control League.

Pada tahun 1948 Margareth Sanger turut aktif didalam

pembentukan International Comitte on Planned Parenthood yang dalam

konferensinya di New Delhi pada tahun 1952 meresmikan berdirinya

International Planned Parenthood Federation (IPPF). Federasi ini memilih

Margareth Sanger dan Lady Rama Ran dari India sebagai pimpinannya.

Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana

diseluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang-cabang

IPPF tersebut pada periode ini disebut periode di sebut periode Periode

53
54

Perintisan (1950-an-1966) pada masa ini di Indonesia telah banyak

dilakukan usaha membatasi kelahiran secara tradisional dan bersifat

individual. Periode Keterlibatan Pemerintah dalam Program KB Nasional.

Didalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta diambil keputusan

diantaranya bahwa PKBI dalam usahanya mengembangkan dan

memperluas usaha keluarga berencana (KB) akan bekerjasama dengan

instansi pemerintah. Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani

Deklarasi Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa

pentingnya menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan

menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai hak asasi manusia

Menkesra membentuk Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari

kemungkinan program KB dijadikan Program Nasional.

Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968 Presiden

mengeluarkan Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri

Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara lain:

a. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang ada

didalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.

b. Mengusahakan terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang dapat

menghimpun segala kegiatan dibidang Keluarga Berencana, serta terdiri

atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal

11 Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No.

35/KPTS/Kesra/X/1968 tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan


55

persiapan bagi Pembentukan Lembaga Keluarga Berencana. Setelah

melalui pertemuan-pertemuan Menkesra dengan beberapa menteri lainnya

serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, Maka pada

tanggal 17 Oktober 1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional

(LKBN) dengan Surat Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembaga

ini statusnya adalah sebagai Lembaga Semi Pemerintah. Untuk

melaksanakan program keluarga berencana dimasyarakat dikembangkan

berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan program dan

situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode ini dikembangkan Periode

Klinik (Clinical Approach) karena pada awal program, tantangan terhadap

ide keluarga berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu pendekatan

melalui kesehatan yang paling tepat. Pada periode ini muncul juga strategi

baru yang memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan

bentuk “Mass Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.

Sebagai tindak lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, di mana BKKBN

kemudian direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi

badan koordinasi, maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN,

Dr. dr.Sugiri Syarief, MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) oleh Menteri

Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Setelah dr. Sugir Syarief

memasuki masa pensiun, terjadi kepakuman selama hampir sembilan

bulan. Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo Bambang


56

Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pelantikan ini dilakukan

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi.61

B. Pelaksanaan program KB pada pasangan Muslim di bawah umur di

Kabupaten Lombok Tengah.

Istilah Keluarga berencana (KB) terkadang disalahpahami oleh

sebagian orang. Ketika mendengar kata Keluarga Berencana cenderung

dipahami dengan menghentikan atau membatasi kelahiran. Namun

sebenarnya Keluarga Berencana adalah salah satu program pemerintah dalam

rangka menciptakan keluarga yang memiliki perencanaan dalam mengatur

rumah tangganya. Bukan hanya mengatur tentang kelahiran anak atau

merencanakan jumlah anak akan tetapi keluarga Berencana sebagai program

pemerinta di dalamnya terdapat program yang bertujuan untuk menyehatkan

keluarga terutama ibu dan anak. Seperti mengatur jarak kelahiran,

menghindari terjadinya menyusui saat kehamilan (al-Ghilah),

mensejahterakan ekonomi keluarga, termasuk pula diantaranya membatasi

jumlah kelahiran.

Untuk menjalankan program-program di atas tentu tidak cukup

dengan menggunakan lisan atau pemahaman saja, akan tetapi keterlibatan

faktor lain juga dibutuhkan seperti penggunaan alat bantu berupa ilmu

pengetahuan dan teknologi menjadi sangat penting. Pemanfaatan teknologi

61
Profil BBKKBN kabupaten Lombok Tengah,2016.
57

dalam pragram Keluarga Berencana diantaranya seperti penggunaan alat

kontrasepsi sebagai salah satu cara dalam mengatur kelahiran dan

menghindari praktik menyusui saat kehamilan terjadi, sehingga penanganan

keluarga menjadi lebih maksimal dan memungkinkan terciptanya keluarga

yang sakinah mawaddan warahmah.

Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah adalah keluarga yang secara

lahiriyah sejahtera terutama sejahtera secara ekonomi. Dengan ekonomi yang

menunjang akan memudahkan dalam menggapai tujuan lainnya seperti dapat

melanjutkan studi bagi anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi,

kesehatan keluarga akan lebih terjamin dengan terpenuhinya kebutuhan gizi

dan sebagainya. Selain sejahtera secara material, tentu secara mental spiritual

dalam kehidupan keluarga akan tercipta keluarga yang harmonis, taat dalam

menjalankan agama dan terwujud kehidupan yang dihiasi dengan akhlak

mulia yang ditampilkan oleh semua anggota keluarga yang ada. Kondisi

seperti inilah yang diharapkan sehingga program Keluarga Berencana

dicanangkan oleh pemerintah yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan

pemanfaatan alat kontrasepsi.

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra

berarti “melawan “atau mencegah”sedangkan konsepsi adalah pertemuan

antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya

kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dan sel sperma.

Untuk itu berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang


58

membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan

seks dan kedua-duanya memiliki kesuburan normal namun tidak

menghendaki kehamilan. (Cuningham, 1989).

Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia subur

secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan seperti dalam matriks berikut

ini:62

Tabel 2.1

Pemilihan Metoda Kontrasepsi Rasional

A. Masa menunda
B. B. Masa mengatur atau C. C. Masa
kesuburan/kehamilan menjarangkan mengahirikeha
kelahiran milan
Masa mencegah kehamilan Masa terbaik untuk Masa tidak hamil lagi
melahirkan dengan
jarak kehamilan
antara 2-4 tahun

20 tahun 30 tahun

 Pil KB  AKDRT  Kntap


 AKDR  Suntik KB  AKDR
 Kondom  Pil Mini  Implant
 Vaginal jelly  Pil KB  Suntik KB
 Implant  Pil KB
Sumber: Data BKKBN Praya Lombok Tengah

Masalah perkawinan usia muda dikalangan remaja memiliki tingkat

masalah yang sama dengan daerah lain, terutama daerah yang memiliki

tingkat penduduk yang padat, dengan tingkat ekonomi masyarakatnya

yang rendah. Dimana kebanyakan remaja yang telah menikah di usia

62
Tabel: Pemilihan Metode kontrasepsi Rasional. 2018
Sumber : Prof.dr.Ida Bagus Gde Manuaba: Penuntun Kepaniteraan klinik Obstetri &
Ginokologi:186:1
59

yang relatif masih sangat muda hidup dengan latar belakang dari

rendahnya ekonomi orangtua, pengaruh lingkungan sosial yang sangat

mendorong remaja untuk memutuskan menikah di usia yang masih

muda, serta kurangnya perhatian dan rendahnya pendidikan yang

dimiliki oleh keluarga. Untuk lebih memperjelas data yang ada, peneliti

melakukan wawancara mendalam terhadap 12 informan atau 11 orang

remaja dan satu orang tua dari imforman yang meawakili yang menikah

di usia muda, dan 1 orang laki-laki remaja yang menikah di usia relative

sangat muda. 12 informan ini mewakili jumlah pasangan remaja yang

menikah di usia muda di Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut Kabupaten

Lombok Tengah, disengkol kecamatan pujut Lombok Tengah dan di

Desa pringgarata kecamatan pringgarata Kab.Lombok Tengah : Informan

1, Informan 1 menikah pada usia 16 tahun atau masih duduk di bangku

kelas 3 SMP, Orangtua informan memperbolehkan informan menikah di

usia muda dikarenakan orangtua informan sudah kenal dekat dengan

suami informan, suami informan yang sudah mapan, sehingga informan

dapat membantu ekonomi keluarga informan. Latar belakang keluarga

informan yang ternyata juga menikah di usia muda. Keinginan informan

menikah di usia muda adanya pengaruh dari lingkungan pergaulan yang

kebanyakan dari teman-teman imforman sudah menikah dini dan sudah

mempunyai anak. Menikah diusia dini adalah keinginan imforman tanpa

ada paksaan dari siapapun. imforrman ini sudah melakukan program KB


60

semenjak awal perrnikahannya tapi gagal KB. 63 Informan ke 2, Informan

ini menikah pada usia 15 tahun, informan juga perokok tetap sejak duduk

dibangku sekolah dasar, imforman menikah saat masih duduk dibangku

SMP kelas 3, Imforman menikah karena faktor lingkungan yaitu teman-

teman disekitarnya melakukan pernikahan dibawah umur kemudian saat

itu istrinya juga dinikahinya pada usia 19 tahun dan dalam status janda,

karena istrinnya sudah pernah menikah pada usia 17 tahun menurut

imformasi dari imforman remaja putri ini bahwa di pernikahan

pertamanya tersebut pernah menggunakan lat kontrasepsi yaitu KB

suntik 3 bulan dan berlangsung selama dua tahun, Informan ke-3 ini

menikah pada usia 16 tahun, pada masa masih duduk dibangku kelas 2

SMP alasan melakukan pernikahan diusia dini adalah sama seperti

imforman pertama yaitu karena keinginan diri sendiri dan sudah tidak

mau melanjutkan sekolahnya dengan alasan bosen belajar, imfoman

ketiga melakukan program KB namun gagal KB. dikarenakan telat

mengkonsumsi pil KB tersebut,64imforman ke 4 menikah usia 16 tahun

yaitu pada saat kelas 2 SMP, Latar belakang keluarga informan yang

kebanyakan menikah di usia muda dulunya, membuat informan ingin

menikah di usia muda seperti kakak-kakaknya, jawaban yang dilontarkan

oleh informan ke 4 hampir sama dengan informan yang ke 2 dan ke 3,

63
Wawanncara dengan salah satu imforman yang melakukan pernikahan dibawah umur
bernamaM.Fahmi di Desa tanak Awu kecatan pujut Kabupaten Lombok Tengah pada Pukul
09.00 Wita.17 april 2020.
64
Wawanccara dengan salah salah satu imforman yang melaakukan penikahan usia dini
yang bernama Lulu Astuti di Dusun selawang Kecamatan pujut Kabupaten Lombok Tengah pada
Pukul 09.00 Wita.
61

yaitu dikarenakan keinginan informan sendiri tanpa dorongan orangtua

menikah di usia muda katanya mengasikkan walaupun terlihat maen-

maen karena masiih dibawah umur dan tanpa merasa mindar sedikitpun

karena memang dilingkungan imforman rata-rata menikah usia dini.

Berdasarkan pernyataan imforman sempat melakukan program KB yaitu

pil KB65 Imforman ke 5 menikah usia 14 tahun saat ini masih duduk di

bangku kelas 1 SMP berdasarkan imformasi imforman ke 5 ini bahwa

suaminya imforman juga sekitar usia 16 tahun dan masih duduk di

bangku kelas 2 SMP, imforman ini aktif program KB dan masih

berlangsung sampai sekarang menurut imformasi informant bahwa dia

akan menggunkan KB sampai suami atau salah satu dari mereka

memiliki pekerjaan yang bisa membantu kebutuhan sehari-hari sehingga


66
anaknya bisa di rawat dengan baik tutur dari imforman ke lima

imforman ke 6, imforman ke 6 menikah usia 17 tahun saat masih duduk

di bangku kelas 3 SMP berdasarkan imformasi imforman ini ia

menikah karena faktor orangtuanya yang tidak mau melanjutkan

sekolahnya ke tingkat SLTA di pondok pesantren dan orangtuanya

menyuruhnya untuk lebih baik menikah daipada sekolah sehingga

akhirnya imforman menikah diusia dini dan aktif melakukan program

65
Wawancara dengan Rusniati salah satu pelaku perkawinan di bawah umur di Desa
Tanak Awu Kecamatan Pujut Lombok Tengah , pada pukul 10.00 Wita
66
Wawancara dengan salah satu pelaku perkawinan dibawah umur bernama Murtini di
Dusun Selawaang Desa Tanak Awu kecamatan Pujut Kab.Lombok Tengah imforman ini asli
orang Mujur Kecamatan Ganti Kab. Lombok tengah namun berdomisili di selawang Tanak awu,
wawancara pada pukul.014.00 Wita 17 April 2020.
62

KB,67imforman ke 7 menikah di usia 14 tahun masih duduk di banagku

kelas 1 SMP dan suaminya usia 19 tahun masih duduk di bangku SMA

kelas 1 imforman ini menikah diusia dini karena alasan sama-sama faktor

dari keinginan dirisendiri dan lingkungannya imforman ini sudah aktif

melakukan program KB yang saat ini pernikahannya baru berlangsung

selama 4 bulan. Imforman ke 8 menikah usia 15 tahun yaitu saat kelas 1

MTS imforman ini menikah karena faktor keinginan diri sendiiri dan

dari faktor lingkungan sama seperti pernyataan imforman ke 7, Imforman

ini aktif melakukan program KB namun gagal KB dan saat iini sudah

mempunyai satu orang anak68 imforman ke 9 menikah usia 16 tahun

berdasarkan imformasi dari orangtua imforman, bahwa ia menikah pada

saat kelas 3 MTS ahir ujian Nasionalnya menurut pernyataannya bahwa

imforman sama seperti pernyataan imforman pertama yaitu karena calon

suami imforman sudah dikenal dekat oleh orangtua imforman tersebut

dan dalam kategori sudah mapan dan juga karena faktor orangtuanya

yang sudah merestui.69Imforman ke 10 menikah usia 17 tahun ketika

masih duduk dibangku aliyah kelas 1 menurut pernyataan dari imforman

ini bahwa telah memiliki perencanaan untuk melaksanakan program KB

dari sebelum menikah dan tentu sesuai dengan kriteria KB yang cocok

dengan kondisinya tukas dari imforman ke 10 imforman menikah karena

67
Wawancara dengan maela Zulkarni salah satu pelaku perkawinan di bawah umur di
Desa Tanak Awu Kecamatan Pujut Lombok Tengah , pada pukul 10.20 Wita.
68
Wawancara dengan salah satu pelaku perkawinan di bawah umur bernama Dina di desa
Sengkol kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah pada pukul 10.30 Wita
69
awancara dengan salah satu pelaku perkawinan di bawah umur bernama Hajarni
di Desa tanak Awu kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah pada pukul 10.30 Wita
63

keinginan dirisendiri menurut pernyataan imforman ke-10 ini bahwa

akan menggunakan KB suntik jarak 3 bulan sekali karena lebih sesuai

dengan kondisi fisiknya70 Imforman yang ke 11 menikah usia 9 tahun

pada saat masih duduk di bangku SD kelas 3 saat menikah orang tua

imforman sangat tidak setuju karena kondisi anaknya masih sangat di

bawah umur dan masih duduk di bangku SD kelas tiga, sempat

pernikahannnya mau di cancel oleh orang tua si perempuan namun

keluarga dari pihak laki-laki keberatan, menurut informasi dari imforman

ke 11 ini walaupun menikah di bawah umur tapi yang penting bahagia

dan suami punya penghasilan, menurut tanggapan dari imforman ini

sudah menikah sejak tiga tahun yang lalu dan semenjak menikah sampai

berlangsung ke tahun ketiga ini masih aktif menggunakan alat

kontrasepsi yaitu Pil KB71, imforman ke-1272 imforman ini adalah orang

tua dari pelaku pernikahan di bawah umur yang bernama lale suni astute

tanggapan dari orang tua imforman sendiri adalah keinginan anaknya

untuk menikah adalah berangkat dari kemauan mereka sendiri tanpa ada

perintah ataupun paksaan dan juga Karen faktor lingkungan dan social

media, Berdasarakan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti

terhadap ke12 orang informan atau 11 pasangan yang menikah di usia

muda dan 1 orang tua dari imforman pelaku pernikahan di bawah umur

70
wawancara dengan salah satu imfrman yan menikah usia dini bernama Siti Nikmah di
Selawang Desa Tanak Awu pada pukul 11.00 Wita.
71
Wawancara dengan Lale suni astute, salah satu pelaku pernikahan di bawah umur di
Desa Pringarata Kecamatan Pringarata Kab. Lombok Tengah pada pukul 010.0 wita, tgl 20 April
2020 di tempat kediaman imformant.
72
Wawancara dengan Orang tua dari lale suni astute di Desa pringarata Kecamatan
pringgarata Kabupaten Lombok tengah.
64

yaitu tampak bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi sehingga

menyebabkan seorang remaja melakukan perkawinan usia muda adalah

faktor lingkungan, rendahnya ekonomi orangtua mempunyai dampak

yang besar terhadap perkembangan remaja dan masa depan remaja itu

sendiri, faktor orangtua yaitu orangtua merasa malu bila anak

perempuannya terlambat kawin dan jadi perawan tua serta dianggap tidak

laku. Faktor pergaulan masyarakat tempat informan tinggal termasuk

salah satu faktor seseorang melakukan perkawinan di usia muda. Faktor

lain yang menyebabkan seorang remaja melakukan perkawinan usia

muda di Tanak Awu Kecamatan Pujut Kabupaten Lombk Tengah dapat

diklasifikasikan ke dalam empat kategori yang saling berhubungan, yakni

inisiatif atau dorongan dari anak itu sendiri, dari lingkungann dan

pergaulan, pola asuh keluarga, dan ekonomi keluarga. Keempat faktor ini

memberikan pengaruh secara tidak langsung terhadap perilaku seorang

remaja dalam menentukan masa depan mereka. Selain 11 faktor di atas

terdapat juga beberapa faktor lain yang menyebabkan pernikahan dini

dikalangan remaja, yaitu :

a. Peran gender dan kurangnya alternatif (Gender roles and a lack of

alternatives),

b. Nilai virginitas dan ketakutan mengenai aktivitas seksual pranikah

(value of virginity and fears about premarital sexual activity).


65

c. Pernikahan sebagai usaha untuk menggabungkan dan transaksi

(marriege alliances and transactions) dan Kemiskinan (the role of

poverty).

1. Pandangan Ulama tentang KB

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga

Berencan (KB) yang dibolehkan syari`a t adalah suatu usaha

pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan

sementara atas kesepakatan suami isteri karena situasi dan kondisi tertentu

untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini

mempunyai arti sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh

pengertiannya adalah tanzim al nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al

nasl (pembatasan keturunan) dalam arti pemandulan (ta’qim) dan aborsi

(isqot al-haml), maka KB tidak dilarang. Pemandulan dan aborsi yang

dilarang oleh Islam disini adalah tindakan pemandulan atau aborsi yang

tidak didasari medis yang syari`i . 73 Diantara ulama’ yang membolehkan

adalah Imam al-Ghazali, Syaikh alHariri, Syaikh Syalthut, Ulama yang

membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti progaram

KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan si ibu,

menghindari kesulitan ibu, untuk menjarangkan anak. Mereka juga

berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan

pembunuhan karena pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap

ketujuh dari penciptaan. Dan diantara ulama’ yang tidak sepakat Prof. Dr.

73
Chilis Nafis,Fiqih Keluarga”Menuju Keluarga Sakinah, Mawaddah, warahmah,
Kelaurga, Sejahtera dan berkualitas, (Jakarta:Mitra Abadi Press:2010), h.103.
66

Madkour, Abu A’la al-maududi melarang KB karena KB merupakan

termasuk membunuh keturunan seperti firman allah yang artinya dan

janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan kami

akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka.

2. Hukum Dalam Metode Penggunaan Alat Kontrasepsi

Hukum Dalam Metode Penggunaan Alat Kontrasepsi Ada lima persoalan

hukum yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi.

1. masalah cara kerjanya, apakah mencegah man’u al-haml atau

menggugurkan isqot al-haml

2. sifatnya apakah hanya pencegahan kehamilan sementara atau bersifat

Ta’qim.

3. masalah pemasangannya, bagaimana dan siapa yang memasang alat

kontrasepsi tersebut. Hal ini berkaitan dengan hukum melihat aurat

orang lain.

4. implikasi alat kontrasepsi terhadap kesehatan penggunanya.

5. masalah bahan yang digunakan untuk membuat alat kontrasepsi

tersebut. Alat kontrasepsi yang dibenarkan menurut Islam adalah yang

cara kerjanya mencegah man’ul al-haml, bersifat sementara (tidak

permanen) dan dapat dipasang sendiri oleh yang bersangkutan atau

oleh orang lain yang tidak haram memandang auratnya, tetapi dalam

keadaan darurat dibolehkan. Selain itu, bahan pembuatan yang

digunakan harus berasal dari bahan yang halal serta tidak

menimbulkan implikasi yang membahayakan bagi kesehatan.


67

Kesimpulan yang dapat dipetik dari penjelasan-penjelasan di atas ialah

jika ditemukan alasan-alasan yang membolehkan seseorang melakukan

pembatasan keluarga, maka agama tidak melarangnya mengikuti cara

yang aman dalam melakukan pembatasan keluarga. Hal ini dapat

dikiaskan dengan apa yang telah banyak dilakukan pada zaman

Rasulullah SAW, yaitu dengan menggunakan cara azl (menumpahkan

sperma di luar rahim).74 Di dalam sebuah hadits shahih disebutkan

bahwa Jabir bin Abdullah ra. telah berkata, “kami telah melakukan azl

pada masa Rasulullah SAW. Kemudian berita tersebut sampai kepada

Rasulullah SAW, namun beliau tidak melarang kami melakukan itu.

Sekiranya sesuatu itu dilarang maka Al-Qur’an pasti melarang kami”.

Imam Ghazali, Imam Ibn Qayyim, dan yang lainnya membolehkan

cara azl. Namun dalam hal ini seseorang tidak boleh menggunakan

metode pemandulan secara permanen, baik bagi suami maupun isteri.

Karena itu jelas perbuatan melampaui batas terhadap ciptaan Allah

SWT, sementara tidak ada alasan yang membenarkan dilakukannya hal

itu.75

3. Alasan akseptor Keluarga Berencana memilih berKB

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, ada beberapa alasan

yang mendasari akseptor KB memilih kontrasepsi. Terkait alasan akseptor

memilih KB dibentuk dari 4 sub tema yaitu dukungan pengambilan

keputusan KB, pengambilan keputusan jumlah anak, manfaat praktis KB

74
Soidik,Abror.Fiqih Keluarga Muslim,(Yogyakarta:Aswaja Pressindo,2015),h.85.
75
Ahmad Asy-Syarbasi, 2007.
68

dan takut menggunakan KB lain. Bidan dan perawat di Puskesmas juga

membenarkan hal tersebut dimana ibu-ibu akseptor KB suntik 3 bulan di

Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah,Kecamatan Pringarata

Kabupaten Lombok Tengah, Selawang Kecamatan Pujut Kabupaten

Lombok Tengah dan sengkol Kecamatan Pujut kabupaten Lombok tengah

banyak yang memutuskan memilih KB suntik dan pil KB karena

disarankan dari bidan atau petugas KB, kemudian mendapat dukungan dari

suami, karena kepraktisan KB suntik dan juga karena PUS (pasangan usia

subur) banyak yang memilih suntik dan pil KB karena takut memakai alat

kontrasepsi lain. Dukungan suami pada akseptor KB suntik untuk

mengambil sebuah keputusan mencari pelayanan kesehatan merupakan

hasil jaringan interaksi yang kompleks. Menemukan proses pengambilan

keputusan dan pola komunikasi yang relevan bukanlah masalah sederhana.

Pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pilihan pasangan suami

isteri dapat memenuhi kepuasan klien sehingga pemakaian alat kontrasepsi

diharapkan lebih konsisten Tapi juga perlu diketahui saran tenaga

kesehatan akan lebih terarahkan kontrasepsi apa yang cocok buat

partisipan pakai. Bidan dan perawat melakukan itu sesuai dengan

perannya. Sebagaiana definisi dari peran adalah suatu tingkah laku

maupun tindakan yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang

sesuai dengan posisinya dalam suatu sistem tertentu. Tenaga kesehatan

mempunyai peran sebagai konselor dan edukator. Konseling adalah proses

yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan Keluarga


69

Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Konseling

merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga

Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan

konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan

memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan

pilihannya. Disamping itu dapat membuat klien merasa lebih puas76.

Seorang konselor melakukan konseling kepada wanita PUS (pasangan usia

subur) agar perilaku wanita usia subur dapat berubah yaitu wanita PUS

mengetahui tentang KB dan Menggunakan alat kontrasepsi. Fungsi

edukator untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan dan kemampuan

seseorang mengatasi kesehatannya dan memberi informasi serta

meningkatkan perubahan seseorang. Pengambilan keputusan jumlah anak

juga didasari dukungan suami dan tenaga kesehatan. Hasil wawancara

yang didapatkan bahwa semua partisipan mengungkapkan bahwa mereka

berencana mempunyai anak dan masih berencana menambah anak lagi

karena baru memiliki satu orang anak dan tidak memiliki orang anak.

Kemauan untuk tidak punya anak lagi juga diungkapkan oleh dua

partisipan dengan alasan jumlah anak yang dimilikinya sekarang sudah

cukup dan juga karena kondisi salah satu partisipan sedang mengidap

penyakit Diabetes. Kemauan untuk tidak hamil dan melahirkan lagi

merupan perhatian utama yang menjadi titik awal pengambilan keputusan

76
Koes Irianto,Keluarga Berencana untuk para medis & Non medis,(Bandung:Yrama
Media,2012),h. 7.
70

memakai kontrasepsi. Menurut Herartri77 menyatakan bahwa keputusan

untuk menggunakan kontrasepsi muncul untuk mencegah terjadinya

kehamilan sebelum siap untuk memiliki anak. Kecukupan anak tidak

hanya dilihat dari jumlahnya tetapi juga dari variasi jenis kelamin anak

yang dimiliki. Banyaknya akseptor yang memilih kontrasepsi KB dengan

alasan kepraktisannya. Empat partisipan mengungkapkan bahwa pemilihan

untuk memilih KB suntik dikarenakan alasan kepraktisan. Partisipan

berpendapat bahwa KB suntik tidak perlu repot seperti pil, yang tiap hari

harus minum pil yang terkadang sering kelupaan. Partisipan yang lain

menyatakan bahwa dalam penggunaan kontrasepsi KB suntik sangatlah

mudah dan terasa nyaman, sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam

ber-KB. Alasan partisipan lebih suka menggunakan kontrasepsi KB suntik

itu diantaranya karena tidak merasa kesulitan dalam hal biaya, karena

kontrasepsi suntik KB dengan harga murah atau terjangkau. Memilih

metode atau alat kontrasepsi bukan merupakan hal yang mudah karena

efek yang berdampak terhadap tubuh tidak akan diketahui selama belum

menggunakannya. Bagi setiap pasangan harus mempertimbangkan

penggunaan metode atau alat kontrasepsi secara rasional, efisien dan

efektif. Penggunaan metode atau alat kontrasepsi secara rasional berarti

penggunaan metode atau alat kontrasepsi hendaknya dilakukan secara

sukarela tanpa adanya unsur paksaan, yang didasarkan pada pertimbangan

secara rasional dari sudut tujuan atau teknis penggunaan, kondisi

77
Abdul fadl,Muhsin Ebrahim.Aborsi kontrasepsi dan Mengatasi kemandulan,(Bandung:
Mizan 1998),hlm,61.
71

kesehatan medis, dan kondisi sosial ekonomis dari setiap pasangan

(Trisnawarman, 2008). Kontrasepsi KB suntik di Indonesia pada ummnya

dan di Kabupaten Lombok Tengah pada hususnya semakin banyak dipakai

karena kerjanya yang efektif, pemakaiannya yang praktis, harganya relatif

murah dan aman. Teori yang dikemukakan oleh Hartanto bahwa salah satu

jenis kontrasepsi yang menjadi pilihan PUS (Pasangan usia subur) adalah

KB suntik dan yang kedua pil KB, ini disebabkan karena aman, efektif,

sederhana, murah.

4. Keuntungan menggunakan KB

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, dua partisipan

mengungkapkan bahwa beberapa keuntungan menggunakan KB suntik

diantaranya yaitu tidak perlu minum pil, tiga partisipan mengatakan nafsu

makannya bagus, satu partisipan mengatakan jarak waktu penyuntikan

cukup lama, satu partisipan mengatakan merasa nyaman, satu partisipan

mengatakan tidak berdampak kesehatan dan satu partisipan mengatakan

merasa aman memakai KB suntik dan dan satu partisipan mengatakan

lebih aman menggunakan pil KB. Hal ini juga disebutkan oleh salah satu

bidan di Puskemas tanak awu yang mengatakan bahwa salah satu

kelebihan KB suntik yaitu memiliki efektivitas yang tinggi dalam

mencegah kehamilan. Perawat di Puskesmas sengkol juga menambahkan

bahwa KB suntik juga baik dan cocok pil KB juga baik dan cocok

tergantung kondisi fisik partisipan.


72

5. Peran Pemerintah dalam Keluarga Berencana

Ada dua program pokok pemerintah yang dilaksanakan melalui

instansi BKKBN, yaitu:

a. Pengendalian Penduduk

Dalam pengendalian penduduk ini dilakukan untuk memberikan

bangsa Indonesia agar menikmati bonus demografi lebih panjang. Jika

program keluarga berencana (KB) tetap dilaksanakan oleh pemerintah

dan pemerintah daerah, maka usia bonus demografi akan lebih panjang

dan akan memberikan dampak bagi pembangunan kesejahteraan. Tugas

sebagai perpanjangan tangan pemerintah BKKBN memimiliki tugas

untuk mengatur agar bagaimana penduduk tumbuh seimbang dalam arti

ketika yang lahir sekian, ada yang meninggal sekian, karena kemapuan

bumi untuk bisa menampung manusia yang ada diIndonesia terbatas

sehingga perlu pengendalian agar penduduk bumi tidak terlalu padat.

b. Keluarga berencana (KB)

Keluarga Berencana bertujuan menurunkan tingkat kelahiran

dengan mengikutsertakan seluruh lapisan potensi yang ada,

mengembangkan usaha-usaha untuk membantu meningkatkan

kesejahteraan ibu dan anak, memperpanjang harapan hidup menurunkan

tingkat kematian bayi dan anak balita serta memperkecil kematian ibu

karena resiko kehamilan. Oleh karena itu BKKBN menghimbaukan

program KB pada setiap keluarga untuk mengatur jarak kelahiran dan

mengantisipasi ibu menyusui ketika hamil karena akan membahayakan


73

kesehatan ibu maupun kedua anaknya. Diantara program Keluarga

Berencana adalah :

1). Menunda Kehamilan

Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh

pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Kriteria

kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya

kesuburan yang tinggi,artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin

100%.Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai

anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang

disarankan adalah Pil KB, 78 AKDR,79 dan cara sederhana.

2). Mengatur/ Menjarangkan Kehamilan

Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara 20-

30 tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu: efektifitas tinggi,

reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak

lagi, dapat dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan,

serta tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang

cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu: AKDR, Suntik KB, Pil

KB,atau Implant.Pasangan keluarga dalam kondisi masa nifas atau

posfartum80secara khusus dapat memilih metode kontrasepsi seperti:

kondom bagi suami, dan bagi ibu dapat mengggunakan suntik KB,

78
Pil KB (Pil Kontrasepsi) adalah pil yang di konsusmsi harian yang mengandung hormon
untuk menguubah cara kerja tubuh dan mencegah kehamilan.
79
AKDR adalah singkatan dari alat kontrasepsi dalam rahim atau intra uterine device
(IUD), metode pncegahan kehamilan dengan cara memasukkan alat kerahim.Alat tersebut akan
menimbulkan reaksi peradangan lokal di dalam rahim sehingga meghambat terjadinya pembuahan
80
Posfartum adalah setelah melahirkan atau persalinan.
74

Implant, atau AKDR/IUD. Keluarga perlu mengadakan konsultasi

ketenaga kesehatan dalam memilih metode kontrasepsi yang paling

sesuai dengan kondisi suami istri.81

3). Masa mengakhiri Kesuburan/tidak hamil lagi

Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur

istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini

dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi,

karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya

kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu

jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak

lagi,kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah: metode

kontap,82AKDR,Implant,83 Suntik KB dan Pil KB.

6. Macam-macam Metode Kontrasepsi

Ada beberapa pandangan yang membedakan jenis-jenis

metode kontrasepsi sehingga para pengguna dan tenaga kesehatan

dapat mengetahui kontrasepsi secara baik, Misalnya antara metode

kontrasepsi sementara dan metode kontrasepsi permanen.

Pengelompokan lain, adalah:

81
Standar pelayanan minimal (SPM) bidang keluarga berencana dan Kelurga Sejahtera di
Kabupaten/Kota,Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta:2010
82
Kontrasepsi mantap (kontap) atau sterilisasi pada wanita pasca persalinan.
83
Implant atau biasa dikenal dengan susuk atau diebut juga AKBBK (alat konntrasepsi
bawah kulit) aadalah berupa kapsul tipis yang ffleksibel dan elastis yanng ditanam dikulit lengan
atas seorang wanita yang mengandung levonogestrel) levonogestrel adalah hormon yang
diproduksi guna untk menge ndalikan kehamilan. Wawancara dengan Bidan Petugas KB di Pusat
layanan terpadu(Pustu) Tanak Awu, 22 Mei 2020.
75

1. Metode Kontrasepsi alami

a. Cara alamiah, metede senggama terputus dan metode kalender.84

b. Cara sederhana, terdiri dari penggguna kondom jelly,diafragma,

spermidisa, tissu KB.

c. Alat kontrasepsi hormonal, yakni disuntikkan dan susuk

(Implant).

d. Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau Intra Uterin Device

(IUD)yang dikenal dalam beberapa desain,seperti: spiral (lippes

loop), Cu T, Cu 7, multiload.

e. Kontrasepsi mantap, yakni tubektomi untuk wanita dan vasektomi

untuk laki-laki Sering juga digunakan pengelompokan menjadi

metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi efektif dan

metode kontrasepsi mantap.

2. Kontrasepsi Sederhana

Metode Kontrasepsi sederhana antara lain:

1) Kondom

2) Coitus Intruptus

3) KB Alami (metoda kalender, suhu basal dan lendir serviks)

4) Diafragma;

5) Kontrasepsi kimiawi/spermicide :

84
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang
dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual
pada masa subur/ovulasi dengan penggunakan sistem kalennder setiap pasangan dimungkinkan
dapat merencanakan seetiap kehamilannya. Materi KIE program Kependudukan Keluarga
Berencana dari Perspektif Agama Islam, Perwakilan BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Barat:
2016.
76

3. metode tradisional dalam mencegah kehamilan.

Sebagaimana yang telah diuraikan di muka, al-azl ternyata telah ada pada

masa hidup Rasulullah saw. Oleh sebab itu, hukum dan aturannya pun

bersumber dari wahyu yang diturunkan kepada beliu, meskipun perbuatan

al-azl ini sendiri tidak begitu popular di kalangan kaum muslimin pada

masa itu.Di samping itu, pada masa yang sama juga belum ada usaha dan

keinginan untuk membatasi keturunan (program keluarga berencana) atau

mencegah kehamilan.Pada masa itu, maksud dan tujuan dari pembolehan

al-azl dalam ruang lingkupnya yang sangat sempit, tidak juga bertujuan

agar umat islam menjadikannya sebagai salah satu strategi nasional untuk

mencegah bahaya pertumbuhan angka kelahiran. Al-azl sendiri tidak

diperbolehkan hanya dalam batasan-batasan yang dapat ditolerir, seperti

yang telah penulis kemukakan. Oleh sebab itu, pada bab analisis ini

penulis akan mengemukakan beberapa perangkat, cara, dan alat untuk

mencegah kehamilan yang mirip dengan al-azl dari sudut keaktifannya.

Dalam hal ini, ternyata sebagaian peralatan tersebut lebih efektif

dari metode kalender (Ogino-Knaus). Karena hal tersebut jelas berbeda

dengan al-azl, dan tidak serupa juga dengan perangkat atau alat pencegah

kehamilan dalam membunuh sel sperma lelaki atau sel telur perempuan.

Kita dapat mengatagorikan beberapa perangkat, cara, atau alat-alat yang

disebutkan di dalam buku-buku kedokteran tradisional ke dalam tujuan

kelompok.
77

a. Metode atau alat yang digunakan oleh pasangan suami-istri secara

umum;

b. Pengunaan obat-obatan tradisional pembunuh sperma untuk

perempuan;

c. Cara atau alat khusus yang digunakan oleh lelaki;

d. Obat-obat tradisional yang dikonsumsi oleh wanita;

e. Teknik pembuangan air sperma setelah melakukan persetubuhan;85

1). Metode yang digunakan oleh pasangan suami-istri secara umum.

Motode ini secara umum akrab dilakukan oleh pasangan suami-istri,

karena termasuk metode tradisional, mudah, dan murah serta memerlukan

kerjasama antara kedua belah pihak, metode tersebut adalah:

1. Melakukan hubungan terputus Al-‘azl

2. Menahan keluarnya mani

3. Pemisahan antara duakali keluar mani;

2) Penggunaan Vaginal spermicid tradisional untuk perempuan.

Penggunaan ramuan atau obat yang berfungsi untuk meluruhkan sperma

yang sudah masuk, bisa didapatkan dari saripati lemak nabati. Misalnya

Minyak buah delima,foam atau busa husus, minyak kolatau kubis, daun

folan, air perasan (juice), asam mentimun atau sopositoria, yang dapat

meleleh (umunya berbahan dasar lilin yang lunak).

85
Thanzimul Usrah fit Turats Al-Islamiy (265),dan Kitab Sayyoidati hlm.211.
78

Cara penggunaannya, umumnya dengan mengoleskan cairan spermisid

kedalam vagina (ke atas, setelah jari memasuki bibir vagina) hingga pada

bagian mulut Rahim.

3) Penggunaan cairan pembunuh sperma bagi laki-laki

Untuk mencegah kehamilan, kaum laki-laki menggunakan metode husus

yaitu melumasi penis dengan bahan-bahan yang dapat membunuh sperma

sehingga tergelincir (efek peluruhan) keluar vagina, seperti minyak atau

lemak nabati, juice bawang atau garam husus yang mengandung zat

pembunuh sperma.

4) Menggunakan cara-cara alami

Cara alami untuk mencegah kehamilan adalah dengan menggunakan

teknik Ogino-Knauss. Maksudnya, melakukan hubungan suami istri hanya

pada masa-masa tertentu dan terhitung dari siklus bulanan seorang

perempuan,selain dengan teknik al-‘azl.

5) Menggunakan bahan-bahan kimia

Penggunaan bahan-bahan kimia ini dilakukan dengan

menggunakan zat-zat yang mampu membunuh sel sperma, berupa salep

yang dioleskan dimulut Rahim,atau tablet yang dipakai sesaat sebelum

melakukan hubungan seksual.

6). Metode atau alat yang dapat menghalangi terjadinya pembuahan

Yaitu perangkat-perangkat yang dapat menghalangi pertemuan antara sel

telur dengan sperma lelaki, diantaranya adalah:

a. Menggunakan kondom, bagi lelaki.


79

b. Menggunakan kondom wanita86 yang digunakan bersamaan dengan

salep spermisid87.

c. Pemotongan leher Rahim bagi perempuan (tubektomi).

d. Pemotongan saluran vas deferensbagi laki-laki (vasektomi).

7). Menanam alat kontrasepsi dalam rahim88

Tindakan ini digunakan untuk menghambat proses masuknya sel

telur kedalam Rahim. Alat-alat kontrasepsi yang digunakan dipilih

yang memiliki ragam dan corak yang berbeda-beda di antaranya ada

yang mengandung hormone atau tembaga (cuprum IUD)

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal

Kontrasepsi hormonal adalah metode untuk mengendalikan atau

menghindari kehamilan dengan obat-obatan atau suntikan, dalam

media obatan atau suntikan tersebut disertakan hormone

progesterone atau estrogen dengan kandungan tertentu. Contohnya:

1) Berupa tablet atau pil, dintaranya berupa jenis dan dosis yang

beragam. Dikonsumsi setiap hari, kecuali dalam keadaan haid.

2) Injeksi89 untuk mencegah kehamilan, dengan memasukkan

cairan hormonal setiap berapa bulan sekali, sesuai dengan

86
Kondom wanita adalah alat yang diletakkan pada mulut rahim, bahannya sama dengan
kondom laki-laki, hanya bentuknya berbeda.
87
Adalah salep yang mengandung bahan aktif untuk membunuh sperma (spermicide), bisa
juga di oleskan pada kondom laki-laki.
Thariq At-Thawari’,KB cara Islam, PT.Aqwan Media Profetika,.hlm. 10
88
Dikenal juga dengan nama Intra Uterine Devices (IUD/spiral).
89
Di Indonesia dikenal dengan nama KB-Suntik
80

petunjuk dokter. Adapun cairan injeksi yang paling efektif

adalah Depo-provera90

3) Norplant, yaitu sekumpulan dari enam kapsul kosongsilastic

( karet silicon) yang sangat tipis dan diisi banyak hormone

(levonorgetrel) yang akan di alirkan secara perlahan selama

bertahun-tahun (efektif untuk 5 tahun). Ia juga ditanam di

bawah kulit pada tempat yang tidak dapat dilihat (biasanya

pada lengan berada di atas siku).

7. Cara pelayanan metode kontrasepsi

Cara pelayanan dan pemilihan akses yang mempengaruhi

pemberian kontrasepsi kepada pasien antara lain sbb:91

a. Klien harus memperoleh imformasi yang cukup sehingga dapat

memilih sendiri metode kontrasepsi yang sesuai untuk mereka.

Informasi tersebut meliputi efektivitas relatif (relative

effectiveness) dari metode kontrasepsi, cara kerja, efek samping,

manfaat dan kerugian metode tersebut, gejala dan tanda yang

perlu ditindak lanjuti diklinik atau fasilitas kesehatan,

kembalinya kesuburan dan perlindungan terhadap infeksi

menular seksual.

b. Untuk metode yang memerlukan prosedur bedah, insersi, atau

pencabutan alat oleh tangan terlatih, tenaga terlatih tersebut

90
Depot Medroxy Progesterone Asetat,Cairan hormone progesterone yang mampu
menghambat pembentukan sel telur.
91
Ir. Saharudin, Wawancara dengan Kabid Kependudukan dan Keluarga Berencana di
Praya Kabupaten Lombok Tengah senin 20-07-2020 pada pukul 11.23 Wita.
81

perlu dilengkapi dengan fasilitas yang cukup agar prosedur

tersebut dapat dilaksanakan sesuai dengan standard , termasuk

prosedur pencegahan infeksi.

c. Peralatan dan pasokan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan

harus tersedia.

d. Petugas pelayanan harus dilengkapi dengan panduan-panduan

yang memungkinkan mereka melaksanakan penapisan dan

pelayanan terhadap klaen sebaik-baiknya dan dapat menghindari

resiko yang tidak diinginkan.

e. Petugas pelayanan harus mendapat pelatihan yang cukup dalam

konsling keluarga Berencana.

D. PERSPEKTIF HUKUM KELUARGA ISLAM TERHADAP PRAKTIK


KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH
Keluarga adalah unit terkecil dari susunan kelompok masyarakat

berupa pasangan suami istri, mempunyai anak atau tidak mempunyai anak.

Sakinah adalah rasa tentram, aman dan damai. Seseorang akan merasakan

hidup sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spiritual dan

material secara layak dan seimbang. Sedangkan yang dimaksud dengan

keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah,

mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang,

diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya

secara selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati, dan

memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.


82

Berdasarkan pengertian diatas, yang dimaksud dengan pembinaan

Keluarga Sakinah adalah upaya yang sungguh-sungguh dan terus menerus

untuk mewujudkan, mengembangkan, dan memelihara, potensi dan kualitas

keluarga dalam kehidupan spiritual dan material yang seimbang berlandaskan

nilai-nilai keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.92

1. Dukungan Islam Terhadap Keluarga Berencana

a. Memahami keluarga Berencana

Keluarga Berencana (KB) pernah menjadi salah satu isu hangat

dan kontroversial dalam pemikiran Islam modern. Ada salah satu

persoalan yang muncul terkait dengan masalah Islam dan KB, mulai dari

masalah pengertiannya (apakah berarti pengaturan keturunan tanzhim al-

nasl), hukum ber-KB, persoalan alat kontrasepsi cara kerja, hukum

penggunaan, serta implikasinya terhadap kesehatan reproduksi

perempuan), hingga masalah kebijakan demografi negara dengan berbagai

dampaknya. Menurut Mas Singarimbun (1988), Keluarga berencana di

indoneseia secara resmi diintegrasikan dalam program pembangunan sejak

pelita 1 (1969/1970) secara umum diupayakan untuk pembangunan

kependudukan dan upaya mengatasi besarnya jumlah pendudduk, tingkat

pertumbuhan penduduk, yang tinggi disebabkan tingkat kelahiran yang

tinggi pula dan tingkat penyebaran penduduk yang kurang merata antara

pulau jawa, Bali, Madura dan Lombok dengan pulau lain. Disamping itu

juga di arahkan untuk mengatasi terlalu besarnya jumlah penduduk yang

92
Pedoman Keluarga Sakinah,Kementrian Agama Wilayah Provinsi Nusa Tenggara
Barat, Bidang Urusan Agama Islam, 2012.
83

mata pencahariannya dalam bidang pertanian dan kondisi sosial ekonomi

penduduk yang rendah, itu antara lain ditunjukkan oleh tingkat pendidikan

dan kesehatan penduduk yang belum memadai.

b. Optimalisasi Program KB

Demikian pula apabila dilihat dari konteks awal kalimat al-Qur’an

dan hadits-hadist Rasulullah SAW tentang nikah dan merencanalkan

keluarga, umumnya tertuju pertama kali kepada pria (kendati para mufassir

menerjemahkan ayat-ayat yang muzakkar , maskulin dengan makna yang

bersifat umum). Umpamanya ayat-ayat tentang beberapa larangan melaku

kan pernikahan, dorongan untuk nikah, prosedur memilih jodoh, termasuk

harus merasa cemas meninggalkan generasi yang lemah dikemudian hari.

Oleh karena itu, tidak ditemukan alasan yang kuat yang mengatakan

bahwa berKB adalah urusan wanita saja, tetapi merupakan urusan pertama

bagi pria. Antisipasi Islam hanya dalam tiga hal, pertama, tidak

dipaksakan, kedua, tidak mendorong aborsi, ketiga, tidak mengupayakan

pemandulan abadi.

Dalam upaya pengembangan kesehatan reproduksi dan hak-hak

reproduksi perhatian program KB bukan hanya ditujukan kaum

perempuan, tetapi kaum pria juga diberikan perhatian sehingga dapat ikut

berperan dalam program KB.


84

Peran serta pria dalam program Keluarga Berencana yaitu :

1. Sebagai Peserta KB

Partisispasi suami dalam program KB dapat bersifat langsung

atau tidak langsung. Secara langsung adalah menggunkan salah satu cara

atau metode kontrasepsi. Sedangkan partisipasi tidak langsung dengan

menganjurkan, mendukung, dan memberi kebebasan kepada istri untuk

menggunakan kontrasepsi.

2. Mendukung istri dalam ber-KB

Apabila telah disepakati istri yang akan berKB, peranan suami

adalah mendukung dan memberikan kebebasan kepada istri untuk

menggunakan kontrasepsi atau cara/metode KB yang diawali sejak akad

nikah dengan istri dalam merencanakan masa reproduksi.

3. Merencanakan jarak anak

Merencanakan jarak anak dalam keluarga perlu dibicarakan

antar suami dan istri dengan mempertimbangkan berbagai aspek, antara

lain kesehatan reproduksi istri. Perencanaan keluarga yang berkualitas,

perlu memperhatikan usia reproduksi istri.

Upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi pria

dalam program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Dibawah

ini dikemukakan beberapa alternatif , diantaranya :

a. Memeberikan pemahaman secara komprehensif kepada kaum pria

sebagai kepala keluarga, bahwa partisipasi pria sebagai suami

sangat dituntut, bukan hanya sebagai pencari nafkah tetapi juga


85

sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan,

termasuk merencanakan keluarga.

b. Sejak awal diskusi islam tentang KB yang memerlukan waktu lama

untuk menyatukan persepsi adalah jika akseptornya wanita.

Sementara pria, selain vasektomi, tidak ada persoalan. Karena itu

para penyuluh atau tokoh masyarakat yang bergerak dibidang

program ini jangan masuk dari soal-soal yang masih kontradiktif ,

tetapi dari hal yang bersifat umum yang menimbulkan motivasi pria

untuk berperan aktif.

c. Pria punya peran penting untuk ber-azal dalam hubungan suami istri,

dan islam tidak pernah melarang tindakan ini untuk mengantisipasi

buruknya kesehatan anak. Dari sinilah para ulama berpendapat

bahwa islam membenarkan pengaturan kelahiran.

d. Apabila pria belum berkesempatan sebagai akseptor KB, maka

wanita sebagai akseptor KB, dan wanita sebagai istri harus berperan

aktif menjinakkan hati suami untuk mendukung inisiatif istri .

Banyak kasus dalam sejarah yang menunjukkan bahwa suami tunduk

atas kelembuatan istri tidak ada bedanya apakah dia penguasa , orang

terhormat, suami yang berwatak keras dan sebagainya . “Pepatah

mengatakan”Sekeras-keras pendirian suami ahirnya layu juga”.93

93
Membangun Keluarga Sehat dan Sakinah,BKKBN, 2010.
86

Islam mendukung program keluarga berencana. Hal ini

ditunjukan oleh beberapa hadist yang membolehkan azl merupakan

pencegahan kehamilan dengan cara alami dan sederhana.

Di zaman kita ini sudah ada beberapa alat kontrasepsi yang

dapat dipastikan kemaslahatannya, dan justru maslahah itulah yang dituju

oleh Nabi Muhammad saw, yaitu melindungi anak yang masih menyusu

dari marabahayanya termasuk menjauhi mafsadah yang lain pula, yaitu:

tidak bersetubuh dengan istrinya selama menyusui, dimana hal itu

memberatkan sekali. Dengan menggunakan alat kontrasepsi orang

menjadi aman dan tenang dalam melakukan hubungan badan dengan

istrinya karena tidak ada ketakutan istri akan hamil saat usia anak masih

sangat kecil. Karena itu ber-KB tidak bertentangan dengan syariat

Islam.94

2. Fatwa Ulama dunia tentang Keluarga Berencana

Fatwa adalah suatu pendapat hukum dalam fiqih islam. Di abad

ini, fatwa kebanyakan bercirikan pendapat-pendapat “resmi” atau formal

yang dikeluarkan oleh ulama (mufti) dalam menjawab pertanyaan-

pertanyaan tentang permasalahan hukum.

Bagian ini akan meninjau beberapa fatwa tentang keluarga berencana

yang datang dari berbagai dunia islam.

a. Fatwa oleh Syekh Hasan Ma’mun (al-azhar, 1964)

94
Keluarga Berencana untuk paramedis dan non Medis, Kois Irianto,Yrama Widya,
Bandung : 2012.
87

Ini fatwa yang sangat penting di mana Syekh Ma’mun, mantan imam

besar Al-Azhar, berbicara tentang dua permasalahan yang sulit, yaitu

masalah jumlah banyak dan keabsahan program nasional. Ia

menerangkan bahwa islam di masa-masa dininya memerlukan banyak

penganut. Kerena itulah diberi penekanan pada banyaknya jumlah,

yang mungkin masih diperlukan dalam keadan-keadaan tertentu.

Namun, kita sekarang menghadapi kelebihan penduduk yang

mengancam kesejahteraan umat manusia, sampai-sampai sebagian

pemikir memperkenalkan keluarga berencana di negara mereka untuk

memungkinkan pemerintah memberikan pelayanan bagi rakyatnya. Ia

menyimpulkan, islam sama sekali tidak menentang kesejahteraan

umat manusia. Keluarga berencana daalam pengertian ini secara tanpa

paksaan adalah diizinkan, dan kualitas lebih diutamakan daripada

kuantitas.

b. Fatwa Majlis Ulama Indonesia (1983)

Dalam musyawarah Nasional ulama indonesia tentang kependudukan,

kesehatan, dan pembangunan yang dilaksanakan dijakarta tanggal 17

s/d 30 Oktober 1983, Majelis ulama Indonesia memutuskan beberapa

hal yang berkaitan dengan kependudukan, diantaranya adalah

diboolehkannya keluarga berencana (KB). Sungguhpun membolehkan

KB, MUI memberikan batasan kontrasepsi yang tidak diperbolehkan

untuk KB, yaitu tidak dibolehkannya vasektomi dan tobektome

kecuali dalam keadaan terpaksa seperti menghindarkan penularan


88

penyakit terhadap anak keturunan dan meneyelamatkan ibu bila ia

memiliki resiko hamil. Dalam putusan tersebut, MUI juga

mengharamkan aborsi dengan cara apapun kecuali untuk

menyelamatkan jiwa si ibu. Keputusan ini diperkuat dengan fatwa

MUI tahun 2005 tentang aborsi yang berisi:

1) Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada

dinding rahim ibu (nidasi).

2) Aborsi dibolehkan karena ada unsur, baik yang bersifat ataupun

hajat.

3) Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang

membolehkan aborsi adalah:

a). Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker

stadium lanjut, TBC dengan ceverna dan penyakit-penyakit fisik

berat lainya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter.

b). Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa si ibu.

Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan

aborsi adalah:

(1). janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetik yang kalau

lahir kelak sulit disembuhkan.

(2). Kehamilan akibat perkosaan yang di tetapkan oleh tim yang

berwenang yang di dalamnya terdapat antara lain keluarga korban,

dokter, dan ulama.


89

(3). Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud dengan huruf b harus

dilakukan sebelum janin berusia 40 hari.

(4). Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi

akibat zina.

Dalam ijtima ulama di padang panjang bulan Januari 2009, fatwa di atas

diperkuat kembali.

Pada intinya MUI membolehkan keluarga berencana tetapi harus dengan

cara-cara yang tidak bertentangan dengan syara’, yang bertentangan

dengan syara’ diperbolehkan asal ada alasan yang dapat melegalkannya

seperti darurat dan hajat yang tidak dapat ditunda.

c. Keputusan Nahdlatul ulama (NU)

Menurut NU, penjarangan kelahiranan melalui cara apapun tidak

dapat diperkenankan kalau mencapai batas mematikan pungsi fungsi

keturunan secara mutlak. Karenanya, sterilisasi yang diperkenankan

hanyalah yang bersifat dapat dipulihkan kembali kemampuan

berketurunan dan tidak sampai merusak atau menghilangkan bagian

tubuh yang berfungsi. Karena itu, KB dengan vasektomi dan tubektomi

dilarang. Dalam menanggapi masalah penggunaan spiral (IUD), NU

menyatakan hukunya boleh, sama dengan ‘azl, atau alat-alat kontasepsi

yang lain, tetapi karena cara memasangnya harus melihat aurat

mughalazhah, maka hukumnya haram. Oleh karena itu, harus diusahakan

dengan cara yang dibenarkan oleh syara’.


90

1). Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2000-2025

Bangsa Indonesia sedang membangun dalam segala bidang untuk

mewujudkan cita-citaanya, yaitu suatu masyarakat yang sejahtera dalam

segala aspek kehidupannya. Oleh karena suatu keluarga merupakan unit

dasar dari suatu masyarakat, maka kelurga dijadikan sebagai batu

loncatan untuk mencapai tujuan ahir, yaitu kesejahteraan sosial baik

jasmani maupun rohani.

Jumlah penduduk Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai 273,7

juta jiwa atau mengalami kenaikan 67,9 juta jiwa dari jumlah penduduk

tahun 2000 sebanyak 205,8 Pada tahun 2025 angka harapan hidup

penduduk Indonesia juga mengalami peninngkatan menjadi 73,7 tahun

dari 69 tahun. Luas daratan Negara kita sebesar 1.904.345 km2 dihuni

dengan kepadatan yang berbeda-beda. Pulau jawa dan Bali yang luas

daerahnya hanya 7 % dari keseluruhannya hidup sekitar 2/3 dari seluruh

penduduk Indonesia. Demikian yang dikatakan Mentri Negara

Perencanaan Pembangunan Nasional Sri mulyani Indrawati saat

membacakan hasil proyeksi peduduk Indonesia tahun 2000-2025 yang

disusun besama Badan perencanaan Pembguunan nasional Badan pusat

satistik,dan United Nattioal Population Find, Selasa 02 Agustus 2005 di

Jakarta.

“Pertumbuhan pendududuk yang sangat pesat selama kurun waktu

20 tahun itu harus diwaspadai karena berimplikasi pada strategi

pembangunan indonesia mendatang pertambahan penduduk


91

mengakibatkan jumlah pengangguran dan jumlah penduduk miskin yang

harus ditanggung pemerintah juga semakin tinggi’, katanya. Maka dari

itulah diusahakan juga penurunan angka kelahiran. Sebenarnya usaha

keluarga Berencana bukanlah tujuan utama pembangunan Negara kita,

melainkan suatu sarana yang dapat membawa bangsa indonesia kearah

tujuan akhir yaitu kesejahteraan sosial.

Pada tanggal 10 Desembar 1966,yaitu pada”Hari hak-hak


manusia” telah ditndatangani oleh 12 kepala Negara “ Deklarasi tentang
pertambahan penduduk, Harga diri dan kesejahteraan manusia”. Setahun
kemudian disusul pula oleh 18 kepala negara termasuk indonesia
“Penandatanganan Deklarasi yang memuat pernyataan antara lain bahwa
pertambahan penduduk yang cepat sangat mengurangi usaha-usaha
peningkatan taraf hidup dengan, pembinaan pendidikan yang baik,
memajukan kesehatan rumah tinggal yang baik.”

Keluarga Berencana berarti sepasang suami istri sebagai orangtua

yang menyadari akan kewajibannya, dengan penuh rasa tanggung jawab

membuat rencana tentang jumlah anak yang diingini dengan

memperhitungkan akan kemampuannya untuk kasih sayang dan perhatian

secukupnya kepada setiap anak yang dilahirkan.

Pasangan suami istri yang melaksanakan keluarga berencana akan

mendapatkan manfaat, yaitu :

a. Meningkatkan kesehatan ibu ;

b. Memperbaiki kesehatan bayi dan anak;

c. Pendidikan anak-anak lebih mendapatkan perhatian dan;

d. Menjaga kesehatan ayah, karena tidak berusaha sangat keras dan

berlebihan untuk mencari nafkah.


92

Untuk menyukseskan program keluarga berencana, maka

pasangan suami istri melakukukan pencegahan terjadinya pertemuan

antara sel sperma dan sel telur, agar tidak terjadi pembuahan.

Pencegahan pertemuan tersebut dilakukan dengan cara bermacam-

macam baik melalui pihak pria maupun pihak wanita. Inilah prinsip

kontrasepsi.

Untuk mencegah pembuahan sel telur dari pihak wanita (istri):

mencegah ovulasi dengan pemberian hormon progesteron,atau KB

susuk. Pencegahan pembuahan dari pihak pria (suami) dengan cara

vasektomi atau penggunaan kondom.95

a) Memenuhi kebutuhan

Presiden Susilobambang yudhiyono dalam sambutannya sebelum

peluncuran buku “Proyeksi Penduduk” di Istana Negara, mengakui

bahwa jumlah penduduk tahun 2025 yang diperkirakan akan

mencapai 273,7 juta jiwa itu yang membuat dirinya harus berpikir

keras mengenai kebutuhan dasar, yaitu sandang, pangan dan

kesehatan. Namun tantangan itu harus diatasi bersama oleh seluruh

komponen bangsa, mulai dari pemerintah daerah sampa ilembaga-

lembaga lainnya dengan strategi dan cara-cara yang tepat.

Oleh sebab itu, kata presiden indonesia memerlukan satu

rencana besar dalam jangka menengah ataupun panjang, koordinasi

termasuk menggalakkan kembali program Keluarga Berencana

95
Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi, Suratun dkk, Katalog dalam
terbitan, Jakarta :2013.
93

(KB) dan dikonsolidasikan dengan Badan Koordinasi Keluarga

Berencana Nasonal (BKKBN).

b) Pertumbuhan menurun

Ketua perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia Prof. Dr. Prijono

Tjiptoherijanto mengatakan, meski ada kenaikan jumlah penduduk

pertumbuhan rata-rata penduduk pertahun selama 2000-2025

cenderung menurun. Hal itu merupakan dampak keberhasilan

pelaksanaan program Keluarga Berencana.

Jumlah penduduk usia 0-14, yang pada tahun 2000 sebanyak

63,194 atau 30,7 % dari total penduduk, menurun menjadi 62,392

jiwa walaupun secara absolut angkanya relatif sama. Penurunan

terbesar terjadi pada usia 0-4 tahun karena adanya program Keluarga

Berencana. Jumlah penduduk usia produktif 15-64 tahun pada tahun

2000 sebanyak 132.976. itu berarati akan terjadi kenaikan pada tahun

2025 yang mencapai 187.998 jiwa. Meningkatnya penduduk usia

produktif ini berdampak pada penurunan rasio ketergantungan . saat

ini 100 orang produktif menanggung 50 orang tidak produktif.


94

Tabel 2.3
Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025

Karakteristik 2000 2005 2010 2015 2020 2025

63,19,8 62.231,2 62.876 62.045,0 62.507,9 62.392,5


0-14
(30,7%) (28,3%) (26,0%) (25,0%) (23,9%) (22,8%)

132,976,8 146,672,2 160,619,6 171,492,4 180,723,9 187.998,5


15-64
(64,6%) (66,7%) (68,6%) (69,1%) (69,1%) (68,7%)

Sumber :Diolah dari Hasil Sementara Proyeksi Penduduk.

Jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas pada tahun 2000 hanya 9.674,7 atau

4,7%. Tahun 2025 menjadi 23.260,4 jiwa, itu berarti jumlah penduduk yang

ditanggung oleh usia produktif menjadi lebih besar.

Prijono menambahkan, tingginya angka pengangguran pada

semester 1 tahun 2005 mencapai 600.000. Apabila ditambah dengan jumlah

penduduk miskin yang saat ini mencapai 36 juta jiwa akan memperumit

permasalahan. Sampai tahun 2025 diproyeksi angkatan kerja menjadi

persoalan yang paling pelik.

Sudah barang tentu, hal ini tidak kita harapkan. Jadi, program

Keluarga Berencana dimaksudkan untuk mengurangi laju pertumbuhan

penduduk yang besar ini. Berikut Tabel Jumlah perempuan yang melakukan

perkawinan pada usia 10- 19 tahun pada tahun 2013-2018 di Kabuipaten

Lombok Tengah
95

Tabel 2.4
Jumlah perempuan yang melakukan perkawinan pada usia 10- 19 tahun
pada tahun 2013-2018:
NO Tahun Presentase %

1 2013 48,89%

2 2014 51,88 %

3 2015 34,90 %

4 2016 22,20 %

5 2017 21,22 %

6 2018 21,20 %

Sumber: Data dari Dinas Pemberdayaan perempuan pengendalian


Penduduk dan Keluarga Berencana.

c). Faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan dibawah umur

1. Faktor Ekonomi

2. Faktor Pendidikan

3. Faktor orangtua

4. Fakktor Mediamasa & internet

5. Faktor Biologis

6. faktor Hamil diluar nikah

7. Faktor Adat

d). Dampak pernikahan dini hingga tindakan preventif yang harus dilakukan

pemerintah bekerjasama dengan elemen masyarakat.

Dampak Perkawinan usia dini antara lain :

1. Drop out sekolah menekan angka rata-rata lama sekolah menjadi

rendah
96

2. Subordinasi Keluarga dalam satu rumah tangga terdapat beberapa

kepala rumah tangga;

3. Hak kesehatan reproduksi rendah;

4. Peluang kematian ibu tinggi; (KDRT)

Peningkatan kesejahteraan akibat pertumbuhan Ekonomi di NTB

belum dibarengi dengan peningkatan yang signifikan pada kualitas

penduduk baik dibidang pendidikan,kesehatan maupun pendapatan.

Rendahnya kualitas penduduk NTB cenderung mempengaruhi terjadinya

pernikahan diusia muda. Semakin berkualitas suatu penduduk maka

semakin kecil kemungkinan tejadinyapernikahan usia muda;


BAB III

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM

KB PADA PASANGAN MUSLIM DI BAWAH UMUR DALAM

MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH

WARAHMAH DI KABUPATEN LOMBOK TENGAH

A. Analisis hukum islam terhadap pelaksanaan program KB pada

pasangan muslim di bawah umur dalam mewujudkan keluarga sakinah

mawaddah wa rahmah.

Islam mendukung program keluarga berencana. Hal ini

ditunjukan oleh beberapa hadist yang membolehkan azl merupakan

pencegahan kehamilan dengan cara alami dan sederhana. Di zaman kita ini

sudah ada beberapa alat kontrasepsi yang dapat dipastikan

kemaslahatannya, dan justru maslahah itulah yang dituju oleh Nabi

Muhammad saw, yaitu melindungi anak yang masih menyusu dari

marabahayanya termasuk menjauhi mafsadah yang lain pula sehingga

anak yang dilahirkan benar-benar sesuai yang diharapkan. Diantara para

ulama yang membolehkan berKB yaitu Imam al-Gazali dalam Kitabnya

ihya’Ulumuddin,Syekh Al-Hariri (Mufti besar Mesir), syekh Mahmud

Syaltut, Ia menyimpulkan, islam sama sekali tidak menentang

kesejahteraan umat manusia. Keluarga berencana dalam pengertian ini

secara tanpa paksaan adalah diizinkan, dan kualitas lebih diutamakan

daripada kuantitas.

97
98

Majelis ulama Indonesiapun memutuskan beberapa hal yang

berkaitan dengan kependudukan, diantaranya adalah dibolehkannya

keluarga berencana (KB). Sungguhpun membolehkan KB, MUI

memberikan batasan kontrasepsi yang tidak diperbolehkan untuk KB,

yaitu tidak dibolehkannya vasektomi dan tobektome kecuali dalam

keadaan terpaksa seperti menghindarkan penularan penyakit terhadap anak

keturunan dan meneyelamatkan ibu bila ia memiliki resiko hamil. Dalam

putusan tersebut, MUI juga mengharamkan aborsi dengan cara apapun

kecuali untuk menyelamatkan jiwa si ibu. Keputusan ini diperkuat dengan

fatwa MUI tahun 2005 tentang aborsi yang berisi:

Pada intinya MUI membolehkan keluarga berencana tetapi harus dengan

cara-cara yang tidak bertentangan dengan syara’, yang bertentangan

dengan syara’ diperbolehkan asal ada alasan yang dapat melegalkannya

seperti darurat dan hajat yang tidak dapat ditunda. Sedangkan para ulama

yang melarang menggunakan KB yaitu Prof.Dr.M.S.Madkour, (Guru besar

Hukum Islam pada fakultas Hukum) dalam tulisannya Islam and Family

Planning, Abu A’la al-Maududi (Pakistan), alasannya dengan

menggunakan dalil yang pada perinsipnya menolak KB diantaranya firman

Allah dalam surat Al-An’am ayat :151.

ُ ُ ُ َ ‫َ ذي‬ ُ َ َ ْ ُ ‫َ َي‬
١٥١ …‫… َوًل تق ُتل ٓوا أ يول َٰ َدكم م يِن إ ِ يمل َٰ ٖق َّ ُن ن ير ُزقك يم ِإَويذاهم‬
ۖۖ

Artinya: Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah


(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian
99

itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya).(Qs.Al-


an’am A:151)96
ٗ ‫َ َ َ ي ُ ُ ٓ ْ َ ي َ َٰ َ ُ ي َ ي َ َ ي َ َٰ ذ ي ُ َ ي ُ ُ ُ ي ذ ُ ي ذ َ ي َ ُ ي َ َ ي‬
ٗ ‫ِطا َكب‬
٣١ ‫ري‬ِ ‫وًل تقتلوا أولدكم خشية إِمل ٖقِۖ َّن نرزقهم ِإَوياكم إِن قتلهم َكن خ‬

Artinya:”Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut


kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga
kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar (Qs.Al-Isra’ A:31)97

Meskipun ayat tersebut memberiksn kesan bahwa islam tidak

memperbolehkan program Keluarga berencan, akan tetapi tidaklah demikian

dikarenakan program Keluarga berencan tersebut bukan membunuh sesuatu

yang sudah bernyawa melainkan mencegah kehamilan. Dalam islam juga

menganjurkan untuk memperbanyak keturunan, akan tetapi jika tidak

mampu mengurusinya maka lebih baik mempunyai keturunan yang ideal

sesuai kemampuan saja agar terciptanya keluarga yang bahagia sehingga

terwujud tujuan sebuah perkawinan yaitu sakinah mawaddah wa rahmah.

Agar tidak terjadi keturunan yang lemah dan kurangnya kemampuan

keluarga dalam mengurusnya maka keluarga berencana merupakan program

yang pas yang dapat diterapkan dalam sebuah keluarga, yang tentunya

disepakati. Telah diterangkah bahwa petunjuk supaya tidak meninggalkan

keturunan yang lemah yang dihawatirkan menyusahkan orang banyak dan

96
Mushaf Aisyah,Al-Qur’an Terjemah dan tafsir untuk wanita, Jabal: Bandung, 2010.
Hlm.148.
97 97
Mushaf Aisyah,Al-Qur’an Terjemah dan tafsir untuk wanita, Jabal: Bandung, 2010.
Mushaf Aisyah,Al-Qur’an Terjemah,72.
100

salah satu usaha untuk mencapai tujuan pembangunan itu adalah dengan

melaksanakan KB.

Dalam Islam tidak ada pernyataan secara eksplisit baik dalam al-

Qur’an maupun al-hadits yang menyatakan bahwa islam itu mendorong atau

menolak pertumbuhan penduduk yang tinggi. Islam memandang bahwa

esensinya bukan pada peningkatan atau penurunan pertumbuhan penduduk,

melainkan pada kesejahteraan dan kualitas masyarakatnya. Belum tentu

pertumbuhan penduduk yang tinggi dianggap keadaan yang jelek atau

membahayakan, demikian juga sebaliknya. Karena pada suatu keadaan

pertumbuhan penduduk yang tinggi diperlukan dan pada suatu keadaan

tidak diperlukan. Islam lebih mngedepankan esensi kemaslahatan

kehidupan. Mana yang terabaik sesuai kondisinya, maka islam

menyepakatinya. Ada sebagian kalangan isilam yang berpandangan bahwa

islam mendorong pertumbuhan penduduk yang tinggi,. Pandangan ini

mereka landaskan kepad firman Allah dan Hadits Rasulullah saw.

Firman Allah yang dijadikan landasan misalnya:


ٗ َ ُ َٰ َ ‫ي َ ي‬ ُ َ ََ َ َ ٗ َ‫ُ ي َي‬ ُ َ ُ َ َ ُ ‫َوٱ ذ‬
‫ني َو َحف َدة‬
َ ِ ‫كم بَن‬
ِ ‫سكم أزوَٰجا وجعل لكم مِن أزو‬
‫ج‬ ِ ‫ّلل َج َعل لكم م يِن أنف‬
ُ ََ َ َ
ِ َٰ‫لطي ِ َب‬
٧٢ …‫ت‬ ‫كم م َِن ٱ ذ‬ ‫ورزق‬
Artinya:” Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. (Qs.An-Nahl:72).
Ayat ini dipahami oleh penganjur beranak banyak bahwa memiliki anak

keturunan yang banyak adalah sesuatu yang fitrah.Karena secara alamiah,


101

Allah SWT. Menciptakan manusia sebagai mahluk biologi yang dapat

berkembang biak. Juga berdasarkan Hadist Nabi SAW.:

‫تزوجوا ا لو لو د ا لو د و د فا نى مكا ثر بكم ا ال مم‬

Artinya:”Peristrilah perempuan yang memiliki kasih sayang dan banyaka


anak, karena sesungguhnya aku akan memperlihatkan kamu di depan umat-
umat. (HR.Ahmad).98
Hadts ini dipahami sebagian umat sebagai anjuran meiliki banyak anak .

Para penganjur banyak anak berkeyakinan bahwa kekuatan umat islam

dapat tercapai jika umat islam berjumlah banyak. Untuk itu anjuran keluarga

brencana menurut kelompok ini harus ditolak.

Padahal kalo dikaji lebih mendalam Surat An-Nahl ayat 72 dan

hadits diatas tidak mengisyaratkan perintah atau himbauan agar umat islam

memiliki banyaka anak. Islam sangat fleksibel di dalam menentukan apakah

umat harus meiliki banyak anak atau sedikit anak. Semua tergantung

kebutuhan dan kemaslahatan. Kenapa Rasulullah pada saat itu

menganjurkan umat islam memiliki banyak anak, adalah karena saat itu

jumlah umat islam sangat sedikit sehingga untuk mengungguli orang-orang

kafir perlu jumlah yang banyak termasuk melalui keturunan,disamping itu,

pada saat itu jumlah penduduk dunia belum sebnayak seperti sekarangs

sehingga anak yang banyak belum menghawatirkan masa depan mereka.

Tetapi ketika jumlah penduduk dunia sudah seperti sekarang ini

yang mencapai 6,5 milyar lebih, atau di Indonesia yang sudah lebih dari

237 juta ,dengan keadaan sumber daya alam dan manusia yang

98
Muhammad Fu’ad Abdul Baqi, Hadis Shahih Bukhari dan Muslim, hlm.342.
102

menghawatirkan, tentu hadits ini tidak dapat difahami secara tekstual. Hal

ini dapat dilihat dalam isyarah-isyarah Al-Qur’an agar umat islam

memperhatikan kehidupan dunianya, seperti dalam firman Allah SWT.

َ‫ك م َِن ٱ ُّدل ين َياۖ َوأَ يحسِ ن َك َما ٓ أَ يح َسن‬


َ َ َ َ َ ََ ََ ‫كٱ ذُ ذ‬
ِ ‫ّلل ٱدل َار ٱٓأۡلخِرة ۖ وًل تنس ن‬
‫صيب‬
َ َٰ َ َ ٓ َ
‫َوٱ يب َتغِ فِيما ءاتى‬

‫ذ ذ َ َ ُ ُّ ي ي‬ َ‫ي‬ َ َ َ‫ذُ َ َ ََ َي ي‬
َ ‫سد‬
٧٧ ‫ِين‬ ِ ‫ِب ٱل ُمف‬ ِۖ ِ ‫ٱّلل إ ِ ييلك ۖ وًل تبغِ ٱلفساد ِيف ٱأل‬
‫ۡرض إِن ٱّلل ًل حي‬

Artinya:”Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (Qs:Al-Qasash:77).
Dalam ayat tersebut, Allah SWT memrintahkan manusia agar

tidak hanya menyiapkan kehidupan akhirat, tetapi juga kehidupan dunia

.Artinya bahwa Allah SWT. Tidak menghendaki manusia hidup didunia

dalam kesusahan, kesengsaraan ataupun kesulitan. Salah satu kebahagiaan

dalam kehidupan ini adalah jika kondisi keluarga seseorang dalam keadaan

baik terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Dan untuk

mencapai keluarga semacam itu, salah satu jalnnya adalah membentuk

keluarga kecil. Dengan keluarga kecil, pengasuhan anak-anak akan lebih

mudah dan kelbutuhan keluarga pun akan lebih kecil pula. Karena itu,

dengan keluarga kecil, ditengah suasana global yang emnghawatirkan baik

secara ekonomi dan sumber daya alam, lebih memungkinkan terciptanya

keluarga yang sakinah mawaddah warahmah dan berkualitas.


103

Pada fungsi yang demikian itulah islam mengatur pertumbuhan

penduduk. Hal ini dapat diperkuat dengan firman-firman Allah yang

memerintahkan kepada kaum muslimin untuk memerhatikan dunia

(disamping akhirat).

Seperti dalam surat Al-Qoshoshayat 77firman Allah berikut:

ٗ َ ْ ُ ُ ‫َ ا َ ُ ْ َ َي ي َيَذُ ْ ذَ ي‬ ٗ ُ ‫َ ي‬ ْ ُ َ َ َ ‫َيَ ي َ ذ‬
‫ّلل َويلَقولوا ق يوًل‬ ‫ضعَٰفا خافوا علي ِهم فليتقوا ٱ‬
ِ ‫ِين ل يو ت َركوا م يِن خل ِف ِه يم ذ ِر ذية‬
‫ويلخشٱذل‬
‫َسد ا‬
٩ ‫ِيدا‬

Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak lemah, yang
mereka khawatir atas ( kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
meraka bertakwa kepada Allah dan kendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS-An-Nisa: 9).
Dan ayat ini secara jelas Allah SWT, mengingatkan kaum

muslimin agar tidak meninggalkan generasi penerus yang lemah. Karena

generasi yang lemah hanya membuat umat lemah dan kalah bersaing

dengan umat-umat lainnya. Banyak anak dalam keluarga pada situasi

seperti sekarang ini dapat mempengaruhi kebahagiaan keluarga. Tidak

tepat istilah” banyak anak banyak rezeki” tidak serta merta orang banyak

anak, kemudian banyak rezekinya. Justru kalau banyak anak banyak rezeki

yang harus dicari karena itu, memiliki banyak anak jika tidak ditopong

oleh potensi ekonomi yang baik, tentu akan menimbulkan banyak

persoalan di dalam keluarga.demikian juga, untuk ibu yang sering

melahirkan akan melahirkan penderitan baik secara lahir maupun batin.

‫جهد البالءكثرة العيال مع قلة الشيئ‬


104

Rasulullah saw. Bersabda :

Artinya:”Cobaan yang paling melelahkan adalah mempunyai banyak anak


tanpa sarana yang cukup, ( HR. Hakin dari Abdullah Bin Umar).

Yang perlu dicatat, bahwa kualitas kaum muslimin tidak hanya bertumpu

kepada kuantitas umatnya, tetapi justru kepada kualitasnya di berbagai

bidang. Bahkan Allah SWT mengingatkan banyak golongan yang kecil

dapat mengalahkan golongan yang besar, sebagaimna dalam firman Allah

berikut :

‫َ َ َ َ ََ ي َٗ َ َ ي ذ‬ َ
٢٤٩… َِۗ‫ريةَ ُۢ بِإِذ ِن ٱّلل‬ِ ‫…كم مِن ف ِئةٖ قلِيل ٍة غلبت ف ِئة كث‬
Artinya:"Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang
yang sabar". (QS.-Baqarah: 249).
Islam tidak mewajibkan seseorang memiliki anak banyak atau

tidak, tetapi islam menganjurkan agar setiap muslim dapat mewujudkan

generasi yang kuat, yang tidak saja hanya untuk kepentingannya di masa

depan, tetapi juga agar umat islam menjadi umat yang kuat.

Untuk mendukung terciptanya umat yang kuat, setiap muslim yang

mengikuti program keluarga berencana harus sesuai dengan kondisi

masing-masing karena itu, sesungguhnya keluarga berencana dibolehkan,

bagi kaum yang mampu (ekonomi dan kesehatan). Tidak boleh membatasi

jumlah anaknya hanya satu saja, karena hal itu dapat mengakibatkan

jumlah kaum muslimin berkurang dan dimasa yang akan datang akan

membahayakan ekstensi islam itu sendiri.


105

Dibolehkannya KB dalam Islam merupakan kontribusi Islam

terhadap persoalan kependudukan di dunia saat ini, ini merupakan wujud

nyata Islam lebih melihat kualitas umat daripada kuantitas.

B. Analisis Pandangan Islam Terhadap Peralatan Modern pelaksanaan

Program KB

Pandangan Islam terhadap Peralatan Modern Pencegah Kehamilan

Pada zaman Rasulullah SAW tidak ada seruan luas untuk ber-KB, atau

membatasi keturunan, atau mencegah kehamilan di tengah-tengah kaum

muslimin. Tidak ada upaya dan usaha yang serius untuk menjadikan al-

‘azl sebagai amalan yang meluas dan tindakan yang popular di tengah-

tengah masyarakat. Sebagian sahabat Rasulullah SAW yang

melakukannya pun tidak lebih hanya pada kondisi darurat, dan ketika hal

itu diperlukan oleh keadaan pribadi mereka. Oleh karena itu, Nabi

Muhammad SAW tidak menyuruh dan tidak juga melarang al-‘azl. Pada

masa kita sekarang ini, umat manusia banyak menciptakan alat untuk

mencegah kehamilan. Mereka berlomba-lomba untuk menciptakan

berbagai cara dan alat untuk menghentikan kehamilan.

Jika kita mengetahui dan memahami betul maksud dan hikmah

islam dibalik pemberian keringanan atas pelaksanaan hubungan terputus

pada kondisi-kondisi seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, adalah

karena terinspirasi dari pemahaman yang sempurna bahwa seorang anak

menjadi tanggung jawab yang sangat besar, dan wajib dipelihara dengan

pemeliharaan yang sempurna dan kepedulian yang tinggi. Atau karena


106

alasan bahwa kelahiran seorang anak akan membahayakan sang ibu

bahkan ancaman kematian. Di samping itu, pertumbuhan sang anak

pada masa menyusui juga terancam bila sang ibu hamil lagi. Dalam

kondisi-kondisi seperti tersebut diatas, bila seseora yang menggunakan

salah satu cara atau alat untuk mencegah kehamilan setelah mendapat

petunjuk dari dokter yang terpercaya, tidak mengapa kalau dia melakukan

hal tersebut.

Metode apapun yang digunakan untuk mencegah kehamilan boleh

digunakan, asal disepakati oleh pasangan suami istri, dan tidak

membahayakan tubuh dan nyawa mereka ,serta tidak bertentangan dan

bertolak belakang dengan islam dan hukum-hukumnya.99

Hal ini boleh-boleh saja di qiyaskan dengan fenomena al-‘azl, tetapi

dengan syarat, umat ini tidak membuat sebuah peraturan umum untuk

memperkecil angka kelahiran, dan alat atau cara ini tidak digunakan,

kecuali kalau ia sangat dibutuhkan, atau karena darurat yang menuntut

agar ia dilakukan.100

Bukti pembolehan ini dinyatakan oleh Imam Ar-Ramli yang

menukil perkataan imam Az-Zarkasyi setelah dia membahas mengenai

aborsi dengan menggunakn obat-obatan, “(Larangan) ini semua

berhubungan dengan penggunaan obat setelah air mani ditumpahkan,

sedangkan menggunakan sesuatu untuk mencegah kehamilan sebelum

99
Mauqifusy Syari’ah min Tanzhimin Nasl, Karya Zain Ya’qub:262
100
Mauqifusy Syari’ah min Tanzhimin Nasl karya Zain Ya’qub : 262.
107

terjadinya penumpahan sperma ketika sedang melakukan hubungan

seksual hukumnya boleh-boleh saja. 101

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa penggunaan alat-alat pencegah

kehamilan modern yang aman dan terjamin dari berbagai bahaya dan

akibat buruk, dan tentunya dari petunjuk dokter yang terpercaya sehingga

terhindar dari berbagai penyakit yang berkaitan dengan kehamilan itu

sendiri adalah boleh-boleh saja dari segi hukum islam. Bahkan menjadi

wajib apabila ia membahayakan nyawa sang ibu ketika mengandung dan

melahirkan, juga bisa dilakukan karena dadurat untuk menghindari

berbagai bahaya dalam beberapa kondisi dan keadaan.

1. Pandangan agama Islam mengenai upaya pengendalian laju

pertumbuhan penduduk.

Agama Islam adalah agama yang menyeluruh dan mengatur

semua persoalan dalam sendi-sendi kehidupan umat manusia. Karena

tujuan Islam adalah membawa manusia pada kebaikan hidup didunia dan

akhirat. Karena itu, islam tidak hanya mengatur soal ibadah dan tata cara

ibadah, melainkan juga mengatur pranata social dan apa saja yang terbaik

untuk kehidupan manusia. Karena itu islam juga sangat perduli dengan

kesejahteraan umat.. firman Allah SWT dalam al-Qur’an surat An-

Nisa:9
ٗ َ ْ ُ ُ ‫َ يَ ي َ ذ َ َي ََ ُ ْ ي َ ي ي ُ ذٗ َ ا َ ُ ْ َ َي ي َ يَذ ُ ْ ذ َ ي‬
‫ٱّلل َويلَقولوا ق يوًل‬ ‫ضعَٰفا خافوا علي ِهم فليتقوا‬
ِ ‫ويلخشٱذلِين لو تركوا مِن خلفِ ِهم ذرِية‬
‫َسد ا‬
٩ ‫ِيدا‬

101
Nihayatul Muhtaj (VIII/417).
108

Artinya:”Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang


seandainya meninggalkan dibelakang mereka an ak-anak yang lemah,
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Perkataan yang benar(QS. An-Nisa :9)102.

Sabda Rasulullah Saw.


‫ا نك ا ن تد ر و ر ثتك ا غنيا ء خير من ا ن تد ر هم عا لة يثكففو ن ا لنا س‬

Artinya: “Sesunggunya lebih baik kamu meninggalkan ahli warismu


dalam keadaan kaya daripada jika meninggalkan mereka dalam keadaan
miskin yang menjadi beban Masyarakat. (HR.Bukhari, Muslim, ahmad,
Ibnu Majah).
Para ulama menyepakati bahwa syariat islam diturunkan untuk

melindungi lima hal pokok yang disebut al-kulliyat al-khams, yaitu:

a. Hifzh al-Din (melindungi agama)

Artinya Islam memberikan perlindungan kepada akidah

yang dipeluk umatnya agar terjaga dari kontaminasi ataupun hal

apasaja yang berpotensi menggoyahkan keimanan seseorang. Dalam

masalah kependudukan sangat penting, karenajika terjadi ledakan

penduduk, maka pasti akan terjadi kelaparan. Kemiskinan, dan

penderitaan. Rasulullah mengingatkan hampir-hampir kemiskinan

itu mendekati kekufuran. Padahal salah satu penyebab kemiskinan

adalah memiliki anak banyak. Fakta telah menunjukkan masyarakat

dibawah garis kemiskinan rata-rata memiliki anak lebih dari dua.

Karena itu, agama Islam tidak melarang keluarga berencana,

bahkkan sangat mendukung demi terpeliharanya agama.

102
Al-Qur’an dan terjemah provinsi Nusa tenggara Barat, 2016.
109

a. Hifz an-Nafs (Menjaga Jiwa)

Hifzh al-nafs artinya menjaga dan mempertahankan jiwa.

Setiap manusia diberi kebebasan dan diberi hak untuk melindungi

diridari berbagai macam bentuk usaha-usaha yang dapat melukai

dirinya walaupun orang yang menjadi tanggungannya (istri, anak,

budakdan yang menjadi tanggungannya). Untuk itu dalam islam

hukuman terhadap pelaku yang menyebabkan jiwa seseorang

terancam cukup berat, baik berupa pelukaan atau bahkan sampai

pembunuhan. Dalam hal ini, dalam islam dikenal hukuman qishash,

yaitu hukuman yang sepadan dengan perbuatan yang dilakukan.

Islam sangat melindungii jiwa manusia dari berbagai

keterancaman, termasuk dari bahaya kelaparan yang dapat

mengancam jiwa manusia, karena itu islam pun memerangi hal-hal

yang dapat menyebabkkan terjadinya krisis pangan. Sebagaimana

diketahuisalah satu penyebab teerjadinya krisis pangan adalah

ledakan penduduk. Karena itu, pengendalian penduduk dalam Islam

adalah hukumnya wajib.

b. Hifzh al-Aql (memelihara akal)

Islam memberikan perlindungan sepenuhnya kepada

keselamatan akan manusia baik secara fisik maupunnon fisik.Secara

fisik berarti islam melindungi agar akal manusia yang berpusat di

otak agar tidak mengalami kerusakan fisik. Termasuk kerusakan

fisik pada otak adalah otak yang kurang dapat berkembang dengan
110

baik akibat kurang asupan nutrisi yang dibutuhkan, kurang adanya

stimulasi dari keluarga, lingkungan perumahan yang memadai,

sanitasi lingkungan, yang tidak sehat, serta tidak tersedianya sarana,

dan prasarana perkembangan anak. Kondisi seperti ini terjadi pada

masyarakat yang penduduk padat dan biasanya hidup dibawah

kemiskinan. Salah satu peluang akal dapat terancam adalah kondisi

kemiskinan. Karena kemiskinan, orang tuatidak mampu memberikan

gizi yang cukup kepada anak-anaknya,tidak mampu mengawasi

gerak geriknya setiap hari, lingkungan yang tidak memadai,sehingga

akal anak tumbuh tidak sehat, baik secara jasmani maupun rohani.

Disinilah, Islam menegaskan kembali perlunya keluarga

berencana sebagai upaya menanggulangi kemiskinan. Karena

kemiskinan itu dapat mengancam akal manusia.

c. Hifz al-Mal (Melindungi harta)

Hifzh al-Mal artinya melindunngi dan menjaga harta.

Pengertian melindungi harta. Pengertian melindungi harta disini

tidak hanya melindungi harta yang sudah dimiliki darikemungkinan

dirampas atau dirusak orang lain, tetapi juga melindungi hak-hak

masyarakat untuk memiiki harta benda. Pada perlindungan yang

pertama, hukuman yang cukup tegas kepada para pencuri. Bagi para

pencuri yang sudah memiliki kriteria potong tangan, maka

hukumannya adalah dipotong tangan, bagi yang tidak memenuhi


111

kriteria hukumnya adalah ta’zir (diserahkan kepada kebijakan

hakim).

Pada perlindungan kedua, Islam memberikan hak

sepenuhnya kepada manusia untuk berbuat ataupun bekerja

sepenuhnya kepada manusia, untuk berbuat ataupun bekerja dengan

cara halal untuk mendapatkan dan memiliki harta. Islam memberikan

hak kepadaseluruh umat manusia memiliki aksen kepada harta

kekayaan. Bahkan terhadap orang-orang yang tidak mampu, Islam

memberikan bantuan langsung tunai melalui zakat dan

shadakah.Islam juga memerangi segala hal yang dapat

menyebabkan seseorang jatuh kedalam kemiskinan. Diantara

penyebabnya adalah banyak anak. Karena itu, Islam sangat

mendukung keluarga berencana dalam rangka memberikan hak

kepada warga masyarakat untuk hidup layak dan terbebas dari

kemiskinan.

d. Hifzh an-Nasl (menjaga keturunan)

Hifzh an-nasl artinya menjaga keturunan.menjaga

keturunan dalam hal ini ada 3 hal : pertama, melindungi hak

setiaporang untuk memiliki keturunan, kedua, melindungi agar

keturunan tersebut sah secara hukum agama dan hukum negara,

ketiga, melindungi keturunan tersebut agar berkualitas dan memiliki

masa depan yang cerah. Pada perlindungan pertama, Islam

menentang siapapun yang menghalang-halangi manusia memiliki


112

keturunan. Karena memiliki keturunan adalah hak dasar setiap

orang. Pada perlindungan kedua Islam mensyariatkan pernikahan

sebagai syarat sah adanya keturunan agar dapat diakui secara syara’

dan hukum negara. Islam memberikan hak setiap orang untuk

memiliki keturunan, tetapi harus melalui perkawinan yang sah

terlebih dahulu. Perlindungan ketiga, Islam menyerukan kepada

setiap individu agar memperhatikan masa depan anak keturunannya.

Tidak sekedar mempunyai anak, tetapi anak-anak yang dibekali ilmu

untuk menghadapi masadepannya. Maka disinilah perlunya

pengaturan kelahiran agar anak-anak yang dilahirkan dapat

dipelihara dengan baik dan mendapat kesempatan, mendapatkan

pendidikan yang layak, untuk menyongsong masa depannya. 103

2. Pandangan agama Islam mengenai Kualitas penduduk

Islam lebih mengutamakan Kualitas daripada kuantitas. Dalam

al-Qur’an Allah SWT telah berfirman

‫َ َ َ َ َ َ ي َ ٗ َ َ َ ُۢ ي ذ َ ذ ُ َ َ ذ‬
َ ‫لصَٰرب‬ َ
٢٤٩ ‫ين‬ِ ِ ‫كم مِن ف ِئ ٖة قل ِيل ٍة غلبت ف ِئة كثِرية بِإِذ ِن ٱّللَِۗ وٱّلل مع ٱ‬

Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah,


berkata: "Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah
beserta orang-orang yang sabar" (Qs.Al-Baqarah A:249).

Secara konseptual islam memang tidak secara tegas

mengungkapkan pentingnya keluarga kecil, tetapi berdasarkan kondisi

umum dunia, juga dikaitkan dengan maslahat dan mudaratnya. Islam

103
,Nasarudin, Umar. Fiqih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah mawaddah warahmah,
Keluarga Sehat Sejahtera dan berkualitas, (Jakarta: Mitra Abadi: 2014),31.
113

jauh memandang bahwa kepentingan yang harus diutamakan itu adalah

kepentingan umum. Sungguhpun secara pribadi menguntungkan jika

secara umum dapat merugikan orang maka islam melarangnya. Bahkan

berkaitan dengan kemaslahatan seperti ini para ulama merumuskan

kaidah fiqih yang berbunyi:

Yang artinya:” Membuang kemafsadatan harus lebih diutamakan


daripada menarik mafsadat.104
Jikalau beranak banyak akan mendatangkan kemafsadatan bagi

kehidupan manusia, maka wajib hukumnya manusia tidak memiliki anak

banyak, tetapi cukup sedikit saja.

Semboyan yang dikampanyekan badan kependudukan dan

keluarga berencana nasional (BKKBN), dua anak cukup, tidak bertentangan

dengan semangat islam yang juga dalam kondisi tertentu membolehkan

pengaturan kelahiran untuk menghindari terjadinya baby boom yang akan

berakibat pada terjadinya ledakan penduduk. Hal ini dapat dilihat pada

beberapa ayat al-Qur’an dam al-Sunnah.

Islam sangat mendukung terwujudnya keluarga kecil dan

berkualitas. Islam lebih mengutamakan masa depan generasi penerus agar

mereka memiliki masa depan yang cerah. Karena itu, berdasarkan

kenyataan yang ada, islam saat ini tidak mendukung keluarga besar karena

dapat mendatangkan mudharat bagi kehidupan manusia secara umum.

2). Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran

anak teralu dekat sebagaimana sabda Nabi SAW:

104
Satria Efendi,Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana Prenadamedia,2014), 41.
114

Artinya: Bila pengaturan kehamilan atau penundaan kehamilan


disebabkan alasan kesehatan seperti dalam keadaan atau kondisi seorang
perempuan itu tidak mampu hamil dan melahirkan karena sakit yang
menimpanya, maka tidak ada yang melarang jika ia diberi (sesuatu obat)
yang mencegah kehamilan secara temporer sampai kondisi yang
menyulitkan perempuan perempuan untuk hamil dan melahirkan itu hilang.
(HR. Bukhari dan Muslim).105

Hadis di atas menerangkan adanya upaya perlindungan dan

pengobatan, bukan bagian dari pembatasan keturunan dan penundaan

kehamilan karena takut kefakiran. Akan tetapi menekankan adanya upaya

menjaga kesehatan agar kehamilan tidak berakibat pada gangguan kesehatan

bukan hanya bagi ibu tetapi juga bagi janin yang dikandungnya, sehingga

hadis ini menyiratkan adanya kebolehan melaksanakan Keluarga Berencana.

Diantara ulama yang membolehkan Keluarga Berencana adalah

Imam Al-Gazali, syaikh al-Hariri, syeikh saltut. Ulama yang membolehkan

melaksanakan KB ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti

program KB dengan ketentuan antara lain untuk menjaga kesehatan ibu,

menghindari kesulitan ibu untuk menjarangkan anak. Mereka juga

berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan

pembunuhan, karna pembunuhan itu berlaku ketika janin mencapai tahap

ketujuh dari penciptaan. Mereka berdasarkan pendapatnya pada al-qur’an

surat al-Mu’minun (23) ayat:12,13 dan 14. Ulama yang melarang KB

diantaranya ialah Prof.Dr. Madkour dan Abu A’la: al maududi.106 Mereka

105
Al-lu’lu wal marjan, Sahih Bukhari dan Muslim,Insan Mulia, Surakarta: 2014.
106
M.Ali Hasan., hlm.36-38.
115

melaranng mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh

keturunann seperti firman Allah SWT dalam Qur’an surat al-Isra’(17) ayat

31:

ٗ َ ٗ ‫َ َ َ ي ُ ُ ٓ ْ َ ي َ َٰ َ ُ ي َ ي َ َ ي َ َٰ ذ ي ُ َ ي ُ ُ ُ ي ذ ُ ي ذ َ ي َ ُ ي َ َ ي‬
٣١ ‫وًل تقتلوا أولدكم خشية إِمل ٖقِۖ َّن نرزقهم ِإَوياكم إِن قتلهم َكن خِطا كبِري‬

Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan.


kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan juga kepadamu.
Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar(Qs. al-
Isra’A:31).

Meskipun islam nampaknya telah memberi lampu hijau berkenaan

dengan masalah ini, akan tetapi realita yang terjadi dalam masyarakat

tidaklah demikian. Hal ini dapat dimaklumi karena masalah KB

bersifatsementara, sehingga tidakmenngherankan jika ada sebagian

penduduk yang bersedia melaksanakan dan ada pula yang tidak bersedia

melaksanakan.

a. Islam memandang pertumbuhan penduduk

Dalamislam tidak ada pernyataan secara eksplisit baik dalam Al-Qur’an

maupun dalam Al- Hadist yang menyatakan bahwa islam itu mendorong

atau menolak pertumbuhan penduduk yang tinggi. Islam memandang bahwa

pada esensinya bukan pada peningkatan atau pada penurunan petumbuhan

penduuduk, melainkan pada kesejahteraan dan kualitas masyarakatnya.

Belum tentu pertumbuuhan penduduk yang tinggi dianggap kadaan yang

jelek atau membahayakan, demikian juga sebalinya. Karena pada suatu

keadaan pertumbuhan penduduk yang tinggi diperlukan dan pada suatu

keadaan tidak diperlukan. islamlebih mengedepankan esensi kemaslahatan


116

kehidupan. Mana yang terbaik sesuai kondisinya maka islam

menyepakatinya.

Ada sebagian kalangan islam yang berpandangan bahwa islam

mendorong pertumbuhan penduduk yang tinggi. Pandangan ini mereka

landaskan kepada firman Allah dan hadist Rasulullah SAW.

Firman Allah yang dijadikan landasan misalnya:

ُ َ‫فَ َد ٗة َو َرزَق‬
‫كم‬ ‫نينَ َو َح‬ ُ ‫كم ِم ۡن أ َ ۡز َٰ َو ِج‬
ِ َ‫كمب‬ ُ َ‫ك ۡم أ َ ۡز َٰ َو ٗجا َو َجعَ َل ل‬
ُ‫س‬ ‫كم ِم ۡن أَن‬
ِ ُ‫ف‬ ُ َ‫ٱَّلل َجعَ َل ل‬
ُ َّ ‫َو‬
‫ت‬
ِ َ‫ب‬ َّ ‫ِمنَ ٱ‬
َٰ ِ‫لطي‬

Artinya: “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-
cucu, dan memberimu rezeki dari yang baik-baik. (QS. An-Nahl: 72).

Ayat ini dipahami bahwa memiliki anak keturunan yang banyak

adalah suatu yang fitrah . karena secara alamiah, Allah SWT. Menciptakan

manusia sebagai mahluk biologi yang dapat berkembang biak. Juga

berdasarkan hadis Nabi Muhammad SAW yang artinya:

“Peristrilah perempuan yang memiliki kasih sayang dan banyak


anak karena seusngguhya aku akan memperlibatkan kamu di depan umat-
umat di hari kiamat.
Hadis ini dipahami umat islam sebagai anjuran memiiliki banyak

anak. Para penganjur banyak anak berkeyakinan bawa kekuatan umat

islam dapat tercapai jika umat islam berjumlah banyak.

Padahal kalau dikaji lebih mendalm surat An-Nahl ayat 72 dan

hadist diatas tidak mengisyaratkan printah atau himbauan agar umat

islam memiiliki banyak anak. Islam sangat pleksibel didalam


117

menentukan apakah umat islam harus memiliki bannyak anak atau

sedikit anak. Semua tergantung kebutuhan dan kemaslahatan.

Kenapa Rasulullah saw. Pada saat itu menganjurkan umat islam

memiliki banyak anak, adalah saat itu jumlah umat islam sangat sedikit

sehingga untuk mengungguli orang-orang kapir perlu jumlah yang

banyak termasuk melalui jumlah keturunan, di samping itu, pada saat itu

jumlah penduduk dunia belum banyak seperti sekarang sehingga anak

yang banyak belum menghawatirkan masa depan mereka. Tetapi ketika

jumlah penduduk dunia sudah seperti sekarang ini yang mencapai 6,5

miliar lebih, atau di indonesia yang sudah lebih dari 237 juta, dengan

keadaan sumber daya alam dan manusia yang menghawatirkan, tentu

hadis ini tidak dapat dipahami secara tekstual. Hal ini dapat dilihat dalam

isyarah-isyarah Al-Qur’an agar umat islam memperhatikan kehidupan

dunianya, seperti dalam firman Allah SWT.

ُ ‫ك م َِن ٱ ُّدل ين َياۖ َوأَ يحسِ ن َك َما ٓ أَ يح َس َن ٱ ذ‬


َ َ َ َ َ ََ ََ ‫َوٱ يب َتغِ ف َ ٓ َ َ ذ ذ‬
‫ّلل‬ ِ ‫ِيما َءاتىَٰك ٱلل ُهٱدل َارٱٓأۡلخِرة ۖ وًل تنس ن‬
‫صيب‬

‫ي ي‬ ُ َ َ‫ذ ذ‬ َ‫ي‬ َ َ َ‫َ َ ََ َي ي‬


َ ‫سد‬
٧٧ ‫ِين‬ ِ ‫ّلل ًل حي ُِّب ٱل ُمف‬ ِۖ ِ ‫إ ِ ييلك ۖ وًل تبغِ ٱلفساد ِيف ٱأل‬
‫ۡرض إِن ٱ‬

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
kebahagiaan dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan (dimuka) bumi sesungguhnya Allah
tikak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS.Al-Qashash: 77).
118

Dalam ayat tersebut, Allah telah memerintahkan manusia agar

tidak hanya menyiapkan kehidupan akhirat, tapi juga kehidupan dunia.

Artinya bahwa Allah SWT. tidak menghendaki manusia hidup di dunia

dalam kesusahan, kesengsaraan maupun kesulitan. Salah satu kebahagiaan

dalam kehidupan ini adalah jika kondisi keluarga dalam keadaan baik

terutama dari segi kesehatan dan kesetahteraan keluarga. Dan untuk

mencapai keluarga semacam itu, salah satu caranya adalah membentuk

keluarga kecil. Dengan keluarga kecil pengasuhan anak-anak akan lebih

mudah dan kebutuhan keluarga akan lebih kecil pula. Karena itu, dengan

keluarga kecil dengan suasana global yang mengkhawatirkan baik secara

ekonomi dan sumberdaya alam, lebih memungkinkan terciptanya keluarga

yang bahagia, sehat dan berkualitas.

b. al-‘Azl sebagai Salah Satu Cara Pengendalian Penduduk .107

Sebenarnya banyak sekali faktor dan unsur yang membuat seseorang

melakukan al-‘azl.Masalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian penting

yaitu :

6) Faktor-faktor yang sejalan dengan syariat

Faktor syar’i ini terbagi lagi kedalam empat perkara.

a. Tidak ingin hamba sahaya perempuan melahirkan anak

b. Keadaan darurat yang berkaitan dengan sang istri, yaitu Tidak ingin

istrinya melahirkan karena faktor usia istrinya masih terlalu muda

(dibawah umur).

107
Mengeluarkan air maninya di luar (kemaluan) istrinya. (https:// almanhaj.or.id).
119

c. kondisi istri yang sedang sakit dan tidak dapat mengandung. Karena

itu, dalam keadaan seperti ini suami melakukan Al-azl karena

merasa iba terhadap istrinya. Atau, karena faktor usia istrinya yang

masih terlalu muda. Hal ini memungkinklan bahaya yang menimpa

diri istrinya kalau sekiranya dia mengandung; apakah karena ukuran

rahimnya yang terlalu kecil, ataupun karena akan timbulnya penyakit

atau bahaya yang akan merusak rahimnya. Bisa juga karena kondisi

fisiknya yang terlalu lemah , penyakit yang bersifat umum dan

kemungkinan akan bertambah akut, karena dia mengandung atau

saat akan melahirkan. Tentunya kondisi seperti ini akan dapat

mengancam nyawanya atau dikhawatirkan akan menderita penyakit

seumur hidup.

d. Kondisi istrinya yang menuntut untuk dilakukannya al-azl Kondisi

ini terjadi jika wanita yang sangat subur. Dalam hal ini , sang suami

melakukan al-‘azl dengan tujuan agar istri memiliki waktu yang

cukup untuk merawat, mengayomi, dan mendidik anak-

anaknya.Tidak ingin istri yang disetubuhinya mengandung ketika

masih menyusui karena akan membahayakan anak yang sedang

disusui.108

Keempat faktor diatas didasarkan pada sebuah hadits yang

diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudri ra. yang

108
Fathul IX/307),, dan ihya’Ulumuddin(11/58), hlm. 58.
120

berkata“, Suatu ketika masalah Al-Azl disebutkan di hadapan

Rasulullah SAW.maka beliau bersabda, Apa sebenarnya al-azl itu ?

Para sahabat berkata, seorang suami memiliki istri yang sedang

menyusui , lalu lelaki itu mnyetubuhinya. Tetapi, dia tidak ingin

kalau istrinya itu hamil lagi. Demikian juga Al-azl dilakukan ketika

seorang lelaki memiliki hamba sahaya perempuan, lalu dia

menyutubuhinya,namun dia tidak ingin bila hamba sahayanya itu

hamil. Rasulullah SAW pun bersabda, tidak ada yang akan

membahayakan kalian bila kalian meninggalkan al-azl karena

(kelahiran atau tidaknya seorang bayi)sudah merupakan takdir.”

e. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kondisi sang istri.

Ini seperti kondisi istri yang sedang sakit dan tidak dapat

mengandung .karena itu suami melakukan al-‘azl karena merasa iba

terhadap istrinya. Atau karena usia istrinya yang masih terlalu muda.

Hal ini memungkinkan terjadinya bahaya yang menimpa istrinya

kalau sekiranya dia mengandung, apakah karena ukuran rahimnya

yang terlalu kecil, ataupun karena akan tumbuhnya penyakit atau

bahaya yang akan merusak rahimnya.

Bisa juga karena kondisi fisiknya yang terlalu lemah,penyakit yang

bersifat umum dan kemungkinan akan bertambah akut karena dia

mengandung atau saat melahirkan. Tentunya kondisi seperti ini

dapat mengancam nyawanya atau di khawatirkan akan menderita

penyakit seumur hidup.


121

f. Kondisi istri yang menuntut untuk dilakukannya Al-‘azl.

Kondisi ini terjadi jika sang istri adalah wanita yang sangat subur.

Dalam hal ini, sang suami melakukan Al-‘azl dengan tujuan agar

istri memiliki waktu yang cukup untuk merawat, mengayomi, dan

mendidik anak-anaknya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis uraian data pokok-pokok permaslahan

yang telah dibahas maka kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini

sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Program Keluarga Berencana di Kabupaten Lombok

Tengah berjalan sukses dikarenakan Masyarakat memiliki kesadaran yang

tinggi sehingga 90 % dari 196 % masyarakat melakukan program KB, dilihat

dari kondisi ekonomi yang dibilang pas pasan dan kondisi usia yang belum

siap untuk mempunyai anak sehingga mereka perlu melakukan program KB

tersebut sehingga anak-anak yang dilahirkan sesuai yang diharapkan

terpenuhi kebutuhan,sehat serta mandiri. Dilihat dari analisis hukum islam

Masyarakat hendaknya melakukan program KB untuk mengatur jarak

kelahiran sesuai karakteristik akseptor KB dengan mencari sumber informasi

kesehatan dengan mewujudkan keluarga yang berkwalitas melalui promosi,

perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta

menyelenggarakan pelayanan, pengaturan dan dukungan yang diperlukan

untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal. Untuk perempuan

yang menikah pada usia kurang dari 19 tahun dianjurkan untuk menunda

kehamilannya sampai usianya minimal 19 tahun dengan menggunaka alat

kontrasepsi. Jika wanita yang ingin Mengatur jarak kehamilan Usia wanita

antara 21-35 tahun adalah periode paling baik untuk hamil dan melahirkan

121
122

karena mempunyai resiko paling rendah. Jarak antara anak pertama dan kedua

kehamilan yang ideal adalah minimal 3 tahun. Perkawinan usia muda dapat

menimbulkan resiko kehamilan dan resiko kelahiran, termasuk juga beresiko

akan kesehatan ibu dan anak. Upaya yang dilakukan pemerintah kabupaten

Lombok Tengah dalam menekan angka perkawinan usia muda adalah dengan

menerapkan program Keluarga Berencana. Jenis Metode Kontrasepsi yang

dapat dipakai antara lain yaitu KB alami, Senggama terputus, Kontrasepsi

Jangka Panjang (NON MKJP), Kondom, Pil, Suntikan.

Dalam perspektif Hukum Keluarga Islam, Keluarga Berencana

merupakan salah satu upaya menciptakan keluarga berkualitas, baik secara

agama maupun kemanusiaan. Islam sendiri mengajarkan untuk hidup sehat

secara fisik dan sejahtera secara ekonomi dan berakhlak mulia secara religi.

Berkaitan dengan program Keluarga Berencana, Islam mengajarkan adanya

lima pokok yang merupakan tujuan syari’at yang dikenal dengan maqashid

al-Syari’ah. Kelima hal tersebut adalah menjaga agama (hifz al-Din);

menjaga jiwa (hifz al-nafs); menjaga akal (hifz al-‘aql); menjaga harta (hifz

al-mal); dan menjaga keturunan (hifz al-nasl). Menjaga keturunan sebagai

salah satu dari kelima hal pokok yang harus terpelihara dapat dilakukan

dengan melalui pelaksanaan Keluarga Berenncana, yaitu dengan Keluarga

Berencana diharapkan akan terwujud generasi muslim yang berkualitas

sehingga terwujud keluarga yang sakinah mawaddah dan rahmah. Oleh

karena itu Hukum Keluarga Islam memandang bahwa program Keluarga


123

Berencana dalam hal pengaturan kelahiran tidak bertentangan dengan pesan

moral agama Islam.

B. Saran

Dari uraian kesimpulan diatas, terdapat beberapa saran mengenai

Analisis Hukum islam terhadap pelaksanaan program KB pada pasangan

Muslim di bawah umur di Kabupaten Lombok Tengah yaitu :

Bagi orang atau keluarga yang hendak menjadi akseptor KB agar

hendak mencari tahu terlebih dahulu semendetailnya kepetugas pelayanan KB

atau tenaga kesehatan sebab layanan ini juga dapat mpengaruhi hasil dan

mutu yang didapatkan. Bagi Para pelayanan program keluarga berencana

hendaknya dalam memberikan pelayanan atau obat yang dipergunakan sesuai

dengan yang diperbolehkan oleh ajaran islam. Bagi pemerintah yang

mempunyai wewenang terhadap adanya program Keluarga Berencana

tersebut, hendaknya menyadari adanya kewajiban dan tugasnya dalam

mensejahterakan masyarakat dan Negara melalui penyuluhan ataupun

kegiatan-kegiatan lain yang berkaitan dengan program Keluarga berencana.

Fungsi dan peran keluarga juga disadari dapat memberikan

kontribusi positif dalam mengurangi angka perkawinan usia dini dan dampak

negatif dari perkawinan usia dini itu sendiri, melalui pola asuh proteksi anak,

bentuk proteksi yang dimaksudkan dalam hal ini adalah pola asuh orangtua

dalam mendidik dan memberikan pengetahuan umum dan agama kepada

anak, pengalaman-pengalaman hidup, pemberian bekal baik bekal

kedewasaan fisik, mental maupun sosial ekonomi sebagai persiapan untuk


124

menuju kehidupan dimasa yang akan mendatang khususnya dalam kehidupan

berumah tangga jika dilakukan pada usia yang tepat, akan membawa

kebahagiaan bagi keluarga dan pasangan dan apabila seseorang gagal

mendewasakan usia perkawinan, maka diupayakan adanya penundaan

kelahiran anak pertama sampai umur ibu minimal 19 tahun sehingga tujuan

perkawinan mitsaqonghalizan tercapai yaitu dalam mewujudkan sebuah

keluarga yang Bahagia,tentram dan penuh kasih sayang (Sakinah mawaddah

warahmah).
125

DAFTAR PUSTAKA.

Al-Qur’an

Al-Qur’an dan Terjemah, Provinsi Nusa Tenggara Barat,2016.


Mushaf Aisyah,Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir untuk wanita,
Bandung:Jabal,2010.
Abdurrahman R.A.haqqi dan Mohammad nabil Almunawar, (Tafsir
Zanjabil (Surah Al-A’raf), Jakarta : Qishti Press, Cet.1, 2018.
Abdurrahman R.A. Haqqi dan Muhammad Nabil Al-Munawar,Tafsir
Zanjabil (Surah An-Nisa), Depok- Indonesia : katalog Dalam
Terbitan (KDT), 2016.
Abdurrahman R.A.haqqi dan Mohammad nabil Almunawar,Tafsir
Zanjabil Surah, An-Nisa, Depok: Katalog dalam Terbitan (KDT),
Cet:1, 2016.
Kusyairi Suhail,Ahamad,Tafsir keluarga menjadi Kleuarga bahagia didunia
dan di surga.Jakarta : Pustaka Ikadi,2016.

Hadits

Fu’ad Abdul Baqi’,Muhammad. Al-Lu’Lu’ wal Marjan “Hadits Sahih


Bukhari Muslim terlengkap”, Surakarta: Insan Mulia, 2014.

Teungku Muhammd Hasbi Ash Shidieqy, Koleksi Hadis-Hadis-Hukum,


Semarang: Yayasan Teungku Muhammad Hasbi As-Shidieqy,
Cet.1, 2001.

Fiqh/Ushul Fiqh

farid Muhammad washil, Nashr dan Abdul Aziz Muhammad Azzam,


Qawaid Fiqhiyyah, Jakarta: Amzah, Cet.IV., 2015.

Abror,Sodik. Fikih Keluarga Muslim, Yogyakarta: Aswaja Presindo, 2015.

Rofiq, Ahmad, Fiqih Kontekstual, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2012.

Bunyamin,Mahmudin dan Agus Hermanto. Hukum Perkawinan Islam.


Bandung: Pustaka Setia, 2017.
At-Tihami, Muhammad. Merawat Cinta Kasih Menurut Syariat Islam
(Terjemah Qurratul Uyun), Surabaya : Ampel Mulia, 2004.
Zuhdi, H.Masjfuk, Masail Fiqhiyah. Cet.Ke-2. Jakarta: CV H. Mas Agung.
1991.
Sapiudin Shidiq, Fiqih Kontemporer, Jakarta: Kencana, 2016.
Shiddiq Syafiudin, Fiqih Kontemporer, Jakarta, Kencana, 2017.
126

Effendi,Satria.UshulFiqh,Jakarta: Kencana Premadia Group,2014.

Kitab Hukum Islam

Huda, Miftahul. Hukum Keluarga (Potret Keagamaan Perundang-Undangan


di Negara-negara Muslim Modern), Malang: Setara Press
Kelompok Intrans Publishing Wisma Kalimetro, 2018.
Hasan, Sofyan. Hukum Keluarga dalam Islam, Malang : Setara Press
Kelompok Intrans Publishing Wisma Kalimetro, 2018
Fahd bin Abdul Karim bin Rasyid As-Sanidy, Indah Nikah sambil Kuliah,
Jakarta : Cendekia Sentra Muslim, 2005.
H.S.A. Al Hamdi, Risalah Nikah (Hukum Perkawinan Islam ), Jakarta,
Pustaka Amani, 2002.
Abdurrahman,H.,SH.Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: CV.
Akademika Pressindo,1995,Cet.Ke-2.
M.Nur Yasin, Hukium Perkawinan Islam Sasak, Cet.Ke-1, UIN Malang
Press, 2008.
Amir Nuruddin dkk, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis
Perkembangan Perkembangan Hukum Islam dari Fiqih,UU
No.1/1974 sampai HKI), Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, Cet.Ke-1, 2012.
Cholis Nafis, Fiqih Keluarga Menuju Keluarga Sakinah ,Ma Waddah
warahmah Keluarga Sehat Sejahtera dan Berkualitas. Mitra
Abadi Press, Jakarta Selatan:2010.

Materi Khutbah Agama Islam,Program Kependudukan Keluarga Berencana


& Pembangunan Keluarga, BKKBN:2015.

Rofiq, Ahmad.1998. Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
Subhan, Zaitun. 2008. Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan. Jakarta :
El-Kahfi, 2008.

Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia Ketiga Tahun 2009.


Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Jakarta : Erlangga, 2011

Zuhdi,Masfuk,,Islam dan Keluarga Berencanadi Indonesia, (Surabaya:Bina


Ilmu,1982.,17.

Umum

Thariq At-Thawari’, KB cara Islam, Maktabah Syaidul Fawa’id Al-


Oslamiyyah, Solo, 2007.
127

Muhammad Jafar Anwar, Pedoman Praktis Penelitian, Jakarta:Pro Deleader,


Cet.,1. 2016.
Koes Irianto, Keluarga berencana untuk Para Medis & NonMedis,
Bandung: Yrama Widya, Cet.1, 2012.
Suratun dkk, Pelayanan Keluarga Berencana, jakarta: Trans info Media,
2002.
Membangun Keluarga Sehat dan sakinah, BKKBN bekerjasama dengan
UNFPA, DEPAG RI, MUI, NU, DAN DMI, 2010.
Djamil, Fathurrahman, Motode Ijtihad Majlis Tarjih Muhammadiyah. Cet.
ke-1. Jakarta : Logos, 1995.
Hadari Nawawi dan mimi Martini, Penelitian Terapan Yogyakarta: Gajah
Mada Universitay Press, 1996.
Neong Muhajir, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin,
1996.
Lexy j. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosada
Karya, 2008.
Muhammad Firdaus, Konsep dan Impelementasi Bank Syari’ah, Jakarta:
Renaissance, 2005.
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif, PT.Grafindo Persada, Cet.Ke-1 Mei
2014.
Sumadi suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Wali, 1988)

Nasution, Penelitian Naturalistik (Bandung: reneka, 1996)

Sonny Dewi Judiasih dkk, Perkawinan Bawah Umur di Indonesia Beserta


Perbandingan Usia Perkawinan dan Praktik Perkawinan Bawah
Umur di beberapa Negara, Bandung : PT Refika Aditama, 2018.

Tuti sahara dkk, BKKBN, Panduan Penyelenggaraan Pelayanan KB


Bergerak, Jakarta :14 Mei 2019.

Salim HS, Penerapan Teori Hukum pada penelitian Tesis dan Disertasi,
Raja wali PT. Gravindo persada, Jakarta:2017.

Beni Ahmad saebani, Metode Penelitian Hukum, CV. Pustaka Setia,


Bandung:2009.

Ahmad Saebani,Beni. Metode Penelitian Hukum,(Bandung: CV.Pustaka


Setia,2008), 38.

Kabupaten Lombok Tengah dalam Data 2019, Katalog dal am terbitan,2019.

Anda mungkin juga menyukai