Anda di halaman 1dari 92

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 4 – 6 TAHUN

( STUDY LITELATURE )

OLEH:

JULIUS M KOBRUA
12114201170071

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
2021
SKRIPSI

( STUDI LITERATURE )

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN

PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK USIA 4 – 6 TAHUN

Skripsi ini diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana


Keperawatan

 Oleh :

JULIUS M KOBRUA

NPM : 12114201170071

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2021

i
MOTTO

“ Jawaban Dari Sebuah Keberhasilan Adalah Terus Belajar


Dan Tak Kenal Putus Asa “

Amsal 3 : 5

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami menerima dan menyetujui skripsi yang disusun oleh Julius M Kobrua, NPM :

12114201170071

Ambon, Juni 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. S. Embuai, S.Kep., M.Kep Ns. N. Parinussa, S.Kep., M.Kep


NIDN : 1229098901 NIDN : 0012118109

Menyetujui Mengetahui

Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

B. Talarima, S.KM., M.Kes Ns. S. R. Maelissa, S.Kep.,M. Kep


NIDN : 1207098501 NIDN : 1223038001

iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Julius M Kobrua
NPM : 12114201170071
Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun (Study
Litelature)
Program studi : Keperawatan
Fakultas : Kesehatan
Universitas : Universitas Kristen Indonesia Maluku

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi ini adalah orisinil sendiri melalui proses penelitian dan di dalam karya
tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat orang lain, kecuali secara tertulis
menyebutkan penulisan dari sumber aslinya atau dari sumber orang lain,
bagaimana yang tercantum dalam daftar pustaka.
2. Saya menyerahkan hak milik atas karya tulis Universitas Kristen Indonesia
Maluku, dan oleh karena nya Universitas Kristen Indonesia Maluku berhak
melakukan pengelolaan atas karya tulis ini sesuai dengan norma hukum dan
etika yang berlaku.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, dan apabila dikemudian
hari terbukti tidak sesuai dengan pernyataan ini, saya bersedia menerima
sangsi akademik sesuai norma yang berlaku di Universitas Kristen Indonesia
Maluku dan perundang undangan yang berlaku.

Ambon, Juni 2021


Yang memberi pernyataan

Julius M Kobrua
NPM : 12114201170071

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

lindungan dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal ini dengan

judul “Hubungan Pengetahuan Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan

Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun”(Study Litelature).

Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Keperawatan (S.Kep) serta menerapkan ilmu yang didapatkan

oleh penulis dalam perkuliahan. Penulis telah berusaha untuk menjadikan

tulisan ilmiah yang rapi dan sistematik sehingga dapat dipahami oleh

pembaca. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tangan terbuka

penulis mengharapkan saran dan kritik yang berguna untuk

penyempurnaan proposal ini.

Penyusunan proposal ini banyak berbagai pihak yang telah

memberikan dorongan/motivasi, bantuan serta masukan, sehingga dalam

kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr. J. Damamain, selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia

Maluku dan Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas

Kristen Indonesia Maluku

2. B. Talarima, SKM., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Kristen Indonesia Maluku dan Pembantu Dekan I,

II, dan III Universitas Kristen Indonesia Maluku

v
3. Ns. Sinthia R. Maelissa, S.Kep., M.Kep, selaku ketua Program

Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen

Indonesia Maluku.

4. Ns. S. Embuai, S.Kep., M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang

telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi bagi penulis

mulai dari penyusunan proposal, perencanaan penelitian hingga

penyelesaian proposal ini.

5. Ns. N. Parinussa, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing Pendamping

yang telah memberikan bimbingan, arahan dan motivasi bagi

penulis mulai dari penyusunan

6. proposal, perencanaan penelitian hingga penyelesaian proposal ini.

7. Dosen serta Karyawan dan Karyawati yang selama ini telah

membimbing dan membina penulis selama melaksanakan seluruh

aktivitas pendidikan di Fakultas Kesehatan Program Studi

Keperawatan.

Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini jauh dari

kesempurnaan, namun penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi

yang memerlukannya.

Ambon, Juni 2021

Penulis

vi
ABSTRAK

Pada masa usai 4 – 6 tahu mempunyai periode emas dimana anak sedang
menjalani proses pertumbuhan dan perkembangan khususnya pada
perkembangan sosial. Pengetahuan dan Pola asuh orang tua merupakan faktor
penting dalam menentukan perkembangan sosial. Angka kejadian gangguan
perkembangan anak di seluruh dunia masih tergolong tinggi yaitu di Vietnam
11,3%, Thailand 8,9 %, Kazakhtan14,5 %, Nepal 35,6 % dan Indonesia 11, 7
% (Riskesdas, 2018).Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui studi
literatur Hubungan Pengetahuan Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun . Jenis penelitian ini adalah
Deskriptif dengan menggunakan metode Systematic Review. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 10 jurnal penelitian nasional yang berkaitan dengan
judul penelitian.Sumber database yang digunakan adalah Google Scholar dengan
mengacu pada kriteria inklusi dan ekslusi. Berdasarkan 10 jurnal yang telah
dianalisis didapatkan ada pengaruhyang signifikan antara pengetahuan dan pola
asuh orang tua terhadap perkembengan sosial anak usia 4 – 6 tahun. Apabila anak
usia dini menerima pendidikan yang baik ketika berada di lingkungan rumah
maupun di lingkungan sekolah dengan maksimal, maka akan sangat berdampak
pada baik dan bagusnya perkembangan sosial pada anak, begitu juga sebaliknya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pola Asuh, dan Perkembangan sosial anak usia 4- 6
tahun.

vii
ABSTRACT

The period after 4-6 years has a golden period where children are undergoing a
process of growth and development, especially in social development.
Knowledge and parenting styles are important factors in determining social
development. The incidence of child developmental disorders worldwide is still
relatively high, namely in Vietnam 11.3%, Thailand 8.9%, Kazakhtan 14.5%,
Nepal 35.6% and Indonesia 11.7% (Riskesdas, 2018). The purpose of this study
is to find out the literature study of the relationship between knowledge and
parenting patterns with social development of children aged 4-6 years. This type
of research is descriptive using the Systematic Review method. The sample in this
study amounted to 10 national research journals related to the research title. The
database source used was Google Scholar with reference to the inclusion and
exclusion criteria. Based on 10 journals that have been analyzed, it is found that
there is a significant influence between knowledge and parenting of parents on
the social development of children aged 4-6 years. If early childhood receives a
good education while at home and in the school environment to the maximum, it
will greatly impact on the good and good social development of children, and
vice versa.

Keywords: Knowledge, Parenting, and social development of children aged 4-6

years.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………… i

MOTTO ………………………………………………………….. ii

LEMBARAN PERSETUJUAN ………………………………… iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS …………………… iv

KATA PENGANTAR ………………………………………….. v

ABSTRAK ……………………………………………………… vii

DAFTAR ISI …………………………………………………….. ix

DAFTAR GAMBAR …………………………………………….. xii

DAFTAR TABEL ……………………………………………….. xiii

DAFTAR LAMPIRAN …………………..………………………. xi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………….…… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ……………………………………………. 7

C. Tujuan Penelitian …………………………...…………………. 7

D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………..………. 9

A. Tinjauan Umum Tentang Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun

1. Pengertian Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun..… 9

2. Perilaku Sosial Anak Usia 4-6 tahun …………………….... 10

3. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun … 12

4. Aspek Perkembangan Sosial Anak ……………………… 13

ix
B. Tinjauan Umum Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak

Usia 4 – 6 Tahun …………………………………………… 16

1. Pengetahuan Orang tua …………………………….….. 16

2. Pola asuh Orang tua …………………………………… 20

3. Macam – Macam Pola Asuh ……………………………. 22

4. Hubungan Pengetahuan dan Pola Asuh Orang tua terhadap

Perkembangan Anak Usia 4 – 6 Tahun ………………….. 26

C. Permasalahan Sosial Pada Anak Usia Dini …………………… 29

1. Permasalahan Perilaku Sosial ……………………………… 29

2. Faktor Terbentuknya Perilaku Sosial yang bermasalah …… 36

3. Penanganan Masalah Perilaku Sosial ……………………… 38

D. Kerangka Konsep ………………………………………………. 40

BAB III METODE PENELITIAN …………………………….. 41

A. Jenis Penelitian ……………………………………………… 41

B. Tahapan Systematic Review …………………………………… 41

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ………………………. 48

D. Variabel Penelitian …………………………………………….. 50

E. Analisa Data …………………………………………………… 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………..………. 51

A. Hasil …………………………………………………………….. 51

B. Pembahasan …………………………………………………….. 61

x
BAB V PENUTUP …………………………………………….. 66

A. Kesimpulan ……………………………………………….. 66

B. Saran …………………………………………….…………. 67

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………........ xv

LAMPIRAN……………...………………………………............ xx

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar . 2.1 : Bagan Kerangka Konsep …………………………. 40

Gambar 3.1: Diagram PRISMA Tahap Systematic Review............ 44

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 3 . 1 . Ekstrasi Data……………………………………….. 45

Table 4. 1 . Hasil systematic review Hubungan Pengetahuan dan Pola Asuh

Orang tua Dengan dengan Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun . 50

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 . Lembaran SK Pembimbing …………………......... xx

Lampiran 2 . Pencarian pada situs Goole Scholar ……………… xxi

Lampiran 3 . Screning Pada situs Goole Scholer ………………... xxii

Lampiran 4. : Jurnal yang dipakai ……………………………….. xxiii

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 4-6 tahun. Pada masa

prasekolah ini anak dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan juga

kemampuan sosialnya. Pendidikan pada masa prasekolah secara umum dapat

mempengaruhi pencapaian anak ketika melanjutkan ke jenjang yang lebih

tinggi. Prasekolah merupakan usia yang sangat kritis karena pada usia ini anak

sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang di

sebut dengan masa emas (golden age), dimana perkembangan yang di

dapatkan pada masa ini akan berpengaruh pada perkembangan periode

berikutnya sampai dia dewasa (Kurniasih, 2009). Pada usia ini jika stimulasi

yang di berikan dengan tepat memungkinkan anak mencapai perkembangan

yang optimal.

Anak mulai belajar tentang lingkungan disekitarnya diawali oleh

proses sosialisasi. Sosialisasi adalah suatu proses dimana anak melatih

kepekaan dirinya terhadap rangsangan- rangsangan sosial dan belajar bergaul

dengan berperilaku sesuai orang lain di dalam lingkungan sosialnya. Anak

usia usia 4-6 tahun diharapkan mampu bersosialisasi dengan baik, yang sangat

dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya seperti orang tua, saudara, orang

dewasa dan juga teman sebayanya. Apabila lingkungan sosial anak

memberikan peluang yang positif, maka anak akan dapat mencapai

perkembangan sosial secara maksimal.

1
Tetapi tidak semua anak dapat melewati semua sektor perkembangan,

termasuk sektor perkembangan sosial. Banyak juga anak yang gagal atau

kurang berhasil dalam melewati tugas- tugas perkembangan pada sektor ini.

Perkembangan sosial adalah pencapaian kematangan dalam hubungan sosial

dan sebagai proses pembelajaran didalam menyesuaikan diri terhadap norma-

norma kelompok, moral dan tradisi. Beberapa permasalahan keterlambatan

sektor perkembangan sosial pada anak usia 4-6 tahun diantaranya masih

rendahnya sikap empati serta tidak menghiraukan teguran guru, banyaknya

anak yang nakal, anak yang tidak percaya diri dan gugup ketika berbicara.

Berdasarkan data dari WHO tahun 2016 diperkirakan sekitar 250 juta

anak (43%) di Negara berkembang tidak dapat mengetahui potensi

perkembangan anak sepenuhnya (WHO, 2016).

Hal ini didukung dengan data dari Riskesda 2018 Angka kejadian

gangguan perkembangan anak di seluruh dunia masih tergolong tinggi

yaitu di Vietnam 11,3%, Thailand 8,9 %, Kazakhtan 14,5 %, Nepal 35,6

% dan Indonesia 11, 7 % . Riskesdas (2018), menyatakan bahwa rata-

rata capaian perkembangan fisik anak di Indonesia mencapai 97.8% menjadi

urutan kedua dan angka tersebut masih tertinggal dari Kazakhtan yang

mencapai rata-rata 98.3%, dan rata-rata capaian perkembangan personal

sosial mencapai 69,9% masih sangat jauh tertinggal dari rata- rata pencapaian

yang ditetapkan yaitu 100% (Riskesdes, 2018).

2
Agar perkembangan sosial anak berjalan normal sesuai umurnya

maka dibutuhkan peran orang tua sebagai pendamping dalam tahap

perkembangan sosial. Dalam perkembangan anak semua aspek yang dimiliki

orang tua akan bepengaruh besar terhadap anak. Adapun pengaruh dari sosial

ekonomi, pekerjaan orang tua, pola asuh orang tua serta sisanya dipengaruhi

faktor lingkungan. Orang tua merupakan tokoh sentral dalam perkembangan

anak terutama dalam pola pengasuhan anak. Sikap positif sangat diperlukan

dalam membimbing tumbuh kembang anak agar sesuai dengan tahapap

perkembangan anak. Hal ini menjadi dasar bahwa peran orang tua dalam pola

pengasuhan sangat bisa menentukan aktifitas sosial anak seperti kemandirian,

membantu kegiatan di rumah dan lingkungan sekitar.(Depkes RI, 2014).

Pengetahuan orang tua tentang pelaksanaan stimulasi perkembangan

anak pra sekolah diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang deteksi

dini pertumbuhan dan perkembangan anak. Adanya pengetahuan tentang

stimulasi perkembangan di masyarakat diharapkan dapat terjadi perubahan

perilaku dan pengetahuan dari individu, keluarga, kelompok khusus dan

masyarakat dapat menanamkan prinsip-prinsip pedoman pemantauan

perkembangan anak dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai derajat

pengetahuan yang optimal. Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan

perhatian yang bersifat positif dan menghargai anak serta memelihara dan

tidak memberi stimulus-stimulus palsu bagi putra-putrinya. Dengan demikian,

orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap semua usaha yang

dilakukan oleh anaknya. Hal yang paling utama dan sangat penting bagi

3
pencapaian tujuan tersebut adalah pengetahuan dan perhatian orang tua di

rumah.

Efektifitas pola pengasuhan orang tua terhadap anak bisa dilihat dari

cara anak berperilaku dalam kehidupannya sehari-hari. Terutama dari

perilaku sosial anak itu sendiri. Jika orang tua telah membiasakan anak

dengan mengajarkan berperilaku yang baik, maka perilaku yang ditunjukkan

anak tersebut juga akan baik pula. Begitupun sebaliknya, jika orang tua

memberikan anak pembiasaan perilaku sosial yang kurang baik, maka anak

akan meniru perilaku tersebut. Karena perkembangan sosial merupakan suatu

tahapan perilaku sosial anak dalam mengikuti kematangan sosial dan

interaksinya dengan lingkungan.(Depkes RI, 2014)

Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara

signifikan turut membentuk karakter anak. Pola asuh secara umum dapat

didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan seorang anak, yaitu bagaimana

orang tua memperlakukan, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta

melindungi anak, yang meliputi cara orang tua memberikan peraturan,

hukuman, hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai kedewasaan sesuai

dengan norma-norma yang diharapkan masyarakat pada umumnya(Wibowo,

2012).

Pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan

kepribadian sangat besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut

berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yaitu pendapatan

4
keluarga, pendidikan orang tua, besarnya keluarga, urutan kelahiran, pribadi

orang tua dan praktik pengasuhan orang tua kepada anaknya

umumnya(Wibowo, 2012). Faktor yang paling berpengaruh dalam

pembentukan kepribadian anak adalah praktik pengasuhan orang tua kepada

anaknya (Pola asuh orang tua). Pola asuh orang tua merupakan interaksi

antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan

serta melindungi anak mencapai kedewasaan sesuai dengan norma- norma

yang ada dalam masyarakat (Tarmudji, 2011).

Berdasarkan penelitian Ismiriyam (2016), diketahui bahwa

perkembangan sosial dan kemandirian sebagian besar masih kurang, tidak

memiliki kemandirian dalam melakukan aktivitas yaitu sejumlah 45

responden (53,6%), sedangkan anak yang mandiri sejumlah 39 responden

(46,4%). Sebagian anak yang tidak mandiri tersebut penyebabnya yaitu

karena anak masih manja dan tergantung pada orang tua atau orang lain yang

berada di sekitarnya.

Pola asuh orang tua adalah perlakuan atau sikap orang tua dalam

berinteraksi dengan anak-anaknya untuk memenuhi kebutuhan,

memberikan perlindungan, mendidik, membimbing anak dalam kehidupan

sehari-hari (Sarwono, 2010).

Berdasarkan penelitian Elyani Sembiring, di Desa Namorambe, 2018.

Pola asuh orang tua yang paling paling banyak diterapkan oleh orang tua di

Desa Namorambe adalah pola asuh demokratis yaitu sebanyak 16 orang tua

5
(53.3%). Perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak usia 4-6 tahun

di Desa Namorambe adalah Perkembangan baik yaitu sebanyak 19 anak

(63.3%). Hasil uji statistik dengan uji chi-square menunjukan bahwa nilai p =

0,001 atau p = < 0,05 yang menunjukan bahwa ada hubungan pola asuh

orang tua dengan perkembangan motorik halus dan motorik kasar anak usia

4-6 tahun.

Begitu juga dengan hasil peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh

Rinda Nikenindiana Sukamto dan Fauziah,di Pontianak 2020, dari 90

responden yang tersebar di kota Pontianak yang menerapkan pola asuh

demokratis adalah sebesar 88,80% atau sekitar 80 responden yang

menggunakan pola asuh demokratis, sedangkan pola asuh otoriter ada 4,44%

atau sebanyak 4 responden dan untuk pola asuh permisif ada 4,44% atau

sebanyak 6 responden. Hasil tersebut di dapat dari membandingkan ke

tiga jenis pola asuh tersebut mana yang lebih dominan untuk gaya

pengasuhannya. Dapat di simpulkan bahwa dari 90 responden 80 orang tua

menerapkan pola asuh demokratis dalam pola asuh di Kota Pontianak.

Dari data-data dan studi pendahuluan yang diperoleh, Penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Hubungan

Pengetahuan dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosial Anak

Usia 4 – 6 Tahun “

6
B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis

dapat merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut “Seberapa besar

pengaruh pengetahuan dan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial

anak usia 4 – 6 tahun.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pengetahuan dan pola asuh orang tua dengan

perkembangan sosial anak usia 4 – 6 tahun

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran

tentang teori pengetahuan , pola asuh orang tua dan perkembangan

sosial bagi anak usia 4 - 6 Tahun, serta pengembangan ilmu bagi

keperawatan komunitas.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi orang tua.

Memberi masukan tentang cara yang tepat dalam menerapkan pola

asuh terhadap perkembangan sosial anak.usia 4 – 6 Tahun

b. Bagi masyarakat.

7
Sebagai sumbangan pemikiran untuk peningkatan pengetahuan kepada

masyarakat tentang betapa pentingnya pengetahuan dan pola asuh yang baik

dan benar terhadap perkembangan sosial anak usia 4 – 6 Tahun

8
BAB II

TINJUAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perkembengan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun

1. Pengertian Perkembangan Sosial Anak

Perkembangan sosial anak prasekolah (anak usia dini) tampak pada

caranya bergaul dengan teman sebaya. Dari segi kajian anak usia dini,

tindakan sosial merujuk pada bagian anak-anak belajar bergaul dengan

teman sebaya mereka. Anak-anak ternyata sering kali berusaha

mengembangkan kemampuan sosial. Anak-anak awalnya benar-benar

egois, yang sepertinya berawal dari mekanisme bertahan hidup pada masa

bayi. Pada saat mereka berada di dalam kelas, anak mulai mengenal

dirinya sendiri sebagai individual walaupun hanya berkaitan dengan

orang dewasa yang menjadi pengasuh mereka. Kini mereka harus

berurusan dengan teman sebaya mereka.

Anak dilahirkan belum bersifat sosial, artinya anak belum memiliki

kesempatan untuk bergaul dengan orang lain. Untuk mencapai

kematangan sosial anak harus belajar tentang cara-cara penyesuaian diri

dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai

kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di

lingkungannya baik orang tua, saudara, teman sebaya, atau orang dewasa

lainnya Sosial dalam kehidupan sehari-hari sangat penting bagi semua

9
orang, maka dengan itu sosial perlu diterapkan atau diajarkan sejak dini

untuk bekal masa depan terhadap sosial yang lebih baik.

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

interaksi sosial. Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses

belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral,

dan tradisi yang melebur menjadi satu kesatuan yang saling

berkomunikasi dan kerja sama. Dengan demikian, perilaku kehidupan

sosial manusia tidak terlepas dari nilai dan norma yang mengatur

hubungan manusia dengan lingkungannya.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa,

perkembangan sosial adalah perilaku atau tindakan sosial yang merujuk

pada cara bergaul (bersosialisasi atau berinteraksi) dengan orang lain

untuk dapat menyesuaikan diri terhadap norma, nilai, dan tradisi bahkan

dapat membentuk perilaku sosial seperti menolong, kerjasama, empati,

dan lain sebagainya.

2. Perilaku Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun

Pada masa awal kanak-kanak bentuk perilaku sosial belum

sedemikian berkembang sehingga sehingga belum memungkinkan anak

untuk menyesuaikan diri dalam bergaul dengan teman-temannya.

Klasifikasi pola perilaku sosial pada anak usia dini ini ke dalam pola-pola

perilaku sebagai berikut :

a. Empati artinya peka terhadap perasaan orang lain dan bersikap

respek, seperti menghargai temannya dengan cara memuji,

10
menghargai perasaan temannya, dan peduli terhadap teman.

b. Berbagi artinya anak mampu berbagi miliknya sesama sebaya,

seperti mau berbagi alat-alat permainan dengan temannya,

meminjamkan alat- alat belajar dan memberikan makanan kepada

temannya.

c. Perilaku akrab artinya anak mampu memberikan kasih sayang

kepada guru dan temannya, seperti memberikan senyuman kepada

guru dan temannya, sering mengajak ngobrol guru, bercanda

bersama teman, dan berinisiatif bermain bersama temannya.

d. Kerja sama artinya anak mampu bekerja sama dengan orang lain,

seperti ikut terlibat dalam kegiatan teman, berbagi tugas dalam

melakukan kegiatan dengan teman, mengajak teman untuk

bermain, dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas

kelompok.

Dalam perilaku sosial ini, terdapat empat aspek utama perkembangan

sosial, yaitu :

1) Aspek empati meliputi penuh pengertian, tenggang rasa, dan

kepedulian terhadap sesama.

2) Aspek afiliasi meliputi komunikasi dua arah atau hubungan antar

pribadi dan kerja sama.

3) Aspek esolusi konflik meliputi penyelesaian konflik.

4) Aspek pengembangan kebiasaan positif meliputi tata krama,

kesopanan, dan tanggung jawab.

11
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial

bentuk tindakan atau rencana yang dilakukan untuk menolong orang lain

dengan tujuan yang baik seperti perilaku dalam tolong menolong,

kerjasama, berbagi, simpati, empati, dan berkomunikasi secara baik.

3. Karakteristik Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun

Anak-anak usia prasekolah (4 – 6 Tahun) ini biasanya mudah

bersosialisasi dengan orang sekitarmya. Umumnya anak usia ini memiliki

satu atau dua sahabat, tetapi sahabat ini mudah berganti. Mereka

umumnya mudah dan cepat menyesuaikan diri secara sosial. Sahabat yang

dipilih biasanya yang memiliki jenis kelamin yang sama, kemudian

berkembang kepada jenis kelamin yang berbeda.

Pengamatan tingkah laku sosial anak usia dini ketika mereka sedang

bermain bebas sebagai berikut :

a. Tingkah laku unoccupied. Anak tidak bermain dengan

sesungguhnya. Ia mungkin berdiri disekitar anak lain dan

memandang temannya tanpa melakukan kegiatan apa pun.

b. Bermain soliter. Anak bermain sendiri dengan menggunakan alat

permainan berbeda dengan apa yang dimainkan oleh teman yang

ada di dekatnya. Mereka tidak berusaha untuk saling bicara.

c. Tingkah laku onlooker. Anak menghabiskan waktu dengan

mengamati. Kadang memberi komentar tentang apa yang

dimainkan anak lain, tetapi tidak berusaha untuk bermain bersama.

12
d. Bermain parallel. Anak bermain dengan saling berdekatan, tetapi

tidak sepenuhnya bermain bersama dengan anak yang lain. Mereka

menggunakan alat mainan yang sama, berdekatan tetapi dengan

cara yang tidak saling bergantung.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik

perkembangan sosial anak merupakan suatu ciri atau sifat dari segala

bentuk perilaku sosial anak yang menggambarkan anak dalam

bersosialisasi, berkomunikasi, bergaul dengan orang lain atapun dengan

teman sebayanya.

4. Aspek Perkembangan Sosial anak usia 4 -6 Tahun

Pencapaian suatu kemampuan pada setiap anak bisa berbeda-beda.

Namun, demikian ada patokan umur tentang kemampuan apa saja yang

perlu dicapai seorang anak pada umur tertentu, ini dimaksudkan agar anak

yang belum mencapai tahap kemampuan tertentu ini perlu dilatih berbagai

kemampuan untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal. Dalam

pedoman deteksi dini tumbuh kembang anak, dijelaskan ada enam aspek

tumbuh kembang yaitu sebagai berikut:

a. Sosial Emosional dan Kemandirian

Deteksi dini ini berhubungan dengan kemampuan bersosialisasi dan

pengendalian emosi serta kemampuan mandiri anak. Hambatan

mungkin terjadi misalnya ketika anak:

 Kurang konsentrasi atau pemusatan perhatian

13
 Sulit berinteraksi dengan orang lain

 Mudah menangis atau cengeng

 Sering marah jika keinginannya tidak dituruti

b. Bahasa

Deteksi dini ini dilakukan untuk melihat hambatan yang

berhubungan dengan kemampuan berbahasa meliputi kemampuan

membedakan suara yang bermakna dan tidak bermakna (bahasa

reseptif), bicara (bahasa ekspresif), komunikasi (pragmatik).

c. Fisik (Motorik Kasar dan Halus)

 Motorik Kasar

Deteksi dini pada motorik kasar dilakukan untuk melihat

hambatan yang berhubungan dengan keseimbangan dan

koordinasi anggota tubuh dengan menggunakan otot-otot

besar.

 Motorik Halus

Deteksi dini pada motorik halus dilakukan untuk melihat

hambatan yang melibatkan gerakan bagian tubuh tertentu yang

memerlukan koordinasi yang cermat antara otot-otot

kecil/halus dan mata serta tangan.

d. Kognitif

Deteksi dini pada aspek kognitif dilakukan untuk melihat

hambatan yang berhubungan dengan aspek kematangan proses

berpikir

14
e. Penglihatan

Deteksi dini pada penglihatan dilakukan untuk melihat hambatan

yang berhubungan dengan:

 Pengamatan melalui indera penglihatan yang merupakan

keterampilan untuk melihat persamaan dan perbedaan, bentuk,

warna, benda, sebagai dasar untuk pengembangan kognitif; dan

 Keterampilan untuk mengingat apa yang sudah dilihatnya.

f. Pendengaran

Deteksi dini pada pendengaran dilakukan untuk melihat masalah

yang berhubungan dengan:

 Pengamatan melalui indera pendengaran yang merupakan

keterampilan untuk mampu mendengar perbedaan dan

persamaan suara; dan

 Keterampilan untuk mampu mengingat suara-suara atau bunyi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek

perkembangan sosial dalam pedoman deteksi dini tumbuh

kembang anak, dijelaskan ada enam aspek tumbuh kembang yang

dimana perlu dibina dalam menghadapi masa depan anak agar

cemerlang.

15
B. Tinjauan Umum Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial anak

usia 4 – 6 tahun

1. Pengetahuan Orang Tua

a. Pengertian

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan

formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan,

dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka

orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan

tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang

berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan

objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif

terhadap objek tertentu.

Sedangkan dalam pengertian lain, pengetahuan yang lebih

menekankan pengamatan dan pengalaman indrawi dikenal sebagai

pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori. Pengetahuan

ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi

yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris

tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif

bila seseorang dapat melukisakan dan menggambarkan segala ciri,

sifat dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan

16
empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia

yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih

untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan

pengetahuan tentang manajemen organisasi.

Orang tua dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan

bahwa orang tua artinya ayah dan ibu. Definisi lain menyebutkan

orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu

dan merupakan hasil ikatan perkawinan yang sah. Orang tua

memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan

membimbing anak- anaknya.

Jika dihubungkan dengan pengetahuan orang tua akan

stimulasi perkembangan anak agar berhasil, maka perlu adanya

pemusatan energi psikis yang penuh kesadaran dalam

melaksanakan tindakan agar anak dapat berhasil. Tindakan yang

dilakukan baik di sengaja atau spontan dipusatkan pada masalah

psikomotor dan perhatian yang didapatkan dari orang tua

merupakan suatu pengalaman yang berharga karena dapat

menimbulkan adanya motivasi bagi anak untuk selalu berusaha.

Pengalaman interaksi dalam keluarga berpengaruh terhadap

tingkah laku anak, sebab hubungan keluarga bersifat relatif tetap.

Dari beberapa uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan orang tua dalam penelitian ini diartikan sebagai

pengamatan penilaian anak terhadap pelaksanaan stimulasi

17
perkembangan dengan cara orang tua memahami pentingnya

pengetahuan tentang perkembangan motorik kasar dan motorik

halus, perkembangan kognitif (berpikir), perkembangan bicara dan

bahasa, perkembangan emosi dan perkembangan sosial.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Orang Tua

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi dua, yaitu:

1. Faktor Internal

 Pendidikan

Pendidikan merupakan bimbingan yang di berikan oleh

seorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah

cita-cita tertentu. Pendidikan diperlukan untuk mendapat

informasi, contohnya adalah informasi mengenai hal-hal

yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan

kualitas hidup. Pada umumnya makin tinggi pendidikan

seseorang, makin mudah menerima informasi, yang di

kutip dalam penelitian Nurhuda dan Mahmudah bahwa

pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat

dan mengisi kehidupan yang dapat di gunakan untuk

mendapat informasi, sehingga dapat meningkatkan kualitas

hidup, sehingga sebagaimana umumnya. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, semakin mudah mendapatkan

informasi dan akhirnya mempengaruhi perilaku seseorang.

18
 Pekerjaan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nurhuda dan

Mahmudah, pekerjaan merupakan aktifitas rutin yang di

lakukan oleh ibu yang mempunyai bayi guna untuk

memperoleh pendapatan. Hal tersebut dikarenakan ibu

yang bekerja jika tergolong kategori berat, sedang asupan

gizi seadanya dan penggunaan bersamaan dengan janin

maka potensi terjadi caries lebih besar jika sikat gigi tidak

diperhatikan.

 Usia

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulangtahun, semakin cukup umur,

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.

Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih

dewasa lebih di percayai dari pada orang yang belum tinggi

kedewasaannya.

2. Faktor Eksternal

 Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku seseorang atau kelompok.

 Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

19
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

2. Pola asuh orang tua

Pola asuh merupakan susunan dari dua kata yakni “pola” dan

“asuh”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola memiliki arti model

atau cara kerja. Pola juga memiliki arti sebagai bentuk (susunan) yang

tetap. Sedangkan arti kata asuh yakni menjaga, merawat dan memberi

pendidikan, membimbing (membantu dan melatih), serta memimpin

(mengarahkan) dalam suatu badan atau lembaga. Kata asuh sudah

mencakup berbagai aspek mengenai dukungan, pemeliharaan, dan

perawatan hingga seseorang dapat menjalani hidupnya dengan baik.

Orang tua dalam kamus umum bahasa indonesia memiliki arti

yakni ayah dan ibu. Menurut Miami, orangtua yakni pria dan wanita yang

sudah terikat dalam ikatan suci (perkawinan) dan mampu untuk memikul

tanggung jawab sebagai ayah dan ibu dari anak yang akan dilahirkannya

nanti.

Pola asuh merupakan suatu sistem pendidikan atau pembinaan

yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk mendidik orang lain.

Dalam hal ini, pola asuh yang diberikan orangtua pada anaknya yakni pola

asuh yang penuh dengan pengertian. Lingkungan internal dan eksternal

anak menjadi pengaruh besar terhadap pola asuh yang diberikan orang tua.

Selaras dengan pendapat Rifa Hidayah menyatakan bahwa pola

asuh orangtua yang baik dan sikap positif lingkungan dengan menerima

keberadaan sang anak maka, akan menumbuhkan konsep diri yang positif.

20
Menurut mansur dalam bukunya, pola asuh merupakan suatu cara terbaik

yang orangtua pilih dalam mengasuh dan mendidik anaknya sebagai bukti

dari rasa tanggung jawabnya.

Khon dalam Hawadi menyatakan bahwa pola asuh yakni

seperangkat sikap yang ditujukan orangtua kepada anak untuk

menunjukkan kekuasaannya dan juga sebagai bentuk perhatian terhadap

anaknya. Sikap yang diberikan orangtua yakni dengan memberikan

aturan-aturan, hadiah bahkan hukuman bagi sang anak.

Sedangkan menurut Wibowo, pola asuh adalah suatu cara

mendidik yang diterapkan orangtua atau keluarga yang tidak dapat

diperoleh dilembaga pendidikan manapun, oleh karena itu pengasuhan

yang diberikan orangtua merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pembentukan karakter pada anak usia dini.

Jadi, pola asuh orangtua yakni suatu metode atau cara yang

diambil orangtua dalam mendidik anak-anaknya, namun setiap orang tua

memiliki perbedaan gaya masing-masing dalam menerapkan hubungan

dengan anaknya. Perbedaan penerapan pola asuh tersebut mungkin

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan mata pencaharian dari

masing-masing orangtua yang berbeda.

21
3. Macam-macam Pola Asuh

Mendidik anak memerlukan persiapan dengan sebaik-baiknya

demi masa depannya dengan cara mengetahui dan memilih pola asuh yang

tepat bagi anak-anaknya, yakni antara lain:

a. Pola asuh otoriter

Orang tua memegang pusat kendali sehingga ucapan atau

keinginan orang tua menjadi patokan yang harus ditaati oleh anak. Orang

tua tipe ini tidak akan memberi kebebasan kepada anak untuk

berpendapat. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, pola asuh otoriter yakni

pengambilan keputusan dan kebijakan seluruhnya ditentukan oleh

pemimpin (orang tua).

Orang tua otoriter tidak mendukung keinginan dan cita-cita

anaknya, sehingga anak kehilangan kesempatan untuk bereksplorasi. Hal

tersebut hanya akan membuat anak merasa tertekan dan anak akan

memiliki sifat membangkang, kurang inisitif, penakut, dan senang

menentang kewibaan orangtua. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola asuh

otoriter merupakan pola pengasuhan yang kaku, diktator, dan

memaksakan anak untuk patuh

pada aturan-aturan yang dibuat oleh orang tua. Orang tua merasa

tidak perlu menjelaskan pada anak apa manfaat dan alasan dibalik aturan

22
yang ditetapkannya.

Ciri – ciri orangtua yang menerapkan sistem pola asuh otoriter

menurut Kartini Kartono yakni sebagai berikut:

1. Orang tua lebih sering memberikan perintah dan larangan kepada

anak.

2. Anak wajib mematuhi aturan yang telah ditetapkan orang tua dan

tidak boleh membantah.

3. Orangtua cenderung mencari-cari kesalahan anak untuk dapat

memberi hukuman pada anak.

4. Jika anak memiliki pendapat yang berbeda dari orangtua, maka

akan dianggap sebagai pembangkang.

5. Orang tua cenderung memaksakan kehendaknya untuk anak, anak

dianggap sebagai pelaksana dari apa yang diinginkannya.

6. Orang tua memaksa anak untuk bersikap disiplin.

7. Tidak adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan anak.

b. Pola asuh permisif

Merupakan kebalikan dari pola asuh otoriter, disini orang tua

cenderung tidak peduli dan akan memberikan kebebasan secara luas

23
kepada anak mengenai apa yang diinginkan. Orang tua tidak memberikan

batasan yang jelas terhadap kehidupan anak. Jadi di sini anak memegang

kendali aturan yang ada dalam keluarga. Menurut Hassan Syamsi, pola

asuh permisif yakni orangtua memiliki sikap yang sangat terbuka dan

longgar hingga

menjadi tipe orang tua yang senang memanjakan anak. Setiap

permintaan dan keinginan anak selalu dikabulkan tanpa adanya

teguran atau memberi hukuman. Jadi dapat disimpulkan bahwa pola

asuh permisif yakni orang tua tidak mengendalikan perilaku anak, dan

cenderung memberikan kebebasan tanpa syarat sehingga orang tua tipe

ini menjadi memanjakan anaknya.

Ciri – ciri orang tua yang menerapkan sistem pola asuh permisif yakni:

1. Memberikan kebebasan tanpa batas untuk berperilaku sesuai

dengan keinginan anaknya.

2. Sedikit memberikan bimbingan dan pengetahuan kepada anak.

3. Orang tua tidak pernah atau tidak berani menegur perilaku

anaknya ketika perilakunya sudah dibatas kewajaran.

c. Pola pengasuhan demokratis

Demokratis menurut kamus besar bahasa indonesia mengandung

arti demokrasi yang berarti pandangan hidup yang menyetarakan antara

24
hak dan kewajiban. Pola asuh ini merupakan kolaborasi antara pola

otoriter dan permisif, tujuannya untuk menyelaraskan pemikiran, sikap,

dan tindakan antara orangtua dan anak. Sehingga orang tua dan anak

mendapat kesempatan yang sama untuk berdiskusi, berkomunikasi

ataupun berdebat untuk menyampaikan ide atau pendapat demi

mendapatkan keputusan bersama

Biasanya orang tua tipe ini bersifat rasional, tindakannya didasari

oleh pemikiran-pemikiran. Menerima serta memahami kemampuan yang

dimiliki anaknya dan tidak berharap berlebihan pada kemampuan anak.

Jadi pola asuh demokratis adalah bentuk pola asuh yang

menghargai kebebasan sang anak. Kebebasan yang dimaksud masih

disertai dengan bimbingan yang penuh perhatian antara orang tua dan

anak, sehingga terjalinnya komuniksi dua arah yang baik.

Pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Anak memiliki kesempatan untuk memberi alasan mengapa

melanggar aturan yang telah ditetapkan sebelum anak diberikan

hukuman.

b. Hukuman diberlakukan tergantung perbuatannya, dan

permasalahan berat ringannya hukuman tergantung bagaimana

pelanggaran yang telah dibuat.

25
c. Ketika anak akan melakukan suatu kegiatan atau aktifitas, anak

diberikan pemahaman mengenai alasan pentingnya hal tersebut

diajarkan.

d. Memberikan apresiasi manakala anak berperilaku baik seperti

yang orang tua harapkan.

4. Hubungan Pengetahuan dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Perkembangan Anak

Proses tumbuh kembang anak berlangsung secara alamiah,

yang dalam proses tersebut sangat berkaitan pada hubungan dengan

orang tua. Periode penting ini dalam tumbuh kembang anak adalah

balita. Masa balita merupakan pertumbuhan dasar akan mempengaruhi

dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Masa balita terhadi

perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,

emosional, dan intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan

landasan perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-

dasar kepribadian juga yang dibentuk pada masa ini. Pada masa

periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna

agar potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila

interaksi sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap

perkembangannya, bahkan sejak bayi masih dalam kandungan

(Kania,2006 dalam Yulita ,2014)

26
Untuk membantu para professional menilai faktor yang

mempengaruhi perkembangan anak,mereka telah dikelompokan ke

dalam empat bidang yaitu :

1. Environmental factors (Rumah, penghasilan, pekerjaan,

pendidikan)

2. Biological factors (Jenis kelamin, kesehatan umum, kesehatan

mental, praktek kesehatan)

3. Interpersonal relatinakships (kedekatan pola asuh orang tua,

jaringan sosial).

Interaksi dengan manusia lain merupakan suatu hal yang

sangat penting bagi seorang anak. Kontak mata, senyuman,

memberikan lingkungan untuk mereka agar dapat

berkomunikasi lebih lanjut, adanya pertukaran makna dalam

berkomunikasi, dan keterlibatan orang tua atau pengasuh akan

membantu mengembangkan dunia mereka dalam

berkomunikasi atau berhubungan denga orang lain. (Field

dkk,2007).

4. Early environments and experiences (pengalaman dan

lingkungan sebelumnya) (shanker,Blair & Diamond, 2008)

Pengasuhan dalam keluarga sangatlah penting untuk

perkembangan anak di masa mendatang. Pengasuhan ini

termasuk pengaruhan di aspek psikososial yang mengarah

kepada perkembangan yang positif. Indikator-indikator yang

27
mempengaruhi perkembangan yang positiflah yang dibutuhkan

untuk menilai seberapa jauh pengasuhan yang diberikan oleh

keluarga atau bagaimana penerapan nilai-nilai budaya dalam

keluarga tersebut.

Pengasuhan dalam keluarga merupakan serangkaian

tindakan atau aktivitas yang diperankan oleh pengasuh dalam

keluarga merupakan serangkaian tindakan atau aktivitas yang

diperankan oleh pengasuh dalam keluarga merupakan

serangkaian tindakan atau aktivitas yang diperankan oleh

pengasuh dalam keluarga di lingkungannya, atau kondisi

lingkungan yang diatur oleh pengasuh agar anak mampu untuk

beradaptasi sehingga apa yang menjadi tujuan dari pengasuhan

tersebut dapat tercapai.

Untuk mendukung beberapa teori, maka para peneliti

melakukan penelitian yang membalas tentang perkembangan

anak yang dipengaruhi oleh status perkawinan , hubungan

antara orang tua dan anak dan hubungan anak dengan

saudaranya. (Grodendyk & Brendan2007).

Pengasuhan dalam keluarga mengacu kepada perilaku atau

nilai-nilai yang diberikan oleh ayah dan ibu berupa pemberian

dukungan satu sama lain atau juga bisa tidak adanya dukungan

yang diberikan oleh orang tua tergantung bagaimana orang tua

tersebut. (Groenendyk & Brenda 2007)

28
Pencarian perhatian oleh anak merupakan cara mereka dalam

menunjukan harapan-harapan mereka tentang dunia sosial mereka.

Menurut teori kedekatan internal adalah anak-anak mempunyai

keinginan kepada orang tuanya agar diberikan respon saat mereka

mengharapkan suatu hal ketika diberikan perawatan dalam

keluarganya . Adanya respon orang tua terhadap harapan- harapan

anak dapat mengajarkan mereka tentang adanya sebuah hubungan

timbal balik atau adanya komunikasi yang dua arah (Pierre &

Forman, 2012)

C. Permasalahan Sosial pada Anak Usia Dini

1. Permasalahan Perilaku Sosial

Ada banyak permasalahan yang dialami oleh anak usia dini. Nugraha

menyebut beberapa permasalahan yang biasa dihadapi oleh anak usia dini di

antaranya sebagai berikut:

a. Maladjustment (ketidakmampuan menyesuaikan diri)

Anak usia dini yang mengalami penyesuaian diri sangat buruk biasa

disebut dengan maladjustment. Anak yang demikian sering disebut

sebagai anak yang bermasalah. Ada dua jenis maladjustment yaitu

sebagai berikut:

1) Anak puas terhadap tingkah lakunya, tetapi lingkungan sosial

tidak dapat menerima. Misalnya saja anak bersikap sangat

bossy, sok kuasa. Si anak sendiri tidak merasa ada yang salah

pada dirinya, sementara lingkungan tidak bisa menerima itu.

29
2) Tingkah laku diterima lingkungan sosial, tetapi menimbulkan

konflik yang berkepanjangan pada anak misalnya anak

berpenampilan sopan, ramah, dan memiliki segala perilaku

yang dapat diterima oleh lingkungan, padahal itu bukan

tingkah laku yang sebenarnya ingin ia tampilkan. Anak

melakukan hal itu karena terpaksa (atau bisa juga karena

takut). Maladjustment umumnya disebabkan adanya penolakan

diri. Anak tidak menyukai dirinya sendiri dan juga orang lain

(ketidakpuasan terhadap diri menularkan ketidakpuasan

terhadap lignkungan). Biasanya penolakan diri terjadi karena

anak merasa tidak seperti apa yang ia inginkan.

Adapun beberapa ciri yang biasa muncul pada anak

bermasalah di antaranya sebagai berikut: menunjukkan

kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan, sering tampak

depresi dan jarang tersenyum atau bercanda, suka mencuri

benda- benda kecil walaupun sering dihukum, sering

tenggelam dalam lamunan, sering bertengkar dengan anak

yang lebih kecil (tempat ia bisa menunjukkan kekuasaan),

merasa diperlakukan tidak adil (misalnya dihukum lebih

banyak dibandingkan anak lain), sangat cemas terhadap

penampilan diri, tidak mampu mengubah tingkah laku yang

salah walaupun sering dimarahi atau dihukum, suka

berbohong, sulit mengambil kekuasaan, melawan terhadap

30
setiap bentuk otoritas, ngompol yang berkelanjutan, berkata

atau menancam mau bunuh diri, sering merusak, menyalahkan

orang lain atau mencari alasan bila ditegur, dan suka mengadu

untuk mendapat perhatian orang dewasa. Hal yang paling

mendasar dalam mencegah timbulnya masalah maladjustment

adalah usaha meningkatkan pengenalan terhadap diri dan lebih

realistik terhadap kemampuan sendiri. Dalam hal ini dukungan

lingkungan sangat berpengaruh karena usaha perbaikan akan

sia-sia, bila tetap menuntut sesuatu yang tidak realistis.

b. Egosentrisme

Seseorang dikatakan egosentris bila lebih peduli terhadap

dirinya sendiri daripada orang lain. Mereka lebih banyak berpikir dan

bicara mengenai diri sendiri dan aksi mereka semata-mata untuk

kepentingan pribadi. Umumnya anak- anak masih egosentris dalam

berpikir dan berbicara. Hal ini bisa merugikan diri dan sosial jika

berkelanjutan. Karena umumnya begitu anak memasuki dunia sekolah,

egosentrisme sedikit demi sedikit mulai berkurang.

Ada tiga hal mendasari egosentrisme yaitu sebagai berikut:

1. Erasa superior. Karena merasa superior, anak egosentris

berharap orang menunggunya, memuji sepak terjangnya, dan

diberi peran pimpinan. Mereka menjadi sok berkuasa, tidak

peduli terhadap orang lain, tidak mau bekerja sama, dan sibuk

31
bicara mengenai diri sendiri.

2. Gosentrisme karena merasa inferior. Individu akan

memfokuskan semua permasalahan terhadap diri sendiri

karena merasa tidak berharga di dalam kelompok. Anak yang

demikian biasanya mudah dipengaruhi dan selalu mau disuruh

orang lain. Karena selalu merasa bahwa andil mereka dalam

kelompok sangat kecil maka sering kali mereka justru

diabaikan. Namun, bukan berarti mereka tidak disukai.

3. Egosentrisme karena merasa menjadi korban. Perasaan tidak

diperlakukan secara adil membuat mereka marah kepada

semua orang. Akibatnya keinginan mereka untuk ikut andil

dalam kelompok sangat kecil dan kelompok cenderung

mengabaikan mereka. Apabila mereka menunjukkan

kemarahannya secara agresif maka kelompok akan

menolaknya.

c. Anak yang terisolasi

Isolated child merupakan anak yang terisolasi dari

lingkungannya. Ia mengalami masalah penerimaan sosial. Hal ini

dapat terjadi karena sikap dan perilaku anak yang kurang disukai

teman-temannya. Atau anak sendiri yang tidak suka melakukan

interaksi sosial, dan menjalin hubungan pertemanan. Untuk

mengidentifikasi anak yang mengalami masalah penerimaan sosial,

kita dapat melakukan sosiometri untuk menemukan siapakah anak

32
yang paling disukai dan yang paling tidak disukai. Dengan demikian,

guru dapat menemukan anak bermasalah dan perlu membimbingnya.

Adapun kategori penerimaan anak dalam lingkungan sosial

sebagai mana yang dikemukakan Hurlock, adalah sebagai berikut :

1) Star, yaitu anak yang disenangi oleh lingkungan temannya

sehingga populer

2) Accepted, anak yang cukup dapat diterima lingkungan

temannya sehingga cukup populer

3) Climber, yaitu anak yang berusaha untuk diterima oleh

lingkungan teman sebayanya dengan mengikuti

keinginan/peraturan lingkungan. Anak di sini selalu takut bila

tidak mengikuti akan kehilangan teman

4) Fringer (pinggiran), yaitu anak seperti golongan climber, tetapi

lebih takut tidak diterima

5) Integlettee, yaitu anak yang ditolak lingkungan sebab mereka

pemalu, menolak atau membuat ulah yang negatif.

6) Isolate, yaitu anak yang terisilasi dari lingkungan teman

sebayanya dapat karena tidak ada motivasi dalam diri anak itu

untuk bergaul atau anak tidak menarik bagi lingkungannya

d. Agresif

Agresif merupakan tingkah laku menyerang baik secara fisik

maupun verbal atau baru berupa ancaman yang disebabkan adanya

rasa permusuhan. Tingkah laku ini sering kali muncul sebagai reaksi

33
terhadap frustasi, misalnya karena dilarang melakukan sesuatu. Agresi

juga sering timbul karena tingkah laku agresif yang sebelumnya

mengalami penguatan. Hal ini terjadi karena ada beberapa keluarga di

mana anak agresif justru dihargai. Selain itu tingkah laku orang tua

sering dicontoh oleh anak. Biasanya tingkah laku yang muncul pada

anak dapat marah secara verbal maupun menyerang, dan merusak

e. Egativisme

Negativisme adalah perlawan terhadap tekanan dari pihak lain

untuk berperilaku tertentu. Perilaku ini biasanya dimulai pada anak

usia dua tahun dan mencapai puncaknya antara usia tiga sampai enam

tahun. Ekspresi fisiknya mirip dengan ledakan kemarahan, namun

secara bertahap berubah menjadi penolakan secara lisan untuk

menuruti perintah. Masa ini biasa juga disebut sebagai masa ‘berkata

tidak’ karena hampir semua hampir semua permintaan dijawab

anak dengan berkata ‘tidak’. Negativisme ini akan menjadi masalah

yang berarti jika orang dewasa kurang memahami kelaziman masa ini.

Masa ini akan berakibat buruk jika orang dewasa memperlakukan

anak dengan paksaan, tekanan ataupun menegurnya dengan kata-kata

celaan yang justru akan memperburuk keadaan.

34
f. Pertengkaran

Pertengkaran merupakan perselisihan pendapat yang

mengandung kemarahan. Perilaku ini umumnya dimulai apabila

seseorang melakukan penyerangan terhadap orang lain yang tidak

beralasan.

g. Mengejek dan menggertak

mengejek merupakan serangan secara lisan terhadap orang

lain, sedangkan menggertak merupakan serangan yang bersifat.

Dengan dua perilaku ini si penyerang melampiaskan dendanya dan

menyaksikan ketidakenakan korban akibat perilakunya.

h. Perilaku yang sok kuasa

Perilaku sok kuasa adalah perilaku yang berkecenderungan

untuk mendominasi orang lain atau menjadi bos. Perilaku ini pada

umumnya tidak disukai oleh lingkungan sosial.

i. Prasangka

Hurlock mengatakan bahwa prasangka ini terbentuk pada masa

kanak-kanak atatkala anak melihat adanya perbedaan sikap dan

penampilan di antara mereka dan perbedaan ini dianggap sebagai

tanda kerendahan. Pada pperkembangan selanjutnya prasangka

muncul karena individu tidak berpikir positif terhadap kejadian yang

dialaminya.

35
2. Faktor Terbentuknya Perilaku Sosial yang Bermasalah

Nugraha mengatakan bahwa perilaku antisosial erat

hubungannya dengan pengalaman dan penyesuaian sosial ketika anak

usia dini. Beberapa faktor penyebab timbulnya sikap antisosial, antara

lain sebagai berikut:

a. Sikap orang tua yang overprotected

Orang tua yang overprotected akan membatasi ruang gerak

anak sehingga anak kehilangan kesempatan untuk

mengembangkan keterampilan sosialisasi secara sehat dalam

lingkungannya. Banyak pembelajaran dan pengalaman

berharga dari lingkungan yang tidak diperoleh anak karena

sikap terlalu melindungi anak yang tidak pada tempatnya.

Sikap overprotected dapat menjadi pemicu perilaku agresif,

mementingkan diri sendiri, pemberontak ataupun perilaku

apatis.

b. Sikap orang tua pencela, membandingkan, dan mencemooh

anak

Interaksi yang buruk dengan orang tua, sangat berpengaruh

dalam membentuk cara pandang anak terhadap kehidupannya.

Sejak usia dini anak melakukan imitasi terhadap orang tuanya.

Tatkala orang tua bersikap buruk terhadapnya maka anak pun

anak meniru dan melakukan hal yang sama. Sikap orang tua

yang pencela, membandingkan dan mencemooh anak

36
mencerminkan sikap penolakan terhadap keberatan anak apa

adanya. Secara emosional, perilaku ini sangat melukai anak.

c. Sempitnya kesempatan bergaul dengan anak lain

Perkembangan sosial emosional sangat tergantung pada

terbukanya kesempatan pada anak untuk bergaul dengan teman

dan lingkungannya. Lingkungan memiliki potensi yang sangat

nyata dalam memberikan pengalaman sosial pada anak. Mulai

dari pengalaman yang positif maupun pengalaman yang buruk.

Anak akan menyerap dan mengolah pembelajaran sosial

melaui lingkungannya ini. Jika anak tidak memiliki

kesempatan bergaul yang cukup maka ia tidak memiliki

kesempatan untuk mempelarari respons lingkungan terhadap

perilaku ataupun melakukan penyesuaian sosial.

d. Pola asuh otoriter

Pola asuh otoriter cenderung memicu perilaku antisosial pada

anak, seperti tumbuhnya sikap pemberontak, agresif, sikap sok

kuat, dan lain sebagainya. Sikap yang keras serta penerapan

disiplin yang tidak dijelaskan pada anak, hanya akan

menimbulkan perilaku yang salah asuh. Individu dapat tumbuh

menjadi individu yang selalu ingin dituruti, kurang toleran

terhadap teman-temannya. Dengan sikap ini maka anak akan

ditolak oleh kelompok sosialnya.

37
e. Lingkungan yang buruk

Lingkungan yang buruk sangat potensial dalam

mempengaruhi anak. Lingkungan yang buruk ini tetap menjadi

contoh yang buruk bagi anak. Secara umum anak melakukan

proses imitasi terhadap lingkungannya, tanpa mengenal lebih

jauh apakah lingkungan itu baik atau buruk. Jika

lingkungan dapat menonjolkan perilaku terpuji maka anak pun

dapat mempelajari penyerapan dan mengaplikasikan perilaku

yang luhur tadi. Sebaliknya jika lingkungan tersebut kurang

baik maka anak tetap akan menjadikannya sebagai obyek

imitasi.

3. Penanganan Masalah Perilaku Sosial

Nugraha memberikan cara penanganan kepada anak yang

memiliki gangguan sosial di antaranya:

a. Adanya kesempatan untuk bergaul dengan orang-orang dari

berbagai usia serta latar belakang yang berbeda. Anak tidak

mungkin bisa belajar bergaul bila lebih banyak menghabiskan

waktunya sendiri. Semakin banyak dan bervariasi dengan

lingkungan bergaulnya, semakin banyak hal-hal yang bisa

dipelajari anak sebagai bekal keterampilan dalam bersosialisasi

dengan lingkungannya.

38
b. Anak tidak hanya berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat

dipahami, tetapi juga dapat membicarakan dengan topik yang

dapat dimengerti dan menarik bagi orang lain.

c. Anak punyai motivasi untuk bergaul. Motivasi ini tergantung

seberapa besar perolehan kepuasaan anak melalui aktivitas

sosialnya. Apabila anak mendapat cukup banyak kesenangan,

penerimaan, dan pengalaman yang mengasyikan dari

lingkungannya, motivasi atau keinginannya untuk meluaskan

wawasan. Jaringan pergaulannya semakin luas. Namun

sebaliknya kalau ia lebih banyak mendapat kekecewaan,

motivasinya untuk bergaul pun semakin berkurang.

d. danya bimbingan. Metode yang paling efektif untuk dapat

belajar bergaul dengan baik adalah lewat bimbingan dan

pengajaran dari orang yang dapat dijadikan model bergaul

yang baik oleh anak. Anak memang bisa saja belajar bergaul

sendiri lewat trial and error atau meniru tingkah laku orang

lain, namun akan lebih efektif apabila yang menjadi model

adalah orang tua

39
D. KERANGKA KONSEP

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep atau terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Setiadi,

2013). Adapun kerangka konsep dari penelitian ini dapat dijabarkan sebagai

berikut :

Pengetahuan Orang Tua


Perkembengan Sosial

Pola Asuh Orang Tua

: Variabel Independen

: Variable Dependen

: Hubungan

Gambar . 2.1 : Bagan Kerangka Konsep

40
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan

menggunakan metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi

literature yang bersifat sitematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluas melalui pengumpulan data – data yang sudah ada

dengan metode pencarian yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis

dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk membatu peneliti

lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subyek topik

yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga

dapat menjadi acuan bagi penelitian baru.

B. Tahapan Systematic Review

1) Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti dapat dijabarkan

“PICO” (Population in Question, Intervention of Interest, Comparator

dan Outcome) Sebagai berikut :

a) (P) Populasi : Artikel dan Jurnal yang berhubunghan dengan

penetahuan dan pola asuh orang tua dengan perkembangan sosial anak

usia 4-6 tahun.

41
b) (I) Intervensi : Tidak ada Intervensi

c) (C) Comparator : Tidak ada perbandingan

d) (O) Outcome : Terdapat hubungan dari pengetahuan dan pola

asuh orang tua dengan tingkat perkembengan sosial anak Usia 4 –

6 Tahun.

Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah Apakah ada

hubungan pengetahuan dan pola asuh orang tua dengan perkembangan

sosial anak.

2) Menyusun Protokol

Untuk menyusun protokol review dalam penelitian ini maka

penulis mengunkan metode PRISMA (Preferred Reporting Items For

Systematic Reviews and Meta Analyses)

a) Pencarian Data

Pencarian data mengacu pada sumber data base seperti Google

Scholar dan artikel – artikel lain yang sifatnya resmi, yang

berhubungan dengan pengetahuan, pola asuh orang tua dan

perkembengan sosial anak.

b) Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel

penelitian) yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang

sesuai dengan topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

42
c) Penilaian Kualitas (Kelayakan) Data

Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data

(artikel penelitian) denga teks lengkap (full text) dengan memenuhi

kriteria yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi)

d) Hasil Pencarian Data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian

kuantitatif atau kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria

untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

43
Gambar 3.1

Diagram PRISMA Tahap Systematic Review

Pencarian pada situs “ google scholar”

Hasil Keseluruhan Jurnal


n = 15. 400

Screening
a. Rentang waktu 4 tahun
(2012 – 2021 )
b. Tipe ( Research articles,
Screening review articles)
n = 15.400 c. Jurnal Bahasa Indonesia

Goole Scholar n = 15.400

Full text
Jurnal yang dapat diakses
Goole scholer n = 50
n = 50

Kriteria inklusi
a. Jurnal yang berkaitan
dengan pola asuh orang
tua
b. Jurnal yang berkaitan
dengan perkembangan
anak
Goole scholer n = 10

Jumlah akhir yang sesuai dengan


kriteria inklusi
n = 10

44
3) Menyusun Strategi Pencarian

Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protokol yang telah

dibuat dan menentukan lokasi atau sumber database untuk pencarian data

serta dapat melibatkan orang lain untuk membantu review.

4) Ekstraksi Data

Ekstraksi data dapat dilakukan setelah proses protokol telah

dilakukan dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat

dilakukan secara manual dengan membuat formulir yang berisi tentang;

tipe artikel, nama jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode

penelitian dan lain-lain.

Tabel 3.1
Ekstrasi Data

No Judul Jurnal Tahun Kata Kunci Metode Lokasi


Penelitian

1 Hubungan TK Dharma
Pengetahuan Ibu Wanita Desa
Stimulasi
Tentang Stimulasi Bangsongan
perkembangan,
Perkembangan Dengan Analitik Kecamatan
2019 perkembangan
Perkembangan Korelasional Kayen Kidul
personal sosial
Personal Sosial Pada Kabupaten
anak
Anak Kediri

2 Tingkat Pengetahuan
Orang Tua Tentang Pengetahuan TK Pertiwi
Stimulasi Stimulasi Deskritif Nangsri Klaten
Perkembangan Anak 2020 Anak Pra Kwantitatif Jawa Tengah
Pra Sekolah Usia 60- Sekolah
72 Bulan

3 Hubungan Antara 2019 Pola Asuh Korelasional TK Thomas


Pola Asuh Aquin

45
Orangtua Dengan Personal
Perkembangan Sosial
Personal Sosial
Anak Usia Usia Pra
Prasekolah Sekolah

4 Hubungan Pola Asuh


Orang Tua Dengan Pola asuh,
Perkembangan cross TK. Nurul
Perkembangan Sosial
2021 sosial, Anak sectional Ulum,
Anak Prasekolah Usia
prasekolah Bangkalan
4-6 Tahun

5 Pengaruh Pola Asuh


Orang Tua Terhadap
Tingkat Pola asuh Desa Manyaran
Perkembangan Sosial orang tua, Kecamatan
Anak Usia 3-5 Tahun Cross
2020 Perkembangan sectional
Karang gede
Di Desa Manyaran sosial, Anak 3- Kabupaten
Kecamatan Karang 5 tahun Boyolali
gede Kabupaten
Boyolali

6 Peran Orang Tua Pola Asuh Paud Kelompok


Terhadap Pola Asuh
Bermain
Perkembangan Sosial Orang Tua
Bahagia Rogo
Semosional Anak
Perkembangan Kwalitatis Kecamatan
2020 Dolo Selatan
Sosial
Emosionalan Kabupaten Sigi

7 Hubungan Pola Asuh TK (Taman


Dengan Tingkat Pola Asuh Kanak- kanak)
Perkembangan Islam Gita
Personal Sosial Perkembangan
Desain Nanda
Anak Usia Prasekolah Sosial
2021 Survei Kelurahan
Personal
Anakitik Mojolangu
Usia Pra Kota Malang
sekolah

8 2018 Pola Asuh Semi


Hubungan pola asuh PAUD Alang-
orang tua terhadap Korelasional alang
Perkembangan
perkembangan sosial Ampenan

46
emosional anak usia 5
– 6 tahun di PAUD Sosial Mataram
Alang-alang Ampenan Emosional
Mataram

9 Hubungan pola asuh Dusun


orang tua dengan Waimital Desa
perkembangan sosial Waimital,
anak pada usia 1-5 Pola Asuh Kecamatan
tahun di Dusun Cross kairatu,
2018 Perkembangan sectional
Waimital Desa Kabupaten
Waimital, Kecamatan Sosial Seram Bagian
kairatu, Kabupaten Barat
Seram Bagian Barat

10 Pengaruh Pengasuhan Tk Aisyiyah


Kuantitatif
Orang Tua Yang Pengasuhan, dengan Bustanul Athfal
Bekerja Terhadap Perkembangan Survei Kecamatan
2018
Perkembangan Sosial sosial teknik Pulo Gadung
Anak Usia 5-6 Tahun kausal Jakarta Timur

47
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik

tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam penelitian

ini adalah Jurnal serta artikel – artikel yang berhubungan dengan

pengetahuan, pola asuh orang tua dan perkembengan sosial anak usia 4

- 6 tahun..

Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini berjumlah 10 artikel penelitian

nasional yang berkaitan dengan pengetahuan, pola asuh orang tua dan

perkembengan sosial anak.

Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara – cara yang digunakan dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari

keseluruhan subjek penelitian. Sebagai contoh Pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik

penetapan sampel dengan cara memilih sample di antara populasi sesuai

dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan dan masalah dalam penelitian),

48
sehingga sampel dapat mewakili karakteristik populasi yang telah

diketahui sebelumnya.

Berdasarkan karakteristik populasi yang telah diketahui, maka

dibuat kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Inklusi adalah semua aspek

yang harus ada dalam sebuah penelitian yang akan kita review dan kirteria

eksklusi adalah faktor – faktor yang dapat menyebabkan sebuah penelitian

menjadi tidak layak untuk di review; sebagai berikut contoh

e) Kriteria Inklusi :

1) Artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan

Pengetahuan, Pola asuh orang tua dan Perkembangan Sosial

anak.

2) Artikel penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun

3) Tipe artikel penelitian (review articles, research articles)

4) Artikel penelitian yang dapat diakses secara penuh (full text)

f) Kriteria Eksklusi :

1) Artikel penelitian nasional yang tidak berkaitan dengan

Pengetahuan, Pola asuh orang tua dan Perkembangan Sosial

anak

2) Artikel penelitian diterbitkan telah lebih dari 4 tahun

49
D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi atas 2 bagian yaitu :

1) Variabel bebas ( Independen)

Merupakan variable yang mempengaruhi atau menjadi sebab timbulnya

variabel terikat (Notoadmjo, 2010). Dalam penelitian ini adalah

:Pengetahuan dan Pola Asuh

2) Variabel terikat (Dependen)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi sebab akibat,

karena adanya variabel bebas (Notoadmojo, 2012) dalam penelitian ini

variabel dependenya adalah Perkembangan Sosial anak usia 4 – 6

tahun.

E. Analisis Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstraksi data, maka

analisis data dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah

memenuhi kriteria inklusi mengguakan teknik secara deskriptif untuk

memberikan gambaran sesuai permasalahan penelitian yang diteliti.

50
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Hasil penelitian adalah suatu proses penelitian yang diteliti berdasarkan judul yang telah ditetapkan sehingga

menghasilkan suatu penelitian berdasarkan fakta yang ada. Berikut ini adalah tabel hasil penelitian dengan

menggunakan Systematic Review.

Tabel 4.1

Hasil systematic review Hubungan Pengetahuan Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Sosial Anak Usia 4 – 6

Tahun

N Judul Desain Jumlah Metode Teknik


Tahun Lokasi Tujuan Hasil
o Penelitian Penelitian Responden Pengukuran Analisis
1 Hubungan 2019 TK Untuk Analitik 41orang Kuisoner Spearme Hasil Penelitian dari 41
Pengetahua Dharma mengetahui Korelasio n Rank. responden prosentase
n Ibu Wanita hubungan nal terbesar pengetahuan ibu
Tentang Desa pengetahua tentang pemberian stimulasi
Stimulasi Bangso n ibu perkembangan adalah baik

51
Perkembang ngan tentang sekali 36,59%. Sebagian
an Dengan Kecama stimulasi besar perkembangan personal
Perkembang tan perkemban social anak sesuai 60,98%.
an Personal Kayen gan dengan Hasil analisis dengan Uji
Sosial Pada Kidul perkemban Spearman Rank di dapatkan
Anak Kabupat gan hasil uji signifikan (ρ) 0,000,
en personal dengan nilai koeffisien
Kediri sosial pada korelasi (r2)=0,653 dengan
anak tingkat hubungannya sangat
kuat dan positif berarti
apabila pengetahuan
stimulasi ibu semakin baik
maka perkembangan personal
sosial Anak nya semakin
baik.

2 Tingkat 2020 TK Penelitian ini Cross 37 orang Kuesioner. Uji Chi- Hasil analisis penelitian ini
Pengetahua Pertiwi untuk sectional Square pengetahuan orang tua tentang
n Orang Tua Nangsri mengetahui stimulasi perkembangan
Tentang Klaten tingkat sebagian besar kurang baik
Stimulasi Jawa pengetahuan yaitu 19 (55,9%) . Hasil uji
Perkembang Tengah orang tua statistik diperoleh adanya
an Anak Pra tentang hubungan tingkat pengetahuan
Sekolah stimulasi orang tua dengan karakteristik
Usia 60-72 perkembanga orang tua yaitu usia dengan p

52
Bulan n anak pra value (0,017), pekerjaan
sekolah dengan p value (0,049), dan
pendidikan dengan p value
(0,017).
3 Hubung 2019 TK Untuk Cross 146 orang Non Uji chi Hasil penelitian 137
an Thomas mengetahui sectional probability square responden menerapkan
Antara Aquin hubungan sampling dan uji pola asuh demokratis, 7
Pola antara pola dengan Koefisie responden menerapkan
Asuh asuh teknik n pola asuh otoriter dan 2
Orangtu orangtua purposive Kontinge kombinasi (demokratis–
a dengan sampling, nsi. otoriter). Hasil pengukuran
Dengan perkembang perkembangan personal
Perkem an personal sosial, 69 anak termasuk
bangan sosial anak kategori normal dan 77
Persona usia anak termasuk kategori
l Sosial prasekolah. suspect.
Anak
Usia
Praseko
lah Di
Tk
Thomas
Aquin

4 Hubung 2021 TK. Tujuan cross 60 Orang Kuesioner Uji Hasil penelitian
an Pola Nurul penelitian sectional Statistic menunjukkan persentase

53
Asuh Ulum, adalah Lambda terbesar orang tua anak di
Orang Bangkal mengetahui TK Nurul Ulum
Tua an hubungan menerapkan pola asuh
Dengan pola asuh permisif yaitu sebayak 20
Perkem orang tua orang (35,7%).
bangan dengan Perkembangan sosial anak
Sosial perkembanga dengan persentase terbesar
Anak n sosial anak adalah baik yaitu sebanyak
Praseko prasekolah 27 anak (48,2%). Hasil uji
lah Usia usia 4-6 statistik Lambda
4-6 tahun menunjukkan ada hubungan
Tahun bermakna antara pola asuh
orang tua terhadap anak
dengan perkembangan sosial
anak prasekolah usia 4 – 6
tahun di TK Nurul Ulum
Bangkalan (p = 0.01).Pola
asuh permisif menunjukkan
hasil perkembangan sosial
anak yang baik dibandingkan
otoriter dan otoritatif.

5 2020 Desa Mengetahui Cross 67 Orang Kuisoner Kruskal Sebanyak 12 responden


Pengaruh Manyar pengaruh sectional Wallis. (17,9%) dengan pola asuh
Pola Asuh an pola asuh otoriter, 20 responden
Orang Tua Kecama orang tua (29,9%) dengan pola asuh

54
tan terhadap permisif, dan 35 responden
Terhadap Karang tingkat dengan pola asuh
Tingkat gede perkemban demokratis (52,2%).
Perkemba Kabupat gan sosial Sebanyak 12 responden
ngan en anak usia 3- (17,9%) mempunyai
Sosial Boyolal 5 tahun di perkembangan sosial anak
Anak Usia i desa diatas rata-rata, 42
3-5 Tahun Manyaran responden (62,7%) dengan
Di Desa Kecamatan perkembangan social
Manyaran Karanggede kategori rata-rata dan 13
Kecamata Kabupaten responden (19,4%)
n Karang Boyolali. mempunyai anak dengan
gede perkembangan social
Kabupaten dengan kategori di bawah
Boyolali rata-rata. Hasil uji Kruskal
Wallis diperoleh p = 0,000.

6 Peran Orang 2020 Paud Untuk Metode 12 orang Lembar Data, Berdasarkan hasil penelitian
Tua Kelomp mengetahui penelitian anak observasi, penyajian tentang “Peran Orang tua
Terhadap ok peran pola Kualitatif wawancara, data, dan terhadap Pola Asuh
Pola Asuh Bermain asuh orang dan verifikasi Perkembangan Sosial
Perkembang Bahagia tua dokumentas data Emosional Anak di PAUD
an Sosial Rogo terhadap i lembar Kelompok Bermain” dapat
emosional Kecamat perkemban observasi, disimpulkan sebagai berikut,
Anak Di an Dolo gan sosial wawancara, ada 4 hal ataupun cara pola
Paud Selatan emosional dan asuh orangtua yang berperan

55
Kelompok Kabupat anak, untuk dokumentas dalam perkembangan sosial
Bermain en Sigi mengetahui i emosional anak, yaitu: (1)
Bahagia upaya yang Membimbing dan
Rogo dilakukan mengarahkan agar anak dapat
Kecamatan orang tua mematuhi aturan orang tua
Dolo terhadap memberikan pengertian dan
Selatan pola asuh menggunakan komunikasi
Kabupaten dalam hal yang mudah dipahami bagi
Sigi sosial anak; (2) Memberi kesempatan
emosional pada anak untuk
anak di mengungkapkan perasaannya.
Kelompok Orang tua senantiasa
Bermain, berkomunikasi yang baik
dan untuk dengan anak dan menanggapi
mengetahui segala cerita anak; (3)
faktor Memberikan kesempatan pada
pendukung anak untuk mengekspresikan
dan emosi ketika marah, senang
penghamba ataupun sedih. Orang tua
t peran pola melibatkan anak dalam
asuh orang kegiatan diluar rumah dan
tua. bersosialisasi dengan orang
lain, selain itu orang tua
menjaga komunikasi yang baik
dengan anak; (4) Orang tua
melatih kesabaran anak. Orang

56
tua memberikan aturan,
batasan dan berdiskusi untuk
segala keinginan anak, dan
orang tua mengajarkan untuk
lebih bersabar.

7 Hubungan 2021 TK Mengetahu Desain 45 Orang Kuesioner Uji Mayoritas responden


Pola Asuh (Taman i hubungan survey VSMS dan statistik memiliki tingkat
Dengan Kanak- pola asuh analitik pola asuh. perkembangan personal
Tingkat kanak) dengan dengan sosial yang tinggi yaitu
Perkemban Islam tingkat pendekat sebanyak 32 (71,1%)
gan Gita perkemban an cross orang dengan pola asuh
Personal Nanda gan sectional demokratis. Pada uji
Sosial Kelurah personal korelasi kontingensi
Anak Usia an sosial anak Lambda didapatkan nilai
Prasekolah Mojolan usia (p=0,009) atau H0 ditolak
gu Kota prasekolah yang berarti terdapat
Malang . hubungan yang bermakna
antara kedua variabel.
8 2018 Tujuan Semi 20 Orang Pendekatan Hasil yang diperoleh
Hubungan Paud
dari Korelasio Kuantitatif dalam penelitian ini
pola asuh Alang-
penelitian nal terdapat hubungan yang
orang tua Alang
ini adalah signifikan antara pola
terhadap Ampen
untuk asuh orang tua dengan
perkemban an
mengetahu perkembangan sosial
gan sosial Matara
i emosiona anak di PAUD

57
bagaimana Alang-Alang Ampenan
emosional m
kah Mataram
anak usia 5
hubungan
– 6 tahun di
antara pola
paud alang-
pengasuha
alang
n anak
ampenan
terhadap
mataram
perkemban
gan social
emosional
anak usia 5
– 6 tahun
9 Hubungan 2018 Dusun Penelitian Cross 60 Orang Lembaran Uji Pengolahan data,
pola asuh Waimita ini sectional Kuisoner Statistik menggunakan uji statistik
orang tua l Desa bertujuan Chi- chi-square dengan tingkat
dengan Kecamat untuk Square kemaknaan (α) ≤ 0,05.
perkemban an mengetahu Hasil dalam penelitian ini di
gan sosial kairatu, i hubungan peroleh nilai signifikan
anak pada Kabupat pola asuh antara pola asuh dengan
usia 1-5 en orang tua perkembangan sosial anak
tahun di Seram dengan (0,005) sehingga p lebih
Dusun Bagian perkemban kecil dari < α (0,05) yang
Waimital Barat gan sosial menunjukkan bahwa Ho
Desa anak di ditolak
Waimital, Dusun
Kecamatan Waimital

58
kairatu, Desa
Kabupaten Waimital
Seram Kecamatan
Bagian Kairatu
Barat Kabupaten
Seram
Bagian
Barat
10 Pengaruh 2018 TK. Penelitian Kuantita 71 Orang Uji Cluster Berdasarkan hasil
Pengasuhan Aisyiya ini tif Normalitas Sampling perhitungan regresi
bertujuan dengan dan Uji linier diperoleh Y=
Orang Tua h
untuk Survei Linieritas 28,238 + 0,715X, dan
Yang Bustanu
Bekerja l Athfal menemuka teknik nilai sig= 0,000 < 0,05
Terhadap Kecama n pengaruh kausal yang berarti Ho ditolak.
Perkembang tan Pulo pengasuha Oleh karena itu, hasil
an Sosial Gadung n orang tua penelitian ini
Anak Usia Jakarta bekerja disimpulkan bahwa
5-6 Tahun Timur terhadap terdapat pengaruh
Di Tk perkemban antara pengasuhan
Aisyiyah gan sosial orang tua yang bekerja
Bustanul anak usia dengan perkembangan
Athfal 5-6 tahun sosial anak usia 5-6
Kecamatan di TK tahun dan dapat
Pulo Aisyiyah berkontribusi dilihat
Gadung Bustanul dari hasil R (Square)
Jakarta Atfhal yaitu 34,0 %.

59
Timur Kecamatan
Pulo
Gadung
Jakarta

60
B. Pembahasan

1. Hubungan pengetahuan orang tua dengan perkembangan anak usia 4 – 6

Tahun

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk

menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi,

meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan

bekerja sama. Kematangan sosial anak akan mengarahkan pada

keberhasilan anak untuk lebih mandiri dan terampil dalam

mengembangkan hubungan sosialnya.

Perkembangan sosial pada anak ditandai dengan kemampuan anak

untuk beradaptasi dengan lingkungan, menjalin pertemanan yang

melibatkan emosi, pikiran dan perilakunya. Perkembangan sosial adalah

proses di mana anak mengembangkan keterampilan interpersonalnya,

belajar menjalin persahabatan, meningkatkan pemahamannya tentang

orang di luar dirinya.

Berdasarkan hasil penelitian dari Egga Koni Slamet Riyadi dan

Sri Sundari, (2020) Tingkat Pengetahuan Orang Tua maka pengetahuan

orang tua tentang stimulasi perkembangan sebagian besar kurang baik

yaitu 19 (55,9%) . Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan tingkat

pengetahuan orang tua dengan karakteristik orang tua yaitu usia dengan p

value (0,017), pekerjaan dengan p value (0,049), dan pendidikan dengan p

value (0,017). Dan disimpilkan bahwa adanya pengaruh yang signifikan

61
pada karakteristik usia, pekerjaan, pendidikan, dengan tingkat

pengetahuan orang tua tentang stimulasi perkembangan anak pra sekolah.

Di dalam sebuah keluarga, seorang anak pertama kali diajarkan

pada pendidikan. Pendidikan dalam keluarga tersebut anak mendapatkan

berbagai pengalaman sosial dan nilai moral. Oleh karena itu, orang tua

agar dapat berperan sebagai pendidik, dituntut untuk memiliki

pengetahuan yang cukup tentang pembelajaran (Slameto, 2010: 98).

Sedang tinggi rendahnya pengetahuan, salah satunya di ukur dari

tingkat pendidikan yang ditempuhnya (Sudjana, 2002: 36). Pendidikan

akan mempengaruhi perkembangan sosial anak. Perkembangan anak

sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua

terhadap anak dalam mengenal berbagai aspek kehidupan sosial, atau

norma - norma kehidupan bermasyarakat serta mendorong dan

memberikan contoh kepada anaknya

Berdasarkan beberapa teori- teori yang telah dikemukakan dan

didudukung oleh penelitian - penelitan sebelumnya maka peneliti

berasumsi bahwa latar belakang pengetahuan orang tua dapat

memaksimalkan tingkat perkembangan sosial anak usia 4-6 tahun dengan

upaya stimulasi dan pemodelan yaitu orang tua sebagai contoh yang dapat

ditiru anak. Diharapkan orang tua mau tetap terus belajar bagaimana

memaksimalkan perkembangan anak dan tidak membatasi perkembangan

62
sosial anak, karena orang tua sangat berpengaruh dan orang terdekat bagi

anaknya untuk dijadikan panutan bersosialisasi dilingkungan sekitarnya.

2. Hubungan Pola Asuh orang tua dengan perkembangan anak usia 4 – 6

Tahun

Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua sangat berpengaruh pada

setiap proses yang dilalui oleh anak sehingga apa saja yang diterapkan

terutama pada masa prasekolah ini akan menjadi hal yang akan dicontoh

dan dilakukan oleh anak, sehingga patutlah sebagai orang tua menerapkan

pola asuh yang tepat dan tidak merugikan bagi perkembangan anak,

terutama yang dibahas disini yaitu perkembangan sosial anak. Orang tua

yang terlalu keras mendidik dan penempatan pola asuh yang tidak tepat

dapat membentuk karakter anak yang tidak baik, terlebih lagi apabila ada

orang tua yang acuh atau tidak perduli dengan perjalanan perkembangan

anaknya. Sehingga peran orang tua dalam membantu perkembangan sosial

anak sangatlah penting agar anak mampu bersosialisasi dan

berkomunikasi dengan baik, baik dengan teman sebaya maupun dengan

orang yang lebih tua.

Pola asuh atau parenting style adalah salah satu faktor yang secara

signifikan turut membentuk karakter anak. Pola asuh secara umum dapat

didefinisikan sebagai upaya pemeliharaan seorang anak, yaitu bagaimana

orang tua memperlakukan, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan

serta melindungi anak, yang meliputi cara orang tua memberikan

63
peraturan, hukuman, hadiah, kontrol dan komunikasi untuk mencapai

kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang diharapkan masyarakat

pada umumnya (Wibowo, 2012).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Nur Hidayati, Lilis Murtuti,

dan Anniez Rachmawati (2020), Pengaruh Pola Asuh Orang Tua

Terhadap Tingkat Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5 Tahun,

Sebanyak 12 responden (17,9%) dengan pola asuh otoriter, 20 responden

(29,9%) dengan pola asuh permisif, dan 35 responden dengan pola asuh

demokratis (52,2%). Sebanyak 12 responden (17,9%) mempunyai

perkembangan sosial anak diatas rata-rata, 42 responden (62,7%) dengan

perkembangan social kategori rata-rata dan 13 responden (19,4%)

mempunyai anak dengan perkembangan social dengan kategori di bawah

rata-rata. Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh p = 0,000. Dan berkesimpulan

bahwa terdapat pengaruh pola asuh orang tua terhadap tingkat

perkembangan sosial anak pra sekolah. Pada penelitian yang dilakukan

oleh Nur Hidayati, Lilis Murtuti, dan Anniez Rachmawati (2020),

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Perkembangan

Sosial Anak Usia 3-5 Tahun, Sebanyak 12 responden (17,9%) dengan

pola asuh otoriter, 20 responden (29,9%) dengan pola asuh permisif, dan

35 responden dengan pola asuh demokratis (52,2%). Sebanyak 12

responden (17,9%) mempunyai perkembangan sosial anak diatas rata-rata,

42 responden (62,7%) dengan perkembangan social kategori rata-rata dan

13 responden (19,4%) mempunyai anak dengan perkembangan social

64
dengan kategori di bawah rata-rata. Hasil uji Kruskal Wallis diperoleh p =

0,000. Dan berkesimpulan bahwa terdapat pengaruh pola asuh orang tua

terhadap tingkat perkembangan sosial anak pra sekolah.

Berdasarkan hasil systematic review maka asumsi yang penulis

kemukakan adalah perkembangan sosial anak usia 4 - 6 tahun sangat

dipengaruhi oleh pengetahuan dan pola asuh orang tua.

65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi literatur pada 10 jurnal hasil penelitian tentang

Hubungan Pengetahuan dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan

Sosial Anak Usia 4 – 6 Tahun penulis dapat membuat kesimpulan bahwa :

1. Ada pengaruh yang begitu signifikan antara Hubungan Pengetahuan

Orang tua dengan Pekembangan sosial anak usia 4 – 6 Tahun.

Pengetahuan orang tua dalam penelitian ini diartikan sebagai

pengamatan penilaian anak terhadap pelaksanaan stimulasi

perkembangan dengan cara orang tua memahami pentingnya pengetahuan

tentang perkembangan motorik kasar dan motorik halus, perkembangan

kognitif (berpikir), perkembangan bicara dan bahasa, perkembangan

emosi dan perkembangan sosial.

Semakin tinggi tingkat pengetahuan orang tua dalam

memberikan simulasi dan pemahaman yang baik kepada anak akan

semakin baik pula perkembangan sosial anak di masa depan.

2. Terdapat pengaruh yang begitu besar terhadap Pola Asuh Orang tua

dengan perkembangan sosial anak usia 4 – 6 Tahun.

66
Lingkungan yang paling dekat dengan anak dan tempat dimana

anak berinteraksi pertama kali adalah lingkungan keluarga. Terdapat

banyak faktor dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan anak.

Salah satu faktor tersebut adalah pola asuh orang tua yang diterapkan

pada anaknya. Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi pembentukan kecerdasan emosional anak. Pola asuh

yang diterapkan berpengaruh dalam perkembangan anak karena pola

asuh menumbuhkan kepribadian anak yang cerdas secara emosional

dan spiritual (Stien & Book, 2000). Pola asuh orang tua yang tidak sesuai

akan menghambat perkembangan s o s i a l anak di masa depan.

B. Saran

Hasil Studi literature ini terfokus pada permasalahan perkembangan sosial

pada anak usia 4 – 6 tahun Perlu adanya penelitian lanjutan dalam menilai

permasalahan perkembangan sosial pada anak usia 4 – 6 tahun, dalam

wilayah kajian yang lebih luas dan komprehensif. Maka penelitian lanjutan

perlu untuk dilakukan untuk lebih menyempurnakan temuan dalam

penelitian ini.

Bagi institusi keperawatan diharapkan hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai dasar pemikiran dan pengembangan konsep keperawatan

yang berhubungan dengan tahap proses perkembangan sosial pada anak

usia 4 – 6 tahun.

67
Bagi orang tua, anak akan mempu mencintai orang lain dan

lingkungannya apabila mereka merasakan rasa sayang dan cinta dari

orang tuanya Perasaan cinta yang diberikan orang tua akan diterima oleh

otak anak dan dikomunikasikan ke seluruh sistem saraf sehingga anak akan

merasakan bahagia. Hal itulah yang membuat anak mampu mencintai dan

menyayangi selain dirinya sendiri. Dengan demikian orang tua harus

memberikan kasih sayang dan cinta kepada anak-anak sejak berada di dalam

kandungan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Agoes Dariyo, ‘Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama’,

(Bandung: PT Refika Aditama, 2011), hal. 206-207

Ali Nugraha (dkk), Metode Pengembangan Sosial Emosional (Jakarta:

Universitas Terbuka Press, 2005), hal. 43.48, 49, 262

April, Apriani. 2009. Keberfungsian Keluarga Dengan Perkembangan

Anak Usia Prasekolah. Tesis S2

Departemen pendidikan & kebudayan, kamus besar bahasa indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1998).hal. 249

Djamarah. Syaiful Bahri, Pola Komunikasi Orangtua Dan Anak Dalam

Keluarga (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 19

Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua Dan Komunikasi

Dalam Keluarga. Jakarta: PT Rineka Cipta

Egge Egga Koni Slamet Riyad dan Sri Sundari, Tingkat Pengetahuan

Orang Tua Tentang Stimulasi Perkembangan Anak Pra Sekolah Usia

60-72 Bulan, Tahun 2020

Elizabet B Hurlock, Perkembangan Anak Jilid 1 (Jakarta: Erlangga, 2005),

250

Eti Risnawangsih, Arsyad Said dan Syamsidar, 2020 Peran Orang Tua

Terhadap Pola Asuh Perkembangan Sosial Emosional Anak,

xv
Farida Mayar, “Perkembangan Sosial Anak Usia Dini Sebagai Bibit Untuk

Masa Depan Bangsa”, dalam Jurnal Al-Ta’lim (Padang: Universitas

Negeri Padang dan Penerbit Faculty of Education and Teacher

Training IAIN Imam Bonjol Padang), No. 6/November 2013, 459

Femmi Nurmalitasari, “Perkembangan Sosial Emosi pada Anak Usia

Prasekolah”, dalam Jurnal Buletin Psikologi, Volume 23/No.

2/Desember 2015, 104

Groenendyk & Brenda. Coparenting and Early Coscience Development in

the Family. The Journal of Genetic Psychology. Vol.168 no.2

(2007): h.201-224

Hassan Syamsi Basya, Mendidik Anak Zaman Kita, (Jakarta: Zaman, 2011),

hal. 25

Ismiriyam, FV.,Trinasari, A.. & Kartikasari, DE. 2017. Gambaran

Perkembangan Sosial Dan Kemandirian Pada Anak Prasekolah Usia

4-6 Tahun Di Tk Al- Islah Ungaran Barat. Seminar Nasional &

Internasioanal : 172-176.

Iken Ayu Merna Eka Sari, Marcelina Nita Alvina dan Ni Made Nopita

Wati, Hubungan Antara Pola Asuh Orangtua Dengan Perkembangan

Personal Sosial anak usia Pra Sekolah, Tahun 2018

Ikatan Dokter Anak Indonesia. (2013). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi

Deteksi Dini dan Intervensi Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Depkes

RI

xvi
Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Rinda Nikenindiana Sukamto Pujiyanti

Fauziah,2021

Jojon, Wahyuni, TD. & Sulasmini. 2017. Hubungan Pola Asuh Over

Protective Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia Sekolah Di

Sdn Tlogomas 1 Kecamatan Lowokwaru Malang : Nursing News

Volume 2, Nomor 2 : 524- 535.

Kamus Besar Bahasa Indonnesia, diakses tanggal 23 maret 2019

Kania, Nia. 2006. Seminar Stimulasi Tumbuh Kembang Anak Untuk

Mencapai Tumbuh Kembang Yang Optimal

Kartini Kartono. Peran Keluarga Memandu Ana,. (Jakarta: Rajawali press,

1992). Hal 19

Lisye Angriani Miru, Ari Damayanti Wahyuningrum dan Kurniawan Erman

Wicaksono, 2021, Hubungan Pola Asuh Dengan Tingkat

Perkembangan Personal Sosial Anak Usia Prasekolah

Mansur, pendidikan anak usia dini dalam islam, (yogyakarta: pustaka pelajar,

2005). Hal. 350

Moh Padil dan Triyono Supriyatno, Sosiologi Pendidikan (Malang: UIN

Maliki Press, 2010), hal. 84.88, 89

Ni Made Sulastri dan Herlina,2018, Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Terhadap Perkembangan Sosial Emosional.

xvii
Nur Hidayati, Lilis Murtuti, Anniez Rachmawati, 2020, Pengaruh Pola Asuh

Orang Tua Terhadap Tingkat Perkembangan Sosial Anak Usia 3-5

Tahun ,

Patoni, Dinamika pendidikan anak, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 117

Pierre & Forman . Attention-Seeking During Caregiver Unavailability and

Collaboration at Age 2. Child Development. Vol.83 no.2 (Maret-

April 2012): h 712-727

Pramawaty, Nisha. Dan Elis Hartati. 2012.Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Konsep Diri Anak UsiaSekolah (10-12 Tahun). Jurnal

Nursing Student. Volume1, No.1

(RISKESDAS) Riset Kesehatan Dasar. (2010). Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta:

Ratih Kusuma Wardhani, Susanti Tria Jaya, 2019, Nurin Fauziyah, Hubungan

Pengetahuan Ibu Tentang Stimulasi Perkembangan Dengan

Perkembangan Personal Sosial Pada Anak

Ratna Sari & Dini Setiarsih, 2021, Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan

Perkembangan Sosial Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun.1

Rahma Tunny, Mirdat H dan Eko S, 2018, Hubungan Pola Asuh Orang Tua

Dengan Perkembangan Sosial Anak Pada Usia 1-5 Tahun.

Rizka Farhatin, 2018, Pengaruh Pengasuhan Orang Tua Yang Bekerja Terhadap

Perkembangan Sosial Anak Usia 5-6.

xviii
Sembiring, E. (2020). Jurnal Ners Indonesia.6(2), 27-33

http://www.stikessu.ac.id/ojs/index.php/JNI

Septiari, Bety Bea. 2012. Mencetak Balita Cerdas Dan Pola Asuh Orang

Tua. Yogyakarta: Nuha Medika

Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga tentang Ikhwal Keluarga, Remaja,

dan Anak (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 150-1.

Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.

Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orangtua dan Anak dalam

Keliuarga, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 82

Riskesdas, Kemenkes RI 2018

Utami, CH. 2016. Hubungan Pola Asuh Autoritatif Dengan Kemandirian

Anak Tk Di Banjararum Kalibawang Kulon Progo. Jurnal

Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 9: 904-917.

Utami, W., Nurlaila & Qistiana, R. 2017. Hubungan Tipe Pola Asuh Orang

Tua Dengan Perkembangan Psikososial Anak Usia Prasekolah Di Tk

Pertiwi 1 Desapurbowangi Kecamatan buayan Kabupaten Kebumen :

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume13, No. 1 : 23-34.

Widati, 2013. Perkembangan Anak Balita. Jakarta: Fittria Maya

Zaldy Munir, peran Dan Fungsi Orangtua Dalam Mengembangkan

Kecerdasan Emosional Anak (17 juni 2010).

xix
LAMPIRAN 1.

Lembaran SK Pembimbing

xx
LAMPIRAN . 2

Pencarian pada situs Goole Scholar

xxi
LAMPIRAN . 3

Screning Pada situs Goole Scholer

xxii
LAMPIRAN 4

Jurnal Yang Di pakai

xxiii

Anda mungkin juga menyukai