Anda di halaman 1dari 85

SKRIPSI

STUDI LITERATURE HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN POLA

PEMBERIAN MAKAN DENGAN PERILAKU SULIT MAKAN PADA ANAK

USIA PRASEKOLAH

OLEH:

Markus Papilaya

12114201170196

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON 2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Kami menerima dan menyetujui proposal ini yang disusun oleh Markus Papilaya

NPM: 12114201170196 untuk diseminarkan.

Ambon, Maret 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. M. Lilipory, S.Kep., M.Kep Ns. M. Goha, M.Kep

NIDN : 1203068702 NIDN : 1205027303

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep

NIDN : 1223038001

II
ABSTRAK

Markus Papilaya, 2022. “Studi Literatur: Hubungan Pola Asuh Orang Tua
Dan Pola Pemberian Makan Dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia
Prasekolah ” (dibimbing oleh : M. Lilipory, Ns. M. Goha, M.Kep)

Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan dan menolak


makanan tertentu. Gangguan kesulitan makan pada anak sering kita jumpai pada
masyarakat awam yang belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada anak. Masyarakat awam masih banyak yang belum memahami pentingnya
nutrisi pada anak. Kesulitan makan pada anak dipengaruhi oleh pola asuh orang
tua dan pola pemberian makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui studi
literature hubungan pola asuh orang tрua dan pola pemberian makan dengan
perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah. Jenis penelitian ini adalah
Deskriptif dengan menggunakan metode Systematic Review. Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 10 artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan judul
penelitian. Sumber database yang digunakan adalah Google Scholar dengan
mengacu pada kriteria inklusi dan ekslusi. Berdasarkan 10 artikel yang telah
dianalisis didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh
orang tua dan pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak usia
prasekolah.

Kata kunci: kesulitan makan, pola asuh orang tua, pola pemberian makan.

III
ABSTACT

Markus Papilaya, 2022. “Literature Study: Relationship between Parenting


Patterns and Feeding Patterns рwith Difficulty Eating Behavior in Preschool
Age Children” (supervised by: M. Lilipory, M. Goha)

Eating difficulties are the inability to eat and refuse certain foods. Eating disorders
in children are often encountered in ordinary people who do not understand the
procedure for meeting nutritional needs in children. Many ordinary people still do
not understand the importance of nutrition in children. Difficulty eating in
children is influenced by parenting and feeding patterns. This study aims to
determine the literature study of the relationship between parenting and feeding
patterns with difficult eating behavior in preschool-aged children. This type of
research is descriptive using the Systemрatic Review method. The sample in this
study amounted to 10 national research articles related to the research title. The
source of the database used is Google Scholar with reference to the inclusion and
exclusion criteria. Based on 10 articles that have been analyzed, it was found that
there is a significant relationship between parenting and feeding patterns with
difficult eating behavior in preschool age children.

Keywords: eating difficulties, parenting patterns, feeding patterns.

IV
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
limpahan berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Studi Literatur Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Pola
Pemberian Makan Dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia
Prasekolah.

Adapun maksud penulis menyusun skripsi penelitian ini adalah memenuhi


persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana Keperawatan di Universitas
Kristen Indonesia Maluku.

Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan dan
bantuan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya skripsi ini, maka pada
kesempata ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Hengky H. Hetharia, M.Th sebagai Rektor Universitas Kristen Indonesia


Maluku yang telah banyak membantu dalam melancarkan proses perkuliahan
penulis dari awal sampai pada tahap ini.
2. Para Pembantu Rektor I, II, III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku
yang ikut berperan dalam melancarkan proses perkuliahan penulis.
3. B. Talarima. SKM.,M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Kristen Indonesia Maluku yang telah berperan dalam membimbing dan
membantu proses perkuliahan penulis sampai pada tahap ini.
4. Para Wakil Dekan I, II, III dan IV Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia
Maluku yang ikut serta berperan dalam membimbing dan membantu penulis
dalam proses perkuliahan.
5. Ns. Sinthia. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep selaku ketua Program Studi
Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku yang

V
telah berperan banyak dalam membimbing, memberi motivasi dan membantu
penulis dalam proses perkuliahan.
6. Ns. M.Lilipory, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak
mengarahkan dan membimbing serta memberi motivasi bagi penulis mulai
dari awal penyusunan skripsi hingga terselesaikan skripsi ini.
7. Ns. M. Goha, M.Kep selaku pembimbing II yang telah banyak mengarahkan
dan membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.
8. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Kristen Indonesia Maluku.
9. Mama dan papa, adik, kaka, om tante dan saudara/saudari atas dukungan dan
bantuan sehingga penulis bisa membuat skripsil ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan mengharapkan


semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua pihak.

Ambon, 2022

Penulis

VI
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………………………………………………

HALAMAN PESETUJUAN …………………………………….. II

ABSTRACT.................................................................................... III

KATA PENGANTAR ……………………………………………. V

DAFTAR ISI …………………………………….………………... VII

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………… VII

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………... VII

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………….... 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………... 9

C. Tujuan Penelitian ……………………………………………. 9

D. Manfaat Penelitian ……………………….………………….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kesulitan Makan Pada Anak Usia

Prasekolah …………………………………………………... 11

VII
B. Tinjauan Umum tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Pra Sekolah ………......... 21

C. Kerangka Konsep ………………………………………..……….. 33

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ……..……………………………………………. 34

B. Tahapan Systemic Review ………………………………………... 34

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling …......…………………… 41

D. Variabel Penelitian ………………………………………………... 43

E. Analisa Data ………………………………………………………. 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil …………………………………………………………………45

B. Pembahasan……………………………………………………….....57

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………….....70

B. Saran ………………………………………………………………...70

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………......72

LAMPIRAN ………………………………………………………….....76

VIII
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 tahun - tahun. Anak

prasekolah mengalami pertumbuhan dan perkembangan biologis,

psikososial, kognitif dan spiritual yang signifikan. Pertumbuhan dan

perkembangan anak usia prasekolah dipengaruhi oleh nutrisi, masalah

tidur, kesehatan gigi, pencegahan cedera serta cara orang tua dalam

merawat anak yang sakit (Wong, Marilyn, David, Marilyn L, & Patricia,

2018). Usia prasekolah, anak mengalami perkembangan psikis menjadi

lebih mandiri, autonom, dapat berinteraksi dengan lingkungannya, serta

lebih mengekspresikan emosinya. Bentuk luapan emosi yang biasa terjadi

adalah menangis atau menjerit saat anak tidak merasa nyaman. Sifat

perkembangan yang terbentuk ini dapat mempengaruhi pola makan anak.

Hal tersebut menyebabkan anak terkadang bersikap terlalu pemilih,

misalnya cenderung menyukai makanan ringan sehingga menjadi kenyang

dan menolak makan saat waktu jam makan. Anak juga sering rewel dan

memilih bermain saat orang tua menyuapi makanan. Anak akan

mengalami kesulitan makan jika tidak segera diatasi (Soetjiningsih, 2014).

Prevalensi masalah kesulitan makan menurut Word Health

Oraganization (WHO) mengatakan 6 jenis kesulitan makan pada anak

yaitu hanya mau makan makanan cair atau lumat (27,3%), kesulitan

1
menghisap, mengunyah atau menelan (24,1%), kebiasaan makan yang

buruk (23,4%), tidak menyukai variasi banyak makanan (11,1%),

keterlambatan makan sendiri (8,0%), mealing time tantrum (6,1%)

(WHO, 2017). Menurut sensus yang dilakukan WHO pada tahun 2018

diketahui bahwa 42% dari 15,7 juta kematian anak dibawah umur 5 tahun,

akibat perilaku sulit makan yang terjadi dinegara berkembang. Pada

tahun 2019, prevalensi keseulitan makan pada anak di beberapa negara

cukup tinggi. Di Belanda sebesar 46% pada anak-anak berusia 3 sampai 6

tahun, China menunjukkan bahwa prevalensi keslitan makan pada anak

usia prasekolah yaitu sebesar 54%. Sedangkan pada tahun 2020

Permasalahan pada anak yang mengalami kesulitan makan sebanyak 25%

dan jumlahnya akan meningkat sekitar 40% hingga 70% kemudian data

anak dengan keterlambatan perkembangan meningkat yaitu mencapai 80%

(WHO, 2020). Hal tersebut menunjukan bahwa Permasalahan perilaku

sulit makan pada anak mengalami penurnan dan peningkatan tiap

tahunnya.

Di Indonesia pada tahun 2013, prevalensi kesulitan makan dari

jumlah total balita di Indonesia berdasarkan Penilaian Status Gizi (PSG)

yang tercatat 1.921.998 jiwa, didapatkan presentasi kesulitan makan

pada anak usia 1 sampai 5 tahun yaitu sebesar (58%), dengan jenis

kelamin terbanyak laki-laki (38%) dan perempuan (20%). Sedangkan

prevalensi anak dengan kesulitan makan pada tahun 2018 terjadi

penurunan, berdasarkan Penilaian Status Gizi (PSG) yaitu paling banyak

2
dialami oleh anak usia 1-5 tahun (48.6%), diikuti anak usia 5-12 tahun

(33%), usia 0-1 tahun (12.8%), dan paling rendah pada anak usia 12-18

tahun (5.5%). Kesulitan makan pada anak dapat menyebabkan gizi

kurang. Di provinsi Maluku berdasarkan data Riskesdas (2013)

prevalensi balita dengan gizi kurang yaitu sebesar 12,1% sedangkan pada

tahun 2018 prevalensi gizi kurang pada balita terjadi penurunan yaitu

sebesar 8% (Riskesdas 2018). Hal tersebut menunjukan bahwa

Permasalahan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah (1-5 tahun)

di Indonesia dari tahun 2013-2018 mengalami penurunan.

Adapun dampak yang ditimbulkan pada balita yang mengalami

kesulitan makan yaitu anak mengalami gangguan gizi, menurunnya daya

intelegensi dan menurunnya daya ketahanan pada anak. Pada balita

mempunyai peluang besar untuk menderita kurang gizi (underweight)

karena makanan dikonsumsi dalam jumlah sedikit sehingga tidak

memenuhi kebutuhan nutrisinya (Komsan, 2013). Akibat buruk pada

pertumbuhan fisik terlihat dari berat badan dan tinggi badan yang kurang

normal, serta pada perkembangan yaitu perkembangan motorik dan

sensorik menjadi terganggu (Judarwanto, 2014). Beberapa anak-anak

dengan penolakan makan dan memilih-milih makanan memiliki berat

badan yang kurang, yang terpenting ialah persepsi orang tua tentang berat

badan anak dan kebiasaan makan anak yang dapat mempengaruhi

perkembangan dan gaya hidup masa depan anak (Daniel et al., 2017).

3
Secara umum penyebab kesulitan makan adalah dari faktor organik

(fisik), psikologis, gizi, penyakit, obat-obatan, lingkungan, dan pola asuh

orang tua, serta pola pemberian makan (Walkingshaw, 2017). Pola asuh

orang tua sangat penting dalam tumbuh kembang anak dalam psikologis

anak, kemampuan bersoasialisasi anak, kemandirian anak, serta perilaku

sulit makan pada anak. Selain itu sikap orang tua terhadap anak dapat

membentuk karakter anak menjadi sulit makan karena akibat dari pola

asuh orang tua yang salah (Shochib, 2010) dikutip dalam Nofitasari,

(2015). Pola pemberian makan juga merupakan perilaku paling penting

yang dapat disebabkan karena kualitas dan kuantitas makanan serta

minuman yang dikomsumsi akan mempengharui tingkat kesadaran

individu.

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan kesulitan makan pada anak. Pola asuh orang tua sendiri

dibagi 3 macam pola asuh orang tua yaitu pola asuh otoriter, demokratis,

dan pola asuh permisif, dan setiap orang tua menerapkan pola asuh yang

berbeda (Shochib, 2010). Permasalahan komunikasi yang tidak terjalin

dengan baik saat proses makan juga dapat memicu terbentuknya perilaku

kesulitan makan pada anak. Perilaku makan yang baik akan terbentuk

berdasarkan pemberian makan dan contoh yang diberikan orang tua

terhadap anaknya. Salah satu hal yang menunjang praktik pemberian

makan pada anak adalah cara penyajian dan komunikasi yang terjadi saat

makan antara anak dengan orang tua. Menurut Baumrind (1978 dalam

4
Astuti, 2014) dalam ranah pemberian makanan pola asuh dibedakan

menjadi 3, yaitu pola asuh tipe demokratis dimana menu makanan

ditentukan oleh orangtua akan tetapi orangtua tetap memberikan

kesempatan kepada anak memilih makanan. Pola asuh tipe otoriter,

penentuan menu yang akan disajikan dan waktu makan ditentukan oleh

orangtua. Tipe pola asuh permisif, pemilihan makanan tergantung pada

selera dan keinginan anak, orangtua sama sekali tidak menentukan menu

makanan pada anak dan membiarkan anak memilih menu makanannya

sendiri tanpa ada batasan.

Dalam hal ini orang tua harus berperan agar tidak terjadi kesulitan

makan pada anak misalnya dengan menyediakan makanan yang menarik

agar anak tidak bosan dengan makanan yang diberikan, membatasi

konsumsi snack dan cemilan yang akan membuat anak kenyang sebelum

waktu makan makanan utama, dan memberikan jenis makanan yang

bergizi pada anak sesuai kebutuhan gizi balita. Berusaha agar anak mau

makan dengan cara menyuapi dan mengajarkan anak untuk makan jenis

makanan baru, agar tidak cepat bosan pada satu jenis makanan, jenis

makanan yang dikonsumsi anak harus lebih diperhatikan orang tua serta

pemberian pola makan pada anak juga harus sesuai dengan jam-jam

makan pada anak, untuk mencegah terjadinya gangguan faktor gizi pada

anak (Idris, 2015).

5
Berdasarkan hasil penelitian dari studi penelitian Nafratilawati et al,

(2014) tentang hubungan pola asuh orang tua terhadap perilaku sulit

makan pada anak prasekolah dari 60 anak prasekolah di TK Leyangan,

Kec. Unggaran Timur, dapat diketahui bahwa anak yang mendapatkan

pola asuh permisif mengalami kesulitan makan sejumlah 62,5% karena

biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar dengan p value

0,03. Didukung hasil penelitian Salendah, dkk (2018) tentang hubungan

pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada anak usia 6-12 tahun di

Wilayah Kerja Puskesmas Bengkol Lingkungan I Kelurahan Pandu Kota

Manado menggunakan metode Spearman Rho dengan jumlah responden

83 menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pola asuh orang tua

terhadap perilaku sulit makan anak dengan hasil nilai korelasi 0,594.

Pola pemberian makan juga menjadi faktor yang menyebabkan

anak sulit makan. Pola pemberian makan yang tidak sesuai dengan

keinginan anak dapat menyebabkan anak menjadi sulit makan, sedangkan

pada balita terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang

membutuhkan kecukupan nutrisi. Nutrisi yang dikonsumsi pada usia

balita mengalami banyak perubahan mulai dari perubahan bentuk

makanan mulai dari ASI, makanan bertekstur halus dan sampai akhirnya

makanan bertekstur padat sebagai asupan utama (Liza dalam Nurjannah,

2013). Anak prasekolah akan mengalami penurunan nafsu makan jika

terlalu sering mengkonsumsi makan camilan seperti konsumsi jus buah

atau minuman ringan terlalu tinggi, konsumsi camilan kue, biskuit, kripik,

6
kudapan manis dan permen dapat mengurangi nafsu makan.

Menurut Suryansyah (2014), pada umumnya kepada anak usia

prasekolah telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang berupa tiga

kali makan dan diantaranya dua kali makanan selingan. Pola makan baik

jika balita di beri makan 3 kali dalam sehari dengan pola jam 8, jam 12,

dan jam 8 malam, dan 2 kali selingan pada pola makan utama,

sedangkan pola makan kurang baik bila anak makan kurang dari 3 kali

dalam sehari. Pemberian makanan pada anak usia prasekolah adalah

segala upaya dan cara ibu untuk memberikan makanan pada anak usia

prasekolah dengan tujuan supaya kebutuhan makan anak terpenuhi.

Tahap pemberian makanan dimulai dari tahap penyusunan menu,

pengolahan, penyajian dan cara pemberiannya kepada anak usia

prasekolah agar kebutuhan nutrisi anak terpenuhi (Rahmawati, 2016).

Variasi makanan juga perlu diperhatikan dengan cara susunan menu yang

dihidangkan secara menarik dengan memperlihatkan rasa, warna, bentuk,

kekerasan dan susunan makanan yang dibuat (Widodo, 2015).

Variasi makanan anak akan cenderung lebih tertarik dengan

hidangan yang disediakan baik dari segi bentuk, warna, aroma, tekstur

dan rasa sehingga diharapkan dapat mengatasi sulit makan pada anak.

Variasi makanan perlu diperhatikan untuk meningkatkan daya nafsu

makan pada anak untuk menumbuhkan rasa ingin tahu anak contohnya

penyajian makanan dengan bentuk lucu contohnya seperti nasi tim yang

dibentuk wajah badut (Saputri, 2015). Pemberian jenis, jumlah makanan,

7
jadwal dan cara pemberian makan (tidak lebih dari 30 mnt), tidak

diberikan camilan pada saat makan, bermacam-macam menu, rasa yang

bervariasi, penggunaan suplemen, makanan cair pada konsisi khusus,

menghindari obat penambah nafsu makan dan menciptakan lingkungan

yang nyaman (Ediana Kurniawati, SKM , 2018)

Berdasarkan hasil penelitian Waladow (2019), yang menggunakan

metode Cross Sectional, menjelaskan bahwa terdapat korelasi yang

terjadi pada pola pemberian makanan dengan perilaku sulit makan yang

dialami oleh anak dibawah rentang umur 3-5 tahun yang ada pada

kawasan kerja Puskesmas Tompaso, terkait perilaku pemberian pola

makan buruk yang menimbulkan potensi perilaku sulit makan pada anak.

Didukung peneletian Sari and Ratnawati (2018), menujukkan bahwa ada

hubungan yang sginifikan antara pola pemberian makan dengan perilaku

sulit makan pada anak nilai p = 0,002. Pola pemberian makan yang

dilakukan oleh keluarga sebagian besar penyusunan menunya tidak

bervariasi (64,6%), pengolahan makan dilakukan dengan tidak benar

(66,7%), penyajian makanan tidak menarik (62,5%), waktu pemberian

makanan dilakukan secara tidak teratur (60,4%), pada saat makan

sebagian besar balita tidak didampingi dan diawasi (77,1%) dan balita

diberikan makanan selingan sebelum makan (64,6%).

Berdasarakan data dan fenomena yang telah diuraikan maka

penulis tertarik untuk melakukan studi literatur tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah.

8
B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian literature ini adalah apa saja

Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Pola Pemberian Makan Dengan

Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah?

C. Tujuan penelitian

1. Hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sulit

makan pada anak usia prasekolah.

2. Hubungan antara pola pemberian makan dengan perilaku sulit

makan anak.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi untuk

pengembangan keilmuan bidang keperawatan dalam penanganan

anak dengan kesulitan makan

2. Manfaat praktis

a. Bagi perawat

Menambah wawasan, pengetahuan, dan pemahaman bagi

perawat mengenai hubungan pola asuh orang tua dan pola

pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak

usia prasekolah

b. Bagi orang tua

Hasil penelitian tentang Hubungan pola asuh orang tua dan

pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada

9
anak usia prasekolah ini diharapkan dapat digunakan untuk

mengurangi tingkat kesulitan makan pada anak

c. Bagi program studi keperawatan

Data dan hasil yang diperoleh dapat dijadikan tambahan

bahan referensi di perpustakaan UKIM dan untuk

memenuhi wawasan mahasiswa Program Study

Keperawatan tentang hubungan pola asuh orang tua dan

pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada

anak usia prasekolah.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan acuan untuk melakukan

penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hubungan

pola asuh orang tua dan pola pemberian makan dengan

perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah.

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kesulitan Makan Pada Anak Usia

Prasekolah

1. Definisi

Menurut Judarwanto (2016), kesulitan makan adalah jika anak

tidak mau atau menolak untuk makan, atau mengalami kesulitan

mengkonsumsi makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah

sesuai usia secara fisiologis (alamiah dan wajar), yaitu mulai dari

membuka mulut tanpa paksaan, mengunyah, menelan hingga sampai

terserap dipercernaan secara baik tanpa paksaan dan tanpa pemberian

vitamin dan obat tertentu.

Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan dan

menolak makanan tertentu (Santos, et al. 2009). Gangguan kesulitan

makan pada anak sering kita jumpai pada masyarakat awam yang

belum memahami prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.

Masyarakat awam masih banyak yang belum memahami pentingnya

nutrisi pada anak (Hidayat, 2015).

Kesulitan makan adalah gangguan makan dengan gejala; makan

hanya sedikit, sulit untuk mencoba makanan baru, secara total

menghindari beberapa jenis makanan, dan memiliki makanan yang

sangat disukainya (Carruth, & Jean, et al.2018). Menurut pengertian-

11
pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesulitan makan adalah

gangguan makan sehingga melakukan penolakan makanan dan

hanya mengkonsumsi makanan yang disukai.

2. Gejala Kesulitan Makan

Menurut Carruth, & Jean, et al (2018) gejala kesulitan makan adalah :

a. Makan hanya sedikit

b. Sulit untuk mencoba makanan baru

c. Secara total menghindari beberapa jenis makanan

d. Memiliki makanan yang sangat disukainya.

Menurut Judarwanto (2016) menyatakan bahwa gejala kesulitan makan

pada balita diantaranya adalah:

a. Kesulitan menguyah, menghisap, menelan makanan atau

hanya bisa makan makanan lunak atau cair.

b. Memuntahkan atau menyembur-nyemburkan makanan yang

sudahmasuk di mulut anak.

c. Makan berlama-lama dan memainkan makanan.

d. Sama sekali tidak mau memasukkan makanan ke dalam

mulut ataumenutup mulut rapat.

e. Memuntahkan atau menumpahkan makanan dan menepis

suapan.

f. Tidak banyak menyukai variasi makanan.

g. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil.

12
Jenis kesulitan makan pada anak sangat beragam yaitu anak tidak

menyukai makanan yang bervariasi dan anak memilih-milih makanan

(Richman dalam wright, 2017). Selain itu klinik perkembangan anak

affilioned program for children Development di Universitas George Town

(Judarwanto, 2016) melaporkan jenis kesulitan makan pada anak sesuai

dengan jumlahnya adalah :

a. Hanya mau makan makanan cair atau lumat : 27,3%

b. Kesulitan menghirup, mengunyah dan menelan : 24,1%

c. Kebiasaan makan yang aneh dan ganjil : 23,3%

d. Tidak menyukai variasi banyak makanan : 11,1%

e. Keterlambatan makan sendiri : 8,0%

f. Mealing time : 6,1%

Keluhan yang biasa disampaikan antara lain adalah (Djoko Sunarjo):

a. Penerimaan makanan yang tidak/ kurang memuaskan

b. Makan tidak mau ditelan

c. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan

d. Penolakan atau melawan pada waktu makan

e. Kebiasaan makan makanan yang aneh

f. Hanya mau makan jenis tertentu saja

g. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan

h. Keterlambatan dalam tingkat keterampilan makan.

Sulit makan juga dapat ditandai dengan kurangnya nafsu makan

13
dan kurangnya ketertarikan terhadap makanan sehingga hanya

makan dalam jumlah sedikit dan makan berlama-lama (wardle, et al.

(2019).

3. Penyebab Kesulitan Makan

Menurut Widodo Judarwanto (2016) penyebab umum kesulitan

makan pada anak dibedakan dalam 3 faktor, diantaranya adalah :

a. Hilang nafsu makan

Pengaruh hilang atau berkurangnya nafsu makan

tampaknya merupakan penyebab utama masalah kesulitan

makan pada anak. Pengaruh nafsu makan ini bisa mulai dari

yang ringan (berkurang nafsu makan) hingga berat (tidak ada

nafsu makan).

Berkurang atau hilangnya nafsu makan ini sering

diakibatkan karena gangguan fungsi saluran cerna. Gangguan

fungsi pencernaan tersebut kadang tampak ringan seperti tidak

ada gangguan. Tanda dan gejala yang menunjukkan adanya

gangguan tersebut adalah perut kembung, sering “cegukan”,

sering buang angin,Sulit buang air besar (bila buang air

besar ”ngeden”, tidak setiap hari buang air besar, atau

sebaliknya buang air besar sering (>2 kali/perhari).Gangguan

tidur malam : malam rewel, kolik, tiba-tiba mengigau atau

menjerit, tidur bolak balik dari ujung ke ujung lain tempat tidur.

Tanda dan gejala tersebut di atas sering dianggap biasa

14
karena sering terjadi pada banyak anak. Padahal bila di amati

secara cermat tanda dan gejala tersebut merupakan manifestasi

adanya gangguan pencernaan, yang sangat mungkin berkaitan

dengan kesulitan makan pada anak.

b. Gangguan proses makan di mulut

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan

dimulut, mengunyah dan menelan. Ketrampilan dan

kemampuan koordinasi pergerakan motorik kasar di sekitar

mulut sangat berperanan dalam proses makan tersebut.

Pergerakan morik tersebut berupa koordinasi gerakan menggigit,

mengunyah dan menelan dilakukan oleh otot di rahang atas dan

bawah, bibir, lidah dan banyak otot lainnya di sekitar mulut.

Gangguan proses makan di mulut tersebut seringkali berupa

gangguan mengunyah makanan.Gangguan koordinasi motorik

mulut juga seringkali mengakibatkan kejadian tergigit sendiri

bagian bibiratau lidah secara tidak sengaja.

c. Pengaruh psikologis

Gangguan pskologis bisa dianggap sebagai penyebab bila

kesulitan makan itu waktunya bersamaan dengan masalah

psikologis yang dihadapi. Bila faktor psikologis tersebut

membaik maka gangguan kesulitan makanpun akan membaik.

Untuk memastikannya kadang sulit, karena dibutuhkan

pengamatan yang cermat dari dekat dan dalam jangka waktu

15
yang cukup lama. Karenanya hal tersebut hanya mungkin

dilakukan oleh orang tua bekerjasama dengan psikater atau

psikolog. Pakar psikologis menyebutkan sebab meliputi

gangguan sikap negatifisme, menarik perhatian, ketidak

bahagian atau perasaan lain pada anak, kebiasaan rewel pada

anak digunakan sebagai upaya untuk mendapatkan yang sangat

diinginkannya, sedang tertarik permainan atau benda lainya,

meniru pola makan orang tua atau saudaranya reaksi anak yang

manja.

Suatu masalah pasti dipengaruhi oleh beberapa hal. Termasuk

juga kesulitan makan pada balita juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor. Ada beberapa faktor yang menyebabkan masalah kesulitan

makan yaitu faktor organik, faktor nutrisi dan faktor psikologi

(Zaviera, 2018).

a. Faktor organik

Proses makan terjadi mulai dari memasukkan makan di

mulut, mengunyah, dan menelan. Kemampuan koordinasi

pergerakan motorik kasar di sekitar mulut sangat berperan

dalam proses makan tersebut. Pergerakan motorik tersebut

berupa koordinasi gerakan menggigit, mengunyah, dan

menelan yang dilakukan oleh otot lainnya di sekitar mulut.

Gangguan saluran pencernaan tampaknya merupakan faktor

penyebab terpenting dalam gangguan proses makan di

16
mulut. Jika terdapat gangguan saluran cerna maka hal itu

akan mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat, sehingga

terjadi gangguan fungsi susunan saraf pusat. Gangguan bisa

berupa berupa saat anak mengalami sariawan, sakit

tenggorokan atau adanya penyakit di organ pencernaan.

b. Faktor nutrisi

Balita merupakan golongan konsumen semipasif atau

semiaktif sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi masih

bergantung pada orang lain, khususnya ibu atau

pengasuhnya. Perlu diketahui saat ini terjadi perubahan pola

makan dari makanan bayi ke dewasa. Pengetahuan ibu

dalam kemampuan menentukan jenis dan jumlahmakanan

yang diberikan kepada anak harus sesuai perkembangan

usianya. Ketepatan jenis dan jumlah makanan sangat

menentukan pemenuhan gizi pada balita.

c. Faktor psikologis

Seringkali terjadi kelainan psikologi disebabkan

kekeliruan pengelolaan orang tua dalam hal mengatur makan

anaknya. Ada orang tua yang bersikap terlalu melindungi

dan ada orang tua yang terlalu memaksakan anaknya makan

terlalu banyak melebihi keperluan anak. Keadaan saat anak

jauh dari ibunya dan perasaan takut berlebihan pada

makanan juga dapat menyebabkan anak tidak mau makan.

17
Sikap suka memaksakan makanan menyebabkan bayi atau

anak merasakan proses makan sebagai saat yang tidak

menyenangkan, hal ini berakibat menimbulkan sikap anti

terhadap makanan. Sikap yang terlalu obsesif dan

overprotektif akan berakibat negatif pada anak (Santos, et al.

2019).

Sikap memaksa dalam pemberian makan akan membuat emosi

anak meningkat, sehingga menurunkan produksi cairan lambung

yang dapat mengakibatkan fungsi cerna terhambat (podjiadi, 2012).

Menurut Haryanto (2012) penyebab anak susah makan dilihat

dari segi psikologis, adalah :

a. Cemas

Rasa cemas ini paling sering dialami anak batita. Contoh,

cemas berpisah dari orangtua karena berpikir akan terjadi

sesuatu yang buruk menimpa orangtuanya; cemas berada

di lingkungan baru, semisal ketika mulai bersekolah, dan

sebagainya. Kecemasan yang timbul sering kali disertai

gejala-gejala fisiologis maupun perilaku seperti gelisah,

berkeringat dingin, berdebar-debar, sulit konsentrasi,

susah tidur, dan sebagainya. Kondisi-kondisi ini

berpengaruh pada pola makan anak, termasuk membuat

anak jadi susah makan.

18
b. Depresi

Anak yang depresi bisa mengalami dua masalah makan,

yaitu makan berlebihan/tidak terkendali sehingga

membuatnya obesitas atau ia menjadi sulit makan. Depresi

banyak dialami anak usia sekolah. Penyebabnya

bermacam-macam. Ada yang karena menjadi korban

bully seperti diejek, digoda, mendapatkan kekerasan, dan

sebagainya.

c. Pola relasi yang tak bagus dengan orang tua.

Ketika anak makan dan rewel, lalu direspons orangtua

dengan tidak sabar dan memaksa anak, maka peristiwa

makan menjadi hal yang tidak menyenangkan. Akibatnya,

anak pun jadi susah makan. Dalam hal pola asuh, orangtua

tidak mengajari anak untuk mengonsumsi makanan yang

bervariasi alias hanya menyediakan makanan yang itu-itu

saja. Ini membuat anak tidak belajar mengenal rasa dan

jenis makanan yang beragam. Akibatnya, anak menjadi

pilah-pilih makanan dan makan yang itu-itu saja. Ujung-

ujungnya, anak pun akan susah makan.

Selain itu faktor psikologis yang dapat mengganggu anak susah

makan, seperti kondisi rumah tangga yang bermasalah, suasana

makan yang kurang menyenangkan, tidak pernah makan bersama

orangtua, maupun anak dipaksa memakan makanan yang tidak

19
disukai.

4. Dampak Kesulitan Makan

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit

yang akut biasanya tidak menunjukan dampak yang berarti pada

kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang

berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan

tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan

jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai

makanan tertentu misalnya buah dan sayur akan terjadi defisiensi

vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi

defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi

kekurangan energi protein (KEP).

5. Penanganan Kesulitan Makan Pada Anak

Beberapa langkah yang dilakukan pada penatalaksanaan

kesulitan makan pada anak yang harus dilakukan adalah :

a. Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan dan

caripenyebab kesulitan makanan pada anak.

b. Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi.

c. Pemberian pengobatan terhadap penyebab.

d. Bila penyebabnya gangguan saluran cerna (seperti alergi,

intoleransi atau coeliac), hindari makanan yang menjadi

penyebab gangguan.

20
B. Tinjuan Teori Tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Pra Sekolah

1. Pola Asuh Orang Tua

a. Defenisi pola asuh orang tua

Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja,

sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau

merawat dan mendidik anak, sedangkan orangtua memiliki

arti ayah dan ibu, jadi dapat disimpulkan pola asuh orangtua

memiliki arti cara atau sistem ayah dan ibu dalam merawat

atau mendidik anak. Pola asuh merupakan pola interaksi

antara orang tua dan anak, lebih jelasnya, yaitu bagaimana

sikap atau prilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,

termasuk caranya menerapkan aturan, mengajarkan

nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang

(Martina Nafratilawati, 2014). Pola pengasuhan adalah

asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap,

dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, merawat,

memberi kasih sayang,dan sebagainya (Bety, 2015). Peranan

ibu dalam pola pengasuhan anak juga meliputi pemenuhan

kebutuhan dasar anak seperti memberi makan, mandi,

menyediakan dan memakaikan pakaian buat anak.

21
b. Macam-macam pola asuh orang tua

1) Pola asuh otoriter (parent centered)

Pola asuh ini memiliki ciri orangtua sebagai pusat dalam

interaksi ini. Pola ini menggunakan pendekatan yang

memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak

harus menuruti semua perkataan orang tua tanpa diberi

kesempatan untuk mengungkapkan pendapat. Orang tua

bertindak keras, memaksa, dan semena-mena terhadap

anak serta orangtua yang menentukan dan mengontrol

porsi, waktu, dan menu makan. Orangtua akan selalu

memaksakan anak untuk selalu mengkonsumsi makanan

yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

anak dan biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman,

misalnya kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak

bicara (Chakra, 2013).

Pola makan anak pada tipe pola asuh ini akan cenderung

merasa tidak nyaman karena adanya tekanan-tekanan

yang dirasakan oleh anak, sehingga anak tidak memiliki

kemandirian dalam memilih makanan (Dewi, 2008

dalam Martina, 2014). Pola asuh otoriter ini juga bersifat

kekerasan. Pola asuh ini dapat mengakibatkan anak

menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan,

22
kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga

kepada orang lain dan mudah stress.

2) Pola asuh permisif (children centered)

Pola asuh ini memiliki ciri anak sebagai pusat dalam

interaksi ini, yakni pola asuh yang cenderung

memberikan kebebasan ditangan anak tanpa kontrol

sama sekali. Orang tua memiliki kehangatan dan

menerima apa adanya. Kehangatan cenderung

memanjakan, ingin dituruti keinginannya sedangkan

menerima apa adanya cenderung memberikan kebebasan

kepada anak untuk berbuat apa saja. Pola asuh ini

menyebabkan pola makan yang tidak teratur, makan apa

saja yang disuka tanpa ada batasan dan kurang terkontrol

dalam memilih makanan.Tidak ada paksaan makan

terhadap anak meskipun anak tergolong gizi kurang.

Orangtua sering kecewa karena anak lebih suka

makanan yang disukai dari pada makanan yang lebih

bergizi. Jika ibu sudah merasa bosan dengan kesulitan

makan anak, maka orangtua akan bersikap acuh tak acuh

dalam mengurus makanan yang harus diberikan untuk

anak dalam memenuhi kebutuhan gizi anak (Chakra,

2013). Pola asuh ini membentuk pribadi yang manja,

agresif, tidak patuh pada orang tua, serta anak

23
menggunakan kebebasannya tanpa rasa tanggung jawab

dan kurang disiplin dalam aturan- aturan sosial yang ada

(Pramawaty & Hartati, 2012).

3) Pola asuh demokratis (authoritative)

Pola asuh demokratis ini adalah pola asuh dimana

kedudukan orangtua dan anak adalah sama. Orangtua dan

anak mempunyai kebebasan yang sama dalam

mengutarakan pendapat masing-masing. Setiap

keputusan yang diambil akan berdasarkan kesepakatan

bersama. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan

anak dan mencukupiya dengan pertimbangan faktor

kepentingan dan kebutuhan. Orangtua akan selalu berada

dekat dengan anaknya, mereka selalu merespon tangisan

anak mereka dengan memberinya makan. Perilaku ibu

ini akan berpengaruh dalam pemilihan dan penyiapan

makanan dan keamanannya, yang akan mempengaruhi

fungsi endokrin dan fungsi fisiologis lainnya. Pola asuh

demokratis mempunyai prinsip mendorong anak untuk

mandiri dalam memilih makanan, tapi orang tua tetap

menetapkan batas dan kontrol Pola asuh ini akan

mendorong anak untuk belajar bertanggungjawab dengan

apa yang dikatakannya namun kebebasan yang diberikan

pada anak tetap dalam pengawasan orangtua, sehingga

24
orangtua masih dengan mudah mengontrol apa yang

dilakukan anak sesuai dengan tingkat-tingkat

perkembangan usia anak. Pola asuh ini dapat

mengakibatkan anak mandiri, mempunyai kontrol diri,

mempunyai kepercayaan diri yang kuat, dapat

berinteraksi dengan teman sebayanya dengan baik,

mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap

hal-hal yang baru, kooperatif dengan orang dewasa,

penurut, patuh dan berorientasi pada prestasi (Chakra,

2013)..

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang

tua.

1) Jenis pola asuh yang diterima oleh orangtua sebelumnya

Tidak sedikit orangtua yang menerapkan pola asuh yang

sama pada anaknya seperti yang mereka terima dari

orangtua mereka sebelumnya tanpa melihat

perkembangan zaman yang juga memiliki peran dalam

pembentukan perilaku anak. Sangat disayangkan jika

pola asuh yang mereka terima sebelumnya termasuk

kedalam pola asuh yang kurang benar, maka mereka akan

menerapkannya pada anak-anak mereka dan jika kita

melihat perkembangan zaman sekarang yang begitu

pesat, jika pola asuh tersebut tidak dikendalikan dengan

25
tepat, maka akan menghasilkan perilaku anak yang tidak

diinginkan (Bety,2015).

2) Usia orangtua

Usia dapat menentukan tingkat kedewasaan orangtua

berdasarkan pengalaman hidup yang telah dilaluinya.

Akibat usia yang masih terlalu muda, anak cenderung

mendapatkan pengawasan yang lebih longgar karena

sifat toleransi orangtua (Permatasari, 2015).

3) Status sosial ekonomi orangtua

Terpenuhinya kebutuhan pokok sebuah keluarga dapat

menentukan perilaku keluarga tersebut. Terdapat

keterkaitan antara pola asuh orangtua dengan status

sosial ekonomi keluarga (Permatasari, 2015).

4) Dominasi orangtua

Ibu adalah seseorang yang mengandung dan melahirkan

anak, tidak heran jika ibu memiliki ikatan yang sangat

kuat dengan anaknya. Ikatan batin yang dimiliki ibu ini

akan membentuk pola asuh yang lebih lembut

dibandingkan pola asuh ayah (Khairani, 2011). Hal

serupa juga dinyatakan dalam penelitian Teviana &

Yusiana (2012) bahwa orangtua perempuan cenderung

menerapkan pola asuh autoratif, sedangkan orangtua

laki-laki cenderung menerapkan pola asuh otoriter

26
5) Jenis kelamin dan kondisi anak

Anak perempuan berbeda dengan anak laki-laki. Anak

perempuan cenderung memiliki perasaan yang lebih

lembut, karena memilih bermain boneka, sedangkan

anak laki-laki lebih memilih bermain dengan berlarian.

Terutama dalam hal bergaul. Anak perempuan lebih

rentan untuk terjerumus kedalam pergaulan yang

membahayakan masa depannya (Khairani, 2011).

2. Pola pemberian makan

a. Pengertian

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan

gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan makanan yang

dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas

untuk suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola makan dapat

diartikan suatu kebiasaan menetap dalam hubungan dengan

konsumsi makan yaitu berdasarkan jenis bahan makanan :

makanan pokok, sumber protein, sayur, buah, dan

berdasarkan frekuensi: harian, mingguan, pernah, dan tidak

pernah sama sekali. Dalam hal pemilihan makanan dan waktu

makan manusia dipengaruhi oleh usia, selera pribadi,

kebiasaan, budaya dan sosial ekonomi (Almatsier, 2012).

27
Nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan

mencegah penyakit. Selain karena faktor kekurangan nutrisi,

akhir-akhir ini juga muncul penyakit akibat salah pola makan

seperti kelebihan makan atau makan makanan yang kurang

seimbang. Bahkan, kematian akibat penyakit yang timbul

karena pola makan yang salah / tidak sehat belakanan ini

cenderung meningkat.

Pemberian makanan hendaknya disesuaikan dengan

perkembangan balita, makanan hendaknya dipilih dengan

baik yaitu mudah dicerna, diabsorpsi dan dimetabolisme.

Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta

perkembangan fisik dan mental balita, oleh karena itu

makanan yang diberikan harus memenuhi kebutuhan gizi

balita. Balita dalam proses pertumbuhan dan

perkembangannya ditentukan oleh makanan yang dimakan

sehari-hari, untuk tumbuh optimal membutuhkan asupan

makanan yang baik yaitu beragam, jumlah yang cukup,

bergizi dan seimbang (Depkes RI,2012).

b. Metode Pengukuran Pola Makan

1) Metode Frekuensi Makanan (Food Frequency)

Metode frekuensi makanan adalah untuk memperoleh

data tentang frekuensi konsumsi sejumlah bahan

makanan atau makanan jadi selama periode tertentu

28
seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Kuesioner

frekuensi makanan memuat tentang daftar makanan

dan frekuensi penggunaan makanan tersebut pada

periode tertentu. Bahan makanan yang ada dalam

daftar kuesioner tersebut adalah yang dikonsumsi

dalam frekuensi yang cukup sering oleh responden.

pengolahan FFQ, di olah berdasarkan skor frekwensi

setiap jenis bahan, makanan, kemudian dihitung total

skor FFQ setiap sampel. Selanjutnya skor FFQ setiap

sampel di jumlah dan di hitung skor rata rata.

2) Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip dari metode recall 24 jam, dilakukan dengan

mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang

dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal

penting yang perlu diketahui adalah bahwa dengan

recall 24 jam data yang diperoleh cenderung bersifat

kualitatif. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data

kuantitatif, maka jumlah konsumsi makanan individu

ditanyakan secara teliti dengan menggunakan alat

URT (sendok, gelas, piring dan lain-lain). Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall

24 jam tanpa berturut turut, dapat menghasilkan

gambaran asupan zat gizi lebih optimal dan

29
memberikan variasi yang lebih besar tentang intake

harian individu. Pola makan mencangkup jenis

(makanan pokok,lauk pauk,serta sayuran dan buah-

buahan) dan frekuensi bahan makanan yang di

konsumsi di kategorikan menjadi baik bila responden

mengkonsumsi > 3 jenis bahan maknaan dengan

frekuensi > dari 3 kali sehari dan kurang bila

responden mengkonsumsi < dari 3 jenis makanan

dalam frekuensi < dari 3 kali dalam sehari. (Asrar,

dkk. 2019)

c. Fungsi pola pemberian makan

Pemberian makanan pada anak bertujuan untuk mencapai

tumbuh kembang anak secara optimal. Pemberian makanan

yang baik dan benar dapat menghasilkan gizi yang baik

sehingga meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan

seluruh potensi genetik yang ada secara optimal.

Menurut Judarwanto (2004:96) pemberian makanan pada

anak mempunyai 3 fungsi, yaitu: Fungsi fisiologis yaitu

memberikan nutrisi sesuai kebutuhan agar tercapai tumbuh

kembang yang optimal.

1) Fungsi psikologis, penting dalam pengembangan

hubungan emosional ibu dan anak sejak awal.

2) Fungsi sosial/edukasi yaitu melatih anak mengenal

30
makanan, keterampilan makan dan bersosialisasi

dengan lingkungannya.

d. Cara pemberian makan untuk anak

Anak balita sudah dapat makan seperti anggota

keluarga lainnya dengan frekuensi yang sama yaitu pagi,

siang dan malam serta 2 kali makan selingan yaitu menjelang

siang dan pada sore hari. Meski demikian cara pemberiannya

dengan porsi kecil, teratur dan jangan dipaksa karena dapat

menyebabkan anak menolak makanan.

Waktu makan dapat dijadikan sebagai kesempatan

untuk belajar bagi anak balita, seperti menanamkan kebiasaan

makan yang baik, belajar keterampilan makan dan belajar

mengenai makanan. Orang tua dapat membuat waktu makan

sebagai proses pembelajaran kebiasaan makan yang baik

seperti makan teratur pada jam yang sama setiap harinya,

makan di ruang makan sambil duduk bukan digendongan

atau sambil jalan-jalan. Makan bersama keluarga dapat

memberikan kesempatan bagi balita untuk mengobservasi

anggota keluarga yang lain dalam makan.

Anak dapat belajar cara menggunakan peralatan

makan dan cara memakan makanan tertentu. Anak usia ini

mulai mengetahui cara makan sendiri meskipun masih

mengalami kesulitan untuk mengambil atau menyendok

31
makanan dengan demikian anak dilatih untuk dapat

mengeksplorasi keterampilan makan tanpa bantuan untuk

menumbuhkan keterampilan makan anak secara mandiri anak

jangan dibiasakan untuk selalu disuapi oleh orang tua atau

pengasuhnya. Acara makan bersama juga dapat mengajarkan

balita mengenai makanan. Secara umum anak lebih suka

memakan makanan yang dimakan orang tuanya. Seiring

bertambahnya usia anak balita mulai tertarik dengan makanan

yang dimakan oleh teman-temannya. Dengan demikian,

orang tua sangat berperan dalam memberikan model atau

contoh bagi anak dengan memilih makanan yang sehat dan

bergizi (Sulistyoningsih, 2011).

32
C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pola asuh orang tua


Perilaku sulit
makan pada
anak usia
Pola pemberian
prasekolah
makan

gambar 2. 2 Konsep Penelitian

Keterangan :

: Variabel Independent

:Variabel Dependent

: Hubungan

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode

systematic review yakni sebuah sintesis dan study literature yang

bersifat sistematik, jelas, menyeluruh, dan mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi melalui data-data yang sudah ada dengan

metode pencairan yang eksplisit dan melibatkan proses telaah kritis

dalam pemilihan study. Tijuan dari metode ini adalah untuk membantu

peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi

subjek topic yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari

penelitian tersebut sehingga dapat menajadi acuan pada peneliti baru

(Sastroasmoro & Ismael, 2018)..

B. Tahapan Systematik Review

1. Identifikasi pernyataan penelitian

Berdasarkan judul diatas, maka peneliti dapat menetapkan PICO

sebagai berikut :

A. P (populasi) : Artikel peneitian nasional tentang

hubungan pola asuh orang tua dan pola

pemberian makan dengan perilaku sulit

makan pada anak usia prasekolah

34
B. I (intervensi) : Tidak ada intervensi

C. C (comperator) : Tidak ada pembanding

D. O (outcome) : Perilaku sulit makan pada anak usia

praskolah

Pertanyaan peneliti berdasarkan PICO adalah apa saja hubungan

pola asuh orang tua dan pola pemberian makan dengan perilaku

sulit makan pada anak usia prasekolah

2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapkan secara

matang, yang mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi,

prosedur, kritera, untuk menilai kualitas (kriteria inklusi dan

eksklusi), skala penelitian yang akan dilakukan. Untuk menyusun

protocol review kita menggunkan metode PRISMA (preverred

reporting item for systematic review and meta analyses).

A. Pencarian data

Mengacu pada sumber database, seperti google scholer,yang

sifatnya resmi, yang disesuaikan dengan judul penelitian

abstrak dan kata kunci yang digunakan untuk mencari artikel

B. Screening data

Screening adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel

penelitian) yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian

yang sesuai dengan topic atau judul, abstark dan kata kunci

yang diteliti. Pada peneltian ini kata kunci yang digunakan

35
adalah hubungan pola asuh orang tua dan pola pemberian

makan dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah,

pola asuh orang tua, pola pemberian makan.

C. Penilaian kualitas (kelayakan data)

Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) dengan text lengkap (full text)dengan memenuhi

kriteria yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi)

D. Hasil pencarian data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian

kuantitatif atau kualitatif yang memenuhi semua syarat dan

kriteria untuk dilakukan analisis lebih lanjut.

36
Gambar 3.1 diagram PRISMA tahapan Systematic Review

Pencarian pada situs

(google Scholer)

Hasil jurnal secara keseluruhan

( n = 5.960)

3.
Screening Screening

(n=3.720) A. Rentang waktu 3 tahun terakhir


2017 – januari 2021.
B. Jurnal menggunakan bahasa
Indonesia.

Full text Jurnal yang dapat di akses full text


Google Scholer (n=97)
(n= 97)

Kriteria inklusi

1. Jurnal yang berkaitan dengan hubungan


pola asuh orang tua dan pola pemberian
Jurnal akhir yang sesuai
dengan kriteria inklusi makan dengan perilaku sulit makan pada
anak usia prasekolah
(n=10)
2. Jurnal yang dapat diakses full text
3. Jurnal menggunakan bahasa Indonesia
4.

5.

37
3. Menyusun strategi pencarian

Strategi pencaraian dilakuakn mengacu pada protocol yang

telah dibuat dan menentukan lokasi atau sumber database untuk

pencarian data serta dapat melibatkan orang lain untuk membuat

review.

4. Ekstrasi data

Ekstrasi data dapat dilakukan setelah proses protocol telah

dilakkan dengan menggunakan metode PRISMA. Ekstrasi data

dapat dilakukan secara manual dengan membuat formulir yang

berisi tentang; tipe artikel, nama jurnal, atau konferensi, tahun,

judul, kata kunci, metode penelitian dan lain-lain.

Tabel. 3.1 Ekstraksi Data

No Nama Jurnal Tahun Kata Kunci Metode Penelitian Lokasi

1 Hubungan Pola Asuh Ibu 2017 Pola asuh, sulit Observasional / Taman Kanak-

Dengan Perilaku Sulit makan analitik Kanak Desa

Makan Pada Anak Usia Palelon Kec.

Prasekolah (3-5 Tahun) Di Modoinding

Taman Kanak-Kanak Desa Minahasa Selatan

Palelon Kec. Modoinding

Minahasa Selatan

38
No Nama Jurnal Tahun Kata Kunci Metode Penelitian Lokasi

2 Hubungan Pola Asuh Orang 2017 Pola Asuh orang Kuantitatif TK Al-Irsyad Al

Tua Dengan Perilaku Sulit tua, Perilaku Sulit Islamiyah Kanie

Makan Pada anak usia pra Makan, Anak Pra kab Sidrap

sekolah di TK Al-Irsyad Al Sekolah

Islamiyah Kanie Kabupaten

Sidrap

3 Hubungan pola asuh Orang 2019 Pola asuh orang korelasional Taman Kanak-

Tua Dengan Perilaku Sulit tua, Perilaku sulit Kanak Arengkoe

Makan Anak Usia makan Pagal

Prasekolah Di Taman

KanakKanak Arengkoe

Pagal

4 Hubungan Pola Asuh 2020 Pola asuh, sulit Kuantitatif TK Pamardisiwi


Orangtua Dengan Perilaku
makan, prasekolah Gambiran
Sulit Makan Pada Anak
Yogyakarta
Usia Prasekolah

5 Hubungan Pola Asuh Ibu 2020 Usia Prasekolah, Korelasional RW. 002

Dengan Perilaku Sulit Perilaku Sulit Kelurahan

Makan Pada Anak Usia Makan, Pola Asuh Sidomulyo Kota

Prasekolah Ibu Bengkulu

39
No Nama Jurnal Tahun Kata Kunci Metode Penelitian Lokasi

6 Faktor-Faktor Penyebab 2017 Penyebab Deskriptif Dusun Pagut

Kesulitan Makan Pada Anak Kesulitan Makan, Desa Blabak

Usia Pra Sekolah Di Dusun Usia Pra Sekolah Kecamatan

Pagut Desa Blabak Pesantren Kota

Kecamatan Pesantren Kota Kediri

Kediri

7 Hubungan Pola Pemberian 2018 Perilaku sulit Deskriptif TK Arrahmatul

Makan Dengan Perilaku makan, Pola Abadiyyah

Sulit Makan Pada Anak pemberian makan. Kelurahan

Usia Prasekolah (3-6

Tahun)

8 Hubungan Pemberian 2020 Anak, perilaku, kuantitatif TK Nurul

Makan Dengan Sulit Makan pemberian makan, Hikmah

Pada Anak Usia 3-6 Tahun sulit makan Pamekasan.

9 Hubungan Praktik Pola 2021 Pola pemberian observasional TK Aisyiyah

Pemberian Makan Dengan makan, anak, analitik Bustamil Atfal IV

Perilaku sulit makan Pada perilaku sulit dan PAUD

pada Anak usia Pra Sekolah makan Lestari V.

40
No Nama jurnal Tahun Kata kunci Metode penelitian lokasi

10 Hubungan Pola Pemberian 2021 Pola makan, kuantitatif Bagan Percut

Makan Dengan Perilaku perilaku sulit Kabupaten Deli

Sulit Makan Anak Di makan, balita Serdang Provinsi

Bagan Percut Sumatera Utara

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek atau subjek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2013).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah 8.980

jurnal nasional yang berkaitan dengan hubungan pola asuh orang

tua dan pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada

anak usia prasekolah.

2) Sampel

Sampel adalah keseluruhan objek yang diteliti yang memiliki

kualitas dan karakter teretntu yang ditentukan oleh peneliti

(Sugiyono,2013). Sampel dalam penelitian ini berjumblah 10 jurnal

nasional yang berkaitan dengan hubungan pola asuh orang tua dan

pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak usia

prasekolah.

41
3) Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari

keseluruhan subjek penelitian.Peneliti menentukan subjek penelitian

dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2013)

puposeve sampling adalah teknik untuk menentukan sampel.

Penelitian dengan beberapa pertimbangan tertentu yang bertujuan

agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative. Agar

karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasi yang

diinginkan peneliti, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel

perlu ditentukan kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah

kriteria yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat

diambil sebagai sampel. Sedangkan kriteria eksklusi adalah ciri-ciri

anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel

(Sugiyono, 2013). Peneliti telah menentukan kriteria untuk sampel

yang akan diteliti, meliputi:

a. Kriteria Inklusi

1) Jurnal yang berkaitan dengan hubungan pola asuh orang

tua dan pola pemberian makan dengan perilaku sulit

makan pada anak usia prasekolah

2) Jurnal yang berhubungan dengan pola asuh orang tua

dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah

42
3) Jurnal yang berhubungan dengan pola pemberian makan

dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah

4) Jurnal yang dapat diakses full text

5) Jurnal menggunakan bahasa Indonesia

6) Jurnal yang di publikasikan dalam rentang waktu 3 tahun

terakhir yaitu 2017-2020

b. Kriteria Ekslusi

1) Jurnal yang membahas faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian lainnya pada anak usia prasekolah.

4) Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh suatu informasi untuk hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono,2013). Variabel dalam penelitian ini

meliputi :

a. Variabel independen/bebas

Variabel independen atau variable bebas merupakan variable

yang menjadi sebab perubahan atau timbuknya variable terikat

(Dependen).Variable bebas dalam peneliotian ini adalah: pola

asuh orang tua, pola pemberian makan.

b. Variabel dependen/terikat

Variabel dependen atau variable terikat merupakan variable

yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variable bebas.

43
Variable terikat dalam penelitian ini adalah perilaku sulit

makan.

5) Analisa Data

Setelah melewati tahap protocol sampai pada ekstraksi data, maka

analisis data dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah

memenuhi kriteria inklusi menggunakan teknik secara deskriptif untuk

memberikan gambaran sesuai permasalahan penelitian yang diteliti.

44
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Hasil penelitian adalah suatu proses penelitian yang diteliti berdasarkan judul yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan suatu penelitian berdasarkan fakta yang ada. Berikut ini adalah tabel hasil penelitian dengan
menggunakan Systematic Review.
Tabel 4.1
Hasil Systematic Review Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Pola Pemberian Makan Dengan Perilaku Sulit
Makan Pada Anak Usia Prasekolah

No Judul Penelitian Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisis
1. Hubungan Pola 2017 Taman Tujuan penelitian Cross 35 Responden kuesioner Uji Chi Square Berdasarkan hasil analisis, terdapat
Asuh Ibu Dengan Kanak- untuk mengetahui sectional hubungan hubungan pola asuh ibu
Perilaku Sulit Kanak Desa gambaran pola asuh dengan perilaku sulit makan pada anak
Palelon ibu, gambaran perilaku usia prasekolah (3-5 tahun) di Taman
Kanak-

N0 Judul Penelitian Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Hasil
Penelitian Responden

45
Pengukuran Analisis

Makan Pada Anak Kec. sulit makan pada anak Kanak Desa Palelon Kec. Modoinding,
Usia Prasekolah (3-
Modoinding usia prasekolah, dan Minahasa Selatan. Hasil uji statistik
5 Tahun) Di Taman
Kanak-Kanak Desa Minahasa menganalisis hubungan dengan menggunakan chi square
Palelon Kec.
Selatan pola asuh ibu dengan didapatkan nilai p-value = 0,000 < α (≤
Modoinding
Minahasa Selatan perilaku sulit makan 0,05). Simpulan pada penelitian ini yaitu
(Karlie Bellafilly)
pada anak prasekolah. terdapat hubungan pola asuh ibu dengan
perilaku sulit makan pada anak usia
prasekolah.

2 Hubungan Pola 2017 TK Al- Tujuan penelitian ini Cross 30 Responden kuesioner uji chi square. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa
Asuh Orang Tua Irsyad Al untuk mengetahui Sectional. ada hubungan yang signifikan antara
Dengan Perilaku Islamiyah hubungan pola asuh pola asuh orang tua dengan perilaku sulit
Sulit Makan Pada Kani orang tua. makan pada anak usia pra sekolah
anak usia pra didapatkan nilai p = 0,002 < α = 0,05
sekolah di TK Al-
Irsyad Al
Islamiyah Kanie
Kabupaten
Sidrap(Ikhwan &
Abd. Hayat Fattah)

46
No Judul Penelitian Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisis

3 Hubungan pola 2019 Taman Penelitian ini Cross 46 Responden kuesioner Uji chi-square. Hasil penelitian berdasarkan analisis
asuh orang tua
kanak-kanak bertujuan untuk Sectional. Univariat menunjukan bahwa Sebagian
dengan perilaku
sulit makan anak arengkoe mengetahui hubungan besar orang tua dari anak prasekolah di
usia prasekolah di
pagal antara pola asuh orang TKK Arengkoe Pagal menerapkan pola
taman kanak-kanak
arengkoe pagal. tua dengan perilaku asuh demokratis dengan (54,3%).
(Bonavantura Nursi
sulit makan pada anak Sebagian anak yang di asuh dengan pola
Nggarang &
Oktavianus Jefri usia prasekolah di asuh Otoriter lebih banyak melakukan
Bodus)
Taman Kanak-kanak perilaku sulit makan sebanyak 20%.
Arengkoe Pagal Hasil dari uji korelasi didapatkan nilai p-
value 0,00.Ada hubungan antara pola
asuh orang tua dengan perilaku sulit
makan pada anak usia prasekolah di
TKK Arengkoe Pagal dengan nilai p-
value 0,000.

4 Hubungan Pola 2020 TK Tujuan penelitian ini cross 30 Responden Kuesioner uji statistik Penelitian ini menunjukkan bahwa ada
Asuh Orangtua Pamardisiwi adalah untuk hubungan yang bermakna antara pola
sectional Kendall tau.
Dengan Perilaku Gambiran mengetahui hubungan asuh orangtua dengan perilaku sulit
Sulit Makan Pada Umbulharjo pola asuh orangtua makan pada anak usia prasekolah di TK
Anak Usia dengan perilaku sulit Pamardisiwi Gambiran Umbulharjo

47
NO Judul Penelitian Tahun Lokasi Tujuan Desain Jumlah Metode Teknik Hasil
Responden Pengukuran
Penelitian Analisis

Prasekolah (Indah makan pada anak usia Yogyakarta dengan nilai korelasi kendall
Sri Rohani & Atik prasekolah di TK tau sebesar -,648 dan p value sebesar p
Badi’ah) Pamardisiwi Gambiran =0,000 (p<0,05)
Umbulharjo
Yogyakarta.

5 Hubungan Pola 2020 RW. 002 Penelitian ini bertujuan Korelasional 59 Responden Kuesioner Analisis Hasil penelitian didapatkan dari 59
Asuh Ibu Dengan
Kelurahan untuk mengetahui . univariat dan responden terdapat 52 (88,1%)
Perilaku Sulit
Makan Pada Anak Sidomulyo hubungan antara pola analisis responden dengan pola asuh baik, 49
Usia Prasekolah
Kota asuh ibu dengan bivariat. orang responden (83,1%) tidak
(Listiana &
Vellyza Colin) Bengkulu perilaku sulit makan mengalami perilaku sulit makan. Hasil
pada anak usia analisis korelasi Product Moment
prasekolah di RW. 002 Pearson didapat p value = 0,03.
Kelurahan Sidomulyo Simpulan, ada hubungan pola asuh Ibu
Kota Bengkulu dengan perilaku sulit makan anak pada
anak usia prasekolah di RW. 002
Kelurahan Sidomulyo Kota Bengkulu.

48
No Judul Penelitian Tahun Lokasi Tujuan Desaian Jumlah Metode Teknik Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisis

6 Faktor-Faktor 2017 Dusun Pagut Tujuan penelitian ini Deskriptif 24 responden Kuisioner analisis Faktor internal meliputi aturan makan
Penyebab Desa Blabak adalah univariat dan yang ketat (37,5%), ibu suka
Kesulitan Makan Kecamatan mengidentifikasi analisis memaksakan kehendak (20,83 %),
Pada Anak Usia Pesantren faktor-faktor penyebab bivariat hubungan anggota keluarga tidak
Pra Sekolah Di Kota Kediri kesulitan makan pada harmonis (16,67%), gangguan gigi dan
Dusun Pagut Desa anak pra sekolah di rongga mulut sebanyak (12,5%), dan
Blabak Kecamatan Dusun Pagut Desa anak mengalami alergi makanan (0 %).
Pesantren Kota Blabak Kecamatan Sedangkan faktor eksternal meliputi anak
Kediri (Siti Aizah) Pesantren Kota Kediri. senang mengkonsumsi makanan ringan
(75%), anak suka menu masakan yang
berubah – ubah (62,5%), anak jika asyik
bermain lupa makan (62,5%), anak
beralasan tidak mau makan karena masih
kenyang (37,5%), anak bosan dengan
menu masakan yang disajikan (25%),
dan ibu malas makan maka anak juga
malas makan (16,67 %)

49
No Judul Penelitian Tahun Lokasi Tujuan Desaian Jumlah Metode Teknik Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisis

7. Hubungan Pola 2018 TK Untuk mengetahui Cross 32 Responden Kuisioner Uji statistik Pola pemberian makan baik yaitu ibu
Pemberian Makan Arrahmatul Hubungan Pola sectional. chi square yang sangat baik dalam mengatur
Dengan Perilaku Abadiyyah Pemberian Makan frekuensi makan anak dengan presentase
Sulit Makan Pada Dengan Perilaku Sulit 62,5% dan anak yang tidak dipaksa
Anak Usia Makan Pada Anak Usia untuk makan tidak mengalami sulit
Prasekolah (3-6 Prasekolah makan dengan presentase 59,4%.
Tahun) oleh Lola Koefisien korelasi spearman rank
Vita & Martini, menunjukan 0,674 signifikansi 0,000 (P
Margaretha = < 0,05).

8. Hubungan 2020 TK Nurul Penelitian ini bertujuan Cross 72 responden Kuisioner uji Chi Hasil penelitian menunjukkan mayoritas
Pemberian Makan Hikmah mengetahui hubungan sectional. Square. ibu berperilaku kurang dalam pola
Dengan Sulit Pamekasan. pola pemberian makan pemberian makan (83,5%). Mayoritas
Makan Pada Anak V dengan kejadian sulit anak mengalami kejadian sulit makan
Usia 3-6 Tahun makan pada anak usia (89%). Hasil analisis menunjukkan
(Dini Setiarsih & 3-5 tahun di TK Nurul adanya hubungan yang signifikan antara
Rizal Habibi) Hikmah Pamekasan pola pemberian makanan dengan
kejadian sulit makan pada anak (p <
0,05).

50
No Judul Penelitian Tahun Lokasi Tujuan Desaian Jumlah Metode Teknik Hasil
Penelitian Responden Pengukuran Analisis

9. Hubungan Praktik 2021 TK Aisyiyah Tujuan dari penelitian Cross 58 responden Kuisioner uji Chi Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
Pola Pemberian Bustamil ini adalah untuk sectional. Square. hubungan yang signifikan antara praktik
Makan Dengan Atfal IV dan mengetahui hubungan pemberian makan dengan perilaku sulit
Perilaku sulit PAUD antara praktik makan pada anak pra sekolah dengan
makan Pada pada Lestari V. pemberian makan hasil p value 0,001 < (0,05)
Anak usia Pra dengan perilaku sulit
Sekolah (Mita Dwi makan pada anak
Puspitasari & prasekolah.
Listyaning Eko
Martanti)

10 Hubungan Pola 2021 Bagan Tujuan dari penelitian Cross 15 responden Kuisioner Uji Chi Hasil penelitian didasarkan pada analisis
Pemberian Makan
Percut ini adalah untuk sectional. Square. statistik menggunakan uji chi square
Dengan Perilaku
Sulit Makan Anak Kabupaten mengidentifikasi dengan taraf signifikansi < 0,05,
Di Bagan Percut
Deli Serdang hubungan antara pola diperoleh hasil p = 0,037. Nilai P kurang
Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Provinsi makan dengan perilaku dari 0,05 menunjukkan H1 diterima dan
Sumatera Utara
Sumatera sulit makan pada anak H0 ditolak, artinya terdapat hubungan
(Novita Aryani &
Henny Syapitri) Utara usia pra sekolah di pola pemberian makan dengan perilaku
bagan Percut. sulit makan anak usia prasekolah di Kec
Percut Sei Tuan Kabupten Deli Serdang.

51
Berdasarkan hasil analisa dan riview yang diperoleh dalam penelitian ini, didapati 10

artikel yang berhubungan dengan Pola Asuh Orang Tua dan Pola Pemberian Makan

Dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah yang dirangkum pada

tabel 4.2 di atas dapat diuraikan sebagai berikut:

Hasil penelitian pertama yang dilakukan oleh Karlie Bellafilly Karaki (2017),

Metode penelitian adalah observasional/analitik, dengan pendekatan cross-sectiona,

populasi diambil dari Taman KanakKanak Desa Palelon dengansampel diambil

menggunakan teknik Total Sampling yang berjumlah 35 responden. Berdasarkan

hasil analisis, terdapat hubungan hubungan pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan

pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) di Taman Kanak-Kanak Desa Palelon Kec.

Modoinding, Minahasa Selatan. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi square

didapatkan nilai p-value = 0,000 < α (≤ 0,05). Simpulan pada penelitian ini yaitu

terdapat hubungan pola asuh ibu dengan perilaku sulit makan pada anak usia

prasekolah.

Hasil penelitian kedua yang dilakukan oleh Ikhwan & Abd. Hayat Fattah

(2017), Jenis penelitan ini adalah kuantitatif dengan metode penelitian deskriptif

analitik.dengan teknik cross sectional study dengan jumlah responden 30. Analisis

ini menggunakan Uji Chi Squaredengan menggunakan komputer dalam program

SPSS 11,5. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan

antara pola asuh orang tua dengan perilaku sulit makan pada anak usia pra sekolah

didapatkan nilai p = 0,002 < α = 0,05.

52
Hasil penelitian ketiga yang dilakukan oleh Bonavantura Nursi Nggarang &

Oktavianus Jefri Bodus (2019), Penelitian ini menggunakan metode korelasional

dengan pendekatan waktu cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 46

orang tua anak usia prasekolah di TKK Arengkoe Pagal yang diambil secara

accidental sampling. Data dalam penelitian ini di analisa menggunakan analisa

Univariat dan Bivariat. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

kuesioner pola asuh orang Tua dan Perilaku Sulit Makan. Hasil penelitian

berdasarkan analisis Univariat menunjukan bahwa Sebagian besar orang tua dari anak

prasekolah di TKK Arengkoe Pagal menerapkan pola asuh demokratis dengan

(54,3%).Sebagian anak yang di asuh dengan pola asuh Otoriter lebih banyak

melakukan perilaku sulit makan sebanyak 20%. Hasil dari uji korelasi didapatkan

nilai p-value 0,00.Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sulit

makan pada anak usia prasekolah di TKK Arengkoe Pagal dengan nilai p-value 0,000.

Hasil penelitian keempat yang dilakukan oleh Indah Sri Rohani & Atik

Badi’ah (2020), Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian

cross sectional dan jenis penelitian ini non-eksperimen. Populasi dalam penelitan ini

yaitu Ibu yang memiliki anak usia prasekolah di TK Pamardisiwi Gambiran

Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling sehingga

sampel dalam penelitian ini mencapai 30 responden. Analisis data menggunakan uji

statistik Kendall tau. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang

bermakna antara pola asuh orangtua dengan perilaku sulit makan pada anak usia

prasekolah di TK Pamardisiwi Gambiran Umbulharjo Yogyakarta dengan nilai

korelasi kendall tau sebesar -,648 dan p value sebesar p =0,000 (p<0,05).

53
Hasil penelitian kelima yang dilakukan oleh Devi Listiana & Vellyza

Colin (2020), Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode

korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu yang memiliki anak

pada usia Prasekolah. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah accidental sampling sebanyak 59 responden. Data yang

digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data dianalisis menggunakan

analisis univariat dan analisis bivariat. Hasil penelitian didapatkan dari 59

responden terdapat 52 (88,1%) responden dengan pola asuh baik, 49 orang

responden (83,1%) tidak mengalami perilaku sulit makan. Hasil analisis korelasi

Product Moment Pearson didapat p value = 0,03. Simpulan ada hubungan pola

asuh Ibu dengan perilaku sulit makan anak pada anak usia prasekolah di RW. 002

Kelurahan Sidomulyo Kota Bengkulu.

Hasil penelitian keenam yang dilakukan oleh Lola Siti Aizah (2017),

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik sampling yang

digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sejumlah 24 orang.

Adapun pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi oleh ibu. Desain

penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Tehnik sampling yang digunakan

adalah total sampling dengan jumlah sampel sejumlah 24 orang. Adapun

pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diisi oleh ibu. Faktor internal

meliputi aturan makan yang ketat (37,5%), ibu suka memaksakan kehendak

(20,83 %), hubungan anggota keluarga tidak harmonis (16,67%), gangguan gigi

dan rongga mulut sebanyak (12,5%), dan anak mengalami alergi makanan (0 %).

Sedangkan faktor eksternal meliputi anak senang mengkonsumsi makanan ringan

54
(75%), anak suka menu masakan yang berubah – ubah (62,5%), anak jika asyik

bermain lupa makan (62,5%), anak beralasan tidak mau makan karena masih

kenyang (37,5%), anak bosan dengan menu masakan yang disajikan (25%), dan

ibu malas makan maka anak juga malas makan (16,67 %).

Hasil penelitian ketujuh yang dilakukan oleh Lola Vita & Martini,

Margaretha (2018), Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.

Sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun, pengambilan

sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 32

responden. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner. Analisa data

univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisa data bivariat mengunakan

rumus spearman rank. Pola pemberian makan baik yaitu ibu yang sangat baik

dalam mengatur frekuensi makan anak dengan presentase 62,5% dan anak yang

tidak dipaksa untuk makan tidak mengalami sulit makan dengan presentase 59,4%.

Koefisien korelasi spearman rank menunjukan 0,674 signifikansi 0,000 (P = <

0,05).

Hasil penelitian kedelapan yang dilakukan oleh Dini Setiarsih & Rizal

Habibi (2020), Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan

pendekatan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah 73 anak di

TK Nurul Hikmah Pamekasan. Teknik sampling yang digunakan adalah simple

random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis

dengan uji Lambda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara praktik pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak

pra sekolah dengan hasil p value 0,001 < (0,05).

55
Hasil penelitian kesembilan yang dilakukan oleh Mita Dwi Puspitasari &

Listyaning Eko Martanti (2021), Sampel yang digunakan adalah 58 responden

yang dipilih dengan menggunakan purposive sampling. Penelitian ini dianalisis

menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas ibu

berperilaku kurang dalam pola pemberian makan (83,5%). Mayoritas anak

mengalami kejadian sulit makan (89%). Hasil analisis menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara pola pemberian makanan dengan kejadian sulit

makan pada anak (p < 0,05).

Hasil penelitian kesepuluh yang dilakukan oleh Novita Aryani & Henny

Syapitri (2021), Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 67 orang di Bagan Percut

dengan jumlah sampel 25 orang yang diambil menggunakan teknik sampling acak

sederhana. Penelitian ini menggunakan kuesioner pola makan dan tabel skor-z.

Hasil penelitian didasarkan pada analisis statistik menggunakan uji chi square

dengan taraf signifikansi < 0,05, diperoleh hasil p = 0,037. Nilai P kurang dari

0,05 menunjukkan H1 diterima dan H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola

pemberian makan dengan perilaku sulit makan ana usia prasekolah di Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

56
B. PEMBAHASAN

1. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sulit Makan Pada

Anak Usia Prasekolah.

Berdasarkan penelitian dan riview jurnal atau artikel yang menjelaskan

tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Pola Pemberian Makan Dengan

Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah diperoleh 5 jurnal yang

menjelaskan tentang pola asuh orang tua dengan perilaku sulit makan anak usia

prasekolah yang dapat dibahas sebagai berikut.

Kesulitan makan menurut Judarwanto (2016), adalah ketika anak tidak

mau atau menolak makan dengan jenis atau jumlah sesuai usia secara fisiologis.

Kesulitan makan dapat juga disebabkan oleh faktor internal dan eksternal.

Fenomena yang ada di masyarakat saat ini masih ditemukan anak usia prasekolah

yang mengalami kesulitan makan. Hal ini biasanya berlangsung lama sehingga

orang tua menganggap hal ini adalah hal yang biasa yang pada akhirnya dapat

menimbulkan komplikasi dan gangguan tumbuh kembang pada anak

Dampak yang ditimbulkan pada balita yang mengalami kesulitan makan

yaitu anak mengalami gangguan gizi, menurunnya daya intelegensi dan

menurunnya daya ketahanan pada anak. Pada balita mempunyai peluang besar

untuk menderita kurang gizi (underweight) karena makanan dikonsumsi dalam

jumlah sedikit sehingga tidak memenuhi kebutuhan nutrisinya (Komsan, 2013).

Akibat buruk pada pertumbuhan fisik terlihat dari berat badan dan tinggi badan

yang kurang normal, serta pada perkembangan yaitu perkembangan motorik dan

57
sensorik menjadi terganggu (Judarwanto, 2014). Beberapa anak-anak dengan

penolakan makan dan memilih-milih makanan memiliki berat badan yang kurang,

yang terpenting ialah persepsi orang tua tentang berat badan anak dan kebiasaan

makan anak yang dapat mempengaruhi perkembangan dan gaya hidup masa

depan anak (Daniel et al, 2017).

Hasil uji statistik penelitian artikel pertama dalam Hubungan Pola Asuh

Ibu Dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) Di

Taman Kanak-Kanak Desa Palelon Kec. Modoinding Minahasa Selatan (2017)

dengan menggunakan teknik analisis chi square didapatkan nilai p-value = 0,000

< α (≤ 0,05), sedangkan hasil uji penelitian artikel kedua dalam Hubungan Pola

Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sulit Makan Pada anak usia pra sekolah di TK

Al-Irsyad Al Islamiyah Kanie Kabupaten Sidrap (2017), didapati bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan perilaku sulit makan

pada anak usia prasekolah dengan nilai p = 0,002 < α = 0,05. Perbedaan antara

artikel pertama dan kedua yaitu ada pada jumlah respondennya, dimana artikel

pertama berjumlah 35 responden, sedangkan artikel kedua berjumlah 30

responden. Persamaan dari kedua artikel tersebut adalah sama-sama

menggunakan desain penelitian Cross Sectional serta sama-sama menggunakan

metode pengukuran kuesioner dan juga teknik analisis uji chi square. Kesimpulan

dari kedua penelitian ini yaitu sama-sama terdapat hubungan pola asuh ibu dengan

perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah.

58
Asumsi peneliti dalam penelitian ini, yaitu pentingnya peranan ibu dalam

pola pengasuhan anak yang meliputi pemenuhan kebutuhan dasar anak seperti

memberi makan, mandi, menyediakan dan memakaikan pakaian buat anak,

pendapat ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bety (2015). Pola

pengasuhan adalah asuhan yang diberikan ibu atau pengasuh lain berupa sikap,

dan perilaku dalam hal kedekatannya dengan anak, merawat, memberi kasih

sayang, dan sebagainya (Bety, 2015).

Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

kesulitan makan pada anak. Pola asuh orang tua sendiri dibagi 3 macam pola asuh

orang tua yaitu pola asuh otoriter, demokratis, dan pola asuh permisif, dan setiap

orang tua menerapkan pola asuh yang berbeda (Shochib, 2010). Permasalahan

komunikasi yang tidak terjalin dengan baik saat proses makan juga dapat memicu

terbentuknya perilaku kesulitan makan pada anak. Perilaku makan yang baik akan

terbentuk berdasarkan pemberian makan dan contoh yang diberikan orang tua

terhadap anaknya. Salah satu hal yang menunjang praktik pemberian makan pada

anak adalah cara penyajian dan komunikasi yang terjadi saat makan antara anak

dengan orang tua. (Martina Nafratilawati, 2014).

Hasil penelitian artikel ketiga dalam Hubungan pola asuh orang tua dengan

perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah di taman kanak-kanak Arengkoe

Pagal (2019) berdasarkan analisis Univariat menunjukan bahwa Sebagian besar

orang tua dari anak prasekolah di TKK Arengkoe Pagal menerapkan pola asuh

demokratis (54,3%). Sebagian anak yang di asuh dengan pola asuh Otoriter lebih

banyak melakukan perilaku sulit makan sebanyak 20%. Hasil dari uji korelasi

59
didapatkan nilai p-value 0,000 diikuti dengan hasil penelitian ke empat dalam

Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia

Prasekolah (2020) didapati bahwa ada hubungan yang bermakna antara pola asuh

orangtua dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah di TK

Pamardisiwi Gambiran Umbulharjo Yogyakarta dengan nilai korelasi kendall tau

sebesar -,648 dan p value sebesar p =0,000 (p<0,05), dan hasil penelitian artikel

kelima dalam Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak

Usia Prasekolah (2020) yaitu Hasil penelitian didapatkan dari 59 responden

terdapat 52 (88,1%) responden dengan pola asuh baik, 49 orang responden

(83,1%) tidak mengalami perilaku sulit makan. Hasil analisis korelasi Product

Moment Pearson didapat p value = 0,03.

Perbedaan dan persamaan dari ketiga artikel yaitu pada artikel ketiga dan

keempat sama-sama menggunakan desain penelitian Cross Sectional sedangkan

artikel kelima menggunakan desain penelitian korealsional, serta jumlah

responden artikel ketiga berjumlah 46 responden, artikel ke empat 30 responden

dan artikel kelima menggunkan 59 responden. Teknik analisa yang digunakan

pada artikel ketiga yaitu uji chi square, sedangkan artikel ke empat menggunkan

teknik analisa uji statistik kendall tau dan artikel kelima menggunakan metode

analisa univariat dan analisis bivariat. Persamaan dari ketiga artikel tersebut yaitu

sama-sama menggunakan metode pengukuran kuesioner serta dapat si simpulkan

dari ketiga artikel tersebut bahwa sama-sama ada hubungan pola asuh Ibu/orang

tua dengan perilaku sulit makan anak pada anak usia prasekolah.

60
Asumsi peneliti dalam penelitian ini, orang tua harus berperan agar tidak

terjadi kesulitan makan pada anak misalnya dengan menyediakan makanan yang

menarik agar anak tidak bosan dengan makanan yang diberikan, membatasi

konsumsi snack dan cemilan yang akan membuat anak kenyang sebelum waktu

makan makanan utama, dan memberikan jenis makanan yang bergizi pada anak

sesuai kebutuhan gizi balita, pendapat ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan

oleh Sulisstyoningsih (2011). Berusaha agar anak mau makan dengan cara

menyuapi dan mengajarkan anak untuk makan jenis makanan baru, agar tidak

cepat bosan pada satu jenis makanan, jenis makanan yang dikonsumsi anak harus

lebih diperhatikan orang tua serta pemberian pola makan pada anak juga harus

sesuai dengan jam-jam makan pada anak, untuk mencegah terjadinya gangguan

faktor gizi pada anak (Sulistyoningsih, 2011).

Menurut teori Wibowo (2012), Kebiasaan makan orang tua akan

mempengaruhi pola asuh yang diterapkan pada anak kelak, karena itu perlu

membiasakan anak untuk makan makanan yang mengandun gizi dan baik untuk

kesehatan anak. Pola asuh adalah salah satu faktor dalam pembentukan karakter

anak, hal ini didasari bahwa pendidikan dalam keluarga merupakan pendidikan

utama dan pertama bagi anak. Pola asuh dibagi ke dalam 3 kategori yaitu pola

asuh otoriter, demokratis, dan permisif. Menurut Baumrind (1978 dalam Astuti,

2014) dalam ranah pemberian makanan pola asuh dibedakan menjadi 3, yaitu pola

asuhр tipe demokratis dimana menu makanan ditentukan oleh orangtua akan

tetaрpi ррorangtua tetap memberikan kesempatan kepada anak memilih makanan.

Poрla asuh tipe otoriter, penentuan menu yang akan disajikan dan waktu makan

61
ditentukan oleh orangtua. Tipe pola asuh permisif, pemilihan makanan tergantung

pada selera dan keinginan anak, orangtua sama sekali tidak menentukan menu

makanan pada anak dan membiarkan anak memilih menu makanannya sendiri

tanpa ada batasan.

Beradasarkan hasil teori dan 5 jurnal penelitian terkait maka peneliti

berpendapat bahwa pola asuh orang tua sangat berhubungan dengan perilaku sulit

makan pada anak usia prasekolah. Anak umumnya menyukai makanan yang padat

energi. Orangtua sering kecewa karena anak lebih suka makanan yang disukai dari

pada makanan yang lebih bergizi. Jika ibu sudah merasa bosan dengan kesulitan

makan anak, maka orangtua akan bersikap acuh tak acuh dalam mengurus

makanan yang harus diberikan untuk anak dalam memenuhi kebutuhan gizi anak.

Berbeda dengan orangtua yang bersikap otoriter atau demokratis, orangtua akan

selalu memaksakan anak untuk selalu mengkonsumsi makanan yang penting

untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Karena usia sekolah merupakan

masa dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat

(Chakra, 2013).

62
2. Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Perilaku Sulit Makan

Pada Anak.

Berdasarkan penelitian dan riview jurnal atau artikel yang menjelaskan

tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Pola Pemberian Makan Dengan

Perilakрu Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah diperoleh 5 jurnal yang

menjelaskan tentang pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan anak

usia prasekolah yang dapat dibahas sebagai berikut.

Pola pemberian makan juga menjadi faktor yang menyebabkan anak sulit

makan. Pemberian makanan pada anak usia prasekolah adalah segala upaya dan

cara ibu untuk memberikan makanan pada anak usia prasekolah dengan tujuan

supaya kebutuhan makan anak terpenuhi. Tahap pemberian makanan dimulai dari

tahap penyusunan menu, pengolahan, penyajian dan cara pemberiannya kepada

anak usia prasekolah agar kebutuhan nutrisi anak terpenuhi (Rahmawati, 2016).

Hasil uji statistik penelitian artikel keenam dalam Faktor-Faktor Penyebab

Kesulitan Makan Pada Anak Usia Pra Sekolah Di Dusun Pagut Desa Blabak

Kecamatan Pesantren Kota Kediri (2017), dengan menggunakan teknik analisis

univariat dan analisis bivariat didapatkan hasil akhir Faktor internal meliputi

aturan makan yang ketat (37,5%), ibu suka memaksakan kehendak (20,83 %),

hubungan anggota keluarga tidak harmonis (16,67%), gangguan gigi dan rongga

mulut sebanyak (12,5%), dan anak mengalami alergi makanan (0 %). Sedangkan

faktor eksternal meliputi anak senang mengkonsumsi makanan ringan (75%),

anak suka menu masakan yang berubah – ubah (62,5%), anak jika asyik bermain

63
lupa makan (62,5%), anak beralasan tidak mau makan karena masih kenyang

(37,5%), anak bosan dengan menu masakan yang disajikan (25%), dan ibu malas

makan maka anak juga malas makan (16,67 %), diikuti dengan hasil akhir

penelitian artikel ketujuh dalam Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan

Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah (2018), didapati bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pola pemberian makan dengan perilaku sulit

makan pada anak usia prasekolah dengan hasil akhir dari penelitian yaitu Pola

pemberian makan yang baik yaitu ibu yang sangat baik dalam mengatur frekuensi

makan anak dengan presentase 62,5% dan anak yang tidak dipaksa untuk makan

tidak mengalami sulit makan dengan presentase 59,4%. Koefisien korelasi

spearman rank menunjukan 0,674 signifikansi 0,000 (P = < 0,05).

Perbedaan antara artikel keenam dan ketujuh yaitu ada pada jumlah

respondennya, desain penelitian dan teknik analisis, dimana artikel keenam

berjumlah 24 responden, sedangkan artikel kedua berjumlah 32 responden, desain

penelitian dan teknik analisis artikel keenam menggunakan desain penelitian

deskritif, serta teknik analisis univariat dan analisis bivariat sedangkan penelitian

dalam artikel ketujuh menggunakan desain penelitian cross sectional dengan

teknik analisis uji statistik square. Persamaan dari artikel keenam dan ketujuh

adalah sama-sama menggunakan desain penelitian Cross Sectional serta sama-

sama menggunakan metode pengukuran kuesioner. Kesimpulan dari artikel

keenam dan ketujuh pada penelitian ini yaitu dapat dilihat dari hasil akhir masing-

masing dimana sama-sama terdapat hubungan antara pola pemberian makan

dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah.

64
Asumsi peneliti dalam penelitian ini, aturan yang ketat menyebabkan anak

menjadi tertekan dan stress sehingga kehilangan nafsu makan maka akibatnya

anak menjadi sulit makan, didukung dengan penelitian Judarwoanto (2015),

Kesulitan makan pada anak terjadi jika anak tidak mau atau menolak makan

dengan jenis atau jumlah sesuai usia secara fisiologi (alamiah dan wajar), yaitu

menelan hingga terserap di pencernaan secara baik tanpa memberikan vitamin

atau zat tertentu. Kesulitan makan adalah hilangnya nafsu makan untuk waktu

yang lama. Kesulitan mengunyah di dalam mulut bahkan dikeluarkan lagi,

menolak atau melawan pada waktu makan mungkin pula makan terlalu sedikit

atau pula sebaliknya (Retnosari, 2005).

Pola pemberian makan yang tidak sesuai dengan keinginan anak dapat

menyebabkan anak menjadi sulit makan, sedangkan pada balita terjadi proses

pertumbuhan dan perkembangan yang membutuhkan kecukupan nutrisi. Nutrisi

yang dikonsumsi pada usia balita mengalami banyak perubahan mulai dari

perubahan bentuk makanan mulai dari ASI, makanan bertekstur halus dan sampai

akhirnya makanan bertekstur padat sebagai asupan utama (Liza dalam Nurjannah,

2013). Anak prasekolah akan mengalami penurunan nafsu makan jika terlalu

sering mengkonsumsi makan camilan seperti konsumsi jus buah atau minuman

ringan terlalu tinggi, konsumsi camilan kue, biskuit, kripik, kudapan manis dan

permen dapat mengurangi nafsu makan.

65
Hasil penelitian artikel kedelapan dalam Hubungan Pemberian Makan

Dengan Sulit Makan Pada Anak Usia 3-6 Tahun (2020), berdasarkan teknik

analisis uji chi square dengan Hasil akhir penelitian menunjukkan mayoritas ibu

berperilaku kurang baik dalam pola pemberian makan (83,5%), Mayoritas anak

mengalami kejadian sulit makan (89%), Hasil analisis menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan antara pola pemberian makanan dengan kejadian sulit

makan pada anak (p < 0,05). Diikuti dengan hasil penelitian ke sembilan dalam

Hubungan Praktik Pola Pemberian Makan Dengan Perilaku sulit makan Pada

pada Anak usia Pra Sekolah (2021), didapati bahwa ada hubungan yang antara

pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah

dengan hasil akhir, penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara praktik pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak pra

sekolah dengan hasil p value 0,001 < (0,05), dan hasil penelitian artikel kesepuluh

dalam Hubungan Pola Pemberian Makan Dengan Perilaku Sulit Makan Anak Di

Bagan Percut Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara (2021), yaitu hasil

analisis statistik menggunakan uji chi square dengan taraf signifikansi < 0,05,

diperoleh hasil p = 0,037. Nilai P kurang dari 0,05 menunjukkan H1 diterima dan

H0 ditolak, artinya terdapat hubungan pola pemberian makan dengan perilaku

sulit makan anak usia prasekolah di Kec Percut Sei Tuan Kabupten Deli Serdang.

Perbedaan dan persamaan dari ketiga artikel diatas yaitu sama-sama

menggunakan desain penelitian cross sectional, metode penelitian kuesioner dan

sama-sama menggunakan teknik analisis yang sama yaitu uji chi square, bedanya

hanya pada jumlah responden dari masing-masing artikel dimana artikel

66
kedelapan berjumlah 72 responden, artikel kesembilan berjumlah 58 responden

dan artikel kesepuluh menggunkan 15 responden. Kesimpulan dari ketiga artikel

diatas yaitu sama-sama ada hubungan antara pola pemberian makan dengan

perilaku sulit makan pada anak.

Asumsi peneliti dalam penelitian ini, ibu dengan pola pemberian makan

yang baik yaitu mulai dari penyusunan, pengolahan, penyajian dan cara

memberikan makan pada anak yang baik, akan menjadi daya tarik tersendiri bagi

anak untuk mencicipi makanan yang sudah disediakan, karena sikap ibu yang baik

dalam pemberian makan bagi anak sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi anak. Melalui aktivitas makan akan merasa makananan adalah sesuatu

yang menyenangkan sehingga berdampak positif pada pertumbuhan dan

perkembangan anak selanjutnya. Orang tua tidak perlu memaksa anaknya untuk

makan karena hal tersebut akan membuat anak merasa tidak nyaman dan

berdampak pada pengalaman yang tidak menyenangkan saat makan. Tekanan

yang dilakukan oleh orang tua agar anak mau makan atau menghabiskan

makanannya akan menganggu psikologis anak, dimana anak akan merasa bahwa

aktivitas makan adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, sehingga anak dapat

kehilangan nafsu makannya. Aktivitas makan anak haruslah menyenangkan tanpa

tekanan yang diberikan (Santos, et al. 2019).

Menurut Suryansyah (2014), pada umumnya kepada anak usia prasekolah

telah dapat diberikan jadwal waktu makan yang berupa tiga kali makan dan

diantaranya dua kali makanan selingan. Pola makan baik jika balita di beri makan

3 kali dalam sehari dengan pola jam 8, jam 12, dan jam 8 malam, dan 2 kali

67
selingan pada pola makan utama, sedangkan pola makan kurang baik bila anak

makan kurang dari 3 kali dalam sehari. Pemberian makanan pada anak usia

prasekolah adalah segala upaya dan cara ibu untuk memberikan makanan pada

anak usia prasekolah dengan tujuan supaya kebutuhan makan anak terpenuhi.

Tahap pemberian makanan dimulai dari tahap penyusunan menu, pengolahan,

penyajian dan cara pemberiannya kepada anak usia prasekolah agar kebutuhan

nutrisi anak terpenuhi (Rahmawati, 2016). Variasi makanan juga perlu

diperhatikan dengan cara susunan menu yang dihidangkan secara menarik dengan

memperlihatkan rasa, warna, bentuk, kekerasan dan susunan makanan yang dibuat

(Widodo, 2015).

Variasi makanan anak akan cenderung lebih tertarik dengan hidangan yang

disediakan baik dari segi bentuk, warna, aroma, tekstur dan rasa sehingga

diharapkanр dapat mengatasi sulit makan pada anak. Variasi makanan perlu

diperhatikan untuk meningkatkan daya nafsu makan pada anak untuk

menumbuhkan rasa ingin tahu anak contohnya penyajian makanan dengan bentuk

lucu contohnya seperti nasi tim yang dibentuk wajah badut (Saputri, 2015).

Pemberian jenis, jumlah makanan, jadwal dan cara pemberian makan (tidak lebih

dari 30 mnt), tidak diberikan camilan pada saat makan, bermacam-macam

menu, rasa yang bervariasi, penggunaan suplemen, makanan cair pada konsisi

khusus, menghindari obat penambah nafsu makan dan menciptakan lingkungan

yang nyaman (Ediana Kurniawati, 2018).

68
Berdasarkan hasil teori dan 5 penelitian terkait maka peneliti berpendapat

bahwa pola pemberian sangat berhubungan dengan perilaku sulit makan pada

anak usia prasekolah. Perilaku Sulit makan merupakan ketidakmampuan untuk

makan dan menolak makan atau memilih-milih jenis makanan. Pola pemberian

makan yang tidak sesuai dengan keinginan anak dapat menyebabkan anak

menjadi sulit makan. Praktik pemberian makanan yang baik dapat menimbulkan

pengalaman yang menyenangkan pada anak saat aktivitas makan, banyak hal yang

dapat dilakukan agar anak menikmati makanannya, yaitu memasak makanan sehat

bersama, membuat makanan menjadi lebih menarik, mengajak anak berbelanja

bahan makanan merupakan kegiatan yang dapat dilakukan ibu bersama anak.

Pengalaman tersebut dapat membuat anak belajar menyukai makanan yang sehat.

Perilaku sulit makan anak dapat terjadi oleh berbagai faktor yang mempengaruhi

diantaranya jenis makananan, tampilan makanan, dan pengaturan jadwal makan

yang akan berdampak pada status gizi anak.

69
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan artikel yang direfiew peneliti tentang Hubungan Pola Asuh

Orang Tua Dan Pola Pemberian Makan Dengan Perilaku Sulit Makan Pada

Anak Usia Prasekolah dapat diambil kesimpulan dari 10 artikel yang

membahas tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Pola Pemberian

Makan Dengan Perilaku Sulit Makan Pada Anak Usia Prasekolah dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. 5 artikel yang membahas tentang hubungan pola asuh orang tua dengan

perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah

2. 5 artikel yang membahas tentang pola pemberian makan dengan perilaku

sulit makan pada anak usia prasekolah

B. Saran.

1. Bagi perawat diharapkan Menambah wawasan, pengetahuan, dan

pemahaman bagi perawat mengenai hubungan pola asuh orang tua dan

pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak usia

prasekolah

2. Bagi orang tua Hasil penelitian tentang Hubungan pola asuh orang tua dan

pola pemberian makan dengan perilaku sulit makan pada anak usia

prasekolah ini diharapkan dapat digunakan untuk mengurangi tingkat

kesulitan makan pada anak

70
3. Bagi program studi keperawatan diharapkan Data dan hasil yang diperoleh

dapat dijadikan tambahan bahan referensi di perpustakaan UKIM dan

untuk memenuhi wawasan mahasiswa Program Study Keperawatan

tentang hubungan pola asuh orang tua dan pola pemberian makan dengan

perilaku sulit makan pada anak usia prasekolah.

4. Bagi peneliti selanjutnya dijadikan sebagai bahan masukan dan acuan

untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hubungan

pola asuh orang tua dan pola pemberian makan dengan perilaku sulit

makan pada anak usia prasekolah.

71
DAFTAR PUSTAKA

Amalia L, Permatasari, Khomsan, Riyadi. (2015). Pengetahuan, Sikap, Dan

Praktek Gizi Ibu Terkait Iodium Dan Pemilihan Jenis Garam Rumah

Tangga Di Wilayah Pegunungan Cianjur. Jurnal Gizi Pangan, Juli 2015,

10(2): 133-140.

Astuti, I. (2013). Determinan PemberN Makan Pada Anak. Jurnal Health Quality.

Vol.4. No.1 November 2013 : 1-76. Diakses 17 Desember 2015.

Chakra, F. (2013). Diari Parenting.Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Carruth BR, et. al. (2018). The Phenomenon of “Picky Eater”: A Behavioral

Marker in Eating Patterns of Toddlers. Journal of the American College of

Nutrition, 17(2), 180-186

Daniel et al., (2017). Hubungan Pengetahuan Memilih Makanan Jajanan Dan

Kebiasaan Jajan Dengan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar Di SDN

Karangasem 3 Surakarta’, Naskah Publikasi, Program Studi DIII Gizi

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta,

Idris. (2015). Fator yang berhubungan dengan sulit makan anak usia prasekolah di

TK anggrek mekar di desa hay-haya kec Limboto barat kabupaten

Gorontalo

72
Judarwanto. (2014). Hubungan Pola Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status

Gizi dan Fungsi Kongnitif Anak Sekolah Dasar. FakultasIlmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.

Khomsan, A. (2012). Ekologi Masalah Gizi, pangan Dan Kemiskinan.

Bandung:Alvabeta.

Mansur, Herawati, & Budiarti, Temu. (2014). Psikologi Ibu dan Anak : Untuk

Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Nafratilawati, M. (2014). Hubungan antara Pola Asuh dengan Kesulitan Makan

pada Anak Prasekolah (3-5 Tahun) di TK Leyangan Kabupaten Semarang.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran.

Rahmawati, F. (2016). Hubungan pengetahuan ibu, pola pemberian makan dan

pendapatan keluarga terhadap status gizi balita di desa Pajerukan

kecamatan Kalibagor.

Salendah, J. (2018). Hubungan Pola Asuh Orang Terhadap Perilaku Sulit Makan

Anak Usia 6-12 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Bengkol Lingkungan

I Kelurahan Pandu Kota Manado. Jurnal Keperawatan, 8 (1), (Online).

Santos, et al. (2009). Maternal antropometry and feeding behaviour toward

preschool children: association with chilhood body mass index in an

observational study of Chilean families. International Journal of

Behavioral Nutrition and Physical Activity, 6:93

73
Shochib, Moh. (2010). Pola Asuh Orang Tua (Dalam Membantu Anak

Mengembangkan Disiplin Diri Sebagai Pribadi Yang Berkarakter). Jakarta:

Rineka Cipta.

Siti Aiz. (2015). faktor-faktor penyebab kesulitan makan pada anak usia

prasekolah di Dusun Pagut Desa Blabak. Kediri

Soetjiningsih. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suriansyah, Aslamiah., Sulaiman., Noorhafizah. (2014). Strategi Pembelajaran

Anak. Jakarta: Rajawali Pers.

Wardle, Guthrie, Sanderson, S, & Rapoport. (2001). ‘Development of The

Children’s Eating Behaviour Questionnaire, Journal of Child Pshychology

and Psychiatry, vol 42, page. 963-970.

Waladow. (2019). Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Palaran Samarinda Tahun 2019 (pp. 1–101). Politeknik

Kesehatan Kalimantan Timur.

Walkingshaw. (2017). Karakteristik faktor-faktor yang mempengaruhi masalah

makan pada anak PAUD permata bunda Jakarta Timur. Jakarta: Politeknik

Kesehatan Jakarta.

74
Waryono. (2010) Pemberian Makanan, Suplemen dan Obat pada Anak.

Jakarta:EGC

Wong L. Donna, Eaton Hockenberry Marilyn, Wilson David, Winkelstein

L.Marilyn, & Schwartz Patricia. (2018). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik

(6th ed.; Yudha Komara Egi, S. B. Nike, W. Esty, & E. Monica, Eds.).

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Zaviera. (2008). Mengenali dan memahami tumbuh kembang anak. Yogyakarta:

Kata Hati.

75
Lampiran

76
Lampiran hasil pencarian pada situs google scholar

77

Anda mungkin juga menyukai