Anda di halaman 1dari 114

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN BEROBAT KLIEN GANGGUAN JIWA

OLEH :

NAMA : DIANA SASABONE

NPM : 12114201170032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2022

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Hadirat Tuhan Yang Maha Essa, atas kasih dan rahmatNya

sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan pengetahuan dan motivasi

keluarga dengan kepatuhan berobat pasien jiwa” ini dapat terselesaikan.

Dengan terselesainya skripsi ini, perkenankan penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Dr. G. J. Damamain, M.Th selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia

Maluku dan Wakil Rektor I, II, III, dan IV.

2. B. Talarima, SKM, M,Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Kristen Indonesia Maluku

3. Ns. S. R. Maelissa, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku

4. Ns. N. Parinussa selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, motivasi, dan saran demi kesempurnaan

skripsi ini.

5. Lydia. M. Ivakdalam, SP., M.Si selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu memberikan bimbingan, motivasi, dan saran demi

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

iv
6. Bapak dan ibu Dosen serta karyawan dan karyawati yang slama ini telah

membimbing dan membina penulis selama melaksanakan seluruh aktivitas

pendidikan di Fakultas Kesehatan Program Studi Keperawatan.

7. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan, motivasi, serta Doa

dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi

penulis hingga terselesaikan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyampaikan Terimaksih kepada semua pihak

yang dengan berbagai macam cara dan perannya yang telah membantu penulis

dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis sangat

mengharapkan saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan dan

pengembangan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang Keperwatan.

Ambon , Oktober 2022

Penulis

v
MOTTO

Pertolongan Tuhan datang tidak terlalu


cepat, tidak juga datang terlalu lambat.
Tetapi perolongan Tuhan selalu datang
disaat yang tepat dan waktu yang tak
terduga.

Maka dari itu jangan membanding


bandingkan prosesmu dengan orang lain,
karna tidak semua bunga tumbuh mekar
secara bersamaan.

vi
ABSTRAK

Diana Sasabone, 2022, “Hubungan pengetahuan dan motivasi keluarga dengan


kepatuhan berobat pasien jiwa” (Ns. N. Parinussa S.Kep, M.Kep & Lydia. M.
Ivakdalam, SP., M.Si)

Gangguan jiwa merupakan gangguan neurologis yang memengaruhi persepsi, cara


berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosial orang yang mengalaminya. Pasien yang
sudah pulih bisa kambuh kembali. Hal itu terjadi jika pasien sudah merasa pulih dan
tidak mau minum obat. Bila pasien berhenti minum obat dalam kurun waktu 1 tahun,
70 persen akan kambuh kembali. Beberapa hal yang dapat memicu kekambuhan
pasien gangguan jiwa antara lain kurangnya kurangnya pengetahuan keluarga,
motivasi dari keluarga, ketidakpatuhan kontrol berobat secara teratur. Tujuan dari
penelitian ini adalah hubungan pengetahuan keluarga dan Motivasi dengan kepatuhan
berobat klien gangguan jiwa. Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei
analitik mengunakan pendekatan cross sectional jumlah sampel yang digunakan
sebagai responden penelitian sebanyak 75 orang di Rumah Sakit Khusus Daerah
Provinsi Maluku. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara teknik purposive
sampling. Teknik pengumpulan data mengunakan kuesioner. Uji Hasil Statistik
dengan uji Chi square menunjukan hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat
pasien jiwa dengan nilai signifikan (p) sebesar 0,010 (p=a<0,05), motivasi dengan
kepatuhan berobat pasien jiwa p=0,001(p=<0,05). Kesimpulannya ada hubungan
yang signifikan antara pengetahuan motivasi keluarga dengan kepatuhan berobat
pasien jiwa. Dari penelitian ini dapat disarankan bagi perawat agar hasil penelitian ini
dapat menjadi referensi atau informasi dalam mengambil kebijakan dalam
penyusunan program kesehatan jiwa.

Kata Kunci: Pengetahuan, Motivasi, Kepatuhan Berobat Pasien Jiwa.

vii
ABSTRACT

Diana Sasabone, 2022, "Relationship of family knowledge and motivation with


adherence to treatment for mental patients" (Ns. N. Parinussa S.Kep, M.Kep &
Lydia. M. Ivakdalam, SP., M.Si)

Mental disorders are neurological disorders that affect perceptions, ways of thinking,
language, emotions and social behavior of people who experience them. Patients who
have recovered can relapse. This happens if the patient has recovered and does not
want to take medication. If patients stop taking the drug within 1 year, 70 percent
will relapse. Several things that can trigger the relapse of patients with mental
disorders include lack of family knowledge, motivation from the family, non-
compliance with regular treatment controls. The purpose of this study is the
relationship between family knowledge and motivation with adherence to treatment
for clients with mental disorders. The research design used was an analytic survey
method using a cross sectional approach. The number of samples used as research
respondents was 75 people at the Maluku Provincial Special Hospital. Sampling was
done by means of purposive sampling technique. Data collection techniques using a
questionnaire. Test Results Statistics with Chi square test shows the relationship
between knowledge and adherence to treatment for mental patients with a significant
value (p) of 0.010 (p = a < 0.05), motivation with adherence to treatment of mental
patients p = 0.001 (p = < 0.05) . In conclusion, there is a significant relationship
between knowledge of family motivation and adherence to treatment for mental
patients. From this research, it can be suggested for nurses so that the results of this
study can be a reference or information in making policies in the preparation of
mental health programs.

Keywords: Knowledge, Motivation, Compliance with Mental Patients Treatment

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................

SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT........................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................

MOTTO....................................................................................................................

ABSTRAK................................................................................................................

DAFTAR ISI ........................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................

A. Latar Belakang Masalah ...............................................................................

B. Rumusan Masalah ........................................................................................

C. Tujuan Penelitian .........................................................................................

D. Manfaat Penelitian .......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 10

A. Tinjauan Umum Variabel Penelitian ............................................................ 10

a. Tinjauan Umum Pengetahuan ................................................................ 10

1. Pengertian Pengetahuan ................................................................... 10

2. Tingkat Pengetahuan ........................................................................ 11

ix
3. Faktor – Faktor Yang Mempengharui Pengetahuan ........................ 12

4. Pengetahuan Keluarga Pasien Skizofrenia Tentang Kepatuhan

Kontrol Berobat…………………………………………………….

..........................................................................................................14

5. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Kontrol Berobat .......... 15

b. Tinjauan Umum Tentang Motivasi ........................................................ 15

1. Pengertian Motivasi ......................................................................... 15

2. Jenis – Jenis Motivasi ........................................................................ 16

3. Teori Motivasi.................................................................................... 17

4. Tujuan Motivasi ............................................................................... 19

5. Fungsi Motivasi ................................................................................ 19

6. Faktor Yang Mempengharui Motivasi............................................... 20

7. Cara Meningkatkan Motivasi ............................................................ 21

8. Motivasi Keluarga Pasien Jiwa Untuk Meningkatkan Pasien Berobat

..........................................................................................................22

9. Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat.............. 23

c. Tinjauan Umum Tentang Keluarga ........................................................ 23

1. Pengertian Keluarga ......................................................................... 23

2. Ciri Keluarga .................................................................................... 24

3. Struktur Keluarga ............................................................................. 24

4. Fungsi Keluarga .............................................................................. 26

5. Peran Keluarga................................................................................... 27

x
6. Tugas Kesehatan Keluarga................................................................. 28

d. Tinjauam Umum Tentang Kepatuhan .................................................... 30

1. Pengertian Kepatuhan ...................................................................... 30

2. Srategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan ......................................... 30

3. Kepatuhan Berobat Pasien Skizofrenia ............................................ 32

4. Indicator Kepatuhan Keluarga Untuk Melakukan

Kontrol Berobat Pasien Skizofrenia…………………………… 32

e. Tinjauan Umum Tentang Gangguan Jiwa .............................................. 33

1. Pengertian Gangguan Jiwa ............................................................... 33

2. Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa ...................................................

3. Macam – Macam Gangguan Jiwa .................................................... 35

4. Penyebab Gangguan Jiwa ................................................................ 39

5. Dampak Gangguan Jiwa Bagi Keluarga .......................................... 40

B. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................................ 43

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 45

1. Desain Penelitian Dan Rancangan Penelitian .............................................. 45

2. Lokasi Dan Waktu Penelitian......................................................................... 45

3. Populasi Dan Sampel Penelitian.................................................................... 46

4. Variabel Penelitian ........................................................................................ 47

5. Defenisi Operasional...................................................................................... 48

6. Instrument Pengumpulan Data........................................................................... 51

xi
7. Teknik Pengumpulan Data 53

8. Pengolahan Dan Analisa Data……………………………………………… 54

9. Tabulasi……………………………………………………………………… 56

10. Uji Statistik………………………………………………………………… 56

11. Etika Penelitian 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 59

A. Hasil Penelitian.............................................................................................. 60

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian........................................................ 60

2. Hasil Analisa Univariat............................................................................ 62

3. Hasil Analisa Bivariat.............................................................................. 64

B. Pembahasan.................................................................................................... 66

BAB V PENUTUP....................................................................................................

1. Kesimpulan.................................................................................................... 75

2. Saran............................................................................................................... 75

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 77

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... 80

1. Surat Permintaan Menjadi Responden........................................................... 80

2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden....................................................... 81

xii
3. Kuisioner Penelitian....................................................................................... 82

4. Hasil Olah Data.............................................................................................. 85

5. Dokumentasi ................................................................................................. 86

6. Lampiran SK Pembimbing............................................................................. 89

7. Lampiran Pengambilan Data Awal................................................................ 90

8. Surat Ijin Penelitian Dari Kampus................................................................. 91

9. Surat Rekomendasi Dari Kantor Gubernur Maluku....................................... 92

10. Surat Selesai Penelitian Dari RSKD Provinsi Maluku.................................. 93

xiii
xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu keadaan sejahtera yang dikaitkan dengan

kebahagiaan, kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme dan harapan.

Ketika seseorang mendapat stresor dan tidak mampu untuk menghadapi

stresor tersebut maka orang tersebut beresiko untuk mengalami gangguan

mental emosional. Hal tersebut dapat berubah menjadi gangguan jiwa berat

jika tidak ditangani dengan baik. Salah satu bentuk gangguan jiwa berat yang

sering dijumpai adalah skizofrenia (Stuart, 2016).

Gangguan jiwa merupakan gangguan neurologis yang memengaruhi

persepsi, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosial orang yang

mengalaminya (Yosep, 2016). Orang dengan gangguan jiwa akan mengalami

gangguan realitas, ketidakmampuan mengambil keputusan, menarik diri,

kemampuan dasar terganggu misalnya perawatan diri dan aktifitas hidup

sehari-hari (Stuart 2016).

Pasien yang telah terdiagnosa mengalami gangguan jiwa biasanya akan

sulit dipulihkan. Meskipun sembuh, kondisi pasien tidak bisa seperti keadaan

semula dan memerlukan waktu yang sangat lama. Pengobatan dan perawatan

skizofrenia harus dilakukan secara terus menerus untuk mencegah

kekambuhan sehingga pasien dapat produktif dalam menjalani kehidupannya

1
yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas hidup pasien (Kusumawati,

2017).

Keliat (2016) menyatakan pasien yang sudah pulih bisa kambuh kembali.

Hal itu terjadi jika pasien sudah merasa pulih dan tidak mau minum obat. Bila

pasien berhenti minum obat dalam kurun waktu 1 tahun, 70 persen akan

kambuh kembali. Beberapa hal yang dapat memicu kekambuhan pasien

gangguan jiwa antara lain kurangnya kurangnya pengetahuan keluarga,

motivasi dari keluarga, ketidakpatuhan kontrol berobat secara teratur

(Purwanto, 2017).

Kepatuhan kontrol berobat dipengaruhi oleh individu atau pasien sendiri,

dukungan keluarga, dukungan sosial dan dukungan dari petugas kesehatan

(Niven, 2015). Pasien yang tidak patuh kontrol berobat secara teratur bisa

disebabkan oleh beberapa hal seperti pasien sendiri tidak mempunyai

semangat dan disiplin dalam minum obat, keluarga tidak memiliki

pengetahuan dan motivasi untuk mengantar pasien melakukan kontrol berobat

secara teratur.

Pendidikan kesehatan tentang skizofrenia sangat penting diberikan kepada

pasien dan keluarga. Ketika keluarga tidak mempunyai pengetahuan tentang

kepatuhan dalam melakukan kontrol berobat maka keluarga tidak rutin

membawa pasien untuk kontrol. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Rita

Zahara (2016) yang menunjukan bahwa pendidikan kesehatan tentang

skizofrenia memberikan dampak positif terhadap kepatuhan minum obat.

2
Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan perawatan

pasien gangguan jiwa sangat penting karena peran keluarga menjadi salah satu

faktor pendukung dalam proses pemulihan penderita gangguan jiwa (Nasir &

Muhith, 2015). Ketika faktor ini berjalan optimal maka pasien akan patuh

kontrol, sehingga pengobatan dan perawatan pasien terus berlanjut dan

kemungkinan kekambuhannya kecil. Pada kenyataannya masih banyak pasien

yang tidak patuh kontrol berobat.

Berdasarkan Riskesdas, (2018) menjelaskan tentang cakupan pengobatan

penderita Skizofrenia yaitu penderita yang rutin berobat sebanyak 48,9% dan

tidak rutin berobat sebanyak 51.1%. Proporsi alasan ketidakpatuhan minum

obat gangguan jiwa yaitu 36,1% merasa sudah sehat, 33,7% tidak rutin minum

obat, 23,6 tidak mampu beli obat rutin, 7,0% tidak tahan efek samping obat,

6,1% sering lupa, 6,1% merasa obat tidak sesuai, dan 2,4% obat tidak tersedia.

Dari data tersebut alasan ketidakpatuhan minum obat pada penderita

gangguan jiwa tertinggi karena merasa sudah sehat 36,1%, tidak rutin minum

obat 33,7%, dan tidak mampu beli obat rutin 23,6%.

Berdasarkan data rekam medis di RSKD Provinsi Maluku jumlah total

pasien jiwa pada tahun 2019 sebanyak 850 pasien, tahun 2020 sebanyak 720

pasien, dan pada tahun 2021 sebanyak 625 pasien. Data hasil studi

pendahuluan di Poli Jiwa Rumah Sakit khusus daerah provinsi Maluku,

didapatkan data kunjungan pengobatan pasien jiwa yang berkunjung ke Poli

Jiwa RSKD Provinsi Maluku pada tiga tahun terakhir. Tahun 2019 sebanyak

3
467 kunjungan, 2020 sebanyak 334 kunjungan, pada tahun 2021 sebanyak

250 kunjungan, dan pada tahun 2022 untuk enam bulan terakhir dari bulan

januari sampai juni sebanyak 92 kunjungan (Data rekapitulasi poli jiwa RSKD

Provinsi Maluku.

Penelitian yang dilakukan oleh Neta dkk (2018) tentang hubungan

pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat pasien

skizofrenia di Poli Jiwa RSJD Provinsi Jambi pada tahun 2018 didapatkan

bahwa sebagian besar responden tidak patuh melakukan kontrol yaitu 58,3%,

yang berpengetahuan kurang 50% dan berpengetahuan baik 50%, dari 50%

responden dengan pengetahuan kurang sebanyak 97% orang tidak patuh

melakukan kontrol sedangkan 50% responden dengan pengetahuan baik

sebanyak 75% patuh melakukan kontrol. Penelitian yang dilakukan oleh

Santika (2018) tentang hubungan motivasi keluarga dan kepatuhan kontrol

berobat klien gangguan jiwa di puskesmas Krucil Kabupaten Probolinggo di

dapatkan bahwa sebagian besar responden tidak patuh kontrol berobat

(53,3%) dari responden yang tidak patuh ini ternyata paling banyak keluarga

pasien skizofrenia motivasi lemah untuk mengantar pasien melakukan kontrol

berobat.

Keluarga mempunyai peran penting agar pasien melakukan kontrol dengan

rutin oleh karena itu keluarga harus memiliki pengetahuan yang cukup.

Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan sesorang. Pengetahuan yang didasari dengan pemahaman yang tepat

4
akan menumbuhkan perilaku baru yang diharapkan, khususnya kemandirian

dalam melakukan perawatan pasien skizofrenia terutama terkait dengan

kepatuhan dalam pengobatan pasien skizofrenia. Pengetahuan keluarga

tentang waktu kontrol, cara mendapatkan obat sesuai dengan dosis dan

mengikuti anjuran perawat dan petugas kesehatan lain menjadi salah satu

faktor yang dapat mendorong keluarga untuk membawa pasien kontrol

berobat (Stuart, 2016).

Berdasarkan penelitian Warsidah (2017) menunjukan bahwa ada hubungan

antara tingkat pengetahuan keluarga dengan kepatuhan minum obat pasien

skizofrenia, semakin baik tingkat pengetahuan keluarga tentang gangguan

jiwa maka semakin tinggi kepatuhan minum obat pasien skizofrenia. Keluarga

merupakan sistem pendukung utama dalam memberikan perawatan langsung

dalam mengantisipasi terjadinya kekambuhan, maka dalam suatu keluarga

harus memiliki pengetahuan atau informasi dalam melakukan perawatan

anggota keluarga yang mengalami gangguan (Purwanto, 2017).

Motivasi keluarga dalam merawat pasien skizofrenia juga menjadi salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan kontrol berobat selain

pengetahuan keluarga. Sam dan Wahyudi (2018) menyatakan bahwa motivasi

merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertingkahlaku dalam

mencapai tujuan. Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri seseorang

menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatankegiatan tertentu untuk

mencapai suatu tujuan (Notoatmodjo, 2014).

5
Pasien dengan gangguan jiwa dalam masa rehabilitasinya memerlukan

waktu jangka panjang dan selama masa rehabilitasinya ada kemungkinan

untuk kambuh maka peran keluarga sangat di butuhkan. Keluarga harus

memiliki pengetahuan yang baik agar keluarga tahu bahwa kontrol berobat itu

sangat penting, dan keluarga harus mempunyai motivasi mengantar pasien

untuk melakukan kontrol berobat (Nasir & Muhith, 2016).

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketiga perawat yang bertugas di

bagian poliklinik RSKD Provinsi Maluku, didapatkan ada beberapa faktor

yang menjadi kendala sehingga pasien itu tidak melakukan kontrol berobat itu

dengan tepat. Perawat mengatakan faktor yang pertama, dukungan keluarga

yang tidak baik dalam memperhatikan pasien atau saudaranya untuk patuh

minum obat. faktor yang kedua, adanya semangat pasien untuk minum obat,

namun lama kelamaan semangat itu menurun karena tidak ada perhatian dari

keluarga untuk mengingatkan, dan memberikan support. Dan faktor yang

ketiga yang menjadi kendala pasien tidak dapat berobat, yaitu karena jarak

tempat tinggal ke rumah sakit yang membutuhkan biaya, pasien tidak

memeliki kartu jaminan kesehatan untuk berobat secara gratis. Alasan yang

sama ialah tidak ada biaya berobat. Faktor-faktor inilah yang menjadi alasan

pasien tidak patuh dalam berobat sehingga membuat pasien mengalami

gangguan jiwa dan akhirnya keluarga membawa kembali pasien ke rumah

sakit untuk ditangani.

6
Hasil wawancara dengan dengan keluarga yang datang untuk mengambil obat

dari tanggal 21 september sampai 6 oktober, dari 75 responden didapatkan

pengetahuan keluarga 61,3% baik, dan 38,7% tidak baik. Motivasi keluarga

didapatkan 77,3% motivasi tinggi, dan 22,7% motivasi rendah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka penulis tertarik

untuk meneliti tentang “Hubungan Pengetahuan Keluarga dan Motivasi

dengan Kepatuhan Berobat Klien Gangguan Jiwa’’

B. Rumusan Masalah :

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas dapat dirumuskan

masalah penelitian adalah “ Apakah ada hubungan Pengetahuan Keluarga dan

Motivasi dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan jiwa”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan Motivasi keluarga dengan

kepatuhan berobat klien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan pengetahuan keluarga dengan Kepatuhan

berobat klien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku.

b. Mengetahui hubungan Motivasi dengan kepatuhan berobat klien

gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku.

7
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan beberapa

manfaat antara lain:

a) Referensi

Sebagai tambahan referensi tentang hubungan Pengetahuan keluarga

dengan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa.

b) Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi

pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Keluarga

Dapat memberikan informasi dan masukan bagi keluarga mengenai

pentingnya pengetahuan serta motivasi dalam proses pengobatan klien

gangguan jiwa

b. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat menerima kehadiran klien gangguan jiwa dalam

lingkungan serta dapat memberikan dukungan social kepada klien

gangguan jiwa.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai reverensi tambahan bagi peneliti selanjutnya dalam

melakukan penelitian tentang Hubungan Pengetahuan Keluarga dan

8
Motivasi dengan Kepatuhan berobat klien gangguan jiwa, tapi dengan

menggunakan variabel penelitian yang lain.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil “Tahu” dan dal ini terjadi setelah orang

mengadaan penginderaan terhadap objek melalui panca indera manusia

yaitu penglihatan, pendengaran, rasa dan raba. Waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. (Wawan dkk 2016).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal.

Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut

akan semakin baik pengetahuannya. Akan tetapi, perlu ditekankan bukan

berarti orang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah.

Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui

pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek

yaitu : aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek

yang diketahui maka akan menimbukan sikap makin positif terhadap

10
objek tertentu. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan dkk, 2016).

2. Tingkat Pengetahuan

Wawan dkk, (2016) menyatakan bahwa didalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

sudah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat

ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah terima. Oleh

sebab itu, “Tahu” ini adalah tingkat pengetahuan paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi dan menyatakan.

b. Memahami (Comprehension) artinya sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana

dapat menginterpretasikan secara benar. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan,

mencontohkan, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap

suatu objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi

rill (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau

11
penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam

struktur orgnisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama yang

lain (Notoadmodjo, 2010).

e. Sintesis yang dimaksud menunjukan pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemapuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteriakriteria

yang ada (Notoadmodjo, 2010)

3. Faktor – Faktor yang mempengharuhi Pengetahuan

Mubarak (2016), menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

a. Pendidikan. pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami.

Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan maka akan

semakin mudah mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin

banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya jika tingkat

12
pengetahuannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap

seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang

diperkenalkan.

b. Lingkungan. lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahu an baik secara langsung

maupun secara tidak langsung.

c. Umur. dengan bertambahnya umur seseorang maka akan terjadi

perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan

pada fisik secara garis besar ada 4 kategori perubahan. Pertama,

perubahan ukuran, kedua, perubahan proporsi, ketiga, hilangnya ciri-

ciri lama, keempat, timbulnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat

pematangan fungsi organ. Pada aspek psikologis atau mental taraf

berpikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Mental sebagai sesuatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi

terhadap suatu minat dijadikan seseorang untuk mencoba menekuni

suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam.

e. Pengalaman. pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecendrungan pengalaman yang kurang baik, seseorang akan berusaha

untuk melupakannya namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan secara psikologis akan timbul kesan yang mendalam

13
dan membekas dalam emosi kejiawaannya dan akhirnya dapat pula

membentuk sikap postif dalam kehidupannya.

f. Kebudayaan lingkungan sekitar kebudayaan dimana kita hidup dan

dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap

pribadi atau sikap seseorang.

g. Informasi. informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru.

4. Pengetahuan keluarga pasien skizofrenia tentang kepatuhan kontrol

berobat

Stuart (2016), menyatakan bahwa pengetahuan keluarga pasien

skizofrenia merupakan faktor yang sangat penting, pengetahuan yang

didasari dengan pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku yang

diharapkan dalam melakukan perawatan pasien skizofrenia terutama

terkait dengan kepatuhan dalam pengobatan.

Indikator pengetahuan pasien skizofrenia tentang kepatuhan kontrol

berobat terdiri dari tiga indikator (Putri 2016) adalah:

a. Defenisi kepatuhan kontrol berobat Pengetahuan kepatuhan kontrol

berobat adalah kemampuan dalam memahami pengobatan tentang

kontrol berobat untuk mencapai kesembuhan.

b. Pilihan dan tujuan pengaturan Upaya individu untuk memilih sesuai

dengan yang diyakininya untuk mencapai kesembuhan.

14
c. Perencanaan pengobatan dan perawatan Upaya perencanaan yang

dilakukan oleh individu dalam pengobatannya untuk mencapai suatu

kesembuhan. Antara lain: jadwal minum obat dan jadwal cek up.

d. Pelaksanaan aturan hidup. Kemampuan individu untuk mengubah

gaya hidup sebagai upaya untuk menunjang kesembuhannya.

5. Hubungan Pengetahuan Dengan Kepatuhan Kontrol Berobat

Kejadian kekambuhan mengalami peningkatan jika tidak memiliki

pengetahuan tentang skizofrenia, tidak patuh dalam melakukan kontrol

berobat dan tidak mendapat dukungan dari keluarga. Semakin tinggi

pengetahuan keluarga maka kepatuhan keluarga dalam mengantar pasien

untuk melakukan kontrol berobat juga semakin tinggi.

B. Tinjauan Umum Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi

kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-

faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah

laku manusia dalam arah tekad tertentu. Motivasi adalah segala sesuatu

yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan

atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau

menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku (Nursalam, 2015)

15
2. Jenis – Jenis Motivasi

Pada dasarnya motivasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Nursalam,

2016) sebagai berikut:

1. Motivasi Internal

Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Keperluan dan

keinginan yang ada dalam diri seseorang akan menimbulkan motivasi

internalnya. Kekuatan ini akan memengaruhi pikirnya yang

selanjutnya akan mengarahkan perilaku orang tersebut. Motivasi

internal dikelompokan menjadi dua.

a. Fisiologis, yang merupakan motivasi alamiah seperti rasa lapar,

haus dan lain-lain

b. Psikologis, yang dapat dikelompokan menjadi 3 kategori dasar.

1) Kasih sayang, motivasi untuk menciptakan kehangatan,

keharmonisan, kepuasan batin, emosi dalam berhubungan

dengan orang lain.

2) Mempertahankan diri untuk melindungi kepribadian,

menghindari luka fisik dan psikologis, menghindari diri dari

rasa malu dan ditertawakan orang, serta kehilangan muka,

mempertahankan gengsi dan mendapatkan kebanggaan diri.

16
3) Memperkuat diri, mengembangkan kepribadian berprestasi,

mendapatkan pengakuan dari orang lain, memuaskan diri

dengan penguasaannya terhadap orang lain.

2. Motivasi Eksternal

Motivasi eksternal tidak dapat dilepaskan dari motivasi internal.

Motivasi eksternal adalah motivasi yang timbul dari luar/lingkungan.

Misalnya: motivasi eksternal dalam belajar antara lain berupa

penghargaan, pujian, hukuman, atau celaan yang diberikan oleh guru,

teman atau keluarga.

3. Teori Motivasi

Lestari (2016), menjelaskan bahwa terdapat beberapa teori motivasi yaitu:

a. Hirarki Kebutuhan Dasar Manusia

Teori tentang motivasi yang dikenal dengan teori hirarki kebutuhan

dasar manusia. Maslow menyebutkan bahwa faktor pendorong yang

menyebabkan seseorang bekerja adalah motivasi. Teori tentang hirarki

kebutuhan ini sangat banyak dipakai untuk membuat konseptualisasi

motivasi manusia. Maslow menyampaikan bahwa kebutuhan manusia

tersusun secara hirarki. Bila suatu kebutuhan telah tercapai oleh

individu maka kebutuhan yang lebih tinggi segera menjadi kebutuhan

baru yang harus dicapai. Konsekuensinya untuk jangka panjang

individu tidak dapat dimotivasi hanya oleh penghargaan dan perasaan

17
sukses saja yang lebih penting adalah memberi kepastian penjelasan

yang cukup dan jaminan kerja sebagai pekerja tetap.

Keseluruhan teori motivasi yang dikembangkan oleh maslow

berintikan pendapat yang menguatkan kebutuhan manusia dapat

diklasifikasikan pada kebutuhan lima hirarki kebutuhan, yaitu

kebutuhan fisiologi, kebutuhan rasa aman, kebutuhan memiliki,

kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri.

Indikator fisik dan fisiologis untuk menggambarkan secara rinci

hirarki kebutuhan manusia menurut Maslow sebagai berikut:

1) Fisiologi; lapar, haus, seks, rasa enak, tidur dan istirahat.

2) Rasa aman; menghindari bahaya dan bebas dari rasa takut atau

terancam.

3) Rasa memiliki; rasa bahagia berkumpul dan rasa berserikat,

perasaan diterima dikelompok, rasa bersahabat dan afeksi.

4) Penghargaan; menerima keberhasilan diri, berkompetisi,

keyakinan, rasa diterima orang lain, aspirasi, rekognisi dan

martabat.

5) Aktualisasi diri; keinginan mengembangkan diri secara maksimal

melalui usaha diri, kreativitas dan ekspresi diri.

b. Teori hoegine-Motivasi dari Herzberg

18
Teori motivasi yang ditemukan oleh Herzberg tentang motivasi

yang mempertajam pengertian mengenai efektivitas dari situasi kerja.

Teori tersebut terkenal dengan teori Hogienemotivasi atau teori

motivasi dua faktor, yaitu faktor eksternal dan internal. Hezberg

menyatakan apabila pekerja merasa puas dengan pekerjaannya,

kepuasan itu didasarkan pada faktor yang internal sebaliknya apabila

pekerja tidak puas dengan pekerjaannya, ketidakpuasan itu umumnya

dikaitkan dengan sifatnya eksternal, baiknya faktor internal maupun

faktor eksternal berpengaruh besar terhadap motivasi seseorang.

Faktor internal meliputi: prestasi, pekerjaan, penghargaan,

perkembangan, kemajuan dan tanggung jawab. Faktor eksternal

meliputi: status, rekan kerja, supervisi, gaji, kondisi kerja, kebijakan

perusahaan dan kemajuan kerja.

4. Tujuan Motivasi

Lestari (2016), secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah

untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan

kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil

tujuan tertentu. Disini akan disebutkan tujuan-tujuan dari motivasi adalah

sebagai berikut:

a. Meningkatkan kepuasan pekerja

b. Meningkatkan produktivitas

c. Mempertahankan kestabilan pekerja

19
d. Meningkatkan kedisiplinan

e. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik

5. Fungsi Motivasi

Donsu (2017), menyatakan bahwa fungsi motivasi ada tiga yaitu:

a. Mendorong manusia untuk berbuat, dimana motivasi dalam hal ini

merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan, yang kearah tujuan yang hendak dicapai,

sehingga motivasi dapat memberikan arah dan keinginan yang harus

dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

c. Sebagai seleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan apa yang harus

dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisikan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi

Lestari (2016), menyatakan ada beberapa hal yang mempengaruhi motivasi

yaitu:

a. Faktor fisik. Motivasi yang ada didalam diri individu yang mendorong

untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan fisik seperti

kebutuhan jasmani, raga, materi, benda atau berkaitan dengan alam

lingkungan dan kondisi seseorang meliputi keadaan atau kondisi

kesehatan, umur dan sebagainya.

20
b. Faktor herediter. Motivasi yang didukung oleh lingkungan berdasarkan

kematangan dan usia seseorang faktor herediter. Motivasi yang

didukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan dan usia seseorang.

c. Faktor intrinsic. seseorang Motivasi yang berasal dari dalam dirinya

sendiri biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan

sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan

d. Fasilitas (sarana dan prasarana). Motivasi yang muncul karena adanya

kenyamanan dan segala yang memudahkan dengan tersedianya sarana-

sarana yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.

e. Situasi dan kondisi. Motivasi yang timbul berdasarkan keadaan yang

terjadi sehingga mendorong memaksa seseorang untuk melakukan

sesuatu.

f. Program dan aktivitas. Motivasi yang timbul atas dorongan dalam diri

seseorang atau pihak lain yang didasari dengan adanya kegiatan

program rutin dan tujuan tertentu.

g. Audio fisual (media). Motivasi yang timbul dengan adanya informasi

yang dapat dari perantara sehingga mendorong atau menggugah hati

seseorang untuk melakukan sesuatu.

h. Umur. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang berfikir logis dan bekerja sehingga

motivasi seseorang kuat dalam melakukan sesuatu hal.

7. Cara Meningkatkan Motivasi

21
Lestari (2016), menyatakan ada beberapa hal yang meningkatkan motivasi

sebagai berikut:

a. Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force) yaitu memotivasi

dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang di motivasi dapat

melakukan apa yang harus dilakukan.

b. Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement), yaitu motivasi

dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu harapan

yang memberikan motivasi.

c. Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identivication on

egoinvoiremen), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan

kesadaran.

8. Motivasi Keluarga Pasien Jiwa Untuk Mengantarkan Pasien Berobat

Motivasi keluarga dalam merawat dan mengantarkan pasien skizofrenia

sangat berpengaruh terhadap kepatuhan kontrol berobat pasien. Motivasi

merupakan sesuatu yang mendorong seseorang untuk mencapai tujuan

Sunaryo (2015).

Indiktor motivasi pasien skizofrenia tentang kepatuhan kontrol berobat

terdiri dari tiga indicator:

a. Motivasi Intrinsik. Motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang

tanpa adanya dorongan dari orang lain.

22
b. Motivasi ekstrinsik. Motivasi yang timbul dari luar atau lingkungan.

Motivasi ekstrinsik ditandai oleh pertimbangan di luar dirinya dalam

melakukan dalam melakukan sesuatu.

c. Motivasi terdesak. Motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan

munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali munculnya pada

perilaku aktivitas seseorang.

9. Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kepatuhan Kontrol Berobat

Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses penyembuhan dan

perawatan pasien skizofrenia sangat penting. Apabila keluarga memiliki

motivasi dan kesadaran yang tinggi maka keluarga akan mengantarkan

pasien untuk melakukan kontrol berobat Saam dan Wahyuni (2018).

Penelitian Santika (2018) menunjukan bahwa ada hubungan antara

motivasi keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat karena keluarga

mempunyai motivasi yang lemah.

C. Tinjauan Umum Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh

hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiap-tiap anggota keluarga

selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko 2017).

Padila (2016) mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dari

masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang

23
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan

saling ketergantungan.

Dion dan Betan (2015) menyatakan bahwa keluarga adalah suatu

ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa

yang berlaian jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau

seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak

2. Ciri Keluarga

1. Dion dan Betan (2015) menyatakan bahwa ciri-ciri keluarga sebagai

berikut:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Keluarga membentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (nomen clatur)

termasuk perhitungan garis keturunan.

d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga.

3. Struktur Keluarga

24
Dion dan Betan (2015) menyatakan struktur keluarga yang terdapat di

NTT atau Indonesia secara umum yaitu:

1. Berdasarkan Jalur Hubungan Darah.

A. Patrineal

Yang dimaksudkan dengan struktur patrineal adalah keluarga

sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi,

dimana hubungan itu disusun berdasarkan garis keturunan ayah.

B. Matrineal

Yang dimaksudkan dengan struktur matrilineal adalah keluarga

sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa

generasi dimana hubungan itu disusun melalui garis keturunan ibu.

2. Berdasarkan Tempat Tinggal

A. Matrilokal

Merupakan sepasang suami istri yang mana setelah menikah dan

tinggal bersama keluarga sedarah istri.

B. Patrilokal

Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

3. Berdasarkan Pribadi Pengambilan Keputusan

Keputusan merupakan peran yang harus dilakukan oleh suami dan

atau istri sebagai dasar bagi pembina keluarga namun tidak selamanya

25
pengambilan keputusan dilaksanakan bersama-sama. Berikut adalah

pembagian struktur berdasarkan siapa yang mengambil keputusan,

adalah sebagai berikut:

A. Patriakal: Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.

Pengambilan keputusan bagi keluarga yang menganut struktur

patriakal memang didasarkan pada peran ayah yang mengetuk

namun dalam menentukan keputusan tersebut seharusnya

melibatkan ibu sebagai orang yang mempertimbangkan

B. Matriakal: Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri.

Dalam struktur matriakal, peran istri adalah sebagai pengambil

keputusan namun seharusnya lebih melibatkan suami dalam

mempertimbangkan keputusan tersebut.

4. Fungsi Keluarga

Padila (2016) menyatakan, keluarga memiliki lima fungsi dasar yaitu:

a. Fungsi afektif (fungsi pemeliharaan kepribadian): untuk stabilitas

pemeliharaan kaum dewasa, memenuhi kebutuhankebutuhan para

anggota keluarga

b. Sosialisasi dan fungsi penempatan sosial: untuk sosialisasi primer

anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota

masyarakat yang produktif dan juga sebagai penganugerahan status

anggota keluarga.

26
c. Fungsi reproduktif: untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga

untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomis: untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi

yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara

afektif.

e. Fungsi-fungsi perawatan kesehatan: untuk pengadaan kebutuhan-

kebutuhan fisik, pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.

Dion dan Betan (2016) menyatakan bahwa terdapat tiga fungsi pokok

keluarga terhadap anggotanya, adalah:

a. Asih, yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan

kebutuhannya.

b. Asuh, yaitu menuju kebutuhan pemeliharaan dan keperawatan

anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan

menjadikan mereka anak-anak baik fisik, mental, sosial dan

spiritual.

27
c. Asah, yaitu memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan

masa depannya.

5. Peranan Keluarga

Dion dan Betan (2016) menyatakan bahwa keluarga mempunyai

berbagai peran formal adalah:

a. Peranan ayah: sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak

berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi

rasa aman. Juga sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari

kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungan.

b. Peranan ibu: sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anak

berperan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan

pendidik bagi anak-anaknya, pelindung dan salah satu anggota

kelompok sosial serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan

disamping dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan

keluarga.

c. Peranan anak: melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan

tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

6. Tugas Kesehatan Keluarga

Harmoko (2017) menuliskan 5 tugas kesehatan keluarga yaitu sebagai

berikut:

28
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh

diabaikan, karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan

berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan

perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya.

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga, secara

tidak langsung akan menjadi perhatian keluarga atau orang tua.

Apabila menyadari adanya perubahan, keluarga perlu mencatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar

perubahannya.

b. Membuat keputusan tindakan yang tepat

Tugas ini merupakan upaya utama keluarga untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga dengan

pertimbangan siapa diantara anggota keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan sebuah tindakan. Tindakan kesehatan

yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah

kesehatan yang sedang terjadi dapat dikurangi atau teratasi. Jika

keluarga mempunyai keterbatasan dalam mengambil keputusan

maka keluarga dapat meminta bantuan kepada orang lain

dilingkungan tempat tinggalnya.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

29
Sering mengalami keterbatasan maka anggota keluarga yang

mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan

lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak

terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan

atau di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan

melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung dan bersosialisasi

bagi anggota keluarga, sehingga anggota keluarga akan memiliki

waktu lebih banyak berhubungan dengan lingkungan tempat

tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah harus dapat menjadikan

lambang ketenangan, keindahan dan dapat menunjang derajat

kesehatan bagi anggota keluarga.

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

Apabila mengalami gangguan kesehatan atau masalah yang

berkaitan dengan kesehatan keluarga atau aggota keluarga harus

dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya.

Keluarga dapat berkonsultsi atau meminta bantuan tenaga

keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami anggota

keluarganya, sehingga dapat bebas dari segala penyakit.

D. Tinjauan Umum Kepatuhan

1. Pengertian Kepatuhan

30
Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti disiplin dan taat.

Niven (2015), mendefinisikan kepatuhan pasien sebagai sejauh mana

perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas

kesehatan. Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat, suka

menuruti dan disiplin. Kepatuhan adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan

kebiasaan hidup sehat dan ketetapan berobat (Kozier, 2017).

2. Strategi Untuk Meningkatkan Kepatuhan

Niven (2015), menyatakan berbagai strategi telah dicoba untuk

meningkatkan kepatuhan adalah:

a. Dukungan profesional kesehatan sangat diperlukan untuk

meningkatkan kepatuhan. Contoh yang paling sederhana dalam

dukungan tersebut adalah dengan adanya teknik komunikasi.

Komunikasi memegang peranan penting karena komunikasi yang baik

diberikan oleh profesional kesehatan baik dokter atau perawat dapat

menanamkan ketaatan bagi pasien.

b. Dukungan sosial yang dimaksud adalah keluarga. Para profesional

kesehatan yang dapat meyakinkan keluarga pasien untuk menunjang

peningkatan kesehatan pasien maka ketidakpatuhan dapat dikurangi.

c. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)

terhadap stimulus atau objek yang diberkaitan dengan sakit dan

31
penyakit sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman. Perilaku

pemeliharaan kesehatan terdiri dari 3 aspek yakni:

1) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan Perilaku

peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat.

2) Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan

sehat.

3) Perilaku gizi (makanan) dan minum, makanan dan minuman dapat

memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang.

d. Pemberian informasi Pemberian informasi yang jelas kepada klien dan

keluarga mengenai penyakit yang dideritanya serta cara

pengobatannya.

3. Kepatuhan Berobat Pasien Jiwa

Kepatuhan berobat adalah tingkat perilaku penderita dalam mengambil

suatu tindakan pengobatan, misalnya dalam menentukan kebiasaan hidup

dan ketepatan berobat. Dalam pengobatan seseorang dikatakan tidak patuh

apabila orang tersebut melalaikan kewajiban berobat sehingga dapat

menyebabkan terhalangnya kesembuhan (Niven, 2015).

Kepatuhan adalah sikap atau ketaatan. Kepatuhan dimulai mulamula

individu mematuhi anjuran petugas kesehatan tanpa relaan untuk

melakukan tindakan (Niven, 2015).

Notoatmodjo (2015), menyatakan bahwa kepatuhan adalah ketaatan

pasien dalam melaksanakan tindakan terapi. Kepatuhan pasien berarti

32
bahwa pasien dan keluarga harus meluangkan waktu dalam menjalani

pengobatan yang dibutuhkan. Pasien yang patuh berobat adalah pasien

yang menyelesaikanpengobatan secara teratur dan lengkap tanpa terputus

selama minimal 6 bulan sampai dengan 9 bulan. Pasien lalai jika lebih dari

tiga hari sampai 2 bulan dari tanggal perjanjian dan dikatakan dropout jika

lebih dari 2 bulan berturutturut tidak datang berobat.

4. Indikator Kepatuhan Keluarga Untuk Melakukan Kontrol Berobat

Pasien Skizofrenia

Niven (2015), menyatakan pasien yang sudah pulih bisa kambuh kembali.

Hal itu terjadi jika pasien sudah merasa pulih dan tidak mau minum obat.

Bila pasien berhenti minum obat dalam kurun waktu 1 tahun, 70 persen

dia akan kambuh kembali.

a. Jumlah kunjungan tepat waktu

b. Jumlah kunjungan tidak tepat waktu

E. Tinjaun Umum Gangguan Jiwa

1. Pengertian Gangguan Jiwa

American Psychiatric Association dalam Sutejo (2017), mendeskripsikan

gangguan jiwa sebagai sesuatu pola psikologis ataupun sikap yang

berguna sebagai klinis yang terjadi pada seorang serta berhubungan

dengan adanya stress ataupun disabilitas. yakni kerusakan pada satu atau

lebih area yang penting) atau diikuti kenaikan resiko kematian yang

menyakitkan, nyeri, disabilitas ataupun kehilangan kebebasan.

33
2. Tanda Dan Gejala Gangguan Jiwa

Menurut Nasir & Muhith (2015), ada berbagai tanda dan gejala gangguan

jiwa diantaranya:

a. Gangguan Kognitif

Kognitif ialah sesuatu cara psikologis yang dimana seorang individu

bisa mengetahui serta menjaga hubungannya dengan lingkungan, baik

lingkungan dalam ataupun luar. Cara kognitif bisa mencakup sebagian

perihal semacam anggapan, kehebohan, ingatan dan kesadaran.

b. Gangguan Perhatian

Perhatian ialah sesuatu konsentrasi pandangan atau Fokus dengan

menilai sesuatu proses kognitif semacam rangsangan yang berawal

dari luar.

c. Gangguan Ingatan

Ingatan atau memori merupakan kemamouan seorang individu unttuk

menyimpan, mencatat suatu hal ataupun menilai tanda-tanda

kesadaran.

d. Gangguan Asosiasi

Asosiasi merupakan suatu proses mental yang cenderung berfungsi

untuk menimbulkan kesan atau gambaran ingatan respon atau konsep

yang sebelumnya ada berkaitan dengannya.

34
e. Gangguan Pertimbangan

Petimbangan ataupun penilaian ialah sesuatu cara psikologis yang

berperan untuk menyamakan ataupun memperhitungkan sebagian opsi

dalam sesuatu kerangka kegiatan dengan membagikan evaluasi untuk

memutuskan arti ataupun tujuan dari sesuatu kegiatan.

f. Gangguan Pikiran

Pikiran ialah sesuatu cara menaruh ikatan antar berbagai wawasan

dalam diri seseorang.

g. Gangguan Kesadaran

Kesadaran ialah keahlian individu untuk memadukan ikatan dengan

lingkungan dan dirinya sendiri lewat pancaindra serta memberi batas

kepada lingkungan dan dirinya sendiri.

h. Gangguan Kemauan

Kemauan ialah sesuatu cara dalam memikirkan kemauan yang setelah

itu diputuskan serta dicoba hingga menggapai tujuan yang diinginkan.

i. Gangguan Emosi dan Afek

Emosi ialah sesuatu tingkah laku yang sadar yang bisa memberikan

pengaruh pada kegiatan dari individu itu. Afek ialah perasaan penuh

emosi orang, menyenangkan ataupun tidak yang diiringi sesuatu

35
pikiran. Hal itu bisa berjalan lama serta tidak sering diikuti unsur

fisiologis.

3. Jenis - Jenis Gangguan Jiwa

Menurut Sutejo (2017), macam-macam gangguan jiwa diantaranya:

a. Skizofrenia

Skizofrenia ialah wujud psikosis fungsional sangat berat, serta

memunculkan disorganisasi identitas yang terbanyak. Skizofrenia pula

ialah sesuatu wujud psikosa yang kerap ditemukan dimana- mana

semenjak dulu kala. Walaupun begitu wawasan kita mengenai sebab-

akibat serta patogenisanya amat kurang. Dalam permasalahan berat,

klien tidak memiliki kontak dengan kenyataan, alhasil pandangan serta

perilakunya tidak normal. Penyakit ini secara bertahap hendak

mengarah kearah kronis, namun dalam satu waktu bisa memunculkan

serangan. Skizofrenia tidak sering dapat membaik dengan sempurna

serta otomatis, bila tidak diatasi umumnya menyebabkan personalitas

hancur“ cacat”. Bagi riset canggih, pemicu kendala skizofrenia antara

lain: faktor genetik, virus, auto antibodi, serta malnutrisi.

b. Depresi

Depresi ialah gangguan psikologis yang bisa ditandai dengan

terdapatnya perasaan sedih serta cemasakan seseuatu perihal. Kendala

ini bisa menhilang dalam sebagian hari namun pula dapat

berkepanjangan alhasil bisa memepengaruhi kegiatan tiap hari orang.

36
Menurut World Health Organization (2010), depresi ialah suau

kendala psikologis yang bisa ditandai dengan terdapatnya gejala

penurunan mood, kehilangan minat kepada sesuatu perihal, perasaan

bersalah, gangguan tidur serta nafsu makan menyusut, kehabisan

tenaga dan penyusutan pemahaman serta Fokus. Depresi bisa

diakibatkan oleh bermacam faktor antara lain: faktor biologis,

gangguan neurotransmitter, faktor neuroendorkin, Tidak normal otak,

serta keresahan.

c. Gangguan Mental Organik

Gangguan mental organic ialah gangguan jiwa yang psikotik ataupun

nonpsikotik yang diakibatkan oleh gangguan fungsi jaringan otak.

fungsi jaringan otak ini bisa diakibatkan oleh penyakit badaniah yang

paling utama mengeni otak ataupun yang paling utama diluar otak.

Apabila bagian otak yang terganggu itu luas, sehingga gangguan dasar

mengenai fungsi mental serupa saja, tidak terkait pada penyakit yang

menyebabkannya apabila cuma bagian otak dengan guna khusus saja

yang terganggu, sehingga posisi inilah yang memastikan gejala serta

sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya. Pembagian menjadi

psikotik serta tidak psikotik lebih membuktikan pada berat gangguan

otak pada sesuatu penyakit khusus dari pada pembagian kronis serta

akut.

d. Gangguan Psikosomatik

37
Gangguan psikosomatik ialah bagian psikologik yang diikuti

gangguan fungsi badaniah. Kerap terjadi kemajuan neurotik yang

menampilkan beberapa besar ataupun sekedar sebab kendala fungsi

alat- alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf vegetative. Gangguan

psikosomatik bisa disamakan dengan apa yang dikenal dulu neurosa

organ. Sebab umumnya hanya fungsi faaliah yang terganggu, hingga

sering disebut juga gangguan psikofisiologik.

e. Gangguan Intelektual (Retarasi Mental)

Gangguan intelektual ialah situasi dimana intelegensi kurang( tidak

normal) ataupun dibawah rata- rata semenjak lahir atau semenjak masa

anak- anak. Retarasi mental kerap ditandai dengan terdapatnya

keterbatasan intelektual serta ketidakmampuan berhubungan dengan

orang lain. Retarasi mental pula bisa dimaksud bagaikan sesuatu

kondisi dalam perkembangan jiwa yang terhambat ataupun tidak

sempurna, yang kuncinya ditandai dengan hilangnya keahlian

sepanjang masa perkembangan sehingga mempengaruhi pada

tingkatan kecerdasan dengan cara menyeluruh, misalnya dalam

keahlian kognitif, bahsa, motorik, serta sosial.

f. Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja

Anak dengan gangguan perilaku membuktikan sikap yang tidak cocok

dengan permohonan, kebiasaan ataupun norma- norma masyarakat.

Anak dengan gangguan perilaku bisa memunculkan kesukaran dalam

38
ajaran serta pembelajaran. Gangguan perilaku bisa jadi berawal dari

anak ataupun bisa jadi dari lingkungannya, hendak namun

kesimpulannya kedua aspek ini saling mempengaruhi. Dikenal bahwa

karakteristik serta bentuk anggota tubuh dan sifat kepribadian yang

biasa bisa diturunkan dari orang tua pada buah hatinya. Pada gangguan

otak semacam trauma kepala, ensepalitis, neoplasma bisa

menyebabkan perubahan karakter. Aspek lingkungan juga bisa

pengaruhi sikap anak, serta kerap lebih menentukan oleh sebab

lingkungan itu bisa diganti, sehingga dengan begitu gangguan sikap itu

bisa dipengaruhi ataupun dilindungi.

4. Penyebab Gangguan Jiwa

Menurut Sutejo (2017), gangguan jiwa mempunyai bermacam berbagai

penyebab. Penyebab gangguan jiwa bisa berawal dari ikatan dengan orang

lain yang tidak menuntungkan semacam perlakuan tidak seimbang,

semena- mena, kehabisan orang yang dicintai, kehilangan karier serta

sebagainya. Tidak hanya itu gangguan jiwa juga bisa diakibatkan oleh

faktor orrganik, kelainan saraf serta gangguan pada otak.

Terdapat sebagian sumber yang menimbulkan terjadinya gangguan

jiwa antara lain: (1) Faktor somatik( somatogenik) ialah dampak gangguan

pada neuroanatomi, neurofisiologi serta neurokimia, tercantum tingkatan

kedewasaan serta perkembangan organik, dan faktor pranatal serta

39
perinatal. (2) Faktor psikologik (psikogenik) ialah faktor yang

berhubungan dengan interaksi ibu serta anak, perasnan ayah, persaingan

antara kerabat kandungan dan ikatan dalam keluarga serta pekerjaan.

Kondisi tersebut apabila kurang baik bisa menyebabkan keresahan,

tekanan mental, rasa malu serta rasa bersalah yang berlebihan. (3) Faktor

sosial adat mencakup aspek kemantapan keluarga, pola penjaga anak,

tingkatan ekonomi, perumahan serta permasalahan golongan minoritas

yang mencakup prasangka, sarana kesehatan, dan akibat rasial serta

keagamaan.

5. Dampak Gangguan Jiwa Bagi Keluarga

Menurut Wahyu (2017), keluarga belum terbiasa dengan:

a. Penolakan. Sering terjadi serta muncul ketika terdapat keluarga yang

mengidap gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menyangkal

pengidap itu serta meyakini memiliki penyakit berkepanjangan.

Sepanjang bagian akut anggota keluarga akan takut dengan apa yang

berlangsung pada orang yang mereka cintai. Pada cara dini, keluarga

hendak mencegah orang yang sakit dari orang lain serta

mempersalahkan serta memandang rendah orang yang sakit untuk

sikap tidak bisa diperoleh dan minimnya hasil. Tindakan ini menjurus

pada ketegangan dalam keluarga, serta pengasingan serta kehilangan

40
hubungan yang berarti dengan keluarga yang tidak mensupport orang

yang sakit.

b. Stigma. Data serta wawasan mengenai gangguan jiwa tidak seluruhnya

dalam anggota keluarga memahaminya. Keluarga menyangka

pengidap tidak bisa berbicara seperti orang wajar yang lain.

Menimbulkan sebagian keluarga merasa tidak aman buat mengundang

pengidap dalam aktivitas khusus. stigma dalam semacam itu banyak di

kehidupan sehari- hari, tidak membingungkan, semua ini bisa

menyebabkan pembatalan dari aktif mengikuti dalam kehidupan

sehari- hari.

c. Frustasi. Tidak berdaya dan kecemasan Susah untuk siapa saja buat

menanggulangi dengan pandangan abnormal serta tingkah laku

abnormal serta tidak terkira. Perihal ini membingungkan,

menyeramkan, serta meletihkan. Apalagi ketika orang itu konstan pada

obat, acuh tak acuh serta minimnya dorongan dapat membuat

kegagalan. Anggota keluarga menguasai kesusahan yang pengidap

punya. Keluarga bisa jadi marah- marah, takut, serta frustasi sebab

berjuang buat memperoleh kembali ke rutinitas yang tadinya pengidap

jalani.

d. Kelelahan dan Burn out. Seringkali keluarga jadi putus asa berdekatan

dengan orang yang dicintai yang mempunyai penyakit mental. Mereka

bisa jadi mulai merasa tidak sanggup menanggulangi dengan hidup

41
dengan orang yang sakit yang wajib selalu dirawat. Tetapi kerapkali,

mereka merasa terperangkap serta letih oleh titik berat dari perjuangan

tiap hari, paling utama bila cuma terdapat satu anggota keluarga bisa

jadi merasa benar- benar diluar pengawasan. Perihal ini dapat terjadi

sebab orang yang sakit ini tidak mempunyai batasan yang ditetapkan

di tingkah lakunya. Keluarga dalam perihal ini butuh diterangkan

kembali kalau dalam menjaga pengidap tidak bisa merasa lelah, sebab

dorongan keluarga tidak bisa berhenti untuk senantiasa memberi

support pengidap.

e. Duka. Kesedihan buat keluarga di mana orang yang dicintai

mempunyai penyakit psikologis. Penyakit ini mengusik keahlian

seorang buat berperan serta ikut serta dalam aktivitas wajar dari

kehidupan tiap hari, serta penurunan yang bisa terus menerus.

Keluarga bisa menyambut realitas penyakit yang bisa diatasi, namun

tidak bisa dipulihkan. Keluarga berkabung kala orang yang dicintai

susah buat dipulihkan serta memandang pengidap mempunyai

kemampuan menurun dengan cara kasar bukan sebagai yang

mempunyai kemampuan berubah.

f. Kebutuhan pribadi dan mengembangkan sumber daya pribadi. Bila

anggota keluarga memburuk dampak stress serta banyak pekerjaan,

bisa menciptakan anggota keluarga yang sakit tidak mempunyai sistem

pendukung yang lagi berjalan. Oleh sebab itu, keluarga wajib

42
diingatkan kalau mereka wajib melindungi diri secara fisik, psikologis,

serta spiritual yang segar. Memanglah ini dapat sangat susah pada saat

menghadapi anggota keluarga yang sakit mereka. Tetapi, bisa jadi

dorongan yang luar biasa untuk keluarga buat mengetahui kalau

keinginan mereka tidak bisa diabaikan.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini di jabarkan dengan menggunakan

skema hubungan pengetahuan keluarga dan motivasi keluarga dengan

kepatuhan berobat pasien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku. Adapun

kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan
keluarga

Kepatuhan
Motivasi keluarga berobat

Keterangan :

43
: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Pengaruh

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:

1. Hipotesis Nol (HO)

a) Tidak ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat klien

gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku

b) Tidak ada hubungan motivasi keluarga dengan kepatuhan berobat

klien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku

2. Hipotesis Alternative (Ha)

a) Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat klien

gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku

b) Ada hubungan motivasi keluarga dengan kepatuhan berobat klien

gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku

44
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Dan Rancangan Penelitian

Desain penelitian merupakan rancangan yang dipergunakan peneliti

sebagai petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk

mencapai satu tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian (Nursalam

2018). Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain

penelitian analitik korelasi, dan rancangan penelitian Cross-Sectional.

Rancangan Cross-Sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu

pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali

pada satu saat (Nursalam 2018). Penelitian ini menggunakan desain penelitian

analitik korelasi dan rancangan Cross-Sectional untuk mencari hubungan

antara pengetahuan, motivasi dan akses dengan kepatuhan kontrol berobat

45
pasien skizofrenia. Pengukuran variabel independen (pengetahuan, motivasi

dan akses) dan variabel dependen (kepatuhan) dilakukan hanya satu kali pada

saat yang bersamaan.

B. Lokasi dan waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi

Maluku.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada (22 september- 21 oktober 2022)

C. Populasi dan sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2017), populasi adalah Wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untu[k dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang

mendampingi pasien gangguan jiwa untuk melakukan kontrol berobat di

Poli Jiwa RSKD Provinsi Maluku sebanyak 92 orang.

2. Sampel

Menurut Sugiyono (2018), Sampel adalah bagian besar dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling, adalah teknik

46
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu

(Sugiyono, 2018).

Rumus untuk menetapkan sampel menggunakan rumus Slovin, Sugiyono

(2016) yaitu :

N
n=
1+ N (d)²

Keterangan

N= Jumlah Populasi

n= Jumlah sampel

d2= Presisi/tingkat kepercayaan (1%, 5%, 10%)

peneliti akan gunakan presisi 5% = 0,05

Tingkat Signifikasi (d = 0,05)

Sampel dalam penelitian ini berjumlah 92 orang.

92
n=
1+ 92(0,05)²

92
n=
1+ 92 x 0,0025

92
1+ 0,23

¿ 74,796747 dibulatkan menjadi 75

Hasil perhitungan sampel yang diperoleh sampel penelitian sebanyak 75

responden.

47
a. Kriteria inklusi antara lain:

1. Keluarga yang bersedia menjadi responden

2. Keluarga yang tinggal serumah dengan pasien jiwa dan merawat

pasien jiwa

3. Keluarga yang bisa membaca dan menulis.

b. Kriteria Ekskusi antara lain:

1. Keluarga yang tidak bersedia menjadi responden

2. Responden yang tidak bisa membaca dan menulis

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi dua menurut Sugiyono (2016) yaitu:

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah :

a. Pengetahuan Keluarga

b. Motivasi Keluarga

2. Variabel dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini adalah

kepatuhan berobat.

E. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah defenisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari suatu yang di defenisikan tersebut (Saatroasmoro & Ismael, 2013).

Defenisi operasional dan skala pengukuran dalam penelitian ini dapat di lihat

pada tabel di bawah ini :

48
Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Instrument Skala Skor

Operasional

49
Pengetahuan Segala sesuatu Lembar Ordinal 1. Pengetahuan

yang diketahui kusioner baik, jika


jumlah skor
oleh keluarga
pengetahuan ≥
pasien gangguan 50% nilai

jiwa untuk median dari


total skor
melakukan
pengetahuan
kontrol berobat 2. Pengetahuan

di poli jiwa kurang, jika


jumlah skor
RSKD provinsi
pengetahuan <
Maluku. 50% nilai
median dari
total skor
pengetahuan

50
Motivasi Dorongan dari Lembar Ordinal 1. Motivasi baik,

keluarga pasien kusioner jika jumlah skor


motivasi ≥
jiwa untuk
50% nilai
melakukan median dari

kontrol berobat total skor


motivasi
do Poli RSKD
2. Motivasi
Provinsi Maluku kurang, jika
jumlah skor
motivasi < 50
nilai median
dari total skor
motivasi

Kepatuhan Tingkat perilaku Lembar Ordinal Dikatakan patuh

keluarga pasien observasi jika jumlah

jiwa untuk kunjungan tepat

mengantarkan waktu dalam 6

pasien bulan terakhir

melakukan sesuai jadwal

kontrol berobat kunjungan yang

di Poli Jiwa ditetapkan RSKD

RSKD Provinsi Provinsi Maluku

51
Maluku Dikatakan tidak

patuh jika jumlah

kunjungan tidak

tepat waktu dalam

6 bulan terakhir

sesuai jadwal yang

di tetapkan di

RSKD provinsi

Maluku.

F. Instrumen Pengumpulan data

Menurut Sugiyono (2016), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan instrument pengumpulan data berupa kuesioner. Peneliti

terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner-

kuesioner ini agar peneliti dapat menggunakan kuesioner-kuesioner yang valid

dan reliabilitas.

a. Untuk mengukur variabel pengetahuan, peneliti menggunakan kuesioner

yang dimodifikasi dari kuesioner Santika (2018) yang terdiri dari 8

pernyataan yang sudah diuji valid oleh peneliti sebelumnya yang

52
menunjukan bahwa nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,711 yang berarti

bahwa pernyatan variabel pengetahuan kepatuhan kontrol reliabel karena

angka Cronbach’s Alpha 0,711 lebih besar dari 0,444.

b. Untuk mengukur variabel motivasi, peneliti menggunakan kuesioner yang

dimodifikasi dari kuesioner Santika (2018) yang terdiri dari 9 pernyataan

yang sudah di uji valid yang menunjukan bahwa nilai Cronbach’s Alpha

sebesar 0,722 yang berarti bahwa pernyataan variabel motivasi keluarga

reliabel karena angka Cronbach’s Alpha 0,722 lebih besar dari 0,444.

c. Untuk mengukur variabel kepatuhan kontrol berobat pasien Jiwa, peneliti

menggunakan lembar observasi untuk menilai jumlah kunjungan tepat

waktu pasien Jiwa di RSKD Provinsi Maluku.

1. Uji Validitas dan reliabilitas

Menguji keabsahan kuesioner sebagai instrument penelitian, maka

kuesioner perlu diuji validitas dan reliabilitas. Suatu instrument dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang ingin diukur dan dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tetap, sedangkan

hasil dari uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui apakah instrument

penelitian yang dipakai reliabel digunakan berkali-kali pada waktu yang

berbeda. Uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program

SPSS versi 16.00 for windows. Nilai r tabel digunakan sebagai

pembanding yang akan dibandingkan dengan nilai r hitung untuk tiap

53
pertanyaan. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka

pertanyaan tersebut dikatakan valid (Sugiono 2016). Reliabilitas adalah

alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari

variabel atau konstruk. Suatu pertanyaan atau indikator dikatakan reliabel

jika nilai Cronbach Alpha lebih besar dari r tabel (Nugroho 2016)

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji reliabilitas dan validitas terhadap kuesioner pengetahuan, dan

motivasi dilakukan pada 20 keluarga pasien jiwa karena pada 20 orang

maka sesuai rumus r tabel = n-2 maka r tabelnya adalah 0,444

G. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara pengisian kuesioner yang telah

disediakan. Kuesioner ini diisi langsung oleh responden dan Selama

pengisian kuesioner di dampingi oleh peneliti.

2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen tertulis pada RSKD Provinsi

Maluku.

H. Pengolahan Dan Analisa Data

Analisis data adalah bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok

penelitian untuk mengungkap suatu fenomena yang menggambarkan

informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah (Nursalam, 2016).

54
Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh

diantaranya :

1. Editing

Editing adalah upaya unntuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan terhadap kelengkapan jawaban, keterbatasan

tulisan, relevansi jawaban (Setiadi, 2017). Pada proses editing peneliti

melakukan pemeriksan kembali kuesioner yang telah diisi oleh responden.

Pemeriksaan ini untuk melihat kembali apakah seluruh kuesioner sudah

dijawab oleh responden atau tidak.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik terhadap data yang

terdiri atas beberapa kategori untuk memudahkan kembali melihat lokasi

dan arti suatu kode variabel (Hidayat,2017). Pemberian koding untuk

masing masing variabel sebagai berikut

a. Variabel pengetahuan

Untuk pernyataan benar = 1 dan salah = 0

b. Variabel Motivasi

Untuk pertanyaan ya = 1 dan Tidak = 0

c. Variabel Kepatuhan

Patuh jika jumlah kunjungan tepat waktu dalam 6 bulan terakhir sesuai

jadwal kunjungan yang ditetapkan RSKD PROVINSI Maluku, tidak

55
patuh jika jumlah kunjungan tidak tepat waktu dalam 6 bulan sesuai

jadwal kunjungan yang ditetapkan RSKD Provinsi Maluku.

3. Skoring

Skoring adalah menentukan skor atau nilai untuk tiap-tiap item

pertanyaan, tentukan nilai terendah dan tertinggi (Hidayat 2016).

Penentuan skoring untuk masing-masing variabel penelitian adalah

sebagai berikut:

a. Variabel Pengetahuan

Pengetahuan dikatakan baik jika skor jawaban ≥ 50%, pengetahuan

kurang jika skor jawaban < 50%

b. Variabel Motivasi

Motivasi tinggi jika skor jawaban ≥ 50%, motivasi rendah jika skor

jawaban < 50%

c. Variabel Kepatuhan

Patuh jika jumlah kunjungan tepat waktu dalam 6 bulan terakhir sesuai

jadwal kunjungan yang ditetapkan RSKD Provinsi Maluku, tidak

patuh jika jumlah kunjungan tidak tepat waktu dalam 6 bulan sesuai

jadwal kunjungan yang ditetapkan RSKD Provinsi Maluku.

I. Tabulasi

Tabulating memasukan data kedalam tabel dan mengatur semua angka

sehingga dapat dihitung sebagai kategori dan dilakukan dengan cara bantuan

komputer. Dari hasil skor tiap-tiap responden berdasarkan variabel-variabel

56
penelitian akan di tabulasi dengan bantuan microsoft office excel setelah itu

data tersebut akan diuji menggunakan uji statistik (Hidayat 2016).

J. Uji Statistik

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik chi Square. Uji chi

square adalah salah satu jenis uji komparatif non parametrik yang dilakukan

pada dua variabel. Uji statistik chi square dilakukan untuk melihat apakah ada

hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat, dan

motivasi keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat. Jika nilai ρ ≥ 0,05 maka

ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat,

dan motivasi keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat dengan kepatuhan

kontrol berob at sedangkan nilai ρ < 0,05 maka tidak ada hubungan antara

pengetahuan keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat, dan motivasi

keluarga dengan kepatuhan kontrol berobat.

K. Etika Penelitian

Aspek etik merupakan bagian yang penting dan tidak terpisahkan dalam

proses penelitian. Penerapan prinsip etik diperlukan untuk menjamin

perlindungan terhadap hak-hak responden. Ada 4 prinsip utama dalam etika

penelitian, yaitu respect for human dignity, beneficience, non malaficience

dan justice (Hidayat, 2016)

1. Respect For Human Dignity (menghargai harkat dan martabat) Peneliti

berkewajiban untuk menghargai harkat dan martabat partisipan sebagai

57
manusia. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh peneliti dalam

menghargai harkat dan martabat responden adalah:

a. Respect for autonomy (menghormati otonomi)

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan informasi yang benar tentang

penelitian yang dilakukan terkait tujuan, manfaat dan proses penelitian

sehingga responden memahami tentang seluruh proses penelitian yang

akan diikutinya. Sebelum melakukan pengumpulan data, semua

responden menandatangani surat persetujuan (informed consent) sebagai

bukti bahwa responden bersedia menjadi informan dalam penelitian

yang dilakukan.

b. Anonimity (tanpa nama)

Dalam membuat laporan hasil penelitian ini, peneliti tidak menyebutkan

identitas responden yang telah terlibat dalam penelitian, data dari

responden diberi kode responden tanpa nama.

c. Confidentiality (kerahasiaan data)

Informasi yang telah diperoleh dari semua responden dirahasiakan oleh

peneliti dan menyimpan hanya untuk keperluan pelaporan hasil

penelitian.

d. Beneficience (Berbuat baik)

Dalam penelitian ini, peneliti memperhatikan kesejahteraan responden

dengan memperhatikan kemanfaatan dari penelitian yang dilakukan.

58
Peneliti menghargai responden sebagai sumber informasi dari penelitian

yang dilakukan, memperhatikan dan mempercayai responden.

e. Non-Malaficience (Tidak Merugikan)

Dalam penelitian ini, peneliti meminimalkan resiko dari kegiatan yang

dilakukan dengan tidak merugikan responden. Selain itu, peneliti akan

memperhatikan agar responden bebas dari ketidaknyamanan saat proses

penelitian berlangsung

f. Justice (Keadilan)

Dalam penelitian ini, peneliti memperlakukan semua responden secara

adil dan memberikan kesempatan yang sama pada responden untuk

memberikan informasi terkait penelitian. Peneliti akan membangun

hubungan yang bersifat professional yang sama terhadap semua

responden

59
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi

Maluku. Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku terletak di

Kecamatan Baguala, Kota Ambon Provinsi Maluku Dengan luas bangunan

sekitar 4.930 m².

Pembangunan Rumah Sakit Jiwa Ambon di mulai tahun anggaran

1981/1982 Rumah Sakit Jiwa Pusat Ambon mulai beroperasi berdasarkan

surat Keputusan Kakanwil Depkes Provmal Nomor : 874 / Kanwil / TU / II

/ 1985 tanggal 14 September 1985 dan di resmikan 12 Oktober 1990 oleh

Menteri Kesehatan RI (Bapak Dr. Adhyatma,MPH) tahun 2001 Rumah

Sakit Jiwa Pusat Ambon diserahkan dari pemerintah pusat dan menjadi

UPT Dinas Dinas Kesehatan Provmal sebagai pusat rujukan kesehatan jiwa

di Provinsi Maluku.

Rumah Sakit Khusus Daerah Provinsi Maluku merupakan satu –

satunya fasilitas kesehatan jiwa di Provinsi Maluku yang berupaya

semaksimal mungkin mengadakan pelayanan kesehatan jiwa kepada

masyarakat melalui upaya – upaya promotif, prefentif, kuratif, rehabilitatif.

60
2. Hasil Analisa Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik

responden yang meliputi umur, jenis kelamin dan pendidikan. Pada

penelitian ini variabel yang dideskripsikan melalui analisis univariat adalah

variabel indevenden yaitu pengetahuan dan motivasi keluarga. Variabel

dependen yaitu kepatuhan berobat klien gangguan jiwa. Analisis univariat

akan diuraikan sebagai berikut:

a. Karakteristik responden

Distribusi berdasarkan Karakteristik Responden di RSKD Provinsi

Maluku.

1. Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia di tempat penelitian dapat

dilihat pada table 4.1 berikut:

Umur n %

30-40 Tahun 44 58,7

41-50 tahun 28 37.3

51-60 tahun 3 4.0

Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 4.1 menunjukan karakteristik responden berdasarkan

kelompok usia dari total sampel responden, yang paling banyak

adalah kelompok usia 30-40 tahun sebanyak 44 orang (58,7%) dan

61
kelompok usia yang paling sedikit adalah 51-60 tahun sebanyak 3

orang (4,0%).

2. Jenis Kelemin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di tempat

penelitian dapat dilihat pada table 4.2 berikut:

Jenis kelamin n %

Laki - laki 41 54,7

41-50 tahun 34 45,3

Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 4.2 menunjukan karakteristik responden berdasarkan

kelompok jenis kelamin yang memiliki jumlah tertinggi yaitu laki-

laki sebanyak 41 orang (54,7%) dan jumlah terendah yaitu

perempuan sebanyak 34 orang (45,3%).

3. Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di tempat

penelitian dapat dilihat pada table 4.3 berikut:

Pendidikan n %

SD 14 18,7

SMP 16 21,3

SMA 37 49,3

D3/S1 8 10,7

62
Sumber: Data Primer, 2022

Tabel 4.3 menunjukan karakteristik responden berdasarkan status

pendidikan jumlah yang paling banyak berada pada responden yang

mengakhiri pendidikan pada sekolah menengah atas (SMA) yaitu

berjumlah 37 orang (49,3%) dan yang paling sedikit berada pada

responden yang mengakhiri pendidikan pada sekolah (D3/S1) yaitu

8 orang (10,7%).

b. Variabel penelitian

1) Pengetahuan

Karakteristik responden berdasarkan pola pengetahuan dapat dilihat

pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengetahuan

Pengetahuan n %

Baik 46 61,3
Kurang baik 29 38,7
Total 75 100
Sumber : Data Primer,2022

Tabel 4.4 menunjukan bahwa pengetahuan dengan frekuensi tertinggi

berada pada kategori baik dengan jumlah 46 orang (61,3%) dan katagori

tidak baik dengan jumlah 29 orang (38,7%).

63
2) Motivasi Keluarga

Karakteristik responden berdasarkan motivasi Keluarga dapat dilihat

pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Motivasi Keluarga

Motivasi Keluarga n %

Baik 58 77,3

Kurang baik 17 22,7


Total 75 100

Sumber: Data Primer,2022

Tabel 4.5 menunjukan bahwa dari 75 responden yang paling banyak

memiliki motivasi keluarga yang baik berjumlah 58 orang (77,3%),

sedangkan motivasi keluarga yang kurang baik berjumlah 17 orang (22,7%).

3) Kepatuhan Berobat Klien Gangguan Jiwa

Karakteristik responden berdasarkan kepatuhan berobat klien

gangguan jiwa dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepatuhan Berobat Klien
Gangguan Jiwa

Kepatuhan Berobat n %
Klien Gangguan Jiwa
Patuh 54 72,0
Tidak Patuh 21 28,0

64
Total 75 100
Sumber: data primer,2022

Tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 75 responden yang paling banyak

memiliki kepatuahan berobat berjumlah 54 orang (72,0%), sedangkan yang

tidak patuh berjumlah 21 orang (28,0%).

3. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji

hipotesisis hubungan pengetahuan dan motivasi keluarga dengan kepatuhan

berobat klien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku dengan mengunakan uji

Chi Square dengan nilai p˂0,05, dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini:

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan

jiwa di RSKD Provinsi Maluku

Hasil uji chi Square tentang hubungan pengetahuan dengan kepatuhan

berobat klien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku dapat dilihat pada tabel

4. 7 berikut.

Tabel 4.7
Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan jiwa
di RSKD Provinsi Maluku

Pengetahu Kepatuhan Berobat Klien Gangguan Jiwa


an Patuh Tidak Patuh Total p value
n % n % n %
Baik 38 70,4% 8 38,1% 46 61,3%
Kurang Baik 16 29,6% 13 61,9% 29 38,7% 0,010
Total 54 100 21 100 75 100
Sumber : Data Primer, 2022

65
Tabel 4.7 menunjukan dari total responden yang memiliki pengetahuan

keluarga yang baik yaitu sebanyak 46 responden (61,3%), diantaranya sebanyak

38 responden (70.4%) yang patuh dalam berobat, dan sebanyak 8 responden

(38,1%) yang tidak patuh dalam berobat. Dari total responden yang memilki

pengetahuan keluaraga yang kurang baik yaitu 29 responden (38,7%),

diantaranya sebanyak 16 responden (29,6%) yang patuh dalam berobat, dan 13

responden (61,9%) yang tidak patuh dalam berobat..

Penelitian ditemukan adanya kesenjangan antara pengetahuan dengan

dengan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa. Hasil penelitian menunjukan

bahwa terdapat 8 responden (38,1%) memiliki pengetahuan baik tetapi tidak

patuh dalam berobat dan 16 responden (29,6%) memiliki pengetahuan kurang

baik tetapi patuh dalam berobat. Hal ini dikarenakan walaupun pengetahuan

tentang kepatuhan berobat pada klien gangguan jiwa sudah baik namun

pelaksanaan terkait kepatuhan minum obat dan dukungan keluarga belum

diterapkan secara maskimal maka klien akan tidak patuh dalam berobat

begitupun sebaliknya jika pengetahuan kurang baik tetapi dalam pelaksanaan

terkait kepatuhan minum obat dan dukungan keluarga sudah diterapkan dengan

maksimal maka klien akan patuh dalam berobat.

Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi Square.

didapatkan nilai p=0,010 (p<0,05), yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

66
signifikan antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan jiwa di

RSKD Provinsi Maluku.

b. Hubungan Motivasi keluarga dengan Kepatuhan Berobat klien

gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku

Hasil uji Fisher tentang hubungan motivasi keluarga dengan kepatuhan

berobat klien gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku dapat dilihat pada tabel

4. 8 berikut:

Tabel 4.8
Hubungan Motivasi keluarga dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan
jiwa di RSKD Provinsi Maluku

Kepatuhan Berobat Klien Gangguan Jiwa


Motivasi Patuh Tidak Patuh Total p value
Keluarga n % n % n %
Baik 47 87,0% 11 52,4% 58 77,3% 0,004
Kurang baik 7 13,0% 10 47,6% 17 22,7%
Total 54 100 21 100 75 100
Sumber : Data Primer, 2022

Tabel 4.8 menunjukan dari total responden yang memiliki motivasi

keluarga yang baik yaitu sebanyak 58 responden (77,3%), diantaranya sebanyak

47 responden (87,0%) yang patuh dalam berobat, dan sebanyak 11 responden

(52,4%) yang tidak patuh dalam berobat. Dari total responden yang memilki

motivasi keluaraga yang kurang baik yaitu 17 responden (22,7%), diantaranya

sebanyak 7 responden (13,0%) yang patuh dalam berobat, dan 10 responden

(47,6%) yang tidak patuh dalam berobat.

67
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher didapatkan

nilai p=0,004 (p<0,05), yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

Motivasi keluarga dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan jiwa di RSKD

Provinsi Maluku.

Penelitian ditemukan adanya kesenjangan antara motivasi keluarga

dengan dengan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat 11 responden (52,4%) memiliki motivasi keluarga

yang tinggi tetapi tidak patuh dalam berobat dan 7 responden (13,0%) memiliki

motivasi keluarga yang rendah tetapi patuh dalam berobat hal ini dikarenakan

kepatuhan berobat klien gangguan jiwa bukan hanya dipengaruhi oleh motivasi

keluarga saja tetapi juga ada faktor lain seperti faktor lingkungan dan dukungan

pelayanan Kesehatan.

Kebanyakan yang terjadi dalam masyarakat adalah stigma negatif

terhadap klien dengan gangguan jiwa. Dukungan sosial merupakan hasil interaksi

klien gangguan jiwa baik dengan orang lain maupun lingkungannya yang

berpengaruh terhadap kesejahteraan serta meningkatkan kemampuan klien dalam

menghadapi penyakitnya. Tanpa dukungan, klien akan merasa bahwa ia tidak

sakit sehingga tidak pernah mematuhi dengan pengobatannya maka sangat

diperlukan dukungan dari lingkungan sosial serta dukungan pelayanan kesehatan.

68
B. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat Klien Gangguan

Jiwa di RSKD Provinsi Maluku

Berdasarkan hasil uji statistik dengan mengunakan Chi Square

didapatkan nilai p=0,010 (p<0,05), yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara Pengetahuan dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan jiwa di

RSKD Provinsi Maluku.

Menurut Fauzian dkk (2016), bahwa pengetahuan didapat dari hasil

pengamatan terhadap objek tertentu yang mana dapat dipengaruhi oleh

pengalaman, keyakinan, sosial, budaya, serta umur yang mempengaruhi

perkembangan intelektual serta aspek fisiologis berperan dalam

mendapatkan pengetahuan Selanjutnya menurut Fauzian dkk (2016),

bahwa sikap dibentuk dari beberapa komponen dan membentuk sikap

yang utuh ini pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran

penting. Dalam pikiran, emosi dan keyakinan seseorang memberikan

respon sikap yang postif terhadap keluarganya dalam melakukan

pengobatan sehingga keluarga selalu merespon positif terkait kepatuahn

berobat klien gangguan jiwa (Franto, 2020).

Keluarga adalah lingkungan pasien tempat melakukan aktivitas dan

interaksi dalam kehidupan. Keluarga merupakan tempat belajar,

berinteraksi, dan bersosialisasi sebelum berhubungan dengan lingkungan

69
sekitarnya. Keluarga juga berfungsi untuk menjaga kesehatan anggota

keluarga baik kesehatan jasmani, rohani maupun sosial, sehingga keluarga

menjadi unsur penting dalam pemulihan atau perawatan bagi klien

gangguan jiwa (Firda, 2018). Ketika keluarga mengetahui tentang cara

merawat klien maka keluarga harus punya pengetahuan yang cukup

tentang cara perawatan klien termasuk dalam hal pengobatan (Firda,

2018).

Pengetahuan keluarga tentang kepatuhan berobat dapat membantu

keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa. Keluarga harus

mengetahui tentang segala hal terkait kontrol berobat, termasuk keluarga

harus tahu tentang definisi kepatuhan berobat, pilihan dan tujuan

pengaturan, perencanaan dan pengobatan dan pelaksanaan aturan hidup

yang semuanya untuk menunjang kesembuhan klien. Apabila keluarga

tidak mengetahui tentang hal tersebut maka keluarga tidak memahami

akan pentingnya kepatuhan berobat yang dapat berdampak pada perilaku

keluarga dalam merawat klien dalam kaitannya dengan kontrol berobat.

Keluarga yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kepatuhan berobat

dapat berpengaruh pada rutinnya kontrol berobat sehingga pasien tidak

kambuh (Ganda, 2017).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauzian dkk

(2016), menunjukan bahwa ada hubungan antara pengeteahuan keluarga

dengan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa. Didukung oleh penelitian

70
yang dilakukan oleh Damayantie dkk (2018), menunjukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan keluarga dengan kepatuhan

berobat klien gangguan jiwa. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor

di lapangan seperti minimnya pendidikan kesehatan dan informasi tentang

perawatan gangguan jiwa oleh perawat sehingga keluarga tidak

mendapatkan pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam merawat klien

gangguan jiwa di rumah. Kebanyakan penyuluhan kesehatan dilakukan

oleh mahasiswa praktikan. Faktor kedua yaitu kurangnya peran perawat

dalam memaksimalkan keberadaan ruangan konseling untuk melakukan

pendidikan kesehatan secara individual pada pasien dan keluarga

(Damayantie dkk, 2018).

Penelitian ditemukan adanya kesenjangan antara pengetahuan dengan

dengan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat 8 responden (38,1%) memiliki pengetahuan

baik tetapi tidak patuh dalam berobat dan 16 responden (29,6%) memiliki

pengetahuan kurang baik tetapi patuh dalam berobat.

Hal ini dikarenakan walaupun pengetahuan tentang kepatuhan berobat

pada klien gangguan jiwa sudah baik namun pelaksanaan terkait

kepatuhan minum obat dan dukungan keluarga belum diterapkan secara

maskimal maka klien akan tidak patuh dalam berobat begitupun

sebaliknya jika pengetahuan kurang baik tetapi dalam pelaksanaan terkait

71
kepatuhan minum obat dan dukungan keluarga sudah diterapkan dengan

maksimal maka klien akan patuh dalam berobat.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas maka peneliti berpendapat

bahwa pengetahuan keluarga sangat berhubungan dengan kepatuhan

berobat klien gangguan jiwa. Pengetahuan baik yang dimiliki oleh

responden disebabkan sebagian besar responden tahu tentang kepatuhan

berobat, pilihan dan tujuan pengaturan, perencanaan pengobatan dan

perawatan. Responden tahu bahwa klien gangguan jiwa harus melakukan

kontrol berobat secara rutin tanpa putus karena kontrol berobat adalah cara

yang efektif dalam proses penyembuhan pasien. Responden juga harus

tahu tujuan dari kontrol berobat agar mencegah kekambuhan dan

responden juga tahu lama waktu dalam kontrol berobat adalah sampai

pasien sembuh tanpa putus obat. Pengetahuan yang didasari dengan

pemahaman yang tepat akan menumbuhkan perilaku baru yang

diharapkan, khususnya dalam melakukan perawatan klien gangguan jiwa

yang terkait dengan kepatuhan dalam pengobatan klien gangguan jiwa.

2. Hubungan Motivasi keluarga dengan Kepatuhan Berobat Klien

Gangguan Jiwa di RSKD Provinsi Maluku

Berdasarkan hasil uji statistik dengan mengunakan uji Fisher

didapatkan nilai p=0,004 (p<0,05), yang artinya bahwa Ho ditolak dan Ha

diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

antara Motivasi keluarga dengan Kepatuhan Berobat klien gangguan jiwa

72
di RSKD Provinsi Maluku.

Lestari (2016) menyatakan bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang

mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu dan untuk mencapai

tujuan. Motivasi keluarga dalam merawat dan mengantarkan klien

gangguan jiwa merupakan hal yang sangat mendukung terhadap

kepatuhan kontrol berobat pasien skizofrenia. Keluarga harus mempunyai

motivasi dari dalam dalam diri, dari lingkungan maupun motivasi

terdesak. Apabila keluarga tidak mempunyai ketiga motivasi tersebut

maka dampaknya keluarga tidak akan membawa klien untuk melakukan

kontrol berobat. Keluarga yang mempunyai motivasi tinggi maka akan

membawa klien untuk melakukan kontrol berobat. Motivasi dikatakan

rendah apabila didalam diri manusia memiliki harapan dan keyakinan

yang rendah tentang sesuatu hal yang akan dilakukan (Daulay, 2020).

Motivasi pada keluarga akan sangat berdampak baik bagi klien

gangguan jiwa yang menjalankan pengobatan karena pada klien gangguan

jiwa mengalami kendala dalam pengambilan keputusan terutama tentang

masalah kesehatannya, Keterlibatan keluarga menjadi motivator utama

bagi pasien untuk menjalani pengobatan secara teratur dengan tepat obat,

tepat dosis dan tepat waktu, karena tanpa adanya motivasi dari keluarga

sebagai orang terdekat dari pasien, maka tingkat kepatuhan untuk berobat

akan menjadi mustahil untuk tercapai (Dewiyant, 2020).

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Santika

73
(2018), menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi

keluarga dengan keaptuhan berobat klien gangguan jiwa. Didukungn hasil

penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk (2019), menunjukan terdapat

hubungan antara motivasi keluarga dengan kepatuhan berobat klien

gangguan jiwa. Dengan adanya motivasi yang tinggi dari keluarga berarti

ada suatu keinginan untuk mengantarkan pasien menjalani pengobatan

secara teratur.

Penelitian ditemukan adanya kesenjangan antara motivasi keluarga

dengan dengan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa. Hasil penelitian

menunjukan bahwa terdapat 11 responden (52,4%) memiliki motivasi

keluarga yang tinggi tetapi tidak patuh dalam berobat dan 7 responden

(13,0%) memiliki motivasi keluarga yang rendah tetapi patuh dalam

berobat hal ini dikarenakan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa bukan

hanya dipengaruhi oleh motivasi keluarga saja tetapi juga ada faktor lain

seperti faktor lingkungan dan dukungan pelayanan Kesehatan.

Kebanyakan yang terjadi dalam masyarakat adalah stigma negatif terhadap

klien dengan gangguan jiwa. Dukungan sosial merupakan hasil interaksi

klien gangguan jiwa baik dengan orang lain maupun lingkungannya yang

berpengaruh terhadap kesejahteraan serta meningkatkan kemampuan klien

dalam menghadapi penyakitnya. Tanpa dukungan, klien akan merasa

bahwa ia tidak sakit sehingga tidak pernah mematuhi dengan

74
pengobatannya maka sangat diperlukan dukungan dari lingkungan sosial

serta dukungan pelayanan kesehatan.

Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas maka peneliti berpendapat

bahwa motivasi keluarga sangat berhubungan dengan kepatuhan berobat

klien gangguan jiwa. Motivasi tinggi yang harus dimiliki oleh responden

karena adanya keinginan dari dalam diri responden sendiri, responden

yakin dengan usaha yang mereka lakukan akan membantu proses

penyembuhan klien. Responden juga mendapat dukungan dari orang

terdekat atau keluarga dan keluarga saling mencari tahu tentang informasi

perawatan klien, selain itu keluarga juga harus mendapat dukungan dari

petugas kesehatan. Peran dan keterlibatan keluarga dalam proses

penyembuhan dan perawatan klien gangguan jiwa sangat penting. Apabila

keluarga memiliki motivasi dan kesadaran yang tinggi maka keluarga akan

mengantarkan klien untuk melakukan kontrol berobat. Rendahnya peran

keluarga juga di picu oleh rendahnya motivasi dari keluarga sebagai

tenaga penggerak.

75
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis teliti di RSKD Provinsi Maluku

terkait hubungan pengetahuan dan motivasi keluarga dengan kepatuhan

berobat klien gangguan jiwa, maka adapun kesimpulan yang peneliti tarik

sebagai berikut:

1. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan berobat klien gangguan jiwa

di RSKD Provinsi Maluku menunjukan bahwa hasil uji statistik dengan

mengunakan uji Chi Square Ha diterima p=0,010(p<0,05).

2. Ada hubungan motivasi keluarga dengan kepatuhan berobat klien

gangguan jiwa di RSKD Provinsi Maluku menunjukan bahwa hasil uji

statistik dengan mengunakan uji Fisher Ha diterima dengan nilai p=0,004

(p=<0,05).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, adapun saran-saran yang peneliti sampaikan

sebagai berikut:

1. Bagi Pelayanan Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pasien skizofrenia dengan melibatkan

keluarga untuk mendukung kepatuhan kontrol berobat pada pasien jiwa.

76
2. Bagi Keluarga

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberi informasi kepada

keluarga pasien untuk melakukan kontrol berobat pasien skizofrenia.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil dari penelitian ini masyarakat dapat menerima kehadiran

klien gangguan jiwa dalam lingkungan serta dapat memberikan dukungan

social kepada klien gangguan jiwa.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya diharapkan bisa melakukan penelitian tentang

faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi kepatuhan kontrol berobat

pasien yang tidak diteliti dalam penelitian ini

77
DAFTAR PUSTAKA

Dion, Yohanes & Yasinta Betan. (2015). Asuhan Keperawatan Keluarga: Konsep
dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika

Harmoko. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga. Semarang: Pustaka Belajar

Hidayat. (2015). Metode Penelitian Dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat. (2016). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC: Jakarta

Kozier, dkk. (2017). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses &
Praktikk. Jakarta: EGC

Kusumawati & Hartono. (2017). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika

Lestari, Titikk. (2016). Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika

Mubarak. W. I. (2016). Promosi Kesehatan. Jakata: Salemba Medika

Nasir & Muhit, A. (2015). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.
Jakarta: Salemba Medika

Natalia. (2016). Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kepatuhan Minum Obat


Pasien Skizofrenia Di Poliklinik Rumah Sakit Prof. dr V. L. Ratumbuysang
Manado. Diakses pada tanggal 06/12/2019 jam 10.00 WITA

Niven. (2015). Psikologi Kesehatan. Jakarta :EGC

Notoatmojo, Soekidjo. (2015). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rinekacipta

78
Notoatmodjo, Soekidjo. (2015). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Padila. (2016). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika

Purwanto. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Pasien


Skizofren Di Rumah Sakit Daerah Surakarta. Surakarta: Fakultas Kesehatan
Unifersitas Muhammadiyah Surakarta.

Purwanto. (2017). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Pasien


Skizofren Di Rumah Sakit Daerah Surakarta. Surakarta: Fakultas Kesehatan
Unifersitas Muhammadiyah Surakarta

Rita Zahara. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan


Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Pwnderita Skizofrenia Dengan
Perilaku Kekerasan Di UPIP RSUD DR. Faiziah Kabupaten Bireuen.
Diakses Pada tanggal 28/08/2019 jam 10.00 WITA

Riskesdas. (2013). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI


Tahun 2013. Diakses pada tanggal 29/08/2019 jam 17.00 WITA

Sam & Wahyudi. (2018). Psikologi Keperawatan. Jakarta:PT Raja Grafinda Persada

Santika Dewi. (2018). Hubungan Motivasi Keluarga dan Kepatuhan Kontrol Berobat
Klien Gangguan Jiwa. Diakses tanggal 24/08/2019 jam 09.05 WITA

Setiadi. (2016). Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Ed. Pertama.
Yogyakarta: Graha Ilmu

Stuart, dkk. (2016). Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart.
Singapore: Elsevier

79
Sunaryo. (2015). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualittatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Wawan, A, dkk. (2016). Teori Pengukuran: Pengetahuan, sikap dan Perilaku


Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika

Warsidah. (2018). Hubungan Pengetahuan Keluarga Tentang Skizofrenia Dengan


Kepatuhan Minum Obat Di Wilayah Puskesmas Sedayu II Bantul
Yogyakarta. Diakses pada tanggal 20/08/2019 jam 18.25 WITA

WHO. (2013). Improving health system and service for mental health: WHO Library
Cataloguing-in-publication data

Yosep Iyus & Titin Sutini. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: PT.
Refika Adilama

80
Lampiran 1

SURAT PERMINTAAN UNTUK MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN BEROBAT KLIEN GANGGUAN JIWA DI RSKD
PROVINSI MALUKU

Kepada Yth: Calon Responden Penelitian

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Diana Sasabone

NPM: 12114201170032

Adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Kristen


Indonesia Maluku yang sedang melakukan penelitian dengan judul:
“HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT KLIEN GANGGUAN JIWA DI “RSKD PROVINSI
MALUKU”

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara sebagai
responden, kerahasiaan mengenai semua informasi yang diberikan akan dijaga
dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila saudara menyetujui
untuk berpatisipasi dalam penelitian saya, mohon kesediaannya untuk
mendatangani persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya buat.
Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi responden.

Ambon, September 2022

Responden

81
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(INFORMENT CONCENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama :

Umur/ Jenis kelamin :

Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang manfaat dan hal-hal yang berhubungan


dengan penelitian mengenai “HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN
MOTIVASI KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN
GANGGUAN JIWA DI RSKD PROVINSI MALUKU” dan memahami segala
yang akan dilakukan dalam penelitian, dengan ini saya menyatakan setuju untuk
berpatisipasi sebagai responden atau subjek penelitian dalam penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UKIM Ambon
yang bernama DIANA SASABONE. Semua rahasia yang diberikan akan dijaga
oleh penulis dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Demkian surat
persetujuan ini saya buat dalam keadaan baik dan tanpa paksaan dari pihak
manapun

Ambon, September 2022

Responden

(………………………)

82
Lampiran 3

KUISIONER PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN BEROBAT KLIEN GANGGUAN JIWA DI RSKD
PROVINSI MALUKU

Data demografi responden

Nama

Jenis kelamin

Umur

Tingkat pendidikan

I Kusioner pengetahuan masyarakat

Jawablah pertanyaan di bawa ini dengan memberi tanda (√) di kolom


yang sesuai:

No Pertanyaan Jawaban

Benar Salah

1 Kepatuhan kontrol berobat adalah sikap atau ketaatan


dalam membawa pasien kontrol berobat tanpa putus
2 Alasan bapak/ibu membawa pasien kontrol berobat ke
RSKD Prov Maluku karena sangat efektif
3 Sibuk dengan pekerjaan dapat membuat bapak/ibu tidak
membawa pasien untuk kontrol berobat
4 Lama waktu pasien untuk mengontrol pengobatan ke

83
RSKD Prov Maluku adalah sampai pasien sembuh total
5 Setelah bapak/ibu membawa pasien untuk melakukan
kontrol pengobatan saat ini maka untuk selanjutnya
bapak/ibu tidak perlu kontrol untuk membawa pasien
untuk berobat sesuai jadwal berikutnya
6 Tindakan yang dilakukan sebagai upaya kesembuhan
pasien adalah membawa pasien untuk kontrol berobat
7 Tujuan keluarga dalam mengantarkan pasien kontrol
berobat secara teratur agar tidak terjadi putus obat dan
mencegah kekambuhan.
8 Pasien akan sembuh total dan sehat kembali walaupun
bapak/ibu malas mengantarkan pasien untuk kontriol
berobat ke RSKD Prov Maluku
(Dewi santika, 2018)

Keterangan :

a. Benar jika skor = 1 b. Salah jika skor = 0

Rumus :

84
II Kusioner motivasi keluarga

Jawablah pernyataan dibawa ini dengan memberi tanda (√) di kolom

yang sesuai:

No Pertanyaan Jawaban

Ya Tidak

1 Bapak/ibu percaya dengan usaha yang dilakukan dalam


menangani gangguan jiwa pada pasien akan sembuh
2 Bapak/ibu tidak perlu mengelola dan memodifikasi
lingkungan agar pasien tidak menderita gangguan jiwa lagi
3 Bapak/ibu tidak mempunyai keinginan untuk mencegah
penyakit gangguan jiwa
4 Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam menangani
gangguan jiwa pada pasien
5 Bapak/ibu tidak perlu dukungan orang lain dalam menangani
pasien yang mengalami gangguan jiwa
6 Keluarga tidak perlu ikut mencari tahu tentang penanganan
gangguan jiwa pada pasien
7 Petugas kesehatan tidak perlu mensosialisasikan tentang
penanganan gangguan jiwa pada pasien
8 Petugas kesehatan melakukan penyuluhan tentang penanganan
gangguan jiwa pada pasien

9 Pengaruh dan desakan keluarga tidak mendorong dalam


menangani gangguan jiwa pada pasien

(Dewi Santika, 2018)

85
Keterangan :

a. Jika responden menjawab Ya, maka skor = 1

b. Jika responden menjawab Tidak, maka skor = 0

86
Lembar Observasi Kepatuhan Berobat Responden di Poli Jiwa RSKD Prov Maluku

Bulan ke-1 Bulan ke-2 Bulan ke-3 Bulan ke-4 Bulan ke-5 Bulan ke-6 Total katageri

Kode kunjungan
selama 6
Responden
bulan
Kunjungan Kunjungan kunjungan Kunjungan Kunjungan Kunjungan patu Tidak

h patuh

I II I II I II I II I II I II

77
ANALISA UNIVARIAT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN *
KEPATUHAN 75 100.0% 0 0.0% 75 100.0%
BEROBAT
MOTIVASI *
KEPATUHAN 75 100.0% 0 0.0% 75 100.0%
BEROBAT

PENGETAHUAN KEPATUHAN BEROBAT

Crosstab
KEPATUHAN Total
BEROBAT
PATUH TIDAK
PATUH
Count 38 8 46
Expected Count 33.1 12.9 46.0
% within
82.6% 17.4% 100.0%
BAIK PENGETAHUAN
% within
KEPATUHAN 70.4% 38.1% 61.3%
BEROBAT
PENGETAHUAN
Count 16 13 29
Expected Count 20.9 8.1 29.0
% within
KURANG 55.2% 44.8% 100.0%
PENGETAHUAN
BAIK
% within
KEPATUHAN 29.6% 61.9% 38.7%
BEROBAT
Count 54 21 75
Expected Count 54.0 21.0 75.0
% within
72.0% 28.0% 100.0%
Total PENGETAHUAN
% within
KEPATUHAN 100.0% 100.0% 100.0%
BEROBAT

78
Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 6.641 a
1 .010
Continuity Correctionb 5.350 1 .021
Likelihood Ratio 6.544 1 .011
Fisher's Exact Test .017 .011
Linear-by-Linear
6.553 1 .010
Association
N of Valid Cases 75
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.12.
b. Computed only for a 2x2 table

MOTIVASI KEPATUHAN BEROBAT

Crosstab
KEPATUHAN Total
BEROBAT
PATUH TIDAK
PATUH
Count 47 11 58
Expected Count 41.8 16.2 58.0
% within
81.0% 19.0% 100.0%
BAIK MOTIVASI
% within
KEPATUHAN 87.0% 52.4% 77.3%
BEROBAT
MOTIVASI
Count 7 10 17
Expected Count 12.2 4.8 17.0
% within
KURAN 41.2% 58.8% 100.0%
MOTIVASI
G BAIK
% within
KEPATUHAN 13.0% 47.6% 22.7%
BEROBAT
Total Count 54 21 75
Expected Count 54.0 21.0 75.0

79
% within
72.0% 28.0% 100.0%
MOTIVASI
% within
KEPATUHAN 100.0% 100.0% 100.0%
BEROBAT

Chi-Square Tests
Value Df Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
(2-sided) sided) sided)
Pearson Chi-Square 10.360a 1 .001
Continuity Correctionb 8.477 1 .004
Likelihood Ratio 9.564 1 .002
Fisher's Exact Test .004 .002
Linear-by-Linear
10.222 1 .001
Association
N of Valid Cases 75
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.76.
b. Computed only for a 2x2 table

ANALISA BIVARIAT

PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
BAIK 46 61.3 61.3 61.3
KURANG
Valid 29 38.7 38.7 100.0
BAIK
Total 75 100.0 100.0

MOTIVASI
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
BAIK 58 77.3 77.3 77.3
KURAN
Valid 17 22.7 22.7 100.0
G BAIK
Total 75 100.0 100.0

80
KEPATUHAN BEROBAT
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
PATUH 54 72.0 72.0 72.0
TIDAK
Valid 21 28.0 28.0 100.0
PATUH
Total 75 100.0 100.0

Umur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
30-40 tahun 44 58.7 58.7 58.7
41-50 tahun 28 37.3 37.3 96.0
Valid
51-60 tahun 3 4.0 4.0 100.0
Total 75 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
laki-laki 41 54.7 54.7 54.7
Valid Perempuan 34 45.3 45.3 100.0
Total 75 100.0 100.0

Pendidikan
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
SD 14 18.7 18.7 18.7
SMP 16 21.3 21.3 40.0
Valid SMA 37 49.3 49.3 89.3
D3/S1 8 10.7 10.7 100.0
Total 75 100.0 100.0

81
82
83
Dokumentasi Penelitian

84
85
Lampiran SK Pembimbing

86
Lampiran Pengambilan Data Awal

87
Lampiran surat ijin penelitian dari Kampus

88
Lampiran surat rekomendasi dari Kantor Gubernur Provinsi Maluku

89
Lampiran Surat Selesai Penelitian Dari RSKD Provinsi Maluku

90

Anda mungkin juga menyukai