Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN TINGKAT KUALITAS

HIDUP PASIEN HIV/AIDS DI POLIKLINIK VCT RSUD DR. MOEWARDI


SURAKARTA
Wara Gati Murwani
STIKes ‘Aisyiyah Surakarta

Latar Belakang : Orang yang telah terinfeksi virus HIV akan sangat rentan terserang
penyakit penyerta lainnya. Beratnya beban permasalahan PHIV akan mempengaruhi aspek
bio-psiko-sosio-spiritual. PHIV akan mengalami masalah finansial, berduka
berkepanjangan, frustasi, depresi dan ketakutan akan menghadapi kematian. Kompleksnya
permasalahan yang dihadapi oleh PHIV dapat berimbas pada penurunan kualitas hidup.
Salah satu faktor yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas hidup
adalah spiritualitas. Tujuan : Mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat
kualitas hidup pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Metode
: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Pengambilan Sample menggunakan Teknik non-probability sampling yaitu
purposive sampling, dengan jumlah sampel penelitian 69 orang responden. Sedangkan
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dari WHO. Analisa bivariat menggunakan
uji Kendall’s Tau. Hasil : Hasil uji bivariat membuktikan bahwa ada hubungan tingkat
spiritualitas dengan tingkat kualitas hidup pasien HIV/AIDS di Poliklinik VCT RSUD Dr.
Moewardi Surakarta (ρ value = 0,000 < 0,05, τ sebesar 0,514). Kesimpulan : Ada
hubungan tingkat spiritualitas dengan tingkat kualitas hidup pasien HIV/AIDS di Poliklinik
VCT RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Kata Kunci : HIV/AIDS, Spiritualitas, Kualitas Hidup.
ABSTRACT

Back ground : The people who were infected by HIV would be very susceptible from illness.
The burdens problems of PHIV will influence of bio-psiko-sosio-spiritual aspect. PHIV get
much problems such as financial problems, grieving, frustration, depression and fear of
death. The complexity problems by HIV can affect the deterioration of quality of life. One of
factors that has an important role to improve the quality of life that is Spirituality.
Objectivities : To determine the correlation between spirituality and quality of life patient
who were infected by HIV at Poliklinik VCT RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Method : The
study was a descriptive analytic with Cross Sectional approach. The Sample of this research
were 69 people which were choosed by Non probability sampling that is purposive sampling
technique.The data were collected by using questionnaires from WHO. Data analysis used
Kendall’s Tau test. Result : Showed that there was moderate positively relationship of
spirituality level with quality of life in patient who were infected by HIV at Poliklinik VCT
RSUD Dr. Moewardi Surakarta (ρ value = 0,000 < 0,05, τ = 0,514). Conclusion :There was
relationship of spirituality level with quality of life level in patient who were infected by HIV
at Poliklinik VCT RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Keywords : HIV/AIDS, Spiritualitty, Quality Of Life.


A. PENDAHULUAN 2013 ada 35 juta orang hidup dengan
Salah satu penyakit mematikan
HIV yang meliputi 16 juta
di dunia yang kemudian menjadi
perempuan, dan 19 juta laki-laki 3,2
wabah International atau bencana
juta diantaranya adalah anak berusia
dunia sejak pertama kehadirannya
kurang dari 15 tahun. Jumlah
adalah Acquired Immuno Deficiency
kematian akibat AIDS sebanyak 1,5
Syndrome(AIDS). AIDS merupakan
juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa
kumpulan gejala penyakit yang
dan 190.000 anak berusia kurang
disebabkan oleh virus Human
dari 15 tahun (Departemen
Immunodeficiency Virus (HIV).
Kesehatan RI, 2015).
Virus HIV dapat menular melalui
Kasus HIV/AIDS di Indonesia
perantara darah, cairan semen, secret
dilaporkan pertama kali di Provinsi
vagina, seks bebas, dan jarum suntik.
Bali. Kasus HIV/AIDS cenderung
Virus HIV menyerang sistem
mengalami peningkatan dari tahun
kekebalan tubuh manusia akibatnya,
ketahun sejak pertama kali
individu yang terinfeksi akan
dilaporkan. Dari tahun 2011 hingga
mengalami penurunan daya tahan
tahun 2016 jumlah kumulatif kasus
tubuh sehingga mudah terjangkit
HIV/AIDS mencapai 3.983.290
penyakit-penyakit infeksi keganasan
kasus, Infeksi HIV baru sebanyak
yang dapat menyebabkan kematian
186.591 kasus, dan angka kematian
(Noviana, 2013).
akibat HIV/AIDS sebanyak 186.591.
AIDS pertama kali dilaporkan
Puncak kasus tertinggi HIV/AIDS di
oleh Pusat Pengendalian dan
Indonesia yaitu pada tahun 2016
Pencegahan Penyakit di Amerika
sebanyak 785.821 kasus. Diagram
Serikat yang berbasis di Atlanta,
tentang estimasi kasus HIV/AIDS di
Georgia. Hingga akhir tahun 2015
Indonesia dapat dilihat pada
lebih dari 1,2 juta orang Amerika
diagram 1.1. Estimasi jumlah kasus
saat ini hidup dengan AIDS (CDC,
HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2016.
2015). Diseluruh dunia pada tahun
45000
Kematian Infeksi HIV baru ODHA 40000

785,821
735,256
35000

686,319
638,643
30000

591,823
545,428
6
25000
20000
15000
10000

90,915
85,523
80,524
75,964
71,879
68,307

40,349
36,586
32,848
5000

29,144
25,484
22,180

0
DKI Jatim Papua Jabar Bali Jateng Sumut Kalbar Sulsel Kepri
Jakarta
AID S 7963 12347 11841 4191 4811 4079 1573 2131 1998 382
HIV 34641 20761 17365 13938 10188 9830 9595 4834 4603 4875
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1.2. Diagram Jumlah Kasus HIV/AIDS
Diagram 1.1 Estimasi jumlah kasus di Indonesia tahun 2015.
HIV/AIDS di Indonesia Tahun
2016. Berdasarkan laporan dari
Berdasarkan laporan dari Departemen Kesehatan Provinsi Jawa
Departemen Kesehatan Republik Tengah oleh 20 besar Kabupaten atau
Indonesia (Depkes, RI) jumlah Kota di Jawa Tengah jumlah kumulatif
kumulatif kasus HIV/AIDS hingga kasus infeksi HIV hingga Juni 2015
Juni 2015 tertinggi adalah Provinsi sebanyak 5.556 kasus, AIDS sebanyak
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 4.513 kasus. Kota Semarang
yaitu sebanyak 42.604, kemudian Jawa menempati peringkat pertama dengan
Timur 33.108 kasus, Papua 29.206 jumlah kasus HIV sebanyak 1.560
kasus, Jawa Barat 18.129 kasus, dan kasus, AIDS sebanyak 577 kasus,
Bali 14.999 kasus. Provinsi Jawa kemudian Kabupaten Banyumas
Tengah menempati peringkat ke enam dengan jumlah kasus HIV sebanyak
dengan jumlah kumulatif kasus 254 kasus, AIDS sebanyak 460 kasus.
HIV/AIDS sebanyak 13.909 dengan Kota Surakarta menempati peringkat
kasus HIV sebanyak 9.830 kasus dan ketiga dengan jumlah kasus HIV
AIDS sebanyak 4.079 kasus (Depkes sebanyak 447 kasus, AIDS sebanyak
RI, 2015). Diagram tentang jumlah 267 kasus dengan jumlah kumulatif
kasus HIV/AIDS di Indonesia tahun yaitu sebanyak 714 kasus (Depkes
2015 dapat dilihat pada diagram 1.2. Provinsi, 2015). Diagram tentang
jumlah kasus HIV/AIDS di Jawa
Tengah tahun 2015 dapat dilihat pada
diagram 1.3.
permasalahan ODHA akan
1600 HIV AIDS
1400
1200 3
mempengaruhi aspek psikologis, sosial
1000
800
600
dan spiritual. Pasien bisa mengalami
400
200
0
KOTA KAB. KOTA KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KAB. KOTA KAB.
masalah finansial, berduka
SEMA BANY SURA PATI GROB JEPAR CILAC BATA TEGA SRAG SEMA KEND DEM KEBU KARA KLATE BREB BOYO REMB SALA TEMA

AIDS
RANG UMA KART

477
S

254
A

267 335
OGAN

347
A

357
AP

190
NG

116
L

299
EN

310
RANG

135
AL

175
AK

165
MEN NGAN

197
YAR

197
N

135
ES

137
LALI

125
ANG

142
TIGA

108
NGG
UNG

115
berkepanjangan, frustasi, merasa
HIV 1083 460 447 298 275 252 375 407 200 137 278 220 195 145 71 131 125 122 99 122 114

Diagram 1.3. Jumlah Kasus HIV/AIDS bersalah, depresi dan ketakutan


di Jawa Tengah per menghadapi kematian (Nursalam &
Kabupaten atau Kota tahun
2015. Kurniawati, 2007). Hal tersebut
Komisi Penanggulangan AIDS didukung oleh penelitian yang
(KPA) Surakarta melaporkan bahwa dilakukan oleh Yaunin, Afriant &
kasus HIV/AIDS di Kota Surakarta Hidayat (2013) tentang kejadian
setiap tahun mengalami peningkatan. gangguan depresi pada penderita
Dalam kurun waktu tujuh tahun jumlah HIV/AIDS didapatkan hasil bahwa
Orang Dengan HIV/AIDS 55,8% pasien mengalami depresi.
(ODHA) yang mendapatkan Penelitian oleh Rahmah, Husairi &
pendampingan naik hingga 2.000 Muttaqien (2015) dengan tingkat
persen lebih. Menurut Dinas Kesehatan depresi pada lansia didapatkan hasil
Kota (DKK) Surakarta dari jumlah bahwa lansia yang memiliki tingkat
penderita HIV/AIDS tidak semua spiritualitas tinggi maka persentase
penderita merupakan warga asli hidup normal atau tidak depresi
Surakarta tetapi, sebagian besar berasal sebanyak 63%.
dari wilayah Surakarta. Beratnya beban permasalahan dan
Diagnosis HIV/AIDS yang perlakuan yang tidak menyenangkan
diterima seseorang dapat menimbulkan dari lingkungan sosial seperti
banyak permasalahan diantaranya akan stigmatisasi dan perlakuan
menimbulkan stres, gangguan emosi diskriminatif, akan membuat ODHA
saat kelebihan beban dan hidupnya bersikap cenderung menarik diri,
berjalan tidak sesuai dengan yang menyalahkan diri sendiri, dan tidak
diharapkan sebelumnya. Beratnya mampu untuk membina hubungan
interpersonal. Hal tersebut dapat atopik dengan kualitas hidup pasien
mengakibatkan gangguan depresi. dengan sampel 46 orang didapatkan
Dalam keadaan ini, dukungan dari bahwa terdapat hubungan bermakna
berbagai pihak diantaranya dukungan antara tingkat keparahan dermatitis
keluarga, dukungan teman sebaya, atopik dengan kualitas hidup pasien,
dukungan sosial dan khususnya pasien dengan derajat keparahan
dukungan spiritual sangat dibutuhkan sedang memiliki kualitas hidup yang
agar kualitas hidup ODHA semakin sedang sebesar 52,17%. Penelitian oleh
meningkat. Penelitian oleh Pratama & Firman, Wulandari & Rochman (2012)
Sulistyarini (2012) tentang dukungan tentang kualitas hidup pasien ulkus
keluarga dan depresi pada penderita diabetik dengan sampel 60 orang
HIV/AIDS dengan sampel 50 orang didapatkan bahwa dari dimensi
didapatkan hasil bahwa ODHA yang kesehatan psikologis responden sering
mendapatkan dukungan keluarga maka muncul perasaan negatif, penurunan
tingkat depresi rendah sebanyak 74%. harga diri dan perubahan citra tubuh
Penelitian oleh Diatmi & Fridari (2014) yang negatif, dari dimensi hubungan
dengan sampel berjumlah 76 ODHA sosial responden lebih puas terhadap
didapatkan hasil bahwa ODHA yang mendapatkan informasi yang baru,
mendapatkan dukungan dari sosial kualitas hidup responden tinggi pada
memiliki kualitas hidup yang tinggi dimensi sosial sebesar 75%, pada
sebesar 58%. dimensi hubungan lingkungan sebesar
Kemampuan bertahan hidup sering 76% dan pada dimensi kesehatan
diartikan sebagai kualitas hidup. psikologis sebesar 65%.
ODHA yang mampu bertahan hidup Rumah Sakit Daerah di Wilayah
lebih lama dikatakan memiliki kualitas Surakarta yang sudah aktif melayani
hidup yang baik. Penelitian tentang pemeriksaan di Poliklinik Voluntary
kualitas hidup oleh Arcietobias, Sibero Consulting Testing (VCT), yaitu
& Carolia (2014) tentang hubungan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
antara derajat keparahan dermatitis Dr. Moewardi Surakarta dan Rumah
Sakit Paru Jajar Surakarta. Pasien JUMLAH PASIEN HIV/AIDS DI POLIKLINIK
RUMAH SAKIT DAERAH SURAKARTA TAHUN
RSUD. Dr. Moewardi2Surakarta
0 1 4 - 2 0 1 6RS. Paru Jajar Surakarta

HIV/AIDS di RSUD. Dr. Moewardi

3,155
2,320
1,224

221
pada tahun 2014 sebanyak 1.224

56
45

32

0
pasien, pada tahun 2015 sebanyak
2.320 pasien, pada tahun 2016
Diagram 1.4. Jumlah Pasien
sebanyak 3.155 pasien, dan pada bulan HIV/AIDS di Poliklinik
Januari hingga Maret 2017 sebanyak Rumah Sakit Daerah
Surakarta.
221 pasien. Pasien HIV/AIDS di Berdasarkan Hasil Studi
Rumah Sakit Paru Jajar, Surakarta pada Pendahuluan pada tanggal 25 Februari
tahun 2014 sebanyak 45 pasien, pada 2017 dengan 7 orang responden yang
tahun 2015 sebanyak 56 pasien dan berkunjung di Poliklinik VCT
pada tahun 2016 sebanyak 32 pasien. diperoleh bahwa tingkat spiritualitas
Berdasarkan uraian tersebut RSUD. Dr. pasien HIV/AIDS 4 orang rendah dan 3
Moewardi Surakarta terdapat kasus orang sedang. Dilihat dari kualitas
HIV/AIDS paling banyak sepanjang 3 hidup berdasarkan hasil wawancara
tahun terakhir dan menunjukkan dengan tujuh responden, 5 diantaranya
peningkatan pada setiap tahun. RSUD. mengatakan bahwa kualitas hidupnya
Dr. Moewardi Surakarta merupakan semenjak terkena penyakit HIV/AIDS
Rumah Sakit tipe A yang berstandar kurang dan 2 diantaranya mengatakan
Internasional dan ditetapkan sebagai bahwa kualitas hidupnya cukup.
Rumah Sakit Rujukan Pusat. Diagram Berdasarkan uraian tersebut, maka
tentang jumlah pasien HIV/AIDS di peneliti tertarik untuk melakukan
Poliklinik Rumah Sakit Daerah penelitian tentang hubungan tingkat
Surakarta dapat dilihat pada diagram spiritualitas dengan tingkat kualitas
1.4. hidup pasien dengan HIV/AIDS di
Poliklinik VCT RSUD. Dr. Moewardi
Surakarta.
B. METODE DAN BAHAN Keterangan :
Penelitian ini merupakan
n : Jumlah sampel
penelitian kuantitatif menggunakan
desain penelitian deskriptif korelatif N : Jumlah populasi

yang bertujuan untuk mencari d² : Presisi yang ditetapkan (0,1)


hubungan antara satu variabel bebas Dengan demikian besar sampel
dan variabel terikat. Pada penelitian yang diperlukan sebagai sumber data
ini peneliti mencoba mencari pada penelitian ini adalah :
hubungan antara tingkat spiritual
dengan tingkat kualitas hidup pasien 221
n=
HIV/AIDS. Penelitian ini 221.(0,05)² + 1
menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu dimana peneliti 221 221
n= …. = ….
melakukan observasi atau 221.(0,025) 3,21
+1dibulatkan menjadi 69.
= 68,8
pengukuran variabel independen dan
dependen hanya satu kali pada satu Jadi jumlah sampel yang dibutuhkan
saat. adalah 69 Responden. Uji Statistik yang
Pada penelitian ini, populasi digunakan adalah Kendall’s Tau Test.
yang diambil adalah pasien dengan
C. HASIL DAN PEMBAHASAN.
diagnosis HIV/AIDS serta memenuhi
1. Analisa Univariat.
kriteria inklusi yang berjumlah 221
Pada analisis ini akan
ODHA. Adapun rumus dasar
menghasilkan distribusi frekuensi
perhitungan sampel adalah sebagai
dari tiap variabel. Dalam
berikut :
N penelitian ini analisis yang
n=
Nd² + 1 dilakukan untuk mengetahui
distribusi dan presentase dari
responden yang dapat dilihat
pada data lampiran dan disajikan memiliki tingkat kualitas hidup cukup
dalam bentuk tabel dan kalimat. sebanyak 49 responden (71 %).
Tabel 1.1 Distribusi frekuensi
Berdasarkan hasil penelitian
menurut karakteristik responden,
mayoritas pasien di Poliklinik VCT
tingkat spiritualitas dan tingkat
RSUD Dr. Moewardi adalah sedang
kualitas hidup.
hal ini dikarenakan pasien HIV/AIDS
Keterangan Jumlah Presentase
(%) berasal dari berbagai latar belakang
Jenis Kelamin
Laki-laki 39 56,5 %
etnik dan budaya, dan berasal dari
Perempuan 30 43,5 % keyakinan yang berbeda-beda, dengan
Jumlah 69 100 %
berbeda latar budaya etnik dan
Usia
Remaja 12 17,4 %
keyakinan tentu akan menimbulkan
Dewasa 42 60,9 % kebiasaan-kebiasaan yang berbeda
Lansia 15 21,7 %
diantara keyakinan yang satu dengan
Jumlah 69 100 %
keyakinan yang lainnya. Nilai dari
Tingkat
Spiritualitas keyakinan agama tidak dapat dengan
Tinggi 24 34,8 %
mudah dievaluasi, saat pasien
Sedang 38 55,1 %
Rendah 7 10,1 %
mengalami stres, pasien akan mencari
Jumlah 69 100 % dukungan dari keyakinan agamanya.
Tingkat Frekuensi sembahyang, berdo’a,
Kualitas
Hidup membaca kitab suci, dan praktik
Baik 17 24,6 %
Cukup 49 71,% keagamaan yang lainnya sering
Kurang 3 4,3 %
membantu memenuhi kebutuhan
Jumlah 69 100 %
spiritual yang juga dapat
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat
mempengaruhi tingkat spiritualitas
diketahui bahwa dari 69 responden
setiap pasien.
yang memiliki tingkat spiritualitas
Kemampuan bertahan hidup
baik sebanyak 24 responden (34,8%)
sering diartikan sebagai kualitas
dan sebagian besar responden
hidup. ODHA yang mampu bertahan
hidup lebih lama dikatakan memiliki berdampak positif bagi kualitas
kualitas hidup yang baik. Kualitas hidupnya.
hidup ODHA dipengaruhi oleh Dari beberapa faktor yang dapat
banyak faktor, baik faktor yang mempengaruhi tingkat kualitas hidup
berasal dari diri sendiri, keluarga salah satunya adalah tingkat
maupun lingkungan tempat spiritualitas pasien. Pasien di
tinggalnya. Menurut pendapat Poliklinik VCT RSUD Dr. Moewardi
Sarafino (2011) mengungkapkan mayoritas memiliki tingkat spiritualitas
bahwa dengan adanya dukungan cukup. Spiritualitas berhubungan erat
sosial khususnya spiritual maka akan dengan mekanisme koping seseorang
tercipta lingkungan kondusif yang untuk menghadapi perubahan yang
mampu memberikan motivasi diterima. Apabila mekanisme koping
maupun memberikan wawasan baru PHIV berhasil, maka pasien tersebut
bagi pasien HIV/AIDS dalam akan dapat beradaptasi terhadap
menghadapi kehidupannya. perubahan yang terjadi. Koping yang
Dukungan sosial spiritual dapat afektif menempati tempat yang central
meminimalkan tekanan psikososial terhadap ketahan tubuh dan daya
yang dirasakan pasien HIV/AIDS, penolakan tubuh terhadap gangguan
sehingga pasien dapat memiliki gaya maupun serangan suatu penyakit baik
hidup yang lebih baik dan dapat bersifat fisik maupun psikis, sosial dan
memberikan respon yang lebih positif spiritual. Dimensi spiritual dapat
terhadap lingkungan sosialnya. Selain menumbuhkan kekuatan yang timbul
itu, dengan adanya dukungan ini diluar kekuatan manusia. Spiritual juga
maka pasien HID/AIDS akan merasa dapat memberikan ketenangan
dihargai, dicintai, dan tetap merasa batiniah, sehingga pasien HIV akan
menjadi bagian dari masyarakat, merasa jiwa nya lebih tenang dan
sehingga pasien tidak merasa tentram sehingga kualitas hidupnya
didiskriminasi yang nantinya akan pun juga akan meningkat.
Kesimpulannya adalah individu yang
religius akan tabah dan tenang menunjukkan bahwa dengan tingkat
menghadapi saat-saat terakhir atau spiritualitas yang tergolong sedang
menghadapi fase terminal (kematian) maka akan berdampak pada tingkat
dari pada yang non religius. kualitas hidup pasien HIV/AIDS.
2. Analisa Bivariat. Hasil penelitian ini juga
Berdasarkan hasil Analisa bivariat menguatkan beberapa faktor yang
hubungan tingkat spiritualitas dengan berperan dalam meningkatkan kualitas
tingkat kualitas hidup pasien hidup. Menurut pendapat oleh
HIV/AIDS di Poliklinik VCT RSUD University of Toronto (2010)
Dr. Moewardi Surakarta dapat dilihat Spiritualitas merupakan bagian dari
pada tabel 1.2. Hubungan tingat kualitas hidup berada didomain
spiritualitas dengan tingkat kualitas kapasitas diri atau being yang terdiri
hidup pasien HIV/AIDS di Poliklinik dari nilai-nilai personal, standar
VCT RSUD Dr. Moewardi Surakarta personal dan kepercayaan. Menurut
sebagai berikut : Dossey (2007) menyatakan bahwa
Variabel Tingkat Kualitas Hidup hubungan manusia dengan sang
ρ value τ n
Tingkat 0,000 0,514 69 pencipta (Tuhan) merupakan elemen
Spiritualitas
Sumber : Data Primer diolah tahun 2017. pertama dari spiritualitas. Lebih
Berdasarkan hasil Analisa mendekatkan diri kepada Tuhan
Statistik dapat disimpulkan bahwa ada merupakan strategi koping yang palig
hubungan yang bermakna dengan nilai sering digunakan oleh pasien untuk
korelasi sedang antara tingkat mengatasi stres karena penyakit yang
spiritualitas dengan tingkat kualitas dideritanya. Hal ini juga sejalan
hidup pasien HIV/AIDS di Poliklinik dengan penelitian Novalia (2011)
VCT RSUD Dr. Moewardi Surakarta tentang koping yang digunakan pada
dengan responden mayoritas memiliki pasien penyakit ginjal kronik yang
tingkat spiritualitas sedang dan tingkat menjalani hemodialisa menyatakan
kualitas hidup cukup. Hal ini bahwa 85,4% responden menggunakan
strategi koping spiritual dengan
berdo’a dan mendekatkan diri kepada Walton (2007) menyatakan
Tuhan. dalam penelitiannya bahwa
Elemen penting lainnya spiritualitas juga tidak terlepas
selain hubungan manusia dengan dari keterhubungan dan
Tuhan adalah dukungan dari dukungan dari keluarga.
orang terdekat. Seluruh Keluarga merupakan sumber
responden mengatakan mereka harapan utama bagi pasien
mendapatkan dukungan dari HIV/AIDS. Keluarga dapat
orang-orang terdekatnya seperti memberikan harapan besar untuk
keluarga, pasangan hidup, dan sembuh, dan harapan agar Tuhan
tema-teman terdekat. Komponen memberikan mukjizat
belonging dalam quality of life kesembuhan terhadapnya.
model meliputi social belonging Spiritualitas pasien
terdiri dari keintiman hubungan HIV/AIDS mempengaruhi
dengan orang lain, keluarga, mekanisme koping pasien untuk
teman dan rekan kerja. menghadapi perubahan yang
Sedangkan untuk community diterima. Pada respon spiritual
belonging yaitu keinginan untuk pasien HIV, penggunaan strategi
terlibat dalam pelayanan sosial koping meningkatkan harapan
dan aktivitas sosial (University of dan ketabahan pasien serta
Toronto, 2010). Sejalan dengan memacu pasien untuk pandai
pendapat oleh Maryam et al. mengambil hikmah. Keikhlasan
(2013) pentingnya spiritual menerima penyakit yang diderita
dalam kesehatan dapat dilihat berbanding lurus dengan usaha
dari batasan WHO yang mendekatkan diri dengan Tuhan.
menyatakan aspek agama Pasien HIV/AIDS mencoba
(spiritual) merupakan salah satu mencari hikmah dari penyakit
unsur dari pengertian kesehatan yang dideritanya, dan
seutuhnya. menganggap Tuhan tidak akan
memberikan cobaan diluar berjudul makna spiritualitas pada
kemampuan umatnya, pasien HIV/AIDS dalam konteks
Hasil ini didukung asuhan keperawatan di RSUPN
penelitian yang dilakukan oleh dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Hukum (2012) tentang hubungan didapatkan hasil bahwa lima
tingkat spiritual dengan respon tema yaitu mendekatkan diri
koping pasien terminal di RSUP kepada Tuhan, menghargai hidup
DR Sardjito Yogyakarta pasca diagnosis HIV, butuh
didapatkan hasil bahwa tingkat dukungan orang terdekat,
spiritual memiliki hubungan mempunyai harapan untuk
dengan koping pasien terminal. kehidupan yang lebih baik dihari
Penelitian yang dilakukan kedepan, dan kebutuhan spiritual
oleh Putra, M.G.B.A (2015) yang tidak terpenuhi.
tentang religiusitas dan Berdasarkan hasil
kesejahteraan subyektif penderita penelitian yang didukung dengan
HIV/AIDS perempuan di teori-teori dan juga penelitian-
Surabaya didapatkan hasil bahwa penelitian terdahulu terbukti
terdapat hubungan antara status bahwa terdapat kesesuaian teori
infeksi HIV dengan religiusitas dan fakta penelitian, dimana
penderita HIV. Penelitian yang tingkat spiritualitas berpengaruh
dilakukan oleh Paloutzian, terhadap kualitas hidup pasien
Bufford & Wildman (2012) HIV/AIDS. Apabila pasien
bahwa kesejahteraan spiritual HIV/AIDS memiliki tingkat
existensial individu baik adalah spiritualitas tinggi maka kualitas
individu dapat memaknai tujuan hidupnya baik, tetapi apabila
hidup dan merasa damai dalam pasien HIV/AIDS memiliki
hidupnya. tingkat spiritualitas rendah maka
Penelitian yang dilakukan kualitas hidupnya kurang.
oleh Collein (2010) yang
pasien HIV/AIDS agar dapat
meningkatkan kualitas hidup
D. SIMPULAN DAN SARAN. pasien menjadi lebih baik
1. Simpulan. lagi.
Hasil Analisa Bivariat pada c. Pemerintah melalui media
penelitian ini menunjukkan informasi dan tenaga
bahwa ada hubungan antara kesehatan perlu menggalakkan
tingkat spiritualitas dengan pemberian informasi yang
tingkat kualitas hidup pasien benar pada masyarakat tentang
HIV/AIDS di Poliklinik VCT pencegahan dan perawatan
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pasien HIV/AIDS agar pasien
diperoleh nilai (ρ value = 0,000). tidak merasa terdiskriminasi
2. Saran. dalam lingkunggan sosial
Berdasarkan kesimpulan yang dapat memperburuk
penelitian, maka penulis kualitas hidupnya.
merekomendasikan berupa saran-
saran sebagai berikut : DAFTAR PUSTAKA
a. Perlu ditingkatkan dan
Ambarwati, F. R dan N. Nasution. 2012.
dioptimakan peran support Buku Pintar Asuhan Keperawatan
system (tenaga kesehatan) Kesehatan Jiwa. Yoyakarta:
Cakrawala Ilmu.
berupa dukungan psikologis Archietobias, M. A., H. T Sibero, N.
agar dapat meingkatkan Carolia. 2014. Hubungan antara
Derajat Keparahan Dermatitis
kualitas hidup pasien Atopik Dengan Kualitas Hidup
HIV/AIDS. Pasien di RSUD Abdul Moeloek
Lampung. Majority, 3(4).
b. Dukungan keluarga, tenaga Armiyati, Y., Rahayu, D. A., & Aisah, S.
kesehatan, perlu ditingkatkan (2015). Manajemen masalah
psikososiospiritual pasien hiv/aids
lagi untuk mencegah dan di kota semarang. In Prosiding
mengatasi permasalahan Seminar Nasional & Internasional.

psikososialspiritual pada
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Keperawatan. Semarang: Penerbit
Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Hasani.
Ilmu. Firman, A., W. Indah, dan R. Dadang.
2012. Kualitas Hidup Pasien Ulkus
Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Diabetik Di Rumah Sakit Umum
Psikologi. Edisi ke 2. Yogyakarta: Daerah Serang Tahun 2012. Jurnal
Pustaka Pelajar. Keperawatan Medikal Bedah, 2(5).
Bele, S. T. Bodhare, N. Mudgalkar, A. Hartono, L. A. 2007. Stres dan Stroke,
Saraf, S. Valsangkar. 2012. Health stres satu faktor tambahan
related quality of life and existential penyebab stroke. Yogyakarta:
concern among patients with end Kanisius.
stage renal disease. Indian Journal Hawari, D. 2007. Sejahtera di Usia
of Palliative Care. 18 (2), 103-108. Senja Dimensi Psikoreligi pada
Budiyanto, T., A. R. Ma’rifah, dan P. I. Lanjut Usia (Lansia). Jakarta:
Susanti. 2015. Pengaruh Terapi Fakultas Kedokteran Universitas
Dzikir Terhadap Intensitas Nyeri Indonesia.
Pada Pasien Post Operasi Ca . 2012. Skizofrenia Pendekatan
Mammae di RSUD Prof. DR. Holistik (BPSS) Bio-Psiko-Sosial-
Margono Soekarjo Purwokerto. Spiritual. Jakarta: FKUI.
Jurnal Keperawatan Maternitas. Hernanta, I. 2013. Ilmu kedokteran
Volume, 3(2), 90-96. Lengkap tentang Neurosains.
Collein, I. (2010). Makna spiritualis Jogjakarta: D-Medika.
pada pasien HIV AIDS dalam Hidayat, A. A. A dan M. Uliyah. 2014.
konteks asuhan keperawatan di Pengantar Kebutuhan Dasar
RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Manusia. Edisi 2. Jakarta Selatan:
Jakarta: FIK UI. Salemba Medika.
Delgado, C. 2010. A Discussion Of The Hidayati, W. C., dan D. H. H.
Concept Of Spiritually. J Nurs Sci. Rochmawati. 2014. Pengaruh
Q. 18 (2): 157. Terapi Religius Zikir Terhadap
Diatmi, K., dan I. Fridari. 2014. Peningkatan Kemampuan
Hubungan Antara Dukungan Sosial Mengontrol Halusinasi Pendengaran
dengan Kualitas Hidup pada Orang Pada Pasien Halusinasi Di RSJD
Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di DR. Amino Gondohutomo
Yayasan Spirit Paramacitta. Jurnal Semarang. Karya Ilmiah S. 1 Ilmu
Psikologi Udayana, 1(2). Keperawatan.
Dossey, P, M. Keegan, Lynn dan C. Hukum, A. J. A. 2012. Hubungan Antara
Guzzetta. 2007. Holistic nursing a Tingkat Spiritual dengan Respon
handbook for practice. United Koping Pasien Terminal di RSUP
States of America: Jones Barlett Dr. Sardjito. Skripsi. Program Studi
Publishers. S1 Ilmu Keperawatan Fakultas
Dwidiyanti, M. 2008. Keperawatan Kedokteran UGM. Tidak
Dasar Konsep Caring, Komunikasi, Dipublikasikan.
Etik dan Spiritual dalam Pelayanan
Infodatin. 2014. Situasi dan Analisa HIV Nasronudin. 2007. HIV AIDS
AIDS. Kementerian Kesehatan RI. Pendekatan Biologi Molekuler,
Jakarta Selatan. Klinis, dan Sosial. Surabaya:
Kementerian Kesehatan Republik Airlangga University Press.
Indonesia. 2013. Estimasi dan Nofitri, N. F. M. 2009. Gambaran
Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Kualitas Hidup Penduduk Dewasa
Tahun 2011-2016. Kementerian pada Lima Wilayah di Jakarta.
Kesehatan. Jakarta. Skripsi. Fakultas Psikologi
Kementerian Republik Indonesia. 2015. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kondisi HIV dan AIDS di Jawa Novalia, E. 2011. Koping pasien gagal
Tengah 1993 – Juni 2015. ginjal kronis yang menjalani
Kementerian Kesehatan. Jakarta. hemodialisa di RSUP HAM Medan.
Koran Joglosemar. 2016. Seperti ini lho Diakses dari
persoalan HIV/AIDS di Solo. 6 http://repository.usu.ac.id/handle/12
Desember. Solo. 3456789/24973. (Diakses pada
Koran Solopos. 2013. Jumlah ODHA di tanggal 7 Agustus 2017).
Soloraya Melonjak Tajam. 25 Noviana, N. 2013. Catatan Kesehatan
Agustus. Solo. Reproduksi dan HIV-AIDS. Jakarta:
Mailani, F. 2016. Kualitas Hidup Pasien Trans Info Media.
Penyakit Ginjal Kronik yang Nursalam dan N. D. Kurniawati 2007.
Menjalani Hemodialisis: Asuhan Keperawatan pada Pasien
Systematic Review. Jurnal Ners Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta:
Keperawatan, 11(1). Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian
Manker, M. J., S. M. Joshi, D. H. Ilmu Keperawatan Pendekatan
Velankar, R. K. Mhatre dan A. N. Praktis. Edisi 3. Jakarta Selatan:
Nalgundwar.2011.A Comparative Salemba Medika.
Study of the Quality of Life, Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Knowledge, Attitude and Belief Gerontik Dilengkapi Aplikasi kasus
About Leprosy Disease Among asuhan keperawatan gerontik,
Leprosy Patients and Community terapi modalitas, dan sesuai
Members in Shantivan Leprosy kompetensi standar. Yogyakarta:
Rehabilitation Centre, Nere, Nuha Medika.
Maharashtra, India. Journal of Paloutzian, R., R. Bufford dan A,
Global Infectious Diseases. Vol.3, Wildman. 2012. Spiritual Well
378-382. Being Scale:Mental and Physical
Maryam, R. S., Pudjiati, Gustina, dan E. healthrelationship. In M. Cobb, C.
Raenah. 2013. Buku Ajar Puchalski, dan D. Rumbold (eds).,
Kebutuhan Dasar Manusia dan Oxford Textbook of Spirituality in
Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Healthcare. New York: Oxford
DKI Jakarta: CV. Trans Info Media. University Press.
Pasiak, T. 2012. Tuhan dalm otak
Manusia : Mewujudkan kesehatan
spiritual nerdasarkan neurosains. Edisi IV. Jakarta Pusat: Fakultas
Bandung: Mizan. Kedokteran Universitas Indonesia.
Pratama, P. A., dan R. I. Sulistyarini. Tsutsumi, A., Izutsu,T., M. D. A. Islam,
2012. Dukungan Keluarga Dan J.U. Amed, S. Nakahara, F. Takagi
Depresi Pada Penderita Hiv/Aids Di dan S. Wakai.2007. Depressive
Yogyakarta. Jurnal Psikologika, status of Leprosy patient in
17(2). Bangladesh:association with self-
Putra, M. B. A. (2016). Religiusitas dan perception of stigma. Pubmed
Kesejahteraan Subyektif Penderita Journal Vol. 75 (1) 57-66.
HIV/AIDS Perempuan di Surabaya.
Psikologia: Jurnal Psikologi, 3(1). University of Toronto.2010.The Quality
Rahmah, M., A. Husairi, dan F. of Live model. Available from
Muttaqien. 2015. Tingkat http://www.utoronto.ca/qol/concept
Spiritualitas dan Tingkat Depresi s. (Diakses pada tanggal 23 Februari
Pada Lansia. Dunia Keperawatan, 2017).
3(1), 56-64. Walton, J. 2007. Prayer Warriors: A
Rao, S. dan Joseph, G.2009.Impact Of grounded theory study of American
Leprosy On The Quality Of Life. Indians receiving hemodialysis.
Available from Nephrology Nursing Journal, 34
http://www.who.int/bulletin/archiv (4), 337-389.
es//77%286%29515.pdf. (Diakses Wardhani, V. 2006. Gambaran Kualitas
pada tanggal 13 April 2017). Hidup Dewasa Muda Berstatus
Sekarwiri, E. 2008. Hubungan Antara Lajang Melalui Adaptasi Instrumen
Kualitas Hidup dan Sense of WHOQOL – BREF dan SRPB.
Community. Thesis. Fakultas Thesis. Fakultas Psikologi UI.
Psikologi Universitas Indonesia. Jakarta.
Jakarta. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis
Setiati, S., A. W. Sudoyo, M. Epidemiologi, Penularan,
Simadibrata, B. Setiyohadi dan A. Pencegahan dan Pemberantasan.
F. Syam. 2014. Buku Ajar Ilmu Edisi II. Jakarta: Erlangga.
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI. Yaunin, Y., R. Afriant dan N. M.
Jakarta Pusat: Interna Publising. Hidayat. 2014. Kejadian Gangguan
Sudoyo, A. W, B. Setiyohadi, A. Idrus, Depresi pada Penderita HIV/AIDS
M. Simadibrata dan S. Setiati. 2007. yang Mengunjungi Poli VCT RSUP
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi Dr. M. Djamil Padang Periode
IV. Jakarta: Departemen Ilmu Januari-September 2013. Jurnal
Penyakit Dalam Fakultas Kesehatan Andalas, 3(2).
Kedokteran Universitas Indonesia.
Tanto, C., F. Liwang, S. Iranifati, dan E.
A. Pradipta. 2015. Kapita Selekta
Kedokteran essentials medicine.

Anda mungkin juga menyukai