Anda di halaman 1dari 63

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia adalah salah satu kelainan darah yang umum terjadi ketika kadar sel

darah merah dalam tubuh menjadi terlalu rendah (Akhirin, dkk, 2021). Anemia dalam

kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada

trimester I dan III atau <10,5 gr% pada trimester II. Anemia sering dijumpai dalam

kehamilan kebutuhan akan zat-zat makanan bertambah dan terjadi perubahan-

perubahan dalam darah dan sumsum tulang (Sjahriani, Faridah, 2019).

Anemia merupahkan salah satu masalah kesehatan global yang umum dan

tersebar luas serta memengaruhi 56 juta wanita di seluruh dunia, dan dua pertiga di

antaranya berada di Asia. Di negara berkembang anemia menjadi perhatian yang

serius karena dampaknya pada ibu maupun janin berkontribusi terhadap kematian

maternal (Putri, Yuanita, 2019). Menurut WHO 2020 prevalensi anemia pada ibu

hamil di seluruh dunia telah mengalami penurunan sebanyak 4,5% selama 19 tahun

terakhir, dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2019, sedangkan di Indonesia pada

tahun 2019 angka kejadian anemia pada ibu hamil meningkat 44,2% dari tahun 2015

sebesar 42,1%. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa di Indonesia

sebesar 48,9% ibu hamil mengalami anemia (Kementrian Kesehatan RI, 2018).

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, prevalensi

anemia di provinsi Maluku pada tahun 2019 yaitu 19,7%, sedangkan pada tahun 2020

prevalensi anemia mengalami peningkatan yaitu 21,8% dan pada tahun 2021

prevalensi anemia pada ibu hamil masih mengalami peningkatan yaitu 34.11%

(DINKES Provinsi Maluku, 2022).

1
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi anemia dalam kehamilan antaralain

umur ibu, paritas, jarak kehamilan, pendidikan, Frekuensi Antenatal Care, kepatuhan

ibu mengonsumsi tablet besi, infeksi dan penyakit, pengetahuan dan kurang energi

kronis (KEK) (Andita, 2018). Paritas merupakan jumlah anak yang dilahirkan oleh

ibu hingga persalinan terakhir. Jumlah paritas yang paling aman adalah 2-3 anak,

apabila terlalu banyak melahirkan (>4 kali). Grande Multi Para ; Ibu pernah

melahirkan anak 4 kali atau lebih. Bila ibu terlalu sering melahirkan kandungan akan

semakin lemah sehingga resiko gangguan masa persalinan lebih tinggi antara lain

perdarahan (Komariah & Nugroho, 2019). Penelitian yang sejalan berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh (Khoiriah, Latifah, 2020) di Puskesmas Makrayu

Palembang menunjukan bahwa dari hasil univariat diperoleh ibu hamil dengan paritas

tinggi yang mengalami anemia senbanyak 10 orang (62,5%), ibu yang dengan paritas

rendah yang mengalami anemia sebanyak 3 orang (13,6%) maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan antara paritas ibu dengan kejadian anemia .

Usia ideal untuk mengandung dan melahirkan adalah 20-35 tahun, usia < 20

tahun dan >35 tahun mempunyai resiko lebih besar untuk menderita anemia. Ibu

hamil pada umur muda atau < 20 tahun perlu tambahan gizi yang banyak, karena

selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus

berbagi dengan janin yang sedang dikandung. Sedangkan untuk umur yang tua > 35

tahun perlu energy yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan

diharuskan untuk bekerja maksimal, maka memerlukan tambahan energy yang cukup

guna mendukung kehamilan yang sedang berlangsung (Detty, 2020). Penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Akhirin, dkk 2021) di wilayah kerja

Puskesmas Biha Kabupaten Pesisir Barat bahwa berdasarkan hasil uji chi square di

dapatkan nilai p value 0,004 < 0,05 menunjukan bahwa ada hubungan antara usia

2
dengan kejadian anemia pada ibu hamil dimana usia yang beresiko mengalami anemia

adalah usia <20 tahun dan > 35 tahun beresiko 0,279 kali mengalami anemia

(Akhirin, dkk, 2021).

Adapun faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

yaitu jarak kehamilan. Jarak kehamilan terlalu dekat yaitu kurang dari 2 tahun

menjadi resiko karena sistem reproduksi belum kembali seperti keadaan semula

sebelum hamil. Resiko jarak kehamilan terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya

anemia. Hal tersebut karena tubuh seorang ibu belum cukup untuk mengumpulkan

cadangan nutrisi setelah melalui hamil pertama (Alamsyah, 2020). Hasil penelitian

lain yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Miarti, dkk, 2020),

berdasarkan hasil uji statistic menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

jarak kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil dengan nilai p value = 0,003,

hal ini berarti ibu yang memiliki jarak kehamilan <2 tahun akan beresiko 3,833 kali

lebih besar mengalami anemia dibandingkan dengan ibu yang memiliki jarak

kehamilan >2 tahun (Miarti, dkk, 2020).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik melakukan literature riview

tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diatas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini yaitu faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil?

3
B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

2. Tujuan Khusu

a. Untuk mengetahui hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu

hamil

b. Untuk mengetahui hubungan antara usia dengan kejadian anemia pada ibu

hamil

c. Untuk mengetahui hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia

pada ibu hamil.

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Manfaat penelitian ini dapat digunakan untuk bidang ilmu pengetahuan

khususnya di bidang kesehatan dan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi institusi

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan

mutu ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa keperawatan tentang faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

4
b. Bagi ibu hamil

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan

meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi calon ibu hamil agar dapat

mengetahui faktor - faktor yang mempengarui kejadian anemia pada ibu hamil

dan mampu mempersiapkan diri dengan baik saat hamil.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi gambaran bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu

yang dapat dari penerapan dengan cara mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi anemia pada ibu hamil.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Ibu Hamil

1. Pengertian

Ibu adalah perempuan yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk

wanita yang sudah bersuami, panggilan terlazim pada wanita yang sudah/belum

kawin. Hamil adalah mengandung janin dalam rahim karena sel telur dibuahi oleh

spermatozoa. Kehamilan adalah pembuahan yang terjadi akibat dari hubungan

seksual atau jika tidak memungkinkan, melalui inseminasi buatan. Proses

kehamilan merupakan matarantai yang bersinambungan dan terdiri dari : ovulasi,

migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi

(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil

konsepsi sampai aterm (Hattimena, 2017).

2. Proses Kehamilan

Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat lima aspek, antara lain (Lilipaly,

2018) :

a. Ovum

Ovum adalah suatu sel dengan diameter ± 0,1 mm yang terdiri dari

suatu nucleus yang terapung-apung dalam vitelus yang dilingkari oleh zona

pelusida oleh kromosom radiata.

b. Spermatozoa

Spermatozoa berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk

lonjong agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan

6
bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma dapat bergerak

cepat.

c. Konsepsi

Konsepsi adalah suatau peristiwa penyatuan antara sperma dan ovum

di tuba fallopi.

d. Nidasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam

endometrium.

e. Plasentasi

Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna

untuk pertukaran zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.

3. Klasifikasi Kehamilan

Kehamilan diklasifikasikan kedalam tiga trimester antara lain sebagai berikut

(Lilipaly, 2018) :

a. Trimester kesatu, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (0-12 minggu)

b. Trimester kedua, dari bulan ke-empat sampai 6 bulan (13-27 minggu)

c. Trimester ketiga, dari bulan ke-tuju sampai 9 bulan

4. Tanda-tanda Kehamilan

Ada beberapa tanda-tanda kehamilan yang terdiri dari (Lilipaly, 2018) :

a. Tanda tidak pasti/tanda presumtif

1) Amenore (tidak datang bulan)

Setelah ovum dikeluarkan dari folikel deGraf matang, di ovarium,

maka volikel ini akan berubah menjadi korpus luteum yang berperan

7
dalam siklus menstruasi dan mengalami degenerasi setelah terjadinya

menstruasi. Bila ovum dibuahi spermatozoa maka korpus luteum akan

dipertahankan oleh korionik gonadotropin yang dihasilkan oleh

sinsiotroblas disekitar biastokis menjadi korpus luteus kehamilan.

Kehamilan menyebabkan dinding dalam uterus (endometrium) tidak

dilepaskan sehingga amenore dianggap sebagai tanda kehamilan, namum

tidak datang haid dapat juga terjadi pada wanita dengan penyakit kronik,

tumor hipofase, perubahan faktor-faktor lingkungan, malnutrisi dan paling

sering gangguan emosional terutama wanita yang tidak ingin hamil atau

malahan yang sangat ingin hamil (dikenal dengan pseudocyesis atau hamil

semu).

2) Mual dan muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam

lambung yang berlebihan. Mual dan muntah terutama pada pagi hari yang

disebut morning sickness. Akibat mual dan muntah dapat mengurangi

nafsu makan. Mual dan muntah tidak dapat dikatakan sebagai tanda pasti

kehamilan karena penyakit metabolic lainnya dapat juga menimbulkan

gejala serupa. Emesis pada kehamilan digolongkan tidak normal apabila

terjadi lebih dari trimester pertama.

3) Payudara tegang

Akibat konsentrasi tinggi estrogen dan progesterone yang dihasilkan

oleh plasenta menimbulkan perubahan pada payudara (tegang dan

membesar) serta somatomatrofin menimbulkan defisit lemak air garam

pada payudara. Namun payudara yang tegang dan membesar juga dapat

8
terjadi pada wanita pengguna kontrasepsi hormonal, penderita tumor otak

atau ovarium, pengguna rutin penenang dan hamil semu (pseudocyesis).

4) Pigmentasi kulit

Efek dari stimulasi melanosit yang dipicu oleh peningkatan hormone

estrogen dan progesterone menyebabkan pigmentasi kulit pada area (dahi,

hidung, pipi dan leher) yang disebut dengan chloasma gravidarum. Pada

dinding perut dinamakan (striae lividae, striae nigra, linea alba makin

hitam). Area atau daerah kulit yang mengalami hiperpigmentasi akan

kembali menjadi normal setelah kehamilan berakhir. Pengecualian terjadi

pada striae di mana area pigmentasi akan memudar tetapi guratan pada

kulit akan menetap dan berwarna putih keperakan.

5) Sering miksi

Desakan uterus yang semakin besar mengarah kedepan menyebabkan

kandung kemih cepat terasa penuh dan menjadi sering miksi

6) Konstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat peristaltik usus

menyebabkan kesulitan dalam buang air besar. Konstipasi juga dapat

disebabkan oleh pola makan.

b. Tanda kemungkinan hamil

1) Rahim membesar

Terjadi perubahan bentuk besar dan konsistensi rahim. Pada

pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan makin lama

makin membesar bundar bentuknya.

2) Reaksi kehamilan positif

9
Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kadar hormone

HCG (chorionic gonadotropin) dalam urine.

3) Tanda piscasecks

Yaitu pembesaran uterus kesalahan satu arah sehingga menonjol

jelas kearah pembesaran tersebut.

4) Goodell sign

Jika dilakukan pemeriksaan palpasi perut dengan cara menggoyang-

goyangkan di salah satu sisi, maka akan terasa pantulan di sisi lain (tanda

hegar). Konsistensi rahiim dalam kehamilan berubah menjadi lunak

terutama daerah ismus.

5) Braton Hicks

Bila uterus dirangsang akan mudah berkonsentrasi.

c. Tanda pasti hamil

1) Terasa gerakan janin

Pada primigravida mulai terasa pada usia kehamilan 18 minggu dan

multigravida terasa pada usia kehamilan 16 minggu.

2) Teraba bagian-bagian janin yaitu pada pemeriksaan dengan cara palpasi

menurut leopold pada akhir trimester kedua.

3) Denyut jantung janin (DJJ), dapat di dengar dengan :

a) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu

b) Sistem Doppler pada kehamilan 12 minggu

c) Stetoskop linec pada kehamilan 18-20 minggu

10
d) Pada pemeriksaan dengan USG dapat terlihat gambar janin berupa

kantong janin, panjang janin, dan diameter biparietalis hingga dapat

diperkirakan tuanya kehamilan.

5. Perubahan yang terjadi saat kehamilan

Ada perubahan yang terjadi pada saat kehamilan seorang ibu yaitu fisiologi

dan perubahan psikologi (Lilipaly, 2018) :

a. Perubahan fisiologi terdiri dari :

1) Sistem reproduksi

Pada kanalis servikalis dipenuhi dengan mucus kental (operculum)

yang dapat menghambat masuknya bakteri keuterus selama persalinan

yang disebut blood show. Selama masa kehamilan konsistensi serviks

berubah, sebelum hamil seperti ujung hidung, awal hamil seperti ujung

daun telinga, pada keadaan term teraba seperti bibir. Terjadi pembesaran

uterus dengan berat 20 kali, kapasitas meningkat 500 kali yang disebabkan

oleh pertumbuhan serabut otot dan jaringan yang berhubungan, termasuk

jaringan fibroelastik, darah dan saraf akibat adanya hormone estrogen

terjadi sekresi vagina yang meningkat (leukorhea) dan terjadi peningkatan

kongesti vastilar organ vagina dan pelvik yang menyebabkan peningkatan

sensitivitas yang sangat berarti. Hal ini mungkin mengarah pada tingginya

derajat rangsangan terutama antara bulan ke-empat dan ke0tujuh masa

kehamilan.

2) Sistem kardiovaskuler

Terjadi peningkatan volume darah, cairan tubuh (bisa terjadi) edema

jaringan, sel darah merah, hemoglobin dan fibrin juga meningkat sehingga

11
bisa terjadi pseudoanemia yang fisiologis pada kehamilan. Mungkin juga

bisa terjadi sindrom hepotensi supinasi akibat oleh tekanan uterus pada

vena kava, lebih buruk lagi terjadinya thrombosis vena sehubungan dengn

peningkatan fibrin dan statis vena.

3) Sistem pernafasan

Akibat bentuk rongga toraks berubah dan karena pernafasan yang

lebih cepat sekitar 60% wanita hamil sering mengeluh sesak nafas.

Kapasitas paru tidak berubah pada kenyataannya tidal volume meningkat.

Terjadi bengkak seperti alergi pada membrane mukosa merupakan hal

umum yang dapat menyebabkan gejala serak, hidung tersumbat, dyspnea,

sakit tenggorokan, perdarahan hidung, hilangnya rasa penciuman pada

indra penciuman.

4) Sistem integument

Terdapat rasa kesemutan dan nyeri tekan pada payudara yang

membesar karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolan dan suplai

darah didalam tubuh. Terdapat striae gravidarum yang berupa regangan

kulit akibat serabut elastic dari lapisan kulit terdalam terpisah dan putus.

Terjadi pigmentasi kulit berupa linea nigra pada abdomen dan cloasma

yaitu bintik-bintik hitam pada wajah perspirasi dan sekresi kelenjar lemak

yang juga mengalami peningkatan pada wajah.

5) Sistem muskculoskeletal

Kebutuhan kalsium meningkat 33% tetapi tidak diambil dari gigi.

Sendi pelvik sedikit dapat bergerak untuk mengkonpensasi pembesaran

janin, bahu tertarik kebelakang dan lumbal lebih lengkung, sendi tulang

belakang lebih lentur dan dapat menyebabkan nyeri punggung. Terjadinya

12
kram otot tungkai dan kaki tidak diketahui penyebabnya, mungkin

berhubungan dengan metabolism kalsium dan fosfor, kurangnya drainase

sisa metabolism otot atau postur yang tidak seimbang.

6) Sistem endokrin

Terjadi perubahan hormonal yaitu, peningkatan progesterone dan

estrogen, plasenta menghasilkan Hcg, Hpl, Hct, pulau lengerhans

membentuk insulin lebih banyak, hormone-hormon pititari secara

signifikan terpengaruh, kortek adrenal membentuk kortin leboh banyak.

Terutama kelenjar paratiroid yang ukurannya meningkat selama minggu ke

15-30 ketika kebutuhan kalsium janin lebih besar, tanpa hormone

paratiroid tersebut metabolism tulang dan otot terganggu.

7) Sistem gastrointestinal

Pada awal kehamilan wanita hamil mengalami mual muntah, sekresi

saliva menjadi lebih asam dan lebih banyak. Saat berlanjut, penurunan

asam lambung dan perlambatan pengosongan lambung dapat

menyebabkan kembung. Menurunnya gerakan peristaltic tidak saja

menyebabkan mual tetapi juga konstipasi.

8) Sistem perkemihan

Terjadi gerakan urine ke kandung kemih yang lebih lambat dan dapat

meningkatkan kemungkinan pielonefritis. Suplai darah ke kandung kemih

meningkat dan pembesaran uterus menekan kandung kemih dapat

menyebabkan meningkatnya berkemih.

9) Sistem persarafan

Terkadang terjadinya perubahan postur pada kehamilan dapat

menyebabkan acrodysesthesia sehubungan dengan tekanan mekanik atau

13
numbess, tingling dan kaku. Otak mungkin tidak mengalami perubahan

namun efek psikologis mungkin dapat terjadi swing mood.

b. Perubahan psikologis yang terjadi adalah sebagai berikut :

1) Merasa tidak sehat dan kadang-kadang benci kehamilannya.

2) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya.

3) Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya sedang hamil.

4) Mengalami gairah seks yang lebih tinggi.

5) Khawatir kehilangan bentuk tubuh.

6) Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga.

7) Ketidakstabilan emosi dan suasana hati.

8) Mulai merasakan gerakan bayi dan merasakan kehadiran bayi sebagai

seseorang diluar dirinya.

9) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.

10) Ibu khawatir baynia akan lahir sewaktu-waktu dan dalam kondisi yang

tidak normal.

11) Semakin ingin menyudahi kehamilannya.

12) Tidak sabar dan resah.

13) Bermimpih dan berkhayal tentang bayinya.

14) Aktif mempersiapkan kelahiran bayinya.

6. Kebutuhan dasar ibu hamil

Kebutuhan dasar ibu hamil adalah sebagai berikut (Lilipaly, 2018) :

a. Nutrisi

Nutrisi dan gizi yang baik pada masa kehamilan akan sangat

membantu ibu hamil dan janinnya melewati masa tersebut. Pada dasarnya

14
menu makan yang lebih diperlukan adalah pola makan yang sehat. Hanya saja

ibu hamil lebih berhati-hati ketika memilih makanan. Dengan kebutuhan

nutrisi yang meningkat seperti kalsium, zat besi, asam folat dan sebagainya,

ibu hamilpun perlu dikontrol kenaikan berat badannya. Kenaikan yang ideal

berkisar antara 12-15 kilogram. Bila berat badan naik dari semestinya ibu

hamil akan dianjurkan mengurangi makanan yang mengandung karbohidrat

dan lemak.

b. Oksigen

Ibu hamil membutuhkan udara yang bersih dari polusi. Kebutuhan

oksigen bagi ibu selama kehamilan trimester I, II dan III. Oksigen merupakan

kunci segala kehidupan. Manusia bisa hidup beberapa hari tanpa makanan dan

minuman, tetapi tidak dapat hidup selama empat menit saja tanpa oksigen.

c. Personal hygiene

Kebersihan badan mengurangi infeksi, putting susu harus dibersihkan jika

terbasahi oleh kolostrum. Perawatan gigi harus dilakukan karena gigi yang

bersih menjamin pencernaan yang sempurna. Personal hygiene yang perlu

diperhatikan antara lain :

1) Perawatan rambut

2) Perawatan gigi

3) Mandi untuk menjaga kebersihan kulit, mencegah infeksi

4) Perawatan payudara

5) Perawatan vulva dan vagina

d. Seksualitas

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan

alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara hubungan intim

15
antara laki-laki dengan perempuan. Salah satu kebutuhan biologis manusia

adalah kebutuhan untuk melakukan hubungan seks. Berhubung seks pada

kehamilan boleh dilakukan dan tidak ada masalah tetapi pada kasus-kasus

tertentu ibu hamil dilarang atau dibatasi melakukan hubungan seksual selama

kehamilan.

e. Pakaian

Pakaian yang baik untuk dikenakan pada ibu hamil harus nyaman,

mudah menyerap keringat, mudah di cuci, tanpa sabuk atau pita yang menekan

dibagian perut atau pergelangan tangan tangan, pakaian juga tidak baik terlalu

ketat dileher, stoking tungkai yang sering digunakan oleh sebagian wanita

tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah.

f. Senam hamil

Seam hamil merupakan kebutuhan aktivitias fisik, pada kegiatan ini

terjadi peningkatan metabolism yang pada dasarnya dengan metabolism

diperlukan peningkatan penyediaan oksigen sehingga senam hamil akan

meningkatkan kebutuhan oksigen.

g. Istirahat dan tidur

Selama hamil, tubuh ibu butuh tidur selama 6-8 jam sehari. Ini sama

dengan tidur orang sehat pada umumnya. Hanya saja, berbagai perubahan

tubuh kerap membuat ibu hamil gampang lelah dan mengantuk. Itu sebabnya

ibu hamil biasanya perlu tambahan waktu istirahat dan tidur sekitar 30 menit

hingga 1 jam setiap rentang 3 hingga 4 jam.

h. Mobilisasi

Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi

fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari

16
defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatau upaya

mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing

penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologisnya.

i. Bodi mekanik

Mekanik bodi (body mechanic) adalah suatu kordinasi diri

musculoskeletal dan sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan yang

tepat. Mekanika tubuh merupakan bagian dari aktifitas manusia.

j. Eliminasi

Kebanyakan ibu hamil lebih sering ke kamar mandi untuk melakukan

tindakan eliminasi. Salah satu alasan akan meningkatnya pembuangan air

kemih adalah meningkatkan volume cairan tubuh dan memperbaiki efisiensi

ginjal, yang membantu prooduk sisa dari tubuh dengan cepat. Kebutuhan

eliminasi adalah suatu kebutuhan yang dialami oleh setiap ibu hamil yang

berhubungan dengan BAK dan BAB karena terjadinya perubahan kondisi fisik

yang terjadi pada masa kehamilan.

k. Traveling

Ibu hamil harus berhati-hati melakukan perjalanan yang cenderung

lama dan melelahkan, karena dapat menimbulkan ketidaknyamanan dn

meningkatkan gangguan sirkulasi serta oedema pada tungkai kaki tergantung

jika duduk terlalu lama. Sabuk pengaman yang dikenakan dikendaraan jangan

sampai menekan perut yang menonjol. Jika mungkin perjalanan yang jauh

sebaiknya dilakukan dengan pesawat udara. Etinggian tidak mempengaruhi

kehamilan bila kehamilan telah memasuki minggu ke-35 ada perusahaan

penerbangan yang menolak membawa wanita hamil da nada juga yang

17
menerima dengan catatan keterangan dokter yang menyatakan cukup sehat

untuk kepergian.

l. Imunisasi

Pada masa kehamilan ibu hamil diharuskan melakukan imunisasi

tetanus toksoid (TT). Kegunaanya pada antenatal dapat menurunkan

kemungkinan kematian bayi karena tetanus. Imunisasi TT juga dapat

mencegah kematian ibu yang disebabkan oleh tetanus. Terutama imunisasi

tetanus untuk melindungi bayi terhadap penyakit tetanus neonatum. Imunisasi

dilakukan pada trimester I/II pada kehamilan 3-5 bulan dengan interval

minimal 4 minggu. Imunisasi dilakukan secara IM (intramuscular) dengan

dosis 0,5 ml.

m. Aktivitas dalam dan luar rumah

1) Pekerjaan rumah tangga

Jangan pernah menganggap enteng pekerjaan rumah tangga,

khususnya bagi kaum pria. Pekerjaan rutin rumah tangga seperti mencuci,

mengepel, memasak, menyetrika sering sering dianggap pekerjaan yang

tidak membutuhkan tenaga dan pikiran. Pendapat seperti ini jelas salah,

pekerjaan rumah tangga sama melelahkannya seperti pekerjaan lainnya.

2) Wanita pekerja diluar rumah

Wanita hamil boleh melakukan pekerjaan sehari-hari, dikantor atau

di pabrik, asalkan bersifat ringan. Di Indonesia wanita hamil diberi cuti

hamil selama 3 bulan yaitu 1,5 bulan sebelum bersalin dan 1,5 bulan

sesudahnya.

18
7. Komplikasi-komplikasi selama kehamilan

Komplikasi selama kehamilan yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah

sebagai berikut (Lilipaly, 2018) :

a. Komplikasi hamil muda

1) Abortus

Banyak perumpuan yang mengalami keguguran bukan hanya satu

kali, bahkan ada yang bisa lebih dari tiga kali keguguran. Semua

perempuan akan mengalami kesedihan hingga trauma karena keguguran,

apalagi jika harus dikuret, sakit yang dialami bisa melebihi sakit karena

melahirkan keguguran merupakan gagalnya kehamilan sebelum memasuki

usia ke-20 minggu. Biasanya ditandai dengan flek hingga perdarahan.

Banyak faktor yang menjadi pemicu keguguran antara lain : aktivitas yang

berat selama hamil, stres, virus, infeksi, rahim lemah dan lainnya.

Keguguran yang terjadi berulang-ulang harus segera ditangani dengan

serius agar secepatnya mendapatkan solusi. Itu sebabnya ketika perempuan

yang sudah mengalami keguguran ketika akhirnya dia kembali hamil harus

dalam penanganan dokter agar bisa terus diawasi perkembangan janin

diperut dan bisa meminimalisir terjainya keguguran kembali.

2) Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi jika janin

berkembang di luar rahim. Kondisi ini jarang terjadi namun sangat

membahayakan janin jika sampai terjadi karena janin bisa berkembang

dengan baik jika berada dalam rahim dengan mendapatkan berbagai nutrisi

yang akan membantunya berkembang ketika janin sedang berada aman

19
dalam rahim ibunya. Kehamilan ektopik ini bukan hanya membuat janin

tidak tumbuh namun juga membuatnya tidak bisa bertahan lama.

3) Emesis gravidarum

Emesis gravidarum merupakan keluhan umum yang dialami ibu

hamil pada kehamilan muda. Mual dan muntah adalah gejala yang sering

ditemukan pada kehamilan trimester I. Mual dan muntah terjadi karena

terdapat peningkatan hormone estrogen, progesterone dan dikeluarkannya

human chorionic gonadotrhopine placenta. Hormone-hormon inilah yang

diduga menyebabkan emesis gravidarum. Pengaruh mual dan muntah

dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih

buruk bahkan ibu hamil dapat mengalami dehidrasi dan hilangnya nafsu

makan.

b. Komplikasi hamil tua

1) Pre-eklamsia dan eklamsia

Pre-eklamsia merupakan kehamilan yang disertai dengan naiknya

tekanan darah ibu. Pre-eklamsia biasanya ditandai dengan gejala seperti

pusing, tekanan darah meningkat, kunang-kunang, bengkak pada beberapa

bagian tubuh dan lainnya. Seiring dengan tingginya angka kejadian ibu

hamil di usia tua, maka angka terjadinya komplikasi akan meningkat.

Komplikasi yang umumnya terjadi pada ibu pre-eklamsia antara lain

prematuritas, berat bayi lahir rendah (BBLR), bayi lahir asfiksia, serta

meningkatnya angka kematian neonatal. Sementara komplikasi pada ibu

antara lain peningkatan kebutuhan dan induksi, section caesarea, serta

peningkatan kebutuhan tranfusi darah.

2) Plasenta previa

20
Kondisi ini merupakan kondisi yang terjadi pada kehamilan dimana

plasenta yang berada pada posisi menutup mulut rahim sehingga jika tidak

diatasi dengan baik maka akan menyebabkan perdarahan. Jika hal ini

terjadi sebaiknya ibu hamil segera memeriksakan diri ke dokter untuk

mendapat penanganan yang lebih baik.

3) Diabetes gestasional

Kondisi dimana kehamilan yang diikuti dengan naiknya gula darah

sang ibu sehingga hal ini beresiko menyebabkan bayi lahir dengan berat

badan lebih dan beresiko menderita diabetes. Kondisi ini dapat

diminimalisir dengan pola makan yang sesuai dengan anjuran dokter agar

gula darah sang ibu bisa menurun bahkan kembali normal.

4) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Bila KPD terjadi sebelum usia kehamilan ke 37

minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan premature atau

premature rupture of membrane. Pecahnya ketuban pada kehamilan pada

banyak kasus tidak diketahui sebabnya, namun infeksi intrauterine

asimptomatik merupakan perkusor sering terjadinya ketuban pecah dini.

Usia tua merupakan faktor risiko terjadinya bakteriuria asimptomatik pada

kehamilan, hal ini didasarkan bahwa pada ibu usia tua umumnya telah

terjadi beberapa kehamilan sebelumnya (multiparitas) dan multiparitas

adalah salah satu faktor risiko dari bakteriuria asimptomatik.

21
B. Tinjauan Umum Anemia

1. Pengertian

Anemia merupakan kondisi berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam

sirkulasi darah atau massa hemoglobin (Hb) sehingga tidak mampu memenuhi

fungsinya sebagai pembawa oksigen ke seluruh jaringan. Sedangkan menurut

World Health Organization (WHO, 1992) anemia adalah suatu keadaan yang

ditunjukkan dengan kadar Hb lebih rendah dari batas normal untuk kelompok

orang yang bersangkutan (Astuti & Ertiana, 2018).

Anemia adalah suatu konsentrasi apabila hemoglobin <105 g/L atau

penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen, hal tersebut terjadi akibat

penurunan produksi sel darah merah, dan/atau penurunan Hb dalam darah.

Anemia sering didefenisikan sebagai penurunan kadar Hb darah sampai dibawah

rentang normal 13,5 g/dL (pria); 11,5 g/dL (wanita); 11,0 g/dL (anak-anak)

(Astuti & Ertiana, 2018).

2. Kriteria anemia

Penentuan anemia pada seseorang tergantung pada usia, jenis kelamin dan

tempat tinggal. Kriteria anemia menurut WHO (1992) adalah (Astuti & Ertiana,

2018) :

a. Perempuan dewasa tidak hamil : Hb < 12 gr/dl

b. Perempuan hamil : Hb < 11 gr/dl

Secara klinis kriteria anemia di Indonesia umumnya jika dari hasil

laboratorium didapatkan :

a. Hb < 10 gr/dl

22
b. Hematokrit < 30%

c. Eritrosit < 2,8 juta/mm3

3. Derajat anemia

Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang

umum dipakai adalah sebagai berikut (Wiwik, Andi, 2008) :

a. Ringan sekali : Hb 10 gr/dl – 13 gr-dl

b. Ringan : Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl

c. Sedang : Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl

d. Berat : Hb < 6 gr/dl

4. Klasifikasi

Klasifikasi anemia antara lain sebagai berikut (Astuti & Ertiana, 2018) :

a. Anemia Berdasarkan Etiopatogenesis

Anemia berdasarkan etiopatogenesis dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sum-sum tulang

a) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit : Anemia defisisensi

besi, Anemia defisiensi asam folat, Anemia defisiensi Vitamin B12

b) Gangguan penggunaan besi : Anemia akibat penyakit kronik, Anemia

sideroblastik

23
c) Kerusakan sum-sum tulang : Anemia aplastic, Anemia mieoloplastik,

Anemia pada keganasan hematologi, Anemia diseritropoetik, Anemia

pada sindrom mielodisplatik

d) Kekurangan eritropoietin : Anemia pada gagal ginjal kronik

2) Anemia akibat perdarahan

a) Pasca perdaraan akut

b) Akibat perdaraan kronik

c) Anemia heolitik

(1) Anemia hemolitik intrakorpuskular

 Gangguan membrane eritrosit (membranopati)

 Gangguan enzim eritrosit (enzimnopati) : akibat defisiensi

G6PD

 Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati) : Thalassemia,

Hemoglobinopati structural : HbS, HbE, dan lain-lain

(2) Anemia hemolitik ekstrakorkuspuler : Anemia hemolitik

autoiimun, Anemia hemolitik mikroangiopati, dan lain-lain.

3) Anemia dengan penyebab yang tidak diketahui atau dengan pathogenesis

yang kompleks.

b. Anemia Berdasarkan Morfologi dan Etiologi

Klasifikasi dari anemia dapat dibedakan berdasarkan morfologi dan

dengan melihat indeks eritrosit atau hapusan darah tepid an berdasarkan

etiologinya. Berdasarkan klasifikasi ini anemia dibagi menjadi tiga golongan:

24
1) Anemia hipokromik mikrositer MCV< 80 fl dan MCH< 27 pg

Mean Corpuscular Volume (MCV) atau volume eritrosit rata-rata

merupakan pengukuran besarnya sel yang dinyatakan dalam kilometer

kubik, dengan batas normal 81-96 mm3, apabila kurang dari 81 mm3.

Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) atau konsentrasi hemoglobin

rata-rataadalah mengukur banyak hemoglobin yang terdapat dalam satu sel

darah merah. Nilai normalnya kira-kira 27-31 pikogram/sel darah merah.

a) Anemia defisiensi besi

b) Thalassemia mayor

c) Anemia akibat penyakit kronik

d) Anemia sideroblastik

2) Anemia nomokronik normosister MCV 80-95 fldan MCH 27-34 pg

a) Pasca perdaraan akut

b) Aplastic hemolitik di dapat

c) Akibat penyakit kronik

d) Pada gagal ginjal kronik

e) Sindrom mielodiplastik

f) Keganasan hematologic

3) Anemia makrositer MCV > 95 fl

a) Bentuk megaloblastik, kejadian 29,00% : Defisiensi asam folat,

Defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa

b) Bentuk non-megalablastik : Pada penyakit hati kronik, Pada

hipotiroidisme, Pada sindrom mielodisplastik (Bakta, 2009)

25
c. Anemia berdasarkan penyebab

Klasifikasi anemia yang lain dibedakan berdasarkan faktor-faktor

penyebab. Berdasarkan penyebabnya, anemia dapat dikelompokkan menjadi

tiga kategori, yaitu :

1) Anemia karena hilangnya sel darah merah

Anemia karena hilangnya sel darah merah dapat diakibatkan karena

adanya perdarahan. Perdarahan yang dapat menyebabkan hilangnya sel

darah merah di antaranya karena perlukaan, perdarahan gastrointestinal,

perdarahan uterus, maupun perdarahan akibat operasi.

Kehilangan darah dalam jumlah besar tentu saja akan menyebabkan

kurangnya jumlah darah dalam tubuh, sehingga terjadi anemia. Anemia

karena perdarahan besar dan dalam waktu singkat ini jarang terjadi.

Keadaan ini biasanya terjadi pada kecelakaan dan bahaya yang

diakibatkannya. Pada laki-laki dewasa, sebagian besar kehilangan darah

disebabkan oleh proses perdarahan aakibat penyakit atau trauma, atau

akibat pengobatan suatu penyakit. Sementara pada wanita, terjadi

kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar

selama menstruasi sangat banyak akan terjadi anemia defisienzi zat besi

(Arisman, 2009).

2) Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah

Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah dapat

disebabkan karena kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam

26
folat, vitamin B12, dan zat besi), gangguan sum-sum tulang misalnya

adanya tumor, pengobatan, toksin serta tidak adekuatnya stimulasi karena

berkurangnya eritropoitin misalnya pada penyakit ginjal kronik. Jumlah sel

darah yang diproduksi dapat menurun ketika terjadi kerusakan pada daerah

sum-sum tulang atau bahan dasar produksi tidak tersedia.

3) Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah

Anemia karena meningkatnya destruksi/kerusakan sel darah merah

dapat terjadi karena overactive-nya Recitu Leondothelial System (RES).

Meningkatnya destruksi sel darah merah dan tidak adekuatnya produksi sel

darah merah biasanya karena faktor :

a) Kemampuan respon sum-sum tulang terhadap penurunan sel darah

merah kurang karena meningkatnya jumlah retikulosit dalam sirkulasi

darah.

b) Meningkatnya sel darah merah yang masih muda dalam sum-sum

tulang disbanding yang matur/matang.

c) Ada atau tidaknya hasil destruksi sel darah merah dalam sirkulasi

(seperti meningkatnya kadar bilirubin).

Sel-sel darah normal yang dihasilkan oleh sum-sum tulang akan beredar

melalui darah ke seluruh tubuh. Pada saat sintesis, sel darah yang belebihan

belum matur (muda) dapat juga diekskresi ke dalam darah. Sel darah yang

usianya mudah biasanya gampang pecah sehingga terjadi anemia.

d. Anemia berdasarkan ukuran sel

Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel antara lain :

27
1) Anemia mikrositik : Sebab utamanya defisiensi dan talasemia (gangguan

Hb)

2) Anemia normositik : Disebabkan karena penyakit kronis, misalnya

penyakit ginjal

3) Anemia makrositik : Pengebab utamanya adalah anemia pernisiosa,

anemia akibat konsumsi alcohol dan anemia megaloblastik (Astuti &

Ertiana, 2018)

5. Etiologi

Penyebab umum dari anemia antara lain kekurangan zat besi, perdarahan

usus, perrdarahan, genetic, kekurangan vitamin B12, kekurangan asam folat dan

gangguan sumsum tulang (Olang, 2019).

Secara garis besar anemia dapat disebabkan karena :

a. Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan system

imun,

b. Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastic,

kekurangan nutrisi,

c. Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut,

perdarahan kronis, menstruasi, ulserasi kronis dan trauma.

28
6. Patofisiologi

Kegagalan produksi SDM Faktor alergi individu,


Faktor kongenital oleh sum-sum tulang karena infeksi, keganasan,
bahan kimia, obat gangguan ginjal, serta
sitostatika, radiasi idiopatik

Gangguan sel induk hemmopoetik

Pembentukan Hb

Anemia PK Anemia

Suplai O2 & nutrisi ke


jaringan berkurang sesak Pola nafas tidak
efektif

Gangguan
Gastro SSP perfusi jaringan
Hipoksi perifer
a
Penurunan kerja GI Reaksi antar
Mekanisme An saraf berkurang
Aerob
Kerja lambung
menurun
Pusing
Asam laktat
Asam lambung
meningkat ATP berkurang Nyeri

Anoreksia Kelelahan
Energy untuk membentuk antibody
berkurang
Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Resiko infeksi

29
(Sumber : Olang S. Octoviana, 2019)

7. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang muncul pada pasien anemia antaralain sebagai berikut

(Amin, Hardhi, 2015) :

a. Manifestasi klinis yang sering muncul

1) Pusing

2) Mudah berkunang-kunang

3) Aktivitas kurang

4) Rasa mengantuk

5) Susah konsentrasi

6) Cepat lelah

7) Prestasi kerja fisik/pikiran menurun

b. Gejala khas masing-masing anemia

1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia

defisiensi besi.

2) Icterus, urinberwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit

pada anemia hemolitik.

3) Mudah infeksi pada anemia aplastic dan anemia karena keganasan.

c. Pemeriksaan fisik

1) Tanda-tanda anemia umum : pucat, takhikardi, pulsus celer, suara

pembuluh darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik,

perbesaran jantung.

30
2) Manifestasi khusus pada anemia

a) Defisiensi besi : spoon nail, glositis

b) Defisiensi B12 : paresis, ulkus di tungkai

c) Hemolitik : icterus, splenomegaly

d) Aplastic : anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi

8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti

darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya menurut

(Amin, Hardhi, 2015) yaitu :

a. Anemia aplastik

Dengan transplantasi tulang dan terapi immunosupresif dengan

antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-

10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila

diperlukan dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.

b. Anemia pada penyakit ginjal

Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam

folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.

c. Anemia pada penyakit kronis

Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan

penanganan untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang

mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.

d. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat

31
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan

sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfuse darah diberikan bila kadar Hb kurang

dari 5 gr%.

e. Anemia megaloblastik

1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila

defisiensi disebabkan oleh defek absorbs atau tidak tersedianya faktor

intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.

2) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus

diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau

malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.

3) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari.

4) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,

penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara

IM.

f. Anemia pasca perdarahan

Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat

diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.

g. Anemia hemolitik

Dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah hemolysis.

C. Tinjauan Umum Anemia Pada Ibu Hamil

1. Pengertian

Anemia pada ibu hamil adalah keadaan dimana seorang ibu hamil

mengalami difisiensi zat besi dalam darahnya. Anemia atau sering disebut kurang

32
darah adalah keadaan dimana sel darah merah kurang dari normal, dan biasanya

yang digunakan sebagai dasar adalah kadar Hemoglobin (Hb). WHO menetapkan

kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20% sampai 89% dengan

menentukan HB 11 gr% sebagai dasarnya (Depkes RI, 2010).

Anemia yang paling sering dijumpai dalam kehamilan adalah anemia akibat

kekurangan zat besi karena kurangnya asupan unsur besi dalam makanan.

Gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi atau karena terlampau

banyaknya zat besi yang keluar dari tubuh, misalnya pada perdarahan. Wanita

hamil butuh zat besi sekitar 40 mg perhari atau 2 kali lipat kebutuhan kondisi

tidak hamil. (Mardlyanti, 2013). Anemia dapat terjadi bila keluarnya eritrosit dari

sirkulasi maupun penghancuran eritrosit meningkat tanpa diimbangi dengan

peningkatan kadar produksi, atau bila pelepasan eritrosit dalam sirkulasi menurun.

Demikian pula bila kedua proses tersebut terjadi bersamaan (Saidin, 2011).

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau menurunnya

hemoglobin, sehingga kapaitas daya angkut oksigen untuk kebutuhan organ-organ

vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama kehamilan, indikasi anemia

adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,50 gr/dl pada kehamilan

trimester II sampai 11,00 gr/dl pada umur kehamilan trimester I dan III (Joseph,

2017).

2. Klasifikasi Anemia Ibu Hamil

Klasifikasi anemia menurut WHO (2010) kadar hemoglobin pada ibu hamil

dapat dibagi menjadi 4 kategori yaitu sebagai berikut :

a. Hb ≥ 11 gr% : normal

b. Hb 9-10 gr% : anemia ringan

33
c. Hb 7-8 gr % : anemia sedang

d. Hb ≤ 7 gr% : anemia berat

Secara umum menurut Proverawati (2011) anemia dalam kehamilan

diklasifikasikan menjadi :

a. Anemia defisiensi besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan

zat besi dalam darah. Pengobatannya adalah pemberian tablet besi yaitu

keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang

dianjurkan. Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat

dilakukan dengan anamneses. Hasil anamneses didapatkan keluhan cepat

lelah, sering puing, mata berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah pada

hamil mudah. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan

menggunakan metode sahli, dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu

trimester I dan III.

b. Anemia megaloblastik

Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folat (pteryglutamic

acid) dan defisiensi vitamin B12 (cyanocobalamin) walaupun jarang. Menurut

Hudono (2007) tablet asam folat diberikan dalam dosis 15-30 mg, apabila

disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dengan dosis 100-1000 mikrogram

sehari.

c. Anemia Hipoplastik

Anemia disebabkan karena sum-sum tulang belakang kurang mampu

membuat sel-sel darah baru.

d. Anemia Hemolitik

34
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung

lebih cepat daripada pembuatannya. Menurut penelitian, ibu hamil dengan

anemia paling banyak disebabkan oleh kekurangan zat besi (fe) serta asam

folat dan vitam B12. Pemberian makanan atau diet pada ibu hamil dengan

anemia pada dasarnya ialah memberikan makanan yang banyak megandung

protein, zat besi 9fe), assam folat, dan vitamin B12.

3. Tanda dan Gejala Dalam Kehamilan

Salah satu tanda yang paling sering dikaitkan dengan anemia adalah pucat.

Keadaan ini umumnya diakibatkan dari berkurangnya volume darah,

berkurangnya hemoglobin, dan vasokontriksi untuk memaksimalkan pengiriman

oksigen ke organ-organ vital. Warna kulit bukan merupakan indeks yang dapat

dipercaya untuk pucat karena dipengaruhi oleh pigmentasi kulit, suhu, ke dalam

serta distribusi bantalan perifer. Bantalan kuku, telapak tangan dan membrane

mukosa mulut konjungtiva, merupakan indikator yang lebih baik untuk menilai

pucat. Jika lipatan tangan tidak lagi berwrna merah muda, hemoglobin biasanya

kurang dari 8 gr% (Varney Helen, 2010). Tanda dan gejala anemia pada ibu hamil

menurut (Sohimah, 2012) adalah :

a. Lemah, letih, lesuh, mudah lelah dan lalai

b. Wajah tampak pucat

c. Sering pusing

d. Mata berkunang-kunang

e. Napsu makan berkurang

35
f. Sulit konsentrasi dan mudah lupa

g. Sering sakit

h. Napas pendek (pada anemia berat)

i. Keluhan mual muntah lebih hebat pada kehamilan muda

4. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe

yang diperlukan untuk pembentukkan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe.

Penyebab terjadinya anemia defisiensi Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua

faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Secara langsung anemia

disebabkan oleh seringnya mengkonsumsi zat penghambat absorbs Fe, contohnya

zat inhibitor seperti fitat, oksalat, tannin dan beberapa jenis serta makanan harus

dihindari karena zat ini bersama zat besi membentuk senyawa yang tidak dapat

larut didalam air sehingga tidak dapat diabsorbsi. Teh mengandung inhibitor

tannin, jika dikonsumsi bersama-sama pada saat makan akan mengurangi

penyerapan zat besi sampai 50%. Bahan makanan lain mengandung penghambat

absorbs besi diantaranya kopi, fitat, dan fosfat yang banyak terdapat pada serealia

kalsium dan serat dalam bahan makanan (Almatsier, 2011) serta ada yang secara

tidak langsung mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi

ketersediaan Fe dalam makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau

rendahnya pendidikan, dan pengetahuan (Purnawan, 2012).

Menurut Tarwoto, dkk, (2011) penyebab anemia secara umum adalah :

36
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang konsumsi, misalnya faktor

kemiskinan, yang menyebabkan penghasilan yang rendah sehingga sulit untuk

mendapatkan makanan yang cukup untuk memenuhi zat besi bagi tubuh.

b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.

c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak,

perdarahan akibat luka.

Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekurangan zat

besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk

Hb. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”.

Anemia gizi besi dapat terjadi karena hal-hal berikut ini :

a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi

kebutuhan.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. (Feryanto, 2011)

5. Patofisiologi

Patofisiologi anemia pada kehamilan dapat terjadi ketika volume darah

meningkat (hipervolemi). Hipervolemi adalah hasil dari peningkatan volume

plasma dan eritrosit yang berada dalam tubuh tetapi peningkatan ini tidak

seimbang yaitu volume plasma peningkatannya jauh lebih besar sehingga

memberi efek yaitu konsentrasi hemoglobin berkurang dari 12 g/100 ml.

Hemodelusi atau pengenceran juga dapat terjadi pada ibu hamil dengan

peningkatan volume 30% - 40 % yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34

minggu. Jumlah peningkatan sel darah 18% sampai 3% dan hemoglobin sekitar

19% (Manuaba, 2012). Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr maka

37
dengan terjadinya hemodelusi sehingga terjadinya anemia dalam kehamilan

(Ramadhani, 2021).

6. Komplikasi Akibat Anemia

Menurut Manuaba (2010), komplikasi anemia pada kehamilan. Resiko pada

masa antenatal : berat badan kurang, plasenta previa, eklamsia, ketuban pecah

dini, anemia pada masa intranatal dapat terjadi tenaga untuk mengedan lemah,

perdarahan intranatal, shock, dan masa pascanatal dapat terjadi subinvolusi.

Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada neonates : premature, apgar scor

rendah, gawat janin.

Komplikasi anemia terhadap kehamilan dapat terjadi abortus, persalinan

prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi

infeksi aman dekompensasi kondisi (Hb, 6 gr%), mola hidatidosa, hyperemesis

gravidarum, perdarahan antepartum dan ketuban pecah dini (KPD)

7. Pencegahan Anemia Dalam Kehamilan

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada dasarnya adalah

mengatasi penyebabnya. Pada anemia berat (kadar Hb < 8 gr/dl) biasanya ada

penyakit yang melatarbelakangi yaitu antara lain infeksi cacing atau malaria

sehingga selain penanggulangan pada anemia harus dilakukan pengobatan pada

penyakit-penyakit tersebut.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia

gizi akibat kekurangan konsumsi besi adalah sebagai berikut :

a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan

38
Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, hati, ikan, telur, dan zat

gizi yang cukup dapat mencegah anemia gizi besi. Sayur hijau dan buah-

buahan ditambah kacang-kacangan dan padi-padian yang cukup mengandung

zat besi. Vitamin C diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi

didalam tubuh, peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 20 mg, 50 mg, 100

mg, dan 250 mg, dapat memeperbesar penyerapan zat besi sebesar 2 kali, 3

kali, 4 kali, dan 5 kali (Murtini, 2009)

Kebutuhan zat besi tubuh tergantung pada jumlah zat besi yang hilang

dari tubuh dan jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan termasuk

kehamilan dan saat menyusui (Husaini, 2008). Selama trimester I kehamilan

kebutuhan zat besi ibu hamil lebih rendah karena tidak menstruasi dan zat besi

yang digunakan janin minimal. Mulai trimester II dapat terhambat

pertambahan sel-sel darah merah ini dapat mencapai 30%. Kebutuhan zat besi

untuk memenuhi pertambahan sel darah merah tersebut kira-kira sama dengan

penambahan sebesar 450 mg besi.

b. Suplemen zat besi

Tablet besi yang umum digunakan dalam sumplemen zat besi adalah :

ferrous sulfat. Senyawa inintergolong murah dapat diabsorbsi sampai 20%

dosis yang digunakan beragam tergantung pada status besi seseorang yang

mengkonsumsinya. Biasanya ibu hamil yang rawan anemia diberi dosis yang

lebih tinggi disbanding dengan wanita biasa (Emma, 2011)

Pada wanita hamil biasanya tablet besi diberikan mulai dari trimester II

berlangsung setiap hari sampai melahirkan. Hasil penelitian ini juga

menunjukan bahwa wanita hamil yang mendapat tablet besi tambahan asam

39
folat dan vitamin B12, kadar Hbnya naik lebih tinggi dibandingkan wanita

hamil yang mendapat tablet besi saja dalam konsentrasi yang sama.

c. Fortifikasi zat besi

Fortifikasi adalah pertambahan suatu jenis gizi kedalam bahan pangan

untuk meningkatkan kualitas pangan suatu kelompok masyarakat. Keuntungan

fortifikasi diantaranya dapat ditempatkan pada populasi yang besar dan

biasanya relative murah (Emma, 2010)

8. Penanganan Anemia

a. Anemia ringan

Pada kehamilan dengan kadar Hb 9-10 gr% masih dianggap anemia

ringan sehingga hanya perlu diberikan kombinasi 60 mg/hari zat besi dan 500

mg asam folat peroral sekali sehari. Jika tidak tertangani akan menjadi anemia

sedang (Arisma, 2010).

b. Anemia sedang

Pada anemia sedang dengan kadar Hb 7-8 gr%, pengobatan dapat

dimulai dengan preferat besi ferrous besi 600-1000/hari seperti sulfat ferrosus

atau glukonas ferrous. Jika tidak ditangani maka segera menjadi anemia lebih

berat (Wiknjosastro, 2012).

c. Anemia berat

Pada anemia berat dengan kadar Hb >7 gr% pemberian preparat besi

60 mg dan asam folat 400 mg, 6 bulan selama kehamilan, dilanjutkan sampai

3 bulan setelah melahirkan (Arisman, 2011).

D. Tinjauan Umum Variabel

40
1. Paritas

Paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu, baik melahirkan

yang lahir hidup ataupun lahir mati. Resiko ibu mengalami anemia dalam

kehamilan salah satu penyebabna adalah ibu sering melahirkan dan pada

kehamilan berikutnya ibu kurang memeperhatikan asupan nutrisi yang baik dalam

kehamilan. Hal ini disebabkan karena dalam masa kehamilan zat gizi akan terbagi

untuk ibu dan untuk janin yang dikandung. Kecenderungan bahwa semakin

banyak jumlah kelahiran (paritas), maka semakin tinggi angka kejadian anemia

(Fitriana Andita, 2018).

Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin selama

kehamilan maupun melahirkan. Paritas merupakan salah satu faktor yang

diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejaduan anemia pada ibu hamil.

Jumlah paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu dalam keadaan

hidup maupun lahir mati. Hubungan kadar Hb dengan paritas dalam Survey

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2010 menunjukkan bahwa prevalensi anemia

ringan dan berat akan lebih tinggi dengan bertambahnya paritas. Prevalensi

anemia 1-4 lebih tinggi dari paritas 0 yaitu 56,5% sedangkan paritas lebih dari 5

prevalensi anemia lebih tinggi dari pada paritas 1-4 yaitu 58,5% untuk anemia

ringan dan untuk anemia berat sebesar 7,6%. Pada paritas 1-4 anemia berat hanya

3,4% dan pada paritas 0 sebesar 2,9%. Semakin sering wanita mengalami

kehamilan dan melahirkan maka semakin banyak kehilangan zat besi dan menjadi

semakin anemia. Parita > 4 merupakan paritas yang berisiko mengalami anemia

dalam kehamilan (Albertus, 2016)

Menurut Albertus (2016), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai risiko

lebih besar untuk mengalami anemia dibanding dengan paritas rendah. Adanya

41
kencenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan

semakin tinggi angka kejadian anemia.

Anemia bisa terjadi pada ibu dengan paritas tinggi terkait dengan keadaan biologis

ibu dan asupan zat besi. Paritas lebih berisiko bila terkait dengan jarak kehamilan

sebelumnya dimana apabila cadangan besi di dalam tubuh berkurang maka

kehamilan akan menguras persediaan besi dalam tubuh dan akan menimbulkan

anemia pada kehamilan berikutnya.

2. Umur

Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, kurang risiko dengan

komplikasi kehamilan adalah umur 20-35 tahun, sedangkan kehamilan berisiko

adalah < 20 dan > 35 tahun. Hal ini terkait dengan keadaan biologis dan

psikologis dari ibu hamil (Alberthus, 2016). Wanita yang hamil pada usia muda

dari segi biologis, perkembangan alat biologisnya belum optimal. Secara sosial

ekonomi belum siap mandiri dan secara medis sering mendapatkan gangguan

kesehatan, mudah mengalami anemia, abortus, perdarahan dalam kehamilan, lahir

premature, kematian janin dalam kandungan, mati saat lahir, dan risiko BBLR.

(Alberthus, 2016). Secara psikis mental yang belum matang sehingga mudah

mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap

pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi.

Selain kehamilan kurang dari 20 tahun kehamilan diatas 35 tahun juga

mempunyai risiko tinggi terhadap anemia ibu hamil. Pada usi ibu lebih dari 35

tahun, dalam tubuh telah terjadi berbagai perubahan akibat penuaan organ dan

lebih rentan terhadap anemia. Dengan begitu kemungkinan untuk dapat penyakit

dalam masa kehamilan yang berhubungan dengan umur akan meningkat. Seperti

42
hipertensi, keracunan kehamilan (preeclampsia/eklampsia), diabetes, penyakit

jantung dan pembuluh darah. Disebut risiko tinggi karena kemungkinan terjadi

hasil kehamilan yang buruk, komplikasi pada usia ini akan meningkat.

Menurut Amiruddin (2010), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang

berumur 20-35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Sedangkan wanita yang

berumur 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil, Karen akondisi

kesehatan dan fungsi organ-organ reproduksi mulai menurun sehingga akan

membahayakan kesehatan dan keslamatan ibu hamil maupu janinnya. Berisiko

mengalami pendarahan dan daapat menyebabkan ibu mengalami anemia

(Anonim, 2013).

3. Jarak kehamilan

Setiap kehamilan akan menyababkan cadangan zat besi berkurang oleh

karena itu pada setiap akhir kahamilan diperlukan waktu 2 tahun untuk

mengembalikan cadangan zat besi ke tingkat normal dengan syarat bahwa selama

masa tenggang waktu tersebut kesehatan dan gizi dalam kondisi yang baik. Maka

sebaiknya jarak persalinan terakhir dengan jarak persalinan berikutnya minimal 2

tahun. Dengan adanya tenggang waktu tersebut diharapkan ibu dapat

mempersiapkan keadaan fisiknya dengan cara melengkapi diri dengan memakan

makanan yang mengandung protein dan zat besi serta bergizi tinggi untuk

menghindari terjadinya anemia disamping itu memberikan kesempatan kepada

organ-organ tubuh untuk memulikan fungsi faal maupun anatominya (Manuaba,

2010)

43
Berbagai penelitian menunjjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur

jarak antara kelahiran anaknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki

probabilitas hidup lebih tinggi dan kondisi anaknya lebih sehat dibandingkan anak

jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan

menyebabkan kualitas janin atau anak yang rendah dan juga akan merugikan

kesehatan ibu.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum pulih

sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk

kehamilan berikutnya (Alberthus, 2016). Selain itu kesehatan fisik dan rahim yang

masih menyusui sehingga dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil.

44
E. Kerangka Konsep

Variabel indpenden Variabel dependen

Paritas

Umur ANEMIA

Jarak Kehamilan

Keterangan :

= variabel bebas (Independen)

= variabel terikat (Dependen)

= hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

45
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskritif dengan

menggunakan metode systematic review yakni sebuah sintesis dari studi literature

yang bersifat sistematik, jelas, menyeluuruh, dengan mengidentifikasi, menganalisis,

mengevaluasi melalui pengumpulan data-data yang sudah ada dengan metode

pencarian yang eksplitis dan melibatkan proses telaah kritis dalam pemilihan studi.

Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu peneliti lebih memahami latar

belakang dari penelitian yang menjadi subyek topic yang dicari serta memahami

bagaimana hasil dari penelitian tersebut sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian

baru.

B. Tahapan Systematic Review

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

46
Berdasarkan judul penelitian dapat menentukan PICO (population in

Question, Intervention of Interest, Comparator dan Outcome) tersebut

a. (P) Populasi : Artikel Ibu hamil yang mengalami anemia

b. (I) Intervensi : tidak ada Intervensi

c. (C) Comparator : tidak ada perbandingan atau intervensi lain

d. (O) Outcome : terdapat hubungan antara Paritas, Usia dan Jarak Kehamilan

dengan anemia pada ibu hamil.

2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapkan secara matang, yang

mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk menilai

kualitas (kriteria inklusi dan eksklusi), skala penelitian yang akan dilakukan.

Untuk menyusun protokol review kita menggunakan metode PRISMA (Preferred

Reporting Items For Systematic Reviews and Meta Analyses).

a. Pencarian Data

Pencarian data mengacu pada sumber data base Google Scholar yang

berhubungan dengan judul peneliti.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitian)

yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topic

atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

c. Penilaian Kualitas

(Kelayakan) Data penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada

data (artikel penelitian) dengan teks lengkap (fultext) dengan memenuhi

kriteria yang ditentukan (kriteria inklusi dan eksklusi).

47
d. Hasil Pencarian Data

Semua data (artikel penelitian) berupa artikel penelitian kuantitatif atau

kualitatif yang memenuhi semua syarat dan kriteria untuk dilakukan analisis

lebih lanjut.

Literature review Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Pencarian pada situs google scholar

Keseluruhan Jurnal

n = 10.100

Screening :
Screening
a. Rentang waktu 5 tahun (2017-
n = 9.710 2022)
b. Tipe (research artikel)
c. Jurnal bahasa Indonesia Geoogle
Scolar : 9.710

Full text

Google scholar : 38

Kriteria inklusi :

a. Jurnal yang berkaitan dengan


Anemia Pada Ibu Hamil 48

b. Jurnal yang kaitan dengan Paritas


c. Jurnal yang berkaitan dengan Usia
pada ibu hamil

Jurnal akhir yang sesuai


dengan kriteria inklusi

n = 10

(Sumber : Putu, W. Handayani, 2017)

3. Ekastraksi Data

Ekstrasi data dapat dilakukan setelah proses protokol telaah dilakukan

dengan menggunakan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan secara

manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel, nama jurnal

atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan lain-lain.

Tabel 3.1 Ekstrasi Data

No. NAMA JURNAL TAHUN KATA KUNCI METODE LOKASI

PENELITIAN

1 Faktor-faktor Yang 2020 Analitik Puskesmas


Anemia, Usia
Berhubungan Dengan dengan Bukit Sangkal
Kehamilan,
Kejadian Anemia pendekatan Palembang
Paritas, Jarak
Pada Ibu Hamil Di Cross
Kehamilan.
Puskesmas Bukit Sectional.

Sangkal Palembang

49
Tahun 2019

2 Faktor-faktor Yang 2021 Usia ibu, Penelitian Puskesmas

Berhubungan Dengan paritas, jarak kuantitatif Biha

Kejadian Anemia kehamilan, dengan Kabupaten

Pada Ibu Hamil anemia rancangan Pesisir Barat

Cross

Sectional

3 Faktor-faktor Yang 2018 Anemia dan Penelitian Puskesmas

Berhubungan Dengan Ibu Hamil deskriptif Tanjung

Kejadian Anemia analitik Pinang

Pada Ibu Hamil Di dengan desain

Wilayah Kerja cross

Puskesmas Tanjung sectional

Pinang Tahun 2018

4 Paritas, Usia, Dan 2021 Ibu hamil, Penelitian Puskesmas


Karta Raharja
Jarak Kelahiran Anemia analitik & Marga
Kencana
Terhadap Kejadian korelasi Kabupaten
Tulang
Anemia Pada Ibu menggunakan Bawang Barat

Hamil pendekatan

Crossectional

5 Kejadian Anemia 2017 Kejadian Analitik Puskesmas

Pada Ibu Hamil Anemia, Ibu dengan Tanjung

Ditinjau dari Paritas hamil, Paritas, pendekatan Agung

dan Usia Usia cross Kabupaten

50
sectional OKU

6 Faktor-faktor Yang 2020 Umur, Paritas, Metode survei Puskesmas

Berhubungan Dengan pengetahuan, analitik Makrayu

Kejadian Anemia Kejadian dengan Palembang

Pada Ibu Hamil Di Anemia pendekatan

Puskesmas Makrayu cross

Palembang sectional

7 Faktor Risiko Yang 2020 Status Penelitian Puskesmas

Berhubungan Dengan Ekonomi, deskriptif Mandiangin

Kejadian Anemia Ibu Pendidikan, analitik Kota Bukit

Hamil Di Wilayah Pekerjaan, dengan Tinggi

Kerja Puskesmas Umur, Paritas, pendekatan

Mandiangin Kota dan Status Gizi cross

Bukit Tinggi dengan Anemi sectional

Ibu Hamil

8 Faktor Resiko Yang 2020 Anemia, faktor Deskriptif Puskesmas


analitik
Behubungan Dengan resiko, Ibu dengan Mandiangin
pendekatan
Kejadian Anemia hamil cross Kota Bukit
sectional
Pada Ibu Hamil Di Tinggi

Kota Bukit Tinggi

9 Faktor-faktor Yang 2020 Kejadian purposive Puskesmas

Berhubungan Dengan Anemia, sampling Bontomarannu

Kejadian Penyakit pengetahuan, Kabupaten

Anemia Pada Ibu Pola Makan & Gowa

51
Hamil Usia Jarak

Kehamilan 1-3 Bulan Kehamilan

Di Wilayah Kerja

Puskesmas

Bontomarannu

Kabupaten Gowa

10 Faktor-faktor Yang 2020 Anemia, Umur Penelitian Kelurahan

Mempengaruhi Kehamilan, deskriptif Macanang

Terjadinya Anemia Status Gizi, Ibu dengan Wilayah Kerja

Pada Ibu Hamil Di Hamil pendekatan UPTD

Kelurahan Macanang cross Puskesmas

Wilayah Kerja UPTD sectional Watangpone

Puskesmas

Watangpone

C. Populasi Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di tetapkan oleh

peneliti. Adapun populasi dalam jumlah penelitian ini berjumlah 10.100 jurnal

nasional yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia

pada ibu hamil.

2. Sampel

Sampel terdiri dari atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui total sampling. Sampel dalam penelitian ini berjumlah

52
10 jurnal nasional yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara digunakan dalam pengambilan

sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruan subjek penelitian.

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik porpuse sampling

yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara

populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (Tujuan dari masalah dalam

penelitian). Sehingga dapat mewakili karakteristik populasi yang telah diketahui

maka dibuat kriteria inklusif dan ekslusif. Kriteria inklusif adalah semua aspek

yang harus ada dalam sebuah penelitian yang akan kita review dan kriteria ekslusif

adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan sebuah penelitian menjadi tidak

layak untuk direview sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

1) Artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil

2) Artikel diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun ( 2017-2022)

3) Artikel penelitian yang diakses secara penuh.

b. Kriteria Eksklusi

1) Artikel penelitian nasional yang tidak berkaitan dengan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

2) Artikel yang diterbitakan dalam rentang waktu < 5 tahun.

3) Artikel penelitian yang tidak diakses secara penuh.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel independen (Bebas) yaitu : Paritas, Usia, Jarak Kehamilan

53
2. Variabel dependen (Terikat) yaitu : Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

E. Analisis Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstrasi data, maka analisis data

dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah memenuhi kriteria inklusif

menggunakan teknik secara deskriptif untuk memberikan gambaran sesuai

permasalahn penelitian yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Akhirin, dkk., 2021. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu

Hamil. Journal of Wellness and Healthy Magazine. Vol 3, No 1, p 109-115.

Alamsyah., 2020. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Anemia Pada

Ibu Hamil Usia Kehamilan 1-3 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Bontomarannu

kabupaten Gowa. Vol 1, No 2.

Alberthus., 2016. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Ibu Hamil Di Wilayah

Kerja Puskesmas Kayu Putih Kecamatan Sirimau Kota Ambon tahun 2015. Skripsi

Universitas Kristen Indonesia Maluku: tidak diterbitkan.

Amin, Hardi., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA

NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1. Mediaction Publishing Jogjakarta

Amirudin, Wahyudin., 2010. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian

Anemia Ibu Hamil di Puskesmas Bantimurung Maros.Tahun 2012. Artikel Ilmiah.

54
Andita., 2018. Analisa Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan di Puskesmas

Padang Bulan. Fakultas Keperawatan. Skripsi Universitas Sumatera Utara

Aninim., 2013. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta : Erlangga

Astuti, Ertiana., 2018. “Anemia Dalam Kehamilan”. Diterbitkan oleh : CV Pustaka Abadi,

https://books.google.co.id/books?

hl=id&lr=&id=6tisDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR5&dq=kasus+anemia&ots=A-

d7ZLfS94&sig=D3mSECSR3rNsB720VB0a7r6g8D0&redir_esc=y#v=onepage&q=kas

us%20anemia&f=false

Detty Afriyanti S., 2020. Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada

Ibu Hamil Di Kota Bukittinggi. Vol xiv, No.01.

Emma., 2010. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Fitriana Andita,, 2018. Analisa Fak-Faktor yang Mempengaruhi Anemia Kehamilan di

Puskesmas Padang Bulan. Universitas Sumatra Utara. Medan

Khoiriah Annisa, Latifah., 2020. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Makrayu Palembang”. Midwifery Journal

Kebidanan. Vol 5, No 2.

Komariah, Nugroho., 2019. Hubungan Pengetahuan, Usia dan Paritas Dengan Kejadian

Komplikasi Kehamilan Pada Ibu Hamil Trimester III Di Rumah Sakit Ibu dan Aanak

aiisyiyah Samarinda. Vol 5, No 2

Lilipaly . O. Ice; 2018. “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada

Ibu Primigravida Di Puskesmas Harawano Kecamatan Saparua Timur Kabupaten

Maluku tengah”. Skripsi Universitas Kristen Indonesia Maluku: tidak diterbitkan.

55
Manuaba., 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga

Mardiah., 2020. “Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Ibu hamil di

Wilayah Kerja Puskesmas Mandiang Kota Bukit Tinggi”. Jurnal Human care. Vol 5,

No 1.

Mardliyanti., 2013. Masalah Pemberian zat besi Terhadat Peningkatan Kadar Hemoglobin

dan Serum Ferritin Ibu Hamill di Puskesmas, Medika 2014.

Miarti, dkk., 2020. “Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu

HAmil Di Puskesmas Dana Dan Puskesmas Pasir Putih Kabupaten Muna”. Midwifery

Journal Kebidanan. Vol 5, No 1.

Murtini. 2009., Efektifitas Suplementasi Tablet Besindan Vitamin C Terhadap Kadar

Hemoglobin ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Bantimurung Kabupaten Maros,

Tahun 2014.

Neshy Sulung, dkk., 2022. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada

Ibu Hamil. Journal of Telenursing (JOTING). Vol 4, No 1

Olang S. Oktoviana. 2019. Asuhan Keperawatan Pada Tn.A.H Yang Menderita Anemia Di

Ruang Komodo RSUD Prof. Dr. W. Z. Johanes Kupang. Karya Tulis Ilmiah.

Proverawati. 2011. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Anemia Dalam Kehamilan. Jakarta :

Gramedia Pustaka

Purnawan. 2012. Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga

Putri, Yuanita., 2019. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada

Ibu Hamil Di Puskesmas Bukit Sangkal Palembang Tahun 2019”. Jurnal Kesehatan

dan Pembangunan. Vol 10, No 19.

56
Sjahriani, Faridah., 2019. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

Pada Ibu Hamil”. Jurnal Kebidanan. Vol 5, No 2, 106-115.

Saidin. 2011. Ketersediaan Hayati Zat Bezi, Kandungan Zat Pemacu dan Penghambat

Penyerapan Zat Besi Dalam Makanan Ibu Hamil. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Tarwoto, dkk. 2011. Gizi Ibu Hamil. Jakarta: Pustaka Utama

Watimena I. H; 2017. “Faktor-faktor Yang berhubungan Dengan Kepatuhan Ibu HAmil

Mengkonsumsi tablet FE Di Wilayah Kerja Puskesmas kayu Putih Kecamatan Sirimau

Kota Ambon”. Skripsi Universitas Kristen Indonesia Maluku: tidak diterbitkan.

Wiwik, Andi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Hematologi.

Jakarta : Salemba Medika

57
LAMPIRAN

58
Lampiran 1. SK Pembimbing Skripsi

59
Lampiran 2. Pencarian pada situs Google Scholar

Lampiran 3. Hasil creening pada situs Google Scholar

60
61
62
63

Anda mungkin juga menyukai