Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kehamilan merupakan masa dimana volume darah akan bersirkulasi

secara bertahap dari umur kehamilan 10 minggu dan akan terus

meningkat ke puncaknya pada umur kehamilan 32-36 minggu.

Perbandingan pertambahan komponen darah yaitu plasma 30%, sel darah

18% dan Haemoglobin 19%. Pertambahan komponen plasma darah tidak

sebanding dengan pertambahan sel-sel darah, sehinggan akan terjadi

pengenceran darah. Peningkatan volume darah ini terjadi untuk

menyuplai darah ke uterus, payudara, ginjal, kulit dan ke sejumlah

organ kecil lainnya, dan memfasilitasi pertukaran gas dan gizi pada

ibu dan janin (Soraya, 2013).

Peningkatan volume darah tersebut dapat menyebabkan terjadinya

anemia pada kehamilan, dan apabila tidak terdeteksi secara dini

dapat menimbulkan komplikasi bagi ibu dan janin. Selain itu jika

anemia tidak segera tertangani dengan baik maka dapat

menyebabkan pertumbuhan sel tubuh dan sel otak janin terhambat,

terjadi abortus, IUFD (Intra uterine Fetal Death), dapat terjadi cacat

bawaan, inersia uteri, ibu membuat Ibu menjadi tidak kuat meneran

ketika proses persalinan, syok, atonia uteri, hingga bias sampai pada

kematian (Nugraheny, 2010)


Anemia merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi dalam

masyarakat terutama bagi kelompok wanita usia reproduksi dan wanita

hamil. Penyebab terjadinya anemia pada Ibu hamil adalah kekurangan zat

besi, asam folat, dan perdarahan akut dan dapat terjadi karena

interaksi antara keduanya (Noverstiti, 2012).

Varney,(2009) mengatakan bahwa Anemia adalah turunnya kadar

hemoglobin kurang dari 12,0 g/dl darah pada wanita yang tidak

hamil dan kurang dari 10 g/dl darah pada wanita hamil. Gejala-gejala

yang umumnya terjadi adalah: lemah, mengantuk, pusing, lelah, sakit

kepala, anoreksia, mual dan muntah, dan kehilangan konsentrasi. Temuan

pada pemeriksaan dapat meliputi kulit pucat, mukosa, gusi, kuku

jari pucat

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah

merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu

mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke

seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013). Anemia pada kehamilan

tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang terjadi selama

dalam proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil

sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang

signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20-30%,

sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan zat besi dan

vitamin untuk membuat hemoglobin (Hb) . Ketika hamil, tubuh ibu


akan memerlukan lebih banyak darah untuk dapat berbagi dengan

bayinya. (Noverstiti, 2012).

Dalam mencegah komplikasi pada masa kehamilan maupun

persalinan dilakukan dengan pemeriksaan darah yang minimal dua kali

selama kehamilan, yaitu pada trimester 1 dan trimester 3. Dari

pengamatan yang dilakukan oleh Simanjuntak mengemukakan bahwa

sekitar 70% ibu hamil di Indonesia menderita anemia kekurangan gizi

dan kebanyakan anemia yang diderita oleh masyarakat salah satunya

karena jarak kehamilan dan persalinan yang berdekatan, ibu hamil

dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi yang rendah (Nurjanah

dkk, 2012).

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia

terutama bagi kelompok Wanita Usia Reproduksi (WUS). Anemia pada

wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah,

penurunan kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab

paling umum terjadinya anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat

besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi

antara keduanya (Noverstiti, 2012).

Menurut WHO (World Health Organization) (2008), mengatakan

bahwa secara global jumlah kasus anemia pada ibu hamil di seluruh dunia

adalah sebesar 41,8%. Jumlah kasus anemia pada ibu hamil diperkirakan
di Asia sebesar 48,2%, di Afrika 57, %, di Amerika 24,1 %, dan di

Eropa 25,1 %. (Salmariantity, 2012).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,

prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia sebesar 37,1 %. Pemberian

tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85%. Presentase ini

mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar

83,3%. Meskipun pemerintah sudah melakukan rencana untuk

penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan memberikan

tablet Fe kepada ibu hamil selama kehamilan dengan tujuan untuk

menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih

tergolong tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018 melaporkan secara

nasional, proporsi anemia pada ibu hamil sebesar 48,9% dan angka

ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan

hasil RISKESDAS 2013 yaitu 37,1% Berdasarkan profil kesehatan

Provinsi Sumatera Utara tahun 2017 bahwa cakupan anemia ibu hamil

pada kisaran 15 sampai 39% (Dinkes SUMUT, 2017).

Pada saat hamil, tubuh akan mengalami perubahan yang

signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 -30 %,

sehingga memerlukan pasokan zat besi dan vitamin untuk membentuk

hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih

banyak darah untuk berbagi dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah


hingga 30% lebih banyak dari pada sebelum hamil (Noverstiti,

2012). Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia

pada kehamilan diantaranya adalah gravid , umur, paritas, tingkat

pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe

(Keisnawati, dkk, 2015).

Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada

ibu hamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi

wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20–35

tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat

menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun

secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya

belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang

mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-

zat gizi selama masa kehamilan. Sedangkan pada usia > 35 tahun rentan

dengan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang

menimpa diusia ini. Hasil penelitian yang didapatkan bahwa umur ibu

pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian anemia

(Amirrudin dan Wahyuddin, 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan

penelitian tentang “Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada

Ibu Hamil di Klinik Bina Kasih Pematang Siantar ”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka

perumusan masalah penelitian ini adalah “factor-faktor yang

memepengaruhi Annemia pada Ibu hamil di Klinik Bina Kasih Pematang

Siantar 2021 ”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui factor-faktor yang memepengaruhi Annemia pada Ibu

hamil di Klinik Bina Kasih Pematang Siantar 2021

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kejadian Annemia pada Ibu hamil di Klinik Bina Kasih

periode januari-desember Pematang Siantar 2020

b. Untuk mengetahui factor faktor yang mempengaruhi anemia pada Ibu

hamil di Klinik Bina Kasih periode januari-desember Pematang Siantar

2020

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Prodi D-III Kebidanan Institut Kesehatan Sumatera Utara

Untuk bahan referensi di perpustakaan, sebagai informasi awal bagi

mahasiswa Prodi D-III Kebidanan Institut Kesehatan Sumatera Utara yang

akan melakukan penelitian berikutnya

2. Bagi Mahasiswa (Peneliti) Prodi D-III Kebidanan Institut Kesehatan

Sumatera Utara
Sebagai pembahasan dan pelajaran untuk menambah wawasan,

pengalaman bagi mahasiswa

3. Bagi Ibu Hamil

Untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang faktor faktor yang

memepengaruhi anemia pada Ibu hamil di klinik Bina Kasih Pematang

Siantar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anemia

2.1.1 Pengertian Anemia

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia

terutama bagi kelompok Wanita Usia Reproduksi (WUS). Anemia pada

wanita usia subur (WUS) dapat menimbulkan kelelahan, badan lemah,

penurunan kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab

paling umum terjadinya anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat


besi, asam folat, dan perdarahan akut dapat terjadi karena interaksi

antara keduanya (Noverstiti, 2012).

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa

oksigen, hal tersebut dapat terjadi karena akibat penurunan produksi

sel darah merah. Anemia sering didefinisikan dimana menurunnya

kadar HB (hemoglobin) dalam darah sampai di bawah rentan normal

13,5g/dl(pria) dan atau penurunan hemoglobin (Hb) dalam darah

11,5g/dl (wanita) dan pada anak-anak 11,0g/dl (Myles, 2011:328).

Menurut WHO (World Health Organization) mengatakan bahwa ,

anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah atau

kapasitas oksigen tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

fisiologis, yang bervariasi menurut umur, jenis kelamin, ketinggian,

merokok, dan status kehamilan (WHO, 2014). Anemia adalah penurunan

jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin di dalam

sirkulasi darah. Anemia dapat terjadi pada semua tahap

kehidupan, tetapi lebih rentan terjadi pada anak-anak dan wanita

hamil. Berikut adalah kategori status anemia berdasarkan kadar

hemoglobin (WHO, 2008):

a.Normal : 11 gr/dl

b.Anemia ringan : 10-10,9 gr/dl

c.Anemia sedang : 7-9,9 gr/dl


d.Anemia berat : < 7 gr/dl

Klasifikasi anemia menurut I.B.G Manuaba (2010) adalah bahwa

dibagi jadi 4 janis yaitu anemia ringan Hb 9-10 gr%, anemia sedang

Hb 7-8 gr %, dan anemia berat Hb < 7gr %.Anemia pada ibu hamil

dapat menyebabkan penyulit persalinan, resiko syok waktu

persalinan, mudah terjadi penyakit selama kehamilan, keguguran, lahir

prematur, bayi lahir dengan BBLR ( Berat badan lahir rendah), kelainan

bawaan/cacat janin, dan mengakibatkan kematangan fungsi organ tubuh

janin tidak seimbang (Tarwoto, 2007:87).

Anemia pada saat kehamilan adalah anemia karena kekurangan

zat besi, anemia defisiensi zat besi pada wanita hamil merupakan masalah

kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama

dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health

Organization) WHO mengatakan bahwa ibu-ibu hamil yang

mengalami defisiensi zat besi sekitar 35-75% dan semakin meningkat

seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut (World Health

Organization) WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan

dengan anemia pada kehamilan disebabkan oleh defisiensi zat besi dan

perdarahan akut. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita

anemia defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin, 30%

kematian perinatal dan 7-10% angka kematian neonatal menurut

(Proverawati, dkk. 2010).


2.2 Macam-macam Anemia

Menururt Nursalam, Dkk, 2005 macam macam anemia adalah sebagai

berikut:

1. Anemia Defisiensi Zat Besi

Anemia defisiensi zat besi adalah suatu keadaan yang dimana

terjadi karena kekurangan zat besi yang merupakan pembentukan sel dalah

merah dalam tubuh. Penyebab anemia defisiensi zat besi adalah asupan

makanan yang kurang mengandung zat besi terutama pada fase

pertumbuhan, penurunan absorbsi karena kelainan pada usus atau karena

banyak mengkonsumsi teh, kebutuhan yang meningkat sehingga

memerlukan nutrisi yang lebih banyak

2. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah anemia yang disebabkan karena

kekurangan asam folat. Disebuat juga dengan anemia deisiensi asam folat.

Dimana asam folat berfungsi sebagai sistesis (Asam Deoksiribonukleat)

(DNA) dan (Asam Ribonukleat) RNA yang penting untuk metabolisme

inti sel.Beberapa penyebap anemia megaloblastik adalah asupan asam folat

yang kurang (pemeberian nutrisi yang tidak seimbang).

3. Anemia Plastik

Anemia Plastik merupakan anemia yang ditandai dengan

Pansitopenia (Penurunan jumlah dan sel darah) dan penurunan selularitas


sumsum tulang.Sehingga hal tersebut akan menghambat produksi sel

darah merah .Beberapa penyebab terjdinya anemia plastic adalah :

a. Menurunnya jumlah sel induk yang merupakan bahan dasar

sel darah merah

b. Adanya radiasi dan kemoterapi yang lama yang

mengakibatkan infiltrasi sel

c. Penurunan poitin yang berfungsi untuk merangsang sel-sel

darah dalam sumsum tulang

d. Adanya sel inhibitor sehingga menghambat maturasi sel

dalam sumsum tulang

4. Anemia Hemolitik

Anemia Hemolitik adalah anemia yang terjadi karena

peningkatan penghancuran eritrosit yang berlebihan akan

mempengaruhi fungsi hepar, sehingga dapat mengakibatkan

dilirubin. Dalam keadaan normal sel darah merah mempunyai

waktu hidup 100-120 hari. Penyebab anemia hemolitik diduga

karena adanya kelainan rantai hemoglobin, Infeksi, sepsi dan

penggunaan obat-obatan

5. Anemia Pernisiosa

Anemia Pernisiosa dimana kondisi tubuh kekurangan

Vitamin B12. Vitamin B12 berfungsi untuk metabolisme jaringan

saraf dan pematangan normoblas. Selain asupan yang kurang


anemia pernisiosa disebabkan karena adanya kerusakan lambung

tidak dapat mengeluarkan secret yang berfungsi untuk absorbs B12

6. Anemia Sickle Cell

Anemia yang terjadi karena sintesa Hmoglobin abnormal

dan mudah rusak. Anemia jenis ini merupakan penyakit keturunan.

Secara garis besar anemia Sickle Cell ini menyerupai anemia

hemolitik.

2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia pada Ibu Hamil

1. Faktor Usia

Bila wanita hamil dengan umur <20 tahun, maka asupan zat besi

akan menjadi ter-bagi antara pertumbuhan biologis ibu hamil dan

janinnya. Wanita yang hamil >35 tahun, akan mengalami fungsi faal

tubuh yang tidak optimal, karena sudah masuk masa awal dege-

neratif. Oleh karena itu, hamil pada usia <20 tahun dan >35 tahun

merupakan kehamilan yang memiliki resiko dapat menyebabkan anemia

juga dapat berdampak keguguran (abortus), bayi lahir dengan berat

badan yang rendah (BBLR), dan persalinan yang tidak lancar

(komplikasi persalinan). Maka dari itu faktor usia merupakan hal yang

perlu diperhatikan bagi seorang wanita untuk hamil (Depkes RI

2005). Dairo dan Lawoyin (2004) menyatakan bahwa usia ibu antara

20-29 tahun (p=0,011) memiliki risiko yang rendah mengalami

anemia saat hamil.


Baik di pedesaan maupun di perkotaan terdapat

kecenderungan anemia pada Ibu hamil usia <20 tahun dan >35 tahun

lebih tinggi dibanding pada ibu yang hamil pada usia 20-35 tahun. Hasil

penelitian Adam et al. (2005) yang mengatakan bahwa usia dan paritas

tidak signifikan berhubungan dengan anemia, atau menurut Ononge et al.

(2014) bahwa usia ibu memiliki hubungan yang lemah dengan kejadian

anemia pada ibu hamil.

2. Tingkat pendidikan ibu.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh dengan perubahan sikap

dan perilaku hidup sehat. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor

penentu status gizi, dan mortalitas ibu, bayi, dan anak (Bencaiova et

al. 2012). Baik di pedesaan maupun di perkotaan terdapat kecenderungan

proporsi anemia pada ibu yang pendidikannya ≤SMP (risiko tinggi)

lebih tinggi dibanding proporsi anemia pada ibu yang pendidikannya

≥SMA (risiko rendah).

3. Frekuensi Kehamilan.

Cadangan zat besi akan berkurang selama pada kehamilan,

semakin tinggi frekuensi kehamilan maka semakin banyak

seorang ibu mengalami kehilangan zat besi, sehingga seorang Ibu perlu

diperhatikan frekuensi kehamilan serta jarak kehamilannya. Hal ini

tujuan nya untuk mengembalikan cadangan zat besi kembali ke

tingkat normal, dengan syarat bahwa selama masa tenggang waktu

tersebut ibu dalam kondisi kesehatan dan mutu makanan baik (Allen
2000). Di perdesaan maupun di perkotaan terdapat kecenderungan

proporsi anemia pada ibu hamil yang frekuensi kehamilannya >3

kali lebih tinggi dibandingkan proporsi anemia pada ibu hamil yang

frekuensi kehamilannya ≤3 kali. Namun Uche-Nwachi et al. 2010

dan Beard 2000 mengatakan bahwa kehamilan yang berulang merupakan

faktor risiko terjadinya anemia pada ibu hamil

4. Jarak Kehamilan

Salah satu penyebab yang dapat mempercepat terjadinya

anemia pada wanita adalah jarak kehamilan yang terlalu dekat. Hal

yang harus diperhatikan seorang Wanita adalah Jarak kehamilan yang

baik minimal 2 tahun sehingga tubuh ibu siap untuk menerima janin

kembali. Jarak kehamilan yang kurang dari 24 bulan atau 2 tahun

memungkinkan kondisi ibu belum pulih, sehingga zat besi yang ada

didalam tubuh Ibu akan terbagi untuk pemulihan tubuhnya dan

kebutuhan janin selama kehamilan berikutnya (Fatimah et al. 2011). Di

perdesaan maupun perkotaan proporsi anemia pada ibu hamil yang

jarak kehamilannya <2 tahun le-bih rendah dibandingkan proporsi

anemia pada ibu hamil yang frekuensi kehamilannya ≥2 tahun atau

matang untuk dibuahi kembali. Amiruddin dan Wahyuddin (2004)

yang menyatakan bahwa ibu hamil yang mempunyai jarak kehamilan

<2 tahun berisiko 2,3 kali terkena anemia.

5. Status Kurang Energi Kronik (KEK)


Pada kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan

fisiologis yang berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah

merah serta penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam

sirkulasi darah, begitu juga dengan penurunan gizi mikro. Masa

kehamilan yaitu masa pertumbuhan dan perkembangan janin untuk

menuju masa kelahiran sehingga gangguan gizi yang terjadi pada masa

kehamilan akan berdampak besar bagi kesehatan ibu dan janin (Allen

2000). Oleh karenanya status (Kurang Energi Kronik) KEK pada ibu

hamil dapat berdampak pada kejadian anemia ibu hamil juga pada

kejadian (Berat Badan Lahir Rendah) BBLR dan stunting (Dekker et al.

2010).Di perdesaan, maupun perkotaan, proporsi anemia pada ibu

hamil yang (Kurang Energi Kronik) KEK lebih tinggi dari pada

proporsi anemia pada ibu hamil yang tidak (Kurang Energi Kronik) KEK.

Ibu hamil yang mengalami (Kurang Energi Kronik) KEK mempunyai

peluang untuk terjadinya anemia.

6. Frekuensi Konsumsi Tablet Zat Besi

Selama kehamilan terjadi peningkatan yang signifikan

terhadap kebutuhan zat besi untuk meningkatkan sel darah merah

serta ekspansi volume plasma untuk pertumbuhan dan perkembnagan

janin (Scholl 2005). Selain itu, zat besi juga dibutuhkan untuk

membentuk hemoglobin di dalam sel darah merah ibu dan janin.

Selama kehamilan, kebutuhan zat besi wanita hamil meningkat

sebanyak 30% dibanding sebelum hamil. Oleh karena itu, ibu hamil
harus mendapatkan tambahan zat besi berupa suplementasi zat besi

(Moench-Pfanner et al. 2005).

Di Indonesia, rekomendasi konsumsi suplemen zat besi adalah

60 mg zat besi elemental dan 0,25 mg asam folat per hari atau 1 tablet per

hari yang dikonsumsi paling sedikit 90 tablet selama masa kehamilan

(MCAI 2015). Ibu hamil yang mengonsumsi tablet zat besi rendah

memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengalami anemia

dibandingkan yang mengonsumsi tablet besinya tinggi. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Morsy dan Alhady (2014)

yang mengatakan bahwa ibu hamil yang konsumsi zat besinya cukup

tetap mengalami anemia. Hal ini kemungkinan disebabkan karena

kebiasaan konsumsi tablet besi dibarengi dengan inhibitor pada ibu

hamil yang mengonsumsi tablet besi tinggi. Seperti halnya yang

diungkapkan oleh Zijp et al. (2000) bahwa konsumsi sumber zat besi

bersamaan dengan konsumsi teh menyebabkan terhambatnya 60%

penyerapan asupan zat besi. Khambalia et al. (2009) yang menunjukkan

bahwa suplementasi zat besi pada ibu hamil tidak menurunkan

anemia dan meningkatkan status zat besi, namun pada wanita yang

tidak hamil berlaku dengan sebaliknya.

7. Frekuensi kunjungan Antenatal (ANC)

Ante Natal care (ANC) adalah salah satu cara yang dipercaya

untuk mengurangi kematian pada ibu hamil (WHO 2001), sehingga akses

ibu terhadap pelayanan antenatal menjadi prioritas baik di negara


maju maupun berkembang (NCCWCH 2008; Idowu et al. 2005; Obse

et al. 2013). Salah satu masalah yang sering terjadi pada kehamilan dan

dapat menjadi faktor penyulit pada saat melahirkan adalah terjadinya

anemia. Ibu hamil yang mengalami anemia memungkinkan terjadinya

partus premature, perdarahan pada saat melahirkan, melahirkan bayi

dengan berat badan rendah (BBLR), serta dapat meningkatkan kematian

perinatal (Allen 2000). Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur

pada Ibu hamil hal seperti ini dapat diketahui dan diatasi sedini

mungkin. Jufar dan Zewde (2014) yang menunjukkan bahwa antenatal

care (ANC) merupakan faktor protektif, sehingga masih perlu

peningkatan kualitas pelayanan (Ikeanyi & Ibrahim 2015)

2.4 Kerangka Konsep

Dari uraian variabel-variabel diatas, maka dapat digunakan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent


1. Faktor Usia
2. Tingkat Pendidikan Ibu
3. Frekuensi Kehamilan
Anemia 4. Jarak Kehamilan
5. Status Kurang Energi
Kronik(KEK)
6. Frekuensi Konsumsi Tablet Zat
Besi
7. Frekuensi Kunjungan Ante Natal
Care (ANC)

Anda mungkin juga menyukai