Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEJADIAN PENYAKIT DALAM KOMUNITAS BERDASARKAN


MODEL EPIDEMIOLOGI DENGAN KASUS ANEMIA PADA
KEHAMILAN
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi

Dosen Pembimbing :

Nur Eva Aristina, SST., M.Keb

Disusun Oleh :

Serina Adiesti (P17311201006)

Cindy Ghifar Rowahah (P17311201007)

Syifa Khoirunnisa Suparno (P17311203020)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi dengan
judul “Kejadian Penyakit Dalam Komunitas Berdasarkan Model Epidemiologi
Dengan Kasus Anemia Pada Kehamilan”.
Tidak lupa kami meminta maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini, baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing kami
utamanya kepada Ibu Nur Eva Aristina, SST., M.Keb selaku dosen pembimbing
mata kuliah Epidemiologi untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari bentuk penyusunan maupun dari segi materi. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Malang, 06 Februari 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak
mencukupi kebutuhan tubuh (WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia
adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan. Anemia
merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan
fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada setiap orang
dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan
tahap kehamilan.
Anemia pada kehamilan merupakan masalah kesehatan yang
dialami oleh wanita di seluruh dunia baik di negara maju maupun negara
berkembang. Anemia pada kehamilan ditandai dengan kondisi dimana
tubuh memiliki sedikit se-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa
oksigen ke berbagai organ tubuh. Selama kehamilan kebutuhan oksigen
lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropoietin.
Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. (Abdul, Ratnasari.2020)
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019,
diperkirakan kematian ibu sebesar 303.000 jiwa atau sekitar 216/100.000
kelahiran hidup di seluruh dunia. Secara global prevalensi anemia pada ibu
hamil sebesar 41,8%. Sekitar setengah dari kejadian anemia tersebut
disebabkan karena defisiensi zat besi. Prevalensi anemia pada ibu hamil di
Afrika sebesar 57,1%, Asia 48,2%, Eropa 25,1% dan Amerika 24,1%.
Seseorang disebut menderita anemia bila kadar Hemoglobin (Hb) di
bawah 11 g% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 g% trimester II
(WHO, 2019).
Prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia tahun 2019
sebesar 48,9% dan angka ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi
dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,1%. Anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh
defisiensi zat besi sebanyak 62,3% yang dapat menyebabkan keguguran,
partus prematurus, inersia uteri, partus lama, atonia uteri dan
menyebabkan perdarahan serta syok. Dampak yang dapat disebabkan
anemia defisiensi besi pada ibu hamil adalah 12% - 28% angka kematian
janin, 30% kematian perinatal dan 7% - 10% angka kematian neonatal
(Kemenkes RI, 2019).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Baritbankes) Kemenkes RI
Tahun 2018 menyatakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
sebesar 48,9%.
Pada paparan diatas, kita sebagai calon tenaga kesehatan harus
memahami perjalanan penyakit atau epidemiologi dari kasus anemia pada
ibu hamil agar mampu melakukan pencegahan, mendiagnosis,
memberikan tatalaksana sejak dini untuk mengurangi Angka Kematian Ibu
(AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anemia pada kehamilan?
2. Bagaimana angka kejadian anemia pada kehamilan?
3. Bagaimana patofisiologi anemia pada kehamilan?
4. Bagaimana etiologi anemia pada kehamilan?
5. Apa saja tanda dan gejala anemia pada kehamilan?
6. Apa saja resiko anemia pada kehamilan?
7. Bagaimana cara mendiagnosis anemia pada ibu hamil?
8. Apa saja dampak dari anemia pada kehamilan?
9. Bagaimana model epidemiologi anemia pada kehamilan sesuai dengan
contoh kasus?
10. Bagaimana perjalanan penyakit pada anemia ibu hamil sesuai dengan
contoh kasus?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari anemia pada kehamilan.
2. Untuk mengetahui angka kejadian anemia pada kehamilan.
3. Untuk mengetahui patofisiologi anemia pada kehamilan.
4. Untuk mengetahui bagaimana etiologi anemia pada kehamilan.
5. Untuk mengetahui apa saja tanda dan gejala anemia pada kehamilan.
6. Untuk mengetahui apa saja resiko anemia pada kehamilan.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosis anemia pada ibu
hamil.
8. Untuk mengetahui apa saja dampak dari anemia pada kehamilan.
9. Untuk mengetahui bagaimana model epidemiologi anemia pada
kehamilan sesuai dengan contoh kasus.
10. Untuk mengetahui bagaimana perjalanan penyakit pada anemia ibu
hamil sesuai dengan contoh kasus.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Anemia Pada Kehamilan
Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel
darah merah (eritrosit) yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu
mengandung hemoglobin yang berfungsi untuk membawa oksigen ke
seluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013).  
Depkes (2009) anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan
kadar hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau <10,5 gr%
pada trimester II. 
Pengertian yang lain dikemukakan oleh Myers (1998, dalam
Ertiana, Astutik, 2016),  yaitu suatu kondisi adanya penurunan sel darah
merah atau menurunnya kadar Hb, sehingga kapasitas daya angkut oksigen
untuk kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.
2.2 Angka Kejadian Anemia Pada Kehamilan
Prevalensi anemia dalam kehamilan di Indonesia tahun 2019
sebesar 48,9% dan angka ini mengalami peningkatan yang cukup tinggi
dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,1%. Anemia dalam
kehamilan yang paling sering terjadi di Indonesia disebabkan oleh
defisiensi zat besi sebanyak 62,3% yang dapat menyebabkan keguguran,
partus prematurus, inersia uteri, partus lama, atonia uteri dan
menyebabkan perdarahan serta syok. Dampak yang dapat disebabkan
anemia defisiensi besi pada ibu hamil adalah 12% - 28% angka kematian
janin, 30% kematian perinatal dan 7% - 10% angka kematian neonatal
(Kemenkes RI, 2019).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dikeluarkan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Baritbankes) Kemenkes RI
Tahun 2018 menyatakan prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia
sebesar 48,9%.
2.3 Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Anemia disebabkan karena menurunnya eritropoiesis, kehilangan
darah, dan meningkatnya destruksi yang menyebabkan menurunnya sel
darah merah dan menurunnya hemoglobin (kondisi anemia) sehingga
menurunkan kemampuan darah membawa oksigen yang dapat
menyebabkan hipoksia jaringan atau membuat tubuh melakukan
mekanisme kompensasi. Hipoksia jaringan ditandai dengan timbulnya
kelemahan, kelelahan, meningkatnya respirasi rate, nafas dalam, dispneu,
pucat pada kulit, mukosa mulut, serta gangguan sistem saraf pusat seperti
pusing, pingsan, dan letargi.
Dalam keadaan anemia, tubuh akan melakukan mekanisme
kompensasi seperti meningkatkan kebutuhan oksigen untuk kerja jantung
yang dapat merangsang peningkatan hormon eritropoietin sehingga akan
menstimulasi sumsum tulang untuk memproduksi hemoglobin. Tubuh juga
akan meningkatkan hearth rate, dilatasi kapiler, dan stroke volum yang
dapat menyebabkan terjadinya sirkulasi hiperdinamik yang dapat berisiko
menyebabkan murmur jantung dan gagal jantung. Mekanisme kompensasi
yang selanjutnya adalah meningkatkan respon renin aldosteron,
meningkatkan retensi garam dan air, meningkatkan gerakan ekstraseluler
ginjal, serta meningkatkan cairan ekstraseluler.
2.4 Etiologi Anemia Pada Kehamilan
Anemia dalam kehamilan sebagian besar disebabkan oleh
kekurangan besi (anemia defisiensi besi) yang dikarenakan kurangnya
masukan unsur besi dalam makanan, gangguan reabsorbsi, gangguan
penggunaan, atau karena terlampau banyaknya besi keluar dari badan,
misalnya perdarahan. Menurut Soebroto (2009) dalam Astuti, Reni dan
Dwi Ertiana (2018), anemia merupakan suatu kumpulan gejala yang
disebabkan oleh bermacam-macam penyebab.
Anemia memiliki berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab
umum timbulnya anemia pada ibu hamil yaitu kurang gizi atau tidak
adekuatnya intake besi (malnutrisi) yang berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan kadar besi saat kehamilan, malabsorsi besi, pendarahan uterus
dan menorrhagia (Octavia, 2016).
Selain disebabkan oleh defisiensi zat besi, kemungkinan dasar
penyebab anemia di antaranya adalah penghancuran sel darah merah yang
berlebihan dalam tubuh sebelum waktunya (hemolisis), kehilangan darah
atau perdarahan kronik, produksi sel darah merah yang tidak optimal, gizi
yang buruk misalnya pada gangguan penyerapan protein dan zat besi oleh
usus, gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang belakang.
2.5 Tanda Dan Gejala Anemia Pada Kehamilan
Gejala anemia pada kehamilan berupa ibu mengeluh cepat lelah,
sering pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka,
nafsu makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada
anemia parah) dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda,
perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular, lesu,
lemah, lelah, disphagia dan pembesaran kelenjar limfe.
Menurut Proverawati (2011) tanda dan gejalah anemia pada ibu
hamil sebagai berikut:
1. Kelelahan
2. Penurunan energi
3. Sesak nafas
4. Tampak pucat dan kulit dingin
5. Tekanan darah rendah
6. Frekuensi pernapasan cepat
7. Kulit kuning disebut jaundice jika anemia karena kerusakan sel darah
merah
8. Sakit kepala
9. Tidak bisa berkonsentrasi
10. Rambut rontok
11. Malaise
2.6 Resiko Anemia Pada Kehamilan
1. Depresi postpartum
Depresi postpartum adalah depresi yang dialami oleh ibu setelah
persalinan. Mengalami anemia selama kehamilan dapat meningkatkan
risiko terjadinya depresi postpartum.
2. Perdarahan pasca-persalinan
Jika ibu hamil mengalami anemia saat proses persalinan, hal ini
akan membahayakan keselamatannya ketika terjadi perdarahan. Selain
itu, anemia juga dapat menyebabkan tubuh ibu hamil lebih sulit
melawan infeksi.
3. Bayi lahir dengan berat badan rendah
Penelitian menunjukkan bahwa anemia saat hamil berhubungan
erat dengan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR),
terutama jika anemia terjadi pada trimester pertama kehamilan.
Bayi dikatakan memiliki berat badan lahir rendah jika lahir dengan
bobot kurang dari 2,5 kilogram. Bayi yang lahir dengan kondisi ini
lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan daripada bayi yang lahir
dengan berat badan normal.
4. Bayi lahir premature
Bahaya anemia pada ibu hamil berikutnya adalah kelahiran
prematur. Prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum tanggal
perkiraan persalinan atau sebelum minggu ke-37 kehamilan.
Selain sejumlah masalah kesehatan, bayi yang lahir prematur juga
berisiko mengalami gangguan tumbuh kembang.Penelitian
menunjukan bahwa anemia pada trimester pertama kehamilan
meningkatkan risiko terjadinya persalinan prematur.
5. Bayi lahir dengan anemia
Anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan bayi terlahir
dengan anemia. Kondisi ini dapat mempengaruhi nafsu makan bayi,
sehingga asupan gizinya dapat terganggu. Jika tidak ditangani, hal ini
dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
6. Kematian janin
Beberapa penelitian menunjukan bahwa anemia pada kehamilan
dapat meningkatkan risiko terjadinya kematian janin, sebelum maupun
sesudah persalinan. Untuk mengatasi anemia selama kehamilan, Anda
dapat meningkatkan asupan zat besi, asam folat, dan vitamin B12.
Nutrisi tersebut bisa didapatkan dari makanan yang Anda konsumsi
sehari-hari maupun suplemen yang diberikan oleh dokter. Contoh
makanan yang kaya akan zat besi, asam folat, dan vitamin B12 adalah
daging merah, sayuran berdaun hijau tua, telur, kacang-kacangan,
ayam, dan ikan. Untuk mencegah bahaya anemia pada ibu hamil,
lakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin ke dokter. Jika Anda
mengalami gejala yang mengarah pada anemia, dokter mungkin
menyarankan pemeriksaan darah serta memberikan suplemen untuk
mengatasi kondisi tersebut.
2.7 Diagnosis Anemia Pada Kehamilan
Diagnosa anemia dalam kehamilan dapat ditegakkan. Untuk dapat
menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan
anamnesa, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. Pada
anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil
muda. (Manuaba, 2010).
Selain itu, diagnosa anemia pada kehamilan juga dapat dilakukan
beberapa pendekatan menurut (Sudoyo, et al, 2010 dalam Supini, 2018),
berikut adalah pemeriksaan dan pendekatan untuk diagnosis anemia:
1. Pemeriksaan Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium merupakan
penunjang diagnostik pokok dalam diagnosis anemia. Pada
pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan memeriksa kadar
hemoglobin.
2. Pendekatan Diagnosis Anemia.
3. Pendekatan Klinis
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan
menggunakan alat pemeriksaan Hemoglobin color Scale, Sahli. Hasil
pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut (Manuaba, 2010) :
1. Hb 11 g% tidak anemia
2. Hb 9 – 10 g% anemia ringan
3. Hb 7 – 8 g% anemia sedang
4. Hb <7 g% anemia berat
Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama kehamilan,
yaitu pada trimester I dan trimester III.
2.8 Dampak Anemia Pada Kehamilan
Menurut (Pratami, 2016) kondisi anemia sangat mengganggu
kesehatan ibu hamil sejak awal kehamilan hingga masa nifas. Anemia
yang terjadi selama masa kehamilan dapat menyebabkan abortus,
persalinan prematur, hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim,
peningkatan resiko terjadinya infeksi, ancaman dekompensasi jantung jika
Hb kurang dari 6,0 g/dl, mola hidatidosa, hiperemesis gravidarum,
perdarahan antepartum, atau ketuban pecah dini.
Anemia juga dapat menyebabkan gangguan selama persalinan
seperti gangguan his, gangguan kekuatan mengejan, kala pertama yang
berlangsung lama, kala kedua yang lama hingga dapat melelahkan ibu dan
sering kali mengakibatkan tindakan operasi, kala ketiga yang retensi
plasenta dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri, atau perdarahan
postpartum sekunder dan atonia uteri pada kala keempat.Bahaya yang
dapat timbul adalah resiko terjadinya sub involusi uteri yang
mengakibatkan perdarahan postpartum, resiko terjadinya dekompensasi
jantung segera setelah persalinan, resiko infeksi selama masa puerperium,
atau peningkatan resiko terjadinya infeksi payudara.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Kasus Anemia Pada Kehamilan
Pada jurnal sains dan kesehatan dengan judul : Identifikasi Faktor –
Faktor Kejadian anemia pada ibu hamil di kecamatan Amahai Kabupaten
Maluku Tengah didapatkan hasil 4.579 ibu hamil dengan anemia atau 45,69%
jiwa. Dimana angka kematian pada ibu dan bayi masih sangat tinggi.
3.2 Model Epidemiologi Pada Kasus Anemia Pada kehamilan

Tidak patuh
Pengetahuan
A mengkonsumsi Tablet
Fe
N

E Makanan
Konsumsi
Sehari – hari
M

I Sosial budaya Larangan mengkonsumsi


beberapa makanan dan
A
tidak boleh melakukan
Riwayat Kehamilan beberapa aktivitas
Anemia
3.3 Perjalanan Penyakit Anemia Pada Kehamilan

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Anemia pada kehamilan merupakan salah satu masalah nasional
karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat dan
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya
manusia.
Kita sebagai calon tenaga kesehatan harus mengerti epidemiologi
terjadinya penyakit, khususnya anemia pada Ibu hamil. Ibu hamil dengan
anemia tidak selalu bermula dari seorang wanita yang sebelum hamil telah
mengidap anemia. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh
defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang keduanya saling
berinteraksi. Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi, sehingga
memicu peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma
bertambah dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Namun, peningkatan
volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan
dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin (Hb) akibat hemodilusi atau pengenceran darah tersebut.
Dengan demikian, tubuh yang tidak mendapatkan cukup asupan darah
yang tinggi oksigen akan rentan mengalami anemia dan dalam kehamilan,
efek hemodilusi ini menyebabkan anemia fisiologis. Dengan adanya
anemia fisiologis maka ibu hamil memiliki resiko untuk mengalami
anemia patologis atau anemia yang lebih berat di masa kehamilannya.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko ibu hamil mengalami
anemia patologis yaitu dapat diperhatikan faktor-faktor risikonya seperti
faktor umur ibu, paritas, jarak kehamilan, status gizi, tingkat pendidikan,
frekuensi kunjungan Antenatal Care (ANC), konsumsi suplementasi besi,
malnutrisi atau kekurangan gizi, kehamilan dan persalinan dengan jarak
yang berdekatan, serta ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial
ekonomi rendah. Adapun tanda dan gejala dari anemia yaitu kelemahan,
kelelahan, telinga berdengung, sukar konsentrasi, pernafasan pendek, kulit
pucat, nyeri dada, kepala terasa ringan, tangan dan kaki terasa dingin.
Anemia yang terjadi pada ibu hamil akan meningkatkan risiko ibu
untuk melahirkan bayi dengan berat lahir rendah, keguguran, lahir
sebelum waktunya, risiko perdarahan sebelum dan/atau pada saat
persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayi. Sedangkan
pada bayi yang ada dalam kandungan dapat mengalami gangguan
pertumbuhan dan perkembangan, tidak dapat mencapai tinggi optimal, dan
anak menjadi kurang cerdas (PERMENKES, 2014). Maka dari itu perlu
adanya upaya-upaya untuk mengatasi hal tersebut. Salah satunya yaitu
dengan upaya promotif dan preventif melalui pemberian tablet Fe pada Ibu
hamil.
4.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka
disarankan agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia
sehingga dapat membantu dalam kegiatan promosi kesehatan tentang
anemia. Begitupun dengan tenaga kesehatan agar melakukan kegiatan
promotif dan preventif secara berkala agar nantinya dapat menurunkan
angka kejadian anemia pada ibu hamil.
DAFTAR PUSTAKA
Astapani, Nichi, Dewi Anggriani Harahap, dan Fitri Apriyanti. 2020. Hubungan
Cara Konsumsi Tablet FE dan Peran Petugas Kesehatan dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Di Desa Baru Wilayah Kerja
Puskesmas Siak Hulu III Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Tambusai,
1(2), 69-75.
Harna, Mertien Sa’pang, Lintang Purwara Dewanti. 2020. Program Pencegahan
Anemia PERMENKES. 2014.Standar Tablet Tambah Darah Bagi
Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil. Indonesia.
Kamariyah, N., 2014. Buku Ajar Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.
Pada Ibu Hamil Melalui Media Aplikatif Di Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk
Jakarta Barat. Jurnal Abdimas Volume 6 Nomor 2
PERMENKES. 2014. Standar Tablet Tambah Darah Bagi Wanita Usia Subur dan
Ibu Hamil. Indonesia.
Sulastri. Adnes Syafiyah K. Oktavia Dwi Nugraha. 2022. Pencegahan Anemia Ibu
Hamil Dengan “NUMIL”. Jurnal Pendidikan Masyarakat Dan
Pengabdian Magister Pendidikan Nonformal Pascasarjana
Universitas Negeri Gorontalo, 02(2).
Sulistyawati Wiwit, Nurun Ayati Khasanah. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Hamil Dengan Anemia Dan Faktor Yang Melatarbelakangi. Hasil
Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai