Anda di halaman 1dari 109

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN


PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1
SEMARAPURA

NI KADEK RIKA ZENI PRANAWATI

FALKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN


PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1
SEMARAPURA

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh:
NI KADEK RIKA ZENI PRANAWATI
18C10053

FALKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
DENPASAR
2022
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat rahmat-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Perilaku
Merokok pada Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan,
pengarahan dan bantuan dari semua pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng.,Ph.D. selaku Rektor Institut
Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan kesempatan
kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Dr. Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep.,M.Kep selaku Wakil Rektor
(Warek) I Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep.,MNS selaku Wakil Rektor (Warek) II
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah memberikan ijin dan
kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Ns. I Kadek Nuryanto.,S.Kep.,MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang memberikan dukungan moral
kepada penulis.
5. Ibu Ns. A.A.A. Yuliati Darmini, S.Kp.,MNS selaku Ketua Program Studi
Sarjana Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang telah
memberikan dukungan moral dan banyak memberikan bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Ibu Ns. IGA Rai Rahayuni, S.Kep.,MNS selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan bimbingan seoptimal mungkin kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Ns. A. A. Istri Wulan Krisnandari, S.Kep., M.S selaku pembimbing II yang
telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

vii
8. Ibu Ni Made Sri Rahyanti, Ns., Sp.Kep.An selaku Wali Kelas A Prodi Sarjana
Keperawatan Tingkat IV yang memberikan dukungan moral dan perhatian
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Seluruh keluarga terutama, Bapak I Made Suardana dan Ibu Ni Wayan Sudiartini
selaku orang tua yang telah banyak memberikan dukungan serta dorongan
moral, materi dan doa hingga selesainya skripsi ini.
10. Teman terdekat penulis Hendra yang telah ikut membantu, memberikan motivasi
dan penghibur selama penyusunan skripsi ini.
11. Teman – teman seperjuangan di Sarjana Keperawatan A Ari Ratih dan angkatan
2018 yang tidak tersebut namun telah memberikan bantuan, dukungan dan
semangat dalam penyelesaian skripsi ini
12. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ni masih belum sempurna.
Maka dari itu dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang bersifat
kontruktif untuk dapat memperbaiki serta menyempurnakan tulisan ini.

Denpasar, 18 Mei 2022

Penulis

viii
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 SEMARAPURA

Ni Kadek Rika Zeni Pranawati


Falkultas Kesehatan Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email: rikazenipranawati01@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Masa remaja masa yang banyak mengalami perubahan terutama
perubahan psikologis yang membuat remaja emosional dan membuat keadaan
psikologisnya tertekan. Perubahan inilah membuat remaja mengalami
penyimpangan salah satunya kebiasaan merokok. Banyak faktor yang menyebakan
remaja mulai merokok yaitu faktor psikologis yang berhubungan erat dengan
kecemasan. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan
dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura.
Metode: Desain yang digunakan analitik korelatif dengan pendekatan cross-
sectional. Populasi penelitian ini siswa kelas X, XI, dan XII SMA Negeri 1
Semarapura yang berjumlah 533 dengan jumlah sampel 223. Teknik sampling yang
digunakan cluster sampling. Instrument yang digunakan adalah kuesioner
kecemasan dan perilaku merokok. Teknik analisa data menggunakan uji
Spearman’rho.
Hasil: Mayoritas tingkat kecemasan sebagian besar kategori sedang sebanyak 118
(52,9%) dan perilaku merokok sebagian besar kategori tinggi sebanyak 114
(51,1%). Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara tingkat kecemasan
dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura dengan
kekuatan korelasi sangat rendah yaitu 0,191 dan arah korelasi negatif (-).
Kesimpulan: Remaja diharapkan kecemasan harus dikurangi dengan menjalankan
aktivitas yang disenangi seperti mengikuti ekstrakulikuler. Remaja diharapkan
perilaku merokok dikurangi dengan mengikuti penyuluhan yang diselanggarakan
lembaga kesehatan yaitu Dinas Kesehatan.

Kata Kunci: Kecemasan, Perilaku Merokok, Remaja

ix
THE CORRELATION BETWEEN ANXIETY LEVEL AND SMOKING
BEHAVIOR IN ADOLESCENTS AT SMA NEGERI 1 SEMARAPURA

Ni Kadek Rika Zeni Pranawati


Faculty of Health
Bachelor of Nursing
Institute of Technology and Health Bali
Email: rikazenipranawati01@gmail.com

ABSTRACT

Background: Adolescence is a period of many changes happen, especially


psychological changes that make adolescents become emotional and make their
psychological state depressed. This change makes adolescents experience
deviations, and one of them is smoking habit. Many factors cause adolescents to
start smoking, namely psychological factors that are closely related to anxiety.
Aim: To determine the correlation between anxiety levels and smoking behavior in
adolescents at SMA Negeri 1 Semarapura.
Method: The study employed correlational analytic design with cross-sectional
approach. The population of this study were the students of class X, XI, and XII of
SMA Negeri 1 Semarapura with a total sample of 223. The respondents were
recruited as the sample through cluster sampling technique. The data were collected
using questionnaire of anxiety and smoking behavior and then analyzed by using
the Spearman'rho test.
Finding: The findings showed that the majority of respondents had moderate
category of anxiety levels with 118 respondents (52.9%) and smoking behavior in
the high category with 114 respondents (51.1%). The result indicated that there was
a correlation between anxiety levels and smoking behavior in adolescents at SMA
Negeri 1 Semarapura with a very low correlation strength of 0.191 and a negative
correlation direction (-).
Conclusion: The adolescents are expected to reduce anxiety by carrying out
activities that they enjoy such as participating in extracurricular activities.
Moreover, the adolescents are expected to reduce smoking behavior by
participating in counseling organized by health institutions, namely the Health
Office.

Keywords: Anxiety, Smoking Behavior, Adolescents

x
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN .................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ................................................................... ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................... iii
PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................ iv
LEMBAR PERNYATAN PENGESAHAN ................................................. v
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. vi
KATA PENGANTAR .................................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
BAB 11 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 6
A. Konsep Dasar Kecemasan .................................................................... 6
B. Konsep Perilaku Merokok.................................................................... 11
C. Konsep Remaja .................................................................................... 18
D. Penelitian Terkait ................................................................................. 23
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL ......... 26
A. Kerangka Konsep ................................................................................. 26
B. Hipotesis .............................................................................................. 27
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...................................... 27

xi
BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 31
A. Desain Penelitian .................................................................................. 31
B. Tempat Dan Waktu Penelitian ............................................................. 31
C. Populasi, Sampel, Sampling................................................................. 32
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 35
E. Rencana Analisa Data .......................................................................... 40
F. Etika Penelitian .................................................................................... 44
BAB V HASIL PENELITIAN ...................................................................... 46
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 46
B. Hasil penelitian karakteristik umum responden, univariat, dan bivariat 47
BAB VI PEMBAHASAN............................................................................... 51
A. Karakteristik Umum Responden .......................................................... 51
B. Tingkat Kecemasan Pada Remaja ........................................................ 51
C. Perilaku Merokok Pada Remaja ........................................................... 52
D. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja
di SMA Negeri 1 Semarapura .............................................................. 53
E. Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 54
BAB VII PENETUP ...................................................................................... 55
A. Kesimpulan........................................................................................... 55
B. Saran .................................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ……………………………………. 28
Tabel 4.1 Jumlah sampel yang diperlukan dengan Metode cluster
sampling....................................................…………......... 34
Tabel 5.1 Karakteristik responden berdasarkan umur dan kelas di SMA
Negeri 1 Semarapura..................................…………........ 47
Tabel 5.2 Distrubusi frekuensi kategori tingkat kecemasan pada remaja
di SMA Negeri 1 Semarapura......................……….......... 48
Tabel 5.3 Distrubusi frekuensi kategori perilaku merokok pada remaja
di SMA Negeri 1 Semarapura......................……….......... 48
Tabel 5.4 Uji normalitas tingkat kecemasan dengan perilaku merokok
Pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura .....……........... 48
Tabel 5.5 Distribusi frekuensi uji korelasi kecemasan dengan perilaku
merokok pada remja di SMA Negeri 1
Semarapura......................................................................... 49
Tabel 5.6 Tabulasi Silang (CrossTab) Hubungan Antara Tingkat
Kecemasan Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di SMA
Negeri 1 Semarapura........................................................... 50

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ………………………………………… 26

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Kisi – kisi Instrument Penelitian
Lampiran 3. Instrument Penelitian
Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 6. Lembar Pernyataan face validity
Lampiran 7. Surat Rekomendasi Penelitian dari Rektor ITEKES BALI
Lampiran 8. Surat Izin Penilitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Bali
Lampiran 9. Surat Izin dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu Kabupaten Klungkung
Lampiran 10. Surat Izin Penelitian dari Komisi Etik Itekes Bali
Lampiran 11. Lembar Pernyataan Anilasa Data
Lampiran 12. Hasil Analisa Data
Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Tingkat Kecemasan pada
Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura (n=223)
Lampiran 14. Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Perilaku Merokok pada
Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura (n=223)
Lampiran 15. Lembar Permohonan Abstract Translator
Lampiran 16. Lembar Pernyataan Abstract Translator

xv
DAFTAR SINGKATAN
WHO :World Health Organization
RISKESDAS :Riset Kesehatan Dasar
RI :Republik Indonesia
SMA :Sekolah Menengah Atas
Dkk :Dan Kawan-Kawan
ITEKES BALI :Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
NAPZA :Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya
SPSS :Statistical Produduct and Service
POA :Plan Of Action

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan yang memiliki ciri khas
emosional yang tidak stabil dan mudah terpengaruh. Masa ini berkaitan
dengan adanya perubahan perilaku dan psikologis yang terjadi dengan
remaja pada umumnya. Menurut Ahyani & Astuti (2018) masa remaja
merupakan masa yang banyak mengalami perubahan terutama perubahan
psikologis yang membuat remaja emosional dan membuat keadaan
psikologisnya tertekan. Perubahan inilah yang memicu remaja mengalami
penyimpangan terhadap perilakunya salah satunya yaitu dengan mulai
kebiasaan merokok. Merokok merupakan suatu kebiasaan yang banyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari diberbagai tempat dan kesempatan.
Merokok merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa dihindari bagi orang
yang mempunyai kebiasaan merokok, sehingga sampai saat ini merokok
masih menjadi masalah kesehatan di dunia yang berbahaya bagi kesehatan.
Menurut WHO 2018 jumlah perokok seluruh dunia mencapai 1,1
milyar. Indonesia menjadi salah satu dari lima negara di dunia dengan
konsumen perokok terbesar setelah China, Rusia, Amerika Serikat, dan
Jepang. Berdasarkan data RISKESDAS RI 2013-2018 menyatakan
terjadinya peningkatan setiap tahunnya perilaku merokok di Indonesia pada
usia 10-18 tahun dengan persentase tahun 2013 sebanyak (7,2%), tahun
2016 sebanyak (8,8%), pada tahun 2018 sebanyak (9,1%) dan didominasi
oleh laki - laki sebesar 62,9%. Salah satu perokok tertinggi di Indonesia
yaitu di Provinsi Bali. Hasil RISKESDAS Provinsi Bali (2018) mengalami
peningkatan pada umur 15-19 tahun menunjukan perokok tertinggi
ditemukan di Kabupaten Klungkung 66,44%, diikuti Kabupaten Badung
55,24%, Kota Denpasar 54,95%, Kabupaten Jembrana 54,24, Kabupaten
Gianyar 53,93%, Kabupaten Tabanan 50,28%, Kabupaten Karangasem
49,02%, Kabupaten Buleleng 48,78% dan Kabupaten Bangli 45,13%.

1
2

Berdasarkan data yang disajikan jumlah perokok Kabupaten Klungkung


menjadi salah satu kabupaten tertinggi yang mengkonsumsi rokok sebanyak
66,4% hal ini diakibatkan karena masih banyak remaja yang mementingkan
keinginan dan nafsunya untuk merokok dibandingkan kesehatannya.
Perilaku merokok pada remaja dapat disebabkan oleh berbagai
faktor diantaranya teman sebaya, lingkungan tempat tinggal, faktor iklan
dan faktor psikologis. Salah satu faktor yang melekat pada remaja adalah
faktor psikologis. Faktor psikologis ini berhubungan erat dengan kecemasan
(Soetjiningsih, 2017). Remaja rentan terhadap masalah kecemasan karena
tahapan remaja adanya perubahan pada diri remaja baik secara psikologis
maupun fisik sehingga menyebabkan remaja rentang mengalami kecemasan
(Loughlin et al,. 2017). Apabila remaja tidak mampu beradaptasi terhadap
berbagai perubahan yang ada baik secara fisik maupun psikologis maka
remaja akan lebih mudah terjerumus dalam hal-hal yang menyimpang salah
satunya perilaku merokok.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daryanti (2018)
didapatkan hasil bahwa perilaku merokok ini disebabkan karena kecemasan
yang dialami remaja akan mendorong seseorang untuk mulai merokok
dimana remaja menganggap bahwa merokok dapat membuat otak menjadi
rileks dan dapat meberikan efek tenang. Penelitian yang dilakukan oleh
Amyuriani (2014) menunjukan bahwa ada pengaruh antara faktor
psikologis dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki hal ini karena
merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk mendapatkan
ketenangan dan mendapatkan kesenangan. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Husna & Rauzatul Jannah (2019) menunjukan bahwa
kecemasan dapat mempengaruhi perilaku merokok karena adanya persepsi
dari remaja bahwa rokok dapat memberi rasa tenang dan kandungan dalam
rokok mengandung zat yang dapat memberi rasa ketenangan. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ayunin et al., (2017) menyatakan bahwa ada
hubungan antara gangguan kecemasan terhadap perilaku merokok. Namun,
hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba (2017) menemukan hal
3

sebaliknya, penelitian tersebut menemukan tidak ada hubungan antara


tingkat kecemasan dengan perilaku merokok. Dari beberapa penelitian yang
telah dilakukan terdapat hasil yang berbeda dari penelitian satu dengan
penelitian yang lain, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Mengingat peningkatan jumlah perokok di Kabupaten Klungkung,
SMA Negeri 1 Semarapura merupakan SMA negeri yang terletak di Jl.
Flamboyan No. 63 Semarapura Kelod, Kabupaten Klungkung dengan
jumlah populasi siswa laki-laki berjumlah 533 orang, sehingga sekolah
tersebut menjadi sekolah dengan populasi terbanyak di Kabupaten
Klungkung menurut hasil riset yang dilakukan oleh University of
Muhammadiyah Malang pada tahun 2020.
Berdasarakan studi pendahuluan yang telah dilaksanaan tanggal 18
November di SMA Negeri 1 Semarapura pada 10 orang remaja yang
dilakukan secara online melalui google form. Mayoritas perilaku merokok
pada remaja faktor kecemasan yang dialami karena adanya beban secara
psikologis akibat tugas yang terlalu banyak dan ditambah pembelajaran
secara daring yang mempersulit konsentrasi siswa dalam memahami materi
yang diberikan. Adanya kesulitan dalam berinteraksi dengan teman dan
penerimaan situasi yang baru di masa pandemi dimana diharuskan tetap
tinggal di rumah menyebabkan adanya perubahan kebiasaan bagi remaja.
Berdasarkan fenomena, jurnal, dan studi pendahuluan yang dilakukan
terhadap siswa serta masalah yang dialami remaja yang mengakibatkan
adanya kebiasaan merokok, sehingga peneliti tertarik meneliti “Hubungan
antara Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMA
Negeri 1 Semarapura ”.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini “Apakah terdapat
hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja
di SMA Negeri 1 Semarapura? ”.
4

C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempengaruhi informasi guna menjawab
permasalahan di atas. Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian
ini dibagi menjadi tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut:
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku
merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura.
2. Tujuan khusus
a. Mengindentifikasi karakteristik umum respoden (umur dan kelas).
b. Mengindentifikasi tingkat kecemasan remaja di SMA Negeri 1
Semarapura.
c. Mengindentifikasi perilaku merokok remaja di SMA Negeri 1
Semarapura.
d. Menganalisis hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku
merokok remaja di SMA Negeri 1 Semarapura.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi, referensi,
dan bahan ajar untuk penelitian selanjutnya mengenai hubungan antara
tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja.
2. Manfaat praktis
a. Bagi remaja
Diharapakan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi remaja agar
remaja dapat melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi kesehatan.
b. Bagi pemerintah
Diharapkan bagi pemerintah menegaskan mengenai larangan
merokok dan penerapan peraturan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
diperketat.
c. Bagi SMA Negeri 1 Semarapura
Membantu memberikan pengawasan terhadap perilaku merokok.
5

d. Bagi penelitian selanjutnya


Sebagai data tambahan mengenai hubungan antara tingkat
kecemasan dengan perilaku merokok.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kecemasan


1. Definisi kecemasan
Ansietas atau kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Gail W
Struart dalam Anissa, 2016). Kecemasan adalah kesusahan atau kesulitan
yang normal dan suatu perubahan, pertumbuhan, pengalaman baru, dan
makna hidup (Kaplan dalam Donsu, 2019). Dari berbagai pengertian dapat
disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu kondisi emosi sesorang
dengan timbulnya perasaan kurang nyaman dan dapat mempengaruhi
aktivitas seseorang yang dapat menyebabkan perubahan status kesehatan.
2. Penyebab kecemasan
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan antara
lain yaitu (Donsu, 2019):
a. Faktor presdisposisi
1) Biologi
Aspek biologis menjelaskan gangguan kecemasan adalah adanya
pengaruh neurotransmiter. Tiga neurotransmiter yang berhubungan
dengan kecemasan yaitu serotonin, noreponeprin dan
gammaaminobutyric acid (GABA).
2) Psikologis
Menurut Stuart dan Laraia (dalam Donsu, 2019) mengatakan bahwa
ansietas merupakan konflik emosioanal yang terjadi anatara dua elemen
kepribadian yaitu id dan superego, sedangkan menurut Tarwodo dan
Wartonah (dikutip di Donsu, 2019) mengatakan tingkat kecemasan
seseorang dipengaruhi oleh pendidikan dan maturitas individu.
3) Sosial budaya
Riwayat kesehatan keluarga dalam gangguan kecemasan akan
sangat mempengaruhi respon individu dalam mengatasi kecemasan.

6
7

Faktor yang dapat memepengaruhi terjadinya kecemasan yaitu


lingkungan, sosial budaya dan potensi stress.
b. Faktor presipita
Menurut Struat dan Laraia (dikutip di Donsu, 2019) menggambarkan
stressor pencetus stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
ancaman dan tantangan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.
1) Biologi (fisik)
Gangguan fisik merupakan suatu kondisi yang terganggu secara fisik
oleh penyakit maupun secara fungsional yang berupa penurunan
aktivitas. Kesehatan umum individu berefek nyata sebagai faktor
presipitasi kecemasan, apabila kesehatan individu terganggu akan
mengakibatkan kemampuan individu dalam mengatasi ancaman atau
gangguan fisik akan menurun.
2) Psikologi
Gangguan terhadap integritas fisik akan mengakibatkan kesehatan
psikologi atau aktivitas individu akan menurun. Ancaman eksternal
yang dapat mempengaruhi kondisi psikologis yang mempengaruhi
terjadi kecemasan yaitu peristiwa kematian, pindah tempat kerja, dan
perceraian, sedangkan ancaman internal yang memepengaruhi
kecemasan yaitu hubungan di tempat kerja dan menerima peran sebagai
individu yang baru.
3) Sosial budaya
Status ekonomi dan pekerjaan sangat mempengaruhi kecemasan
individu. Individu dengan status ekonomi yang tidak stabil akan lebih
mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan status ekonomi
stabil. Hal tersebut secara tidak langsung mempengaruhi tingkat
kecemasan individu.
8

3. Tingkat kecemasan
Tingkat kecemasan menurut Donsu (2019):
a. Kecemasan Ringan (Mild Anxiety)
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Akibat dari kecemasan ringan seperti persepsi
meluas, individu menjadi lebih waspada dan indra menjadi lebih sensitif.
Kecemasan ringan masih membantu individu untuk belajar dan
memecahkan masalahnya dan dapat menghasilkan kreativitas individu.
b. Kecemasan Sedang (Moderate anxiety)
Kecemasan sedang mengakibatkan individu menjadi lebih
memusatkan perhatiannya kepada beberapa hal dan mengesampingkan
urusan yang lainnya. Individu akan lebih memprioritaskan suatu masalah
dan masih bisa melakukan aktivitas secara terarah dan arahan orang lain.
c. Kecemasan Berat (Severe Anxiety)
Kecemasan berat ditandai dengan menyempitnya persepsi individu.
Individu lebih memusatkan perhatiannya kepada hal yang lebih penting
dan cenderung mengesampingkan hal lainnya. Aktivitas yang dilakukan
berfokus kepada untuk mengurangi ketegangannya.
d. Panik
Kepanikan muncul disebakan karena individu kehilangan kendali
dirinya. Kepanikan akan bertambah jika individu tidak bisa melakukan
aktivitas meskipun dengan arahan orang lain. Selain itu hilangnya
pemikirian yang rasional, kemampuan berhubungan dengan orang lain
berkurang, penyimpangan persepsi dan meningkatkan aktivitas motorik.
4. Upaya mengurangi kecemasan
Cara terbaik yang dapat menghilangkan rasa cemas adalah dengan
menghilangkan penyebabnya. Menurut Zakiah Dradjat (dikutip di Fitri &
Ifdil, 2016) mengemukan cara-cara yang dapat dilakukan antara lain:
a. Pembelaan
Pembelaan adalah mencari alasan-alasan masuk akal yang
sesungguhnya tidak masuk akal. Pembelaan ini tidak dimaksudkan untuk
9

membohongi atau membujuk orang lain akan tetapi membujuk diri sendiri
untuk menerima tindakan yang tidak bisa diterima itu masih tetap dalam
batas-batas yang diinginkan dirinya.
b. Proyeksi
Proyeksi adalah menimpahkan sesuatu yang terasa dalam dirinya
kepada orang lain terutama tindakan, pikiran, dan dorongan yang tidak
masuk akal sehingga dapat terlihat masuk akal.
c. Indentifikasi
Identifikasi merupakan kebalikan dari proyeksi, dimana orang turut
merasakan sebagian dari tindakan atau kesuksesan yang telah dicapai
orang lain. Apabila melihat orang sukses ia akan ikut merasakan senang
dan sebaliknya jika melihat orang sedih ia akan ikut sedih.
d. Hilang hubungan (Disasosiasi)
Perbuatan, pikiran, dan perasaan orang seharusnya berhubungan satu
sama lain, apabila seseorang merasa ada orang yang menyinggung
perasaan maka akan marah dan membalas dengan hal yang sama. Dalam
hal ini perasaan, pikiran, dan tindakannya merupakan hak yang saling
berhubungan dengan harmonis. Keharmonisan bisa saja menghilang
karena pengalaman-pengalaman buruk dimasa lalu.
e. Represi
Represi merupakan tekanan untuk melupakan hal-hal yang tidak
disetujui hati nuraninya. Semacam usaha untuk dirinya agar tidak merasa
dorongan-dorongan yang tidak sesuai keinginannya.
f. Subsitusi
Subsitusi merupakan cara pembelaan diri yang paling baik diantara
cara-cara yang tidak disadari dalam menghadapi kesusahan.
5. Cara pengukuran kecemasan
Salah satu pengukuran kecemasan adalah The Hamilton Anxiety Rating
Scale (HAM-A) yang dikembangkan oleh Professor Max Hamilton pada
tahun 1959, untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun
10

somatic pada kecemasan anak dan orang dewasa. Skala kecemasan (HAM -
A) penilaian kecemasan terdiri dari 14 item pernyataan yaitu:
a. Anxious mood
b. Tension
c. Fears
d. Insomia
e. Intellectual
f. Depressed mood
g. Somatic (muscular)
h. Somatic (sensory)
i. Cardiovaskular symptoms
j. Respiratory symptoms
k. Gastriointestinal symptoms
l. Genitourinary symptoms
m. Autonomic symptoms
n. Behavior at interview
Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:
0= tidak ada (tidak ada gejala sama sekali)
1= ringan (satu gejala yang ada)
2= sedang (separuh gejala yang ada)
3= berat ( lebih dari separuh gejala yang ada)
4= sangat berat ( semua gejala yang ada)
Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14
dengan hasil:
a Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
b Skor 14-20 = kecemasan ringan
c Skor 21-27 = kecemasan sedang
d Skor 28-41 = kecemasan berat
e Skor 42-56 = kecemasaan berat sekali
11

B. Konsep Perilaku Merokok


1. Definisi perilaku
Perilaku menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) merupakan
sautu tanggapan atau reaksi seseorang terhadap rangsangan. Menurut
Robert Kwick (dikutip di Donsu, 2019) perilaku adalah sebagian
tindakan seseorang yang dapat dipelajari dan diamati.
Menurut sudut pandang biologis perilaku adalah suatu aktivitas
seseorang dan perilaku terbentuk berdasarkan pengamatan, sedangkan
berdasarkan sudut pandang operasional perilaku merupakan tanggapan
seseorang ketika diberikan rangsangan dari luar. Berbeda dengan
Ensiklopedia Amerika yang mengatakan perilaku adalah suatau bentuk
aksi-reaksi yang dipengaruhi oleh lingkungan. Reaksi inilah yang biasa
disebut rangsangan (Donsu, 2019). Berdasarkan pendapat diatas dapat
diartikan perilaku sebagai proses interaksi manusia dengan
lingkungannya. Hal inilah yang menjadi bentuk manifestasi bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan bantuan orang lain
untuk bertahan hidup dan mempertahankan dirinya.
2. Bentuk-bentuk perilaku manusia
Menurut Notoatmodjo (2010) dilihat dari bentuk respon terhadap
stimulus perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Bentuk pasif /perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini
masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran
dan sikap yang terjadi pada seseorang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
orang lain.
12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


Perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara
lain (Donsu, 2019):
a. Faktor genetik
Faktor genetik adalah dasar untuk perkembangan perilaku
dari makhluk hidup.
1) Jenis kelamin
Perilaku pria dan wanita dilihat dari cara berpakaian dan cara
melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku atas dasar
akal dan wanita atas dasar perasaan.
2) Sifat kepribadian
Sifat kepribadian adalah keseluruhan pola pikiran, perasaan,
dan perilaku yang sering dilakukan dalam beradaptasi yang
terus-menerus. Contohnya: sifat pemalu, pemarah, dan
pengecut.
3) Bakat pembawaan
Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu
tanpa harus begantung pada intensitas latihan mengenai hal
tersebut.
4) Intelegensi
Intelegensi adalah kemampuan seseorang untuk berpikir
abstrak. Individu intelegen merupakan individu yang mampu
mengambil keputusan secara tepat dan mudah serta bertindak
dengan tepat.
b. Faktor eksternal
1) Lingkungan
Menyangkut segala sesuatu yang ada di dalam individu baik
fisik, biologis, maupun sosial.
13

2) Pendidikan
Mencakup semua proses kehidupan individu sejak anak-
anak sampai dewasa yang berupa interaksi individu dengan
lingkungannya baik secara formal maupun informal.
3) Agama
Sebagai keyakinan hidup,agama akan masuk ke dalam
kepribadian seseorang.
4) Sosial ekonomi
Lingkungan sosial (budaya dan ekonomi) merupakan
lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.
5) Kebudayaan
Kebudayaan meliputi kesenian, adat istiadat atau peradaban
manusia yang akan mempengaruhi perilaku manusia itu sendiri.
4. Pengertian perilaku merokok
Merokok merupakan istilah yang digunakan untuk aktivitas
menghisap rokok atau tembakau dalam berbagai cara. Merokok itu
sendiri ditujukan untuk perbuatan menyalakan api pada rokok sigaret
atau cerutu, atau tembakau dalam pipa rokok yang kemudian dihisap
untuk mendapatkan efek dari zat yang ada dalam rokok tersebut (Basyir,
dalam Munthe 2016).
Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fenomena
yang muncul dalam masyarakat dimana sebagian besar masyarakat
sudah mengetahui dampak negatif merokok namun bersikeras
menghalalkan tindakan merokok. Dari beberapa pendapat peneliti
menarik kesimpulan bahwa perilaku merokok adalah suatu aktivitas
menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar.
5. Jenis perokok
Menurut Dariyo (dikutip di Pranata 2019), jenis perokok dibagi
menjadi dua yaitu:
14

a. Perokok pasif
Perokok pasif adalah individu yang tidak memiliki kebiasaan
merokok namun terpaksa harus terpapar asap rokok yang
dihembuskan orang lain yang berada didekatnya. Dalam keseharian
mereka tidak berniat dan tidak mempunyai kebiasaan merokok.
b. Perokok aktif
Perokok aktif adalah individu yang benar benar memiliki
kebiasaan merokok dan sudah menjadi bagian dari hidupnya
sehingga rasanya tak enak bila tidak merokok.
6. Aspek-aspek perilaku merokok
Menurut Windira (2016) terdapat tiga dimensi perilaku yang dapat
diukur anatar lain:
a. Frekuensi
Frekuensi merupakan suatu dimensi yang menghitung
seberapa sering seseorang melakukan perilaku dalam satu waktu.
b. Intensitas
Intensitas merupakan suatu dimensi yang digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak seseorang menghisap jumlah batang
rokok yang dihisap setiap harinya.
Menurut Azwar (2015), pada data normal pembagian skor perilaku
merokok menjadi 3 kategori dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut:
1) Perilaku merokok tinggi jika x ≥43
2) Perilaku merokok sedang jika; 18 ≤ x < 43
3) Perilaku merokok rendah jika x < 18
7. Tahap perkembangan perilaku merokok
Menurut Leventhal dan Cleary (1980 dalam Rahmati 2021)
mengatakan terdapat empat tahap perkembangan seseorang untuk
menjadi perokok yaitu:
15

a. Tahap persiapan
Tahap ini berlangsung saat seorang individu belum pernah
merokok. Ditahap ini terjadi pembentukuan opini pada individu
terhadap perilaku merokok, hal ini disebabkan adanya pengaruh
perkembangan sikap mengenai rokok yang diperoleh dari observasi
terhadap orang tua atau orang lain seperti kerabat ataupun lewat
berbagai media massa. Pembentukan opini dan sikap terhadap rokok
ini merupakan awal dari suatu kebiasaan merokok.
b. Tahap inisiai
Tahap inisiasi merupakan tahapan yang kritis pada seorang
individu. Tahap ini merupakan tahap coba-coba dimana individu
beranggapan bahwa merokok menjadikan individu akan terlihat
dewasa sehingga individu akan memulai mencoba merokok dengan
1-2 batang saja. Hal ini menyebabkan kemungkinan individu tidak
akan menjadi perokok akan tetapi, apabila individu mencoba
merokok 10 batang atau lebih dalam sehari maka individu memiliki
kemungkinan untuk menjadi seorang perokok sebesar 80%.
c. Tahap menjadi perokok
Tahap ini individu mulai memberikan label pada dirinya
sebagai perokok dan individu mulai mengalami ketergantungan
dengan rokok. Hal ini menyebabkan biasanya dibutuhkan waktu
selama satu tahun bagi individu untuk menjadi perokok regular.
Pada tahap ke-tiga ini merupakan tahap pembentukan konsep dan
belajar tentang kapan dan bagaimana berperilaku merokok serta
menyatakan peran perokok bagi konsep dirinya. Pada umumnya
perokok percaya bahwa berbahaya bagi kesehatan orang lain
terutama orang tua tetapi bukan bagi dirinya.
d. Tahap tetap menjadi perokok
Tahap ini faktor psikologi dan mekanisme biologis di
gabungkan menjadi suatu pola perilaku merokok. Faktor - faktor
psikologis seperti kebiasaan, kecanduan, penurunan kecemasan dan
16

ketegangan, relaksasi yang menyenangkan, cara bertemu dan


memperoleh perhatian paling banyak dalam mempertahankan
perilaku merokok yaitu, efek penguat nikotin dan level nikotin yang
dibutuhkan dalam aliran darah.
8. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
Menurut Anam, Sakhatmo, & Hartanto (2019) perilaku merokok
pada remaja disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
a. Lingkungan tempat tinggal
Lingkungan yang paling dekat dan berperan besar adalah
keluarga hal ini dikarenakan didalam keluarga sangat berpengaruh
terhadap pembentukan perilaku baik anak-anak maupun remaja.
Salah satu penyebab remaja menjadi perokok yaitu berasal dari
keluarga atau rumah tangga yang tidak bahagia dimana orang tua
tidak terlalu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik maupun psikis yang keras. Remaja akan menjadi
perokok dengan mencontoh orang tuanya yang tentunya juga
sebagai perokok.
b. Teman sebaya
Masa remaja identik dengan masa pencarian jati diri. Remaja
akan mengaktualisasikan dirinya dengan mencari teman, kelompok,
atau organisasi-organisasi yang sesuai dengan minat bakatnya.
Pergaulan yang buruk akan cepat menular dalam kelompok. Jika
satu teman dalam pergaulan ada yang merokok maka teman yang
lain akan merokok.
c. Faktor iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gamabaran dan video bahwa merokok adalah
lambang kejantanan atau glomur yang membuat remaja seringkali
terpengaruh untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan,
terutama pada remaja laki-laki.
17

d. Faktor psikologis
Merokok dapat memberikan efek untuk merelaksasi atau
ketenangan, meningkatakan konsentrasi serta mengurangi
kecemasan hal ini karena adanya kebutuhan untuk mengatasi diri
sendiri dengan mudah dan efektif.
9. Dampak merokok
Bahaya merokok pada remaja terutama pada fisiknya yang mana
pada dasarnya rokok merupakan pabrik bahan kimia berbahaya. Asap
rokok akan masuk ke rongga mulut sehingga masuk ke organ
pernapasan perokok aktif. Pada perokok pasif juga paparan asap rokok
sangat berbahaya karena dapat masuk ke organ pernafasan melalui
hidung saat bernafas. Hal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan
baik bagi perokok aktif dan perokok pasif (Tristanti, 2016). Adapun
bahaya merokok antara lain:
a. Stroke
Penyumbatan pembuluh darah yang bersifat mendadak
penyebabnya sangat berkaitan dengan merokok. Kematian akibat
stroke lebih banyak ditemui dengan status memiliki kebiasaan
merokok di bandingkan bukan perokok. Hal ini dapat terjadi karena
zat pada rokok dapat menyebabkan hipertensi yang memicu
pecahnya pembuluh darah.
b. Penyakit jantung koroner
Resiko terjadinya penyakit jantung koroner (PJK) meningkat
2-4 kali di bandingkan bukan perokok. Hal ini juga disebabkan
karena pertambahan usia dan jumlah rokok yang dihisap.
c. Bagi ibu perokok
Bagi ibu atau wanita yang merokok dapat menyebabkan
gangguan kesehatan baik pada diri sendiri maupun janin jika sedang
mengandung. Masalah yang dapat terjadi seperti berat badan bayi
lahir rendah (BBLR), peningkatan kolesterol darah, perkembangan
18

fisik dan mental pada anak terlambat, abortus spontan, dan bayi lahir
premature.
d. Napas berbau dan gigi kuning
Hal ini diakibatkan oleh zat kimia yang terhisap ke rongga
mulut sehingga menyebabkan bau mulut dan gigi menjadi kuning.
C. Konsep Remaja
1. Definisi remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau
tumbuh menjadi dewasa. Secara psikologis masa remaja merupakan
masa yang mana seseorang atau individu berperan dengan masyarakat
dewasa karena pada masa ini anak sudah tidak dalam tingkatan yang
sama salah satunya mengenai hak dari anak tersebut (Hurlock, 2012).
Remaja adalah suatu periode peralihan atau transisi antara masa
kanak-kanak ke masa dewasa atau masa usia belasan tahun atau jika
seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur,
mudah terangsang perasannya, dan perubahan fisik maupun psikis.
Perubahan fisik dapat dilihat dari perkembangan dan perubahan bentuk
tubuhnya sedangkan perubahan psikis terlihat pada sikap dan
perilakunya. Hal ini erat kaitannya dengan perubahan dari lingkungan
sosial baik orang tua maupun lingkungan sekolah (Sarwono, 2018).
Dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa transisi dari
anak-anak menuju dewasa yang mana akan mengalami perubahan-
perubahan dalam maupun luar yang menyebabkan masa remaja tidak
sama lagi dengan masa naak-anak. Perubahan yang dapat terjadi
perubahan penampilan maupun perilaku yang dapat menunjang
kehidupan dari remaja.
2. Tahap-tahap perkembangan remaja
Menurut Kartono (dikutip di Ahyani & Astuti 2018) tahap
perkembangan remaja dibagi tiga yaitu:
19

a. Remaja awal (12-15 Tahun)


Pada masa ini remaja mengalami perubahan jasmani yang
sangat pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif
sehingga minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini
remaja tidak mau dianggap kanak-kanak lagi namun sebelum bisa
meninggalkan pola kekanak - kanakannya. Selain itu, pada masa ini
remaja sering merasa sunyi, ragu-ragu, tidak stabil, tidak puas dan
merasa kecewa.
b. Remaja pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan
tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan
kepribadian. Rasa Percaya diri pada remaja menimbulkan
kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap
tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja
menemukan diri sendiri atau jati dirnya dan remaja mulai
bereksperimen dengan melakukan perilaku merokok, minum
alkohol, dan penyalagunaan NAPZA. Orang tua akan cemas
terhadap risiko ini sehingga orang tua cenderung membatasi dan
menetapkan aturan yang berlaku.
c. Remaja akhir (18-21 tahun)
Pada masa ini remaja sudah mantap dan stabil. Remaja sudah
mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang
digariskan sendiri dengan keberanian. Remaja mulai memahami
arah hidupnya dan menyadari tujuan hidupnya. Remaja sudah
mempunyai pendirian tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang
baru ditemukannya.
3. Ciri-ciri masa remaja
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama masa
kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yeng
membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-
ciri masa remaja antara lain (Ahyani & Astuti 2018):
20

a. Masa remaja sebagai periode yang penting


Semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting,
namun tingkat kepentingannya berbeda-beda. Terdapat beberapa
periode yang lebih penting daripada beberapa periode lainnya hal ini
akibat langsung dari sikap dan perilaku remaja. Mengingat
perkembangan fisik dan mental yang cepat terutama pada awal masa
remaja semua perkembangan tersebut menimbulkan perlunya
penyesuaian mental dan perlunya pembentukan sikap, nilai, dan
minat yang baru.
b. Masa remaja sebagai periode peralihan
Peralihan merupakan sebuah peralihan dari satu tahap
perkembangan ke tahap berikutnya. Bila anak-anak beralih dari
masa kanak-kanak ke masa dewasa otomatis anak-anak harus
meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan. Hal
ini berarti remaja harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru
untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa
remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ketika perubahan
fisik terjadi sangat pesat maka akan terjadi perubahan perilaku yang
sangat pesat juga begitu pula sebaliknya. Perubahan yang
mempengaruhi yaitu perubahan emosi, perubahan tubuh, peran, dan
minat yang diharapkan oleh kelompok sosial.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Penyesuaian diri adalah jauh lebih penting bagi anak di
bandingkan individualitas. Dapat di lihat dari perilaku, cara
berpakaian, cara berbicara remaja ingin lebih cepat mengikuti
kelompoknya. Pada tahun awal masa remaja penyesuaian diri
dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki maupun
perempuan.seiring berjalannya waktu mereka akan mendambakan
identitas baru dan tidak puas lagi jika sama dengan teman-temannya.
21

Identitas diri yang dicari oleh remaja berupa usaha untuk


menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Masalah pada usia remaja sering menjadi masalah yang sulit
diatasi baik laki-laki maupun perempuan. Ketidakmampuan remaja
untuk mengatasi masalahnya sendiri, banyak remaja akhirnya
menemukan bahwa penyelesaian masalah tidak selalu dengan
harapan. Banyak kegagalan yang seringkali disertai akibat yang
tragis, bukan karena ketidakmampuan individu tetapi karena
kenyataan bahwa pada saat semua tenaganya telah habis untuk
mencoba mengatasi masalah.
f. Masa remaja sebagai masa menimbulkan ketakutan
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak
yang tidak rapih, tidak dapat dipercaya, dan cenderung berprilaku
merusak. Hal ini menyebabkan orang dewasa harus membimbing
dan mengawasi kehidupan remaja karena takut tidak bertanggung
jawab dan tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.
g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja melihat dirinya dan orang lain sebagaimana yang
ingnkan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita.
Cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi diri sendiri tetapi
juga bagi teman dan keluarganya. Hal ini menyebabkan
meningginya emosi yang menjadi ciri awal dari masa remaja.
Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain
mengecewakannya atau jika ia tidak berhasil dalam mencapai
tujuan.
h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah,
remaja menjadi gelisah uuntuk meninggalkan stereotip belasan
tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir
dewasa. Berpakaian seperti orang dewasa tidak cukup oleh karena
22

itu, remaja mulai memutuskan diri pada perilaku yang dilakukan


oleh orang dewasa seperti merokok, minuman beralkohol,
menggunakan obat terlarang, dan melakukan hubungan seksual.
4. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja
Menurut Saputro Khamim (2017) masalah yang terjadi pada remaja
antara lain:
a. Perilaku merokok, minum alkohol, dan penggunaan obat terlarang
masih menjadi masalah remaja di Indonesia. Masalah ini diketahui
memilki kaitan erat dengan kejahatan, pengangguran, kesehatan,
masalah ekonomi, dan hubungan sosial.
b. Konsumsi makanan (Status Gizi)
Sebagaian besar jajanan usia remaja tidak memenuhi syarat gizi.
Kualitas makanan atau jajanan yang tidak memenuhi standar gizi
dapat menyebabakan berbagai penyakit seperti kanker dan penyakit
degenerative lainnya. Masalah mengenai gizi pada remaja yaitu gizi
kurang dan obesitas pada remaja
c. Kesehatan reproduksi
Dalam kesehatan reproduksi remaja dapat dipengaruhi akibat dari
pengetahuan diri sendiri maupun orang tua, guru sekolah yang
kurang mengenai perkembangan reproduksi remaja, perubahan
psikologis dan emosional remaja, penyakit menular seksual, dan
abortus.
d. Gangguan kesehatan jiwa
Gangguan kesehatan jiwa yang dapat terjadi pada remaja adalah
gagap, neurosis fungsional, gangguan tidur, gangguan tingkah laku
agresif tidak berkelompok, kecemasan, retradasi mental, dan lainnya
yang dapat timbul.
D. Penelitian Terkait
Adapun penelitian-penelitian terkait dalam penelitian ini yaitu:
1. Berdasarkan penelitian Daryanti (2018) yang berjudul Faktor individu
yang berhubungan dengan perilaku merokok pada remaja laki-laki di
23

Kampung Gunung Kondang Kecematan Mangkubumi Kota


Tasikmalaya. Desain penelitian menggunakan penelitian kuantitatif
dengan metode analatik korelasional. Penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya pada bulan Oktober-
Novemeber 2018. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
individu yang berhubungan dengan perilaku merokok. Responden
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa laki-laki yang berjumlah 95
dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan jumlah
sampelnya yaitu 49 orang. Hasil uji menggunakan uji statistik Chi
Square diperoleh nilai p sebesar 0,02 lebih kecil dari α (0,02 < 0,05)
didapatkan hasil terdapat hubungan tingkat kecemasan terhadap
perilaku merokok.
2. Penelitian yang dilakukan Amyuriani (2014) yang berjudul Faktor-
faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok pada Siswa SLTP.
Jenis penelitian ini berisfat deskritif korelasi dengan desain
Crosestional. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 110 dengan
menggunakan teknik pengambilan sampling adalah total sampling
responden. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3-8 Februari 2014.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
behubungan dengan perilaku merokok. Hasil uji statisik diperoleh nilai
p = 0,000 < α 0,05. Didapatkan hasil bahwa ada hubungan anatar faktor
fsikologis dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki SLTP N 3 X
Koto Kabupaten Tanah Datar.
3. Berdasarkan penelitian Husna & Rauzatul Jannah (2019) yang berjudul
kecemasan dan perilaku merokok pada remaja. Desain penelitian ini
bersifat deksritif korelatif dengan pendekatan cross sectional study.
Penelitian ini dilakukan di SMA Aceh Besar dengan jumlah responden
88 orang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menegtahui hubungan
faktor kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja di sekolah
menengah di Aceh Besar. Hasil uji menggunakan uji statistik Chi Square
didapatkan hasil p = 0,000 < α 0,05 sehingga terdapat hubungan
24

kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja di sekolah hal ini


menunjukkan remaja yang mengalami kecemasan lebih berisiko
berperilaku merokok dibandingkan remaja yang tidak mengalami
kecemaan.
4. Berdasarkan penelitian Budi Artini (2019) yang berjudul faktor
dominan yang mempenegaruhi perilaku merokok Mahasiswa D3
Keperawatan. Desain dalam penelitian ini adalah deskritif. Populasi
dalam penelitian adalah seluruh Mahasiswa D3 Keperawatan berjumlah
24 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling.
Tujuan dari penelitian untuk mengindentifikasi faktor dominan yang
memepengaruhi perilaku merokok. Populasi dalam penelitaian ini
seluruh mahasiswa D3 keperawatan yang berjumlah 24 orang.
Didaptakan hasil bahwa faktor psikologis berpengaruh terhadap
perilaku merokok sebanyak 18 orang (75%) hal ini dikarenakan adanya
kebutuhan untuk mengatasi diri sendiri secara mudah dan efektif.
5. Berdasarkan penelitian Mohammad Ali (2014) yang berjudul
Pengetahuan, Sikap, dan Faktor Psikologis berhubungan dengan
perilaku merokok pada pegawai Poltekes Kemenkes Jakarta III. Desain
penelitian ini adalah kuantitatif dengan cross sectional. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Maret-April 2014 sebanyak 132 responden.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan, sikap, dan faktor psikologis dengan perilaku merokok.
Hasil dari penelitian ini adalah faktor psikologis berhubungan dengan
perilaku merokok karena p = 0,00045 < α 0,05 dimana ada hubungan
anatar faktor fsikologis dengan perilaku merokok.
6. Berdasarkan penelitian Ayunin et al., (2017) yang berjudul hubungan
antara gangguan kecemasan dan perilaku merokok remaja pada siswa
du SMK Negeri 1 Denpasar. Desain penelitian ini adalah analitik dengan
studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1
Denpasar dengan jumlah responden 158 dengan teknik purposive
sampling dan dilakukan penelitian tahun 2015. Hasil analisa korelasi
25

menggunakan metode uji korelasi non parametrik spearmon’rho


didapatkan hasil bahwa ada hubungan gangguan kecemasan dengan
perilaku merokok.
7. Berdasarkan penelitian Purba, dkk (2017) yang berjudul hubungan
tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada Mahasiswa Falkultas
Hukum Kelas Reguler Universiitas HKBP Nommensen Medan. Desain
penelitian menggunakan penelitian analatik dengan dengan studi cross
sectional. Penelitian ini dilakukan di Mahasiswa Falkultas Hukum
Kelas Reguler Universiitas HKBP Nommensen Medan dengan jumlah
responden 25 dengan teknik purposive sampling dan dilakukan
penelitian tahun 2017. Hasil analisa korelasi menggunakan metode uji
Gamma didapatkan hasil bahwa tingkat kecemasan tidak mempengaruhi
perilaku merokok.

Sesuai uraian diatas maka semua penelitian dilakukan sebelum


tahun 2021 sehingga peneliti yang akan peneliti lakukan ditahun 2022.
Ini akan mampu memberikan data terbaru tentang hubungan antara
tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja di SMA
Negeri 1 Semarapura. Selain itu, penelitian ini akan dilaksanakan di
Provinsi Bali karena sebagai besar peneliti sebelumnya dilaksanakan
diluar Provinsi Bali. Hal ini tentunya dapat memberikan informasi pada
masyarakat (remaja) khususnya di Bali menganai tingkat kecemasan
dengan perilaku merokok pada remaja. Jumlah responden dalam
penelitian ini yaitu 223 responden, dimana penelitian yang dilakukan
oleh penelitian sebelumnya dengan jumlah sampel yaitu pada penelitian
pertama 49 responden, pada penelitian kedua 110 responden, pada
penelitian ketiga 88 responden, pada penelitian keempat 24 responden,
pada penelitian kelima 132 responden, pada penelitian keenam 158, dan
pada penelitian ketujuh 25 responden.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, DAN VARIABEL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang kerangka konsep, hipotesis, variabel
penelitian, dan definisi operasional.
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep (Conceptual framework) adalah model
pendahuluan dari sebuah masalah penelitian dan merupakan refleksi dari
hubungan variabel yang diteliti. Kerangka konsep dibuat berdasarkan
literatur dan teori yang sudah ada (Swarjana, 2015). Adapun kerangka
konsep dalam penelitian sebagai berikut:

Tingkat Kecemasan: Perilaku Merokok Pada


a. Kecemasan ringan Remaja:
b. Kecemasan sedang a. Perilaku merokok tinggi
c. Kecemasan berat b. Perilaku merokok sedang
d. Panik c. Perilaku merokok rendah

Faktor-faktor kecemasan: Faktor – faktor perilaku


a. Faktor presdisposisi merokok:
b. Faktor presipita a. Lingkungan tempat
tinggal
b. Teman sebaya
c. Faktor iklan
d. Faktor psikologis

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Antara Tingkat


Kecemasan dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di SMA
Negeri 1 Semarapura.
Keterangan:
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Garis penghubung

26
27

Penjelasan:
Dalam kerangka konsep diatas dijelaskan bahwa tingkat kecemasan
dan perilaku merokok merupakan variabel yang diteliti. Perilaku merokok
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, lingkungan tempat tinggal, teman
sebaya, faktor iklan, dan faktor psikologis. Faktor psikologis menjadi faktor
utama penyebab remaja merokok karena tingkat kecemasan yang dialami
remaja cukup tinggi. Tingkat kecemasan adalah suatu kondisi emosi
seseorang dengan timbulnya perasaan kurang nyaman dan dapat
mempengaruhi aktivitas seseorang yang dapat menyebabkan perubahan
status kesehatan. Tingkat kecemasan diklasifikasikan menjadi kecemasan
ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik. Dari klasifikasi
tersebut terdapat beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kecemasan
yaitu faktor presdisposisi dan faktor presipitasi.
B. Hipotesis
Menurut Swarjana (2015) hipotesis merupakan jawaban sementara
dari rumusan masalah yang kebenarannya memerlukan analisis statistic.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah alternative hypothesis (Ha) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingakat kecemasan dengan
perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan sebuah konsep yang dapat
dioperasionalkan. Hal terpenting dari sebuah variabel adalah
measurable. Jika variabel tidak dapat diukur maka akan menyulitkan
pada tahap analisa secara statistik (Swarjana (2015). Variabel dalam
penelitian ini adalah:
a. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel Independen yaitu variabel yang menyebakan
adanya suatu perubahan terhadap variabel lain. Akibat perubahan
yang ditimbulkan, maka variabel ini disebut variabel Independent
28

atau variabel bebas (Swarjana, 2015). Variabel Independent dalam


penelitian ini adalah tingkat kecemasan.
b. Variabel Dependen (varibel terikat)
Variabel Dependent atau varibel terikat dikenal sebagai
akibat (effect), atau variabel yang dapat berubah akibat variabel yang
lainnya (Swarjana, 2015). Variabel Dependent dalam penelitian ini
adalah perilaku merokok.
2. Definisi operasional
Definisi operasional variabel adalah teori pada variabel yang bersifat
operasional agar variabel tersebut dapat diukur atau bahkan dapat diuji
baik oleh peneliti maupun peneliti lain. Pada umumnya definisi dibuat
secara naratif namun ada juga yang membuat dalam bentuk tabel yang
terdiri dari beberapa kolom (Swarjana, 2015).

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel


N Variabel Definisi Cara dan Alat Hasil Skala
o Operasional Pengumpulan Pengukuran
Data
1 Variabel Tingkat Cara Penentuan Interval
Independent: kecemasan penumpulan derajat
Tingkat adalah suatu data : kecemasan
Kecemasan kondisi emosi Pengumpulan dengan cara
seseorang data dilakukan menjumlahkan
dengan dengan cara Skor 1-14
timbulnya membagikan dengan hasil:
perasaan kuesioner a. Skor kurang
kurang dimana terdiri dari 14 =
nyaman dan dari 14 tidak ada
dapat pernyataan kecemasan
mempengaru tentang b. Skor 14-20 =
hi aktivitas kecemasan dan kecemasan
yang ditandai akan dinilai ringan
dengan menggunakan c. Skor 21-27 =
perubahan kuesioner HAM- kecemsan
pada aspek A (The sedang
fisik dan Hamiltom d. Skor 28-41=
perubahan Anxiety Rating kecemsan
aspek psikis Scale) untuk berat
pada remaja. menenntukan
29

tingkat e. Skor 42-56=


kecemasan kecemasan
Remaja. berat sekali
Kuesioner (Chrisnawati,
menggunakan 2019)
likert scale. Cara
Penilaian
kecemasan
adalah dengan
memberikan
nilai dengan
kategori:
a. 0= tidak ada
(tidak ada
gejala sama
sekali)
b. 1= ringan
(satu gejala
yang ada)
c. 2= sedang
(separuh
gejala yang
ada)
d. 3= berat
(lebih dari
separuh
gejala yang
ada)
e. 4= sangat
berat (semua
gejala yang
ada)

2 Variabel Perilaku Cara Dikategorikan Interval


Dependent: merokok Pengumpulan menjadi tiga
Perilaku adalah suatu data: kategori,
Merokok kegiatan yang Pengumpulan yaitu:
merubah data dilakukan a. 0: jika x
nikotin dengan cara ≥43 =
menjadi asap membagikan perilaku
dan dihirup kuesioner merokok
oleh dimana terdiri tinggi
penggunanya dari 18 b. 1 : jika ; 21
dan orang pernyataan ≤ x < 43=
yang ada menggunakan perilaku
disekitarnya kuesioner likert
30

yang scale tentang merokok


berkaitan perilaku sedang
dengan merokok dengan c. 2 : jika x <
intesitas menggunakan 21 =
merokok, penilaian: perilaku
tujuan a. Selalu (3: merokok
merokok, dan pernyatan rendah
frekuensi sudah (Azwar, 2015)
merokok. menjadi
kebiasaan
sehari-hari)
b. Sering (2:
pernyataan
lebih
banyak
dilakukan
daripada
diabaikan)
c. Kadang-
kadang (1:
pernyataan
lebih
banyak
diabaikan
daripada
dilakukan)
d. Tidak
pernah (0:
pernyataan
tidak pernah
dilakukan)
BAB IV
METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini diuraikan mengenai desain penelitian, tempat, waktu


penelitian, sampel, sampling, pengumpulan data, analisa data, dan etika penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian menggambarkan kerangka kerja untuk
mengumpulkan data dan analisa data untuk mencapai tujuan penelitian yang
telah ditetapkan dan sebagai panutan dalam proses penelitian (Swarjana,
2015). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik
korelatif. Penelitian analitik korelatif adalah penelitian yang
menghubungkan variabel bebas dengan variabel terikat, selanjutnya diuji
secara statistic (uji hipotesis) atau dikenal dengan uji korelasi yang
menghasilkan koefisien korelasi (Swarjana, 2015).
Jenis model pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang
mendesain pengumpulan yang dilakukan pada satu titik waktu (at one the
point) dimana fenomena yang diteliti selama satu periode pengumpulan data
(Swarjana, 2015).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Pengambilan data dilakukan di Kabupaten Klungkung karena
menurut data Riskesdas Provinsi Bali tahun 2018 Kabupaten Klungkung
memiliki persentase perokok tertinggi di Bali, lebih spesifiknya
penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Semarapura dimana
jumlah siswa laki-laki terbanyak di Kabupaten Klungkung.
2. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Maret s/d April 2022.
Keseluruhan proses penelitian akan terlampir pada POA.

31
32

C. Populasi, Sampel, dan Sampling


1. Populasi
Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena
yang secara potensial dapat sebagai bagian dari penelitian (Mazhindu
and Scoot, 2005 dalam Swarjana 2015). Populasi adalah target dimana
peneliti menghasilkan hasil penelitian (Shi, 2008 dalam Swarjana,
2015).
Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa laki-laki kelas X,
XI, dan XII di SMA Negeri 1 Semarapura yang berjumlah 533 siswa.
2. Sampel
Sampel merupakan kumpulan individu-individu atau objek-objek
yang didapat diukur untuk mewakili populasi. Dalam penelitian sampel
yang diambil hendaknya sampel yang dapat mewakali populasi
(Mazhindu & Soctt, 2005 dikutip di Swarjana, 2015).
a. Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus Daniel dan Terrel dalam Nursalam (2015):
n= N.z2.p.q
d2 (N-1) + z2.p.q
Keterangan
n = perkiraan besar sampel
N = perkiraan besar populasi
z = nilai standar normal untuk α = 0,05 (1,96)
P = perkiraan proporsi, jika tidak diketahui dianggap 50%
Q = 1 – p (100% - p)
d = tingkat kesalahan yang dipilih (d = 0,05%)

n= N.z2.p.q
d2 (N-1) + z2.p.q
n= 533. (1,96)2 . 0,5. 0,5
0,052 (533-1) + (1,96)2. 0,5. 0,5
33

n= 533. 3,8416. 0,25


0,0025 (532) + (3,8416). 0,25

n= 511,8932
1,33 + 0,9664

n= 511,8932
2,2964
n= 223 responden
b. Kriteria sampel
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk
mengurangi bias hasil penelitian, khusunya jika terdapat variabel -
variabel kontrol ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel
yang diteliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: kriteria inklusi dan kriteria ekslusi (Nursalam, 2015).
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakterristik umum subjek penelitian
dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2015). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu:
a. Siswa laki-laki kelas X, XI, dan XII SMA Negeri 1
Semarapura
b. Siswa yang bersedia menjadi responden dan
menandatangani imformed consent.
2) Kriteria ekslusi
Kriteria ekslusi adalah menghilngkan atau mengeluarkan
objek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai
penyebab (Nursalam, 2015). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini
yaitu:
a. Siswa yang meninggalkan grup whatsapp sebelum penelitian
selasai.
34

b. Siswa yang sedang sakit sehingga tidak memungkinkan


untuk menjadi responden.
3. Sampling
Sampling merupakan proses dalam pemilihan unit yang diobservasi
dari seluruh populasi yang akan diteliti sehingga kelompok yang
diobservasi dapat digunakan untuk membuat kesimpulan atau membuat
inferensi tentang populasi (Babbie 2006 dan Henry 1990 dalam
Swarjana 2015). Tujuan dari sampling adalah untuk melakukan
generalisir terhadap keseluruhan populasi penelitian (Shi, 2008 dalam
Swarjana 2015). Dalam penelitian ini menggunakan Probability
sampling, yang memiliki prinsip bahwa setiap subjek dalam populasi
mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai
sampel. Dalam penelitian ini menggunakan metode cluster sampling.
Metode cluster sampling ini dilakukan bila penelitian melibatkan
populasi kelompok atau group. Penelitian ini cukup melakukan random
pada seluruh cluster (Swarjana, 2015). Jumlah sampel yang diperlukan
adalah 223 responden.
Tabel 4.1 Jumlah sampel yang diperlukan dengan Metode cluster
sampling.
No Kelas Sampel
1. X MIPA 2 16
2 X MIPA 3 18
3 X IPS 2 24
4 X IPB 20
5 XI MIPA 3 15
6 XI MIPA 5 19
7 XI IPS 2 14
8 XI IPB 19
9 XII MIPA 2 17
10 XII MIPA 5 16
11 XII IPS 1 23
12 XII IPB 22
Total 223
35

Dari 30 kelas yang ada di SMA Negeri 1 Semarapura, maka


pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling yaitu
dengan cara diundi, dari hasil hasil undian yang dilakukan oleh peneliti,
kelas yang akan menjadi responden yaitu kelas X MIPA 2, X MIPA 3,
X IPS 2, X IPB, XI MIPA 3, XI MIPA 5, XI IPS 2, XI IPB, XII MIPA
2, XII MIPA 5 dan XII IPS 1, dan XII IPB dengan jumlah 223 sampel.
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode pengumpulan data
Dalam sebuah penelitian tentu membutuhkan data yang akurat,
karena data yang didapatkan akan mempengaruhi hasil dari penelitian
tersebut. Maka diperlukan alat pengumpulan data (instrument
penelitian) yang bersifat valid dan juga reliable. Setelah menentukan
instrument penelitian, pemilihan metode pengumpulan data juga harus
sesuai dengan data yang dikumpulkan (Swarjana, 2015). Metode
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan self-completed
questionnaire, yaitu metode pengumpulan data yang mana responden
mengisi sendiri kuesioner yang diberikan (Gerrish & Lacey, 2010 dalam
Swarjana 2015). Kuesioner dalam penelitian ini dibuat dengan media
google form dan dibagikan kepada responden melalui aplikasi
WhatsApp.
2. Alat pengumpulan data
a. Data demografi responden
Kuesioner berisi identitas responden yaitu: nama, umur, dan
kelas.
b. Kuesioner (questionnaires)
Kuesioner adalah sebuah form yang berisikan beberapa
pertanyaan yang telah ditentukan dan dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi dari orang-orang sebagai bagian dari
survei. Kuesioner diperlukan untuk mengetahui tingkat kecemasan
dengan perilaku merokok. Pertanyaan di dalam kuesioner
merupakan pertanyaan bersifat tertutup (closed ended items/
36

restricted items) (Swarjana, 2015). Selanjutnya peneliti menjelaskan


lebih rinci tentang masing-masing kuesioner yaitu :
1) Kuisioner tingkat kecemasan
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
tingkat kecemasan The Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A)
yang berisi 14 pertanyaan dengan menggunakan likert scale
dengan pilihan jawaban tidak ada gejala sama sekali diberi skor
0, ringan ( satu gejala yang ada) diberi skor 1, sedang ( separuh
gejala yang ada) diberi skor 2, berat (lebih dari separuh gejala
yang ada) diberi skor 3, dan sangat berat (semua gejala yang ada)
diberi skor 4. Dengan menjumlahkan Skor 1-14 dengan hasil
skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan, Skor 14-20 =
kecemasan ringan, Skor 21-27= kecemasan sedang, Skor 28-41=
kecemasan berat, Skor 42-56 kecemasan berat sekali
(Chrisnawati, 2019).
2) Kuesioner perilaku merokok
Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner
perilaku merokok yang berisi 18 pernyataan dengan
menggunakan likert scale dengan pilihan jawaban selalu
(pernyatan sudah menjadi kebiasaan sehari-hari) diberi skor 3,
sering (pernyataan lebih banyak dilakukan daripada diabaikan)
diberi skor 2, kadang- kadang (pernyataan lebih banyak
diabaikan daripada dilakukan) diberi skor 1, tidak pernah
(pernyataan tidak pernah dilakukan) diberi skor 0 dengan
kategori nilai 0: jika x ≥43 = perilaku merokok tinggi, 1: jika ;
18 ≤ x < 43= perilaku merokok sedang, dan 2: jika x < 18 =
perilaku merokok rendah (Azwar, 2015).
c. Uji validitas
Validitas adalah derajat yang mana instrument mengukur
apa yang seharusnya diukur, yang dapat dikatagorikan menjadi
logikal (face validity, content validity, criterion dan construct
37

validity (Thomas et al., 2010 dan Bordens and Abbott, 2002 dalam
Swarjana, 2015). Pada penelitian ini tidak melakukan uji validitas
karena pada penelitian ini menggunakan kuesioner baku yaitu
tingkat kecemasan dari peneliti Chrisnawati (2019) dengan
menggunakan pearson produk moment dengan 14 item valid (r) 0,5
dan 0,7. Pada kuesioner perilaku merokok dilakukan uji validitas
(face falidity). Uji face falidity ini dilakukan oleh dua orang dosen
yang expert yaitu Ns. I Nengah Adiana, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.
MB dan Ns. Ni Kadek Sutini, S. Kep., M. Kes. Selama uji validitas
peneliti mendapatkan masukan dan arahan terkait kuisioner yang
diajukan, seperti merubah atau mengganti beberapa kuisioner yang
memiliki arti sama. Apabila pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner
telah dianggap relevan (relevant) dan jelas (clear), maka kuisioner
tersebut dikatakan telah valid. Dosen pembimbing expert I dan II
menyatakan kuisioner telah memenuhi kriteria atau alat
pengumpulan data dalam lembar pernyataan face validity dengan
menanda tangani surat keterangan uji validitas dan dapat digunakan
sebagai instrument penelitian.
d. Reliabilitas
Reabilitas adalah kemampuan alat ukur untuk menghasilkan
hasil pengukuran yang sama ketika dilakukan pengukuran secara
berulang. Nilai cronbach’s alpha untuk penelitian dasar
direkomendasikan 0,7 atau 0,8 (Swarjana, 2015). Adapun nilai
cronbach’s alpha untuk kuisioner tingkat kecemasan adalah 0,756.
3. Teknik pengumpulan data
a. Tahap Persiapan
Hal – hal yang perlu dipersiapakan antara lain:
1) Peneliti sudah selesai menyusun proposal yang telah disetujui
oleh kedua pembimbing.
2) Peneliti telah melakukan uji validitas dengan menggunakan face
validity dimana peneliti memberikan unstrument peneliti kepada
38

dua orang dosen yang expert dalam bidang keperawatan medikal


bedah.
3) Peneliti telah mengurus izin Ethical Clearance di Komisi Etik
Penelitian (KEP) ITEKES BALI dilaksanakan dengan cara
menyiapakan berkas-berkas yang diperlukan dan mendaftar etik
di Dosen yang bertanggung jawab dalam etik penelitian.
4) Peneliti telah mendapatkan izin Ethical Clearance dengan
nomor surat 04.0295/KEPITEKES-BALI/III/2022 pada tanggal
16 Maret 2022.
5) Peneliti telah mengajukan permohonan izin yang ditandatangani
oleh Rektor ITEKES BALI kepada Kepala Badan Penanaman
Modal dan Perizinan Terpandu Satu Pintu dengan nomor surat
DL.02.02.1377.TU.III.2022 pada tanngal 14 Maret 2022
6) Peneliti telah menyerahkan surat izin penilitian ke Badan
Penananman Modal dan Pelayanan Satu Pintu Provinsi Bali.
7) Setelah surat izin dari Badan Penananman Modal dan Pelayanan
Satu Pintu Provinsi Bali keluar dengan nomor surat
B.30.070/1033.E/IZIn-C/DPMPTSP pada tanggal 22 Maret
2022.
8) Selajutnya peneliti mengajukan surat tersebut ke Dinas
Penanaman Modal Kabupaten Klungkung untuk selajutnya
mendapatkan izin penelitian di Klungkung.
9) Peneliti telah mendapatkan izin penelitian dari Dinas
Penanaman Modal Kabupaten Klungkung dengan nomor surat
503/046/RP DPMPTSP/2022 pada tanggal 25 Maret 2022.
Kemudian peneliti membawa surat tembusan tersebut
kebeberapa instansi seperti, Dinas Pendidikan Klungkung,
Kesbangpol Klungkung, Camat Klungkung, Kapolsek
Klungkung, Danramil Klungkung, dan Kepala SMA Negeri 1
Semarapura.
39

10) Peneliti telah menyiapkan link kuesioner lalu memulai penelitian


yang dilaksanakan secara online dengan cara menyebarkan link
tersebut melalui aplikasi Whatsapp.
b. Tahap pelaksanaan
Setelah izin diperoleh dilajutkan dengan tahap pelaksana anatara
lain:
1) Peneliti telah datang ke SMA Negeri 1 Semarapura untuk
memberikan surat tembusan izin melakukan penelitian.
Kemudian peneliti telah menghubungi Waka Kesiswaan untuk
meminta izin melakukan penelitian.
2) Setalah diberikan izin penelitian, peneliti telah memberikan link
Whatsapp Group kepada Waka kesiswaan yang disebarkan di
group wali kelas.
3) Setelah itu, wali kelas mengirimkan link Whatsapp Group
tersebut kepada anak didiknya agar masuk ke grup tersebut.
Setelah siswa masuk ke Whatsapp Group tersebut peneliti telah
menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada calon
responden untuk berpatisipasi dalam penelitian ini. Selain itu
juga, peneliti telah menjelaskan isi dari informed consent. Jika
calon responden bersedia untuk menjadi responden maka wajib
menandai pada bagian lembar informed consent sebagai bukti
persetujuan.
4) Setelah mendapat persetujuan bersedia untuk menjadi
responden, peneliti telah melakukan pengukuran antara tingkat
kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja dengan
mengirim link kuesioner melalui Whatsapp Group.
5) Peneliti memeriksa kelengkapan identitas dan jawaban yang
telah diisi oleh responden.
6) Peneliti mengucapkan terimakasih atas partisipasi dan
kerjasamanya sebagai responden.
7) Selajutnya peneliti telah melakukan pengolahan data.
40

E. Rencana Analisa Data


1. Teknik pengolahan data
Analisis data penelitian merupakan suatu tahap yang sangat penting
yang harus dikerjakan dan dilalui oleh seorang peneliti. Keakuratan data
dalam penelitian belum dapat menjamin keakuratan hasil penelitian
(Swarjana, 2015). Langkah - langkah metode pengolahan data dilakukan
sebagai berikut:
a. Editing
Tahap Editing merupakan tahapan pertama dalam pengolahan
data penelitian. Editing meruapakan proses memeriksa data yang
dikumpulkan melalui alat pengumpulan data yaitu instrument
penelitian (Swarjana, 2015). Dalam penelitian ini peneliti
memeriksa kembali lembar kuesioner online yang sudah diisi oleh
responden terkait tidak lengkapnya pengisian atau kekeliruan yang
dilakukan oleh responden saat pengisian kuesioner online.
b. Coding
Coding atau pemberian kode menjadi penting untuk
mempermudah tahap-tahap berikutnya terutama pada tabulasi data.
Pada penelitian ini peneliti telah memberikan kode pada:
1) Pada karakteristik umum responden:
a) Berdasarkan rentang umur: kode 1 untuk umur 15 tahun,
kode 2 untuk umur 16 tahun, kode 3 untuk umur 17 tahun,
dan kode 4 untuk umur 18 tahun.
b) Berdasarkan kelas: kode 1 untuk kelas X, kode 2 untuk
kelas XI, dan kode 3 untuk kelas XII.
2) Pada pertanyaan dalam kuesioner
Penelitian ini akan menggunakan 2 lembar kuesioner yaitu
kuesioner tingkat kecemasan dan kuesioner perilaku merokok
a) Pada kuesioner tingkat kecemasan menggunakan likert
scale yang berisikan 14 pernyataan dan diberi kode. Kode
0 untuk tidak ada, kode 1 untuk ringan, kode 2 untuk
41

sedang, kode 3 untuk berat, dan kode 4 untuk sangat berat.


Berdasarkan kategori kode 1 untuk tidak ada kecemasan
(skor < 14), kode 2 untuk kecemasan ringan (skor 14 – 20),
kode 3 untuk kecemasan sedang (skor 21- 27), kode 4 untuk
kecemasan berat (skor 28 – 41), dan kode 5 untuk
kecemasan berat sekali (skor 45– 56).
b) Pada kuesioner perilaku merokok menggunakan likert scale
yang berisikan 18 pernyataan dan diberi kode. Kode 0 untuk
jawaban tidak pernah, kode 1 untuk jawaban kadang-
kadang, kode 2 untuk jawaban sering, dan kode 3 untuk
jawaban selalu. Berdasarkan kategori: kode 1 untuk
perilaku merokok rendah ( x < 18), kode 2 untuk perilaku
merokok sedang (18 ≤ x < 43), dan kode 3 untuk perilaku
merokok tinggi ( x ≥ 43)
c. Entry data
Pada tahap ini jawaban dari masing-masing responden yang
dalam bentuk angka atau bilangan dimasukkan kemudian di
program atau software computer. Penelitian memasukkan data-data
yang telah lengkap kedalam tabel dengan Microsoft exel, kemudian
dianalisa pada program SPSS for windows. Untuk dilanjutkan
ketahap pengolahan data dalam penelitian ini data dimasukkan
seperti kode pada karakteristik responden, kode pada pertanyaan
kuesioner, hasil penjumlahan masing-masing sehingga dapat
dianalisis dengan bantuan SPSS for windows.
d. Tabulating
Data yang telah dientri dicocokan dan diperiksa kembali
dengan data yang didapat pada kuesioner. Bila ada perubahan dan
perbedaan hasil segera pengecekan ulang kembali tabulasi.
e. Cleaning data
Cleaning dilakukan untuk pengecekan kembali data yang
sudah dimasukan, apakah ada kesalahan sebelum dilakukan
42

pengolahan data. Sebelum melakukan pengolahan data, peneliti


memeriksa kembali data yang telah di entry apakah ada data yang
tidak tepat masuk dalam program komputer. Cleaning bertujuan
untuk menghindari missing data agar dapat dilakukan dengan
akurat. Jika tidak ada missing data maka akan dilanjutkan dengan
analisa data. Setelah dilakukannya cleaning dan tidak ditemukannya
missing data peneliti melanjutkan dengan analisis data.
2. Analisa data
Analisa data penelitian adalah salah satu tahap penelitian yang
sangat penting, data yang akurat memerlukan analisa data yang tepat
(Swarjana, 2015). Data yang dianalisis pada penelitian ini adalah tingkat
kecemasan terhadap perilaku merokok remaja. Analisa yang digunakan
pada penelitian ini adalah analisa univariat dan bivariat.
a. Analisa univariat
Analisa univariat merupakan data yang terkait dengan
pengukuran satu variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2015).
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Variabel
univariat dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan dengan
perilaku merokok pada remaja yang disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
1) Analisa tingkat kecemasan
Data variabel tingkat kecemasan menggunakan kuesioner
likert scale dengan jumlah 14 pernyataan dengan 5 pilihan
jawaban tidak ada gejala sama sekali diberi skor 0, ringan ( satu
gejala yang ada) diberi skor 1, sedang ( separuh gejala yang ada)
diberi skor 2, berat (lebih dari separuh gejala yang ada) diberi
skor 3, dan sangat berat (semua gejala yang ada) diberi skor 4.
Dengan menjumlahkan Skor 1-14 dengan hasil skor kurang dari
14 = tidak ada kecemasan, Skor 14-20 = kecemasan ringan, Skor
43

21-27= kecemasan sedang, Skor 28-41= kecemasan berat, Skor


42-52= kecemasan berat sekali (Chrisnawati, 2019).
2) Analisa perilaku merokok
Data variabel perilaku merokok menggunakan kuesioner
likert scale dengan jumlah 18 pernyataan dengan 4 pilihan
jawaban jawaban selalu (pernyatan sudah menjadi kebiasaan
sehari-hari) diberi skor 3, sering (pernyataan lebih banyak
dilakukan daripada diabaikan) diberi skor 2, kadang- kadang
(pernyataan lebih banyak diabaikan daripada dilakukan) diberi
skor 1, tidak pernah (pernyataan tidak pernah dilakukan) diberi
skor 0 dengan kategori nilai 0: jika x ≥43 = perilaku merokok
tinggi, 1: jika ; 18 ≤ x < 43= perilaku merokok sedang, dan 2:
jika x < 18 = perilaku merokok rendah (Azwar, 2015).
b. Analisis bivariat
Analisa bivariat merupakan analisa data yang terkait dengan
pengukuran dua variabel pada waktu tertentu (Swarjana, 2015).
Analisa bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja
di SMA Negeri 1 Semarapura. Dalam penelitian ini menggunakan
uji normalitas Kolmogorov-smirnov karena jumlah sampel yang
digunakan lebih dari 50 responden. Pada penelitian ini data tidak
berdistribusi normal (p-value < 0,000 yang berarti lebih kecil dari
0,05). Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini yakni
Spearman rho. Pedoman dalam melakukan penafsiran untuk
menjawab hipotesa penelitian adalah sebagai berikut: Pada
penelitian ini hasil analisa bivariat : analisa kolerasi pada penelitian
ini akan menganalisis tiga hal yaitu: signifikansi hubungan, arah
hubungan, dan kekuatan hubungan.
44

1) Nilai signifikansi hipotesis (Swarjana, 2016):


a) Jika nilai signifikansi (sig) <α (0,05), maka Ho ditolak dan
Ha diterima merupakan hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan atau hubungan diantara dua variabel.
b) Jika nilai signifikansi (sig) >α (0,05), maka Ho diterima dan
Ha ditolak merupakan hipotesis tidak adanya hubungan
antara perbedaan atau hubungan diantara variabel.
2) Arah korelasi (Sugiyono, 2017):
a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y juga akan mengalami kenaikan
atau sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka
variabel X juga akan mengalami kenaikan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y akan mengalami penurunan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka
variabel X akan mengalami penurunan.
3) Kekuatan korelasi (Sugiyono, 2017):
a) 0,00 – 0,199: korelasi memiliki hubungan sangat rendah.
b) 0,20 – 0,399: korelasi memiliki kekuataan rendah.
c) 0,40 – 0,599: korelasi memiliki kekuataan sedang.
d) 0,60 – 0,799: korelasi memiliki kekuataan kuat.
e) 0,80 – 1,000: korelasi memiliki kekuataan sangat kuat.
F. Etika Penelitian
Dalam penelitian ada hal yang penting yang harus diperhatikan oleh
peneliti yaitu Ethical Princoples, selain metode, desain dan aspek lainnya.
Mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia,
oleh sebab itu etika penelitian harus diperhatikan (Swarjana, 2015). Prinsip
prinsip etika dalam penelitian yaitu:
1. Lembar persetujuan (Informed consent)
Impormed consent merupakan suatu lembaran yang berisi
permintaan persetujuan kepada calon responden bahwa bersedia untuk
45

menjadi responden dalam penelitian ini dengan menandatangani


lembaran tersebut. Pada penelitian ini lembar impormed consent akan
diberikan sebelum mengisi kuesioner dengan tujuan agar responden
mengerti maksud dari tujuan penelitian serta mengetahui dampak dari
penelitian. Apabila saat penelitian ada responden yang tidak bersedia
menjadi responden penelitian, maka peneliti tidak memaksa dan tetap
menghormati hak responden.
2 Tanpa nama (Anonymity)
Anonymity bertujuan untuk menjaga kerahasian subjek penelitian
dengan cara tidak mecantumkan nama subjek atau responden penelitian
dan hanya menuliskan kode pada lambar pengumpulan data (kuesioner)
tersebut sehingga kerahasian data akan tetap terjaga.
3. Kerahasian (Confidenliality)
Kerahasian merupakan masalah etika yang harus dijaminkan kepada
responden penelitian yaitu kerahasian hasil penelitian, baik informasi
pribadi atau masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.
4. Manfaat (Benefience)
Benefience adalah suatu prinsip etika yang bertujuan untuk
memeberikan manfaat dan tidak membahayakan atau merugikan
responden dalam penelitian.
5. Keadilan (Justice)
Sebuah keadilan dimana responden mandapatkan perlakuan yang
sama sebelum dan sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan menyajikan tentang hasil penelitian yang dilaksanakan di
SMA Negeri 1 Semarapura yang berlangsung dari Bulan Maret s/d April tahun
2022. Penelitian ini melibatkan sebanyak 223 responden dan pengumpulan datanya
menggunakan goegle form. Setelah dilakukan analisa data, selanjutnya dapat
disajikan hasil penelitian dengan urutan sebagai berikut:
1. Gambaran umum lokasi peneliitian
2. Hasil penelitian karakteristik umum responden, univariat, dan bivariat
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA Negeri 1 Semarapura merupakan salah satu sekolah menengah atas
(SMA) yang terletak di Jl. Flamboyan No. 63 Semarapura Kelod, Kabupaten
Klungkung, Bali. SMA Negeri 1 Semarapura awalnya sekolah swasta yang
bernama Panca Wardana yang beridri tahun 1963 dan resmi didirikan pada
tanggal 1 Agustus 1964 dengan nama SMA Negeri 1 Semarapura dan saat ini
sudah terakreditas A. SMA Negeri 1 Semarapura memiliki jumlah guru 79 guru
dan jumlah siswa sebanyak 1044 terdiri dari 533 siswa laki-laki dan 511 siswa
perempuan. SMA Negeri 1 Semarapura memilki fasilitas laboratarium,
lapangan, kantin sekolah, aula, tempat parkir guru dan siswa. SMA Negeri 1
Semarapura menerima siswa berdasarkan seleksi NEM dan peneriman
berdasarkan seleksi prestasiolahrga dan seni.
Sekolah ini menjadi salah satu sekolah unggulan yang berada di Kota
Klungkung. Mengingat peningkatan jumlah perokok di Kabupaten Klungkung
SMA Negeri 1 Semarapura merupakan salah satu SMA yang ada di Klungkung.
Berdasarkan Riset yang dilakukan oleh University of Muhammadiyah Malang
pada tahun 2020 jumlah siswa laki-laki terbanyak berada di SMA egeri 1
Semarapura, maka dari itu dipilih SMA Negeri 1 Semarapura sebagai tempat
penelitian. Dalam tempat penelitian terdapat tempat yang memungkinkan remaja
melakukan perilaku merokok seperti kantin dibelakang sekolah, didepan sekolah

46
47

yang terdapat warung sebagai tempat tongkrongan, dan tempat-tempat


tersembunyi yang jarang dilewati oleh guru.
B. Hasil Penelitian Karakteristik Umum Responden, Univariat, dan Bivariat
1. Karakteristik Umum Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 1
Semarapura dengan jumlah responden 223 orang, dapat disajikan sebagai
berikut:
Tabel 5.1 Karaktersistik Responden Berdasarkan Umur dan Kelas di SMA
Negeri 1 Semarapura (n=223).
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Umur (tahun)
15 35 15,7
16 53 23,8
17 73 32,7
18 62 27,8
Kelas
X 78 35,0
XI 67 30,0
XII 78 35,0
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa dari 223 responden
karakteristik responden berdasarkan umur yang terbanyak adalah kelompok
17 tahun sebanyak 73 (32,7%) responden, karakteristik responden
berdasarkan kelas yang terbanyak yaitu kelas X dan XII sebanyak 78 (35%)
responden.
2. Hasil Univariat
Pada penelitian telah dilakukan analisa data dan tidak terdapat missing
data data. Hasil penelitian dari masing-masing variabel dari tingkat
kecemasan dan perilaku merokok ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
48

a. Tingkat kecemasan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Kategori Tingkat Kecemasan pada
Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura (n=223)
Tingkat Kecamasan Frekuensi (f) Persentase (%)
Keceamsan sedang 118 52,9
Kecemasan berat 7 3,1
Kecemasan berat sekali 98 44,0

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukan bahwa dari 223 responden


berdasarkan kategori tingkat kecemasan pada remaja di SMA Negeri 1
Semarapura sebagian besar dengan kategori kecemasan sedang 118
(52,9%) responden.
b. Perilaku merokok
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Merokok pada Remaja
di SMA Negeri 1 Semarapura (n=223).
Perilaku merokok Frekuensi (f) Persentase (%)
Perilaku merokok sedang 109 48,9
Perilaku merokok tinggi 114 51,1

Berdasarkan Tabel 5.3 menunjukan bahwa dari 223 responden


berdasarkan kategori perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1
Semarapura sebagian besar dengan kategori perilaku merokok tinggi
sebanyak 114 (51,1%) responden.
3. Hasil Bivariat
a. Uji Normalitas
Tabel 5.4 Uji Normalitas Tingkat Kecemasan dengan Perilaku
Merokok pada Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura.
Kolmogorov-Smirnova
Statistic Df Sig.
Tingkat .352 223 .000
kecemasan
Perilaku .347 223 .000
merokok
49

Berdasarkan tabel 5.4 dalam penelitian ini uji normalitas yang


digunakan adalah uji Kolmogorov-Smirnov karena responden dalam
penelitian ini jumlahnya lebih dari 50 responden, yaitu 223 responden.
Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada tingkat kecemasan di
dapat p-value 0,000 dan pada perilaku merokok di dapat p-value 0,000
dengan hasil data berdistribusi tidak normal karena p-value <0,05.
Maka dari itu uji non parametrik tes yang digunakan Spearmen’s rho.
b. Hubungan anatara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada
remaja di SMA Negeri 1 Semarapura
Tabel 5.5 Distibusi Frekuensi Uji Korelasi Tingkat Kecemasan
dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMA Negeri 1
Semarapura (n=223)
Total Total
tingkat perilaku
kecemasan merokok
Spearman' Total Correlation 1.000 -.191**
s rho tingkat Coeficient
kecemasan sig (2- Tailed) . .004
N 223 223

Total Correlation -.191** 1.000


perilaku Coeficient
merokok sig (2- Tailed) .004 .
N 223 223

Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukan hasil uji statistik dengan


Spearman’s rho yang menggunakan SPSS statistic 20 for windows.
Hasil uji analisa non-parametric terhadap n=223 menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan dengan p-value = 0,004< α 0,05
yang berarti hipotesa Ha diterima. Arah korelasi berdasarkan hasil
perhitungan yaitu bersifat negatif yang bermakna semakin tinggi
perilaku merokok, semakin rendah tingkat kecemasan. Berdasarkan
hasil analisa yang diperoleh bahwa terdapat hubungan kekuatan yang
50

sangat rendah antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok


yang terlihat dari perhitungan r 0,191.
Tabel 5.6 Tabulasi Silang (CrossTab) Hubungan antara Tingkat
Kecemasan dengan Perilaku Merokok pada Remaja di
SMA Negeri 1 Semarapura (n=223)
Perilaku merokok

Tingkat Perilaku Perilaku Total


kecemasan merokok merokok
sedang tinggi
f % f % f %

Sedang 47 39,8 71 60,2 118 100,0


Berat 4 57,1 3 42,9 7 100,0
Berat sekali 58 52,9 40 40,8 98 100,0
Berdasarkan tabel 5.6 diatas menunjukan dari 223 orang yang
memiliki tingkat kecemasan sedang didapatkan 47 (39,8%) responden
memiliki perilaku merokok sedang dan 71 (60,2%) responden
memiliki perilaku merokok tinggi. Untuk tingkat kecemasan berat
didapatkan 4 (57,1) responden memiliki perilaku merokok sedang dan
3 (42,9%) responden memiliki perilaku merokok tinggi. Untuk tingkat
kecemasan berat sekali didapatkan 58 (59,2%) responden memiliki
perilaku merokok sedang dan 40 (40,8%) responden memiliki
perilaku tinggi.
BAB VI
PEMBAHASAN

Pada bab ini menyajikan tentang pembahasan hasil penelitian. Pembahsan


bab ini berdasarkan pada bab pendahuluan, tinjuan pustaka, kerangka konsep,
variabel, hipotesis, metode dan bab hasil. Lebih lanjut, bab ini mencangkup hal-hal
berikut yaitu:
A. Karakteristik Umum Responden
Berdasarkan umur hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian
besar 73 (32,7%) responden yang berumur 17 tahun. Temuan dalam penelitian
ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan Husna & Rauzatul Jannah
(2019) yang menunjukan 35 (39,8%) responden berusia 17 tahun. Menurut
Ahyani & Astuti (2018) umur 15-18 tahun merupakan masa remaja
menemukan diri sendiri atau jati dirinya dimana remaja mulai bereksperimen
dengan melakukan perilaku merokok, minum alkohol, dan penyalahgunaan
NAPZA. Berdasarkan kelas hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian
besar 78 (35%) responden yang kelas X dan XII.
B. Tingkat Kecemasan pada Remaja
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi tingkat
kecemasan pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura. Hasil penelitian ini
menemukan bahwa mayoritas 118 (52,9%) memiliki tingkat kecemasan yang
sedang. Temuan dalam penilitian ini hampir serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Husna & Rauzatul Jannah (2019) di SMA Aceh Besar dan Budi
(2011) tentang kecemasan yang menemukan bahwa mayoritas memiliki
kecemasan sedang.
Kecemasan merupakan konflik emosioanal yang terjadi anatara dua
elemen kepribadian yaitu id dan superego yang dipengaruhi oleh pendidikan
dan maturitas individu. Remaja rentan terhadap masalah kecemasan karena
tahapan remaja adanya perubahan pada diri remaja baik secara psikologis
maupun fisik sehingga menyebabkan remaja rentang mengalami kecemasan
(Loughlin et al,. 2017). Hal itu dapat terjadi akibat adanya berbagai tantangan
yang dihadapi selama masa remaja yang menyebabkan timbulnya perasaaan

51
52

cemas dan khawatir dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan. Selain itu
adanya tuntutan akademik di sekolah serta sosial seseorang dan kurangnya
pengetahuan untuk mengatasi kecemasan (Husna & Rauzatul Jannah, 2019)
Sementara itu penelitian lainnya yang dilakukan oleh Purba (2017) di
Falkultas Hukum Kelas Reguler Unversitas HKBP Nommensen Medan
tentang tingkat kecemasan menemumukan hal sebaliknya. Penelitian tersebut
mencatat mayoritas remaja memiliki tingkat kecemasan ringan sebanyak 17
(68%) responden. Hal itu dikarenakan faktor yang mempengaruhi kecemasan
yaitu pendidikan dan maturitas individu dimana semakin tinggi tingkat
pendidikan maka semakin mudah berpikir rasional dan menangkap informasi,
selain itu kematangan kepribadian individu akan mempengaruhi kecemasan
yang dihadapai karena individu mempunyai daya adaptasi yang lebih besar
terdapat kecemasan (Donsu, 2019).
C. Perilaku Merokok pada Remaja
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi perilaku
merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura. Perilaku merokok adalah
suatu aktivitas menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan
menghembuskannya kembali keluar. Hasil penelitian ini menemukan bahwa
sebagian besar atau sebanyak 114 (51,1%) memiliki perilaku merokok yang
tinggi. Temuan dalam penilitian ini hampir serupa dengan penelitian yang
dilakukan oleh Bimma Adi Putra (2013) bahwa sebagian besar responden
tergolong memiliki intensitas perilaku merokok tinggi ditunjukkan dengan
persentase sebanyak 53,4% tergolong tinggi. Penelitian lainnya menemukan
hal yang serupa yang dilakukan oleh Mustakim & Kusumastuti (2022) tentang
perilaku merokok menemukan bahwa sebanyak 48 (51,6%) responden
memiliki perilaku merokok tinggi.
Hal ini menunjukan masih adanya pemahaman tentang merokok yang
keliru yang menjadikan alasan untuk memilih merokok. Padahal merokok lebih
banyak membawa dampak buruk terutama kesehatan dan bahkan bisa
mempengaruhi tingkat kesuburan (Husna & Rauzatul Jannah, 2019). Selain
itu merokok dianggap mampu meningkatkan daya konsentrasi, memperlancar
53

kemampuan pemecahan masalah, meredakan ketegangan, mengurangi


kecemasan dan gelisah.
D. Hubungan antara Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Merokok pada
Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat dalam
penelitian ini yaitu terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dengan
perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura. Diperoleh nilai
signifikansinya sebesar p-value 0,004, maka sesuai dengan dasar pengambilan
keputusan hipotesis bahwa nilai p-value <0,05 yang berarti Ha diterima.
Hubungan antara tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja
memiliki kekuatan korelasi sangat rendah yaitu 0,191 dengan arah korealasi
negatif (-) yang bermakna semakin tinggi perilaku merokok, semakin rendah
tingkat kecemasan.
Temuan dalam penelitian ini searah dengan penelitian tentang
kecemasan dengan perilaku merokok, yang dilakukan oleh Husna & Rauzatul
Jannah (2019) di Falkultas Keperawatan Universitas Syaiah Kuala Banda Aceh
yang menemukan bahwa ada hubungan antara kecemasan dengan perilaku
merokok. Hal ini menunjukkan remaja yang mengalami kecemasan lebih
berisiko berperilaku merokok dibandingkan remaja yang tidak mengalami
kecemasan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Ayunin et al., (2017) di Siswa SMK Negeri 1 Denpasar yang menemukan
bahwa ada hubungan gangguan kecemasan dengan perilaku merokok. Hal itu
dikarenakan kecemasan yang dialami remaja akan mendorong seseorang untuk
mulai merokok dimana mereka menganggap bahwa merokok dapat
mengurangi ketegangan, memudahkan berkonsentrasi, dan dapat membantu
dalam menghadapi permasalahan. Selain itu dengan merokok dapat
memberikan efek tenang sehingga sedikit demi sedikit rasa cemas akan
menghilang (Daryanti, 2018).
Sementara itu, penelitian lainnya yang dilakukan oleh Purba (2017) di
Falkultas Hukum Kelas Reguler Unversitas HKBP Nommensen tentang
tingkat kecemasan dengan perilaku merokok menemukan hal sebaliknya.
54

Penelitian tersebut tidak menemukan hubungan yang signifikan antara tingkat


kecemasan dengan perilaku merokok hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan tipe kepribadian setiap mahasiswa. Hal tersebut dapat dilihat
dikarenakan sebagian besar responden memiliki tingkat kecemasan yang
ringan dan responden memiliki perilaku merokok yang ringan juga.
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian ini masih terdapat berbagai kelemahan
dan kekurangan, walaupun peneliti telah berupaya semaksimal mungkin agar
hasil penelitian ini menjadi sempurna. Peneliti menyadari bahwa keterbatasan
penelitian ini antara lain:
1. Metode pengumpulan data dilakukan secara online dan ini menjadi
kelemahan dimana kemungkinan jawaban tidak diisi oleh responden
melainkan diisi oleh orang lain.
2. Pada pelaksanaan pengumpulan data peneliti merencanakan untuk
melaksanakan pengumpula data selama 1 minggu karena kuesioner disebar
menggunakan goegle form secara online, tetapi pada kenyataanya peneliti
menghabiskan waktu 2 minggu untuk melaksanakan pengumpulan data.
Keterbatasan ini terjadi karena saat pengumpulan data dilaksanakan harus
ada persetujuan Waka Kesiswaan karena terkait akan ada acara Ulang
Tahun Sekolah. Untuk mengatasi keterbatasan ini maka peneliti
memutuskan untuk memperpanjang waktu pengumpulan data.
BAB VII
PENUTUP

Pada bab ini terdiri dari dua bagian penting yaitu kesimpulan dan saran.
Adapun kesimpulan dan saran tersebut dibuat berdasarkan uraian dari baba-bab
sebelumnya.
A. Kesimpulan
Bebarapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini yaitu:
1. Berdasarkan karakteristik responden bahwa dari 223 responden berdasarkan
umur yang terbanyak adalah umur 17 tahun sebanyak 73 (32,7%) responden
dan berdasarkan kelas sebagian besar 78 (35%) responden kelas X dan XII.
2. Tingkat kecemasan pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura menunjukan
bahwa dari 223 responden mayoritas yang mengalami tingkat kecemasan
kategori sedang sebanyak 118 (52,9%) responden.
3. Perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1 Semarapura bahwa dari
223 responden mayoritas yang mengalami perilaku merokok kategori tinggi
sebanyak 114 (51,1%) responden.
4. Hasil uji korelasi menemukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat
kecemasan dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Negeri 1
Semarapura dan terdapat hubungan kekuatan yang sangat rendah dengan
arah negatif (-).
B. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan diantaranya:
1. Bagi Remaja
Remaja diharapkan kecemasan harus dikurangi karena berdamapak bagi
kesehatan mental. Hal tersebut dapat dilakukan dengan menjalankan
aktivitas yang disenangi yang ada disekolah seperti mengikuti
ekstrakulikuler dan menggali informasi terkait dengan mengatasi
kecemasan. Remaja diharapkan perilaku merokok dikurangi dengan
mengikuti penyuluhan yang diselanggarakan oleh lembaga kesehatan
seperti Dinas Kesehatan.

55
56

2. Bagi SMA Negeri 1 Semarapura


Para guru diharpakan memberikan edukasi untuk memahami akibat yang
ditimbulkan dari perilaku merokok tentang bagaimana cara mengurangi
mengkonsumsi rokok.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti selajutnya diharapkan hasil penelitian tentang hubungan antara
tingkat kecemasan dengan perilaku merokok dijadikan salah satu referensi
dan sangat perlu dilakukan untuk penelitian berikutnya dengan
mempertimbangkan faktor-faktor lain yang menyebabkan perilaku
merokok. Selain itu peneliti selajutnya menggunakan teknik observasi atau
wawancara, memperluas populasi, dan dikembangkan menjadi penelitian
yang menekankan pada intervensi yang tepat untuk penatalaksanaan cara
mengatasi kecemasan.
DAFTAR PUSTAKA

Agni, G. P. (2017). Hubungan antara tingkat kecemasan mahasiswa dalam


menghadapi ujian blok dengan hasil belajar mahasiswa Pspd Fkik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Keperawatan.
Ahyani, L. N., & Astuti, R. D. (2018). Buku Ajar psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja . Semarang: Universitas Muria Kudus. 84-85.
Ali, M. (2014). Pengetahuan, sikap, dan faktor psikologis berhubungan dengan
perilaku merokok pada pegawai Poltekkes Kemenkes Jakarta III. Jurnal Ilmu
dan Teknologi Kesehatan, 2(1), 101-107
Anam Faisol, Dkk. (2019). Buku Remaja Indonesia, Jauhi Rokok. Solo: Metagraf.
Amyuriani, Y. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku merokok
pada siswa SLTP. 'Afiyah, 1(2).
Artini, B. (2018). Faktor dominan yang mempengaruhi perilaku merokok
Mahasiswa D3 Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 7(2).
Aula. (2010). Stop Merokok. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Ayunin, L. Q., Sri, A. A., & Wahyuni, C. B. J. L. (2017). Hubungan antara
gangguan kecemasan dan perilaku merokok remaja pada siswa SMK Negeri 1
Denpasar. In SSENTIAL : Essense of Scientific Medical Journal (Vol. 15,
Issue 1).
Azwar. (2015). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Budi. (2011). Hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada siswa
kelas X dan XI di SMA Colombo Kabupaten Sleman Yogyakarta. Naskah
Thesis.
Chrisnawati, G., & Aldino, T. (2019). Aplikasi pengukuran tingkat kecemasan
berdasarkan skala hars berbasis android. Jurnal Teknik Komputer, 5(2), 277-
282.
Daryanti, E. (2019). Faktor individu yang berhubungan dengan perilaku merokok
pada remaja laki-laki di Kampung Gunung Kondang Kecamatan Mangkubumi
Kota Tasikmalaya. In Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia (Vol. 15).
Donsu, J.D.T. (2019). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Etrawati, F. (2014). Perilaku merokok pada remaja: kajian faktor sosio
psikologis. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5(02), 77-85.
Fitri, D., & Ifdil, A. &. (2016). Konsep kecemasan (Anxiety) pada lanjut usia
(Lansia). Konselor, 5(2)., 93-98.
Hurlock. (2012). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Husna, C., & Rauzatul Jannah, S. (2019). Kecemasan dan perilaku merokok pada
remaja. Idea Nursing Journal, 1.
Loughlin, J. O., Ph, D., Loughlin, E. K. O., A, M., Wellman, R. J., Ph, D., … Ph,
D. (2017). Predictors of cigarette smoking initiation in early , middle, and
late adolescence. Journal Of Adolescent Health, 61(3), 363–370.
Munthe, R. (2016). Hubungan antara perilaku merokok dengan kepercayaan diri
pada siswa SMP Negeri 22 Medan. Jurnal Mutiara Pendidikan
Indonesia, 1(1), 35-46.
Mustakim, M., & Kusumastuti, NA (2022). Hubungan tingkat kecemasan dengan
perilaku merokok mahasiswa laki-laki selama daring pada masa pandemi
covid-19. Jurnal Nusantara Hasana , 1 (8), 101-111.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Pranata, M. A. E. (2019). Hubungan lingkungan keluarga dengan perilaku merokok
pada remaja di SMP Negeri 29 Samarinda. Borneo Student Research
(BSR), 1(1), 240-247.
Purba, V. T. (2017). Hubungan tingkat kecemasan dengan perilaku merokok pada
mahasiswa fakultas hukum kelas reguler Universitas HKBP Nemmensen
Medan tahun ajaran 2016/2017.
Putra, B. (2013). Hubungan antara insitas perilaku merokok dengan tingkat
insomnia. Karya Tulis Ilmiah Stara Satu Universitas Negeri Semarang.
Rahmawati, W. (2021). Perilaku Merokok Pada Remaja.
Ramdam, I.M . (2019). Reliability and validity test of the Indonesian version of the
hamilton anxiety rating scala (ham-a) to measure work-related in Nursing.
Jurnal Ners, 14,33.
Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia. (2018). Hasil Utama Riskesdas. 137 -
139. Diperoleh Tanggal 19 November 2021.
Riset Kesehatan Dasar Republik Indonesia. (2018). Prevalensi Perokok di Provinsi
Bali, 249. Diperoleh Tanggal 21 November 202.
Saputro, K. Z. (2018). Memahami ciri dan tugas perkembangan masa remaja.
Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25-32.
Sarwono. (2018). Psikologi Remaja. Edisi Revisi. ISBN 978-979-421-197- 7.
Depok: Rajawali Pers, 2018.
Soetjiningsih. (2017). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Sugiyono. (2017). Metodologi Penelitian. Kuantitaf, Kualitatif, Dan R&D.
Bandung: ALFABETA
Swarjana, I K. (2022). Konsep Pengetahuan, Sikap, Perilaku, Persepsi, Stress,
Kecemasan, Nyeri, Dukungan Sosial, Kepatuhan, Motivasi, Kepuasan,
Pandemi COVID-19, Akses Layanan Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Swarjana, I K. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi).
Yogyakarta: ANDI.
Swarjana, I.K. (2016). Statistik Kesehatan. Yogyakarta: ANDI.
Townsed, M.C. & Morgan, K.I. (2017. Psychiatric Mental Health Nursing
Concepts of care in Evedence-Baced Pratice. Philadelphia: F.A. Davis
Company. 17-21.
Tristanti, I. (2016). Remaja dan perilaku merokok. Dalam Kolokium Penelitian
Universitas, ke-3 (hlm. 328-342).
Universitas Muhammdiyah Malang. Data of SMA and SMK of Kabupaten
Klungkung. Diperoleh Tanggal 25 November 2021 Dari
Https://Www.Umm.Ac.Id/Id/Pages/Bali/Data-Sma-Dan-Smk-Kab
Klungkung.Html
Windira, R. S. (2016). Hubungan prespsi visual gambar patologi bahaya merokok
pada bungkus rokok dengan perilaku merokok pada remaja di SMKN 2
Jember. In Digital Respiratoty Unversitas Jember.
WHO. (2018). World No Tobacco Day : Tobacco Heart Disease. Geneva: World
Health.
Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
N BULAN
KEGIATAN Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
O
IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Penyusunan
Proposal
2 ACC Proposal
3 Penyebaran
Proposal
4 Ujian Proposal
5 Ujian Ulang
Proposal
6 Pengumpulan
Data
7 Penyusunan
Hasil
Penelitian
8 Penyebaran
Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian Ulang
Skripsi
11 Perbaikan dan
Pengumpulan
Lampiran 2
KISI - KISI INSTRUMEN PENELITIAN
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 SEMARAPURA
No Variabel Indikator No. Soal
1. Independent 1. Gejala psikis 1, 2, 3, 4, 5, 6. 14
Tingkat 2. Gejala fisik 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13
kecemasan
2. Depenedent 1. Aspek intensitas merokok 1, 2, 3,
Perilaku 2. Tujuan merokok 4,5
merokok 3. Aspek frekuensi merokok 6, 7, 8, 9, 10, 11,12, 13,
14, 15, 16, 17, 18
Lampiran 3
KUESIONER
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI SMA NEGERI 1 SEMARAPURA

Kode Responden : (diisi oleh peneliti)

Tanggal Pengisian :

A. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah pernyataan dibawah ini dengan teliti.
2. Berikan tanda (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan anda.
3. Setiap pernyataan harus dijawab sendiri tanpa diwakili oleh orang lain.
4. Pada pengisian identitas nama responden hanya menuliskan nama inisial
saja, contohnya: “Rika” menjadi “R”
5. Jawaban dan identitas yang anda berikan akan dijamin kerahasiaannya
B. Karakteristik Responden
1. Nama (Inisial) :
2. Umur :  15 Tahun
 16 Tahun
 17 Tahun
 18 Tahun
3. Kelas : X
 XI
 XII
C. KUESIONER TINGKAT KECEMASAN
1. Pada setiap pernyataan sesuai dengan keterangan penilaian dibawah
ini.
0 : Tidak ada gejala sama sekali
1 : Ringan (satu gejala yang ada)
2 : Sedang (separuh gejala yang ada)
3 : Berat (lebih separuh gejala yang ada)
4 : Sangat berat (semua gejala yang ada)

No Pernyataan 0 1 2 3 4
1 Perasaan cemas (Merasa khwatir, firasat buruk,
takut akan pikiran sendiri, lekas marah atau
mudah tersinggung)
2 Ketegangan (Merasa tegang, merasa lelah,
respons yang mengejutkan, mudah
menentaskan air mata, merasa gemetar, merasa
gelisah, tidak mampu untuk bersantai)
3 Ketakutan (Takut terhadap gelap, takut terhadp
orang asing, takut ditinggalkan sendirian, takut
pada hewan, takut pada keramaian lalu lintas,
takut pada kerumunan orang banyak)
4 Insomia (Kesulitan tidur, tidur tidak
memuaskan, merasa lelah saat bangun, mimpi
buruk, terbangun tengah malam).
5 Inteletual (Sulit berkonsentrasi, sulit
mengingat)
6 Perasaan depresi (Kehilangan minat, kurangnya
kesenangan dalam hobi, perasaan bersedih,
sering terbangun dini hari saat tidur malam)
7 Gejala somatic (otot-otot) (Nyeri atau sakit otot,
kedutan, otot terasa kaku, gigi gemetrak, suara
tidak stabil, tonus otot meningkat)
8 Gejala sensorik (Telinga terasa berdenging,
penglihatan kabur, muka memerah perasaan
lemah, sensasi ditusuk-tusuk)
9 Gejala kardiovaskular (Denyut jantung cepat,
berdebar-debar, nyeri dada, denyut nadi
meningkat, perasaan lemah/lesu seperti mau
pingsan, denyut jantung serasa berhrnti sekejap)
10 Gejala pernapasan (Nafas terasa sesak/dada
terasa ditekan, perasaan tercekik, sering
menarik napas dalam, napas pendek tersenggal-
senggal)
11 Gejala gastrointestinal (Kesulitan menelan,
nyeri perut, perut terasa kembung, sensasi
terbakar, perut terasa penuh, merasa mual,
muntah, susah buang air besar, kehilngan berat
badan, konstipasi)
12 Gejala genitourinary (frekuensi berkemih
meningkat, tidak dapat menahan air kencing,
gairah sex menurun, ejakulasi dini)
13 Gejala otonom (Mulut kering, muka
kemerahan, muka pucat, sering berkeringat,
merasa pusing, kepala terasa berat, merasa
tegang, rambut terasa menegang)
14 Tingkah laku (gelisah, tidak tenang/sering
mondar-mandir, tangan gemetar, alis berkerut,
wajah tegang, sering mendesah atau pernapasan
cepat, wajah pucat, sering menelan ludah)
D. KUESIONER PERILAKU MEROKOK
1. Terdapat empat pilihan alternatif jawaban dengan keterangan sebagai
berikut
a Selalu : Sudah menjadi kebiasaan sehari-hari
b Sering : Lebih banyak dilakukan daripada diabaikan
c Kadang-kadang : Lebih banyak diabaikan daripada dilakukan
d Tidak pernah : Tidak pernah dilakukan

No Pernyataan Selalu Sering Kadang- Tidak


kadang pernah
1. Saya merokok
2. Saya merokok dengan
jumlah yang bertambah
setiap harinya
3. Saya merokok dengan
jumlah yang tetap setiap
harinya
4. Saya merokok untuk
mengurangi perasaan
cemas dan gelisah
5. Saya bisa mendapatkan
konsentrasi ketika saya
merokok
6. Saya merokok setalah
bangun tidur
7. Saya merokok setelah
sarapan pagi
8. Saya merokok setelah
makan siang
9. Saya merokok setelah
makan malam
10. Saya merokok meskipun
sedang tidak berada di area
khusus untuk perokok
11. Saya merokok di tempat
yang banyak orang
merokok
12. Saya merokok setiap kali
dilanda masalah
13. Saya tidak merokok saat
tidak mempunyai uang
14. Saya merokok saat sedang
buang air besar
15. Saya merokok ketika
berkumpul bersama
teman- teman yang
perokok
16. Saya merokok ketika
ditawari rokok oleh teman
17. Saya merokok setiap kali
mulut saya terasa asam
18. Saya tidak merokok saat
bersama teman-teman
yang tidak merokok
Lampiran 4

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


Kepada:
Yth Siswa Laki-laki SMA Negeri 1 Semarapura
Di Semarapura
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Kadek Rika Zeni Paranawati


NIM : 18C10053
Pekerjaan : Mahasiswa semester VII Program Studi Sarjana
Keperawatan, ITEKES Bali
Alamat : Jalan Tukad Balian No. 180 Renon, Denpasar-Bali
Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada saudara bersedia menjadi
responden dalam penelitian saya yang berjudul “ Hubungan antara Tingkat
Kecemasan dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura”,
yang pengumpulan datanya akan dilaksanakan pada Bulan Maret s/d April, adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Tingkat
Kecemasan dengan Perilaku Merokok pada Remaja di SMA Negeri 1 Semarapura.
Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari
kesediannya saya mengucapkan terimakasih.

Denpasar, 28 Maret 2022


Peneliti

Ni Kadek Rika Zeni Paranawati


NIM 18C10053
Lampiran 5

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :
Umur :
Alamat :

Setelah membaja Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan leh


saudara, Ni Kadek Rika Zeni Paranawati, Mahasiswa Tingkat IV/semester VII
Program Studi Sarjana Keperawatan ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul
“Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di
SMA Negeri 1 Semarapura” maka dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi
responden dalam penelitian tersebut, secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan
dari siapapun.
Demikian surat persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan sebagaimana
mestinya.
Denpasar,…………2022
Responden

.................................……
Lampiran 6

LEMBAR PERNYATAAN FACE VALIDITY


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :Ns. I Nengah Adiana, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. MB.
NIDN :0820058504
Menyatakan bahwa mahasiswa yang disebutkan sebagai berikut :
Nama :Ni Kadek Rika Zeni Pranawati
NIM :18C10053
Judul Penelitian :Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 1
Semarapura

Menyatakan bahwa dengan ini telah selesai melakukan bimbingan face validity
terhadap instrument penelitian yang bersangkutan.

Demikian surat ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 18 Maret 2022


Expert I

(Ns. I Nengah Adiana, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep. MB.)


NIDN: 0820058504
LEMBAR PERNYATAAN FACE VALIDITY

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Ns. Ni Kadek Sutini, S. Kep., M. Kes
NIDN : 0825128001
Menyatakan bahwa mahasiswa yang disebutkan sebagai berikut :
Nama : Ni Kadek Rika Zeni Pranawati
NIM : 18C10053
Judul Penelitian :Hubungan Antara Tingkat Kecemasan dengan
Perilaku Merokok Pada Remaja di SMA Negeri 1
Semarapura

Menyatakan bahwa dengan ini telah selesai melakukan bimbingan face validity
terhadap instrument penelitian yang bersangkutan.

Demikian surat ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 16 Maret 2022


Expert II

(Ns. Ni Kadek Sutini, S. Kep., M. Kes)


NIDN: 0825128001
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN
Umur
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
15 Tahun 35 15.7 15.7 15.7
16 Tahun 53 23.8 23.8 39.5
Valid 17 Tahun 73 32.7 32.7 100.0
18 Tahun 62 27.8 27.8 67.3
Total 223 100.0 100.0

Kelas
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Kelas X 78 35.0 35.0 35.0
Kelas XI 67 30.0 30.0 65.0
Valid
Kelas XII 78 35.0 35.0 100.0
Total 223 100.0 100.0

HASIL KUESIONER KECEMASAN


X1
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 5 2,2 2,2 2,2
Ringan 9 4,0 4,0 6,3
Sedang 42 18,8 18,8 25,1
Valid
Berat 50 22,4 22,4 47,5
sangat berat 117 52,5 52,5 100,0
Total 223 100,0 100,0
X2
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 20 9,0 9,0 9,0
Ringan 44 19,7 19,7 28,7
Sedang 53 23,8 23,8 52,5
Valid
Berat 55 24,7 24,7 77,1
sangat berat 51 22,9 22,9 100,0
Total 223 100,0 100,0

X3
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 12 5,4 5,4 5,4
Ringan 41 18,4 18,4 23,8
Sedang 63 28,3 28,3 52,0
Valid
Berat 75 33,6 33,6 85,7
sangat berat 32 14,3 14,3 100,0
Total 223 100,0 100,0

X4
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 14 6,3 6,3 6,3
Ringan 46 20,6 20,6 26,9
Sedang 49 22,0 22,0 48,9
Valid
Berat 55 24,7 24,7 73,5
sangat berat 59 26,5 26,5 100,0
Total 223 100,0 100,0

X5
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 26 11,7 11,7 11,7
Ringan 48 21,5 21,5 33,2
Valid
Sedang 46 20,6 20,6 53,8
Berat 50 22,4 22,4 76,2
sangat berat 53 23,8 23,8 100,0
Total 223 100,0 100,0

X6
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 11 4,9 4,9 4,9
Ringan 41 18,4 18,4 23,3
Sedang 59 26,5 26,5 49,8
Valid
Berat 71 31,8 31,8 81,6
sangat berat 41 18,4 18,4 100,0
Total 223 100,0 100,0

X7
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 9 4,0 4,0 4,0
Ringan 43 19,3 19,3 23,3
Sedang 64 28,7 28,7 52,0
Valid
Berat 71 31,8 31,8 83,9
sangat berat 36 16,1 16,1 100,0
Total 223 100,0 100,0

X8
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 20 9,0 9,0 9,0
Ringan 42 18,8 18,8 27,8
Sedang 61 27,4 27,4 55,2
Valid
Berat 51 22,9 22,9 78,0
sangat berat 49 22,0 22,0 100,0
Total 223 100,0 100,0

X9
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Valid tidak ada geajala 11 4,9 4,9 4,9
Ringan 42 18,8 18,8 23,8
Sedang 55 24,7 24,7 48,4
Berat 62 27,8 27,8 76,2
sangat berat 53 23,8 23,8 100,0
Total 223 100,0 100,0

X10
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 8 3,6 3,6 3,6
Ringan 48 21,5 21,5 25,1
Sedang 47 21,1 21,1 46,2
Valid
Berat 52 23,3 23,3 69,5
sangat berat 68 30,5 30,5 100,0
Total 223 100,0 100,0

X11
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 17 7,6 7,6 7,6
Ringan 42 18,8 18,8 26,5
Sedang 52 23,3 23,3 49,8
Valid
Berat 52 23,3 23,3 73,1
sangat berat 60 26,9 26,9 100,0
Total 223 100,0 100,0

X12
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 7 3,1 3,1 3,1
Ringan 47 21,1 21,1 24,2
Sedang 60 26,9 26,9 51,1
Valid
Berat 43 19,3 19,3 70,4
sangat berat 66 29,6 29,6 100,0
Total 223 100,0 100,0
X13
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 18 8,1 8,1 8,1
Ringan 36 16,1 16,1 24,2
Sedang 36 16,1 16,1 40,4
Valid
Berat 49 22,0 22,0 62,3
sangat berat 84 37,7 37,7 100,0
Total 223 100,0 100,0

X14
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
tidak ada geajala 39 17,5 17,5 17,5
ringan 36 16,1 16,1 33,6
sedang 29 13,0 13,0 46,6
Valid
berat 20 9,0 9,0 55,6
sangat berat 99 44,4 44,4 100,0
Total 223 100,0 100,0

HASIL KATEGORI KECEMASAN

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
kecemasan sedang 118 52,9 52,9 52,9
kecemasan berat 7 3,1 3,1 56,0
Valid kecemasan berat
98 43,9 44,0 100,0
sekali
Total 223 100,0 100,0
HASIL KUESIONER PERILAKU MEROKOK
Y1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
kadang-kadang 6 2,7 2,7 2,7
Sering 44 19,7 19,7 22,4
Valid Selalu 173 77,6 77,6 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
kadang-kadang 16 7,2 7,2 7,2
Sering 76 34,1 34,1 41,3
Valid
Selalu 131 58,7 58,7 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
kadang-kadang 39 17,5 17,5 17,5
Sering 77 34,5 34,5 52,0
Valid
Selalu 107 48,0 48,0 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 1 ,4 ,4 ,4
kadang-kadang 10 4,5 4,5 4,9
Valid Sering 29 13,0 13,0 17,9
Selalu 183 82,1 82,1 100,0
Total 223 100,0 100,0
Y5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent
tidak pernah 1 ,4 ,4 ,4
kadang-kadang 7 3,1 3,1 3,6
Valid Sering 50 22,4 22,4 26,0
Selalu 165 74,0 74,0 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y6
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 3 1,3 1,3 1,3
kadang-kadang 57 25,6 25,6 26,9
Valid Sering 91 40,8 40,8 67,7
Selalu 72 32,3 32,3 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y7
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 5 2,2 2,2 2,2
kadang-kadang 37 16,6 16,6 18,8
Valid Sering 91 40,8 40,8 59,6
Selalu 90 40,4 40,4 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y8
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 2 ,9 ,9 ,9
kadang-kadang 29 13,0 13,0 13,9
Valid Sering 95 42,6 42,6 56,5
Selalu 97 43,5 43,5 100,0
Total 223 100,0 100,0
Y9
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 3 1,3 1,3 1,3
kadang-kadang 33 14,8 14,8 16,1
Valid Sering 68 30,5 30,5 46,6
Selalu 119 53,4 53,4 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y10
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 1 ,4 ,4 ,4
kadang-kadang 30 13,5 13,5 13,9
Valid Sering 72 32,3 32,3 46,2
Selalu 120 53,8 53,8 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y11
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 3 1,3 1,3 1,3
kadang-kadang 20 9,0 9,0 10,3
Valid Sering 63 28,3 28,3 38,6
Selalu 137 61,4 61,4 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y12
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 2 ,9 ,9 ,9
kadang-kadang 24 10,8 10,8 11,7
Valid Sering 35 15,7 15,7 27,4
Selalu 162 72,6 72,6 100,0
Total 223 100,0 100,0
Y13
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 9 4,0 4,0 4,0
kadang-kadang 71 31,8 31,8 35,9
Valid Sering 79 35,4 35,4 71,3
Selalu 64 28,7 28,7 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y14
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 5 2,2 2,2 2,2
kadang-kadang 46 20,6 20,6 22,9
Valid Sering 91 40,8 40,8 63,7
Selalu 81 36,3 36,3 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y15
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 2 ,9 ,9 ,9
kadang-kadang 32 14,3 14,3 15,2
Valid Sering 52 23,3 23,3 38,6
Selalu 137 61,4 61,4 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y16
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 5 2,2 2,2 2,2
kadang-kadang 37 16,6 16,6 18,8
Valid Sering 57 25,6 25,6 44,4
Selalu 124 55,6 55,6 100,0
Total 223 100,0 100,0
Y17
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 2 ,9 ,9 ,9
kadang-kadang 24 10,8 10,8 11,7
Valid Sering 42 18,8 18,8 30,5
Selalu 155 69,5 69,5 100,0
Total 223 100,0 100,0

Y18
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
tidak pernah 8 3,6 3,6 3,6
kadang-kadang 39 17,5 17,5 21,1
Valid Sering 31 13,9 13,9 35,0
Selalu 145 65,0 65,0 100,0
Total 223 100,0 100,0

HASIL KATEGORI PERILAKU MEROKOK

Frequency Percent Valid Cumulati


Percent ve
Percent
perilaku merokok sedang 109 48,9 48,9 48,9
Valid perilaku merokok tinggi 114 51,1 51,1 100,0
Total 223 100,0 100,0

HASIL UJI NORMALITAS

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Total Keceamsan ,352 223 ,000 ,653 223 ,000
Total perilaku merokok ,347 223 ,000 ,636 223 ,000
KORELASI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN
PERILAKU MEROKOK

Total tingkat Total perilaku


kecemasan merokok
Total Correlation Coefficient 1,000 -,191**
tingkat Sig. (2-tailed) . ,004
kecemasan N 223 223
Spearman's rho **
Total Correlation Coefficient -,191 1,000
perilaku Sig. (2-tailed) ,004 .
merokok N 223 223
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

KATEGORI TINGKAT KECEMASAN * KATEGORI PERILAKU


MEROKOK CROSSTABULATION
Kategori perilaku Total
merokok
perilaku perilaku
merokok merokok
sedang tinggi
Count 47 71 118
kecemasan
% within Kategori 100,0
sedang 39,8% 60,2%
tingkat kecemasan %
Kategori Count 4 3 7
kecemasan
tingkat % within Kategori 100,0
berat 57,1% 42,9%
kecemasan tingkat kecemasan %
kecemasan Count 58 40 98
sangat % within Kategori 100,0
59,2% 40,8%
berat tingkat kecemasan %
Count 109 114 223
Total % within Kategori 100,0
48,9% 51,1%
tingkat kecemasan %
Lampiran 13
Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Tingkat Kecemasan pada Remaja di
SMA Negeri 1 Semarapura (n=223)

No Pernyataan Tidak Ringan Sedang Berat Sangat


ada f f f f berat f
(%) (%) (%) (%) (%)
1 Perasaan cemas (Merasa 5 9 42 50 117
khwatir, firasat buruk, (2,2) (4,0) (18,8) (22,4) (52,5)
takut akan pikiran sendiri,
lekas marah atau mudah
tersinggung)
2 Ketegangan (Merasa 20 44 53 55 51
tegang, merasa lelah, (9,0) (19,7) (23,8) (24,7) (22,9)
respons yang
mengejutkan, mudah
menentaskan air mata,
merasa gemetar, merasa
gelisah, tidak mampu
untuk bersantai)
3 Ketakutan (Takut 12 41 63 75 32
terhadap gelap, takut (5,4) (18,4) (28,3) (33,6) (14,3)
terhadp orang asing, takut
ditinggalkan sendirian,
takut pada hewan, takut
pada keramaian lalu
lintas, takut pada
kerumunan orang
banyak)
4 Insomia (Kesulitan tidur, 14 46 49 55 59
tidur tidak memuaskan, (6,3) (20,6) (22,0) (24,7) (26,5)
merasa lelah saat bangun,
mimpi buruk, terbangun
tengah malam).
5 Inteletual (Sulit 26 48 46 50 53
berkonsentrasi, sulit (11,7) (21,5) (20,6) (22,4) (23,8)
mengingat)
6 Perasaan depresi 11 41 59 71 41
(Kehilangan minat, (4,9) (18,4) (26,5) (31,8) (18,4)
kurangnya kesenangan
dalam hobi, perasaan
bersedih, sering
terbangun dini hari saat
tidur malam)
7 Gejala somatic (otot-otot) 9 43 64 71 36
(Nyeri atau sakit otot, (4,0) (19,3) (28,7) (31,8) (16,1)
kedutan, otot terasa kaku,
gigi gemetrak, suara tidak
stabil, tonus otot
meningkat)
8 Gejala sensorik (Telinga 20 42 61 51 49
terasa berdenging, (9,0) (18,8) (27,4) (22,9) (22,0)
penglihatan kabur, muka
memerah perasaan lemah,
sensasi ditusuk-tusuk)
9 Gejala kardiovaskular 11 42 55 62 53
(Denyut jantung cepat, (4,9) (18,8) (24,7) (27,8) (23,8)
berdebar-debar, nyeri
dada, denyut nadi
meningkat, perasaan
lemah/lesu seperti mau
pingsan, denyut jantung
serasa berhrnti sekejap)
10 Gejala pernapasan (Nafas 8 48 47 52 68
terasa sesak/dada terasa (3,6) (21,5) (21,1) (23,3) (30,5)
ditekan, perasaan
tercekik, sering menarik
napas dalam, napas
pendek tersenggal-
senggal)
11 Gejala gastrointestinal 17 42 52 52 60
(Kesulitan menelan, nyeri (7,6) (18,8) (23,3) (23,3) (26,9)
perut, perut terasa
kembung, sensasi
terbakar, perut terasa
penuh, merasa mual,
muntah, susah buang air
besar, kehilngan berat
badan, konstipasi)
12 Gejala genitourinary 7 47 60 43 66
(frekuensi berkemih (3.1) (21,1) (26,9) (19,3) (29,6)
meningkat, tidak dapat
menahan air kencing,
gairah sex menurun,
ejakulasi dini)
13 Gejala otonom (Mulut 18 36 36 49 84
kering, muka kemerahan, (8,1) (16,1) (16,1) (22,0) (37,7)
muka pucat, sering
berkeringat, merasa
pusing, kepala terasa
berat, merasa tegang,
rambut terasa menegang)
14 Tingkah laku (gelisah, 39 36 29 20 99
tidak tenang/sering (17,5) (16,1) (13,0) (9,0) (44,4)
mondar-mandir, tangan
gemetar, alis berkerut,
wajah tegang, sering
mendesah atau
pernapasan cepat, wajah
pucat, sering menelan
ludah)
Lampiran 14
Distribusi Frekuensi Komponen Pernyataan Perilaku Merokok pada Remaja di
SMA Negeri 1 Semarapura (n=223)
No Pernyataan Tidak Kadang Sering Selalu
pernah -kadang f (%) f (%)
f (%) f (%)
1. Saya merokok - 6 44 173
(2,7) (19,7) (77,6)
2. Saya merokok dengan jumlah yang 16 76 131
bertambah setiap harinya - (7,2) (34,1) (58,7)
3. Saya merokok dengan jumlah yang - 39 77 107
tetap setiap harinya (17,5) (34,5) (48,0)
4. Saya merokok untuk mengurangi 1 10 29 183
perasaan cemas dan gelisah (0,4) (4,5) (13,0) (82,1)
5. Saya bisa mendapatkan 1 7 50 165
konsentrasi ketika saya merokok (0,4) (3,1) (22,4) (74,0)
6. Saya merokok setalah bangun tidur 3 57 91 72
(1,3) (25,6) (40,8) (32,3)
7. Saya merokok setelah sarapan pagi 5 37 91 90
(2,2) (16,6) (40,8) (40,4)
8. Saya merokok setelah makan siang 2 29 95 97
(0,9) (13,0) (42,6) (43,5)
9. Saya merokok setelah makan 3 33 68 119
malam (1,3) (14,8) (30,5) (53,4)
10. Saya merokok meskipun sedang 1 30 72 120
tidak berada di area khusus untuk (0,4) (13,5) (32,3) (58,3)
perokok
11. Saya merokok di tempat yang 3 20 63 137
banyak orang merokok (1,3) (9,0) (28,3) (61,4)
12. Saya merokok setiap kali dilanda 1 24 35 162
masalah (0,4) (10,8) (15,7) (72,6)
13. Saya tidak merokok saat tidak 9 71 79 64
mempunyai uang (4,0) (31,8) (35,4) (28,7)
14. Saya merokok saat sedang buang 5 46 91 81
air besar (2,2) (20,6) (40,8) (36,3)
15. Saya merokok ketika berkumpul 2 32 52 137
bersama teman- teman yang (0,9) (14,3) (23,3) (61,4)
perokok
16. Saya merokok ketika ditawari 5 37 57 124
rokok oleh teman (2,2) (16,6) (25,6) (55,6)
17. Saya merokok setiap kali mulut 2 24 42 155
saya terasa asam (0,9) (10,8) (18,8) (69,5)
18. Saya tidak merokok saat bersama 8 39 31 145
teman-teman yang tidak merokok (3,6) (17,5) (13,9) (65,0)
Lampiran 15
Lampiram 16

Anda mungkin juga menyukai