Anda di halaman 1dari 131

SKRIPSI

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU


MEROKOK PADA REMAJA DI BANJAR PEGOK KELURAHAN
SESETAN DENPASAR SELATAN

NI MADE FAJARINI GEMILANG

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN (ITEKES) BALI
DENPASAR
2022

i
SKRIPSI
HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI BANJAR PEGOK KELURAHAN
SESETAN DENPASAR SELATAN

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep.)


Pada Institut Teknologi Dan Kesehatan Bali

Diajukan Oleh :
NI MADE FAJARINI GEMILANG
NIM. 18C10030

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN (ITEKES) BALI
DENPASAR
2022

ii
ii
iii
iv
vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di

Wilayah Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Denpasar Selatan”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari semua pihak sehingga skripsi ini bisa diselesaikan

tepat pada waktunya. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kep.,MNg.,Ph.D selaku rektor Institut

Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali yang telah memberikan izin dan

kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr.Ns. Ni Luh Putu Dina Susanti, S.Kep.,M.Ng.,Ph.D selaku wakil rektor

I Institut Teknologi dan Kesehatan Bali dan penguji satu yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ns. I Ketut Alit Adianta, S.Kep., MNS selaku wakil Rektor Institut

Teknologi dan Kesehatan (ITEKES) Bali yang telah memberikan dukungan

moral dan perhatian kepada penulis.

4. Bapak Ns. Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Bali yang telah memberikan dukungan moral kepada penulis menyelesaikan

skripsi ini.

viii
5. Ibu Ns. A.A.A Yuliati Darmini, S.Kep.,MNS selaku Ketua Progam Studi

Sarjana Keperawatan yang memberikan dukungan moral dan perhatian

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Ns. Ni Made Sri Rahyanti, Sp.Kep.An., M.Kep selaku pembimbing

akademik yang memberikan dukungan moral dan perhatian pada penulis.

7. Ibu Ns. Kadek Sutini., S.Kep., M.Kes selaku pembimbing I yang telah

banyak memberikan dukungan moral dan memberikan bimbingan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Ns. Ni Putu Ayu J. Sastamidhyani, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing

II yang telah banyak memberikan dukungan moral dan memberikan

bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Nyoman Widana dan Ibu Kadek widari sebagai orang tua yang

banyak memberikan dukungan serta dorongan dan material sehingga

selesainya skripsi ini.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu

dengan hati terbuka penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini.

Denpasar, 27 Mei 2022

Penulis

ix
HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU
MEROKOK PADA REMAJA DI BANJAR PEGOK KELURAHAN
SESETAN DENPASAR SELATAN

Ni Made Fajarini Gemilang


Fakultas Kesehatan
Program Studi Sarjana Keperawatan
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Email: fajarinigemilang0@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Merokok adalah kebiasaan buruk yang mengakibatkan berbagai


macam penyakit. Remaja yang merokok umumnya karena meniru dan ajakan dari
orang terdekat seperti orang tua, teman sebaya dan situasi lingkungan, untuk itu
tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan interaksi teman sebaya
dengan perilaku merokok pada remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Kecamatan Denpasar Selatan.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah study cross sectional. Sampel
yang digunakan adalah 79 responden dengan menggunakan teknik probability
sampling yaitu Simple random sampling. Instrumen yang digunakan adalah
kuesioner yang disebarkan secara online dalam bentuk google formulir. Analisa
data yang digunakan yaitu analisis bivariate yang digunakan yaitu spearman rho.
Hasil : 89,9% memiliki interaksi dengan teman sebaya dan dari seluruh responden
49,4% memiliki perilaku merokok berat. Nilai p-value 0,000 (p<0,5) yang artinya
terdapat hubungan antara interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan
Kesimpulan : Ada arah hubungan positif antara interaksi teman sebaya dengan
perilaku merokok pada remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan
Denpasar Selatan yang mana semakin tinggi interaksi dengan teman sebaya
semakin berat perilaku merokok.
Kata Kunci : Interaksi Teman Sebaya, Perilaku Merokok, Remaja

x
THE CORRELATION BETWEEN PEER INTERACTION
AND SMOKING BEHAVIOR IN TEENAGERS
IN BANJAR PEGOK, SESETAN, SOUTH DENPASAR

Ni Made Fajarini Gemilang


Faculty of Health
Bachelor of Nursing
Institute of Technology and Health Bali
Email: fajarinigemilang@gmail.com

ABSTRACT

Background: Smoking is a bad habit that causes various diseases. Teenagers who
smoke are usually because of imitation and persuasion from their closest people
such as parents, peers, and environmental situations, for this reason, the purpose
of this study was to determine the correlation between peer interaction and
smoking behavior in teenagers in Banjar Pegok, Sesetan, South Denpasar.
Methods: This study employed a cross-sectional design. The sample used was 79
respondents, selected through the probability sampling technique, the simple
random sampling. The instrument used was a questionnaire, distributed online in
the format of a google form. Data were analyzed using the bivariate analysis, the
Spearman Rho.
Results: 89.9% of respondents had interactions with their peers and 49.4% had
heavy smoking behavior. The result also showed that there is a correlation
between peer interaction and smoking behavior in teenagers in Banjar Pegok,
Sesetan, South Denpasar (p-value is 0.000; p<0.5).
Conclusion: There is a positive correlation between peer interaction and smoking
behavior in teenagers in Banjar Pegok, Sesetan, South Denpasar. This means that
the higher the interaction with peers, the heavier the smoking behavior.

Keywords: Peer Interaction, Smoking Behavior, Teenagers

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN…….. ................................................................ i


HALAMAN SAMPUL DEPAN DENGAN SPESIFIKASI……………………ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........ Error! Bookmark not
defined.
LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN SKRIPSI.... Error! Bookmark not
defined.
LEMBAR PERNYATAAN PENGESAHAN.... Error! Bookmark not defined.
FORMAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...... Error! Bookmark not
defined.i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI.... Error! Bookmark
not defined.
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
ABSTRAK ……………………………………………………………………x
ABSTRACT ………..………………………………………………………xi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................4
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................6
A. Tinjauan Teori.................................................................................6
B. Keaslian Penelitian .......................................................................29
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN ..34
A. Kerangka Konsep ..........................................................................34
B. Penjelasan Kerangka Konsep........................................................35
C. Hipotesis .......................................................................................35
D. Variabel Penelitian ........................................................................35
E. Definisi Operasional Variabel ......................................................35
BAB IV METODE PENELITIAN .....................................................................39
A. Desain Penelitian ..........................................................................39
B. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................39
C. Populasi, Sampel, dan Sampling...................................................40
D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data .............................................41

xii
E. Analisa Data ..................................................................................44
F. Etika Penelitian .............................................................................48

BAB V HASIL PENELITIAN ..........................................................................50


A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................50
B. Hasil Penelitian .............................................................................50
BAB VI HASIL PEMBAHASAN .....................................................................58
A. Interaksi Teman Sebaya Pada Remaja di Banjar Pegok ...............58
B. Perilaku Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok .........................60
C. Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku
Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok .......................................63
D. Keterbatasan Penelitian.................................................................65
BAB VII PENUTUP ..........................................................................................66
A. Kesimpulan ...................................................................................66
B. Saran .............................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................68
LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Interaksi Teman

Sebaya DenganPerilaku Merokok Pada Remaja ...........................32

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian..………………...…34

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik


Umur dan Tingkat Pendidikan di Banjar Pegok April 2022
(n=79) …………………………………..……………………53

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Interaksi Teman Sebaya


Pada Remaja di Banjar Pegok April 2022 (n=79) ………...…53

Tabel 5.3 Kategori Interaksi Teman Sebaya Pada Remaja di Banjar


Pegok ……………………………………………….………..54

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Perilaku Merokok Pada


Remaja di Banjar Pegok April 2022 (n=79)…….. ……… …55

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok pada Remaja di Banjar


Pegok April 2022 (n=79)…… ………………………………58

Tabel 5.6 Hasil Tabel Silang (Crosstabulation) Hubungan Interaksi


Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di
Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Denpasar Selatan April 2022
(n=232)………………………………………………… …...58

Tabel 5.7 Hasil Uji Normalitas Hubungan Interaksi Teman Sebaya


Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok
(n=79)………………………………………………………..59

Tabel 5.8 Hasil Korelasi Spearman’s RHO Hubungan Interaksi Teman


Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di Banjar
Pegok (n = 79)…………………………………………..…...60

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2. Surat Permohonan Menjadi
Responden
Lampiran 3. Informed
Consent
Lampiran 4. Lembar
Kuesioner
Lampiran 5. Surat Rekomendasi Penelitian Dari Rektor Itekes Bali
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Dari Komisi Etik
Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian Dari Badan Penenanaman Modal Dan
Perijinan Provinsi Bali
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian Dari Kesbangpolinmas Kabupaten/Kota
Lampiran 9. Surat Ijin Penelitian Dari Lokasi Penelitian
Lampiran 10. Analisa Data

xvi
DAFTAR SINGKATAN

(ATL) : Asap Tembakau Lingkungan


(ASEAN) : Association of South East Asian Nations
(ETS) : Environmental Tobacco Smoke
(SKRRI) : Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia
(SMA) : Sekolah Menengah Atas
(WHO) : World Health Organization

xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke


masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami
sebagai persiapan memasuki masa dewasa (Sofia & Adiyanti,2013).
Perilaku remaja pada umumnya merupakan suatu pengembangan jati diri,
dimana usia remaja ingin diberikan kebebasan dalam melakukan sesuatu
yang mereka inginkan. Remaja lebih sering diistilahkan sebagai masa
adolescence, yang banyak mencakup arti yang luas, dalam hal ini yang
mempengaruhi yaitu, kematangan mental, emosional dan fisik. Pada usia
remaja sangatlah identik dengan masa pergaulan, pada masa ini biasanya
remaja mulai tidak tergantung pada keluarga sebaliknya lebih memilih
melakukan apa yang remaja inginkan (Durandt, 2015). Diliat dari sisi
biologis perilaku yaitu suatu kegiatan atau aktifitas sebuah organisme yang
saling bersangkutan. Adanya perilaku dengan hidup sehat dengan tidak
merokok atau merokok adalah kebiasaan buruk yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit. Perilaku merokok merupakan suatu Tindakan
individu yang bersifat nyata, dapat diamati secara umum dan obyektif
dengan menghisap asap rokok yang terbuat dari tembakau yang dapat
merugikan diri sendiri dan orang lain disekitarnya (Notoatmojo, 2014).

World Health Organization (WHO) 2019 menjelakan bahwa tembakau


membunuh dari 8 juta orang per tahun di seluruh dunia. Lebih dari 8 juta
kematian tersebut dihasilkan dari penggunaan tembakau secara langsung,
sementara sekitar 1,2 juta kematian itu dialami oleh perokok pasif. Negara
pada Association of South East Asian Nations (ASEAN) merupakan
kawasan dengan 10% dari seluruh perokok didunia dan kawasan dengan
20% penyebab kematian global akibat tembakau. Data tersebut juga
menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara dengan persentase
perokok terbanyak dinegara ASEAN (lebih dari 50%) (WHO, 2019).

1
2

Jumlah perokok terbanyak pada usia remaja (10-19 tahun) mengalami


peningkatan dari 1,9% menjadi 7,2% ditahun 2013 dan mengalami
peningkatan menjadi 9,1% di tahun 2018 (Riskesdes, 2018).

WHO 2019 menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara ke 3


dengan jumlah perokok terbesar didunia setelah China dan India. Sementara
itu ASEAN merupakan sebuah kawasan dengan 10% dari seluruh perokok
dunia dan 20% penyebab kematian global akibat rokok. Persentase perokok
pada penduduk di Negara ASEA terbesar adalah Indonesia (46,16%),
Filipina (16,62%), Vietnam (14,11%), Myanmar (8,73%), Thailand (7,74%),
Malaysia

(2,90%), Kamboja (2,07%), Laos (1,23%), Singapura (0,39%), dan


Brunei (0,04%). Peningkatan konsumsi rokok berdampak pada makin
tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian
akibat rokok. Tahun 2030 diperkirakan angka kematian rokok didunia akan
mencapai 10 juta jiwa dan 70% diantaranya berasal dari Negara berkembang
(WHO, 2019). Perokok di Indonesia tidak hanya dikalangan dewasa saja,
melainkan sudah merambat kekalangan remaja muda. Kalangan remaja
sendiri diantaranya berasal dari kalangan social ekonomi rendah, sedangkan
rata-rata usia seseorang yang mulai merokok yaitu dari usia 15 tahun
(Riskesdes, 2018).

Secara umum prevalensi perokok di Provinsi Bali saat ini mencapai


18,86%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat
bahwa prevalensi perokok remaja tertinggi ditemukan di Kota Jembrana
22,56%, Kabupaten Denpasar 22,02%, Kabupaten Tabanan 21,32%,
Kabupaten Buleleng 19,85%, Kabupaten Bangli 18,38%, Kabupaten
Badung 16,95%, Kabupaten Karangasem 15,54%, Kabupaten Gianyar
14,84%, Kabupaten Klungkung 13,54%, (Dinkesprov Bali, 2018). Usia
pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan
pada umumnya merokok sebelum usia 19 tahun. Perokok usia muda di
Indonesia semakin meningkat, dimana hasil survey social ekonomi
3

memperlihatkan, terjadi peningkatan yang mengkhawatirkan perokok


dikalangan dibawah usia 19 tahun, dari 28,8% tahun 2013 meningkat
menjadi 29,3% pada tahun 2018. Aktivitas merokok dikalangan pelajar
khusunya pelajar ditingkat SMU bukan merupakan hal yang baru (Rikesdas,
2018).

Ada beberapa alasan yang membuat remaja merokok, antara lain


adalah: Mencontoh dari orang tua yang juga perokok, pengaruh teman,
sebagian besar remaja ataupun orang yang merokok memiliki lingkungan
pergaulan yang sebagian besar merokok, pengaruh diri sendiri, remaja
merokok juga karena faktor ingin tahu serta coba-coba, pengaruh iklan,
banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan media luar ruang
telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok (Hasanah,
2011). Remaja yang merokok jika bergaul dengan teman-teman yang
merokok cenderung akan merokok juga, jika remaja yang merokok tanpa
teman yang merokok mereka cenderung tidak akan merokok. Menurut
penelitian Lewin (dalam Komasari dan Helmi, 2006) perilaku merokok
merupakan mencontoh dari orang tua dan diri sendiri, artinya Tindakan
merokok selain disebabkan faktor-faktor dari dalam diri juga disebabkan
faktor mencontoh dari orangtua, pengaruh faktor intrinsik dan ekstrinsik,
dimana ekstrinsik itu salah satunya adalah pengaruh teman, namun dari hasil
penelitian ditemukan bahwa foktor intrinsik pengaruh dari orangtua jauh
lebih besar.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Kelurahan Sesetan, 14 banjar


yang terdapat di Desa Pegok dengan jumlah remaja sebanyak 982 orang.
Banjar pegok menempati jumlah remaja terbanyak dengan jumlah 172
orang, dari keseluruhan jumlah remaja di Banjar Pegok 98 orang remaja laki
– laki dan sisanya adalah perempuan. Berdasarkan hasil wawancara yang di
lakukan di Banjar Pegok pada 15 remaja terdapat 9 remaja yang merokok
dengan jumlah hisap 15-18 batang per hari, 4 remaja merokok dengan
jumlah hisap 10-14 batang per hari dan 2 remaja yang tidak merokok.
4

Mereka merokok mulai dari usia 13 tahun sebanyak 3 remaja, usia 14 tahun
sebanyak 5 remaja, dan usia 15 tahun sebanyak 4 remaja, berbagai macam
alasan mereka merokok yaitu karena pengaruh dari teman sebaya, karena
ingin tahu dan mencoba-coba. Perilaku merokok remaja di Banjar Pegok
menjadi budaya tersendiri dalam interaksi sosial. Maupun juga menjadi
suatu hubungan kepuasan personal untuk menghisap rokok. Jika dikaitkan
dalam suatu kebiasaan yang berulang- ulang dalam upacara adat,
perkawinan, kematian. Rokok menjadi barang pelengkap dalam upacara
tersebut. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh bendesa Banjar Pegok
memasang himbauan dilarang merokok di setiap pura dan tempat umum
yang berada di Banjar Pegok dan di setiap titik yang menjadi perhatian.

Berdasarkan paparan diatas, dapat dirumuskan masalah yang akan


diteliti yaitu, apakah ada hubungan interaksi teman sebaya dengan perilaku
merokok pada remaja, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah


dalam penelitian ini. “Apakah ada hubungan interaksi teman sebaya dengan
perilaku merokok pada remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Kecamatan Denpasar Selatan? ”.
C. Tujuan

1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan interaksi teman
sebaya dengan perilaku merokok pada remaja di Banjar Pegok
Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi interaksi teman sebaya pada remaja di Banjar
Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan.
5

b. Mengidentifikasi perilaku merokok pada remaja di Banjar Pegok


Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan.
c. Menganalisis hubungan interaksi teman sebaya dengan perilaku
merokok pada remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Kecamatan Denpasar Selatan.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Sebagai bahan kajian pustaka/ referensi untuk pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya mengenai hubungan interaksi teman sebaya
dengan perilaku merokok pada remaja.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi tenaga kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan
program penyuluhan tentang sosialisasi bahaya merokok pada
remaja.
b. Bagi remaja
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi remaja
yang belum tahu tentang bahaya merokok dan motivasi bagi
remaja untuk dapat mengurangi perilaku merokok.
i. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman belajar dalam
kegiatan penelitian selanjutnya, meningkatkan pengetahuan
tentang bahaya dan dampak dari perilaku merokok dan menambah
pemahaman dalam hubungan interaksi teman sebaya dengan
perilaku merokok pada remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep remaja

a. Pengertian remaja

Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-


anak ke masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan
yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa.
Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan
psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari
perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan atau
peralihan dari anak- anak ke masa dewasa yang meliputi
perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial
(Sofia & Adiyanti, 2013). Menurut King (2012) remaja
merupakan perkembangan yang merupakan masa transisisi dari
anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia 12
tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun. Remaja adalah
masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Pada periode ini
terjadi pertumbuhan dan perkembangan berbagai hal baik
hormoral, fisik, psikologis, maupun sosial (Abbori & Quarbaniah,
2017).

Masa remaja merupakan masa peralihan ke masa


pendewasaan diri, dan juga masa terjadinya krisis identitas atau
pencarian jati diri. Selama masa proses perkembangan diri, masa
remaja ini akan terjadi perubahanperubahan dalam bersikap,
berperilaku, perubahan fisik dan juga sosial. Di Indonesia, remaja
sangat memiliki potensi sebagai sumber daya manusia kelompok
produktif, namun juga memiliki kerentanan terhadap perilaku
menyimpang dan berisiko (Suparmi & Isfandari, 2016). Pada
tahun 2010 di Indonesia sebanyak 23,7 juta jiwa adalah

6
7

penduduk remaja (26,6%). Dewasa ini, perilaku menyimpang


seperti seksual pranikah pada remaja laki-laki cenderung
meningkat yang dijabarkan pada laporan Survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) yaitu remaja laki-laki
usia 15-24 tahun mengaku pernah melakukan hubungan seksual
sebelum menikah mengalami peningkatan pada tahun 2007 dari
6,4% dan tahun 2012 menjadi 8,3%, sedangkan pada remaja
perempuan mengalami penurunan dari 1,3% tahun 2007 menjadi
0,9% pada tahun 2012 (SDKI, 2012).

Menurut Hurlock (dalam (Yuda, 2018) secara fisikologis


remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah
tingkat orang dewasa melainkan berada di dalam tingkat yang
sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam
masyarakat, mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih
berhubungan dengan masa puber, termasuk juga perubahan
intelektual yang mencolok, trasformasi yang khas dari cara
berfikir remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam
hubungan sosial orang dewasa.
b. Penggolongan remaja
Berdasarkan proses penyesuaian menuju kedewasaan, ada 3
tahap perkembangan remaja diantaranya Soetjiningsih (2010):
Remaja awal (Early adolescent) umur 12-15 tahun
Seorang remaja untuk tahap ini akan terjadi perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan yang akan
menyertai perubahan- perubahan itu, mereka pengembangkan
pikiran-pikiran baru sehingga, cepat tertarik pada lawan jenis,
mudah terangsang secara erotis, dengan dipegang bahunya saja
oleh lawan jenis ia sudah akan berfantasi erotik.
1) Remaja menengah (middle adolescent) berumur 15-18
tahun Tahap ini remaja membutuhkan kawan-kawan,
remaja senangjika banyak teman yang mengakuinya. Ada
8

kecenderungan mencintai pada diri sendiri, dengan


menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain
itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak
tahu memilih yang mana peka atau tidak peduli, ramai-
ramai atau sendiri, optimis atau pesimistis, idealitas atau
materialis, dan sebagainya.
2) Remaja akhir (late adolescent) berumur 18-21 tahun
Pada tahap ini remaja lebih berkonsentrasi pada rencana
yang akan datang dan meningkatkan pergaulan. Selama
bmasa remaja akhir, proses berfikir secara kompleks
digunakan untuk memfokuskan diri pada masalah-masalah
idealisme, toleransi, keputusan untuk karir dan pekerjaan,
serta peran orang dewasa dalam masyarakat.
b. Ciri-ciri remaja
Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela
rentang kehidupan masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu
yang membedakannya dengan periode sebelumnya dan
sesudahnya. Masa remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit
bagi remaja maupun orangtuanya, Menurut (Sidik Jatmika,
2010). Dari berbagai penjelasan di atas, dapatlah dipahami
tentang berbagai ciri yang menjadi kekhususan remaja. Ciri-ciri
tersebut adalah sebagai berikut:

1) Masa remaja sebagai periode yang penting.

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat


jangka panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang
begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan
mental, terutama pada masa awal remaja. Semua
perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian
mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan minat
baru.
9

2) Masa remaja sebagai periode peralihan.


Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan
juga orang dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-
anak, ia akan diajari untuk bertindak sesuai dengan
umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana
orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar
ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak seperti
orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas
ini juga menguntungkan karena status memberi waktu
kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan
menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yangpaling sesuai
bagi dirinya.
3) Masa remaja sebagai periode perubahan.
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa
remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal
masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat,
perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau
perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan
perilaku juga menurun.
4) Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya
sendiri- sendiri, namun masalah masa remaja sering
menjadi persoalan yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki
maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka untuk
mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka
yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaiannya tidak selalu sesuaidengan harapan mereka.
5) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri
terhadap kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki
dan perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan
10

identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama


dengan teman- teman dalam segala hal, seperti sebelumnya.
Status remaja yang mendua ini menimbulkan suatu dilema
yang menyebabkan remaja mengalami “krisis identitas”
atau masalah-masalahidentitas-ego pada remaja.
6) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat
semaunya sendiri atau “semau gue”, yang tidak dapat
dipercayadan cenderung berperilaku merusak
menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan
mengawasi kehidupan remaja yang takut bertanggung
jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku
remaja yang normal.
7) Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.
Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui
kacamata berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri
dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan
bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan
cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak
hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan
teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang
merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan sakit
hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau
kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah
ditetapkannya sendiri.
8) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para
remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip
belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka
sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti
orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu,
11

remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang


dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat
dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan.
Mereka menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan
memberikan citra yang sesuai dengan yang diharapkan
mereka.
c. Tugas-tugas perkembangan remaja.
Havigurst mendefinisikan tugas perkembangan merupakan
tugas yang muncul sekitar satu periode tertentu pada kehidupan
individu, jika individu berhasil melewati periode tersebut maka
akan menimbulkan fase bahagia serta membawa keberhasilan
dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya
(Muhammad Ali, 2011). Namun jika individu gagal melewati
periode tersebut maka tak jarang akan terjebak dalam
perkembangan psikis yang tidak sehat, salah satunya kenakalan
remaja (Syafitri, 2015).
Adapun tugas-tugas perkembangan remaja menurut
Havigurst adalah sebagai berikut:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya.
2) Mampu memahami dan menerima peran seks usia dewasa.
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota
kelompok yang berlainan jenis. Mencapai kemandirian
emosional.
4) Mencapai kemandirian ekonomi.
5) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang
sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota
masyarakat.
6) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang
dewasa dan orang tua.
7) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
12

diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.


8) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
d. Masalah-masalah yang terjadi pada remaja
Perilaku sosial sering kali dihadapi pada saat masa remaja.
Seseorang remaja bisa saja mengalami masalah yang sangat berat
dan memerlukan waktu lama untuk menyelesaikan (Santrock,
2012). Misalnya saat berusia 13 tahun ia mulai menunjukkan
perilaku mengganggu orang lain, pada usia 14 tahun ia sudah
melakukan kenakalan - kenakalan yang nyata, dan pada usia 16
tahun masalahnya akan bertambah parah karena ia semakin
sering melakukan kesalahan. Hal ini terjadi karena masa remaja
adalah masa pembuktian diri kepada orang lain, maka remaja
akan melakukan apapun agar dirinya diakui walaupun apa yang
ia lakukan sebenarnya salah. Berikut adalah masalah yang sering
terjadi pada remaja (Santrock, 2012):
1) Penggunaan obat terlarang, alkohol, dan merokok Pada
remaja tertarik menggunakan obat-obat karena mereka
yakin obat-obatan dapat membantu mereka beradaptasi
terhadap lingkungan yang selalu berubah. Mereka
menganggap merokok dan minum-minuman keras mereka
dapat mengurangi stress, tidak bosan dan beberapa situasi
dapat membantu remaja melarikan diri dari kenyataan
dunia. Remaja dapat merasakan perasaan tenang, gembira,
rileks saat memakai obat. Namun penggunakaan obat untuk
memperoleh kepuasan pribadi dan kemampuan beradaptasi
yang sementara dapat menimbulkan dampak yang sangat
merugikan. Dengan demikian, remaja yang menganggap
penggunaan obat itu adalah perilaku adaptif masalah
sebenarnya adalah mal adaptif, karena dapat menimbulkan
masalah kesehatan dalam jangka panjang.
13

2) Kenakalan remaja
Kenakalan remaja mengarah pada berbagai perilaku mulai
dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial,
pelanggaran, hingga tindakan kriminal. Kenakalan ini
biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam
menjalani tugas perkembangannya, baik pada saat remaja
maupun masa kanak- kanak yang tidak terselesaikan
dengan baik pada tahap perkembangan sebelumnya.
3) Gangguan depresi atau bunuh diri
Di masa remaja, gejala-gejala depresi dapat dilihat dalam
berbagai cara seperti kecenderungan untuk mengenakan
pakaian hitam, menulis kata-kata mengerikan, atau senang
mendengarkan lagu-lagu yang bertema sedih. Gangguan
tidur juga dapat muncul seperti sulit tidur di pagi hari
maupun sulit tidur saat malam hari. Dengan timbulnya
perasaan depresi akan membuat remaja menjadi bosan dan
enggan untuk melanjutkan hidupnya, sehingga muncul ide-
ide untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri dan
berusaha bunuh diri di masa remaja.
d. Faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja
Sebagai makhluk sosial, individu di tuntut untuk mampu
mengatasi segala permasalahan yang timbul sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungan sosial dan mampu menampilkan diri
sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku. Begitu juga
dengan pergaulan pada remaja, Menurut (Santrock, 2012) ada
beberapa faktor yang bisa mempengaruhinya antara lain:
1) Kondisi fisik
Penampilan fisik merupakan aspek penting bagi remaja
dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Mereka biasanya
mempunyai standarstandar tertentu tentang sosok fisik ideal
14

yang mereka dambakan. Misalnya, standar cantik adalah


postur tinggi, tubuh langsing dan berkulit putih. Namun
tentu saja tidak semua remaja memiliki kondisi fisik seideal
itu. Karenanya, remaja harus bisa belajar menerima dan
memanfaatkan bagaimana kondisi fisik sefektif mungkin.
Remaja harus menanamkan keyakinanbahwa keindahan
lahiriah bukannya makna kecantikan yang
sesungguhnya.Kecantikan sejati justru bersumber dari hati
nurani, akhlak, serta kepribadian yang baik.
2) Kebebasan Emosional
Pada umunya, remaja ingin memperoleh kebebesan
emosional. Mereka ingin bebas melakukan apa saja yang
mereka sukai. Dalam masa peralihan dari anak-anak menuju
dewasa, seorang remaja senantiasa berusaha agar pendapat
atau pikiran- pikirannya, diakui dan disejajarkan dengan
orang dewasa. Dengan demikian, jika terjadi perbedaan
pendapat antara anak dan orang tua, maka pendekatan yang
bersifat demokratis dan terbuka akan terasa lebih bijaksana.
Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah membangun
rasa saling pengertian dimana masing-masing pihak
berusaha memahami sudut pandang pihak lain. Saling
pengertian juga dapat dibangkitkan dengan bertukar
pengalaman atau dengan melakukan beberapa aktivitas
tertentu bersamasama dimana orang tua dapat
menempatkan diri pada situasi remaja dan sebaliknya.
3) Interaksi Sosial
Kemampuan untuk melakukan interaksi sosial juga sangat
penting dalam membentuk konsep diri yang positif,
sehingga seseorang mampu melihat dirinya sebagai orang
yang kompeten dan disenangi oleh lingkungan. Dia
memiliki gambaran yang wajar tentang dirinya sesuai
15

dengan kenyataan yang ada (tidak di kurangi atau dilebih-


lebihan).
4) Pengetahuan Terhadap kempuan diri
Setiap rakkelebihan atau potensi yang ada dalam diri
manusia sesungguhnya bersifat laten. Artinya harus terus
digali dan terus dirangsang agar keluar secara optimal. Kita
melihat sejauh mana potensi itu terkonsentrasi untuk
selanjutnya diperdalam, hingga dapat melahirkan karya
yang berarti. Dengan menerima kemampuan diri secara
positif, seorang menentukan keputusan yang tepat terhadap
apa yang akan ia jalani, seperti memilih sekolah atau jenis
kegiatan yang diikuti.
5) Penguasaan diri terhadap nilai-niali moral dan agama
William James, seorang psikolog yang mendalami psikolog
agama, mengatakan bahwa orang yang memiliki komitmen
terhadap nilai-nilai agama cenderung mempunyai jiwa yang
lebih sehat. Kondisi tersebut ditampilkan dengan sikap
positif, optimis, spontan, bahagia, serta penuh gairah dan
vitalitas. Agama sebagai suatu kebiasaan yang
membosankan atau perjungan yang berat dan penuhi beban
akan memiliki jiwa yang sakit, Dia akan dihinggapi oleh
penyesalan diri, rasa bersalah, murung, serta tertekan.
2. Perilaku Merokok
a. Pengertian perilaku
Perilaku merupakan seperangkat perbuatan atau tindakan
seseorang dalam melalukan respon terhadap sesuatu dan
kemudian dijadikan kebiasaan karena adanya nilai yang diyakini.
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas
dari manusia baik yang diamati maupun tidak dapat diamati oleh
interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku secara lebih
16

rasional dapat diartikan sebagai respon organisme atau seseorang


terhadap rangsangan dari luar subyek tersebut. Respon ini
terbentuk dua macam yakni bentuk pasif dan bentuk aktif dimana
bentuk pasif adalah respon internal yaitu yang terjadi dalam diri
manusia dan tidak secara langsung dapat dilihat dari orang lain
sedangkan bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu dapat
diobservasi secara langsung (Triwibowo, 2015)

Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi


kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya,
bahkan orang mulai merokok ketika dia masih remaja. Perilaku
manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan
respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak
langsung (Sunaryo, 2004). Aktifitas yang secara langsung dapat
diamati pada remaja laki – laki adalah perilaku merokok. Perilaku
merokok adalah perilaku yang dinilai sangat merugikan dilihat
dari berbagai sudut pandang baik bagi diri sendiri maupun orang
lain disekitarnya menurut Aula (dalam (Fikriyah & Febrijanto,
2012)

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


Menurut (Triwibowo, 2015) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang yaitu:
1) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor positif yang
mempermudah terwujudnya praktek, maka sering disebut
sebagai faktor pemudah. Adapun yang termasuk faktor
predisposisi, yaitu: kepercayaan, keyakinan, pendidikan,
motivasi, persepsi, pengetahuan
2) Faktor Pendukung
Faktor pendukung terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan.
17

Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau


memungkinkan terwujudnya perilaku, sehingga disebut faktor
pendukung atau pemungkin.
3) Faktor pendorong
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya, yang merupakan kelompok
referensi dari perilaku masyarakat. Perilaku orang lebih
banyak dipengaruhi oleh orang-orang penting (Triwibowo,
2015).

c. Pengertian rokok
Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan
dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu maupun
masyarakat. Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, diketahui bahwa
rokok adalah hasil olahan tembakau dibungkus termasuk cerutu
maupun bentuk lainnya yang di hasilkan dari tanaman Nicotiane
tabacum, Nicotiane rustica dan spesies lainnya yang mengandung
nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. Rokok adalah
kertas yang digulung didalamnya berisi bubuk daun tembakau
berukuran 70 hingga 120 mm dengan diameter sekitar 10 mm
(Jaya dalam Ammang, Sondakh, dan Kalesaran, 2017). Menurut
Aditama (dalam Ammang, Sondakh, dan Kalesaran, 2017), pada
satu buah rokok terdapat 4.000 jenis bahan-bahan kimia yang
bersifat karsinogenik serta membahayakan yang
mengkonsumsinya.

d. Pengertian perilaku merokok


Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap serta membakar
batang rokok lalu menghasilkan asap yang dilakukan individu dan
asap tersebut bisa dihirup oleh orang lain yang ada di
sekelilingnya (Runtukahu, Sinolungan, & Opod, 2015). Perilaku
merokok merupakan perilaku membakar satu batang rokok dan
18

berbahan baku kertas, tembakau, cengkeh yang berisi tar dan


nikotin lalu dihisap dengan melalui pipa atau kertas yang
digulung lalu dihembuskan (Priyanti & Silaen, 2018).

Merokok merupakan kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan


di masyarakat. Kegiatan merokok ini tidak mengenal tempat atau
lingkungan mulai dari rumah, sekolah, kampus, kantor, bahkan di
sarana transportasi umum. Perilaku merokok tidak mengenal usia
ataupun status sosial, dari kalangan remaja sampai orang tua
banyak yang merokok dan sudah menjadi kegiatan sehari-hari.
Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan
kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai
penyakit bahkan dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok
dan orang yang ada disekitarnya. (Yuda, 2018)

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku


merokok merupakan suatu tindakan individu yang bersifat nyata,
dapat diamati secara umum dan obyektif dengan menghisap asap
rokok yang terbuat dari tembakau yang dapat merugikan diri
sendiri dan orang lain disekitarnya.

e. Kandungan rokok
Menurut Surodjo & Langi 2013, rokok memiliki
kandungan zat yang berbahaya yaitu:
1) Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf
dan peredaran darah, zat ini bersifat karsinogen dan mampu
memicu kanker paru-paru yang mematikan. Kandungan
nikotin dalam asap rokok antara 0,5-3 mg, dan semua
diserap sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara
40-50 mg/ml. nikotin merangsang bangkitnya hormone dari
anak ginjal yang menyebabkan jantung berdebar-debar dan
meningkatkan tekanan darah serta kadar kolesterol dalam
19

darah yang berhubungan erat dengan terjadinya serangan


jantung.
2) Tar
Tar adalah hidrokarbon yang bersifat lengket dan
penempel pada paru-paru. Tar dan asap rokok merangsang
jalan nafas, dan tertimbun disaluran tersebut sehingga
menyebabkan batuk dan sesak nafas, tar yang menempel di
jalan nafas dan dapat menyebabkan kanker jalan nafas, lidah
atau bibir.
3) Akrolein
Akrolein adalah zat yang berbentuk cair yang tidak
berwarna dan diperoleh dengan mengambil cairan dari
gliseril atau mengeringkannya. Zat ini berbahaya bagi kulit,
mata dan pernafasan. Zat ini merupakan penyebab terbesar
terjadinya kanker paru-paru pada perokok karena sifatnya
yang menghambat metabolisme tubuh ketika terhisap.
4) Ammonia
Yaitu gas yang tidak berwarna yang terdiri dari nitrogen
dan hydrogen. Memiliki bau yang sangat tajam merangsang.
Zat ini memasuki sel-sel tubuh dengan sangat cepat.
5) Gas CO (karbon monoksida)
Gas CO berpengaruh negative terhadap jalan nafas dan
pembuluh darah. Karbon monoksida lebih mudah terikat
hemoglobin dari pada oksigen. Oleh sebab itu, darah yang
banyak mengandung karbon CO, maka akan mengurangi
daya angkut oksigen dan orang dapat meninggal karena
keracunan karbon monoksida.
6) Hydrogen sianida
Gas tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa yang
merupakan zat paling ringan serta mudah terbakar.
20

7) Asid Formic
Asid formic merupakan cairan tidak berwarna, berbau
tajam danbias bergerak bebas serta menyebabkan melepuh.
8) Nitro oksida
Gas tidak berwarna dan jika dihisap bias menyebabkan
pertimbangan dan bias menimbulkan rasa sakit zat ini
biasanya digunakan untuk membius saat operasi.
9) Fenol
Zat yang terdiri dari distilasi zat-zat organik. Misalnya kayu
dan arang fenol juga bias terikat di dalam protein dan
mengalangi kerja insulin.
10) Asetol
Zat yang merupakan hasil pemanasan aldehid yang menguap
dengan alcohol.
11) Hydrogen sulfide
Gas yang tidak berwarna dan memiliki bau yang tajam dan
bersifat korosif. Sangat beracun dan mudah terbakar. Zat ini
dapat meracuni system di dalam tubuh.

f. Tipe-tipe perilaku merokok


Sitepoe (2000) menyebutkan bahwa terdapat 2 (dua) tipe
perilaku merokok berdasarkan asap yang dihisapnya, yaitu:
1) Perokok aktif, yaitu perokok yang menghisap asap rokok
melalui mulut langsung dari rokok yang dibakar ujungnya (asap
mainstream).
2) Perokok pasif, yaitu orang-orang yang berada di sekitar perokok
aktif yang menghisap rokok yang terbakar dan ikut menghisap
asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh perokok aktif (asap
side stream, secondhand smoke, Asap Tembakau Lingkungan
(ATL), Environmental Tobacco Smoke (ETS).

Sedangkan menurut Smet (1994) tipe perokok dapat


21

diklarifikasikan menurut banyaknya rokok yang dihisap setiap


harinya yang terdiri dari:
1) Perokok ringan, yakni perokok yang menghisap atau
merokoksebanyak 1- 4 batang dalam seharinya.
2) Perokok sedang, yakni perokok yang menghisap atau
merokoksebanyak 5-14 batang dalam seharinya.
3) Perokok berat, yakni perokok yang menghisap atau
merokoksebanyak lebih dari 15 batang dalam seharinya.

g. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
yaitu:

1) Pengaruh orang tua


Hasil penelitian (Rudi dkk, 2017) menemukan bahwa
terpengaruh orang tua yang merokok lebih banyak
dibandingkan dengan orang tua yang tidak merokok. Hal ini
didasari karena melihat orang tua merokok maka ingin
mencoba untuk merokok dengan alasan ingin tahu atau hanya
ingin mencoba-coba merokok. Namun, rasa ingin tahu atau
mencoba-coba rokok justru mengarahkan kebiasaan ingin terus
menerus untuk merokok. Salah satu temuan tentang remaja
perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari
rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan
hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah
tangga yang bahagia. Yang paling kuat pengaruhnya adalah
bila orang tua sendiri menjadi figur contoh, yaitu perokok
berat, maka anak- anaknya akan mungkin sekali untuk
mencontohnya. Perilaku merokok lebih banyak ditemui pada
mereka yang tinggal dengan satu orang tua (singgle parent).
22

h. Pengaruh teman sebaya


Remaja cenderung mempunyai perilaku merokok disebabkan
karena pergaulan remaja lebih luas dan sering menghabiskan waktu
bersama teman-teman. Berbagai fakta mengungkapkan bahwa bila
semakin banyak remaja yang merokok, maka semakin besar
kemungkinan teman-teman adalah perokok dan demikian sebaliknya
(Aryani, 2010). Pada remaja, pengaruh teman sebaya merupakan
salah satu pendorong untuk remaja berkeinginan merokok. Rasa
ingin tahu terhadap bagaimana rasanya merokok ataupun tantangan
terhadap larangan yang ada termasuk pengaruh budaya dan agama
mengenai rokok akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi remaja
untuk memutuskan untuk tidak merokok atau merokok baik secara
terang-terangan ataupun sembunyi- sembunyi (Wismaningsih dkk,
2014).
1) Faktor kepribadian
Gejala merokok di kalangan remaja disebabkan oleh rasa ingin
tahu atau mencoba- coba pengalaman baru, mencoba
menghilangkan kejenuhan ingin dianggap lebih jantan, ingin
diterima di kelompoknya atau pengaruh panutannya, misal
orang tua atau kakaknya yang merokok, dimana hal tersebut
ditunjang oleh mudahnya rokok didapatkan baik penjualan
maupun harganya. (Cahyo dkk, 2012). Remaja cenderung
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Karena masa remaja adalah
masa dimana seseorang masih mencari jati dirinya dan labil
terutama terhadap pengaruh lingkungan. Remaja merupakan
masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu
tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik
emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan
masalah-masalah (Nurmiyanto & Rahmani, 2013).
23

2) Pengaruh iklan
Fungsi dari iklan rokok itu sendiri diakui oleh sebagian
besar subyek sebagai salah satu sarana untuk mengenaikan
produk rokok kepada masyarakat yang pada akhimya berimbas
pada peningkatan penjualan produk rokok, mereka tidak
menyebutkan iklan tersebut yang menyebabkan mereka
merokok. (Cahyo dkk, 2012). Iklan dalam media massa secara
langsung atau tidak akan mempengaruhi individu. Dimulai dari
minat beli hingga mindset. Bagi seorang dewasa yang melek
media, paparan iklan dalam media mungkin tidak akan terlalu
mempengaruhinya. Akan tetapi bagi para remaja yang belum
memiliki cukup pengetahuan dalam hal literasi media atau
penyaringan sebuah informasi akan mempengaruhi. (Virga,
2016). Iklan rokok selama ini dikemas sedemikian bagus,
maskulin, ceria, bahkan eklusif, untuk mengesankan orang
bahwa merokok membuat mereka terlihat cool, jantan, berkelas
dan begitulah yang dipersepsikan banyak orang saat ini (Kelian,
2016).

i. Dampak perilaku merokok


Dampak negative dari merokok pada remaja oleh Hassandra,
(2015), biasanya terjadi beberapa tahun setelah mulai aktif merokok
yaitu menurunnya aktifitas fisik. Menurut United States Departement
of Health and Human Services (dalam Chotidjah, 2012) merokok
sudah mulai dirasakan dampaknya pada usia antara 20 tahun ke atas
yaitu meningkatnya level kerusakan pada paru- paru antara lain
kerusakan permanen dalam saluran paru-paru, pembuluh darah serta
cairan di paru-paru. Hasil Statistik menunjukkan bahwa ada lebih
banyak orang mati karena rokok dan penggunaan tembakau
dibandingkan dengan AIDS, penyalah gunaan alkohol, narkoba,
kecelakaan mobil dan pembunuhan (Orcullo, 2016).Di tinjau dari
segi kesehatan merokok harus dihentikan karena menyebabkan
24

kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan


kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha
pencegahan sedini mungkin.World Health Organization menyatakan
konsumsi rokok menduduki peringkat ke empat dari sepuluh faktor
risiko masalah Kesehatan. Rokok sebagai faktor risiko TB
meningkat secara substansial selama tiga decade terakhir, terutama
di negaraberkembang

Dampak negative juga bisa menyebabkan mengalami


penyakit, salah satu penyakit yang bisa terjadi akibat perilaku
merokok yaitu penyakit tuberculosis, dimana tuberculosis adalah
penyakit infeksius terutama menyerang parenkin paru. TB paru
adalah suatu penyakit yang menular yang disebabkan oleh bacil
Mycobacterium tuberculosis yang merupakan salah satu penyakit
saluran pernapasan bagian bawah dan bisa terjadi akibat seringnya
merokok. Sebagian besar bakteri M. tuberculosis masuk ke dalam
jaringan paru melalui airbone infection dan selanjutnya mengalami
proses yang dikenal sebagai focus primer (Wijaya & Putri,2013).
3. Interaksi Teman Sebaya
a. Pengertian Interaksi Teman Sebaya
Teman sebaya memang memegang peranan
penting dalam kehidupan seorang remaja. Remaja
sangat ingin diterima dan dipandang sebagai anggota
kelompok teman sebaya, baik di sekolah maupun
diluar sekolah. Oleh karena itu, mereka cenderung
bertingkahlaku seperti tingkah laku kelompok
sebayanya (Ali (dalam Amin, dkk, 2016). Interaksi
teman sebaya adalah factor utama yang paling
mempengaruhi perkembangan kognitif dan
perkembangan social individu secara pararel atau
berhubungan dan reflektif terhadap perkembangan
kognitif dalam berinteraksi (Santrock, 2003).
25

Interaksi teman sebaya merupakan hubungan


atau keterkaitan antara individu untuk saling
berinteraksi dalam lingkungan social tertentu karena
memiliki usia yang sama atau yang di sebut sebaya
(Walgito, 2011, dalam Puspitasari, Adi dan Supriyono,
2013). Interaksi teman sebaya yaitu proses timbal balik
antara individu dengan kelompok sosialnya, yang di
dalamnya tercakup ada keterbukaan dalam kelompok,
kerjasama dalam kelompok dan frekuensi hubungan
individu dengan kelompok yang mana interaksi teman
sebaya dapat mengajarkan kepada anak tentang cara
bergaul di lingkungan baik di dalam lingkungan
keluarga, sekolah, maupun di masyarakat (Regina,
2015).

Berdasarkan pengertian diatas yang terkait


dengan interaksi teman sebaya dapat di simpulkan
bahwa interaksi teman sebaya adalah hubungan yang
terjadi dalam suatu lingkungan social tertentu dalam
berinteraksi antar individu maupun individu dengan
kelompok karena adanya kesamaan usia dan minat
dalam mengembangkan kemampuan bersama yang di
dukung dengan penilaian timbal balik oleh lingkungan
untuk meningkatkan minat tertentu.
b. Ciri-ciri Teman Sebaya
Menurut Santosa (dalam Amin, dkk, 2016) teman
sebaya memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakan dengan jenis kelompok lain. Ciri-ciri dari
teman sebaya yaitu:
1) Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas
2) Bersifat sementara
3) Teman sebaya mengajarkan individu tentang
26

kebudayaan yangluas
4) Anggotanya adalah individu yang sebaya
c. Peran Teman Sebaya
Menurut Yusuf (dalam Amin, dkk, 2016) peran
teman sebaya bagi remaja adalah memberikan
kesempatan bagi remaja untuk:
1) Belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain.
2) Belajar mengontrol tingkah laku social.
3) Belajar mengembangkan keterampilan, dan
minat yang relevandengan usianya.
d. Fungsi Teman Sebaya
Menurut Santoso (dalam Amin, dkk, 2016)
menyatakanbahwa ada beberapa fungsi pertemanan
yaitu:
1) Mengajarkan kebudayaan.
2) Membantu peranan social yang baru
3) Kelompok sebaya sebagai sumber informasi bagi orang
tua danguru bahkan untuk masyarakat.
4) Kelompok sebaya individu dapat mencapai kebebasan
sendiri.
5) Kelompok sebaya anak-anak mempunyai organisasi yang
baru.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi teman sebaya
Beberapa faktor yang cenderung menimbulkan munculnya
interaksi teman sebaya pada remaja (Monk’s dan Blair (dalam
Andini, 2016), yaitu :
1) Umur, interaksi semakin besar dengan bertambahnya usia,
terutama terjadi pada usia 15 tahun atau lebih.
2) Keadaan sekeliling, kepekaan pengaruh dari teman
sebaya laki- laki lebih besar dari pada perempuan
3) Kepribadian ekstrovet, anak-anak yang tergolong
ekstrovet lebih cenderung mempunyai interaksi dengan
27

teman lebih banyak daripada anak introvert


4) Jenis kelamin, kecenderungan laki-laki untuk
berinteraksi dengan teman lebih besar dari pada anak
perempuan
5) Besarnya kelompok, pengaruh kelompok menjadi
semakin besar bila besarnya kelompok semakin
bertambah
6) Keinginan untuk mempunyai status, adanya suatu
dorongan untuk memiliki status, kondisi inilah yang
menyebabkan terjadinya interaksi di dalam teman
sebayanya. Individu akan menemukan kekuatan dalam
mempertahankan dirinya di dalam perebutan tempat dari
orang dewasa
7) Interaksi orang tua, suasana rumah yang tidak
menyenangkan dan adanya tekanan dari orang tua
menjadi dorongan individu dalam berinteraksi dengan
teman sebaya
8) Pendidikan, pendidikan yang tinggi adalah salah satu
faktor dalam interaksi teman sebaya karena orang yang
berpendidikan tinggi mempunyai wawasan dan
pengetahuan luas yang akan mendukung dalam
pergaulannya.

f. Aspek-aspek kelompok teman sebaya


Adapun aspek-aspek teman sebaya menurut Santosa
(dalam Murisal, 2012), yaitu:
1) Kebutuhan untuk menerima penghargaan, secara psikologis
individu butuh penghargaan diri orang lain agar mendapat
kepuasan dari apa yang telah dicapai. Individu bergabung
dengan teman sebaya yang mempunyai kebutuhan
psikologis yang sama yaitu ingin di hargai.
28

g. Jenis-jenis rokok
1) Rokok berdasarkan bahan pembungkus
1) klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa
kulitjagung.

2) kawung : rokok yang bahan pembungkusnya


berupa daunaren.

3) sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa


kertas.

4) cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa


daun tembakau.

2) Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.


1) rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya
hanya dauntembakau.

2) rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya


hanyatembakau dan cengkeh.

3) rokok klembak : rokok yang bahan bakunya


tembakau, cengkeh dan kemenyan.
h. Rokok berdasarkan penggunaan filter
1) rokok filter : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.

2) rokok non filter : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak


terdapat gabus.
29

B. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti ada penelitian sejenis yang pernah


dilakukan. Adapun penelitian yang sudah pernah dilakukan dan sejenis
dengan penelitian ini yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Balan (2018) yang berjudul hubungan


konsep diri dengan perilaku merokok pada remaja di SMA Angkasa 1
Lanud Soewondo Medan tahun 2020, yang mengemukakan bahwa
remaja yang memiliki konsep diri yang positif tinggi maka remaja
akan menjauhi perilaku merokok. Remaja yang memiliki konsep diri
yang positif akan mampu untuk bertindak benar, tahu membedakan
mana tindakan yang benar dan tindakan yang salah dan tidak mudah
terpengaruh dengan hal-hal negative dalam pergaulan. Perilaku
merokok dengan konsep diri pada siswa SMA N 1 Mollo Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan Propinsi Nusa Tenggara Timur
didapatkan nilai Sig= 0,029 = a (0, 05) yang berarti data dinyatakan
signifikan dan Ha diterima artinya terdapat hubungan antara perilaku
merokok dengan konsep diri pada siswa SMAN 1 Mollo Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan

2. Propinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil analisa spearman rho juga


menemukan nilai koefisien korelasi 0,516 yang berarti semakin rendah
perilaku merokok maka maka semakin tinggi konsep diri pada siswa
SMAN 1 Mollo Selatan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan penulis lakukan terletak pada variabel bebas dan tempat
penelitian. Balan menggunakan hubungan konsep diri dan penelitian
dilakukan di SMA Angkasa 1 lanud soewondo medan, sedangkan
penulis menggunakan hubungan interaksi teman sebaya sebagai
variabel bebas dan akan di lakukan di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Kecamatan Denpasar Selatan sedangkan persamaan pada penelitian ini
yaitu pada variabel terikat yaitu perilaku merokok pada remaja.
30

3. Penelitian yang dilakukan oleh (Dewandaru, 2017) yang berjudul


hubungan konsep diri dengan perilaku merokok pada remaja di SMA
Angkasa 1 lanud soewondo medan tahun 2020 yaitu untuk
mendeskripsikan konsep diri yang dimiliki oleh remaja yang merokok,
serta faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi konsep diri pada
remaja yang merokok. Konsep diri merupakan suatu gambaran atau
gagasan individu tentang dirinya dan mempunyai peranan penting
dalam menentukan tingkah laku yang diperoleh dari hasil interaksi
dengan orang lain, lingkungan dan pengalaman. Penelitian ini
berjumlah 6 remaja laki-laki yang berusia 16-18 tahun yang merokok
minimal 4 batang dalam sehari. Pemilihan subjek dilakukan di dua
tempat,4 subjek diambil di komplek Stadion Manahan Solo, dan 2
subjek di rumah peneliti di daerah Palang Joglo, Kadipiro, Solo.
Sebelum memilih subjek, seseorang cenderung menjadi perokok
apabila telah mengkonsumsi minimal 4 batang perhari. Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis lakukan terletak
pada variabel bebas dan tempat penelitian. Dewandaru menggunakan
hubungan konsep diri dan penelitian dilakukan di SMA Angkasa 1
lanud soewondo medan, sedangkan penulis menggunakan hubungan
interaksi teman sebaya sebagai variabel bebas dan akan di Banjar
Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan sedangkan
persamaan pada penelitian ini yaitu pada variabel terikat yaitu perilaku
merokok pada remaja.

4. Penelitian Hayati (2016), dengan penelitiannya yang berjudul


“Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Dan Harga Diri Dengan
Kenakalan Remaja Di SMKN 1 Padang”. Jenis penelitian yang
digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional study
jumlah sampel 215 siswa kelas XI yang diambil secara proporsionate
stratified random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji
chi-square. Hasil penelitian menunjukan (60%) remaja melakukan
kenakalan, (59,1%) remaja memiliki tingkat pergaulan teman sebaya
31

yang tinggi, dan (40%) remaja memilikiharga diri rendah.uji chi-


square menunjukkan nilai p = 0,039 yaitu ada hubungan yang
segnifikan antara pergaulan teman sebaya dengan kenakalan remaja
dan menunjukan hubungan yang segnifikan harga diri dengan
kenakalan remaja dengan nilai p = 0,08. Dari hasil penelitian
disarankan kepada sekolah agar memberikan arahan dan meningkatkan
kedisiplinan sekolah dan kepada agar dapat meningkatkan kegiatan
positif agar tidak terjerumus dalam kenakalan remaja, disarankan juga
kepada siswa agar lebih memilih teman dalam bergaul dan bisa
menghargai kelebihan pada dirinya agar tidak mudah terpengaruh oleh
pergaulan yang bebas dan bisa menjerumuskan siswa kedalam
kenakalan remaja. Persamaan dalam penelitian ini terdapat pada
variabel bebas yaitu teman sebaya dan perbedaan penelitian ini berada
pada tempat penelitiannya.

5. Penelitian Walydi (2017), dengan penelitiannya yang berjudul


“Hubungan Dukungan Keluarga Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku
Merokok Remaja Laki-laki Di SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif dengan
rancangan cross sectional. Metode pengambilan sempel yang
digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan
jumlah sampel 134 siswa. Analisa statistic menggunakan uji kendall’s
tau dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian
menunjukan bahwa ada hubungan yang segnifikan antara pengaruh
teman sebaya dengan perilaku merokok remaja laki-laki di SMA N 1
Kasihan Bantul, dengan tingkat keeratan hubungan dukungan teman
sebaya sedang p-value (0,000) dan r = (0,557). Akan tetapi tidak
terdapat hubungan yang segnifikan antara dukungan keluarga dengan
perilaku merokok remaja laki-laki di SMA N 1 Kasihan Bantul,
dengan tingkat keeratan hubungan dukungan keluarga segnifikan
sangan rendah p- value (0,271) dan r = (0,09). Kesimpulan hasil
pene;itian ini adalah mayoritas remaja laki-laki di SMA N 1 Kasihan
32

Bantul, merokok pada usia 16 tahun dengan katagori perokok ringan.


Faktor yang berhubungan secara segnifikan terhadap perilaku merokok
remaja adalah pengaruh teman sebaya, sedangkan dungungan keluarga
tidak ada hubungan yang segnifikan terhadap perilaku merokok
remaja. Persamaan pada penelitian ini yaitu pada bagian variabel
terikat yaitu perilaku merokok remaja dan perbedaan dalam penelitian
ini yaitu pada tempat penelitiannya.

6. Penelitian Ma’Ruf (2015), dengan penelitiannya yang berjudul


“Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok Pada Siswa Kelas V
SD Negeri Pucung Lor 02 Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap”.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode
survei. Instrument yang digunakan. Dalam pengumpulan data
menggunakan tes kuesioner yang memiliki koefisien reliabilitas atau
koefisien spearman-brown sebesar 0,984 lebih besar dari 0,7. Subyek
penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Pucung lor 02
Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap tahun pelajaran 2014/2015 yang
berjumlah 20 anak. Teknik analisa data menggunakan teknik statistic
deskriptif dengan bentuk persentase. Hasil penelitian menunjukan
bahwa tingkat pengetahuan tentang bahaya merokok siswa kelas V SD
Negeri Pucung lor 02 Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap yaitu 12
siswa (60%) dalam katagori sangat tinggi, 5 siswa (25%) katagori
tinggi, 3 siswa (15%) katagori rendah, dan 0 siswa (0%) katagori
sangat rendah. Persamaan daam penelitian ini yaitu sama meneliti
tentang rokok dan perbedaan dalam penelitian ini terdapat pada tepat
penelitiannya.

7. Penelitian Astuti (2018), dengan penelitiannya yang berjudul


“Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan Perilaku
Merokok Pada Siswa SMP Negeri 22 Samarinda”. Jenis penelitian
yang digunakan adalah purposive sampling. Sampel dalam penelitian
ini adalah siswa SMP Negeri 22 Samarinda dengn 80 siswa,
33

menggunakan skala likert. Teknik analisa data menggunakan metode


uji korelasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ada hubungan
berprilaku konformitas dengan teman sebaya dengan perilaku merokok
yaitu nilai r = 0,612 dan p = 0,000. Berdasarkan hasil penelitian ini,
penelitian ini berkorelasi kuat, lebih besar dari kesesuaian teman
sebaya, maka semakin besar perilaku merokok siswa. Persamaan
dalam penelitian ini yaitu terdapat pada variabel bebas yaitu teman
sebaya dan variabel terikat yaitu perilaku merokok dan perbedaan
dalam penelitian ini terdapat pada tempat penelitiannya.

8. Penelitian Rachmat, Thaha dan Syafar (2013), dengan penelitiannya


yang berjudul “Perilaku Merokok Sekolah Menengah Pertama”. Jenis
penelitian yang digunakan adalah desain studi observasional cross
sectional. Teknik sampling menggunakan multistage random sampling
dengan jumlah sampel 471 responden. Data dianalisa dengan uji kai
kuadrat, koefisien phi (f) dengan a = 0,05. Responden perokok sekitar
25,3%, sementara responden yang berpengetahuan rendah 16,6%,
berinteraksi negatif dengan kelompok sebayanya. Persamaan dalam
penelitian ini yaitu terdapat pada perilaku merokok dan perbedaan
dalam penelitian ini terdapat pada tempat penelitiannya.
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS, VARIABEL PENELITIAN

A. Kerangka konsep

Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstraksi, logika secara


harfiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan
dengan body of knowledge (Nursalam, 2014). Kerangka konsep penelitian
ini dapat dilihat pada gambar:

Faktor-faktor yang mempengaruhi teman Faktor-faktor yang mempengaruhi


sebaya yaitu: perilaku merokok yaitu:
1. Umur 1. Orang tua
2. Keadaan sekeliling 2. Teman sebaya
3. Kepribadian ekstrovert 3. Kepribadian
4. Jenis kelamin 4. Iklan
5. Besarnya kelompok
6. Keinginan untuk mempunyai status

Interaksi teman sebaya Perilaku merokok pada remaja

Tipe perokok yaitu :


1. Perokok berat
2. Perokok sedang
Keterangan: 3. Perokok ringan
Variabel yang di teliti :
Variabel yang tidak diteliti :
Alur pikir :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan


Perilaku Merokok Pada Remaja

34
35

B. Penjelasan kerangka konsep

Berdasarkan kerangka konsep diatas peneliti untuk meneliti hubungan


interkasi teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Interaksi
teman sebaya merupakan hubungan atau keterkaitan antara individu untuk
saling berinteraksi dalam lingkungan social tertentu karena memiliki usia
yang sama atau yang di sebut sebaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
teman sebaya adalah usia, keadaan sekeliling, Kepribadian ekstrovert, jenis
kelamin, banyaknya kelompok, keinginan untuk mempunyai status. Yang
berhubungan dengan perilaku merokok remaja ada 4 faktor yaitu pengaruh
orangtua, pengaruh teman sebaya, pengaruh dari kepribadian, dan pengaruh
iklan.
C. Hipotesis

Menurut Swarjana (2015) hipotesis merupakan jawaban yang


diharapkan pada sebuah penelitian. Hipotesis dibuat berdasarkan teori dan
studi empiris. Dalam penelitian terdapat dua jenis hipotesis yaitu alternative
hypothesis (Ha) dan null hypothesis (H0). Alternative hypothesis (Ha)
merupakan hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara dua atau
lebih variable. Sebaliknya, null hypothesis (HO) menyatakan tidak ada
hubungan diantara variable.

Alternative hypothesis (Ha) pada peneliti ini yaitu, ada hubungan


interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja.
D. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2018).
Pada penelitian ini terdapat dua variable diantaranya satu variable
independen dan satu variable dependen.
36

1. Variabel independen
Variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi
atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel
dependen (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini variabel yang diduga
dapat mempengaruhi tindakan merokok adalah interaksi teman sebaya,
jadivariabel bebas penelitian ini adalah interaksi teman sebaya.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018).
Variabel terikat pada penelitian ini adalah perilaku merokok pada
remaja.

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi karakteristik yang diamati dari


suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2016). Definisi operasional
ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam penelitian
(Hidayat, 2014). Definisi operasional penelitian ini seperti Definisi
Operasional Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan perilaku Merokok
Pada Remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar
Selatan.
37

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat ukur Kategori hasil Skala


pengukuran ukur
Variabel Proses timbal balik antara Kuesioner Semakin tinggi Nominal
bebas : remaja dengan kelompok interaksi teman skor
Interaksi sosialnya, yang didalamnya sebaya menunjukkan
Teman mencakup adanya keterbukaan menggunakan semakin
Sebaya dalam kelompok, yang mana skala Guttman, berpengaruh
interaksi teman sebaya yang mana interaksi teman
tersebut dapat mengajarkan keseluruhan sebaya dan
kepada remaja tentang cara pertanyaan semakin rendah
bergaul di lingkungan baik berjumlah 10 skor maka
dalam lingkungan keluarga, pertanyaan semakin tidak
sekolah, maupun masyarakat. dengan berpengaruh
menggunakan interaksi teman
alternative sebaya. Untuk
jawaban keperluan
a: ya =1 deskriptif maka
b: tidak=0 interaksi teman
sebaya di
kategorikan
menjadi :
1. Ya jika skor
≥4
2. Tidak jika
skor < 4
38

Variabel Perilaku merokok merupakan Kuesionerperil Semakin tinggi Interval


terikat : aktivitas atau tindakan yang aku merokok skor untuk
Perilaku dilakukan oleh remaja pada remaja keperluan
Merokok menggunakan rokok yang menggunakan deskriptif
Pada kemudian dihisap untuk skala likert perilaku
Remaja mendapatkan efek dari zat yang mana merokok
yang ada pada rokok tersebut keseluruhan selanjutnya
yang dilakukan tiap hari dalam pertanyaan dikategorikan
lingkungan sekolah, maupun berjumlah 32 mnejadi :
diluar sekolah. butir. 1. Berat > 69
Pertanyaan 2. Sedang 46
dengan – 69
alternatif 3. Ringan <
jawaban 46
a. Selalu (S)
A. Sering
(S)
B. Kadang
-
kadang
(KK)
C. Tidak
pernah
(TP)
BAB IV
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan menguraikan beberapa hal mengenai metode penelitian
yaitu desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel dan
sampling, alat dan teknik pengumpulan data, teknik Analisa data, serta etika
dalam penelitian.

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam


mengidentifikasi permasalahan dan mengidentifikasi struktur penelitian
yang akan dilaksanakan. Rancangan penelitian digunakan sebagai petunjuk
dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu
tujuan atau menjawab suatu pertanyaan penelitian (Nursalam, 2016). Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
korelasional yang bertujuan untuk melihat hubungan/korelatif antar
variabel dalam penelitian. Pendekatan yang digunakan adalah cross
sectional dimana peneliti hanya sekali melakukan pengukuran terhadap
subyek penelitian (Nursalam, 2016). Metode cross sectional pada penelitian
ini digunakan untuk mengukur hubungan interaksi teman sebaya dengan
perilaku merokokpada remaja.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Banjar Pegok Kelurahan
Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan. Alasan melakukan penlitian di
Banjar Pegok karena prevelensi tertinggi remaja berada dibanjar pegok
tersebut.

2. Waktu Penelitian
Pembuatan proposal ini dilaksanakan pada bulan Oktober
sampai dengan Desember 2021. Pengumpulan data akan dilakukan
pada bulan Januari 2022. Pengolahan data, Analisa data serta

39
40

penyusunan hasil akan dilakukan pada bulan Januari sampai dengan


dengan bulan Maret 2022.

C. Populasi, Sampel, dan Sampling

1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh remaja laki-laki di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Kecamatan Denpasar Selatan dengan jumlah keseluruhan 98 orang.

2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2018). Besar sampel yang
akan mewakili populasi dihitung dengan pertimbangan metodologis,
untuk penelitian yang telah diketahui angka populasinya dengan rumus
sebagai berikut: (Nursalam, 2017).

n
𝑛=
1 + N (d)2
Keterangan
98
𝑛= n = besar
1 + 98 (0,05)2
98 sampel N =
𝑛=
1 + 98 (0,0025) jumlah sampel
98
D = tingkat signifikasn
dengan nilai (0,05)
𝑛=
1,245
41

𝑛 = 78,7 = 79
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi
target dan terjangkau yang akan diteliti (Nursalam, 2016). Pada penelitian ini
kriteria inklusinya adalah:
1) Remaja yang berdomisili di Banjar Pegok

2) Remaja yang mempunyai handphone, memiliki aplikasi whatsapp dan remaja


bisa menggunakan
3) Remaja dengan rentang usia 10 – 19 tahun
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang
memenuhi kriteria inklusi atau tidak layak di teliti untuk menjadi sampel. Pada
penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:
1) Remaja yang berjenis kelamin perempuan
2) Remaja yang tidak kooperatif dan menolak terlibat dalam penelitian

3. Sampling
Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
mewakili populasi yang ada. Teknik sampling adalah suatu cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2015). Peneliti menggunakan Probability
sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik
Simple random sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2018). Cara pengambilan
sampel secara acak dilakukan dengan membuat potongan kertas yang diisi nomor dari
seluruh populasi remaja laki-laki di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan
Denpasar Selatan. Setiap potongan kertas digulung sampai nomornya tidak terlihat dan
diacak, kemudian peneliti mengambil gulungan kertas tersebut sebanyak jumlah sampel
yang telah ditentukan untuk dijadikan sampel penelitian.

D. Alat dan Teknik pengumpulan data

1. Metode pengumpulan data


Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
pengumpulan karakteristik subyek yang dibutuhkan dalam penelitian (Nursalam, 2017).
42

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


kuesioner (questionnaires). Kuesioner merupakan sebuah form/lembar yang berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang telah ditentukan sehingga dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi atau data dari seseorang sebagai bagian dari sebuah survey
(swarjana, 2015). Kuesioner dalam penelitian ini akan dibuat dengan media goggle form
dan dibagikan kepada responden melalui aplikasi whatsapp.
3. Alat pengumpulan data
a. Kuesioner (questionnaires)
1) Kuesioner interaksi teman sebaya
Kuesioner tentang interaksi teman sebaya diambil dari penelitian Fauziah
(2016) yang berjudul “Hubungan Teman Sebaya Dan Efikasi Diri terhadap
Perilaku Merokok Remaja Pada Siswa Laki-laki di SMP 13 Padang Tahun
2016” dengan pertanyaan berisi 10 pertanyaan mengenai interaksi teman sebaya
dengan pilihan Ya dan Tidak. Pertanyaan didalam kuesioner ini dengan diberi
skor Ya = 1, Tidak = 0 skor maksimal adalah 10 dan skor minimal adalah 0.
Apabila hasil skor ≥ 4 maka itu termasuk dalam kategori terpengaruh, dan jika
hasil skor < 4 termasuk dalam kategori tidak terpengaruh. Hasil uji reliabilitas
didapatkan nilai koefisien Alpha Crombach sebesar 0,682 yang berarti bahwa
kuesioner tersebut reliable dan bisa dipergunakan sebagai instrument penelitian.
2) Kuesioner perilaku merokok
Kuesioner ini diambil dari penelitian Noviyeni (2017) yang berjudul
“Hubungan Tingkat Kecemasan Dan Perilaku Merokok Dengan Kejadian
Insomnia Pada Mahasiswa Angkatan 2012 Fakultas Teknik Universitas
Andalas” Kuesioner tentang perilaku merokok dengan pertanyaan berisi 32
pertanyaan, durasi merokok (berjumlah 5 item), frekuensi merokok (berjumlah
17 item), dan intensitas (berjumlah 10 item). Pertanyaan dalam kuesioner ini
dengan diberi skor Tidak pernah = 1, Kadang-kadang = 2, Sering = 3, Selalu
= 4 skor maksimal adalah 128 dan skor minimal adalah 32. Keteria kategori data
perilaku merokok yang didapatkan dari hasil penyekoran yaitu: Berat: > 69,
Sedang: 46-69, ringan: < 46.
b. Uji Validitas
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Instrument penelitian yang dapat diterima sesuai standar
adalah instrument yang telah melalui uji validitas dan reabilitas. Sebelum
43

kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji


validitas dengan rumus Parson Produduct Moment dan dicari dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach.
Validitas adalah instrument dalam penelitian yang digunakan untuk
mengukur ketepatan data yang diteliti (Donsu, 2016). Suatu instrument
dikatakan valid jika instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur
apa yang seharusnya diukur (sugiyono, 2018). Dilihat dari nilai total
korelasi masing-masing item pernyataan dengan nilai total setiap variabel
menunjukkan angka signifikan yaitu 0,000 sampai 0, 0964 (<0, 05)
dengan nilai r tabel sebesar 0, 3. Kondisi ini menunjukkan bahwa hasil
yang diperoleh sudah valid dan reliable, kuesioner ini layak digunakan.
4. Teknik pengumpulan data
a. Tahap persiapan
Pada tahap persiapan yang perlu diperhatikan adalah hal-hal
sebagai berikut :
1) Mengurus ijin penelitian dari Institut Teknologi Kesehatan Bali yang
tembusannya disampaikan kepada Kepala Badan Penanaman Modal
dan Perizinan Provinsi Bali
2) Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kepala Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali yang tembusannya disampaikan
kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Bali
3) Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kepala Penanaman
Modal dan Perizinan Provinsi Bali yang tembusannya disampaikan
kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Denpasar
4) Mengajukan surat ijin penelitian ke kantor Kelurahan Sesetan
5) Peneliti mengajukan surat ijin penelitian ke Kelian Banjar Pegok
6) Peneliti melakukan pendekatan kepada Kelian Banjar Pegok untuk
mencari data populasi penelitian.
7) Selanjutnya peneliti bertemu dengan Ketua dan Kepengurusan STT
Banjar Pegok Untuk memberi informasi tentang penelitian serta
kontrak waktu dan informasi kontak penelitian kepada remaja laki-laki
yang menjadi responden yaitu sebanyak 98 orang.
44

b. Tahap pelaksanaan
Setelah mendapatkan izin penelitian, dilanjutkan tahap pelaksanaan
antara lain :
1) Penelitian ini dilakukan secara online untuk menyebar kuesioner.
2) Peneliti membuatkan grup tersebut adalah remaja yang menjadi
sampel penelitian, sementara itu data remaja akan dimintakan ke pihak
Ketua STT dan juga nomor telepon masing-masing remaja untuk
masuk ke grup whatsapp tersebut, kemudian peneliti menjelaskan
kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian.
3) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian serta memberikan
lembar informasi.
4) Peneliti memberikan kuesioner dengan media goggle form kepada
responden yang berisikan pertanyaan mengenai interaksi teman
sebaya dan perilaku merokok
5) Peneliti menjelaskan kepada responden agar responden mengisi atau
menjawab kuesioner sesuai dengan petunjuk pengisian.
6) Setelah responden selesai menjawab kuesioner, peneliti memeriksa
data yang masuk dari goggle form, jika sudah sesuai dengan jumlah
sampel yang ditemukan maka peneliti akan mengakhiri proses
pengambilan data.
7) Peneliti mengakhiri pertemuan online dengan mengucapkan
terimakasih kepada responden karena telah bersedia mendukung
penelitian ini.
8) Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis data

E. Analisa data

1. Teknik penggolahan data


Menurut (Notoatmodjo, 2010), Langkah-langkah pengolahan data antara
lain:
a. Editing
Editing merupakan hasil instrument penelitian yang telah terkumpul
diperiksa kembali, kemudian dilakukan perbaikan- perbaikan dan
melengkapi kekurangan data apabila ada bagian yang tidak lengkap, yang
dilakukan dengan responden saat itu juga.
45

b. Coding
Coding adalah suatu kegiatan pemberian kode numeric (angka)
terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan coding untuk memudahkan proses pengolahan data.
Pemberian kode yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Pada Karakteristik Responden
a) Nama (inisial)
b) Jenis Kelamin

c) Umur
Umur 10-14 diberi kode 1 Dan umur 15-19 diberi kode 2
d) Tingkat Pendidikan
SMP diberi kode 1, SMA diberi kode 2, Perguruan Tinggi diberi
kode 3
2) Pernyataan kuesioner
a) Kuesioner interaksi teman sebaya terdiri dari 10 pertanyaan
dengan pilihan jawaban Ya diberi kode 1 dan Tidak diberi kode 2.
Kategori interaksi teman sebaya apabila mendapatkan skor 0
diberi kode 1, skor ≥ 4 diberi kode 2, skor < 4 diberi kode 3.

b) Kuesioner perilaku merokok pada remaja terdiri dari 32


pertanyaan dengan pilihan jawaban tidak pernah diberi 0, kadang-
kadang diberi kode 1, sering diberi kode 2, selalu diberi kode 3.
Kategori perilaku merokok apabila mendapatkan skor >69 (berat)
diberi kode 1, skor 46-69 (sedang), <46(ringan) diberi kode 3.

c) Entry

Entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan


ke dalam master table atau database computer, kemudian membuat
distribusi frekuensi sederhana atau bias juga dengan membuat
table kontegensi. Data interaksi teman sebaya dan perilaku
merokok dibuat dalam master table, kemudian dimasukan ke
dalam program computer.

d) Cleaning

Cleaning merupakan pengecekan kembali ata yang sudah dientry


46

apakah ada kesalahan atau tidak. Peneliti memeriksa apakah ada


data yang tidak tepat yang masuk ke dalam program computer.
Claning dapat dijelaskan bahwa tidak ada data yang hilang dari
hasil tabulasi pada penelitian ini. Data interaksi teman sebaya dan
perilak merokok setelah dilakukan entry data dan tidak terdapat
data yang hilang.
2. Teknik Analisa data
a. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Setelah data dianalisis kemudian dimasukkan ke
dalam dummy table (master table) dan dihitung persentasenya. Data
yang sudah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan dalam bentuk narasi di setiap variabel interaksi teman
sebaya dan variabel perilaku merokok pada remaja.
b. Analisa Bivariate
Analisa bivariat merupakan data yang terkait dengan mengukur
dua variabel yang dilakukan pada waktu tertentu (Swarjana, 2016).
Analisa bivariat digunakan untuk menganalisa hubungan interaksi
teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja. Hasil ukur pada
penelitian ini berupa numerik sehingga diperlukan uji normalitas
mengetahui normal dan tidaknya data yang diperoleh. Jika data
berdistribusi normal maka analisa bivariat yang digunakan yaitu
pearson correlation, dengan uji alternative yang digunakan spearman
rho bila data tidak berdistribusi normal. Data selanjutnya akan diolah
dengan menggunakan program Microsof Excel dan dianalisis dengan
program Statistical Program for Social Science (SPSS).
1) Nilai signifikansi hipotesis
Nilai signifikansi hipotesis menurut (Swarjana, 2016) yaitu :
a) Jika nilai signifikansi (sig) <α (0,05), maka Ho ditolak dan Ha
diterima merupakan hipotesis yang menyatakan adanya
hubungan diantara dua atau lebih variabel.
47

b) Jika nilai signifikansi >α (0,05), maka Ho diterima dan Ha


ditolak merupakan hipotesis tidak adanya hubungan diantara dua
variabel.
2) Arah korelasi
Arah korelasi menurut Swarjana (2016), yaitu:
a) Sifat hubungan positif (+) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y juga akan mengalami kenaikan atau
sebaliknya jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel X
juga akan mengalami kenaikan.
b) Sifat hubungan negatif (-) berarti jika variabel X mengalami
kenaikan maka variabel Y mengalami penurunanatau sebaliknya
jika variabel Y mengalami kenaikan maka variabel X akan
mengalami penurunan.
3) Kekuatan korelasi
Pedoman untuk menginterpretasikan hubungan atau koefisien
kolerasi menurut Dahlan (2009), yaitu:
a) 0,00-0,199 berarti tingkat hubungan sangat rendah
b) 0,20-0,399 berarti tingkat hubungan rendah
c) 0,40-0,599 berarti tingkat hubungan sedang
d) 0,60-0,799 berarti tingkat hubungan kuat
e) 0,80-1,000 berarti tingkat hubungan sangat kuat
48

F. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap
kegiatan penelitian melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subyek
penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2012). Masalah etika yang harus di perhatikan antara lain adalah
sebagai berikut:
1. Self Determination (hak untuk ikut atau tidak menjadi responden)

Self Determiation yaitu responden diberi kebebasan untuk menentukan


apakah bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara
sukarela tanpa ada unsur paksaan atau pengaruh dari orang lain. Kesediaan
klien ini dibuktikan dengan kesediaan menandatangani lembar permohonan
responden .
2. Informed consent (lembar persetujuan).

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan


responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan sebelum
penelitian dilakukan dengan tujuan agar responden mengerti maksud, tujuan
penelitian dan mengetahui dampaknya (Nursalam, 2016). Berikut ini adalah
hal-hal penting dalam informed consent yang perlu dikomunikasikan kepada
partisipan yang terlibat dalam penelitian: tujuan penelitian, manfaat penelitian,
resiko penelitian, prosedur maupun tindakan yang mungkin dilakukan,
menjelaskan waktu pengumpulan data maupun tindakan yang akan dilakukan,
lembar persetujuan penelitian diberikan sebelum penelitian dilakukan. Jika
subjek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan,
setelah diberikan penjelasan untuk item diatas. Jika subjek menolak untuk di
teliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.
3. Justice (keadilan)

Keadilan merupakan semua responden mendapat perlakuan yang sama


tanpa membedakan agama, budaya, kaya dan miskin serta memenuhi prinsip
keterbukaan yaitu dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan
perlu di jaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan hati-hatian dan
lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip
keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian (Notoatmodjo,
2012).
49

4. Anonymity (tanpa nama)

Anonymity merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan


dengan cara tidak memberikan nama responden pada lembar alat ukur, hanya
menuliskan kode serta jaminan mengenai kerahasiaan identitasn
responden penelitian (Notoatmodjo, 2012). Anonymity dalam penelitian ini
yaitu penelitian tidak mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan
data yang di isi oleh subjek. Lembar tersebut hanya di beri nomor kode pada
lembar alat ukur atau hasil penelitian yang akan di sajikan.
5. Condidentiality (kerahasiaan)

Merupakan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun


masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan di jamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang di laporkan
pada hasil riset. Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk
privasi dan kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang
memberikan apa yang diketahui kepada orang lain. Peneliti cukup
menggunakan coding sebagai pengganti identitas responden (Notoatmodjo,
2012). Peneliti menjamin kerahasiaan hasil penelitian baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah di kumpulkan di jamin
kerahasiaannya oleh peneliti dengan cara tidak membuka data umum.
BAB V
HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dibahas hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum
lokasi penelitian, karakteristik responden dan hasil penelitian berdasarkan
Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di
Banjar Pegok Denpasar Selatan.
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Banjar Pegok yang merupakan wilayah


Kelurahan Sesetan Denpasar Selatan, banjar pegok merupakan salah satu
banjar yang terdapat di Kelurahan Sesetan, Banjar Pegok yang artinya
dalam karena pada mulanya mereka yang bermukim disini tinggal agak di
dalam. Banjar Pegok terletak di Jalan Raya Sesetan No.327, Sesetan
Denpasar Selatan. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan di
Banjar Pegok pada tanggal11 april 2022.

Jumlah populasi remaja di Banjar Pegok sebanyak 98 remaja laki-laki.


DiBanjar Pegok terdapat tradisi tari janger Pegok Sesetan diperkirakan telah
ada sekitar tahun 1936 dan terus berkembang hingga saat ini dilakukan oleh
kaum Remaja laki-laki yang biasa disebut kecak. Dilihat dari kegiatan
remaja di Banjar Pegok yaitu mengambel, musik rindik, kumpul-kumpul,
kegiatan seka truna truni. Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh bendesa
Banjar Pegok memasang himbauan dilarang merokok disetiap pura dan
tempat umum yang berada di Banjar Pegok dan di setiap titik yang menjadi
perhatian.
B. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden
Subjek penelitian ini adalah remaja laki-laki di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Denpsar Selatan dengan Teknik pengambilan sampel adalah simple random
sampling. Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan kriteria inklusi dan
kriteria ekslusi. Peneliti mendapatkan sampel sebanyak 79 responden. Peneliti
melakukan pengumpulan data tanggal 11 april 2022. Adapaun karakteristik
responden dalam penelitian ini dapat diuraikan

50
51

berdasarkan umur dan tingkat pendidikan disajikan dalam bentuk tabel


sebagai berikut.
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Umur
dan Tingkat Pendidikan di Banjar Pegok April 2022 (n=79)
Karakteristik Responden Frekuensi (f) Presentase (%)
Umur
10-14 tahun 5 6,3
15-19 tahun 74 93,7
Tingkat Pendidikan
SMP 4 5,1
SMA 27 34,2
Perguruan Tinggi 48 60,8

Berdasarkan tabel 5.1 mnunjukkan bahwa umur mayoritas responden


adalah 15-19 tahun sebanyak 74 orang (93,7%), dan umur 10-14 tahun
sebanyak 5 orang (6,3%). Pada tingkat Pendidikan terbanyak perguruan
tinggi dengan 48 responden (60,8%), SMA sebanyak 27 responden (34,3%),
dan SMP sebanyak 4 responden (5,1%).

2. Analisa Univariat Variabel Penelitian


Peneliti melakukan analisa univariat pada masing-masing variabel
independent (interaksi teman sebaya) dan variabel dependen (perilaku
merokok). Hasil analisis data distribusi frekuensi variabel interaksi teman
sebaya dapat dilihat pada tabel 5.2 dan gambar 5.1 sedangkan pada variabel
perilaku merokok dapat dilihat pada table 5.3 dan gambar 5.2.
a. Interaksi Teman Sebaya Pada Remaja di Banjar Pegok
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Presentase Interaksi Teman Sebaya
Pada Remaja di Banjar Pegok April 2022 (n=79)
Ya n (%) Tidakn (%)
Pernyataan
1. Memiliki teman seorang perokok 76 (96,2) 3 (3,8)
2. Ketika ada acara nongkrong dengan
69 (87,3) 10 (12,7)
teman-teman, kami selalu merokok
3. Dengan merokok, saya dapat diterima oleh
44 (55,7) 35 (44,3)
teman-teman
4. Dalam kelompok saya, setiap anggota
67 (84,8) 12 (15,2)
diwajibkan merokok
5. Teman saya sering berbagi rokok dengan 36 (45,6) 43 (54,4)
saya
6. Merokok dan menghisap secara bergantian 64 (81,0) 15 (19,0)
52

dengan teman-teman
7. Akan menolak jika ada teman saya yang
mengajak saya untuk merokok 51 (64,6) 28
(35,4)
8. Kejantanan seseorang tidak dapat diukur
dengan merokok 65 (82,3) 14
(17,7)
9. Pertama kali saya merokok karena diajak
salah satu teman saya 63 (79,7) 16
(20,3)
10. Jika saya tidak memiliki rokok, teman-teman
saya memberikan rokok miliknya 64 (81,0) 15
(29.0)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 79


responden, sebanyak 76 responden (89,9%) menjawab ya memiliki
teman seorang perokok. Dalam interaksi teman sebaya sebanyak
43 responden (54,4%) menjawab berbagi rokok dengan temannya.
b. Kategori Interaksi Teman Sebaya Pada Remaja di Banjar
Pegok
Pada kategori ini peneliti menunjukkan ada tidaknya
interaksi dengan teman sebaya pada tabel berikut ini.
Tabel 5.3 Kategori Interaksi Teman Sebaya Pada Remaja di
Banjar Pegok

Variabel Frekuensi (f) Presentase (%)


Ya interaksi teman sebaya 71 89,9
Tidak interaksi teman sebaya 8 10,1

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar


responden memiliki interaksi dengan teman sebaya sebanyak 71
orang (89,9%) dan hanya 8 orang (10,1%) tidak memiliki interaksi
dengan teman sebaya.
53

c. Perilaku Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Dan Presentase Perilaku Merokok


Pada Remaja di Banjar Pegok April 2022 (n=79)
Tidak Kadang-
Sering n Selalu n
Pernyataan Pernah n Kadang
(%) (%)
(%) n (%)
1. Menghabiskan satu
batang rokok dengan 16 (20,3) 33 (41,8) 23 (29,1) 7 (8,9)
waktu yang singkat
2. Saat sendiri saya
akan menghabiskan 23 (29,1) 30 (38,0) 18 (22,8) 8 (10,1)
waktu untuk
merokok
3. Akan terus merokok
selama berada dalam 24 (30,4) 30 (38.0) 14 (17,7) 11 (13,9)
ruang pribadi saya
4. Merokok sepanjang
perjalanan menuju 33 (41,8) 22 (27,8) 14 (17,7) 10 (11,7)
suatu tempat
5. Akan berhenti
18 (22,8) 22 (27,8) 21 (26,6) 18 (22,8)
merokok jika orang
lain terganggu
dengan asap rokok
saya
6. Setiap bangun tidur
36 (45,6) 21 (26,6) 12 (15,2) 10 (12,7)
saya langsung
merokok
7. Merokok setiap kali
16 (20,3) 25 (31,6) 21 (26,6) 17 (21,5)
sehabis makan

8. Merokok pada pagi


17 (21,5) 25 (31,6) 25 (31,6) 12 (15,2)
dan malam hari

9. Merokok di area
16 (20,3) 20 (25,3) 22 (27,8) 21 (26,6)
khusus untuk
merokok
10. Merokok meskipun
tidak berada di area
28 (35,4) 25 (31,6) 19 (24,1) 7 (8,9)
khusus merokok
11. Merokok setiap
21 (26,6) 29 (36,7) 20 (25,3) 9 (11,4)
kalimerasa
kedinginan
12. Merokok di tempat
18 (22,8) 19 (24,1) 29 (36,7) 13 (16,5)
banyak orang
merokok
13. Merokok setiap kali
12 (15,2) 29 (36,7) 26 (32,9) 12 (15,2)
di landa masalah
54

14. Merokok setiap kali


18 (22,8) 27 (34,2) 21 (26,6) 13 (15,6)
mulut saya merasa
asam
15. Mampu bertahan
untuk tidak merokok
21 (26,6) 32 (40,5) 17 (21,5) 9 (11,4)
selama satu hari
16. Merokok saat sedang
18 (22,8) 25 (31,6) 21 (26,6) 15 (19,0)
buang air besar

17. Tetap merokok saat


28 (35,4) 32 (40,5) 14 (17,7) 5 (6,3)
buang
air kecil
18. Tidak merokok
15 (19,0) 33 (41,8) 19 (24,1) 12 (15,2)
meskipun
sedang santai
19. Tidak merokok saat
11 (13,9) 33 (41,8) 19 (24,1) 16 (20,3)
tidak
mempunyai uang
20. Merokok ketika
berkumpul dengan
13 (16,5) 25 (31,6) 25 (31,6) 16 (20,3)
teman-
teman yang perokok
21. Tidak merokok saat
12 (15,2) 36 (45,6) 16 (20,3) 15 (19,0)
bersama dengan
pacar
22. Merokok ketika
11 (13,9) 31 (39,2) 25 (31,6) 12 (15,2)
ditawari rokok oleh
teman
23. Menghabiskan lebih
dari 10 batang rokok
18 (22,8) 29 (36,7) 20 (25,3) 12 (15,2)
setiap Hari
24. Menyiapkan rokok
selanjutnya apabila
32 (40,5) 21 (26,6) 17 (21,5) 9 (11,4)
rokok yang sedang
dihisap akan
segera habis
25. Merokok lebih
banyak dari
16 (20,3) 33 (41,8) 17 (21,5) 13 (16,5
sebelumnya setiap
)
kali gagal dalam
suatu tugas
26. Menghabiskan betul
22 (27,8) 28 (35,4) 17 (21,5) 12 (15,2)
satu batang rokok
dengan hanya
menyisakan sedikit
putung rokok saja
27. Sulit menghabiskan
21 (26,6) 33 (41,8) 17 (21,5) 8 (10,1)
satu
batang rokok
55

28. Saat sedang


mengerjakan tugas,
21 (26,6) 25 (31,6) 23 (29,1) 10 (12,7)
saya menghabiskan
lebih banyak rokok
dari
Biasanya
29. Saat berkumpul
dengan teman-
13 (16,5) 38 (48,1) 18 (22,8) 10 (12,7)
teman, saya merokok
lebih sedikit dari
Biasanya
30. Menghabiskan lebih
banyak rokok saat
15 (19,0) 25 (31,6) 25 (31,6) 14 (17,7)
merasa banyak
masalah
31. Menghabiskan lebih
sedikit rokoksaat
11 (13,9) 35 (44,3) 19 (24,1) 14 (17,7)
berada
ditempat keramaian
32. Saat bersama orang
tua, saya tidak
17 (21,5) 32 (40,5) 16 (20,3) 14 (17,7)
merokok walau
satu batang pun

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 79 responden,


sebanyak 36 orang (45,6%) menjawab tidak pernah bangun tidur
langsung merokok. Sebanyak 38 orang (48,1%) menjawab kadang-
kadang saat berkumpul dengan teman – teman merokok lebih sedikit
dari pada biasanya, dan sebanyak 29 orang (36,7%) menjawab sering
merokok di tempat banyak orang merokok. Responden juga
menyebutkan bahwa mereka sebanyak 21 orang (26,6%) merokok di
area khusus merokok.
d. Kategori Perilaku Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Perilaku Merokok pada


Remaja di Banjar Pegok April 2022 (n=79)
Variabel Frekuensi (f) Presentase
(%)
Berat 39 49,4
Sedang 38 48,1
Ringan 2 2,5
56

Berdasarkan gambar tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 79


responden Sebagian besar memiliki perilaku merokok berat yaitu
sebanyak 39 orang (49,4%). Selanjutnya sebagian memiliki
perilaku merokok sedang yaitu sejumlah 38 orang (48,1%), dan
sisanya memiliki 2 orang (2,5%) perilaku merokok ringan.
3. Hasil Analisa bivariat Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan
Perilaku Merokok pada Remaja di Banjar Pegok
a. Hasil Tabel Silang (Crosstabulation)
Tabel 5.6 Hasil Tabel Silang (Crosstabulation) Hubungan
Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok
Pada Remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan
Denpasar Selatan April 2022 (n=232)
Perilaku Merokok
Interaksi
Total
Teman
Berat Sedang Ringan
Sebaya
F % F % F % N %
Y Ya 38 53,5 31 43,7 2 2,8 71 100,0
C Tidak 1 12,5 7 6587,5 0 0,0 8 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 yaitu tabel silang antara kebiasaan sarapan


dengan tingkat konsentrasi belajar didapatkan hasil bahwa dari 71
responden responden yang memiliki interaksi teman sebaya, atau
sebanyak 38 responden (53,5%) memiliki perilaku merokok berat
, sebanyak 31 responden (43,7%) memiliki perilaku merokok
sedang, sebanyak 2 responden (2,8%) memiliki tingkat perilaku
merokok ringan. Dari 8 responden yang tidak memiliki interaksi
teman sebaya atau sebanyak 1 responden (12,5%) memiliki
perilaku merokok berat, sebanyak 7 responden (87,5%) memiliki
perilaku merokok sedang, dan tidak ada responden yang memiliki
perilaku merokok ringan.

b. Uji Normalitas

Dalam table dibawah ini uji normalitas yang digunakan


adalah Kolmogorov-Smirnov karena responden lebih dari 50
57

responden untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak


berdistribusi normal. Hasil dari uji normalitas dilihat dari nilai
Kolmogorov-smirnov karena sampel yang digunakan peneliti
lebih dari 50 orang yaitu 79 orang. Berdasarkan hasil uji
Kolmogorov-smirnov didapatkan nilai 0,001 (<0,05). Sehingga
hasil uji normalitas antara interaksi teman sebaya dengan perilaku
merokok dinyatakan tidak berdistribusi normal.

c. Hasil Uji Hipotesis

Dalam uji normalitas data disebutkan tidak berdistribusi


normal maka analisis yang digunakan adalah Spearmen’ Rho
karena uji alternative dari Pearson Correlation dan didapatkan
hasil sebagai berikut.

Tabel 5.6 Hasil Korelasi Spearman’s RHO Hubungan


Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja di Banjar Pegok (n = 79)

Perilaku Merokok
Interaksi teman sebaya r 0,486
p 0,001
n 79

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil


penelitian ini datanya tidak berdistribusi normal jadi
menggunakan spearman rho dengan p-value 0,000. Terdapat
hubungan antara teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja dengan p-value 0,001 dengan keeratan sedang (486)
dengan arah korelasi positif artinya intensitas yang meningkat
dengan teman sebaya mendukung perilaku merokok pada remaja.
BAB VI
HASIL PEMBAHASAN

Pada bab VI ini akan membahas lebih lengkap hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab V yang meliputi interaksi teman sebaya dan perilaku
merokokpada remaja di Banjar Pegok serta hubungan interaksi teman sebaya
dengan perilaku merokok pada remaja di Banjar Pegok. Peneliti juga
menjelaskan keterbatasan dalam melakukan penelitian.

A. Interaksi Teman Sebaya Pada Remaja di Banjar Pegok


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 79 responden
menunjukkan pada kategori variabel interaksi teman sebaya dibagi menjadi
dua yaitu ada interaksi teman sebaya dan tidak ada interaksi teman sebaya.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 79 responden, bahwa
berdasarkan interaksi teman sebaya dalam kategori ya yaitu adanya interaksi
teman sebaya sebanyak 8 (10,1%) dan kategori tidak adanya interaksi teman
sebaya sebanyak 71 (89,9%), Sebagian besar responden memiliki interaksi
teman sebaya dengan baik. Berdasarkan hasil kuesioner interaksi teman
sebaya dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 79 responden,
sebanyak 76 responden (89,9%) menjawab ya memiliki teman seorang
perokok, sebanyak 43 responden (54,4%) menjawab tidak terkait dengan
teman sering berbagi rokok.

Interaksi teman sebaya yang erat dalam penelitian ini ditunjukkan


dengan data 79 responden,. Sejumlah 76 responden (96,2%) memiliki teman
seorang perokok. Pernyataan tentang eratnya interaksi teman ini dinyatakan
oleh sebanyak 69 responden (87,3%) yang selalu merokok dengan teman-
teman ketika ada acara nongkrong. Mereka juga menyebutkan bahwa dalam
kelompok diwajibkan merokok sebanyak 67 responden (84,8%), walaupun
sebanyak 65 responden (82,3%) mengungkapkan bahwa kejantanan
seseorang tidak dapat diukur dengan merokok. Interaksi teman sebaya
merupakan hubungan atau keterkaitan antara individu untuk saling
berinteraksi dalam lingkungan social tertentu karena memiliki usia yang

58
59

sama atau yang di sebut sebaya (Walgito, 2011, dalam Puspitasari, Adi dan
Supriyono, 2013). Interaksi teman sebaya yaitu proses timbal balik antara
individu dengan kelompok sosialnya, yang di dalamnya tercakup ada
keterbukaan dalam kelompok, kerjasama dalam kelompok dan frekuensi
hubungan individu dengan kelompok yang mana interaksi teman sebaya
dapat mengajarkan kepada anak tentang cara bergaul di lingkungan baik di
dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun di masyarakat (Regina, 2015).
Berdasarkan pengertian diatas yang terkait dengan interaksi teman sebaya
dapat di simpulkan bahwa interaksi teman sebaya adalah hubungan yang
terjadi dalam suatu lingkungan social tertentu dalam berinteraksi antar
individu maupun individu dengan kelompok karena adanya kesamaan usia
dan minat dalam mengembangkan kemampuan bersama yang di dukung
dengan penilaian timbal balik oleh lingkungan untuk meningkatkan minat
tertentu.

Penelitian ini sejalan dengan Penelitian Hayati (2016), dengan


penelitiannya yang berjudul “Hubungan Pergaulan Teman Sebaya dan Harga
Diri dengan Kenakalan Remaja Di SMKN 1 Padang”. Jenis penelitian yang
digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional study jumlah
sampel 215 siswa kelas XI yang diambil secara proporsionate stratified
random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukan (60%) remaja melakukan kenakalan, (59,1%)
remaja memiliki tingkat pergaulan teman sebaya yang tinggi, dan (40%)
remaja memilikiharga diri rendah.Uji Chi-square menunjukkan nilai p =
0,039 yaitu ada hubungan yang segnifikan antara pergaulan teman sebaya
dengan kenakalan remaja dan menunjukan hubungan yang segnifikan harga
diri dengan kenakalan remaja dengan nilai p = 0,08.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Irfan (2017), dengan


penelitiannya yang berjudul “Hubungan antara Kepercayaan Diri dan
Interaksi Teman Sebaya dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di
Yogyakarta”. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif
60

dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sampel yang


digunakan adalah probability sampling yaitu random sampling. Teknik
Analisa data menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat nilai koefisien korelasi sig 0,082 p(0,05), yang
menunjukkan adanya hubungan positif antara teman sebaya dengan perilaku
merokok pada remaja. Artinya semakin tinggi interaksi teman sebaya maka
semakin tinggi perilaku merokok pada remaja.

Peneliti ini juga sejalan dengan penelitian Novitasari (2009) dengan


penelitiannya yang berjudul “Hubungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku
Merokok Pada Siswa SMP Negeri di Kabupaten Way Kanan” jenis
penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif dengan cross sectional.
Metode pengumpulan data melalui wawancara, pengolahan data
menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh
teman sebaya terhadap perilaku merokok tinggi dilihat dari hasil (p value
0,012) artinya responden yang terpengaruh teman sebaya beresiko tinggi
untuk merokok dibandingkan dengan responden yang tidak terpengaruh
teman sebaya.

B. Perilaku Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 79 responden
menunjukkan pada kategori variabel perilaku merokok dibagi menjadi tiga
yaitu berat, sedang, ringan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 79
responden Sebagian besar perilaku merokok berat 39 (49,4%), Sebagian
perilaku merokok sedang 38 (48,1%), dan sisanya perilaku merokok ringan
2 (2,5%). Berdasarkan hasil kuesioner perilaku merokok menunjukkan
bahwa dari 79 responden, sebanyak 36 (45,6%) menjawab tidak pernah
dengan pertanyaan bangun tidur langsung merokok, sebanyak 38 (48,1%)
menjawab kadang-kadang dengan pertanyaan berkumpul dengan teman
merokok lebih sedikit dari pada biasanya, sebanyak 29 (36,7%) menjawab
sering dengan pertanyaan merokok di tempat banyak orang merokok,
sebanyak 21(26,6%) menjawab selalu dengan pertanyaan merokok di area
61

khusus merokok.

Berdasarkan hasil jawaban kuesioner perilaku merokok dari 79


responden menunjukkan bahwa pernyataan tentang waktu dan durasi
merokok cukup tinggi dilihat dari hasil 36 responden merokok setiap bangun
tidur, menghabiskan satu batang rokok dengan waktu yang singkat 33
responden, menghabiskan waktu untuk merokok saat sendiri 30 responden.
Menurut Smet (2017) lamanya berlangsung, yakni waktu yang diperlukan
seseorang untuk melakukan kegiatan merokok. Lamanya merokok dapat
diketahui berdasarkan waktu pertama kali merokok dan durasi lamanya
merokok dan menurut Martin (2017) durasi mengacu pada lamanya waktu
yang digunakan untuk melakukan suatu perilaku. Aspek ini dapat digunakan
untuk mengetahui lamanya seseorang mengkonsumsi rokok. Pertanyaan
responden tentang aktivitas menunjukkan bahwa 36 responden tidak
merokok saat bersama pacar, dan tidak merokok saat sedang santai 33
responden, selanjutnya sebanyak 32 responden tetap merokok saat buang air
kecil. Menurut Komalasari (2017) perilaku merokok merupakan aktivitas
seseorang yang berhubungan dengan perilaku merokoknya yang dapat
diukur menggunakan alat bantu ada 4 faktor yaitu intensi merokok, tempat
merokok, situasi merokok, dan fungsi merokok. Pernyataan tentang jumlah
rokok menunjukkan bahwa terdapat 33 responden yang sulit menghabiskan
satu batang rokok, dan yang mampu menghabiskan lebih dari 10 batang
rokok setiap hari yaitu sebanyak 29 responden, selanjutnya sebanyak 28
responden menghabiskan satu batang rokok hanya menyisakan sedikit.
Menurut Martin (2017) intensitas yaitu mengacu pada seberapa dalam daya
yang dikeluarkan individu untuk melakukan perilaku. Aspek ini dapat
digunakan untuk mengetahui seberapa banyak seseorang menghisap rokok
yang dapat dilihat dari jumlah batang rokok yang dihisap setiap harinya.
Selanjutnya sebanyak 33 responden merokok lebih banyak setiap gagal
dalam suatu tugas, dan sebanyak 29 responden merokok setiap mengalami
masalah, dan saat mengalami banyak masalah lebih banyak menghabiskan
rokok yaitu sejumlah 25 responden. Menurut Widiansyah (2017)
62

berpendapat bahwa, salah satu faktor merokok dikalangan remaja


disebabkan oleh faktor psikologis yaitu stress. Stress yang terjadi pada
remaja biasanya disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor biologis,
faktor keluarga, faktor teman sebaya, dan faktor lingkungan.

Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap serta membakar batang


rokok lalu menghasilkan asap yang dilakukan individu dan asap tersebut
bisa dihirup oleh orang lain yang ada di sekelilingnya (Runtukahu,
Sinolungan, & Opod, 2015). Perilaku merokok merupakan perilaku
membakar satu batang rokok dan berbahan baku kertas, tembakau, cengkeh
yang berisi tar dan nikotin lalu dihisap dengan melalui pipa atau kertas yang
digulung lalu dihembuskan (Priyanti & Silaen, 2018). Merokok merupakan
kegiatan yang sudah menjadi kebiasaan di masyarakat. Kegiatan merokok
ini tidak mengenal tempat atau lingkungan mulai dari rumah, sekolah,
kampus, kantor, bahkan di sarana transportasi umum. Perilaku merokok
tidak mengenal usia ataupun status sosial, dari kalangan remaja sampai
orang tua banyak yang merokok dan sudah menjadi kegiatan sehari-hari.
Perilaku merokok merupakan masalah yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan dapat
menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada disekitarnya.
(Yuda, 2018).

Penelitian ini juga sejalan dengan Penelitian Walydi (2017), dengan


penelitiannya yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Teman
Sebaya Dengan Perilaku Merokok Remaja Laki-laki Di SMA N 1 Kasihan
Bantul Yogyakarta”. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain
kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sempel
yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan
jumlah sampel 134 siswa. Analisa statistic menggunakan uji Kendall’s tau
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan yang segnifikan antara pengaruh teman sebaya dengan
perilaku merokok remaja laki-laki di SMA N 1 Kasihan Bantul, dengan
63

tingkat keeratan hubungan dukungan teman sebaya sedang p-value (0,000)


dan r = (0,557). Akan tetapi tidak terdapat hubungan yang segnifikan antara
dukungan keluarga dengan perilaku merokok remaja laki-laki di SMA N 1
Kasihan Bantul, dengan tingkat keeratan hubungan dukungan keluarga
segnifikan sangan rendah p- value (0,271) dan r = (0,09).

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Irfan (2017), dengan


penelitiannya yang berjudul “Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dan
Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di
Yogyakarta”. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif
dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah probability sampling yaitu random sampling. Teknik
Analisa data menggunakan analisis regresi ganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara kepercayaan diri
dengan perilaku merokok pada rmeaja dengan tingkat keeratan hubungan
kepercayaan diri dengan perilaku merokok remaja memiliki koefisien
korelasi sig 0,284 (p.0,05), yang artinya semakin tinggi kepercayaan diri
semakin tinggi perilaku merokok pada remaja.

Peneliti ini juga sejalan dengan penelitian Novitasari (2009) dengan


penelitiannya yang berjudul “Hubungan Teman Sebaya Terhadap Perilaku
Merokok Pada Siswa SMP Negeri di Kabupaten Way Kanan” jenis
penelitian yang digunakan adalah desain kuantitatif dengan cross sectional.
Metode pengumpulan data melalui wawancara, pengolahan data
menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil Chi
square didapatkan nilai p value 0,012 artinya lebih kecil dibandingkan
dengan nilai alpha (0,012<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan
terdapat hubungan teman sebaya terhadap perilaku merokok pada siswa,

C. Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku


Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok
Dari hasil uji analisis yang digunakan menunjukkan bahwa hasil
penelitian ini datanya tidak berdistribusi normal jadi menggunakan
64

Spearman rho dengan p-value 0,000. Terdapat hubungan antara teman


sebaya dengan perilaku merokok pada remaja dengan p-value 0,000
dengan keeratan sedang (486) dengan arah korelasi positif artinya semakin
erat interaksi teman sebaya maka semakin tinggi perilaku merokok pada
remaja. Ada beberapa alasan yang membuat remaja merokok, salah satunya
pengaruh teman, sebagian besar remaja ataupun orang yang merokok
memiliki lingkungan pergaulan yang s ebagian besar merokok, pengaruh
teman remaja merokok juga karena faktor ingin tahu serta coba-coba
(Hasanah, 2011).

Penelitian ini juga sejalan dengan Penelitian Walydi (2017), dengan


penelitiannya yang berjudul “Hubungan Dukungan Keluarga Dan Teman
Sebaya Dengan Perilaku Merokok Remaja Laki-laki Di SMA N 1 Kasihan
Bantul Yogyakarta”. Jenis penelitian yang digunakan adalah desain
kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Metode pengambilan sempel
yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan
jumlah sampel 134 siswa. Analisa statistic menggunakan uji Kendall’s tau
dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukan
bahwa ada hubungan yang segnifikan antara pengaruh teman sebaya dengan
perilaku merokok remaja laki-laki di SMA N 1 Kasihan Bantul, dengan
tingkat keeratan hubungan dukungan teman sebaya sedang p-value (0,000)
dan r = (0,557). Akan tetapi tidak terdapat hubungan yang segnifikan antara
dukungan keluarga dengan perilaku merokok remaja laki-laki di SMA N 1
Kasihan Bantul, dengan tingkat keeratan hubungan dukungan keluarga
segnifikan sangan rendah p- value (0,271) dan r = (0,09). Kesimpulan hasil
penelitian ini adalah mayoritas remaja laki-laki di SMA N 1 Kasihan Bantul,
merokok pada usia 16 tahun dengan katagori perokok ringan. Faktor yang
berhubungan secara segnifikan terhadap perilaku merokok remaja adalah
pengaruh teman sebaya, sedangkan dungungan keluarga tidak ada hubungan
yang segnifikan terhadap perilaku merokok remaja. Persamaan pada
penelitian ini yaitu pada bagian variabel terikat yaitu perilaku merokok
remaja dan perbedaan dalam penelitian ini yaitu pada tempat penelitiannya.
65

D. Keterbatasan Penelitian
Dalam proses pengambilan data ini dilakukan dimasa pandemi covid-
19 yang mengakibatkan peneliti tidak bertemu secara langsung dengan
remaja jadi informasi mengenai interaksi teman sebaya dengan perilaku
merokok ini diambil secara online atau daring.
BAB VII
PENUTUP

Pada bab ini menjelaskan semua hasil penelitian dan pembahasan


tentang temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan secara lengkap
dalam bab sebelumnya, serta dibuatkan saran - saran sebagai tindak
penelitian ini.
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian dan pembahasan hubungan interkasi
teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja di banjar Pegok, maka
disimpulkan hasil sebagai berikut:
1. Pada interaksi teman sebaya di banjar Pegok terdapat hasil bahwa 79
responden menyebutkan mayoritas terdapat sebanyak 71 orang
(89,9%) yang memiliki interaksi dengan teman sebaya dan hanya 8
orang (10,1%) yang tidak berinteraksi teman sebaya
2. Pada perilaku merokok pada remaja dibanjar Pegok terdapat hasil
bahwa dari 79 responden sebagian besar perilaku merokok berat 39
orang (49,4%), Sebagian memiliki perilaku merokok sedang 38 orang
(48,1%), dan sisanya perilaku merokok ringan 2 orang (2,5%).
3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Hubungan
Interaksi Teman Sebaya Dengan perilaku merokok pada remaja di
banjar Pegok, hasilnya menunjukkan terdapat hubungan
antarainteraksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja.
Hal ini ditujukkan oleh nilai p-value 0,000 dengan keeratan sedang
(486) yang memiliki arah korelasi positif.

66
67

B. Saran

1. Bagi tenaga kesehatan


Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk meningkatkan pelayanan
serta memberikan informasi dan motivasi kepada remaja yang merokok
tentang bahaya merokok.

2. Bagi remaja

Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi remaja yang belum
tahu tentang bahaya merokok dan motivasi bagi remaja untuk dapat
mengurangi perilaku merokok dan berhenti merokok.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini dapat digunakan sebagai pengalaman belajar dalam kegiatan


penelitian selanjutnya, untuk melakukan penelitian dengan lebih banyak
populasi tidak hanya dengan kalangan remaja, Hasil penelitian ini juga bisa
dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk mencari hubungan beberapa faktor
lain selain interaksi teman sebaya yang menjadi faktor yang berhubungan
dengan perilaku merokok pada remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Abrori & Qurbaniah, M. 2017. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual. Pontianak:
UM Pontianak Pers.

Adhitya, A., Setyadin, & Surakarta, U. M. (2019). Hubungan antara kecemasan


dengan perilaku merokok pada mahasiswa.

Alamsyah, A. (2017). Determinan Perilaku Merokok Pada Remaja. Jurnal


Endurance.

Almaidah, F. (2021). Survei Faktor Penyebab Perokok Remaja Mempertahankan


Perilaku Merokok. Jurnal Farmasi Komunitas.

Anggarwati, A. (2017). Hubungan antara interaksi teman sebaya dengan Perilaku


merokok pada remaja. Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Baharudin. (2017). Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Merokok


Pada Anak Usia Remaja Madya (15-18 TAHUN ). Jurnal Sains Dan
Seni ITS.

Bindita, A. M., Istiarti, V. T., & Widagdo, L. (2016). Hubungan Persepsi


Merokok dengan Tipe Perilaku Merokok pada Siswa SMK
&quot;X&quot; di Kota Semarang Dosen Bagian PKIP FKM Undip.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Febrijanto, Y., & Fikriyah, S. (2012). Factors That Influence the Smoking
Behaviour of Male Students in Dormitories. Jurnal Penelitian STIKES
Kediri.

Fikriyah, S., & Febrijanto, Y. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Perilaku Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki Di Asrama Putra. Jurnal
STIKES RS. Baptis Kediri.

Fuadah, M. (2016). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Merokok Pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Teknik Universitas
Negeri Jakarta Angkatan 2009. Universitas Indonesia.

Fransiska, M., & Firdaus, P. A. (2019). Faktor yang berhubungan dengan Perilaku
Merokok pada Remaja Putra SMA X Kecamatan Payakumbuh. Jurnal
Kesehatan.

Haini, N. (2020). Hubungan antara Pola Asuh Permisif dan Konformitas dengan
Perilaku Merokok.

68
69

Hartini, H. (2012). Tipe perilaku merokok pada remaja perokok di smp negeri 1
jatinangor. Tipe Perilaku Merokok Pada Remaja Perokok Di SMP
Negeri 1 Jatinangor.

Huda, A. K. (2018). Gambaran penyebab perilaku merokok pada anak usia sekolah.
Skripsi.

Josten, R., & Nim, B. (2019). Gambaran Pengetahuan Siswa Tentang Bahaya Merokok
Di Smp Swasta Pencawan Medan Tahun 2019.(2018).

King, L. A. (2012). Psikologi Umum : Sebuah Pandangan Apresiatif Buku 2.

Jakarta: Salemba Humanika.

Komasari, D., & Mada, U. G. (2014). Faktor Faktor Penyebab Merokok Pada Remaja.
Psikologi.

Lestari, D. (2017). Gambaran Faktor Faktor Yang Menyebabkan Remaja Putri Untuk
Merokok. JPPP - Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Psikologi.

Misbakhul. (2018). Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Risiko Merokok pada
Santri Mahasiswa di Asrama UIN Sunan Ampel Surabaya. Klorofil.

Munir, M. (2019). Gambaran Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki. Jurnal


Kesehatan.

Nugroho, R. S. (2017). Perilaku Merokok Sebagai Identitas Sosial Remaja Dalam


Pergaulan Di Surabaya. Jurnal Ilmiah Departemen Sosiologi FISIP
Universitas Airlangga.

Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT


Rineka Cipta

Rina Asti. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nanik ina. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
Cipta.

Rita Fitri. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nurul, Azizah . (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.


70

Noviyanti, Y. (2019). Etika Komunikasi Pergaulan Remaja Di Kampung Kridanggo


Kelurahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti Salatiga.

Novariana, N., Rukmana, N. M.,Supratman, A., (2022). “Hubungan Teman Sebaya


Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa SMP Negeri Di Kabupaten
Way Kanan”. Jurnal Ilmu Kesehatan Indonesia. 3 (1), 39 – 44

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodelogi


Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Riski Arma. (2014). Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.

. (2015). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan


Praktis. Jakarta : Salemba Medika.

Julia, Ria (2016). Konsep dan Penerapan Metodelogi


Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Josep, Ahmad (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Rachmat. (2013). Perilaku Merokok Remaja Sekolah Menengah Pertama.

Kesmas: National Public Health Journal.

Riska Melvina. (2019). Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dengan


Perilaku Merokok Pada Remaja Di SMKN 2 Bandar Lampung.

S., & . S. (2015). Kematangan Emosi, Efikasi Diri dan Perilaku Merokok Remaja Laki-
Laki Usia 12-15 Tahun. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia.

Safitri, A., Avicenna, M., & Hartati, N. (2019). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Merokok pada Remaja. Tazkiya Journal of Psychology.

Santoso, Y. A. (2015). Pengaruh Perilaku Merokok Terhadap Kepercayaan Diri


Mahasiswa Yang Mengikuti Organisasi Intra Kampus UIN Maliki
Malang. Journal Endurance.

Saputra, R. (2019). Perilaku Merokok. Journal of Chemical Information and


Modeling,(9), 1689–1699.

Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.


71

Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama.

Setyawan, A. (2020). Persepsi Mahasiswa Pada Peringatan Bahaya Merokok Di


Kemasan Rokok.

Sugiyono. (2018). Metodelogi Penel;itian Kuantitatif, Kualitatif dan R&G.

Bandung : ALFABETA.

Sulastri, S., Herman, D., & Darwin, E. (2018). Keinginan Berhenti Merokok Pada
Pelajar Perokok Berdasarkan Global Youth Tobacco Survey di SMK
Negeri Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas.

Sutha, D. W. (2018). Pengetahuan dan Perilaku Merokok Pelajar Sekolah Menengah


Pertama Knowledge and Smoking Behavior of Junior High School
Student. Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo.

Tirtosastro, S., & Murdiyati, A. S. (2009). Kandungan Kimia Tembakau dan Rokok
(Chemical Content of Tobacco and Cigarettes). Buletin Tanaman
Tembakau, Serat & Minyak Industri.

Walydi. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dan Teman Sebaya Dengan Perilaku
Merokok Remaja Laki-Laki Di SMA N 1 Kasihan Bantul Yogyakarta.

Wijayanti, D. (2018). Pengetahuan dan Perilaku Merokok Pelajar Sekolah Menengah


Pertama Knowledge and Smoking Behavior of Junior High School
Student. Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr. Soetomo.

Yuda, A. prasetiya. (2018). Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Rokok
Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja Putra Di Smp Negeri 1 Dolopo
Oleh. Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Lampiran 1

JADWAL PENELITIAN

NO Bula
Kegiata n
Oktobe Nopember Desember Januari Februari Maret April Me Juni
n r i
IV I II III IV I II II IV I II II I I II III IV I II II I I II II I I II III IV I II II I
I I V I V I V I V
1 Penyusunan Proposal
2 Acc Proposal
3 Penyebaran Proposal
4 Ujian Proposal
5 Ujian UlangProposal
6 Pengumpulan Data
7 Penyusunan
HasilPenelitian
8 Penyebaran Skripsi
9 Ujian Skripsi
10 Ujian UlangSkripsi
11 Perbaikan Dan
Pengumpulan
Lampiran 2

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada:
Yth. Seluruh Remaja Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Kecamatan Denpasar Selatan.

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Made Fajarini Gemilang


NIM : 18C10030
Pekerjaan : Mahasiswa Semester VII Program Studi
SarjanaKeperawatan, ITEKES Bali
Alamat : Jln. Tukad Balian No.180, Denpasar – Bali

Bersama ini saya mengajukan permohonan kepada Saudara untuk bersedia menjadi
responden dalam penelitian saya yang berjudul “ Hubungan Interaksi Teman Sebaya
Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di Banjar Pegok” yang pengumpulan datanya akan
dilaksanakan pada tanggal Februari s.d Maret 2022. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui hubungan interaksi teman sebaya dengan perilaku merokok pada
remaja. Saya akan tetap menjaga segala kerahasiaan data maupun informasi yang
diberikan.
Demikian surat permohonan ini disampaikan, atas perhatian, kerjasama dari
kesediaannya saya mengucapkan terimakasih.

Denpasar,. ......... 2022


Peneliti

Ni Made Fajarini Gemilang


NIM : 18C10030
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………………………………………………………………

Umur : ………………………………………………………………

Jenis kelamin : …………………………………………………………….

Tingkat Pendidikan : …………………………………………………………….


Setelah membaca Lembar Permohonan Menjadi Responden yang diajukan oleh Saudari Ni
Made Fajarini Gemilang. Mahasiswa semester VII Program Studi Sarjana Keperawatan-
ITEKES Bali, yang penelitiannya berjudul “HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN
SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA DI BANJAR PEGOK”,
maka dengan inisaya menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian tersebut,
secara sukarela dan tanpa ada unsur paksaan dari siapapun.

Demikian persetujuan ini saya berikan agar dapat digunakan. Sebagaimana mestinya.

Denpasar, ............................ 2022


Responden

…………………………
Lampiran 4

LEMBAR KUESIONER
HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA
REMAJA DI BANJAR PEGOK

Kode Responden ...................................(diisi petugas)


Hari/Tanggal : ………/………
A. Petunjuk
1. Bacalah pertanyaan di bawah ini secara seksama sebelum memberi jawaban.
2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang anda anggap paling sesuai.
3. Pilihlah jawaban yang menurut anda benar dan sesuai yang anda lakukan setiap harinya.
4. Pada pengisian identitas nama responden hanya menuliskan nama inisial saja,
contohnya: “Putra” menjadi “P”
5. Jawaban dan identitas yang anda berikan akan dijamin kerahasiaanya.
B. Data Umum
1. Nama (Inisial) : …………………………………………………………………….
2. Umur : …………………………………………………………………….
3. Jenis Kelamin : …………………………………………………………………….
4. Tingkat Pendidikan : …………………………………………………………………….
C. Variabel Penelitian
Keterangan:
A. Kuesioner interaksi teman sebaya
Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban benar atau salah, maka dari itu jawablah
setiap pertanyaan dengan jujur. Pastikan anda menjawab semua nomor dengan ketentuan
sebagai berikut.
B. Kuesioner perilaku merokok
SL: Jika anda merasa Selalu dengan pertanyaan yang diberikan
SR: Jika anda merasa Sering dengan pertanyaan yang diberikan
KD: Jika anda merasa Kadang- Kadang dengan pertanyaan yang diberikan
TP: Jika anda merasa Tidak Pernah dengan pertanyaan yang diberikan
A. Kuiesioner Interaksi Teman Sebaya

No Pertanyaan Dialami
Ya Tidak
1 Saya memiliki teman seorang perokok
2 Ketika ada acara nongkrong dengan teman-teman, kami selalu
merokok
3 Dengan merokok, saya dapat diterima oleh teman-teman
4 Dalam kelompok saya, setiap anggota diwajibkan merokok
5 Teman saya sering berbagi rokok dengan saya
6 Saya merokok dan menghisap secara bergantian dengan teman-teman
7 Saya akan menolak jika ada teman saya yang mengajak saya
untuk merokok
8 Kejantanan seseorang tidak dapat diukur dengan merokok
9 Pertama kali saya merokok karena diajak salah satu teman saya
10 Jika saya tidak memiliki rokok, teman-teman saya memberikan
rokokmiliknya

Sumber: Fauziah (2016)


B. Kuesioner Perilaku Merokok

No Pertanyaan Tidak Kadang- Sering Selalu


pernah Kadang
1 Saya menghabiskan satu batang rokok dengan
waktu yang singkat
2 Saat sendiri saya akan menghabiskan waktu untuk
merokok
3 Saya akan terus merokok selama berada dalam
ruangpribadi saya
4 Saya merokok sepanjang perjalanan menuju suatu
tempat
5 Saya akan berhenti merokok jika orang lain
terganggu dengan asap rokok saya
6 Setiap bangun tidur saya langsung merokok
7 Saya merokok setiap kali sehabis makan
8 Saya merokok pada pagi dan malam hari
9 Saya merokok di area khusus untuk merokok
10 Saya merokok meskipun tidak berada di area
khusus merokok
11 Saya merokok setiap kalimerasa kedinginan
12 Saya merokok di tempat banyak orang merokok
13 Saya merokok setiap kali di landa masalah
14 Saya merokok setiap kali mulut saya merasa asam
15 Saya mampu bertahan untuk tidak merokok selama
satu hari
16 Saya merokok saat sedang buang air besar
17 Saya tetap merokok saat buang air kecil
18 Saya tidak merokok meskipun sedang santai
19 Saya tidak merokok saat tidak mempunyai uang
20 Saya merokok ketika berkumpul dengan teman-
teman yang perokok
21 Saya tidak merokok saat bersama dengan pacar
22 Saya merokok ketika ditawari rokok oleh teman
23 Saya menghabiskan lebih dari 10 batang rokok
setiap hari
24 Saya menyiapkan rokok selanjutnya apabila rokok
yang sedang dihisap akan segera habis
25 Saya merokok lebih banyak dari sebelumnya setiap
kali gagal dalam suatu tugas
26 Saya menghabiskan betul satu batang rokok
dengan hanya menyisakan sedikit putung rokok saja
27 Saya sulit menghabiskan satu batang rokok
28 Saat sedang mengerjakan tugas, saya menghabiskan
lebih banyak rokok dari biasanya
29 Saat berkumpul dengan teman-teman, saya
merokok lebih sedikit dari biasanya
30 Saya menghabiskan lebih banyak rokok saat
merasa
banyak masalah
31 Saya menghabiskan lebih sedikit rokoksaat berada
ditempat keramaian
32 Saat bersama orang tua, saya tidak merokok walau
satu
batang pun
Sumber : Noviyeni (2017)
Lampiran 5

SURAT REKOMENDASI PENELITIAN DARI REKTOR ITEKES BALI


Lampiran 6
SURAT IJIN PENELITIAN DARI KOMISI ETIK
Lampiran 7
SURAT IJIN PENELITIAN DARI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN
PROVINSI BALI
Lampiran 8

SURAT IJIN PENELITIAN DARI KESBANGPOLINMAS KABUPATEN/KOTA


Lampiran 9
SURAT IJIN PENELITIAN DI LOKASI PENELITIAN
Lampiran 10
LEMBAR PERNYATAAN ANALISA DATA

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ns. Ni Nyoman Nuartini, S. Kep., M. Kes
NIDN : 0810068101
Menyatakan bahwa mahasiswa yang disebutkan sebagi berikut:
Nama : Ni Made Fajarini Gemilang
NIM : 18C10030
Judul Proposal : Hubungan Interaksi Teman Sebaya Dengan Perilaku Merokok Pada
Remaja di Banjar Pegok Kelurahan Sesetan Denpasar Selatan

Menyatakan bahwa dengan ini bahwa telah selesai melakukan analisa data pada data hasil penelitian yang
bersangkutan.
Demikian surat ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar,
Penganalisa Data

(Ns. Ni Nyoman Nuartini, S. Kep., M. Kes)


NIDN. 0810068101
Lampiran 11
ANALISA DATA

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Statistics
Jenis Kelamin Umur Pendidikan
N Valid 79 79 79
Missing 0 0 0
Mean 1.00 1.94 2.56
Median 1.00 2.00 3.00
Std. Deviation .000 .245 .594
Variance .000 .060 .352
Range 0 1 2
Minimum 1 1 1
Maximum 1 2 3
Percentiles 25 1.00 2.00 2.00
50 1.00 2.00 3.00
75 1.00 2.00 3.00

Frequency Table
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 79 100.0 100.0 100.0

Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10 - 14 Tahun 5 6.3 6.3 6.3
15 - 19 Tahun 74 93.7 93.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SMP 4 5.1 5.1 5.1
SMA 27 34.2 34.2 39.2
Perguruan Tinggi 48 60.8 60.8 100.0
Total 79 100.0 100.0
KUESIONER
statistics
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
N Valid 79 79 79 79 79 79 79
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean .96 .87 .56 .85 .46 .81 .65
Median 1.00 1.00 1.00 1.00 .00 1.00 1.00
Std. Deviation .192 .335 .500 .361 .501 .395 .481
Variance .037 .112 .250 .130 .251 .156 .232
Range 1 1 1 1 1 1 1
Minimum 0 0 0 0 0 0 0
Maximum 1 1 1 1 1 1 1
Percentiles 25 1.00 1.00 .00 1.00 .00 1.00 .00
50 1.00 1.00 1.00 1.00 .00 1.00 1.00
75 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00

Statistics
Kategori Teman
P8 P9 P10 Skor Teman Sebaya Sebaya
N Valid 79 79 79 79 79
Missing 0 0 0 0 0
Mean .82 .80 .81 7.58 .90
Median 1.00 1.00 1.00 8.00 1.00
Std. Deviation .384 .404 .395 2.489 .304
Variance .148 .164 .156 6.195 .092
Range 1 1 1 9 1
Minimum 0 0 0 1 0
Maximum 1 1 1 10 1
Percentiles 25 1.00 1.00 1.00 6.00 1.00
50 1.00 1.00 1.00 8.00 1.00
75 1.00 1.00 1.00 10.00 1.00
Frequency Table

P1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 3 3.8 3.8 3.8
Ya 76 96.2 96.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

P2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 10 12.7 12.7 12.7
Ya 69 87.3 87.3 100.0
Total 79 100.0 100.0

P3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 35 44.3 44.3 44.3
Ya 44 55.7 55.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

P4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 12 15.2 15.2 15.2
Ya 67 84.8 84.8 100.0
Total 79 100.0 100.0

P5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 43 54.4 54.4 54.4
Ya 36 45.6 45.6 100.0
Total 79 100.0 100.0
P6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 15 19.0 19.0 19.0
Ya 64 81.0 81.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

P7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 28 35.4 35.4 35.4
Ya 51 64.6 64.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

P8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 14 17.7 17.7 17.7
Ya 65 82.3 82.3 100.0
Total 79 100.0 100.0

P9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 16 20.3 20.3 20.3
Ya 63 79.7 79.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

P10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 15 19.0 19.0 19.0
Ya 64 81.0 81.0 100.0
Total 79 100.0 100.0
Skor Teman Sebaya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 1 1 1.3 1.3 1.3
2 1 1.3 1.3 2.5
3 6 7.6 7.6 10.1
4 3 3.8 3.8 13.9
5 4 5.1 5.1 19.0
6 9 11.4 11.4 30.4
7 14 17.7 17.7 48.1
8 6 7.6 7.6 55.7
9 4 5.1 5.1 60.8
10 31 39.2 39.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

Kategori Teman Sebaya


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak 8 10.1 10.1 10.1
Ya 71 89.9 89.9 100.0
Total 79 100.0 100.0
KUESIONER PERILAKU MEROKOK

Statistics
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7
N Valid 79 79 79 79 79 79 79
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.27 2.14 2.15 2.01 2.49 1.95 2.49
Median 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Std. Deviation .887 .957 1.014 1.056 1.085 1.061 1.048
Variance .787 .916 1.028 1.115 1.176 1.126 1.099
Range 3 3 3 3 3 3 3
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 4 4 4 4 4 4 4
Percentiles 25 2.00 1.00 1.00 1.00 2.00 1.00 2.00
50 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
75 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00

Statistics
M8 M9 M10 M11 M12 M13 M14
N Valid 79 79 79 79 79 79 79
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.41 2.61 2.06 2.22 2.47 2.48 2.37
Median 2.00 3.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00
Std. Deviation .994 1.091 .979 .970 1.023 .932 1.015
Variance .988 1.190 .957 .940 1.047 .868 1.030
Range 3 3 3 3 3 3 3
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 4 4 4 4 4 4 4
Percentiles 25 2.00 2.00 1.00 1.00 2.00 2.00 2.00
50 2.00 3.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00
75 3.00 4.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00

Statistics
M15 M16 M17 M18 M19 M20 M21
N Valid 79 79 79 79 79 79 79
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.18 2.42 1.95 2.35 2.51 2.56 2.43
Median 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00
Std. Deviation .958 1.045 .890 .961 .972 .997 .970
Variance .917 1.093 .792 .924 .945 .994 .941
Range 3 3 3 3 3 3 3
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 4 4 4 4 4 4 4
Percentiles 25 1.00 2.00 1.00 2.00 2.00 2.00 2.00
50 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00
75 3.00 3.00 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00

Statistics
M22 M23 M24 M25 M26 M27 M28
N Valid 79 79 79 79 79 79 79
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.48 2.33 2.04 2.34 2.24 2.15 2.28
Median 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Std. Deviation .918 .996 1.043 .986 1.028 .935 .999
Variance .843 .993 1.088 .971 1.057 .874 .998
Range 3 3 3 3 3 3 3
Minimum 1 1 1 1 1 1 1
Maximum 4 4 4 4 4 4 4
Percentiles 25 2.00 2.00 1.00 2.00 1.00 1.00 1.00
50 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
75 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00

Statistics
Skor Perilaku Kategori Perilaku
M29 M30 M31 M32 Merokok Merokok
N Valid 79 79 79 79 79 79
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 2.32 2.48 2.46 2.34 73.96 1.53
Median 2.00 2.00 2.00 2.00 69.00 2.00
Std. Deviation .899 .998 .945 1.011 22.529 .551
Variance .809 .996 .892 1.023 507.575 .303
Range 3 3 3 3 93 2
Minimum 1 1 1 1 35 1
Maximum 4 4 4 4 128 3
Percentiles 25 2.00 2.00 2.00 2.00 62.00 1.00
50 2.00 2.00 2.00 2.00 69.00 2.00
75 3.00 3.00 3.00 3.00 92.00 2.00
Frequency Table
M1
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 20.3 20.3 20.3
Kadang-Kadang 33 41.8 41.8 62.0
Sering 23 29.1 29.1 91.1
Selalu 7 8.9 8.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

M2
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 23 29.1 29.1 29.1
Kadang-Kadang 30 38.0 38.0 67.1
Sering 18 22.8 22.8 89.9
Selalu 8 10.1 10.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

M3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 24 30.4 30.4 30.4
Kadang-Kadang 30 38.0 38.0 68.4
Sering 14 17.7 17.7 86.1
Selalu 11 13.9 13.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

M4
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 33 41.8 41.8 41.8
Kadang-Kadang 22 27.8 27.8 69.6
Sering 14 17.7 17.7 87.3
Selalu 10 12.7 12.7 100.0
Total 79 100.0 100.0
M5
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 18 22.8 22.8 22.8
Kadang-Kadang 22 27.8 27.8 50.6
Sering 21 26.6 26.6 77.2
Selalu 18 22.8 22.8 100.0
Total 79 100.0 100.0

M6
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 36 45.6 45.6 45.6
Kadang-Kadang 21 26.6 26.6 72.2
Sering 12 15.2 15.2 87.3
Selalu 10 12.7 12.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

M7
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 20.3 20.3 20.3
Kadang-Kadang 25 31.6 31.6 51.9
Sering 21 26.6 26.6 78.5
Selalu 17 21.5 21.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

M8
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 17 21.5 21.5 21.5
Kadang-Kadang 25 31.6 31.6 53.2
Sering 25 31.6 31.6 84.8
Selalu 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

M9
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 20.3 20.3 20.3
Kadang-Kadang 20 25.3 25.3 45.6
Sering 22 27.8 27.8 73.4
Selalu 21 26.6 26.6 100.0
Total 79 100.0 100.0

M10
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 28 35.4 35.4 35.4
Kadang-Kadang 25 31.6 31.6 67.1
Sering 19 24.1 24.1 91.1
Selalu 7 8.9 8.9 100.0
Total 79 100.0 100.0

M11
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 21 26.6 26.6 26.6
Kadang-Kadang 29 36.7 36.7 63.3
Sering 20 25.3 25.3 88.6
Selalu 9 11.4 11.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

M12
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 18 22.8 22.8 22.8
Kadang-Kadang 19 24.1 24.1 46.8
Sering 29 36.7 36.7 83.5
Selalu 13 16.5 16.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

M13
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 15.2 15.2 15.2
Kadang-Kadang 29 36.7 36.7 51.9
Sering 26 32.9 32.9 84.8
Selalu 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

M14
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 18 22.8 22.8 22.8
Kadang-Kadang 27 34.2 34.2 57.0
Sering 21 26.6 26.6 83.5
Selalu 13 16.5 16.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

M15
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 21 26.6 26.6 26.6
Kadang-Kadang 32 40.5 40.5 67.1
Sering 17 21.5 21.5 88.6
Selalu 9 11.4 11.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

M16
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 18 22.8 22.8 22.8
Kadang-Kadang 25 31.6 31.6 54.4
Sering 21 26.6 26.6 81.0
Selalu 15 19.0 19.0 100.0
Total 79 100.0 100.0
M17
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 28 35.4 35.4 35.4
Kadang-Kadang 32 40.5 40.5 75.9
Sering 14 17.7 17.7 93.7
Selalu 5 6.3 6.3 100.0
Total 79 100.0 100.0

M18
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 15 19.0 19.0 19.0
Kadang-Kadang 33 41.8 41.8 60.8
Sering 19 24.1 24.1 84.8
Selalu 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

M19
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 11 13.9 13.9 13.9
Kadang-Kadang 33 41.8 41.8 55.7
Sering 19 24.1 24.1 79.7
Selalu 16 20.3 20.3 100.0
Total 79 100.0 100.0

M20
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 16.5 16.5 16.5
Kadang-Kadang 25 31.6 31.6 48.1
Sering 25 31.6 31.6 79.7
Selalu 16 20.3 20.3 100.0
Total 79 100.0 100.0

M21
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 12 15.2 15.2 15.2
Kadang-Kadang 36 45.6 45.6 60.8
Sering 16 20.3 20.3 81.0
Selalu 15 19.0 19.0 100.0
Total 79 100.0 100.0

M22
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 11 13.9 13.9 13.9
Kadang-Kadang 31 39.2 39.2 53.2
Sering 25 31.6 31.6 84.8
Selalu 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

M23
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 18 22.8 22.8 22.8
Kadang-Kadang 29 36.7 36.7 59.5
Sering 20 25.3 25.3 84.8
Selalu 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

M24
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 32 40.5 40.5 40.5
Kadang-Kadang 21 26.6 26.6 67.1
Sering 17 21.5 21.5 88.6
Selalu 9 11.4 11.4 100.0
Total 79 100.0 100.0

M25
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 16 20.3 20.3 20.3
Kadang-Kadang 33 41.8 41.8 62.0
Sering 17 21.5 21.5 83.5
Selalu 13 16.5 16.5 100.0
Total 79 100.0 100.0
M26
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 22 27.8 27.8 27.8
Kadang-Kadang 28 35.4 35.4 63.3
Sering 17 21.5 21.5 84.8
Selalu 12 15.2 15.2 100.0
Total 79 100.0 100.0

M27
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 21 26.6 26.6 26.6
Kadang-Kadang 33 41.8 41.8 68.4
Sering 17 21.5 21.5 89.9
Selalu 8 10.1 10.1 100.0
Total 79 100.0 100.0

M28
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 21 26.6 26.6 26.6
Kadang-Kadang 25 31.6 31.6 58.2
Sering 23 29.1 29.1 87.3
Selalu 10 12.7 12.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

M29
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 13 16.5 16.5 16.5
Kadang-Kadang 38 48.1 48.1 64.6
Sering 18 22.8 22.8 87.3
Selalu 10 12.7 12.7 100.0
Total 79 100.0 100.0
M30
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 15 19.0 19.0 19.0
Kadang-Kadang 25 31.6 31.6 50.6
Sering 25 31.6 31.6 82.3
Selalu 14 17.7 17.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

M31
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 11 13.9 13.9 13.9
Kadang-Kadang 35 44.3 44.3 58.2
Sering 19 24.1 24.1 82.3
Selalu 14 17.7 17.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

M32
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Pernah 17 21.5 21.5 21.5
Kadang-Kadang 32 40.5 40.5 62.0
Sering 16 20.3 20.3 82.3
Selalu 14 17.7 17.7 100.0
Total 79 100.0 100.0

Skor Perilaku Merokok


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 35 3 3.8 3.8 3.8
41 1 1.3 1.3 5.1
43 1 1.3 1.3 6.3
44 1 1.3 1.3 7.6
45 1 1.3 1.3 8.9
46 1 1.3 1.3 10.1
48 2 2.5 2.5 12.7
49 1 1.3 1.3 13.9
50 1 1.3 1.3 15.2
51 2 2.5 2.5 17.7
54 1 1.3 1.3 19.0
56 1 1.3 1.3 20.3
58 1 1.3 1.3 21.5
59 1 1.3 1.3 22.8
61 1 1.3 1.3 24.1
62 1 1.3 1.3 25.3
63 2 2.5 2.5 27.8
64 11 13.9 13.9 41.8
65 2 2.5 2.5 44.3
66 3 3.8 3.8 48.1
67 1 1.3 1.3 49.4
69 1 1.3 1.3 50.6
70 2 2.5 2.5 53.2
71 2 2.5 2.5 55.7
72 1 1.3 1.3 57.0
74 3 3.8 3.8 60.8
77 4 5.1 5.1 65.8
80 2 2.5 2.5 68.4
83 1 1.3 1.3 69.6
87 1 1.3 1.3 70.9
88 1 1.3 1.3 72.2
89 1 1.3 1.3 73.4
91 1 1.3 1.3 74.7
92 2 2.5 2.5 77.2
94 1 1.3 1.3 78.5
96 8 10.1 10.1 88.6
97 1 1.3 1.3 89.9
105 1 1.3 1.3 91.1
108 1 1.3 1.3 92.4
113 1 1.3 1.3 93.7
115 1 1.3 1.3 94.9
128 4 5.1 5.1 100.0
Total 79 100.0 100.0
Kategori Perilaku Merokok
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Berat 39 49.4 49.4 49.4
Sedang 38 48.1 48.1 97.5
Ringan 2 2.5 2.5 100.0
Total 79 100.0 100.0

UJI NORMALITAS DATA

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Skor Teman Sebaya 79 100.0% 0 0.0% 79 100.0%
Skor Perilaku Merokok 79 100.0% 0 0.0% 79 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Skor Teman Sebaya Mean 7.58 .280
95% Confidence Interval for Lower Bound 7.02
Mean Upper Bound 8.14
5% Trimmed Mean 7.74
Median 8.00
Variance 6.195
Std. Deviation 2.489
Minimum 1
Maximum 10
Range 9
Interquartile Range 4
Skewness -.709 .271
Kurtosis -.486 .535
Skor Perilaku Merokok Mean 73.96 2.535
95% Confidence Interval for Lower Bound 68.92
Mean Upper Bound 79.01
5% Trimmed Mean 73.04
Median 69.00
Variance 507.575
Std. Deviation 22.529
Minimum 35
Maximum 128
Range 93
Interquartile Range 30
Skewness .592 .271
Kurtosis .009 .535

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Skor Teman Sebaya .227 79 .000 .858 79 .000
Skor Perilaku Merokok .119 79 .007 .952 79 .005

a. Lilliefors Significance Correction

Skor Teman Sebaya

Correlations
Skor Teman Skor Perilaku
Sebaya Merokok
Spearman's rho Skor Teman Sebaya Correlation Coefficient 1.000 .486**
Sig. (2-tailed) . .000
N 79 79
Skor Perilaku Merokok Correlation Coefficient .486** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 79 79

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kategori Teman Sebaya * 79 100.0% 0 0.0% 79 100.0%
Kategori Perilaku Merokok

Kategori Teman Sebaya * Kategori Perilaku Merokok Crosstabulation


Kategori Perilaku Merokok
Berat Sedang Ringan
Kategori Teman Sebaya Tidak Count 1 7 0
% within Kategori Teman 12.5% 87.5% 0.0%
Sebaya
% within Kategori Perilaku 2.6% 18.4% 0.0%
Merokok
% of Total 1.3% 8.9% 0.0%
Ya Count 38 31 2
% within Kategori Teman 53.5% 43.7% 2.8%
Sebaya
% within Kategori Perilaku 97.4% 81.6% 100.0%
Merokok
% of Total 48.1% 39.2% 2.5%
Total Count 39 38 2
% within Kategori Teman 49.4% 48.1% 2.5%
Sebaya
% within Kategori Perilaku 100.0% 100.0% 100.0%
Merokok
% of Total 49.4% 48.1% 2.5%

Kategori Teman Sebaya * Kategori Perilaku Merokok Crosstabulation

Total
Kategori Teman Sebaya Tidak Count 8
% within Kategori Teman Sebaya 100.0%
% within Kategori Perilaku Merokok 10.1%
% of Total 10.1%
Ya Count 71
% within Kategori Teman Sebaya 100.0%
% within Kategori Perilaku Merokok 89.9%
% of Total 89.9%
Total Count 79
% within Kategori Teman Sebaya 100.0%
% within Kategori Perilaku Merokok 100.0%
% of Total 100.0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 5.549 2 .062
Likelihood Ratio 6.193 2 .045
Linear-by-Linear Association 3.458 1 .063
N of Valid Cases 79

a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is .20.
BUKU BIMBINGAN SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN ITEKES BALI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama Mahasiswa : Ni Made Fajarini Gemilang


NIM : 18C10030
Pembimbing 1 : Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes

No Hari/Tanggal/ Kegiatan Bimbingan Komentar/ Saran Paraf


Jam Perbaikan Pembimbing

1 Bimbingan proses
Jumat, 27 Januari
2022 penelitian
-
Jam : 08.00

2 Mengirim bukti penelitian


Sabtu, 28 Januari
2022
-
Jam : 13.00

3 Menyerahkan hasil
Selasa, 22
Februari 2022 penelitian -
Jam : 10.00

4 Mengirimkan hasil koding


Senin, 28 Maret
2022 -

Jam : 10.00

5 Mengirimkan hasil Analisa Lanjut pembuatan BAB 5


Sabtu, 16 Maret
data
2022
Jam : 09.11

6 Bimbingan BAB 5
Rabu, 30 Maret Revisi bagiaan
2022
crosstab,
Jam :
merapikan
penulisan pada
tabel.
7 Bimbingan BAB 5 dan 6 Revisi mencari jurnal
Senin, 25 April
2022 terkait hasil penelitian
Jam : 08.00 pada BAB 6

8 Bimbingan revisi BAB 5


Kamis, 28 April
dan 6
2022 -
Jam : 10.00

9 Bimbingan BAB 5,6 dan


Rabu, 4 Mei
7 -
2022
Jam : 10.00

10 Final bimbingan BAB 1


Jumat, 27 Mei
sampai 7 -
2022
Jam : 09.00
BUKU BIMBINGAN SKRIPSI
MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN ITEKES BALI
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama Mahasiswa : Ni Made Fajarini Gemilang


NIM : 18C10030
Pembimbing 2 : Ns. Ni Putu Ayu J. Sastamidhyani, S.Kep.,M.Kep

No Hari/Tanggal/ Kegiatan Bimbingan Komentar/ Saran Paraf


Jam Perbaikan Pembimbing
1 Bimbingan hasil Koding Lanjut ke dosen
Senin, 30 Maret
Analisa data
2022
Jam : 09.50

2 Bimbingan hasil Analisa Lanjut pembuatan BAB 5


Minggu, 2 Mei
2022 data

Jam : 09.00

3 Bimbingan BAB 5 Rapikan tabel dan


Senin, 4 Mei
2022 penulisan
Jam : 10.00

4 Bimbingan revisi BAB 5


Rabu, 6 Mei
2022 -

Jam : 11.00

5 Bimbingan BAB 5 dan 6 Sesuaikan jurnal dengan


Jumat, 10 Mei
2022 hasil penelitian

Jam : 09.00

6 Bimbingan revisi BAB 5


Senin, 13 Mei
2022 dan 6
-
Jam : 09.30
7 Bimbingan BAB 5,6 dan Rapikan spasi
Rabu, 15 Mei
7
2022
Jam : 11.00
8 Bimbingan revisi BAB
Jumat, 17 Mei
5,6 dan 7
2022 -
Jam : 09.00
9 Bimbingan BAB Lengkapi lampiran
Sabtu, 18 Mei
lengkap
2022
Jam : 14.00
10 Final bimbingan BAB
Senin, 20 Mei
lengkap -
2022
Jam : 09.30
DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI

Dosen Pembimbing 1: Ns. Ni Kadek Sutini, S.Kep.,M.Kes

No Nama Tanggal Tanda Tangan Tanda Tangan


Bimbingan Pembimbing Mahasiswa
1 Ni Made Fajarini Gemilang 27 Januari 2022

2 Ni Made Fajarini Gemilang


28 Januari 2022

3 Ni Made Fajarini Gemilang


22 Februari 2022

4 Ni Made Fajarini Gemilang


16 Maret 2022

5 Ni Made Fajarini Gemilang


28 Maret 2022

6 Ni Made Fajarini Gemilang


30 Maret 2022

7 Ni Made Fajarini Gemilang


25 April 2022

8 Ni Made Fajarini Gemilang


28 April 2022

9 Ni Made Fajarini Gemilang


04 Mei 2022

10 Ni Made Fajarini Gemilang


27 Mei 2022
DAFTAR HADIR BIMBINGAN SKRIPSI

Dosen Pembimbing 2: Ns. Ni Putu Ayu J. Sastamidhyani, S.Kep.,M.Kep


No Nama Tanggal Tanda Tangan Tanda Tangan
Bimbingan Pembimbing Mahasiswa
1 Ni Made Fajarini Gemilang 30 Maret 2022

2 Ni Made Fajarini Gemilang


02 Mei 2022

3 Ni Made Fajarini Gemilang


04 Mei 2022

4 Ni Made Fajarini Gemilang


06 Mei 2022

5 Ni Made Fajarini Gemilang


10 Mei 2022

6 Ni Made Fajarini Gemilang


13 Mei 2022

7 Ni Made Fajarini Gemilang


15 Mei 2022

8 Ni Made Fajarini Gemilang


17 Mei 2022

9 Ni Made Fajarini Gemilang


18 Mei 2022

10 Ni Made Fajarini Gemilang


20 Mei 2022

Anda mungkin juga menyukai