SKRIPSI
1922019
MEDAN
2023
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2023
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana
keperawatan
MEDAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing,
Afnizar Wahyu,S.Kep.,Ns.M.Kep
NIDN : 1030128801
iii
BUKTI PLAGIARISME
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan kesehatan yang melimpah hingga Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023”. Adapun tujuan
penulisan skripsi penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Jurusan Ilmu Keperawatan STIKes Murni Teguh Medan.
Dengan segala hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang terkait atas bimbingan, pengarahan, motivasi hingga pada hiburan yang di
berikan selama proses penyusunan proposal penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada yang terhormat:
v
10. Rekan kerja penulis yang berada di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri
Medan yang selalu menemani segala urusan penelitian dan selalu memberi
semangat untuk langsung mengerjakan revisi.
11. Kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan
tambahan uang jajan dalam penyemangat pembuatan skripsi ini.
Peneliti telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun
peneliti menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk
itu saya sebagai peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan isi proposal ini. Kiranya isi skripsi peneliti bermanfaat bagi
kita semua dalam memperkaya ilmu keperawatan.
Peneliti,
vi
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2023
ABSTRAK
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan kehidupan dimana penurunan kesehatan
lebih banyak terjadi dan yang sering menyerang lansia adalah penyakit yang bersifat kronis.
Salah satu penurunan kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah penurunan pada sistem
muskuloskletal yang memberikan dampak terhadap aktivitas sehari-hari hingga dapat
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Melakukan aktivitas fisik sehari-hari terbukti mampu
menjadi obat untuk kesehatan fisik dan mental lansia hingga dapat meningkatkan kualitas
hidup lansia. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup
lansia di Puskesmas Sering Medan. Penelitian ini bersifat Kuantitatif dengan jenis penelitian
survey cross sectional dan menggunakan sampel sebanyak 81 lansia. Penelitian ini
menggunakan uji Spearman Rank dengan hasil terdapat korelasi yang positif antara aktivitas
fisik dengan keempat domain kualitas hidup (kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan). Pada kualitas hidup terdapat nilai p value = 0,00 < α (0,05) dengan nilai kolerasi
0,694, keempat domain didapatkan nilai pada kesehatan fisik dengan p value = 0,01 < α (0,05);
(r = 0,667), psikologis dengan p value = 0,00 < α (0,05); (r = 0,417), hubungan sosial dengan
p value = 0,00 < α (0,05); (r = 0,601), lingkungan dengan p value = 0,00 < α (0,05); (r = 0,553).
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kolerasi yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
keempat domain kualitas hidup lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023.
Namun, domain kualitas hidup yang berpengaruh paling besar terhadap aktivitas fisik pada
lansia adalah kualitas hidup domain kesehatan fisik.
vii
RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY ON QUALITY OF LIFE
AMONG ELDERLY IN PUBLIC HEALTH CENTER AREA OF SERING
MEDAN IN 2023
ABSTRACT
Elderly is the final stage of life development where health decline is more prevalent and what
often attacks the elderly is a chronic disease. One of the health declines that often occurs in the
elderly is a decrease in the musculoscletal system which has an impact on daily activities to
affect the quality of life of the elderly. Doing daily physical activity is proven to be a medicine
for the physical and mental health of the elderly to improve the quality of life of the elderly.
The purpose of this study was to see the relationship between physical activity and the quality
of life of the elderly at Puskesmas sering Medan. This study is quantitative with a cross-
sectional survey type of research and uses a sample of 81 elderly people. This study used the
Spearman Rank test with the results that there was a positive correlation between physical
activity and the four domains of quality of life (physical health, psychological, social
relationships and environment). In quality of life there is a p value = 0.00 < α (0.05) with a
correlation value of 0.694, the four domains obtained a value on physical health with p value
= 0.01 < α (0.05 ); (r = 0.667), psychological with p value = 0.00 < α (0.05); (r = 0.417), social
relations with p value = 0.00 < α (0.05); (r = 0.601), environment with p value = 0.00 < α (0.05);
(r = 0.553). So it can be concluded that there is a significant correlation between physical
activity and the four domains of quality of life of the elderly in the Medan Often Health Center
Work Area in 2023. However, the quality of life domain that has the greatest influence on
physical activity in the elderly is the quality of life domain of physical health.
viii
DAFTAR ISI
ix
2.3.1 Defenisi Kualitas Hidup ............................................................ 22
x
BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................ 46
10.1. Kesimpulan.................................................................................. 69
LAMPIRAN .............................................................................................. 77
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1
2
dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara yang berpenghasilan
rendah hingga sedang atau negara berkembang seperti Indonesia (WHO, 2023).
Berdasarkan hasil presentase sensus penduduk terdapat data lansia di
Indonesia pada tahun 2019 meningkat dari 7,56% (±18 juta orang) menjadi
9,7% (±25,9 juta orang) dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan 9,92%
atau setara dengan 28,8 juta jiwa. Hingga pada tahun 2021, melaporkan adanya
peningkatan menjadi 29,3juta penduduk lansia di Indonesia. Berdasarkan data
tersebut, diperkirakan jumlah lanjut usia akan mengalami peningkatan hingga
tahun 2035 yang akan mencapai jumlah sebanyak 48,2 juta jiwa. Maka dapat
dilihat berdasarkan data tersebut membuktikan bahwa kualitas hidup lansia
selama ini selalu meningkat tiap tahunnya (BPS, 2021).
Kualitas hidup merupakan persepsi individu tentang kesehatan fisik,
psikologis, kemandirian, hubungan sosial, nilai budaya tempat tinggal, harapan
dan keyakinan pribadi masing-masing. Pada umumnya, kualitas hidup
seseorang menurun seiring dengan proses terjadinya penuaan (aging) yang
berarti sebagian besar sistem organ mengalami penurunan fungsi setiap
tahunnya yang dimulai dari umur 30 tahun. Seiring bertambahnya usia, maka
akan mengalami penurunan kemampuan dalam fisik dan mental. Beberapa
faktor dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, yaitu ; adanya perubahan
level aktivitas fisik, sosiodemografi (jenis kelamin, usia dan status sosial
ekonmominya), berkurangnya partisipasi dalam sosial spiritual dan adanya
penyakit yang bersifat multipatologis atau menyerang pada beberapa organ dan
memiliki keterkaitan satu sama lain, sering juga disebut sindrom geriatric
(Dewi, 2018). Membantu lansia dalam meningkatan kualitas hidup dengan
menekankan pentingnya aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kemampuan
dalam melakukan kegiatan yang melibatkan otot sehingga imun menjadi lebih
kuat dan terhindar dari berbagai penyakit yang sering menyerang lansia
(Wildhan et al., 2022).
Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang mengeluarkan energi dan
dilakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi. Aktivitas yang dapat dilakukan
3
seperti aktivitas sehari-hari di rumah dan sifatnya berulang, seperti melakukan
pekerjaan rumah tangga, belanja, berkebun, bersepeda, senam maupun
berolahraga yang dilakukan minimal 1 minggu sekali dengan durasi 30 menit
(Ariyanto et al., 2020). Dominan kesehatan fisik lansia yang baik menunjukkan
bahwa lansia dapat menjalankan aktivitas sehari-hari, tidak menjalani
pengobatan medis, tidak ketergantungan obat, tidak mengalami gangguan tidur
dan tidak terdapat hambatan kemampuan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik
yang cukup dan sesuai dapat membantu menguatkan jantung serta
meningkatkan fleksibilitas tubuh hingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pada lansia. Namun sebaliknya, jika aktivitas fisik lansia tidak terpenuhi maka
akan berdampak pada peningkatan ketergantungan, beresiko terkena stress,
menurunnya kesehatan hingga pada penurunan kualitas hidup lansia (Motamed,
2020). Lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik >14 hari dapat
mengakibatkan peningkatan angka kematian, maladaptasi tubuh, atrofi pada
otot skeletal pada ekstremitas bawah, peningkatan penumpukan lemak atau
peningkatan IMT abnormal, meningkatnya rasa lemah dan kesepian, mudah
stress hingga dapat menyebabkan depresi (Wildhan et al., 2020). Maka dengan
meningkatkan aktivitas fisik pada lansia maka secara otomatis kita dapat
mengurangi rasio gangguan kesehatan dan meningkatkan kemandirian serta
mengurangi stres pada lansia (Motamed, M., 2020).
Hasil penelitian terdahulu dengan judul penelitian Level Aktifitas Fisik dan
Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia yang menggunakan sampel sebanyak 123
lansia di Bambanglipuro, menunjukkan mayoritas lansia memiliki kualitas
kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental yang baik (69,1%;76,4%). Maka
hasil dari penelitian ini terbukti bahwa semakin tinggi level aktivitas fisik lansia
dan tidak memiliki status hipertensi memiliki hubungan dengan kualitas hidup
yang baik dari lansia (Dewi, 2018).
Berdasarkan penelitian terdahulu berikutnya, dengan judul penelitian
Aktifitas Fisik Terhadap Kualitas Hidup Lansia dan menggunakan 45 orang
lansia di Posyandu Lansia Wilayah Seyegan Sleman. Hasil penelitian dengan
4
uji Spearman Rank terdapat nilai hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas
hidup yaitu p=0,000 (p< 0,05), dengan arti bahwa ada hubungan aktivitas fisik
terhadap kualitas hidup lansia, dimana kualitas hidup sedang sebanyak 26 lansia
dan kualitas hidup buruk 10 lansia serta kualitas hidup baik 9 lansia (Ariyanto
et al., 2020).
Dan berdasarkan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Activity Daily
Living (ADL) dan Kualitas Hidup Lansia di Magetan dengan menggunakan
sampel berjumlah 80 lansia. Hasil penelitian ini menggunakan analisis uji
spearman dan menunjukkan terdapat korelasi positif antara Activity Daily
Living (ADL) terhadap keempat domain kualitas hidup (fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan) pada kualitas hidup (p<0,05). Keempat
domain kualitas hidup terdapat hubungan (nilai korelasi) dengan ADL yaitu
domain fisik (r=0,560), domain psikologis (r=0,463), domain sosial (r=0,415),
domain lingkungan (r=0,340). Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan
bahwa terdapat hubungan Activity Daily Living (ADL) terhadap keempat
domain kualitas hidup. Dimana domain kesehatan fisik yang memiliki pengaruh
lebih besar terhadap ADL lansia (Wildhan et al., 2020).
Berdasarkan penelitian terdahulu dan data Badan Pusat Statistik Sumatera
Utara, terdapat peningkatan jumlah lansia pada tiap tahunnya hingga pada tahun
2035 yang diperkirakan jumlah lansia menjadi 15,77% atau sekitar 48,2 juta
jiwa. Hal ini membuktikan bahwa kualitas hidup lansia tiap tahunnya selalu
meningkat, namun hal ini berkaitan juga dengan jumlah ketergantungan lansia.
Pada tahun 2021, rasio ketergantungan lansia di Sumatera Utara sebesar 14,43
yang memiliki arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif akan
menanggung sebanyak 14 lansia yang ketergantungan. Penduduk usia produktif
di pedesaan lebih banyak menanggung kehidupan lansia yang ketergantungan,
karena lansia di daerah perkotaan lebih mandiri dibandingkan dengan lansia
yang tinggal di desa. Berdasarkan data lansia yang ketergantungan di Indonesia
pada tahun 2022 menempati presentasi 16,09 dimana rasio ketergantungan
lansia di desa lebih banyak yaitu 16,82 dan di perkotaan sebanyak 15,57. Begitu
5
juga dengan lansia di Sumatera Utara pada tahun 2021, dapat dilihat dari rasio
ketergantungan lansia di desa sebesar 15,35 dan lansia di perkotaan 13,73. Hal
ini juga berkaitan dengan jumlah keberadaan lansia perempuan yang
ketergantungan lebih banyak dari pada lansia laki-laki, dapat dilihat rasio
ketergantungan lansia perempuan sebanyak 15,57 dan lansia laki-laki 13,29
(BPS,2022). Hal ini membuktikan bahwa lansia perempuan lebih survive dari
pada lansia laki-laki, namun jumlah lansia perempuan yang survive
mengakibatkan ketergantungan lebih tinggi dari pada lansia laki-laki (BPS,
2021).
Berdasarkan uraian latar belakang, data, dan hasil penelitian terdahulu yang
telah terlaksana, umumnya penelitian di Indonesia yang membahas tentang
kualitas hidup lansia biasanya berhubungan dengan kualitas tidur, status gizi,
factor psikologis, status tempat tinggal dan masalah kesehatan yang di alami
lansia. Setelah melakukan telaah jurnal, mengingat bahwa pentingnya manfaat
dari aktivitas fisik terhadap peningkatan kualitas hidup lansia dan masih
sedikitnya penelitian tentang aktivitas fisik lansia maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitiaan lebih lanjut untuk memperdalam penelitian sebelumnya.
Hal ini di lakukan karena semakin meningkatnya aging population yang
menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan angka harapan hidup yang
terlihat dari semakin tingginya kualitas hidup lansia setiap tahunnya. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Sering
yang terhitung dari bulan April 2023 dengan jumlah populasi lansia dari bulan
April - Mei sebanyak 102 orang lansia. Judul penelitian yang akan di laksanakan
yaitu Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Pada Tahun 2023 yang akan dilakukan untuk melihat
apakah ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap kualitas hidup lansia.
Berdasarkan hasil uraian latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis
diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada
6
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Medan Pada Tahun 2023?”
1.4 Manfaat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1. Pengertian Lansia
7
8
mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisik, seperti melakukan aktivitas
fisik sehari-hari, berdiri, berjalan dan bekerja (Purnama and Suhada, 2019).
Proses penuaan merupakan suatu proses penurunan kesehatan yang terjadi
dalam waktu yang lama dan erat kaitannya dengan berbagai jenis penyakit,
terutama penyakit tidak menular. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
usia merupakan faktor resiko terbesar terjangkitnya penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular pada lanjut usia umumnya merupakan hipertensi,
penyakit sendi, DM, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal kronis, obesitas dan
cidera jatuh (Infodatin, 2022).
2.1.3.1.Perubahan Fisik
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditemukan pada penurunan
atau berkurangnya fungsi alat indera dan sistem saraf. Berikut merupakan
perubahan fisik pada lansia, yaitu: (Sunaryo, 2016)
1. Sel
Perubahan yang dialami lansia dapat berupa: jumlah sel berkurang,
ukuran sel mejadi membesar, cairan intraseluler menurun, sel otak
menurun 5-10%, dan cairan tubuh menurun. Protein dalam otak , ginjal,
otot, hati serta darah menjadi berkurang, mekanisme perbaikan sel
dalam tubuh juga menjadi terganggu dan adanya atrofi pada beberapa
organ tubuh.
2. Sistem Persarafan (Sensoris)
Semakin bertambahnya usia lansia maka akan mengalami
penurunan dalam koordinasi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Sistem sensoris sangat berpengaruh terhadap lansia, karena
10
hal ini sangat di butuhkan untuk berhubungan dengan orang sekitar,
membentuk hubungan baru dalam lingkungan, berespons terhadap
bahaya dan membantu dalam aktivitas sehari-hari. Berikut penurunan
sistem sensoris, yaitu:
3. Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata pada lansia merupakan
perubahan yang normal. Masalah penglihatan yang sering dialami lansia
yaitu, presbiopi ,katarak dan susahnya membedakan warna.
4. Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi lansia yang dapat
memengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia
disebut presbikusis. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah
berkurangnya pendengaran secara bertahap dan ketidakmampuan dalam
medeteksi suara dengan beberapa konsonan (Seperti,f,s,sk,sh,l) .
5. Peraba
Perubahan ini terjadi secara fungsional apabila terdapat perubahan
pada sistem penglihatan dan pendengaran.
6. Pengecap
Perubahan yang di alami lansia pada indra pengecap di karenakan
penurunan jumlah dan kerusakan papilla lidah. Masalah yang di alami
adalah perubahan sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit.
7. Penciuman
Semakin tua seseorang maka semakin sensitive terhadap bau yang
ada di sekelilingnya yang di sebabkan oleh semakin tingginya stimulus
reseptor olfaktorius.
8. Sistem Kardiovaskuler
Secara fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kardiovaskuler. Kemampuan jantung memompa darah
akan menurun 1% tiap tahunnya jika sudah berumur 20 tahun dan
ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas. Hal ini menyebabakan
11
menurunnya kontraksi dan volume jantung, kurangnya elastisitas
pembuluh darah dan dinding aorta, menebalnya katub jantung, serta
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi sehingga
dapat menimbulkan naiknya tekanan darah akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
9. Sistem Pernafasan
Seiring dengan bertambahnya usia pada lansia, maka lansia akan
mengalami beberapa asalah pernafasan, seperti hilang dan kakunya
kekuatan otot pernafasan, penurunan SpO2, despnea saat aktivitas,
kurangnya elastisitas paru-paru, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas semakin
menurun.
10. Sistem Muskuloskeletal
Pada sistem muskuloskeletal, otot lansia akan mengalami atrofi
sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas. Implikasi dari sistem
muskuloskletal, seperti berkurangnya gerak, tulang semakin rapuh dan
mudah patah, perubahan jaringan ikat tulang otot, persedian membesar
dan menjadi kaku hingga terjadinya peningkatan resiko jatuh.
11. Sistem Integumen
Pada sistem integumen, lansia akan mengalami kekurangan cairan
dan hilangnya jaringan lemak sehingga kulit lansia menjadi tipis dan
berbercak, kasar dan bersisik, kulit yang semakin kendur, tidak elastis,
kering, dan berkerut. Selain itu respon terhadap trauma juga menurun,
kurangnya proteksi kulit, kulit kepala menjadi warna kelabu, rambut
yang semakin tipis dan berubah warna menjadi putih, kuku jari menjadi
pudar dan kurang bercahaya, lebih keras dan rapuh, kuku kaki
bertumbuh secara cepat, serta kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya.
12. Sistem Gastrointestinal
12
Masalah pada sistem gastroinstestinal yang dihadapi lansia,
biasanya ada kaitannya dengan gaya hidup. Pada sistem gastrointestinal
lansia akan mengalami kemunduran seperti: kesehatan gigi yang
memburuk, kehilangan gigi akibat periodontal disease, perlambatan
dalam mencerna makanan, esofagus melebar, menurunnya rasa lapar
dan nafsu makan dan meningkatnya asam lambung, peristaltik lemah
dan peningkatan sekresi kolesterol.
13. Sistem Perkemihan
Bertambahnya usia pada lansia maka akan terdapat perubahan pada
ginjal, bladder uretra, dan sistem nervus yang berdampak pada eliminasi
urin. Masalah yang di alami lansia dapat berupa, inkontinensia urin,
reabsorpsi ginjal, melemahnya otot-otot vesika urinaria, atrofi vulva dan
vagina, dan meningkatnya frekuensi buang air kecil hingga terkadang
menyebabkan retensi urine dikarenakan kapasitasnya menurun sampai
20ml dan pada lansia pria akan terjadi pembesaran prostat 75% mulai
dari usia 65t ahun.
14. Sistem Reproduksi
Pada kehidupan seksual lasia perempuan dapat kita lihat perubahan
berupa, menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara dan selaput lender
vagina menurun, penurunan massa tulang dengan resiko osteoporosis,
fraktur hingga pada resiko jatuh. Jika pada lansia pria, testis masih dapat
menghasilkan spermatozoa, namun akan ada penurunan yang stabil.
Terdapat 70% lansia pria diatas 90 tahun mengalami atropi asini prostat
otot yang berfokus pada hyperplasia noduler benigna.
15. Sistem Endokrin
Pada lansia akan mengalami penurunan produksi semua hormon
dalam tubuh, seperti: intoleransi kadar glukosa darah, urin meningkat,
kurangnya produksi ACTH, TSH, FSH dan LH, kurangnya aktivitas
tiroid, menurunnya MBR (Basal metabolic rate), fungsi paratiroid dan
13
sekresi yang tidak berubah dan kurangnya sekresi hormon kelamin
(seperti, hormone progesterone, estrogen, testeron).
16. Sistem Neurologis
Berat otak manusia akan menurun 11% dari berat normal mulai dari
umur 45-50 tahun. Otak juga mengandung 100 milliar sel termasuk sel
neuron yang berfungsi memberikan inplus listrik dari susunan saraf
pusat. Pada proses penuaan akan mengalami kehilangan 100.000
neuron/tahunnya dan mengakibatkan reflek tendon berkurang, adanya
vasokonstriksi (seperti, tekanan darah menurun, suhu tubuh yang tidak
normal, kehilangan darah/cairan) dan vasodilatasi (pembesaran
pembuluh darah dan kadar oksigen yang rendah).
2.1.3.2.Perubahan Kognitif
Sebagian besar lanjut usia tidak dapat beradaptasi pada perubahan
kognitif yang akan atau sudah terjadi selama proses penuaannya. Perubahan
kognitif lansia mencakup pada berkurangnya daya ingat (memory),
berkurangnya kemampuan dalam memahami suatu hal (comprehension),
sulit dalam melakukan pemecahan masalah (problem solving) dan
pengambilan keputusan (decision making). Contoh perubahan fungsi
kognitif yang paling sering dialami lansia, yaitu seperti berkurangnya cara
berpikir positif, kurangnya konsentrasi dan daya ingat, lebih sensitif, sulit
untuk mengomunikasikan perasaan, berkurangnya kemampuan dalam
berhitung, sulit dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah
(Ashari, 2021).
Sebagian besar lansia mempunyai pandangan bahwa penurunan
semua kemampuan kognitif merupakan hal yang wajar seiring dengan
pertambahan usia yang tidak dapat di hindari lagi. Namun, tidak sedikit juga
lansia yang tidak dapat menerima hal tersebut. Hal ini di karenakan ada
lansia yang memiliki konsep diri positif dan juga konsep diri negatif. Lansia
yang memiliki konsep diri positif, mereka akan menerima bahwa dia
memiliki kekuatan dan keterbatasan dalam bekerja. Namun, jika lansia
14
memiliki konsep diri yang negatif maka mereka akan mengalami kecemasan
yang tinggi, perasaan ketidakberdayaan atas ketidakmampuan untuk
menghadapi perubahan, hingga pada terjadinya koping dan perilaku
maladaptif (Anggraini, 2018).
2.1.3.3.Perubahan Psikososial
Reaksi lansia terhadap berbagai situasi di lingkungannya sangat
beragam tergantung pada individunya (Rella, 2022). Terdapat 6 perubahan
psikososial pada lansia, yaitu: Kesepian, duka cita, depresi yang di
akibatkan dari dukacita yang belanjut, peningkatan rasa cemas, parafrenia
yang biasa terjadi pada lansia yang menarik diri dari lingkungannya
dikarenakan adanya rasa curiga yang berlebihan, dan sindroma diogenes
yang merupakan suatu kelainan yang terjadi pada lansia yang menunjukkan
perilaku yang mengganggu. Seperti, rumah atau kamar kotor karena orang
tua/lansia bermain-main dengan BAK dan BAB dalam ruangan serta sering
menumpuk barang-barang yang tidak digunakan lagi (Apriani, 2022).
2.1.3.4.Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Hal ini dapat terintegrasi dalam kehidupan,
seperti pola pikir yang matang dan cara bertindak sehari-hari.
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk
menghadapi kenyataan, cara mencintai seseorang, memberi keadilan
berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya dalam kehidupan (Radiani, 2018).
Aktivitas fisik adalah seluruh gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan tenaga dan energi. Pergerakan anggota tubuh melalui
aktivitas fisik menyebabkan pengeluaran tenaga yang memiliki peranan penting
bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Arfadilah, 2022). Aktivitas
fisik yang dilakukan setiap hari dapat merangsang penurunan aktivitas saraf
simpatis dan peningkatan aktivitas parasimpatis yang dapat menurunkan
hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin. Selama melakukan aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi untuk bergerak, jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh dan
mengeluarkan zat-zat sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tubuh
tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa
berat pekerjaan yang dilakukan. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan
melakukan aktivitas fisik, lansia dapat meningkatkan derajat kesehatan dan
kualitas hidupnya. Namun, karena adanya keterbatasan fisik akibat penuaan dan
banyaknya energi yang di butuhkan saat aktivitas maka lansia memerlukan
penyesuaian dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari (Ariyanto et al., 2020).
Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan sesuai yang dinjurkan World
Health Organization untuk lansia yaitu aktivitas yang memiliki konteks dengan
kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia harus sesuai
dengan kategori dan dapat disesuaikan dengan kekuatan tiap individu (Apriani,
2022). Terdapat tiga tingkatan aktivitas fisik yang sesuai bagi lansia Indonesia,
berikut penjelasannya: (Dieny et al., 2019)
1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
aktivitas fisik. Peningkatan ativitas fisik seseorang sampai mencapai
maksimal di berada di usia 25-30 tahun. Semakin bertambahnya usia
maka semakin menurun juga tingkat kebugaran fisiknya. Penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8- 1% per
tahun, tetapi jika rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai
separuhnya. Maka dapat disimpulkan, usia dapat menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi aktivitas pada lansia.
2. Jenis Kelamin
Umumnya, aktivitas fisik lansia laki-laki hampir sama dengan lansia
perempuan, tetapi biasanya laki-laki mempunyai nilai kekuatan dan
energi yang lebih besar saat dalam melakukan aktivitas sehari-hari
3. Pola Makan
Pola makan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas.
Jika jumlah, porsi dan kandungan (lemak) makanan lebih banyak, maka
tubuh akan mudah lelah dan tidak ingin melakukan aktivitas. Maka,
makanan yang akan dikonsumsi harus dipertimbangkan kandungan
gizinya agar tubuh tidak mengalami kekurangan atau kelebihan energi.
4. Kesehatan
Lansia yang memiliki gangguan kesehatan akan sangat
mempengaruhi aktivitas fisik yang akan dilakukan. Hal tersebut akan
22
berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas,
hemoglobin/sel darah dan serat otot. Contoh gangguan kesehatan yang
dialami lansia, seperti osteoporosis, gangguan jantung, anemia, adanya
riwayat jatuh dan lain sebagainya (Apriani, 2022).
5. Tingkat Kognitif
Tingkat kognitif lansia dapat berpengaruh terhadap aktivitas fisik
lansia, termasuk dalam proses mengingat, berfikir dalam melakukan
segala tindakan, kemampuan mengelolah informasi dan persepsi
(Arfadilah, 2022).
Perubahan kualiatas hidup yang terjadi pada lansia dapat disebabkan oleh
penurunan kondisi fisik seperti mudah lelah, berkurangnya kinerja jantung
menyuplai oksigen, penurunan kualitas tidur, cemas, perasaan dan pikiran yang
cenderung negatif, pusing, mudah tersinggung, dan minder bergaul dengan
lingkungan sekitarnya. (Anggraini, 2018). Kualitas hidup pada lansia dapat
ditingkatkan dengan melakukannya penyesuaian dan penerimaan diri dari
segala perubahan yang dialami dan mengembangkan potensi yang di miliki
untuk mengisi waktu luang (Rella, 2022).
1. Nyeri dan rasa tidak nyaman, hal ini berkaitan dengan sensasi fisik
yang tidak menyenangkan hingga berubah menjadi sensasi yang
menyedihkan dan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Sensasi yang
tidak menyenangkan meliputi kekauan, sakit, nyeri sendi/otot dalam
jangka pendek maupun panjang.
2. Penyakit kronis. Lansia yang mengalami penyakit kronis di masa
tuanya dapat memberikan pengaruh besar terhadap mobilitas dalam
24
kegiatan sehari-harinya dan dapat meningkatkan rasa cemas hingga
mempengaruhi kualitas hidup.
3. Tenaga dan kelelahan. Kelelahan disebabkan dari beberapa hal seperti
usia, penyakit, depresi atau pekerjaan yang berat. Aspek ini membahas
tenaga dan keinginan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Namun, bagi lansia cepat lelah membuat tidak mampu mencapai
aktivitas yang ingin dilakukan hingga lansia tidak merasakan hidup
yang sebenarnya.
4. Tidur dan istirahat. Aspek ini berfokus pada berapa lama tidur dan
istirahat lansia. Masalah tidur termasuk kesulitan tidur, bangun tengah
malam, dan tidak dapat kembali tidur sehingga mengakibatkan ketika
bangun merasa lemah dan kurang segar (Widyastuti, 2021).
Berikut ini faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia, yaitu: (Jacob &
Sandjaya, 2018).
a. Jenis Kelamin
Secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh
berbeda. Biasanya perempuan lebih banyak terkait dengan aspek
hubungan yang bersifat positif dan menjaga kesehatan tubuh sedangkan
pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih
baik. Dan berdasarkan data (BPS,2021), kualitas hidup lansia laki-laki
lebih tinggi dari pada lansia perempuan. Hal ini dikarenakan, lebih survive
lansia perempuan di bandingkan dengan lansia laki-laki.
b. Pekerjaan
Secara umum, terdapat perbedaan kualitas hidup yang signifikan
antara idividu yang bekerja, individu yang tidak bekerja (sedang mencari
26
kerja), maupun individu yang memiliki ketergantungan (disability).
Faktor pekerjaan ini sangat mempengaruhi kebahagiaan dan sangat
berdampak pada kualitas hidup tiap individu. Hal ini dikarenakan,
pekerjaan memberikan aktivitas yang menghabiskan sepertiga waktu
individu (8jam/hari), yang setara dengan waktu yang di habiskan untuk
tidur dan melakukan berbagai aktivitas lainnya.
c. Pendidikan
Tingkat Pendidikan juga akan berpengaruh pada kualitas hidup
seseorang, dimana faktor pendidikan mempengaruhi cara untuk
mendapatkan informasi dan mengolah informasi. Sehingga dengan
pengetahuan yang di miliki, lansia dapat mengerti bagaimana melewati
hidup di masa sulit atau saat terkena penyakit dan mengetahui cara untuk
meningkatkan kualitas hidup. Maka dapat disimpulkan, lansia dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah akan lebih mudah cemas, sering
takut, merasa tidak dicintai, sedih dan mudah terkena stress hingga
depresi.
d. Gaya hidup yang beresiko
Lansia yang memiliki kebiasaan seperti merokok, minum alkohol,
aktivitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak sehat dan tidur yang
tidak baik, akan mempengaruhi kualitas hidup.
e. Status Perkawinan
Status perkawinan menunjukkan bahwa individu yang sudah
menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu
yang belum menikah, bercerai, maupun janda atau duda akibat pasangan
meninggal. Hal ini di karenakan adanya mendukung interaksi sosial
dalam seksual yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
f. Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan bagian terdekat dan support system utama bagi
lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Bentuk dari dukungan
keluarga adalah sikap terhadap lansia, tindakan penerimaan keluarga
27
terhadap lansia, kemauan dalam mendengarkan dan memperhatikan
masalah yang dihadapi lansia, pemberian dukungan informasi dan
dukungan emosional. Lansia yang mendapat dukungan dari keluarga,
maka akan merasa lebih diperhatikan dan dapat meningkatkan kondisi
fisik, psikis dan kualitas hidup pada lansia (Adah, 2022).
g. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik yang baik sangat membantu lansia dalam
menjalankan seluruh kegiatan sehari-hari dan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya. Namun begitu juga sebaliknya, jika lansia memiliki
penyakit kronis maka dapat mengganggu berbagai sistem dalam tubuh,
meningkatkan kecemasan hingga pada deprisi dan hal tersebut
berpengaruh pada kualitas hidup lansia. (Kiling & Kiling-bunga, 2019)
h. Kondisi Psikologis
Penuaan pada lansia erat hubungannya juga dengan kondisi
psikologis. Hal wajib yang harus di miliki lansia untuk menciptakan
psikologis yang positif yaitu dengan adanya derajat kepuasan hidup,
emosi positif dan rendahnya derajat emosi negatif. Depresi merupakan
gangguan psikologis yang sering terjadi pada lansia hingga dapat
mengganggu kesehatan lansia. Gejala psikologis lansia yang tengganggu,
dapat berupa perasaan sedih yang terus menerus, perasaan negatif, pola
tidur berubah, self-esteem, pola makan tidak teratur, sulit konsentrasi,
adanya perasaan putus asa, tidak berdaya atau bahkan depresi hingga
memiliki keinginan untuk bunuh diri.
i. Hubungan dengan Lingkungan Sosial
Faktor dimaksud dapat berasal dari lingkungan sosial, relasi
personal, dukungan aktivitas sosial, kegiatan keagamaan, teman sebaya,
dukungan dari pelayanan kesehatan, lingkungan rumah, partisipasi dan
kesempatan dalam melakukan rekreasi, serta sarana dan prasarana dalam
lingkungan tempat tinggal yang dapat menunjang kehidupan lansia.
28
Adapun dimensi utama dalam lingkungan adalah sumber financial,
freedom, physical safety dan security.
j. Pelayanan Kesehatan
Ketersedia pelayanan kesehatan yang merata dan cukup memadai
dapat membantu masyarakat mengakses dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk melakukan pengobatan. Maka meratanya pelayanan
kesehatan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Lansia
Proses Penuaan
Hubungan
Gambar 2. 1 Kerangka Tiori
Sumber. (Karim et al., 2018), (Apriani, 2022)
2.6.Kerangka Konsep
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
1. Lokasi penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Sering Medan.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Maret – Agustus 2023.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berumur >60tahun di
wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan. Populasi lansia yang diambil pada
Bulan Mei-Juni 2023 sebanyak 102 orang.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan mewakili jumlah dari populasi yang
diambil peneliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
32
33
N
𝑛=
1+ N . (𝑑)2
Keterangan :
a. N = jumlah populasi
b. n = jumlah sampel
c. d = presisi yang ditetapkan sebesar 5% (0,05)
Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 102 orang. Maka, jumlah
sampel dapat di hitung dengan :
102
𝑛 = 1+ 102 . (0,05)2
103
𝑛 = 1 +(102. 0,0025)
102
𝑛 = 1,255
Jumlah sampel dalam penelitian ini yang telah di hitung dari rumus Slovin
sebanyak 81 orang dan tambah 5% dari sampel yaitu sebanyak 4 orang,
sebagai antisipasi jika ada responden yang tidak bersedia, mengundurkan
diri, sakit, meninggal dunia atau hal lain yang dapat mengurangi jumlah
sampel. Maka, jumlah sampel menjadi 85 orang.
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang di perlukan dalam penelitian dari setiap
anggota atau populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Permohonan Izin
Penyusunan Proposal
Desain Penelitian
Survey cross sectional
Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Entry, Cleaning, Tabulating
Pengumpulan Data
Tahap Persiapan & Administratif
Analisa Data
Univariat dan Bivariat
Publikasi Jurnal
RS = M – N / B
Keterangan :
RS : Rentang skala
M : Skor tertinggi
N : Skor terendah
a. Tahap Persiapan
Hal yang pertama sekali dilakukan dalam penelitian adalah
mempersiapkan segala istrumen yang digunakan untuk pengumpulan data
responden penelitian. Instrument yang digunakan adalah kuesioner
Aktivitas Fisik Pada Lansia untuk pengukuran tingkat aktivitas fisik lansia
dan kuesioner WHOQoL-BREF untuk mengukur kuaitas hidup lansia.
b. Tahap Administratif
1. Peneliti mengajukan permohonan izin dari institusi agar bersedia dan
memberikan izin untuk melakukan penelitian di lokasi / tempat yang
sudah ditentukan untuk penelitian.
2. Setelah mendapat izin dari instansi, maka instansi mengeluarkan
surat survey awal ke Dinas Kesehatan Kota Medan untuk
mendapatkan izin melakukan penelitian.
40
Uji validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana ketepatan dan
kecermatan data yang di teliti melalui pernyataan instrument penelitian yang di
gunakan untuk melakukan pengumpulan data. Sedangkan uji reliabilitas
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang kita gunakan
dapat di percaya dan konsisten sehingga dapat digunakan secara
berulang terhadap variabel yang sama dan kuesioner yang sama saat
melakukan penetelitian. (Hulu,2019).
Instrument aktivitas fisik pada lansia dibuat sendiri oleh penulis dan
telah melakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan 30 orang sampel
di luar sampel penelitian serta penulis telah melakukan uji melalui software
SPSS. Uji validitas yang di gunakan peneliti yaitu product moment pearson
correlation dengan menggunakan prinsip mengkorelasikan atau
41
menghubungkan antara masing-masing skor tiap item atau soal dengan skor
total yang di peroleh dari jawaban responden atas kuesioner. Dasar peneliti
dalam mengambil hasil uji validitas Pearson yaitu, membandingkan nilai r
tabel dengan t hitung. Jika nilai r hitung > r tabel, maka item penelitian
dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel maka item koesioner penelitian
dinyatakan tidak valid (Hulu,2019). Peneliti menggunakan sampel 30 orang
dan distribusi nilai r tabel dengan signifikasi 1% (0,436). Berdasarkan hasil
yang di dapat jumlah nilai Person Correlation tiap item pertanyan yaitu
0,467 – 0,900, maka dapat disimpulkan Koesioner Aktivitas Fisik Lansia
valid dan dapat di gunakan sebagai alat ukur aktivitas fisik pada lansia.
hasil uji validitas menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
skor item dengan skor dimensi yaitu (r = 0,409-0,850). Sehingga dapat
dinyatakan bahwa alat ukur WHOQOL-BREF valid dalam mengukur
kualitas hidup pada lansia. Sedangkan untuk uji reliabilitas dilakukan
dengan metode Cronbach’s Alpha 0-1, dengan nilai Cronbach’s Alpha
harus >0,6 (Hidayat,2015). Hasil Reabilitas pada kuesioner kualitas hidup
menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,77 sehingga pertanyaan pada
koesioner tersebut dinyatakan reliabel. Maka dapat disimpulkan bahwa
WHOQOL-BREF merupakan instrument yang valid dan reliable untuk
digunakan dalam pengukuran kualitas hidup lansia.
Terdapat 2 analisa data dalam penelitian ini, yaitu : (Hulu & Sinaga, 2019)
a. Analisis Univariat
Tujuan analisis univariat untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari
variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya memiliki
satu variabel dan hasil dari analisis ini akan menghasilkan data yang
deskriptif informatif dalam bentuk presentasi dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk menguji normalitas data
dalam penelitian yang dilakukan menggunakan program SPSS. Uji
normalitas data yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov
karena sampel dalam penelitian ini >50. Jika data berdistribusi
normal maka menggunakan uji Pearson Product Moment, maka
jenis uji yang digunakan adalah uji parametrik Namun, jika data
44
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat
4.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Sering
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Medan
Kategori Frekuensi (f) Presentasi (%)
1. Jenis Kelamin
a. Laki- Laki 32 39,5
b. Perempuan 49 60,5
2. Umur
a. 60-70 tahun 61 75,3
b. 71-80 tahun 16 19,8
c. 81- 90 tahun 4 4,9
3. Pendidikan Terakhir
a. SD 34 42
c. SMP 20 24.7
c. SMA 14 17.3
d. Diploma 1 1.2
e. S1 12 14.8
4. Tinggal Bersama
a. Anak 8 9.9
b. Keluarga 51 63
c. Suami 4 4.9
d. Istri 8 9,9
e. Sendiri 10 12.3
5. Penyakit yang Diderita
a. Asam Urat (Gout) 15 18,5
b. Nyeri Sendi 6 7.4
c. Reumatik Atritis 2 2.5
d. Kolestrol 2 2.5
e. Hipertensi 11 13.6
f. DM 12 14.8
g. Penyakit Jantung 6 7.4
h. Sesak 4 4.9
i. Tidak Ada 23 28.4
Sumber : Data Primer (2023)
47
terbukti dari uji statistic (Uji Spearman), diperoleh nilai p value (0.00) < α
(0.05) dengan keeratan kolerasi (r) 0,553 (kolerasi kuat).
53
BAB 5
PEMBAHASAN
Wilayah kerja Puskesmas Sering melayani tiga kelurahan yang ada di wilayah
kerja di ada di wilayah kerja di Kecamatan Medan Tembung, yaitu: Kelurahan
Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir dan Kelurahan Indra Kasih. Pada wilayah kerja
Puskesmas Sering juga terdapat dua Puskesmas Pembantu (Pustu), yaitu Pustu
Sidorejo Hilir yang terletak di Kelurahan Sidorejo Hilir dan Pustu Indra Kasih yang
terletak di Kelurahan Indra Kasih.
Pada penelitian ini, didapatkan usia lansia yang lebih dominan berumur 60-
70 tahun dengan presentase 75,3% atau sekitar 61 orang. Memasuki usia lanjut
muda (Lansia muda) yaitu 60-69 tahun, maka akan terjadi berbagai penurunan
kesehatan, penurunan kekuatan otot, sehingga lansia tidak mampu banyak
beraktivitas hingga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Ivanali dkk, 2021).
Sedangkan lansia yang telah memasuki usia >70tahun lebih beresiko terhadap
berbagai jenis penurunan kesehatan dan diserang oleh berbagai jenis penyakit
kronis, hingga pada penurunan tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (Yuswatiningsih & Suhariati, 2021).
Pada hasil penelitian ini ternyata masih banyak lansia yang sehat dan tidak
memiliki riwayat penyakit (28.4%). Namun, tidak sedikit juga lansia yang
memiliki penyakit seperti mengalami gouth (Asam urat) yang menempati pada
urutan kedua terbanyak yaitu terdapat sekitar 18,5% lansia. Saat melakukan
penelitian ini, sebagian besar lansia sedang mengalami peningkatan kadar asam
urat dikarenakan beberapa faktor pencetus yaitu pola makan sehari-hari yang
mengandung tinggi purin, aktivitas fisik, dan sejumlah obat-obatan yang dapat
menghambat ekresi asam uratoleh ginjal. Aktivitas fisik yang dilakukan lansia
dapat mempengaruhi kadar asam urat di karenakan dapat meningkatkan asam
laktat dalam tubuh dan akan membantu dalam menurunkan pengeluaran asam
urat. Jika lansia yang mengalami penumpukkan asam urat, maka akan
mengakibatkan nyeri sendi sehingga dapat menghambat aktifitas fisik pada
lansia dan akan berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia (Suntara, Alba &
Hutagalung, 2022).
56
5.3 Aktivitas Fisik Lansia di Puskesmas Sering
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang telah dilakukan, terdapat hasil
bahwa pada aktivitas fisik lansia dominan berapa pada kategori baik sebanyak 45
responden dengan presentase 55.6%. Aktivitas fisik dapat disebut juga sebagai
gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot rangka yang memerlukan tenaga dan
energi (Arfadilah, 2022). Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan
energi lebih untuk dapat bergerak serta jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan
zat-zat sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tubuh tergantung pada
seberapa banyak otot yang bergerak, frekuensi bergerak dan berapa berat pekerjaan
yang dilakukan (Ariyanto et al., 2020).
Sebagian besar penyakit yang bersifat kronis mulai timbul dan menyerang pada
usia lanjut, sedangkan lansia merupakan individu yang termasuk dalam kelompok
sangat rentan terhadap berbagai penyakit kronis karena seiring bertambahnya usia
akan mengalami degenerasi sel sehingga terjadi penurunan kemampuan hampir
pada seluruh sistem tubuh dan menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan dan
kemampuan beraktivitas fisik yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia. Salah
satu contoh penurunan kesehatan pada lansia adalah penurunan pada sistem
muskuloskletal yang dapat memengaruhi sebagian besar aspek kehidupan lansia,
seperti penurunan kekuatan dan stabilitan tubuh, terjadinya hiperkifosis, gangguan
pola berjalan, tendon yang mengalami pengerutan dan mengalami skeleosis, atrofi
serabut otot, otot yang sering kram dan tremor, hinngga pada berkurangnya aliran
darah ke otot. Selain perubahan pada system muskuloskletal, perubahan pada sistem
neurologis juga dapat terjadi pada lansia, yaitu perubahan yang terjadi pada otak
yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia pada komponen saraf
motorik yaitu pada sistem refleks motorik. Lansia akan mengalami gangguan
sensasi dan propioseptif serta pengelolaan informasi yang mengatur pergerakan
tubuh dan posisi. Perubahan ini mengakibatkan lansia menjadi lambat dalam
berjalan, langkah kaki pendek, kekuatan otot menurun terutama terjadi pada
ekstremitas bagian bawah. Hal ini dapat dilihat dari kaki lansia yang tidak dapat
menapak dengan baik dan cenderung mudah goyah, lansia juga menjadi lambat
57
dalam antisipasi bila mendadak terpeleset dan tersandung sehingga menyebabkan
lansia tinggi akan angka risiko jatuh (Ivanali, 2021)
Hal ini juga sejalan dengan penelitian Ivanali (2021), dengan judul hubungan
antara aktivitas fisik pada lanjut usia dengan tingkat keseimbangan, yang
meyampaikan bahwa seiring bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan
kesehatan pada lansia yang berakibat kurangnya kemampuan fisik lansia dalam
melakukan aktivitas sehari hari. Hasil penelitan diperoleh nilai p < 0,001 (p < 0,05)
dan r = -0,535, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik yang rendah dengan terjadinya perubahan keseimbangan lansia
dengan arah kolerasi negarif yang berarti semakin rendah aktivitas fisik lansia maka
keseimbangan tubuh lansia juga akan memburuk.
Selain meningkatnya kadar asam urat pada lansia, saat peneliti melakukan
penelitian sebagian besar lansia di Puskesmas Sering juga sedang berobat
melakukan kontrol gula darah. Dapat kita ketahui, bahwa kurangnya aktivitas fisik
dapat menjadi faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 yang secara langsung
mampu mempengaruhi proses GLUT-4 ke dalam sel untuk tidak melakukan
fungsinya dengan baik sehingga mengakibatkan metabolisme dan masuknya
glukosa ke dalam sel target terganggu. Penyerapan glukosa dalam tubuh dilakukan
oleh GLUT-4 yang berada di jaringan tubuh dan penyerapan yang paling banyak
terjadi berada pada otot rangka dan sel jaringan lemak. Sehingga jika aktivitas fisik
dilakukan dengan rutin seperti melakukan aktivitas fisik sehari-hari, olahraga
sedang atau jalan santai minimal dilakukan 30 menit/hari, mampu membantu
meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh dan membantu penderita diabetes untuk
mengurangi penggunaan insulin maupun obat non-insulin hingga dapat
meningkatkan kesejahteraan psikologi lansia DM. Oleh karena itu, lansia yang
telah terkana DM dan melakukan aktivitas fisik dalam rentang ringan dan sedang
mampu untuk mengontrol kadar gula darah dan bagi lansia yang tidak terkena DM,
aktivitas fisik mampu mengurangi resiko untuk terjadinya DM (Haryono,2022).
Maka dapat disimpulkan, walaupun sebagian lansia memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, namun lansia dapat memampukan dirinya
melakukan aktivitas yang ringan dan pada lansia yang masih berumur <70tahun
dapat meningkatkan produktifitas sehari-hari dengan melakukan aktivitas fisik
ringan hingga berat sesuai dengan kemampuan tubuh. Maka dengan itu, hal ini
dapat memberi manfaat baik dalam mempertahankan serta meningkatkan derajat
kesehatan lansia (Nurlatifa, Lasanuddin & Sudirman, 2023).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa
terdapat hasil kualitas hidup lansia dominan berada di kategori kualitas hidup
sedang, yaitu sebanyak 46 orang dengan presentase 56,8% dan terdapat kualitas
hidup baik pada lansia sebanyak 26 orang atau 32,1%. Kualitas hidup pada lansia
merupakan persepsi terhadap kepuasaan hidup dalam pemenuhan kebutuhan yang
dapat mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan
tempat tingal yang memiliki pengaruh besar terhadap hubungan sosial dan
interpersonal, tujuan hidup, harapan yang belum tercapai, standar kesehatan dan
kesehatan psikologis lansia (Palit,2021). Pada umumnya, kualitas hidup setiap
individu akan menurun seiring dengan proses penuaan (aging) yang memiliki arti
bahwa sebagian besar sistem organ mengalami penurunan fungsi tubuh setiap
tahunnya yang dimulai dari umur 30 tahun. Menjaga kualitas hidup tetap baik
merupakan usaha yang sanagt kompleks dalam meningkatkan usia harapan hidup,
kesehatan psikologis dan fisik lansia untuk membantu dalam melakukan aktivitas
sehari hari (Wildhan et al., 2020).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil dari uji
Spearman yang dilakukan pada 81 lansia dengan nilai p value = 0,000 < α (0,05)
dan nilai r = 0,694 (memiliki kolerasi yang kuat), maka hasil dari penelitian dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Medan Tahun 2023.
Namun yang paling sering terjadi pada lansia yaitu munculnya masalah
kesehatan, terutama masalah pada sistem muskuloskletal. Jika hal ini terjadi, maka
akan meningkatnya resiko cedera dan ketergantungan pada lansia dikarenakan
berkurangnya kekuatan otot dan sendi, berkurangnya keseimbangan tubuh, hingga
pada ketidakmampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari atau kegiatan
yang tergolong berat. Penurunan jumlah aktivitas fisik pada lansia dapat
63
mempengauhi kemandirian pada lansia sehingga hal ini dapat menurunkan kualitas
hidup dan mengganggu kesehatan lansia. Selain tetap menjaga kesehatan fisik,
lansia juga sangat membutuhkan dukungan sosial dari keluarga untuk menjaga,
mengatur dan memotivasi lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Maka jika
hal ini terjadi akan mempengaruhi kesehatan lansia dan akan berdampak pada
kualitas hidup lansia. (Utami,2022).
Hal ini sejalan dengan penelitian (Ariyanto,2020) dengan judul aktivitas fisik
terhadap kualitas hidup pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Seyegan Sleman
dengan total responden sebanyak 45 lansia dan menggunakan uji Spearmana Rank
dengan hasil p=0,000 (p< 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia. Berdasarkan hasil penelitan
dapat disimpulkan, jika lansia melakukan aktivitas fisik, maka dapat meningkatkan
kualitas hidup yang lebih baik dan jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia
seperti senam dengan intensitas rendah atau melakukan pekerjaan rumah yang
dilakukan minimal 1 minggu sekali, dengan durasi 30 menit.
Penelitian tentang kualitas hidup juga dilakukan oleh (Utami., 2022) dengan
judul Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Usia 60-69 Tahun
Di Desa Sudimoro Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten dengan sampel 72 lansia.
Hasil uji Kendall Tau menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan kualitas hidup lansia dengan p velue = 0,004. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat kolerasi antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia usia 60-
69 tahun di desa sudimoro kecamatan tulung kabupaten klaten.
5.5.1 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Domain Kesehatan Fisik
Berdasarkan hasil yang di dapatkan oleh peneliti, terdapat hasil domain
kesehatan fisik pada lansia melalui uji Spearman Rank dengan hasil p value
(0,001) < α (0,05) dengan r = 0,667 (memiliki kolerasi kuat), artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia
pada domain kesehatan fisik. Berdasarkan hasil r yang positif memiliki arti
bahwa semakin tinggi level aktivitas fisik lansia maka akan semakin tinggi juga
kualitas hidup lansia terutama pada kesehatan fisik. Maka dapat disimpulkan
jika semakin sering lansia melakukan aktivitas fisik maka semakin
meningkatkan kesehatan fisik lansia.
Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu tentang kualitas hidup lansia yang
berjudul Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) dan Kualitas Hidup
Lansia di Magetan dengan sampel 80 lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan
terdapat korelasi positif antara Activity Daily Living (ADL) terhadap keempat
domain (kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) pada
kualitas hidup (p<0,05). Keempat domain didapatkan hasil nilai hubungan (nilai
korelasi) dengan ADL yaitu domain kesehatan fisik (r=0,560), domain
psikologis (r=0,463), domain hubungan sosial (r=0,415), domain lingkungan
(r=0,340). Sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan Activity
Daily Living (ADL) terhadap keempat domain yaitu kesehatan fisik, psikologi,
hubungan sosial dan lingkungan. Namun, domain fisik memiliki pengaruh yang
paling besar terhadap aktivitas lansia sehari-hari (Wildhan et al., 2020)
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan dan pembahasan yang telah
dipaparkan oleh peneliti, maka secara umum peneliti menyimpulkan bahwa
terdapat Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Pada Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023. Hasil penelitian secara lebih khusus,
peneliti telah menarik kesimpulan sebagai berikut:
6.2.Saran
1. Puskesmas
Bagi Puskesmas Sering Medan disarankan untuk memberi edukasi dan
merencanakan kegiatan pendidikan dan promosi kesehatann kepada lansia dan
keluarga untuk lebih memperhatikan tingkat aktivitas fisik pada lansia sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan lansia.
2. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat melakukan penelitian lebih
dalam mengenai aktivitas fisik, yaitu dengan menambah variabel yang memiliki
pengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Misalnya, menambahkan variabel
penyakit yang dialami lansia, dengan demikian kita mampu mengetahui apa
penyebab utama lansia kurang dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari.
71
DAFTAR PUSTAKA
Adah, R., A, S. (2022). Kualitas Hidup Lanjut Usia Pada Masa Pandemi Covid.
Seminar Nasional Riset Kedokteran (Sensorik).19, 41–49.
Agustiningrum, R. (2023). Aktifitas Fisik Berhubungan Dengan Risiko Jatuh Pada
Lansia. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ), 11(3). ISSN: (e) 2655-8106, (p) :
2338-2090
Aluddin. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia
Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Di Wilayah Kerja Puskesmas
Binongko Kecamatan Binongko. Terapeutik Jurnal. 2(2).
Anggraini, R. (2018). Hubungan Status Bekerja Dengan Kualitas Hidup Lansia
Sebagai Kepala Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Sembayat Gresik
Penelitian. Vol. 66. Library Universitas Airlangga, Surabaya, 1-71.
Apriani, R. (2022). Hubungan Usia Jenis Kelamin Dengan Aktivitas Fisik Lansia
Pada Masa Pasca Pandemi Covid-19 Di Wilayah Desa Ulak Teberau
Kabupaten Musi Banyuasin. Repository STIKES Bina Husada, Palembang,
1-62.
Arfadilah, N. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Fleksibilitas
Punggung Pada Lansia Di Lembaga. Skripsi Jurusan Fisioterapi Fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar, 1-51.
Ariyanto, A., Puspitasari, N., & Utami, D. (2020). Aktivitas Fisik Terhadap
Kualitas Hidup Pada Lansia Physical Activity To Quality Of Life In The
Elderly. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, XIII(2).
Ashari, M. (2021). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada
Lansia. Skripsi Jurusan Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin, Makassar, 1-45.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (bkkbn). (2020). Lansia Sehat,
Aktif, dan Bermartabat. Jakarta Timur : Artikel bkkbn. Diakses dari:
https://www.bkkbn.go.id/berita-lansia-sehat-aktif-dan-bermartabat.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2022. Jakarta:
Badan Pusat Statistik (BPS).
_______________________. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi
Sumatera Utara 2021. Sumatera Utara : Badan Pusat Statistik (BPS).
72
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (bkkbn). (2023). BKKBN
Dorong Mewujudkan Lansia yang Bermakna dan Upaya Mengatasi
Syndrome 14i. Siaran Pres: BKKBN.
Dewi, S. (2018). Level Aktivitas Fisik dan Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(3), 241.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i3.4604
Dieny, F., Rahadiyanti,A., Widyastuti, N. (2019). Modul Gizi dan Kesehatan
Lansia. Yogyakarta: K-Media.
Esa, F., Sopiah, P., & Rosyida,R. (2023). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan
Tingkat Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Komunitas, 6(1), 17-22. E-ISSN: 2621-3001
Fridolin, A., Musthofa, S., & Suryoputro, A. (2022). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Gayamsari Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Komunitas, 8(2), 381–389.
ISSN: (p) 2088-7612, (e) 2548-8538. DOI:
https://doi.org/10.25311/keskom.Vol8.Iss2.1227
Gati, N., Dewi, P., Prorenata,P. (2023). Gambaran Aktivitas Fisik pada Lansia
dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Jalakan Hargosari. Aisyiyah Surakarta
Journal Of Nursing (ASJN), 4(1),22–27. E-ISSN: 2774-9096.
Haryono, D., Herlina, S., P& Yuliani,N. (2023). Hubungan Obesitas Dan Aktivitas
Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii Pada Usia > 40 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Hindu. Medica Palangka Raya: Jurnal Riset
Mahasiswa, 1(2),53–60.
Hidayat, A. (2015). Metode Penelitian Kesehatan : Paradigma Kuanttatif.
Surabaya : Kelapa Pariwara.
Hidayati, A., Gondodiputro, S., & Rahmiati, L. (2018). Elderly Profile of Quality
of Life Using WHOQOL-BREF Indonesian Version : A Community-
Dwelling, 5(2), 105–110.
Hikmawati, F. (2020). Metodologi Penelitian. Edisi 1. Cetakan 4. Depok:
Rajawali Press.
Hulu, V.T., & Sinaga, R.T. (2019). Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi
SPSS dan STATCAL (Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan). Medan:
Yayasan Kita Menulis.
73
Infodatin. (2022). Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. 12. ISSN:2442-7659
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodati
n/Infodatin-Lansia-2022.pdf.
Indriani, A.., & Kanita, M. (2023). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan
Aktivitas Fisik Pada Lansia Dengan Asam Urat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Baki Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta. 21(1), 51–57. ISSN: (p) 1858-4047,
(e) 2528-3235.
Ivanali, K., Amir, T. L., Munawwarah, M., & Pertiwi, A.D. (2021). Hubungan
Antara Aktifitas Fisik Pada Lanjut Usia Dengan Tingkat Keseimbangan.
Jurnal Ilmiah Fisioterapi, 21(1), 51–57. ISSN: (p) 1858-4047, (e) 2528-
3235.
Jacob, D. E., & Sandjaya. (2018). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK), 1, 1–16. ISSN: 2621-6507.
Kamalie, H. S. (2016). Pengaruh Sense Of Belonging Terhadap Kualitas Hidup
Lansia Di Panti Wreda. Di akses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/78392393.pdf
Karim. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro.
Jurnal Keperawatan, 6(1), Article 1.
https://doi.org/10.35790/jkp.v6i1.19468.
Kee G,. Kearney, P,. Kenny, R,. (2015). The Factors Associated with Self-
Reported Physical Activity in Older Adults Living in The Community Age
Ageing, 44(4): 586-592. DOI:10.1093/ageing/afv042.
Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan
Masyarakat. (2018). Aktivitas Fisik Untuk Lansia. Artikel Kementerian
Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Diakses dari : https://promkes.kemkes.go.id/?p=8816.
Kiling, I. Y., & Kiling-bunga, B. N. (2019). Pengukuran dan Faktor Kualitas
Hidup pada Orang Usia Lanjut. Journal of Health and Behavioral Science,
1(3), 149–165.
Kurniawan, W. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Keperawatan. In
Metodologi Penelitian Kesehatan dan Keperawatan.
Kusuma, A. (2020). Aktivitas Fisik Dan Korelasinya Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Hipertensi. Skripsi Keperawatan STIKES Widyagama Husada, 1-65.
74
Lainsamputty, F., & Ruku, D. (2022). Pengukuran dan Faktor Kualitas Hidup pada
Orang Usia Lanjut. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 8(4), 584–591. ISSN: (e)
2477-4391 ; (p) 2528-3022
Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurlatifa, N., Lasanuddin, H. V., & Sudirman, A. N. (2023). Hubungan Aktifitas
Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja
Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Di Kelurahan Hutuo. Jurnal
Riset Rumpun Ilmu Kesehatan (JURRIKES), 2(1), 73-80. ISSN: (e) 2828-
9374; (p) 2828-9366
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktisi. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Motamed-Jahromi M, Hossein Kaveh M,. (2020). Effective Interventions on
Improving Elderly's Independence in Activity in Activity of Daily Living: A
Systematic Review and Logic Model. Front Public Health. 8: 516151.
Muharrom, M., & Damaiyanti, M. (2020). Hubungan Usia, Jenis Kelamin,
Aktivitas Fisik Terhadap Depresi Pada Lansia Di Samarinda. Borneo Studies
and Research, 1(3), 1359-1364. ISSN-(e): 2721-5725
Palit, I. D., Kandou, G. D., & Kaunang, W. J. (2021). Hubungan Anatara Aktifitas
Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Desa Salurang Kecamatan
Tabukan Selatan Tengah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi (Jurnal KESMAS), 10(6), 93-100.
Pratiwi, H., , Arneliwati., & Nopriadi. (2023). Gambaran Kualitas Hidup Lansia
Dengan Penyakit Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal NersUniversitas Pahlawan, 7(1), 135-
147. ISSN : (e) 2580-2194.
Purnama, H. and Suhada, T. (2019). Tingkat Aktivitas Fisik Pada Lansia Di
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 5(2), pp. 102–106. doi:
10.33755/jkk.v5i2.145.
Radiani, Z. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia
Yang Mengalami Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle
Kabupaten Pangkep. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin,
Makassar, 1-56.
Rella, C. (2022). Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di Desa
Bagan Batu Barat. Library Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 1-249.
75
Roflin, E., Liberty, I. A., & Pariyana. (2021). Populasi Sampel, Variabel. Jawa
Tengah: Nem.
Salim OC, dkk. (2007). Validitas dan Reliabilitas World Health Organization
Quality Of Life-BREF Untuk Mengukur Kualitas Hidup Lansia. Jakarta :
Universa Medicina. Jurnal Vol. 26: 27-38.
Sumarsih, G., & Susanty, S., (2023). Kualitas Hidup Lansia Dengan Riwayat
Penyakit Kronis : Tinjauan Fungsi Kognitif. Jurnal Keperawatan, 15(4),
1923-1930. ISSN: (p) 2085-1049, (e) 2549-8118. Diakses :
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan.
Sujarweni, V. Wiratna. (2016). Kupas Tuntas, Penelitian Akuntansi dengan SPSS.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sunaryo., Wijayanti, R., Kuhu, M., Sumedi, T., Widayanti, E., Sukrillah, U., … &
Kuswati, A. (2016). Buku Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 1.
Yogyakarta : ANDI.
Suntara, D. A., Alba, A.D., & Hutagalung, M. (2022). Hubungan Antara Aktifitas
Fisik Dengan Kadar Asam Urat (Gout) Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Batu Aji Kota Batam. Jurnal Inovasi Penelitian (JIP), 2(12),
3805-3812. ISSN: (p) 2722-9475, (e) 2722-9467.
Utami, D., Nurhidayati, I., & Pramono, C. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik
Dengan Kualitas Hidup Lansia Usia 60-69 Tahun Di Desa Sudimoro
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Conference Of Health And Social
Humaniora, 97–107.
World Health Organization (WHO). (2023). Ageing Health Topics.
https://www.who.int/health-topics/ageing#tab=tab1
_________________________. (2012). The World Health Organization Quality
Of Life (WHOQOL)-BREF. 1st ed. Geneva: WHO; 2012.
_________________________. (1996). WHOQOL-BREF, introduction,
administration, scoring and generic version of the assessment. 1st ed.
Geneva: WHO; 1996.
Widyastuti. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga dan Kebutuhan Spiritual
Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi di Puskesmas Bandongan.
Skripsi Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang; 1 – 49.
Wildhan, R., Suryadinata, R., Bagus, I., & Artadana, M. (2020). Hubungan
Tingkat Activity Daily Living (ADL) dan Kualitas Hidup Lansia di Magetan.
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 11(1), 42–48. ISSN: (p) 1978-
2071, (e) 2580-5987.
76
Yuswatiningsih, E., & Suhariati, H.I. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan
Dengan Kemandirian Lansia Dalam Memenuhi Kebutuhan Sehari-Hari.
Hospital Majapahit (Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan
Majapahit Mojokerto), 13(1), 61-70
77
LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Medan,….. 2023
Peneliti, Responden,
Inisial Nama :
Usia : ………………………………
Note :
1. Beri tanda (√) pada kolom Jenis Aktivitas Fisik sesuai dengan aktivitas
2. Beri tanda (√) pada kolom Frekuensi sesuai dengan berapa lama anda melakukan
aktivitas yang telah anda pilih sebelumnya
Keterangan Skore :
1. Tidak Pernah : Dalam seminggu tidak melakukan apa-apa
2. Jarang : Hanya dilakukan <30 menit dalam seminggu
3. Kadang-Kadang : Dilakukan 30 menit dalam seminggu
4. Sering : Dilakukan >30 menit dalam seminggu
84
No Frekuensi
Usia : ………………………………
Berikan tanda √ pada yang telah disediakan jika bapak/ibu kehilangan hal-hal di bawah ini dalm 4
minggu terakhir!
Kehilangan keluarga
Kehilangan tempat tinggal
Kehilangan hewan peliharaan yang sangat disayangi
Peristiwa menyedihkan lainnya: ……………………………………………………………………
Pilihlah jawaban dengan cara melingkari jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai. Jika
Bapak/Ibu tidak yakin tentang jawaban dari pertanyaan yang diajukan, pikiran pertama yang muncul
pada benak Bapak/Ibu seringkali merupakan jawaban yang terbaik.
A. Camkanlah dalam pikiran bapak/ibu segala standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian
bapak/ibu.
Apa yang bapak/ibu pikirkan tentang kehidupan bapak/ibu pada 4 minggu terakhir?
Sangat Biasa Sangat
No Pertanyaan Buruk Baik
buruk saja baik
Bagaimana menurut bapak/ibu kualitas hidup
1. 1 2 3 4 5
bapak/ibu?
Seberapa puas bapak/ibu terhadap kesehatan
2 1 2 3 4 5
bapak/ibu?
B. Seberapa sering bapak/ibu telah mengalami hal-hal berikut selama 4 minggu terakhir?
86
Dalam
Tidak Dalam
Sangat jumlah
No Pertanyaan sama Sedikit jumlah
sering berlebi
sekali sedang
han
Seberapa jauh rasa sakit fisik dalam
3 5 4 3 2 1
beraktivitas sesuai kebutuhan bapak/ibu?
Seberapa sering bapak/ibu membutuhkan terapi
4 medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan 5 4 3 2 1
sehari-hari?
5 Seberapa jauh bapak/ibu menikmati hidup? 1 2 3 4 5
6 Seberapa jauh bapak/ibu merasa hidup berarti? 1 2 3 4 5
Seberapa jauh bapak/ibu mampu
7 1 2 3 4 5
berkomunikasi?
Secara umum, seberapa aman kehidupan
8 1 2 3 4 5
sehari-hari bapak/ibu?
Seberapa sehat lingkungan tempat tinggal
9 1 2 3 4 5
bapak/ibu
Sangat
Tidak Sangat
tidak Biasa Memu
No Pertanyaan memu memua
memuas saja askan
askan skan
kan
16 Seberapa puaskah tidur bapak/ibu? 1 2 3 4 5
Seberapa puas dengan kemampuan untuk
17 1 2 3 4 5
menampilkan aktivitas sehari-hari bapak/ibu?
Seberapa puas dengan kemampuan bapak/ibu
18 1 2 3 4 5
untuk bekerja?
Seberapa puaskah bapak/ibu terhadap diri
19 1 2 3 4 5
sendiri?
Seberapa puaskah bapak/ibu dengan hubungan
20 1 2 3 4 5
personal/sosial?
Seberapa puas dengan kehidupan seksual
21 1 2 3 4 5
bapak/ibu?
Seberapa puas dengan dukungan yang di
22 1 2 3 4 5
peroleh dari teman bapak/ibu?
87
Seberapa puaskah bapak/ibu dengan kondisi
23 1 2 3 4 5
tempat tinggal saat ini?
Seberapa puaskah bapak/ibu dengan akses pada
24 1 2 3 4 5
pelayanan kesehatan?
Seberapa puaskah bapak-ibu dengan
25 1 2 3 4 5
transportasi yang harus bapak/ibu jalani?
D. Seberapa sering bapak/ibu merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam 4 minggu terakhir?
Tidak Cukup Sangat
No Pertanyaan Jarang Selalu
pernah sering sering
Seberapa sering bapak/ibu memiliki perasaan
26 negatif seperti ‘feeling blue’(kesepian), putus 5 4 3 2 1
asa, cemas, dan depresi?
Reliabel jika nilai Cronbach Alpha >0.6. Maka, berdasarkan hasil yang di dapatkan nilai
reabilitasnya adalah 0.861
91
Lampiran 12. Uji Univariat
Distribusi Frekuensi Jk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 32 39.5 39.5 39.5
Perempuan 49 60.5 60.5 100.0
Total 81 100.0 100.0
Aktivitas Fisik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Buruk 11 13.6 13.6 13.6
Sedang 25 30.9 30.9 44.4
Baik 45 55.6 55.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
Kualitas Hidup
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Buruk 9 11.1 11.1 11.1
Sedang 46 56.8 56.8 67.9
Baik 26 32.1 32.1 100.0
Total 81 100.0 100.0
Domain 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 33 40.7 40.7 40.7
Sedang 48 59.3 59.3 100.0
Total 81 100.0 100.0
Domain 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 49 60.5 60.5 60.5
Sedang 21 25.9 25.9 86.4
Buruk 11 13.6 13.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
Domain 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 39 48.1 48.1 48.1
Sedang 35 43.2 43.2 91.4
Buruk 7 8.6 8.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
93
Lampiran 13. Uji Bivariat
Tests Of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Distribusi Do1 .256 81 .000 .877 81 .000
Distribusi Frekuensi Do2 .225 81 .000 .915 81 .000
Distribusi Frekuensi Do3 .280 81 .000 .809 81 .000
Distribusi Frekuensi Do4 .248 81 .000 .887 81 .000
A. Lilliefors Significance Correction
Ket:
- >0,05 = Normal ; <0.05 Tidak Normal
- Normal (Uji Parametrik) = Pearson
- Tidak Normal (Uji Non Parametrik) = Kolerasi Spearman / Chi Square
Judul penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan
Petunjuk pengisian :
Pilih salah satu dari beberapa pilihan item dibawah ini dengan memberikan tanda checklis ()
Keterangan :
a) Relevance (Relevan) d) Ambiguity (Ambiguitas)
1 = item sangat ambigu
1 = item tidak relevan 2 = item perlu beberapa revisi
2 = item perlu revisi banyak 3 = item tidak ambigu tetapi perlu sedikit revisi
3 = item relevan tetapi perlu sedikit revisi 4 = item mempunyai makna yang jelas
4 = item sudah relevan
b) Clarity (Kejelasan)
1 = item tidak jelas
2 = item perlu revisi banyak agar jelas
3 = item jelas tetapi perlu sedikit revisi
4 = item sudah jelas
c) Simplicity (Kesederhanaan)
1 = item tidak sederhana
2 = item perlu revisi banyak agar sederhana
3 = item sederhana tetapi perlu sedikit revisi
4 = item sudah sederhana
103
KOESIONER AKTIVITAS FISIK PADA LANSIA
Ada banyak pilihan jenis olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Aktivitas fisik berat biasanya terjadi pada seseorang yang berjenis
kelamin laki-laki dan aktivitas fisik ringan terjadi pada perempuan. Jenis aktivitas fisik dibagi menjadi dua yatu aktivitas fisik sehari-hari dan latihan fisik/ olahraga. Aktivitas
fisik menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan yang baik dan menyeluruh termasuk pada lansia.
Aktivitas fisik ringan adalah aktivitas fisik yang hanya mengeluarkan sedikit tenaga dan tidak menyebabkan perubahan dalam system pernapasan. Biasanya energy yang
dikeluarkan ketika beraktivitas fisik ringan <3,5 kcal/ menit. Contoh aktivitas fisik ringan :
• Berdiri ketika melakukan pekerjaa rumah, seperti menucuci, menyetrika, memasak, menyapu, mengepel,dan menjahit.
Aktivitas fisik sedang adalah ketika tubuh mengeluarkan sedikit keringat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat. Tubuh mengeluarkan energi sebanyak 3,5-
7 kcal/ menit. Contoh dari aktivitas fisik sedang, yaitu :
• Berjalan, dengan kecepatan 5 km/jam pada permukaan yang rata atau di luar rumah, atau berjalan santai saat istirahat ketika sedang berada di sekolah atau di kantor.
• Pekerjaan tukang kayu, seperti membawa dan menyusun balok kayu, memebersihkan rumput dengan menggunakan mesin pemotong rumput.
Aktivitas fisik berat dapat dikatakan ketika aktivitas yang dilakukan tubuh mengeluarkan banyak keringat, denyut jantung dan frukensi pernapasan meningkat hingga terengah-
engah. Energi yaitu, dikeluarkan oleh tubuh >7kcal/menit. Contih aktivitas fisik berat:
• Berjalan, dengan kecepatan >5 km/jam, melakukan pendakian, berjalan sambil mebawa beban dipunggung, jogging dengan kecepatan 8 km/jam.
• Melakukan pekerjaan yang mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan, dan mencangkul.
• Melakukan pekerjaan rumah, seperti memindahkan benda yang berat dan menggendong anak
Telah diperiksa,
Di : Padangsidimpuan
2. Setiap pertanyaan dalam koesioner harus memiliki dasar teori yang kuat, tidak boleh hanya sekedar karangan dan melakukan observasi lapangan, dikarenakan hal
tersebut belum valid adanya.
3. Cantumkan tiori lebih lengkap di BAB 2 proposal, lalu berdasarkan tiori bab 2 tersebut angkat menjadi pertanyaan untuk koesioner.
108
4. Expert : Ns. Jelita Panjaitan, S.Kep
109