Anda di halaman 1dari 125

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2023

SKRIPSI

NATALIN ADE MORA LUMBANTORUAN

1922019

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

STIKES MURNI TEGUH

MEDAN

2023
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2023

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana
keperawatan

NATALIN ADE MORA LUMBANTORUAN


1922019

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

STIKES MURNI TEGUH

MEDAN

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Proposal Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup


Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023

Nama : Natalin Ade Mora Lumbantoruan

Nomor Induk Mahasiswa : 1922019

Program Studi : Sarjana Ilmu Keperawatan

Institusi : STIKes Murni Teguh Medan

Telah disetujui oleh,

Medan, 25 Agustus 2023

Pembimbing,

Afnizar Wahyu,S.Kep.,Ns.M.Kep
NIDN : 1030128801

iii
BUKTI PLAGIARISME

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat dan kesehatan yang melimpah hingga Penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi dengan judul “Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023”. Adapun tujuan
penulisan skripsi penelitian ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan pada Jurusan Ilmu Keperawatan STIKes Murni Teguh Medan.

Dengan segala hormat penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai
pihak yang terkait atas bimbingan, pengarahan, motivasi hingga pada hiburan yang di
berikan selama proses penyusunan proposal penelitian ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ketua STIKes Murni Teguh Seriga Banjarnahor, S.Kep., Ns., MARS


2. Lenny Lusia Simatupang, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Kepala Prodi Ilmu
Keperawatan
3. Afnijar Wahyu, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Pembimbing skripsi penulis
4. M. Taufik Daniel, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Penguji I
5. Dr. Rostime Hermayeri, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Penguji II
6. Para Dosen dan Staff STIKes Murni Teguh yang turut serta dalam membantu
penyusunan skripsi ini
7. Kepala Puskesmas Sering dan jajarannya yang turut membantu dalam pelaksanaan
penelitian di lapangan.
8. Anak satu bimbingan Ibu Afnijar yang selalu mendukung dan mengajak untuk
konsul bersama serta saling kolaborasi dalam memperbaiki revisi.
9. Sahabat penulis The Best Girls yang selalu memberi semangat melalui motivasi
akan pergi healing jauh setelah selesai menyusun skripsi.

v
10. Rekan kerja penulis yang berada di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri
Medan yang selalu menemani segala urusan penelitian dan selalu memberi
semangat untuk langsung mengerjakan revisi.
11. Kepada kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan
tambahan uang jajan dalam penyemangat pembuatan skripsi ini.

Peneliti telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun
peneliti menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk
itu saya sebagai peneliti mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari
pembaca demi kesempurnaan isi proposal ini. Kiranya isi skripsi peneliti bermanfaat bagi
kita semua dalam memperkaya ilmu keperawatan.

Medan, 24 Agustus 2023

Peneliti,

Natalin Ade Mora Lumbantoruan


NIM. 1922019

vi
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SERING MEDAN TAHUN 2023

ABSTRAK

Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan kehidupan dimana penurunan kesehatan
lebih banyak terjadi dan yang sering menyerang lansia adalah penyakit yang bersifat kronis.
Salah satu penurunan kesehatan yang sering terjadi pada lansia adalah penurunan pada sistem
muskuloskletal yang memberikan dampak terhadap aktivitas sehari-hari hingga dapat
mempengaruhi kualitas hidup lansia. Melakukan aktivitas fisik sehari-hari terbukti mampu
menjadi obat untuk kesehatan fisik dan mental lansia hingga dapat meningkatkan kualitas
hidup lansia. Tujuan penelitian ini untuk melihat hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup
lansia di Puskesmas Sering Medan. Penelitian ini bersifat Kuantitatif dengan jenis penelitian
survey cross sectional dan menggunakan sampel sebanyak 81 lansia. Penelitian ini
menggunakan uji Spearman Rank dengan hasil terdapat korelasi yang positif antara aktivitas
fisik dengan keempat domain kualitas hidup (kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan
lingkungan). Pada kualitas hidup terdapat nilai p value = 0,00 < α (0,05) dengan nilai kolerasi
0,694, keempat domain didapatkan nilai pada kesehatan fisik dengan p value = 0,01 < α (0,05);
(r = 0,667), psikologis dengan p value = 0,00 < α (0,05); (r = 0,417), hubungan sosial dengan
p value = 0,00 < α (0,05); (r = 0,601), lingkungan dengan p value = 0,00 < α (0,05); (r = 0,553).
Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kolerasi yang signifikan antara aktivitas fisik dengan
keempat domain kualitas hidup lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023.
Namun, domain kualitas hidup yang berpengaruh paling besar terhadap aktivitas fisik pada
lansia adalah kualitas hidup domain kesehatan fisik.

Kata Kunci : Lansia, Aktivitas Fisik, Kualitas Hidup, Domain

vii
RELATIONSHIP OF PHYSICAL ACTIVITY ON QUALITY OF LIFE
AMONG ELDERLY IN PUBLIC HEALTH CENTER AREA OF SERING
MEDAN IN 2023

ABSTRACT

Elderly is the final stage of life development where health decline is more prevalent and what
often attacks the elderly is a chronic disease. One of the health declines that often occurs in the
elderly is a decrease in the musculoscletal system which has an impact on daily activities to
affect the quality of life of the elderly. Doing daily physical activity is proven to be a medicine
for the physical and mental health of the elderly to improve the quality of life of the elderly.
The purpose of this study was to see the relationship between physical activity and the quality
of life of the elderly at Puskesmas sering Medan. This study is quantitative with a cross-
sectional survey type of research and uses a sample of 81 elderly people. This study used the
Spearman Rank test with the results that there was a positive correlation between physical
activity and the four domains of quality of life (physical health, psychological, social
relationships and environment). In quality of life there is a p value = 0.00 < α (0.05) with a
correlation value of 0.694, the four domains obtained a value on physical health with p value
= 0.01 < α (0.05 ); (r = 0.667), psychological with p value = 0.00 < α (0.05); (r = 0.417), social
relations with p value = 0.00 < α (0.05); (r = 0.601), environment with p value = 0.00 < α (0.05);
(r = 0.553). So it can be concluded that there is a significant correlation between physical
activity and the four domains of quality of life of the elderly in the Medan Often Health Center
Work Area in 2023. However, the quality of life domain that has the greatest influence on
physical activity in the elderly is the quality of life domain of physical health.

Keywords : Elderly, Physical Activity, Quality of Life, Domains

viii
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................xiv

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xv

BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5

1.3 Tujuan penelitian .............................................................................. 6

1.4 Manfaat ............................................................................................. 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7

2.1 Lansia ............................................................................................... 7

2.1.1 Pengertian Lansia ........................................................................ 7

2.1.2.Proses Penuaan ........................................................................... 8

2.1.3.Perubahan Pada Lansia ............................................................... 8

2.1.4.Masalah Kesehatan Lansia........................................................ 14

2.2 Aktivitas Fisik ................................................................................ 16

2.2.1 Defenisi Aktivitas Fisik ............................................................ 16

2.2.2 Manfaat Aktivitas Fisik............................................................. 18

2.2.3 Tipe Aktivitas Fisik................................................................... 19

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik ............................ 20

2.3 Kualitas Hidup................................................................................ 22

ix
2.3.1 Defenisi Kualitas Hidup ............................................................ 22

2.3.2 Domain Kualitas Hidup ............................................................ 23

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup ............................ 25

2.4 Tinjauan Penelitian Terkait Terkait ................................................ 28

2.5 Kerangka Teori ............................................................................... 30

2.6 Kerangka Konsep ........................................................................... 30

2.7 Hipotesis Penelitian ........................................................................ 31

BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................... 32

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................... 32

3.3 Populasi dan Sampel ...................................................................... 32

3.4 Kerangka Penelitian ....................................................................... 35

3.5 Defenisi Operasional ...................................................................... 36

3.6 Aspek Pengukuran Variabel ........................................................... 37

3.7 Instrumen Penelitian ....................................................................... 38

3.7.1 Koesioner Kualitas Hidup ......................................................... 38

3.7.2 Koesioner Aktivitas Fisik ......................................................... 39

3.8 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas ............................................................ 40

3.9.1 Uji Aktivitas Fisik ..................................................................... 40

3.9.2. Uji Kualitas Hidup ................................................................... 41

3.10 Metode Pengolahan dan Analisa Data.......................................... 42

3.10.1 Metode Pengolahan Data ........................................................ 42

3.10.2 Metode Analisis Data .............................................................. 43

3.11 Pertimbangan Etika Penelitian ...................................................... 44

x
BAB 4. HASIL PENELITIAN ................................................................ 46

4.1 Analisa Univariat ............................................................................... 46

4.1.1Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .............................. 46

4.1.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Lansia ................................. 47

4.1.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia ................................ 47

4.2 Analisis Bivariat ................................................................................ 49

4.2.1Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup pada Lansia...... 49

BAB 5. PEMBAHASAN .......................................................................... 53

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 53

5.2 Karakteristik Responden ................................................................ 53

5.3 Aktivitas Fisik Lansia di Puskesmas Sering .................................. 56

5.4 Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas Sering ................................. 59

5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Lansia ............. 62

5.6. Keterbatasan Peneliti ..................................................................... 68

BAB 6. PENUTUP ................................................................................... 69

10.1. Kesimpulan.................................................................................. 69

10.2. Saran ............................................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 71

LAMPIRAN .............................................................................................. 77

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2. 1 Kerangka Tiori ........................................................................................... 30


Gambar 2. 2. Kerangka Konsep ....................................................................................... 30
Gambar 3. 1. Kerangka Penelitian ................................................................................... 35

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 3. 1 Defenisi Operasional...................................................................................... 36


Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden .............................................. 46
Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik ............................................................... 47
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia .................................................. 47
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Domain Kesehatan Fisik (Domain 1) ........................... 48
Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Domain Psikologis (Domain 2) .................................... 48
Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Domain Sosial (Domain 3) ........................................... 48
Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Domain Lingkungan (Domain 4) ................................. 49
Tabel 4. 8 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup pada Lansia .................... 49
Tabel 4. 9 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Kesehatan Fisik ......................... 50
Tabel 4. 10 Hubungan Aktivitas Fisik Lansia dengan Domain Psikologis ...................... 50
Tabel 4. 11 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Sosial ......................................... 51
Tabel 4. 12 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Lingkungan ............................... 51

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Permohonan Judul Proposal ........................................................................ 77


Lampiran 2. Surat Survei Pendahuluan ........................................................................... 78
Lampiran 3. Izin Penelitian .............................................................................................. 79
Lampiran 4. Kelayakan Etik ............................................................................................ 80
Lampiran 5. Ethical Clereance ......................................................................................... 81
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................................... 82
Lampiran 7. Formulir Kuesioner Aktivitas Fisik ............................................................. 83
Lampiran 8. Formulir Kuesioner Kualitas Hidup ............................................................ 85
Lampiran 9. Transformasi Skor Kuesioner Kualitas Hidup ............................................ 88
Lampiran 10. Uji Validitas Kuesioner Aktivitas Fisik pada Lansia ................................. 89
Lampiran 11. Uji Reliabilitas Kuesioner Aktivitas Fisik pada Lansia ............................. 90
Lampiran 12. Uji Univariat ............................................................................................... 91
Lampiran 13. Uji Bivariat ................................................................................................. 93
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 96
Lampiran 15. Lembar Uji Expert Kuesioner ................................................................. 101

xiv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organisation

BPS : Badan Pusat Statistik

WHOQoL-BREF : World Health Organisation Quality og Life-BREF

PASE : Physical Activity Scale The Elderly

ADL : Activity Daily Living

IMT : Indeks Massa Tubuh

BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

xv
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Lanjut usia merupakan tahap akhir kehidupan dimana proses penurunan


kesehatan lebih banyak terjadi dari pada pertahanan kesehatan dan sebagian
besar penyakit yang sering menyerang lansia bersifat kronis (Wildhan et al.,
2022). Secara biologis, manusia akan mengalami penurunan status kesehatan
yang disebabkan oleh efek berbagai kerusakan dalam tubuh dari waktu ke
waktu. Kerusakan-kerusakan dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan
kesehatan terutama dalam penurunan kemampuan fisik yang dapat
menimbulkan risiko tinggi terhadap berbagai penyakit hingga dapat
menyebabkan kematian (Ariyanto et al., 2020). Penuaan adalah proses
bertambahnya usia yang menyebabkan adanya perubahan anatomis, fisiologis,
dan biokimiawi dalam tubuh serta mempengaruhi fungsi tubuh dan kemampuan
lansia dalam melakukan aktivitas. Secara umum penurunan kesehatan pada
lansia berupa penurunan pada sistem muskuloskeletal yang menyebabkan
kurangnya fleksibilitas otot dan persendian, penurunan fungsi pendengaran,
adanya gangguan penglihatan, adanya nyeri punggung dan leher, depresi,
demensia, berkurangnya kepadatan tulang dan penurunan kekuatan otot yang
mengakibatkan lansia mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisik seperti
berdiri, berjalan dan bekerja, hingga tidak dapat melakukan aktivitas sama
sekali (Purnama and Suhada, 2019).
Jumlah penduduk berusia >60tahun semakin meningkat tiap tahunnya dan
jumlah lansia di dunia mencapai hampir 1 miliar pada tahun 2020 dan di
perkirakan akan meningkat menjadi 1,4 miliar pada tahun 2030. Pada tahun
2050 di prediksikan jumlah lansia 1 : 6 dari seluruh penduduk dunia atau
berkisar 80% penduduk mayoritas lansia (2,1 miliar). Peningkatan ini terjadi
pada kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan meningkat

1
2
dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara yang berpenghasilan
rendah hingga sedang atau negara berkembang seperti Indonesia (WHO, 2023).
Berdasarkan hasil presentase sensus penduduk terdapat data lansia di
Indonesia pada tahun 2019 meningkat dari 7,56% (±18 juta orang) menjadi
9,7% (±25,9 juta orang) dan pada tahun 2020 mengalami peningkatan 9,92%
atau setara dengan 28,8 juta jiwa. Hingga pada tahun 2021, melaporkan adanya
peningkatan menjadi 29,3juta penduduk lansia di Indonesia. Berdasarkan data
tersebut, diperkirakan jumlah lanjut usia akan mengalami peningkatan hingga
tahun 2035 yang akan mencapai jumlah sebanyak 48,2 juta jiwa. Maka dapat
dilihat berdasarkan data tersebut membuktikan bahwa kualitas hidup lansia
selama ini selalu meningkat tiap tahunnya (BPS, 2021).
Kualitas hidup merupakan persepsi individu tentang kesehatan fisik,
psikologis, kemandirian, hubungan sosial, nilai budaya tempat tinggal, harapan
dan keyakinan pribadi masing-masing. Pada umumnya, kualitas hidup
seseorang menurun seiring dengan proses terjadinya penuaan (aging) yang
berarti sebagian besar sistem organ mengalami penurunan fungsi setiap
tahunnya yang dimulai dari umur 30 tahun. Seiring bertambahnya usia, maka
akan mengalami penurunan kemampuan dalam fisik dan mental. Beberapa
faktor dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia, yaitu ; adanya perubahan
level aktivitas fisik, sosiodemografi (jenis kelamin, usia dan status sosial
ekonmominya), berkurangnya partisipasi dalam sosial spiritual dan adanya
penyakit yang bersifat multipatologis atau menyerang pada beberapa organ dan
memiliki keterkaitan satu sama lain, sering juga disebut sindrom geriatric
(Dewi, 2018). Membantu lansia dalam meningkatan kualitas hidup dengan
menekankan pentingnya aktivitas fisik yang dapat meningkatkan kemampuan
dalam melakukan kegiatan yang melibatkan otot sehingga imun menjadi lebih
kuat dan terhindar dari berbagai penyakit yang sering menyerang lansia
(Wildhan et al., 2022).
Aktivitas fisik merupakan pergerakan tubuh yang mengeluarkan energi dan
dilakukan dari bangun tidur sampai tidur lagi. Aktivitas yang dapat dilakukan
3
seperti aktivitas sehari-hari di rumah dan sifatnya berulang, seperti melakukan
pekerjaan rumah tangga, belanja, berkebun, bersepeda, senam maupun
berolahraga yang dilakukan minimal 1 minggu sekali dengan durasi 30 menit
(Ariyanto et al., 2020). Dominan kesehatan fisik lansia yang baik menunjukkan
bahwa lansia dapat menjalankan aktivitas sehari-hari, tidak menjalani
pengobatan medis, tidak ketergantungan obat, tidak mengalami gangguan tidur
dan tidak terdapat hambatan kemampuan aktivitas sehari-hari. Aktivitas fisik
yang cukup dan sesuai dapat membantu menguatkan jantung serta
meningkatkan fleksibilitas tubuh hingga dapat meningkatkan kualitas hidup
pada lansia. Namun sebaliknya, jika aktivitas fisik lansia tidak terpenuhi maka
akan berdampak pada peningkatan ketergantungan, beresiko terkena stress,
menurunnya kesehatan hingga pada penurunan kualitas hidup lansia (Motamed,
2020). Lansia yang tidak melakukan aktivitas fisik >14 hari dapat
mengakibatkan peningkatan angka kematian, maladaptasi tubuh, atrofi pada
otot skeletal pada ekstremitas bawah, peningkatan penumpukan lemak atau
peningkatan IMT abnormal, meningkatnya rasa lemah dan kesepian, mudah
stress hingga dapat menyebabkan depresi (Wildhan et al., 2020). Maka dengan
meningkatkan aktivitas fisik pada lansia maka secara otomatis kita dapat
mengurangi rasio gangguan kesehatan dan meningkatkan kemandirian serta
mengurangi stres pada lansia (Motamed, M., 2020).
Hasil penelitian terdahulu dengan judul penelitian Level Aktifitas Fisik dan
Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia yang menggunakan sampel sebanyak 123
lansia di Bambanglipuro, menunjukkan mayoritas lansia memiliki kualitas
kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental yang baik (69,1%;76,4%). Maka
hasil dari penelitian ini terbukti bahwa semakin tinggi level aktivitas fisik lansia
dan tidak memiliki status hipertensi memiliki hubungan dengan kualitas hidup
yang baik dari lansia (Dewi, 2018).
Berdasarkan penelitian terdahulu berikutnya, dengan judul penelitian
Aktifitas Fisik Terhadap Kualitas Hidup Lansia dan menggunakan 45 orang
lansia di Posyandu Lansia Wilayah Seyegan Sleman. Hasil penelitian dengan
4
uji Spearman Rank terdapat nilai hubungan antara aktivitas fisik dan kualitas
hidup yaitu p=0,000 (p< 0,05), dengan arti bahwa ada hubungan aktivitas fisik
terhadap kualitas hidup lansia, dimana kualitas hidup sedang sebanyak 26 lansia
dan kualitas hidup buruk 10 lansia serta kualitas hidup baik 9 lansia (Ariyanto
et al., 2020).
Dan berdasarkan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Activity Daily
Living (ADL) dan Kualitas Hidup Lansia di Magetan dengan menggunakan
sampel berjumlah 80 lansia. Hasil penelitian ini menggunakan analisis uji
spearman dan menunjukkan terdapat korelasi positif antara Activity Daily
Living (ADL) terhadap keempat domain kualitas hidup (fisik, psikologis,
hubungan sosial dan lingkungan) pada kualitas hidup (p<0,05). Keempat
domain kualitas hidup terdapat hubungan (nilai korelasi) dengan ADL yaitu
domain fisik (r=0,560), domain psikologis (r=0,463), domain sosial (r=0,415),
domain lingkungan (r=0,340). Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan
bahwa terdapat hubungan Activity Daily Living (ADL) terhadap keempat
domain kualitas hidup. Dimana domain kesehatan fisik yang memiliki pengaruh
lebih besar terhadap ADL lansia (Wildhan et al., 2020).
Berdasarkan penelitian terdahulu dan data Badan Pusat Statistik Sumatera
Utara, terdapat peningkatan jumlah lansia pada tiap tahunnya hingga pada tahun
2035 yang diperkirakan jumlah lansia menjadi 15,77% atau sekitar 48,2 juta
jiwa. Hal ini membuktikan bahwa kualitas hidup lansia tiap tahunnya selalu
meningkat, namun hal ini berkaitan juga dengan jumlah ketergantungan lansia.
Pada tahun 2021, rasio ketergantungan lansia di Sumatera Utara sebesar 14,43
yang memiliki arti bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif akan
menanggung sebanyak 14 lansia yang ketergantungan. Penduduk usia produktif
di pedesaan lebih banyak menanggung kehidupan lansia yang ketergantungan,
karena lansia di daerah perkotaan lebih mandiri dibandingkan dengan lansia
yang tinggal di desa. Berdasarkan data lansia yang ketergantungan di Indonesia
pada tahun 2022 menempati presentasi 16,09 dimana rasio ketergantungan
lansia di desa lebih banyak yaitu 16,82 dan di perkotaan sebanyak 15,57. Begitu
5
juga dengan lansia di Sumatera Utara pada tahun 2021, dapat dilihat dari rasio
ketergantungan lansia di desa sebesar 15,35 dan lansia di perkotaan 13,73. Hal
ini juga berkaitan dengan jumlah keberadaan lansia perempuan yang
ketergantungan lebih banyak dari pada lansia laki-laki, dapat dilihat rasio
ketergantungan lansia perempuan sebanyak 15,57 dan lansia laki-laki 13,29
(BPS,2022). Hal ini membuktikan bahwa lansia perempuan lebih survive dari
pada lansia laki-laki, namun jumlah lansia perempuan yang survive
mengakibatkan ketergantungan lebih tinggi dari pada lansia laki-laki (BPS,
2021).
Berdasarkan uraian latar belakang, data, dan hasil penelitian terdahulu yang
telah terlaksana, umumnya penelitian di Indonesia yang membahas tentang
kualitas hidup lansia biasanya berhubungan dengan kualitas tidur, status gizi,
factor psikologis, status tempat tinggal dan masalah kesehatan yang di alami
lansia. Setelah melakukan telaah jurnal, mengingat bahwa pentingnya manfaat
dari aktivitas fisik terhadap peningkatan kualitas hidup lansia dan masih
sedikitnya penelitian tentang aktivitas fisik lansia maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitiaan lebih lanjut untuk memperdalam penelitian sebelumnya.
Hal ini di lakukan karena semakin meningkatnya aging population yang
menunjukkan keberhasilan dalam peningkatan angka harapan hidup yang
terlihat dari semakin tingginya kualitas hidup lansia setiap tahunnya. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Sering
yang terhitung dari bulan April 2023 dengan jumlah populasi lansia dari bulan
April - Mei sebanyak 102 orang lansia. Judul penelitian yang akan di laksanakan
yaitu Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Pada Tahun 2023 yang akan dilakukan untuk melihat
apakah ada hubungan antara aktifitas fisik terhadap kualitas hidup lansia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil uraian latar belakang yang telah dipaparkan oleh penulis
diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Ada
6
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Medan Pada Tahun 2023?”

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup
lansia di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan
1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi distribusi frekuensi karakteristik responden


2. Mengidentifikasi distribusi frekuensi aktivitas fisik pada lansia
3. Mengidentifikasi distribusi frekuensi kualitas hidup pada lansia
4. Menganalisis hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup pada lansia

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis


Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah input pengetahuan dan
menambah wawasan khususnya bagi mahasiswa untuk menambahan
informasi bagi penelitian berikutnya maupun bagi Perawat Komunitas,
Perawat Keluarga dan Perawat Gerontik dalam meningkatkan kualitas
hidup pada lansia.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Peneliti
Untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
peningkatan aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Di harapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya dan sebagai
dokumentasi di perpustakaan.
3. Bagi Puskesmas
7
Di harapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi dan
sebagai masukan untuk puskesmas dalam program peningkatan
aktivitas fisik lansia guna meningkatkan kualitas hidup.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini mampu menjadi dasar pengembangan
penelitian selanjutnya terutama terkait dengan kualitas hidup lansia.
5. Bagi Ilmu Keperawatan
Diharapkan penelitian ini mampu menjadi refrensi dan dijadikan
sebagai indikator untuk mengetahui tingkat kualitas hidup lansia.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lansia
2.1.1. Pengertian Lansia

Menurut World Health Organization (WHO), lansia merupakan


individu yang sedang memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan
individu yang telah memasuki proses tahap akhir dari fase kehidupannya atau
sering disebut dengan proses penuaan (aging process) (Arfadilah, 2022). Lansia
berada pada tahap akhir perkembangan pada kehidupan dimana proses
penurunan kesehatan lebih banyak terjadi dari pada pertahanan kesehatan dan
sebagian besar penyakit yang menyerang lansia bersifat kronis. (Wildhan et al.,
2020). Proses menua ini merupakan proses hilangnya kemampuan jaringan
tubuh secara bertahap untuk memperbaiki kerusakan dalam tubuh dan
menurunnya daya tahan tubuh sehingga tubuh semakin rentan dan tidak tahan
terhadap kontaminasi penyakit yang menyebabkan sulitnya penyembuhan
terhadap berbagai jenis penyakit yang menyerang lansia (Apriani, 2022). Secara
biologis, manusia akan mengalami penurunan status kesehatan yang disebabkan
oleh efek berbagai kerusakan dalam tubuh dari waktu ke waktu. Kerusakan-
kerusakan dalam tubuh dapat menyebabkan penurunan kesehatan terutama
dalam kemampuan fisik yang dapat menimbulkan risiko tinggi terhadap
berbagai penyakit hingga dapat menyebabkan kematian. Hal itu terjadi
disebabkan karena perubahan pada struktur dan fungsi pada sel, jaringan tubuh
dan sistem organ dalam tubuh (Ariyanto et al., 2020). Proses bertambahnya usia
dapat menyebabkan adanya perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimiawi
dalam tubuh serta mempengaruhi fungsi tubuh dan kemampuan lansia dalam
melakukan aktivitas. Secara umum contoh penurunan kesehatan pada lansia
adalah penurunan pada sistem muskuloskeletal yang menyebabkan kurangnya
fleksibilitas otot dan persendian, penurunan pada fungsi kartilago, terjadinya
penurunan kepadatan tulang dan kekuatan otot yang mengakibatkan lansia

7
8
mengalami penurunan kemampuan aktivitas fisik, seperti melakukan aktivitas
fisik sehari-hari, berdiri, berjalan dan bekerja (Purnama and Suhada, 2019).
Proses penuaan merupakan suatu proses penurunan kesehatan yang terjadi
dalam waktu yang lama dan erat kaitannya dengan berbagai jenis penyakit,
terutama penyakit tidak menular. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
usia merupakan faktor resiko terbesar terjangkitnya penyakit tidak menular.
Penyakit tidak menular pada lanjut usia umumnya merupakan hipertensi,
penyakit sendi, DM, penyakit jantung, stroke, gagal ginjal kronis, obesitas dan
cidera jatuh (Infodatin, 2022).

2.1.2. Proses Penuaan


Menjadi tua adalah sebuah kepastian. Namun kenyataannya, banyak orang
yang tidak siap untuk menjadi tua karena dianggap sebagai peristiwa yang
menyakitkan karena adanya perubahan patologis tubuh yang terjadi bersamaan
yang sangat berpengaruh pada kualitas hidup dan menganggap tua menjadi
akhir dari segalannya, hingga merasa tidak berguna lagi (bkkbn,2020).

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (bkkbn)


pada tahun 2020, lansia sangat berkaitan dengan berbagai perubahan hingga
mengkategorikan lansia, menjadi:

• Lansia Muda berada pada usia 60 - 69 tahun


• Lansia berada pada usia 70 - 79 tahun
• Lansia tua berada pada usia 80 tahun keatas

2.1.3. Perubahan Pada Lansia


Lansia sangat berkaitan dengan berbagai perubahan dalam tubuhnya, seperti
perubahan anatomi/fisiologi tubuh, terjadinya berbagai penyakit akibat dari
penuaan dan perubahan psikososial serta budaya. Oleh karena itu, penanganan
lansia perlu dilakukan secara holistik integratif dan komprehensif. Perhatian
yang memadai kepada lansia dapat berpengaruh terhadap kesehatan, psikologi,
budaya, dan sosial lansia dan merupakan bagian dari upaya yang di perlukan
9
untuk memenuhi hak dan kebutuhan lansia. Penurunan kondisi fisik dan psikis
dapat menimbulkan beberapa masalah bagi lansia, yaitu: (1) ketidakberdayaan
fisik yang menyebabkan beban ketergantungan pada orang lain; (2)
ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya; (3) membutuhkan teman baru untuk dapat mengganti teman mereka
yang telah meninggal atau pindah; (4) mengembangkan aktivitas baru untuk
mengisi waktu luang yang bertambah banyak; dan (5) belajar memperlakukan
anak-anak yang telah tumbuh dewasa (bkkbn, 2020).

Kondisi lansia secara fisik akan terus menerus berkurang di bandingkan


pada masa muda. Kondisi fisik yang seperti itu mengharuskan lansia untuk
selalu di dampingi jika melakukan aktivitas di dalam maupun di luar rumah. Hal
ini dikarenakan, lansia terbatas mobilitasnya dan kadang menjadi bergantung
pada orang lain (Arfadilah, 2022). Berikut ini perubahan yang terjadi pada
lansia diantaranya:

2.1.3.1.Perubahan Fisik
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditemukan pada penurunan
atau berkurangnya fungsi alat indera dan sistem saraf. Berikut merupakan
perubahan fisik pada lansia, yaitu: (Sunaryo, 2016)
1. Sel
Perubahan yang dialami lansia dapat berupa: jumlah sel berkurang,
ukuran sel mejadi membesar, cairan intraseluler menurun, sel otak
menurun 5-10%, dan cairan tubuh menurun. Protein dalam otak , ginjal,
otot, hati serta darah menjadi berkurang, mekanisme perbaikan sel
dalam tubuh juga menjadi terganggu dan adanya atrofi pada beberapa
organ tubuh.
2. Sistem Persarafan (Sensoris)
Semakin bertambahnya usia lansia maka akan mengalami
penurunan dalam koordinasi dan kapasitas untuk melakukan aktivitas
sehari-hari. Sistem sensoris sangat berpengaruh terhadap lansia, karena
10
hal ini sangat di butuhkan untuk berhubungan dengan orang sekitar,
membentuk hubungan baru dalam lingkungan, berespons terhadap
bahaya dan membantu dalam aktivitas sehari-hari. Berikut penurunan
sistem sensoris, yaitu:
3. Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata pada lansia merupakan
perubahan yang normal. Masalah penglihatan yang sering dialami lansia
yaitu, presbiopi ,katarak dan susahnya membedakan warna.
4. Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi lansia yang dapat
memengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia
disebut presbikusis. Masalah yang sering terjadi pada lansia adalah
berkurangnya pendengaran secara bertahap dan ketidakmampuan dalam
medeteksi suara dengan beberapa konsonan (Seperti,f,s,sk,sh,l) .
5. Peraba
Perubahan ini terjadi secara fungsional apabila terdapat perubahan
pada sistem penglihatan dan pendengaran.
6. Pengecap
Perubahan yang di alami lansia pada indra pengecap di karenakan
penurunan jumlah dan kerusakan papilla lidah. Masalah yang di alami
adalah perubahan sensitivitas terhadap rasa manis, asam, asin dan pahit.
7. Penciuman
Semakin tua seseorang maka semakin sensitive terhadap bau yang
ada di sekelilingnya yang di sebabkan oleh semakin tingginya stimulus
reseptor olfaktorius.
8. Sistem Kardiovaskuler
Secara fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan
terhadap fungsi kardiovaskuler. Kemampuan jantung memompa darah
akan menurun 1% tiap tahunnya jika sudah berumur 20 tahun dan
ditandai dengan penurunan tingkat aktivitas. Hal ini menyebabakan
11
menurunnya kontraksi dan volume jantung, kurangnya elastisitas
pembuluh darah dan dinding aorta, menebalnya katub jantung, serta
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi sehingga
dapat menimbulkan naiknya tekanan darah akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
9. Sistem Pernafasan
Seiring dengan bertambahnya usia pada lansia, maka lansia akan
mengalami beberapa asalah pernafasan, seperti hilang dan kakunya
kekuatan otot pernafasan, penurunan SpO2, despnea saat aktivitas,
kurangnya elastisitas paru-paru, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun dan kedalaman bernafas semakin
menurun.
10. Sistem Muskuloskeletal
Pada sistem muskuloskeletal, otot lansia akan mengalami atrofi
sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas. Implikasi dari sistem
muskuloskletal, seperti berkurangnya gerak, tulang semakin rapuh dan
mudah patah, perubahan jaringan ikat tulang otot, persedian membesar
dan menjadi kaku hingga terjadinya peningkatan resiko jatuh.
11. Sistem Integumen
Pada sistem integumen, lansia akan mengalami kekurangan cairan
dan hilangnya jaringan lemak sehingga kulit lansia menjadi tipis dan
berbercak, kasar dan bersisik, kulit yang semakin kendur, tidak elastis,
kering, dan berkerut. Selain itu respon terhadap trauma juga menurun,
kurangnya proteksi kulit, kulit kepala menjadi warna kelabu, rambut
yang semakin tipis dan berubah warna menjadi putih, kuku jari menjadi
pudar dan kurang bercahaya, lebih keras dan rapuh, kuku kaki
bertumbuh secara cepat, serta kelenjar keringat berkurang jumlah dan
fungsinya.
12. Sistem Gastrointestinal
12
Masalah pada sistem gastroinstestinal yang dihadapi lansia,
biasanya ada kaitannya dengan gaya hidup. Pada sistem gastrointestinal
lansia akan mengalami kemunduran seperti: kesehatan gigi yang
memburuk, kehilangan gigi akibat periodontal disease, perlambatan
dalam mencerna makanan, esofagus melebar, menurunnya rasa lapar
dan nafsu makan dan meningkatnya asam lambung, peristaltik lemah
dan peningkatan sekresi kolesterol.
13. Sistem Perkemihan
Bertambahnya usia pada lansia maka akan terdapat perubahan pada
ginjal, bladder uretra, dan sistem nervus yang berdampak pada eliminasi
urin. Masalah yang di alami lansia dapat berupa, inkontinensia urin,
reabsorpsi ginjal, melemahnya otot-otot vesika urinaria, atrofi vulva dan
vagina, dan meningkatnya frekuensi buang air kecil hingga terkadang
menyebabkan retensi urine dikarenakan kapasitasnya menurun sampai
20ml dan pada lansia pria akan terjadi pembesaran prostat 75% mulai
dari usia 65t ahun.
14. Sistem Reproduksi
Pada kehidupan seksual lasia perempuan dapat kita lihat perubahan
berupa, menciutnya ovari dan uterus, atrofi payudara dan selaput lender
vagina menurun, penurunan massa tulang dengan resiko osteoporosis,
fraktur hingga pada resiko jatuh. Jika pada lansia pria, testis masih dapat
menghasilkan spermatozoa, namun akan ada penurunan yang stabil.
Terdapat 70% lansia pria diatas 90 tahun mengalami atropi asini prostat
otot yang berfokus pada hyperplasia noduler benigna.
15. Sistem Endokrin
Pada lansia akan mengalami penurunan produksi semua hormon
dalam tubuh, seperti: intoleransi kadar glukosa darah, urin meningkat,
kurangnya produksi ACTH, TSH, FSH dan LH, kurangnya aktivitas
tiroid, menurunnya MBR (Basal metabolic rate), fungsi paratiroid dan
13
sekresi yang tidak berubah dan kurangnya sekresi hormon kelamin
(seperti, hormone progesterone, estrogen, testeron).
16. Sistem Neurologis
Berat otak manusia akan menurun 11% dari berat normal mulai dari
umur 45-50 tahun. Otak juga mengandung 100 milliar sel termasuk sel
neuron yang berfungsi memberikan inplus listrik dari susunan saraf
pusat. Pada proses penuaan akan mengalami kehilangan 100.000
neuron/tahunnya dan mengakibatkan reflek tendon berkurang, adanya
vasokonstriksi (seperti, tekanan darah menurun, suhu tubuh yang tidak
normal, kehilangan darah/cairan) dan vasodilatasi (pembesaran
pembuluh darah dan kadar oksigen yang rendah).
2.1.3.2.Perubahan Kognitif
Sebagian besar lanjut usia tidak dapat beradaptasi pada perubahan
kognitif yang akan atau sudah terjadi selama proses penuaannya. Perubahan
kognitif lansia mencakup pada berkurangnya daya ingat (memory),
berkurangnya kemampuan dalam memahami suatu hal (comprehension),
sulit dalam melakukan pemecahan masalah (problem solving) dan
pengambilan keputusan (decision making). Contoh perubahan fungsi
kognitif yang paling sering dialami lansia, yaitu seperti berkurangnya cara
berpikir positif, kurangnya konsentrasi dan daya ingat, lebih sensitif, sulit
untuk mengomunikasikan perasaan, berkurangnya kemampuan dalam
berhitung, sulit dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah
(Ashari, 2021).
Sebagian besar lansia mempunyai pandangan bahwa penurunan
semua kemampuan kognitif merupakan hal yang wajar seiring dengan
pertambahan usia yang tidak dapat di hindari lagi. Namun, tidak sedikit juga
lansia yang tidak dapat menerima hal tersebut. Hal ini di karenakan ada
lansia yang memiliki konsep diri positif dan juga konsep diri negatif. Lansia
yang memiliki konsep diri positif, mereka akan menerima bahwa dia
memiliki kekuatan dan keterbatasan dalam bekerja. Namun, jika lansia
14
memiliki konsep diri yang negatif maka mereka akan mengalami kecemasan
yang tinggi, perasaan ketidakberdayaan atas ketidakmampuan untuk
menghadapi perubahan, hingga pada terjadinya koping dan perilaku
maladaptif (Anggraini, 2018).
2.1.3.3.Perubahan Psikososial
Reaksi lansia terhadap berbagai situasi di lingkungannya sangat
beragam tergantung pada individunya (Rella, 2022). Terdapat 6 perubahan
psikososial pada lansia, yaitu: Kesepian, duka cita, depresi yang di
akibatkan dari dukacita yang belanjut, peningkatan rasa cemas, parafrenia
yang biasa terjadi pada lansia yang menarik diri dari lingkungannya
dikarenakan adanya rasa curiga yang berlebihan, dan sindroma diogenes
yang merupakan suatu kelainan yang terjadi pada lansia yang menunjukkan
perilaku yang mengganggu. Seperti, rumah atau kamar kotor karena orang
tua/lansia bermain-main dengan BAK dan BAB dalam ruangan serta sering
menumpuk barang-barang yang tidak digunakan lagi (Apriani, 2022).
2.1.3.4.Perubahan Spiritual
Perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan semakin matangnya
kehidupan keagamaan lansia. Hal ini dapat terintegrasi dalam kehidupan,
seperti pola pikir yang matang dan cara bertindak sehari-hari.
Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk
menghadapi kenyataan, cara mencintai seseorang, memberi keadilan
berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya dalam kehidupan (Radiani, 2018).

2.1.4. Masalah Kesehatan Lansia


Selama proses penuaan, lansia akan mengalami penurunan kesehatan yang
akan terus meningkat seiring bertambahnya usia mulai dari 45 tahun ke atas.
Maka, untuk terwujudnya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan lansia
merupakan tanggungjawab bersama dari keluarga, masyarakat dan pemerintah.
15
Ada pun faktor-faktor yang menimbulkan permasalahan pada lansia, yaitu :
(BPS, 2021)

2.1.1.1 Faktor Ekonomi


Lansia yang berumur >60tahun sudah tidak produktif lagi, dapat
dilihat dari kemampuan kerja lansia yang semakin menurun hingga
menyebabkan jumlah pendapatan pada lansia juga ikut menurun atau
bahkan tidak memiliki pendapatan. Hal ini menyebabkan lansia sering
dianggap beban bagi sekitarnya.
2.1.1.2 Faktor Psikologis
Lansia merupakan kelompok sosial sendiri yang mebutuhkan
perhatian lebih. Kondisi ini disebabkan karena lansia sering merasa stres
dan berada pada titik frustasi karena merasa tidak mampu melakukan
kegiatan yang dulu sering dilakukannya. Maka dalam kondisi ini
membutuhkan penanganan yang serius pada lansia untuk mencegah
timbulnya masalah yang berkepanjangan. Lansia akan mengalami berbagai
disabilitas sehingga memerlukan perawatan intensif jangka pendek maupun
jangka panjang (long term care). Kondisi ini membuat lansia memerlukan
bantuan orang lain untuk mendapat perawatan kesehatan, perlindungan,
terutama untuk menjaga keamanan dari tindak kejahatan maupun bahaya
bencana alam. Perawatan dapat diberikan oleh anggota keluarga, home care,
care giver dalam rumah, atau fasilitas sejenis panti wredha maupun panti
jompo.
2.1.1.3 Faktor Sosial

Setiap lansia pasti memiliki rasa ingin dihargai, dihormati, dan


keinginan untuk bersosialisasi yang melibatkannys dalam kegiatan
kemasyarakatan. Hal ini dapat menjadikan lansia sebagai acuan atau tempat
untuk bertanya, karena kemampuan berpikirnya yang lebih jernih dan
pengalaman yang lebih banyak diharapkan memberikan masukan bagi
berbagai masalah yang ada.
16
2.1.4.4.Faktor Kesehatan Fisik
Seiring bertambahnya usia pada lansia maka lansia akan sering
mengalami berbagai penyakit degeneratif dan lebih dari jenis penyakit.
Berdasarkan prevalensi penyakit tidak menular pada tahun 2022, penyakit
yang sering terjadi pada lansia adalah Hipertensi yang menyerang sekitar
32,5%, Penyakit sendi sekitar 18%, Obesitas 14,6%, DM 5,7%, Penyakit
jantung 4,5%, Stroke 4,4% dan gagal ginjal kronis (GGK) sebanyak 0,8%.
Berdasarkan fakta prevalensi masalah kesehatan yang menyerang lansia
menggambarkan bahwa lansia merupakan kelompok yang sangat rentan
terhadap penyakit tidak menular (Infodatin, 2022).
2.1.5. Kebijakan Kesejahteraan Lansia
Kebijakan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan lansia dikelola oleh
Kementerian Kesehatan. Program Kementrian Kesehatan yang sejalan dengan
UU No.36 Tahun 2009 Pasal 138 tentang Kesehatan, menyebutkan bahwa
pemeliharaan kesehatan bagi lansia ditunjukan untuk menjaga agar para lansia
tetap sehat dan produktif secara social dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat
dengan adanya fasilitas, akses dan kualitas layanan kesehatan bagi lansia di
fasyankes primer (pelayanan tingkat pertama), rujukan dan pemberdayaan
potensi lansia di keluarga/masyarakat serta adanya peningkatan program home
care, long term care, posyandu lansia dan program Gerakan Masyarakat Hidup
Sehat (GERMAS), hingga pada pelayanan kemitraan seperti LSM. Adanya
program kebijakan pemerintah ini, diharapkan dapat meningkatkan derajat
kesehatan lansia untuk mencapai Lansia yang sehat, mandiri, aktif, produktif
dan berdayaguna bagi keluarga dan masyarakat, atau dapat disingkat dengan
Lansia SMART (Sehat, Mandiri, Aktif, Produktif) (BPS, 2021).

2.2 Aktivitas Fisik


2.2.1 Defenisi Aktivitas Fisik

Menentukan aktivitas fisik bagi lansia tidak dapat di samakan dengan


aktivitas fisik remaja. Sebagian besar lansia memang dianjurkan mengurangi
17
aktivitas berat, tetapi bukan berhenti tidak melakukan aktivitas sama sekali. Hal
ini dikarenakan, beraktivitas di usia lansia memberikan berbagai manfaat,
seperti keseimbangan tubuh yang lebih stabil, mencegah penyakit, hingga
menjaga kesetabilan kondisi psikologis (Kemenkes, 2018).

Aktivitas fisik adalah seluruh gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot
rangka yang memerlukan tenaga dan energi. Pergerakan anggota tubuh melalui
aktivitas fisik menyebabkan pengeluaran tenaga yang memiliki peranan penting
bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas
hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari (Arfadilah, 2022). Aktivitas
fisik yang dilakukan setiap hari dapat merangsang penurunan aktivitas saraf
simpatis dan peningkatan aktivitas parasimpatis yang dapat menurunkan
hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin. Selama melakukan aktivitas
fisik, otot membutuhkan energi untuk bergerak, jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh dan
mengeluarkan zat-zat sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tubuh
tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa
berat pekerjaan yang dilakukan. Maka dapat disimpulkan bahwa dengan
melakukan aktivitas fisik, lansia dapat meningkatkan derajat kesehatan dan
kualitas hidupnya. Namun, karena adanya keterbatasan fisik akibat penuaan dan
banyaknya energi yang di butuhkan saat aktivitas maka lansia memerlukan
penyesuaian dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari (Ariyanto et al., 2020).

Aktivitas fisik yang dapat di lakukan lansia melalui aktivitas terencana,


terstruktur, kontinu, dan bertujuan untuk memelihara kebugaran fisik. Aktivitas
fisik terbukti mampu menjadi “obat” bagi lansia, dimana jika lansia memiliki
aktivitas fisik yang baik terbukti memiliki kesehatan dan kualitas hidup yang
lebih baik, rasa kesepian semakin rendah, waktu untuk duduk lebih rendah,
berkurangnya ketergantungan, meningkatnya kekuatan cengkeraman, Indeks
Massa Tubuh (IMT) menjadi normal, berkurangnya resiko perkembangan
18
penyakit kronis, berkunganya kecemasan, dan meningkatnya kemampuan
kognitif serta lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan sosial dan
keagamaan (McKee, G., 2015).

Namun, kurangnya aktivitas fisik juga dapat mengakibatkan timbulnya


berbagai penyakit kronis yang bersifat multipatologis, penyakit tidak menular
(PTM), meningkatnya IMT, berkurangnya fleskibilitas otot, semakin tingginya
tingkat resiko jatuh, berkurangnya keseimbangan tubuh, meningkatnya
ketergantungan, timbulnya stress dan depresi, hingga pada tingginya angka
kematian dan menurunnya kualitas hidup lanjut usia. Maka untuk itu, adapun
aktivitas yang dapat dilakukan lansia dalam sehari-hari, yaitu seperti melakukan
kebersihan diri, pekerjaan rumah yang bersifat berulang, belanja, berkebun,
menjaga cucu, melakukan kegiatan sosial dan keagamaan, bersepeda, senam
maupun berolahraga yang dilakukan minimal sekali seminggu dengan durasi 30
menit (Ariyanto et al., 2020).

2.2.2 Manfaat Aktivitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik dapat memberi peran penting untuk kesehatan


individu, terutama bagi lansia. Manfaat aktivitas fisik bagi lansia, antara lain;

1. Memicu kinerja tulang, otot dan jantung menjadi lebih meningkat


sehingga tingkat fungsional tiap bagian tubuh menjadi lebih baik.
2. Menjaga tekanan darah tetap stabil dalam rentang normal
3. Memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup
4. Meningkatnya daya tahan tubuh
5. Meningkatkan kelenturan dan keseimbangan tubuh
6. Mengurangi resiko jatuh
7. Lansia menjadi lebih mandiri
8. Mencegah terjadinya penumpukan lemak atau obesitas
9. Mengurangi kecemasan dan depresi
19
10. Meningkatkan rasa kepercayaan diri
11. Mencegah berbagai jenis penyakit
12. Meningkatkan rasa sportivitas
13. Meningkatkan kempuan kognitif
14. Meningkatkan kesetiakawanan social
15. Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri
(Dieny et al., 2019).

2.2.3 Tipe Aktivitas Fisik

Jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan sesuai yang dinjurkan World
Health Organization untuk lansia yaitu aktivitas yang memiliki konteks dengan
kegiatan sehari-hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia harus sesuai
dengan kategori dan dapat disesuaikan dengan kekuatan tiap individu (Apriani,
2022). Terdapat tiga tingkatan aktivitas fisik yang sesuai bagi lansia Indonesia,
berikut penjelasannya: (Dieny et al., 2019)

2.2.3.1 Aktivitas Ringan (Ketahanan /Endurance)


Aktivitas fisik yang bersifat untuk meningkatkan ketahanan yang dapat
membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah untuk tetap
sehat dan berenegi. Untuk melatih ketahanan maka aktivitas fisik yang
dilakukan selama <30 menit (4-7 hari/minggu) atau dapat dilakukan
<150menit/minggu (Dieny et al., 2019). Aktivitas yang dilakukan hanya
mengeluarkan sedikit tenaga yang biasanya tidak menyebabkan perubahan
pola nafas dan memerlukan energi sekitar <3,5Kcal/menit. Berbagai
aktivitas yang dilakukan dapat berupa, berjalan santai, duduk, menonton,
membaca, menulis, memasak, menjahit/menyulam, memancing, bermain
catur, melakukan peregangan otot, melakukan aktivitas rumah tangga
dengan berdiri, dan lain sebagainya (Kemenkes,2018).
2.2.3.2 Aktivitas Sedang (Kelenturan/Flexibility)
20
Aktivitas fisik yang dilakukan bersifat untuk melatih kelenturan dan
membantu bergerak lebih mudah serta mempertahankan kelenturan
(flexbility) otot dan sendi. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas
fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari/minggu) atau dalam jangka
waktu >150menit/minggu (Dieny et al., 2019). Aktivitas ini memerlukan
tenaga yang intens dan menyebabkan tubuh sedikit berkeringat, hingga pada
peningkatan denyut jantung dan frekuensi nafas. Saat melakukan aktivitas
fisik sedang maka akan membakar kalori sebanyak >3,5 – 7 Kcal/menit.
Bentuk aktivitas yang dapat dilakukan adalah; berkebun, menanam
pohon/bunga, membersihkan rumput pekarangan, berjalan cepat, senam,
mencuci piring, membawa balok kayu, menyapu rumah, memindahkan
furniture rumah, dan lain sebagainya (Kemenkes, 2018).
2.2.3.3 Aktivitas Berat (Kekuatan/Strength)
Aktivitas fisik ini bermanfaat untuk menambah kekuatan otot dan dapat
membantu kerja otot tubuh dalam menahan beban yang diterima, tulang
tetap kuat dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu dalam
pencegahan osteoporosis. Jenis aktivitas fisik ini dilakukan selama >30
menit (2-4 hari/minggu) atau dapat dilakukan >300 menit/minggu. Aktivitas
ini \ dapat membuat berkeringat selama beraktivitas, denyut jantung dan
frekuensi nafas meningkat sampai terengah-engah. Energi yang dikeluarkan
>7 Kcal/menit. Contoh bentuk aktivitas yang dapat dilakukan meliputi
melakukan lari pagi, bersepeda, sepak bola, menyekop pasir, mengepel
rumah, mencuci motor, menggedong atau bermain aktif dengan anak
kecil/cucu, mencuci/menyetrika pakaian, mencangkul tanah, membersihkan
jalan air, senam aerobic, dan aktivitas lainnya (Kemenkes,2018).

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Selama melakukan aktivitas fisik, tubuh membutuhkan energi lebih untuk


bergerak sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk
mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk
21
mengeluarkan sisa-sisa zat tidak berguna dari tubuh. Banyaknya energi yang
dibutuhkan bergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama
dan berapa berat pekerjaan yang dilakukan. Dalam proses penuaan, lansia akan
mengalami penurunan kemandirian dan memiliki dampak pada penurunan
ketergantungan dalam melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. (Wildhan
et al., 2020). Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik
pada lansia :

1. Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
aktivitas fisik. Peningkatan ativitas fisik seseorang sampai mencapai
maksimal di berada di usia 25-30 tahun. Semakin bertambahnya usia
maka semakin menurun juga tingkat kebugaran fisiknya. Penurunan
kapasitas fungsional dari seluruh tubuh kira-kira sebesar 0,8- 1% per
tahun, tetapi jika rajin berolahraga penurunan ini dapat dikurangi sampai
separuhnya. Maka dapat disimpulkan, usia dapat menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi aktivitas pada lansia.
2. Jenis Kelamin
Umumnya, aktivitas fisik lansia laki-laki hampir sama dengan lansia
perempuan, tetapi biasanya laki-laki mempunyai nilai kekuatan dan
energi yang lebih besar saat dalam melakukan aktivitas sehari-hari
3. Pola Makan
Pola makan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas.
Jika jumlah, porsi dan kandungan (lemak) makanan lebih banyak, maka
tubuh akan mudah lelah dan tidak ingin melakukan aktivitas. Maka,
makanan yang akan dikonsumsi harus dipertimbangkan kandungan
gizinya agar tubuh tidak mengalami kekurangan atau kelebihan energi.
4. Kesehatan
Lansia yang memiliki gangguan kesehatan akan sangat
mempengaruhi aktivitas fisik yang akan dilakukan. Hal tersebut akan
22
berpengaruh terhadap kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas,
hemoglobin/sel darah dan serat otot. Contoh gangguan kesehatan yang
dialami lansia, seperti osteoporosis, gangguan jantung, anemia, adanya
riwayat jatuh dan lain sebagainya (Apriani, 2022).
5. Tingkat Kognitif
Tingkat kognitif lansia dapat berpengaruh terhadap aktivitas fisik
lansia, termasuk dalam proses mengingat, berfikir dalam melakukan
segala tindakan, kemampuan mengelolah informasi dan persepsi
(Arfadilah, 2022).

2.3 Kualitas Hidup


2.3.1 Defenisi Kualitas Hidup

Setiap individu memiliki kualitas hidup yang berbeda tergantung pada


persepsi masing-masing individu dalam menghadapi masalah yang terjadi
dalam hidupnya. Kualitas hidup merupakan kemampuan menganalisis
seseorang terhadap hidup yang normal terkait dengan persepsi mengenai tujuan,
harapan, standar dan fokus pada kehidupan yang sedang dijalani yang
dipengaruhi oleh nilai budaya pada lingkungan tempat tinggalnya
(Nursalam,2017). Apabila lansia dapat menghadapi permasalahan dalam
hidupnnya dengan positif maka kualitas hidupnya baik, sedangkan jika lansia
menghadapi permasalahan dalam hidupnya dengan negatif maka kualitas
hidupnya akan buruk. Kualitas hidup (quality of life) adalah persepsi individu
tentang kontrol pribadi, hungan interpersonal, tujuan hidup, harapan, standar
perhatian hidup dan kesehatan (Rella, 2022). Pada umumnya, kualitas hidup
seseorang menurun seiring dengan proses penuaan (aging) yang berarti
sebagian besar sistem organ mengalami penurunan fungsi tubuh setiap tahunnya
yang dimulai dari umur 30 tahun. Menjaga kualitas hidup merupakan usaha
yang kompleks dalam meningkatkan usia harapan hidup, kesehatan psikologis,
mental dan fisik lansia untuk membantu dalam melakukan aktivitas sehari hari.
Membantu lansia dalam meningkatan kualitas hidup melalui aktivitas fisik
23
dapat bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan dalam melakukan kegiatan
yang melibatkan otot sehingga imun menjadi lebih kuat dan dapat terhindar dari
berbagai penyakit yang sering menyerang lansia (Wildhan et al., 2020).

Perubahan kualiatas hidup yang terjadi pada lansia dapat disebabkan oleh
penurunan kondisi fisik seperti mudah lelah, berkurangnya kinerja jantung
menyuplai oksigen, penurunan kualitas tidur, cemas, perasaan dan pikiran yang
cenderung negatif, pusing, mudah tersinggung, dan minder bergaul dengan
lingkungan sekitarnya. (Anggraini, 2018). Kualitas hidup pada lansia dapat
ditingkatkan dengan melakukannya penyesuaian dan penerimaan diri dari
segala perubahan yang dialami dan mengembangkan potensi yang di miliki
untuk mengisi waktu luang (Rella, 2022).

2.3.2 Domain Kualitas Hidup

Berdasarkan WHO terdapat 4 aspek domain yang dipakai untuk mengukur


kualitas hidup, yaitu : (Nursalam, 2017)

2.3.2.1 Domain Kesahatan Fisik


Hal ini berkaitan dengan kesehatan fisik, penyakit yang di miliki,
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari dan ada atau tidaknya
ketergantungan pada pertolongan medis. Hal ini dipengaruhi oleh
kemampuan dari sistem persyarafan, otot atau sendi dan tulang. Dimensi
fisik dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

1. Nyeri dan rasa tidak nyaman, hal ini berkaitan dengan sensasi fisik
yang tidak menyenangkan hingga berubah menjadi sensasi yang
menyedihkan dan mempengaruhi kualitas hidup lansia. Sensasi yang
tidak menyenangkan meliputi kekauan, sakit, nyeri sendi/otot dalam
jangka pendek maupun panjang.
2. Penyakit kronis. Lansia yang mengalami penyakit kronis di masa
tuanya dapat memberikan pengaruh besar terhadap mobilitas dalam
24
kegiatan sehari-harinya dan dapat meningkatkan rasa cemas hingga
mempengaruhi kualitas hidup.
3. Tenaga dan kelelahan. Kelelahan disebabkan dari beberapa hal seperti
usia, penyakit, depresi atau pekerjaan yang berat. Aspek ini membahas
tenaga dan keinginan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
Namun, bagi lansia cepat lelah membuat tidak mampu mencapai
aktivitas yang ingin dilakukan hingga lansia tidak merasakan hidup
yang sebenarnya.
4. Tidur dan istirahat. Aspek ini berfokus pada berapa lama tidur dan
istirahat lansia. Masalah tidur termasuk kesulitan tidur, bangun tengah
malam, dan tidak dapat kembali tidur sehingga mengakibatkan ketika
bangun merasa lemah dan kurang segar (Widyastuti, 2021).

2.3.2.2. Domain Psikologis


Hal ini erat kaitannya dengan keadaan mental yang mengarah pada
ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan
dalam diri maupun dari luar diri. Gambaran psikologis lansia
menggambarkan bagaimana beban pikiran dan perasaannya. Apabila lansia
mampu mencapai kesejahteraan psikologis maka akan memiliki pengaruh
terhadap peningkatan kualitas hidupnya. Hal yang mempengaruhi
psikologis, terdapat body image dan penampilan, perasaan-perasaan negatif
dan positif, cara berfikir dalam mengambil keputusan, penghargaan diri,
spiritual/keyakinan pribadi, cara berpikir dan belajar serta memori dan
konsentrasi. (Nursalam, 2017)
2.3.2.3.Domain Hubungan Sosial
Domain ini berkitan dengan hubungan personal dan sosial lansia yang
dapat mengubah, memperbaiki atau bahkan mempengaruhi satu sama lain.
Contohnya, hubungan pribadi dengan anggota keluarga, dukungan dari
teman sosial, aktivitas seksual, kesempatan dalam bersosialisasi dan
25
berekreasi hingga pada kegiatan dalam mengisi waktu luang yang dapat
meningkatkan produktifitas lansia (Nursalam, 2017).
2.3.2.4.Domain Lingkungan
Domain lingkungan mencakup sumber pendapatan bagi lansia,
kebebasan dan keamanan fisik, sarana dan prasarana dalam melakukan
aktivitas, lingkungan rumah dan lingkungan fisik yang nyaman (polusi,
kebisingan, lalu lintas, iklim), peluang mendapatkan informasi tentang
dunia luar, hingga pada kesempatan untuk melakukan pekerjaan baru atau
rekreasi (Nursalam, 2017). Lansia yang setiap harinya semakin lemah dan
memiliki penyakit dapat menyebabkan beban finansial bagi individu
maupun keluarga, terutama jika tidak memiliki jaminan kesehatan. Hal ini
akan menyebabkan beban dan secara tidak langsung memepengaruhi
kemampuan lansia dalam dalam pemenuhan kebutuhan yang lain hingga
dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia (Jacob & Sandjaya, 2018).

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Berikut ini faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia, yaitu: (Jacob &
Sandjaya, 2018).

a. Jenis Kelamin
Secara umum, kesejahteraan laki-laki dan perempuan tidak jauh
berbeda. Biasanya perempuan lebih banyak terkait dengan aspek
hubungan yang bersifat positif dan menjaga kesehatan tubuh sedangkan
pada pria lebih terkait dengan aspek pendidikan dan pekerjaan yang lebih
baik. Dan berdasarkan data (BPS,2021), kualitas hidup lansia laki-laki
lebih tinggi dari pada lansia perempuan. Hal ini dikarenakan, lebih survive
lansia perempuan di bandingkan dengan lansia laki-laki.
b. Pekerjaan
Secara umum, terdapat perbedaan kualitas hidup yang signifikan
antara idividu yang bekerja, individu yang tidak bekerja (sedang mencari
26
kerja), maupun individu yang memiliki ketergantungan (disability).
Faktor pekerjaan ini sangat mempengaruhi kebahagiaan dan sangat
berdampak pada kualitas hidup tiap individu. Hal ini dikarenakan,
pekerjaan memberikan aktivitas yang menghabiskan sepertiga waktu
individu (8jam/hari), yang setara dengan waktu yang di habiskan untuk
tidur dan melakukan berbagai aktivitas lainnya.
c. Pendidikan
Tingkat Pendidikan juga akan berpengaruh pada kualitas hidup
seseorang, dimana faktor pendidikan mempengaruhi cara untuk
mendapatkan informasi dan mengolah informasi. Sehingga dengan
pengetahuan yang di miliki, lansia dapat mengerti bagaimana melewati
hidup di masa sulit atau saat terkena penyakit dan mengetahui cara untuk
meningkatkan kualitas hidup. Maka dapat disimpulkan, lansia dengan
tingkat pendidikan yang lebih rendah akan lebih mudah cemas, sering
takut, merasa tidak dicintai, sedih dan mudah terkena stress hingga
depresi.
d. Gaya hidup yang beresiko
Lansia yang memiliki kebiasaan seperti merokok, minum alkohol,
aktivitas fisik yang kurang, pola makan yang tidak sehat dan tidur yang
tidak baik, akan mempengaruhi kualitas hidup.
e. Status Perkawinan
Status perkawinan menunjukkan bahwa individu yang sudah
menikah memiliki kualitas hidup yang lebih tinggi dari pada individu
yang belum menikah, bercerai, maupun janda atau duda akibat pasangan
meninggal. Hal ini di karenakan adanya mendukung interaksi sosial
dalam seksual yang dapat meningkatkan kualitas hidup.
f. Fungsi Keluarga
Keluarga merupakan bagian terdekat dan support system utama bagi
lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Bentuk dari dukungan
keluarga adalah sikap terhadap lansia, tindakan penerimaan keluarga
27
terhadap lansia, kemauan dalam mendengarkan dan memperhatikan
masalah yang dihadapi lansia, pemberian dukungan informasi dan
dukungan emosional. Lansia yang mendapat dukungan dari keluarga,
maka akan merasa lebih diperhatikan dan dapat meningkatkan kondisi
fisik, psikis dan kualitas hidup pada lansia (Adah, 2022).
g. Kesehatan Fisik
Kesehatan fisik yang baik sangat membantu lansia dalam
menjalankan seluruh kegiatan sehari-hari dan dapat meningkatkan
kualitas hidupnya. Namun begitu juga sebaliknya, jika lansia memiliki
penyakit kronis maka dapat mengganggu berbagai sistem dalam tubuh,
meningkatkan kecemasan hingga pada deprisi dan hal tersebut
berpengaruh pada kualitas hidup lansia. (Kiling & Kiling-bunga, 2019)
h. Kondisi Psikologis
Penuaan pada lansia erat hubungannya juga dengan kondisi
psikologis. Hal wajib yang harus di miliki lansia untuk menciptakan
psikologis yang positif yaitu dengan adanya derajat kepuasan hidup,
emosi positif dan rendahnya derajat emosi negatif. Depresi merupakan
gangguan psikologis yang sering terjadi pada lansia hingga dapat
mengganggu kesehatan lansia. Gejala psikologis lansia yang tengganggu,
dapat berupa perasaan sedih yang terus menerus, perasaan negatif, pola
tidur berubah, self-esteem, pola makan tidak teratur, sulit konsentrasi,
adanya perasaan putus asa, tidak berdaya atau bahkan depresi hingga
memiliki keinginan untuk bunuh diri.
i. Hubungan dengan Lingkungan Sosial
Faktor dimaksud dapat berasal dari lingkungan sosial, relasi
personal, dukungan aktivitas sosial, kegiatan keagamaan, teman sebaya,
dukungan dari pelayanan kesehatan, lingkungan rumah, partisipasi dan
kesempatan dalam melakukan rekreasi, serta sarana dan prasarana dalam
lingkungan tempat tinggal yang dapat menunjang kehidupan lansia.
28
Adapun dimensi utama dalam lingkungan adalah sumber financial,
freedom, physical safety dan security.
j. Pelayanan Kesehatan
Ketersedia pelayanan kesehatan yang merata dan cukup memadai
dapat membantu masyarakat mengakses dan memanfaatkan pelayanan
kesehatan untuk melakukan pengobatan. Maka meratanya pelayanan
kesehatan juga dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia.

2.4 Tinjauan Penelitian Terkait Terkait

Berdasarkan hasil penelitian (Dewi, 2018), dengan judul penelitian Level


Aktifitas Fisik dan Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia yang dilakukan di
Kecamatan Bambanglipuro, Bantul pada Juni-September 2017. Penelitian ini
menggunakan 123 sampel yang dipilih dengan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas lansia memiliki kualitas kesehatan
fisik dan kualitas kesehatan mental yang baik (69,1%;76,4%). Terbukti dari
hasil data yang terkumpul berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan
terdapat hubungan antara level aktivitas fisik yang tinggi dan tidak adanya
status hipertensi dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Dimana faktor
kesehatan fisik yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup
lansia.

Berdasarkan penelitian terdahulu berikutnya, dengan judul penelitian


Aktivitas Fisik Terhadap Kualitas Hidup Lansia dan menggunakan 45 orang
lansia di Posyandu Lansia Wilayah Seyegan Sleman. Hasil penelitian
menggunakan uji Spearman Rank dan terdapat nilai aktivitas fisik dan kualitas
hidup yaitu p=0,000 (p< 0,05). Berarti bahwa ada hubungan antara aktivitas
fisik terhadap kualitas hidup lansia dan pada bagian distribusi kualitas hidup,
terdapat kualitas hidup sedang sebanyak 26 lansia, kualitas hidup buruk 10
lansia dan kualitas hidup baik 9 lansia (Ariyanto et al., 2020).
29
Dan berdasarkan penelitian yang berjudul Hubungan Tingkat Activity Daily
Living (ADL) dan Kualitas Hidup Lansia di Magetan dengan menggunakan
sampel berjumlah 80 lansia. Hasil penelitian ini menggunakan analisis uji
spearman dan menunjukkan terdapat korelasi positif antara Activity Daily
Living (ADL) terhadap keempat domain (kesehatan fisik, psikologis, hubungan
sosial dan lingkungan) pada kualitas hidup (p<0,05). Keempat domain
didapatkan hasil nilai hubungan (nilai korelasi) dengan ADL yaitu domain
kesehatan fisik (r=0,560), domain psikologis (r=0,463), domain hubungan
sosial (r=0,415), domain lingkungan (r=0,340). Sehingga dapat di simpulkan
bahwa terdapat hubungan Activity Daily Living (ADL) terhadap keempat
domain yaitu kesehatan fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan.
Namun, domain fisik memiliki pengaruh yang paling besar terhadap aktivitas
lansia sehari-hari (Wildhan et al., 2020).

Hasil penelitian yang dilakukan di Papua, bertentangan dengan review hasil


penelitan diatas. Penelitian yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Kualitas Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi
Papua memiliki hasil bahwa adanya pengaruh faktor kesehatan fisik terhadap
kualitas hidup lansia dengan nilai (p-value< 0,001 ; r = 4,030), pengaruh faktor
psikologis dengan nilai (p-value<0,001 ; r = 4,788), pengaruh faktor hubungan
sosial dengan nilai (p-value<0,001 ; r = 7,875), pengaruh faktor lingkungan
dengan nilai (p-value<0,001 ; r = 23,324). Hingga dapat disimpulkan bahwa
faktor yang memiliki dominan tinggi terhadap kualitas hidup di Kelurahan
Kabupaten Tolikara adalah faktor lingkungan (Jacob & Sandjaya, 2018).
30
2.5.Kerangka Teori

Lansia

Proses Penuaan

Aktivitas Fisik Kualitas Hidup

Ringan Sedang Berat Fisik Psikologis Sosial Lingkungan

Alat Ukur : Alat Ukur


Kuesioner Aktivitas WHOQoL-BREF (The World Health
Fisik pada Lansia Organization Quality Of Life)

Hubungan
Gambar 2. 1 Kerangka Tiori
Sumber. (Karim et al., 2018), (Apriani, 2022)
2.6.Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui


hubungan antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia di wilayah kerja
Puskesmas Sering Medan pada tahun 2023, maka kerangka konsep pada
penelitian ini, adalah:

Variabel Independen Variabel Dependen

Aktivitas Fisik Kualitas Hidup

Gambar 2. 2. Kerangka Konsep


31
2.7.Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara atas pertanyaan penelitian yang harus


diuji validitasnya yang disimbolkan dengan Ha (Hikmawati, 2020). Maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ha : Ada hubungan antara aktivitas fisik dengan meningkatnya kualitas


hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Sering Medan.
2. H0 : Tidak adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan
meningkatnya kualitas hidup lansia di wilayah kerja Puskesmas Sering
Medan.
BAB 3

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat Kuantitatif dengan jenis penelitian survey cross


sectional. Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mengamati apakah
ada permasalahan dalam aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia dengan
memperhatikan frekuensi dan waktu melakukan aktifitas fisik. Ini dilakukan
dengan pendekatan dan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time
approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan
pengukuran di lakukan terhadap status karakter atau variable subjek pada saat
pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada
waktu yang sama (Hikmawati, 2020)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Sering Medan.
2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan
Maret – Agustus 2023.

3.3 Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia berumur >60tahun di
wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan. Populasi lansia yang diambil pada
Bulan Mei-Juni 2023 sebanyak 102 orang.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan mewakili jumlah dari populasi yang
diambil peneliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

32
33

insidental sampling yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan yang


dilakukan di Puskesmas Sering (Hikmawati, 2020). Penentuan besar sampel
yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus oleh slovin
sebagai berikut:

N
𝑛=
1+ N . (𝑑)2

Keterangan :

a. N = jumlah populasi
b. n = jumlah sampel
c. d = presisi yang ditetapkan sebesar 5% (0,05)

Dalam penelitian ini, jumlah populasi sebanyak 102 orang. Maka, jumlah
sampel dapat di hitung dengan :

102
𝑛 = 1+ 102 . (0,05)2

103
𝑛 = 1 +(102. 0,0025)

102
𝑛 = 1,255

n = 81,2 ; dibulatkan menjadi 81 orang

Jumlah sampel dalam penelitian ini yang telah di hitung dari rumus Slovin
sebanyak 81 orang dan tambah 5% dari sampel yaitu sebanyak 4 orang,
sebagai antisipasi jika ada responden yang tidak bersedia, mengundurkan
diri, sakit, meninggal dunia atau hal lain yang dapat mengurangi jumlah
sampel. Maka, jumlah sampel menjadi 85 orang.

Pengampilan sampel dalam penelitiaan ini juga memiliki kriteria inklusi


dan eksklusi, yaitu:
34

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria yang di perlukan dalam penelitian dari setiap
anggota atau populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmojo, 2012).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lansia yang berumur >60 tahun


2. Lansia yang pernah berobat di wilayah kerja Puskesmas Sering
3. Lansia yang mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sering
4. Lansia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini
b. Kriteria eksklusi
Kreteria eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak diambil
sebagai sampel (Notoatmojo, 2012). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Lansia yang berumur <60 tahun
2. Lansia yang tidak pernah berobat di wilayah kerja Puskesmas Sering
3. Lansia yang tidak mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Sering
4. Lansia yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini.
35

3.4 Kerangka Penelitian

Identifikasi Lokasi Penelitian

Permohonan Izin

Penyusunan Proposal

Populasi dan Sampel :

Populasi penelitian sebanyak 102 lansia dan sampel sebanyak 81 lansia.

Teknik Sampling : Insidental Sampling

Desain Penelitian
Survey cross sectional

Pengolahan Data
Editing, Coding, Scoring, Entry, Cleaning, Tabulating

Pengumpulan Data
Tahap Persiapan & Administratif

Analisa Data
Univariat dan Bivariat

Hasil dan Kesimpulan

Publikasi Jurnal

Gambar 3. 1. Kerangka Penelitian


36

3.5 Defenisi Operasional


Tabel 3. 1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Indikator Skala


Oparasional Ukur
1 Variabel Defenisi : K 1.Baik (Skor Ordinal
Independen : Aktivitas fisik U antara 31-40)
Aktivitas adalah pergerakan E 2.Sedang (Skor
Fisik anggota tubuh yang S antara 21-30)
I 3.Buruk (Skor
membutuhkan
O antara 10-20).
energi dan N
memiliki peranan E
penting bagi R
pemeliharaan
kesehatan fisik,
mental dan
peningkatkankan
kualitas hidup.

2 Variable Defenisi : K Setiap Ordinal


Dependen : Kualitas hidup U pertanyaan
Kualitas (quality of life) E memiliki skala
Hidup adalah persepsi S 1-5. Nilai skala
I
individu tentang yang di pilih
O
tujuan hidup, N
akan di
harapan, standar E jumlahkan
dan kesehatan baik R berdasarkan
fisik, jasmani dan tabel domain
rohani. skor.
1. Domain
Kesehatan
Fisik (Skor
7-35)
2. Domain
Psikologis
(Skor 6-30)
3. Domain
Sosial ( Skor
3-15)
4. Domain
Lingkungan
(Skor 8-40)
37

3.6 Aspek Pengukuran Variabel

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


kuesioner. Kuesioner Aktifitas fisik pada lansia dibuat sendiri oleh penulis dan
telah di approve oleh expert serta telah teruji validitas dan realibitasnya.
Koesioner aktivitas fisik terdiri dari 10 item pertanyaan dan koesioner kualitas
hidup penulis menggunakan instrument The World Health Organization
Quality of Life (WHOQOL-BREF) yang terdiri dari 26 item pertanyaan.
Metode pengukuran rentang skala (RS) dalam penelitian, yaitu: (Roflin,
Liberty & Pariyana, 2021).

RS = M – N / B

Keterangan :

RS : Rentang skala

M : Skor tertinggi

N : Skor terendah

B : Jumlah kategori skala koesioner

Penghitungan rentang skor instrument, sebagai berikut :


1. Kuesioner Aktivitas Fisik Pada Lansia
Kuesioner aktivitas fisik pada lansia menggunakan 10 item
pertanyaan. Dengan skala likert ; Tidak Pernah (1), Jarang (2), Kadang
(3), Selalu (4). Maka, dapat disimpulkan, rentang skor pada aktivitas fisik
baik (antara 31-40), aktivitas fisik sedang (skor antara 21-30), dan
aktivitas fisik buruk (skor antara 10-20).
2. Kuesioner Kualitas Hidup
Kuesioner ini terdiri dari 26 pertanyaan. Dengan Skala Likert, yaitu
: Pernyataan Positif: Sangat buruk (1), Buruk (2), Biasa saja (3), Baik (4),
Sangat baik (5). Penyataan Negatif; Sangat buruk (5), Buruk (4), Biasa
saja (3), Baik (2), Sangat baik (1). Setiap pertanyaan memiliki skala 1-5
38

dan nilai skala yang di pilih oleh responden akan di jumlahkan


berdasarkan tabel domain skor yang berada di akhir koesioner. Dengan
hasil domain kesehatan fisik (Skor 7-35), domain Psikologis (Skor 6-30),
domain sosial (Skor 3-15), domain lingkungan (Skor 8-40). Seluruh hasil
perhitungan akan di transformasikan menjadi 0-100. Setelah itu seluruh
skor di jumlah dan dibagi 4. Maka hasil bagi tersebut dibagi menjadi 3
hasil kualitas hidup, yaitu : Kualitas hidup baik (Skor antara 68-100),
Kualitas Hidup Sedang (Skor antara 34-67), Kualitas Hidup Buruk (Skor
antara 0-33).

3.7 Instrumen Penelitian


3.7.1 Koesioner Kualitas Hidup

Instrument penilaian kualitas hidup yang digunakan sebagai alat bantu


pengumpulan data adalah Koesioner The World Health Organization
Quality Of Life (WHOQoL-BREF) yang terdiri dari 26 item pertanyaan
tentang pengukuran kualitas hidup dan berisi self-report dimana responden
harus memberikan jawaban sesuai dengan kondisinya dalam 4 minggu
terakhir. Ada 4 dominan pertanyaan, yaitu physical, psychologycal, social
relationships, and environment (WHO,1996). Keempat skor dominan
menunjukkan sebuah persepsi individu tentang kualitas hidupnya dan
domain skor yang tinggi menunjukkan kearah yang lebih positif dan baik.

Pertanyaan WHOQoL-BREF nomor 1 dan 2 tentang kualitas hidup


secara menyeluruh dan kesehatan secara umum, sedangkan untuk
pertanyaan yang lainya merupakan pertanyaan dari masing- masing domain,
yaitu: domain fisik terdapat 7 item (pertanyaan nomor 3,4,10, 15, 16, 17 dan
18), domain psikologis yang terdiri dari 6 (pertanyaan nomor 5, 6, 7, 11, 19
dan 26), domain sosial yang terdiri dari 3 item (pertanyaan nomor 20, 21
dan 22), dan domain lingkungan yang terdiri dari 8 item (pertanyaan nomor
8,9, 12, 13, 14, 23, 24 dan 25) (Nursalam, 2017).
39

3.6.2 Koesioner Aktivitas Fisik

Instrument yang digunakan dalam pengukuran aktivitas fisik di buat


sendiri oleh peneliti. Intrumen ini terdiri dari tiga macam aktivitas, yaitu
leisure time activity (aktivitas waktu luang) yang terdiri dari 6 item
pertayaan yaitu pertanyaan dari nomor 1-6, house hold activity (aktivitas
rumah tangga) yang terdiri dari 3 pertanyaan yaitu pertanyaan dari nomor
7-9 dan work related activity (aktivitas relawan) yang terdiri dari 1
pertanyaan yaitu pertanyaan nomor 10 (Mulyadi, 2017).
Instrumen yang digunakan peneliti yaitu kuesioner sebagai alat bantu
pengumpulan data. Jenis kuesioner yang di gunakan adalah berupa
pertanyaan tertutup yang akan di jawab oleh responden dengan
menggunakan tanda checklist (√) pada kolom jawaban yang tersedia.
Instrument dalam pengukuran Aktivitas Fisik pada lansia dibuat sendiri oleh
peneliti dan telah di approve oleh 3 expert di bidang penelitian serta telah
teruji validitas dan reabilitasnya.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

a. Tahap Persiapan
Hal yang pertama sekali dilakukan dalam penelitian adalah
mempersiapkan segala istrumen yang digunakan untuk pengumpulan data
responden penelitian. Instrument yang digunakan adalah kuesioner
Aktivitas Fisik Pada Lansia untuk pengukuran tingkat aktivitas fisik lansia
dan kuesioner WHOQoL-BREF untuk mengukur kuaitas hidup lansia.
b. Tahap Administratif
1. Peneliti mengajukan permohonan izin dari institusi agar bersedia dan
memberikan izin untuk melakukan penelitian di lokasi / tempat yang
sudah ditentukan untuk penelitian.
2. Setelah mendapat izin dari instansi, maka instansi mengeluarkan
surat survey awal ke Dinas Kesehatan Kota Medan untuk
mendapatkan izin melakukan penelitian.
40

3. Selanjutnya peneliti akan mengajukan izin etichal clearance kepada


komite etik penelitian STIKes Murni Teguh.
4. Setelah surat keluar, maka peneliti mengajukan permohonan izin
untuk melaksanakan penelitian Kepala Puskesmas Sering Medan.
Jika surat di terima pihak Puskesmas Sering, maka peneliti dapat
melakukan penelitian.
5. Setelah dapat izin untuk melakukan penelitian, maka peneliti
melakukan identifikasi populasi dan sampel penelitian.
6. Saat di lapangan, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan
menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Dan jika calon
responden bersedia, maka akan menandatangani lembar persetujuan
sebagai responden.
7. Setelah responden menandatangani lembar persetujuan, maka
Kuisoner diberikan dan diisi oleh reponden lalu dikumpulkan untuk
penginputan data selanjutnya.

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas

Uji validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana ketepatan dan
kecermatan data yang di teliti melalui pernyataan instrument penelitian yang di
gunakan untuk melakukan pengumpulan data. Sedangkan uji reliabilitas
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur yang kita gunakan
dapat di percaya dan konsisten sehingga dapat digunakan secara
berulang terhadap variabel yang sama dan kuesioner yang sama saat
melakukan penetelitian. (Hulu,2019).

3.9.1 Uji Aktivitas Fisik

Instrument aktivitas fisik pada lansia dibuat sendiri oleh penulis dan
telah melakukan uji validitas dan reliabilitas menggunakan 30 orang sampel
di luar sampel penelitian serta penulis telah melakukan uji melalui software
SPSS. Uji validitas yang di gunakan peneliti yaitu product moment pearson
correlation dengan menggunakan prinsip mengkorelasikan atau
41

menghubungkan antara masing-masing skor tiap item atau soal dengan skor
total yang di peroleh dari jawaban responden atas kuesioner. Dasar peneliti
dalam mengambil hasil uji validitas Pearson yaitu, membandingkan nilai r
tabel dengan t hitung. Jika nilai r hitung > r tabel, maka item penelitian
dinyatakan valid dan jika r hitung < r tabel maka item koesioner penelitian
dinyatakan tidak valid (Hulu,2019). Peneliti menggunakan sampel 30 orang
dan distribusi nilai r tabel dengan signifikasi 1% (0,436). Berdasarkan hasil
yang di dapat jumlah nilai Person Correlation tiap item pertanyan yaitu
0,467 – 0,900, maka dapat disimpulkan Koesioner Aktivitas Fisik Lansia
valid dan dapat di gunakan sebagai alat ukur aktivitas fisik pada lansia.

Uji reliabilitas dilakukan dengan uji metode Cronbach’s Alpha 0-1,


dimana skala di kelompokkan menjadi 5 bagian yang menginterpretasikan
ukuran kemantapan alpha. Nilai pertama Cronbach’s Alpha 0,00 s/d 0,20
(kurang reliabel), nilai kedua 0.21 s/d 0,40 (agak reliable), nilai ketiga 0.41
s/d 0,60 (cukup reliable), nilai ke empat 0,61 s/d 0,80 (reliable), dan nilai
kelima 0,81 s/d 1 (sangat reliable) (Hidayat,2015). Maka dapat diartikan,
jika suatu istrumen dinyatakan reliable maka nilainya harus >0,6.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang telah dilakukan dan menunjukkan
hasil bahwa nilai Cronbach’s Alpha instrument sebesar 0,861, artinya uji
reliabilitas kuesioner sangat reliable. Maka, dapat disimpulkan bahwa
instrumen Aktivitas Fisik pada Lansia valid dan reliable untuk mengukur
aktivitas fisik lansia.

3.9.2. Instrumen Kualitas Hidup

Instrumen penelitian variabel kualitas hidup menggunakan


kusieoner WHOQOL-BREF (The World Health Organization Quality of
Life) dan untuk menghitung nilai validitas dan reliabilitas menggunakan
skor tiap dimensi. Penelitian Salim (Salim dkk,2007), melakukan uji
instrument WHOQoL-BREF versi indonesia di Kecamatan Mampang,
Jakarta Selatan. Jumlah sampel yang digunakan adalah 306 lansia, dengan
42

hasil uji validitas menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
skor item dengan skor dimensi yaitu (r = 0,409-0,850). Sehingga dapat
dinyatakan bahwa alat ukur WHOQOL-BREF valid dalam mengukur
kualitas hidup pada lansia. Sedangkan untuk uji reliabilitas dilakukan
dengan metode Cronbach’s Alpha 0-1, dengan nilai Cronbach’s Alpha
harus >0,6 (Hidayat,2015). Hasil Reabilitas pada kuesioner kualitas hidup
menunjukkan Cronbach’s Alpha sebesar 0,77 sehingga pertanyaan pada
koesioner tersebut dinyatakan reliabel. Maka dapat disimpulkan bahwa
WHOQOL-BREF merupakan instrument yang valid dan reliable untuk
digunakan dalam pengukuran kualitas hidup lansia.

3.10 Metode Pengolahan dan Analisa Data


3.10.1 Metode Pengolahan Data

Setelah data terkumpul melalui kuesioner, maka peneliti mengolah data


tersebut melalui 6 tahapan, yaitu: (Notoatmodjo, 2012)

1. Penyuntingan Data (Editing)


Setelah kuisoner diisi lalu kemudian di kumpulkan dalam bentuk
data, kemudian data tersebut dilakukan pengecekan dengan tujuan
memeriksa nama, kelengkapan identitas, isian data dan kesesuaian data.
Tahap ini bertujuan untuk merapikan data agar mempermudah dalam
pengolahan data selanjutnya.
2. Pemberian Kode (Coding)
Melakukan pengkodean data-data, mengubah jenis data yang
disesuaikan dengan analisis data yang digunakan agar mempermudah
untuk diolah dan lebih sederhana yaitu dengan cara memberi simbol
bilangan atau angka pada data.
3. Pemberian Nilai (Scoring)
Tahap ini peneliti melakukan skoring pada tiap jawaban yang telah
diisi oleh responden pada lembar kuesioner.
4. Memasukan Data (Entry)
43

Pada proses ini melakukan pemindahan jawaban masing-masing


responden yang telah diubah menjadi kode jawaban terhadap masing-
masing variabel ke komputer dalam kolom yang tersedia melalui program
atau aplikasi .
5. Pembersihan Data ( Cleaning Data)
Proses ini peneliti melakukan pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan ke master data atau software statistic. Proses cleaning data
ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada kesalahan atau
ketidaklengkapan pada data yang sudah dimasukkan
6. Penyusunan Data (Tabulating Data)
Pada proses ini peneliti melakukan penyusunan hasil data yang telah
diolah dan di susun untuk dilakukannya analisis. Penyusunan data dapat
dilakukan dengan cara menyusun data ke dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi, table silang dan lain-lain.

3.10.2 Metode Analisis Data

Terdapat 2 analisa data dalam penelitian ini, yaitu : (Hulu & Sinaga, 2019)

a. Analisis Univariat
Tujuan analisis univariat untuk menjelaskan distribusi frekuensi dari
variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya memiliki
satu variabel dan hasil dari analisis ini akan menghasilkan data yang
deskriptif informatif dalam bentuk presentasi dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisa bivariat bertujuan untuk menguji normalitas data
dalam penelitian yang dilakukan menggunakan program SPSS. Uji
normalitas data yang digunakan adalah Kolmogorov-Smirnov
karena sampel dalam penelitian ini >50. Jika data berdistribusi
normal maka menggunakan uji Pearson Product Moment, maka
jenis uji yang digunakan adalah uji parametrik Namun, jika data
44

tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji non parametric


dan akan menggunakan uji kolerasi spearmen.

3.11 Pertimbangan Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan pedoman etika yang berlaku untuk setiap


penelitian yang melibatkan antara peneliti, pihak yang diteliti (responden) dan
masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut, karena
dalam penelitian keperawatan terdapat hampir 90% subjek yang diteliti adalah
manusia. Dalam melakukan penelitian ini, peneliti perlu adanya rekomendasi
dari pihak institusi STIKes Murni Teguh Prodi S1 Ilmu Keperawatan. Peneliti
akan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian yaitu di
Puskesmas Sering untuk mendapat persetujuaan melakukan penelitian dengan
menekankan masalah etika yang meliputi: (Notoatmodjo, 2012)
1. Lembar persetujuan (Informed Concent)
Merupakan lembar persetujuan antara peneliti dengan responden
dengan pengisian lembar persetujuan (Informed Concent) yang diberikan
sebelum melakukan penelitian. Tujuan dari Informed Concent ini yaitu agar
responden mengerti tujuan dan dampak dari penelitian yang dilakukan. Jika
responden bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan yang diberikan peneliti dan jika
responden tidak bersedia maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap
menghormati hak responden.
2. Tanpa nama (Anonymity)
Merupakan masalah etika dalam penelitian keperawatan dengan cara
tidak memberikan identitas diri dan nama responden pada lembar kuesioner,
melainkan hanya menuliskan kode untuk tidak mengganggu privasi dan
kehidupan pribadi responden.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Merupakan masalah etika dalam menjamin kerahasiaan dari identitas


hingga hasil penelitian, baik informasi maupun masalah - masalah lainnya
yang menyangkut tentang privasi dan hak asasi responden. Semua informasi
45

yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

4. Keadilan dan Keterbukaan (Justice)

Peneliti menjaga prinsip ini dengan jujur, tidak mendiskriminasi,


terbuka dan hati-hati selama proses penelitian berlangsung. Dalam hal ini,
peneliti memberikan hak yang sama pada tiap responden untuk
mendapatkan penjelasan dan informasi serta hak untuk bertanya, sehingga
memenuhi prinsip keterbukaan.

5. Keuntungan dan Kerugian (Balancing Harms and Benefits)


Penelitian yang akan dilakukan hendaknya memperoleh keuntungan
semaksimal mungkin dan meminimalkan kerugian pada masyarakat umum
terutama responden penelitian. Penelitian dengan subjek manusia harus
menghasilkan manfaat dan kebaikan responden.
46

BAB 4

HASIL PENELITIAN
4.1 Analisa Univariat
4.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Puskesmas Sering
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Medan
Kategori Frekuensi (f) Presentasi (%)
1. Jenis Kelamin
a. Laki- Laki 32 39,5
b. Perempuan 49 60,5
2. Umur
a. 60-70 tahun 61 75,3
b. 71-80 tahun 16 19,8
c. 81- 90 tahun 4 4,9
3. Pendidikan Terakhir
a. SD 34 42
c. SMP 20 24.7
c. SMA 14 17.3
d. Diploma 1 1.2
e. S1 12 14.8
4. Tinggal Bersama
a. Anak 8 9.9
b. Keluarga 51 63
c. Suami 4 4.9
d. Istri 8 9,9
e. Sendiri 10 12.3
5. Penyakit yang Diderita
a. Asam Urat (Gout) 15 18,5
b. Nyeri Sendi 6 7.4
c. Reumatik Atritis 2 2.5
d. Kolestrol 2 2.5
e. Hipertensi 11 13.6
f. DM 12 14.8
g. Penyakit Jantung 6 7.4
h. Sesak 4 4.9
i. Tidak Ada 23 28.4
Sumber : Data Primer (2023)
47

Berdasarkan tabel 4.1.1. hasil data menunjukkan bahwa mayoritas


responden adalah lansia perempuan sebanyak 49 dengan presentase 60,5%.
Berdasarkan umur yang paling dominan adalah lansia berumur 60-70 tahun
dengan presentase 75,3% dan yang paling rendah adalah lansia berumur
>80tahun yaitu sebanyak 4 orang dengan presentase 4,9%. Jika di lihat
berdasarkan pendidikan terakhir responden, dominan adalah SD yaitu sebanyak
34 responden atau setara dengan 42%. Selanjutnya dapat di lihat berdasarkan
data responden yang tinggal bersama maka di temukan hasil yang lebih banyak
yaitu tinggal bersama keluarganya yaitu 51 orang dengan presentase 63%.
Berdasarkan jenis penyakit, faktanya masih banyak lansia yang sehat (28.4%),
namun tidak sedikit juga lansia mengalami gouth (Asam urat) yang menempati
pada urutan penyakit urutan kedua terbanyak yaitu sekitar 18,5% lansia.

4.1.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Lansia


Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Aktifitas Fisik

Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)


Buruk 11 13,6%
Sedang 25 30,9%
Baik 45 55,6%
Total 81 100%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan distribusi frekuensi di atas menunjukkan bahwa aktivitas pada


lansia lebih banyak berada pada kategori baik, yaitu sebanyak 45 responden
dengan presentase 55.6%.

4.1.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia


Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Lansia

Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)


Buruk 9 11,1%
Sedang 46 56,8 %
Baik 26 32,1%
Total 81 100%
Sumber : Data Primer (2023)
48

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi terdapat kualitas hidup pada lansia


dominan berada pada kategori kualitas hidup sedang sebanyak 46 orang dengan
presentase 56,8%.

4.1.3.1.Distribusi Frekuensi Domain Kesehatan Fisik

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Domain Kesehatan Fisik (Domain 1)

Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)


Buruk 5 6,2%
Sedang 38 46,9%
Baik 38 46,9%
Total 81 100%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan distribusi frekuensi didapatkan hasil bahwa pada kualitas


hidup lansia pada domain kesehatan fisik, terdapat pada kategori sedang dan
baik sama banyak yaitu terdapat sebanyak 38 lansia pada domain sedang dan
baik dengan presentase 46,9%.

4.1.3.2.Distribusi Frekuensi Domain Psikologis

Tabel 4. 5 Distribusi Frekuensi Domain Psikologis (Domain 2)

Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)


Buruk 0 0%
Sedang 48 59.3%
Baik 33 40.7%
Total 81 100%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi pada data diatas telah didapatkan


hasil bahwa kualitas hidup lansia pada domain psikologis lebih banyak berada
di kategori sedang yaitu sebanyak 48 responden dengan presentase 59,3%.

4.1.3.3.Distribusi Frekuensi Domain Hubungan Sosial

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Domain Sosial (Domain 3)


49

Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)


Buruk 11 13,6%
Sedang 21 25.9%
Baik 49 60,5%
Total 81 100%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan distribusi frekuensi kualitas hidup lansia pada domain


sosial di dapatkan hasil bahwa pada domain sosial lansia lebih banyak berada
di kategori baik, yaitu sebanyak 49 lansia dengan presentase 60,5%.

4.1.3.4.Distribusi Frekuensi Domain Lingkungan

Tabel 4. 7 Distribusi Frekuensi Domain Lingkungan (Domain 4)

Kategori Frekuensi (f) Presentase (%)


Buruk 7 8,6%
Sedang 35 43,2%
Baik 39 48,1%
Total 81 100%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan distribusi frekuensi, didapatkan hasil kualitas hidup lansia


pada domain lingkungan, lebih banyak pada kategori baik, yaitu sebanyak 39
orang lansia dengan presentase 48,1%.

4.2 Analisis Bivariat


4.2.1 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup pada Lansia
Tabel 4. 8 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup pada Lansia
Kualitas Hidup p
Total r
Buruk Sedang Baik value
Aktivitas Buruk f 9 2 0 11
Fisik % 81.8% 18.2% 0.0% 100.0%
Sedang f 0 24 1 25
% 0.0% 96.0% 4.0% 100.0%
0,00 0,694
Baik f 0 20 25 45
% 0.0% 44.4% 55.6% 100.0%
Total f 9 46 26 81
% 11.1% 56.8% 32.1% 100.0%
Sumber : Data Primer (2023)
50

Berdasarkan hasil penelitian diatas terdapat hubungan antara aktivitas fisik


dengan kualitas hidup pada lansia. Dapat dilihat berdasarkan hasil analisis data
yang telah dilakukan dengan uji statistic (Uji Spearman) diperoleh nilai p value
(0.00) < α (0.05) dengan keeratan kolerasi (r) 0,694 (kolerasi kuat). Maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023.

4.2.1.1.Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Kesehatan Fisik

Tabel 4. 9 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Kesehatan Fisik


Domain 1 p
Total r
Baik Sedang Buruk value
Aktivitas Buruk f 0 6 5 11
Fisik % 0,0% 54,5% 45,5% 100.0%
Sedang f 9 16 0 25
% 36.0% 64,0% 0,0% 100.0%
0,01 0,667
Baik f 29 16 0 45
% 64,4% 35,6% 0,0% 100.0%
Total f 38 38 5 81
% 46,9% 46,9% 6,2% 100.0%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan data penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa


adanya hubungan domain kesehatan fisik dengan aktivitas fisik lansia.
Terbukti dari uji statistic (Uji Spearman), diperoleh nilai p value (0.01) < α
(0.05) dengan keeratan kolerasi (r) 0,667 (kolerasi kuat).

4.2.1.2.Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Psikologis


Tabel 4. 10 Hubungan Aktivitas Fisik Lansia dengan Domain Psikologis
Domain 2 Total p value R
Baik Sedang
Aktivitas Buruk f 0 11 11
Fisik % 0,0% 100% 100%
Sedang f 6 19 25
% 24,0% 76,0% 100.0%
0,00 0,417
Baik f 27 18 45
% 60.0% 40,0% 100.0%
Total f 33 48 81
% 40,7% 59,3% 100.0%
Sumber : Data Primer (2023)
51

Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa


adanya hubungan domain psikologis dengan aktivitas fisik pada lansia yang
terbukti dari uji statistic (Uji Spearman), diperoleh nilai p value (0.00) < α (0.05)
dengan keeratan kolerasi (r) 0,417 (kolerasi sedang).

4.2.1.3.Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Sosial

Tabel 4. 11 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Sosial


Domain 3 p
Total r
Baik Sedang Buruk value
Aktivitas Buruk f 0 2 9 11
Fisik % 0,0% 18,2% 81,8% 100.0%
Sedang f 12 13 0 25
% 48.0% 52,0% 0,0% 100.0%
0,00 0,601
Baik f 37 6 2 45
% 82,2% 13,3% 4,4% 100.0%
Total f 49 21 11 81
% 60,5% 25,9% 13,6% 100.0%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa


adanya hubungan aktivitas fisik dengan domain sosial pada lansia yang terbukti
dari uji statistic (Uji Spearman), diperoleh nilai p value (0.00) < α (0.05)
dengan keeratan kolerasi (r) 0,601 (kolerasi kuat).
4.2.1.4.Hubungan Domain Lingkungan Terhadap Aktivitas Fisik Lansia

Tabel 4. 12 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Domain Lingkungan Lansia


Domain 4 p
Total r
Baik Sedang Buruk value
Aktivitas Buruk f 0 5 6 11
Fisik % 0,0% 45,5% 54,5% 100.0%
Sedang f 8 17 0 25
% 32.0% 68,0% 0,0% 100.0%
0,00 0,553
Baik f 31 13 2 45
% 68,9% 28,9% 2,2% 100.0%
Total f 39 35 7 81
% 48.1% 43,2% 8,6% 100.0%
Sumber : Data Primer (2023)

Berdasarkan data penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa


adanya hubungan aktivitas fisik lansia dengan domain lingkungan yang
52

terbukti dari uji statistic (Uji Spearman), diperoleh nilai p value (0.00) < α
(0.05) dengan keeratan kolerasi (r) 0,553 (kolerasi kuat).
53
BAB 5

PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Wilayah kerja Puskesmas Sering melayani tiga kelurahan yang ada di wilayah
kerja di ada di wilayah kerja di Kecamatan Medan Tembung, yaitu: Kelurahan
Sidorejo, Kelurahan Sidorejo Hilir dan Kelurahan Indra Kasih. Pada wilayah kerja
Puskesmas Sering juga terdapat dua Puskesmas Pembantu (Pustu), yaitu Pustu
Sidorejo Hilir yang terletak di Kelurahan Sidorejo Hilir dan Pustu Indra Kasih yang
terletak di Kelurahan Indra Kasih.

Puskesmas Sering berada di Jalan Sering No. 20, Kelurahan Sidorejo,


Kecamatan Medan Tembung. Wilayah ini memiliki batas:

- Utara : Berbatasan dengan Kelurahan Sidorejo Hilir


- Selatan: Berbatasan dengan Jalan Williem Iskandar
- Timur : Berbatasan dengan Jalan Rela
- Barat : Berbatasan dengan Jalan Durung

5.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan distribusi frekuensi, terdapat karakteristik respondenakan yang


akan diuraikan sebagai berikut :

5.2.1 Jenis Kelamin


Pada penelitian ini, didapatkan jenis kelamin yang lebih dominan adalah
perempuan sebanyak 49 orang. Semakin bertambahnya usia lansia maka
semakin menurun juga tingkat kesehatannya terutama kesehatan fisik.
Penurunan kesehatan cenderung lebih sering terjadi pada perempuan
dikarenakan secara biologis perempuan lebih cenderung mengalami penurunan
hormonal seiring bertambahnya usia, adanya efek melahirkan, model perilaku
yang kurang baik, stressor psikososial dan menopause hingga terjadi dari
lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri lansia
54
pada lansia sehingga lansia merasa tidak mampu untuk melakukan aktivitas
sehari hari (Muharrom & Damaiyanti, 2020). Aktifitas fisik yang rendah juga
cenderung terjadi pada lansia perempuan dikarenakan lansia laki-laki masih
mampu melakukan aktivitas fisik dengan intensitas yang tinggi walaupun dalam
jangka waktu yang singkat (Ivanali,2021). Dan berdasarkan data (BPS,2021),
kualitas hidup lansia laki-laki lebih tinggi dari pada lansia perempuan. Hal ini
dikarenakan, lebih survive lansia perempuan di bandingkan dengan lansia laki-
laki.
5.2.2. Usia

Pada penelitian ini, didapatkan usia lansia yang lebih dominan berumur 60-
70 tahun dengan presentase 75,3% atau sekitar 61 orang. Memasuki usia lanjut
muda (Lansia muda) yaitu 60-69 tahun, maka akan terjadi berbagai penurunan
kesehatan, penurunan kekuatan otot, sehingga lansia tidak mampu banyak
beraktivitas hingga dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Ivanali dkk, 2021).
Sedangkan lansia yang telah memasuki usia >70tahun lebih beresiko terhadap
berbagai jenis penurunan kesehatan dan diserang oleh berbagai jenis penyakit
kronis, hingga pada penurunan tingkat kemandirian dalam melakukan aktivitas
sehari-hari (Yuswatiningsih & Suhariati, 2021).

5.2.3. Tingkat Pendidikan

Pada penelitian ini, di dapatkan pendidikan yang lebih dominan pendidikan


terakhir adalah SD dengan presentase 42%. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat keinginan untuk meningkatkan
produktivitas dalam bekerja dan semakin tinggi rasa untuk ingin
mempertahankan serta memelihara kesehatan. Namun dalam penelitian ini
terdapat lebih banyak responden yang memiliki Pendidikan yang rendah,
namun memiliki kualitas hidup mulai dari sedang hingga baik. Dalam hal ini,
kemampuan kognitif mampu membentuk cara berfikir sesorang untuk
mencegah penyakit dan berupaya melakukan aktivitas tertentu untuk menjaga
kesehatan dirinya (Yuswatiningsih & Suharti, 2021).

5.2.4. Tinggal Bersama


55
Pada penelitian ini, di dapatkan data tinggal bersama lansia yang lebih
dominan adalah tinggal dengan keluarganya yaitu 51 orang dengan presentase
sekitar 63%. Semakin bertambahnya usia lansia maka akan semakin tinggi
keterbatasan aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh lansia sehari-hari. Maka
karena itu, lansia membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas dan juga
membutuhkan dukungan dari keluarga untuk meningkatkan kesehatan. Lansia
yang tinggal bersama keluarga cenderung lebih produktif dikarenakan adanya
keterkaitan antara 1 anggota keluarga dengan anggota keluarga yang lain
(Aluddin, 2016). Lansia yang tinggal bersama dengan keluarganya biasanya
lebih merasakan kehangatan karena dapat berkumpul dengan keluarga dan
memiliki teman untuk bercerita dan menyalurkan perasaan sehingga akan
terjalin komunikasi yang baik dan tumbuhnya keharmonisan dalam keluarga.
Hal ini dapat mengurangi dampak dari permasalahan yang dihadapi lansia
sehingga dapat mengurangi timbulnya gejala masalah kesehatan bagi lansia
(Muharrom & Damaiyanti, 2020).

5.2.5. Penyakit Diderita

Pada hasil penelitian ini ternyata masih banyak lansia yang sehat dan tidak
memiliki riwayat penyakit (28.4%). Namun, tidak sedikit juga lansia yang
memiliki penyakit seperti mengalami gouth (Asam urat) yang menempati pada
urutan kedua terbanyak yaitu terdapat sekitar 18,5% lansia. Saat melakukan
penelitian ini, sebagian besar lansia sedang mengalami peningkatan kadar asam
urat dikarenakan beberapa faktor pencetus yaitu pola makan sehari-hari yang
mengandung tinggi purin, aktivitas fisik, dan sejumlah obat-obatan yang dapat
menghambat ekresi asam uratoleh ginjal. Aktivitas fisik yang dilakukan lansia
dapat mempengaruhi kadar asam urat di karenakan dapat meningkatkan asam
laktat dalam tubuh dan akan membantu dalam menurunkan pengeluaran asam
urat. Jika lansia yang mengalami penumpukkan asam urat, maka akan
mengakibatkan nyeri sendi sehingga dapat menghambat aktifitas fisik pada
lansia dan akan berpengaruh terhadap kualitas hidup lansia (Suntara, Alba &
Hutagalung, 2022).
56
5.3 Aktivitas Fisik Lansia di Puskesmas Sering
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang telah dilakukan, terdapat hasil
bahwa pada aktivitas fisik lansia dominan berapa pada kategori baik sebanyak 45
responden dengan presentase 55.6%. Aktivitas fisik dapat disebut juga sebagai
gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot rangka yang memerlukan tenaga dan
energi (Arfadilah, 2022). Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan
energi lebih untuk dapat bergerak serta jantung dan paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh dan mengeluarkan
zat-zat sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan tubuh tergantung pada
seberapa banyak otot yang bergerak, frekuensi bergerak dan berapa berat pekerjaan
yang dilakukan (Ariyanto et al., 2020).

Sebagian besar penyakit yang bersifat kronis mulai timbul dan menyerang pada
usia lanjut, sedangkan lansia merupakan individu yang termasuk dalam kelompok
sangat rentan terhadap berbagai penyakit kronis karena seiring bertambahnya usia
akan mengalami degenerasi sel sehingga terjadi penurunan kemampuan hampir
pada seluruh sistem tubuh dan menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan dan
kemampuan beraktivitas fisik yang berkaitan dengan kualitas hidup lansia. Salah
satu contoh penurunan kesehatan pada lansia adalah penurunan pada sistem
muskuloskletal yang dapat memengaruhi sebagian besar aspek kehidupan lansia,
seperti penurunan kekuatan dan stabilitan tubuh, terjadinya hiperkifosis, gangguan
pola berjalan, tendon yang mengalami pengerutan dan mengalami skeleosis, atrofi
serabut otot, otot yang sering kram dan tremor, hinngga pada berkurangnya aliran
darah ke otot. Selain perubahan pada system muskuloskletal, perubahan pada sistem
neurologis juga dapat terjadi pada lansia, yaitu perubahan yang terjadi pada otak
yang dapat mempengaruhi keseimbangan tubuh lansia pada komponen saraf
motorik yaitu pada sistem refleks motorik. Lansia akan mengalami gangguan
sensasi dan propioseptif serta pengelolaan informasi yang mengatur pergerakan
tubuh dan posisi. Perubahan ini mengakibatkan lansia menjadi lambat dalam
berjalan, langkah kaki pendek, kekuatan otot menurun terutama terjadi pada
ekstremitas bagian bawah. Hal ini dapat dilihat dari kaki lansia yang tidak dapat
menapak dengan baik dan cenderung mudah goyah, lansia juga menjadi lambat
57
dalam antisipasi bila mendadak terpeleset dan tersandung sehingga menyebabkan
lansia tinggi akan angka risiko jatuh (Ivanali, 2021)

Hal ini juga sejalan dengan penelitian Ivanali (2021), dengan judul hubungan
antara aktivitas fisik pada lanjut usia dengan tingkat keseimbangan, yang
meyampaikan bahwa seiring bertambahnya usia maka akan terjadi penurunan
kesehatan pada lansia yang berakibat kurangnya kemampuan fisik lansia dalam
melakukan aktivitas sehari hari. Hasil penelitan diperoleh nilai p < 0,001 (p < 0,05)
dan r = -0,535, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik yang rendah dengan terjadinya perubahan keseimbangan lansia
dengan arah kolerasi negarif yang berarti semakin rendah aktivitas fisik lansia maka
keseimbangan tubuh lansia juga akan memburuk.

Berdasarkan pada data hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti,


menunjukkan bahwa ada lansia yang sudah terbiasa melakukan aktivitas dalam
kesehariannya seperti membaca, menjahit, berkebun dan aktivitas lainnya. Ada juga
lansia kurang dalam beraktivitas sehari-hari karena sebagian lansia memiliki
riwayat penyakit yang dapat menghambat aktivitasnya. Mengingat umur lansia
yang semakin tua, mengakibatkan semakin sering terjadi nyeri sendi, berkurangnya
keseimbangan tubuh, penurunan kekuatan otot dan sendi yang mengakibatkan
kurangnya aktivitas sehari-hari lansia, sehingga dapat meningkatkan resiko
terjadinya penyakit kronis pada lansia. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti,
terdapat 2 penyakit pada urutan teratas yang menjadi hambatan aktivitas fisik pada
lansia, yaitu seperti gouth dan diabetes melitus.

Saat peneliti melakukan penelitian, sebagian besar lansia sedang mengalami


peningkatan asam urat yang disebabkan oleh beberapa faktor pencetus yaitu pola
makan sehari-hari yang tinggi purin, aktivitas fisik yang kurang, dan obat-obatan
yang dikomsumsi dan dapat menghambat ekresi asam uratoleh ginjal. Salah satu
hal yang dapat mempengaruhi aktivitas fisik pada lansia adalah kadar asam urat
yang tinggi, dikarenakan kurangnya aktivitas fisik akan menyebabkan peningkatan
asam laktat. Asam laktat tersebut akan mengeluarkan asam urat. Apabila asam urat
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal maka akan terjadi penumpukan asam urat yang
mengakibatkan nyeri sendi pada bagian kaki. Maka, jika lansia mampu melakukan
58
aktivitas fisik terutama bagi lansia yang memiliki riwayat penyakit gouth, hal ini
dapat meningkatkan kualitas hidup lansia dengan melakukan pergerakan otot yang
aktif untuk menekan pengeluaran asam urat dalam tubuh (Suntara, Alba &
Hutagalung, 2022).

Selain meningkatnya kadar asam urat pada lansia, saat peneliti melakukan
penelitian sebagian besar lansia di Puskesmas Sering juga sedang berobat
melakukan kontrol gula darah. Dapat kita ketahui, bahwa kurangnya aktivitas fisik
dapat menjadi faktor risiko terjadinya diabetes melitus tipe 2 yang secara langsung
mampu mempengaruhi proses GLUT-4 ke dalam sel untuk tidak melakukan
fungsinya dengan baik sehingga mengakibatkan metabolisme dan masuknya
glukosa ke dalam sel target terganggu. Penyerapan glukosa dalam tubuh dilakukan
oleh GLUT-4 yang berada di jaringan tubuh dan penyerapan yang paling banyak
terjadi berada pada otot rangka dan sel jaringan lemak. Sehingga jika aktivitas fisik
dilakukan dengan rutin seperti melakukan aktivitas fisik sehari-hari, olahraga
sedang atau jalan santai minimal dilakukan 30 menit/hari, mampu membantu
meningkatkan fungsi insulin dalam tubuh dan membantu penderita diabetes untuk
mengurangi penggunaan insulin maupun obat non-insulin hingga dapat
meningkatkan kesejahteraan psikologi lansia DM. Oleh karena itu, lansia yang
telah terkana DM dan melakukan aktivitas fisik dalam rentang ringan dan sedang
mampu untuk mengontrol kadar gula darah dan bagi lansia yang tidak terkena DM,
aktivitas fisik mampu mengurangi resiko untuk terjadinya DM (Haryono,2022).
Maka dapat disimpulkan, walaupun sebagian lansia memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari, namun lansia dapat memampukan dirinya
melakukan aktivitas yang ringan dan pada lansia yang masih berumur <70tahun
dapat meningkatkan produktifitas sehari-hari dengan melakukan aktivitas fisik
ringan hingga berat sesuai dengan kemampuan tubuh. Maka dengan itu, hal ini
dapat memberi manfaat baik dalam mempertahankan serta meningkatkan derajat
kesehatan lansia (Nurlatifa, Lasanuddin & Sudirman, 2023).

Secara umum, saat melakukan aktivitas fisik dapat merangsang penurunan


aktivitas saraf simpatis dan peningkatan aktivitas parasimpatis yang memberi efek
pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin. Aktivitas fisik
59
yangdapat dilakukan lansia adalah aktivitas fisik yang meningkatkan pergerakan
anggota tubuh dan menyebabkan pengeluaran tenaga yang bermanfaat bagi
pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan dapat meningkatkan kualitas hidup
menjadi lebih baik (Ariyanto, 2020).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti berasumsi bahwa aktivitas fisik yang


dilakukan lansia sangat bervariasi berdasarkan dengan umur dan kondisi kesehatan
yang di miliki lansia. Bagi lansia yang memiliki tingkat aktivitas yang baik maka
akan mengalami peningkatkan derajat kesehatan secara fisik maupun psikologis,
mampu meningkatkan keseimbangan tubuh, mengurangi nyeri sendi pada bagian
extremitas dan dapat menjadi salah satu cara untuk mencegah terjadinya serangan
penyakit tidak menular (PTM).

5.4 Kualitas Hidup Lansia Di Puskesmas Sering

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa
terdapat hasil kualitas hidup lansia dominan berada di kategori kualitas hidup
sedang, yaitu sebanyak 46 orang dengan presentase 56,8% dan terdapat kualitas
hidup baik pada lansia sebanyak 26 orang atau 32,1%. Kualitas hidup pada lansia
merupakan persepsi terhadap kepuasaan hidup dalam pemenuhan kebutuhan yang
dapat mempengaruhi kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan
tempat tingal yang memiliki pengaruh besar terhadap hubungan sosial dan
interpersonal, tujuan hidup, harapan yang belum tercapai, standar kesehatan dan
kesehatan psikologis lansia (Palit,2021). Pada umumnya, kualitas hidup setiap
individu akan menurun seiring dengan proses penuaan (aging) yang memiliki arti
bahwa sebagian besar sistem organ mengalami penurunan fungsi tubuh setiap
tahunnya yang dimulai dari umur 30 tahun. Menjaga kualitas hidup tetap baik
merupakan usaha yang sanagt kompleks dalam meningkatkan usia harapan hidup,
kesehatan psikologis dan fisik lansia untuk membantu dalam melakukan aktivitas
sehari hari (Wildhan et al., 2020).

Kualitas hidup lansia memiliki empat domain yang dapat mempengaruhi


kehidupan lansia. Pertama, kualitas hidup pada domain fisik yang mencakup rasa
nyeri yang dialami lansia, istirahat, tidur, aktivitas, pengobatan dan segala
60
pekerjaan yang masih dapat dilakukan lansia. Dampak negatif yang dapat
ditimbulkan pada gangguan domain fisik adalah gangguan tidur, pola makan dan
vitalitas dalam kegiatan sehari-hari, sehingga ketidaksiapan lansia dalam proses
penuaan akan semakin menambah beban psikologi. Hal ini juga berkaitan dengan
domain psikologis pada lansia yang meliputi perasaan positif dan negatif, cara
berfikir, harga diri, body image dan spiritual. Lansia yang memiliki domain
psikologis yang baik merupakan lansia yang mampu menerima kondisi dirinya.
Tingkat pendidikan pada lansia juga memiliki pengaruh pada kematangan
emosional lansia, dapat dilihat pada lansia yang memiliki tingkat pendidikan yang
rendah akan cenderung lebih mudah cemas, suka menyendiri, sering takut, merasa
tidak dicintai, mudah sedih dan stress hingga depresi. Selanjutnya kualitas hidup
domain hubungan sosial yang berupa hubungan dan dukungan sosial yang di terima
lansia serta aktivitas seksual. Lansia yang memiliki domain sosial yang baik adalah
lansia yang dapat bersosialisasi, saling bertemu dan menyapa dan tidak terdapat
perselisihan antara orang di sekitarnya. Hal ini memiliki hubungan dengan domain
ke empat yaitu domain lingkungan yang mencakup sumber keuangan pada lansia,
seberapa sering lansia rekreasi dan bersantai serta keamanan dan kenyaman
lingkungan rumah lansia (Wildhan et al., 2020).

Pengukuran kualitas hidup pada lansia berdasarkan keempat domain dapat


dilihat dari hasil penelitian terdahulu, yaitu pada penelitian yang berjudul Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Masyarakat Karubaga District Sub
District Tolikara Propinsi Papua dengan hasil kolerasi adanya pengaruh faktor
kesehatan fisik terhadap kualitas hidup lansia dengan nilai (p< 0,001; r = 4,030),
pengaruh faktor psikologis dengan nilai (p<0,001; r = 4,788), pengaruh faktor
hubungan sosial dengan nilai (p<0,001; r = 7,875), pengaruh faktor lingkungan
dengan nilai (p<0,001 ; r = 23,324). Sehingga berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa faktor yang memiliki dominan tinggi terhadap kualitas hidup
masyarakat di Kelurahan Kabupaten Tolikara adalah faktor lingkungan (Jacob &
Sandjaya, 2018).

Selanjutnya, berdasarkan hasil penelitian (Fridolin,2022) dengan judul Faktor-


Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
61
Gayamsari Kota Semarang dengan menggunakan 103 lansia didapatkan hasil
analisa menggunakan uji regresi linear sederhana dengan level signifikan d=0.05.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada kualitas hidup domain kesehatan fisik
(p=0,04), domain psikologis (p=0,067), domain hubungan sosial (p=0,00), domain
lingkungan (p=0,004). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh faktor
kesehatan fisik, sosial dan lingkungan terhadap kualitas hidup lansia.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang berjudul Hubungan Tingkat Activity


Daily Living (ADL) dan Kualitas Hidup Lansia di Magetan dengan sampel 80
lansia. Hasil penelitian ini menggunakan analisis uji spearman dan menunjukkan
terdapat korelasi positif antara Activity Daily Living (ADL) terhadap keempat
domain (kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) pada kualitas
hidup (p<0,05). Keempat domain didapatkan hasil nilai hubungan (nilai korelasi)
dengan ADL yaitu domain kesehatan fisik (r=0,560), domain psikologis (r=0,463),
domain hubungan sosial (r=0,415), domain lingkungan (r=0,340). Sehingga dapat
di simpulkan bahwa terdapat hubungan Activity Daily Living (ADL) terhadap
keempat domain yaitu kesehatan fisik, psikologi, hubungan sosial dan lingkungan.
Namun, domain fisik memiliki pengaruh yang paling besar terhadap aktivitas lansia
sehari-hari(Wildhan et al., 2020).

Berdasarkan uraian hasil penelitian di atas, peneliti berasumsi bahwa untuk


menilai kualitas hidup lansia dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor hingga
pada faktor setiap domain kualitas hidup yang mempengaruhi kualitas hidup lansia.
Hal ini dapat dilihat dari kondisi kesehatan fisik, psikologis, hubungan interaksi
sosial dan keluarga, serta spiritual dan lingkungan, sehingga hal ini dapat berujung
pada keperawatan holistik. Lansia yang memiliki kualitas hidup yang baik jika,
keadaan fisik, psikologis, sosial dan lingkungannya mencapai rentang yang baik.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, kebanyakan faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup adalah domain kondisi kesehatan lansia. Maka berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan, semakin tinggi tingkat kesehatan lansia maka akan
memiliki pengaruh positif terhadap kualitas hidup lansia. Upaya dalam peningkatan
kesehatan lansia dapat dilakukan dengan meningkatkan aktivitas fisik lansia sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki lansia. Maka upaya meningkatkan kualitas hidup
62
akan memiliki pengaruh positif dengan peningkatan angka harapan hidup yang
lebih panjang bagi lansia.

5.5 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Lansia

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil dari uji
Spearman yang dilakukan pada 81 lansia dengan nilai p value = 0,000 < α (0,05)
dan nilai r = 0,694 (memiliki kolerasi yang kuat), maka hasil dari penelitian dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Medan Tahun 2023.

Pada umumnya seiring bertambahnya usia, lansia akan kecenderungan


mengalami perubahan dalam bentuk fisik, kognitif dan dalam kehidupan
psikososialnya (Fridolin,2022). Terdapat 14i sebagai permasalahan kesehatan yang
sering dihadapi lansia, yaitu immobilisation (tidak mampu bergerak), instability
(mudah jatuh), incontinence urine, impaction (sulit BAB), intelektual (kurangnya
daya ingat, pikun), infection (mudah terkena infeksi), inanition (kurang gizi), dan
impecunity (tidak punya uang), iatrogenesis (dampak dari konsumsi obat yang
banyak), impairment of vision and hearing (gangguan penglihatan dan
pendengaran), insomnia (sulit tidur), immune deficiency (penurunan daya tahan
tubuh), dan impotensi (disfungsi ereksi). Selain permasalahan penurunan fungsi dan
metabolisme tubuh yang dialami lansia, usia lanjut juga menimbulkan masalah
tersendiri bagi milenial, yaitu munculnya sandwich generation, atau generasi yang
terjepit oleh beban tanggungan dari generasi diatas dan dibawahnya. Sehingga perlu
diupayakan bagi pra lansia atau lansia untuk memiliki ketangguhan dalam aspek
fisik, psikologi, sosial dan tentunya finansial. (bkkbn,2023)

Namun yang paling sering terjadi pada lansia yaitu munculnya masalah
kesehatan, terutama masalah pada sistem muskuloskletal. Jika hal ini terjadi, maka
akan meningkatnya resiko cedera dan ketergantungan pada lansia dikarenakan
berkurangnya kekuatan otot dan sendi, berkurangnya keseimbangan tubuh, hingga
pada ketidakmampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari atau kegiatan
yang tergolong berat. Penurunan jumlah aktivitas fisik pada lansia dapat
63
mempengauhi kemandirian pada lansia sehingga hal ini dapat menurunkan kualitas
hidup dan mengganggu kesehatan lansia. Selain tetap menjaga kesehatan fisik,
lansia juga sangat membutuhkan dukungan sosial dari keluarga untuk menjaga,
mengatur dan memotivasi lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Maka jika
hal ini terjadi akan mempengaruhi kesehatan lansia dan akan berdampak pada
kualitas hidup lansia. (Utami,2022).

Hal ini sejalan dengan penelitian (Ariyanto,2020) dengan judul aktivitas fisik
terhadap kualitas hidup pada lansia di Posyandu Lansia Wilayah Seyegan Sleman
dengan total responden sebanyak 45 lansia dan menggunakan uji Spearmana Rank
dengan hasil p=0,000 (p< 0,05) yang artinya terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia. Berdasarkan hasil penelitan
dapat disimpulkan, jika lansia melakukan aktivitas fisik, maka dapat meningkatkan
kualitas hidup yang lebih baik dan jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia
seperti senam dengan intensitas rendah atau melakukan pekerjaan rumah yang
dilakukan minimal 1 minggu sekali, dengan durasi 30 menit.

Penelitian tentang kualitas hidup juga dilakukan oleh (Utami., 2022) dengan
judul Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Usia 60-69 Tahun
Di Desa Sudimoro Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten dengan sampel 72 lansia.
Hasil uji Kendall Tau menunjukkan hasil bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik
dengan kualitas hidup lansia dengan p velue = 0,004. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat kolerasi antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia usia 60-
69 tahun di desa sudimoro kecamatan tulung kabupaten klaten.

Penelitian selanjutnya tentang kualitas hidup berdasarkan domain juga


dilakukan oleh (Lainsamputty, 2022) dengan judul Aktivitas Fisik Dan Korelasinya
Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Hipertensi dan menggunakan sampel 146
lansia. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik, psikologis dan sosial dengan r =
0,26 - 0,34 ; p<0,01. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat kolerasi yang
signifikan antara aktivitas fisik lansia hipertensi dengan kualitas hidup.
64
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam
pengumpulan data kualitas hidup pada lansia. Pengukuran kualitas hidup pada
lansia menggunakan kuisioner WHOQOL-BREF yang terbagi menjadi 4 domain
yaitu fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Peneliti telah mendapatkan hasil
kualitas hidup tiap domain yang telah diisi oleh lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Sering dan akan dijabarkan sebagai berikut :

5.5.1 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Domain Kesehatan Fisik
Berdasarkan hasil yang di dapatkan oleh peneliti, terdapat hasil domain
kesehatan fisik pada lansia melalui uji Spearman Rank dengan hasil p value
(0,001) < α (0,05) dengan r = 0,667 (memiliki kolerasi kuat), artinya terdapat
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia
pada domain kesehatan fisik. Berdasarkan hasil r yang positif memiliki arti
bahwa semakin tinggi level aktivitas fisik lansia maka akan semakin tinggi juga
kualitas hidup lansia terutama pada kesehatan fisik. Maka dapat disimpulkan
jika semakin sering lansia melakukan aktivitas fisik maka semakin
meningkatkan kesehatan fisik lansia.

Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu tentang kualitas hidup lansia yang
berjudul Hubungan Tingkat Activity Daily Living (ADL) dan Kualitas Hidup
Lansia di Magetan dengan sampel 80 lansia. Hasil penelitian ini menunjukkan
terdapat korelasi positif antara Activity Daily Living (ADL) terhadap keempat
domain (kesehatan fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan) pada
kualitas hidup (p<0,05). Keempat domain didapatkan hasil nilai hubungan (nilai
korelasi) dengan ADL yaitu domain kesehatan fisik (r=0,560), domain
psikologis (r=0,463), domain hubungan sosial (r=0,415), domain lingkungan
(r=0,340). Sehingga dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan Activity
Daily Living (ADL) terhadap keempat domain yaitu kesehatan fisik, psikologi,
hubungan sosial dan lingkungan. Namun, domain fisik memiliki pengaruh yang
paling besar terhadap aktivitas lansia sehari-hari (Wildhan et al., 2020)

5.5.2 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Domain Psikologis


65
Berdasarkan hasil pengolahan data di dapatkan hasil bahwa pada domain
psikologis lansia lebih banyak berada di kategori sedang dengan jumlah 48
responden dan presentase 59,3% dan pada kategori baik terdapat 33 responden
dengan presentasi 40,7%, sedangkan untuk kategori buruk tidak ada.
Berdasarkan data yang di dapatkan peneliti melalui uji Spearman Rank dengan
hasil p value (0,000) < α (0,05) dengan r = 0,417 (memiliki kolerasi sedang),
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik terhadap
kualitas hidup lansia pada domain psikologis. Berdasarkan hasil r yang positif
memiliki arti bahwa semakin tinggi aktivitas fisik lansia maka akan semakin
tinggi juga kualitas hidup lansia terutama pada psikologisnya. Maka dapat
disimpulkan jika lansia melakukan aktivitas fisik maka akan sejalan dengan
meningkatkan psikologis pada lansia.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Yuswatiningsih,2021) yang
menyatakan bahwa aha hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan
dengan kualitas hidup lansia. Hal ini dapat dilihat dari semakin tinggi tingkat
pendidikan lansia maka akan semakin bijaksana lansia dalam menghadapi
masalah dalam kehidupannya sehingga tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
dan menjadikan lansia menjadi lansia yang lebih mandiri.
5.5.3. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Domain Hubungan Sosial
Berdasarkan hasil pengolahan data di dapatkan hasil bahwa pada domain
sosial lansia lebih banyak berada di kategori baik dengan jumlah 49 responden
dan presentase 60,5%. Berdasarkan data yang di dapatkan peneliti melalui uji
Spearman Rank dengan hasil p value (0,000) < α (0,05) dengan r = 0,601
(memiliki kolerasi sedang), artinya terdapat hubungan yang signifikan antara
aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia pada domain sosial. Dan
berdasarkan hasil r yang positif memiliki arti bahwa semakin tinggi aktivitas
fisik lansia maka akan semakin tinggi juga kualitas hidup lansia terutama pada
hubungan sosial lansia. Maka dapat disimpulkan jika lansia melakukan aktivitas
fisik maka akan sejalan dengan meningkatkan psikologis pada lansia.
Pengukuran kualitas hidup pada lansia berdasarkan domain dapat dilihat dari
hasil penelitian terdahulu (Indriani,2023) yang melakukan penelitian dengan
judul hubungan dukungan sosial keluarga dengan aktivitas fisik pada lansia
66
dengan asam urat di wilayah kerja Puskesmas Baki Kabupaten Sukoharjo
dengan samppel 35 orang dan menggunakan uji Spearman Rho. Mendapatkan
hasil p value (0,001 < 0,05) dengan arti terdapat hubungan yang signifikan
antara dukungan sosial keluarga dengan aktivitas fisik pada lansia, dimana jika
semakin tinggi dukungan sosial dari keluarga maka aktivitas fisik lansia juga
akan semakin meningkat dan aktivitas fisik yang meningkat pada lansia dapat
meningkatkan kualitas hidup lansia.
5.5.4. Domain Lingkungan
Berdasarkan hasil pengolahan data di dapatkan hasil bahwa kualitas hidup
pada domain lingkungan , lansia lebih banyak berada di kategori baik dengan
jumlah 39 responden dan presentase 48,1% Berdasarkan data yang di dapatkan
peneliti melalui uji Spearman Rank dengan hasil p value (0,000) < α (0,05)
dengan r = 0,553 (memiliki kolerasi kuat), artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia pada domain
lingkungan. Berdasarkan hasil r yang positif memiliki arti bahwa semakin
tinggi aktivitas fisik lansia maka akan semakin tinggi juga kualitas hidup lansia
terutama pada lingkungannya. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin aman
dan nyaman kondisi lingkungan lansia berada maka lansia dapat melakukan
lebih banyak aktivitas fisik.
Berdasarkan penelitan yang telah dilakukan peneliti diperoleh hasil data
yang telah diolah dengan uji korelasi Spearman Rank dengan hasil analisis
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif antara aktivitas fisik lansia
dengan keempat domain kualitas hidup (fisik, psikologis, sosial dan
lingkungan) pada kualitas hidup. Pada keempat domain di dapatkan nilai
korelasi aktivitas fisik lansia dengan kualitas hidup lansia (r=0,694) dan
terdapat nilai kolerasi antara aktivitas fisik lansia dengan keempat domain
kualitas hidup yaitu domain fisik (r=0,667), domain psikologis (r=0,417),
domain sosial (r=0,601), domain lingkungan (r=0,553). Sehingga berdasarkan
hasil yang telah dapat, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
aktivitas fisik lansia dengan keempat domain kualitas hidup yaitu fisik,
psikologi, sosial dan lingkungan. Namun, dapat dilihat domain yang paling
67
besar pengaruhnya dengan aktivitas fisik adalah domain kesehatan fisik pada
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dewi,2018)
yang berjudul level aktivitas fisik dan kualitas hidup warga lanjut usia, dengan
pengukuran skala kualitas kesehatan fisik dan kualitas kesehatan mental. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa level aktivitas fisik yang tinggi dan tidak adanya
hipertensi berhubungan dengan kualitas kesehatan fisik yang baik (aPR=9,38;
95%CI=1,81-48,45 vs aPR=5,12; 95%CI=1,55-16,93) dan kualitas kesehatan
mental yang baik (aPR=11,87; 95%CI= 2,50-56,33 vs aPR= 4,39; 95%CI=1,16-
16,70). Maka berdasarkan hasil penelitian, terbukti bahwa level aktivitas fisik
yang tinggi dan tidak adanya status hipertensi berhubungan dengan kualitas
hidup yang baik dari lansia.
Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Nurlatifa,2023) yang berjudul
Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Hipertensi Di
Wilayah Kerja Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Di Kelurahan Hutuo
yang menyatakan bahwa ada hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup
lansia dengan nilai signifikan p value sebesar 0.002 < 0.005 yang menggunakan
uji Chi-square, yang berarti terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan
kualitas hidup lansia. Sehingga berdasarkan hasil tersebut, sangat dianjurkan
bagi lansia untuk meningkatkan aktivitas fisik agar kualitas hidup lansia lebih
meningkat.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Palit (2021),
menyatakan bahwa adanya hubungan aktivitas fisik dengan kualitas hidup, yang
dapat dilihat pada nilai signifikan p value sebesar 0.001 < 0.005. Artinya,
aktivitas fisik yang cukup dapat mencegah munculnya penyakit terutama
penyakit tidak menular, dapat membuat tubuh lebih segar dan bugar dan
meningkatkan daya tahan tubuh serta dapat mencegah terjadinya depresi hingga
pada meningkatn kualitas hidup pada lansia.
Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitan (Pratiwi,2023), yang
berjudul Gambaran Kualitas Hidup Lansia Dengan Penyakit Osteoarthritis Di
Wilayah Kerja Puskesmas Pangean Kabupaten Kuantan Singingi. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan kepada 87 lansia, secara umum hasil dari
68
kualitas hidup lansia masih berada pada kualitas hidup yang baik (72,41%) dan
kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik, sebagian besar memiliki
kualitas hidup yang buruk (64,4%), domain psikologis sebagian besar lansia
memiliki kualitas hidup yang juga buruk (56,3%), domain hubungan sosial,
sebagian besar lansia mengalami kualitas hidup yang baik (58,6%) dan begitu
juga pada domain lingkungan memiliki kualitas hidup yang baik (80,5%). Maka
berdaarkan hasil penelitian, disarankan kepada lansia agar lebih memperhatikan
kualitas hidup terutama pada kesehatan fisik dan psikologisnya.

5.6. Keterbatasan Peneliti

Dalam penyusunan penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang dialami


oleh peneliti, keterbatasan yang dialami peneliti yaitu :

a. Banyak lansia yang enggan untuk diwawancarai dikarenakan merasa malu,


tidak ingin berbagi informasi pribadi dan mengatakan tidak mengerti akan
pertanyaan yang akan disampaikan peneliti.
b. Tidak sedikit juga lansia yang menghentikan wawancara di tengah jalan,
dikarenakan lansia merasa pertanyaaan dalam koesioner bersifat pribadi dan
tidak ingin dibagikan kepada peneliti.
c. Kontrak waktu sering tidak sesuai dikarenakan lansia banyak lupa akan
jadwal yang telah ditentukan
d. Waktu wawancara ada yang tidak begitu lama, dikarenakan wawancara
dilakukan saat lansia menunggu antrian. Sehingga, jika antrian lansia
dipanggil maka lansia akan segera menyelesaikan pertanyaan atau langsung
pergi tampa menyelesaikan pertanyaan.
69
BAB 6

PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan dan pembahasan yang telah
dipaparkan oleh peneliti, maka secara umum peneliti menyimpulkan bahwa
terdapat Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Pada Wilayah
Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023. Hasil penelitian secara lebih khusus,
peneliti telah menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian di dapat dengan menggunakan uji Spearman yang dilakukan


pada 81 lansia dan terdapat nilai p value = 0,000 < α (0,05) dengan r = 0,694
(memiliki kolerasi yang kuat), berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Sering Medan Tahun 2023.
a) Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia
pada domain kesehatan fisik yang ditunjukkan berdasarkan hasil uji
Spearman Rank dengan hasil p value (0,001) < α (0,05) dengan r =
0,667 (memiliki kolerasi kuat), artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia pada
domain kesehatan fisik.
b) Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia
pada domain psikologis yang ditunjukkan melalui uji Spearman
Rank dengan hasil p value (0,000) < α (0,05) dengan r = 0,417
(memiliki kolerasi sedang), artinya terdapat hubungan yang
signifikan antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia pada
domain psikologis.
c) Terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia
pada domain hubungan sosial yang ditunjukkan melalui uji
Spearman Rank dengan hasil p value (0,000) < α (0,05) dengan r =
0,601 (memiliki kolerasi sedang), artinya terdapat hubungan yang
70
signifikan antara aktivitas fisik terhadap kualitas hidup lansia pada
domain sosial.
d) Berdasarkan data yang di dapatkan peneliti, terdapat hubungan
antara aktivitas fisik dengan kualitas hidup lansia pada domain
lingkungan yang dilakukan melalui uji Spearman Rank dengan hasil
p value (0,000) < α (0,05) dengan r = 0,553 (memiliki kolerasi kuat),
artinya terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
terhadap kualitas hidup lansia pada domain lingkungan.

6.2.Saran

Beberapa hal yang peneliti rekomendasikan dari hasil penelitian ini :

1. Puskesmas
Bagi Puskesmas Sering Medan disarankan untuk memberi edukasi dan
merencanakan kegiatan pendidikan dan promosi kesehatann kepada lansia dan
keluarga untuk lebih memperhatikan tingkat aktivitas fisik pada lansia sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan lansia.
2. Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya di harapkan dapat melakukan penelitian lebih
dalam mengenai aktivitas fisik, yaitu dengan menambah variabel yang memiliki
pengaruh terhadap kualitas hidup lansia. Misalnya, menambahkan variabel
penyakit yang dialami lansia, dengan demikian kita mampu mengetahui apa
penyebab utama lansia kurang dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari.
71
DAFTAR PUSTAKA

Adah, R., A, S. (2022). Kualitas Hidup Lanjut Usia Pada Masa Pandemi Covid.
Seminar Nasional Riset Kedokteran (Sensorik).19, 41–49.
Agustiningrum, R. (2023). Aktifitas Fisik Berhubungan Dengan Risiko Jatuh Pada
Lansia. Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ), 11(3). ISSN: (e) 2655-8106, (p) :
2338-2090
Aluddin. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia
Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari Di Wilayah Kerja Puskesmas
Binongko Kecamatan Binongko. Terapeutik Jurnal. 2(2).
Anggraini, R. (2018). Hubungan Status Bekerja Dengan Kualitas Hidup Lansia
Sebagai Kepala Keluarga Di Wilayah Kerja Puskesmas Sembayat Gresik
Penelitian. Vol. 66. Library Universitas Airlangga, Surabaya, 1-71.
Apriani, R. (2022). Hubungan Usia Jenis Kelamin Dengan Aktivitas Fisik Lansia
Pada Masa Pasca Pandemi Covid-19 Di Wilayah Desa Ulak Teberau
Kabupaten Musi Banyuasin. Repository STIKES Bina Husada, Palembang,
1-62.
Arfadilah, N. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Tingkat Fleksibilitas
Punggung Pada Lansia Di Lembaga. Skripsi Jurusan Fisioterapi Fakultas
Keperawatan Universitas Hasanuddin, Makassar, 1-51.
Ariyanto, A., Puspitasari, N., & Utami, D. (2020). Aktivitas Fisik Terhadap
Kualitas Hidup Pada Lansia Physical Activity To Quality Of Life In The
Elderly. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad, XIII(2).
Ashari, M. (2021). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada
Lansia. Skripsi Jurusan Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas
Hasanuddin, Makassar, 1-45.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (bkkbn). (2020). Lansia Sehat,
Aktif, dan Bermartabat. Jakarta Timur : Artikel bkkbn. Diakses dari:
https://www.bkkbn.go.id/berita-lansia-sehat-aktif-dan-bermartabat.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2022). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2022. Jakarta:
Badan Pusat Statistik (BPS).
_______________________. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia Provinsi
Sumatera Utara 2021. Sumatera Utara : Badan Pusat Statistik (BPS).
72
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (bkkbn). (2023). BKKBN
Dorong Mewujudkan Lansia yang Bermakna dan Upaya Mengatasi
Syndrome 14i. Siaran Pres: BKKBN.
Dewi, S. (2018). Level Aktivitas Fisik dan Kualitas Hidup Warga Lanjut Usia.
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia, 14(3), 241.
https://doi.org/10.30597/mkmi.v14i3.4604
Dieny, F., Rahadiyanti,A., Widyastuti, N. (2019). Modul Gizi dan Kesehatan
Lansia. Yogyakarta: K-Media.
Esa, F., Sopiah, P., & Rosyida,R. (2023). Hubungan Aktifitas Fisik Dengan
Tingkat Stres Pada Lansia Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan
Komunitas, 6(1), 17-22. E-ISSN: 2621-3001
Fridolin, A., Musthofa, S., & Suryoputro, A. (2022). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Gayamsari Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Komunitas, 8(2), 381–389.
ISSN: (p) 2088-7612, (e) 2548-8538. DOI:
https://doi.org/10.25311/keskom.Vol8.Iss2.1227
Gati, N., Dewi, P., Prorenata,P. (2023). Gambaran Aktivitas Fisik pada Lansia
dengan Hipertensi di Posyandu Lansia Jalakan Hargosari. Aisyiyah Surakarta
Journal Of Nursing (ASJN), 4(1),22–27. E-ISSN: 2774-9096.
Haryono, D., Herlina, S., P& Yuliani,N. (2023). Hubungan Obesitas Dan Aktivitas
Fisik Dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe Ii Pada Usia > 40 Tahun Di
Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Hindu. Medica Palangka Raya: Jurnal Riset
Mahasiswa, 1(2),53–60.
Hidayat, A. (2015). Metode Penelitian Kesehatan : Paradigma Kuanttatif.
Surabaya : Kelapa Pariwara.
Hidayati, A., Gondodiputro, S., & Rahmiati, L. (2018). Elderly Profile of Quality
of Life Using WHOQOL-BREF Indonesian Version : A Community-
Dwelling, 5(2), 105–110.
Hikmawati, F. (2020). Metodologi Penelitian. Edisi 1. Cetakan 4. Depok:
Rajawali Press.
Hulu, V.T., & Sinaga, R.T. (2019). Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi
SPSS dan STATCAL (Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan). Medan:
Yayasan Kita Menulis.
73
Infodatin. (2022). Lansia Berdaya, Bangsa Sejahtera. Pusat Data Dan Informasi
Kementrian Kesehatan RI. 12. ISSN:2442-7659
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodati
n/Infodatin-Lansia-2022.pdf.
Indriani, A.., & Kanita, M. (2023). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Dengan
Aktivitas Fisik Pada Lansia Dengan Asam Urat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Baki Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Ilmiah Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta. 21(1), 51–57. ISSN: (p) 1858-4047,
(e) 2528-3235.
Ivanali, K., Amir, T. L., Munawwarah, M., & Pertiwi, A.D. (2021). Hubungan
Antara Aktifitas Fisik Pada Lanjut Usia Dengan Tingkat Keseimbangan.
Jurnal Ilmiah Fisioterapi, 21(1), 51–57. ISSN: (p) 1858-4047, (e) 2528-
3235.
Jacob, D. E., & Sandjaya. (2018). Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas
Hidup Masyarakat Karubaga District Sub District Tolikara Propinsi Papua.
Jurnal Nasional Ilmu Kesehatan (JNIK), 1, 1–16. ISSN: 2621-6507.
Kamalie, H. S. (2016). Pengaruh Sense Of Belonging Terhadap Kualitas Hidup
Lansia Di Panti Wreda. Di akses dari
https://core.ac.uk/download/pdf/78392393.pdf
Karim. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Derajat Hipertensi Pada Pasien
Rawat Jalan Di Wilayah Kerja Puskesmas Tagulandang Kabupaten Sitaro.
Jurnal Keperawatan, 6(1), Article 1.
https://doi.org/10.35790/jkp.v6i1.19468.
Kee G,. Kearney, P,. Kenny, R,. (2015). The Factors Associated with Self-
Reported Physical Activity in Older Adults Living in The Community Age
Ageing, 44(4): 586-592. DOI:10.1093/ageing/afv042.
Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan
Masyarakat. (2018). Aktivitas Fisik Untuk Lansia. Artikel Kementerian
Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan Masyarakat.
Diakses dari : https://promkes.kemkes.go.id/?p=8816.
Kiling, I. Y., & Kiling-bunga, B. N. (2019). Pengukuran dan Faktor Kualitas
Hidup pada Orang Usia Lanjut. Journal of Health and Behavioral Science,
1(3), 149–165.
Kurniawan, W. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan dan Keperawatan. In
Metodologi Penelitian Kesehatan dan Keperawatan.
Kusuma, A. (2020). Aktivitas Fisik Dan Korelasinya Dengan Kualitas Hidup Pada
Pasien Hipertensi. Skripsi Keperawatan STIKES Widyagama Husada, 1-65.
74
Lainsamputty, F., & Ruku, D. (2022). Pengukuran dan Faktor Kualitas Hidup pada
Orang Usia Lanjut. Jurnal Ilmiah Keperawatan, 8(4), 584–591. ISSN: (e)
2477-4391 ; (p) 2528-3022
Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurlatifa, N., Lasanuddin, H. V., & Sudirman, A. N. (2023). Hubungan Aktifitas
Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Hipertensi Di Wilayah Kerja
Lembaga Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Di Kelurahan Hutuo. Jurnal
Riset Rumpun Ilmu Kesehatan (JURRIKES), 2(1), 73-80. ISSN: (e) 2828-
9374; (p) 2828-9366
Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktisi. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.
Motamed-Jahromi M, Hossein Kaveh M,. (2020). Effective Interventions on
Improving Elderly's Independence in Activity in Activity of Daily Living: A
Systematic Review and Logic Model. Front Public Health. 8: 516151.
Muharrom, M., & Damaiyanti, M. (2020). Hubungan Usia, Jenis Kelamin,
Aktivitas Fisik Terhadap Depresi Pada Lansia Di Samarinda. Borneo Studies
and Research, 1(3), 1359-1364. ISSN-(e): 2721-5725
Palit, I. D., Kandou, G. D., & Kaunang, W. J. (2021). Hubungan Anatara Aktifitas
Fisik Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia Di Desa Salurang Kecamatan
Tabukan Selatan Tengah Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Universitas Sam Ratulangi (Jurnal KESMAS), 10(6), 93-100.
Pratiwi, H., , Arneliwati., & Nopriadi. (2023). Gambaran Kualitas Hidup Lansia
Dengan Penyakit Osteoarthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Pangean
Kabupaten Kuantan Singingi. Jurnal NersUniversitas Pahlawan, 7(1), 135-
147. ISSN : (e) 2580-2194.
Purnama, H. and Suhada, T. (2019). Tingkat Aktivitas Fisik Pada Lansia Di
Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 5(2), pp. 102–106. doi:
10.33755/jkk.v5i2.145.
Radiani, Z. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Lansia
Yang Mengalami Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle
Kabupaten Pangkep. Skripsi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin,
Makassar, 1-56.
Rella, C. (2022). Gambaran Kualitas Hidup Pada Lansia Yang Tinggal Di Desa
Bagan Batu Barat. Library Universitas Islam Riau, Pekanbaru, 1-249.
75
Roflin, E., Liberty, I. A., & Pariyana. (2021). Populasi Sampel, Variabel. Jawa
Tengah: Nem.
Salim OC, dkk. (2007). Validitas dan Reliabilitas World Health Organization
Quality Of Life-BREF Untuk Mengukur Kualitas Hidup Lansia. Jakarta :
Universa Medicina. Jurnal Vol. 26: 27-38.
Sumarsih, G., & Susanty, S., (2023). Kualitas Hidup Lansia Dengan Riwayat
Penyakit Kronis : Tinjauan Fungsi Kognitif. Jurnal Keperawatan, 15(4),
1923-1930. ISSN: (p) 2085-1049, (e) 2549-8118. Diakses :
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan.
Sujarweni, V. Wiratna. (2016). Kupas Tuntas, Penelitian Akuntansi dengan SPSS.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Sunaryo., Wijayanti, R., Kuhu, M., Sumedi, T., Widayanti, E., Sukrillah, U., … &
Kuswati, A. (2016). Buku Asuhan Keperawatan Gerontik. Edisi 1.
Yogyakarta : ANDI.
Suntara, D. A., Alba, A.D., & Hutagalung, M. (2022). Hubungan Antara Aktifitas
Fisik Dengan Kadar Asam Urat (Gout) Pada Lansia Di Wilayah Kerja
Puskesmas Batu Aji Kota Batam. Jurnal Inovasi Penelitian (JIP), 2(12),
3805-3812. ISSN: (p) 2722-9475, (e) 2722-9467.
Utami, D., Nurhidayati, I., & Pramono, C. (2022). Hubungan Aktivitas Fisik
Dengan Kualitas Hidup Lansia Usia 60-69 Tahun Di Desa Sudimoro
Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten. Conference Of Health And Social
Humaniora, 97–107.
World Health Organization (WHO). (2023). Ageing Health Topics.
https://www.who.int/health-topics/ageing#tab=tab1
_________________________. (2012). The World Health Organization Quality
Of Life (WHOQOL)-BREF. 1st ed. Geneva: WHO; 2012.
_________________________. (1996). WHOQOL-BREF, introduction,
administration, scoring and generic version of the assessment. 1st ed.
Geneva: WHO; 1996.
Widyastuti. (2021). Hubungan Dukungan Keluarga dan Kebutuhan Spiritual
Terhadap Kualitas Hidup Penderita Hipertensi di Puskesmas Bandongan.
Skripsi Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Magelang; 1 – 49.
Wildhan, R., Suryadinata, R., Bagus, I., & Artadana, M. (2020). Hubungan
Tingkat Activity Daily Living (ADL) dan Kualitas Hidup Lansia di Magetan.
Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 11(1), 42–48. ISSN: (p) 1978-
2071, (e) 2580-5987.
76
Yuswatiningsih, E., & Suhariati, H.I. (2021). Hubungan Tingkat Pendidikan
Dengan Kemandirian Lansia Dalam Memenuhi Kebutuhan Sehari-Hari.
Hospital Majapahit (Jurnal Ilmiah Kesehatan Politeknik Kesehatan
Majapahit Mojokerto), 13(1), 61-70
77
LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Judul Proposal


78

Lampiran 2. Surat Survei Pendahuluan


79

Lampiran 3. Izin Penelitian


80

Lampiran 4. Kelayakan Etik


81
Lampiran 5. Ethical Clereance
82

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

INFORMED CONSENT

(PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:


1. Penelitian Yang Berjudul Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup
Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tahun 2023
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek penelitian
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur Penelitian
Dan prosedur penelitian mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya bersedia/tidak
bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta
tanpa keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.

Medan,….. 2023

Peneliti, Responden,

(Natalin Ade Mora Lumbantoruan) ( )


83
Lampiran 7. Formulir Kuesioner Aktivitas Fisik

KUESIONER AKTIVITAS FISIK PADA LANSIA

Inisial Nama :

Jenis Kelamin : L/P

Usia : ………………………………

Tinggal Bersama : ………………………………

Penyakit yang dialami Bapak/Ibu saat ini:


…………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………..…
…………………………………………………………………………

Note :
1. Beri tanda (√) pada kolom Jenis Aktivitas Fisik sesuai dengan aktivitas
2. Beri tanda (√) pada kolom Frekuensi sesuai dengan berapa lama anda melakukan
aktivitas yang telah anda pilih sebelumnya

Keterangan Skore :
1. Tidak Pernah : Dalam seminggu tidak melakukan apa-apa
2. Jarang : Hanya dilakukan <30 menit dalam seminggu
3. Kadang-Kadang : Dilakukan 30 menit dalam seminggu
4. Sering : Dilakukan >30 menit dalam seminggu
84
No Frekuensi

Jenis Aktivitas Fisik Tidak Jarang Kadang Sering


Pernah
1 Melakukan aktivitas duduk : (Membaca,
Menonton, Aktivitas lain)
2 Melakukan kegiatan kerajinan tangan :
(Menjahit, Menyulam, Membuat/ merperbaiki
furniture, Aktivitas lainnya)
3 Aktivitas kebersihan diri (Seperti, Mandi)

4 Aktivitas waktu luang : (Berkebun ,


Membersihkan saluran air, Bercocok tanam,
Merawat/menyiram bunga, Aktivitas lainnya)
5 Melakukan rekreasi : (Pergi ke tempat wisata,
Pergi ke rumah anak/keluarga, Memancing,
Berenang, Bermain catur, Rekreasi lainnya)
6 Melakukan Olahraga: (Berjalan kaki di luar
rumah, Senam, Bersepeda, Olahraga lainnya)
7 Kegiatan rumah tangga ringan: (Belanja
kebutuhan sehari-hari, Memasak, Menyapu
lantai, Membersihkan debu furniture, Kegiatan
lainnya)
8 Kegiatan rumah tangga sedang:
(Mencuuci/menjemur pakaian, Membersihkan
rumput pekarangan, Mencuci piring, Kegiatan
lainnya)
9 Kegiatan rumah tangga berat: (Membersihkan
rumah secara keseluruhan, Mengepel lantai ,
Mengangkat benda/furniture rumah yang berat,
Mencangul, Kegiatan lainnya)
10 Kegiatan Relawan : (Menjaga atau bermain aktif
dengan cucu, Merawat orang sakit, Mencuci
motor, Mengikuti gotong royong, Mengikuti
kegiatan sosial atau keagamaan, Hal lainnya)
85

Lampiran 8. Formulir Kuesioner Kualitas Hidup

KUESIONER KUALITAS HIDUP

THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL)-BREF

Inisial Nama : ………………………………

Jenis Kelamin : L/P

Usia : ………………………………

Pendidikan Terakhir : ………………………………

Tinggal Bersama : ………………………………

THE WORLD HEALTH ORGANIZATION QUALITY OF LIFE (WHOQOL)-BREF VERSI


INDONESIA

Berikan tanda √ pada yang telah disediakan jika bapak/ibu kehilangan hal-hal di bawah ini dalm 4
minggu terakhir!
Kehilangan keluarga
Kehilangan tempat tinggal
Kehilangan hewan peliharaan yang sangat disayangi
Peristiwa menyedihkan lainnya: ……………………………………………………………………

Pilihlah jawaban dengan cara melingkari jawaban yang menurut Bapak/Ibu paling sesuai. Jika
Bapak/Ibu tidak yakin tentang jawaban dari pertanyaan yang diajukan, pikiran pertama yang muncul
pada benak Bapak/Ibu seringkali merupakan jawaban yang terbaik.

A. Camkanlah dalam pikiran bapak/ibu segala standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian
bapak/ibu.
Apa yang bapak/ibu pikirkan tentang kehidupan bapak/ibu pada 4 minggu terakhir?
Sangat Biasa Sangat
No Pertanyaan Buruk Baik
buruk saja baik
Bagaimana menurut bapak/ibu kualitas hidup
1. 1 2 3 4 5
bapak/ibu?
Seberapa puas bapak/ibu terhadap kesehatan
2 1 2 3 4 5
bapak/ibu?

B. Seberapa sering bapak/ibu telah mengalami hal-hal berikut selama 4 minggu terakhir?
86
Dalam
Tidak Dalam
Sangat jumlah
No Pertanyaan sama Sedikit jumlah
sering berlebi
sekali sedang
han
Seberapa jauh rasa sakit fisik dalam
3 5 4 3 2 1
beraktivitas sesuai kebutuhan bapak/ibu?
Seberapa sering bapak/ibu membutuhkan terapi
4 medis untuk dapat berfungsi dalam kehidupan 5 4 3 2 1
sehari-hari?
5 Seberapa jauh bapak/ibu menikmati hidup? 1 2 3 4 5
6 Seberapa jauh bapak/ibu merasa hidup berarti? 1 2 3 4 5
Seberapa jauh bapak/ibu mampu
7 1 2 3 4 5
berkomunikasi?
Secara umum, seberapa aman kehidupan
8 1 2 3 4 5
sehari-hari bapak/ibu?
Seberapa sehat lingkungan tempat tinggal
9 1 2 3 4 5
bapak/ibu

C. Seberapa penuh bapak/ibu alami hal-hal berikut dalam 4 minggu terakhir?


Sepenu
Tidak
hnya
No Pertanyaan sama Sedikit Sedang Sering
dialam
sekali
i
Apakah bapak/ibu memiliki vitalitas yang
10 1 2 3 4 5
cukup untuk beraktivitas sehari?
Apakah bapak/ibu dapat menerima penampilan
11 1 2 3 4 5
tubuh bapak/ibu?
Apakah bapak/ibu memiliki cukup uang untuk
12 1 2 3 4 5
memenuhi kebutuhan bapak/ibu?
Seberapa jauh ketersediaan informasi bagi
13 1 2 3 4 5
kehidupan bapak/ibu dari hari ke hari?
Seberapa sering bapak/ibu memiliki
14 kesempatan untuk bersenang-senang/rekreasi? 1 2 3 4 5
15 Seberapa baik kemampuan bapak/ibu dalam
1 2 3 4 5
bergaul?

Sangat
Tidak Sangat
tidak Biasa Memu
No Pertanyaan memu memua
memuas saja askan
askan skan
kan
16 Seberapa puaskah tidur bapak/ibu? 1 2 3 4 5
Seberapa puas dengan kemampuan untuk
17 1 2 3 4 5
menampilkan aktivitas sehari-hari bapak/ibu?
Seberapa puas dengan kemampuan bapak/ibu
18 1 2 3 4 5
untuk bekerja?
Seberapa puaskah bapak/ibu terhadap diri
19 1 2 3 4 5
sendiri?
Seberapa puaskah bapak/ibu dengan hubungan
20 1 2 3 4 5
personal/sosial?
Seberapa puas dengan kehidupan seksual
21 1 2 3 4 5
bapak/ibu?
Seberapa puas dengan dukungan yang di
22 1 2 3 4 5
peroleh dari teman bapak/ibu?
87
Seberapa puaskah bapak/ibu dengan kondisi
23 1 2 3 4 5
tempat tinggal saat ini?
Seberapa puaskah bapak/ibu dengan akses pada
24 1 2 3 4 5
pelayanan kesehatan?
Seberapa puaskah bapak-ibu dengan
25 1 2 3 4 5
transportasi yang harus bapak/ibu jalani?

D. Seberapa sering bapak/ibu merasakan atau mengalami hal-hal berikut dalam 4 minggu terakhir?
Tidak Cukup Sangat
No Pertanyaan Jarang Selalu
pernah sering sering
Seberapa sering bapak/ibu memiliki perasaan
26 negatif seperti ‘feeling blue’(kesepian), putus 5 4 3 2 1
asa, cemas, dan depresi?

KOTAK UNTUK PENGHITUNGAN SKOR INDIVIDUAL SECARA MANUAL


88
Lampiran 9. Transformasi Skor Kuesioner Kualitas Hidup
89
Lampiran 10. Uji Validitas Kuesioner Aktivitas Fisik pada Lansia

R.Hitung > R.Tabel = Valid


R.tabel (N/Responden) = 30 sampel = Menggunakan R.Tabel 1%=0,436.
90
Lampiran 11. Uji Reliabilitas Kuesioner Aktivitas Fisik pada Lansia

Reliabel jika nilai Cronbach Alpha >0.6. Maka, berdasarkan hasil yang di dapatkan nilai
reabilitasnya adalah 0.861
91
Lampiran 12. Uji Univariat

Distribusi Frekuensi Jk
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 32 39.5 39.5 39.5
Perempuan 49 60.5 60.5 100.0
Total 81 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Umur


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60-70 Tahun 61 75.3 75.3 75.3
71-80 Tahun 16 19.8 19.8 95.1
81 - 90 Tahun 4 4.9 4.9 100.0
Total 81 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Pendidikan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sd 34 42.0 42.0 42.0
Smp 20 24.7 24.7 66.7
Sma 14 17.3 17.3 84.0
Diploma 1 1.2 1.2 85.2
Sarjana 12 14.8 14.8 100.0
Total 81 100.0 100.0

Distribusi Frekuensi Penyakit


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Asam Urat 15 18.5 18.5 18.5
Dm 12 14.8 14.8 33.3
Hipertensi 11 13.6 13.6 46.9
Reumatik 2 2.5 2.5 49.4
Nyeri Sendi 6 7.4 7.4 56.8
Kolesterol 2 2.5 2.5 59.3
Jantung 6 7.4 7.4 66.7
Sesak 4 4.9 4.9 71.6
Tidak Ada 23 28.4 28.4 100.0
Total 81 100.0 100.0
92
Distribusi Frekuensi Tempat Tinggal
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Anak 8 9.9 9.9 9.9
Keluarga 51 63.0 63.0 72.8
Suami 4 4.9 4.9 77.8
Istri 8 9.9 9.9 87.7
5 10 12.3 12.3 100.0
Total 81 100.0 100.0

Aktivitas Fisik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Buruk 11 13.6 13.6 13.6
Sedang 25 30.9 30.9 44.4
Baik 45 55.6 55.6 100.0
Total 81 100.0 100.0

Kualitas Hidup
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Buruk 9 11.1 11.1 11.1
Sedang 46 56.8 56.8 67.9
Baik 26 32.1 32.1 100.0
Total 81 100.0 100.0

Kualitas Hidup Domain 1


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 38 46,9 46,9 46,9
Sedang 38 46,9 46,9 46,9
Buruk 5 6.2 6.2 100.0
Total 81 100.0 100.0

Domain 2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 33 40.7 40.7 40.7
Sedang 48 59.3 59.3 100.0
Total 81 100.0 100.0

Domain 3
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 49 60.5 60.5 60.5
Sedang 21 25.9 25.9 86.4
Buruk 11 13.6 13.6 100.0
Total 81 100.0 100.0

Domain 4
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 39 48.1 48.1 48.1
Sedang 35 43.2 43.2 91.4
Buruk 7 8.6 8.6 100.0
Total 81 100.0 100.0
93
Lampiran 13. Uji Bivariat

Tests Of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Distribusi Do1 .256 81 .000 .877 81 .000
Distribusi Frekuensi Do2 .225 81 .000 .915 81 .000
Distribusi Frekuensi Do3 .280 81 .000 .809 81 .000
Distribusi Frekuensi Do4 .248 81 .000 .887 81 .000
A. Lilliefors Significance Correction
Ket:
- >0,05 = Normal ; <0.05 Tidak Normal
- Normal (Uji Parametrik) = Pearson
- Tidak Normal (Uji Non Parametrik) = Kolerasi Spearman / Chi Square

UJI SPEARMAN KARENA HASIL DATA TIDAK NORMALITAS


1. Hub Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup
Correlations
Distribusi Total Distribusi Total
Ak Kh
Spearman's Rho Distribusi Total Ak Correlation Coefficient 1.000 .694**
Sig. (2-Tailed) . .000
N 81 81
Distribusi Total Kh Correlation Coefficient .694** 1.000
Sig. (2-Tailed) .000 .
N 81 81
**. Correlation Is Significant At The 0.01 Level (2-Tailed).

Aktivitas Fisik * Kualitas Hidup Crosstabulation


Kualitas Hidup
Buruk Sedang Baik Total
Aktivitas Fisik Buruk Count 9 2 0 11
% Within Aktivitas Fisik 81.8% 18.2% 0.0% 100.0%
Sedang Count 0 24 1 25
% Within Aktivitas Fisik 0.0% 96.0% 4.0% 100.0%
Baik Count 0 20 25 45
% Within Aktivitas Fisik 0.0% 44.4% 55.6% 100.0%
Total Count 9 46 26 81
% Within Aktivitas Fisik 11.1% 56.8% 32.1% 100.0%
94

2. Aktivitas Fisik & Kualitas Hidup Domain 1


Correlations
Aktivitas Fisik Domain 1
Spearman's Rho Aktivitas Fisik Correlation Coefficient 1.000 .667**
Sig. (2-Tailed) . ,001
N 81 81
Domain 1 Correlation Coefficient .667** 1.000
Sig. (2-Tailed) ,001 .
N 81 81
**. Correlation Is Significant At The 0.01 Level (2-Tailed).

Aktivitas Fisik * Domain 1 Crosstabulation


Domain 1
Baik Sedang Buruk Total
Aktivitas Fisik Buruk Count 0 6 5 11
% Within Aktivitas Fisik 0.0% 54.5% 45.5% 100.0%
Sedang Count 9 16 0 25
% Within Aktivitas Fisik 36.0% 64.0% 0.0% 100.0%
Baik Count 29 16 0 45
% Within Aktivitas Fisik 64.4% 35.6% 0.0% 100.0%
Total Count 38 38 5 81
% Within Aktivitas Fisik 46.9% 46.9% 6.2% 100.0%

3. Aktivitas Fisik & Kualitas Hidup Domain 2


Correlations
Distribusi
Frekuensi Distribusi Total
S.Do2 Ak
Spearman's Rho Distribusi Frekuensi S.Do2 Correlation Coefficient 1.000 .417**
Sig. (2-Tailed) . .000
N 81 81
Distribusi Total Ak Correlation Coefficient .417** 1.000
Sig. (2-Tailed) .000 .
N 81 81
**. Correlation Is Significant At The 0.01 Level (2-Tailed).

Aktivitas Fisik * Domain 2 Crosstabulation


Domain 2
Baik Sedang Total
Aktivitas Fisik Buruk Count 0 11 11
% Within Aktivitas Fisik 0.0% 100.0% 100.0%
Sedang Count 6 19 25
% Within Aktivitas Fisik 24.0% 76.0% 100.0%
Baik Count 27 18 45
% Within Aktivitas Fisik 60.0% 40.0% 100.0%
Total Count 33 48 81
% Within Aktivitas Fisik 40.7% 59.3% 100.0%
95
4. Aktivitas Fisik & Kualitas Hidup Domain 3
Correlations
Distribusi
Frekuensi Distribusi Total
S.Do3 Ak
Spearman's Rho Distribusi Frekuensi S.Do3 Correlation Coefficient 1.000 .601**
Sig. (2-Tailed) . .000
N 81 81
Distribusi Total Ak Correlation Coefficient .601** 1.000
Sig. (2-Tailed) .000 .
N 81 81
**. Correlation Is Significant At The 0.01 Level (2-Tailed).

Aktivitas Fisik * Domain 3 Crosstabulation


Domain 3
Baik Sedang Buruk Total
Aktivitas Fisik Buruk Count 0 2 9 11
% Within Aktivitas Fisik 0.0% 18.2% 81.8% 100.0%
Sedang Count 12 13 0 25
% Within Aktivitas Fisik 48.0% 52.0% 0.0% 100.0%
Baik Count 37 6 2 45
% Within Aktivitas Fisik 82.2% 13.3% 4.4% 100.0%
Total Count 49 21 11 81
% Within Aktivitas Fisik 60.5% 25.9% 13.6% 100.0%

5. Aktivitas Fisik & Kualitas Hidup Domain 4


Correlations
Distribusi
Frekuensi Distribusi Total
S.Do4 Ak
Spearman's Rho Distribusi Frekuensi S.Do4 Correlation Coefficient 1.000 .553**
Sig. (2-Tailed) . .000
N 81 81
Distribusi Total Ak Correlation Coefficient .553** 1.000
Sig. (2-Tailed) .000 .
N 81 81
**. Correlation Is Significant At The 0.01 Level (2-Tailed).

Aktivitas Fisik * Domain 4 Crosstabulation


Domain 4
Baik Sedang Buruk Total
Aktivitas Fisik Buruk Count 0 5 6 11
% Within Aktivitas Fisik 0.0% 45.5% 54.5% 100.0%
Sedang Count 8 17 0 25
% Within Aktivitas Fisik 32.0% 68.0% 0.0% 100.0%
Baik Count 31 13 1 45
% Within Aktivitas Fisik 68.9% 28.9% 2.2% 100.0%
Total Count 39 35 7 81
% Within Aktivitas Fisik 48.1% 43.2% 8.6% 100.0%
96
Lampiran 14. Dokumentasi Penelitian
97
98
99
100
101
Lampiran 15. Lembar Uji Expert Kuesioner
102
1. Expert : Ns. Natar Fitri Napitupulu, M.kep

Lembar Uji Validitas

Judul penelitian : Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan

Petunjuk pengisian :
Pilih salah satu dari beberapa pilihan item dibawah ini dengan memberikan tanda checklis ()
Keterangan :
a) Relevance (Relevan) d) Ambiguity (Ambiguitas)
1 = item sangat ambigu
1 = item tidak relevan 2 = item perlu beberapa revisi
2 = item perlu revisi banyak 3 = item tidak ambigu tetapi perlu sedikit revisi
3 = item relevan tetapi perlu sedikit revisi 4 = item mempunyai makna yang jelas
4 = item sudah relevan
b) Clarity (Kejelasan)
1 = item tidak jelas
2 = item perlu revisi banyak agar jelas
3 = item jelas tetapi perlu sedikit revisi
4 = item sudah jelas
c) Simplicity (Kesederhanaan)
1 = item tidak sederhana
2 = item perlu revisi banyak agar sederhana
3 = item sederhana tetapi perlu sedikit revisi
4 = item sudah sederhana
103
KOESIONER AKTIVITAS FISIK PADA LANSIA

Relevance Clarity Simplicity Ambiguity


No. Item Saran Perubahan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Membaca / Menonton √ √ √ √

2. Melakukan kerajinan tangan (Menjahit, Menyulam, √ √ √ √


membuat/ merperbaiki furniture, dll)
3. Kebersihan diri (Mandi, Berpakaian, Sisir rambut, Berias, dll) √ √ √ √
4. Berkebun/ Bercocok tanam/ Merawat bunga √ √ √ √
5. Melakukan rekreasi (Jalan-Jalan keluar rumah/ tempat wisata, √ √ √ √
memancing, berenang, bermain catur, pergi ke rumah
anak/saudara, dll)
6. Olahraga (Berjalan kaki di luar rumah, Senam, Aerobik, √ √ √ √
bersepeda, dll)
7. Kegiatan rumah tangga ringan (Berbelanja kebutuhan sehari- √ √ √ √
hari dan Memasak)
8. Kegiatan rumah tangga sedang (mencuuci/menjemur √ √ √ √ Untuk intensitas sedang, misalnya,
pakaian, menggosok pakaian) jalan kaki jarak dekat,
membersihkan rumah, bersepeda
santai, naik tangga, hingga
berkebun.
9. Kegiatan rumah tangga berat (Membersihkan debu, √ √ √ √ Sementara itu, aktivitas berat
membersihkan furniture rumah, menyapu/ mengepel lantai, meliputi berenang, tai chi, yoga,
dll) joging, jalan cepat, menggendong
anak, sampai bulu tangkis.
10. Kegiatan Relawan (Menjaga cucu, merawat orang sakit, ikut √ √ √ √
gotong royong, ikut kegiatan sosial atau keagamaan, dll)
104
Catatan :

Ada banyak pilihan jenis olahraga atau aktivitas fisik untuk lansia yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Aktivitas fisik berat biasanya terjadi pada seseorang yang berjenis
kelamin laki-laki dan aktivitas fisik ringan terjadi pada perempuan. Jenis aktivitas fisik dibagi menjadi dua yatu aktivitas fisik sehari-hari dan latihan fisik/ olahraga. Aktivitas
fisik menjadi faktor penting dalam menjaga kesehatan yang baik dan menyeluruh termasuk pada lansia.

1. Aktivitas Fisik Ringan

Aktivitas fisik ringan adalah aktivitas fisik yang hanya mengeluarkan sedikit tenaga dan tidak menyebabkan perubahan dalam system pernapasan. Biasanya energy yang
dikeluarkan ketika beraktivitas fisik ringan <3,5 kcal/ menit. Contoh aktivitas fisik ringan :

• Berjalan santai di rumah, kantor, atau pusat pemberlanjaan

• Duduk sambil membaca, menulis, ketika menyetir, dan ketika bekerja

• Berdiri ketika melakukan pekerjaa rumah, seperti menucuci, menyetrika, memasak, menyapu, mengepel,dan menjahit.

• Latihan peregangan atau pemanasan dengan gerakan lambat

2. Aktivitas fisik sedang

Aktivitas fisik sedang adalah ketika tubuh mengeluarkan sedikit keringat, denyut jantung dan frekuensi nafas menjadi lebih cepat. Tubuh mengeluarkan energi sebanyak 3,5-
7 kcal/ menit. Contoh dari aktivitas fisik sedang, yaitu :

• Berjalan, dengan kecepatan 5 km/jam pada permukaan yang rata atau di luar rumah, atau berjalan santai saat istirahat ketika sedang berada di sekolah atau di kantor.

• Memindahkan perabotan ringan, berkebun, mencuci kendaraan.

• Pekerjaan tukang kayu, seperti membawa dan menyusun balok kayu, memebersihkan rumput dengan menggunakan mesin pemotong rumput.

• Bulutangkis, berekreasi, menari, bersepeda dengan lintasan datar


105
3. Aktivitas berat

Aktivitas fisik berat dapat dikatakan ketika aktivitas yang dilakukan tubuh mengeluarkan banyak keringat, denyut jantung dan frukensi pernapasan meningkat hingga terengah-
engah. Energi yaitu, dikeluarkan oleh tubuh >7kcal/menit. Contih aktivitas fisik berat:

• Berjalan, dengan kecepatan >5 km/jam, melakukan pendakian, berjalan sambil mebawa beban dipunggung, jogging dengan kecepatan 8 km/jam.

• Melakukan pekerjaan yang mengangkut beban berat, menyekop pasir, memindahkan batu bata, menggali selokan, dan mencangkul.

• Melakukan pekerjaan rumah, seperti memindahkan benda yang berat dan menggendong anak

• Bersepeda dengan kecepatan 15 km/jam dengan lintasan yang menanjak.

Telah diperiksa,

Di : Padangsidimpuan

Tangal : 01 Juni 2023

Oleh Expert: Ns. Natar Fitri Napitupulu, S.Kep., M.Kep

(Ns. Natar Fitri Napitupulu, S.Kep., M.Kep )


106

2. Expert : Siti Meilan Simbolon, S.Kep, Ns., M.Kep


Relevance Clarity Simplicity Ambiguity
No. Item Saran Perubahan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Melakukan Aktivitas Duduk: Membaca / Menonton √ √ √ √

2. Melakukan kerajinan tangan (Menjahit, Menyulam, √ √ √ √


membuat/ merperbaiki furniture, dll)
3. Kebersihan diri (Mandi, Berpakaian, Sisir rambut, Berias, dll) √ √ √ √
4. Aktivitas Waktu Luang : Berkebun/ Bercocok tanam/ √ √ √ √
Merawat bunga
5. Melakukan rekreasi (Jalan-Jalan keluar rumah/ tempat wisata, √ √ √ √
memancing, berenang, bermain catur, pergi ke rumah
anak/saudara, dll)
6. Olahraga (Berjalan kaki di luar rumah, Senam, Aerobik, √ √ √ √
bersepeda, dll)
7. Kegiatan rumah tangga ringan (Berbelanja kebutuhan sehari- √ √ √ √
hari dan Memasak)
8. Kegiatan rumah tangga sedang (mencuuci/menjemur √ √ √ √
pakaian, menggosok pakaian)
9. Kegiatan rumah tangga berat (Membersihkan debu, √ √ √ √
membersihkan furniture rumah, menyapu/ mengepel lantai,
dll)
10. Kegiatan Relawan (Menjaga cucu, merawat orang sakit, ikut √ √ √ √
gotong royong, ikut kegiatan sosial atau keagamaan, dll)
107
Telah diperiksa,
Medan, 12 Juni 2023
Oleh Expert: Siti Meilan Simbolon, S.Kep, Ns., M.Kep
Experts,

( Siti Meilan Simbolon, S.Kep, Ns., M.Kep)


Note :
1. Setiap pertanyaan harus ada kop inti aktifitas yang akan dilakukan, misalnya aktivitas waktu luang, aktivitas duduk atau yang lain.

2. Setiap pertanyaan dalam koesioner harus memiliki dasar teori yang kuat, tidak boleh hanya sekedar karangan dan melakukan observasi lapangan, dikarenakan hal
tersebut belum valid adanya.

3. Cantumkan tiori lebih lengkap di BAB 2 proposal, lalu berdasarkan tiori bab 2 tersebut angkat menjadi pertanyaan untuk koesioner.
108
4. Expert : Ns. Jelita Panjaitan, S.Kep
109

Anda mungkin juga menyukai