Anda di halaman 1dari 116

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP RESPON


EMOSIONAL PADA LANSIA DENGAN SINDROM DIOGENES
DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN NEGARA
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2019

PENELITIAN ANALITIK KORELASIONAL

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


pada Program Studi Sarjana Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jembrana

Oleh :

KADEK ROSITHA PRABANDARI

NIM : 102011515

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JEMBRANA
2019
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum

pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai

jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Negara, 9 Juli 2019


Yang Menyatakan

Kadek Rositha Prabandari


NIM. 102011515

ii
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP RESPON


EMOSIONAL PADA LANSIA DENGAN SINDROM DIOGENES
DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN NEGARA
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2019

Oleh :
KADEK ROSITHA PRABANDARI
NIM : 102011515

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 9 JULI 2019

Oleh :

Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua

I Ketut Andika Priastana, S.Kep., Ns., M.Kep dr. I Wayan Sujana M.Kes
NIK. 16.7.00008 NIP. 197007072000121010

Mengetahui
Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan

Dwi Prima Hanis Kusumaningtiyas S.Kep, Ners, M.Kep


NIK. 18.12.00014

iii
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP RESPON


EMOSIONAL PADA LANSIA DENGAN SINDROM DIOGENES
DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN NEGARA
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2019

Oleh :
KADEK ROSITHA PRABANDARI
NIM : 102011515

Telah diuji
Pada tanggal 9Juli 2019
PANITIA PENGUJI

Ketua : I Ketu Andika Priastana, S.Kep., Ns., M.Kep .............................


NIK. 16.7.00008

Anggota :1.dr. I Wayan Sujana M.Kes .............................


NIP.197007072000121010
2. I Ketut Sudiyono SKM., M.Kes .............................
NIP.197209291996031004

Mengetahui
Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan

Dwi Prima Hanis Kusumaningtiyas S.Kep, Ners, M.Kep


NIK. 18.12.00014

iv
MOTTO

“Janganlah menyerah pada apa yang sudah kamu jalani walaupun sudah berada

pada titik akhir, karena belum tentu yang terakhir akan menjadi yang terburuk”

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

limpahan rahmat dan sinar suci-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan judul “HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA

TERHADAP RESPON EMOSIONAL PADA LANSIA DENGAN SINDROM

DIOGENES DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN NEGARA

KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2019”. Skripsi ini merupakan salah satu

syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program

Studi S1-Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jembrana.

Bersama dengan ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Dr. I Ketut Putra Suarthana, MM. selaku ketua Yayasan Triatma Surya Jaya

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jembrana.


2. Ns. I Ketut Andika Priastana S.Kep, M.Kep. selaku ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Jembrana. sekaligus Pembimbing 1 yang telah memberikan

kesempatan, arahan, saran serta motivasi untuk menyelesaikan pendidikan

program studi S1-Ilmu Keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jembrana.
3. Dwi Prima Hanis Kusumaningtiyas S.Kep, M.Kep. selaku koordinator

Program Studi S1-Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Jembrana yang telah banyak memberi saran dalam penyusunan skripsi ini.

vi
4. dr. I Wayan Sujana M.Kes selaku Pembimbing 2 yang telah membimbing

saya dengan penuh ketelitian, kesabaran dan keterbukaan.


5. Seluruh dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jembrana yang telah

membantu dalam proses pembuatan surat ijin untuk memenuhi data dalam

pembuatan proposal.
6. Keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan baik materiil maupun

spiritual.
7. Sahabat-sahabat saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

ikut dalam memberikan bantuan, saran, dukungan maupun doa.


Semoga atas budi baik yang telah diberikan kepada saya mendapatkan

balasan yang sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Demi kesempurnaan

skripsi ini kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya perlukan.

Harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya

dan pengembangan ilmu keperawatan pada khususnya.

Negara, Juli 2019

Penulis

ABSTRAK

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP RESPON


EMOSIONAL PADA LANSIA DENGAN SINDROM DIOGENES
DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN NEGARA
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2019

Penelitian Analitik Korelasional di Desa Banyubiru

Oleh : Kadek Rositha Prabandari

vii
Pendahuluan: Sindrom Diogenes merupakan suatu pennyakit yang disebabkan
karena perubahan-perubahan fsiologis yang dialami oleh lansia. Pravalensi jumlah
lansia yang mengalami Sindrom Diogenes akan meningkat setiap tahunnya
disebabkan karena lansia memiliki respon emosional yang negatif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap respon
emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan
Negara Kabupaten Jembrana tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan
metode cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia dengan
Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana
dengan total sampel sebanyak 46 responden. Sampel penelitian ini menggunakan
teknik Simple Random Sampling. Analisis penelitian ini menggunakan uji
Spearman Rho. Hasil: Karakteristik responden berdasarkan umur paling dominan
pada umur 60-74 tahun, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin paling
dominan pada perempuan, dukungan keluarga pada lansia dengan Sindrom
Diogenes paling dominan dalam kategori baik dan respon emosional pada lansia
dengan Sindrom Diogenes paling dominan dalam kategori baik Hasil analisis
penelitian menunjukkan r = 0,945 dan p value = 0.000 (p = <0,05), artinya ada
hubungan antara dukungan keluarga terhadap respon emosional pada lansia
dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten
Jembrana. Kesimpulan: Pada penelitian ini menunjukkan hubungan antara
dukungan keluarga terhadap respon emosional pada lansia dengan Sindrom
Diogenes, sehingga dukungan keluarga dapat meningkatkan respon emosional
menjadi baik pada lansia dengan Sindrom Diogenes.

Kata Kunci: Sindrom Diogenes, Dukungan Keluarga, Respon Emosional

ABSTRACT

RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT ON EMOTIONAL


RESPONSE IN ELDERLY WITH DIOGENES SYNDROME
IN BANYUBIRU VILLAGE NEGARA SUBDISTRICT
JEMBRANA DISTRICT 2019

Correlation study in the area Banyubiru Village

By: Kadek Rositha Prabandari

Introduction: Diogenes syndrome is a disease caused by physiological changes


experienced by the elderly. The prevalence of the number of elderly who
experience Diogenes Syndrome will increase every year due to the elderly having
a negative emotional response. This study aims to determine the relationship of

viii
family support to the emotional response in the elderly with Diogenes Syndrome
in Banyubiru Village, District of Jembrana Regency in 2019. Method: This study
used a cross sectional method. The population in this study were elderly with
Diogenes Syndrome in Banyubiru Village, District of Jembrana District with a
total sample of 46 respondents. The research sample used Simple Random
Sampling technique. Analysis of this study using the Spearman Rho test. Results:
Characteristics of respondents based on the most dominant age at age 60-74
years, the characteristics of respondents based on sex are most dominant in
women, family support in elderly with Diogenes Syndrome is the most dominant
in the good category and emotional responses in the elderly with the most
dominant Diogenes Syndrome in the good category The results of the analysis
show that r = 0.945 and p value = 0.000 (p = <0.05), meaning that there is a
relationship between family support for emotional responses in elderly with
Diogenes Syndrome in Banyubiru Village, District of Jembrana Regency.
Conclusion: This study shows the relationship between family support for
emotional responses in elderly people with Diogenes Syndrome, so family support
can improve emotional response to be good in the elderly with Diogenes
Syndrome

Keywords: Diogenes Syndrome, Family Support, Emotional Response

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL DAN PRASYARAT GELAR ...............................................i


LEMBAR PERSETUJUAN ...................................................................................ii
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................................iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................iv
DAFTAR ISI ..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ..............................................................xi

BAB 1 PENDAHULUAN

ix
1.1. Latar Belakang ...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................5
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................6
1.3.1. Tujuan Umum...........................................................................5
1.3.2. Tujuan Khusus.........................................................................6
1.4. Manfaat...............................................................................................6
1.4.1. Teoritis......................................................................................6
1.4.2. Praktis.......................................................................................7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Konsep Lansia.....................................................................................8
2.2. Konsep Sindrom Diogenes................................................................16
2.3. Konsep Respon Emosional...............................................................18
2.4. Konsep Dukungan Keluarga.............................................................23
2.5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Emosional ............28
2.6. Model Konseptual Keperawatan.......................................................29
2.7. Kerangka Teori Keperawatan Imogene M.King...............................32

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS


3.1. Kerangka Konseptual Penelitian.......................................................40
3.2. Hipotesis...........................................................................................40

BAB 4 METODE PENELITIAN


4.1. Rancangan penelitian yang digunakan..............................................41
4.2.Populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel.............................41
4.2.1. Populasi...................................................................................41
4.2.2. Sampel.....................................................................................41
4.2.3. Besarsampel (sample size)......................................................42
4.2.4. Teknik pengambilan sampel....................................................43
4.3. Variabel penelitian dan definisi operasional variabel. .....................44
4.3.1. Variabel penelitian ..................................................................44
4.3.2. Definisi operasional.................................................................45
4.4. Instrumen penelitian..........................................................................46
4.4.1. Variabel Independen ...............................................................46
4.4.2. Variabel Dependen...................................................................46
4.5. Lokasi dan waktu penelitian.............................................................47
4.6. Prosedur pengambilan atau pengumpulan data.................................47
4.7. Cara analisa data...............................................................................48
4.7.1. Univariat.................................................................................48
4.7.2.Bivariat.....................................................................................48
4.8. Kerangka operasional/kerja...............................................................49
4.9. Etika Penelitian.................................................................................50
4.9.1Prinsip Menghormati Martabat Manusia (Respect For
Persons)...................................................................................50
4.9.2.Prinsip Etika Baik (Beneficence).............................................50
4.9.3 Adil (Justice)............................................................................51

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

x
5.1. Pengantar..........................................................................................52
5.2. Gambaran Lokasi Penelitian.............................................................52
5.3. Hasil Penelitian.................................................................................53
5.3.1. Analisis Bivariat.....................................................................53
5.3.2. Analisis Bivariat.....................................................................55
5.4. Pembahasan......................................................................................57
5.5. Keterbatasan Penelitian....................................................................66

BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN


6.1. Simpulan..............................................................................................67
6.2. Saran....................................................................................................68

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.Jumlah Lansia di Kabupaten Jembrana....................................................3


Tabel 1.2.Jumlah Lansia di Puskesmas....................................................................4
Tabel 2.1.Maping Jurnal Penelitian........................................................................33
Tabel 4.1. Definisi Operasional..............................................................................45

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Konseptual Keperawatan Imogene M.King............................29


Gambar 2.2 Kerangka Teori Model Keperawatan Imogene M.King.....................32
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penelitian........................................................40
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian.................................................................49

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian


Lampiran 2. Rincian Biaya Penelitian
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 4. Lembar Konsul Skripsi
Lampiran 5. Penjelasan dan Informasi (Informed Consent)
Lampiran 6. Pernyataan Persetujuan
Lampiran 7. Kuesioner Penelitian
Lampiran 8. Raw Data
Lampiran 9. Hasil Analisis
Lampiran 10.Tabulasi Data
Lampiran 11. Uji validitas dan uji reabilitas

x
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH

BPMP : Badan Penanaman Modal dan Perizinan


Kesbangpol : Kesatuan Bangsa dan Politik
Lansia : Lanjut Usia
Lansia : Manusia Lanjut Usia
WHO : World Health Organization

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan manusia terdiri dari serangkaian proses

perubahan yang cukup panjang sejak pembuahan ovum oleh sperma dan

berlanjut sampai berakhirnya kehidupan. Secara garis besar perkembangan

manusia terdiri dari beberapa tahap yaitu kehidupan sebelum lahir, saat bayi,

masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan lanjut usia. Seiring bertambahnya

usia seseorang maka terjadi perubahan keadaan fisik, selain itu lansia juga

mulai mengalami kehilangan tujuan hidup, resiko terkena penyakit, terisolasi

dari lingkungan dan kesepianm (Irawan, 2013). Masa lansia adalah masa

penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali

kehidupan dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial. Sejak awal

kehidupan sampai lanjut usia setiap orang memiliki kebutuhan psikologis

dasar. Kebutuhan tersebut diantaranya seorang lansia membutuhkan rasa

nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada

(Amelia et al., 2011).

Lansia yang terisolasi dari lingkungan dan kesepian yang hidupnya

menyendiri, tinggal di rumah yang berantakan, seringnya juga terabaikan

merupakan hal yang umum dihadapi oleh perawat atau tenaga medis dan juga

masyarakat. Seorang lansia yang mengalami ciri-ciri di atas kebanyakan

lansia yang tidak menikah, janda atau duda dan tinggal seorang diri. Lansia

yang hidupnya terisolasi biasanya bersikeras menolak bantuan dari orang

sekitarnya. Hal tersebut bisa disebabkan oleh proses dalam penuaan

1
2

fisiologis. Dari sekumpulan gejala tersebut dapat menimbulkan yang

namanya Sindrom Diogenes (Waserman et al., 2014).

Lanjut usia dapat mengalami perubahan fisik, mental dan emosional

seiring dengan bertambahnya usiamereka (Marini & Hayati, 2010). Lansia

mengalami emosional yang beragam, misalnya lansia mempunyai emosi

negatif dan emosi yang positif. Pengalaman tersebut bisa dari pengalaman

diskriminasi yang dapat menimbulkan dampak yang negatif yang secara tidak

langsung mempengaruhi masalah psikologis dan menimbulkan respon

emosional yang negatif (Kim, Noh, & Chun, 2016). Reaksi emosional yang

yang negatif bisa menimbulkan suatu pemberontakan karena perasaan marah

yang berlebihan. Reaksi emosional yang berasal dari emosi yang negatif

tersebut dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada seseorang (Donsu,

2017). Adanya perubahan fisiologis pada seseorang tersebut dapat

menyebabkan seseorang mengalami Sindrom Diogenes (Fontenelle, 2008).

Jumlah lansia di dunia menurut WHO pada tahun 2017 adalah 962 juta

jiwa (Zuijkelkom & Maizland, 2017). Jumlah lansia di Indonesia yaitu

sebanyak 9,03% dari seluruh penduduk Indonesia. Angka kesakitan pada

lansia di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 28,62%, artinya bahwa setiap

100 orang lansia terdapat 28 orang diantaranya mengalami sakit(Kemenkes

RI, 2017). Jumlah lansia di Provinsi Bali sekitar 10,05% dari keseluruhan

jumlah penduduk (Abikusno & Turana, 2013). Prevalensi depresi pada lansia

tahun 2020 di negara berkembang sebanyak 15,9% dan akan menggantikan

penyakit-penyakit infeksi untuk urutan teratas. Depresi tersebut merupakan

salah satu penyebab dari timbulnya Sindrom Diogenes pada lansia (Marchira,
3

Wirasto, & DW, 2007). Angka kejadian Sindrom Diogenessekitar 5 per

10.000 dalam setahun, dimana terjadi pada seseorang yang berusia di atas 60

tahun (Zuliani, Soavi, & Dainese, 2013).

Di bawah ini jumlah data lansia di Kabupaten Jembrana pada tahun 2018.

Tabel 1.1 Jumlah data lansia ≥ 60 tahun di seluruh Kabupaten Jembrana berdasarkan
wilayah kerja puskesmas yang ada di Kabupaten Jembrana.

No Puskesmas Lansia ≥ 60 Tahun Persentase


1 I Pekutatan 451 7%
2 II Pekutatan 208 3%
3 I Mendoyo 1067 16%
4 II Mendoyo 306 4%
5 I Jembrana 890 13%
6 II Jembrana 359 5%
7 I Negara 482 7%
8 II Negara 431 6%
9 I Melaya 1932 30%
10 II Melaya 303 4%

Melihat data jumlah lansia dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana

dan peneliti melakukan studi pendahuluan langsung maka peneliti

menemukan masalah Sindrom Diogenes pada desa di Wilayah Kerja

Puskesmas I Negara dengan jumlah data lansia yang berusia ≥ 60 tahun di

bawah ini yang berada di wilayah kerja Puskesmas I Negara.

Tabel 1.2. Data jumlah lansia ≥ 60 tahun di Wilayah Kerja Puskesmas I Negara.

NO Alamat Jumlah Lansia ≥ 60 Persentase


Tahun
1 Baler Bale Agung 1180 22%
2 Banjar Tengah 279 5%
3 Baluk 921 17%
4 Kaliakah 881 17%
5 Berangbang 811 15%
6 Banyubiru 1068 20%

Lansia yang mengalami kehilangan pasangannya karena kematian sangat

mempengaruhi psikologis dari lansia tersebut. Seseorang yang kehilangan

pasangannya akan mulai tidak memperhatikan dirinya sendiri bahkan

seseorang tersebut tidak bersosialisasi dengan orang sekitar bahkan bantuan


4

dari orang terdekat akan ditolak olehnya. Kesehatan pada orang tersebut tidak

akan baik karena ia tidak akan berobat ke pelayanan kesehatan. Reaksi

emosional yang dapat menyebabkan perubahan fisiologis dapat juga

menyebabkan seseorang akan mengalami Sindrom Diogenes. Sindrom

Diogenes jika tidak diatasi dengan cepat maka dapat menyebabkan kematian

pada seseorang tersebut (Williams, Clarke, Fashola, & Holt, 1998).

Sebagian besar lansia mempunyai kebiasaan masih ingin mengerjakan

suatu pekerjaan walaupun pekerjaan yang kecil. Adanya kebiasaan tersebut

keluarga daripada lansia itu mengkhawatirkan kondisinya karena takut

kelelahan. Perhatian dari keluarga itulah yang sering membuat lansia

beranggapan negatif kepada keluarganya. kondisi lansia yang seperti itu

apabila dukungan keluarga disampaikan dengan baik kepada lansia sehingga

lansia merasa dihargai dan diperhatikan khususnya tentang masalah

kesehatannya dan lansia merasa dibantu dalam mencari solusi dalam

mengatasi masalah kesehatannya yang dimana lansia akan cenderung lebih

tenang dan mempunyai koping yang adaptif dalam memecahkan masalah

(Astuti, 2010). Dapat disimpulkan bahwa dengan adanya dukungan keluarga

akan mengurangi respon emosional yang negatif pada lansia.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dimulai dari

mendapatkan data jumlah lansia di Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana,

kemudian mendapatakan informasi dari komunitas relawan peduli sosial

setelah mendapatkan informasi bahwa di Desa Banyubiru terdapat lansia

dengan ciri-ciri Sindrom Diogenes, kemudian peneliti mencari data lansia di

Puskesmas I Negara, karena di Puskesmas tidak ada data lansia dengan


5

Sindrom Diogenes selanjutnya peneliti meminta data lansia di kantor Desa

Banyubiru dan mendapatkan data lansia yang tidak aktif sebanyak 60 orang

dengan data tersebut peneliti mendata ke masing-masing rumah lansia untuk

mendapatkan data lansia dengan Sindrom Diogenes menggunakan cek list

yang terdiri dari ciri-ciri dari Sindrom Diogenes, kemudian dari 60 orang

lansia yng mengalami Sindrom Diogenes sebanyak 49 orang. Studi

pendahuluan ini dilakukan selama 4 hari dari tanggal 12-15 Maret

2019.Dalam hal ini penelitian mengenai dukungan keluarga terhadap respon

emosional pada lansia yang mengalami Sindrom Diogenessangat perlu

dilakukan penelitian dalam konteks keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan dari latar belakang di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Dukungan Keluarga

Terhadap Respon Emosional Pada Lansia Dengan Sindrom Diogenes di Desa

Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan hubungan dukungan kleuarga terhadap respon

emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru

Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019.

1.3.2 Tujuan Khusus


6

1) Mengetahui karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis

kelamin lansia pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa

Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.


2) Mengetahui dukungan keluarga pada lansia dengan Sindrom

Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten

Jembrana.
3) Mengetahui respon emosional pada lansia dengan Sindrom

Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten

Jembrana.
4) Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap respon

emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa

Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1Manfaat Teoritis

1) Bagi Institusi Pendidikan


Hasil penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan

ilmupengetahuan di bidang kesehatan yang berhubungan dengan

dukungan keluarga terhadap respon emosional pada lansia yang

mempunyai gejala Sindrom Diogenes.


2) Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini bermanfaat sebagai acuan untuk meningkatkan

perkembangan penelitian selanjutnya mengenai Sindrom Diogenes.


1.4.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Keluarga
Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pedoman dan

memberikan pengetahuan yang baru kepada keluarga untuk lebih

memberikan perhatian yang lebih kepada lansia dan selalu

memberikan dukungan yang positif kepada lansia.


2) Bagi Lansia
7

Hasil penelitian ini dapat menjadi pedoman perkembangan

pengetahuan pada lansia dengan Sindrom Diogenesdalam mencari

dukungan keluarga.
3) Bagi Perawat
Hasil dari penelitian ini sangat bermanfaat bagi perawat karena

dapat menjadi acuan atau pedoman dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada keluarga dan lansia denganSindrom Diogenes.


4) Institusi Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pusat pelayanan

kesehatan, karena dengan adanya penelitian ini pelayanan

kesehatan dapat terus dimaksimalkan terutama bagi keluarga dan

lansia dengan Sindrom Diogenes.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Definisi Lansia
Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang sudah mencapai

umur diatas 60 tahun. Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses

penuaan pada manusia, dimana pada lansia mengalami penurunan daya

tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari luar tubuh (Supriadi,

2015).

2.1.2 Klasifikasi Batasan Usia Lansia

Batasan usia menurut WHO tahun (1999) dalam (Supriadi, 2015)

menjelaskan bahwa sebagai berikut :

1) Usia lanjut (elderly) dengan rentang usia 60-74 tahun


2) Usia tua (old) dengan rentang usia 75-90 tahun
3) Usia sangat tua dengan usia lebih dari 90 tahun

2.1.3 Ciri-Ciri Lansia

Pada lanjut usia mempunyai ciri-ciri sebagai tanda dari proses

manusia menua. Ciri-ciri lansia ditandai dengan adanya perubahan-

perubahan antara lain dari segi fisik, mental dan keberadaannya di

tengah-tengah lingkungan sosialnya. Dilihat dari hal tersebut

perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia akan menentukan sejauh

mana lansia dapat melakukan penyesuaian dengan dirinya sendiri

maupun dengan lingkungan sosialnya. Menurut Hurlock (1997) dalam

8
9

(Supriadi, 2015) menyatakan bahwa ciri-ciri pada lanjut usia cenderung

lebih menuju atau membawa pada penyesuaian yang buruk dan

berujung dengan kesengsaraan daripada kebahagiaan. Pengelompokkan

ciri-ciri pada lanjut usia antara lain :

1) Adanya perubahan fisik pada lanjut usia


Perubahan fisik pada setiap lansia berbeda-beda walaupun

dengan usia yang sama. tetapi pada umumnya perubahan fisik

dapat digambarkan sebagai berikut :


a) Perubahan dari penampilan yang muncul tidak secara

serempak, namun tanda-tanda seperti pada daerah kepala,

tanda-tanda kerut wajah, perubahan pada daerah tubuh dan

perubahan pada persendian. Dari perubahan tersebut membawa

seseorang ke arah kemunduran fisik pada lanjut usia.


b) Perubahan pada bagian tubuh yang terlihat dengan adanya

perubahan sistem saraf yaitu pada bagian otak, sehingga

perubahan tersebut mengakibatkan penurunan kecepatan

belajar dan penurunan kemampuan intelektual pada lansia.


c) Perubahan pada fungsi fisiologis, dimana pada umumnya

mengakibatkan tingkat denyut nadi, meningkatnya tekanan

darah, berkurangnya kandungan kreatinin dan terjadinya

penurunan jumlah waktu tidur. Perubahan tersebut

mengakibatkan lansia mengalami kemunduran dari segi

fisiknya.
d) Perubahan panca indera pada lanjut usia dimana

mengakibatkan fungsi seluruh organ panca indera mengalami

penurunan sensitivitas dan efisiensi kerja seperti mengalami

kemunduran kemampuan kerja dalam penglihatan,


10

pendengaran, perasa, penciuman perabaan dan sensitivitas

pada rasa sakit.


e) Perubahan seksual pada lansia terlihat setelah terjadi

reproduksi yang berhenti, pada umumnya hal ini terjadi pada

perempuan maupun laki-laki. Berhentinya reproduksi pada

perempuan ditandai bila terjadi menopause dan pada laki-laki

terjadi klimaterik.
2) Perubahan kemampuan motorik pada lanjut usia
Seseorang yang sudah lanjut usia pada umumnya sudah

menyadari bahwa mereka mengalami perubahan sehingga

aktivitasnya kurang baik dibandingkan dengan pada saat muda.

Perubahan pada motorik ini dipengaruhi oleh fisik dan fisiologis,

sehingga mengakibatkan penurunan kekuatan dan tenaga

sedangkan dari segi psikologis ditandai dengan munculnya

perasaan rendah diri, kurangnya motivasi dan lainnya. Perubahan

motorik ini sangat berpengaruh terhadap lansia dalam penyesuaian

pada dirinya sendiri maupun pada lingkungan sosialnya.


3) Perubahan kemampuan mental pada lanjut usia
Pendapat negatif dari lingkungan sosial terhadap perubahan

pada lansia yang secara otomatis mengakibatkan terjadinya

kemunduran kemampuan mental pada lansia tersebut. perubahan

mental pada masing-masing indivisu berbeda-beda didukung

dengan perbedaan pola pikir dan pengalaman intelektualnya.

Lansia yang mengalami pengalaman intelektual yang lebih tinggi

resiko penurunan kemampuan mental lebih rendah daripada lansia

dengan pengalaman intelektual yang rendah.


4) Perubahan minat pada lanjut usia
11

Perubahan minat termasuk dalam ciri-ciri lansia karena

perubahan minat pada seluruh tingkat usia berhubunngan dengan

keberhasilan lansia dalam penyesuaian pada dirinya sendiri

maupun pada lingkungan sosialnya. Pada lansia perubahan minat

lebih cenderung terhadap berorietansi pada diri sendiri atau egois

tanpa memperdulikan minat dari orang lain, keinginan untuk

berekreasi pada lanjut usia masih ada, keinginan sosial, keinginan

keagamaan dan minat terhadap kematian.

2.1.4 Bentuk Permasalahan Pada Lansia

Kekhawatiran pada lanjut usia menjadi suatu permasalahan bagi

lansia yang muncul karena adanya ketegangan emosional yang

meningkat pada lanjut usia seiring dengan perubahan-perubahan yang

telah terjadi pada seseorang yang memasuki usia lanjut. Reaksi

seseorang terhadap perubahan-perubahan yang dialaminya pada saat

sudah memasuki lanjut usia beragam tergantung dengan kepribadian

individu itu sendiri. Kecenderungan emosional yang meningkat pada

lansia menjadikan perubahan tersebut sebagai suatu permasalahan,

sehingga mengakibatkan adanya gangguan pada kejiwaan yang meliputi

kecemasan dan rasa takut (Supriadi, 2015). Bentuk dari permasalahan

yang ada pada lansia sebagai berikut :

1) Permasalahan pekerjaan
Pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik dan mental banyak

banyak di dominasi oleh orang yg masih muda karena lanjut usia

cenderung lebih lambat untuk melakukan tugas-tugas yang juga

menuntut untuk mempelajari hal-hal yang baru, sehingga lansia


12

tidak dibutuhkan lagi dalam pekerjaannya dan lansia merasa tidak

dihargai lagi.
2) Permasalahan minat
Perubahan yang terjadi pada lansia seperti menurunnya

kemampuan fisik, mental dan sosial yang menjadikan lansia lebih

cepat merasa bosan dan apatis dalam mencoba hal-hal baru,

sehingga keadaan tersebut mempengaruhi lansia dalam

penyesuaian di lingkungan sosialnya.


3) Isolasi sosial
Semakin menurunnya tingkat intelektual membuat lansia

mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam cara berpikir

dan gaya-gaya baru-baru dari generasi yang lebih muda dan juga

begitu sebaliknya. Adanya jarak antara ikatan kekeluargaan dan

ketidakpedulian keluarga terhadap lansia itu sendiri yang membuat

lansia tersebut menarik diri dari lingkungan sosialnya.

4) Disinhibisi
Semakin seseorang itu lanjut usia maka semakin pula kurang

mampu mengendalikan perasaan dan kurang bisa mengontrol diri

sendiri dalam bertindak, sehingga hal-hal kecil yang semestinya

tidak menjadi suatu permasalahn akan menjadi suatu masalah yang

besar bagi seorang anjut usia dan mereka akan bereaksi dengan

ledakan kemarahan yang berlebihan.


5) Perubahan suasana hati
Pada lansia terjadi perubahan suasana hati dan perubahan

beberapa aspek perilaku manusia yang disebabkan adanya

perubahan-perubahan fisiologis dalam otak dan sisten saraf pada

lansia itu sendiri. Hal tersebut dapat terlihat pada perilaku lansia
13

yang bereaksi secara tiba-tiba dan tidak beralasan seperti marah-

marah dan ingin menyendiri. Penyebab dari keadaan tersebut

adalah kurangnya perhatian orang-orang terhadap lansia itu sendiri.


6) Peranan iman
Perubahan-perubahan yang dialami oleh lansia seperti

penurunan kemampuan fisik dan mental memungkinkan lansia

membenci maupun merasa takut memandang hari-hari akhirnya,

maka dari itu pada usia lanjut memang merupakan masa dimana

keagaaman harus ditingkatkan. Lemahnya keimanan seorang lansia

dalam mengahadapi hari-hari akhirnya dapat menimbulkan rasa

takut dan cemas dalam menghadapi kematian.

2.1.5 Penyebab Permasalahan Pada Lansia

Timbulnya permasalahan pada lansia itu tidak semua dipengaruhi

oleh pandangan masyarakat tentang lansia, namun dipengaruhi oleh

masalah-masalah yang muncul dari dalam diri mereka sendiri. Menurut

Schindler (1992) dalam (Supriadi, 2015) menjelaskan bahwa penyakit

fungsional yang disebabkan oleh usia lanjut mungkin saja sudah

bermula pada usia lebih awal, tetapi dia cenderung timbul dengan pola-

pola yang sama, karena picu emosional yang lazim terjadi di kalangan

orang-orang usia tua adalah masalah ketidakpastian (dalam hal

keuangan, kesehatan dan masa depan) kekhawatiran, kekecewaan,

keputusasaan dan seterusnya. Dari beberapa pandangan di atas, ada

bermacam-macam sebab timbulnya permasalahan pada lansia yang

dapat disajikan sebagai berikut :

1) Ketidakpastian keuangan
14

Sebagian besar manusia lanjut usia merasa tidak puas dalam

hak perekonomian, karena secara pribadi mereka tidak dapat lagi

menikmati keuangan dari hasil keringatnya sendiri. Dengan

memasuki masa pensiun berarti berkurang pula aktivitas serta

kemandirian dalam pekerjaan, hal itu berarti semakin berkurang

pula penghasilan mereka dibandingkan pada masa

sebelumnya.Ketidakpastian pekerjaan atau tidak mendapat

kesempatan kerja Tertutupnya kesempatan kerja bagi lansia di atas

usia 45 tahun menjadikan lansia merasa menjadi orang yang tak

berguna dan tidak dibutuhkan lagi dalam dunia kerja, karena

profesi mereka telah digantikan oleh orang yang lebih muda

walaupun sebenarnya dalam kemampuan intelektualnya ada lansia

yang masih mampu memegang tanggung jawab dalam

pekerjaannya.
2) Ketidakpastian pekerjaan atau tidak mendapat kesempatan kerja.
Tertutupnya kesempatan kerja bagi lansia di atas usia 45 tahun

menjadikan lansia merasa menjadi orang yang tak berguna dan

tidak dibutuhkan lagi dalam dunia kerja, karena profesi mereka

telah digantikan oleh orang yang lebih muda walaupun sebenarnya

dalam kemampuan intelektualnya ada lansia yang masih mampu

memegang tanggung jawab dalam pekerjaannya.


3) Ketidakpastian karena keacuhan anak-anak
Dewasa ini anak-anak dari lansia sudah sangat terbiasa untuk

hidup tanpa perasaan apapun dan tidak memperdulikan orangtua

mereka, bahkan kadangkala bersikap tak mau tahu dengan

kebutuhan orangtua mereka yang telah berusia lanjut. Kenyataan


15

seperti ini sangat memberatkan bagi lansia setelah apa yang mereka

lakukan selama ini terhadap anaknya hanya dibalas dengan

ketidakacuhan yang membuat mereka merasa tidak dihargai dan

dihormati keberadaannya.
4) Ketidakpastian karena keacuhan lingkungan
Secara umum, orang-orang di sekitar lansia, yaitu lingkungan

masyarakat tempat tinggal lansia, menganggap bahwa lansia adalah

seseorang yang tidak dapat lagi bersosialisasi dengan baik di

lingkungan masyarakat, sehingga masyarakat pun cenderung

kurang memperulikan lansia di tengah lingkungan sosial tersebut.


5) Ketakutan terhadap kesehatan yang memburuk
Berkaitan dengan penyakit fungsional pada lansia,

mengakibatkan lansia merasa selalu tidak sehat dan mereka selalu

merasa khawatir akan digerogoti oleh berbagai macam penyakit

yang akan melumpuhkan mereka.


6) Ketakutan terhadap kematian
Semakin lanjut usia seseorang, maka ia tidak hanya

memikirkan bagaimana kehidupan sesudah kematian, tetapi mereka

lebih memikirkan tentang kematian itu sendiri yang hampir dekat

dengan mereka. Ketakutan tersebut mungkin disebabkan mereka

belum siap dalam menghadapinya.


7) Kehilangan teman dan orang-orang yang terdekat
Perasaan kesepian muncul pada lansia juga disebabkan karena

diting-galkan oleh orang-orang yang selama ini begitu dekat

dengan mereka dan orang-orang yang disayanginya, seperti

kematian suami atau istri dan teman-teman seperjuangannya dulu

2.2 Konsep Sindrom Diogenes

2.2.1 Definisi Sindrom Diogenes


16

Sindrom Diogenes diambil dari dua kata yaitu “Sindrom” dan

“Diogenes” yang mana sindrom dapat diartikan sebagai sekumpulan

tanda dan gejala yang muncul secara bersamaan dan diogenes diambil

dari nama seorang filsuf yunani yang menolak bantuan dari orang lain

dan juga menarik diri, jadi Sindrom Diogenes merupakan gejala

menarik diri dan pengabaian diri yang terjadi pada lansia yang berusia

60 tahun ke atas (Waserman et al., 2014).

2.2.1 Ciri-Ciri Sindrom Diogenes

Menurut (Williams et al., 1998) Sindrom Diogenes mempunyai

beberapa ciri-ciri sebagai berikut :

1. Isolasi sosial
2. Menolak bantuan
3. Rumah yang berantakan dan kotor
4. Pengabaian diri
5. Pribadi yang kotor
6. Penimbunan sampah di lingkungan rumah
7. Tinggal sendirian (janda/duda)

2.2.3 Penyebab Sindrom Diogenes

Penyebab dan patogenesis dari Sindrom Diogenes belum pasti

diketahui tetapi dapat dikaitkan oleh proses penuaan. Penelitian yang

dilakukan (Waserman et al., 2014) menjelaskan bahwa sampel pada

penelitian tersebut dapat mengalami Sindrom Diogenes diawali dengan

kehilangan pasangannya karena kematian kemudian mulai menolak

bantuan, mengisolasikan diri, berpakaian kotor, lingkungan rumah yang

kotor dan terus-menerus menyangkal bahwa dirinya depresi, dari

penyebab sampel tersebut mengalami Sindrom Diogenes dapat

disimpulkan bahwa sindrom diogenes dapat disebabkan oleh keadaan


17

depresi karena kematian pasangannya dan juga kurangnya dukungan

sosial (Waserman et al., 2014).

2.3 Konsep Respon Emosional

2.3.1 Definisi Emosi

Menurut Bimo Walgito (1989) dalam (Donsu, 2017) emosi adalah

suatu keadaan di mana perasaan seseorang keluar dari batas normal,

sehingga mengganggu hubungan sosialnya.

Menurut pendapat Maramis (1990) dalam (Donsu, 2017)

menyatakan bahwa emosi sebagai manifestasi yang disertai banyak

komponen fisiologik yang berlangsung secara singkat.

Emosi muncul karena dorongan khusus, dorongan khusus tersebut

akan meluapkan emosi dalam bentuk perilaku yang ditandai dengan

perilaku kejasmanian dan ekspresi baik itu perilaku yang mengarah

kepada dorongan khusus (approach), atau menghindar (avoidance).

Tidak hanya itu ada juga emosi yang termanajemen namun tidak terlihat

dalam perilaku kejasmanian yang disebut dengan display rules. Display

rules dikemukakan oleh Paul Ekman bersama Friesen yang dijelaskan

dalam (Donsu, 2017), yaitu masking, modulation, dan simulation.

1) Masking
Masking merupakan upaya individu dalam menyembunyikan

jati diri dan emosi yang tengah dialami.Masking sebagai topeng

agar tidak memperlihatkan jati diri dan perasaan yang sebenarnya,

misalnya ketika kita mendapatkan kabar yang buruk kita masih


18

mampu tersenyum dengan orang sekeliling kita seolah-olah tidak

memiliki masalah sama sekali.


2) Modulation
Jika masking mampu menutupi perasaan sebenarnya samapai

gejala kejasmaniannya tidak terlihat, maka berbeda dengan

modulation atau modulasi. Modulasi hanya mampu mengurangi

emosi dan tidak dapat menghilangkan emosi.


3) Simulation
Individu yang di golongkan ini sebenarnya tidak mengalami

emosi. Hanya saja, seolah-olah mengalaminya. Hal tersebut tampak

perilakunya yang seolah-olah mengalami emosi tersebut.

2.3.2 Macam-Macam Emosi

Menurut Syamsu Yusuf (2003) dalam (Donsu, 2017), emosi

individu dapat di kelompokkan ke dalam dua bagian yaitu :

1) Emosi Sensoris
Emosi sensoris yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan

dari luar terhadap tubuh, seperti dingin, manis, sakit lelah, kenyang

dan lapar.
2) Emosi Psikis
Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan

kejiwaan, seperti perasaan intelektual yang berhubungan dengan

ruang lingkup kebenaran perasaan sosial, yaitu perasaan yang

beruhubungan dengan orang lain, baik yang bersifat perorangan

maupun kelompok.

2.3.3 Komponen Emosi

Emosi dan gejala kejasmanian seringkali digunakan sebgai tolak

ukur untuk menilai seseorang. Seseorang yang mengalami emosi

negatif maka akan mempengaruhi jasmaninya. Perubahan jasmani dapat


19

dengan beberapa tanda dan gejala seperti berdebar-debar, wajah pucat

au memerah, Namun gejala yang timbu pada setiap orang berbeda-beda.

Menurut Atkinson R.L dalam(Donsu, 2017)mengungkapkan ada 4

komponen seseorang saat emosi anatara lain yaitu :

1) Respons Internal
Ketika seseorang mengalami emosi negatif, misalnya dalam

kondisi marah orang tersebut secara tidak sadar akan menaikkan

nda suara saat berbicara hal ini terjadi karena reaksi tubuh internal.
2) Pengaruh Kognitif
Pengaruh kognitif turut andil dalam mengelola emosi, ketika

kita berpikir positif maka perilaku yang keluar didorong oleh emosi

positif beruupa optimisme dan sebaliknya ktika berpikir negatif,

maka perilaku yang keluar akan didorong oleh pikiran negatif yang

hanya akan menjatuhkan semangat, menguji mental, dan

mengeluarkan energi lebih besar. Pada dasarnya energi kita akan

lebih cepat habis ketika berpikir negatif daripada berpikiran positif.

3) Mikro Ekspresi
Mikro ekspresi diperkenalkan pertama kali oleh Paul Ekman,

beliau meneliti ekspresi wajah dari berbagai belahan dunia hanya

untuk melihat perasaan mereka. Mikro ekspresi adalah perubahan

wajah yang dipengaruhi oleh dorongan emosi dari dalam dirinya,

misalnya mengerutkan dahi, senyum sinis sebagai bentuk

ketidaksetejuan, dan masih banyak lagi.


4) Reaksi Emosional
Salah satu bentuk dari reaksi emosional pernah dirasakan oleh

setiap orang, misalnya pada saat menerima pengumuman bahwa

anda diterima sebagai mhasiswa keperawatan karena terlalu senang


20

anda sampai meneteskan air mata dan contoh lain dari reaksi

emosional yang berlebihan adalah rasa marah. Marah yang

berlebihan dapat menimbulkan agresi dan pemberontakan. Emosi

memiliki kekuatan yang besar, karena emosi mampu

mempengaruhi perubahan fisiologis seseorang.

2.3.4 Faktor- Faktor Yang Mempenagruhi Emosi

Faktor-faktor yang mempengaruhi emosi menurut Yuli Setyowati

(2005) adalah :

1) Sosial ekonomi
Status sosial ekonomi dalam sebuah keluarga mempunyai

peranan yang sangat penting karena secara tidak langsung

mempengaruhi komunikasi dalam sebuah keluarga dari komunikasi

tersebutlah akan terbentuknya suatu emosi yang dapat berupa suatu

emosi yang positif maupun emosi yang negatif.


2) Pendidikan
Pengaruh kognitif berperan penting dalam pembentukan

emosi, ketika kita berpikir postif maka perilaku yang muncul

didorong oleh emosi yang positif berupa optimisme, sedangkan

ketika kita berpikir negatif maka perilaku yang muncul didorong

oleh emosi yang negatif dan aka mengeluarkan energi yang lebih

besar.
3) Riwayat pekerjaan
Jenis pekerjaan sangat berpengaruh pada pembentukan emosi,

adanya tekanan dari suatu pekerjaan menyebabkan pembentukan

emosi yang cenderung negatif.


4) Lingkungan
Faktor lingkungan sangat berperan penting dalam

pembentukan emosi di dalam diri seseorang.


21

5) Umur
Faktor umur sangat berperan penting dalam diri seseorang

karena semakin bertambahnya usia seseorang maka kematangan

emosi dalam dirinya akan bertambah.


6) Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin cenderung mempengaruhi status emosi

dalam diri seorang individu. faktor hormon di dalam tubuh juga

mempunyai peranan penting dalam pembentukan status emosi.

2.4 Konsep Dukungan Keluarga

2.4.1 Definisi Dukungan Keluarga

Menurut Ali (2009) dalam (Tamara, Nauli, Studi, Keperawatan, &

Riau, n.d.) dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap penderita yang sakit. Dukungan bisa berasal dari

orang lain (orangtua, anak, suami, istri atau saudara) yang dekat dengan

subjek dimana bentuk dukungan berupa informasi, tingkah laku tertentu

atau materi yang dapat menjadikan individu merasa disayangi,

diperhatikan dan dicintai.

Menurut Friedman (1998) dalam (Nusi, Wijayanti, & Rahayu,

2010), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga dengan penderita yang sakit. Keluarga juga berfungsi sebagai

sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota keluarga memandang

bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan

pertolongan dan bantuan jika diperlukan.


22

Dukungan keluarga merupakan salah satu bentuk terapi keluarga,

dimana melalui keluarga berbagai macam masalah terutama masalah

kesehatan dapat teratasi (Handayani & Wahyuni, 2012).

Kesimpulannya adalah dukungan keluarga merupakan sikap,

tindakan dan penerimaan suatu keluarga terhadap penderita yang

sedang sakit karena dukungan keluarga adalah salah satu bentuk dari

terapi keluarga berupa informasi, tingkah laku maupun materi yang

dapat mengatasi berbagai masalah salah satunya adalah masalah

kesehatan.

2.4.4 Jenis Dukungan Keluarga

Menurut Adicondro & Purnamasari (2011) dalam (Utami, 2013)

dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga antara lain:

1) Dukungan emosional
Dukungan yang diberikan oleh keluarga seperti rasa empati,

selalu ada mendampingi individu ketika mengalami permasalahan,

dan keluarga menyediakan suasana yang hangat di keluarga dapat

membuat individu merasa diperhatikan, nyaman, diperdulikan dan

dicintai oleh keluarga sehingga individu akan lebih mampu

menghadapi masalah dengan lebih baik.


2) Dukungan Penghargaan
Dukungan yang diberikan oleh keluarga yang dapat berupa

pemberian apresiasi ketika individu mencapai suatu keberhasilan,

pemberian semangat, persetujuan pada pendapat individu dan

perbandingan yang positif dengan individu lain. Dukungan ini

membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.

Dukungan penghargaan sangat dibutuhkan oleh individu yang


23

mengalami asma karena berbagai dampak yang ditimbulkan oleh

asma cenderung dapat membuat rasa percaya diri individu yang

mengalami asma menurun. Adanya penghargaan yang positif dari

keluarga akan membantu individu untuk meningkatkan rasa

percaya dirinya.

3) Dukungan Instrumental
Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga kepada

individu seperti pinjaman materi, pemberian barang, makanan serta

pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi kecemasan

karena individu dapat langsung memecahkan masalah yang

berhubungan dengan materi.


4) Dukungan Informatif
Dukungan yang diberikan yang dapat berupa masukan, saran,

pemberian informasi pengobatan, pengetahuan, petunjuk, atau

umpan balik tentang situasi dan kondisi individu juga sangat

dibutuhkan oleh individu dalam mengatasi permasalahan yang

dihadapi. Adanya dukungan informatif akan membuat wawasan

individu menjadi lebih luas sehingga dapat lebih berpikir positif

dalam menghadapi suatu permasalahan

2.4.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan

Dukungan keluarga dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut

(Amelia et al., 2002)Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan

keluarga antara lain:

1) Faktor internal
a) Tahap perkembangan
24

Artinya dukungan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam

hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan

demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki

pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang

berbeda-beda.
b) Pendidikan atau tingkat pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk

oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar

belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan

kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk

kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang berhubungan

dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang

kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.


c) Faktor emosional
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang

mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit

tersebut dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang

secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai

respon emosional yang kecil selama ia sakit. Seorang individu

yang tidak mampu melakukan koping secara emosional

terhadap ancaman penyakit mungkin akan menimbulkan stress.


d) Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang


25

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.


2) Eksternal
a) Praktik di keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.

Misalnya, klien juga kemungkinan besar akan melakukan

tindakan pencegahan jika keluarga melakukan hal yang sama.


b) Faktor sosio-ekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang

mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel

psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan

lingkungan kerja.Seseorang biasanya akan mencari dukungan

dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini akan

mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.

Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya akan 16

lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.

Sehingga seseorang tersebut akan segera mencari pertolongan

ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.


c) Latar belakang budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai

dan kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan

termasuk cara pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.5 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Respon Emosional

Dukungan dari keluarga sangat membantu dalam mencegah maupun

mengatasi depresi pada lansia, keluarga juga mempunyai tugas dalam

pemeliharaan para anggotanya dan saling memelihara dan saling


26

mempertahankan hubungan timbal balik (Astuti, 2010). Penerimaan diri pada

lansia akan semakin baik apabila adanya dukungan dari lingkungan sekitar

(Marni & Yuniawati, 2015). Dukungan sosial keluarga sangat berperan

penting dalam membantu lansia dalam beradaptasi terhadap perubahan yang

terjadi sehingga dapat menurunkan tingkat depresi (Parasari & Lestari, 2015).

Menurut Maryam (2008) dalam (Handayani & Wahyuni, 2012) menjelaskan

bahwa keluarga merupakan support system yang utama bagi para lansia

dalam menjaga kesehatannya. Memasuki masa lanjut usia pasti akan

mengalami perubahan fisik, mental dan emosional dengan seiring

bertambahnya usia mereka, namun dengan adanya dukungan dari keluarga,

maka sebagian besar masalah mental dan emosional yang berat pada lansia

dapat dicegah (Nusi et al., 2010). Dukungan sosial keluarga yang adekuat

terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas lebih mudah sembuh

dari sakit, dan kesehatan emosi (Suardana, Rasdini, & Kusmarjathi, 2000).

Menurut Brunner & Suddart dalam (Astuti, 2010) menjelaskan kebutuhan

akan dukungan berlangsung sepanjang hidup, dimana dukungan dapat

digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang

merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari – hari. Perasaan saling terikat

dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu

menurunkan perasaan terisolasi.

2.6 Model konseptual keperawatan Imogene M.King


27

Gambar 2.1 Model KeperawatanImogene M.King

Model konseptual keperawatan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Imogene M.King yaitu sistem konseptual dan teori middle-range

pencapaian tujuan. Imogene M.King menjelaskan setiap sistem

mengidentifikasi manusia sebagai elemen dasar dalam sistem, sehingga “unit

analisis dalam kerangka itu adalah perilaku manusia dalam berbagai

lingkungan sosial”. King menunjukkan sebuah contoh dari sistem pribadi

sebagai seorang pasien atau seorang perawat. King menentukan konsep

tentang citra tubuh, pertumbuhan dan perkembangan persepsi, diri, ruang dan

waktu untuk mehjmahami manusia sebagai pribadi.


28

Sistem interpersonal akan terbentuk apabila dua atau lebih individu

berinteraksi, membentuk diad (dua orang) atau triad (tiga orang). Diad dari

seorang perawat dan seorang pasien sebagai salah satu jenis sistem

interpersonal. Keluarga, ketika bertindak sebagai kelompok kecil, juga dapat

dianggap sistem interpersonal. Memahami sistem interpersonal membutuhkan

konsep komunikasi, interaksi, peran, tekanan dan transaksi.

Sebuah sistem interaksi yang lebih komprehensif terdiri dari kelompok-

kelompok yang membentuk masyarakat, disebut sebagai sistem sosial. Sistem

agama, pendidikan dan perawatan kesehatan adalah contoh-contoh dari sistem

sosial. Perilaku berpengaruh dari sebuah keluarga besar pada pertumbuhan

dan perkembangan individu adalah contoh sistem sosial yang lain, dalam

sistem sosial konsep otoritas, pengambilan keputusan, organisasi, kekuasaan,

dan status memandu pemahaman sistem. Dengan demikian, konsep-konsep

dalam kerangka kerja mengorganisasi dimensi-dimensi dan mewakili

pengetahuan untuk memahami interaksi di antara ketiga sistem.

Sistem konseptual King dan teori pencapaian tujuan adalah “didasarkan

pada sebuah asumsi keseluruhan bahwa fokus keperawatan adalah manusia

yang berinteraksi dengan lingkungannya, yang mengarahkan ke keadaan

kesehatan bagi individu, yang mana merupakan sebuah kemampuan untuk

berfungsi dalam peran sosial. Keperawatan adalah sebuah proses aksi, reaksi,

interaksi, dan transaksi interpersonal. Persepsi seorang perawat dan seorang

pasien memengaruhi proses interpersonal(Aligood, 2017).

Pada penelitian ini menggunakan teori keperawatan dari Imogene

M.King yang membahas teori pencapaian tujuan adalah “didasarkan pada


29

sebuah asumsi keseluruhan bahwa fokus keperawatan adalah manusia yang

berinteraksi dengan lingkungannya, yang mengarahkan ke keadaan kesehatan

bagi individu, yang mana merupakan sebuah kemampuan untuk berfungsi

dalam peran sosial.Keberhasilan dari fungsi dalam pencapaian peran sosial di

dukung dengan adanya interaksi dalam keluarga yaitu adanya dukungan

keluarga. Hal ini di dukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Frey

(1989) menjelaskan bahwa dukungan keluarga dapat membantu penyesuaian

diri dengan stressor di lingkungan internal maupun eksternal dalam mengatasi

krisis situasional.

2.7 Kerangka Teori Model Keperawatan Imogene M.King

Perawat Pasien
30

Persepsi Tindakan
keputusan keputusan
tindakan persepsi

Reaksi

Interaksi

Sistem Sistem
Sistem
sosial interpersonal
Respon pribadi
emosional
Reaksi - Diad ( 2 orang)
- Triad (3 orang)
- Citra tubuh
Dukungan - Pertumubuhan dan
- Situasi Keluarga Perkembangan
keluarga
- Orang - Persepsi
- Subjek - Diri
- Konsep - Ruang
komunikasi - waktu
- Interaksi peran
- Tekanan

Transaksi

Umpan balik

Gambar 2.2. Kerangka Teori Model Keperawatan Imogene M.King


33

Maping Jurnal Penelitian


Tabel 2.1. Jurnal-jurnal yang berhubungan dengan penelitian “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Respon Emosional Pada Lansia Dengan Sindrom Diogenes
Di Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019”

No Judul Artikel : Penulis, Tahun Metode (Design, Sampel, Variabel, Instrument, Hasil Penelitian
Analisis)

1 Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Design : Penelitian ini menggunakan desain analitik Berdasarkan hasil uji statistik Spearman’s Rho
Tingkat Depresi Pada Lanisa di yang merupakan studi korelasi. dengan SPSS yang didasarkan pada taraf
Posyandu Sejahtera GBI Setia Bakti Sampel : Jumlah sampel sebanyak 61 responden, kemaknaannya yang ditetapkan α ≥ 0,05
Kediri. diambil secara purposive sampling. didapatkan  = 0,000 yang berarti Ho ditolak .
Penulis : Vitaria Wahyu Astuti Variabel : Dukungan keluarga dan tingkat depresi Dengan demikian hipotesis yang mengatakan ada
Tahun : 2010 Instrument : Instrument pada penelitian ini adalah hubungan antara Hubungan Dukungan Keluarga
menggunakan modifikasi konsep dengan Tingkat Depresi Lansia Di Posyandu
dukungan keluarga yang terdiri dari Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri diterima.
dukungan emosional, penghargaan,
instrumental, dan informatif. Untuk
tingkat depresi menggunakan
Geriatric Depression Scale Shoth
Form.
Analisis :Uji statistik Spearman Rho dengan versi
SPSS 11.

2 Judul : Mediating and Moderating Effects in Design : Studi Ageism and Health 2013 (n Z 816), Meskipun ageism secara signifikan dikaitkan
Ageism and Depression among the cross-sectional dengan gejala depresiB Z 0,27, p <0,0001),
Korean Elderly: The Roles of Emotional Sampel : lansia yang tinggal di kota dan pedesaan asosiasi sepenuhnya dimediasi oleh emosireaksi
Reactions and Coping Reponses berusia 60e89 tahun di Korea Selatan. seperti kemarahan, kesedihan, dan
Penulis : Il-Ho Kim, Samuel Noh, Heeran Chun Peserta dengan setidaknya satu pengalaman ketidakberdayaan. Mengatasi masalah-
Tahun : 2015 ageism melaporkan reaksi emosional berfokus,terutama konfrontasi dan dukungan
mereka dan tanggapan koping. sosial, yang tampaknya mengurangi dampakreaksi
Variabel : Depresi dan reaksi emosional emosional pada depresi, sedangkan koping yang
Instrument : The Center for Epidemiologic Studies berfokus pada emosi diperburukefek samping.
34

Depression (CES-D) scale dan The


Palmore Ageism Scale
Analisis :Chi-square tests

3 Judul : Diogenes syndrome in a patient with Design : - Diogenes syndrome (DS) ditandai dengan
obsessive–compulsive disorder without Sampel : Mr.A pengabaian diri, digambarkan secara klasik dengan
hoarding. Variabel : Sindrom diogenes dan gangguan obsesif- penampilan pribadi yang kotor, rumah yang kotor,
Penulis : Leonardo F. Fontenelle kompulsif tanpa menimbun dan penimbunan dari sampah. Kami melaporkan
Tahun : 2007 Instrument : - seorang pasien dengan DS yang mengalami
Analisis : - gangguan obsesif-kompulsif dan sindrom Tourette
tanpa adanya penimbunan. Kita menyarankan
bahwa penimbunan mungkin merupakan gejala
dari kondisi yang sering komorbid dengan DS,
tetapi bukan salah satu fitur mendasarnya.

4 Judul : Diogenes Syndrome Neglect Of Personal Design : - Sindrom diogenes ditandai dengan
Hygiene Anda The Living Environment Sampel :Seorang wanita berusia 87 tahun pengabaian diri yang parah,
Penulis:Aza Abdulla, Ahmed Khwanda, Variabel : Sindrom Diogenes, kebersihan diri dan kemelaratan, penarikan sosial,
Udayaraj Umasankar. lingkungan tempat tinggal silogomania, dan penolakan bantuan.
Tahun : 2009 Instrument : - ItuGangguan biasanya terdeteksi hanya
Analisis : - ketika telah mencapai tingkat krisis
danalarm dinaikkan oleh kerabat atau
tetangga. Istilah ini diciptakan oleh Clark
et al
pada tahun 1975 mengikuti filsuf Yunani
Diogenes yang hidup sebagai pertapa.

5 Judul : Harnessing neuroplasticity in Diogenes Design : - Pengabaian ekstrim terhadap ruang


syndrome: A proposedmechanism to Sampel : - hidup dan perawatan diri seseorang
explain clinical improvement Variabel : - adalah kondisi membingungkan yang
Penulis : Jessica E. Waserman, Ana Instrument :- disebut sindrom Diogenes,
Hategan, James A. Analisis : - di mana hasil intervensi seringkali
Bourgeois buruk, dengan tingkat kekambuhan dan
35

Tahun : 2014 kematian yang tinggi. Sedikit yang


punya telah dilaporkan mengenai
pendekatan manajemen. Kami
menyajikan kasus sindrom Diogenes
responsif terhadap paradigma perilaku
terstruktur selama masuk rumah sakit
dan berspekulasi tentang mekanisme
perawatan perilaku berbasis
neuroplastisitas dalam memfasilitasi
perbaikan klinis.

6 Judul : Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Design : Analitik menggunakan pendekatan cross Tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan
Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti sectional kepatuhan lansia dalam mengikuti posyandu lansia
Posyandu Jetis Desa Krajan Kecamatan Sampel : Pengambilan sampel menggunakan teknik di posyandu Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru
Weru Kabupaten Sukoharjo simple random sampling dengan jumlah Kabupaten Sukoharjo.
Penulis : Dwi Handayani, Wahyuni sampel 100
Tahun : 2012 Variabel : Dukungan keluarga dan kepatuhan lansia
Instrument : Kuesioner yang terdiri dari pertanyaan
yang mengacu pada variabel bebas
Analisis : Chi Square

7 Judul : Hubungan Antara Dukungan Sosial Design : - Ada hubungan yang sangat signifikan antara
Dengan Depresi Pada Lanjut Usia yang Sampel :32 lanjut usia sebagai subjek dalam try out, variabel dukungan sosial dengan variabel depresi
Tinggal di Panti Wreda Wening Wardoyo dan 35 lanjut usia sebagai subjek dalam pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda
Jawa Tengah penelitian menggunakan teknik Wening Wardoyo Jawa Tengah (rxy = -0,487,
Penulis : Meta Amelia Widya Saputri, Endang pengambilan sample simple random F=10,245 dan p=0,003). Berdasarkan hasil
Sri Indrawati sampling. tersebut, hipotesis yang menyatakan bahwa
Tahun : 2011 Variabel : Dukungan sosial dan depresi terdapat hubungan yang negatif antara dukungan
Instrument :Skala psikologis yang dibuat sendiri oleh sosial dengan depresi terbukti, sehingga hipotesis
peneliti, yaitu skala depresi dan skala yang diajukan pada penelitian diterima. Penelitian
dukungan sosial. yang telah dilakukan, menunjukkan adanya bukti
Analisis : Analisis regresi sederhana hubungan antara dukungan sosial dengan depresi
pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wreda
36

Wening Wardoyo Jawa Tengah.

8 Judul : Diogenes' syndrome in patients with Design : - Sindrom Diogenes ditandai dengan
intellectualdisability: `a rose by any Sampel : - tanda selfneglect, penarikan sosial
other name'? Variabel : - danpenimbunan sampah (silogomania).
Penulis : H. Williams, R. Clarke, Y. Fashola & Instrument :- Sindromnya telah dilaporkan terjadi
G. Holt Analisis :- dalam hubungan dengan luasberbagai
Tahun : 1998 kondisi, tetapi penulis saat ini
tidak dapat menemukan laporan
Diogenes sebelumnya.

9 Judul : Hubungan Antara Dukungan Sosial Design : Penelitian kuantitatif dengan metode Hasil pengujian hipotesis menggunakan uji
Keluarga dengan Penerimaan Diri korelasi Pearson Product Moment menunjukkan hasil nilai r
Individu yang Mengalami Asma Sampel : 105 individu yang mengalami asma di sebesar 0,687 dengan nilai signifikansi sebesar
Penulis : Ni Made Sintya Noviana Utami Rumah Sakit Sanjiwani Gianyar yang 0,000. Nilai signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05
Tahun : 2013 dipilih dengan teknik sistematik random sehingga hipotesis nol (Ho) pada penelitian ini
sampling. ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima yang
Variabel : Dukungan sosial dan penerimaan diri menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
Instrument : Kuesioner dukungan sosial keluarga dan dukungan sosial keluarga dengan penerimaan diri
kuesioner penerimaan diri individu yang mengalami asma.
Analisis : Analisis Pearson Product Moment

10 Judul : Intergenerational relationship, family Design : - Hubungan antar generasi secara


social support, and depression among Sampel :Stratified multi-stage probability langsung mempengaruhi tingkat depresi
Chinese elderly: A structural equation sampling digunakan untuk lansia. Dukungan sosial
modeling analysis mengumpulkan sampel keluargamemainkan peran mediasi
Penulis: Li Chunkai, Jiang Shan, Zhang Xinwen (N = 11.511). antara hubungan antar generasi dan
Tahun : 2019 Variabel : Generasi, dukungan sosial dan depresi depresi. Temuan kami dapat
Instrument :Studies Depression Scale (CES-D) berkontribusiteori dan pengetahuan saat
Analisis : - ini dan memberikan implikasi dalam
kebijakan sosial, layanan pensiun, dan
pekerjaan sosialintervensi untuk orang
tua di Cina
37

11 Judul : Lanjut Usia dan Permasalahannya Design : - Proses bertambahnya usia mulai dari lahir hingga
Penulis : Supriadi Sampel : - tua merupakan proses alamiah yang mesti terjadi
Tahun : 2015 Variabel : - dan tidak dapat dihalang-halangi dengan cara
Instrument :- apapun. Sebagai manusia yang bijak, hal yang
Analisis :- mesti dilakukan hanyalah berusaha memahami
masing-masing tahap perkembangan tersebut,
berikut dengan ciri-cirinya, gejala-gejalanya, dan
perkembangan psikologis yang terjadi pada
priodesasi tertentu.

12 Judul : Pengaruh Faktor-Faktor Psikososial dan Design : Studi cross sectional Sebanyak 128 lansia dilibatkan dalam penelitian
Insomnia Terhadap Depresi Pada Lansia Sampel : 128 lansia ini. Usia rata-rata responden adalah 70,23 tahun
di Kota Variabel : Faktor-faktor psikososial dan insomnia (kisaran: 60-88 tahun), dengan 32,8% responden
Penulis : Carla R. Marchira, Ronny T. Wirasto, Instrument : Instrumen Studi Stresor Psikososial adalah laki-laki. Faktor risiko signifikan untuk
Sumarni DW (IPSP),kuesioner Dukungan Sosial, depresi termasuk seks (p <0,05), usia (p <0,05),
Tahun : 2007 Pemeriksaan Keadaan Mental Mini tingkat pendidikan (p = 0,001), stresor psikososial
untuk penyaringan kognitif; Insomnia (p <0,001), tingkat agama (p = 0,001), insomnia (p
KSPBJ Skala Peringkat; dan instrumen <0,001), dan dukungan sosial (p <0,001). Dalam
doa dari KPDRY. regresi logistik multivariat, dukungan sosial adalah
Analisis : regresi logistik diidentifikasi sebagai faktor signifikan dengan p
<0,001 dan r2 sebesar 61,9%.

13 Judul : Pengaruh Dukungan Sosial Dan Design : jenis penelitian potong lintang (cross- Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan
Pengetahuan Tentang TB Terhadap sectional) sosial mempengaruhi motivasi dan pengetahuan
Motlvasl Untuk Sembuh Penderita Sampel : 86 pasien TB dengan koefisien g = 0,71 (nilai T =5,82 D 1,96)
Tuberkulosis Paru Yang Berobat Dl Variabel : Dukungan sosial, pengetahuan tentang TB dan g = 0,57 (nilai T = 3,51> 1,96), masing-masing
Puskesmas dan Motivasi Atau ada efek langsung dari dukungan sosial tetapi
Penulis : Tety Rachrnawati, Turniani Instrument : Sebagai alat ukur menggunakan Skala tidak ada langsung pengaruh dukungan terhadap
Tahun : 2006 Likert untuk motivasi dan dukungan pengetahuan terhadap motivasi untuk sembuh.
sosial Dukungan emosional terkuat adalah dengan cara
Analisis : Tes non parametrik, uji Kolgomorov- cuntract di mana pengobatan TB di pusat
Smirnov 1 (satu) sampe kesehatan. Juga dukungan jaringan sangat penting
38

dalam kontrak dimana pengobatan TB masuk


pusat kesehatan.

14 Judul : Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Design : cross-sectional Hasil penelitian menunjukkan Dukungan sosial
Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Sampel : 40 responden yang memenuhi keluarga diperoleh hasil terbanyak dengan katagori
Mellitus Tipe Ii Di Puskesmas Iv kriteria inklusi Pasien DM baik yaitu sebanyak 38 orang (95%). Kualitas
Denpasar Selatan Variabel : Dukungan sosial keluarga dan kualitas hidup pasien DM diperoleh hasil terbanyak dengan
Penulis : I Ketut Suardana1, I G.A. Ari Rasdini, hidup katagori baik yaitu sebanyak 30orang (75%). Tidak
Ni Ketut Kusmarjathi Instrument : Diabetes Quality of Life (DQOL) ada hubungan dukungan sosial keluarga dengan
Tahun : 2015 Analisis : Spearman Rho Kualitas hidup pasien DM dengan nilai signifikansi
(p) = 0,195 dan nilai koefisien korelasi (r) =
-0,209.

15 Judul : Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Design : Penelitian kuantitatif dengan pendekatan Berdasarkan hasil analisis data yang telah
Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di korelasional dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada
Kelurahan Sading Sampel : 233 lansia di Kelurahan Sading yang hubungan yang signifikan antara dukungan sosial
Penulis :Gusti Ayu Trisna Parasari dan Made diambil dengan menggunakan teknik simple keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di
Diah Lestari random sampling Kelurahan Sading. Hubungan yang terjadi yaitu
Tahun : 2015 Variabel : Dukungan sosial keluarga dan tingkat hubungan berlawanan arah, yang memiliki arti
depresi bahwa semakin tinggi dukungan sosial keluarga
Instrument : Skala dukungan sosial keluarga dan maka tingkat depresi akan semakin rendah. Pada
skala tingkat depresi (Geriatric data demografi, ditemukan perbedaan yang
Depression Scale) signifikan antara usia, sumber biaya sehari-hari,
Analisis : Analisis korelasi Rank Spearman status pasangan, riwayat penyakit, serta kegiatan
yang diikuti lansia pada tingkat depresi.

16 Judul : Pola Komunikasi Keluarga Design : Metode kualitatif deskriptif Penerapan pola komunikasi keluarga sebagai
danPerkembangan Emosi Sampel : 18 keluarga bentuk interaksi antara orang tua dengan anak
Anak(Studi Kasus Penerapan Pola Variabel:Pola komunikasi keluarga dan maupun antaranggota keluarga memiliki implikasi
KomunikasiKeluarga dan perkembangan emosi anak terhadap proses perkembangan emosi anak. Dalam
Pengaruhnya Instrument : Wawancara mendalam (in-depth proses komunikasi tersebut, anak akan belajar
terhadapPerkembangan Emosi interview) dan observasi langsung mengenal dirinya maupun orang lain, serta
Anakpada Keluarga Jawa) berperan pasif memahamiperasaannya sendiri maupun orang lain.
39

Penulis : Yuli Setyowati Analisis : model analisis interaktif Pola komunikasi yang demokratis dan interaktif
Tahun : 2005 secara kultural pada akhirnya akan menentukan
keberhasilan proses sosialisasi pada anak. Proses
sosialisasi menjadi penting karena dalam proses
tersebut akan terjadi transmisi sistem nilai yang
positif kepada anak. Sistem nilai dalam budaya
Jawa yangdisosialiasikan kepada anak, banyak
memberikan pengaruh positif terhadap
pembentukan dan perkembangan emosi anak.
Dalam hal ini adalah sistem nilai yang
berhubungan dengan kualitas-kualitas emosi anak,
antara lain nilai-nilai tentang sikap hormat, tata
krama atau sopan-santun, kesabaran dalam
menyelesaikan masalah masalah, serta toleransi
yang menjadi dasarterbentuknya sikap empati
anak. Dengan demikian, anak-anak akan tumbuh
danberkembang menjadi pribadi yang cerdas, baik
secara intelektual maupun emosional, yang
akhirnya menjadi dasar bagi kecerdasan yang lain,
yaitu kecerdasan sosial, moral, dan spiritual.
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Dukungan Respon
Keluarga Emosional
Lansia

- Umur
- Jenis Kelamin

- Pendidikan
- Riwayat
Pekerjaan
- Sosial Ekonomi

Keterangan :

Diukur :

Tidak diukur :

Gambar 3.1 Kerangka konseptual Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap


Respon Emosional Pada Lansia Dengan Sindrom Diogenes di Desa
Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019

3.2 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini yaitu “ Ada hubungan antara dukungan

keluarga terhadap respon emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di

Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019”.

40
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

Korelasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian ini

menekankan waktu/pengukuran observasi data variabel independen dan

dependen hanya satu kali dan juga penilaian pada variabel independen dan

dependen hanya satu kali saja (Nursalam, 2015).

4.2 Populasi, Sampel (kriteria inklusi, eksklusi), Besar Sampel (sampel size),

dan Teknik Pengambilan Sampel (sampling).

4.2.1 Populasi

Populasi adalah eseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau

generalisasi (Supardi & Rustika, 2013). Populasi dalam penelitian ini

adalah 49 orang lanjut usia yangmengalami Sindrom Diogenes.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebuah gugus atau sejumlah tertentu anggota

himpunan yang dipilih dengan cara tertentu agar mewakili populasi.

Untuk dapat menjadi sampel harus memenuhi kriteria sampel, dimana

kriteria sampel dibagi dua yaitu yang pertama kriteria inklusi yang

merupakan persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh subyek

penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam penelitian dan yang

41
42

kedua kriteria eksklusi yang merupakan keadaan yang menyebabkan

subyek penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat

diikutsertakan dalam penelitian (Supardi & Rustika, 2013a).

Kriteria inklusi penelitian ini yaitu :

1) Lansia yang bisa berkomunikasi dengan baik


2) Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu :

1) Memiliki keterbatasan atau kelumpuhan anggota gerak atas


2) Lansia yang pindah tempat tinggal dengan tetap pada saat

penelitian
3) Lansia yang meninggal dunia pada saat penelitian

4.2.3 Besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini diambil dari keseluruhan jumlah

populasi lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru. Populasi

<1000 maka ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : N = besar populasi

n = besar sampel

d = tingkat signifikasi (0,05)

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini adalah :

43,65
43

Besar sampel minimal adalah 44 orang.

Peneliti juga mengantisipasi apabila adanya responden yang drop out

pada sampel penelitian, dengan rumus :

Keterangan :

f = konstanta nilai10%

Perhitungan sampel drop out adalah :

( 2 orang)

Besar sampel yang diteliti = 44 + 2 = 46 orang

4.2.4 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Dalam penelitian ini menggunakan cara pengambilan sampel yaitu

probality sampling dengan teknik Simple Random

Samplingdimanapengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan

secara acak atau undian tanpa memperhatikan strata yang ada dalam

populasi, karena anggota populasi dalam penelitian ini memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian.


44

4.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

4.3.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa

saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya

(Nursalam, 2015).

Variabel dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1) Variabel bebas (Independent Variable) pada penelitian ini adalah

dukungan keluarga.
2) Variabel terikat (Dependent Variable) pada penelitian ini adalah

respon emosional
45

4.3.2 Definisi Operasional Variabel

Tabel 4.1 Definisi Operasional Dukungan Keluarga dan Respon Emosional Pada
Lansia Dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Tahun 2019.

Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Kategori


Dukungan Keterlibatan keluarga dalam - Dukungan Kuesioner Ordinal 20-33 = kurang
Keluarga memberikan suatu dukungan emosional, Dukungan 34-47= cukup
pada lansia yang mengalami - Dukungan Sosial 48-60 = baik
Sindrom Diogenes dengan informasi, Keluarga
cara mengisi kuesioner yang - Dukungan
telah disiapkan oleh peneliti. instrumental
- Dukungan
penghargaan
.
Respon Respon emosilansia yang - Reaksi Kuesioner Ordinal 18-10 = kurang
Emosional dapat diungkapkan secara negatif Respon 29-19 = cukup
langsung maupun tidak - Reaksi Emosional 40-30 = baik
langsung pada lansia dengan positif
Sindrom Diogenes dengan
cara mengisi kuesioner yang
telah disiapkan oleh peneliti.
Umur Lama hidup responden dari Tanggal Lahir Kuesioner Ordinal  Menjelang
lahir sampai penelitian Responden data usia lanjut
dilihat dari demografi (60-74)
Kartu Tanda  Usia tua (75-
Penduduk 90)
(KTP)  Sangat tua
(≥90)

Jenis Kelamin Merupakan karakteristik kartu tanda Kuesioner Nomin  Laki-laki


biologis yang dilihat dari penduduk data al  Perempuan
penampilan fisik maupun demografi
psikologis
46

4.4 Instrument Penelitian

4.4.1 Variabel Independen

Variabel independen pada penelitian ini adalah dukungan keluarga dan

instrumen yang digunakan adalah kuesioner Dukungan Sosial Keluarga

yang terdiri dari 20 pertanyaan, dimana terdiri dari 15 pertanyaan

favourablediantaranya pertanyaan no 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 17, dan 15 serta 5 pertanyaan unfavourable yaitu pertanyaan no

3, 4, 16, 19, dan 20. Kuesioner ini sudah di uji validitas dengan niai r

hitung > r tabel (0,361) yang berarti item pertanyaan tersebut adalah

valid. Setelah di uji realibilitas dan didapatkan hasil Cronbach Alpha

0,752 atau lebih besar dari 0,6 yang berarti item pertanyaan tersebut

adalah reliabel (Priastana, Haryanto, & Suprajitno, 2018).

4.4.2 Variabel Dependen

Variabel dependen pada penelitian ini adalah respon emosional dan

instrument yang digunakan dalam mengukur respon emosional yaitu

kuesioner respon emosional yang terdiri dari 10 pernyataan, dimana

terdiri dari 6 pernyataan favourableyaitu pernyataan no 1, 3, 5, 7, 8, 10

dan 4 pernyataan unfavourable yaitu pernyataan no 2, 4, 6, 9. Kuesioner

ini sudah di uji validitas dengan niai r hitung > r tabel (0,361) yang

berarti item pertanyaan tersebut adalah valid. Setelah di uji realibilitas

dan didapatkan hasil Cronbach Alpha 0,896 atau lebih besar dari 0,6

yang berarti item pertanyaan tersebut adalah reliabel.


47

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas I Negara

yaitu di Desa Banyubiru, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Mei 2019.

4.6 Prosedur Pengambilan Data atau Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu

dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder.

a) Data primer diperoleh dari kuesionner yang diberikan kepada lansia

dengan Sindrom Diogenes untuk mengidentifikasi dukungan keluarga dan

respon emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes.


b) Data sekunder diperoleh dari hasil studi pendahuluan dengan

mendapatkan data lansia dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana,

kemudian mendapatkan data dari Wilayah Kerja Puskesmas I Negara

setelah itu mendapatkan data dari kantor Desa Banyubiru dan mendatangi

responden secara langsung untuk mengetahui lansia yang mengalami

Sindrom Diogenes menggunakan cek list yang terdiri dari ciri-ciri dari

Sindrom Diogenes.

Prosedur pengumpulan data dilakukan setelah peneliti mengurus surat-

surat ijin kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Provinsi

Bali selanjutnya peneliti mengurus surat rekomendasi dari Kepala Kesatuan

Bangsa dan Politik (Kesbangpol) menyerahkan surat izin beserta tembusan

penelitian ke Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten

Jembrana, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana, Kepala Puskesmas

I Negara dan Kepala Desa Banyubiru untuk memohon izin melakukan


48

penelitian tersebut. Peneliti kemudian mengidentifikasi sampel yang akan

diteliti sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang telah ditentukan.

Peneliti mengunjungi lansia dengan Sindrom Diogenes ke rumah dan

menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti, kemudian peneliti memberikan

lembar informed consentdan lembar kuesioner kepada responden. Peneliti

mengobservasi data kuesioner yang telah diisi oleh responden.

4.7 Cara Analisis Data

4.7.1 Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mengidentifikasivariabel bebas

(dukungan keluarga) dan variabel terikat (respon emosional) dan

confounding (umur, riwayat pekerjaan, pendidikan, sosial ekonomi dan

status perkawinan) akan dicantumkan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

4.7.2 Bivariat

Analisa data bivariat digunakan untuk menganallisis hubungan

kedua variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah

uji statistik non parametrik yang digunakan untuk menguji data jenis

kategorikal, dimana dalam penelitian ini variabel bebas yaitu dukungan

keluarga yang memiliki skala ordinal dan variabel terikat dalam

penelitian respon emosional memilik skala ordinal. Analisis satistik

yang digunakan adalah menggunakan uji Spearman Rho. Pengolahan

data dilakukan secara komputerisasi menggunakan program SPSS 17

for windows.
49

4.8 Kerangka Operasional/Kerja

Menentukan lansia dengan Sindrom


Diogenes menggunakan lembar
observasi

Menentukan sampel yang sesuai


dengan kriteria inklusi dan eksklusi

Memberikan kuisioner
kepada semua sampel

Mengumpulkan hasil dari


pengisian kuisioner
Melakukan pengolahan data dan
analisis data

Penyajian data dan penulisan hasil


penelitian

Gambar 4.1 Kerangka Operasional Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga


Terhadap Respon Emosional Pada Lansia dengan Sindrom
Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten
Jembrana Tahun 2019.

4.9 Etika Penelitian

4.9.1 Prinsip Menghormati Martabat Manusia (Respect For Persons)

Pada penelitian ini peneliti menjelaskan isi dari lembar penjelasan

setelah itu peneliti meminta persetujuan untuk menjadi responden

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consentdiberikan


50

sebelum dilakasanakannya penelitian dengan tujuan agar responden

mengerti dengan tujuan, manfaat maupun kerugian dari penelitian ini.

Responden dapat memutuskan untuk menyetujui lembar persetujuan

atau tidak, dengan itu peneliti menghormati hak dari responden

tersebut. Penelitian ini akan dilakukan selama ± 30 menit, peneliti

pengumpulan data dalam satu kali pertemuan pada masing-masing

responden, sehingga peneliti menekankan pada responden jika merasa

tidak nyaman maka responden berhak mengundurkan diri dari

partisipasinya dalam proses penelitian(Supardi & Rustika, 2013).


4.9.2 Prinsip Etika Baik (Beneficence)
Prinsip ini memberikan manfaat pada orang lain, bukan untuk

membahayakan orang lain. Dalam proses penelitian ini sebelum

responden diberikan kuesioner peneliti sudah menjelaskan kepada

responden mengenai manfaat, keuntungan serta kerugian dari penelitian

ini melalui lembar informasi/penjelasan untuk melindungi responden

dari ketidaknyamanan baik fisik dan psikologi. Penelitian ini sudah

mendapatkan izin untuk melakukan penelitian seperti yang sudah

dijelaskan dalam tahap persiapan.

4.9.3 Adil (Justice)


Peneliti akan memberikan perlakuan yang sama rata dan tidak

membeda-bedakan dalam pembagianbeban dan juga manfaat bagi

semua responden. Penelitian ini memberikan jaminan mengikutsertakan

semua responden yang akan mendapatkan manfaat dalam penelitian.


51
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Pengantar

Hasil penelitian dan analisis data akan dibahas pada bab ini yang

mengenai hubungan dukungan keluarga terhadap respon emosional pada

lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara

Kabupaten Jembrana tahun 2019. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal

1-31 Mei 2019. Penelitian ini dilakukan dengan mendatangi rumah

responden satu persatu, kemudian melakukan wawancara terstruktur

menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan respon emosional.

Jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 46 orang lansia dengan

Sindrom Diogenes.

5.1.2 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Banyubiru terdiri dari 4 banjar yaitu banjar Air Anakan,

Banyubiru, Berawan Salak dan Pebuahan. Luas wilayah desa Banyubiru

939 km2 dengan batas wilayah sebelah utara yaitu desa Kaliakah,

kemudian batas wilayah selatan yaitu desa Baluk, lalu batas wilayah

timur desa Kaliakah dan batas wilayah barat yaitu desa Tukad Daya.

Jumlah penduduk keseluruhan berdasarkan data pada bulan Desember

2018 sebanyak 10.297 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebnayak

5.243 jiwa, lalu jumlah penduduk perempuan sebanyak 5.054 jiwa dan

jumlah lansia sebanyak 665 jiwa.

52
53

Pada penelitian ini tidak memerlukan penyediaan fasilitas seperti

pendamping dan ruangan khusus untuk menunjang penelitian karena

penelitian ini peneliti mengunjungi rumah responden satu persatu.

5.1.3 Hasil Penelitian Karakteristik

1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur pada lansia

dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara

Kabupaten Jembrana tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah

ini.

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase (%)


1 60-74 (usia lanjut) 32 69,6
2 75-90 (usia tua) 13 28,3
3 >90 (sangat tua) 1 2,1
Jumlah 46 100

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rentang umur paling

banyak pada rentang usia 60-74 tahun (usia lanjut) sebanyak 32

responden (69,6%), kemudian pada rentang usia 75-90 tahun (usia tua)

sebanyak 23 responden (28,3%) dan paling rendah pada rentang usia

>90 tahun (sangat tua) sebanyak 1 responden (2,2%).

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin lansia

pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan

Negara Kabupaten Jembrana tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 5.2 di

bawah ini.
54

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persantase (%)


1 Laki-laki 21 45,7
2 Perempuan 25 54,3
Jumlah 46 100,0

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada jenis kelamin

perempuan paling banyak yaitu sebanyak 25 responden (54,3%) dan

pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 21 responden (45,7%).

5.1.4 Hasil Analisis Variabel

1) Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Sindrom Diogenes

Ditribusi frekuensi responden berdasarkan dukungan keluarga

pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan

Negara Kabupaten Jembrana tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 5.3

di bawah ini.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga pada


Lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan
Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019

No Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase(%)


1 Kurang 3 6,5
2 Cukup 7 15,2
3 Baik 36 78,3
Jumlah 46 100

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keseluruhan

jumlah responden terdapat 3 responden (6,5%) dengan dukungan

keluarga kurang, kemudian 7 responden (15,2%) dengan dukungan

keluarga cukup dan 36 responden (78,3%) dengan dukungan keluarga

baik.
55

2) Respon Emosional pada Lansia dengan Sindrom Diogenes

Distribusi frekuensi responden berdasarkan respon emosional

pada lansia den gan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan

Negara Kabupaten Jembrana tahun 2019 dapat dilihat pada tabel 5.4 di

bawah ini.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Respon Emosional pada


Lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan
Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019

No Respon Emosional Frekuensi Persentase(%)


1 Kurang 3 6,5
2 Cukup 6 13,0
3 Baik 37 80,5
Jumlah 46 100

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keseluruhan

jumlah responden terdapat 3 responden (6,5%) dengan respon

emosional kurang, kemudian terdapat 6 responden (13,0%) dengan

respon emosional cukup dan 37 responden (80,4%) dengan respon

emosional baik.

5.1.5 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Respon Emosional

Berikut ini untuk menunjukkan tabel hubungan dukungan keluarga

dengan respon emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa

Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun 2019 dapat

dibuat tabel tabulasi silang di bawah ini.


56

Tabel 5.5. Tabulasi Data Bivariat

Respon
Kurang Cukup Baik Total
Emosional

Dukungan
F % F % F % F %
Keluarga

Kurang 3 6,5 0 0 0 0 3 6,5


Cukup 0 0 6 13,0 1 2,2 6 13,0
Baik 0 0 0 0 36 78,3 37 80,4
Total 3 6,5 6 13,0 1 2,2 46 100

Berdasarkan tabel diatas dukungan keluarga dalam kategori cukup

dengan respon emosional dalam kategori baik terdapat 3 responden

(6,5%), kemudian dukungan keluarga dalam kategori cukup dengan

respon emosional dalam kategori cukup terdapat 6 responden (13,0%),

dukungan keluarga dalam kategori cukup dengan respon emosional

dalam kategori baik terdapat 1 responden (2,2%), dan dukungan keluarga

dalam kategori baik dengan respon emosional dalam kategori baik

terdapat 36 responden (78,3%) dari total keseluruhan terdapat 46

responden (100%).

Sesuai dengan tujuan dari penelitian maka utuk mengetahui

hubugan aatara dukungan keluarga dengan respon emosional pada lansia

degan Sidrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara

Kabupaten Jembrana. Berikut ini adalah hasil analisis Spearman Rho

Rdapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 5.6. Hasil Uji Statistik Bivariat

Analisis Spearman Rho Hasil


N 46
Koofisien korelasi (r) 0,945
p-value 0,000
57

Hasil analisis Spearman Rho didapatkan koofisien korelasi (r) =

0,945 dan dilakukan perbandingan r hitung 0,945 > r tabel 0,2907 dengan

jumlah N= 46 responden dan p value 0.000 < 0.05, sehingga Ho ditolak

dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

dukungan keluarga terhadap respon emosional pada lansia dengan

Sindrom Diogenes.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Karakteristik Responden

1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa respon

emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru

yang memiliki respon emosional yang baik paling dominan pada

kategori usia 60-74 tahun (usia lanjut).

Emosi merupakan suatu ungkapan dari suatu kondisi tertentu

dan emosi akan memunculkan yang namanya reaksi emosional.

Reaksi emosional akan terbentuk apabila seseorang menghadapi

suatu peristiwa, dimana pada lansia akan banyak menghadapi

perubahan yang berkaitan dengan seiring bertambahnya usia oleh

karena itu bagi individu yang tidak dapat menerima perubahan

tersebut berarti mekanisme pertahanan diri di dalam dirinya kurang

baik. Lansia pada umumnya memiliki emosi yang tidak stabil

sehingga memunculkan reaksi emosi yang beragam tergantung dari

proses penerimaan diri pada lansia tersebut. Mekanisme koping di


58

dalam tubuh, dimana suatu masalah terjadi pada individu kemudian

dari masalah tersebut menimbulkan reaksi emosi yang adaptif atau

maladaptif sehingga dari reaksi tersebut menyebabkan perasaan

cemas. Kecemasan yang berlangsung lama akan menimbulkan

stress, dari stress tersebutlah akan memunculkan reaksi emosional

yang negatif atau maladaptif (Sari & Nuryoto, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Bonar Hutapea (2011), yang

menunjukkan bahwa lansia yang memiliki emosi yang dalam

rentang baik dan cukup, hal ini dikarenakan pada lansia yang baru

memasuki masa lansia, dimana emosi masih belum stabil dan juga

didukung dengan pengalaman intelektual yang dimiliki oleh lansia

tersebut. Pengalaman intelektual yang semakin baik maka respon

emosi juga akan baik begitupun sebaliknya jika pengalaman

intelektual yang dimiliki kurang baik maka respon emosi pada orang

tersebut lebih tidak dapat terkontrol.

Penelitian yang dilkukan oleh Supriadi (2015), dimana lansia

memiliki emosi baik, cukup dan kurang. Emosi yang berbeda-beda

didukung oleh permasalahan pada lansia yang muncul karena adanya

ketegangan emosional yang meningkat pada lanjut usia seiring

dengan perubahan-perubahan yang telah terjadi pada seseorang yang

memasuki usia lanjut. Reaksi seseorang terhadap perubahan-

perubahan yang dialaminya pada saat sudah memasuki lanjut usia

beragam tergantung dengan kepribadian individu itu sendiri.

Kecenderungan emosional yang meningkat pada lansia menjadikan


59

perubahan tersebut sebagai suatu permasalahan, sehingga

mengakibatkan adanya gangguan pada kejiwaan dan status emosi

yang meliputi kecemasan dan rasa takut.

Pada penelitian ini umur yang paling dominan pada lansia usia

60-74 tahun (usia lanjut) dengan respon emosional yang baik. Hal

tersebut dapat terjadi karena pada usia tersebut awal seseorang

memasuki masa lansia yang mana akan mengalami perubahan-

perubahan fisiologis yang membuat lansia mengalami kesulitan

dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dialami.

Kesulitan penyesuaian diri pada lansia cenderung akan

menimbulkan perilaku isolasi diri yang membuat lansia mengalami

yang namanya Sindrom Diogenes.

2) Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa pada jenis

kelamin yang paling dominan yaitu berjenis kelamin perempuan

denngan respon emosional pada lansia yang mengalami Sindrom

Diogenes di Desa Banyubiru.

Hormon testosteron dan progesteron diduga mampu

mempengaruhi peningkatan emosi sehingga laki-laki cenderung

stabil ketika menghadapi suatu situasi, sedangkan jika hormon

testosteron dan progesteron mengalami penurunan di dalam tubuh

karena perubahan psikis dan perasaan maka cenderung lebih

meningkatkan perasaan stress sehingga dapat menimbulkan depresi.

Hormon estrogen dapat mempengaruhi psikis dan perasaan


60

perempuan pada kondisi tertentu. estrogen berperan dalam bagian

otak yang mengontrol emosi dan mood. Estrogen meningkatkan

kadar reseptor serotonin pada otak. Serotonin merupakan senyawa

kimiawi pada otak yang dapat memengaruhi suasana perasaan dan

emosi. Kondisi-kondisi tertentu ini akan berpengaruh secara psikis

terhadap perilaku perempuan dalam menyelesaikan permasalahan

yang dihadapi. Hal ini yang mempengaruhi kecenderungan depresi

lansia perempuan lebih tinggi daripada lansia laki-laki (Brizendine,

2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari dan Suleeman (2017)

menjelaskan bahwa usia lanjut pada umumnya mengalami berbagai

perubahan antara lain adalah kematian pasangan, kerusakan fungsi,

dan penyakit kronik, sikap dan pandangan negatif terhadap kondisi

menua, masa pensiun, kematian keluarga, teman dan relokasi dari

tempat tinggal keluarga. Perubahan ini akan memberikan pengaruh

pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Perubahan

psikis para lansia meliputi perubahan dalam hal belajar, berfikir,

kreativitas, ingatan dan rasa humor. Perubahan-perubahan tersebut

menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk

menyikapi perubahan secara bijak. Ketidakmampuan lansia untuk

beradaptasi dan menerima secara psikologis terhadap perubahan

yang terjadi karena proses menua ini dan ketidakadekuatan

dukungan sosial yang diterima lansia dapat menimbulkkan gangguan

psikososial seperti perasaan kehilangan, kesepian dan depresi.


61

Gangguan psikosial tersebut lebih tinggi akan dialami oleh

perempuan dibandingkan laki-laki, karena perempuan cenderung

memiliki penerimaan diri yang rendah.

Pada penelitian ini jenis kelamin perempuan lebih tinggi, hal ini

dapat terjadi karena respon emosi pada perempuan cenderung lebih

tidak dapat dinkontrol berbeda dengan laki-laki dimana respon

emosi lebih bisa terkontrol. Pada perempuan resiko mengalami

gangguan psikologi lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

Respon emosional dalam menghadapi perubahan-perubahan yang

terjadi pada masa lansia akan sangat mempengaruhi untuk dapat

menyebabkan respon emosi yang negatif atau postif.

5.2.3 Variabel Penelitian


1) Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Sindrom Diogenes

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil dukungan Keluarga

pada lansia yang mengalami Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru

yang paling dominan lansia memiliki dukungan keluarga yang baik.

Menurut Adicondro & Purnamasari (2011) dalam (Utami, 2013)

menjelaskan bahwa dukungan keluarga meliputi 4 aspek yaitu

dukungan emosional dengan memberikan rasa empati, perhatian dan

juga mendampingi individu ketika mengalami permasalahan. Kedua

dukungan penghargaan, dimana dapat diberikan semangat,

persetujuan dan juga pendapat terhadap individu tersebut. Ketiga

adanya dukungan Instrumental yang dapat diberikan melalui

pinjaman materi, pemberian barang serta jaminan pelayanan

kesehatan. keempat yaitu dukungan informatif, dimana dapat


62

diberikan berupa masukan, saran, pemberian informasi pengobatan

dan juga umpan balik tentang situasi dan kondisi individu juga

sangat dibutuhkan. Semua aspek dari dukungan keluarga jika

terpenuhi di dalam setiap keluarga, maka setiap individu akan

memiliki perilaku yang adaptif dan begitu juga sebaliknya jika

dukungan keluarga tidak ada, maka setiap individu akan memiliki

perilaku yang maladaptif.

Penelitian yang yang dilakukan oleh Parasari dan Lestari

(2015), menjelaskan bahwa dukungan sosial keluarga dalam kategori

baik dan dukungan sosial keluarga dalam kategori kurang.

Dukungan sosial keluarga sangat penting dalam membantu lansia

untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial maupun dengan

perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada masa lansia

sehingga mekanisme koping yang dimiliki oleh setiap individu lebih

baik, sehingga dapat mengurangi atau mencegah terjadinya

gangguan mental atau depresi. Dukungan keluarga yang baik dapat

membuat seseorang lebih dapat memahami maupun menerima suatu

kondisi yang mulai mengalami perubahan, tetapi sebaliknya jika

dukungan keluarga kurang baik maka mekanisme koping seorang

individu untuk menghadapi suatu perubahan-perubahan akan buruk

sehingga lebih mudah untuk mengalami gangguan mental atau

depresi.
63

Penelitian yang dilakukan oleh Suardana et al, 2000 yang

menjelaskan bahwa dukungan keluarga pada lansia yang mengalami

hipertensi paling banyak pada kategori baik, kemudian dengan

dukungan keluarga dalam kategori cukup dan dengan dukungan

keluarga dalam kategori kurang. Dukungan keluarga merupakan

peranan penting dalam konsep sehat sakit anggota keluarganya,

dimana keluarga merupakan sistem pendukung untuk meningkatkan

status kesehatan untuk semua anggota keluarganya. Individu yang

memiliki dukungan keluarga yang baik secara otomatis dapat

meningkatkan status kesehatannya.

Hasil penelitian menunjukkan lebih dominan lansia memiliki

dukungan keluarga baik. Hal tersebut dapat terjadi karena pada

semua responden tinggal satu rumah dengan keluarganya dari

suami/istri, anak, menantu dan cucu, dimana sebagian besar dari

responden mendapatkan dukungan yang baik dari anggota

keluarganya. Dukungan yang diberikan oleh keluarga seperti

perhatian, pujian, dana kesehatan dan juga informasi sangat penting

dalam diri lansia dengan adanya dukungan tersebut akan membuat

lansia lebih matang dalam menghadapi perubahan-perubahan

psikologi maupun fisiologi.


64

2) Respon Emosional pada Lansia dengan Sindrom Diogenes

Hasil penelitian menunjukkan hasil respon emosional pada

lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru yang paling

dominan lansia memiliki dukungan keluarga respon emosional yang

baik.
Emosi akan terbentuk di dalam diri seseorang dengan bentuk

yang berbeda-beda. Emosi akan menimbulkan adanya reaksi-reaksi

atau ekspresi dari permasalahn yang dihadapinya. Reaksi emosional

pada diri seseorang terbentuk dari kematangan emosi dan juga

mekanisme koping, dimana kematangan emosi dipengaruhi oleh

tingat intelektual di dalam diri seseorang begitupun dengan

mekanisme koping. Reaksi emosional ada dua yaitu negatif dan

positif. Reaksi emosional yang postif akan menimbulkan perasaan

yang nyaman dan bahagia namun jika yang timbul reaksi emosional

yang negatif makan akan menimbulkan perasaan stress yang jika

berlangsung lama akan terjadi kondisi yang namanya depresi

(Donsu, 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Kim et al, 2016 yang

menjelaskan bahwa reaksi emosional sangat dipengaruhi oleh

kondisi stress, dimana kondisi tersebut sangat memperburuk

psikologis setiap individu. Reaksi emosional pada lansia sangat

beragam karena lansia mengalami kemunduran kemampuan dalam

mengendalikan pikiran dan juga perilaku sehingga menghasilkan

reaksi emosional yang negatif, tetapi tidak semua lansia dalam


65

kondisi tersebut ada ada beberapa lansia memiliki reaksi emosional

yang baik didukung oleh pengalaman, informasi dan dukungan

sosial yang didapatkannya.

Hasil penelitian pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa

Banyubiru diperoleh hasil bahwa respon emosional baik. Hal

tersebut dapat terjadi karena adanya mekanisme koping yang baik

dari individu tersebut, kemudian beberapa responden dalam kategori

cukup yang dapat disebabkan oleh mekanisme koping terhadap suatu

situasi kurang optimal dan beberapa responden dalam kategori

kurang yang disebabkan karena mekanisme koping yang negatif.

5.2.4 Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Respon Emosional pada Lansia

dengan Sindrom Diogenes

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan

keluarga terhadap respon emosional pada lansia dengan Sindrom

Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana.

Menurut Marni (2013) menjelaskan bahwa bahwa ada hubungan

positif yang sangat signifikan antara dukungan sosial berupa dukungan

yang diberikan keluarga, teman dan lingkungannya dengan penerimaan

diri pada Lansia, semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh

lingkungannya, semakin tinggi pula penerimman diri lansia terhadap

keadaan yang sedang dialaminya. Hubunngan positif antara dukungan

keluarga dengan penerimaan diri, yang artinya semakin tinggi dukungan

keluarga yang diberikan, akan semakin tinggi pula penerimaan diri dari

Lansia.
66

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Suardana et al (2000), dimana semakin baik dukungan keluarga

maka semakin baik pula kualitas hidup lansia yang mengalami

hipertensi. Dukungan Keluarga merupakan suatu dukungan yang sangat

penting untuk memberikan kehidupan yang nyaman dan sejahtera bagi

lansia dan juga anggota keluarga yang lain. Keluarga juga sebagai

sumber dukungan yang sangat bermakna dalam membantu anggota

keluarga yang lain untuk meningkatkan derajat kesehatannya, dimana

pada lansia dengan hipertensi yang mengalami penurunan kualitas hidup

dapat diberikan dukungan keluarga antara lain dukungan emosional,

dukungan informasi, dukungan instrumental dan dukungan penghargaan

untuk meningkatkan kualitas hidup. Kualitas hidup yang semakin baik

dapat berdampak pada kesehatan lansia yang mengalami hipertensi,

dimana dapat memberikan semangat atau kepercayaan diri untuk dapat

mencapai kesembuhan pada lansia dari penyakit hipertensi.

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Suardana, Rasdini, & Kusmarjathi (2015), dimana hasil

penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa sebagian besar subyek

penelitian merasakan dukungan keluarga baik. Hal ini berarti bahwa

dukungan keluarga sangat diperlukan oleh individu dalam mengatasi

masalah yang dialami, karena keluarga merupakan hubungan sosial yang

terdekat dengan seseorang. Walaupun pasien masih tinggal bersama

keluarganya, kondisi penyakit kronis yang dialami pasien sangat

membutuhkan dukungan dari sanak keluarganya. Dukungan keluarga


67

yang tinggi tentunya akan memberikan ketenangan dan kenyamanan

pada pasien DM tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Parasari & Lestari (2015), dimana ada hubungan yang signifikan antara

dukungan sosial keluarga dengan tingkat depresi pada lansia. Dukungan

sosial keluarga memiliki hubungan berlawanan arah dengan tingkat

depresi pada lansia di Kelurahan Sading. Hubungan berlawanan arah

yang dimaksud adalah semakin meningkatnya dukungan sosial keluarga,

maka kecenderungan tingkat depresi akan mengalami penurunan.

Dukungan keluarga merupakan Dukungan keluarga sangat penting

dalam pembentukan pola pikir dan kesiapan diri pada lansia dalam

menghadapi perubahan-perubahan fisiologis maupun biologis yang

disebabakan oleh faktor usia, dengan adanya dukungan keluarga yang

tinggi maka akan memberikan dampak yang positif bagi psikologis

anggota keluarganya terutama pada lansia, sehingga dapat menurunkan

terjadinya tingkat depresi pada lansia.

Menurut Azizah (2011) menyatakan bahwa dengan adanya dukungan

sosial yang diperoleh dari orang terdekat yaitu keluarga dapat

menurunkan kecenderungan munculnya kejadian yang mengakibatkan

stres, adanya interaksi dengan keluarga dapat memodifikasi atau

mengubah persepsi individu pada kejadian penuh stres, sehingga akan

mengurangi potensi munculnya stres. Berdasarkan teori psikodinamik,

stres merupakan prediktor yang baik dalam terjadinya depresi, banyak

bukti yang menunjukkan bahwa stres akut dan kronis menyebabkan


68

depresi. Dukungan sosial keluarga dapat meminimalkan keparahan

depresi yaitu karena beban yang timbul akibat peristiwa-peristiwa penuh

stres kurang dialami oleh lansia sebagai stres karena beban tersebut

dapat dibicarakan dan diselesaikan bersama dengan keluarga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Astuti (2010), yang menunjukkan bahwa dukungan yang diberikan oleh

keluarganya mayoritas adalah baik, dimana responden mempunyai

tentang rasa empati dan kepedulian keluarga terhadap lansia rata – rata

bernilai tinggi, sehingga dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa

dukungan yang baik disebabkan karena kepedulian keluarga terhadap

lansia sehingga lansia merasa dihargai dan diperhatikan. Selain itu

dukungan yang baik dapat juga disebabkan oleh kemampuan keluarga

dalam menjalankan tugas dalam bidang kesehatan, serta keaktifan lansia

dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia, dengan itu lansia dapat

mengurangi perasaan kesepian yang memicu tingkat setress meningkat.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan dukungan

keluarga terhadap respon emosional pada lansia dengan Sindrom

Diogenes Di Desa Banyubiru Kecmatan Negara Kabupaten Jembrana,

hal ini dapat disebabkan karena pada dukungan keluarga terdapat

berbagai macam dukungan yang antara lain dukungan emosional,

dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan dukungan

informasi. Dukungan keluarga yang baik pada lansia dengan Sindrom

Diogenes mempunyai kontribusi pada reaksi emosi yang dimiliki oleh

setiap individu lansia untuk memunculkan respon emosional yang lebih


69

stabil untuk menghadapi perubahan-perubahan fisiologis yang

dialaminya ketika memasuki masa lansia, sehingga seorang lansia jika

memiliki dukungan keluarga yang baik dapat menghindari yang

namanya Sindrom Diogenes dan jika lansia sudah mengalami Sindrom

Diogenes dengan adanya dukungan keluarga yang baik dapat

meningkatkan derajat kesehatannya.

5.5 Keterbatasan Penelitian

Peneliti telah berupaya melakukan penelitian sesuai dengaan prosedur,

namun demikian masih memiliki keterbatasan antara lain :

1. Pada penelitian ini hanya dilakukan dalam satu desa di wilayah kerja

Puskesmas 1 Negara yang dikarenakan penelitian memiliki

keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.

2. Hasil penelitian ini tidak dapat dikontrol dari faktor pengganggu

seperti umur yang paling dominan pada umur 60-74 tahun (usia

lanjut), namun lebih banyak pada usia 65 tahun dan jenis kelamin

lebih dominan perempuan, apabila diteliti akan mempengaruhi hasil

penelitian karena terdapat kesenjangan pada data.

3. Penelitian ini tidak memperhatikan faktor pengganggu yaitu :

a. Status pendidikan tidak diteliti karena status pendidikan yang

berbeda-beda akan mempengaruhi hasil penelitian.

b. Status ekonomi tidak diteliti karena pada penelitian ini memiliki

status ekonomi yang sama dan jika diteliti akan mempengaruhi

hasil penelitian.
70

c. Status perkawinan tidak diteliti karena status perkawinan pada

penelitian ini bervariasi, jika diteliti akan mengakibatkan

kesenjangan hasil penelitian.

4. Instrumen pengumpulan data respon emosional yang diuji validitas

dan realibilitas mandiri masih memerlukan pengembangan, karena

dengan menggunakan instrument ini hanya dapat meneliti pokok-

pokonya saja tidak sampai mendalam sampai dengan bagian-bagian

terkecilnya.

5. Metode penelitian yang digunakan kualitatif dengan desain penelitian

korelasional dan pendekatan cross sectional, dimana pada penelitian

ini hanya melakukan observasi satu kali pertemuan saja dan hal

tersebut menunjukkan bahwa fakta yang kita temui di lokasi penelitian

bukann merupakan fakta yang sesungguhnya.


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dapat ditarik simpulan sebagai

berikut :

1. Karakteristik responden berdasarkan umur yang paling dominan dalam

kategori umur 60-74 tahun (usia lanjut) dan berdasarkan jenis kelamin lebih

dominan pada perempuan .


2. Dukungan keluarga pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa

Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana tahun 2019 paling

dominan dalam kategori baik.


3. Respon emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa

Banyubiru Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana tahun 2019 paling

dominan dalam kategori baik.


4. Ada hubungan dukungan keluarga terhadap respon emosional pada lansia

dengan Sindrom Diogenes di Desa Banyubiru Kecamatan Negara

Kabupaten Jembrana tahun 2019.

71
72

6.2 Saran
1. Bagi Keluarga
Keluarga dapat lebih meningkatkan dan mempertahankan dukungan

satu sama lain dengan selalu memberikan perhatian, memberikan rasa

nyaman, kasih sayang, memberikan semangat satu sama lain, pujian, dapat

juga berupa pinjaman materi, makanan, jaminan kesehatan serta informasi

mengenai pengobatan dan pengetahuan agar dapat menghindari gangguan

psikologi.
2. Bagi Lansia
Lansia diharapkan mampu menghadapi perubahan sebagai proses

kehidupan, dengan adanya kesiapan diri pada dapat membantu dalam

peningkatan status kesehatan .


3. Bagi Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan dukungan dengan maksimal

pada lansia dengan Sindrom Diogenes dan yang terpenting pada keluarga,

serta dapat memberikan penyuluhan kepada setiap keluarga yang masih

kurang dalam memberikan dukungan kepada satu sama lain dalam anggota

keluarganya.
4. Institusi Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Pukesmas I Negara yang menaungi Desa

Banyubiru sudah cukup baik, namun masih perlu dilakukan peningkatan

khususnya dalam pelayanan keperawatan keluarga agar dapat memberikan

pelayanan yang lebih maksimal pada keluarga dan lebih khusus pada

keluarga dengan lansia yang mengalami Sindrom Diogenes.

5. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan sebagai tempat pembelajaran khusunya pada mata

kuliah keperawatan keluarga agar lebih memberikan informasi mengenai

dukungan keluarga.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya


73

Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meneliti berbagai faktor

perancu seperti status pendidikan, status ekonomi dan status perkawinan.

Selain itu penelitian lain yang dapat dilakukan yaitu mengenai lansia dengan

Sindrom Diogenes yang mengalami kehilangan pasangan.


DAFTAR PUSTAKA

Aligood. (2017). Pakar Teori Keperawatan Dan Karya Mereka. Edisi 8.


Singapore: Elisevier

Amelia, M., Saputri, W., Indrawati. (2011). HubungaAntara Dukungan Sosial


Dengan Depresi Pada Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Wreda Wening
Wardoyo Jawa Tengah, Jurnal Psikologi Undip, vol. 9, no. 1.

Amelia, Nurchayati, S., Elita, (2014),Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi


Keluarga Untuk Memberikan Dukungan Kepada Klien Diabetes Mellitus
Dalam Menjalani Diet, JOM PSIK, vol. 1, no. 2

Astuti, V. W. (2010). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi


pada Lansia di Posyandu Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri, Jurnal STIKES
RS. Baptis Kediri, vol. 3, no. 2.

Donsu, D. J. T. (2017). Psikologi Keperawatan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.


https://doi.org/978-602-376-043-5

Fontenelle, L. F. (2008). Diogenes syndrome in a patient with obsessive –


compulsive disorder without hoarding. Department OfPsychiatry and Mental
Health, Universidade Federal Fluminense (MSM/UFF), Niterói-RJ, CEP:
24030-215, Brazil Anxiety and Depression Research Program, Institute
OfPsychiatry, Universidade Federal Do Rio de Janeiro (IPUB/UFRJ), Rio
de Janeiro-RJ, 30, 288–290.
https://doi.org/10.1016/j.genhosppsych.2007.10.001

Handayani, D., & Wahyuni. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Kepatuhan Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Lanisa di Posyandu Lansia
Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo, GASTER, vol. 9,
no. 1

Irawan, H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia, vol. 40, no. 11, hal. 815–
819.

Kemenkes RI. (2017). Situasi Lansia Di Indonesia Tahun 2017 Indonesia Gambar
Struktur Umur Penduduk Indonesia Tahun 2017.

Kim, I., Noh, S., & Chun, H. (2016). Mediating and Moderating Effects in
Ageism and Depression among the Korean Elderly : The Roles of Emotional
Reactions and Coping Reponses. Osong Public Health and Research
Perspectives, 7(1), 3–11. https://doi.org/10.1016/j.phrp.2015.11.012
Marchira, C. R., Wirasto, R. T., & DW, S. (2007). Pengaruh Faktor-Faktor
Psikososial dan Insomnia Terhadap Depresi Pada Lansia di Kota Yogyakarta,
Berita Kedokteran Masyarakat, vol. 23, no. 1, hal. 1-5

Marini, L., & Hayati, S. (2010). 1 Dosen pada Departemen Psikologi


Perkembangan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara- Medan 2
Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara

Marni, A., & Yuniawati, R. (2015). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan
Penerimaan Diri Pada Lansia di Panti Wreda Budhi Dharma Yogyakarta,
Jurnal Fakultas Psikologi,Vol. 3, No 1, ISSN : 2303-114X

Noviani Utami, S. (2013). Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan


Penerimaan Diri Individu yang Mengalami Asma,Jurnal Psikologi Udayana,
Jurnal Psikologi Udayana, vol. 1, no. 1, hal. 12-21, ISSN: 2354-5607

Nursalam. (2015). Konsep Dan Kperawatan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. (L.P. Puji, Ed) (4th ed.). Surabaya: Salemba Medika

Nusi, F., Wijayanti, R., & Rahayu, E. (2010). Hubungan Antara Dukungan
Keluarga Dengan Respon Sosial Pada Lansia Di Desa Sokaraja Lor
Kecamatan Sokaraja, Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Journal of Nursing), vol. 5, no.1, hal. 30–36.

Parasari, G. A. T., & Lestari, M. D. (2015). Hubungan Dukungan Sosial Keluarga


Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di Kelurahan Sading. Jurnal Psikologi
Udayana, vol. 2, no. 1, hal. 68–77, ISSN: 2354 5607

Priastana, I. K. A., Haryanto, J., & Suprajitno. (2018). Peran Dukungan Sosial
Keluarga Terhadap Berduka Kronis pada Lansia yang Mengalami
Kehilangan Pasangan dalam Budaya Pakurenan (Role of Family Social
Support in Chronic Sorrow in Elderly who Lost the Partner in Pakurenan
Culture). Indonesian Journal of Health Research, 1(1), 20–26.
https://doi.org/https://orcid.org/0000-0003-4227-3456

Suardana, I. K., Rasdini, I. G. A. A., & Kusmarjathi, N. K. (2000).Hubungan


Dukungan Sosial Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
Tipe Ii Di Puskesmas Iv Denpasar Selatan, Jurnal Skala Husada, vol. 12 no.
1, hal. 96 - 102

Supardi, S., & Rustika. (2013). Metodologi Riset Keperawatan. (T. Ismail, Ed.).
Jakarta: CV.Trans Info Media.

Supriadi. (2015). Lanjut Usia Dan Permasalahannya, Jurnal PPKn & Hukum, vol.
10, no. 2, hal. 84–94

Tamara, E., Nauli, F. A., Studi, P., Keperawatan, I., & Riau, U. (n.d.). Hubungan
Antara Dukungan Keluarga dan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau, JOM PSIK, vol. 1, no. 2,
hal . 1-7

Waserman, J. E., D, M., Hategan, A., D, M., Bourgeois, J. A., & D, M. (2014).
Harnessing neuroplasticity in Diogenes syndrome : A proposed mechanism to
explain clinical improvement ☆. General Hospital Psychiatry, vol. 36, no. 6,
https://doi.org/10.1016/j.genhosppsych.2014.06.013

Williams, H., Clarke, R., Fashola, Y., & Holt, G. (1998). Diogenes ’ syndrome in
patients with intellectual disability : ` a rose by any other name ’?, Journal of
Intellectual Disability Research, vol. 42, no. 4, hal. 316-320

Zuijkelkom, D. van, & Maizland, I. (2017). World Population Ageing. Retrieved


from ISBN 978-92-1-151551-0

Zuliani, G., Soavi, C., & Dainese, A. (2013). Diogenes syndrome or isolated
syllogomania ? Four heterogeneous clinical cases Diogenes syndrome or
isolated syllogomania ? Four heterogeneous clinical cases,Aging Clin Exp
Res. vol. 25, hal. 473-478, https://doi.org/10.1007/s40520-013-0067-0
Nopember Desember Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan dan pengajuan X


judul penelitian
2 Konsultasi dan bimbingan X X X X X X X X X X XX X X
proposal penelitian (BAB I,
II, III & IV)
3 Ujian Proposal Penelitian X

4 Revisi hasil ujian & X X


proposal penelitian
5 Uji Etik Proposal X

6 Pelaksanaan Penelitian X X X X

7 Penulisan laporan hasil X X X X X


penelitian & proses
bimbingan laporan
penelitian (BAB IV, V, VI)
8 Lampiran 1
Ujian Skripsi X
RENCANA KEGIATAN
9 Revisi hasil ujian skripsi X X

10 Pengumpulan Skripsi X
Lampiran 2

RINCIAN BIAYA

NO Kegiatan Rencana Biaya Realisasi


1 Persiapan
a. Pra Proposal Rp. 50.000
b. Penyusunan Proposal Rp. 600.000
c. Ujian Proposal Rp. 750.000
2 Pelaksanaan
a. Pengurusan Izin Rp. 165.000
b. Perbanyakan Instrumen Rp. 100.000
c. Transport dan Rp. 500.000
Rp. 200.000
Akomodasi
d. Pengolahan Data
3 Tahap Akhir
a. Penyusunan Skripsi Rp. 250.000
b. Perbanyakan Skripsi Rp. 250.000
c. Ujian Skripsi Rp. 750.000
Total Rp. 3.615.000

Lampiran 3
SURAT IZIN PENELITIAN
Lampiran 4
Lampiran 5
PENJELASAN DAN INFORMASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Kadek Rositha Prabandari
NIM : 102011515
Program Studi : Mahasiswa S1-Ilmu Keperawatan

Pada saat ini akan melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Dukungan
Keluarga Terhadap Respon Emosional Pada Lansia Dengan Sindrom Diogenes Di
Desa Banyubiru Tahun 2019”.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu saya informasikan terkait dengan
keikutsertaan Bapak/Ibu sebagai responden dalam penelitian ini :
1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan dukungan keluarga
terhadap respon emosional pada lansia dengan Sindrom Diogenes di Desa
Banyubiru tahun 2019.
2. Hasil dari penelitian ini akan bermanfaat untuk menjadi pedoman dan
memberikan pengetahuan yang baru kepada keluarga untuk lebih
memberikan perhatian yang lebih kepada lansia dan selalu memberikan
dukungan yang positif kepada lansia.
3. Selama proses penelitian berlangsung peneliti akan bertanya kepada
responden, jika responden merasa keberatan atau tidak nyaman, responden
dapat mengundurkan diri.
4. Keikutsertaan Bapak/Ibu sebagai responden yaitu tanpa paksaan atau
tekanan dari peneliti ataupun pihak lain.
5. Peneliti akan memberikan perlakuan yang sama kepada semua responden
sebelum, selama maupun setelah keikutsertaan dalam penelitian.
6. Waktu yang dibutuhkan selama proses penelitian berlangsung yaitu kurang
lebih 30 menit dan akan dilakukan dalam satu kali pertemuan.
7. Penelitian ini tidak akan menyebarluaskan data di luar kepentingan
penelitian yang diperoleh dari Bapak/Ibu sebagai responden dalam
penelitian.
8. Mengenai adanya informasi yang belum dipahami oleh Bapak/ibu, maka
dapat menghubungi peneliti (Kadek Rositha Prabandari) No Hp
089696206108 dengan alamat Jalan Pulau Nusa Ceningan, Keladian,
Dauhwaru, Jembrana.
Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Saya berharap Bapak/Ibu bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini. Atas kesediaannya saya mengucapkan
terimakasih.
Negara,....................................
Peneliti

Kadek Rositha Prabandari


Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah membaca dan memahami isi dari penjelasan mengenai tujuan dan manfaat
peenelitian ini, maka saya bersedia/tidak bersediamenjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Jembrana yaitu :

Nama : Kadek Rositha Prabandari

NIM : 102011515

Judul :Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Respon


Emosional Pada Lansia Dengan Sindrom Diogenes
Di Desa Banyubiru Tahun 2019

Penelitian ini tidak merugikan saya dan keluarga saya ataupun orang terdekat
saya. Persetujuan ini saya buat secara sukarela tanpa adanya pemaksaan maupun
tekanan dari pihak manapun. Demikian pernyataan yang saya buat untuk dapat
digunakan sebagaiman mestinya.

Negara,.....................................

Peneliti Responden

Kadek Rositha Prabandari ...............................................

Saksi

.................................................
Lampiran 7

KUESIONER

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP RESPON


EMOSIONAL PADA LANSIA DENGAN SINDROM DIOGENES
DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN NEGARA
KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2019

Nomor Responden :
Nama Responden :
Riwayat Pendidikan :
Umur :
Status Perkawinan :
Riwayat Pekerjaan :
No.Telp/Hp :
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
Beri tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang tepat setelah anda membaca
pernyataan yang diberikan

A. Kuesioner Dukungan Sosial Keluarga


No Pernyataan Iya Tidak TidakT
ahu
1 Keluarga saya memberi saya dukungan moral yang saya
butuhkan.
2 Saya mendapatkan ide baik tentang bagaimana melakukan
sesuatu dari keluarga saya.
3 Kebanyakan orang lain lebih dekat dengan keluarga mereka
daripada saya.
4 Ketika saya bercerita dengan anggota keluarga saya yang
paling dekat dengan saya, saya merasa bahwa hal itu
membuat mereka tidak nyaman.
5 Keluarga saya suka mendengar tentang apa yang saya
pikirkan.
6 Anggota keluarga saya berbagi banyak tentang minat saya.
7 Beberapa anggota keluarga datang kepada saya saat mereka
memiliki masalah atau membutuhkan nasehat.
8 Saya mengandalkan keluarga saya untuk mendapatkan
dukungan emosional.
9 Ada anggota keluarga saya yang bias saya tuju jika saya
merasa sedih
10 Keluarga saya dan saya sangat terbuka tentang apa yang
kita pikirkan tentang sesuatu.
11 Keluarga saya peka terhadap kebutuhan pribadi saya.
12 Anggota keluarga saya mendatangi saya untuk
mendapatkan dukungan emosional.
13 Anggota keluarga saya baik dalam membantu saya
memecahkan masalah.
14 Saya memiliki hubungan saling berbagi yang dalam dengan
sejumlah anggota keluarga saya.
15 Anggota keluarga saya mendapatkan ide yang baik tentang
bagaimana melakukan sesuatu dari saya.
16 Ketika saya bercerita dengan anggota keluarga saya, itu
membuat saya tidak nyaman.
17 Anggota keluarga saya melihat saya sebagai sahabat.
18 Saya pikir keluarga saya merasa bahwa saya baik dalam
membantu mereka memecahkan masalah.
19 Saya tidak memiliki hubungan dengan anggota keluarga
saya yang sedekat hubungan orang lain dengan anggota
keluarga mereka.
20 Saya berharap keluarga saya sangat berbeda.

B. Kuisioner Respon Emosional

No Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju
Setuju
1 Ketika saya ingin berpikir positif saya
akan mengubah apa yang saya pikirkan.
2 Saya tidak menceritakan peraan saya
kepada orang lain.
3 Ketika saya ingin mengurangi perasan
negatif saya akan mengubah apa yang
saya pikirkan.
4 Ketika memiliki perasaan positif, saya
berhati-hati untuk tidak
mengungkapkannya.
5 Ketika saya berhadapan dengan situasi
yang membuat stress, saya berpikir
dengan cara-cara yang bisa
menenangkan saya.
6 Saya mengontrol perasaan saya dengan
tidak mengungkapkannya.
7 Ketika saya ingin memiliki perasaan
positif, saya mengubah cara saya
berpikir tentang situasi tersebut.
8 Saya mengontrol perasaan saya dengan
mengubah cara berpikir saya tentang
situasi yang saya hadapi.
9 Ketika saya merasakan perasaan
negatif, saya pasti tidak akan
mengungkapkannya.
10 Ketika saya ingin mengurangi perasaan
negatif, saya mengubah cara berpikir
saya tersebut.
Total

Lampiran 8

RAW DATA

No Kode Nama Umur Jenis Dukungan Respon


Responden Responden Kelamin Keluarga Emosional
1 01 Ny.RA 2 2 3 3
2 02 Ny.AB 3 2 3 3
3 03 Ny.KA 2 2 3 3
4 04 Ny.NA 1 2 3 3
5 05 Ny.SA 1 2 3 3
6 06 Ny.AN 1 2 3 3
7 07 Ny.MA 1 2 3 3
8 08 Tn. ED 2 1 3 3
9 09 Tn.UJ 1 1 3 3
10 10 Ny.TU 2 2 3 3
11 11 Tn.UJ 1 1 1 1
12 12 Tn.MK 1 1 3 3
13 13 Tn.LA 1 1 3 3
14 14 Tn.PO 1 1 3 3
15 15 Ny.WA 2 2 1 1
16 16 Tn.JK 1 2 3 3
17 17 Ny.AD 2 1 3 3
18 18 Tn.JO 1 1 1 1
19 19 Tn.YA 1 2 3 3
20 20 Ny.GA 2 1 3 3
21 21 Tn.YN 1 1 2 2
22 22 Tn.DA 1 2 2 2
23 23 Ny.IA 2 2 2 2
24 24 Ny.UT 2 2 2 2
25 25 Tn.SA 1 1 3 3
26 26 Tn.FU 1 1 3 3
27 27 Tn.KA 1 2 3 3
28 28 Ny.MC 2 1 3 3
29 29 Tn.OP 1 2 3 3
30 30 Tn.PA 1 2 3 3
31 31 Tn.RS 1 1 3 3
32 32 Tn.ES 1 2 3 3
33 33 Ny.ZA 2 2 3 3
34 34 Tn.WQ 1 2 3 3
35 35 Ny.LO 2 2 3 3
36 36 Tn.YS 1 2 3 3
37 37 Tn.FH 1 1 3 3
38 38 Tn.TY 1 1 3 3
39 39 Tn.NS 1 1 2 2
40 40 Tn.HI 1 1 3 3
41 41 Tn.JI 1 1 3 3
42 42 Tn.MI 1 2 3 3
43 43 Ny.SR 2 2 3 3
44 44 Tn.LA 1 1 2 3
45 45 Tn.SI 1 2 2 2
46 46 Tn.QA 1 1 3 3

Keterangan :

1. Umur

1) 60-74 tahun (usia lanjut) : 1

2) 75-89 tahun (usia tua) : 2

3) >90 tahun : 3

2. Jenis Kelamin

1) Laki-laki : 1
2) Perempuan : 2

3. Dukungan Keluarga

1) Kurang : 1

2) Cukup : 2

3) Baik : 3

4. Respon Emosional

1) Kurang : 1

2) Cukup : 2

3) Baik : 3

Lampiran 9

HASIL ANALISIS

Frequency Table
Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 60-74 (usia lanjut) 32 69.6 69.6 69.6

75-90 (usia tua) 13 28.3 28.3 97.8

>90 (sangat tua) 1 2.2 2.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

jenis kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid laki-laki 21 45.7 45.7 45.7

perempuan 25 54.3 54.3 100.0

Total 46 100.0 100.0

dukungan keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 3 6.5 6.5 6.5

cukup 7 15.2 15.2 21.7

baik 36 78.3 78.3 100.0

Total 46 100.0 100.0


respon emosional

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 3 6.5 6.5 6.5

cukup 6 13.0 13.0 19.6

baik 37 80.4 80.4 100.0

Total 46 100.0 100.0

Correlations

dukungan respon
keluarga emosional

Spearman's rho dukungan keluarga Correlation Coefficient 1.000 .945**

Sig. (2-tailed) . .000

N 46 46

respon emosional Correlation Coefficient .945** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Lampiran 10

TABULASI DATA
Dukungan Keluarga * Respon Emosional Crosstabulation

Respon Emosional

kurang cukup baik Total

Dukungan Kurang Count 3 0 0 3


Keluarga
Expected Count .2 .4 2.4 3.0

% within Dukungan Keluarga 100.0% .0% .0% 100.0%

% within Respon Emosional 100.0% .0% .0% 6.5%

% of Total 6.5% .0% .0% 6.5%

Cukup Count 0 6 1 7

Expected Count .5 .9 5.6 7.0

% within Dukungan Keluarga .0% 85.7% 14.3% 100.0%

% within Respon Emosional .0% 100.0% 2.7% 15.2%

% of Total .0% 13.0% 2.2% 15.2%

Baik Count 0 0 36 36

Expected Count 2.3 4.7 29.0 36.0

% within Dukungan Keluarga .0% .0% 100.0% 100.0%

% within Respon Emosional .0% .0% 97.3% 78.3%

% of Total .0% .0% 78.3% 78.3%

Total Count 3 6 37 46

Expected Count 3.0 6.0 37.0 46.0

% within Dukungan Keluarga 6.5% 13.0% 80.4% 100.0%

% within Respon Emosional 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 6.5% 13.0% 80.4% 100.0%


Lampiran 11

UJI VALIDITAS DAN REABILITAS


Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 TOTAL
P1 Pearson 1 .478** .265 .478** .650** .478** .280 .478** .265 .280 .648**
Correlation
Sig. (2-tailed) .008 .157 .008 .000 .008 .134 .008 .157 .134 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P2 Pearson .478** 1 .299 1.000** .428* 1.000** .217 1.000** .299 .217 .797**
Correlation
Sig. (2-tailed) .008 .109 .000 .018 .000 .249 .000 .109 .249 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P3 Pearson .265 .299 1 .299 .192 .299 .813** .299 1.000** .813** .742**
Correlation
Sig. (2-tailed) .157 .109 .109 .310 .109 .000 .109 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P4 Pearson .478** 1.000** .299 1 .428* 1.000** .217 1.000** .299 .217 .797**
Correlation
Sig. (2-tailed) .008 .000 .109 .018 .000 .249 .000 .109 .249 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P5 Pearson .650** .428* .192 .428* 1 .428* .112 .428* .192 .112 .559**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000 .018 .310 .018 .018 .557 .018 .310 .557 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P6 Pearson .478** 1.000** .299 1.000** .428* 1 .217 1.000** .299 .217 .797**
Correlation
Sig. (2-tailed) .008 .000 .109 .000 .018 .249 .000 .109 .249 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P7 Pearson .280 .217 .813** .217 .112 .217 1 .217 .813** 1.000** .688**
Correlation
Sig. (2-tailed) .134 .249 .000 .249 .557 .249 .249 .000 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P8 Pearson .478** 1.000** .299 1.000** .428* 1.000** .217 1 .299 .217 .797**
Correlation
RELIABEL

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.896 10

Anda mungkin juga menyukai