Oleh
BIMA ELSA PAULINA SITINJAK
NIM: 102011505
Oleh:
Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri dan belum pernah
dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang
pendidikan di Perguruan Tinggi manapun
Negara,……………………
Yang menyatakan
NIM 102011505
ii
SKRIPSI
Oleh:
Oleh:
I Ketut Andika Priastana, S.Kep., Ns., M.Kep dr. I Wayan Sujana, M.Kes
NIK. 16.07.00008 NIP. 197007072000121010
Mengetahui
Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan
iii
SKRIPSI
Oleh :
BIMA ELSA PAULINA SITINJAK
NIM : 102011505
Telah Diuji
Pada tanggal …………….
PANITIA PENGUJI
Mengetahui
Koordinator Program Studi Ilmu Keperawatan
iv
MOTTO
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
Kognitif Pada Lanjut Usia Dengan Demensia”. Skripsi ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada program Studi
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dengan hati yang tulus iklas
1. Dr. I Ketut Putra Suarthana, MM. selaku ketua Yayasan Triatma Surya Jaya
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya untuk mengikuti
Jembrana.
2. Ns. I Ketut Andika Priastana, S.Kep, M.Kep. selaku ketua STIKES Jembrana
STIKES Jembrana.
3. Dwi Prima Hanis Kusumaningtiyas, S.Kep, Ns, M.Kep. selaku ketua Program
vi
5. Samsul Anam selaku kepala Desa Pengambengan yang telah memberikan
spiritual.
7. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah ikut
Semoga atas budi baik yang telah diberikan kepada saya senantiasa
mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Tuhan Yang Maha Esa. Demi
kesempurnaan skripsi ini maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
saya perlukan guna penyempurnaan skripsi ini. Besar harapan saya kiranya skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan pengembangan keilmuan
Penulis
vii
ABSTRAK
viii
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
x
4.2.4. Teknik pengambilan sampel ........................................................................ 53
4.3.Variabel penelitian dan definisi operasional variabel. .......................................... 54
4.3.1. Variabel penelitian ...................................................................................... 54
4.3.2. Definisi operasional ..................................................................................... 54
4.4. Instrumen penelitian.............................................................................................. 56
4.4.1 Variabel Independen ................................................................................... 56
4.4.2 Variabel Dependen...................................................................................... 56
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
AD : Alzheimer Disease
BDNF : Brain Derived Neurotrophic Factor
DIM : Demensia Multi Infark
IADL : Instrumental Activities of Daily Living Scale
Lansia : Lanjut usia
Manula : Manusia lanjut
MIC : Mild Cognitive Impairment
MMSE : Mini Mental State Exam
SSP : Sistem saraf pusat
Usila : Usia lanjut
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
Setiap manusia mengalami suatu perubahan dari muda menjadi semakin tua.
Penuaan secara alamiah terjadi pada semua manusia, hal ini sering di sebut lanjut
usia atau lansia (Eni & Safitri, 2018). Lanjut usia merupakan bagian dari
tua, melainkan fase berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa, dan akhirnya
menjadi tua (Eni & Safitri, 2018). Lanjut usia adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun ke atas dimana pertambahan usia pada lansia akan
Konsep status kesehatan dalam lansia terdapat tiga hal utama, yaitu fungsi
biologis, sosial dan psikologis (kognitif dan afektif) (Kemenkes, 2014). Fungsi
biologis pada lansia mengalami kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel saraf,
gejala lain selain penyakit yang diderita (Bandiyah Siti, 2009). Pada fungsi sosial
tinggal terpisah dari anak dan dari lingkungan masyarakat mengalami perubahan
karena penurunan fungsi fisik yang dialami maka akan berpengaruh pada
kurang percaya diri, depresi, bahkan tidak siapnya lansia pada perubahan proses
menua yang terjadi (Bandiyah Siti, 2009) dan secara fisiologis terjadi perubahan
fungsi kognitif, kekuatan otot yang menurun, hingga penurunan kesadaran (Fitrika,
1
2
aktivitas, asupan nutrisi yang kurang, polusi udara serta berkurangnya jumlah
sel secara anatomis pada tubuh lansia (Fitrika et al., 2018). Perubahan tersebut
struktural dan fisiologis, begitu juga dengan otak. Otak akan mengalami
dalam aktivitas sehari-hari menjadi lamban. Meskipun gejala penurunan otak ini
merupakan hal yang dianggap sebagai suatu keadaan yang fisiologis dan
penurunan fungsi otak yang berhubungan dengan gangguan kognitif pada lansia
2018).
2006) penurunan fungsi kognitif terdiri dari normal, mild cognitive impairment
Proses tersebut terjadi pada lanjut usia yang mengakibatkan setiap tiga detiknya
mengalami demensia baru sehingga tingkat jumlah orang dengan demensia terus
Asia dan Amerika Latin dengan proyeksi menunjukkan bahwa pada tahun 2050
jumlah individu yang lebih tua dari 60 tahun sekitar 2 miliar dan mencapai 22%
dari populasi dunia (Andrew et al., 2018). Jumlah penduduk di seluruh dunia
3
orang dengan demensia diperkirakan sekitar 50 juta orang dan ada hampir 10
juta kasus baru setiap tahun, jumlah total penderita demensia diproyeksikan
mencapai 82 juta pada tahun 2030 dan 152 juta pada tahun 2050 (World Health
Organization, 2017).
sensus nasional tahun 2014 jumlah lansia di Indonesia mencapai 20,24 juta
orang atau sekitar 8,03% dari seluruh penduduk Indonesia (Kemenkes, 2019).
Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Sulawesi Barat (Badan Pusat Statistik,
2017). Jumlah orang dengan demensia di tahun 2013 mencapai satu juta orang,
dan akan meningkat drastis menjadi dua kali lipat pada tahun 2030, dan menjadi
Menurut Suriastini et al dalam laporan hasil studi demensia Bali pada tahun
2018 jumlah lansia dengan demensia di Bali sebesar 32,6%. Terdiri dari tiga
kelompok lanjut usia di Bali, yaitu kelompok lanjut usia muda 50% dengan usia
60-69 tahun, kelompok lanjut usia madya 35% dengan usia 70-79 tahun, dan
kelompok lanjut usia tua 15% dengan usia 80 tahun ke atas, dimana dari
dilakukan sebab sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menanganinya, hal
lainnya yang dapat berujung pada disabilitas pada lanjut usia (Suriastini et al.,
2018).
Deteksi dini penurunan kognitif pada lansia dapat dilakukan dengan cara
menggunakan tiga alat ukur. Alat ukur pertama Mini Mental State Exam
mengetahui secara objektif keadaan kognitif seseorang, alat ukur kedua AD8
emosi, pengambilan keputusan, tingkah laku dan fungsi otak lainnya dilaporkan
dan alat ukur ketiga ialah Activity Daily Livining (IADL) enam pertanyaan
makan yang sehat dan mengonsumsi vitamin B12 dan vitamin E, olahraga
secara teratur, hindari minuman berakohol dan merokok serta yang paling
Aktivitas fisik yang dapat dilakukan lansia seperti berjalan-jalan kecil, senam
lansia, mengasuh cucu dan lain sebagainya. Mengasuh cucu merupakan suatu
peran orang tua dalam mengasuh anaknya dapat membuka kembali ingatan
pengalaman lansia dalam membesarkan anak, hal ini sangat penting karena
kognitif dan stimulasi otak yang lebih besar akibat dari aktivitas membaca atau
kesejahteraan pada lanjut usia, sebab dari mengasuh cucu memberikan para
lanjut usia untuk merasakan emosi positif dari pengasuhan dengan menunjukkan
adanya hubungan antara kakek nenek dengan cucu (Wahyuni & Abidin, 2015).
Secara emosional akan mendukung untuk lebih meluapkan rasa kasih sayangnya
kepada cucu, kasih sayang yang diberikan bisa melalui kegiatan sehari-hari yang
menjaga cucu, memberikan cerita dan bermain bersama cucu sesuai dengan
Februari dan April 2019 didapatkan data jumlah lansia usia 60-80 tahun
Mini Mental Stase Exam (MMSE) pada lansia, dan Activity Daily Living
(IADL), AD8 yang dilaporkan oleh pendamping atau keluarga terdekat lansia,
1) Ilmu Pengetahuan
1) Bagi keperawatan
aktivitas grandparenting.
TINJAUAN PUSTAKA
usia, antara lain lansia yang merupakan singkatan dari lanjut usia. Istilah
lain adalah manula yang merupakan singkatan dari manusia lanjut usia,
dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat istilah usila singkatan dari usia
(Kemenkes, 2014).
populasi penduduk dengan ciri-ciri berusia 60 tahun atau lebih. Pada lansia
ciri usia 60 tahun ke atas serta dalam diri lansia mengalami suatu perubahan
8
9
lanjut usia yaitu perubahan fisik yang meliputi sel, sistem pernafasan,
dan kegiatan seksual, dan sistem pengaturan tubuh, serta perubahan mental
ialah:
1) Perubahan fisik
seksual.
10
2) Perubahan mental
dan perasaan akan rendah diri jika dibandingkan dengan orang yang
3) Ingatan (memori)
sederetan angka untuk waktu yang cukup pendek sebagian lanjut usia
hanya dapat mengingat enam angka saja untuk waktu yang sama.
berisi informasi yang dikumpulkan dalam jangka waktu dua kali lebih
2002).
4) Perubahan psikososial
rutin dilakukan.
Hal ini terjadi secara alami dan terus menerus dimulai sejak lahir pada
2.2 Demensia
gejala dan bukannya suatu kondisi penyakit yang jelas. Biasanya bersifat
progresif dan ireversibel dan bukan merupakan bagian normal dari proses
fungsi intelektual biasanya tidak jelas pada saat awitan dan kemudian
Suddarth, 2001).
ingatan jangka pendek salah satu contohnya penderita lanjut usia pergi
karena ada suatu perintah dan kemudian lanjut usia lupa kemana
tujuannya. Pada tahap lanjut, lansia akan lupa dengan nama-nama orang
tidak tahu dimana mereka berada atau tahun berapa, bulan berapa dan hari
menjadi tiga :
1) Penyakit Alzheimer
oleh lansia. Pada 1% sampai 10% kasus, awitannya pada usia baya dan
14
2) Demensia multi-infark
diotopsi. Pada umumnya pasien demensia tipe campuran ini lebih tua
kekurangan B12, kelenjar tiroid yang bekerja tidak sempurna atau terjadi
kandungan garam dan kimiawi dalam darah dan otak. Jika demensia
disebabkan oleh sesuatu seperti ini biasanya dapat ditangani dengan baik.
Ada banyak penyakit keturunan pada sistem saraf yang dapat juga
menerima suplai darah melalui suatu jaringan yang padat dan sangat aktif.
Bagian otak yang tidak lagi mendapatkan suplai darah menjadi kekurangan
ketika beranjak lansia, penyakit pembuluh darah ini biasanya terjadi pada
orang yang mengalami tekanan darah tinggi untuk jangka waktu yang
1) Meningkatkan komunikasi
Alat ukur yang dapat digunakan pada orang dengan demensia ialah
dengan tiga alat ukur menggunakan tiga instrumen yaitu MMSE, AD8, dan
sendiri saat wawancara serta menggunakan AD8 dan IADL dari orang atau
tidak.
2) AD8
apabila total skor kurang dari 7 dan dikatakan normal atau tidak
salah satu hasil pengukuran dari MMSE, AD8, dan IADL masuk
kategori normal.
tidak normal.
Kognitif adalah salah satu fungsi tingkat tinggi pada otak manusia
yang terdiri dari beberapa aspek seperti halnya persepsi visual dan
jika terjadi gangguan fungsi kognitif dalam jangka waktu yang panjang
berat sehingga lansia tidak dapat melakukan kegiatan sampai selesai, tidak
fungsi anatomi yang dapat mempengaruhi proses kognitif (Eni & Safitri,
2018).
1) Umur
fungsi kognitif yang dialami lansia. Lansia yang berumur 60-80 tahun
2) Keturunan
3) Gaya hidup
ketagihan dan akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian tubuh
orang yang meminum alkohol terlalu sering dan terlalu banyak akan
fungsi kognitif.
4) Pendidikan
pendidikan tinggi.
21
5) Jenis kelamin
berisiko tinggi menjadi demensia atau Alzheimer dengan rasio 10-12% per
tahun. Diperkirakan dengan rasio tersebut dalam 3-4 tahun separuh dari
MCI pada negara industri sekitar 10-25% yang terjadi pada populasi diatas
Namun secara garis besar, ada 3 kegiatan utama yang dapat dijadikan
1) Aktivitas fisik
sangat berperan penting menjaga sel saraf agar tetap bugar dan sehat.
2) Aktifitas sosial
dalam kegiatan sosial dan interaksi dengan orang lain, diketahui dapat
kehadiran pasangan hidup, kontak tatap muka dengan tiga atau lebih
teman setiap bulan, kontak tanpa tatap muka dengan sepuluh atau lebih
3) Aktivitas spiritual
hidup, rasa berarti, dan harapan hidup pada lansia, sehingga dapat
4) Aktivitas mental
2.4 Grandparenting
Grandparent atau kakek nenek merupakan sebutan untuk orang yang sudah
tua kakek nenek dari ayah ataupun kakek nenek dari ibu yang sudah memiliki
peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi
tertentu, lalu anak berperan sebagai pelaku psikososial. Kemudian peran ibu
sebagai istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya, ialah mengurus rumah tangga,
Seiring perubahan kehidupan keluarga saat ini, peran ibu mulai berubah
dengan memiliki peran ganda, yaitu menjadi wanita karier dan ibu rumah
tangga. Adanya keputusan kedua orang tua untuk berkarier, maka tanggung
jawab mengasuh anak diberikan kepada orang tua yang telah memasuki usia
dewasa akhir (lansia). Adanya anggota keluarga lain dalam keluarga besar
olehnya. Nenek akan menjadi figur pengganti orang tua selama mengasuh cucu
(Wahyuni & Abidin, 2015). Grandparenting adalah bagian penting dari siklus
hidup bagi kebanyakan orang, baik sebagai pengalaman pribadi maupun untuk
pengaruh terhadap orang tua dan cucu. Sebagian besar hubungan lintas generasi
adalah dengan keluarga anggota di usia yang lebih tua hubungan ini cenderung
dengan anak-anak, cucu, dan cicit. Hubungan ini dapat bermanfaat bagi yang
25
lebih tua dan generasi yang lebih muda, misalnya orang tua yaitu kakek nenek
memberikan rasa keberlanjutan untuk cucu mereka dan hubungan dengan anak
lansia yang tinggal bersama anak, maupun tidak tinggal bersama. Adanya
mengasuh cucu. Situasi kondisi anak dalam membagi waktu urusan rumah
lansia mengasuh cucu. Selain itu, usia lanjut memiliki riwayat kesehatan
faktor kekuatan.
kehidupan kakek, nenek, dan orang tua. Cucu merupakan prioritas utama
dibanding anak, namun terdapat lanjut usia yang menjadikan anak serta
Pada saat mengasuh cucu tidak terlepas dari adanya pola asuh yang
lansia bisa saja sama dengan yang diterapkannya pada anaknya dahulu hal
maupun non fisik bagi lansia, orang tua seperti menjadi lelah dikarenakan
faktor penurunan secara fisik pada lansia, akan tetapi terdapat pula lansia
yang mengasuh cucu maka peran orang tua akan kembali seperti menjadi
orang tua saat mengasuh anaknya. Orang tua memiliki peran paling besar
untuk mempengaruhi anak pada saat anak melihat kegiatan yang dilakukan
oleh orang tuanya. Orang tua adalah sosok yang penting untuk mengenal
anak dengan peran pengasuhannya, sama halnya dengan kakek nenek yang
memiliki peran dimasa lalu menjadi seorang orang tua saat mengasuh
27
1) Mendampingi
kakek nenek yang mengasuh mereka. Sebagian orang tua bekerja dan
pulang ke rumah dalam keadaan lelah. Bahkan ada juga orang tua yang
dari itu peran kakek nenek bagi cucu ialah adanya kewajiban untuk
2) Komunikasi
orang tua atau kakek nenek dan anak akan menjalin suatu komunikasi
3) Menghargai
sebagaimana orang tua menghargai orang yang sejajar dengan kita. Ini
menjadi penting karena akan meningkatkan harga diri dan rasa percaya
4) Sosial
orang yang ada di sekitarnya. Dilihat dari segi aspek sosial emosional
aturan main dan mau menaatinya. Selain itu, anak dapat dilatih untuk
masing individu lansia, tergantung dari kedekatan yang ada pada kakek
nenek dan cucu yang diasuh serta keberadaan rumah atau berdekatan
dengan anak atau remaja. Gaya ini terdiri dari tiga kategori yaitu
apa yang dilakukan anak tanpa memberikan intervensi. Orang tua tipe
keinginan anak.
31
Dalam mengasuh anak, para orang tua belajar dari model gaya
pengasuhan yang pernah didapat dari orang tua mereka sendiri. Menurut
Jika menikah terlalu muda atau tua, tidak akan dapat menjalankan
psikososial.
dan anak walaupun secara kodrat akan ada perbedaan, tetapi tidak
perkembanganya.
antara pengaruh langsung yang dihasilkan dari kontak dan interaksi dengan
cucu dan pengaruh tidak langsung yang dimediasi oleh perilaku orang tua:
1) Pengaruh langsung
penuaan, bertindak sebagai mentor, hal ini berbeda sesuai dengan usia
atau menjadi orang tua kakek nenek pengasuh tanpa adanya orang tua,
anak. Gaya pengasuhan kakek nenek bertindak sebagai orang tua akan
pemahaman yang lebih tinggi terhadap sejarah, rasa aman yang lebih
cucu dan juga mendukung mereka lebih banyak. Kakek nenek secara
memberi tahu cerita, dan bermain dengan mereka. Model didasarkan pada
keunikan peran kakek nenek menyediakan hubungan antara masa lalu dan
masa depan dan pembaruan keluarga dan sebagai tonggak yang menandai
Konseptual Keperawatan)
adaptasi Roy pertama kali diterbitkan dalam bentuk artikel di jurnal Nursing
for Nursing“ (Roy, 1970) dalam (Alligood, 2017). Model adaptasi Roy telah
yang holistik dan merupakan fokus dari keperawatan. Lingkungan internal dan
eksternal terdiri dari semua fenomena yang mengelilingi sistem adaptif manusia
lingkungannya.
Menurut Roy definisi sehat ialah menjadi manusia yang utuh dan terpadu.
Stimulus kontekstual merupakan semua stimulus lain yang muncul pada situasi
yang dapat berkonstribusi positif atau negatif pada adanya kekuatan stimulus
langsung diketahui dari tiga jenis stimulus ini bersama-sama membentuk tingkat
terabaikan.
Mekanisme koping mengacu pada suatu proses dari dalam atau proses yang
dapat dipelajari dari luar yang digunakan seseorang untuk menghadapi stimulus
informasi.
Perilaku yang terwujud dari adaptasi yang dapat dilihat dalam empat mode
adaptif. Mode fisiologis mengacu pada suatu respon fisik seseorang terhadap
dirinya sendiri pada waktu tertentu. Kebutuhan dasar dari mode konsep diri
adalah integritas atau spiritual. Konsep diri merupakan kumpulan dari keyakinan
mengenai diri sendiri yang terbentuk dari diri fisik (sensasi tubuh dan citra
tubuh) dan diri personal (konsistensi diri, ideal diri dan moral etik spiritual diri).
Mode fungsi peran mengacu pada peran primer, sekunder, dan tersier yang
perilaku yang harus ditunjukkan atau apa yang diharapkan dari dirinya ditengah
integritas sosial atau untuk memberi dan menerima cinta, rasa hormat dan nilai
Lanjut usia
Terjadi peningkatan
fungsi kognitif
Analisis: -
pengasuhnya
Analisis: -
3. Great-Grandparents’ Role Desain: Penelitian ini menerima persetujuan Hasil: hasil penelitian menyoroti kebutuhan praktis untuk
Perception And Its dari Komite Etik para peneliti Universitas. mendorong hubungan langsung antara dua generasi.
Contribution To Their
Quality Of Life; Ahuva Sampel: Sampel terdiri dari 103 kakek-nenek Kesimpulan: mengungkapkan itu dimensi kedekatan emosional
Even-Zohar & Ayala (Tzurit) buyut Israel-Yahudi, berusia 66 hingga 94 adalah seorang mediator antara dimensi perilaku dan kualitas hidup
Garby; 2016 tahun tahun buyut. Selain itu, nenek buyut yang sudah menikah yang tinggal
dekat dengan cicit mereka kontak sering dengan mereka. Hasil
Variabel: Buyut mengurus cicit dan kualitas penelitian menyoroti kebutuhan praktis untuk mendorong hubungan
hidup langsung antara dua generasi.
Analisis:-
6 Faktor – Faktor yang Desain:Desain analitik potong lintang dengan Hasil:Sejumlah 30 sampel lansia yang berusia 61-94 tahun
Berhubungan dengan metode pengambilan sampel adalah total mengikuti studi ini dengan median usia 73,73 tahun. Sebanyak 20
Gangguan Kognitif pada sampling sampel didapatkan ada gangguan kognitif dan 10 sampel memiliki
Lansia di Panti Sosial Tresna fungsi kognitif normal. Skor MoCA-INA berkisar antara 11 – 27
Werdha Wana Seraya Sampel:Sebanyak 30 sampel terkumpul, dengan rata-rata skor 19. Dari berbagai variabel yang dianalisis,
Denpasar; Sandra Surya dengan 10 sampel dengan fungsi kognitif gangguan pendengaran(p=0,000), tingkat kemandirian (p=0,005),
Rini, Tuty Kuswardhani, normal dan 20 sampel memiliki gangguan frailty (p=0,017) berhubungan dengan gangguan kognitif secara
Suka Aryana; 2018. kognitif. bermakna.
Assessment Indonesia.
Analisis:Analisis data menggunakan SPSS 17
dengan uji fisher’s exact
7 Gangguan Kognitif terhadap Desain:Cross sectional Hasil: Hasil penelitian yang didapatkanberdasarkan analisa
Resiko Terjadinya Jatuh pengumpulan data lansia pada masalah gangguan kognitif mental
Pada Lansia; Enggong Eni, Sampel: Semua lansia yang mengalami berat pada resiko jatuh tinggi lebih banyak.
Aisyah Safitri; 2018. gangguan kognitif sedang dan berat di seluruh
ruangan sebanyak 51 orang, teknik Kesimpulan: Hasil uji (korelasi) diperoleh nilai sig = 907 yang
pengambilan sampel menggunakan total berarti bahwa ada hubungan yang erat antara gangguan kognitif dan
sampling resiko terjadinya jatuh pada lansia.
9 Pengalaman Hidup Lansia Desain:Mengajukan sejumlah pertanyaan Hasil: Menunjukkan bahwa keberadaan keluarga besar (extended
Yang Mengasuh Cucu: Studi wawancara (interview guide) kepada tiap-tiap family) dapat membantu dalam pengasuhan anak di sebuah keluarga,
Kualitatif Fenomenologis subjek seperti lansia yang mengasuh cucu. Lansia dalam menyikapi
Dengan Interpretative perubahan di usia lanjutnya dapat menerima dengan baik, namun
Phenomenological Analysis; Sampel: Tiga orang dengan karakteristik lanjut terdapat yang menolak jika diberi penyakit.
Yunita Tri Wahyuni, Zaenal usia (lansia) yang berjenis kelamin perempuan,
Abidin Fakultas; 2015 berusia 60 tahun keatas, mengasuh cucu, dan Kesimpulan: Ketiga subjek yang mengasuh cucu di usia lanjut
berdomisili di dua kota, yaitu Kota Malang dan memiliki kesadaran bahwamereka telah mengalami perubahan dalam
Kota Semarang hidupnya, termasuk penurunan secara fisik.
relationships
Instrumen:wawancara semi-terstruktur
12 Gaya Pengasuhan Orang Tua Desain:Penelitian ini jenis penelitian deskriptif Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 87 responden (52,41%)
Pada Anak Usia 4-6 Tahun di kuantitatif. yang memiliki latar belakang pendidikan dari sekolah dasar tidak
Kecamatan Probolinggo lulus, lulusan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah
Kabupaten Lampung Timur; Sampel: Teknik pengambilan sampel menengah atas, menggunakan pola asuh permisif. 68 responden
Ariyanti Novelia Candra; menggunakan cluster rendom sampling sampel (40,97%) yang memiliki latar belakang pendidikan dari sekolah
2017 yaitu 166 orang tua dari 3 desa terpilih dari 12 menengah atas, diploma III, sarjana dan pascasarjana menggunakan
desa. gaya pengasuhan yang otoritatif. 11 responden (6,62%) yang
memiliki latar belakang pendidikan dari sekolah elemtary tidak
Variabel: Gaya pengasuhan lulus, lulus dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama
menggunakan pola asuh otoriter.
Instrumen:Wawancara serta koesioner gaya
44
13 Hubungan antara Aktivitas Desain: Observasi cross sectional Hasil: penelitian denganuji SpearmanRhomenunjukkan bahwanilai
Fisik dan Kejadian Demensia signifikan
pada Lansia di UPT Sampel: 24 orang yang mengalami dimensia = 0,00 (p 0,05>0,000). Terdapat hubungan yangbermakna antara
Pelayanan Sosial Lanjut Usia aktivitasfisik
Jember; Adi Darma Effendi Variabel: Tingkatdemensiapada lansia dengan kejadian demensia pada lansia di UPT Pelayanan Sosial
Fakultas, Alif Mardijana, aktivitas fisik dan kejadian demensia pada Lanjut Usia Jember.
Rosita Dewi; 2014 lansia Kesimpulan: Penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik seperti
jalan kaki, lari kecil berpengaruh pada lobus frontalis otak, area yang
Instrument: Mini-Mental Status Exam berperan pada konsentrasi mental, perencanaan dan pengambilan
Clinical Dementia Rating keputusan.
14 Implikasi pola asuh kakek- Desain:metode kualitatif dimana peneliti Hasil: pengasuhan oleh kakek dan nenekmenjadi kurang berhasil
nenek terhadap sifat dan inginmelaporkan pendapat informansecara rinci dalammengintegrasikan anak sebagai actor sosial yang diharapkan,
prestasi anak; Sinto Arini; dan disusun dalamsebuah latar ilmiah terutamadalam sikap anak dan kehidupanpendidikannya yang diukur
2018 (Creswell, 2003). dariperolehan prestasi akademik dannon-akademik.
Instrumen:wawancara mendalam
Faktor Eksternal
- Pendidikan
- Jenis kelamin
- Risiko umur 40 tahun
- Keturunan
- Gaya hidup
-
Keterangan:
: variabel yang diteliti (diukur)
: variabel yang tidak diteliti (tidak diukur)
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Hubungan Grandparenting Dengan Fungsi Kognitif Pada
Lansia Dengan Demensia di Desa Pengambengan Tahun 2019
47
48
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan kognitif adalah salah satu fungsi tingkat
tinggi pada otak manusia terdiri dari beberapa aspek seperti halnya persepsi
jika terjadi gangguan fungsi kognitif dalam jangka waktu yang panjang dan
yaitu faktor internal dan eksternal. Dalam faktor internal terdiri dari risiko umur
yang tinggi dimulai dari umur 40 tahun, keturunan merupakan faktor yang
hipertensi yang berumur lebih dari 60 tahun akan mengalami payah jantung
kongestif, infark miokard, stroke diseksi aorta dalam lima tahun bila hipertensi
tidak diobati, sedangkan faktor eksternalnya ialah gaya hidup seperti merokok
(penyebab ketagihan merokok akan merangsang jantung, saraf, otak dan bagian
Grandparent atau kakek nenek merupakan sebutan untuk orang yang sudah
tua kakek nenek dari ayah ataupun kakek nenek dari ibu yang sudah memiliki
investasi pribadi yang lebih besar dalam peran. Kakek nenek merasakan lebih
banyak emosi positif dari kebahagiaan dan kebanggaan cucu dalam mengasuh
cucu sesuai dengan gaya pengasuhan yang diterapkan. Kakek nenek secara
emosional akan mendukung cucu mereka dengan perasaan kasih sayang dan
49
cerita, dan bermain dengan mereka. Memberikan para lansia kepribadian dan
antara masa lalu dan masa depan, bahwa pengalaman kakek-nenek sangat berarti
bagi lansia dan menawarkan banyak manfaat dengan cara mengingat sendiri
3.2 Hipotesis
dengan penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia dengan demensia di Desa
METODE PENELITIAN
sampel dengan tujuan untuk menguji hipotesis tertentu yang telah ditetapkan
(Nursalam, 2015). Rancangan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Fungsi Kognitif Lanjut Usia). Penelitian ini perlu dilakukan analisis terhadap
data yang dikumpulkan dan mengetahui seberapa besar hubungan antar variabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2015).
4.2.1 Populasi
50
51
4.2.2 Sampel
Nursalam (2015) jika populasi < 1000 maka, penentuan besar sampel
𝑁
𝑛
1 + 𝑁(d2 )
Keterangan:
n = Besar sampel
N = Besar populasi
n= N
1 + N (d)2
n= N
1 + 64 (0,05)2
n= 64
1 + 64 (0,0025)2
n= 64
1,16
1
𝑛′ =
1−𝑓
Keterangan:
n' = 1
1–f
n' = 1
1 – 0,1
n' = 1
0,9
n = 1,11 (2 orang)
4.2.4 Sampling
secara acak dengan menetapkan nama atau nomor sampel lalu dipilih
Menengah:
SMP
Tinggi
SMA
Sangat
tinggi:
Perguruan
tinggi
Jenis kelamin Karakteristik 1. Kartu Tanda Koesioner Nominal Laki-laki 1
responden Penduduk demografi
berdasarkan Perempuan
biofisik 2
56
merupakan daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai dengan variabel yang
didapatkan dalam uji validitas adalah r hitung ≥ r tabel yaitu (0,361). Uji
valid jika memiliki nilai r yang lebih besar dari r tabel (0,361). Nilai
r tabel 0,361. Hasil yang didapatkan dalam uji validitas adalah r hitung ≥
Cronbach. Hasil uji didapatkan nilai yaitu 0,82 pada lansia yang dirawat
di panti jompo dengan jumlah 372 lansia dan 0,84 pada lansia di
hitung ≥ r tabel (0,82 ≥ 0,60). Maka dinyatakan koesioner ini valid dan
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu dengan
mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
ijin kepada Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) Provinsi Bali
demensia ke rumah dan menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti, kemudian
58
responden. Peneliti mengobservasi data kuesioner yang telah diisi oleh responden
4.7.1 Univariat
4.7.2 Bivariat
variabel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
(signifikan) dari kedua variabel yang diteliti. Bila p-value lebih besar dari α
59
yang diteliti
dengan tujuan agar responden mengerti maksud, tujuan serta dampak dari
manfaat bagi orang lain dan bukan untuk membahayakan orang lain.
ini sudah mendapatkan izin untuk melakukan penelitian seperti yang sudah
5.1.1 Pengantar
penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa Dan Politik Provinsi Bali, Kantor
ini tidak ada karena peneliti sudah mengetahui rumah responden, lansia
1) Letak geografis
61
62
2) Kependudukan
sebagai nelayan.
3) Lokasi Penelitian
tinggi 0 (0%).
2) Jenis kelamin
1 Laki-laki 16 27,6
2 Perempuan 42 72,4
Total 58 100
Dari tabel 5.2 dapat diketahui, jenis kelamin laki-laki sebanyak 16
(72,4%).
1) Grandparenting
2) Fungsi kognitif
kontrsuksi visual.
Tabel 5.4 Tabel hasil penelitian berdasarkan fungsi kognitif pada responden
lansia demensia di Desa Pengambengan tahun 2019
No Fungsi Kognitif Frekuensi Presentase (%)
1 Berat 8 13,8
2 Sedang 24 41,4
3 Ringan 26 44,8
Total 58 100
Dari tabel 5.4 di atas dapat diketahui responden penurunan fungsi
dilihat
Tabel 5.5 Tabulasi data bivariat hubungan grandparenting dengan fungsi kognitif
lansia demensia.
Penurunan Fungsi Kognitif Total
Ringan Sedang Berat
Baik 26 0 0 26
Grandparenting Cukup 0 24 5 29
Kurang 0 0 3 3
Total 26 24 8 58
Berdasarkan tabel 5.5 mengenai hasil tabulasi data, dapat diketahui
sebanyak 3 orang. Hasil tabulasi data yang paling dominan ialah pada
orang.
skala ordinal sehingga uji statistic non parametric yaitu spearman rho
lanjut usia dengan demensia. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
nilai r hitung 0,960 > r tabel 0,2586 dan nilai Sig. (2-tailed) atau p value
Desa Pengambengan.
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pendidikan
Kognitif merupakan salah satu fungsi tingkat tinggi dari seseorang yang
fungsi kognitif demensia dua kali lebih besar daripada seseorang yang
masa lampau.
Werdha” pada penelitian ini, mayoritas berada pada pendidikan rendah dan
menyimpan banyak memori dan daya tangkap yang dapat mengasah otak.
diperoleh lansia. Pada penelitian ini mayoritas pada pendidikan rendah dan
persepsi diri dan hubungan sosial, sehingga menurut peneliti hal ini yang
perempuan.
dari pada responden laki-laki, hal ini terjadi karena usia harapan hidup
tingginya usia harapan hidup perempuan, maka jumlah lanjut usia tersebut
kognitif pada laki-laki dikarenakan penurunan fungsi tubuh dan gaya hidup
yang tidak baik, yaitu merokok. Hal ini disebabkan karena kandungan
menyebabkan perokok pada derajat merokok sedang dan berat lebih banyak
daya ingat. Hal ini lah yang menyebabkan seorang perempuan dapat
5.2.3 Grandparenting
Imelda et al., (2019) mengatakan pola asuh orang tua yang baik
pengontrolan pada anak akan berakibat anak merasa diperhatikan dan akan
lebih percaya diri, sehingga hal ini akan membentuk pribadi anak yang
baik.
dengan baik dan saling memberi pujian dan menghargai. Menghargai juga
80
anak yang dapat memberikan hubungan positif baik pada kakek nenek
maupun cucu. Maka dari aspek tersebut adanya suatu aktivitas psikologis
mengatakan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan terus
Darma et al., (2014) dimana pada penelitian ini aktivitas fisik berperan
aliran darah ke otak sehingga pembuluh darah terstimulasi dan akses otak
BDNF akibat suatu aktivitas fisik yang akan memperkuat ikatan antar sel
pembentukan dan daya tahan saraf terhadap kerusakan dan stres yang
panjang nya lebih kuat daripada memori jangka pendek. Hal inilah yang
dapat mengasah ingatan jangka pendek yang dapat merangsang kerja dari
yang diterima oleh sel-sel saraf. Maka dengan demikian jika lansia yang
aktivitas mengasuh cucu aktif dan normal maka fungsi kognitifnya normal
aspek memori.
kemunduran yang terjadi pada ingatan jangka pendek salah satu contohnya
penderita lanjut usia pergi karena ada suatu perintah dan kemudian lanjut
usia lupa kemana tujuannya. Pada tahap lanjut, lansia akan lupa dengan
sosial. Kognitif adalah salah satu fungsi tingkat tinggi pada otak manusia
otak yaitu transmisi informasi dari satu ke suatu hal lainnya melalui
Teori tersebut sejalan dengan penelitian Ratep & Westa, (2014) dari
karena faktor yang mempengaruhi dari aktivitas fisik yang dilakukan yakni
ini dapat mencegah demensia karena informasi sensorik dari luar dapat
Roy. Mekanisme koping mengacu pada suatu proses dari dalam atau proses
yang dapat dipelajari dari luar yang digunakan seseorang untuk menghadapi
(Alligood, 2017).
kejadian demensia. Aktivitas fisik seperti jalan kaki, lari kecil berpengaruh
pada lobus frontalis otak, area yang berperan pada konsentrasi mental,
dilakukan seperti berjalan kaki, mengasuh cucu dan senam dapat membantu
kognitif. Otak seseorang mampu membentuk sel saraf (neuron) baru, proses
Darma et al., (2014) dimana pada penelitian ini aktivitas fisik berperan
80
aliran darah ke otak sehingga pembuluh darah terstimulasi dan akses otak
BDNF akibat suatu aktivitas fisik yang akan memperkuat ikatan antar sel
pembentukan dan daya tahan saraf terhadap kerusakan dan stres yang
masa lalu saat merawat dan mengasuh anaknya dimasa lalu dapat membuka
pada masa yang akan datang sebagai pengatur aktivitas motorik dan
serebri.
memberi tahu cerita, dan bermain dengan mereka. Aktivitas fisik seperti
berjalan dengan cucu, mengajarkan cucu, bermain catur dan lain sebagainya
merupakan fungsi dari sinaps. Oleh karena itu, pada setiap macam sinyal
penting untuk digunakan pada masa yang akan datang sebagai pengatur
demensia.
penganggu yang lain seperti pendidikan, jenis kelamin, risiko umur 40 tahun,
biaya.
kelemahan dalam mendapatkan data yang lebih detail sehinggan tidak dapat
melakukan observasi satu kali pertemuan saja dan hal tersebut menunjukkan
bahwa fakta yang ditemui di lokasi penelitian bukan merupakan fakta yang
sesungguhnya.
83
BAB VI
6.1 Kesimpulan
1) Lanjut usia dengan demensia sebagian besar berada pada tingkat pendidikan
grandparenting cukup.
3) Fungsi kognitif pada lansia sebagian besar berada pada kategori ringan.
dengan demensia.
6.2 Saran
1) Bagi lansia
Fungsi tingkat tinggi pada otak salah satunya ialah kognitif yang terdiri
2) Bagi masyarakat
fungsi kognitif yang dialami lanjut usia dan meningkatkan kepedulian sosial
3) Bagi keperawatan
Proses pelayanan keperawatan tidak hanya pada fisik tetapi juga pada
kelompok masyarakat.
dengan jumlah sampel yang lebih banyak serta dilakukan analisis lebih lanjut
dengan penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia demesia serta penelitian ini
dapat dilanjutkan dengan meneliti berbagai faktor perancu seperti usia, jenis
DAFTAR PUSTAKA
Akaputra, R., Hestin, R. R., & Prasanty, D. (2018). Correlation of Smoking And
Education Towards Civitas Academica Cognitive Function in University Of
Muhammadiyah Jakarta. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan, 14, 48–55.
Retrieved from https://jurnal.umj.ac.id/index.php/JKK
Alligood, M. R. (2017). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka. (H. A. Y. S &
I. Kusman, Eds.) (Edisi Indo). Singapore.
Anam, P. (2015). perhimpunan dokter spesialis saraf indonesia (Vol. 40). Jakarta
Pusat: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Andrew, R. W., Stella, O. U., Laura, B., & Megan, R. A. (2018). The Population 65
Years and Older in the United States : 2016.
Ani, A. (2017). Perbedaan Stimulasi dan Perkembangan Personal Sosial Anak Usia
Sekolah Antara Anak yang Diasuh Grandparent dan Orang Tua. Surabaya.
Azizah. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bandiyah Siti. (2009). lanjut usia dan keperawatan gerontik. (S. Ari, Ed.).
Yogyakarta: nuha medika.
Basuki, H. O., Haryanto, J., & Kusumaningrum, T. (2018). The Effect of Elderly
Cognitive Care On The Cognitive Function And Physical Activity Of Elderly.
Indonesian Journal of Health Research, 1(2), 37–48.
https://doi.org/10.32805/ijhr.2018.1.2.16
Brunner, & Suddarth. (2001). keperawatan medikal bedah. ( suzanne c. Smeltzer &
brenda g. Bare, Eds.) (8th ed.). jakarta.
Candra, A. N. (2017). Gaya Pengasuhan Orang Tua Pada Anak Usia 4-6 Tahun di
Kecamatan Probolinggo Kabupaten Lampung Timur.
Christopher, M., & Catharine, G. (2002). pikun dan pelupa. (Amalia, Ed.). Jakarta:
Dian Rakyat.
Darma, E., Mardijana, A., & Dewi, R. (2014). Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dan
Kejadian Demensia Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember. E-
Jurnal Pustaka Kesehatan, 2.
Eni, E., & Safitri, A. (2018). Gangguan Kognitif terhadap Resiko Terjadinya Jatuh
Pada Lansia. Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, 8, 363–371.
Fitria, M. (2017). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Fungsi Kognitif Dan
Fungsi Afektif Lansia Di Dusun Sumberejo Kecamatan Geger Kabupaten
Madiun.
84
Fitrika, Y., Saputra, Y. K., & Munarti, M. (2018). Relationship Of Cognitive Function
Toward Disciplinary Behaviour Of Anti Hipertension Drug Consumption
Among Elderly Patients At Polyclinic Of Internal Medicine Of Meraxa Hospital
Banda Aceh. SEL Jurnal Penelitian Kesehatan, 5. 10–18.
Fitzpatrick, A., & Kuller, L. (2015). Midlife And Late Life Obesity And The Risk Of
Dementia, 66(3), 336–342. https://doi.org/10.1001/archneurol.2008.582
Imelda, P., Rina, K., & Yolanda, B. (2019). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Bekerja
Dengan Perkembangan Anak Usia Prasekolah 4-5 Tahun Di TK GMIM Bukit
Moria Malalayang. E-Journal Keperawatan (e-Kp), 7(1), 1–9.
Isnanto, T. (2011). Mengasuh Anak Dengan Bijak. In Seri Bacaan Orang Tua (pp. 1–
30). Jakarta.
Kamilia, T. I., Udiyono, A., & Kusariana, N. (2019). Gambaran Gangguan Kognitif
Dan Fungsional (IADL) Pada Lansia Di Kelurahan Kramas, Kecamatan
Tembalang, Kota Semarang. Kesehatan Masyarakat, 7. Retrieved from
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm/article/view/22866/20907
Kemenkes. (2014). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, Situasi dan
analisis Lanjut Usia. Jakarta Selatan. https://doi.org/10.1016/S0169-
409X(97)00122-1
Kemenkes. (2019). Menkes: Lansia Yang Sehat, Lansia Yang Jauh Dari Demensia,
(2004), 2–3.
Kennard. (2006). Reminiscance Therapy And Activities For People With Dementia.
Retrieved from www.alzheimer.about.com/cs/treat
mentoptions/a/reminiscence.html
Manurung, C., Karema, W., & Maja, J. (2016). Gambaran fungsi kognitif pada lansia
di Desa Koka Kecamatan Tombulu. Jurnal E-Clinic (ECl), 4, 2–5.
Maryam, R. S., & Hartini, T. (2015). Hubungan Tingkat Pendidikan dan Activity
Daily Living.
Muthmainnah. (2012). Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Pribadi Anak yang
Androgynius Melalui Kegiatan Bermain. Pendidikan Anak, 1, 103–112.
Noas, A., Hendro, B., & Franly, O. (2018). Hubungan Demensia dengan
Kebermaknaan Hidup pada Lanjut Usia di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi
Utara. E-Journal Keperawatan, 6, 1–7.
85
Nursalam. (2015). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. (L. P. Puji, Ed.) (4th
ed.). Surabaya: Salemba Medika.
Putra, G., Indrawati, R., & Mishbahatul, E. (2008). Reminiscence Therapy with
Therapeutic Methods Group Activity Improve Elderly’s Cognitive Function. E-
Journal UNAIR, 125–133.
Rasyid, I. Al, Syafrita, Y., & Sastri, S. (2017a). Hubungan Faktor Risiko dengan
Fungsi Kognitif Pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota
Padang Panjang, 6(1), 49–54. Retrieved from http://jurnal.fk.unand.ac.id
Rasyid, I., Syafrita, Y., & Sastri, S. (2017b). Hubungan Faktor Risiko Dengan Fungsi
Kognitif Pada Lanjut Usia Kecamatan Padang Panjang Timur Kota Padang
Panjang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2017; 6(1), 6(1), 49–54.
Ratep, N., & Westa, W. (2014). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status
Kognitif Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Kubu Ii , Januari-Februari
2014.
Rini, S. S., Kuswardhani, T., & Aryana, S. (2018). Faktor – Faktor yang Berhubungan
dengan Gangguan Kognitif pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Wana
Seraya Denpasar. Journal of Internal Medicine, 2.
Setiawan, D., Bidjuni, H., & Karundeng, M. (2014). Hubungan Tingkat Pendidikan
Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut Usia
Senja Cerah Paniki Kecamatan Mapanget Manado. Journal Keperawatan, 2.
Retrieved from ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/view/5207
Sri, S., Setiawan, & Mudadsir, S. (n.d.). Hubungan Usia Demensia Dan Kemampuan
Fungsional Pada Lansia, (1), 34–41. Retrieved from http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/JPT/article/download/296/264
Sundariyanti, I. H., Ratep, N., & Westa, W. (2014). Gambaran Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Status Kognitif Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Factors That Affect The Cognitive States In Elderly.
Suriastini, Turana, Y., & Witoelar, F. (2016). Angka Prevalensi Demensia: Perlu
Perhatian Kita Semua. Survey Meter, 1–4.
Suriastini, W., Turana, Y., & Suryani, L. K. (2018). Menggugah Lahirnya Kebijakan
Kelanjutusiaan Menggugah Lahirnya Kebijakan Kelanjutusiaan. Laporan Hasil
Studi Demensia Bali.
86
Triwibowo, H., & Puspitasari, K. (2014). Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Fungsi
Kognitif Pada Lansia Di Desa Tanjungan Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto. E-
Journal STIKes William Booth Surabaya, Vol 3, No. Retrieved from
http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/index.php/S1Kep/article/view/50
Wahyuni, Y. T., & Abidin, Z. (2015). Pengalaman Hidup Lansia Yang Mengasuh
Cucu: Studi Kualitatif Fenomenologis Dengan Interpretative Phenomenological
Analysis. Jurnal Empati, 4(4), 8–14.
Windani, C., Ningsih, E., & Pratiwi, S. (2013). Description Of Dementia In The
Elderly Status In The Work Area Health Center Ibrahim Adjie Bandung.
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 3(1), 1–11. Retrieved from
http://journal.unhas.ac.id/index.php/icon/article/view/3736/2711
Woodbridge, S., Buys, L., & Miller, E. (2011). My grandchild has a disability :
Impact on grandparenting identity, roles and relationships. Journal of Aging
Studies, 25(4), 355–363. https://doi.org/10.1016/j.jaging.2011.01.002
Zohar, E. A., & Garby, A. (2016). Great-Grandparents’ Role Perception and Its
Contribution to Their Qlity of Life. Journal of Intergenerational Relationships,
14(3), 197–219. https://doi.org/10.1080/15350770.2016.1195246
87
RENCANA KEGIATAN
Lampiran 1
Bulan
No Kegiatan Nopember Desember Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan dan pengajuan judul X
penelitian
2 Konsultasi dan bimbingan proposal X X X X X X X X X X XX X X
penelitian (BAB I, II, III & IV)
3 Ujian Proposal Penelitian X
4 Revisi hasil ujian & proposal X X
penelitian
5 Uji Etik Proposal X
6 Pelaksanaan Penelitian X X X X
7 Penulisan laporan hasil penelitian & X X X X X
proses bimbingan laporan penelitian
(BAB IV, V, VI)
8 Ujian Skripsi X
9 Revisi hasil ujian skripsi XX
10 Pengumpulan Skripsi X X
88
Lampiran 2
RINCIAN BIAYA
Lampiran 3
Surat Izin Penelitian
90
91
92
93
94
Lampiran 4
95
97
98
Lampiran 5
Lampiran 6
Setelah membaca dan memahami isi dari penjelasan mengenai tujuan dan manfaat
penelitian ini, maka saya bersedia/tidak bersedia menjadi responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jembrana
yaitu :
NIM : 102011505
Penelitian ini tidak merugikan saya dan keluarga saya ataupun orang terdekat saya.
Persetujuan ini saya buat secara sukarela tanpa adanya pemaksaan maupun tekanan
dari pihak manapun. Demikian pernyataan yang saya buat untuk dapat digunakan
sebagaiman mestinya.
Negara,.....................................
Peneliti Responden
Saksi
.................................................
100
Lampiran 7
KUESIONER
HUBUNGAN GRANDPARENTING DENGAN PENURUNAN
TAHUN 2019
Nomor Responden :
Nama Responden :
Pendidikan terakhir :
Jenis kelamin : perempuan laki-laki
No Pertanyaan Nilai
“ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan
di lantai”
Lampiran 8
Raw Data
52 52 2 2 2 1
53 53 2 1 2 2
54 54 2 1 2 2
55 55 1 2 2 1
56 56 1 1 3 3
57 57 2 2 3 3
58 58 2 1 3 3
Keterangan :
Pendidikan :
Jenis Kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
Grandparenting :
1. Kurang: 25-13
2. Cukup: 39-26
3. Baik: 52-40
1. Berat: <10
2. Sedang: 10-2-
3. Ringan: 21-24
105
Lampiran 9
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 Total
P1 Pearson Correlation 1 .484** .221 .564** .626** .490** .221 .233 .732** .481** .326 .412* .481** .706**
Sig. (2-tailed) .007 .241 .001 .000 .006 .241 .214 .000 .007 .079 .024 .007 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P2 Pearson Correlation .484** 1 .424* .652** .426* .430* .424* .365* .501** .660** .286 .206 .660** .748**
Sig. (2-tailed) .007 .019 .000 .019 .018 .019 .047 .005 .000 .125 .275 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation .221 .424* 1 .495** .426* .146 1.000 .098 .217 .422* .342 .362* .422* .653**
**
Sig. (2-tailed) .241 .019 .005 .019 .440 .000 .607 .249 .020 .064 .050 .020 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P4 Pearson Correlation .564** .652** .495** 1 .313 .505** .495** .342 .376* .608** .420* .408* .608** .788**
Sig. (2-tailed) .001 .000 .005 .092 .004 .005 .065 .041 .000 .021 .025 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P5 Pearson Correlation .626** .426* .426* .313 1 .321 .426* .331 .472** .373* .113 .407* .373* .638**
Sig. (2-tailed) .000 .019 .019 .092 .083 .019 .074 .008 .042 .551 .026 .042 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P6 Pearson Correlation .490** .430* .146 .505** .321 1 .146 .548** .477** .527** .221 .145 .527** .615**
Sig. (2-tailed) .006 .018 .440 .004 .083 .440 .002 .008 .003 .241 .445 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P7 Pearson Correlation .221 .424 1.000**
*
.495** .426* .146 1 .098 .217 .422* .342 .362* .422* .653**
Sig. (2-tailed) .241 .019 .000 .005 .019 .440 .607 .249 .020 .064 .050 .020 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P8 Pearson Correlation .233 .365* .098 .342 .331 .548** .098 1 .153 .414* .286 .088 .414* .507**
Sig. (2-tailed) .214 .047 .607 .065 .074 .002 .607 .418 .023 .125 .643 .023 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
106
P9 Pearson Correlation .732** .501** .217 .376* .472** .477** .217 .153 1 .527** .221 .145 .527** .615**
Sig. (2-tailed) .000 .005 .249 .041 .008 .008 .249 .418 .003 .241 .445 .003 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P10 Pearson Correlation .481** .660** .422* .608** .373* .527** .422* .414* .527** 1 .423* .423* 1.000** .837**
Sig. (2-tailed) .007 .000 .020 .000 .042 .003 .020 .023 .003 .020 .020 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P11 Pearson Correlation .326 .286 .342 .420* .113 .221 .342 .286 .221 .423* 1 .248 .423* .544**
Sig. (2-tailed) .079 .125 .064 .021 .551 .241 .064 .125 .241 .020 .187 .020 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P12 Pearson Correlation .412* .206 .362* .408* .407* .145 .362* .088 .145 .423* .248 1 .423* .547**
Sig. (2-tailed) .024 .275 .050 .025 .026 .445 .050 .643 .445 .020 .187 .020 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** **
P13 Pearson Correlation .481 .660 .422* .608** .373* .527 **
.422 .414*
*
.527 1.000**
**
.423* .423* 1 .837**
Sig. (2-tailed) .007 .000 .020 .000 .042 .003 .020 .023 .003 .000 .020 .020 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Total Pearson Correlation .706** .748** .653** .788** .638** .615** .653** .507** .615** .837** .544** .547** .837** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .002 .002 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.895 13
107
Lampiran 10
Frequency Table
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Perguruan tinggi 0 0 0 0
Lampiran 11
Hasil Analisis
Statistics
penurunan
grandparenting fungsi kognif
N Valid 58 58
Missing 0 0
Frequency Table
Grandparenting
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Correlations
grandparen penurunan
ting fungsi kognif
N 58 58
N 58 58
Count
grandparenting kurang 3 0 0 3
cukup 5 24 0 29
baik 0 0 26 26
Total 8 24 26 58