Anda di halaman 1dari 93

1

SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU BALITA DENGAN MOTIVASI


IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
PAHANDUT PALANGKA RAYA

(PENELITIAN KORELASIONAL)

Oleh:
MITHA LESTARI
NIM. 2015.C.07a.0711

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU BALITA DENGAN MOTIVASI


IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS PAHANDUT
PALANGKA RAYA

(PENELITIAN KORELASIONAL)

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Skripsi


dan Melanjutkan Penelitian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya

Oleh:
MITHA LESTARI
NIM. 2015.C.07a.0711

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI SARJANA KEPERAWATAN
2019

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Mitha Lestari


Tempat, Tanggal Lahir : Pendahara 07 Januari 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat Rumah : Jalan Piranha XIX no.29
No. Hp : 082298922920
Email : mithalestari29@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SD di SDN-1 Pendahara tahun 2009
2. Lulus SMPN-1 Pendahara tahun 2012
3. Lulus SMAN-1 Pendahara tahun 2015
4. Masuk STIKes Eka Harap Palangka Raya
Sejak tahun 2015 hingga sekarang
Orang Tua
Ayah : Adrianto M.I
Tempat, Tanggal Lahir : Kotim, 28 Mei 1966
Pekerjaan : PNS
Ibu : Marliaty
Tempat, Tanggal Lahir : Pendahara, 06 Februari 1968
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Pendahara Kec.Tewang Sanggalang Garing

ii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Mitha Lestari


NIM : 2015.c.07a.0711
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Karya Tulis : Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu
Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis tersebut secara


keseluruhan adalah Murni karya sendiri, bukan di buatkan oleh orang lain, baik
sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau keseluruhan dari
karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebagai sumber
pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila dikemudian hari didapatkan dibuktikan bahwa karya tulis saya tersebut
merupakan hasil karya orang lain baik sehingga maupun keseluruhan dan atau
plagiasi karya tulis orang lain, saya sanggup menerima sanksi peninjauan kembali
kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan penarikan ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa paksaan
dari pihak manapun, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, Agustus 2019


Yang menyatakan,

Mitha Lestari

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu


Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
NAMA : MITHA LESTARI
NIM : 2015.C.07a.0711

Skripsi ini telah disetujui untuk diuji

Tanggal, 30 Juli 2019

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Vina Agustina, Ners, M.Kep. Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

JUDUL : Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu


Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

NAMA : MITHA LESTARI


NIM : 2015.C.07a.0711

Skripsi Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji

Pada Tanggal, Juli 2019

PANITIA PENGUJI:

Ketua : Putria Carolina, Ners, M.Kep. .................................

Anggota I : Vina Agustina, Ners, M.Kep. .................................

Anggota II : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners .................................

Mengetahui,

Ketua Program Studi


Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

v
PENGESAHAN SKRIPSI

JUDUL : Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu


Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

NAMA : MITHA LESTARI


NIM : 2015.C.07a.0711

Skripsi Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji

Pada Tanggal, Juli 2019

PANITIA PENGUJI:

Ketua : Putria Carolina, Ners, M.Kep. .................................

Anggota I : Vina Agustina, Ners, M.Kep. .................................

Anggota II : Rimba Aprianti, S.Kep., Ners .................................

Mengetahui,

Ketua STIKes Eka Harap Ketua Program Studi


Palangka Raya Sarjana Keperawatan

Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.

vi
MOTTO

Saat sudah berjuang, kamu pasti akan berhadapan dengan titik harapan, jangan hilang
harapan, masa depan sungguh ada dan harapan mu tak akan hilang.
(Amsal. 23:18)

vii
ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN KADER POSYANDU BALITA DENGAN MOTIVASI


IBU MELAKSANAKAN IMUNISASI DASAR LENGKAP
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS
PAHANDUT PALANGKA RAYA

Mitha Lestari, 2019


Pembimbing 1. Vina Agustina, Ners, M.Kep.
Pembimbing 2. Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners.

Program Sarjana Keperawatan. STIKes Eka Harap Palangka Raya


Xviii + 72 Halaman + 8 Tabel + 2 Bagan + 7 Diagram + 1 Gambar + 18 Lampiran
Latar Belakang : Kader posyandu balita merupakan pilar utama penggerak
pembangunan khususnya di bidang kesehatan. Namun yang banyak terjadi masih
rendahnya motivasi ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar lengkap pada balitanya
oleh sebab itu jika terjadi terus menurus dapat berakibat kematian pada balita nya
oleh sebab itu kader bertugas dan membantu melaksanakan penyuluhan di posyandu
dan memotivasi ibu.
Tujuan Penelitian : Mengetahui peran kader posyandu balita dengan motivasi ibu
melaksanakan imunisasi dasar lengkap di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
Metode Penelitian : Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan
penelitian korelasional. Pengambilan sampling mengunakan purposive sampling.
Populasi dalam penelitian ibu yang memiliki bayi (0-11) bulan. Sampel berjumlah 34
responden di wilayah kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Hasil Penelitian : Hasil analisa data yang telah di uji statistik dengan mengunakan
metode SpearmanRank, diketahui dari 34 responden didapatkan hasil p = 0,000, nilai
signifikasi = 0,005, maka nilai p value lebih kecil dari batas nilai signifikasi= 0,000 <
0,005, maka hipotesis Ho ditolak (tidak ada hubungan), H1 diterima ada hubungan
dengan kekuatan hubungan 0.617 corelasi hubungan tinggi. Hasil uji SpearmankRank
menunjukkan adanya hubungan peran kader posyandu balita dengan motivasi ibu
melaksanakan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.
Kesimpulan : Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan peran kader
posyandu balita dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap dengan
adanya penelitian ini diharapakan meningkatnya pelayanan keperawatan anak melalui
usaha preventif maupun promotif untuk mengingkatkan cakupan imunisasi.
Kata Kunci : Peran Kader, Posyandu Balita, Motivasi Ibu
Daftar Pustaka : 2008-2017

viii
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN THE ROLE OF POSYANDU TODDLERS
WITH MOTIVATIONMOTHER IMPLEMENTS FULL BASIC
IMMUNIZATION
IN THE WORKING AREA OF PUBLIC HEALTH UPT
PAHANDUT PALANGKA RAYA

Mitha Lestari, 2019


Advisors 1. Vina Agustina, Ners, M.Kep.
Advisor 2. Rimba Aprianti, S.Kep., Nurse.
Study Program S1 Nursing, STIKes Eka Harap Palangka Raya.
XVIII + 72 Page + 8 Table + 2 Chart + 7 Diagram + 1 Figure + 18 Attachments

Background: cadre posyandu for toddlers is the main pillar of development,


especially in the health sector. However, what happens a lot is still low motivation of
mothers in carrying out complete basic immunization on their toddlers. Therefore, if
it continues to occur, it can result in death in their toddlers, therefore cadres are on
duty and help carry out counseling at posyandu and motivate mothers
Research Methods: The design used in this study is a correlational research design.
Sampling uses purposive sampling. The population in the study was mothers who had
babies (0-11) months. The sample consisted of 34 respondents in the working area of
the Pahandut Palangka Raya Community Health Center
Research Results: The results of the analysis of data that has been tested statistically
using the SpearmanRank method, it is known from 34 respondents obtained the
results of p = 0,000, the significance value = 0.005, then the p value is smaller than
the limit of the significance value = 0,000 <0.005, then the Ho hypothesis is rejected
(no correlation), H1 accepted there was a correlation with the correlation strength of
0.617 high correlation correlation. The SpearmankRank test results showed a
correlation between the role of posyandu cadres under five with the motivation of
mothers to carry out complete basic immunizations in the work area of the Pahandut
Palangka Raya Public Health Center.
Conclusion: From this study it can be concluded that there is a relationship between
the role of posyandu cadres under five with the motivation of mothers to carry out
basic immunization complete with the existence of this study is expected to increase
child care services through preventive and promotive efforts to increase
immunization coverage.

Keywords: Cadre Role, Toddler Posyandu, Mother's Motivation


Bibliography: 2008-2017

ix
KATA PENGANTAR

Penulis menghaturkan puji dan syukur atas segala kasih dan anugerah yang
diberikan Bapa di surga sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
’’Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan
Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya”. Skripsi ini disusun sebagai persyaratan meneruskan penulisan
skripsi untuk menyelesaikan program pendidikan akademik di Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan Eka Harap Palangka Raya tahun 2019.
Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini telah menerima bantuan, bimbingan dan
arahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. drg. Anjar Hari Purnomo, M.M.Kes selaku kepala Dinas Kesehatan Kota
Palangka Raya yang telah menyetujui untuk melakukan survey pendahuluan dan
pengumpulan data.
2. Bapak H.Riduan, SKM., M.M.Kes selaku Kepala UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis
dalam melakukan penelitian di UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
3. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis
dalam mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.
4. Ibu Putria Carolina, Ners, M.Kep. Selaku Penguji Skripsi
5. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
6. Ibu Vina Agustina, Ners, M.Kep. selaku Sekretaris Program Studi S1
Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya. sekaligus sebagai pembimbing I
yang telah banyak memberikan saran berupa arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep, Ners selaku dosen pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran berupa arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

x
8. Seluruh dosen di STIKes Eka Harap Palangka Raya yang selama ini telah
membimbing dan memberikan pengetahuan selama kurang lebih 4 tahun.
9. Orang tua, kakaku dan adikku, yang selama ini selalu memberikan dukungan,
semangat, serta juga selalu mendukungku melewati Doa.
10. Buat tante dan om dan keluargaku yang lain terima kasih untuk dukungan kalian
semua serta atas masukannya selama ini.
11. Buat sahabat-sahabatku dan semua teman-teman Angkatan VII TA 2018/2019
Program Studi S1 Keperawatan STIKes EKA HARAP Palangka Raya, makasih
buat dukungan, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini sehingga dapat
menambah motivasi dan semangat baru dalam melaksanakan penyusunan skripsi
ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas semua bantuan dan kebaikan yang
telah diberikan.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Skripsi dengan sebaik-baiknya.
Namun demikian penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak.

Palangka Raya, Juni 2019

Penulis

xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM.......................................................................... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS BEBAS PLAGIASI . iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................. iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................................... v
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ............................................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN................................................................................................. xvi
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus............................................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................... 4
1.4.1 Teoritis ........................................................................................................ 4
1.4.2 Praktis .......................................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5


2.1 Tinjauan Umum Tentang Imunisasi Dasar .................................................. 5
2.1.1 Pengertian Imunisasi Dasar ......................................................................... 5
2.1.2 Tujuan Dan Manfaat Imunisasi ................................................................... 5
2.1.3 Jenis Imunisasi Dasar Bayi ......................................................................... 10
2.2 Tinjaun Umum Tentang Motivasi ............................................................... 15
2.2.1 Konsep Motivasi ......................................................................................... 15
2.2.2 Jenis – Jenis Motivasi .................................................................................. 16
2.2.3 Klasifikasi Motivasi .................................................................................... 17
2.2.4 Sumber Motivasi ......................................................................................... 17
2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi ......................................................... 18
2.2.6 Unsur dari Motivasi ..................................................................................... 19
2.2.7 Komponen Motivasi menurut Sobur (2009) yaitu ...................................... 20
2.2.8 Cara Meningkatkan Motivasi ...................................................................... 20
2.2.9 Teori Motivasi ............................................................................................. 21
2.2.10 Pengukuran Motivasi................................................................................... 25
2.3 Tinjauan Umum Tentang Kader Posyandu ................................................. 26
2.3.1 Pengertian Kader Posyandu ........................................................................ 26
2.3.2 Peran Kader ................................................................................................. 27
2.3.3 Manfaat Posyandu ....................................................................................... 28

xii
2.3.4 Tujuan penyelenggaraan Posyandu ............................................................. 29
2.3.5 Jenis Posyandu ............................................................................................ 29
2.3.6 Penyelenggaraan Posyandu ......................................................................... 30
2.3.7 Pengelola dan Sasaran Posyandu ................................................................ 31
2.3.8 Dasar Pelaksanaan Posyandu ...................................................................... 32
2.3.9 Persyaratan Menjadi Kader ......................................................................... 32
2.3.10 Tugas Kegiatan Kader ................................................................................. 33
2.3.11 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu ............. 34
2.3.12 Sistem Informasi Posyandu (SIP) ............................................................... 35
2.4 Penelitian Terkait ........................................................................................ 37
2.5 Kerangka Konsep ........................................................................................ 39
2.6 Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 40
2.6.1 Hipotesis Alternatif (Ha/H1) ...................................................................... 40
2.6.2 Hipotesis Nol (H0) ...................................................................................... 40

BAB 3 METODE PENELITIAN ......................................................................... 41


3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 41
3.2 Kerangka Kerja ........................................................................................... 41
3.3 Definisi Operasional .................................................................................... 43
3.4 Identifikasi Variabel .................................................................................... 46
3.4.1 Variabel Independen ................................................................................... 46
3.4.2 Variabel Dependen ...................................................................................... 46
3.5 Populasi, Sampel Dan Sampling ................................................................. 46
3.5.1 Populasi ....................................................................................................... 46
3.5.2 Sampel ......................................................................................................... 46
3.5.3 Sampling...................................................................................................... 47
3.6 Waktu Dan Tempat ..................................................................................... 47
3.6.1 Waktu .......................................................................................................... 47
3.6.2 Tempat ......................................................................................................... 47
3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data .......................................................... 47
3.7.1 Pengumpulan Data ...................................................................................... 47
3.7.2 Tabulasi Data............................................................................................... 49
3.7.3 Analisis Univariat ........................................................................................ 50
3.7.4 Analisa Bivariat ........................................................................................... 50
3.7.5 Uji Statistik .................................................................................................. 50
3.8 Uji Validitas dan Uji Reabilitas .................................................................. 51
3.8.1 Uji validitas ................................................................................................. 51
3.8.2 Uji Reliabilitas............................................................................................. 51
3.8.3 Pengolahan Data .......................................................................................... 52
3.8.4 Analisa Data ................................................................................................ 55
3.9 Etika Dalam Penelitian ................................................................................ 56
3.9.1 Surat Persetujuan (informed consen)........................................................... 56
3.9.2 Tanpa Nama (anonymity) ............................................................................ 56
3.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality) ..................................................................... 56

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 58


4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 58

xiii
4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian ................................................................... 58
4.1.2 Data Umum ................................................................................................. 61
4.1.3 Data Khusus ................................................................................................ 65
4.2 Pembahasan ................................................................................................. 67
4.2.1 Peran Kader Posyandu Balita Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya. ............................................................................ 68
4.2.2 Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya ................................................. 69
4.2.3 Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu
Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya ........................................................... 70
4.3 Keterbatasan ................................................................................................ 72

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................. 73
5.1 Simpulan...................................................................................................... 73
5.1.1 Peran Kader Posyandu Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya ............................................................................. 73
5.1.2 Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya .................................................. 73
5.1.3 Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu
Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya ........................................................... 73
5.2 Saran ............................................................................................................ 74
5.2.1 Bagi Puskesmas ........................................................................................... 74
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan ............................................................................ 74
5.2.3 Bagi Tempat Penelitian ............................................................................... 74
5.2.4 Bagi Mahasiswa .......................................................................................... 74
5.2.5 Bagi Penelitian Selanjutnya ........................................................................ 74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ lvii


LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Menurut Frekuensi, interval, dan


Usia Pemberian.................................................................................. 14

Tabel 2.2 Dosis Pemberian Imunisasi Berdasarkan Jenis Vaksin dan Cara
Pemberiannya .................................................................................... 15

Tabel 2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Peran Kader Dengan Kunjungan
Balita DI Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Peneleng Tahun
2016 ................................................................................................... 37

Tabel 2.2 Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Ibu Tentang
Imunisasi dengan Status Imunisasi Anak Usia 12-24 Bulan di
Pusat Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado Tahun
2015 ................................................................................................... 38

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Peran Kader Posyandu Balita


Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya ................ 44

Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan Peran Kader Posyandu Balita


Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya ................ 45

Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Silang Hubungan Peran Kader Posyandu Balita
Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya: ( Juni
2018) .................................................................................................. 66

Tabel 4.2 Analisis Spearman’s rho hubungan peran kader posyandu balita
dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap ........... 67

xv
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan


Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah
Kerja Puskesmas Pahandut Palangka Raya ....................................... 39

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan


Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya. ............................. 42

xvi
DAFTAR DIAGRAM
Halaman

Diagram 4.1 Karateristik Responden Berdasarkan Hubungan Peran Kader


Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya (Juni 2018) ................................................................ 61

Diagram 4.2 Karateristik Responden Berdasarkan Hubungan Peran Kader


Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya (Juni 2018) ................................................................ 62

Diagram 4.3 Karateristik Responden Berdasarkan Hubungan Peran Kader


Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya (Juni 2018). ............................................................... 63

Diagram 4.4 Karateristik Responden Berdasarkan Hubungan Peran Kader


Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya (Juni 2018). ............................................................... 63

Diagram 4.5 Karateristik Responden Berdasarkan Hubungan Peran Kader


Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya (Juni 2018). ............................................................... 64

Diagram 4.6 Karateristik Responden Berdasarkan Hubungan Peran Kader


Posyandu Balita Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya (Juni 2018) ................................................................ 65

Diagram 4.7 Kategori berdasarkan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi


Dasar Lengkap di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya: (Juni 2018) ............................................................... 66

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Survei Pendahuluan dan Pengumpulan Data


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Kuesioner
Lampiran 4 Dokumentasi
Lampiran 5 Lembar Konsultasi

xviii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kader merupakan orang yang membantu pendataan balita, melakukan
penimbangan serta mencatatnya dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan
makanan tambahan, mendistribusikan Vitamin A, melakukan penyuluhan gizi serta
kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki balita, dan pelayanan
pada balita. Kader diharapkan berperan aktif dan mampu menjadi pendorong,
motivator dan penyuluh masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2016). Kader
posyandu balita merupakan pilar utama penggerak pembangunan khususnya di
bidang kesehatan. Mereka secara swadaya dilibatkan oleh puskesmas dalam kegiatan
pelayanan kesehatan desa yang salah satunya adalah pemberian imunisasi. Tanpa
mereka kegiatan pelayanan kesehatan di desa tidak banyak artinya (Mardiati, 2016).
Kader posyandu sebaiknya mampu menjadi pengelola posyandu, karena merekalah
yang paling memahami masyarakat di wilayahnya (Dinkes.Prov. Jatim, 2016). Kader
bertugas melaksanakan penyuluhan di posyandu, salah satunya penyuluhan tentang
bayi atau balita mengenai jadwal pemberian imunisasi dan manfaatnya (Dinkes.
Prov.Jatim, 2011). Berdasarkan fenomena yang ada di tempat penelitian masih
rendahnya motivasi ibu dalam melaksanakan imunisasi dasar lengkap pada balitanya.
Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan pelaksanaan
imunisasi adalah Universal Child Immunization (UCI). Pengertian dari UCI adalah
gambaran suatu desa/kelurahan dimana 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di
desa atau kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap. Menurut WHO
mencatat sebanyak 4,5 juta kematian dari 19,5 juta per tahun terjadi akibat penyakit
infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi. Berdasarkan data dari Indonesia cakupan
imunisasi dasar lengkap pada bayi tahun 2015 sebesar 86,54%, dan capaian pada tahun
2016 sebesar 91,58%, sedangkan di tahun 2017 sebesar 91,12%. Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2015 68,75% dan capaian UCI
pada tahun 2016 sebesar 65,59%, sedangkan untuk capaian UCI kota Palangka Raya
termasuk yang terendah sebesar 53% dari Kabupaten Barito Utara (94%), Kotawaringin
Barat (93%), Lamandau (90%) dan Barito Timur (84%). Berdasarkan hasil cakupan

1
2

imunisasi Dinas Kesehatan Provinsi, pada tingkat Kabupaten/Kota di Kalimantan Tengah


bulan Maret- Desember 2015, cakupan bayi baru lahir di Palangka Raya sebanyak 6.112
(100%) yang mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebanyak 3.731 (6104%) dan yang
tidak mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebanyak 2.381 (38%). Berdasarkan data
cakupan imunisasi di Puskesmas Pahandut tahun 2017 jumlah bayi lahir sebanyak 540
(100%) bayi. Berdasarkan jumlah tersebut ada 480 (88%) yang mendapat imunisasi dasar
lengkap ada 70 (13%) bayi. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 11 November 2018 di UPT Puskesmas Pahandut palangka Raya dengan cara
wawancara, dari 10 responden diketahui 7 responden masih rendah motivasinya untuk
melaksanakan imunisasi dasar lengkap pada bayi nya sedangkan 3 responden
mempunyai motivasi yang baik untuk melaksanakan imunisasi lengkap pada bayi nya.
Dalam pelaksanaan kegiatan Imunisasi, sangat dibutuhkan peran seorang kader
agar kegiatan berjalan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Terdapat lima kegiatan
yang harus dilaksanakan oleh kader saat kegiatan imunisasi di posyandu antara lain.
Pertama, mendata kelompok sasaran yang perlu untuk diberi imunisasi. Jika ada
kelompok sasaran yang tidak atau belum terdaftar sebagai sasaran imunisasi maka
kader tetap mencatat pada catatan kelompok dasawisma dan memberitahu pada
petugas kesehatan tentang adanya tambahan sasaran. Kedua, memberikan penyuluhan
tentang pentingnya pemberian imunisasi. Ketiga, mengajak masyarakat agar
memanfaatkan pelayanan imunisasi yang ada di posyandu maupun sarana kesehatan
lainnya. Keempat, memberitahu petugas kesehatan apabila ditemui kasus atau
kelainan yang dihadapi kelompok sasaran saat pemberian imunisasi. Kelima, setelah
selesai pelayanan, kader bersama dengan petugas kesehatan mencatat dan melaporkan
hasil imunisasi serta melaksanakan kunjungan rumah bagi sasaran yang tidak datang.
Selain peran kader, motivasi untuk mau mengimunisasi bayi, peran pemerintah
daerah, peran LSM setempat, serta dukungan dari pihak swasta akan dibutuhkan
untuk meningkatkan pencapaian UCI. Motivasi ibu yang baik mempunyai pengaruh
besar terhadap peningkatan status kesehatan balita, sedangkan pengetahuan, sikap dan
motivasi ibu yang kurang baik dapat menyebabkan kegagalan dalam peningkatan
status kesehatan balita dalam hal ini status imunisasi. Jika anak tidak diimunisasi
sama sekali, anak akan berisiko terkena penyakit-penyakit yang telah disebutkan di
atas, parahnya lagi penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian pada anak. Sistem
3

kekebalan tubuh pada anak yang tidak diimunisasi tidak akan sekuat anak yang
diimunisasi. Ini karena tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh
sehingga tidak bisa melawannya. Akibatnya, anak jadi rentan terhadap penyakit. Jika
anak yang tidak diimunisasi ini menderita sakit, ia juga dapat menularkannya ke
orang sekitarnya sehingga juga membahayakan orang lain.
Perawat mempunyai peran sebagai pelaksana pelayanan perawatan, perawat
mempunyai fungsi memberi imunisasi kepada ibu bayi dan balita, melaksanakan
penyuluhan, pencatatan dan pelaporan mengenai pelayanan posyandu.

1.2 Rumusan Masalah


Seorang kader adalah sukarelawan dari komunitas lokal yang dianggap memiliki
pengaruh besar terhadap lingkungan masyarakat setempat dan dianggap mampu
memberikan layanan kesehatan. Peran kader posyandu merupakan salah satu faktor
penting dalam kegiatan imunisasi. Dalam pelaksanaan kegiatan imunisasi, peran
kader diperlukan agar kegiatan dapat berjalan pada jadwal yang telah ditentukan.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
”Bagaimanakah Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu
Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya”.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui Peran Kader
Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya

1.3.2 Tujuan Khusus


Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah :
1) Mengidentifikasi Peran Kader Posyandu Balita Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya .
2) Mengidentifikasi Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
4

3) Menganalisis Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu


Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori keperawatan anak dan
memberikan suatu informasi yang dapat digunakan sebagai masukan bagi ilmu
pengetahuan khususnya mengenai hubungan peran kader posyandu balita dengan
motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi perawat
pelaksana dan bidang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan khususnya
tentang pentingnya peran kader posyandu balita dalam motivasi ibu melaksanakan
imunisasi dasar lengkap.
1.4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan kepustakaan dalam
penelitian selanjutnya dan dapat digunakan sebagai bahan untuk menambah wawasan
dan pengetahuan bagi pembaca.
1.4.2.3 Pelayanan Keperawatan
Menambah pengetahuan di bidang keperawatan anak sebagai dasar pelayanan
kesehatan juga meningkatkan kegiatan preventif dan kegiatan promotif dalam
peningkatan cakupan kader posyandu dengan adanya penelitian tentang hubungan
peran kader posyandu dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap.
1.4.2.4 Bagi Tempat Penelitian
Bagi tempat penelitian ini, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
acuan dalam rangka meningkatkan upaya pelayanan kesehatan pada balita terutama
dalam pemberian imunisasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Imunisasi Dasar


2.1.1 Pengertian Imunisasi Dasar
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh bayi membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Aziz, 2014).
Imunisasi adalah memberi vaksin ke dalam tubuh berupa bibit penyakit yang
dilemahkan yang menyebabkan tubuh memproduksi antibodi tetapi tidak
menimbulkan penyakit bahkan anak menjadi kebal (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah,2013).
Menurut Suririnah (2007) yang dikutip Hanum (2010), imunisasi adalah suatu
prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak. Kebanyakan dari imunisasi ini
adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit- penyakit yang
berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.
2.1.2 Tujuan Dan Manfaat Imunisasi
Tujuan imunisasi terutama untuk memberikan perlindungan terhadap penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Menurut WHO (World Health Organization),
program imunisasi di Indonesia memiliki tujuan untuk menurunkan angka kejadian
penyakit dan angka kematian akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
(PD3I). Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan
(pertusis), cacar (measles), polio, dan tuberculosis (Istriyati, 2011).
2.1.3 Faktor Yang Menghubungkan pemberian Imunisasi
Menurut Lawrence Green (2012) dalam Notoatmodjo (2010) ada tiga faktor
yang menghubungkan perilaku seseorang yaitu :
2.1.2.1 Faktor Pemudah (Predisposing Factor)
Faktor penyebab seseorang yang mau mengimunisasikan anaknya, karena
dihubungani oleh :
1) Pengetahuan ibu
2) Tingkat pendidikan
3) Pekerjaan

5
6

4) Tingkat pendapatan
5) Sikap
6) Dukungan keluarga
2.1.2.2 Faktor Pemungkin (Enambling Factor)
Faktor yang menyebabkan seseorang selalu ikut program imunisasi anaknya
dihubungani oleh :
1) Keterjangkauan ketempat imunisasi
2) Ketersediaan tempat pelayanan imunisasi (sarana dan prasarana)
3) Ketersediaan waktu
2.1.2.3 Faktor Penguat (Reinforcing Factor)
1) Peran kader
2) Peran petugas kesehatan
3) Peran Pemerintah
Faktor predisposisi merupakan faktor internal pada seseorang yang
mempengaruhi perilaku kesehatannya. Ibu sangat berperan penting dalam
menentukan keberhasilan program imunisasi (Triana, 2016), sehingga faktor
predisposisi dari ibu seperti pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, sikap, pendapatan
keluarga, dukungan keluarga, dan faktor pemungkin seperti keterangkauan ketempat
pelayanan imunisasi sangat berhubungan terhadap pemberian imunisasi dasar
bayinya.
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari mengetahui dan dasar tindakan seseorang yang
terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Proses
Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan akan
menjadi motivasi seseorang untuk melakukan tindakan. Tindakan yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih konsisten atau menetap dibandingkan tindakan tanpa
didasari pengetahuan (Agustina, 2012). Pengetahuan ibu yang baik mengenai
imunisasi akan menjadi motivasi ibu untuk membawa bayinya mendapatkan
imunisasi. Tingkatan pengetahuan terdiri dari (1) Tahu (know), (2) Memahami
(comprehension), (3) Aplikasi (application), (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis
7

(synthesis) dan (6) Evaluasi (evaluation). Semakin tinggi tingkat pengetahuan


seseorang maka akan semakin baik kemampuannya dalam mengaplikasikan
pengetahuan tersebut. Sistem manajemen pengetahuan memungkinkan untuk
mempelajari dan merefleksikan pengetahuan yang akan dikembangkan mencakup
lima fase yaitu:
1) pembentukan pengetahuan (knowledge creation);
2) pengesahan pengetahuan (knowledge validation);
3) pengenalan atau penyajian pengetahuan (knowledge presentation);
4) pendistribusian pengetahuan (knowledge distribution);
5) penerapan pengetahuan (knowledge application) (Oktarlina, 2016).
Tingkat pengetahuan seseorang dapat diukur dengan kuisioner dan wawancara.
Menurut Arikunto (2010), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu pertama,
baik jika subjek mampu menjawab dengan benar 76%-100% dari seluruh
petanyaan. Kedua, cukup jika subjek mampu menjawab dengan benar 56%-75%
dari seluruh pertanyaan. Ketiga, kurang jika subjek mampu kurang dari 55% dari
seluruh pertanyaan (Arikunto, 2010).
2) Pendidikan
Pendidikan adalah seluruh usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana
melalui lembaga formal maupun non-formal untuk mengembangkan kualitas
sumber daya agar memiliki kepribadian, kecerdasan, keterampilan dan
pengendalian diri yang dapat dimanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan taraf
kehidupan, sehingga menjadi sumber daya yang efektif dan efesien (Departemen
Pendidikan Nasional, 2003). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka
akan semakin baik pengetahuannya dan pemahamannya tentang kehidupan
termasuk di dalamnya pemahaman tentang kesehatan (Pratiwi, 2012), Sehingga
penting bagi seorang wanita yang berlaku sebagai ibu untuk dapat berpendidikan
tinggi karena seorang wanita akan menjadi pendidikan pertama bagi anaknya
termasuk menentukan pelayanan kesehatan yang tepat bagi anaknya.
3) Status Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.
Ibu yang bekerja mungkin akan memiliki sedikit waktu luang, sehingga
kesempatan untuk dapat membawa anaknya ke pelayanan imunisasi lebih kecil
8

dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Selain itu, kesibukan ibu pada pekerjaannya
seringkali membuat ibu lupa jadwal imunisasi anaknya sehingga anak tidak
medapatkan imunisasi atau pemberian imunisasinya tidak lengkap. Namun ibu
yang bekerja memiliki sumber informasi yang cukup sehingga mungkin akan
lebih aktif membawa anaknya untuk imunisasi (Mulyanti, 2013).
4) Sikap
Sikap adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan
hubungannya terhadap kesehatan (Natasha et al, 2013). Menurut Notoadmodjo
(2010) Sebelum orang mengadopsi perilaku baru , terjadi proses yang berurutan
didalam diri seseorang, yakni :
awareness (kesadaran), interest (tertarik), evaluation (mempertimbangkan
dampak baik dan buruk stimulus tersebut terhadap dirinya), Trial (mulai mencoba
prilaku baru), adoption (subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus) (Notoatmodjo, 2010).
Berikut adalah tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010):
(1) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
(2) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah
berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
(3) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
(4) Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
Sikap seseorang yang positif belum tentu terwujud dalam tindakan positif, begitu
pula sebaliknya. Temuan-temuan dari peneliti yang lalu menyebutkan bahwa
hubungan sikap dan perilaku sangat lemah bahkan negatif dan penelitian lain
menyebutkan bahwa hubungannya adalah positif (Natasha et al, 2013).
9

5) Pendapatan
Adalah berupa jumlah uang yang diterima seseorang atau lebih dari anggota
keluarga dari jerih payah kerjanya. Secara umum pendapatan didefinisikan
sebagai masukan yang diperoleh dari keseluruhan aktifitas termasuk pendapatan
yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun (Randi, 2013).
Pemberian ekonomi seseorang berhubungan pada kemampuan seseorang
membiayai pelayanan kesehatan. Seseorang mungkin tahu akan pentingnya
kesehatan namun karena terkendala biaya orang tersebut memutuskan untuk tidak
memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Pendapatan keluarga yang
rendah akan menjadi pertimbangan ibu untuk tidak mengimunisasikan anaknya.
Dampak lain adalah ibu lebih memilih bekerja untuk membantu pendapatan
keluarga sehingga waktu untuk membawa anak imunisasi berkurang
(Mulyanti,2013).
6) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota
keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan
instrumental dan dukungan emosional. Keseluruhan elemen tersebut terwujud
dalam bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada
yang memperhatikan (Friedman, 2010). Seorang ibu yang memiliki sikap positif
terhadap imunisasi anaknya perlu mendapat dukungan dari suami berupa
konfirmasi atau izin dan fasilitas yang mempermudah jangkauan imunisasi serta
motivasi untuk rutin imunisasi sesuai jadwal (Suzanne, 2011). Selain dari suami
ibu juga membutuhkan dukungan keluarga dari orangtua/mertua yang juga
memiliki sikap positif terhadap imunisasi (Pratiwi, 2012).
7) Keterjangkauan Tempat Pelayanan Imunisasi
Salah satu faktor yang menghubung pencapaian derajat kesehatan, termasuk
pemberian kelengkapan imunisasi dasar adalah adanya keterjangkauan tempat
pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Kemudahan untuk mencapai pelayanan
kesehatan ini antara lain ditentukan oleh adanya transportasi yang tersedia
sehingga dapat memperkecil jarak tempuh, hal ini akan menimbulkan motivasi
ibu untuk datang ketempat pelayanan imunisasi (Agustina, 2012).
10

Menurut Lawrence W. Green (1980), ketersediaan dan keterjangkauan sumber


daya kesehatan termasuk tenaga kesehatan yang ada dan mudah dijangkau
merupakan salah satu faktor yang memberi kontribusi terhadap perilaku dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Semakin kecil jarak jangkauan masyarakat
terhadap suatu tempat pelayanan kesehatan, maka akan semakin sedikit pula
waktu yang diperlukan sehingga tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan
meningkat (Notoatmodjo, 2010).
2.1.3 Jenis Imunisasi Dasar Bayi
2.1.3.1 Imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guerin)
Vaksin BCG dapat mencegah penyakit tuberculosis. Tuberculosis disebabkan
oleh mycobacterium tuberculosis dan mycobacterium bovis (Enric et. al., 2017).
Tuberculosis paling sering menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ lain
seperti selaput otak, tulang, kelenjar superficialis, dan lain-lain. BCG (Bacille
Calmette-Guerin) adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang
dibiakkan berulang 1-3 tahun, sehingga didapat basil yang tidak virulen tetapi masih
mempunyai imunogenitas (Dewi, 2012).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian imunisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi umur < 2 bulan di
lengan kanan atas. Pada bayi yang kontak erat dengan pasien TB dengan bakteri
tahan asam (BTA) +3 sebaiknya diberikan INH profilaksi dulu, apabila pasien
kontak sudah tenang bayi dapat diberi BCG (Ranuh, 2008). Vaksin BCG
diberikan secara intradermal/intrakutan 0,10 ml untuk anak dan 0,05 ml untuk
bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada deltoid
kanan (lengan kanan atas) (Dewi, 2012).
2) Kontraindikasi
Vaksin BCG perlu memperhatikan beberapa kontraindikasi pada anak. Imunisasi
BCG tidak dianjurkan pada anak dengan reaksi uji tuberkulin > 5 mm, terinfeksi
HIV atau dengan resiko tinggi HIV, imunokompromais akibat pengobatan
kortikosteroid, sedang menjalani terapi radiasi, penyakit keganasan pada tulang
dan limfe, anak gizi buruk, demam tinggi, menderita penyakit infeksi kulit yang
luas, pernah menderita tuberculosis, dan kehamilan (Dewi, 2012).
11

3) Efek Samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum. Reaksi yang
tampak seperti demam 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan
kemerahan di tempat suntikan yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah
menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan
meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional
di ketiak dan atau leher, terasa padat, tidak sakit, dan tidak menimbulkan demam.
Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan, dan akan menghilang dengan
sendirinya (Ditjen PP & PL Depkes RI, 2005).
2.1.3.2 Imunisasi DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT mencegah anak terhadap penyakit dipteri, pertusis (batuk rejan),
dan tetanus. Dipteri adalah penyakit radang tenggorokan berat yang disebabkan oleh
Corynebacterium diphteriae dapat menyebar ke sistem saraf dan jantung sehingga
berakibat kematian (Peter et.al., 2017). Pertusis (batuk rejan atau batuk 100 hari)
yang disebabkan oleh Bordetella pertussis dengan gejala berupa batuk, mata merah,
demam, dan semakin lama menimbulkan keparahan sedangkan tetanus adalah
penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang disebarkan melalui luka yang
dalam. Gejala tetanus berupa kejang, mulut mencucu, kaku otot perut, kaku rahang,
disertai keringat dan demam. Pada bayi terdapat gejala berhenti menetek (sucking)
pada 3 sampai 28 hari setelah lahir (Pratiwi, 2012).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Pemberian secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi
homogen. Imunisasi rutin pada anak dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4,
6, 15-18 bulan, dan saat masuk sekolah. Ketentuan peenggunan vaksin DPT yaitu
suhu penyimpanan berkisar 2-80C, vaksin belum kadaluarsa, tidak pernah
terendam air, dan sterilitasnya terjaga (Depkes RI, 2009).
2) Kontraindikasi
Gejala abnormal otak atau saraf pada bayi baru lahir merupakan kontraindikasi
pertusis. Gejala tersebut seperti penyakit-penyakit yang mengenai sistem saraf
pusat berupa infeksi atau kongenital. Anak-anak yang mengalami gejala berat
12

tersebut pada pemberian dosis pertama komponen vaksin pertusis perlu


dihilangkan pada pemberian kedua, lanjutan imunisasi dapat diberikan vaksin DT.
3) Efek Samping
Efek samping yang mungkin muncul adalah demam, rasa sakit ditempat
penyuntikan, peradangan, dan kejang. Anak mungkin akan demam pada sore hari
setelah mendapat vaksin dan akan membaik dalam 1-2 hari, jika anak mengalami
demam lebih dari satu hari perlu dicurigai ada infeksi lain (Margareta, 2009).
Efek samping lain seperti rasa sakit ditempat suntikan dan peradangan akan
sembuh dengan sendirinya. Kejang merupakan efek samping yang jarang ditemui.
Jika terdapat kejang pada anak maka vaksin pertusis harus dihilangkan pada
imunisasi selanjutnya (Dewi, 2012).
2.1.3.3 Imunisasi Hepatitis-B
Imunisasi hepatitis B berfungsi untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi
yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Gejala biasanya bersifat asimptomatik dan
kronis serta dapat menimbulkan sirosis hati. Vaksin hepatitis B mengandung HBsAg
(antigen permukaan) dari virus hepatitis B (Febriana, 2009).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Imunisasi ini diberikan tiga kali pada usia 0-11 bulan melalui injeksi
intramuskuler dengan dosis 0,5 ml. Pemberian suntikan secara intramuskuler
sebaiknya pada anterolateral paha. Pemberian suntikan dasar sebanyak 3 kali
dengan jarak suntikan satu bulan untuk suntikan 1 dan 2, dan lima bulan untuk
jarak suntikan 2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 tahun setelah imunisasi dasar
(Novitasari, 2015).
2) Kontraindikasi
Riwayat alergi merupakan kontraindikasi utama imunisasi Hepatitis B. Riwayat
alergi atau hipersensitifitas yang dimaksud yaitu terhadap ragi serta riwayat efek
samping yang berat pada penyuntikan dosis pertama (Depkes RI, 2009).
3) Efek Samping
Efek samping yang terjadi pasca imunisasi hepatitis B umumnya ringan. Efek
samping yang muncul hanya berupa nyeri, bengkak, panas, mual, dan nyeri sendi
maupun otot dengan reaksi ringan dan sembuh dalam 1-2 hari (Dewi, 2012).
13

2.1.3.4 Imunisasi Polio


Vaksin polio diberikan untuk mencegah penyakit polimielitis. Penyakit ini
disebabkan oleh virus polio pada medulla spinalis yang menyebabkan kelumpuhan.
Virus vaksin ini akan menempatkan diri di usus dan akan memacu pembentukan
antibodi dalam darah maupun epitelium usus sehingga akan memberikan
perlindungan terhadap virus yang masuk kemudian (Dewi, 2012).
1) Cara Pemberian dan Dosis
Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali yaitu polio I, II, II, dan IV tetes yang
diberikan secara oral (melalui mulut) setiap kali pemberian sebanyak dua tetes
(0,1 ml). Pemberian selanjutnya dengan jarak interval 4 minggu. Penetes
(dropper) harus diganti dengan yang baru setiap kali membuka vial yang baru
(Istriyati, 2011).
2) Kontraindikasi
Anak yang sedang menderita penyakit di saluran cerna tidak boleh menerima
vaksin polio. Kontraindikasi pemberian vaksin polio antara lain anak dalam
keadaan penyakit akut, demam >380C, muntah atau diare berat, anak dengan
imunosupresi atau sedang dalam pengobatan imunosupresif serta memiliki
keganasan yang berhubungan dengan retikuloendotelial.
3) Efek Samping
Pada umumnya tidak terdapat efek samping pada pemberian imunisasi polio
(Margareta, 2009). Efek samping yang serius seperti lumpuh layu (paralisis)
jarang terjadi (Istriyati, 2011).
2.1.3.5 Imunisasi Campak
Vaksin campak merupakan virus campak yang dilemahkan dengan fungsi
memberikan kekebalan aktif terhadap campak. Imunisasi campak bertujuan untuk
mencegah penyakit campak karena penyakit ini sangat menular dan sering
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) (Novitasari, 2015).
1) Cara Pemberian dan Dosis
pemberian vaksin campak sebanyak satu kali pada usia anak 9-11 bulan dengan
dosis 0,5 cc. Sebelum disuntikkan vaksin campak dilarutkan dalam cairan pelarut
steril sebanyak 5 ml kemudian disuntikkan di lengan kiri atas secara subkutan
(Novitasari, 2015).
14

2) Kontraindikasi
Gangguan imun pada anak perlu diperhatikan. Anak-anak dengan imunodefisiensi
(Imun lemah) atau individu dengan gangguan imun akibat leukimia dan lymphoma
merupakan kontraindikasi pemberian vaksin campak (Depkes RI, 2017).
3) Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3
hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah divaksinasi. Walaupun dilaporkan ada
beberapa variasi temuan, efek samping vaksin campak hidup (tunggal atau
gabungan) umumnya adalah ringan dan terbatas untuk anak-anak yang rentan
(Pratiwi, 2011).
2.1.3.6 Jadwal dan Dosis Imunisasi
Jadwal dan dosis imunisasi dijelaskan pada tabel 1 dan 2 sebagai berikut :
Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Menurut Frekuensi, interval, dan Usia
Pemberian
Interval
Pemberian Usia
Vaksin Waktu Keterangan
Imunisasi Pemberian
Pemberian
Pemberian Hepatitis B paling
HB 3 kali 4 minggu 0-11 bulan
optimal diberikan pada bayi <24
jam pasca persalinan, dengan
didahului suntikan vitamin K1
2-3 jam sebelumnya, khusus
daerah dengan akses sulit,
pemberian Hepatitis B masih
diperkenankan sampai <7 hari
Pemberian BCG optimal
BCG 1 kali - 0-11 bulan diberikan sampai usia 2
bulan,dapat diberikan sampai
usia <1 tahun tanpa perlu
melakukan tes mantoux
4 kali (Polio Bayi lahir di Institusi Rumah
Polio 1,2,3,4) 4 minggu 0-11 bulan Sakit, Klinik dan Bidan Praktik
Swasta, Imunisasi BCG dan
Polio
1 diberikan sebelum
dipulangkan
3 kali (DPT
DPT 4 minggu 0-11 bulan
1,2,3)
Campak 1 kali - 9-11 bulan
Sumber: Depkes RI, 2017
15

Tabel 2.2 Dosis Pemberian Imunisasi Berdasarkan Jenis Vaksin dan Cara
Pemberiannya
Vaksin Dosis Cara Pemberian
HB 0,5 cc Intramuskular
BCG 0,05 cc Intrakutan di daerah muskulus
Deltoideus
Polio 2 tetes Mulut
DPT 0,5 cc Intramuskular
Campak 0,5 cc Subkutan daerah lengan kiri atas
Sumber: Mulyanti, 2014
2.1.3.7 Manfaat imunisasi
1) Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat
atau kematian.
2) Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila anak sakit, mendorong
pembentukan keluarga kecil apabila orangtua yakin bahwa anaknya akan
menjalani masa kanak-kanak dengan aman.
3) Untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk
melanjutkan pembangunan negara, memperbaiki citra bangsa indonesia diantara
segenap bangsa di indonesia.
2.1.3.8 Akibat Pemberian Imunisasi Yang Tidak Tepat Waktu
Pada keadaan tertentu imunisasi dapat dilaksanakan tidak sesuai jadwal yang
ditetapkan. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi,
akan tetapi kadar antibodi yang dihasilkan masih di bawah kadar ambang
perlindungan atau belum mencapai kadar antibodi yang bisa memberikan
perlindungan untuk kurun waktu yang lama (Sugiarti, 2002). Ketaatan kunjungan
imunisasi dinilai dengan ketepatan jadwal imunisasi, interval kunjungan ulang
minimal 4 minggu sampai 6 minggu (Orimighema, 2010).

2.2 Tinjaun Umum Tentang Motivasi


2.2.1 Konsep Motivasi
Kepada tingkat komitmen seorang termasuk faktor yang menyebabkan
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad
16

(Nursalam, 2011). Walgito (2004), mendefinisikan motivasi merupakan keadaan


dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.
Menurut Sunaryo, (2008) motif merupakan suatu pengerak, keinginan,
rangsangan Motif atau motivasi berasal dari kata latin “ Moreve” yang berarti
dorongan dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku pengertian motivasi
tidak terlepas dari kebutuhan. Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia
yang perlu di tanggapi atau di respon (Notoatmojo , 2010) motivasi menurut Stoner
dan freman adalah karakteristik psikologi manusia yang memberikan
kontribusihasrat, pembangkit tenaga dan dorongan dalam diri manusia yang
menyebabkan mereka, berbuat sesuatu secara singkat dalam diri individu yang
menyadari atau menentukan prilaku indivadu . kata lain Motif adalah energi dasar
yang terdapat dalam diri individu dan menentukan individu dan menentukaan prilaku
dan memberi tujuan dan arah kepada prilaku manusia.
Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan suatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu.
Di kalangan para ahli mncul berbagai pendapat tentang motivasi. Meskipun
demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat yang dapat ditarik mengenai
pengertian motivasi, yaitu: dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
seseorang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan.
Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut
(Noto Atmodjo, 2010).
2.2.2 Jenis – Jenis Motivasi
Menutur Elliot et al(2010) dan Sue Howard (2009) dalam Widayatun (2009),
motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui dirinya sendiri,
intrinsik dan dari lingkungan, ekstrinsik
1) Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri-sendiri untuk bertindak
tanpa adanya ransanga dari luar (Elliot, 2012). Motivasi intrinsik akan mendorng
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan serta memberi keajegan dalam
belajar, kebutuhan, harapan, dan minat dan sebagainya.
2) Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu
yang tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 2012). Elliot
17

at al (2012). Mencontohkan dengan nilai, hadiah dan atau penghargaan yang


digunakan untuk merangsang motivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan
dan lebih menguntungkan termasuk di dalamnya adalah hubungan antar manusia
(dorongan keluarga), lingkungan serta imbalan dan sebagainya.
2.2.3 Klasifikasi Motivasi
2.2.3.1 Motivasi Kuat
Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang dalam kegiatan-kegiatan
sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, dan
memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penderita akan menyelesaikan pengobatannya
tepat pada waktu yang telah ditentukan.
2.2.3.2 Motivasi Sedang
Motivasi dilakukan sedang apabila dalam diri manusia memiliki keinginan yang
positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan yang rendah
bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu menyelesaikan persoalan yang
dihadapi.
2.2.3.3 Motivasi Lemah
Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri manusia memiliki harapan dan
keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat berprestasi. Misalnya bagi seseorang
dorongan dan keinginan mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru merupakan
mutu kehidupannya maupun mengisi waktu luangnya agar lebih produktif dan
berguna (Irwanto, 2008).
2.2.4 Sumber Motivasi
2.2.4.1 Motivasi instrinsik
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Termasuk
motivasi intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah
bersalin.
2.2.4.2 Motivasi ekstrinsik
Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan verbal
dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.
2.2.4.3 Motivasi terdesak
Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak serta
menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008).
18

2.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi


Menurut Handoko (1998) dan Widayatun (1999), ada dua faktor yang
mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan eksternal.
2.2.5.1 Faktor internal
Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri manusia, biasanya
timbul dari poerilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas. Faktor
internal meliputi:
1) Faktor fisik
Faktor fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik misal
status kesehatan pasien. Fisik yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat
disembuhkan berbahaya bagi penyesuaian pribadi dan sosial. Pasien yang
mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk sebagai akibat mereka
selalu frustasi terhadap kesehatannya.
2) Faktor proses mental
Motivasi merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tapi ada
kebutuhan yang mendasari munculnya motivasi tersebut. Pasien dengan fungsi
mental yang normal akan menyebabkan bias yang positif terhadap diri. Seperti
halnya adanya kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian dalam hidup
yang harus dihadapi, keadaan pemikiran dan pandangan hidup yang positif dari
diri pasien dalam reaksi terhadap perawatan akan meningkatkan penerimaan diri
serta keyakinan diri sehingga mampu mengatasi kecemasan dan selalu berpikir
optimis untuk kesmbuhannya.
3) Faktor herediter
Bahwa manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian yang secara
herediter dibawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah
termotivasi atau sebaliknya. Orang yang mudah sekali tergerak perasaannya,
setiap kejadian menimbulkan reaksi perasaan padanya. Sebaliknya ada yang
hanya bereaksi apabila menghadapi kejadia-kejadian yang memang sungguh
penting.
19

4) Keinginan dalam diri sendiri


Misalnya keinginan untuk lepas dari keadaan sakit yang mengganggu aktivitasnya
sehari-hari, masih ingin menikmati prestasi yang masih dipuncak karir, merasa
belum sepenuhnya nebgembangkan potensi-otensi yang dimiliki.
5) Kematangan usia
Kematangan usia akan mempengaruhi pada proses berfikir dan pengambilan
keputusan dalam melakukan pengobatan yang menunjang kesembuhan pasien.
2.2.5.2 Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang
merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor eksternal ini meluputi:
1) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah suatu yang berada disekitar pasien baik fisik, psikologis,
maupun sosial (Notoatmodjo, 2010). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap
motivasi pasien kusta untuk melakukan pengobatan.
2) Dukungan sosial
Dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang
lain, teman, waktu dan uang merupakan faktor – faktor penting dalam kepatuhan
terhadap program medis. (Nevil Niven, 2002)
3) Fasilitas (sarana dan prasarana)
Ketersediaan fasilitas yang menunjang kesembuhan pasien tersedia, mudah
terjangkau menjadi motivasi pasien untuk sembuh. Termasuk dalam fasilitas
adanya pembebasan biaya berobat untuk pasien kusta.
4) Media
Media merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info kesehatan.
Dengan adanya media ini pasien kusta akan menjadi lebih tahu tentang penyakit
kusta dan pada akhirnya akan menjadi motivasi untuk melakukan pengobatan.
2.2.6 Unsur dari Motivasi
Menurut Dirgagunarsa (1996), tingkah laku bermotivasi dapat dirumuskan
sebagai tingkah laku yang di latar belakangi oleh adanya kebutuhan dan diarahkan
pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak
terpuaskan (Sobur, 2011)
20

2.2.6.1 Kebutuhan
Motif pada dasarnya bukan hanya dorongan fisik, tetapi juga orientasi kognitif
elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.
2.2.6.2 Tingkah Laku
Sebenarnya, semua perilaku merupakan serentetan kegiatan. Sebagai manusia
kita selalu melakukan sesuatu seperti berjalan-jalan, berbicara, makan, tidur, bekerja,
dan sebagainya. Dan semua itu pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan.
2.2.6.3 Tujuan
Unsur ketiga dari motivasi ialah tujuan yang berfungsi untuk memotivasikan
tingkah laku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, tingkah laku juga ditentukan
oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuannya menarik, individu akan lebih aktif bertingkah
laku.
2.2.7 Komponen Motivasi menurut Sobur (2009) yaitu
2.2.7.1 Keinginan (Valency)
Valence juga dapat didefinisikan setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik
bagi orang tertentu.
2.2.7.2 Keyakinan (Outcome expectancy)
Outcome expectancy berarti setiap individu percaya bahwa individu berperilaku
dengan cara tertentu dan akan memperoleh hal tertentu.
2.2.7.3 Harapan (Effort Expectancy)
Effort Expectancy berarti setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai
seberapa sulit mencapai hasil tersebut.
2.2.8 Cara Meningkatkan Motivasi
1) Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force,yaitu cara memotivasi dengan
ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang dimotivasi dapat melakukan apa
yang harus dilakukan.
2) Memotivasi dengan bujukan (motivating by enticement,yaitu cara memotivasi
dengan bujukan atau memberi hadiah agar melakukan sesuatu harapan yang
memberikan motivasi.
3) Memotivasi dengan identifikasi (motivating by identification on egoinvoiremen),
yaitu cara memotivasi dengan menanamkan kesadaran. (Sunaryo, 2006).
21

2.2.9 Teori Motivasi


2.2.9.1 Teori hedonisme
Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan,
menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan
bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau
mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan
kesenangan baginya.
2.2.9.2 Teori naluri
Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam
hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu
(naluri) mengembangkan diri, nafsu (naluri) mengembangkan atau mempertahankan
jenis.
2.2.9.3 Teori reaksi yang dipelajari
Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan
naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di
tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau pendidik
akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik hendaknya
mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang
dipimpinnya.
2.2.9.4 Teori pendorong
Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi yang
dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan kekuatan
yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut teori ini bila
seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus
berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari
kebudayaan yang dimilikinya.
2.2.9.5 Teori kebutuhan
Teori kebutuhan berfokus pada yang dibutuhkan oranfg untuk hidup
berkecukupan. Menurut teori kebutuhan bahwa manusia mempunyai motivasi kalau
dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya. Yang termasuk
dalam teori kebutuhan adalah :
22

1) Teori hierarki kebutuhan menurut Maslow


Menurut maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang
paling menonjol atau yang paling kuat bagi mereka pada waktu tertentu. Abrahan
Naslow memandang manusia sebagai hierarki lima macam kebutuhan, yaitu
(1) Kebutuhan fisiologis
1) Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam Hirarki Maslow.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk
bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu:
2) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas: Merupakan kebutuhan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel.
3) Kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan: Bagian dari
kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi besar dalam
bagian tubuh hampir 90% dari total berat badan tubuh.
4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi: Merupakan bagian dari kebutuhan
fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa
5) Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas: Untuk memulihkan
status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari
terpenuhi
6) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan seksual: Merupakan
untuk memenuhi kebutuhan biologis dan untuk memperbanyak keturunan
(Hidayat, 2006).
(2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and Security) adalah aman
dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan meliputi :
1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan dan
infeksi
2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing.
(3) Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain :
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan dan penuh persahabatan
23

4) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok serta lingkungan


sosial.
(4) Kebutuhan harga diri
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2) Kompeten
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
(5) Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) antara lain kebutuhan
mempertinggi potensi – potensi dan ekspresi diri meliputi:
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
3) Tidak emosional
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai kepercayaan diri
yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, 2007).
2) Teori ERG
Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan tentang existensi (Exsistence, kebutuhan mendasar
dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan hubungan antar
pribadi) dan kebutuhan pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan kretivitas pribadi,
atau pengaruh produktif). Teori ini menyatakan bahwa jika kebutuhan yang lebih
tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah akan kembali,
walaupun sudah terpuaskan.
3) Teori tiga macam kebutuhan
John W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan pada diri orang yang
termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi (need for achivement), kebutuhan
kekuatan (need of power), dan kebutuhan untuk berafiliasi atau berhubungan
dekat dengan orang lain (need for affiliation).
Penelitian Mc Chellend juga mengatakan bahwa manajer dapat sampai tingkat
tertentu, menaikkan untuk berprestasi dari karyawan dengan menciptakan
lingkungan kerja yang memadai.
24

4) Teori motivasi dua faktor


Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg meyakini bahwa karyawan
dapat dimotivasi oleh pekaryaannya sendiri dan didalamnya terdapat kepentingan
yang disesuaikan dengan tuuan organisasi. Herzberg menyimpulkan bahwa
ketidakpuasan dan kepuasan kerja dalam bekerja muncul dari dua faktor yang
terpisah yaitu:
(1) Faktor penyebab ketidakpuasan termasuk dalam hal gaji, kondisi kerja, dan
kebijakan perusahaan, semuanya mempengaruhi konteks tempat pekaryaan
dilakukan.
(2) Faktor penyebab kepuasan termasuk prestasi, pengakuan, tanggung jawab dan
kemajuan, semuanya berkaitan dengan isi pekaryaan dan imbalan kerja
(Purwanto, 2000)
5) Teori McGregor
Berdasarkan penelitian Mc Gregor menyimpilkan teori motivasi itu dalam teori X
dan teori Y. Teori X berdasarkan pandagan konvensional atau klasik, pada
umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi sehingga
perlu diperhatikan ketat dan harus dipaksa untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Sedangkan teori Y bertumpu pada padangan atau pendekatan modern,
pada umumnya manusia ini selalu mengembangkan dirinya untuk mencapai
tujuan atau sasaran (Notoatmodjo, 2007).
6) Teori keadilan
Teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi
pekaryaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima.
Individu akan termotivasi jika hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha
yang mereka kerjakan.
7) Teori penguatan
Teori penguatan, yang dikaitkan dengan ahli psikologi B.F Skinner dengan
teman–temannya, menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa
lampau akan mempengaruhi tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis
(Nursalam, 2008)
25

2.2.10 Pengukuran Motivasi


Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus diukur. Pada
umumnya, yang banyak diukur adalah motivasi sosial dan motivasi biologis. Ada
beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan 1) tes proyektif, 2) kuesioner,
dan 3) perilaku.(Notoadmodjo, 2010)
2.2.10.1 Tes Proyektif
Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita.
Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang, maka kita beri
stimulus yang harus diinterprestasikan. Salah satu teknik proyektif yang banyak
dikenal adalah Thematic Apperception Test(TAT). Dalam test tersebut klien diberikan
gambar dan klien diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut. Dalam teori
Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk
berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power (n-power), kebutuhan untuk berafiliasi
(n-aff). Dari isi cerita tersebut kita dapat menelaah motivasi yang mendasari diri klien
berdasarkan konsep kebutuhan diatas. (Notoatmodjo, 2010)
2.2.10.2 Kuesioner
Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan
meminta klien untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memancing motivasi klien. Sebagi contoh adalah EPPS (Edward’s Personal
Preference Schedule). Kuesioner tersebut terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-
masing nomor terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta memilih salah satu dari dua
pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirinya. Dari pengisian kuesioner
tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes tersebut,
kebutuhan mana yang paling dominan dari dalam diri kita. Contohnya antara lain,
kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi
dengan orang lain, kebtuhan untuk membina hubungan dengan lawan jenis, bahakan
kebutuhan untuk bertindak agresif.(Notoatmodjo, 2010)
2.2.10.3 Observasi Perilaku
Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga
klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya. Misalnya, untuk
mengukur keinginan untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi origami
dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang diobservasi adalah, apakah klien
26

menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan
mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja. (Notoatmodjo, 2010)
Pengukuran motivasi menggunakan kuesioner dengan skala Likertyang berisi
pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji validitas dan realibilitas.
(1) Pernyataan positif ( Favorable)
1) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4.
2) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan
melalui jawaban kuesioner diskor 3.
3) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.
4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 1.
(2) Pernyataan negatif ( Unfavorable )
1) Sangat setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 1.
2) Setuju (S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan
melalui jawaban kuesioner diskor 2.
3) Tidak setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner
yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.
4) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak setuju dengan pernyataan
kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4. Kriteria motivasi
dikategorikan menjadi :
1) Baik : 76%-100%
2) Cukup : 56%-75%
3) Kurang : <55%

2.3 Tinjauan Umum Tentang Kader Posyandu


2.3.1 Pengertian Kader Posyandu
Posyandu (pos pelayanan terpadu) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari,
dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu dan anak pada khususnya. Posyandu
merupakan bagian dari pembangunan untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan
27

sejahtera, dilaksanakan oleh keluarga bersama dengan masyarakat di bawah


bimbingan petugas kesehatan dari puskesmas setempat.
Sasaran utama kegiatan posyandu ini adalah balita dan orangtuanya, ibu hamil,
ibu menyusui dan bayinya, serta wanita usia subur. Sedangkan yang bertindak
sebagai pelaksana posyandu adalah kader.
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Keberadaan
kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga seorang kader
posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan sanggup
melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan masyarakat
untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu (Ismawati dkk, 2015).
Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader :
“Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela” (Zulkifli, 2013).
Kader kesehatan adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan
dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat, serta bekerja di tempat yang dekat dengan pemberian pelayanan
kesehatan (Syafrudin, dan Hamidah, 2010).
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan
bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai
penggerak atau promotor kesehatan (Yulifah R, dan Yuswanto, 2015).
2.3.2 Peran Kader
2.3.2.1 Sebelum hari posyandu
1) Melakukan persiapan kegiatan posyandu
2) Menyebarkan informasi tentang hari posyandu
3) Membagi tugas antar kader,meliputi pendaftaran,penimbangan,pencatatan,dan
penyuluhan
4) Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatab tentang jenis pelayanan yang
akan dilakukan
5) Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan
2.3.2.2 Saat hari posyandu
1) Melakukan pendaftaran
28

2) Melakukan penimbangan, pengukuran TB, lingkar kepala anak, pemantauan


status imunisasi anak
3) Melakukan penyuluhan berupa konseling, diskusi kelompok atau demonstrasi
4) Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke posyandu
5) Melakukan pencatatan kegiatan posyandu
2.3.2.3 Sesudah kegiatan posyandu
1) Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir posyandu
2) Memotivasi keluarga untuk datang ke posyandu
3) Melaporkan kepada lurah tentang kegiatan posyandu dan hasil yang di capai dan
kendala yang di hadapi
2.3.3 Manfaat Posyandu
2.3.3.1 Bagi Masyarakat :
Mendukung perbaikan perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga sehingga:
1) Keluarga menimbang balitanya setiap bulan agar terpantau pertumbuhannya.
2) Bayi umur 0-11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali,
Polio 4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali.
3) Bayi 6-11 bulan memperoleh 1 kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI)
4) Anak 12-59 bulan memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap
6 bulan (Februari dan Agustus)
5) Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat
6) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dasar.
7) Mendukung pencegahan penyakit yang berbasis lingkungan dan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi.
8) Mendukung pelayanan KB.
9) Memperoleh bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan.
10) Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu.
2.3.3.2 Bagi Kader, pengurus Posyandu dan tokoh Masyarakat
1) Mendapatkan informasi tentang upaya kesehatan.
2) Dapat membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.
2.3.3.3 Bagi Puskesmas
1) Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat pelayanan kesehatan S1.
2) Membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan.
29

3) Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana dengan pemberian pelayanan


secara terpadu.
2.3.3.4 Bagi Sektor Lain
1) Lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah.
2.3.4 Tujuan penyelenggaraan Posyandu
1) Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu hamil),
melahirkan dan nifas.
2) Membudayakan NKBS
3) Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan
dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat
sehat sejahtera.
4) Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan
ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera.
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU. 2017)
2.3.5 Jenis Posyandu
Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes RI 2016, Posyandu
secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu :
2.3.5.1 Posyandu Pratama
Adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan
Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari
5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu,
disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi
masyarakat serta menambah jumlah kader.
2.3.5.2 Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih,
tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang
dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan
mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader
dalam mengelola kegiatan Posyandu.
30

2.3.5.3 Posyandu Purnama


Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau
lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan
seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah
kerja Posyandu.
2.3.5.4 Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih.
Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program
tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah
kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan
dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.
2.3.6 Penyelenggaraan Posyandu
Posyandu dapat dikembangkan dari pos penimbangan, pos imunisasi, pos KB
desa, pos kesehatan ataupun pembentukan yang baru. Satu posyandu sebaiknya
melayani seratus (100) balita/700 penduduk atau disesuaikan dengan kemampuan
petugas dan keadaan setempat, geografis, jarak antara rumah, jumlah kepala
keluarga dalam kelompok dan sebagainya.
Posyandu sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh
masyarakat dan ditentukan sendiri. Dengan demikian kegiatan posyandu dapat
dilaksanakan dipos pelayanan yang sudah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat
pertemuan RK/RT atau ditempat khusus dibangun masyarakat.
Penyelenggaraan dilakukan dengan “pola lima meja” sebagaimana diuraikan
antara lain:
Meja 1 : Pendaftaran
Meja 2 : Penimbangan bayi dan anak balita
Meja 3 : Pengisian KMS (kartu menuju sehat)
Meja 4 : Penyuluhan perorangan
31

1) Mengenai balita berdasarkan penimbangan, berat badan yang naik/tidak


naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, pralit dan vitamin A dosis tinggi.
2) Terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian zat gizi.
3) Terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemberian
kondom, pil ulangan atau tablet busa.
Meja 5 : Pelayanan tenaga propesional meliputi pelayanan KIA, KB,Imunisasi
dan pengobatan, serta pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan
setempat.
2.3.7 Pengelola dan Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/ keluarga, utamanya adalah bayi
baru lahir, bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, PUS.
2.3.7.1 Tingkat desa dan kelurahan
Sesuai Inmendagri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan mutu
Posyandu ditingkat desa dan kelurahan sebagai berikut :
1) Penanggung jawab umum : Ketua Umum LKMD (Kades/Lurah).
2) Penggung jawab operasional: Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat)
3) Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD ( Ketua Tim
Penggerak PKK).
4) Sekretaris : Ketua Seksi 7 LKMD
5) Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB-Kes.
2.3.7.2 Pokjanal Posyandu
Pokjanal Posyandu yang dibentuk disemua tingkatan pemerintahan terdiri dari
unsur Instansi dan Lembaga terkait secara langsung dalam pembinaan Posyandu yaitu
1) Tingkat Propinsi : BKKBN, BKKBN tingkat provinsi terdiri dari PMD
(Pembinaan Masyarakat Desa), Bappeda, dan Tim Penggerak PKK.
2) Tingkat Kab/Kodya : Kantor Depkes/Kantor Dinkes, BKKBN, PMD, Bappeda.
3) Tingkat Kecamatan : Tingkat Pembina LKMD Kec ( puskesmas, Pembina
petugas Lapangan, KB, Kaur Bang (Kepala Urusan Pembangunan), dan KPD
(Kader Pembangunan Desa)
Pokjanal Posyandu bertugas :
1) Menyiapkan data dan kelompok sasaran serta cakupan program.
2) Menyiapkan kader.
32

3) Menganalisis masalah dan menetapkan aIternatif pemecahan masalah.


4) Menyusun rencana.
5) Melakukan pemantauan dan bimbingan.
6) Menginformasikan masalah kepada instansi/lembaga terkait.
Melaporkan kegiatan kepada Ketua Harian Tim Pembina LKMD
2.3.8 Dasar Pelaksanaan Posyandu
Surat keputusan bersama Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing No.23
tahun 1985. 21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985 tentang
penyelenggaraan Posyandu yaitu :
1) Meningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk menyelenggarakan Posyandu
dalam lingkup LKMD dan PKK.
2) Mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi Posyandu
serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program
pembangunan masyarakat desa.
3) Meningkatkan fungsi dan peranan LKMD PKK dan mengutamakan peranan
kader pembangunan.
4) Melaksanakan pembentukan Posyandu di wilayah/ di daerah masing-masing dari
melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN.
5) Undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna.
2.3.9 Persyaratan Menjadi Kader
Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan
masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader
yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader
yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan dari kepala desa
setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun bagaimanapun proses pemilihan
kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu
para pamong desa harus juga mendukung. Dibawah ini salah satu persaratan umum
yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.
1) Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
2) Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
3) Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.
33

4) Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya


5) Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader
lainnya dan berwibawa.
6) Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan
lingkungan
7) Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunayai keterampilan
Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader
antara lain:
1) Berasal dari masyarakat setempat.
2) Tinggal di desa tersebut. - Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang
lama.
3) Diterima oleh masyarakat setempat.
4) Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain.
5) Sebaiknya yang bisa baca tulis.
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah
disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja
secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai krebilitas
yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa
pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup
membina masayrakat sekitarnya. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar
dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina
masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di
Posyandu.
2.3.10 Tugas Kegiatan Kader
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya
kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak
dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam
maupun diluar Posyandu antara lain:
34

2.3.10.1 Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:


1) Melaksanan pendaftaran.
2) Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
3) Melaksanakan pencatatan hassil penimbangan.
4) Memberikan penyuluhan.
5) Memberi dan membantu pelayanan.
6) Merujuk.
2.3.10.2 Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:
1) Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan
diare.
2) Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
3) Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan
permasalahan yang ada:
4) pemberantasan penyakit menular.
5) Penyehatan rumah.
6) Pembersihan sarang nyamuk.
7) Pembuangan sampah.
8) Penyediaan sarana air bersih.
9) Menyediakan sarana jamban keluarga.
10) Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
11) Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
12) P3K
13) Dana sehat.
14) Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
2.3.11 Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu
Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu adalah sebagai
berikut:
1) Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu
2) Motivasi ibu untuk membawa anaknya ke posyandu
3) Pekerjaan ibu
4) Dukungan dan motivasi dari kader posyandu dan tokoh masyarakat
5) Sarana dan prasarana di posyandu
35

6) Jarak dari posyandu tersebut


2.3.12 Sistem Informasi Posyandu (SIP)
Sistem informasi Posyandu (SIP) adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan
data dan informasi tentang pelayanan terhadap proses tumbuh kembang anak dan
pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak yang meliputi cakupan program, pencapaian
program, kontinuitas penimbangan, hasil penimbangan dan partisipasi masyarakat
yang sesuai dengan kebutuhan secara tepat guna dan tepat waktu bagi pengelola
Posyandu. Oleh sebab itu Sistem Informasi Posyandu (SIP) merupakan bagian
penting dari pembinaan Posyandu secara keseluruhan. Konkritnya, pembinaan akan
lebih terarah apabila di dasarkan pada informasi yang lengkap, akurat dan aktual.
Dengan kata lain pembinaan merupakan jalan keluar dari permasalahan yang
dihadapi karena didasarkan pada informasi yang tepat, baik dalam lingkup terbatas
maupun lingkup yang lebih luas.
Adapun manfaat System Informasi Posyandu (SIP) yaitu sebagai bahan kader
Posyandu untuk memahami permasalahan sehingga dapat mengembangkan kegiatan
yang tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan sasaran dan sebagai bahan informasi
yang tepat guna dan tepat waktu mengenai pengelolaan posyandu, agar berbagai
pihak yang berperan dalam pengelolaan Posyandu dapat menggunakannya untuk
membina posyandu demi kepentingan masyarakat.
Macam-macam format System Informasi Posyandu (SIP) seperti:
1) Catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi dan kematian ibu hamil, melahirkan
nifas. Berisi catatan dasar mengenai sasaran posyandu.
2) Registrasi bayi dan balita di wilayah kerja posyandu. Berisi catatan pemberian
tablet besi, vitamin A, pemberian oralit, tanggal imunisasi, dan apabila bayi
meninggal, maka perlu dicatat tanggal bayi meninggal diwilayah kerja posyandu
tersebut.
3) Register WUS dan PUS diwilayah kerja posyandu. Berisi daftar ibu hamil, catatan
umur kehamilan, pemberian tablet tambah darah, imunisasi, pemeriksaan
kehamilan, tanggal dan penolong kelahiran, data bayi yang hidup dan meninggal,
serta data ibu meninggalndi wilayah kerja posyandu.
4) Register ibu hamil dan nifas di wilayah kerja posyandu. Berisi daftar wanita dan
suami istri usia produktif yang memiliki kemungkinan mempunyai anak ( hamil ).
36

5) Data posyandu. Berisi catatn jumlah pengunjung (bayi, balita, WUS, PUS, ibu
hamil, menyusui, bayi lahir dan meninggal), jumlah petugas yang hadir (kader
posyandu, kader PKK, PKB/PLKB, paramedic dan sebagainya).
6) Data hasil kegiatan posyandu. Berisi catatan jumlah ibu hamil yang diperiksa dan
mendapat tablet tambah darah, jumlah ibu menyusui, peserta KB ulang yang
dilayani, penimbangan balita, semua balita yang mempunyai KMS, balita yang
timbangannya naik dan di Bawah Garis Merah (BGM), balita yang mendapatkan
vitamin A, KMS yang dikeluarkan (dibagikan), balita yang mendapat sirup besi,
dan imunisasi (DPT, Polio, campak, hepatitis B) serta balita yang menderita diare.
37

2.4 Penelitian Terkait


2.4.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Peran Kader Dengan Kunjungan Balita DI Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Peneleng Tahun
2016
Tabel 2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu Dan Peran Kader Dengan Kunjungan Balita DI Posyandu Wilayah Kerja Puskesmas Peneleng Tahun
2016

Populasi Penelitian Tindakan yang di berikan Hasil Penelitian Uji Statistik


Populasi dalam penelitian ini Mengkaji pengetahuan ibu dan Penelitian ini menunjukkan ada Data dianalisa secara statistik
adalah seluruh balita yang peran kader dengan dengan hubungan pengetahuan ibu dan mengunakan uji chi square dan α
berkunjung ke Posyandu kunjungan balita dengan peran kader dengan kunjungan (0,05) diperoleh nilai p=0,017.
diwilayah Kerja Puskesmas mengunakan kuesioner balita di posyandu Hal ini berarti ada hubungan
pineleng sebanyak 22 tingakat pengetahuan ibu dan
Posyandu peran kader dengan 1.974
balita, kunjungan balita di
posayandu wilayah kerja
puskesmas peneleng. Adapun
nilai OR=3,171 yang berarti ibu
yang mempunyai pengetahuan
yang berpeluang 3,171 kali

37
38

2.4.2 Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Ibu Tentang Imunisasi dengan Status Imunisasi Anak Usia 12-24 Bulan di Pusat
Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado Tahun 2015
Tabel 2.2 Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Ibu Tentang Imunisasi dengan Status Imunisasi Anak Usia 12-24 Bulan di
Pusat Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado Tahun 2015

Populasi Penelitian Tindakan yang di berikan Hasil Penelitian Uji Statistik

Populasi dalam penelitian Mengkaji Hubungan Penelitian ini menunjukkan ada Data dianalisa statistik uji chi
secara ini adalah seluruh ibu antara,pengetahuan, sikap dan hubungan antara pengetahuan, p=0,000 (p<0,05) sehingga ini
yang mengunakan mempunyai motivasi ibu tentang status sikap dan motivasi ibu tentang dapat dinyatakan ada hubungan
anak usia 12-24 square bulan imunisasi anak usia 12-24 bulan imunisasi dengan status antara pengetahuan,sikap, dan
yang berjumlah 87 orang. dengan mengunakan kuesioner. imunisasi anak usia 12-24 bulan motivasi ibu dengan Status
Imunisasi

38
39

2.5 Kerangka Konsep


Kerangka konsep terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu
dengan yang lain. Dengan adanya kerangka konsep akan mengarahkan kita untuk
menganalisis hasil penelitian. (Notoadmodjo, 2010)

Faktor yang mempengaruhi


1) Faktor Intern
 Faktor fisik
 Faktor proses mental
 Herediter
 Pengaruh dalam diri sendiri
 Kematangan usia
2) Faktor Ekternal
 Faktor lingkungan
 Dukungan sosial
 Fasilitas
 Media

Peran kader posyandu Motivasi Ibu Melaksanakan


Imunisasi Dasar Lengkap
1. Penggerak Masyarakat
1) Motivasi Instrinsik
2. Penyuluh  Dorongan
3. Pemantau  Kebutuhan
 Harapan
2) Motivasi Ekstrinsik
 Lingkungan
 Penghargaan

Kategori :
Kategoti :
1) Baik : 76-100% 1. Baik : 76-100%
2) Cukup : 56-75% 2. Cukup : 56-75%
3) Kurang : ≤55% 3. Kurang : ≤55%

Keterangan:
: Diteliti
: Berpengaruh
: Berhubungan
: Tidak dilakukan penelitian
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Peran Kader Posyandu Dengan Motivasi
Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
40

2.6 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih lemah yang membutuhkan
pembuktian untuk menegaskan apakah hipotesis dapat diterima atau ditolak,
berdasarkan fakta atau data empiris yang telah dikumpulkan dalam penelitian, pada
umumnya hipotesis terdiri dari pernyataan terhadap ada atau tidak adanya hubungan
antara dua variabel, yakni variabel bebas atau independent dan variabel terikat atau
variabel dpendent (Hidayat, 2011: 26).
2.6.1 Hipotesis Alternatif (Ha/H1)
Hipotesis alternatif adalah hipotesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan
adanya suatu hubungan, pengaruh dan perbedaan anatara dua atau lebih variabel.
Hubungan, perbedaan dan pengaruh tersebut dapat sederhana atau kompleks dan
bersifat sebab-akibat.
2.6.2 Hipotesis Nol (H0)
Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang digunakan untuk pengukuran statistik
dan interprestasi hasil statistik. Hipotesis nol dapat sederhana atau kompleks dan
bersifat sebab atau akibat.
Hipotesis yang diajukan akan dilakukan perhitungan uji statistik untuk
memutuskan apakah hipotesis ditolak atau diterima. Ketentuan uji statistik yang
berlaku adalah sebagai berikut :
1. Bila nilai P ≥ 0,05, maka keputusan adalah H1 diterima, artinya ada hubungan
antara variabel independen ataupun dependen.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Menurut Notoadmodjo (2012) metode penelitian sebagai suatu cara untuk
memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pencegahan suatu masalah, yang pada
dasarnya mengunakan ilmiah. Menurut Nursalam (2017), Desain penelitian
merupakan hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang di buat oleh penelitian
berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa di terapkan.
Desain penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian
Korelasional. Disebut rancangan Korelasional karena rancangan ini mengkaji
hubungan antara variabel. Peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan,
memperkirakan, dan menguji berdasarkan teori yang ada. Penelitian korelasional
bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. Hubungan korelatif
mengacu pada kecendrungan bahwa variasi suatu variabel diikuti oleh variabel
lainnya. Demikian, pada rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan
minimal dua variabel (Nursalam, 2016).
Desain Cross Sectional adalah suatu penelitian yang menghubungkan antara
variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian
dan diukur atau dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang bersamaan)
(Hidayat, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian korelasional terdapat hubungan antara peran kader
posyandu balita dengan motivasi ibu melaksanakan imusnisasi dasar lengkap.

3.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja merupakan bagan kerja kegiatan penelitian yang akan dilakukan
(Hidayat, 2017). Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktivitas ilmiah,
mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya yaitu kegiatan sejak awal
dilaksanakannya penelitian. Adapun kerangka kerja dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

41
42

Populasi Target
Ibu yang membawa balita imunisasi di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya yang berjumlah 34 responden

Teknik sampling
purposive sampling

Sampel
Ibu yang membawa balita (0-11) bulan di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya yang berjumlah 34 responden

Informed consent

Independen Dependen
Peran Kader Posyandu Balita Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi
Dasar Lengkap

Pengumpulan data dengan Pengumpulan data dengan


menggunakan kuesioner menggunakan kuesioner

Analisa Data menggunakan Analisa Data menggunakan


Editing, coding, scoring, tabulating Editing, coding, scoring, tabulating

Analisis Statistik Deskriptif Analisis Statistik Deskriptif


Proporsi Persentase(ASDPP) Proporsi Persentase(ASDPP)

Uji analitik Statistik Mengunakan


uji Speerman Rank

H1 Diterima

kesimpulan

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan
Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja
UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
43

3.3 Definisi Operasional


Menurut Hidayat (2017), definisi operasional adalah mendefinisikan variabel
secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, variabel secara operasional
berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.
Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan ukuran dalam
penelitian. Sementara cara pengukuran merupakan cara yaitu variabel dapat diukur
dan ditentukan karakteristiknya.
Menurut Nursalam (2017), definisi operasional adalah definisi berdasarkan
karakteristik yang diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang
dapat diamati (ukur), dapat diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan
observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang
kemudian dapat diulang oleh orang lain
Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Definisi Alat ukur/


No Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Instrumen
1) Independen: Segala sesuatu Tahapan peran kader posyandu : Kuesioner Ordinal 1. Skor
Peran Kader yang 1) Penggerak Masyarakat Ya :1
Posyandu dikaitkan 2) Penyuluh Tidak : 0
kader dengan 3) Pemantau
pelayanan Penilaian :
rutin di 𝑆𝑝
𝑁= 𝑥100%
Posyandu 𝑆𝑚
Balita. 2. Keterangan :
N = Nilai presentase skor
Sm = Nilai yang didapatkan
Sp =Skor maksimal

3. Kategori :
Baik : 76-100%
Cukup : 56-75%
Kurang : ≤55%

44
44
45

Tabel 3.2 Definisi Operasional Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya

Definisi Alat ukur/


No Variabel Parameter Skala Skor
Operasional Instrumen
2) Dependen : Adalah Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Kuesioner Ordinal Nilai Positif :
dorongan dari Dasar Lengkap : 4 = Sangat setuju
Motivasi dalam diri ibu 3 = Setuju
Ibu tersebut untuk Motivasi Instrinsik : 2 = Tidak setuju
Melaksanak melaksanakan 1) Dorongan 1 = Sangat tidak setuju
an imunisasi 2) Kebutuhan Nilai Negatif :
Imunisasi dasar kepada 3) Harapan 1 = Sangat setuju
Dasar bayi dan 2 = Setuju
Lengkap balita. 3 = Tidak setuju
Motivasi Ekstrinsik : 4 = Sangat tidak setuju
1) Lingkungan Penilaian :
2) Penghargaan 𝑆𝑝
𝑁= 𝑥100%
𝑆𝑚
Kategori :
1. Baik : 76-100%
2. Cukup : 56-75%
3. Kurang : ≤55%

45
46

3.4 Identifikasi Variabel


Menurut Nursalam (2017), variabel adalah perilaku atau karakteristik yang
memberikan nilai beda terhadap sesuatu. Adapun variable yang diidentifikasi pada
penelitian ini adalah :
3.4.1 Variabel Independen
Menurut Hidayat (2017), variabel independen ini merupakan variabel yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini
juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam memengaruhi
variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti variabel prediktor,risiko, atau
kausa. Penelitian ini variabel independennya adalah peran kader posyandu.
3.4.2 Variabel Dependen
Menurut Hidayat (2017), variabel ini merupakan variabel yang dipengaruhi
atau menjadi akibat karena variabel bebas, variabel ini bergantung pada variabel
bebas. Dalam penelitian ini variabel dependennya adalah motivasi ibu
melaksanakan imunisasi dasar lengkap.

3.5 Populasi, Sampel Dan Sampling


3.5.1 Populasi
Menurut Nursalam (2017), populasi merupakan seluruh subjek yang
memenuhi kriteria yang ditetapkan populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang
mempunyai bayi umur (0-11) bulan berjumlah 34 populasi di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
3.5.2 Sampel
Menurut Arikunto (2010: 174) jika kita akan meneliti sebagian dari populasi,
maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel merupakan sebagian
dari populasi yang akan diteliti. Sampel merupakan bagian populasi yang akan
diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Sampel penelitian ini adalah ibu yang membawa bayinya ke Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya berjumlah 34. Penelitian kriteria sampel
sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias hasil penelitian, khususnya jika
terdapat variabel-variabel kontorl ternyata mempunyai pengaruh terhadap variabel
yang kita teliti.
47

3.5.2.1 Kriteria Inklusi


Menurut Nursalam (2017), kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek
penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti.
Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi.
3.5.3 Sampling
Menurut Nursalam (2017), sampling adalah proses menyeleksi porsi dari
populasi yang dapat mewakili populasi. Pada penelitian ini pengambilan sampel
dilakukan dengan cara Non probability sampling yaitu Porpusive sampling yaitu
tekhnik pengambilan sampel didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang
dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat yang sudah diketahui
sebelumnya.

3.6 Waktu Dan Tempat


3.6.1 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni sampai 26 Juni 2019 di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
3.6.2 Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di wilayah kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya.

3.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data


3.7.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang
akan dilakukan dalam penelitian. Metode pengumpulan data terdiri atas
wawancara, observasi, dokumen, focus group discussion, pemeriksaan fisik, dan
kuesioner atau angket (Hidayat, 2014: 90). Langkah-langkah dalam pengumpulan
data bergantung pada rancangan penelitian dan teknik instrumen yang digunakan.
Selama proses pengumpulan data, peneliti memfokuskan pada penyediaan subjek,
memperhatikan prinsip-prinsip validitas dan reliabilitas, serta menyelesaikan
masalah-masalah yang terjadi agar data dapat terkumpul sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan (Nursalam 2013: 191).
3.7.1.1 Proses Pengumpulan Data
Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:
48

1) Mengajukan surat izin survey pendahuluan ke pihak institusi STIKes Eka


Harap Palangka Raya.
2) Melakukan survey pendahuluan di UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
3) Proposal yang dibuat dan telah disetujui maka akan dilakukan ujian proposal,
proposal dinyatakan lulus dan siap untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya
yaitu penelitian.
4) Mengajukan surat izin uji validitas ke pihak institusi STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
5) Melakukan uji validitas di Puskesmas Kereng Bangkirai Palangka Raya.
6) Setelah melaksanakan uji valid peneliti mengajukan surat ke pihak institusi
untuk dikeluarkan surat ijin untuk melakukan penelitian kepada LITBANG
Kota Palangka Raya.
7) Peneliti menerima surat ijin dari LITBANG Kota Palangka Raya kemudian
surat diajukan kepada Dinas Kesehatan Kota palangka Raya.
8) Peneliti menerima surat tembusan dari Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya
yang ditujukan kepada kepala UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
9) Peneliti menyerahkan surat ijin penelitian dan meminta ijin kepada UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
10) Peneliti melakukan penelitian di UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
mulai tanggal 19 juni s/d 26 juni 2019.
11) Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan kepada responden serta
menyampaikan tentang kerahasian atas jawaban yang diberikan dalam
kuisioner dan tidak berdampak negatif bagi responden.
12) Peneliti meminta persetujuan untuk menjadi responden dengan memberikan
lembar persetujuan sebagai bukti kesedian sebagai responden dalam
penelitian, jika responden bersedia maka responden menandatangani lembar
persetujuan.
13) Setelah peneliti memberikan penjelasan mengenai cara-cara pengisian
kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi.
14) Responden diberikan waktu untuk mengisi data sesuai yang tercantum dalam
kuisioner.
49

15) Kuisioner di isi langsung oleh responden sehingga data yang diperoleh adalah
data.
16) Semua data yang ada dikumpulkan, diperiksa kelengkapannya untuk
kemudian dianalisa oleh peneliti.
17) Didalam kegiatan proses pengumpulan data ini peneliti dibantu oleh seorang
asisten yang bernama Liri. Tugas asisten yaitu sebagai pendokumentasian
selama proses.
18) Peneliti melakukan pengolahan hasil dan penulisan laporan penelitian.
3.7.1.2 Instrument Pengumpulan data
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner atau angket. Angket
atau questionnaire merupakan cara pengumpulan data berupa angket atau
kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Alat ukut ini digunakan bila responden
jumlahnya besar dan dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan
hal-hal yang bersifat rahasia. Angket terdiri atas tiga jenis yakni (1) angket
terbuka atau tidak berstruktur yang memberikan kebebasan responden untuk
mengungkapkan permasalahan, (2) angket tertutup atau berstruktur merupakan
angket yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden hanya memilih atau
menjawab pada jawaban yang sudah ada, dan (3) checklist atau daftar cek
merupakan daftar yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang akan diamati dan
responden memberikan jawaban dengan memberikan cek (√) sesuai dengan hasil
yang diinginkan (Hidayat, 2014: 91)
Pada penelitian ini peneliti menggunakan angket atau kuesioner Peran yang
berisi 20 pernyataan dan kuesioner Motivasi berisi 25 pernyataan dengan jenis
checklist atau daftar cek, mengunakan kuesioner peran kader posyandu balita
dengan motivasi ibu.
3.7.2 Tabulasi Data
Membuat tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi
tidak lain adalah memasukkan data kedalam tabel mengatur semua angka
sehingga dapat dihitung dalam berbagai kategori. Tabulasi pada penelitian ini
dilakukan setelah semua data melalui proses editing dan scoring.
50

3.7.3 Analisis Univariat


Menurut Notoatmodjo (2012: 182) analisa Univariate bertujuan untuk
menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk
analisis univariate tergantung dari jenis datanya.
Jenis datanya meliputi :
1) Data umum meliputi data demografi : umur ibu, umur bayi, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu, penyuluhan, sumber informasi.
2) Data khusus adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden meliputi,
motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap.
3.7.4 Analisa Bivariat
Menurut Notoatdmojo (2012: 182) analisa bivariat adalah analisa yang di
gunakan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan atau korelasi dari dua
variabel. Untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna antara variabel
independen dan variabel dependen untuk mengetahui adanya hubungan peran
kader posyandu balita dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap
diwilayah kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya. Analisis dilakukan
dengan mengunakan uji statistik dengan metode uji statistik Spearmank Rank.
3.7.5 Uji Statistik
Uji statistik digunakan untuk mengukur tingkat atau eratnya hubungan antara
dua variabel yang berskala ordinal. Uji statistik yang di gunakan adalah
Spearmank Rank.
Analisi dilakukan dengan mengunakan perangkat lunak komputer dilakukan
uji statistik dengan metode Spearmank Rank (Rho) dengan mengunakan tingkat
kemaknaan 5% atau nilai alpha 0,05 (5%) dimana kriteria pengujian adalah
sebagai berikut :
1) Bila p value ≤ alpha (0,05%) maka hubungan tersebut secara statistik ada
hubungan yang bermakna.
2) Bila p value > alpha (0,05%) maka hubungan tersebut secara statistik tidak
mempunyai hubungan yang bermakna.
51

3.8 Uji Validitas dan Uji Reabilitas


3.8.1 Uji validitas
Validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan
instrumen dalam mengumpulkan data Nursalam (2011).
Dalam skripsi ini sebelum pengumpulan data, untuk menghindari kesalahan
dalam menginterprestasikan pernyataan dalam kuesioner dan memperoleh data
yang valid terlebih dahulu validitas kuesioner di uji coba kepada 10 responden ibu
yang memiliki kriteria yang sama di UPT Puskesmas Kereng Bangkirai Palangka
Raya pada tanggal 10 April 2019. Uji coba kuesioner ini dilakukan pada ibu-ibu
yang membawa anaknya imunisasi. Uji validitas tidak dilakukan secara manual
tetapi mengunakan perangkat lunak komputer, setelah dilakukan uji validitas
terjadi perubahan pada jumlah pertanyaan yang akan disebarkan untuk responden
penelitian.
Berdasarkan tabel Item-Total Statistics (tabel terlampir) pada uji validitas
peran kader posyandu balita didapatkan dari 20 item pertanyaan ada 3 pernyataan
yang tidak valid karena memiliki nilai (r hitung 0,05). Item pertanyaan yang tidak
valid masing-masing pada item nomor 4, 13 dan 19 dikeluarkan dari instrumen
sehingga jumlah pernyataan pada instrumen peran kader posyandu balita yang
dapat digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berjumlah 17 item pertanyaan.
Untuk kuesioner motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap dari 25
item pernyataan ada 5 pernyataan yang tidak valid karena memiliki r hitung lebih
kecil dari r tabel (r hitung > 0,05). Item pernyataan yang tidak valid masing-
masing pada item nomor 2, 10, 14, 19, dan 24 dikeluarkan dari instrumen
sehingga jumlah pernyataan pada instrumen motivasi ibu melaksanakan imunisasi
dasar lengkap yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data yaitu berjumlah
20 item pernyataan. Hasil uji validitas terlampir pada lampiran halaman 17.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Menurut Budiman (2014:22) reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat di percaya atau dapat diandalkan. Hal ini
berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten atau
sama bila di lakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama
dengan mengunakan alat ukur yang sama pernyataan yang sudah valid dilakukan.
52

Uji reliabilitas dengan cara membandingkan r tabel dengan r hasil. Jika nilai r
hasil adalah alpha yang terletak di awal output dengan tingkat kemaknaan 5%
(0,05) maka setiap pertanyaan/pernyataan kuesioner dikatakan valid, jika r alpha
lebih besar dari konstanta (0,6) maka pertanyaan-pertanyaan tersebut reliabel.
Teknik uji reliabilitas yang digunakan dengan koefisien Reliabilitas Alpha
Cronbach, yaitu ;
Tabel 3.1 Klasifikasi tingkat reliabilitas kuesioner
Alpha Tingkat Reliabilitas
0,00 s.d 0,20 Kurang Reliabel
> 0,20 s.d 0,40 Agak Reliabel
> 0,40 s.d 0,60 Reliabel
> 0,60 s.d 0,80 Cukup Reliabel
> 0,80 s.d 1,00 Sangat Reliabel
(Sumber: Nursalam, 2013 : 204)

3.8.3 Pengolahan Data


3.8.3.1 Editing
Editing adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah
dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data telah masuk tidak
memenuhi syarat atau tidak dibutuhkan. Tujuan dilakukan editing adalah untuk
mengoreksi kesalahan-kesalahan dan kekurangan data yang terdapat pada catatan
lapangan. Pada kesempatan ini, kesalahan data dapat diperbaiki dan kekuangan
data dilengkapi dengan mengulangi pengumpulan data atau dengan cara
penyisipan data. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses editing, antara lain
(Syofian, 2014: 206):
1) Penetapan sampel
Penetapan sampel sudah memenuhi kaidah-kaidah pengambilan sampel atau
belum. Kegiatan berupa penetapan kategori sampel, jenis sampel yang
digunakan dan penentuan jumlah sampel.
2) Kejelasan data
Kegiatan pada tahap ini adalah mengecek apakah data yang telah masuk dapat
dibaca dengan jelas, jika terdapat tulisan tangan atau singkatan yang kurang
jelas perlu dilakukan verivikasi kepada pengumpul data.
3) Kelengkapan isian
53

Tahap ini dilakukan pengecekan apakah isian responden ada yang kosong atau
tidak, bila kosong ada dua kemungkinan pertama memang tidak ada jawaban
atau kemungkinan kedua responden menolak menjawab.
4) Keserasian jawaban
Tahap ini dilakukan pengecekan keserasian jawaban, ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya jawaban responden yang bertentangan, hal ini
menunjukan jawaban yang tidak konsisten perlu dilakukan verifikasi.
3.8.3.2 Coding
Yaitu proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pernyataan yang terdapat
dalam instrument pengumpulan data menurut variabel-variabel yang diteliti
(Sujarweni, 2014: 104). Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik
(angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu
buku untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu
variabel. Adapun daftar kode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Responden
Kode untuk nomor responden adalah R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9,
R10, R11, R12, R13, R14, R15, R16, R17, R18, R19, R20, R21, R22, R23,
R24, R25, R26, R27, R28, R29, R30, R31, R32, R33, dan R34.
2) Umur
Kode untuk umur responden
(1) < 20 Tahun =1
(2) 20 – 30 tahun = 2
(3) 31 – 40 tahun = 3
(4) > 40 tahun =4
54

3) Pendidikan
Kode pendidikan responden
(1) SD =1
(2) SMP =2
(3) SMA =3
(4) Perguruan Tinggi = 4
4) Pekerjaaan
Kode Pekerjaan responden
(1) PNS =1
(2) Swastsa =2
(3) Wiraswasta =3
(4) IRT =4
5) Pernah mendapat Informasi tentang Imunisasi
(1) Tidak pernah = 0
(2) Pernah =1
6) Sumber informasi
(1) Pendidikan =1
(2) Petugas kesehatan = 2
(3) Media cetak =3
(4) Media Elektronik = 4
3.8.3.3 Memasukan Data Entry atau Processing
Memasukan data entry atau processing yakni jawaban-jawaban dari masing-
masing responden dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukan ke dalam
program atau software komputer (Notoatmodjo, 2010: 177).
3.8.3.4 Scoring
Scoring adalah kegiatan memberikan scor terhadap semua item yang teah diisi
oleh responden (Notoatmodjo, 2010). Beberapa hal yang diskor dalam penelitian
ini antara lain:
1) Scoring dalam variabel independen Hubungan Peran Kader Posyandu Balita
(1) Baik : bila diperoleh skor 76-100%
(2) Cukup : bila diperoleh skor 56-75%
(3) Kurang : bila diperoleh skor ≤ 55%
55

2) Scoring dalam variabel Dependen Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi


Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja Puskesmas Pahandut Palangka Raya
(1) Baik : bila diperoleh skor 76-100%
(2) Cukup : bila diperoleh skor 56-75%
(3) Kurang : bila diperoleh skor ≤ 55%

3.8.3.5 Tabulasi (Tabulating)


Tabulating adalah proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel pada tahap
ini data dianggap telah selesai di proses sehingga harus segera disusun ke dalam
suatu format yang telah dirancang (Nursalam, 2014:193). Membuat tabulasi yaitu
memasukkan data ke dalam tabel, mengatur semua angka sehingga dapat dihitung
dalam berbagai kategori. Tabulasi dilakukan setelah proses editing dan scoring
selesai dilakukan.
3.8.4 Analisa Data
Analisa data diartikan sebagai upaya data yang sudah tersedia kemudian
diolah dengan statistik dan dapat digunakan untuk menjawab rumusan masalah
dalam penelitian (Sujarweni, 2014: 103).
3.8.4.1 Jenis-jenis analisa data
1) Analisa Univariat
Analisis univariat adalah analisa yang dilakukan menganalisis tiap variabel
dari hasi penelitian. Analisa univariat berfungsi untuk meringkas kumpulan
data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpuan data tersebut
berubah menjadi informasi yang berguna, dan pengelolaan datanya hanya satu
variabel saja, sehingga dinamakan univariat (Sujarweni, 2014: 105). Pada
penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah Peran Kader Posyandu
dan yang menjadi variabel dependen adalah Motivasi Ibu Melaksanakan
Imunisasi Dasar Lengkap .
Langkah-langkah analisis frekuensi dengan mengunakan SPSS versi 20,
sebagai berikut :
(1) Klik aplikasi SPSS versi 20
(2) Dari menu SPSS, klik analyze – Deskriptive Statistics – Frequencies.
(3) Masukkan variabel-variabel yang diteliti di dalam kotak variabel.
(4) Klik OK, lalu keluar hasil output frequencies
56

2) Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa data yang menganalisis dua variabel. Analisis
jenis ini sering digunakan untuk mencari hubungan atau pengaruh x dan y
antara variabel satu dengan yang lainnya (Donsu, 2016: 124). Penelitian ini
mengunakan jenis analisis data bivariat. Analisi ini meliputi variabel
independen Peran kader posyandu balita dan variabel dependen Motivasi ibu
melaksanakan imunisasi dasar lengkap. Penelitian ini melihat apakah ada
“Hubungan peran kader posyandu balita dengan motivasi ibu melaksanakan
imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka
Raya’. Analisa yang digunakan yaitu mengunakan uji statistik Spearmen Rank
dengan tingkat signifikan 0,05.

3.9 Etika Dalam Penelitian


3.9.1 Surat Persetujuan (informed consen)
Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian
yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak
menjadi reponden. Pada informed consen juga perlu dicantumkan bahwa data
yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk penembangan ilmu (Nursalam,
2017: 195)
Pada penelitian ini peneliti memberikan surat persetujuan kepada responden
untuk meminta persetujuan menjadi responden penelitian, apabila responden mau
menjadi responden maka responden harus mendatangani surat persetujuan
tersebut.
3.9.2 Tanpa Nama (anonymity)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) (Nursalam, 2017,
195)
Pada penelitian yang dilakukan nama responden dirahasiakan dikarenakan
untuk menjaga nama baik responden tersebut.
3.9.3 Kerahasiaan (Confidentiality)
Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus
dirahasiakan (confidentiality) (Nursalam, 2017: 195)
57

Berdasarkan penelitian ini peniliti tidak menyebar luaskan data-data yang


didapat dari responden seperti nama, pendidikan, dokumentasi bersama responden
saat mengisi kuesioner semua dirahasiakan peneliti kecuali untuk kepentingan
dikampus dan tempat penelitian.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Peran Kader Posyandu


Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya di sajikan dalam bab ini hasil dan
pembahasan tersebut meliputi: karakteristik lokasi penelitian, data umum
responden berdasarkan umur, jenis kelamin, khusus yang berkaitan dengan
Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan
Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka
Raya.

4.1 Hasil Penelitian


Hasil Penelitian Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi
Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya. Responden pada penelitian ini berjumlah 34 responden
data diambil pada tanggal 19 Juni sampai dengan 26 Juni 2018.
4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian
Sebagai bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat, Pemerintah Kota
Palangka Raya memiliki 8 puskesmas yang tersebar di 5 kecamatan. Salah
satunya Puskesmas Pahandut yaitu Puskesmas yang tertua di Kalimantan Tengah.
Puskesmas ini resmi menjalankan fungsinya sebagai Puskesmas di tahun 1975,
dimana sebelumnya Puskesmas Pahandut di mulai sebagai Balai Pengobatan milik
pemerintah dengan fokus pelayanan pada pengobatan rawat jalan. Sejak akhir
2003 di Puskesmas Pahandut di renovasi dan dikembangkan sebagai Puskesmas
rawat inap sejak awal tahun 2006 Puskesmas Pahandut sudah memberikan
pelayanan kesehatan rawat inap khususnya bagi persalinan dan sejak januari 2007
secara resmi terdata di departemen kesehatan sebagai Puskesmas rawat inap
Pahandut. Puskesmas Pahandut Beralamat di jalan Darmo Sugondo No. 2
Kecamatan Pahandut Palangka Raya dengan luas wilayah kerja + 20 km2 dengan
bata wilayah sebagai berikut sebelah utara : Kabupaten Pulang Pisau, sebelah
timur : Kelurahan Panarung, sebelah barat Kelurahan Langkai.

58
59

Gambar 4.1 Puskesmas Pahandut Palangka Raya Tahun 2019.


Puskesmas Pahandut melayani 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Pahandut,
Kelurahan Pahandut seberang, dan Kelurahan Tumbah Rungan dengan jumlah
penduduk 29.597 jiwa Puskesmas Pahandut Palangka Raya terdiri dari 1
puskesmas induk, 4 Puskesmas Pembantu (Pustu Murjani, Pustu Rindang Banua,
Pustu Pahandut seberang, dan Pustu Tumbang Rungan), dan1 posyandu usila.
1) Program Puskesmas Pahandut
2) Program Kesehatan Wajib
(1) Upaya promosi kesehatan
(2) Upaya kesehatan lingkungan
(3) Upaya keshatan anak dan ibu serta KB
(4) Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
(5) Upaya pengobatan
3) Upaya Kesehatan Pengembangan
(1) Upaya kesehatan sekolah
(2) Upaya kesehatan masyarakat
(3) Upaya kesehatan gigi dan mulut
(4) Upaya kesehatan jiwa
(5) Upaya kesehatan usia lanjut
60

4) Program unggulan
(1) Pelayanan kesehatan dasar gratis berbasis asuransi
(2) Pelayanan rawat inap persalinan
(3) UGD 24 jam
(4) Pelayanan lansia prioritas
(5) Pelayanan konsultasi medis dan ambulansi gawat darurat 24 jam
5) Tenaga Kesehatan
Puskesmas Pahandut Palangka Raya memiliki tenaga kerja kesehatan dengan
berbagai jenjang kesehatan, antara lain: Dokter 7 orang, Perawat 26 orang,
Bidan 17 orang, dan apoteker 1 orang dengan asisten apoteker 1 orang.
6) Sarana dan Prasarana
Puskesmas Pahandut memiliki sarana berupa 1 ruangan Kepala Puskesmas, 2
ruang TU, 9 ruang Poli klinik (gigi, gizi, umum, imunisasi, KIA, KB,
konseling, kesling, dan ruang suntik). 1 ruang obat, 1 ruang pertemuan, 1
ruang rawat inap, 1 ruang IGD 24 jam, 1 ruang OK, 1 ruang Lab Komputer
dengan unit Komputer, 6 toilet, 1 ruang Laboratorium.
Saat ini ditetapkan juga visi dari UPTD Puskesmas Pahandut adalah:
“Menjadi Puskesmas Pahandut sebagai pusat pelayanan yang berkualitas prima”
Misi dari Puskesmas Pahandut: “Memberikan pelayanan yang memenuhi standar
pelayanan, menjalankan program-program kesehatan dengan kinerja terbaik dan
Motto UPTD Puskesmas Pahandut adalah pelayanan terbaik untuk masyarakat.
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber daya
Masyarakat (UKBM) yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu
menyelenggarakan minimal 5 program prioritas, yaitu kesehatan ibu dan anak,
keluarga berencana, perbaikan gizi, penanggulangan diare dan imunisasi. Adapun
Posyandu Balita di wilayah kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Posyandu Mekar Sari, Posyandu Karya Sehati, Posyandu Seruni I, Posyandu
Tarusan Limau, Posyandu Delima, Posyandu Dahlia, Posyandu Harapan Bunda,
Posyandu Mawar, Posyandu Karuney, Posyandu Seruni II, Posyandu Melati,
Posyandu Sakura, Posyandu Bunga Teratai dan Posyandu Kembang Sepatu.
Posyandu Delima adalah posyandu yang mempunyai 4 program yaitu
program gizi, imunisasi dan penimbangan serta KIA (Kesehatan ibu dan anak).
Kegiatan posyandu Delima yang berada di jalan riau dilakukan setiap tanggal 11
yang dilaksanakan satu bulan sekali.
61

4.1.2 Data Umum


Karakteristik responden berdasarkan data umum yaitu: umur, pendidikan,
pekerjaan, pernah dapat informasi, dan sumber informasi.
4.1.2.1 Karakteristik Berdasarkan Umur
Karakteristik umur responden dari 34 responden di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

Umur
7; ( 21%) 5; (15%)

<20 Tahun
20-30 Tahun
31-40 Tahun
>40 Tahun
11; (32%)
11; (32%)
Diagram 4.1 Karateristik responden berdasarkan umur responden di wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan diagram 4.1 dari yang berusia <20 tahun sebanyak 5 responden
(15%), 20-30 tahun sebanyak 11 responden (32%), 31-40 tahun sebanyak 11
responden (32%) dan > 40 tahun sebanyak 7 responden (21%), yaitu sebanyak 34
responden.
62

4.1.2.2 Karakteristik Berdasarkan Pendidikan


Karakteristik pendidikan responden diperoleh dari 34 responden di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

Pendidikan
8; (24%) 5; (15%)
SD
SMP
SMA
10; (29%) Sarjana
11; (32%)

Diagram 4.2 Karateristik responden berdasarkan pendidikan di Wilayah Kerja


UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan diagram di atas diketahui karakteristik responden berdasarkan
pendidikan menunjukkan 5 responden berpendidikan SD (15%), 10 responden
berpendidikan SMP (29%), 11 responden berpendidikan SMA (32%), 8
responden berpendidikan sarjana (24%).
63

4.1.2.3 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan


Karakteristik pekerjaan responden diperoleh dari 34 responden di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Pekerjaan
8; (24%)
8; (23%)

PNS
Swasta
Wiraswasta

8; (24%) IRT
10; (29%)

Diagram 4.3 Karateristik responden berdasarkan pekerjaan responden di Wilayah


Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan diagram 4.3 diatas dari 34 responden adapun sebagian besar
pekerjaan nya PNS berjumlah 8 responden (23%), Wiraswasta 8 responden
(24%), Swasta 10 responden (29%), dan IRT sebanyak 8 responden (24%).
4.1.2.4 Karakteristik Berdasarkan Pernah Dapat Informasi
Karakteristik pernah dapat informasi responden diperoleh dari 34 responden
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.

7; (21%) Pernah Dapat Informasi

Tidak pernah

Pernah

27; (79%)

Diagram 4.4 Karateristik responden berdasarkan pernah dapat informasi di


Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan diagram 4.4 diatas dari 34 responden adapun yang pernah dapat
informasi yaitu Tidak Pernah sebanyak 27 responden (79%), Pernah sebanyak 7
responden (21%).
64

4.1.2.5 Karakteristik Sumber Informasi


Karakteristik sumber informasi responden diperoleh dari 34 responden di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Sumber Informasi
6; (18%) 7; (20%)

Pendidikan
Petugas kesehatan
6; (18%) Media cetak
Media elektronik
15; (44%)

Diagram 4.5 Karateristik responden berdasarkan sumber informasi di Wilayah


Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan diagram 4.5 diatas dari 34 responden adapun yang mendapatkan
sumber informasi Pendidikan sebanyak 7 responden (20%), Petugas kesehatan 15
responden (44%), Media cetak 6 responden (18%), dan Media elektronik 6
responden (18%).
65

4.1.3 Data Khusus


4.1.3.1 Hasil identifikasi Hubungan Peran Kader Posyandu Balita di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya dapat dilihat pada
diagram berikut ini.
Berikut karakteristik responden berdasarkan peran kader posyandu balita
responden yang diperoleh melalui kuesioner dari 34 responden.
4; (12%)

17; (50%)
Baik
Cukup
Kurang
13; (38%)

Diagram 4.6 Identifikasi responden berdasarkan Hubungan Peran Kader


Posyandu Balita dari responden di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan diagram 4.6 di atas dari 34 responden pelayanan Peran Kader
Posyandu Balita yang terbanyak adalah kategori Baik yaitu sebanyak 17 orang
responden (50%), Cukup 13 orang responden (38%), dan Kurang 4 responden
(12%).
66

4.1.3.2 Hasil identifikasi Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar


Lengkap di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
dapat di lihat pada diagram berikut ini.
Berikut karakteristik responden berdasarkan motivasi ibu melaksanakan
imunisasi dasar lengkap yang diperoleh melalui kuesioner dari 34
responden.
3; (9%)

19; (56%)
Baik
Cukup
Kurang
12; (35%)

Diagram 4.7 Identifikasi responden berdasarkan motivasi ibu melaksanakan


imunisasi dasar lengkap dari responden di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan diagram 4.7 diatas dari 34 responden kategori motivasi ibu
melaksanakan imunisasi dasar lengkap yang terbanyak adalah Baik yaitu
sebanyak 19 orang responden (56%), Cukup 12 orang responden (35%), dan
Kurang 3 orang responden (9%).
4.1.3.3 Tabulasi silang Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi
Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap
Tabel 4.1 Hasil Tabulasi Silang Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan
Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya: ( Juni 2018)
TABULASI SILANG
Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi TOTAL
Peran kader Baik Cukup Kurang
 %  %  %  %
Baik 14 82,4% 3 17,6% 0 0,0% 17 50%
Cukup 5 38,5% 7 53,8% 1 7,7% 13 38%
Kurang 0 0,0% 2 50,0% 2 50,0% 4 12%
Jumlah 19 55,9% 12 35,3% 3 8,8% 34 100%

Berdasarkan tabel di atas, menunjukkan bahwa dari 34 responden sebanyak


17 responden (50%) peran kader posyandu baik diantaranya 14 responden
67

(82,4%) motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap baik dan 3 (17,6%)
responden motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap cukup baik, Peran
kader posyandu cukup sebanyak 13 (38%) diantaranya 5 responden (38,5%)
mempunyai motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap cukup baik, yang
peran kader posyandu kurang sebanyak 4 responden (12%) diantaranya 2
responden (50,0%) mempunyai motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar
lengkap cukup baik dan 2 responden mempunyai motivasi ibu melaksanakan
imunisasi dasar lengkap yang kurang baik.
4.1.3.4 Hasil Analisa hubungan peran kader posyandu balita dengan motivasi ibu
melaksanakan imunisasi dasar lengkap di wilayah kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.
Tabel 4.2 Analisis Spearman’s rho hubungan peran kader posyandu balita dengan
motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap
Correlations
Motivasi Ibu
Peran Kader Melaksanakan
Posyandu Imunisasi
Spearman's rho Peran Kader Correlation 1.000 .617**
Posyandu Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000
N 34 34
Motivasi Ibu Correlation .617** 1.000
Melaksanakan Coefficient
Imunisasi Sig. (2-tailed) .000 .
N 34 34
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan Uji statistik Spearman’s rho didapatkan, p value = 0,000, nilai


signifikasi = 0,000 < 0,005, maka hipotesis Ho ditolak (tidak ada hubungan), H1
diterima (ada hubungan). Nilai korelasi hubungan peran kader posyandu balita
dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap sebesar 0,617, dengan
kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel “korelasi tinggi”

4.2 Pembahasan
Data yang dikumpulkan merupakan data yang diambil langsung dengan
responden. Kemudian data yang terkumpul diolah secara manual dan elektronik,
dimana peneliti melakukan editing, coding, dan tabulating dengan menggunakan
program SPSS 20, kemudian data di analisa dan selanjutnya data tersebut
68

disajikan dalam bentuk tulisan dan diagram distribusi frekuensi, sesuai dengan
variabel yang diteliti. Berikut merupakan pembahasan dari masing-masing
variabel:
4.2.1 Peran Kader Posyandu Balita Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya.
Berdasarkan hasil penelitian dari 34 responden, peran kader posyandu balita
yaitu yang terbanyak dalam kategori baik yaitu sebanyak 17 responden (50%),
peran kader Posyandu Cukup berjumlah 13 responden (38%), dan peran kader
posyandu Kurang berjumlah 4 responden (12%). Hal tersebut menunjukan bahwa
responden dengan kategori peran kader posyandu balita berperan baik.
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Sehingga
seorang kader posyandu harus mau bekerja secara sukarela dan ikhlas, mau dan
sanggup melaksanakan kegiatan posyandu, serta mau dan sanggup menggerakkan
masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu. Defenisi
Peran Kader menurut Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI
memberikan batasan kader : “Kader adalah warga masyarakat setempat yang
dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela” (Zulkifli,
2013. Dalam hasil penelitian Riani J.E (2016), Penelitian ini telah dilakukan di
posyandu wilayah kerja puskesmas peneleng pada bulan desember 2016 dengan
populasi seluruh balita yang berkunjung ke posyandu di wilayah kerja puskesmas
peneleng sebanyak 22 posyandu.hal ini dapat dipengaruhi oleh sumber informasi
yang didapat dari petugas kesehatan.
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat dan
bertugas mengembangkan masyarakat. Dalam hal ini kader disebut juga sebagai
penggerak atau promotor kesehatan (Yulifah R, dan Yuswanto, 2015). Adapun
peran kader sebelum hari posyandu Melakukan persiapan kegiatan posyandu,
Menyebarkan informasi tentang hari posyandu, Membagi tugas antar
kader,meliputi pendaftaran, penimbangan, pencatatan,dan penyuluhan, Melakukan
koordinasi dengan petugas kesehatab tentang jenis pelayanan yang akan
dilakukan, Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan
69

sedangkan pada saat hari posyandu peran kader Melakukan pendaftaran,


Melakukan penimbangan, pengukuran TB, lingkar kepala anak, pemantauan
status imunisasi anak, melakukan penyuluhan berupa konseling, diskusi kelompok
atau demonstrasi, menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang
ke posyandu, melakukan pencatatan kegiatan posyandu dan Sesudah kegiatan
posyandu kader akan melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir
posyandu, memotivasi keluarga untuk datang ke posyandu, melaporkan kepada
lurah tentang kegiatan posyandu dan hasil yang di capai dan kendala yang di
hadapi.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat
kesamaan antara fakta dan teori didapatkan bahwa responden dominan
mendapatkan informasi dari kader posyandu yang baik dan sebagian besar sudah
pernah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan mengenai imunisasi dasar
lengkap. kader yang baik dapat memperoleh perkembangan yang baik pula dalam
peningkatan status imunisasi dasar lengkap pada balita. Hal tersebut menurut
peneliti dapat disebabkan karna peran kader posyandu baik dan pemahaman dan
pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu, karena ibu juga pernah mendapatkan
penyuluhan tentang imunisasi dari petugas kesehatan dan kader posyandu.
4.2.2 Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar memiliki motivasi
yang Baik yaitu sebanyak 19 responden (56%),dan yang memiliki motivasi Cukup
sebanyak 12 responden (35%), dan yang memiliki motivasi Kurang sebanyak 3
responden (9%).
Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari untuk mempengaruhi tingkah
laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan suatu
sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Kebutuhan adalah suatu potensi
dalam diri manusia yang perlu di tanggapi atau di respon (Notoatmojo , 2010)
motivasi menurut Stoner dan freman adalah karakteristik psikologi manusia yang
memberikan kontribusihasrat, pembangkit tenaga dan dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan mereka, berbuat sesuatu secara singkat dalam diri
individu yang menyadari atau menentukan prilaku indivadu . kata lain Motif
70

adalah energi dasar yang terdapat dalam diri individu dan menentukan individu
dan menentukaan prilaku dan memberi tujuan dan arah kepada prilaku manusia.
Motivasi intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri-sendiri untuk
bertindak tanpa adanya ransanga dari luar (Elliot, 2012). Motivasi intrinsik akan
mendorng seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan serta memberi keajegan
dalam belajar, kebutuhan, harapan, dan minat dan sebagainya.
Motivasi ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu
yang tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 2012). Elliot
at al (2012). Mencontohkan dengan nilai, hadiah dan atau penghargaan yang
digunakan untuk merangsang motivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan
dan lebih menguntungkan termasuk di dalamnya adalah hubungan antar manusia
(dorongan keluarga), lingkungan serta imbalan dan sebagainya.
Dalam hasil penelitian Riani J.E (2016), Penelitian ini telah dilakukan di pusat
kesehatan masyarakat ranotama weru kota manado pada tahun 2015 dengan
populasi seluruh ibu yang membawa balita di pusat kesehatan masyarakat
ranotama weru kota manado sebanyak 87 orang. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa motivasi ibu yang baik dapat timbul dan tumbuh berkembang melalui
dirinya sendiri, dan dari lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa terdapat
kesamaan antara fakta dan teori didapatkan bahwa responden dominan memiliki
motivasi yang baik dalam melaksanakan imunisasi dasar lengkap pada balita nya
dikarenakan ibu pernah mendapat informasi tentang imunisasi, ibu juga pernah
mengikuti penyuluhan tentang imunisasi, sebagian besar ibu mendapatkan
informasi tentang imunisasi dari petugas kesehatan, sebagian besar ibu memiliki
pendidikan SMP sampai perguruan tinggi dimana diharapkan seseorang yang
berpendidikan tinggi orang tersebut akan semakin luas dan mempunyai motivasi
yang baik dalam tentang pentingnya motivasi ibu dalam melaksanakan imunisasi
pada balita nya.
4.2.3 Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu
Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Berdasarkan hasil analisis Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan
Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja UPT
71

Puskesmas Pahandut Palangka Raya dengan menggunakan uji statistik dengan


metode Spearman Rank didapatkan hasil p = 0,000, nilai signifikasi = 0,05, maka
nilai p value lebih kecil dari batas nilai signifikasi = 0,000 < 0,05, maka hipotesis
Ho ditolak (tidak ada hubungan), H1 diterima (ada hubungan dengan kekuatan
hubungan 0.617 corelasi hubungan tinggi).
Sasaran utama kegiatan posyandu ini adalah balita dan orangtuanya, ibu hamil,
ibu menyusui dan bayinya, serta wanita usia subur. Sedangkan yang bertindak
sebagai pelaksana posyandu adalah kader.
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Tugas
kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan
kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik
menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Kedatangan Ibu di Posyandu adalah
Pengetahuan ibu tentang manfaat posyandu, Motivasi ibu untuk membawa
anaknya ke posyandu, Pekerjaan ibu, Dukungan dan motivasi dari kader posyandu
dan tokoh masyarakat, Sarana dan prasarana di posyandu, dan Jarak dari
posyandu tersebut.
Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak melakukan suatu sehingga
mencapai hasil atau tujuan tertentu. Adapun sumber motivasi instrinsik yaitu
motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Termasuk motivasi
intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di rumah
bersalin sedangkan Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang datangnya dari luar
individu, misalnya saja dukungan verbal dan non verbal yang diberikan oleh
teman dekat atau keakraban sosial. Unsur ketiga dari motivasi ialah tujuan yang
berfungsi untuk memotivasikan tingkah laku. Sebab, selain ditentukan oleh motif
dasar, tingkah laku juga ditentukan oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuannya
menarik, individu akan lebih aktif bertingkah laku.
72

Berdasarkan hasil penelitian Nur laili fatmawati (2015) tentang gambaran


peran kader posyandu balita dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar
lengkap diwilayah kerja puskesmas sumbersari jember dapat disimpulkan bahwa
identifikasi peran kader posyandu dalam memotivasi ibu melaksanakan imunisasi
dasar lengkap. Dari 30 reponden yang diteliti diperoleh hasil perhitungan dan
penilaian sebanyak 13 responden dalam kategori baik (43%), 9 orang responden
dalam kategori cukup (30%), dan memiliki peran yang kurang sebanyak 8
responden (27%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa peran kader posyandu balita
dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap termasuk dalam
kategori baik.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ada Hubungan Peran Kader
Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap di
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya Tahun 2019. Hal ini
dikarenakan jika peran kader posyandu balita kurang maka motivasi ibu untuk
melaksanakan imunisasi dasar lengkap juga kurang. Oleh sebab itu peran kader
posyandu yang baik dalam memotivasi ibu untuk melaksanakan imunisasi dasar
lengkap karna peran positif dari kader posyandu.

4.3 Keterbatasan
Keterbatasan yang dihadapi oleh peneliti pada saat penelitian adalah pada saat
penelitian sebagian responden sibuk saat menemani anaknya, sehingga peneliti
harus menunggu responden saat ada waktu luang untuk mengisi kuisioner, dan
juga keterbatasan waktu peneliti ke ruangan berikutnya memberikan kuisioner
pada responden.
1) Saat penelitian ini ada sebagian responden yang kurang memperhatikan pada
saat peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner.
2) Saat penelitian ini sebagian responden kurang kooperatif dikarenakan
sebagian ibu ingin cepat pulang dengan berbagai alasan.
3) Saat penelitian, kendala yang dihadapi peneliti adalah rentang waktu antara uji
validitas dengan penelitian cukup lama, sehingga peneliti harus melakukan
penelitian pada saat uji valid selesai.
4) Solusi dari keterbatasan penelitian ini diharapkan pada penelitian berikut agar
lebih memperhatikan proses penelitian agar berjalan sesuai dengan harapan.
BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Mengacu pada penelitian dan pembahasan maka hasil penelitian terhadap 34
responden yaitu orang tua yang berada di Puskesmas Pahandut Palangka Raya
yang dilakukan peneliti pada tanggal 19 juni 2019 sd 26 juni 2019 maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Peran Kader Posyandu Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Pahandut Palangka Raya
Peran Kader Posyandu Balita di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Pahandut
Palangka Raya hasil penelitian dari 34 responden , peran kader posyandu balita
yaitu yang terbanyak adalah Baik yaitu sebanyak 17 responden (50%), Cukup 13
responden (38%), Kurang 4 responden (12%).
5.1.2 Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Motivasi Ibu Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Berdasarkan hasil
penelitian dari 30 responden kategori Motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar
lengkap yang Baik yaitu sebanyak 19 responden (56%), Cukup 12 respondens
(35%), Kurang 3 responden (9%).
5.1.3 Hubungan Peran Kader Posyandu Balita Dengan Motivasi Ibu
Melaksanakan Imunisasi Dasar Lengkap Di Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Pahandut Palangka Raya
Berdasarkan analisis dengan menggunakan uji statistik dengan metode
Spearman Rank didapatkan hasil p = 0,000, nilai signifikasi = 0,005, maka nilai p
value lebih kecil dari batas nilai signifikasi= 0,000 < 0,005, maka hipotesis Ho
ditolak (tidak ada hubungan0, H1 diterima (ada hubungan dengan kekuatan
hubungan 0.617 corelasi hubungan tinggi).

73
74

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Puskesmas
Diharapkan bagi perawat agar meningkatkan pelayanan terhadap imunisasi
dasar pada bayi, serta memberikan penyuluhan tentang pengetahuan
imunisasi dasar dan mengajak ibu-ibu untuk ikut serta dalam program
imunisasi dasar lengkap sehingga dapat dicapai cakupan imunisasi hingga
100%.
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan
atau referensi dan informasi serta panduan kepustakaan yang berkaitan dengan
kasus tersebut sehingga dapat digunakan sebagai data dasar jika suatu saat akan
dilakukan penelitian tentang hal yang terkait.
5.2.3 Bagi Tempat Penelitian
Peneliti berharap agar penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu
informasi bagi kader posyandu, perawat atau tenaga kesehatan lainnya di
Puskesmas Pahandut Palangka Raya guna meningkatkan motivasi ibu untuk
melaksanakan imunisasi dasar lengkap.
5.2.4 Bagi Mahasiswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan
atau referensi dan informasi serta panduan kepustakaan dalam yang berkaitan
dengan kasus tersebut sehingga dapat digunakan sebagai data dasar jika suatu saat
akan dilakukan penelitian tentang hal yang terkait.
5.2.5 Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat memberikan bahan acuan untuk peneliti
selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai sumber data awal, pada peneliti
selanjutnya diharapkan untuk lebih mendalami lagi tentang peran kader posyandu
balita dengan motivasi ibu melaksanakan imunisasi dasar lengkap.

Anda mungkin juga menyukai