Anda di halaman 1dari 84

i

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SIKAP LANSIA


DALAM PENGENDALIAN HIPERTENSI

Di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Kayon Kota Palangka Raya

(PENELITIAN KORELASIONAL)

Oleh :
PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN
NIM. 2015.C.07a.0715

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA ARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019
SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN SIKAP LANSIA


DALAM PENGENDALIAN HIPERTENSI

Di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas


Kayon Kota Palangka Raya

(PENELITIAN KORELASIONAL)

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Skripsi dan


Melanjutkan Penelitian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya

Oleh :
PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN
NIM. 2015.C.07a.0715

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA ARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

3x4

Nama : PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN


Tempat, Tanggal Lahir : Puruk Cahu 20 Pebruari 1997
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Jalan Bukit Raya XI B
No. Hp : 081545365410
Email : febrinainggolan20@gmail.com
Riwayat Pendidikan : 1. Lulus SD di SDN Dirung Lingkin 2 tahun 2009
2. Lulus SMPN-5 Murung tahun 2012
3. Lulus SMAN-1 Tanah Siang Selatan tahun 2015
4. Masuk STIKes Eka Harap Palangka Raya
Sejak tahun 2015 hingga sekarang
Orang Tua
Ayah : Sudung Nainggolan
Tempat, Tanggal Lahir : Pematang Siantar, 23 Januari 1964
Pekerjaan : Swasta
Ibu : Sri Kartika
Tempat, Tanggal Lahir : Puruk Cahu, 23 November 1970
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl Veteran Puruk Cahu

ii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN


NIM : 2015.c.07a.0715
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Karya Tulis : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam
Pengendalian Hipertensi Di Posyandu Lansia Bakas Barigas
Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis tersebut secara keseluruhan


adalah Murni karya sendiri, bukan di buatkan oleh orang lain, baik sebagian
maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau keseluruhan dari karya tulis
orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebagai sumber pustaka sesuai
dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila dikemudian hari didapatkan dibuktikan bahwa karya tulis saya tersebut
merupakan hasil karya orang lain baik sehingga maupun keseluruhan dan atau
plagiasi karya tulis orang lain, saya sanggup menerima sanksi peninjauan kembali
kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan penarikan ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa paksaan
dari pihak manapun, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, Mei 2019


Peneliti,

PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam


Pengendalian Hipertensi Di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.
NAMA : PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN
NIM : 2015.C.07a.0715

Skripsi ini telah disetujui untuk diuji

Tanggal, Agustus 2019

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Karmitasari Yanra K, Ners., M.Kep Dian Mitra D Silalahi, S.Kep., Ners

iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI

JUDUL : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam


Pengendalian Hipertensi Di Posyandu Lansia Bakas Barigas wilayah
kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.

NAMA : PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN


NIM : 2015.C.07a.0715

Skripsi Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji

Pada Tanggal, Agustus 2019

PANITIA PENGUJI:

Ketua : Vina Agustina, Ners., M.Kep ................................

Anggota I : Karmitasari Yanra K, Ners., M.Kep ................................

Anggota II : Dian Mitra D Silalahi, S.Kep., Ners ................................

Mengetahui,

Ketua Prodi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

v
PENGESAHAN PROPOSAL

JUDUL : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam


Pengendalian Hipertensi Di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.

NAMA : PEBRI ROLANDO NAINGGOLAN


NIM : 2015.C.07a.0715

Skripsi Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji

Pada Tanggal, Agustus 2019

PANITIA PENGUJI:

Ketua : Vina Agustina, Ners., M.Kep ................................

Anggota I : Karmitasari Yanra K, Ners., M.Kep ................................

Anggota II : Dian Mitra D Silalahi, S.Kep., Ners ................................

Mengetahui,

Ketua STIKes Eka Harap Ketua Program Studi


Palangka Raya S1 Keperawatan

Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

vi
KATA PENGANTAR

Penulis menghaturkan puji dan syukur atas segala kasih dan anugerah yang
diberikan Bapa di surga sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam Pengendalian
Hipertensi Di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas
Kayon Palangka Raya”. Skipsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar sarjana keperawatan pada jenjang sarjana keperawatan di STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
Penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini telah menerima bantuan, bimbingan dan
arahan yang sangat berguna dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. drg. Anjar Hari Purnomo, M.M.Kes selaku kepala Dinas Kesehatan Kota
Palangka Raya yang telah menyetujui untuk melakukan survey pendahuluan dan
pengumpulan data.
2. dr. Hendy Fahlevi Diputra selaku Kepala UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis dalam melakukan
penelitian di UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.
3. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya yang telah menyediakan sarana dan prasarana kepada penulis
dalam mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap
Palangka Raya.
4. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Eka Harap Palangka Raya.
5. Ibu Vina Agustina,Ners.,M.Kep selaku penguji skripsi.
6. Ibu Karmitasari Yanra K, Ners.,M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak
memberikan saran berupa arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Dian Mitra D Silalahi, S.Kep.,Ners selaku dosen pembimbing II yang telah
banyak memberikan saran berupa arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Seluruh dosen di STIKES Eka Harap yang selama ini telah membimbing dan
memberikan pengetahuan selama kurang lebih 4 tahun.

vii
9. Orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan dan bantuan
baik berupa meterial maupun berupa non material beserta doa dalam pembuatan
proposal penelitian serta selama penulis mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya
10. Buat teman-teman prodi S1 Keperawatan Angkatan VII TA 2018/2019 STIKES
EKA HARAP Palangka Raya, terima kasih buat dukungan, motivasi, dan
semangat yang diberikan selama ini sehingga dapat menambah motivasi dan
semangat baru dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini.
Semoga Tuhan yang Maha Esa membalas semua bantuan dan kebaikan yang
telah diberikan.
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Skripsi dengan sebaik-baiknya.
Namun demikian penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari
semua pihak.

Palangka Raya, Agustus 2019

Penulis

viii
MOTTO

JAWABAN SEBUAH KEBERHASILAN ADALAH TERUS BELAJAR DAN


TAK KENAL PUTUS ASA

ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN
HALAMAN SAMPUL DALAM ........................................................................ i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS BEBAS PLAGIASIiii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI .................................................................. v
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
MOTTO ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xiv
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.3.1 Tujuan Umum .............................................................................................. 4
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
1.4.1 Manfaat Teoritis .......................................................................................... 4
1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................................ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar Dukungan Keluarga ............................................................. 5
2.1.1 Pengertian Dukungan Keluarga ................................................................... 5
2.1.2 Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga ........................................................... 5
2.1.3 Sumber Dukungan Keluarga ....................................................................... 7
2.1.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ........................... 7
2.1.5 Cara Menilai Dukungan Keluarga ............................................................... 8
2.2 Konsep Dasar Sikap .................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Sikap .......................................................................................... 9
2.2.2 Komponen Sikap ......................................................................................... 9
2.3 Konsep Dasar Keluarga ............................................................................ 10
2.3.1 Pengertian Keluarga .................................................................................. 10
2.3.2 Ciri-Ciri Keluarga ...................................................................................... 12
2.3.3 Tipe-Tipe Keluarga.................................................................................... 12
2.3.4 Peran Keluarga ........................................................................................... 13
2.3.5 Fungsi Keluarga ......................................................................................... 14
2.3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap ............................................................ 15
2.3.7 Tahapan Sikap ............................................................................................ 16
2.3.8 Pengukuran Sikap ...................................................................................... 17
2.4 Konsep Dasar Lansia ................................................................................. 18
2.4.1 Definisi Lansia ........................................................................................... 18
2.4.2 Batas Umur Usia Lanjut ............................................................................ 18
2.4.3 Proses Penuaan .......................................................................................... 19
2.4.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ........................................................ 20

x
Konsep Dasar Hipertensi .................................................................................... 21
2.5.1 Definisi Hipertensi ..................................................................................... 21
2.5.2 Penyebab Hipertensi ................................................................................. 22
2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi ......................................... 24
2.5.4 Penatalaksanaan Hipertensi ....................................................................... 26
2.5.5 Tanda dan Gejala Hipertensi ..................................................................... 27
2.5.6 Pengobatan Hipertensi ............................................................................... 28
2.5.7 Pencegahan ................................................................................................ 28
2.6 Konsep Posyandu Lansia ........................................................................... 30
2.6.1 Pengertian Posyandu Lansia ...................................................................... 30
2.6.2 Tujuan Posyandu Lansia ............................................................................ 31
2.6.3 Manfaat Posyandu Lansia .......................................................................... 31
2.6.4 Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Posyandu Lansia ........................... 31
2.7 Penelitian Terkait ....................................................................................... 34
2.8 Kerangka Konsep ...................................................................................... 36
2.9 Hipotesis .................................................................................................... 37
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 38
3.1 Desain Penelitian ....................................................................................... 38
3.2 Kerangka Kerja .......................................................................................... 38
3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................... 40
3.3.1 Identifikasi Variabel .................................................................................. 40
3.3.2 Definisi Operasional .................................................................................. 40
3.4 Populasi dan Sampel.................................................................................. 43
3.4.1 Populasi ..................................................................................................... 43
3.5 Sampling .................................................................................................... 44
3.6 Pengumpulan Data, Pengolahan Data Dan Analisa Data .......................... 44
3.6.1 Pengumpulan Data ..................................................................................... 44
3.6.2 Pengolahan Data ........................................................................................ 45
3.6.3 Analisa Data .............................................................................................. 47
3.4 Etika Penelitian .......................................................................................... 49
3.4.1 Prinsip Etika Penelitian ............................................................................. 49
3.4.2 Masalah Etika Penelitian ........................................................................... 49
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 51
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 51
4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian ................................................................. 51
4.1.2 Data Umum ............................................................................................... 55
4.1.3 Data Khusus ............................................................................................... 58
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 59
4.2.1 Dukungan Keluarga Dalam Pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia
Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya. ... 59
4.2.2 Sikap lansia dalam Pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Bakas
Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya. .............. 60
4.2.3 Analisa hubungan antara dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas ........................ 61
4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................. 63
BAB 5 PENUTUP .............................................................................................. 64
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 64

xi
xii

5.1.2 Dukungan keluarga dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia


bakas barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya ....... 64
5.1.3 Sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas
barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya ................. 64
5.1.4 Hubungan antara dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas wilayah kerja
UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya .................................................... 64
5.2 Saran .......................................................................................................... 65
5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ........................... 65
5.2.3 Bagi Mahasiswa......................................................................................... 65
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya .......................................................................... 65
5.2.5 Bagi Tempat Penelitian ............................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66
LAMPIRAN LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Kriteria Tekanan Darah ..................................................................... 23

Tabel 2.2 Penelitian terkait yang Hubungan tingkat pengetahuan dan


dukungan keluarga tentang keaktifan lanjut usia dalam mengikuti
kegiatan di posyandu lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu
tahun 2014. ........................................................................................ 34

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Sikap Lansia dalam Pengendalian Hipertensi Di Wilayah UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya ..................................................... 41

xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman

Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Sikap


Lansia dalam Pengendalian Hipertensi Di Wilayah UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya. .................................................... 36

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga dengan


Sikap Lansia dalam Pengendalian Hipertensi Di Wilayah UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya ..................................................... 39

xiv
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Umur Di UPT


Puskesmas Kayon Palangka Raya ..................................................... 56

Diagram 4.2 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Di


UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya ............................................ 56

Diagram 4.3 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Pendidikan Terakhir


Di UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya ....................................... 57

Diagram 4.4 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Pekerjaan Di UPT


Puskesmas Kayon Palangka Raya ..................................................... 57

Diagram 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di


Posyandu Lansia Bakas Barigas UPT Puskesmas Kayon Palangka
Raya . ................................................................................................. 58

Diagram 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai sikap lansia dalam


pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Bakas Barigas UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya. .................................................... 58

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Survei Pendahuluan dan Pengumpulan Data


Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 4 Kuesioner penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dukungan dari keluarga dan sahabat sangat diperlukan dalam penanganan
penderita hipertensi. Dukungan dari keluarga merupakan faktor terpenting dalam
membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan keluarga akan menambah
rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan meningkatkan
kepuasan hidup. Dalam hal ini keluarga harus dilibatkan dalam program pendidikan
sehingga keluarga dapat memenuhi kebutuhan pasien, mengetahui kapan keluarga
harus mencari pertolongan dan mendukung kepatuhan terhadap pengobatan. Keluarga
menjadi support system dalam kehidupan penderita hipertensi, agar keadaan yang
dialami tidak semakin memburuk dan terhindar dari komplikasi akibat hipertensi.
Apabila hipertensi yang tidak terkontrol tidak di tangani secara maksimal akan
mengakibatkan timbul kembalinya gejala hipertensi yang biasanya disebut
kekambuhan hipertensi. Jika penderita hipertensi tidak mencegah dan mengobati
penyakit hipertensinya secara maksimal, penderita hipertensi akan beresiko
mengalami komplikasi (Suwandi, 2012). Dukungan keluarga juga diperlukan untuk
mengurangi risiko kekambuhan. Keluarga dapat membantu dalam perawatan
hipertensi yaitu dalam mengatur pola makan yang sehat, mengajak berolahraga,
menemani dan meningkatkan untuk rutin dalam memeriksa tekanan darah (Setiadi,
2013). Maka dukungan keluarga sangat diperlukan untuk menjaga lansia yang
mengidap hipertensi agar tidak terjadi resiko komplikasi. Posyandu lansia adalah pos
pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah
disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan
pelayanan kesehatan. Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya
melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga,
tokoh masyarakat dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya (Bondan 2015).
Fenomena yang terjadi dilapangan yaitu masih banyak lansia yang mengalami
hipertensi akibat kurang memeriksa kesehatannya di posyandu lansia.

1
2

Menurut WHO (World Health Organization) tahun 2015 penyakit kardiovaskular


telah menyebabkan 17 juta kematian tiap tahun akibat komplikasi hipertensi yaitu sekitar
9,4 juta tiap tahun di seluruh dunia (A Global Brief on Hypertension, 2015). Berdasarkan
hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi pada penduduk umur 60 tahun ke
atas di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan
Selatan 39,6% dan terendah di Papua Barat 20,1%). Provinsi Jawa Timur, Bangka
Belitung, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, DI Yogyakarta, Riau, Sulawesi Barat,
Kalimantan Tengah, dan Nusa Tengah Tenggara Barat, merupakan provinsi yang
mempunyai prevalensi hipertensi lebih tinggi dari angka nasional. Provinsi Jawa Timur
mempunyai prevalensi sebesar 37,4%. Bangka Belitung 37,2%, Jawa Tengah 37%,
Sulawesi Tengah 36%; DI Yogyakarta 35,8%, Riau 34%, Sulawesi Barat 33,9%,
Kalimantan Tengah 33,6%, (Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2017).
Dinas kesehatan Palangka Raya pada tahun 2017 lansia di Palangka Raya berjumlah
113.427 Lansia. Sedangkan lansia yang mengalami penyakit hipertensi tahun 2017
berjumlah 16.458 Lansia. Berdasarkan data lansia dari UPT Puskesmas Kayon Palangka
Raya terdapat 54 orang lansia yang terdiri dari laki-laki 22 orang dan perempuan 32
orang yang mengidap hipertensi, pada tanggal 20 Mei 2019 dilakukan kegiatan
posyandu lansia dan yang hadir pada saat itu 25 orang lansia yang terdiri dari 10 orang
laki-laki dan 15 orang perempuan di Posyandu Lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya. Pada saat dilakukan survey pendahuluan pada 10
orang lansia yang terdiri dari didapatkan hasil bahwa lansia tersebut semuanya mengidap
hipertensi.
Pada umumnya lansia menanggapi penyakit sebagai hal biasa sehingga jarang
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan seperti posyandu lansia, kurang aktifnya
lansia dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu lansia dapat
menyebabkan kondisi kesehatan mereka tidak dapat dipantau dengan baik sehingga di
saat lansia mengalami suatu risiko penyakit akibat penurunan tubuh, dikhawatirkan
dapat berakibat fatal dan mengancam jiwa mereka. Dukungan keluarga dapat
dipengaruhi seseorang termasuk dalam hal kesehatan akan pola hidupnya utama
dalam motivasi untuk berperan serta dalam pembangunan kesehatan. Dukungan yang
diberikan keluarga dalam merawat dan meningkatkan status kesehatan adalah
memberikan pelayanan dengan sikap menerima kondisinya. Dukungan sosial
3

keluarga merupakan suatu sikap dengan cara memberikan kenyamanan dan bantuan
secara fisik atau nyata misalnya memperhatikan kesehatan lansia, mengantar atau
menemui lansia untuk berobat atau berkunjung ke posyandu atau puskesmas.
Posyandu lansia adalah kegiatan masyarakat ini merupakan forum komunikasi
pelayanan kesehatan masyarakat yang khusus diperuntukkan bagi perempuan di
indonesia dalam mengembangkan sumber daya manusia memelihara serta
mempertahankan kesehatan, jasmani, rohani maupun sosial banyak kendala yang
ditemui dalam penelitian tersebut adalah dapat diatasi dengan kerjasama semua pihak
yaitu pemerintah pusat daerah dan elemen masyarakat (Shadine, 2014)..
Posyandu lansia ini tidak hanya dirasakan oleh lansia tetapi juga oleh keluarga
dan lingkungan dimana lansia tersebut tinggal. Posyandu lansia dapat membantu
lansia untuk menyesuaikan diri dalam perubahan dalam fase kehidupannya sehingga
menjadi pribadi yang mandiri dan sesuai dengan keberadaannya. Posyandu lansia
sangat kita perlukan, dimana posyandu lansia ini dapat membantu lansia sesuai
dengan kebutuhannya yang tepat sehingga para lansia tidak lagi merasa terbaikan
dalam masalah kesehatannya. Dengan dukungan keluarga dan sikap yang baik pada
lansia membuat lansia akan lebih tertarik untuk datang ke posyandu lansia. Atas latar
belakang yang di kemukakakan diatas tujuan ini dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui : Hubungan dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam pengendalian
hipertensi pada lansia di posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian ini terjadi pada
lansia di wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya adalah masih
banyaknya lansia yang tidak bisa ikut serta dalam program kegiatan-kegiatan di
posyandu lansia yang di diakibatkan karena tidak adanya dukungan dan dari keluarga
tidak ada yang mengantar untuk megikuti kegiatan posyandu lansia. Dengan
memperhatikan latar belakang diatas, Maka peneliti merumuskan masalah yaitu
“Bagaimanakah Hubungan dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi di posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya”?
4

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini di gunakan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga
dengan sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia Bakas Barigas
wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengidentifikasi dukungan keluarga dalam pengendalian hipertensi di posyandu
lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya .
2) Mengidentifikasi sikap lansia hipertensi di posyandu lansia Bakas Barigas di
wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi masyarakat tentang pentingnya
dukungan keluarga dalam pengendalian hipertensi pada keluarga lansia agar tingkat
hipertensi menurun dan tidak terjadi penyakit komplikasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Perkembangan Ilmu dan Pengetahuan
Diharapkan dapat menambah pengembangan ilmu tentang dukungan
keluarhga dan pengetahuan keluarga dalam menyikap sikap lansia
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengalaman yang nyata dalam melakukan penelitian dan
bagaimana mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi di posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya
1.4.2.3 Bagi Tempat Penelitian
Penelitian ini dijadikan masukan bagi puskesmas dalam menangani Hipertensi
pada Lansia.
1.4.2.4 Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah referensi untuk studi keperawatan
khususnya dan Ilmu Kesehatan pada umumnya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Dukungan Keluarga


2.1.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Murniasih (2013) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock, 2012).
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan.
2.1.2 Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga
Keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan (Friedman, 2010) yaitu:
2.1.2.1 Dukungan Penilaian
Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian
hipertensi dengan baik dan juga sumber hipertensi dan strategi yang dapat digunakan
dalam menghadapi hipertensi. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi
bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai
seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi
pengaharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan
terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan
orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu
meningkatkan strategi individu dengan strategi-strategi alternatif berdasarkan
pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif.

5
6

2.1.2.2 Dukungan Instrumental


Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan,
bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (instrumental support material
support), suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah
praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau
meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan,
menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami
depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif
bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata
keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata.
2.1.2.3 Dukungan Informasional
Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab
bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan
nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang
dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan
memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed
back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan
pemberi informasi.
2.1.2.4 Dukungan Emosional
Selama mengidap hipertensi berlangsung, individu sering menderita secara
emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan
seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan
individu perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam
bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang
menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan
tempat istirahat dan memberikan semangat.
Menurut House dan Kahn dalam Friedman (2010), terdapat empat tipe
dukungan keluarga yaitu:
7

2.1.2.5 Dukungan Emosional


Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk bersistirahat dan juga
menenangkan pikiran. Setiap orang pasti membutuhkan bantuan dari keluarga.
Individu yang menghadapi persoalan atau masalah akan merasa terbantu kalau ada
keluarga yang mau mendengarkan dan memperhatikan masalah yang sedang
dihadapi.
2.1.2.6 Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai penengah dalam pemecahan masalah dan juga
sebagai fasilitator dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Dukungan dan
perhatian dari keluarga merupakan bentuk penghargaan positif yang diberikan kepada
individu.
2.1.2.7 Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan dalam hal pengawasan,
kebutuhan individu. Keluarga mencarikan solusi yang dapat membantu individu
dalam melakukan kegiatan.
2.1.2.8 Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai penyebar dan pemberi informasi. Disini
diharapkan bantuan informasi yang disediakan keluarga dapat digunakan oleh
individu dalam mengatasi persoalanpersoalan yang sedang dihadapi.
2.1.3 Sumber Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia dalam merawat dan
meningkatkan status kesehatan adalah meberikan pelayanan dengan sikap menerima
kondisinya. Dukungan keluarga adalah bentuk suatu sikap melayani yang dilakukan
oleh keluarga baik dalam bentuk dukungan emosi, penghargaan, informasi dan
instrumental. Dukungan bisa atau tidak digunakan tapi anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung dan selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. Keluarga merukapakan sistem pendukung yang berarti
sehingga dapat memberikan petunjuk tentang kesehatan mental, fisik, dan emosi
lanjut usia.
2.1.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Faktor-Faktor yang dapat mempengaruhi dukungan keluarga tehadap
kunjungan lansia untuk mengikuti posyandu dapat di uraikan di bawah ini :
8

2.1.5.1 Dukungan Psikologis


Dukungan pasikologis adalah suatu sikap memberikan dorongan dan
penghargaan moril kepada lansia, misalnya keluarga sangat membantu ketenangan
jiwa lansia, keluarga menunjukan kebahagiaan pada hal hal positif yang dilakukan
lansia, tidak menyakiti lansia, meghibur atau menenangkan ketika ada masalah yang
dihadapi lansia dan juga berdoa untuk kesehatan lansia dan keluarganya.
2.1.5.2 Dukunagan Sosial
Dukungan sosial adalah suatu sikap dengan cara memberikan kenyamanan
dan bantuan secara fisik atau nyata kepada lansia, misalnya memperhatikan kesehatan
lansia, mengatur atau menemani lansia untuk berobat atau berkunjung ke posyandu
atau puskesmas. Dukungan sosial juga disebut sebagai instrumen itu bantuan yang
diberikan secara langsung bersifat fasilitas atau materi misalnya menyediakan
fasilitas yang diperlukan, memberikan uang, memberikan makanan, permainan atau
bantuan yang lainnya. Bantuan instrumental ini berupa dukungan materi seperti
benda atau barang yang dibutuhkan oleh orang lain dan bantuan finansial untuk biaya
pengobatan pemulihan maupun biaya kehidupan sehari selama seseorang tersebut
dapat menolong dirinya sendiri
2.1.5.3 Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi wawasan dan pengetahuan keluarga
semakin rendah pengetahuan maka akses terhadap informasi kesehatan lansia akan
berkurang sehingga akan kesulitan dalam mengambil keputusan secara efektif.
2.1.5 Cara Menilai Dukungan Keluarga
Menurut Nursalam (2013) untuk mengetahui besarnya dukungan keluarga dapat
diukur dengan menggunakan kuesioner dukungan keluarga yang terdiri dari 14 buah
pertanyaan yang mencakup empat jenis dukungan keluarga yaitu dukungan
informasional, dukungan emosional, dukungan layanan dan dukungan instrumental
terdiri dari 14 pertanyaan pertanyaan nomor 1-4 mengenai dukungan emosional,
dukungan penghargaan nomor 5-8, dukungan informasional nomor 9-11,dukungan
instrumental nomor 12-14. Mengenai masing-masing dari pertanyaan tersebut
terdapat 4 alternatif jawaban yaitu “selalu”, “sering”, “kadang-kadang”, “tidak
pernah”. Jika menjawab “selalu” akan mendapatkan skor 3, menjawab “sering”
mendapat skor 2, menjawab “kadang-kadang” medapatkan skor 1, dan menjawab
9

“tidak pernah” akan mendapatkan skor 0. Total skor pada kuisioner ini adalah 0-36.
Jawaban dari responden akan di lakukan dengan scoring
Pada penenlitian dukungan keluarga dapat di ketahui dan di interprestasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
Kategori Dukungan keluarga :
1) Dukungan Baik = 76-100%
2) Dukungan Cukup = 51-75%
3) Dukungan Kurang = < 50%

2.2 Konsep Dasar Sikap


2.2.1 Pengertian Sikap
Kwick (2012) dalam Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa sikap adalah
tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat
dipelajari. Di dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu
sendiri. Faktor-faktor itu sendiri antara lain seperti persepsi, motivasi, proses belajar,
lingkungan dan sebagainya. Sikap seseorang atau masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas dan sikap
dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya sikap.
2.2.2 Komponen Sikap
Menurut Notoatmodjo (2015)Sikap terdiri dari 3 komponen yaitu :
2.2.2.1 Komponen kognitif (Cognitive)
Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek. Artinya
bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemilaran terhadap seseorang objek.
2.2.2.2 Komponen Afekatif (Avecative)
Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek, Artinya bagaimana
penilaian (terkanung dalam faktor emosi) orang yersebut terhadap objek
2.2.2.3 Komponen Kognitive (Conative)
Kecenderungan untuk bertindak, Artinya sikap adalah komponen yang
mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk
bertindak terbuka.
10

2.3 Konsep Dasar Keluarga


2.3.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sasaran keperawatan komunitas selain individu,
kelompok, dan masyarakat. Pelayanan keperawatan keluarga merupakan salah satu
area pelayanan keperawatan yang dapat dilaksanakan dimasyarakat. Depkes (2013)
mendefenisikan keluarga sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari dua orang atau
lebih yang dihubungkan karena hubungan darah, hubungan perkawinan, hubungan
adopsi dan tinggal bersama untuk menciptakan suatu budaya tertentu (Faisaldo
Candra, 2014). Sesuai budaya Indonesia lansia harus mendapat tempat yang tertinggi,
dihormati, dihargai, diperhatikan, dikasihi dan dianggap sebagai pepunden.
Pandangan ini harus dipupuk dan dilstarikan dalam masyarakat karena lansia
dianggap memiliki pengetahuan, pengalaman dan kearifan, yang dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat yang lebih muda (Nugroho Wahjudi, 2014).
Pada usia lanjut terjadi penurunan kondisi fisik/biologis, kondisi psikologis
serta perubahan kondisi sosial. Para usia lanjut bahkan masyarakat menganggap
seakan-akan tugasnya sudah selesai, mereka berhenti bekerja dan semakin
mengundurkan diri dari pergaulan masyarakat yang merupakan salah satu ciri fase
ini.
Menurut Watson (2013) namun kenyataanya banyak di temukan penurunan
kemandirian pada lansia yang tinggal dengan keluarga, hal ini karena banyak
keluarga lansia sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing di samping itu
meningkatnya kebutuhan ekonomi membuat semua anggota keluarga bekerja diluar
rumah, sehingga menyebabkan keluarga yang mempunyai lansia kurang
memperhatikan atau memberi dukungan yang optimal kepada lansia (Khulaifah Siti,
2013).
Menurut Ismayadi, dukungan dari keluarga terdekat dapat saja berupa anjuran
yang bersifat meningatkan si lanjut usia untuk tidak bekerja secara berlebihan (jika
lansia masih bekerja), memberikan kesempatan kepada lansia untuk melakukan
aktivitas yang menjadi hobinya, memberi kesempatan kepada lansia untuk
menjalankan ibadah dengan baik, dan memberikan waktu istirahat yang cukup
kepadanya sehingga lanjut usia tidak mudah stress dan cemas (Nusi Ferani , 2015).
11

Perkembangan pada lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi tubuh akibat
perubahan fisik, psikososial, kultural, spiritual. Perubahan fisik akan mempengaruhi
berbagai sistem tubuh salah satunya adalah sistem kardiovaskuler. Masalah kesehatan
akibat dari proses penuaan dan sering terjadi pada sistem kardiovaskuler yang
merupakan proses degeneratif, diantaranya yaitu penyakit hipertensi. Penyakit
hipertensi pada lansia merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan hipertensi
sistolik diatas 140 mmHg dan diastoliknya menetap atau kurang dari 90 mmHg yang
memberi gejala yang berlanjut, seperti stroke, penyakit jantung koroner (Herliah Lily,
2011).
Menurut Efendi (2014), peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap
perawatan kesehatan, mulai dari tahap peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan, sampai dengan rehabilitasi. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh
setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah atau sakit, di sinilah
peran anggota kelurga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat.
Friedman menyatakan bahwa fungsi dasar keluarga antara lain adalah fungsi
afektif, yaitu fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan saling mendukung.
Sehingga dukungan keluarga merupakan bagian integral dari dukungan sosial.
Dampak positif dari dukungan keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri
seseorang terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan (Safarach Alnidi, 2011).
Menurut Nugroho (2010), perubahan spiritual pada lansia ditandai dengan
semakin matangnya lansia dalam kehidupan keagamaan. Agama dan kepercayaan
terintegrasi dalam kehidupan dan terlihat dalam pola berfikir dan bertindak sehari-
hari. Perkembangan spiritual yang matang akan membantu lansia untuk menghadapi
kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan, maupun merumuskan arti dan tujuan
keberadaannya dalam kehidupan. Perubahan spiritual merupakan salah satu
parameter yang mempengaruhi kualitas hidup lansia (WHO, 2014). Pengaruh yang
muncul akibat berbagai perubahan pada lansia tersebut jika tidak teratasi dengan baik
cenderung akan mempengaruhi kesehatan lansia secara menyeluruh. Perlu adanya
suatu pelayanan untuk mengatasi masalah kesehatan pada lansia dan meningkatkan
kualitas hidup lansia.
12

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa keluarga adalah lingkungan dimana


beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah dan bersatu. Keluarga
didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran,
adopsi dan lain sebagainya.
2.3.2 Ciri-Ciri Keluarga
Ciri-ciri keluarga pmenurut Budianto 2015, adalah sebagai berikut:

1) Suatu keluarga terdiri dari orang-orang yang mempunyai hubungan darah atau
adopsi.
2) Semua anggota keluarga hidup bersama dalam satu rumah dan mereka membentu
suatu rumah tangga.
3) Memiliki satu kesatuan orang yang berinteraksi dan berkomunikasi dan
memainkan peran sebagai suami istri, bapak dan ibu, anak dan saudara.
4) Mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari
kebudayaan umum yang luas.

2.3.3 Tipe-Tipe Keluarga


Menurut Allender & Spradley (2013) tipe keluarga dari dua tipe yaitu keluarga
tradisional dan keluarga non tradisional.
2.3.3.1 Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
1) Nuclear family atau keluarga inti
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung atau anak
adopsi.
2) Extended family atau keluarga besar
Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,
misalnya kakek, nenek, bibi dan paman.
3) Dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang tinggal dalam satu rumah tanpa
anak.
4) Single Parent Family
Suatu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dan anak (kandung atau angkat).
Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
13

5) Single adult
Satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.
6) Keluarga usia lanjut
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah lanjut usia.
2.3.3.2 Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
1) Keluarga community
Terdiri dari satu keluarga tanpa pertalian darah, hidup dalam satu rumah.
2) Orang tua (ayah, ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3) Homo seksual
Dua individu sejenis yang hidup bersama dalam satu rumah dan berpefilaku
layaknya suami istri.
2.3.3.3 Menurut Carter & Mc Goldrick (1988), membagi tipe keluarga berdasarkan :
1) Keluarga berantai (sereal family)
Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
2) Keluarga berkomposisi
Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
3) Keluarga kabitas
Keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan.
2.3.4 Peran Keluarga
Menurut Friedman (2015), Peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi
dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola
perilaku dan keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di
dalam keluarga adalah sebagai berikut Ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi
anak – anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa
aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkunganya. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak –
anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh
dan pendidik bagi anak – anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari
peranan sosial serta sebagai anggota masyarakat di lingkungannya, disamping itu
14

juga ibu perperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. Anak – anak
melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik
fisik, mental, sosial, dan spiritual.
2.3.5 Fungsi Keluarga
Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
kesehatan anggota keluarganya. Fungsi keluarga antara lain fungsi biologis, fungsi
psikologis, fungsi sosialisasi, fungsi ekonomi, dan fungsi pendidikan. Secara
sosiopsikologis, keluarga berfungsi sebagai berikut: (Maryam Siti, 2015)
1) Pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainnya
2) Sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis
3) Sumber kasih sayang dan penerimaan
4) Model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota
masyarakat yang baik
5) Pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial di anggap
tepat
6) Pembantu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya dalam rangka
menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan
7) Pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan, motor, verbal, dan sosial yang
dibutuhkan untuk penyesuaian diri
8) Stimulator bagi pengembangan kemampuan untuk mencapai prestasi
dilingkungan masyarakat
9) Pembimbing dalam mengembangkan aspirasi
Hubungan keluarga merupakan suatu ikatan dalam keluarga yang terbentuk
melalui masyarakat. Ada tiga jenis hubungan keluarga yang dikemukakan oleh
Robert R. Bell (Ihromi, 2014), yaitu:
1) Individu yang terikat dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau
perkawinan, seperti suami istri, orang tua-anak, dan antar-saudara (siblings).
2) Kerabat dekat Kerabat jauh yaitu terdiri dari individu yang terikat dalam keluarga
melalui hubungan darah, adopsi dan atau perkawinan, tetapi ikatan keluarganya
lebih lemah daripada keluarga dekat. Anggota kerabat jauh kadang-kadang tidak
menyadari adanya hubungan keluarga tersebut. Hubungan yang terjadi di antara
mereka biasanya karena kepentingan pribadi dan bukan karena adanya kewajiban
15

sebagai anggota keluarga. Biasanya mereka terdiri atas paman dan bibi,
keponakan dan sepupu.
3) Orang yang dianggap kerabat (fictive kin) yaitu seseorang dianggap anggota
kerabat karena ada hubungan yang khusus, misalnya hubungan antar teman akrab.
Erat-tidaknya hubungan dengan anggota kerabat tergantung dari jenis kerabatnya
dan lebih lanjut dikatakan Adams, bahwa hubungan dengan anggota kerabat juga
dapat dibedakan menurut kelas sosial (Ihromi, 2014). Hubungan dalam keluarga bisa
dilihat dari Pertama, hubungan suami-istri. Hubungan antar suami-istri pada keluarga
yang institusional ditentukan oleh faktor-faktor di luar keluarga seperti: adat,
pendapat umum, dan hukum. Kedua, Hubungan orang tua- anak. Secara umum
kehadiran anak dalam keluarga dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan
orangtua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial. Ketiga, Hubungan antar-saudara
(siblings).
2.3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Menurut allport (dalam notoatmodjo 2014), yang mempengaruhi sikap adalah
sebagai berikut.
2.3.6.1 Pengalaman Pribadi
Sikap-sikap terbentuk melalui pengalaman langsung akan lebih melekat dalam
ingatan dan mudah diaktifkan lagi ketika menemukan objek sikap yang serupa. Sikap
yang terbentuk langsung melalui pengalaman pribadi lebih kuat atau lebih menetap
daripada di yang didapat orang secara langsung tidak melalui pengalaman orang lain
(sarwono 2015).
2.3.6.2 Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang-
orang yang dianggap penting.
2.3.6.3 Media Massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi radio
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang.
2.3.6.4 Pengaruh Faktor Emosional
Tidak semua sikap tentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang, kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari
16

oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran prestasi atau pemilihan
bentuk mekanisme pertahanan ego (Budiman 2015).
2.3.7 Tahapan Sikap
Menurut Budiman (dalam buku notoatmodjo 2015), tahapan dominan sikap
adalah sebagai berikut:
2.3.7.1 Menerima
Sikap menerima adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan dari
luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala, dan lain-lain.
2.3.7.2 Menanggapi
Tahap siakap menaggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk mengikut dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi
terhadapnya. Tahap ini lebih tinggi pada tahap menerima. Sebagai contoh, seorang
ibu melihat catatan perkembangan anak dalam kartu menuju sehat (KMS).
2.3.7.3 Menilai
Tahap menilai adlah tahapan memberikan penialaian atau memberi
penghargaan dalam suatu kegiatan atau objek sehingga apabila kegiatan tersebut tidak
di kerjakan dirasakan akan membawa kerugian atau penyesalan menilai merupakan
tingkat efektif yang lebih tinggi daripada menerima dan menanggapi.
2.3.7.4 Mengelola
Tahapan sikap mengelola adalah mempertemukan perbedaan nilai sehingga
terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur
atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dan nilai ke dalam suatu sistem
organisasi. terbentuk di dalamnya suatu hubungan satu nilai dengan nilai lainnya.
2.3.7.5 Menghayati
Tahapan sikap menghayati adalah perpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola pikir dan tingkah lakunya saat proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam suatu nilai nilai tersebut
telah tertanam secara konsisten pada sistem dan telah mempengaruhi emosinya.
Menghayati merupakan tingkat efektivitas tinggi karena kapan sikap ini telah benar-
benar bijaksana. Jadi pada tahap ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang
mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang lama sehingga membentuk
karakteristik pola hidup tingkah laku mencakup konsisten dan dapat diamalkan.
17

2.3.8 Pengukuran Sikap


Ranah efektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif karena dalam
ranah afektif kemampuan yang diukur adalah menerima, merespon, menghargai,
mengorganisasi, dan menghayati, skala yang digunakan untuk mengukur ranah
efektif seseorang terdapat kegiatan suatu objek diantaranya menggunakan skala sikap.
Hasil pengukuran berupa kategori sikap yang mendukung positif, negatif, dan
netral sikap pada hakekatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang.
Skala sikap dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk menilai oleh responden
apakah pertanyaan tersebut didukung atau ditolak melalui rantangan tertentu. Oleh
sebab itu, pertanyaan yang diajukan terbagi dalam dua kategori, yakni pertanyaan
positif dan pertanyaan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan adalah
skala likert. Dalam skala likert, pertanyaan yang diajukan baik pertanyaan positif
maupun pertanyaan negatif dinilai oleh subjek dengan sangat setuju, setuju, tidak
punya pendapat, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap pendapat
dan persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu ada dua bentuk
skala likert ya itu pertanyaan positif yang diberi skor 4 3 2 dan 1 sementara
pertanyaan negatif diberi skor 1 2 3 dan 4 maka kualitatif dari skor adalah seperti
berikut ini.
2.3.8.1 Pertanyaan Positif
1) Sangat Setuju (SS) :4
2) Setuju (S) :3
3) Tidak Setuju (TS) :2
4) Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
2.3.8.2 Pertanyaan Negatif
1) Sangat Setuju (SS) :1
2) Setuju (S) :2
3) Tidak Setuju (TS) :3
4) Sangat Tidak Setuju (STS) : 4
2.3.8.3 Rumus cara menghitung sikap adalah sebagai berikut :
𝑆𝑝
N=𝑆𝑚x 100%

Keterangan :
18

N = Nilai Sikap
𝑆𝑚 = Skor tertinggi maximum
𝑆𝑝 = Skor yang didapat

2.4 Konsep Dasar Lansia


2.4.1 Definisi Lansia
Orang lanjut usia adalah sebutan bagi mereka yang telah memasuki usia 60
tahun ke atas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang
kesejahteraan usia lanjut Bab 1 Pasal 1, yang dimaksud dengan Lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas (Yeniar Indriana,
2012). Dengan demikian menunjukkan bahwa lansia merupakan suatu kelompok
penduduk yang cukup rentan terhadap masalah baik masalah ekonomi, sosial,
budaya, kesehatan maupun psikologis yang menyebabkan lansia menjadi kurang
mandiri dan tidak sedikit lansia yang membutuhkan bantuan orang lain untuk
melakukan aktifitas sehari-hari.
Menurut Suwandono dkk, pembinaan kesehatan lansia yang terpadu dan
berkesinambungan diperlukan bagi lansia baik berupa upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif dengan memperhatikan faktor lingkungan sosial budaya serta
potensi yang ada pada masyarakat dalam Primary Health Care (Safarach Alnidi dkk,
2011).
2.4.2 Batas Umur Usia Lanjut
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia berdasarkan Depkes
RI (2003) dalam Maryam dkk (2009) yang terdiri dari :
1) Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia ialahseseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang
yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
19

2.4.3 Proses Penuaan


Proses Penuaan Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah
laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat mereka
mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Ini merupakan suatu
fenomena yang kompleks multidimensional yang dapat diobservasi di dalam satu sel
dan berkembang sampai pada keseluruhan sistem. (Stanley, 2006).Tahap dewasa
merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang maksimal. Setelah itu
tubuh mulai menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-sel yang ada di dalam
tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami penurunan fungsi secara
perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan (Maryam dkk, 2008). Aging
process atau proses penuaan merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat
dihindari dan akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti serta mempertahankan struktur dan fungsi secara normal, ketahanan
terhadap cedera, termasuk adanya infeksi. Proses penuaan sudah mulai berlangsung
sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan
pada otot, susunan saraf, dan jaringan lain sehingga tubuh ‘mati’ sedikit demi sedikit.
Sebenarnya tidak ada batasan yang tegas, pada usia berapa kondisi kesehatan
seseorang mulai menurun. Setiap orang memiliki fungsi fisiologis alat tubuh yang
sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi tersebut maupun saat
menurunnya. Umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada usia 20-30
tahun. Setelah mencapai puncak, fungsi alat tubuh akan berada dalam kondisi tetap
utuh beberapa saat, kemudian menurun sedikit demi sedikit sesuai dengan
bertambahnya usia (Mubarak, 2009). Pengaruh proses menua dapat menimbulkan
berbagai masalah, baik secara biologis, mental, maupun ekonomi. Semakin lanjut
usia seseorang, maka kemampuan fisiknya akan semakin menurun, sehingga dapat
mengakibatkan kemunduran pada peran-peran sosialnya (Tamher, 2014). Oleh karena
itu, perlu perlu membantu individu lansia untuk menjaga harkat dan otonomi
maksimal meskipun dalam keadaan kehilangan fisik, sosial dan psikologis (Smeltzer,
2015).
20

2.4.4 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


2.4.4.1 Penuaan Kulit
Kulit manusia akan menjadi lebih keriput akibat berkurangnya produksi
kolagen. Kolagen adalah salah satu protein yang berfungsi untuk menjaga kekenyalan
kulit. Kelenjar keringat di kulit juga dapat berkurang, menyebabkan seorang lansia
lebih rentan mengalami kulit kering.
2.4.4.2 Fungsi Jantung Dan Pembuluh Darah (Kardiovaskuler)
Penuaan memengaruhi struktur jantung dan pembuluh darah, yang turut
memengaruhi fungsinya. Pembuluh darah arteri akan menebal dan menjadi keras
karena proses aterosklerosis. Selain itu, katup jantung juga dapat menjadi lebih kaku.
Hal ini dapat menyebabkan daya tahan jantung berkurang saat berolahraga maupun
beraktivitas.
2.4.4.3 Sistem Pernapasan
Elastisitas paru dan aktivitas sel pembersih paru akan berkurang seiring
bertambahnya usia. Akibatnya, kapasitas paru dan jumlah oksigen maksimal yang
dapat dihirup akan berkurang. Demikian pula refleks batuk yang semakin berkurang.
2.4.4.4 Sistem Pencernaan
Lambung akan memproduksi asam lambung dalam jumlah yang lebih sedikit.
Akibatnya, tubuh lansia akan rentan terhadap infeksi dari makanan. Sedangkan pada
lidah, pengecap rasa akan bekurang jumlahnya sehingga makanan terasa lebih
hambar. Usus juga bergerak lebih pelan sehingga Anda memerlukan waktu yang
lebih lama untuk mencerna makanan.
2.4.4.5 Fungsi Ginjal
Seiring bertambahnya usia, struktur pada ginjal akan berubah. Proses
aterosklerosis juga dapat menyerang ginjal, menyebabkan menurunnya fungsi ginjal.
2.4.4.6 Tulang dan Sendi
Tulang akan mulai kehilangan strukturnya, yang mana dapat menyebabkan
osteoporosis jika tidak dilakukan tindakan pencegahan. Sendi juga mengalami
penipisan dan sering meradang. Akibatnya dapat timbul nyeri yang mengganggu pada
tulang maupun sendi.
21

2.4.4.7 Penglihatan
Lensa mata akan menjadi lebih keras. Akibatnya, mata akan sulit melihat pada
kondisi remang-remang. Kemampuan akomodasi juga akan berkurang, sehingga
lansia umumnya memerlukan bantuan kacamata ganda untuk melihat dengan fokus.
Ketajaman penglihatan, kepekaan warna, dan persepsi kedalaman juga berkurang.
2.4.4.8 Pendengaran
Terjadi berbagai perubahan pada sistem pendengaran di usia tua. Mulai dari
berkurangnya saraf pendengaran hingga melemahnya struktur telinga. Pada lansia,
gejala yang paling mudah dirasakan adalah hilangnya pendengaran pada nada tinggi
serta kesulitan membedakan nada bicara.
2.4.4.9 Sistem Imun
Menurunnya aktivitas sel T pada sistem imun (kekebalan tubuh) akan
menyebabkan lansia mudah mengalami infeksi. Selain itu, ketika sedang terserang
penyakit pun tubuh lansia pun jadi lebih sulit untuk mempertahankan dan
memulihkan diri.
Maka, penting bagi lansia untuk rutin cek kesehatan dan segera periksa ke dokter
setiap kali memiliki keluhan atau gejala penyakit apa pun.
2.4.4.10 Sistem Saraf
Sistem saraf dan otak juga akan mengalami perubahan. Kemampuan
intelektual, kecepatan belajar, dan psikomotor juga akan berkurang seiring
bertambahnya usia. Lansia juga akan mengalami perubahan pola tidur, membutuhkan
waktu tidur yang lebih sedikit tapi lebih sering.
2.4.4.11 Keadaan Umum Lansia
Secara umum seorang lansia akan mengalami penurunan tinggi badan oleh
kompresi tulang belakang dan perubahan postur tubuh. Lemak tubuh akan semakin
meningkat sementara massa otot berkurang. Demikian pula total cairan tubuh yang
umumnya berkurang.

2.5 Konsep Dasar Hipertensi


2.5.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan diastoliknya di atas 90 mmHg (Ahmad, 2012).
Menurut WHO (World Health Organization), batas normal adalah 120-140 mmHg
22

sistolik dan 80-90 mmHg diastolik. Jadi seseorang disebut mengidap hipertensi jika
tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 95 mmHg, dan
tekanan darah perbatasan bila tekanan darah sistolik antara 140 mmHg-160 mmHg
dan tekanan darah diastolik antara 90 mmHg-95 mmHg (Poerwati, 2010). Sedangkan
menurut lembaga-lembaga kesehatan nasional (The National Institutes of Health)
mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau di atas 140 dan
tekanan diastolik yang sama atau di atas 90.
2.5.2 Penyebab Hipertensi
Berdasarkan penyebab dikenal 2 jenis hipertensi, yaitu :
2.5.1.1 Hipertensi Primer
Hipertensi primer juga disebut hipertensi ‘esensial’ atau ‘idiopatik’ dan
merupakan 95% dari kasus-kasus hipertensi. Selama 75 tahun terakhir telah banyak
penelitian untuk mencari etiologinya. Tekanan darah merupakan hasil curah jantung
dan resistensi vascular, sehingga tekanan darah meningkat jika curah jantung
meningkat, resistensi vascular perifer bertambah, atau keduanya. Beberapa faktor
yang pernah dikemukakan relevan terhadap mekanisme penyebab hipertensi yaitu,
genetik, lingkungan, jenis kelamin, dan natrium (Gray.dkk, 2009).
2.5.1.2 Hipertensi Renal Atau Hipertensi Sekunder
Sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, dan dapat
dikelompokkan seperti, penyakit parengkim ginjal (3%) dimana setiap penyebab
gagal ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis, sebab-sebab penyumbatan) yang
menyebabkan kerusakan parenkim akan cenderung menimbulkan hipertensi dan
hipertensi itu sendiri akan mengakibatkan kerusakan ginjal. Penyakit renovaskular
(1%) dimana terdiri atas penyakit yang menyebabkan gangguan pasokan darah ginjal
dan secara umum di bagi atas aterosklerosis dan fibrodisplasia. Endokrin (1%) jika
terdapa hipokalemia bersama hipertensi, tingginya kadar aldosteron dan rennin yang
rendah akan mengakibatkan kelebihan-kelebihan (overload) natrium dan air (Gray,
2009).
2.5.1.3 Kriteria Hipertensi
Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tekanan darah umumnya diukur
dengan manometer air raksa yang dinyatakan sebagai rasio sistolik dan diastolik,
23

misalnya 120/70, yang berarti tekanan sistolik adalah 120 mmHg dan diastolik 70
mmHg (Soeharto, 2013).
Dari berbagai kepustakaan disebutkan kriteria tekanan darah orang dewasa
sebagai berikut.
Tabel 2.1 Kriteria Tekanan Darah
Sistolik Diastolik Keterangan

˂ 130 ˂ 85 Normal
131 – 159 86 - 99 Hipertensi ringan
160 – 179 100 – 109 Hipertensi sedang
180 – 209 110 – 119 Hipertensi berat
˃ 210 ˃ 120 Hipertensi sangat berat
Sumber : Soeharto, 2013
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah peningkatan tekanan darah sistolik
dan diastolik dengan konsisten di atas 140/90 mmHg (Baradero, Wilfrid & Siswadi,
2008). Ada dua macam hipertensi, yaitu hipertensi esensial (primer) dan sekunder.
Sembilan puluh persen dari semua kasus hipertensi adalah hipertensi primer. Tidak
ada penyebab yang jelas tentang hipertensi primer, sekalipun ada beberapa teori yang
menunjukkan adanya faktor-faktor genetik, perubahan hormone, dan perubahan
simpatis. Hipertensi sekunder adalah akibat dari penyakit atau gangguan tertentu
(Ruhyanudin, 2014). Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka.
Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontaksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik).
Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik,
misalnya 120/80 mmHg, dibaca seratus dua puluh per delapan puluh (Ruhyanudin,
2014). Dikatakan tekanan darah tingggi jika pada saat duduk tekanan sistolik
mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau
lebih, atau keduanya. Hipertensi yang sangat parah yang bila tidak diobati akan
menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan disebut hipertensi maligna. Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi 6kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Tetapi
diagnosis tidak dapat ditegakkan hanya berdasarkan satu pengukuran. Jika pada
pengukuran pertama menberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur
kembali dan kemudian diukur sebanyak dua kali pada waktu dua hari berikutnya
untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan
24

adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya
hipertensi (Ruhyanudin, 2014).
2.5.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hipertensi
Menurut (Sunanto, 2014) faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi adalah
sebagai berikut:
2.5.3.1 Faktor Yang Dapat Dirubah
1) Obesitas
Merupakan ciri khas penderita hipertensi, walaupun belum diketahui secara pasti
hubungan antara hipertensi dengan kegemukan, namun terbukti bahwa daya
pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi
lebih tinggi daripada dengan berat badan normal. Memang tidak semua penderita
hipertensi berbadan gemuk, orang kurus pun tidak tertutup kemungkinan
terserang hipertensi. Kenyataannya orang gemuk menjadi peluang terkena
hipertensi lebih besar.
2) Asupan Garam
Seseorang yang terlalu berlebihan mengkomsumsi garam (Nacl) yang berlebih
dapat menahan air (retensi) sehingga meningkatkan jumlah volume darah,
akibatnya jantung harus bekerja keras dan tekanan darah menjadi naik.
3) Makanan dan Gaya Hidup
Tekanan darah tinggi erat kaitannya dengan gaya hidup dan makanan. Sebagian
faktor gaya hidup yang menyebabkan hipertensi, antara lain konsumsi kopi
berlebihan, minum alkohol, kurang olahraga, stres, dan merokok. Faktor
makanan mencakup: kegemukan, konsumsi rendah garam, konsumsi garam yang
berlebihan, tingginya asupan lemak.
2.5.3.2 Faktor yang Tidak Dapat Dirubah
1) Keturunan (genetik)
Seseorang yang memiliki riwayat keturunan penderita hipertensi memiliki
peluang lebih besar terkena hipertensi dari pada orang yang tidak memiliki
riwayat keturunan. Gen yang dibawa dari riwayat keturunan sedarah sangat besar
pengaruhnya terhadap penyakit ini, meskipun penyakit hipertensi tidak identik
penyakit turunan.
25

2) Usia (umur)
Usia (umur) sering disebut bahwa hipertensi salah satu penyakit degenerative,
yaitu penyakit karena usia. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka akan
semakin menurun dengan produktivitas organ tubuh seseorang.
Sedangkan menurut Gray. (2014) faktor-faktor hipertensi adalah:
3) Genetik
Dibanding orang kulit putih, orang kulit hitam di negara barat lebih banyak
menderita hipertensi, lebih tinggi hipertensinya, dan lebih besar tingkat
morbiditasnya maupun mortilitasnya, sehingga diperkirakan ada kaitan hipertensi
dengan perbedaan genetik. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada
gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik (Gray,
2014).
4) Usia
Kebanyakan orang berusia di atas 60 tahun sering mengalami hipertensi, bagi
mereka yang mengalami hipertensi, risiko stroke dan penyakit kardiovaskular
yang lain akan meningkat bila tidak ditangani secara benar (Soeharto, 2010).
5) Jenis Kelamin
Hipertensi lebih jarang ditemukan pada perempuan pra-monopause dibanding
pria, yang menunjukkan adanya pengaruh hormon (Gray, 2014).
6) Geografi dan Lingkungan
Terdapat perbedaan tekanan darah yang nyata antara populasi kelompok daerah
kurang makmur dengan daerah maju, seperti bangsa Indian Amerika Selatan yang
tekanan darahnya rendah dan tidak banyak meningkat sesuai dengan pertambahan
usia dibanding masyarakat barat (Gray, 2014).
7) Pola Hidup
Tingkah laku seseorang mempunyai peranan yang penting terhadap timbulnya
hipertensi. Mereka yang kelebihan berat badan di atas 30% , mengkonsumsi
banyak garam dapur, dan tidak melakukan latihan mudah terkena hipertensi
(Soeharto, 2010)
8) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang tidak dapat diubah, adapun hubungan
merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan
26

tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru
dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan bereaksi terhadap
nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin
(Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembulu darah dan
memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih
tinggi.Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokokmenggantikan oksigen
dalam darah. Hal ini akan menagakibatkan tekana darah karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup kedalam orga dan jaringan
tubuh (Wijaya, 2009).
Bila seseorang mempunyai sejarah hipertensi keluarga dan mengidap hipertensi
ringan, dia dapat mengurangi kemungkinan hipertensi berkembang lebih hebat
dengan memberi perhatian khusus terhadap faktor-faktor risiko tersebut. Penyakit
hipertensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikendalikan, dengan diberikan
pengobatan untuk mencegah terjadinya komplikasi (Medicastore, 2010).
Pengendalian hipertensi bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih
lanjut dan upaya pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90mmHg
(Smeltzer, 2010). Dalam upaya meningkatkan status kesehatan dengan cara
meningkatkan kemampuan menyampaikan informasi yang jelas pada penderita
mengenai penyakit yang diderita serta cara pengobatan, keterlibatan dan cara
pendekatan yang dilakukan (Soeharto, 2010).

2.5.4 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan pada pasien hipertensi menurut (Baradero, Wilfrid, Siswadi,
2008) yaitu:
1) Obat-Obatan
Terapi dengan menggunakan obat adalah pengobatan utama untuk hipertensi
esensial. Pada umumnya, pemakaian obat dimulai dengan satu macam obat dalam
dosis yang rendah dan diberikan satu kali tiap hari untuk mempermudah
kepatuhan pasien.
2) Modifikasi Pola Hidup
Sangat dianjurkan agar pasien dapat memodifikasi pola hidupnya agar
pengobatannya menjadi lebih efektif. Dua pola hidup sangat perlu disesuaikan
adalah kebiasaan merokok dan stress.
27

3) Pembedahan
Pembedahan tidak digunakan untuk pengobatan hipertensi esensial, tetapi dapat
bermanfaat untuk hipertensi sekunder, seperti tumor adrenal, feokromositoma
yang sangat banyak mengeluarkan katekolamin-epinefrin dan norepinefrin, atau
pembedahan ginjal.
2.5.5 Tanda dan Gejala Hipertensi
Secara umum, tekanan darah tinggi ringan tidak terasa dan tidak mempunyai
tanda-tanda. Boleh jadi berlangsung selama beberapa tahun tanpa disadari oleh orang
tersebut. Sering hal itu ketahuan tiba-tiba, misalnya pada waktu mengadakan
pemeriksaan kesehatan, atau pada saat mengadakan pemeriksaan untuk asuransi jiwa.
Kadang-kadang tanda-tanda tekanan darah tinggi yang digambarkan itu adalah sakit
kepala, pusing, gugup, dan palpitasi (Knight, 2009). Pada sebagian orang, tanda
pertama naiknya tekanan darahnya ialah apabila terjadi komplikasi. Tanda yang
umum ialah sesak nafas pada waktu kerja keras. Ini menunjukkan bahwa otot jantung
itu sudah turut terpengaruh sehingga tenaganya sudah berkurang yang ditandai
dengan sesak nafas. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus) dan penglihatan kabur (Knight,
2013).
Hipertensi tidak memberikan tanda-tanda pada tingkat awal. Kebanyakan orang
mengira bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, berdebar- debar, dan
berdengung ditelinga merupakan tanda-tanda hipertensi. Tanda-tanda tersebut
sesungguhnya dapat terjadi pada tekanan darah normal, bahkan seringkali tekanan
darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda tersebut. Cara yang tepat untuk
meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur
tekanannya. Hipertensi sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung
beberapa tahun, akan menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan
mata kabur, dan mengganggu tidur (Soeharto, 2013).
28

2.5.6 Pengobatan Hipertensi


2.5.2.1 Umum
Setelah diagnosa hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut golongan
atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar yaitu :
1) Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah
diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya
menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan
mengurangi asupan garam serta rileks.
2) Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti
kegunaannya dan keamanannya bagi penderita.
3) Obat-obatan yang digunakan pada hipertensi adalah : Diuretik, contohnya
furosemide, triamferena, spironolactone, Beta blockers, contohnya metaprolol,
atenolol, timolol, ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril.
2.5.2.2 Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang
jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda- tanda dan penyebab
hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini dan terapi yang tepat
dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan sarana yang canggih.
2.5.7 Pencegahan
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi.
Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau keluarganya sakit
keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua penderita hipertensi
memerlukan obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan maka masih dapat dikontrol
melalui sikap hidup sehari-hari. Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah
pencegahan amat baik agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha
pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi
parah, tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter. Agar
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik
(Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor risiko hipertensi.

2.5.2.3 Pola Makan


Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.
Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang rendah
29

lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu
rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Untuk
menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi, secara garis besar ada empat
macam diet, yaitu :
1) Diet Rendah Garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu diet ringan boleh
mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai dengan 3,75-7,5 gram garam
dapur, diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari, seniali
1,25-3,75 gram garam dapur, diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram
sodium atau kurang dari 1,25 gram garam dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi (penahan) air
dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Walaupun
rendah garam, yang penting diperhatikan dalam melakukan diet ini adalah
komposisi makanan harus tetap mengandung cukup zat-zat gizi, baik kalori,
protein, mineral maupun vitamin yang seimbang.
2) Diet Rendah Kolesterol dan Lemak Terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan menurunkan
berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai berikut :
(1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama goreng-
gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak.
(2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).
(3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
(4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
(5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis seperti sirup, dodol.
(6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan nangka.
Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan makanan yang dikonsumsi
karena perlu disesuaikan dengan kadar kolesterol darah.
3) Diet Tinggi Serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi makanan berserat
tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan yang mengandung serat tinggi yaitu:
30

(1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing, papaya, mangga, apel,
semangka dan pisang.
(2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang
panjang, daun singkong, tomat, wortel, touge.
(3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai,
kacang merah, dan biji-bijian.
(4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
4) Diet Rendah Kalori Bagi yang Kegemukan
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun.
Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan kalori, hal
yang harus diperhatikan yaitu asupan kalori dikurangi sekitar 25%, menu
makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizidan aktivitas olahraga
dipilih yang ringan-sedang
5) Pola Istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk menetralisir
tekanan darah.

2.6 Konsep Posyandu Lansia


2.6.1 Pengertian Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat lansia di wilayah
tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Posyandu lansia adalah bentuk pelayanan kesehatan bersumber
daya masyarakat atau UKBM yang dibentuk oleh masyarakat berdasarkan inisiatif dan
kebutuhan masyarakat, khususnya pada penduduk lanjut usia.
Sementara menurut Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia, Komisi
Nasional Lanjut Usia (2010) disebutkan bahwa Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Lanjut Usia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang
proses pembentukan dan dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya
masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta, organisasi
sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan pada upaya
promotif dan preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di Posyandu Lanjut Usia
juga dapat diberikan pelayanan sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga dan
31

seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan para lanjut usia dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan
mereka. Selain itu mereka dapat beraktifitas dan mengembangkan potensi diri.
2.6.2 Tujuan Posyandu Lansia
Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat sehingga
terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia dan
Mendekatkan keterpaduan pelayanan lintas program dan lintas sektor serta
meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan.
Mendorong dan memfasilitasi lansia untuk tetap aktif, produktif, dan mandiri serta
meningkatkan komunikasi di antara masyarakat lansia.
2.6.3 Manfaat Posyandu Lansia
Menurut Azizah (2013), manfaat dari posyandu lansia adalah :
1) Meningkatkan status kesehatan lansia
2) Meningkatkan kemandirian pada lansia
3) Memperlambat agingproses.
4) Deteksi dini gangguan kesehatan pada lansia.
2.6.4 Upaya-Upaya yang Dilakukan Dalam Posyandu Lansia
2.6.1.1 Promotif
Upaya promotif merupakan tindakan secara langsung dan tidak langsung
untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mencegah penyakit. Upaya promotif juga
merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga
profesional, dan masyarakat terhadap praktik kesehatan yang positif menjadi norma-
norma sosial. Penyampaian 10 perilaku yang baik bagi lansia, baik perorangan
maupun kelompok lansia adalah dengan cara sebagai berikut.
1) Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mau menerima keadaan, sabar dan optimis, serta meningkatkan rasa percaya diri
dengan melakukan kegiatan sesuai kemampuan.
3) Menjalin hubungan yang teratur dengan keluarga dan sesama.
4) Olahraga ringan setiap hari.
5) Makan sedikit tapi sering, memilih makanan yang sesuai, dan banyak minum
6) (sebanyak air putih).
7) Berhenti merokok dan meminum minuman keras
32

Menurut Suyono (2013), ada beberapa tindakan yang disampaikan dalam bentuk
pesan “BAHAGIA” yaitu :
1) B-Berat badan berlebihan agar dihindari dan dikurangi
2) A-Aturlah maanan hingga seimbang
3) H-Hindari faktor resiko penyakit degeneratif
4) A-Agar terus berguna dengan mempunyai hobi yang bermanfaat
5) G-Gerak badan teratur agar terus dilakukan
6) I-Iman dan takwa ditingkatkan, hindari dan tangkal situasi yang menegangkan
7) A-Awasi kesehatan dengan memeriksa badan secara periodik
2.6.1.2 Peningkatan kesehatan dan kebugaran lanjut usia meliputi :
1) Pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik lanjut usia Kegiatan pelayanan
kesehatan dengan cara membentuk suatu pertemuan yang diadakan disuatu
tempat atau cara tertentu misalnya pengajian rutin, arisan pertemuan rutin,
mencoba memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat sederhana dan dini.
Sederhana karena kita menciptakan sistem pelayanan yang diperkirakan bisa
dilaksanakan diposyandu lansia dengan kader yang juga direkrut dari kelompok
pra usia lanjut. Bersifat dini karena pelayanan kesehatan tersebut dilaksanakan
rutin tiap bulan dan diperuntukkan bagi seluruh lanjut usia baik yang merasa sehat
maupun yang merasa adanya gangguan kesehatan. Selain itu aspek preventif
mendapatkan porsi penekanan dalam pelayanan kesehatan ini.
2) Penyuluhan gizi
3) Penyuluhan tentang tanaman obat keluarga
4) Olah raga
Olah raga adalah suatu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik
terhadap tingkat kemampuan fisik seseorang, apabila dilakukan secara baik dan
benar. Manfaat latihan fisik bagi kesehatan adalah sebagai upaya promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif. Ada berbagai jenis kegiatan yang dapat dilakukan, salah satunya
adalah olah raga. Jenis olah raga yang bisa dilakukan dalam kegiatan posyandu lansia
adalah pekerjaan rumah, berjalan-jalan, jogging atau berlari-lari, berenang,
bersepeda, bentuk-bentuk lain seperti tenis meja dan tenis lapangan
33

2.6.1.3 Peningkatan Keterampilan


Kesenian, hiburan rakyat dan rekreasi merupakan kegiatan yang sangat
diminati oleh lanjut usia. Kegiatan yang selalu bisa mendatangkan rasa gembira
tersebut tidak jarang menjadi obat yang sangat mujarab terutama bagi lansia yang
kebetulan anak cucunya bertempat tinggal jauh darinya atau usia lanjut yang selalu
berusaha terus memperkokoh iman
dan takwa. Peningkatan ketrampilan untuk lansia meliputi :
1) Demontrasi ketrampilan lansia membuat kerajinan \
2) Membuat kerajinan yang berpeluang untuk dipasarkan
3) Latihan kesenian bagi lansia
2.6.1.4 Upaya pencegahan/prevention masing-masing upaya pencegahan dapat
ditunjukkan kepada :
1) Upaya pencegahan primer (primary prevention) ditujukan kepada lanjut usia yang
sehat, mempunyai resiko akan tetapi belum menderita penyakit
2) Upaya pencegahan sekunder (secondary prevention) ditujukan kepada penderita
tanpa gejala, yang mengidap faktor resiko. Upaya ini dilakukan sejak awal
penyakit hingga awal timbulnya gejala atau keluhan
3) Upaya pencegahan tertier (tertiery prevention) ditujukan kepada penderita
penyakit dan penderita cacat yang telah memperlihatkan gejala penyakit.
2.6.1.5 Tugas Petugas Puskesmas dalam Pelaksanaan Posyandu lansia
Peran petugas puskesmas pada hari pelaksanaan posyandu :
1) Membimbing kader dalam pelaksanaan posyandu .
2) Memberikan pelayanan kesehatan sesuai porsinya (biasanya di meja 5).
3) Memberikan penyuluhan dan konseling, terutama untuk masalah kesehatan yang
sering dihadapi lansia, seperti penyakit radang sendi, osteoporosis, depresi,
insomnia, dan lain-lain.
4) Menganalisis hasil posyandu dan melaporkannya kepada puskesmas sebagai
bahan untuk menyusun rencana kerja di masa yang akan datang maupun tindakan
kondisional.
5) Melakukan deteksi dini bahaya yang mengancam lansia, seperti stroke, demensia,
dan lain-lain.
34

2.7 Penelitian Terkait


2.7.1 Ratih Sri Wardani (2014)
Judul : Hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga tentang keaktifan lanjut usia dalam mengikuti kegiatan di posyandu
lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu tahun 2014
Tabel 2.2 Penelitian terkait yang Hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga tentang keaktifan lanjut usia
dalam mengikuti kegiatan di posyandu lansia Desa Gajahan Kecamatan Colomadu tahun 2014.

Populasi Penelitian Hasil Penelitian Uji statistik yang digunakan Kesimpulan

Populasi dalam Hasil penenlitian diketahui 48 Jenis penelitian yang digunakan Kesimpulan penelitian adalah tidak
penelitan ini adalah responden (65,1%) mempunyai adalah metode penelitian terdapat hubungan tingkat
semua lansia yang pengetahuan yang baik, 36 korelatif dengan pendekatan pengetahuan dengan ketidakaktifan
tercatat sebagai anggota responden (46,2%) mendapatkan penelitian megguanakan cross lansia dalam mengikuti kegiatan di
posyandu lansia Desa dukungan keluarga kategori cukup, sectional. Analisis data posyandu. Terdapat hubungan dan
Gajahan Kecamatan 47 responden (60,3%) tidak aktif mengguanak uji korelasi rank tingkat pengetahuan dan dukungan
Colomadu. dalam kegiatan posyandu lansia. spearman keluarga dengan keaktifan lanjut
Hasil uji statistic korelasi antara usia dalam mengikuti kegiatan di
pengetahuan dan keaktifan diketahui posyandu lansia Desa Gajahan
nilai p=0,186 ; p= o,182 hasil Kecamatan Colomadu.
korelasi antara dukungan keluarga
dengan keaktifan diketahui nilai
p=0,420 ; p=0,00

35
35

2.7.2 Abdullah (2014)


Judul : Hubungan dukungan keluarga tentang posyandu lansia dan dukungan keluarga dengan perilaku mengikuti posyandu lansia
di posyandu lansia melati Kota Semarang Tahun 2014
Tabel 2.2 Penelitian terkait yang berjudul hubungan dukungan keluarga tentang posyandu lansia dengan dukungan keluarga
dalam perilaku mengikuti posyandu lansia di posyandu lansia melati Kota Semarang Tahun 2014.
Populasi Penelitian Hasil Penelitian Uji statistik yang digunakan Kesimpulan

lansia diwilayah kerja Persentase pendidikan responden Jenis penelitian yang digunakan Ada hubungan antara status
puskesmas ngesrep terbanyak adalah SD yaitu 18 adalah korelatif analitik dengan pengetahuan tentang posyandu lansia
yang berjumlah 42 reponden (42,9%) dan yang paling pendekatan penelitian dan dukungan keluarga dengan
responden sedikit adalah sarjana yaitu 3 menggunaka cross sectional perilaku kehadiran ke posyandu
responden (7,1 %). Pengetahuan menggunakan metode survey lansia
pengetahuan tentang posyandu dan dengan menggunakan
lansia adalah kurang dengan kuisioner .
persentase (66,79%). Sebagian besar
dukungan keluarga tergolong pada
kategori kurang baik yaitu 23
responden (54,8%) perilaku
distribusi tidak normal (0,007),
perilaku responden mengikuti
posyandu lansia adalah baik dengan
persentase (52,4%)

36
36

2.8 Kerangka Konsep


Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin di teliti. Berdasrkan
landasan teori yang telah di uraikan dalam teori terkait, maka pada BAB ini peneliti
menentkan kerangka konsep peneitian yaitu variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen (variabel bebas) merupakan variabel yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat).
Variabel indepanden dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga. Sedangkan
variabel dependen dalam peneitian ini adalah sikap lansia dalam pengendalian
hipertensi.

Faktor-Faktor Yang Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Dukungan Mempengaruhi Sikap
Keluarga : Lansia dalam Pengendalian
1. Dukungan Psikologis Hipertensi
2. Dukungan Sosial
1. Genetik
3. Tingkat Pendidikan 2. Jenis Kelamin
3. Geografi dan Lingkungan
4. Usia
5. Merokok
6. Obesitas
7. Asupan garam
Bentuk Dukungan
8. Makanan dan Gaya Hidup
Keluarga
1. Dukungan Emosional
2. Dukungan Penghargaan Sikap Lansia
3. Dukungan Materi Pengendalian Hipertensi
4. Dukungan Informasional
1. Menerima
2. Menanggapi
3. Menilai
4. Mengelola
Keterangan : 5. Menghayati
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Berpengaruh
: Berhubungan
Bagan 2.1 Kerangka Konsep Hubungan Dukungan Keluarga dengan Sikap Lansia
dalam Pengendalian Hipertensi Di Wilayah UPTD Puskesmas Kayon
Palangka Raya.
37

2.9 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan
penelitian. menurut La Biondo-wood dan haber (2012) adalah suatu pertanyaan
asumsi tentang hubungan antara dua atau lebih sel yang diharapkan bisa menjawab
suatu pertanyaan dalam penelitian. setiap hipotesis terdiri atas 1 unit atau bagian dari
permasalahan.
Hipotesis nol (H0) adalah suatu hipotesis yang digunakan untuk pengukuran
ststistik dan intraprestasi hasil statistik. Sedangkan hipotesis alternative (H1) adalah
hipotesis penelitian. Hipotesis ini menyatakan adanya suatu hubungan, berpengaruh
dan perbedaan antara dua atau lebih variabel ( Nursalam,2011:59).
Ho di tolak dan H1 diterima maka dinyatakan ada hubungan antara variabel yang
di teliti, jika H1 ditolak dan H0 diterima maka dinyatakan tidak ada hubungan antara
variabel yang diteliti. H0 diterima apabila nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih
besar dari pada nilai positif atau negatif dalam kata lain, nilai uji statistik berada
diluar nilai krisis. H0 di terima apabila nilai uji statistiknya lebih kecil atau lebih
besar dari pada nilai positif atau negatif dalam kata lain, nilai uji statistik berada
didalam nilai krisis
Hipotesis alternative dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
H0 : Ada hubungan dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam pengendalian
hipertensi di posyandu lansi wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka
Raya
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Desain penelitian merupakan rancangan untuk mengarahkan penelitian yang
pengontrol faktor yang mungkin akan mempengaruhi validitas penemuan
(Notoatmodjo, 2010). Jenis penelitian ini merupakan penelitian ini merupakan
penelitian observasional analitik, yaitu penelitian yang menjelaskan adanya hubungan
antara variabel melalui pengujian hipotesa.Sedangkan desain penelitiannya
menggunakan korelasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian yang
menekankan waktu pengukuran / observasi data variabel independen dan dependen
hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2013). Pengukuran data penelitian (variabel
bebas dan terikat) dilakukan satu kali dan secara bersamaan. Penelitian ini
menganalisis tentang Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam
Pengendalian Hipertensi Di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya.

3.2 Kerangka Kerja


Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian
yang akan dilakukan meliputi siapa yang di teliti, variable yang akan di teliti dan
variable yang mempengaruhi dalam penelitian, kerangka kerja meliputi pupulasi,
sampel, sampling, desain penelitian, pengumpulan data, pengumpulan data dan
analisis data.

38
39

Populasi
Semua lansia yang tercatat sebagai anggota di Posyandu Lansia Bakas Barigas
di wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya

Sampling
Purposive Sampling

Sampel
Terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai
subjek penelitian dan sesuai dengan kriteria yang berjumlah … orang lansia

Informed Consent

Independent Dependent
Dukungan keluarga Sikap lansia dalam
pengendalian Hipertensi

Desain Penelitian (Korelasi)


Metode pengumpulan data menggunakan kuisioner

Analisa data
Editing, Coding, Scoring, Tabulasi

Uji Statistik
Spearment Rank

H1/H0
Diterima atau ditolak

Penyajian Hasil
Disajikan dalam bentuk diagram dan persentase

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian Hubungan Dukungan Keluarga dengan Sikap
Lansia dalam Pengendalian Hipertensi Di Wilayah UPT Puskesmas
Kayon Palangka Raya
40

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.3.1 Identifikasi Variabel
Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
tertentu (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu :
3.3.3.1 Variabel Independen (bebas)
Variabel independen adalah variabel yang mempen garuhi atau nilainya
menetukan variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah dukungan keluarga.
3.3.3.2 Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen adalah variabel yang diamati dan diukur untuk
menentukan ada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam,
2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi.
3.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari
sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan untuk kepentingan akurasi,
komunikasi, dan replikasi (Nursalam, 2013).
41

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Dukungan Keluarga dengan Sikap Lansia dalam Pengendalian Hipertensi Di
Wilayah UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya

Variabel Definisi Operasional Parameter Instrumen Skala Skor


Independen: Dukungan yang Dukungan Keluarga : Kuesioner Ordinal 1. Jawaban :
Dukungan keluarga berupa perhatian, Selalu :4
emosi, infor- 1) Dukungan Emosional Sering :3
masi,nasehat, materi 2) Dukungan Kadang-kadang :2
maupun penilaian Penghargaan Tidak pernah :1
yang diberikan oleh 3) Dukungan Materi 2. Penilaian :
anggota keluarga 4) Dukungan Informasi 𝑆𝑝
N=𝑆𝑚x 100%
(anak/menantu cucu,
Keterangan :
saudara)
N = Nilai Sikap
𝑆𝑚 = Skor tertinggi maximum
𝑆𝑝 = Skor yang didapat
Kategori :
Kategori Dukungan Keluarga
Dukungan Baik : 76-100 %
Dukungan Cukup : 50-75 %
Dukungan Kurang : ≤ 50%

42
42

Variabel Definisi Operasional Parameter Instrumen Skala Skor


Dependen Pembinaan kesehatan Penilaian Sikap Kuesioner Ordinal 1) Pertanyaan Positif
Sikap Lansia dalam lansia yang terpadu menggunakan parameter : (1) Sangat Setuju (SS) :4
pengendalian dan berkesinam- 1) Menerima (2) Setuju (S) :3
hipertensi bungan diperlukan 2) Menanggapi (3) Tidak Setuju (TS) :2
diposyandu lansia bagi lansia baik 3) Menilai (4) Sangat Tidak Setuju (STS) : 1
wilayah kerja UPT berupa promo-tif, 4) Mengelola 2) Pertanyaan Negatif
Puskesmas Kayon preventif, kuratif dan 5) Menghayati (1) Sangat Setuju (SS) : 1
Palangka Raya. rehabilitative (2) Setuju (S) : 2
(3) Tidak Setuju (TS) : 3
(4) Sangat Tidak Setuju (STS) : 4
3) Penilaian :
𝑆𝑝
N=𝑆𝑚x 100%

4) Keterangan :
N = Nilai Sikap
𝑆𝑚 = Skor tertinggi maximum
𝑆𝑝 = Skor yang didapat
5) Kategori
1. Positif : 50%
2. Negatif : 50%

43
43

3.4 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien hipertensi yang berobat di Posyandu lansia wailayah kerja UPT Puskesmas
Kayon Palangka Raya.
3.4.1.1 Sampel
Jika kita meneliti sebagian dari populasi, maka pola tersebut disebut sebagai
penelitian sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti
(nursalam 2014). Sampel terdiri dari bagian populasi yang terjangkau dan dapat
dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Arikunto 2015). Sampel
dalam penelitian ini adalah lansia yang terdaftar sebagai anggota posyandu lansia
bakas barigas di wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya yang
berjumlah … orang lansia dan memenuhi kriteria inklusi peneliti.
Penentuan kriteria sampel sangat membantu peneliti untuk mengurangi bias
hasil penelitian khususnya jika terdapat variabel kontrol ternyata mempunyai
pengaruh terhadap variabel yang diteliti. Kriteria sampel dapat dibedakan menjadi
dua bagian yaitu inklusi dan eksklusi.
3.4.1.2 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam 2014). Dalam penelitian ini
kriteria Inklusinya yaitu :
1) Lansia yang terdaftar sebagai anggota posyandu lansia di wilayah kerja UPT
Puskesmas kayon Palangka Raya.
2) Lansia yang menderita hipertensi
3) Lansia yang bersedia menjadi responden.
4) Lansia yang mampu berkomunikasi dengan baik.
5) Lansia yang berada di tempat pada saat pengumpulan data.
44

3.4.1.3 Kriteria Ekslusi


Kriteria Ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kinerja inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam 2014). Kriteria
Ekslusi penelitian ini yaitu :
1) Lansia yang menderita penyakit yang menghalangi tidak bisa datang ke posyandu
2) Lansia yang tidak berada di tempat
3) Lansia yang mempunyai penyakit Demensia (pikun)

3.5 Sampling
Teknik sampling merupakan teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
(Wasis, 2012). Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah Purposive
Sampling yang salah satu teknik pengambilan sampling non random sampling dimana
peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri ciri khusus
yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6 Pengumpulan Data, Pengolahan Data Dan Analisa Data


3.6.1 Pengumpulan Data
3.6.1.1 Proses Pengumpulan Data
Penelitian ini dilakukan setelah proposal setujui oleh penguji, pembimbing,
ketua prodi S1 Keperawatan dan ketua STIKes Eka Harap. Proposal yang telah
disetujui dikumpul kepada panitia proposal. Proposal yang telah disetujui, kemudian
mengurus surat penelitian, setelah surat penelitian selesai, surat diajukan ke Badan
Penelitian dan Pengembangan Kota Palangka Raya serta Dinas Kesehatan Kota
Palangka aya setelah mendapat balasan dari badan penelitian dan pengembangan
Kota Palangka Raya dan Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya surat di kemudian
diajukan ke UPT Puskesmas Kayon untuk meminta izin melakukan penelitian.
Penelitian melakukan pendekatan kepada responden yaitu lansia di posyandu lansia
wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya untuk mendapatkan persetujuan
menjadi responden dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan bantuan
kuisioner dukungan keluarga dengan sikap lansia tentang pengendalian hipertensi.
45

3.6.1.2 Instrumen Pengumpulan Data


Instrumen yang gunakan dalam pengumpulan data pada variabel indpenden
berupa kuesioner dukungan keluarga untuk mengetahui dukungan keluarga lansia,
sedangkan untuk pengumpulan data menggunakan variabel dependen berupa
kuesioner dengan menggunakan skala likert pada sikap lansia dalam pengendalian
hipertensi. Penentuan untuk nilai variabel independen menggunakan skala ordinal.
Pilihan pada lembar kuesioner adalah sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat
tidak setuju. pertanyaan pada kuesioner dukungan keluarga ada 14 pertanyaan
sedangkan untuk penentuan variabel dependen menggunakan skala ordinal pemilihan
pada lembar kuesioner adalah sangat setuju,setuju, tidak setuju dan sangat tidak
setuju .pertanyaan pada kuisioner sikap ada 16 pertanyaan.
3.6.1.3 Rencana Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini di laksanakan pada bulan Juni dan tempat penelitian adalah di
posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.

3.6.2 Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan penelitian
secara kegiatan pengumpulan data. Data mentah (raw data) yang telah dikumpulkan
selanjutnya diolah menjadi sumber yang digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
program komputer dan hasil penelitian disajikankan dalam bentuk tabel dan diagram.
Analisis ini menggunakan rumus uji, spearman rank (rho) digunakan rumus ini
karena dapat untuk mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau menganalisis hasil
observasi untuk mengetahui, apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang
signifikan pada penelitian.
Tahapan pengolahan data melalui beberapa proses yakni sebagai berikut :
Menurut Setiadi (2010), dalam proses pengolahan data penelitian mengunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
3.6.2.1 Editing
Editing adalah upaya untuk mengevaluasi kelengkapan, konsistensi dan
kesesuaian antara kriteria data yang diperlukan untuk menguji hipotesis atau
menjawab tujuan penelitian.
46

3.6.2.2 Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri` atas beberapa kategorik. Pemberian kode ini sangat diperlukan terutama
dalam rangka pengolahan data, baik secara manual, menggunakan kalkulator,
maupun dengan menggunakan komputer.
1) Jenis Kelamin:
Kode “1” jenis kelamin laki-laki,
Kode “2” jenis kelamin perempuan.
2) Usia:
Kode “1” nilai pernyataan usia30-40 tahun,
Kode “2” usia 41-50 tahun (2),
Kode “3” untuk>50 tahun.
3) Pekerjaan:
Kode “1” PNS,
Kode “2” wiraswasta,
Kode “3” tani,
Kode “4” lain-lain.
4) Dukungan keluarga:
Kode “1” kurang,
Kode “2” cukup,
Kode “3” baik.
5) Sikap lansia:
Kode “1” positif,
Kode “2” negatif,
3.6.2.3 Scoring
Scoring adalah menentukan skor atau nilai untuk setiap item pertanyaan
dengan cara menentukan nilai terendah dan tertinggi tetapkan jumlah kuesioner dan
bobot masing-masing kuesioner. Untuk skor pada variabel independen itu jawaban
dari pertanyaan masing-masing hanya diberikan skor 50%, dengan kriteria tertentu.
Skor pertanyaan kemudian dijumlah dan diperoleh skor total skor antara ≥ 50% untuk
kategori dengan baik skor ≤ 50% untuk nilai kategori dukungan kurang skor pada
label dependent yaitu :
47

1) Sikap baik : 76-100%


2) Sikap cukup : 56-70%
3) Sikap kurang : ≤ 55%
3.6.2.4 Tabulating
Proses tabulasi termasuk dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi
merupakan tindakan memasukan data kedalam table dan mengatur semua angka
sehingga dihitung dalam berbagai kategori.

3.6.3 Analisa Data


Analisa data yang digunakan dalam penlitian ini adalah analisa data univariat
dan analisa data bivariat.
3.6.3.1 Analisa Univariat
Analisa data univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel. Penelitian (Notoatmodjo,2013). Sifat data secara umum
dibedakan atas dua macam yaitu data kategori berupa skala ordinal dan nominal, data
numerik berupa skala rasio dan interval. Berdasarkan macam data yang dimiliki
tersebut, dalam penelitian ini dipakai perhitungan :
3.6.3.2 Distribusi frekuensi
Distribusi frekuensi dalam penelitian ini sebagai berikut : karakteristik
responden, jumlah responden berdasarkan, jenis kelamin dalam bentuk distribusi dan
presentase.
𝐹
𝑃= 𝑥100%
𝑁
Keterangan :
P = Angka presentase
F = Frekuensi
N = Banyaknya responden
3.6.3.3 Perhitungan Tendensi sentral
Perhitungan tendensi sentral adalah ukuran pemusatan sebuah distribusi data.
Ukuran atau nilai tunggal yang mewakili keseluruhan data. Jenis tendensi sentral
adalah mean (rata-rata), median, modus. Data tersebut merupakan kategori numerik
yang berskala rasio dan interval.
3.6.3.4 Analisa Bivariat
48

Menurut budiarto 2008 analisis bivariat digunakan untuk melihat


kemungkinan adanya hubungan antar variabel independen dan dependen metode
bivariat untuk parametrik adalah uji korelasi dan regresi sederhana dan non
parametrik adalah uji korelasi spearman yang akan dianalisis pada penelitian ini
adalah :
1) Variabel independen yaitu dukungan keluarga tentang pengendalian hipertensi di
Posyandu Lansia Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.
2) Variabel dependen yaitu sikap lansia tentang pengendalian hipertensi di Posyandu
Lansia Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.
Sedangkan uji analisis sebelum digunakan pada penelitian ini adalah uji rank
spearman/rho yaitu dengan mengamati dua variabel x dan y adalah dalam bentuk
skala ordinal, maka derajat korelasi dicari ddengan koefisien korelasi spearman. uji
rank spearman/rho digunakan untuk mengukur tingkat atau keeratan hubungan antara
2 variabel yang berskala ordinal. Caranya adalah sebagai berikut :
1) Membuat hipotesis
2) Membuat tabel penolong atau penghitung ranking
3) Menentukan rs dengan rumus :
1 ∑ n2
𝑅𝑠
n (d2 − 1)
Keterangan :
Rs : Nilai korelasi spearman Rank
d2 : Selisih setiap pasangan rank
n : Jumlah pasangan rank untuk spearman (5<n<30)
Menentukan nilai Rs
Menentukan Zhitung dengan rumus :
𝑍ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑅𝑠
1/√𝑛 − 1
Membuat kesimpulan
Apabila Zhitung > Ztabel maka H0 ditolak, artinya ada hitungan yang signifikan.
Apabila Zhitung < Zhitung maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan yang
signifikan.
49

3.4 Etika Penelitian


Menurut Hidayat (2007), etika dalam melakukan penelitian meliputi :
3.4.1 Prinsip Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya menggunakan subjek penelitian
adalah manusia, maka prinsip yang harus dipahami adalah :
3.4.1.1 Prinsip Manfaat
Penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan manfaat untuk
kepentingan manusia. Prinsip ini bisa ditegakan dengan membebaskan, tidak
menimbulkan kekerasan, dan tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.
3.4.1.2 Prinsip Menghormati Manusia
Berdasarkan prinsip ini manusia berhak untuk menentukan pilihan antara mau
dan tidak untuk diikutsertakan menjadi subjek penelitian.
3.4.1.3 Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia dengan
menghargai hak atau memberikan pengobatan secara adil, hak menjaga privasi
manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia.
3.4.2 Masalah Etika Penelitian
3.4.2.1 Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent
ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed
consent ini bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya.
50

3.4.2.2 Prinsip Tanpa Nama (Anonimity)


Anonimity berarti dalam menggunakan subjek penelitian tidak mencantumkan
nama pada lembar pengumpulan data. Peneliti hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data tersebut.
3.4.2.3 Prinsip Kerahasiaan (Confidentialy)
Dalam hal kerahasiaan, informasi yang sudah didapatkan dari responden harus
menjamin kerahasiaannya. Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan
jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah
lainnya.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil penelitian dan pembahasan hasil dari
pengumpulan data yang dilakukan di UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
mengenai Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam Pengendalian
hipertensi di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon
Palangka Raya. Data tersebut diperoleh dari hasil pembagian kuesioner kepada 20
orang responden. Data pada lembar kuesioner akan digunakan untuk mengetahui
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Sikap Lansia Dalam Pengendalian hipertensi
di Posyandu Lansia Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka
Raya.
data yang disajikan terdiri dari dua macam yaitu data umum dan data khusus.
Karakteristik responden data umum dalam penelitian ini yaitu berdasarkan umur,
jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, sedangkan karakteristik responden data
khusus berupa pertanyaan yang meliputi dukungan baik, cukup, kurang . Berikut akan
di uraikan berdasarkan konsep teoritis.

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Karakteristik Lokasi Penelitian
UPT Puskesmas Kayon di dirikan pada tahun 1985 dengan bangunan permanen
yang di bangun di Jalan Garuda IX. Seiring dengan perkembangan perluasan wilayah
kota Palangka Raya dan tuntutan akan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
dengan akses dan jangkauan pelayanan yang lebih luas maka tempat pelayanan
kesehatan di Jalan Garuda IX di anggap kurang representative karena tidak berada
pada jalur transportasi yang strategis dan mudah di jangkau oleh pengguna layanan
kesehahan. Maka pada bulan agustus 2015 berdasarkan kebijakan Kepala Dinas
Kesehatan, Puskesmas Kayon di pindahkan lokasinya ke jalan rajawali No 35, luas
tanah UPT Puskesmas Kayon sebesar 1.200 m2 dengan luas bangunan 298 m2. Pada
tahun 2014 dilakukan renovasi besar untuk menyesuikan dengan situasi dan
kebutuhan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik.

51
52

Gambar 4.1 UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya

4.1.1.1 Visi, Misi dan Strategi UPT Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya.
1) Visi : Mewujudkan Kemendirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat
2) Misi :
(1) Mewujudkan hidup bersih dan sehat
(2) Meningkatnya peran serta masyarakat untuk berperilaku hidup sehat
(3) Memberikan pelayanan Puskesmas yang bermutu, berintegrasi dan
terjangkau oleh masyarakat.
3) Motto :
(1) Tagal Sinta Jadi Barigas (Melayani dengan kasih sayang menjadi
sembuh dan sehat).
4.1.1.2 Jenis Pelayanan
1) Ruang Pelayanan
2) Ruang Pemeriksaan Umum
(1) Melayani pemeriksaan umum
(2) Melayani pengobatan
(3) Melayani kesehatan jiwa
(4) Memberikan penyuluhan individu
(5) Memberika rujukan ke rumah sakit yang ada
(6) Melayani pemeriksaan hati
(7) Memberikan surat keterangan sakit
(8) Berkolaborasi antar ruangan
53

3) Ruangan gigi dan mulut


(1) Pemeriksaan dokter gigi
(2) Pemeriksaan perawat gigi
(3) Pencabutan gigi
(4) Perawatan gigi dengan lubang sedang dan lubang dalam
(5) Tambalan sementara
(6) Tambalan tetap
(7) Bersih karang gigi
(8) Perawatan gigi bengkak
(9) Layanan rujukan
4) Ruang KIA/KB
(1) Pemeriksaan ibu hamil
(2) Pelayanan nifas
(3) Pemeriksaan bayi lahir
(4) Konseling
(5) Pelayanan kesehatan reproduksi
(6) Pelayanan KB
(7) Pelayanan IMS dan VCT
5) Ruangan Anak dan Tumbuh Kembang
(1) Melayani pemeriksaan anak usia 0-14 Tahun
(2) Melayani penumbangan
(3) Melayani MTBS
(4) Melayani SDIDTK
(5) Memberikan penyuluhan individu
(6) Berkolaborasi antar unit
(7) Memberikan rujukan
(8) Memberikan surat sakit
6) Ruangan Imunisasi
(1) Imunisasi BCG
(2) Imunisasi polio
(3) Imunisasi pentabjo (DPT, HB, HIB)
(4) Imunisasi pentabjo lanjutan
54

(5) Imunisasi campak


(6) Imunisasi campak lanjutan
(7) Imunisasi IPV (injeksi polio vaksin)
(8) Imunisasi tetanus toxid (TT)
(9) Imunisasi tetanus toxid (TT) ibu hamil
7) Promosi Kesehatan (Promkes)
(1) Konseling IMS, HIV-AIDS
(2) Konseling gizi
(3) Konseling TB paru
(4) Konseling kusta
(5) Konseling PKPR (pelayahan kesehatan peduli remaja)
(6) Konseling penyakit menular dan tidak menular
(7) Konseling upaya kesehatan berhenti merokok
8) Kesehatan Lingkungan (Kesling)
(1) Konsultasi diare
(2) Konsultasi malaria, DBD, TB paru
(3) Konsultasi penyakit kulit, ispa
(4) Konsultasi kecacingan
(5) Keracunan makanan
9) Ruangan Tindakan
(1) Perawatan luka
(2) Jahit luka luar (ringan)
(3) Lepas jahitan
(4) Ganti perban
(5) Pembedahan bisul
(6) Cabut kuku
(7) Nebulizer
(8) Tindakan injeksi
(9) Pemberian pelayanan oksigen
(10) Penanganan pertama kegawatdaruratan
10) Laboratorium
1) Pemeriksaan hematologi
55

2) Pemeriksaan urinalisa
3) Pemeriksaan serologi
4) Pemeriksaan kimia klinik
5) Pemeriksaan mikrobskteriologi
4.1.2 Karakteristik Posyandu Lansia Bakas Barigas
Penelitian ini dilakukan di rumah tempat bapak H,Saiful sekaligus ketua dari
posyandu bakas barigas yang beralamat di jalan Tantina RT.002/RW.05 yang telah di
setujui juga oleh Ketua RT dan RW setempat untuk di adakan pelayanan posyandu
pelayanan lansia di komplek tersebut. Selain ketua posyandu, pengurus pelayanan
posyandu lansia Bakas Barigas yaitu Kader satu yaitu Ibu Martha, SKM dan ada juga
wakil pelayanan posyandu yaitu Ibu Nomi Norita, SKM yang telah bertanggung
jawab atas pelayanan posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT Puskesmas
Kayon Palangka Raya.
Posyandu Lansia Bakas Barigas berdiri pada 20 Januari 2018 yang berawal dari
sosialisasi oleh pengurus posyandu UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya dan pada
kesempatan itu Bapak Saiful bersedia menyediakan tempat yaitu rumah bapak saiful
sendiri sebagai tempat pelayanan posyandu lansia. Jenis pelayanan yang disediakan
di Posyandu Lansia yaitu penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah,
pengecekan gula darah, pengecekan asam urat, pengecekan kolesterol serta konsultasi
dengan Dokter serta pemberian obat-obatan lainnya sesuai dengan kebutuhan pasien.
Ada juga dilakukan pendidikan kesehatan tentang kesehatan bagi lansia.
4.1.3 Data Umum
Data umum merupakan penyajian karakteristik responden yang didapatkan oleh
peneliti selama dalam penelitian yaitu sebagai berikut:
4.1.2.1 Karakteristik berdasarkan umur responden
Data responden berdasarkan umur yang digunakan sebagai responden pada
penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
56

Umur
5, 25%
Usia 45-59 tahun
Usia 60-74 tahun
15, 75%
Usia 75-90 tahun
Usia > 90 tahun

Diagram 4.1 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Umur Di UPT


Puskesmas Kayon Palangka Raya
Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan hasil penelitian mengenai
karakteristik berdasarkan umur responden lansia berjumlah 20 orang di UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya, dari 20 responden (100%) diketahui bahwa 5
responden (25%) yang umurnya 45 sampai 59 Tahun, 15 responden (75%) yang
umurnya 60 sampai 74 tahun.
4.2.2.1 Karakteristik berdasarkan jenis kelamin
Data responden berdasarkan jenis kelamin yang digunakan sebagai
responden pada penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Jenis Kelamin

6, 30%
Laki-laki
14, 70%
Perempuan

Diagram 4.2 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin Di UPT


Puskesmas Kayon Palangka Raya
Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan hasil penelitian mengenai
karakteristik berdasarkan jenis kelamim responden lansia berjumlah 20 orang di UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya, dari 20 responden (100%) diketahui bahwa 6
Responden (30%) laki-laki dan 14 responden (70%) perempuan.
4.3.2.1 Karakteristik berdasarkan pendidikan terakhir
Data responden berdasarkan pendidikan terakhir yang digunakan sebagai
responden pada penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
57

Pendidikan
4, 20%
9, 45% Tidak Sekolah
SD
7, 35%
SMP
SMA
Perguruan Tinggi

Diagram 4.3 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Pendidikan Terakhir Di


UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan hasil penelitian mengenai
karakteristik berdasarkan pendidikan terakhir responden lansia di UPT Puskesmas
Kayon Palangka Raya, dari 20 responden (100%) didapatkan hasil pendidikan SD 4
responden (20%), SMP Sederajat 7 responden (35%), SMA Sederajat 9 responden
(45%).
4.4.2.1 Karakteristik berdasarkan pekerjaan
Data responden berdasarkan pekerjaan yang digunakan sebagai responden
pada penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
Pekerjaan

4, 20% 3, 15% Pedagang

5, 25% Pns/Pensiunan

8, 40% Ibu Rumah Tangga

Swasta

Diagram 4.4 Karakteristik Responden Lansia Berdasarkan Pekerjaan Di UPT


Puskesmas Kayon Palangka Raya
Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan hasil penelitian mengenai
karakteristik berdasarkan pekerjaan responden lansia di UPT Puskesmas Kayon
Palangka Raya, diketahui bahwa dari 20 responden (100%) didapatkan hasil
pedagang 3 respondent (15%), Pensiunan 5 responden (25%), Ibu Rumah Tangga 8
responden (40%), Swasta/Wiraswasta 4 responden (20%).
58

4.1.4 Data Khusus


4.1.4.1 Karakteristik berdasarkan dukungan keluarga
Identifikasi responden berdasarkan hasil Dukungan Keluarga di Posyandu
Lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.

Dukungan Keluarga

9, 45%
11, 55%
Baik
Cukup
Kurang

Diagram 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga di Posyandu


Lansia Bakas Barigas UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya .
Berdasarkan diagram diatas menunjukkan sebagian besar responden di UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya, didapatkan hasil memperoleh dukungan baik 11
responden (55%), cukup 9 responden (45%).
4.1.4.2 Karakteristik berdasarkan sikap lansia
Identifikasi responden berdasarkan sikap lansia dalam pengendalian hipertensi
di Posyandu Lansia Bakas Barigas UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya .

Sikap Lansia
4, 20%

Positif
16, 80%
Negatif

Diagram 4.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Nilai sikap lansia dalam


pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Bakas Barigas UPT
Puskesmas Kayon Palangka Raya.
Berdasarkan diagram pie diatas menunjukkan sebagian besar responden di
posyandu lansia Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka
Raya, didapatkan, sikap positif sebanyak 16 responden (80%) dan negatif sebanyak 4
responden (20%).
59

4.1.4.3 Hubungan dukungan keluarga demgan sikap lansia dalam pengendalian


hipertensi di posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT
Tabel 4.1 Berdasarkan hasil analisis Uji Statistik Spearmant Rank untuk
melihat hubungan dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam
pengndalian hipertensi di posyandu lansia Bakas Barigas wilayah
kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
Sikap Lansia
Dukungan Dalam
Keluarga Pengedalian
Hipertensi
Spearman's rho Dukungan Correlation 1.000 -.638**
Keluarga Coefficient
Sig. (2-tailed) . .002
N 20 20
Sikap Lansia Correlation -.638** 1.000
Dalam Coefficient
Pengedalian Sig. (2-tailed) .002 .
Hipertensi N 20 20

Hasil penelitian ini mengunakan uji statistik rank spearman (rho) menunjukan
bahwa nilai Sig. (2-tailed) 0,002 < 0,05 yang berarti Ha diterima menunjukan
hubungan yang signifikan dan bermakna antara Dukungan Keluarga dengan Sikap
lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas wilayah kerja
UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya yang menujukan jumlah N sebanyak 20
responden, dan berdasarkan nilai Correlation Coefficient pada tingkat sikap lansia
dalam pengendalian hipertensi (0,638**) Maksud dari nilai (0.638**) tersebut
menunjukan bahwa jika dukungan keluarga turun maka Sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi akan turun dan jika Dukungan Keluarga naik maka Sikap
lansia dalam pengendalian hipertensi akan naik, jadi nilai tersebut menunjukan
kekuatan yang signifikan dengan tanda (**) pada Correlation Coefficient
menunjukkan tingkat korelasi tinggi

4.2 Pembahasan
4.2.1 Dukungan Keluarga Dalam Pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia
Bakas Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.
Berdasarkan hasil penelitian setelah diberikan kuisioner didapatkan lansia di
Posyandu Lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
yang berjumlah 20 (100%) responden yang memperoleh dukungan keluarga dengan
60

kriteria baik berjumlah 11 (55%) responden, cukup berjumlah 9 (45%) responden,


kurang berjumlah 0 (0%) responden.
Murniasih (2013) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang
melindungi seseorang dari efek stress yang buruk (Kaplan dan Sadock, 2012).
Dukungan keluarga menurut Friedman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan informasional, dukungan
penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga
adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan
penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang
memperhatikan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dukungan keluarga tehadap
kunjungan lansia untuk mengikuti posyandu dapat di uraikan yaitu, dukungan
psikologis, dukunagan sosial, tingkat pendidikan.
Berdasarkan fakta dan teori yang didapatkan hasil yang dominan responden
yang memiliki dukungan baik yaitu berjumlah 11 (55%) responden. Menurut peneliti
hal ini karena hasil yang dominan yaitu pekerjaan sebagai pedagang yang berjumlah
7 (35%) responden, hal di karenakan informasi juga bisa didapatkan dari lingkungan
pekerjaan. Karena semakin tinggi informasi yang didapatkan semakin tinggi juga
dukungan keluarga dalam pengendalian hipertensi.
4.2.2 Sikap lansia dalam Pengendalian hipertensi di Posyandu Lansia Bakas
Barigas Wilayah Kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya.
Berdasarkan hasil penelitian setelah diberikan kuisioner didapatkan lansia di
UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya yang berjumlah 20 (100%) responden. Sikap
positif berjumlah 16 (80%) responden, Sikap negatif berjumlah 4 (20%)
Berdasarkan teori Kwick (2012) dalam Notoatmodjo (2014) menyatakan bahwa
sikap adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dapat dipelajari. Di dalam proses pembentukan atau perubahan perilaku tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu
sendiri. Faktor-faktor itu sendiri antara lain seperti persepsi, motivasi, proses belajar,
61

lingkungan dan sebagainya. Sikap seseorang atau masyarakat tentang kesehatan


ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang
atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas dan sikap
dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya sikap.
Menurut allport (dalam notoatmodjo 2014), yang mempengaruhi sikap yaitu:
pengaruh faktor emosional, media massa pengaruh orang lain yang dianggap penting,
pengalaman pribadi.
Berdasarkan hasil penelitian antara fakta dan teori di temukan adanya
kesenjangan antara dukungan keluarga dengan sikap lansia. Hasil penelitian ini
didapatkan fakta bahwa pada penelitian ini dominan responden berusia 60-74 tahun
yang berjumlah 12 (60%) responden. Pada usia ini, indivudu yang semakin positif
maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir
dan berkerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan
lebih di percaya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman maka semakin tua seseorang
akan semakin tinggi tingkat informasi yang di dapatkan
4.2.3 Analisa hubungan antara dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji ststistik rank sperman (rho)
menunjukan nilai p value < α yaitu 0,002 < 0,05 yang berarti Ha diterima
menunjukan hubungan yang signifikan dan bermakna antara hubungan dukungan
keluarga dengan sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas
barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya, menunjukan jumlah N
sebanyak 20 sampel dan berdasarkan nilai correlation coefficient pada dukungan
keluarga 638** dan sikap lansia 1.000, maksudnya nilai tersebut menunjukan
kekukatan dukungan hubungan yang cukup signifikan dan tanda (**) pada correlation
coefficient menunjukan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan.
Murniasih (2013) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan.
62

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dukungan keluarga tehadap


kunjungan lansia untuk mengikuti posyandu dapat di uraikan yaitu, dukungan
psikologis misalnya memberikan dukungan moril seperti membantu ketenangan jiwa,
dukungan sosial misalnya memberikan rasa nyaman dan aman serta bantuan secara
fisik seperti memperhatilan kesehatan, mengantar atau menemani berobat. tingkat
pendidikan juga mempengaruhi dukungan keluarga karena semakin rendah
pendidikan seseorang maka pengetahuan akan akses terhadap informasi kesehatan
lansia akan berkurang sehingga akan kesulitan mengambil keputusan secara efektif.
Menurut Efendi (2014), peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap
perawatan kesehatan, mulai dari tahap peningkatan kesehatan, pencegahan,
pengobatan, sampai dengan rehabilitasi. Dukungan sosial sangat diperlukan oleh
setiap individu di dalam setiap siklus kehidupannya. Dukungan sosial akan semakin
dibutuhkan pada saat seseorang sedang mengalami masalah atau sakit, di sinilah
peran anggota kelurga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat.
Apabila dibandingkan antara fakta dan teori, di temukan adanya kesenjangan
antara hubungan dukungan keluarga dengan sikap lansia. Hasil penelitian didapatkan
fakta bahwa penelitian ini mayoritas responden berusia 60-74 tahun. Pada usia ini
individu yang semakin cukup maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat
seseorang yang lebih dewasa akan lebih di percaya dari pada orang yang belum
cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan
jiwanya, semakin tua seseorang maka semakin kodusif dalam menggunakan koping
terhadap masalah yang di hadapinya. Pada tingkat pendidikan, tingginya tingkat
dukungan keluarga responden bisa disebabkan karena pendidikan responden pada
tingkat SMA sebanyak 45% ini menyebabkan responden lebih mudah untuk
menangkap dan mencerna informasi-informasi yang diberikan kepada responden dan
mengaplikasikan nya dalam bentuk sikap yang positif. Selain tingkat pendidikan yang
bisa menyebabkan tingginya dukungan keluarga responden adalah faktor pekerjaan
responden yang rata-rata seorang pns dan ibu rumah tangga.
Keluarga yang memiliki dukungan baik cenderung memiliki sikap positif hal
ini dikarenakan responden yang memiliki dukungan baik dan cukup memiliki
informasi dan pengalaman yang banyak, semakin banyak informasi yang di dapat
63

maka dukungan keluarga akan bertambah baik dengan banyaknya informasi yang
didapat maka pola pikirnya seseorang akan semakin terbuka dan dapat mencari solusi
suatu masalah, semakin banyak pengalaman seseorang maka akan menjadi suatu
perbandingan dan pembelajaran bagi seseorang untuk menentukan sikap yang leih
baik, sehingga sikap yang ditunjukan cenderung positif, di bandingkan dengan yang
memiliki dukungan kurang yang cenderung memiliki sikap negatif karena pendidikan
yang rendah sehingga sumber informasi yang didapat sedikit serta pengalaman yang
di peroleh sedikit berpengaruh terhadap sikap lansia.

4.3 Keterbatasan Penelitian


1) Pada saat penelitian pendidikan kesehatan dilaksanakan kesulitan dalam
pengumpulan data karena situasi tempat penelitian terbuka sebagian banyak
responden tidak memperhatikan
2) Konsentrasi responden terbagi karena responden ingin cepat pulang
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
5.1.2 Dukungan keluarga dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia
bakas barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
Berdasarkan hasil penelitian dukungan keluarga dalam pengendalian hipertensi
di posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka
Raya, menunjukan bahawa dari 20 orang responden yang memiliki dukungan baik
berjumlah 11 responden (55%) dan yang memiliki dukungan kurang 9 responden
(45%).
5.1.3 Sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas
barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
Berdasarkan hasil penelitian sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di
posyandu lansia Bakas Barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya,
menunjukan bahawa dari 20 orang responden yang memiliki sikap positif 16
responden (80%) dan yang memiliki sikap negatif 4 responden (20%).
5.1.4 Hubungan antara dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam
pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas wilayah kerja
UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan uji ststistik rank sperman (rho)
menunjukan nilai p value < α yaitu 0,002 < 0,05 yang berarti Ha diterima
menunjukan hubungan yang signifikan dan bermakna antara hubungan dukungan
keluarga dengan sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas
barigas wilayah kerja UPT Puskesmas Kayon Palangka Raya, menunjukan jumlah N
sebanyak 20 sampel dan berdasarkan nilai correlation coefficient pada dukungan
keluarga 638** dan sikap lansia 1.000, maksudnya nilai tersebut menunjukan
kekukatan dukungan hubungan yang cukup signifikan dan tanda (**) pada correlation
coefficient menunjukan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan.

64
65

5.2 Saran
Dapat menjadi acuan pembelajaran untuk mengetahui dukungan keluarga dengan
sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas
5.2.2 Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khusunya ilmu keperawatan dan kesehatan pada
umumnya serta dukungan keluarga dengan sikap lansia dalam pengendalian
hipertensi.
Dapat memberikan informasi yang nyata dan aktual tentang dukungan keluarga
dengan sikap lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas
yang dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai literatur pendidikan dan penunjang
pengetahuan bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber atau acuan pembelajaran
kepada mahasiswa keperawatan agar dapat memberikan kenyamanan seperti memberi
semangat, menyayangi lansia, dan memberikan kebebasan menjalin hubungan dengan
orang lain atau lingkungan.
5.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti selanjutnya
bila melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga dengan sikap lansia di posyandu lansia Bakas Barigas.
5.2.5 Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian dan skripsi ini dapat menjadi tambahan referensi bagi perawat,
tentang pentingnya pendidikan kesehatan tentang dukungan keluarga dengan sikap
lansia dalam pengendalian hipertensi di posyandu lansia bakas barigas
66

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Kholid. 2014. Promosi Kesehatan. Jakarta: RajaGrafindo.

Arikunto, Suharsimi. 2010.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi


Revisi VI. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Darmojo dan Mastono, 2012.Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
FKUI: Jakarta.

Depkes. 2010.Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.

Efendi. 2009.Manajemen Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Salemba. Faisaldo


Candra, 2014. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran.

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori Dan.
Praktek. Jakarta : EGC.

Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan.
Praktek. Jakarta : EGC.

Gray. 2014. Lecture Notes Kardiologi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga Medical Series.
Handayani, Dwi. 2012 Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Dalam Mengikuti Posyandu Lansia Di Posyandu Lansia
Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Jurnal
Surakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah.

Herliah Lily. 2011.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia Dalam


Pengendalian Hipertensi. Jurnal Unmuh Jakarta.

Herlinah dan Wiarsih. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Lansia
Dalam Pengendalian Hipertensi.Jurnal Unmuh Jakarta.

Hidayat, A. Aziz. Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, Elizabeth, B. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Ihromi,


2014. Bunga Rampai Sosiologi. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Khulaifah Siti, 2011. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian Lansia


Dalam Pemenuhan Activitie Dail Living Di Dusun Sembayat Timur,
Kabupaten Gresik. Skripsi: Program Profesi Ners. Universitas Airlangga.

Maryam, Siti. 2009.Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba


Medika.
67

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineke


Cipta.

Nursalam, 2013.Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitan Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.

Nusi Ferani, 2010. Hubungan antara dukungan keluarga dengan respon sosial pada
lansia di desa Sokaraja lor kecamatan Sokaraja, Jurnal Keperawatan
Soedirman.

Pudjiastuti dan Utomo, 2013 Fisioterapi Pada lansia; Jakarta, Buku. Kedokteran
EGC..

Setiadi, 2008.Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha. Ilmu.

Shadine, Mahannad. 2010. Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Pustaka. Smeltzer.


2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Soeharto, I. 2013 I. Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit Hipertensi. Jakarta : PT


Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai