Anda di halaman 1dari 129

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA WANITA
NGAWI

Oleh :

ASTRI NUR ARINTA PUTRI


NIM : 201502043

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019
SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA WANITA
NGAWI

Diajukan untuk memenuhi


Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh :

ASTRI NUR ARINTA PUTRI


NIM : 201502043

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2019

ii
PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang

SKRIPSI

HUBUNGAN POLA SUH ORANG TUA TERHADAP


TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA WANITA TEGUHAN
NGAWI

Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M Muncul Wiyana, S.Kep., Ns., M.Kep


NIS. 20130091 NIS. 20070041

Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan

Mega Arianti Putri, S.Kep., Ns., M.Kep


NIS. 20130092

iii
PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan dinyatakan

telah memenuhi sebagai syarat memperoleh gelar (S.Kep)

Pada Tanggal 3 Agustus 2019

Dewan Penguji

1. Sagita Haryati , S.Kep., Ns., M.Kes : ..............................................


(Ketua Dewan Penguji)

2. Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M : ...........................................


(Dewan Penguji 1)

3. Muncul Wiyana, S.Kep., Ns., M.Kep : ...........................................


(Dewan Penguji 2)

Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,

Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid)


NIS. 20160130

iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Astri Nur Arinta Putri

NIM : 201502043

Prodi : S1 Keperawatan

JUDUL SKRIPSI : HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP


TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA
PRASEKOLAH (4-6 TAHUN) DI TK DHARMA
WANITA TEGUHAN NGAWI

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.

Hasil penelitian ini merupakan pemikiran dan pemaparan asli dan didalamnya

tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar Sarjana di

suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang

diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/ tidak

dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar pustaka. Jika

terdapat refrensi terhadap karya orang lain atau pihak lain, maka dituliskan

sumbernya dengan jelas.

Demikian pernyataan ini penulis buat secara sadar dan bersungguh-sungguh

tanpa paksaan dari pihak manapun

Madiun, Juli 2019

Astri Nur Arinta Putri


NIM. 201502043

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri :

Nama : Astri Nur Arinta Putri

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tempat dan Tanggal Lahir : Jayapura, 5 Februari 1997

No. HP : 082282834328

Email : araynta12@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

1. 2001– 2003 : Tk Dharma Wanita Ngawi

2. 2003 – 2009 : SDN Teguhan 1 Ngawi

3. 2009 – 2012 : SMP N 1 Ngawi

4. 2013 – 2015 : SMA N 1 Jogorogo Ngawi

5. 2015 – Sekarang : STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

Riwayat Pekerjaan : Belum pernah bekerja

vi
LEMBAR PERSEMBAHAN

Ibu dan Bapak Tercinta


Sebagai tanda bakti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
kupersembahkan karya kecil ini kepada ibu dan bapak yang telah memberikan
kasih sayang, segala dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga yang tidak
dapat kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan
persembahan. Semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ibu dan bapak
bahagia karena kusadar selama ini belum bisa berbuat yang lebih. Untuk Ibu dan
Bapak yang selalu membuatku termotivasi dan selalu menyirami kasih sayang,
selalu mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi lebih baik.
Terima kasih Ibu…..Terima kasih Bapak….. I Love You
Dosen Pembimbing Tugas Akhirku
Ibu Kartika, S.Kep., Ns., M.K.M dan Bapak Muncul Wiyana, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku dosen pembimbing tugas akhir saya, terima kasih banyak bu pak …. , saya
sudah dibantu selama ini, sudah dinasehati, sudah diajari, saya tidak akan lupa
atas bantuan dan kesabaran ibu dan bapak . Terima kasih banyak bu pak …
Seluruh dosen pengajar di STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun Terima kasih
banyak untuk semua ilmu, didikan dan pengalaman yang sangat berarti yang telah
kalian berikan kepada saya.
My Best Friend’s
Terimakasih kepada Micin Squad ( Devi Risnawati, Bella Okta, Mina Wasik, Leni
Pitrina, Nurul Fatonal, Dimas Ari Sabella, Dosi Ayu ). Terima kasih atas bantuan,
doa, nasehat, hiburan, traktiran dan semangat yang kamu berikan selama aku
kuliah, aku tak akan melupakan semua yang telah kamu berikan selama ini.
Semoga keakraban di antara kita selalu terjaga.

vii
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRAK
Astri Nur Arinta Putri
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAT
KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (4 – 6
TAHUN) DI TK DHARMA WANITA TEGUHAN NGAWI
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anaknya yaitu
bagaimana sikap antara perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk
caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai / atau norma, memberikan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik
sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya. Kecerdasan Emosional
adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang lain. Manfaat
penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh orangtua
terhadap tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkatkecerdasan
emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Teguhan Ngawi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan


metode analisis dengan desain cross-sectional. Populasi target sebesar 53 anak
yang diasuh oleh orang tua di TK Darama Wanita Teguhan. Pengambilan sampel
menggunakan tekhnik Simpel random sempling jumlah sample sebanyak 48 anak
yang di asuh oleh orang tua secara langsung yang di tentukan dengan rumus
slovin. Pengambilan data menggunakan angket berupa kuesioner yang dianalisis
dengan uji chi- square.
Hasil Penelitian menunjukkan korelasi antara Pola Asuh Orangtua
terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional pada anak usia prasekolah di TK Dharma
Wanita Teguhan Ngawi dengan signifikansi atau p= 0,001 < =0,005 artinya
bahwa Pola Asuh Orangtua berhubungan dengan Tingkat Kecerdasan Emosional
pada anak usia prasekolah (4 – 6 tahun) di TK Dharma Wanita Teguhan Ngawi.
Dengan kekuatan hubungan sedang r = 0,443.

Simpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan Pola Asuh
Orangtua dengan Tingkat Kecerdasan Emosional pada anak usia prasekolah (4 – 6
tahun) di TK Dharma Wanita Teguhan Ngawi. Peneliti menyarankan untuk
dilakukan edukasi oleh pendidik ke orangtua tentang pola asuh yang baik serta
mengenai tingkat kecerdasan emosional pada anak.

Kata kunci :Pola Asuh, Kecrdasan Emosional

viii
Nursing Study Program STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019

ABSTRACT

Astri Nur Arinta Putri

RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING TO EMOTIONAL INTELLIGENCE


LEVELS OF PRESCHOOLERS (4-6 YEARS OLD) IN DHARMA WANITA
TEGUHAN NGAWI KINDERGARTEN

Parenting is a pattern of interaction between parents and their children,


which is the attitude between parents' behavior when interacting with children,
including how to apply rules, teach values / norms, give attention and affection
and show good attitudes and behavior so that they are used as examples or role
models for his child. Emotional Intelligence is recognizing one's emotions,
managing emotions, motivating oneself, recognizing the emotions of others, and
building good relationships with others. The benefits of this research are
theoretically expected to contribute ideas in enriching insight and knowledge
about parenting to the level of emotional intelligence of preschoolers. The
purpose of this study was to determine the relationship between parenting parents
to emotional intelligence levels of preschoolers (4-6 years old) in Dharma Wanita
Teguhan Ngawi Kindergarten.
The type of research used is qualitative research with analytical methods
with cross-sectional design. The target population was 53 children who were
cared for by parents at the Dharma Wanita Teguhan Kindergarten. Sampling
using a simple random sampling technique the number of samples as many as 48
children who are fostered by parents directly are determined by the Solving
formula. Retrieving data using questionnaires in the form of questionnaires
analyzed by chi-square test.
The results showed a correlation between parenting parents to emotional
intelligence levels of preschoolers in Dharma Wanita Teguhan Kindergarten
Ngawi with significance or p = 0,001 < = 0.005 which means that Parenting
Parents are associated with Emotional Intelligence Levels in preschoolers (4-6
year old) at the Teguh Ngawi Dharma Wanita Kindergarten. With the strength of
the relationship being r = 0.443.
The conclusions from this study prove that there is a relationship between
parenting parents to emotional intelligence levels of preschoolers (4-6 years old)
in Dharma Wanita Teguhan Ngawi Kindergarten. Researchers suggest that
educators educate parents about good parenting and the level of emotional
intelligence in children.

Keywords: Parenting, Emotional Intelligence

ix
DAFTAR ISI

Sampul Depan .................................................................................................... i


Sampul Dalam ..................................................................................................... ii
Lembar Persetujuan ............................................................................................. iii
Lembar Pengesahan ............................................................................................ iv
Halaman Pernyataan Keaslian............................................................................. v
Daftar Riwayat Hidup ......................................................................................... vi
Persembahan ...................................................................................................... vii
Abstrak ................................................................................................................ viii
Daftar Isi.............................................................................................................. x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xiv
Daftar Istilah........................................................................................................ xv
Daftar Singkatan.................................................................................................. xvi
Kata Pengantar ....................................................................................................xxvi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pola Asuh ....................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Pola Asuh .................................................... 8
2.1.2 Klasifikasi Pola Asuh .................................................... 9
2.1.3 Faktor yang Mepengaruhi Pola Asuh ............................ 11
2.1.4 Aspek Pembentukan Pola Asuh .................................... 13
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Pola Asuh................. 15
2.2 Konsep Kecerdasan Emosi .......................................................... 16
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi ....................................... 16
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ........... 17
2.2.3 Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi ....................... 21
2.2.4 Ciri Anak yang Mempunyai Kecerdasan Emosi
Tinggi ............................................................................ 24
2.2.5 Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak ....... 25
2.3 Konsep Anak Usia Prasekolah .................................................... 26
2.3.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah ................................. 26
2.3.2 Ciri Anak Usia Prasekolah ............................................ 26
2.3.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah ................ 27
2.4 Patofisiologi ................................................................................. 30

x
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 31
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 34
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 35
4.2.1 Populasi .............................................................................. 35
4.2.2 Besar Sampel...................................................................... 35
4.2.3 Kriteria Sampel .................................................................. 36
4.3 Teknik Pengembilan Sampling.................................................... 36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 38
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 39
4.5.1 Variabel Penelitian ........................................................ 39
4.5.2 Definisi Operasional ...................................................... 40
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 41
4.6.1 Validitas ........................................................................ 45
4.6.2 Rehabilitas ..................................................................... 45
4.7 Lokasidan Waktu Penelitian ..................................................….. 46
4.7.1 Lokasi penelitian .......................................................... 46
4.7.2 Waktu Penelitian .......................................................... 46
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 46
4.9 Pengolahan Data .......................................................................... 47
4.10 Teknik Analisis Data ................................................................... 49
4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 51
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 53
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 53
5.3 Pembahasan .................................................................................... 60
5.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 66
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 67
6.2 Saran ............................................................................................... 67
Daftar Pustaka .................................................................................................... 69
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 72

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Aspek – Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi .................... 23


Tabel 4.2 Definisi Operasional Variabel .................................................. 40
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........ ..... 54
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan............... ..... 54
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan .................. 55
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ............................. 55
Tabel 5.6 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia ...................................... 56
Tabel 5.6 Karakteristik Pola Asuh ........................................................... 57
Tabel 5.7 Karakteristik Tingkat Kecerdasan Emosional .......................... 57
Tabel 5.8 Tabulasi Silang ......................................................................... 58

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Patofisiologi ....................................................................... 30


Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .... ..................................................... 31
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................... 38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal .................................................. 73


Lampiran 2 Surat Izin Penelitian .................................................................... 74
Lampiran 3 Surat Izin Validitas dan Rehabilitas ............................................ 75
Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Penelitian ............................................ 76
Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi responden ................................... 77
Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden .................................... 78
Lampiran 7 Kisi- Kisi Valid............................................................................ 79
Lampiran 8 Kisi – Kisi ................................................................................... 80
Lampiran 9 Petunjuk Pengisian ....................................................................... 82
Lampiran 10 Kuesioner ...................................................................................... 83
Lampiran 11 Kuesioner Valid ............................................................................ 86
Lampiran 12 Tabulasi ....................................................................................... 89
Lampiran 13 Validitas dan Rehabilitas .............................................................. 93
Lampiran 14 Analisis Data ................................................................................ 96
Lampiran 15 Jadwal Penelitian .......................................................................... 109
Lampran 17 Lembar Kosultasi Bimbingan ....................................................... 110
Lampiran 18 Dokumentasi ................................................................................. 112

xiv
DAFTAR ISTILAH

Distres : Stres yang bersifat negatif


Door to door : Rumah ke rumah
Emotion : Emosi
Emotional alchemy : Alkimia emosi
Emotional depth : Kedalaman emosi
Emotional fitness : Ketangguhan emosi
Emotional literacy : Kesadaran emosi
Handing relationships : Membina hubungan
Health education : Pendidikan kesehatan
Himisfer : Dua sisi simetris yang membagi otak
besar
Informed Consent : Lembar persetujuan
Intellegence : Kecerdasan
Knowing one’s emotions-self-awareness : Mengenali emosi dir – keasadaran diri
Limbik : Sekelompok struktur di otak yang
berhubungan dengan emosi atau
perasaan
Literatur : Bahan atau sumber ilmiah
Managing emotions : Mengelola emosi
Play group : Kelompok bermain
Quotient : Hasil bagi
Recognizing emotions in other : Mengenali emosi atau empati
Relationship auotient : Hasil bagi hubungan
Toddler : Usia bermain

xv
DAFTAR SINGKATAN

Depkes RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia


Kemenkes R I : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Riskesdas : Riset Kesehatan Dasar
TK : Taman Kanak - Kanak
WHO : Word Health Onrganization

xvi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kecerdasan
Emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita Ngawi”
dengan baik. Tersusunnya proposal ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan
dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Ummi selaku Kepala Sekolah TK Darma Wanita Ngawi yang telah
memberikan izin serta kerja sama selama proses pengambilan data.
2. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Kartika, S.Kep.,Ns.,M.K.M selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan
5. Muncul Wiyana, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
6. Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku dewan penguji yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk menguji proposal, memberikan
masukan dan motivasi demi kesempurnaan proposal ini.
7. Kedua Orang tua saya yang sangat saya sayangi yang telah memberi
dorongan, semangat dan doa tanpa henti.
8. Teman - teman yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun
dalam penyusunan tugas proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin

Wassalamualaikum Wr.Wb

Madiun, Juli 2019


Peneliti

Astri Nur Arinta Putri


NIM. 201502043

xvii
BAB 1

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan

emosinya dengan intelegensi, menjaga keselarasan emosi dan mengungkapkanya

melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan

ketrampilan sosial (Bahtiar,2009). Faktor tersebut yang dapat mempengaruhi

perkembangan pada anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak

usia prasekolah dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu perkembangan fisik,

kemampuan mental, dan kepribadian. Aspek inilah yang dapat dibentuk dari

perkembangan psikososial pada anak (Nuryanti, 2008).

Perkembangan psikososial artinya bukan hanya perkembangan secara fisik

dan sosial, namun anak juga mengalami perkembangan pada mentalnya.

Perkembangan mental anak sangat berhubungan dengan kecerdasan emosional.

Masalah kecerdasan emosional merupakan distress psikologik. Kondisi ini adalah

suatu keadaan yang mengidentifikasi seseorang mengalami perubahan psikologis,

dimana dampak dari orang yang mengalami gangguan kecerdasan emosional ini

dapat terjadi pada semua orang terutama bisa terjadi pada anak usia prasekolah

(Kemenkes RI, 2013).

Adapun dampak dari perkembangan kecerdasan emosional anak pada anak

usia prasekolah ada dua yakni dampak positif dan negatif. Dampak positif dari

perkembangan kecerdasan emosional anak usia pra sekolah yaituanak yang sehat

mental / emosionalnya dapat mengendalikan emosinya sendiri dan mengatur

1
ekspresi emosi dalam situasi sosialnya misalnya tidak menyerah saat mengerjakan

tugas meskipun merasa kesulitan,pandai bergaul dengan temannya, sebaliknya

dampak negatif dari anak yang mengalami gangguan perkembangan emosional maka

akan mengalami kesulitan dalam mengatur emosinya misalnya sulit mengikuti

pembelajaran, mudah bosan, sering mengeluh sakit, gangguan makan, gangguan

tidur,dan sering marah-marah bahkan menarik diri dari lingkunganya(Nuryanti,

2008). Menurut Departemen Kesehatan Indonesia 62,02%anak usia prasekolah

mengalami gangguan perkembangan emosional, gangguan perkembangan

emosional ini apabila berlangsung terus menerus maka dapat berdampak pada

masalah kecerdasan emosional anak usia prasekolah (Depkes RI, 2013).

World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 5-25% dari anak-

anak usia prasekolah mengalami gangguan perkembangan emosional dengan

populasi anak sebesar 23,979,000. Anak yang mengalami gangguan berupa

kecemasan sekitar 9%, mudah emosi 11-15%, dan gangguan perilaku 9-15%

(WHO,2017).Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional tahun

(2018), prevelensi perkembangan anak pada usia 4 – 6 tahun di indonesia

mencapai 88,3% dengan prevalensi perkembangan sosial-emosional mencapai

69,9%, perkembangan fisik mencapai 97,8%, dan perkembangan literasi mencapai

64,6%. Dari data tersebut perkembangan sosial-emosional yang di alami anak

pada usia 4-6 tahun cukup tinggi, yakni berada di urutan ke dua setelah

perkembangan fisik anak kemudian setelah itu baru diikuti dengan perkembangan

literasi.

Kecerdasan emosional dapat dipengaruhi beberapa faktor yakni

lingkungan sosial, kondisi fisik dan kesehatan,serta pola asuh orangtua. Dari

2
beberapa faktor tersebut salah satu faktor yang turut berperan dalam

perkembangan mental emosional pada anak adalah pola asuh orangtua (Isfandari

& Suhardi,1997). Orangtua memiliki hubungan yang dekat dan waktu yang relatif

lama dalam bersosialisasi dengan anak, sehingga kemampuan orangtua dalam

memberikan rangsangan atau stimulus mempengaruhi kondisi emosional anak

(Isfandari & Suhardi, 1997). Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu

dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak, secara sadar atau tidak sadar akan diresapi

kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak dan akan berpengaruh terhadap

perkembangan anak.

Masalah tingkah laku dalam proses perkembangan dapat timbul tidak

hanya tertuju pada pertumbuhan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental

emosional. Beberapa bentuk permasalahan emosi dari hasil survey yang dilakukan

oleh Izzaty tahun 2015 di Taman Kanak – Kanak Yogyakarta adalah agresivitas,

kecemasan, temper tantrum, sulit berkonsentrasi, gagap atau sulit berkomunikasi,

menarik diri, bergantung, pemalu dan takut yang berlebihan. Menurut Yusuf

(2011) prevelensi permasalahan pada anak berkisar dari 3,5% untuk masalah

perhatian dan hiperaktivitas 10,4% untuk masalah kecemasan, dan 21,9% untuk

gangguan tingkah laku. Kekurangan kasih sayang, penerapan pola asuh orang tua,

perpisahan dengan orang tua, kekerasan dan kegagalan dalam memenuhi

kebutuhan pada masa prasekolah merupakan faktor yang mempengaruhi kondisi

tersebut.

Menurut (Kay- Lambkin, dkk, 2007) secara global dilaporkan anak

yangmengalami gangguan berupakecemasan sekitar 9%, mudahemosi 11-15%,

3
gangguan perilaku 9-15%.Rasarendah diri, kecemburuan terhadapanak lain,

mudah marah dan malu akanmenyebabkan terganggunya kecerdasan emosional

pada anak. Ketrampilan motorik sangatdiperlukan dalam bersosialisasidengan

teman sebaya dalam halbermain, keterampilan menulis danmembaca

kekecewaanterhadap orang dewasa akanmempengaruhi mental emosionalnya

(Sulistyaningsih, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ridhoyanti Hidayah &

Eka Yunita & Yulian Wiji Utami tahun (2015) di TK Senaputra Malang, orangtua

yang menggunakan pola asuh demokratis sebesar 63,15 %, pola asuh otoriter

sebesar 19,29% dan pola asuh permisif sebesar 17,56%. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa bahwa mayoritas orangtua siswa TK Senaputra terdapat pola

asuh demokratis.Dari hasil penelitian tersebut menjukkan bahwa anak usia

prasekolah yang memiliki tingkat kecerdasan emosional baik sebesar 63,16%,

tingkat kecerdasan emosional cukup sebesar 26,31% dan tingkat kecerdasan

emosional kurang sebesar 10,53%.Pengujian menggunakan uji kolerasi Spearman

Rank menghasilkan nilai p value sebesar 0,000 yang berarti bahwa kedua variabel

mempunyai hubungan yang signifikan/bermakna karena nilai p value <0,05 yang

artinya ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan

emosional anak usia prasekolah.

Perkembangan emosional pada anak usia prasekolah dapat diatasi dengan

memberikan Health Education tentang bembinaan orangtua terhadap kecerdasan

emosi anak. Health Education menjadi masukan kepada semua orangtua untuk

4
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan kecerdasan

emosi anak (selalu meluangkan waktu untuk anak).

Orangtua dapat berpengaruh terhadap pengembangan perilaku emosional

anak dengan cara menanamkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku dan

sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik sehingga menjadi dasar

utama pengembangan perilaku emosional dalam mengarahkan pribadi anak sesuai

dengan nilai – nilai yang di junjung tinggi di masyarakat (Susanto, 2011).

Orangtua selalu menjaga keharmonisan rumah tangga mereka, membimbing dan

memberi teladan yang baik bagi anaknya serta meningkatkan pengetahuan dalam

mengasuh anak khususnya dalam hal meningkatkan kecerdasan emosi anak.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di TK Teguhan Ngawi dari 2 TK

yang ada, terdapat siswa sebanyak 48 anak yang diasuh oleh orang tua secara

langsung yang terdiri dari 18 anak laki – laki dan 30 anak perempuan. Dari 10

orang tua anak yang peneliti wawancarai terdapat 50% orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis, 30% orang tua menerapkan pola asuh otoriter

dan 20% orang tua menerapkan pola asuh permisif. Setelah peneliti

mengobservasi ada siswa yang sering tidak mengikuti arahan yang diberiakan

oleh guru, sering marah – marah, mengamuk dengan teman dan ada yang pulang

ketika diberi tugas oleh guru.

Dari urainya yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk meneliti

hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan emosional anak pada

usia pra sekolah (4 - 6 tahun) di Tk Teguhan Ngawi.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan penelitian ini adalah “ Apakah

ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap tingkat kecerdasan emosional

pada anak usia pra sekolah (4 -6 tahun) di TK Teguhan Ngawi ” ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua terhadap

tingkatkecerdasan emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Teguhan

Ngawi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pola asuh orangtua pada anak usia prasekolah di TK

Darma Wanita Teguhan Ngawi Tahun 2019.

2. Mengidentifikasi kecerdasan emosional anak usia prasekolah di Tk

Darma Wanita Teguhan Ngawi Tahun 2019.

3. Mengidentifikasi hubungan pola asuh orangtua terhadap tingkat

kecerdasan emosional anak usia prasekolah ( 4-6 tahun) di TK Darma

Wanita Teguhan NgawiTahun 2019.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang pola

asuh orangtua terhadap tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah.

6
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Meningkatkan wawasan dan pengetahuan pola asuh orangtua terhadap

tingkat kecerdasan emosional anak.

2. Bagi tempat Penelitian

Meningkatkan informasi sekaligus sebagai ilmu pengetahuan tentang

pola asuh yang baik untuk di terapkan kepada peserta didik di TK

Darma Wanita Teguhan Ngawi.

3. Bagi tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan sekaligus

sebagai ilmu pengetahuan bagi perkembangan ilmu keperawatan yang

dapat disosialisasikan dikalangan institusi keperawatan dan dapat

diaplikasikan dikalangan institusi.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini bisa di jadikan sebagai literatur untuk penelitian

selanjutnya dan peneliti selanjutnya di harapkan bisa menyempurnakan

penelitian ini.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pola Asuh

2.1.1 Pengertian Pola Asuh

Pola asuh adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba

berbagai strategi untuk mendorong anak – anaknya mencapai tujuan yang

diinginkan, dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral dan

standart perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti (Mussen,2016).

Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anaknya yaitu

bagaimana sikap antara perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk

caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai / atau norma, memberikan

perhatian dan kasih sayang serta menunjukkansikap dan perilaku yang baik

sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya (Aisyah,2010).

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh

adalah suatu interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti

menerapkan aturan, mengajarkan nilai / norma,memberikan perhatian dan kasih

sayang, melindungi, dan mengarahkan tingkah laku anak selama masa

perkembangan serta memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadaian

anak dan terkait dengan kondisi psikologis anak bagaimana cara orang tua

mengkomunikasikan perasan dan norma – norma yang berlaku di masyarakat agar

anak dapat hidup selaras dengan lingkungan.

8
2.1.2 Klasifikasi Pola Asuh

Menurut Hourlock (2010) mengemukakan ada tiga jenis pola asuh

orangtua terhadap anaknya, yakni:

1) Pola Asuh Otoriter

Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan –

aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku sesuai dirinya

(orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri di batasi.Jadi dalam

hal ini kebebasan anak sangat dibatasi oleh orang tua, apa saja yang akan

dilakukan oleh anak harus sesuai dengan keinginan orang tua. Orang tua yang

otoriter menetapkan batasan – batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang

yang besar kepada anak – anak untuk berbicara atau bermusyawarah.

Menurut Hurlock (2010), peraturan yang keras untuk memaksa perilaku

yang diinginkan menandai semua jenis pola asuh yang otoriter. Orang tua tidak

mendorong anak untuk mandiri dengan mengambil keputusan – keputusan yang

berhubungan dengan tindakan mereka, sebaliknya, mereka hanya mengatakan apa

yang harus dilakukan. Dengan cara otoriter, ditambah dengan sikap keras,

menghukum dan mengancam akan menjadikan anak “patuh” di hadapan orang tua

tetapi dibelakangnya dia akan menentang dan melawan karena anak merasa “

dipaksa”.

2) Pola Asuh Demokratis

Baumrind (Agoes Dariyo ,2013) menjelaskan bahwa pola asuh demokratis

mendorong anak – anak untuk mandiri tetapi masih menetapkan batasan – batasan

pengendalian mereka. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan

9
orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu

tergantung pada orangtua. Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang

tua dengan anak. Mereka membuat aturan – aturan yang telah disetujui bersama.

Anak diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat, perasaan dan keinginan.

Menurut Hurlock (2010) metode demokratis menggunakan penjelasan,

diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu

diharapkan. Pola asuh ini menggunakan hukuman dan penghargaan, dengan

penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman hanya digunakan bila

terdapat bukti bahwa anak – anak secara sadar menolak melakukan apa yang

diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan,

orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian. Jadi dalam pola

asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak.

Selain itu menurut pendapat Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258)

ada tiga macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh masing – masing orang

tua, bentuk – bentuk pola asuh itu adalah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter

dan pola asuh permisif. Dari ketiga macam bentuk pola asuh itu, bentuk pola asuh

demokratislah yang paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak –

anaknya.

3) Pola Asuh Permisif

Baumrind (Agoes Dariyo ,2013) menjelaskan bahwa pengasuhan yang

bersifat permisif ialah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam

kehidupan anak. Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang

10
cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi

kelonggaran seluas – luasnya untuk melakukan apa saja yang dikehendaki.

Selain itu pola asuh permisif juga di tandai dengan adanya kebebasan yang

diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginan sendiri. Anak

tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena orangtua tidak pernah

membenarkan atau menyalahkan anak. Akibatnya anak berperilaku sesuai dengan

keinginan sendiri, tidak perduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat

atau tidak.

Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak – anak bebas bertindak dan

berbuat. Anak dari orang tua yang permisif akan memiliki harga diri yang rendah,

tidak dewasa, kesulitan belajar menghargai orang lain, kesulitan mengendalikan

perilakunya, egosentris, tidak menuruti peraturan, dan kesulitan dalam

berhubungan dengan teman sebaya (Santrock, 2013).

2.1.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Dalam setiap keluarga, terutama orang tua memiliki norma dan alasan

tertentu dalam menerapkan pola asuh kepada anak – anaknya. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi pola asuh (Harlock, 2010), yaitu:

1. Pekerjaan

Orangtua dari kalangan menegah ke bawah akan lebih tidak baik

dan memaksa dari pada dari mereka dari menengah keatas. Semakin

tinggi profersi orang tua maka akan mempengaruhi pola asuh yang

diberikan. Jika orang tua memiliki pekerjaan yang mapan maka

kesejahteraan keluarga juga meningkat dan peranpengasuhan pun

11
dapat terlaksana dengan baik (Supartini, 2010). Orang tua akan

cenderung menerapkan pola asuh demokratis. Metode demokratis

menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu

anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Jadi dalam pola

asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak.

2. Usia

Usia muda lebih cenderung demokratis dibandingkan dengan

mereka yang tua, karena pada usia muda orang tua cenderung dapat

menerima hal-hal yang baru dan mampu dalam mengakses teknologi

informasi sehingga penerapan pola asuh yang baik mudah diterapkan.

3. Lingkungan tempat tinggal

Lingkungan tempat tinggal akan mempengaruhi cara orang tua

dalammenerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga

yang tinggal dikota besar, kemungkinan orangtua akan banyak

mengontrol anak karena merasa khawatir, misal melarang anaknya

pergi kemana – mana sendiri. Sedangkan keluarga yang tinggal di

pedesaan kemungkinan orangtua tidak begitu khawatir anaknya pergi

kemana mana.

4. Pendidikan Orang Tua

Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan

mempengaruhi persiapan merekan menjalankan pengasuhan. Ada

beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam

melakukan peran pengasuhan antara lain terlibat aktif dalam setiap

12
pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada

masalah anak, selalu berupaya dalam menyediakan waktu untuk anak

– anak dan menilai perkembangan fungsi keluarga dan kepercayaan

anak.

Hasil riset dari Sir Godfrey Thomson (2013) menunjukkan

bahwa pendidikan di artikan sebagai pengaruh lingkungan atas

individu untuk menghasilkan perubahan – perubahan yang tetap atau

permanen didalam kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap. Orang

tua yang sudah mempunyai pengalaman sebelunya dapat mengasuh

anak akan lebih siap dalam menjalankan peran asuh, selain itu orang

tua akan lebih mampu mengamati tanda- tanda pertumbuhan dan

perkembangan yang normal.

5. Jenis Kelamin

Orang Tuaumunya akan lebih protektif terhadap anak

perempuandibandingkan dengan anak laki – lakinya.

2.1.4 Aspek – Aspek Pembentukan Pola Asuh Orang Tua

Dalam menerapkan pola asuh penting yang dapat mendukung

pembentukan pola asuh pada anak. Hurlock (2010) mengemukakan bahwa pola

asuh orang tua memiliki aspek – aspek berikut ini:

1. Peraturan, tujuanya adalah untuk membekali anak dengan pedoman

perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Hal ini berfusngsi untuk

mendidik dan bersikap lebih bermoral. Karenan peraturan memiliki nilai

pendidikan mana yang baik serta mana yang tidak. Peraturan juga akan

13
membantu mengekan perilaku yang tidak diinginkan. Peraturan haruslah

dimengerti, diingat dan diterima oleh anak sesuai fungsi peraturan itu

sendiri.

2. Hukuman, yaitu merupakan sanksi pelanggaran. Hukuman memiliki tiga

peranan penting dalam perkembangan moral anak. Pertama,hukuman

menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan oleh

masyarakat. Kedua hukuman sebagai pendidik, karena sebelum anak tahu

tentang peraturan merekan dapat belajar bahwa tindakan mereka benar

atau salah, dan tindakan yang salah akan memperoleh hukuman. Ketiga,

hukuman sebagai motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak

diterima oleh masyarakat.

3. Penghargaan, bentuk penghargaan yang diberikan tidaklah harus berupa

benda atau materi, namun dapat berupa kata – kata pujian, senyuman,dan

ciuman. Biasanya hadiah diberikan setelah anak melaksanakan hal yang

terpuji. Fungsi penghargaan meliputi penghargaan mempunyai nilai yang

mendidik, motivasi untuk mengulang perilaku yang disetujui secara

sosial serta memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial, dan

tiadanya penghargaan melemahkan keinginan untuk mengulangi perilaku

itu.

4. Konsistensi, berarti kestabilan atau keseragaman. Sehingga anak tidak

bingung tentang apa yang diharapkan pada mereka. Fungsi konsistensi

adalah mempunyai nilai didik yang besar sehingga dapat memacu proses

belajar, memiliki motivasi yang kuat akan mempertinggi penghargaan

14
terhadap peraturan dan orang tua yang berkuasa. Oleh karena itu orang

tua harus konsisten dalam menerapkan semua aspek disiplin agar nilai

yang kita miliki tidak hilang.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Pola Asuh Orang Tua

Baumrind (Agoes Dariyo, 2011) mengatakan bahwa setiap pola asuh yang

diterapkan memiliki akibat positif dan negatif. Berdasarkan ciri-ciri yang

disebutkan pada pola asuh otoriter, maka akibat negatif yang timbul pada pola

asuh ini akan cenderung lebih dominan. Hal yang senada juga disampaikan oleh

(Bjorklund, 2010) yang mengatakan bahwa pola asuh otoriter menjadikan seorang

anak menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya terhadap orang

lain. Namun, tidak hanya akibat negatif yang ditimbulkan, tetapi juga terdapat

akibat positif atau kelebihan dari pola asuh otoriter yaitu anak yang dididik akan

menjadi disiplin yakni menaati peraturan. Meskipun, anak cenderung disiplin

hanya di hadapan orang tua.

Pola asuh demokratis memiliki kelebihan yaitu menjadikan anak sebagai

seorang individu yang mempercayai orang lain, bertanggungjawab terhadap

tindakannya, tidak munafik, dan jujur. Pendapat (Bjorklund, 2010) memperkuat

pendapat Baumrind bahwa pola asuh otoritatif juga menjadikan anak mandiri,

memiliki kendali diri, bersifat eksploratif, dan penuh dengan rasa percaya diri.

Namun, terdapat kekurangan dari pola asuh otoritatif yaitu menjadikan anak

cenderung mendorong kewibawaan otoritas orang tua, bahwa segala sesuatu harus

dipertimbangkan antara anak dan orang tua.

15
Pada pola asuh permisif, orang tua memberikan kebebasan yang sebebas-

bebasnya kepada anak. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelebihan pola asuh ini

adalah memberikan kebebasan yang tinggi pada anak dan jika kebebasan tersebut

dapat digunakan secara bertanggung jawab, maka akan menjadikan anak sebagai

individu yang mandiri, kreatif, inisiatif, dan mampu mewujudkan aktualisasinya.

Di samping kelebihan tersebut, akibat negatif juga ditimbulkan dari penerapan

pola asuh ini yaitu dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan

sosial yang berlaku. Sejalan dengan pendapat tersebut juga menyampaikan bahwa

pola asuh permisif menjadikan anak kurang dalam harga diri, kendali diri dan

kecenderungan untuk bereksplorasi. Setiap pola asuh yang diterapkan orang tua

memiliki dampak positif dan negatif terhadap perilaku dan kondisi emosi seorang

anak. Agar anak berkembang dengan baik, maka setiap orang tua perlu memilih

jenis pola asuh yang sesuai dengan karakteristik anak.

2.2 Kecerdasan Emosi

2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi

Kecerdasan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang diberikan

kepada setiap umat manusia. Kecerdasan dikenal juga dengan istilah intelegensi.

Intelegensi berasal dari Bahasa Inggris yaitu intellegence. Pada kamus Bahasa

Inggris menurut ( John M. Echols dan Hassan Shadily, 2010), intellegence berarti

kecerdasan atau keterangan-keterangan. ( Howard Gardner, 2011) mendefinisikan

kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan atau menciptakan sesuatu

yang bernilai bagi budaya tertentu. Sedangkan (David Weschler,2013)

16
merumuskan kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk

bertindak, berpikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.

Emotion merupakan istilah emosi dalam Bahasa Inggris. Pada kamus

Bahasa Inggris menurut (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2011) emotion

berarti emosi atau perasaan yang menggugah hati. Kecerdasan emosi merupakan

gabungan dari kata kecerdasan dan emosi. Istilah kecerdasan emosi pada mulanya

dilontarkan oleh dua ahli psikologi, yakni Salovey dari Universitas Harvard dan

Mayer dari Universitas New Hampshire. Salovey dan Mayer, 2011 menggunakan

istilah kecerdasan emosi untuk menggambarkan sejumlah keterampilan yang

berhubungan dengan keakuratan penilaian tentang emosi diri sendiri danorang

lain, serta kemampuan mengelola perasaan untuk memotivasi, merencanakan dan

meraih tujuan hidup.

Menurut Salovey (2008), Kecerdasan Emosional adalah mengenali emosi

diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan

membina hubungan baik dengan orang lain.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi

Menurut (Goleman, 2015), ada dua faktor yang mempengaruhi kecerdasan

emosi, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal.

1. Faktor internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri

seorang individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosi seseorang.

Bagian otak yang mengurusi emosi adalah sistem limbik. Sistem

17
limbikterletak jauh dalam himisfer otak besar dan terutama bertanggung

jawab atas pengaturan emosi.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar individu dan

mempengaruhi individu untuk mengubah sikap. Pengaruh luar dapat

bersifat individu maupun kelompok. Misalnya antara individu kepada

individu lain ataupun antara kelompok kepada individu maupun

sebaliknya. Pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak merupakan

salah satu contoh pengaruh yang diberikan dari individu kepada individu

lain, dalam hal ini adalah anak. Pengaruh juga dapat bersifat tidak

langsung yaitu melalui perantara misalnya media masa baik cetak maupun

elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit. Kondisi ikut

mempengaruhi emosi.

Hasil riset yang dilakukan oleh Ridhoyanti Hidayah & Eka Yunita

& Yulian Wiji Utami tahun (2015) di TK Senaputra Malang, orangtua

yang menggunakan pola asuh demokratis sebesar 63,15 %, pola asuh

otoriter sebesar 19,29% dan pola asuh permisif sebesar 17,56%. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa bahwa mayoritas orangtua siswa

TK Senaputra terdapat pola asuh demokratis.Dari hasil penelitian tersebut

menjukkan bahwa anak usia prasekolah yang memiliki tingkat kecerdasan

emosional baik sebesar 63,16%, tingkat kecerdasan emosional cukup

sebesar 26,31% dan tingkat kecerdasan emosional kurang sebesar

10,53%.Pengujian menggunakan uji kolerasi Spearman Rank

18
menghasilkan nilai p value sebesar 0,000 yang berarti bahwa kedua

variabel mempunyai hubungan yang signifikan/bermakna karena nilai p

value <0,05 yang artinya ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan

tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah.

Menurut (Hurlock, 2010) ada beberapa kondisi yang

mempengaruhi emosi seseorang, diantaranya sebagai berikut:

1. Kondisi kesehatan

Kondisi kesehatan yang baik mendorong emosi yang

menyenangkan menjadi dominan, sedangkan kesehatan yang buruk

menjadikan emosi yang tidak menyenangkan lebih menonjol.

2. Suasana rumah

Suasana rumah yang berisi kebahagiaan, sedikit kemarahan,

kecemburuan dan dendam, maka anak akan lebih banyak mempunyai

kesempatan untuk menjadi anak yang bahagia.

3. Pola asuh orang tua

Pola asuh yang digunakan untuk mendidik anak oleh orang tua

berbeda – beda, misalnya mendidik anak secara otoriter, yang

menggunakan hukuman untuk memperkuat kepatuhan secara ketat,

akan mendorong emosi yang tidak menyenangkan menjadi dominan.

Cara mendidik anak yang bersifat demokratis dan permisif akan

menjadikan suasana yang santai akan menunjang emosi yang

menyenangkan.

19
4. Hubungan dengan para anggota keluarga

Hubungan yang tidak rukun antara orang tua atau saudara akan

lebih banyak menimbulkan kemarahan dan kecemburuan sehingga

emosi negatif cenderung menguasai kehidupan anak di rumah.

5. Hubungan dengan teman sebaya

Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya, maka

emosi yang menyenangkan akan menjadi dominan. Apabila anak

ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang

dominan adalah emosi yang negatif.

6. Perlindungan yang berlebih-lebihan

Orang tua yang melindungi anak secara berlebihan, yang selalu

berprasangka bahaya terhadap sesuatu akan menimbulkan rasa takut

pada anak menjadi dominan.

7. Bimbingan

Bimbingan dengan menitikberatkan kepada penanaman pengertian

bahwa mengalami frustasi diperlukan sekali waktu dapat mencegah

kemarahan dan kebencian menjadi emosi yang dominan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua merupakan salah satu kondisi

juga sebagai faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi anak.

20
2.2.3 Aspek- Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi

Cooper dan Sawaf, (2007) menyebutkan empat aspek kecerdasan

emosi, yaitu:

1. Kesadaran emosi (emotional literacy)

Kesadaran Emosi bertujuan untuk membangun rasa percaya

diri pribadi melalui pengenalan emosi yang dialami dan kejujuran

terhadap emosi yang dirasakan. Kesadaran emosi akan mempengaruhi

penyaluran energi emosi ke arah yang konstruktif jika seseorang dapat

mengelola emosi yang telah dikenalnya.

2. Kebugaran emosi (emotional fitness)

Kebugaran emosi bertujuan mempertegas antusiasme dan

ketangguhan untuk menghadapi tantangan dan perubahan.

Pada kebugaran emosi terdapat kemampuan untuk mempercayai oran

lain, mengelola konflik serta mengatasi kekecewaan dengan cara yang

membangun.

3. Kedalaman emosi (emotional depth)

Kedalaman emosi yaitu mencakup komitmen untuk

menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi serta bakat unik yang

dimiliki. Dengan adanya kedalaman emosi, seseorang dapat

melakukan kerja dengan senang hati.

4. Alkimia emosi (emotional alchemy)

Alkimia emosi yaitu kemampuan kreatif untuk mengalir

bersama masalah-masalah dan tekanan-tekanan tanpa larut di

21
dalamnya.Mencakup keterampilan bersaing dengan lebih peka

terhadap kemungkinan solusi yang masih tersembunyi dan peluang

yang masih terbuka untuk memperbaiki hidup.

Goleman (2015) menyebutkan ada lima komponen dalam

kecerdasan emosi yaitu:

1. Mengenali emosi diri - kesadaran diri (knowing one’s emotions -

self-awareness), yaitu mengetahui apa yang kita rasakan pada

suatu saat, dan menggunakannya untuk pengambilan keputusan

sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri

dan kepercayaan diri yang kuat.

2. Mengelola emosi (managing emotions), yaitu lebih mampu

mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa berkelahi,

berkurangnya kesepian dan kecemasan dalam pergaulan,

berkurangnya agresif atau merusak diri sendiri.

3. Memanfaatkan emosi secara produktif, yaitu lebih bertanggung

jawab, lebih mampu memusatkan perhatian pada tugas yang

dikerjakan, lebih menguasai diri, nilai pada tes – tes prestasi

meningkat.

4. Mengenali emosi atau empati (recognizing emotions in other),

yaitu kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan orang

lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan

hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang

banyak atau masyarakat.

22
5. Membina hubungan (handling relationships), yaitu kemampuan

mengendalikan dan menangani emosi dengan baik ketika

berhubungan dengan orang lain dan dengan cermat membaca

situasi dan jaringan sosial, berinteraksi dengan lancar, memahami

dan bertindak bijaksana dalam hubungan antarmanusia.

Menurut Goleman (2015), aspek – aspek kecerdasan dijelaskan

dalam tabel 1.1

Tabel 1.1 Aspek – Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi.

Aspek Karakteristik Perilaku


1. Kesadaran diri a. Mengenal dan merasakan emosi sendiri
b. Memahami penyebab perasaan yang timbul
c. Mengenal pengaruh perasaan terhadap
tindakan
2. Mengelola emosi a. Bersikap toleran terhadap frustasi dan
mampu mengelola amarah secara baik.
b. Mampu mengungkapkan amarah dengan
tepat tanpa berkelahi.
c. Dapat mengendalikan perilaku agresif yang
merusak diri sendiri dan orang lain.
d. Memiliki perasaan yang positif tentang diri
sendiri, sekolah dan keluarga.
e. Memiliki kemampuan untuk mengatasi
ketegangan jiwa.
f. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan
cemas dalam pergaulan.
3. Memanfaatkan a. Memiliki rasa tanggung jawab.
emosi secara produkti b. Mampu memusatkan perhatian pada tugas
yang dikerjakan.
c. Mampu mengendalikan diri dan tidak
bersikap impulsif.
4 Empati a. Mampu menerima sudut pandang orang lain
b. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang
lain (empati)
c. Mampu mendengarkan orang lain
5 Membina a. Memiliki pemahaman dan kemampuan
hubungan untuk menganalisis hubungan dengan orang
lain

23
Aspek Karakteristik Perilaku
b. Dapat menyelesaikan konflik dengan orang
lain
c. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
d. Memiliki sikap bersahabat atau mudah
bergaul
e. Memiliki sikap tenggangrasa atau pehatian
f. Memperhatikan kepentingan sosial(senang
menolong orang lain) dan dapat hidup
selaras dengan kelompok
g. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja
sama
h. Bersikap demokratis dalam bergaul dengan
orang lain.
2.2.4 Ciri-ciri Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosi Tinggi
Dapsari (2007) mengemukakan ciri-ciri anak yang memiliki

kecerdasan emosi tinggi diantaranya:

1. Optimal dan selalu positif pada saat menangani situasi-situasi dalam

hidupnya, misalnya saat menangani peristiwa dalam hidupnya dan

menangani tekanan masalah yang dihadapi.

2. Terampil dalam membina emosinya, dimana orang tersebut terampil

didalam mengenali kesadaran emosi diri dan ekspresi emosi.

3. Optimal pada kecakapan kecerdasan emosi, meliputi kecakapan

intensionalitas, kreativitas, ketangguhan, hubungan antarpribadi dan

ketidakpuasan kostruktif.

4. Optimal pada nilai-nilai empati, intuisi, radius kepercayaan, daya

pribadi dan integritas.

5. Optimal pada kesehatan secara umum, kualitas hidup, relationship


quotient dan kinerja optimal.

24
Goleman (2015) mengemukakan ciri seseorang yang memiliki

kecerdasan emosi tinggi yaitu:

1. Sosial mantap.

2. Mudah bergaul dan jenaka.

3. Tidak mudah takut dan gelisah.

4. Berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan orang-orang

atau permasalahan.

5. Memikul tanggung jawab dan mempunyai pandangan moral.

6. Simpatik dan hangat dalam berhubungan.

7. Merasa nyaman dengan dirinya sendiri, orang lain maupun

pergaulannya, dan memandang dirinya secara positif.

2.2.5 Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak

Pelatihan emosi yang dilakukan orang tua merupakan salah satu cara untuk

mengembangkan kecerdasan emosi yang dimiliki anak. John Gottman dan Joan

DeClaire (2010) mengemukakan bahwa pelatihan emosi biasanya digunakan oleh

orang tua untuk memupuk empati dalam membina hubungan dengan anak mereka

sambil meningkatkan kecerdasan emosi anak.Langkah-langkah yang digunakan

untuk melatih emosi menurut dua ahli di atas yaitu:

1. Menyadari emosi anak.

2. Mengenali emosi anak.

3. Mendengarkan dengan penuh empati dan menegaskan perasaan - perasaan

anak.

4. Menolong anak untuk memberi nama bagi emosinya dengan kata-kata.

25
5. Menentukan batas-batas sambil menolong anak untuk memecahkan

masalah.

Kecerdasan emosi dapat mendukung kesuksesan seseorang. Oleh karena itu,

perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengembangkan kecerdasan emosi seseorang.

Salah satunya dengan cara pelatihan emosi seperti yang telah diuraikan di atas.

2.3 Konsep Anak Usia Pra Sekolah

2.3.1 Pengertian Anak Usia Pra Sekolah

Hidayat (2010) mengatakan anak merupakan individu yang berada dalam

satu rentang perubahan perkembangan yang mulai dari bayi hingga remaja. Masa

anak merupakan perkembangan yang dimulai dari bayi (0- 1 tahun), usia

bermain/toddler (1- 2,5 tahun), pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia sekolah (5-11

tahun), usia remaja (11- 18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak yang satu

dengan anak yang lainya karena mengingat latar belakang anak yang berbeda.

Anak usia pra sekolah dalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka

biasa mengikuti program pra sekolah. Di Indonesia pada umumnya mereka

mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau

Play Group ( usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 -6 tahun biasanya mereka

mengikuti program taman kanak – kanak (TK) ( Patmonodewo, 2011).

2.3.2 CiriAnak Usia Pra Sekolah

Menurut Snowman dalam Dewi dkk (2015), mengemukakan ciri-ciri anak

usia pra sekolah meliputi emosional, sosial, dan kognitif anak.

26
1. Ciri Emosional Anak Usia Pra Sekolah

Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.

Sikap sering marah dan iri hati sering diperlihatkan.

2. Ciri Sosial Anak Usia Pra sekolah

Anak usia pra sekolah biasanya mudah bersosialisasi dengan orang di

sekitarnya. Biasanya mereka mempunyai sahabat yang berjenis kelamin

sama. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak terlalu terorganisasi

secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat berganti-ganti.

3. Ciri Kognitif Anak Usia Pra Sekolah

Anak usia pra sekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa.

Sebagian besar dari mereka senang berbicara, khususnya dalam

kelompoknya. Sebagian dari mereka juga perlu dilatih untuk menjadi

pendengar yang baik.

2.3.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Pra Sekolah

Menurut Gunarsa (2010) tugas – tugas perkembangan anak usia dini (0 -6

tahun) adalah sebagia berikut :

1. Belajar berjalan. Belajar berjalan terjadi pada usia antara 9 sampai 15

bulan, pada usia ini tulang kaki, otot dan sumsum sarafnya telah matang

untuk belajar berjalan.

2. Belajar memakai pakaian. Terjadi pada tahun kedua, sistem alat – alat

pencernaan makanan dan alat – alat pengunyah pada mulut telah matang.

27
3. Belajar berbicara. Diperlukan kematangan otot – otot dan saraf dari alat –

alat bicara untuk dapat mengeluarkan suara yang berarti dan

menyampaikannya kepada orang lain dengan perantara suara.

4. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Sebelum usia 4 tahun, anak

pada umumnya belum dapat menahan buang air besar dan kecil karena

perkembangan saraf yang mengatur pembuangan belum sempurna,

sehingga diperlukan pembiasaan untuk memberikan pendidikan

kebersihan.

5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin. Agar anak mengenal jenis

kelamin dengan baik, maka orang tua prlu memperlakukan anaknya, baik

dalam memberikan mainan, pakaian maupun aspek lainya sesuai dengan

jenis kelamin anak.

6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisologis. Untuk mencapai kestabilan

jasmaniah, bagi anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses

tersebut, orang tua perlu memberikan perawatan yang internsif baik

menyangkut pemberian makanan yang bergizi maupun pemeliharaan

kebersihan.

7. Membentuk konsep sederhana tentang realitas sosial dan fisik. Mulanya

dunia bagi anak merupakan suatu keadaan yang kompleks. Perkembangan

lebih lanjut anak menemukan keteraturan dan membentuk generalisasi.

8. Belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara, dan

orang lain. Anak akan berinteraksi dengan orang- orang disekiratnya. Cara

28
yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan

orang lain, akan menentukan sikapnya di kemudian hari.

9. Belajar membentuk konsep tentang benar - salah. Seiring berkembanganya

anak, ia harus belajar pengertian baik - buruk, benar dan salah, sebab

sebagian makhluk sosial manusia tidak hanya memperhatikan kepentingan

sendiri saja, tetapi harus memperhatikan kepentingan oranmg lain.

Sedangkan menurut Hurlock (2010) tugas - tugas perkembangan anak usia

4 - 6 tahun adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari ketrampilan fisik yang diperlukan untuk permainan yang

umum.

2. Membangn sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebaik makhluk yang

sedang tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya.

4. Mulai mengembangkan peran sosial laki - laki atau perempuan dengan

tepat.

5. Mengenbangkan ketrampila - keterampilan dasar untuk membaca, menulis

dan berhitung.

6. Mengenbangkan pengertian - pengertian yang diperlukan untuk kehidupan

sehari - hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral dan tingkah laku.

8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok - kelompok sosial dan lembaga

- lembaga.

9. Mencapai kebebasan pribadi.

29
2.4 Patofisiologi

Faktor pola asuh : Faktor Kecerdasan emosional:


1. Pekerjaan 1. Internal
2. Usia Yang dipengaruhi oleh
3. Lingkungan keadaan otak seseorang
4. Pendidikan orang 2. Eksternal
tua a. Kondidi kesehatan
5. Jenis kelamin b. Suasana rumah
c. Cara mendidik anak
d. Hubungan dengan para
anggota
e. Hubungan dengan teman
sebaya
f.f. Pola asuh

g. Perlindungan berlebih

Demokratis Otoriter Permisif

Demokratis
Non Demokratis

Kecerdasan emosional anak

Demokratis Otoriter Permisif


(+) mandiri, (+) disiplin, taat (+) mandiri, kreatif,
bertanggung jawab, aturan inisiatif, mampu
jujur penuh rasa (-) Tidak percaya mewujudkan
percaya diri, patuh terhadap orang aktualisasinya
(-) Segala sesuatu harus lain, menarik diri (-) Kurang disiplin,
dipertimbangkan dari pergaulan kurang kendali diri
dulu

1. Hukuman
2. Peraturan
3. Penghargaan

Gambar 2.1 : Patofisiologi Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat
Kecerdasan emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun)

30
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diukur melalui penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2010)

Faktor yang mempengaruhi


Mempengaruhi Kecerdasan
Emosional:
1. Faktor Internal
Yang dipengaruhi oleh
keadaan otak seseorang.
2. Faktor Eksternal
a. Kondisi kesehatan Kecerdasan Emosional pada
b. Suasana rumah Anak
c. Cara mendidik anak
d. Hubungan dengan para
anggota keluarga
e. Hubungan dengan
teman sebaya 1. Pola asuh Demokratis
f. Pola Asuh 2. Pola asuh Non
Demokratis
g. Perlindungan yang
- Otoriter
berlebihan
- Permisif

Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua:


1. Pekerjaan 4. Pendidikan orang tua
2. Usia 5. Jenis kelamin
3. Lingkungan tempat tinggal

Keterangan :
: Tidak Diteliti : Berhubungan
: Diteliti : Berpengaruh
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap

Tingkat Kecerdasan Emosional Anak Prasekolah Usia (4 – 6 Tahun).

31
Dari Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa faktor – faktor Kecerdasan Emosional

antara lain:

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri seorang

individu yang dipengaruhi oleh keadaan otak emosi seseorang.

2. Faktor Eksternal

a. Kondisi kesehatan

b. Suasana rumah

c. Cara mendidik anak

d. Hubungan dengan para anggota keluarga

e. Hubungan dengan teman sebaya

f. Pola asuh orang tua

g. Perlindungan yang berlebih – lebihan

Pada kerangka konsep tersebut yang diteliti adalah pola asuh orang tua.

Proses pengasuhan anak bagi orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan

fakta, gagasan dan pengetahuan saja, melainkan membantu proses tumbuh

kembang kepribadian anak (Fitriyati, 2013). Bentuk – bentuk pola asuh orang tua

sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak dan salah satunya dapat

mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional anak.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah sesuatu yang diduga ada hubungan yang diharapkan

antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis atau

dugaan sementara diperlukan untuk memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang

32
dicapai (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis pada penelitian ini ada hubungan antara

pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak prasekolah

usia ( 4- 6 tahun).

H1 : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan

emosional anak prasekolah usia ( 4- 6 tahun).

Ho : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan

Emosional anak prasekolah usia (4 – 6 tahun).

33
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah metode yang digunakan peneliti untuk

menentukan arah penelitian berdasarkan tujuan dan hipotesis. Desain penelitian

yang digunakan untuk meneliti hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat

kecerdasan emosional anak prasekolah usia (4-6 tahun) dalah penelitian

kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif apabila dalam

mendeskripsikan, peneliti menggunakan angka – angka dengan analisis univariat

berupa persentase dan standar deviasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi (Saryono, 2011). Desain penelitian yang akan digunakan

adalah desain analitik dengan pendekatan cross-sectional. Cross-sectional yaitu

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi data variabel

independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam 2016).Pada

jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara stimulat pada suatu

saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus

diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel

independen maupun variabel dependen dinilai hanya hatu kali saja. Dengan studi

ini, akan diperoleh prevelensi atau efek suatu fenomena (variabel independen)

dihubungkan dengan penyebab (variabel dependen). Pada penelitian ini yang

menjadi variabel independen yaitu pola asuh orang tua dan variabel dependen

yaitu kecerdasan emosional anak.

34
4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Saryono, 2011). Jumlah

keseluruhan anak usia prasekolah usia (4-5 tahun) di TK Darma Wanita adalah 63

anak, dari jumlah keseluruhan tersebut didapatkan populasi target yang sesuai

dengan kriteria peneliti sebesar 53 anak yang di asuh oleh orang tua.

4.2.2 Besar Sampel

Dari hasil yang di dapatkan populasi targetsebesar 53 anak yang diasuh

oleh orang tua di TK Darama Wanita Teguhan, besar sampel penelitian di dapat

dari rumus slovin sebagai berikut:

n= N

1 + N(d)²

n= 53

1+53(0,05)²

n= 53

1,1

n= 48

Keterangan:

n : Jumlah Sampel

N : Jumlah populasi target

e : Tingkat kepercayaan 0,1

35
d : Tingkat signifikasi (p)

Hasil perhitungan dengan rumus diatas diperoleh sampel minimum untuk

penelitian ini adalah 48 sampel. Jadi, jumlah sampel kasus dalam penelitian ini

adalah 48 anak.

4.2.3 Kriteria Sampel

1. Kriteria Inklusi

a. Orang tua yang mengasuh anaknya secara langsung yang

berusia ( 4 – 6 tahun) di TK Dharma Wanita Teguhan Ngawi.

b. Orang tua yang bersedia menjadi responden.

2. Kriteria ekskulsi

a. Orang tua yang memiliki anak dengan berkebutuhan khusus.

4.3 Teknik Pengambilan Sampling

Sampling adalah cara menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan

ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan

memperhatikan sifat – sifat penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang

representatif (Saryono, 2011). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini

adalah probabiliti sampling yaitu bahwa setip subjek dalam populasi mempunyai

kesempatan utuk terpilih atau tidak terpilih atau tidak terpilih sesuai sampel

(Nursalam, 2016). Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel yaitu

menggunakan metode simple random sampling. Untuk mencapai sampling ini,

setiap elemen diseleksi secara acak. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

menulis nama pada kertas, dibentuk lot, ditaruh di dalam wadah kemudian di

kocok dan dijatuhkan. Maka secara acak diambil sejumlah 48 sampel dari 53

36
populasi target yang tersedia. Peneliti kemudian mendatangi calon responden

dengan cara door to door untuk memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan

kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Apabila ada responden

yang tidak bersedia maka akan diambil undian lagi. Calon responden yang

bersedia kemudian diberi lembar Informed Consent untuk tanda tangan

pernyataan sebagai bukti ketersediaan untuk menjadi responden. Setelah

responden tanda tangan lembar Informed Consent, peneliti memberikan lembar

kuesioner untuk diisi oleh responden.

37
4.4 Kerangka Kerja Penelitian

Adapun kerangka kerja penelitian ini adalah:

Populasi Target
Seluruh Anak prasekolah usia (4-6 tahun) yang diasuh oleh
Orang tua sebesar 48 anak di TK Darma Wanita teguhan Ngawi.

Sampel
Anak prasekolah usia (4-6 tahun) yang diasuh oleh orang tua di TK Teguhan
Ngawi sebesar 48 anak.

Sampling : Simpel random sempling

Desain Penelitian :
Analiti dengan pendekatan cross-sectional

Pengumpulan Data:
Menilai Pola asuh Orangtua dan
Kecerdasan Emosional

Kuesioner Pola Asuh Kuesioner Kecerdasan


Orang Tua Emosional pada anak
Prasekolah

Pengolahan Data:
Editing, coding, scoring, dan tabulating

Analisis : Chi Square

Hasil dan Kesimpulan


Pelaporan
Gambar 4.1 Kerangka kerja penelitian Hubungan pola asuh orang tua terhadap
tingkat kecerdasan emosional pada anak prasekolah usia (4-6 tahun)
di Tk Darma Wanita Teguhan Ngawi.

38
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

4.5.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut,

kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Variabel Independent dan Variabel Dependen.

1. Variabel Independen (Bebas) adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel dependen (Saryono, 2011).

Dalam penelitian ini Variabel Independen adalah Pola Asuh Orangtua.

2. Variabel Dependen (Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi atau

yang menjadi akibat, karenya adanya variabel independen (Saryono,

2011). Dalam penelitian ini Variabel Dependen adalah Kecerdasan

Emosional anak Prasekolah.

39
4.5.2 Definisi Operasional

Tabel 4.2 : Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Tingkat
Kecerdasan Emosional Anak Prasekolah usia (4-6 tahun) di TK Darma
Wanita Teguhan Ngawi.
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional Data
Kriteria
Variabel Pola asuh adalah 1. Pola Asuh Kuesioner Nominal Favorable:
Independen: suatu interaksi Demokratis “Selalu”
antara orang tua 2. Pola Asuh diberi skor 4
Pola Asuh dan anak, yang Non “Kadang -
Orangtua meliputi kegiatan Demokratis Kadang”
seperti menerapkan diberi skor 3
aturan, “Tidak
mengajarkan nilai / Pernah”
norma,memberikan diberi skor 2
perhatian dan kasih “Selalu tidak
sayang, pernah”
melindungi, dan diberi skor 1
mengarahkan
tingkah laku anak Unfavorable:
selama masa “Selalu”
perkembangan diberi skor 1
serta memberi “Kadang -
pengaruh terhadap Kadang”
perkembangan diberi skor 2
kepribadaian anak . “Tidak
Kecerdasan Pernah”
diberi skor 3
“Selalu tidak
pernah”

Kategori:
X ≥ 20
Demokratis
X ≤ 10 : Non
Demokratis
Kecerdasan Emosional adalah 1. Kesadaran Kuesioner Ordinal
Favorable:
Emosional mengenali emosi diri
Jawaban“San
diri, mengelola 2. Mengelola
gat tidak
emosi, memotivasi emosi
setuju” diberi
diri sendiri, 3. Memanfaat
skor 4
mengenali emosi kan emosi
“Tidak
orang lain, dan secara

40
membina produktif setuju” diberi
hubungan baik 4. Empati skor 3
dengan orang lain. 5. Membina “Setuju”
hubungan diberi skor 2
“Sangat
setuju” diberi
skor 1

Unfavorable:
Jawaban
“Sangat tidak
setuju”diberi
skor 1
“Tidak
setuju” diberi
skor 2
“Setuju”diber
i skor 3
“Sangat
setuju” diberi
skor 4

Kategori:
X ≥ 48 :
Tinggi
X ≥ 24:
Rendah

4.6 Instrumen Penelitian

1. Pola Asuh Orangtua

Pengukuran pola asuh orang tua dalam penelitian ini menggunakan

lembar kuesioner untuk mengetahui bagaimana pola asuh orang tua

terhadap anaknya. Kategori skala pola asuh yang disusun

berdasarkan dua elemen yaitu pola asuh demokratis, dan pola asuh

non demokratis. Untuk pengkategorianya sebagai berikut.

41
1. X ≥ (μ + σ) : Demokratis

2. X ≤ (μ -σ) : Non Demokratis

Keterangan :

μ = Mean Teoritik

σ= Standar Deviasi

X = Skor Kuesioner

Yang selanjutnya untuk penghitungan μ sebagai berikut :

μ= –
2

μ = 40 − 10
2

μ = 15

penghitungan σ sebagai berikut :

σ= −
6

σ = 40 − 10
6

σ=5

Selanjutnya untuk menentukan skor pola asuh dimasukan kedalam kategorisasi

model distribusi normal (Azwar, 2010) :

1. X ≥ (15 + 5)

X ≥ 20 : Demokratis

2. X ≤ (15 - 5 )

X ≤ 10 : Non Demokratis

42
Jadi untuk kriteria skor kecerdasan emosional adalah :

X ≥ 20 : Kategori Demokratis

X ≤ 10 : Kategori Non Demokratis

2. Kecerdasan emosional

Pengukuran Kecerdasan emosional anak dalam penelitian ini

menggunakan lembar kuesioner untuk mengukur dampak dari

diterapkanya pola asuh orang tua terhadap anaknya.Pada instrumen

penelitian kecerdasan emosional menggunakan klasifikasi skor

intrumen untuk membuat pengkategoriandata. Tujuan kategorisasi

ini adalah menempatkanindividu ke dalam kelompok-kelompok

yang posisinya berjenjang suatu kontinum berdasarkan atribut yang

diukur. Bila diinginkan penggolongansubjek ke dalam dua kategori

diagnosis, maka satuan deviasi standar dibagi ke dalam tiga bagian

sebagai berikut.

1. X ≥ (μ + σ) : kategori tinggi
2. X ≤ (μ -σ) : kategori rendah

Keterangan :

μ = Mean Teoritik

σ= Standar Deviasi

X = Skor Kuesioner

43
Yang selanjutnya untuk penghitungan μ sebagai berikut :

μ= –
2

μ = 96 − 24
2

μ = 36

penghitungan σ sebagai berikut :

σ= −
6

σ = 96 − 24
6

σ = 12

Selanjutnya untuk menentukan skor kecerdsan emosional dimasuka kedalam

kategorisasi model distribusi normal (Azwar, 2010) :

3. X ≥ (36 + 12)

X ≥ 48 : Tinggi

4. X≤ (36 - 12)

X ≤ 24 : Rendah

Jadi untuk kriteria skor kecerdasan emosional adalah :

X ≥ 48 : Kategori Tinggi

X ≤ 24 : Kategori Rendah

44
4.6.1 Validitas

Validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data ( Nursalam, 2016). Pada

penelitian ini, kedua variabel menggunakan uji validitas berupa kuesioner. Uji

validitas dilakukan sebelum pengumpulan data pada responden. Kuesioner pola

asuh orang tua dan kecerdasan emosionalini sudah diuji validitas oleh peneliti.

Koefisien ujivaliditas untuk pola asuh orangtua antara 0,579–0,888. Dari 15

pertanyaan, 10 pertanyaan dinyatakan valid. Sementara untuk kuesioner

kecerdasan emosional sebanyak 34 pertanyaan dinyatakan validsebesar 24 dengan

koefisien validitas 0,501–0,772.

4.6.2 Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta

atau kenyataan diukur atau diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan.

Alat atau cara mengukur atau mengamati sama- sama memegang peran penting

dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2016). Peneliti akan melakukan uji

reliabilitas kedua instrument sebelum melakukan pengambilan data pada

responden. Reliabilitas untuk kuesioner pola asuh sebesar 0,806 dan kuesioner

kecerdasan emosionalsebesar 0,866 yang berarti sangat reliabel. Uji dikatakan

reliabel apabila nilai koefisien alpha > 0,6.

45
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.7.1 Lokasi Penelitian

Dalam penelitian tempat dan lokasi yang digunakan sebagai objek

penelitian adalah di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.

4.7.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Januari – Juni 2019 mulai

dari perizinan sampai pengambilan data berlansung. Bimbingan dan ujian

proposal antara bulan Januari sampai Mei, kemudian pengambilan data penelitian

izin pada bulan Mei, pengolahan data pada bulan Juni dan pelaporan pada bulan

Juli.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai

berikut:

1. Mengajukan permohonan izin kepada institusi pendidikan STIKES Bhakti


Husada Mulia Madiun.
2. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh kepada bagian
Bankesbangpol kabupaten Ngawi.
3. Mengirimkan permohonan izin yang diperoleh kepada bagian kepala
sekolah TK Darma Wanita Ngawi.
4. Mengumpulkan orang tua anak usia prasekolah disatu ruangan.
5. Memberi penjelasan kepada orang tua mengenai maksud dan tujuan
penelitian.
6. Menayakan kesediaan dijadikan objek penelitian.
7. Memberi Inform Consent kepada orang tua.
8. Melakukan pengambilan data pola asuh orang tua dengan cara mengisi
kuesioner.

46
9. Melakukan pengambilan data kecerdasan emosional dengan cara menisi
kuesioner.
10. Menganalisis hasil data yang diperoleh.
11. Melaporkan hasil analisis.

4.9 Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah sebai berikut:

1. Editing

Peneliti melakukan pengecekan data dari hasil lembar kuesioner skala indeks

bartle, bila ada lebar kuesioner yang belum terisi jika memungkinkan untuk

pengambilan data ulang, tetapi bila tidak memungkinkan maka data tidak

lengkap tersebut diolah atau dimasukan ke data missing.

2. Coding

Mengklasifikasikan jawaban dari pada responsen kedalam kategori.

Klasifikasi data merupakan usaha untuk menggolongkan, mengklompokkan,

dan memilih data berdasarkan klasifikasi tertentu. Kegiatan ini akan

memudahkan dalam menguji hipotesis. Pada proses coding peneliti

melakukan pengklasifikasian jawaban responden.

1) Pola Asuh

a. Demokratis :1

b. Non Demokratis : 2

2). Kecerdasan Emosional

a. Tinggi :1

b. Rendah :2

47
3. Processing atau entry data

Proses kelanjutan setelah coding data yaitu memasukan data dari lebar

kuesioner kedalam komputer.

4. Scoring ( Pemberian skore)

Memberikan penilaian terhadap item – item yang perlu diberi penilaian atau

skor.

Untuk skoring pada pola asuh :

Favorable:

“Selalu” diberi skor 4, “Kadang - Kadang” diberi skor 3, “Tidak Pernah”

diberi skor 2,”Selalu tidak pernah” di beri skor 1

Unfavorable:

“Selalu” diberi skor 1, “Kadang - Kadang” diberi skor 2, “Tidak Pernah”

diberi skor 3,” Selalu tidak pernah” diberi skor 4

Untuk Kategori :
X ≥ 20 : Demokratis
X ≤ 10 : Non Demokratis

Sementara untuk skoring kecerdasan emosional:

Favorable (Positif)

Jawaban “sangat tidak setuju” di beri skor 4, “tidak setuju” diberi skor 3,

“setuju” diberi skor 2, “ sangat setuju” diberi skor 1

Unfavorable (Negatif)

Jawaban “sangat tidak setuju” di beri skor 1, “tidak setuju” diberi skor 2,

“setuju” diberi skor 3,” sangat setuju” diberi skor 4

48
X ≥ 48 : Kategori Tinggi

X ≤ 24 : Kategori Rendah

5. Tabulating

Pekerjaan membuat tabel. Jawaban – jawaban yang telah diberi kode

kemudian dimasukan kedalam tabel. Langkah terakhir dari penelitian ini

adalah melakukan analisis data. Selanjutnya data dimasukan ke komputer

untuk dianalisa secara statistik.

4.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisa yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

statistik menggunakan program SPSS 16.0, analisis data dalam penelitian ini

menggunkan statistik inferesial. Analisis statistik inferesian bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh, perbedaan, hubungan, atara sampel yang

diteliti pada taraf signifikan tertentu.

1. Univariat

Analisa data univariat adalah analisa yang dilakukan untuk menganalisis

tiap variabel dari hasil penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari

jenis datanya (Notoatmodjo, 2012). Analisis univariat bertujuan untuk

mengetahui ferkuensi dan gambaran karakteristik meliputi usia, jenis

kelamin, variabel Independen (Pola asuh) dan dependen (Kecerdasan

emosional). Hasil analisis menunjukkan nilai mean, median standar

deviasi, frekuensi dan proporsi masing – masing (Notoatmodjo, 2012).

49
2. Bivariat

Analisis Bivariat merupakan analisis untuk mengetahui interaksi

duavariabel, baik berupa komparatif, asosiatif, maupun korelatif ( saryono,

2011). Pendapat lain menurut (Sopiyudin, 2009) mengatakan semua

hipotesis untuk kategorik yang berskala nominal dan ordinal tidak

berpasangan menggunakan analisa data uji Chi Square.Pada Uji Chi

Square (p < 0,05) pengolahan data menggunakan bantuan program SPSS

16 dengan rumus :

X² = Σ (fo - fh)²

fh

Keterangan :

X² = Chi Kuadrat

fo = Frekuensi yang diobserfasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

Syarat uji Chi-square adalah sebagai berikut:

a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual

Count (F0) sebesar 0 (Nol).

b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x2, maka tidak boleh ada 1 cell saja

yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected cound (“Fh”)

kurang dari 5.

c. Apabila bentuk tabel lebi dari 2x2, misal 2x3 maka jumlah cell dengan

frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.

50
Keputusan hasil uji statistic dengan membandingkan p value dan nilai α

(0,05), ketentuan yang berlaku adalah :

1. Jika p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh pola asuh orang tua

terhadap tingkat kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah.

2. Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh pola asuh

orang tua terhadap tingkat kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah.

4.11 Etika Penelitian

Pada penelitian ini menjunjung tinggi prisip etika penelitian yang

merupakan standar etika dalam melakukan penelitian ( Saryono, 2011). Untuk

menjaga aspek tersebut dilakukan dengan:

1. Manfaat

Prinsip ini mengharuskan peneliti untuk memperkecil resiko dan

memaksimalkan manfaat. Prinsip ini meliputi hak untuk mendapatkan

perlindungan dari kejahatan dan kegelisahan dan hak untuk mendapatkan

perlindungan dari eksploitasi.

2. Menghormati

Prinsip ini meliputi hak untuk menetukan pilihan yaitu hak untuk

memutuskan dengan sukarela apakah ikut ambil bagian dalam suatu

penelitian tanpa resiko yang merugikan. Hak ini meliputi hak untuk

mendapat pertanyaan, mengungkapkan keberatan, dan menarik diri. Hak

mendapatkan data yang lengkap yaituhak untuk mendapat informasi,

keputusan sukarela tentang keikut sertaan penelitian yang memerlukan

ungkapan data lengkap.

51
3. Keadilan

Prinsip ini bertujuan untuk menjunjung tinggi keadilan dengan menghargai

hak – hak memberikan perawatan secara adil, dan hak untuk menjaga

privasi.

52
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data

kuesioner yang telah diisi oleh responden mengenai hubungan pola asuh orang tua

terhadap tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK

Darma Wanita Teguhan Ngawi . Pengumpulan data dilakukan selama 2 Minggu

pada tanggal 13 Mei sampai dengan 25 Mei 2019. Penelitian ini dilaksanakan

dengan cara door to door dengan jumlah responden sebanyak 48 anak yang diasuh

oleh orang tua.

5.1 Gambaran Umun Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.TK

Darma Wanita Teguhan Ngawi terdiri dari 4 tenaga pengajar.Waktu pembelajaran

dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB. TK Darma Wanita Teguhan

Ngawi ini berda di dekat Puskesmas dan Kantor Desa.

5.2 Hasil Penelitian

Hasil Penelitian ini terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum

meliputi jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, umur orang tua dan umur anak.

sedangkan data khusus menampilkan pola asuh orang tua dan tingkat kecerdasan

emosional anak prasekolah di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi

54
5.2.1 Data Umum

Data umun yang diidentifikasi dari responden meliputi jenis kelamin,

pekerjaan, pendidikan, umur orang tua dan umur anak.

5.2.1.1 Karakteristik responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin responden di


TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.

No Jenis Kelamin Jumlah (F) Persentase (%)


1 Laki – laki 0 0
2 Perempuan 48 100
Jumlah 48 100
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.1 dari 48 responden dapat diketahui bahwa sebagian

besar orang tua yang menjadi responden yaitu sebanyak 48 responden (100%)

berjenis kelamin perempuan.

5.2.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi berdasarkan pekerjaan responden di TK


Darma Wanita Teguhan Ngawi.

No Pekerjaan Jumlah (F) Persentase (%)


1 Tidak bekerja 7 14,6
2 Wiraswasta 8 16,7
3 Petani 14 29,1
4 Pegawai negeri 19 39,6
Jumlah 48 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.2 dari 48 responden dapat diketahui bahwa persentase

tertinggi pekerjaan sebagai Pegawai Negeri yaitu sebanyak 19 orang dengan

persentasi (39,6%) dan terendah Tidak Bekerja sebanyak 7 orang dengan

persentase (14,6%).

54
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi berdasarkan pendidikan responden di


TKDarma Wanita Teguhan Ngawi.
No Pendidikan Jumlah (F) Persentase (%)
1 SD 6 12.5
2 SMP 11 22.9
3 SMA 11 22.9
4 Sarjana 20 41.7
Jumlah 48 100,00
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.3 dari 48 responden dapat diketahui bahwa persentase

tertinggi yaitu pendidikan terakhir Sarjana sebanyak 20 orang dengan persentasi

(41,7%) dan terendah pendidikan SD sebanyak 6 orang dengan persentasi

(12,5%).

5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi berdasarkan usiaresponden di TK


DarmaWanita Teguhan Ngawi.
No Variabel Mean Median Minimal Modus Standar
Maksimal Deviasi
1 Usia 32.25 32.00 20 32 4.940
42
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden

adalah 32,25 tahun dengan usia yang termuda adalah 20 tahun sedangkan yang

tertua adalah 42 tahun. Usia responden yang paling banyak yaitu 32 tahun dengan

standart deviasi 4.940.

55
5.1.2.5 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi berdasarkan usia anak di TKDarma


Wanita Teguhan Ngawi.
No Variabel Mean Median Minimal Modus Standar
Maksimal Deviasi
1 Usia 5.56 6.00 4 6 0.681
6
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata usia anak adalah

5,56 tahun. Usia yang termuda adalah 4 tahun sedangkan yang tertua adalah 6

tahun.Usia anak yang paling banyak yaitu 6 tahun dengan standart deviasi 0,681.

5.2.2 Data Khusus

Setelah diketahui data umun dalam penelitian ini makan berikut akan

ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yaitu Pola Asuh

Orangtua dan Tingkat Kecerdasan Emosional Anak pada Usia Prasekolah (4-6

tahun) di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.

5.2.2.1 Karakteristik Penerapan Pola Asuh Orang Tua di TK Darma

Wanita Teguhan Ngawi

Tabel 5.6 Karakteristik pola asuh orangtua di TK Darma Wanita Teguhan


Ngawi.

Pada data karakteristik penerapan pola asuh orang tua terdapat data

yang tidak signifikan, yaitu nilai expeded kurang dari 5. Berdasarkan hasil

tersebut dilakukan penyederhanaan dengan cara menggabungkan data yang

semula 3 bagian yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh

permisif menjadi 2 bagian yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh non

demokratis. Untuk pola asuh otoriter dan permisif digabung menjadi pola asuh

56
non demokratis, sehingga data menjadi signifikan dan nilai expeded tidak ada

yang kurang dari 5.

No Karakteristik Pola Asuh Jumlah (F) Persentase (%)


1 Demokratis 29 60.4
2 Non demokratis 19 39.6
Jumlah 48 100.0
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Berdasarkan tabel 5.6 dari total 48 responden, responden didapati hasil

pola asuh demokratis sebanyak 29 reponden (60,4%), pada pola asuh non

demokratis sebanyak 19 responden (39,6%).

5.2.2.2 Karakteristik Tingkat Kecerdasan Emosional Anak di TK Darma

Wanita Teguhan Ngawi

Tabel 5.7 Karakteristik Tingkat Kecerdasan Emosional di TK Darma

Wanita Teguhan Ngawi.

Pada data karakteristik tinggat kecerdasan emosional terdapat data yang

tidak signifikan, yaitu nilai expeded kurang dari 5. Berdasarkan hasil tersebut

dilakukan penyederhanaan dengan cara menggabungkan data yang semula 3

bagian yaitu tinggi, sedang, rendah menjadi 2 bagian yaitu tinggi dan rendah.

Untuk tingkat kecerdasan emosional sedang digabung menjadi tingkat

kecerdasan rendah, sehingga data menjadi signifikan dan nilai expeded tidak

ada yang kurang dari 5.

No Tingkat Kecerdasan Emosional Jumlah (F) Persentase (%)


Anak
1 Tinggi 26 54.2
2 Rendah 22 45.8
Jumlah 48 100.0
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

57
Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui sebagian besar responden yaitu

sebanyak 26 responden (54,2%) menunjukkan tingkat kecerdasan

emosionaltinggi, sebanyak 22 responden (45,8%) menunjukkan tingkat

kecerdasan emosional rendah.

5.2.2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kecerdasan

Emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita

Teguhan Ngawi.

Tabel 5.8 Tabulasi silang pola asuh orangtua terhadap tingkat kecerdasan
emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Darma Wanita
Teguhan Ngawi.
Kecerdasan Emosional Total
Tinggi Rendah
Pola Asuh N % N % N %
Orang tau
Demokratis 21 75 7 25 28 100
Non Demokratis 5 25 15 75 20 100
Total 26 54,2 22 45,8 48 100
 = 0,05 r= 0,443 P Value = 0,001
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019

Dari tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua

menerapkan pola asuh demokratis dengan tingkat kecerdasan emosional tinggi

yaitu 21 responden (75,0%), orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis

dengan tingkat kecerdasan emosional rendah sebanyak 7 responden (25,0%).

Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh non demokratis dengan tingkat

kecerdasan emosional tinggi sebesar 5 responden (25,0%), pada orang tua yang

menerapkan pola asuh non demokratis dengan tingkat kecerdasan emosional

rendah sebanyak 15 responden (75,0%).

Data diperoleh dengan cara penggabungan sel, yaitu dengan cara

menggabungkan kriteria pilihan jawaban yang semula 3 kriteria menjadi 2

58
kriteria. Caranya dengan menyerderhanakan cell yaitu langkah pertama pada

tabel 3x3 terdapat 6 cell (66,7%) dan mempunyai nilai expeded kurang dari dari 5.

Langkah ke 2 dilakukan penyederhanaan cell maka tabelnya menjadi 3x2 dan

hasilnya masih ada 2 cell (33,3%) dan mempunyai nilai expeded kurang dari 5.

Pada langkah yg ke 3 dilakukan penyederhanaan cell dengan tabel 2x2 dan

hasilnya memenuhi syarat pada uji chi square. Pada uji chi square apabila data

tidak memenuhi syarat uji maka dilakukan penggabungan sel. Jika langkah

penggabungan sel masih belum memenuhi syarat langkah selanjutnya dilakukan

pergantian uji.

Selain itu menurut pendapat Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258) ada

tiga macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh masing – masing orang tua,

bentuk – bentuk pola asuh itu adalah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan

pola asuh permisif. Dari ketiga macam bentuk pola asuh itu, bentuk pola asuh

demokratislah yang paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak –

anaknya. Sehingga peneliti menggabungkan yang semula ada 3 macam bentuk

pola asuh yakni pola asuh demokratis, otoriter dan permisif menjadi 2 bentuk pola

asuh yakni demokratis dan non demokratis.

Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan ρ= 0,001 <α = 0,05

maka H1 diterima H0 ditolak, yang berarti ada hubungan antara pola asuh

orangtua dengan tingkat kecerdasan emosionalpada anak usia prasekolah (4-6

Tahun) di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi, sedangkan nilai koefisien korelasi

sebesar 0,443 yang di interpretasikan bahwa kekuatan hubungan antar variabel

pada tingkat sedang.

59
5.3 Pembahasan

5.3.1 Pola Asuh Orang tua di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6 yang dilakukan pada 48

responden di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi menunjukkan bahwa pola asuh

demokratis sebanyak 29 reponden (60,4%), pada pola asuh non demokratis

sebanyak 19 responden (39,6%). Faktor yang mempengaruhi pola asuh menurut

Hurlock (2010) antara lain pendidikan, pekerjaan,dan usia.

Faktor yang pertama yang dapat mempengaruhi pola asuh orangtua adalah

tingkat pendidikan. Orangtua yang memiliki pendidikan tinggidapat mengasuh

dan mengerti kebutuhan anak dan akan lebih menerapkan pola asuh yang

demokratis dari pada orang tua yang kurang berpendidikan atau tidak mengerti.

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil yaitu sebagian besar yaitu sebanyak 20

responden (141,7%) pendidikan terakhir Sarjana, 11 responden (22,9%)

pendidikan terakhir SMA, 11 responden (22,9%) pendidikan terakhir SMP dan 6

responden (12,5%) pendidikan terakhir SD. Dari data tersebut menunjukan bahwa

tingkat pendidikan orangtua yang tinggi yaitu Sarjana.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Setyono (2009), tentang

pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman mengasuh orang tua terhadap pola

asuh anak, sehingga berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti di TK DharmaWanita Teguhan Ngawi peneliti berasumsi bahwa

pendidikan orangtua berpengaruh dalam proses pemberian pola asuh pada anak.

Pendidikan orangtua yang tinggi maka orangtua akan mengerti tentang bagaimana

menerapkan pola asuh yang baik, sedangkan jika berpendidikan rendah orangtua

60
tidak terlalu memikirkan dalam menerapkan pola asuh, orangtua tidak

memikirkan bagaimana efek pola asuh bagi perkembangan anak. Orang tua yang

memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih banyak informasi dan pengalaman

misalnya dari temannya. Orang tua yang berpendidikan tinggi maka, orang tua

akan memiliki wawasan yang lebih luas. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti

melakukan wawancara saat memberikan kuesioner kepada responden.

Faktor pekerjaan mempengaruhi pola asuh menurut Hurlock (2010).

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil penelitian bahwa responden yang

berprofesi sebagai pegawai negeri dengan jumlah 19 responden (39,6%), petani

dengan jumlah 14 responden (29,2%), wiraswasta dengan jumlah 8 responden

(16,7%) dan tidak bekerja dengan jumlah 7 responden (14,6%). Dari data tersebut

dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berprofersi sebagai pegawai negeri.

Semakin tinggi profersi orang tua maka akan mempengaruhi pola asuh yang

diberikan. Jika orang tua memiliki pekerjaan yang mapan maka kesejahteraan

keluarga juga meningkat dan peran pengasuhan pun dapat terlaksana dengan baik

(Supartini, 2010). Orang tua akan cenderung menerapkan pola asuh demokratis.

Metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk

membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Jadi dalam pola

asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak, ini sesuai

dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. saat melakukan

penelitian, peneliti mengamati serta mewawancarai saat responden mengisi

kuesioner bahwa anak dari orang tua yang berprofersi sebagai pegawai negeri

lebih merasaa aman, nyaman,ceria serta anak merasa diperhatiakan penuh oleh

61
orang tua karena memiliki fasilitas yang cukup sehingga kesejahteraan anak dapat

terpenuhi.

Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua selanjut yaitu usia. Dari

48 responden. Berdasarkan tabel 5.4 usia responden di TK Darma Wanita

Teguhan Ngawi berkisar antara 20 – 42 tahun dan untuk usia rata- rata responden

adalah 32 tahun. Hurlock (2010) mengatakan bahwa usia muda lebih cenderung

demokratis dibandingkan dengan mereka yang tua, berdasarkan hasil penelitian

ini maka usia tua cenderung menerapkan pola asuh non demokratis. Ini sesuai

dengan hasil yang diperoleh peneliti. Usia yang cenderung tua, akan

menyebabkan orang tersebut kurang pergaulan sehingga kebanyakan akan

menerapkan pola asuh yang sifatnya mengekang anak.

Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pola asuh dipengaruhi

oleh tiga faktor yaitu pendidikan, usia dan pekerjaan.Semakin tinggi pendidikan,

dan pekerjaan, maka orang tua cenderung akan menerapkan pola asuh

demokratis.Orangtua yang memiliki pendidikan tinggi dan pekerjaan yang mapan

dapat mengasuh dan mengerti kebutuhan anak dan akan lebih menerapkan pola

asuh yang demokratis dari pada orang tua yang kurang berpendidikan dan tidak

memiliki pekerjaan yang mapan. Sedangkan pada usia, semakin muda usia orang

tua maka akan cederung menerapkan pola asuh demokratis, karena pada usia

muda orang tua cenderung dapat menerima hal-hal yang baru dan mampu dalam

mengakses teknologi informasi sehingga penerapan pola asuh yang baik mudah

diterapkan.

62
5.3.2 Tingkat Kecerdasan Emosional padaAnak Usia Prasekolah (4-6

Tahun) di TK Darma Wanita Teguahan Ngawi.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7 yang dilakukan pada 48

responden di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi menunjukkan bahwa sebagian

besar responden yaitu sebanyak 26 responden (54,2%) menunjukkan tingkat

kecerdasan emosional yang tinggi dan sebanyak 22 responden (45,8%)

menunjukan tingkat kecerdasan emosional rendah. Faktor yang mempengaruhi

tingkat kecerdasan emosional salah satunya adalah pola asuh orang tua. Orangtua

dalam hal ini sebenarnya lebih padabagaimana orangtua dapat memberikan contoh

atau teladan kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu

meniru setiap tingkah laku orangtua.

Menurut Goleman (2015) mengemukakan ciri seseorang yang memiliki

kecerdasan emosi tinggi yaitu sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak

mudah takut dan gelisah, berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan

orang-orang atau permasalahan, memikul tanggung jawab dan mempunyai

pandangan moral, simpatik dan hangat dalam berhubungan, merasa nyaman

dengan dirinya sendiri, orang lain maupun pergaulannya, dan memandang dirinya

secara positif. Jadi jika seorang anak memiliki tingkat kecerdasan emosional yang

tinggi maka anak tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul dan

dapat diterima semua orang.

Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa anak di TK Darma

Wanita Teguhan Ngawi lebih dominan pada tingkat kecerdasan emosional tinggi,

hanya sebagian anak yang mengalami tingkat kecerdasan emosional yang

63
rendah.Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional salah satunya

adalah pola asuh orang tua. Orangtua dapat memberikan contoh atau teladan

kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu meniru setiap

tingkah laku orangtua. Jika seorang anak memiliki tingkat kecerdasan emosional

yang tinggi maka anak tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul

dan dapat diterima semua orang

5.3.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Tingkat Kecerdasan emosional

Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita Teguhan

Ngawi.

Dari hasil tabel 5.8 menunjukkan bahwa orang tua yang menerapkan pola

asuh demokratis sebagian besar menghasilkan tingkat kecerdasan emosional

tinggi sebesar 21 responden (75,0%). Sedangkan pada pola asuh orang tua yang

non demokratis menghasilkan tingkat kecerdasan emosional rendah sebesar 15

responden (75,0%). Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan uji statistic

ChiSquare dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ= 0,001 < α = 0,05

dengan nilai hitung pearson = 11,748 maka H1 diterima H0 ditolak, yang berarti

ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan

emosionalpada anak usia prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita Teguhan

Ngawi.Sedangkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,443 yang diinterpretasikan

bahwa kekuatan hubungan antar variable pada tingkat sedang. Dari hasil tersebut

didapatkan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua yaitu pola asuh demokratis

yang akan mengakibatkan tingkat kecerdasan emosional anakyang tinggi.

64
Ini sesuai denganhasil penelitian yang dilakukan Desy,(2015) yang

dilakukan di Pontianak menyatakan bahwa dari ketiga pola asuh tersebut, pola

asuh yang baik digunakan untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak

adalah pola asuh demokratis. Dimana pola asuh ini sangat responsif dan

memberikan perhatian penuh tanpa menegkang kebebasan anak. Dalam pola asuh

demokratis, orang tua bersikap fleksibel, melakukan pengawasan dan tuntutan,

tetapi juga hangat, rasionald dan mau berkomunikasi, sehingga menjadikan anak

tidak tergantung, mendorong anak untuk berprestasi, anak menjadi percaya diri,

mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif, dan disukai banyak orang secara

responsif. Namuun semua pola asuh bisa diterapkan sesuai kebutuhan dengan

anak. Selanjutnya untuk kecerdasan emosi dalam hal ini perilaku emosi anak,

dapat disimpulkan bahwa perilaku emosi anak sudah berkembang sangat baik. Hal

ini dapat dilihat dari hasil persentase perilaku emosi positif anak sebesar 69,3%

dan perilaku emosi negatif sebesar 30,7%. Penelititan tersebut menunjukan bahwa

anak yang mendapat perhatian atau mendapat asuhan yang baik, memiliki tingkat

kecerdasan emosional yang tinggi.

Pola asuh yang baik adalah pola asuh yang menggunakan penjelasan,

diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu

diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dan disiplin dari pada

aspek hukumannya. Pada pola asuh ini menggunakan hukuman danpenghargaan.

Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukumanbadan.

Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak-anakmenolak

melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua. Bilaperilaku anak memenuhi

65
standar yang diharapkan, orang tua yangdemokratis akan menghargainya dengan

pujian atau persetujuan oranglain.Dengan cara demokratis ini pada anak akan

tumbuh rasatanggungjawab untuk memperlihatkan sesuatu tingkah laku

danselanjutnya memupuk rasa percaya dirinya. Anak akan mampu

bertindaksesuai norma dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya

(Gunarsa,2010).

Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan atara

pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak usia

prasekolah (4-6 tahun) di TK Darma Wanita Teguhan Ngawi.

5.4. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam

penelitian sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau bisa

dikatakan belum sempurna. Setiap penelitian pasti memiliki hambatan dalam

proses pelaksanaanya, dalam penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

1. Salah satu cara pengumpulan data menggunakan kuesioner,

memungkinkan responden menjawab pertanyaan dengan tidak jujur.

2. Masih terdapat faktor lain dari kecerdasan emosional yang memungkinkan

memiliki pengaruh terhadap pola asuh.

66
BAB 6

PENUTUP

Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan pola asuh

orangtua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah di TK

Darma Wanita Teguhan Ngawi.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan data dan hasil penelitian yang telah dilakukan dapatdiambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besarorang tua menerapkan pola asuh demokratis di TK Dharma

Wanita Teguhan Ngawi.

2. Sebagian besar memiliki tingkat kecerdasan emosional tinggi di TK

Dharma Wanita Teguhan Ngawi.

3. Ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan

emosional pada anak usia prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita

Teguhan Ngawi, menggunakan uji SPSS dengan tingkat signifikan

ρ= 0,001 < α = 0,05.

6.2 Saran

1. Bagi Keluarga

Orang tua harus menerapkan pola asuh demokratis agar kecerdasan anak

dapat berkembang dengan baik.

67
2. Institusi Tempat Penelitian

Tingkatkan pengetahuan tentang pola asuh orangtua dengan tingkat

kecerdasan emosional anak prasekolah, dan diharapkan tenaga pendidik

untuk dapat memberitahu para orangtua.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dari hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan

dan wawasan mahasiswa tentang pola asuh orang tua dan tingkat

kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah (4 - 6 tahun).

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

untuk peneliti selanjutnya, dapat menambah variabel lain yang

dimungkinkan memiliki pengaruh terhadap pola asuh orangtua dan tingkat

kecerdasan emosional.

68
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Balitbang


Kemenkes.

Carsel, Syamsunie. 2018. Metodologi Kesehatan dan Pendidikan . Yogyakarta: Penebar


Media Pustaka.

Dariyo, Agoes. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama.


Bandung: Refika Aditama.

Echols, M. John & Shandily, H. 2010. Indonesia Englis Dictionar Jakarta: PT


Gramedia Pustaka Utama.

Farida, Lutfiah.2015. Hubungan Pola Asuh Otoritatif Dengan Perkembangan


Mental Emosional Pada Anak Usia Prasekolah Di TK Melati putih
Banyumanik. Jurnal. Jurusan Keperawatan: UNDIP).

Gardner. Howard. 2011. Graduate School Of Education Jakarta : PT Gramedia


Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 2016. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

. 2017. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

2018. Emotional Intelligence. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gottman, John. 2010. Raising Of Emotionally Intellegant Child. Amerika.

Gunarsa. Singgih. 2010. Psikologi Praktis Anak , Remaja, dan Keluarga.


Jakarta : PT PK Gunung Mulia.

Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press.

Hurlock, E.B. 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

John W, Santrock. 2013. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Kristanto, Vigih . 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah

69
Yogyakarta: CV Budi Utama.

Maghfiroh, Laela. 2017. Hubungan Pola asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas IV SDN Grogol Selatan. Skripsi.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan: Jakarta.

Mardiantina, Andini.2018. Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini Dengan Tugas


Perkembangan Pada Anak Usia Prasekolah. Skripsi Stikes Kusuma
Husada, Surakarta.

Mussen. P. H. Et. Al. 2016. Child Development and Personality. Amerika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Oktaviani, Vivi. 2018. Hubungan Dukungan Sosial Di Lingkungan
SekolahDengan Masalah Mental Emosional Pada Anak Usia Sekolah.
Jurnal. Fakultas Keperawatan: UNRI.

Patmodewo, Soemiati. 2011. Buku Ajar Pendidikan prasekolah. Jakarta : Rineka


Cipta.

Potter, P. A., Perry, A. G. 2005. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,


proses, dan praktik. Jakarta: EGC.

. 2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC.

. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses &.


Praktek. Edisi 4. Vol 1. Jakarta : EGC.

Putri, Pratika. K. 2018.Hubungan Pola Komunikasi Terhadap Tingkat


Kecerdasan Emosional Anak Prasekolah.Skripsi Fakultas Ilmu
Kesehatan,UMP.

Rachmadtullah, Reza.2015. Pola Asuh Orangtua Terhadap Tingkat Kecerdasan


Sosial Siswa Kelas awal Sekolah Dasar. Jurnal.Universitas Negeri
Jakarta.

Rizki, Virda. 2011. Hubungan Pendidikan Anak Usia DiniDengan Tugas


Perkembangan Pada Anak Usia Prasekolah. Skripsi Kusuma Husada,
Surakarta.

Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia.

70
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif. Bandung: Alfabeta

. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alafabeta.

Swarjana, Ketut. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.Yogyakarta: CV Andi


Offset.

71
LAMPIRAN

72
Lampiran 1

Surat izin pencarian data awal

73
Lampiran 2

Surat Ijin Penelitian

74
Lampran 3
Surat Ijin Validitas

75
Lampiran 4
Surat Keterangan Selesai Penelitian

76
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth.CalonResponden
Di Tempat

Denganhormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada MuliaMadiun:
Nama : Astri Nur Arinta Putri
NIM : 201502043
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia Prasekolah (4 – 6
Tahun) di TK Darama Wanita Ngawi”. Sehubungan dengan judul penelitian
diatas, data yang diperoleh dari peneliti anakan sangat bermanfaat bagi peneliti
untuk melakukan penelitian. Untuk kepentingan tersebut peneliti memohon anda
untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan dengan jujur.
Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan.
Atas perhatian, kerja sama dan kesedia anda dalam partisipasi sebagai
respon den dalam penelitian ini, saya menyampaikan terimaksih dan berharap
informasi anda akan berguna khususnya dalam penelitian ini.

Hormat Saya,

Astri Nur Arinta Putri

77
Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

(Informed Consent)

Yang bertandatangan di bawahinisaya:

Nama : ..................................................................

Umur : .................................................................

Alamat : ..................................................................

Setelah mendapat keterangan secukupnya dari penulis serta mengetahui

manfaat, tujuan dan prosedur penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Asuh

Orang Tua Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia Prasekolah

(4 – 6 Tahun) di TK Darma Wanita Ngawi” menyatakan *BERSEDIA/TIDAK

BERSEDIA* diikut sertakan dalam penelitian ini dengan catatan apabila suatu

waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan

ini.Saya percaya apa yang diinformasikan dijamin kerahasiaannya oleh penulis.

Ngawi, ....... - ............ 2019

Peneliti, Responden,

Astri Nur Arinta Putri

78
Lampiran 7

Kisi – Kisi Pola Asuh Orang Tua Valid

Kuesioner Jumlah Nomor soal Parameter


pertanyaan (+/-)
1-4 Demokratis
Pola asuh 8 5 -6 Otoriter
orangtua
7 – 10 Permisif

Kisi – Kisi Kuesioner Kecerdasan Emosional Valid

Variabel Aspek Indikator Nomor Jumlah


item
(+) (-)
Mengenali dan merasakan 19 30 2
emosinya sediri
Kesadaran diri Memahami penyebab 10 2 2
perasaan yang timbul
Lebih mampu 16 24 2
mengungkapkan amarah
dengan tepat, tanpa berkelahi
Mengelola Berkurangnya perilaku agresif 32 5 2
emosi atau merusak diri sendiri
Berkurangnya kesepian dan 33 13 2
kecemasan dalam pergaulan
Kecerdasan Memanfaatkan Mampu memusatkan 23 7 2
emosi secara perhatian pada tugas yang
produktif dikerjakan
Emosi Mampu mengendalikan diri 6 27 2
Tidak egois 21 22 2
Empati
Mampu mendengarkan orang 26 8 2
lain
Lebih dibutuhkan teman 28 12 2
sebaya
Membina Mudah bergaul, bersahabat 31 15 2
hubungan dengan teman sebaya
Suka bekerja sama, dan suka 25 29 2
menolong
Jumlah 24

79
Lampiran 8

Kisi – Kisi Kuesioner Pola Asuh Belum Valid

Kuesioner Jumlah Nomor soal Parameter


pertanyaan (+/-)
1-5 Demokratis
Pola asuh 15 6-10 Otoriter
orangtua
11-15 Permisif

80
Kisi – Kisi Kecerdasan Emosional belum valid

Variabel Aspek Indikator Nomor Jumlah


item
(+) (-)

Mengenali dan merasakan 19 30 2


emosinya sediri
Kesadaran diri Memahami penyebab perasaan 10 2 2
yang timbul
Mengenali perbedaan perasaan 1 20 2
dengan tindakan
Lebih mampu mengungkapkan 16 24 2
amarah dengan tepat, tanpa
berkelahi
Mengelola Berkurangya perilaku agresif 17 5 2
emosi atau merusak diri sendiri
Perasaan yang lebih positif 3 32 2
tentang diri sendiri,sekolah
Berkurangnya kesepian dan 33 13 2
kecemasan dalam pergaulan
Memanfaatkan Lebih bertanggung jawab 9 15 2
emosi secara
Kecerdasan produktif Mampu memusatkan perhatian 23 7 2
pada tugas yang dikerjakan
emosi Mampu mengendalikan diri 6 27 2

Tidak egois 21 22 2

Empati Peka terhadap perasaan orang 11 4 2


lain
Mampu mendengarkan orang 26 8 2
lain
Lebih dibutuhkan teman sebaya 28 12 2

Membina Mudah bergaul, bersahabat 31 18 2


hubungan dengan teman sebaya
Suka bekerja sama, dan suka 34 29 2
menolong
Terampil dalam berkomunikasi 14 25 2

Jumlah 34

81
Lampiran 9

PETUNJUK PENGISIAN

1. Tulis identitas Bapak/ Ibu pada lembar jawab yang telah disediakan,

jawabanBapak/ Ibu terjamin kerahasiaannya.

2. Jawablah semua pernyataan yang ada.

3. Bapak/ Ibu harus memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda

silang(X) pada kolom jawaban yang telah disediakan. Usahakan

janganterpengaruh jawaban orang lain.

4. Teliti kembali apakah ada nomor yang belum terjawab.

5. Terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya.

Nama : Nama Anak :

Usia : Usia :

Jenis Kelamin : L/P Jenis Kelamin : L/P

Pekerjaan : Petani/wiraswasta/Pegawai Negeri/Tidak bekerja

Pendidikan : SD/SMP/SMA/Sarjana

82
Lampiran 10

KUESIONER POLA ASUH BELUM VALID

No Pertanyaan Selalu Kadang Tidak Selalu


-Kadang Pernah tidak
pernah
1 Saya pertimbangkan pilihan anak saya
dalam merencanakan sesuatu untuk
keluarga
(misalnya berakhir-pekan,liburan)
2 Saya tidak melibatkan anak saya dalam
merencanakan apapun
3 Saya terlebih dahulu mempertimbangkan
keinginan anak saya sebelum memintanya
melakukan sesuatu
4 Saya selalu mendengarkan anak saya
berbicara mengenai perasaan dan masalah
– masalahnya
5 Bila anak saya melakukan kesalahan saya
menayai masalahnya terlebih dahulu
6 Saya masih mengkritik anak saya jika
tidak sesuai dengan keinginan saya
7 Saya memaksa anak saya supaya dia
memperbaiki kelakuannya sesuai
keinginan saya
8 Saya langsung mengkritik anak saya di
jika dia malas belajar
9 Saya memberi sesuatu jika anak saya
rewel agar diam
10 Saya langsung menghukum anak saya jika
melakukan hal tidak baik.
11 Jika anak saya berkelahi saya
memisahnya dan saya memarahinya
untuk tidak bermain dengan temanya lagi
12 Saya tidak akan memisah anak saya jika
berkelahi karena masih kecil dan belum
mengerti
13 Saya membiarkan anak saya bolos
sekolah karena belum terlalu mengerti
14 Saya menyuruh anak saya bolos sekolah
ketika anak saya menangis untuk tidak
sekolah
15 Saya selalu memberikan apa saja yang
anak saya mau

83
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL ANAK BELUM VALID

No Pertanyaan STS TS S SS
1 Anak saya sedih sedih saat ada temanya
yang saling megejek dan anak saya
berusaha untuk menasehatinya
2 Anak saya menangis dan membenci teman
yang menjadi juara kelas
3 Anak lebih memilih menyelesaikan tugas
terlebih dahulu kemudian bermain
4 Anak menertawakan teman yang mendapat
hukuman dari guru
5 Ketika menunggu giliran untuk masuk kelas
anak saya tidak mau mengantri
6 Anak saya selalu diam dan mendengarkan
ketika gurunya sedang mengajar dikelas
7 Ketika guru menjelaskan di depan kelas,
anak saya mengobrol dengan teman
8 Sama sekali anak tidak mau mendengarkan
perkataan orang tua
9 Anak saya meminta maaf ketika berbuat
salah kepada teman
10 Anak saya merasa senang dan memberi
selamat kepada temanya yang menjadi juara
kelas
11 Anak menasehati teman lainya ketika
menertawakan teman yang mendapat
hukuman dari guru
12 Anak saya hanya mau berteman dengan
teman yang tertentu saja
13 Anak saya cenderung lebih memilih
bermain dengan mainanya sendiri dirumah
dari pada bermain dengan teman sebayanya
14 Kertika ditanya orang anak saya selalu
menjawab
15 Anak saya langsung meninggalkan temanya
yang menangis setelah berbuat salah pada
temanya
16 Anak saya lebih memilih meninggalkan
teman yang mengejeknya
17 Anak saya sabar menunggu giliran untuk
masuk kelas ketika teman yang lain berebut
masuk
18 Ketika anak saya hanya didalam rumah saja
menonton televisi dan tidak mau bergabung
dengan teman bermainya

84
19 Anak saya mudah memaafkan orang yang
telah menyinggung perasaan saya
20 Anak saya merasa senang saat ada
temannya yang saling mengejek karena
dianggapnya hal lucu
21 Anak meminjamkan alat tulis kepada
teman yang tidak membawa
22 Anak saya menyembunyikan penghapusnya
ketika ada teman yang ingin meminjamnya
23 Anak selalu diam mendengarkan gurunya
dan tidak terpengaruh dengan temanya yang
mengajak berbicara
24 Anak saya langsung memukul temanya
ketika diejek
25 Anak saya selalu diam jika ditanya oleh
orang lain
26 Anak selalu mendengarkan orang tua ketika
dinasehati
27 Anak selalu menyela penjelasan guru ketika
gurunya mengajari belajar dikelas
28 Anak mau bersosialisasi dengan semua
teman sebanyanya
29 Anak tidak suka membantu teman dan
bersikap masa bodoh
30 Anak saya langsung marah ketika ada orang
yang menyinggung perasaanya
31 Anak saya memiliki teman banyak
32 Anak lebih memilih bermain dengan teman
- temanya terlebih dahulu kemudian belajar
33 Anak merasa senang ketika bermain dengan
teman sebayanya
34 Ketika disekolah anak selalu menolong
teman yang kesulitan

85
Lampiran 11

KUESIONER POLA ASUH VALID

No Pertanyaan Selalu Kadang - Tidak Selalu


Kadang pernah tidak
pernah
1 Saya pertimbangkan pilihan anak saya
dalam merencanakan sesuatu untuk
keluarga (misalnya berakhir-pekan,liburan)
2 Saya tidak melibatkan anak saya dalam
merencanakan apapun
3 Saya terlebih dahulu mempertimbangkan
keinginan anak saya sebelum memintanya
melakukan sesuatu.
4 Saya langsung menghukum anak saya jika
melakukan hal tidak baik
5 Jika anak saya berkelahi saya memisahnya
dan saya memarahinya untuk tidak bermain
dengan temanya lagi
6 Saya memaksa anak saya supaya dia
memperbaiki kelakuannya sesuai keinginan
saya
7 Saya menyuruh anak saya bolos sekolah
ketika anak saya menangis untuk tidak
sekolah
8 Saya selalu memberikan apa saja yang anak
saya mau.
9 Saya tidak akan memisah anak saya jika
berkelahi karena masih kecil dan belum
mengerti
10 Saya membiarkan anak saya bolos sekolah
karena belum terlalu mengerti

86
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL VALID

No Pertanyaan STS TS S SS
1 Anak saya menangis dan membenci teman
yang menjadi juara kelas
2 Ketika menunggu giliran untuk masuk
kelas anak saya tidak mau mengantri
3 Anak saya selalu diam dan mendengarkan
ketika gurunya sedang mengajar dikelas
4 Ketika guru menjelaskan di depan kelas,
anak saya mengobrol dengan teman
5 Sama sekali anak tidak mau mendengarkan
perkataan orang tua
6 Anak saya merasa senang dan memberi
selamat kepada temanya yang menjadi
juara kelas
7 Anak saya hanya mau berteman dengan
teman yang tertentu saja
8 Anak saya cenderung lebih memilih
bermain dengan mainanya sendiri dirumah
dari pada bermain dengan teman
sebayanya
9 Anak saya suka menjahili temannya ketika
bermain bersama sehingga jarang ada yang
mau bermain dengan nya
10 Anak saya lebih memilih meninggalkan
teman yang mengejeknya
11 Anak saya mudah memaafkan orang yang
telah menyinggung perasaan saya
12 Anak meminjamkan alat tulis kepada
teman yang tidak membawa
13 Anak saya menyembunyikan
penghapusnya ketika ada teman yang ingin
meminjamnya
14 Anak selalu diam mendengarkan gurunya
dan tidak terpengaruh dengan temanya
yang mengajak berbicara
15 Anak saya langsung memukul temanya
ketika diejek
16 Anak saya sering menolong temanya misal
jika temanya tidak membawa pensil atau
penghapus
17 Anak selalu mendengarkan orang tua
ketika dinasehati
18 Anak selalu menyela penjelasan guru

87
ketika gurunya mengajari belajar dikelas
19 Anak mau bersosialisasi dengan semua
teman sebanyanya
20 Anak tidak suka membantu teman dan
bersikap masa bodoh
21 Anak saya langsung marah ketika ada
orang yang menyinggung perasaanya
22 Anak saya memiliki teman banyak
23 Anak lebih memilih mengantri ketika mau
masuk kelas untuk memulai pelajaran
24 Anak merasa senang ketika bermain
dengan teman sebayanya

88
LAMPIRAN 12

Data pola asuh


Nama Usia Jenis Pekerjaan Pendidikan Nama Usia Jenis Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal Soal kode
Orangtua Kelamin Anak kelamin 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 29 P 4 4 An. A 5 P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1
S 31 P 1 4 An. A 6 L 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 1
T 31 P 3 3 An. A 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
E 31 P 4 4 An. A 6 P 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 2
L 32 P 3 4 An. B 6 L 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 1
L 20 P 1 1 An. B 4 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
W 29 P 4 4 An. C 6 P 4 3 3 4 3 3 3 2 2 1 1
S 41 P 4 4 An. L 6 L 4 3 4 4 4 3 3 3 2 3 1
S 33 P 4 3 An. C 6 P 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 1
S 32 P 4 4 An. V 6 P 4 4 4 2 3 1 3 3 3 1 2
A 35 P 4 4 An. N 5 L 3 4 1 3 1 3 1 3 3 4 2
A 32 P 3 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
B 29 P 2 3 An. A 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
N 41 P 3 2 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
M 27 P 2 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
S 40 P 4 4 An. S 6 P 2 3 2 2 2 3 3 4 4 4 1
S 29 P 4 4 An. K 5 P 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2
E 20 P 1 1 An. K 4 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
U 34 P 3 2 An. R 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
M 22 P 1 1 An. A 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
N 40 P 4 4 An. V 6 P 2 3 3 2 3 4 4 3 3 2 2
T 31 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
N 31 P 3 3 An. S 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 32 P 4 4 An.M 5 P 2 3 2 2 3 2 3 3 2 4 1
T 31 P 3 2 An. R 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 35 P 2 2 An. V 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
A 32 P 4 4 An. Z 6 L 2 3 2 3 2 2 3 3 2 4 1
C 32 P 3 3 An. Z 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
I 41 P 2 2 An. A 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
I 32 P 4 4 An. A 6 L 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 1
L 32 P 2 2 An. B 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

89
L 32 P 3 2 An. J 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 42 P 2 1 An. F 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
L 32 P 4 4 An. D 6 P 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 1
M 33 P 2 1 An. F 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
M 34 P 4 4 An. E 6 L 3 2 3 3 2 3 4 3 4 4 2
M 34 P 2 2 An. E 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
J 36 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
J 32 P 4 4 An. R 5 P 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1
N 33 P 3 2 An. S 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R 33 P 4 4 An. Z 6 L 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1
E 34 P 3 3 An. L 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
E 32 P 4 4 An. S 6 L 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2
E 32 P 1 3 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 35 P 1 3 An. Z 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G 36 P 4 4 An. C 5 P 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 2
V 20 P 1 1 An. A 4 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 31 p 3 3 An. N 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Keterangan:

1. Pendidikan : 2. Pekerjaan : 3. Koding:


4 : Sarjana 1 : Tidak Bekerja 1 : Demokratis
3 : SMA 2 : Wiraswasta 2 : Otoriter
2 : SMP 3 : Petani 3 : Permisif
1 : SD 4 : Pegawai Negeri

90
Data Kecerdasan Emosional
Nama Usia Jenis Pkrj Pd Nama Usia Jenis Soal Tot Ko.
Ortu Kel. kn Anak Kel.

A 29 P 4 4 An. A 5 P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 69 1
S 31 P 1 4 An. A 6 L 4 2 3 3 1 3 2 3 4 4 3 1 4 3 2 4 4 4 2 1 4 4 1 3 24 3
T 31 P 3 3 An. A 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
E 31 P 4 4 An. A 6 P 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 24 3
L 32 P 3 4 An. B 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 93 1
L 20 P 1 1 An. B 4 P 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 47 2
W 29 P 4 4 An. C 6 P 3 2 2 1 1 1 3 2 3 2 4 4 2 2 1 2 1 1 1 1 4 2 1 1 47 2
S 41 P 4 4 An. L 6 L 3 2 2 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 2 4 2 3 2 2 1 2 1 3 88 1
S 33 P 4 3 An. C 6 P 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 78 1
S 32 P 4 4 An. V 6 P 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 45 2
A 35 P 4 4 An. N 5 L 3 1 4 1 1 1 1 3 1 1 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 1 1 1 1 24 3
A 32 P 3 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 93 1
B 29 P 2 3 An. A 6 L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 70 1
N 41 P 3 2 An. Y 6 P 3 1 2 4 2 2 4 4 2 3 2 1 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 24 3
M 27 P 2 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3
S 40 P 4 4 An. S 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 61 1
S 29 P 4 4 An. K 5 P 4 3 1 2 1 3 1 2 3 1 1 3 4 2 2 4 3 2 3 4 4 2 4 2 24 3
E 20 P 1 1 An. K 4 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 96 1
U 34 P 3 2 An. R 5 P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 3
M 22 P 1 1 An. A 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94 1
N 40 P 4 4 An. V 6 P 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 3
T 31 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89 1
N 31 P 3 3 An. S 5 L 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 83 1
A 32 P 4 4 An.M 5 P 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 89 1
T 31 P 3 2 An. R 5 P 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 24 3
A 35 P 2 2 An. V 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3
A 32 P 4 4 An. Z 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
C 32 P 3 3 An. Z 6 P 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 88 1
I 41 P 2 2 An. A 6 P 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 46 2
I 32 P 4 4 An. A 6 L 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 1 4 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 85 1
L 32 P 2 2 An. B 6 P 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 47 2
L 32 P 3 2 An. J 6 L 4 2 2 1 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 2 3 2 3 24 3
K 42 P 2 1 An. F 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
L 32 P 4 4 An. D 6 P 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 24 3
M 33 P 2 1 An. F 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
M 34 P 4 4 An. E 6 L 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 84 1

91
M 34 P 2 2 An. E 6 P 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 47 2
J 36 P 3 2 An. R 6 P 3 1 2 1 3 1 3 4 2 2 3 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 2 2 2 84 1
J 32 P 4 4 An. R 5 P 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 86 1
N 33 P 3 2 An. S 5 P 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 47 2
R 33 P 4 4 An. Z 6 L 3 2 1 3 1 2 1 3 3 2 3 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 88 1
E 34 P 3 3 An. L 5 L 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 45 2
E 32 P 4 4 An. S 6 L 4 2 1 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 3 1 1 2 3 24 3
E 32 P 1 3 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 84 1
K 35 P 1 3 An. Z 6 P 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 4 4 84 1
G 36 P 4 4 An. C 5 P 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 46 2
V 20 P 1 1 An. A 4 L 3 1 4 2 2 2 1 3 3 1 2 1 2 1 1 3 3 2 1 1 1 3 1 2 87 1
A 31 p 3 3 An. N 5 P 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 89 1

Keterangan:

1. Pendidikan : 2. Pekerjaan : 3. Koding:


4 : Sarjana 1 : Tidak Bekerja 1 : Tinggi
3 : SMA 2 : Wiraswasta 2 : Sedang
2 : SMP 3 : Petani 3 : Rendah
1 : SD 4 : Pegawai Negeri

92
Lampiran 13

Validitas dan Rehabilitas

Pola Asuh
Total_Score
Person Sig. (2- tailed) N
Correlation
Item1 ,741” ,000 20
Item2 ,579” ,007 20
Item3 ,761” ,000 20
Item4 ,615” ,004 20
Item5 ,594” ,006 20
Item6 ,888” ,000 20
Item7 ,757” ,000 20
Item8 ,776” ,000 20
Item9 ,549 ,000 20
Item10 ,741 ,000 20
Total_score 1 20

93
Kecerdasan Emosional
Total_Score

Person Sig. (2- tailed) N


Correlation
Item1 ,633” ,003 20
Item2 ,501’ ,025 20
Item3 ,501’ ,025 20
Item4 ,533’ ,011 20
Item5 ,533’ ,011 20
Item6 ,533’ ,011 20
Item7 ,509’ ,022 20
Item8 ,509’ ,022 20
Item9 ,572” ,008 20
Item10 ,610” ,004 20
Item11 ,537’ ,015 20
Item12 ,513’ ,021 20
Item13 501’ ,025 20
Item14 ,501’ ,025 20
Item15 ,772” ,000 20
Item16 ,730” ,000 20
Item17 ,526’ ,017 20
Item18 ,513’ 0,21 20
Item19 ,772” ,000 20
Item20 ,673” ,001 20
Item21 ,556’ ,011 20
Item22 ,529’ ,016 20
Item23 ,501’ ,025 20
Item24 ,501 ,025 20
Total_score 1 20

94
Pola Asuh

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.806 15

Kecerdasan Emosional
Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.866 34

95
Lampiran 14

Analisis Data

Statistics

Jenis_Kelamin_Orangtua

N Valid 48

Missing 0

Mean .0000

Median .0000

Std. Deviation .00000

Minimum .00

Maximum .00

Jenis_Kelamin_Orangtua

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid perempuan 48 100.0 100.0 100.0

Statistics

Pekerjaan

N Valid 48

Missing 0

Mean 2.94

Median 3.00

Mode 4

Std. Deviation 1.080

Minimum 1

Maximum 4

Sum 141

96
Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak bekerja 7 14.6 14.6 14.6

wiraswata 8 16.7 16.7 31.2

Petani 14 29.2 29.2 60.4

pegawai negeri 19 39.6 39.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

Statistics

Pendidikan

N Valid 48

Missing 0

Mean 2.94

Median 3.00

Mode 4

Std. Deviation 1.080

Minimum 1

Maximum 4

Sum 141

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Sd 6 12.5 12.5 12.5

Smp 11 22.9 22.9 35.4

Sma 11 22.9 22.9 58.3

sarjana 20 41.7 41.7 100.0

Total 48 100.0 100.0

97
Statistics

usia_orangtua

N Valid 48

Missing 0

Mean 32.25

Median 32.00

Mode 32

Std. Deviation 4.940

Minimum 20

Maximum 42

Sum 1548

usia_orangtua

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 20 3 6.2 6.2 6.2

22 1 2.1 2.1 8.3

27 1 2.1 2.1 10.4

29 4 8.3 8.3 18.8

31 7 14.6 14.6 33.3

32 13 27.1 27.1 60.4

33 4 8.3 8.3 68.8

34 4 8.3 8.3 77.1

35 3 6.2 6.2 83.3

36 2 4.2 4.2 87.5

40 2 4.2 4.2 91.7

41 3 6.2 6.2 97.9

42 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

98
Statistics

usia_anak

N Valid 48

Missing 0

Mean 5.56

Median 6.00

Mode 6

Std. Deviation .681

Minimum 4

Maximum 6

Sum 267

usia_anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 4 5 7.6 10.4 10.4

5 11 16.7 22.9 33.3

6 32 48.5 66.7 100.0

Total 48 72.7 100.0

99
Statistics

Jenis_Kelamin_Anak

N Valid 48

Missing 0

Mean .5208

Median 1.0000

Std. Deviation .50485

Minimum .00

Maximum 1.00

Jenis_Kelamin_Anak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid perempuan 23 47.9 47.9 47.9

laki-laki 25 52.1 52.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

100
Pola asuh orang tua

Statistics

pola_asuh

N Valid 48

Missing 0

Mean 1.40

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .494

Minimum 1

Maximum 2

Sum 67

pola_asuh

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid demokratis 29 60.4 60.4 60.4

non demokratis 19 39.6 39.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

101
Kecerdasan emosional

Statistics

kecerdasan_emosional

N Valid 48

Missing 0

Mean 1.46

Median 1.00

Mode 1

Std. Deviation .504

Minimum 1

Maximum 2

Sum 70

item_total

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 26 54.2 54.2 54.2

kurang baik 22 45.8 45.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

102
Hasil uji chi square yang ke 1
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pola_asuh *
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
kecerdasan_emosional

pola_asuh * kecerdasan_emosional Crosstabulation

kecerdasan_emosional

tinggi Sedang rendah Total

pola_asuh demokratis Count 20 4 1 25

Expected Count 13.5 4.7 6.8 25.0

% within pola_asuh 80.0% 16.0% 4.0% 100.0%

otoriter Count 3 4 7 14

Expected Count 7.6 2.6 3.8 14.0

% within pola_asuh 21.4% 28.6% 50.0% 100.0%

permisif Count 3 1 5 9

Expected Count 4.9 1.7 2.4 9.0

% within pola_asuh 33.3% 11.1% 55.6% 100.0%

Total Count 26 9 13 48

Expected Count 26.0 9.0 13.0 48.0

% within pola_asuh 54.2% 18.8% 27.1% 100.0%

103
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 18.000 4 .001

Likelihood Ratio 20.119 4 .000

Linear-by-Linear Association 12.836 1 .000

N of Valid Cases 48

a. 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 1,69.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .522 .001

N of Valid Cases 48

104
Hasil uji chi square yang ke 2

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

pola_asuh *
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
kategorikecerdasan

pola_asuh * kategorikecerdasan Crosstabulation

Kategorikecerdasan

baik curang baik Total

pola_asuh demokratis Count 20 5 25

Expected Count 13.5 11.5 25.0

% within pola_asuh 80.0% 20.0% 100.0%

otoriter Count 3 11 14

Expected Count 7.6 6.4 14.0

% within pola_asuh 21.4% 78.6% 100.0%

permisif Count 3 6 9

Expected Count 4.9 4.1 9.0

% within pola_asuh 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 26 22 48

Expected Count 26.0 22.0 48.0

% within pola_asuh 54.2% 45.8% 100.0%

105
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 14.338 2 .001

Likelihood Ratio 15.183 2 .001

Linear-by-Linear Association 9.554 1 .002

N of Valid Cases 48

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 4,13.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .480 .001

N of Valid Cases 48

106
Hasil uji chi square yang ke 3
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

kategoripolaasuh *
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
kategorikecerdasan

kategoripolaasuh * kategorikecerdasan Crosstabulation

kategorikecerdasan

tinggi rendah Total

kategoripolaasuh demokratis Count 21 7 28

Expected Count 15.2 12.8 28.0

% within kategoripolaasuh 75.0% 25.0% 100.0%

non demokratis Count 5 15 20

Expected Count 10.8 9.2 20.0

% within kategoripolaasuh 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 26 22 48

Expected Count 26.0 22.0 48.0

% within kategoripolaasuh 54.2% 45.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 11.748 1 .001
b
Continuity Correction 9.821 1 .002

Likelihood Ratio 12.224 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .001

Linear-by-Linear Association 11.503 1 .001


b
N of Valid Cases 48

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,17.

b. Computed only for a 2x2 table

107
Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .443 .001

N of Valid Cases 48

108
Lampiran 15

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

Bulan
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 Pengajuan dan konsul judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan data (penelitian)
7 Penyusunan dan bimbingan skripsi
8 Ujian skripsi

109
Lampiran 16

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

110
111
Lampiran 17

Dokumentasi

112

Anda mungkin juga menyukai