Oleh :
Oleh :
ii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang
SKRIPSI
Menyetujui, Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
iii
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Tugas Akhir (Skripsi) dan dinyatakan
Dewan Penguji
Mengesahkan,
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
NIM : 201502043
Prodi : S1 Keperawatan
Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri.
Hasil penelitian ini merupakan pemikiran dan pemaparan asli dan didalamnya
tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam memperoleh gelar Sarjana di
diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah maupun belum/ tidak
terdapat refrensi terhadap karya orang lain atau pihak lain, maka dituliskan
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Diri :
Agama : Islam
No. HP : 082282834328
Email : araynta12@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
vii
Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRAK
Astri Nur Arinta Putri
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAT
KECERDASAN EMOSIONAL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (4 – 6
TAHUN) DI TK DHARMA WANITA TEGUHAN NGAWI
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anaknya yaitu
bagaimana sikap antara perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk
caranya menerapkan aturan, mengajarkan nilai / atau norma, memberikan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku yang baik
sehingga dijadikan contoh atau panutan bagi anaknya. Kecerdasan Emosional
adalah mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali
emosi orang lain, dan membina hubungan baik dengan orang lain. Manfaat
penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh orangtua
terhadap tingkat kecerdasan emosional anak usia prasekolah. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua terhadap tingkatkecerdasan
emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Teguhan Ngawi.
Simpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan Pola Asuh
Orangtua dengan Tingkat Kecerdasan Emosional pada anak usia prasekolah (4 – 6
tahun) di TK Dharma Wanita Teguhan Ngawi. Peneliti menyarankan untuk
dilakukan edukasi oleh pendidik ke orangtua tentang pola asuh yang baik serta
mengenai tingkat kecerdasan emosional pada anak.
viii
Nursing Study Program STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun 2019
ABSTRACT
ix
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pola Asuh ....................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Pola Asuh .................................................... 8
2.1.2 Klasifikasi Pola Asuh .................................................... 9
2.1.3 Faktor yang Mepengaruhi Pola Asuh ............................ 11
2.1.4 Aspek Pembentukan Pola Asuh .................................... 13
2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Jenis Pola Asuh................. 15
2.2 Konsep Kecerdasan Emosi .......................................................... 16
2.2.1 Pengertian Kecerdasan Emosi ....................................... 16
2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi ........... 17
2.2.3 Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi ....................... 21
2.2.4 Ciri Anak yang Mempunyai Kecerdasan Emosi
Tinggi ............................................................................ 24
2.2.5 Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosi Anak ....... 25
2.3 Konsep Anak Usia Prasekolah .................................................... 26
2.3.1 Pengertian Anak Usia Prasekolah ................................. 26
2.3.2 Ciri Anak Usia Prasekolah ............................................ 26
2.3.3 Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah ................ 27
2.4 Patofisiologi ................................................................................. 30
x
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 31
3.2 Hipotesis ...................................................................................... 32
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ......................................................................... 34
4.2 Populasi dan Sampel.................................................................... 35
4.2.1 Populasi .............................................................................. 35
4.2.2 Besar Sampel...................................................................... 35
4.2.3 Kriteria Sampel .................................................................. 36
4.3 Teknik Pengembilan Sampling.................................................... 36
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ........................................................... 38
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ............................. 39
4.5.1 Variabel Penelitian ........................................................ 39
4.5.2 Definisi Operasional ...................................................... 40
4.6 Instrumen Penelitian .................................................................... 41
4.6.1 Validitas ........................................................................ 45
4.6.2 Rehabilitas ..................................................................... 45
4.7 Lokasidan Waktu Penelitian ..................................................….. 46
4.7.1 Lokasi penelitian .......................................................... 46
4.7.2 Waktu Penelitian .......................................................... 46
4.8 Prosedur Pengumpulan Data ....................................................... 46
4.9 Pengolahan Data .......................................................................... 47
4.10 Teknik Analisis Data ................................................................... 49
4.11 Etika Penelitian ............................................................................ 51
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 53
5.2 Hasil Penelitian ............................................................................... 53
5.3 Pembahasan .................................................................................... 60
5.4 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 66
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ..................................................................................... 67
6.2 Saran ............................................................................................... 67
Daftar Pustaka .................................................................................................... 69
Lampiran-lampiran ............................................................................................. 72
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR ISTILAH
xv
DAFTAR SINGKATAN
xvi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat Kecerdasan
Emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun) di TK Darma Wanita Ngawi”
dengan baik. Tersusunnya proposal ini tentu tidak lepas dari bimbingan, saran dan
dukungan moral kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Ummi selaku Kepala Sekolah TK Darma Wanita Ngawi yang telah
memberikan izin serta kerja sama selama proses pengambilan data.
2. Zaenal Abidin, SKM.,M.Kes (Epid) selaku ketua STIKES Bhakti Husada
Mulia Madiun.
3. Mega Arianti Putri, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Ketua Prodi Sarjana
Keperawatan STIKKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Kartika, S.Kep.,Ns.,M.K.M selaku dosen pembimbing 1 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan
5. Muncul Wiyana, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing 2 yang selalu
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
6. Sagita Haryati, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku dewan penguji yang telah
meluangkan waktu dan pikiran untuk menguji proposal, memberikan
masukan dan motivasi demi kesempurnaan proposal ini.
7. Kedua Orang tua saya yang sangat saya sayangi yang telah memberi
dorongan, semangat dan doa tanpa henti.
8. Teman - teman yang telah memberi dorongan dan bantuan berupa apapun
dalam penyusunan tugas proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kesempurnaan proposal ini.
Akhir kata penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan proposal ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin
Wassalamualaikum Wr.Wb
xvii
BAB 1
PEMBAHASAN
melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan
perkembangan pada anak usia prasekolah. Perkembangan yang penting pada anak
usia prasekolah dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu perkembangan fisik,
kemampuan mental, dan kepribadian. Aspek inilah yang dapat dibentuk dari
dimana dampak dari orang yang mengalami gangguan kecerdasan emosional ini
dapat terjadi pada semua orang terutama bisa terjadi pada anak usia prasekolah
usia prasekolah ada dua yakni dampak positif dan negatif. Dampak positif dari
perkembangan kecerdasan emosional anak usia pra sekolah yaituanak yang sehat
1
ekspresi emosi dalam situasi sosialnya misalnya tidak menyerah saat mengerjakan
dampak negatif dari anak yang mengalami gangguan perkembangan emosional maka
emosional ini apabila berlangsung terus menerus maka dapat berdampak pada
kecemasan sekitar 9%, mudah emosi 11-15%, dan gangguan perilaku 9-15%
pada usia 4-6 tahun cukup tinggi, yakni berada di urutan ke dua setelah
perkembangan fisik anak kemudian setelah itu baru diikuti dengan perkembangan
literasi.
lingkungan sosial, kondisi fisik dan kesehatan,serta pola asuh orangtua. Dari
2
beberapa faktor tersebut salah satu faktor yang turut berperan dalam
perkembangan mental emosional pada anak adalah pola asuh orangtua (Isfandari
& Suhardi,1997). Orangtua memiliki hubungan yang dekat dan waktu yang relatif
(Isfandari & Suhardi, 1997). Sikap, perilaku, dan kebiasaan orangtua selalu
dilihat, dinilai, dan ditiru oleh anak, secara sadar atau tidak sadar akan diresapi
kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak dan akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak.
hanya tertuju pada pertumbuhan fisik saja tetapi juga pada perkembangan mental
emosional. Beberapa bentuk permasalahan emosi dari hasil survey yang dilakukan
oleh Izzaty tahun 2015 di Taman Kanak – Kanak Yogyakarta adalah agresivitas,
menarik diri, bergantung, pemalu dan takut yang berlebihan. Menurut Yusuf
(2011) prevelensi permasalahan pada anak berkisar dari 3,5% untuk masalah
perhatian dan hiperaktivitas 10,4% untuk masalah kecemasan, dan 21,9% untuk
gangguan tingkah laku. Kekurangan kasih sayang, penerapan pola asuh orang tua,
tersebut.
3
gangguan perilaku 9-15%.Rasarendah diri, kecemburuan terhadapanak lain,
(Sulistyaningsih, 2010).
Eka Yunita & Yulian Wiji Utami tahun (2015) di TK Senaputra Malang, orangtua
yang menggunakan pola asuh demokratis sebesar 63,15 %, pola asuh otoriter
sebesar 19,29% dan pola asuh permisif sebesar 17,56%. Hasil penelitian tersebut
Rank menghasilkan nilai p value sebesar 0,000 yang berarti bahwa kedua variabel
artinya ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan
emosi anak. Health Education menjadi masukan kepada semua orangtua untuk
4
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam meningkatkan kecerdasan
anak dengan cara menanamkan sejak dini pentingnya pembinaan perilaku dan
sikap yang dapat dilakukan melalui pembiasaan yang baik sehingga menjadi dasar
memberi teladan yang baik bagi anaknya serta meningkatkan pengetahuan dalam
yang ada, terdapat siswa sebanyak 48 anak yang diasuh oleh orang tua secara
langsung yang terdiri dari 18 anak laki – laki dan 30 anak perempuan. Dari 10
orang tua anak yang peneliti wawancarai terdapat 50% orang tua yang
menerapkan pola asuh demokratis, 30% orang tua menerapkan pola asuh otoriter
dan 20% orang tua menerapkan pola asuh permisif. Setelah peneliti
mengobservasi ada siswa yang sering tidak mengikuti arahan yang diberiakan
oleh guru, sering marah – marah, mengamuk dengan teman dan ada yang pulang
hubungan pola asuh orangtua dengan tingkat kecerdasan emosional anak pada
5
1.2 Rumusan Masalah
ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap tingkat kecerdasan emosional
Ngawi.
1.4 Manfaat
6
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Responden
penelitian ini.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pola asuh adalah suatu cara yang digunakan oleh orang dalam mencoba
diinginkan, dimana tujuan tersebut antara lain pengetahuan, nilai moral dan
standart perilaku yang harus dimiliki anak bila dewasa nanti (Mussen,2016).
Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anaknya yaitu
bagaimana sikap antara perilaku orangtua saat berinteraksi dengan anak, termasuk
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkansikap dan perilaku yang baik
adalah suatu interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti
anak dan terkait dengan kondisi psikologis anak bagaimana cara orang tua
8
2.1.2 Klasifikasi Pola Asuh
Pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak dengan aturan –
aturan yang ketat, seringkali memaksa anak untuk berperilaku sesuai dirinya
(orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri di batasi.Jadi dalam
hal ini kebebasan anak sangat dibatasi oleh orang tua, apa saja yang akan
dilakukan oleh anak harus sesuai dengan keinginan orang tua. Orang tua yang
otoriter menetapkan batasan – batasan yang tegas dan tidak memberikan peluang
yang diinginkan menandai semua jenis pola asuh yang otoriter. Orang tua tidak
yang harus dilakukan. Dengan cara otoriter, ditambah dengan sikap keras,
menghukum dan mengancam akan menjadikan anak “patuh” di hadapan orang tua
tetapi dibelakangnya dia akan menentang dan melawan karena anak merasa “
dipaksa”.
mendorong anak – anak untuk mandiri tetapi masih menetapkan batasan – batasan
9
orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu
tergantung pada orangtua. Dalam pola asuh ini ditandai sikap terbuka antara orang
tua dengan anak. Mereka membuat aturan – aturan yang telah disetujui bersama.
diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman hanya digunakan bila
terdapat bukti bahwa anak – anak secara sadar menolak melakukan apa yang
diharapkan dari mereka. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan,
orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian. Jadi dalam pola
asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak.
ada tiga macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh masing – masing orang
tua, bentuk – bentuk pola asuh itu adalah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter
dan pola asuh permisif. Dari ketiga macam bentuk pola asuh itu, bentuk pola asuh
demokratislah yang paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak –
anaknya.
bersifat permisif ialah suatu gaya dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak. Pola asuh ini ditandai dengan cara orang tua mendidik anak yang
10
cenderung bebas, anak dianggap sebagai orang dewasa atau muda, ia diberi
Selain itu pola asuh permisif juga di tandai dengan adanya kebebasan yang
diberikan kepada anak untuk berperilaku sesuai dengan keinginan sendiri. Anak
tidak tahu apakah perilakunya benar atau salah karena orangtua tidak pernah
keinginan sendiri, tidak perduli apakah hal itu sesuai dengan norma masyarakat
atau tidak.
Keadaan lain pada pola asuh ini adalah anak – anak bebas bertindak dan
berbuat. Anak dari orang tua yang permisif akan memiliki harga diri yang rendah,
Dalam setiap keluarga, terutama orang tua memiliki norma dan alasan
tertentu dalam menerapkan pola asuh kepada anak – anaknya. Ada beberapa
1. Pekerjaan
dan memaksa dari pada dari mereka dari menengah keatas. Semakin
tinggi profersi orang tua maka akan mempengaruhi pola asuh yang
11
dapat terlaksana dengan baik (Supartini, 2010). Orang tua akan
asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak.
2. Usia
mereka yang tua, karena pada usia muda orang tua cenderung dapat
dalammenerapkan pola asuh. Hal ini dapat dilihat jika suatu keluarga
kemana mana.
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam
12
pendidikan anak, mengamati segala sesuatu dengan berorientasi pada
anak.
anak akan lebih siap dalam menjalankan peran asuh, selain itu orang
5. Jenis Kelamin
pembentukan pola asuh pada anak. Hurlock (2010) mengemukakan bahwa pola
perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Hal ini berfusngsi untuk
pendidikan mana yang baik serta mana yang tidak. Peraturan juga akan
13
membantu mengekan perilaku yang tidak diinginkan. Peraturan haruslah
dimengerti, diingat dan diterima oleh anak sesuai fungsi peraturan itu
sendiri.
atau salah, dan tindakan yang salah akan memperoleh hukuman. Ketiga,
benda atau materi, namun dapat berupa kata – kata pujian, senyuman,dan
itu.
adalah mempunyai nilai didik yang besar sehingga dapat memacu proses
14
terhadap peraturan dan orang tua yang berkuasa. Oleh karena itu orang
tua harus konsisten dalam menerapkan semua aspek disiplin agar nilai
Baumrind (Agoes Dariyo, 2011) mengatakan bahwa setiap pola asuh yang
disebutkan pada pola asuh otoriter, maka akibat negatif yang timbul pada pola
asuh ini akan cenderung lebih dominan. Hal yang senada juga disampaikan oleh
(Bjorklund, 2010) yang mengatakan bahwa pola asuh otoriter menjadikan seorang
anak menarik diri dari pergaulan serta tidak puas dan tidak percaya terhadap orang
lain. Namun, tidak hanya akibat negatif yang ditimbulkan, tetapi juga terdapat
akibat positif atau kelebihan dari pola asuh otoriter yaitu anak yang dididik akan
pendapat Baumrind bahwa pola asuh otoritatif juga menjadikan anak mandiri,
memiliki kendali diri, bersifat eksploratif, dan penuh dengan rasa percaya diri.
Namun, terdapat kekurangan dari pola asuh otoritatif yaitu menjadikan anak
cenderung mendorong kewibawaan otoritas orang tua, bahwa segala sesuatu harus
15
Pada pola asuh permisif, orang tua memberikan kebebasan yang sebebas-
bebasnya kepada anak. Sehingga dapat dikatakan bahwa kelebihan pola asuh ini
adalah memberikan kebebasan yang tinggi pada anak dan jika kebebasan tersebut
dapat digunakan secara bertanggung jawab, maka akan menjadikan anak sebagai
pola asuh ini yaitu dapat menjadikan anak kurang disiplin dengan aturan-aturan
sosial yang berlaku. Sejalan dengan pendapat tersebut juga menyampaikan bahwa
pola asuh permisif menjadikan anak kurang dalam harga diri, kendali diri dan
kecenderungan untuk bereksplorasi. Setiap pola asuh yang diterapkan orang tua
memiliki dampak positif dan negatif terhadap perilaku dan kondisi emosi seorang
anak. Agar anak berkembang dengan baik, maka setiap orang tua perlu memilih
kepada setiap umat manusia. Kecerdasan dikenal juga dengan istilah intelegensi.
Intelegensi berasal dari Bahasa Inggris yaitu intellegence. Pada kamus Bahasa
Inggris menurut ( John M. Echols dan Hassan Shadily, 2010), intellegence berarti
16
merumuskan kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari individu untuk
Bahasa Inggris menurut (John M. Echols dan Hassan Shadily, 2011) emotion
berarti emosi atau perasaan yang menggugah hati. Kecerdasan emosi merupakan
gabungan dari kata kecerdasan dan emosi. Istilah kecerdasan emosi pada mulanya
dilontarkan oleh dua ahli psikologi, yakni Salovey dari Universitas Harvard dan
Mayer dari Universitas New Hampshire. Salovey dan Mayer, 2011 menggunakan
diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan
1. Faktor internal
17
limbikterletak jauh dalam himisfer otak besar dan terutama bertanggung
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar individu dan
sebaliknya. Pola asuh yang diterapkan orang tua kepada anak merupakan
salah satu contoh pengaruh yang diberikan dari individu kepada individu
lain, dalam hal ini adalah anak. Pengaruh juga dapat bersifat tidak
langsung yaitu melalui perantara misalnya media masa baik cetak maupun
elektronik serta informasi yang canggih lewat jasa satelit. Kondisi ikut
mempengaruhi emosi.
Hasil riset yang dilakukan oleh Ridhoyanti Hidayah & Eka Yunita
otoriter sebesar 19,29% dan pola asuh permisif sebesar 17,56%. Hasil
18
menghasilkan nilai p value sebesar 0,000 yang berarti bahwa kedua
value <0,05 yang artinya ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan
1. Kondisi kesehatan
2. Suasana rumah
Pola asuh yang digunakan untuk mendidik anak oleh orang tua
menyenangkan.
19
4. Hubungan dengan para anggota keluarga
Hubungan yang tidak rukun antara orang tua atau saudara akan
Jika anak diterima dengan baik oleh kelompok teman sebaya, maka
ditolak atau diabaikan oleh kelompok teman sebaya maka emosi yang
7. Bimbingan
bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua merupakan salah satu kondisi
20
2.2.3 Aspek- Aspek Pembentukan Kecerdasan Emosi
emosi, yaitu:
membangun.
menyelaraskan hidup dan kerja dengan potensi serta bakat unik yang
21
dalamnya.Mencakup keterampilan bersaing dengan lebih peka
meningkat.
22
5. Membina hubungan (handling relationships), yaitu kemampuan
23
Aspek Karakteristik Perilaku
b. Dapat menyelesaikan konflik dengan orang
lain
c. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi
d. Memiliki sikap bersahabat atau mudah
bergaul
e. Memiliki sikap tenggangrasa atau pehatian
f. Memperhatikan kepentingan sosial(senang
menolong orang lain) dan dapat hidup
selaras dengan kelompok
g. Bersikap senang berbagi rasa dan bekerja
sama
h. Bersikap demokratis dalam bergaul dengan
orang lain.
2.2.4 Ciri-ciri Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosi Tinggi
Dapsari (2007) mengemukakan ciri-ciri anak yang memiliki
ketidakpuasan kostruktif.
24
Goleman (2015) mengemukakan ciri seseorang yang memiliki
1. Sosial mantap.
atau permasalahan.
Pelatihan emosi yang dilakukan orang tua merupakan salah satu cara untuk
mengembangkan kecerdasan emosi yang dimiliki anak. John Gottman dan Joan
orang tua untuk memupuk empati dalam membina hubungan dengan anak mereka
anak.
25
5. Menentukan batas-batas sambil menolong anak untuk memecahkan
masalah.
Salah satunya dengan cara pelatihan emosi seperti yang telah diuraikan di atas.
satu rentang perubahan perkembangan yang mulai dari bayi hingga remaja. Masa
anak merupakan perkembangan yang dimulai dari bayi (0- 1 tahun), usia
bermain/toddler (1- 2,5 tahun), pra sekolah (2,5 – 5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun), usia remaja (11- 18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak yang satu
dengan anak yang lainya karena mengingat latar belakang anak yang berbeda.
Anak usia pra sekolah dalah mereka yang berusia 3 – 6 tahun. Mereka
mengikuti program tempat penitipan anak 3 – 5 tahun dan kelompok bermain atau
Play Group ( usia 3 tahun), sedangkan pada anak usia 4 -6 tahun biasanya mereka
26
1. Ciri Emosional Anak Usia Pra Sekolah
bulan, pada usia ini tulang kaki, otot dan sumsum sarafnya telah matang
2. Belajar memakai pakaian. Terjadi pada tahun kedua, sistem alat – alat
pencernaan makanan dan alat – alat pengunyah pada mulut telah matang.
27
3. Belajar berbicara. Diperlukan kematangan otot – otot dan saraf dari alat –
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar. Sebelum usia 4 tahun, anak
pada umumnya belum dapat menahan buang air besar dan kecil karena
kebersihan.
kelamin dengan baik, maka orang tua prlu memperlakukan anaknya, baik
jasmaniah, bagi anak diperlukan waktu sampai usia 5 tahun. Dalam proses
kebersihan.
8. Belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara, dan
orang lain. Anak akan berinteraksi dengan orang- orang disekiratnya. Cara
28
yang diperoleh dalam belajar mengadakan hubungan emosional dengan
anak, ia harus belajar pengertian baik - buruk, benar dan salah, sebab
umum.
2. Membangn sikap yang sehat mengenal diri sendiri sebaik makhluk yang
sedang tumbuh.
tepat.
dan berhitung.
sehari - hari.
- lembaga.
29
2.4 Patofisiologi
g. Perlindungan berlebih
Demokratis
Non Demokratis
1. Hukuman
2. Peraturan
3. Penghargaan
Gambar 2.1 : Patofisiologi Hubungan Pola Asuh Orang Tua terhadap Tingkat
Kecerdasan emosional Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun)
30
BAB III
Keterangan :
: Tidak Diteliti : Berhubungan
: Diteliti : Berpengaruh
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap
31
Dari Gambar 3.1 Menjelaskan bahwa faktor – faktor Kecerdasan Emosional
antara lain:
1. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang timbul dari dalam diri seorang
2. Faktor Eksternal
a. Kondisi kesehatan
b. Suasana rumah
Pada kerangka konsep tersebut yang diteliti adalah pola asuh orang tua.
Proses pengasuhan anak bagi orang tua bukan hanya mampu mengkomunikasikan
kembang kepribadian anak (Fitriyati, 2013). Bentuk – bentuk pola asuh orang tua
sangat erat hubungannya dengan kepribadian anak dan salah satunya dapat
3.2 Hipotesis
antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis atau
dugaan sementara diperlukan untuk memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang
32
dicapai (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis pada penelitian ini ada hubungan antara
pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak prasekolah
usia ( 4- 6 tahun).
H1 : Ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan
Ho : Tidak ada hubungan antara pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
yang digunakan untuk meneliti hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat
berupa persentase dan standar deviasi kemudian disajikan dalam bentuk tabel
independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam 2016).Pada
jenis ini, variabel independen dan dependen dinilai secara stimulat pada suatu
saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Tentunya tidak semua subjek penelitian harus
diobservasi pada hari atau pada waktu yang sama, akan tetapi baik variabel
independen maupun variabel dependen dinilai hanya hatu kali saja. Dengan studi
ini, akan diperoleh prevelensi atau efek suatu fenomena (variabel independen)
menjadi variabel independen yaitu pola asuh orang tua dan variabel dependen
34
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek / subyek yang
keseluruhan anak usia prasekolah usia (4-5 tahun) di TK Darma Wanita adalah 63
anak, dari jumlah keseluruhan tersebut didapatkan populasi target yang sesuai
dengan kriteria peneliti sebesar 53 anak yang di asuh oleh orang tua.
oleh orang tua di TK Darama Wanita Teguhan, besar sampel penelitian di dapat
n= N
1 + N(d)²
n= 53
1+53(0,05)²
n= 53
1,1
n= 48
Keterangan:
n : Jumlah Sampel
35
d : Tingkat signifikasi (p)
penelitian ini adalah 48 sampel. Jadi, jumlah sampel kasus dalam penelitian ini
adalah 48 anak.
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria ekskulsi
adalah probabiliti sampling yaitu bahwa setip subjek dalam populasi mempunyai
kesempatan utuk terpilih atau tidak terpilih atau tidak terpilih sesuai sampel
setiap elemen diseleksi secara acak. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
menulis nama pada kertas, dibentuk lot, ditaruh di dalam wadah kemudian di
kocok dan dijatuhkan. Maka secara acak diambil sejumlah 48 sampel dari 53
36
populasi target yang tersedia. Peneliti kemudian mendatangi calon responden
dengan cara door to door untuk memperkenalkan diri dan memberikan penjelasan
kepada responden tentang tujuan dan manfaat penelitian. Apabila ada responden
yang tidak bersedia maka akan diambil undian lagi. Calon responden yang
37
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi Target
Seluruh Anak prasekolah usia (4-6 tahun) yang diasuh oleh
Orang tua sebesar 48 anak di TK Darma Wanita teguhan Ngawi.
Sampel
Anak prasekolah usia (4-6 tahun) yang diasuh oleh orang tua di TK Teguhan
Ngawi sebesar 48 anak.
Desain Penelitian :
Analiti dengan pendekatan cross-sectional
Pengumpulan Data:
Menilai Pola asuh Orangtua dan
Kecerdasan Emosional
Pengolahan Data:
Editing, coding, scoring, dan tabulating
38
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
39
4.5.2 Definisi Operasional
Tabel 4.2 : Definisi Operasional Hubungan Pola Asuh Orangtua terhadap Tingkat
Kecerdasan Emosional Anak Prasekolah usia (4-6 tahun) di TK Darma
Wanita Teguhan Ngawi.
Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Skor
Operasional Data
Kriteria
Variabel Pola asuh adalah 1. Pola Asuh Kuesioner Nominal Favorable:
Independen: suatu interaksi Demokratis “Selalu”
antara orang tua 2. Pola Asuh diberi skor 4
Pola Asuh dan anak, yang Non “Kadang -
Orangtua meliputi kegiatan Demokratis Kadang”
seperti menerapkan diberi skor 3
aturan, “Tidak
mengajarkan nilai / Pernah”
norma,memberikan diberi skor 2
perhatian dan kasih “Selalu tidak
sayang, pernah”
melindungi, dan diberi skor 1
mengarahkan
tingkah laku anak Unfavorable:
selama masa “Selalu”
perkembangan diberi skor 1
serta memberi “Kadang -
pengaruh terhadap Kadang”
perkembangan diberi skor 2
kepribadaian anak . “Tidak
Kecerdasan Pernah”
diberi skor 3
“Selalu tidak
pernah”
Kategori:
X ≥ 20
Demokratis
X ≤ 10 : Non
Demokratis
Kecerdasan Emosional adalah 1. Kesadaran Kuesioner Ordinal
Favorable:
Emosional mengenali emosi diri
Jawaban“San
diri, mengelola 2. Mengelola
gat tidak
emosi, memotivasi emosi
setuju” diberi
diri sendiri, 3. Memanfaat
skor 4
mengenali emosi kan emosi
“Tidak
orang lain, dan secara
40
membina produktif setuju” diberi
hubungan baik 4. Empati skor 3
dengan orang lain. 5. Membina “Setuju”
hubungan diberi skor 2
“Sangat
setuju” diberi
skor 1
Unfavorable:
Jawaban
“Sangat tidak
setuju”diberi
skor 1
“Tidak
setuju” diberi
skor 2
“Setuju”diber
i skor 3
“Sangat
setuju” diberi
skor 4
Kategori:
X ≥ 48 :
Tinggi
X ≥ 24:
Rendah
berdasarkan dua elemen yaitu pola asuh demokratis, dan pola asuh
41
1. X ≥ (μ + σ) : Demokratis
Keterangan :
μ = Mean Teoritik
σ= Standar Deviasi
X = Skor Kuesioner
μ= –
2
μ = 40 − 10
2
μ = 15
σ= −
6
σ = 40 − 10
6
σ=5
1. X ≥ (15 + 5)
X ≥ 20 : Demokratis
2. X ≤ (15 - 5 )
X ≤ 10 : Non Demokratis
42
Jadi untuk kriteria skor kecerdasan emosional adalah :
X ≥ 20 : Kategori Demokratis
2. Kecerdasan emosional
sebagai berikut.
1. X ≥ (μ + σ) : kategori tinggi
2. X ≤ (μ -σ) : kategori rendah
Keterangan :
μ = Mean Teoritik
σ= Standar Deviasi
X = Skor Kuesioner
43
Yang selanjutnya untuk penghitungan μ sebagai berikut :
μ= –
2
μ = 96 − 24
2
μ = 36
σ= −
6
σ = 96 − 24
6
σ = 12
3. X ≥ (36 + 12)
X ≥ 48 : Tinggi
4. X≤ (36 - 12)
X ≤ 24 : Rendah
X ≥ 48 : Kategori Tinggi
X ≤ 24 : Kategori Rendah
44
4.6.1 Validitas
penelitian ini, kedua variabel menggunakan uji validitas berupa kuesioner. Uji
asuh orang tua dan kecerdasan emosionalini sudah diuji validitas oleh peneliti.
4.6.2 Reliabilitas
atau kenyataan diukur atau diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan.
Alat atau cara mengukur atau mengamati sama- sama memegang peran penting
dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2016). Peneliti akan melakukan uji
responden. Reliabilitas untuk kuesioner pola asuh sebesar 0,806 dan kuesioner
45
4.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Januari – Juni 2019 mulai
proposal antara bulan Januari sampai Mei, kemudian pengambilan data penelitian
izin pada bulan Mei, pengolahan data pada bulan Juni dan pelaporan pada bulan
Juli.
berikut:
46
9. Melakukan pengambilan data kecerdasan emosional dengan cara menisi
kuesioner.
10. Menganalisis hasil data yang diperoleh.
11. Melaporkan hasil analisis.
1. Editing
Peneliti melakukan pengecekan data dari hasil lembar kuesioner skala indeks
bartle, bila ada lebar kuesioner yang belum terisi jika memungkinkan untuk
pengambilan data ulang, tetapi bila tidak memungkinkan maka data tidak
2. Coding
1) Pola Asuh
a. Demokratis :1
b. Non Demokratis : 2
a. Tinggi :1
b. Rendah :2
47
3. Processing atau entry data
Proses kelanjutan setelah coding data yaitu memasukan data dari lebar
Memberikan penilaian terhadap item – item yang perlu diberi penilaian atau
skor.
Favorable:
Unfavorable:
Untuk Kategori :
X ≥ 20 : Demokratis
X ≤ 10 : Non Demokratis
Favorable (Positif)
Jawaban “sangat tidak setuju” di beri skor 4, “tidak setuju” diberi skor 3,
Unfavorable (Negatif)
Jawaban “sangat tidak setuju” di beri skor 1, “tidak setuju” diberi skor 2,
48
X ≥ 48 : Kategori Tinggi
X ≤ 24 : Kategori Rendah
5. Tabulating
Teknik analisa yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistik menggunakan program SPSS 16.0, analisis data dalam penelitian ini
1. Univariat
tiap variabel dari hasil penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
49
2. Bivariat
16 dengan rumus :
X² = Σ (fo - fh)²
fh
Keterangan :
X² = Chi Kuadrat
a. Tidak ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual
b. Apabila bentuk tabel kontingensi 2 x2, maka tidak boleh ada 1 cell saja
yang memiliki frekuensi harapan atau disebut juga expected cound (“Fh”)
kurang dari 5.
c. Apabila bentuk tabel lebi dari 2x2, misal 2x3 maka jumlah cell dengan
frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari 20%.
50
Keputusan hasil uji statistic dengan membandingkan p value dan nilai α
1. Jika p-value ≤ 0,05 maka H0 ditolak, artinya ada pengaruh pola asuh orang tua
2. Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima, artinya tidak ada pengaruh pola asuh
orang tua terhadap tingkat kecerdasan emosional pada anak usia prasekolah.
1. Manfaat
2. Menghormati
Prinsip ini meliputi hak untuk menetukan pilihan yaitu hak untuk
penelitian tanpa resiko yang merugikan. Hak ini meliputi hak untuk
51
3. Keadilan
hak – hak memberikan perawatan secara adil, dan hak untuk menjaga
privasi.
52
BAB V
Pada bab ini disajikan hasil dan pembahasan dari pengumpulan data
kuesioner yang telah diisi oleh responden mengenai hubungan pola asuh orang tua
pada tanggal 13 Mei sampai dengan 25 Mei 2019. Penelitian ini dilaksanakan
dengan cara door to door dengan jumlah responden sebanyak 48 anak yang diasuh
dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 10.00 WIB. TK Darma Wanita Teguhan
Hasil Penelitian ini terdiri dari data umum dan data khusus. Data umum
meliputi jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, umur orang tua dan umur anak.
sedangkan data khusus menampilkan pola asuh orang tua dan tingkat kecerdasan
54
5.2.1 Data Umum
besar orang tua yang menjadi responden yaitu sebanyak 48 responden (100%)
persentase (14,6%).
54
5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
(12,5%).
adalah 32,25 tahun dengan usia yang termuda adalah 20 tahun sedangkan yang
tertua adalah 42 tahun. Usia responden yang paling banyak yaitu 32 tahun dengan
55
5.1.2.5 Karakteristik Anak Berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui bahwa rata-rata usia anak adalah
5,56 tahun. Usia yang termuda adalah 4 tahun sedangkan yang tertua adalah 6
tahun.Usia anak yang paling banyak yaitu 6 tahun dengan standart deviasi 0,681.
Setelah diketahui data umun dalam penelitian ini makan berikut akan
ditampilkan hasil penelitian yang terkait dengan data khusus yaitu Pola Asuh
Orangtua dan Tingkat Kecerdasan Emosional Anak pada Usia Prasekolah (4-6
Pada data karakteristik penerapan pola asuh orang tua terdapat data
yang tidak signifikan, yaitu nilai expeded kurang dari 5. Berdasarkan hasil
semula 3 bagian yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan pola asuh
permisif menjadi 2 bagian yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh non
demokratis. Untuk pola asuh otoriter dan permisif digabung menjadi pola asuh
56
non demokratis, sehingga data menjadi signifikan dan nilai expeded tidak ada
pola asuh demokratis sebanyak 29 reponden (60,4%), pada pola asuh non
tidak signifikan, yaitu nilai expeded kurang dari 5. Berdasarkan hasil tersebut
bagian yaitu tinggi, sedang, rendah menjadi 2 bagian yaitu tinggi dan rendah.
kecerdasan rendah, sehingga data menjadi signifikan dan nilai expeded tidak
57
Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui sebagian besar responden yaitu
Teguhan Ngawi.
Tabel 5.8 Tabulasi silang pola asuh orangtua terhadap tingkat kecerdasan
emosional anak usia prasekolah (4-6 tahun) di TK Darma Wanita
Teguhan Ngawi.
Kecerdasan Emosional Total
Tinggi Rendah
Pola Asuh N % N % N %
Orang tau
Demokratis 21 75 7 25 28 100
Non Demokratis 5 25 15 75 20 100
Total 26 54,2 22 45,8 48 100
= 0,05 r= 0,443 P Value = 0,001
Sumber : Data Primer Penelitian Tahun 2019
Dari tabel 5.8 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua
yaitu 21 responden (75,0%), orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis
Sedangkan orangtua yang menerapkan pola asuh non demokratis dengan tingkat
kecerdasan emosional tinggi sebesar 5 responden (25,0%), pada orang tua yang
58
kriteria. Caranya dengan menyerderhanakan cell yaitu langkah pertama pada
tabel 3x3 terdapat 6 cell (66,7%) dan mempunyai nilai expeded kurang dari dari 5.
hasilnya masih ada 2 cell (33,3%) dan mempunyai nilai expeded kurang dari 5.
hasilnya memenuhi syarat pada uji chi square. Pada uji chi square apabila data
tidak memenuhi syarat uji maka dilakukan penggabungan sel. Jika langkah
pergantian uji.
Selain itu menurut pendapat Baumrind (dalam Santrock, 2002: 257-258) ada
tiga macam bentuk pola asuh yang diterapkan oleh masing – masing orang tua,
bentuk – bentuk pola asuh itu adalah pola asuh demokratis, pola asuh otoriter dan
pola asuh permisif. Dari ketiga macam bentuk pola asuh itu, bentuk pola asuh
demokratislah yang paling baik diterapkan oleh orang tua dalam mengasuh anak –
pola asuh yakni pola asuh demokratis, otoriter dan permisif menjadi 2 bentuk pola
Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square didapatkan ρ= 0,001 <α = 0,05
maka H1 diterima H0 ditolak, yang berarti ada hubungan antara pola asuh
59
5.3 Pembahasan
Faktor yang pertama yang dapat mempengaruhi pola asuh orangtua adalah
dan mengerti kebutuhan anak dan akan lebih menerapkan pola asuh yang
demokratis dari pada orang tua yang kurang berpendidikan atau tidak mengerti.
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil yaitu sebagian besar yaitu sebanyak 20
responden (12,5%) pendidikan terakhir SD. Dari data tersebut menunjukan bahwa
pengaruh tingkat pendidikan dan pengalaman mengasuh orang tua terhadap pola
asuh anak, sehingga berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
pendidikan orangtua berpengaruh dalam proses pemberian pola asuh pada anak.
Pendidikan orangtua yang tinggi maka orangtua akan mengerti tentang bagaimana
menerapkan pola asuh yang baik, sedangkan jika berpendidikan rendah orangtua
60
tidak terlalu memikirkan dalam menerapkan pola asuh, orangtua tidak
memikirkan bagaimana efek pola asuh bagi perkembangan anak. Orang tua yang
memiliki pendidikan yang tinggi akan lebih banyak informasi dan pengalaman
misalnya dari temannya. Orang tua yang berpendidikan tinggi maka, orang tua
akan memiliki wawasan yang lebih luas. Hal ini dibuktikan pada saat peneliti
(16,7%) dan tidak bekerja dengan jumlah 7 responden (14,6%). Dari data tersebut
dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berprofersi sebagai pegawai negeri.
Semakin tinggi profersi orang tua maka akan mempengaruhi pola asuh yang
diberikan. Jika orang tua memiliki pekerjaan yang mapan maka kesejahteraan
keluarga juga meningkat dan peran pengasuhan pun dapat terlaksana dengan baik
(Supartini, 2010). Orang tua akan cenderung menerapkan pola asuh demokratis.
membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Jadi dalam pola
asuh ini terdapat komunikasi yang baik antara orangtua dengan anak, ini sesuai
dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti. saat melakukan
kuesioner bahwa anak dari orang tua yang berprofersi sebagai pegawai negeri
lebih merasaa aman, nyaman,ceria serta anak merasa diperhatiakan penuh oleh
61
orang tua karena memiliki fasilitas yang cukup sehingga kesejahteraan anak dapat
terpenuhi.
Faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua selanjut yaitu usia. Dari
Teguhan Ngawi berkisar antara 20 – 42 tahun dan untuk usia rata- rata responden
adalah 32 tahun. Hurlock (2010) mengatakan bahwa usia muda lebih cenderung
ini maka usia tua cenderung menerapkan pola asuh non demokratis. Ini sesuai
dengan hasil yang diperoleh peneliti. Usia yang cenderung tua, akan
Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa pola asuh dipengaruhi
oleh tiga faktor yaitu pendidikan, usia dan pekerjaan.Semakin tinggi pendidikan,
dan pekerjaan, maka orang tua cenderung akan menerapkan pola asuh
dapat mengasuh dan mengerti kebutuhan anak dan akan lebih menerapkan pola
asuh yang demokratis dari pada orang tua yang kurang berpendidikan dan tidak
memiliki pekerjaan yang mapan. Sedangkan pada usia, semakin muda usia orang
tua maka akan cederung menerapkan pola asuh demokratis, karena pada usia
muda orang tua cenderung dapat menerima hal-hal yang baru dan mampu dalam
mengakses teknologi informasi sehingga penerapan pola asuh yang baik mudah
diterapkan.
62
5.3.2 Tingkat Kecerdasan Emosional padaAnak Usia Prasekolah (4-6
tingkat kecerdasan emosional salah satunya adalah pola asuh orang tua. Orangtua
dalam hal ini sebenarnya lebih padabagaimana orangtua dapat memberikan contoh
atau teladan kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu
kecerdasan emosi tinggi yaitu sosial mantap, mudah bergaul dan jenaka, tidak
mudah takut dan gelisah, berkemampuan besar untuk melibatkan diri dengan
dengan dirinya sendiri, orang lain maupun pergaulannya, dan memandang dirinya
secara positif. Jadi jika seorang anak memiliki tingkat kecerdasan emosional yang
tinggi maka anak tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul dan
Wanita Teguhan Ngawi lebih dominan pada tingkat kecerdasan emosional tinggi,
63
rendah.Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerdasan emosional salah satunya
adalah pola asuh orang tua. Orangtua dapat memberikan contoh atau teladan
kepada anak dalam setiap bertingkah laku karena anak akan selalu meniru setiap
tingkah laku orangtua. Jika seorang anak memiliki tingkat kecerdasan emosional
yang tinggi maka anak tersebut akan lebih disenangi orang lain, pandai bergaul
Ngawi.
Dari hasil tabel 5.8 menunjukkan bahwa orang tua yang menerapkan pola
tinggi sebesar 21 responden (75,0%). Sedangkan pada pola asuh orang tua yang
ChiSquare dengan program SPSS versi 16.0 didapatkan ρ= 0,001 < α = 0,05
dengan nilai hitung pearson = 11,748 maka H1 diterima H0 ditolak, yang berarti
bahwa kekuatan hubungan antar variable pada tingkat sedang. Dari hasil tersebut
didapatkan bahwa pola asuh yang diterapkan orang tua yaitu pola asuh demokratis
64
Ini sesuai denganhasil penelitian yang dilakukan Desy,(2015) yang
dilakukan di Pontianak menyatakan bahwa dari ketiga pola asuh tersebut, pola
adalah pola asuh demokratis. Dimana pola asuh ini sangat responsif dan
memberikan perhatian penuh tanpa menegkang kebebasan anak. Dalam pola asuh
tetapi juga hangat, rasionald dan mau berkomunikasi, sehingga menjadikan anak
tidak tergantung, mendorong anak untuk berprestasi, anak menjadi percaya diri,
mandiri, imajinatif, mudah beradaptasi, kreatif, dan disukai banyak orang secara
responsif. Namuun semua pola asuh bisa diterapkan sesuai kebutuhan dengan
anak. Selanjutnya untuk kecerdasan emosi dalam hal ini perilaku emosi anak,
dapat disimpulkan bahwa perilaku emosi anak sudah berkembang sangat baik. Hal
ini dapat dilihat dari hasil persentase perilaku emosi positif anak sebesar 69,3%
dan perilaku emosi negatif sebesar 30,7%. Penelititan tersebut menunjukan bahwa
anak yang mendapat perhatian atau mendapat asuhan yang baik, memiliki tingkat
Pola asuh yang baik adalah pola asuh yang menggunakan penjelasan,
diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu
diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dan disiplin dari pada
melakukan apa yang diharapkan oleh orang tua. Bilaperilaku anak memenuhi
65
standar yang diharapkan, orang tua yangdemokratis akan menghargainya dengan
pujian atau persetujuan oranglain.Dengan cara demokratis ini pada anak akan
(Gunarsa,2010).
Dari hasil penelitian ini dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan atara
pola asuh orang tua dengan tingkat kecerdasan emosional pada anak usia
penelitian sehingga memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau bisa
66
BAB 6
PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menyampaikan tentang hubungan pola asuh
6.1 Kesimpulan
6.2 Saran
1. Bagi Keluarga
Orang tua harus menerapkan pola asuh demokratis agar kecerdasan anak
67
2. Institusi Tempat Penelitian
dan wawasan mahasiswa tentang pola asuh orang tua dan tingkat
kecerdasan emosional.
68
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Maimunah. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Keempat. 2008. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Kristanto, Vigih . 2018. Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah
69
Yogyakarta: CV Budi Utama.
Maghfiroh, Laela. 2017. Hubungan Pola asuh Orang Tua Dengan Kecerdasan
Emosional Siswa Kelas IV SDN Grogol Selatan. Skripsi.
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan: Jakarta.
70
Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1
73
Lampiran 2
74
Lampran 3
Surat Ijin Validitas
75
Lampiran 4
Surat Keterangan Selesai Penelitian
76
Lampiran 5
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada
Yth.CalonResponden
Di Tempat
Denganhormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan STIKES Bhakti Husada MuliaMadiun:
Nama : Astri Nur Arinta Putri
NIM : 201502043
Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang
Tua Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia Prasekolah (4 – 6
Tahun) di TK Darama Wanita Ngawi”. Sehubungan dengan judul penelitian
diatas, data yang diperoleh dari peneliti anakan sangat bermanfaat bagi peneliti
untuk melakukan penelitian. Untuk kepentingan tersebut peneliti memohon anda
untuk memberikan jawaban atas pertanyaan yang saya ajukan dengan jujur.
Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan.
Atas perhatian, kerja sama dan kesedia anda dalam partisipasi sebagai
respon den dalam penelitian ini, saya menyampaikan terimaksih dan berharap
informasi anda akan berguna khususnya dalam penelitian ini.
Hormat Saya,
77
Lampiran 6
(Informed Consent)
Nama : ..................................................................
Umur : .................................................................
Alamat : ..................................................................
manfaat, tujuan dan prosedur penelitian yang berjudul “Hubungan Pola Asuh
Orang Tua Terhadap Tingkat Kecerdasan Emosional Pada Anak Usia Prasekolah
BERSEDIA* diikut sertakan dalam penelitian ini dengan catatan apabila suatu
Peneliti, Responden,
78
Lampiran 7
79
Lampiran 8
80
Kisi – Kisi Kecerdasan Emosional belum valid
Tidak egois 21 22 2
Jumlah 34
81
Lampiran 9
PETUNJUK PENGISIAN
1. Tulis identitas Bapak/ Ibu pada lembar jawab yang telah disediakan,
3. Bapak/ Ibu harus memilih salah satu jawaban dengan memberi tanda
Usia : Usia :
Pendidikan : SD/SMP/SMA/Sarjana
82
Lampiran 10
83
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL ANAK BELUM VALID
No Pertanyaan STS TS S SS
1 Anak saya sedih sedih saat ada temanya
yang saling megejek dan anak saya
berusaha untuk menasehatinya
2 Anak saya menangis dan membenci teman
yang menjadi juara kelas
3 Anak lebih memilih menyelesaikan tugas
terlebih dahulu kemudian bermain
4 Anak menertawakan teman yang mendapat
hukuman dari guru
5 Ketika menunggu giliran untuk masuk kelas
anak saya tidak mau mengantri
6 Anak saya selalu diam dan mendengarkan
ketika gurunya sedang mengajar dikelas
7 Ketika guru menjelaskan di depan kelas,
anak saya mengobrol dengan teman
8 Sama sekali anak tidak mau mendengarkan
perkataan orang tua
9 Anak saya meminta maaf ketika berbuat
salah kepada teman
10 Anak saya merasa senang dan memberi
selamat kepada temanya yang menjadi juara
kelas
11 Anak menasehati teman lainya ketika
menertawakan teman yang mendapat
hukuman dari guru
12 Anak saya hanya mau berteman dengan
teman yang tertentu saja
13 Anak saya cenderung lebih memilih
bermain dengan mainanya sendiri dirumah
dari pada bermain dengan teman sebayanya
14 Kertika ditanya orang anak saya selalu
menjawab
15 Anak saya langsung meninggalkan temanya
yang menangis setelah berbuat salah pada
temanya
16 Anak saya lebih memilih meninggalkan
teman yang mengejeknya
17 Anak saya sabar menunggu giliran untuk
masuk kelas ketika teman yang lain berebut
masuk
18 Ketika anak saya hanya didalam rumah saja
menonton televisi dan tidak mau bergabung
dengan teman bermainya
84
19 Anak saya mudah memaafkan orang yang
telah menyinggung perasaan saya
20 Anak saya merasa senang saat ada
temannya yang saling mengejek karena
dianggapnya hal lucu
21 Anak meminjamkan alat tulis kepada
teman yang tidak membawa
22 Anak saya menyembunyikan penghapusnya
ketika ada teman yang ingin meminjamnya
23 Anak selalu diam mendengarkan gurunya
dan tidak terpengaruh dengan temanya yang
mengajak berbicara
24 Anak saya langsung memukul temanya
ketika diejek
25 Anak saya selalu diam jika ditanya oleh
orang lain
26 Anak selalu mendengarkan orang tua ketika
dinasehati
27 Anak selalu menyela penjelasan guru ketika
gurunya mengajari belajar dikelas
28 Anak mau bersosialisasi dengan semua
teman sebanyanya
29 Anak tidak suka membantu teman dan
bersikap masa bodoh
30 Anak saya langsung marah ketika ada orang
yang menyinggung perasaanya
31 Anak saya memiliki teman banyak
32 Anak lebih memilih bermain dengan teman
- temanya terlebih dahulu kemudian belajar
33 Anak merasa senang ketika bermain dengan
teman sebayanya
34 Ketika disekolah anak selalu menolong
teman yang kesulitan
85
Lampiran 11
86
KUESIONER KECERDASAN EMOSIONAL VALID
No Pertanyaan STS TS S SS
1 Anak saya menangis dan membenci teman
yang menjadi juara kelas
2 Ketika menunggu giliran untuk masuk
kelas anak saya tidak mau mengantri
3 Anak saya selalu diam dan mendengarkan
ketika gurunya sedang mengajar dikelas
4 Ketika guru menjelaskan di depan kelas,
anak saya mengobrol dengan teman
5 Sama sekali anak tidak mau mendengarkan
perkataan orang tua
6 Anak saya merasa senang dan memberi
selamat kepada temanya yang menjadi
juara kelas
7 Anak saya hanya mau berteman dengan
teman yang tertentu saja
8 Anak saya cenderung lebih memilih
bermain dengan mainanya sendiri dirumah
dari pada bermain dengan teman
sebayanya
9 Anak saya suka menjahili temannya ketika
bermain bersama sehingga jarang ada yang
mau bermain dengan nya
10 Anak saya lebih memilih meninggalkan
teman yang mengejeknya
11 Anak saya mudah memaafkan orang yang
telah menyinggung perasaan saya
12 Anak meminjamkan alat tulis kepada
teman yang tidak membawa
13 Anak saya menyembunyikan
penghapusnya ketika ada teman yang ingin
meminjamnya
14 Anak selalu diam mendengarkan gurunya
dan tidak terpengaruh dengan temanya
yang mengajak berbicara
15 Anak saya langsung memukul temanya
ketika diejek
16 Anak saya sering menolong temanya misal
jika temanya tidak membawa pensil atau
penghapus
17 Anak selalu mendengarkan orang tua
ketika dinasehati
18 Anak selalu menyela penjelasan guru
87
ketika gurunya mengajari belajar dikelas
19 Anak mau bersosialisasi dengan semua
teman sebanyanya
20 Anak tidak suka membantu teman dan
bersikap masa bodoh
21 Anak saya langsung marah ketika ada
orang yang menyinggung perasaanya
22 Anak saya memiliki teman banyak
23 Anak lebih memilih mengantri ketika mau
masuk kelas untuk memulai pelajaran
24 Anak merasa senang ketika bermain
dengan teman sebayanya
88
LAMPIRAN 12
89
L 32 P 3 2 An. J 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 42 P 2 1 An. F 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
L 32 P 4 4 An. D 6 P 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 1
M 33 P 2 1 An. F 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
M 34 P 4 4 An. E 6 L 3 2 3 3 2 3 4 3 4 4 2
M 34 P 2 2 An. E 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
J 36 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
J 32 P 4 4 An. R 5 P 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1
N 33 P 3 2 An. S 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
R 33 P 4 4 An. Z 6 L 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 1
E 34 P 3 3 An. L 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
E 32 P 4 4 An. S 6 L 3 4 4 4 3 3 4 4 4 4 2
E 32 P 1 3 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
K 35 P 1 3 An. Z 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
G 36 P 4 4 An. C 5 P 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 2
V 20 P 1 1 An. A 4 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
A 31 p 3 3 An. N 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
Keterangan:
90
Data Kecerdasan Emosional
Nama Usia Jenis Pkrj Pd Nama Usia Jenis Soal Tot Ko.
Ortu Kel. kn Anak Kel.
A 29 P 4 4 An. A 5 P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 69 1
S 31 P 1 4 An. A 6 L 4 2 3 3 1 3 2 3 4 4 3 1 4 3 2 4 4 4 2 1 4 4 1 3 24 3
T 31 P 3 3 An. A 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 90 1
E 31 P 4 4 An. A 6 P 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 24 3
L 32 P 3 4 An. B 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 93 1
L 20 P 1 1 An. B 4 P 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 47 2
W 29 P 4 4 An. C 6 P 3 2 2 1 1 1 3 2 3 2 4 4 2 2 1 2 1 1 1 1 4 2 1 1 47 2
S 41 P 4 4 An. L 6 L 3 2 2 1 1 1 3 3 1 3 1 1 2 1 2 4 2 3 2 2 1 2 1 3 88 1
S 33 P 4 3 An. C 6 P 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 78 1
S 32 P 4 4 An. V 6 P 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 45 2
A 35 P 4 4 An. N 5 L 3 1 4 1 1 1 1 3 1 1 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 1 1 1 1 24 3
A 32 P 3 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 93 1
B 29 P 2 3 An. A 6 L 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 70 1
N 41 P 3 2 An. Y 6 P 3 1 2 4 2 2 4 4 2 3 2 1 3 4 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 24 3
M 27 P 2 3 An. R 5 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3
S 40 P 4 4 An. S 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 61 1
S 29 P 4 4 An. K 5 P 4 3 1 2 1 3 1 2 3 1 1 3 4 2 2 4 3 2 3 4 4 2 4 2 24 3
E 20 P 1 1 An. K 4 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 96 1
U 34 P 3 2 An. R 5 P 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 3
M 22 P 1 1 An. A 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 94 1
N 40 P 4 4 An. V 6 P 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 24 3
T 31 P 3 2 An. R 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 89 1
N 31 P 3 3 An. S 5 L 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 83 1
A 32 P 4 4 An.M 5 P 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 89 1
T 31 P 3 2 An. R 5 P 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 24 3
A 35 P 2 2 An. V 5 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 24 3
A 32 P 4 4 An. Z 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
C 32 P 3 3 An. Z 6 P 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 88 1
I 41 P 2 2 An. A 6 P 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 46 2
I 32 P 4 4 An. A 6 L 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 1 4 1 4 1 1 2 1 2 1 2 2 85 1
L 32 P 2 2 An. B 6 P 3 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 47 2
L 32 P 3 2 An. J 6 L 4 2 2 1 3 2 1 2 1 1 2 2 2 2 3 1 3 1 1 1 2 3 2 3 24 3
K 42 P 2 1 An. F 6 L 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
L 32 P 4 4 An. D 6 P 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 24 3
M 33 P 2 1 An. F 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 86 1
M 34 P 4 4 An. E 6 L 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 84 1
91
M 34 P 2 2 An. E 6 P 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 47 2
J 36 P 3 2 An. R 6 P 3 1 2 1 3 1 3 4 2 2 3 1 2 2 1 1 3 1 2 2 1 2 2 2 84 1
J 32 P 4 4 An. R 5 P 3 4 2 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 86 1
N 33 P 3 2 An. S 5 P 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 47 2
R 33 P 4 4 An. Z 6 L 3 2 1 3 1 2 1 3 3 2 3 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 88 1
E 34 P 3 3 An. L 5 L 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 45 2
E 32 P 4 4 An. S 6 L 4 2 1 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 3 1 2 3 1 1 2 3 24 3
E 32 P 1 3 An. Y 6 P 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 84 1
K 35 P 1 3 An. Z 6 P 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 4 4 84 1
G 36 P 4 4 An. C 5 P 4 3 2 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 46 2
V 20 P 1 1 An. A 4 L 3 1 4 2 2 2 1 3 3 1 2 1 2 1 1 3 3 2 1 1 1 3 1 2 87 1
A 31 p 3 3 An. N 5 P 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 89 1
Keterangan:
92
Lampiran 13
Pola Asuh
Total_Score
Person Sig. (2- tailed) N
Correlation
Item1 ,741” ,000 20
Item2 ,579” ,007 20
Item3 ,761” ,000 20
Item4 ,615” ,004 20
Item5 ,594” ,006 20
Item6 ,888” ,000 20
Item7 ,757” ,000 20
Item8 ,776” ,000 20
Item9 ,549 ,000 20
Item10 ,741 ,000 20
Total_score 1 20
93
Kecerdasan Emosional
Total_Score
94
Pola Asuh
Reliability Statistics
.806 15
Kecerdasan Emosional
Reliability Statistics
.866 34
95
Lampiran 14
Analisis Data
Statistics
Jenis_Kelamin_Orangtua
N Valid 48
Missing 0
Mean .0000
Median .0000
Minimum .00
Maximum .00
Jenis_Kelamin_Orangtua
Statistics
Pekerjaan
N Valid 48
Missing 0
Mean 2.94
Median 3.00
Mode 4
Minimum 1
Maximum 4
Sum 141
96
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Statistics
Pendidikan
N Valid 48
Missing 0
Mean 2.94
Median 3.00
Mode 4
Minimum 1
Maximum 4
Sum 141
Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
97
Statistics
usia_orangtua
N Valid 48
Missing 0
Mean 32.25
Median 32.00
Mode 32
Minimum 20
Maximum 42
Sum 1548
usia_orangtua
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
98
Statistics
usia_anak
N Valid 48
Missing 0
Mean 5.56
Median 6.00
Mode 6
Minimum 4
Maximum 6
Sum 267
usia_anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
99
Statistics
Jenis_Kelamin_Anak
N Valid 48
Missing 0
Mean .5208
Median 1.0000
Minimum .00
Maximum 1.00
Jenis_Kelamin_Anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
100
Pola asuh orang tua
Statistics
pola_asuh
N Valid 48
Missing 0
Mean 1.40
Median 1.00
Mode 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 67
pola_asuh
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
101
Kecerdasan emosional
Statistics
kecerdasan_emosional
N Valid 48
Missing 0
Mean 1.46
Median 1.00
Mode 1
Minimum 1
Maximum 2
Sum 70
item_total
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
102
Hasil uji chi square yang ke 1
Case Processing Summary
Cases
pola_asuh *
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
kecerdasan_emosional
kecerdasan_emosional
otoriter Count 3 4 7 14
permisif Count 3 1 5 9
Total Count 26 9 13 48
103
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 48
Symmetric Measures
N of Valid Cases 48
104
Hasil uji chi square yang ke 2
Cases
pola_asuh *
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
kategorikecerdasan
Kategorikecerdasan
otoriter Count 3 11 14
permisif Count 3 6 9
Total Count 26 22 48
105
Chi-Square Tests
N of Valid Cases 48
Symmetric Measures
N of Valid Cases 48
106
Hasil uji chi square yang ke 3
Case Processing Summary
Cases
kategoripolaasuh *
48 100.0% 0 .0% 48 100.0%
kategorikecerdasan
kategorikecerdasan
Total Count 26 22 48
Chi-Square Tests
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,17.
107
Symmetric Measures
N of Valid Cases 48
108
Lampiran 15
Bulan
No Kegiatan
Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
1 Pengajuan dan konsul judul
2 Penyusunan proposal
3 Bimbingan proposal
4 Ujian proposal
5 Revisi proposal
6 Pengambilan data (penelitian)
7 Penyusunan dan bimbingan skripsi
8 Ujian skripsi
109
Lampiran 16
110
111
Lampiran 17
Dokumentasi
112