Anda di halaman 1dari 102

KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA


TENTANG WASTING DI KELURAHAN PETUK
KATIMPUN KOTA PALANGKA RAYA

(PENELITIAN DESKRIPTIF)

OLEH:

EZRA NOVITA SULISTIA NINGRUM


NIM : 2019.A.10.0803

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022

i
KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA


TENTANG WASTING DI KELURAHAN PETUK
KATIMPUN KOTA PALANGKA RAYA

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah
dan Melanjutkan Penelitian Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Eka Harap Palangka Raya

OLEH:

EZRA NOVITA SULISTIA NINGRUM


NIM : 2019.A.10.0803

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang


Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka Raya
Nama : Ezra Novita Sulistia Ningrum
Nim : 2019.A.10.0803

Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk diuji


Tanggal,

Pembimbing ,

(Evy Kasanova, SST., M.Tr.Keb)

ii
HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI

Judul : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang


Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka Raya
Nama : Ezra Novita Sulistia Ningrum
Nim : 2019.A.10.0803

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diuji dan Disetujui Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal,

Ketua : Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes (…………………)

Anggota : Evy Kasanova, SST., M.Tr.Keb (…………………)

Mengetahui,

Ketua STIKES KUP PS Diploma Tiga Kebidanan,

Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Desi Kumala F, SST., M.Kes

iii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN TULISAN/ BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Ezra Novita Sulistia Ningrum
NIM : 2019.A.10.0803
Program Studi : Diploma Tiga Kebidanan
Judul Karya Tulis : Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita
Tentang Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis tersebut secara
keseluruhan adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuatkan oleh orang
lain, baik sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi sebagian atau
keseluruhan dari karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang
dirujuk sebagai sumber pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila dikemudian hari didapatkan dibuktikan bahwa karya tulis saya
tersebut merupakan hasil karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan dan
atau plagiasi karya tulis orang lain, saya sanggup menerima sanksi peninjauan
kembali kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan penarikan
ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa
paksaan dari pihak manapu atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, Juli 2022


Peneliti,

Metrai 10000

(Ezra Novita Sulistia Ningrum)

ivi
Motto

Bersukacitalah dalam pengharapan,


sabarlah dalam kesesakan dan
tekunlah dalam doa
(Roma 12:12)

ix
INTISARI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA


TENTANG WASTING DI KELURAHAN PETUK KATIMPUN
KOTA PALANGKA RAYA

Ezra Novita Sulistia Ningrum; Evy Kasanova


Mahasiswa DIII kebidanan STIKes eka harap palangka raya
XXI+102 HALAMAN+13 Tabel+2 Gambar+1 Bagan+12 Diagam Pie

Latar Belakang : Wasting atau kurus pada balita adalah suatu kondisi dimana
balita menderita gangguan gizi dengan diagnosis ditegakkan berdasarkan
penilaian tinggi badan per berat badan. Wasting pada anak merupakan indikator
utama dalam menilai kualitas modal sumber daya manusia di masa mendatang.
Tujuan : penelitan ini adalah untuk Mengetahui Bagaimanakah Tingkat
Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Wasting Di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya
Metode : Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan populasi dan sampel
sebanyak 61 responen dengan menggunakan teknik Norprobability sampling
(Purposive sampling), instrument yang digunakan adalah kuesioner , setelah
ditabulasi data akan dianalisis melalui editing,coding,scoring dan tabulating,
penyajian data disajikan alam bentuk diagram pie.
Hasil : penelitian ini didapatkan 61 responden dengan hasil distribusi frekuensi
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang pengertian wasting dari 61 responden yang
diteliti yang memiliki pengetahuan kurang yaitu sebesar 26 responden (43%).
Kesimpulan :Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang
Wasting masih banyak berpengetahuan kurang. Hal ini karenakan kurang nya
pengetahuan ibu tentang Wasting dan kurangnya rasa keingintahuan ibu tentang
Wasting. Maka solusi nya adalah Ada baiknya pihak desa melakukan kerja sama
dengan tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelurahan petuk katimpun untuk
melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang Wasting.

Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu, Wasting


Literatur : 32 Literatur ( 2012-2022 )
Halaman : 102 Halaman

vi
ABSTRACT

KNOWLEDGE LEVEL OF MOTHERS WHO HAVE TOddlers


ABOUT WASTING IN PETUK KATIMPUN
PALANGKA RAYA

Ezra Novita Sulistia Ningrum; Evy Kasanova, SST., M.Tr.Keb


Students at the DIII Midwifery At STIKes Eka Harap Palangka Raya
XXI+102 PAGES+13 Tables+2 Figures+1 Chart+12 Pie Charts

Backround : Wasting or underweight in toddlers is a condition where toddlers


suffer from nutritional disorders with a diagnosis made based on an assessment of
height per body weight. Wasting in children is the main indicator in assessing the
quality of human capital in the future.
The purpose : of this research is to find out how the level of knowledge of
mothers who have toddlers about wasting in Petuk Katimpun Village, Palangka
Raya.
Methods :This type of research is descriptive with a population and sample of 61
respondents using the Norprobability sampling technique (Purposive sampling),
the instrument used is a questionnaire, after tabulating the data will be analyzed
through editing, coding, scoring and tabulating, data presentation is presented in
the form of a pie chart.
The results : of this study obtained 61 respondents with the results of the
frequency distribution of Mother's Knowledge About the notion of wasting from
the 61 respondents studied who had less knowledge, namely 26 respondents
(43%).
Conclusin : Based on the results of the research that has been done, it can be
concluded that the level of knowledge of mothers who have toddlers about
wasting is still a lot less knowledgeable. This is due to the mother's lack of
knowledge about wasting and the mother's lack of curiosity about wasting. So the
solution is that it is better for the village to collaborate with health workers in the
petuk katimpun village environment to conduct health education or counseling
about wasting
.

Keywords : Knowledge Level, Mother, Wasting


Literature : 32 Literature ( 2012-2022 )
Pages : 102 Pages

ix
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk :


1. Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan kekuatan dan berkat kepada
saya sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik.
2. Ibu Desi Kumala F.P., SST.,M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma Tiga
Kebidanan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes selaku penguji yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan kepada saya
dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Evy Kasanova, SST., M.Tr.Keb yang telah meluangkan waktunya dalam
membimbing saya dan memberikan motivasi kepada saya dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Kepada wali kelas, dosen pembimbing akademik, dan seluruh staff pengajar
Diploma Tiga Kebidanan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
6. Kepada Kelurahan Petuk Katimpun, Puskesmas Jekan Raya dan seluruh
responden yang telah bersedia memberikan izin dan persetujuan dalam
melakukan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Diri saya sendiri, yang telah berjuang, berusaha, dan kuat selama ini sehingga
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Kedua orang tua saya tercinta, yang selalu mendoakan saya, memberikan
motivasi dan dukungan baik secara moril, materi, dan nasihat kepada saya
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Kepada Petrus, yang selama ini telah memberikan dukungan, motivasi, dan
menemani saya, serta memberikan dorongan untuk tetap semangat selama ini.
10. Kepada Sahabat – sahabat dan teman-teman saya, yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, kritik dan saling membantu.

ix
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal ini yang berjudul
“Tingkat Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Wasting Di Kelurahan
Petuk Katimpun Kota Palangka Raya”. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Desi Kumala F.P.,SST.,M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma Tiga Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.
3. Evy Kasanova, SST., M.Tr.Keb selaku pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk memberi bimbingan dan memberikan motivasi
penulis dalam penyusunan Proposal ini hingga selesai.
4. Seluruh staf pengajar prodi Diploma Tiga Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan bimbingan dan
ilmu pengetahuan selama ini.
5. Cecep Supiatna, SKM selaku Kepala Puskesmas Jekan Raya yang telah
bersedia dan memberikan kesempatan saya dan telah membantu saya dalam
penyusunan Proposal ini hingga selesai.
6. Sanusi selaku lurah petuk katimpun yang telah Mengizinkan saya untuk
melakukan penelitian di wilayah kerja kelurahan petuk katimpun
7. Kepada seluruh teman-teman prodi Diploma Tiga Kebidanan dan semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Proposal ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal ini jauh dari kata
sempurna, maka dengan ini penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang bersifatnya membangun dengan berbagai pihak.
Akhir kata, semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
ilmu Kebidanan dan semoga Tuhan Maha Esa senantiasa memberikan berkat
dan karunia-Nya bagi kita semua.
Palangka Raya, Juli 2022
Penulis

ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ……………………………………..………………… Hali
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH............................ iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN/ BEBAS PLAGIASI. iv
MOTTO ..................................................................................................... v
INTISARI ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ………..…………………………………………….............. vii
LEMBAR PERSEMBAHAN ……………………………………………. viii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI................................................................................................. x
DAFTAR TABEL......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………........ 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 3
1.3 Tujuan.................................................................................................. 4
1.4 Manfaat................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Pengetahuan............................................................... 6
2.2 Konsep Dasar Wasting........................................................................ 13
2.3. Konsep Dasar Balita……………………………………………....... 42
2.4 Kerangka Konsep................................................................................ 44
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................................. 45
3.2 Kerangka Kerja.................................................................................. 45
3.3 Definisi Operasional............................................................................ 46
3.4 Tempat dan Waktu............................................................................. 46
3.5 Populasi, Sampel dan Sampling ........................................................ 46
3.6 Pengolahan Data ................................................................................ 48
3.7 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 49
3.8 Analisis Data ........................................................................................ 51

x
3.9 Keterbatasan.......................................................................................... 52
3.10 Etika Penulisan...................................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 53
4.2 Hasil Penelitian..................................................................................... 54
4.3 Pembahasan........................................................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 78
5.2 Saran..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak menurut Indeks. 14
Tabel 2.2 Standar Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) Anak Laki-
Laki Umur 0-24 Bulan................................................................. 23
Tabel 2.3 Standar Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak Laki-Laki
Umur 24-60 Bulan....................................................................... 26
Tabel 2.4 Standar Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) Anak
Perempuan Umur 0-24 Bulan...................................................... 30
Tabel 2.5 Standar Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak perempuan
umur 24-60 bulan........................................................................ 35
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................... 46
Tabel 3.2 Hasil uji validitas kuisioner pengetahuan.................................... 50

xii
DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Kerangka Konsep....................................................................... 44


Gambar 3.1 Kerangka Kerja........................................................................... 45

xiii
LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Inform Consent


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 3. Kuisioner
Lampiran 4. Kisi-kisi dan jawaban responden
Lampiran 5. Surat Ijin Study Pendahuluan Ke Dinas Kesehatan
Lampiran 6. Surat Ijin Study Pendahuluan Ke Puskesmas
Lampiran 7. Surat Ijin Study Pendahuluan dari Stikes
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10. Lembar Konsultasi
Lampiran 11. Tabulasi Data

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah wasting (kurus) masih menjadi perhatian di dunia karena
memiliki prevalensi yang masih tinggi. Wasting atau kurus pada balita adalah
suatu kondisi dimana balita menderita gangguan gizi dengan diagnosis
ditegakkan berdasarkan penilaian tinggi badan per berat badan. Wasting pada
anak merupakan indikator utama dalam menilai kualitas modal sumber daya
manusia di masa mendatang. Wasting dapat mengganggu fungsi sistem
kekebalan tubuh sehingga menyebabkan peningkatan keparahan, durasi dan
kerentanan terhadap penyakit menular. Selain itu, wasting pada awal
kehidupan anak terutama pada periode dua tahun pertama, dapat
menyebabkan kerusakan yang permanen (Septikasari, 2018: 5). Pada periode
tersebut merupakan fase penting pertumbuhan dan perkembangan anak yang
sering disebut sebagai periode “Golden Period”. Apabila keadaan wasting
pada masa balita terus berlanjut, maka dapat mengakibatkan perkembangan
kognitif dan kemampuan belajar yang buruk, berkurangnya massa tubuh tidak
berlemak, perawakan dewasa yang pendek, terganggunya metabolisme
glukosa dan produktivitas rendah. Selain itu juga, wasting juga meningkatkan
kejadian mortalitas tiga sampai Sembilan kali lebih tinggi daripada anak yang
tidak wasting (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
World Health Organization (WHO) tahun 2019 dalam Nurmaliza dan
Sara Herlina (2019) menyatakan sekitar 7,5% balita di dunia mengalami
wasting. Di Indonesia pada tahun 2018 angka kejadian wasting sebanyak 10,2
% mengalami kenaikan dari tahun 2017 (9,5 %). Angka ini masih diatas
target nasional yaitu 9,5 % (Oktaviani, 2020). Dari tahun 2017 ke tahun 2018,
di Indonesia terdapat 5 provinsi yang mengalami kenaikan angka kejadian
wasting tertinggi diantaranya Nusa Tenggara Barat (5,8 %),
Sumatra Selatan (3,6 %), Kalimantan Tengah (3,3 %), Kalimantan Selatan
(2,9 %), dan Jawa Timur (2,3 %). Sedangkan di Kota Palangka Raya angka
kejadian wasting tahun 2019 sebesar 10,29% dari 408 balita yang diukur

1
tinggi badan dan berat badannya, dan di tahun 2020 meningkat yaitu sebesar
11,18% dari 1.878 balita yang diukur tinggi badan dan berat badannya. Di
tahun 2021 sedikit menurun yaitu 9,07% dari 2.173 balita yang diukur tinggi
badan dan berat badannya. Di Puskesmas Jekan Raya di Tahun 2019 kejadian
Wasting sebanyak 4 balita (12%) dari 33 balita yang diukur tinggi badan dan
berat badannya dan di tahun 2020 kejadian wasting menurun yaitu sebanyak
22 balita (2,5%) dari 866 balita yang diukur tinggi badan dan berat
badannya. Di tahun 2021 kejadian wasting meningkat kembali yaitu sebanyak
14 (6,03%) dari 232 balita yang diukur tinggi badan dan berat badannya
(Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya, 2020: 245). Hal ini menunjukkan
bahwa kejadian wasting di Puskesmas Jekan Raya cukup banyak, tampak dari
tahun ke tahun balita dengan wasting selalu ada. Selain itu, berdasarkan
survei pendahuluan di Puskesmas Jekan Raya, dari 10 orang tua yang
diwawancarai terkait definisi wasting hanya 2 orang yang bisa menjelaskan
secara umum terkait wasting.
Wasting yang terjadi pada anak balita dapat disebabkan oleh beberapa
factor salah satunya adalah pengetahuan orang tua (Septikasari, 2018).
Pengetahuan merupakan faktor yang cukup penting dalam mempengaruhi
status gizi balita. Tingkat pengetahuan adalah kemampuan seseorang dalam
memahami konsep dan prinsip serta informasi yang berhubungan dengan
gizi. Tingkat pengetahuan pada kalangan perempuan penting dalam mencapai
kesehatan pada balita. Perempuan terutama ibu balita merupakan sosok
penting dalam mempengaruhi tumbuh kembang anak. Ibu merupakan sasaran
utama pendidikan gizi keluarga, karena ibu memiliki peran sebagai pengatur
makan keluarga (Oktaviani, 2020). Dampak wasting pada balita dapat
menurunkan sistem kekebalan dan dapat mempengaruhi perkembangan
mentalnya, sehingga interaksi dan sosialisasi dengan masyarakat di
lingkungannya akan menurun. Akibatnya akan ada perubahan dalam struktur
dan fungsi pada otak yang dapat berpengaruh terhadap tingkat sosial dan
kecerdasannya. Jika hal ini tidak segera diatasi, wasting dapat meningkatkan
angka morbiditas dan mortalitas pada balita di Indonesia (Insani, 2017: 18).
Untuk pemenuhan status gizi pada balita, sesuai dengan anjuran
pemerintah dilakukan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk balita usia
6-59 bulan dengan kategori kurus. Makanan tambahan yang berisi
suplementasi gizi yang diformulasi khusus dan difortifikasi (penambahan
mikronutrien) dengan vitamin dan mineral dengan sasaran kelompok balita.
Menurut penelitian Muliyati (2019) adanya perbedaan berat badan balita
yang signifikan sebelum dan sesudah pemberian PMT biskuit. Hal ini
menunjukkan bahwa setelah pemberian PMT biskuit selama 90 hari pada
balita gizi kurang memberi pengaruh asupan energi terhadap panambahan BB
balita. Balita yang menginjak usia 2 tahun membutuhkan energi sebanyak
100 kalori per kilogram berat badannya. Di usia tersebut balita banyak
memerlukan energi disebabkan sel-sel tubuh balita yang yang terus
berkembang. Jika kebutuhan energi ini tidak dipenuhi, maka hal inilah yang
menyebabkan balita kekurang gizi. Selain pemberian PMT upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya wasting adalah dengan pemberian
penyuluhan kepada orang tua terkait wasting sehingga orang tua dapat
melakukan pemantauan berat badan balita sesuai umurnya sebagai upaya
untuk pencegahan kejadian wasting didalam keluarga. Selain juga,
dibutuhkan peran Bidan karena Bidan merupakan ujung tombak dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran bidan antara lain memberikan
penyuluhan tentang wasting dan upaya pencegahan secara berkala, memantau
berat badan balita tiap bulan, serta melakukan pendampingan melalui
kunjungan rumah sampai berat badan balita naik. Berdasarkan latar belakang
di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dengan judul Tingkat
Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Wasting Di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “ Bagaimana Tingkat Pengetahuan Ibu Yang
Memiliki Balita Tentang Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya.?
1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat
Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Balita Tentang Wasting Di
Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka Raya
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita
tentang pengertian wasting
b. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita
tentang penyebab wasting
c. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita
tentang tanda gejala wasting
d. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita
tentang dampak wasting
e. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita
tentang pencegahan wasting
f. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan ibu yang memiliki balita
tentang penanganan wasting
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat berguna untuk menambahkan pengetahuan serta
memperkuat teori tentang gangguan gizi pada balita khususnya kejadian
wasting.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Perkembangan Iimu Pengetahuan Teknologi
Dengan dilakukannya penelitian ini hendaknya informasi yang
didapatkan dapat menjadi sumber acuan untuk penelitian yang akan
dilaksanakan selanjutnya.
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh pengetahuan serta menambah wawasan
pengetahuan dan sebagai acuan agar dapat menerapkan peran bidan salah
satunya sebagai educator, agar dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
1.4.2.3 Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai kontribusi ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran khususnya terkait wasting
1.4.2.4 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan untuk tempat penelitian mengenai
pengetahuan ibu mengenai wasting. Selain itu,untuk meningkatkan
pelayanan balita khususnya mengenai gizi pada balita.
1.4.2.5 Bagi Ibu
Dapat menambah wawasan ibu tentang wasting sehingga dapat
merubah prilaku ibu dalam pemenuhan nutrisi balitanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar pengetahuan


2.3.1 Pengertian pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia terhadap objek
tertentu melalui indara yang dimiliki seperti indera penglihatan (mata),
indera pendengaran (telinga), indera penciuman (hidung), indera peraba
(kulit) dan indera pengecap (mulut). Dengan sendirinya penginderaan
sampai pada mengahasilkan pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan didapat
dari indra pendengaran dan indera penglihatan. Pengetahuan pada dasarnya
terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memingkinkan seseorang untuk
dapat memecahkan masalah yang dihadapi baik dari pengalaman langsung
maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2012: 113)
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau
hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang
dimilikinya. Pancaindra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu
penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Budiman & Agus, 2013).
Dapat di simpulkan pengetahuan merupakan sebuah kemampuan
prediktif pada sesuatu hasil dari pengenalan pola. Jadi, pada saat informasi
dan juga data yang masih dalam kerancuan, maka pengetahuan dalam hal
ini mampu menangani hal tersebut.
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012: 113), pengetahuan adalah hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Secara garis
besar terdapat 6 (enam) tingkatan pengetahuan, yaitu:

6
7

2.1.2.1 Tahu (Know)


Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2.1.2.2 Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
2.1.2.3 Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
2.1.2.4 Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan, dan sebagainya.
2.1.2.5 Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya,
8

dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat


menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada.
2.1.2.6 Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.1.2.7 Cara-cara memperoleh pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2012), berbagai macam yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
2.1.2.8 Cara tradisional atau non ilmiah
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini Antara lain :
1) Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahlan
mungkin sebelum adanya peraban. Cara coba salah ini dilakukan
dengan menggunakan kemingkinan dalam memecahkan, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, maka akan dicoba dengan
kemungkinan yang lain.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formak atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai otoritas, tanpa menguji dahulu atau membuktikan
kebenaranmya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran
sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
9

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya


mempercayakan pengetahuan dengan cara mengulangi kembali
pengalaman pemah yang diperoleh dari perdebatan yang lalu.
2.1.2.9 Cara modern dalam memperoleh pengatahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada saat ini,
lebih sistematik, logis, dan ilmiah. Dalam memperoleh kesimpulan
dilakukan dengan cara mengadakan observasi langsung dan membuat
pencatatan terhadap semua fakta berhubungan dengan objek penelitian.
2.3.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Adapun faktor-faktor tersebut
diantaranya:
2.1.3.1 Pendidikan
Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh,
pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik
pula pengetahuannya
2.1.3.2 Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya
untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi pada masa lalu
2.1.3.3 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pekerjaan merupakan salah satu factor yang mempengaruhi pengetahuan.
Adapun kriteria pekerjaan :

1. Pegawai Negeri Sipil


10

2. TNI/Polisi
3. Pegawai Swasta (pekerja kantoran atau perusaan swasta, perusaan
asing, perhotelan)
4. Wiraswasta (pedagang, buruh, petani, nelayan)
5. Tidak bekerja (IRT, pengangguran)
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengelaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Frekuesikesakitan dan kematian terkait erat dengan jenis
pekerjaan
2.1.3.4 Usia
Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan
mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya
proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur
belasan tahun. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur- umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang.
2.1.3.5 Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan
seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi
jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya
TV, radio atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang.
2.3.4 Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita
ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan pengetahuan (Budiman &
Agus, 2013).
Pengukuran bobot pengetahuan seseorang ditetapkan dengan hal-hal
berikut :
11

1) Bobot 1 : Tahap tahu dan pemahaman


2) Bobot 2 : Tahap tahu dan pemahaman, aplikasi, dan analisis
3) Bobot 3 : Tahap tahu dan pemahaman, aplikasi dan analisis, sintesis
dan evaluasi
Sebelum melakukan pengumpulan data, perlu dilihat alat ukur
pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil. Alat ukur pengumpulan
data tersebu antara lain berupa kuesioner atau angket, observasi,
wawancara atau gabungan ketiganya.
Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor
jawaban dengan skor yang diharapkan (tertinggi) kemudian dikalikan
100% dan hasil berupa presentase dengan rumus yang digunakan sebagai
berikut :

Keterangan
N : Nilai Pengetahuan
Sm : Skor tertinggi maksimum
Sp : Skor yang didapat
Penilaian :
Jika jawaban benar =1
Jika jawaban salah =0
Selanjutnya persentase jawaban di interpresentasikan dalam kalimat
kualitatif dengan acuan sebagai berikut (Budiman & Agus, 2013)
Baik : Nilai 76-100%
Cukup : Nilai 56-75%
Kurang: Nilai ≤55%
2.3.5 Pengaruh pengetahuan terhadap kejadian wasting
Menurut penelitian Sari (2020) ada hubungan pengetahuan dan sikap
ibu balita tentang pemberian makanan tambahan dengan kejadian balita
resiko wasting di posyandu desa getasrabi. Tingkat pengetahuan seseorang
berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang
pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang
12

bersangkutan. Pengetahuan ibu merupakan salah satu factor yang


berpengaruh terhadap gizi balita serta paling mudah diintervensi dan
diukur.Intervensi yang dilakukan dapat berupa penyuluhan untuk
meningkatkan pengetahuan ibu mengenai gizi balita terutama mengenai
tanda-tanda sakit pada anak, jadwal pemberian makanan pada balita, macam
makanan bergizi, jenis makanan yang simbang dan manfaat makanan pada
balita. Pengetahuan dalam penyediaan makanan dalam tingkat rumah tangga
sangatlah penting untuk mendukung perbaikan gizi. Pengetahuan ibu
tentang memasak, menyajikan dan dalam memberikan makanan bagaimana
keragaman bahan dan jenis makanan dapat mempengaruhi kebosanan,
sehingga keragaman bahan dan jenis makanan dapat dipakai sebagai ukuran
kualitatif masalah gizi.
Penelitian Pehe et al., (2022) juga menyatakan bahwa ada hubungan
pengetahuan ibu tentang status gizi dengan perawatan balita kurus
(wasting). Pengetahuan ibu tentang status gizi dengan wasting pada
balita dimana meskipun pengetahuan bukan merupakan faktor langsung
yang mempengaruhi status gizi pada balita namun pengetahuan gizi
memiliki peran penting tentang kesehatan dan berbagai masalah yang akan
timbul sehingga dapat dicari pemecahannya.
Penelitian lain yang juga sejalan menurut (Nurmaliza dan Sara
Herlina, 2019) bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan pendidikan
terhadap status gizi balita. Hal ini dilatarbelakangi oleh pendidikan ibu yang
sebagian besar berpendidikan rendah. Pendidikan orangtua merupakan salah
satu faktor yang penting dalam status gizi, karena dengan pendidikan yang
baik, maka orangtua dapat menerima segala informasi dari luar tentang cara
pengasuhan anak yang benar terutama cara ibu memberikan makanan dan
menjaga kesehatan anak. Anak akan kehilangan nafsu makan jika orangtua
kurang memahami cara pemberian makanan yang baik dan benar, anak
terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/takaran
tertentu sehingga anak menjadi tertekan, makanan yang disajikan tidak
sesuai dengan kemauan anak dan suasana makan tidak menyenangkan atau
anak tidak pernah makan bersama kedua orangtuanya.
13

2.2 Konsep dasar Wasting


2.2.1 Pengertian wasting
Wasting adalah bagian dari kekurangan gizi. Menurut UNICEF,
wasting adalah kurangnya berat badan terhadap tinggi badan sehingga tubuh
anak tersebut tidak proporsional (UNICEF, 2012: 125).
Wasting atau kurus adalah suatu kondisi dimana balita menderita
gangguan gizi dengan diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian tinggi
badan per berat badan. Wasting merupakan suatu kondisi kekurangan gizi
akut dimana BB anak tidak sesuai dengan TB atau nilai Z-score kurang dari
-2SD (Standart Deviasi) (Kementerian Kesehatan RI, 2018: 76).
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan
tinggi badan (TB). Status gizi adalah cerminan ukuran terpenuhinya
kebutuhan gizi yang didapatkan dari asupan dan penggunaan zat gizi oleh
tubuh. Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga
indeks antropometri konvensional, yaitu BB/U, TB/U dan BB/TB. Indeks
BB/TB merefleksikan status gizi pada masa kini, sedangkan indeks TB/U
merefleksikan status gizi balita pada masa lampau. Indikator status gizi
berdasarkan indeks BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya
akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang singkat.
Anak yang mengalami wasting diketahui menggunakan data primer berupa
data wasting dikumpulkan dengan pengukuran antropometri berdasarkan
indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) (nilai Z skor < -2 SD s/d
> -3 SD) (Arisman, 2014: 134). Adapun rumus menurut Kementerian
Kesehatan RI, (2018) yang digunakan untuk mengukur status gizi anak
dengan kategori wasting yaitu sebagai berikut:
Zscore : BB Hitung- median baku rujukan
Simpangan baku rujukan
TB/PB median baku rujukan dapat dilihat pada tabel berat badan menurut
tinggi badan. Sedangkan pengkategorian dapat dilihat pada tabel di bawah
ini, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak menurut
Indeks
14

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-


Score)
Berat Badan menurut Sangat kurus < -3 SD
Panjang Badan Kurus -3 SD sampai dengan <
(BB/PB) atau Berat -2 SD
Badan menurut Tinggi Normal -2 SD sampai dengan 2
Badan (BB/TB) Anak SD
Umur 0-60 bulan Gemuk >2 SD
(Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2018).
2.2.2 Penyebab wasting
Wasting disebabkan oleh asupan nutrisi yang inadekuat dan dapat juga
terjadi akibat penyakit. Infeksi gastrointestinal seperti diare dan infeksi
saluran pernafasan merupakan contoh dari penyakit yang dapat
mengakibatkan wasting. Selain itu, infeksi pada mulut dan gigi, efek
samping dari obat tertentu, gangguan fungsi usus, hiperaktivitas, perubahan
metabolism, dan gangguan nafsu makan juga memiliki peran sendiri dalam
menimbulkan wasting (Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, 2019: 167).
Menurut terdapat empat kausalitas penyebab kekurangan gizi termasuk
wasting pada anak, yaitu faktor langsung, faktor tidak langsung, faktor
masalah utama dan faktor masalah dasar. UNICEF menggabungkan
penyebab kekurangan gizi dari segi biologis dan sosioekonomi, mencakup
penyebab pada tingkat mikro dan makro. Adapun penjelasan sebagai
berikut:
1. Faktor Penyebab Langsung
Faktor penyebab langsung terdiri atas asupan makanan dan penyakit
terutama penyakit infeksi. Seorang anak dengan asupan makanan yang
tidak memadai lebih rentan terhadap penyakit. Pada gilirannya,
penyakit menekan nafsu makan, menghambat penyerapan nutrisi dalam
makanan, dan bersaing untuk mendapatkan energi anak.
a. Asupan makanan
Asupan makanan yang tidak memenuhi jumlah dan komposisi zat
gizi yang memenuhi syarat makanan beragam, bergizi seimbang,
dan aman. Asupan makanan harus memadai secara kuantitas dan
kualitas, dan nutrisi harus dikonsumsi sesuai kombinasi tubuh
manusia untuk bisa menyerapnya. Zat gizi yaitu zat-zat yang
15

diperoleh dari bahan bahan makanan yang dikonsumsi dan


memiliki nilai yang sangat penting pada anak untuk memelihara
proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan. Selama masa
pertumbuhannya, balita membutuhkan asupan makanan yang
adekuat diantaranya adalah asupan energi dan proteinnya.
b. Penyakit infeksi
Faktor penyebab langsung kedua adalah penyakit infeksi. Anak-
anak di negara berkembang terutama pada tahun tahun pertama
dari kehidupan mereka sering menderita penyakit infeksi. Infeksi
memberikan kontribusi terhadap defisiensi energi, protein, dan gizi
lain karena menurunnya nafsu makan sehingga asupan makanan
berkurang. Sakit pada anak mempunyai efek negatif pada
pertumbuhan anak. Anak yang sakit pada satu bulan terakhir
meningkatkan risiko terjadinya wasting. Penyakit infeksi yang
sering terjadi pada anak balita adalah demam, diare, dan infeksi
saluran pernafasan atas. Kenyataannya, kekurangan gizi dan
penyakit infeksi sering terjadi pada saat bersamaan. Kekurangan
gizi dapat meningkatkan risiko infeksi, sedangkan infeksi dapat
menyebabkan kekurangan gizi yang mengarahkan ke lingkaran
setan. Anak kurang gizi, mempunyai daya tahan terhadap
penyakitnya rendah, jatuh sakit, dan akan menjadi semakin kurang
gizi, sehingga mengurangi kapasitasnya untuk melawan penyakit
dan sebagainya. Ini disebut juga infection malnutrition.
2. Faktor Penyebab Tidak Langsung
Faktor penentu status gizi anak secara tidak langsung, dipengaruhi oleh
tiga faktor penentu yang mewujudkan dirinya di tingkat rumah tangga,
meliputi ketersediaan pangan keluarga, pola asuh dan pemberian ASI,
serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan.
a. Ketersediaan pangan keluarga
Ukuran ketersediaan pangan dalam rumah tangga adalah jumlah
yang cukup tersedia untuk konsumsinya sesuai dengan jumlah
anggota keluarganya. Bagi petani, ketersediaan ini harus mampu
16

memberikan suplai pangan yang diperlukan antara musim panen


saat ini dengan musim panen berikutnya. Bagi keluarga yang tidak
bertumpu pada pertanian, ketersediaan pangan harus ditopang
dengan kemampuan penghasilan rumah tangga yang mampu
membeli pangan sepanjang tahun.
Stabilitas ketersediaan pangan adalah kemampuan rumah tangga
untuk menyediakan makan 3 kali sehari sepanjang tahun sesuai
dengan kebiasaan makan penduduk di daerah tersebut.
Indikator aksesibilitas/ keterjangkauan dalam pengukuran
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan
rumah tangga memperoleh pangan, yang diukur dari pemilikan
lahan (misal sawah dan ladang) serta cara rumah tangga untuk
memperoleh pangan.
b. Pola Asuh
Pola asuh gizi adalah praktek dirumah tangga yang diwujudkan
dengan tersedianya pangan dan perawatan kesehatan serta sumber
lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan
perkembangan anak. Anak balita yang mendapat kualitas
pengasuhan yang lebih baik besar kemungkinan akan memiliki
angka kesakitan yang rendah dan status gizi yang relatif lebih baik.
Hal ini menunjukkan bahwa pengasuhan merupakan faktor penting
dalam status gizi dan kesehatan anak balita. Praktek pengasuhan
ditingkat rumah tangga adalah memberikan perawatan kepada anak
dengan pemberian makanan dan kesehatan melalui sumber-sumber
yang ada untuk kelangsungan hidup anak, pertumbuhan, dan
perkembangan.
c. Pemberian ASI
ASI merupakan bentuk makanan yang ideal untuk memenuhi
gizi anak, karena ASI sanggup memenuhi kebutuhan gizi bayi
untuk hidup selama 6 bulan pertama kehidupan. Meskipun setelah
itu, makanan tambahan yang dibutuhkan sudah mulai dikenalkan
kepada bayi, ASI merupakan sumber makanan yang penting bagi
17

kesehatan bayi. Sebagian besar bayi di negara yang berpenghasilan


rendah, membutuhkan ASI untuk pertumbuhan dan tidak dipungkiri
agar bayi dapat bertahan hidup, karena merupakan sumber protein
yang berkualitas baik dan mudah didapat. ASI dapat memenuhi tiga
perempat dari kebutuhan protein bayi usia 6 – 12 bulan, selain itu
ASI juga mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan
bayi.
ASI eksklusif adalah memberikan hanya ASI saja bagi bayi
sejak lahir sampai usia 6 bulan. Namun ada pengecualian, bayi
diperbolehkan mengonsumsi obat-obatan, vitamin, dan mineral
tetes atas saran dokter. Selama 6 bulan pertama pemberian ASI
eksklusif, bayi tidak diberikan makanan dan minuman lain (susu
formula, jeruk, madu, air, teh, dan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, bubur nasi, biskuit, nasi tim). Sedangkan ASI
predominan adalah memberikan ASI kepada bayi, tetapi pernah
memberikan sedikit air atau minuman berbasis air, misalnya teh,
sebagai makanan/ minuman prelakteal sebelum ASI keluar.
Pemberian ASI memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan,
terutama dalam hal perkembangan anak. Komposisi ASI banyak
mengandung asam lemak tak jenuh dengan rantai karbon panjang
(LCPUFA, long-chain polyunsaturated fatty acid) yang tidak hanya
sebagai sumber energi tetapi juga penting untuk perkembangan otak
karena molekul yang dominan ditemukan dalam selubung myelin.
ASI juga memiliki manfaat lain, yaitu meningkatkan imunitas anak
terhadap penyakit. Berdasarkan penelitian pemberian ASI dapat
menurunkan frekuensi diare, konstipasi kronis, penyakit
gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, serta infeksi telinga.
Secara tidak langsung, ASI juga memberikan efek terhadap
perkembangan psikomotor anak, karena anak yang sakit akan sulit
untuk mengeksplorasi dan belajar dari sekitarnya. Manfaat lain
pemberian ASI adalah pembentukan ikatan yang lebih kuat dalam
18

interaksi ibu dan anak, sehingga berefek positif bagi perkembangan


dan perilaku anak.
d. Pelayanan Kesehatan
Secara umum tujuan utama pelayanan kesehatan masyarakat
adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan promotif (peningkatan
kesehatan) dengan sasaran masyarakat. Namun secara terbatas
pelayanan kesehatan masyarakat juga melakukan pelayanan kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan). Oleh karena ruang
lingkup pelayanan kesehatan masyarakat menyangkut kepentingan
rakyat banyak, dengan wilayah yang luas dan banyak daerah yang
masih terpencil, sedangkan sumber daya pemerintah baik tenaga
kesehatan dan fasilitas kesehatan sangat terbatas, maka sering
program pelayanan kesehatan tidak terlaksana dengan baik. Status
imunisasi pada anak adalah salah satu indikator kontak dengan
pelayanan kesehatan. Karena diharapkan bahwa kontak dengan
pelayanan kesehatan akan membantu memperbaiki masalah gizi.
Jadi, status imunisasi juga diharapkan akan memberikan efek positif
terhadap status gizi jangka panjang. Pemberian imunisasi pada anak
memiliki tujuan penting yaitu untuk mengurangi risiko morbiditas
(kesakitan) dan mortalitas (kematian) anak akibat penyakit-penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit-penyakit tersebut
antara lain: TBC, difteri, tetanus, pertussis, polio, campak, hepatitis
B, dan sebagainya.
e. Kesehatan lingkungan
Kesehatan lingkungan berkaitan dengan peranannya sebagai faktor
penyebab tidak langsung timbulnya masalah gizi, yaitu sanitasi dan
penyediaan air bersih, kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang
air besar di jamban, tidak merokok, memasak di dalam rumah,
sirkulasi udara dalam rumah yang baik, ruangan dalam rumah
terkena sinar matahari, dan lingkungan rumah yang bersih.
3. Faktor masalah utama
19

Penentu gizi anak selanjutnya, dipengaruhi oleh faktor masalah utama.


Penyebab masalah utama gizi di level masyarakat adalah kuantitas dan
kualitas sumber daya potensial yang ada di masyarakat misalnya :
manusia, ekonomi, lingkungan, organisasi, dan teknologi. Faktor
kemiskinan, karakteristik keluarga, dan sosiodemografi merupakan
penyebab utama permasalahan gizi di level masyarakat yang berkaitan
dengan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia di masyarakat.
a. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan faktor masalah utama terjadinya
permasalahan gizi. Seseorang dianggap berada dalam kemiskinan
absolut saat dia tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka
secara memadai seperti makanan, kesehatan air, tempat tinggal,
pendidikan dasar dan partisipasi masyarakat. Dampak kemiskinan
terhadap gizi buruk anak sangat besar. Rumah Tangga dan individu
miskin tidak dapat mencapai ketahanan pangan, memiliki sumber
daya perawatan yang tidak memadai, dan tidak dapat
memanfaatkan (atau berkonstribusi untuk menciptakan) sumber
daya untuk kesehatan secara berkelanjutan.
b. Karakteristik Keluarga
Sumber pangan keluarga, terutama mereka yang sangat
miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika
yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang
tersedia untuk suatu keluarga yang besar mungkin cukup untuk
keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut, tetapi tidak
cukup untuk mencegah gangguan gizi pada keluarga yang besar
tersebut. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin
paling rawan terhadap kurang gizi diantara seluruh anggota
keluarga dan anak yang paling kecil biasanya paling terpengaruh
oleh kekurangan pangan. Sebab seandainya besar keluarga
bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak
orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda
memerlukan pangan relatif lebih banyak dari pada anak-anak yang
20

lebih tua. Dengan demikian anak-anak yang muda mungkin tidak


diberi cukup makan. Selain anak-anak, wanita yang sedang hamil
dan menyusui juga merupakan kelompok yang rawan akan
kekurangan gizi. Apabila mereka hidup dalam keluarga dengan
jumlah yang besar dan kesulitan dalam persediaan pangan tentunya
masalah gizi akan timbul.
c. Sosiodemografi
Sosiodemografi memperhatikan berbagai karakteristik
individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan
demografi, karakteristik pendidikan, dan karakteristik ekonomi.
Karakteristik sosial dan demografi meliputi: jenis kelamin dan usia.
Karakteristik pendidikan meliputi tingkat pendidikan. Karakteristik
ekonomi meliputi status pekerjaan dan tingkat pendapatan.
1) Jenis Kelamin
Balita Jenis kelamin menentukan besar kecilnya status gizi
anak. Anak laki-laki biasanya membutuhkan lebih banyak zat
gizi seperti energi dan protein lebih banyak daripada anak
perempuan. Jenis kelamin merupakan faktor internal seseorang
yang berpengaruh terhadap komposisi tubuh dan distribusi
lemak subkutan antara anak laki-laki dan perempuan berbeda.
Pada anak laki-laki 11% dari berat badan merupakan jaringan
subkutan dan pada anak 50 50 perempuan 18% dari berat
badan merupakan subkutan. Anak perempuan lebih banyak
menyimpan lemak, sedangkan anak laki-laki lebih banyak
massa otot dan tulang.
2) Usia Balita
Pertumbuhan pada usia balita dan prasekolah lebih lambat
dibandingkan pada masa bayi namun pertumbuhannya stabil.
Masa balita merupakan usia paling rawan, karena pada masa
ini balita sering terkena penyakit infeksi sehingga menjadikan
anak berisiko tinggi menjadi kurang gizi. Pada usia prasekolah
yaitu usia 2-6 tahun, anak mengalami pertumbuhan yang
21

stabil, terjadi perkembangan dengan aktifitas jasmani yang


bertambah dan meningkatnya keterampilan dan proses berfikir.
Memperlambatnya kecepatan pertumbuhan ini tercermin
dalam penurunan nafsu makan, padahal dalam masa ini anak-
anak membutuhkan kalori dan zat gizi yang adekuat untuk
memnuhi kebutuhan akan zat gizi mereka.
3) Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan orang tua akan berpengaruh terhadap pengasuhan
anak, karena dengan pendidikan yang tinggi pada orang tua
akan memahami pentingnya peranan orang tua dalam
pertumbuhan anak. Selain itu, dengan pendidikan yang baik,
diperkirakan memiliki pengetahuan gizi yang baik pula. Ibu
yang berpendidikan lebih baik cenderung lebih mudah
menerima informasi gizi dan menerapkan pengetahuannya
dalam mengasuh anak dan dalam praktik pemberian makanan.
4) Status Pekerjaan
Faktor ibu yang bekerja nampaknya belum berperan sebagai
penyebab utama masalah gizi pada anak, namun pekerjaan ini
lebih disebut faktor yang mempengaruhi dalam pemberian
makanan, zat gizi, dan pengasuh/ perawatan anak. Ibu yang
bekerja diluar rumah biasanya sudah mempertimbangkan
untuk perawatan anaknya, namun tidak ada jaminan untuk hal
tersebut. Sedangkan untuk ibu yang bekerja di rumah tidak
memiliki alternatif untuk merawat anaknya. Ibu yang tidak
bekerja dinilai akan mempunyai waktu yang banyak untuk
mengasuh dan memperhatikan anaknya.
5) Tingkat Pendapatan
Tingkat pendapatan keluarga sangat mempengaruhi tercukupi
atau tidaknya kebutuhan primer, sekunder, serta perhatian dan
kasih sayang yang akan diperoleh anak. Secara garis besar
pendapatan keluarga dapat diartikan dengan sejumlah upah
yang diterima oleh anggota keluarga yang digunakan untuk
22

memenuhi kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Tingkat


pendapatan dapat dibagi menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi
berdasarkan dengan upah minimum pekerjaan (UMP).
Semakin tinggi pendapatan suatu keluarga maka akan semakin
tinggi pula status gizi anak
4. Faktor masalah dasar
Masalah dasar dari timbulnya masalah gizi adalah ketidakmampuan
pengelola negara dalam mengelola proses politik, sehingga banyak
menimbulkan penyalahgunaan wewenang, sehingga pelaksanaan
program pembangunan negara tidak sesuai dengan amanat Undang-
Undang Dasar 1945, sehingga kesejahteraan umum tidak dapat tercapai
secara optimal. Selanjutnya ketidakcakapan para pemimpin dalam
mengelola negara yang mengakibatkan banyak penyalahgunaan
anggaran, akan berdampak pada rendahnya mutu pendidikan,
rendahnya kualitas sumber daya manusia, menyebabkan negara tidak
mampu membuka lapangan kerja, yang mengakibatkan pada tingginya
angka pengangguran, sehingga memunculkan kemiskinan.
2.2.3 Tanda gejala wasting
Wasting ditandai dengan badan yang kurus akibat kurangnya asupan zat gizi
sehingga massa tubuh tidak sesuai dengan tinggi badan anak (Kemenkes RI,
2017).
Menurut Arisman (2014) anak dengan wasting di tandai dengan, sebagai
berikut:
1. Indikator BB/TB menunjukkan angka kurang dari -3 SD (Sangat
Kurus)
2. Memiliki pembengkakan karena cairan (edema) di beberapa bagian
tubuh
3. Lingkar lengan atas (LILA) cenderung kecil, biasanya kurang dari 12,5
cm, normalnya 12,5 cm.

Tabel 2.2 Standar Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) Anak Laki-Laki
Umur 0-24 Bulan
23

Panja/ng Berat Badan (Kg)


-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
Badan (cm)
24

45.0 1.9 2.0 2.2 2.4 2.7 3.0 3.3


45.5 1.9 2.1 2.3 2.5 2.8 3.1 3.4
46.0 2.0 2.2 2.4 2.6 2.9 3.1 3.5
46.5 2.1 2.3 2.5 2.7 3.0 3.2 3.6
47.0 2.1 2.3 2.5 2.8 3.0 3.3 3.7
47.5 2.2 2.4 2.6 2.9 3.1 3.4 3.8
48.0 2.3 2.5 2.7 2.9 3.2 3.6 3.9
48.5 2.3 2.6 2.8 3.0 3.3 3.7 4.0
49.0 2.4 2.6 2.9 3.1 3.4 3.8 4.2
49.5 2.5 2.7 3.0 3.2 3.5 3.9 4.3
50.0 2.6 2.8 3.0 3.3 3.6 4.0 4.4
50.5 2.7 2.9 3.1 3.4 3.8 4.1 4.5
51.0 2.7 3.0 3.2 3.5 3.9 4.2 4.7
51.5 2.8 3.1 3.3 3.6 4.0 4.4 4.8
52.0 2.9 3.2 3.5 3.8 4.1 4.5 5.0
52.5 3.0 3.3 3.6 3.9 4.2 4.6 5.1
53.0 3.1 3.4 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3
53.5 3.2 3.5 3.8 4.1 4.5 4.9 5.4
54.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.7 5.1 5.6
54.5 3.4 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3 5.8
55.0 3.6 3.8 4.2 4.5 5.0 5.4 6.0
55.5 3.7 4.0 4.3 4.7 5.1 5.6 6.1
56.0 3.8 4.1 4.4 4.8 5.3 5.8 6.3
56.5 3.9 4.2 4.6 5.0 5.4 5.9 6.5
57.0 4.0 4.3 4.7 5.1 5.6 6.1 6.7
57.5 4.1 4.5 4.9 5.3 5.7 6.3 6.9
58.0 4.3 4.6 5.0 5.4 5.9 6.4 7.1
58.5 4.4 4.7 5.1 5.6 6.1 6.6 7.2
59.0 4.5 4.8 5.3 5.7 6.2 6.8 7.4
59.5 4.6 5.0 5.4 5.9 6.4 7.0 7.6
60.0 4.7 5.1 5.5 6.0 6.5 7.1 7.8
60.5 4.8 5.2 5.6 6.1 6.7 7.3 8.0
61.0 4.9 5.3 5.8 6.3 6.8 7.4 8.1
61.5 5.0 5.4 5.9 6.4 7.0 7.6 8.3
62.0 5.1 5.6 6.0 6.5 7.1 7.7 8.5
62.5 5.2 5.7 6.1 6.7 7.2 7.9 8.6
63.0 5.3 5.8 6.2 6.8 7.4 8.0 8.8
63.5 5.4 5.9 6.4 6.9 7.5 8.2 8.9
64.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.6 8.3 9.1
64.5 5.6 6.1 6.6 7.1 7.8 8.5 9.3
65.0 5.7 6.2 6.7 7.3 7.9 8.6 9.4
65.5 5.8 6.3 6.8 7.4 8.0 8.7 9.6
66.0 5.9 6.4 6.9 7.5 8.2 8.9 9.7
66.5 6.0 6.5 7.0 7.6 8.3 9.0 9.9
25

67.0 6.1 6.6 7.1 7.7 8.4 9.2 10.0


67.5 6.2 6.7 7.2 7.9 8.5 9.3 10.2
68.0 6.3 6.8 7.3 8.0 8.7 9.4 10.3
68.5 6.4 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.5
69.0 6.5 7.0 7.6 8.2 8.9 9.7 10.6
69.5 6.6 7.1 7.7 8.3 9.0 9.8 10.8
70.0 6.6 7.2 7.8 8.4 9.2 10.0 10.9
70.5 6.7 7.3 7.9 8.5 9.3 10.1 11.1
71.0 6.8 7.4 8.0 8.6 9.4 10.2 11.2
71.5 6.9 7.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.3
72.0 7.0 7.6 8.2 8.9 9.6 10.5 11.5
72.5 7.1 7.6 8.3 9.0 9.8 10.6 11.6
73.0 7.2 7.7 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8
73.5 7.2 7.8 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9
74.0 7.3 7.9 8.6 9.3 10.1 11.0 12.1
74.5 7.4 8.0 8.7 9.4 10.2 11.2 12.2
75.0 7.5 8.1 8.8 9.5 10.3 11.3 12.3
75.5 7.6 8.2 8.8 9.6 10.4 11.4 12.5
76.0 7.6 8.3 8.9 9.7 10.6 11.5 12.6
76.5 7.7 8.3 9.0 9.8 10.7 11.6 12.7
77.0 7.8 8.4 9.1 9.9 10.8 11.7 12.8
77.5 7.9 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0
78.0 7.9 8.6 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1
78.5 8.0 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.2
79.0 8.1 8.7 9.5 10.3 11.2 12.2 13.3
79.5 8.2 8.8 9.5 10.4 11.3 12.3 13.4
80.0 8.2 8.9 9.6 10.4 11.4 12.4 13.6
80.5 8.3 9.0 9.7 10.5 11.5 12.5 13.7
81.0 8.4 9.1 9.8 10.6 11.6 12.6 13.8
81.5 8.5 9.1 9.9 10.7 11.7 12.7 13.9
82.0 8.5 9.2 10.0 10.8 11.8 12.8 14.0
82.5 8.6 9.3 10.1 10.9 11.9 13.0 14.2
83.0 8.7 9.4 10.2 11.0 12.0 13.1 14.3
83.5 8.8 9.5 10.3 11.2 12.1 13.2 14.4
84.0 8.9 9.6 10.4 11.3 12.2 13.3 14.6
84.5 9.0 9.7 10.5 11.4 12.4 13.5 14.7
85.0 9.1 9.8 10.6 11.5 12.5 13.6 14.9
85.5 9.2 9.9 10.7 11.6 12.6 13.7 15.0
86.0 9.3 10.0 10.8 11.7 12.8 13.9 15.2
86.5 9.4 10.1 11.0 11.9 12.9 14.0 15.3
87.0 9.5 10.2 11.1 12.0 13.0 14.2 15.5
87.5 9.6 10.4 11.2 12.1 13.2 14.3 15.6
88.0 9.7 10.5 11.3 12.2 13.3 14.5 15.8
88.5 9.8 10.6 11.4 12.4 13.4 14.6 15.9
26

89.0 9.9 10.7 11.5 12.5 13.5 14.7 16.1


89.5 10.0 10.8 11.6 12.6 13.7 14.9 16.2
90.0 10.1 10.9 11.8 12.7 13.8 15.0 16.4
90.5 10.2 11.0 11.9 12.8 13.9 15.1 16.5
91.0 10.3 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.7
91.5 10.4 11.2 12.1 13.1 14.2 15.4 16.8
92.0 10.5 11.3 12.2 13.2 14.3 15.6 17.0
92.5 10.6 11.4 12.3 13.3 14.4 15.7 17.1
93.0 10.7 11.5 12.4 13.4 14.6 15.8 17.3
93.5 10.7 11.6 12.5 13.5 14.7 16.0 17.4
94.0 10.8 11.7 12.6 13.7 14.8 16.1 17.6
94.5 10.9 11.8 12.7 13.8 14.9 16.3 17.7
95.0 11.0 11.9 12.8 13.9 15.1 16.4 17.9
95.5 11.1 12.0 12.9 14.0 15.2 16.5 18.0
96.0 11.2 12.1 13.1 14.1 15.3 16.7 18.2
96.5 11.3 12.2 13.2 14.3 15.5 16.8 18.4
97.0 11.4 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5
97.5 11.5 12.4 13.4 14.5 15.7 17.1 18.7
98.0 11.6 12.5 13.5 14.6 15.9 17.3 18.9
98.5 11.7 12.6 13.6 14.8 16.0 17.5 19.1
99.0 11.8 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6 19.2
99.5 11.9 12.8 13.9 15.0 16.3 17.8 19.4
100.0 12.0 12.9 14.0 15.2 16.5 18.0 19.6
100.5 12.1 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1 19.8
101.0 12.2 13.2 14.2 15.4 16.8 18.3 20.0
101.5 12.3 13.3 14.4 15.6 16.9 18.5 20.2
102.0 12.4 13.4 14.5 15.7 17.1 18.7 20.4
102.5 12.5 13.5 14.6 15.9 17.3 18.8 20.6
103.0 12.6 13.6 14.8 16.0 17.4 19.0 20.8
103.5 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6 19.2 21.0
104.0 12.8 13.9 15.0 16.3 17.8 19.4 21.2
104.5 12.9 14.0 15.2 16.5 17.9 19.6 21.5
105.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7
105.5 13.2 14.2 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9
106.0 13.3 14.4 15.6 16.9 18.5 20.2 22.1
106.5 13.4 14.5 15.7 17.1 18.6 20.4 22.4
107.0 13.5 14.6 15.9 17.3 18.8 20.6 22.6
107.5 13.6 14.7 16.0 17.4 19.0 20.8 22.8
108.0 13.7 14.9 16.2 17.6 19.2 21.0 23.1
108.5 13.8 15.0 16.3 17.8 19.4 21.2 23.3
109.0 14.0 15.1 16.5 17.9 19.6 21.4 23.6
109.5 14.1 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7 23.8
110.0 14.2 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9 24.1
(Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2018)
27

Tabel 2.3 Standar Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak Laki-Laki Umur 24-
60 Bulan

Tinggi Badan Berat Badan (Kg)


(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
65.0 5.9 6.3 6.9 7.4 8.1 8.8 9.6
65.5 6.0 6.4 7.0 7.6 8.2 8.9 9.8
66.0 6.1 6.5 7.1 7.7 8.3 9.1 9.9
66.5 6.1 6.6 7.2 7.8 8.5 9.2 10.1
67.0 6.2 6.7 7.3 7.9 8.6 9.4 10.2
67.5 6.3 6.8 7.4 8.0 8.7 9.5 10.4
68.0 6.4 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.5
68.5 6.5 7.0 7.6 8.2 9.0 9.8 10.7
69.0 6.6 7.1 7.7 8.4 9.1 9.9 10.8
69.5 6.7 7.2 7.8 8.5 9.2 10.0 11.0
70.0 6.8 7.3 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1
70.5 6.9 7.4 8.0 8.7 9.5 10.3 11.3
71.0 6.9 7.5 8.1 8.8 9.6 10.4 11.4
71.5 7.0 7.6 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6
72.0 7.1 7.7 8.3 9.0 9.8 10.7 11.7
72.5 7.2 7.8 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8
73.0 7.3 7.9 8.5 9.2 10.0 11.0 12.0
73.5 7.4 7.9 8.6 9.3 10.2 11.1 12.1
74.0 7.4 8.0 8.7 9.4 10.3 11.2 12.2
74.5 7.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.3 12.4
75.0 7.6 8.2 8.9 9.6 10.5 11.4 12.5
75.5 7.7 8.3 9.0 9.7 10.6 11.6 12.6
76.0 7.7 8.4 9.1 9.8 10.7 11.7 12.8
76.5 7.8 8.5 9.2 9.9 10.8 11.8 12.9
77.0 7.9 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0
77.5 8.0 8.6 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1
28

78.0 8.0 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.3


78.5 8.1 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.4
79.0 8.2 8.8 9.6 10.4 11.3 12.3 13.5
79.5 8.3 8.9 9.7 10.5 11.4 12.4 13.6
80.0 8.3 9.0 9.7 10.6 11.5 12.6 13.7
80.5 8.4 9.1 9.8 10.7 11.6 12.7 13.8
81.0 8.5 9.2 9.9 10.8 11.7 12.8 14.0
81.5 8.6 9.3 10.0 10.9 11.8 12.9 14.1
82.0 8.7 9.3 10.1 11.0 11.9 13.0 14.2
82.5 8.7 9.4 10.2 11.1 12.1 13.1 14.4
83.0 8.8 9.5 10.3 11.2 12.2 13.3 14.5
83.5 8.9 9.6 10.4 11.3 12.3 13.4 14.6
84.0 9.0 9.7 10.5 11.4 12.4 13.5 14.8
84.5 9.1 9.9 10.7 11.5 12.5 13.7 14.9
85.0 9.2 10.0 10.8 11.7 12.7 13.8 15.1
85.5 9.3 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.2
86.0 9.4 10.2 11.0 11.9 12.9 14.1 15.4
86.5 9.5 10.3 11.1 12.0 13.1 14.2 15.5
87.0 9.6 10.4 11.2 12.2 13.2 14.4 15.7
87.5 9.7 10.5 11.3 12.3 13.3 14.5 15.8
88.0 9.8 10.6 11.5 12.4 13.5 14.7 16.0
88.5 9.9 10.7 11.6 12.5 13.6 14.8 16.1
89.0 10.0 10.8 11.7 12.6 13.7 14.9 16.3
89.5 10.1 10.9 11.8 12.8 13.9 15.1 16.4
90.0 10.2 11.0 11.9 12.9 14.0 15.2 16.6
90.5 10.3 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.7
91.0 10.4 11.2 12.1 13.1 14.2 15.5 16.9
91.5 10.5 11.3 12.2 13.2 14.4 15.6 17.0
92.0 10.6 11.4 12.3 13.4 14.5 15.8 17.2
92.5 10.7 11.5 12.4 13.5 14.6 15.9 17.3
93.0 10.8 11.6 12.6 13.6 14.7 16.0 17.5
29

93.5 10.9 11.7 12.7 13.7 14.9 16.2 17.6


94.0 11.0 11.8 12.8 13.8 15.0 16.3 17.8
94.5 11.1 11.9 12.9 13.9 15.1 16.5 17.9
95.0 11.1 12.0 13.0 14.1 15.3 16.6 18.1
95.5 11.2 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.3
96.0 11.3 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4
96.5 11.4 12.3 13.3 14.4 15.7 17.0 18.6
97.0 11.5 12.4 13.4 14.6 15.8 17.2 18.8
97.5 11.6 12.5 13.6 14.7 15.9 17.4 18.9
98.0 11.7 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1
98.5 11.8 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3
99.0 11.9 12.9 13.9 15.1 16.4 17.9 19.5
99.5 12.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7
100.0 12.1 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9
100.5 12.2 13.2 14.3 15.5 16.9 18.4 20.1
101.0 12.3 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3
101.5 12.4 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5
102.0 12.5 13.6 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7
102.5 12.6 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9
103.0 12.8 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1
103.5 12.9 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3
104.0 13.0 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.6
104.5 13.1 14.2 15.4 16.7 18.2 19.9 21.8
105.0 13.2 14.3 15.5 16.8 18.4 20.1 22.0
105.5 13.3 14.4 15.6 17.0 18.5 20.3 22.2
106.0 13.4 14.5 15.8 17.2 18.7 20.5 22.5
106.5 13.5 14.7 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7
107.0 13.7 14.8 16.1 17.5 19.1 20.9 22.9
107.5 13.8 14.9 16.2 17.7 19.3 21.1 23.2
108.0 13.9 15.1 16.4 17.8 19.5 21.3 23.4
108.5 14.0 15.2 16.5 18.0 19.7 21.5 23.7
30

109.0 14.1 15.3 16.7 18.2 19.8 21.8 23.9


109.5 14.3 15.5 16.8 18.3 20.0 22.0 24.2
110.0 14.4 15.6 17.0 18.5 20.2 22.2 24.4
110.5 14.5 15.8 17.1 18.7 20.4 22.4 24.7
111.0 14.6 15.9 17.3 18.9 20.7 22.7 25.0
111.5 14.8 16.0 17.5 19.1 20.9 22.9 25.2
112.0 14.9 16.2 17.6 19.2 21.1 23.1 25.5
112.5 15.0 16.3 17.8 19.4 21.3 23.4 25.8
113.0 15.2 16.5 18.0 19.6 21.5 23.6 26.0
113.5 15.3 16.6 18.1 19.8 21.7 23.9 26.3
114.0 15.4 16.8 18.3 20.0 21.9 24.1 26.6
114.5 15.6 16.9 18.5 20.2 22.1 24.4 26.9
115.0 15.7 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2
115.5 15.8 17.2 18.8 20.6 22.6 24.9 27.5
116.0 16.0 17.4 19.0 20.8 22.8 25.1 27.8
116.5 16.1 17.5 19.2 21.0 23.0 25.4 28.0
117.0 16.2 17.7 19.3 21.2 23.3 25.6 28.3
117.5 16.4 17.9 19.5 21.4 23.5 25.9 28.6
118.0 16.5 18.0 19.7 21.6 23.7 26.1 28.9
118.5 16.7 18.2 19.9 21.8 23.9 26.4 29.2
119.0 16.8 18.3 20.0 22.0 24.1 26.6 29.5
119.5 16.9 18.5 20.2 22.2 24.4 26.9 29.8
120.0 17.1 18.6 20.4 22.4 24.6 27.2 30.1
(Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Tabel 2.4 Standar Berat Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) Anak
Perempuan Umur 0-24 Bulan
Panjang Berat Badan (Kg)
Badan (cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD
45.0 1.9 2.1 2.3 2.5 2.7 3.0 3.3
45.5 2.0 2.1 2.3 2.5 2.8 3.1 3.4
31

46.0 2.0 2.2 2.4 2.6 2.9 3.2 3.5


46.5 2.1 2.3 2.5 2.7 3.0 3.3 3.6
47.0 2.2 2.4 2.6 2.8 3.1 3.4 3.7
47.5 2.2 2.4 2.6 2.9 3.2 3.5 3.8
48.0 2.3 2.5 2.7 3.0 3.3 3.6 4.0
48.5 2.4 2.6 2.8 3.1 3.4 3.7 4.1
49.0 2.4 2.6 2.9 3.2 3.5 3.8 4.2
49.5 2.5 2.7 3.0 3.3 3.6 3.9 4.3
50.0 2.6 2.8 3.1 3.4 3.7 4.0 4.5
50.5 2.7 2.9 3.2 3.5 3.8 4.2 4.6
51.0 2.8 3.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.8
51.5 2.8 3.1 3.4 3.7 4.0 4.4 4.9
52.0 2.9 3.2 3.5 3.8 4.2 4.6 5.1
52.5 3.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.7 5.2
53.0 3.1 3.4 3.7 4.0 4.4 4.9 5.4
53.5 3.2 3.5 3.8 4.2 4.6 5.0 5.5
54.0 3.3 3.6 3.9 4.3 4.7 5.2 5.7
54.5 3.4 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3 5.9
55.0 3.5 3.8 4.2 4.5 5.0 5.5 6.1
55.5 3.6 3.9 4.3 4.7 5.1 5.7 6.3
56.0 3.7 4.0 4.4 4.8 5.3 5.8 6.4
56.5 3.8 4.1 4.5 5.0 5.4 6.0 6.6
57.0 3.9 4.3 4.6 5.1 5.6 6.1 6.8
57.5 4.0 4.4 4.8 5.2 5.7 6.3 7.0
58.0 4.1 4.5 4.9 5.4 5.9 6.5 7.1
58.5 4.2 4.6 5.0 5.5 6.0 6.6 7.3
59.0 4.3 4.7 5.1 5.6 6.2 6.8 7.5
59.5 4.4 4.8 5.3 5.7 6.3 6.9 7.7
60.0 4.5 4.9 5.4 5.9 6.4 7.1 7.8
60.5 4.6 5.0 5.5 6.0 6.6 7.3 8.0
61.0 4.7 5.1 5.6 6.1 6.7 7.4 8.2
32

61.5 4.8 5.2 5.7 6.3 6.9 7.6 8.4


62.0 4.9 5.3 5.8 6.4 7.0 7.7 8.5
62.5 5.0 5.4 5.9 6.5 7.1 7.8 8.7
63.0 5.1 5.5 6.0 6.6 7.3 8.0 8.8
63.5 5.2 5.6 6.2 6.7 7.4 8.1 9.0
64.0 5.3 5.7 6.3 6.9 7.5 8.3 9.1
64.5 5.4 5.8 6.4 7.0 7.6 8.4 9.3
65.0 5.5 5.9 6.5 7.1 7.8 8.6 9.5
65.5 5.5 6.0 6.6 7.2 7.9 8.7 9.6
66.0 5.6 6.1 6.7 7.3 8.0 8.8 9.8
66.5 5.7 6.2 6.8 7.4 8.1 9.0 9.9
67.0 5.8 6.3 6.9 7.5 8.3 9.1 10.0
67.5 5.9 6.4 7.0 7.6 8.4 9.2 10.2
68.0 6.0 6.5 7.1 7.7 8.5 9.4 10.3
68.5 6.1 6.6 7.2 7.9 8.6 9.5 10.5
69.0 6.1 6.7 7.3 8.0 8.7 9.6 10.6
69.5 6.2 6.8 7.4 8.1 8.8 9.7 10.7
70.0 6.3 6.9 7.5 8.2 9.0 9.9 10.9
70.5 6.4 6.9 7.6 8.3 9.1 10.0 11.0
71.0 6.5 7.0 7.7 8.4 9.2 10.1 11.1
71.5 6.5 7.1 7.7 8.5 9.3 10.2 11.3
72.0 6.6 7.2 7.8 8.6 9.4 10.3 11.4
72.5 6.7 7.3 7.9 8.7 9.5 10.5 11.5
73.0 6.8 7.4 8.0 8.8 9.6 10.6 11.7
73.5 6.9 7.4 8.1 8.9 9.7 10.7 11.8
74.0 6.9 7.5 8.2 9.0 9.8 10.8 11.9
74.5 7.0 7.6 8.3 9.1 9.9 10.9 12.0
75.0 7.1 7.7 8.4 9.1 10.0 11.0 12.2
75.5 7.1 7.8 8.5 9.2 10.1 11.1 12.3
76.0 7.2 7.8 8.5 9.3 10.2 11.2 12.4
76.5 7.3 7.9 8.6 9.4 10.3 11.4 12.5
33

77.0 7.4 8.0 8.7 9.5 10.4 11.5 12.6


77.5 7.4 8.1 8.8 9.6 10.5 11.6 12.8
78.0 7.5 8.2 8.9 9.7 10.6 11.7 12.9
78.5 7.6 8.2 9.0 9.8 10.7 11.8 13.0
79.0 7.7 8.3 9.1 9.9 10.8 11.9 13.1
79.5 7.7 8.4 9.1 10.0 10.9 12.0 13.3
80.0 7.8 8.5 9.2 10.1 11.0 12.1 13.4
80.5 7.9 8.6 9.3 10.2 11.2 12.3 13.5
81.0 8.0 8.7 9.4 10.3 11.3 12.4 13.7
81.5 8.1 8.8 9.5 10.4 11.4 12.5 13.8
82.0 8.1 8.8 9.6 10.5 11.5 12.6 13.9
82.5 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6 12.8 14.1
83.0 8.3 9.0 9.8 10.7 11.8 12.9 14.2
83.5 8.4 9.1 9.9 10.9 11.9 13.1 14.4
84.0 8.5 9.2 10.1 11.0 12.0 13.2 14.5
84.5 8.6 9.3 10.2 11.1 12.1 13.3 14.7
85.0 8.7 9.4 10.3 11.2 12.3 13.5 14.9
85.5 8.8 9.5 10.4 11.3 12.4 13.6 15.0
86.0 8.9 9.7 10.5 11.5 12.6 13.8 15.2
86.5 9.0 9.8 10.6 11.6 12.7 13.9 15.4
87.0 9.1 9.9 10.7 11.7 12.8 14.1 15.5
87.5 9.2 10.0 10.9 11.8 13.0 14.2 15.7
88.0 9.3 10.1 11.0 12.0 13.1 14.4 15.9
88.5 9.4 10.2 11.1 12.1 13.2 14.5 16.0
89.0 9.5 10.3 11.2 12.2 13.4 14.7 16.2
89.5 9.6 10.4 11.3 12.3 13.5 14.8 16.4
90.0 9.7 10.5 11.4 12.5 13.7 15.0 16.5
90.5 9.8 10.6 11.5 12.6 13.8 15.1 16.7
91.0 9.9 10.7 11.7 12.7 13.9 15.3 16.9
91.5 10.0 10.8 11.8 12.8 14.1 15.5 17.0
92.0 10.1 10.9 11.9 13.0 14.2 15.6 17.2
34

92.5 10.1 11.0 12.0 13.1 14.3 15.8 17.4


93.0 10.2 11.1 12.1 13.2 14.5 15.9 17.5
93.5 10.3 11.2 12.2 13.3 14.6 16.1 17.7
94.0 10.4 11.3 12.3 13.5 14.7 16.2 17.9
94.5 10.5 11.4 12.4 13.6 14.9 16.4 18.0
95.0 10.6 11.5 12.6 13.7 15.0 16.5 18.2
95.5 10.7 11.6 12.7 13.8 15.2 16.7 18.4
96.0 10.8 11.7 12.8 14.0 15.3 16.8 18.6
96.5 10.9 11.8 12.9 14.1 15.4 17.0 18.7
97.0 11.0 12.0 13.0 14.2 15.6 17.1 18.9
97.5 11.1 12.1 13.1 14.4 15.7 17.3 19.1
98.0 11.2 12.2 13.3 14.5 15.9 17.5 19.3
98.5 11.3 12.3 13.4 14.6 16.0 17.6 19.5
99.0 11.4 12.4 13.5 14.8 16.2 17.8 19.6
99.5 11.5 12.5 13.6 14.9 16.3 18.0 19.8
100.0 11.6 12.6 13.7 15.0 16.5 18.1 20.0
100.5 11.7 12.7 13.9 15.2 16.6 18.3 20.2
101.0 11.8 12.8 14.0 15.3 16.8 18.5 20.4
101.5 11.9 13.0 14.1 15.5 17.0 18.7 20.6
102.0 12.0 13.1 14.3 15.6 17.1 18.9 20.8
102.5 12.1 13.2 14.4 15.8 17.3 19.0 21.0
103.0 12.3 13.3 14.5 15.9 17.5 19.2 21.3
103.5 12.4 13.5 14.7 16.1 17.6 19.4 21.5
104.0 12.5 13.6 14.8 16.2 17.8 19.6 21.7
104.5 12.6 13.7 15.0 16.4 18.0 19.8 21.9
105.0 12.7 13.8 15.1 16.5 18.2 20.0 22.2
105.5 12.8 14.0 15.3 16.7 18.4 20.2 22.4
106.0 13.0 14.1 15.4 16.9 18.5 20.5 22.6
106.5 13.1 14.3 15.6 17.1 18.7 20.7 22.9
107.0 13.2 14.4 15.7 17.2 18.9 20.9 23.1
107.5 13.3 14.5 15.9 17.4 19.1 21.1 23.4
35

108.0 13.5 14.7 16.0 17.6 19.3 21.3 23.6


108.5 13.6 14.8 16.2 17.8 19.5 21.6 23.9
109.0 13.7 15.0 16.4 18.0 19.7 21.8 24.2
109.5 13.9 15.1 16.5 18.1 20.0 22.0 24.4
110.0 14.0 15.3 16.7 18.3 20.2 22.3 24.7
(Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Tabel 2.5 Standar Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak perempuan umur
24-60 bulan
Tinggi Badan Berat Badan (Kg)
(cm) -3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

65.0 5.6 6.1 6.6 7.2 7.9 8.7 9.7

65.5 5.7 6.2 6.7 7.4 8.1 8.9 9.8

66.0 5.8 6.3 6.8 7.5 8.2 9.0 10.0

66.5 5.8 6.4 6.9 7.6 8.3 9.1 10.1

67.0 5.9 6.4 7.0 7.7 8.4 9.3 10.2

67.5 6.0 6.5 7.1 7.8 8.5 9.4 10.4

68.0 6.1 6.6 7.2 7.9 8.7 9.5 10.5

68.5 6.2 6.7 7.3 8.0 8.8 9.7 10.7

69.0 6.3 6.8 7.4 8.1 8.9 9.8 10.8

69.5 6. 6.9 7.5 8.2 9.0 9.9 10.9

70.0 6.4 7.0 7.6 8.3 9.1 10.0 11.1

70.5 6.5 7.1 7.7 8.4 9.2 10.1 11.2

71.0 6.6 7.1 7.8 8.5 9.3 10.3 11.3

71.5 6.7 7.2 7.9 8.6 9.4 10.4 11.5

72.0 6.7 7.3 8.0 8.7 9.5 10.5 11.6

72.5 6.8 7.4 8.1 8.8 9.7 10.6 11.7


36

73.0 6.9 7.5 8.1 8.9 9.8 10.7 11.8

73.5 7.0 7.6 8.2 9.0 9.9 10.8 12.0

74.0 7.0 7.6 8.3 9.1 10.0 11.0 12.1

74.5 7.1 7.7 8.4 9.2 10.1 11.1 12.2

75.0 7.2 7.8 8.5 9.3 10.2 11.2 12.3

75.5 7.2 7.9 8.6 9.4 10.3 11.3 12.5

76.0 7.3 8.0 8.7 9.5 10.4 11.4 12.6

76.5 7.4 8.0 8.7 9.6 10.5 11.5 12.7

77.0 7.5 8.1 8.8 9.6 10.6 11.6 12.8

77.5 7.5 8.2 8.9 9.7 10.7 11.7 12.9

78.0 7.6 8.3 9.0 9.8 10.8 11.8 13.1

78.5 7.7 8.4 9.1 9.9 10.9 12.0 13.2

79.0 7.8 8.4 9.2 10.0 11.0 12.1 13.3

79.5 7.8 8.5 9.3 10.1 11.1 12.2 13.4

80.0 7.9 8.6 9.4 10.2 11.2 12.3 13.6

80.5 8.0 8.7 9.5 10.3 11.3 12.4 13.7

81.0 8.1 8.8 9.6 10.4 11.4 12.6 13.9

81.5 8.2 8.9 9.7 10.6 11.6 12.7 14.0

82.0 8.3 9.0 9.8 10.7 11.7 12.8 14.1

82.5 8.4 9.1 9.9 10.8 11.8 13.0 14.3

83.0 8.5 9.2 10.0 10.9 11.9 13.1 14.5

83.5 8.5 9.3 10.1 11.0 12.1 13.3 14.6

84.0 8.6 9.4 10.2 11.1 12.2 13.4 14.8

84.5 8.7 9.5 10.3 11.3 12.3 13.5 14.9

85.0 8.8 9.6 10.4 11.4 12.5 13.7 15.1

85.5 8.9 9.7 10.6 11.5 12.6 13.8 15.3

86.0 9.0 9.8 10.7 11.6 12.7 14.0 15.4


37

86.5 9.1 9.9 10.8 11.8 12.9 14.2 15.6

87.0 9.2 10.0 10.9 11.9 13.0 14.3 15.8

87.5 9.3 10.1 11.0 12.0 13.2 14.5 15.9

88.0 9.4 10.2 11.1 12.1 13.3 14.6 16.1

88.5 9.5 10.3 11.2 12.3 13.4 14.8 16.3

89.0 9.6 10.4 11.4 12.4 13.6 14.9 16.4

89.5 9.7 10.5 11.5 12.5 13.7 15.1 16.6

90.0 9.8 10.6 11.6 12.6 13.8 15.2 16.8

90.5 9.9 10.7 11.7 12.8 14.0 15.4 16.9

91.0 10.0 10.9 11.8 12.9 14.1 15.5 17.1

91.5 10.1 11.0 11.9 13.0 14.3 15.7 17.3

92.0 10.2 11.1 12.0 13.1 14.4 15.8 17.4

92.5 10.3 11.2 12.1 13.3 14.5 16.0 17.6

93.0 10.4 11.3 12.3 13.4 14.7 16.1 17.8

93.5 10.5 11.4 12.4 13.5 14.8 16.3 17.9

94.0 10.6 11.5 12.5 13.6 14.9 16.4 18.1

94.5 10.7 11.6 12.6 13.8 15.1 16.6 18.3

95.0 10.8 11.7 12.7 13.9 15.2 16.7 18.5

95.5 10.8 11.8 12.8 14.0 15.4 16.9 18.6

96.0 10.9 11.9 12.9 14.1 15.5 17.0 18.8

96.5 11.0 12.0 13.1 14.3 15.6 17.2 19.0

97.0 11.1 12.1 13.2 14.4 15.8 17.4 19.2

97.5 11.2 12.2 13.3 14.5 15.9 17.5 19.3

98.0 11.3 12.3 13.4 14.7 16.1 17.7 19.5

98.5 11.4 12.4 13.5 14.8 16.2 17.9 19.7

99.0 11.5 12.5 13.7 14.9 16.4 18.0 19.9

99.5 11.6 12.7 13.8 15.1 16.5 18.2 20.1


38

100.0 11.7 12.8 13.9 15.2 16.7 18.4 20.3

100.5 11.9 12.9 14.1 15.4 16.9 18.6 20.5

101.0 12.0 13.0 14.2 15.5 17.0 18.7 20.7

101.5 12.1 13.1 14.3 15.7 17.2 18.9 20.9

102.0 12.2 13.3 14.5 15.8 17.4 19.1 21.1

102.5 12.3 13.4 14.6 16.0 17.5 19.3 21.4

103.0 12.4 13.5 14.7 16.1 17.7 19.5 21.6

103.5 12.5 13.6 14.9 16.3 17.9 19.7 21.8

104.0 12.6 13.8 15.0 16.4 18.1 19.9 22.0

104.5 12.8 13.9 15.2 16.6 18.2 20.1 22.3

105.0 12.9 14.0 15.3 16.8 18.4 20.3 22.5

105.5 13.0 14.2 15.5 16.9 18.6 20.5 22.7

106.0 13.1 14.3 15.6 17.1 18.8 20.8 23.0

106.5 13.3 14.5 15.8 17.3 19.0 21.0 23.2

107.0 13.4 14.6 15.9 17.5 19.2 21.2 23.5

107.5 13.5 14.7 16.1 17.7 19.4 21.4 23.7

108.0 13.7 14.9 16.3 17.8 19.6 21.7 24.0

108.5 13.8 15.0 16.4 18.0 19.8 21.9 24.3

109.0 13.9 15.2 16.6 18.2 20.0 22.1 24.5

109.5 14.1 15.4 16.8 18.4 20.3 22.4 24.8

110.0 14.2 15.5 17.0 18.6 20.5 22.6 25.1

110.5 14.4 15.7 17.1 18.8 20.7 22.9 25.4

111.0 14.5 15.8 17.3 19.0 20.9 23.1 25.7

111.5 14.7 16.0 17.5 19.2 21.2 23.4 26.0

112.0 14.8 16.2 17.7 19.4 21.4 23.6 26.2

112.5 15.0 16.3 17.9 19.6 21.6 23.9 26.5

113.0 15.1 16.5 18.0 19.8 21.8 24.2 26.8


39

113.5 15.3 16.7 18.2 20.0 22.1 24.4 27.1

114.0 15.4 16.8 18.4 20.2 22.3 24.7 27.4

114.5 15.6 17.0 18.6 20.5 22.6 25.0 27.8

115.0 15.7 17.2 18.8 20.7 22.8 25.2 28.1

115.5 15.9 17.3 19.0 20.9 23.0 25.5 28.4

116.0 16.0 17.5 19.2 21.1 23.3 25.8 28.7

116.5 16.2 17.7 19.4 21.3 23.5 26.1 29.0

117.0 16.3 17.8 19.6 21.5 23.8 26.3 29.3

117.5 16.5 18.0 19.8 21.7 24.0 26.6 29.6

118.0 16.6 18.2 19.9 22.0 24.2 26.9 29.9

118.5 16.8 18.4 20.1 22.2 24.5 27.2 30.3

119.0 16.9 18.5 20.3 22.4 24.7 27.4 30.6

119.5 17.1 18.7 20.5 22.6 25.0 27.7 30.9

120.0 17.3 18.9 20.7 22.8 25.2 28.0 31.2


(Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2018)

2.2.4 Dampak wasting


Wasting merupakan ancaman serius pada kelangsungan hidup anak dan
perkembangannya. Angka mortalitas pada anak kurus (BB/TB Z-score <-2)
dan anak sangat kurus (BB/TB Z-score <-3) menunjukkan tiga sampai
sembilan kali lebih tinggi daripada anak yang tidak kurus. Selanjutnya, anak
wasting yang bertahan hidup meningkatkan risiko tumbuh stunting.
Penelitian terbaru yang mengumpulkan data dari delapan studi longitudinal
di Afrika, Asia dan Amerika Latin menunjukkan anak yang mengalami
wasting pada 17 bulan pertama kehidupannya berisiko tinggi mengalami
retardasi pertumbuhan linier dan stunting pada usia 18-24 bulan, yang dapat
mengakibatkan konsekuensi yang merugikan dan sering tidak dapat
dipulihkan, termasuk perkembangan kognitif dan kemampuan belajar yang
buruk, berkurangnya massa tubuh tidak berlemak (otot, organ tubuh, dan
40

tulang), perawakan dewasa yang pendek, produktivitas rendah, dan


penghasilan berkurang (Kementerian Kesehatan RI, 2018: 124).

2.2.5 Pencegahan wasting


Menurut Pratama (2021) solusi pencegahan yang dapat dilakukan
mengurangi resiko terjadinya gangguan gizi dapat dilakukan melalui:
1. Cukupi Kebutuhan gizi anak terutama Zat Besi, yodium dan Asam
Folat
Zat besi, asam folat, dan yodium  merupakan nutrisi penting yang
wajib dipenuhi ibu hamil untuk mencegah wasting dan stunting.
Kekurangan zat besi dan asam folat dapat meningkatkan risiko anemia
pada ibu hamil. Anak yang lahir dari ibu hamil dengan anemia lebih
berisiko mengalami stunting. Ibu hamil bisa mendapatkan ketiga nutrisi
ini dengan mengonsumsi telur, kentang, brokoli, makanan laut, pepaya,
dan alpukat. Selain itu, ibu hamil juga bisa mengonsumsi vitamin
prenantal sesuai anjuran dokter 
2. Hindari Paparan Asap Rokok
Agar janin yang dikandung dapat tumbuh dengan sehat, ibu hamil
harus berhenti merokok dan menghindari paparan asap rokok. Paparan
asap rokok dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur atau
memiliki berat badan kurang. 
3. Rutin melakukan pemeriksaaan kandungan
Pemeriksaan rutin selama hamil bermanfaat untuk memastikan
nutrisi yang dikonsumsi ibu hamil cukup dan mendeteksi jika ada
komplikasi pada kehamilan. Semakin cepat diketahui, komplikasi
kehamilan dapat semakin cepat diatas 
4. Imunisasi Rutin sesuai Jadwal
Patuhi jadwal imunisasi rutin yang ditetapkan pemerintah agar
anak terlindungi dari berbagai macam penyakit. 
5. Berikan ASI Ekslusif
Berikan ASI eksklusif sampai si Kecil berusia 6 bulan dan
diteruskan dengan pemberian MPASI yang sehat dan bergizi.
41

 Berikut cara pencegahan yang bisa dilakukan berbasis masyarakat:


1. Setiap RT/RW mendata jumlah ibu hamil dan ibu menyusui yang ada di
lingkungan nya sehingga masuk dalam pengawasan desa/kelurahan
2. Membentuk satgas penanganan Stunting di tingkat desa/kelurahan yang
memiliki peran dalam menangani secara cepat kasus-kasus stunting dan
gizi buruk anak.
3. Melakukan sosialisasi rutin pada masyarakat tentang bahaya wasting
dan bentuk pencegahannya
4. Mengaktifkan kembali pemeriksaan rutin bagi ibu hamil dan balita di
puskesmas atau posyandu yang telah ada
5. Membantu pemenuhan gizi anak yang terindikasi mengalami kurang
gizi atau dari keluarga miskin melalui toleransi dan berbagi antar warga
masyarakat desa/kelurahan melalui program bersama masyarakat atau
program dari pemerintahan desa/kelurahan
6. Melakukan kerjasama dengan stakholder/pihak-pihak yang
berkompeten dibidangnya dan mengetahui alur pelaporan dan rujukan
penanganan permasalahan stunting yang tepat
2.2.6 Penanganan wasting
Menurut UNICEF (2020) Aturan makan untuk anak yang mengalami
wasting biasa sebagai berikut:
1. Berikan berbagai makanan dengan kandungan energi yang tinggi guna
mendukung kenaikan berat badan.
2. Berikan nutrisi lainnya seperti protein, vitamin, serta mineral, guna
mempercepat pembentukan jaringan baru.
3. Energi dari protein sekitar 12 hingga 15%
4. Energi dari lemak sekitar 30%
Sedangkan berbagai pilihan sumber makanan untuk anak dengan wasting,
bisa diperoleh dari:
1. Sumber makanan hewani seperti daging merah, daging ayam, ikan, susu,
telur, dan lainnya.
2. Serat dalam taraf sedang.
3. Rendah garam
42

4. Dapat dikatakan, anak dengan kondisi ini membutuhkan nutrisi serta


gizi yang seimbang untuk menghindari terjadinya obesitas
Penaganan untuk mengatasi wasting akut pada anak dengan pemberian
makanan terapeutik dan susu formula khusus F-75. Terutama untuk susu
formula F-75, baru bisa diberikan pada anak setelah kondisinya mulai stabil,
nafsu makan meningkat, dan edema membaik. Penanganan untuk anak
dengan wasting akut harus diberikan sesegera mungkin. Jika tidak cepat
diatasi, kondisi akut bisa berkembang semakin parah hingga nantinya
berujung pada gizi buruk. Secara garis besarnya, asupan nutrisi harian untuk
anak yang mengalami kondisi ini harus mampu memenuhi kebutuhan zat
gizi guna membentuk otot dan jaringan tubuh lainnya.

2.3 Konsep dasar balita


2.3.1. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan
disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya
lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk
kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena
kekurangan makanan yang dibutuhkan. Konsumsi makanan memegang
peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak sehingga
konsumsi makanan berpengaruh besar terhadap status gizi anak untuk
mencapai pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak ( aziz alimul Hidayat,
2011).
Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak
pra sekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh
kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang
air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik,
namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode
penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan
pertumbuhan pasa masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan
perkembangan anak pada periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di
43

usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
terulang kembali, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan
(Andriani et al., 2019: 56).
2.3.2. Karakteristik Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di
bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga
tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun
sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah (Setiyani et al.,
2016: 67) . Menurut karakterisik, balita terbagi dalam dua kategori, yaitu
anak usia 1- 3 tahun (batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan oleh ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa
usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.
Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering karena perut balita masih kecil sehingga tidak mampu menerima
jumlah makanan dalam sekali makan. Sedangkan pada usia pra sekolah
anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang
disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam
perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes
sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini
berat badan anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari
aktifitas yang mulai banyak maupun penolakan terhadap makanan
(Sondakh, 2013: 90).
44

2.4 Kerangka Konsep


Kerangka konsep adalah sebuah alur pemikiran terhadap suatu hubungan
antar konsep satu dengan konsep yang lainnya untuk dapat memberikan
gambaran dan mengarahkan asumsi terkait dengan variable-variable yang
akan diteliti. Adapun kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut:

Faktor-faktor yang Tingkat Pengetahuan tentang wasting,


mempengaruhi pengetahuan, antara lain:
pengetahuan, sebagai sebagai berikut: 1. Pengertian wasting
berikut: 1. Tahu 2. Penyebab wasting
1. Usia 2. Memahami 3. Tanda gejala wasting
2. Pendidikan 4. Dampak wasting
3. Pekerjaan 5. Pencegahan wasting
4. Minat 6. Penanganan wasting
5. Pengalaman 3. Aplikasi
6. Kebudayaan 4. Analisis
7. Lingkungan sekitar 5. Sintesis
8. Sumber informasi 6. Evaluasi

Kategori Pengetahuan
1. Baik
2. Cukup
3. Kurang

Keterangan :

: : Diteliti

: :Tidak diteliti

: : Berpengaruh

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki


Balita tentang Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Deskripsi
peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual
dari pada penyimpulan (Notoatmodjo, 2012: 78). Sedangkan penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan ibu yang
memiliki Balita tentang Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya
3.2 Kerangka Kerja
Kerangka kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Populasi
Semua ibu yang memiliki balita yang terdata di Kelurahan Petuk Katimpun
sebanyak 158 responden

Sampel
Ibu yang memiliki balita di Kelurahan Petuk Katimpun sebanyak 61 responden

Teknik Sampling
Norprobability sampling (Purposive sampling)

Desain Penelitian
Deskriptif

Pengumpulan data
Pengumpulan Data Menggunakan Kuisioner

Analisa Data
1 Analisis Data Editing, Cording, Scoring, Tabulating

Penyajian Hasil
Penyajian Data Dalam Bentuk Tabel Dan Prensentase

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki Balita tentang
3.3 Definisi Wasting Di Kelurahan Petuk Ketimpun Kota Palangka Raya
Operasional

45
46

3.3 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati memungkinkan penelitian untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian
dapat diamati oleh orang lain (Nursalam,2015).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor


Operasional Ukur
Pengetahuan Hasil tahu 1. Pengertian Kuisioner Ordinal Penilaian dengan
ibu yang ibu balita wasting rumus yang
memiliki tentang 2. Penyebab digunakan sebagai
balita wasting wasting berikut :
tentang berat badan 3. Tanda gejala
wasting terhadap wasting
tinggi badan 4. Dampak - Jika jawaban
sehingga wasting benar =1
tubuh 5. Pencegahan - Jika jawaban
seorang anak wasting salah =0
tidak 6. Penanganan Selanjutmya
proposional wasting dikategorikan, ssb:
- Baik: Nilai 76-
100%
- Cukup :
Nilai 56-75%
- Kurang :
Nilai ≤55%

3.4 Tempat dan Waktu


Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Petuk Ketimpun Kota Palangka
Raya pada bulan Juli 2022
3.5 Populasi, Sampel dan Sampling
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas : objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (A. A.
Hidayat, 2014: 98). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki
balita yang ada di kelurahan Petuk Ketimpun yaitu sebanyak 158 ibu.
47

2. Sampel

Sampel penelitian merupakan bagian dari ukuran dan karakteristik


yang dimiliki oleh populasi (A. A. Hidayat, 2014: 101). Pengambilan
besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus Slovin, yaitu:

Ket :
n : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
d : Tingkat Singnifikasi (0,1)
Jika besar populasi (N) diketahui, sebanyak 158 sampel maka besar
sampel sebagai berikut:
n= 158
1+158 (0,1)2
n= 158
1+158 (0,01)
n= 158
1+ 1,58
n= 158
2,58

n= 61,2 dibulatkan menjadi 61

Jadi besar sampel pada penelitian sebanyak 61


sampel.
Adapun penentuan sampel pada penelitian ini berdasarkan kriteria
iklusi dan ekslusi yaitu sebagai berikut:
a. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target atau populasi terjangkau dan akan diteliti
(Nursalam, 2015). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
1) Ibu yang memiliki balita usia 0-60 bulan baik wasting atau tidak
2) Ibu yang bersedia menjadi responden
3) Ibu yang bisa baca dan tulis
b. Kriteria Eksklusi
48

Kriteria eksklusi adalah kriteria subjek yang tidak memenuhi


kriteria inklusi atau tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Nursalam, 2015). Kriteria ekslusi dalam penelitian ini antara lain :
1) Ibu yang memiliki balita lebih dari usia 0-60 bulan
2) Ibu yang tidak bisa baca tulis
3) Ibu tidak bersedia menjadi responden
3. Sampling
Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan
dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga sampel akan mewakili
seluruh populasi yang ada. Nonprobability sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang memberi peluang atau kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi sampel (Nursalam, 2015: 67). Pada penelitian ini
sampling yang digunakan adalah dengan menggunakan purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
yang digunakan sebagai sampel (Nursalam, 2015:67).
3.6 Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2014) Adapun Langkah-langkah pengolahan data
sebagai berikut:
1. Edit data (editing)
Mengamati data yang ada dengan cara mengoreksi kelengkapan dan
kejelasan kuesioner. Jika ditemukan kesalahan, konfirmasikan untuk
mendapatkan data aktual.
2. Pemberian kode (coding)
Data diklasifikasikan menurut kategori masing – masing. Setiap
kategori jawaban yang berbeda memiliki kode yang berbeda untuk
mempermudah pemrosesan data, atau untuk menyandikan data dengan
mengonversi kata menjadi angka.
3. Scoring
Scoring merupakan menentukan skor atau nilai untuk setiap item
pertanyaan. Menetukan nilai terendah dan tertinggi, tetapkan jumlah
kuesione dan bobot masing-masing kuesioner. Penilaian ini dilakukan
dengan cara membandikan jumlah skor jawaban dengan skor yang
49

diharapkan (nilai tertinggi) kemudian dikalikan 100 % dan hasilnya berupa


presentase dengan rumus yang digunakan sebagai berikut :

N= x 100 %

Keterangan :
N : Nilai pengetahuan
Sm : Skor tertinggi maksimum
Sp : Nilai yang didapat
Penilaian
Jika benar : 1
Jika salah : 0
Selanjutnya presentase jawaban di interpretasikan dalam kalimat
kualitatif dengan acuan sebagai berikut :
Baik : 76%-100%
Cukup : 56%-75%
Kurang: ≤ 56 % (Budiman & Agus, 2013: 67)
4. Tabulating
Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Sebelum pengumpulan data dilakukan responden akan diberikan
penyuluhan terlebih dahulu mengenai wasting dengan menggunakan media
leaflet setelah itu baru dilakukan pengumpulan data yang berisi penjelasan
cara pengumpulan data terutama tentang alat pengumpulan data adalah
menggunakan angket atau kuesioner. Angket/ kuesioner merupakan alat ukur
berupa angket atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Selain itu,
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner mampu menggali hal-
hal yang bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter
yang sudah dibuat oleh peneliti sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan
(Hidayat, 2014: 89).
Sebelum kuisioner diedarkan, penulis akan melakukan uji validitas dan
reliabilitas agar kuisioner dapat diedarkan ke responden. Adapun jumlah soal
50

pada kuisiner ini berjumlah 20 soal dengan parameter pengertian, penyabab,


tanda gejala, dampak dan pencegahan.
3.7.1. Uji Validitas
Sebelum penelitian dilakukan, instrumen yang digunakan untuk
mengambil data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan ujicoba / tryout
instrumen, untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan keandalan
(reliabilitas). Validitas merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran,
valid artinya alat tersebut mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo,
2012). Hasil perhitungan rxy atau rhitung dikonsultasikan dengan harga
rtabel dengan taraf signifikan 5%. Jika harga rhitung lebih besar dari rtabel
maka dapat dikatakan item tersebut valid.
Untuk rtabel uji valid dilakukan di Puskesmas Jekan Raya di ruangan
gizi dengan jumlah responden 30 orang (DF-2, 30-2= 28, maka R Tabel
adalah 0,310). Apabila nilai rhitung lebih besar dari 0, 310 maka item
tersebut dapat dikatakan valid. Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas
instrumen:
Tabel 3.2 Hasil uji validitas kuisioner pengetahuan
Soal Hasil uji validitas Keterangan
1 0,815 Valid
2 0,815 Valid
3 0,815 Valid
4 0,766 Valid
5 0,705 Valid
6 0,741 Valid
7 0,843 Valid
8 0,766 Valid
9 0,815 Valid
10 0,789 Valid
11 0,705 Valid
12 0,524 Valid
13 0,815 Valid
14 0,815 Valid
15 0,370 Valid
16 0,581 Valid
17 0,284 Tidak Valid
18 0,200 Tidak Valid
19 0,619 Valid
20 0,619 Valid
21 0,619 Valid
51

22 0,619 Valid
23 0,789 Valid
24 0,619 Valid
25 0,619 Valid
26 0,789 Valid
Sehingga jumlah total soal setelah diuji validitas pada kuisioner variabel
pengetahuan sebanyak 24 soal yang valid dari 26 soal yang telah di buat.
3.7.2. Uji Reliabilitas
sedangkan Uji reliabilitas adalah digunakan untuk mengetahui
konsistensi alat ukur, apakah alat ukur yang digunakan dapat di andalkan dan
tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang (Notoatmodjo, 2012).
Instrumen yang diuji reliabilitasnya adalah instrumen yang dibuat oleh
peneliti. Reliabilitas ditentukan atas dasar proporsi varian total yang
merupakan varian total sebenarnya. Makin besar proporsi tersebut berarti
makin tinggi reliabilitasnya (0,70).
Kuisioner pada penelitian ini setelah diuji validitasnya diperoleh 24 soal
yang valid, selanjutnya dilakukan uji reliabilitasnya hasil uji reliabilitas
didapat nilai cronbach alpha sebesar 0,998 (nilai cronbach alpha > 0,70)
sehingga dapat disimpulkan kuisioner pengetahuan reliabel dan dapat
digunakan sebagai instrumen pengumpulan data pada variabel pengetahuan.
3.8 Analisis Data
Selanjutmya, setelah data diolah dilanjutkan dengan analisis data.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif
presentase, metode ini digunakan untuk mengkaji variabel yang ada pada
penelitian. Presentase ini diolah dengan cara frekuensi dibagi dengan jumlah
responden dikali 100 persen. Adapun rumus sebagai berikut:

P= x 100 %

Keterangan :
P = presentase
f = frekuensi
N =jumlah responden (Sugiyono, 2015)
52

3.9 Keterbatasan
Keterbatasan peneliti dalam penyusunan proposal ini adalah peneliti
kesulitan mendapatkan data karena kondisi pandemi Covid sehingga akses
masuk keluar puskesmas menjadi terhambat.
3.10 Etika Penulisan
3.10.1. Informed consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed
consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden, tujuan
pemberiannya agar subjek mengerti maksud dan tujuan peneliti dan
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mareka harus
mendatangani lembar persetujuan dan jika reponden tidak bersedia, maka
peneliti harus menghormati hak subjek (Hidayat, 2014: 92).
3.10.2. Tanpa nama
Anonymity menjelaskan bentuk penulisan dengan tidak perlu
mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data (Hidayat, 2014:92).
3.10.3. Kerahasian ( confidentiality )
Kerahasian menjelaskan masalah –masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasian informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan dalam hasil penelitian (Hidayat, 2014:93)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Petuk Ketimpun Kota
Palangka Raya yang merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Jekan
Raya. Waktu penelitian dilakukan mulai tanggal 18 – 30 Agustus 2022. Batas
wilayah Kelurahan Petuk Ketimpun Kota Palangka Raya, Sebelah utara
berbatasan dengan Bukit Rawi Kabupaten Gunung Mas, sebelah timur
berbatasan dengan Kelurahan Tumbang Rungan Kecamatan Pahandut Kota
Palangka Raya, sebelah selatan beratasan dengan Kabupaten Kotawaringin
Timur, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Kereng Bangkirai
Kecamatan Sebagau. Kecamatan Jekan Raya dibentuk berdasarkan peraturan
daerah No. 32 Tahun 2022 tentang pembentukan, memecahan dan
penggabungan kecamatan dan kelurahan.
4.2 Hasil Penelitian
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil dan pembahasan dari
pengumpulan data yang dilakukan di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya pada tanggal 18 sd 19 Agustus 2022 tentang tingkat
pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang wasting di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya. Data diperoleh melalui pemberian kuesioner
untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu yang memiliki balita tentang wasting
dengan jumlah respondennya sebanyak 61 orang yang memenuhi kriteria
inklusi pada penelitian ini. Adapun data umum yang merupakan karakteristik
subjek penelitian yaitu data demografi meliputi usia, pendidikan, pekerjaan,
apakah pernah mendapat informasi dan sumber informasi. Sedangkan yang
termasuk dalam data khusus yaitu pengetahuan ibu yang memiliki balita
tentang wasting.
4.2.1 Data Umum
Setelah dilakukan penelitian di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya, maka didapatkan hasil penelitian yang diperoleh dengan
mengumpulkan data primer yang mencakup usia, pendidikan, pekerjaan,

53
54

apakah pernah mendapat informasi dan sumber informasi yang didapatkan


dengan menyebarkan kuesioner pada 61 responden kemudian data akan
ditampilkan dalam diagram dan narasi sebagai berikut.
1. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Diagram 4.1 Karakteristrik Responden Berdasarkan Usia di
Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka
Raya tahun 2022

Diagram 4.1 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar


responden berumur, sedangkan responden umur < 20 tahun
sebanyak 5 responden (8%), umur 20-35 tahun sebanyak 47
responden (77%) dan responden umur > 35 tahun sebanyak 9
responden (15%),
2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan
Diagram 4.2 Karakteristrik Responden Berdasarkan
Pendidikan di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022

Diagram 4.2 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar


responden berpendidikan SD sebanyak 9 responden (15%),
Pendidikan SMP sebanyak 15 responden (25%) dan SMA sebanyak
35 responden (57%), sedangkan Pendidikan PT sebanyak 2
responden (3%),
55

3. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Diagram 4.3 Karakteristrik Responden Berdasarkan
Pekerjaan di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022

Diagram 4.3 di atas menjelaskan bahwa sebagian besar


responden memiliki status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 48 responden (79%) sedangkan pekerjaan sebagai swasta
sebanyak 11 responden (18%) dan pekerjaan sebagai honorer
sebanyak 2 responden (3%).
4. Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Atau Tidak
Mendapatkan Informasi
Diagram 4.4 Karakteristrik Responden Berdasarkan Pernah
atau Tidaknya Mendapatkan Informasi di
Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka
Raya tahun 2022
.
56

Diagram 4.4 diatas sebagian besar pernah mendapatkan


informasi hanya sebanyak 28 responden (46%) dan yang tidak
pernah mendapatkan informasi yaitu sebanyak 33 responden (54%).
5. Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Diagram 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber
Informasi di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022

Diagram 4.5 di atas sebagian besar responden mendapatkan


sumber informasi dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 14
responden (50%), dari teman sebanyak 7 responden (25%) dan dari
media elektronik sebanyak 7 responden (25%).

4.2.2 Data Khusus


Pada bagian ini akan disajikan data yaitu tingkat pengetahuan ibu
yang memiliki balita tentang wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya. Adapun hasil sebagai berikut:

1. Distribusi Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang pengertian wasting


Hasil penelitian dengan parameter pengertian wasting melalui
kuesioner dengan 3 pertanyaan kepada 61 responden di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya, yaitu sebagai berikut:
57

Diagram 4.6 Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian


wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022

Diagram 4.6 di atas dapat diketahui dari 61 responden sebagian


besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 responden (34%),
pengetahuan cukup sebanyak 14 responden (23%) dan pengetahuan
kurang yaitu sebesar 26 responden (43%).

2. Distribusi Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penyebab wasting


Hasil penelitian dengan parameter penyebab wasting melalui
kuesioner dengan 6 pertanyaan kepada 61 responden di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya, yaitu sebagai berikut:
Diagram 4.7 Pengetahuan Responden Berdasarkan Penyebab
wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022

Diagram 4.7 diatas dapat diketahui dari 61 responden sebagian besar


memiliki pengetahuan baik sebanyak 19 responden (31%) pengetahuan
cukup yaitu sebesar 26 responden (43%) dan pengetahuan kurang
sebanyak 16 responden (26%).
58

3. Distribusi Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tanda Gejala


wasting.
Hasil penelitian dengan parameter Tanda Gejala wasting melalui
kuesioner dengan 3 pertanyaan kepada 61 responden diKelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya, yaitu sebagai berikut:
Diagram 4.8 Pengetahuan Responden Berdasarkan Tanda Gejala
wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022.

Diagram 4.8 di atas dapat diketahui dari 61 responden sebagian


besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 18 responden (30%),
pengetahuan cukup yaitu sebesar 27 responden (44%) dan pengetahuan
kurang sebanyak 16 responden (26%).

4. Distribusi Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak wasting.


Hasil penelitian dengan parameter Dampak wasting melalui
kuesioner dengan 4 pertanyaan kepada 61 responden di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya, yaitu sebagai berikut:
Diagram 4.9 Pengetahuan Responden Berdasarkan Dampak
wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022.

Diagram 4.9 diatas dapat diketahui dari 61 responden sebagian besar


memiliki pengetahuan baik sebayak 14 respoden (23%), pengetahuan
cukup sebanyak 17 responden (28%) dan pengetahuan kurang yaitu
sebesar 30 responden (49%)
59

5. Distribusi Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan wasting.


Hasil penelitian dengan parameter pencegahan wasting melalui
kuesioner dengan 5 pertanyaan kepada 61 responden di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya, yaitu sebagai berikut:
Diagram 4.10 Pengetahuan Responden Berdasarkan pencegahan
wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022.

Diagram 4.10 diatas dapat diketahui dari 61 responden sebagian


besar memiliki pengetahuan baik 13 responden (21%),berpengetahuan
cukup sebanyak 26 responden (43%) dan berpengetahuan kurang
sebanyak 22 responden 36%.

6. Distribusi Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan wasting.


Hasil penelitian dengan parameter penanganan wasting melalui
kuesioner dengan 3 pertanyaan kepada 61 responden di Kelurahan Petuk
Katimpun Kota Palangka Raya, yaitu sebagai berikut:
Diagram 4.11 Pengetahuan Responden Berdasarkan Penanganan
wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya tahun 2022

Diagram 4.11 diatas dapat diketahui dari 61 responden sebagian


besar yang memiliki pengetahuan baik 15 responden (25%),pengetahuan
cukup sebanyak 22 responden (36%), dan pengetahuan kurang sebanyak
24 responden (39%)
60

7. Gambaran Pengetahuan Responden Secara Umum


Klasifikasi berdasarkan sub variable yaitu mengidentifikasi
gambaran pengetahuan ibu secara umum tentang wasting di Kelurahan
Petuk Katimpun Kota Palangka Raya yaitu sebagai berikut:
Diagram 4.12 Pengetahuan Responden tentang wasting di
Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka Raya
tahun 2022

Diagram 4.12 di atas dapat diketahui bahwa secara keseluruhan


gambaran pengetahuan ibu tentang wasting diketahui bahwa dari 61
responden mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 10
responden (16%) dan berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 26 responden
(43%) sedangkan yang berpengetahuan kurang sebanyak 25 responden
(41%).
61

4.3 Pembahasan
4.3.1. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pengertian Wasting
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 61 sebagian besar
memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 responden (34%), pengetahuan
cukup sebanyak 14 responden (23%),dan pengetahuan kurang yaitu
sebesar 26 responden (43%).
Menurut Notoatmodjo (2012:113) Pengetahuan adalah informasi
atau maklumat yang diketahui atau diakui oleh seseorang. Pengetahuan
termasuk, namun tidak terbatas pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori,
prinsip dan prosedur yang Probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna. Dalam arti lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui
dan manusia diperoleh melalui akal pengamatan. Pengetahuan muncul
ketika seseorang menggunakan kecerdasan untuk mengenali obyek atau
peristiwa tertentu yang tidak pernah melihat atau rasakan sebelumnya.
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : Usia yaitu semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Selain itu, seseorang yang memiliki sumber informasi yang lebih banyak
akan memiliki pengetahuan yang lebih luas pula.
Menurut penelitian Pratasis (2018), pengetahuan gizi yang baik akan
menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk
dikonsumsi, semakin banyak pengetahuan gizi seseorang maka akan
semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya
untuk dikonsumsi.
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan fakta karena pengetahuan responden yang kurang didukung
karena beberapa responden belum mendapatkan informasi mengenai
wasting. Jadi walaupun dengan karakteristik usia mayoritas usia produktif
yang seharusnya responden memiliki pengetahuan yang baik, sehingga
62

tidak menjamin responden memiliki pengetahuan yang baik tentang


pengertian wasting karena mayoritas responden belum mendapatkan
informasi secara lengkap mengenai masalah gizi wasting. Wasting adalah
bagian dari kekurangan gizi yang berdasarkan kurangnya berat badan
terhadap tinggi badan sehingga tubuh anak tersebut tidak proporsional.
Jadi dengan informasi yang diterima oleh responden akan membantu
meningkatkan pengetahuan responden tentang pengertian wasting tersebut.
Pemberian Pendidikan kesehatan akan memperkaya pengetahuan ibu
terkait wasting. Sesuai dengan teori Notoatmodjo (2012) pengetahuan
merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian diperoleh bahwa perilaku yang
didasari pengetahaun lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Budiman; Riyanto, 2013).
Tenaga kesehatan merupakan salah satu pintu masuk awal dalam
pemberian edukasi dan konseling tentang bagaimana caranya agar tiak
terjadi wasting dikemudian harinya seperti mengedukasi orang tua untuk
tetap memberikan ASI Ekslusif jika anak masih usia dibawah 6 bulan,
mencukupi kebutuhan gizi anak dengan memberinya makanan bergizi,
mencuci buah dan sayuran sebelum di masak, rutin melakukan imunisasi
dasar lengkap kepada sang buah hati, menjaga kebersihan lingkungan.
4.3.2. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penyebab Wasting
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 61 responden sebagian
besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 19 responden (31%),
pengetahuan cukup yaitu sebesar 26 responden (43%) dan pengetahuan
kurang sebanyak 16 responden (26%).
Wasting disebabkan oleh asupan nutrisi yang inadekuat dan dapat
juga terjadi akibat penyakit. Infeksi gastrointestinal seperti diare dan
infeksi saluran pernafasan merupakan contoh dari penyakit yang dapat
63

mengakibatkan wasting. Selain itu, infeksi pada mulut dan gigi, efek
samping dari obat tertentu, gangguan fungsi usus, hiperaktivitas,
perubahan metabolism, dan gangguan nafsu makan juga memiliki peran
sendiri dalam menimbulkan wasting (Almatsier, S., Soetardjo, S., &
Soekatri, 2019: 167). Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan manusia
terhadap objek tertentu melalui indra yang dimiliki seperti indera
penglihatan (mata), indera pendengaran (telinga), indera penciuman
(hidung), indera peraba (kulit) dan indera pengecap (mulut). Dengan
sendirinya penginderaan sampai pada mengahasilkan pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan didapat dari indra pendengaran dan indera
penglihatan. Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan
teori yang memingkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah
yang dihadapi baik dari pengalaman langsung maupun dari pengalaman
orang lain. Beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah
satunya adalah informasi dan Pendidikan responden. Informasi akan
memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar maka
hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang. Sedangkan
tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada
umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin semakin baik pula
pengetahuannya (Notoatmodjo, 2012: 113).
Menurut penelitian Pratasis (2018) Studi literatur yang
dilakukan menyatakan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan ibu
dengan wasting pada balita adalah baik (Burhani, 2016; Pratasis, 2018),
namun hal tersebut tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan wasting pada balita (Ni‟mah, 2015; Amirah, 2019; Burhani, 2016)
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan fakta karena pengetahuan responden yang cukup didukung
dengan karakteristik responden mayoritas SMA. Semakin tinggi tingkat
64

Pendidikan seseorang maka semakin baik pula seseorang dalam menerima


atau menagkap informasi yang diperoleh. Selain itu dari 61 responden
diantaranya sudah mendapatkan informasi mengenai wasting sehingga
tampak adanya pengetahuan yang cukup mengenai penyebab wasting.
Tenaga kesehatan merupakan salah satu pintu masuk awal dalam
pemberian edukasi dan konseling tentang bagaimana caranya agar tiak
terjai wasting dikemudian harinya seperti mengedukasi orang tua untuk
memberikan berbagai makanan dengan kanungan energy yang tinggi guna
mendukung kenaikan berat badan, berikan nutrisi seperti protein, vitamin,
serta mineral, guna mempercepat pembentukan jaringan baru.
4.3.3. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tanda Gejala Wasting
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari dari 61 responden
sebagian besar memiliki pengetahuan baik sebanyak 18 responden (30%),
pengetahuan cukup yaitu sebesar 27 responden (44%) dan pengetahuan
kurang sebanyak 16 responden (26%)
Wasting ditandai dengan badan yang kurus akibat kurangnya
asupan zat gizi sehingga massa tubuh tidak sesuai dengan tinggi badan
anak (Kemenkes RI, 2017). Pengetahuan atau knowledge adalah hasil
penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek
melalui pancaindra yang dimilikinya. Pancaindra manusia guna
penginderaan terhadap objek yakni penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan perabaan. Pada waktu penginderaan untuk menghasilkan
pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap objek (Budiman & Agus, 2013). Ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan tingkat pengetahuan seseorang diantaranya
pendidikan, pekerjaan dan usia. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut
menerima informasi. Tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka
peroleh, pada umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang makin
semakin baik pula pengetahuannya, Pekerjaan, lingkungan pekerjaan
dapat membuat seseorang memperoleh pengelaman dan pengetahuan baik
65

secara langsung maupun tidak langsung. Frekuesi kesakitan dan kematian


terkait erat dengan jenis pekerjaan dan Usia, makin tua umur seseorang
maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi
pada umur tertentu, bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak
secepat seperti ketika berumur belasan tahun. Dari uraian ini maka dapat
kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh
pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-
umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang (Budiman & Agus, 2013: 78
& Notoatmodjo, 2012:113)
Menurut penelitian Ni‟mah, 2015 menyatakan bahwa sebagian
besar tingkat pendidikan ibu dengan wasting pada balita adalah SMA dan
tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan wasting pada
balita (Ni‟mah, 2015)
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan fakta. Hal ini disebabkan karna pengetahuan cukup responden
didukung dengan pendidikan mayoritas SMA dan umur mayoritas umur
produksif. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi daya tangkap
seseorang terhadap informasi yang diterima kuhusnya mengenai wasting
karena tingkat pendidikan ini menentukan mudah tidaknya seseorang
menyerap dan memahami pengetahuan yang didapat. Pada umumnya
semakin tinggi pendidikan responden maka, semakin baik pula
pengetahuannya. Begitu juga dengan usia, hasil penelitian menujukkan
bahwa usia responden berada pada rentang usia 20-35 tahun pada usia ini
dianggap usia matang secara psikologis. Karena semakin tua umur
seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik,
sehingga dapat mempengaruhi pada pertambahan pengetahuan yang
diperoleh sebelumnya.
Tenaga kesehatan merupakan salah satu pintu masuk awal dalam
pemberian edukasi dan konseling tentang bagaimana caranya agar tiak
terjadi wasting dikemudian harinya seperti mengedukasi orang tua untuk
melakukan pemantauan tumbuh kembang anak dan jika ada gejala wasting
66

maka segera bawa anak ke fasilitas kesehatan guna untuk mendapatkan


pertolongan pertama seperti pemberian makanan tambahan.
4.3.4. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Dampak Wasting
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 61 responden sebagian
besar memiliki pengetahuan baik sebayak 14 respoden (23%),
pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (28%) dan pengetahuan
kurang yaitu sebesar 30 responden (49%).
Wasting merupakan ancaman serius pada kelangsungan hidup anak
dan perkembangannya. Selanjutnya, anak wasting yang bertahan hidup
meningkatkan risiko tumbuh stunting. Penelitian terbaru yang
mengumpulkan data dari delapan studi longitudinal di Afrika, Asia dan
Amerika Latin menunjukkan anak yang mengalami wasting pada 17 bulan
pertama kehidupannya berisiko tinggi mengalami retardasi pertumbuhan
linier dan stunting pada usia 18-24 bulan, yang dapat mengakibatkan
konsekuensi yang merugikan dan sering tidak dapat dipulihkan, termasuk
perkembangan kognitif dan kemampuan belajar yang buruk, berkurangnya
massa tubuh tidak berlemak (otot, organ tubuh, dan tulang), perawakan
dewasa yang pendek, produktivitas rendah, dan penghasilan berkurang
(Kementerian Kesehatan RI, 2018: 124).
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian diperoleh bahwa perilaku yang
didasari pengetahaun lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Budiman; Riyanto, 2013:78). Selain itu, faktor usia juga
dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik
begitu juga dengan pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
67

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin


mudah seseorang tersebut menerima informasi (Notoatmodjo, 2012:113)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Burhani (2016), tingkat
pendidikan orang tua turut menentukan status gizi anak karena pendidikan
sangat mempengaruhi seseorang untuk memahami dan menerima
informasi tentang gizi. Orang tua yang memiliki pendidikan yang tinggi
lebih berorientasi pada tindakan preventif, tahu lebih banyak tentang
masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik.
Semakin tinggi pendidikan ibu diharapkan ibu memiliki pengetahuan
yang lebih baik dalam mengasuh anak. Namun, berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Amirah (2019) menyatakan bahwa ibu
dengan pendidikan dan pengetahuan gizi yang baik belum tentu memiliki
anak dengan status gizi normal. Seorang anak dengan ibu berpendidikan
tinggi akan berisiko lebih rendah mengalami malnutrisi
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat adanya kesenjangan antara
teori dan fakta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar
memiliki pengetahuan kurang tentang dampak wasting. Seharusnya
dengan tingkat Pendidikan mayoritas SMA tingkat pengetahuan responden
berada pada kategori baik, karena tingkat Pendidikan SMA masuk dalam
kategori Pendidikan tinggi, semakin tinggi Pendidikan seseorang
seharusnya pengetahuan responden juga baik. Menurut peneliti hal lain
yang menyebabkan pengetahuan responden tentang wasting kurang adalah
sumber informasi yang didapat mayoritas bukan dari pakarnya atau bukan
dari tenaga kesehatan. Sehingga penerimaan informasi oleh responden
tidak maksimal. Dampak wasting merupakan tanda yang bisa dilihat
secara langsung untuk menilai tanda tersebut diperlukan pengetahuan
responden yang baik, Dilihat dari tingkat atau tahap pengetahuan untuk
melihat atau menilai terkait tanda wasting berada pada analisis yaitu
kemampuan responden untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi secara benar atau
pada tahap C2 atau tahap memahami. Oleh sebab itu untuk meningkatkan
pengetahuan responden diperlukan Pendidikan kesehatan yang
68

berkesinambungan dari tenaga kesehatan untuk membantu meningkatkan


pengetahuan responden mengenai wasting.
Tenaga kesehatan merupakan salah satu pintu masuk awal dalam
pemberian edukasi dan konseling tentang bagaimana caranya agar tiak
terjadi wasting dikemudian harinya seperti mengedukasi orang tua untuk
tetap memberikan berbagai makanan dengan kandungan energy yang
tinggi guna menukung kenaikan berat badan, tetap memberikan nutrisi lain
seperti protein, vitamin, serta mineral guna mempercepat pembentukan
jaringan baru.
4.3.5. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pencegahan Wasting
Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 61 responden sebagian
besar memiliki pengetahuan baik 13 responden (21%), pengetahuan cukup
sebanyak 26 responden (43%) dan pengetahuan kurang sebanyak 22
responden 36%.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian diperoleh bahwa perilaku yang
didasari pengetahaun lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan. Selain itu, faktor usia juga dapat mempengaruhi daya
tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin
berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan
yang diperolehnya semakin membaik begitu juga dengan pendidikan.
Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
pengajaran dan pelatihan. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah seseorang tersebut
menerima informasi (Notoatmodjo, 2012:113)
Berdasarkan hasil penelitian Wiko Saputra (2012) bahwa
pendidikan mempegaruhi kualitas gizi anak. Ketika pendidikan kepala
rumah tangga rendah maka pengetahuan mereka terhadap kesehatan dan
69

gizi menjadi rendah sehingga pola konsumsi untuk anak menjadi tidak
baik.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat adanya kesenjangan antara
teori dan fakta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar
memiliki pengetahuan cukup tentang pencegahan wasting. Seharusnya
dengan tingkat Pendidikan mayoritas SMA tingkat pengetahuan responden
berada pada kategori baik, karena tingkat Pendidikan SMA masuk dalam
kategori Pendidikan tinggi, semakin tinggi Pendidikan seseorang
seharusnya pengetahuan responden juga baik. Menurut peneliti hal lain
yang menyebabkan pengetahuan responden tentang wasting kurang adalah
sumber informasi yang didapat mayoritas bukan dari pakarnya atau bukan
dari tenaga kesehatan. Sehingga penerimaan informasi oleh responden
tidak maksimal. Pencegahan wasting merupakan upaya yang dapat
dilakukan untuk mencegah terjadinya wasting pada anak. Untuk itu
diperlukan pengetahuan responden yang baik, Dilihat dari tingkat atau
tahap pengetahuan untuk pencegahan wasting berada pada analisis yaitu
kemampuan untuk menggunak materi tersebut secara benar atau pada
tahap C3 atau tahap aplikatif. Pada tahap ini responden dituntut untuk
dapat menjabarkan secara detail bagaimana proses untuk mencegah agar
wasting tidak terjadi pada anak. Oleh sebab itu untuk meningkatkan
pengetahuan responden diperlukan Pendidikan kesehatan yang
berkesinambungan dari tenaga kesehatan untuk membantu meningkatkan
pengetahuan responden mengenai wasting.
Tenaga kesehatan merupakan salah satu pintu masuk awal dalam
pemberian edukasi dan konseling tentang bagaimana caranya agar tiak
terjadi wasting dikemudian harinya seperti mengedukasi orang tua untuk
tetap memberikan ASI Ekslusif jika anak masih usia dibawah 6 bulan,
mencukupi kebutuhan gizi anak dengan memberinya makanan bergizi,
mencuci buah dan sayuran sebelum di masak, rutin melakukan imunisasi
dasar lengkap kepada sang buah hati, menjaga kebersihan lingkungan.
70

4.3.6. Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Penanganan Wasting


Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 61 responden sebagian
besar memiliki pengetahuan baik 15 responden (25%), pengetahuan cukup
sebanyak 22 responden (36%) dan pengetahuan kurang sebanyak 24
responden (39%)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior).
Berdasarkan pengalaman dan penelitian diperoleh bahwa perilaku yang
didasari pengetahaun lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
pengetahuan (Budiman; Riyanto, 2013:78). Selain itu, faktor usia juga
dapat mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik
begitu juga dengan pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin
mudah seseorang tersebut menerima informasi (Notoatmodjo, 2012:113)
Penelitian yang dilakukan oleh Y.Jiang, (2014) dimana usia diatas
35 tahun saat hamil memiliki resiko melahirkan anak wasting 2,74 kali
dibanding ibu yang melahirkan pada usia 25-35 tahun. Kehamilan dengan
umur kehamilan 20-35 tahun merupakan masa aman karena kematangan
organ reproduksi dan mental untuk menjalani kehamilan serta persalinan
sudah siap.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat adanya kesenjangan antara
teori dan fakta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar
memiliki pengetahuan kurang. Seharusnya dengan usia responden
mayoritas pada usia tergolong produktif, pada usia ini dianggap usia
matang secara psikologis. Karena semakin tua umur seseorang maka
proses-proses perkembangan mentalnya bertambah baik, sehingga dapat
71

mempengaruhi pada pertambahan pengetahuan yang diperoleh


sebelumnya. Untuk itu, diperlukan adanya Pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan pengetahuan responden mengenai wasting. Akan tetapi
faktor dominan yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah
informasi. Informasi yang diterima responden akan meningkatkan
pengetahuan secara langsung oleh sebab itu, perlu adanya Pendidikan
kesehatan tentang wasting sehingga responden mengetahuai secara detail
mengenai wasting sehingga dapat melakukan pencegahan terjadinya
wasting pada anggota keluarganya.
Tenaga kesehatan merupakan salah satu pintu masuk awal dalam
pemberian edukasi dan konseling tentang bagaimana caranya agar tidak
terjadi wasting dikemudian harinya seperti mengedukasi orang tua untuk
tetap memberikan ASI Ekslusif jika anak masih usia dibawah 6 bulan,
mencukupi kebutuhan gizi anak dengan memberinya makanan bergizi,
mencuci buah dan sayuran sebelum di masak, rutin melakukan imunisasi
dasar lengkap kepada sang buah hati, menjaga kebersihan lingkungan, dan
rutin dalam mengikuti kegiatan posyandu.
4.3.7. Gambaran Pengetahuan Responden Secara Umum
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan
gambaran pengetahuan ibu tentang wasting diketahui bahwa dari 61
responden mayoritas responden berpengetahuan baik sebanyak 10
responden (16%), pengetahuan cukup sebanyak 26 responden (43%) dan
yang berpengetahuan kurang sebanyak 25 responden (41%).
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang
dimilikinya. Pancaindra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan perabaan. Pada waktu
penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Budiman & Agus, 2013).
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan tingkat pengetahuan
seseorang diantaranya pendidikan, pekerjaan dan usia. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang semakin
72

mudah orang tersebut menerima informasi. Tingkat pendidikan turut pula


menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami
pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi
pendidikan seseorang makin semakin baik pula pengetahuannya,
Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengelaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Frekuesi kesakitan dan kematian terkait erat dengan jenis
pekerjaan dan Usia, makin tua umur seseorang maka proses-proses
perkembangan mentalnya bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu,
bertambahnya proses perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika
berumur belasan tahun. Dari uraian ini maka dapat kita simpulkan bahwa
bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur- umur tertentu atau
menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu
pengetahuan akan berkurang (Budiman & Agus, 2013: 78 & Notoatmodjo,
2012:113)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni‟mah (2015)
menyatakan bahwa tingkat pengetahuan ibu yang tinggi tidak menjamin
memiliki balita dengan status gizi yang normal. Ibu yang memiliki
pengetahuan yang baik diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan
yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat adanya kesenjangan antara
teori dan fakta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar
memiliki pengetahuan cukup tentang wasting. Seharusnya dengan tingkat
Pendidikan mayoritas SMA tingkat pengetahuan responden berada pada
kategori baik, karena tingkat Pendidikan SMA masuk dalam kategori
Pendidikan tinggi, semakin tinggi Pendidikan seseorang seharusnya
pengetahuan responden juga baik. Menurut peneliti hal lain yang
menyebabkan pengetahuan responden tentang wasting kurang adalah
sumber informasi yang didapat mayoritas bukan dari pakarnya atau bukan
dari tenaga kesehatan. Sehingga penerimaan informasi oleh responden
tidak maksimal. Pencegahan wasting merupakan upaya yang dapat
73

dilakukan untuk mencegah terjadinya wasting pada anak. Untuk itu


diperlukan pengetahuan responden yang baik. Hasil penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Widyanata et al., (2020) yang menunjukkan
bahwa mayoritas pengetahuan responden adalah berpengetahuan kurang
yaitu sebanyak 64 (56,1%) dengan karakteristik responden berdasarkan
usia mayoritas 20-35 tahun dan Pendidikan SMA. Pengetahuan ibu yang
kurang dapat disebabkan karena beberapa faktor salah satunya adalah
sumber informasi yang didapat oleh ibu, sumber informasi di anggap
akurat apabila informasi tersebut diberikan langsung oleh tenaga
kesehatan. Pengetahuan ibu tentang gizi seimbang akan mempengaruhi
pemilihan dan penyediaan bahan makanan untuk keluarga terutama anak.
Memiliki pengetahuan yang memadai dapat meningkatkan status gizi
balita terutama anak dibawah lima tahun.
Tenaga kesehatan merupakan salah satu pintu masuk awal dalam
pemberian edukasi dan konseling tentang bagaimana caranya agar tiak
terjadi wasting dikemudian harinya seperti mengedukasi orang tua untuk
tetap memberikan berbagai makanan dengan kandungan energy yang
tinggi guna menukung kenaikan berat badan, tetap memberikan nutrisi lain
seperti protein, vitamin, serta mineral guna mempercepat pembentukan
jaringan baru, mencuci buah dan sayuran sebelum di masak, rutin
melakukan imunisasi dasar lengkap kepada sang buah hati, menjaga
kebersihan lingkungan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari 61 responden di Kelurahan
Petuk Katimpun Kota Palangka Raya Tentang Gambaran Pengetahuan ibu
tentang wasting di Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka Raya yang
dilakukan pada tanggal 18 sd 29 Agustus 2022 diperoleh kesimpulan berikut.
5.1.1 Berdasarkan hasil penelitian dari 61 responden tentang wasting di
Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka Raya yang dilakukan pada
tanggal 18 sd 29 Agustus 2022 dengan hasil kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan pengertian wasting kurang, berdasarkan penyebab wasting
cukup, berdasarkan tanda gejala wasting cukup berdasarkan dampak
wasting kurang, berdasarkan pencegahan wasting cukup, berdasarkan
penanganan wasting kurang.
5.1.2 Secara keseluruhan gambaran pengetahuan responden tentang wasting
secara keseluruhan diketahui bahwa dari 61 responden mayoritas
responden berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 26 responden (43%) hal
ini disebabkan kurangnya sumber informasi yang didapat mayoritas bukan
dari pakarnya atau bukan dari tenaga kesehatan. Sehingga penerimaan
informasi oleh responden tidak maksimal. Sehingga penerimaan informasi
oleh responden tidak maksimal. Pencegahan wasting merupakan upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya wasting pada anak.
Untuk itu diperlukan pengetahuan responden yang baik.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka dapat disarankan hal-hal
yang terkait dengan Gambaran Pengetahuan ibu tentang wasting sebagai
berikut:
5.2.1 Bagi Perkembangan Iimu Pengetahuan Teknologi
Dengan dilakukannya penelitian ini hendaknya informasi yang
didapatkan dapat menjadi sumber acuan untuk penelitian yang akan
dilaksanakan selanjutnya.
5.2.2 Bagi Mahasiswa
Mahasiswa memperoleh pengetahuan serta menambah wawasan
pengetahuan dan sebagai acuan agar dapat menerapkan peran bidan salah
satunya sebagai educator, agar dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat.
5.2.3 Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai kontribusi ilmu
pengetahuan dalam pembelajaran khususnya terkait wasting
5.2.4 Bagi Tempat Penelitian
Sebagai bahan masukan untuk tempat penelitian mengenai
pengetahuan ibu mengenai wasting. Selain itu,untuk meningkatkan
pelayanan balita khususnya mengenai gizi pada balita.
1.4.2.5 Bagi Ibu
Dapat menambah wawasan ibu tentang wasting sehingga dapat
merubah prilaku ibu dalam pemenuhan nutrisi balitanya.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2019). Gizi seimbang dalam daur
kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Andriani, F., Bd, S. K., Keb, M., Balita, B. D. A. N., Kebidanan, A., Neonatus, P.,
& Balita, B. D. A. N. (n.d.). Asuhan Kebidanan pada neonatus, bayi dan
balita.
Arisman. (2014a). Buku Ajar Ilmu Gizi. Gizi Dalam Daur Kehidupan.
Arisman, M. (2014b). Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi.
Jakarta : EGC.
Aziz Alimul, H. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Budiman; Riyanto. (2013). Budiman dan Riyanto, 2013, Kapita Selekta
Kuesioner : Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan,Penerbit
Salemba Medika, Jakarta, pp. 11-22. Fakl Farmasi; Skripsi.
Budiman, & Agus, R. (2013). Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian
Kesehatan. In Salemba Medika. https://doi.org/10.22435/bpsk.v15i4
Okt.3050
Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya. (2020). Profil Kesehatan Kota
Palangkaraya Tahun 2019. Persepsi Masyarakat Terhadap Perawatan
Ortodontik Yang Dilakukan Oleh Pihak Non Profesional, 53(9), 1689–1699.
Hidayat, aziz alimul. (2011). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. In 1.
Hidayat, A. A. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta : Salemba Medika.
Insani. (2017). Indonesia Sehat Tanpa Wasting. In https://yizi.info/pdf-to-
docx.html#google_vignette.
Kemenkes RI. (2017). Buku saku pemantauan status gizi. In Buku saku
pemantauan status gizi tahun 2017.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Buku saku pemantauan status gizi. Buku Saku
Pemantauan Status Gizi Tahun 2017.
Muliyati, H. (2019). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan terhadap
Peningkatan Berat Badan Balita Gizi Kurang. Jurnal Ners Widya Nusantara
Palu, 2(1), 2017.
Notoatmodjo, S. (2012a). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012b). Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. In Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012c). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2012d). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan (edisi revisi
2012). In Jakarta: rineka cipta.
Nurmaliza dan Sara Herlina. (2019). Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu
Terhadap Status Gizi Balita. Jurnal Kesmas Asclepius, 1, 106–115.
Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan :Pendekatan Praktis.
In Salemba Medika. https://doi.org/10.1007/0-387-36274-6_24
Oktaviani, E. (2020). Hubungan pendidikan ibu, pengetahuan ibu, pola asuh dan
penyakit infeksi dengan wasting pada balita: literatur review. UNISA
YOGYA. http://digilib.unisayogya.ac.id/4941/1/Eka
Oktaviani_1610201123_PSIK_Naspub - Oktaviani.pdf
Pehe, Y. T., Muskananfola, I. L., & Goa, M. Y. (2022). Hubungan Antara
Pengetahuan Ibu Tentang Status Gizi Dengan Perawatan Balita Kurus
(Wasting) Di Puskesmas Oepoi Kota Kupang. Chmk Nursing Scientific
Journal, 6(1), 220–227.
Pratama, F. (2021). Pencegahan Dampak Dan Resiko Masalah Stunting Pada
Anak Berbasis Keluarga Dan Masyarakat. Kemensos.
https://puspensos.kemensos.go.id/pencegahan-dampak-dan-resiko-masalah-
stunting-pada-anak-berbasis-keluarga-dan-masyarakat
Sari, F. A. dan D. S. P. (2020). Resiko Wasting Di Posyandu Desa Getasrabi
Masalah kurang gizi akut pada anak balita di Indonesia masih cukup tinggi .
Kurang gizi akut yaitu bila berdasarkan hasil pengukuran antropometri
berat badan ( BB ) dan tinggi badan ( TB ) diperoleh nilai z-skor B. 8(1),
82–92.
Septikasari, M. (2018). Status Gizi Anak Dan Faktor Yang Mempengaruhinya.
Yogyakarta: UNY Press.
Setiyani, A., A, S., & Esyuananik. (2016). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah. In Kementerian Kesehatan RI.
Sondakh, J. (2013). . Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta :
Erlangga.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian. Metode Penelitian.
Unicef. (2012). Kesehatan Ibu & Anak. UNICEF Indonesia. https://doi.org/9870
United Nations Children’s Fund (Unicef). (2020). Situasi Anak Di Indonesia,
Tren, Peluang, Dan Tantangan Dalam Memenuhi Hak-Hak Anak. In
UNICEF Indonesia. Jakrta: Unicef Indonesia.
Wawan, A. & D. M. (2014). Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan
Prilaku Manusia (II). Yogyakarta : Nuha Medika.
Widyanata, C. Della, Arief, Y. S., & Kurnia, I. D. (2020). Gambaran Pengetahuan
Ibu Dan Pola Asuh Dalam Pemberian Makan Dengan Status Gizi Pada Balita
Di Kecamatan Kertosono, Kabupaten Nganjuk. BIMIKI (Berkala Ilmiah
Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia), 8(2), 63–73.
https://doi.org/10.53345/bimiki.v8i2.130
LAMPIRAN
SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth................
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ezra Novita Sulistia Ningrum
Institusi : Mahasiswa Diploma Tiga Kebidanan STIKES Eka Harap
Palangka Raya
Sehubungan dengan dilakukannya penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan
ibu yang memiliki Balita tentang Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota
Palangka Raya” untuk bersedia menjadi responden dalam penelitian ini dan
berkenan untuk mengisi lembar kuesioner yang disediakan. Dengan kerendahan
hati saya, mohon kesediaan anda untuk menjadi responden dalam penelitian
ini. Semua data maupun informasi yang dikumpulkan akan dijaga kerahasiaannya
dan hanya digunakan untuk kepentingan  penelitian. Jika bersedia untuk menjadi
responden mohon untuk menandatangani pernyataan kesediaan menjadi
responden. Atas perhatian dan kesediaannya, saya ucapkan terimakasih.

Palangka Raya, Juli 2022


Peneliti,

(Ezra Novita Sulistia Ningrum)


LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Judul penelitian : Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki Balita tentang


Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka
Raya
Peneliti : Ezra Novita Sulistia Ningrum

Saya (Setuju / Tidak setuju*) untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti.
Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari peneliti yang setuju untuk
mengetahui tentang “Tingkat Pengetahuan ibu yang memiliki Balita tentang
Wasting Di Kelurahan Petuk Katimpun Kota Palangka Raya” saya telah
diberitahu jawaban terhadap kuesioner tidak akan diberitahukan kepada siapapun.
Partisipasi saya atau penolakan saya untuk menjawab kuesioner ini tidak akan
merugikan saya. Saya mengerti bahwa tujuan penelitian ini akan sangat
bermanfaat. Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini

Peneliti Responden

(..................................) (..................................)
KUISIONER
TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MEMILIKI BALITA TENTANG
WASTING Di KELURAHAN PETUK KATIMPUN KOTA PALANGKA
RAYA

A. Petunjuk pengisian :
1. Isilah titik-titik dengan jawaban anda
2. Jika jawaban berupa pilihan maka beri tanda (√) sesuai jawaban anda

B. Identitas Responden
1. Nomor responden : ………………………………………….
2. Umur ibu : ………………………………………….
3. Pendidikan ibu : ………………………………………….
4. Pekerjaan ibu : ………………………………………….
5. Apakah anda pernah mendapatkan informasi tentang wasting?
Ya
Tidak
6. Bila ya, Sumber Informasi :
Media cetak (Koran, Majalah, Buku, dll)
Media Elektronik ( Internet, TV, Radio, dll)
Non media ( Teman, Guru, Orang Tua, dll)
C. Kuesioner Penelitian
Petunjuk pengisian kuesioner :
1. Bacalah pertanyaan dengan baik dan teliti sebelum menjawab.
2. Berilah tanda silang (√) pada pilihan yang sesuai dengan pilihan anda.
B: Benar
S: Salah
3. Untuk kelancaran penelitian, mohon kepada saudara untuk menjawab
semua pertanyaan sesuai dengan pengetahuan saudara.
4. Waktu untuk menjawab kuesioner adalah 25 menit.
5. Bila ada petunjuk yang kurang jelas silahkan bertanya kepada peneliti

No Pernyataan Jawaban
Benar Salah
Skor 1 Skor 0
1 Wasting atau kurus pada balita merupakan
kurangnya berat badan terhadap tinggi badan
sehingga tubuh anak tersebut tampak tidak
sebanding atau tidak normal
2 Wasting atau kurus pada balita merupakan
suatu kondisi kekurangan gizi akut dimana
BB anak tidak sesuai dengan umur
3 Wasting atau kondisi kurus pada balita
4 Wasting disebabkan oleh asupan nutrisi yang
inadekuat dan dapat juga terjadi akibat
penyakit
5 diare dan infeksi saluran pernafasan
merupakan penyebab dari penyakit yang
dapat mengakibatkan wasting
6 Kekurangan asupan energi dan protein dapat
mengakibatkan wasting
7 Pola asuh yang tidak benar seperti pemberian
makanan dan kesehatan dapat mengakibatkan
wasting
8 Pemberian ASI Ekslusif selama 6 bulan
pertama dapat mencegah terjadinya wasting
pada anak
9 Lingkungan yang kotor menjadi factor tidak
langsung terjadi wasting
10 Wasting ditandai dengan badan yang kurus
tidak sesuai dengan tinggi badan anak
11 Lingkar lengan atas (LILA) cenderung kecil,
biasanya kurang dari 12,5 cm merupakan
tanda gejala wasting
12 Memiliki pembengkakan karena cairan
(edema) di beberapa bagian tubuh
13 anak wasting yang bertahan hidup
meningkatkan risiko tumbuhnya stunting
(pendek)
14 Anak dengan wasting perkembangan kognitif
di atas rata-rata
15 Anak dengan wasting dapat mengganggu
tumbuh kembangnya
16 Pencegahan wasting dengan mencukup
kebutuhan gizi Asam Folat
17 Anak dengan wasting akan mudah terserang
penyakit
18 Sumber Zat Besi, yodium dan Asam Folat
dapat diperoleh dari telur, kentang, brokoli,
makanan laut, pepaya, dan alpukat.
19 Pencegahan wasting dini dimulai dengan
pemberian ASI secara ekslusif 6 bulan
pertama bayi lahir tanpa diberikan minuman
tambahan lainnya
20 Mendapat imunisasi dasar lengkap
merupakan pencegahan wasting pada anak
21 Pencegahan wasting dengan mencukup
kebutuhan gizi a Asam Folat
22 Salah satu penanganan wasting dengan
memberikan makan dengan sumber makanan
hewani seperti daging merah, daging ayam,
ikan, susu, telur, dan lainnya
23 Pemberian susu formula F-25 untuk
mengatasi wasting dengan kondisi anak mulai
stabil serta nafsu makan meningkat
24 Memerikan makanan dengan kandungan
energi yang tinggi guna mendukung kenaikan
berat badan merupakan penanganan wasting
KISI-KISI
KUISIONER

No Parameter Soal
1 Pengertian wasting 1,2, 3
2 Penyebab wasting 4,5,6,7,8,9
3 Tanda gejala wasting 10,11,12
4 Dampak wasting 13,14,15,16
5 Pencegahan wasting 17,18,19,20,21
6 Penanganan wasting 22,23,24

JAWABAN

1. B 11. B 21. B
2. S 12. S 22. B
3. B 13. B 23. B
4. S 14. S 24. B
5. B 15. B
6. B 16. B
7. B 17. B
8. B 18. B
9. S 19. B
10. B 20. B
REKAPITULASI DATA UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
KUISIONER PENEGTAHUAN TENTANG WASTING

Resp P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1
1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
2
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
3
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1
5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
7
1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
10
0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
11
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
12
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
13
0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
14
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1
16
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
18
0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
19
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
21
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
22
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
23
0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1
24
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
25
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1
26
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
27
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
28
0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
29
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
30
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
OUT PUT SPSS

Tahap I
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
soal1 11,30 54,326 ,815 ,950
soal2 11,30 54,326 ,815 ,950
soal3 11,30 54,326 ,815 ,950
soal4 11,25 54,829 ,766 ,951
soal5 11,50 55,105 ,705 ,952
soal6 11,30 54,853 ,741 ,951
soal7 11,25 54,303 ,843 ,950
soal8 11,25 54,829 ,766 ,951
soal9 11,30 54,326 ,815 ,950
soal10 11,20 54,905 ,789 ,951
soal11 11,25 55,250 ,705 ,952
soal12 11,15 56,976 ,524 ,954
soal13 11,30 54,326 ,815 ,950
soal14 11,30 54,326 ,815 ,950
soal15 11,65 57,924 ,370 ,955
soal16 11,25 56,618 ,581 ,954
soal17 11,60 58,358 ,284 ,957
soal18 11,75 59,355 ,200 ,957
soal19 11,60 56,042 ,619 ,953
soal20 11,60 56,042 ,619 ,953
Soal21 11,60 56,042 ,619 ,953
Soal22 11,60 56,042 ,619 ,953
Soal23 11,20 54,905 ,789 ,951
Soal24 11,60 56,042 ,619 ,953
Soal25 11,60 56,042 ,619 ,953
Soal26 11,20 54,905 ,789 ,951
Tahap II

Item-Total Statistics
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Cronbach's Alpha
Item Deleted Item Deleted Total Correlation if Item Deleted
soal1 10,60 48,568 ,838 ,958
soal2 10,60 48,568 ,838 ,958
soal3 10,60 48,568 ,838 ,958
soal4 10,55 49,208 ,764 ,959
soal5 10,80 49,747 ,662 ,960
soal6 10,60 49,200 ,743 ,959
soal7 10,55 48,576 ,862 ,958
soal8 10,55 49,208 ,764 ,959
soal9 10,60 48,568 ,838 ,958
soal10 10,50 49,211 ,798 ,959
soal11 10,55 49,524 ,716 ,960
soal12 10,45 51,313 ,500 ,962
soal13 10,60 48,568 ,838 ,958
soal14 10,60 48,568 ,838 ,958
soal16 10,55 50,997 ,495 ,962
Soal17 10,90 50,411 ,609 ,961
soal19 10,90 50,411 ,609 ,961
soal20 10,90 50,411 ,609 ,961
Soal21 10,90 50,411 ,609 ,961
Soal22 10,90 50,411 ,609 ,961
Soal23 10,50 49,211 ,798 ,959
Soal24 11,60 56,042 ,619 ,953
Soal25 11,60 56,042 ,619 ,953
Soal26 11,20 54,905 ,789 ,951

RELIABILITY
KETENTUAN Cronbach > 0,70

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,998 24

Anda mungkin juga menyukai