OLEH
SISILIA NOVIAMING
1607010173
OLEH:
Sisilia Noviaming
1607010173
Skripsi ini dengan judul Kajian Persepsi Ibu Balita tentang Stunting di
Wilayah Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang, atas nama: Sisilia Noviaming,
NIM: 1607010173 telah dipertahankan di depan Tim Penguji Ujian Skripsi pada
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana pada tanggal pada tanggal 22 Juni 2021, dan disetujui
untuk diperbanyak sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Kesehatan Masyarakat.
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes
NIP. 19760813 200112 1 001 NIP. 19710515 199403 2 001
iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI
Skripsi ini dengan judul: Kajian Persepsi Ibu Balita tentang Stunting di
Wilayah Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang, disusun atas nama: Sisilia
Noviaming, NIM: 1607010173 benar-benar telah diuji dan dipertahankan di
depan Tim Penguji Ujian Skripsi pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana pada tanggal 22 Juni
2021.
TIM PENGUJI
Mengetahui
Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes
NIP. 19760813 200112 1 001 NIP. 19710515 199403 2 001
iv
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala anugerah dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat selesai seperti
harapan penulis.
dan Ibu Helga J. N. Ndun, SKM, MS selaku pembimbing 2 yang telah dengan
setia memberikan arahan dan petunjuk serta saran hingga skripsi ini terselesaikan.
2. Ibu Dr. Luh Putu Ruliati, SKM., M.Kes, selaku Ketua Program Studi
3. Bapak Ir. Petrus Romeo M.Kes., selaku penguji ujian skripsi ini
perkuliahan;
6. Ayah Karolus Kuwus dan Ibu Edelburga Mul, serta semua keluarga yang
pendidikan;
v
7. Rekan-rekan seperjuangan di lembaga kemahasiswaan FKM Universitas
bangku perkuliahan.
balasan kasih yang setimpal untuk semua jasa dan perhatian kita semua.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kategori sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
Penulis
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
References : 52 (2002-2020)
viii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
1.5.1 Puskesmas........................................................................................ 6
ix
2.1.1 Pengertian Persepsi .......................................................................... 8
3.6 Jenis Data, Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .......... 25
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional ............................................................................... 25
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin & Kelompok Umur ............ 31
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Kunjungan ANC
xiii
DAFTAR SINGKATAN
KB : Keluarga Berencana
xiv
DAFTAR ISTILAH
selama kehamilan.
secara fisik.
aktivitas tertentu.
pemeliharaan kesehatan.
kesehatan.
xv
untuk menghubungkan, menilai dan
Neuron : Unit kerja dasar otak, sel khusus yang dirancang untuk
kelenjar lainnya.
Post Natal Care : Masa nifas yang dimulai sejak bayi lahir dan
xvi
Prevalensi : Jumlah kasus lama dan kasus baru
manusia.
membunuh patogen.
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita stunting termasuk masalah
gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Jika mengalami stunting di masa yang akan datang anak mengalami kesulitan
dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal, menjadi lebih
Kemiskinan, 2017).
stunting anak balita di Indonesia adalah 30,8% (hampir 8 juta anak balita) dan
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menempati urutan pertama prevalensi balita
Indonesia, 2018a). Di NTT, salah satu wilayah dengan prevalensi tertinggi adalah
Kabupaten Kupang yaitu sebesar 41,4% dengan jumlah balita stunting 5.390
1
2
keturunan. Persepsi yang salah dalam masyarakat membuat masalah ini tidak
mudah diturunkan dan membutuhkan upaya besar dari pemerintah dan berbagai
sektor terkait untuk mengedukasi serta penguatan sistem agar 1.000 HPK, hygiene
dan sanitasi dapat menjadi bagian dari budaya dan kehidupan sosial di masyarakat
(Aryastami, N. K., & Tarigan, 2017). Salah satu faktor yang mempengaruhi
tua anak maupun masyarakat luas kedalam sikap pasif, yaitu hanya menerima
kondisi yang ada; sehingga terpaksa harus menanggung semua akibat stunting
sampai anak dewasa. Tanpa informasi yang utuh mengenai pengertian stunting,
penyebab dan dampaknya, maka tidak ada dasar awal pembentukan persepsi yang
Upaya untuk memunculkan persepsi yang memadai pada orang tua, tidak
terlepas dari pengetahuan orang tua khususnya ibu tentang stunting. Pengetahuan
Kesadaran ibu akan membentuk pola atau perilaku kesehatan terutama dalam
pencegahan stunting, seperti pemenuhan gizi mulai dari ibu hamil, gizi anak,
3
menjaga lingkungan dan sanitasi rumah yang baik, dan perilaku hidup bersih dan
sehingga pengetahuan ibu tentang gejala, dampak dan cara pencegahan stunting
ibu, anak stunting disebabkan oleh faktor keturunan serta berasumsi yang penting
anak sehat, bisa bermain juga tidak rewel, sehingga anak pendek tidak perlu
yang perlu ditangani dengan baik. Selanjutnya, sebuah studi formatif yang
melibatkan lebih dari 330 ibu anak balita di Provinsi Sumatera Selatan,
Jawa Timur, NTB, NTT, dan Maluku menemukan sebagian besar responden
menganggap keturunan sebagai penyebab anak balita berbadan pendek dan tidak
Pantangan bagi ibu hamil yang merugikan dari segi gizi masih dijumpai,
bayi terlilit, bayi tidak bersih/bercak, atau melahirkan sulit (Millennium Challenge
balita pendek tidak dikaitkan dengan masalah kesehatan maupun gizi, bahkan
responden memandang anak pendek sebagai anak yang pintar. Penelitian lain juga
pendamping ASI terlalu dini (kurang dari 6 bulan), kurangnya konsumsi protein
hewani dan tidak memperolehnya imunisasi secara lengkap (Illahi & Muniroh,
balita stunting terbanyak di Kabupaten Kupang yaitu sebesar 1.072 balita (Dinkes
Provinsi NTT, 2019). Wilayah Puskesmas Tarus tercatat memiliki 116 balita
sangat pendek dan 300 balita pendek yang tersebar di 8 desa/kelurahan. Hasil
survei awal di wilayah Puskesmas Tarus melalui wawancara dengan ibu balita
stunting menunjukan bahwa masih terdapat ibu yang belum pernah mendengar
istilah stunting dan menganggap stunting sebagai faktor keturunan. Selain itu, ada
ibu balita stunting yang menganggap stunting atau balita pendek disebabkan oleh
faktor kekurangan gizi dan tidak disebabkan oleh faktor lain. Persepsi ini kurang
(pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan
Selanjutnya, ibu bahkan kurang memahami kiat-kiat atau upaya untuk mencegah
dan menanggulangi stunting. Oleh karena itu, ibu balita stunting di wilayah
penelitian dengan judul Kajian Persepsi Ibu Balita tentang Stunting di Wilayah
berikut.
1.4 Tujuan
1.5 Manfaat
1.5.1 Puskesmas
stunting pada balita, dengan cara memberikan edukasi pada orang tua
upaya memunculkan persepsi yang adekuat mengenai stunting pada ibu balita.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu referensi khusus tentang
TINJAUAN PUSTAKA
sangat cepat dan kadang tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus
menjadi sesuatu yang berarti hingga kemudian muncul respon berupa reaksi
menerima secara positif untuk mendukung atau tidak menerima dalam bentuk
diinderanya sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang
8
9
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari
kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir
akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita
pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan
anak balita dengan nilai z-scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan
Kemiskinan, 2017).
standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat
pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut
umur (PB/U) atau Tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan istilah
seperti tinggi badan menurut umur adalah penting untuk mengevaluasi kesehatan
2011)
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan
oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi
karenanya perlu dilakukan pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak
balita. Secara lebih detil, beberapa faktor yang menjadi penyebab stunting dapat
Kemiskinan, 2017):
1. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada
persepsi yang berkembang dalam masyarakat khususnya kaum ibu. Hal ini
Beberapa fakta dan informasi yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak
usia 0-6 bulan tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) secara ekslusif, dan 2
dari 3 anak usia 0-24 bulan tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu
Ibu (MP-ASI) yang sedianya harus diperkenalkan ketika balita berusia diatas
6 bulan. Selain berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi,
MP-ASI juga dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi
dapat disokong oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan
Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal
64% di 2013 dan anak belum mendapat akses yang memadai ke layanan
sumplemen zat besi yang memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan
pembelajaran dini yang berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum
Kesehatan Indonesia atau SDKI 2012, Survei Sosial Ekonomi Nasional atau
dengan di New Delhi, India. Harga buah dan sayuran di Indonesia lebih
Indonesia juga dicatat telah berkontribusi pada 1 dari 3 ibu hamil yang
mengalami anemia.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi. Data yang diperoleh di lapangan
besar (BAB) diruang terbuka, serta 1 dari 3 rumah tangga belum memiliki
akses ke air minum bersih. Salah satu faktor tidak langsung penyebab
12
stunting adalah air dan sanitasi, yang terdiri dari sumber air minum, kualitas
fisik air minum dan kepemilikan jamban (Uliyanti dkk, 2017). Sanitasi dan
air mempengaruhi status gizi stunting pada balita, yaitu melalui penyakit
infeksi yang dialami. Contohnya adalah kejadian diare yang menimpa balita.
Kasus diare sebesar 88% disebabkan karena sumber air yang kurang baik, dan
reproduksinya atau masa pubertas. Salah satu tanda pubertas pada remaja
status gizi.
perkembangan kognitif dan prestasi belajar. Pada kondisi stunting dapat terjadi
gangguan pada proses pematangan neuron otak serta perubahan struktur dan
terganggu dan pada akhirnya menurunkan tingkat kehadiran dan prestasi belajar.
13
Menurut Rahman dkk, (2016) terdapat hubungan antara status gizi pendek
dengan tingkat pertumbuhan gigi dan tingkat karies gigi karena stunting
4. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye
contact
5. Pertumbuhan melambat
dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya
mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan,
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilititas pada usia
tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya
Menurut WHO (2014), dampak dari stunting terdiri dari dampak jangka
bahasa.
yang berbadan tinggi terlahir dari orangtua yang berbadan tinggi, dan
perilaku atau tindakan seseorang, seperti sarana dan prasarana atau fasilitas
Sehingga ibu mengupayakan untuk menggunakan air bersih, buang air besar
terjadinya stunting pada anak. Hal ini sejalan dengan penelitian Torlesse , dkk
tangga yang tidak memiliki sarana jamban dan sumber air minum yang tidak
mengkonsumsi cumi-cumi dan ikan pari dengan alasan cumi-cumi jika ibu
hamil dikhawatirkan bayi susah dilahirkan karena akan keluar masuk seperti
bentuk ikan pari yang tidak lazim sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh
terhadap bentuk jasmani anak yang dikandung (Illahi & Muniroh, 2018).
Walaupun seorang ibu tahu bahwa makanan laut mengandung gizi yang baik
untuk pertumbuhan janin, tapi karena melihat anak lain tumbuh dengan sehat
pada tradisi yang sama, ibu pun enggan untuk mengubah tradisi tersebut.
sensitif pada sasaran 1000 hari pertama kehidupan seorang anak sampai berusia 6
Transmigrasi, 2017:
Intervensi ditujukan kepada ibu hamil dan anak dalam 1000 hari pertama
kehidupan dimana bersifat jangka pendek dan hasilnya dicatat dalam waktu relatif
2) Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan:
3) Intervensi dengan sasaran ibu menyusui dan anak usia 7-23 bulan:
sektor kesehatan dengan sasaran masyarakat umum, tidak khusus untuk sasaran
10) Memberikan edukasi kesehatan seksual dan reproduksi serta gizi pada remaja
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah
lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
disebabkan oleh faktor hereditas atau keturunan, selain itu masyarakat tidak
masyarakat tentang stunting membuat masalah ini tidak mudah diturunkan dan
membutuhkan upaya besar dari pemerintah dan berbagai sektor terkait. Persepsi
karena berfungsi sebagai landasan dalam berperilaku. Ibu balita yang tidak
memiliki persepsi atau pemahaman yang akurat tentang stunting akan bertindak
tanpa arah atau bahkan tidak bertindak sama sekali meskipun ibu balita
dihadapkan pada masalah stunting yang membahayakan balita dimasa yang akan
datang.
BAB III
METODE PENELITIAN
meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci.
sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
data dilakukan secara trianggulasi (gabungan) analisis data bersifat induktif dan
(Sugiyono, 2016). Makna yang dimaksud adalah data yang sebenarnya atau data
yang pasti dan nampak, sehingga penelitian ini tidak menegaskan perihal gagasan
peneliti.
menampakan diri dari kesadaran peneliti. Dalam arti luas, fenomenologi adalah
ilmu tentang gejala atau hal-hal apa saja yang tampak. Pada penelitian kualitatif,
dan hubungannya dengan orang biasa dalam situasi tertentu. Tujuannya untuk
memahami atau menggali kenyataan yang dialami atau perilaku tertentu individu
19
20
angka stunting dari aspek sosial terutama yang berkaitan dengan persepsi ibu
tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kualitatif, sehingga tempat yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Tarus tepatnya di Desa Penfui Timur. Penulis
memilih lokasi penelitian ini dikarenakan Desa Penfui Timur merupakan salah
satu wilayah kerja Puskesmas Tarus yang cakupan wilayahnya sangat luas, selain
itu jumlah balita stunting dengan kategori sangat pendek banyak ditemukan di
Desa ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2020. Waktu
KAJI ETIK
Mengelolah data
Menganalisis data
3.4.1 Obyek
Obyek penelitian merupakan suatu atribut atau nilai dari orang, obyek
kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2016). Obyek dalam penelitian ini adalah persepsi
pemilihan informan. Hal ini dikarena kunci dari keberhasilan penelitian kualitatif
Informan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu informan kunci dan
mereka yang dapat memberikan informasi walaupun tidak langsung terlibat dalam
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Ibu balita stunting yang berada
pendukung dalam penelitian ini adalah kader posyandu dan pemegang program
gizi puskesmas Tarus. Kader posyandu dan pemegang program gizi puskesmas
Tarus dipilih sebagai informan tambahan dikarenakan mereka adalah orang yang
tahu dan dapat menguatkan jawaban yang diberikan informan kunci. Pada
23
untuk menggali alasan atau situasi yang berkaitan dengan persepsi ibu balita
tentang stunting.
data. Pemilihan informan dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan
memberikan informasi lengkap. Oleh karena itu, jumlah informan tidak dapat
didapat telah mencapai saturasi data. Saturasi data terjadi jika dalam proses
analisis data, peneliti menemukan pola yang terulang berkali-kali sehingga tidak
ditemukan informasi yang baru (Sugiyono, 2016; Saryono & Anggraeni, 2017)
apabila jawaban yang diperoleh dari ibu balita stunting, terdapat jawaban yang
serupa, sering dan berulang, serta tidak ditemukannya informasi- infromasi yang
baru.
atau pertimbangan tertentu terlebih dahulu, sehingga dapat dipastikan data yang
24
didapat akan sesuai dengan fenomena yang diteliti (Yusuf, 2016). Kriteria inklusi
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria yang akan menyaring anggota informan secara
teori yang sesuai dan terkait dengan topik dan kondisi penelitian atau dengan
kata lain, kriteria inklusi merupakan ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
1) Ibu yang memiliki balita berusia 12-59 bulan dengan kategori sangat pendek.
Data balita stunting diperoleh dari pengecekan daftar kunjungan balita saat
posyandu
2. Kriteria Ekslusi
informan dari kriteria inklusi atau dengan kata lain ciri-ciri yang tidak dapat
1. Data Primer
Data primer, yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
(Sugiyono, 2016). Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan
dokumentasi. Data hasil wawancara berkaitan dengan persepsi ibu balita stunting
tentang stunting.
2. Data Sekunder
penelitian (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari
obyek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya (Yusuf, 2016). Data yang
Dalam penelitian ini, wawancara mendalam dan terbuka yaitu data yang
pendapatan, pokok soal, perasaan dan pengetahuan (Sugiyono, 2013). Pada saat
pengambilan data, peneliti mendatangi rumah informan atau bisa dilakukan saat
informan tidak berada dirumah. Hal ini dilakukan dalam situasi yang rileks dan
sejujur-jujurnya.
2. Dokumentasi
yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa,
atau kejadian dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian
27
adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif (Yusuf,
2016). Oleh karena itu dalam penelitian ini, peneliti menggunakan perekam suara
untuk merekam pembicaraan dan kamera untuk memotret ketika peneliti sedang
itu sendiri atau anggota tim peneliti dibantu dengan pedoman wawancara
Pengolahan data dilakukan dengan cara mentranskrip data, yaitu data yang
Analisis data dilakukan dengan analisis kualitatif berdasarkan data-data yang telah
data dalam periode tertentu selesai dilaksanakan. Bila jawaban informan setelah
yang diteliti, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap
tertentu hingga diperoleh data yang dianggap kredibel (Sugiyono, 2016). Aktivitas
28
dalam analisis data yaitu, reduksi data yang berarti merangkum, memilih hal- hal
yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting sesuai tema dan polanya,
sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran lebih jelas dan
Penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, namun yang paling
sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks
yang bersifat naratif. Penarikan kesimpulan atau verifikasi adalah temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskriptif atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih gelap sehingga setelah diteliti
menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori
(Sugiyono, 2013).
Jenis data, sumber informasi, dan metode yang digunakan dalam penelitian
Teknik keabsahan data merupakan salah satu teknik yang penting dalam
dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh data yang valid dan reliabel
penelitian ini adalah teknik triangulasi, yakni teknik pengumpulan data yang
bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Penelitian ini menggunakan tringulasi sumber yang berarti
2013)
BAB IV
a. Keadaan Geografis
berada di antara dua kota pemerintahan yaitu Kota Kupang dan Kota Oelamasi
dengan luas wilayah 94,79 km2. Wilayah kerja puskesmas Tarus terdiri dari satu
kelurahan dan tujuh desa, yang meliputi Kelurahan Tarus, Desa Penfui Timur,
Desa Oelnasi, Desa Oebelo, Desa Oelpuah, Desa Noelbaki, Desa Mata Air, dan
berbatasan dengan Teluk Kupang atau Laut Timor, dan di sebelah selatan
puskesmas Tarus berbatasan dengan Kecamatan Kupang Timur dan sebelah barat
30
31
b. Keadaan Demografi
berjumlah 53.695 orang. Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
berada pada rentang usia 5-9 tahun dan penduduk perempuan terbanyak berada
pada rentang usia 4 tahun. Jumlah penduduk paling sedikit baik laki-laki maupun
perempuan berada pada usia 75+. Hal ini menunjukan bahwa penduduk paling
banyak di wilayah kerja Puskesmas Tarus adalah kelompok anak-anak dan yang
a. Posyandu
Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh dan bersama masyarakat, guna
semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam
posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu posyandu
balita merupakan pelayanan yang mencakup kesehatan ibu dan anak, keluarga
posyandu serta kader di wilayah kerja puskesmas Tarus dapat dilihat pada tabel 4.
Tarus adalah 51 posyandu dengan kader yang berjumlah 250 orang. Jumlah
posyandu paling banyak berada di Desa Penfui Timur dan Desa Tanah Merah,
yaitu delapan posyandu. Jumlah posyandu paling sedikit berada di Desa Oelanasi
yaitu empat posyandu. Jumlah kader paling banyak berada di Desa Oebelo,
Noelabaki, Penfui Timur dan Mata Air yang berjumlah 35 kader, disusul oleh
Desa Tanah Merah berjumlah 30 kader. Jumlah kader paling sedikit berada di
b. Tenaga Kesehatan
untuk melaukan upaya kesehatan. Uraian jenis ketenagaan puskesmas Tarus dapat
Ketenagaan Jumlah
Dokter Umum 3 orang
Dokter Gigi 2 orang
Perawat 17 orang
Bidan 25 orang
Tenaga Gizi 2 orang
Perawat Gigi 3 orang
Teknis Kefarmasian 2 orang
Analis 2 orang
Sanitarian 2 orang
Non Medis 7 orang
Sumber: Profil Puskesmas Tarus tahun 2019
34
kesehatan sebesar 65 orang. Tenaga kesehatan paling banyak adalah bidan yang
berjumlah 25 orang, disusul oleh perawat dengan jumlah 17 orang. Dokter gigi,
tenaga gizi, teknis kefarmasian, analis, dan sanitarian merupakan tenaga kesehatan
paling sedikit dengan jumlah 2 orang (Puskesmas Tarus, 2019). Mengacu pada
inap, maka dibutuhkan dokter umum sebanyak dua orang, tujuh orang bidan,
delapan perawat, dua tenaga kesehatan masyarakat dan dua tenaga gizi. Hal ini
Data sepuluh besar penyakit pasien rawat jalan di wilayah Puskesmas Tarus
No Jenis Penyakit n %
1 ISPA 5.522 27%
2 Observasi Febris 3.363 16%
3 Batuk 2.255 10,90%
4 Dispepsia 2.093 10,12%
5 Hipertensi 1.872 9,05%
6 Myalgia 1.542 7,45%
7 Dermatitis Kontak Alergi 1.508 7,29%
8 Vulnus 1.044 5,05%
9 Alergi Rhinitis 816 3,94%
10 Abses 672 3,25%
20.687 100%
Sumber: Profil Puskesmas Tarus 2019
35
Pada Tabel 5 diketahui bahwa ditahun 2019, tiga penyakit paling banyak
adalah ISPA (5.522 kasus), kemudian disusul oleh Observasi Febris (3.363 kasus),
serta Batuk (2.255 kasus). Abses (bisul) adalah penyakit atau kasus paling sedikit,
Informan dalam penelitian ini sebanyak enam informan utama dan empat
Tabel 7. Karakteristik informan kunci Kajian Persepsi Ibu Balita Stunting tentang
Stunting di Wilayah Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang
Sekolah Dasar (SD) sampai dengan pendidikan sarjana (S1). Pekerjaan informan
dalam penelitian ini adalah sebagai ibu rumah tangga, satu orang arsitek, satu
orang pengelola program gizi dan tiga diantaranya merupakan kader posyandu.
informan. Informan mempunyai persepsi bahwa, stunting adalah anak yang kecil,
kurang gizi, serta pertumbuhan lambat, dengan ciri-ciri badan pendek, kurus, dan
“…yang be (saya) pernah dengar, stunting itu anak yang kici (kecil), anak
yang pendek tu nona dan kurang gizi…” (ML)
“…Kalau yang menurut saya dengar dan yang saya pernah baca tu
pertumbuhannya tidak sesuai dengan usianya. A anak itu jadi lebih kerdil,
a minta maaf tidak sesuai dengan usianya..” (MJ)
“…dia pung badan pendek. Emm terus dari yang beta (saya) dengar
selain dia pendek, dia pung pertumbuhannya itu lambat. Tapi beta (saya)
sonde yakin, karna sejauh ini beta pung anak ada baik sa…” (FP)
“…Kalo menurut saya tu nona dia pung badan pendek, kelihatan ke kurus
baru ju ke lemah-lemah begitu, dan pertumbuhannya terlambat…” (DF)
Pernyataan ini menunjukan bahwa persepsi ibu tentang pengertian dan ciri-
ciri stunting cenderung kepada tanda-tanda fisik anak. Stunting merupakan kondisi
gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan stimulasi psikososial serta
paparan infeksi berulang terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),
yaitu dari janin hingga anak berusia dua tahun, dengan ciri-ciri tidak banyak
melakukan eye contact, pertumbuhan terhambat, wajah tampak lebih muda dari
37
usianya, pertumbuhan gigi terlambat, serta performa buruk pada tes perhatian dan
minimnya literatur tentang stunting saat ini yang masih terbatas pada aspek fisik
dapat menyebabkan ibu abai dalam memantau tinggi badan anak balita.
Pengertian dan ciri-ciri anak yang mengalami stunting perlu diketahui sehingga
Menurut pemegang program gizi ciri-ciri anak stunting yang paling sering
ditemukan di wilayah kerja puskesmas Tarus, yaitu pendek dan tingkat kecerdasan
“…ibaratnya kita lihat anak 3 tahun misalnya ya, yang satu lebih tinggi
berarti yang pedek ini kan ciri-ciri yang paling kelihatan ya…biasanya
orang melihat kalo stunting itu hanya pendek tapi kan dari tingkat
kecerdasan pun kita harus lihat dari situ kan. Jadi kalau anak dua orang 3
tahun ketika kita tanya misalnya ade 2 + 2 berapa yang satu dia jawab 4,
tapi yang satu dia masih berpikir hitung- hitung. Tingkat kecerdasan
mereka itu yang paling kelihatan, dari tinggi badan, dari tingkat
kecerdasan juga dari aktivitas mereka kan ada anak yang cenderung
bermasalah stunting bukan hanya karena masalah tinggi badan, seperti
yang saya bilang tadi kecerdasannya berbeda dengan anak yang tumbuh
secara normal dan gizinya terpenuhi…” (MM).
Pernyataan di atas menunjukan bahwa, pemegang program gizi juga
menemukan hal serupa tentang stunting masih diutamakan pada tampilan fisik.
petugas kesehatan dan media. Isu kecerdasan yang berkaitan dengan stunting
harus lebih diperjelas, sehingga persepsi mengenai stunting tidak sebatas pada
tampilan fisik anak. Hal ini dikarenakan, jika mengalami stunting dapat
mengganggu proses pematangan neuron otak, serta perubahan struktur dan fungsi
38
kognitif anak sehingga kemampuan berpikir dan belajar anak terganggu (Yadika
dkk, 2019).
cemas dan khawatir saat mengetahui bahwa anak mengalami stunting. Informan
melihat anaknya bertumbuh dan berkembang dengan baik, masih bisa beraktivitas
seperti biasa, tetap bermain, tidak sakit, pendek dianggap sebagai faktor keturunan
dan ketidakpercayaan ibu terhadap petugas kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan
“…Beta (saya) sonde (tidak) ada rasa cemas atau khawatir ade, karna
beta (saya) pung (punya) anak ni ada sehat-sehat sa. Ko dia ju ada
bermain ke biasa, baru beta (saya) pung (punya) keluarga pung anak
dong banyak ju yang pendek ke dia na. Kadang ju ade yang ketong(kita)
dengar dari petugas kesehatan ni sonde (tidak) sesuai ju…”(FP)
“…awal-awal saya agak takut ju tapi sejauh ini saya rasa eh sonde
(tidak) apa-apa ternyata, buktinya saya pung anak ada aman-aman sa ni
sonde (tidak) lesuh-lesuh yang bikin dia sampe a sonde (tidak) makan atau
sonde (tidak bisa bermain. Ternyata biar dia badan kecil begitu ju dia ada
bermain lari pi lari datang…” (DF)
“…ade ni ringan berat badannya kurang, terus dia kurang makan. Tapi
karena anak tidak sakit dan jarang sekali sekali sakit beta (saya) jadi
lebih lega dan tidak terlalu takut seperti waktu pertama kali tau anak
dibilang stunting oleh ibu bidan dan mama kader dong dan a lagian
stunting ini kan bukan penyakit to kak…” (EK)
Namun, ada informan mengaku merasa khawatir, tetapi lebih banyak yang
gizi juga menemukan hal yang sama bahwa, ada orang tua memiliki rasa khawatir,
tetapi lebih banyak yang bersikap apatis. Hal ini dapat dibuktikan dari pernyataan
berikut.
39
“…ada yang khawatir, tapi lebih banyak yang tidak khawatir. Mereka
berpikir kalo masalah tinggi badan itu biasa-biasa saja yang penting
mereka lihat mungkin kalo anaknya tidak terlalu kurus apalagi ya. Tidak
terlalu kurus mereka berpikir biasa-biasa saja be pung anak, dia bermain
dengan anak-anak, dia gerak-geriknya normal biasa. Tanpa mereka
berpikir jangka panjangnya kan nona. Nanti, besar a dalam prestasi
akademik atau dalam persaingan ini tes-tes seperti sekarang tes polisi
saja orang ukur tinggi badankan dari situ anak mereka apa bisa
memenuhi persyaratan ya begitu…” (MM)
stunting menyampaikan kondisi anak kepada suami dan anggota keluarga lainnya,
seperti orang tua ibu. Namun, reaksi yang ditunjukan oleh suami dan anggota
keluarga lain umumnya tidak menunjukan rasa cemas atau khawatir karena anak
lingkup tempat tinggal informan banyak yang bertubuh pendek, dan stunting
dianggap bukan penyakit. Selain itu informan menyampaikan sikap apatis suami
stunting, sehingga tidak menjadi masalah apabila satu orang anak informan
responden berikut.
“…Beta (saya) kasih tau, karna ini ju dia pung anak jadi dia ju harus tau
ee ade. Ketong (kami) tinggal dengan be pung orang tua jadi be pung
orang tua disini tau, tapi kalo beta pung mama mantu (ibu mertua) beta
sonde kastau (saya tidak beritahu), karna be pung mama mantu sonde
tinggal deng ketong na (karena mama mertua saya tidak tinggal dengan
kami). Beta (saya) pung suami dan orang tua rasa biasa sa karna dia pikir
dia pung anak ada sehat, anak ju ada bisa bermain ke biasa ju. Baru ko
disini ju banyak anak-anak yang postur badan sama ke dia…” (FP)
“…Beta (saya) kasih tahu, beta (saya) bilang ini anak katanya stunting,
terus a dia pung bapa dan nenek dong biasa sj karena ini bukan penyakit
to, ko sekarang dia ada sehat deng segar nii. Jadi beta, dia pung bapa,
dan nenek dong pikir sonde perlu ketong takut, ko dia pung kakak ju sama
ke dia…” (ML)
40
“…Iya! Saya kasih tau kan ini anak bungsu. Kan dia pung kakak dong
besar, yang sembilan tahun su 35 kilo nah. Hanya mungkin, ketika saya
hamil diakan umur saya sudah 40 tahun lebih , jadi mungkin faktor usia
sehingga anak pung pertumbuhan su seperti ini. Reaksi mereka biasa saja,
tidak cemas dan khawatir juga kecuali kalau semua anak stunting, ini kan
hanya yang bungsu saja. Dia pung kakak besar semua…” (YL)
Hal serupa juga disampaikan oleh informan lain tentang reaksi suami atau
“…Kalau suami beta (saya) kasih tahu, ini anak berat badan kurang
sonde (sonde) tinggi katanya, jadi harus dapat perhatian lebih…bapanya
suruh bawa pi periksa di puskesmas di dokter dong, tapi karena karena
dia lihat anaknya ada sehat, pintar dan kuat sekali bermain, dia sekarang
ke apa ee biasa saja…” (EK)
“…Kasih tahu, cuma memang anaknya ini dia kermana ee maunya
disuruh makan itu susah. Jadi kalau makan makanan pokok 4 sehat 5
sempurna itu susah, tapi kalau makan jajan itu dia mau. Tapi kalau roti-
roti yang dibuat sendiri di rumah itu dia makan. Mereka sangat khawatir
bahkan takut, apalagi anak ini susah sekali disuruh buat makan. Dia cuma
mau makan jajan kak, ya jadi butuh usaha yang ekstra buat dia bisa
makan. Selain itu sering sekali kan gubernur membahas tentang stunting
jadi mereka pikir ini sesuatu yang sangat a membahayakan. Tapi, puji
Tuhan anak saya sejauh ini masih sehat- sehat saja, masih aktif bermain,
perkembangan juga bagus, pintar juga. Jadi, melihat anak ini sehat jadi
kekhawatiran itu a apa namanya bisa lebih berkurang…” (MJ)
Selain itu, dampak jangka panjangnya adalah penurunan fungsi kognitif dan
prestasi belajar, penurunan kekebalan tubuh, risiko tinggi terkena penyakit, dan
kualitas kerja yang tidak maksimal sehingga dapat berakibat pada rendahnya
“…kalo soal itu beta (saya) kurang tau ee kak, tapi yang beta dengar
nanti anak gampang sakit…” (FP)
“…Kalo saya lihat-lihat ni dia pung akibat saya pung anak ke kecil karna
pendek begitu to nona, tambah le kadang dia agak ke lemah-lemah begitu
…” (DF)
“…mager (malas gerak), menurut saya mungkin yah kak dia kurang
bersemangat begitu. Tapi puji Tuhan kalau anaknya saya itu tetap aktif
bermain.…” (MJ)
“…menurut beta ee bisa cacat fisik kah, gampang sakit ko, terus bisa jadi
badannya lemes noe (lembek) begitu. Kira-kira sepeti itu kak, beta sonde
terlalu tau…” (EK)
“…Dia pung (punya) dampak tu seperti saya bilang dia punya otak itu
nanti apa a agak terganggu. Terganggu dalam arti daya penangkapan
anak ini akan berkurang…” (YL)
Pernyataan ini menunjukan bahwa persepsi ibu tentang dampak stunting
terbatas pada dampak tertentu, seperti gampang sakit, lemah, tidak bersemangat,
malas gerak, cacat fisik dan daya tangkap anak berkurang. Tidak ada informan
anak dan pada akhirnya produktivitas ekonomi individu dan negara menjadi
belajar anak, karena ada gangguan pada proses pematangan neuron otak,
Ibu balita stunting awalnya merasa khawatir akan dampak stunting yang
disampaikannya, namun perlahan bersikap biasa saja karena melihat anak tetap
sehat, aktif bermain, dan ceria. Selain itu, suami dan anggota keluarga lainnya pun
42
menunjukan sikap biasa saja. Akan tetapi, ada juga anggota keluarga lain yang
menunjukan sikap cemas dan khawatir karena takut jika anak sakit akibat “anak
malas makan”. Hal ini diketahui dari jawaban informan sebagai berikut.
“…Kalo takut su pasti, ko namanya ju beta (saya) ni mama aa, beta (saya)
pasti takut ini anak sakit ko apa begitu. Biasa sa ju ade, suami deng orang
tua ju takut ee kalo dong pung anak atau cucu sakit, ma sampe sekarang
dong ke biasa sa ju ade…” (FP)
”…hanya saya dan dia pung bapa tidak terlalu takut karna dia ju sonde
kelihatan sakit berat ko harus masok rumah sakit jadi kita ju rasa aman
sa. Dia pung nene dong ju bilang sonde apa-apa asal dia ada bermain
dengan anak-anak dong dan makan seperti biasa…” (DF)
“…Takut itu pasti kak, karena anak ini susah buat disuruh makan. Tapi,
sejauh ini karena dia masih aktif bermain dan ceria saya bersikap a biasa
saja dan tidak mengganggap ini sebagai apa ee suatu masalah yang serius
begitu. Jadi, a dibawah santai saja. Kalau opa oma itu bukan taraf cemas
lagi kak, maunya su apa ee ketakutan takut kalau nanti anaknya sakit
karena dia anaknya malas makan. Kalau suami sih mungkin karena kita a
generasi millineal to kak, jadi biasa juga cek di internet kalo anak a selagi
dia tetap sehat, a apa ee aktif selagi dia tetap makan jadi tidak apa-
apa…” (MJ)
“…Iya ade takut sekali, apalagi kalo sampe cacat fisik begitu. Tapi karena
beta (saya) punya anak Puji Tuhan baik- baik saja beta sonde (saya tidak)
terlalu takut sekarang, hanya masih tetap hati- hati ade selalu perhatikan
dia punya pertumbuhan dan perkembangan… Namanya bapa pasti takut
ade, anak sakit sedikit saja pasti panik dan takut, tapi sama seperti beta
(saya), lihat anak masih sehat, masih bermain den kawannya dong, jadi
bapa tua ju biasa saja. Orang tua kalau mereka tau pasti takut, tapi kan
orang tua jauh sonde tinggal dengan ketong…” (EK)
Pemegang program gizi dan kader posyandu menyampaikan bahwa,
kepolisian atau seleksi masuk perguruan tinggi yang memiliki syarat tinggi badan
berbicara dan terlambat jalan. Hal ini dibuktikan dari pernyataan berikut.
“…Dampaknya ya seperti sekarang kalo tes-tes ini dari segi tinggi badan
saja tidak masuk nominasi to, kek sekarang ada musim-musim mau tes
polisi atau mau masuk sekolah kesehatan sajakan tinggi badan juga
menjadi prioritaskan, menjadi salah satu persyaratankan harus memenuhi
syarat. Biasanya kalau anak- anak yang tinggi badannya tidak memenuhi
persyaratan dengan sendirinya mereka su loyo to. Dampak jangka
panjangnya ya itu. Tapi ya ibu-ibu sekarang sonde berpikir seperti itu,
mereka pikir dong pung anak pendek tapi bisa bergaul dengan anak- anak
yang tinggi ya kan, dong bermain bersama- sama tapi sonde berpikir
kedepannya seperti apa…” (MM)
“…Dampaknya itu yang terlihat itu pertumbuhannya lambat, lambat
bicara, lambat jalan kira- kira seperti itu…” (FM)
“…Dampaknya walaupun sudah besar sudah berusia enam puluh bulan
tapi perawakannya pendek, sepeti yang saya pernah temui itu ibu
badannya besar tapi pendek, ada juga yang dong kelihatan loyo ibu, itu
menurut saya ee ibu…”(SA)
Pernyataan diatas mencerminkan bahwa stunting membawa banyak
dampak negatif bagi tumbuh kembang anak. Tidak hanya memiliki postur tubuh
yang lebih pendek, tetapi juga mengalami keterlambatan dalam berbagai aspek
perkembangan.
ASI, tidak melakukan imunisasi, kurang gizi, cacingan, gizi kurang, saat hamil
tidak mengkonsumsi makanan yang bergizi serta kurang kalsium dan vitamin.
Tapi sepengetahuan beta ni, tubuh pendek tuh bisa ju diwariskan oleh
orangtua ju oo ade, karena faktor genetik ju…” (FP)
“…Yang beta (saya) tahu itu karena kurang gizi, kurang makanan sehat,
dan sonde (tidak) kasih susu terus beta (saya) pung anak yang bungsu ni
lahir premature, jadi beta (saya) pikir karena itu su beta pung anak
stunting. Ma, hanya beta deng be pung laki ju pendek mungkin dong ikut
ketong ko (saya dengan suami juga pendek mungkin mereka ikut kami)
?...” (ML)
“…Kalo yang saya tau itu nona, stunting ni karna sonde kasi asi, sonde
kasi makan yang gizi lebih mungkin pas hamil ju sonde (tidak) makan
yang sehat dan ada gizi makanya anak lahir dia pung gizi ju kurang…”
(DY)
“…Yang pernah saya dengar itu dari ibunya pada saat hamil begitu,
tidak makan makanan yang bergizi, kurang kalsium, apa ee vitamin
sehingga pada saat bayi lahir itu berat badannya kurang, terus tinggi
badannya kurang…” (MJ)
Peneliti menemukan bahwa persepsi ibu mengenai penyebab stunting
terfokus pada faktor penyebab langsung stunting, seperti masalah gizi, tidak
imunisasi, kecacingan, kelahiran premature dan genetik. Tidak ada satu pun
informan yang menyatakan bahwa, faktor lingkungan seperti air bersih dan sanitasi
status gizi anak. Interaksi antara malnutrisi (gangguan nutrisi) serta infeksi
merupakan suatu korelasi yang saling mempengaruhi. Malnutrisi dan infeksi bisa
malnutrisi dapat meningkatkan risiko infeksi. Gangguan nutrisi pada anak yang
pertumbuhan anak sehingga terjadi stunting (Tysmala & Widari, 2018). Semakin
baik status gizi balita, maka balita berpeluang terbebas dari penyakit infeksi.
45
Status gizi yang baik pada dasarnya akan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap
merupakan salah satu cara agar meningkatkan imunitas terhadap suatu penyakit.
Akan tetapi, balita stunting yang mendapatkan imunisasi lengkap tetap berisiko
terinfeksi penyakit, apabila tidak diimbangi dengan pola nutrisi yang baik serta
oleh faktor multi dimensi, seperti rendahnya asupan vitamin dan mineral,
infeksi pada ibu hamil serta kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak
kelahiran anak terlalu dekat dan hipertensi yang merupakan faktor langsung
penyebab stunting. Selain itu faktor tidak langsung yang menyebabkan terjadinya
kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan serta gizi sebelum dan pada masa
termasuk layanan ante natal care, post natal care dan pembelajaran dini yang
berkualitas, kurangnya akses rumah tangga ke air bersih serta sanitasi (Tim
asupan zat gizi, hormon pertumbuhan dan terjadinya penyakit infeksi berulang
46
pada balita (Aryastami, N. K., & Tarigan, 2017). Menyalahkan faktor keturunan
stunting karena anak dilahirkan premature, dapat dikatakan persepsi yang adekuat.
Hal ini dikarenakan hasil studi yang membuktikan bahwa kelahiran premature
perkembangan janinnya optimal. Idealnya, berat badan bayi saat dilahirkan adalah
tidak kurang dari 2500 gram, dan panjang badan bayi tidak kurang dari 48 cm.
Inilah alasan mengapa setiap bayi yang baru saja lahir akan diukur berat dan
2017).
dan kesehatan ibu. Hal ini dibuktikan dengan penyataan informan berikut.
fisik ibu bisa mempengaruhi berat badan bayi saat lahir, serta upaya deteksi dini
terhadap penyakit bawaan kepada ibu maupun anak. Hal ini dibuktikan dengan
“…beta (saya) rasa penting karena petugas dong selalu suruh beta (saya)
pigi periksa apale beta ni su tua, baru anak ni lahir premature. Jadi, beta
(saya) takut nona, makanya mau sonde mau (mau tidak mau), jauh ju beta
pi…” (ML)
“…Penting su ma ade ee, beta sonde (saya tidak) pi periksa na sapa yang
mau periksa ame ketong di rumah oo. Pokoknya periksa ni sangat penting
ade, supaya beta (saya) tau anak pung kondisi kermana (bagaimana) to.
Terus di puskesmas nii kan dong biasa kasih arahan kalau, misalnya ada
yang kurang dari ketong berat badan bayi ke atau untuk ibu sendiri kek
beta (saya) yang kurus begini ni biasanya ibu bidan sarankan beta (saya)
makan banyak, minum susu hamil, kasih beta (saya) vitamin. Kalo sonde
(tidak) begitu beta (saya) mau tau dari mama kak ee, makanya beta (saya)
harus periksa di pustu yang dekat ni atau ke puskesmas...” (FP)
“…pemeriksaan kehamilan itu penting biar ibu dan bayi sehat, selain itu
bisa dideteksi sedini mungkin mengenai penyakit bawaan ibu dan bayi
sehingga bisa dilakukan tindakan medis yang benar untuk keselamatan
dan kesehatan ibu serta anak…” (MJ)
“…biar ibu dan anak sehat. Bisa a diberi perawatan yang baik biar cepat
pulih setelah melahirkan. Apalagi beta (saya) hamil diusia tua to ade dan
anemia ju jadi harus butuh perawatan yang bagus…” (EK)
kesehatan saat masa kehamilan. Berdasarkan bukti yang tertera dalam catatan
kesehatan ibu hamil pada buku KMS, diketahui bahwa ibu sudah melakukan
kunjungan berkala paling sedikit empat kali dan paling banyak sembilan kali
kesehatan ibu dan anak. Kementerian kesehatan melalui Permenkes No. 25 tahun
48
2014 Pasal 6 ayat 1 b sangat menekankan bagi setiap ibu hamil untuk rutin
memeriksa kandungan secara berkala sesuai standar, paling sedikit empat kali
Ibu hamil tidak disarankan untuk melakukan pantangan makanan khusus pada
masa kehamilan. Menu seimbang dengan komponen gizi seimbang untuk ibu
hamil sangat diperlukan, dengan rincian sebagai berikut: lima bagian zat
karbohidrat, dua sampai dengan tiga bagian lemak dan dua bagian protein, buah
dan sayur, serta air dan mineral. Ibu hamil membutuhkan 2.500 kalori setiap hari.
Selain itu, pada ibu hamil kebutuhan energi sangat besar yang berguna untuk
(Badriah, 2014). Informan pun mengakui bahwa tidak ada pantangan khusus
untuk makanan saat ibu hamil. Hal ini sesuai dengan pernyataan berikut.
“…Sonde (tidak) ada ade sayang ee, apa sa beta (saya) makan pas beta
(saya) hamil. Ko ada yang larang bilang sonde (tidak) boleh makan ini na
itu na, nanti anak begini na. Beta (saya) makan sa, karena menurut beta
(saya) itu hanya a apa namanya pamali orang tua dulu sa. Ketong
sekarang nii apa sa makan yang penting itu sehat sa…” (FP)
“…sonde (tidak) ada, waktu kehamilan anak pertama memang ada kaka,
misalnya ke ubi begitu. Tapi saat hamil anak yang ke empat ini su sonde
(sudah tidak) ada, makan apa saja kakak...” (EK)
49
bahwa tidak ada pantangan makanan khusus saat kehamilan ibu di wilayah
asupan gizi yang baik bagi ibu hamil, untuk mengatasi kekurangan energi,
kekurangan zat besi, protein kronis, asam folat, dan kekurangan iodium. Selain itu
gizi yang berkualitas bagi ibu hamil sangat diperlukan untuk menambah berat
badan dan peningkatan cadangan lemak ibu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Cadangan lemak ibu sangat dibutuhkan pada saat masa
meningkatnya kebutuhan akan asupan zat gizi dalam menunya (Badriah, 2014).
Pemberian ASI eksklusif selama enam bulan merupakan salah satu upaya
dalam mencegah terjadinya stunting pada anak. ASI adalah salah satu emulsi
lemak dalam larutan protein, lactose, dan garam-garam organik yang disekresi
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi
(Badriah, 2014). Informan menyatakan bahwa tidak ada pemberian makanan lain
50
selain ASI kepada anak sebelum berusia enam bulan. Hal ini dibuktikan dari
penyataan berikut.
“…Sonde (tidak) ada ade, beta (saya) kasih ASI sa ko ASI itu penting na
ade, selain ASI itu sehat, sonde (tidak) ribet dan praktislah pokoknya…”
(FP)
“…Sonde (tidak), dia sampe enam bulan ASI sa...” (YL)
Setiap kandungan dalam ASI sangat bermanfaat dan berperan untuk
pemenuhan nutrisi anak, konsumsi ASI juga meningkatkan kekebalan tubuh bayi
sehingga menurunkan risiko penyakit infeksi. Sampai usia enam bulan, bayi
2012 ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama enam bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dengan makanan atau
posyandu yang mengatakan tidak ada cairan atau makanan lain yang diberikan ibu
sebelum bayi berusia enam bulan. Pernyataan pemegang program gizi dan kader
“…disini kita harga mati 0-6 bulan ASI Eksklusif. Tapi dalam rangka
memperkenalkan makanan- makanan yang bergizi untuk persiapan kalo
anak mereka sudah layak makan, artinya sudah usia 6 bulan keatas
mereka selalu diberikan informasi tentang makanan sehat PMBA
(Pemberian Makanan Bayi dan Anak)…” (MM)
“…tidak ada hanya ASI saja, mereka itu biasanya kalo 6 bulan baru
dikasi makanan lunak untuk anak- anak. Karena kami sebagai kader, kami
pantau terus kalo anak ini dia umur berapa kami memberikan penyuluhan
bahwa anak itu jangan dulu dikasih apa- apa sebelum melewati usia enam
bulan ke atas, kalo sudah enam bulan anak boleh dikasih bubur, misalnya
sun atau biskuit…” (FM)
51
“…Tidak ada, kami hanya kasih tau saja mulai dari 0-6 bulan itu harus
ASI eksklusif saja ibu, air putih pun tidak…” (SA)
“...Tidak ada kak ASI eksklusif sampe bayi berusia enam bulan…” (EP)
Pemberian makanan yang optimal sangat penting untuk kelangsungan
minuman selain ASI yang mengandung nutrisi dan diberikan kepada bayi selama
makanan atau minuman lain diberikan bersama pemberian ASI. MP-ASI mulai
diberikan saat bayi berusia enam bulan, karena pada usia enam bulan, kebutuhan
nutrisi tidak lagi terpenuhi oleh ASI semata khususnya energi, protein, zat besi
(Fe), seng (Zn), serta vitamin A (Nasar, 2013). Pada penelitian ini diketahui
bahwa bubur yang dihaluskan, biskuit, daun marungga, telur, dan daging-
dagingan menjadi makanan pendamping ASI yang paling sering diberikan. Hal ini
“…Beta (saya) kasih dia bubur ulik (ulek) yang su campur deng sayur,
kadang beta taro telur sedikit…”(ML)
“…Saya kasi dia bubur yang su di ulik (ulek) tu nona, saya campur
dengan sayur sayur, kadang saya kasi telur ju atau saya masak dan
merungga (kelor), wortel baru saya ulik kasi halus. Pokoknya ada sayur
apa sa yang bisa campur dan bubur na saya kasi dia…” (DF)
“…Biasanya bubur, atau apa namanya ke bubur kacang juga, lalu apa
namanya kek ubi-ubian itu dibuat bola-bola dalam bentuk cake (kue) biar
dia bisa dan suka makan…” (MJ)
Peneliti menyimpulkan persepsi informan tentang menu MP-ASI yang
diberikan pada anak tidak adekuat, dikarenakan anak paling sering diberi sayuran
dan jarang diberikan protein. Selain itu makanan yang biasa diberikan adalah
makanan berkarbohidrat. Setelah bayi berusia enam bulan, kebutuhan nutrisi baik
52
makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi oleh ASI saja (Nasar,
2013). MP-ASI yang adekuat adalah makanan yang mengandung cukup energi,
protein dan mikronutrien, seperti zat besi (Fe), seng (Zn), serta vitamin A (World
“…sonde (tidak) ada pantangan apa- apa be kasih makan dong apa saja
yang penting dong makan dan kenyang…” (ML)
“…Ade sonde (tidak) ada pantangan makan, saya kasi makan apa sa yang
bisa campur di dia pung bubur asal dia mau makan, kadang saya ganti-
ganti sayur ju to supaya dia jang bosan sa…” (DF)
“…Tidak ada pantangan (tidak) makanan khusus, selagi dia suka dan
doyan makan pasti akan beta (saya) kasih…” (MJ)
berbagai penyakit pada bayi. Bayi yang sering mengalami sakit-sakitan apalagi
dari informan diketahui bahwa anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Hal
membuat daya tahan tubuh anak baik, sehingga anak tidak mudah sakit. Selain itu,
53
pernyataan.
“…Biar dia sehat nona, karena a setau saya imunisasi kan biar anak
kebal dari sakit begitu nona…” (DF)
“…Untuk ketahanan imunnya sendiri, terus program pemerintah juga,
terus apa namanya sosialisasi dari petugas kesehatannya juga dan
menurut saya tidak ada ruginya malah membuat anak menjadi lebih
sehat…”(MJ)
“…Supaya anak saya sehat, walaupun dia stunting…” (YL)
Pernyataan ibu mengenai pemberian imunisasi secara lengkap dapat
seharusnya.
Stunting umumnya terjadi pada balita. Pada rentang usia tersebut, ibu
dapat melihat apakah anak terkena stunting ataupun tidak. Walaupun baru dikenali
setelah lahir, ternyata stunting bisa berlangsung sejak anak berada dalam
upaya pencegahan untuk memastikan anak tidak menjadi penderita stunting. 1000
HPK merupakan hal yang perlu diperhatikan ibu, hal ini dikarenakan 1000 HPK
1000 HPK dihitung semenjak janin hingga anak berusia kurang lebih dua tahun.
Stunting bisa terjadi sejak anak berada dalam kandungan (Rahayu, dkk 2018).
Oleh karena itu, langkah pencegahan sudah bisa dilakukan selama kehamilan dan
stunting.
“…cara cegah stunting kasih makanan yang bergizi dan sehat, ASI sampe
enam bulan deng rajin pi imunisasi sa. Terus waktu hamil harus rajin pi
periksa supaya dapat vitamin ibu hamil…” (FP)
“…pas hamil na rajin pi periksa biar dapat obat atau vitamin to kalo
misalnya kita ada kenapa-kenapa, terus ju rajin kasih anak ASI, rajin pi
imunisasi dengan makan makanan yang sehat dong supaya kita dan bayi
ju sehat to.…” (DF)
intervensi gizi sensitif, yakni penerapan perilaku hidup bersih dan sehat.
intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Pengalaman global menunjukkan bahwa
kembang anak, serta pencegahan stunting (Levinson dkk, 2013). Merujuk pada
tambahan ibu hamil, pemenuhan gizi, persalinan dengan dokter atau bidan yang
ahli, pemberian inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI secara eksklusif
55
pada bayi hingga usia enam bulan, memberikan MP-ASI untuk bayi di atas enam
bulan hingga dua tahun, pemberian imunisasi dasar lengkap dan vitamin A,
tahun terakhir) dimana penurunan angka stunting menjadi salah satu program
berikut.
“…Pencegahan stunting ini, a kalau yang betul- betul apa namanya tau
sekali itu betul- betul waktu masa kepemimpinannya gubernur Viktor
Laiskodat ini, karena programnya dia itu a mengenai pemberantasan
stunting di NTT kan kak…” (MJ)
“…Sejak beberapa tahun terkahir, kita pelan-pelan belajar tentang
pecegahan stunting ini…” (YL)
Pencegahan stunting harus diketahui dan dilaksanakan sebelum dan
dalam kandungan atau saat ibu hamil, apalagi jika ibu memiliki status gizi yang
kurang. Ibu hamil dengan status gizi kurang akan menyebabkan gangguan
meningkatkan risiko obesitas, serta penyakit degeneratif pada masa dewasa (The
Lancet, 2015)
“…apa yang dilakukan di rumah kan pasti telah sesuai dengan a kondisi
di rumah. Saya tidak tahu apakah sudah sesuai dengan yang diberikan
oleh petugas kesehatan…” (MJ)
“…iyah, su buat kaka. Kalau menurut beta (saya) sudah tepat dan teratur
kaka. Eee tapi sonde tau menurut orang yang lebih paham dong…” (EK)
“…sejauh ini saya sudah melakukan secara teratur sesuai dengan yang
dianjurkan. Soal tepat tidaknya be sonde (saya tidak) begitu tau kak...”
(YL)
tetapi anak tetap stunting, kemungkinan hal ini bisa terjadi dikarenakan stunting
disebabkan oleh multi faktor, seperti makanan komplementer yang tidak adekuat
yang dibagi lagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang rendah, cara
pemberian yang tidak adekuat, dan keamanan makanan dan minuman. Kualitas
makanan yang rendah dapat berupa kualitas mikronutrien yang rendah, keragaman
jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber makanan hewani yang rendah,
mengandung energi rendah. Cara pemberian yang tidak adekuat berupa frekuensi
pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak adekuat ketika
sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan
yang rendah dalam kuantitas. Keamanan makanan dan minuman dapat berupa
penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak aman. Faktor ketiga yang dapat
menyebabkan stunting adalah pemberian air susu ibu (ASI) yang salah bisa karena
inisiasi yang terlambat, tidak ASI eksklusif, penghentian menyusui yang terlalu
cepat. Faktor keempat adalah infeksi klinis dan subklinis seperti infeksi pada usus:
nafsu makan yang kurang akibat infeksi, dan inflamasi (World Health
Organization, 2013).
Temuan menarik dalam fokus penelitian ini yaitu, adanya gap antara
dapat dipastikan prosedurnya oleh informan. Oleh karena itu, menurut peneliti
sesuai dengan prosedur yang tepat. Pendamping dapat dilakukan oleh kader
sering juga disebut periode emas (golden period) didasarkan pada kenyataan
bahwa pada masa janin sampai anak usia dua tahun terjadi proses tumbuh
kembang yang sangat cepat dan tidak terjadi pada kelompok usia lain. Pemenuhan
asupan gizi pada 1000 HPK anak sangat penting. Jika pada rentang usia tersebut
anak mendapatkan asupan gizi yang optimal, maka penurunan status gizi anak
memperburuk kondisi anak stunting. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ibu
obat dan vitamin, serta mengajak anak beraktivitas. Berikut adalah pernyataan
“….Beta (saya) mau sibuk kermana ju beta tetap harus bawa dia pi
posyandu supaya dapat suntik dan obat…” (FP)
asuh (inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif, melanjutkan menyusui sampai usia
dua tahun atau lebih dan pemberian M-PASI, serta layanan kesehatan yang baik
seperti posyandu dan imunisasi), pola makan “pemberian makan sesuai pola isi
piringku” (makanan pokok sumber karbohidrat, sayur dan buah sebagai sumber
vitamin dan serat, lauk pauk sebagai sumber protein); air bersih dan sanitasi (air
memasuki usia MP-ASI dan setelah diketahui anak mengalami stunting. Hal ini
“...Saya rawat mulai dari saya pi periksa petugas bilang saya pung anak
ni stunting jadi harus begini na begitu na jadi saya ikut su…” (DF)
“..Sejak dia memasuki usia MPASI saya selalu buat kak. Seminggu itu 3
sampai dengan 4 kali bikin sup marungga biar dia senang makan
begitu…” (MJ)
“…sering sekali, sejak anak masih bayi sampe sekarang…” (EK)
“…Saya tahu sejak petugas puskesmas dan orang kader memberitahu
bahwa anak saya stunting, jadi membutuhkan perhatian yang lebih…”
(YL)
lain sebagai motivator, edukator, dan fasilitator (Cahyani dkk, 2019). Dalam
berbagai pihak, seperti suami, keluarga, dan petugas kesehatan. Hal ini dibuktikan
“…biasa ju yang kasih makan dia punya bapa kalau beta (saya) ada
masak ko dia pung bapa sonde (tidak) pi kerja. Nenek dong dukung dalam
doa sa kalau petugas dong talalu dukung karena selalu kasih ingat beta
harus buat apa untuk adek dong, biasa dong datang panggil beta dirumah
kalo mau posyandu pas be lupa karena beta ju sonde ada hp na…” (ML)
“..dia talalu dukung, malahan kalo saya ada keluar dia yang kasi makan
ade, kadang ju kalo sonde (tidak) pi kerja na dia antar saya pi periksa dan
pi posyandu. Petugas dong ni selalu dukung aa ko dong yang selalu kasi
ingat saya untuk datang periksa to kalo sonde na dong sms atau telfon ju.
Kalo dia pung nene dan keluarga dong na kasi dukungan suru ketong
60
(kami) kasi anak makan ini, makan itu supaya sehat begitu dan dong ju
selalu kasitau supaya kita jang stres dan kita punya anak...” (DF)
“…kalau suami ikut bantu buat kasih makan anak, dia pung anak tidak
boleh terlambat makan atau paksa anak begitu biar dia mau makan, itu
biar anak menangis sonde (tidak) mau makan ju bapa tua paksa. Kasihan
ma, tapi demi kebaikan anak kita ikut su ma… mereka selalu ingatkan,
biar anak dikasih makan 4 sehat 5 sempurna terus selalu ingatkan beta
biar datang ke posyandu…” (EK)
“…mendorong supaya bisa memberikan anak makanan yang bergizi untuk
pertumbuhan anak, selalu mengingatkan untuk periksa ke posyandu
supaya terpantau dia pung tinggi badan dan berat badan…” (YL)
dan keluarga adalah dengan ikut membantu dalam mengasuh anak, memberikan
dukungan moral kepada ibu agar ibu tidak mudah stres dalam mengasuh anak.
yaitu selalu menghimbau serta mengingatkan ibu balita stunting untuk menjaga
ada yang ingatkan hari ini posyandu, pokoknya jadi penyemangat dalam
keluarga saling mengingatkan, karena kami posyandu setiap tanggal
sepuluh kan ibu. A ada juga yang datang antar istri anak posyandu itu kan
bentuk dukungan kan ibu…” (SA)
“…Itukan kembali ke keluarga dan rumah tanggga masing- masing jadi
kita su sonde tau begitu. Yang biasa datang timbangkan istrinya, jarang
ada bapa yang datang timbang kita tidak tau alasannya apa. Sebenarnya
yang bagus itu suami dan istri bawa anak datang timbang berdua untuk
tau perkembangan anaknya, bukan hanya ibu saja yang tau dan datang
timbang. Selama ini yang kita alami bapa-bapa itu tidak pernah datang
untuk bawa anak timbang…” (EP)
suami yang jarang atau bahkan tidak pernah menghantar anak ke posyandu,
bersikap acuh tak acuh, serta berasumsi bahwa urusan mengenai anak adalah
esok bawa anak posyandu soalnya anak ini begini dia ini stunting, kader
ingatkan penting untuk posyandu apalagi adek ini stunting. Baru kami
kader juga setiap tanggal sembilan pasti kami sudah saling kasi tau
keliling masyarakat untuk posyandu. Untuk ibu yang jarang antar anak ke
posyandu itu kami telepon juga…” (SA)
“…Kalo dukungan kita paling mengarahkan untuk memberikan anak
makanan- makanan yang sehat itu tidak harus mahal, yang penting itu ada
sayur- sayur. Terus menghubungi ibu kalo ada jadwal posyandu, kita
dekati mereka secara khusus tapi itu andia saya bilang tergantung dari
mereka juga apakah mereka mau atau tidak kan yang selama ini kita
temukan dilapangankan seperti itu. Walaupun kita dekati mereka jawab
iya tapi begitulah namanya juga kita orang desa begitu sudah kak didepan
kita jawab iya, balek belakang sudah masa bodoh…” (EP)
Stunting sering tidak disadari oleh masyarakat karena tidak adanya
indikasi „instan‟ seperti penyakit. Efek kejadian stunting pada anak dapat menjadi
kanker, stroke, serta disabilitas pada usia tua. Oleh karena itu, penanggulangan
masalah stunting harus dimulai jauh sebelum seorang anak dilahirkan (periode
100 HPK) dan bahkan sejak ibu remaja untuk dapat memutus rantai stunting
dalam siklus kehidupan (Aryastami, N. K., & Tarigan, 2017; Rahayu dkk, 2018).
peneliti keluarga dengan tingkat ekonomi yang rendah tidak dapat memenuhi
asupan gizi untuk anaknya, sehingga anak tersebut menjadi stunting. Kondisi ini
sumber daya manusia yang tidak berkualitas. Sumber daya manusia yang tidak
gizi sensitif pada masyarakat termasuk juga para remaja. Menurut asumsi peneliti
penanganan stunting yang efektif harus mencakup intervensi gizi spesifik dan
pada air bersih dan sanitasi. Air bersih dan sanitasi layak adalah kebutuhan dasar
manusia, untuk mengatasi masalah air bersih dapat dilakukan secara swadaya
serta bergotong royong, dengan memanfaatkan dana desa. Sanitasi yang dikelola
pengelolaan sampah serta limbah cair rumah tangga adalah kunci untuk menjaga
anak dan keluarga tetap sehat. Selain itu meningkatkan akses rumah
rumah untuk dijadikan kebun gizi dan pemeliharan hewan ternak agar bisa
memenuhi kebutuhan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro
remaja menjadi kunci dalam mencegah stunting. Remaja sebagai calon orang tua
dimasa yang akan datang perlu dipersiapkan agar nanti dapat melahirkan generasi
yang unggul dan berkualitas. Salah satunya dengan memberikan intervensi, seperti
pada remaja, dan rutin memberikan suplementasi zat besi untuk remaja putri.
zat besi dalam tablet tambah darah. Edukasi kepada remaja diperlukan agar
remaja dapat menerapkan empat pilar gizi seimbang, yakni mengkonsumsi aneka
pentingnya untuk menanggulangi stunting. Pola asuh yang baik berperan penting
dalam pencegahan stunting. Pola asuh erat kaitanya dengan perilaku dan
dalam menerapkan pengasuhan yang tepat pada anak. Selain itu diharapkan orang
tua dapat menjadi teladan dalam menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
diperoleh peneliti. Hal ini disebabkan karena peneliti tidak membedakan antara
kepada informan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
fisik yang meliputi anak terlihat kecil, serta pertumbuhan lambat, dengan ciri-
ciri badan pendek, kurus, lemah dan kurang gizi. Dampak stunting dihubungkan
dengan gampang sakit, lemah, tidak bersemangat, malas gerak, cacat fisik dan
daya tangkap anak berkurang. Stunting disebabkan karena anak tidak diberi ASI,
makanan yang bergizi saat hamil, faktor genetik dan kelahiran premature.
stunting saat ini yang masih terbatas pada aspek fisik, menyebabkan ibu abai
dalam memantau tinggi badan anak balita. Informan tidak menyatakan bahwa
faktor lingkungan seperti air bersih dan sanitasi merupakan penyebab tidak
stunting yang dilakukan ibu hanya terfokus pada intervensi gizi spesifik saja
tanpa adanya intervensi gizi sensitif, seperti mencuci tangan dengan air bersih
65
66
5.2 Saran
1. Petugas kesehatan
edukasi gizi, keterampilan hidup bersih dan sehat serta KIA dengan lebih
aspek fisik akibat stunting dan faktor langsung penyebab stunting, tetapi
lengkap dan tepat tentang stunting. Sehingga, persepsi ibu tentang stunting
lebih adekuat.
3. Pemerintah
asupan makanan bergizi, penyakit infeksi, kesehatan ibu dan anak, serta
4. Peneliti Lain
Afrida, I. (2020). Hubungan Asi Ekslusif dan Status Imunisasi dengan Kejadian
Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Bowong Cindea Kabupaten Pangkep.
Nursing Inside Community, 2(3), 106–112.
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/nic/article/download/346/332/1288
Aryastami, N. K., & Tarigan, I. (2017). Kajian Kebijakan dan Penanggulangan
Masalah Stunting di Indonesia. Buletin Penelitian Kesehatan, 45(4), 233–
240.
https://pdfs.semanticscholar.org/d68c/667c6a575f369b4e22605547d1de22d1
6e48.pdf
Badriah. (2014). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi (N. F. Atif (ed.); 2nd ed.). PT.
Refika Aditama.
Cahyani, V. U., Yunitasari, Esti, D., & Indarwati, R. (2019). Dukungan Sosial
sebagai Faktor Utama Pemberian Intervensi Gizi Spesifik pada Anak Usia 6-
24 Bulan dengan Kejadian Stunting berbasis Transcultural Nursing. 5(1),
77–88. https://e-journal.unair.ac.id/PMNJ/article/download/12410/pdf
Dinas Kesehatan Provinsi NTT. (2019). Kecamatan dengan Prevalensi Stunting
Tertinggi Provinsi NTT. Dinas Kesehatan Provinsi NTT.
Harmoko, O. (2017). Menuju Masyarakat Sadar Stunting.
https://beritagar.id/artikel/gaya-hidup/menuju-masyarakat-sadar-stunting
Illahi, R. K., & Muniroh, L. (2018). Gambaran Sosio Budaya Gizi Etnik Madura
Dan Kejadian Stunting Balita Usia 24–59 Bulan Di Bangkalan. Media Gizi
Indonesia, 11(2), 135. https://doi.org/10.20473/mgi.v11i2.135-143
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan T. (2017). Buku saku
desa dalam penanganan stunting. In Buku Saku Desa Dalam Penanganan
Stunting (p. 42).
https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Buku_Saku_Stunting_Desa.pdf
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Situasi Balita Pendek (pp. 1–
10). Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id/pdf.php?id=16061400001
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Kualitas Manusia
Ditentukan Pada 1000 Hari Pertama Kehidupannya. Biro Komunikasi Dan
Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/17012300003/kualitas-manusia-
ditentukan-pada-1000-hari-pertama-kehidupannya.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018a). Hasil Utama Riset
Kesehatan Dasar. https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018b). Ini Penyebab Stunting Pada
Anak. Biro Komunikasi Dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan
RI. https://www.kemkes.go.id/article/view/18052800006/ini-penyebab-
stunting-pada-anak.html
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018c). Situasi Balita Pendek
(Stunting) di Indonesia. Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan
RI, 1–56. https://pusdatin.kemkes.go.id/pdf.php?id=18102500001
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Kebijakan dan Strategi
Penanggulangan Stunting di Indonesia. FGD Skrining Malnutrisi Pada Anak
Di Rumah Sakit, 1–64. https://persi.or.id/wp-
content/uploads/2019/02/FINAL_PAPARAN_PERSI_22_FEB_2019_Ir._Do
ddy.pdf
Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
Republik Indonesia. (2018). Penanganan Stunting Terintegrasi di Indonesia
(pp. 1–27). Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan.
https://standarpangan.pom.go.id/dokumen/lain-lain/WNPG/Materi-Deputi-
PMK-HPS.pdf
Kusumawardani, N., Soerachman, R., Laksono, A. D., Indrawati, L., Sari, P., &
Paramita, A. (2015). Penelitian Kualitatif di Bidang Kesehatan
(Kasnodihardjo (ed.)). PT. Kanisius.
https://www.researchgate.net/profile/Agung-Laksono-
2/publication/329763692_PENELITIAN_KUALITATIF_DI_BIDANG_KE
SEHATAN/links/5c198f1292851c22a335c67c/PENELITIAN-
KUALITATIF-DI-BIDANG-KESEHATAN.pdf?origin=publication_detail
Levinson, F. J., Balarajan, Y., & Marini, A. (2013). Addressing Malnutrition
What Have We Learned From Recent International Experience ? (pp. 1–
64). UNICEF Nutrition Working Paper, UNICEF and MDG Achievement
Fund. https://www.aecid.es/Centro-
Documentacion/Documentos/Divulgación/Addressing_malnutrition_multisec
torally_MDG_F_Item1_Final-links.pdf
Liem, S., Panggabean, H., & Farady, R. M. (2019). Persepsi Sosial Tentang
Stunting di Kabupaten Tangerang. Jurnal Ekologi Kesehatan, 18(1), 37–47.
https://doi.org/10.22435/jek.18.1.167.37-47
Margawati, A., & Astuti, A. M. (2018). Pengetahuan ibu, pola makan dan status
gizi pada anak stunting usia 1-5 tahun di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan
Genuk, Semarang. Jurnal Gizi Indonesia (The Indonesian Journal of
Nutrition), 6(2), 82–89. https://doi.org/10.14710/jgi.6.2.82-89
Masturoh, I., & Nauri Anggita. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan
(Pertama). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2018/09/Metodologi-Penelitian-Kesehatan_SC.pdf
Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak, Pub. L. No. 1995/MENKES/SK/XII/2010, 40 (2011). https://doc-
0g-40-
docs.googleusercontent.com/docs/securesc/4nrnvqokolanakfb9bomsg9td3ek
da2j/dhamrr32spmo7lpo0igd74qn17mno0a1/1612612725000/049195438213
64091807/06097849911215659940/0B_8e76vgfxWLcFo1cHB0cUNUYTQ?
e=download&authuser=0&nonce=bgds0ekj77thk&use
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, Pub. L. No. 75 tahun 2014 (2014).
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK No. 75 ttg
Puskesmas.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang
Upaya Kesehatan Anak, Pub. L. No. 25 (2014).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/117562/permenkes-no-25-tahun-
2014
Millennium Challenge Account- Indonesia. (2015). Memahami Perilaku
Masyarakat Indonesia tentang Gizi dan Kebersihan Hasil Studi Formatif
Program Komunikasi dan Kampanye Gizi Nasional. http://www.mca-
indonesia.go.id/assets/uploads/media/pdf/MCAIndonesia-Presentasi-Hasil-
Riset-Formatif.pdf
Nasar, S. S. (2013). Buku Acara Simposium & Workshop Ilmu Nutrisi Anak.
Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://sipeg.ui.ac.id/ng/arsipsk/20190822-Cat-
1886a26ea293c5f4fa3b9e1bbab34c80.pdf
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Cipta.
Olsa, E. D., Sulastri, D., & Anas, E. (2018). Hubungan Sikap dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Baru Masuk Sekolah Dasar di
Kecamanatan Nanggalo. Jurnal Kesehatan Andalas, 6(3), 523.
https://doi.org/10.25077/jka.v6i3.733
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Air Susu
Ibu Eksklusif, Pub. L. No. 33 Tahun 2012, 66 37 (2012).
https://www.fairportlibrary.org/images/files/RenovationProject/Concept_cost
_estimate_accepted_031914.pdf
Pradono, J., Soerachman, R., Kusumawardani, N., & Kasnodihardjo. (2018).
Panduan Penelitian dan Pelaporan Penelitian Kualitatif (E. Martha & A.
Suwandono (eds.); Satu). Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
http://repository.litbang.kemkes.go.id/3508/1/Buku_Paduan Penelitian dan
Pelaporan Penelitian Kualitatif.pdf
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan
Nasional Percepatan Perbaikan Gizi, Pub. L. No. 42, 1 (2013).
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/41412/perpres-no-42-tahun-2013
Puskesmas Tarus. (2019). Profil Kesehatan.
Rahayu, A., Rahman, F., & Marlinae, L. (2018). Buku Ajar 1000 HPK (P. Rahmi
(ed.); Pertama). CV Mine. http://kesmas.ulm.ac.id/id/wp-
content/uploads/2019/02/BUKU-AJAR-1000-HARI-PERTAMA-
KEHIDUPAN.pdf
Rahayu, A., Yulidasari, F., Octaviana, A., & Anggaini, L. (2018). Study Guide-
Stunting dan Upaya Pencegahannya Bagi Mahasiswa Kesehatan Mayarakat
(Hadianor (ed.); Pertama). CV Mine. http://kesmas.ulm.ac.id/id/wp-
content/uploads/2019/02/BUKU-REFERENSI-STUDY-GUIDE-
STUNTING_2018.pdf
Rahman, T., Andhani, R., & Triawanti. (2016). Hubungan Antara Status Gizi
Pendek (Stunting) Dengan Tingkat Karies Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi, 1
(1), 88-93 (21).
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/dentino/article/download/427/350
Saleh, S. (2017). Analisis Data Kualitatif (H. Upu (ed.)). Pustaka Ramadhan.
https://eprints.unm.ac.id/14856/1/ANALISIS DATA KUALITATIF.pdf
Saputri, R. A. (2019). Upaya Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Stunting
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jurnal Dinamika Pemerintahan,
2(2), 152–168. https://doi.org/10.36341/jdp.v2i2.947
Saryono, & Anggraeni, M. D. (2017). Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Strategi Nasional Percepatan Pencegahan Stunting Periode 2018 – 2024, 1
(2018) (testimony of Setwapres).
https://stunting.go.id/?smd_process_download=1&download_id=4735
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumantri, A. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Prenadamedia.
Sutriyawan, A., Kurniawati, R. D., Rahayu, S., & Habibi, J. (2020). Hubungan
Status Imunisasi dan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting
pada Balita: Studi Retrospkektif. Journal Of Midwifery, 8(2), 1–9.
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/JM/article/view/1197
The Lancet. (2015). Maternal and Child Nutrition.
https://www.thelancet.com/series/maternal-and-child-nutrition
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2017). 100
Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).
Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
http://www.tnp2k.go.id/images/uploads/downloads/Binder_Volume1.pdf
Torlesse, H., Cronin, A. A., Sebayang, S. K., & Nandy, R. (2016). Determinants
of stunting in Indonesian children: Evidence from a cross-sectional survey
indicate a prominent role for the water, sanitation and hygiene sector in
stunting reduction. BMC Public Health, 16(1), 1–11.
https://doi.org/10.1186/s12889-016-3339-8
Tysmala, N. D., & Widari, D. (2018). Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dan
Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting pada Baduta di Desa Maron
Kidul Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Amerta Nutrition, 373–
381. https://doi.org/10.2473/amnt.v2i4.2018.373-381
Uliyanti, Tamtomo, D. ., & Anantanyu, S. (2017). Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 24-59 Bulan. Jurnal Vokasi
Kesehatan, 3(2), 1–11. https://doi.org/https://doi.org/10.30602/jvk.v3i2.107
Walgito, B. (2017). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : C.V Andi Offset.
World Health Organization. (2002). Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding.
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42590/9241562218.pdf
World Health Organization. (2013). Childhood Stunting : Context , Causes and
Consequences WHO Conceptual framework.
https://www.who.int/nutrition/events/2013_ChildhoodStunting_colloquium_
14Oct_ConceptualFramework_colour.pdf?ua=1
World Health Organization. (2014). WHO global nutrition targets 2025: Stunting
policy brief. Geneva : World Health Organization.
ttps://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/149019/WHO_NMH_NHD_
14.3_eng.pdf?ua=1
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). Pengaruh Stunting
terhadap Perkembangan Kognitif dan Prestasi Belajar. Medical Journal of
Lampung University, 8(2), 273–282.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/2483
/2439
Yusuf, M. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta : Prenadamedia.
LAMPIRAN
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Tingkat Pendidikan :
Jumlah Anak :
Umur anak :
Waktu :
b. Jika TIDAK, apa alasan ibu tidak memberikan imunisasi secara lengkap pada anak
ibu? Adakah yang mengantar? Apakah posyandu jauh? Bagaimana dengan sikap
petugas kesehatan?
1. Apakah ibu selaku kader posyandu/ pemegang prog.gizi pernah memberikan informasi terkait
stunting, penyebab, upaya pencegahan dan cara menanggulangi stunting saat posyandu/ saat ibu
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin?
2. Menurut ibu diantara pengetahuan tentang pengertian stunting, ciri-ciri stunting, dampak,
penyebab stunting serta cara pencegahan dan penanggulangan stunting mana yang menurut ibu
masih rendah dikelompok ibu- ibu stunting? Mengapa?
3. Menurut ibu, bagaimana pengetahuan ibu yang memiliki balita stunting? Jika rendah/ tinggi,
menurut ibu mengapa?
4. Berdasarkan hasil temuan, ada orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi namun
anaknya mengalami stunting. Menurut ibu sajakah kemungkinan penyebabnya? Mengapa ibu
berpikir demikian?
5. Menurut pengamatan ibu selama menjadi kader posyandu atau petugas kesehatan bagaimana
ciri-ciri anak stunting yang paling sering ditemukan?
6. Menurut pengamatan ibu jika orang tua mengatahui anaknya mengalami stunting. Apakah
mereka merasa cemas / khawatir?
Jika ada, rasa cemasnya ditunjukan dengan perilaku seperti apa?
7. Sampai saat ini, dampak stunting yang paling sering terlihat di posyandu atau wilayah kerja
puskesmas Tarus itu apa?
8. Apakah disini ada makanan/ minuman khusus yang menjadi pantangan bagi ibu hamil?
9. Apakah disini ada makanan/ minuman yang diperkenalkan sejak dini kepada bayi sebelum
berusia 6 bulan?
10. Apakah disini ada pantangan makanan khusus pada anak?
11. Menurut ibu adakah dukungan yang diberikan suami atau anggota keluarga lain kepada ibu
yang memiliki anak stunting?
Jika YA dukungannya itu dalam bentuk apa?
12. Dukungan apa saja yang diberikan kader atau petugas kesehatan untuk ibu dalam mencegah
atau menanggulangi stunting?
Lampiran 3. Transkip Wawancara
Informan 1
P : Selamat siang kakak, perkenalkan saya Sisilia Noviaming mahasiswi FKM UNDANA yang hendak
melakukan penelitian dengan judul Kajian Persepsi Ibu Balita tentang Stutning di Wilayah
Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang kak. Oleh karena itu saya a memohon kesediaan kakak untuk
menjawab pertanyaan ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya kak. Kita langsung mulai saja ee
kak.
P : Kalau kakak pernah dengar, kakak dengar dari siapa ee, terus kakak ddengar dimana?
I : A Kalo sonde salah waktu itu beta dengar dari ibu kader posyandu dan ibu bidan ade. Beta
dengarnya di pustu dan di tempat posyandu, eee kalo di pustu itu pas beta periksa kehamilan rutin
terus kalo di posyandu pas ada penimbangan berat badan dan imunisasi.
I : Sepengetahuan beta, stunting itu balita yang pendek. Hmm itu su.
I : Ciri-ciri anak stunting tuh dia pung badan pendek. Emm terus dari yang beta dengar selain dia
pendek, dia pung pertumbuhannya itu lambat. Tapi beta sonde yakin, karna sejauh ini beta pung
anak ada baik sa.
P : Apa yang kakak rasa pas kakak tahu kalau kak pung anak ini stunting? Kira- kira kakak ada rasa
cemas dan khawatir ko?
I : Beta sonde ada rasa cemas atau khawatir ade, karna beta pung anak ni ada sehat-sehat sa. Ko dia ju
ada bermain ke biasa, baru beta pung keluarga pung anak dong banyak ju yang pendek ke dia na.
Kadang ju ade yang ketong dengar dari petugas kesehatan ni sonde sesuai ju. Pokoknya ke
kermanaa ee, makanya beta ni ke sonde terlalu percaya-percaya ju.
P : Kakak ada kasih tahu bapa ko kalau ade nii stunting? Terus dia pung nenek dong kakak kasih tau ju
ko sonde? Kira- kira kalo kakak kasih tahu reaksi mereka karmana oo kak?
I : Beta kasih tau, karna ini ju dia pung anak jadi dia ju harus tau ee ade. Ketong tinggal dengan be
pung orang tua jadi be pung orang tua disini tau, tapi kalo beta pung mama mantu beta sonde
kastau, karna be pung mama mantu sonde tinggal deng ketong na.
Beta pung suami dan orang tua rasa biasa sa karna dia pikir dia pung anak ada sehat, anak ju ada
bisa bermain ke biasa ju. Baru ko disini ju banyak anak-anak yang postur badan sama ke dia.
P : Ooo begitu ee kak, terus kak menurut kakak, akibat dari stunting ini apa ? Ju, kak takut ko sonde
kalo kakak pung anak kena akibat dari stunting ni? Terus dia punya bapa dan nene dong karmana
oo kak?
I : Eee kalo soal itu beta kurang tau ee kak, tapi yang beta dengar nanti anak gampang sakit. Kalo
takut su pasti, ko namanya ju beta ni mama aa, beta pasti takut ini anak sakit ko apa begitu. Biasa
sa ju ade, suami deng orang tua ju takut ee kalo dong pung anak atau cucu sakit, ma sampe
sekarang dong ke biasa sa ju ade.
I : Penyebab stunting tuh karna sonde ASI, sonde imunisasi, aes deng kurang gizi. Biasa ju karna anak
cacingan. Tapi sepengetahuan beta ni, tubuh pendek tuh bisa ju diwariskan oleh orangtua ju oo ade,
a karena faktor genetik ju.
P : Ooo begitu ee kak, jadi menurut kakak, anak yang kurang gizi itu stunting ko?
I : Iya ade
P : Kakak tahu penyebab stunting pada balita ni dari siapa dan dimana ee kak?
I : Beta tahu tuh dari posyandu dan pustu ade, itu dari bidan dong deng mama kader.
P : Waktu kakak ada hamil dan habis melahirkan, kakak ada pi di pustu atau puskesmas ko sonde?
P : Baik ee kak kalau begitu, terus menurut kakak periksa kehamilan dan kesehatan kakak setelah
melahirkan di PUSKEMAS/ PUSTU penting ko sonde kak?
I : Penting su ma ade ee, beta sonde pi periksa na sapa yang mau periksa ame ketong di rumah oo.
Pokoknya periksa ni sangat penting ade, supaya beta tau anak pung kondisi kermana to. Terus di
puskesmas nii kan dong biasa kasih arahan kalau misalnya ada yang kurang dari ketong berat badan
bayi ke atau untuk ibu sendiri kek beta yang kurus begini ni biasanya ibu bidan sarankan beta
makan banyak, minum susu hamil, kasih beta vitamin. Kalo sonde begitu beta mau tau dari mama
kak ee, makanya beta harus periksa di pustu yang dekat ni atau ke puskesmas.
P : Pas kakak hamil ni ada makanan dan minuman yang kak rasa itu pantangan ko?
I : Sonde ada ade sayang ee, apa sa beta makan pas beta hamil. Ko ada yang larang bilang sonde boleh
makan ini na itu na, nanti anak begini na. Beta makan sa, karena menurut beta itu hanya a apa
namanya pamali orang tua dulu sa. Ketong sekarang ni apa sa makan yang penting itu sehat sa.
P : Sebelum kakak pung anak 6 bulan, kakak ada kasih makan dan minum apa begitu?
I : Sonde ada ade, beta kasih ASI sa ko ASI itu penting na ade, selain ASI itu sehat, sonde ribet dan
praktislah pokoknya.
P : Baik ee kak, terus kakak tahu ASI Eksklusif ni dari siapa ee kak?
I : A beta tau dari pengalaman orang tua, saudara, dan beta diedukasi oleh bidan di puskesmas biar
ASI eksklusif karena ini beta pung anak pertama.
P : Terus kak, waktu adek ni su 6 bulan kakak kasih dia makan apa selain ASI?
I : Beta kasih dia bubur dengan campuran sayur, biskuit tu kak terus marungga juga, telur, daging
kalau ada daging. Pokoknya yang ada sa di beta pung rumah.
P : Kira- kira adek Avila ni ada pantangan makanan dan minuman ko kak?
I : A sonde ada ade, beta kasih apa sa yang penting dia ma makan.
P : Baik ee kak, kemudian kak kira- kira apa alasan kakak memberikan imunisasi lengkap pada anak
kakak? Adakah yang menjadi alasan kak?
I : A imunisasi lengkap itu penting supaya anak sonde gampang sakit, a apa itu namanya biar sistem
imunnya bagus. Apalagi kan ade sekarang banyak yang sakit to, jadi apa salahnya bawa anak pi
imunasasi biar kesehatannya juga terjamin.
P : Begitu ko kak terus menurut kakak bagaimana cara cegah ini stunting ee?
I : Cara cegah stunting tuh kasih makanan bergizi dan sehat, ee ASI sampe 6 bulan deng rajin pi
imunisasi sa. Terus waktu hamil harus rajin pi periksa supaya dapat vitamin ibu hamil
I : Sonde ade, sejak hamil itu beta tau karena sering diingatkan to ade
P : Kakak su buat cara cegah stunting ko? Kalau kakak su buat kira- kira su sesuai dengan anjuran ko
kak?
I : Sampe sekarang ni sudah, beta su buat ade sesuai dengan beta punya kemampuan. Ma beta sonde
tau itu su sesuai anjuran ko sonde.
P : Baik ee kak, terus cara kakak untuk menanggulangi stunting ini bagaimana?
I : Maksudnya ade?
P : Maksudnya kak, karmana kakak pung cara rawat kakak pung anak yang katanya su stunting ni?
I : Beta usahakan kasih dia ASI, aes kasih makanan yang bergizi. Beta mau sibuk kermana ju beta
tetap harus bawa dia pi posyandu supaya dapat suntik dan obat.
I : Sejak beta pung anak lahir ni ade dan ibu bidan terus ibu kader bilang kalo beta pung anak stunting.
I : A beta selalu usaha kasih dia makan sayur, misalnya ke sayur marungga ni, kan bidan dong bilang
bagus to, ASI ju beta selalu kasih. Hmm terus beta ju rajin bawa dia pi imunisasi supaya lengkap
ade.
P : Terus ada yang dukung kakak ko sonde? Dia pung bapa ko, atau dia pung nenek dong, petugas
kesehatan dong atau sapa ke kak? Terus kalau ada dukungan, dong dukung kak kermana?
I : A suami, orangtua, petugas kesehatan, pokoknya semua dukung ade. Kalo dari suami yah
pokoknya bantu- bantu beta ko kasih makan ini anak, terus suruh beta perhatikan dia pung kondisi
tubuh. Kalo orang tua dong ini dong ni lebih takut kalo cucu sakit jadi biar dong son talalu
mengerti ju stunting itu apa tapi dong yang paling perhatikan kalo soal waktu makan. Berani beta
terlambat kasih makan neta yang kena marah su. Nah, kalo petugas kesehatan na suruh rajin pi
posyandu, kasih ingat terus ko kasih makan beta pung anak makanan bergizi. Itu sa ade.
P : Baik ee kak kalau begitu, saya kira informasinya sudah cukup kak. Terima kasih untuk waktu dan
kesempatannya ee kak.
Informan 2
P : Selamat pagi mama, perkenalkan saya Sisilia Noviaming panggil saja saya Cici. Saya adalah
mahasiswi FKM UNDANA. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai persepsi ibu
balita stunting mengenai stunting. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan mama untuk menjawab
pertanyaan ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Atas bantuan dan kerja sama dari mama,
saya ucapkan terima kasih.
P : Terima kasih mama, kita langsung saja ee mama. Mama, mama pernah dengar ko istilah tentang
stunting?
P : Kalau mama pernah dengar, mama dengar dari siapa ee, terus mama dengar dimana?
I : Beta dengar pas beta pi posyandu, bawa beta pung anak timbang terus ibu bidan dan mama kader
dong omong. Ibu dong omong karena beta pung anak dua ni stunting, jadi ibu dong suruh beta KB
tapi beta belum mau.
I : A beta kurang tahu nona tapi yang be pernah dengar, stunting itu anak yang kici anak, a yang
pendek tu nona dan kurang gizi .
P : Apa yang mama rasa pas mama tahu kalau mama pung anak ini stunting? Kira- kira mama ada rasa
cemas dan khawatir ko?
I : Pertama ni beta takut ju a karena ini anak lahir premature dan diap badan lemas juga to. Mah dia
pung kakak ju model ke dia, jadi beta sekarang sonde takut le, ko diap kakak dong ada sehat- sehat
semua baru ju anak ke dia disini ju ada bermain ke biasa sa sonde ada yang sakit berat ju, jadi be
pikir eh biar su nanti dia besar dia tinggi sendiri.
P : Mama ada kasih tahu bapa ko kalau ade nii stunting? Terus dia pung nenek dong mama kasih tau ju
ko sonde?
I : Beta kasih tahu, beta bilang ini anak katanya stunting, terus a dia pung bapa dan nenek dong biasa
saja karena ini bukan penyakit to, ko sekarang dia ada sehat deng segar ni. Jadi beta, dia pung bapa,
dan nenek dong pikir sonde perlu ketong takut, ko dia pung kakak ju sama ke dia.
P : Menurut mama, akibat dari stunting ini apa ? Ju, mama takut ko sonde kalo mama pung anak kena
akibat dari stunting ni? Terus dia punya bapa dan nene dong karmana oo mama?
I : Beta sonde tahu dia pung akibat ni apa, mungkin karena beta pung anak premature ko makanya dia
ke noe- noe, sonde ada semangat tu nona. A dia pung bapa dan nene dong ju kelihatan kek biasa sa
karena dong lihat dia ada bermain, biar dia ke noe- noe begitu dia sonde pernah masuk RS
P : Iya ma itu su
I : Yang beta tahu itu karena kurang gizi, kurang makanan sehat, dan sonde kasih susu terus beta pung
anak yang bungsu ni lahir premature, jadi beta pikir karena itu su beta pung anak stunting. Ma,
hanya beta deng be pung laki ju pendek mungkin dong ikut ketong ko? Nah, begitu su !
I : Iya to nona
P : Mama tahu penyebab stunting pada balita ni dari siapa dan dimana mama?
I : Beta tahu dari ibu bidan, pas beta bawa dia pung kakak pi timbang sekalian beta juga periksa
kehamilan waktu beta hamil Mega.
P : A kemudian ma waktu mama ada hamil dan habis melahirkan mama ada pi di pustu atau puskesmas
ko sonde?
P : Terus menurut mama periksa kehamilan dan kesehatan mama setelah melahirkan di PUSKEMAS/
PUSTU penting ko sonde?
I : A beta rasa penting karena petugas dong selalu suruh beta pigi periksa apale beta ni su tua, baru
Mega ni lahir premature. Jadi, beta takut nona makanya mau sonde mau jauh ju beta pi
P : Pas mama hamil nii ada makanan dan minuman yang mama rasa itu pantangan ko?
I : Sonde ada nona beta sonde ada pantangan makanan dan minum, apa sa beta makan pas beta hamil.
P : Sebelum mama pung anak 6 bulan mama ada kasih makan dan minum apa begitu?
I : Yang beta ingat, beta sonde pernah kasih makan dan minum apa- apa selain beta pu air susu.
I : Dari beta pung anak pertama sampai yang ketujuh ni beta selalu kasih air susu, apale be pung anak
terakhir ni premature jadi bidan dong suruh beta harus kasih be pung anak ASI dong bilang kasih
ASI yang banyak biar anak sonde gampang sakit deng dia pung tubuh kuat.
P : Pas adek ni su 6 bulan mama kasih dia makan apa selain mama pung ASI?
I : Beta kasih dia bubur ulik yang su campur deng sayur, kadang beta taro telur sedikit.
P : A kemudian ma, kira- kira mama pung anak mega ni ada pantangan makanan ju ko sonde?
I : Ai nona ee, sonde ada pantangan apa- apa be kasih makan dong apa saja yang penting dong makan
dan kenyang.
I : Aduh nona ee, beta sonde tahu ni co nona lihat di itu buku merah muda tu, beta sonde mengerti, ko
yang isi bidan dong be hanya tahu bawa beta pung anak dong pas hari posyandu.
I : Beta sonde tau nona ee, menurut beta pas hamil tu rajin pi periksa supaya dapat obat dari bidan
dong, makan makanan yang sehat, kasih ASI, rajin pi posyandu dan imunisasi biar dapat suntik
dan obat supaya be pung anak sehat.
P : Mama tahu cara cegah stunting ni dari kapan?
I : Beta sonde ingat kapan, tapi pas be pung anak yang ke enam lahir tu beta su sering dapa kasih ingat
dari ibu bidan dong
I : Sonde nona, be pung anak yang stunting ni ada dua orang jadi beta su tau dari beta pung anak yang
ke enam.
I : A dari orang diposyandu, ibu bidan dan ibu kader dong ni.
P : Mama su buat cara cegah stunting ko? Kalau mama su buat kira- kira su sesuai dengan anjuran ko
mama?
I : Iya sudah nona tapi beta sonde tau itu su sesuai ko sonde, te beta ju sonde terlalu tau tentang
stunting, be hanya tahu bagitu sa. Petugas dong suruh beta buat apa untuk be pung anak dong be
ikut sa sesuai yang dong suruh.
P : A karmana mama pung cara rawat mama pung anak yang katanya su stunting nii?
I : A beta ju sonde tahu nona tapi beta selalu bawa dong pi posyandu supaya petugas dong bisa bantu,
sama kek kasih obat vitamin ko suntik ko atau dapat makanan di posyandu. Terus beta selalu kasih
dong makan satu hari tu tiga kali, biar nasi deng garam ju yang penting dong makanan supaya dong
pung berat naik, kalo ada marungga ju be kasih makan karna ibu bidan dong bilang marungga tu
bagus untuk anak kecil.
I : Beta rawat dong begini mulai dari ibu di posyandu bilang beta pung anak stunting ko pendek ko apa
ko.
I : Setiap hari be rawat dong begini, mulai dari beta tahu be pung anak- anak dong stunting, jadi dong
butuh makanan yang lebih.
I : Begitu su nona ee, beta kasih makan minum yang lebih dari dia pung kakak- kakak sebelumnya,
beta rajin bawa pii posyandu biar dong suruh beta buat apa sa be ikut yang penting untuk be pung
anak dong sehat.
P : Terus ada yang dukung mama ko sonde? Dia pung bapa ko, atau dia pung nenek dong, petugas
kesehatan dong atau sapa ke ma? Terus kalau ada dukungan, dong dukung ma kermana?
I : Iya nona, dong dukung, biasa ju yang kasih makan dia punya bapa kalau beta ada bamasak ko dia
pung bapa sonde pi kerja. Nenek dong dukung dalam doa sa kalau petugas dong talalu dukung
karena selalu kasih ingat beta harus buat apa untuk adek dong, biasa dong datang panggil beta
dirumah kalo mau posyandu pas be lupa karena beta ju sonde ada hp na.
P : Baik mama saya rasa hanya itu saja untuk informasi mengenai persepsi mama tentang stunting.
Terima kasih oo ma su meluangkan waktu buat beta.
Informan 3
P : Selamat pagi mama, perkenalkan saya Sisilia Noviaming panggil saja saya Cici. Saya adalah
mahasiswi FKM UNDANA. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai persepsi ibu
balita stunting mengenai stunting. Oleh karena itu, saya memohon kesediaan mama untuk
menjawab pertanyaan ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Atas bantuan dan kerja sama dari
mama, saya ucapkan terima kasih.
P : Kita langsung saja ee mama. Mama, mama pernah dengar ko istilah tentang stunting?
P : Oh iyah mama. Kalau begitu, mama dengar dari siapa ee, terus mama dengar dimana?
I : Waktu itu saya dengar pas saya ke posyandu, saya dengar dari petugas di pustu dan mama kader,
karna ada anak-anak yang stunting jadi petugas dong kasitau makanya saya su tau.
P : Menurut mama stunting itu apa?
I : Menurut saya tu nona, stunting itu anak yang tingginya kurang, gizinya ju kurang, berat badan ju
kurang.
I : Kalo menurut saya tu nona dia pung badan pendek, kelihatan ke kurus baru ju ke lemah-lemah
begitu, dan pertumbuhannya terlambat.
P : Terus yang mama rasa pas mama tahu kalau mama pung anak ini stunting, kira- kira mama ada
rasa cemas dan khawatir ko?
I : Kalo mau dibilang ni nona, awal-awal saya agak takut ju tapi sejauh ini saya rasa eh sonde apa-apa
ternyata, buktinya saya pung anak ada aman-aman sa ni sonde lesuh-lesuh yang bikin dia sampe a
sonde makan atau sonde bisa bermain. Ternyata biar dia badan kecil begitu ju dia ada bermain lari
pi lari datang deng anak-anak dekat rumah sini dong.
P : Kalo begitu mama ada kasih tahu bapa ko kalau ade nii stunting? Terus dia pung nenek dong mama
kasih tau ju ko sonde?
I : A saya kasi tau dia pung bapak nona, saya pung suami ni selalu tau semua. Jangankan stunting,
pokoknya kalo saya su pulang dari posyandu pasti saya langsung kasi tau dia punya bapak. Karna
dia punya bapak juga selalu tanya to nona, kermana perkembangan a kita pung anak. Kami kan
tinggal sendiri terus mama mantu ju su meninggal hanya saya ju kasitau saya pung mama, bapa
deng keluarga.
P : Terus bagaimana bapa punya reaksi saat bapa tau anaknya stunting ma?
I : A kalo saya lihat ni bapanya biasa saja nona, mungkin karna dia lihat saya sonde panik dan anak
sehat.
P : Jadi menurut mama, dampak atau akibat dari stunting ini apa ? Ju, mama takut ko sonde kalo
mama opung anak kena akibat dari stunting ni? Terus dia punya bapa dan nene dong karmana oo
mama?
I : Kalo saya lihat-lihat ni dia pung akibat saya pung anak ke kecil karna pendek begitu to nona,
tambah le kadang dia agak ke lemah-lemah begitu hanya saya dan dia pung bapa tidak terlalu takut
karna dia ju sonde kelihatan sakit berat ko harus masok rumah sakit jadi kita ju rasa aman sa. Dia
pung nene dong ju bilang sonde apa-apa asal dia ada bermain dengan anak-anak dong dan makan
seperti biasa.
I : A kalo yang saya tau itu nona, stunting ni karna sonde kasi asi, sonde kasi makan yang gizi lebih
mungkin pas hamil ju sonde makan yang sehat dan ada gizi makanya anak lahir dia pung gizi ju
kurang.
P : Jadi menurut mama , anak yang kurang gizi itu stunting ko?
P : Mama tahu apa penyebab stunting pada balita ni dari siapa dan dimana mama?
I : Saya tau dari ibu bidan deng petugas-petugas dong waktu di pustu kadang di posyandu ju dong ada
omong kalo ada anak yang stunting to, jadi saya biasa dengar.
P : Waktu mama ada hamil dan habis melahirkan mama ada pi di pustu atau puskesmkas ko sonde?
P : Menurut mama periksa kehamilan dan kesehatan mama setelah melahirkan di PUSKEMAS/
PUSTU penting ko sonde?
I : Sangat penting e nona, saya pikir ju kalo sonde pi periksa na saya mau tau saya pung kondisi dari
mana le, misalnya saya ada kenapa-kenapa atau kurang apa kan petugas dong bisa kasitau dan kasi
saran to supaya saya tau apa yang saya harus bikin begitu. Baru petugas dong ju selalu cek dan
kasi ingat saya to kalo misalkan saya sonde pi. Jadi itu pasti penting untuk kita to nona.
P : Baik ee mama, terus waktu mama hamil nii ada pantangan makanan dan minuman khusus ko ma?
I : Saya sonde ada pantangan apa-apa nona, waktu saya hamil itu saya makan dan minum apa saja
saya sonde pemali makanan dong, kalo mama-mama zaman dulu dong bilang na pemali kalo
makan ini itu nanti anak begini lah begitu lah, ma zaman sekarang ni kalo kita sonde makan na kita
kurang gizi su.
P : Sebelum mama pung anak 6 bulan mama ada kasih makan dan minum apa begitu?
I : Saya hanya kasi dia asi saja nona, saya sonde kasi dia makan dan minum apa-apa soalnya petugas
di pustu dong ju kasi tau kalo kasi asi sa dolo jang kasi makan apa-apa karna anak masi kecil.
I : Saya tau dari orang tua, dari anak pertama kan sudah diberi ASI, terus a petugas dong di pustu
kadang kalo saya pi periksa di puskesmas ju petugas dong ju ada omong-omong to nona jadi saya
su tau. Makanya saya pung anak saya kasi asi sa sonde kasi dia makan atau minum yang lain le.
P : Jadi pas adek su 6 bulan ni mama kasih dia makan apa selain mama pung ASI?
I : Saya kasi dia bubur yang su di ulik tu nona, saya campur dengan sayur-sayur, kadang saya kasi
telur ju atau saya masak dan merungga, wortel baru saya ulik kasi halus. Pokoknya ada sayur apa
sa yang bisa campur dan bubur na saya kasi dia.
I : Ade sonde ada pantangan makan, saya kasi makan apa sa yang bisa campur di dia pung bubur asal
dia mau makan, kadang saya ganti-ganti sayur ju to supaya dia jang bosan sa.
I : Kalo imunisasi lengkap ni sudah nona, karna saya selalu pi posyandu to nona
P : Baik ee ma, ma kira- kira apa ee ma pung alasan beri adek ni imunisasi lengkap?
I : Biar dia sehat nona, karena a setau saya imunisasi kan biar anak kebal dari sakit begitu nona.
I : Cara cegah ini stunting kalo menurut saya tu yang penting pas hamil na rajin pi periksa biar dapat
obat atau vitamin to kalo misalnya kita ada kenapa-kenapa, terus ju rajin kasih anak ASI, rajin pi
imunisasi dengan makan makanan yang sehat dong supaya kita dan bayi ju sehat to.
I : Saya tau pas saya sering pi periksa di pustu kalo sonde pas saya pi periksa di puskesmas waktu
saya ada sementara hamil tu nona.
P : Baik ee mama, terus mama tahu ini pas mama pung anak su stunting ko?
I : Sonde nona, saya su tau dari saya hamil waktu saya pi periksa na saya sering dengar petugas dong
omong mama dong yang dong pung anak ada stunting.
P : Mama su buat cara cegah stunting ko? Kalau mama su buat kira- kira su sesuai dengan anjuran ko
mama?
I : Saya sonde tau su sesuai anjuran ko sonde e nona, tapi saya buat sesuai dengan apa yang petugas
dong suru intinya saya kasi makanan yang sehat dan berigizi terus kasi ASI dan rajin pi posyandu.
P : Ooiya ee ma, terus ma bagaimana mama pung cara rawat mama pung anak yang katanya su
stunting nii?
I : Saya rawat semampu saya sa nona, saya rajin bawa pi posyandu, perhatikan ade pung waktu
makan, saya kasi dia makan apa saja yang dia mau yang bisa buat dia sehat ko dia punya berat
badan ju naik, petugas dong kasitau suru kasi makan apa na be ikut sa supaya na saya pung anak
sehat to nona biar kalo pi posyandu na kalo timbang na petugas dong sonde marah kita ju karna
anak ada perubahan dan tambah sehat.
I : Saya rawat mulai dari saya pi periksa petugas bilang saya pung anak ni stunting jadi harus begini
na begitu na jadi saya ikut su.
P : Terus ma sejauh ini, sudah berapa kali mama rawat dong dengan cara begini?
I : A saya sonde bisa hitung su berapa kali saya rawat ade begini karna setiap hari saya su mulai
terbiasa dengan rawat dia begini karna saya tau ade butuh makanan yang lebih sehat jadi saya
selalu perhatikan dia.
I : Yah, saya rawat dalam bentuk kasi perhatian lebih, sama ke perhatikan dia pung makan minum dan
kasi dia makanan yang gizi lebih le biar ko dia tambah sehat to nona.
P : Terus ada yang dukung mama ko sonde? Dia pung bapa ko, atau dia pung nenek dong, petugas
kesehatan dong atau sapa ke ma? Terus kalau ada dukungan, dong dukung ma kermana?
I : Sangat dukung nona ee, apale dia punya bapak, dia talalu dukung, malahan kalo saya ada keluar dia
yang kasi makan ade, kadang ju klo sonde pi kerja na dia antar saya pi periksa dan pi posyandu.
Petugas dong ni selalu dukung aa ko dong yang selalu kasi ingat saya untuk datang periksa to kalo
sonde na dong sms atau telfon ju. Kalo dia pung nene dan keluarga dong na kasi dukungan suru
ketong kasi anak makan ini, makan itu supaya sehat begitu dan dong ju selalu kasitau supaya kita
jang stres dan kita punya anak.
P : Luar biasa ee ma, saya rasa informasinya sudah cukup. Terima kasih ma.
Informan 4
P : Selamat pagi kakak, terima kasih untuk waktu dan kesediaannya. Nama saya Sisilia Noviaming,
biasa dipanggil Cici mahasiswa FKM UNDANA. Maksud kedatangan saya adalah a saya ingin
mendapatkan informasi mengenai persepsi ibu balita stunting tentang stunting untuk penelitian
tugas akhir saya yang berjudul Kajian Persepsi Ibu Balita tentang Stunting di Wilayah Puskesmas
Tarus Kabupaten Kupang. Kak data dalam wawancara ini akan dijaga kerahasiaannya dan hanya
akan digunakan dalam penelitian ini. Atas bantuan dan kerjasama kakak, saya ucapkan terimakasih.
P : Terima kasih kak, a saya langsung mulai saja ee kak. Kak, apakah kakak pernah mendengar istilah
tentang stunting?
I : Ooiya pernah
P : Kak, bisa diceritakan ko kak, kakak mendengar istilah stunting ini dari siapa dan dimana kak?
I : Stunting saya itu dengar dari gubernur, soalnya programnya pemerintahkan untuk pemberantasan
stunting di NTT selain itu dari petugas kesehatan juga, saya dengar dari a radio..radio, selain itu
saya a dengar di instansi kesehatan a misalnya puskesmas, di tempat posyandu juga.
I : Kalau yang menurut saya dengar dan yang saya pernah baca tu pertumbuhannya tidak sesuai
dengan usianya. A anak itu jadi lebih kerdil, a minta maaf tidak sesuai dengan usianya.
P : Ooiya kak, terus apa yang kakak rasakan saat mengetahui bahwa anak kakak mengalami stunting?
Adakah rasa cemas serta khawatir?
I : Cemaslah, soalnya yang Alexandria itukan dia kek malas makan kan kak. Maka, kadang- kadang
kita kalau mau ke posyandu takut juga kira- kira dia pung berat badan ni naik atau tidak ini bulan
begitu
P : Terus apakah kakak langsung memberitahu suami, opa omanya tentang kondisi dari anak kakak?
I : Kasih tahu, cuma memang anaknya ini dia kermana ee maunya disuruh makan itu susah. Jadi kalau
makan makanan pokok 4 sehat 5 sempurna itu susah, tapi kalau makan jajan itu dia mau he‟e. Tapi
kalau roti- roti yang dibuat sendiri di rumah itu dia makan he‟e.
P : Ooo, seperti itu ee kak. Terus a menurut kakak dampak yang dialami jika anak mengalami stunting
itu apa kak?
I : A mager (malas gerak), menurut saya mungkin yah kak dia kurang bersemangat begitu. Tapi puji
Tuhan kalau anaknya saya itu tetap aktif bermain.
P : Apakah kakak merasa takut kalau dampak tersebut terjadi pada anak kakak?
I : Takut itu pasti kak, karena Alexandria ini susah buat disuruh makan kak. Tapi, sejauh ini karena
dia masih aktif bermain dan ceria saya bersikap a biasa saja dan tidak mengganggap ini sebagai apa
ee suatu masalah yang serius begitu. Jadi, a dibawah santai saja.
P : Bagaimana dengan suami kak terus opa omanya apakah mereka merasa takut atau cemas jika
dampak tersebut terjadi pada anak dan cucunya?
I : Kalau opa oma itu bukan taraf cemas lagi kak, maunya su apa ee ketakutan takut kalau nanti
anaknya sakit karena dia anaknya malas makan. Kalau suami sih mungkin karena kita a generasi
millineal to kak, jadi biasa juga cek di internet kalo anak a selagi dia tetap sehat, a apa ee aktif
selagi dia tetap makan jadi tidak apa- apa.
I : Yang pernah saya dengar itu dari ibunya pada saat hamil begitu, tidak makan makanan yang
bergizi, kurang kalsium, a apa ee vitamin sehingga pada saat bayi lahir itu berat badannya kurang,
terus tinggi badannya kurang.
P : Ooiya kak, penyebab stunting ini kakak tahu dari mana ? Terus yang memberitahu kakak tentang
penyebab stunting itu siapa?
I : Kalau penyebabnya tadi saya tau dari internet, media, petugas kesehatan juga.
P : Apakah saat kehamilan dan masa setelah melahirkan kakak sering mengunjungi a pusat pelayanan
kesehatan untuk memeriksa kehamilan dan kesehatan kakak?
I : Iya adik. Saya sering sekali mengunjungi pusat pelayanan kesehatan dan ke dokter kandungan
juga, biar a apa namaya bisa di USG.
P : Menurut kakak apa pentingnya memeriksa kehamilan dan kesehatan ibu setelah melahirkan di
puskesmas/ pustu?
I : A apa ee, menurut saya pemeriksaan kehamilan itu penting biar ibu dan bayi sehat, selain itu a bisa
dideteksi sedini mungkin mengenai penyakit bawaan ibu dan bayi sehingga a bisa dilakukan
tindakan medis yang benar untuk keselamatan dan kesehatan ibu serta anak. Itu sih menurut saya.
P : Apakah ada pantangan makanan khusus saat kakak hamil?
I : Tidak ada.
P : Kemudian apakah ada cairan atau makanan lain yang sempat diberikan kakak kepada Alexandria
sebelum ia berusia 6 bulan kak?
I : MPASI
P : Terus kakak tahu mengenai ASI eksklusif ini dari siapa kak?
I : Dari pengalaman, pokoknya dari puskesmas juga, dari posyandu juga, dari dokter juga
I : Tidak juga, memang dari dalam diri sendiri mau memberikan ASI eksklusif karena a ASI itu kaya
akan manfaatkan.
P : Kalau untuk makanan pendamping ASInya, makanan yang kakak berikan itu biasanya dalam
bentuk apa?
I : A biasanya bubur, atau apa namanya ke bubur kacang juga, lalu apa namanya kek ubi- ubian itu
dibuat bola- bola dalam bentuk cake biar dia bisa dan suka makan.
I : Tidak ada pantangan makanan khusus, selagi dia suka dan doyan makan pasti akan beta kasih
I : Untuk ketahanan imunnya sendiri, terus program pemerintah juga, terus a apa namanya sosialisasi
dari petugas kesehatannya juga dan menurut saya tidak ada ruginya malah membuat anak menjadi
lebih sehat.
I : Memberikan makanan yang bergizi, banyak kalsiumnya kalo di NTT khususnya di Kupang yah kak
kita di rumah juga banyak marungga jadi bisa selalu makan itu.
I : Pencegahan stunting ini, a kalau yang betul- betul apa namanya tau sekali itu betul- betul waktu
masa kepemimpinannya gubernur Viktor Laiskodat ini, karena programnya dia itu a mengenai
pemberantasan stunting di NTT kan kak.
P : Apakah sejauh ini kakak sudah melakukannya? Jika sudah, apakah telah dilakukan secara teratur
atau tepat sesuai yang telah dianjuran yang diberikan?
I : A apa yang dilakukan di rumah kan pasti telah sesuai dengan a kondisi di rumah. Saya tidak tahu
apakah sudah sesuai dengan yang diberikan oleh petugas kesehatan.
P : Jadi kak, sejauh ini bagaimana cara kakak untuk menanggulangi stunting, maksudnya cara kakak
untuk merawat Alexa yang terasa stunting?
I : Selalu beri dia makan, ajak dia beraktifitas, terus a lebih banyak minum air marungga sering sekali.
I : Sejak dia memasuki usia MPASI saya selalu buat kak. Seminggu itu 3 sampai dengan 4 kali bikin
sup marungga biar dia senang makan begitu
P : Ooo begitu ee kak, dalam bentuk apa saja kakak melakukan penanggulangan itu?
I : A biasanya dalam bentuk makanan tu. Kalo dikasih sayur terus tu pasti anak- anak malas to kak,
jadi kadang- kadang saya bikin dia perkedel, kadang- kadang cake, kadang- kadang bikin kue
kering biar kalau bentuknya aneh- anehkan dia pasti mau makan.
P : Iya kak, kemudian adakah yang mendukung, seperti suami, mertua, orang tua, petugas kesehatan
atau orang lain begitu?
I : Ooo pasti soalnya kebetulan di a kompleks itu ada ibu bidan. Bidan Ricis, jadi dia selalu bilang
aduh kasih dia makan banyak- banyak.
P : Pertanyaan terakhir kak, dukungannya itu dalam bentuk apa saja kak?
I : Biasanya perhatian terus antar posyandu selalu rutin hanya kemarin waktu COVID itu kita tidak
hadir, tapi setelah itu posyandu selalu datang setiap tanggal 10.
P : Dari petugas puskesmas kak dukungan yang diberikan dalam bentuk apa saja kak?
Informan 5
P : Selamat siang mama, perkenalkan saya Sisilia Noviaming ma mahasiswa FKM UNDANA yang
sedang melakukan penelitian tentang stunting. Jadi hari ini, saya mau mendapatkan informasi dari
mama berkaitan dengan persepsi ibu balita stunting tentang stutning. Atas bantuan dari mama saya
ucapkan terimakasih.
I : Iya kak !
P : Terima kasih mama, kita langsung saja ee mama. Mama, barangkali mama bisa ceritakan apakah
mama pernah mendengar istilah stunting ko?
P : Baik ee ma, seingat mama, mama dengar istilah stunting itu dari siapa dan dimana ee ma?
I : Beta dengar di tempat posyandu dan puskesmas, yang kasih tau sudah pasti petugas kesehatan dan
mama ketua kader posyandu.
I : Menurut beta stunting itu anak pendek serta badannya kurus kakak.
P : Ooiya ee ma, menurut mama anak yang stunting itu cirinya apa ee ma?
I : Kalau soal itu saya tidak tau, tapi karena setiap kali posyandu berat badan anak saya kurang dan
katanya pendek. Mungkin saja ciri-cirinya seperti itu.
P : Oo seperti itu ee ma, ma sejauh ini adakah rasa khawatir atau cemas saat mengetahui anak mama
mengalami stunting ko?
I : A sebagai ibu pasti takut kak kalau petugas kesehatan bilang sesuatu yang sonde baik tentang kita
pung anak, kan ade ni ringan berat badannya kurang, terus dia kurang makan. Tapi karena a anak
tidak sakit dan a jarang sekali sekali sakit beta jadi lebih lega dan tidak terlalu takut seperti waktu
pertama kali tau anak dibilang stunting oleh ibu bidan dan mama kader dong dan a lagian stunting
ini kan bukan penyakit to kak.
P : Ooiya ee ma, terus mama langsung memberitahu bapa dan opa omanya ko mengenai kondisi adek?
I : Kalau suami beta kasih tahu, ini anak berat badan kurang sonde tinggi katanya, jadi harus dapat
perhatian lebih. Orang tua su sonde ada ade, karena sonde tinggal dengan ketong.
P : Oo begitu ee ma, terus ma dong pung reaksi saat tahu anak stunting karmana oo ma?
I : A waktu itu bapanya suruh bawa pi periksa di puskesmas di dokter dong, tapi karena karena dia
lihat anaknya ada sehat, pintar dan kuat sekali bermain, dia sekarang ke apa ee biasa saja begitu.
P : Ooo, begitu ee ma. A menurut mama dampak yang dialami jika anak mengalami stunting itu apa?
I : Aduh dampaknya, ee apa ee menurut beta ee bisa cacat fisik kah, gampang sakit ko, terus bisa jadi
badannya lemes noe begitu. Kira- kira sepeti itu kak, beta sonde terlalu tau.
P : Kemudian ma, apakah mama takut kalau dampak tersebut terjadi pada anak?
I : Iya ade takut sekali, apalagi kalo sampe cacat fisik begitu. Tapi karena beta punya anak Puji Tuhan
baik- baik saja beta sonde terlalu takut sekarang, hanya masih tetap hati- hati ade selalu perhatikan
dia punya pertumbuhan dan perkembangan.
P : Baik ee ma, terus ma bagaimana dengan bapa apakah bapa takut juga ko? Terus opa omanya ma
karmana?
I : Namanya orang tua pasti takut ade, anak sakit sedikit saja pasti panik dan takut tapi sama seperti
beta, lihat anak masih sehat, masih bermain den kawannya dong, jadi bapa tua ju biasa saja. Orang
tua kalau mereka tau pasti takut, tapi kan orang tua jauh sonde tinggal dengan ketong.
P : Kemudian ma, menurut mama apa saja penyebab stunting pada balita?
I : Menurut beta dari apa yang pernah dengar itu karena sonde makan, makan yang bergizi.
Selebihnya beta kurang tau, mungkin su dari sananya memang begitu kak ee.
P : Ooo begitu ee ma, jadi menurut mama itu anak kurang gizi itu stunting?
P : Baik ee ma, terus mama tahu tentang penyebab stunting ini dari mana dan siapa yang memberitahu
ma?
I : Di pustu tempat posyandu, yang kasih tau itu ini ibu bidan dong dan mama kader posyandu.
P : Terus ma, apakah saat hamil dan setelah melahirkan mama rutin periksa kehamilan di pustu atau
puskesmas ko?
P : Baik ee ma, terus pentingnya periksa hamil dan kesehatan mama setelah melahirkan di puskesmas
atau pustu itu apa ee menurut mama?
I : Menurut beta biar ibu dan anak sehat. Bisa a diberi perawatan yang baik biar cepat pulih setelah
melahirkan. Apalagi beta hamil diusia tua to ade dan anemia ju jadi harus butuh perawatan yang
bagus. Kalau hanya duduk diam di rumah saja takutnya terjadi apa- apa begitu.
P : O begitu e ma, terus ma ada pantangan makananan dan minuman khusus ko ma waktu mama
hamil?
I : A sonde ada, waktu kehamilan anak pertama memang ada kaka, misalnya ke ubi begitu. Tapi saat
hamil anak yang ke empat ini su sonde ada, makan apa saja kakak.
P : Iya ma, terus adek ini ASI eksklusif ko ma atau ada makanan dan minuman lain yang diberikan
sebelum ade berusia 6 bulan?
I : Itu dari ibu bidan. Beta selalu didukung keluarga dan ibu bidan biar anak sehat dan
pertumbuhannya baik.
P : Kemudian ma, makananan pendamping ASI seperti apa yang biasa mama berikan kepada adek?
I : Awal- awal saya kasi biskuit untuk balita punya tu, kemudian diberi bubur campur dengan sayur.
P : Terus ma, adakah pantangan makanan khusus yang diberikan kepada anak ma?
I : Tidak ada
P : Alasan mama memberikan imunisasi lengkap pada adek itu apa ma?
I : Cara cegahnya kermana ee, mungkin dengan memberikan makanan yang bergizi untuk ibu dan
anak, rajin pigi periksa juga. Setau saja begitu kaka.
I : Iya kaka
P : Ma, pencegahannya ni sudah dilakukan ko? Kalo sudah, apakah dilaukan secara tepat dan teratur?
I : Iya su buat kaka ! Kalau menurut beta sudah tepat dan teratur kaka. Eee tapi sonde tau menurut
orang yang lebih paham dong.
P : O begitu ee ma, terus ma bagaimana cara mama untuk menanggulangi stunting atau cara mama
untuk merawat anak mama yang katanya stunting ini?
I : Diberi makan yang bergizi, apa 4 sehat 5 sempurna dan selalu ke posyandu biar bisa saya tau
perubahan berat badannya begitu setiap bulan.
P : Terus ma dalam bentuk apa sajakah mama melakukan penanggulangan itu ma?
I : Apa ee, itu dia kasih makan nasi dengan sayur, ikan telur. Antar posyandu, kira- kira seperti itu
kakak.
P : Kemudian ma, apakah ada yang mendukung misalnya suami, orang tua, petugas kesehatan atau
mungkin orang lain?
I : A apa ee, kalau suami ikut bantu buat kasih makan anak, dia pung anak tidak boleh terlambat
makan atau paksa anak begitu biar dia mau makan, itu biar anak menangis sonde mau makan ju
bapa tua paksa. Kasihan ma, tapi demi kebaikan anak kita ikut su ma.
I : Mereka selalu ingatkan, biar anak kasih makan 4 sehat 5 sempurna, terus selalu ingatkan atau
panggil beta biar datang ke posyandu.
P : Baik sekali ee mama, ma saya rasa informasinya sudah cukup mama. Terima kasih mama.
Informan 6
P : Selamat siang mama, sebelumnya maaf oo sudah mengganggu, perkenalkan nama saya Sisilia
Noviaming mahasiswi FKM UNDANA yang sedang melakukan penelitian tentang stunting. Jadi
hari ini saya mau menggali informasi sedikit dari mama mengenai persepsi ibu balita stunting
tentang stunting. Atas bantuan dari mama beta ucapkan terima kasih.
P : Baik mama, kita langsung saja ee ma. Ma ini, bisa diceritakan ma apakah mama pernah mendengar
istilah tentang stunting?
I : Ya ! saya pernah ,mendengar istilah tentang stunting. Stunting itu kondisi tinggi badan anak tidak
normal dibawah standar, yaitu pendek dia punya kondisi tubuh juga tidak normal yaitu dia itu kurus,
sehingga dia punya berat badan terganggu dengan dia punya tinggi badan. Mungkin, mungkin pada
masa pertumbuhannya ada gangguan seperti tidak mau makan atau sakit- sakitan.
P : Ooiya ma. Ma istilah stunting ini mama dengar dimana dan dari siapa ma?
I : A istilah stunting ini saya dengar biasa lewat penyuluhan- penyuluhan di posyandu, biasa kita
berobat ke puskesmas. Pokoknya dari bagian Dinas Kesehatan.
P : Jadi ma, mama kan sudah menjelaskan tentang pengertian stunting itu apa. Jadi menurut mama anak
yang stunting itu ciri-cirinya bagaimana ma?
I : Stunting itu dia pendek, postur tubuhnya kurus. Iyah, apa namanya pendek dan pertumbuhannya
tidak normal.
P : Selain itu ma, apa yang mama rasakan saat mengetahui bahwa anak mama mengalami stunting.
Adakah rasa cemas serta khawatir mama?
I : Kadang- kadang ada sih karena nanti terganggunya dimasa pertumbuhan yang akan datang. Dia
punya apa, daya penangkapannya nanti akan berkurang.
P : Iya ma ! Kemudian apakah mama memberitahu suami, kemudian opa omanya mengenai kondisi
anak mama?
I : Iya !
P : Kira- kira kenapa mama memberitahu mereka dan bagaimana reaksi mereka saat mengetahui anak
mama mengalami stunting?
I : Saya kasih tau kan ini anak bungsu. Kan dia pung kakak dong besar, yang sembilan tahu su 35 kilo
nah. Hanya mungkin, ketika saya hamil diakan umur saya sudah 40 tahun lebih , jadi mungkin
faktor usia sehingga anak pung pertumbuhan su seperti ini. Reaksi mereka biasa saja, tidak cemas
dan khawatir juga kecuali kalau semua anak stunting, ini kan hanya yang bungsu saja. Dia pung
kakak besar semua.
P : Jadi menurut mama apa dampak yang dialami jika anak mengalami stunting?
I : Dia pung dampak tu seperti saya bilang dia punya otak itu nanti apa a agak terganggu. Terganggu
dalam arti daya penangkapan anak ini akan berkurang.
P : Terus apakah mama takut kalau dampak tersebut terjadi pada anak mama? Bagaimana dengan
suami, keluarga apakah mereka takut jika dampak tersebut terjadi pada anak dan cucu mereka?
I : Mereka sonde takut karena semua diserahkan pada Tuhan. Tuhan yang menciptakan pasti Tuhan
sendiri yang melindungi. Kecuali kalau terganggu dari anak yang pertama, ini anak ke 4 dia pung
kakak- kakak dong besar- besar. Hanya mungkin andia sa bilang karena waktu hamil dan lahir dia
sa pungumur su 40 tahun lebih.
I : Iya !
P : Ooiya mama. Jadi, penyebabnya mama tidak tau ee ma. Terus apakah anak yang stunting itu kurang
gizi?
I : Iya! Dia pung berat badan sonde sesuai standar na. Selalu turun, pokoknya selalu naik turun
P : Terus ma, apakah saat kehamilan dan masa setelah melahirkan ibu sering mengunjungi pusat
pelayanan kesehatan untuk memeriksa kehamilan dan kesehatan mama?
P : Jadi, menurut mama apa pentingnya memeriksa kehamilan dan kesehatan ibu setelah melahirkan di
puskesmas atau pustu?
I : Demi keselamatan ibu dan anak to kakak. Apalagi saat kehamilan yang terakhir ini saya punya usia
sudah tua, jadi katanya kehamilan saya sangat a berisiko.
P : Kira- kira waktu mama hamil ada ko ma makanan dan minuman yang menjadi pantangan?
I : Kalau makanan sonde ada. Tapi, seperti alkohol itu, kemudian rokok. Kan kalau minum alkohol dan
rokok terganggu janin to.
P : Terus ma, apakah ada makanan dan cairan lain yang mama berikan kepada adek sebelum dia
berusia 6 bulan?
P : Jadi, ini mama mengetahui ASI eksklusif ini dari siapa ma?
I : Itu dari Petugas kesehatan, melalui penyuluhan- penyuluhan terus didalam buku KMS ini tertera
didalam. Karena ASI eksklusif itu sangat penting to. Untuk pertumbuhan, perkembangan otak.
I : Dukungan dari?
I : Dukungan dari suami, keluarga, dan petugas kesehatan itu pasti ada. Baru dari pribadi sendiri
karena ASI eksklusif itu sangat penting.
P : Ooiya ee ma. Kalau untuk makanan pendamping ASI ma, makanan pendamping ASI apa yang biasa
mama berikan kepada anak mama?
I : Ini biasa dia makan makanan pendamping ASI setelah 6 bulan itu bubur tim 2 kali sehari 6 bulan
sampai dengan 9 bulan. Nanti 9 bulan ke 12 bulan baru kadang kasih bubur yang noe itu.
I : Pantangan makanan khusus pada anak sonde ada. Tapi dia son boleh makan yang pedas, ba minyak
dong, dan santan karena takut dia pung perut sakit to kakak.
P : Ooo begitu ee ma. Apakah adek ini mendapatkan imunisasi secara lengkap ma?
P : Kira- kira alasan mama kenapa memberikan imunisasi secara lengkap pada anak apa mama?
I : Cara mencegah stunting bisa kasih makanan- makanan yang bergizi, periksa kesehatan rutin itu.
I : Sejak beberapa tahun terkahir, kita pelan- pelan belajar tentang pecegahan stunting ini.
P : Kemudian ma, apakah ini diketahui saat anak diketahui mengalami stunting?
I : Iya kakak, diketahui setelah saya lihat dia sudah 4 tahun tapi dia pendek.
P : A terus apakah pencegahan ini sudah dilakukan dan jika sudah dilakukan apakah sudah dilakukan
secara teratur atau tepat sesuai yang dianjurkan ma?
I : Iya kak, sejauh saya sudah melakukan secara teratur sesuai dengan yang dianjurkan. Soal tepat
tidaknya be sonde begitu tau kak.
P : Terus ma bagaimanakah cara mama menanggulangi stunting, maksudnya saat mama mengetahui
adek mengalami stunting kiat- kiat apa atau bagaimana cara mama untuk merawatnya ma?
I : Cara yang saya lakukan memberikan dia makanan yang bergizi, rajin bawa posyandu biar diberi
vitamin dan suntikan dengan begitu kan walaupun dia stunting dia tetap sehat, bisa bermain dan
bersemangat, yah begitulah.
I : A Saya tahu sejak petugas puskesmas dan orang kader memberitahu bahwa anak saya stunting, jadi
membutuhkan perhatian yang lebih.
P : Ooiya ma, terus dalam bentuk apa saja mama melakukan penanggulangan itu ?
I : Dalam bentuk selalu memeriksakan diri di kesehatan. Kasih makan makanan yang bergizi, terus
istirahat teratur. Itu sa!
P : Iya ma. Apakah ada yang mendukung ma? Misalnya suami, petugas kesehatan, orang tua?
I : A mendorong supaya bisa memberikan anak makanan yang bergizi untuk pertumbuhan anak, selalu
mengingatkan untuk periksa ke posyandu supaya terpantau dia pung tinggi badan dan berat badan.
P : Ooo seperti itu ee ma baik su ma. Oiiya ma, sekian pertanyaan dari saya ma terimakasih ma untuk
waktu dan kesempatannya ma. Tuhan memberkati !
I : Baik terimakasih nona, jadi saya Marilyn Imelda Mooy. Saya a pengelola program gizi disni
Puskesmas Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dan saya bersedia untuk a apa
namanya diwawancarai kalau memang itu bersifat konfirmatif berhubung dengan a keadaan di
lapangan saat nona melakukan penelitian dan a saya akan mencoba untuk menjawab sepengetahuan
saya sebisa mungkin kiranya ada pertanyaan- pertanyaan yang bersifat klarifikasi saya akan
meneruskan ke kepala puskesmas ya. Karena itu saya ikut prosedurnya ya nona ya. Baik terima
kasih. Silahkan !
P : Terima kasih ibu, kita mulai saja ibu. Apakah ibu selaku pemegang program gizi pernah
memberikan informasi terkait stunting, penyebab, upaya pecegahan dan cara menanggulangi
stunting saat ibu melakukan posyandu atau saat ibu melakukan pemeriksaan kesehatan rutin?
I : Baik nona, jadi begini kalau untuk informasi tentang stunting itu selalu dilakukan ya. A bukan gizi
sendiri tapi kita bekerja sama dengan promkes ada penyuluhan- penyuluhan tentang stunting yang
disitu informasi, gejala- gejala, tanda- tandanya, apa penyebabnya dan juga a apa risiko dari
stuntingitu selalu diinformasikan kepada kader dan juga kepada a masyarakat, yakni ibu balita yang
ke posyandu dan juga infomasi- informasi tentang stunting itu bukan saja diposyandu tapi ada juga
kami kegiatan refresing kader posyandu dan disitu lebih detail lagi dijelaskan karenakan diharapkan
dari kami itu ke kader, kader juga bisa transferkan ke masyarakat informasi ini ya. Sehingga dari
situ ada perubahan perilaku.
P : Baik ibu, pertanyaan selanjutnya menurut ibu diantara pengetahuan tentang pengertian stunting,
ciri-ciri stunting, dampak, penyebab stunting serta cara pencegahan dan penanggulangan stunting
mana yang menurut ibu masih rendah dikelompok ibu- ibu stunting?
I : A menurut saya bukan pengetahuan tapi a pola hidup, perilaku hidup mereka yang masih kurang.
Jadi begini mereka itu sebenarnya tau. Tau stunting itu apa, penyebabnya apa, dampaknya itu apa,
tapi kadang- kadang ibu- ibu balita ini masih masa bodoh karena berpikir a anak- anak mereka
apalagi kalau ibu- ibu yang dia lihat anak yang sebelumnya, misalnya anak yang sekarang ini
pendek, nanti anak yang sebelumnya yang kakak dari yang sekarang ini dia juga pendek tapi dia
bertumbuh. Jadi, mereka itu selalu bilang begini ibu dia pung kakak ju dulu pendek. Ma sekarang
dia su tinggi begitu, tanpa mereka berpikir faktor- faktor yang terjadi karena stunting ini kan jangka
panjang toh. Faktor- faktor yang terjadi dikemudian hari begitu, jadi a pola hidup mereka sih
perilaku mereka sebenarnya. Kalo menurut saya.
P : Kemudian ibu menurut ibu, bagaimanakah pengetahuan ibu yang memiliki balita stunting diwilayah
kerja puskesmas Tarus ini? Jika rendah tinggi mengapa, jika tinggi itu mengapa menurut ibu?
I : Kalo disini saya berpikir tidak rendahnya juga, tidak tinggi juga mereka ada dikeadaan yang
sedang- sedang saja artinya kalo mereka jelaskan sebenarnya mereka paham tapi mau melakukan
seperti yang kita jelaskan ini yang a jadi kalau untuk merubah perilaku mereka ini yang a masih
susah begitu.
P : Jadi ibu berdasarkan hasil temuan, ada orang tua yang memiliki pengetahuan tinggi namun anaknya
mengalami stunting, bahkan dengan kategori sangat pendek ibu. Jadi menurut ibu sajakah
kemungkinan penyebabnya dan mengapa ibu berpikir demikian?
I : Penyebabnya mungkin a perilaku hidup mereka di masa lampau ya, masih remaja ibu- ibu balita ini
ya, masih remaja a tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi yang tinggi terus saat
ibu hamil dikasih tablet tambah darah tu tidak diminum. Minumnya senin kamis, idealnya dikasih
30 tablet, mungkin mereka hanya minum 10, 15 tablet itu pun syukur- syukur ditambah dengan
mungkin makan minum yang mereka konsumsi tiap hari kan tidak mengandung a gizi dan vitamin
yang mencukupikan. Jadi, itu menurut saya.
P : Kemudian, ini menurut pengamatan ibu selama menjadi a pemegang program gizi dan petugas
kesehatan bagaimana ciri-ciri anak stunting yang paling sering ditemukan di wilayah kerja
puskesmas Tarus ini ibu?
I : Kalau yang paling kelihatan kan pendek ya ibaratnya kita lihat anak 3 tahun misalnya ya, yang satu
lebih tinggi berarti yang pedek ini kan ciri-ciri yang paling kelihatan ya. Kemudian mungkin dari
segi keserdasan mereka ya, jadi kalo a biasanya orang melihat kalo stunting itu hanya pendek tapi
kan dari tingkat kecerdasan pun kita harus lihat dari situ kan. Jadi kalau anak dua orang 3 tahun
ketika kita tanya misalnya ade 2 + 2 berapa yang satu dia jawab 4, tapi yang satu dia masih berpikir
hitung- hitung. Tingkat kecerdasan mereka itu yang paling kelihatan, dari tinggi badan, dari tingkat
kecerdasan juga dari aktifitas mereka kan ada anak yang cenderung bermasalah stunting bukan
hanya karena masalah tinggi badan, seperti yang saya bilang tadi kecerdasannya berbeda dengan
anak yang tumbuh secara normal dan gizinya terpenuhi.
P : Kemudian ibu, menurut pengamatan ibu jika ada orang tua mengatahui anaknya mengalami
stunting. Apakah mereka merasa cemas dan khawatir sejauh ini bu?
I : Kalo a saya lihat ada yang khawatir, tapi lebih banyak yang tidak khawatir. Mereka berpikir kalo
masalah tinggi badan itu biasa- biasa saja yang penting mereka lihat mungkin kalo anaknya tidak
terlalu kurus apalagi ya. Tidak terlalu kurus mereka berpikir biasa- biasa saja be pung anak, dia
bermain dengan anak- anak, dia gerek- geriknya normal biasa. Tanpa mereka berpikir jangka
panjangnya kan nona. Nanti, besar a dalam prestasi akademik atau dalam persaingan ini tes- tes
seperti sekarang tes polisi saja orang ukur tinggi badankan dari situ anak mereka apa bisa memenuhi
persyaratan ya begitu.
I : Kan ibu bilang ada orang tua yang merasa cemas. Kira- kira rasa cemasnya itu ibu ditunjukan
dengan perilaku seperti apa ibu?
P : Itu mereka nanti dengan sendirinya datang untuk berkonsultasi. Entah itu dikader, nanti kadernya
teruskan ke kami ataupun biasanya berobat seperti anaknya mereka sakit dan datang berobat di
puskesmas, nanti dengan sendirinya masuk ruangan gizi sini ni ketika kami menginformasikan
keadaan anaknya mereka, mereka itu penasaran dan bertanya ibu ini kira- kira kalo be pung anak
beginini dia pung cara karmana begitu, masih bisa ko diperbaiki ko. Ya kami jelaskan bahwa a
stunting itu dia apa namanya seribu hari pertama kehidupan itu yang paling penting to, setelah dari
itukan istilahnya anak itu dikasih makan seperti apapun istilahnya apa ee mau dibilang percuma ko,
karena kan dia punya pertumbuhan dan perkembangan kan dari 0- 1000 hari pertama kehidupan
begitu. Tapi, masih bisa diperbaiki ketika mereka dikasih makan yang bergizi. Jadi, kadang- kadang
ibu juga berpikir makanana bergizi itu makanan yang mahal ya, misalnya kalo mereka pi makan di
restoran yang ada ayam goreng nah itu mereka bilang wuihh makan gizi o. Tapi mereka sonde
berpikir bahwa, makanan yang mereka olah sehari- hari dar dapur mereka, dari misalnya kebun ada
bayam, ada sayur putih itu makanan bergizi nah itu bisa diakali jadi anak kalo dia sudah pendek
harus dikasih makan yang bergizi, sehingga jangan sudah pendek lagi, otaknya tidak cerdas.
Setidaknya badannya pendek tapi dia masih bisa bersaing dalam hal akademik.
I : Kemudian ibu pertanyaan selanjutnya sampai saat ini, dampak stunting yang paling sering terlihat di
posyandu atau wilayah kerja puskesmas Tarus itu apa ibu?
P : Dampaknya ya seperti sekarang kalo tes- tes ini dari segi tinggi badan saja tidak masuk nominasi to,
kek sekarang ada musim- musim mau tes polisi atau mau masuk sekolah kesehatan sajakan tinggi
badan juga menjadi prioritaskan, menjadi salah satu persyaratankan harus memenuhi syarat.
Biasanya kalau anak- anak yang tinggi badannya tidak memenuhi persyaratan dengan sendirinya
mereka su loyo to . Dampak jangka panjangnya ya itu. Tapi ya ibu- ibu sekarang sonde berpikir
seperti itu, mereka pikir dong pung anak pendek tapi bisa bergaul dengan anak- anak yang tinggi
yak an, dong bermain bersama- sama tapi sonde berpikir kedepannya seperti apa.
I : Baik ibu ee, terus ini sepengetahuan ibu apakah disini ada makanan atau minuman khusus yang
menjadi pantangan bagi ibu hamil?
P : A ada ditempat- tempat tertentu tu di wilayah Kupang Tengah ini yang a makanan yang pantang,
misalnya kalo hamil sonde boleh makan daun kelor. Tapi ketong lihat to, kalau daun kelor dia
punya gizi, vitaminnya sangat tinggi to dan sangat bermanfaat sekali untuk salah satu kecerdasan
yak an terus ada yang kalo hamil sonde boleh makan yang amis- amis seperti ikan, telur daging
apalagi misalnya menjelang kelahiran.
I : Terus ibu ini apakah disini juga ada makanan atau minuman yang diperkenalkan sejak dini kepada
bayi sebelum berusia 6 bulan?
P : Kalo sebelum berusia 6 bulan a mungkin mereka dapatnya berupa penyuluhan- penyuluhan
makanan bergizi dalam ranga persiapan ee karena disini kita harga mati 0-6 bulan ASI Eksklusif.
Tapi dalam rangka memperkenalkan makanan- makanan yang bergizi untuk persiapan kalo anak
mereka sudah layak makan, artinya sudah usia 6 bulan keatas mereka selalu diberikan informasi
tentang makanan sehat PMBA (Pemberian Makanan Bayi dan Anak).
P : Kemudian apakah disni juga ada pantangan makanana khusus pada anak?
I : A mungkin ada ee dari orang tua ee, misalnya akan sonde kek tadi sonde boleh makan daun kelor
karena biasanya kalau orang tua tidak makan itu, pasti anaknya juga tidak makan. Orang tua sonde
boleh makan a daging ini, daging tertentu pasti anaknya satu rumah itu tdak makan otomatis anak
ini tidak makan.
P : Jadi menurut ibu adakah dukungan yang diberikan suami atau anggota keluarga lain kepada ibu
yang memiliki anak stunting? Jika ada dukungannya itu dalam bentuk apa ibu?
Kalo misalnya kita pasang sepuluh orang disitu, yang memberi dukungan ada mungkin tiga atau
empat bapak. Yang enamnya itu mereka lebih banyak urus anak itu urusannya mama ya. Kalo
bentuk dukungannya apa, biasanya orang tua dari sepuluh anak ini bapak yang empat ini mereka
rajin antarkan mamanya ke posyandu, mendengarkan infromasi- informasi ya, ada juga yang
memberi motivasi tapi itu biasanya orang tua yang pengetahuan ayahnya itu diatas standar ya. Jadi ,
dong wuih ketong pung anak pendek ni ketong bikin karmana supaya dia bisa berubah, jangan
karena pendek begini ketong kas tinggal- kas tinggal sa biasanya ada ayah- ayah yang seperti itu.
Ya saya bilang tadi, diantara sepuluh orang ayah ada tiga atau empat yang berperilaku seperti itu,
artinya bahwa lebih banyak yang cuek kan.
I : Kemudian ibu dukungan apa saja yang diberikan kader atau petugas kesehatan untuk ibu dalam
mencegah atau menanggulangi stunting?
P : Yang pertama penyuluhan, motivasi ya kepada ibu ini. Motivasi artinya lu pung anak su pendek
jangan lu menyerah tanpa syarat ya kan harus ada usaha, minimal a dia kalo makan sehat, olahraga
sedikit bersyukur to tapi yang utama makanannya harus sehat, bergizi, dan vitamin dan tidak
berpikir kalau itu makanan yang mahal. Misalnya kalo ketong pi kana di restoran satu orang bisa
habis tiga puluh sampe lima puluh ribu to, tapi kalau makan sehari- hari dirumah tiga puluh ribu
bisa untuk satu keluarga makanan yang bergizi dan bervitamin . Nah, untuk mengubah perilaku ini
yang susah. Kalau disini semi kota kan memang jarang ada yang makan diluar kek di warung-
warung atau di rumah makan tapi mereka itu biasanya prioritas orang tua itu satu sirih pinang ya
kan, dong beli sirih pinang dong ada uang tapi kasih makan dong pung anak makanan bergizi yang
tadi b bilang sonde mahal itu susah sekali ya. Ada orang tua sekitar sini yang dia pung mama ni
jual kangkung, jual sayur tapi anaknya dikasih makan supermie. Dia pung bapa nelayan tiap hari
pasti dapat ikan e hampir setiap hari, tapi anaknya lebih cenderung dikasih supermie. Jadi kalo
anak- anak nona lu kasih supermie satu piring disini, lu taro nasi dengan ikan deng sayur disini lu
suruh dong pilih dia lebih cenderung makan supermie karena apa rasanya, aromanya, rasa
micinnyakan, MSGnya menggoda yak an, warnanya menarik ya kan kalo makan tu dong langsung
rasa enak dilidah jadi anak sudah jinak dengan makanan- makanan seperti itu sehingga lu taro nasi
dengan ikan, sayur, tempe disini dong son peduli dong cenderung makan supermie, nanti dong bikin
tempe itu seperti snack padahalkan itu yang seharusnya dong makankan. Nah, diwilayah Kupang
Tengah masih ada orang tua yang seperti itu. Yang punya padi banyak digudang ditempat
penyimpanan misalnya dong punya rumah ada satu kamar itu ada sokal- sokal padi, tapi anaknya
makan mie kuah dari pagi sampai malam. Nah, apa yang mereka dapat dari situ yak an, otomatis
jangka panjang stunting son ada zat gizi yang masuk to yang ada karbohidrat say a, yang lain- lain
protein, dan lain- lain tidak ada to, vitamin apalagikan.
I : Baik ibu saya rasa informasinya sudah cukup bu. Terima kasih karena sudah meluangkan waktu
untuk menjawab pertanyaan dari saya.
Informan 8
P : Selamat pagi mama terima kasih untuk waktu dan kesempatan yang diberikan kepada saya.
Perkenalkan nama saya Sisilia Noviaming mahasiswa FKM UNDANA yang hendak melakukan a
penelitian tugas akhir yang bejudul Kajian Persepsi Ibu Balita Stunting tentang Stunting di Wilayah
Kerja Puskesmas Tarus Kabupaten Kupang. Oleh sebab itu saya memohon kesediaan mama selaku
kader posyandu untuk menjawab beberapa pertanyaan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya ma.
A sebelumnya ma saya ingin bertanya identitas mama, nama usia dan peran mama di posyandu ini
sebagai apa.
I : Baik nona, nama saya Felpina Gorang Mau, usia 48 tahun peran saya disini sebagai ketua kader
posyandu Kaniti.
P : Baik ma, kita langsung saja ya ma. Ma yang pertama a apakah bisa ceritakan selaku kader posyandu
apakah pernah meberikan informasi terkait stunting, penyebab, upaya pencegahan dan cara
menanggulangi stunting saat a posyandu atau saat ibu melakukan pemeriksaan rutin?
I : Pernah ! Setiap kali posyandu itu kami memberikan penyuluhan tentang gizi anak yang harus selalu
dijaga jangan samapi dia kena stunting, kami juga pernah informasikan untuk jaga kesehatan ibu
sebelum melahirkan dan sesudah melahirkan, janin yang ada itu perlu dijaga untuk menjaga
kemungkinan adanya stunting. Tapi disini kesadaran ibu itu kurang, kadang kami sebagai kader
juga kalo kami omong tanpa ibu bidan dong mereka marah kami sebagai kader. Sampe dong bilang
ko ibu kader dong kek tau- tau sa. Waktu itu juga kami su pernah a kes tau di mama Marta ibu anak
stunting yang pernah nona wawancara, karena dia punya kehamilan itu a terlalu dekat, hal seperti
itu pun kami informasikan tapi dengan jawaban yang sama dan dari situ kami serahkan ke ibu
bidan.
P : Kemudian ma a menurut mama diantara pengetahuan tentang pengertian stunting, ciri-ciri stunting,
dampak, penyebab stunting serta cara pencegahan dan penanggulangan stunting mana yang menurut
ibu masih rendah dikelompok ibu- ibu stunting
I : Semuanya hampir mereka tida tau itu, kita sudah kasih tau tapi dong sonde mau dengar anggap sa
mereka sonde tau, dong pikir badan pendek itu karena keturunan. Apalagi disekitar sini banyak juga
anak yang kek pendek a kerdil begitu.
I : A itu sudah, kurang kesadaran ibu. Kalau diberitahu sonde mau dengar, sonde percaya dengan apa
yang ketong kader omong nona.
P : A menurut mama bagaimanakah pengetahuan ibu yang memiliki balita stunting? Jika rendah itu
kenapa, jika tinggi itu kenapa menurut mama selaku kader posyandu?
I : Kalo menurut saya rendah, itu karena andia yang saya bilang tadi diberi penyuluhan dan informasi
sonde mau dengar. Habis posyandu langsung pulang, jadi dong sonde begitu tau tentang stutnting.
P : Jadi begini ma, disalah satu posyandu ada orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi
namun anaknya mengalami stunting. Menurut mama apakah saja kemungkinan penyebabnya ma?
I : Kalau soal itu beta sonde tau ee nona, mungkin karena perilaku hidup ko sonde perhatikan anak
pung kebutuhan dan pola makan.
P : A menurut pengamatan ibu selama menjadi kader posyandu bagaimana ciri-ciri anak stunting yang
paling sering ditemukan?
I : A yang pasti badannya kurus, perut besar baru pendek, berat badan tidak sesuai dengan umur dan
tinggi badan. Ada yang sonde bersemangat, ada juga yang sudah umur enam puluh bulan tapi
kelihatan seperti anak dua puluh emapt bulan begitu nona.
P : Menurut pengamatan mama selaku kader posyandu jika orang tua mengetahui anaknya mengalami
stunting, apakah mereka merasa cemas atau khawatir?
I : Tidak! Mereka anggap biasa, mereka menganggap stunting itu sebagai hal yang biasa. Sonde kalau
di tempat lain, tapi disini mereka sonde khawatir.
P : A sampai saat ini dampak stunting yang paling sering terlihat di posyandu ini itu apa ma?
I : A dampaknya itu yang terlihat itu pertumbuhannya lambat, lambat bicara, lambat jalan kira- kira
seperti itu
P : Ooo, begitu sa ko ma. Terus ma, apakah disini ada makanan atau minuman khusus yang menjadi
pantangan bagi ibu hamil?
I : Tidak ada ! Dulu- dulu waktu belum ada penyuluhan- penyuluhan tentang kesehatan memang ada
seperti itu tetapi sekarang tidak ada lagi, karena kami kader selalu memberikan penyuluhan, jadi
memang tidak ada pantangan waktu hamil dan dia harus konsumsi makanan dan minuman apa
mereka sudah tau
P : Terus ma, sepengetahuan mama juga selaku kader posyandu apakah ada makanan atau minuman
yang diperkenalkan sejak dini kepada bayi sebelum berusia 6 bulan?
I : A tidak ada hanya ASI saja, mereka itu biasanya kalo 6 bulan baru dikasi makanan lunak untuk
anak- anak. Karena kami sebagai kader, kami pantau terus kalo anak ini dia umur berapa kami
memberikan penyuluhan bahwa anak itu jangan dulu dikasih apa- apa sebelum melewati usia enam
bulan ke atas, kalo sudah enam bulan anak boleh dikasih bubur, misalnya sun atau biskuit.
P : Baik ee ma, terus ma sepengetahuan mama apakah disini ada pantangan makanan khusus pada
anak?
I : Tidak ada, karena memang mereka selalu kami kasih penyuluhan agar anak diberikan makanan
yang bergizi terlebih sekarang kami anjurkan untuk daun kelor itu selalu diberikan kepada anak.
P : A menurut ibu adakah dukungan yang diberikan suami atau anggota keluarga lain kepada ibu yang
memiliki anak stunting?
I : Saya sonde tau nona bagaimana kalo dirumah masing, karena kan tidak 24 jam kita pantau. Tapi
yang saya lihat ada yang mendukung, tapi ada juga yang masi masa bodoh. Dukunganya itu
misalnya apa ee yang seperti yang nona lihat di posyandu waktu itu ada bapa yang antar anak
posyandu, biar cuma antar sa itu kan menurut saya bentuk dukungannya to. Kalau ibu marta itu tiap
kali posyandu dia sendiri sa, deng dia pung anak dua orang yang andia sa bilang tadi kelahirannya
dekat. Seperti itu ya kalau menurut saya.
P : O begitu ee ma, dukungan apa saja yang diberikan kader atau petugas kesehatan untuk ibu dalam
mencegah dan menanggulangi stunting?
I : Penyuluhan saja dari kami kader dan petugas kesehatan, kadang juga mengingatkan ibu- ibu dong
untuk datang posyandu. Setiap menjelang posyandu itu saya selaku ketua kader kadang kunjung
dari rumah ke rumah untuk ingatkan ibu, biar sonde lupa kalo ada imunisasi. Kadang ada yang
ditelepon kan biasanya ju kami simpan nomor hp ibu, ada ju yang ketong panngil ke rumah.
Misalnya ma ada posyandu ni, mari ko datang ketong tunggu biar anak dong sehat begitu.
P : Baik ee ma, saya kira informasinya sudah cukup ma. Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk
saya ma .
Informan 9
P : Selamat siang kak, perkenalkan saya Sisilia Noviaming mahasiswa semester IX Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Nusa Cendana Kupang yang hendak melakukan penelitian tugas akhir
berkaitan dengan Kajian Persepsi Ibu Balita tentang Stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Tarus.
Jadi hari ini saya mau meminta kesediaan kakak, selaku kader posyandu di Tuameko B ini untuk
menjawab beberapa pertanyaan- pertanyaan yang bersifat konfirmatif. Sebelumnya kak bisa kakak
perkenalkan nama kakak, umur, kemudian peran kakak pada posyandu ini.
I : Iya baik. Nama lengkap saya Sisilia Anapah a saya di posyandu Tuameko B umur saya 35 tahun a
peran saya a sebagai kader di posyandu Tuameko B merambang semua, kana da lima meja jadi
kami itu setiap bulan itu pergantian kadang saya dipenimbangan, kalo bulan berikutnya lagi saya
dilila, terus berikutnya pendaftaran, terus berikutnya daftar KMS. Nah itu, setiap bulan kami giliran
semua.
P : Kita langsung saja ya kak, pertanyaan yang pertama apakah kakak bisa ceritakan selaku kader
posyandu apakah pernah memberikan informasi terkait stunting, penyebab, upaya pencegahan dan
cara menanggulangi stunting saat posyandu/ saat ibu melakukan pemeriksaan kesehatan rutin?
I : Iya pernah a kalau untuk masalah stunting itu biasa kami infokan kepada ibu- ibu bayi balita a
bagaimana terjadi stunting itu. Kalau terjadi stunting itukan mulai dari dalam kandungan. Dari
dalam kandungan itu a masalah yang pertama itu a konsumsi makanan dari ibu hamil waktu masih
nol bulan sampai melahirkan. Itu masalah konsumsi makanan itu, seperti kurang gizi sehingga a
anak terjadi stunting.
P : Baik ibu, menurut ibu diantara pengetahuan tentang pengertian stunting, ciri-ciri stunting, dampak,
penyebab stunting serta cara pencegahan dan penanggulangan stunting mana yang menurut ibu
masih rendah dikelompok ibu- ibu stunting? Mana yang belum mereka pahami maksudnya.
I : O yang belum mereka pahami tentang stunting itu menurut saya dicara- cara untuk pencegahan dan
penangulangan stunting to ibu, seperti tentang makanan yang bergizi dan waktu dong hamil itu
pemeriksaan kehamilan yang jarang to ibu. Kan kami itu wajibkan disetiap kali posyandu itu harus
rajin untuk pemeriksaan karena a kalo tidak rajin ke posyandu berartikan ada dampak juga yang
kurang bagus sehingga bisa terjadi a stunting itu.
P : Jadi yang menurut ibu masih rendah itu dikelompok ibu- ibu ini mengenai cara pencegahan
stunting. Kira- kira mengapa pengetahuan mereka tentang cara pencegahan dan penanggulangan
stunting itu rendah bu?
I : Di kami itu memang pengetahuan tentang cara pencegahan dan penangulangan stunting itu masih
rendah, karena malas posyandu to dong kurang paham, juga kita kasih tau tetap sonde paham.
P : Menurut ibu, bagaimana pengetahuan ibu yang memiliki balita stunting? Jika rendah itu mengapa,
jika tinggi itu mengapa?
I : Disini dong pung pengetahuan kurang untuk masalah stunting itu. Ada yang kalo ibu- ibu yang
sekolah ini dong mungkin mengerti, tapi yang dirumah ini kurang paham untuk stunting ini. Itu
karena masalahnya satu adanya sosialisasi dari mama kader atau ibu- ibu bidan disetiap kali
posyandu itu kan dong maksudnya anggap remeh saja to. Ada ibu bidan yang bilang tunggu dulu
nanti sedikit lagi ada informasi begini- begini tapi ada yang posyandu habis tidak mau dengar
langsung jalan, dong tidak mau dengar pentingnya ini sosialisasi dari ibu- ibu bidan tentang
stunting.
P : Begini kak berdasarkan hasil temuan, ada orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi
namun anaknya mengalami stunting. Menurut ibu apa sajakah kemungkinan penyebabnya?
Mengapa ibu berpikir demikian?
I : Itu karena masalahnya begini ibu dong kan tidak terlalu sibuk dengan dong punya anak hanya sibuk
dengan pekerjaan. Sehingga contoh a dong sibuk kerja sedangkan dong pung anak orang lain yang
bawa pi posyandu. Jadi, contohnya kek masalah apa pasti babby sitter atau dong pung adek- adek
yang lebih yau, pulangkan mungkin tidak kasih tau lagi di orang tua yang mengandung. Pasti kan
kita kasih tahu penjelasan tentang ini- ini dong hanya sibuk dengan pekerjaan, kadang dong lupa
posyandu. Kalau mau posyandu kadang kami telepon, contohnya kami ada serratus lebih setiap kali
posyandu itu kadang yang pigi itu hanya enam puluh, lima puluh, nah setelah selesai baru kami
telepon. Itu biasanya orang tua yang sibuk- sibuk kerja dong tu. Nanti baru dong suruh mereka
punya anak, kek ponakan atau apa untuk datang antar posyandu itu masalah yang kami dapat disini.
Kadang lupa posyandu hanya karena pikir dong pung pekerjaan, sebenarnya kan penting posyandu
apalagi yang stunting itu yang paling kami perhatikan.
P : O begitu ee ibu. Menurut pengamatan ibu selama menjadi kader posyandu atau petugas kesehatan
bagaimana ciri-ciri anak stunting yang paling sering ditemukan?
I : Ciri-ciri anak stunting yang saya temui setiap kali posyandu itu ibu ciri-cirinya dia pendek terus
kerdil ni. Contohnya dia sudah umur a hampir lima puluh Sembilan bulan sudah mau tamat kan
enam puluh bulan kan tamat to ibu tapi dia masih tetap pendek terus kalau stunting itu kadang
kepalanya besar , badanya kecil atau kakinya kecil itu kan menurut saya untuk stunting. Pendek saja
tidak pernag tinggi- tinggi biar pun umur semakin bertambah tapi dia tetap pendek.
P : Baik ee kak, kemudian kak Menurut pengamatan ibu jika orang tua mengetahui anaknya mengalami
stunting. Apakah mereka merasa cemas atau khawatir?
I : Mereka cemas juga ibu , tapi cemas itu mungkin didepan kami tapi tidak tau sampe di rumah. Kan
setiap kali kalau kami ke posyandu kami selalu ingatkan kalo stunting tolong perhatikan ini anak
punya pola makan, karena pola makan juga bisa berpengaruh terhadap pertumbuhan anak to ibu
supaya dia pung petumbuhan bagus dan bisa tinggi to ibu, kami tegur soal itu. Tapi dari orang tua
kalo sampe dirumah dilaksanakan lainkan kita tidak tau
P : Biasanya rasa cemasnya itu ditunjukan dengan perilaku seperti apa ibu?
I : A mereka merasa tidak nyaman dan konsultasi pada kami kader. Kami juga bantu kasih tau karena
kami kader juga tidak begitu paham, tapi apa yang kami tau pasti kami bantu kasih tau biar dong ju
jangan terlalu cemas to ibu.
P : A sampai saat ini, dampak stunting yang paling sering terlihat di posyandu ini itu apa?
I : Dampaknya walaupun sudah besar sudah berusia enam puluh bulan tapi perawakannya pendek,
sepeti yang saya pernah temui itu ibu badannya besar tapi pendek, ada juga yang dong kelihatan
loyo ibu, itu menurut saya ee ibu.
P : Sepengetahuan ibu apakah disini ada makanan atau minuman khusus yang menjadi pantangan bagi
ibu hamil?
I : A kalau di posyandu sini tidak ada ibu hamil yang pantang ibu. Makan saja semua tidak masalah.
P : Oiya terus ibu, apakah disini ada makanan atau minuman yang diperkenalkan sejak dini kepada bayi
sebelum berusia 6 bulan?
I : Tidak ada, kami hanya kasih tau saja mulai dari 0- 6 bulan itu harus ASI eksklusif saja ibu, air putih
pun tidak.
P : Oiya ibu, kemudian apakah disini ada pantangan makanan khusus pada anak?
I : Pantangan makanan khusus pada anak disini tidak ada juga ibu.
P : Baik ibu ee, menurut ibu adakah dukungan yang diberikan suami atau anggota keluarga lain kepada
ibu yang memiliki anak stunting?
I : Dukungan dari suami ada mereka selalu dukung. Semua orang tua kan pasti mau selalu mendukung
yang terbaik bagi anaknya.
P : Dukungan apa saja yang diberikan kader atau petugas kesehatan untuk ibu dalam mencegah atau
menanggulangi stunting?
I : Dukungan dari kami itu misalnya kek kasih mereka a pendapat, motivasi, penyemangat itu kek
kata- kata yang baik, contohnya ibu tolong esok bawa anak posyandu soalnya anak ini begini dia ini
stunting, kader ingatkan penting untuk posyandu apalagi adek ini stunting. Baru kami kader juga
setiap tanggal sembilan pasti kami sudah saling kasi tau keliling masyarakat untuk posyandu. Untuk
ibu yang jarang antar anak ke posyandu itu kami telepon juga, tapi kami telepon bukan kek marah-
marah, kami hanya mengingatkan saja contohnya selamat pagi kami ini betul dengan orangtua anak
atas nama ini ko? Ini hari tanggal posyandu, kami tunggu di tempat posyandu bisa antar ko? Nanti
setelah telepon itu dong antar ibu dan pasti kami tunggu ibu, tapi setelah lewat batas waktu ya
mungkin jam sebelas atau jam setengah dua belas itu kami tidak hubungi lagi.
I : Baik ibu, saya rasa informasinya sudah cukup. Terimakasih karena sudah meluangkan waktu untuk
menjawab pertanyaan dari saya.
Informan 10
P : Selamat sore ibu perkenalkan saya Sisilia Noviaming, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana Kupang yang hendak melakukan penelitian tugas akhir dengan judul
Kajian Persepsi Ibu Balita tentang Stunting, jadi maksud kedatangan saya disini hari ini untuk
mewawancarai ibu selaku selaku salah satu kader posyandu di wilayah puskesmas Tarus ini.
Sebelumnya saya mohon kesediaan ibu untuk memperkenalkan diri.
I : Baik terima kasih ade a nama saya biasa di panggil ibu Erny, umur saya 38 tahun saya kader di
posyandu Cempaka 2 Penfui Timur.
P : Baik ma, kita langsung saja apakah ibu selaku kader posyandu pernah memberikan informasi terkait
stunting, penyebab, upaya pencegahan dan cara menanggulangi stunting saat posyandu atau saat ibu
melakukan pemeriksaan rutin?
P : Menurut ibu diantara menurut ibu diantara pengetahuan tentang pengertian stunting, ciri-ciri
stunting, dampak, penyebab stunting serta cara pencegahan dan penanggulangan stunting mana
yang menurut ibu masih rendah dikelompok ibu- ibu stunting dan mengapa?
I : Saya juga tidak begitu tau ee kak. Begini kak kita sudah sosialisasikan ke mereka, memberi
sarankan untuk mereka datang ke posyandu saja setengah mati kak. Bayangkan kalau posyandu
saja, sebelum posyandu kita sudah kasih info H-2, H-3 tu kita su kasih info itupun su setengah mati
kak begitu. Sebenarnya pengertian stunting, ciri-ciri stunting, dampak, penyebab stunting dan cara
untuk mencegahnya itu sepertinya mereka tau tapi tidak bisa menjalankannya dengan baik begitu
kak dan terkesan masa bodoh kak. Mungkin karena ibu- ibu ee banyak kerjaan, jadi terbengkelai
saja dalam mengurus anak, bersyukur kalau anaknya cuma satu atau dua tapi kalau lebih dari itu.
Apalagi kalau a anak yang sebelumnya atau ada saudara yang lain yang pendek juga, ibu- ibu dong
selalu jadikan itu patokan begitu, a maksudnya apa ee kak dong bilang kalo beta pung anak pendek
itu krna kakaknya ju pendek, sepupu atau saudara yang lain ju pendek. Jadi, pendek itu sesuatu yang
biasa begitu kak.
P : Terus pertanyaan selanjutnya ibu, menurut ibu pengamatan ibu bagaimana pengetahuan ibu yang
memiliki balita stunting? Apakah rendah atau tinggi?
I : Kalo kita pung posyandu ini rendah, dua atau tiga orang saja kak yang tinggi begitu.
I : Kermana ee, itu yang seperti saya bilang tadi datang kebayakan ibu- ibu memang tidak semua ee ke
posyandu saja setengah mati, dengar sosialisasi setengah- setengah jadi bagaimana bisa
pengetahuannya bisa bagus begitu. Tapi, begitu sudah.
P : Kemudian begini ma berdasarkan hasil temuan, ada orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan
tinggi tetapi anaknya mengalami stunting. Menurut ibu apa sajakah kemungkinan penyebabnya dan
mengapa ibu berpikir demikian?
I : Menurut saya a karna pola asuhnya, memang pengetahuan tentang stuntingnya bagus tapi kalo ibu
atau orang tua ada pekerjaan lain kan anaknya titip dengan pembantu, itu bisa menjadi
kemungkinannya. Selama ini di kita pung posyandu ni kan ada beberapa anak yang begitu
kebanyakan orang tuanya sibuk diluar jadi titiplah anak dengan pembantu.
P : Kemudian a menurut pengamatan ibu selama menjadi kader posyandu bagaimana ciri-ciri anak
stunting yang paling sering ditemukan?
I : Stunting yang paling sering ditemukan salah satunya pendek, terkadang juga badannya itu kecil
sekali. Itu sa kak dilapangankan kebanyakan ditemukan seperti itu kak. Padahal kami sudah arahkan
mereka kasih marungga saja cukup begitu, tapi namanya ibu- ibu kita omong dia jawab iya tapi dia
su balek belakang kita tidak tau lagi ee.
P : Kemudian menurut pengamatan ibu jika orang tua mengatahui anaknya mengalami stunting apakah
mereka merasa cemas atau khawatir? Jika ada, rasa cemasnya ditunjukan dengan perilaku seperti
apa?
I : Untuk itu kita tidak tau kakak karena kalo di posyandu kita temukan yang seperti itu, kita langsung
arahkan ke ibu bidan, sampe di ibu bidan itu baru ibu bidan arahkan bagaimanakan kita sudah tidak
tau soal itu kan kalo begitu ibu langsung a bawa mereka ke puskesmas. Yang penting kita su
arahkan, kan ada kartu khusus to jadi kalo kita dapat yang stunting kita langsung kasih kartu ke ibu
bidan.
P : A sampai saat ini dampak stunting yang paling sering terlihat di posyandu itu apa ibu?
I : Dampaknya itu apa ee, be son tau kak beta ju kurang mengerti itu juga .
P : Terus sepengetahuan ibu apakah disini ada makanan atau minuman khusus yang menjadi pantangan
bagi ibu hamil?
I : Sepengetahuan saya sebagai kader itu sonde ada ee kak, karna kami kader itu selalu menyarankan
ibu untuk makan apa saja yang mengandung gizi begitu kak.
P : Kemudian apakah disini ada makanan atau minuman yang diperkenalkan sejak dini kepada bayi
sebelum berusia enam bulan?
I : Tidak ada kak ASI eksklusif sampe bayi berusia enam bulan. Paling kami perkenalkan sayur-
sayuran, seperti yang lagi tenar sayur marungga dong to sebagai makanan pendamping ASI setelah
bayi berusia enam bulan.
P : Terus apakah ada pantangan makanan khusus juga pada anak ibu?
P : Terus sejauh ini menurut ibu adakah dukungan yang diberikan suami atau anggota keluarga lain
kepada ibu yang memiliki anak stunting?
I : Itukan kembali ke keluarga dan rumah tanggga masing- masing jadi kita su sonde tau begitu. Yang
biasa datang timbangkan istrinya, jarang ada bapa yang datang timbang kita tidak tau alasannya apa.
Sebenarnya yang bagus itu suami dan istri bawa anak datang timbang berdua untuk tau
perkembangan anaknya, bukan hanya ibu saja yang tau dan datang timbang. Selama ini yang kita
alami bapa-bapa itu tidak pernah datang untuk bawa anak timbang.
P : Terus pertanyaan yang terkakhir dukungan apa saja yang diberikan kader untuk ibu dalam
mencegah atau menanggulangi stunting?
I : Kalo dukungan kita paling mengarahkan untuk memberikan anak makanan- makanan yang sehat itu
tidak harus mahal, yang penting itu ada sayur- sayur. Terus menghubungi ibu kalo ada jadwal
posyandu, kita dekati mereka secara khusus tapi itu andia saya bilang tergantung dari mereka juga
apakah mereka mau atau tidak kan yang selama ini kita temukan dilapangankan seperti itu.
Walaupun kita dekati mereka jawab iya tapi begitulah namanya juga kita orang desa begitu sudah
kak didepan kita jawab iya, balek belakang sudah masa bodoh.
P : Baik ee ma, saya rasa informasinya sudah cukup tentang stunting. Terima kasih karena sudah
meluangkan waktu untuk saya.
Lampiran 4. Reduksi Data (Uraian Hasil Wawancara Mendalam)
Informan pernah
Terpapar
Ya Ya Ya Ya Ya Ya mendengar istilah
informasi
stunting
Sumber informasi
Gubernur; Petugas Petugas
Kader Kader Petugas dari kader
Petugas Kesehatan; Kesehatan;
Sumber Posyandu; Posyandu; Kesehatan; posyandu, petugas
Kesehatan; Ketua Kader Kader
Bidan Bidan Kader Posyandu kesehatan,
Radio Posyandu Posyandu
Persepsi tentang gubernur, dan radio
Pengertian
Stunting
Stunting adalah
Tinggi anak
Pertumbuhan balita pendek,
Anak pendek, Tinggi, gizi, abnormal,
anak tidak Pendek; badan kecil, kurang gizi,
Pengertian Balita pendek kecil; kurang berat badan dibawah
sesuai dengan kurus berat badan kurang,
gizi kurang standar,
umur pertumbuhan anak
pendek; kurus
tidak sesuai umur
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Ciri-ciri stunting:
pendek,
pertumbuhan
Pendek; kurus; terlambat dan tidak
Badan pendek; Berat badan Pendek; kurus;
lemah; normal, kurus, dan
Ciri-ciri pertumbuhan Pendek; kurus Tidak tahu kurang; pertumbuhan
pertumbuhan kurang gizi.
lambat pendek abnormal
lambat Seorang informan
tidak mengetahui
ciri-ciri anak
stunting
Empat informan
tidak merasa cemas
Tidak cemas Cemas dan dan khawatir, dua
Respon ibu Biasa saja Biasa saja Cemas Biasa saja
dan khawatir khawatir informan lainnya
merasa cemas dan
khawatir.
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Reaksi yang
ditunjukan tidak
Respon Tidak cemas Sedikit Tidak cemas
Biasa saja Biasa saja Biasa saja cemas dan
keluarga dan khawatir khawatir dan khawatir
khawatir,sedikit
khawatir, biasa saja
Dampak stunting:
Cacat fisik; gampang sakit,
Malas gerak; gampang lemah, tidak
Dampak Daya tangkap
Mudah sakit Tidak tahu Kecil; lemah kurang sakit; bersemangat, malas
Stunting berkurang
bersemangat berbadan gerak, cacat fisik
lemah dan daya tangkap
anak berkurang..
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Informan
mempersepsikan
penyebab stunting:
tidak diberi ASI,
tidak imunisasi,
cacingan, faktor
Tidak ASI; Rendah asupan keturunan, tidak
Kurang gizi; Tidak ASI; Rendah
tidak makanan mengkonsumsi
tidak diberi rendah asupan asupan
imunisasi; bergizi saat makanan bergizi,
Penyebab susu; makanan makanan Tidak tahu
kurang gizi; hamil; kurang anak lahir
premature; bergizi saat bergizi,
cacingan; kalsium dan premature, saat
genetik hamil bawaan lahir
genetik vitamin kehamilan tidak
mengkonsumsi
Persepsi tentang
makanan yang
penyebab
bergizi. .Seorang
stunting
yang lain tidak
mengetahui
penyebab stunting
Lima informan
mengatakan YA,
dan seorang
Kurang gizi=
Ya Ya Ya Tergantung Ya Ya diantaranya
stunting
mengatakan tidak
semua anak kurang
gizi itu stunting.
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Informan
Kunjungan
Ya Ya Ya Ya Ya Ya melakukan
ANC
kunjungan ANC
Informan
mengatakan bahwa
pemeriksaan
Pemeriksaan
Penting Penting Penting Penting Penting Penting kehamilan dan
kehamilan
kesehatan ibu
setelah melahirkan
itu penting
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Pantangan
Tidak ada
makanan dan
pantangan makanan
miunuman Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
dan minuman saat
khusus saat
kehamilan
kehamilan
Informan
ASI eksklusif Ya Ya Ya Ya Ya Ya memberikan ASI
Eksklusif
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Makanan
pendamping ASI
yang diberikan:
Bubur, Bubur, Bubur, bubur
Bubur, sayur, Biskuit balita, biskuit, sayur-
MP-ASI marungga, marungga, kacang,olahan Bubur
telur bubur, sayur sayuran (marungga
telur, daging wortel, telur ubi
dan wortel), telur,
bubur, dan olahan
ubi
Tidak ada
Pantangan pantangan makanan
makanan khusus Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak khusus yang
pada anak diberikan kepada
anak.
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Pemeriksaan
Konsumsi Memberikan
kehamilan
makanan Rutin periksa Konsumsi Memberi makanan bergizi,
rutin, Konsumsi
Persepsi ibu bergizi, ASI kehamilan, ASI, makanan makanan ASI ekskusif, rutin
konsumsi makanan
tentang eksklusif, konsumsi begizi bagi ibu bergizi, mengikuti
Pencegahan makanan bergizi,
pencegahan imunisasi makanan sehat, anak, periksa Periksa posyandu,
sehat, ASI, konsumsi
stunting pemeriksaan rajin posyandu, kesehatan kesehatan imunisasi dan
rutin marungga
kehamilan imunisasi rutin secara rutin periksa kesehatan
posyandu,
rutin secara rutin
imunisasi
INFORMAN INFORMAN INFORMAN 3 INFORMAN INFORMAN INFORMAN
FOKUS URAIAN INTERPRETASI
1 FP, 29 Th, 2 ML, 40 th, DF, 38 th, 4 MJ, 30 th, 5 EK, 35 th, 6 YL, 45 th,
PENELITIAN HASIL DATA
D3, IRT SD, IRT SMA, IRT S1, Arsitek SLTA, IRT SMA, IRT
Sejak hamil,
Sejak Masa beberapa tahun
Waktu terpapar Setelah anak Beberapa
Sejak hamil kelahiran anak Saat hamil kepemimpinan terakhir semejak
informasi lahir tahun terakhir
ke-6 gubernur VL kepemimpinan
gubernur VL
Memberikan ASI,
menambah porsi
Periksa makanan,
Olahan sayur kesehatan, mengkonsumsi
Konsumsi Menambah Memperhatikan Nasi, sayur,
Bentuk (perkedel, makanan sayur, rutin
marungga, porsi makan, makan dan telur, ikan,
penanggulangan cake, kue bergizi, posyandu,
ASI, imunisasi posyandu minum anak ikut posyandu
kering) istirahat membuat variasi
teratur makanan, istirahat,
dan cek kesehatan
secara rutin
Adanya dukungan
Dukungan sosial dari suami,
Ada Ada Ada Ada Ada Ada
sosial keluarga dan
petugas kesehatan.
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
FP 8
ML 4
DF 9
MJ 7
EK 6
YL
6
Lampiran 7. Kartu Menuju Sehat (Catatan Informasi Imunisasi Anak)
FP LENGKAP
ML LENGKAP
DF LENGKAP
MJ LENGKAP
Informan Kartu Menuju Sehat Keterangan
EK LENGKAP
YL LENGKAP
Lampiran 8. Sertifkat Kaji Etik
Lampiran 9. Surat Penelitian
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama : Sisilia Noviaming
Nama Panggilan : Cici
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Watu-Ruteng, 23 November 1997
Alamat : Jalan Ulumbu Watu-Ruteng
Agama : Katholik
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Orang Tua
1. Ayah : Karolus Kuwus
2. Ibu : Elisabeth Tija
3. Anak ke- : 4 (empat) dari 5 (lima) bersaudara
1. Riwayat Pendidikan
1. SDK St. Theresia dari : Tamat 2010
kanak-kanak Yesus-Ruteng
V
2. SMPK St. Fransiskus : Tamat 2013
Xaverius Ruteng
3. SMAK St. Fransiskus : Tamat 2016
Saverius Ruteng
4. FKM Undana : Tamat 2021