HASIL PENELITIAN
Oleh :
1
2
LEMBAR PERSETUJUAN
Proposal ini telah disetujui untuk diajukan dalam ujian Proposal pada Program
Disetujui :
Hari / Tanggal :
Tim Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diuji dan diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat (S.KM) pada Peminatan Kesehatan Lingkungan dan Keselamatan
Kerja, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Cenderawasih,
Jayapura, Tahun 2022.
Mengesahkan
Dekan Ketua Jurusan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Ilmu Kesehatan Masyarakat
Dr. Semuel Piter Irab, S.KM., M.P.H. Dr. Novita Medyanti, S. KM., M.Kes
NIP. 19761216 200604 1 002 NIP. 19761126 200112 1 001
Tim Penguji
1 Anton Wambrauw, S.KM., M.Sc (Ketua) 1............
. NIP. 19810409 200604 1 001
2 Apriyana Irjayanti S. KM., M. Kes, (Sekertaris) 2...........
. NIP.
3 Dr. Novita Medyati, S.KM., M.Kes (Anggota) 3............
. NIP. 19761126 200112 1 001
4 Natalia Paskawati Adimuntja, S.KM., M.Kes (Anggota) 4............
. NIP. 19921204 201903 2 024
5 Yane Tambing, S.KM., M.PH (Anggota) 5............
. NIP. 19830205 200604 2 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Nim : 20170711014265
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
karya atau pendapat yang pernah ditulis untuk diterbitkan oleh orang lain,
yang secara tertulis diacuh dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
iv
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN
ISPA PADA BALITA DI KAMPUNG PUPEHABU DISTRIK
KEMTUK GRESI
Oleh :
ABSTRAK
v
THE RELATIONSHIP OF THE PHYSICAL CONDITION OF THE
HOUSE AND THE INCIDENT OF ISPA IN TODDLER IN
PUPEHABU VILLAGE, KEMTUK GRESI DISTRICT
By :
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
Fisik Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita Di Kampung Pubehabu Distrik
Kemtuk Gresi” dengan baik. Penulisan hasil penelitian ini dapat terselesaikan juga
karena dukungan serta bantuan berbagai pihak terkait. Untuk itu penulis
Universitas Cenderawasih.
2. Dr. Semuel Piter Irab, S.KM., MPH., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
Kesehatan Masyarakat.
vii
9. Asriati, S.KM., M.PH., Selaku Dosen Penguji II
Yang Maha Esa membalas segala budi baik semua yang turut membantu
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................iii
RIWAYAT HIDUP...........................................................................................v
KATA PENGANTAR.......................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................xi
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................xii
ABSTRAK.........................................................................................................xiii
ABSTRACK......................................................................................................xiv
B. Rumusan Masalah....................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian....................................................................................6
E. Keaslian Penelitian...................................................................................7
A. Tinjaun Teori...........................................................................................9
ix
C. Kerangka Teori........................................................................................24
D. Kerangka Konsep....................................................................................25
B. Hasil........................................................................................................42
C. Pembahasan.............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
LAMPIRAN.......................................................................................................
x
DAFTAR TABEL
1 Keaslian Penelitian………………………………………………………... 7
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Condition
MS : Memenuhi syarat
PT : Perguruan tinggi
SD : Sekolah Dasar
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
sering terjadi pada masyarakat dan sudah dianggap biasa atau tidak
bawah disebabkan oleh virus atau bakteri yang biasanya menular sehingga
penyakit tanpa gejala sampai kepada penyakit yang parah dan mematikan,
2022)
setiap tahun di dunia. World Health Organization (WHO) pada tahun 2020
di ketahui ISPA pada balita umur 1-5 tahun terdapat 1.988 kasus dengan
pneumonia sendiri pada anak balita per tahun. Penyakit ISPA pada negara
pada bayi usia kurang dari dua bulan. Indonesia termasuk kedalam salah
xv
satu negara berkembang dengan kasus ISPA tertinggi. Di Indonesia selalu
menempati urutan pertama penyebab kematian pada bayi dan balita. ISPA
penyumbang kematian pada anak, terutama pada bayi usia kurang dari dua
antara 20 – 30% dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dan sejak tahun
perubahan angka perkiraan kasus dari 10% menjadi 3,55%. Namun, pada
tahun 2020 terjadi penurunan kembali menjadi 34,8%. Penurunan ini lebih
terjadi penurunan 30% dari kunjungan tahun 2019 yang pada akhirnya
Balita Menurut Jenis Kelamin Provinsi Papua Tahun 2019 terdapat 1.475
xvi
Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura tahun
xvii
Berdasarkan penelitian (Hikmandari et al 2022) menunjukkan bahwa
pada variabel jenis lantai (p=0,417 dan OR=1,765), jenis dinding (p=0,327
sebanyak 3.673 (36,7), dan pada tahun 2022 yaitu sebesar 3.943 (39,4).
perapian api/tungku api yang berada didalam rumah menjadi salah satu
faktor utama balita terkena infeksi pada saluran pernapasan, hal ini
dikarenakan asap yang terkumpul didalam rumah yang ditinggali ibu dan
anak serta perilaku masyarakat yang kurang baik seperti merokok didalam
rumah ini juga dapat memicu kejadian ISPA pada balita dan juga jumlah
jiwa yang menempati rumah rumah dalam satuan per keluarga melebihi
dari 5 jiwa, balita dengan mudah terkena penyakit menular seperti, batuk,
pilek dan penyakit menular lainnya dengan kondisi fisik rumah yang tidak
memadai.
xviii
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan penelitian
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui hubungan karakteristik (jenis kelamin, umur,
D. Manfaat penelitan
1. Bagi Masyarakat :
xix
2. Bagi Peneliti :
xx
E. Keaslian Penelitian
2. Hubungan Kualitas Fisik Rumah Dan 2020 Case Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu ruangan berhubungan dengan
Perilaku Penghuni Dengan Penyakit control penyakit ISPA pada balita (p 0,036, PR 2,900), ventilasi rumah berhubungan
Ispa Pada Balita Di Kelurahan Sei dengan penyakit ISPA pada balita (p 0,037, PR 2,850), kepadatan hunian
7
No Judul/Peneliti/Lokasi Tahun Desain Hasil Penelitian
Kera Hilir Ii Kota Medan/ Latiffah kamar berhubungan dengan penyakit ISPA pada balita (p 0,025, PR 3,806).
Hanum. Sedangkan kelembaban ruangan tidak berhubungan dengan penyakit ISPA
pada balita (p 0,617), kebiasaan merokok tidak berhubungan dengan penyakit
ISPA pada balita (p-Valeu/kesalahan penelitian 0,458), penggunaan obat
nyamuk bakar tidak berhubungan dengan penyakit ISPA pada balita (p 0,203).
3. PM10 Dalam Udara Ruang Kelas 2020 Cross p=0,006;OR=3,111), dan kepadatan hunian kelas (p=0,002;OR=2,952). Setelah
dengan Kejadian ISPA Pada Siswa sectional dikontrol dengan variabel konfonding, didapatkan bahwa siswa yang berada
SD/MI di Wilayah Kerja Puskesmas dalam ruang kelas dengan konsentrasi PM10 di atas median dan kepadatan
Cilebut, Kecamatan Sukaraja, hunian yang tidak memenuhi syarat berisiko 4,5 kali untuk mengalami kejadian
Kabupaten Bogor. Fidya, A. N., & ISPA dibandingkan dengan siswa yang berada di ruang kelas dengan
Hartono, B. konsentrasi di bawah median dan kepadatan hunian yang memenuhi syarat.
4. Faktor Risiko Kondisi Fisik Rumah 2022 Case Menggunakan analisis bivariat didapatkan faktor risiko yang signifikan dengan
dengan Kejadian Pneumonia pada control kejadian Pneumonia adalah pencahayaan (p=0,000 dan OR=9,048),ventilasi
Balita / Azminatus Sa’diyah, Budi (p=0,002 dan OR=6,935), kelembaban (p=0,012 dan OR=4,536), kepadatan
Utomo, Hikmandari. penghuni (p=0,014 dan OR=3,889), serta faktor yang tidak signifikan dengan
kejadian Pneumonia adalah temperatur (p=1,000 dan OR=1,000), jenis lantai
(p=0,417 dan OR=1,765), jenis dinding (p=0,327 dan OR=2,970), dan
penggunaan bahan bakar (p=0,689 dan OR=1,364). Analisis multivariat
menunjukan komponen fisik yang paling berpengaruh adalah pencahayaan
8
(p=0,003 dan OR=6,151).
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian ISPA
melalui udara. Infeksi saluran pernafasan akut disebabkan oleh virus atau
bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih
gejala berupa tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau
2. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan jamur.
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan
10
menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan
Tanda dan gejala ISPA pada anak antara lain (Wijayaningsih, 2013):
a. Pilek biasa;
4. Klasifikasi ISPA
atas, saluran pernafasan bagian bawah (termasuk paru – paru) dan organ
2018)
invasi kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinik batuk, disertai
11
ISPA (P2 – ISPA) mengklasifikasikan ISPA (Depkes, 1996) sebagai
berikut:
menit.
umur 2 – <12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih pada
50 kali per menit pada anak umur 2 – <12 bulan dan kurang
12
5. Patofisiologi
Sinuraya, n.d.)
13
dengan adanya thrombositopenia dan pemeriksaan foto thoraks jika
diperlukan.
antara lain:
bersih.
hidung.
terlalu ketat.
14
6) Bila anak terserang ISPA tetap berikan makanan dan ASI.
penyebab.
adalah berkisar 180C sampai 300C. Suhu dalam ruang rumah yang
15
b. Kelembaban Ruangan
sirkulasi udara).
2011).
c. Ventilasi
untuk suatu rumah untuk menjaga agar aliran udara didalam rumah
16
Perumahan menyatakan bahwa luas penghawaan atau ventilasi
alami yang permanen minimal 10% dari luas lantai (Kemenkes RI,
d. Pencahayaan
alam dan atau buatan yang langsung maupun tidak langsung dapat
1 Suhu 0C 18-30
17
Sumber:(Kemenkes RI, 2011)
e. Kepadatan Hunian
f. Dinding
bata atau batu yang diplester dan bisa juga papan kedap air. Rumah
18
memudahkan udara masuk dengan membawa partikel debu
g. Lantai
bangunan yang kedap air dan tidak bisa ditembus binatang melata
1. Pengertian Balita
Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau
lebih popular dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun atau
19
biasa digunakan perhitungan bulan yaitu 12-59 bulan. Para ahli
2015).
20
D. Kerangka Teori
Kemudian menimbulkan kejadian akhir berupa sakit dan tidak sakit yang
lingkungannya.
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah ventilasi dan lantai
rumah.
21
E. Kerangka Konsep
Karakteristik
1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Pendidikan
Kejadian ISPA Pada
4. Pekerjaan
Balita Di Kampung
Pubehabu Disrtik
Kemtuk Gresi
Ventilasi
Lantai rumah
Keterangan :
22
BAB III
METODE PENELITIAN
yang menghubungkan antara dua variabel atau lebih pada suatu situasi atau
sesaat atau satu kali saja dalam waktu yang bersamaan dan tidak ada follow
1. Lokasi Penelitian
Gresi.
2. Waktu Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah semua Ibu yang memiliki balita
23
2. Sampel
dalam jumlah kecil. Jadi, rentang sampel yang dapat di ambil dari rumus
N
n=
1+ N ¿ ¿
Keterangan:
n : Ukuran Sampel
N : Ukuran Populasi
menggunakan 10%
3.943
n=
1+3.943 ¿ ¿
3.943
n=
1+3.943 (0.01)
3.943
n=
1+39 , 43
3.943
n=
40 , 43
n=97 , 52
n=98
24
Berdasarkan perhitungan rumus diatas, maka dalam penelitian yang
1. Kriteria Inklusi
terakhir.
2. Kriteria Eksklusi
E. Hipotesis Penelitian
2010). Berdasarkan rumusan dan tujuan dari penelitian, maka dapat disusun
25
Ho = Tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian ISPA
Ho = Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian ISPA pada Balita
26
F. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kriteria Skala
1. 0. Laki-Laki =
Jenis Jenis kelamin adalah sifat (keadaan) laki-laki atau perempuan
Kuesioner 1. Perempuan = Nominal
kelamin yang dikodratkan pada seseorang.
Mufidah, Ch.(2013) dan (PER-MENKES, 2014)
Umur Umur balita dihitung dalam tahun, dari tahun kelahiran Kuesioner 0. 1-2 tahun Ordonal
sampai pada saat penelitian dilakukan 1. 3-5 tahun
(Septiari, 2012)
0. Tidak berpendidikan
Pendidikan Pendidikan sangat diperlukan tidak hanya terhindar dari Kuesioner 1. Berpendidikan Ordonal
penyakit tetapi juga untuk peningkatan pengetahuan dan
kualitas hidup. (Notoatmodjo (2005) (Kesehatan et al., 2023)
Ordonal
Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama Kuesioner
untuk menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja umumnya 0. Tidak bekerja
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu- 1. Bekerja
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. (Notoatmodjo, 2018)
(Suliha 2010)
2. Ventilasi Ventilasi adalah tempat pertukaran atau keluar masuknya Lembar 0. TMS : < 1-4 m/s minimal 10% dari luas Nominal
udara baik secara alami maupun mekanis. Kurangnya Observasi lantai
ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 yang berarti kadar dan 1. MS : 1-4 m/s minimal 10% dari luas lantai
CO2 bersifat racun bagi penghuninya meningkat. Kecepatan Rollmater
angin rendah, yakni berkisar 1-4 m/s (Hanifah, 2011). (Sumber: Kemenkes, 2011)
31
No Variabel Definisi Operasional Pengukuran Kriteria Skala
3. Lantai Lantai yang memenuhi persyaratan kesehatan terbuat dari Lembar 0. TMS: kedap air dan tidak lembab (kramik Nominal
rumah ubin/keramik/papan(rumah panggung)/diplester. Lantai yang Observasi dan ubin)
terbuat dari tanah cenderung menghasilkan debu apabila tidak 1. MS: menghasilkan debu dan lembab (semen
rajin disiram. Hal tersebut berisiko terhadap kesehatan balita dan tanah)
yang tinggal didalamnya. (Kementrian Pekerjaan Umum,
2011). (Notoatmodjo, 2007).
4. ISPA Anak bawah lima tahun atau anak usia 0-59 bulan yang Data rekam 0. Sakit = apabila dalam 3 bulan terakhir balita Ordinal
mengalami infeksi akut pada salah satu bagian/lebih saluran medik pernah mengalami sakit dan tercover dalam
napas diawali dengan panas disertai gejala seperti: data rekam medik
1. Tidak sakit = apabila tidak memenuhi kriteria
tenggorokan sakit atau nyeri telah, pilek, batuk kering dan
di atas
berdahak (Oktarina, 2016;Ditjen PP dan PL, 2016; Kemenkes
RI, 2015) Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.1077/Menkes/Per/V/2011
32
H. Teknik pengumpulan data
1. Data primer
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari tangan kedua. Data
I. Instrument Penelitian
1. Kuesioner
karakteristik responden.
2. Lembar observasi
3. Alat
disediakan.
2. Melakukan pengukuran
Ruangan yang akan diukur adalah ruangan dimana tempat balita paling
kamar balita.
Cara Kerja :
34
3. Kemudian baca dan catat skala yang ditunjukkan searah pandangan
mata.
Cara Kerja:
Cara Ukur:
dengan luas lantai kamar tidur lalu dikali 100%. dibawah ini rumus
¿ Luas jendela kamar +luas pintu kamar +luas lubang angin kamar
¿ x 100 ¿
Luas lantai kamar tidur
¿
35
K. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Memeriksa Data/Editing
kemungkinan data yang masuk atau data yang terkumpul tidak logis
b. Coding
yang termasuk dalam kategori yang sama dalam bentuk huruf atau
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Septiari, 2012:
1. 1-2 tahun
2. 3-5 tahun
1. Tidak bekerja
36
2. PNS
3. SWASTA
4. Petani
5. Nelayan
1. MS : Minimal 60
2. TMS : < 60
1. MS : 1-4 m/s
c. Entry
menggunakan komputer/laptop.
d. Tabulasi (Tabulating)
37
(Imron, 2014). Tabulasi adalah mengelompokkan data sesuai variabel
2. Analisis Data
1. Analisis Univariat
P = 𝐹/𝑁 𝑥 100%
Keterangan:
% = Angka konstanta
2. Analisis Bivariat
38
digunakan sebagai alternatif untuk titik penolakan untuk memberikan
yang lebih kecil berarti ada bukti yang lebih kuat yang mendukung
Variabel 2
Category 1 Category 2
Variabel 1 Category 1 A B
Category 2 C D
2
x =( a+b+ c+ d) ¿ ¿
bermakna.
yang bermakna.
39
BAB IV
1. Letak Geografis
2. Kondisi Geografis
3. Orbitasi
40
Rumah Adat di wilayah Kampung Pupehabu. (Sumber: Data Sekunder,
2023).
4. Iklim
cuaca akan berganti setiap 3 bulan sekali. Misalnya musim hujan kali ini
5. Kondisi Topografi
serta kondisi tanah yang subur, kondisi tanah yang subur ini memiliki
41
B. Hasil Penelitian
42
rumah sebagian besar TMS 20 (20,4%) dan lantai rumah sebagian
b. Kejadian ISPA
43
2. Hasil Analisis Bivariat
yang sakit ISPA sebanyak 8 (12,7%) dan yang tidak sakit ISPA sebanyak
55 (87,3%). Hasil analisis diperoleh nilai p value 1,000 yang artinya tidak
resiko. Berdasarkan umur balita 3-5 tahun yang sakit ISPA sebanyak 7
(14,9%) dan yang tidak sakit ISPA sebanyak 40 (85,1%). Hasil analisis
diperoleh nilai p value 0,874 yang artinya tidak signifikan antara umur
balita dengan kejadian ISPA dan nilai PR sebesar 0,762 (0,2-2,4) bahwa
44
10 (12,3%) sedangkan tidak sakit ISPA 71 (87,7%). Hasil analisis
pendidikan Ibu dengan kejadian ISPA dan nilai PR sebesar 0,762 1,521
bahwa tidak signifikan antara pekerjaan ibu dengan kejadian ISPA dan
sakit ISPA 7 (35,0%) dan tidak sakit ISPA 13 (65,0%). Hasil analisis
45
c. Hubungan Lantai Rumah dengan Kejadian ISPA
diperoleh nilai p value 1,000 yang artinya tidak signifikan lantai rumah
dengan kejadian ISPA. dan nilai PR sebesar 0,911 (0,1-8,2) bahwa lantai
C. Pembahasan
kenakan kaos tangan dan alas kaki dan data observasi dilihat anak balita
tergeletak dilantai rumah yang mudah tergolong faktor pemicu ISPA dan
adapun alas lain sehingga Jenis kelamin dengan kejadian ISPA balita
terdistribusi rata antara ISPA pada balita laki-laki dan perempuan. adapun
46
peneliti melihat ada hubungan dari kebiasaan anak suka bermain di
tempat yang berdebu dan ibu membaringkan anak saat ibu sedang
Penelitian ini sejalan dengan (Harokan & Gustina, 2023) tidak ada
kekebalan antara jenis kelamin. Karena laki-laki sering kali lebih aktif
47
dari pada perempuan, mereka juga lebih mungkin terpapar bahan kimia
bahwa 58% laki –laki menderita ISPA (p= 0,02) dan laki- laki lebih
ini disebabkan karena anak laki –laki memiliki aktivitas yang lebih aktif
laki-laki dan perempuan (Iskandar ,Suganda, & Lelly, 2015). (Iskandar &
Lelly, 2023)
belum optimal. Dari observasi diatas ada hal lain yang dimana terdapat
bahwa ada beberapa responden ibu balta 2 tahun yang mengatakan kalau
anakanya sedang dalam kondisi sakit seperti batuk, dahak atau infeksi
ringan tetapi pada saat analisis data peneliti melihat sebetulnya terjadi
48
perubahan yang mana tidak ada hubungan antara uumuranak dan kejadian
batita (1-2 tahun), dan anak pra sekolah (3-5 tahun). Saat usia 1-3 tahun
kejadian ISPA yang berusia 1-4 tahun (P=value 0,24). berbeda dengan
hubungan antara usia balita dengan kejadian ISPA yang berusia 1-4
berkembang pada umumnya disebabkan oleh dua hal yaitu keadaan gizi
yang tidak baik dan penyakit infeksi. Salah satu penyakit infeksi yang
atas maupun bagian bawah. Pada usia balita bisa dengan mudah
49
sistem imunitas balita belum optimal. Seseorang bisa terkena ISPA jika
perilaku hidup bersih dan sehat sudah baik. Tingkat pendidikan ibu erat
tetapi dari analisis data yang di peroleh bahwa nilai menunjukkan tidak
sebesar 0,021 dan nilai PR (95% CI) sebesar 2,122 (1,026-4,390). Besar
50
penyakit pneumonia balita. Besar nilai PR (95% CI) sebesar 2,122
dengan tingkat pendidikan tinggi (95% CI, 1,026 < PR < 4,390).
paling dominan adalah tidak bekerja dimana pekerjaan seseorang ibu itu
hal tersebut merupakan faktor pemicu akan tetapi jauh berbeda dengan
hasil analisi data yang memperoleh nilai bahwa bahasannya tidak terdapat
51
pekerjaan responden tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan
kejadian ISPA pada anak berusia 12-59 bulan dengan hasil analisis
berpendidikan Rendah.
rumah yang memenuhi syarat yaitu > 10% dari luas lantai. Hasil
tidak berfungsi dengan baik sebagai jalur pertukaran udara. Hal ini
jendela tidak terbuka dengan lebar dan ada pula jendela yang tidak
52
pertumbuhan mikroorganisme tertentu yang berisiko menginfeksi saluran
napas.
Nilai OR yang diperoleh sebesar 2,534 sehinga balita 2,534 kali lebih
Rumah sehat salah satunya ada ventilasi dalam kamar tidur. Syarat
ventilasi sesuai standar bangunan nasional adalah luas bersih dari jendela
lubang hawa harus meluas ke arah atas sampai setinggi minimal 1,95
meter dari permukaan lantai serta adanya adanya lubang hawa yang
2023)
53
6. Hubungan Lantai rumah dengan Kejadian ISPA
masih tanah. tidak kedap air dan debu, dindingnya juga sebagian papan
kayu dan semi permanen dan masih berdebu, sehingga debu yang tidak
terlihat masih dapat mengganggu saluran pernafasan kita. Satu dari sekian
tips untuk menghindari ISPA adalah menjaga kebersihan kamar tidur kita,
terutama peralatan tidur kita secara teratur. Di mana partikel debu juga
tidur dengan perangkat yang kotor dan berdebu. berdasarkan uraian diatas
pohon sejenis pinang yang digunakan sebagai alas lantai rumah sehinnga
peneliti berasumsi bahwa kondisi tidak memenuhi syarat ini akan sangat
value lebih besar dari α : 0,05 maka dinyatakan tidak terdapat hubungan
54
yang signifikan antara jenis lantai dengan kejadian ISPA pada balita,
memenuhi syarat memiliki risiko dapat terkena ISPA 1,833 kali lebih
syarat.
55
BAB V
A. Simpulan
B. Saran
agar sirkulasi udara berjalan lancar dan suhu atau kelembaban ruangan
56
Diharapkan kepada masyarakat juga untuk mengatur jumlah penghuni
(Rahdiansyah, 2023)
orang tua yang memiliki anak bayi dan balita mengenai pentingnya
terdapat maslah ISPA maka diperlukan kerja sama antara masyarat dan
ISPA tersebut.
angka ISPA tersebut atau bebas dari ISPA pada Kampung Pupehabu
57
DARTAR PUSTAKA
58
Dalam Rumah Dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Pada Balita di Puskesmas Rawa Terate Kecamatan Cakung Tahun 2017.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan,
2017.
Irjayanti, A., Wambrauw, A., Wahyuni, I., & Maranden, A. A. (2023). Personal
Hygiene with the Incidence of Skin Diseases. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(1), 169–175.
( Jupri, n.d. 2022)
Junilantivo, F., Priyadi, P., & Noviadi, P. (2022). Kondisi Fisik Rumah dengan
Kejadian Penyakit Ispa pada Balita di Kota Palembang. Jurnal Sanitasi
Lingkungan, 2(2), 93–100.
Kesehatan, M., & Indonesia, R. (2011). No Title. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang Pedoman
Penyehatan Udara Dalam Ruang.
Kesehatan, M., Indonesia, R., Mahendrayasa, I. G. A. P., Soekidjo, N., Purnama,
S. G., Putri, P., Mantu, M. R., Wijayaningsih, K. S., Wati, N., Ramon, A.,
Husin, H., Pondesta, F., Putri, R., Podesta, F., Putri, R., Muhammadiyah
Bengkulu, U., Suharsimi, A., Junilantivo, F., Priyadi, P., … Umum, K. P.
(2023). Pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita
di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon periode Juli-Agustus 2016. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pusat Penelitian Dan Pengembagan
Pemukiman. Jakarta, 1(2), 14–19.
https://doi.org/10.21070/medicra.v4i1.1435
Krismeandari, D. (2015). (2015). Faktor lingkungan rumah dan faktor perilaku
penghuni rumah yang berhubungan dengan kejadian ispa pada balita di
wilayah kerja puskesmas sekaran.
Kti__Lady Diana Br Sinuraya. (n.d.).
Mahendrayasa, I. G. A. P. (2018). Hubungan antara kondisi fisik rumah dengan
kejadian infeksi saluran pernafasan atas pada Balita di Surabaya. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 6(3), 227–235.
Mufidah, C. (2013). Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender Edisi Revisi.
Malang: UIN-Maliki Press.
Mansbridge, J. (1998). Skin substitutes to enhance wound healing. Expert Opinion
on Investigational Drugs, 7(5), 803–809.
https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
Mardani, R. P. P. K., Wardani, H. E., & Gayatri, R. W. (2019). Hubungan Faktor
Lingkungan Fisik Rumah, Status Pendidikan Ibu, Dan Status Pekerjaan Ibu
Terhadap Kejadian Pneumonia Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Diyono
59
Malang. Jurnal Sport Science And Health, 1(3), 233–242.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta: Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Rineka
Cipta: Jakarta.
Observasi, L. (2020). 4. Pensiun 9. Tidak bekerja 5. Pelajar/Mahasiswa.
Purnama, S. G. (2017). Diktat Kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan (p. 164).
Bali: Universitas Udayana, 164.
Putri, P., & Mantu, M. R. (2019). Pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap
kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon periode
Juli-Agustus 2016. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 389–394.
Pramulia, Rahmi Fitri S, D. (2020). Faktor Lingkungan Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita.
Dinamika Lingkungan Indonesia, 7(1), 31.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2019. Penyajiannya Dalam Bentuk Tabel-
Tabel. Rekap Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2019
Raenti, R. A., Gunawan, A. T., & Subagiyo, A. (2019). Hubungan Faktor
Lingkungan Fisik Rumah Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Purwokerto Timur Tahun 2018. Buletin Keslingmas, 38(1), 85–
94. https://doi.org/10.31983/keslingmas.v38i1.4079
Rafaditya, S. A., Saptanto, A., & Ratnaningrum, K. (2021). MEDICA
ARTERIANA (MED-ART) Ventilasi dan Pencahayaan Rumah Berhubungan
dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita: Analisis Faktor
Lingkungan Fisik. Medica Arteriana (MED-ART_, 3(2), 115–121.
Rahdiansyah, P. (2023). Kotaku : Kota Tanpa Kumuh. In Kotaku, PU.go.id (p. 1).
https://kotaku.pu.go.id/view/3112/problematika-bangsa-dan-solusinya
Riawati, D., & Hanifah, L. (2017). Evaluasi Pertumbuhan Balita Berdasarkan
Umur dan Berat Badan. Jurnal Kebidanan Indonesia, 8(2)
Sudaryani, S., & Abd, S. (2023). Risiko Kejadian Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut pada Balita di Puskesmas Momunu Kabupaten Buol. 15(2), 1–8.
Fidya, A. N., & Hartono, B. (2020). PM10 Dalam Udara Ruang Kelas dengan
Kejadian ISPA Pada Siswa SD/MI di Wilayah Kerja Puskesmas Cilebut,
60
Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor Tahun 2018. Jurnal Nasional
Kesehatan Lingkungan Global, 1(2).
Fitriana, D. dkk. (2015). Hubungan Status Gizi, Riwayat Pemberian Vitamin A,
Riwayat Imunisasi (Bcg,Dpt,Campak) Dan Kebiasaan Merokok Anggota
Keluarga Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Usia 1-4 Tahun Di Provinsi
Nangroe Aceh Darussalam (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007).
Nutrire Diaita, 7(2).. Strategi Promosi Yang Kreatif. Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2022
Giroth, T. M., Manoppo, J. I. C., & Bidjuni, H. J. (2022). Hubungan Status Gizi
Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Puskesmas Tompaso Kabupaten
Minahasa. Jurnal Keperawatan, 10(1), 79.
https://doi.org/10.35790/jkp.v10i1.36338
Harokan, A., & Gustina, E. (2023). Analisis kejadian infeksi saluran pernafasan
akut pada anak. 8(2).
Hanifah, E. (2011). Cara Hidup Sehat - Erma Hanifah.
https://books.google.com/books?
hl=id&lr=&id=dJw2DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=cara+hidup+sehat
+erma+hanifah&ots=MRTT9km5a1&sig=_MewvxJUDa2eWP3XIq1DC7H
QfU4%0Ahttps://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=dJw2DwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PP1&dq=cara+hidup+sehat
&ots=MRSU9on
Hanum, L. (2020). Oleh: LATIFFAH HANUM NIM: 0801162036.
Hayati, R. Z. (2017). Hubungan Konsentrasi PM10 dan Faktor Lingkungan
Dalam Rumah Dengan Keluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Pada Balita di Puskesmas Rawa Terate Kecamatan Cakung Tahun 2017.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan,
2017.
Irjayanti, A., Wambrauw, A., Wahyuni, I., & Maranden, A. A. (2023). Personal
Hygiene with the Incidence of Skin Diseases. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 12(1), 169–175.
( Jupri, n.d. 2022)
Junilantivo, F., Priyadi, P., & Noviadi, P. (2022). Kondisi Fisik Rumah dengan
Kejadian Penyakit Ispa pada Balita di Kota Palembang. Jurnal Sanitasi
Lingkungan, 2(2), 93–100.
Kesehatan, M., & Indonesia, R. (2011). No Title. Peraturan Menteri Kesehatan
61
Penyehatan Udara Dalam Ruang.
Kesehatan, M., Indonesia, R., Mahendrayasa, I. G. A. P., Soekidjo, N., Purnama,
S. G., Putri, P., Mantu, M. R., Wijayaningsih, K. S., Wati, N., Ramon, A.,
Husin, H., Pondesta, F., Putri, R., Podesta, F., Putri, R., Muhammadiyah
Bengkulu, U., Suharsimi, A., Junilantivo, F., Priyadi, P., … Umum, K. P.
(2023). Pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap kejadian ISPA pada balita
di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon periode Juli-Agustus 2016. Badan
Penelitian Dan Pengembangan Pusat Penelitian Dan Pengembagan
Pemukiman. Jakarta, 1(2), 14–19.
https://doi.org/10.21070/medicra.v4i1.1435
Krismeandari, D. (2015). (2015). Faktor lingkungan rumah dan faktor perilaku
penghuni rumah yang berhubungan dengan kejadian ispa pada balita di
wilayah kerja puskesmas sekaran.
Kti__Lady Diana Br Sinuraya. (n.d.).
Mahendrayasa, I. G. A. P. (2018). Hubungan antara kondisi fisik rumah dengan
kejadian infeksi saluran pernafasan atas pada Balita di Surabaya. Jurnal
Berkala Epidemiologi, 6(3), 227–235.
Mufidah, C. (2013). Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender Edisi Revisi.
Malang: UIN-Maliki Press.
Mansbridge, J. (1998). Skin substitutes to enhance wound healing. Expert Opinion
on Investigational Drugs, 7(5), 803–809.
https://doi.org/10.1517/13543784.7.5.803
Mardani, R. P. P. K., Wardani, H. E., & Gayatri, R. W. (2019). Hubungan Faktor
Lingkungan Fisik Rumah, Status Pendidikan Ibu, Dan Status Pekerjaan Ibu
Terhadap Kejadian Pneumonia Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Diyono
Malang. Jurnal Sport Science And Health, 1(3), 233–242.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Rineka
Cipta: Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Rineka
Cipta: Jakarta.
Observasi, L. (2020). 4. Pensiun 9. Tidak bekerja 5. Pelajar/Mahasiswa.
Purnama, S. G. (2017). Diktat Kuliah Penyakit Berbasis Lingkungan (p. 164).
Bali: Universitas Udayana, 164.
Putri, P., & Mantu, M. R. (2019). Pengaruh lingkungan fisik rumah terhadap
kejadian ISPA pada balita di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon periode
Juli-Agustus 2016. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 389–394.
62
Pramulia, Rahmi Fitri S, D. (2020). Faktor Lingkungan Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Balita.
Dinamika Lingkungan Indonesia, 7(1), 31.
Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2019. Penyajiannya Dalam Bentuk Tabel-
Tabel. Rekap Profil Kesehatan Kab/Kota Tahun 2019
Raenti, R. A., Gunawan, A. T., & Subagiyo, A. (2019). Hubungan Faktor
Lingkungan Fisik Rumah Dan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dengan
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Pada Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas 1 Purwokerto Timur Tahun 2018. Buletin Keslingmas, 38(1), 85–
94. https://doi.org/10.31983/keslingmas.v38i1.4079
Rafaditya, S. A., Saptanto, A., & Ratnaningrum, K. (2021). MEDICA
ARTERIANA (MED-ART) Ventilasi dan Pencahayaan Rumah Berhubungan
dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita: Analisis Faktor
Lingkungan Fisik. Medica Arteriana (MED-ART_, 3(2), 115–121.
Rahdiansyah, P. (2023). Kotaku : Kota Tanpa Kumuh. In Kotaku, PU.go.id (p. 1).
https://kotaku.pu.go.id/view/3112/problematika-bangsa-dan-solusinya-
Sudaryani, S., & Abd, S. (2023). Risiko Kejadian Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut pada Balita di Puskesmas Momunu Kabupaten Buol. 15(2),
1–8.
63
Puskesmas Kesunean Kota Cirebon Jawa Barat. Jurnal Kedokteran &
Kesehatan, 5(1), 1–8.
Zolanda, A., Raharjo, M., & Setiani, O. (2021). Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di Indonesia. Link, 17(1), 73–80.
Syahidi, M. H., Gayatri, D., & Bantas, K. (2016). Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Anak
Berumur 12-59 Bulan di Puskesmas Kelurahan Tebet Barat, Kecamatan
Tebet, Jakarta Selatan, Tahun 2013. Jurnal Epidemiologi Kesehatan
Indonesia, 1(1), 23–27. https://doi.org/10.7454/epidkes.v1i1.1313
Umum, K. P. (2011). Modul Rumah Sehat. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Pusat Penelitian Dan Pengembagan Pemukiman. Jakarta.
Wati, N., Ramon, A., Husin, H., Pondesta, F., & Putri, R. (2023). Pengaruh
Penyuluhan Personal Hygiene Pada Warga RT 11 RW 03 Kelurahan
Lempuing Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. JURNAL PENGABDIAN
KESEHATAN, 1(2), 14–19.
Wijayaningsih, K. S. (2013). Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Yasmin, I., Pramesty, I. A., Affandi, T. T., & Naldi, Y. (2019). Hubungan antara
Tingkat Pengetahuan , Tingkat Pendidikan Ibu , serta Status Gizi Balita
terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) pada Balita di
Puskesmas Kesunean Kota Cirebon Jawa Barat. Jurnal Kedokteran &
Kesehatan, 5(1), 1–8.
Zolanda, A., Raharjo, M., & Setiani, O. (2021). Faktor Risiko Kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut Pada Balita Di Indonesia. Link, 17(1), 73–80.
64
Lampiran 1
KUISIONER
HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA
PADA BALITA DI KAMPUNG PUBEHABU DISTRIK KEMTUK GRESI
A. IDENTITAS IBU
Nomor responden :
Nama :
B. IDENTITAS ANAK
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
C. SOSIAL EKONOMI
6. Pendidikan
a. Tidak sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. PT
7. Pekerjaan
a. Tidak bekerja
b. PNS
c. SWASTA
d. Petani
e. Nelayan
D. PERTANYAAN
a. Kejadian Penyakit ISPA pada Balita
8. Apakah dalam 3 bulan terakhir balita pernah mengalami sakit
ISPA dan tercover dalam data rekam medik atau buku register?
a. Pernah
b. Tidak pernah
66
Lampiran 2
1. Ventilasi rumah
- Luas Ventilasi :……………m2
- Luas Lantai :……………m2
a. TMS (Apabila < 10% dari luas lantai)
b. MS (Apabila > 10% dari luas lantai)
2. Lantai rumah
- TMS
- MS
a. TMS: menghasilkan debu dan lembab (semen dan tanah)
b. MS: kedap air dan tidak lembab (kramik dan ubin)
67
Lampiran 3
J Pendidika Lantai
No Nama K Umur n Pekerjaan Ventilasi rumah ISPA
1 Sarlota Tegai 1 1 1 0 0 0 1
2 Ruth Naomi Udam 0 0 1 0 1 0 1
3 Ana Udam 1 0 1 0 1 0 1
4 Engelina Keyambe 1 0 1 0 1 0 1
5 Alphin S Udam 0 0 1 0 1 0 1
6 Agusjulia Samon 0 0 1 0 0 0 1
7 Renci Rumkorem 1 1 1 0 1 1 1
8 Olivia Udam 1 1 0 0 1 0 1
9 Lisa Hubusa 1 1 0 1 1 1 1
10 Georgina Waipon 1 1 1 0 0 0 0
11 Santo Anriel 0 0 1 0 1 0 0
12 Ketsia Udam 1 1 1 0 1 0 0
13 Ruben Udam 0 0 1 0 0 0 0
14 Rafles Yaas 0 0 0 0 0 1 0
15 Lunia Yaas 1 1 1 0 1 0 0
16 Julia Hubusa 1 1 1 0 1 0 0
17 Yeheskiel Waisimon 0 1 1 1 0 0 0
18 Melanesia D Wey 1 0 1 0 1 0 0
19 Aprilia Tapatkedim 1 1 1 0 0 0 0
20 Vioneta Yansip 1 1 0 1 0 0 0
21 Yanset Tegai 0 0 0 0 1 0 0
22 Martince Yansip 1 0 1 0 0 0 0
23 Anjeli Usmani 1 0 1 0 1 0 1
24 Vera Sanggrangway 1 0 1 0 1 1 1
25 Yakub Bemey 0 1 1 0 0 0 1
26 Abraham Udam 0 0 0 1 1 0 1
27 Dona Mewet 1 1 1 0 1 0 1
28 Yafet Waipon 0 1 0 0 1 0 1
29 Rina Yansip 1 1 0 0 1 0 1
30 Marlina Yaas 1 0 1 0 1 0 1
31 Orpa Tabiru 0 1 1 0 0 0 1
32 Dian Sanggrangway 0 0 1 0 0 0 1
33 Rio Tegai 0 0 1 0 1 0 1
34 Fiji Udam 1 1 1 0 1 0 1
35 Mirakel Nensip 1 0 1 1 1 0 1
36 Firmansyah Nsasitgot 1 0 1 0 1 0 1
37 George Kayambe 0 1 1 0 1 0 1
68
3
8 Mina Nsasitgot 1 1 1 0 1 0 1
3
9 Daut Udam 0 1 1 0 1 0 1
4
0 Gloria Yaru 1 0 0 0 1 0 1
4
1 Dina Nensip 1 0 0 1 1 1 1
4
2 Evanjelik Nsasitgot 1 1 1 1 1 0 1
4
3 Petro Udam 0 0 1 0 0 0 1
4
4 Julian Hubusa 0 1 1 0 0 0 1
4
5 Irpa Usmani 1 0 1 0 1 0 1
4
6 Leni Sanggrangway 1 0 1 0 1 0 1
4
7 Yosua Sanggrangway 0 1 1 0 1 0 1
4
8 Sonia Yaru 1 1 1 0 1 0 1
4
9 Serli Udam 1 1 1 0 1 0 1
5
0 Melani Mewet 1 1 1 0 0 1 1
5
1 Kezia Nian 1 0 1 0 1 0 1
5
2 Petrus Nsasitgot 0 0 1 0 1 0 1
5
3 Vika Mess 1 1 0 0 0 0 1
5
4 Frengky Tabiru 0 1 0 0 1 0 1
5
5 Tinus Eli 0 0 1 0 1 0 1
5
6 Yustus Nensip 0 0 1 0 1 0 1
5
7 Marlin Nian 1 1 1 0 1 0 1
5
8 Ellia Mess 0 0 1 0 0 0 1
5
9 Novita Nensip 1 0 1 0 1 0 1
6
0 Jolinda Eli 1 0 1 1 1 0 1
6
1 Rafi Mewet 0 1 1 0 1 0 1
6
2 Jesika Yaru 1 1 1 0 1 0 1
6
3 Irine Usmani 1 1 0 0 1 0 1
6
4 Reza Udam 0 0 1 0 1 0 1
6
5 Jelin Nensip 1 0 1 0 1 0 1
6
6 Alfons Tabiru 0 0 1 0 1 0 1
6
7 Ketty Nian 1 1 1 0 0 0 1
6
8 Firti Mess 1 1 1 0 1 0 1
6
9 Pegi Mewet 1 0 1 1 1 0 1
7
0 Steven Yaru 0 1 0 0 1 0 1
7
1 Valen Tabiru 1 0 1 0 1 0 1
7
2 Amanda Waly 1 0 1 0 1 0 1
7
3 Rosita Sanggrangway 1 1 1 1 1 0 1
7
4 Manu Tabiru 0 1 1 1 1 0 1
7
5 Thresia Usmani 1 0 0 0 0 0 1
7
6 Emelinda Eli 1 0 1 0 1 0 1
7
7 Alfano Udam 0 0 1 0 1 0 1
7
8 Regina Samon 1 0 1 0 1 0 1
7
9 Elsa Yaru 1 1 1 0 1 0 1
8
0 Elisabeth Tegai 1 1 1 0 1 0 1
70
8
1 Wahyu Nian 0 1 1 0 1 0 1
8
2 Viktor Eli 0 0 1 0 1 0 1
8
3 Karel Anriel 0 1 1 0 1 0 1
8
4 Kayla Yoku 1 1 1 0 1 0 1
8
5 Jondry Hubusa 0 1 1 0 1 0 1
8
6 Musa Tegai 0 0 1 0 1 0 1
8
7 Maria Mewet 1 1 1 0 0 0 1
8
8 Ribka Nensip 1 0 1 0 1 0 1
8
9 Yohana Nian 1 0 1 1 1 1 1
9
0 Rika Sanggrangway 1 0 0 0 1 0 1
9
1 Prisilia Usmani 1 0 0 0 1 0 1
9
2 Agnes Nensip 1 1 1 0 1 0 1
9
3 Evi Samon 1 0 1 0 1 0 1
9
4 Purti Samon 1 0 1 0 1 0 1
9
5 Aleda Nian 1 1 1 0 1 0 1
9
6 Desi Mewet 1 0 1 0 1 0 1
9
7 Lidia Eli 1 1 1 0 1 0 1
9
8 Mona Usmani 1 0 1 0 1 0 1
Lampiran 4
Hasil Analisis Univariat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Umur Balita
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pendidikan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lantai rumah
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kejadian ISPA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cases
Crosstab
Kejadian ISPA
Perempuan Count 8 55 63
Total Count 13 85 98
N of Valid Casesb 98
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.64.
Risk Estimate
N of Valid Cases 98
Cases
75
Crosstab
Kejadian ISPA
Total Count 13 85 98
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 98
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.23.
N of Valid Cases 98
Cases
Crosstab
Kejadian ISPA
Berpendidikan Count 10 71 81
Total Count 13 85 98
77
78
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 98
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.26.
Risk Estimate
N of Valid Cases 98
Kejadian ISPA
Bekerja Count
2 10 12
% of Total
2.0% 10.2% 12.2%
Total Count
13 85 98
% of Total
13.3% 86.7% 100.0%
Chi-Square Tests
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.59.
Risk Estimate
80
For cohort Kejadian ISPA =
.767 .193 3.051
Sakit
N of Valid Cases 98
5.
81
6. Hubungan Ventilasi Rumah Dengan Kejadian ISPA Pada Balita
Case Processing Summary
Cases
Crosstab
Kejadian ISPA
% of Total
7.1% 13.3% 20.4%
MS = 10% Count
6 72 78
% of Total
6.1% 73.5% 79.6%
Total Count
13 85 98
% of Total
13.3% 86.7% 100.0%
Chi-Square Tests
Case Processing Summary
Cases
N of Valid Casesb 98
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.65.
Risk Estimate
N of Valid Cases 98
Cases
83
Crosstab
Kejadian ISPA
% of Total
12.2% 80.6% 92.9%
MS Count
1 6 7
% of Total
1.0% 6.1% 7.1%
Total Count
13 85 98
% of Total
13.3% 86.7% 100.0%
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 98
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .93.
84
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
N of Valid Cases 98
85