Anda di halaman 1dari 43

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PADA WANITA


PRAMENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DI BANJAR
DINAS KERETEG DESA SIBETAN
KECAMATAN BEBANDEM
TAHUN 2021

Oleh :
AYU BINTANG PRABAYONI
NIM : P07120018053

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
DENPASAR
2021
USULAN PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PADA WANITA


PRAMENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DI BANJAR
DINAS KERETEG DESA SIBETAN
KECAMATAN BEBANDEM
TAHUN 2021

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis Ilmiah
Jurusan Keperawatan
Program Studi D-III Keperawatan

Oleh :
AYU BINTANG PRABAYONI
NIM : P07120018053

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN D-III KEPERAWATAN
DENPASAR
2021
HALAMAN PERSETUJUAN

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PADA WANITA


PRAMENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DI BANJAR
DINAS KERETEG DESA SIBETAN
KECAMATAN BEBANDEM
TAHUN 2021

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

Pembimbing Utama : Pembimbing Pendamping :

Drs. I Dewa Made Ruspawan, Dra. I.D.A. Ketut Surinati, S.Kep.,


S.Kp., M.Biomed. Ns., M.Kes.
NIP. 196005151982121 NIP. 196412311985032010

Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

I Made Sukarja, S.Kep., Ners, M.Kep.


NIP. 196812311992031020
HALAMAN PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN DENGAN JUDUL :

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PADA WANITA


PRAMENOPAUSE TENTANG MENOPAUSE DI BANJAR
DINAS KERETEG DESA SIBETAN
KECAMATAN BEBANDEM
TAHUN 2021

TELAH DISEMINARKAN DIHADAPAN TIM

PADA HARI :

TANGGAL :

TIM PEMBIMBING SEMINAR

Drs. I Dewa Made Ruspawan, S.Kp., M.Biomed. (Pembimbing 1) (………)


NIP. 196005151982121

Dra. I.D.A. Ketut Surinati, S.Kep., Ns., M.Kes. (Pembimbing 2) (………)


NIP. 196412311985032010

Ns. Nengah Runiari, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. (Pembahas) (………)


NIP. 197202191994012001

Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar

I Made Sukarja, S.Kep., Ners, M.Kep.


NIP. 196812311992031020
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ayu Bintang Prabayoni

NIM : P07120018053

Program Studi : D-III Keperawatan

Jurusan : Keperawatan

Tahun Akademik : 2021

Alamat : Br. Kreteg, Desa Sibetan, Kec. Bebandem.

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas Akhir dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada Wanita

Pramenopause Tentang Menopause di Banjar Dinas Kereteg Desa Sibetan

Kecamatan Bebandem Tahun 2021” adalah benar karya sendiri atau bukan

plagiat hasil karya orang lain.

2. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya

sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia

menerima sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No.17 Tahun 2010 dan

ketentuan perundang - undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Karangasem, Januari 2021

Yang membuat pernyataan

Ayu Bintang Prabayoni

NIM. P07120018053
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat dan rahmat-Nya, penulis bisa menyelesaikan usulan penelitian yang

berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada Wanita Pramenopause Tentang

Menopause di Banjar Dinas Kereteg Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Tahun

2021” dengan baik dan tepat waktu.

Selama penulisan usulan penelitian ini, penulis mengalami banyak hambatan

dan rintangan. Namun, semua itu bisa terlewati berkat bimbingan, motivasi, dan

dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak I Made Sukarja, S.Kep., Ners, M.Kep., selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Poltekkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan dalam

menyelesaikan usulan penelitian ini.

2. (belum diketahui), selaku Ketua Program Studi D-III Keperawatan Poltekkes

Denpasar yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan usulan

penelitian ini.

3. Bapak Drs. I Dewa Made Ruspawan, S.Kp., M.Biomed., selaku pembimbing

utama yang telah membimbing serta memberi saran/masukan dalam proses

penyusunan usulan penelitian ini.

4. Ibu Dra. I.D.A. Ketut Surinati, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku pembimbing

pendamping yang telah membimbing serta memberi saran/masukan dalam

proses penyusunan usulan penelitian ini.

5. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan, mendukung, serta membantu

penulis selama penyusunan usulan penelitian ini.


6. Teman – teman tersayang yang sudah mendukung dan bersedia menjadi

tempat berkeluh kesah selama penyusunan usulan penelitian ini.

7. Bangtan Sonyeondan (BTS) yang lagu - lagunya selalu menjadi penyemangat

sekaligus penghibur penulis selama penyusunan usulan penelitian ini.

Penulis menyadari usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna dikarenakan

keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu, kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan usulan

penelitian ini. Demikianlah kata pengantar ini penulis sampaikan, semoga usulan

penelitian ini bisa bermanfaat bagi para pembaca.

Karangasen, Januari 2021

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap wanita akan mengalami menopause sebagai bagian alami dari proses

menua. Menopause adalah suatu kondisi ketika wanita berhenti menstruasi untuk

selamanya yang merupakan tanda dari berakhirnya kemampuan untuk

bereproduksi. Menopause terjadi akibat ovarium yang tidak memproduksi sel telur

lagi seiring dengan bertambahnya usia. Wanita dikatakan telah mengalami

menopause apabila tidak menstruasi selama 12 bulan berturut - turut tanpa

disebabkan oleh penyakit, tindakan medis, atau konsumsi obat – obatan tertentu.

Menopause biasanya terjadi pada wanita usia 45 - 55 tahun. Di Inggris, usia

rata - rata wanita mengalami menopause adalah 51 tahun (LGA, 2021). Begitu

pula di Indonesia, para wanita pada umumnya mengalami menopause di usia

tersebut (Roxby, 2019). Beberapa tahun sebelum menopause disebut dengan

pramenopause. Pramenopause adalah tahap awal dari masa menopause yang

biasanya dimulai pada saat wanita berusia 40-an (Suparni dan Astutik, 2016). Di

fase ini, kondisi wanita masih subur yang berarti masih bisa untuk hamil (Waluyo

dan Putra, 2010).

WHO (2019), mengatakan pada tahun 2019 angka harapan hidup wanita lebih

tinggi dibandingkan pria, yakni 74,2 tahun. Peningkatan angka harapan hidup

berarti peningkatan jumlah wanita yang berpeluang untuk mengalami menopause

(Suazini, 2018). Berdasarkan data United Nations (2019), jumlah wanita di dunia

pada tahun 2020 yang memasuki usia 39 tahun ke atas diperkirakan mencapai

1,46 miliar orang. Di indonesia, jumlah wanita yang berusia lebih dari 39 tahun

sebanyak 47,8 juta orang di tahun 2020 (BPS, 2020). Provinsi Bali pada tahun
2020 memiliki wanita berusia 40 - 64 tahun sejumlah 1,3 juta orang (BPS Provinsi

Bali, 2020). Kabupaten Karangasem memiliki jumlah wanita yang berusia 40 - 64

tahun sebanyak 68.800 orang pada tahun 2020 (BPS Kabupaten Karangasem,

2020). Kecamatan Bebandem yang terdiri dari delapan desa pada tahun 2020

memiliki total wanita usia 40 – 64 tahun sebanyak 8.070 orang (BPS Kabupaten

Karangasem, 2020). Desa Sibetan pada Januari 2021 memiliki jumlah penduduk

wanita usia 40 – 64 tahun sebanyak 1.951 orang. Banjar Dinas Kereteg yang

merupakan salah satu banjar di Desa Sibetan pada Januari 2021 memiliki jumlah

penduduk wanita usia 40 – 64 tahun sebanyak 140 orang.

Pada masa menopause wanita akan mengalami berbagai perubahan fisik

maupun psikologis (Suparni dan Astutik, 2016). Saimin dkk (2013), mengatakan

wanita yang memasuki masa menopause memiliki banyak kekhawatiran seperti

rasa cemas karena akan menjadi tua, cemas karena keinginan seks yang menurun,

menjadi lebih mudah tersinggung, merasa tidak berguna dan tidak bisa

menghasilkan sesuatu. Penelitian yang dilakukan oleh Widjayanti (2016),

mendapatkan hasil bahwa keluhan yang paling sering dialami pada wanita

menjelang menopause akibat dari penurunan kadar estrogen adalah rasa tidak

nyaman pada tulang, otot, sendi, dan keluhan lainnya berupa hot flashes serta

kelelahan secara fisik dan mental. Keluhan - keluhan tersebut dapat menyebabkan

ketidaknyamanan serta kekhawatiran yang dapat mengganggu aktivitas sehari -

hari dan semakin parah apabila wanita tidak mengetahui kalau itu merupakan

akibat dari perubahan pada masa menopause (Suparni dan Astutik, 2016).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakkuea (2016) di Dukuh Sorobaon

Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karangayar, mengatakan bahwa


sebagian besar wanita (61,8%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang tentang

menopause. Penelitian oleh Khafidhoh dan Ridwan (2018) di PKK Dusun Jambu

Desa Jambu Kecamatan Kidul, mendapatkan hasil bahwa sebagian besar wanita

(47%) memiliki pengetahuan yang kurang tentang tanda dan gejala menopause.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Rizqy (2018) di RT 008 RW 009 Clincing

Jakarta Utara, mengatakan bahwa sebagian besar wanita (80%) tidak siap

menghadapi menopause karena kurangnya pengetahuan terhadap menopause.

Penelitian yang dilakukan oleh Meilaningtyas (2015), mendapatkan hasil bahwa

semakin tinggi pengetahuan wanita tentang menopause maka semakin rendah

kecemasan yang dialami menjelang menopause.

Pengetahuan tentang menopause sangat penting bagi wanita. Dengan

mengetahui tentang menopause, wanita tidak perlu merisaukan gejala – gejala

menopause yang bukanlah suatu penyakit dan merupakan suatu hal yang wajar di

masa itu. Gejala tersebut akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya

waktu. Selain itu dengan mempelajari masalah menopause, wanita dapat lebih

waspada karena ketika sudah memasuki masa menopause, wanita akan lebih

berisiko terserang berbagai penyakit (Waluyo dan Putra, 2010). Pengetahuan yang

baik tentang menopause akan membuat wanita bersikap lebih positif dalam

menghadapi menopause (Rakkuea, 2016). Penyuluhan dan rajin mencari

informasi lewat media cetak atau elektronik akan meningkatkan pengetahuan

wanita sehingga dapat lebih memahami tentang menopause dan bagaimana cara

menghadapinya (Rakkuea, 2016).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 18 Januari 2021 pada 10

wanita pramenopause yang berusia 40 – 50 tahun di Banjar Dinas Kereteg Desa


Sibetan Kecamatan Bebandem, didapatkan hasil sebagian besar wanita yakni 70%

diantaranya memiliki pengetahuan yang kurang tentang menopause, sedangkan

sisanya memiliki pengetahuan yang cukup. Berdasarkan hal tersebut penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan

Pada Wanita Pramenopause tentang Menopause di Banjar Dinas Kereteg Desa

Sibetan Kecamatan Bebandem Tahun 2021”.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan

adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada Wanita Pramenopause

tentang Menopause di Banjar Dinas Kereteg Desa Sibetan Kecamatan

Bebandem Tahun 2021?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan pada wanita pramenopause

tentang menopause di Banjar Dinas Kereteg Desa Sibetan Kecamatan Bebandem

Tahun 2021.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan, dan pekerjaan.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan responden tentang menopause.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang kesehatan khususnya keperawatan maternitas.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi

peneliti lain agar penelitian ini bermanfaat dan dapat digunakan untuk

berbagai keperluan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis

a. Bagi masyarakat

Sebagai bahan masukan dan informasi tentang tingkat pengetahuan pada

wanita pramenopause tentang menopause.

b. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan penulis tentang tingkat

pengetahuan pada wanita pramenopause tentang menopause.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Menopause

a. Definisi menopause

Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’ yang

artinya bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian sementara. Secara

linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya

haid atau menstruasi. Menopause merupakan proses peralihan dari masa produktif

menuju perlahan - lahan ke masa nonproduktif yang disebabkan oleh

berkurangnya hormon estrogen dan progesteron (Suparni dan Astutik, 2016).

Menopause merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi berhenti,

dengan demikian tahun – tahun melahirkan anak juga terhenti. Menopause terjadi

jika wanita sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan berturut – turut

yang disebabkan oleh hilangnya fungsi ovarium (Suryoprajogo, 2019).

Seorang wanita didiagnosis mengalami menopause apabila telah berhenti

menstruasi selama 12 bulan dengan didahului munculnya berbagai perubahan

pada masa perimenopause yang disebut dengan gejala menopause. Untuk lebih

memastikannya akan dilakukan pemeriksaan Follicle Stimulating Hormone (FSH)

dan hormon estrogen. Seorang wanita dikatakan mengalami menopause apabila

kadar FSH meningkat, sedangkan kadar estrogennya rendah. Selain itu dilakukan

juga pemeriksaan Tyroid Stimulating Hormone (TSH) dan hormon tiroid.

Pemeriksaan ini untuk memastikan penderita tidak mengalami hipotiroidisme atau

penurunan hormon tiroid yang bisa menimbulkan gejala serupa dengan

menopause (Jalilah dan Prapitasari, 2020).

b. Penyebab menopause
Menurut Baziad (2003) dalam Lubis (2016), pada laki-laki spermatogenesis

terus berlanjut sampai usia tua, berbeda dengan wanita. Pada wanita, oogenesis

akan berakhir pada saat fetus berusia 5 bulan dan yang tinggal hanya tujuh juta

oosit. Mulai usia 5 bulan sampai dengan saat lahir terjadi pengurangan jumlah

primordial folikel hingga menyisakan 500.000 sampai 1.000.000 dan dalam

perjalanan waktu akan terus berkurang jumlahnya. Jumlah folikel yang masih

tersedia pada setiap wanita berbeda - beda. Sebagian wanita pada usia 35 tahun

memiliki sebanyak 100.000 folikel, sedangkan wanita lainnya pada usia yang

sama hanya memiliki 10.000 folikel. Berkurangnya jumlah folikel disebabkan

oleh folikel itu sendiri yang mana seperti sel tubuh yang lain oosit yang

terkandung dalam folikel primordial juga dipengaruhi oleh stress biologik,

kerusakan DNA yang permanen, dan bertumpuknya bahan kimia akibat proses

metabolisme tubuh

Husniawati (2010) dalam Suparni dan Astutik (2016), menjelaskan bahwa

pada tiap siklus haid, 20 – 30 folikel primordial dalam proses perkembangan dan

sebagian besar diantaranya mengalami atresia atau kerusakan. Selama masa

reproduksi kurang lebih 400 oosit mengalami proses pematangan dan sebagian

lagi hilang spontan akibat usia yang bertambah. Pada waktu menopause tinggal

beberapa ribu buah. Produksi estrogen pun berkurang. Folikel yang tersisa lebih

resistan terhadap rangsangan gonadotropin. Sehingga siklus ovarium yang terdiri

dari pertumbuhan folikel, ovulasi, dan pembentukan korpus luteum lama -

kelamaan berhenti. Hilangnya folikel secara terus menerus setelah kelahiran,

hanya menyisakan kurang lebih beberapa ratus folikel pada saat menopause yang

menimbulkan gejala amenore dan ketidakteraturan haid.


Semakin tua, folikel seorang wanita akan makin resistan terhadap stimulasi

gonadotropin, akibatnya FSH dan LH di darah akan meningkat. Peningkatan ini

menyebabkan stimulasi stromal terhadap ovarium yang menyebabkan peningkatan

estron dan penurunan estradiol. Pada masa pramenopause, estradiol yang biasanya

dihasilkan oleh sel granulose anovulatoar folikel yang berkembang menjadi

berkurang. Proporsi siklus menstruasi meningkat dan produksi progesteron

menurun. Akibat tidak adanya mekanisme umpan balik negatif dari estrogen maka

produksi FSH dan LH akan meningkat, tetapi produksi hormon hipofisis lain tidak

terganggu. Estrogen diproduksi di bawah nilai kritis untuk jangka waktu yang

singkat sesudah menopause, namun setelah beberapa tahun ketika folikel

primordial yang tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun

menjadi hampir nol. Hilangnya estrogen seringkali menyebabkan perubahan

fisiologi yang besar pada fungsi tubuh (Suparni dan Astutik, 2016).

c. Tahapan menopause

Waluyo dan Putra (2010), menjelaskan empat tahapan dalam menopause,

yaitu:

a. Pramenopause

Pramenopause adalah fase ketika wanita berada di ambang menopause.

Menstruasi sudah mulai tidak teratur, namun belum muncul tanda – tanda klasik

gejala menopause, seperti hot flashes atau semburan panas, kekeringan vagina,

dan lain sebagainya. Pramenopause biasanya di alami wanita yang berusia 40-

an.Wanita pada fase ini masih subur yang artinya masih bisa hamil.

b. Perimenopause
Perimenopause adalah fase ketika wanita berada di sekitar puncak proses

menopause. Menstruasi mulai kacau, kadang datang, kadang tidak, dan datangnya

tidak teratur. Volume darah juga kadang banyak, kadang hanya berupa vlek. Pada

tahap ini sudah mengalami hot flashes, insomnia, berkeringat di malam hari dan

gejala yang lainnya. Perimenopause terjadi sekitar dua tahun sebelum menstruasi

terakhir sampai sekitar dua tahun setelahnya. Dialami oleh wanita pada usia 50-

an.

c. Menopause

Menopause dimulai setelah menstruasi terakhir dan ditentukan setelah

menstruasi berhenti selama 12 bulan. Penting untuk mencatat tanggal terakhir

menstruasi karena jika terjadi perdarahan vagina dalam jangka waktu satu tahun

sejak tanggal tersebut, dianggap tidak normal. Oleh karena itu, harus

memeriksakan diri ke dokter. Pada tahap ini wanita akan mengalami vagina

kering (atrofi) sehingga terjadi iritasi, sulit menahan kencing (urinary

incontinence), libido berkurang, suasana hati berubah – ubah, lebih sensitif, dan

yang lainnya.

d. Pascamenopause

Pascamenopause adalah fase yang dialami oleh wanita setidaknya empat tahun

setelah tidak menstruasi sampai akhir hidupnya. Jadi, begitu wanita melewati fase

ini berarti tidak akan mengalami menstruasi lagi.

d. Klasifikasi menopause

a. Menopause prematur atau dini

Menurut Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menopause prematur atau

menopause dini merupakan menopause yang dialami sebelum usia 40 tahun.


Diagnosis menopause prematur dibuat apabila haid berhenti sebelum waktunya

disertai dengan hot flushes serta meningkatknya kadar hormon gonadotropin.

Apabila kedua gejala ini tidak ada, maka perlu dilakukan penyelidikan terhadap

sebab – sebab lain dari terganggunya fungsi ovarium.

Faktor yang menyebabkan menopause prematur adalah keturunan, gangguan

gizi yang cukup berat, penyakit menahun, dan penyakit yang merusak jaringan

kedua ovarium. Menopause prematur tidak membutuhkan terapi, namun

diperlukan pemberian penerangan kepada wanita yang bersangkutan. Faktor lain

yang bisa menyebabkan seorang wanita mengalami menopause prematur adalah

merokok. Ada hubungan antara wanita yang merokok dengan menopause dini.

Perokok pasif serta konsumsi alkohol dan kopi tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap kejadian menopause dini.

b. Menopause normal

Menurut Andrews G. (2010) dalam Suparni dan Astutik (2016), menopause

normal merupakan menopause yang biasanya terjadi di akhir usia 40 tahun atau

awal 50 tahun. Menopause normal disebabkan oleh jumlah folikel yang

mengalami atresia meningkat sampai tidak tersedia lagi jumlah folikel yang

cukup. Estrogen berkurang dan menstruasi pun lambat laun terhenti.

c. Menopause terlambat

Sastrawinata (2008) dalam Lubis (2016), menjelaskan batas terjadinya

menopause adalah umur 52 tahun. Apabila wanita masih mengalami menstruasi di

atas umur tersebut, maka diperlukan penyelidikan lebih lanjut. Adapun sebab –

sebab yang dapat dihubungkan dengan menopause terlambat adalah

konstitusional, fibromioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen.


e. Gejala dan tanda menopause

Jalilah dan Prapitasari (2020), mengatakan gejala menopause terjadi di masa

perimenopause, yaitu beberapa bulan atau beberapa tahun sebelum haid berhenti.

Durasi dan tingkat keparahan gejala yang timbul berbeda pada tiap wanita. Gejala

dan tanda menopause dapat berupa :

a. Perubahan siklus menstruasi

1) Menstruasi tidak teratur, kadang terlambat, kadang lebih awal dari biasanya

(oligomenorea).

2) Darah yang keluar saat menstruasi dapat lebih sedikit atau sebaliknya.

b. Perubahan penampilan fisik

1) Rambut rontok.

2) Kulit kering.

3) Payudara kendur.

4) Berat badan bertambah.

c. Perubahan psikologis

1) Suasana hati berubah – ubah.

2) Sulit tidur.

3) Depresi.

d. Perubahan seksual

1) Vagina menjadi kering.

2) Penurunan libido atau gairah seks.

e. Perubahan fisik

1) Merasa panas atau gerah sehingga lebih mudah berkeringat. Kondisi ini

disebut dengan hot flashes.


2) Berkeringat di malam hari.

3) Pusing.

4) Jantung berdebar.

5) Infeksi berulang pada saluran kemih.

Selain mengalami tanda dan gejala tersebut, wanita yang telah menopause lebih

berisiko terkena penyakit jantung dan osteoporosis.

Menurut Lubis (2016), beberapa keluhan fisik dan psikis yang dialami wanita

menopause, yaitu:

a. Keluhan fisik dari menopause

1) Hot flushes atau gejolak rasa panas

Heffner (2008), mengatakan keluhan ini dialami oleh 70% wanita menopause.

Hot flushes nokturnal sering membangunkan wanita dari tidurnya yang dapat

mengakibatkan gangguan tidur berat atau insomnia. Mayoritas wanita merasakan

sensasi tekanan di kepala mereka yang diikuti rasa panas atau terbakar. Sensasi ini

dimulai dari daerah kepala atau leher kemudian menyebar ke seluruh tubuh.

Keringat sering kali dapat menyertai keluhan ini.

2) Kekeringan vagina

Menurut Curran (2009), kekeringan vagina terjadi karena serviks sedikit sekali

menyekresikan lendir. Hal ini disebabkan karena kurangnya estrogen yang

menyebabkan saluran vagina menjadi lebih tipis, kering, dan kurang elastis. Alat

kelamin mulai menyusut dan timbul rasa sakit saat buang air kecil atau

berhubungan seks.

3) Perubahan kulit
Kurangnya estrogen dapat menyebabkan sistem pertahanan kulit menjadi

buruk, sehingga mudah terkena penyakit kulit atau dermatosis (Baziad, 2003).

4) Perubahan pada mulut dan hidung

Seperti halnya kulit, kekurangan estrogen juga dapat menyebabkan perubahan

pada mulut dan hidung. Selaput lendir menyusut, aliran darah berkurang, terasa

kering, dan rentan terhadap radang gusi. Kandungan air liur juga akan berubah

(Baziad, 2003).

5) Kerapuhan tulang

Hilangnya massa tulang pada wanita sebenarnya sudah dimulai sejak usia 30-

an. Namun, keadaan ini menjadi lebih cepat saat menopause. Kehilangan massa

tulang paling cepat terjadi dalam 3 – 4 tahun pertama setelah menopause. Gejala

ini lebih cepat pada wanita perokok dan sangat kurus. Osteoporosis yang

disebabkan oleh defisiensi estrogen yang berkepanjangan menyebaban penurunan

kuantitas tulang tanpa perubahan pada komposisi kimianya (Heffner, 2008).

6) Nyeri otot dan sendi

Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Saat dilakukan

pemeriksaan radiologi umumnya tidak ditemukan kelainan. Pada sebagian wanita,

nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang terjadi. Timbulnya

osteoartrosis dan osteoartritis dipicu oleh kurangnya kadar estrogen. Kekurangan

estrogen menyebabkan kerusakan matriks kolagen dan dengan sendirinya pula

tulang rawan ikut rusak (Baziad, 2003).

7) Penyakit

Memasuki usia menopause wanita akan mengalami berbagai macam keluhan

yang sangat mengganggu dan beberapa tahun sesudah menopause, wanita akan
lebih rentan mengalami patah tulang, penyakit jantung koroner, stroke, dan

demensia (Baziad, 2003).

b. Keluhan psikis dari menopause

Baziad (2003) dalam Lubis (2016), mengatakan steroid seks sangat

berpengaruh terhadap fungsi susunan saraf pusat, terutama terhadap perilaku,

suasana hati, fungsi kognitif dan sensorik. Oleh karena itu, tidak heran bila

penurunan sekresi steroid seks dapat menimbulkan perubahan psikis yang berat

dan perubahan fungsi kognitif. Akibat kurangnya hormon estrogen pada wanita

pascamenopause akan timbul keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah,

dan perasaan tertekan.

f. Penanganan menopause

Berdasarkan Jalilah dan Prapitasari (2020), penanganan menopause dapat

dilakukan dengan cara :

a. Cara Mandiri

Menopause tidak memerlukan penanganan khusus. Penanganan yang

dilakukan hanya untuk meredakan gejala. Beberapa hal yang dapat dilakukan

adalah :

1) Menghindari makanan atau minuman tertentu, seperti makanan pedas,

minuman panas, mengandung kafein atau alkohol yang mana dapat membuat

gejala menopause seperti hot flashes semakin parah.

2) Memakai pakaian tipis berbahan katun untuk mengurangi hot flashes yang

dirasakan.
3) Melakukan teknik relaksasi, seperti meditasi, pengaturan napas, yoga, dan

taichi. Teknik – teknik tersebut dapat membantu mengurangi tingkat stress dan

mencegah depresi.

4) Menggunakan pelumas vagina yang berbahan dasar air untuk mengurangi rasa

tidak nyaman akibat vagina yang kering. Jangan menggunakan produk

pelumas yang mengandung gliserin karena berisiko menimbulkan iritasi.

Untuk mencegah penyakit yang dapat timbul akibat menopause, wanita

disarankan untuk melakukan gaya hidup sehat. Tidur yang cukup, rutin

berolahraga, serta menerapkan pola makan yang sehat. Pola makan yang sehat

adalah pola makan dengan mengonsumsi makanan gizi seimbang dan

memperbanyak asupan serat, seperti buah – buahan, sayuran, atau biji – bijian.

Selain itu, membatasi asupan gula, lemak, dan minyak. Jika diperlukan, konsumsi

juga suplemen kalsium dan vitamin D untuk memelihara kesehatan tulang.

Hindari mengonsumsi alkohol karena dapat menyebabkan sulit tidur.

b. Medis

Jika gejala menopause sangat mengganggu, dapat diberikan terapi pengganti

hormon untuk meredakan gejalanya. Dua jenis terapi pengganti hormon tersebut

adalah :

1) Terapi pengganti hormon estrogen, diberikan untuk wanita yang telah

menjalani operasi pengangkatan rahim.

2) Terapi kombinasi (estrogen dan progesteron), diberikan untuk wanita yang

mengalami menopause alami.

Terapi ini bisa diberikan dalam bentuk tablet, krim, atau gel. Namun, tidak

dianjurkan untuk wanita dengan kanker payudara atau yang berisiko tinggi
mengalami kanker payudara. Selain terapi pengganti hormon, beberapa jenis obat

juga dapat diberikan untuk mengatasi gejala menopause. Obat tersebut antara lain:

1) Obat antidepresan, diberikan untuk mengatasi gejala hot flashes dan gangguan

suasana hati, jika pil estrogen tidak dapat diberikan karena alasan kesehatan.

2) Gabapentin, diberikan untuk mengatasi keringat yang muncul pada malam

hari.

3) Clonidine. Obat untuk tekanan darah tinggi ini diberikan untuk meredakan

gejala hot flashes.

4) Antibiotik, diberikan bila terjadi infeksi pada saluran kemih.

5) Obat tidur, diberikan untuk mengatasi sulit tidur dan harus dikonsumsi di

bawah pengawasan dokter.

Setelah tiga bulan pengobatan, dianjurkan untuk memeriksakan diri kembali

ke dokter. Setelah itu, dapat dilakukan pemeriksaan ulang setiap satu tahun.

Tujuannya untuk memastikan efektivitas pengobatan yang diberikan sekaligus

memantau kondisi kesehatan pasien.

B. Konsep Dasar Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Notoatmodjo (2010) dalam Zulmietri dkk (2019), mengemukakan

pengetahuan sebagai informasi yang diketahui atau disadari oleh seseorang.

Pengetahuan adalah hasil tahu atau hasil pengindraan seseorang terhadap objek

melalui indra yang dimilikinya. Indra tersebut dapat berupa penglihatan,

penciuman, pendengaran dan lain sebagainya. Pengetahuan yang dihasilkan oleh

indra sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui indra pendengaran (telinga) dan

indra penglihatan (mata).

Wawan dan Dewi (2011) dalam Zulmietri dkk (2019), mengemukakan

pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal, hal ini berhubungan erat

karena apabila pendidikan seseorang tinggi maka pengetahuannya juga akan

semakin luas. Peningkatan pengetahuan tidak hanya dari pendidikan formal, tetapi

juga dari pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek

mengandung aspek positif dan negatif. Semakin banyak aspek positif dari objek

yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap positif terhadap objek tersebut.

2. Cara untuk memperoleh pengetahuan

Penelitian sebaiknya dilakukan secara ilmiah yakni menggunakan cara yang

benar berdasarkan fakta serta empiris, objektif, dan logis. Wibowo (2014) dalam

buku luh ari(), mengutarakan empat cara untuk memperoleh pengetahuan menurut

pendapat Kerlinger :

a. Metode keteguhan (Method of tenacity), yakni berpegang teguh pada pendapat

yang telah diyakini kebenarannya sejak lama.

b. Metode otoritas (Method of authority), yakni merujuk kepada pernyataan para

ahli atau yang mempunya otoritas.

c. Metode intuisi (Method of intuition), yakni berdasarkan pada keyakinan yang

kebenarannya dianggap telah terbukti dengan sendirinya atau tidak

memerlukan pembuktian lagi.

d. Metode ilmiah (Method of science), yakni berdasarkan kaidah keilmuan

sehingga walaupun dilakukan oleh orang yang berbeda, tetapi bisa

menghasilkan kesimpulan yang sama.


3. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Rahayu (2010) dalam Nurasmi (2020), terdapat 8 hal yang

mempengaruhi pengetahuan yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan merupakan upaya memberikan pengetahuan guna meningkatkan

perubahan perilaku yang positif. Pendidikan adalah suatu proses belajar yang

berarti di dalam pendidikan terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau

perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang terhadap

individu, kelompok, atau masyarakat.

b. Pekerjaan

Lingkungan kerja memungkinkan seseorang untuk memperoleh pengalaman

dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung.

c. Pengalaman

Pengalaman adalah satu atau lebih kejadian yang dialami seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungan.

d. Usia

Usia seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada aspek fisik

dan psikologis serta kejiwaan. Dalam aspek psikologis, taraf berpikir seseorang

akan semakin matang dan dewasa. Semakin bertambahnya usia, maka semakin

berkembang juga daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

dimiliki semakin membaik (jurnal)

e. Kebudayaan

Kebudayaan tempat di mana dilahirkan dan dibesarkan mempunyai pengaruh

yang cukup besar terhadap terbentuknya cara berfikir dan berperilaku.


f. Minat

Minat adalah suatu bentuk keinginan atau ketertarikan pada sesuatu. Minat

memungkinkan seseorang untuk mencoba hal - hal tertentu dan akhirnya

memperoleh pengetahuan yang lebih dalam.

g. Paparan informasi

Rancangan Undang – Undang (RUU) teknologi informasi mengartikan

informasi sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan dan

menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, serta menyebarkan

informasi dengan maksud dan tujuan tertentu yang bisa didapatkan melalui media

elektronik maupun cetak.

3. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) dalam Nurasmi (2020), pengetahuan yang

termasuk ke dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya, mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan atau rangsangan yang diterima.

b. Memahami (comprehension)

Pemahaman mengacu pada kemampuan untuk menjelaskan dengan benar

objek yang diketahui dan untuk dapat mengintepretasikan materi tersebut secara

luas.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata.


d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk mendeskripsikan materi atau objek sebagai

komponen, namun masih dalam satu struktur organisasi dan masih saling

berkaitan.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan untuk menempatkan atau menghubungkan

bagian - bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penilaian terhadap suatu materi atau objek.

4. Kategori tingkat pengetahuan

Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan dijelaskan secara kualitatif, yakni

tingkat pengetahuan :

a. Baik : hasil presentase 76% - 100%.

b. Cukup : hasil presentase 56% - 75%.

c. Kurang : hasil presentase <56%.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau pemberian

kuisioner yang menanyakan tentang isi materi tersebut (Tonasih, 2015).


BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah turunan dari kerangka teori yang telah disusun

sebelumnya dalam tinjauan pustaka (Maturoh dan T., 2018). Kerangka konsep

merupakan visualisasi hubungan antar variable yang terlibat dalam penelitian atau

hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lain dari masalah yang diteliti

sesuai dengan apa yang telah diuraikan dalam tinjauan pustaka (Surahman dkk,

2016).

Kategori Tingkat Pengetahuan :

1. Baik: hasil presentase 76% - 100%.

2. Cukup: hasil presentase 56% - 75%.

3. Kurang: hasil presentase <56%.

Wanita Pramenopause Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause

Faktor Yang Mempengaruhi


Keterangan : Pengetahuan :
: alur pikir Usia, Pendidikan, Pekerjaan, Pengalaman,
: tidak diteliti Minat, Kebudayaan, dan Paparan
: diteliti informasi.

Gambar 1 Kerangka Konsep Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada Wanita


Pramenopause Tentang Menopause di Banjar Dinas Kereteg
Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Tahun 2021
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel penelitian

Variabel merupakan karakteristik subjek atau objek yang bisa diklasifikasikan

ke dalam sekurang – kurangnya dua klasifikasi (Surahman dkk, 2016). Menurut

Sugiyono (2007) dalam Surahman dkk (2016), variabel penelitian merupakan

sesuatu hal dalam bentuk apapun yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari

sehingga didapatkan informasi tentang hal tersebut yang kemudian ditarik

kesimpulannya. Sesuatu hal bisa disebut sebagai variabel jika memiliki variasi,

jika tidak maka tidak dapat disebut sebagai variabel. Dalam variabel terkandung

ciri, sifat, ukuran, atau sesuatu yang menjadi pembeda antara yang satu dengan

yang lainnya (Masturoh dan T., 2018). Variabel dalam penelitian ini adalah

variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan pada wanita pramenopause tentang

menopause.

2. Definisi operasional

Definisi operasional merupakan definisi dari variabel – variabel yang akan

diteliti secara operasional di lapangan. Definisi operasional bertujuan untuk

memudahkan pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data (Masturoh

dan T., 2018). Pada saat akan melakukan pengumpulan data, definisi operasional

yang dibuat mengarahkan dalam pembuatan dan pengembangan instrumen

penelitian. Sementara pada saat pengolahan dan analisis data, definisi operasional

bisa memudahkan karena data yang dihasilkan sudah terukur dan siap diolah serta

dianalisis (Masturoh dan T., 2018). Dengan definisi operasional yang tepat maka

batasan ruang lingkup penelitian atau definisi variabel – variabel yang diteliti akan
lebih fokus (Masturoh dan T., 2018). Definisi operasional variable dalam

penelitian ini disajikan dalam tabel berikut :

Tabel 1
Definisi Operasional Variabel Gambaran Tingkat Pengetahuan Pada Wanita
Pramenopause Tentang Menopause di Banjar Dinas Kereteg
Desa Sibetan Kecamatan Bebandem Tahun 2021

Variabel Definisi Alat Skala Skor


Operasional Ukur
1 2 3 4 5
Tingkat Kemampuan Kuisioner Ordinal Hasil pengukuran
pengetahuan pemahaman tingkat pengetahuan
pada wanita wanita dikategorikan
pramenopause pramenopause menjadi:
tentang tentang 1. Baik: hasil
menopause menopause presentase 76% -
yang meliputi: 100%.
1. Definisi 2. Cukup: hasil
menopause presentase 56% -
2. Penyebab 75%.
menopause 3. Kurang: hasil
3. Tahapan presentase
menopause <56%.
4. Klasifikasi
menopause
5. Gejala dan
tanda
menopause
6. Penangana
n
menopause
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental, yakni

penelitian yang dilakukan tanpa intervensi atau manipulasi dari peneliti yang hasil

datanya berupa angka serta analisis menggunakan metode statiska (Masturoh dan

T., 2018). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang

bertujuan untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu fenomena atau masalah

kesehatan yang terjadi dalam sebuah populasi (Masturoh dan T., 2018). Penelitian

ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu pengambilan data hanya

dilakukan pada satu waktu tanpa melihat riwayat atau dampak yang akan datang

(Siyoto, 2015).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilakukan di Banjar Dinas Kereteg. Peneliti memilih lokasi

tersebut karena dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan sebelumnya

didapatkan hasil sebagian besar wanita pramenopause (70%) memiliki

pengetahuan yang kurang tentang menopause. Selain itu, Banjar Dinas Kereteg

merupakan tempat tinggal peneliti yang mana akan mempermudah proses

pengumpulan data.

2. Waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Maret – April 2021.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dalam suatu wilayah yang memiliki

karakteristik dan kualitas tertentu yang akan dikenai generalisasi (Masturoh dan

T., 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang memasuki masa

pramenopause yakni usia 40 – 50 tahun di Banjar Dinas Kereteg pada tahun 2021

yang berjumlah 51 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang secara nyata diteliti dan ditarik

kesimpulannya (Masturoh dan T., 2018). Sampel dalam penelitian ini adalah

wanita yang memasuki masa pramenopause yakni usia 40 – 50 tahun yang

memenuhi kriteria inklusi. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi dari sampel yang

diambil adalah sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan ciri – ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Masturoh dan T., 2018). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Bersedia menjadi responden penelitian.

2) Kooperatif dan mampu berkomunikasi dengan baik.

3) Bisa membaca dan menulis.

4) Bersedia mengikuti serta mematuhi aturan dan etika penelitian.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan ciri – ciri anggota populasi yang tidak dapat

diambil sebagai sampel (Masturoh dan T., 2018). Kriteria ekslusi dalam penelitian

ini yaitu :
1) Tidak bersedia menjadi responden penelitian.

2) Sudah mengalami menopause.

3. Jumlah dan besar sampel

Penelitian ini berbentuk cross sectional, rumus yang digunakan untuk

menentukan jumlah sampel yang diperlukan adalah rumus estimasi proporsi

(Masturoh dan T., 2018). Apabila besar populasi (N) diketahui, maka rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut :

Z 2 p ( 1− p ) N
n=
d 2 ( N−1 ) + Z 2 p(1−p)

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

Z = Derajat kepercayaan (biasanya pada tingkat 95% = 1,96)

p = Proporsi suatu kasus tertentu terhadap populasi, bila tidak diketahui

proporsinya ditetapkan 50% (0,50)

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10% (0,10), 5%

(0,05)

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah :


Z 2 p ( 1− p ) N 1,96 2 . 0,50 ( 1−0,50 ) 51
n= =
d 2 ( N−1 ) + Z 2 p ( 1− p ) 0,052 (51−1 )+ 1,962 .0,50 ( 1−0,50 )

1,96 2 . 0,50 ( 1−0,50 ) 51


¿
0,052 ( 51−1 )+1,96 2 .0,50 ( 1−0,50 )

48,9804
¿
0,125+0,9604

48,9804
¿
1,0854 ¿
¿
Jadi sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 45 orang.

4. Teknik sampling

Menurut Sugiyono (2001) dalam (Masturoh dan T., 2018), teknik sampling

adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan agar sampel yang diambil

dapat mewakili populasinya sehingga diperoleh informasi yang tepat. Teknik

sampling dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan sampling

purposif. Non-probalility sampling adalah cara pengambilan sampel yang tidak

semua elemen atau subjek dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk

dipilih sebagai sampel (Masturoh dan T., 2018). Sampling purposif adalah cara

pengambilan sampel dengan memilih subjek penelitian berdasarkan pada

karakteristik tertentu yang sesuai kehendak peneliti (Surahman dkk, 2016). Dalam

penelitian ini, peneliti memilih sampel sebanyak 45 orang yang memenuhi kriteria

inklusi.

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data yang dikumpulkan

Menurut Maturoh dan T. (2018), data merupakan kumpulan fakta empirik

yang dikumpulkan peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Berdasarkan

sumbernya jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer

yaitu data yang didapatkan peneliti secara langsung dari sumber data atau

responden. Berdasarkan skala pengukuran, data yang dikumpulkan adalah data

ordinal yaitu data yang disusun berdasarkan tingkatan dalam atribut tertentu yang

didapatkan dari hasil kuisiner.

2. Cara pengumpulan data


Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuisioner. Kuisioner

adalah teknik atau cara pengumpulan data dengan memberikan sejumlah

pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Maturoh dan T., 2018).

Kuisioner memerlukan pedoman pengisian untuk memudahkan responden

mengisi dan mencegah terjadinya kesalahan interpretasi pertanyaan (Surahman

dkk, 2016). Berikut adalah langkah – langkah dalam pengumpulan data penelitian:

a. Tahap persiapan

1) Adiministrasi

a) Mencari surat permohonan ijin penelitian ke Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar melalui bidang pendidikan Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar.

b) Mengajukan surat permohonan ijin penelitian dari Jurusan Keperawatan

Poltekkes Denpasar ke bagian pendidikan Direktorat Poltekkes Denpasar.

c) Mengajukan surat permohonan ijin penelitian ke Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Provinsi Bali.

d) Menyerahkan surat pengantar dari Badan Penanaman Modal dan Perizinan

Provinsi Bali ke Dinas Perizinan Kabupaten Karangasem.

e) Peneliti mendapatkan surat ijin dari Dinas Perizinan Kabupaten Karangasem

yang kemudian diserahkan kepada Kepala Banjar Dinas Kereteg.

b. Tahap pelaksanaan

1) Peneliti menemui Kepala Banjar Dinas Kereteg untuk menjelaskan proses

pemilihan sampel dan pengambilan data dalam penelitian.

2) Peneliti lalu mengunjungi tiap anggota populasi penelitian (dengan mengikuti

protokol kesehatan) dan menjelaskan tujuan serta prosedur penelitian.


3) Anggota populasi penelitian yang memenuhi kriteria inklusi akan dijadikan

sampel/responden yang kemudian diberikan lembar persetujuan (informed

consentt) sebagai tanda telah bersedia mengikuti penelitian ini.

4) Peneliti memberikan kuisioner untuk diisi oleh responden penelitian.

5) Kuisioner yang telah diisi lalu diperiksa oleh peneliti untuk melihat

kelengkapan data.

6) Jika data sudah lengkap, peneliti lalu mengunjungi anggota populasi yang lain

(kembali lagi ke langkah 1 – 6) sampai data yang terkumpul sudah sesuai

dengan jumlah sampel yang diperlukan yakni 45 sampel.

7) Peneliti kemudian melakukan pengolahan dan analisis terhadap data yang

telah terkumpul.

3. Instrumen penelitian

Instrumen merupakan alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian

yang berasal dari tahapan bentuk, konsep, konstruk, dan variabel sesuai dengan

kajian teori yang mendalam (Masturoh dan T., 2018). Instrumen penelitian ini

menggunakan kuisioner mengenai tingkat pengetahuan pada wanita

pramenopause tentang menopause sesuai dengan yang sudah dijelaskan di definisi

operasional. Kuisioner dibuat sendiri oleh peneliti dengan menggunakan skala

Guttman yaitu skala yang menyatakan tipe jawaban tegas seperti benar – salah, ya

– tidak, pernah – tidak pernah, setuju – tidak setuju, dan positif – negatif

(Masturoh dan T., 2018). Hasil uji validitas dan reabilitas terlampir.

E. Metode Analisis Data

1. Teknik pengolahan data


Pengolahan data merupakan suatu proses atau cara mengubah data yang telah

dikumpulkan menjadi informasi yang dibutuhkan (Masturoh dan T., 2018).

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan aplikasi pengolah data di

komputer. Adapun tahapan pengolahan data menggunakan aplikasi pengolahan

data menurut Masturoh dan T. (2018) adalah sebagai berikut :

a. Editing

Editing atau pengeditan merupakan kegiatan pemeriksaan data yang telah

dikumpulkan. Pengeditan dilakukan untuk melengkapi kekurangan atau

menghilangkan kesalahan yang terdapat pada data mentah. Kekurangan data dapat

dilengkapi dengan melakukan pengumpulan data ulang, sedangkan kesalahan data

dapat dihilangkan dengan membuang data yang tidak memenuhi syarat untuk

dianalisis.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan mengubah data dalam bentuk huruf menjadi

angka/bilangan. Kode adalah simbol tertentu dalam bentuk huruf atau angka

untuk memberikan identitas data. Dalam penelitian ini peneliti memberi kode

pada responden untuk memudahkan dalam pengolahan dan analisis data.

Pemberian kode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Usia

a) Responden usia 40 – 45 tahun diberikan kode 1.

b) Responden usia 45 – 50 tahun diberikan kode 2.

2) Pendidikan

a) Responden yang tidak sekolah diberikan kode 1.

b) Responden dengan pendidikan terakhir SD diberikan kode 2.


c) Responden dengan pendidikan terakhir SMP diberikan kode 3.

d) Responden dengan pendidikan terakhir SMA diberikan kode 4.

e) Responden dengan pendidikan terakhir Perguruan tinggi diberikan kode 5.

3) Pekerjaan

a) Responden yang tidak bekerja diberikan kode 1.

b) Responden yang bekerja sebagai petani diberikan kode 2.

c) Responden yang bekerja sebagai buruh diberikan kode 3.

d) Responden yang bekerja sebagai pedagang diberikan kode 4.

e) Responden yang bekerja sebagai PNS diberikan kode 5.

4) Tingkat pengetahuan

a) Responden dengan tingkat pengetahuan kurang diberikan kode 1.

b) Responden dengan tingkat pengetahuan cukup diberikan kode 2.

c) Responden dengan tingkat pengetahuan baik diberikan kode 3.

c. Processing

Processing adalah proses pengetikan atau pemasukan data ke aplikasi

pengolah data di komputer. Data yang dimasukkan adalah data yang telah

melewati proses editing dan coding.

d. Data Cleaning

Data Cleaning adalah pemeriksaan kembali hasil pemasukan data pada komputer

agar terhindar dari ketidaksesuaian antara data komputer dan koding kuisioner.

2. Teknik analisa data

Penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif, yaitu statistik yang

digunakan untuk menganalisa data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan


yang berlaku untuk umum (Maturoh dan T., 2018). Statistik deskriptif dapat

disebut juga analisis univariat yang mana pengolahan data dilakukan pada satu

variabel secara mandiri dan setiap variabel dianalisis tanpa dihubungkann dengan

variabel lainnya (Surjaweni, 2014). Dalam penelitian ini karakteristik responden

dan tingkat pengetahuannya termasuk data kategorik yang mana hasil analisa

univariatnya digambarkan melalui distribusi frekuensi beserta persentasenya.

F. Etika Penelitian

Etika berarti kebiasaan atau peraturan dalam berperilaku (Masturoh dan T.,

2018). Etika dalam penelitian membantu peneliti untuk melihat secara kritis

moralitas dari sisi subjek penelitian (Masturoh dan T., 2018). Semua penelitian

yang melibatkan manusia sebagai subjek wajib menerapkan empat prinsip dasar

etika penelitian, yakni :

1. Menghormati subjek (Respect for Person), yaitu berperilaku yang baik dan

sopan kepada subjek penelitian. Peneliti juga harus mempertimbangkan

kemungkinan – kemungkinan bahaya dan penyalahgunaan penelitian.

Terhadap subjek penelitian yang rentan terhadap bahaya penelitian maka

diperlukan perlindungan. Subjek memiliki hak untuk mendapat penjelasan

lengkap (full disclosure) mengenai penelitian yang diikutinya. Penjelasan

lengkap artinya peneliti telah menjelaskan tentang sifat, hak subjek,

tanggungjawab peneliti, kemungkinan risiko yang bisa terjadi, dan manfaat

yang dapat diperoleh.

2. Bermanfaat (Beneficience), yaitu penelitian yang dilakukan diharapkan dapat

menghasilkan manfaat yang sebesar – besarnya dan mengurangi risiko atau

kerugian bagi subjek penelitian.


3. Tidak membahayakan subjek penelitian (Non-Maleficence), yaitu seperti yang

telah dikatakan sebelumnya, penelitian harus mengurangi risiko atau kerugian

bagi subjek penelitian. Sangat penting bagi peneliti untuk memperkirakan hal –

hal yang akan terjadi sehingga risiko yang membahayakan subjek penelitian

dapat dicegah.

4. Keadilan (Justice), yaitu tidak membedakan antara satu subjek dengan subjek

lainnya. Perlu diperhatikan bahwa manfaat dan risiko dalam penelitian

seimbang. Risiko yang dihadapi sesuai dengan definisi sehat yang

mencangkup sehat fisik, mental, dan sosial.


DAFTAR PUSTAKA

Berita resmi statistik. (2021). Hasil Sensus Penduduk 2020.

BPS Kabupaten Karangasem. (n.d.-a). Proyeksi Penduduk Kabupaten


Karangasem Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin, 2014-2020. In
Badan Pusat Statistik Kabupaten Karangasem. Retrieved from
https://karangasemkab.bps.go.id/dynamictable/2018/02/14/37/proyeksi-
penduduk-kabupaten-karangasem-menurut-golongan-umur-dan-jenis-
kelamin-

BPS Kabupaten Karangasem. (n.d.-b). Proyeksi Penduduk Kecamatan Bebandem


Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin, 2014-2020. In Badan Pusat
Statistik Kabupaten Karangasem. Retrieved from
https://karangasemkab.bps.go.id/dynamictable/2018/02/01/34/proyeksi-
penduduk-kecamatan-bebandem-menurut-golongan-umur-dan-jenis-kelamin-
2014-2020.html

BPS Provinsi Bali. (n.d.). Proyeksi Penduduk Provinsi Bali Menurut Jenis
Kelamin dan Kelompok Umur, 2011-2020 (ribu jiwa). In Badan Pusat
Statistik Provinsi Bali. Retrieved from
https://bali.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/116

Dhuhana, M. E. dan C. (n.d.). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Wanita


Pramenopause Terhadap Sikap Menghadapi Menopause Di Desa Sekar Jaya
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2, 101–107.

Dra. Zulmiyetri, M.Pd., Safaruddin, M.Pd., Dr. Nurhastuti, M. P. (2019).


Penulisan Karya Ilmiah Edisi Pertama. Jakarta: Kencana.

Esa Risi Suazini. (2018). Faktor-Faktor Langsung Yang Mempengaruhi Usia


Menopause. Jurnal Bimtas, 2(1), 49–55.

Jalilah, N. H. & R. P. (2020). Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Keluarga


Berencana. Jawa Barat: Penerbit Adab.

Local Government Association (LGA). (2021). Menopause Factfile. Retrieved


from Local Government Association website: https://local.gov.uk/our-
support/workforce-and-hr-support/wellbeing/menopause/menopause-factfile

Lubis, N. L. (2016). Psikologi Kespro : Wanita dan Perkembangan


Reproduksinya. Jakarta: Kencana.

Masturoh, Imas & T., N. A. (2018). Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan : Metodologi Penelitian Kesehatan. Pusat Pendidikan Sumber
Daya Manusia Kesehatan.
Meilaningtyas, G. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause
dengan Kecemasan Wanita Menjelang Menopause di Desa Bowan Delanggu
Klaten (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta). Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Yogyakarta. Retrieved from
http://digilib.unisayogya.ac.id/493/

Nurasmi. (2020). Manfaat Omega 3 Terhadap Nutrisi Janin: Studi Pengetahuan


Ibu Hamil. Jawa Barat: Penerbit Adab.

Rakkuea, S., Nur, A. W., & NS, E. T. N. (2016). Gambaran Pengetahuan Wanita
Tentang Menopause Di Dukuh Sorobaon Kelurahan Jati Kecamatan Jaten
Kabupaten Karangayar. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/id/eprint/46564

Ridwan, A. T. K. dan A. (2017). Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Tanda dan


Gejala Menopause di PKK Dusun Jambu Desa Jambu Kecamatan Keyen
Kidul. Jurnal AKP, 8. Retrieved from
http://garuda.ristekbrin.go.id/documents/detail/609277

RIZQY, D. (2018). Gambaran Kesiapan Wanita Dalam Menghadapi Menopause


Di Wilayah RT 008 RW 009 Clincing Jakarta Utara Tahun 2018. Politeknik
Kesehatan Jakarta III.

Roxby, P. (2019). Apa yang terjadi pada tubuh perempuan setelah menopause?
Retrieved from BBC News Indonesia website:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah-48428755

Saimin, J., Hudfaizah, C., & Hafizah, I. (2016). Kecemasan Wanita


Premenopause dalam Menghadapi Masa Menopause , Sebuah Studi
Crossectional. JK Unila, 1(2), 226–230.

Siyoto, Sando & Sodik, M. A. (2015). Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta:


Literasi Media Publishing.

Suparni, I. E. & R. Y. A. (2016). Menopause Masalah dan Penanganannya.


Yogyakarta: Deepublish.

Surahman, Rachmad, Mochamad, & Supardi, S. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak
Farmasi : Metodologi Penelitian. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Surjaweni, V. W. (2014). Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta:


Penerbit Gava Media.

Suryoprajogo, N. (2019). Tips Menyenangkan Menghadapi Menopause. Jawa


Tengah: Desa Pustaka Indonesia.

Tonasih. (2019). Program Kemitraan Bidan-Dukun (Studi Pada Dukun Bayi di


Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2013).
Yogyakarta: Penerbit Deepublish.

Waluyo, S. & B. M. P. (2010). 100 Question & Answer: Menopause atau Mati
Haid. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Widjayant, Y. (2016). Gambaran Keluhan Akibat Penurunan Kadar Hormon


Estrogen Pada Masa Menopause. Adi Husada Nursing Journal, 2(1), 96–101.
Retrieved from
https://adihusada.ac.id/jurnal/index.php/AHNJ/article/view/41/121

World Health Organization (WHO). (2019). World Health Statistics Overview


2019. In World Health Organization (WHO) (Vol. 87).

World Population Prospects 2019. (n.d.). Female Population by Five-Year Age


Group, Region, Subregion, and Country, 1950-2100 (thousand).

Anda mungkin juga menyukai