Anda di halaman 1dari 69

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW : FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMPENGARUHI RISIKO
OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
TAHUN 2021

MELLY VERONICA BR SIMANJUNTAK


NIM.P07520118082

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATURE REVIEW : FAKTOR-FAKTOR


YANG MEMPENGARUHI RISIKO
OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
TAHUN 2021

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma III Keperawatan

MELLY VERONICA BR SIMANJUNTAK


NIM.P07520118082

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI DIII JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : LITERATURE REVIEW : FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
NAMA : MELLY VERONICA BR SIMANJUNTAK
NIM : P07520118082

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diuji Dihadapan Penguji


Medan, 22 April 2021

Menyetujui
Pembimbing

Dra. Indrawati,S.Kep.,Ns.,M.Psi
NIP.196310061983122001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM., M.Kes)


NIP.1965505121999032001

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : LITERATURE REVIEW : FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI OSTEOPOROSIS PADA LANSIA
NAMA : MELLY VERONICA BR SIMANJUNTAK
NIM : P07520118082

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji pada Sidang Ujian Akhir ProgramJurusan
Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2021

Penguji I Penguji II

Dr. Dra. Megawati S.Kep,Ns.,M.Kes ArbaniBatubara,S.Kep,Ns.,M.Psi


NIP.196310221987032002 NIP.196308251994031003

Ketua Penguji

Dra. Indrawati,S.Kep.,Ns.,M.Psi
NIP.196310061983122001

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM., M.Kes)


NIP.1965505121999032001

ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam KARYA TULIS ILMIAH ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan
disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 22 April 2021

Yang menyatakan,

Melly Veronica Br Simanjuntak


P07520118082

iii
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III

KARYA TULIS ILMIAH, Medan, 2021


MELLY VERONICA BR SIMANJUNTAK
P07520118082
LITERATURE REVIEW : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO
OSTEOPOROSIS PADA LANSIA TAHUN 2021

ABSTRAK

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos (Siahaan, 2019) Osteoporosis merupakan
penyakit skeletal sistemik yang di tandai dengan massa tulang yang rendah dan
kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fraglitas
tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma
minimal (Suarni, 2017).
Tujuan : Penelitian untuk menelaah kelebihan, persamaan dan perbedaan terhadap
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Osteoporosis pada Lansia.
Metode : Penelitian ini menggunakan deskriptif dengan desain literature review.
Hasil : Penelitian dari sepuluh jurnal yang di telaah menggunakan literature review
menyatakan bahwa faktor Usia 60-70 tahun 78,8%, faktor jenis kelamin perempuan
57,3%, faktor riwayat keturunan 56,0%, faktor riwayat fraktur, dan faktor menopause
54,5% merupakan faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat diubah. Sedangkan
faktor merokok 40%, faktor konsumsi alkohol 40%, faktor penggunaan obat-obatan
80%,faktor aktifitas fisik 75%, faktor Indeks massa tubuh dan faktor pendidikan 33%
merupakan faktor risiko osteoporosis yang dapat diubah.
Kesimpulan : Dari hasil studi dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko osteoporosis yang dapat diubah pada lansia yang paling dominan
adalah faktor usia 78,8% dan faktor risiko yang dapat diubah adalah penggunaan obat-
obatan 80%
Saran : Dari penelitian ini diharapkan kepada keluarga melakukan pencegahan
terhadap osteoporosis sebaiknya dilakukan sedini mungkin mengingat usia merupakan
salah satu faktor risiko utama terjadinya osteoporosis,lebih menjaga pola hidup yang
sehat, rutin melakukan olahraga, terutama rajin mengkomsumsi Vit D dan yang
mengandung kalsium, serta hindari merokok, hindari minuman yang beralkohol dan
hindari diet yang buruk dan untuk tenaga medis diharapkan agar tenaga medis dapat
memberikan penjelasan dan penyuluhan kepada lansia tentang faktor penyebab
Osreoporosis dan pencegahannya.

Kata Kunci : Faktor-faktor, Risiko, Osteoporosis,Lansia, Menopause

iv
MINISTRY OF HEALTH OF THE REPUBLIC OF Indonesia
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC
D-III NURSING DEPARTMENT

SCIENTIFIC WRITING, Medan, 2021


MELLY VERONICA BR SIMANJUNTAK
P07520118082
LITERATURE REVIEW: FACTORS AFFECTING THE RISK OF OSTEOPOROSIS IN
THE ELDERLY IN 2021
ABSTRACT

Osteoporosis comes from the words osteo and porous, osteo means bone, and
porous means holes or porous (Siahaan, 2019) Osteoporosis is a systemic skeletal
disease characterized by low bone mass and microarchitecture damage to bone tissue,
which results in bone fragility resulting in bone loss. bones tend to fracture
spontaneously or as a result of minimal trauma (Suarni, 2017).
Objective: Research to examine the advantages, similarities and differences of the
Factors Affecting the Risk of Osteoporosis in the Elderly.
Methods: This study uses a descriptive design with a literature review.
Results: Research from ten journals reviewed using a literature review stated that the
age factor 60-70 years was 78.8%, the female sex factor was 57.3%, the heredity
history factor was 56.0%, the fracture history factor, and the menopause factor was
54. .5% is an irreversible risk factor for osteoporosis. While smoking factor 40%,
alcohol consumption factor 40%, drug use factor 80%, physical activity factor 75%,
body mass index factor and education factor 33% are risk factors for osteoporosis that
can be changed.
Conclusion: From the results of the study, it can be said that the most dominant
modifiable risk factor for osteoporosis in the elderly is age 78.8% and the modifiable
risk factor is the use of drugs 80%
Suggestion: From this research, it is expected that families should prevent
osteoporosis as early as possible considering age is one of the main risk factors for
osteoporosis, maintaining a healthy lifestyle, doing regular exercise, especially
diligently consuming Vitamin D and containing calcium, and avoiding smoking, avoiding
alcoholic beverages and avoiding a bad diet and for medical personnel it is hoped that
medical personnel can provide explanations and counseling to the elderly about the
factors of osteoporosis and its prevention.

Keywords: Factors, Risk, Osteoporosis, Elderly, Menopause

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO OSTEOPOROSIS
PADA LANSIA”.
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Dra. Indrawati, S.Kep., Ns.,
M.Psi selaku dosen pembimbing Proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang telah banyak
memberikan bimbingan, dukungan dan arahan kepada penulis sehingga Proposal Karya
Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
2. Ibu Hj.Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
3. Ibu Afniwati,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Ketua Prodi D-III keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.
4. Para dosen dan seluruh staff yang banyak membantu dalam penyusunan Proposal
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Teristimewa buat kedua orangtua peneliti yang tercinta Bapak S.P Simanjuntak dan
mama E Br. Tarigan. Serta kepada semua keluarga yang telah memberikan dukungan
serta motivasi kepada penulis baik moral,spiritual dan material dalam menyusun
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,baik dari segi penulisan maupun tata bahasanya.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik serta masukan
dari semua pihak demi kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Semoga segenap bantuan,bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan dari Tuhan.Harapan penulis,semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.

Medan, 2020
Penulis

MELLY VERONICA BR SIMANJUNTAK


NIM: P07520118082

iii
Daftar Isi
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................... ii
ABSTRACT .......................................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iii


BAB I .................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 4
1. Tujuan Umum ............................................................................................................ 4
2. Tujuan Khusus ........................................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................................ 5
1. Bagi Instansi Pendidikan ............................................................................................ 5
2. Bagi Peneliti ............................................................................................................... 5
3. Bagi Peneliti Selanjutnya............................................................................................ 5
BAB II ................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................................... 6
A. Osteoporosis .................................................................................................................. 6
1. Definisi ....................................................................................................................... 6
2. Klasifikasi Osteoporosis ............................................................................................. 6
3. Patogenesis Osteoporosis ......................................................................................... 7
4. Patofisiologi Osteoporosis .......................................................................................... 9
5. Gejala ...................................................................................................................... 10
6. Komplikasi ............................................................................................................... 11
7. Pemeriksaan Penunjang .......................................................................................... 12
8. Pencegahan............................................................................................................. 12
9. Obat dan Pengobatan .............................................................................................. 14
B. Lanjut Usia .................................................................................................................. 16
1. Definisi ..................................................................................................................... 16
2. Kelompok Usia ......................................................................................................... 17
3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi pada Lansia .................................................... 18
4. Tipe kepribadian lansia ............................................................................................ 21
C. Faktor Risiko Osteoporosis ......................................................................................... 22

iv
a. Tidak Dapat Diubah ................................................................................................. 22
b . Dapat Diubah .......................................................................................................... 24
D. Kerangka Konsep ....................................................................................................... 26
BAB III ................................................................................................................................ 28
METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 28
A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ....................................................................... 28
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 28
C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................................. 28
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data............................................................................. 31
1. Jenis Pengumpulan Data ........................................................................................ 31
2. Cara Pengumpulan Data .......................................................................................... 31
E. Analisa Data.............................................................................................................. 32
BAB IV ............................................................................................................................... 33
HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................................. 33
A. Pembahasan .............................................................................................................. 33
B. Persamaan Jurnal ....................................................................................................... 44
C. Perbedaan jurnal......................................................................................................... 47
D. Kelebihan Jurnal ......................................................................................................... 50
BAB V ................................................................................................................................ 54
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................................. 54
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 54
B. Saran .......................................................................................................................... 54
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 55
LEMBAR KONSULTASI .................................................................................................... 57
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH ................................................................................. 57

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous
berarti berlubang-lubang atau keropos (Siahaan, 2019) Osteoporosis merupakan
penyakit skeletal sistemik yang di tandai dengan massa tulang yang rendah dan
kerusakan mikroarsitektur jaringan tulang, yang mengakibatkan meningkatnya fraglitas
tulang sehingga tulang cenderung untuk mengalami fraktur spontan atau akibat trauma
minimal (Suarni, 2017)
Pada beberapa kasus, gejala awal adalah patah tulang. Beberapa gejala hanya
bisa dikenali bila sudah mencapai tahap lanjut. Gejala yang paling umum pada
osteoporosis adalah retak atau patah tulang, kelainan spinal (kifosis), kehilangan tinggi
badan, dan sakit punggung (Rita Afni, 2019).
Osteoporosis dapat dijumpai tersebar diseluruh dunia dan sampai saat ini masih
merupakan masalah dalam kesehatan masyarakat terutama di negara berkembang
(Rita Afni, 2019)
Menurut WHO (1994), angka kejadian patah tulang (fraktur) akibat osteoporosis
diseluruh dunia mencapai angka 1,7 juta orang dan diperkirakan angka ini meningkat
hingga mencapai 6,3 juta orang pada tahun 2050 dan 71% kejadian ini akan terdapat
di Negara-negara berkembang. Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih
besar dari data Depkes, yang mematokkan angka 19,7% dari seluruh jumlah penduduk
atau sekitar 3,6 juta orang diantaranya menderita osteoporosis. Tandra (2009). Lima
provinsi dengan resiko osteoporosis lebih tinggi, sumatra selatan (27,7%), jawa tengah
(24,02%), yogyakarta (23,5%), sumatra utara (22,82%), jawa timur (21,42%),
kalimantan timur (10,5%). Prevalensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia
pada golongan umur 50-59 tahun yaitu 24% sedang pada pria usia 60-70 tahun
sebesar 62% (Suarni, 2017)
Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan
normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut
tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat di halangi (Siregar, 2012)
Kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup dan majunya pengetahuan dan

1
teknologi terutama ilmu kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan,
mengakibatkan meningkatnya umur harapan hidup manusia (life expectany). Akibatnya
jumlah orang lanjut usia akan bertambah dan ada kecendrungan akan meningkat
dengan cepat. Peningkatan lanjut usia akan membawa dampak berbagai aspek
kehidupan, baik bagi individu lansia itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun
pemerintah (Siregar, 2012)
Berdasarkan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019) mencatat adanya
peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia), yakni dari 18 juta jiwa (7,6%) pada
2010 menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada 2019. Jumlahnya diprediksi akan terus
meningkat hingga 48,2 juta jiwa (15,8%) pada 2035. (Indonesia, 2019)
Berdasarkan data dari Kementrian Sosial (2020) menyatakan jumlah lanjut usia
(lansia) di Indonesia lebih dari 10% dari populasi penduduk pada tahun 2020. Saat ini
jumlah penduduk ditanah air mencapai 269,9 juta orang, jumlah penduduk usia diatas
60 tahun mencapai 28,7 juta orang. Artinya, lebih dari 10,6% jumlah penduduk
Indonesia lansia. (Pertiwi, 2020)
Hasil penelitian jurnal review dari Seth Mart Christian tentang Faktor-Faktor
Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia (2019) dikatakan bahwa Faktor-Faktor terjadinya
Osteoporosis berdasarkan usia, terdapat 33 responden dengan usia 60-74 tahun
sebanyak 26 orang (78,8%) dan usia 75-90 tahun sebanyak 7 orang (21,2%).
Berdasarkan konsumsi alkohol, terdapat 33 orang dengan tidak pernah konsumsi
alkohol sebanyak 31 orang (93,9%) dan pernah konsumsi alkohol sebanyak 2 orang
(6,1%). Berdasarkan kebiasaan merokok, terdapat 33 orang dengan tidak pernah
pernah merokok sebanyakk 24 orang (72,7%), pernah merokok sebanyak 5 orang
(15,2%) dan masih merokok sebanyak 4 orang (12,1%).
Hasil penelitian jurnal review dari Leny Suarni tentang Faktor-Faktor Penyebab
Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia (2017) dikatakan bahwa Faktor-Faktor
penyebab terjadinya penyakit Osteoporosis berdasarkan usia, terdapat 25 responden
dengan usia 60-70 tahun sebanyak 10 orang (40%), usia 71-80 tahun sebanyak 10
orang (40%) dan usia 81-90 tahun sebanyak 5 orang (20%). Berdasarkan merokok dan
mengkonsumsi alkohol, terdapat 25 responden dengan yang tidak dominan merokok
dan mengkonsumsi alkohol sebanyak 15 orang (60%) dan yang dominan merokok dan
mengkonsumsi alkohol sebanyak 10 orang (40%).

2
Hasil penelitian jurnal review dari Sarmaida Siregar tentang Gambaran Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia (2017) dikatakan
bahwa Faktor-Faktor yang mempengaruhi terjadinya Osteoporosis berdasarkan usia,
terdapat 30 responden dengan usia 50-60 tahun sebanyak 4 orang (16%), usia 61-70
tahun sebanyak 16 orang (53%) dan usia > 70 tahun sebanyak 10 orang (34%).
Berdasarkan pola makan buruk, terdapat 30 responden dengan kriteria baik sebanyak
3 orang (10%), dengan kriteria cukup sebanyak 12 orang (40%), sedangkan dengan
kriteria kurang sebanyak 15 orang (50%).
Hasil penelitian jurnal review dari Meri Ramadani (2010) tentang Faktor-Faktor
Risiko Osteoporosis dan Upaya Pencegahannya dikatakan bahwa Manusia lanjut usia
(lansia) beresiko menderita osteoporosis, sehingga setiap patah tulang pada lansia
perlu diasumsikan sebagai osteoporosis, apalagi jika disertai dengan riwayat trauma
ringan dan kesehatan seperti mata,jantung, dan fungsi organ lain.Pada usia 60-70
tahun, lebih dari 30% perempuan menderita osteoporosis dan insidennya meningkat
menjadi 70% pada usia 80 tahun keatas. Hal ini berkaitan dengan defisiensi estrogen
pada masa menopause dan penurunan massa tulang karena proses penuaan. Pada
laki-laki osteoporosis lebih dikarenakan proses usia lanjut, sehingga insidennya tidak
sebanyak perempuan.
Hasil penelitian jurnal review dari Syafrida H (2016) Faktor Risiko Osteoporosis
pada Pasien dengan Usia 50 Tahun Keatas dikatakan bahwa Usia menjadi faktor risiko
tertinggi pada penelitian ini, yaitu usia lebih dari 65 tahun memiliki risiko 5,46 kali lebih
besar daripada usia 51-65 tahun.
Hasil penelitian jurnal review dari Indri Wahyuni dkk tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Kelompok Lansia (2014) dikatakan
bahwa terdapat pengaruh antara usia dengan terjadinya Osteoporosis Pada kelompok
Lansia, terdapat pengaruh antara jenis kelamin dengan terjadinya Osteoporosis pada
kelompok lansia, terdapat pengaruh antara keturunan dengan terjadinya Osteoporosis
pada kelompok lansia.
Hasil penelitian jurnal review dari Rita A dan Ahmad Hanafi tentang Risiko
Osteoporosis Pada Lansia (2019) dikatakan bahwa Lansia yang berusia > 65 tahun
berisiko 9 kali untuk mengalami osteoporosis dibandingkan lansia yang berusia ≤ 65

3
tahun, dan Lansia yang berjenis kelamin perempuan berisiko 4 kali untuk mengalami
osteoporosis dibandingkan lansia yang berjenis kelamin laki-laki.
Hasil penelitian jurnal review dari Radojka Bijelic,et al tentang Faktor Risiko
Osteoporosis pada Wanita Pascamenopause (Radojka Bijelic et, 2017) dikatakan
bahwa merokok merupakan faktor risiko independen untuk osteoporosis pada wanita
pascamenopause, dan aktivitas fisik merupakan faktor pelindung untuk retensi massa
tulang. Melalui pendidikan dan tindakan pencegahan tertentu harus ditekankan
pentingnya faktor-faktor tersebut terhadap kesehatan tulang sejak dini.
Hasil penelitian jurnal review dari Daisuke Asaoka et al tentang Faktor risiko
osteoporosis di Jepang: apakah terkait dengan Helicobacter pylori (Daisuke Asaoka et,
2015) dikatakan bahwa Usia lanjut, BMI rendah, BAP, dan H. pylori positif merupakan
faktor risiko osteoporosis; Namun, keberhasilan pemberantasan H. pylori bukanlah
faktor risiko osteoporosis di Jepang.
Hasil penelitian jurnal review dari Limin Tian (Limin Tian, 2017), et al tentang
Prevalensi osteoporosis dan gaya hidup terkait dan faktor metabolik wanita
pascamenopause dan pria lanjut usia dikatakan bahwa Risiko osteoporosis secara
signifikan berhubungan dengan usia, usia menopause, tahun sejak menopause, IMT,
dan tingkat pendidikan pada wanita pascamenopause. Pada pria lanjut usia,
osteoporosis dikaitkan dengan usia, BMI, merokok saat ini, konsumsi alkohol, aktivitas
fisik, dan paparan sinar matahari.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Risiko Osteoporosis” sesuai dengan literatur riview.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam
penelitian ini adalah “ Apa sajakah Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko
Osteoporosis Pada Lansia ? “ berdasarkan jurnal review.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Osteoporosis Pada
Lansia berdasarkan jurnal review.

4
2. Tujuan Khusus
a. Untuk melihat dan menelaah persamaan dari beberapa jurnal yang terkait dengan
faktor faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia dari beberapa jurnal
dengan pendekatan literatur review
b. Untuk melihat dan menelaah perbedaan dari beberapa jurnal yang terkait dengan
faktor faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia dari beberapa jurnal
dengan pendekatan literatur review
c. Untuk melihat dan menelaah kelebihan dari beberapa jurnal yang terkait dengan
faktor faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia dari beberapa jurnal
dengan pendekatan literatur review

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan bahan bacaan bagi
mahasiswa jurusan keperawatan di Poltekkes Kemenkes Medan berdasarkan jurnal
review.
2. Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti
terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Osteoporosis Pada Lansia dengan
menggunakan jurnal review.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan dapat
mengembangkan dengan materi yang lain yang berhubungan dengan judul faktor
faktor yang mempengaruhi risiko osteoporosis dengan menggunakan jurnal review.
4. Bagi Lansia
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi informasi dan pengetahuan dalam mencegah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Risiko Osteoporosis Pada Lansia dengan
menggunakan jurnal review.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Osteoporosis
1. Definisi
Osteoporosi adalah suatu penyakit degeneratif pada tulang yang ditandai dengan
menurunnya massa tulang, dikarenakan berkurangnya matriks dan mineral yang
disertai dengan kerusakan mikro arsitektur dari jaringan tulang, sehingga terjadi
penurunan kekuatan tulang. Osteoporosis juga dikenal sebagai suatu penyakit yang
tidak dirasakan ”silent disease" karena kejadian penurunan masa tulang dapat terjadi
bertahun-tahun tanpa disertai gejala (asimptomatic). (Dr. Syafrida Hiliya Rambe, 2016)
Pada tahun 2001, National institute of health (Institute Kesehatan Nasional)
mengajukan definisi baru osteoporosis sebagai penyakit tulang sistemik yang ditandai
oleh compromised bone strength (Berkurangnya kekuatan tulang) sehingga tulang
mudah patah (Inri Wahyuni, 2014).

2. Klasifikasi Osteoporosis
(Sunaryati, 2020) Ada 2 macam osteoporosis , yaitu primer dan sekunder. Pada
osteoporosis primer terdapat 2 jenis, yaitu tipe 1 ( post-menopausal) dab tipe-II (snile).
Selain kategoi tersebut, terdapat satu kategori lain (juvenileidopatbic), osteoporosis
yang tidak diketahui penyebabnya. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai klasifikasi
ini, Ferdinand Zavier menjelaskan dalam uraian berikut.
a. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer bisa terjadi pada tiap kelompok umur. Jenis osteoporosis ini
faktor pemicunya adalah merokok, aktivitas, pubertas tertunda, berat badan rendah,
alcohol, ras kulit putih/asia, Riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium
rendah.
1) Tipe I ( Post Menopausal)
Ini terjadi 15-20 tahun setelah menopause. Hal ini ditandai dengan fraktur tulang
belakang tipe crush, colles fracture, dan berkurangnya gigi geligi. Hal ini disebabkan
oleh luasnya jaringan trabecular pada tempat tersebut dimana jaringan trabecular lebih
responsive terhadap defenisi estrogen.

6
Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena
kekuranganestrogen ( hormon utama pada wanita ) yang membantu mengatur
pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya, gejala timbul pada
wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi masih bisa melai lebih cepat ataupun
lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang sama untuk menderita
osteoporosis ini. Wanita kulit putih dan daerah timur mempunyai resiko untuk
menderita penyakit ini daripada wanita kulit hitam.
a. Tipe II (Snile)
Terjadi pada pria dan wanita usia 70 tahun. Ditandai oleh faktur panggul dan tulang
belakang tipe wedge. Hilangnya massa tulang kortikal terbesar terjadi pada usia
tersebut. Diakibatkan oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan
ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang baru.
Penyakit ini biasanya terjadi pada usia di atas 70 tahun dan dua kali lebih sering
menyerang wanita.
1. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis ini dapat terjadi pada setiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi
akses kortiosklerosis, hipertirodisme, multiple mieloma, faktor genetis, dan obat-obatan.
Osteoporosis sekunder dialami kurang dari 5% penderita osteoporosis yang
disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Penyakit osteoporosis
bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormone (terutama tiroid,
paratiroid, barbiturate, dan adrenal) dan obat-obatan (kartikosteroid, barbiturate, dan
anti kejang) pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok pun bisa memperburuk
keadaan ini .
2. Osteoporosis Javunile idiopathic
Jenis osteoporosis ini penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak
dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone normal, kadar vitamin
normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. (Shinta,Septi
2020)

3. Patogenesis Osteoporosis
Patogenesis semua macam osteoporosis adalah sama yaitu adanya balans tulang
negatif yang patologik dan kekurangan kalsium yang dapat disebabkan oleh

7
peningkatan resorpsi tulang dan atau penurunan pembentukan tulang. Massa tulang
pada semua usia ditentukan oleh 3 variabel yaitu massa tulang puncak,usia dimana
kekurangan massa tulang mulai terjadi dan kecepatan kehilangan tulang meningkat.
(Ramadani, 2010)
(Ode, 2012) Remodeling tulang normal pada orang dewasa akan meningkatkan
massa tulang sampai sekitar usia 35 tahun.(La Ode,Sharif 2012)
Proses remodeling tulang yang terjadi bertujuan untuk mempertahankan tulang
yang sehat dapat dianggap sebagai program pemeliharaan, yaitu dengan
menghilangkan tulang tua dan menggantikannya dengan tulang baru. Kehilangan
tulang terjadi ketika keseimbangan ini berubah, sehingga pemindahan tulang
berjumlah lebih besar daripada penggantian tulang. Ketidakseimbangan ini dapat
terjadi karena adanya menopause dan bertambahnya usia. (Dr. Syafrida Hiliya Rambe,
2016)
(Ode, 2012) Genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup dan aktifitas fisik mempengaruhi
puncak masa tulang menghilangnya estrogen pada saat menopause dan pada
ooforektomi mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus
menerus selama bertahun tahun pascamenopause. Pria mempunyai massa tulang
yang lebih besar dan tidak mengalami perubahan hormonal mendadak. Akibatnya,
insiden osteoporosis lebih rendah pada pria. Faktor nutrisi mempengaruhi
pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorpsi kalsium dan untuk
menetralisir tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi
untuk mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan
vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun tahun mengakibatkkan pengurangan
massa tulang dan pertumbuhan osteoporo sis. Asupan harian yang dianjurkan (RDA =
Recomment daily allowence) kalsium meningkat pada adoleasens dan dewasa muda
(11 – 24 tahun) sampai 1200 mg untuk memaksimalkan puncak massa tulang. RDA
untuk orang dewasa tetap 800 mg, tapi 1000 – 1500 mg/hari untuk wanita menopause
biasanya dianjurkan, lansia menyerap kalsium dalam jumlah tal terbatas. Bahan
katabolic endogen (diproduksi oleh tubuh) dan eksogen (dari sumber luar) dapat
menyebabkan osteoporosis. Kortikosteroid berlebih, syndrome chusing, hipertiroidsme
dan hiperparatiroidesme menyebabkan kehilangan tulang. Derajat osteoporosis
berhubungan dengan durasi taraoi kortikosteroid. Ketika terapi dihentikan atau

8
masalah metabolisme telah diatasi, perkembangan osteoporosis akan berhenti namun
restorasi kehilangan massa tulang biasanya tidak terjadi. Keadaan medis menyerta
(misalnya sindrom malabsorpsi intoleransi laktosa, penyalahgunaan alkohol, gagal
ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin) mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis.
Obat-obatan (misalnya isoniasit, heparin, tetrasiklin, antasida yang mengandung
aluminium, kortikosteroid) mempengaruhi tubuh dan metabilosme kalsium.
Imobilitas menyumbang perkembangan osteoporosis. Pembentukan tulang
dipercepat dengan danya stress, berat badan dan aktifitas otot. Ketika diimobilisasi
dengan gips, paralisis atau inalaktifitas umum, tulang akan diresorpsi cepat dari
pembentukannya dan terjadilah osteoporosis.

4. Patofisiologi Osteoporosis
(Ode, 2012) Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis
umumnya tidak mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami
frasktur. Osteoporosis mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering
menimbulkan gejala pada daerah-daerah yang menyanggah berat badan atau pada
daerah yang mendapat tekanan (tulang vertebrata dan kolumna femoris). Korpus
vertebrata menunjukkan adanya perubahan bentuk, pemendekan dan fraktur kompresi.
Hal ini mengakibatkan berat badan pasien menurun dan terdapat lengkung vertebrata
abnormal (kiposis). Osteoporosis pada kolumna femoris sering merupakan predisposisi
terjadinya fraktur patologik (yaitu fraktur akibat trauma ringan), yang sering terjadi pada
pasien lanjut usia.
Masa total tulang yang terkena mengalami penurunan dan menunjukkan penipisan
korteks serta trabekula. Pada kasis ringan, diagnosis sulit ditegakkan karena adanya
variasi ketebalan trabekular pada individu “normal” yang berbeda.
Diagnosis mungkin dapat ditegakkan dengan radiologis mauoun histologist jika
osteoporosis dalam keadaan berat. Struktur tulang, seperti yang ditentukan secara
analisis kimia dari abu tulang tidak menunjukkan adanya kelainan. Pasien osteoporosis
mempunyai kalsium,fosfat,dan alkali fosfatase yang normal dalam serum.
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor genetik
dan faktor lingkungan.

9
Faktor genetik meliputi :
Usia, jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.
Faktor lingkungan meliputi :
Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia
nervosa, dan pemakaian obat-obatan.
Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat
yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan assa tulang total yang disebut
osteoporosis.

5. Gejala
(Sunaryati, 2020) Meskipun banyak kalangan mengatakan bahwa osteoporosis
timbul tampa gejala, teatapi setidaknya ada beberapa hal yang dapat dijadikan patokan
sebagai gejala yang bisa kita kenal. Ini berkenaan langsung dengan kondisi fisik
penderita di mana hal ini bisa langsung kita lihat dengan mata.
1. Tinggi badan berkurang
Tinggi badan manusia akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 18 tahun. Dari
hari ke hari, diskus intervertebralis atau bantal diantara ruas tulang belakang akan
mengalami penekanan selama kita bekerja, berajalan, dandalam melakasanakan
kegiatan-kegiatan lainnya. Ketika kita bangun tidur, badan kita akan sedikit lebih tinggi
dari pada waktu siang atau sore hari setekelah melakukan aktivitas dan pada malam
hari Ketika tidur. Diskus tersebut akan melar lagi dan Kembali ke tinggi semula.
Penyebab penurunan tinggi badan ini adalah fraktur tulang belakang atau vertebra
yang umumnya tampa keluhan, tetapi tubuh semakin pendek dan membungkuk. Bila
terdapat penurunan tinggi badan sebangak dua senti dalam tiga tahun terakhir , hal itu
menandakan adanya fraktur tulang belakang yang baru. Lihat gambar di bawah ini.
Tubuh yang semakin pendek ini terjadi pada penderita osteoporosis sejalan dengan
pertumbuhan usia. Semakin tua umur seseorang yang terserang osteoporosis maka
semaklin pendek postur tubuhnya.

10
2. Bentuk tubuh berubah
Tubuh membungkuk biasanya terjadi akibat kerusakan beberapa ruas tulang
belakang dan daerah dada ( thoracal) dan pinggang (lumbal). Osteoporosis pada
tulang belakang menimbulkan fraktur kompresi atau kolaps tulang dan menyebabkan
badan membungkuk. Kiposis yang berat bisa mengakibatkan gangguan pergerakan
otot pernapasan. Kita bisa merasakan sesak napas dan terkadang bahkan timbul
komplikasi pada paru-paru.
3. Tulang rapuh dan patah
Tulang yang rapuh dan patah dinamakan fragility fracture. Pada kondisi ini bisa
terjadi patah tulang meskipun tidak harus timbul karena trauma yang hebat, melainkan
dengan hanya terjatuh biasa ringan, mengangkat, mendorong sesuatu, atau akibat
trauma ringan lainnya.
Selain pada tulang belakang, fraktur sering pula menimpa pergelangan tangan,
pergelangan kaki, bahkan panggul. Fraktur multiple di beberapa tempat juga sering
terjadi. Fraktur yang terjadi mendadak atau akut akan menimbulkan rasa nyeri yang
hebat di mana terkadang sampai memerlukan obat penekan nyeri yang kuat sampai
pada golongan narkotika.
Fraktur yang kronis sampai harus menjalani tirah baring yang lama dan ini akan
mengganggu peredaran darah. Selain itu, demikian juga sering menimbulkan bahaya
infeksi dan komplikasi pada jantung serta saluran napas. Kesulitan perawatan pada
orang tua, ditambah dengan beberapa penyakit kronis lain yang menyertai seperti
diabetes, stroke, atau sakit jantung, akan memperburuk keadaan dan bisa fatal
akibatnya

6. Komplikasi
(Ode, 2012) Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas ,
rapuh dan mudah patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi
fraktur kompresi vertebra torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan
daerah trochanter, dan fraktur coller pada pergelangan tangan.
(Bustan, 2015) Komplikasi utama osteoporosis adalah fraktur, terutama pada
panggul dan vertebra yang memerlukan perawatan khusus dan terapi khusus.

11
Komplikasi fraktur tanggul umumnya berasal atau dipicu oleh peristiwa jatuh,
sedangkan fraktur vertebra bisa terjadi walaupun tampa jatuh.
Komplikasi lanjut bisa berupa pneumonia karena terlalu lama istirahat di tempat
tidur atau tidak gerak yang cukup. Bisa juga terjadi pengentalan darah dan embolisme
paru. Efek tidak langsung sampai kepada kematian dimana fraktur hip menyebabkan
20% kematian pada tahun berikutnya

7. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologis
(Ode, 2012)Gejala radiologis yang khas adalah densitas atau masa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada vertebra spinalis. Dinding dekat korpus vertebra
biasanya merupakan lokasi yang paling berat. penipisa korteks dan hilangnya
trabekula transfersal merupakan kelainan yang sering ditemukan. Lemahnya korpus
vertebra menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari nukleus pulposus ke
dalam ruang intervertebral dan menyebabkan deformitas bikonkaf.
2. CT-Scan
CT-Scan dapat mengukur densitas tulang secara kuantitatis yang mempuanyai
nilai penting dalam diagnostik dan terapi follow up. mineral vertebra di atas 110mg/cm 3
biasanya tidak menimbulkan fraktur vertebra atau penonjolan, sedangkan mineral
vertebra dibawah 65mg/cm3 ada pada hampir semua klien yang mengalami fraktur.
3. Pemeriksaan Laboratorium
 kadar Ca, P, Frostase alkali tidak menunjukkan kelainan yang nyata.
 kadar HPT (Pada pascamenoupouse kadar HPT meningkat) dan Ct(Terapi
ekstrogen merangsang pembentukan Ct)
 kadar 1,25-(OH)2-D# absorsi Ca menurun
 Eksresi fosfat dan hidrosipolin terganggu sehingga meningkat kadarnya

8. Pencegahan
(Sunaryati, 2020)Pencegahan pada osteoporosis tentu saja ialah menghindari
faktor risiko atayu penyebabnya. Disamping itu, kitra perlu melakukan hal-hal yang
dapat memperkecil volume terjadinya serangan osteopororsis sebagaimana berikut :

12
1. Konsumsi kalsium yang cukup
Untuk mencukupi kebutuhan kalsium, perlu diperhatikan produk pangan yang
disantap. Salah satu sumber kalsium yang cukup baik adalah susu. Dua gelas susu
sehari sudah dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Dari 2 gelas susu(500 ml) akan
diperoleh 1.250mg kalsium. Perolehan kalsium tersebut sudah melebihi kebutuhan
kalsium orang dewasa yaitu 800-1.000 mg/hari. sumber kalsium lainnya adalah ikan
(terutama yang dimakan beserta tulangya), daging, unggas, telur, sayuran, buah-
buahan dan kacang-kacangan.
2. Berhati-hati menggunakan obat
Beberapa jenis obat ternyata dapat mengganggu kinerja tulang, salah satu
contohnya adalah obat kortikosteroid yang dapat menekan kerja hormon pengatur
pembentukan tulang. contoh lain adalah antasida, obat pencahar, cbolestiramine, obat
diuretik anti gout dan beberapat jenis obat anti rematik. obat-obatan tersebut memiliki
efek mengganggu penyerapan kalsium.
obat antasida umum dikenal sebagai obat anti sakit maag dapat menghambat
penyerapan kalsium. penghabatan dipicu oleh magnesiym dan alumunium hidroksida
yang mampu mengikat kalsium dan mengubahnnya menjadi bentukan baru yang sulit
diserap. Obat cbolesteramine yang lazim digunakan untuk mengikat asam empedu
agar terjadi penururnan kolesterol dalah juga dapat menurunkan kadar kalsium tubuh
akibat pembuangan melalui urine,
3. Batasi konsumsi garam
Garam dapur (NaCI) terdiri dari unsur natrium(Na) dan klorida(CI). konsumsi
natrium (sodium) yang berlebih, baik yang berasak dari garam dapur mauoun
monosodium glutamat (MSG) dapat berdampak buruk terhadap kesehatan. selain
memiliki efek hipertensi, natrium juga berpotensi untuk menghilangkan kalsium dari
tubuh. netrium akan mengeluarkan kalsium dari tubuh melalui urine. Cara menghindari
kehilangan kalsium akibat natrium adalah dengan membatasi konsumsinya. Sebaiknya
hindari makanan-makanan tinggi natrium dan makanan awetan yang menggunakan
garam pengawet.
4. Cukupi konsusmsi vitamin D
Vitamin D diketahui mampu memelihara kesehatan tulang dengan cara
meningkatkan penyerapan kalsium dari sistem pencernaan, serta mengurangi

13
pembuangannya dari ginjal. Kebutuhan Vitamin D normal perhari adalah 400 IU. dalam
bentuk non aktif, Vitamin D banyak terdapat dibawah kulit vitamin D akan menjadi aktif
dan berfungsi apabila terpapar sinar matahari oagi yang banyak mengandung
ultraviolet. Terpapar sinar matahari sekitar 20 menit perhari, minimal 3 kali seminggu
sekali sudah cukup membantu produksi vitamin D, Jadi, apabila kita cukup terpapat
sinar matahari, maka tidak perlu takut kekurangan vitamin D,
5. Aktif berolahraga
Penurunan aktifitas fisik pada usia lanjut dapat menurunkan massa tulang, oleh
karena itu, olahraga aktif secara rutin merupakan bentuk antisipasi terhadap
penurunan massa tulang. adapun bentuk olahraga yang sesuai bagi seseorang yang
sudah lanjut usia adalah yang minum benturan seperti aerobik low impact,jalan kaki,
bersepeda atau berenang. aspek yang harus diperhatikan adalah intensitas, waktu,
dan frekuensi olahraga. Kecukupan intensitas diukur dengan menghitung denyut nadi.
Denyut nagi normal berkisar antara 70-80 denyut per menit. Waktu berolahraga
disarankan 20-40 menit per latihan, sedangkan untuk frekuensi idealnya adalah 3-4
hari per minggu.
6. Bantu dengan obat
Dalam dunia kedokteran mulai banyak dikembangkan berbagai obat pencegah
osteoporosis. jenis obat tersebut diantaranya adalah estrogen, kalsitonin,
biophosphonar, dan testosteron. estrigen merupakan hormon yang menururn
jumlahnya dalam tubuh, apabila wanita mengalami menopause, hal ini ditengarai
sebagai penyebab osteoporosis utama pada wanita. obat berisi hormon estrogen yang
diberikan pada wanita pasca menopause diharapkan dapat mencegah osteoporosis.
Selain itu manakah makanan yang gizinya seimbang, kurangi sodium, kurangi
gara., hindari daging merah dan makanan yang diasinkan, hindari meminum kopi dan
perbanyak minum air putih. dengan melakukan beberapa hal diatas, kemungkinan
terjadinya serangan osteopororsis sangat kecil dan sebagai catatan, lakukan hal itu
sejak dini agar risiko terjadinya osteoporosis semakin kecil dalam diri dan hidup kita.

9. Obat dan Pengobatan


(Sunaryati, 2020)Pengobatan osteoporosis dan penyakit tulang lainnya terdiri dari
berbagai macam obat, terapi hormon esterogen, selective estrogen receptor

14
modulators, atau SERM, dan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup. obat untuk
osteoporosis harus menunjukkan kemampuan melindungi dan meningkatkan massa
tulang juga menjaga kualitas tulang supaya mengurangi risiko tulang patah. beberapa
obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat keceparan penghilangan
tulang.
Ada beberaoa jenis obat yang bisa kita berikan dan gunakan oleh penderita. Obat.-
obat ini merupakan obat pilihan yang harus diberikan dan dikonsumsi sesui petunjuk
dokter. untuk itu, ferdinand zviera memilih beberapa jenis obat, yaitu ;
1. Golongan bifosfonat
Bifosfonat oral untuk osteoporosis oada wanita post menopause khususnya, harus
diminum satu kali seminggu atau satu kali sebulan pertama kali di pagi hari dengan
kondisi perut kosong untuk mencegah interaksi dengan makanan. bisfisfonat dapat
mencegah kerusakan tulang, menjaga massa tulang, dan meningkatkan kepadatan
tulang di punggung dan panggul, mengurangi risiko patah tulang.
golongan bifosfonnat adalah risedronate, alendronate, pamidronate, clodronate,
zoledronate (zelodronic acid), asam ibandronate. alendronat berfungsi mengurangi
kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause, meningkatkan massa
tulang di tulang belakang dan tulang panggul, dan mengurangi angka kejadian patah
tulang.
Supaya diserap dengan baik, alendronat harus diminum dengan segelas penuh air
pada pagi hari dan dalam waktu 30 menit sesudahnya tidak boleh makan atau minum
yang lain. alendronat bisa mengiritasi lapisan saluran pencernaan bagian atas
sehingga setelah meminumnya tidak boleh berbaring, minimal selama 30 menit.
asam ibandronate adalah bifosfonat yang sangat paten dan bekerja secara spesifik
menghambat aktivutas osteoklas tanpa mempengaruhi formasi tulang secara langsung.
Dengan kata lain menghambat resorbsi tulang. Dosis 150mg sekali sebulan.
Selain untuk osteoporosis golongan bifosfonat juga digunakan untuk lainnya
misalnya untuk hiperkalsemia, sebagai contoh zoledronic acid. Zoledronic acid
digunakan untuk mengobati kadar kalsium yang tinggi pada darah yang mungkin
disebabkan oleh jenis kanker tertentu. Zoledronic Acid juga digunakan bersama
kemoterapi kanker untuk mengobati tulang yang rusak yang disebabkan multiple
myeloma atau kanker lainnya yang menyebar ke tulang.

15
Zoledronic acid bukan obat kanker dan tidak akan memperambat atau
menghentikan penyebaran kanker. tetapi dapat digunakan untuk mengobati penyakit
tulang yang disebabkan kanker. Zoledronic acid bekerja dengan cara menurunkan
pelepasan kalsium dari tulang ke dalam darah.
2. Selective Estrogen Receptor Modulators (SERM)
Terapi sulih hormon menggunakan estrogen pada wanita pasca menopause efektif
mengurangi turnover tulang dan memperlambat hilangnya massa tulang. Tapi,
pemberian estrogen jangka panjang berkaitan dengan peningkatan risiko keganansan
pada rahim dan payudara. sebagai alternatif pengganti esterogen adalah golongan
obat yang disebut SERM. Obat ini berkhasiat meningkatkan massa tulang tetapi tidak
memiliki efek negatf dari estrogen, dan contohnya adalah raloxifene.
3. Metabolit Vitamin D
Sekarang ini sudah diproduksi metabolit dari vitamin D, yaitu kalsitriol dan alpha
kalsidol. Metabolit ini mampu mengurangi risiko patah tulang akibat osteoporosis.
4. Kalsitonin
Kalsitonin dianjurkan untuk diberikan kepada orang yang menderita patah tulang
belakang yang disertai nyeri. Obat ini bisa diberikan dalam bentuk suntikan atau
semprot hidung. Salmon kalsitonin diberikan lisensinya untuk pengobatan osteoporosis.
Sekarang ini juga ada yang sintetiknya. sediakan yang ada dalam bentuk injeksi. dosis
rekomendasinya adalah 100 IU sehari, dicampur dengan 600 mg kalsium dan 400 IU
vitamin D. Kalsitonin menekan aksi osteoklas dan menghambat pengeluarannya.
5. Strontium Renelate
Stronsium renelate meningkatkan pembentukan tulang, seperti prekursor osteoblas
dan pembuatan kolagen, menurunkan resorbsi tulang dengan menurunkan aktivitas
osteoklas. hasilnya adalah keseimbangan turnover tulang dalam proses pembentukan
tulang. Berdasarkan (Siti Nur Kholifah, 2016) hasil uji klinik, stronsium renelate terbukti
menurunkan patah tulang vertebral sebanyak 41% selama 3 tahun.

B. Lanjut Usia
1. Definisi
(W, 2018) Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia
yang dimulai dari usia 60 tahun hingga hamper mencapai 120 atau 125 tahun. Adapun

16
lanjut usia dapat diklasifikasi ; lanisa awal (65 hingga 74 tahun), lansia menengah ( 75
tahun atau lebih ), lansia akhir (85 tahun atau lebih ) ( Dunkle 2009 dalam santrok,
2012).
Menurut UU No. 12/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia ada tiga defenisi lanjut
usia :
1. Lanjut usia adalah seorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas
2. Lanjut usia potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan atau kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa
3. Lanjut usia tidak potensional adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah
sehingga kehidupannya bergantung pada bantuan orang lain.
Menurut Depkes RI, (200a) lanjut usia atau yang disingkat lansia adalah seorang
yang berusia 60 tahun atau lebih. Pengelompokan lansia berdasarkan departemen
Kesehatan RI (2003) meliputi : kelompok usia prasenilis/ virilitas, adalah kelompok
yang berusia 45-59 tahun.
1. Kelompok lanjut usia adalah kelompok yang berusia 60 tahun atau lebih.
2. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi adalah kelompok yang berusia 70 tahun
atau lebih, atau kelompok yang berusia atau lebih dengan masalah Kesehatan.

2. Kelompok Usia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga katagori,
yaitu:
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.

17
3. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi pada Lansia
(Siti Nur Kholifah, 2016) Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses
penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan
sexual (Azizah dan Lilik M, 2011, 2011).

a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
2) Sistem Intergumen:
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit
akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
3) Sistem Muskuloskeletal
Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: Jaaringan penghubung (kolagen
dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi.. Kolagen sebagai pendukung utama kulit,
tendon, tulang, kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi
lunak dan mengalami granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan
kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap
gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut akan
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan struktur otot pada
penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan
jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami
penuaan elastisitas.

18
4) Sistem kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung berkurang,
kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi berubah menjadi
jaringan ikat.
5) Sistem respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru
tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang
paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan
sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan kemampuan
peregangan toraks berkurang.
6) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi yang
mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.
8) Sistem saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif
pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan
dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
9) Sistem reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus.
Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,
meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif
1) Memory (Daya ingat, Ingatan)
2) IQ (Intellegent Quotient)

19
3) Kemampuan Belajar (Learning)
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension)
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving)
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making)
7) Kebijaksanaan (Wisdom)
8) Kinerja (Performance)
9) Motivasi

c. Perubahan mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan kehilangan jabatan.
8) Rangkaian dari kehilangan , yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan famili.
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.

d. Perubahan spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin
matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.

e. Perubahan Psikososial
1) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
2) Duka cita (Bereavement)

20
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
3) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga
dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.
4) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum, gangguan
stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan tersebut
merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder akibat
penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak dari
suatu obat.
5) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.
Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan
sosial.
6) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan
feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

4. Tipe kepribadian lansia


(Siti Nur Kholifah, 2016) Ada 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut :
a) Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
b) Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada
kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak
diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya.

21
c) Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personality), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis
maka pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
d) Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang
kadangkadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
e) Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self hate personality), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

C. Faktor Risiko Osteoporosis


a. Tidak Dapat Diubah
1. Usia
Menurut Kanis (dalam Wahyuni, 2014) Semakin tua usia seseorang, resiko terkena
osteoporosis menjadi semakin besar. Osteoporosis merupakan kejadian alami yang
terjadi pada tulang manusia sejalan dengan meningkatnya usia. Proses densitas
(kepadatan) tulang hanya berlangsung sampai seseorang berusia 25 tahun.
Selanjutnya, kondisi tulang akan tetap (konstan) hingga usia 40 tahun. Setelah umur
40 tahun, densitas tulang mulai berkurang secara perlahan. Oleh karenanya, massa
tulang akan berkurang seiring dengan proses penuaan. Berkurangnya massa tulang ini
akan berlangsung terus sepanjang sisa hidup. Dengan demikian, osteoporosis pada
usia lanjut terjadi akibat berkurangnya massa tulang. Pada lansia, kemampuan tulang
dalam menghindari keretakan akan semakin menurun. Kondisi ini juga diperparah
dengan kecenderungan rendahnya konsumsi kalsium dan kemampuan penyerapannya.
Timbulnya berbagai penyakit pada lansia juga akan semakin menurunkan kemampuan
penyerapan kalsium maupun meningkat nya pengeluaran kalsium (Anonym, 2009
dalam Wahyuni, 2014)

22
2. Jenis Kelamin
Menurut Fatmah (dalam Syafrida, 2016) Wanita memiliki risiko 4 kali lebih besar
untuk terjadi osteoporosis dibandingkan pria. Resiko terkena osteoporosis lebih besar
setelah wanita mengalami menopause, karena setelah menopause kadar estrogen
yang diproduksi ovarium turun drastis. Estrogen berperan penting dalam menjaga
kekuatan tulang dengan cara membantu sel pembentuk tulang, sedangkan estrogen ini
mulai turun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun. Pada kenyataannya, semakin
cepat menopause, semakin besar resiko timbulnya osteoporosis. Pada umumnya,
wanita mengalami menopause pada usia 45-55 tahun. Rendahnya hormone estrogen
dalam tubuh akan membuat tulang menjadi keropos dan mudah patah. Selain karena
meningkatnya umur, menopause dapat juga terjadi karena pengangkatan ovarium
pada wanita (Doterirga, 2009 dalam Wahyuni, 2014). Massa tulang wanita tua menjadi
berkurang bukan hanya karena horman estrogen menurun, juga pengaruh kalsium dan
vitamin. Jika dibandingkan, pria mempunyai massa tulang yang lebih padat dan proses
demineralisasi tulang pada pria juga lebih lambat daripada wanita, sehingga
osteoporosis pada pria jarang terjadi (Tandra, 2009 dalam Afni, 2019)
3. Riwayat Keturunan Keluarga
Menurut Ulfah N (dalam Wahyuni, 2014) Dalam riwayat keluarga, jika ada anggota
keluarga yang menderita osteoporosis maka berhati-hatilah, Osteoporosis menyerang
penderita dengan karakteristik tulang tertentu. Seperti persamaan perawakan dan
bentuk tulang tubuh dan wanita yang mempunyai ibu yang pernah mengalami patah
tulang panggul dalam usia tua akan dua kali lebih mudah terkena patah tulang yang
sama. Osteoporosis bisa terjadi dalam satu keluarga, terutama diturunkan dari pihak
ibu kepada anak wanitanya. Itu artinya dalam garis keluarga pasti punya truktur genetik
tulang yang sama.
4. Riwayat Fraktur
Pada teori menyebutkan bahwa orang yang memiliki riwayat fraktur cenderung
mempunyai massa tulang yang lebih rendah daripada orang yang tidak pernah
mengalami fraktur, sehingga akan lebih berisiko mengalami osteoporosis. Terjadinya
fraktur itu sendiri tidak hanya dipengaruhi oleh rendahnya massa tulang, tetapi juga
dipengaruhi oleh penyebab dari terjadinya fraktur.

23
5. Menopause
Wanita yang memasuki masa menopause akan terjadi fungsi ovarium yang
menurun sehingga produksi hormon estrogen dan progesteron juga menurun. Ketika
tingkat estrogen menurun, siklus remodeling tulang berubah dan pengurangan jaringan
tulang akan dimulai. Salah satu fungsi estrogen adalah mempertahankan tingkat
remodeling tulang yang normal. Tingkat resorpsi tulang akan menjadi lebih tinggi
daripada formasi tulang, yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang. Sangat
berpengaruh terhadap kondisi ini adalah tulang trabekular karena tingkat turnover yang
tinggi dan tulang ini sangat rentan terhadap defisiensi estrogen. Tulang trabekular akan
menjadi tipis dan akhirnya berlubang atau terlepas dari jaringan sekitarnya. Ketika
cukup banyak tulang yang terlepas, tulang trabekular akan melemah.

b . Dapat Diubah
1. Merokok
Tembakau dapat meracuni tulang dan juga menurunkan kadar estrogen, sehingga
kadar estrogen pada orang yang merokok akan cenderung lebih rendah daripada yang
tidak merokok.
2. Konsumsi Alkohol
Konsumsi alkohol yang berlebihan selama bertahun-tahun mengakibatkan
berkurangnya massa tulang. Kebiasaan meminum alkohol lebih dari 750 mL per
minggu mempunyai peranan penting dalam penurunan densitas tulang. Alkohol dapat
secara langsung meracuni jaringan tulang atau mengurangi massa tulang karena
adanya nutrisi yang buruk. Hal ini disebabkan karena pada orang yang selalu
menonsumsi alkohol biasanya tidak mengkonsumsi makanan yang sehat dan
mendapatkan hampir seluruh kalori dari alkohol. Disamping akibat dari defisiensi nutrisi,
kekurangan vitamin D juga disebabkan oleh terganggunya metabolisme di dalam hepar,
karena pada konsumsi alkohol berlebih akan menyebabkan gangguan fungsi hepar.
3. Penggunaan Obat-obatan
Gangguan obat-obatan yang dominan bisa menyebabkan Osteoporosis karena
apabila sering mengkonsumsi obat-obatan, minuman dapat mengurangi penyerapan
kalsium contohnya obat golonga steroid (Wirakusumah, 2007).

24
Penggunaan Kortikosteroid banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit,
terutama penyakit autoimun, namun kortikosteroid yang digunakan dalam jangka
panjang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis sekunder dan fraktur osteoporotik.
Kortikosteroid dapat menginduksi terjadinya osteoporosis bila dikonsumsi lebih dari 7,5
mg per hari selama lebih dari 3 bulan. Kortikosteroid akan menyebabkan gangguan
absorbsi kalsium di usus, dan peningkatan ekskresi kalsium pada ginjal, sehingga akan
terjadi hipokalsemia. Selain berdampak pada absorbsi kalsium dan ekskresi
kalsium ,kortikosteroid juga akan menyebabkan penekanan terhadap hormon
gonadotropin, sehingga produksi estrogen akan menurun dan akhirnya akan terjadi
peningkatan kerja osteoklas. Kortikosteroid juga akan menghambat kerja osteoblas,
sehingga penurunan formasi tulang akan terjadi. Dengan terjadinya peningkatan kerja
osteoklas dan penurunan kerja dari osteoblas, maka akan terjadi osteoporosis yang
progresif.
4. Indeks Massa Tubuh
Berat badan yang ringan, indeks massa tubuh yang rendah, dan kekuatan tulang
yang menurun memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap berkurangnya massa tulang
pada semua bagian tubuh wanita. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa efek
berat badan terhadap massa tulang lebih besar pada bagian tubuh yang menopang
berat badan, misalnya pada tulang femur atau tibia. Estrogen tidak hanya dihasilkan
oleh ovarium, namun juga bisa dihasilkan oleh kelenar adrenal dan dari jaringan
lemak.Jaringan lemak atau adiposa dapat mengubah hormon androgen menjadi
estrogen.Semakin banyak jaringan lemak yang dimiliki oleh wanita, semakin banyak
hormon estrogen yang dapat diproduksi. Penurunan massa tulang pada wanita yang
kelebihan berat badan dan memiliki kadar lemak yang tinggi, pada umumnya akan
lebih kecil. Adanya penumpukan jaringan lunak dapat melindungi rangka tubuh dari
trauma dan patah tulang.
5. Aktifitas Fisik
Latihan beban akan memberikan penekanan pada rangka tulang dan
menyebabkan tulang berkontraksi sehingga merangsang pembentukan tulang. Kurang
aktifitas karena istirahat di tempat tidur yang berkepanjangan dapat mengurangi massa
tulang. Hidup dengan aktifitas fisik yang cukup dapat menghasilkan massa tulang yang
lebih besar. Itulah sebabnya seorang atlet memiliki massa tulang yang lebih besar

25
dibandingkan yang non-atlet. Proporsi osteoporosis seseorang yang memiliki tingkat
aktivitas fisik dan beban pekerjaan harian tinggi saat berusia 25 sampai 55 tahun
cenderung sedikit lebih rendah daripada yang memiliki aktifitas fisik tingkat sedang dan
rendah.
6. Pendidikan
Menurut Leny Suarni (2017) Hasil penelitian berdasarkan pendidikan , yang
berpendidikan SD cenderung mengalami Osteoporosis dari data epidemiologi
menunjukan bahwa golongan penduduk yang berpendidikan rendah atau buta huruf
menunjukan kurang tahu pengetahuan termasuk pengetahuan tentang suatu penyakit.

D. Kerangka Konsep
Adapun yang menjadi kerangka konsep penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Risiko Osteoporosis Pada Lansia adalah sebagai berikut:

VARIABEL INDEPENDENT VARIABEL DEPENDENT

Faktor-faktor Risiko

- Usia Osteoporosis

- Jenis Kelamin

- Riwayat Keturunan Keluarga

- Riwayat Fraktur

- Menopause

- Merokok

- Konsumsi Alkohol

- Penggunaan Obat-Obatan

- IMT

- Aktivitas Fisik

- Pendidikan

26
Variabel independent (variabel bebas) adalah variabel yang menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependent (terikat). Variabel ini dikenal dengan
nama variabel bebas yang artinya bebas dalam mempengaruhi variabel lain. Yang
menjadi variabel independent dalam penelitian ini adalah faktor-faktor risiko.

Variabel dependent (variable terikat) merupakan variabel yang dipengaruhí atau


menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel iní tergantung dari variabel bebas
terhadap perubahan. Yang menjadi variabel dependent dalam penelitian ini adalah
Osteoporosis.

27
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain literatur review.
Desain penelitian ini menggunakan metode studi pustaka/literature riview, dilakukan
dengan mengumpulkan data lewat bantuan beragam material di perpustakaan seperti,
artikel ilmiah, buku, dan jurnal untuk membandingkan hasil – hasil penelitian yang satu
dengan yang lain. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan
dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta
mengelolah bahan penelitian, khususnya penelitian literatur.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini tidak menggunakan tempat yang spesifik karena merupakan
penelitian literatur riview. Penelitian ini dilakukan selama sembilan bulan dari bulan
November sampai Juli Tahun 2021.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi pada penelitian literatur review tidak menggunakan populasi dan sampel
namun untuk literatur atau jurnal yang dianalisis yaitu 3 jurnal internasional dan 7 jurnal
nasional.
Dari 10 jurnal yang direview didapatkan keseluruhan populasi dalam penelitian ini
berjumlah 7485 orang
Table 1.1 Data Populasi
No. Judul Populasi
Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia 50 82 orang
1
Tahun Keatas Dirumah Sakit Elisabeth Medan 2016
Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di 123 orang
2
Pusekesmas Pancur Batu Kab. Deli Serdang 2019
Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis 25 orang
3
Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di

28
Wilayah Binjai 2017
Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya 71 orang
4 Osteoporosis Pada Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna
Bakti Medan 2016
Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna 75 orang
5
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru 2019
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis 75 orang
6
Pada Kelompok Lansia Puskesmas Batua Makassar 2014
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian 45 orang
7
osteoporosis 2020
Faktor risiko osteoporosis di Jepang: apakah itu terkait 225 orang
8
dengan Helicobacter pylori 2015
Faktor Risiko Osteoporosis pada Wanita Pascamenopause 200 orang
9
2017
Prevalensi osteoporosis dan gaya hidup terkait 6564 orang
10 dan faktor metabolik wanita pascamenopause
dan pria lanjut usia 2017

2. Sampel
Dari 10 jurnal yang direview didapatkan keseluruhan sampel dalam penelitian ini
berjumlah 7115 responden
Tabel 2.1 Data Sampel
No. Judul Sampel
Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia 50 25 responden
1
Tahun Keatas Dirumah Sakit Elisabeth Medan 2016
Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di 33 responden
2
Pusekesmas Pancur Batu Kab. Deli Serdang 2019
Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis 25 responden
3 Pada Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di
Wilayah Binjai 2017
Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya 30 responden
4
Osteoporosis Pada Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna

29
Bakti Medan 2016
Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial 75 responden
5
Tresna Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru 2019
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis 75 responden
6
Pada Kelompok Lansia Puskesmas Batua Makassar 2014
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian 45 responden
7
osteoporosis 2020
Faktor risiko osteoporosis di Jepang: apakah itu terkait 43 responden
8
dengan Helicobacter pylori 2015
Faktor Risiko Osteoporosis pada Wanita Pascamenopause 200 responden
9
2017
Prevalensi osteoporosis dan gaya hidup terkait 3359 responden
10 dan faktor metabolik wanita pascamenopause wanita dan 3205
dan pria lanjut usia 2017 pria

3 . Teknik Pengambilan Sampel


Dari 10 jurnal yang direview didapatkan keseluruhan Teknik pengambilan data
yang terbanyak adalah Total Sampling
Table 3.1 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik Pengambilan
No Judul
Sampel
Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Consecutive sampling
1 Usia 50 Tahun Keatas Dirumah Sakit Elisabeth
Medan
Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Random sampling
2 Lansia Di Pusekesmas Pancur Batu Kab. Deli
Serdang 2019
Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Total sampling
3 Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai 2017
Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Purposive sampling
4
Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Panti

30
Werdha Yayasan Guna Bakti Medan 2016
Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Total sampling
5 Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
Pekanbaru 2019
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Total sampling
6 Osteoporosis Pada Kelompok Lansia Puskesmas
Batua Makassar 2014
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Total sampling
7
osteoporosis 2020
Faktor risiko osteoporosis di Jepang: apakah itu Quota sampling
8
terkait dengan Helicobacter pylori 2015
Faktor Risiko Osteoporosis pada Wanita Total Sampling
9
Pascamenopause 2017
Prevalensi osteoporosis dan gaya hidup terkait Random sampling
10 dan faktor metabolik wanita pascamenopause
dan pria lanjut usia 2017

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data


1. Jenis Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian studi literatur riview ini adalah data
sekunder. Data yang di dapatkan diperoleh dari 10 jurnal penelitian yaitu jurnal
internasional 3 jurnal dan jurnal nasional 7 jurnal, artikel ilmiah, dan literature riview
yang berkaitan dengan topik penelitian. Jurnal diambil dari e-source google scholar
dan internet.

2. Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data yang dilakukan dengan berbagai sumber penelitian
menggunakan database elektronik yaitu dari E-source Google Scholar dan internet.
Dimana data tersebut merupakan data yang diperoleh dari jurnal penelitian. Jurnal
penelitian yang dipilih adalah jurnal dengan kemutakhiran maksimal 10 tahun terakhir
dan sesuai dengan topik penelitian.

31
E. Analisa Data
Setelah mencatat poin-poin penting yang terdapat pada jurnal, peneliti membuat
tabel dan menganalisis dari catatan tersebut serta menghubungkan persamaan,
perbedaan, dan kelebihan penelitian. Setelah menggunakan tabel, peneliti membuat
ringkasan deskripsi kesimpulan dari masing-masing jurnal yang digunakan.
.

32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan
Tabel 1. Ringkasan Jurnal
No Judul/Tahun Peneliti Tujuan Populasi/Sa Metode Hasil
mpel Penelitian
1 Faktor Risiko dr. Tujuan Populasi Penelitian ini Hasil dari
Osteoporosis Syafrida penelitian ini pada merupakan penelitian adalah
Pada Pasien Hiliya adaah untuk penelitian ini penelitian Jenis kelamin,
Dengan Usia Rambe, mengetahui adalah observasiona usia, menopause
50 Tahun M.Ked(Pe faktor-faktor semua l dengan dini, dan diabetes
Keatas d),.SpA risiko pasien pendekatan melitus merupakan
Dirumah terjadinya dengan usia kasus kontrol faktor risiko
Sakit osteoporosis diatas 50 dengan terjadinya
Elisabeth pada pasien tahun di menggunaka osteoporosis pada
Medan 2016 di Rumah Rumah Sakit n catatan pasien di Rumah
Sakit Elisabeth medik di Sakit Elisabeth
Elisabeth Medan Rumah Sakit Medan.
Medan. periode bulan Elisabeth
juni Medan
sebanyak 82
orang.
Sampel pada
penelitian ini
berjumlah 48
responden
dengan
teknik
pengambilan
sampel yaitu
Consecutive

33
sampling
2 Faktor Faktor Seth Mart Tujuan Populasi Jenis Hasil dari
Terjadinya Christian penelitian ini dalam penelitian penelitian adalah
Osteoporosis Siahaan adaah untuk penelitian ini deskriptif Faktor-Faktor
Pada Lansia mengetahui adalah dengan terjadinya
Di Faktor-Faktor lansia di menggunaka Osteoporosis
Pusekesmas Terjadinya Puskesmas n desain berdasarkan usia,
Pancur Batu Osteoporosis Pancur Batu penelitian terdapat 33
Kab. Deli Pada Lansia Kab. Deli cross responden dengan
Serdang Di Serdang sectional usia 60-74 tahun
2019 Puskesmas tahun 2018 sebanyak 26 orang
Pancur Batu sebanyak (78,8%) dan usia
Kabupaten 123 orang. 75-90 tahun
Deli Serdang Sampel yang sebanyak 7 orang
Tahun 2019 akan (21,2%).
diteliti dalam Berdasarkan
penelitian ini konsumsi alkohol,
sebanyak 33 terdapat 33 orang
responden dengan tidak
dengan pernah konsumsi
teknik alkohol sebanyak
pengambilan 31 orang (93,9%)
sampel yaitu dan pernah
Random konsumsi alkohol
sampling sebanyak 2 orang
(6,1%).
Berdasarkan
kebiasaan
merokok, terdapat
33 orang dengan
tidak pernah
pernah merokok

34
sebanyakk 24
orang (72,7%),
pernah merokok
sebanyak 5 orang
(15,2%) dan masih
merokok sebanyak
4 orang (12,1%).
3 Faktor Faktor Leny Tujuan Populasi Penelitian ini Hasil penelitian ini
Penyebab Suarni penelitian ini dalam bersifat menunjukan bahwa
Terjadinya adaah untuk penelitian ini Deskriptif faktor-faktor
Penyakit mengetahui adalah dengan penyebab
Osteoporosis Faktor-Faktor seluruh rancangan terjadinya penyakit
Pada Lansia Penyebab penderita cross osteoporosis
Di UPT Terjadinya penyakit sectional adalah faktor
Pelayanan Penyakit osteoporosis kekurangan
Sosial Lanjut Osteoporosis di UPT kalsium sebanyak
Usia Di Pada Lansia pelayan 18 orang (72%),
Wilayah Di UPT sosial Lanjut faktor obat-obatan
Binjai 2017 Pelayanan Usia Binjai sebanyak 20 orang
Lanjut Usia sebanyak 25 (80%), faktor
Binjai Tahun orang . merokok dan
2017. Sampel mengkonsumsi
dalam alkohol sebanyak
penelitian ini 10 orang (40%),
adalah faktor kurang gerak
sebagian badan sebanyak
lansia yang 19 orang (76%),
berada di dan faktor penyakit
UPT sebanyak 15 orang
pelayanan (60%).
sosial
lanjut usia

35
yang
mengalami
penyakit
osteoporosis
sebanyak 25
orang
dengan
teknik
pengambilan
sampel yaitu
Total
sampling
4 Gambaran Sarmaida Tujuan Populasi Penelitian ini Hasil penelitian
Faktor Faktor Siregar penelitian ini dalam deskriptif dari 30 responden
Yang adaah untuk penelitian ini dengan yaitu mayoritas
Mempengaru mengetahui adalah menggunaka responden yang
hi Terjadinya Gambaran lansia yang n data menyatakan
Osteoporosis Faktor-faktor berada di primer gambaran
Pada Lansia Yang Panti Werdha faktor-faktor yang
Di Panti Mempengaru Guna mempengaruhi
Werdha hi Terjadinya Budi Bakti terjadinya
Yayasan Osteoporosis Medan osteoporosis pada
Guna Bakti Pada sebanyak 71 lansia si panti
Medan 2012 Lansia Di orang. werdha yayasan
Panti Werdha Sampel guna
Guna Budi adalah 30 budi bakti medan
Bakti Medan orang berdasarkan
dengan cara peningkatan usia
pengambilan sebanyak 15 orang
sampel yaitu (50%) dengan
Purposive kriteria tinggi,
sampling. sebanyak 11 orang

36
(37%) dengan
kriteria cukup
tinggi, dan
sebanyank 4 orang
(13%) dengan
kriteria
rendah.
berdasarkan
menopouse
dengan kriteria
tinggi sebanyak 10
orang (33%),
cukup tinggi
sebanyak
14 orang (47%),
sedangkan dengan
kriteria rendah
sebanyak 6 orang
(20%).
berdasarkan pola
makan
dengan kriteria
tinggi sebanyak 3
orang (10%),
cukup tinggi
sebanyak 12 orang
(40%), sedangkan
dengan kriteria
rendah sebanyak
15 orang (50%).
5 Risiko Rita Afni, Tujuan Populasi Metode pada Hasil penelitian ini
Osteoporosis Ahmad penelitian ini pada penelitian menunjukan bahwa

37
Pada Lansia Hanafi adaah untuk penelitian ini ini adalah Lansia yang
Di UPT Panti mengetahui sebanyak 75 penelitian berusia > 65 tahun
Sosial faktor-faktor orang . kuantitatif berisiko 9 kali
Tresna yang Seluruh dengan untuk mengalami
Werdha mempengaru populasi desain osteoporosis
Khusnul hi dalam penelitian dibandingkan
Khotimah risiko penelitian ini cross lansia yang
Pekanbaru osteoporosis dijadikan sectional berusia ≤ 65 tahun
2019 pada lansia sampel study dan Lansia yang
di UPT sebanyak 75 berjenis kelamin
PSTW responden perempuan
Khusnul dengan berisiko 4 kali
Khotimah teknik untuk
Pekanbaru pengambilan mengalami
sampel yaitu osteoporosis
Total dibandingkan
sampling lansia yang
berjenis kelamin
laki-laki
6 Faktor Faktor Inri Tujuan Populasi Jenis Hasil penelitian
Yang Wahyuni, penelitian ini dalam penelitian ini menunjukkan usia,
Mempengaru Suarnianti, adaah untuk penelitian ini adalah jenis kelamin, dan
hi Terjadinya H. Ibrahim mengetahui adalah Analitik keturunan
Osteoporosis pengaruh yang Correlative berpengaruh
Pada antara usia, terdeteksi dengan terhadap terjadinya
Kelompok jenis kelamin, osteoporosis rancangan osteoporosis pada
Lansia dan di kelompok Cross lansia
Puskesmas keturunan lansia yang Sectional
Batua dengan berjumlah
Makassar terjadinya 290 orang.
2014 Osteoporosis Sampel
pada dalam

38
kelompok penelitian ini
lansia di berjumlah 75
Puskesmas orang Lansia
Batua yang
Makassar. didapatkan
dengan
menggunaka
n teknik Total
sampling
7 Faktor-faktor Helfrida Tujuan Populasi Rancangan Hasil penelitian
yang Situmoran penelitian ini dalam penelitian menggambarkan
berhubungan g adalah untuk penelitian ini yang bahwa responden
dengan mengetahui adalah digunakan sebagian besar
kejadian faktor-faktor semua yaitu berumur 51-65
osteoporosis yang pasien rancangan tahun sebanyak 27
2020 berhubungan osteoporosis atau desain orang (60%).
dengan dengan usia penelitian Jenis kelamin
kejadian diatas 45 yang bersifat responden
osteoporosis tahun yang deskriptif sebagian besar
berobat di korelasional wanita sebanyak
Puskesmas 37 orang
Gunting (82.2%%).Riwayat
Saga Kec. keluarga
Kualuh responden
Selatan Kab sebagian besar
Labuhan berstatus tidak ada
Batu Utara riwayat
sebanyak 45 osteoporosis
orang. sebanyak 31 orang
Metode (68.9%).Indeks
pengambilan masa tubuh
sampel yang responden

39
digunakan sebagian besar
dengan Indeks masa tubuh
teknik total lebih sebanyak 34
sampling orang
yaitu sama (75.6%).Merokok
dengan responden
populasi sebagian besar
adalah kategori tidak
sebanyak 45 merokok sebanyak
orang 32 orang
(71.7%).Aktivitas
fisik responden
sebagian besar
kategori aktivitas
fisik mandiri
sebanyak 38
orang (84.4%)
8 Risk factors Daisuke Tujuan dari 255 orang 43 menggunaka Hasil penelitian
for Asaoka, penelitian ini responden n desain menunjukkan
osteoporosis Akihito adalah untuk Quota studi cross- bahwa Usia lanjut,
in Japan: is it Nagahara, mengetahui sampling sectional BMI rendah, BAP,
associated Yuji faktor risiko dan H. pylori positif
with Shimada, osteoporosis merupakan faktor
Helicobacter Kenshi dan apakah risiko osteoporosis;
pylori? 2015 Matsumot infeksi oleh namun,
o, Hiroya atau keberhasilan
Ueyama, pemberantas pemberantasan H.
Kohei an pylori bukan
Matsumot Helicobacter merupakan faktor
o, Yuta pylori risiko osteoporosis
Nakagawa berhubungan di Jepang.
, Tsutomu dengan

40
Takeda, osteoporosis.
Ippei
Tanaka,
Hitoshi
Sasaki,
Taro
Osada,
Mariko
Hojo, and
Sumio
Watanabe
9 Risk Factors Radojka Tujuan dari Kelompok Studi ini Hasil penelitian
for Bijelic, penelitian ini kasus terdiri dilakukan menunjukkan
Osteoporosis Snjezana adalah untuk dari 100 sebagai studi bahwa merokok
in Milicevic, menentukan wanita usia kasus dan merupakan faktor
Postmenopa and apakah postmenopau kontrol (case risiko independen
usal Women Jagoda merokok, se, dimana control) untuk osteoporosis
2017 Balaban minum kopi dengan pada wanita
dan alkohol metode pascamenopause,
pada wanita DEXA baru dan aktivitas fisik
menopause didiagnosis merupakan faktor
berkontribusi osteoporosis pelindung untuk
terhadap di Klinik retensi massa
pengurangan Endokrinologi tulang. Melalui
massa tulang , Diabetes pendidikan dan
dan dan Penyakit tindakan
osteoporosis, Metabolik, pencegahan
serta dampak University tertentu harus
aktivitas fisik Medical ditekankan
pada massa Center RS pentingnya faktor-
tulang. selama 2015- faktor ini pada
2016, kesehatan tulang

41
sedangkan sejak awal.
kelompok
kontrol terdiri
dari 100
wanita dalam
usia
pascamenop
ause tanpa
didiagnosis
osteoporosis.
10 Prevalence Limin Tujuan dari Populasi Metode pada Hasil penelitian
of Tian, penelitian ini pada penelitian ini adalah Risiko
osteoporosis Ruifei adalah untuk penelitian ini menggunaka osteoporosis
and related Yang, mengetahui sebnyak n study secara signifikan
lifestyle and Lianhua prevalensi 3359 wanita cross- berhubungan
metabolic Wei, Jing osteoporosis pascamenop sectional dengan usia, usia
factors of Liu, Yan dan risiko ause dan menopause, tahun
postmenopau Yang, wanita 3205 pria sejak menopause,
sal women Feifei pascamenop lanjut usia IMT, dan tingkat
and elderly Shao, ause dan pria yang dipilih pendidikan pada
men 2017 Wenjuan lanjut usia di menggunaka wanita
Ma, provinsi n metode pascamenopause.
Tingting Gansu. random Pada pria lanjut
Li, Yu sampling dari usia, osteoporosis
Wang, 7 wilayah di dikaitkan dengan
and Provinsi usia, BMI, merokok
Tiankang Gansu saat ini, konsumsi
Guo alkohol, aktivitas
fisik, dan paparan
sinar matahari.
Setelah
penyesuaian untuk

42
usia, tinggi badan,
berat badan, dan
durasi menopause,
data saat ini
menunjukkan
bahwa tingkat OC
dan -CTX yang
lebih tinggi
dikaitkan dengan
BMD yang lebih
rendah. Status
25(OH)D, Ca
serum, dan P yang
buruk tidak terkait
dengan
peningkatan risiko
BMD rendah.

Table 4.1 menjelaskan bahwa terdapat sepuluh jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI RISIKO OSTEOPOROSIS PADA LANSIA yang terbit pada jurnal
nasional dan jurnal internasional mulai tahun 2012 hingga tahun 2020 dengan rincian
sebagai berikut : 1 jurnal penelitian menggunakan observasional dengan pendekatan
case control, 2 jurnal penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan cross
sectional, 1 jurnal penelitian menggunakan deskriptif dengan pendekatan case control,
1 jurnal penelitian menggunakan kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, 1
jurnal penelitian menggunakan analitik dengan pendekatan cross sectional, 1 jurnal
penelitian deskriptif dengan pendekatan korelasional, 2 jurnal penelitian menggunakan
pendekatan cross sectional, dan 1 jurnal penelitian menggunakan pendekatan case
control. 10 jurnal diterbitkan pada jurnal terindeks seperti google scholar dan lain-lain.
Nama-nama jurnal yaitu : Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia
50 Tahun Keatas Dirumah Sakit Elisabeth Medan 2016, Faktor Faktor Terjadinya
Osteoporosis Pada Lansia Di Pusekesmas Pancur Batu Kab. Deli Serdang 2019,

43
Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia Di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai 2017, Gambaran Faktor Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna
Bakti Medan 2012, Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru 2019, Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Terjadinya Osteoporosis Pada Kelompok Lansia Puskesmas Batua Makassar 2014,
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis 2020, Risk factors for
osteoporosis in Japan: is it associated with Helicobacter pylori? 2015, Prevalence of
osteoporosis and related lifestyle and metabolic factors of postmenopausal women and
elderly men 2017, dan Risk Factors for Osteoporosis in Postmenopausal Women 2017

B. Persamaan Jurnal
A. Berdasarkan tujuan penelitian dalam penulisan karya ilmiah dengan judul “Faktor-
faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia” menggunakan jurnal review,
persamaan ke 8 jurnal tersebut memiliki tujuan yang sama yaitu sama sama untuk
mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia , adapun judul
jurnal tersebut antara lain
1. dr. Syafrida Hiliya Rambe, M.Ked(Ped),.SpA (2016)
” Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia 50 Tahun Keatas
Dirumah Sakit Elisabeth Medan “
2. Seth Mart Christian Siahaan (2019)
“ Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Pusekesmas Pancur
Batu Kab. Deli Serdang “
3. Leny Suarni (2017)
“ Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai “
4. Sarmaida Siregar (2012)
“ Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada
Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna Bakti Medan “
5. Rita Afni, Ahmad Hanafi (2019)
“ Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Pekanbaru “

44
6. Inri Wahyuni, Suarnianti, H. Ibrahim (2014)
“ Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Kelompok
Lansia Puskesmas Batua Makassar “
7. Helfrida Situmorang (2020)
“ Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis “
8. Radojka Bijelic, Snjezana Milicevic, and Jagoda Balaban (2017)
“ Risk Factors for Osteoporosis in Postmenopausal Women “

B. Berdasarkan metode penelitian dalam penulisan karya ilmiah dengan judul “Faktor-
faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia” menggunakan jurnal review,
peneliti menemukan 2 jurnal yang memiliki persamaan dalam hal jenis penelitian yaitu
sama sama menggunakan metode Deskriptif dengan desain cross sectional , adapun
judul jurnal tersebut antara lain
1. Seth Mart Christian Siahaan (2019)
“ Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Pusekesmas Pancur
Batu Kab. Deli Serdang “
2. Leny Suarni (2017)
“ Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai “
Adapun pengertian dari penelitian Deskriptif dengan desain Cross Sectional
adalah :
Penelitian Deskriptif yaitu penelitian yang betujuan untuk mendeskripsikan sifat
atau karakteristik dari suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat ini tanpa
memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.
Desain Cross Sectional (survey potongsilang), yaitu pengukuran tentang
pengetahuan dilakukan dalam waktu yang bersamaan pada saat pembagian kuesioner.
(Notoatmodjo, 2012 dalam Seth M).

C. Berdasarkan cara pengambilan dalam penulisan karya ilmiah dengan judul “Faktor-
faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia” menggunakan jurnal review,

45
peneliti mendapatkan 5 Jurnal yang memiliki persamaan dalam cara pengambilan
sampel yaitu Total Sampling adapun judul penelitian tersebut adalah
1. Leny Suarni (2017)
“ Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai “
2. Rita Afni, Ahmad Hanafi (2019)
“ Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Pekanbaru “
3. Inri Wahyuni, Suarnianti, H. Ibrahim (2014)
“ Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Kelompok
Lansia Puskesmas Batua Makassar “
4. Helfrida Situmorang (2020)
“ Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis “
5. Radojka Bijelic, Snjezana Milicevic, and Jagoda Balaban (2017)
“ Risk Factors for Osteoporosis in Postmenopausal Women “

D. Berdasarkan hasil penelitian dalam penulisan karya ilmiah dengan judul “Faktor-
faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia” menggunakan jurnal review,
peneliti menemukan ada 8 Jurnal yang memiliki persamaan dalam menunjukkan hasil
yang sama yaitu sama sama terdapat “Usia merupakan faktor penyebab terjadinya
osteoporosis ” adapun judul penelitian tersebut adalah
1. dr. Syafrida Hiliya Rambe, M.Ked(Ped),.SpA (2016)
” Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia 50 Tahun Keatas
Dirumah Sakit Elisabeth Medan “ terdapat Usia merupakan faktor risiko
terjadinya osteoporosis pada pasien di Rumah Sakit Elisabeth Medan.
2. Seth Mart Christian Siahaan (2019)
“ Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Pusekesmas Pancur
Batu Kab. Deli Serdang “ terdapat Osteoporosis berdasarkan usia, terdapat 33
responden dengan usia 60-74 tahun sebanyak 26 orang (78,8%) dan usia 75-
90 tahun sebanyak 7 orang (21,2%).
3. Sarmaida Siregar (2012)

46
“ Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada
Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna Bakti Medan “ terdapat berdasarkan
peningkatan usia sebanyak 15 orang (50%) dengan kriteria tinggi, sebanyak 11
orang (37%) dengan kriteria cukup tinggi, dan sebanyank 4 orang (13%)
dengan kriteria rendah.
4. Rita Afni, Ahmad Hanafi (2019)
“ Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Pekanbaru “ terdapat yang berusia > 65 tahun berisiko 9 kali
untuk mengalami osteoporosis dibandingkan lansia yang
berusia ≤ 65 tahun
5. Inri Wahyuni, Suarnianti, H. Ibrahim (2014)
“ Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Kelompok
Lansia Puskesmas Batua Makassar “ terdapat usia berpengaruh terhadap
terjadinya osteoporosis pada lansia
6. Helfrida Situmorang (2020)
“ Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis “ terdapat
sebagian besar berumur 51-65 tahun sebanyak 27 orang (60%).
7. Daisuke Asaoka, Akihito Nagahara, Yuji Shimada, Kenshi Matsumoto, Hiroya
Ueyama, Kohei Matsumoto, Yuta Nakagawa, Tsutomu Takeda, Ippei Tanaka,
Hitoshi Sasaki, Taro Osada, Mariko Hojo, and Sumio Watanabe (2015)
“ Risk factors for osteoporosis in Japan: is it associated with Helicobacter
pylori? ” terdapat Usia lanjut merupakan faktor risiko osteoporosis;
8. Limin Tian, Ruifei Yang, Lianhua Wei, Jing Liu, Yan Yang, Feifei Shao,
Wenjuan Ma, Tingting Li, Yu Wang, and Tiankang Guo (2015)
“ Prevalence of osteoporosis and related lifestyle and metabolic factors of
postmenopausal women and elderly men “ terdapat Risiko osteoporosis secara
signifikan berhubungan dengan usia

C. Perbedaan jurnal
Berdasarkan metode penelitian dalam penulisan karya ilmiah dengan judul
“Faktor- faktor yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia” menggunakan

47
jurnal review, ditemukan Perbedaan dari jurnal penelitian yang telah ditelaah oleh
peneliti berdasarkan studi literature review sebagai berikut:

1. dr. Syafrida Hiliya Rambe, M.Ked(Ped),.SpA (2016)


” Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia 50 Tahun Keatas
Dirumah Sakit Elisabeth Medan “
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 25 responden.
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan wawancara dan data sekunder yang di dapat dari catatan
medik pasien di Rumah Sakit Elisabeth Medan
2. Seth Mart Christian Siahaan (2019)
“ Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Pusekesmas Pancur
Batu Kab. Deli Serdang “
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 33 responden
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner dan data yang diperoleh dari Puskesmas Pancur
Batu Kab.Deli Serdang
 Dalam penelitian ini menggunakan pengolahan data yang tertata rapi mulai
dari editing,coding,entry,dan tabulating
3. Leny Suarni (2017)
“ Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai “
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 25 responden
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan Kuesioner
 Dalam penelitian ini referensi yang digunakan untuk daftar pustaka sedikit
berjumlah 7 judul daftar pustaka
4. Sarmaida Siregar (2012)
“ Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada
Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna Bakti Medan “
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 30 responden

48
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner,dokumentasi,dan badan instansi di Panti Werdha
Yayasan Guna Bakti Medan
 Dalam penelitian ini referensi yang digunakan untuk daftar pustaka sedikit
berjumlah 5 judul daftar pustaka
5. Rita Afni, Ahmad Hanafi (2019)
“ Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Pekanbaru “
 Dalam penelitian ini disusun oleh 2 orang peneliti diantaranya adalah Rita
Afni dan Ahmad Hanafi
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 75 responden
6. Inri Wahyuni, Suarnianti, H. Ibrahim (2014)
“ Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Kelompok
Lansia Puskesmas Batua Makassar “
 Dalam penelitian ini disusun oleh 3 orang peneliti diantaranya adalah Inri
Wahyuni, Suarnianti, dan H. Ibrahim
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 75 responden
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner
7. Helfrida Situmorang (2020)
“ Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis “
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 75 responden
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner
8. Daisuke Asaoka, Akihito Nagahara, Yuji Shimada, Kenshi Matsumoto, Hiroya
Ueyama, Kohei Matsumoto, Yuta Nakagawa, Tsutomu Takeda, Ippei Tanaka,
Hitoshi Sasaki, Taro Osada, Mariko Hojo, and Sumio Watanabe (2015)
“ Risk factors for osteoporosis in Japan: is it associated with Helicobacter
pylori? ”
 Dalam penelitian ini disusun oleh 13 orang peneliti diantaranya adalah
Daisuke Asaoka, Akihito Nagahara, Yuji Shimada, Kenshi Matsumoto,
Hiroya Ueyama, Kohei Matsumoto, Yuta Nakagawa, Tsutomu Takeda,

49
Ippei Tanaka, Hitoshi Sasaki, Taro Osada, Mariko Hojo, and Sumio
Watanabe
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 43
responden
9. Radojka Bijelic, Snjezana Milicevic, and Jagoda Balaban (2017)
“ Risk Factors for Osteoporosis in Postmenopausal Women “
 Dalam penelitian ini disusun oleh 3 orang peneliti diantaranya adalah
Radojka Bijelic, Snjezana Milicevic, dan Jagoda Balaban
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 200
responden
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner Bone Mineral Density Questionnaire- Female
of the Asosiasi Irlandia
10. Limin Tian, Ruifei Yang, Lianhua Wei, Jing Liu, Yan Yang, Feifei Shao,
Wenjuan Ma, Tingting Li, Yu Wang, and Tiankang Guo (2015)
“ Prevalence of osteoporosis and related lifestyle and metabolic factors of
postmenopausal women and elderly men “
 Dalam penelitian ini disusun oleh 10 orang peneliti diantaranya adalah
Limin Tian, Ruifei Yang, Lianhua Wei, Jing Liu, Yan Yang, Feifei Shao,
Wenjuan Ma, Tingting Li, Yu Wang, and Tiankang Guo
 Dalam penelitian ini Cara pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan kuesioner
 Dalam penelitian ini mencantumkan jumlah sampel sebanyak 200
responden

D. Kelebihan Jurnal
A. Berdasarkan penelitian dalam penulisan karya ilmiah dengan judul “Faktor- faktor
yang mempengaruhi osteoporosis pada lansia” menggunakan jurnal review,
ditemukan Kelebihan Jurnal tersebut antara lain :
1. dr. Syafrida Hiliya Rambe, M.Ked(Ped),.SpA (2016)
” Faktor Risiko Osteoporosis Pada Pasien Dengan Usia 50 Tahun Keatas
Dirumah Sakit Elisabeth Medan “

50
 Memiliki kelebihan penulisan jurnal lengkap yaitu abstrak, pendahuluan,
bahan dan metode, hasil dan pembahasan, terdapat abstrak yang ditulis
dalam bahasa Indonesia beserta kata kunci. Pada jurnal ini
menggunakan analisa univariat dan analisa multivariat serta
menjelaskan secara singkat, padat dan jelas hasil penelitiannya.
2. Seth Mart Christian Siahaan (2019)
“ Faktor Faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di Pusekesmas Pancur
Batu Kab. Deli Serdang “
 Memiliki kelebihan penulisan jurnal lengkap yaitu abstrak, pendahuluan,
bahan dan metode, hasil dan pembahasan, terdapat abstrak yang ditulis
dalam bahasa Indonesia beserta kata kunci. Pada jurnal ini
menggunakan analisa univariat dengan tabel distribusi frekuensi, tabel
distribusi frekuensi silang sehingga lebih mempermudah pembaca
dalam memahami isi jurnal.
3. Leny Suarni (2017)
“ Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada Lansia Di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai “
 Memiliki kelebihan penulisan jurnal lengkap yaitu abstrak, pendahuluan,
bahan dan metode, hasil dan pembahasan, terdapat abstrak yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris beserta kata kuncinya.
Pada jurnal ini menggunakan tabel distribusi responden sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami isi jurnal.
4. Sarmaida Siregar (2012)
“ Gambaran Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada
Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna Bakti Medan “
 Memiliki kelebihan penulisan jurnal lengkap yaitu abstrak, pendahuluan,
bahan dan metode, hasil dan pembahasan, terdapat abstrak yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris beserta kata kuncinya.
Pada jurnal ini menggunakan tabel distribusi responden sehingga
memudahkan pembaca dalam memahami isi jurnal.
5. Rita Afni, Ahmad Hanafi (2019)

51
“ Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna Werdha
Khusnul Khotimah Pekanbaru “
 Memiliki kelebihan penulisan jurnal lengkap yaitu abstrak, pendahuluan,
bahan dan metode, hasil dan pembahasan, terdapat abstrak yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris beserta kata kuncinya.
Pada jurnal ini menggunakan tabel analisa univariat, tabel analisa
bivariat dan tabel analisa multivariat sehingga memudahkan pembaca
dalam memahami isi jurnal. Terdapat kesimpulan dan saran dalam
penelitian ini
6. Inri Wahyuni, Suarnianti, H. Ibrahim (2014)
“ Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis Pada Kelompok
Lansia Puskesmas Batua Makassar “
 Memiliki kelebihan penulisan jurnal lengkap yaitu abstrak, pendahuluan,
bahan dan metode, hasil dan pembahasan, terdapat abstrak yang ditulis
dalam bahasa Indonesia beserta kata kunci. Pada jurnal ini
menggunakan analisa univariat dengan tabel distribusi frekuensi, tabel
distribusi frekuensi silang sehingga lebih mempermudah pembaca
dalam memahami isi jurnal. Terdapat kesimpulan dan saran dalam
penelitian ini.
7. Helfrida Situmorang (2020)
“ Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian osteoporosis “
 Memiliki kelebihan penulisan jurnal lengkap yaitu abstrak, pendahuluan,
bahan dan metode, hasil dan pembahasan, terdapat abstrak yang ditulis
dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris beserta kata kuncinya.
Penulis memaparkan dengan jelas hasil penelitian sehingga pembaca
mudah untuk memahaminya. Terdapat kesimpulan dan saran dalam
penelitian ini.
8. Daisuke Asaoka, Akihito Nagahara, Yuji Shimada, Kenshi Matsumoto, Hiroya
Ueyama, Kohei Matsumoto, Yuta Nakagawa, Tsutomu Takeda, Ippei Tanaka,
Hitoshi Sasaki, Taro Osada, Mariko Hojo, and Sumio Watanabe (2015)
“ Risk factors for osteoporosis in Japan: is it associated with Helicobacter
pylori? ”

52
 Abstrak ditulis secara lengkap dan jelas mulai dari latar
belakang,metode penelitian, hasil penelitian dan kesimpulan, Hasil
dalam penelitian digambarkan dalam bentuk tabel sehingga lebih jelas
dan ringkas
9. Radojka Bijelic, Snjezana Milicevic, and Jagoda Balaban (2017)
“ Risk Factors for Osteoporosis in Postmenopausal Women “
 Abstrak ditulis secara lengkap dan jelas mulai dari latar
belakang,metode penelitian, hasil penelitian dan kesimpulan, Hasil
dalam penelitian digambarkan dalam bentuk tabel sehingga lebih jelas
dan ringkas
10. Limin Tian, Ruifei Yang, Lianhua Wei, Jing Liu, Yan Yang, Feifei Shao,
Wenjuan Ma, Tingting Li, Yu Wang, and Tiankang Guo (2015)
“ Prevalence of osteoporosis and related lifestyle and metabolic factors of
postmenopausal women and elderly men “
 Abstrak ditulis secara lengkap dan jelas mulai dari latar
belakang,metode penelitian, hasil penelitian dan kesimpulan, Hasil
dalam penelitian digambarkan dalam bentuk tabel sehingga lebih jelas
dan ringkas.

53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil studi literature review dengan metode deskriptif menggunakan 10 jurnal
diantaranya 7 jurnal nasional dan 3 jurnal internasional, ditemukan kesimpulan hasil
berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai “Faktor- faktor yang
mempengaruhi osteoporosis pada lansia” yaitu bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi risiko osteoporosis yang dapat diubah pada lansia yang paling dominan
adalah faktor usia 78,8% dan faktor risiko yang dapat diubah adalah penggunaan obat-
obatan 80%

B. Saran
1. Bagi Keluarga
Pencegahan terhadap osteoporosis sebaiknya dilakukan sedini mungkin
mengingat usia merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya
osteoporosis.
2. Bagi Penderita Osteoporosis
Bila ada riwayat keluarga yang terkena osteoporosis ataupun riwayat patah
tulang (fraktur), sebaiknya dengan cara merubah pola hidup, terutama rajin
mengkomsumsi Vit D dan yang mengandung kalsium, serta rajin olahraga yang
teratur, hindari merokok, hindari minuman yang beralkohol dan hindari diet
yang buruk.
3. Bagi Perawat
Diharapkan agar tenaga medis dapat memberikan penjelasan dan penyuluhan
kepada lansia tentang faktor penyebab Osreoporosis dan pencegahannya.

54
Daftar Pustaka

Bustan, M. N. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta :


Rineka Cipta .
Daisuke Asaoka et, a. (2015). Risk factors for osteoporosis in Japan: is it associated
with Helicobacter pylori? Journal Of The Academy Of Medical Science In
Bosnia And Herzegovina.
Dr. Syafrida Hiliya Rambe, M. (2016). Faktor Resiko Osteoporosis Pada Pasien
Dengan Usia 50 Tahun Ke atas Di Rumah Sakit Elisabeth Medan .
Keperawatan Flora , 111.
Indonesia, K. K. (2019, Juli 4). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia . Dipetik
November 20, 2020, dari Kemenkes.go.id :
https://www.kemkes.go.id/article/view/19070500004/indonesia-masuki-periode-
aging-population.html
Inri Wahyuni, S. H. (2014). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Osteoporosis
Pada Kelompok Lansia Di Puskesmas Batua Makassar . Ilmiah Kesehatan
Diagnosis , 201.
Limin Tian, R. Y. (2017). Prevelance of osteporosis and related lifestyle and metabolic
factors of postmenopausal women and elderly man . Journal Of The Academy
Of Medical Science In Bosnia And Herzegovina.
Ode, S. L. (2012). Asuhan Keperawatan Gerontik . Yogyakarta : Nuha Medika .
Pertiwi, S. W. (2020, September 21). Media Indonesia . Dipetik Desember 02, 2020,
dari Mediaindonesia.com:
https://mediaindonesia.com/humaniora/346598/tahun-ini-jumlah-lansia-106-
dari-populasi-indonesia
Radojka Bijelic et, a. (2017). Risk Factors for Osteoporosis in Postmenopausal
Women. Journal Of The Academy Of Medical Science In Bosnia And
Herzegovina.
Ramadani, M. (2010). Faktor-faktor Resiko Osteopororsis dan Upaya Pencegahannya .
Kesehatan Masyarakat , 113.
Rita Afni, A. H. (2019). Risiko Osteoporosis Pada Lansia Di UPT Panti Sosial Tresna
Werdha Khusnul Khotimah Pekanbaru . Journal Of Midwifery Science, 16.

55
Siahaan, S. M. (2019). Faktor-faktor Terjadinya Osteoporosis Pada Lansia Di
Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli Serdang . 1.
Siregar, S. (2012). Gambaran Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya
Osteoporosis Pada Lansia Di Panti Werdha Yayasan Guna Budi Bakti Medan .
Ilmiah Keperawatan IMELDA , 94.
Suarni, L. (2017). Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Osteoporosis Pada
Lansia Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Di Wilayah Binjai. Riset Hesti
MEdan, 61.
Sunaryati, S. S. (2020). 14 Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan .
Yogyakarta : FlashBooks.
W, P. F. (2018). Lanjut Usia Perspektif dan Masalah . Surabaya : UM Surabaya .

56
LEMBAR KONSULTASI
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL KTI : LITERATUR REVIEW : FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI OSTEOPOROSIS PADA
LANSIA TAHUN2021
NAMA MAHASISWA : MELLY VERONICA SIMANJUNTAK
NIM : PO7520118082
NAMA PEMBIMBING : Dra. Indrawati,S.Kep.,Ns.,M.Psi

PARAF
NO TANGGAL REKOMENDASI PEMBIMBING MAHASISWA PEMBIMBING

1 26/09/2019 Konsultasi Judul KTI

2 27/09/2019 Acc Judul KTI

3 01/12/2020 Konsul Bab I

4 11/02/2021 Bab I (Perbaikan)

5 23/02/2021 ACC Bab I, Konsul Bab II

6 08/03/2021 Bab II (Perbaikan)

7 24/05/2021 ACC Bab II, Konsul Bab III

57
8 31/05/2021 ACC Proposal

9 03/06/2021 Revisi Proposal

10 07/06/2021 Konsul Bab IV

11 11/06/2021 ACC Bab IV, Konsul Bab V

12 05/07/2021 ACC Bab V, Konsul Abstrak

13 07/10/2021 Revisi KTI

14 08/10/2021 ACC KTI

Medan, ..................................... 20 ..

Mengetahui
Ketua Prodi DIII

(Afniwati, S.Kep, Ns, M.Kes)


NIP.19661010198903200

58
59

Anda mungkin juga menyukai