UNIVERSITAS ANDALAS
Oleh:
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
TAHUN 2021
OLEH:
Hasil penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan
Universitas Andalas
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas Pada Tanggal 2021
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I
Penguji II
Penguji III
DATA MAHASISWA
JUDUL PENELITIAN:
Padang, 2021
Mengetahui, Mengesahkan,
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan :
Padang, 2021
E-mail : ulfafadhilafarhan99@gmail.com
Riwayat Pendidikan :
ABSTRAK
Tujuan Penelitian
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini remaja
sangat butuh dampingan orang tua terutama ibu dalam memberikan pendidikan dan
pengawasan sehingga anak terhindar dari tindak kejahatan kekerasan seksual. Tahun 2019,
Kecamatan Kuranji memiliki 5 kasus kekerasan seksual pada anak tertinggi di Kota Padang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu
dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan
Kuranji Kota Padang tahun 2021.
Metode
Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Agustus 2021. Populasi pada penelitian ini seluruh ibu di wilayah RW 08 Kelurahan
Anduring sebanyak 268, dengan sampel sebanyak 69 ibu. Pengambilan data pada penelitian
ini dengan menggunakan angket. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan
multivariat.
Hasil
Berdasarkan hasil uji bivariat didapatkan hasil nilai p-value: tingkat pengetahuan p= 0,000,
sikap p= 0,012, tingkat pendidikan p= 0,356, paparan media informasi p= 0,005, dan peran
masyarakat p= 0,000. Hasil analisis multivariat didapatkan variabel yang paling
berhubungan dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja yaitu
tingkat pengetahuan ibu dengan POR= 18,041.
Kesimpulan
Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, paparan media informasi dan
peran masyarakat dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di
RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021. Variabel yang
paling berpengaruh yaitu tingkat pengetahuan ibu, untuk itu diharapkan agar ibu lebih giat
dalam mencari informasi dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai pencegahan
kekerasan seksual pada anak.
i
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY
ABSTRACT
Purpose
Adolescent is a time of transition from childhood to adult. In this period need more guidance
from parents especially mother that making adolescent avoid sexual crime. In 2019, Kuranji
had 5 cases of sexual crime for childhood in Padang. The purpose of this study was to know
the factors related to mother preventive measure of sexual violence for adolescent in RW 08
Ward Anduring Subdistrict Kuranji Padang In 2021.
Methods
The design of the research is cross sectional. This research was conducted in February-
August 2021. Population in this study is all of mother in RW 08 Ward Anduring there were
268 and for the sample were 69 mothers. Data were collected by questionnaire. The analysis
used was univariate, bivariate and multivariate.
Results
Based on the results of bivariate got that p-value is: knowledge p= 0,000, attitude p= 0,012,
education p= 0356, information media exposure p= 0,005, and community role p= 0,000.
Based on the results of multivariate got that the variable most related to mother preventive
measure of sexual violence is knowledge with POR= 18,041.
Conclusions
There is a significant relationship between knowledge, attitude, information media exposure,
and community role in mother preventive measure of sexual violence for adolescent in RW
08 Ward Anduring Subdistrict Kuranji Padang In 2021. Variable that most related is
mother’s knowledge, its hoped that mother will increase their knowledge about preventing
sexual violence in children.
Bibliography : 45 (2003-2021)
Keywords : Mother, preventive measure, sexual violence, adolescent
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
Hasil penelitian skripsi ini merupakan salah satu rangkaian dari proses pendidikan
Universitas Andalas.
Penulis menyadari dalam penyusunan hasil penelitian ini tidak akan selesai
tanpa bantuan dari berbagai pihak yang ikut serta dalam peneleitian ini. Karena itu,
pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
3. Ibu Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM selaku Ketua Jurusan Ilmu
4. Ibu Dr. Mery Ramadani, SKM, MKM selaku Ketua Prodi S1 Ilmu
5. Ibu Dr. Yessy Markolinda, S.Si, M.Repro selaku Ketua Bidang Ilmu
iii
penulis dalam menyelesikan penelitian skripsi dan memberikan arahan
dengan sabar
6. Ibu Hamidatul Yuni, S.ST, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan
7. Ibu Siti Nurhasanah, S.ST, M.Kes selaku penguji III yang telah
8. Ibu Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes selaku Pembiming Akademik yang
kepada penulis
10. Teristimewa untuk Ayah, Bunda, Adik-adikku dan keluarga yang telah
11. Teman – teman dan semua pihak yang telah membantu baik secara
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
materi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, demi kesempurnaan proposal
ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya
membangun. Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
dan penerus mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat, sebagai salah satu media
pembelajaran.
Padang, 2021
iv
DAFTAR ISI
v
2.11 Kerangka Konsep............................................................................................35
2.12 Hipotesis Penelitian.........................................................................................36
BAB 3: METODE PENELITIAN...........................................................................38
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................................38
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................38
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................38
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................................40
3.5 Definisi Operasional.........................................................................................41
3.6 Uji Validitas dan Realibilitas...........................................................................43
3.7 Teknik Pengolahan Data...................................................................................47
3.8 Analisis Data.....................................................................................................48
BAB 4: HASIL..........................................................................................................50
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................50
4.2 Karakteristik Responden...................................................................................50
4.3 Analisis Univariat.............................................................................................51
4.4 Analisis Bivariat................................................................................................60
4.5 Analisis Multivariat...........................................................................................64
BAB 5: PEMBAHASAN..........................................................................................66
5.1 Keterbatasan Penelitian.....................................................................................66
5.2 Analisis Univariat.............................................................................................66
5.3 Analisis Bivariat................................................................................................71
5.6 Analisis Multivariat...........................................................................................79
BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................81
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................81
6.2 Saran..................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................84
LAMPIRAN..............................................................................................................87
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4. 19 Hubungan Paparan Media Informasi Dengan Tindakan Ibu Dalam
Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja............................................................62
Tabel 4. 20 Hubungan Peran Masyarakat Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan
Kekerasan Seksual Pada Remaja................................................................................63
Tabel 4. 21 Variabel Kandidat Analisis Multivariat...................................................64
Tabel 4. 22 Full Model Analisis Multivariat Variabel Yang Paling Mempengaruhi
Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja..........................64
Tabel 4. 23 Pemodelan Multivariat............................................................................65
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR ISTILAH
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1: PENDAHULUAN
pendewasaan diri. Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja
adalah 10-19 tahun. Menurut Kemenkes RI No. 25 tahun 2014, remaja merupakan
usia dalam rentang 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), remaja adalah usia dalam rentang 10-24 tahun dan
belum menikah.(1)
Pendidikan kesehatan reproduksi saat ini masih dianggap hal yang tabu untuk
dibicarakan dan masih banyak orang tua yang enggan dan merasa canggung untuk
kesehatan reproduksi pada anak harus dimulai sejak kecil sehingga saat usia remaja
tindakan paksaan yang mengarah pada seksualitas seseorang oleh siapapun tanpa
melihat keadaan korban dan hubungan dengan korban, hal ini tidak terbatas di
lingkungan rumah maupun pekerjaan. Hal yang termasuk dengan paksaan berupa
Berdasarkan data dari Infodatin (2018) dilaporkan bahwa rata-rata 50% atau
lebih dari 1 milyar anak di dunia yang berusia 2-17 tahun mengalami kekerasan fisik,
1
2
seksual, emosional, dan penelantaran di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Utara
Hasil survei yang dilakukan WHO (2016) dilaporkan bahwa, 1 dari 4 orang
seksual pada satu tahun terakhir, dan sebanyak 37% dari negara anggota WHO
menerapkan intervensi pencegahan kejadian kekerasan seksual pada skala yang lebih
besar.(4)
bulan Juni 2015 melakukan survei terhadap 190 perempuan dan anak perempuan di
Dara’a dan Quneitra, hasil yang ditemukan bahwa 40% dari mereka telah mengalami
disana menceritakan bahwa mereka mendapat perlakuan tersebut dari para penyalur
perlunya pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja di enam belas negara Eropa
seperti lima negara mewajibkan, enam negara menerima dan mensahkannya tetapi
tidak menerapkan di sekolah, dua negara menerima pendidikan seks tetapi tidak
bahwa remaja mendapat pendidikan seks tidak akan berhubungan seks, tetapi
3
Penelitian lainnya menyatakan bahwa yang peran orang tua sangat penting
telah dilakukan kepada 499 pasangan ibu dan anak remaja putri membuktikan bahwa
seringnya percakapan yang terjadi anatara ibu dan anak akan meningkatkan rasa
masalah kesehatan reproduksi. Sekitar 15 juta remaja per tahun telah melahirkan di
usia 15-19 tahun, 4 juta melakukan aborsi, dan yang tertular Penyakit Menular
Seksual (PMS) sebanyak 100 juta dapat disembuhkan. Lain halnya dengan HIV,
setiap harinya ada 7.000 kasus remaja berusia 15-24 tahun yang terinfeksi HIV. Hal
ini dipengaruhi dari berbagai faktor, misalnya tuntutan nikah muda, akses pendidikan
Berdasarkan hasil laporan UNICEF tahun 2015 kekerasan terhadap anak terjadi
di Indonesia; sebanyak 40% anak usia 13-15 tahun melaporkan pernah diserang
secara fisik sekali dalam setahun, 26% melaporkan pernah mendapat hukuman fisik
dari orang tua atau pengasuh di rumah, dan sebanyak 50% anak melaporkan di bully
di sekolah.(4)
Berdasarkan data dari KPAI tahun 2016 didapatkan bahwa 26,4% kasus
kekerasan seksual atau sebanyak 156 kasus. Data kekerasan seksual ini dikategorikan
sebagai kasus nomor satu pada tahun 2016 yang berhubungan dengan remaja dan
seterusnya angka kekerasan seksual ini akan terus meningkat tiap tahunnya.
4
Selanjutnya, berdasarkan data KPAI pada tahun 2018 rekapitulasi tahun 2011 s.d 31
Mei 2018 menunjukan bahwa sebanyak 2.845 kasus kekerasan seksual dan
pornografi.(4)
reproduksi pada remaja perempuan hanya 35,5% dan 31,2% pada remaja laki-laki
usia 15-19 tahun mengetahui hanya dengan sekali berhubungan seksual perempuan
dapat hamil. Begitu pula dengan pengetahuan mengenai PMS yang kurang diketahui
tersebut, walaupun hanya sebanyak 9,9% remaja perempuan dan 10,6% remaja laki-
laki.(4)
tahun 2014 didapatkan hasil yang melakukan hubungan seks ditingkat SMP
sebanyak 5,3% dan ditingkat SMA sebanyak 10,3%. Selain itu, menurut data Depkes
RI tahun 2009 mengatakan bahwa 35,95% berteman dengan yang sudah pernah
hubungan seksual.(6)
Berdasarkan hasil penelitian kekerasan seksual oleh Balai Besar Penelitian dan
Sosial bekerja sama dengan End Child Prostitution, Child Pornography &
Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia pada tahun 2017,
Makassar. Penelitian ini dilakukan kepada 49 orang anak yang mengalami kekerasan
seksual. Penelitian ini melibatkan orang tua, guru, kepala panti, pekerja sosial dan
5
stakeholder, lebih dari 50% kasus kekerasan seksual anak dilakukan oleh anak;
tahun; 67% kasus kekekrasan seksual dilakukan pelaku melalui paksaan; 30%
kekerasan yang dilakukan berupa sentuhan/rabaan organ sensitif dan 26% hingga
teman dan 19,4% di rumah korban; 87% pelaku dan korban telah saling mengenal.
Korban kekerasan seksual rentang usia 5-17 tahun; karakteristik korban sebanyak
35,44% bersifat pendiam, cengeng dan pemalu; 24,05% bersifat hiperaktif dan
bandel dan 3,92% senang berpakaian minim; karakteristik social ekonomi pelaku dan
korban 55% keluarga yang didampingi kedua orang tua lengkap dan sebanyak 45%
Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka kekerasan
paling tinggi setelah Jakarta, Aceh, Jawa Timur dan Surabaya untuk tahun 2014 –
2016 yaitu diatas 63%. Hasil penelitian Badan Pemberdayaan Perempuan dan
Keluarga Berencana (BPPR dan KB) Sumatera Barat menemukan 189 kasus
kekerasan seksual pada anak tahun 2014 dan sebanyak 246 kasus pada tahun 2015.(7)
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor non perilaku dan faktor perilaku.
Selanjutnya L.Green menjelaskan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,
faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan
fasilitas yang ada, sarana prasaran, dan sebagainya. Pada faktor penguat merupakan
6
pendukung memerlukan contoh yang baik seperti dari tokoh masyarakat, dan
sebagainya.(8)
terjadinya kekerasan seksual pada anak diakibatkan karena masih ada orang tua
tamatan SD sebanyak 8,3%, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sebanyak
36,1%, kurangnya dukungan tenaga kesehatan 43,1%, sikap ibu yang acuh sebanyak
44,4%, dan lingkungan yang tidak baik sebanyak 38,9%. (9) Hasil penelitian yang
dilakukan Kurniasari (2010) prevalensi remaja yang berperilaku seksual risiko tinggi
lebih banyak 1,7 kali ditemukan pada komunikasi orang tua yang buruk daripada
komunikasi orang tua yang baik.(10) Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 oleh
Dina Setya Rahmah mendapatkan hasil bahwa ada hubungan pendidikan, sikap,
pendapatan dan status pernikahan dengan pegetahuan tentang kekerasan. (11) Pada
penelitian yang dilakukan oleh Qomarasari (2015) mendapatkan hasil bahwa Ada
memberikan pemahaman yang tepat kepada anak bahwasanya tubuh anak adalah
milik anak, harus dijaga dan dihindari dari orang-orang yang tidak akan bertanggung
jawab. Pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan kepada anak usia dini
berisikan materi bagian-bagian tubuh yang bersifat intim. Orang tua terutama ibu
juga harus menjelaskan bahwasanya tubuh anak hanya boleh dipegang dengan alasan
yang jelas seperti, saat anak sakit lalu berobat ke dokter, Orang tua harus mengajari
anak untuk membersihkan alat kelamin setelah buang air besar atau kecil, dan
menanamkan dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, apabila
ada orang yang ingin memegang tubuh anak dengan alasan yang tidak jelas, atau
ketika anak di hadiahi permen dan uang dari orang yang tidak dikenal anak harus
Kecamatan Kuranji, didapatkan bahwa 8 dari 10 orang tua merasa tidak perlu
kesehatan reproduksi sejak anak usia dini hingga remaja. Dengan demikian, saat
menginjak masa remaja, anak-anak akan paham bagaimana mereka akan bergaul
dengan lawan jenis, menjaga diri, serta berperilaku baik saat di luar rumah. Menurut
data DP3AP2KB Kota Padang, kecamatan kuranji termasuk lima besar kecamatan
penyumbang kasus kekerasan seksual pada tahun 2019. Oleh karena itu, peneliti
menemukan faktor apa saja yang berhubungan pada ibu terkait tindakan pencegahan
Untuk mengetahui apa saja faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu
tahun 2021.
10. Mengetahui hubungan paparan media informasi yang diperoleh ibu dengan
12. Mengetahui faktor apa yang paling berhubungan dengan tindakan ibu dalam
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah dapat menambah wawasan ilmu
1. Bagi Ibu
2. Bagi Masyarakat
Menambah referensi skripsi yang baru dan dapat dijadikan bahan penelitian
selanjutnya.
Padang tahun 2021, untuk melihat apa saja faktor yang berhubungan dengan
tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Yang termasuk
pada penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Februari
2021 sampai Agustus 2021 serta pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan
angket.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA
atau sejumlah orang yang tidak disukai dan tidak diharapkan terjadi sehingga
kehilangan harga diri, kehilangan kesucian, dan sebagainya pada orang yang menjadi
korban.(14)
Barat merupakan penyumbang angka kekerasan paling tinggi setelah Jakarta, Aceh,
Jawa Timur dan Surabaya untuk tahun 2014-2016 yaitu diatas 63%. Hasil penelitian
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPR dan KB) Sumatera
Barat menemukan 189 kasus kekerasan seksual pada anak tahun 2014 dan sebanyak
246 kasus pada tahun 2015. Kasus yang banyak terjadi pada remaja, antara lain
Dampak kekerasan seksual pada anak dan remaja terbagi menjadi dua, yaitu:
1. Jangka pendek
a. Fisik: Luka atau lecet pada daerah intim atau dubur, rasa gatal – gatal
11
12
2. Jangka panjang
baik dam hal yang buruk, prestasi akademik rendah atau menurun,
kriminal
1) Peran individu
kesempatan atau ruang kepada setiap orang atau setiap pelaku untuk
secara bebas tentang apa yang mereka alami. Eratnya relasi orang tua-
bersih adalah unsur positif yang memberi arah bagi anak sehingga
3) Peran masyarakat
adanya pola hidup yang aman dan tentram sehingga tidak terdapat
terhadap peredarannya.
5) Pemakaian internet
dapat diakses dengan mudah di dalam internet. Hal itu dilakukan oleh
para pemilik rental sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk
tahu efek negatif yang dapat terjadi akibat kemudahan akses terhadap
hal-hal yang berbau porno ini, salah satunya dapat merusak moral
keterampilan.
16
2.2 Pengetahuan
Berdasarkan teori Green pengetahuan masuk kedalam faktor prediposisi yang dapat
Dalam penelitian yang dilakukan Sulistianingsih dan Wahyu pada tahun 2016
didapatkan bahwa dalam memberikan pendidikan seksual pada anak dilihat dari
pengaruh tingkat pengetahuan ibu sebesar 33,4% sisanya sebanyak 66,6% ditentukan
oleh faktor lain, artinya ada hubungan pengetahuan ibu dalam memberikan
bahwa hasil uji statistik dengan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan
tingkatan, yaitu:(16)
1. Tahu (know)
Tahu ialah mengingat hal yang telah dipelajari. Begitu juga mengingat
kembali (recall) hal yang lebih rinci dari bahan yang dipelajari maupun
17
pengetahuan.
2. Memahami (comprehension)
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
komponen yang masih di dalam suatu organisasi dan juga berkaitan satu
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)
Penilaian yang dilakukan berdasarkan pada diri sendiri atau ketentuan yang
sudah ada.
2.3 Sikap
Sikap adalah keadaan mental dalam jiwa dan diri seseorang untuk berinteraksi
dalam diri seseorang, namun sikap juga dapat dipengaruhi oleh nilai budaya dan
Sikap merupakan respons dari seseorang yang tertutup terhadap suatu objek.
stimulus sosial. Dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu respons atau reaksi
manusia dari stimulus yang akan mendasari seseorang melakukan sesuatu atau
membentuk perilaku.(16)
hasil adanya hubungan sikap orang tua dalam memberikan pendidikan seksual pada
anak sebesar 56,71% adalah negative dengan p value = 0,0001, yang berarti adanya
hubungan antara sikap orang terhadap pendidikan seks dalam pemberian pendidikan
seks pada remaja.(19) Penelitian yang dilakukan Munas tahun 2017 mendapatkan hasil
uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pencegahan
kompenen, yaitu:(20)
1. Komponen kognitif
19
2. Komponen afektif
manusia akan menggunakan respons emosinya dalam mengolah lagi apa yang
3. Komponen konatif
dalam bertindak.
sebagai berikut:(16)
1. Menerima (receiving)
diberikan (objek).
2. Merespons (responding)
3. Menghargai (valuing)
Suatu cara untuk mengajak orang lain untuk bersama mendiskusikan suatu
permasalahan.
sebagai berikut:(20)
sepemikiran dengan satu hal yang dikemukakan oleh orang lain, maka dia
3. Sikap merupakan hal yang menetap dalam diri seseoran yang tidak mudah
berubah.
dan pengawasan sehingga setiap orang mampu untuk berperilaku yang diharapkan.
Dalam arti lain, pendidikan merupakan proses dalam mencapai tujuan tertentu dan
pendidikan tertinggi yang ada dalam keluarga dan merupakan pendidik utama dalam
Orang tua yang dimaksud adalah ayah dan ibu. Dalam perannya sebagai orang
tua, ayah dan ibu memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya, baik dari segi moral,
Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil
dicapai orang tua. Pendidikan formal yang dicapai orang tua akan mempengaruhi
sekolah yang teratur dan memiliki urutan dan waktu tertentu dan berlangsungnya
dimulai dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama,
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan orang tua yaitu
tingkat pendidikan yang telah ditempuh, melalui pendidikan formal yang paling
rendah hingga yang paling tinggi, yaitu dari tingkat sekolah dasar hingga bangku
perkuliahan.
nilai p value sebesar 0,005 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan peran orangtua dalam pemberian pendidikan seks untuk anak.(24)
Istilah media merupakan dari Bahasa latin yaitu bentuk jamak dari medium.
Secara harfiah artinya adalah pengantar atau perantara. Secara umum pengertian
media adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan atau informasi.
(21)
Media atau alat peraga yang digunakan dapat diartikan alat bantu promosi yang
media harus dibuat sesuai dengan syarat media yang baik dan benar. Media promosi
kesehatan memiliki prinsip yaitu pesan yang dapat diterima dengan mudah oleh
panca indera.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Munas di tahun 2017 mendapatkan hasil
bahwa sebanyak 38 (61,1%) ibu tidak terpapar media informasi dengan nilai p value
= 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara media informasi dengan tindakan pencegahan kekerasan seksual pada anak.(9)
Agar sasaran dapat memahami isi pesan informasi yang diberikan, maka perlu
memperhatikan:(21)
canggih. Isi pesan yang akan disampaikan perlu ditelaah ulang, apakah sudah
belum.
2. Konsisten
Maksudnya adalah isi informas yang satu dengan informasi lainnya harus
3. Jelas.
23
1. Media Cetak
Berikut alat bantu dalam memberikan informasi dengan media cetak, antara
lain:(21)
c. Flyer adalah sebaran mirip dengan leaflet tetapi tidak dalam bentuk
terlipat.
24
2. Media Elektronik
kesehatan:
diputar di radio.
kesehatan.
Pendidikan adalah proses dalam merencanakan suatu hal yang terstruktur yang
Selain itu, pendidikan merupakan tuntutan dalam mencapai tujuan dari perubahan
Istilah reproduksi merupakan asal dari kata “re” yang artinya mengulang atau
kembali. Sedangkan kata “produksi” artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah
mental dan social secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi
dan prosesnya.(21)
sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan social yang berkaitan dengan
alat, fungsi dan proses reproduksi bukan saja bebas dari penyakit melainkan
tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular serta
depresi pada remaja. Pendidikan seksual juga mengajari hal yang berkaitan mengenai
26
alat kelamin atau segala hal yang membahas intimnya antara laki-laki dan
perempuan. Tetapi, juga memberikan ajaran seperti memisahkan tempat tidur anak
laki – laki dengan anak perempuan, ajaran cara berpakaian yang rapi dan sopan juga
tujuannya agar anak mendapat materi yang benar mengenai seks di usianya.
Pemberian pendidikan seksual pada anak juga bertujuan agar anak saat menginjak
penggunaan kata “tidak boleh” tanpa ada penjelasan merupakan tindakan yang tidak
efektif karena pendidikan seperti ini tidak cukup dalam mempersiapkan remaja
obatan terlarang, tekanan dari teman atau patah hati akibat hubungan cintanya, akan
dalam menghadapi masalah seksual serta menuntun anak dan remaja ke kehidupan
dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Pada
dasarnya tujuan pendidikan seksualitas adalah untuk membekali para remaja dalam
seksual
anak
2.7 Remaja
19 tahun. Menurut Kemenkes RI No. 25 tahun 2014, remaja merupakan usia dalam
rentang 10-18 tahun dan menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional), remaja adalah usia dalam rentang 10-24 tahun dan belum
menikah.(1)
tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang akan mengalami
perubahan. Masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai
28
dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Peralihan ke masa dewasa bervariasi
dari satu kebiasaan namun dapat diartikan sebagai kondisi seseorang mulai bertindak
sesuai dengan keinginan mereka sendiri terlepas dari orang tua mereka.(29)
tahap, yaitu:(1)
diantaranya:(1)
masyarakat
hidup
3. Pergaulan yang sehat antara laki-laki dan perempuan. Remaja perlu informasi
mengenai hal ini agar remaja selalu waspada dalam bergaul dengan lawan
jenis.
4. Persiapan pra nikah. Hal ini bertujuan agar calon pengantin siap secara
dengan yang lainnya. Dalam bermasyarakat dibutuhkan pola kehidupan yang aman
dalam hal asusila terutama tindak kekerasan seksual terhadap anak. Sehingga
kehidupan masyarakat sangat penting dalam menentukan dapat atau tidaknya suatu
kejahatan dilakukan.(9)
optimal.(15)
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munas pada tahun 2017
didapatkan hasil bahwa ibu yang melakukan pencegahan kekerasan seksual pada
anak lebih banyak pada ibu yang memiliki lingkungan tidak baik (82,1%)
dibandingkan dengan ibu yang memiliki lingkungan baik (15,9%). Hasil uji statistik
didapatkan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka ada hubungan yang bermakna
Faktor Presdiposisi:
(Disposing Factor)
Pengetahuan
Sikap
Pendidikan
Kepercayaan
Budaya
Faktor Pendukung:
(Enabling Factor)
Perilaku
Fasilitas kesehatan Kesehatan
Media informasi
Faktor Pendorong:
(Reinforcing Factor)
Peran Masyarakat
Peran Tenaga Kesehatan
Peran Keluarga
Berdasarkan kerangka teori hasil modifikasi dari blum dan green, penelitian ini
Pengetahuan Ibu
Sikap Ibu
Tindakan Pencegahan
Tingkat Pendidikan Kekerasan Seksual Pada
Ibu Remaja.
Peran Masyarakat
Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu, sikap ibu,
tingkat pendidikan ibu, paparan media informasi dan peran masyarakat. Dengan
Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021. Ada beberapa
variabel yang tidak diteliti seperti kepercayaan dan budaya dengan alasan akan
minang asli dan memiliki tradisi atau kepercayaan yang sama. Selanjutnya alasan
tidak memilih variabel peran tenaga kesehatan karena tidak adanya kader di wilayah
penelitian dan alasan tidak memilih variabel peran keluarga karena setengah dari
2. Ada hubungan sikap ibu dengan tindakan pencegahan kekerasan seksual pada
Tahun 2021.
4. Ada hubungan paparan media informasi yang didapat ibu dengan tindakan
Kota Padang dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2021 – Juli
2021.
3.3.1 Populasi
penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak remaja usia 10-19 tahun di RW 08
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel
Keterangan:
38
39
n = 250,01
2,67 + 0,93
n = 250,01
3,60
n = 69
Jumlah sampel yang didapatkan adalah 69 reponden, untuk antisipasi droup out
dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah sampel agar sampel dapat terpenuhi.
Untuk menghindari drop out ditambah sampel cadangan 10% dari total sampel,
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Metode yang digunakan
40
adalah Simple Random Sampling yaitu sampel diambil secara acak. Cara
dikeluarkan excel dalam menentukan responden yang akan diteliti. Apabila sampel
sampel terpilih. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah:
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
Data didapat dari angket yang diberikan kepada orang tua. Orang tua yang
dimaksud peneliti adalah ibu yang tinggal dalam satu rumah dengan anaknya.
Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang serta data kekerasan seksual
Berikut tabel Definisi Operasional penelitian Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan
Seksual Pada Remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2021:
Pengukuran
Tindakan Peranan orang tua untuk Pembagian Ordinal 0 = Tidak berperan Jika skor < 33, hasil
pencegahan menghindari terjadinya tindak angket dari Mean
kekerasan seksual kekerasan seksual pada anak 1 = Berperan Jika skor ≥ 33, hasil dari
Mean
Pengetahuan ibu Hal yang orang tua ketahui Pembagian Ordinal 0 = Rendah Jika total skor < 5, hasil dari
mengenai tindakan pencegahan angket Median
kekerasan seksual pada anak 1 = Tinggi Jika total skor ≥ 5, hasil dari
Median
Sikap ibu Respon atau reaksi dari orang tua Pembagian Ordinal 0 = Negatif Jika total skor < 34 hasil dari
tentang tindakan pencegahan angket Median
kekerasan seksual pada anak 1 = Positif Jika total skor ≥ 34 hasil dari
Median
Tingkat Jenjang pendidikan formal terakhir Pembagian Ordinal 0 = Rendah , tidak Tamat SD, SD, SMP
pendidikan ibu yang diperoleh ibu angket 1 = Tinggi , SMA dan Perguruan tinggi /
akademi
Paparan media Informasi yang didapatkan orang tua Pembagian Ordinal 0 = Tidak terpapar
informasi mengenai pendidikan seksual untuk angket 1 = Terpapar
anak
Peran masyarakat Kondisi/usaha yang dilakukan untuk Pembagian Ordinal 0 = Tidak baik Jika skor < 20, hasil dari
42
Sebelum dilakukan penelitian, maka perlu dilakukan uji validitas pada angket
yang bertujuan agar tidak ada kesalahan dalam melakukan penelitian. Instrumen
penelitian ini di harapkan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas
dan reliabilitas ini dilakukan melalui google form pada 30 orang responden yang
Uji validitas sangat diperlukan untuk mengetahui ada dan tidaknya pertanyaan
dalam angket yang harus diganti karena dianggap relevan. Item instrumen dianggap
valid jika hasil uji validitas dapat dinyatakan dengan r hitung. Apabila r hitung > r
tabel maka item instrumen tersebut dianggap valid. Besar r table ditentukan oleh
jumlah responden 30 orang dengan tingkat signifikan 5% yaitu 0,361. Berikut hasil
Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel pengetahuan orang tua:
uji validitas.
44
Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel sikap orang tua:
Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel tingkat pendidikan orang
tua:
Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel paparan media informasi:
Dapat dilihat dari tabel diatas, pernyataan untuk variabel paparan media
informasi diperoleh hasil uji yang valid. Untuk butir soal nomor 2 dan 3 tidak
di uji validitas karena butir soal nomor 2 dan 3 merupakan pernyataan yang
harus dipilih atau diisi responden untuk menguatkan jawaban pada butir soal
nomor 1.
5. Peran Masyarakat
validitas.
mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang
terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Uji reliabilitas dinilai dengan
menghitung nilai Cronbach’s Alpha menggunakan SPSS. Dapat dilihat dari kriteria
1. Nilai alpha cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliable
2. Nilai alpha cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliable
3. Nilai alpha cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliable
5. Nilai alpha cronbach 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliable
Kekerasan Seksual
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji reliabilitas dari instrumen yang
akan peneliti gunakan sebagai alat penelitian untuk variabel pengetahuan ibu, sikap
ibu, tingkat pendidikan ibu, paparan media informasi, peran masyarakat dan tindakan
penyuntingan, jika ada data yang tidak lengkap maka dianggap drop out.
diperoleh.
penelitian dilakukan.
pengoreksi.
dari setiap variabel independen, yaitu pengetahuan orang tua, sikap orang tua, tingkat
pendidikan orang tua, paparan media informasi yang diperoleh orang tua serta peran
48
masyarakat. Bentuk analisis univariat adalah data numerik menggunakan nilai mean
Analisis bivariat ini adalah analisis untuk mengetahui adanya hubungan antara
hubungan atau tidaknya antara variabel tersebut, maka dilakukan uji statistik Chi
Square dengan p value <0,05. Melalui perhitungan uji Chi Square ditarik suatu
kesimpulan, bila p value <0,05 maka akan ada hubungan bermakna antara variabel
dependen dengan variabel independen namun apabila nilai p value >0,05 berarti
suatu variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis
dependen.(30)
variabel bebas kedalam model secara bergantian dan dikeluarkan satu per satu untuk
menemukan variabel yang paling berpengaruh dan menentukan nilai POR. Variabel
yang tidak signifikan dikeluarkan dan pengujian lagi terhadap analisis regresi.
BAB 4: HASIL
Kuranji Kota Padang, dengan luas daerah 4,04 km2. Letak geografis Kelurahan
Anduring berbatasan dengan bagian Utara, Kecamatan Lubuk Lintah; bagian Selatan
berbatasan dengan Kelurahan Andalas; bagian Barat dengan Kelurahan Ampang; dan
Kuranji. Responden pada penelitian ini adalah Ibu yang memiliki anak remaja
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data pada 69 ibu, didapatkan hasil
Umur Responden f %
30-39 12 17,4
40-49 31 44,9
>50 26 37,7
tahun sebanyak 31 responden (44,9%) dan sebagian kecil responden dengan umur 30
50
51
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari setengah responden bekerja
bekerja sebagai PNS (27,5%), sebagian kecil sebagai guru sebanyak 5 responden
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kurang dari setengah responden yang
memiliki anak dengan usia 10-3 tahun sebanyak 29 orang (42%), responden dengan
anak usia 14-16 tahun sebanyak 20 orang (29%) begitu juga dengan responden yang
Analisis univariat memiliki tujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap
variabel yang diteliti. Hasil analisis univariat dapat dilihat sebagai berikut:
Kadang- Tidak
No
Tindakan Pencegahan Selalu Kadang Jarang Pernah
.
f % f % f % f %
Saya mengajarkan pendidikan
kesehatan
29, 11,
1 reproduksi/pendidikan seksual 23 33,3 20 18 26,1 8
0 6
pada anak dengan bahasa yang
mudah dimengerti
Saya mengajarkan anak untuk
mengenali berbagai bentuk
pelecehan seksual mulai dari 27, 13,
24 34,8 19 17 24,6 9
menyentuh, mencolek, hingga 5 0
kekerasan seksual seperti
2 tindak pencabulan
Saya menjelaskan tentang
pubertas dan perubahan fisik 47,
3 serta emosi yang akan dialami 21 30,4 33 9 13,0 6 8,7
8
dan bertanggungjawab atas
dirinya
Berdasarkan tabel 4.4 kurang dari setengah ibu yang akan memberikan
33,3% dan sebagian besar ibu akan membangun komunikasi yang baik dengan anak
agar anak bersikap terbuka dan berani melaporkan hal yang dialami terkait tindak
seksual diatas didapatkan bahwa sebanyak 37 responden atau sebanyak 53,6% yang
4.3.2 Pengetahuan
Berikut ini adalah tabel skor dari pengetahuan ibu dalam pencegahan kekerasan
Betul Salah
No. Pengetahuan
f % f %
Pendidikan seksual dapat
menghindari anak dari
84,
1 perilaku menyimpang yang 58 11 15,9
1
mengarah pada
penyaalahgunaan seks
Berdasarkan tabel 4.6 sebagian besar responden memliki pengetahuan yang baik
menyimpang yang mengarah pada penyalahgunaan seks sebanyak 84,1% dan lebih
kekerasan seksual paling banyak yang diinginkan oleh pelaku sebanyak 66,7% dan
kurang dari setengah responden menjawab benar dan memiliki pengetahuan yang
baik menjawab anak laki-laki tidak mungkin menjadi sasaran pelaku kekerasan
Tingkat Pengetahuan f %
Rendah 31 44,9
Tinggi 38 55,1
Jumlah 69 100
Kecamatan Kuranji.
4.3.3 Sikap
Berikut ini adalah tabel skor dari sikap ibu dalam pencegahan kekerasan
Sangat
Sangat Tidak Tidak
No. Sikap Setuju Setuju Setuju Setuju
f % f % f % f %
Sebagai orang tua saya
perlu memberikan 50,
1 pendidikan kesehatan 35 29 42,0 4 5,8 1 1,4
7
reproduksi pada anak saya
Sebagai orang tua saya
bisa memberikan
15, 33,
2 pendidikan kesehatan 11 34 49,3 23 1 1,4
9 3
reproduksi apabila anak
sudah bertanya
Saya mengajarkan
pendidikan kesehatan
23, 26,
3 reproduksi pada anak 16 32 46,4 18 3 4,3
2 1
sebagai titik tolak anak
dalam mempelajari seks
Sebagai orang tua
memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi
27, 14,
4 untuk anak dapat 19 40 58,0 10 - -
5 5
mencegah informasi yang
keliru tentang seksual yang
diperoleh oleh anak
Menurut saya anak yang
diberikan perhatian lebih
30, 21,
5 dari orangtua akan 21 32 46,4 15 1 1,4
4 7
terhindar dari pelecehan
atau kekerasan seksual
Menurut saya memberikan
pendidikan kesehatan 10, 46,
6 7 20 29,0 32 10 14,5
reproduksi untuk anak itu 1 4
sulit
Saya sebagai orang tua
dapat menjadi teman 36, 13,
7 25 35 50,7 9 - -
diskusi bagi anak perihal 2 0
kesehatan reproduksi
Saya menganggap
pendidikan kesehatan
27, 21,
8 reproduksi bukan hal yang 19 30 43,5 15 5 7,2
5 7
tabu untuk dibicarakan
kepada anak
Menurut saya anak yang
mendapat pendidikan
31, 10,
9 kesehatan reproduksi akan 22 39 56,5 7 1 1,4
9 7
lebih berperilaku lebih
santun dalam bergaul
57
Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa lebih dari setengah responden memiliki
kesehatan reproduksi pada anak jika anak sudah bertanya yaitu sebanyak 49,3%.
pendidikan kesehatan reproduksi bukan hal yang tabu untuk dibicarakan dengan
anak.
Tabel 4. 9 Sikap
Sikap f %
Negatif 33 47,8
Positif 36 52,2
Jumlah 69 100
responden atau sebanyak 52,2% ibu memiliki sikap yang positif dalam pencegahan
Berikut ini adalah tabel skor dari tingkat pendidikan ibu dalam pencegahan
Berikut ini adalah tabel frekuensi dari paparan media informasi yang diperoleh
Media Informasi f %
Koran/majalah/buku pengetahuan 33 47,8
Internet 38 55,1
59
memperoleh informasi dari mengikuti seminar parenting yang diikuti secara daring
(online).
Berikut ini adalah skor distribusi frekuensi pertanyaan dari peran masyarakat
No Kadang- Tidak
Peran Masyarakat Selalu Kadang Jarang Pernah
.
f % f % f % f %
Anak saya banyak
1 mendapatkan informasi tentang
perilaku seksual dari temannya 12 17,4 28 40,6 16 23,2 13 18,8
Anak saya lebih memilih
2 pendapat temannya dari pada
saya 5 7,2 22 31,9 17 24,6 25 36,2
Anak saya lebih banyak
menghabiskan waktu bersama
3
temannya dari pada bersama
orang tua 6 8,7 22 31,9 20 29,0 21 30,4
Saya memberikan informasi
4 yang berhubungan tentang
seksualitas pada anak 26 37,7 21 30,4 19 27,5 3 4,3
Saya memperhatikan apa saja
5 yang dilakukan anak diluar
rumah 31 44,9 12 17,4 18 26,1 8 11,6
Saya melarang anak saya
6 bergaul dengan tetangga yang
kurang saya sukai 30 43,5 17 24,5 19 27,5 3 4,3
7 Saya belum mendengar anak 5 7,2 17 24,6 25 36,2 22 31,9
60
kesehatan reproduksi dari temannya sebanyak 40,6% dan kurang dari setengah
sebanyak 36,2%.
Peran Masyarakat f %
Tidak Baik 35 50,7
Baik 34 49,3
Jumlah 69 100
berperan baik dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja, yaitu sebanyak
49,3%.
pendidikan, paparan media informasi dan peran masyarakat, sedangkan yang menjadi
variabel dependen adalah tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada
remaja.
(7,598-
Tinggi 6 15,8 32 84,2 38 100 101,227)
kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang memiliki
responden (16,1%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,00 yang
tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 27,733
yang artinya ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi berpeluang sebanyak
27,733 kali lebih besar dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.
kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang memiliki
responden yang memiliki sikap negatif yaitu hanya sebanyak 12 responden (36,4%).
Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,01 yang berarti bahwa sikap
kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 3,977 yang artinya ibu yang memiliki sikap
yang positif berpeluang sebanyak 3,977 kali lebih besar dalam pencegahan kekerasan
kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang memiliki
dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu hanya
0,356 yang berarti bahwa sikap responden ada hubungan signifikan dengan tindakan
ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 2,310 yang artinya
ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi berpeluang sebanyak 2,310 kali
Tindakan Pencegahan
p
Media Tidak Total POR 95% Cl
value
Informasi Berperan Berperan
f % f % f %
Tidak Terpapar 6 27,3 16 72,7 32 100 0,303
0,05
Terpapar 26 55,3 21 44,7 47 100 (0,101-0,910)
kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang terpapar
media informasi yaitu sebanyak 21 responden (44,7%) dan responden yang tidak
uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,05 yang berarti bahwa media informasi ada
hubungan signifikan dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada
63
remaja. Nilai OR 0,303 yang artinya ibu yang terpapar media informasi berpeluang
sebanyak 0,303 kali lebih besar dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.
Tindakan Pencegahan
p
Peran Tidak Total POR 95% Cl
value
Masyarakat Berperan Berperan
f % f % f %
Tidak Baik 26 74,3 9 25,7 35 100 13,481
0,00
Baik 6 17,6 28 82,4 34 100 (4,215-43,124)
kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh peran masyarakat yang baik
yaitu sebanyak 28 (82,4%) dibandingkan dengan peran masyarakat yang tidak baik
yaitu hanya sebanyak 9 (25,7%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value =
0,00 yang berarti bahwa peran masyarakat ada hubungan signifikan dengan tindakan
ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 13,481 yang artinya
ibu yang terpapar media informasi berpeluang sebanyak 13,481 kali lebih besar
yang bertujuan untuk menguji variabel independen (tingkat pengetahuan ibu, sikap
ibu, tingkat pendidikan ibu, paparan media informasi danperan masyarakat) dengan
variabel dependen yaitu tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada
remaja.
analisis regresi logistik adalah variabel yang mendapatkan hasil p-value < 0,25 saat
64
analisis bivariat. Berikut adalah variabel yang dijadikan sebagai kandidat untuk
kepada seluruh variabel independen yang menjadi kandidat dengan satu variabel
dependen yaitu tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.
Nilai p- 95% Cl
Variabel POR
SE value Lower Upper
Tingkat Pengetahuan 0,745 0,000 18,820 4,372 81,023
Sikap 0,745 0,264 2,298 0,534 9,892
Paparan Media Informasi 0,848 0,835 1,193 0,226 6,283
Peran Masyarakat 0,782 0,018 6,373 1,377 29,506
Dilihat dari tabel 4.22 variabel yang dikeluarkan pertama adalah paparan media
informasi karena pada analisis awal nilai p-value terbesar diperoleh oleh variabel
paparan media informasi yaitu 0,835. Setalah variabel paparan media informasi
Variabel 95% Cl
Nilai p-
Variabel Dikeluarka POR Lowe
SE value
n r Upper
65
Pemodelan Pertama
18,29 76,39
Tingkat Pengetahuan
0,729 0,000 1 4,379 7
Paparan
Media
Sikap
Informasi 0,744 0,261 2,306 0,536 9,908
25,39
Peran Masyarakat
0,741 0,015 6,066 1,419 4
Pemodelan Terakhir
18,04 73.11
Tingkat Pengetahuan Sikap 0,714 0,000 1 4,452 0
31,03
Peran Masyarakat 0,716 0,005 7,628 1,875 0
Dapat dilihat dari tabel 4.23, sesudah variabel paparan media informasi
pengetahuan dikeluarkan maka dilakukan kembali uji regresi logistik dan didapatkan
p-value 0,005 pada variabel peran masyarakat. Hasil dari analisis multivariat
remaja. Tingkat pengetahuan mendapatkan hasil p-value 0,000 dengan nilai POR
18,041 berarti tingkat pengetahuan memiliki peluang lebih besar 18,041 kali dalam
Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan yang turut mempengaruhi hasil
penelitian. Pengisian angket pada penelitian ini sepenuhnya tidak menjadi campur
penelitian ini yaitu dilakukan saat pandemi covid-19 yang mengharuskan peneliti
Kecamatan Kuranji, hasil univariat diketahui sebanyak 53,6% ibu sudah berperan
dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja sedangkan ibu yang tidak
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2015)
bahwa ibu sudah berperan baik dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak
sebanyak 64,8%(11). Penelitian ini juga sejalan dengan Roby (2017) di Kelurahan
Limau Manis Selatan, ditemukan bahwa ibu berperan baik dalam tindakan
Berdasarkan hasil penelitian ini lebih dari setengah responden yang sangat
diketahui dengan hasil skor pernyataan, ibu yang sudah mengajarkan anak untuk
66
67
hingga kekerasan seksual seperti tindak pencabulan sebanyak 34,8%, ibu yang sudah
mengajarkan anak untuk mengatakan tidak saat orang lain menyuruh membuka baju
atau memperlihatkan bagian tubuh sebanyak 73,9%. Selanjutnya, ibu yang sudah
5.2.2 Pengetahuan
Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, didapatkan bahwa ibu
yang memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 38 (55,1%) sedangkan ibu yang
Kabupaten Jember(19), diketahui orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang
tinggi sebanyak 66,6%. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
Imanda Kartika Putri (2012) di Madrasah Ibtidaiyah Hayatul Islamiyah kota Depok
kesehatan reproduksi yang tinggi lebih banyak (55,9%) dibandingkan dengan jumlah
Berdasarkan hasil penelitian ini, lebih dari setengah responden yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi. Dapat dilihat dari pernyataan, pendidikan seksual dapat
seks yaitu sebanyak 84,1%. Namun, masih ada beberapa pertanyaan yang penting
harusnya dijwab oleh responden tetapi dijawab salah seperti keluarga atau orang
terdekat tidak mungkin menjadi pelaku tindak kekerasan seksual, anak perempuan
68
merupakan korban dari pelaku kekerasan seksual yang paling diinginkan, dan anak
Orang tua yang tidak mengetahui cara yang baik dan benar dalam mengasuh
dan mendidik anak, akan cenderung memperlakukan anak secara salah, dengan
semakin tingginya tingkat pengetahuan ibu semakin kecil risiko terjadinya kekerasan
pada anak (child abuse), karena ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih
mudah memahami tentang cara pengasuhan anak, sehingga ibu yang memiliki
tingkat pengetahuan tinggi lebih memikirkan akibat buruk yang mungkin akan terjadi
pada anaknya.
5.2.3 Sikap
Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, diketahui bahwa ibu
yang memiliki sikap yang positif sebanyak 52,2% sedangkan ibu yang memiliki
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yulinda Sari dan
Nur’aini (2018) memperoleh hasil yaitu orangtua yang memiliki sikap positif lebih
banyak (53,2%) dari pada orangtua yang memiliki sikap negatif 46,8% terkait
penelitian Roby (2017) mendapatkan hasil ibu yang memiliki sikap positif sebanyak
55,6%.(9)
Dapat dilihat dalam penelitian ini lebih dari setengah responden memiliki sikap
yang positif, terbukti dengan ibu yang menjawab pernyataan perlu memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi pada anak sebanyak 50,7%. Namun, masih ada
43,5%.
Menurut Suliha (2011) perilaku adalah suatu keadaan yang seimbang antara
kekuatan pendorong dan kekuatan penahan, yang dapat berubah apabila terjadi
kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun
yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 84,1% dan hanya
sebagian ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu sebanyak 15,9%.
Penelitian ini sejalan dengan Meysha Farashanda (2020), memperoleh hasil tingkat
pendidikan ibu yang tinggi sebanyak 70,4% dibandingkan dengan ibu yang memiliki
tingkat pendidikan yang rendah sebanyak 29,6%.(35) Begitu juga dengan Penelitian
Yulinda Sari dan Nur’aini (2018) yang memperoleh hasil bahwa responden yang
yang lebih baik. Kemampuan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang
tinggi akan aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anaknya,
sedangkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah belum tentu aktif
mencegah kekerasan pada anak dengan meningkatkan jenjang pendidikan ibu tentang
70
pencegahan kekerasan pada anak, sehingga berbagai masalah kekerasan pada anak
lebih dari setengah ibu yang sudah terpapar media informasi yaitu sebanyak 68,1%
Sejalan dengan penelitian Roby (2017)(9), ibu yang sudah terpapar media
informasi sebanyak 47,2%. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yulinda Sari
kepada masyarakat dan khususnya remaja. Selain itu media informasi merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku
seksual. Media elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu
seksual dari seminar yang diadakan secara online dan ada juga yang memperoleh
peran masyarakat yang baik sebesar 49,3% dan peran masyarakat yang tidak baik
71
sebanyak 50,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roby
(2017), yaitu responden yang memiliki lingkungan atau peran masyarakat yang baik
sebanyak 61,1%.(9) Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
sebanyak (55,1%).(12)
anak, seperti keluarga dan sekolah, justru menjadi lingkungan yang menyumbang
Berdasarkan penelitian ini mendapatkan hasil yang baik dapat dilihat dari
pengetahuan yang tinggi dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja
yaitu sebanyak 84,2%. Pada hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,00
(p<0,05) yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan
Anduring.
72
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roby
(2017) yang mendapatkan hasil sebanyak 75% ibu yang berpendidikan tinggi sudah
berperan dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada anak dengan p-value =
0,05.(9) Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maya, dkk
(2017) di Puskesmas Mergangsan, didapatkan hasil p-value = 0,043 yang artinya ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan kekerasan
memberikan dampak perilaku kesehatan yang baik dan sebaliknya jika memiliki
tingkat pengetahuan yang buruk atau rendah akan berdampak pada perilaku
kesehatan yang buruk.(39) Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam
menentukan seseorang berperilaku atau bertindak. Jika ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan yang baik maka akan dapat menentukan kondisi yang aman bagi
anaknya dan dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, terutama dalam
Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah ibu yang masih memiliki
tingkat pengetahuan yang kurang baik. Ibu yang menjawab butir pernyataan nomor 5
menjawab semua pelaku kekerasan seksual pada anak merupakan orang yang tidak
dikenal sebanyak 56,5%, selanjutnya, juga diketahui lebih dari setengah ibu yang
menjawab bahwa pelaku kekerasan seksual bukan berasal dari keluarga atau orang
terdekat yaitu sebanyak 55,1% yang artinya masih banyak ibu yang tidak tahu siapa
saja yang berkemungkinan menjadi pelaku tindak kekerasan seksual pada anak dan
remaja.
73
Dapat dipastikan hal ini berbanding terbalik dengan kondisi yang sebenarnya,
bahwa orang terdekat berpeluang menjadi pelaku tindak kekerasan seksual pada
anak. Dalam hal ini, ibu dapat mengajarkan anak untuk lebih sopan dalam
berpakaian saat dirumah maupun diluar rumah. Selain itu, ibu juga dapat
mengajarkan anak sedari dini untuk mengetahui bentuk perubahan fisik dan bagian
tubuh mana yang tidak boleh dipegang oleh orang lain, sehingga saat anak jauh
Selain itu, pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa sebanyak ibu
beranggapan bahwa benar anak perempuan merupakan korban yang paling sering
menjadi sasaran pelaku kejahatan seksual. Artinya lebih dari setengah ibu yang tidak
mengetahui bahwa bisa saja anak laki-laki mejadi korban kekerasan seksual. Hal ini
terbukti dengan ibu yang menjawab pada soal selanjutnya, tidak mungkin anak laki-
laki menjadi korban sasaran pelaku kekerasan seksual yaitu sebanyak 55,1%.
lingkungan saja atau ilmu turun temurun dari keluarga, tetapi ibu juga dapat
mengetahui ilmu parenting untuk anak sedari dini hingga anak remaja melalui media
kekerasan seksual pada anak, seperti instagram, youtube, bahkan aplikasi tiktok yang
memuat konten edukasi pencegahan kekerasan seksual pada anak. Sehingga cara ini
mendapatkan hasil sebanyak 69,4% memiliki sikap yang positif dalam pencegahan
kekerasan seksual pada remaja di wilayah penelitian. Berdasarkan hasil uji statistik
mendapatkan hasil p-value = 0,012 (p<0,05) yang berarti bahwa sikap ibu ada
remaja.
Mahmudah dkk (2016) didapatkan nilai p-value = 0,039, berarti ada hubungan
bermakna antara sikap terhadap berbagai perilaku seksual dengan perilaku seksual
pada remaja.(41) Sejalan dengan penelitian Neni Maemunah, dkk (2016) tentang
pencegahan sexual abuse pada anak usia 3-6 tahun di Desa Banjararum Mondoroko
pengetahuan ibu terhadap sikap pencegahan sexual abuse pada anak usia 3-6 tahun.
(42)
perilaku seseorang. Sejalan dengan penelitian ini didapatkan hasil sikap ibu sangat
berpengaruh dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja, karena ibu
yang memiliki sikap yang positif akan berperilaku baik dalam hal pencegahan
Berdasarkan hasil pengisian angket, ditemukan ibu yang tidak setuju untuk
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak. Hal ini dikarenakan ibu
reproduksi, padahal sangat perlu jika seorang ibu sebagai madrasah awal bagi anak
mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin bagi anak. Selain itu,
ada ibu yang beranggapan bahwa jika diberikan pendidikan kesehatan reproduksi
75
sejak dini menyebabkan anak ingin tahu lebih dan mencari informasi sendiri terkait
Selanjutnya, pada hasil pengisian angket masih ada ibu yang akan
memberikan pendidikan kesehatan reproduksi jika anak sudah bertanya. Ada baiknya
jika ibu tidak perlu menunggu anak bertanya. Karena setiap fase tumbuh kembang
anak usia dini hingga remaja berbeda tahapan dalam memperoleh pendidikan
reproduksi pada anak bertujuan agar anak terhindar dari tindakan kekerasan seksual.
pendidikan kesehatan reproduksi (pendidikan seksual) merupakan hal yang tabu. Ibu
pendidikan kesehatan reproduksi, karena dari sikap ibu lah anak dapat mencontoh
dan menirukan hal baik dan buruk yang dapat diaplikasikannya dilingkungan
sosialnya, hal ini juga dapat mengantisipasi anak dalam mencegah tindak kejahatan
kekerasan seksual.
reproduksi pada anak, dalam penelitian ini khususnya bagi remaja karena sifat
remaja yang ingin lebih tahu. Sebaiknya ibu tidak takut untuk memberikan
pendidikan kesehatan reproduksi sejak anak usia dini, ibu juga dituntut untuk paham
bagaimana cara bertindak ketika anak mulai bertanya mengenai kesehatan reproduksi
bahwa sebanyak 56,9% ibu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dalam tindakan
Berdasarkan hasil uji statistik mendapatkan nilai p-value = 0,356 yang berarti
tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dalam tindakan
pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Imanda Kartika Putri (2012) di Jakarta yang mendapatkan hasil p-value sebesar
0,198 yang memiliki arti tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Putri, dkk (2014)
mendapatkan hasil nilai p-value = 0,00 yang artinya ada hubungan yang signifikan
antara tingkat pendidikan ibu dalam persepsi pencegahan kekerasan seksual pada
anak usia prasekolah di PAUD Kabupaten Jember(43). Berbeda dengan hasil penelitian
Desi, dkk (2019) mendapatkan hasil penelitian dengan p-value = 0,05 yang artinya
ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan
Bangunjiwo Timur.(44)
Ibu sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak sangat berperan penting
anak juga dapat mempengaruhi anak berperilaku. Hal yang dilakukan ibu baiknya
adalah selalu mencari pendidikan kesehatan reproduksi seperti apa yang sebaiknya
77
diberikan kepada anak usia remaja, karena pendidikan yang ibu berikan kepada anak
peran orang tua dalam mendidik tak luput dari tingkat pendidikan orangtua. Pada
umumnya, tingkat pendidikan yang tinggi maka akan semakin mudah untuk
bahwa sebanyak 44,7% ibu yang sudah terpapar informasi mengenai tindakan
Berdasarkan hasil uji statistik mendapatkan hasil nilai p-value = 0,05 yang
berarti ada hubungan yang signifikan antara paparan media informasi dengan
Anduring. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roby (2017)
mendapatkan nilai p-value = 0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara
media informasi dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada
remaja.(9)
kesehatan yang baik adalah peran media informasi sebagai faktor pendukung.
mendapatkan informasi melalui media internet yang diakui jauh lebih mudah diakses.
Selanjutnya saat proses penelitian, peneliti menemukan masih ada ibu yang mengaku
reproduksi oleh anak atau bagaimana pencegahan tindak kekerasan seksual pada
anak dan remaja. Responden mengaku hal ini terjadi lantaran tidak adanya petugas
kesehatan/ tenaga ahli/ kader yang turun langsung dalam memberikan edukasi bagi
meminimalisir angka kekerasan seksual pada anak masih perlu ditingkatkan dan
lebih baik jika dilakukan oleh ibu sebagai madrasah awal bagi anak. Dalam
inovatif pada anak dengan menggunakan media poster dan video yang dengan mudah
Selain itu, ibu juga dapat memberikan edukasi saat anak bermain game
online, hal ini bertujuan agar ibu dapat secara langsung mengawasi sekaligus
sebanyak 82,4% berperan baik dalam pencegahan tindakan kekerasan seksual pada
yang artinya ada hubungan yang signifikan antara peran masyarakat dalam tindakan
dengan penelitian yang dilakukan Roby (2017) mendapatkan hasil nilai p-value =
0,00 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara peran masyarakat dengan
samping faktor pengetahuan ibu, peran media, dan sebagainya. Besarnya pengaruh
lingkungan sosial terhadap tumbuh kembang anak ini dijelaskan bahwa anak dapat
tumbuh dengan kecerdasan, kreativitas dan kemandirian, semua itu tergantung anak
Selain itu, yang dapat membuat banyaknya kasus yang terjadi mengenai
sekitar. Misalnya, percekcokan yang terjadi dalam rumah tangga orang lain
merupakan hak mereka saja, tidak perlu ikut campur dalam hal tersebut yang
Dalam hal ini, peran masyarakat ada baiknya ikut andil jika ditemukan
permasalahan seperti kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga atau yang terjadi di
lingkungan sekitar tempat tinggal. Hal ini bertujuan agar terciptanya lingkungan
Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang dengan nilai p-value = 0,00
dan POR 18,041 artinya ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi
berpeluang 18,041 kali dalam pencegahan tindakan kekerasan seksual pada remaja di
multivariat adalah tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, paparan media informasi, dan
Pertumbuhan generasi suatu bangsa pertama kali berada di tangan ibu. Di tangan
seorang ibu pulalah pendidikan anak ditanamkan dari usia dini. Dengan demikian ibu
yang memiliki tingkat penegtahuan yang tinggi akan memberikan pendidikan yang
baik bagi anak terkait bagaimana mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual yang
Selain itu ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik juga dipengaruhi dengan
bagaimana seorang ibu memperoleh ilmu dari berbagai media seperti buku bacaan,
sharing dengan psikolog anak, dan terutama komunikasi dua arah dengan anak agar
memudahkan ibu mengetahui apa yang sedang dialami oleh anak dalam
kekerasan seksual.(45)
BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
55,1%.
3. Lebih dari setengah responden memiliki sikap yang positif tentang tindakan
4. Lebih dari setengah responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu
sebanyak 84,1%.
8. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan tindakan ibu dalam
pencegahan kekerasan seksual pada remaja, dengan p-value = 0,012 dan POR
3,977.
81
82
10. Terdapat hubungan yang signifikan antara paparan media informasi dengan
11. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran masyarakat dengan tindakan
ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja, dengan p-value = 0,00
6.2 Saran
1. Bagi Ibu
Diharapkan ibu dapat menjalin komunikasi yang baik dengan anak agar anak
lebih nyaman dan terbuka saat berkomunikasi. Selain itu diharapkan bagi ibu
pencegahan yang dapat diajarkan kepada anak sebagai benteng bagi anak
untuk lebih waspada dengan adanya tindakan kekerasan seksual, serta ibu
sebagai orang yang paling dekat dengan anak harus mengawasi setiap
melalui telfon, terutama bagi anak usia remaja yang diusianya merasa ingin
lingkungan tempat tinggal menjadi tempat yang paling aman bagi anak-anak
seperti, religiusitas, peran budaya, peran teman sebaya, dan lain sebagainya.
sebagai acuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
85
Pendidikan Seks untuk Anak oleh Orangtua Siswa Madrasah Ibtidaiyah
Hayatul Islamiyah DepokNo Title. 2021;
34. Suliha D. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC; 2011.
35. Farashanda M. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU ORANGTUA DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI
KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG TAHUN 2020.
2020;
36. Andriyanto. Mengembangkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media; 2011.
37. Surya P. Komnas PA. Kekerasan Anak Tertinggi Selama 5 Tahun Terakhir.
2015;
38. Hardiyati M, Istiyati S, Rokhanawati D. Hubungan pengetahuan dengan
perilaku kekerasan ibu pada anak usia 6-10 tahun di puskesmas Mergangsan
Yogyakarta. 2017; Available from:
http://digilib2.unisayogya.ac.id/xmlui/handle/123456789/1524
39. Sarwono SW. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2012.
40. Marmi. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2014.
41. Mahmudah M, Yaunin Y, Lestari Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Seksual Remaja di Kota Padang. J Kesehat Andalas. 2016;5(2):448–
55.
42. Ernawati A, Pertiwi, EkoMaemunah N, Yudi. Hubungan pengetahuan ibu
terhadap sikap pencegahan. EjournalUmmAcId. 2016;7(2):100–8.
43. Lestari, Fitri Putri, Indriyani, Dian, Suryaningsih D. PENGARUH
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI ORANG TUA
TENTANG PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI PAUD KABUPATEN JEMBER. 2014;1–10.
44. Purnamasari DA, Herfanda E. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dengan Pengetahuan Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak Usia Prasekolah
Di Tk Aisyiyah Khadijah Bangunjiwo Timur Kasihan Bantul. J Kesehat
Prima. 2019;13(1):68.
45. DR. NS. MERI NEHERTA, S.KEP., M. BIOMED, NS. YONRIZAL
NURDIN, S.KEP. MB. Optimalisasi Peran Ibu Sebagai Pencegahan Primer
Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Padang: Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas; 2017.
86
87