Anda di halaman 1dari 105

HASIL PENELITIAN SKRIPSI

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU


DALAM PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA
REMAJA DI RW 08 KELURAHAN ANDURING KECAMATAN
KURANJI KOTA PADANG TAHUN 2021

Oleh:

ULFA FADHILA FARHAN


No. BP. 1711212028

Diajukan Sebagai Pemenuhan Syarat Untuk

Mendapatkan Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG, 2021
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM

PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA REMAJA DI RW 08

KELURAHAN ANDURING KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

TAHUN 2021

OLEH:

ULFA FADHILA FARHAN


No. BP : 1711212028

Hasil penelitian skripsi ini telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji hasil penelitian skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Andalas

Padang, Agustus 2021

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM


Dr. Yessy Markolinda, S.Si, M.Repro NIP. 197608132003122004
NIP. 197604012008122001
PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI

Skripsi dengan judul:


FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM
PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA REMAJA DI RW 08
KELURAHAN ANDURING KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG
TAHUN 2021

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

ULFA FADHILA FARHAN


No. BP 1711212028

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Andalas Pada Tanggal 2021
Dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Penguji I

Dr. Mery Ramadani, SKM., M.KM


NIP. 198107162006042001

Penguji II

Hamidatul Yuni, S.ST., M.Kes


NIP. 198706142019032012

Penguji III

Siti Nur Hasanah, S.ST, M.Kes


NIP. 199001102019032012
PERNYATAAN PENGESAHAAN

DATA MAHASISWA

Nama Lengkap : Ulfa Fadhila Farhan

Nomor Buku Pokok : 1711212028

Tanggal Lahir : 1 April 1999

Tahun Masuk : 2017

Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Nama Pembimbing Akademik : Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes

Nama Pembimbing I : Dr. Yessy Markolinda, S.Si, M.Repro

Nama Pembimbing II : Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM

Nama Penguji I : Dr. Mery Ramadani, SKM, MKM

Nama Penguji II : Hamidatul Yuni, S.ST, M.Kes

Nama Penguji III : Siti Nurhasanah, S.ST, M.Kes

JUDUL PENELITIAN:

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA REMAJA DI RW 08 KELURAHAN
ANDURING KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG TAHUN 2021

Menyatakan bahwa yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan akademik dan


administrasi untuk mengikuti ujian hasil penelitian skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas.

Padang, 2021

Mengetahui, Mengesahkan,

Kepala Bidang Ilmu Kesehatan Ketua Prodi S1 Kesehatan Masyarakat


Reproduksi Fakultas Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Masyarakat Universitas Andalas Universitas Andalas

Dr. Mery Ramadani, SKM, MKM


Dr. Yessy Markolinda S.Si, M.Repro NIP. 198107162006042001
NIP. 197604012008122001
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Ulfa Fadhila Farhan

Numur Buku Pokok : 1711212028

Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 1 April 1999

Peminatan : Kesehatan Reproduksi

Nama Pembimbing Akademik : Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes


Nama Pembimbing I : Dr. Yessy Markolinda, S.Si., M.Repro

Nama Pembimbing II : Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM

Nama Penguji I : Dr. Mery Ramadani, SKM, MKM

Nama Penguji II : Hamidatul Yuni, S.ST, M.Kes


Nama Penguji III : Siti Nurhasanah, S.ST, M.Kes

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan usulan


skripsi saya yang berjudul :

“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA REMAJA DI RW 08
KELURAHAN ANDURING KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG
TAHUN 2021”

Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah ditetapkan :

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, 2021

Ulfa Fadhila Farhan


No. BP: 1711212028
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ulfa Fadhila Farhan

Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 1 April 1999

Alamat : Jl. Cubadak Raya No. 12 Bariang

Status Keluarga : Belum Menikah

No. Telp/HP : 081261639704

E-mail : ulfafadhilafarhan99@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD Islam Budi Mulia Padang Lulus tahun 2011

2. SMP IT Budi Mulia Padang Lulus tahun 2014

3. SMA Adabiah 2 Lulus tahun 2017


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, Agustus 2021


ULFA FADHILA FARHAN, NO.BP. 1711212028

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU DALAM


PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA REMAJA DI RW 08
KELURAHAN ANDURING KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG TAHUN
2021
xi+132, 23 tabel, 2 gambar, 8 lampiran

ABSTRAK
Tujuan Penelitian
Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa ini remaja
sangat butuh dampingan orang tua terutama ibu dalam memberikan pendidikan dan
pengawasan sehingga anak terhindar dari tindak kejahatan kekerasan seksual. Tahun 2019,
Kecamatan Kuranji memiliki 5 kasus kekerasan seksual pada anak tertinggi di Kota Padang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu
dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan
Kuranji Kota Padang tahun 2021.

Metode
Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Agustus 2021. Populasi pada penelitian ini seluruh ibu di wilayah RW 08 Kelurahan
Anduring sebanyak 268, dengan sampel sebanyak 69 ibu. Pengambilan data pada penelitian
ini dengan menggunakan angket. Analisis data menggunakan analisis univariat, bivariat dan
multivariat.

Hasil
Berdasarkan hasil uji bivariat didapatkan hasil nilai p-value: tingkat pengetahuan p= 0,000,
sikap p= 0,012, tingkat pendidikan p= 0,356, paparan media informasi p= 0,005, dan peran
masyarakat p= 0,000. Hasil analisis multivariat didapatkan variabel yang paling
berhubungan dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja yaitu
tingkat pengetahuan ibu dengan POR= 18,041.

Kesimpulan
Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan, sikap, paparan media informasi dan
peran masyarakat dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di
RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021. Variabel yang
paling berpengaruh yaitu tingkat pengetahuan ibu, untuk itu diharapkan agar ibu lebih giat
dalam mencari informasi dalam menambah ilmu pengetahuan mengenai pencegahan
kekerasan seksual pada anak.

Daftar Pustaka: 45 (2003-2021)


Kata Kunci : Ibu, tindakan pencegahan, kekerasan seksual, remaja

i
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY

Thesis, August 2021


ULFA FADHILA FARHAN, NO.BP 1711212028

RELATED FACTOR WITHIN MOTHER PREVENTIVE MEASURE OF SEXUAL


VIOLENCE FOR ADOLESCENT IN RW 08 WARD ANDURING SUBDISTRICT
KURANJI PADANG IN 2021
xi+132 pages, 23 tables, 2 pictures, 8 attachments

ABSTRACT
Purpose
Adolescent is a time of transition from childhood to adult. In this period need more guidance
from parents especially mother that making adolescent avoid sexual crime. In 2019, Kuranji
had 5 cases of sexual crime for childhood in Padang. The purpose of this study was to know
the factors related to mother preventive measure of sexual violence for adolescent in RW 08
Ward Anduring Subdistrict Kuranji Padang In 2021.

Methods
The design of the research is cross sectional. This research was conducted in February-
August 2021. Population in this study is all of mother in RW 08 Ward Anduring there were
268 and for the sample were 69 mothers. Data were collected by questionnaire. The analysis
used was univariate, bivariate and multivariate.

Results
Based on the results of bivariate got that p-value is: knowledge p= 0,000, attitude p= 0,012,
education p= 0356, information media exposure p= 0,005, and community role p= 0,000.
Based on the results of multivariate got that the variable most related to mother preventive
measure of sexual violence is knowledge with POR= 18,041.

Conclusions
There is a significant relationship between knowledge, attitude, information media exposure,
and community role in mother preventive measure of sexual violence for adolescent in RW
08 Ward Anduring Subdistrict Kuranji Padang In 2021. Variable that most related is
mother’s knowledge, its hoped that mother will increase their knowledge about preventing
sexual violence in children.

Bibliography : 45 (2003-2021)
Keywords : Mother, preventive measure, sexual violence, adolescent

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Yang Berhubungan

Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja Di

RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2021”.

Hasil penelitian skripsi ini merupakan salah satu rangkaian dari proses pendidikan

yang secara menyeluruh yang ada di program S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Andalas.

Penulis menyadari dalam penyusunan hasil penelitian ini tidak akan selesai

tanpa bantuan dari berbagai pihak yang ikut serta dalam peneleitian ini. Karena itu,

pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Yuliandri, SH, MH selaku rektor Universitas Andalas

2. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

3. Ibu Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM selaku Ketua Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, dan juga pembimbing II yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian skripsi dan

memberikan arahan dengan sabar

4. Ibu Dr. Mery Ramadani, SKM, MKM selaku Ketua Prodi S1 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, dan juga penguji I yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis

5. Ibu Dr. Yessy Markolinda, S.Si, M.Repro selaku Ketua Bidang Ilmu

Kesehatan Reproduksi sekaligus pembimbing I yang telah membantu

iii
penulis dalam menyelesikan penelitian skripsi dan memberikan arahan

dengan sabar

6. Ibu Hamidatul Yuni, S.ST, M.Kes selaku penguji II yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis

7. Ibu Siti Nurhasanah, S.ST, M.Kes selaku penguji III yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis

8. Ibu Dra. Sri Siswati, Apt, SH, M.Kes selaku Pembiming Akademik yang

telah memberikan arahan akademik selama di kampus dan semangat

kepada penulis

9. Bapak Ketua RT dan RW 08 Kelurahan Anduring yang telah membantu

untuk kelancaran pengambilan sampel

10. Teristimewa untuk Ayah, Bunda, Adik-adikku dan keluarga yang telah

memberikan doa, dukungan, dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini

11. Teman – teman dan semua pihak yang telah membantu baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan penelitian ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik

materi maupun teknik penulisannya. Oleh karena itu, demi kesempurnaan proposal

ini penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun. Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca,

dan penerus mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat, sebagai salah satu media

pembelajaran.

Padang, 2021

Ulfa Fadhila Farhan

iv
DAFTAR ISI

HASIL PENELITIAN SKRIPSI.................................................................................


PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................
PERNYATAAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI..................................................
PERNYATAAN PENGESAHAAN............................................................................
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT...........................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................................
ABSTRAK....................................................................................................................i
ABSTRACT................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI.............................................................................................................vii
DAFTAR TABEL......................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................ix
DAFTAR ISTILAH....................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................................xi
BAB 1: PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................9
1.5 Ruang Lingkup..................................................................................................10
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................11
2.1 Kekerasan Seksual............................................................................................11
2.2 Pengetahuan......................................................................................................16
2.3 Sikap..................................................................................................................17
2.4 Tingkat Pendidikan Orang tua..........................................................................20
2.5 Paparan Media Informasi..................................................................................21
2.6 Pendidikan Kesehatan Reproduksi....................................................................24
2.7 Remaja..............................................................................................................27
2.8 Peran Masyarakat..............................................................................................30
2.9 Telaah Sistematis..............................................................................................32
2.10 Kerangka Teori...............................................................................................34

v
2.11 Kerangka Konsep............................................................................................35
2.12 Hipotesis Penelitian.........................................................................................36
BAB 3: METODE PENELITIAN...........................................................................38
3.1 Jenis Penelitian..................................................................................................38
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................38
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................38
3.4 Teknik Pengumpulan Data................................................................................40
3.5 Definisi Operasional.........................................................................................41
3.6 Uji Validitas dan Realibilitas...........................................................................43
3.7 Teknik Pengolahan Data...................................................................................47
3.8 Analisis Data.....................................................................................................48
BAB 4: HASIL..........................................................................................................50
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................................50
4.2 Karakteristik Responden...................................................................................50
4.3 Analisis Univariat.............................................................................................51
4.4 Analisis Bivariat................................................................................................60
4.5 Analisis Multivariat...........................................................................................64
BAB 5: PEMBAHASAN..........................................................................................66
5.1 Keterbatasan Penelitian.....................................................................................66
5.2 Analisis Univariat.............................................................................................66
5.3 Analisis Bivariat................................................................................................71
5.6 Analisis Multivariat...........................................................................................79
BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................81
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................81
6.2 Saran..................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................84
LAMPIRAN..............................................................................................................87

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Telaah Sistematis Tindakan Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja


....................................................................................................................................32
Tabel 3. 1 Definisi Operasional Penelitian.................................................................41
Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Orang tua................................43
Tabel 3. 3 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Orang tua...........................................44
Tabel 3. 4 Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan Orang tua.....................44
Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Variabel Paparan Media Informasi.............................45
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Variabel Peran Masyarakat.........................................45
Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas Variabel Tindakan Kekerasan Seksual.......................46
Tabel 3. 8 Hasil Uji Reliabilitas.................................................................................47
Tabel 4. 1 Karakteristik Umur Responden.................................................................50
Tabel 4. 2 Karakteristik Pekerjaan Responden...........................................................51
Tabel 4. 3 Karakteristik Umur Anak..........................................................................51
Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Tindakan Pencegahan.......................51
Tabel 4. 5 Tindakan Pencegahan Kekerasan Seksual.................................................53
Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Pengetahuan......................................54
Tabel 4. 7 Tingkat Pengetahuan.................................................................................55
Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Sikap.................................................56
Tabel 4. 9 Sikap..........................................................................................................57
Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan................................................58
Tabel 4. 11 Tingkat Pendidikan..................................................................................58
Tabel 4. 12 Paparan Media Informasi.........................................................................58
Tabel 4. 13 Distribusi Media Informasi Responden...................................................59
Tabel 4. 14 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Peran Masyarakat............................59
Tabel 4. 15 Peran Masyarakat....................................................................................60
Tabel 4. 16 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Ibu Dalam
Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja............................................................61
Tabel 4. 17 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan
seksual.........................................................................................................................61
Tabel 4. 18 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan
Kekerasan Seksual Pada Remaja................................................................................62

vii
Tabel 4. 19 Hubungan Paparan Media Informasi Dengan Tindakan Ibu Dalam
Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja............................................................62
Tabel 4. 20 Hubungan Peran Masyarakat Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan
Kekerasan Seksual Pada Remaja................................................................................63
Tabel 4. 21 Variabel Kandidat Analisis Multivariat...................................................64
Tabel 4. 22 Full Model Analisis Multivariat Variabel Yang Paling Mempengaruhi
Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja..........................64
Tabel 4. 23 Pemodelan Multivariat............................................................................65

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Lawrence Green...........................................................34


Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Penelitian..................................................................35

ix
DAFTAR ISTILAH

BKKBN : Badan Kependudukan dab Keluarga Berencana Nasional

BPPR dan KB : Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana

B2P3KS : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan


Sosial

DP3AP2KB : Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,


Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

HIV/AIDS : Human Immunodefiency Virus / Acquired Immune Defiency


Syndrome

KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia

PMS : Penyakit Menular Seksual

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

UNICEF : United Nation Children’s Fund

WHO : World Health Organization

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Informed Consent.....................................................................................88


Lampiran II Angket Penelitian...................................................................................89
Lampiran III Persetujuan Pengambilan Data Penelitian Oleh Pembimbing..............95
Lampiran IV Surat Izin Penelitian..............................................................................97
Lampiran V Surat Selesai Melakukan Penelitian.......................................................99
Lampiran VI Dokumentasi Penelitian......................................................................101
Lampiran VII Master Tabel......................................................................................103
Lampiran VIII Output Pengolahan Data SPSS.........................................................104

xi
BAB 1: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju proses

pendewasaan diri. Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja

adalah 10-19 tahun. Menurut Kemenkes RI No. 25 tahun 2014, remaja merupakan

usia dalam rentang 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN), remaja adalah usia dalam rentang 10-24 tahun dan

belum menikah.(1)

Pendidikan kesehatan reproduksi saat ini masih dianggap hal yang tabu untuk

dibicarakan dan masih banyak orang tua yang enggan dan merasa canggung untuk

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak. Memberikan edukasi

kesehatan reproduksi pada anak harus dimulai sejak kecil sehingga saat usia remaja

terbangun kesadaran untuk menjaga kesehatan reproduksi, fungsi organ reproduksi,

dan mampu melindungi diri dari tindakan kekerasan seksual.(2)

Menurut WHO, kekerasan seksual merupakan segala bentuk tindakan seksual,

tindakan paksaan yang mengarah pada seksualitas seseorang oleh siapapun tanpa

melihat keadaan korban dan hubungan dengan korban, hal ini tidak terbatas di

lingkungan rumah maupun pekerjaan. Hal yang termasuk dengan paksaan berupa

intimidasi, pemerasan, maupun ancaman (menyakiti fisik).(3)

Berdasarkan data dari Infodatin (2018) dilaporkan bahwa rata-rata 50% atau

lebih dari 1 milyar anak di dunia yang berusia 2-17 tahun mengalami kekerasan fisik,

1
2

seksual, emosional, dan penelantaran di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Utara

mengalami kekerasan dalam satu tahun terakhir.(4)

Hasil survei yang dilakukan WHO (2016) dilaporkan bahwa, 1 dari 4 orang

dewasa melaporkan pernah mengalami kekerasan saat usia anak/remaja, 1 dari 5

perempuan dan 1 dari 13 laki-laki melaporkan pernah mengalami kekerasan seksual

saat usia anak/remaja, rata-rata 12% anak-anak di dunia mengalami kekerasan

seksual pada satu tahun terakhir, dan sebanyak 37% dari negara anggota WHO

menerapkan intervensi pencegahan kejadian kekerasan seksual pada skala yang lebih

besar.(4)

Hasil survei lainnya yang dilakukan The International Rescue Committee di

bulan Juni 2015 melakukan survei terhadap 190 perempuan dan anak perempuan di

Dara’a dan Quneitra, hasil yang ditemukan bahwa 40% dari mereka telah mengalami

kekerasan seksual saat mengakses layanan bantuan kemanusiaan. Survei dilakukan

setelah ditemukannya laporan oleh penasihat kemanusiaan yang membentuk

kelompok diskusi di tenda pengungsian bagian selatan Suriah. Para perempuan

disana menceritakan bahwa mereka mendapat perlakuan tersebut dari para penyalur

bantuan kemanusiaan dan petugas pemerintah kota di daerahnya.(3)

Menurut penelitian WHO menemukan adanya perbedaan pendapat mengenai

perlunya pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja di enam belas negara Eropa

seperti lima negara mewajibkan, enam negara menerima dan mensahkannya tetapi

tidak menerapkan di sekolah, dua negara menerima pendidikan seks tetapi tidak

mensahkannya serta tiga negara tidak melarang akan tetapi tidak

mengembangkannya. Pandangan yang mendukung pendidikan seks menyatakan

bahwa remaja mendapat pendidikan seks tidak akan berhubungan seks, tetapi
3

siapapun yang belum pernah mendapatkan pendidikan seks cenderung banyak

mengalami kehamilan yang tidak diinginkan.(2)

Penelitian lainnya menyatakan bahwa yang peran orang tua sangat penting

dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi bagi remaja. Penelitian yang

telah dilakukan kepada 499 pasangan ibu dan anak remaja putri membuktikan bahwa

seringnya percakapan yang terjadi anatara ibu dan anak akan meningkatkan rasa

tanggung jawab anak. Semakin awal komunikasi dilakukan, maka fungsi

pencegahannya semakin nyata.(2)

Umumnya kegiatan seksual selalu menempatkan remaja pada berbagai risiko

masalah kesehatan reproduksi. Sekitar 15 juta remaja per tahun telah melahirkan di

usia 15-19 tahun, 4 juta melakukan aborsi, dan yang tertular Penyakit Menular

Seksual (PMS) sebanyak 100 juta dapat disembuhkan. Lain halnya dengan HIV,

setiap harinya ada 7.000 kasus remaja berusia 15-24 tahun yang terinfeksi HIV. Hal

ini dipengaruhi dari berbagai faktor, misalnya tuntutan nikah muda, akses pendidikan

dan pekerjaan yang minim dan ketidaksetaraan gender.(5)

Berdasarkan hasil laporan UNICEF tahun 2015 kekerasan terhadap anak terjadi

di Indonesia; sebanyak 40% anak usia 13-15 tahun melaporkan pernah diserang

secara fisik sekali dalam setahun, 26% melaporkan pernah mendapat hukuman fisik

dari orang tua atau pengasuh di rumah, dan sebanyak 50% anak melaporkan di bully

di sekolah.(4)

Berdasarkan data dari KPAI tahun 2016 didapatkan bahwa 26,4% kasus

kekerasan seksual atau sebanyak 156 kasus. Data kekerasan seksual ini dikategorikan

sebagai kasus nomor satu pada tahun 2016 yang berhubungan dengan remaja dan

seterusnya angka kekerasan seksual ini akan terus meningkat tiap tahunnya.
4

Selanjutnya, berdasarkan data KPAI pada tahun 2018 rekapitulasi tahun 2011 s.d 31

Mei 2018 menunjukan bahwa sebanyak 2.845 kasus kekerasan seksual dan

pornografi.(4)

Berdasarkan hasil SDKI (2012) menunjukan bahwa pengetahuan kesehatan

reproduksi pada remaja perempuan hanya 35,5% dan 31,2% pada remaja laki-laki

usia 15-19 tahun mengetahui hanya dengan sekali berhubungan seksual perempuan

dapat hamil. Begitu pula dengan pengetahuan mengenai PMS yang kurang diketahui

remaja. Sedangkan mengenai Human Immunodeficiency Virus (HIV) /  Acquired

Immune Deficiency Syndrome (AIDS) remaja lebih sering menerima informasi

tersebut, walaupun hanya sebanyak 9,9% remaja perempuan dan 10,6% remaja laki-

laki.(4)

Berdasarkan survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI)

tahun 2014 didapatkan hasil yang melakukan hubungan seks ditingkat SMP

sebanyak 5,3% dan ditingkat SMA sebanyak 10,3%. Selain itu, menurut data Depkes

RI tahun 2009 mengatakan bahwa 35,95% berteman dengan yang sudah pernah

melakukan hubungan seksual dan sebanyak 6,9% responden sudah melakukan

hubungan seksual.(6)

Berdasarkan hasil penelitian kekerasan seksual oleh Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta (B2P3KS). Kementerian

Sosial bekerja sama dengan End Child Prostitution, Child Pornography &

Trafficking of Children for Sexual Purposes (ECPAT) Indonesia pada tahun 2017,

penelitian dilakukan di Jakarta Timur, Magelang, Yogyakarta, Mataram dan

Makassar. Penelitian ini dilakukan kepada 49 orang anak yang mengalami kekerasan

seksual. Penelitian ini melibatkan orang tua, guru, kepala panti, pekerja sosial dan
5

stakeholder, lebih dari 50% kasus kekerasan seksual anak dilakukan oleh anak;

pelaku kekerasan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dengan rata-rata usia 16

tahun; 67% kasus kekekrasan seksual dilakukan pelaku melalui paksaan; 30%

kekerasan yang dilakukan berupa sentuhan/rabaan organ sensitif dan 26% hingga

berhubungan badan; 30,56% tempat terjadinya kekerasan diantaranya di rumah

teman dan 19,4% di rumah korban; 87% pelaku dan korban telah saling mengenal.

Korban kekerasan seksual rentang usia 5-17 tahun; karakteristik korban sebanyak

35,44% bersifat pendiam, cengeng dan pemalu; 24,05% bersifat hiperaktif dan

bandel dan 3,92% senang berpakaian minim; karakteristik social ekonomi pelaku dan

korban 55% keluarga yang didampingi kedua orang tua lengkap dan sebanyak 45%

merupakan keluarga cerai/meninggal.(4)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nugrahmi (2020) mengatakan bahwa

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki angka kekerasan

paling tinggi setelah Jakarta, Aceh, Jawa Timur dan Surabaya untuk tahun 2014 –

2016 yaitu diatas 63%. Hasil penelitian Badan Pemberdayaan Perempuan dan

Keluarga Berencana (BPPR dan KB) Sumatera Barat menemukan 189 kasus

kekerasan seksual pada anak tahun 2014 dan sebanyak 246 kasus pada tahun 2015.(7)

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh L.Green dalam buku promosi

kesehatan dan perilaku kesehatan bahwasanya faktor kesehatan seseorang

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor non perilaku dan faktor perilaku.

Selanjutnya L.Green menjelaskan bahwa perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama,

faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan

faktor penguat. Faktor predisposisi meliputi perilaku, pengetahuan, kepercayaan,

sikap, keyakinan, dan sebagainya. Faktor pemungkinkan meliputi tindakan seperti

fasilitas yang ada, sarana prasaran, dan sebagainya. Pada faktor penguat merupakan
6

faktor pendukung untuk berlangsungnya perilaku seperti, dorongan keluarga. Faktor

pendukung memerlukan contoh yang baik seperti dari tokoh masyarakat, dan

sebagainya.(8)

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Munas (2017), bahwasanya penyebab

terjadinya kekerasan seksual pada anak diakibatkan karena masih ada orang tua

tamatan SD sebanyak 8,3%, orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya sebanyak

36,1%, kurangnya dukungan tenaga kesehatan 43,1%, sikap ibu yang acuh sebanyak

44,4%, dan lingkungan yang tidak baik sebanyak 38,9%. (9) Hasil penelitian yang

dilakukan Kurniasari (2010) prevalensi remaja yang berperilaku seksual risiko tinggi

lebih banyak 1,7 kali ditemukan pada komunikasi orang tua yang buruk daripada

komunikasi orang tua yang baik.(10) Penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 oleh

Dina Setya Rahmah mendapatkan hasil bahwa ada hubungan pendidikan, sikap,

pendapatan dan status pernikahan dengan pegetahuan tentang kekerasan. (11) Pada

penelitian yang dilakukan oleh Qomarasari (2015) mendapatkan hasil bahwa Ada

hubungan peran keluarga, sekolah, teman,lingkungan, media informasi dan norma

agama dengan perilaku seksual.(12)

Pada pendidikan seks dan pendidikan kesehatan reproduksi ibu sebaiknya

memberikan pemahaman yang tepat kepada anak bahwasanya tubuh anak adalah

milik anak, harus dijaga dan dihindari dari orang-orang yang tidak akan bertanggung

jawab. Pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan kepada anak usia dini

berisikan materi bagian-bagian tubuh yang bersifat intim. Orang tua terutama ibu

juga harus menjelaskan bahwasanya tubuh anak hanya boleh dipegang dengan alasan

yang jelas seperti, saat anak sakit lalu berobat ke dokter, Orang tua harus mengajari

anak untuk membersihkan alat kelamin setelah buang air besar atau kecil, dan

sebagainya. Pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada anak harus


7

menanamkan dan menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami anak, apabila

ada orang yang ingin memegang tubuh anak dengan alasan yang tidak jelas, atau

ketika anak di hadiahi permen dan uang dari orang yang tidak dikenal anak harus

mampu menolak untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.(13)

Berdasarkan survey awal yang dilakukan di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji, didapatkan bahwa 8 dari 10 orang tua merasa tidak perlu

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anaknya dan beranggapan bahwa

peran guru di sekolah yang lebih berhak memberikan pendidikan kesehatan

reproduksi dan mengaku tidak akan memberikan pendidikan kesehatan reproduksi

pada anaknya jika anak tidak bertanya.

Berdasarkan uraian data diatas, maka sangat penting memberikan pendidikan

kesehatan reproduksi sejak anak usia dini hingga remaja. Dengan demikian, saat

menginjak masa remaja, anak-anak akan paham bagaimana mereka akan bergaul

dengan lawan jenis, menjaga diri, serta berperilaku baik saat di luar rumah. Menurut

data DP3AP2KB Kota Padang, kecamatan kuranji termasuk lima besar kecamatan

penyumbang kasus kekerasan seksual pada tahun 2019. Oleh karena itu, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai, Faktor Yang Berhubungan Dengan

Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja Di RW 08

Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2021.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian untuk

menemukan faktor apa saja yang berhubungan pada ibu terkait tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji

Kota Padang tahun 2021.


8

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui apa saja faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu

dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui distribusi frekuensi tindakan pencegahan kekerasan seksual pada

remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang

tahun 2021.

2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu dalam tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan

Kuranji Kota Padang tahun 2021.

3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu dalam tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan

Kuranji Kota Padang tahun 2021.

4. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu dalam tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021.

5. Mengetahui distribusi frekuensi paparan media informasi yang diperoleh ibu

dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08

Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021.

6. Mengetahui distribusi frekuensi peran masyarakat dalam tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021.


9

7. Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan

Kuranji Kota Padang tahun 2021.

8. Mengetahui hubungan sikap ibu dengan tindakan pencegahan kekerasan

seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota

Padang tahun 2021.

9. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan

Kuranji Kota Padang tahun 2021.

10. Mengetahui hubungan paparan media informasi yang diperoleh ibu dengan

tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan

Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021.

11. Mengetahui hubungan peran masyarakat dengan tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan

Kuranji Kota Padang tahun 2021.

12. Mengetahui faktor apa yang paling berhubungan dengan tindakan ibu dalam

pencegahan kekerasan seksual pada remaja oleh ibu di RW 08 Kelurahan

Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan kesehatan masyarakat khususnya mengenai tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja.


10

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Ibu

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang

pentingnya mencegah terjadinya kekerasan seksual pada remaja.

2. Bagi Masyarakat

Dapat menjadi sarana pendukung dalam meminimalisir kasus tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja.

3. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Menambah referensi skripsi yang baru dan dapat dijadikan bahan penelitian

selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup

Penelitian ini dilakukan di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota

Padang tahun 2021, untuk melihat apa saja faktor yang berhubungan dengan

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Yang termasuk

dalam variabel independen adalah pengetahuan, sikap, tingkat pendidikan ibu,

keterpaparan media informasi, dan peran masyarakat sedangkan variabel dependen

adalah tindakan pencegahan kekerasan seksual. Rancangan studi yang digunakan

pada penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada Februari

2021 sampai Agustus 2021 serta pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan

angket.
BAB 2: TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kekerasan Seksual

2.1.1 Pengertian Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual adalah segala bentuk perilaku yang dilakukan seseorang

atau sejumlah orang yang tidak disukai dan tidak diharapkan terjadi sehingga

menimbulkan akibat negatif seperti rasa malu, tersinggung, terhina, marah,

kehilangan harga diri, kehilangan kesucian, dan sebagainya pada orang yang menjadi

korban.(14)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Nugrahmi tahun 2020, Sumatera

Barat merupakan penyumbang angka kekerasan paling tinggi setelah Jakarta, Aceh,

Jawa Timur dan Surabaya untuk tahun 2014-2016 yaitu diatas 63%. Hasil penelitian

Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPR dan KB) Sumatera

Barat menemukan 189 kasus kekerasan seksual pada anak tahun 2014 dan sebanyak

246 kasus pada tahun 2015. Kasus yang banyak terjadi pada remaja, antara lain

kekerasan fisik, kekerasan psikologis, penelantaran, bullying dan kekerasan seksual.


(7)

2.1.2 Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak Dan Remaja

Dampak kekerasan seksual pada anak dan remaja terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Jangka pendek

a. Fisik: Luka atau lecet pada daerah intim atau dubur, rasa gatal – gatal

disekitar alat kelamin, anak sulit duduk maupun berjalan, patah

tulang, dan infeksi

11
12

b. Psikis: Rasa takut, trauma, cemas, sulit makan, tidur terganggu,

minder, cuek, sensitif, dan mudah marah

2. Jangka panjang

a. Pertumbuhan: pertumbuhan badan menjadi lambat ataupun terhambat,

cacat, infeksi, kekurangan gizi

b. Perkembangan: terganggunya emosi, sulit untuk membedakan hal

baik dam hal yang buruk, prestasi akademik rendah atau menurun,

menjadi tidak kreatif dan tidak produktif

c. Sifat dimasa depan: depresi, agresif, psikopat, anarkis, serta menjadi

kriminal

2.1.3 Pencegahan Kekerasan Seksual

Adapun upaya atau tindakan pencegahan kekerasan seksual dibagi ke dalam

dua hal, yaitu:(15)

a. Upaya preventif, merupakan tindakan yang dilakukan jauh sebelum

kejahatan itu terjadi, yaitu:

1) Peran individu

Yang harus dilakukan oleh setiap individu adalah berusaha untuk

terus mencoba agar tidak menjadi korban kejahatan, khususnya

kekerasan seksual, salah satunya adalah tidak memberikan

kesempatan atau ruang kepada setiap orang atau setiap pelaku untuk

melakukan kejahatan. Salah satunya yaitu menghindari pakaian yang

dapat menimbulkan rangsangan seksual terhadap lawan jenis, ataupun

tidak tidur bersama dengan anggota keluarga yang berlainan jenis

yang telah dewasa.


13

2) Peran orang tua

Anak yang dididik dengan baik dalam keluarga harmonis

memungkinkan mereka memperoleh kepercayaan diri tinggi dan

berdaya tahan lebi tangguh sehingga mereka tidak mudah menjadi

korban seksual berkepanjangan. Keterbukaan anak terhadap orang tua

dalam hal berkomunikasi, membuat anak dapat mengatakan apa saja

secara bebas tentang apa yang mereka alami. Eratnya relasi orang tua-

anak membantu orang tua memantau pergaulan anaknya mencegah

lebih banyak problem yang terkait dengan masalah relasi sosial

anaknya. Selain itu, teladan kehidupan seksualitas orangtua yang

bersih adalah unsur positif yang memberi arah bagi anak sehingga

anak mampu mengembangkan kehidupan seks yang bebas pula.

3) Peran masyarakat

Masyarakat merupakan suatu komunitas manusia yang memiliki

watak yang berbeda-beda satu sama lainnya, sehingga kehidupan

masyarakat sangat penting dalam menentukan dapat atau tidaknya

suatu kejahatan dilakukan. Dalam kehidupan bermasyarakat perlu

adanya pola hidup yang aman dan tentram sehingga tidak terdapat

ruang atau untuk terjadinya kejahatan, khususnya kejahatan di bidang

asusila terutama kekerasan seksual terhadap anak. Upaya yang

dilakukan agar mencegah hal itu yaitu dengan menciptakan suasana

yang tidak menyimpang dengan tata nilai yang dianut oleh

masyarakat. Adapun usaha-usaha yang dilakukan oleh masyarakat

yaitu mengadakan silahturahmi antara anggota masyarakat yang diisi


14

dengan ceramah-ceramah yang dibawakan oleh tokoh masyarakat

dilingkungan tempat tinggal.

4) Pengawasan peredaran kaset dan film porno

Peredaran film porno yang semakin banyak beredar di masyarakat

luas sangat berdampa terhadap kehidupan masyarakat pada umumnya,

karena dengan begitu akan sangat mudah seorang anak-anak untuk

mendapatkan film tersebut dari kawannya maupun orang yang tidak

dikenalnya. Akibatnya, seseorang yang sudah mempunyai hasrat

birahinya namun tidak mempunyai kesempatan melampiaskan kepada

wanita dewasa akhirnya melampiaskan kepada anak tetangga, anak

saudara, maupun anaknya sendiri. Sehingga dalam hal ini pihak

kepolisian telah mengambil sikap dalam meniadakan pengawasan

terhadap peredarannya.

5) Pemakaian internet

Sehubungan dengan pemakaian internet pemilik rental juga

memasukkan film-film yang tidak layak ditonton oleh penyewanya

termasuk anak-anak yang dibawah umur, sehingga film-film tersebut

dapat diakses dengan mudah di dalam internet. Hal itu dilakukan oleh

para pemilik rental sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk

menarik penyewa ke rental internet mereka. Para pemilik rental tidak

tahu efek negatif yang dapat terjadi akibat kemudahan akses terhadap

hal-hal yang berbau porno ini, salah satunya dapat merusak moral

masyarakat terlebih anak-anak. Oleh karena itu, untuk

menanggulanginya aparat kepolisian harus melakukan penyidikan


15

kepada rental-rental internet yang mempertontonkan adegan tersebut,

dan memberikan sanksi yang tegas agar tidak terjadi kembali.

b. Upaya Represif, merupakan tindakan yang dilakukan oleh aparat

penegak hukum, berupa penjatuhan dan pemberian sanksi pidana

kepada pelaku kejahatan, dalam hal ini dilakukan oleh kepolisian,

kejaksaan, pengadilan, dan lembaga pemasyarakatan.

Tindakan represif yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur yang

telah ditetapkan dan atas perintah atasan tertinggi kepolisian tersebut.

Tindakan tersebut harus mendapat perintah dari atasan dikarenakan

jika terjadi kesalahan prosedur dan lain sebagainya yang

mengakibatkan kerugian bagi pelaku ataupun masyarakat, hal tersebut

menjadi tanggung jawab atasan. Sehingga aparat yang bekerja

dilapangan dalam melakukan tindakan tidak sewenang-wenang.

Tindakan tersebut dapat berupa pelumpuhan terhadap pelaku,

melakukan penangkapan, penyelidikan, penyidikan, dan lain

sebagainya. Sementara bagi pihak kejaksaan adalah meneruskan

penyidikan dari kepolisian dan melakukan penuntutan dihadapan

majelis hakim pengadilan negeri. Sementara di pihak hakim adalah

pemberian pidana maksimal kepada pelaku diharapkan agar pelaku

dan calon pelaku mempertimbangkan kembali untuk melakukan dan

menjadi takut dan jera untuk mengulangi kembali. Sementara bagi

pihak Lembaga Pemasyarakatan memberikan pembinaan terhadap

narapidana yang berada di Lembaga Pemasyarakatan berupa

pembinaan mental agama, penyuluhan hukum serta berbagai macam

keterampilan.
16

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu seseorang yang didapatkan setelah

seseorang melakukan pengindraan pada suatu objek. Pengindraan yang dimaksud

ialah pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan raba. Pengetahuan yang

diperoleh manusia umumnya diperoleh dari pengelihatan dan pendengaran.

Berdasarkan teori Green pengetahuan masuk kedalam faktor prediposisi yang dapat

mempengaruhi perilaku seseorang.(16)

Dalam penelitian yang dilakukan Sulistianingsih dan Wahyu pada tahun 2016

didapatkan bahwa dalam memberikan pendidikan seksual pada anak dilihat dari

pengaruh tingkat pengetahuan ibu sebesar 33,4% sisanya sebanyak 66,6% ditentukan

oleh faktor lain, artinya ada hubungan pengetahuan ibu dalam memberikan

pendidikan seksual pada anak.(17)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Munas di tahun 2017 didapatkan

bahwa hasil uji statistik dengan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan

tindakan pencegahan kekerasan seksual pada anak.(9)

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Dalam domain kognitif, pengetahuan seseorang dibagi menjadi enam

tingkatan, yaitu:(16)

1. Tahu (know)

Tahu ialah mengingat hal yang telah dipelajari. Begitu juga mengingat

kembali (recall) hal yang lebih rinci dari bahan yang dipelajari maupun
17

rangsangan yang diterima. Tahu merupakan tingkat terendah dalam

pengetahuan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan yang menjelaskan dengan benar

mengenai suatu objek dan dapat menginterpretasikan materi dengan baik,

benar dan tepat.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi yaitu kemampuan dalam menerapkan materi yang telah dipelajari

pada kehidupan sehari-hari atau situasi sebenarnya (real).

4. Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam

komponen yang masih di dalam suatu organisasi dan juga berkaitan satu

dengan lainnya. Kemampuan dalam menganalisis yaitu dapat membedakan,

menggambarkan, memisahkan, mengelompokkan, dan lain sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan orang dalam melakukan, menempatkan serta

menggabungkan bagian-bagian dalam bentuk yang baru. Dalam arti lain,

sintesis merupakan kemampuan untuk penyusunan perumusan baru dari yang

sudah ada sebelumnya.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan melakukan penilaian pada suatu objek.

Penilaian yang dilakukan berdasarkan pada diri sendiri atau ketentuan yang

sudah ada.

2.3 Sikap

2.3.1 Pengertian Sikap


18

Sikap adalah keadaan mental dalam jiwa dan diri seseorang untuk berinteraksi

dengan lingkungannya, baik sesama manusia ataupun masyarakat, baik lingkungan

alamiah maupun lingkungan fisiknya. Sikap keberadaannya memang hanya ada

dalam diri seseorang, namun sikap juga dapat dipengaruhi oleh nilai budaya dan

sering juga bersumber pada sistem nilai budaya.(18)

Sikap merupakan respons dari seseorang yang tertutup terhadap suatu objek.

Sikap menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam

kehidupan berinteraksi dengan masyarakat merupakan bentuk emosional terhadap

stimulus sosial. Dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu respons atau reaksi

manusia dari stimulus yang akan mendasari seseorang melakukan sesuatu atau

membentuk perilaku.(16)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anugraheni tahun 2013 didapatkan

hasil adanya hubungan sikap orang tua dalam memberikan pendidikan seksual pada

anak sebesar 56,71% adalah negative dengan p value = 0,0001, yang berarti adanya

hubungan antara sikap orang terhadap pendidikan seks dalam pemberian pendidikan

seks pada remaja.(19) Penelitian yang dilakukan Munas tahun 2017 mendapatkan hasil

uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada anak.(9)

2.3.2 Komponen Sikap

Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa sikap memiliki tiga

kompenen, yaitu:(20)

1. Komponen kognitif
19

Komponen kognitif merupakan aspek intelektual berkaitan dengan apa yang

diketahui manusia. Dalam kompenen ini manusia akan menghasilkan

pemikiran dari apa yang didapatnya dari lingkungan luar.

2. Komponen afektif

Komponen afektif adalah aspek emosional berkaitan dengan penilaian yang

diketahui manusia. Setelah mendapat pemahaman dari lingkungan luar,

manusia akan menggunakan respons emosinya dalam mengolah lagi apa yang

ditemukannya dari lingkungan luar.

3. Komponen konatif

Komponen ini merupakan aspek visional berhubungan dengan keinginan

dalam bertindak.

2.3.3 Tingkatan Sikap

Sama halnya dengan pengetahuan, sikap juga memiliki beberapa tingkatan,

sebagai berikut:(16)

1. Menerima (receiving)

Menerima maksudnya adalah seseorang (subjek) menerima stimulus yang

diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Maksudnya apabila ditanya seseorang akan menjawab pertanyaan tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Suatu cara untuk mengajak orang lain untuk bersama mendiskusikan suatu

permasalahan.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Merupakan tingkatan sikap yang paling tinggi, karena berani menerima

pilihan dengan segala risiko yang ada.


20

2.3.4 Karakteristik Sikap

Menurut Allport (1924) menjelaskan bahwa sikap memiliki empat karakter,

sebagai berikut:(20)

1. Sikap merupakan rasa ingin berpikir, berpersepsi, dan beraksi.

2. Sikap merupakan nilai motivasi. Maksudnya adalah jika seseorang tidak

sepemikiran dengan satu hal yang dikemukakan oleh orang lain, maka dia

akan bertindak untuk menolak hal tersebut.

3. Sikap merupakan hal yang menetap dalam diri seseoran yang tidak mudah

berubah.

4. Sikap merupakan aspek penilaian suatu objek.

2.4 Tingkat Pendidikan Orang tua

2.4.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah segala upaya untuk mempengaruhi, memberikan bantuan

dan pengawasan sehingga setiap orang mampu untuk berperilaku yang diharapkan.

Dalam arti lain, pendidikan merupakan proses dalam mencapai tujuan tertentu dan

diharapkan adanya nilai perubahan dalam diri seseorang.(21)

2.4.2 Pengertian Orang tua

Menurut Ali (1982) berpendapat bahwa orang tua merupakan kodrat

pendidikan tertinggi yang ada dalam keluarga dan merupakan pendidik utama dalam

membentuk karakter dan sifat anak.(22)

Orang tua yang dimaksud adalah ayah dan ibu. Dalam perannya sebagai orang

tua, ayah dan ibu memiliki kewajiban untuk mendidik anaknya, baik dari segi moral,

sikap, perilaku serta pendidikan anaknya.


21

2.4.3 Tingkat Pendidikan Orang tua

Tingkat pendidikan orang tua adalah tingkat pendidikan formal yang berhasil

dicapai orang tua. Pendidikan formal yang dicapai orang tua akan mempengaruhi

seseorang, misalnya jenjang pekerjaan dan status social di masyarakat.(23)

Yang merupakan maksud tingkatan dalam pendidikan formal, yaitu pendidikan

sekolah yang teratur dan memiliki urutan dan waktu tertentu dan berlangsungnya

dimulai dari tingkat taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama,

sekolah menengah atas hingga duduk dibangku perkuliahan.(23)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan tingkat pendidikan orang tua yaitu

tingkat pendidikan yang telah ditempuh, melalui pendidikan formal yang paling

rendah hingga yang paling tinggi, yaitu dari tingkat sekolah dasar hingga bangku

perkuliahan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yulinda, hasil uji statistik diperoleh

nilai p value sebesar 0,005 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat

pendidikan dengan peran orangtua dalam pemberian pendidikan seks untuk anak.(24)

2.5 Paparan Media Informasi

2.5.1 Pengertian Media Informasi

Istilah media merupakan dari Bahasa latin yaitu bentuk jamak dari medium.

Secara harfiah artinya adalah pengantar atau perantara. Secara umum pengertian

media adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada penerima pesan atau informasi.
(21)

Dalam memberikan informasi kesehatan diperlukan alat bantu demi

mempermudah dan memperlancar informan (orang yang menyampaikan pesan)


22

dalam memberikan informasi kesehatan dengan mudah dan dapat menambah

pengetahuan dan pemahaman sasaran (penerima informasi).

Media atau alat peraga yang digunakan dapat diartikan alat bantu promosi yang

bentuknya dapat dilihat, didengar, diraba, dan dirasa agar mempermudah

penyebarluasan informasi. Untuk mempermudah pesan yang ingin disampaikan,

media harus dibuat sesuai dengan syarat media yang baik dan benar. Media promosi

kesehatan memiliki prinsip yaitu pesan yang dapat diterima dengan mudah oleh

panca indera.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Munas di tahun 2017 mendapatkan hasil

bahwa sebanyak 38 (61,1%) ibu tidak terpapar media informasi dengan nilai p value

= 0,000 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara media informasi dengan tindakan pencegahan kekerasan seksual pada anak.(9)

2.5.2 Pedoman Pembuatan Media Informasi

Agar sasaran dapat memahami isi pesan informasi yang diberikan, maka perlu

memperhatikan:(21)

1. Isi pesan kesehatan harus akurat.

Hal ini perlu diperhatikan mengingat perkembangan ilmu yang sangat

canggih. Isi pesan yang akan disampaikan perlu ditelaah ulang, apakah sudah

sesuai dengan perkembangan ilmu kesehatan sekarang atau sama sekali

belum.

2. Konsisten

Maksudnya adalah isi informas yang satu dengan informasi lainnya harus

saling berkaitan dan harus sampai dengan tujuan target sasaran.

3. Jelas.
23

Informasi yang diberikan harus dibuat dengan sesederhana mungkin demi

mempermudah penyampaian informasi.

2.5.3 Manfaat Media Informasi

Berikut delapan manfaat media informasi dalam promosi kesehatan:(21)

1. Menumbuhkan rasa ingin tahu sasaran

2. Target sasaran yang mengerti lebih banyak

3. Membantu terkendalanya komunikasi

4. Menumbuhkan rasa ingin melaksanakan pesan bagi sasaran

5. Dapat mempercepat pemahaman sasaran dalam waktu singkat

6. Merangsang sasaran untuk menyampaikan informasi pada orang banyak

7. Informan lebih mudah berkomunikasi dengan sasaran

8. Memudahkan sasaran menerima informasi yang diterima

2.5.4 Bentuk Media Informasi Kesehatan

1. Media Cetak

Berikut alat bantu dalam memberikan informasi dengan media cetak, antara

lain:(21)

a. Booklet ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam buku berupa

gambar ataupun tulisan.

b. Leaflet ialah bentuk penyampaian informasi kesehatan dengan

menggunakan lembar lipat. Isi informasi yang diberikan dalam bentuk

kombinasi gambar dan tulisan.

c. Flyer adalah sebaran mirip dengan leaflet tetapi tidak dalam bentuk

terlipat.
24

d. Flip chart merupakan media cetak yang bentuknya informasi timbal

balik. Biasanya berbentuk buku dengan gambar peraga dan lembar

sebaliknya pesan informasi yang ingin disampaikan.

e. Rubrik adalah tulisan pada koran atau majalah yang dibahas

merupakan informasi kesehatan.

f. Poster ialah media cetak yang biasanya ditempel ditempat umum.

2. Media Elektronik

Berikut merupakan media elektronik dalam menyampaikan informasi

kesehatan:

a. Televisi merupakan media elektronik yang dapat memberikan

informasi kesehatan melalu iklan layanan masyarakat, berita, forum

diskusi serta pidato.

b. Radio dapat menjadi penyedia informasi kesehatan dengan metode

penyampaian tanya jawab kesehatan dan iklan kesehatan yang

diputar di radio.

c. Video menjadi media elektronik dengan menyampaikan pesan-pesan

kesehatan.

d. Slide dapat menjadi media promosi kesehatan dengan cara

menyampaikan pesan kesehatan di setiap slidenya.

2.6 Pendidikan Kesehatan Reproduksi

2.6.1 Pengertian Pendidikan

Pendidikan adalah proses dalam merencanakan suatu hal yang terstruktur yang

dapat digunakan dalam proses perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.


25

Selain itu, pendidikan merupakan tuntutan dalam mencapai tujuan dari perubahan

dari tiap individu peserta didik.(21)

Pendidikan kesehatan merupakan tahapan dalam perubahan perilaku dengan

tujuan mempengaruhi, mengajak individu, anggota kelompok, lingkungan social agar

menerapkan perilaku sehat. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian pendidikan

kesehatan memerlukan pemahaman yang baik karena akan melibatkan konsep

perilaku kesehatan dan proses.

2.6.2 Kesehatan Reproduksi

Istilah reproduksi merupakan asal dari kata “re” yang artinya mengulang atau

kembali. Sedangkan kata “produksi” artinya membuat atau menghasilkan. Jadi istilah

reproduksi berarti suatu proses yang menghasilkan keturunan demi kelestarian

hidupnya. Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik,

mental dan social secara utuh, yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau

kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi

dan prosesnya.(21)

Menurut Kemenkes Republik Indonesia, kesehatan reproduksi adalah keadaan

sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan social yang berkaitan dengan

alat, fungsi dan proses reproduksi bukan saja bebas dari penyakit melainkan

bagaimana seseorang dapat memiliki rasa aman di kehidupan seksualnya.

2.6.3 Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual adalah salah satu metode mencegah atau mengurangi

penyalahgunaan seks. Khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang

tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular serta

depresi pada remaja. Pendidikan seksual juga mengajari hal yang berkaitan mengenai
26

alat kelamin atau segala hal yang membahas intimnya antara laki-laki dan

perempuan. Tetapi, juga memberikan ajaran seperti memisahkan tempat tidur anak

laki – laki dengan anak perempuan, ajaran cara berpakaian yang rapi dan sopan juga

termasuk kedalam pendidikan seksual.(25)

Pemberian pendidikan seksual bagi anak merupakan suatu tindakan yang

tujuannya agar anak mendapat materi yang benar mengenai seks di usianya.

Pemberian pendidikan seksual pada anak juga bertujuan agar anak saat menginjak

usia remaja dapat terhindar dari masalah pergaulan bebas.

Saat menginjak usia remaja pendidikan seksual berupa larangan atau

penggunaan kata “tidak boleh” tanpa ada penjelasan merupakan tindakan yang tidak

efektif karena pendidikan seperti ini tidak cukup dalam mempersiapkan remaja

menghadapi kehidupannya yang semakin sulit. Pengaruh minuman keras, obat-

obatan terlarang, tekanan dari teman atau patah hati akibat hubungan cintanya, akan

semakin menjerumuskan mereka pada aktivitas seksual lebih dini.(2)

2.6.4 Tujuan Pendidikan Seksual

Tujuan pendidikan seksual yaitu menciptakan sikap emosional yang sehat

dalam menghadapi masalah seksual serta menuntun anak dan remaja ke kehidupan

dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Pada

dasarnya tujuan pendidikan seksualitas adalah untuk membekali para remaja dalam

menghadapi gejolak biologisnya.(26)

Menurut Moh. Roqib, tujuan pendidikan seksual diantaranya, sebagai berikut:


(27)

1. Mencegah anak dari tindakan kekerasan seksual


27

2. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan

seksual

3. Mengurangi infeksi kelamin melalui seks

4. Mendorong hubungan sosial yang baik antar lawan jenis

2.6.5 Teknik Dalam Memberikan Pendidikan Seksual

Menurut Gunarsa (1999), hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan

pendidikan seksual, diantaranya:(28)

1. Cara penyampaian harus dilakukan dengan sederhana

2. Uraian penjelasan harus dijelaskan secara objektif

3. Isi uraian disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan

anak

4. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena tingkat

pengetahuan setiap anak berbeda cepat lambatnya menerima penjelasan

5. Perlu diusahakan melaksanakan pendidikan seksual secara berkala (repetitif)

2.7 Remaja

2.7.1 Pengertian Remaja

Menurut WHO, remaja merupakan seseorang dengan batasan usia 10 sampai

19 tahun. Menurut Kemenkes RI No. 25 tahun 2014, remaja merupakan usia dalam

rentang 10-18 tahun dan menurut BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional), remaja adalah usia dalam rentang 10-24 tahun dan belum

menikah.(1)

Mitra Inti Foundation (2001) mengatakan bahwa masa remaja merupakan

tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa yang akan mengalami

perubahan. Masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai
28

dari usia 14 pada pria dan usia 12 pada wanita. Peralihan ke masa dewasa bervariasi

dari satu kebiasaan namun dapat diartikan sebagai kondisi seseorang mulai bertindak

sesuai dengan keinginan mereka sendiri terlepas dari orang tua mereka.(29)

2.7.2 Karakteristik Perkembangan Remaja


Berdasarkan karakteristik perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga

tahap, yaitu:(1)

1. Remaja Awal (usia 10-12 tahun)

a. Lebih banyak bergau dengan teman sebaya

b. Merasa ingin bebas

c. Sering berkhayal dan sering memperhatikan bentuk tubuh

2. Remaja Tengah (usia 13-15 tahun)

a. Merasa ingin mencari identitas diri

b. Memiliki rasa ingin berpacaran dengan lawan jenis

c. Timbul perasaan cinta pada lawan jenis

d. Tingkatan berkhayal berkembang

e. Berkhayal mengenai hal yang berbau seksual

3. Remaja Akhir (usia 16-19 tahun)

a. Memperlihatkan rasa kebebasan diri

b. Lebih selektif dalam berteman

c. Mempunyai gambaran diri sendiri

d. Dapat menunjukkan perasaan cinta

e. Memiliki kemampuan berkhayal

2.7.3 Perkembangan Remaja Dan Tugasnya

Tugas dalam setiap tahapan perkembangan memiliki tujuan mencapai suatu

keterampilan, pengetahuan dan fungsi tertentu sesuai dengan kebutuhan pribadi.


29

Tugas-tugas yang perlu dipenuhi remaja dalam perkembangan seksualitasnya,

diantaranya:(1)

1. Mempunyai pengetahuan yang baik dan benar mengenai seksualitas dan

peran gender dalam masyarakat

2. Memperlihatkan sikap yang benar tentang seks

3. Paham mengenai perilaku hetero seksual yang dapat diterima dalam

masyarakat

4. Menetapkan point-point yang harus diperjuangkan dalam memilih pasangan

hidup

5. Mempelajari bagaimana mengekspresikan perasaan cinta

2.7.4 Pembekalan Pengetahuan Seksual Bagi Remaja

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pembekalan pengetahuan

seksual bagi remaja, berupa:(1)

1. Pembekalan pengetahuan mengenai perubahan yang terjadi dari segi fisik,

psikologis, dan kematangan seksual akan menjadikan remaja dapat mengatasi

dari segala aspek perubahan yang dialam.

2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab. Remaja harus dibekali bagaimana

cara menyalurkan naluri seksualnya ke arah yang positif, seperti berolahraga.

3. Pergaulan yang sehat antara laki-laki dan perempuan. Remaja perlu informasi

mengenai hal ini agar remaja selalu waspada dalam bergaul dengan lawan

jenis.

4. Persiapan pra nikah. Hal ini bertujuan agar calon pengantin siap secara

mental dan emosional dalam menghadapi kehidupan berkeluarga.


30

5. Kehamilan, persalinan, serta cara pencegahannya. Hal ini sangat perlu

dikarenakan penting bagi remaja dalam mempersiapkan kehidupan

berkeluarga di masa depan.

2.8 Peran Masyarakat

2.8.1 Pengertian Peran Masyarakat

Masyarakat yaitu kumpulan individu yang memiliki sifat berbeda-beda satu

dengan yang lainnya. Dalam bermasyarakat dibutuhkan pola kehidupan yang aman

dan tentram sehingga dapat meminimalisir terjadinya tindak kejahatan, khususnya

dalam hal asusila terutama tindak kekerasan seksual terhadap anak. Sehingga

kehidupan masyarakat sangat penting dalam menentukan dapat atau tidaknya suatu

kejahatan dilakukan.(9)

Besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap tumbuh kembang anak ini

dijelaskan bahwa anak dapat tumbuh dengan kecerdasan, kreativitas dan

kemandirian, kesemuanya itu sangat tergantung bagaimana suatu keluarga dan

lingkungan bermain anak mampu melaksanakan peranan dan fungsinya secara

optimal.(15)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munas pada tahun 2017

didapatkan hasil bahwa ibu yang melakukan pencegahan kekerasan seksual pada

anak lebih banyak pada ibu yang memiliki lingkungan tidak baik (82,1%)

dibandingkan dengan ibu yang memiliki lingkungan baik (15,9%). Hasil uji statistik

didapatkan nilai p value = 0,000 (p < 0,05), maka ada hubungan yang bermakna

antara lingkungan dengan tindakan pencegahan kekerasan seksual pada anak.


31
32

2.9 Telaah Sistematis

Berikut telaah sistematis Tindakan Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja:

Tabel 2. 1 Telaah Sistematis Tindakan Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja

No. Peneliti Judul Institusi Tahun Desain Penelitian Hasil Penelitian


1. Tri Irianti Wira Utami Hubungan Pengetahuan Universitas 2013 Cross sectional Ada hubungan yang
Dan Sikap Orang Tua Jember bermakna antara
Tentang Kesehatan pengetahuan
Reproduksi Dengan responden tentang
Tindakan Orang Tua kesehatan reproduksi
Mengawinkan Puterinya dengan tindakan
Di Usia Remaja (Studi Di responden
Kecamatan Sukowono mengawinkan
Kabupaten Jember) puterinya di usia
remaja.
2. Marfuah Hariyani Hubungan Antara Universitas 2016 Cross sectional Ada hubungan positif
Pengetahuan, Sikap dan Sebelas Maret signifikan antara
Norma Subjektif pengetahuan dengan
Orangtua Dengan Upaya sikap terhadap
Pencegahan Pelecehan pelecehan seksual
Seksual Kepada Anak di serta antara sikap
Kecamatan Jebres dengan upaya
Surakarta pencegahan pelecehan
seksual.
3. Dina Setya Rahmah Hubungan Karakteristik UIN Syarif 2015 Cross sectional Ada hubungan
Orang Tua Dengan Hidayatullah pendidikan, sikap,
Pengetahuan Orang Tua Jakarta pendapatan dan status
Tentang Kekerasan pernikahan dengan
Seksual Pada Anak Usia pegetahuan tentang
33

Prasekolah (3 – 5 Tahun) kekerasan.


Di Kelurahan Grogol
Selatan Kebayoran Lama
Jakarta Selatan
4. Robby Setyawan Faktor Yang Universitas 2017 Cross sectional Ada hubungan
Munas Berhubungan Dengan Andalas tindakan pencegahan
Tindakan Pencegahan kekerasan seksual
Kekerasan Seksual Pada pada anak dengan
Anak Di RW 02 tingkat pengetahuan,
Kelurahan Limau Manis sikap, lingkungan,
Selatan Padang Tahun media informasi,
2016 norma agama,
dukungan tenaga
kesehatan dan tidak
ada hubungan
pekerjaan.
5. Meysha Farashanda Faktor-Faktor Yang Universitas 2020 Cross sectional Adanya hubungan
Berhubungan Dengan Andalas yang signifikan pada
Perilaku Orangtua Dalam sikap, tingkat
Memberikan Pendidikan pendidikan, paparan
Kesehatan Reproduksi media informasi,
Pada Anak Usia 3-6 dorongan keluarga,
Tahun Di Kecamatan dan peran guru dari
Lubuk Kilangan Kota anak.
Padang Tahun 2020

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, yaitu:

1. Lokasi Penelitian: RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang

2. Waktu Penelitian: Februari 2021 – Agustus 2021


34

2.10 Kerangka Teori

Berikut kerangka teori berdasarkan Teori Lawrence Green:

Faktor Presdiposisi:
(Disposing Factor)

Pengetahuan
Sikap
Pendidikan
Kepercayaan
Budaya

Faktor Pendukung:
(Enabling Factor)
Perilaku
Fasilitas kesehatan Kesehatan
Media informasi

Faktor Pendorong:
(Reinforcing Factor)

Peran Masyarakat
Peran Tenaga Kesehatan
Peran Keluarga

Gambar 2. 1 Kerangka Teori Lawrence Green


Sumber: Buku Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan(30)
Keterangan: Tulisan yang di Tulis Tebal merupakan variabel yang akan diteliti
35

2.11 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori hasil modifikasi dari blum dan green, penelitian ini

menggunakan kerangka konsep sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Ibu

Sikap Ibu

Tindakan Pencegahan
Tingkat Pendidikan Kekerasan Seksual Pada
Ibu Remaja.

Paparan Media Informasi

Peran Masyarakat

Gambar 2. 2 Kerangka Konsep Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan


Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja Di RW 08 Kelurahan
Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2021
36

Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan ibu, sikap ibu,

tingkat pendidikan ibu, paparan media informasi dan peran masyarakat. Dengan

variabel dependen yaitu tindakan pencegahan kekerasan seksual di wilayah RW 08

Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021. Ada beberapa

variabel yang tidak diteliti seperti kepercayaan dan budaya dengan alasan akan

mendapatkan hasil yang homogen, karena dilihat dari karakteristik penduduk di

wilayah penelitian didapatkan bahwa setengah dari populasi merupakan orang

minang asli dan memiliki tradisi atau kepercayaan yang sama. Selanjutnya alasan

tidak memilih variabel peran tenaga kesehatan karena tidak adanya kader di wilayah

penelitian dan alasan tidak memilih variabel peran keluarga karena setengah dari

populasi terdiri dari keluarga inti.

2.12 Hipotesis Penelitian

Berikut hipotesis dari penelitian adalah:

1. Ada hubungan pengetahuan ibu dengan tindakan pencegahan kekerasan

seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota

Padang Tahun 2021.

2. Ada hubungan sikap ibu dengan tindakan pencegahan kekerasan seksual pada

remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang

Tahun 2021.

3. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan tindakan pencegahan kekerasan

seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota

Padang Tahun 2021.

4. Ada hubungan paparan media informasi yang didapat ibu dengan tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2021.


37

5. Ada hubungan peran masyarakat dengan tindakan pencegahan kekerasan

seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota

Padang Tahun 2021.

6. Ada faktor yang paling berhubungan dengan tindakan pencegahan kekerasan

seksual pada remaja oleh ibu di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan

Kuranji Kota Padang Tahun 2021.


BAB 3: METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan menggunakan metode

pendekatan cross sectional bertujuan untuk mengetahui Faktor Yang Berhubungan

Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja Di RW

08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2021.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji

Kota Padang dengan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2021 – Juli

2021.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari objek yang diteliti. Populasi dari

penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak remaja usia 10-19 tahun di RW 08

Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang yaitu sebanyak 268.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang diteliti. Sampel

diambil dengan menggunakan rumus Lameshow:(31)

Keterangan:

n = Jumlah sampel minimal

38
39

Z2 = Standar Deviasi normal untuk 1,96 dengan CI 95%

N = Jumlah Populasi yaitu 268

P = Proporsi target populasi adalah 0,416 (Roby Setyawan Munas(9))

q = Proporsi tanpa atribut 1-P adalah (1-0,41 = 0,584)

d = Derajat kesalahan yang digunakan (10% atau 0,10)

Besar sampel yang diteliti adalah:

n = (1,962) (268) (0,416) (0,584)

(0,102) (268-1) + (1,962) (0,416) (0,584)

n = (3,84) (268) (0,416) (0,584)

(0,01) (267) + (3,84) (0,416) (0,584)

n = 250,01

2,67 + 0,93

n = 250,01

3,60

n = 69

Jumlah sampel yang didapatkan adalah 69 reponden, untuk antisipasi droup out

dilakukan dengan cara menambahkan sejumlah sampel agar sampel dapat terpenuhi.

Untuk menghindari drop out ditambah sampel cadangan 10% dari total sampel,

sehingga jumlah sampel menjadi 79 orang.

3.3.3 Teknik Pemilihan Sampel

Teknik pemilihan sampel dengan menggunakan teknik Probability Sampling

yang artinya setiap orang yang berdomisili di wilayah penelitian memiliki

kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Metode yang digunakan
40

adalah Simple Random Sampling yaitu sampel diambil secara acak. Cara

pengambilan sampel yaitu dengan menggunakan metode pengundian angka acak

melalui Microsoft Excel, selanjutnya peneliti akan menggunakan angka yang

dikeluarkan excel dalam menentukan responden yang akan diteliti. Apabila sampel

sudah terkumpul, selanjutnya peneliti akan melakukan pembagian angket kepada

sampel terpilih. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian ini adalah:

1. Kriteria Inklusi

a. Ibu yang memliki anak usia 10-19 tahun di wilayah penelitian.

b. Ibu dan anaknya tinggal serumah.

c. Bersedia menjadi responden.

2. Kriteria Eksklusi

a. Ibu yang sudah dua kali kunjungan tidak berada ditempat.

b. Ibu yang sakit ketika kunjungan penelitian.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

Data didapat dari angket yang diberikan kepada orang tua. Orang tua yang

dimaksud peneliti adalah ibu yang tinggal dalam satu rumah dengan anaknya.

Instrumen dalam penelitian ini merupakan angket. Angket yang digunakan

merupakan adopsi dari penelitian Roby Setyawan Munas tahun 2017.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder didapat dari tiap-tiap RT yang ada di lingkungan RW 08

Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang serta data kekerasan seksual

yang didapatkan dari kantor DP3AP2KB Kota Padang tahun 2019.


41

3.5 Definisi Operasional

Berikut tabel Definisi Operasional penelitian Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan

Seksual Pada Remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2021:

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Cara Skala Hasil Pengukuran

Pengukuran

Tindakan Peranan orang tua untuk Pembagian Ordinal 0 = Tidak berperan Jika skor < 33, hasil
pencegahan menghindari terjadinya tindak angket dari Mean
kekerasan seksual kekerasan seksual pada anak 1 = Berperan Jika skor ≥ 33, hasil dari
Mean
Pengetahuan ibu Hal yang orang tua ketahui Pembagian Ordinal 0 = Rendah Jika total skor < 5, hasil dari
mengenai tindakan pencegahan angket Median
kekerasan seksual pada anak 1 = Tinggi Jika total skor ≥ 5, hasil dari
Median
Sikap ibu Respon atau reaksi dari orang tua Pembagian Ordinal 0 = Negatif Jika total skor < 34 hasil dari
tentang tindakan pencegahan angket Median
kekerasan seksual pada anak 1 = Positif Jika total skor ≥ 34 hasil dari
Median

Tingkat Jenjang pendidikan formal terakhir Pembagian Ordinal 0 = Rendah , tidak Tamat SD, SD, SMP
pendidikan ibu yang diperoleh ibu angket 1 = Tinggi , SMA dan Perguruan tinggi /
akademi
Paparan media Informasi yang didapatkan orang tua Pembagian Ordinal 0 = Tidak terpapar
informasi mengenai pendidikan seksual untuk angket 1 = Terpapar
anak
Peran masyarakat Kondisi/usaha yang dilakukan untuk Pembagian Ordinal 0 = Tidak baik Jika skor < 20, hasil dari
42

menciptakan suasana yang aman dan angket Mean


tentram sehingga tidak terdapat 1 = Baik Jika skor ≥ 20, hasil dari Mean
ruang tindak kejahatan terjadi
43

3.6 Uji Validitas dan Realibilitas

Sebelum dilakukan penelitian, maka perlu dilakukan uji validitas pada angket

yang bertujuan agar tidak ada kesalahan dalam melakukan penelitian. Instrumen

penelitian ini di harapkan memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Uji validitas

dan reliabilitas ini dilakukan melalui google form pada 30 orang responden yang

disebar melalui aplikasi WhatsApp.

3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas sangat diperlukan untuk mengetahui ada dan tidaknya pertanyaan

dalam angket yang harus diganti karena dianggap relevan. Item instrumen dianggap

valid jika hasil uji validitas dapat dinyatakan dengan r hitung. Apabila r hitung > r

tabel maka item instrumen tersebut dianggap valid. Besar r table ditentukan oleh

jumlah responden 30 orang dengan tingkat signifikan 5% yaitu 0,361. Berikut hasil

uji validitas masing-masing variabel:

1. Pengetahuan Orang tua

Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel pengetahuan orang tua:

Tabel 3. 2 Hasil Uji Validitas Variabel Pengetahuan Orang tua

No. r tabel r hitung (5%) 30 Keterangan


1 0,515 0,361 Valid
2 0,476 0,361 Valid
3 0,386 0,361 Valid
4 0,461 0,361 Valid
5 0,619 0,361 Valid
6 0,399 0,361 Valid
7 0,693 0,361 Valid
8 0,399 0,361 Valid
9 0,476 0,361 Valid
10 0,387 0,361 Valid
Dari tabel diatas, 10 butir pernyataan untuk mengukur tingkat

pengetahuan responden mendapatkan hasil yang valid setelah dilakukannya

uji validitas.
44

2. Sikap Orang tua

Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel sikap orang tua:

Tabel 3. 3 Hasil Uji Validitas Variabel Sikap Orang tua

No. r tabel r hitung (5%) 30 Keterangan


1 0,386 0,361 Valid
2 0,380 0,361 Valid
3 0,495 0,361 Valid
4 0,399 0,361 Valid
5 0,457 0,361 Valid
6 0,461 0,361 Valid
7 0,457 0,361 Valid
8 0,476 0,361 Valid
9 0,412 0,361 Valid
10 0,399 0,361 Valid
11 0,386 0,361 Valid

Dari tabel diatas, 11 butir pernyataan untuk mengukur tingkat sikap

responden mendapatkan hasil yang valid setelah dilakukannya uji validitas.

3. Tingkat Pendidikan Orang tua

Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel tingkat pendidikan orang

tua:

Tabel 3. 4 Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Pendidikan Orang tua

No. r tabel r hitung (5%) 30 Keterangan


1 1 0,361 Valid

Dapat dilihat dari tabel diatas, pernyataan untuk variabel tingkat

pendidikan orangtua diperoleh hasil uji yang valid.

4. Paparan Media Informasi

Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel paparan media informasi:

Tabel 3. 5 Hasil Uji Validitas Variabel Paparan Media Informasi

No. r tabel r hitung (5%) 30 Keterangan


1 1 0,361 Valid
45

Dapat dilihat dari tabel diatas, pernyataan untuk variabel paparan media

informasi diperoleh hasil uji yang valid. Untuk butir soal nomor 2 dan 3 tidak

di uji validitas karena butir soal nomor 2 dan 3 merupakan pernyataan yang

harus dipilih atau diisi responden untuk menguatkan jawaban pada butir soal

nomor 1.

5. Peran Masyarakat

Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel peran masyarakat:

Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Variabel Peran Masyarakat

No. r tabel r hitung (5%) 30 Keterangan


1 0,557 0,361 Valid
2 0,433 0,361 Valid
3 0,516 0,361 Valid
4 0,550 0,361 Valid
5 0,403 0,361 Valid
6 0,458 0,361 Valid
7 0,490 0,361 Valid

Dari tabel diatas, 7 butir pernyataan untuk mengukur tingkat peran

masyarakat responden mendapatkan hasil yang valid setelah dilakukannya uji

validitas.

6. Tindakan Pencegahan Kekerasan Seksual

Berikut adalah hasil uji validitas dari variabel peran masyarakat:

Tabel 3. 7 Hasil Uji Validitas Variabel Tindakan Kekerasan Seksual


No. r tabel r hitung (5%) 30 Keterangan
1 0,634 0,361 Valid
2 0,618 0,361 Valid
3 0,644 0,361 Valid
4 0,493 0,361 Valid
5 0,479 0,361 Valid
6 0,600 0,361 Valid
7 0,642 0,361 Valid
8 0,577 0,361 Valid
9 0,572 0,361 Valid
10 0,423 0,361 Valid
46

Dari tabel diatas, 10 butir pernyataan untuk mengukur tingkat sikap

responden mendapatkan hasil yang valid setelah dilakukannya uji validitas.

3.6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan langkah selanjutnya yang cukup terpercaya untuk

menentukan keandalan sebuah instrumen pada penelitian. Uji reliabilitas dilakukan

untuk mengukur konsistensi instrumen yang digunakan, maksudnya adalah sejauh

mana pengukuran dari suatu tes tetap konsisten setelah dilakukan berulang-ulang

terhadap subjek dan dalam kondisi yang sama. Uji reliabilitas dinilai dengan

menghitung nilai Cronbach’s Alpha menggunakan SPSS. Dapat dilihat dari kriteria

Cronbach’s Alpha untuk uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

Kriteria Cronbach’s Alpha untuk uji reliabilitas adalah sebagai berikut:

1. Nilai alpha cronbach 0,00 sampai dengan 0,20 berarti kurang reliable

2. Nilai alpha cronbach 0,21 sampai dengan 0,40 berarti agak reliable

3. Nilai alpha cronbach 0,41 sampai dengan 0,60 berarti cukup reliable

4. Nilai alpha cronbach 0,61 sampai dengan 0,80 berarti reliable

5. Nilai alpha cronbach 0,81 sampai dengan 1,00 berarti sangat reliable

Tabel 3. 8 Hasil Uji Reliabilitas


No. Variabel r hitung r tabel (5%) 30 Keterangan
1 Pengetahuan Orang tua 1 0,361 Sangat reliable
2 Sikap Orang tua 0,678 0,362 Reliable
Tingkat Pendidikan
3 0,730 0,363 Reliable
Orang tua
4 Paparan Media Informasi 0,689 0,364 Reliable
5 Peran Masyarakat 0,768 0,365 Reliable
6 Tindakan Pencegahan 1 0,366 Sangat reliable
47

Kekerasan Seksual

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil uji reliabilitas dari instrumen yang

akan peneliti gunakan sebagai alat penelitian untuk variabel pengetahuan ibu, sikap

ibu, tingkat pendidikan ibu, paparan media informasi, peran masyarakat dan tindakan

pencegahan kekerasan seksual mendapatkan hasil yang reliable.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Setelah data didapat selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dengan

menggunakan data-data sebagai berikut:(30)

1. Editing merupakan hasil kuesioner yang diperoleh perlu dilakukan

penyuntingan, jika ada data yang tidak lengkap maka dianggap drop out.

2. Coding merupakan teknik membuat kode untuk merekam data yang

diperoleh.

3. Entry merupakan proses untuk memasukkan data yang diperoleh.

4. Tabulating merupakan teknik membuat tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian dilakukan.

5. Clearing merupakan proses pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan

adanya kesalahan kode, tidak lengkap, lalu dilakukan pembetulan atau

pengoreksi.

3.8 Analisis Data

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang menjelaskan tentang distribusi frekuensi

dari setiap variabel independen, yaitu pengetahuan orang tua, sikap orang tua, tingkat

pendidikan orang tua, paparan media informasi yang diperoleh orang tua serta peran
48

masyarakat. Bentuk analisis univariat adalah data numerik menggunakan nilai mean

atau rata-rata dan median.

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat ini adalah analisis untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Untuk membuktikannya ada

hubungan atau tidaknya antara variabel tersebut, maka dilakukan uji statistik Chi

Square dengan p value <0,05. Melalui perhitungan uji Chi Square ditarik suatu

kesimpulan, bila p value <0,05 maka akan ada hubungan bermakna antara variabel

dependen dengan variabel independen namun apabila nilai p value >0,05 berarti

tidak ada hubungan bermakna variabel dependen dengan independen.

3.8.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui hubungan lebih dari

suatu variabel independen dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini, analisis

data multivariat menggunakan analisis regresi logistik yang berfungsi untuk

menganalisis hubungan beberapa variabel independen dengan sebuah variabel

dependen.(30)

Analisis multivariat itu sendiri memiliki tujuan untuk:(32)

1. Mengetahui variabel independen mana yang memiliki pengaruh paling

besar terhadap variabel dependen

2. Mengetahui apakah variabel independen berhubungan dengan variabel

dependen dipengaruhi variabel lain atau tidak

3. Mengetahui bentuk hubungan beberapa variabel independen dengan

variabel dependen, berhubungan langsung atau tidak langsungnya.


49

Metode yang digunakan adalah metode backward yaitu memasukkan semua

variabel bebas kedalam model secara bergantian dan dikeluarkan satu per satu untuk

menemukan variabel yang paling berpengaruh dan menentukan nilai POR. Variabel

yang tidak signifikan dikeluarkan dan pengujian lagi terhadap analisis regresi.
BAB 4: HASIL

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kelurahan Anduring merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan

Kuranji Kota Padang, dengan luas daerah 4,04 km2. Letak geografis Kelurahan

Anduring berbatasan dengan bagian Utara, Kecamatan Lubuk Lintah; bagian Selatan

berbatasan dengan Kelurahan Andalas; bagian Barat dengan Kelurahan Ampang; dan

bagian Timur berbatasan dengan Kelurahan Pasar Ambacang.

Penelitian ini dilakukan di Wilayah RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan

Kuranji. Responden pada penelitian ini adalah Ibu yang memiliki anak remaja

dengan usia 10-19 tahun di RW 08 Kelurahan Anduring, dengan total responden

sebanyak 69 ibu dari seluruh total populasi sebanyak 268 ibu.

4.2 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data pada 69 ibu, didapatkan hasil

Distribusi karakteristik responden pada tabel berikut:

Tabel 4. 1 Karakteristik Umur Responden

Umur Responden f %
30-39 12 17,4
40-49 31 44,9
>50 26 37,7

Berdasarkan tabel 4.1 jumlah responden pada penelitian ini sebanyak 69

responden. Didapatkan hasil bahwa responden terbanyak dengan umur 40 sampai 49

tahun sebanyak 31 responden (44,9%) dan sebagian kecil responden dengan umur 30

sampai 39 tahun yaitu sebanyak 12 responden (17,4%).

50
51

Tabel 4. 2 Karakteristik Pekerjaan Responden

Karakterisitk Pekerjaan Responden f %


Ibu Rumah Tangga 38 55,1
PNS 19 27,5
Guru 5 7,2
Swasta 7 10,1

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa lebih dari setengah responden bekerja

sebagai ibu rumah tangga sebanyak 38 responden (55,1%), sebanyak 19 responden

bekerja sebagai PNS (27,5%), sebagian kecil sebagai guru sebanyak 5 responden

(7,2%) dan swasta sebanyak 7 responden (10,1%).

Tabel 4. 3 Karakteristik Umur Anak

Karakterisitk Umur Anak f %


10-13 Tahun 29 42,0
14-16 Tahun 20 29,0
17-19 Tahun 20 29,0

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kurang dari setengah responden yang

memiliki anak dengan usia 10-3 tahun sebanyak 29 orang (42%), responden dengan

anak usia 14-16 tahun sebanyak 20 orang (29%) begitu juga dengan responden yang

memiliki anak usia 17-19 tahun sebanyak 20 orang (29%).

4.3 Analisis Univariat

Analisis univariat memiliki tujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari setiap

variabel yang diteliti. Hasil analisis univariat dapat dilihat sebagai berikut:

4.3.1 Tindakan Pencegahan

Berikut adalah tabel skor dari variabel tindakan pencegahan kekerasan

seksual pada remaja:

Tabel 4. 4 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Tindakan Pencegahan


52

Kadang- Tidak
No
Tindakan Pencegahan Selalu Kadang Jarang Pernah
.
f % f % f % f %
Saya mengajarkan pendidikan
kesehatan
29, 11,
1 reproduksi/pendidikan seksual 23 33,3 20 18 26,1 8
0 6
pada anak dengan bahasa yang
mudah dimengerti
Saya mengajarkan anak untuk
mengenali berbagai bentuk
pelecehan seksual mulai dari 27, 13,
24 34,8 19 17 24,6 9
menyentuh, mencolek, hingga 5 0
kekerasan seksual seperti
2 tindak pencabulan
Saya menjelaskan tentang
pubertas dan perubahan fisik 47,
3 serta emosi yang akan dialami 21 30,4 33 9 13,0 6 8,7
8
dan bertanggungjawab atas
dirinya

Saya mengajarkan anak untuk


tidak membiarkan orang lain 36,
40 58,0 25 2 2,9 2 2,9
sembarangan menyentuh atau 2
4 menyakiti organ tubuhnya

Saya mengajarkan anak dalam


menentukan siapa yang boleh
dan tidak boleh menyentuh 29,
5 43 62,3 20 6 8,7  -  -
bagian tubuhnya, terutama 0
bagian tubuh yang sangat
pribadi

 Saya mengajarkan anak untuk


24,
berteriak minta pertolongan 43 62,3 17 7 10,1 2 2,9
6
pada orang sekitar saat merasa
6 tidak aman

Saya mengajarkan anak untuk


mengatakan tidak saat orang 21,
7 51 73,9 15 2 2,9 1 1,4
lain menyuruh membuka baju 7
atau memperlihatkan bagian
tubuh

Saya mengajarkan anak untuk


18,
dapat mengabaikan bujukan 48 69,6 13 5 7,2 3 4,3
8
dan rayuan dari lawan jenis
8 yang tidak dikenal
53

Saya mengajarkan melakukan


tindakan perlawanan seperti 36,
9 32 46,4 25 10 14,5 2 2,9
memukul, menendang, 2
menggigit pelaku kekerasan
seksual dan melarikan diri

Saya membangun komunikasi


yang baik dengan anak agar 17,
53 76,8 12 3 4,3 1 1,4
anak bersikap terbuka dan 4
berani melaporkan hal yang
10 dialami

Berdasarkan tabel 4.4 kurang dari setengah ibu yang akan memberikan

pendidikan kesehatan reproduksi dengan bahasa yang mudah dimengerti sebanyak

33,3% dan sebagian besar ibu akan membangun komunikasi yang baik dengan anak

agar anak bersikap terbuka dan berani melaporkan hal yang dialami terkait tindak

kekerasan seksual sebanyak 76,8%.

Tabel 4. 5 Tindakan Pencegahan Kekerasan Seksual

Tindakan Pencegahan Kekerasan f %


Seksual
Tidak Berperan 32 46,4
Berperan 37 53,6
Jumlah 69 100

Berdasarkan tabel 4.5 distribusi frekuensi tindakan pencegahan kekerasan

seksual diatas didapatkan bahwa sebanyak 37 responden atau sebanyak 53,6% yang

berperan dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual.

4.3.2 Pengetahuan

Berikut ini adalah tabel skor dari pengetahuan ibu dalam pencegahan kekerasan

seksual pada remaja:


54

Tabel 4. 6 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Pengetahuan

Betul Salah
No. Pengetahuan
f % f %
Pendidikan seksual dapat
menghindari anak dari
84,
1 perilaku menyimpang yang 58 11 15,9
1
mengarah pada
penyaalahgunaan seks

Mengenalkan anak tentang


jenis kelamin dan cara
55,
2 menjaganya, baik dari sisi 38 31 44,9
1
kesehatan dan kebersihan,
keamanan, serta keselamatan

Tingkah laku yang didorong


hasrat seksual sesama jenis 43,
3 30 39 56,5
atau lawan jenis merupakan 5
kekerasan seksual
Membahas dengan anak
tentang seksualitas dan alat 50,
4 35 34 49,3
kelamin sangat penting 7
dilakukan orang tua
Semua pelaku kekerasan
seksual pada anak 56,
5 39 30 43,5
merupakan orang yang tidak 5
dikenal
Anggota keluarga tidak
mungkin menjadi salah satu 55,
6 38 31 55,1
pelaku kekerasan seksual 1
pada anak

Penting mengajarkan cara


berpakaian yang sopan pada
71,
7 anak saat akan keluar rumah 49 20 29,0
0
sebagai upaya pencegahan
kekerasan seksual

Anak perempuan sering


66,
8 menjadi sasaran pelaku 46 23 33,3
7
kekerasan seksual

Anak laki-laki tidak mungkin


55,
9 menjadi sasaran pelaku 38 31 44,9
1
kekerasan seksual
55

Kekerasan seksual adalah


mengajak dan memaksa anak
60,
10 melihat materi pornografi 42 27 39,1
9
baik tulisan, gambar, video,
atau secara langsung

Berdasarkan tabel 4.6 sebagian besar responden memliki pengetahuan yang baik

pada pernyataan pendidikan seksual dapat menghindari anak dari perilaku

menyimpang yang mengarah pada penyalahgunaan seks sebanyak 84,1% dan lebih

dari setengah responden beranggapan bahwa anak perempuan merupakan korban

kekerasan seksual paling banyak yang diinginkan oleh pelaku sebanyak 66,7% dan

kurang dari setengah responden menjawab benar dan memiliki pengetahuan yang

baik menjawab anak laki-laki tidak mungkin menjadi sasaran pelaku kekerasan

seksual sebanyak 44,9%.

Tabel 4. 7 Tingkat Pengetahuan

Tingkat Pengetahuan f %
Rendah 31 44,9
Tinggi 38 55,1
Jumlah 69 100

Berdasarkan tabel 4.7 distribusi frekuensi tingkat pengetahuan didapatkan

sebanyak 38 (55,1%) responden memiliki pengetahuan yang tinggi dan responden

yang memiliki pengetahuan rendah yaitu sebanyak 31 (44,9%) responden dalam

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji.

4.3.3 Sikap

Berikut ini adalah tabel skor dari sikap ibu dalam pencegahan kekerasan

seksual pada remaja:

Tabel 4. 8 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Sikap


56

Sangat
Sangat Tidak Tidak
No. Sikap Setuju Setuju Setuju Setuju
f % f % f % f %
Sebagai orang tua saya
perlu memberikan 50,
1 pendidikan kesehatan 35 29 42,0 4 5,8 1 1,4
7
reproduksi pada anak saya
Sebagai orang tua saya
bisa memberikan
15, 33,
2 pendidikan kesehatan 11 34 49,3 23 1 1,4
9 3
reproduksi apabila anak
sudah bertanya
Saya mengajarkan
pendidikan kesehatan
23, 26,
3 reproduksi pada anak 16 32 46,4 18 3 4,3
2 1
sebagai titik tolak anak
dalam mempelajari seks
Sebagai orang tua
memberikan pendidikan
kesehatan reproduksi
27, 14,
4 untuk anak dapat 19 40 58,0 10 - -
5 5
mencegah informasi yang
keliru tentang seksual yang
diperoleh oleh anak
Menurut saya anak yang
diberikan perhatian lebih
30, 21,
5 dari orangtua akan 21 32 46,4 15 1 1,4
4 7
terhindar dari pelecehan
atau kekerasan seksual
Menurut saya memberikan
pendidikan kesehatan 10, 46,
6 7 20 29,0 32 10 14,5
reproduksi untuk anak itu 1 4
sulit
Saya sebagai orang tua
dapat menjadi teman 36, 13,
7 25 35 50,7 9 - - 
diskusi bagi anak perihal 2 0
kesehatan reproduksi
Saya menganggap
pendidikan kesehatan
27, 21,
8 reproduksi bukan hal yang 19 30 43,5 15 5 7,2
5 7
tabu untuk dibicarakan
kepada anak
Menurut saya anak yang
mendapat pendidikan
31, 10,
9 kesehatan reproduksi akan 22 39 56,5 7 1 1,4
9 7
lebih berperilaku lebih
santun dalam bergaul
57

Menurut saya kekerasan


66, 10,
10 seksual dapat merusak 46 14 20,3 7 2 2,9
7 7
masa depan anak
Menurut saya pelaku
kekerasan seksual bisa saja 33,
11 23 38 55,1 5 7,2 3 4,2
dari orang-orang terdekat 3
yang dikenal anak

Berdasarkan tabel 4.8 diketahui bahwa lebih dari setengah responden memiliki

sikap yang positif dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi yaitu

sebanyak 50,7%, selanjutnya beberapa responden akan memberikan pendidikan

kesehatan reproduksi pada anak jika anak sudah bertanya yaitu sebanyak 49,3%.

Pada pernyataan no. 8 sebanyak 43,5% responden setuju bahwa memberikan

pendidikan kesehatan reproduksi bukan hal yang tabu untuk dibicarakan dengan

anak.

Tabel 4. 9 Sikap

Sikap f %
Negatif 33 47,8
Positif 36 52,2
Jumlah 69 100

Berdasarkan tabel 4.9 distribusi frekuensi variabel sikap, sebanyak 36

responden atau sebanyak 52,2% ibu memiliki sikap yang positif dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji.

4.3.4 Tingkat Pendidikan

Berikut ini adalah tabel skor dari tingkat pendidikan ibu dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja:

Tabel 4. 10 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan


No. Tingkat Pendidikan f %
1 Tidak tamat SD - -
2 Tamat SD 2 2,9
3 Tamat SMP 9 13,0
4 Tamat SMA 25 36,2
5 Tamat PTN/S 33 47,8
58

Berdasarkan tabel 4.10 lebih dari setengah responden merupakan tamatan

perguruan tinggi yaitu sebanyak 33 (47,8%).

Tabel 4. 11 Tingkat Pendidikan


Tingkat Pendidikan f %
Rendah 11 15,9
Tinggi 58 84,1
Jumlah 69 100
Berdasarkan tabel 4.11 tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini

mendapatkan hasil 84,1% responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi.

4.3.5 Media Informasi

Berikut ini adalah tabel frekuensi dari paparan media informasi yang diperoleh

ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja:

Tabel 4. 12 Paparan Media Informasi

Paparan Media Informasi f %


Tidak Terpapar 22 31,9
Terpapar 47 68,1
Jumlah 69 100

Berdasarkan tabel 4.12 diatas lebih dari setengah responden mendapatkan

informasi terkait pencegahan kekerasan seksual (terpapar) sebanyak 68,1% dan

kurang dari setengah yang tidak mendapatkan informasi terkait pencegahan

kekerasan seksual yaitu sebanyak 31,8%.

Tabel 4. 13 Distribusi Media Informasi Responden

Media Informasi f %
Koran/majalah/buku pengetahuan 33 47,8
Internet 38 55,1
59

Ahli/petugas kesehatan 25 36,2


Televisi/radio 26 37,7
Lain-lain 5 7,2

Berdasarkan tabel 4.13 lebih dari setengah responden menerima media

informasi melalui media internet yaitu sebanyak 55,1%, sebanyak 47,8%

memperoleh informasi dari koran/majalah/buku pengetahuan, dan sebanyak 7,2%

memperoleh informasi dari mengikuti seminar parenting yang diikuti secara daring

(online).

4.3.6 Peran Masyarakat

Berikut ini adalah skor distribusi frekuensi pertanyaan dari peran masyarakat

dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja:

Tabel 4. 14 Distribusi Frekuensi Skor Variabel Peran Masyarakat

No Kadang- Tidak
Peran Masyarakat Selalu Kadang Jarang Pernah
.
f % f % f % f %
Anak saya banyak
1 mendapatkan informasi tentang
perilaku seksual dari temannya 12 17,4 28 40,6 16 23,2 13 18,8
Anak saya lebih memilih
2 pendapat temannya dari pada
saya 5 7,2 22 31,9 17 24,6 25 36,2
Anak saya lebih banyak
menghabiskan waktu bersama
3
temannya dari pada bersama
orang tua 6 8,7 22 31,9 20 29,0 21 30,4
Saya memberikan informasi
4 yang berhubungan tentang
seksualitas pada anak 26 37,7 21 30,4 19 27,5 3 4,3
Saya memperhatikan apa saja
5 yang dilakukan anak diluar
rumah 31 44,9 12 17,4 18 26,1 8 11,6
Saya melarang anak saya
6 bergaul dengan tetangga yang
kurang saya sukai 30 43,5 17 24,5 19 27,5 3 4,3
7 Saya belum mendengar anak 5 7,2 17 24,6 25 36,2 22 31,9
60

saya membahas, membicarakan


atau berkomunikasi masalah
seksual

Berdasarkan tabel 4.14 kurang dari setengah anak mendapat informasi

kesehatan reproduksi dari temannya sebanyak 40,6% dan kurang dari setengah

responden belum mendengar anaknya membicarakan masalah seksual, yaitu

sebanyak 36,2%.

Tabel 4. 15 Peran Masyarakat

Peran Masyarakat f %
Tidak Baik 35 50,7
Baik 34 49,3
Jumlah 69 100

Berdasarkan tabel 4.15 didapatkan bahwa kurang dari setengah masyarakat

berperan baik dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja, yaitu sebanyak

49,3%.

4.4 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk melihat adanya

hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen.

Yang termasuk dalam variabel independen adalah pengetahuan, sikap, tingkat

pendidikan, paparan media informasi dan peran masyarakat, sedangkan yang menjadi

variabel dependen adalah tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada

remaja.

Tabel 4. 16 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Ibu Dalam


Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja
Tindakan Pencegahan
p
Tingkat Tidak Total POR 95% Cl
value
Pengetahuan Berperan Berperan
f % f % f %    
Rendah 26 83,9 5 16,1 31 100 27,733 0,00
61

(7,598-
Tinggi 6 15,8 32 84,2 38 100 101,227)

Berdasarkan tabel 4.16 memperlihatkan bahwa tindakan ibu dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang memiliki

pengetahuan yang tinggi yaitu sebanyak 32 responden (84,2%) dibandingkan dengan

responden yang memiliki pengetahuan yang rendah yaitu hanya sebanyak 5

responden (16,1%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,00 yang

berarti bahwa tingkat pengetahuan responden ada hubungan signifikan dengan

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 27,733

yang artinya ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi berpeluang sebanyak

27,733 kali lebih besar dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.

Tabel 4. 17 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan


Kekerasan Seksual
Tindakan Pencegahan
p
Tidak Total POR 95% Cl
Sikap value
Berperan Berperan
f % f % f %    
Negatif 21 63,6 12 36,4 33 100 3,977
0,012
Positif 11 30,6 25 69,4 37 100 (1,459-10,843)

Berdasarkan tabel 4.17 memperlihatkan bahwa tindakan ibu dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang memiliki

sikap yang positif yaitu sebanyak 25 responden (69,4%) dibandingkan dengan

responden yang memiliki sikap negatif yaitu hanya sebanyak 12 responden (36,4%).

Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,01 yang berarti bahwa sikap

responden ada hubungan signifikan dengan tindakan ibu dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 3,977 yang artinya ibu yang memiliki sikap

yang positif berpeluang sebanyak 3,977 kali lebih besar dalam pencegahan kekerasan

seksual pada remaja.


62

Tabel 4. 18 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Ibu Dalam


Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja
Tindakan Pencegahan
p
Tingkat Tidak Total POR 95% Cl
value
Pendidikan Berperan Berperan
f % f % f %    
Rendah 7 63,6 4 36,4 11 100 2,310
0,356
Tinggi 25 43,1 33 56,9 60 100 (0,609-8,768)

Berdasarkan tabel 4.18 memperlihatkan bahwa tindakan ibu dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 33 responden (56,9%) dibandingkan

dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu hanya

sebanyak 4 responden (36,4%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value =

0,356 yang berarti bahwa sikap responden ada hubungan signifikan dengan tindakan

ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 2,310 yang artinya

ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi berpeluang sebanyak 2,310 kali

lebih besar dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.

Tabel 4. 19 Hubungan Paparan Media Informasi Dengan Tindakan Ibu Dalam


Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja

Tindakan Pencegahan
p
Media Tidak Total POR 95% Cl
value
Informasi Berperan Berperan
f % f % f %    
Tidak Terpapar 6 27,3 16 72,7 32 100 0,303
0,05
Terpapar 26 55,3 21 44,7 47 100 (0,101-0,910)

Berdasarkan tabel 4.19 memperlihatkan bahwa tindakan ibu dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh responden yang terpapar

media informasi yaitu sebanyak 21 responden (44,7%) dan responden yang tidak

terpapar media informasi yaitu hanya sebanyak 16 responden (72,7%). Berdasarkan

uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,05 yang berarti bahwa media informasi ada

hubungan signifikan dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada
63

remaja. Nilai OR 0,303 yang artinya ibu yang terpapar media informasi berpeluang

sebanyak 0,303 kali lebih besar dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.

Tabel 4. 20 Hubungan Peran Masyarakat Dengan Tindakan Ibu Dalam


Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja

Tindakan Pencegahan
p
Peran Tidak Total POR 95% Cl
value
Masyarakat Berperan Berperan
f % f % f %    
Tidak Baik 26 74,3 9 25,7 35 100 13,481
0,00
Baik 6 17,6 28 82,4 34 100 (4,215-43,124)

Berdasarkan tabel 4.20 memperlihatkan bahwa tindakan ibu dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja banyak dilakukan oleh peran masyarakat yang baik

yaitu sebanyak 28 (82,4%) dibandingkan dengan peran masyarakat yang tidak baik

yaitu hanya sebanyak 9 (25,7%). Berdasarkan uji statistik didapatkan nilai p-value =

0,00 yang berarti bahwa peran masyarakat ada hubungan signifikan dengan tindakan

ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Nilai OR 13,481 yang artinya

ibu yang terpapar media informasi berpeluang sebanyak 13,481 kali lebih besar

dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.

4.5 Analisis Multivariat

Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik

yang bertujuan untuk menguji variabel independen (tingkat pengetahuan ibu, sikap

ibu, tingkat pendidikan ibu, paparan media informasi danperan masyarakat) dengan

variabel dependen yaitu tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada

remaja.

Berdasarkan analisis multivariat, variabel yang akan dimasukkan ke dalam

analisis regresi logistik adalah variabel yang mendapatkan hasil p-value < 0,25 saat
64

analisis bivariat. Berikut adalah variabel yang dijadikan sebagai kandidat untuk

diikutsertakan ke dalam analisis multivariat ini, sebagai berikut:

Tabel 4. 21 Variabel Kandidat Analisis Multivariat

Variabel p-value Keterangan


Tingkat Pengetahuan  0,00  Kandidat
Sikap  0,012  Kandidat
Tingkat Pendidikan  0,356  Bukan Kandidat
Paparan Media Informasi  0,05  Kandidat
Peran Masyarakat  0,00  Kandidat

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis regresi logistik

kepada seluruh variabel independen yang menjadi kandidat dengan satu variabel

dependen yaitu tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.

Berdasarkan tabel 4.22 didapatkan full model sebagai berikut:

Tabel 4. 22 Full Model Analisis Multivariat Variabel Yang Paling


Mempengaruhi Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan Seksual Pada
Remaja

Nilai p- 95% Cl
Variabel POR
SE value Lower Upper
Tingkat Pengetahuan 0,745 0,000 18,820 4,372 81,023
Sikap 0,745 0,264 2,298 0,534 9,892
Paparan Media Informasi 0,848 0,835 1,193 0,226 6,283
Peran Masyarakat 0,782 0,018 6,373 1,377 29,506

Dilihat dari tabel 4.22 variabel yang dikeluarkan pertama adalah paparan media

informasi karena pada analisis awal nilai p-value terbesar diperoleh oleh variabel

paparan media informasi yaitu 0,835. Setalah variabel paparan media informasi

dikeluarkan dilakukan kembali analisis regresi logistik selanjutnya.

Tabel 4. 23 Pemodelan Multivariat

Variabel 95% Cl
Nilai p-
Variabel Dikeluarka POR Lowe
SE value
n r Upper
65

Pemodelan Pertama
18,29 76,39
Tingkat Pengetahuan
  0,729 0,000 1 4,379 7
Paparan
Media
Sikap
Informasi 0,744 0,261 2,306 0,536 9,908
25,39
Peran Masyarakat
  0,741 0,015 6,066 1,419 4
Pemodelan Terakhir
18,04 73.11
Tingkat Pengetahuan Sikap 0,714 0,000 1 4,452 0
31,03
Peran Masyarakat 0,716 0,005 7,628 1,875 0

Dapat dilihat dari tabel 4.23, sesudah variabel paparan media informasi

dikeluarkan didapatkan nilai p-value sikap sebesar 0,261. Sesudah variabel

pengetahuan dikeluarkan maka dilakukan kembali uji regresi logistik dan didapatkan

p-value 0,005 pada variabel peran masyarakat. Hasil dari analisis multivariat

terakhir, didapatkan tingkat pengetahuan merupakan variabel yang paling

berhubungan dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksualu pada

remaja. Tingkat pengetahuan mendapatkan hasil p-value 0,000 dengan nilai POR

18,041 berarti tingkat pengetahuan memiliki peluang lebih besar 18,041 kali dalam

pencegahan kekerasan seksual pada remaja.


BAB 5: PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan yang turut mempengaruhi hasil

penelitian. Pengisian angket pada penelitian ini sepenuhnya tidak menjadi campur

tangan peneliti, karena setelah peneliti menjelaskan maksud dari penelitian

seutuhnya pengisian diserahkan kepada responden. Selanjutnya, keterbatasan pada

penelitian ini yaitu dilakukan saat pandemi covid-19 yang mengharuskan peneliti

memastikan bahwa responden dalam kondisi yang baik.

5.2 Analisis Univariat

5.2.1 Tindakan Pencegahan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji, hasil univariat diketahui sebanyak 53,6% ibu sudah berperan

dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja sedangkan ibu yang tidak

berperan dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja sebanyak 46,4%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2015)

bahwa ibu sudah berperan baik dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak

sebanyak 64,8%(11). Penelitian ini juga sejalan dengan Roby (2017) di Kelurahan

Limau Manis Selatan, ditemukan bahwa ibu berperan baik dalam tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada anak yaitu sebanyak 58,3%.(11)(9)

Berdasarkan hasil penelitian ini lebih dari setengah responden yang sangat

berperan dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Dapat

diketahui dengan hasil skor pernyataan, ibu yang sudah mengajarkan anak untuk

mengenali berbagai bentuk pelecehan seksual mulai dari menyentuh, mencolek,

66
67

hingga kekerasan seksual seperti tindak pencabulan sebanyak 34,8%, ibu yang sudah

mengajarkan anak untuk mengatakan tidak saat orang lain menyuruh membuka baju

atau memperlihatkan bagian tubuh sebanyak 73,9%. Selanjutnya, ibu yang sudah

mengajarkan melakukan tindakan perlawanan seperti memukul, menendang,

menggigit pelaku kekerasan seksual dan melarikan diri mengajarkan melakukan

tindakan perlawanan seperti memukul, menendang, menggigit pelaku kekerasan

seksual dan melarikan diri sebanyak 46,4%.

5.2.2 Pengetahuan

Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, didapatkan bahwa ibu

yang memiliki pengetahuan yang tinggi sebanyak 38 (55,1%) sedangkan ibu yang

memiliki tingkat pengetahuan yang rendah sebanyak 31 (44,9%).

Sejalan dengan penelitian Anugeraheni (2013) di Kecamatan Sumbersari

Kabupaten Jember(19), diketahui orang tua yang memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi sebanyak 66,6%. Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Imanda Kartika Putri (2012) di Madrasah Ibtidaiyah Hayatul Islamiyah kota Depok

memperoleh hasil jumlah orangtua dengan tingkat pengetahuan tentang pendidikan

kesehatan reproduksi yang tinggi lebih banyak (55,9%) dibandingkan dengan jumlah

orangtua yang memiliki tingkat pengetahuan yang rendah (44,1%).(33)

Berdasarkan hasil penelitian ini, lebih dari setengah responden yang memiliki

tingkat pengetahuan tinggi. Dapat dilihat dari pernyataan, pendidikan seksual dapat

menghindari anak dari perilaku menyimpang yang mengarah pada penyaalahgunaan

seks yaitu sebanyak 84,1%. Namun, masih ada beberapa pertanyaan yang penting

harusnya dijwab oleh responden tetapi dijawab salah seperti keluarga atau orang

terdekat tidak mungkin menjadi pelaku tindak kekerasan seksual, anak perempuan
68

merupakan korban dari pelaku kekerasan seksual yang paling diinginkan, dan anak

laki-laki tidak mungkin menjadi korban pelaku kekerasan seksual.

Orang tua yang tidak mengetahui cara yang baik dan benar dalam mengasuh

dan mendidik anak, akan cenderung memperlakukan anak secara salah, dengan

semakin tingginya tingkat pengetahuan ibu semakin kecil risiko terjadinya kekerasan

pada anak (child abuse), karena ibu yang memiliki tingkat pendidikan tinggi lebih

mudah memahami tentang cara pengasuhan anak, sehingga ibu yang memiliki

tingkat pengetahuan tinggi lebih memikirkan akibat buruk yang mungkin akan terjadi

pada anaknya.

5.2.3 Sikap

Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, diketahui bahwa ibu

yang memiliki sikap yang positif sebanyak 52,2% sedangkan ibu yang memiliki

sikap yang negatif sebanyak 47,8%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yulinda Sari dan

Nur’aini (2018) memperoleh hasil yaitu orangtua yang memiliki sikap positif lebih

banyak (53,2%) dari pada orangtua yang memiliki sikap negatif 46,8% terkait

pemberian pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak.(24) Sejalan juga dengan

penelitian Roby (2017) mendapatkan hasil ibu yang memiliki sikap positif sebanyak

55,6%.(9)

Dapat dilihat dalam penelitian ini lebih dari setengah responden memiliki sikap

yang positif, terbukti dengan ibu yang menjawab pernyataan perlu memberikan

pendidikan kesehatan reproduksi pada anak sebanyak 50,7%. Namun, masih ada

responden yang memiliki sikap negatif seperti responden yang menjawab


69

membicarakan pendidikan kesehatan reproduksi merupakan hal yang tabu sebanyak

43,5%.

Menurut Suliha (2011) perilaku adalah suatu keadaan yang seimbang antara

kekuatan pendorong dan kekuatan penahan, yang dapat berubah apabila terjadi

ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut di dalam diri seseorang (34).

Sedangkan menurut Notoatmojo (2010) menjelaskan bahwa perilaku adalah semua

kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati secara langsung maupun

tidak dapat diamati oleh pihak luar.(20)

5.2.4 Tingkat Pendidikan

Berdasarkan analisis univariat pada penelitian ini, memperlihatkan bahwa ibu

yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu sebanyak 84,1% dan hanya

sebagian ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu sebanyak 15,9%.

Penelitian ini sejalan dengan Meysha Farashanda (2020), memperoleh hasil tingkat

pendidikan ibu yang tinggi sebanyak 70,4% dibandingkan dengan ibu yang memiliki

tingkat pendidikan yang rendah sebanyak 29,6%.(35) Begitu juga dengan Penelitian

Yulinda Sari dan Nur’aini (2018) yang memperoleh hasil bahwa responden yang

memiliki pendidikan tinggi sebanyak 50,5%.(24)

Pendidikan merupakan sarana dalam pengembangan sumber daya manusia

yang lebih baik. Kemampuan orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi akan aktif dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anaknya,

sedangkan ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang rendah belum tentu aktif

dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anaknya.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012), bahwa salah satu untuk

mencegah kekerasan pada anak dengan meningkatkan jenjang pendidikan ibu tentang
70

pencegahan kekerasan pada anak, sehingga berbagai masalah kekerasan pada anak

dapat berkurang di Indonesia.(30)

5.2.5 Media Informasi

Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, menunjukkan bahwa

lebih dari setengah ibu yang sudah terpapar media informasi yaitu sebanyak 68,1%

dibandingkan dengan ibu yang belumterpapar media informasi sebanyak 31,9%.

Sejalan dengan penelitian Roby (2017)(9), ibu yang sudah terpapar media

informasi sebanyak 47,2%. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Yulinda Sari

dan Nur’aini (2018) memperoleh hasil responden memperoleh informasi tentang

pendidikan kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 61,7 %.(24)

Media informasi sangat berpengaruh untuk menyampaikan informasi penting

kepada masyarakat dan khususnya remaja. Selain itu media informasi merupakan

salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku

seksual. Media elektronik maupun cetak saat ini banyak disorot sebagai salah satu

penyebab utama menurunnya moral manusia termasuk juga remaja.(36)

Dalam penelitian ini, kebanyakan responden memperoleh informasi yang

bersumber dari internet sebanyak 55,1% selanjutnya responden yang menerima

informasi melalui koran/majalah/buku pengetahuan sebanyak 47,8% dan sebanyak 5

orang ada yang memperoleh informasi mengenai tindakan pencegahan kekerasan

seksual dari seminar yang diadakan secara online dan ada juga yang memperoleh

dari wirid masjid.

5.2.6 Peran Masyarakat

Berdasarkan hasil analisis univariat pada penelitian ini, didapatkan bahwa

peran masyarakat yang baik sebesar 49,3% dan peran masyarakat yang tidak baik
71

sebanyak 50,7%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roby

(2017), yaitu responden yang memiliki lingkungan atau peran masyarakat yang baik

sebanyak 61,1%.(9) Selain itu, penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Qomarasari (2015) yang mendapatkan hasil lingkungan yang berperan positif

sebanyak (55,1%).(12)

Faktor lingkungan atau peran masayarakat merupakan faktor yang dapat

menyebabkan kekerasan dan penelantaran terhadap anak. Ironisnya, lingkungan

sosial atau peran masyarakat yang diharapkan memberikan jaminan perlindungan

anak, seperti keluarga dan sekolah, justru menjadi lingkungan yang menyumbang

angka kekerasan cukup signifikan.(37)

Berdasarkan penelitian ini mendapatkan hasil yang baik dapat dilihat dari

pernyataan belum mendengar anaknya membahas, membicarakan atau

berkomunikasi masalah seksual sebanyak 36,2%.

5.3 Analisis Bivariat

5.3.1 Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Tindakan Ibu Dalam

Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada ibu di wilayah RW 08

Kelurahan Anduring mendapatkan hasil bahwa responden yang memiliki tingkat

pengetahuan yang tinggi dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja

yaitu sebanyak 84,2%. Pada hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,00

(p<0,05) yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

ibu dengan tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan

Anduring.
72

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Roby

(2017) yang mendapatkan hasil sebanyak 75% ibu yang berpendidikan tinggi sudah

berperan dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada anak dengan p-value =

0,05.(9) Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maya, dkk

(2017) di Puskesmas Mergangsan, didapatkan hasil p-value = 0,043 yang artinya ada

hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan tindakan kekerasan

pada anak 6-10 tahun.(38)

Menurut Sarwono, pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi akan

memberikan dampak perilaku kesehatan yang baik dan sebaliknya jika memiliki

tingkat pengetahuan yang buruk atau rendah akan berdampak pada perilaku

kesehatan yang buruk.(39) Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam

menentukan seseorang berperilaku atau bertindak. Jika ibu yang memiliki tingkat

pengetahuan yang baik maka akan dapat menentukan kondisi yang aman bagi

anaknya dan dapat mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, terutama dalam

hal kekerasan seksual.(40)

Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah ibu yang masih memiliki

tingkat pengetahuan yang kurang baik. Ibu yang menjawab butir pernyataan nomor 5

menjawab semua pelaku kekerasan seksual pada anak merupakan orang yang tidak

dikenal sebanyak 56,5%, selanjutnya, juga diketahui lebih dari setengah ibu yang

menjawab bahwa pelaku kekerasan seksual bukan berasal dari keluarga atau orang

terdekat yaitu sebanyak 55,1% yang artinya masih banyak ibu yang tidak tahu siapa

saja yang berkemungkinan menjadi pelaku tindak kekerasan seksual pada anak dan

remaja.
73

Dapat dipastikan hal ini berbanding terbalik dengan kondisi yang sebenarnya,

bahwa orang terdekat berpeluang menjadi pelaku tindak kekerasan seksual pada

anak. Dalam hal ini, ibu dapat mengajarkan anak untuk lebih sopan dalam

berpakaian saat dirumah maupun diluar rumah. Selain itu, ibu juga dapat

mengajarkan anak sedari dini untuk mengetahui bentuk perubahan fisik dan bagian

tubuh mana yang tidak boleh dipegang oleh orang lain, sehingga saat anak jauh

diluar pengawasan ibu mereka dapat mengantisipasi terjadinya tindak kejahatan

seksual pada dirinya sendiri.

Selain itu, pada penelitian ini ditemukan hasil bahwa sebanyak ibu

beranggapan bahwa benar anak perempuan merupakan korban yang paling sering

menjadi sasaran pelaku kejahatan seksual. Artinya lebih dari setengah ibu yang tidak

mengetahui bahwa bisa saja anak laki-laki mejadi korban kekerasan seksual. Hal ini

terbukti dengan ibu yang menjawab pada soal selanjutnya, tidak mungkin anak laki-

laki menjadi korban sasaran pelaku kekerasan seksual yaitu sebanyak 55,1%.

Pengetahuan yang dapat diperoleh ibu tidak hanya didapatkan dari

lingkungan saja atau ilmu turun temurun dari keluarga, tetapi ibu juga dapat

mengetahui ilmu parenting untuk anak sedari dini hingga anak remaja melalui media

informasi. Banyak media yang sudah memberikan informasi mengenai pencegahan

kekerasan seksual pada anak, seperti instagram, youtube, bahkan aplikasi tiktok yang

memuat konten edukasi pencegahan kekerasan seksual pada anak. Sehingga cara ini

dapat mempermudah ibu dalam menambah dan memperkaya pengetahuan ibu

5.3.2 Hubungan Sikap Dengan Tindakan Ibu Dalam Pencegahan Kekerasan


Seksual Pada Remaja

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu dalam tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di wilayah RW 08 Kelurahan Anduring,


74

mendapatkan hasil sebanyak 69,4% memiliki sikap yang positif dalam pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di wilayah penelitian. Berdasarkan hasil uji statistik

mendapatkan hasil p-value = 0,012 (p<0,05) yang berarti bahwa sikap ibu ada

hubungan yang signifikan dengan tindakan pencegahan kekerasan seksual pada

remaja.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh

Mahmudah dkk (2016) didapatkan nilai p-value = 0,039, berarti ada hubungan

bermakna antara sikap terhadap berbagai perilaku seksual dengan perilaku seksual

pada remaja.(41) Sejalan dengan penelitian Neni Maemunah, dkk (2016) tentang

pencegahan sexual abuse pada anak usia 3-6 tahun di Desa Banjararum Mondoroko

Utara RW 05 Singosari didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan ibu terhadap sikap pencegahan sexual abuse pada anak usia 3-6 tahun.
(42)

Sikap menurut L.Green merupakan salah satu faktor pembentuk terjadinya

perilaku seseorang. Sejalan dengan penelitian ini didapatkan hasil sikap ibu sangat

berpengaruh dalam tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja, karena ibu

yang memiliki sikap yang positif akan berperilaku baik dalam hal pencegahan

kekerasan seksual pada anak.

Berdasarkan hasil pengisian angket, ditemukan ibu yang tidak setuju untuk

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi pada anak. Hal ini dikarenakan ibu

menganggap belum perlu diajarkan pada anak mengenai pendidikan kesehatan

reproduksi, padahal sangat perlu jika seorang ibu sebagai madrasah awal bagi anak

mengajarkan pendidikan kesehatan reproduksi sedini mungkin bagi anak. Selain itu,

ada ibu yang beranggapan bahwa jika diberikan pendidikan kesehatan reproduksi
75

sejak dini menyebabkan anak ingin tahu lebih dan mencari informasi sendiri terkait

pendidikan kesehatan reproduksi (pendidikan seksual) yang jauh dari pengawasan

orangtua, terutama ibu.

Selanjutnya, pada hasil pengisian angket masih ada ibu yang akan

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi jika anak sudah bertanya. Ada baiknya

jika ibu tidak perlu menunggu anak bertanya. Karena setiap fase tumbuh kembang

anak usia dini hingga remaja berbeda tahapan dalam memperoleh pendidikan

kesehatan reproduksi. Selain itu, tentunya pemberian pendidikan kesehatan

reproduksi pada anak bertujuan agar anak terhindar dari tindakan kekerasan seksual.

Sikap ibu yang negatif, menganggap membicarakan pada anak mengenai

pendidikan kesehatan reproduksi (pendidikan seksual) merupakan hal yang tabu. Ibu

sebagai madrasah awal bagi anak,sebaiknya lebih berani dalam memberikan

pendidikan kesehatan reproduksi, karena dari sikap ibu lah anak dapat mencontoh

dan menirukan hal baik dan buruk yang dapat diaplikasikannya dilingkungan

sosialnya, hal ini juga dapat mengantisipasi anak dalam mencegah tindak kejahatan

kekerasan seksual.

Agar mencegah tindakan kekerasan seksual dan penyimpangan seksual, sikap

positif ibu sangat dituntut dalam perilaku pemberian pendidikan kesehatan

reproduksi pada anak, dalam penelitian ini khususnya bagi remaja karena sifat

remaja yang ingin lebih tahu. Sebaiknya ibu tidak takut untuk memberikan

pendidikan kesehatan reproduksi sejak anak usia dini, ibu juga dituntut untuk paham

bagaimana cara bertindak ketika anak mulai bertanya mengenai kesehatan reproduksi

dan perubahan bentuk fisik yang dialami anak.


76

5.3.3 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Tindakan Ibu Dalam


Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja

Berdasarkan hasil penelitian tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan

seksual pada remaja di wilayah RW 08 Kelurahan Anduring, mendapatkan hasil

bahwa sebanyak 56,9% ibu memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dalam tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di wilayah penelitian.

Berdasarkan hasil uji statistik mendapatkan nilai p-value = 0,356 yang berarti

tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dalam tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Imanda Kartika Putri (2012) di Jakarta yang mendapatkan hasil p-value sebesar

0,198 yang memiliki arti tidak adanya hubungan signifikan antara tingkat pendidikan

orangtua dengan perilaku dalam pemberian pendidikan kesehatan reproduksi pada

anak usia dini(33).

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitri Putri, dkk (2014)

mendapatkan hasil nilai p-value = 0,00 yang artinya ada hubungan yang signifikan

antara tingkat pendidikan ibu dalam persepsi pencegahan kekerasan seksual pada

anak usia prasekolah di PAUD Kabupaten Jember(43). Berbeda dengan hasil penelitian

Desi, dkk (2019) mendapatkan hasil penelitian dengan p-value = 0,05 yang artinya

ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu dengan pengetahuan

tentang kekerasan seksual pada anak usia prasekolah di TK Aisyiyah Khadijah

Bangunjiwo Timur.(44)

Ibu sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak sangat berperan penting

dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, bagaimana cara ibu mendidik

anak juga dapat mempengaruhi anak berperilaku. Hal yang dilakukan ibu baiknya

adalah selalu mencari pendidikan kesehatan reproduksi seperti apa yang sebaiknya
77

diberikan kepada anak usia remaja, karena pendidikan yang ibu berikan kepada anak

biasanya berdasarkan sikap dan pengetahuan yang dimiliki ibu.

Dalam memberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang baik bagi anak,

peran orang tua dalam mendidik tak luput dari tingkat pendidikan orangtua. Pada

umumnya, tingkat pendidikan yang tinggi maka akan semakin mudah untuk

menerima informasi yang diberikan pada anak.

5.3.4 Hubungan Paparan Media Informasi Dengan Tindakan Pencegahan


Kekerasan Seksual Pada Remaja

Berdasarkan hasil penelitian tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan

seksual pada remaja di wilayah RW 08 Kelurahan Anduring, mendapatkan hasil

bahwa sebanyak 44,7% ibu yang sudah terpapar informasi mengenai tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di wilayah penelitian.

Berdasarkan hasil uji statistik mendapatkan hasil nilai p-value = 0,05 yang

berarti ada hubungan yang signifikan antara paparan media informasi dengan

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan

Anduring. Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Roby (2017)

mendapatkan nilai p-value = 0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara

media informasi dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada

remaja.(9)

Pada teori L.Green menyatakan bahwa salah satu pembentuk perilaku

kesehatan yang baik adalah peran media informasi sebagai faktor pendukung.

Seseorang yang terpapar media informasi maka dapat dipastikan perilaku

kesehatannya baik sebaliknya apabila tidak memperoleh informasi, perilaku

kesehatannya tidak baik.


78

Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah responden (55,1%)

mendapatkan informasi melalui media internet yang diakui jauh lebih mudah diakses.

Selanjutnya saat proses penelitian, peneliti menemukan masih ada ibu yang mengaku

belum mendapatkan informasi mengenai penyuluhan pendidikan kesehatan

reproduksi oleh anak atau bagaimana pencegahan tindak kekerasan seksual pada

anak dan remaja. Responden mengaku hal ini terjadi lantaran tidak adanya petugas

kesehatan/ tenaga ahli/ kader yang turun langsung dalam memberikan edukasi bagi

orang tua khususnya bagi ibu.

Saat ini memberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang bertujuan

meminimalisir angka kekerasan seksual pada anak masih perlu ditingkatkan dan

lebih baik jika dilakukan oleh ibu sebagai madrasah awal bagi anak. Dalam

memberikan pendidikan kesehatan reproduksi, ibu dapat memberikan informasi yang

inovatif pada anak dengan menggunakan media poster dan video yang dengan mudah

diakses ibu melalui internet.

Selain itu, ibu juga dapat memberikan edukasi saat anak bermain game

online, hal ini bertujuan agar ibu dapat secara langsung mengawasi sekaligus

mengajarkan pada anak mengenai pendidikan kesehatan reproduksi dan tindakan

pencegahan kekerasan seksual.

5.3.5 Hubungan Peran Masyarakat Dengan Tindakan Pencegahan Ibu Dalam


Pencegahan Kekerasan Seksual Pada Remaja

Berdasarkan hasil penelitian peran masyarakat dalam tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja di wilayah RW 08 Kelurahan Anduring, diketahui

sebanyak 82,4% berperan baik dalam pencegahan tindakan kekerasan seksual pada

remaja diwilayah penelitian.


79

Berdasarkan hasil uji statistik mendapatkan nilai p-value = 0,00 (p<0,05)

yang artinya ada hubungan yang signifikan antara peran masyarakat dalam tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring. Sejalan

dengan penelitian yang dilakukan Roby (2017) mendapatkan hasil nilai p-value =

0,00 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara peran masyarakat dengan

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja.(9)

Lingkungan merupakan faktor yang menentukan perkembangan anak di

samping faktor pengetahuan ibu, peran media, dan sebagainya. Besarnya pengaruh

lingkungan sosial terhadap tumbuh kembang anak ini dijelaskan bahwa anak dapat

tumbuh dengan kecerdasan, kreativitas dan kemandirian, semua itu tergantung anak

dalam lingkungannya mampu melaksanakan peranan dan fungsinya secara optimal.

Selain itu, yang dapat membuat banyaknya kasus yang terjadi mengenai

tindakan kekerasan seksual pada anak disebabkan kurangnya kepekaan masyarakat

sekitar. Misalnya, percekcokan yang terjadi dalam rumah tangga orang lain

merupakan hak mereka saja, tidak perlu ikut campur dalam hal tersebut yang

berakibat penderitaan bagi korban dalam hal ini anak-anak.

Dalam hal ini, peran masyarakat ada baiknya ikut andil jika ditemukan

permasalahan seperti kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga atau yang terjadi di

lingkungan sekitar tempat tinggal. Hal ini bertujuan agar terciptanya lingkungan

masyarakat yang sehat, ramah dan nyaman anak.

5.6 Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil analisis multivariat dalam penelitian ini memperlihatkan

bahwa tingkat pengetahuan merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di wilayah RW 08


80

Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang dengan nilai p-value = 0,00

dan POR 18,041 artinya ibu yang memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

berpeluang 18,041 kali dalam pencegahan tindakan kekerasan seksual pada remaja di

RW 08 Kelurahan Anduring. Variabel yang menjadi kandidiat dalam analisis

multivariat adalah tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, paparan media informasi, dan

peran masyarakat. Sedangkan tingkat pendidikan ibu tidak termasuk ke dalam

kandidat karena memperoleh nilai p-value = 0,356 (p<0,25).

Pertumbuhan generasi suatu bangsa pertama kali berada di tangan ibu. Di tangan

seorang ibu pulalah pendidikan anak ditanamkan dari usia dini. Dengan demikian ibu

yang memiliki tingkat penegtahuan yang tinggi akan memberikan pendidikan yang

baik bagi anak terkait bagaimana mencegah terjadinya tindak kekerasan seksual yang

semakin meningkat setiap tahun.

Selain itu ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik juga dipengaruhi dengan

bagaimana seorang ibu memperoleh ilmu dari berbagai media seperti buku bacaan,

sharing dengan psikolog anak, dan terutama komunikasi dua arah dengan anak agar

memudahkan ibu mengetahui apa yang sedang dialami oleh anak dalam

kesehariannya dan tentunya berkomunikasi dengan anak dapat memudahkan ibu

dalam memberikan ilmu pengetahuan mengenai mencegah terjadinya tindakan

kekerasan seksual.(45)
BAB 6: KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian Faktor yang berhubungan dengan tindakan ibu

dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW 08 Kelurahan Anduring

Kecamatan Kuranji Kota Padang tahun 2021, didapatkan:

1. Lebih dari setengah responden sudah berperan dalam tindakan pencegahan

kekerasan seksual pada remaja sebanyak 53,6%.

2. Lebih dari setengah responden memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi

tentang tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja yaitu sebanyak

55,1%.

3. Lebih dari setengah responden memiliki sikap yang positif tentang tindakan

pencegahan kekerasan seksual pada remaja yaitu sebanyak 52,2%.

4. Lebih dari setengah responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi yaitu

sebanyak 84,1%.

5. Lebih dari setengah responden yang sudah menerima informasi tentang

tindakan pencegahan kekerasan seksual pada remaja yaitu sebanyak 68,1%.

6. Lebih dari setengah responden yang masyarakat dilingkungannya berperan

baik yaitu sebanyak 49,3%.

7. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja, dengan p-

value = 0,00 dan POR 27,733.

8. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan tindakan ibu dalam

pencegahan kekerasan seksual pada remaja, dengan p-value = 0,012 dan POR

3,977.

81
82

9. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja, dengan p-

value = 0,356 dan POR 2,310.

10. Terdapat hubungan yang signifikan antara paparan media informasi dengan

tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja, dengan p-

value = 0,05 dan POR 0,303.

11. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran masyarakat dengan tindakan

ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja, dengan p-value = 0,00

dan POR 13,481.

12. Tingkat pengetahuan ibu merupakan variabel yang paling berhubungan

dengan tindakan ibu dalam pencegahan kekerasan seksual pada remaja di RW

08 Kelurahan Anduring Kecamatan Kuranji Kota Padang dengan p-value =

0,00 dan POR 18,041.

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran, sebagai berikut:

1. Bagi Ibu

Diharapkan ibu dapat menjalin komunikasi yang baik dengan anak agar anak

lebih nyaman dan terbuka saat berkomunikasi. Selain itu diharapkan bagi ibu

mencari tahu lebih mengenai tindakan-tindakan atau bentuk-bentuk

pencegahan yang dapat diajarkan kepada anak sebagai benteng bagi anak

untuk lebih waspada dengan adanya tindakan kekerasan seksual, serta ibu

sebagai orang yang paling dekat dengan anak harus mengawasi setiap

kegiatan anak yang dilakukan diluar rumah dengan cara berkomunikasi

melalui telfon, terutama bagi anak usia remaja yang diusianya merasa ingin

jauh lebih tahu tentang kehidupan luar tanpa pengawasan orangtua.


83

2. Bagi Lingkungan Masyarakat

Diharapkan lingkungan masyarakat berkonstribusi dalam meningkatkan

keamanan lingkungan tempat tinggal dengan mengadakan posko atau layanan

pengaduan kepada ketua RT atau RW serta lebih diaktifkan kembali peran

pemuda dalam menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal sehingga

lingkungan tempat tinggal menjadi tempat yang paling aman bagi anak-anak

untuk lebih leluasa bersosialisasi, bermain, serta berperan aktif

dilingkungannya sendiri tanpa takut adanya tindak kejahatan terutama

tindakan kekerasan seksual.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk menambahkan variabel baru

seperti, religiusitas, peran budaya, peran teman sebaya, dan lain sebagainya.

Diharapkan pula pada peneliti untuk menjadikan reerensi penelitian ini

sebagai acuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Widyastuti, Yani., Rahmawati, Anita., Purnamaningrum YE. Kesehatan


Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya; 2009.
2. Dianawati A. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka; 2003.
3. Hilmi MF. Kekerasan Seksual dalam Hukum Internasional. Jurist-Diction.
2019;2(6):2199.
4. Pusdatin Kemenkes RI. Data KPAI tentang kekerasan pada anak.pdf. 2018.
5. Purwoastuti, Endang Th.., Walyani ES. Panduan Materi Kesehatan
Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Baru Press; 2015.
6. Sari NW. Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pada Remaja.
Hum Care J. 2020;5(3):813.
7. Nugrahmi, Mega Ade., Febria C. Faktor yang Berhubungan dengan Kekerasan
Seksual pada Remaja Putri di Kota Bukittinggi. Matern Neonatal Heal J.
2020;4(2):1–8.
8. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2012.
9. Munas RS. Faktor yang berhubungan dengan tindakan pencegahan kekerasan
seksual pada anak di rw 02 kelurahan limau manis selatan padang tahun 2016.
2017;
10. Kurniasari D. Komunikasi Orang Tua Dan Perilaku Seksual Remaja Sekolah
Menengah Kejuruan Di Kota Baturaja. 2010;4(11):2010.
11. Rahmah DS. Hubungan Karakteristik Orang Tua Dengan Pengetahuan Orang
Tua Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak Usia Prasekolah (3 – 5 Tahun) Di
Kelurahan Grogol Selatan Kebayoran Lama Jakarta Selatan. 2015;
12. Qomarasari. Hubungan Antara Peran Keluarga, Sekolah, Teman Sebaya,
Pendapatan Keluarga, Media Informasi Dan Norma Agama Dengan Perilaku
Seksual Remaja SMA Di Surakarta. 2015;
13. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan anak. Perlindungan Anak
Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM). Perlindungan Anak Terpadu Berbas
Masy. 2015;I.
14. Rohmah N, Novitasari K, H UD. Relasi Pelaku Korban Dan Kerentanan Pada
Anak. 2007;5–10. Available from:
http://repository.uin-malang.ac.id/880/7/kekerasan-seksual.pdf
15. Rimm S. Mendidik Dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Prasekolah. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama; 2008.
16. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:
84
Rineka Cipta; 2003.
17. Sulistianingsih A, Widayati W. Hubungan Pengetahuan Dengan Perilaku Ibu
Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak. Hub Pengetah Dengan Perilaku Ibu
Memberikan Pendidik Seks Pada Anak. 2016;7:34–43.
18. Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama; 2004.
19. Anugraheni E. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA
TENTANG PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINDAKAN ORANG TUA
DALAM PEMBERIAN PENDIDIKAN SEKS PADA REMAJA (Studi di
Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember). 2013;
20. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2010.
21. Tribowo, Cecep., Pusphandani ME. Pengantar Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika; 2015.
22. Zernando AR. Pengaruh Tingkat Pendidikan Orang Tua Dan Minat Belajar
Terhadap Prestasi Belajar Sejarah Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Depok
Yogyakarta Tahun Ajaran 2015-2016. Univ Sanata Dharma. 2017;6:5–9.
23. Fuad I. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003.
24. Sari Y, Aini N. Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat
terhadap Peran Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seks pada Siswa
SMP Negeri 01 Kutalimbaru. J Kesehat Glob. 2018;1(2):87.
25. Sarwono SW. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo; 2010.
26. Sumiati. Kesehatan Jiwa Remaja & Konseling. Jakarta: Trans Info Media;
2009.
27. Supriyono L. PERSEPSI MASYARAKAT DUSUN SEMAGU TERHADAP
PENDIDIKAN SEKSUAL DALAM KELUARGA SKRIPSI Diajukan untuk
Memperoleh Gelar. 2016;
28. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto; 2004.
29. Forida DZ. Hubungan antara Bentuk Komunikasi Antar Pribadi Orang Tua
dan Anak dengan Pengetahuan, Sikap dan Praktek Kesehatan Reproduksi
Remaja. Univ Jember. 2008;
30. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2012.
31. Sugiyono PD. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung:
Alfabeta; 2017.
32. Riyanto A. Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika; 2012.
33. Putri IK. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian

85
Pendidikan Seks untuk Anak oleh Orangtua Siswa Madrasah Ibtidaiyah
Hayatul Islamiyah DepokNo Title. 2021;
34. Suliha D. Pendidikan Kesehatan dalam Keperawatan. Jakarta: EGC; 2011.
35. Farashanda M. FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PERILAKU ORANGTUA DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN
KESEHATAN REPRODUKSI PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI
KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG TAHUN 2020.
2020;
36. Andriyanto. Mengembangkan Karakter Sukses Anak di Era Cyber.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media; 2011.
37. Surya P. Komnas PA. Kekerasan Anak Tertinggi Selama 5 Tahun Terakhir.
2015;
38. Hardiyati M, Istiyati S, Rokhanawati D. Hubungan pengetahuan dengan
perilaku kekerasan ibu pada anak usia 6-10 tahun di puskesmas Mergangsan
Yogyakarta. 2017; Available from:
http://digilib2.unisayogya.ac.id/xmlui/handle/123456789/1524
39. Sarwono SW. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2012.
40. Marmi. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2014.
41. Mahmudah M, Yaunin Y, Lestari Y. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Seksual Remaja di Kota Padang. J Kesehat Andalas. 2016;5(2):448–
55.
42. Ernawati A, Pertiwi, EkoMaemunah N, Yudi. Hubungan pengetahuan ibu
terhadap sikap pencegahan. EjournalUmmAcId. 2016;7(2):100–8.
43. Lestari, Fitri Putri, Indriyani, Dian, Suryaningsih D. PENGARUH
PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERSEPSI ORANG TUA
TENTANG PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH DI PAUD KABUPATEN JEMBER. 2014;1–10.
44. Purnamasari DA, Herfanda E. Hubungan Tingkat Pendidikan Orang Tua
Dengan Pengetahuan Tentang Kekerasan Seksual Pada Anak Usia Prasekolah
Di Tk Aisyiyah Khadijah Bangunjiwo Timur Kasihan Bantul. J Kesehat
Prima. 2019;13(1):68.
45. DR. NS. MERI NEHERTA, S.KEP., M. BIOMED, NS. YONRIZAL
NURDIN, S.KEP. MB. Optimalisasi Peran Ibu Sebagai Pencegahan Primer
Kekerasan Seksual Terhadap Anak. Padang: Fakultas Keperawatan
Universitas Andalas; 2017.

86
87

Anda mungkin juga menyukai