Anda di halaman 1dari 63

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW : FAKTOR – FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA

Fadilla Fazria
NIM : P07520118021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN

2021

i
KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW : FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi


Diploma III Keperawatan

FADILLA FAZRIA
NIM : P07520118021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : LITERATUR REVIEW : FAKTOR – FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA

NAMA : FADILLA FAZRIA

NIM : P07520118021

Telah Diterima dan Disetujui untuk Di Uji Dihadapan Penguji


Medan, 12 April 2021

Menyetujui
Pembimbing

(Dr.Dame Evalina S. SKM M.Kes)


NIP.197009021993032002

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM.,M.Kes)


NIP. 196505121999032001

i
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : LITERATUR REVIEW : FAKTOR – FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI
PADA LANJUT USIA

NAMA : FADILLA FAZRIA

NIM : P07520118021

Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Diseminarkan Pada Sidang Ujian Akhir Program
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan
2021

Penguji I Penguji II

(Dina Yusdiana D, S.Kep, Ns, M.Kes) (Arbani Batubara, S.Kep, Ns, M.Psi)
NIP. 197606241998032001 NIP. 196308251994031003

KetuaPenguji

(Dr.Dame Evalina S. SKM M.Kes)


NIP.197009021993032002

Ketua Jurusan Keperawatan


Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

(Johani Dewita Nasution, SKM.,M.Kes.)


NIP. 196505121999032001

ii
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam KARYA TULIS ILMIAH ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, 12 April 2021

Fadilla Fazria

P07520118021

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN
JURUSAN KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH, Juni 2021

FADILLA FAZRIA
P07520118021

LITERATURE REVIEW : FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA
V BAB + 50 HALAMAN + 3 TABEL + 1 LAMPIRAN

ABSTRAK
Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri. Secara
umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang
abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke,
aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada hipertensi
sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal.
Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia
dengan melakukan kajian literature review. Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif berdasarkan studi literature review dengan metode studi literature review
dengan pencarian data sekunder dilakukan secara online yaitu berupa jurnal. Hasil
penelitian dari 7 jurnal tersebut faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi
karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko
hipertensi. Selain usia, faktor merokok, obesitas, kebiasaan olahraga, pola makan
dan stress juga mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut. Identifikasi dini terhadap
faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lanjut usia adalah
sangat penting.

Kata Kunci: Hipertensi, Lanjut usia.

iv
KEMENKES MEDAN HEALTH POLITEKNIK
NURSING MAJOR
SCIENTIFIC WRITING, June 2021

FADILLA FAZRIA
P07520118021

FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF HYPERTENSION IN OLD AGE

V CHAPTER + 50 PAGE + 3 TABLES + 1 APPENDIX

ABSTRACT

High blood pressure is an increased blood pressure in the arteries. Hypertension is,
in general, a symptom where abnormal pressure high in the arteries is associated
with increased risk of strokes, aneurysms, heart failure, heart attacks and kidney
damage. On isolated systolic hypertension, systolic pressure is 140 mmHG or
higher, but diastolic pressure is less than 90 mmHG and diastolic pressure is within
the normal range. These hypertensions are often found in old age. The study was
intended to identify factors related to the incidence of hypertension in the elderly by
the application of the literature review. The type of research used was a descriptive
based on the study of literature review by the study methods of literature review with
secondary data searches carried out online in a journal. The study of the seven
journal age factors has a high impact on hypertension as with advancing age,
hypertension increases. Besides age, smoking, obesity, exercise habits, diet and
stress also affect hypertension in old age. Early identification of what factors
affecting hypertension in older age is vital.

Keywords: Hypertension, Old age.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini dengan judul “LITERATUR REVIEW : FAKTOR – FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANJUT USIA”.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad
SAW sehingga peneliti mendapat kemudahan dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Dr.Dame E.Simangunsong SKM M.Kes sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan, dukungan, dan arahan kepada penulis sehingga
Karya Tulis ini dapat terselesaikan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Ibu Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Medan.
2. Ibu Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan.
3. Ibu Afniwati, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Prodi DIII Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
4. Ibu Dr.Dame E.Simangunsong SKM M.Kes selaku ketua penguji, Ibu Dina
Yusdiana D, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Penguji I dan Bapak Arbani Batubara,
S.Kep, Ns, M.Psi selaku penguji II.
5. Para Dosen dan Seluruh Staff Pegawai Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes RI Medan.
6. Teristimewa kepada Orangtua saya tercinta Ayah (Serma Syamsuhar) dan
Ibu (Wan Heny Mahyuna) serta kepada Kakak (Afra Zora) dan Adik – Adik
saya Cinta, Cika, Raffa yang telah mendoakan, membantu, serta memotivasi
saya selama ini.
7. Teman bimbingan KTI ( Dinda Ayu Putri, Nuria Elisa, Riztira Regita) yang
selalu memberikan arahan,dukungan dan semangat kepada saya.

vi
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari
tata bahasanya. Maka dengan segala keredahan hati penulis mengharapkan
saran dan kritik serta masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dari Allah SWT. Harapan penulis, Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi
keperawatan.

Medan, 12 April 2021

Penulis,

Fadilla Fazria

P07520118021

vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................................... ii
Keywords: Hypertension, Old age ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................Error! Bookmark not defined.
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................6
1.4. Manfaat Penelitian ......................................................................................................7
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ..............................................................................................7
1.4.2. Manfaat Bagi Keluarga .......................................................................................7
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ...........................................................7
BAB II ....................................................................................................................................... 8
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 8
2.1. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)..........................................................................8
2.1.1. Definisi Tekanan Darah (Hipertensi) ................................................................8
2.1.2. Klasifikasi Tekanan Darah .................................................................................9
2.1.3 Penyebab Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) ..............................................10
2.1.4. PATOFISIOLOGI...............................................................................................12
2.1.5. MANIFESTASI KLINIK ....................................................................................13
2.1.6. Pemeriksaan Penunjang ..................................................................................14
2.1.7. Komplikasi Hipertensi .......................................................................................15
2.1.8 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi ..........................................16
2.1.9. Penatalaksanaan...............................................................................................21
2.2. Lansia .........................................................................................................................23

viii
2.2.1. Pengertian Lansia .............................................................................................23
2.2.2. Klasifikasi Lansia ...............................................................................................24
2.2.3. Proses Penuaan ................................................................................................24
2.2.4. Masalah Kesehatan Lanjut Usia .....................................................................25
BAB III ....................................................................................................................................27
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................................27
3.1 Jenis dan Desain Penelitian ...............................................................................27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................27
3.3 Metode Pengumpulan Data ................................................................................27
3.4 Prosedur Kerja ......................................................................................................27
BAB IV....................................................................................................................................29
HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................................29
4.1 Hasil Jurnal ............................................................................................................29
4.2 Pembahasan .............................................................................................................38
1. Persamaan ............................................................................................................38
2. Kelebihan ...............................................................................................................40
3. Perbedaan Jurnal .................................................................................................43
BAB V .....................................................................................................................................45
KESIMPULAN DAN SARAN ..............................................................................................45
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................45
5.2 Saran ......................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................47
LEMBAR KONSULTASI ......................................................................................................49
BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH .................................................................................49

ix
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses menua merupakan proses yang alamiah dimana terjadi berbagai
perubahan pada seluruh sistem tubuh lansia, termasuk sistem kardiovaskuler yang
biasanya diikuti oleh penyakit utama yakni hipertensi. Gaya hidup modern menuntut
siapa saja untuk mengikuti pola-pola aktivitas, dan konsumsi produk modern seperti
rokok dan vape. Disamping itu, juga dikarenakan kegemaran makan makanan
berkolestrol, merokok, stress, serta malas bergerak atau olahraga secara teratur.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan kasus terbanyak.
Pada umumnya, kejadian hipertensi banyak terjadi pada penduduk berusia lanjut
namun tidak menutup kemungkinan penduduk usia remaja hingga dewasa juga
dapat mengalami penyakit hipertensi tersebut.

WHO menyebutkan bahwa persentase akibat penyakit tidak menular lebih besar
dibandingkan penyakit menular. Tren kematian akibat penyakit tidak menular di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hipertensi merupakan “silent
killer” sehingga menyebabkan fenomena gunung es. Prevalensi hipertensi
meningkat dengan bertambahnya usia. Kondisi patologis ini jika tidak mendapatkan
penanganan secara cepat dan secara dini maka akan memperberat risiko
(Wahyuningsih, 2013).

Penderita hipertensi diperkirakan mencapai 1 milyar di dunia, dan dua pertiga


diantaranya berada di Negara berkembang. Angka tersebut kian hari kian
mengkhawatirkan yaitu sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita
hipertensi. Angka ini terus meningkat tajam, dan diprediksi pada tahun 2025 sekitar
29% orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (WHO, 2019). Kondisi ini
dapat menjadi beban baik dari segi finansial, karena berkurangnya produktivitas

1
sumber daya manusia akibat komplikasi penyakit ini, maupun dari segi sistem
kesehatan.

Kasus hipertensi menurut data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar
orang di dunia menderita hipertensi, yang berarti setiap 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat.
Jumlah penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan
pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi serta setiap tahun ada
9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi. Hipertensi dengan
komplikasi sebanyak (5, 3%), yaitu penyebab kematian No. 5 di dunia. (Depkes RI,
2019).

Penelitian yang menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi meningkat seiring


dengan pertambahan usia. Pada sebuah penelitian di SaoPaulo didapatkan
prevalensi hipertensi pada lansia sebesar 70% dari jumlah populasinya ( Lacerdaa
PJ, Lopesb MR, Fereiraa DP, dkk, 2016). Keadaan serupa juga ditemukan pada
penelitian yang dilakukan di China, dimana pada penelitian tersebut hipertensi
ditemukan pada 53% populasi lansia (Miao Liu, Yao He, Bin Jiang, dkk, 2015).

Persentase lansia di Indonesia tahun 2017 telah mencapai 9,03%, dari


keseluruhan penduduk. Selain itu, terlihat pula bahwa persentase penduduk 0-4
tahun lebih rendah dibanding persentase penduduk 5-9 tahun. Berdasarkan data
proyeksi penduduk, diperikirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk
lansia di Indonesia (9,03%). Diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08
juta), tahun 2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta), dan tahun 2035 (48,19 juta)
(UN Departement of Economic and Social Affair, Population Divission (2017).

Berdasarkan hasil RISKESDAS pada tahun 2018, prevalensi hipertensi


berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan hasil pengukuran terlihat meningkat
dengan bertambahnya umur. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1%,
dimana mengalami kenaikan dari angka sebelumnya di tahun 2013 yaitu sebanyak
25,8%. Hipertensi lebih banyak menyerang jenis kelamin perempuan (36,9%)
daripada laki-laki (31.3%).

2
Di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada
usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia >65 tahun sebesar 65%.
Dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60- 64 tahun terjadi peningkatan risiko
hipertensi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun 2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali.
Jumlah penderita hipertensi di Indonesia sebanyak 70 juta orang (28%), tetapi hanya
24% diantaranya merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi hipertensi pada
populasi dewasa di Negara maju sebesar 35% dan di Negara berkembang sebesar
40%. Prevalensi hipertensi pada orang dewasa adalah 6-15% (Depkes RI, 2019).
Kejadian hipertensi pada lansia dapat menyebabkan kualitas hidup yang buruk,
kesulitan dalam fungsi social dan fisik serta meningkatkan angka morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi-komplikasi yang ditimbulkannya.

Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, tercatat 50.162 orang
menderita hipertensi. Data tersebut, tercatat paling banyak menderita hipertensi
adalah wanita dengan jumlah 27.021. Usia yang paling banyak menderita adalah
usia di atas 55 tahun dengan jumlah 22.618 kemudia usia 18 sampai 44 tahun
dengan jumlah 14.984 dan usia 45 sampai 55 tahun dengan jumlah 12.560. Tahun
2015, tercatat penderita hipertensi di Sumut pada Januari-Oktober 2015, mencapai
15.1939. Penderita terbanyak adalah wanita dengan jumlah 87774. Usia penderita
paling banyak terlihat pada data itu juga usia di atas 55 tahun dengan jumlah 85254,
disusul usia 45 sampai 55 tahun dengan jumlah 44909 dan usia 18 sampai 44 tahun
dengan jumlah 21776 (Sumut Pos, 2016).

Prevalensi hipertensi pada Provinsi Sumatera Utara mencapai 6,7% dari jumlah
penduduk di Sumatera Utara, berdasarkan data Badan Litbangkes Kementerian
Kesehatan. Ini berarti bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara yang menderita
hipertensi mencapai 12,42 juta jiwa tersebar dibeberapa Kabupaten (Kemenkes,
2014). Pada penelitian yang dilakukan oleh Simbolon (2016) Kabupaten Karo salah
satu jumlah hipertensi terbanyak, menyusul Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2016
jumlah penderita hipertensi di Kabupaten Karo sebesar 12.608 orang, prevalensi ini
lebih tinggi pada jenis kelamin perempuan (52%) lelaki (48%), terbesar pada
kelompok umur 55-59 tahun.

3
Hipertensi tidak hanya menyerang organ kardiovaskuler seperti jantung dan
pembuluh darah, melainkan ginjal. Tingginya tekanan darah dapat menurunkan
fungsi ginjal tanpa kita sadari. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada penduduk usia produktif (25-54 tahun) adalah faktor genetik,
obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi garam, penggunaan minyak jelantah, dan
stress (Agustina, 2015). Selain itu penyebab hipertensi pada lansia juga disebabkan
oleh perubahan gaya hidup dan yang lebih penting lagi kemungkinan terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi karena bertambahnya usia lebih besar pada orang
yang banyak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung garam. Di
Indonesia, dengan tingkat kesadaran akan kesehatan yang lebih rendah, jumlah
pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang tidak
mematuhi obat kemungkinan lebih besar (Seke, 2016).

Berdasarkan hasil penelitian lusiane (2019) dimana kelompok lansia yang


berusia manula memiliki presentase tertinggi menderita Hipertensi dalam hal ini
peneliti berkesimpulan bahwa semakin tua seseorang, maka lebih berisiko
mengalami Hipertensi. Peneliti berasumsi bahwa hal tersebut disebabkan karena
seiring bertambahnya usia seseorang, terjadi penurunan kemampuan organ-organ
tubuh termasuk sistem kardiovaskuler dalam hal ini jantung dan pembuluh darah.
Pembuluh darah menjadi lebih sempit dan terjadi kekakuan dinding pembuluh darah
sehingga menyebabkan tekanan darah dapat meningkat. Hal ini sejalan dengan teori
bahwa semakin meningkat umur seseorang maka risiko terkena Hipertensi
sangatlah besar, hal ini terjadi karena pada umur tua arteri besar kehilangan
kelenturan dan menjadi kaku sehingga darah yang dipaksa untuk melalui pembuluh
darah yang sempit dari pada biasanya dan mengakibatkan naiknya tekanan darah.
Tekanan darah tinggi banyak terjadi pada usia dewasa tengah yaitu diatas 40 tahun
(Hartanti & Mifbakhuddin, 2015).

Tingginya Hipertensi sejalan dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh


perubahan struktur pada pembuluh darah besar, sehingga lumen menjadi sempit
dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku, sebagai akibat adalah
meningkatnya tekanan darah sistolik. Dengan meningkatnya umur didapatkan

4
kenaikan tekanan darah diastol rata-rata walaupun tidak begitu nyata juga terjadi
kenaikan angka prevalensi Hipertensi tiap kenaikan kelompok dekade umur (Sartik,
Tjekyan, & Zulkarnain, 2017).

Obesitas dapat memicu terjadinya hipertensi akibat terganggunya aliran darah.


Dalam hal ini orang dengan obesitas biasanya mengalami peningkatan kadar lemak
dalam darah (hiperlipidemia) sehingga berpotensi menimbulkan penyempitan
pembuluh darah (atersklerosis). Penyempitan terjadi akibat penumpukan plak
ateromosa yang berasal dari lemak. Penyempitan tersebut memicu jantung untuk
bekerja memompa darah lebih kuat agar kebutuhan oksigen dan zat lain yang 84
dibutuhkan oleh tubuh dapat terpenuhi. Hal inilah yang menyebabkan tekanan darah
meningkat (Sari, 2017) Modifikasi gaya hidup dan menjalani perilaku yang lebih
sehat sangat penting dalam mencegah hipertensi, terutama mengendalikan faktor
risiko hipertensi.

Rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya seperti nikotin dan karbon
monoksida. Zat tersebut akan terisap melalui rokok sehingga masuk ke aliran darah
dan menyebabkan kerusakan lapisan endotel pembuluh darah arteri sehingga
mempercepat aterosklerosis. Bagi penderita yang memiliki aterosklerosis atau
penumpukan lemak pada pembuluh darah, merokok dapat memperparah kejadian
hipertensi (Sari, 2017).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Buheli & Usman, 2019) hipertensi
hanya tertuju kepada pengaturan pola makan yang khusus sehingga tidak dapat
menerangkan apa yang menjadi patokan untuk menentukan faktor apa yang paling
menentukan kejadian hipertensi, sehingga keunggulan dari artikel penelitian terbaru
ini lebih berorientasi kepada apa yang menjadi penyebab hipertensi daripada
pengaturan pola makan.

Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang bisa diatasi dengan perilaku


hidup sehat. Seorang dapat menghindari penyakit tersebut apabila dapat mengontrol
pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dengan baik dan juga menghindari hal-hal
yang dapat merusak kesehatan semisal merokok, begadang, maupun makan

5
makanan yang dapat memacu penyakit hipertensi. Identifikasi dini terhadap faktor
apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi pada lanjut usia adalah sangat
penting.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik melakukan suatu


penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada lansia dengan melakukan kajian literature terhadap hasil penelitian
yang telah terpublikasi. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut diharapkan dapat
memodifikasi gaya hidup lansia untuk menunjang pengontrolan tekanan darah demi
mencegah progresivitas penyakit dalam menyerang organ-organ lain sehingga
kualitas hidup akan menjadi lebih baik.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian Hipertensi pada lansia?”

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan khusus dalam penelitian literature review ini antara lain :

1) Untuk mencari persamaan penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan


dengan kejadian Hipertensi pada Lansia dengan melakukan kajianliterature
sesuai dengan topik yang akan di teliti.
2) Untuk mencari kelebihan penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan
dengan kejadian Hipertensi pada Lansia dengan melakukan kajian literature
sesuai dengan topik yang akan di teliti.
3) Untuk mencari perbedaan penelitian tentang faktor – faktor yang berhubungan
dengan kejadian Hipertensi pada Lansia dengan melakukan kajian literature
sesuai dengan topik yang akan di teliti.

6
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti


Manfaat bagi penulis adalah sebagai sarana untuk mengaplikasikan
pengetahuan dan pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada
pasien dengan kasus hipertensi.

1.4.2. Manfaat Bagi Keluarga


Manfaat bagi keluarga adalah sebagai implementasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan terutama pada keluarga dengan kasus
hipertensi khsususnya pada lanjut usia.

1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan adalah sebagai informasi bagi
institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta
sebagai bahan kepustakaan.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

2.1.1. Definisi Tekanan Darah (Hipertensi)


Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan
(morbiditas) dan angka kematian / mortalitas. Tekanan darah 140 / 90 mmHg
didasarkan pada dua fase dalam setiap denyut jantung yaitu fase sistolik 140
menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90
menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Endang Triyanto, 2018).

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai
tekanan sistolik / tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg. (Wahyu Rahayu, 2015).

Tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan darah dalam arteri.
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan
yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Pada
hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140mmHg atau lebih, tetapi
tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah.
Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus
meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau
bahkan menurun drastis (Endang Triyanto, 2018).

8
Hipertensi maliga adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati,
akan menimbulkan kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi,
hanya 1 dari setiap 200 penderita hipertensi (Wahyu Rahayu, 2015).

Menurut Smith Tom, 1995 Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg. Hipertensi dikatakan ringan apabila tekanan diastoliknya antara
95-104 mmHg. Hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114
mmHg dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih.
Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih
serius dari peningkatan sistolik (Padila, 2013).

2.1.2. Klasifikasi Tekanan Darah


Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah
dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah
pada saat tidur malam hari (Endang Triyanto, 2018).

Tabel 2.1 Kriteria Hipertensi menurut JPC-V AS


Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Perbatasan (high normal) 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi stage 1 : 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan
Hipertensi stage 2 : 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang
Hipertensi stage 3 : berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi stage 4 : 210 mmHg 120 mmHg
sangat berat
Sumber : JPC-V AS (2004) dalam Aspiani 2016

9
2.1.3 Penyebab Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, menurut
Ardiyansyah (2012), yaitu :

2.1.3.1 Hipertensi Primer


Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hipertensi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :

1) Genetik

Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko lebih


tinggi untuk mendapatkan penyakit ini ketimbang mereka yang tidak mempunyai
riwayat keluarga.

2) Jenis Kelamin dan Usia

Laki–laki berusia 35–50 tahun dan wanita paska menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi.

3) Berat Badan/Obesitas

(25% lebih berat di atas berat badan ideal) juga sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.

2.1.3.2. Hipertensi Sekunder


Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya diketahui.
Beberapa gejala atau penyakit yang penyebab hipertensi jenis ini, antara lain :

1) Coarctation Aorta

Yaitu penyempitan Aortacongenital yang (mungkin) terjadi beberapa tingkat


Aorta Torasik atau Aorta Abdominal. Penyempitan ini menghambat aliran darah
melalui lengkungan Aorta dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah di atas
area konstriksi.

10
2) Penyempitan Parenkrim dan vascular Ginjal

Penyakit ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi


Renovaskuler berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih Arteri besar, yang
secara langsung membawa darah ke Ginjal. Sekitar 90% lesi Arteri Renal pada klien
dengan Hipertensi disebabkan oleh Arterosklerosis atau Fibrous Dysplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan Fibrous). Penyakit Parenkrim Ginjal terkait dengan
infeksi, inflamasi, serta perubahan struktur secara fungsi Ginjal.

3) Penggunaan Kontrasepsi Hormonal (Estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan hipertensi melalui


mekanisme Rennin–Aldosteron–mediate volume expansion. Dengan penghentian
oral kontrasepsi, tekanan darah kembali normal setelah beberapa bulan.

4) Gangguan Endokrin

Disfungsi Medulla Adrenal dapat menyebabkan hipertensi sekunder Adrenal–


mediate Hypertension disebabkan kelebihan primer Aldosteron, Kortisol dan
katekolamin. Pada Aldosteron primer, kelebihan Aldosteron menyebabkan hipertensi
dan hipokalemia. Aldosteonisme primer biasanya timbul dari adenoma Korteks
Adrenal yang benigna (jinak). Pheochromocytomas pada Medulla Adrenal yang
paling umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada sindrom
cushing, terjadi kelebihan glukokortikoid yang diekskresi dari Korteks Adrenal.
Sindrom cushing mungkin disebabkan oleh hiperplasi adrenokortikal atau adenoma
adrenokortikal.

5) Kegemukan (obesitas) dan gaya hidup yang tidak aktif (malas berolahrga)

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan


bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden
hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh
perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah
dan hormone. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan

11
insiden penyakit arteri koroner dan kematian premature (Julianti, 2005). Jenis
kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada
masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki, dan pada
wanita lebih tinggi setelah umur 56 tahun, ketika seorang wanita mengalami
menopause (Endang Triyanto, 2018).

2.1.4. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya tekanan darah didalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara
yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya arteri besar kehilangan kelenturan dan menjadi kaku sehingga
mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan inilah yang terjadi
pada usia lanjut,dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arterioskalierosis (Endang Triyanto, 2018).

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut
karena perangsangan saraf atau hormone di dalam darah. Bertambahnya cairan
dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan
darah juga meningkat (Endang Triyanto, 2018).

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami


pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.
Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam
fungsi ginjal dan system saraf otonom (bagian dari system saraf yang mengatur
berbagai funghsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal
mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara : jika tekanan darah
meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan

12
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke
normal (Endang Triyanto, 2018).

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal
juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut
renin, yang memicu pembentukan hormone angiotensi, yang selanjutnya akan
memicu pelepasan hormone aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam
mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pada
ginjal dapat menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan
arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan
hipertensi. Peradangan dan cidera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah (Endang Tryanto, 2018).

2.1.5. MANIFESTASI KLINIK


Menurut Adinil (2004) gejala klinik yang dialami oleh para penderita hipertensi
biasanya berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak
napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan
(jarang dilaporkan). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakkan
gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan
vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi
oleh pembuluh darah bersangkutan perubahan patologis pada ginjal dapat
bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan Kreatinin. Keterlibatan pembuluh darah
otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanisfestasi sebagai paralis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000).

Crowin (2000) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah
mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intracranial.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang

13
tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat,
edema pupil (edema pada diskusoptikus). Gejala lain yang umumnya, terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari
hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

2.1.6. Pemeriksaan Penunjang


Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang untuk penderita hipertensi (Padila,
2013).

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh.


2. Pemeriksaan retina

Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian belakang mata)
merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung bisa menunjukkan
adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh darah kecil). Dengan
anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina mirip dengan perubahan
yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk
memeriksa retina, digunakan suatu oftalmoskop. Dengan menentukan derajat
kerusakan retina (retinopati), maka bisa ditentukan beratnya hipertensi.

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal


dan jantung. Pemeriksaan awal pada keruskaan ginjal bisa diketahui dengan melalui
peemerisaan air kemih. Dan pemeriksaan jantung bisa ditemukan pada
elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa.
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan
fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
7. Foto dada dan CT scan.

14
2.1.7. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang mengenai mata,
ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan
penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang
sering ditemukan pada hipertensi berat selain kelainan koroner dan miokard. Pada
otak sering terjadi stroke dimana terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
mikroaneurisma yang dapat mengakibakan kematian. Kelainan lain yang dapat
terjadi adalah proses tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara
(Transient Ischemic Attack/TIA). Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi
hipertensi yang lama dan pada proses akut seperti pada hipertensi maligna. (Bianti
Nuraini, 2015).

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung


maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif. Penelitian lain juga
membuktikan bahwa diet tinggi garam dan sensitivitas terhadap garam berperan
besar dalam timbulnya kerusakan organ target, misalnya kerusakan pembuluh darah
akibat meningkatnya ekspresi transforming growth factor-β (TGF-β). (Bianti Nuraini,
2015).
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma.
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang bingung,
limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian tubuh terasa
lemah atau sulit digerakkan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa kaku, tidak
dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak.

15
2.1.8 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

2.1.8.1 Faktor yang tidak dapat dimodifikasi


1. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya adalah
penyakit jantung koroner. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung
dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun. (Bianti Nuraini, 2015).

Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Sawangan Baru Depok menunjukkan


bahwa, untuk distribusi jenis kelamin lebih banyak berjenis kelamin perempuan
sebanyak 80 responden (92,0%), sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 7 responden (8,0%). (Solehatul Mahmudah, dkk, 2015) Pada
penelitian (Risa Pitriani, 2018) berasumsi bahwa jenis kelamin tidak memiliki
hubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Hipertensi banyak terdapat pada
responden perempuan, perbedaan jenis kelamin pada tekanan darah dapat
dideteksi sewaktu muda dan masih anak-anak. hasil menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dimana
pvalue=0,404. Berbeda dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) menunjukkan
prevalensi hipertensi pada perempuan cenderung lebih tinggi dibanding laki-laki.
(Solehatul Mahmudah, dkk, 2015).

16
2. Usia
Presentase kelompok usia yang menderita hipertensi lebih tinggi pada kelompok
manula yakni sebesar 81% dibandingkan kelompok usia lansia yakni 37,5%. Hasil
analisis dengan menggunakan uji chi square test, maka Ha diterima dan H0 ditolak
dengan demikian berarti usia merupakan faktor determinan penyakit hipertensi pada
lansia di Puskesmas Kota Barat Kota Gorontalo. Hasil analisis multivariat juga
menunjukkan bahwa umur merupakan faktor determinan kedua yang paling
mempengaruhi terjadinya hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kota barat dengan
nilai ρ 0,005 (> 0,1). Usia memang tidak dapat dicegah lagi, akan tetapi dengan pola
hidup yang baik dan menghindari rokok setidaknya dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi (Lusiane Adam, 2019).

3. Riwayat keluarga
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium.
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar
untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan
riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (Bianti Nuraini, 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Airmadidi menunjukkan
bahwa dengan menggunakan uji chi square menghasilkan nilai probabilitas 0,000
dengan tingkat kesalahan 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara riwayat keluarga dengan hipertensi. Orang yang mempunyai anggota
keluarga hipertensi berisiko 17,71 kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang
tidak mempunyai anggota keluarga yang menderita hipertensi. (Merlisa C
Talumewo, 2014).

17
2.1.8.2 Faktor yang dapat dimodifikasi
1. Aktivitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung
mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih
keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa
semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri (Bianti Nuraini, 2015).
Selain berolahraga, aktivitas fisik dapat juga dilakukan sambil melakukan
kegiatan sehari-hari secara ekstra, misalnya :
a. Naik tangga, pilih naik tangga daripada naik eskalator.
b. Jalan kaki.
c. Jalan cepat atau bersepeda saat ada kesempatan.
d. Bermain dengan anak-anak.
e. Tetap bergerak, misalnya dengan mengganti saluran TV secara manual
dariapda menggunakan remote control. Hal-hal kecil seperti ini akan
membuat anda tetap bergerak.
f. Berdiri setiap satu jam. Jika pekerjaan mengharuskan anda banyak duduk,
cobalah untuk berdiri atau berjalan beberapa menit setiap satu jam. Anda
bisa menerima telepon sambil berdiri, mengambil minuman ataupun
menghampiri meja rekan kerja daripada menghubunginya lewat ponsel.
g. Berkebun, membersihkan rumah dan mencuci peralatan yang ada dirumah
sendiri. (Astrid Savitri, 2016).

Sehingga Ha diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada


hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Desa
Limbung Dusun Mulyorejo Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya, dengan nilai OR
95% CI 4,449 (1,776-11,144) berarti responden dengan aktivitas ringan berisiko
4,449 kali mengalami kejadian hipertensi dibandingkan dengan responden aktivitas
ringan. (Ilyasa Gusti, 2013).

18
2. Merokok
Menurut Vita Health (2005), merokok dapat mempermudah terjadinya penyakit
jantung. Selain itu, merokok dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah.
Hal ini disebabkan pengaruh nikotin dalam peredaran darah. Kerusakan pembuluh
darah juga diakibatkan oleh pengendapkan kolesterol pada pembuluh darah,
sehingga jantung bekerja lebih cepat. (Paskah Rina Situmorang, 2015).
Seseorang disebut memiliki kebiasaan merokok apabila dia melakukan aktivitas
merokok setiap hari dengan jumlah satu batang atau lebih sekurang-kurangnya
selama satu tahun. Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah
satu faktor resiko hipertensi yang dapat dicegah. Merokok merupakan faktor resiko
yang potensial untuk ditiadakan di Indonesia, khususnya dalam upaya melawan arus
peningkatan hipertensi dan penyakit kardiovaskuler pada umumnya. (Ulfah
Nurrahmani dan Helmanu Kurniadi, 2015).
Merokok meningkatkan tekanan darah melalui mekanisme pelepasan
norepinefrin dari ujung-ujung saraf adrenergik yang dipacu oleh nikotin. Resiko
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari, tidak tergantung pada
lamanya merokok. Seseroang yang merokok lebih dari satu pak per hari memiliki
kerentanan dua kali lebih besar daripada yang tidak merokok.. (Ulfah Nurrahmani
dan Helmanu Kurniadi, 2015).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nancy Swanida, dkk (2012) menunjukkan
bahwa sebesar 14,5% lansia yang merokok mengalami hipertensi, hasil ini sama
dengan lansia yang tidak hipertensi (14,5%), dengan nilai OR 1, sehingga hasil
analisis menunjukkan tidak ada pengaruhm bermakna antara merokok dengan
terjadinya hipertensi. Merokok dapat menyebabkan hipertensi, namun merokok
adalah salah satu faktor risiko utama dari penyakit kardiovaskular. Merokok juga
menghalangi efek obat anti hipertensi. Orang yang menderita hipertensi sebaikya
berhenti dan tidak merokok sama sekali, meskipun perlu diperhatikan kenaikan berat
badan akibat berhenti merokok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Merlisa menghasilkan perhitungan
dengan menggunakan uji chi square. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara kebiasaan merokok dengan hipertensi di Puskesmas Airmadidi

19
Kecamatan Airmadidi Kabupaten Minahasa Utara. Orang yang mempunyai
kebiasaan merokok berisiko 4,362 kali lebih besar menderita hipertensi
dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. (Merlisa C
Talumewo, dkk, 2014).

3. Obesitas (kegemukan)
Di antara semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah
satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibanding dengan orang kurus,
orang yang gemuk lebih besar peluangnya terkena hipertensi. Kegemukan
merupakan ciri khas dari populasi hipertensi. Diperkirakan sebanyak 70% kasus
baru penyakit hipertensi adalah orang dewasa yang berat badannya sedang
bertambah. Dugaannya adalah jika berat badan seseorang bertambah, volume
darah akan bertambah pula, sehingga beban jantung untuk memompah darah juga
bertambah. Sering kali kenaikan volume darah dan beban pada tubuh yang
bertambah berhubungan dengan hipertensi, karena semakin besar bebannya,
semakin berat juga kerja jantung dalam memompah darah keseluruh tubuh.
Kemungkinan lain adalah dari faktor produksi insulin, yakni suatu hormon yang
diproduksi oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah. Jika berat badan
bertambah, terdapat kecenderungan pengeluaran insulin yang bertambah. Dengan
bertambahnya insulin, penyerapan natrium dalam ginjal akan berkurang. Dengan
bertambahnya natrium dalam tubuh, volume cairan dalam tubuh juga akán
bertambah. Semakin banyak cairan termasuk darah yang ditahan, tekanan darah
akan semakin tinggi. (Paskah Rina Situmorang, 2015).
Obesitas dan hipertensi merupakan dua keadaan yang sering ditemukan
bersama-sama, sehingga diperkirakan keduanya mempunyai hubungan yang sangat
erat dan mungkin mempunyai hubungan sebab akibat, tetapi sampai saat ini
mekanisme terjadinya hipertensi pada obesitas masih belum jelas. Hasil analisis
maka dikatakan signifikan sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasi hasil
analisis bivariat antara obesitas dengan kejadian hipertensi adalah responden
dengan obesitas hipertensi berisiko menderita hipertensi sebesar 6,32 kali
dibandingkan dengan responden yang tidak obesitas. (Ode Alifariki, 2015).

20
4. Stress
Stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah
akan meningkat . Stres dapat mengakibatkan tekanan darah naik untuk sementara
waktu. Jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya pengaruh stres terhadap terjadinya
hipertensi. Hasil penelitian lain juga menyimpulkan bahwa stres dan tekanan
psikologis tidak berhubungan dengan hipertensi. Hubungan antara peristiwa-
peristiwa stres dengan hipertensi dilaporkan bukan karena efek stres pada tekanan
darah dan mungkin dianggap berasal dari perasaan negatif tentang penyakit dan
bukan karena penyakit itu sendiri. (Nancy Swanida, dkk, 2011).

2.1.9. Penatalaksanaan

2.1.9.1. Tahap Primer


Tahap primer penatalaksanaan penyakit hipertensi merupakan upaya awal
pencegahan sebelum seseorang menderita hipertensi melalui program penyuluhan
dan pengendalian faktor-faktor resiko kepada masyarakat luas dengan
memprioritaskan pada kelompok resiko tinggi. Tujuan pencegahan primer adalah
untuk mengurangi insidensi penyakit hipertensi dengan cara mengendalikan faktor-
faktor resiko agar tidak terjadi penyakit hipertensi (Endang Triyanto, 2018). Upaya-
upaya yang dilakukan untuk pencegahan primer terhadap penyakit hipetensi yaitu :

a. Pola makan yang baik.


b. Perubahan gaya hidup; rutin olahraga teratur.
c. Menghentikan rokok.
d. Membatasi konsumsi alcohol.
e. Mengurangi kelebihan berat badan.

21
2.1.9.2. Tahap Sekunder
Penanganan tahap sekunder yaitu upaya pencegahan hipertensi yang sudah
pernah terjadi akibat serangan berulang atau untuk mencegah menjadi berat
terhadap timbulnya gejala-gejala penyakit secara klinis melalui deteksi dini (early
detection). Pencegahan ini ditujukan untuk mengobati para penderita dan
mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari penyakit, yaitu melalui diagnosis dini
dan pemberian pengobatan.jika deteksi tidak dilakukan dini dan terapi tidak
diberikan segera maka akan terjadi gejala klinis yang merugikan. Dalam
pencegahan tahap sekunder ini dilakukan pemeriksaan tekanan darah secara teratur
sebagai bentuk skrining dan juga kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah
menderita hipertensi.(Endang Triyanto, 2018).
a. Diagnosis hipertensi.
b. Pengobatan hipertensi.
Terapi faramakologis dilakukan dengan pemberian obat-obatan seperti berikut
ini :
1) Golongan diuretic.
2) Penghambat adrenergic.
3) ACE-inhibitor (Angiotensin-Converting Enzyme)
4) Angiotensin-II-bloker.
5) Antagonis kalsium.
6) Vasodilator.
7) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensimaligna).

2.1.9.3 Tahap Tersier


Penatalaksanaan tahap tersier adalah upaya pencegahan terjadinya komplikasi
yang lebih berat atau kematian. Pencegahan tersier adalah upaya pencegahan
penyakit ke arah berbagai akibat penyakit yang lebih buruk, dengan tujuan
memperbaiki kualitas hidup pasien. Pencegahan tersier difokuskan pada rehabilitasi
dan pemulihan setelah terjadi sakit untuk meminimalkan kesakitan, kecacatan, dan
meningkatkan kualitas hidup. Pencegahan tersier biasanya dilakukan oleh para
dokter dan sejumlah profesi kesehatan lainnya (Endang Triyanto, 2018).

22
Pencegahan tersier dibedakan dengan pengobatan, meskipun batas perbedaan
itu tidak selalu jelas. Jenis intervensi yang dilakukan sebagai pencegahan tersier
bisa saja merupakan pengobatan. Tetapi dalam pencegahan tersier, target yang
ingin dicapailebih kepada mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan jaringan
dan organ, mengurangi skulae, disfungsi, dan keparahan akibat penyakit,
mengurangi komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang penyakit, dan
memperpanjang hidup (Endang Triyanto, 2018).

Sedangkan target pengobatan adalah menyembuhkan pasien dari gejala dan


tanda klinis yang telah terjadi. Sebagai contoh, menurut CDC (dikutip Library Index,
2008) menurunkan tekanan darah bisa mengurangi komplikasi kardiovaskuler
(penyakit jantung dan stroke) sebesar 50%, dan mengurangi risiko retinopati,
neuropati, dan penyakit ginjal. Menurunkan berbagai lemak (lipid) darah, yakni
kolestrol darah, low-density lipoproteins (LDL), dan trigliserida, dapat menurunkan
komplikasi kardiovaskuler sebesar 50% pada orang dengan hipertensi
(EndangTriyanto, 2018).

2.2. Lansia

2.2.1. Pengertian Lansia


Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap
perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia
lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lanjut adalah
kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap
dalam jangka waktu beberapa decade. Menurut WHO (1989), dikatakan usia lanjut
tergantung dari konteks kebutuhan yang tidak dipisah – pisahkan. (Prof. Dr. Soekidjo
Notoatmodjo, 2007).

23
2.2.2. Klasifikasi Lansia

2.2.2.1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) lanjut usia meliputi :


1. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Usia lanjut (elderly) antara 60-74 tahun.
3. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun.
4. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

2.2.2.2 Menurut Kemenkes RI ada lima klasifikasi lansia, yaitu:


1. Pralansia (prasenilis) adalah seseorang yang berusia 45-59 tahun.
2. Lansia adalah seseorang yang berusia 60 tahun ke atas.
3. Lansia resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih.
4. Lansia potensial adalah lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5. Lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya tergantung orang lain.

2.2.3. Proses Penuaan


Menua adalah proses yang mengakibatkan suatu perubahan bersifat kumulatif,
dan suatu proses penurunan daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari
dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Kementerian Kesehatan RI,
2014). Secara umum, proses menua adalah perubahan terkait waktu, bersifat
universal, intrinsik, profresif dan detrimental (Dewi, 2014). Proses penuaan
merupakan proses biologis dimana terdapat perubahan-perubahan dalam tubuh
yang terprogram oleh jam biologis, terjadinya aksi dari zat metabolik akibat mutasi
spontan, radikal bebas dan adanya kesalahan pada molekul DNA, dan perubahan
yang terjadi di dalam sel ataupun akibat pengaruh dari luar sel. Menurut Dewi &
Darwin, 2014 dalam (Christine Yohana, 2017).

Menurut Hernawati dan Ina 2006 dalam (Christine Yohana, 2017), perubahan
pada lansia meliputi perubahan biologis, psikologis dan sosiologis. Perubahan
biologis diantaranya adalah penurunan fungsi sel otak, penurunan kemampuan,

24
penurunan massa otot dan peningkatan massa lemak yang mengakibatkan
penurunan cairan tubuh sehingga kulit kelihatan mengerut, kering serta muncul
garis-garis yang menetap pada wajah, penurunan indera penglihatan, dan
penurunan indera pendengaran yang menyebabkan lansia kurang aktif dan
mengganggu kegiatan sehari-hari. Perubahan psikologis berupa ketidakmampuan
untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi misalnya sindrom
lepas jabatan dan sedih yang berkepanjangan. Perubahan sosiologis lansia sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pemahaman terhadap diri sendiri.
Perubahan ini disebabkan oleh perubahan status sosial, misalnya pensiunan.

2.2.4. Masalah Kesehatan Lanjut Usia


Menurut Badan Pusat Statistik 2015 dalam (Christine Yohana, 2017), seiring
dengan penambahan umur, proporsi lansia yang mengalami keluhan kesehatan
semakin besar. Sebanyak 37,11% penduduk pra lansia mengalami keluhan
kesehatan dalam sebulan terakhir, meningkat menjadi 48,39 % pada lansia muda,
meningkat lagi menjadi 57,65 % pada lansia madya, dan proporsi tertinggi pada
lansia tua yaitu sebesar 64,01 % (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Keluhan
kesehatan itu sendiri adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik karena penyakit akut/kronis, kecelakaan,
kriminalitas, atau sebab lainnya.

Kemunduran pada fungsi organ tubuh khususnya lansia menyebabkan rawan


terhadap serangan berbagai penyakit kronis, seperti diabetes melitus, stroke, gagal
ginjal, kanker, hipertensi, dan jantung. Jenis-jenis keluhan kesehatan pada lansia
dapat mengindikasikan gejala awal dari penyakit kronis yang sebenarnya tengah
diderita. Adapun jenis keluhan kesehatan yang paling banyak dialami lansia adalah
keluhan lainnya, yaitu jenis keluhan kesehatan yang secara khusus memang diderita
lansia seperti asam urat, darah tinggi, darah rendah, reumatik, diabetes, dan
berbagai jenis penyakit kronis lainnya (Badan Pusat Statistik, 2015).

Saat ini kita mulai memasuki periode aging population, dimana terjadi
peningkatan umur harapan hidup yang diikuti dengan peningkatan jumlah lansia.

25
Indonesia mengalami peningkatan jumlah penduduk lansia dari 18 juta jiwa (7,56%)
pada tahun 2010, menjadi 25,9 juta jiwa (9,7%) pada tahun 2019, dan diperkirakan
akan terus meningkat dimana tahun 2035 menjadi 48,2 juta jiwa (15,77%). Sekjen
Kemenkes, drg. Oscar Primadi, MPH mengatakan semua orang perlu mulai
memperhatikan kebutuhan lansia tersebut, sehingga diharapkan mereka dapat tetap
sehat, mandiri, aktif, dan produktif, salah satunya penguatan peran keluarga dalam
melakukan perawatan bagi lansia.

26
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif berdasarkan studi literature
review. Metode studi Literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenan dengan
metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola
bahan yang berhubungan dengan penelitian. Studi literature bisa didapat dari
berbagai sumber buku, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Mei - Juni 2020 dengan menggunakan
penelusuran studi literature jurnal.

3.3 Metode Pengumpulan Data


a. Peneliti mencari jurnal dari google schoolar dan researchgate.
b. Jurnal yang diambil berkaitan dengan variabel judul penelitian sebanyak 10
jurnal; (7 jurnal nasional dan 3 jurnal internasional).
c. Peneliti melakukan telaah terhadap jurnal yang telah diambil.
d. Setelah ditelaah, kemudian peneliti melakukan analisa data dengan cara
mencari persamaan, kelebihan, dan kekurangan jurnal tersebut.
3.4 Prosedur Kerja
Prosedur kerja meliputi penelusuran literature, seleksi literature, dokumentasi
literature, analisis dan penarikan kesimpulan

1. Mengidentifikasi istilah-istilah kunci


Pencarian judul atau literature dilakukan dengan menggunakan kata kunci
seperti Faktor-faktor, hipertensi pada lansia.
2. Menentukan tempat literature sesuai dengan topic yang telah ditemukan
dari database ataupun internet.

27
3. Mengumpulkan jurnal atau literature yang relevan. Jurnal atau literature
pada penelitian ini didapatkan dengan mengakses secara daring / online.
Penelusuran jurnal atau literature dari rentang tahun 2010 – 2019 dengan
menggunkan bantuan search engine yaitu google scholar.

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Jurnal
Hasil dalam penelitian ini berdasarkan literatur riview dari
kepustakaan atau jurnal yang telah di telaah sesuai dengan judul penelitian.

No. Judul / Peneliti Tujuan Populasi / Metode Hasil


Tahun Sampel Penelitian

1. Determinan Lusiane Bertujuan Sampel Jenis Berdasarka


Hipertensi Adam untuk yakni penelitian n hasil
Pada Lanjut mengetahui seluruh deskriptif penelitian
Usia / 2019. determinan lansia di kuantitatif didapatkan
penyakit wilayah pendekata : Faktor
Hipertensi kerja n cross determinan
pada lansia Puskesmas sectional yang
di Kota Barat study. berkorelasi
Puskesmas Kota paling kuat
Kota Barat Gorontalo terhadap
Kota pada bulan penyakit
Gorontalo. Desember Hipertensi
2018 pada lansia
sebanyak 45 di
orang, Puskesma
teknik s Kota
sampel Barat Kota
proportionat Gorontalo
e stratified adalah usia
random dan
sampling merokok.
Usia
memang
tidak dapat
dicegah
lagi, akan
tetapi
dengan
pola hidup
yang baik

29
dan
menghinda
ri rokok
setidaknya
dapat
mengurang
i risiko
terjadinya
Hipertensi.

2. Faktor- Muham Tujuan Populasi Penelitian Berdasarka


Faktor Yang mad penelitian ini terjangkau ini n hasil
Berhubunga Hafiz untuk pada merupaka penelitian
n Dengan Bin mengetahui penelitian ini n studi didapatkan
Kejadian Mohd faktor-faktor adalah analitik : Bahwa
Hipertensi Arifin, I yang bagian dari dengan terdapat
Pada Wayan berhubunga populasi desain hubungan
Kelompok Weta , n dengan target yang cross- yang
Lanjut Usia Ni Luh hipertensi dibatasi oleh sectional bermakna
Di Wilayah Ketut pada lansia tempat dan study dan antara
Kerja UPT Ayu di wilayah waktu, yaitu mengguna genetik,
Puskesmas Ratnaw kerja UPT kelompok kan olahraga,
Petang I ati Puskesmas lanjut usia pendekata dan tingkat
Kabupaten Petang I, yang datang n stress.
Badung / Kabupaten ke posyandu retrospekti Artinya
2016. Badung lansia yang f terdapat
tahun 2016. dilaksanaka hubungan
n di tujuh yang
banjar yang bermakna
ada di desa antara :
Petang,
Kecamatan -Genetik
Petang, dengan
Kabupaten kejadian
Badung hipertensi.
pada bulan Hipertensi
April sampai cenderung
Mei tahun merupakan
2016. penyakit
keturunan.
Sampel Menurut
yang Davidson
digunakan bila kedua
berjumlah orang
112 orang tuanya
yang diambil menderita
secara hipertensi

30
konsekutif maka
pada sekitar
posyandu 45% akan
lansia yang turun ke
di tujuh anak-
banjar di anaknya
desa dan bila
Petang, salah satu
Kecamatan orang
Petang, tuanya
Kabupaten yang
Badung menderita
hipertensi
maka
sekitar
30% akan
turun ke
anak-
anaknya.

-Olahraga
yang
artinya
pada
populasi
yang
diwakili
oleh
sampel
95%
Sehingga
dapat
disimpulka
n bahwa
lansia yang
tidak rutin
berolah
raga
merupakan
faktor risiko
untuk
terjadinya
hipertensi,
lansia yang
tidak rutin
berolah
raga

31
mempunya
i risiko
untuk
menderita
hipertensi
1,424 kali
lebih besar
dibandingk
an dengan
lansia yang
rutin
berolah
raga, dan

-Tingkat
stress
dengan
kejadian
hipertensi.
Sedangkan
jenis
kelamin,
obesitas,
merokok,
dan
konsumsi
alkohol
tidak
terdapat
hubungan
yang
bermakna
dengan
kejadian
hipertensi.

3. Faktor Yang Wahyuni Bertujuan Jumlah Jenis Berdasarka


Mempengar ngsih & untuk sampel yang penelitian n hasil
uhi Endri mengetahui digunakan ini penelitian
Hipertensi Astuti hubungan sebanyak 73 merupaka didapatkan
pada Usia antara usia, lansia (≥ 60 n : Faktor-
Lanjut / jenis tahun) yang penelitian faktor yang
2013. kelamin, bersedia analitik mempenga
genetik, menjadi dengan ruhi
obesitas, responden pendekata terjadinya
kebiasaan dan tidak n cross hipertensi
merokok, dalam pada usia

32
konsumsi keadaan sectional. lanjut di
garam, yang dapat Dusun
kebiasaan mempengar Kabregan,
olahraga, uhi Srimulyo,
stress, dan pengambila Piyungan,
kepribadian n data. Bantul,
serta Yogyakarta
mengidentifi Tahun
kasi faktor- 2008
faktor yang antara lain
paling adalah
dominan umur,
mempengar obesitas,
uhi kebiasaan
terjadinya olah raga,
hipertensi stress.
pada usia
lanjut.

4. Pola Janu Tujuan Sampel Desain Berdasarka


Konsumsi Purwon penelitian dalam penelitian n hasil
Garam o, Rita untuk penelitian ini yang penelitian
Dengan Sari, Ati mengetahui yaitu lansia digunakan didapatkan
Kejadian Ratnasa hubungan sebagai dalam : 54,9%
Hipertensi ri, Apri pola peserta di penelitian responden
Pada Lansia Budiant konsumsi Puskesmas ini adalah mengkons
/ 2020. o garam Gadingrejo desain umsi tinggi
dengan sebanyak 51 analitik garam,
kejadian orang dengan 60,8%
hipertensi diambil rancangan responden
pada lansia dengan cross mengalami
di wilayah metode sectional hipertensi
kerja purposive berat.
Puskesmas sampling Terdapat
Gadingrejo hubungan
antara pola
konsumsi
garam
dengan
kejadian
hipertensi
pada lansia
di Wilayah
Puskesma
s
Gadingrejo
dengan P

33
value=0,01
0 dan nilai
OR = 5,704

5. Determinan Nofi Tujuan : Sampel : Penelitian Berdasarka


Kejadian Susanti, penelitian ini penelitian ini n hasil
Hipertensi Putra untuk berjumlah mengguna penelitian
Masyarakat Apriadi mengetahui 90 orang kan didapatkan
Pesisir Siregar, determinan dengan metode : yaitu
Berdasarka Reinpal kejadian menggunak deskriptif terdapat
n Kondisi Falefi hipertensi an uji chi analitik hubungan
Sosio masyarakat square. dengan yang
Demografi pesisir study signifikan
dan berdasarkan cross antara pola
Konsumsi kondisi sosio sectional konsumsi
Makan / demografi makanan,
2020. dan dari 38
konsumsi subjek
makan yang tidak
mengkons
umsi buah,
sayur dan
ikan,
diketahui
terdapat 18
orang
(47,4%)
yang
mengalami
hipertensi
lebih
banyak
dibandingk
an subjek
yang
mengkons
umsi buah,
sayur dan
ikan yang
berjumlah
10 orang
(19,2%).
Status
pendidikan,
Secara
umum
dapat

34
dikatakan
bahwa
masyaraka
t
Kecamatan
Percut Sei
Tuan
termasuk
masyaraka
t yang
sudah
maju
dalam
bidang
pendidikan
Sebanyak
90 subjek
yang
diteliti,
28,9%
memiliki
tingkat
pendidikan
rendah dan
71,1%
berpendidi
kan tinggi.
dan Umur,
Adapun
variabel
usia
berdasarka
n tabel 4
menunjukk
an bahwa
dari 24
orang
dengan
usia tua
(41-65
tahun)
diketahui
16 orang
(66,7%)
mengalami
hipertensi

35
dan lebih
banyak
dibandingk
an subjek
yang
berusia
dewasa
(18-40
tahun)
artinya
subjek
dengan
usia tua
berisiko 9
kali
mengalami
hipertensi
dibandingk
an subjek
dengan
usia
dewasa
dengan
tingkat
kepercaya
an (95%)
terhadap
kejadian
hipertensi
di wilayah
pesisir
Desa
Percut
Kecamatan
Percut Sei
Tuan
Kabupaten
Deli
Serdang
Sumatera
Utara.

6. Hipertensi Yuniar Penelitian ini Sampel Jenis Berdasarka


pada Tri bertujuan penelitian penelitian n hasil
Penduduk Gesela untuk adalah bersifat penelitian
Usia Arum mengetahui penduduk observasi didapatkan
Produktif faktor risiko berusia 15- onal : Yang

36
(15-64 yang 64 tahun analitik sering
Tahun) / berhubunga sejumlah dengan mengonsu
2019. n dengan 103 orang rancang msi
kejadian yang tinggal bangun potassium
hipertensi di wilayah cross (kalium)
pada kerja sectional (38,0%),
penduduk Puskesmas dan
usia Jagir obesitas,
produktif di yang
wilayah kerja mengalami
Puskesmas obesitas
Jagir. (58,3%),
berhubung
an secara
signifikan
dengan
kejadian
hipertensi
sedangkan
faktor risiko
lainnya
tidak
berhubung
an secara
signifikan
dengan
kejadian
hipertensi.

7. Peramalan Nanda Tujuan Metode Jenis Berdasarka


Jumlah Galib penelitian peramalan penelitian n hasil
Kasus Putri, adalah menggunak adalah penelitian
Penyakit Yennike peramalan an metode penelitian didapatkan
Hipertensi Tri terkait time series deskriptif :kemungkin
Di Herawat jumlah kasus dibantu oleh dengan an kasus
Kabupaten i, Andrei penyakit aplikasi pendekata hipertensi
Jember Ramani hipertensi di POM-QM. n untuk 36
Dengan Kabupaten kuantitatif bulan yang
Metode Jember yang akan
Time Series sebagai menggam datang
/ 2019. bahan barkan memiliki
pertimbanga situasi pola yang
n dalam atau sama
pengambilan kejadian dengan
keputusan sehingga data
terkait metode ini actual.
perencanaan berkehend Nilai MAPE

37
pengembang ak (Mean
an maupun mengadak Absolute
perbaikan an Percent
strategi akumulasi Error)
pengendalia data untuk
n penyakit kasus
hipertensi. hipertensi
pada laki-
laki adalah
25,71% ;
pada
perempuan
adalah
19,63%;
pada usia
≤ 44 tahun
98,42%;
dan usia ≥
45 tahun
adalah
13,98%.

4.2 Pembahasan

1. Persamaan
Berdasarkan hasil studi literatur didapatkan 7 jurnal yang mempunyai
persamaan, yaitu :
a) Pada hasil jurnal 1 yang berjudul Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia
/ 2019. Berdasarkan hasil penelitian dimana kelompok lansia yang
berusia manula memiliki presentase tertinggi menderita Hipertensi dalam
hal ini peneliti berkesimpulan bahwa semakin tua seseorang, maka lebih
berisiko mengalami Hipertensi. Ketujuh jurnal hasil penelitian, memiliki
latar belakang yang membahas tentang faktor – faktor yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia.
b) Pada hasil jurnal 2 yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Hipertensi Pada Kelompok Lanjut Usia Di Wilayah
Kerja UPT Puskesmas Petang I Kabupaten Badung / 2016. pada usia 25-

38
44 tahun prevalensi hipertensi sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun
sebesar 51% dan pada usia >65 tahun sebesar 65%. Prevalensi
hipertensi pada kelompok lansia cukup tinggi yakni 69% dan terdapat
hubungan yang bermakna antara genetik, olah raga, dan tingkat stress.
c) Pada hasil jurnal 3 yang berjudul Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi
pada Usia Lanjut / 2013. Sebagian besar responden adalah berumur 70-
79 tahun yaitu sebanyak 34. Sebagian besar responden
adalahperempuan yaitu 46 orang (63,02%). Sebagian besar responden
tidak ada riwayat keluarga hipertensi yaitu sebanyak 62 orang (85%).
Sebagian besarresponden yang mempunyai kebiasaan merokok sering
yaitu sebanyak 46 orang (63%) sedangkan paling sedikit adalah
responden dengan kebiasaan merokok jarang yaitu sebanyak 0 orang
(0%).Sebagian besar responden mempunyai kebiasaan tidak pernah
olahraga, yaitu sebanyak 29 orang (39,7%). Sebagian besar responden
mempunyai kebiasaan tidak pernah minum kopi, yaitu sebanyak 51 orang
(69,8%). Sebagian besar responden yaitu 40 orang (54,8%) tidak
obesitas. Sebagian besar responden mengkonsumsi garam secara tidak
berlebih, yaitu sebanyak 49 orang (67,1%). Sebagian besar responden
tidak mengalami stres, yaitu sebanyak 69 orang (94,5%).
d) Pada hasil jurnal 4 yang berjudul Pola Konsumsi Garam Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia / 2020. Didapatkan 54,9% responden
mengkonsumsi tinggi garam, 60,8% responden mengalami hipertensi
berat. Terdapat hubungan antara pola konsumsi garam dengan kejadian
hipertensi pada lansia.
e) Pada hasil jurnal 5 yang berjudul Determinan Kejadian Hipertensi
Masyarakat Pesisir Berdasarkan Kondisi Sosio Demografi dan Konsumsi
Makan / 2020. Status perkawinan yang sebagian besar penduduk
memiliki status kawin dengan jumlah 77 orang (85,6%), pendidikan
terakhir diketahui sebagian besar memiliki pendidikan tinggi yang
berjumlah 64 orang (71,1%) dan sebagian besar penduduk bekerja
dengan jumlah 48 orang (53,3%).

39
f) Pada hasil jurnal 6 yang berjudul Hipertensi pada Penduduk Usia
Produktif (15-64 Tahun) / 2019. Faktor risiko yang diteliti menunjukkan
hasil bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada subyek yang memiliki
riwayat keluarga hipertensi (46,3%), mengonsumsi natrium setiap hari
(35,7%), sering mengonsumsi potassium (38,0%), mengalami obesitas
(58,3%), rutin berolahraga sebulan sekali (60%), merokok lebih dari 10
batang perhari (50%), mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas perhari
(57,1%), mengalami stress tingkat rendah (41,2%), mengalami insomnia
(41,4%), serta mengonsumsi kafein (42,3%).
g) Pada hasil jurnal 7 yang berjudul Peramalan Jumlah Kasus Penyakit
Hipertensi Di Kabupaten Jember Dengan Metode Time Series / 2019.
Hasil penelitian menunjukkan kemungkinan kasus hipertensi untuk 36
bulan yang akan datang memiliki pola yang sama dengan data actual.
Nilai MAPE untuk kasus hipertensi pada laki-laki adalah 25,71% ; pada
perempuan adalah 19,63%; pada usia ≤ 44 tahun 98,42%; dan usia ≥ 45
tahun adalah 13,98%.

2. Kelebihan
No. Judul Kelebihan
1. Determinan Hipertensi Kelebihan penelitian ini kita bisa
Pada Lanjut Usia Tahun mengetahui bahwa determinan
2019 yang berkorelasi paling kuat yakni
usia dan merokok. Usia memang
tidak dapat dicegah lagi, akan
tetapi dengan pola hidup yang
baik dan menghindari rokok
setidaknya dapat mengurangi
risiko terjadinya hipertensi
terkhusus pada lanjut usia.
2. Faktor-Faktor Yang Kelebihan hasil penelitian ini kita

40
Berhubungan Dengan bisa mengetahui bahwa faktor
Kejadian Hipertensi Pada resiko terjadinya hipertensi terbagi
Kelompok Lanjut Usia Di dalam faktor risiko yang tidak
Wilayah Kerja UPT dapat dimodifikasi dan faktor risiko
Puskesmas Petang I yang dapat dimodifikasi. Faktor
Kabupaten Badung Tahun risiko yang tidak dapat
2016 dimodifikasi seperti keturunan,
jenis kelamin, ras dan usia.
Sedangkan faktor risiko yang
dapat dimodifikasi yaitu obesitas,
kurang berolahraga atau aktivitas,
merokok, alkoholisme, stress, dan
pola makan.
3. Faktor Yang Mempengaruhi Kelebihan hasil penelitian ini kita
Hipertensi pada Usia Lanjut bisa mengetahui bahwa hipertensi
Tahun 2013 pada lanjut usia berhubungan
dengan usia, kebiasaan olahraga,
obesitas, stress dan tipe
kepribadian. Stress merupakan
faktor yang paling dominan
mempengaruhi hipertensi pada
usia lanjut.
4. Pola Konsumsi Garam Kelebihan hasil penelitian ini kita
Dengan Kejadian Hipertensi bisa mengetahui bahwa lanjut usia
Pada Lansia Tahun 2020 (lansia) sangan rentan terkena
penyakit hipertensi. Semakin
menua usia responden semakin
menurun pola kerja dan fungsi
jantung, tekanan darah juga akan
meningkat, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena

41
adanya penumpukan zat kolagen
pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-
angsur menyempit dan menjadi
kaku.
5. Determinan Kejadian Kelebihan hasil penelitian ini kita
Hipertensi Masyarakat bisa mengetahui bahwa faktor
Pesisir Berdasarkan Kondisi sosio demografi dan konsumsi
Sosio Demografi dan makan masyarakat pesisir yang
Konsumsi Makan Tahun tidak seimbang menjadi
2020 determinan kejadian hipertensi.
Responden yang tidak
mengkonsumsi buah, sayur dan
ikan mengalami hipertensi lebih
banyak dibandingkan responden
yang mengkonsumsi buah, sayur
dan ikan.
6. Hipertensi pada Penduduk Kelebihan hasil penelitian ini kita
Usia Produktif (15-64 bisa mengetahui bahwa faktor
Tahun) Tahun 2019 risiko yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada
penduduk usia produktif adalah
konsumsi potassium dan obesitas.
Potassium berfungsi untuk
memperlancar keseimbangan air
dan mineral di dalam tubuh.
Potassium bekerja dengan
natrium untuk mempertahankan
tekanan darah normal pada tubuh.
7. Peramalan Jumlah Kasus Kelebihan hasil penelitian ini kita
Penyakit Hipertensi Di bisa mengetahui bahwa

42
Kabupaten Jember Dengan berdasarkan golongan usia,
Metode Time Series Tahun semakin meningkat usia maka
2019 semakin banyak kasus hipertensi
yang tercatat. Hipertensi
merupakan salah satu penyakit
degeneratif, umumnya tekanan
darah bertambah secara perlahan
dengan seiring bertambahnya
umur.

3. Perbedaan Jurnal
Dari hasil yang didapat dari 7 jurnal di dapatkan hasil 3 jurnal yang
mengatakan faktor yang paling kuat adalah usia dan terdapat 3 jurnal yang
mengatakan faktor yang berhubungan dengan signifikan dengan hipertensi
adalah pola konsumsi yang berbeda, yaitu diantaranya ada yang
mengatakan pola konsumsi makanan, garam, dan potassium, dan terdapat 1
jurnal yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
genetik, olahraga dan tingkat stress.
Dari ke-7 artikel tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lanjut usia menyimpulkan bahwa kasus hipertensi
menurut data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di dunia
menderita hipertensi, yang berarti setiap 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis
menderita hipertensi, hanya 36,8% di antaranya yang minum obat. Jumlah
penderita hipertensi di dunia terus meningkat setiap tahunnya. Diperkirakan
pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang terkena hipertensi serta setiap
tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasi.
Hipertensi dengan komplikasi sebanyak (5, 3%), yaitu penyebab kematian
No. 5 di dunia. (Depkes RI, 2019).

43
Penelitian ini di dukung oleh Lusiane (2019) menyebutkan bahwa
dimana kelompok lansia yang berusia manula memiliki presentase tertinggi
menderita Hipertensi dalam hal ini peneliti berkesimpulan bahwa semakin tua
seseorang, maka lebih berisiko mengalami Hipertensi.

Menurut usia, di Indonesia, pada usia 25-44 tahun prevalensi


hipertensi sebesar 29%, pada usia 45-64 tahun sebesar 51% dan pada usia
>65 tahun sebesar 65%. Dibandingkan usia 55-59 tahun, pada usia 60- 64
tahun terjadi peningkatan risiko hipertensi sebesar 2,18 kali, usia 65-69 tahun
2,45 kali dan usia >70 tahun 2,97 kali (Depkes RI, 2019).

Terdapat beberapa faktor yang telah diteliti hubungannya dengan


kejadian hipertensi pada lanjut usia. Faktor resiko yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada penduduk usia produktif (25-54 tahun) adalah faktor
genetik, obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi garam, penggunaan minyak
jelantah, dan stress (Agustina, 2015).

44
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Dari hasil 7 jurnal yang telah di telaah tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lanjut usia, maka dapat
ditarik kesimpulan dari hasil review jurnal tersebut yaitu :

1. Pada persamaan ke 7 jurnal tersebut, faktor usia sangat berpengaruh


terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka
semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Selain usia, faktor
merokok, obesitas, kebiasaan olahraga, pola makan dan stress juga
mempengaruhi hipertensi pada usia lanjut.
2. Pada kelebihan ke 7 jurnal tersebut, masing-masing jurnal memiliki
kelebihan dengan hasil penelitian yang berbeda. Identifikasi dini
terhadap faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
pada lanjut usia adalah sangat penting.

3. Pada perbedaan ke 7 jurnal tersebut, hasil 3 jurnal yang mengatakan


faktor yang paling kuat adalah usia dan terdapat 3 jurnal yang
mengatakan faktor yang berhubungan dengan signifikan dengan
hipertensi adalah pola konsumsi yang berbeda, yaitu diantaranya
ada yang mengatakan pola konsumsi makanan, garam, dan
potassium, dan terdapat 1 jurnal yang mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara genetik, olahraga dan tingkat
stress.

45
5.2 Saran
1. Pelayanan Kesehatan

Hasil review literature ini merupakan masukan bagi pelayanan


kesehatan sebagai dasar memberikan Pendidikan kesehatan tentang
kejadian hipertensi pada lansia, baik di bidang keluarga maupun
komunitas dan diharapkan dengan hasil penelitian ini pelayanan
keperawatan dapat memberikan dan mengoptimalkan asuhan
keperawatan keluarga terkait tentang faktor yang berhubungan
dengan kejadian hipertensi khususnya pada lansia.

2. Pendidikan Keperawatan

Hasil review literature ini dapat menjadi dasar informasi tambahan


tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
pada lansia yang dapat dijadikan referensi terkait dengan pendidikan
keperawatan keluarga dalam upaya pencegahan kejadian hipertensi.

Kepada peneliti selanjutnya jika menggunakan Studi Literatur


diperlukan ketelitian yang benar selama melakukan penelitian agar
mendapatkan hasil yang akurat.

46
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, R., & Raharjo, B. 2015. Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
Hipertensi Usia Produktif (25-54 tahun). Unnes Journal of Public Health,
4(4).

Buheli, K. L., & Usman, L. (2019). Faktor Determinan Kepatuhan Diet Penderita
Hipertensi. Jambura Health and Sport Journal, 1(1), 20–24. Retrieved from
http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jhsj/article/view/2049

Depkes RI (2019). Hipertensi membunuh diam-diam, ketahui Tekanan Darah anda,


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 22 Mei 2019

Simbolon, C. A., 2016. Prevalensi Penderita Hipertensi pada Lansia di Kabupaten


Karo Tahun 2016. Tesis, Medan: Universitas Sumatera Utara, Fakultas
Kesehatan Masyarakat.

Kementerian Kesehatan RI (2014). Peningkatan Kesehatan Masyarakat pesisir.


www.depkes.go.id Diakses pada 12 Oktober 2018.

Andrieu et al, (2011) IAGG Workshop : Health promotion program on prevention of


Late onset Dementia. The Journal of Nutrition, Health & Aging. 15.

Lacerdaa PJ, Lopesb MR, Ferreiraa DP, Fonsecaa FL, Favaro P. 2016. Descriptive
study of the prevalence of anemia, hypertension, diabetes and quality of life
in a randomly selected population of elderly subjects from São Paulo.
Elsevier.

Miao Liu, Yao He, Bin Jiang, Jianhua Wang, Lei Wu, Yiyan Wang, et al. 2015.
Association Between Family History and Hypertension Among Chinese
Elderly. Medicine journal. 94: hlm. 1-6.

Sundari, Lilies dan Merah Bangsawan, (2015). Factor-faktor yang Berhubungan


dengan Kejadian Hipertensi. Jurnal Keperawatan. Vol XI No.2 (216).

Seke, 2016. Hubungan Kejadian Stress dengan Penyakit Hipertensi pada Lansia di
Balai Penyantunan Lanjut Usia Senjah Cerah Kecamatan Mapanget Kota
Manado. E-journal Keperawatan (e-Kp) Vol.4 (2).

Pitriani Risa, dkk (2018), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kejadian Hipertensi


pada Lansia DI Wilayah Kerja Puskesmas Rumbai Pesisir. Jurnal Penelitian
Kesehatan Suara Forikes. Vol.9 No.1 (76)

Pos, S., 2016. Sumut Pos. [Online] Available at:


http://sumutpos.co/2016/11/15/penderita-hipertensi-di-sumut-mencapai-50-
ribu-lebih/ [Accessed 22 Desember 2017].

Lusiane Adam (2019). Determinan Hipertensi Pada Lanjut Usia. Jambura Health and
Sport Journal. Vol.1, No.2, (84)

47
Riskesdas. (2018). Kementerian Kesehatan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, Hasil Utama RisKesDas 2018.

Ilyasa Gusti, Fany, Abduh, Ridha dan Indah, Budiastutik. 2013. “Hubungan Antara
Obesitas, Pola Makan, Aktifitas Fisik, Merokok Dan Lama Tidur Dengan
Kejadian Hipertensi Pada Lansia (Studi Kasus Di Desa Limbung Dusun
Mulyorejo Dan Sido Mulyo Posyandu Bunda Kabupaten Kubu Raya)”.
Jurnal Kesehatan Masyarakat

Rina Situmorang, Paskah. 2015. “Faktor-faktor Ynang Berhubungan Dengan


Kejadian Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan Tahun 2014”. Medan: Jurnal Ilmiah Keperawatan Vol 1, No
1

Nurrahmani, Ulfah & Kurniadi, Helmanu. 2015. “Gejala Penyakit Jantung Koroner,
Kolesterol Tinggi, Diabetes Militus, Hipertensi”. Yogyakarta: Istana Media

Swanida, Nancy, Kris Dinarti, Lucia dan Pangastuti, Retno. 2012.”Pola Makan Dan
Konsumsi Alkohol Sebagai Faktor Resiko Hipertensi Pada Lansia”.
Tomohon: Jurnal Gizi Klinik Indonesia Vol 8, No 4

Ode Alifariki, La. 2015. “Analisis faktor determinan proksi Kejadian hipertensi di
poliklinik interna BLUD RSU Provinsi Sulawesi Tenggara”. Jurnal
Kedokteran Vol 3 No 1

Sari. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.

WHO. 2019. Hypertension. Geneva

Depkes [Departemen Kesehatan RI]. 2019 Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap
Masyarakat

48
LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL : LITERATUR REVIEW : FAKTOR- FAKTOR YANG


BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI PADA LANJUT USIA

NAMA MAHASISWA : FADILLA FAZRIA

NIM : P07520118021

NAMA PEMBIMBING : Dr.Dame Evalina S. SKM M.Kes

Hari/ Rekomendasi Paraf


No.
Tanggal Bimbingan Mahasiswa Pembimbing

Jum’at
Proses pengerjaan Bab
1 07/05/2021 IV

Rabu
Konsultasi pengajuan
2 12/05/2021 Bab IV dan revisi setelah
seminar proposal

Sabtu
3 15/05/2021 Perbaikan revisi 1 Bab IV

Minggu
Konsultasi perbaikan
4 30/05/2021 revisi Bab IV

49
Rabu
5 02/06/2021 Perbaikan revisi 2 Bab IV

Senin
Konsultasi perbaikan Bab
6 07/06/2021 IV

Sabtu
Konsultasi perbaikan Bab
7 12/06/2021 IV dan V

Selasa
8 15/06/2021 Perbaikan Bab IV dan V

Rabu
Konsultasi perbaikan Bab
9 16/06/2021 IV dan V

Jumat
Revisi perbaikan Bab IV
10 18/06/2021 dan V

Minggu
Konsultasi jilidan
11
20/06/2021 Proposal

Senin
Pengajuan perbaikan Bab
12
21/06/2021 IV dan V

Rabu
13 ACC Seminar Hasil
23/06/2021

50
Medan, 23 Juni 2021

Mengetahui

Ketua Kaprodi DIII

(Afniwati, S.Kep Ns, M.Kes )

NIP.196610101989032002

51

Anda mungkin juga menyukai