Anda di halaman 1dari 45

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

CEPHAGIA PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA


UPTD PUSKESMAS LINGKAR TIMUR
KOTA BENGKULU TAHUN 2021

PROPOSAL

OLEH :
FITRI YANTI
NPM 172426007

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2021
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
CEPHAGIA PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS LINGKAR TIMUR
KOTA BENGKULU TAHUN 2021

PROPOSAL

OLEH :
FITRI YANTI
NPM 172426007

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat Pada Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT (S-1)


FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS DEHASEN BENGKULU
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


CEPHAGIA PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS LINGKAR TIMUR
KOTA BENGKULU TAHUN 2021

PROPOSAL

OLEH :

FITRI YANTI
NPM 172426007

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Ns. Berlian Kando, S.Kep, M.Kes Wulandari, SKM, M.Kes


NIDN : NIDN :

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat (S-1)

Fiya Diniarti, SKM, M.Kes


NIDN : 02-0905-8601
HALAMAN PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


CEPHAGIA PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA
UPTD PUSKESMAS LINGKAR TIMUR
KOTA BENGKULU TAHUN 2021

PROPOSAL
Disusun Oleh :

FITRI YANTI
NPM 172426007

Telah dipertahankan di depan TIM Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Dehasen Bengkulu pada :

Hari :
Tanggal :
Waktu Ujian :
Tempat : Ruang Sidang Fakultas Ilmu Kesehatan

Proposal ini telah diperiksa dan disetujui oleh Tim Penguji sbb :

No Jabatan penguji Nama dosen Tanda Tanggal


tangan disetujui
1 Ketua Ns. Berlian Kando, S.Kep, M.Kes
2 Sekretaris Wulandari. SKM, M.Kes
3 Penguji pertama
4 Penguji kedua

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan, Kesehatan Masyarakat (S-1),

Dr. Ida Samidah, SKp, M.Kes Fiya Diniarti, SKM, M.Kes


NIDN : 00-1009-6602 NIDN : 02-0905-8601
KATA PENGANTAR

Berkat Rahmat Tuhan Yang MAHA ESA, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan penyusunan proposal skripsi ini, dengan judul “FAKTOR-

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CEPHAGIA PADA LANSIA

DI WILAYAH KERJA UPRD PUSKESMAS LINGKAR TIMUR KOTA

BENGKULU TAHUN 2021”. Proposal skripsi ini merupakan bagian yang tak

terpissahkan atau merupakan rangkaian kegiatan akademik yang merupakan

syarat yang diwajibkan untuk memperoleh gelar keserjanaan Strata-1 (S-1) pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Dehasen Bengkulu.

Selanjutnya, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang telah banyak membantu sehingga Propossal Ini dapat terselesaikan. Ucapan

terima kasih khususnya penulis ucapkan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Kamaludin, SE., MMselaku Rektor Universitas Dehasen

Bengkulu

2. Ibu DR. Ida Samidah, S.KP. M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Dehasen Kota Bengkulu

3. Ibu Ns. Berlian Kando, S.Kep, M.Kes selaku wakil Dekan I Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu


4. Ibu Dra. Hj. Ice Rakizah Syafrie, M.Kes, selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Dehasen Bengkulu.

5. Ibu Fiya Diniarti, SKM. M.Kes selaku Ketua Prodi Studi Kesehatan

Masyarakat

6. Ibu Ns. Berlian Kando, S.Kep, M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah

mendidik dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

7. Ibu Wulandari,SKM M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah mendidik

dan memberikan bimbingan selama masa perkuliahan

8. Dosen dan Staf Fakultas Ilmu Kesehatan Dehasen Bengkulu

9. Kedua orang tuaku dan sudara-saudaraku yang telah memberikan nasehat,

motivasi, serta doa untukku

10. Teman-teman seperjuangan yang senantiasa mendukung penulisan hingga

penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

11. Kepada pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

penulis selama mengerjakan penelitian ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam

penulisan Proposal inimasi banyak terdapat kekurangan dan kelemahan yang

disebabkan oleh keterbatas penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
keritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan

Proposal Skripsi ini sehingga akan lebih bermanfaat.

Bengkulu, Januari 2021


Penulis,

Fitri Yanti

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMA JUDUL DEPAN i
HALAMA JUDUL DALAM ii
HALAMAN PERSETUJUAN iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Variabel Yang Diteliti 5
B. Kerangka Teori 22
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep 23
B. Definisi Operasional 23
C. Hipotesis Penelitian 24
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian 25
B. Tempat Dan Waktu Penelitian 25
C. Populasi Dan Sampel 25
D. Instrumen Penelitian 26
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA, PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
1. Teknik Pengumpulan Data 26
2. Pengolahan Data 27
3. Analisis Data 28
F. ETIKA PENELITIAN 28
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit tidak menular adalah penyakit degeneratif karena berhubungan

dengan proses degenerasi (ketuaan). Selain itu penyakit menular disebut

juga newcommunicable disease karena dianggap dapat menular melalui

gaya hidup dimana gaya hidup dapat menyangkut pola makan, kehidupan

seksual, dan komunikasi global. Inti atau substansi dalam epidemiologi

penyakit tidak menular adalah ditemukan penyebab dalam hal ini atau yang

dipakai adalah istilah ditemukannya faktor resiko sebagai penyebab

(Kementrian Kesehatan RI, 2019).

Cephalgia merupakan keluhan pasien yang paling umum diingkapkan di

seluruh dunia. Cephalgia adalah nyeri yang dirasakan dibagian kepala.

Nyeri kepala dapat mengganggu penderita sehingga menurunkan


produktivitas, mengurangi kualitas kesehatan pada lansia, (Kemenkes RI,

2017). Sekitar 50% populasi dunia mengalami nyeri kepala setiap tahunya

dan lebih dari 90% mengatakan pernah mengalami nyeri kepala. Prevalensi

dari Internasional Association For Study Of Pain (IASP. 2011). Setengah

dari populasi umum memiliki riwayat sakit kepala lebih dari 90% penduduk

dunia mempunyai riwayat sakit kepala selama hidupnya. Prevalensi nyeri

kepala pada lansia adalah skitar 50-70% dengan rentan usia 55-70 tahun

selama setahun terakhir (WHO, 2011).

Cephalgia sering terjadi pada lansia, persentase populasi di Indonesia

dengan gangguan nyeri kepala sebesar 46%, migran sebesar 11%,

tensiontype headache sebesar 42%, dan untuk charonic daily headache

sebesar 3%. Cephalgia pada laki-laki sebesar 22% dan perempuan sebesar

78% (Kemenkes RI, 2017). Prevalensi cephalgia di Indonesia sebesar 9,4%,

yang didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan sedang minum obat sebesar

9,5%. Jadi ada 0,1% yang minum obat sendiri. Prevalensi cephalgia pada

penduduk umur 40 tahun keatas tahun 2017 di Indonesia adalah sebesar

5,9%. Prevalensi cephalgia tertinggi terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan

sebesar (39,6%), Provinsi Kalimantan Timur sebesar (29,6%), Provinsi

Jawa Barat sebesar (29,4%), dan terendah di Provinsi Papua Barat sebesar

(20,1%), sedangkan Provinsi Bengkulu urutan ke 26 yaitu sebesar (24,6%).

(Kemenses RI, 2019).

Prevalensi cephalgia pada perempuan sebesar 20,1% jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan prevalensi yang terjadi pada laki-laki yaitu sebesar


9,7%, masalah cephalgia pada penduduk lansia perempuan di Provinsi

Bengkulu tergolong rendah dari pada angka nasional yaitu sebesar (13,9%)

tetapi harus diwaspadai karena prevalensinya lebih dari 10%, terdapat4

Kabupaten atau Kota yang memiliki prevalensi cephalgia ≥10% yaitu

Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang, dan

Kota Bengkulu. (Dinkes Provinsi Bengkulu, 2020).

Adapun prevalensi cephalgia di Kota Bengkulu terdapat 2990 kasus

cephalgia yang terjadi pada remaja sebanyak 398 kasus (13,31%), dewasa

sebanyak 449 (15,01%) kasus, dan ditemukan kasus pada lansia sebanyak

2143 (71,68%) kasus. Target dan pencapaian penanggulangan cephalgia di

Dinas Kesehatan Kota Bengkulu selama 3 tahun terakhir 2018-2020 sebesar

90% sedangkan pencapaiannya berdasarkan tiga tahun terakhir sebesar 70%.

Jadi masi terdapat kesenjangan 20% untuk kasus cephalgia di Kota

Bengkulu. (Dinkes Kota Bengkulu, 2020).

Data yang didapatkan di Puskesmas Lingkar Timur bahwa laporan

kasus yang menderita cephalgia pada tahun 2018 ada 148 kasus cephalgia

pada tahun 2019 turun menjadi 67 kasus cephalgia, dan pada tahun 2020

terjadi peningkatan yang segnifikat sebesar 258 kasus cephalgia. (UPTD

Puskesmas Lingkar Timur, 2020).

Tingginya angka cephalgia disebabkan oleh beberapa faktor resiko

cephalgia antara lain, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sikap, geografis

lingkungan, dan pola hidup. (Pranata dan Eko, 2017), berdasarkan sex ratio,

wanita tiga kali lebih sering terkena cephalgia dibandingkan pria. Secara
umum pria dan wanita tidak berbeda dalam merespon terhadap nyeri.

Beberapa budaya yang mempengaruhi jenis kelamin misalnya, seorang pria

tidak boleh menangis dan harus berani sehingga tidak boleh menangis

sedangkan wanita boleh menangis dalam situasi yang sama, pengetahuan

tentang penyakit cephalgia merupakan faktor penting dalam mengurangi

resiko terkena cephalgia, pengetahuan individu mengenai cephalgia

membantu dalam pengendalian cephalgia karena dengan pengetahuan ini

individu akan sering mengunjungi dokter atau tenaga medis dan patuh

dalam melakukan pengobatan, pengetahuan pasien menenai cephalgia

memegang peran penting pada kemampuan untuk mencapai kesuksesan

pengendalian cephalgia. (Pardosi, 2018). Pengukuran sikap dilakukan secara

langsung dan tidak langsung, secara langsung dapat ditanyakan bagaimana

pendapat atau pernyataan responden terhadapsuato obyek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden , agar dalam penentuan sikap,

keyakinan, dan emosi pada saat terkena cephalgia tidak menunjukkan sikap

yang buruk dalam terkena penyakit cephalgia. (Pardosi, 2018).

Cephalgia merupakan penyakit yang banyak terjadi di UPTD

Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu, hal inisesuai dengan data dari

Dinas Kesehatan Kota Bengkuluyang menunjukkan Puskesmas Lingkar

Timur menduduki urutan pertama untuk kasus cephalgia.(Dinkes Kota

Bengkulu, 2020).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui

wawancara langsung pada 10 orang lansia yang melakukan pemeriksaan di

Puskesmas Lingkar Timur, dari 10 lansia terdapat 8 orang lansia yang

mengalami cephalgia yang terdiri dari 6 perempuan dan 2 laki-laki

mengalami cephalgia. Lansia mengalami gejala seperti kepala terasa nyeri,

kepala terasa berat, dan 2 orang lansia mengalami gangguan tidur

dikarnakan cephalgia. Dari 8 orang lansia yang mengalami cephalgia

didapatkan 5 orang lansia memiliki pengetahuan dan sikap yang kurang

trhadap kejadian cephalgia. Berdasarkan data kejadian diatas dan fenomena

yang terjadi, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-

Faktor Yang Berhubungan Dengan Cephalgia Pada Lansia Di Wilayah

Kerja UPTD Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu Tahun 2021”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, apasajakah faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian cephalgia pada lansia di wilayah kerja uptd

puskesmas lingkar timur kota bengkulu tahun 2021.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

cephalgia pada lansia di UPTD Puskesmas Lingkar Timur Kota

Bengkulu tahun 2021

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui disrtibusi frekuensi jenis kelamin lansia di UPTD

Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun 2021

b. Untuk mengetahui disrtibusi frekuensi tingkat pengetahuan lansia di

UPTD Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun 2021

c. Untuk mengetahui disrtibusi frekuensi sikap lansia di UPTD

Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun 2021

d. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian

cephalgia di UPTD Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun

2021

e. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kejadian

cephalgia di UPTD Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun

2021

f. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kejadian cephalgia di

UPTD Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun 2021

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai salh satu acuan

dan manfaat bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini mampu menjadi landasan pelaksanaan program

kegiatan bimbingan, pembinaan, dan konseling dalam upaya


meningkatkan pengetahuan tentang hungungan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian cephalgia.

b. Bagi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi

kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kelangsungan

program pelayanan kesehatan dalam mengatasi faktor-faktor yang

berhubungan dengan kejadian cephalgia.

c. Bagi Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi refrensi atau masukan

bagi perkembangan ilmu kesmas dan menambah kajian ilmu kesmas

untuk mengetahui hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan

cephalgia.

d. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian inidapat digunakan sebagai bahan untuk

memberi informasi berupa pengetahuan mengenai penyakit

cephalgia dan dapat membantu masyarakat untuk mengetahui

tentang penyakit cephalgia.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kejadian Cephalgia Pada Lansia

1. Pengertian Cephalgia

Cephalgia adalah istilah medis dari nyeri kepala atau sakit

kepala. Cephalgia berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua

kata yaitu cephalo dan algos. Cephalo memiliki arti kepala, sedangkan

algos memiliki arti nyeri. Cephalgia dapat menimbulkan gangguan

pada pola tidur, pola makan, menyebabkan depresi sampai kecemasan

pada penderitanya. (Hidayati, 2016).

Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun

berat,nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak terpusat pada

satu titik, terjadi secara spontan, vertigo, dan adanya gangguan


konsentrasi (Kusuma, 2012)

2. Epidemiologi Cephalgia

The Atlas Of Headache Disorders menyajikan data yang

diperoleh oleh WHO bekerja sama dengan Lifting The Burden: The

global Campaigen Againts Headache. Data-data dikumpulkan dalam

bentuk survei kuesioner dari ahli saraf, praktisi umum dan perwakilan

pasien dari 101 negara, dilakukan dari Oktober 2006 sampai Maret

2009. Hasil yang diperoleh yaitu gangguan nyeri kepala termasuk

migren dan nyeri kepala tipe tegang, merupakan gangguan yang paling

sering terjadi. Studi prevalensi memperkirakan setengah sampai tiga

perempat dari orang dewasa berusia 18-65 tahun di dunia telah memiliki

nyeri kepala pada tahun lalu. Menurut studi ini, lebih dari 10%

mengalami migran, dan 1,7-4% dari populasi orang dewasa dipengaruhi

oleh nyeri kepala selama 15 hari atau lebih pada setiap bulannya. Di

seluruh dunia, sekitar 50% dari orang-orang dengan nyeri kepala lebih

memilih untuk mengobati dirinya sendiri dan tidak menghubungi praktis

kesehatan. Sampai dengan 10% populasi dunia berkonsultasi ke ahli

saraf, meskipun hanya sedikit di negara Afrika dan Asia Tenggara. Tiga

penyebab konsultasi untuk nyeri kepala, baik perawatan primer dan

spesialis yaitu migran, nyeri kepala tipe tegang, dan kombinasi

keduanya.

3. Etiologi Cephalgia

Penyebab nyeri kepala banyak sekali, meskipun kebanyakan


adalah kondisi yang tidak berbahaya (terutama bila kronik dan

kambuhan), namun nyeri kepala yang timbul pertama kali dan akut

awas ini adalah manifestasi awal dari penyakit sistemik atau suatu

proses intrakranial yang memerlukan evaluasi sistemik yang lebih

teliti (Bahrudin, 2013).

Menurut Papdi (2012) sakit kepala sering berkembang dari

sejumlah faktor resiko yang umum yaitu:

a. Penggunaan obat yang berlebihan yaitu mengkonsumsi obat

berlebihandapat memicu sakit kepala bertambah parah setiap

diobati.

b. Stress

Stress adalah pemicu yang paling umum untuk sakit kepala,

stress bias menyebabkan pembuluh darah di bagian otak

mengalami penegangansehingga menyebabkan sakit kepala.

c. Masalah tidur

Masalah tidur merupakan salah satu faktor terjadinya sakit

kepala, karenasaat tidur seluruh anggota tubuh termasuk otak

dapat beristirahat.

d. Kegiatan berlebihan

Kegiatan yang berlebihan dapat mengakibatkan pembuluh darah di

kepaladan leher mengalami pembengkakan, sehingga efek dari

pembengkakanakan terasa nyeri.


e. Rokok

Kandungan didalam rokok yaitu nikotin yang dapat

mengakibatkanpembuluh darah menyempit, sehingga

menyebabkan sakit kepala

4. Patofisiologi Cephalgia

Beberapa teori yang menyebabkan timbulnya nyeri kepala terus

berkembang hingga sekarang. Seperti, teoti vasodilatasikranial, aktivasi

trigeminal parifer, lokalisasi, dan fisiologi second order

trigeminovascular neurons, cortical spreading depression, aktivasi

rostral brainstem. (Ssjahril, 2012). Rangsang nyeri bisa disebabkan oleh

adanya tekanan, traksi, displacement, maupun proses kimiawi dan

inflementasi terhadap nosiseptor-nosiseptor pada struktur peka nyeri di

kepala. Jika struktur tersebut yang terletak pada atau pun diatas

tentorium serabelli dirangsang maka rasa nyeri akan timbul terasa

menjalar pada daerah didepan batas garis vertikal yang ditarik dari

kedua telinga kiri dan kanan melewati puncak kepala (daerah

frontotemporal dan parietal anterior). Rasa nyeri ini ditransmisi oleh

saraf trigeminus. (Sjahrir, 2008)

Menurut bahrudin (2013), banyak faktor yang berperan dalam

mekanisme patofisiologi nyeri kepala primer ini, akan tetapi pada

dasarnya secara umum patofisiologinya hampir mirip satu sam lainnya

dengan disertai adanya sedikit perbedaan spesifik yang masing-masing

belum diketahuin dengan benar.


Mekanisme nyeri dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan

jaringan dalam saraf sensori menjadi aktivitas listrik kemudian

ditransmisikan melalui serabut saraf bermielin A delta (mentransmisikan

nyeri yang tajam dan terlokalisasi) dan saraf bermielin C

(mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan) ke kornus dorsalis

medulla spinalis, thalamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut

dipersepsikan dan didiskriminasi sebagai kulaitas dan kuantitas nyeri

setelah mengalami modulasi sepanjang saraf perifer dan disusun saraf

pusat. Rangsangan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas

dan dingin), agen kimia, trauma/inflamasi (Iqbal Mubarak,M 2015).

Efek yang ditimbulkan dapat berupa pasien mengeluh nyeri,

tampak meringis, bersikap protektif terhadap lokasi nyeri, menimbulkan

kegelisahan, frekuensi nadi meningkat, pasien mengalami kesulitan

tidur, tekanan darah meningkat, pola nafas berubah, nafsu makan

berubah, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, dalam kasus tertentu

pasien bias mengalami perubahan proses berfikir dan diaphoresis (PPNI,

2016).

5. Pathogenesis Cephalgia

Hinga saat ini, mekanisme yang mendasari serangan cephalgia

masih belum jelas,.cephalgia terjadi akibat adanya hipereksitabilitas

pada otak yang melibatkan gangguan neural dan vaskuar.

Pada abat ke 20, aura dianggap sebagai proses vascular dengan

vasokonstriksi sebagai kejadian awal, dan nyeri kepala sebagai akibat


dari vasodilatasi reaktif (W0lff,1949). Hipotesis CSD mengubah konsep

ini dengan menunjukan bahwa aura terjadi akibat gangguan neural

berupa penurunan aktivitas otak dan perubahan aliran darah terjadi

sekunder akibat gangguan neural ini. Studi perubahan aliran darah yang

dilihat dengan single photon emission computerized tomography

( Olesen, dkk tahun 1990) dan perfusion weighted magnetic resonance

imaging (MRI) ( Cutrer dkk tahun 1998) mendukung bahwa oligemia

yang diamati selama aura terjadi akibat perubahan aktivitas neuronal.

Studi-studi ini mengunakan modalitas tunggal saja. Pada tahun 2005,

Akerman dan Goadsby mengunakan metode modalitas ganda berupa

laser Doppler Flowmetry dan elektrofisiologi ekstraselular sehinga

perubahan neuronal dan aliran darah elektrofisiologis ekstraselural

sehinga perubahan neuronal dan aliran darah serebral dapat dilihat

bersamaan. Brennan pada tahun 2007 mengembangkan metode ini

dengan mengkombinasikan pemeriksaan elektrofisiologi dan optic

intrinsic imaging untuk mendapatkan resolusi yang lebih baik. Studi

oleh Brennan ini memperlihatkan perubahan vasomotor pada korteks

yang bergerak lebih cepat disbanding perubahan neuronal. Data dari

studi ini menggambarkan mekanisme yang mendasari migren berasal

dari komponen vaksual dan buku neural. Data ini mendorong untuk

dilakukannya evaluasi ulang mengenai perubahan aliran dara yang saat

ini menjadi satu-satunya penjelasan perubahan aliran darah pada migren.

Namun demikian, dari semua studi di atas, Nampak bahwa


vasokonstriksi lebih penting disbanding vasodilatasi untuk munculnya

nyeri kepala.

6. Klasifikasi Cephalgia

Nyeri kepala dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu nyeri kepala primer

dan nyeri kepala sekunder.

a. Jenis Cephalgia primer

1) Migrain

2) Sakit kepala tegang

3) Sakit kepala cluster

b. Jenis cephalgia sekunder

1) Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural

2) Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.

7. Tanda Dan Gejala Cephalgia

Cephalgia biasanya ditandai dengan nyeri kepala ringan maupun

berat, nyeri seperti diikat, tidak berdenyut, nyeri tidak berpusat pada satu

titik, terjdi secara sepontan, vertigo, dan adanya gangguan konsentrasi.

(Kusuma, 2012).

8. Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Terjadinya Cephalgia

a. Faktor host (Penjamu)

1) Umur
Nyeri kepala adalah penyakit yang sering terjadi, dapat

mempengaruhi orang disemua kelompok umur di seluruh dunia,

yang menyebabkan prestasi kerja rendah dan gangguan kualitas

hidup. Frekuensi nyeri kepala primer menunjukkan tren menurun

dengan meningkatnya usia, sementara nyeri kepala skunder

tampaknya meningkat secara segnifikan dengan usia, trauma

setelah 50 tahun.

2) Jenis kelamin

Berdasarkan sex ratio, wanita tiga kali lebih sering terkena

cephalgia dibandingkan pria. Secara umum pria dan wanita tidak

berbeda dalam merespon terhadap nyeri. Beberapa budaya yang

mempengaruhi jenis kelamin misalnya, seorang pria tidak boleh

menangis dan harus berani sehinga tidak boleh menangis

sedangkan wanita boleh menangis dalam situasi yang sama.

3) Mekanisme pertahanan tubuh

Dengan meningkatnya usia fungsin organ tubuh kita akan mulai

berkurang dan menurun menyebabkan lebih mudah terkena

penyakit.

4) Kebiasaan hidup

Sebagian besar kejadian cephalgia terjadi disebabkan karena pola

hidup yang kurang baik seperti pola tidur yang buruk, pola
makan yang tidak teratur, memakai kacamata dengan resep yang

salah, setres, suara bising, atau penutup kepala yang ketat.

5) Pekerjaan

Rangsangan psikologis (stressor) termasuk stres akibat pekerjaan

merupakan pemicu yang penting timbulnya suatu penyakit,

seperti hipertensi, penyakit jantung, dan beberapa

neuropsikostris. Setres akan memberikan gejala baik secara fisik,

mental, dan perilaku, salah satunya adalh nyeri kepala.

6) Pengetahuan

Pengetahuan tentang penyakit cephalgia merupakan faktor

penting dalam mengurangi resiko terkena cephalgia,

pengetahuan individu mengenai cephalgia membantu dalm

mengendali caphalgia karena dengan pengetahuan individu akan

sering mengunjungi dokter atau tenaga medis dan patuh dalam

melakukan pengobatan, pengetahuan mengenai caphalgia

memegang peran penting pada kemampuan untuk mencapai

kesuksesan pengendalian cephalgia. (Pardosi, 2018)

7) Sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak

langsung, secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat

atau pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak

langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan

hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden, agar dalam


penentuan sikap, keyakinan, dan emosi pada saat terkena

cephalgia tidak menunjukkan sikap yang buruk.(Pardosi, 2018).

b. Faktor agent

Cephalgia dapat merupakan suatu penyakit tersendiri (murni karna

adanya gangguan dikepala) atau dapat merupakan suatu gejala dari

penyakit lainnya.

c. Faktor lingkungan

Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan

dan aktifitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat

cephalgia. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat

menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi

cephalgia.

B. Konsep Lansia

1. Pengertian Lansia

Menurut undang-undang Repoblik Indonesia Nomer 13 tahun

1998 tentang kesejahtraan lanjut usia bab I pasal I ayat 2, lanjut usia

adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Penuaan

merupakan proses fisologis dalam kehidupan, dengan gambaran sebagai

kondisi yang mengalami penurunan daya tahan tubuhsehingga beresiko

terserang penyakit dan infeksi. Secara individu, pengaruh proses menua


dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik, biologik, mental

maupun sosial ekonomi.(Stanley&Beard, 2018).

Menurut WHO umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua

bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-

angsur mengakibatkan perubahan yang komulatif, merupakan proses

menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari

dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Padia, 2013).

2. Batasan Umur Lanjut Usia

Batasan-batasan umur yang mencakup batasan umur lansia dari

pendapat berbagai ahliyang dikutip dari Nugroho(1018) :

a. Menurut Undang-Undang nomor 13 tahun 1998 dalam bab 1 pasal 1

ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencakup

usia 60 tahun keatas”

b. Menurut WHO

1) Usia pertengahan : 45-59 tahun

2) Lanjut usia : 60-74 tahun

3) Lanjut usia tua : 75-90 tahun

4) Usia sangat tua : diatas 90 tahun (Kushariadi, 2018)

3. Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia


Menurut Mujahidullah (2015) dan Wallace (2017), beberapa perubahan

yang akan terjadi pada lansia diantaranya adalah perubahan fisik,

intelektual, dan keagamaan.

a. Perubahan fisik

1) Sel saat seseorang memasuki usia lanjut keadaan sel dalm tubuh

akan berubah, seperti jumlahnya akan menurun, ukuran lebih

besar sehingga mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan

proposi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati berkurang

2) Sistem persyarafan, keadaan sistem persyarafan pada lansia akan

mengalami perubahan, seperti mengecilnya syaraf panca indra.

Pada indra pendengaran akan terjadi gangguan pendengaran

seperti akan hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga.

Pada indra penglihatan akan terjadi seperti kekeruhan pada

kornea, hilangnya daya akomodasi dan penurunan lapang

pandang

3) Sistem gastrointestinal, pada lansia akan terjadi menurunnya

selera makan, sehingga terjadi konstipasi, menurunnya produksi

air liur (saliva) dan gerak peristaltic usus juga menurun.

4) Sistem genitorinaria, pada lansia ginjal akan mengalami

pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal menurun.

5) Sistem musculoskeletal, pada lansia tulang akan kehilangan

cairan dan makin rapuh, keadaan tubuh akan lebih pendek,

persendian kaku dan tendon mengerut.


6) Sistem kardiovaskuler, pada lansia jantung akan mengalami

pompa darah yang menurun, ukuran jantung secara keseluruhan

menurun dengan tidaknya penyakit klinis, denyut jantung

menurun, katup jantung pada lansia akan lebih tebal dan kaku

akibat dari akumulasi lipid.

b. Perubahan intelektual

Menurut Hochanadel dan Kaplan dalam Mujahidullah (2012),

akibat proses penuaan juga akan terjadi kemunduran pada

kemampuan otak seperti perubahan intelegenita quantion (iq) yaitu

fungsin otak kanan mengalami penurunan sehingga lansia akan

mengalami kesulitan dalam berkomunikasi nonverbal, pemecahan

masalah, kosentrasi, dan kesulitan mengenal wajah seseorang.

Perubahan yang lain adalah perubahan ingatan, karena penurunan

kemampuan otak maka seorang lansia akan kesulitan untuk

menerima rangsangan yang diberikan kepadanya sehingga

kemampuan untuk mengingat pada lansia juga menurun.

c. Perubahan keagamaan

Menurut Maslow dalam Mujahidin (2012), pada umumnya lansia

akan semakin teratur dalam kehidupan keagamaannya, hal tersebut

bersangkutan dengan keadaan lansia yang akan meninggalkan

kehidupan dunia.
C. Konsep Jenis Kelamin

Istilah jenis kelamin dengan gender memiliki arti yang berbeda, yaitu

jenis kelamin adalah atribut-atribut fisiologis dan anatomis yang

membedakan antara laki-laki dengan perempuan, dedangkan gender dipakai

untuk menunjukkan perbedaaan-perbedaan antara laki-laki dan perempuan

yang dipelajari. Gander merupakan bagian dari sistem sosial, seperti status

sosial, usia, dan etnis, itu adalah faktor yang pentingdalam menentukan

peran, hak, tanggung jawab, dan hubungan antara pria dan wanita.

Penampilan, sikap, kepribadian, tanggung jawab adalah prilaku yang akan

membentuk gender (Wade dan Tavris, 2007).

D. Konsep Pengetahuan

a. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan pengindraan terhadap suato obyek tertentu. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melaluimata dan telinga. Pengetahuan

merupakan hasil dari proses dan usaha manusia untuk tahu.

(Notoatmodjo, 2017)

b. Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2017) sebagai berikut :

1) Tahu

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat


kembali suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang diterima.

2) Memahami

Memahami merupakan kemampuan kemampuan menjelaskan secara

benar, tentang obyek yang diketahui dan dapat mengintrpretasikan

materi tersebut secara benar.

3) Aplikasi

Aplikasi merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi sebenarnya.

4) Analisis

Analisis merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

dan suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih

didalam suatu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sam

lain.

5) Sistensis

Sistensis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru.

6) Evaluasi

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

penelitian terhadap suatu materi atau objek, untuk memperoleh data

atau informasi tentang pengetahuan cukup dilakukan dengan


wawancara baik wawancara mendalam atau terstruktur dengan

kuesioner.

E. Konsep Sikap

Sikap adalah juga responds tertutup seseorang terhadap stimulus atau

objek tertentu, yaitu sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang-tidak senag, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan

sebagainya). (Notoatmodjo, 2014). Sikap adalah keadaan mental dari

kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh

dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi

yang berkaitan dengannya, jadi sikap dapat diartikan sebagai perasaan,

pikiran, dan kecendrungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen

mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Melalui sikap kita

dapat memahami proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata yang

mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosial.

F. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kejadian Cephalgia

Peran hormone seks lebih sering ditemukan pada kasus cephalgia,

frekuensi nyeri kepala pada anak usia pre-pubersitas sekitar 3-10%.

Memasuki usia pubertas, akubat perubahan hormonal frekuensi nyeri kepala

semakin meningkat dengan angka kejadian lenih sering 2-3 kali lipat pada

perempuan dibandingkan pada laki-laki yang membuktikan bahwa

perubahan status hormonal sangat berperan terhadap kejadian cephalgia.

Termasuk dalam perubahan hormonal ini adalah menarche, menstruasi,

kehamilan, menopouse, dan juga penggunaan kontrasepsi hormonal baik


oral maupun hormonal replacement theraphy. Perempuan dengan obesitas

juga beresiko 2 kali lipat sering mengalami cephalgia, hal ini diduga

berhubungan dengan produksi estrogen yang potologis pada jaringan

adipose.(Pardosi, 2018).

G. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Cephalgia

Pengetahuan tentang penyakit cephalgia merupakan faktor penting

dalam mengurangi resiko terkena cephalgia, pengetahuan individu

mengenai cephalgia membantu dalampengendalian cephalgia karena dengan

pengetahuan individu akan sering mengunjungi dokter atau tenaga

kesehatan dan patuh dalam melakukan pengobatan, pengetahuan pasien

mengenai cephalgia memegang peran penting untuk mencapai kesuksesan

pengendalian kejadian cephalgia. (Pardosi, 2018).

H. Hubungan Sikap Dengan Kejadian Cephalgia

Pengukuran sikap dilakukan secara langsung dan tidak langsung,

secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan

responden terhadap objek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan

pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden

agar dalm penentuan sikap, keyakina dan emosi pada saat terkena cephalgia

tidak menunjukkan sikap yang buruk .

I. Kerangka Teori
LANSIA

CEPHALGIA

Host Agent Lingkungan

1. Umur Suatu penyakit tersendiri 1. Lingkungan yang


2. Jenis kelamin murni karna adanya asing
3. Pengetahuan gangguan dikepala atau 2. Tingkat
4. Sikap dapat merupakan suatu kebisingan yang
5. Mekanisme gejala dari penyakit lainnya tinggi
pertahanan tubuh 3. Pencahayaan
6. Kebiasaan hidup 4. Aktifitas yang
7. pekerjaan tinggi di
lingkungan

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

dengan konsep lainnya dari masalah yang diteliti (hubungan variabel yang

diteliti) atau dengan kata lain kerangka konsep merupakan gambaran

sederhana (ringkas) dan jelas mengenai keterkaitan dengan satu konsep

dengan konsep yang lain atau menggambarkan pengaruh atau hubungan

antara suatu kejadian (fenomena) dengan kejadian lainnya (Swajarna, 2019).

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang jenis kelamin, tingkat

pengetahuan, dan sikap lansia terhadap kejadian cephalgia.

INDEPENDEN DEPENDEN

Jenis Kelamin

Tingkat Pengetahuan CEPHALGIA

Sikap

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

B. Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Sekala
Ukur Ukur
Sifat jasmani
atau rohani
yang Kartu
0 : laki-
membedakan identitas
Jenis kelamin Observasi laki Nominal
dua makhluk responden
1 : wanita
sebakai laki- (KTP)
laki dan
perempuan
0= kurang,
bila
jawaban
benar
≤55%
1= cukup,
Segala sesuatu bila
yang
berhubungan jawaban
Tingkat
dengan Wawancara Kuesioner benar 56- Ordinal
pengetahuan
pengetahuan
terhadap 75%
cephalgia 2= baik,
bila
jawaban
benar 76-
100
Responds
tertutup
0=
seseorang
fevanable
terhadap
<5
stimulus atau
jawaban
obyek tertentu,
Sikap Wawancara Kuesioner benar Ordinal
yang
1= unfable
melibatkan
≥5
faktor
jawaban
pendapat dan
benar
emosi yang
bersangkutan

C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah tetapi

yang sebenarnya belum diujikansecara empirik. Dengan demikian dikaitkan

dengan masalh peneliti, hipotesis juga merupakan jawaban sementara

terhadap permasalahan yang diajukan dengan yang kebenaran dibuktikan

secara empirik dengan penelitian yang dilakukan.(Swajarna, 2018).

Ha : Ada hubungan antara jenis kelamin, penetahuan, dan sikap terhadap

kejadian cephalgia pada lansia di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun 2021

Ho : Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, penetahuan, dan sikap

terhadap kejadian cephalgia pada lansia di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Lingkar Timur Kota Bengkulu tahun 2021


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yang akan melihat

jenis kelamin, pengetahuan, dan sikap terhadap kejadian cephalgia di UPTD

puskesmas Likar Timur. Desain yang akan digunakan adalah secara cross-

sectional study. Penalitian cross sectional study adalah penelitian yang

melakukan determinasi terhadap paparan (exposure) dan hasil (disease

outcome) secara simultan pada setiap subyek penelitian ( Swarjana, 2019).

Penelitian ini dilakukan dengan mengedarkan kuesioner jenis kelamin,

pengetahuan, dan sikap yang mengandungi soalan-soalan mengenai penyakit

cephalgia pada responden di UPTD Puskesmas Lingkar Timur, Kota

Bengkulu.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah rencana tentang tempat yang akan digunakan

oleh penelitian dalam melaksakan kegiatan penelitiannya

(Notoadmojo,2009). Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Lingkar Timur, Kota Bengkulu tahun

2021.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah rencana tentang waktu yang akan dilakukan oleh

penelitian dalam melaksanakan kegiatan penelitian (notoadmojo,2018).


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2021, waktu

penelitian tersebut dipilih dengan pertimbangan waktu, sehingga peneliti

memiliki waktu luang yang cukup agar dapat melaksanakan proses

pengumpulan data secara maksimal

C. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti,

(notoadmojo,2018) .

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek

yang mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti dan dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya (Susila &

Suyanto, 2016).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pengunjung lansian yang

memeriksakan cephalgia di UPTD Puskesmas Lingkar Timur, Kota

Bengkulu yang berjumlah 258 orang lansia

b. Sample

Sampel merupakan sebuah strategi yang digunakan untuk memilih

elemen atau bagian dari populasi atau proses untuk memilih elemen

populasi untuk diliti (Swajarna, 2018).

Dalam peneliti ini peneliti mengunakan teknik pengambilan

sampel dengan metode proposive sampling. Proposive sampling yaitu

pengambilan sampel berdasarkan penelitian peneliti mengenai siapa-siapa

saja yang pantas atau memenuhi syarat untuk dijadikan sampel.


Apabila jumlah populasi (N) diketahui maka teknik pengambilan

sampel dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

N
n=
N . d 2 +1

Dimana :

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi

d2 : Presisi (ditetapkan 10% dengan tingkat kepercayaan 90%)

berdasarkan rumus tersebut, apabila jumlah populasi 258, maka diperoleh

jumlah sampel sebagai berikut :

N 258 258
n= = =
N . d +1❑ ( 258 ) .(0,1) +1 3,58
2 ❑ 2

= 72,06 = 72 sampel

Dalam penelitian initeknik pengambilan sampel menggunakan proposiv

sampling dimana pengambilan sampel berdasarkan penilaian peneliti

mengenai siapa-siapa saja yang pantas atau memenuhi syarat untuk dijadikan

sampel dengan menggunakan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karekteristik umum subjek peneliti dari suatu

populasi, sutu target, dan terjangkau yangakan diteliti. Adapun kriteria

inklusi yang akan diteliti adalah :


1) Bersedia menjadi responden tampa ada paksaaan

2) Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Timur Kota

Bengkulu

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek memenuhi

kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik

pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan

penelitian. Dalam penelitian ini diteliti menggunakan jenis data kualitatif dari

data primer dan data sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data sumber data yang secara langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Sumber primer ini berupa catatan hasil

wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan.

Selain itu, penulis juga melakukan obsevasi lapangan dan mengumpulkan

data dalam bentuk catatan tentang situasi dan kejadian di perpustakaan

( Sugiyono, 2018)

b. Data skunder

Data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan

informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder


ini dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang

disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain (sugiyono, 2018).

Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari data primer

yang di peroleh baik dari wawancara, ,maupun dari observasin langsung

ke lapangan. Dalam studi pustaka, penulis membaca literature-literatur

yang dapat menunjang penelitian,yaitu literature-literatur yang

Berhubungan dengan penelitian ini

E. Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

pengumpulan data. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian

ini adalah kuesioner (Notoadmojo, 2018).

Kuesioner adalah daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik, sudah

matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan

memberikan tanda-tanda tertentu

F. Metode Pengumpulan Data

Responden pada penelitian ini adalah lansia diwilayah kerja UPTD

Puskesmas Lingkar Timur, Kota Bengkulu. Setiap responden akan diminta

persetujuan terlebih dahulu atau informed consent. Responden yang telah

bersetuju akan diberikan kuesioner dan ntuk berdasarkan skoring yang

diperoleh. Uji validilitas dilakukan pada Uji validitas dan reliabilitas ini

dilakukan untuk mengetahui bahwa pengetahuan, dan sikap responen.

G. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa

tahap antara lain:

a. Editing, dengan menyemak nama dan kelengkapan indetitas maupun data

responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah di isi sesuai

petujuk

b. Coding yaitu member kode atau angka tertentu pada kuesioner untu

memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data.

c. Entry yaitu memasukan data dari kuesioner kedalam program komputer

dengan mengunakan program Stadistik product and service solution

(SPSS).

d. Cleaning yaitu mengengcek kembali data yang telah di entry untuk

mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Untuk mendeskripsikan data demografi, jenis kelamin, pengetahuan,

dan sikap terhadap penyakit cephalgian dilakukan penghitungan dan

presentase. Kemudian, jenis kelamin, pengetahuan, dan sikap untuk setiap

bagian persoalan ditentukan dengan menghitung frekuensi dan presentase

penderita cephalgia secara keseluruhan yang menjawab dengan benar atau

untuk setiap persoalan berdasarkan bagian yang telah dibagikan yaitu

pengetahuan umun tentang cephalgia dan disesuaikan dengan kategori yang

telah ditetapkan.

H. Analisis Data

Penelitian mengunakan analisis data univariat dan analisis bivariate

a. Analisi univariat
Analisi univariat adalah seluruh variabel yang akan digunakan dalam

analisi ditampilkan dalam distribusi frekuensi (Notoadmojo, 2019).

Analisi univariat untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel dependen dan independen.

b. Analisi Bivariat

Analisi bivariat adalah analis yang digunakan untuk melihat hubungan

antara variabel dependen dengan variabel indevenden secara bersamaan.

Analisis yang digunakan adalah dengan mengunakan analisis statistic

sci-square yaitu p≤0,05 yang artinya (N0t0admojo, 2019).

Ha: diterima apabila p ≤ 0,05 artinya ada hubungan jenis kelamin,

pengetahuan, dan sikap terhadap penyakit cephalgia

Ho: ditolak apabila p > 0,05 artinya tidak ada hubungan jenis kelamin,

pengetahuan, dan sikap terhadap penyakit cephalgia.

I. Alur Penelitian

Peneliti mengunakan populasi dan sampel seluruh lansia di Puskesmas

Lingkar Timur Kota Bengkulu. Pengumpulan data awal survey pendahuluan

sebelum ke lokasi untuk mengindentasi permasalahan yang akan diangkat

dalam penelitian dengan mengambil data awal yang dibutuhkan.

Pelaksanaan penelitian adalah pengumpulan data, baik itu data primer,

penelitian. Data yang diproleh merupakan data yang terkumpul dari proses

pengumpulan data. Langka-langka pengolahan data dalam penelitian ini

adalah: Editing ( mengkode data) , entry data, Cleaning (pembersihan data).

Hasil yang di peroleh disajikan dalam bentuk deskripsi


J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian , peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dari pihak institusi dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi

tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan barulah dilakukanya

penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian meliputi:

a. informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Lembar

persetujuan yang akan diberikan kepada responden yang akan diteliti

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lebar persetujuan

untuk menjadi responden yang didalamya terdapat judul penelitian,

tujuan penelitian dan mamfaat penelitian. Apabila responden bersedia,

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan yang telah

disediakan.

b. Anonymity (tampa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak

mecantumkan nama responden melainkan hanya kode nomor atau kode

tertentu pada lembar pengumpulan data sehingga indentitas responden

tidak ketahui public.

c. Confidentian (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang dilaporkan hasil (swarjana, 2018)

Anda mungkin juga menyukai