Anda di halaman 1dari 40

Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Dewasa

Di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk

Disusun Oleh:
Devi Dwi Cahyani NIM.1621B0009
Mayta Sari D .,S.K.M., M.P.H NIK.13.07.17.004

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
TAHUN 2020
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk

Diajukan Oleh:
Devi Dwi Cahyani
1621B0009

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Kediri, tanggal-bulan-tahun
Dosen Pembimbing

Mayta Sari D .,S.K.M., M.P.H


NIK.13.07.17.004

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Nurwijayanti, S.Pd., M.Kes


NIK. 0704017601
Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk

Oleh:
Devi Dwi Cahyani
1621B0009

Usulan penelitian/ Skripsi ini telah diuji dan dinilai


oleh Panitia penguji
Pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan
Pada hari .......tanggal ................................

DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji
Dr. Nurwijayanti, S.Pd., M.Kes (Penguji 1) ..................................

Anggota Penguji
Mika Vernicia H, S.K.M., M.P.H (Penguji 2) ...................................

Mayta Sari D., S.K.M., M.P.H (Pembimbing) ....................................

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. Nurwijayanti, S.Pd., M.Kes


NIK. 0704017601
ABSTRAK

Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa


Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk

Devi Dwi Cahyani ¹, Mayta Sari D ²


Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia ¹
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia ²
Email : official@iik-strada.ac.id

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyakit yang menjadi


penyebab utama morbiditas atau mortalitas penyakit menular di dunia maupun di

indonesia.Salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada dewasa di Desa
Mlorah kebiasaan merokok,ventilasi,lantai,dinding,kepadatan hunian dan personal
hygiene. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebiasaan
merokok,ventilasi,lantai,dinding,kepadatan hunian dan personal hygiene dengan
kejdian ISPA di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.
Jenis penelitian menggunaakan obsevasional dengan desain case control
dengan case 41 responden dan control 41 responden dengan jumlah 82 sampel.
Instrumen penelitian menggunakan observasi dan lembar kuisioner. Analisa data
menggunakan uji Regresi Logistik.
Variabel yang paling dominan yaitu variabel kebiasaa merokok mempunyai
nilai p-value 0,039 < 0,05,maka H0 ditolak jadi ada pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai OR variabel
kebiasaan merokok dengan nilai OR 6,572 maka responden (kode1) berisiko terpapar
ISPA sebesar 6,572 kali lipat dibandingkan dengan responden yang tidak berisiko.

Dari hasil penelitian dapat menjadikan masyarakat agar lebih memahami


pentingnya menjaga kesehatan dan agar bisa menanggulanggi kejadian ISPA.

Kata kunci : ISPA,Kebiasaan Merokok,Kondisi Rumah,Personal Hygiene


PENDAHULUAN

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab utama


morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Penyakit ini paling banyak
terjadi di negara-negara berkembang di dunia (Adesanya & Chiao, 2017). ISPA
berada dalam 10 besar penyakit terkait lingkungan di dunia yang menyebabkan
kematian, sehingga penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan baik di
negara berkembang maupun negara maju (WHO, 2016). Angka mortalitas ISPA
mencapai 4,25 juta setiap tahun di dunia (Najmah, 2016). Pada tahun 2015
angka kematian yang diakibatkan oleh gangguan pernafasan sebanyak 920.136
jiwa, kejadian ini paling banyak terjadi di kawasan Asia Selatan dan Afrika
(WHO, 2016).Period prevalence penyebaran penyakit ISPA pada tahun 2013
sampai tahun 2014 angka kesakitan ISPA di jawa timur mencapai 78.256 kasus.
(Kemenkes RI, 2013).

Indonesia merupakan negara dengan jumlah perokok aktif sekitar 27,6%


dengan jumlah 65 juta perokok (WHO, 2008). Asap rokok merupakan bahan
pencemar udara, berupa campuran kompleks yang dihasilkan oleh pembakaran
tembakau dan adiktif. Asap mengandung zat-zat berbahaya yang menyebabkan
penyakit paru-paru, jantung, emphysema serta penyakit-penyakit berbahaya
lainnya (Saleh et al, 2017). Bahan berbahaya dalam rokok tidak hanya
mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang merokok, namun juga
mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang disekitar perokok (Basukiet al,
2016).Keberadaan perokok aktif di dalam rumah akan menyebabkan
pencemaran udara di dalam ruangan (Safarina et al, 2015).

Berdasarkan aspek lingkungan, penyebaran penyakit ISPA dapat


dipengaruhi adanya pencemaran udara yang dapat memberikan efek terhadap
saluran pernafasan yaitu iritasi saluran nafas ,adanya pencemaran udara, kondisi
bangunan rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
merupakan faktor risiko dan sumber penularan berbagai jenis penyakit,
khususnya penyakit berbasis lingkungan (Depkes RI, 2007).
Rumah Sehat merupakan bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan yang terdiri dari komponen rumah, sarana sanitasi dan perilaku antara
lain yaitu memiliki jamban sehat, tempat pembuangan sampah, sarana air bersih,
sarana pembuangan air limbah, ventilasi baik, kepadatan hunian rumah sesuai
dan lantai rumah tidak dari tanah. (Profil Kesehatan Indonesia, 2016).
Udara di dalam rumah sangat erat kaitannya dengan sanitasi fisik rumah
dan berpengaruh terhadap kesehatan penghuninya.. Sanitasi fisik rumah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menjadi lingkungan yang tepat bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri penyebab ISPA. Luas ventilasi
yang tidak memenuhi persyaratan dapat memengaruhi kondisi kelembapan di
dalam ruangan, begitu pula kepadatan hunian di dalam suatu ruangan dapat
mempercepat penularan penyakit (Putri, 2017).
Perilaku hidup bersih dan sehat penduduk merupakan salah satu upaya
mencegah terjadinya ISPA dengan memperhatikan rumah dan lingkungannya
yang sehat. Personal Hygiene merupakan salah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya,
kesehatan dan kesejahteraan dengan kondisi kesehatannya (Direja, 2011).
Perawatan diri atau kebersihan diri (personal higiene) merupakan  perawatan
diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan, baik secara fisik
maupun psikologis. Pemenuhan perawatan diri di pengaruhi  berbagai faktor,
diantaranya  pengetahuan terhadap perawatan diri ,kebersihan diri serta persepsi
terhadap perawatan diri (Sulastri, 2018).

Dari hasil pengambilan data awal yang dilakukan pada tanggal 28


September 2019 di Puskesmas Rejoso. Berdasarkan data Puskesmas Rejoso
yang mengalami gangguan ISPA mengalami peningkatan pada tahun 2018
sebanyak 560 orang pada tahun 2019 sebanyak 992 orang. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 7 Oktober 2019 di Desa Mlorah dari
hasil observasi ada 6 kondisi rumah yang kurang memenuhi syarat rumah dan
masih kurangnya pengetahuan tentang kondisi rumah yang sehat dengan
kejadian penyakit ISPA . Kejadian ISPA pada orang dewasa di puskesmas
Rejoso lebih tinggi daripada kejadian ISPA pada balita. Berdasarkan latar
belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang pengaruh
kebiasaan merokok,ventilasi,lantail,dinding,kepadatan hunian dan personal
hygiene dengan kejadian ISPA pada dewasa dengan judul : “Faktor yang
mempengaruhi kejadian ISPA pada dewasa di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso
Kabupaten Nganjuk”.

Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis factor
yang mempengaruhi kejadian ISPA pada dewasa di Desa Mlorah
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.

2. Tujuan Khusus
A .Mengidentifikasi kebiasaan merokok pada dewasa di Desa
Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupten Nganjuk
B. Mengidentifikasi ventilasi di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso
Kabupten Nganjuk
C. Mengidentifikasi lantai di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso
Kabupten Nganjuk
D. Mengidentifikasi dinding di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso
Kabupten Nganjuk
E. Mengidentifikasi kepadatan hunian di Desa Mlorah Kecamatan
Rejoso Kabupten Nganjuk
F .Mengidentifikasi personal hygiene dengan kejadian ISPA di
Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupten Nganjuk
G. Mengidentifikasi kejadian ISPA pada dewasa di Desa Mlorah
Kecamatan Rejoso Kabupten Nganjuk
H .Menganalisa factor yang mempengaruhi kejadian ISPA pada
dewasa di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupten Nganjuk.
KONSEP TEORI

Kebiasaan Merokok

Merokok adalah perilaku yang masih banyak dilakukan oleh


masyarakat hingga saat ini. Padahal, merokok menyumbang risiko kematian
yang besar. Merokok adalah kegiatan membakar rokok dan atau menghisap asap
rokok (Infodatin, 2014), merokok yaitu menghisap asap dari tembakau yang
dibakar dalam bentuk sigaret, cerutu atau pipa (Leone, 2011).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan
merokok merupakan kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan atau
menghisap asap dari tembakau yang dibakar dan dilakukan secara berkali-kali
atau terus-menerus dalam waktu yang lama. Merokok merupakan salah satu
masalah kesehatan utama masyarakat di berbagai dunia, baik di negara maju
maupun di negara berkembang (World Health Organization [WHO], 2017. New
York State Department of Health (2014) mengemukakan bahwa pada bayi dan
anak-anak sebagai non-perokok, asap rokok menyebabkan berbagai masalah
kesehatanmsalah satunya adalah infeksi pernapasan. Meskipun tidak menghisap
rokok secara langsung, zat kotinin yang ditemukan pada perokok aktif juga
ditemukan pada tubuh perokok pasif.Penelitian ini diukur menggunakan lembar
kuisioner.
Ventilasi
Ventilasi Menurut Permenkes Nomor: 1077 tahun 2011 tentang Pedoman
Penyehatan Udara dalam Ruang Rumah, persyaratan luas ventilasi minimal
adalah 10% dari luas lantai.Pertukaran udara yang tidak memenuhi syarat dapat
menyebabkan suburnya pertumbuhan mikroorganisme, yang mengakibatkan
gangguan terhadap kesehatan manusia. ). Penelitian ini diukur dengan lembar
observasi.

Lantai

Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai


yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk
perkembangbiakan bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah
lantai yang dalam keadaan kering dan tidak lembab. Bahan lantai harus kedap air
dan mudah dibersihkan syarat penting untuk lantai rumah adalah kondisinya
yang tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan.
Ubin, keramik, atau semen adalah jenis lantai yang baik (Irianto, 2014).
Penelitian ini diukur dengan lembar observasi.

Dinding
Dinding mempunyai fungsi sebagai pendukung atau penyangga atap juga
untuk melindungi rumah dari gangguan panas, hujan dan angin dari luar dan
juga sebagai pembatas antara dalam dan luar rumah. Dinding juga berguna untuk
mempertahankan suhu dalam ruangan, (kelembaban yang naik dari tanah) yang
merupakan salah satu penyebab kelembaban dalam rumah. Dinding yang baik
adalah terbuat dari bahan kedap air dan tahan terhadap api serta tidak terbuat
dari bahan yang mudah melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan
kesehatan seperti tembok dan keramik. Dinding yang tidak baik adalah terbuat
dari kayu/ bambu dan mudah terbakar (Padmonobo dkk, 2012). Jenis dinding
yang baik adalah tembok, namun di samping mahal tembok sebenarnya kurang
cocok untuk daerah tropis (Irianto, 2014:518). ). Penelitian ini diukur dengan
lembar observasi.

Kepadatan hunian
Kepadatan hunian dalam rumah menurut Kasjono (2011) satu orang
minimal menempati luas rumah 9 m2 agar dapat mencegah penularan penyakit
termasuk penularan penyakit ISPA dan juga dapat melancarkan aktivitas di
dalamnya. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi
udara di dalam rumah (Maryunani, 2010). Kepadatan hunian akan meningkatkan
suhu ruangan yang disebabkan oleh pengeluaran panas badan yang akan
meningkatkan kelembaban akibat uap air dari pernafasan (Isnaeni, 2013).
Penelitian ini diukur menggunakan lembar observasi,
Personal hygiene
Personal hygiene merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Personal
hygiene atau kebersihan diri adalah upaya seseorang dalam memelihara kebersihan
dan kesehatan dalam dirinya untuk memperoleh kesehatan fisik dan bertujuan untuk
mencegah timbulnya penyakit. Personal hygiene adalah cara perawatan diri
manusia untuk memelihara kesehatan mereka. Pemeliharaan higiene perorangan
diperlukan untuk kenyamanan individu, keamanaan, dan kesehatan. Praktek
hygiene sama dengan meningkatkan kesehatan (Potter dan Perry, 2012).
Pemeliharaan hygiene perorangan diperlukan untuk kenyamanan individu,
keamanan, dan kesehatan. Seperti pada orang sehat mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya sendiri, pada orang sakit atau tantangan fisik memerlukan bantuan
perawat untuk melakukan praktik kesehatan yang rutin (Potter dan Perry, 2012).
Penelitian ini diukur menggunakan lembar kuisioner.

Konsep ISPA

ISPA(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi


akut yang menyerang salahsatu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli(saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura(Irianto, 2015).
Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri. Penyakit ini
diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala: tenggorokan sakit atau
nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak. ISPA selalu menduduki peringkat
pertama dari 10 penyakit terbanyak di Indonesia (Kemenkes RI,2014).Penyebab
terjadinya ISPA adalah virus atau bakteri, namun yang sering menyebabkan
ISPA adalah virus (Sukarto, Ismanto, dan Karundeng, 2016). Penyakit ISPA
dapat disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma,
jamur dan lain-lain. ISPA bagian atas umumnya disebabkan oleh Virus,
sedangkan ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri , virus dan
mycoplasma. ISPA bagian bawah yang disebabkan oleh bakteri umumnya
mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa
masalah dalam penanganannya. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari
genus streptcocus, Stapilococcus, Pneumococcus, Hemofillus, Bordetella dan
Corinebacterium.Bakteri tersebut diudara bebas akan masuk dan menempel pada
saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Penelitian ini
diukur menggunakan data dari rekam medik puskesmas Rejoso.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah untuk mengetahui atau


mendapatkan apakah data tersebut valid atau tidak valid, dalam metode penelitian
ini terdapat langkah-langkah yang sistematis harus ditempuh, agar penelitian
menjadi terarah dan dapat dipercaya. Menurut (Sugiyono,2015) pada penelitian
ini menggunakan desain penelitian observasional.
Berdasarkan tujuan penelitian menggunakan metode penelitian secara
kuantitatif. Jenis penelitin yang digunakan pada penelitian ini yaitu penelitian
surve analitik observasional dengan pendekatan”Case Control”.Case control
adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan antara dua
kelompok yaitu kelompok kasus dankelompok control (Notoatmodjo, 2010).
Adapun populasi penelitian ini populasinya adalah penderita ISPA yang
berjumlah 247 orang. Dengan perhitungan Sampel dalam penelitian ini adalah
kasus kontrol berdasarkan sumber dari Puskesmas Rejoso dengan kriteria sebagai
berikut.
- Kriteria Responden Kasus adalah sebagian penderita ISPA
- Kriteria Responden Kontrol adalah sebagian tetangga penderita ISPA atau tidak terpapar
ISPA.
Besar Sampel Penelitian :

P 0. ( ¿ )
P 1=
1+ P 0 ( ¿−1 )

N=( P 0. q 0+ P 1.q 1)¿ ¿


Keterangan :
P0 = Proporsi paparan pada control
q0 = 1- P0
P1 = Proporsi paparan pada kasus
q1 = 1- P1
N Variable Peneliti OR P1
o
1. Kebiasaan Asriati,2012 7,8 0,838
merokok
2. Kondisi rumah Asriati,2013 3,596 0,661
3. Personal Rara 5,333 0,571
hygiene Alfaqinisa,2015
Tabel 3.1 Penghitungan Sampel Penelitian

Contoh perhitungan :

OR = 3,596 P1= 0,713 q1 = 0,339 q0 = 0,648

( 3,596 ) 0,352
P 1= =0,661
1+ 0,352 ( 3,596−1 )
(0,352.0,648+0,661.0,339)( 1,96.0,84)
N= ¿¿
( 0,352+0,648 ) 7,84 3,543
N= =
0,095 0,095
N= 37 10% = 3,7 = 4
Kasus = 37 +4 = 41
Control = 37 + 4 = 41
Dari perhitungan diatas didapatkan jumlah sampel minimal kasus terbesar
sebanyak 41 orang.. Berdasarkan perhitungan, didapatkan besar sampel minimal
yang harus diambil sebanyak 41 orang, dengan perbandingan besar sampel antara
kasus : control = 1:1, dimana sampel terdiri dari 41 responden sebagai kelompok
kasus dan 41 responden sebagai kelompok kontrol, sehingga jumlah sampel secara
keseluruhan adalah 82 sampel.
Instrumen penelitian adalah alat ukur, alat-alat yang digunakan mengukur
memperoleh alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2014). Kuesioner harus
disusun dan dirumuskan secara sistematis sesuai dengan masalah yang diteliti
sehingga data yang terkumpul adalah valid dan reliable (Nursalam, 2013).
Instrument dalam penelitian ini dalam mengumpulkan data adalah kebiasaan
merokok,personal hygiene kejadian ISPA kuisioner sedangkan untuk kondisi
rumah adalah observasi.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada penderita ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah
Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.Waktu penelitian akan mulai
dilaksanakan bulan Februari 2020

Peneliti mengajukan surat ijin meneliti dari IIK STRADA,kemudian


diajukan ke puskesmas Rejoso setelah mendapat ijin melakukan pendekatan untuk
observasi kejadian ISPA. Setelah itu mengetahui data awal tentan kejadian ISPA.

Dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan cara:

a. Mengajukan surat permohonan ijin dari IIK STRADA untuk melakukan


penelitian dan pengambilan data awal jumlah kejadian ISPA di Puskesmas
Rejoso kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.
b. Menentukan responden yang akan diteliti dengan teknik purposive sampling
c. Menyusun instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data yaitu lembar
kuisioner.
d. Mendatangi rumah responden pada saat responden istirahat kerja dan
menjelaskan maksud serta tujuan peneliti yang kemudian responden
menandatangani informed consent.
e. Menyiapkan lembar kuisioner yang telah dibawa dan menjelaskan mengenai
isi dari kuisioner sebelum diberikan kepada responden.
f. Memberikan kuisioner kepada responden agar diisi sesuai dengan petunjuk
dan diisi secara lengkap.
g. Menganalisa hasil penelitian berdasarkan Kebiasaan merokok, kondisi rumah
dan personal hygiene dengan kejadian ISPA pada dewasa.

Rencana Pengolahan Data

Peneliti mengumpulkan data atau informasi dari hasil observasi


menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri yang telah
disiapkan untuk diseleksi dan data akan diolah. Pengolahan data merupakan salah
satu rangkaian kegiatan penelitian setelah pengumpulan data (Nursalam, 2016).
Pengolahan data yang telah terkumpul dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a.Editing
Editing adalah memeriksa data yang telah dikumpulkan pada kuesioner.
Kuesioner yang telah terisi dan terkumpul diidentifikasi kembali jika masih
terdapat hasil yang terlewatkan atau meragukan sehingga data dapat diolah
dengan baik, memudahkan peneliti dalam perekapan data dan hasilnya tidak ada
kesalahan

b.Entry data

Data yang telah di edit dan diberi kode kemudian di proses ke dalam program
computer.

c.Tabulating

Yaitu memasukkan data yang sudah dikelompokkan ke dalam tabel-tabel agar mudah
dipahami.

d. Coding

Coding adalah memberikan kode dalam hubungan dengan pengolahan


data(Arikunto,2010).

Ventilasi 0 = memenuhi syarat

1 = tidak memenuhi syarat

e.Scoring
Scoring adalah memberikan skor terhadap item-item yang perlu diberi skor
(Arikunto, 2010). Skor pada kuesioner untuk mengetahui tingkatan (rating scale)
pada kebiasaan merokok,kondisi rumah dan personal hygiene dengan kejadian
ISPA pada dewasa.
Analisis Data
Hasil penelitian dianalisis dengan software SPSS versi 18 untuk menguji
hipotesis sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan umum serta khusus.
1. Analisis bivariat

Analisis bivariat menggunakan tahap uji regresi logistik. Analisis bivariat


berjuan untuk mengetahui adanya hubungan antara masing-masing variabel
independen dengan variabel dependen yaitu pengaruh kebiasaan
merokok,ventilasi,lantai,dinding,kepadatan hunian dan personal hygiene dengan
kejadian ISPA pada dewasa. Setelah semua data didapatkan, maka proses
selanjutnya yaitu mengelolah dan menganalisa data. Untuk mengetahui pengaruh
kebiasaan merokok, ventilasi,lantai,dinding,kepadatan hunian dan personal
hygiene dengan kejadian ISPA pada dewasa.

a. Jika nilai sig (p) < 0,25 maka H0 ditolak artinya ada Pengaruh
kebiasaan merokok dengan kejadian ispa pada dewasa di Desa
Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk.

b. Jika nilai sig (p) > 0,25 maka H0 diterima artinya tidak Pengaruh
kebiasaan merokok dengan kejadian ispa pada dewasa di Desa
Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk..

2. Analisa multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap variabel dependen. Analisis multivariat yang digunakan adalah
regresi logistic model prediksi, dengan tingkat kepercayaan 95% dan menggunakan
metode menentukan odds rasio variabel kategorik polikontom dengan salah satu
kategori menjadi pembanding dengan cara chi square.

Langkah yang dilakukan dalam analisis regresi logistik adalah sebagai


berikut (Dahlan, 2014) :
1.Melakukan seleksi variabel yang layak dilakukan dalam model multivariat
dengan cara terlebih dahulu melakukan seleksi bivariat antara masing-
masing variabel independen dengan variabel dependen dengan uji regresi
logistik sederhana
2.Bila hasil analisis bivariat menghasilkan p value< 0,25 atau termasuk
substansi yang penting maka variabel tersebut dapat dimasukkan dalam
model multivariat.
3.Variabel yang memenuhi syarat lalu dimasukkan ke dalam analisis
multivariat.
4.Dari hasil analisis dengan multivariat dengan regresi logistik menghasilkan
value masing-masing variabel.
5.Variabel yang p valuenya> 0,05 ditandai dan dikeluarkan satu-persatu dari
model, hingga seluruh variabel yang p value-nya > 0,05 hilang.
6.Untuk melihat adanya interaksi antar variabel selanjutnya dilakukan uji
interaksi. Variabel dikatakan tidak saling berinteraksi jika didapatkan hasil
p value-nya > 0,05 pada α: 0,05.

Uji validitas dan Reliabilitas

Uji validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada objek
penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti,untuk mendapatkan data
yang valid dalam metode kuantitatif dperlukan instrument yang valid
(Sugiyono,2013).

1. Validitas
Tabel 3.2 Hasil Uji Valid Kebiasaan Merokok

No r hitung r tabel Keterangan


1. 0,547 0,361 Valid
2. 0,907 0,361 Valid
3. 0,924 0,361 Valid
4. 0,924 0,361 Valid
5. 0,840 0,361 Valid

Table 3.3 Hasil Uji Valid Personal Hygiene

No r tabel t tabel Keterangan


1. 0,741 0,361 Valid
2. 0,641 0,361 Valid
3. 0,741 0,361 Valid
4. 0,741 0,361 Valid
5. 0,641 0,361 Valid
6. 0,507 0,361 Valid
7. 0,582 0,361 Valid
8. 0,777 0,361 Valid
9. 0,777 0,361 Valid
10. 0,736 0,361 Valid
11. 0,741 0,361 Valid
12. 0,487 0,361 Valid
13. 0,374 0,361 Valid
14. 0,420 0,361 Valid
15. 0,507 0,361 Valid

Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian peneliti tidak boleh melakukan hal yang


bertentangan dengan etika. Peneliti sebelumnya melakukan permohonan izin
kepada kepala Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk Kemudian
peneliti melakukan kegiatan penelitian dengan menekankan pada masalah etika
menurut Hidayat (2011) meliputi:

1.Informed Consent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian


dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan
sebelum penelitian dilakukan (Hidayat, 2011). Tujuan Informed Consent adalah agar
subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika subjek bersedia maka mereka
harus menandatangani lembar persetujuan. Informed Consent disampaikan kepada
semua responden.
1. Anonimity (Tanpa nama)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberi jaminan
dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode
pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan diajukan (Hidayat,
2011). Nama responden tidak perlu disertakan dalam pelaporan, cukup dengan
memberikan kode.
2. Confidentiality (Kerahasiaan)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalah-masalah lainnya. Semua
informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil rist (Hidayat, 2011).

HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik Responden
Pada data ini disajikan karakteristik responden dalam bentuk diagram yang
dihitung dengan menggunakan presentase yang terdiri dari jenis kelamin,umur,
pendidikan dan pekerjaan.
1) Data umum
a. Usia

usia
14%

35% 10%

42%

UMUR 20-30 UMUR 31-40


UMUR 41-50 UMUR 51-60

Berdasarkan gambar 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden


berusia 41-50 tahun sebanyak 30 responden (41%).
b. Jenis kelamin
jenis kelamin
L
40%

P
60%

L P

Gambar 4.2 Karakteristik


responden berdasarkan usia
Berdasarkan gambar 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden
berjenis kelamin perempuan sebanyak 49 responden (60%).
c. Pendidikan

Pendidikan
7% 2% tidak sekolah
sd
21%
smp
sma
53% Perguruan tinngi
16%

Gambar 4.3 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan terakhir

Berdasarkan gambar 4.3 diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki riwayat
Pendidikan terakhir SD sebanyak 43 responden (53%).

d. Pekerjaan
pekerjaan
9%
10%
36%

46%

wiraswasta irt
pegawai swasta pns

Gambar 4.4 Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan gambar 4.4 diketahui bahwa sebagian besar responden berkerja sebagai
IRT sebanyak 37 responden (46%).

Tabulasi Silang antar Variabel dan Uji Bivariat

1. Tabulasi Silang Variabel Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada


Dewasa
Tabel 4.5 Tabulasi silang kebiasaan merokok dengan kejadian ISPA pada
dewasa di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk
yang dilaksanakan peneliti pada tanggal 16-21 februari 2020.
Kebiasaan Kejadian ISPA
Total
merokok KASUS KONTROL
9 5 14
Berisiko
11.0% 6.1% 17.1%
32 36 68
Tidak Berisiko
39.0% 43.9% 82.9%
4 41 82
Total
50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa responden yang


mempunyai kebiasaan merokok tidak berisiko mengalami kejadian
ispa sebanyak 36 responden (43.9%).

2. Tabulasi Silang Variabel Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa


Tabel 4.6 Tabulasi silang ventilasi dengan kejadian ISPA pada dewasa di
Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk yang dilaksanakan
peneliti pada tanggal 16-21 februari 2020

Kejadian ISPA
Ventilasi Total
KASUS KONTROL
12 25 37
Memenuhi syarat
14,6% 30,5% 45,1%
Tidak memenuhi 29 16 45
syarat 35,4% 19,5% 54,9%
41 41 82
Total
50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


ventilasi tidak memenuhi syarat dengan kejadian ispa sebanyak 29
responden kasus (35.4%).

3. Tabulasi Silang Variabel Lantai Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa

Tabel 4.7 Tabulasi silang lantai dengan kejadian ISPA pada dewasa di Desa
Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk yang dilaksanakan peneliti
pada tanggal 16-21 februari 2020

kejadian ISPA
Lantai Total
KASUS KONTROL
21 26 57
Memenuhi syarat
25,6% 43,9% 69.5%
Tidak memenuhi 20 5 25
syarat 24,4% 6,1% 30.5%
41 41 82
Total
50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


lantai memenuhi syarat dengan kejadian ispa kontrol sebanyak 36
responden (43.9%).

4. Tabulasi Silang Variabel Dinding Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa


Tabel 4. 8 Tabulasi silang dinding dengan kejadian ISPA pada dewasa di
Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk yang dilaksanakan
peneliti pada tanggal 16-21 februari 2020

kejadian ISPA
Dinding Total
KASUS CONTROL
23 36 59
Memenuhi syarat
28,0% 43,9% 72.0%
Tidak memenuhi 18 5 23
syarat 22,0% 6,1% 28.0%
41 41 82
Total
50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


dinding memenuhi syarat dengan kejadian ispa kontrol sebanyak 36
responden (43.9%).

5. Tabulasi Silang Variabel Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA Pada


Dewasa

Tabel 4.9 Tabulasi silang kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada
dewasa di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk yang
dilaksanakan peneliti pada tanggal 16-21 februari 2020

kejadian ISPA
Kepadatan hunian Total
KASUS KONTROL
31 32 63
Memenuhi syarat
37,8% 39,0% 76.8%
Tidak memenuhi 10 9 19
syarat 12,2% 11,0% 23.2%
41 41 82
Total
50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


kepadatan hunian memenuhi syarat dengan kejadian ispa kontrol sebanyak
32 responden (39.0%).
6. Tabulasi Silang Variabel Personal Hygiene Dengan Kejadian ISPA Pada
Dewasa

Tabel 4.10 Tabulasi silang personal hygiene dengan kejadian ISPA pada
dewasa di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk yang
dilaksanakan peneliti pada tanggal 16-21 februari 2020

kejadian ISPA
Personal hygiene Total
KASUS KONTROL
2 12 14
Baik
2,4% 14,6% 17,1%
39 29 68
Kurang
47,6% 35,4% 82,9%
Total 41 41 82
50.0% 50.0% 100.0%

Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


personal hygiene kategori kurang dengan kejadian ispa kasus sebanyak 39
responden (47,6%).

Analisa bivariat

No Variabel Sig
1. Kebiasaan merokok .246
2. Ventilasi .005
3. Lantai .001
4. Dinding .002
5. Kepadatan hunian .794
6. Personal hygiene .009

Hasil analisis menunjukkan nilai p-value variabel kepadatan hunian (0,794)


sehingga tidak masuk ke uji multivariat karena p-value >0,25. Sedangkan kebiasaan
merokok (0.246) ventilasi (0,005),lantai (0,001), dinding (0,002) dan personal hygiene
(0,009) masuk ke uji multivariat karena p-value <0,25.

Hasil Analisa Data


Analisa Multivariat

Variabel B Wald Sig OR 95%C.I EXP(B) Sig R Hosmer


simultan square sig
Lower Upper
Kebiasaa 1,683 4,264 0,039 6,572 1,100 39,249
n
merokok
Ventilasi .984 2,806 0,094 2,675 .846 8,457

Lantai .767 2,786 0,095 3,600 .800 16,197 .000 .398 .805

Dinding 1,209 1,591 0,207 3,349 .512 21,908

Personal 1,620 3,701 0,054 5,051 .970 26.303


hygiene

Pada tabel diatas didapatkan variabel yang paling dominan yaitu variabel
kebiasaa merokok mempunyai nilai p-value 0,039 < 0,05,maka H0 ditolak jadi ada
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh ditunjukkan
dengan nilai OR variabel kebiasaan merokok dengan nilai OR 6,572 maka responden
(kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 6,572 kali lipat dibandingkan dengan
responden yang tidak berisiko.

Ventilasi mempunyai nilai p-value 0,094 > 0,05,maka H0 diterima jadi tidak
ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh
ditunjukkan dengan nilai OR variabel ventilasi dengan OR 2,675 maka responden
yang tidak memenuhi syarat (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 2,675 kali lipat
dibandingkan dengan responden yang ventilasinya memenuhi syarat.

Variabel lantai mempunyai niai p-value 0,095 > 0,05 maka H0 diterima jadi
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh
ditunjukkan dengan nilai OR variabel lantai dengan OR 3,600 maka responden yang
tidak memenuhi syarat (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 3,600 kali lipat
dibandingkan dengan responden yang lantainya memenuhi syarat.
Variabel dinding mempunyai nilai p-value 0,207 > 0,05,maka H0 diterima jadi
tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen..Besarnya pengaruh
ditunjukkan dengan nilai OR variabel dinding dengan OR 3,349 maka responden
yang tidak memenuhi syarat (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 3,349 kali lipat
dibandingkan dengan responden yang dindingnya memenuhi syarat.

Variabel personal hygiene mempunyai nilai p-value 0,057 > 0,05,maka H0


diterima jadi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai OR variabel personal hygiene dengan
OR 5,051 maka responden yang kategori kurang (kode1) berisiko terpapar ISPA
sebesar 5,051 kali lipat dibandingkan dengan responden kategori baik

Persamaan regresi rumus

p
1. 1 ln =−4.124+¿1,883 X1)
1− p
Atau
Rumus 2
2. probabilitas=exp ⁡¿ ¿

PEMBAHASAN

Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah


Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk

Asap rokok merupakan bahan pencemar udara, berupa campuran kompleks


yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau dan adiktif. Asap mengandung zat-zat
berbahaya yang menyebabkan penyakit paru-paru, jantung, serta penyakit-penyakit
berbahaya lainnya (Saleh et al, 2017). Hasil penelitian ini yang dilakukan oleh
Tazinya et al (2018)di salah rumah sakit di Kamerun yang membandingkan antara
keluarga yang merokok dengan tidak merokok dengan kesimpulan keluarganya yang
merokok sangat berisiko terjadi ISPA daripada yang tidak merokok. Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Marfin, dkk (2016), Ada hubungan Antara Kepadatan
Hunian, Ventilasi, Dan Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (Ispa) Di Desa Bentenan Kecamatan Pusomaen Kabupaten
Minahasa Tenggara. Berdasarkan hasil penelitian Irma Rahayu ini bahwa ada
hubungan antara perilaku merokok anggota keluarga di dalam rumah dengan
kejadian ISPA pada balita di Wilayah kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe
Tahun 2017.Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Rahmawati (2017)
yang berjudul hubungan antara perilaku merokok pada orang tua dengan kejadian
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak balita di Puskesmas Porong.Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian Milo (2015), yangberjudul hubungan
kebiasaan merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada anak umur 1-5 tahun
di Puskesmas Sario Kota Manado. Berdasarkan tabel 4.7 tabulasi silang variabel di
atas diketahui bahwa responden yang mempunyai kebiasaan merokok berisiko
mengalami kejadian ispa sebanyak 36 responden (43.9%). Variabel yang paling
dominan yaitu variabel kebiasaa merokok mempunyai nilai p-value 0,039 <
0,05,maka H0 ditolak jadi ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai OR variabel kebiasaan merokok dengan
nilai OR 6,572 maka responden (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 6,572 kali
lipat dibandingkan dengan responden yang tidak berisiko.

Ventilasi Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso
Kabupaten Nganjuk

Luas ventilasi yang tidak memenuhi persyaratan dapat mempengaruhi kondisi


kelembapan di dalam ruangan, begitu pula kepadatan hunian ,lantai dan dinding dapat
mempercepat penularan penyakit (Putri, 2017). Ventilasi dikategorikan baik apabila
memenuhi syarat yaitu luas ventilasi ≥ 10% dari luas lantai dan terbuka dan
dikategorikan tidak memenuhi syarat apabila <10% dari luas lantai (Kemenkes RI,
2011).Hasil penelitian Ningrum (2015) di Banjar, yang menyatakan jika tidak terdapat
hubungan antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA.Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian Admasie, Kumie, & Worku (2018) yang juga menyatakan
bahwa ventilasi asap dapur memiliki makna secara epidemiologi terhadap kejadian
ISPA. Penelitian ini juga tidak sejalan dengan penelitian Safrizal, (2017)tentang
Hubungan Ventilasi Kejadian ISPA di Blang Muko juga menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna ventilasi rumah dengan kejadian ISPA. Penelitian Hayati
dkk (2017) menyatakan hal yang berbeda bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara luas ventilasi rumah dengan kejadian ISPA.

Berdasarkan tabel 4.6 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


ventilasi tidak memenuhi syarat dengan kejadian ispa sebanyak 29 responden kasus
(35.4%). Ventilasi mempunyai nilai p-value 0,094 > 0,05,maka H0 diterima jadi tidak
ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh
ditunjukkan dengan nilai OR variabel ventilasi dengan OR 2,675 maka responden
yang tidak memenuhi syarat (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 2,675 kali lipat
dibandingkan dengan responden yang ventilasinya memenuhi syarat..

Lantai Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso
Kabupaten Nganjuk

Lantai rumah dapat mempengaruhi terjadinya penyakit ISPA karena lantai


yang tidak memenuhi standar merupakan media yang baik untuk perkembangbiakan
bakteri atau virus penyebab ISPA. Lantai yang baik adalah lantai yang dalam
keadaan kering dan tidak lembab. Pada hasil penelitian ini ditemukan penelitian yang
sejalan yang dilakukan oleh Pangemanan (2016) di wilayah kerja Puskesmas
Melonguane Kepulauan Talaud yang menyatakan bahwa terdapat adanya hubungan
antara jenis lantai rumah, karena rata-rata rumah responden masih berupa semen,
sehingga lantai rumah menjadi berdebu dan lembab.Penelitian inisejalan dengan
penelitian Lingga, dkk (2014) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
lantai rumah dengan kejadian ISPA di Gampong Blang Muko Kecamatan Kuala
Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Pasaribu tahun 2016 yang menyatakan tidak ada hubungan bermakna antara jenis
lantai dengan kejadian ISPA Desa Pintubatu Kecamatan Silaen Kabupaten Toba
Samosir

Berdasarkan tabel 4.7 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


lantai memenuhi syarat dengan kejadian ispa kontrol sebanyak 36 responden (43.9%).
Variabel lantai mempunyai niai p-value 0,095 < 0,05 maka H0 diterima jadi tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh ditunjukkan
dengan nilai OR variabel lantai dengan OR 3,600 maka responden yang tidak
memenuhi syarat (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 3,600 kali lipat
dibandingkan dengan responden yang lantainya memenuhi syarat.

Dinding Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah Kecamatan


Rejoso Kabupaten Nganjuk

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fatichaturrachma,


Suhartono & Dharminto (2016) di wilayah kerja Puskesmas Pakayon Jaya Kota
Bekasi yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara konstruksi dinding dengan
kejadian pneumonia. Berdasarkan penelitian yang dilakukuan Irma rahayu bahwa ada
hubungan antara kondisi dinding rumah dengan kejadian ISPA pada balita di Wilayah
kerja Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe Tahun 2017. Penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Safrizal, (2017)tentang Hubungan Ventilasi, Dinding, dan Atap
Dengan Kejadian ISPA di Blang Muko juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna ventilasi rumah dengan kejadian ISPA.Hasil penelitian tidak sejalan dengan
hasil penelitian sebelumnya berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang bermakna dinding rumah dengan kejadian ISPA di Gampong
BlangMuko Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya Tahun 2016,

Berdasarkan tabel 4.8 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


dinding memenuhi syarat dengan kejadian ispa kontrol sebanyak 36 responden
(43.9%). Variabel dinding mempunyai nilai p-value 0,207 > 0,05,maka H0 diterima
jadi tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen..Besarnya
pengaruh ditunjukkan dengan nilai OR variabel dinding dengan OR 3,349 maka
responden yang tidak memenuhi syarat (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 3,349
kali lipat dibandingkan dengan responden yang dindingnya memenuhi syarat.

Kepadatan Hunian Dengan Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah


Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Moga Aryo Wicaksono, H. Acmad
dan Iwan (2015) mengenai lingkungan fisik rumah dan karakteristik responden yang
berhubungan dengan timbulnya penyakit. Dengan penelitian yang dilakukan oleh
Asriati, dkk (2015) yang menunjukkan hasil jika kepadatan hunian dapat
meningkatkan kelembapan akibat uap air dari pernapasan diikuti peningkatan Karbon
Dioksida (CO2) ruangan, penurunan kadar oksigen, sehingga menimbulkan penurunan
kualitas udara dalam rumah menyebabkan terjadinya pencemaran gas atau bakteri
kemudian cepat menimbulkan penyakit saluran pernapasan seperti ISPA. Hal ini
menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara kepadatan hunian ruang tidur
dengan kejadian ISPA di wilayah kerja Puskesmas Kampung Baru Kecamatan Medan
Maimun tahun 2017. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Leli, (2017) bahwa
ada hubungan tentang Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kampung Baru
Kecamatan Medan Maimun Tahun 2017. Penelitian ini sejalan juga dengan Dongky
dan kadrianti (2016) menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
kepadatan hunian dengan kejadian ISPA. Penelitian Ristanti yang menyatakan bahwa
ada hubungan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA di Kecamatan Wiyung
Kota Surabaya 2019.

Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa responden yang mempunyai


kepadatan hunian memenuhi syarat dengan kejadian ispa kontrol sebanyak 32
responden (39.0%). Berdasarkan uji bivariat kepadatan hunian dengan nilai p-value
0,794 > 0,25 tidak ada pengaruh terhadap variabel dependen. Maka tidak masuk
dalam uji multivariat.

Personal Hygiene dengan kejadian ispa pada dewasa di Desa Mlorah Kecamatan
Rejoso Kabupaten Nganjuk.

Perilaku hidup bersih dan sehat penduduk merupakan salah satu upaya
mencegah terjadinya ISPA dengan memperhatikan rumah dan lingkungannya yang
sehat. Personal Hygiene merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan dengan kondisi kesehatannya (Direja, 2011). Masyarakat di Desa
Mlorah banyak yang kurang pengetahuan dan kurang mengerti pada personal hygiene
(kebersihan rumah,etika batuk bersin dan kebersihan tangan). Variabel personal
hygiene mempunyai nilai p-value 0,057 < 0,05,maka H0 diterima jadi tidak ada
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh ditunjukkan
dengan nilai OR variabel personal hygiene dengan OR 5,051 maka responden yang
kategori kurang (kode1) berisiko terpapar ISPA sebesar 5,051 kali lipat dibandingkan
dengan responden kategori baik

KESIMPULAN

Faktor lingkungan yang memicu kejadian ISPA pada dewasa antara lain jenis
lantai, dinding rumah,ventilasi dan kepadatan hunian. Masih banyaknya masyarakat
yang kurang sadar akan bahaya kebiasaan merokok dan kurangnya pengetahuan
tentang personal hygiene dengan kejadian ISPA. Kesimpulan dalam penelitian ini
variabel yang paling dominan yaitu variabel kebiasaa merokok mempunyai nilai p-
value 0,039 < 0,05,maka H0 ditolak jadi ada pengaruh yang signifikan terhadap
variabel dependen. Besarnya pengaruh ditunjukkan dengan nilai OR variabel
kebiasaan merokok dengan nilai OR 6,572 maka responden (kode1) berisiko terpapar
ISPA sebesar 6,572 kali lipat dibandingkan dengan responden yang tidak berisiko. .

SARAN

Bagi institusi Pendidikan dengan adanya penelitian ini, hendaknya institusi


Pendidikan IIK STRADA Indonesia dapat melakukan pengabdian masyarakat
dengan promosi kesehatan pada bidang kesehatan lingkungan.
Bagi puskesmas diharapkan bagi puskesmas agar dapat memprioritaskan
penanggulangan ISPA dengan cara promosi kesehatan berupa metode mobil keliling
sekaligus penyuluhan demonstrasi.
Bagi Peneliti Selanjutnya peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tentang
kejadian ispa dilihat dari faktor-faktor lain.

DAFTAR PUSTAKA
Afsari duta,2016. Nalisis Faktor-Faktor Resiko Infeksi Saluran Pernapasan Akut
Pada Pekerja Lapanganpt. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan
Lampung

Anindea, 2017. Factor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa Pada Orang
Dewasa Di Desa Besuk Kecamatan Bantaran Kabupaten Probolinggo

Darmiah, Santoso, I. & Maharso, 2015. Hubungan Kepadatam Hunian dan Kualitas
Fisik Rumah Desa Penda Asam Barito Selatan. Kesehatan Lingkugan.

Depkes RI. 2009. Pedoman Pengendalian Penyakit ISPA. Jakarta.

Depkes RI. 2011. Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian
Kesehatan RI.

Dessy Irfi Jayanti, Taufik Ashar,& Destanul Aulia 2017.Pengaruh Lingkungan


Rumah Terhadap Ispa Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Haloban
Kabupaten Labuhan Batu

Dongky,P dan Kadrianti.(2016).Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah Dengan


Kejadian ISPA Balita di Kelurahan Takatidung Polewali Mandar.Unnes Journal of
Public Health 5 (4)(2016)

Fatmawati, 2018.Analisis Karakteristik Ibu, Pengetahuan dan Kebiasaan Merokok


dengan Kejadian ISPA pada Balita di Kelurahan Kenali Asam Bawah

Kemenkes RI, 2011, Pedoman pengendalian infeksi saluran pernapasan akut,


Kemenkes, Jakart

Maryani Diana,2012. Hubungan Antara Kondisi Lingkungan Rumah Dan Kebiasaan


Merokok Anggota Keluarga Dengan Kejadian Ispa Pada Balita Di Kelurahan
Bandarharjo Kota Semarang

Milo S, Yudi & Kallo V. (2015). Hubugan Kebiasan Merokok Di Dalam Rumah
Dengan Kejadian Ispa Pada Anak Umur 1-5 Tahun Di Puskesmas Sario Kota
Manado. Jurnal Keperawatan Vol. 3,No.

Milawati Yusuf, I Putu Sudayasa, & Tomy Nurtamin, 2014.Hubungan Lingkungan


Rumah Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Masyarakat
Pesisir Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Tahun 2014.

Nisa,2017. Faktor Sanitasi Fisik Rumah Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Ispa
Pada Balita Di Desa Kalianget Timur
Nurdiyanto, Indra (2019) Hubungan Personal Hygiene Dan Penggunaan Apd
Dengan Keluhan Ispa Pada Pekerja Tambang Batu Pasir Di Daerah Morbatoh
Kecamatan Banyuates Sampang.

Profil Kesehatan Indonesia, 2016.

Rasmaliah. 2014.Infeksi saluran pernapasan (ISPA) dan penanggulangannya.

Ramadhan, K. (2017). Hubungan Larangan Merokok di Rumah dengan Keberhasilan


BerhentiMerokok. Jurnal Profesi Medika, 11(1)

Riskesdas. 2013. Presentase atau Angka Kejadian dan Kematian ISPA.Depkes RI.
Jakarta.

Salsila DA. 2012. Hubungan kondisi rumah dengan frekuensi kejadian infeksi
saluran pernapasan atas (ISPA) di RT 01 dan RT 08 kelurahan olak kemang tahun
2012 [skripsi]. Jambi: Universitas Jambi.

Sang Ketut Juniartha1),H.M. Choirul Hadi2), & Nengah Notes3, 2012. Hubungan
Antara Luas Dan Posisi Ventilasi Rumah Dengan Kejadian Ispa Penghuni Rumah Di
Wilayah Puskesmas Bangli Utara Tahun 2012

Trisnawati Yuli dan Juwarni. 2012. Hubungan Perilaku Merokok Orang Tua Dengan
Kejadian Ispa Pada Balita Di Wilayah Kerja PuskesmasRembang Kabupaten
Purbalingga 2012. UNSOED. Purwokerto. http://kesmas.unsoed.ac.id.pdf. Diakses
April 2018

Yanny Karundeng, Lorrien G . & Runtu, Tirsa Mokoginta, 2019. Pengetahuan Dan
Perilaku Merokok Anggota Keluarga Dalam Hubungannya Dengan Kejadian Ispa

Yusuf,M., Yudayasa,I.P., dan Nurtamin, T.(2014). Hubungan Lingkungan Rumah


dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Masyarakat Pesisir
Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Tahun 2014.
Lampiran 1. Inform consent

Inform consent

Judul : Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa


Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk

Peneliti : Devi Dwi Cahyani


Mahasiswa Program S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institute Ilmu Kesehatan
STRADA Indonesia

Pembimbing : Mayta Sari D., S.K.M., M.P.H

Bahwa saya menyatakan bersedia berperan serta dalam penelitian ini


sebagai ressponden dengan mengisi form yang disediakan peneliti.

Sebelum mengisi form saya diberi keterangan/penjelasan mengenai tujuan


penelitian ini dan saya telah mengerti bahwa peneliti akan merahasiakan
identitas,data maupun informasi yang diberikan, apabila ada peryataan yang
menimbulkan respon emosional yang tidak nyaman maka peneliti akan
menghentikan pengumpulan data dan memberikan hak kepada saya untuk
mengundurkan diri dari penelitian tanpa resiko apapun.

Demikian peryataan yang saya buat dengan sukarela dan tanpa ada unsur
paksaan dari siapapun.

Kediri

Reponden
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Informan yang saya hormati, saya yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Devi Dwi Cahyani


Nim : 1621B0009

Adalah mahasiswa program kesehatan masyarakat “institute ilmu


kesehatan strada Indonesia kediri”, akan melakukan penelitian tentang “Factor
Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Dewasa Di Desa Mlorah Kecamatan
Rejoso Kabupaten Nganjuk”.
Untuk keperluan diatas saya mohon kesediaan responden untuk menjawab
setiap item pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Informasi yang saudara berikan
akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
Apabila informan menyetujui,maka saya mohon untuk menandatangani
lembar persetujuan dan mengisi kuisioner serta menjawab pertanyaan yang saya
ajukan.
Atas perhatian dan kerjasama responden,saya ucapkan banyak terima kasih.

Kediri,23 Januari 2020

Peneliti

Devi Dwi Cahyani


PERYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia turut


berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat Institut Ilmu Kesehatan Strada
Indonesia Kediri yang diberi judul “Factor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA
Pada Dewasa Di Desa Mlorah Kecamatan Rejoo Kabupaten Nganjuk.

Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya telah dibei informasi dan
memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini :

Tanda tangan : …………………………….

Tanggal/bulan/tahun :……………………………..
Lampiran 2 Instrumen Penelitian

Kuesioner Penelitian dan Lembar Observasi

“FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ISPA PADA DEWASA DI


DESA MLORAH KEC.REJOSO KAB.NGANJUK”

Nomor Responden :

Tanggal Survei :

Kelompok : Kasus / control (coret salah satu)

A.Identitas Responden

1.Inisial :
2.Alamat :
3.Umur:
4.Jenis Kelamin: L/P
6.Pendidikan:
o Tidak Sekolah
o Tamat SMA
o Tamat SD
o Perguruan Tinggi
o Tamat SMP
7.Pekerjaan:
o PNS/BUMN
o Wiraswasta
o Pegawai Swasta
o Lain-lain (sebutkan)

A.Kebiasaan merokok

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda merokok ?
2. Apakah ada anggota keluarga yang merokok ?
JIKA YA,,
3. Apakah ada anggota keluarga yang merokok di dalam
rumah ?
4. Apakah anggota keluarga yang merokok di dalam rumah
setiap hari ?
5. Ketika anggota keluarga merokok di dalam rumah,
apakah jendela terbuka ?
B . Kondisi rumah ( Lembar Observasi )

No Observasi Hasil Syarat Kemenkes MS TMS


1. Ventilas Luas lubang ventilasi alami yang
permanen minimal 10% luas lantai.
2. Lantai Rumah sehat dimana lantai kedap air,
mudah dibersihkan dan tidak rawan
kecelakaan.
3. Dinding Rumah sehat dimana dinding rumah
sehat harus memiliki ventilasi, kedap
air dan mudah dibersihkan.
4. Kepadatan Luas ruang tidur minimal 8m persegi
Huniaan dan tidak dianjurkan digunakan lebih
dari dua orang tidur dalam satu kamar
tidur

C. Personal hygiene

No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda setiap hari menyapu lantai rumah ?
2. Apakah anda setiap hari mengepel lantai rumah ?
3. Apakah anda membuka dan membersihkan ventilasi dan
jendela setiap hari ?
4. Apakah ruangan rumah anda berdebu ?
5. Apakah anda membersihkan debu rumah setiap sehari ?
6. Apakah anda menutup mulut saat batuk dan bersin dengan
tissue atau lengan baju ?
7. Apakah anda meludah di sembarang tempat ?
8. Apakah anda menutup mulut saat batuk menggunakan telapak
tangan ?
9. Apakah anda menutup mulut saat bersin menggunakan telapak
tangan ?
10. Apakah anda membuang tissue yang telah digunakan ke
sembarang tempat ?
11. Apakah anda memcuci tangan dengan air mengalir ?
12. Apakah anda menggunakan sabun saat cuci tangan ?
13. Apakah anda menerapkan langkah cuci tangan ?
14. Apakah anda mengeringkan tangan dengan handuk atau tissue
setelah cuci tangan ?
15. Apakah anda menggunakan tissue atau handuk untuk menutup
kran ?
Lampiran 3. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 4 . Summary Executive

Judul : Factor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Dewasa


Di Desa Mlorah Kecamatan Rejoo Kabupaten Nganjuk
Waktu Pengambilan data : Dimulai Pada Tanggal 16-21 Februari 2020
Instansi yang terlibat : Puskesmas Rejoso
Kontribusi keilmuan : Sebutkan kontribusi apa yang diberikan pada keilmuan
Hambatan Penelitian : Pada saat melakukan penyebaran kuesioner banyak
responden menolak untuk mengisi form tersebut.
Kelemahan Penelitian : Sebutkan kekurangan dalam penelitian ini
Jurnal tujuan publikasi : Wajib, Sebutkan Jurnal yang dituju, minimal memiliki
LoA, sudah membuat naskah publikasi sesuai
selingkung/template jurnal yang dituju Rencana luaran
lainnya : HKI, buku, purwarupa atau
luaran lainnya yang ditargetkan

Lampiran 5. Identitas Peneliti

CURRICULUM VITAE

Nama : Devi Dwi Cahyani

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir: Nganjuk, 03 Desember 1997

Kewarganegaraan : WNI

Keturunan :-

Agama : Islam
Hobi : Badminton

Alamat Rumah : Ds.Gempol Kec. Rejoso Kabupaten Nganjuk

Provinsi : Jawa Timur

No. Telepon : 081908769902

Alamat Email : Devicahyani921@Gmail.Com

Pendidikan Formal

N Sekolah / Universitas Periode


o
1. TK Dharma Wanita Nganjuk 2002 – 2004
2. SDN Gempol 2004 – 2010
3. SMPN 7 Nganjuk 2010 – 2013
4. SMAN 1 Rejoso Nganjuk 2013 – 2016
5. IIK STRADA INDONESIA 2016 – 2020

Pengalaman Organisasi

N Organisasi Periode
o
1. KIR (karya ilmiah remaja) SMAN 1 Rejoso 2013 – 2015
2. HMPS IKM IIK STRADA INDONESIA 2017-2019

Anda mungkin juga menyukai