Anda di halaman 1dari 84

i

LAPORAN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN


TINGKAT PARTISIPASI PASANGAN USIA SUBUR UNTUK
MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI DESA
TALOK, KECAMATAN DLANGGU, KABUPATEN
MOJOKERTO TAHUN 2017

Achmad Maqbul 15710127


Dionesius Dhimas Yudha K. 15710153
Eka Rachmawati 15710224
I Wayan Saisnu Supta 15710244

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
ii

2017
iii

ABSTRAK
Maqbul, Achmad; Krisnanda, Dionesius DY; Rachmawati, Eka; Supta, I
Wayan S. 2017. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat
Partisipasi PUS untuk Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.
Laporan penelitian, Kepaniteraan Klnik Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Pembimbing: Prof. H. Sarudji, M.Sc.

Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Untuk
mencegah ledakan penduduk tersebut Indonesia harus menggalakkan Program KB
kembali karena dalam lima tahun terakhir ini kesertaan masyarakat untuk
mengikuti KB hanya meningkat rata-rata 0,5% per tahun. Desa Talok terdiri dari
1.392 kepala keluarga (KK) dengan jumlah pasangan usia subur sebanyak 799
pasangan, dimana 307 pasangan usia subur bukan akseptor KB. Di Kecamatan
Dlanggu sendiri Desa Talok memiliki prosentase terendah untuk PUS yang
menjadi akseptor KB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan
cross sectional dengan subyek penelitian pasangan usia subur yang tinggal di
wilayah Desa Talok setidak-tidaknya selama 6 bulan sebelum waktu penelitian.
Besar sampel yang diambil sebanyak 47 responden yang dipilih secara acak
wilayah dengan wilayah RT sebagai satuan. Sebagai variabel dependen adalah
patisipasi PUS, dengan variabel independen tingkat pengetahuan tentang program
keluarga berencana. Data yang dikumpulakan menggunakan intrumen kuesioner
diolah program SPSS 16, dan dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (60,9 %) kurang paham
mengenai program keluarga berencana, tetapi sebagian besar responden (83,3 %)
telah menjadi akseptor KB. Kesimpulan penelitian ini adalah diterimanya
hipotesis nol (p-value = 0,272) atau tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga
berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
Kelemahan penelitian ini adalah metode sampling yang menggunakan acak
wilayah. Dianjurkan penelitian lanjut untuk menggunakan metode sampling
dengan simple random sampling.

Kata kunci: Pasangan Usia Subur, Tingkat Partisipasi, Akseptor KB, Tingkat
pengetahuan.
iv

ABSTRACT

Maqbul, Achmad; Krisnanda, Dionesius DY; Rachmawati, Eka; Supta, I


Wayan S. 2017. The Correlation between Knowledge Level and Participation
Rate of Becoming Acceptors of Family Planning in Talok Village subdistrict of
Dlanggu, Mojokerto Regency.
Study Report. Public Health Departement, Faculty of Medicine, University
Wijaya Kusuma Surabaya.
Supervisor: Prof. H. Sarudji, M.Sc.

The large population and high population growth rate is a problem facing
the Indonesian nation today. In order to prevent the population explosion,
Indonesia must promote the Family Planning Program because in the last five
years community participation to participate in family planning only increased by
an average of 0.5% per year. Talok Village consists of 1,392 heads of households
(KK) with the number of fertile couples as many as 799 couples, of which 307
couples of reproductive age are not KB acceptor. In Subdistrict Dlanggu, Talok
Village has the lowest percentage for couples of reproductive who became KB
acceptor. The objective of this research was to know the correlation between the
level of knowledge and the participation rate of becoming acceptors of family
planning in Talok village, Dlanggu subdistrict, the regency of Mojokerto. This
observational-analytic study using cross sectional design. The subject of this
study is couples of reproductive age who has been lived in Desa Talok for at least
6 months before the study. The total of 47 participants had been chosen randomly
after choosing randomly one rukun tetangga (RT) as a unit area sample 8 RTs.
Collecting data used questionair as an instrument, processing by SPSS 16 and
analyzed with Spearman correlation test. The result of this research showed that
the big part of respondents (60,9 %) had less of understanding about the family
planning program, but the biggest part of the respondents (83,3 %) had become
acceptors of family planning. The conclussion were no correlation between
knowledge level and participation rate of becoming acceptors of family planning
in Talok Village subdistrict of Dlanggu, Mojokerto Regency (p-value = 0.272).
Suggested on the next research no using sampling area but simple random
sampling in choosing the sample members.

Keyword: reproductive couple, participation rate, acceptor, knowledge level.


v

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan penelitian dengan judul
“ Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Partisipasi Pasangan
Usia Subur Untuk Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Talok
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017”.
Penelitian ini merupakan bagian dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan
menjadi prasyarat untuk dapat mengikuti ujian profesi dokter. Terselenggaranya
kegiatan ini kami berharap dapat menambah pengetahuan kami tentang
permasalahan kesehatan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan judul
penelitian ini. Dalam penyusunan laporan penelitian ini kami mendapat bantuan
dari berbagai pihak, Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :
1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof.Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. dr. Sukma Sahadewa, S.H., M.H., M.Sos., M.Kes., CLA, selaku Koordinator
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
5. Prof. H. Didik Sarudji, M.Sc selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
6. Bimayanti Pratiwi, drg. selaku Kepala Puskesmas Dlanggu Kecamatan
Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
7. Dokter Titin Sukmawati selaku dokter pembimbing di Puskesmas Dlanggu
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
vi

8. Dinas Kesehatan kabupaten Mojokerto yang telah memberikan kesempatan


bagi penulis untuk dapat menjalani kepaniteraan klinik IKM di Mojokerto.
9. Seluruh paramedis dan Non Medis yang telah banyak membantu kami selama
melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Dlanggu Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
10. Para bidan desa, kader puskesmas serta perawat desa yang telah banyak
membantu kami selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas
Dlanggu Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
11. Semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.
Kami menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan laporan penelitian
ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan laporan penelitian ini. Akhirnya semoga laporan penelitian ini
dapat diterima dan memberi manfaat bagi kita semua.

Mojokerto, 30 September 2017

Penyusun
vii

DAFTAR ISI

Judul ................................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Pernyataan Keasalian Tulisan .......................................................................... ii
Abstrak.............................................................................................................. v
Abstract............................................................................................................. vi
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
Daftar Gambar.................................................................................................. v
Daftar Tabel ..................................................................................................... vi
Daftar Singkatan .............................................................................................. vii
Daftar Lampiran.……………………………………………………………... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 4
D.Manfaat Hasil Penelitian............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan..................................................................................................6
1. Pengertian pengetahuan.............................................................................6
2. Tingkat pengetahuan..................................................................................6
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan....................................7
B. Partisipasi......................................................................................................9
C. PUS..............................................................................................................11
D. Keluarga berencana.....................................................................................11
1. Pengertian keluarga berencana.................................................................11
2. Tujuan keluarga berencana......................................................................13
3. Manfaat keluarga berencana.....................................................................14
4. Sasaran dan ruang lingkup program keluarga berencana.........................14
5. Strategi pendekatan program keluarga berencana....................................15
6. Pelayanan keluarga berencana.................................................................16
viii

7. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat partisipasi Pasangan


Usia Subur (PUS) dalam pelaksanaan Progam Keluarga
Berencana…………………………………………………………….....18
E. Kontrasepsi..................................................................................................27
1. Definisi kontrasepsi.................................................................................27
2. Efektivitas Kontasepsi.............................................................................27
3. Memilih Metode Kontrasepsi..................................................................28
4. Macam – Macam Kontrasepsi.................................................................29
F. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Partisipasi Program
Keluarga Berencana...................................................................................
30
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep........................................................................................31
B. Hipotesis Penelitian.....................................................................................33
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian..................................................................................34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................34
C. Subyek Penelitian........................................................................................34
D. Variabel Penelitian......................................................................................36
E. Definisi Operasional....................................................................................37
F. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data...................................................37
G. Analisa Data................................................................................................41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian...........................................................46
B. Karakteristik Responden.............................................................................46
C. Analisis.......................................................................................................51
BAB VI PEMBAHASAN......................................................................................53
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................60
B. Saran............................................................................................................60
DAFTARPUSTAKA.............................................................................................62
LAMPIRAN……………………………………………………………………...65
ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar III.1 Kerangka Konsep……..………………………………………….31
Gambar IV.1 Alur Penelitian…..………………………………………………. 38
Gambar V.1 Proporsi Responden Berdasarkan Umur di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017……………………. 47
Gambar V.2 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun
2017 ………………………………………...……………………48
Gambar V.3 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017
……………………………………………………………….…...48
Gambar V.4 Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten MojokertoTahun 2017...............50
Gambar V.5 Proporsi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten MojokertoTahun 2017...............50
Gambar V.6 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten MojokertoTahun 2017..................................................50
Gambar V.7 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten MojokertoTahun 2017....50
x

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel IV.1 Daftar Jumlah PUS berdasarkan Dusun di Desa Talok…………….36
Tabel IV.2 Daftar Jumlah PUS berdasarkan RT di Dusun Bareng …………….36
Tabel IV.3 Daftar Nama PUS yang Menjadi Anggota Sampel……………...….38
Tabel IV.4 Definisi Operasional...........................................................................39
Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.....................................47
Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017…………..47
Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto ……………......47
Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto..................................…49
Tabel V.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto..................................…49
Tabel V.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Pengertian Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto........................................................................49
Tabel V.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Tujuan Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto.........................................................................50
Tabel V.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Manfaat Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto ……………...................50
xi

Tabel V.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang


Sasaran Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto ………………………………………………51
Tabel V.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Strategi Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto ……………………………………..….…….54
Tabel V.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Pelayanan Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto ………………………………………………51
Tabel V.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Kontrasepsi di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto …………………………………………………….…….54
Tabel V.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto …………………………………………………………..51
Tabel V.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto ………………….……54
Tabel V.15 Tingkat Partisipasi menurut Tingkat Pengetahuan tentang Program
Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto…………………………………..………………….……54
xii

DAFTAR SINGKATAN

Singkatan Keterangan
AIDS : Acquired Immune deficiency Syndrome
AKB : Angka Kematian Bayi
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ASKABI : Asuransi Keluarga Berencana Indonesia
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BPS : Badan Pusat Statistik
Depag : Departemen Agama
Depkes : Departemen Kesehatan
HIV : Human Immunodeficiency Virus
KB : Keluarga berencana
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KIE : Komunukasi, Informasi, dan Edukasi
IMS : Infeksi Menular Seksual
IUD : Intra Uterine Device
MAL : Metode Amenorhoe Laktasi
MOP : Metode Operatif Pria
MOW : Metode Operatif Wanita
NKKBS : Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera
PRECEDE : Predisposting, Reinforcing, and Enabling Constructs in
Educational Diagnosis and Evaluation
PSM : Peran Serta Masyarakat
xiii

PUS : Pasangan Usia Subur


PUP : Pendewasaan Usia Perkawinan
RI : Republik Indonesia
RS : Rumah Sakit
RT : Rukun Tetangga
TNI : Tentara Nasional Indonesia
POLRI : Kepolisian Republik Indonesia
PTS : Penduduk Tumbuh Seimbang
RI : Republik Indonesia
RENSTRA : Rencana Strategis
Rp : Rupiah
SD : Sekolah dasar
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
SMA : Sekolah Menengah Atas
SMP : Sekolah Menengah Pertama
SPSS : Statistical Product and Service Solutions
UU : Undang – Undang
UUD : Undang – Undang Dasar
WHO : World Health Organization
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Tabel SPSS.....................................................................................65
Lampiran 2 Informed Consent...........................................................................66
Lampiran 3 Lembar Kuesioner..........................................................................67
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian..................................................................71
Lampiran 5 Berita Acara Perbaikan ..................................................................73
xv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini.
Menurut Kepala BKKBN bahwa dalam kurun waktu lima tahun kebelakang
tingkat kelahiran penduduk Indonesia tetap bertahan pada posisi 2,6 % per
Pasangan Usia Subur per tahun atau tidak ada penurunan tingkat kelahiran
selama lima tahun terakhir. Dalam jangka panjang Indonesia berpotensi
mengalami ledakan penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai
220 juta diperkirakan akan bertambah sekitar 3,2 juta setiap tahunnya. Untuk
mencegah ledakan penduduk tersebut Indonesia harus menggalakkan Program
KB kembali karena dalam lima tahun terakhir ini kesertaan masyarakat untuk
mengikuti KB hanya meningkat rata-rata 0,5% per tahun (BKKBN, 2006:4).
Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang
sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat terhadap program KB melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Jumlah akseptor KB di Indonesia terus meningkat
sejak tahun 1991. Pada tahun 2013 akseptor KB di Indonesia tercatat sebesar
76,73% (Kemenkes RI, 2014).
Manfaat program KB sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi
seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi pria maupun kesehatan
reproduksi wanita. Peran bagi kesehatan reproduksi pria/suami antara lain,
mencegah dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti, sifilis, gonorhea, dan
penyakit kelamin lain, dikarenakan tidak menggunakan alat kontrasepsi
(kondom) ketika melakukan hubungan seksual dengan istri yang terkena IMS
(Suratun, 2008). Sementara itu, peran KB bagi kesehatan reproduksi wanita di
2

antaranya yaitu menghindari dari bahaya infeksi; eklamsia, abortus, emboli


obstetri, komplikasi masa nifas, serta terjadinya pendarahan yang disebabkan
karena sering melakukan proses persalinan. KB juga bertujuan untuk
mengatur umur ibu yang tepat dalam menghadapi proses persalinan, karena
apabila terlalu muda atau terlalu tua dapat mengakibatkan risiko terjadinya
pendarahan serius yang dapat mengakibatkan kematian ibu dan calon bayi
(Depkes, 2007).
Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012, rata-rata Angka Kematian Ibu
(AKI) di Indonesia tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Bayi (AKB) 34 per 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut
masih melebihi target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yaitu AKI
102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB 24 per 1000 kelahiran hidup. Salah
satu penyebab tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) yaitu pernikahan dan kehamilan pada usia dini. Berdasarkan
laporan Riskesdas tahun 2012, 2,6% penduduk menikah pada usia 15 tahun
dan 23,9% menikah pada usia 15-19 tahun. Sementara itu angka kehamilan
penduduk perempuan usia 10-54 tahun sebesar 2,68%, terdapat pula
kehamilan di bawah usia 15 tahun yakni sebesar 0,02%, dan 1,97% kehamilan
pada usia remaja 15-19 tahun (Kemenkes RI, 2014). Oleh karena itu, perlu
dilakukan tindakan pengaturan usia perkawinan dan pengaturan waktu
kehamilan melalui program KB untuk mencegah peningkatan AKI dan AKB
di Indonesia.
Salah satu kunci keberhasilan program KB yakni keterlibatan semua
pihak baik dari institusi pemerintah, swasta, dan masyarakat serta keterlibatan
seluruh anggota keluarga itu sendiri. Pelayanan Keluarga Berencana ditujukan
kepada Pasangan Usia Subur (PUS), yang berarti baik istri maupun suami
harus ikut terlibat di dalamnya. Hal yang mendasar dalam pelaksanaan
pengembangan program partisipasi suami maupun istri untuk mewujudkan
keadilan dan kesetaraan gender dalam bentuk perubahan kesadaran, sikap, dan
perilaku suami atau istri tentang Keluarga Berencana dan kesehatan
reproduksi (Siswosudarmo, 2007).
3

Salah satu cara meningkatkan peran suami untuk mendukung istri


ataupun sebaliknya dalam mengikuti program Keluarga Berencana, yaitu
berupa pemberian pengetahuan yang cukup tentang program KB dan
kesehatan reproduksi di dalam keluarga. Faktor pengetahuan suami maupun
istri sebagai peserta KB berkontribusi cukup besar sebagai pendukung
sekaligus penganjur pasangan dalam menjatuhkan pilihan kontrasepsi.
Suami/istri yang memiliki pengetahuan yang baik tentang KB akan cenderung
menganjurkan dan mengijinkan pasangannya menggunakan alat kontrasepsi
sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh pasangannya. Selain pengetahuan,
sikap suami/istri juga merupakan faktor yang berperan dalam keberhasilan
program KB, karena apabila penerimaan perilaku baru (program KB) atau
adopsi perilaku didasarkan pada pengetahuan dan sikap positif, maka perilaku
penggunaan KB akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila dalam penerimaan
perilaku baru (program KB) tidak didasarkan pada pengetahuan dan sikap
positif, maka perilaku tersebut tidak akan bertahan lama (BKKBN, 2012).
Data yang diperoleh dari Puskesmas Dlanggu, bulan Agustus 2017
menunjukkan bahwa jumlah total seluruh PUS adalah 9.184 pasangan, hanya
sebanyak 7.789 (85 %) pasangan usia subur yang megikuti program Keluarga
Berencana. Berdasarkan pembahasan diatas, masih terdapat pasangan usia
subur yang kurang sadar dalam mengikuti program Keluarga Berencana di
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto. Kecamatan Dlanggu memiliki 16
Desa. Desa yang memiliki prosentase terendah yaitu Desa Talok dengan
prosentase 61,58 %. Desa Talok memiliki jumlah PUS yang besar dengan
jumlah 799 dan PUS yang mengikuti program KB dengan jumlah 492 jiwa.
Selain itu, pada kenyataannya dapat dikatakan bahwa kesadaran dan
partisipasi penduduk Desa Talok terhadap pelaksanaan KB masih rendah.
Tingkat pengetahuan para PUS di Desa Talok kebanyakan masih rendah.
Selain itu juga dilihat dari pengetahuannya, pengetahuan yang tinggi
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keluarga berencana cenderung akan
menjadi akseptor Keluarga Berencana dibandingkan dengan yang tingkat
pengetahuannya kurang atau rendah.
4

Berkaitan dengan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk


mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan antara Tingkat Pengetahuan
dengan Tingkat Partisipasi Pasangan Usia Subur untuk Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto” ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.

2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan PUS tentang keluarga berencana
di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto tahun
2017.
b. Mendeskripsikan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto tahun 2017.
c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto tahun 2017.
5

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
masyarakat desa Talok khususnya PUS tentang pentingnya menjadi
akseptor keluarga berencana.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
Puskesmas Dlanggu dalam upaya peningkatan jumlah akseptor keluarga
berencana di Desa Talok.
3. Bagi peneliti
Sebagai upaya mengembangkan pengetahuan dalam pelaksanaan
penelitian, penulisan hasil penelitian dan menambah wawasan serta bekal
pengetahuan dalam bekerja di masyarakat.
4. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai data/informasi awal tentang faktor-faktor yang
melatarbelakangi rendahnya tingkat partisipasi PUS dalam program
keluarga berencana sebagai bahan penelitian lebihh lanjut.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia: penglihatan,
pendengaran, penghiduan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang penting terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang
mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2007) domain kognitif yang mempunyai
enam tingkatan pengetahuan sebagai berikut:
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari,
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan
mengatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
7

c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-
prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam
suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, memisahkan.
e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi
atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan


Menurut Notoatmodjo, (2003) ada beberapa faktor yang
memengaruhi tingkat pengetahuan yaitu:
a. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang
diperolehnya semakin membaik.
b. Pendidikan
Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan
individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa intaraksi
individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal
8

dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat
diperoleh dari pendidikan nonformal.
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Pekerjaan merupakan faktor yang memengaruhi
pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi
dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan
dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain.
e. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi,
surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang .
9

B. Partisipasi
Menurut beberapa ahli partisipasi didefinisikan sebagai berikut.
1. Partisipasi adalah kegiatan memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan
yang berhubungan dengan suatu kegiatan tertentu. Partisipasi juga
diartikan ikut serta ambil bagian untuk melakukan atau menikmati sarana
dan prasarana sosial yang ada (BPS, 1998: 23).
2. Sastrodipoetra (1988) dalam Rohman Ainur (2009: 45) menyatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
Jadi dalam beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
kegiatan. Kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi tergantung dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu faktor yang timbul dari dalam dan faktor yang timbul dari luar.
Faktor yang timbul dari dalam yaitu faktor yang timbul dengan
sendirinya pada diri seseorang. Faktor ini dapat berupa sikap, pengetahuan
atau partisipasi dari individu itu sendiri untuk ikut serta dalam suatu kegiatan.
Faktor yang timbul dari luar yaitu faktor yang timbul atau datang dari luar diri
seseorang, dapat dari lingkungan atau orang lain. Faktor ini dapat berupa
paksaan,anjuran, ataupun penyuluhan (Mardikanto, 2003: 6).
Margono Slamet (1985) dalam Mardikanto (2003: 26) menyatakan
bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
1. Adanya kemauan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif
intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan,
dorongan atau tekanan dari pihak lain). Tumbuh dan berkembangnya
kemauan berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang sebagai
berikut:
a. Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat
pembangunan.
10

b. Sikap terhadap penguasa atau pelaksana pembangunan pada umumnya.


c. Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas
sendiri.
2. Adanya kesempatan masyarakat untuk berpartisipasi. Berbagai
kesempatan untuk berpartisipasi ini sangat dipengaruhi oleh kemauan
politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam pembangunan,
kesempatan untuk memperoleh informasi, dan kesempatan untuk
berorganisasi termasuk untuk memperoleh dan mempergunakan peraturan,
perizinan dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan.
3. Adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi. Beberapa
kemampuan yang dituntut untuk dapat berpartisipasi dengan baik antara
lain kemampuan untuk mengidentifikasikan masalah, kemampuan untuk
memahami kesempatan yang dapat dilakukan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi dengan memanfaatkan sumber yang tersedia dan
kemampuan untuk melaksanakan pembangunan sesuai dengan
pengetahuan dan keterampilan serta sumber daya lain yang dimiliki.
Partisipasi PUS dalam penelitian yang dimaksud adalah keikutsertaan
PUS, ikut pelaksanaan KB, dan berpartisipasi dalam bentuk dana.
Bentuk partisipasi pasangan usia subur yang mengikuti program KB
dapat dilihat sebagai berikut.
1. Peserta KB aktif yang dimaksud yaitu keikutsertaan PUS dalam suatu
perkumpulan, kesiapan menjadi kader, dan bersedianya mengeluarkan
uang untuk kegiatan KB.
2. Alat kontrasepsi yang paling banyak dipakai. Sub indikator yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu jenis alat kontrasepsi yang dipakai oleh PUS.
3. Berhenti menggunakan alat kontrasepsi. Sub indikator yang dimaksud
dalam penelitian ini yaitu alasan PUS berhenti dalam menggunakan alat
kontrasepsi.

C. Pasangan Usia Subur (PUS)


Pasangan usia subur berkisar antara usia 20 - 45 tahun dimana pasangan
(laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih
11

organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan
usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu
menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah
dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas
reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang. Pasangan Usia Subur
(PUS) adalah Pasangan suami - istri yang istrinya berumur antara 15 sampai
dengan 49 tahun atau pasangan suami - istri yang istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi
masih haid (datang bulan). PUS yang menjadi peserta (akseptor) KB adalah
pasangan usia subur yang suami / istrinya sedang memakai atau menggunakan
salah satu alat atau cara kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan
pendataan keluarga (BKKBN, 2011).

D. Keluarga Berencana

1. Pengertian
Keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga
khususnya, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara
membatasi dan menjarangkan kehamilan (Siswosudarmo dkk, 2007).
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri,
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung yang dikutip oleh Abdurrahman dkk
(2001), keluarga berencana adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita
sekitar waktu senggama. Sedangkan Mac Kenzie (2006) keluarga
berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak yang
12

diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk
mencapai keinginan tersebut.
Kondisi politik, sosial, budaya masyarakat, agama, dan komitmen
pemerintah masih belum optimal dalam mendukung KB pria, penerapan
program kebijakan partisiasi pria di lapangan masih belum optimal
(BKKBN, 2007). Keikutsertaan pria sangat penting dalam keluarga
berencana (KB) karena suami adalah “Partner” dalam reproduksi dan
seksual, sehingga sangat beralasan apabila suami dan istri berbagi
tanggung jawab serta peran secara seimbang untuk mencapai kepuasan
kehidupan seksual dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta
kompliksi keluarga berencana, suami bertanggung jawab secara sosial dan
ekonomi termasuk untuk anak-anaknya, sehingga keterlibatan suami
dalam keputusan reproduksi akan membentuk ikatan yang lebih kuat
diantara orang tua dan anaknya, suami secara nyata terlibat dalam fasilitas
dan mereka mempunyai peranan yang penting dalam memutuskan
kontrasepsi yang akan dipakainya, atau digunakan istrinya. Sebenarnya
banyak kesempatan pria untuk berperan dalam keluarga berencana.
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria
dan wanita. Bagi pasangan yang memilih kontrasepsi permanen vasektomi
merupakan pilihan terbaik. Mengingat vasektomi lebih sederhana
prosedurnya dengan efek samping dan resiko kesehatan sangat kecil
dibanding tubektomi. Demikian pula dalam penggunaan kondom selain
lebih murah juga memiliki efek samping yang kecil. Oleh karena itu pada
tahun 2009 diharapkan kesadaran pria terhadap manfaat KB meningkat,
sehingga dapat meningkatkan jumlah akseptor KB pria menjadi 4,5%
(BKKBN, 2006).

2. Tujuan keluarga berencana


Program Keluarga Berencana bertujuan untuk membangun manusia
Indonesia sebagai obyek sekaligus subyek pembangunan melalui
peningkatan kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga. Pelaksanaan program
KB juga diarahkan untuk menurunkan tingkat kelahiran atas dasar
13

kesadaran dan tanggung jawab seluruh masyarakat dengan cara memilih


metode kontrasepsi secara sukarela. Dengan demikian program KB
merupakan cermin upaya menurunkan tingkat kelahiran, sekaligus
membangun keluarga sejahtera (Bappenas, 1996). Menurut UU RI Nomor
52 Tahun 2009, kebijakan Keluarga Berencana diarahkan untuk:
a. Mengatur kelahiran yang diinginkan.
b. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan
anak.
c. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, serta
konseling Keluarga Berencara dan Kesehatan Reproduksi
d. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek Keluarga
Berencana
e. Mempromosikan penyusuan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak
kehamilan.
Tujuan umum Keluarga Berencana adalah membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kemampuan sosial ekonomi keluarga dengan cara mengatur
kelahiran anak agar diperoleh keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998).

3. Manfaat keluarga berencana (Handayani, 2010; 29).


a. Bagi ibu :
1) Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang
berulang kali dalam jangka waktu yang pendek
2) Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh
adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak.
b. Bagi anak
1) Anak dapat tumbuh wajar karena ibu mengandung dalam keadaan
sehat
2) Anak akan mendapatkan perhatian, pemeliharaan dan makanan
yang cukup.
14

4. Sasaran dan ruang lingkup program keluarga berencana


a. Sasaran program KB
Yang menjadi sasaran dalam program Keluarga Berencana
adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma
Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada
masyarakat Indonesia yaitu: (Handayani,2010; 29).
1) PUS yaitu pasangan suami istri yang hidup bersama dimana
istrinya berusia 15-49 tahun, yang harus dimotivasi terus-menerus
sehingga menjadi pesrta Keluarga Berencana.
2) Non PUS, yaitu anak sekolah, orang yang belum kawin, pemuda-
pemudi, pasangan diatas 45 tahun, tokoh masyarakat.
3) Institusional yaitu berbagai organisasi, lembaga masyarakat,
pemerintah dan swasta.
b. Ruang lingkup Program KB
Menurut Handayani (2010:29) ruang lingkup program KB,
meliputi:
1) Komunikasi informasi dan edukasi.
2) Konseling.
3) Pelayanan infertilitas.
4) Pendidikan seks.
5) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan.
6) Konsultasi genetik

5. Strategi pendekatan program keluarga berencana (KB)


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain
(BKKBN, 2003) :
a. Pendekatan kemasyarakatan (community approach).
Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta
masyarakat (kepedulian) yang dibina dan dikembangkan secara
berkelanjutan.
15

b. Pendekatan koordinasi aktif (active coordinative approach).


Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan
pembangunan keluarga sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan
mempunyai kekuatan yang sinergik dalam mencapai tujuan dengan
menerapkan kemitraan sejajar.
c. Pendekatan integratif (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua
masyarakat sehingga dapat menguntungkan dan memberi manfaat pada
semua pihak.
d. Pendekatan kualitas (quality approach).
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi
pelayanan (provider) dan penerima pelayanan (klien) sesuai dengan
situasi dan kondisi.
e. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sektor pembangunan lainnya dan
masyarakat yang telah mampu untuk segera mengambil alih peran dan
tanggung jawab dalam pelaksanaan program KB nasional.
f. Pendekatan tiga dimensi (three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program
KB nasional. Strategi ini diterapkan atas dasar survei terhadap
kecenderungan respon PUS di Indonesia terhadap ajakan KIE untuk
berKB.

6. Pelayanan keluarga berencana


a. Pelayanan KB terdiri dari :
1) Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE).
Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan
dengan memberikan penerangan konseling, advokasi, penerangan
kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa melalui media
cetak dan elektronik. Dengan penerangan, motivasi diharapkan
meningkat sehingga terjadi peningkatan pengetahuan, perubahan
16

sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan


usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga sehingga tercapai
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
2) Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB.
Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2
gerakan yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan
gerakan keluarga sehat sejahtera dan gerakan keluarga sadar
HIV/AIDS. Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi
Keluarga Berencana Indonesia), bertujuan agar merasa aman dan
terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.
b. Peran serta masyarakat (PSM) dan institusi pemerintah.
PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama
institusi pemerintah (Dinas Kesehatan), BKKBN, Depag, RS,
Puskesmas).
c. Pendidikan KB.
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas
KB, bidan, dokter berupa pelatihan konseling dan keterampilan. Ada
lima hal penting dalam memberikan pendidikan kepada petugas
pelayanan keluarga berencana yang perlu diperhatikan:
1) Prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada pasangan usia
subur yang isterinya mempunyai 4 keadaan terlalu yaitu terlalu
muda (usia kurang dari 20 tahun), terlalu banyak anak (lebih dari 3
orang), terlalu dekat jarak kehamilan (kurang dari 2 tahun), dan
terlalu tua (lebih dari 35 tahun).
2) Menekankan bahwa KB merupakan tanggung jawab bersama
antara suami dan isteri. Suami juga perlu berpartisipasi aktif dalam
ber KB dengan menggunakan alat/metode kontrasepsi untuk pria.
3) Memberi informasi lengkap dan adil tentang keuntungan dan
kelemahan masing-masing metode kontrasepsi. Setiap klien berhak
untuk mendapat informasi mengenai hal ini, sehingga dapat
mempertimbangkan metode yang paling cocok bagi dirinya.
17

4) Memberi nasehat tentang metode yang paling cocok sesuai dengan


hasil pemeriksaan fisik sebelum pelayanan KB diberikan kepada
klien, untuk memudahkan klien menentukan pilihan.
5) Memberi informasi tentang kontraindikasi pemakaian berbagai
metode kontrasepsi. Pelaksanaan pelayanan KB perlu melakukan
skrining atau penyaringan melalui pemeriksaa fisik terhadap klien
untuk memastikan bahwa tidak terdapat kontraindikasi bagi
pemakaian metode kontrasepsi yang akan dipilih. Khusus untuk
tindakan operatif diperlukan surat pernyataan setuju (informed
consent) dari klien (Depkes, 2007).
d. Konseling
Konseling merupakan proses pemberian informasi obyektif dan
lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi
interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik
yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat
ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau
upaya mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, Abdul Bari : 2002).
e. Penyuluhan KB
Penyuluhan keluarga berencana merupakan salah satu wadah
bagi masyarakat dalam rangka mensejahterakan kehidupan berkeluarga
di lingkungan masyarakat dengan pemberian informasi dan edukasi
mengenai ruang lingkup keluarga baik dalam hal biologi, ekonomi,
maupun sosial. Akan tetapi pada era ini, kebanyakan orang masih
banyak memiliki anggapan bahwasanya KB hanya terbatas pada alat
kontrasepsi saja. Padahal, dalam implementasinya KB memiliki ranah
yang sangat luas mulai dari elemen orang tua, bayi, anak, remaja
hingga lansia. Masyarakat pada saat ini juga kurang begitu merasa
peduli atau merasa butuh terhadap informasi lebih seputar keluarga.
18

7. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap tingkat partisipasi PUS


dalam pelaksanaan Progam Keluarga Berencana.

Faktor- faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi PUS menurut


beberapa pendapat adalah:
a. Bertrand (1980) yang dikutip Fiona (2006:18) menyatakan ada tiga
faktor yang memengaruhi pemakaian kontrasepsi oleh pasangan usia
subur (PUS), yaitu sosio demografi adalah umur, tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan dan jumlah anak, sedangkan sosio psikologi misalnya
kepercayaan dan kepuasan terhadap pelayanan KB. Faktor pemberi
pelayanan KB misalnya sumber pelayanan KB atau keterampilan
petugas KB.
b. Menurut Informasi Dasar Era Baru Program keluarga Berencana
Nasional (BKKBN,2001:7) yang dikutip Rosianawati (2010:13)
faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan Program KB pada
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah faktor pendidikan, pengetahuan
tentang KB, pendapatan serta daerah tempat tinggal dengan pelayanan
KB.
c. Sari (2010:22), faktor-faktor yang mempengaruhi adalah suatu hal
yang mengenakan pengaruh pada terjadinya sesuatu yaitu keikutsetaan
pasangan usia subur dalam pelaksanaan Program KB. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya antara lain faktor pendidikan, pengetahuan,
pendapatan.
d. Rosianawati (2010:13) faktor-faktor yang berhubungan dengan
pelaksanaan Program KB pada Pasangan Usia Subur (PUS) adalah
faktor pendidikan, pengetahuan tentang KB, pendapatan serta daerah
tempat tinggal dengan pelayanan KB.
e. Ekarini (2008:21) Partisipasi pria dalam Keluarga Berencana adalah
tanggung jawab pria dalam kesertaan ber-KB, serta berperilaku seksual
yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangan atau keluarganya. Dari
beberapa literatur, dinyatakan bahwa keterlibatan pria dalam program
KB dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Penggunaan
metode kontrasepsi pria merupakan satu bentuk partisipasi pria secara
19

langsung, sedangkan keterlibatan pria secara tidak langsung misalnya


pria memiliki sikap yang lebih positif dan membuat keputusan yag
lebih baik berdasarkan sikap dan persepsi, serta pengetahuan yang
dimilikinya.
f. Herawati (2002:27) Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan, pandangan ajaran agama dan peranan
Tokoh agama/Tokoh masyarakat dengan partisipasi PUS pria dalam
KB dan kesehatan reproduksi. Sedangkan kebiasaan kaum pria tidak
berhubungan dengan partisipasi PUS pria dalam KB dan reproduksi.
Disarankan perlunya pembinaan, dan penyuluhan. Perlu penelitian
lebih lanjut faktor-faktor lain yang berhubungan dengan partisipasi
pria, misalnya sikap, faktor ketersediaan dan keterjangkauan sarana
dan faktor peranan petugas kesehatan.
Faktor-faktor yang berhubungan terhadap Pasangan Usia Subur dalam
pelaksanaan Program Keluarga Berencana :
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan adalah penentu yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan juga dapat membentuk suatu
keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai keyakinan
tersebut. Pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi oleh
pengalaman baik informasi dari media masa, teman ataupun leafet.
Dalam penelitian Kusumaningrum (2009), pengetahuan dapat
mempengaruhi seseorang untuk ber KB dan pengetahuan yang rendah
dapat membuat seseorang tidak ingin menggunakan KB.
b. Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu yang dapat mempengaruhi
pengetahuan dan sikap terhadap metode kontrasepsi. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari
pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan perubahan sosial. Menurut
20

Lawrence Green perilaku seseorang untuk menggunakan kontrasepsi


oleh faktor PRECEDE yaitu Presdiposing, Enabling, Reinforcing,
dimana salah satu faktor Presdiposing adalah pendidikan
(Notoatmodjo, 2010).
c. Faktor ekonomi
Ekonomi adalah kebutuhan sehari-hari yang diperlukan oleh
manusia, dalam melakukan aktifitas sehari-hari, manusia harus
membutuhkan suatu alat untuk mencapai suatu keinginan, alat itu
berasal dari keadaan ekonomi seseorang tersebut, seseorang yang
mempunyai ekonomi kurang atau rendah sulit untuk mempunyai alat
untuk mencapai keingianan tersebut. Dalam penelitian Triningsih
(2005), ada hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dan
pendidikan dengan kemandirian dalam praktek ber KB pada akseptor
di desa Ngaruaru Kecamatan Banyudono.
d. Faktor umur
Usia seseorang dalam berumah tangga dapat mempengaruhi
kehidupan keluarga. Usia yang sudah matang akan memberikan
kenyamaman dalam mengambil suatu keputusan dan mengatasi
masalah. Hal tersebut juga berdampak pada pemelihan akseptor KB,
usia yang sudah matang akan mudah untuk memilih kontrasepsi yang
baik. Hasil penelitian Suprihastuti (2002) menunjukkan bahwa dari
segi usia, pemakaian alat kontrasepsi PUS cenderung pada umur yang
lebih tua dibandingkan umur muda. Indikasi ini memberi petunjuk
bahwa kematangan pria juga ikut mempengaruhi untuk saling mengerti
dalam kehidupan keluarga.
e. Faktor demografi
Demografi mempelajari struktur dan proses penduduk di suatu
wilayah. Struktur penduduk meliputi: jumlah, persebaran, dan
komposisi penduduk. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, dan
perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi, yaitu
kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan migrasi penduduk.
21

Struktur penduduk merupakan aspek yang statis, merupakan gambaran


atau potret penduduk dari hasil sensus penduduk (cacah jiwa) pada hari
sensus pada tahun yang berakhiran dengan angka kosong (0). Data
penduduk pada hari sensus penduduk (hari H) ini dijadikan sebagai
basis perhitungan penduduk. Sesudah hari sensus struktur penduduk
akan berubah. Komponen kependudukan yang dapat mengubah
struktur penduduk di atas adalah komponen yang dinamis yang terdiri
dari kelahiran, kematian dan migrasi penduduk. Memperhatikan uraian
di atas dapatlah dikatakan bahwa demografi mempelajari aspek
kependudukan yang statis dan dinamis. Seperti sebuah mata uang
(coin) yang mempunyai dua sisi, aspek kependudukan yang statis
menempati sisi yang satu dan aspek yang dinamis menempati sisi yang
lain. Kedua komponen di atas saling pengaruh mempengaruhi. Sebagai
misal, tingginya tingkat fertilitas di suatu daerah, berpengaruh kepada
tingginya persentase penduduk usia muda. Demografi tidaklah
mempelajari penduduk sebagai individu, tetapi penduduk sebagai suatu
kumpulan (aggregates atau collection). Jadi yang dimaksud dengan
penduduk dalam kajian demografi adalah sekelompok orang yang
bertempat tinggal di suatu wilayah. Selain itu demografi bersifat
analitis matematis, yang berarti analisis demografi didasarkan atas
analisis kuantitatif, dan karena sifatnya yang demikian maka
demografi sering juga disebut dengan statistik penduduk. Seperti telah
disebutkan dimuka, demografi formal dengan teknik-teknik analisis
kuantitatif dapat dibuat perkiraaan variabel-variabel demografi
berdasarkan data kependudukan yang didapat dari sensus
penduduk.Disamping itu dapat pula dibuat proyeksi penduduk untuk
masa-masa mendatang dan juga masa-masa yang lalu. Demografi
murni atau dapat juga disebut dengan demografi formal hanya
mendeskripsikan atau menganalisis variabel-variabel demografi seperti
yang telah dicontohkan di atas, yaitu hubungan antara naik turunnya
tingkat fertilitas dengan struktur demografi di suatu daerah. Kajian
demografi biasanya diampu oleh ahli-ahli ilmu lain terutama ilmuilmu
22

social, seperti sosiologi, ekonomi dan biologi menurut Yaukey,1990


(dalam Mantra 2009:3). Sehubungan dengan hal tersebut, analisis
demografi untuk suatu wilayah sangat tergantung pada metode analisis
ilmu yang mengampunya. Namun demikian demografi sebagai ilmu
yang mempunyai pula metode tersendiri terutama dalam mengukur
maupun membuat estimasi variabel demografi baik untuk masa
lampau, sekarang, dan masa mendatang (Mantra, 2009: 3). Variabel
Demografi contohnya komposisi umur, tingkat kelahiran, jenis
kelamin, dan lain-lain (Mantra, 2009:6).
f. Sosial budaya
Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa sanskerta) buddhayah
yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berati budi atau
akal. Kebudayaan diartikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan
dengan budi atau akal”, (Soekanto 1993:188-199).
Keterlibatan pemerintah dan masyarakat sangat besar dan
komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) mendapat tempat yang
penting. Para pejabat, dari presiden sampai kepala dusun menunjukkan
keterlibatannya dengan caranya sendiri-sendiri, begitu juga alim
ulama, seniman dan tokoh-tokoh lainnya. Ada akseptor teladan, ada
pertanyaan-pertanyaan menyangkut KB dalam acara cerdas tangkas,
ada film bertemakan KB, dll. Itu semuanya memegang peranan yang
penting dalam mengikis rintangan sosial budaya dan meningkatkan
motivasi melaksanakan keluarga berencana. Upaya keluarga berencana
hanya dapat berhasil jika ada perubahan nilai mengenai anak, yakni
perubahan dari norma-norma keluarga besar menjadi normanorma
keluarga kecil. Sikap yang menunjukkan “ada anak ada rejeki” harus
dirubah. Didalam penelitian-penelitian tentang nilai anak terungkap
keuntungan dan beban ekonomi anak, keuntungan dan beban
psikologis serta keuntungan dan beban sosial anak, (Singarimbun,
1996:24-26).
Prioritas yang tinggi yang diberikan pemerintah terhadap
program KB dan manajemen program yang baik adalah faktor yang
23

penting dari kesuksesan program. Namun faktor sosial budaya yang


menguntungan juga sangat menopang. Dari mula tidak ada golongan
agama yang menentang, malah tokoh-tokoh agama dan organisasi-
organisasi agama turut memberikan sumbanganya. Berbagai lembaga
sosial lainnya dan organisasi-organisasi profesi juga turut memberikan
dukungan. Mayoritas dari penduduk Indonesia, umpamanya. Jawa,
Sunda dll, mempunyai sistem kekerabatan bilateral dan tidak
mempunyai nilai yang amat kuat terhadap preferensi anak laki-laki.
Kiranya faktor tersebut juga memberikan sumbangsih yang tersendiri
terhadap pembinaan norma-norma keluarga kecil (Singarimbun,
1996:27-28).
Ketidakadilan dan kesetaraan gender juga terlihat dari ucapan
“KB itu kan urusan wanita”. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa
mereka kurang menyadari bahwa urusan KB adalah tanggung jawab
suami dan istri. Keadaan ini yang menyebakan pria malu untuk terlibat
dengan urusan KB. Sedangkan dalam hal pengambilan keputusan
dalam ber KB memang sudah ada musyawarah antara suami dan istri
namun demikian pengambil keputusan tetap suami sebagai kepala
keluarga, (Saptono, 2009:112-113).
Faktor pendorong sosial budaya pada akseptor KB PUS antara
lain: sikap dan perilaku tenaga kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh
agama, undang-undang dan dukungan suami.
g. Faktor sosial ekonomi
Kondisi Sosial ekonomi setiap keluarga berbeda satu sama lain
dalam suatu masyarakat. Kondisi sosial pada masyarakat dipandang
sebagai hubungan antar anggota masyarakat yang satu dengan anggota
masyarakat anggota yang lain. Sedangkan kondisi ekonomi merupakan
segala aktivitas anggota keluarga yang bernilai ekonomi dalam
pemenuhan kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari.
Kondisi sosial ekonomi dalam masyarakat pada umumnya
dijadikan sebagai patokan atau acuan dalam pemberian status pada
setiap anggota masyarakat, (Abdulsyani, 2007:2). Oleh karena itu,
24

kondisi ekonomi bisa dikatakan sebagai keadaan seseorang dilihat dari


kedudukannya di dalam komunitas, aktifitas ekonominya, dan
hubungan dengan anggota komunitas yang lain. Kondisi ekonomi
seseorang pada masyarakat dapat dilihat dari pendapatannya dalam
bekerja dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pendapatan seseorang
berbeda satu sama lain. Hal ini dipengaruhi oleh jenis pekerjaan dan
pendidikan yang dimilikinya. Pendapatan yang diperoleh dari bekerja
biasanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok dan juga bisa
disimpan dalam tabungan. Dalam pemenuhan kebutuhan keluarga,
setiap keluarga pasti memiliki kebutuhan yang memiliki kebutuhan
yang berbeda-beda tergantung dari tingkat kebudayan yang telah
dicapai oleh keluarga tersebut. Namun, kebutuhan pokok setiap
manusia adalah sama, yaitu dalam hal pangan, sandang, dan papan.
Setiap keluarga menginginkan keluarganya sejahtera dalam hal
ekonomi sebagai suatu tujuan hidup di masa sekarang dan masa
mendatang, BPS (2006:25).
Pada umumnya dalam masyarakat, pelapisan sosial terbentuk
dengan sendirinya. Keadaan sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda
dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang
dan rendah. Meskipun pada dasarnya manusia dilahirkan memiliki
kedudukan yang sama dan sederajat, namun dalam kehidupan
bermasyarakat terdapat pelapisan. Hal ini dikarenakan setiap anggota
masyarakat mempunyai status dan peranan yang berbeda dalam
masyarakat. Berdasarkan survei dari (Biro Pusat Statistik tahun
2009:22) tingkat pendapatan rumah tangga berdasarkan pendekatan
pengeluaran setiap bulan penduduk, maka dapat diklasifikan sebagai
berikut.
1) Golongan berpendapatan tinggi, yaitu seseorang yang tiap
bulannya menerima pengahasilan lebih dari Rp 1.370.000
2) Golongan berpendapatan sedang, yaitu seseorang yang tiap
bulannya menerima penghasilannya antara Rp 780.000-Rp
1.074.000
25

3) Golongan berpendapatan rendah, yaitu seseorang yang tiap


bulannya menerima penghasilan kurang dari Rp 780.000, (Sumber:
Biro Pusat Statistik, 2009:22).
h. Faktor aksesibilitas pelayanan KB
Mengenai jarak pusat layanan KB diketahui bahwa rata-rata jarak
rumah responden dengan pusat layanan KB kurang dari 1 KM
sehingga dapat dikatakan cukup dekat selain itu mudahnya pelayanan
ber KB bagi akseptor di masing-masing desa karena tersedianya
petugas kesehatan yang mampu melayani akseptor dalam ber KB
khususnya bidan desa sehingga mereka tidak perlu lagi jauh untuk
mendapat layanan dalam ber KB. Majunya pembangunan khususnya
dalam hal alat tranportasi membuat jarak menjadi tidak berpengaruh
lagi. Aksesibilitas yang baik akan memudahkan seseorang dalam
bepergian kemanapun. Mengutip studi dari Anne R. Pebley dan James
WBreckett dalam Rinda (2012:110) wanita yang telah mengetahui
pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukan menjadi hal
yang penting lagi dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai
hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan metode
kontrasepsi yang digunakan. Aksesibilitas wilayah adalah mudahnya
suatu lokasi dihubungan dengan lokasi lain lewat jaringan tranportasi
yang ada, berupa prasarana jalan dan alat angkut yang bergerak
diatasnya (Miro, 2005:5).
Aksesibilitas wilayah adalah kemudahan pencapaian terhadap
suatu daerah (Bintarto, 1979:16). Keterjangkauan yang dalam Bahasa
Inggris disebut accessibility lebih berkaitan dengan kondisi medan atau
ada tidaknya sarana angkut atau komunikasi yang dapat dipakai.
Keterjangkauan umumnya juga berubah dengan adanya perkembangan
perekonomian dan kemajuan teknologi. Sebaliknya tempat-tempat
yang memiliki keterjangkauan sangat rendah akan sukar mencapai
kemajuan dan mengembangkan perekonomiannya. Konsep
keterjangkauan juga berlaku bagi individu, bagi yang mudah kontak
dengan yang lain akan lebih mudah maju dan menyesuaikan diri
26

demikian pula sebaliknya. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik


kesimpulan bahwa aksesibilitas wilayah yang dimaksud dalam
penelitian ini meliputi jarak tempuh, waktu tempuh, sarana tranportasi
dan fasilitas jalan ke lokasi pelayanan KB.
1) Jarak tempuh
Jarak tempuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jauh
dekatnya lokasi pelayanan KB. Semakin dekat jarak antar daerah
berarti semakin mudah kontak terjadi (Bintarto, 1979:16).
2) Waktu tempuh
Waktu tempuh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah waktu
yang ditempuh untuk perjalanan dari rumah ke lokasi pelayanan
KB. Dapat disimpulkan bahwa dengan jarak yang relatif jauh maka
waktu yang digunakan akan semakin banyak. Demikian pula
sebaliknya dengan jarak yang relatif dekat maka waktu yang
digunakan akan semakin sedikit.
3) Sarana tranportasi
Tranportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan,
menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari
suatu tempat ketempat lain, dimana ditempat lain ini objek tersebut
lebih bermanfaat atau dapat bagian untuk tujuan tertentu,
(Miro,2005:4). Sarana Tranportasi yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah fasilitas yang digunakan seseorang ke lokasi pelayanan
KB. Fasilitas transportasi merupakan faktor yang sangat penting
karena tranportasi sebagai sarana seseorang untuk melakukan
perjalanan.
4) Fasilitas jalan
Jalan adalah prasarana penghubung darat bentuk apapun, meliputi
segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
diperuntukan bagi fasilitas jalan. Dalam penelitian ini yang
dimaksud fasilitas jalan adalah jalan yang dilalui oleh seseorang ke
lokasi pelayanan KB. Dengan aksesibilitas wilayah yang meliputi
jarak tempuh, waktu tempuh, sarana tranportasi, dan fasilitas jalan
27

yang baik akan memberikan kemudahan untuk berhubungan


dengan daerah lain. Dalam penelitian ini adalah kemudahan
seseorang untuk sampai ke lokasi pelayanan KB.

E. Kontrasepsi

1. Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2006). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).

2. Efektivitas (daya guna) kontrasepsi


Menurut Wiknjosastro (2006) efektivitas atau daya guna suatu cara
kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu
cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti
aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya
dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati,
kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.

3. Memilih metode kontrasepsi


Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang
baik ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
28

d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode
kontrasepsi yaitu:
a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.

4. Macam-macam kontrasepsi
a. Metode kontrasepsi sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermalyaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
29

b. Metode kontrasepsi hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2
yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal
kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan
kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil, suntik
dan implant (Handayani, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu
AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan
yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang
mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu
Progestasert(Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung
Leuonorgestrel (Hartanto, 2002).
d. Metode kontrasepsi mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode
Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW
sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah
memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopiisehingga mencegah
pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal
dengan nama vasektomi, vasektomiyaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).

F. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Partisipasi


Program Keluarga Berencana

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang


melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan adalah
penentu yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan juga dapat membentuk suatu keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan seseorang
30

biasanya dipengaruhi oleh pengalaman baik informasi dari media masa, teman
ataupun leafet. Untuk memahami hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat partisipasi program KB atau sebagai akseptor KB dapat dilihat
pada BAB III tentang kerangka konsep.
31

BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan ttg KB

Jumlah Pelayanan Lingkungan


Pendidikan Umur Pendapatan
Anak Kesehatan Sosial

1. PENGERTIAN KB
KEMAUAN Pengetahuan 2. TUJUAN KB
TENTANG KB 3. MANFAAT KB
4. SASARAN KB
5. STRATEGI KB
6. PELAYANAN KB
KEMAMPUAN 7. KONTRASEPSI

PARTISIPASI MENJADI
KESEMPATAN AKSEPTOR KB

Keterangan :

Variabel yang diteliti

Variabel yang tidak diteliti

Gambar III.1 Kerangka Konsep tentang Hubungan antara Tingkat


Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi PUS untuk Menjadi Akseptor
Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto Tahun 2017
32

Keberhasilan program KB dipengaruhi oleh berbagai macam faktor,


salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi untuk mengikuti
program KB yaitu tingkat pengetahuan tentang KB. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan seseorang berasal dari pengalaman
yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya pendidikan, media massa,
media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, kerabat dekat, dan
sebagainya. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Dalam memperkenalkan program KB kepada masyarakat tidak
mudah untuk segera diterima, karena kebanyakkan masyarakat kita terutama
masrayakat yang berada di wilayah pedesaan sangat sulit menerima
pembaharuan (Kusumawati, 2006).
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu (Hartanto,
2004).
Menurut Hartanto, (2002) keluarga berencana adalah program yang
bertujuan membantu pasangan suami isteri untuk :
a. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
b. Mendapatkan kelahiran yang diingikan,
c. Mengatur interval diantara kehamilan,
d. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan
istri,
e. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Dalam penelitian Ekarini (2008), sekitar 500.000 perempuan setiap
tahunnya meninggal akibat masalah kehamilan, persalinan, dan pengguguran
kandungan (aborsi) yang tak aman. KB bisa mencegah sebagian besar
kematian itu. Di masa kehamilan umpamanya, KB dapat mencegah
munculnya bahaya-bahaya akibat:
a. Kehamilan terlalu dini
b. Kehamilan terlalu “telat”
33

c. Kehamilan yang terlalu berdekatan jaraknya


d. Terlalu sering hamil dan melahirkan
Yang menjadi sasaran dalam program Keluarga Berencana adalah PUS,
non PUS, dan institusional yaitu dengan cara memberikan komunikasi
informasi dan edukasi, konseling, pelayanan infertilitas, pendidikan seks,
konsultasi pra perkawinan, konsultasi perkawinan dan konsultasi genetik
(Handayani, 2010:29).

B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dalam kerangka konsep di atas, maka disusunlah
hipotesis sebagai berikut:
“Ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Partisipasi PUS
untuk Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto tahun 2017”.
34

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. Penelitian
analitik digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua
variabel yang diperoleh secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat
berupa perbedaan, hubungan atau pengaruh. Metode pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Cross sectional
merupakan pendekatan yang datanya dikumpulkan pada satu waktu atau
dalam sekali pengambilan data (point time approach).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Talok wilayah kerja Puskesmas
Dlanggu, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.

2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2017.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek/obyek penelitian yang
mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009). Populasi dari penelitian ini
adalah PUS Desa Talok sebesar 799 PUS.

2. Sampel
a. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus yang
sebagai berikut (Dahlan, M, 2010):
35

n = Zα2 X p X q
N
d2 2
1+ N (d )
= (1,96)2 X 0,61 X 0,39
370
(0,1)2
1+ 1287(0,1)2
= 0,4662
370
0,01
13,87
= 46,62
= 47
Keterangan :
Zα : Standar deviasi dengan standar confidence level 95% adalah 1,96
P : proporsi PUS yang berpartisipasi menjadi akseptor KB (61%).
Q : proporsi PUS yang tidak berpartisipasi menjadi akseptor KB
(39%)
d : presisi sebesar 0,1.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh besar sampel
sebanyak 47 PUS.

b. Kriteria inklusi dan eksklusi


1) Kriteria inklusi
a) PUS berusia 18 – 49 tahun yang bertempat tinggal di Desa
Talok.
b) PUS belum pernah atau sedang menjadi peserta (akseptor) KB;
c) PUS belum pernah berhenti (drop out) dari peserta KB;
d) Bisa baca tulis;
e) Bersedia menjadi subyek penelitian.
2) Kriteria eksklusi
a) Tidak berada di tempat pada waktu pengumpulan data setelah
2x ditemui;
36

b) PUS dengan gangguan jiwa atau gangguan kesehatan lainnya


yang menghalangi atau tidak memungkinkan dalam pengisian
kuesioner

c. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random
sampling area, yaitu dengan cara sbb;
1) Membuat frame work populasi, yaitu daftar nama PUS menurut
Rukun Tetangga (RT) dimana mereka tinggal dan memenuhi syarat
inklusi.
2) Membuat tabel semua RT di Desa Talok dan jumlah PUS pada
masing-masing RT (Lihat Tabel: IV.1)
3) Menentukan RT yang menjadi anggota sampel dengan cara
mengundi. Hasilnya diperoleh: RT 5 Dsn Bareng.

Tabel IV.1 Daftar Jumlah PUS Berdasarkan Dusun di Desa


Talok

No Nama Dusun Jumlah PUS


1 Dsn. Talok 291
2 Dsn. Bareng 296
3 Dsn. Glongongan 62
4 Dsn. Peting 92
5 Dsn. Klegen 86
6 Dsn. Gentong 55
Sumber : Data Primer, 2017

Tabel IV.2 Daftar Jumlah PUS Berdasarkan RT di Dusun


Bareng

No RT Jumlah PUS
1 1 37
2 2 32
3 3 39
4 4 34
5 5 49
37

6 6 46
7 7 28
8 8 31
Jumlah 8 296
Sumber : Data Primer, 2017
4) Sejumlah 47 orang PUS yang telah terpilih menjadi anggota sampel
dicantumkan dalam tabel nama-nama dan alamat sampel (Tabel:
IV.3)
Tabel: IV.3 Daftar Nama PUS yang Menjadi Anggota Sampel

No. Nama PUS Alamat


responden
1 Wuliyan Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
2 Sumilah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
3 Misnah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
4 Siti Ma’rufah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
5 Ita Lutviati Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
6 Nunik Lusiandi Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
7 Soniatul Ulum Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
8 Winarti Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
9 Eris Surya Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
10 Suwariyah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
11 Rina Rahmawati Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
12 Veni Khustiawati Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
13 Indah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
14 Patriyah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
15 Suci Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
16 Muawanah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
17 Susi Sumiyati Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
18 Winarti Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
19 Suci Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
20 Kasianah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
21 Juwariyah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
22 Sumarmi Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
23 Kuijaiyah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
24 Inda Arini Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
25 Dewi Nuryawati Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
26 Sulikah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
27 Sumaiyah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
38

28 Susiana Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok


29 Jumiatin Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
30 Maesaroh Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
31 Siani Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
32 Sartika Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
33 Siti Anisa Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
34 Nami Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
35 Rumani Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
36 Kumala Sari Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
37 Yuliati Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
38 Kastiyah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
39 Ratna Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
40 Suparti Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
41 Heni Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
42 Heni Susi Susanti Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
43 Sulasmi Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
44 Fita Erlina Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
45 Lina Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
46 Rukhayanah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok
47 Siti Aminah Dusun Bareng RT 05 RW 06 Desa Talok

D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau karakteritik subyek penelitian yang
akan diuji hubungannya terutama variabel beas dan variabel terikat.

1. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah tingkat partisipasi PUS
untuk menjadi akseptor KB yang selanjutnya disebut partisipasi PUS.

2. Variabel bebas
Variabel bebas adalah karakterisitik subyek penelitian yang
memengaruhi variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas adalah
tingkat pengetahuan tentang KB yang selanjutnya disebut tingkat
pengetahuan.
39

E. Definisi operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV.3
berikut ini.

Tabel IV.4 Definisi Operasional, Kategori/Kriteria, Alat Ukur dan Skala


Data dari Variable Bebas Dan Terikat.

Variabel Definisi Operasional Kategori/kriteria Alat Ukur Skala


Bebas : Tingkat pengetahuan adalah 1. Tahu sekali: Kuesioner Ordinal
kemampuan menjawab bila jawaban
Tingkat dengan benar 30 pertanyaan benar > 75%
pengeta- dalam kuesioner tentang: 2. Tahu: bila
huan pengertian KB, tujuan, jawaban benar
manfaat, sasaran, 56 – 75%.
strategi,pelayanan KB dan 3. Kurang tahu:
kontrasepsi dengan kategori: bila jawaban
1. Tahu sekali; benar < 56%.
2. Tahu;
3. Kurang tahu;

Terikat : Partisipasi PUS adalah keikut- 1. Akseptor: bila Kuesioner Nominal


sertaan untuk menjadi res-ponden
Partisipasi akseptor (peserta) KB, dengan sedang
PUS kategori: dan/masih
1. Akseptor; menjadi
2. Bukan akseptor. akseptor pada
saat
penelitian;
2. Bukan
akseptor: bila
responden
menyatakan
belum pernah
menjadi
akseptor KB.

F. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data

1. Alur prosedur penelitian (Lihat Gambar IV.1)


40

a. Persiapan penelitian dengan menyiapkan tabel nama-nama dan alamat


sampel (Lihat Tabel IV.3), lembar kuesioner dan formulir-formulir
lain yang diperlukan.
b. Mengumpulkan anggota sampel di Rumah RT;
c. Memberi penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian;
d. Penandatanganan informed consent;

Persiapan penelitian dengan lembar kuisioner

Memberi penjelasan kepada responden tentang tujuan , manfaat dan kesediaan


menjadi responden (subyek penelitian)

Penjelasan Informed consent

Bersedia

Inklusi Eksklusi
PUS berusia 18 – 49 tahun yang Tidak berada di tempat pada waktu
bertempat tinggal di Desa Talok. pengumpulan data setelah 2x
PUS belum pernah atau sedang menjadi ditemui;
peserta (akseptor) KB; PUS dengan gangguan jiwa atau
PUS belum pernah berhenti (drop out) gangguan kesehatan lainnya yang
dari peserta KB; menghalangi atau tidak
Bisa baca tulis; memungkinkan dalam pengisian
Bersedia menjadi subyek penelitian. kuesioner

Besar sampel pada penelitian ini adalah 47 orang

Pengumpulan data dengan mengisi kuesioner

Data mentah

Pengolahan data

Uji Statistik

Hasil Akhir
41

Gambar IV.1 Alur Penelitian tentang Hubungan Antara Tingkat


Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi PUS untuk menjadi akseptor KB
di Desa Talok Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto tahun 2017.
e. Apabila anggota sampel menolak (tidak bersedia menjadi subyek
penelitian) dicarikan pengganti dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi.
f. Pengisian kuesioner;
g. Editing data mentah (dalam kuesioner) apabila kurang lengkap.
h. Pengolahan data;
i. Analisis data.
j. Penyusunan laporan.

2. Kualifikasi dan jumlah petugas


Jumlah petugas yang secara formal yang memilki kompetensi dalam
pengukuran data penelitian antara lain :
a. Petugas Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto yang khusus
memegang program KB sebanyak 1 orang.
b. Kader di Desa Dlanggu, Kecamatan Dlanggu, Kabupatn Mojokerto
sebanyak 2 orang.
c. Dokter Muda yang melakukan penelitian sebanyak 4 orang.

3. Pengumpulan data
a. Data yang dikumpulkan/diperlukan
1) Data Primer
Diperoleh dari kuisioner langsung yang diberikan kepada
responden.
2) Data Sekunder
Diperoleh dari dokumen yang ada di Puskesmas Dlanggu, Kantor
Desa Talok dan sumber data lain yang diperlukan.
b. Jadwal Waktu Pengumpulan Data
42

Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2017.

4. Alat dan instrumen penelitian


Alat dan instrumen penelitian data dari penelitian antara lain :
a. Sampling frame (terlampir)
b. Alat-alat tulis;
c. Kuesioner sejumlah 47 set ditambah beberapa set sebagai cadangan;

5. Teknik pengolahan data


Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan langkah-
langkah:
a. Editing, yaitu mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul pada
lembar kuesioner (checklist) dan lembar observasi.
b. Coding, yaitu memberikan code numerik (angka) terhadap data
yangterdiri dari beberapa kategori untuk memudahkan memasukan
data keprogram komputer.
c. Saving, yaitu menyimpan data sebelum data diolah atau dianalisis.
d. Data entry, yaitu memasukan data yang telah disimpan kedalam
program komputer untuk dilakukan analisis lanjut.
e. Cleaning, yaitu pengetikan kembali data yang sudah dientri untuk
mengetahui ada kesalahan atau tidak.
f. Tabulating, yaitu setelah data tersebut masuk program computer
kemudian direkap dan di susun dalam bentuk tabel supaya
memudahkan dalam membaca data (Wawansiswa, 2012).

G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis

univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk menganalisis setiap

variabel yang ada secara deskriptif yaitu mendeskripsikan demografi pasien

seperti umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan. Analisis bivariat

bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan


43

partisipasi PUS sebagai akseptor KB menggunakan uji statistik korelasi

spearman pada derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan bantuan program

dari SPSS 16 for windows (Mongisidi Gabby, 2015).

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Desa Talok Kecamatan Dlanggu pada bulan
September 2017. Desa Talok adalah salah satu desa yang terletak di
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto. Luas wilayah yaitu 3,4 km2
dengan jumlah penduduk terdiri dari 1.392 KK. Penduduk dalam desa Talok
mempunyai pekerjaan sebagai petani dan Ibu Rumah Tangga. Sedangkan
tingkat pendidikan penduduk sebagian besar masih rendah.
Batas wilayah Desa Talok sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sumbersono
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Punggul
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karangjeruk
4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Segunung

B. Karateristik Responden
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner di Desa Talok, data yang
diperoleh dari 47 responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

1. Umur responden

Tabel V.I Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Talok


Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Umur Frekuensi Persentase %


18 – 28 tahun 12 25,5
29 – 39 tahun 21 44,7
40 - 49 tahun 14 29,8
44

Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Umur
18 - 28 tahun
25,5% 29 - 39 tahun
29,8%
40 - 49 tahun

44,7%

Gambar V.1 Proporsi Responden Berdasarkan Umur di Desa Talok,


Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.

Tabel V.1 dan Gambar V.1 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di Desa Talok memiliki rentang usia antara 18-49 tahun dengan
rentang terbanyak pada usia antara 29 – 39 tahun sebanyak 44,7%.

2. Tingkat pendidikan

Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di


Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %


SD 14 29,8
SMP 28 59,6
SMA / PerguruanTinggi 5 10,6
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tingkat Pendidikan
10,6% SD
29,8% SMP
SMA/Perguruan Tinggi

59,6%
45

Gambar V.2 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan


di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto
Tabel V.2 dan Gambar V.2 menunjukkan bahwa sebagian besar
responden di Desa Talok berpendidikan rendah (SMP), yaitu sebanyak
59,6%.

3. Tingkat pendapatan

Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di


Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %


< Rp. 3.279.980,- (UMK) 40 85,2
> Rp. 3.279.980,- 7 14,8
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tingkat Pendapatan
14,9%
< Rp.3.279.980,-
> Rp.3.279.980,-

85,1%

Gambar V.3 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan


di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tabel V.3 dan Gambar V.3 menunjukkan bahwa sebagian besar


(85,2%) responden di Desa Talok berpendapatan di bawah UMK (< Rp.
3.279.980,-).
46

4. Pekerjaan

Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa


Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase %


Pegawai Negeri 0 0
Karyawan swasta / wiraswasta 17 36,2
Ibu rumah tangga 30 63,8
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Pekerjaan
Pegawai Negeri
Karyawan Swasta /
36,2% Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
63,8%

Gambar V.4 Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa


Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Umumnya (63,8%) responden tidak memiliki pekerjaan formal,


sebagai ibu rumah tangga dan tidak ada yang menjadi pegawai negeri
(lihat Tabel V.4 dan Gambar V.4).

5. Jumlah Anak

Tabel V.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa


Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Jumlah anak Frekuensi Presentase %


<2 42 89,4
>2 5 10,6
Total 47 100,0
47

Sumber: Hasil Survei, 2017

Jumlah Anak
10,6 %
<2
>2

89,4 %

Gambar V.5 Proporsi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa


Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tabel V.5 dan Gambar V.5 menunjukkan bahwa 89,4 % responden


memiliki 2 anak.

6. Tingkat Pengetahuan

Tabel V.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Pengertian Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


tentang Pengertian KB
Tahu sekali 21 44,7
Tahu 26 55,3
Kurang tahu 0 0
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tabel V.6 menunjukkan bahwa tidak ada responden (0%) yang


kurang tahu mengenai pengertian keluarga berencana. Umumnya mereka
tahu atau tahu sekali mengenai apa yang dimaksud dengan Keluarga
Berencana.
48

Tabel V.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Tujuan Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


tentang Tujuan KB
Tahu sekali 3 6,4
Tahu 7 14,9
Kurang tahu 37 78,7
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Umumnya (78,7%) tingkat pengetahuan responden tentang tujuan


program keluarga berencana berada di tingkat kurang tahu (lihat Tabel
V.7)

Tabel V.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Manfaat Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


tentang Manfaat KB
Tahu sekali 5 10,6
Tahu 21 44,7
Kurang tahu 21 44,7
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Mengenai manfaat Keluarga Berencana Tabel V.8 menunjukkan


bahwa masih cukup banyak responden yang kurang tahu (44,7%) tentang
manfaat keluarga berencana.

Tabel V.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Sasaran Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokertobanyak

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


tentang Sasaran KB
Tahu sekali 1 2,1
Tahu 1 2,1
Kurang tahu 45 95,8
Total 47 100,0
49

Sumber: Hasil Survei, 2017

Demikian juga tentang manfaat Keluarga Berencana, Tabel V.9


menunjukkan bahwa hampir seluruh responden (95,8%) di Desa Talok
kurang tahu tentang sasaran keluarga berencana.

Tabel V.10 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Strategi Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


tentang Strategi KB
Tahu sekali 1 2,1
Tahu 15 31,9
Kurang tahu 31 66
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tabel V.10 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (66%) di


Desa Talok kurang tahu apa yang dimaksud dengan strategi keluarga
berencana.

Tabel V.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Pelayanan Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


tentangPalayanan KB
Tahu sekali 6 12,8
Tahu 11 23,4
Kurang tahu 30 63,8
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Mengenai pelayanan yang diberikan oleh prograam keluarga


berencana Tabel V.11 juga menunjukkan bahwa sebagian besar (63,8%)
responden kurang tahu.
50

Tabel V.12 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Kontrasepsi di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase %


tentang kontrasepsi
Tahu sekali 5 10,6
Tahu 17 36,2
Kurang tahu 25 53,2
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tabel V.12 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (53,2%)


di Desa Talok kurang tahu tentang kontrasepsi.

Tabel V.13 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan


tentang Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto

Tingkat Pengetahuan tentang Frekuensi Persentase %


Program KB
Tahu sekali 4 8,5
Tahu 13 27,7
Kurang tahu 30 63,8
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tingkat Pengetahuan
8,5%
Tahu Sekali
Tahu
27,7% Kurang Tahu
63,8%

Gambar V.6 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan tentang tentang Keluarga Berencana di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto
51

Tabel V.13 dan Gambar V.6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh
responden (63,8%) di Desa Talok tidak tahu mengenai program keluarga
berencana.

6. Tingkat Partisipasi

Tabel V.14 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi di


Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tingkat Partisipasi Frekuensi Presentase %


Akseptor KB 41 87,2
Bukan akseptor KB 6 12,8
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017

Tingkat Partisipasi
12,8%
Akseptor KB
Bukan Akseptor KB

87,2%

Gambar V.7 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi di


Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto

Tabel V.14 dan Gambar V.7 menunjukkan bahwa sebagian besar


responden di Desa Talok telah menjadi akseptor KB, yaitu sebanyak
87,2%.

C. Analisis

Setelah diketahui tentang karakteristik responden dapat diteruskan


dengan analisis statistik untuk menguji hipotesis :
H0: Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
52

H1: Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat


partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.

Tabel V.15 Tingkat Partisipasi menurut Tingkat Pengetahuan tentang


Program Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto

Tingkat Partisipasi
Tingkat Total p value
Pengetahuan Akseptor Bukan Akseptor
Tahu sekali 4 (100 %) 0 (0%) 4 (100%)
Tahu 12 (92,3%) 1 (7,7%) 13 (100%) 0,272
Kurang tahu 25 (83,3%) 5 (16,7%) 30 (100%)
Total 41 (87,2%) 6 (12,8%) 47 (100%)

Sumber : Hasil Survei, 2017

Dan berdasarkan hasil uji statistik Tabel V.15 dengan Spearman


correlation test diperoleh nilai Sig. p = 0,272 (> 0,05). Maka, korelasi
dianggap tidak signifikan (H0 diterima), sehingga pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa “Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana
di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto”.
53

BAB VI
PEMBAHASAN

Menurut Undang-undang no 52 tahun 2009 pasal 1 ayat 8 (tentang


perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) dijelaskan
bahwa Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan
usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan,
dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang
berkualitas. Salah satu sasaran gerakan KB diantaranya adalah pasangan usia
subur (PUS) (Hanafi Hartanto, 2004: 25). Peran serta dari PUS sendiri sangat
diharapkan untuk menjadi akseptor dari program KB. Menurut BKKBN (2007)
dalam Andria (2010: 3) Akseptor KB adalah pasangan usia subur yang
menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi.
Tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor KB dapat menjadi salah
satu penentu keberhasilan program tersebut. Dengan berhasilnya program KB
maka akan dapat mencegah munculnya bahaya akibat dari kehamilan terlalu dini,
kehamilan terlalu “telat”, kehamilan yang terlalu berdekatan jaraknya dan terlalu
sering hamil dan melahirkan. Salah satu faktor yang memengaruhi tingkat
partisipasi menjadi akseptor adalah tingkat pengetahuan tentang KB itu sendiri.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang bersifat kognitif
merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya suatu tindakan.
Tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan responden tentang pentingnya menjadi
akseptor KB.
Dalam penelitian Kusumaningrum (2009), pengetahuan dapat
mempengaruhi seseorang untuk ber KB dan pengetahuan yang rendah dapat
membuat seseorang tidak ingin menggunakan KB.
Ternyata pendapat - pendapat tersebut bertentangan dengan hasil penelitian
ini yang menurut hasil analisis disebutkan bahwa tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
54

Hasil uji statistik Tabel V.15 menggunakan uji Spearman correlation test
diperoleh nilai p = 0,272 (> 0,05), artinya tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga
berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
Tabel V.15 juga memberi informasi bahwa tingkat pengetahuan responden
yang telah menjadi akseptor KB: untuk kelompok responden yang “tahu sekali”,
100% telah menjadi akseptor KB, kelompok responden dengan derajat
pengetahuan “tahu” 92,3% diantaranya telah menjadi akseptor dan kelompok
responden “kurang tahu” 83,3% diantaranya adalah akseptor KB. Kelihatannya
korelasinya tampak; makin tinggi tingkat pengetahuannya makin memungkinkan
menjadi akseptor KB. Tetapi hal tersebut tidak berlaku pada kelompok non
akseptor. Pada kelompok non akseptor yang memiliki derajat pengetahuan “tahu”
17,7% tidak menjadi akseptor, sementara yang “tidak tahu” malahan lebih kecil
yang tidak menjadi akseptor KB (16.7%). Hal demikian bisa disebabkan oleh
terlalu sedikitnya jumlah anggota kelompok non akseptor, yaitu hanya 12,8%
(Tabel V.14), tidak sesuai dengan data awal dalam Bab Pendahuluan yang
menyatakan PUS yang belum menjadi akseptor sebesar 39%.
Mengapa hal ini bisa terjadi, perbedaan proporsi yang terlalu jauh dengan
data awal? Kemungkinan pertama adalah terjadinya kesalahan dalam metode
pengambilan sampel (sampling technique). Random area sampling tidak tepat
untuk penelitian ini. Sebaiknya teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
simple random sampling, untuk menghindari kelompok-kelompok karakteristik
variabel penelitian yang menggerombol di beberapa sampling unit area.
Kemungkinan kedua adalah ketidaktepatan alat ukur atau kuesioner yang disusun.
Ketidaktepatan ini biasa disebut presisi dalam penelitian. Misalnya perlukah
sasaran dan strategi program KB diketahui oleh calon akseptor? Kemungkinan
mereka banyak yang tidak mengetahui. Lain halnya bagi mereka yang telah
menjadi akseptor, mereka sering bergaul dengan para petugas program KB yang
secara tidak langsung menambah pengetahuan mereka tentang hal tersebut.
Kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam hal ini berpartisipasi
untuk menjadi akseptor KB tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi
55

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor yang timbul dari dalam dan faktor
yang timbul dari luar. Faktor yang timbul dari dalam yaitu faktor yang timbul
dengan sendirinya pada diri seseorang. Faktor ini dapat berupa sikap, pengetahuan
atau partisipasi dari individu itu sendiri untuk ikut serta dalam suatu kegiatan.
Faktor yang timbul dari luar yaitu faktor yang timbul atau datang dari luar diri
seseorang, dapat dari lingkungan atau orang lain. Faktor ini dapat berupa paksaan,
anjuran, ataupun penyuluhan (Mardikanto, 2003: 6).
Untuk memacah permasalahan tingkat pengetahuan yang belum baik
termasuk yang belum menjadi akseptor KB diperlukan penelitian eksploratif lebih
dahulu mengenai faktor risiko yang memengaruhinya.
Kelemahan dalam penelitian ini sehingga uji hipotesis tidak terbukti,
kemungkinan disebabkan kurang besarnya sampel penelitian dan teknik
pengambilan sampel yang menggunakan simple random sampling area.
Kalau toh dugaan adanya responden yang telah menjadi akseptor KB yang
menggerombol di suatu tempat dan sangat jarang di tempat lain, sehingga
penggunaan sampling area tidak tepat, maka diprediksi terdapat karakter
masyarakat yang menjunjung tinggi kesepakatan. Sepakat untuk menjadi akseptor
dan sepakat tidak menjadi akseptor. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pola (patern)
tokoh masyarakat (TOMA) setempat. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Kalau
dugaan ini benar maka keberhasilan untuk meningkatkan akseptor KB bisa
dilakukan melalui pendekatan pada TOMA.
56

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Sebagian besar warga Talok sudah menjadi akseptor KB, yaitu sebanyak
87,2% dan sebanyak 12,8% bukan akseptor KB.
2. Tingkat pengetahuan tentang Keluarga Berencana terdistribusi sebagai
berikut: sebagian besar kurang tahu tentang program keluarga berencana
(63,8%), dibandingkan dengan yang tahu 27,7% dan yang tahu sekali
tentang program keluarga berencana hanya 8,5%.
3. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto yang di tunjukkan
dengan hasil uji Spearmen Correlation diperoleh nilai Sig. = 0,272
(>0,05).

B. Saran – saran
1. Bagi subjek penelitian
a. Perlunya peran aktif PUS yang telah menjadi akseptor untuk
memotivasi saudara atau tetangga untuk menjelaskan keuntungan-
keuntungan mengikuti program KB.
b. Perlu untuk mendorong peningkatan pemahaman tentang program KB
dengan cara aktif mencari informasi dari berbagai sumber terutama
dari tenaga kesehatan setempat.
2. Bagi Petugas kesehatan
a. Perlunya evaluasi wilayah RT yang memiliki akseptor KB rendah dan
mengadakan pendekatan dengan TOMA untuk membantu memberi
pemahaman tentang pentingnya mengikuti program KB.
b. Apabila justru TOMA yang menjadi penghalang program KB, maka
perlu pendekatan oleh pejabat-pejabat di lingkungan Kesehatan untuk
mengadakan pendekatan yang intensif.
57

c. Perlu dilakukan pengembangan pelayanan ANC yang semakin baik


agar wanita PUS yang melakukan pemeriksaan ANC mendapatkan
layanan konseling ditambah informasi mengenai KB.
d. Kejasama dengan bidan desa ,kader, dan pihak – pihak lain untuk
sosialisasi lebih lanjut pentingnya mengikuti KB.
3. Bagi penelitian selanjutnya
a. Pada penelitian ini digunakan teknik pengambilan sampel secara
simple random sampling area sehingga berpotensi hasil yang
didapatkan tidak sesuai dengan hipotesis. Dianjurkan untuk penelitian
lebih lanjut menggunakan teknik pengambilan sample yang lebih baik
(simple random sampling).
b. Perlu kajian lebih lanjut tentang kuesioner yang digunakan agar dapat
mengukur apa yang seharusnya diukur, sehingga akan memberikan
hasil penelitian sesuai yang diharapkan.
58

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007. Sosiologi, Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Abdurrahman Ritonga, dkk. 2001. Kependudukan dan Lingkungan Hidup.


Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Ainur Rohman, dkk. 2009. Politik, Partisipasi dan Demokrasi dalam


Pembangunan. Malang: Averroes Press.

Andria. 2010. Faktor–faktor yang mempengaruhi pasangan usia subur (pus)


tidak menggunakan alat kontrasepsi di Dusun II Desa Tanjung Anom
Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Skripsi. USU.

Badan Pusat Statistik (BPS). 1998. Satistik Indonesia. Jakarta: BPS

Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2006.
Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Pedoman Pendataan Survei Angkatan Kerja
Nasional Tahun 2009. Jakarta Pusat: BPS

Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional). 2006. Petunjuk Teknis


Pengajuan Usulan Kegiatan Yang Dibiayai Dari Pinjaman dan/atau
Hibah Luar Negeri. Jakarta.

Bertand, J.T. Audience Research For Improving Family Palnning Communication


Program. Community and Family Study Center. Chicago; 1980.

Bintarto, R dan Surastopo Hadisumarno, S. 1979. Metode Analisa Geografi.


Jakarta: LP3ES.

BKKBN. 2001. Informasi Dasar Gerakan KB Nasional. Jakarta: BKKBN.

BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera.


Jakarta : BKKBN.

BKKBN. 2006. Konversi Peserta Keluarga Berencana Menurut Jenis


Kontrasepsi.Tersedia dari: http://www.bkkbn.go.id. Diakses pada tanggal
18 September 2017.

BKKBN. 2007. Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Cetakan ke-5. Jakarta.


Pustaka sinar harapan

BKKBN. 2011. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010. Jakarta: BKKBN

BKKBN. 2012. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN


59

Dahlan, M. Sopiyudin, (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel,


Salemba Medika, JAKARTA.

Depkes. 2007. Manfaat KB. Diakses: 19 September 2017.


http://www.depkes.go.id.

Devita Sari, Mila. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pasangan


Usia Subur Dalam Pelaksanaan Program Keluarga berencana di
Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati. Skripsi. Semarang: UNNES.

Ekarini, A. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi


Pria dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali.
Thesis.Semarang:UNDIP.

Fiona, Rachmawaty. 2006. Hubungan Faktor Sosio Demografi, Sosio Psikologi


Dan Pelayanan KB Terhadap Keikutsertaan KB Di Kelurahan Sidorejo
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2005. Sumatera Utara

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama

Hartanto. 2002. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan.

Hartanto. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta: Sinar Harapan.

Herawati, Dwi. 2002. Hubungan Pengetahuan dan Faktor Sosial Budaya Terhadap
Partisipasi PUS Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi di Wilayah
Kerja Puskesmas Arut Selatan Pangkalan Bun Kabupaten Kota Waringin
Barat Kalimantan Tengah Tahun 2002.Skripsi.Pangkalan Bun:Akbid Sari
Mulya.

Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.

Ihsan, Fuad. 2005. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Kementerian kesehatan RI (2014). Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan.

Kurnia, dkk. 2008. Pengetahuan Kontrasepsi pada Suami ditinjau dari Umur,
Pendidikan dan Pekerjaan. Jurnal. Surabaya : Universitas Airlangga

Kusumaningrum R. 2009. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis


Kontrasepsi yang digunakan pada Pasangan Usia Subur.skripsi.Semarang:
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
60

Mac. Kenzie, and James, F, 2006, Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar. 122-
126, Edisi 4. Jakarta: EGC.

Mantra, Ida Bagus. 2009. Demografi Umum. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Mardikanto, T. 2003. Redefinisi dan Revitalisasi Penyuluhan Pertanian.


Sukoharjo : PUSPA.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri (edisi 2). EGC. Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2003. “Pendidikan dan Perilaku Kesehatan”. Cetakan Pertama.


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2007. “Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni”. Edisi Revisi.


Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, T. dan Utama B.I. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Prayitno. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: Proyek Pengembangan


Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jakarta:
Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Rinda, Ika. 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, dan Pendapatan


Dengan Metode Kontrasepsi Pada PUS di Kecamatan Jenu dan
Kecamatan Jatiroto Kabupaten Tuban. Surabaya: UNESA.

Rohman, Ainur. 2009. Politik, Partisipasi dan Demokrasi dalam Pembangunan.


Malang: Averroes Press.

Rosianawati, Meilia. 2010. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan


Pelaksanaan Program KB Pada PUS Di Kecamatan Kesugihan
Kabupaten Cilacap. Semarang: UNNES.

Saptono, Iman. 2009. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pria


Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun
2008. Semarang: UNDIP

Saifuddin, Abdul Bari,( 2002).Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina.

Sari, Putri. 2010. Presepsi dan Partisipasi Masyarakat Pasangan Usia Subur
Pada Program KB di Desa Giripanggung.

Sastrodipoetra, Santoso. R.A. 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi, dan


disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung : Alumni.
61

Sayuti, Jamil. 1989. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta: Proyek Perkembangan


Penelitian.
SDKI. 2007. Survey Dinas Kesehatan. Indonesia.

Singarimbun, Masri. 1996. Penduduk dan Perubahan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Siswosudarmo, dkk, 2007. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Medika fakultas


Kedokteran UGM.

Soekanto, Soerjono. 1993. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum.


Jakarta: Raja Grafindo Persada.Pustaka Sarwono Prawirohardjo: Jakarta.

Siswosudarmo HR, Anwar H, Emilia O. 2007. Teknologi kontrasepsi.


Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Slamet, M. 1985. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan


Pedesaaan. Interaksi I No I (1985): 3-7.

Suprihastuti., dkk. 2002. Analisis Data Sekunder SDKI 97 Pengambilan


Keputusan PenggunaAlat Kontrasepsi Pria di Indonesia. D. I. Yogyakarta

Suratun, 2008. Klien Gangguan sistem Muuskuloskeletal. Seri Asuhan


Keperawatan ; Editor Monika Ester, Jakarta: EGC.

Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia. 2012. Laporan Pendahuluan SDKI


2012. ( http://www.bkkbn.go.id/ Diakses 19 September 2017).

Siswosudarmo, dkk, 2007. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Medika fakultas


Kedokteran UGM.

Triningsih. 2005. Faktor Sosial Ekonomi yang Berpengaruh terhadap


Kemandirian dalam Praktek Ber-Kb Di Desa NgaruAru Kecamatan
Banyudono.Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro

Wijayanti, dkk. 2009. Penyuluhan KB Vasektomi terhadap Minat Pria dalam ber-
KB Vasektomi diwilayah kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri. Jurnal
Malang : Poltekkes Depkes Malang.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
62

Lampiran 1

Tabel SPSS
63

Lampiran 2 :Pengantar Kuesioner

KUESIONER

Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data penelitian mengenai


“Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS
dalam program keluarga berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto Tahun 2017”.
Desa Talok adalah desa yang memiliki tingkat partisipasi terendah dalam
pelaksanaan program keluarga berencana di Kecamatan Dlanggu. Salah satu
faktor risiko yang menyebabkan kejadian tersebut adalah tingkat pendidikan dan
pendapatan yang rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana tingkat pendidikan dan pendapatan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi
dalam pelaksanaan program keluarga berencana di Desa Talok.
Untuk mencapai tujuan tersebut mohon kerjasamanya untuk mengisi
kuesioner berikut serta bersedia memberikan informasi yang cukup untuk
melengkapi data penelitian ini. Terima kasih atas kesempatan yang telah Anda
berikan dan mohon maaf apabila dalam penelitian ini terdapat hal-hal yang kurang
berkenan.

Petunjuk Pengumpulan Data


1. Memberi salam sebelum masuk ke tempat tinggal responden
2. Memeperkenalkan diri dan memberitahukan maksud dan tujuan penelitian ini
kepada responden
3. Meminta kesediaan responden menjadi sampel dalam penelitian ini dengan
cara mengisi tanda tangan di lembar persetujuan menjadi responden
4. Melakukan wawancara sesuai dengan kuesioner
5. Apabila saat wawancara terdapat jawaban tambahan dari responden agar
dicatat
6. Setelah wawancara selesai, ucapkan terima kasih kepada responden
64

Lampiran 3 : Surat Persetujuan Menjadi Responden


SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
(Informed Consent)
Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat
penelitian yang berjudul “Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
partisipasi PUS untuk menjadi Akseptor keluarga berencana di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017”, saya mengerti bahwa
saya diminta untuk mengisi kuesioner dan menjawab pertanyaan tentang berbagai
hal yang berkaitan dengan tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program keluarga
berencana. Saya memerlukan waktu sekitar 15 - 20 menit sebagaimana yang telah
dijelaskan sebelumnya. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membawa
risiko. Apabila ada pertanyaan yang menimbulkan respon emosional, penelitian
akan dihentikan dan peneliti akan memberi dukungan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan,
dan kerahasiaannya ini akan dijamin. Informasi mengenai identitas saya tidak
akan ditulis pada instrumen penelitian dan akan tersimpan secara terpisah di
tempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai
responden atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya sanksi atau
kehilangan semua hak saya.
Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau
mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan
memuaskan.Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini
dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden.
Dlanggu,..............................
Responden,

(..........................................)
Saksi :
1. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)
2. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)
65

Lampiran 4 : Lembar Kuesioner


HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN TINGKAT
PARTISIPASI PUS UNTUK MENJADI AKSEPTOR KELUARGA
BERENCANA DI DESA TALOK KECAMATAN DLANGGU
KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2017
PETUNJUK: Isilah jawaban yang benar dari pernyataan/pertanyaan berikut
dengan cara memberi tanda silang (x) pada kotak yang tersedia.

DATA UMUM

1. No Responden :
2. Nama Kepala Keluarga :
3. Alamat responden : RT ........ RW ........ Desa Talok

IDENTITAS RESPONDEN

1. Umur Responden :
a) 18 - 28 tahun
b) 29 - 39 tahun
c) 40 - 49 tahun

2. Pendidikan formal terakhir :


a) SD
b) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
c) Sekolah Menengah Atas (SMA) / Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan Responden :
a) Pegawai Negeri
b) Karyawan swasta / Wiraswasta
c) Lain-lain. (sebutkan) .................................................
66

4. Jumlah anak responden :


a. 2
b. > 2

EKONOMI

4. Penghasilan responden perbulan:


a) < Rp. 3.279.980,00 (UMK)
b) ≥ Rp. 3.279.980,00

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KB

A. Pengetahuan tentang Pengertian KB


No Pertanyaan Benar Salah
1 Pencegahan kehamilan dapat dilakukan dengan
mengikuti program keluarga berencana.
2 Selain wanita, keikutsertaan pria sangat penting
dalam keluarga berencana (KB)
3 Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung
jawab bersama antara pria dan wanita

B. Pengetahuan tentang Tujuan KB


No Pertanyaan Benar Salah
4 Menyusui merupakan salah satu upaya
menjarangkan jarak kehamilan.
5 Mengatur kelahiran anak dapat membantu untuk
membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kemampuan sosial ekonomi.
6 Keluarga Berencana (KB) dapat meningkatkan
kelahiran dan meningkatkan jumlah penduduk.
7 Dengan mengatur kehamilan angka kematian ibu,
bayi, dan anak akan menurun.
67

C. Pengetahuan tentang Manfaat KB


No Pertanyaan Benar Salah
8 Kehamilan yang berulang kali dalam jangka
waktu yang pendek meningkatkan kesejahteraan
ibu.
9 Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang
dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup
untuk mengasuh anak-anak.
68

10 Keluarga yang menjarangkan kehamilan,


anaknya akan mendapatkan perhatian,
pemeliharaan dan makanan yang cukup dari
orang tua.

D. Pengetahuan tentang Sasaran dan Ruang Lingkup KB


No Pertanyaan Benar Salah
11 Sasaran dalam program Keluarga Berencana
adalah Pasangan Usia Subur (PUS), Non PUS,
dan institusional
12 Pasangan suami istri yang sudah memiliki anak
merupakan Pasangan Usia Subur
13 Orang yang belum kawin, pemuda - pemudi,
pasangan diatas 49 tahun, tokoh masyarakat
bukan termasuk PUS.
14 Konsultasi tentang kontrasepsi dapat dilakukan
setelah menikah.

E. Pengetahuan tentang Strategi KB


No Pertanyaan Benar Salah
15 Dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan,
perlu adanya kerjasama yang baik dari segi
pemberi pelayanan dan penerima pelayanan
(klien)
16 Petugas kesehatan adalah pemegang tanggung
jawab penuh dalam pelaksanaan program KB
nasional.
17 Masyarakat yang telah mampu, dapat mengambil
alih peran dan tanggung jawab pelaksanaan
program KB.

F. Pengetahuan tentang Pelayanan KB


No Pertanyaan Benar Salah
18 Pelayanan yang diberikan KB terdiri dari
pelayanan KIE, pelayanan kontrasepsi dan
pengayoman peserta KB.
19 Prioritas pelayanan KB diberikan terutama
kepada pasangan usia subur yang istrinya
mempunyai keadaan yang terlalu muda (usia
kurang dari 20 tahun).
20 Untuk mengikuti KB perlu dilakukan skrining
atau penyaringan.
69

G. Pengetahuan tentang Kontrasepsi


No Pertanyaan Benar Salah
21 Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan.
22 Kontrasepsi yang baik adalah sederhana , dapat
diterima oleh orang banyak dan pemakaian
jangka lama (continution rate tinggi).
23 Senggama terputus, kondom dan metode
kalender adalah metode kontrasepsi sederhana
24 Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam
yaitu pil dan suntik.

TINGKAT PARTISIPASI
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Bapak / Ibu ikut serta dalam KB

Anda mungkin juga menyukai