LAPORAN PENELITIAN
2017
iii
ABSTRAK
Maqbul, Achmad; Krisnanda, Dionesius DY; Rachmawati, Eka; Supta, I
Wayan S. 2017. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat
Partisipasi PUS untuk Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.
Laporan penelitian, Kepaniteraan Klnik Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Pembimbing: Prof. H. Sarudji, M.Sc.
Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi
merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Untuk
mencegah ledakan penduduk tersebut Indonesia harus menggalakkan Program KB
kembali karena dalam lima tahun terakhir ini kesertaan masyarakat untuk
mengikuti KB hanya meningkat rata-rata 0,5% per tahun. Desa Talok terdiri dari
1.392 kepala keluarga (KK) dengan jumlah pasangan usia subur sebanyak 799
pasangan, dimana 307 pasangan usia subur bukan akseptor KB. Di Kecamatan
Dlanggu sendiri Desa Talok memiliki prosentase terendah untuk PUS yang
menjadi akseptor KB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan
cross sectional dengan subyek penelitian pasangan usia subur yang tinggal di
wilayah Desa Talok setidak-tidaknya selama 6 bulan sebelum waktu penelitian.
Besar sampel yang diambil sebanyak 47 responden yang dipilih secara acak
wilayah dengan wilayah RT sebagai satuan. Sebagai variabel dependen adalah
patisipasi PUS, dengan variabel independen tingkat pengetahuan tentang program
keluarga berencana. Data yang dikumpulakan menggunakan intrumen kuesioner
diolah program SPSS 16, dan dianalisis dengan uji korelasi Spearman. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (60,9 %) kurang paham
mengenai program keluarga berencana, tetapi sebagian besar responden (83,3 %)
telah menjadi akseptor KB. Kesimpulan penelitian ini adalah diterimanya
hipotesis nol (p-value = 0,272) atau tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga
berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
Kelemahan penelitian ini adalah metode sampling yang menggunakan acak
wilayah. Dianjurkan penelitian lanjut untuk menggunakan metode sampling
dengan simple random sampling.
Kata kunci: Pasangan Usia Subur, Tingkat Partisipasi, Akseptor KB, Tingkat
pengetahuan.
iv
ABSTRACT
The large population and high population growth rate is a problem facing
the Indonesian nation today. In order to prevent the population explosion,
Indonesia must promote the Family Planning Program because in the last five
years community participation to participate in family planning only increased by
an average of 0.5% per year. Talok Village consists of 1,392 heads of households
(KK) with the number of fertile couples as many as 799 couples, of which 307
couples of reproductive age are not KB acceptor. In Subdistrict Dlanggu, Talok
Village has the lowest percentage for couples of reproductive who became KB
acceptor. The objective of this research was to know the correlation between the
level of knowledge and the participation rate of becoming acceptors of family
planning in Talok village, Dlanggu subdistrict, the regency of Mojokerto. This
observational-analytic study using cross sectional design. The subject of this
study is couples of reproductive age who has been lived in Desa Talok for at least
6 months before the study. The total of 47 participants had been chosen randomly
after choosing randomly one rukun tetangga (RT) as a unit area sample 8 RTs.
Collecting data used questionair as an instrument, processing by SPSS 16 and
analyzed with Spearman correlation test. The result of this research showed that
the big part of respondents (60,9 %) had less of understanding about the family
planning program, but the biggest part of the respondents (83,3 %) had become
acceptors of family planning. The conclussion were no correlation between
knowledge level and participation rate of becoming acceptors of family planning
in Talok Village subdistrict of Dlanggu, Mojokerto Regency (p-value = 0.272).
Suggested on the next research no using sampling area but simple random
sampling in choosing the sample members.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan penelitian dengan judul
“ Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Tingkat Partisipasi Pasangan
Usia Subur Untuk Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Desa Talok
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017”.
Penelitian ini merupakan bagian dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan
menjadi prasyarat untuk dapat mengikuti ujian profesi dokter. Terselenggaranya
kegiatan ini kami berharap dapat menambah pengetahuan kami tentang
permasalahan kesehatan masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan judul
penelitian ini. Dalam penyusunan laporan penelitian ini kami mendapat bantuan
dari berbagai pihak, Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :
1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof.Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. dr. Sukma Sahadewa, S.H., M.H., M.Sos., M.Kes., CLA, selaku Koordinator
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
5. Prof. H. Didik Sarudji, M.Sc selaku dosen pembimbing Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.
6. Bimayanti Pratiwi, drg. selaku Kepala Puskesmas Dlanggu Kecamatan
Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
7. Dokter Titin Sukmawati selaku dokter pembimbing di Puskesmas Dlanggu
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
vi
Penyusun
vii
DAFTAR ISI
Judul ................................................................................................................. i
Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii
Pernyataan Keasalian Tulisan .......................................................................... ii
Abstrak.............................................................................................................. v
Abstract............................................................................................................. vi
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Daftar Isi .......................................................................................................... iv
Daftar Gambar.................................................................................................. v
Daftar Tabel ..................................................................................................... vi
Daftar Singkatan .............................................................................................. vii
Daftar Lampiran.……………………………………………………………... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 4
D.Manfaat Hasil Penelitian............................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan..................................................................................................6
1. Pengertian pengetahuan.............................................................................6
2. Tingkat pengetahuan..................................................................................6
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan....................................7
B. Partisipasi......................................................................................................9
C. PUS..............................................................................................................11
D. Keluarga berencana.....................................................................................11
1. Pengertian keluarga berencana.................................................................11
2. Tujuan keluarga berencana......................................................................13
3. Manfaat keluarga berencana.....................................................................14
4. Sasaran dan ruang lingkup program keluarga berencana.........................14
5. Strategi pendekatan program keluarga berencana....................................15
6. Pelayanan keluarga berencana.................................................................16
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar III.1 Kerangka Konsep……..………………………………………….31
Gambar IV.1 Alur Penelitian…..………………………………………………. 38
Gambar V.1 Proporsi Responden Berdasarkan Umur di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017……………………. 47
Gambar V.2 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun
2017 ………………………………………...……………………48
Gambar V.3 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017
……………………………………………………………….…...48
Gambar V.4 Proporsi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten MojokertoTahun 2017...............50
Gambar V.5 Proporsi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten MojokertoTahun 2017...............50
Gambar V.6 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang
Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten MojokertoTahun 2017..................................................50
Gambar V.7 Proporsi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten MojokertoTahun 2017....50
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel IV.1 Daftar Jumlah PUS berdasarkan Dusun di Desa Talok…………….36
Tabel IV.2 Daftar Jumlah PUS berdasarkan RT di Dusun Bareng …………….36
Tabel IV.3 Daftar Nama PUS yang Menjadi Anggota Sampel……………...….38
Tabel IV.4 Definisi Operasional...........................................................................39
Tabel V.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.....................................47
Tabel V.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017…………..47
Tabel V.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto ……………......47
Tabel V.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto..................................…49
Tabel V.5 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak di Desa Talok,
Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto..................................…49
Tabel V.6 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Pengertian Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto........................................................................49
Tabel V.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Tujuan Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto.........................................................................50
Tabel V.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang
Manfaat Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu,
Kabupaten Mojokerto ……………...................50
xi
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Keterangan
AIDS : Acquired Immune deficiency Syndrome
AKB : Angka Kematian Bayi
AKDR : Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
AKI : Angka Kematian Ibu
ASKABI : Asuransi Keluarga Berencana Indonesia
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BPS : Badan Pusat Statistik
Depag : Departemen Agama
Depkes : Departemen Kesehatan
HIV : Human Immunodeficiency Virus
KB : Keluarga berencana
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
KIE : Komunukasi, Informasi, dan Edukasi
IMS : Infeksi Menular Seksual
IUD : Intra Uterine Device
MAL : Metode Amenorhoe Laktasi
MOP : Metode Operatif Pria
MOW : Metode Operatif Wanita
NKKBS : Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera
PRECEDE : Predisposting, Reinforcing, and Enabling Constructs in
Educational Diagnosis and Evaluation
PSM : Peran Serta Masyarakat
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Tabel SPSS.....................................................................................65
Lampiran 2 Informed Consent...........................................................................66
Lampiran 3 Lembar Kuesioner..........................................................................67
Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian..................................................................71
Lampiran 5 Berita Acara Perbaikan ..................................................................73
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini.
Menurut Kepala BKKBN bahwa dalam kurun waktu lima tahun kebelakang
tingkat kelahiran penduduk Indonesia tetap bertahan pada posisi 2,6 % per
Pasangan Usia Subur per tahun atau tidak ada penurunan tingkat kelahiran
selama lima tahun terakhir. Dalam jangka panjang Indonesia berpotensi
mengalami ledakan penduduk. Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai
220 juta diperkirakan akan bertambah sekitar 3,2 juta setiap tahunnya. Untuk
mencegah ledakan penduduk tersebut Indonesia harus menggalakkan Program
KB kembali karena dalam lima tahun terakhir ini kesertaan masyarakat untuk
mengikuti KB hanya meningkat rata-rata 0,5% per tahun (BKKBN, 2006:4).
Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1992 merupakan salah satu program pembangunan nasional yang
sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera.
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat terhadap program KB melalui pendewasaan usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga serta
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera. Jumlah akseptor KB di Indonesia terus meningkat
sejak tahun 1991. Pada tahun 2013 akseptor KB di Indonesia tercatat sebesar
76,73% (Kemenkes RI, 2014).
Manfaat program KB sangat berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi
seseorang, baik itu untuk kesehatan reproduksi pria maupun kesehatan
reproduksi wanita. Peran bagi kesehatan reproduksi pria/suami antara lain,
mencegah dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti, sifilis, gonorhea, dan
penyakit kelamin lain, dikarenakan tidak menggunakan alat kontrasepsi
(kondom) ketika melakukan hubungan seksual dengan istri yang terkena IMS
(Suratun, 2008). Sementara itu, peran KB bagi kesehatan reproduksi wanita di
2
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto” ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto Tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Mendeskripsikan tingkat pengetahuan PUS tentang keluarga berencana
di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto tahun
2017.
b. Mendeskripsikan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor
keluarga berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten
Mojokerto tahun 2017.
c. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di
Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto tahun 2017.
5
1. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi
masyarakat desa Talok khususnya PUS tentang pentingnya menjadi
akseptor keluarga berencana.
2. Bagi institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
Puskesmas Dlanggu dalam upaya peningkatan jumlah akseptor keluarga
berencana di Desa Talok.
3. Bagi peneliti
Sebagai upaya mengembangkan pengetahuan dalam pelaksanaan
penelitian, penulisan hasil penelitian dan menambah wawasan serta bekal
pengetahuan dalam bekerja di masyarakat.
4. Bagi pengembangan ilmu
Sebagai data/informasi awal tentang faktor-faktor yang
melatarbelakangi rendahnya tingkat partisipasi PUS dalam program
keluarga berencana sebagai bahan penelitian lebihh lanjut.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia: penglihatan,
pendengaran, penghiduan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan
domain yang penting terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam
menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari,
sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta yang
mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, (2007) domain kognitif yang mempunyai
enam tingkatan pengetahuan sebagai berikut:
a. Tahu (Know)
Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari,
dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Cara
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan
mengatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara
benar.
7
c. Aplikasi (Aplication)
Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-
prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam
suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi dan
masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat
dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja mengelompokkan,
menggambarkan, memisahkan.
e. Sintesis (Sinthesis)
Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk
keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi
atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah ditentukan
sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak
tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat
diperoleh dari pendidikan nonformal.
c. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang
untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari. Pekerjaan merupakan faktor yang memengaruhi
pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi
dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan
dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain.
e. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya
teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat
mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai
sarana komunikasi berbagai bentuk media massa seperti radio, televisi,
surat kabar, majalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan semua orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang .
9
B. Partisipasi
Menurut beberapa ahli partisipasi didefinisikan sebagai berikut.
1. Partisipasi adalah kegiatan memanfaatkan waktu luang untuk kegiatan
yang berhubungan dengan suatu kegiatan tertentu. Partisipasi juga
diartikan ikut serta ambil bagian untuk melakukan atau menikmati sarana
dan prasarana sosial yang ada (BPS, 1998: 23).
2. Sastrodipoetra (1988) dalam Rohman Ainur (2009: 45) menyatakan bahwa
partisipasi adalah keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai
kesadaran dan tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
Jadi dalam beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
kegiatan. Kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi tergantung dari
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum yang mempengaruhi
kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dapat digolongkan menjadi dua,
yaitu faktor yang timbul dari dalam dan faktor yang timbul dari luar.
Faktor yang timbul dari dalam yaitu faktor yang timbul dengan
sendirinya pada diri seseorang. Faktor ini dapat berupa sikap, pengetahuan
atau partisipasi dari individu itu sendiri untuk ikut serta dalam suatu kegiatan.
Faktor yang timbul dari luar yaitu faktor yang timbul atau datang dari luar diri
seseorang, dapat dari lingkungan atau orang lain. Faktor ini dapat berupa
paksaan,anjuran, ataupun penyuluhan (Mardikanto, 2003: 6).
Margono Slamet (1985) dalam Mardikanto (2003: 26) menyatakan
bahwa tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan sangat ditentukan oleh 3 (tiga) unsur pokok, yaitu:
1. Adanya kemauan yang diberikan kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
Secara psikologis kemauan berpartisipasi muncul oleh adanya motif
intrinsik (dari dalam sendiri) maupun ekstrinsik (karena rangsangan,
dorongan atau tekanan dari pihak lain). Tumbuh dan berkembangnya
kemauan berpartisipasi sedikitnya diperlukan sikap-sikap yang sebagai
berikut:
a. Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat
pembangunan.
10
organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik. Pada masa ini pasangan
usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan reprduksinya yaitu
menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah
dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas
reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang. Pasangan Usia Subur
(PUS) adalah Pasangan suami - istri yang istrinya berumur antara 15 sampai
dengan 49 tahun atau pasangan suami - istri yang istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid, atau istri sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi
masih haid (datang bulan). PUS yang menjadi peserta (akseptor) KB adalah
pasangan usia subur yang suami / istrinya sedang memakai atau menggunakan
salah satu alat atau cara kontrasepsi modern pada tahun pelaksanaan
pendataan keluarga (BKKBN, 2011).
D. Keluarga Berencana
1. Pengertian
Keluarga berencana adalah program nasional yang bertujuan
meningkatkan derajat kesehatan, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga
khususnya, serta bangsa pada umumnya. Salah satunya dengan cara
membatasi dan menjarangkan kehamilan (Siswosudarmo dkk, 2007).
Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang
memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri,
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004).
Menurut bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran Bandung yang dikutip oleh Abdurrahman dkk
(2001), keluarga berencana adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan
terjadinya pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita
sekitar waktu senggama. Sedangkan Mac Kenzie (2006) keluarga
berencana adalah sebagai proses penetapan jumlah dan jarak anak yang
12
diinginkan dalam keluarga seseorang dan pemilihan cara yang tepat untuk
mencapai keinginan tersebut.
Kondisi politik, sosial, budaya masyarakat, agama, dan komitmen
pemerintah masih belum optimal dalam mendukung KB pria, penerapan
program kebijakan partisiasi pria di lapangan masih belum optimal
(BKKBN, 2007). Keikutsertaan pria sangat penting dalam keluarga
berencana (KB) karena suami adalah “Partner” dalam reproduksi dan
seksual, sehingga sangat beralasan apabila suami dan istri berbagi
tanggung jawab serta peran secara seimbang untuk mencapai kepuasan
kehidupan seksual dan berbagi beban untuk mencegah penyakit serta
kompliksi keluarga berencana, suami bertanggung jawab secara sosial dan
ekonomi termasuk untuk anak-anaknya, sehingga keterlibatan suami
dalam keputusan reproduksi akan membentuk ikatan yang lebih kuat
diantara orang tua dan anaknya, suami secara nyata terlibat dalam fasilitas
dan mereka mempunyai peranan yang penting dalam memutuskan
kontrasepsi yang akan dipakainya, atau digunakan istrinya. Sebenarnya
banyak kesempatan pria untuk berperan dalam keluarga berencana.
Penggunaan kontrasepsi merupakan tanggung jawab bersama antara pria
dan wanita. Bagi pasangan yang memilih kontrasepsi permanen vasektomi
merupakan pilihan terbaik. Mengingat vasektomi lebih sederhana
prosedurnya dengan efek samping dan resiko kesehatan sangat kecil
dibanding tubektomi. Demikian pula dalam penggunaan kondom selain
lebih murah juga memiliki efek samping yang kecil. Oleh karena itu pada
tahun 2009 diharapkan kesadaran pria terhadap manfaat KB meningkat,
sehingga dapat meningkatkan jumlah akseptor KB pria menjadi 4,5%
(BKKBN, 2006).
E. Kontrasepsi
1. Definisi kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2006). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode
kontrasepsi yaitu:
a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.
4. Macam-macam kontrasepsi
a. Metode kontrasepsi sederhana
Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode
kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi
(MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks,
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermalyaitu perpaduan antara
suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana
dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).
29
biasanya dipengaruhi oleh pengalaman baik informasi dari media masa, teman
ataupun leafet. Untuk memahami hubungan antara tingkat pengetahuan
dengan tingkat partisipasi program KB atau sebagai akseptor KB dapat dilihat
pada BAB III tentang kerangka konsep.
31
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tingkat
pengetahuan ttg KB
1. PENGERTIAN KB
KEMAUAN Pengetahuan 2. TUJUAN KB
TENTANG KB 3. MANFAAT KB
4. SASARAN KB
5. STRATEGI KB
6. PELAYANAN KB
KEMAMPUAN 7. KONTRASEPSI
PARTISIPASI MENJADI
KESEMPATAN AKSEPTOR KB
Keterangan :
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian dalam kerangka konsep di atas, maka disusunlah
hipotesis sebagai berikut:
“Ada Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Partisipasi PUS
untuk Menjadi Akseptor Keluarga Berencana di Desa Talok, Kecamatan
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto tahun 2017”.
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik. Penelitian
analitik digunakan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara dua
variabel yang diperoleh secara observasional, dimana bentuk hubungan dapat
berupa perbedaan, hubungan atau pengaruh. Metode pendekatan dalam
penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional. Cross sectional
merupakan pendekatan yang datanya dikumpulkan pada satu waktu atau
dalam sekali pengambilan data (point time approach).
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September tahun 2017.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek/obyek penelitian yang
mempunyai kuantitas dan karateristik tertentu untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Hidayat, 2009). Populasi dari penelitian ini
adalah PUS Desa Talok sebesar 799 PUS.
2. Sampel
a. Besar sampel
Besar sampel pada penelitian ini ditentukan dengan rumus yang
sebagai berikut (Dahlan, M, 2010):
35
n = Zα2 X p X q
N
d2 2
1+ N (d )
= (1,96)2 X 0,61 X 0,39
370
(0,1)2
1+ 1287(0,1)2
= 0,4662
370
0,01
13,87
= 46,62
= 47
Keterangan :
Zα : Standar deviasi dengan standar confidence level 95% adalah 1,96
P : proporsi PUS yang berpartisipasi menjadi akseptor KB (61%).
Q : proporsi PUS yang tidak berpartisipasi menjadi akseptor KB
(39%)
d : presisi sebesar 0,1.
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diperoleh besar sampel
sebanyak 47 PUS.
No RT Jumlah PUS
1 1 37
2 2 32
3 3 39
4 4 34
5 5 49
37
6 6 46
7 7 28
8 8 31
Jumlah 8 296
Sumber : Data Primer, 2017
4) Sejumlah 47 orang PUS yang telah terpilih menjadi anggota sampel
dicantumkan dalam tabel nama-nama dan alamat sampel (Tabel:
IV.3)
Tabel: IV.3 Daftar Nama PUS yang Menjadi Anggota Sampel
D. Variabel Penelitian
Variabel merupakan ukuran atau karakteritik subyek penelitian yang
akan diuji hubungannya terutama variabel beas dan variabel terikat.
1. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel terikat dari penelitian ini adalah tingkat partisipasi PUS
untuk menjadi akseptor KB yang selanjutnya disebut partisipasi PUS.
2. Variabel bebas
Variabel bebas adalah karakterisitik subyek penelitian yang
memengaruhi variabel terikat. Pada penelitian ini variabel bebas adalah
tingkat pengetahuan tentang KB yang selanjutnya disebut tingkat
pengetahuan.
39
E. Definisi operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel IV.3
berikut ini.
Bersedia
Inklusi Eksklusi
PUS berusia 18 – 49 tahun yang Tidak berada di tempat pada waktu
bertempat tinggal di Desa Talok. pengumpulan data setelah 2x
PUS belum pernah atau sedang menjadi ditemui;
peserta (akseptor) KB; PUS dengan gangguan jiwa atau
PUS belum pernah berhenti (drop out) gangguan kesehatan lainnya yang
dari peserta KB; menghalangi atau tidak
Bisa baca tulis; memungkinkan dalam pengisian
Bersedia menjadi subyek penelitian. kuesioner
Data mentah
Pengolahan data
Uji Statistik
Hasil Akhir
41
3. Pengumpulan data
a. Data yang dikumpulkan/diperlukan
1) Data Primer
Diperoleh dari kuisioner langsung yang diberikan kepada
responden.
2) Data Sekunder
Diperoleh dari dokumen yang ada di Puskesmas Dlanggu, Kantor
Desa Talok dan sumber data lain yang diperlukan.
b. Jadwal Waktu Pengumpulan Data
42
G. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis
BAB V
HASIL PENELITIAN
B. Karateristik Responden
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner di Desa Talok, data yang
diperoleh dari 47 responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
1. Umur responden
Total 47 100,0
Sumber: Hasil Survei, 2017
Umur
18 - 28 tahun
25,5% 29 - 39 tahun
29,8%
40 - 49 tahun
44,7%
2. Tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan
10,6% SD
29,8% SMP
SMA/Perguruan Tinggi
59,6%
45
3. Tingkat pendapatan
Tingkat Pendapatan
14,9%
< Rp.3.279.980,-
> Rp.3.279.980,-
85,1%
4. Pekerjaan
Pekerjaan
Pegawai Negeri
Karyawan Swasta /
36,2% Wiraswasta
Ibu Rumah Tangga
63,8%
5. Jumlah Anak
Jumlah Anak
10,6 %
<2
>2
89,4 %
6. Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan
8,5%
Tahu Sekali
Tahu
27,7% Kurang Tahu
63,8%
Tabel V.13 dan Gambar V.6 menunjukkan bahwa lebih dari separuh
responden (63,8%) di Desa Talok tidak tahu mengenai program keluarga
berencana.
6. Tingkat Partisipasi
Tingkat Partisipasi
12,8%
Akseptor KB
Bukan Akseptor KB
87,2%
C. Analisis
Tingkat Partisipasi
Tingkat Total p value
Pengetahuan Akseptor Bukan Akseptor
Tahu sekali 4 (100 %) 0 (0%) 4 (100%)
Tahu 12 (92,3%) 1 (7,7%) 13 (100%) 0,272
Kurang tahu 25 (83,3%) 5 (16,7%) 30 (100%)
Total 41 (87,2%) 6 (12,8%) 47 (100%)
BAB VI
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik Tabel V.15 menggunakan uji Spearman correlation test
diperoleh nilai p = 0,272 (> 0,05), artinya tidak ada hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan tingkat partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga
berencana di Desa Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto.
Tabel V.15 juga memberi informasi bahwa tingkat pengetahuan responden
yang telah menjadi akseptor KB: untuk kelompok responden yang “tahu sekali”,
100% telah menjadi akseptor KB, kelompok responden dengan derajat
pengetahuan “tahu” 92,3% diantaranya telah menjadi akseptor dan kelompok
responden “kurang tahu” 83,3% diantaranya adalah akseptor KB. Kelihatannya
korelasinya tampak; makin tinggi tingkat pengetahuannya makin memungkinkan
menjadi akseptor KB. Tetapi hal tersebut tidak berlaku pada kelompok non
akseptor. Pada kelompok non akseptor yang memiliki derajat pengetahuan “tahu”
17,7% tidak menjadi akseptor, sementara yang “tidak tahu” malahan lebih kecil
yang tidak menjadi akseptor KB (16.7%). Hal demikian bisa disebabkan oleh
terlalu sedikitnya jumlah anggota kelompok non akseptor, yaitu hanya 12,8%
(Tabel V.14), tidak sesuai dengan data awal dalam Bab Pendahuluan yang
menyatakan PUS yang belum menjadi akseptor sebesar 39%.
Mengapa hal ini bisa terjadi, perbedaan proporsi yang terlalu jauh dengan
data awal? Kemungkinan pertama adalah terjadinya kesalahan dalam metode
pengambilan sampel (sampling technique). Random area sampling tidak tepat
untuk penelitian ini. Sebaiknya teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
simple random sampling, untuk menghindari kelompok-kelompok karakteristik
variabel penelitian yang menggerombol di beberapa sampling unit area.
Kemungkinan kedua adalah ketidaktepatan alat ukur atau kuesioner yang disusun.
Ketidaktepatan ini biasa disebut presisi dalam penelitian. Misalnya perlukah
sasaran dan strategi program KB diketahui oleh calon akseptor? Kemungkinan
mereka banyak yang tidak mengetahui. Lain halnya bagi mereka yang telah
menjadi akseptor, mereka sering bergaul dengan para petugas program KB yang
secara tidak langsung menambah pengetahuan mereka tentang hal tersebut.
Kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi dalam hal ini berpartisipasi
untuk menjadi akseptor KB tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Secara umum yang mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk berpartisipasi
55
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor yang timbul dari dalam dan faktor
yang timbul dari luar. Faktor yang timbul dari dalam yaitu faktor yang timbul
dengan sendirinya pada diri seseorang. Faktor ini dapat berupa sikap, pengetahuan
atau partisipasi dari individu itu sendiri untuk ikut serta dalam suatu kegiatan.
Faktor yang timbul dari luar yaitu faktor yang timbul atau datang dari luar diri
seseorang, dapat dari lingkungan atau orang lain. Faktor ini dapat berupa paksaan,
anjuran, ataupun penyuluhan (Mardikanto, 2003: 6).
Untuk memacah permasalahan tingkat pengetahuan yang belum baik
termasuk yang belum menjadi akseptor KB diperlukan penelitian eksploratif lebih
dahulu mengenai faktor risiko yang memengaruhinya.
Kelemahan dalam penelitian ini sehingga uji hipotesis tidak terbukti,
kemungkinan disebabkan kurang besarnya sampel penelitian dan teknik
pengambilan sampel yang menggunakan simple random sampling area.
Kalau toh dugaan adanya responden yang telah menjadi akseptor KB yang
menggerombol di suatu tempat dan sangat jarang di tempat lain, sehingga
penggunaan sampling area tidak tepat, maka diprediksi terdapat karakter
masyarakat yang menjunjung tinggi kesepakatan. Sepakat untuk menjadi akseptor
dan sepakat tidak menjadi akseptor. Hal ini sangat dipengaruhi oleh pola (patern)
tokoh masyarakat (TOMA) setempat. Hal ini perlu penelitian lebih lanjut. Kalau
dugaan ini benar maka keberhasilan untuk meningkatkan akseptor KB bisa
dilakukan melalui pendekatan pada TOMA.
56
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Sebagian besar warga Talok sudah menjadi akseptor KB, yaitu sebanyak
87,2% dan sebanyak 12,8% bukan akseptor KB.
2. Tingkat pengetahuan tentang Keluarga Berencana terdistribusi sebagai
berikut: sebagian besar kurang tahu tentang program keluarga berencana
(63,8%), dibandingkan dengan yang tahu 27,7% dan yang tahu sekali
tentang program keluarga berencana hanya 8,5%.
3. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat
partisipasi PUS untuk menjadi akseptor keluarga berencana di Desa
Talok, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto yang di tunjukkan
dengan hasil uji Spearmen Correlation diperoleh nilai Sig. = 0,272
(>0,05).
B. Saran – saran
1. Bagi subjek penelitian
a. Perlunya peran aktif PUS yang telah menjadi akseptor untuk
memotivasi saudara atau tetangga untuk menjelaskan keuntungan-
keuntungan mengikuti program KB.
b. Perlu untuk mendorong peningkatan pemahaman tentang program KB
dengan cara aktif mencari informasi dari berbagai sumber terutama
dari tenaga kesehatan setempat.
2. Bagi Petugas kesehatan
a. Perlunya evaluasi wilayah RT yang memiliki akseptor KB rendah dan
mengadakan pendekatan dengan TOMA untuk membantu memberi
pemahaman tentang pentingnya mengikuti program KB.
b. Apabila justru TOMA yang menjadi penghalang program KB, maka
perlu pendekatan oleh pejabat-pejabat di lingkungan Kesehatan untuk
mengadakan pendekatan yang intensif.
57
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (BPS). 2006. Kota Semarang Dalam Angka Tahun 2006.
Jakarta: BPS.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2009. Pedoman Pendataan Survei Angkatan Kerja
Nasional Tahun 2009. Jakarta Pusat: BPS
BKKBN. 2011. Profil Hasil Pendataan Keluarga Tahun 2010. Jakarta: BKKBN
Herawati, Dwi. 2002. Hubungan Pengetahuan dan Faktor Sosial Budaya Terhadap
Partisipasi PUS Pria dalam KB dan Kesehatan Reproduksi di Wilayah
Kerja Puskesmas Arut Selatan Pangkalan Bun Kabupaten Kota Waringin
Barat Kalimantan Tengah Tahun 2002.Skripsi.Pangkalan Bun:Akbid Sari
Mulya.
Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Kurnia, dkk. 2008. Pengetahuan Kontrasepsi pada Suami ditinjau dari Umur,
Pendidikan dan Pekerjaan. Jurnal. Surabaya : Universitas Airlangga
Mac. Kenzie, and James, F, 2006, Kesehatan Masyarakat Suatu Pengantar. 122-
126, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Sari, Putri. 2010. Presepsi dan Partisipasi Masyarakat Pasangan Usia Subur
Pada Program KB di Desa Giripanggung.
Wijayanti, dkk. 2009. Penyuluhan KB Vasektomi terhadap Minat Pria dalam ber-
KB Vasektomi diwilayah kerja Puskesmas Sukorame Kota Kediri. Jurnal
Malang : Poltekkes Depkes Malang.
Lampiran 1
Tabel SPSS
63
KUESIONER
(..........................................)
Saksi :
1. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)
2. .............................................. (nama terang)(...............................)(tanda tangan)
65
DATA UMUM
1. No Responden :
2. Nama Kepala Keluarga :
3. Alamat responden : RT ........ RW ........ Desa Talok
IDENTITAS RESPONDEN
1. Umur Responden :
a) 18 - 28 tahun
b) 29 - 39 tahun
c) 40 - 49 tahun
3. Pekerjaan Responden :
a) Pegawai Negeri
b) Karyawan swasta / Wiraswasta
c) Lain-lain. (sebutkan) .................................................
66
EKONOMI
TINGKAT PARTISIPASI
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Bapak / Ibu ikut serta dalam KB