Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN HOME VISIT

PUSKESMAS DLANGGU
KECAMATAN DLANGGU KABUPATEN MOJOKERTO
SEPTEMBER 2017

Afita Wihda Infaati 15710233

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN HOME VISIT


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
KECAMATAN DLANGGU, KABUPATEN MOJOKERTO
SEPTEMBER 2017

Disusun oleh:
Afita Wihda Infaati
NPM: 15710233

Mojokerto, September 2017

Mengetahui,
Kepala Puskesmas Dlanggu Pembimbing Puskesmas Dlanggu

Bimayanti Pratiwi, drg Titin Sukmawati, dr


NIP: 19621204 198903 2 006 NIP: 19731109 201001 2 001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami bisa menyelesaikan penyusunan “LAPORAN HOME VISIT
PUSKESMAS DLANGGU DEMAM BERDARAH DENGUE”. Tugas praktek
kerja lapangan ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas
dalam kepaniteraan klinik di dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dengan menyusun laporan ini, kami berharap dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan kami, serta berpikir maju dan kritis
dalam menghadapi segala permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya
dalam bidang kesehatan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
yang membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :
1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof. Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Sukma Sahadewa , dr M.Kes Selaku koordinator kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
5. Prof. H. Didik Sarudji, M.Sc Selaku dosen pembimbing kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
6. Bimayanti Pratiwi, drg. selaku Kepala Puskesmas Dlanggu
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
7. Titin Sukmawati, dr. selaku dokter pembimbing di Puskesmas Dlanggu
Kabupaten Mojokerto.

iii
8. Seluruh paramedis dan Non Medis yang telah banyak membantu kami
selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Dlanggu
Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
9. Para bidan desa, kader puskesmas serta perawat desa yang telah
banyak membantu kami selama melaksanakan kepaniteraan klinik di
Puskesmas Dlanggu Kecamatan Dlanggu Kabupaten Mojokerto.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga


kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan laporan kinerja dalam
rangka praktek lapangan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak yang terlibat.

Dlanggu, September 2017

Penyusun

iv
FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Dlanggu Kabupaten Mojokerto

Tanggal kunjungan pertama kali :15 September 2017

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn.S
Alamat lengkap : Dsn. Jangkang Ds. Pohkecik RT.04 RW.04
Kec. Dlanggu Kab. Mojokerto
Bentuk Keluarga : NuclearFamily
Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket
dalam Klinik
keluarga (Y/T)
1 Tn. S Kepala L 60 th SD Kuli T -
keluarga Bangunan
2 Ny. M Istri P 48 th SD IRT T -
3 Sdr. SA Anak L 21 th SMK Tidak Y Pasien
bekeja
4 Sdr. N Anak P 20 th SD Karyawan T -
Swasta
5 Sdr. Anak P 17 th SMP Pelajar T -
NY
Sumber : Data Primer 15 September 2017
Keterangan Keluarga :Pasien, suaminya, dan anaknya

v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue yang


ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti yang banyak ditemukan di daerah
beriklim tropis dan subtropis. Penyakit DBD merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB)
dengan kematian yang besar (Lestari, dkk. 2011).

Pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di Indonesia sebanyak 137.469


kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk, dan
mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR
0,89% dengan IR sebesar 66,48 per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia
menempati urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086
kasus dengan kematian 1.358 orang. Tahun 2011 kasus DBD mengalami
penurunan yaitu 49.486 kasus dengan kematian 403 orang (Dahlia, 2012).

Laporan ini diambil berdasarkan kasus dari seorang penderita demam


berdarah, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 21 tahun, dimana penderita
merupakan penderita deman berdarah yang berada di wilayah Puskesmas
Dlanggu, Kabupaten Mojokerto, dengan berbagai permasalahan yang
dihadapi. Kasus ini merupakan salah satu kasus penyakit utama yang menjadi
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia karena memiliki insidensi yang
cukup tinggi. Hal ini terutama disebabkan oleh permasalahan seperti masih
kurang dan masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit demam
berdarah. Oleh karena hal itulah kasus ini dianggap penting kiranya bagi
penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa
menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan dan bahan pembelajaran
bersama dengan mempertimbangkan berbagai aspek dalam individu, keluarga
dan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara kondisi pasien yang menderita Demam
Berdarah dengan pengaruh kehidupan sosial ekonomi, pelayanan kesehatan dan
lingkungan penderita?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara kehidupan sosial ekonomi, pelayanan
yang diterima dan lingkungan sekitar pasien dengan penyakit yang
diderita pasien.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi pasien sesuai yang ditetapkan pada
Puskesmas.
b. Untuk mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui
APGAR.
c. Untuk mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui
SCREEM.
d. Untuk mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram
e. Untuk mengindentifikasi faktor pelayanan kesehatan yang tersedia
f. Untuk mengidentifikasi perilaku pasien sebagai penderita Demam
Bedarah.
g. Untuk mengidentifikasi faktor lingkungan (fisik, sosial-ekonomi,
dsb.)
h. Sebagai salah satu tugas akhir kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.

D. Manfaat
1. Manfaat bagi Pasien dan Keluarganya
a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien
b. Meningkatkan pemberdayaan pasien dan keluarganya
c. Meminimalisir angka kekambuhan penyakit dengan pemahaman

7
pengobatan yang baik
2. Manfaat bagi Pelayanan Kesehatan
a. Membantu mencapai tingkat kesehatan yang optimal
b. Memudahkan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan program
layanan dokter keluarga dalam fokus layanan primer
c. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan
pendekatan secara komunitas
3. Manfaat bagi Puskesmas
a. Meningkatkan mutu pelayanan puskesmas khususnya dalam fokus
terpadu pada pasien
b. Membantu Kinerja puskesmas dalam capaian program

8
BAB II
HASIL KUNJUNGAN

A. Identifikasi Pasien
1. Identitas Pasien
Nama : Sdr. SA
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Alamat : Dsn. Jangkang Ds. Pohkecik RT.04 RW.04
Kec. Dlanggu Kab. Mojokerto
Suku : Jawa
Tanggal Home Visite : 15 September 2017

2. Anamnesis
a. Keluhan utama : Demam
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas pada bulan juni 2017 dengan keluhan
demam. Pasien mengatakan merasa demam sejak 3 hari yang lalu
dan semakin panas pada malam hari, pasien demam hingga
menggigil. Pasien sempat mengeluh sakit kepala disertai mual dan
muntah. Ayah pasien mengatakan pasien mengalami penurunan
nafsu makan dan lemah. BAB tidak lancar, terakhir kalinya bab 3
hari yang lalu konsistensi keras. Pasien lalu di bawa ke puskesmas
Dlanggu oleh keluarga pasien.
c. Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat Darah Tinggi : Disangkal
- Riwayat Diabetes : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal

9
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
- Pasien tidak pernah MRS sebelumnya.
d. Riwayat Penyakit Keluarga :
- Riwayat Darah Tinggi : Ibu
- Riwayat Kencing Manis : Disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
- Riwayat Asma : Disangkal
- Riwayat Alergi : Disangkal
e. Riwayat Kebiasaan :
- Riwayat merokok : Disangkal
- Riwayat Olah Raga : Jarang
- Riwayat Kebersihan badan : Mandi sehari 2x
f. Riwayat Sosial Ekonomi :
Penderita adalah seorang anak pertama dari pasangan
suami istri, Tn. S dan Ny. M. Ayah dan ibu penderita tinggal di
sebuah rumah yang berpenghuni 5 orang (anak- anaknya).
Penderita masih berusia 21 tahun. Ayah bekerja sebagai kuli
bangunan dan ibu penderita bekerja sebagai ibu rumah tangga.
Selain itu saudara kandung penderita masih seokalah. Sumber
pendapatan keluarga didapatkan dari Ayah, yang bisa dibilang
cukup untuk menghidupi seluruh anggota keluarga tiap bulannya
g. Riwayat Gizi
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali
sehari dengan nasi 1 piring, sedikit sayur, lauk pauk seperti ikan
dan tempe, disertai kerupuk. Kesan status gizi cukup.
3. Anamnesis Sistem
1. Kulit : Warna kulit sawo matang, kulit gatal (-).
2. Kepala : Sakit kepala (+), rambut kepala rontok (-),
luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala
(-).

10
3. Mata: : Pandangan mata berkunang-kunang (-),
penglihatan kabur(-).
4. Hidung : Tersumbat (-), mimisan (-), rasa membau (-).
5. Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdengung (-),
keluar cairan (-)
6. Mulut : Sariawan (-), mulut kering (-)
7. Tenggorokan : Sakit menelan (-), serak (-).
8. Pernafasan : Sesak nafas (-), batuk lama (-), mengi (-),
batuk darah (-)
9. Kadiovaskuler : Berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
10. Gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), diare (-),
nafsu makan menurun (-) , nyeri perut (-),
sudah 3 hari tidak BAB
11. Genitourinaria : BAK lancar, 1-2 kali/hari warna dan jumlah
biasa
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
13. Muskuloskeletal : Kaku sendi (-), nyeri sendi (-), kesemutan
pada kaki (-)
14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)

4. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Tampak sakit , kesadaran compos mentis (GCS E 4V5M6), status gizi
kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Tensi : 120/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit, reguler, isi cukup, simetris
RR : 18 x/menit
Suhu : 38,5oC

11
Status Gizi
BB : 50 kg
TB : 165 cm
IMT : BB = 50 = 18,36
(TB)2 (1,65)2
BMI < 18,5 = Kurang
BMI 18,5 - 25 = Normal
BMI 25,1 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI ≥27 = Obesitas
Status gizi Normal
3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala :Bentuk simetris, tidak ada luka, rambut tidak
mudah dicabut, atrofi m. Temporalis(-), makula (-),
papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/bells
palsy (-)
4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),
reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (+), papil lidah atrofi (-),
tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher

12
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
Cor : I : Ictus cordis tak tampak
P : Ictus cordis tak kuat angkat
P : SIC II cm lateral LPSS (batas kiri atas)
SIC II LPSD (batas kanan atas)
SIC V 1cm lateral LMCS (batas kiri bawah)
SIC IV LPSD (batas kanan bawah)
Batas jantung kesan tidak melebar
A :BJ I–II intensitas normal, regular,
Bising (-)
Pulmo : I : Pengembangan dada kanan & kiri simetris
P : Fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : Sonor/sonor
A : Suara dasar vesikuler (+/+), whezing (-/-)
11. Abdomen :
I : Dinding perut sejajar dengan dinding dada
P : Supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tak
teraba
P : Timpani seluruh lapang perut
A : Peristaltik (+) normal
12. Sistem Collumna Vertebralis
I : Deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-),
lordosis (-)
P : Nyeri tekan (-)
P : NKCV (-)

13. Ekstrimitas : Palmar eritema(-/-), hiperemi pada jari (-),


hemiparese (- )

13
14. Sistem genitalia : Dalam batas normal
15. Pemeriksaan Neurologik :
Fungsi Luhur : Dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : Dalam batas normal
Fungsi Sensorik : Dalam batas normal
Fungsi Motorik :

16. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan : Sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : Kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : Appropriate
Psikomotor : Normoaktif
Proses pikir :
Bentuk : Realistik
Isi : Waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : Koheren
Insight : Baik

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium : Darah Lengkap
Pemeriksaan rontgen thoraks : Tidak dilakukan
6. Resume
Seorang pasien laki-laki 21 tahun dengan keluhan utama demam.
Demam sudah dialami sejak 3 hari, panas meninggi pada malam hari
hingga mengigil. Mual disertai muntah. BAB tidak lancer

14
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, compos mentis, status gizi kesan normal. Tanda vital
T:120/90, N: 88 x/menit, RR: 20 x/menit, S:38,5°C, BB: 50 kg, TB:
165 cm, status gizi normal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan lidah
kotor dan nyeri tekan pada epigast
7. Patient Centered Diagnosis
Diagnosis Biologis :
Demam Bedarah (DBD)
Diagnosis psikologis : -
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :
1. Lingkungan rumah yang kurang bersih
2. Lingkungan keluarga dan teman-teman tidak mendukung

8. PENATALAKSANAAN
Non Medika Mentosa
1. Berikan banyak minuman larutan oralit atau jus buah, ,air tajin, air

sirup, susu, untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran

plasma, demam, muntah, diare/diare.

2. Bedrest.

Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali


yaitu istirahat mutlak, berbaring terus di tempat tidur. Seminggu
kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh duduk dan berjalan.

3. Perawatan yang baik dilakukan untuk mencegah komplikasi,


mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.

4. Pengaturan diet.

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi


protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas
sehari perlu diberikan. Bila pasien nafsu makannya baik, maka dapat
diberikan makanan lunak atau makanan biasa tanpa sayuran dan buah.

15
Banyak minum untuk mecegah dehidrasi karena pasien mengalami
demam bedarah dan demam lainnya.

Medikamentosa
a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue tanpa syok (WHO,2009)

1) Berikan paracetamol bila demam. Jangan berikan acetosal atau

ibuprofen karena obat- obat ini dapat merangsang terjadinya

pendarahan.

2) Berikan infus sesuai dengan dehidras sedang:

a) Berikan banyak larutan isotonic sperti ringer laktat/ asetat

b) Kebutuhan cairan parenteral

Berat badan <15kg : 7 ml/kgBB/jam

Berat badan 15- 40 kg : 5 ml/kgBB/jam

Berat badan >40kg : 3 ml/kgBB/jam

c) Pantau tanda vital dan dieresis setiap jam, serta pemeriksaan

laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit, dan hemogoblin)

tiap 6 jam.

d) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,

turunkan jumlah cairan secara bertahan sampai keadaan stabil.

Cairan intravena biasanya memerlukan waktu 24- 48 jam sejak

kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian cairan.

3) Apabila terjadi perburukan kilnis berikan tatalaksana sesuai dengan

tatalaksana syok terkompensasi (Compensated syok).

b. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue dengan syok (WHO,2009)

16
1) Perlakukan sebagai keadaan gawat darurat dengan memeberikan

oksigen 2-4L/menit secara nasal .

2) Berikan 20ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/acetat

secepat- cepatnya

3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian

kristaloid 20 ml/kg secepatnya (maksimal 30 menit) atau

pertimbangkan pemberian koloid 10-20mk/kgBB/jam maksimal

30ml/kgBB/24 jam.

4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin

menurun pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi,

berikan tranfusi darah/komponen.

5) Jika terdapat perbaika klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer

ulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi

hingga 10ml/kgBB/jam dalam 2-4 jam dan secara bertahap

diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis dan laboratorium.

6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36-

48 jam. Ingatlah banyak kematian terjadi karena pemberin cairan

yang terlalu banyak daripada cairan yang terlalu sedikit.

c. Tatalaksana komplikasi perdarahan (WHO, 2005)

Jika terjadi perdarahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila

tidak, beri koloid dan segera rujuk.

9. Tindak lanjut (follow up)

Tanggal 20 september 2017


S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan

17
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis
T : 110/70 mmHg, Nadi 88x/m, RR 20x/m, Tax : 360C
A : Demam Berdarah Dengue
P : Non Medikamentosa
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, jaga pola makan, hyngie
dan kebersihan lingkungan

APGAR SCORE
1. ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah, pasien pertama kali
membicarakannya kepada orang tua dan mengungkapkan apa yang
diinginkannya dan menjadi keluhannya. Penyakit mengganggu
aktivitasnya sehingga harus tidak masuk sekolah dalam beberapa hari.
Dukungan keluarga, sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan
teratur minum obat, serta mengatur pola hidup karena penderita dan
keluarga yakin penyakitnya bisa sembuh total bila ia mematuhi aturan
pengobatan sampai sakitnya benar-benar sembuh. Hal ini
menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat .

2. PARTNERSHIP
Sdr. SA sangat mempunyai keinginan untuk sembuh karena mengerti
bahwa ia adalah bagian penting keluarga. Selain itu orang tua Sdr. SA
meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar
anggota keluarga berjalan dengan baik.

3. GROWTH
Sdr. SA sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya yang harus
teratur minum obat.

4. AFFECTION
Sdr. SA merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan
keluarga baik.

18
5. RESOLVE
Sdr. SA merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia
dapatkan dari keluarga walaupun waktu yang tersedia tidak banyak
karena sebagian sibuk bekerja dan bersekolah.

APGAR Sdr. SA Terhadap Sering Kadang Jarang/tidak


Keluarga /selalu -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat 
kembali ke keluarga saya bila saya
menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga 
saya membahas dan membagi
masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga 
saya menerima dan mendukung
keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup
yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga 
saya mengekspresikan kasih
sayangnya dan merespon emosi
saya seperti kemarahan, perhatian
dll
R Saya puas dengan carakeluarga 
saya dansaya membagi waktu
bersama-sama
Total poin 10 -> fungsi keluarga dalam keadaan baik

19
Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Sdr. SA
adalah 10. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki
keluarga Sdr. SA dan keluarganya dalam keadaan baik. Hubungan antar
individu dalam keluarga tersebut terjalin baik.
B. SCREEM
SUMBER PATHOLOGY KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga dan +
Sosial
partisipasi di dalam masyarakat baik.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal +
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara- acara yang
bersifat hajatan, sunatan, dll. Menggunakan bahasa
jawa, tata krama dan kesopanan santun.
Religius Pasien menganut Agama Islam, pasien dan keluarganya +
mengaku taat dalam menjalankan Sholat.
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah kebawah, +
untuk kebutuhan primer bisa terpenuhi dan mampu
mencukupi kebutuhan sekunder tanpa mengabaikan
skala prioritas kebutuhan sehari-hari.
Edukasi Pendidikan anggota keluarga sudah cukup memadai. +
Medical Mampu menggunakan pelayanan kesehatan yang +
memadai. Dalam mencari pelayanan kesehatan
keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas hal ini
mudah dijangkau karena letaknya dekat

Keterangan:
Keluarga Sdr. SA tidak mempunyai masalah dalam fungsi patologis. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi patologis yang dimiliki keluarga Sdr. SA
dan keluarganya dalam keadaan baik.

20
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap : Dsn. Jangkang Ds. Pohkecik RT.04 RW.04
Kec. Dlanggu Kab. Mojokerto

Bentuk Keluarga : Nuclear Family


Diagram 1. Genogram Keluarga Sdr. SA

Dibuat tanggal 21 September 2017

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal dunia

E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

21
Ibu penderita Ayah penderita

Adik penderita

Keterangan : : hubungan baik


Hubungan antara Sdr. SA keluarganya baik dan dekat.
F. PERTANYAAN SIRKULER
1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh orang tua ?
Jawab :
Orang tua mengajak berobat ke tempat pengobatan
2. Ketika orang tua bertindak seperti itu apa yang dilakukan penderita ?
Jawab :
penderita mendukung apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ?
Jawab :
Dibutuhkan ijin orang tua, karena sebagai kepala keluarga. Namun
sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau
mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ?
Jawab :
Anggota keluarga yang dekat dengan pendenta adalah ibunya
5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?
Jawab :
Tidak ada.
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?
Jawab :
Tidak ada.

22
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identiflkasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga


Sdr. SA adalah seorang laki-laki yang tinggal bersama dengan
orangtua dan dua saudara kandungnya di wilayah desa pohkecik. Namun
sudah kurang lebih 3 hari ini pasien mengeluh demam. Penderita mengeluh
sakit kepala, mual dan muntah. BAK normal, BAB tidak lancar. Karena
merasa kuatir orangtuanya mengajat berobat.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-
hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka
sakit, mereka menjadi tidak dapat sekolah sehingga tidak dapat mengikuti
pembelajaran di sekolah. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan
oleh karena pola hidup mereka yang kurang baik, bukan dari guna-guna, sihir,
atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi
menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau
pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak
dekat dengan rumah. Keluarga ini tidak memiliki rumah sendiri, melainkan
menyewa kos-kosan dengan ventilasi yang baik,tidak mempunyai fasilitas
kamar, kamar mandi dan dapur yang kurang bersih, dan lingkungan belakang
kos dibuat untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga


menengah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari bapak dan salah
satu saudaranya yang bekerja sebagai karyawan . Total semua penghasilan
tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.

23
Rumah yang dihuni keluarga ini tidak memadai karena ada kekurangan
dalam pemenuhan standar kesehatan. ventilasinya masih kurang, lingkungan
belakang rumah untuk menyimpan barang yang tidak terpakai. Pembuangan
limbah keluarga memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga
dialirkan. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada
di depan rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini
jika sakit adalah dokter keluarga dengan memakai astek dan BPJS di
Puskesmas Dlanggu.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran kurang lebih 10x17 m


yang berdempetan dengan rumah tetangga yang ada disebelahnya . Tidak
memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Dalam satu rumah terdiri
dari 3 ruang kamar tidur yang jadi satu dengan ruang tamu di setiap kamarnya.
Dapur, dan kamar mandi saling bersebelahan. Terdiri dari 1 pintu keluar di
bagian depan.
Lantai rumah terbuat dari tehel . Ventilasi dan penerangan rumah
masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan ditutup langit-langit. Di
ruang tersebut terdapat 1 tempat tidur yang digunakan penderita untuk
beristirahat dan berbagi dengan adik beserta orang tuanya. Perabotan rumah
tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini
menggunakan air sumur. Secara keseluruhan kebersihan rumah kurang.
Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.

24
Denah Rumah

Kamar 3
WC

Dapur

Kamar 2 Ruang Tengah

Kamar 1

Ruang Tamu

25
BAB IV
PEMBAHASAN

A. MASALAH AKTIF :
1. Demam Berdarah Dengue
B. FAKTOR RESIKO :
1. Lingkungan rumah yang kurang bersih
2. Ventilasi rumah yang kurang
3. Udara sekitar rumah yang kurang segar karena di
belakang rumah banyak barang yang tidak terpakai disimpan di tempat
tersebut.

DIAGRAM PERMASALAHAN PENDERITA


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan penderita)

Keturunan
Tidak terdapat faktor
keturunan pada pasien ini

Faktor Lingkungan Perilaku


Fisik dan sosial  Gaya hidup (terkait) :
 Kebersihan yang Sdr. SA - Kurangnya menjaga
kurang di dalam 21 Tahun kebersihan individu
rumah - Kurang menjaga asupan
 Kebersihan yang makanan dan istirahat
kurang di sekitaran
rumahnya
 Pengelolaan samah
yang berserakan di
belakang rumahnya Pelayanan Kesehatan
 Kurangnya edukasi dan konseling
terhadap pasien dan keluarga pasien
 Kurangnya monitoring dan evaluasi
terhadap pasien Demam Berdarah

26
PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Keturunan

Tidak didapatkan faktor keturunan dalam pasien ini


2. Pelayanan Kesehatan

Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien


mengakibatkan kurangnya pengetahuan pasien maupun keluarga pasien
terhadap penyakit demam berdarah, sehingga pemahaman mengenai
pengobatan masih kurang yang akan berdampak pada komplikasi yang
terjadi.
Keberhasilan terapi penyandang demam berdarah sangat tergantung
pada kepatuhan pasien dalam menjalani terapi yang diberikan. Oleh karena
itu, Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien demam berdarah
mengakibatkan tingkat keberasilan pengobatan yang masih rendah.
3.Faktor perilaku

Perilaku yang dikaitkan dengan permasalahan Sdr. SA ini ialah


kurangnya menjaga kebersihan individu, menjaga asupan makan dan istirahat
4. Faktor Lingkungan

Kebersihan yang kurang didalam rumah dan disekitaran rumahnya.

27
BAB V
PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT


1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun
kepada dokternya. Antara lain dengan cara:
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
e. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran
dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri


kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang hams dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk

28
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa
mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah


tentang thypoid dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit, dan
pengobatannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa
dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien
kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh
petugas Yankes.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan yang dianjurkan oleh dokter.
Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita
termasuk akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya,
pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan
tentang pentingnya menjaga diet dan pentingnya berolahraga.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri


pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya.
Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri
mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet
yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang periu
dilakukan. Pasien dimotivasi agar rajin dan teratur minum obat yang
diberikan, dan bersabar dalam pengobatan karena penyakit yang diderita
merupakan penyakit dengan jangka waktu pengobatan yang lama.

29
5. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku. Terutama dalam menjaga pola
makan dan membiasakan diri untuk berolahraga secara rutin.

B. PREVENSI BEBAS PENYAKIT UNTUK KELUARGA LAINNYA


(ORANGTUA, DAN KELUARGA LAINNYA )

Pada prinsipnya secara pencegahan demam tifoid adalah mengenai


pola hidup sehat baik terhadap diri sendiridan lingkungan sekitar agar
terhindar dari berbagai penyakit infeksi.

1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan
membersihkan rumah setidaknya 2 kali setiap hari dan lingkungan
belakang rumah yang dibuat untuk memelihara burung dara sebaiknya
diatur yang baik, serta mencuci perabotan rumah dan pakaian
menggunakan air bersih. Selalu mengkonsumsi air bersih yang sudah
dimasak serta menggunakan sumber air yang baik.
2. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.
Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya
tahan tubuh bagi anggota keluarga dan tentunya untuk pasien sendiri. Kondisi
sosial ekonomi menengah kebawah pada pasien mengakibatkan keseriusan
pasien yang kurang untuk melakukan pengobatan.

30
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Prioritas Masalah
No Kegiatan M I V C M × I ×V
P=
C
1 Penatalaksanaan pasien DBD 4 3 3 3 12
2 Penyuluhan PSN 4 2 3 1 24
(Pemberantasan Sarang
Nyamuk)
3 Evaluasi hasil pemeriksaan 4 4 3 3 16
penunjang

Keterangan :

P :Prioritas penyeselaian masalah

M :Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini

dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)

I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah

V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah

C : Cost, Biaya yang diperlukan


Maka, prioritas jalan keluar yang terpilih adalah melakukan penyuluhan
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

31
B. Rencana Program Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

Volume Lokasi Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Rincian kegiatan Jadwal
kegiatan pelaksana pelaksana pelaksanaan

1. Menentukan Staff Terbentukn 1 kali 1. Mengumpulka 1. Balai desa Tenaga Oktober 1.ruangan
kriteria tim medis dan ya kriteria dalam n aspirasi Pohkecik kesehatan minggu 2. Kursi dan meja
penyuluh tenaga tim bulan kriteria tim terkait pertama 3. Microphone
kesehatan penyuluh pertama penyuluh dan perlengkapan
lainnnya 2. Menyepakati teknik
kriteria tim 4. Papan tulis
penyuluh 5. Konsumsi
6. Buku laporan

32
2 Pembentuka Staff Terbentuk 2x 1. Memilih dan 1. Ruang Staff oktober 1. Konsumsi
n Tim medis dan tim seminggu menyeleksi pertemuan penyuluh 2. Ruangan
penyuluhan tenaga penyuluh kandidat tim puskesmas terpilih 3. LCD
kesehatan 2. Persetujuan Dlanggu 4. Laptop
puskesma 3. Pembentukan 5. Microphone
s Dlanggu struktural dan perlengkapan
teknik
6. Kursi

3. Perencanaan Tim 1. Terbent 2x dalam 1. Menyusun Ruang Staff Novemb 1. Ruangan


program penyuluh uknya seminggu materi pertemuan penyuluh er 2. Kursi
pelatihan terpilih materi pelatihan puskesmas terpilih 3. Meja
dan penyul 2. Penyuluhan Dlanggu 4. Microphone
penyuluhan uhan sanitasi dan perlengkapan
pelatih lingkungan, teknik
pola hidup 5. pelaporan

33
an bersih dan
sehat
3. Demo
peragaan
pengolahan
bahan
makanan yang
bersih dan
sehat

34
4. Pelatihan Seluruh 1. Anggot 1x per 1.Pembahasan Ruang Tim Novemb Lokasi, bahan
Tim tim yang a tim bulan materi penyuluhan pertemuan Survailans er materi dan
penyuluh terpilih penyul 2. pemantapan puskesmas peraga, konsumsi
uh materi penyuluhan Dlanggu

35
5 Penyuluhan Penjamah 1. 1x Dalam 1.Persiapan Materi Balai desa Tim Novemb Lokasi, Bahan
pemberantas makanan Tercakupny Sebulan 2. Pelaksanaan dan Pohkcik Survailans er serta alat untuk
an dan dan a Penjamah penyampaian melakukan
masyarakat
pencegahan makanan materi penyuluhan penyuluhan
sekitar
penularan dan konsumsi dan
lingkungan
Demam masyarakat doorprize yang
desa
Berdarah sekitar menarik.
pohkecik
lingkungan
desa

pohkecik

36
6. Evaluasi hasil Penjamah Peningkata 1x per 1. Inspeksi Di desa Tim Desemb 1. Transport
penyuluhan makanan n bulan mendadak pohkecik penyuluh er 2. Kuisioner
dan pemahama pada 3. Kamera
masyarakat
n tentang penjamah 4. pelaporan
sekitar
pemberant makanan
lingkungan
asan dan 2. Penyebaran
desa
pencegaha kuisioner
pohkecik
n penularan untuk menilai
penyakit tingkat
demam pengetahuan
berdarah penjamah
makanan

37
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis:
- Sdr. SA (21 tahun), menderita penyakit demam berdarah
- Status gizi Sdr. SA berdasarkan IMT termasuk dalam kategori Gizi
nomal.
- Rumah dan Lingkungan sekitar keluarga Sdr. SA tidak sehat.
2. Segi Psikologis:
- Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
terjalin cukup akrab
- Pengetahuan akan demam berdarah kurang.
- Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung
untuk penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Sosial:
- Pasien tidak memiliki masalah dengan orang tua dan saudaranya.
4. Segi fisik:
- Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Sdr. SA kurang bersih.

B. SARAN
1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah:
- Preventif : Penderita diharapkan untuk menjaga kesehatan terutama
dengan menjaga pola hidup, mulai dari makanan dan olahraga. Karena
pasien termasuk orang dengan factor resiko terjadinya demam
berdarah jadi dianjurkan untuk lebih telaten dan teratur.
- Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai demam berdarah
dan pengobatan-nya oleh petugas kesehatan atau dokter yang
menangani.
- Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan dengan PSIDII dan
paracetamol

38
- Rehabilitatif : Memotivasi pasien agar tidak putus asa dalam
pengobatan karena pengobatan demam berdarah adalah pengobatan
yang tidak boleh terputus, bisa mengakibatkan relaps.
2. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :
- Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan
memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat
kemampuan orang yang kurang mampu untuk membina keluarganya,
sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas dari
kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan
untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman
yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

39
DAFTAR PUSTAKA

Dahlia, P. 2012. Pengaruh Faktor Lingkungan Fisik dan Kebiasaan Keluarga


Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kecamatan
Binjai Timur Kota Binjai Tahun 2012

Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Penyelidikan Epidemiologi (PE)


Penanggulangan Seperlunya dan Penyemprotan Massal dalam
Pemberantasan Penyakit DBD. Jakarta.

Depkes RI. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Demam


Berdarah Dengue. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buletin jendela epidemiologi: demam berdarah


dengue volume 2. Agustus 2010. Pusat Data dan Surveilens Epidemiologi

Lestari, D.B., Gama, Z.P., Rahardi, P. 2011. Identifikasi Nyamuk Di Kelurahan


Sawojajar Kota Malang.

Tim Adaptasi Indonesia. 2009. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.


Pedoman Bagi Rumah Sakir Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota,
Jakarta: WHO Indonesia.

40
LAMPIRAN
FOTO

Gambar 1. Tampak dari depan rumah bersama pasien dan keluarganya

Gambar 2. Ruang Tamu

41
Gambar 3. Ruang Tengah

Gambar 4. Kamar 1dan 2

42
Gambar 5. Kamar 3

Gambar 6. Dapur

43
Gambar 7. Kamar Mandi

44

Anda mungkin juga menyukai