Anda di halaman 1dari 56

LAPORAN KASUS 1

ASFIKSIA NEONATORUM DENGAN BBLR

08/13/2020
Mutiara Pratiwi, S.Ked
NIM : 150611013
 
Preseptor :
dr. Mauliza, M. Ked (Ped), Sp.A

BAGIAN/KSM ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019
2

BAB 1 PENDAHULUAN

08/13/2020
3
PENDAHULUAN

 Ikatan Dokter Anak Indonesia mendefinisikan asfiksia


neonatorum sebagai kegagalan napas secara spontan dan
teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir
yang ditandai dengan hipoksemia,hiperkarbia dan asidosis.
 Sedangkan World Health Organization (WHO), asfiksia
adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera
setelah lahir

08/13/2020
4

VVZ masuk melalui mukosa sal napas atas dan orofaring 


multiplikasi di port de’entry  menyebar PD limfe  Viremia
Primer

Gejala awal prodormal  erupsi kulit (papul eritematosa)  vesikel (tears


drop) di atas dasar eritematosa  Vesikel keruh (mirip pustul)  krusta

Proses berlangsung  timbul lagi vesikel-vesikel baru 


gambaran polimorf

Penyebaran daerah badan menyebar sentrifugal ke wajah dan


ekstremitas, selaput lendir mata, mulut.

08/13/2020
5

LAPORAN
BAB 2
KASUS

08/13/2020
6
IDENTITAS PASIEN

 Nama : By. Ny. Y


 No RM : 130204
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Tanggal lahir : 17 Oktober 2019
 Usia : 13 hari
 Alamat : Alue Bayue Utang, Kec. Jangka
 Agama : Islam
 Suku : Aceh
 Tanggal masuk RS : 17 Oktober 2019
 Tanggal pemeriksaan : 30 Oktober 2019
08/13/2020
7
Identitas Orang Tua

Kedudukan Jenis
No Nama Umur Pekerjaan
dalam keluarga Kelamin

1. Tn. I Kepala Keluarga L 33 th Petani

2. Ny. Y Istri P 27 th Ibu rumah


tangga

08/13/2020
8
ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Lahir tidak segera menangis.

Keluhan Tambahan :
Refleks hisap tidak ada, sianosis ekstremitas, nilai
APGAR 3/4, BBLR (1300 gram).

08/13/2020
9
ANAMNESIS

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien dibawa dari ruang OK ke ruang NICU RSU Cut Meutia pada tanggal 17
Oktober 2019 dengan keluhan tidak segera menangis. Pasien lahir secara SC di
kamar operasi RSU Cut Meutia pada 17 Oktober 2019 pukul 11.14 WIB, dengan
usia kehamilan 28-30 minggu dan riwayat ibu PEB (G2P1A0). Setelah lahir pasien
tidak segera menangis, refleks hisap tidak ada, sianosis pada ekstremitas, gerakan
ekstremitas lemah dengan total skor APGAR 3/4 . Keadaaan klinis, tali pusat
segar, anus (+), meconium belum keluar, BAK (+), bayi lahir dengan berat badan
1300 gram dan panjang badan 26 cm.
Warna air ketuban jernih, warna tali pusat segar, riwayat ANC di bidan desa
(+) pada kunjungan pertama dan kedua, serta (-) pada kunjungan ketiga dengan
riwayat ibu preeklamsi berat (PEB).

08/13/2020
10
ANAMNESIS

Riwayat Penyakit Dahulu :


Ibu pasien juga mengalami preeklamsi berat pada
kehamilan sebelumnya..
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami hal seperti ini
sebelumnya.

08/13/2020
11
ANAMNESIS

Riwayat pemakaian obat :


Riwayat pemakaian obat sebelumnya disangkal.
Riwayat kehamilan dan persalinan :
•Prenatal : Ante Natal Care di bidan desa, pada trimester pertama
sekali, trimester kedua sekali, dan trimester ketiga tidak ada.
•Natal : Lahir di ruang operasi RS Cut Meutia melalui section
cesarea dari ibu G2P1A0, usia 27 tahun, lahir tidak segera
menangis, BBL: 1300 gram, PB: 26 cm, APGAR skor: 3/4
•Postnatal : Perawatan di ruang NICU RSU Cut Meutia, keadaan
anak BBLSR dan asfiksia.

08/13/2020
12
ANAMNESIS

Riwayat makanan
Pasien diberikan diet ASI / susu formula.
Riwayat imunisasi
Pasien belum mendapatkan imunisasi sama sekali.

08/13/2020
13
ANAMNESIS

Riwayat tumbuh kembang


Perkembangan : belum bisa dinilai
Pertumbuhan: BBL 1300 gr usia kehamilan 28-30 minggu
Riwayat sosial ekonomi
Orang tua pasien mempunyai penghasilan yang tidak menentu dan penanggung
jawab pembayaran jaminan kesehatan ditanggung oleh BPJS.
Riwayat keluarga berencana pada orang tua
Ibu pasien tidak memakai KB

08/13/2020
14
PEMERIKSAAN FISIK
VITAL SIGN

Keadaan umum: Sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis

Tekanan darah: tidak diperiksa

Frekuensi nadi: 117x/menit, reguler

Frekuensi napas: 20 x/menit, regular

08/13/2020
15
PEMERIKSAAN FISIK
ANTROPOMETRI

 BB : 1300 gr
 TB/PB : 36 cm
 LK : 25 cm
 LD : 29 cm
 LP : 24 cm
 PL : 15 cm
 PK : 16 cm
 Ke-Simf : 23 cm
 Simf-Ka : 13 cm
08/13/2020
16
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS

 Kepala : Normocephali, simetris, caput (-), rambut hitam tidak mudah rontok.
 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil isokor, reflek cahaya langsung
(+/+), reflek cahaya tidak langsung (+/+), edema palpebra (-), kornea jernih (+).
 Hidung : Deviasi septum (-/-), pernafasan cuping hidung (-/-), epistaksis (-).
 Mulut : Sianosis bibir (-), tonsil hiperemis (tidak dapat dinilai), faring hiperemis (tidak
dapat dinilai), trismus (-).
 Telinga : Simetris (+), secret (-), tragus sign (-), bloody othorea(-).
 Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), peningkatan tekanan vena jugularis (-).

08/13/2020
KEPALA : normocephali ,
warna rambut hitam 17
MATA
TELINGA : Normotia Konjungtiva palp. Inf. Pucat
HIDUNG: Sekret (-/-) (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor, RCL/RCTL (+/+)
MULUT: Sianosis bibir (-),
edema (+/+) injeksi siliar dan
tonsil hiperemis (tidak dapat konj OD +
dinilai), faring hiperemis
(tidak dapat dinilai), trismus THORAKS : I : simetris (+/+),
(-).. retraksi dinding dada (+), P:
LEHER: pembesaran (sonor/ sonor). A: vesikuler
kelenjar limfe (-), (-/-) , ronkhi (-/-),
peningkatan tekanan vena wheezing(-/-).
jugularis (-).

ABDOMEN : soepel, JANTUNG : I : ictus cordis tdk


Nyeri tekan (-), shifting terlihat, Batas jantung atas: ICS II
dullness (-), undulasi (-) linea parasternalis (s)Batas jantung
peristaltik (+), distensi (-). bawah dan kiri: ICS V linea
midclavicularis (s)Batas jantung
EXTREMITAS INFERIOR kanan: ICS V linea parasternalis (d)
A: BJ I>BJ II, BJ regular, murmur
Ikterik (-/-), Edema (-/-),
sianosis (-/-)
08/13/2020 (-), gallop (-) 17
08/13/2020
18
Dokumentasi Laporan Kasus

08/13/2020
19
RESUME

 Pasien dibawa dari ruang OK ke ruang NICU RSU Cut Meutia pada tanggal 17
Oktober 2019 dengan keluhan tidak segera menangis. Pasien lahir secara section cesarea
di kamar operasi RSU Cut Meutia pada 17 Oktober 2019 pukul 11.14 WIB, dengan usia
kehamilan 28-30 minggu dan riwayat ibu PEB (G2P1A0). Setelah lahir pasien tidak
segera menangis, refleks hisap tidak ada, sianosis pada ekstremitas, gerakan ekstremitas
lemah dengan total skor APGAR 3/4 . Keadaaan klinis, tali pusat segar, anus (+),
meconium belum keluar, BAK (+), bayi lahir dengan berat badan 1300 gram dan panjang
badan 26 cm.
 Warna air ketuban jernih, warna tali pusat segar, riwayat ANC di bidan desa (+) pada
kunjungan pertama dan kedua, serta (-) pada kunjungan ketiga dengan riwayat ibu
preeklamsi berat (PEB).
 Pada pemeriksaan fisik yang didapat keadaan umum tampak sakit sedang. BBL 1300
gram dan panjang badan 36 cm. Vital sign didapatkan HR: 103 x/menit, RR: 36 x/menit
dan T: 36,8°C. Pada mata conjungtiva palpebra inferior tidak anemis, tidak dijumpai
sianosis pada bibir dan kedua ekstremitas atas dan bawah . Pemeriksaan penunjang tidak
dilakukan. 08/13/2020
20
Diagnosis Banding dan
Diagnosis Kerja

Diagnosis banding
1. Asfiksia neonatorum + BBLSR
2. RDS + BBLSR
3. Transient Tachypnea of the Newborn (TTN)
+ BBLSR

Diagnosis kerjaa
Asfiksia neonatorum + BBLSR
08/13/2020
21
Tatalaksana dan Prognosis

 IVFD Dex 5% NaCl 0,225% 4 gtt/i


micro  Quo Ad vitam :
Dubia ad bonam
 IVFD Aminofusin 0,2 cc/jam
(syringe pump)  Quo Ad fungsionam
: Dubia ad bonam
 Inj. Cefotaxime 75 mg/12 jam
 Quo Ad sanationam:
 Inj. Dexamethasone 1/5 amp/12 jam Dubia ad bonam
 Inj. Neo-K 1 mg
 Diet ASI/SF 5 cc/2 jam OGT

08/13/2020
22
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
17-10- Menangis tidak ada, HR:140x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl 0,225% 4
2019 sianosis ekstremitas RR:52x/menit neonatoru gtt/i
H+1 (+) T: 36,3°C m+ IVFD Aminofusin 0,2 cc/jam
Meconium (-) Bb: 1300 gr BBLSR (syringe pump)
BAK (+) Tali pusat segar (+) Inj. Cefotaxime 75 mg/12 jam
Anus (+) Inj. Dexamethasone 1/5 amp/12
jam
Inj. Neo-K 1 mg
Diet ASI/SF 5 cc/2 jam OGT

18-10- Menangis tidak ada, HR:124x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl 0,225% 4
2019 sianosis ekstremitas RR:55x/menit neonatoru gtt/i
H+2 (+) T: 37,2°C m+ IVFD Aminofusin 0,2 cc/jam
Meconium (+) Bb: 1350 gr BBLSR (syringe pump)
BAK (+) Tali pusat segar (+) Inj. Cefotaxime 75 mg/12 jam
Anus (+) Inj. Dexamethasone 1/5 amp/12
jam
Diet ASI/SF 5 cc/2 jam OGT

08/13/2020
23
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
19-10-2019 Menangis kuat (+) HR:160x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+3 Menghisap lemah RR:49x/menit neonatorum 0,225% 4 gtt/i
(+) T: 37,4°C + BBLSR IVFD Aminofusin 0,2
Sesak nafas (-) Bb: 1400kg cc/jam (syringe pump)
Gerak lemah (+) Tali pusat layu (+) Inj. Cefotaxime 75 mg/12
BAB (+) BAK (+) Anus (+) jam
Sianosis (-) Inj. Dexamethasone 1/5
amp/12 jam
Diet ASI/SF 5 cc/2 jam
OGT
20-10-2019 Menangis kuat (+) HR:128x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+4 Menghisap lemah RR:36x/menit neonatorum 0,225% 4 gtt/i
(+) T: 37,4°C + BBLSR IVFD Aminofusin 0,2
Sesak nafas (-) Bb: 1450 gr cc/jam (syringe pump)
Gerak lemah (+) Tali pusat layu (+) Inj. Cefotaxime 75 mg/12
BAB (+) BAK (+) Anus (+) jam
Sianosis (-) Inj. Dexamethasone 1/5
amp/12 jam
Diet ASI/SF 5 cc/2 jam
OGT
08/13/2020
24
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
21-10-2019 Menangis kuat (+) HR:130x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+5 Menghisap lemah RR:40x/menit neonatorum 0,225% 4 gtt/i
(+) T: 37,1°C + BBLSR IVFD Aminofusin 0,2
Sesak nafas (-) Bb: 1500 gr cc/jam (syringe pump)
Gerak lemah (+) Tali pusat layu (+) Inj. Cefotaxime 75 mg/12
BAB (+) BAK (+) Anus (+) jam
Sianosis (-) Inj. Dexamethasone 1/5
amp/12 jam
Diet ASI/SF 5 cc/2 jam
OGT
22-10-2019 Menangis kuat (+) HR:124x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+6 Menghisap lemah RR:46x/menit neonatorum 0,225% 4 gtt/i
(+) T: 37,2°C + BBLSR IVFD Aminofusin 0,2
Sesak nafas (-) Bb: 1550 gr cc/jam (syringe pump)
Gerak lemah (+) Tali pusat layu (+) Inj. Cefotaxime 75 mg/12
BAB (+) BAK (+) Anus (+) jam
Sianosis (-) Inj. Dexamethasone 1/5
amp/12 jam
Diet ASI/SF 5 cc/2 jam
OGT
08/13/2020
25
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
23-10-2019 Menangis kuat (+) HR:120x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+7 Menghisap lemah RR:38x/menit neonatorum 0,225% 4 gtt/i
(+) T: 37,4°C + BBLSR (AFF) IVFD Aminofusin
Sesak nafas (-) Bb: 1550 gr 0,2 cc/jam (syringe pump)
Gerak aktif (+) Tali pusat layu (+) Inj. Cefotaxime 75 mg/12
BAB (+) BAK (+) Anus (+) jam
Sianosis (-) (AFF) Inj. Dexamethasone
1/5 amp/12 jam
Diet ASI/SF 10 cc/2 jam
OGT
24-10-2019 Menangis kuat (+) HR:132x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+8 Menghisap lemah RR:32x/menit neonatorum 0,225% 4 gtt/i
(+) T: 36,9°C + BBLSR (AFF) Inj. Cefotaxime 75
Sesak nafas (-) Bb: 1600 gr mg/12 jam
Gerak aktif (+) Tali pusat layu (+) Diet ASI/SF 12,5 cc/2 jam
BAB (+) BAK (+) Anus (+) OGT
Sianosis (-)

08/13/2020
26
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
25-10- Menangis kuat HR:130x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
2019 (+) RR:32x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
H+9 Menghisap T: 36,9°C m+ Diet ASI/SF 12,5 cc/2
kuat(+) Bb: 1600 gr BBLSR jam
Sesak nafas (-) Tali pusat layu
Gerak aktif (+) (+)
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
26-10- Menangis kuat HR:132x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
2019 (+) RR:32x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
H+10 Menghisap T: 36,1°C m+ Diet ASI/SF 12,5 cc/2
kuat(+) Bb: 1550 gr BBLSR jam
Sesak nafas (-) Tali pusat layu
Gerak aktif (+) (+)
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
08/13/2020
27
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
27-10- Menangis kuat HR:138x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
2019 (+) RR:32x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
H+11 Menghisap T: 37,4°C m+ Diet ASI/SF 12,5 cc/2
kuat(+) Bb: 1550 gr BBLSR jam
Sesak nafas (-) Tali pusat layu
Gerak aktif (+) (+)
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
28-10- Menangis kuat HR:141x/menit Asfiksia (AFF sementara) IVFD
2019 (+) RR:42x/menit neonatoru Dex 5% NaCl 0,225%
H+12 Menghisap T: 37,4°C m+ 4 gtt/i
kuat(+) Bb: 1500 gr BBLSR Solvita baby drop
Sesak nafas (-) Tali pusat layu 1x0,2 cc
Gerak aktif (+) (+) Diet ASI/SF 15 cc/2
BAB (+) BAK Anus (+) jam
(+) Sianosis (-)
08/13/2020
28
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
29-10- Menangis kuat HR:141x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
2019 (+) RR:42x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
H+13 Menghisap T: 37,4°C m+ Solvita baby drop
kuat(+) Bb: 1500 gr BBLSR 1x0,2 cc
Sesak nafas (-) Tali pusat layu Diet ASI/SF 15 cc/2
Gerak aktif (+) (+) jam
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
30-10- Menangis kuat HR:103x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
2019 (+) RR:36x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
H+14 Menghisap T: 36,8°C m+ Solvita baby drop
kuat(+) Bb: 1500 gr BBLSR 1x0,2 cc
Sesak nafas (-) Tali pusat layu Diet ASI/SF 25-30 cc/2
Gerak aktif (+) (+) jam
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
08/13/2020
29
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
31-10- Menangis kuat HR:145x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
2019 (+) RR:48x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
H+15 Menghisap T: 37,4°C m+ Solvita baby drop
kuat(+) Bb: 1500 gr BBLSR 1x0,2 cc
Sesak nafas (-) Tali pusat layu Diet ASI/SF 25-30 cc/2
Gerak aktif (+) (+) jam
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
1-11-2019 Menangis kuat HR:145x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+16 (+) RR:34x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
Menghisap T: 36,2°C m+ Solvita baby drop
kuat(+) Bb: 1500 gr BBLSR 1x0,2 cc
Sesak nafas (-) Tali pusat layu Diet ASI/SF 25-30 cc/2
Gerak aktif (+) (+) jam
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
08/13/2020
30
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
2-11-2019 Menangis kuat HR:140x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+17 (+) RR:46x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
Menghisap T: 37,0°C m+ Solvita baby drop
kuat(+) Bb: 1550 gr BBLSR 1x0,2 cc
Sesak nafas (-) Tali pusat layu Diet ASI/SF 25-30 cc/2
Gerak aktif (+) (+) jam
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
3-11-2019 Menangis kuat HR:139x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+18 (+) RR:47x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
Menghisap T: 37,2°C m+ Solvita baby drop
kuat(+) Bb: 1600 gr BBLSR 1x0,2 cc
Sesak nafas (-) Tali pusat layu Diet ASI/SF 25-30 cc/2
Gerak aktif (+) (+) jam
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)
08/13/2020
31
STATUS FOLLOW UP
Tanggal S O A P
4-11-2019 Menangis kuat HR:124x/menit Asfiksia IVFD Dex 5% NaCl
H+19 (+) RR:43x/menit neonatoru 0,225% 4 gtt/i
(PBJ) Menghisap T: 37,3°C m+ Solvita baby drop
kuat(+) Bb: 1650 gr BBLSR 1x0,2 cc
Sesak nafas (-) Tali pusat layu Diet ASI/SF 25-30 cc/2
Gerak aktif (+) (+) jam
BAB (+) BAK Anus (+)
(+) Sianosis (-)

08/13/2020
32

TINJAUAN
BAB 3
PUSTAKA

08/13/2020
33
DEFINISI

Ikatan Dokter Anak Indonesia mendefinisikan asfiksia neonatorum sebagai


kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat
setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia,hiperkarbia dan asidosis
(IDAI, 2008).
Sedangkan World Health Organization (WHO), asfiksia adalah kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir yang ditandai dengan
asidosis metabolic pada arteri umbilical dengan pH kurang dari 7.00, APGAR
skor antara 0-3 selama lebih dari 5 menit, sekuel dari kejang neonatorum, koma
atau hipotonia (ensepalopati neonatorum) dan disfungsi multiorgan

08/13/2020
34
EPIDEMIOLOGI

 Insiden asfiksia neonatal terjadi sebanyak 3-5 bayi dalam 1000 kelahiran.
 Laporan dari World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
sejak tahun 2000-2003 asfiksia menempati urutan ke-6, yaitu sebanyak
8%, sebagai penyebab kematian anak diseluruh dunia setelah pneumonia,
malaria, sepsis neonatorum dan kelahiran premature.

08/13/2020
35
ETIOLOGI

 Etiologi dari asfiksia sangat berkaitan dengan kondisi ibu baik saat antepartum,
intrapartum maupun post partum.
 Ibu dengan gangguan metabolic saat kehamilan misalnya anemia, gangguan hepar
dan ginjal, hipertensi dan diabetes mellitus memiliki resiko terjadi asfiksia yang
lebih tinggi daripada ibu tanpa gangguan metabolik.

08/13/2020
36

08/13/2020
37
PATOFISIOLOGI

Cara bayi memperoleh oksigen sebelum dan setelah lahir

Sebelum lahir, paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan karbondioksida. Pembuluh arteriol yang ada di dalam paru janin dalam
keadaan konstriksi sehingga tekanan oksigen (pO2) parsial rendah.
Setelah lahir, bayi akan segera bergantung pada paru-paru sebagai sumber utama
oksigen. Cairan yang mengisi alveoli akan diserap ke dalam jaringan paru, dan alveoli
akan berisi udara
Arteri dan vena umbilikalis akan menutup sehingga menurunkan tahanan pada sirkulasi
plasenta dan meningkatkan tekanan darah sistemik
Pada akhir masa transisi normal, bayi menghirup udara dan menggunakan paru-parunya
untuk mendapatkan oksigen. Tangisan pertama dan tarikan napas yang dalam akan
mendorong cairan dari jalan napasnya
Pada saat oksigen masuk adekuat dalam pembuluh darah, warna kulit bayi akan berubah
dari abu-abu/biru menjadi kemerahan

08/13/2020
38
Pattofisiologi

Kesulitan yang dialami bayi selama masa transisi


 Bayi dapat mengalami kesulitan sebelum lahir, selama persalinan atau setelah
lahir. biasanya akan menimbulkan gangguan pada aliran darah di plasenta
atau tali pusat.
 Masalah yang dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan
jalan nafas dan atau paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan cairan atau
benda asing seperti mekonium dari alveolus, sehingga akan menghambat
udara masuk ke dalam paru mengakibatkan hipoksia
 Selain itu kekurangan oksigen atau kegagalan peningkatan tekanan udara di
paru-paru akan mengakibatkan arteriol di paru-paru tetap konstriksi sehingga
terjadi penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan oksigen ke jaringan.

08/13/2020
39
Patofisiologi

Reaksi bayi terhadap kesulitan selama masa transisi normal


 Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk menghirup udara ke dalam paru-
parunya yang mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke jaringan
insterstitial diparu sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal
dan menyebabkan arteriol berelaksasi.
 Jika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetapkontriksi,
alveoli tetap terisi cairan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat
oksigen
 Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan oksigenasi jaringan, akan
menimbulkan kerusakan jaringan otak yang irreversible, kerusakan organ
tubuh lain, atau kematian

08/13/2020
40
Patofisiologi

Mekanisme yang terjadi pada bayi baru lahir mengalami gangguan di dalam
kandungan atau pada masa perinatal
 pernapasan adalah tanda vital pertama yang berhenti ketika bayi baru lahir
kekurangan oksigen. Setelah periode awal pernapasan yang cepat maka
periode selanjutnya disebut apnu primer
 bila kekurangan oksigen terus berlangsung, bayi akan melakukan beberapa
usaha bernapas megap-megap dan kemudian terjadi apnu sekunder
 Frekuensi jantung mulai menurun pada saat bayi mengalami apnu primer.
Tekanan darah akan tetap bertahan sampai dimulainya apnu sekunder

08/13/2020
41
Patofisiologi

Jika bayi menunjukkan tanda pernapasan segera setelah dirangsang, itu adalah
apnu primer. Jika tidak menunjukkan perbaikan apa-apa, ia dalam keadaan apnu
sekunder.

08/13/2020
42
GEJALA KLINIS

Asfiksia biasanya merupakan akibat hipoksia janin yang menimbulkan tanda-tanda klinis pada janin atau
bayi berikut ini:
 DJJ lebih dari 100x/menit atau kurang dari 100x/menit tidak teratur
 Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
 Tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot, dan organ lain
 Depresi pernafasan karena otak kekurangan oksigen
 Bradikardi (penurunan frekuensi jantung) karena kekurangan oksigen pada otot-otot jantung atau sel-
sel otak
 Tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot jantung, kehilangan darah atau kekurangan
aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama proses persalinan
 Takipnu (pernafasan cepat) karena kegagalan absorbsi cairan paru-paru atau nafas tidak teratur/megap-
megap
 Sianosis (warna kebiruan) karena kekurangan oksigen didalam darah
 Penurunan terhadap spinkters
 Pucat
08/13/2020
43
DIAGNOSIS

 Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum.
 Pemeriksaan Fisik
APGAR SCORE
16
Dikatakan asfiksia ringan jika nilai APGAR 7-10, asfiksia sedang jika nilai
TabelAPGAR
1. Skor Apgar4-6, dan asfiksia berat jika didapatkan APGAR 0-3.
Skor 0 1 2
Frekuensi jantung Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Usaha pernafasan Tidak ada Tidak teratur, lambat Teratur,
menangis
Tonus otot Lemah Beberapa tungkai Semua tungkai
fleksi fleksi
Iritabilitas reflex Tidak ada Menyeringai Batuk/menangis
Warna kulit Pucat Biru Merah muda
08/13/2020
44
DIAGNOSIS

 Bayi tidak bernafas atau menangis


 Denyut jantung kurang dari 100x/menit
 Tonus otot menurun
 Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi
 BBLR

3. Pemeriksaan penunjang
 Laboratorium : hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali pusat:
 PaO2 < 50
 PaCO2 > 55
 pH < 7,30

08/13/2020
45
DIAGNOSIS

Bila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penunjang diarahkan pada
kecurigaan atas komplikasi, berupa :
 Darah perifer lengkap
 Analisis gas darah sesudah lahir
 Gula darah sewaktu
 Elektrolit darah (Kalsium, Natrium,Kalium)
 Ureum kreatinin
 Pemeriksaan radiologi/foto dada
 Pemeriksaan radiologi/foto abdomen tiga posisi
 Pemeriksaan USG Kepala
 Pemeriksaan EEG
 CT scan kepala
 Laktat

08/13/2020
46
TATALAKSANA
 Antisipasi kebutuhan resusitasi: Antisipasi, persiapan adekuat, evaluasi akurat dan
inisiasi bantuan sangatlah penting dalam kesuksesan resusitasi neonatus
 Alat resusitasi: Semua peralatan yang diperlukan untuk tindakan resusitasi harus
tersedia di dalam kamar bersalin dan dipastikan dapat berfungsi baik. Pada saat
bayi memerlukan resusitasi maka peralatan harus siap digunakan.
 Resusitasi Neonatus

08/13/2020
47

08/13/2020
48
Hubungan kejadian BBLR dengan
asfiksia neonatorum

 Bayi dengan BBLR memiliki organ-organ yang kurang sempurna kematangannya,


termasuk organ paru, sehingga dapat terjadi kekurangan surfaktan yang mengarah ke
penyakit membran hialin (PMH).
 Bayi BBLR beresiko mengalami serangan apneu dan defesiensi surfaktan, sehingga
tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya diperoleh dari
plasenta.
 Bayi dengan BBLR mengalami pertumbuhan dan perkembangan paru kurang
sempurna, reflek batuk, reflek menghisap dan reflek menelan yang kurang
terkoordinasi, dan otot- otot bantu pernafasan yang lemah. Hal ini menyebabkan
kesulitan bernafas dan berakibat terjadi asfiksia.
 Faktor janin/ bayi baru lahir yang dapat menyebabkan asfiksia adalah prematur,
berat badan lahir rendah, IUGR (intra uteri growth retardation), gemelli, tali pusat
menumbung, kelainan kongenital, dan lain-lain.
08/13/2020
49

 Bayi dengan berat badan lahir rendah menimbulkan berbagai masalah kesehatan,
diantaranya adalah kesulitan bernafas, asfiksia,aspirasi dan pneumonia. Masalah
kesehatan tersebut disebabkan karena :
1. Defisiensi surfaktan paru
2. Koordinasi yang belum sempurna antara refleks batuk, refleks menghisap dan refleks
menelan
3. Thoraks dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah
4. Pernafasan yang periodik dan apnea Hal ini diperburuk oleh pada bayi prematur (lahir
sebelum usia gestasi mencapai 37 minggu) dan prognosis akan menjadi lebih buruk
bila berat badan semakin rendah.
 Bayi dengan berat badan lahir rendah memiliki resiko terjadi asfiksia 4 kali lipat
dibandingkan dengan bayi dengan berat badan lahir cukup.
08/13/2020
50

BAB 4 PEMBAHASAN

08/13/2020
51
ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK

Dari anamnesis didapatkan, pasien perempuan umur 8 tahun


• . Berdasarkan kepustakaan yang ada disebutkan bahwa varisela 90% menyerang anak-anak

Dari anamnesis, pasien mengeluh muncul bercak kemerahan berisi cairan sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Kelainan kulit berupa bercak kemerahan disertai bruntus-
bruntus yang gatal di daerah dada, yang lama kelamaan bertambah banyak dan
menyebar ke seluruh tubuh, berisi cairan berwarna jernih sampai putih. Dari anamnesis
ini diketahui bahwa penyebaran dari lesi terjadi dari sentral ke perifer, yaitu dari
daerah badan menyebar ke wajah dan lengan dan lesi berbentuk khas seperti tetesan
embun.

• sesuai kepustakaan dimana disebutkan bahwa penyebaran lesi kulit dari varisela pada umumnya pertama kali
didaerah badan kemudian menyebar secara sentrifugal ke wajah dan ekstremitas, serta lesinya yang khas seperti
tetesan embun (tear drops). Lesi kulit dari varisela dapat juga menyerang selaput lendir mata, mulut, dan
saluran napas bagian atas.
08/13/2020
52
ANAMNESIS DAN
PEMERIKSAAN FISIK

Dari pemeriksaan fisik juga didapati bayi tidak segera menangis, tonus otot menurun (gerak
lemah) dan berat badan lahir 1300 gram .

Hal ini terjadi karena maturitas paru belum sempurna belum sempurna
mengembang dan sulit dalam intake O2 ke paru yang menyebabkan asfiksia

08/13/2020
53
TATALAKSANA

 Penatalaksanaan pasien ini pemberian cairan infus IVFD dextrose 5% NaCl


0,225% 4 gtt/i untuk memberikan kebutuhan cairan dan glukosa pada pasien.
Injeksi Cefotaxime 75 mg/12jam diberikan sebagai antibiotik sebagai profilaksis
adanya proses infeksi bakteri.
Injeksi Dexamethasone 1/5 ampul /12 jam bertujuan untuk membantu
pematangan paru.
Aminofusin 0,2 cc/jam diberikan sebagai nutrisi parenteral parsial.
 Injeksi neo-K 1 mg diberikan untuk membantu proses pembekuan darah dan
mencegah pendarahan yang bisa terjadi pada bayi.
Diet ASI/SF diberikan sebagai nutrisi untuk pasien.

08/13/2020
54

BAB 5 PENUTUP

08/13/2020
55
KESIMPULAN

 Asfiksia neonatorum sebagai kegagalan napas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia dan
asidosis yang mana salah satu faktor resiko terjadinya asfiksia neonatorum adalah
BBLR.
 Diagnosis dari asfiksia dapat ditegakkan dari anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan
fisik maupun penunjang.
 Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya asfiksia
neonatorum.
 Pemeriksaan fisik yaitu menilai APGAR score, apakah bayi tidak bernafas atau
menangis, denyut jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot menurun, bisa didapatkan
cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi dan juga
BBLR.
 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan darah perifer lengkap,
analisa gas darah, glukosa darah sewaktu, dan lain-lain.
 Tatalaksana yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia adalah resusitasi neonatus.
08/13/2020
56

TERIMA
KASIH

08/13/2020

Anda mungkin juga menyukai