Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN HOME VISIT

PUSKESMAS TAMAN
KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO
MEI 2017

Disusun oleh :

Ni Luh Ketut Mey Diantari 15710052

Pembimbing:
dr. Rachmad Sudarto
NIP. 196801102008011009

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HOME VISIT
THYPOID FEVER
PUSKESMAS TAMAN
KECAMATAN TAMAN KABUPATEN SIDOARJO
MEI 2017

Disusun Oleh :
Ni Luh Ketut Mey Diantari
15710052

Sidoarjo, Mei 2017


Mengetahui,

Kepala Puskesmas Taman Pembimbing Puskesmas Taman

dr. Zuhaida M.Kes dr. Rachmad Sudarto


NIP: 19670502 200112 2 001 NIP. 196801102008011009

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami bisa menyelesaikan penyusunan “LAPORAN HOME VISIT
PUSKESMAS TAMAN THYPHOID FEVER”. Tugas praktek kerja lapangan
ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas dalam
kepaniteraan klinik di dalam Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Dengan menyusun laporan ini, kami berharap dapat menambah
pengetahuan dan memperluas wawasan kami, serta berpikir maju dan kritis
dalam menghadapi segala permasalahan yang ada di masyarakat, khususnya
dalam bidang kesehatan.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak
yang membantu terwujudnya laporan ini di antaranya :
1. Prof. Dr. Sri Harmadji, dr., Sp.THT - KL (K), selaku rektor
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. Prof. Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp.Par (K), Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
3. Prof. Dr. Hj. Rika Subarniati Triyoga, dr., SKM, selaku Kepala Bagian
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
4. Sukma Sahadewa , dr M.Kes Selaku koordinator kepaniteraan klinik
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
5. Atik sri Wulandari, SKM,M.Kes. Selaku dosen pembimbing
kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
6. Zuhaida, dr.M.Kes. selaku Kepala Puskesmas Taman Kecamatan
Taman Kabupaten Sidoarjo.
7. Rachmad, dr. selaku dokter pembimbing di Puskesmas Taman
Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.

3
8. Seluruh paramedis dan Non Medis yang telah banyak membantu kami
selama melaksanakan kepaniteraan klinik di Puskesmas Taman Kecamatan
Taman Kabupaten Sidoarjo.
9. Para bidan desa, kader puskesmas serta perawat desa yang telah
banyak membantu kami selama melaksanakan kepaniteraan klinik di
Puskesmas Taman Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo.
10. Semua pihak yang telah membantu terselesaikan laporan penelitian ini.

Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam laporan ini sehingga


kritik dan saran sangat kami harapkan guna kesempurnaan laporan kinerja dalam
rangka praktek lapangan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak yang terlibat.

Taman, 8 Mei 2016

Penyusun

4
Lampiran
FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA
Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Taman Kabupaten Sidoarjo

Tanggal kunjungan pertama kali : 29 April 2017


Nama pembina keluarga pertama kali : Ni Luh Ketut Mey Diantari, S.Ked

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn.Y
Alamat lengkap : Tawangsari Permai B-81 RT 025 RW 005
kecamatan Taman , kabupaten Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Keluarga Inti

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


Kedudukan Pasien
L/
No Nama dalam Umur Pendidikan Pekerjaan Klinik Ket
P
keluarga (Y/T)
Kepala
1 Tn. Y L 46 th SMA Swasta T -
keluarga
2 Ny. M Istri P 43 th D IV Swasta T -
3 An. A Anak L 10 th SD - Y Pasien
4. An. M Anak L 5 th Belum sekolah - T -

Sumber : Data Primer 29 April 2017


Keterangan Keluarga : Anak dan orangtuanya

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

5
BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita thypoid, berjenis kelamin laki-laki dan berusia 10 tahun, dimana
penderita merupakan salah satu pasien thypoid rawat jalan Puskesmas Taman,
Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalahan yang dihadapi. Mengingat
kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya di daerah
Puskesmas Taman beserta permasalahannya seperti masih kurangnya
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pola hidup sehat dan bersih .Oleh
karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan
mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di
lapangan.

B. STATUS PENDERITA
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : -
Pendidikan : SD
Agama : Kristen
Alamat : Tawangsari permai B-81 kecamatan taman, kabupaten
sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 29 April 2017

2. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Panas badan

6
b. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke puskesmas pertama kali tahun 2017 dengan
keluhan panas badan. Pasien mengatakan merasa panas sejak 5 hari yang
lalu dan semakin panas pada malam hari, pasien demam hingga
menggigil. Pasien sempat mengeluh sakit kepala disertai mual dan
muntah. Ibu pasien mengatakan pasien mengalami penurunan nafsu
makan dan lemah. Nyeri perut dirasakan pasien hilang timbul. BAB
tidak lancar, terakhir kalinya bab 3 hari yang lalu konsistensi keras.
Pasien sudah berobat ke dr keluarga namun masih belum sembuh.
Karena itu ibunya segera membawa ke puskesmas Taman.

c. Riwayat Penyakit Dahulu:


- Riwayat Asma : disangkal
- Riwayat Alergi Obat dan makanan : disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga


- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
- Riwayat Hipertensi : + (pada ibunya)
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal

e. Riwayat Kebiasaan
Merokok :-
Kebersihan badan : Mandi 2x sehari
Olah raga : Jarang
Suka membeli jajan sembarangan di sekolahan

f. Riwayat Sosial Ekonomi


 Pasien tinggal bersama orang tua dan saudara kandungnya
 Pasien seorang pelajar

g. Riwayat Gizi
Penderita makan sehari-harinya biasanya antara 2-3 kali dengan nasi
sepiring, daging dan lauk pauk seperti telur, tahu-tempe kerupuk, dan

7
jarang dengan sayur. Penderita sering makan-makanan yang dijual
dipinggir jalan, karena diajak teman sekolahnya. Kesan status gizi kesan
kurang.

h. Kondisi Lingkungan Rumah


Pasien tinggal bersama orang tua dan adiknya di kos-kosan yang
kamarnya kecil serta tempatnya yang tertutup. Lingkungan sekitaran
kosnya banyak genangan air yang tidak menyerap pada tanah.

i. Anamnesis system

1. Kulit : warna kulit sawo matang.


2. Kepala : sakit kepala (+), pusing (+), rambut kepala tidak
rontok,
luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (+), penglihatan
kabur (-), ketajaman baik
4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar
cairan (-)
6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (+)
7. Tenggorokan : nyeri telan (+),
8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-) , mengi (-), batuk darah
(-)
9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-), ampeg (-)
10. Gastrointestinal : mual (+), muntah (+), diare (-), nafsu makan menurun
(+), BAB lancer (-)
nyeri perut (+)
11. Genitourinaria : BAK lancar, 3-4 kali/hari warna kuning pekat agak
lebih cair dan jumlah cukup
12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-)

8
14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (-)
Bawah : bengkak (-), sakit (-)

3. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital dan Status Gizi
 Tanda Vital
Nadi : 84x/menit, regular, kuat
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,40C
Tensi : 110/70 mmHg
 Status gizi ( Kurva NCHS ) :
BB : 40 kg
TB : 141 cm
BB/(TB)2 = 40/(1.41)2 = 20,2
BMI < 18,5 = Kurang
BMI 18,5 – 23,9 = Normal
BMI 25 – 26,9 = Gemuk (gizi lebih)
BMI ≥27 = Obesitas
Status Gizi Gizi Cukup (normal)

3. Kulit
Warna : Sawo matang, ikterik (-), sianosis (-)
Kepala : Bentuk mesocephal, tidak ada luka, rambut tidak mudah
dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan
mimik wajah/bells palsy (-)

4. Mata
Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm),
reflek kornea (+/+), wama kelopak (coklat kekitaman), katarak (-/-),
radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)

9
5. Hidung
Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksls (-), deformitas hidung (-),
hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)

6. Mulut
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (+), papil lidah atrofi (-), tepi
lidah hiperemis (-), tremor (-)

7. Telinga
Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping
telinga dalam batas normal

8. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe
(-), lesi pada kulit (-)

10. Thoraks
Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
 Cor :
I : ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis tak kuat angkat
P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I-II intensitas normal, regular, bising (-)
 Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

10
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
suara tambahan RBK (-/-), whezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)

11. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada
A : BU (+) meningkat
P : soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : tympani

12. Sistem Collumna Vertebralis


I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV(-)

13. Ektremitas: palmar eritema (-/-)


akral dingin oedem

14. Sistem genetalia: tidak dilakukan


15. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik

11
16. Pemeriksaan Psikiatrik
Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk :realistik
isi : waham(-), halusinasi (-), ilusi(-)
arus : koheren
Insight : baik

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium : Widal, Darah Lengkap


Pemeriksaan rontgen thoraks : Tidak dilakukan

5. RESUME
Seorang pasien laki-laki 10 tahun dengan keluhan utama panas badan.
Panas sudah dialami sejak 5 hari, panas meninggi pada malam hari hingga
mengigil. Mual disertai muntah. BAB tidak lancer
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,
compos mentis, status gizi kesan normal. Tanda vital T:110/70, N: 84 x/menit,
RR: 20 x/menit, S:36,3°C, BB: 40 kg, TB: 141 cm, status gizi kurang. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan lidah kotor.

6. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


Diagnosis Biologis
1. Tiphoid
2. Nafsu makan kurang
3, Gizi kurang
Diagnosis psikologis : -

12
Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

1. Lingkungan rumah yang kurang bersih


2. Lingkungan keluarga dan teman-teman tidak mendukung

7. PENATALAKSANAAN
Non Medika Mentosa
1. Pemakaian alat-alat makan dan ekskreta untuk mencegah penularan
kuman ke orang-orang sekitar pasien.
2. Bedrest.

Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali


yaitu istirahat mutlak, berbaring terus di tempat tidur. Seminggu
kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh duduk dan berjalan.

3. Perawatan yang baik dilakukan untuk mencegah komplikasi,


mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia dan lain-lain.

4. Pengaturan diet.

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi


protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak
merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Susu 2 kali satu gelas
sehari perlu diberikan. Bila pasien nafsu makannya baik, maka dapat
diberikan makanan lunak atau makanan biasa tanpa sayuran dan buah.
Banyak minum untuk mecegah dehidrasi karena pasien mengalami
demam tifoid dan demam lainnya.

Medikamentosa

Obat pilihan utama adalah golongan Fluoroquinolone selama 5-7


hari seperti Ciprofloksasin 20 mg/kgbb/hari selama 6 hari atau
Levofloksasin 10 mg/kgbb/hari selama 1-2 minggu. Namun golongan
Fluoroquinolone tidak boleh diberikan pada anak-anak karena akan
mengganggu pertumbuhan tulang karena mempercepat penutupan epifisis.
Maka dapat diganti dengan obat golongan Cephalosporin generasi ketiga

13
seperti Ceftriaxone dan Cefotaxime. Pada orang dewasa yang resisten
terhadap golongan Fluoroquinolone juga dapat diberikan golongan
Cephalosporin generasi ketiga seperti Ceftriaxone 1-2 gram intravena atau
intramuskular selama 5 hari atau 3 gram dalam 3 hari dan Cefotaxime 1-2
gram intravena atau intramuskular.

Dulu obat pilihan utama adalah kloramfenikol, kecuali bila


penderita mengalami resistensi dapat diberikan obat lain misalnya
ampisilin, kotrimoksasol, dan lain-lain. Dianjurkan pemberian
kloramfenikol dengan dosis yang tinggi, yaitu 100 mg/kgbb/hari, diberikan
4 kali sehari peroral atau intramuskular atau intravena bila diperlukan.
Pemberian kloramfenikol dosis tinggi tersebut memberikan manfaat yaitu
waktu perawatan dipersingkat dan relaps tidak terjadi. Akan tetapi
mungkin pembentukan zat anti kurang, oleh karena basil terlalu cepat
dimusnahkan. Penderita yang pulang perlu diberikan suntikan vaksin Tipa.

Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai. Misalnya


pemberian cairan intravena untuk penderita dengan dehidrasi dan asidosis.
Bila terdapat bronkopneumonia harus ditambahkan Penicilin dan lain-lain.

8. Tindak lanjut (follow up)

Tanggal 5 Mei 2017


S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis
T : 110/70 mmHg, Nadi 88x/m, RR 20x/m, Tax : 360C
A : Typhooid Fever
P : Non Medikamentosa
Edukasi tentang kepatuhan minum obat, jaga pola makan dan hyngie

14
BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.
Keluarga terdiri dari orang tuanya (Tn. Yohanes, 46th dan Ny
Malsen, 43th),dan saudara kandung adiknya (Mattew, 5 th). Penderita
ketika lahir ditolong oleh bidan, spontan, menangis kuat dengan BB lahir
3,2 kg di rumah seorang bidan.

2. Fungsi Psikologi.
Hubungan keluarga penderita terjalin cukup, terbukti dengan
permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam
keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan
yang lain. Hubungan dengan orang tua dan saudara penderita terjalin
cukup baik. Sehari-hari penderita lebih banyak menghabiskan waktunya
dengan teman-teman sekolahnya. Pasien hidup bahagia dan berkumpul
dengan keluarganya.

3. Fungsi Sosial
Dalam masyarakat penderita dan keluarganya hanya sebagai anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat.Dalam kesehariannya penderita bergaul akrab dengan
masyarakat di sekitamya dan teman-temannnya di sekolah seperti halnya
anggota masyarakat yang lain.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Penghasilan keluarga berasal dari orang tuanya dengan total
penghasilan sebesar Rp 2.000.000,00 per bulannya.
Penghasilan tersebut digunakan untuk membiayai kehidupan
penderita dan keluarga seperti makan, minum, biaya sekolah atau iuran

15
membayar listrik. Makan sehari-hari Iauk pauk, tempe tahu, frekuensi
makan kadang-kadang 2-3 kali. Kalau ada keluarga yang sakit biasa
berobat ke puskesmas, dan penderita sudah mempunyai kartu BPJS.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi


Penderita termasuk orang yang terbuka sehingga bila mengalami
kesulitan atau masalah penderita sering bercerita kepada orang tua,
keluarga dan teman-temannya.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah, pasien pertama kali


membicarakannya kepada orang tua dan mengungkapkan apa yang
diinginkannya dan menjadi keluhannya. Penyakit mengganggu aktivitasnya
sehingga harus tidak masuk sekolah dalam beberapa hari. Dukungan keluarga,
sangat memberinya motivasi untuk sembuh dan teratur minum obat, serta
mengatur pola hidup karena penderita dan keluarga yakin penyakitnya bisa
sembuh total bila ia mematuhi aturan pengobatan sampai sakitnya benar-benar
sembuh. Hal ini menumbuhkan kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi
obat .

PARTNERSHIP

Penderita menyadari bahwa dirinya adalah pelajar sehingga penderita


meyakinkan dirinya agar bisa sembuh kembali,agar bisa masuk sekolah dan
bisa mengikuti pembelajaran di sekolah. Komunikasi antar anggota keluarga
masih berjalan dengan baik.

GROWTH

An. A sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya dan


harus teratur minum obat serta menjaga pola hidup.

16
AFFECTION

An. A merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan


keluarga baik.

RESOLVE

An. A merasa cukup puas dengan kebersamaan bersama keluarga.


Hanya waktu untuk bertemu teman-temannya kurang.
Sering/ Kadang-
APGAR Sdr. Nofian Terhadap Keluarga Jarang/tidak
selalu kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke √
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas √
dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima √
dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya √
mengekspresi-kan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya √
membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

An. Abdiel adalah seorang pelajar kelas 3 SD. Sehingga waktu untuk
berkumpul keluarga dan bermainl bersama adiknya sangat sedikit. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga An. A dalam
keadaan kurang. Namun hubungan antar individu dalam keluarga tersebut
terjalin baik.

C. SCREEM

17
SUMBER PATHOLOGY KET
Sosial Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga -
juga dengan saudara partisipasi mereka dalam
masyarakat cukup.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya -
baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-
hari baik dalam keluarga maupun di lingkungan,
banyak tradisi budaya yang masih diikuti. Sering
mengikuti acara-acara di gereja.
Religius Pemahaman agama cukup. Namun penerapan -
Agama menawarkan pe- ajaran agama cukup. Hal ini dapat dilihat dari
ngalaman spiritual yang penderita yang rajin menjalankan ibadahnya ke
baik untuk ketenangan gereja setiap hari minggu.
in-dividu yang tidak
didapat-kan dari yang
lain
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke -
bawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa
terpenuhi. Diperlukan skala prioritas untuk
pemenuhan kebutuhan hidup
Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. -
Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua
cukup. Kemampuan untuk memperoleh dan
memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-buku,
Koran mencukupi.
Medical Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan -
perhatian khusus terhadap kasus penderita.
Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini
menggunakan askes dengan dokter keluarga dan
BPJS diPuskesmas. Hal ini mudah dijangkau
karena letaknya dekat dengan rumah.

18
D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Alamat lengkap : Tawangsari permai B-81 kecamatan taman, kabuaten
sidoarjo
Bentuk Keluarga : keluarga inti
Diagram 1. Genogram Keluarga An. A
Dibuat tanggal 29 April 2016

Sumber informasi : Informasi dari Ny.M

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal dunia

19
E. INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA

Ibu penderita Ayah penderita

Adik penderita

Keterangan : : hubungan baik


Hubungan antara An. A keluarganya baik dan dekat.

F. PERTANYAAN SIRKULER

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh orang tua ?
Jawab :
Orang tua mengajak berobat ke tempat pengobatan
2. Ketika orang tua bertindak seperti itu apa yang dilakukan penderita ?
Jawab :
penderita mendukung apa yang dilakukan oleh orang tuanya.
3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan ?
Jawab :
Dibutuhkan ijin orang tua, karena sebagai kepala keluarga. Namun
sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainya atau
mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.
4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita ?
Jawab :

20
Anggota keluarga yang dekat dengan pendenta adalah ibunya
5. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?
Jawab :
Tidak ada.
6. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien ?
Jawab :
Tidak ada.

21
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KESEHATAN

A. Identiflkasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga


An. A adalah seorang pelajar laki-laki yang tinggal bersma dengan
orangtua dan satu saudara kandungnya di wilayah tawangsari permai. Namun
sudah kurang lebih 5 hari ini pasien mengeluh badannya panas. Penderita
mengeluh sakit kepala, mual dan muntah. BAK normal, BAB tidak lancar.
Karena merasa kuatir orangtuanya mengajat berobat.
Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat
adalah keadaan terbebas dari sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-
hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila mereka
sakit, mereka menjadi tidak dapat sekolah sehingga tidak dapat mengikuti
pembelajaran di sekolah. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan
oleh karena pola hidup mereka yang kurang baik, bukan dari guna-guna, sihir,
atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu mempercayai mitos, apalagi
menyangkut masalah penyakit, lebih mempercayakan pemeriksaan atau
pengobatannya pada mantri, bidan, atau dokter di puskesmas yang terletak
dekat dengan rumah. Keluarga ini tidak memiliki rumah sendiri, melainkan
menyewa kos-kosan dengan ventilasi yang baik,tidak mempunyai fasilitas
kamar, kamar mandi dan dapur yang kurang bersih, dan lingkungan belakang
kos dibuat untuk menyimpan barang-barang yang tidak terpakai.

2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga


menengah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan dari bapak dan ibunya.
Total semua penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari.

22
Rumah yang dihuni keluarga ini tidak memadai karena ada kekurangan
dalam pemenuhan standar kesehatan. ventilasinya masih kurang, lingkungan
belakang rumah untuk menyimpan barang yang tidak terpakai. Pembuangan
limbah keluarga memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga
dialirkan. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada
di depan rumah. Fasilitas kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini
jika sakit adalah dokter keluarga dengan memakai astek dan BPJS di
Puskesmas Taman.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah kos-kosan berukuran yang


berdempetan dengan kamar tetangga yang ada disebelahnya yang menghadap
ke Timur. Tidak memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Dalam satu
rumah kosan terdiri dari 4 ruang kamar tidur yang jadi satu dengan ruang tamu
di setiap kamarnya. Dapur, dan kamar mandi saling berhadapan ada pada
setiap kamar masing-masing yang menjadi satu dengan ruang tidurnya. Terdiri
dari 1 pintu keluar di bagian depan.

Lantai rumah sebagian besar terbuat dari keramik. Ventilasi dan


penerangan rumah masih kurang. Atap rumah tersusun dari genteng dan
ditutup langit-langit. Di ruang tersebut terdapat 1 tempat tidur yang digunakan
penderita untuk beristirahat dan berbagi dengan adik beserta orang tuanya.
Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya
keluarga ini menggunakan air PDAM. Secara keseluruhan kebersihan rumah
kurang. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.

23
Denah Rumah

A Keterangan :
A : Ruang tamu
B : Kamar tidur

B C : Dapur
D : Kamar mandi

C D

24
BAB III
PEMBAHASAN

A. MASALAH AKTIF :
1. Demam Tifoid
B. FAKTOR RESIKO :
1. Lingkungan rumah yang kurang bersih
2. Ventilasi rumah yang kurang
3. Udara sekitar rumah yang kurang segar karena di
belakang rumah banyak barang yang tidak terpakai disimpan di tempat
tersebut.

DIAGRAM PERMASALAHAN PENDERITA


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan
faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan penderita)

Keturunan
Tidak terdapat faktor
keturunan pada pasien ini

Faktor Lingkungan Perilaku


Fisik dan sosial  Gaya hidup (terkait) :
 Kebersihan yang An. A - Makan makanan
kurang di sekitaran 10 tahun sembarangan di pinngir
rumahnya jalan
 Sering jajan - Kurang istirahat
sembarangan di
sekolahan
 Pengelolaan samah
yang berserakan di
belakang rumahnya Pelayanan Kesehatan
 Kurangnya edukasi dan konseling
terhadap pasien dan keluarga pasien
 Kurangnya monitoring dan evaluasi
terhadap pasien Typhoif Fever

25
PEMBAHASAN MASALAH SESUAI DENGAN H.L BLUM
1. Keturunan

Tidak didapatkan faktor keturunan dalam pasien ini


2. Pelayanan Kesehatan

Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien


mengakibatkan kurangnya pengetahuan pasien maupun keluarga pasien
terhadap penyakit typhoid fever, sehingga pemahaman mengenai
pengobatan masih kurang yang akan berdampak pada komplikasi yang
terjadi.
Keberhasilan terapi penyandang typhoid fever sangat tergantung pada
kepatuhan pasien dalam menjalani terapi yang diberikan.Oleh karena itu,
Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien typhoid fever
mengakibatkan tingkat keberasilan pengobatan yang masih rendah.
3.Faktor perilaku

Perilaku yang dikaitkan dengan permasalahan A. A ini ialah suka


membeli jajan sembarangan di pinggir jalan dansering berkatifitas
disekolahan sehingga membuatnya kurang beristirahat.
4. Faktor Lingkungan

Kebersihan yang kurang disekitaran rumahnya dan sering membeli


jajan sembarangan di sekolahan yang diajak oleh temannya membuat sakit
pada penderita ini..

26
BAB V
PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT


1. Suport Psikologis
Pasien memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun
kepada dokternya. Antara lain dengan cara:
a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
d. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
e. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran
dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri


kepada Tuhan YME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang hams dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami
akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan
edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut bukan penyakit
turunan dan dapat disembuhkan. Faktor yang paling penting untuk
kesembuhannya adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai
petunjuk dokter. Selain itu juga didukung dengan makan makanan yang
bergizi tinggi meskipun sederhana, istirahat yang cukup. Diharapkan

27
pasien bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap
penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa
mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Pasien

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah


tentang thypoid dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit, dan
pengobatannya. Sehingga persepsi yang salah dan merugikan bisa
dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien
kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh
petugas Yankes.
Maka pasien harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan
kesembuhannya melalui program pengobatan yang dianjurkan oleh dokter.
Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai masalah penderita
termasuk akibat penyakitnya terhadap hubungan dengan keluarganya,
pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga diberi penjelasan
tentang pentingnya menjaga diet dan pentingnya berolahraga.

4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri


pasien bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya.
Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri
mengenai kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet
yang dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang periu
dilakukan. Pasien dimotivasi agar rajin dan teratur minum obat yang
diberikan, dan bersabar dalam pengobatan karena penyakit yang diderita
merupakan penyakit dengan jangka waktu pengobatan yang lama.

28
5. Pengobatan
Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera dalam
penatalaksanaan.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan


Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi
kesehatan berupa perubahan tingkah laku. Terutama dalam menjaga pola
makan dan membiasakan diri untuk berolahraga secara rutin.

B. PREVENSI BEBAS PENYAKIT UNTUK KELUARGA LAINNYA


(ORANGTUA, DAN KELUARGA LAINNYA )

Pada prinsipnya secara pencegahan demam tifoid adalah mengenai


pola hidup sehat baik terhadap diri sendiridan lingkungan sekitar agar
terhindar dari berbagai penyakit infeksi.

1. Bagi keluarga biasakan menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Biasakan
membersihkan rumah setidaknya 2 kali setiap hari dan lingkungan
belakang rumah yang dibuat untuk memelihara burung dara sebaiknya
diatur yang baik, serta mencuci perabotan rumah dan pakaian
menggunakan air bersih. Selalu mengkonsumsi air bersih yang sudah
dimasak serta menggunakan sumber air yang baik.
2. Istirahat yang cukup 6-8 sehari semalam.
4. Olah raga teratur dan makan-makanan yang bergizi.

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk meningkatkan daya


tahan tubuh bagi anggota keluarga dan tentunya untuk pasien sendiri. Kondisi
sosial ekonomi menengah kebawah pada pasien mengakibatkan keseriusan
pasien yang kurang untuk melakukan pengobatan.

29
BAB VI
PEMBAHASAN

A. Prioritas Masalah

No. Prioritas Jalan Keluar Efektifitas Efisiens Hasil


i
M I V C
P=
1 Kunjungan ke rumah 4 3 3 4 9
penjamah makanan
2 Evaluasi hasil pemeriksaan 3 2 3 4 4.5
penunjang (rectal swab)
3 Penyuluhan pemberantasan 5 4 5 5 20
dan pencegahan penularan
4 Pengobatan terhadap 4 3 4 4 12
penjamah yang carrier

Keterangan :
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitude, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah lain)
I : Implementasi, kelanggengan selesai masalah
V : Vulnerability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, Biaya yang diperlukan
Maka, prioritas jalan keluar yang terpilih adalah melakukan penyuluhan
penularan typhoid fever.

30
B. Rencana Program Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Penularan Typhoid Fever

Volume Tenaga Kebutuhan


No Kegiatan Sasaran Target Rincian kegiatan Lokasi pelaksana Jadwal
kegiatan pelaksana pelaksanaan

1. Menentukan Staff medis Terbentukny 1 kali 1. Mengumpulka 1. Balai desa Tenaga Mei 1.ruangan
kriteria tim dan tenaga a kriteria tim dalam n aspirasi Tawangsari kesehatan minggu 2. Kursi dan meja
penyuluh kesehatan penyuluh bulan kriteria tim terkait pertama 3. Microphone dan
lainnnya pertama penyuluh perlengkapan
2. Menyepakati teknik
kriteria tim 4. Papan tulis
penyuluh 5. Konsumsi
6. Buku laporan

1
2 Pembentukan Staff medis Terbentuk 2x 1. Memilih dan 1. Ruang Staff Mei 1. Konsumsi
Tim dan tenaga tim seminggu menyeleksi pertemuan penyuluh 2. Ruangan
penyuluhan kesehatan penyuluh kandidat tim puskesmas terpilih 3. LCD
puskesmas 2. Persetujuan taman 4. Laptop
taman 3. Pembentukan 5. Microphone dan
struktural perlengkapan
teknik
6. Kursi

3. Perencanaan Tim 1. Terbentu 2x dalam 1. Menyusun Ruang pertemuan Staff Mei 1. Ruangan
program penyuluh knya seminggu materi puskesmas taman penyuluh 2. Kursi
pelatihan dan terpilih materi pelatihan terpilih 3. Meja
penyuluhan penyulu 2. Penyuluhan 4. Microphone dan
han sanitasi perlengkapan
pelatihan lingkungan, teknik
pola hidup 5. pelaporan

2
bersih dan
sehat
3. Demo
peragaan
pengolahan
bahan
makanan yang
bersih dan
sehat

3
4. Pelatihan Tim Seluruh tim 1. Anggota 1x per 1.Pembahasan Ruang pertemuan Tim Mei Lokasi, bahan
penyuluh yang terpilih tim bulan materi penyuluhan puskesmas kebon Survailans materi dan peraga,
penyulu 2. pemantapan taman konsumsi
h materi penyuluhan

4
5 Penyuluhan Penjamah 1. 1x Dalam 1.Persiapan Balai desa tawang Tim Mei Lokasi, Bahan
makanan dan
pemberantasa Tercakupny Sebulan Materi sari Survailans serta alat untuk
masyarakat
n dan a Penjamah 2. Pelaksanaan melakukan
sekitar
pencegahan lingkungan SD
makanan dan penyampaian penyuluhan
penularan Kebon dan materi penyuluhan konsumsi dan
Typoid Fever Cengkeh masyarakat doorprize yang
sekitar menarik.
lingkungan
SD tawang
sari

5
6. Evaluasi hasil Penjamah Peningkatan 1x per 1. Inspeksi Kantin sekolah Tim Juni 1. Transport
makanan dan
penyuluhan pemahaman bulan mendadak tawang sari penyuluh 2. Kuisioner
masyarakat
tentang pada penjamah 3. Kamera
sekitar
lingkungan SD
pemberantas makanan 4. pelaporan
Tawang sari an dan 2. Penyebaran
pencegahan kuisioner
penularan untuk menilai
penyakit tingkat
typhoid pengetahuan
fever penjamah
makanan

6
BAB VII
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis:
- Sdr. A (10 tahun), menderita penyakit demam thypoid
- Status gizi Sdr. N berdasarkan IMT termasuk dalam kategori Gizi
kurang.
- Rumah dan Lingkungan sekitar keluarga Sdr. A tidak sehat.
2. Segi Psikologis:
- Hubungan antara anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
terjalin cukup akrab
- Pengetahuan akan demam thyphoid kurang.
- Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik, mendukung
untuk penyembuhan penyakit tersebut
3. Segi Sosial:
- Pasien tidak memiliki masalah dengan orang tua dan saudaranya.
4. Segi fisik:
- Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Sdr. A kurang bersih.

B. SARAN
1. Untuk masalah medis dilakukan langkah-langkah:
- Preventif : Penderita diharapkan untuk menjaga kesehatan terutama
dengan menjaga pola hidup, mulai dari makanan dan olahraga. Karena
pasien termasuk orang dengan factor resiko terjadinya demam thypoid
jadi dianjurkan untuk lebih telaten dan teratur.
- Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai demam thypoid
dan pengobatan-nya oleh petugas kesehatan atau dokter yang
menangani.
- Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan dengan
ciprofloxacin dan paracetamol

1
- Rehabilitatif : Memotivasi pasien agar tidak putus asa dalam
pengobatan karena pengobatan demam thypoid adalah pengobatan
yang tidak boleh terputus, bisa mengakibatkan relaps.

2. Untuk masalah problem ekonomi, dilakukan langkah-langkah :


- Rehabilitatif : Pemerintah hendaknya berupaya pemberian kesempatan
memperoleh pendapatan yang layak, dan membantu memperkuat
kemampuan orang yang kurang mampu untuk membina keluarganya,
sehingga diharapkan pada masa yang akan datang dapat terlepas dari
kemiskinan. Karena dengan peningkatan pendapatan memungkinkan
untuk dapat membeli makanan yang lebih baik, kondisi pemukiman
yang lebih sehat, dan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik.

2
DAFTAR PUSTAKA

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2006. p1752-1757

Centers for Disease Control and Prevention. Typhoid fever. October 5, 2010.
[cited 2011 Jan 8]. [Internet] Available at :
http://www.cdc.gov/nczved/divisions/dfbmd/diseases/typhoid_fever/

Klotchko A, Mark RW. Salmonellosis. Mar 31, 2009. [cited 2011 Jan 11].
[Internet] Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/228174-overview

Fauci AS, et al. Harrison’s Manual of Medicine. 17th ed. New York: McGraw
Hill; 2009. p 456-457

Bhan MK, Bahl R, Bhatnagar S. Typhoid and parattyphoid fever. Lancet. Aug


2005;366:749-62.

Brusch J. Typhoid fever. April 8, 2010. [cited 2011 Jan 11]. [Internet]
Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/231135-overview

Klotchko A. Salmonellosis. Mar 31, 2009. [cited 2011 Jan 8]. [Internet]
Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/228174-media

Kim AY, Goldberg MB, Rubin RH. Salmonella infections. In: Gorbach SL,


Bartlett JG, Blacklow NR, eds. Infectious Diseases. 3rd ed. Lippincott
Williams and Wilkins; 2004:68.

3
LAMPIRAN
FOTO

Gambar 1. Tampak dari depan rumah bersama pasien

Gambar 2. Tampak samping kanan rumah

4
Gambar 3. Kamar mandi

Gambar 4. Dapur dilihat dari kamar mandi

5
Gambar 5. Dapur

Gambar 6. Ruang Tidur yang campur dengan dapur

6
Gambar 7. Ruang Tamu

Anda mungkin juga menyukai