Anda di halaman 1dari 37

FORM HASIL KEGIATAN HOME VISIT

LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA


Berkas Pembinaan Keluarga
Puskesmas Urangagung, Sidoarjo No. RM : _________________

Tanggal kunjungan pertama kali : 8 Mei 2018

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. S
Alamat lengkap : Dusun Banjar Bendo RT. 2/RW. 1 Kec.
Sidoarjo,Sidoarjo

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tabel 1.1 Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah
No Nama Kedudu L/ Umur Pendidik Pekerjaa Pasien Ket
kan P (Tahun an n Klinik
dalam ) Terakhir (Y/T)
keluarga

1 Samad KK L 56 SD Pengeraji T Pasien


n kayu

2 Abdul Soleh Anak L 32 SMA Pegawai T -


Swasta

3 Mas’ah Menantu P 30 SMA Ibu T


rumah
tangga

4 Artika Nayla Cucu P 10 SD pelajar Y


Rahma

Sumber : Data Primer, 8 Mei 2018

1
LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA

Berkas Pembinaan Keluarga

Puskesmas Urangagung Sidoarjo No. RM :_________

Tanggal kunjungan pertama : 8 Mei 2018

Nama pembimbing : dr. Danang Abdul Ghani

Nama pembina keluarga :

Nama DM Home Visit : I Putu Yogi Anjasmara, S.Ked

Tabel 1.2 Catatan Konsultasi Pembimbing (diisi setiap kali selesai satu periode
pembinaan)
Tanggal Tingkat Paraf Paraf Keterangan

Pemahaman Pembimbing

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah baik diastolik


maupun sistolik secara hilang timbul atau menetap. Hipertensi dapat terjadi
secara esensial (primer atau idiopatik) dimana faktor penyebabnya tidak
dapat diidentifikasi, atau secara sekunder, akibat dari penyakit tertentu yang
diderita. Hipertensi adalah penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan
gagal ginjal.Hipertensi primer terjadi sebesar 90 - 95 % kasus dan cenderung
bertambah seiring dengan waktu. Faktor resiko meliputi obesitas, stres, gaya
hidup santai dan merokok ( Robinson dan Saputra, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO), tekanan darah dianggap
normal bila kurang dari 135/85 mmHg, dan diatas nilai tersebut dikatakan
tinggi. Namun untuk orang Indonesia, banyak dokter berpendapat bahwa
tekanan darah yang ideal adalah sekitar 110-120/80-90 mmHg. Batasan ini
berlaku bagi orang dewasa di atas 18 tahun. Selain itu, menurut Joesoef
Direktur Pelayanan medis pusat jantung nasional Harapan Kita, mengatakan
bahwa, ‘’ Tekanan darah 120-139/80-90 mmHg dikategorikan sebagai
Prehipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk
menurrunkan tekanan darah, sedangkan tekanan darah 140-159/90-99 mmHg
merupakan hipertensi stadium 1 dan tekanan darah >160/>100 mmHg
merupakan hipertensi stadium II (Adib, 2009).
WHO mencatat pada tahun 2013 sedikitnya sejumlah 972 juta kasus 2
Hipertensi, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus pada tahun 2025 atau
sekitarn 29% dari total penduduk dunia menderita hipertensi, dimana 333 juta
berada di negara maju dan 639 sisanya berada dinegara
berkembang.termasuk Indonesia, Hipertensi juga menempati peringkat ke 2
3
dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan dirumah sakit di
Indonesia. penderitanya lebih banyak wanita (30%) dan pria (29% )sekitar 80
% kenaikan kasus hipertensi terjadi terutama dinegara berkembang.
(Triyanto, 2014).Menurut National basic health survey prevalensi hipertensi
diindonesia pada kelompok usia 15 - 24 tahun adalah 8,7% pada kelompok
usia 25 - 34 tahun adalah 14,7%, kelompok umur 35 - 44 tahun 24,8% usia
45 - 54 tahun 35,6%,usia 55 - 64 tahun 45,9% untuk usia 65 - 74 tahun57,6%
sedangkan lebih dari 75 tahun adalah 63,8%, dengan prevalensi yang tinggi
tersebut hipertensi yang tidak disadari jumlahnya bisa lebih tinggi lagi.hal ini
terjadi karena hipertensi dan komplikasinya jumlahnya jauh lebih sedikit dari
pada hipertensi yang tidak ada gejala . ( Widjaja.dkk 2013 )
Laporan ini dipilih berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
pasien dengan Hipertensi stage 1 tak terkontrol, berjenis kelamin laki-laki
dan berusia 56 tahun, dimana pasien merupakan salah satu dari pasien
dengan Hipertensi yang berada di wilayah Puskesmas Urangagung,
Kabupaten Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih sering ditemukan di
masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Urangagung Kabupaten
Sidoarjo berserta permasalahannya seperti masih kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit Hipertensi terutama masalah pola hidup sehat.
Oleh karena itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan
mencermatinya untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di
lapangan.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh faktor lingkungan, psikososial, perilaku, faktor
genetik terhadap kejadian Hipertensi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

4
Laporan ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor
lingkungan, psikososial, perilaku dan faktor genetik terhadap
kejadian hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kehidupan pasien dalam keluarga melalui APGAR
yang berkaitan dengan kejadian hipertensi.
b. Mengidentifikasi faktor sosial ekonomi pasien melalui SCREEM
yang berkaitan dengan kejadian hipertensi.
c. Mengidentifikasi faktor keturunan pasien melalui Genogram yang
berkaitan dengan kejadian hipertensi.
d. Mengidentifikasi faktor pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan
keteraturan kontrol pasien hipertensi.
e. Mengidentifikasi perilaku pasien terkait dengan kejadian hipertensi.
f. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang berkaitan dengan kejadian
hipertensi.
1.4 Manfaat
Manfaat hasil kegiatan Home Visit bagi:
a. Pasien dan keluarganya
Sebagai pendekatan dalam pemberian informasi mengenai
hipertensi yang diderita pasien serta hubungan terhadap sosial,
ekonomi, pelayanan kesehatan, perilaku pasien, dan faktor lingkungan,
sehingga mendapatkan pemahaman dan informasi yang baik.
b. Pelayanan kesehatan
Sebagai sumber evaluasi dalam memberikan pelayanan terhadap
kejadian hipertensi yang dialami oleh pasien
c. Dokter Muda
Sebagai pengetahuan tentang penatalaksaan hipertensi secara
holistik dan komprehensif.

5
BAB II

HASIL KUNJUNGAN

2.1 IDENTIFIKASI PASIEN

2.1.1 Identitas Penderita

Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Tidak bekerja
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Dusun Banjar Bendo RT. 2/RW. 1 Kec.
Sidoarjo,Sidoarjo
Suku : Jawa
Tanggal periksa : 8 mei 2018

2.1.2 Anamnesis

a. Keluhan Utama

Kepala bagian belakang terasa sakit.

b. Riwayat Penyakit Sekarang (Heteroanamnesa)

Pasien datang dengan keluhan kepala terasa sakit sejak 1 bulan


yang lalu, timbul secara hilang timbul, terutama setelah beraktifitas.
Sakit kepala biasanya terasa cekot-cekot. Sakit kepala dirasakan
terutama pada kepala bagian belakang disertai leher bagian belakang
juga terasa kaku. BAB dan BAK dalam batas normal.

6
c. Riwayat Penyakit Dahulu:

1) Riwayat MRS : tidak ada


2) Riwayat imunisasi : tidak diketahui
3) Riwayat Asma : (-)
4) Riwayat alergi obat/makanan : tidak ada
5) Riwayat penyakit jantung : tidak ada
6) Riwayat Hipertensi : ada
7) Riwayat Diabetes melitus : tidak ada
d. Riwayat Penyakit Keluarga:
1) Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : ada
2) Riwayat Sakit sesak nafas : tidak ada
3) Riwayat Hipertensi : ada
4) Riwayat Diabetes melitus : tidak ada
e. Riwayat Kebiasaan:
1) Riwayat keluarga merokok : (+)
2) Riwayat olah raga : jarang sekali
3) Riwayat Makan : Makan gorengan
setiap sore hari.
4) Riwayat minum : Minum kopi hampir
setiap pagi

f. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien saat ini tinggal di rumah bersama anak kedua yang
berusia 32 tahun, menantunya yang berusia 30 tahun dan 1 orang cucu
yang berusia 10 tahun. Anak lainnya memutuskan untuk tinggal di
tempat lain dengan alasan ikut suami dan ingin mandiri. Pasien tidak
bekerja. Pasien mengatakan setiap minggunya anaknya memberikan
uang sebesar RP. 200.000 – RP 225.000 untuk biaya kehidupan
sehari-hari.
Penderita saat ini tinggal di Dusun Banjarbendo, Kecamatan
Sidoarjo, dengan kondisi lingkungan rumah dan sekitarnya yang
cukup bersih. Pasien tinggal dirumah rumah yang berukuran 10 m x

7
10 m2 dan letaknya berdekatan dengan rumah tetangga lainnya. Rumah
memiliki wc, sumber air yang dimiliki pasien adalah air sumur yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan
mencuci baju tampak cukup bersih, terdapat jendela pada ruang
keluarga hanya di ruang tamu dan kamar tidur, dapur kurang tertata
rapi. Suasana sekitar rumah pasien tampak cukup bersih. Sebelah
rumah pasien saling berdempetan dengan tetangga.
g. Riwayat Gizi.
Pasien sehari-hari makan 2-3 kali/hari dengan nasi sepiring
lengkap dengan sayur, lauk pauk seperti telur, tahu, tempe. Pasien
sering menkonsumsi teh manis pada pagi hari dan gorengan pada sore
hari. Kesan status gizi cukup.
2.1.3 Anamnesis Sistem
a. Kulit : warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
b. Kepala : sakit kepala (+), rambut kepala tidak ron-
tok.
c. Mata : penglihatan kabur (-)
d. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)
e. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-),
keluar cairan (-)
f. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-)
g. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)
h. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-), batuk
darah (-)
i. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-)
j. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan baik, ny-
eri perut (-), BAB tidak ada keluhan
k. Genitourinaria : BAK lancar,warna kekuningan
l. Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)
m. Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)
n. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri lutut (-), nyeri otot (-)

8
o. Ekstremitas : Motorik : DBN, kesemutan (-) pada kedua
ekstremitas bawah
2.2 Pemeriksaan Fisik
2.2.1 Keadaan Umum
Cukup, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan
cukup.
2.2.2 Tanda Vital dan Status Gizi
a. Tanda Vital
a) Tensi : 150/90 mmHg
b) Nadi : 88 x/menit, regular
c) Pernafasan : 20 x/menit
d) Suhu : 36,5oC
b. Status gizi (BMI) :
a) BB : 65 kg
b) TB : 170 cm
c) BMI : 22,5 (normal)
1) Kulit
a. Warna : sawo matang, ikterik (-), sianosis (-).
b. Kepala : tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut
2) Mata
a. Conjunctiva anemis (-/-)
b. Sklera ikterik (-/-)
c. Pupil isokor (3mm/3mm)
d. Reflek kornea (+/+)
e. Katarak (-/-)
f. Radang/conjunctivitis/uveitis (-/-)
3) Hidung
a. Nafas cuping hidung (-/-)
b. Sekret (-/-)
c. Epistaksis (-/-)
d. Deformitas hidung (-)

9
4) Mulut
a. Bibir pucat (-)
b. Lidah kotor (-)
c. Papil lidah atrofi (-)
d. Tepi lidah hiperemis (-)
5) Telinga
a. Sekret (-/-)
b. Othorea (-/-)
c. Cuping telinga dalam batas normal
6) Tenggorokan
a. Tonsil T1/T1
b. Pharing hiperemis (-/-)
7) Leher
JVP tidak meningkat, pembesaran kelenjar tiroid & limfe (-)
8) Thoraks
Simetris (+/+), retraksi (-)
a. Cor : I : ictus cordis tampak
P : ictus cordis kuat angkat
P : batas kiri atas : ICS II Parasternal line Sinistra
batas kanan atas : ICS II Parasternal lineDextra
batas kiri bawah : ICS V Midclavicular line Sinistra
batas kanan bawah : ICS IV Parasternal line Dextra
batas jantung kesan tidak melebar
A : S1 tunggal,S2 tunggal.Murmur (-), bising (-)
b. Pulmo:
Pemeriksaan dilakukan dari depan dan belakang, posisi berbaring
dan duduk.
I : Simetris (+/+)
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor

10
A: suara dasar vesikuler Rhonki Wheezing
- - - -
+ +

- - - -
+ +

- - - -
+ +

9) Abdomen
I : Scar (-), bekas operasi (-) Spidernevi (-)
A : bising usus (+) normal
P : Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba
P : timpani seluruh lapang perut
10) Sistem Collumna Vertebralis
I :deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P : nyeri tekan (-)
P : NKCV (-)
11) Ektremitas: Akral hangat (+), edema (-), CRT <2’
12) Sistem genetalia: dalam batas normal
13) Pemeriksaan Neurologik
 Fungsi Luhur : dalam batas normal
 Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
 Fungsi Sensorik : dalam batas normal
 Fungsi motorik : dalam batas normal
14) Pemeriksaan Psikiatrik
 Penampilan : baik, perawatan diri cukup
 Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos
mentis
 Afek : appropriate
 Psikomotor : normoaktif
 Proses pikir : tidak dievaluasi

2.2.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG

11
Belum dilakukan
Usul pemeriksaan penunjang tambahan :
o Kolesterol total
o Trigliserida
o Ureum
o Kreatinin
2.2.4 Resume

Pasien datang dengan keluhan kepala terasa sakit sejak 1 minggu


yang lalu, timbul secara hilang-timbul, terutama setelah beraktifitas.
Sakit kepala biasanya terasa cekot-cekot. Sakit kepala dirasakan terutama
pada kepala bagian belakang disertai leher bagian belakang juga terasa
kaku.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, compos
mentis, status gizicukup. Tanda vital T:150/90 mmHg, N: 88x/menit, RR:
20 x/menit, S:36,50C, BB:65 kg, TB:170 cm, BMI: 22,5 (normal).
Pada pemeriksaan penunjang belum dilakukan.

2.2.5 Patient Centered Diagnosis


a. Kurangnya pengetahuan pasien tentang penyakitnya
b. Diagnosis biologis:
Hipertensi stage I tak terkontrol
c. Diagnosis psikologis: -
d. Diagnosis sosial ekonomi dan budaya:
Status ekonomi menengah ke bawah
e. Kondisi lingkungan dan rumah cukup sehat

2.2.6 Penatalaksanaan
Non medika mentosa
1. Non Medika mentosa
a) Olahraga teratur

12
b) Diet rendah garam
c) Menghindari makanan yang mengandung MSG dan yang
berminyak
d) Mengikuti kegiatan Posbindu PTM
2. Medikamentosa
Yang di dapat pasien dari Puskesmas:
Belum mendapatkan pengobatan
Pengobatan yang di usulkan:
Amlodipin 1x 5 mg

2.2.7 PROGNOSIS
Dubia ad bonam

2.3 STRUKTUR KELUARGA

2.3.1 Fungsi Biologis :

Keluarga terdiri dari pasien (Tn. S), anak pasien (Tn.A), menantu

pasien (Ny. M), dan cucu pasien (An. A).

2.3.2 Fungsi Psikologis :

Hubungan keluarga pasien terjalin cukup akrab, terbukti dengan

permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam

keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan

yang lain. Hubungan dengan anak pasien yang lain juga terjalin cukup

baik. Sehari-hari pasien lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah

bersama menantu dan cucu. Untuk kebutuhan sehari-hari di dapat dari

hasil pekerjaan anak yang tinggal serumah dengan pasien sebagai

karyawan swasta. Permasalahan yang timbul dalam keluarga dipecahkan

13
secara musyawarah dan mencari jalan tengah, serta dibiasakan sikap

saling tolong menolong baik fisik, dukungan mental, maupun jika ada

salah seorang di antaranya yang menderita kesusahan. Meskipun

penghasilan mereka pas-pasan, namun mereka tetap hidup bahagia dan

selalu bersyukur kepada Tuhan.

2.3.3 Fungsi Sosial :

Dalam masyarakat pasien dan keluarga hanya sebagai anggota

masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam

masyarakat. Pasien aktif dalam kegiatan sosial di masyarakat.

2.3.4 Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan :

Penghasilan keluarga berasal dari pekerjaan anak pasien yang

bekerja sebagai karyawan swasta. Penghasilan sebesar Rp. 3.500.000,-

per bulan.

Penghasilan tersebut digunakan untuk membiayai sekeluarga juga

untuk biaya sehari-hari seperti kebutuhan makan, minum, listrik.

2.3.5 Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi :

Penderita sudah dapat memecahakan permasalahan sendiri. Untuk

kemampuan beradaptasi penderita sudah baik, karena dapat berinteraksi

dengan masyarakat sekitar dan mampu aktif di kegiatan sosial setempat.

14
2.4 FUNGSI FISIOLOGIS (APGAR SCORE)

Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R


SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah =
0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10
= baik.
2.4.1 ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien selalu pertama
kali membicarakannya kepada anak keduanya dan mengungkapkan apa yang
diinginkannya dan menjadi keluhannya. Baik keluhan tentang penyakitnya
maupun tentang ekonomi keluarganya. Dukungan dari orang-orang orang
sekitarnya cukup memberinya motivasi mengikuti pengobatan yang
disarankan. Penderita dan keluarga yakin dengan meminum obat yang
diberikan dari dokter dan minum secara teratur maka pasien dapat mengontrol
hipertensinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien memiliki keinginan
kuat untuk selalu mengontrol penyakitnya.
2.4.2 PARTNERSHIP
Anak kedua pasien yang tinggal serumah dengan pasien selalu
memberikan motivasi kepada pasien. Anak-anak pasien yang tinggal terpisah
saat pulang kerumah juga memberikan motivasi agar pasien meminum obat
secara teratur. Sama halnya dengan anak pertama pasien, dimana saaat
berkomunikasi melalui telepon anak pertama pasien selalu menanyakan
masalah penyakit pasien dan menyuruh pasien meminum obat teratur agar
dapat mengontrol hipertensinya.
2.4.3 GROWTH
Pasien sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya yang
harus teratur minum obat serta menjaga pola hidup. Pasien tidak pernah

15
dilarang oleh keluarganya dalam berobat, maupun beraktivitas, bila pasien
akan memulai merubah pola makan dan berolahraga pasien tidak dilarang
oleh keluarganya.
2.4.4 AFFECTION
Hubungan pasien dengan anak keduaserta menantunya yang
tinggal dirumah pasien sangat dekat dan saling menyayangi. Anak lain
yang tidak tinggal serumah dengan pasien tetap memberikan perhatian
pada pasien terhadap kesehatan dan keseharian pasien, serta mereka
semua saling menyayangi.
2.4.5 RESOLVE
Pasien merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia
dapatkan dari anak-anaknya, menantu serta cucu pasien.
Tabel 2.3 Skor APGAR Tn. S
APGAR Tn.S Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/tidak
/selalu -kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 


keluarga saya bila saya menghadapi
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan 

16
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 10 fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn. S merasa komunikasi terhadap keluarganya sudah baik, dan Tn.


S merasa diterima dikeluarganya. Bila terjadi masalah Tn. S merasa
cukup mudah berbagi dengan anaknya terutama yang tinggal serumah
namun dengan anak yang tidak tinggal serumah Tn. S tetap merasa kasih
sayang yang diberikan cukup, hanya saja karena tinggal berjauhan
dengan anak lainnya Tn. S lebih sering bercerita dengan anaknya yang
tinggal serumah.
Tabel 2.4 Skor APGAR Tn.A
Sering Kadang
APGAR Tn A terhadap keluarga Jarang/tidak
/selalu -kadang
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi 
masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan 
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama
Total poin = 9 fungsi keluarga dalam keadaan baik

17
Tn. A merupakan anak nomer 2 dari pasien yang tinggal serumah
dengan pasien. Tn.A merupakan seorang yang bekerja. Meskipun Tn.A
jarang di rumah, namun ketika pulang bekerja Tn.A selalu
menyempatkan diri berbicara dan berinteraksi dengan Tn.S. Tn.A sangat
mengupayakan pengobatan yang maksimal pada Tn.S.
2.5 FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)

Fungsi patologis dari keluarga Tn.S dinilai dengan menggunakan

S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 2.5 SCREEM


SUMBER PATOLOGI KET
Social Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga
dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat -
cukup meskipun banyak keterbatasan ekonomi.
Cultural Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal
ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi
budaya yang masih diikuti. Sering mengikuti acara- -
acara yang bersifat hajatan, sunatan, wetonan dll.
Menggunakan bahasa jawa, tata krama dan
kesopanan.
Religion Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran
agama kurang, hal ini dapat dilihat dari orang tua -
penderita jarang beribadah.
Economic Ekonomi keluarga ini tergolong menengah kebawah,
untuk memenuhi kebutuhan primer sudah bisa
terpenuhi, meskipun belum mampu mencukupi
+
kebutuhan sekunder rencana ekonomi tidak memadai,
diperlukan skala prioritas untuk memenuhi kebutuhan
hidup.
Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat +

18
pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas
pendidikan seperti buku-buku, koran dan internet
terbatas.
Medical Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang
lebih baik. Dalam mencari pelayanan kesehatan
keluarga ini biasanya menggunakan Puskesmas dengan
+
metode pembayaran ditanggung sendiri Pasien dan
keluarga rutin berobat ke Puskesmas karena mudah
dijangkau dan letaknya dekat.

Keterangan :

a. Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong

rendah, pendapatan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer.

b. Education (+) artinya keluarga Tn.S masih memiliki pengetahuan

yang kurang, khususnya mengenai permasalahan kesehatan.

c. Medical (+) artinya keluarga Tn.S belum mampu memenuhi pelayan

kesehatan yang lebih baik, demi mendapatkan hasil yang lebih baik

terhadap penyakit yang dderita pasien.

Kesimpulan :

Dalam keluarga Tn.S fungsi patologis yang positif adalah fungsi

ekonomi, fungsi edukasi dan fungsi medical.

19
2.6 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Dusun Banjar Bendo RT. 2/RW. 1 Kec. Sidoarjo,


Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Tn. Ny.
A M

An.
A

= Laki-Laki

= Perempuan

= Pasien

Gambar 2.1. Genogram Keluarga Tn. E Dibuat tanggal 28 Desember 2017


Sumber informasi/Responden: Keluarga pasien

20
2.6.1 INFORMASI POLA INTERAKSI KELUARGA
Hubungan baik dan hubungan tidak baik antar anggota keluarga

Tn. S, Tn.A
56 tahun 32 tahun

Ny. M
30 tahun An. A,
10 Tahun

Keterangan : : hubungan baik


: hubungan tidak baik

Gambar 2.2 Pola Interaksi Keluarga Tn.S

2.6.2 PERTANYAAN SIRKULER

1. Ketika penderita jatuh sakit siapa yang merawat?

Jawab : Anak memberikan obat dan merawat penderita, serta

menyediakan kebutuhan penderita selama sakit. Jika sakit berlanjut

penderita langsung dibawa ke Puskesmas terdekat.

2. Ketika anak bertindak seperti itu apa yang dilakukan istrinya?

21
Jawab : Istri mendukung apa yang dilakukan suami karena ia

mempercayai urusan ayah mertua sehari-hari kepada suaminya terlebih

menyangkut masalah kesehatan.

3. Ketika anak seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang lain?

Jawab: Keluarga sejauh ini mendukung apa yang di lakukan anak dan

menantu pasien dan siap membantu semampunya apabila mereka perlu

bantuan dari anggota keluarga lainya.

4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab : Anak pasien yang tinggal serumah.

5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab : Anak pasien yang tinggal serumah.

6. Selanjutnya siapa ?

Jawab : cucu pasien

7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?

Jawab : Tidak ada

8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?

Jawab : Tidak ada

9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab : Tidak ada

2.7 IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKUDAN NON PERILAKU

2.7.1 Faktor Perilaku Keluarga

Tn.S tinggal di lingkungan padat penduduk, ia dan anggota


keluarganya memiliki pengetahuan yang masih kurang tentang kesehatan

22
khusunya tentang Hipertensi. Pasien tinggal di rumahnya bersama anak
keduanya dan menantunya. Namun anaknya hanya dirumah saat sore
sepulang bekerja. Sementara anak yang lainnya telah memiliki keluarga dan
tinggal terpisah dengan pasien. Pasien mulai mengetahui peyakitnya sejak
tahun 2018, dan memulai pengobatan pada tahu 2018.
Lingkungan didalam rumah pasien kurang tertata dengan baik. Dalam
hal kebersihan rumah dinilai kotor dan tidak rapi. Mereka juga menata
perabot rumah dengan sembarang tempat. Keluarga ini memiliki jamban
sendiri didalam rumahnya.
2.7.2 Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga


ekomoni menengah ke bawah. Keluarga ini memiliki sumber penghasilan
dari pekerjaan anak sepagai pegawai di perusahaan swasta. Dari total semua
penghasilan tersebut keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari
walaupun belum semua kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebutuhan
sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai, namun kurang rapi
karena peletakkan barang yang sembarangan dan kurangnya kebersihan.

2.7.3 IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


2.7.3.1 Gambaran Lingkungan
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 10 x 10 m2,
berdempetan dengan rumah tetangganya. Rumah ini terdiri dari 2 kamar
tidur dan 1 dapur. Semua dinding rumah dari tembok, kamar tidur
lantainya dari tegel. Atap rumah pasien terbuat dari genteng. Rumah
memiliki koridor dan terdapat 4 jendela dengan ukuran 2 x1 pada ruang
tamu dan kamar tidur rumah pasien. Ventilasi dan penerangan rumah .
Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya keluarga ini menggunakan air
sumur. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas LPG 3
kg. Secara keseluruhan kebersihan sudah cukup.

23
2.7.3.2 Denah Rumah
10 m

U
Kamar Kamar
Tidur Mandi

S
Kamar Dapur
Tidur

10 m

Ruang Tamu

Gambar 2.3 Denah Rumah Tn.S

24
BAB III

PEMBAHASAN

Faktor genetic:

Terdapat keluarga yang mengalami keluhan


yang serupa

Pelayanan
Kesehatan:
Tn.S 1. Kehadiran
pasien pasien
Faktor Lingkungan Hipertensi
yang kurang
2. Kurangnya
1. Pendidikan yang sosialisasi
kurang mengenai
hipertensi oleh
petugas
kesehatan
setempat

Faktor Perilaku
Gaya hidup (terkait):
Pola makan yang kurang sehat
Tidak pernah olahraga
Tidak pernah mengikuti Posbindu

25
3.1 PEMBAHASAN

3.1.1 Pembahasan Permasalahan yang Ditemukan


a. Masalah aktif :
1) Minimnya pengetahuan tentang penyakit hipertensi
b. Faktor resiko :
1) Genetik: Ada keluarga yang mengalami penyakit seperti pasien.
2) Lingkungan: Stres Psikis, dan Pendidikan yang kurang.
3) Perilaku: Pola makan yang kurang sehat, Tidak pernah olahraga,
Tidak pernah mengikuti Posbindu
4) Pelayanan kesehatan :
a) Kehadiran pasien pasien yang kurang
b) Kurangnya sosialisasi mengenai hipertensi oleh petugas
kesehatan setempat

3.1.2 Masalah Aktif: Hipertensi


Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar
dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu
5 menit dalam keadaan cukup istirahat (tenang) (Kep.Menkes,
2003). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on
Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg (Sudoyo,
2009).
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat
adanya interaksi berbagai faktor resiko yang dimiliki
seseorang. Faktor pemicu hipertensi dibedakan menjadi yang
tidak dapat dikontrol seperti riwayat keluarga,jenis kelamin, dan
umur. Faktor yang dapat dikontrol seperti obesitas, kurangnya
aktivitas fisik, perilaku merokok, pola konsumsi makanan yang
mengandung natrium dan lemak jenuh (Brashers, 2004).

26
Hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti
stroke, kelemahan jantung, penyakit jantung koroner (PJK),
gangguan ginjal dan lain-lain yang berakibat pada kelemahan
fungsi dari organ vital seperti otak, ginjal dan jantung yang dapat
berakibat kecacatan bahkan kematian. Hipertensi atau yang
disebut the silent killer yang merupakan salah satu faktor resiko
paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardiovascular)
(Soedirjo, 2008).

Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC 7

4 Faktor Risiko

a. Faktor Genetik

Dalam Hipertensi merupakan penyakit yang sangat terkait pada

Genetik. Dimana penyakit ini merupakan penyakit keturunan yang dapat

dicegah dengan mengatur pola hidup agar sehat.

Penyelesaian: Faktor Genetik tidak dapat dihindari namun dapat

dicegah. Pencegahan sedini mungkin terhadap penyakit Hipertensi

menjadi sasaran utama dalam penyelesaian faktor genetik

b. Faktor Lingkungan

Dalam lingkungan tempat tinggal pasien belum memiiki

pengetahuan yang cukup mengenai hipertensi, baik gelaja yang

27
ditimbulkan, pencegahan serta penanganan penyakit tersebut. Dimana hal

tersebut sangat berpengaruh untuk mengontrol penyakit pasien.

Penyelesaian: sebaiknya pasien dan keluarganya lebih sering untuk

berkumpul dan bertukar fikiran, serta lebih aktif pada kegiatan posbindu

untuk lebih menungkatkan pengetahuan mengenai hipertensi.

c. Faktor Perilaku

Pasien dalam hal ini banyak memakan-makanan yang dapat

meningkatkan tenkanan darah. Selain itu pasien juga tidak pernah

berolahraga sama-sekali. Pasien juga tidak mengikuti posbindu.

Penyelesaian: Sebaiknya pasien memulai pola hidup sehat dan olahraga

yang teratur. Hal tersebut dapat menurunkan kadar gula serta tekanan

darah pasien. Pola makan pasien harus sangat diatur karena dari pola

makan yang biasanya pasien makan cenderung meningkatkan. Selain itu

kegiatan posbindu sangat mendukung untuk mengontrol tekanan darah

pasien.

3.2 Prioritas Penyelesaian masalah

Tabel 3.1 Prioritas penyelelesaian masalah

No Masalah Efektivitas Efesiensi Hasil


M x I xV
M I V C P=
C
Pemberian penjelasan
Hipertensi, risiko dan
1 5 4 4 2 40
diet pada pasien dan
keluarga
Keteraturan pengobatan
2 5 4 4 3 26,6
dan evaluasi pengobatan
Mengikuti Posbindu
3 4 3 4 2 24
PTM

28
P : Prioritas jalan keluar
M : Maknitude, besarnya masalah yang bias diatasi apabila solusi ini
dilaksanakan (turunnya prevalensi dan besarnya masalah ini)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah.
V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan

Jadi dapat disimpulkan urutan prioritas, yaitu


a. Pemberian penjelasan Hipertensi, risiko dan diet pada pasien dan keluarga.
b. Keteraturan pengobatan dan evaluasi pengobatan
c. Mengikuti Posbindu PTM

29
3.3 Uraian Kegiatan

Tabel 3.2 Uraian rencana kegiatan

No Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Kebutuhan


Kegiatan Kegiatan Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan
1 Pembentukan Petugas Terbentuk 1 kali Membentuk Balai Desa Tenaga Minggu Meja, kursi, alat
Tim Kesehatan Tim Tim (Rakordes, puskesmas ke 1 tulis
Penyuluhan penyuluhan PKK,
Hipertensi Posyandu)
2 Penyusunan Panitia Tersusun 1 kali Menyusun Balai Desa Panitia yang Minggu Meja, kursi, alat
yang sudah rencana tugas dan (Rakordes, sudah ke II tulis
terbentuk kegiatan rencana PKK, terbentuk
penyuluhan kegiatan Posyandu)
hipertensi
3 Pelaksanaan Masyarakat Meningkatkan 1 kali  Registrasi pe- Balai Desa Tenaga Minggu Leaflet, laptop +
wilayah pengetahuan serta penyu- (Rakordes, puskesmas ke III LCD, meja,
kerja tentang luhan PKK, kursi, dan alat
Puskesmas Diabetes  Penyuluhan Posyandu) tulis
Urangagung melitus dan tentang
hipertensi Hipertensi
mulai dari  Sesi Tanya
gejala, jawab
pengobatan,
dan
komplikasi
4 Evaluasi Masyarakat Berkurangnya 1 kali  Mendatangi Rumah Tenaga Tiapbulan Alat tulis
wilayah jumlah pasien rumah Penduduk puskesmas

30
kerja hipertensi penduduk
Puskesmas tiap
Urangagung kelurahan
dan Petugas yang
Kesehatan menderita
Hipertensi
 Mendata
jumlah
pasien
Hipertensi
disetiap
kelurahan

31
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

1. Segi Biologis:
a. Tn. S (56 tahun) menderita Hipertensi.
b. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Tn.S kurang sehat.
c. Kurangnya hygenitas diri dan keluarga.
2. Segi Psikologis:
a. Tingkat kepatuhan dalam mengonsumsi obat kurang baik,
sehingga kurang mendukung untuk proses penyembuhan penyakit
yang diderita pasien.
3. Segi Sosial Ekonomi:
a. Tidak ada masalah dari segi sosial masyarakat
b. Ada masalah dari segi ekonomi dalam keluarga ini yang berpen-
garuh terhadap pelayanan kesehatan yang didapatkan termasuk
informasi tentang kesehatan keluarga.
4. Segi Lingkungan:
Rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal pasien kurang
sehat.
5. Segi Fisik:
Pengetahuan akan Hipertensi yang masih rendah

4.2 SARAN
1. Promotif :
Memberikan pengertian kepada penderita dan anggota keluarga mengenai
penyakit Diabetes melitus dan hipertensi dan merupakan penyakit yang
harus dikontrol dengan pengobatan teratur dan diet yang baik.

32
2. Preventtif :
a) Olahraga teratur
b) Diet rendah karbohidrat
c) Diet rendah garam
d) Menghindari makanan yang mengandung MSG dan yang berminyak
d) Mengikuti kegiatan Posbindu PTM

33
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2015, Diagnosis and Classification of Diabetes


Mellitus,Diabetes Care,
Brashers, Valentina. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen,
Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2004
Darmono, SuhartonoT, Pemayun TGD, Padmomartono FS.Diabetes Mellitus
Ditinjau dari segi aspek Penyakit Dalam.Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro,2007: p.15-27
Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. IV ed. Jakarta: balai penerbit FKUI; 2006.
Kep.Menkes RI No. 1479/MenKes/SK/X/2003. Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular dan
Penyakit Tidak Menular. Jakarta
Soedirjo. Hipertensi dan Klinis. Farmacia. Jakarta;2008.
Sudoyo, Aru W., et. al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Kelima Jilid 1.
Interna Publishing. Jakarta; 2009.

34
LAMPIRAN

Keluarga Tn. S

35
Proses heteroanamnesis pasien

36
Rumah Pasien

37

Anda mungkin juga menyukai