PENDAHULUAN
memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada
bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan
berarti setelah pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI dihentikan, akan tetapi
jauh dari kenyataan. Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi
kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Hasil Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi 0-6
bulan sebesar 32% meningkat menjadi 42% pada tahun 2012. Berdasarkan laporan
dinas kesehatan provinsi tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar
54,3%, presentase tertinggi terdapat pada pada Provinsi Nusa Tenggara Barat 79,7%
dan terendah pada Provinsi Maluku 25,2% (Pusdatin, 2014). Sedangkan cakupan
ASI eksklusif tahun 2015 menurut Profil Kesehatan Indonesia sebesar 55,7%,
tetapi berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 dan 2017 cakupan
pemberian ASI eksklusif terjadi penurunan yang berturut-turut menjadi 54.0% dan
46,7% pada bayi 0-5 bulan. Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah
satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat
kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2009) menyatakan sekitar
15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang
disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi
kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi
berusia 6 bulan.
Selama ini usaha dan dukungan yang diberikan baik dari WHO maupun dari
eksklusif telah dilakukan seperti:1) inisiasi menyusu dini pada satu jam setelah
kelahiran, (2) memberikan secara eksklusif, (3) ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama kehidupan bayi, (4) memberikan nutrisi makanan tambahan yang hygienis
Susu Ibu) pada tahun 1990, ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik
33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu eksklusif yang terdiri dari program
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif, pengaturan penggunaan susu
formula dan produk bayi lainnya, sarana menyusui di tempat kerja dan sarana
eksklusif di wilayah kerja puskesmas belum mencapai 80%. Mulai dari tahun 2014
terjadi peningkatan yaitu 65,84% (2014), 73,8% (2016), dan 79,8% (2016) tetapi
terdapat dua desa yang pencapaian cakupan masih dibawah 60% yaitu desa Sukun
desa Kepodang?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif di desa Sukun dan desa
Kepodang.
eksklusif
1. Bagi Puskesmas
Sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak puskesmas untuk dapat
pemberian ASI eksklusif pada di desa Sukun dan desa Kepodang Kabupaten
Sungai Kayu.
Sebagai masukan bagi ibu bekerja yang mempunyai bayi mengenai tujuan
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Selain itu diharapkan ibu memiliki
3. Bagi Peneliti
ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan
A. Skenario
program KIA, anda menemukan bahwa pencapaian program ASI eksklusif di wilayah kerja
puskesmas belum mencapai 80%. Mulai dari tahun 2014 terjadi peningkatan yaitu 65,85%
(2014), 73,8% (2015), dan 79,8% (2016) tetapi terdapat dua desa yang pencapaian cakupan
masih dibawah 60% yaitu desa sukun (55%) dan desa Kepodang (60%)
Desa Sukun dan Desa Kepodang adalah desa yang terletak dekat dengan ibukota
kecamatan, di kedua desa tersebut banyak ditemukan pasangan usia subur±60%, oleh
karena itu banyak ditemukan anak balita dan batita di kedua desa ini. Rerata penduduk
tamat SMA ±62%, sisanya 11% perguruan tinggi, 25% tamat SMP, dan 2% tamat SD.
Penduduk dalam hal ini kepala keluarga sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta
di perusahaan di kota kabupaten sementara ±66% ibu yang ada adalah ibu rumah tangga.
B. Analisis
Hasil inventarisasi faktor risiko terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif di desa Sukun
Dari data pada skenario diatas dapat dianalisis permasalahannya sebagai berikut :
Desa Sukun dan desa Kepodang adalah desa yang terletak dekat dengan ibukota
kecamatan, di kedua desa tersebut banyak ditemukan pasangan usia subur ± 60%,
oleh karena itu banyak ditemukan anak balita dan batita di kedua desa ini.
Rerata penduduk tamat SMA ± 62%, sisanya 11% perguruan tinggi, 25% tamat
Penduduk dalam hal ini kepala keluarga sebagian besar bekerja sebagai karyawan
swasta di perusahaan di kota kabupaten sementara ± 66% ibu yang ada adalah ibu
rumah tangga.
C. Diagram Fish Bone
MANUSIA INPUT
PROSES
Kurangnya
pengetahuan ibu
Materi penyuluhan Kesehatan ibu yang
kurang menarik lemah,(kondisi
lemah Kondisi
Kurangnya Dana yg di
puting yang datar Rendahnya
koordinasi nakes pendidikan
alokasikan kurang
dan lecet)
lecet
dgn masyarakat ibu
Ibu yang
bekerja di luar
rumah
Minimnya
peralatan Media Peran keluarga
penyuluhan penyuluhan kurang
kurang CAKUPAN ASI
EKSKLUSIF
KURANG DARI
60%
Lingkungan kerja
yang tidak
mendukung ASI
Eksklusif
Banyaknya iklan
Susu Formula
LINGKUNGAN
No Parameter Masalah
A B C D E F
1. Prevalence 4 4 3 4 4 4
2. Severity 4 4 3 4 4 4
3. Rate % Increase 4 3 3 3 3 3
5. Social benefit 5 4 3 5 5 4
6. Public concern 3 1 1 2 1 1
8. Resource availlability 5 4 3 5 5 5
Jumlah 32 26 21 30 28 27
Masalah C : Kesehatan ibu yang lemah, kondisi putting yang datar dan lecet
Inventarisasi masalah atau faktor risiko terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif dan
bagaimana cara meningkatkan cakupan ASI eksklusif di desa Sukun dan desa Kepodang
Kecamatan Tinular, Kabupaten Sungai Kayu didapatkan beberapa tujuan diantaranya sebagai
berikut :
4. Dapat menyusun program kesehatan yang dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang
dihadapi.
Asi ekslusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya
tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, papaya,bubur susu, biskuit, dan nasi tim. Setelah 6
bulan baru mulai diberikan makanan pendamping sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
(Subur, 2012)
selama 6 bulan pada ibu Indonesia. Pemberian ASI ekslusif pada bayi meliputi hal-hal berikut :
a. Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu setengah sampai satu jam),
c. ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan frekuensinya (pagi,
siang, dan malam hari) dan memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.
plasenta tidak hanya dalam menggantikan fungsi plasenta tidak hanya memberikan nutrisi bagi
bayi tetapi juga sangat mempunyai arti dalam perkembangan anak karena seolah-olah hubungan
anak dan ibu tidak terputus. Pemberian ASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir merupakan
stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. Kenaikan berat badan anak pada 6 bulan pertama
kehidupan jika mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara 700-1000 gram/bulan pada
triwulan ke II, selain itu dari bayi yang mendapat ASI ekslusif menunjukkan rata-rata
pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi usia 5 atau 6 bulan (Subur, 2012).
Saat ini, angka kematian bayi di Indonesia masih di bawah target Millenium Development
Goals (MDG’s). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, jumlah
AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Usaha dalam mencapai target penurunan AKB, dapat
dilakukan dengan cara pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dapat menekan AKB
dengan mengurangi sebesar 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di
dunia melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak jam pertama kelahirannya tanpa
Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif bagi
bayi usia 0-6 bulan di Indonesia disebutkan bahwa, sebesar 61,5%, pada tahun 2012 mengalami
penurunan sebesar 12,9% menjadi 48,6% ,dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar
5,7% menjadi 54,3% untuk tahun 2014 relatif turun menjadi 52,4% sedangkan target progam
Kandungan ASI dari satu ibu dengan ibu yang lain ditiap harinya memiliki perbedaan.
Menurut Purnamasari (2011) bahwa kandungan yang terdapat pada ASI meliputi :
a. Kolostrum
Kolostrum yaitu ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 volume kolostrum
sangat sedikit yaitu 150-300 ml setiap 24 jam. Kolostrum mengandung zat anti infeksi
10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matur. Kolostrum lebih banyak mengandung
protein dibanding dengan ASI matur. Dalam kolostrum kadar karbohidrat dan lemak
lebih rendah dibandingkan ASI matur. Total kalori kolostrum lebih rendah dibandingkan
ASI matur dan kolostrum harus diberikan kepada bayi (Dyah Purnamasari, 2011)
ASI transisi atau peralihan yaitu ASI yang keluar setelah kolostrum yaitu setelah hari
ke-4 sampai dengan hari ke-14, kadar protein semakin turun sedangkan kadar karbohidrat
c. ASI matur
ASI matur adalah ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya
Memberikan ASI ekslusif pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu adapun
Ahmad Mustofa (2010) mengemukakan bahwa ASI sebagai makanan bayi mempunyai
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah
dicerna untuk memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan
b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di
usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk :
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6
bulan pertama.
bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
keberhasilan pemberian ASI ekslusif diantaranya yakni pengetahuan dan sikap ibu terhadap
pemberian ASI ekslusif, dukungan suami, aktivitas ibu/ibu dengan bekerja. Adapun faktor-faktor
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang rendah tentang gangguan pemberian ASI akan dapat diubah dengan
melakukan tindakan untuk mengatasi masalah dalam pemberian ASI ekslusif. Hal itu
karena ibu kedepannya menjadi paham bahwa ASI ekslusif memberikan banyak manfaat
bagi bayi dan menyusui juga merupakan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
b. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga khususnya suami merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan
atau kegagalan menyusui. Masih banyak suami yang berpendapat salah mengenai
dukungan suami kepada ibu menyusui bayinya. Para suami berpendapat bahwa menusui
adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang
pasif saja sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam
c. Sosial budaya
Permasalahan utama dalam pemberian ASI eksklusif adalah sosial budaya yang antara
lain : kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif, pelayanan kesehatan yang
formula, ibu bekerja, dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu yang tidak
mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan atau minuman setelah bayi
lahir dan memberikan susu formula sejak dini. Telah banyak upaya dalam rangka
akselerasi penurunan angka morbiditas maupun mortalitas bayi. Salah satu upaya
tersebut adalah kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan untuk melakukan perawatan
lanjut pada bayi baru lahir, memberikan edukasi,dan ketrampilan pada ibu tentang
perawatan bayi. Namun, upaya tersebut belum dapat mengurangi kebiasaan masyarakat
d. Faktor psikososial
Keinginan dan kenyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI ekslusif didapatkan
pada sebagian besar ibu yang berhasil memberikan ASI ekslusif. Keyakinan atau
kepercayaan diri ibu yang kuat merupakan faktor determinan yang penting terhadap
keberhasilan pemberian ASI ekslusif. Keyakinan atau kepercayaan diri ibu yang kuat
mendorong ibu untuk mempelajari hal-hal baru termasuk tehnik menyusui yang belum
di kuasai benar oleh ibu. Beberapa ibu dengan keyakinan yang kuat lebih sedikit
Eksklusif
2 Pembagian Leaflet 4 5 2 4 10
Pembinaan Kelompok
3 3 3 2 4 4,5
Pendukung Ibu
4 Konselor ASI 3 3 2 5 3,6
Sumber: diskusi FGD kelompok 16, tahun 2018
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitud, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksanakan (turunnya
prevalensi dan besarnya masalah ini)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan
BAB III
RENCANA PROGRAM
ASI ekslusif adalah tenaga atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan khusus
di bidang penyuluhan ASI ekslusif. Pengelola program penyuluhan ASI ekslusif bekerja
sama dengan tenaga gizi dan bidan koordinator, karena topik ASI ekslusif sejalan dengan
persiapan persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), perawatan payudara serta cara
menyusui. Dalam melakukan penyuluhan alat yang digunakan untuk menarik perhatian
sasaran diantaranya dapat berupa leaflet, banner, poster, VCD IMD serta alat peraga
boneka. Selain itu juga dijelaskan mengenai alternatif menyimpan ASI yang sudah
dipompa yang disimpan dalam botol lalu diletakkan di lemari es, di mana hal ini sangat
bermanfaat terutama bagi para ibu yang memiliki tuntutan pekerjaan sehingga tidak dapat
Penyuluhan face to face dapat memberikan hasil yang lebih maksimal karena
yang memberi penyuluhan dan sasaran dapat berinteraksi secara lebih intens. Hal ini
dilakukan saat kunjungan ke puskesmas, konseling individu pada sasaran ibu hamil,
pelanyanan KIA, maupun pelayanan gizi di puskesmas, konseling di pustu maupun di
posyandu.
Inisiasi Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu
jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu
satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan
disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl
Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri
dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak
kulit antara bayi dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu,
Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada
ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis
sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai
menyusu.(Rosita, 2008).
situasi yang sama atau memiliki tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin untuk
saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, informasi dan ide berkaitan dengan situasi
yang dihadapi atau upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Melalui pertemuan-
pertemuan tersebut, peserta sebuah kelompok pendukung dapat saling memberi dan
menerima dukungan, baik berupa dukungan teknis, moral maupun emosional untuk
sukses mengatasi situasi yang dihadapi. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) secara
khusus diselengggarakan untuk para ibu yang ingin berhasil melaksanakan pemberian air
susu ibu secara optimal, yang meliputi inisiasi menyusui dini, ASI ekslusif 6 bulan, dan
meneruskan pemberian ASI hingga dua tahun atau lebih dengan makanan pendamping
yang bergizi. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan kelompok sebaya yang
beranggotakan 6-12 ibu hamil dan ibu bayi bawah dua tahun yang bertemu secara rutin 2
minggu sekali atau setidaknya sebulan sekali termasuk kunjungan rumah untuk saling
bertukar pengalaman, berdiskusi dan saling memberi dukungan terkait kesehatan ibu dan
motivator.
Peserta KP Ibu diutamakan ibu hamil serta ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6
bulan. Walaupun demikian, kelompok ini terbuka untuk orang-orang lain yang memiliki
minat yang sama. Suami atau anggota keluarga lain dari seorang ibu hamil/menyusui,
seorang perempuan yang belum hamil tapi sudah berkeinginan untuk menyusui bayinya
suatu saat, atau tenaga kesehatan yang ingin belajar dari dan berbagi informasi dengan
para ibu hamil/menyusui dapat dilibatkan dalam pertemuan KP Ibu. Diskusi di pertemuan
KP Ibu diutamakan pada isu seputar ASI dan menyusui, perawatan ibu pada masa
Konselor ASI adalah orang yang dibekali keterampilan untuk membantu ibu
memutuskan apa yang terbaik untuknya dan menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam
memberikan ASI kepada bayi. Konselor ASI dipilih dari tenaga kesehatan yang
pelatihan yang telah distandarkan oleh badan kesehatan dunia (World Health
Organization) yaitu 40 jam. Melalui pelatihan ini setiap calon konselor belajar tentang
ASI dan segala faktor yang terkait dengan pemberian ASI baik secara medis/teknis, sosial
budaya. Para konselor yang sudah terlatih ini dapat memberikan pelayanan konseling
bagi setiap ibu hamil dari masa kehamilan, mendampingi saat persalinan untuk
membantu dan mendukung proses IMD serta selanjutnya selama ibu menyusui anaknya
karena para konselor selain dapat ditemui langsung juga dapat dihubungi melalui telepon
1. Rapat Instansi di 100% 2 kali dalam -Mendata nama Kantor Dokter Juni 2018 -Susunan program dan
Koordinasi Wilayah setahun instansi yang hadir Kecamatan September rencana pembentukan
2018 panitia
Lintas Sektor Puskesmas -Melaksanakan rapat
-Perwakilan instansi di
Mengenai -Mengadakan sesi sekitar wilayah Puskesmas
Pelaksanaan tanya jawab
Penyuluhan - Peralatan yang
dibutuhkan (Laptop, LCD,
ASI Eksklusif microphone, speaker )
2. Pelaksanaan -Orang tua 100% 3 kali dalam -Mendaftar nama Balai Desa Dokter, Bidan, April 2018 -Susunan program dan
Penyuluhan yang setahun pasutri, perwakilan Wilayah Tenaga Gizi Juli 2018 rencana pembentukan
memiliki perusahaan, dan instansi Puskesmas Oktober panitia
tentang ASI
anak usia 0-6 yang hadir 2018 -Daftar pasutri yang
Eksklusif bulan -Menampilkan presentasi memiliki anak usia 0-6
-Perusahaan mengenai ASI Eksklusif bulan, perusahaan dan
dan instansi -Mengadakan sesi tanya instansi di sekitar wilayah
di sekitar jawab seputar ASI Puskesmas
wilayah Eksklusif
Puskesmas - Peralatan yang
dibutuhkan (Leaflet,
brosur, laptop, LCD,
microphone, speaker )
- Alat peraga (manekin
payudara dan boneka bayi)
Alat pompa ASI
3 Pelatihan Tenaga 100 % 5 hari Mendaftar nama tenaga Puskemas Tutur Dokter Spesialis September Susunan program dan
Konselor ASI Kesehatan kesehatan yang hadir Anak 2018 rencana pembentukan
-Pemberian materi panitia
mengenai ASI dan - Peralatan yang
segala faktor yang terkait dibutuhkan (Leaflet,
dengan ASI baik secara brosur, laptop, LCD,
medis atau teknis, microphone, speaker )
Mengadakan sesi tanya
jawab seputar ASI dan
segala faktor yang terkait
dengan ASI baik secara
medis atau teknis,
4. Pelatihan Kader Perwakilan 100 % 3 hari Mendaftar nama tenaga Balai Desa wilayah Bidan Puskemas Juli 2018 Alat peraga (manekin
Desa Ibu PKK (3 kesehatan yang hadir Puskesmas payudara dan boneka bayi)
orang dari -Pemberian materi Alat pompa ASI
satu desa) mengenai ASI dan
segala faktor yang terkait
dengan ASI baik secara
medis atau teknis,
Mengadakan sesi tanya
jawab seputar ASI dan
segala faktor yang terkait
dengan ASI baik secara
medis atau teknis,
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan data yang diperoleh dari cakupan pemberian air susu ibu eksklusif bagi
bayi usia 0-6 bulan pada 2013 di Indonesia sebesar 61,5%, pada tahun 2012
mengalami penurunan sebesar 12,9% menjadi 48,6% dan pada tahun 2013 mengalami
peningkatan sebesar 5,7% menjadi 54,3% pada tahun 2014 relatif turun menjadi
2. Berdasarkan teknik skoring, maka priotitas masalah pada kasus ini adalah kurangnya
penyuluhan.
3. Solusi yang dapat dilakukan pada masalah ini adalah dilakukannya penyuluhan
4. Program yang akan dilakukan adalah rapat koordinasi lintas sektor mengenai
Dengan adanya permasalahan berupa cakupan ASI ekslusif yang rendah maka upaya
4. Konselor ASI