Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

memberikan hanya ASI saja tanpa memberikan makanan dan minuman lain kepada

bayi sejak lahir sampai berumur 6 bulan, kecuali obat dan vitamin. Namun bukan

berarti setelah pemberian ASI eksklusif, pemberian ASI dihentikan, akan tetapi

tetap diberikan kepada bayi sampai bayi berusia 2 tahun.

Target 80% cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat

jauh dari kenyataan. Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi

kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Hasil Survey Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SKDI) 2007 menunjukkan cakupan ASI eksklusif bayi 0-6

bulan sebesar 32% meningkat menjadi 42% pada tahun 2012. Berdasarkan laporan

dinas kesehatan provinsi tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar

54,3%, presentase tertinggi terdapat pada pada Provinsi Nusa Tenggara Barat 79,7%

dan terendah pada Provinsi Maluku 25,2% (Pusdatin, 2014). Sedangkan cakupan

ASI eksklusif tahun 2015 menurut Profil Kesehatan Indonesia sebesar 55,7%,

tetapi berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 dan 2017 cakupan

pemberian ASI eksklusif terjadi penurunan yang berturut-turut menjadi 54.0% dan

46,7% pada bayi 0-5 bulan. Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah

satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat

kematian anak dan meningkatkan kesehatan Ibu. WHO (2009) menyatakan sekitar
15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang

disebabkan oleh pemberian ASI secara tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi

kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi

berusia 6 bulan.

Selama ini usaha dan dukungan yang diberikan baik dari WHO maupun dari

pemerintah pusat dan pemerintah daerah terhadap peningkatan pemberian ASI

eksklusif telah dilakukan seperti:1) inisiasi menyusu dini pada satu jam setelah

kelahiran, (2) memberikan secara eksklusif, (3) ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama kehidupan bayi, (4) memberikan nutrisi makanan tambahan yang hygienis

setelah umur 6 bulan, GNPP-ASI (Gerakan Nasional Peningkatan Penggunaan Air

Susu Ibu) pada tahun 1990, ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No.450/MENKES/SK/IV/2004 tentang Pemberian ASI secara eksklusif

pada bayi di Indonesia, penerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.

33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu eksklusif yang terdiri dari program

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif, pengaturan penggunaan susu

formula dan produk bayi lainnya, sarana menyusui di tempat kerja dan sarana

umum lainnya, dukungan masyarakat, tanggung jawab pemerintah, pemerintah

daerah baik provinsi maupun kabupaten/kota dalam serta aturan pendanaannya.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di Puskesmas Tutur, Kecamatan

Tinular, Kabupaten Sungai Kayu bahwa didapatkan pencapaian program ASI

eksklusif di wilayah kerja puskesmas belum mencapai 80%. Mulai dari tahun 2014

terjadi peningkatan yaitu 65,84% (2014), 73,8% (2016), dan 79,8% (2016) tetapi
terdapat dua desa yang pencapaian cakupan masih dibawah 60% yaitu desa Sukun

(55%) dan desa Kepodang (60%).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Bagaimana upaya meningkatkan cakupan ASI eksklusif di desa Sukun dan

desa Kepodang?

1.3 TUJUAN UMUM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja upaya yang dapat

dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif di desa Sukun dan desa

Kepodang.

1.4 TUJUAN KHUSUS

1. Mengidentifikasi upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan ASI

eksklusif

2. Mengukur prioritas masalah kesehatan dengan teknik skoring

3. Mengetahui solusi dari permasalahan yang diprioritaskan

4. Mengetahui cara menyusun program kesehatan yang dapat menyelesaikan

masalah kesehatan yang dihadapi.


1.5 MANFAAT

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi Puskesmas

Sebagai salah satu bahan masukan bagi pihak puskesmas untuk dapat

ditindak lanjuti dengan membuat kebijakan untuk meningkatan cakupan

pemberian ASI eksklusif pada di desa Sukun dan desa Kepodang Kabupaten

Sungai Kayu.

2. Bagi Masyarakat (Responden ibu yang mempunyai bayi)

Sebagai masukan bagi ibu bekerja yang mempunyai bayi mengenai tujuan

dan manfaat dari ASI eksklusif, sehingga diharapkan dapat meningkatkan

pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif. Selain itu diharapkan ibu memiliki

kesadaran untuk memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif dan

dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun.

3. Bagi Peneliti

Meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan

ibu tidak memberikan ASI eksklusif. Pada ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan

di desa Sukun dan desa Kepodang Kabupaten Sungai Kayu.


BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Skenario

Anda adalah dokter internship di sebuah puskesmas yaitu Puskesmas Tutur,

Kecamatan Tinular, Kabupaten Sungai Kayu. Berdasarkan pengamatan anda terhadap

program KIA, anda menemukan bahwa pencapaian program ASI eksklusif di wilayah kerja

puskesmas belum mencapai 80%. Mulai dari tahun 2014 terjadi peningkatan yaitu 65,85%

(2014), 73,8% (2015), dan 79,8% (2016) tetapi terdapat dua desa yang pencapaian cakupan

masih dibawah 60% yaitu desa sukun (55%) dan desa Kepodang (60%)

Desa Sukun dan Desa Kepodang adalah desa yang terletak dekat dengan ibukota

kecamatan, di kedua desa tersebut banyak ditemukan pasangan usia subur±60%, oleh

karena itu banyak ditemukan anak balita dan batita di kedua desa ini. Rerata penduduk

tamat SMA ±62%, sisanya 11% perguruan tinggi, 25% tamat SMP, dan 2% tamat SD.

Penduduk dalam hal ini kepala keluarga sebagian besar bekerja sebagai karyawan swasta

di perusahaan di kota kabupaten sementara ±66% ibu yang ada adalah ibu rumah tangga.

Bagaimana cara meningkatkan cakupan ASI ekslusif di kedua desa ini?

B. Analisis

Hasil inventarisasi faktor risiko terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif di desa Sukun

dan desa Kepodang Kecamatan Tinular, Kabupaten Sungai Kayu.adalah :

1. Banyaknya pasangan usia subur;

2. Rendahnya pendidikan ibu;


3. Ibu yang bekerja di luar rumah.

Dari data pada skenario diatas dapat dianalisis permasalahannya sebagai berikut :

1. Banyaknya pasangan usia subur

Desa Sukun dan desa Kepodang adalah desa yang terletak dekat dengan ibukota

kecamatan, di kedua desa tersebut banyak ditemukan pasangan usia subur ± 60%,

oleh karena itu banyak ditemukan anak balita dan batita di kedua desa ini.

2. Rendahnya pendidikan ibu

Rerata penduduk tamat SMA ± 62%, sisanya 11% perguruan tinggi, 25% tamat

SMP, dan 2% tamat SD.

3. Ibu yang bekerja di luar rumah

Penduduk dalam hal ini kepala keluarga sebagian besar bekerja sebagai karyawan

swasta di perusahaan di kota kabupaten sementara ± 66% ibu yang ada adalah ibu

rumah tangga.
C. Diagram Fish Bone

MANUSIA INPUT

PROSES
Kurangnya
pengetahuan ibu
Materi penyuluhan Kesehatan ibu yang
kurang menarik lemah,(kondisi
lemah Kondisi
Kurangnya Dana yg di
puting yang datar Rendahnya
koordinasi nakes pendidikan
alokasikan kurang
dan lecet)
lecet
dgn masyarakat ibu

Ibu yang
bekerja di luar
rumah
Minimnya
peralatan Media Peran keluarga
penyuluhan penyuluhan kurang
kurang CAKUPAN ASI
EKSKLUSIF
KURANG DARI
60%
Lingkungan kerja
yang tidak
mendukung ASI
Eksklusif
Banyaknya iklan
Susu Formula

LINGKUNGAN
No Parameter Masalah

A B C D E F

1. Prevalence 4 4 3 4 4 4

2. Severity 4 4 3 4 4 4

3. Rate % Increase 4 3 3 3 3 3

4. Degree of unmeed need 3 3 3 3 3 3

5. Social benefit 5 4 3 5 5 4

6. Public concern 3 1 1 2 1 1

7. Technical feasibility study 4 3 2 4 3 3

8. Resource availlability 5 4 3 5 5 5

Jumlah 32 26 21 30 28 27

Rerata (Sesuai Jumlah Parameter) 4 3,25 2,62 3,75 3,5 3,37

Masalah A : Kurangnya pengetahuan ibu

Masalah B : Kurangnya peran keluarga

Masalah C : Kesehatan ibu yang lemah, kondisi putting yang datar dan lecet

Masalah D : Ibu yang bekerja diluar rumah

Masalah E : Materi penyuluhan yang kurang menarik

Masalah F : Media penyuluhan yang kurang mendukung


D. Pembahasan

Inventarisasi masalah atau faktor risiko terhadap rendahnya cakupan ASI eksklusif dan

bagaimana cara meningkatkan cakupan ASI eksklusif di desa Sukun dan desa Kepodang

Kecamatan Tinular, Kabupaten Sungai Kayu didapatkan beberapa tujuan diantaranya sebagai

berikut :

1. Mengidentifikasi jumlah ibu yang menyusui;

2. Dapat memprioritaskan masalah kesehatan dengan teknik skoring;

3. Dapat memberikan solusi dari permasalahan yang diprioritaskan;

4. Dapat menyusun program kesehatan yang dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang

dihadapi.

1. Identifikasi jumlah ibu yang menyusui

Asi ekslusif adalah ASI yang diberikan pada bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya

tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa

tambahan makanan padat seperti pisang, papaya,bubur susu, biskuit, dan nasi tim. Setelah 6

bulan baru mulai diberikan makanan pendamping sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.

(Subur, 2012)

Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

450/SK/Menkes/VII/2004, tanggal 7 April 2004 telah menetapkan pemberian ASI ekslusif

selama 6 bulan pada ibu Indonesia. Pemberian ASI ekslusif pada bayi meliputi hal-hal berikut :

a. Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu setengah sampai satu jam),

memberikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama);


b. Tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air teh, madu, atau

pisang) kepada bayi sebelum diberikan ASI;

c. ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan frekuensinya (pagi,

siang, dan malam hari) dan memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan.

Pemberian ASI adalah periode ekstragentasi dengan payudara menggantikan fungsi

plasenta tidak hanya dalam menggantikan fungsi plasenta tidak hanya memberikan nutrisi bagi

bayi tetapi juga sangat mempunyai arti dalam perkembangan anak karena seolah-olah hubungan

anak dan ibu tidak terputus. Pemberian ASI sedini mungkin segera setelah bayi lahir merupakan

stimulasi dini terhadap tumbuh kembang anak. Kenaikan berat badan anak pada 6 bulan pertama

kehidupan jika mendapat gizi yang baik adalah berkisar antara 700-1000 gram/bulan pada

triwulan ke II, selain itu dari bayi yang mendapat ASI ekslusif menunjukkan rata-rata

pertumbuhan gigi sudah terlihat pada bayi usia 5 atau 6 bulan (Subur, 2012).

Saat ini, angka kematian bayi di Indonesia masih di bawah target Millenium Development

Goals (MDG’s). Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, jumlah

AKB sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup. Usaha dalam mencapai target penurunan AKB, dapat

dilakukan dengan cara pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI eksklusif dapat menekan AKB

dengan mengurangi sebesar 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian bayi di

dunia melalui pemberian ASI eksklusif selama enam bulan sejak jam pertama kelahirannya tanpa

memberikan makanan dan minuman tambahan kepada bayi (Fithananti, 2013). 

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahun 2013 cakupan pemberian ASI eksklusif bagi

bayi usia 0-6 bulan di Indonesia disebutkan bahwa, sebesar 61,5%, pada tahun 2012 mengalami

penurunan sebesar 12,9% menjadi 48,6% ,dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar
5,7% menjadi 54,3% untuk tahun 2014 relatif turun menjadi 52,4% sedangkan target progam

pada tahun 2014 sebesar 80%. (Kementrian Kesehatan RI).

Kandungan ASI dari satu ibu dengan ibu yang lain ditiap harinya memiliki perbedaan.

Menurut Purnamasari (2011) bahwa kandungan yang terdapat pada ASI meliputi :

a. Kolostrum

Kolostrum yaitu ASI yang keluar dari hari pertama sampai hari ke-4 volume kolostrum

sangat sedikit yaitu 150-300 ml setiap 24 jam. Kolostrum mengandung zat anti infeksi

10-17 kali lebih banyak dibanding ASI matur. Kolostrum lebih banyak mengandung

protein dibanding dengan ASI matur. Dalam kolostrum kadar karbohidrat dan lemak

lebih rendah dibandingkan ASI matur. Total kalori kolostrum lebih rendah dibandingkan

ASI matur dan kolostrum harus diberikan kepada bayi (Dyah Purnamasari, 2011)

b. ASI transisi/ peralihan

ASI transisi atau peralihan yaitu ASI yang keluar setelah kolostrum yaitu setelah hari

ke-4 sampai dengan hari ke-14, kadar protein semakin turun sedangkan kadar karbohidrat

dan lemak meningkat dan volume semakin meningkat

c. ASI matur

ASI matur adalah ASI yang keluar setelah hari ke-14 dan seterusnya

Memberikan ASI ekslusif pada bayi sangatlah penting dilakukan oleh seorang ibu adapun

manfaat-manfaat pemberian asi ekslusif antara lain:

a. Sebagi nutrisi terbaik dan sumber kekebalan tubuh ;

b. Melindungi bayi dari infeksi ;

c. Mudah dicerna. Kandungan enzim pencerna pada ASI memudahkan bayi

mencerna makanan pertamanya ;


d. Menghindarkan bayi dari alergi .

Ahmad Mustofa (2010) mengemukakan bahwa ASI sebagai makanan bayi mempunyai

kebaikan/sifat sebagai berikut :

a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah

dicerna untuk memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuan pencernaan bayi.

b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di

usus laktosa akan dipermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk :

1) Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen ;

2) Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam

organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin ;

3) Memudahkan terjadinya pengendapan kalsium kasienat ;

c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6

bulan pertama.

d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada

bayi.

e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

Menurut Roesli (2005) bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap

keberhasilan pemberian ASI ekslusif diantaranya yakni pengetahuan dan sikap ibu terhadap
pemberian ASI ekslusif, dukungan suami, aktivitas ibu/ibu dengan bekerja. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi dalam pemberian ASI ekslusif sebagai berikut :

a. Pengetahuan

Pengetahuan yang rendah tentang gangguan pemberian ASI akan dapat diubah dengan

melakukan tindakan untuk mengatasi masalah dalam pemberian ASI ekslusif. Hal itu

karena ibu kedepannya menjadi paham bahwa ASI ekslusif memberikan banyak manfaat

bagi bayi dan menyusui juga merupakan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan

nutrisi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan.(Contstance,2005)

b. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga khususnya suami merupakan bagian yang vital dalam keberhasilan

atau kegagalan menyusui. Masih banyak suami yang berpendapat salah mengenai

dukungan suami kepada ibu menyusui bayinya. Para suami berpendapat bahwa menusui

adalah urusan ibu dan bayinya. Mereka menganggap cukup menjadi pengamat yang

pasif saja sebenarnya suami mempunyai peran yang sangat menentukan dalam

keberhasilan menyusui karena suami akan turut menetukan kelancaran refleks

pengeluaran ASI yang dipengaruhi keadaan emosi atau perasaan ibu.(Roesli,2005)

c. Sosial budaya

Permasalahan utama dalam pemberian ASI eksklusif adalah sosial budaya yang antara

lain : kurangnya kesadaran akan pentingnya ASI eksklusif, pelayanan kesehatan yang

belum sepenuhnya mendukung terselenggaranya ASI eksklusif, gencarnya promosi susu

formula, ibu bekerja, dan dukungan keluarga. Adapun kebiasaan ibu yang tidak

mendukung pemberian ASI adalah memberikan makanan atau minuman setelah bayi

lahir dan memberikan susu formula sejak dini. Telah banyak upaya dalam rangka
akselerasi penurunan angka morbiditas maupun mortalitas bayi. Salah satu upaya

tersebut adalah kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan untuk melakukan perawatan

lanjut pada bayi baru lahir, memberikan edukasi,dan ketrampilan pada ibu tentang

perawatan bayi. Namun, upaya tersebut belum dapat mengurangi kebiasaan masyarakat

dalam praktek pemberian makanan yang baik pada bayi.(Depkes RI,2008)

d. Faktor psikososial

Keinginan dan kenyakinan ibu yang kuat untuk memberikan ASI ekslusif didapatkan

pada sebagian besar ibu yang berhasil memberikan ASI ekslusif. Keyakinan atau

kepercayaan diri ibu yang kuat merupakan faktor determinan yang penting terhadap

keberhasilan pemberian ASI ekslusif. Keyakinan atau kepercayaan diri ibu yang kuat

mendorong ibu untuk mempelajari hal-hal baru termasuk tehnik menyusui yang belum

di kuasai benar oleh ibu. Beberapa ibu dengan keyakinan yang kuat lebih sedikit

memiliki permasalahan menyusui, dan lebih sedikit memiliki permasalahan menyusui.


3. Tabel Scoring Penyelesaian Masalah Kurangnya Pengetahuan Ibu Tentang Manfaat ASI

Eksklusif

Daftar Alternatif Jalan Efektivitas Jumlah P=


No Efisiensi
Keluar M I V MxIxV/C

1 Penyuluhan ASI Ekslusif 4 4 4 2 32

2 Pembagian Leaflet 4 5 2 4 10

Pembinaan Kelompok
3 3 3 2 4 4,5
Pendukung Ibu
4 Konselor ASI 3 3 2 5 3,6
Sumber: diskusi FGD kelompok 16, tahun 2018
P : Prioritas jalan keluar
M : Magnitud, besarnya masalah yang bisa diatasi apabila solusi ini dilaksanakan (turunnya
prevalensi dan besarnya masalah ini)
I : Implementasi, kelanggengan selesainya masalah
V : Valiability, sensitifnya dalam mengatasi masalah
C : Cost, biaya yang diperlukan
BAB III

RENCANA PROGRAM

3.1 Rencana Program


Dengan adanya permasalahan berupa cakupan ASI ekslusif yang rendah maka upaya

penanganan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Penyuluhan ASI Ekslusif

Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan program penyuluhan

ASI ekslusif adalah tenaga atau sumber daya manusia yang memiliki kemampuan khusus

di bidang penyuluhan ASI ekslusif. Pengelola program penyuluhan ASI ekslusif bekerja

sama dengan tenaga gizi dan bidan koordinator, karena topik ASI ekslusif sejalan dengan

pekerjaan sehari-hari tenaga gizi dan tenaga bidan koordinator.

Materi yang diberikan saat penyuluhan ASI ekslusif diantaranya mengenai

persiapan persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), perawatan payudara serta cara

menyusui. Dalam melakukan penyuluhan alat yang digunakan untuk menarik perhatian

sasaran diantaranya dapat berupa leaflet, banner, poster, VCD IMD serta alat peraga

boneka. Selain itu juga dijelaskan mengenai alternatif menyimpan ASI yang sudah

dipompa yang disimpan dalam botol lalu diletakkan di lemari es, di mana hal ini sangat

bermanfaat terutama bagi para ibu yang memiliki tuntutan pekerjaan sehingga tidak dapat

memberikan ASI secara langsung.

Penyuluhan face to face dapat memberikan hasil yang lebih maksimal karena

yang memberi penyuluhan dan sasaran dapat berinteraksi secara lebih intens. Hal ini

dilakukan saat kunjungan ke puskesmas, konseling individu pada sasaran ibu hamil,
pelanyanan KIA, maupun pelayanan gizi di puskesmas, konseling di pustu maupun di

posyandu.

2. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)

Inisiasi Menyusui Dini( IMD) adalah permulaan kegiatan menyusu dalam satu

jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu

satu jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan

disusui. Cara bayi melakukan inisiasi menyusui dini ini dinamakan The Breast Crawl

atau merangkak mencari payudara (Maryunani, 2012).

Inisiasi Menyusui Dini adalah proses membiarkan bayi dengan nalurinya sendiri

dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir, bersamaan dengan kontak

kulit antara bayi dengan kulit ibu bayi dibiarkan setidaknya selama satu jam di dada ibu,

sampai dia menyusu sendiri. (Depkes, 2014)

Prinsip dasar IMD adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada

ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis

sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai

menyusu.(Rosita, 2008).

3. Pembinaan Kelompok Pendukung Ibu

Kelompok pendukung adalah kumpulan dari beberapa orang yang mengalami

situasi yang sama atau memiliki tujuan yang sama, yang bertemu secara rutin untuk

saling menceritakan kesulitan, keberhasilan, informasi dan ide berkaitan dengan situasi

yang dihadapi atau upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Melalui pertemuan-
pertemuan tersebut, peserta sebuah kelompok pendukung dapat saling memberi dan

menerima dukungan, baik berupa dukungan teknis, moral maupun emosional untuk

sukses mengatasi situasi yang dihadapi. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) secara

khusus diselengggarakan untuk para ibu yang ingin berhasil melaksanakan pemberian air

susu ibu secara optimal, yang meliputi inisiasi menyusui dini, ASI ekslusif 6 bulan, dan

meneruskan pemberian ASI hingga dua tahun atau lebih dengan makanan pendamping

yang bergizi. Kelompok Pendukung Ibu (KP Ibu) merupakan kelompok sebaya yang

beranggotakan 6-12 ibu hamil dan ibu bayi bawah dua tahun yang bertemu secara rutin 2

minggu sekali atau setidaknya sebulan sekali termasuk kunjungan rumah untuk saling

bertukar pengalaman, berdiskusi dan saling memberi dukungan terkait kesehatan ibu dan

anak khususnya seputar kehamilan, menyusui dan gizi, dipandu/difasilitasi oleh

motivator.

Peserta KP Ibu diutamakan ibu hamil serta ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6

bulan. Walaupun demikian, kelompok ini terbuka untuk orang-orang lain yang memiliki

minat yang sama. Suami atau anggota keluarga lain dari seorang ibu hamil/menyusui,

seorang perempuan yang belum hamil tapi sudah berkeinginan untuk menyusui bayinya

suatu saat, atau tenaga kesehatan yang ingin belajar dari dan berbagi informasi dengan

para ibu hamil/menyusui dapat dilibatkan dalam pertemuan KP Ibu. Diskusi di pertemuan

KP Ibu diutamakan pada isu seputar ASI dan menyusui, perawatan ibu pada masa

kehamilan, proses persalinan dan pemulihan pasca persalinan, pemberian makanan

tambahan pada anak dan lain-lain.


4. Konselor ASI

Konselor ASI adalah orang yang dibekali keterampilan untuk membantu ibu

memutuskan apa yang terbaik untuknya dan menumbuhkan kepercayaan diri ibu dalam

memberikan ASI kepada bayi. Konselor ASI dipilih dari tenaga kesehatan yang

kemudian mendapatkan pelatihan khusus konseling menyusui dengan jumlah jam

pelatihan yang telah distandarkan oleh badan kesehatan dunia (World Health

Organization) yaitu 40 jam. Melalui pelatihan ini setiap calon konselor belajar tentang

ASI dan segala faktor yang terkait dengan pemberian ASI baik secara medis/teknis, sosial

budaya. Para konselor yang sudah terlatih ini dapat memberikan pelayanan konseling

bagi setiap ibu hamil dari masa kehamilan, mendampingi saat persalinan untuk

membantu dan mendukung proses IMD serta selanjutnya selama ibu menyusui anaknya

karena para konselor selain dapat ditemui langsung juga dapat dihubungi melalui telepon

ataupun sms (short message system) kapan saja ibu membutuhkan.


NO KEGIATAN SASARAN TARGET VOLUME RINCIAN KEGIATAN LOKASI TENAGA JADWAL KEBUTUHAN
KEGIATAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN PELAKSANAAN

1. Rapat Instansi di 100% 2 kali dalam -Mendata nama Kantor Dokter Juni 2018 -Susunan program dan
Koordinasi Wilayah setahun instansi yang hadir Kecamatan September rencana pembentukan
2018 panitia
Lintas Sektor Puskesmas -Melaksanakan rapat
-Perwakilan instansi di
Mengenai -Mengadakan sesi sekitar wilayah Puskesmas
Pelaksanaan tanya jawab
Penyuluhan - Peralatan yang
dibutuhkan (Laptop, LCD,
ASI Eksklusif microphone, speaker )

2. Pelaksanaan -Orang tua 100% 3 kali dalam -Mendaftar nama Balai Desa Dokter, Bidan, April 2018 -Susunan program dan
Penyuluhan yang setahun pasutri, perwakilan Wilayah Tenaga Gizi Juli 2018 rencana pembentukan
memiliki perusahaan, dan instansi Puskesmas Oktober panitia
tentang ASI
anak usia 0-6 yang hadir 2018 -Daftar pasutri yang
Eksklusif bulan -Menampilkan presentasi memiliki anak usia 0-6
-Perusahaan mengenai ASI Eksklusif bulan, perusahaan dan
dan instansi -Mengadakan sesi tanya instansi di sekitar wilayah
di sekitar jawab seputar ASI Puskesmas
wilayah Eksklusif
Puskesmas - Peralatan yang
dibutuhkan (Leaflet,
brosur, laptop, LCD,
microphone, speaker )
- Alat peraga (manekin
payudara dan boneka bayi)
Alat pompa ASI
3 Pelatihan Tenaga 100 % 5 hari Mendaftar nama tenaga Puskemas Tutur Dokter Spesialis September Susunan program dan
Konselor ASI Kesehatan kesehatan yang hadir Anak 2018 rencana pembentukan
-Pemberian materi panitia
mengenai ASI dan - Peralatan yang
segala faktor yang terkait dibutuhkan (Leaflet,
dengan ASI baik secara brosur, laptop, LCD,
medis atau teknis, microphone, speaker )
Mengadakan sesi tanya
jawab seputar ASI dan
segala faktor yang terkait
dengan ASI baik secara
medis atau teknis,

4. Pelatihan Kader Perwakilan 100 % 3 hari Mendaftar nama tenaga Balai Desa wilayah Bidan Puskemas Juli 2018 Alat peraga (manekin
Desa Ibu PKK (3 kesehatan yang hadir Puskesmas payudara dan boneka bayi)
orang dari -Pemberian materi Alat pompa ASI
satu desa) mengenai ASI dan
segala faktor yang terkait
dengan ASI baik secara
medis atau teknis,
Mengadakan sesi tanya
jawab seputar ASI dan
segala faktor yang terkait
dengan ASI baik secara
medis atau teknis,
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan data yang diperoleh dari cakupan pemberian air susu ibu eksklusif bagi

bayi usia 0-6 bulan pada 2013 di Indonesia sebesar 61,5%, pada tahun 2012

mengalami penurunan sebesar 12,9% menjadi 48,6% dan pada tahun 2013 mengalami

peningkatan sebesar 5,7% menjadi 54,3% pada tahun 2014 relatif turun menjadi

52,4% sedangkan target progam pada tahun 2014 sebesar 80%.

2. Berdasarkan teknik skoring, maka priotitas masalah pada kasus ini adalah kurangnya

penyuluhan.

3. Solusi yang dapat dilakukan pada masalah ini adalah dilakukannya penyuluhan

mengenai ASI eksklusif.

4. Program yang akan dilakukan adalah rapat koordinasi lintas sektor mengenai

pelaksanaan penyuluhan ASI Eksklusif, pelaksanaan penyuluhan tentang ASI

eksklusif, pelatihan konselor ASI, pelatihan Kader Desa


B. Saran

Dengan adanya permasalahan berupa cakupan ASI ekslusif yang rendah maka upaya

penanganan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Penyuluhan ASI Ekslusif

2. Inisiasi Menyusui Dini

3. Pembinaan Kelompok Pendukung Ibu

4. Konselor ASI

Anda mungkin juga menyukai