Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. ANALISIS SITUASI

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan

kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau

mengganti dengan makanan atau minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan

mineral).1

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung

protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi

sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi.

Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga.

Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein,

dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih

tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI

juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan

menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga

penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.2

Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif sebesar 65,16%.

Angka tersebut sudah melampaui target Renstra 2015-2019 yaitu 50%. Persentase

tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Sulawesi Barat

(80,28%), sedangkan persentase terendah terdapat pada Papua Barat (20,43%).

1
2

Dan untuk daerah kalimantan selatan dengan persentase 55,31. Ada lima provinsi

yang belum mencapai target Renstra 2015-2019.2,3 Tahun 2019, capaian ASI

Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas S.Parman yang berada di daerah

Banjarmasin masih tergolong rendah yaitu hanya mencapai 37% yang masih

dibawah target nasional.4

ASI Eksklusif memiliki kontribusi yang besar terhadap tumbuh kembang

dan daya tahan tubuh anak. Anak yang diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan

berkembang secara optimal dan tidak mudah sakit. Hal tersebut sesuai dengan

beberapa kajian dan fakta global. Kajian global “The Lancet Breastfeeding Series,

2016 telah membuktikan 1) Menyusui Eksklusif menurunkan angka kematian

karena infeksi sebanyak 88% pada bayi berusia kurang dari 3 bulan, 2) Sebanyak

31,36% (82%) dari 37,94% anak sakit, karena tidak menerima ASI Ekslusif.

Investasi dalam pencegahan BBLR, Stunting dan meningkatkan IMD dan ASI

Eksklusif berkontribusi dalam menurunkan risiko obesitas dan penyakit kronis.5

Bermacam faktor yang mempengaruhi ibu tidak memberikan ASI eksklusif

seperti pengetahuan ibu, pendidikan, kondisi fisik ibu, dan pekerjan ibu. Ada pun

faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI yaitu faktor pengetahuan, di

mana ibu tidak menyusui bayinya karena kurangnya pengertian dan pengetahuan

ibu tentang manfaat ASI dan menyusui. Faktor sosial budaya, di mana ibu yang

memiliki pekerjan atau kesibukan. Faktor psikologi, di mana interelasi antara ibu

dan bayinya bisa terganggu apabila ibu tersebut mengalami kecemasan dan

konflik-konflik batin serius. Faktor fisik ibu, di mana terdapat kelainan pada ibu
3

seperti puting susu lecet, payudara membengkak, mastitis dan abses sehingga

kondisi ini menyulitkan ibu untuk memberikan ASI pada bayinya.6

Tingginya jumlah ibu bekerja yang tidak memberikan ASI eksklusif

dikarenakan mereka merasa tidak mempunyai waktu untuk memberikan ASI

eksklusif. Selain itu, maraknya iklan susu formula yang menyajikan penawaran

yang menarik dan meyakinkan serta tersedianya susu formula yang mudah didapat

juga menjadi alasan ibu untuk tidak memberikan ASI eksklusif dan beralih

menggunakan susu formula. Pemilihan penggunakan susu formula karena iklan

yang menarik ternyata tidak hanya berlaku bagi ibu yang bekerja saja namun juga

berlaku pada ibu rumah tangga.7 Ibu bekerja tidak dapat memberikan ASI

eksklusif juga dapat disebabkan oleh tidak tersedianya ruang ASI di tempat kerja. 8

Tidak tersedianya ruang ASI menyebabkan ibu harus memerah ASI di ruang

terbuka, seperti di ruang kerja atau tempat ibadah. Kurangnya privasi saat

memerah ASI menimbulkan rasa tidak nyaman pada ibu sehingga ibu lebih

memilih untuk memberikan susu formula pada bayinya.9

Perawatan payudara adalah perawatan payudara setelah ibu melahirkan da

n menyusui yang merupakan suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara a

gar air susu keluar dengan lancar. Hal ini dikarenakan payudara merupakan satu-s

atunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru lahir sehin

gga harus dilakukan sedini mungkin.10

Pengetahuan ibu bekerja tentang cara penyimpanan ASI merupakan faktor

yang penting dalam pemberian ASI eksklusif, karena dengan pengetahuan yang

baik, seseorang akan lebih mudah memahami informasi tentang pentingnya


4

pemberian ASI eksklusif sehingga dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan

sehari-hari. 11

B. PERMASALAHAN

Berdasarkan data yang dimiliki Puskesmas S.Parman, angka capaian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas S.Parman tahun 2019 ialah sebesar 37%.

Dari seluruh bayi usia 0-6 bulan pada tahun tersebut, yaitu 308 bayi, hanya 57

bayi yang mendapatkan ASI eksklusif. Berdasarkan data tersebut, angka ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas S.Parman berada jauh dibawah angka

capaian di Kalimantan Selatan (55,31%), maupun Renstra 2015-2019 (50%).3,4

Berikut ditampilkan hasil survei yang dilakukan pada 30 ibu yang tidak

menerapkan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas S.Parman.

Tabel 1.1 Hasil survei terhadap variabel pengetahuan, sikap, dan dukungan

terhadap ASI Eksklusif.

Interpretasi
No Variabel
Baik Buruk
.
1 Pengetahuan 40% (8) 60% (12)
2 Sikap 90% (18) 10% (2)

Tabel 1.2 Hasil survei terhadap alasan tidak memberikan ASI eksklusif

No. Alasan tidak memberikan ASI eksklusif Persentase Jumlah


1 Bekerja 25% 5 orang
2 Produksi ASI sedikit atau tidak ada 30% 6 orang
3 Tidak mengetahui ASI ekslusif 15% 3 orang
4 Takut bentuk payudaya berubah 5% 1 orang
5 Anak tidak mau menyusui 25% 5 orang

Berdasarkan teori didapatkan diagram problem tree sebagai berikut:


5

Penurunan imunitas Bayi kurang gizi


Peningkatan risiko infeksi Akibat

Angka pencapaian ASI


Eksklusif rendah Permasalahan

Faktor Internal: Faktor Eksternal:


1. Dukungan tenaga 1. Ibu bekerja
kesehatan yang kurang 2. Kurangnya
frekuensi promosi pengetahuan tentang ASI
kesehatan tentang ASI Sebab
Eksklusif
eklusif 3. Kondisi fisik ibu
2. Biaya Operasional 4. Kurangnya perawatan
pelatihan kader Payudara
penyuluhan Ibu Hamil 5. Kurangnya pengetahuan
mengenai ASI eksklusif mengenai pemberian ASI
yang tidak tersedia saat ibu bekerja
3. Faktor bayi (bayi
premature, BBLR,
kelainan genetik)

Gambar 1.6 Diagram Problem tree

C. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

Adapun alternatif pemecahan permasalahan yang dapat dilakukan untuk

mengurangi masalah fisik dan meningkatkan cakupan ASI eksklusif, yaitu:

1. Melaksanakan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif,

cara perawatan payudara, cara pemberian ASI untuk ibu yang bekerja.

2. Meningkatkan kinerja kader dalam membantu puskesmas untuk

mensosialisasikan mengenai pentingnya ASI eksklusif kepada masyarakat.

3. Memaksimalkan tenaga kesehatan dalam mengedukasi mengenai pentingnya

ASI eksklusif
6

4. Mensosialisasikan pojok laktasi di tempat ibu bekerja.

5. Membuat forum dalam bentuk grup di sosial media (Whatsapp, line atau

Facebook) yang beranggotakan ibu bekerja yang berhasil ASI eksklusif untuk

berbagi informasi.

D. PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH

Penentuan prioritas pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting,

setelah masalah-masalah kesehatan teridentifikasi. Semua alternatif pemecahan

masalah yang telah disusun dapat dilaksanakan apabila organisasi memiliki

kemampuan untuk menjalankan semuanya. Tetapi, jika kemampuan yang dimiliki

organisasi terbatas maka dapat dipilih salah satu yang menjadi prioritas

pemecahan masalah. Untuk dapat memilih prioritas pemecahan masalah maka

alternatif masalah yang telah disusun harus dipelajari secara seksama dan sebelum

dilakukan pemilihan ada baiknya untuk dipadukan beberapa alternatif yang

seharusnya merupakan bagian dari satu paket kegiatan yang sulit dipisahkan.

Apabila keterpaduan sulit dilakukan maka dapat dilakukan pemilihan. Cara

menentukan pilihan banyak metode nya, salah satu yang dianjurkan adalah

memakai teknik kriteria matrik.

1. Teknik kriteria matriks

Kriteria yang lazim digunakan antara lain

 Efektifitas pemecahan masalah

Tetapkan nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah yaitu

dengan memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling
7

efektif). Prioritas pemecahan masalah adalah yang nilai efektivitasnya paling

tinggi. Untuk menentukan efektivitas jalan keluar, pergunakan kritria berikut:

o Besarnya masalah yang dapat diselesaikan

o Pentingnya jalan keluar atau pemecahan masalah

o Sensitivitas pemecahan masalah (kecepatan jalan keluar mengatasi

masalah)

 Efisiensi pemecahan masalah

Menetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternatif pemecahan masalah

dengan memberi nilai 1 (paling tidak efisien) sampai dengan nilai 5 (paling

efisien). Nilai efisien ini dapat dikaitkan dengan biaya, waktu dan tenaga yang

diperlukan untuk melaksanakan pemecahan masalah. Makin besar biaya, tenaga

dan atau waktu yang diperlukan, makin tidak efisien pemecahan masalah tersebut.

2. Perhitungan Scoring

a. Scoring untuk Efektivitas

Nilai efektivitas untuk setiap alternatif jalan keluar yaitu dengan

memberikan angka 1 (paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif).

Prioritas jalan keluar adalah yang nilai efektivitas nya paling tinggi.

 Besarnya Masalah yang dapat diselesaikan (B)

1 = tidak dapat dikelola dan diatasi

2 = sulit dikelola dan diatasi

3 = cukup dapat dikelola dan diatasi

4 = dapat dikelola dan diatasi

5= sangat dapat dikelola dan diatasi


8

 Pentingnya Jalan Keluar (P)

1 = Tidak ada kepentingan

2 = Kepentingannya sangat rendah

3 = Kepentingannya cukup rendah

4 = Kepentingannya cukup tinggi

5= Kepentingannya sangat tinggi

 Sensitivitas Jalan keluar (S)

1 = Tidak sensitif

2 = kurang sensitif

3 = cukup sensitif

4 = sensitif

5 = Sangat sensitif

Tabel 1.3 Nilai Efektivitas Pemecahan Masalah

NO PEMECAHAN MASALAH B P S NILAI

Melaksanakan penyuluhan mengenai


pentingnya pemberian ASI eksklusif, cara
1 4 4 4 12
perawatan payudara, dan cara pemberian ASI
untuk ibu yang bekerja
Meningkatkan kinerja kader dalam membantu
2 puskesmas untuk mensosialisasikan mengenai 3 4 3 10
pentingnya ASI eksklusif kepada masyarakat
Memaksimalkan tenaga kesehatan dalam
3 mengedukasi mengenai pentingnya ASI ekskl 3 3 3 9
usif
9

Mensosialisasikan pojok laktasi di tempat ibu


4 bekerja. 3 3 2 8

Membuat forum dalam bentuk grup di sosial


media (Whatsapp, line atau Facebook) yang
5. beranggotakan ibu bekerja yang berhasil ASI 3 3 2 8
eksklusif untuk berbagi informasi.

b. Scoring untuk Efisiensi

Nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar yaitu dengan memberikan

angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien).

 Biaya (C)

1 = Mahal

2 = Cukup Murah

3 = Murah

 Tenaga Kerja (T)

1 = Melibatkan banyak tenaga kerja

2 = Melibatkan Cukup tenaga kerja

3 = Melibatkan sedikit tenaga kerja

 Waktu (W)

1 = Lama

2 = Cukup waktu

3 = Singkat

Tabel 1.4 Nilai Efisien Pemecahan Masalah


10

NO PEMECAHAN MASALAH C T W NILAI

Melaksanakan penyuluhan mengenai pentingnya


pemberian ASI eksklusif, cara perawatan
1 3 3 3 9
payudara, dan cara pemberian ASI untuk ibu
yang bekerja
Meningkatkan kinerja kader dalam membantu
2 puskesmas untuk mensosialisasikan mengenai 2 2 3 8
pentingnya ASI eksklusif kepada masyarakat
Memaksimalkan tenaga kesehatan dalam
mengedukasi mengenai pentingnya ASI eksklusif
3 1 1 1 3

Mensosialisasikan pojok laktasi di tempat ibu


4 bekerja. 2 3 3 8

Membuat forum dalam bentuk grup di sosial


media (Whatsapp, line atau Facebook) yang
5 beranggotakan ibu bekerja yang berhasil ASI 2 3 2 7
eksklusif untuk berbagi informasi.

c. Prioritas Pemecahan Masalah

Tabel 1.5 Prioritas Pemecahan Masalah

PEMECAHAN
NO Efektivitas Efisien JUMLAH PRIORITAS
MASALAH

Melaksanakan penyuluhan
mengenai pentingnya
pemberian ASI eksklusif,
1 12 9 21 1
cara perawatan payudara,
dan cara pemberian ASI
untuk ibu yang bekerja.
Meningkatkan kinerja kader
dalam membantu puskesmas
2 untuk mensosialisasikan 10 8 18 2
mengenai pentingnya ASI
eksklusif kepada masyarakat
11

Memaksimalkan tenaga
kesehatan dalam
3 9 3 12 5
mengedukasi mengenai penti
ngnya ASI eksklusif
Mensosialisasikan pojok
laktasi di tempat ibu bekerja.
4 8 8 16 3

Membuat forum dalam


bentuk grup di sosial media
(Whatsapp, line atau
Facebook) yang
5 8 7 15 4
beranggotakan ibu bekerja
yang berhasil ASI eksklusif
untuk berbagi informasi.
12

BAB II

TARGET LUARAN DAN TUJUAN

A. Target Luaran

Berdasarkan rencana kegiatan yang telah disusun maka target luaran yang

diharapkan dalam pelaksanaan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian ASI

eksklusif, cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI untuk ibu yang

bekerja untuk meningkatkan capaian ASI ekslusif di wilayah kerja Puskesmas S.

Parman Banjarmasin ditunjukkan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Target dan Luaran Kegiatan


NO TARGET LUARAN
1 Meningkatkan pengetahuan ibu Pengetahuan ibu akan pentingnya ASI
mengenai pentingnya pemberian eksklusif meningkat.
ASI eksklusif
2. Meningkatkan pengetahuan ibu Pengetahuan ibu dalam perawatan
dalam perawatan payudara. payudara meningkat.
3 Meningkatkan pengetahuan ibu Pengetahuan ibu tentang cara memberikan
tentang cara memberikan ASI ASI eksklusif saat bekerja meningkat
eksklusif saat bekerja
4 Meningkatkan capaian ASI Capaian ASI eksklusif sesuai target
eksklusif dari capaian bln
sebelumnya
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab rendahnya pemberian ASI

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas S. Parman Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya ASI eksklusif

b. Meningkatkan pengetahuan ibu mengenai cara merawat payudara dan

bagaimana cara pemberian ASI saat bekerja.


13

Meningkatkan angka capaian ASI eksklusif di Puskesmas S. Parman Banjarmasin.

BAB III

METODE PELAKSANAAN
14

C. Model Pendekatan

Pelaksanaan Praktik Belajar Lapangan (PBL) ini menggunakan model pend

ekatan perubahan perilaku dengan metode ceramah dan diskusi kelompok, disertai

dengan metode peragaan sehingga dapat mendorong peningkatan pengetahuan, m

erubah perilaku dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Metode ceramah dan diskusi merupakan salah satu cara promosi kesehatan d

engan menerangkan materi yang disampaikan melalui metode ceramah pada kelo

mpok ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan serta ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas S. Parman Banjarmasin. Promosi kesehatan ini juga menggunakan me

dia visual untuk memperagakan teknik merawat payudara agar peserta dapat lebih

mudah memahami materi tersebut. Selain itu, dilaksanakan pretest terlebih dahulu

dan posttest setelah kegiatan untuk mengetahui keberhasilan dari PBL yang telah

dilaksanakan dengan terjadinya peningkatan nilai post test lebih dari nilai pretest.

D. Sasaran

Sasaran pada kegiatan penyuluhan ini adalah ibu yang memiliki anak usia

0-6 bulan serta ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas S. Parman Banjarmasin.

E. Lokasi Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Pertemuan Puskesmas S. Parman

Banjarmasin.

F. Strategi / Metode Kegiatan

Strategi atau metode kegiatan yang dilakukan adalah ceramah yang diikuti

dengan peragaan, disertai dengan diskusi tanya jawab mengenai pentingnya


15

pemberian ASI eksklusif, cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI

untuk ibu yang bekerja dalam upaya meningkatkan capaian ASI ekslusif di wilaya

h kerja Puskesmas S. Parman Banjarmasin.

Adapun rencana tindakan pemecahan masalah dapat diuraikan sebagai

berikut:

1. Perencanaan (Planning)

a. Tujuan: Melakukan tindakan promosi kesehatan dengan metode ceramah

dan diskusi mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif, cara perawatan

payudara, dan cara pemberian ASI untuk ibu yang bekerja, yang juga

disertai dengan adanya peragaan terkait teknik perawatan payudara.

b. Pembentukkan panitia yang terdiri dari Dokter pembimbing dan Dokter

Muda Puskesmas S. Parman Banjarmasin.

c. Menentukan sasaran kegiatan: ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan dan

ibu hamil

d. Menyusun materi, yaitu:

- Informasi mengenai pentingnya ASI eksklusif.

- Cara perawatan payudara pada ibu menyusui

- Cara memberikan ASI pada ibu yang bekerja

- Peragaan teknin merawat payudara pada ibu menyusui

e. Metode penyampaian: Ceramah, diskusi, dan peragaan/simulasi.

f. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan: Tanggal 3 Desember 2020.

g. Menentukan pemberi penyuluhan: Dokter Muda.

h. Menentukan perangkat atau alat bantu yang diperlukan: Lembar pretest,


16

lembar postest, bolpoint, dan proyektor.

i. Menentukan tempat kegiatan: Aula Pertemuan Puskesmas S. Parman

Banjarmasin

j. Menentukan sumber pendanaan: Dana pribadi dokter muda.

2. Organizing

a. Pembina : dr. Hj. Tutik Darmayanti

b. Ketua : Muhammad Riza Maulidan, S.Ked.

c. Wakil Ketua : Salsa Maulida, S.Ked.

d. Sekretaris : Anisa Oktaviani, S.Ked.

e. Bendahara : Anisa Oktaviani, S.Ked.

f. Seksi Acara : Salsa Maulida, S.Ked.

g. Seksi Perlengkapan : Muhammad Riza Maulidan, S.Ked.

h. Seksi Humas dan Dokumentasi : Anisa Oktaviani, S.Ked.

b
i
P
m
e a
n
t
e
a
K
u :
.
r
:
d
i
a
R
z
t
u
T
k
i

Gambar 3.1 Struktur organisasi konseling.

3. Actuating
17

a. Penyelenggara : Imunisasi dan KIA/KB Puskesmas S. Parman

Banjarmasin

b. Pelaksana : Dokter Muda

c. Sasaran : Ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan dan ibu

hamil yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas S. Parman Banjarmasin

d. Materi : Pentingnya pemberian ASI eksklusif, materi dan

peragaan cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI untuk ibu yang

bekerja

e. Waktu kegiatan : 3 Desember 2020 jam 09.00 WITA– selesai.

f. Tempat : Aula Pertemuan Puskesmas S. Parman

Banjarmasin

g. Dana : Dana pribadi dokter muda.

h. Kegiatan : Ceramah, peragaan, dan diskusi materi.

4. Controlling

a. Jangka Pendek

Meningkatnya pengetahuan pentingnya pemberian ASI eksklusif, cara

perawatan payudara, dan cara pemberian ASI untuk ibu yang bekerja

b. Jangka menengah

Meningkatnya pencapaian ASI ekslusif di wilayah Puskesmas S. Parman

Banjarmasin

c. Jangka Panjang

Meningkatnya status gizi bayi dan balita di wilayah Puskesmas S.

Parman Banjarmasin.
18

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Kemudian

data yang sudah dikumpulkan diolah dalam bentuk deskriptif. Apakah

terdapat peningkatan pengetahuan mengenai pentingnya pemberian ASI

eksklusif, cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI untuk ibu yang

bekerja setelah diberikan penyuluhan di Puskesmas S. Parman Banjarmasin.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan

1. Perencanaan

Pada perencanaan, proses kegiatan terdiri dari pengajuan kegiatan dan

permohonan izin kepada Puskesmas S. Parman Banjarmasin, diskusi dengan

pegawai Puskesmas yang menjadi pemegang program, persiapan bahan

penyuluhan, survei dengan kuesioner, penentuan waktu dan tempat pelaksanaan.


19

Kendala yang dihadapi selama proses perencanaan ini adalah penentuan

tempat pelaksanaan penyuluhan serta adanya pembatasan jumlah peserta. Hal ini

dikarenakan pelaksanaan penyuluhan dilakukan selama pandemi covid-19 yang

mengharuskan tiap individu untuk menjaga jarak dan meminimalkan kontak satu

sama lain untuk memutus rantai penyebaran covid-19. Penyuluhan dilaksanakan

dengan memperhatikan protokol kesehatan di Aula Pertemuan Puskesmas S.

Parman Banjarmasin.

2. Pengorganisasian

Kerjasama dengan petugas pemegang program gizi dan KIA/KB sehingga

permasalahan dapat teridentifikasi dengan baik. Petugas pemegang program gizi

yang sangat mendukung diadakannya penyuluhan pentingnya ASI eksklusif, cara

perawatan payudara beserta peragaannya, dan cara pemberian ASI pada ibu yang

bekerja. Kegiatan ini juga bekerja sama dengan pemegang program KIA/KB

untuk mendampingi dalam penyuluhan. Kerjasama dengan pemegang program

KIA/KB sangat kooperatif sehingga permasalahan dapat diatasi dengan baik.

Kerjasama yang baik juga terjalin antara kepala puskesmas dan pemegang

program. Upaya Kesahatan Masyarakat yang sangat mendukung diadakannya

penyuluhan ini.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan PBL berupa penyuluhan pentingnya ASI eksklusif,

cara perawatan payudara beserta dengan peragaannya, dan cara pemberian ASI pa

da ibu yang bekerja dalam rangka peningkatan angka pencapaian ASI Eksklusif di
20

Puskesmas S. Parman Banjarmasin. Pada kegiatan ini dilakukan pengisian lembar

kuesioner, pretest dan posttest, penyampaian materi tentang pentingnya ASI ekskl

usif, cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI pada ibu yang bekerja, dii

kuti dengan peragaan cara merawat payudara, serta sesi diskusi dan tanya jawab.

Kegiatan dilaksanakan di Aula Pertemuan Puskesmas S. Parman

Banjarmasin pada tanggal 3 Desember 2020 pukul 09.00 WITA s.d 10.30 WITA.

Dari segi tempat pelaksanaan kapasitas tempat pelaksanaan cukup menampung

seluruh peserta dan penyuluh sesuai dengan protocol kesehatan (jaga jarak), namu

n tidak tersedia kursi lipat bermeja untuk mengerjakan pretest posttest, dan

ruangan yang agak panas.

Pada tahap awal pelaksanaan, peserta melakukan registrasi kemudian

dilanjutkan dengan pemberian kata sambutan oleh dokter pembimbing puskesmas

dan setelah itu pengisian lembar pretest, kemudian dilanjutkan dengan pemberian

materi dengan durasi 30 menit mengenai penyuluhan pentingnya ASI eksklusif,

cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI pada ibu yang bekerja.

Penyuluhan juga disertai dengan adanya peragaan terkait materi cara perawatan

payudara pada ibu menyusui. Para peserta terlihat memerhatikan penjelasan yang

disampaikan dan dilanjutkan sesi diskusi tanya jawab pun berjalan dengan baik,

terlihat dari peserta yang aktif untuk bertanya. Setelah itu peserta mengerjakan

posttest dalam bentuk soal pertanyaan kepada semua ibu yang hadir, acara lalu

diakhiri dengan penutupan dan doa.

4. Evaluasi

a. Gambaran Karakteristik Peserta Penyuluhan


21

Telah dilaksanakan kegiatan penyuluhan pentingnya ASI eksklusif, cara p

erawatan payudara beserta peragaannya, dan cara pemberian ASI pada ibu yang b

ekerja ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan dan ibu hamil di wilayah kerja

Puskesmas S. Parman Banjarmasin.

Pada kegiatan ini, dilakukan pretest mengenai penyuluhan pentingnya ASI e

ksklusif, cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI pada ibu yang bekerja

sebelum pemberian materi serta post test setelah pemberian materi.

Responden penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak berusia 0–6 bulan

dan ibu hamil. Jumlah sampel yang diteliti adalah 16 ibu. Adapun distribusi usia

responden dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia

No. Umur N %
Responden
1 <20 tahun 1 6,25%
2 21-25 tahun 7 43,75%
3 26-30 tahun 4 25%
4 31-35 tahun 3 18,75%
5 >36 tahun 1 6,25%
total 16 100
Berdasarkan tabel 4.1, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa umur 21-

25 tahun menjadi umur responden terbanyak dengan jumlah 43,75% dari seluruh

jumlah responden pada penelitian ini.

Tabel 4.2 Distribusi responden berdasarkan pendidikan


No. Pendidikan N %
1 Tamat SD 2 12,5
2 Tamat SMP/sederajat 4 25
3 Tamat SMA/sederajat 9 56,25
4 Perguruan tinggi 1 6,25
total 16 100
22

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ibu dengan pendidikan tamat SD sebanyak 2

orang (12,5%), pendidikan ibu SMP yaitu 4 orang (25%), SMA yaitu 9 orang

(56,25%) dan perguruan tinggi yaitu 1 orang (6,25%). Dari tabel tersebut,

didapatkan bahwa pendidikan terakhir dari responden yang terbanyak adalah

pendidikan SMA/sederajat.

Tabel 4.3 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan ibu


No. Pekerjaan Responden N %
1 Ya, bekerja di luar rumah 1 6,25
2 Ya, bekerja di dalam rumah 2 12,5
3 tidak bekerja (IRT) 13 81,25
Total 20 100

Pada tabel 4.3, dapat dilihat bahwa kebanyakan responden tidak bekerja,

yaitu sebesar 13 orang (81,25%), yang bekerja di dalam rumah 2 orang (12,5%),

dan yang bekerja diluar rumah sebanyak 1 orang (6,25%).

b. Gambaran Hasil Penyuluhan

Pada pelaksaan pretest dan post test setelah pemberian materi melalui

kuisioner didapatkan hasil seperti tabel 4.4 mengenai perbandingan nilai pre test

dan post test guna mengetahui tingkat keberhasilan penyuluhan.

Tabel 4.4 Distribusi Nilai Pretest dan Posttest Peserta


Nilai Pre test % Posttest %
8 0 0% 2 12,5%

7 0 0% 4 25%
23

6 2 12,5% 9 56,25%

5 0 0% 0 0%

4 5 31,25% 1 6,25%

3 7 43,75% 0 0%

2 2 12,5% 0 0%

1 0 0% 0 0%

0 0 0% 0 0%

Total 16 100 16 100


Rerata 3,56 6,37
Keterangan :

1. Pengertian ASI.
2. Anjuran pemberian ASI.
3. Manfaat ASI bagi bayi.
4. Manfaat ASI bagi ibu.
5. Berapa kali bayi harus disusui.
6. Cara menjaga merawat payudara.
7. Cara memberikan ASI jika bekerja.
8. Usia bayi harus disusui.

Soal pretest dan posttest terdiri dari 8 soal, berupa pilihan ganda. Jawaban

yang benar mendapat skor “1”, sedangkan yang salah mendapat skor “0”.

Data diuji statistik menggunakan software IBM SPSS Statistics 16 untuk

melihat adanya perbedaan dari suatu kelompok yaitu sebelum dan sesudah

menerima penyuluhan. Data yang sudah dikumpulkan diolah dalam bentuk

deskriptif dengan dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro-

Wilk untuk mengetahui sebaran data karena jumlah subjek penelitian <50. Hasil

uji Saphiro-Wilk untuk pretest dan post test dalam bentuk soal tertulis didapatkan
24

p=0,006 pada nilai pretest dan p=0,009 pada nilai post test menunjukkan bahwa

sebaran data tidak terdistribusi normal karena p < 0,05 seperti terlihat pada tabel

4.5.

Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Data Menggunakan Uji Saphiro-Wilk

Jumlah Rerata P
(n)
Nilai Pre Test 20 3,56 0, 009

Nilai Post Test 20 6,37 0,006

Setelah melakukan uji normalitas menggunakan uji Saphiro-Wilk kemudian

dilakukan analisis data menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui terjadinya

perubahan tingkat pengetahuan setelah diberikan penyuluhan mengenai pentingny

a ASI eksklusif, cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI pada ibu yang

bekerja. Hasil uji Wilcoxon didapatkan p=0,000 menunjukkan bahwa terdapat

perubahan bermakna tingkat pengetahuan antara sebelum dan sesudah diberikan

penyuluhan pentingnya ASI eksklusif, cara perawatan payudara, dan cara pemberi

an ASI pada ibu yang bekerja karena p < 0,05 seperti pada tabel sehingga kegiatan

pelatihan ini dapat dikatan berhasil.

B. Pembahasan

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan, dukungan pemegang program Gizi dari

puskesmas sangat mempengaruhi kelancaran dari suatu kegiatan. Pihak puskesma

s sangat mendukung terlaksananya kegiatan ini dengan harapan dapat

meningkatkan angka cakupan ASI Eksklusif. Pada tahap perencanaan, sudah

berjalan dengan baik. Bantuan dan dukungan dari pihak puskesmas kerja sama
25

dengan bagian koordinator KIA-KB sangat penting untuk terlaksananya program

penyuluhan dan pelatihan pada ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan dan ibu

hamil. Penyuluhan ini dilaksanakan dengan saling bekerjasama bersama staf

puskesmas. Bantuan dari kader posyandu berperan penting dalam memberikan sar

ana untuk dilakukan penyuluhan juga membantu mensosialisasikan acara agar ibu

tersebut tertarik untuk datang ke acara penyuluhan. Tahap perencanaan ini menca

kup kegiatan-kegiatan perumusan masalah sampai dengan pengumpulan data.

Satu minggu sebelum dilakukan kegiatan penyuluhan, dilakukan survei

menggunakan kuesioner yang ditujukan pada para ibu yang sedang memiliki anak

berusia lebih dari 6 bulan yang tidak mendapat ASI eksklusif di lingkungan

Puskesmas S. Parman Banjarmasin. Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan data

sehingga dapat dilakukan perumusan masalah. Berdasarkan hasil survei yang telah

dilakukan beberapa hari sebelum pelaksanaan dengan sampel 20 ibu yang tidak

ASI ekslusif didapatkan bahwa usia 21-25 tahun menjadi umur responden terbany

ak yaitu 30%. Berdasarkan tingkat pendidikan responden terbanyak yaitu 55% ber

pendidikan tamat SMA/sederajat. Ibu yang tidak bekerja sebanyak 75% sedangka

n ibu yang bekerja sebanyak 25%. Pengetahuan ibu buruk terhadap ASI 60%

sebanyak 12 orang.

Penetapan sasaran yang jelas juga merupakan faktor yang penting dalam

kegiatan ini. Sasaran yang benar akan diharapkan dapat efektif meningkatkan

pengetahuan tentang cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI pada ibu

yang bekerja.

2. Pengorganisasian
26

Panitia penyuluhan telah melakukan tugasnya sesuai dengan porsi masing-

masing. Kendala yang didapatkan dalam peatihan ini terdapat di masalah

pengorganisasian dimana jumlah orang yang terlibat sangat sedikit. Hal ini

menyebabkan kesulitan dalam pembagian tugas. Namun, panitia sangat terbantu

dengan kebijakan puskesmas yang mendukung kegiatan ini dengan membantu

perizinan yang ada, sehingga dapat terbentuk koordinasi yang baik dan membantu

dalam menyampaikan kontak pasien sehingga kegiatan dapat terlaksana dengan

lancar. Selain itu, pihak puskesmas juga memberikan bantuan dengan

mengirimkan 1 orang bidan untuk membantu jalannya acara. Setiap orang saling

membantu sehingga secara keseluruhan acara berlangsung dengan lancar.

3. Aktualisasi

Perencanaan yang matang dan dukungan dari pihak terkait membuat proses

penyuluhan berjalan lancar. Kegiatan dilaksanakan di Aula Pertemuan Puskesmas

S. Parman Banjarmasin pada tanggal 3 Desember 2020 pukul 09.00 WITA s.d

10.30 WITA Setelah pembukaan oleh ketua pelaksana, kemudian panitia

membagikan soal pretest sebanyak 8 soal untuk dijawab oleh peserta. Setelah itu

dilakukan pemberian materi penyuluhan dan pelatihan selama 30 menit mengenai

cara perawatan payudara, dan cara pemberian ASI pada ibu yang bekerja kepada

seluruh peserta. Dalam pelaksanaa disertai dengan peragaan terkait teknik cara

perawatan payudara. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan

diskusi, para ibu terlihat aktif dalam sesi ini. Peserta bersikap kritis dan

menunjukkan ketertarikan dalam memperhatikan materi. Dilanjutkan dengan

pembagian soal posttest untuk dijawab oleh peserta, soal tersebut sama seperti
27

soal sebelumnya, postest dilakukan secara tertulis. Setelah peserta selesai

menjawab diakhiri dengan penutupan dan doa. Dari awal acara hingga akhir acara,

jumlah peserta yag hadir seluruhnya berjumlah 16 orang. Secara keseluruhan

acara penyuluhan berlangsung lancar.

4. Evaluasi

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, tidak didapatkan nilai maksimal 8 pada pre

test (0%), sedangkan pada post test sebanyak 2 orang (12,5%). Nilai 7 pada pre t

est juga tidak didapatkan (0%), sedangkan post test sebanyak 4 orang (25%). Resp

onden yang mendapat nilai 6 pada pre test 2 orang (12,5%), sedangkan post test se

banyak 9 orang (56,25%). Nilai terendah pada pretest adalah 2, sedangkan pada p

osttest adalah 4. Nilai tertinggi pada pretest adalah 6, sedangkan pada posttest 8 d

ari skala nilai 8. Berdasarkan hasil yang didapatkan menunjukkan adanya

peningkatan pengetahuan responden berdasarkan nilai rerata post test (6,37 dari

skala 8) dari nilai pre test (3,56 dari skala 8). Hal ini menunjukkan rata-rata

peserta telah menjawab 80% pertanyaan posttest dengan benar. Nilai posttest pada

peserta yang masih rendah dapat disebabkan oleh faktor internal, berupa media

dan cara penyampaian yang masih belum cukup menarik untuk bisa dimengerti

dengan mudah oleh peserta. Faktor eksternal dari antusias peserta secara individu

dalam mengikuti penyuluhan juga dapat mempengaruhi nilai posttest.

Kemudian data diatas dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-Wilk.

Hasil uji normalitas data, pada pre test dan post test didapatkan nilai p<0,05 menu

njukkan data tidak terdistribusi normal. Kemudian dilakukan analisis data menggu

nakan uji Wilcoxon dan didapatkan hasil p=0,000. Dari uji ini menunjukkan bahw
28

a terdapat perubahan bermakna tingkat pengetahuan antara sebelum dan sesudah d

iberikan pelatihan yang diketahui dari hasil post test karena p < 0,05.

Data pretest dan posttest dalam bentuk praktik didapatkan hasil uji normalit

as didapatkan tidak terdistribusi dengan normal dengan nilai p=0,009 pada nilai

pre test dan p=0,006 pada nilai posttest. Hasil uji Wilcoxon didapatkan hasil p=0,0

00, hal ini menunjukan terdapat peningkatan pengetahuan ibu tentang ASI Eksklu

sif.

Berdasarkan distribusi jawaban dari 8 soal pretest yang dijawab sebelum

penyuluhan terdapat jawaban benar terendah pada poin soal no 1, 3, dan 4 yang

berisi pengertian ASI, manfaat ASI bagi bayi, manfaat ASI bagi ibu. Sedangkan

jawaban benar tertinggi pada poin soal No. 2, 6, dan 7, yang berisi tentang cara

menjaga merawat payudara, cara memberikan ASI jika bekerja, anjuran

pemberian ASI. Setelah penyuluhan dilakukan posttest, didapatkan peningkatan

jawaban yang benar pada semua poin.

Hasil data diatas menunjukkan terdapat peningkatan nilai pengetahuan

sesudah diberikan penyuluhan. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan

pemberian penyuluhan bermanfaat terhadap sasaran. Hal ini membuktikan bahwa

pentingnya meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, cara perawatan

payudara, serta cara memberi ASI pada ibu yang bekerja sebagai langkah

meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas S. Parman

Banjarmasin.
29

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada tanggal 3 Desember 2020 telah dilaksanakan kegiatan tentang

penyuluhan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif, cara perawatan

payudara, dan cara pemberian ASI untuk ibu yang bekerja di S. Parman

Banjarmasin.

Berdasarkan survei pra-kegiatan yang telah dilakukan dapat didapatan hasi

l rata-rata ibu yang ada di wilayah kerja Puskesmas S. Parman Banjarmasin memp

unyai masalah pada faktor pengetahuan tentang ASI eksklusif yaitu sebanyak 12

orang (60%), dengan alasan terbanyak mengapa tidak memberi ASI eksklusif

berupa produksi ASI sedikit, anak tidak mau menyusu, dan ibu bayi bekerja sehin

gga angka pencapaian ASI eksklusif rendah. Setelah dilakukan kegiatan penyuluh

an didapatkan peningkatan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif, cara


30

merawat payudara serta cara memberikan ASI pada ibu yang bekerja yang dinilai

melalui pretest & posttest pada 20 peserta.

B. SARAN

1. Bagi Puskesmas

 Merutinkan penyuluhan tentang ASI Eksklusif, cara merawat

payudara terutama pada ibu hamil dengan menggunakan metode-

metode yang lebih kreatif dan menarik contohnya menggunakan

peragaan atau video.

 Memaksimalkan penyampaian informasi dan melatih cara merawat

payudara serta memompa dan menyimpan ASI pada saat ibu

melakukan ANC di Puskesmas.

 Memaksimalkan sosial media dengan membuka forum diskusi

seperti grup Whatsapp, Line, Facebook atau yang lain sehingga

dapat menjadi wadah untuk ibu-ibu hamil dan menyusui untuk

bertukar pikiran.

 Memaksimalkan sarana dan prasarana yang terdapat di puskesmas

untuk promosi kesehatan, seperti penggunaan monitor LCD, televisi

atau mikrofon untuk dijadikan media promosi kesehatan dengan cara

melakukan pemutaran video dan materi penyuluhan.

 Mempersiapkan waktu yang cukup untuk melakukan pelatihan

merawat payudara serta memompa dan menyimpan ASI jika

puskesmas ingin melaksanakan pelatihan ini secara rutin.

2. Bagi Dinas Kesehatan


31

 Menjadikan perawatan payudara serta memompa dan menyimpan

ASI sebagai SOP pelayanan di poli KIA/KB saat pasien melakukan

pemeriksaan kehamilan (ANC) pada kunjungan K3-K4 di masing-

masing puskesmas di Banjarmasin.

 Bekerjasama dengan media massa seperti televisi dan radio untuk

menyampaikan promosi kesehatan.

 Pembuatan video resmi mengenai pentingnya ASI eksklusif dan

perawatan payudara yang dilakukan oleh dinas kesehatan, yang

kemudian dibagikan ke masing-masing puskesmas sebagai media

promosi kesehatan.
32

LAMPIRAN
33

Lampiran 1.Kuesioner Pengetahuan ASI Eksklusif


34
35
36
37
38

Lampiran 2. Kuesioner Pretest


39

Lampiran 3. Kuesioner Post test


40

Lampiran 4. Dokumentasi kegiatan

5. Uji Normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk


41

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Pretest .250 16 .009 .839 16 .009

Posttest .330 16 .000 .827 16 .006

a. Lilliefors Significance Correction

5.2 Uji SPSS menggunakan Uji Wilcoxon

Anda mungkin juga menyukai