Identitas Peserta
Kelas WAG 10
Berdasarkan laporan terakhir Kecamatan GGL, diketahui terdapat 14% ibu baduta. Sebesar 54%
di antara ibu tersebut berusia di atas 35 tahun, 30% berusia 25 - 35 tahun, dan sisanya ibu berusia di
bawah 25 tahun. Cakupan ASI Eksklusif 0-5 bulan baru mencapai 45%. Tantangan utama pemberian
ASI eksklusif di wilayah ini adalah banyak ibu yang bekerja menjadi karyawan swasta atau buruh
pabrik. Kunjungan ANC ke Puskesmas pada sebagian ibu yang bekerja kurang teratur karena sibuk
dengan pekerjaannya. Sebagian ibu tersebut telah mendapatkan penyuluhan mengenai pemberian
ASI saat ibu bekerja, namun karena keterbatasan sosial ekonomi sehingga tidak memungkinkan ibu
untuk memompa ASI dan membekukannya di lemari pendingin.
Banyak ibu yang belum menyimpan ASI sebelum mulai bekerja, sehingga saat bekerja stok ASI
terbatas. Sejumlah ibu yang ingin memberikan ASI perah juga mengatakan mengalami kesulitan
akibat waktu istirahat di pabrik yang kurang memungkinkan untuk memerah ASI. Sementara ibu juga
tidak mengetahui bahwa memerah ASI di tempat bekerja harus sering dilakukan yaitu sekitar 2-3 jam
sekali agar produksi ASI lancar. Akibatnya, poduksi ASI semakin turun dan setelah beberapa bulan
setelah mulai bekerja ibu hanya bisa menyusui bayinya di malam hari dan pagi hari sebelum bekerja.
Bayi yang tidak mendapat ASI diberi susu formula dengan takaran tidak sesuai dengan anjuran
dengan alasan keterbatasan ekonomi.
Anak yang ibunya bekerja biasanya dibawa kunjungan ke Posyandu oleh nenek atau pengasuh
lainnya. Sebagian pengasuh anak menyatakan tidak diberi nasehat tentang pemberian makan
pendamping ASI (MPASI), tetapi diberi penjelasan tentang hasil timbangan si anak; sebagian lagi
menyatakan diberi nasehat tentang pemberian MPASI oleh tenaga Kesehatan tetapi tidak mengerti
atau merasa sudah mengetahui dari pengalaman saat mengasuh anaknya dulu. Sebagian besar anak
mulai diberi makanan padat sejak sebelum usia 6 bulan.
Selain itu, masih cukup banyak ibu yang memberikannya mulai usia 4 bulan karena ada
kepercayaan bahwa ASInya sudah tidak lagi memenuhi kebutuhan bayi. Makanan pertama yang biasa
diberikan berupa bubur nasi dengan kuah sayur atau pisang yang dilumatkan. Sekitar usia 9 bulan,
dengan tekstur dan porsi MPASI yang tidak berubah sejak usia 6 bulan, anak baru mulai diberi telur,
Sejumlah ibu lebih sering membeli MPASI rumahan yang dijual oleh tetangga sekitar, seperti
“bubur sehat” yang isinya bubur beras dengan potongan sayur dan sedikit sekali potongan hati ayam,
atau memberikan MPASI pabrikan karena merasa repot jika setiap hari harus memasak 2 jenis
makanan (untuk bayi/anak, dan untuk anggota keluarga lain). Sebagian anak ketika siang hari diasuh
oleh nenek karena kedua orang tuanya bekerja. Jika anak sedang tidak mau makan, maka biasanya
anak makan sambil digendong nenek atau bermain bersama teman-temannya sambil disuapi nenek,
atau dibelikan makanan jajanan seperti biskuit atau kue.
TUGAS
JAWABAN
Masalah terkait Praktik Pemberian Makan Bayi dan Anak di Kecamatan GGL adalah:
a. Cakupan Asi eks masih rendah 45%
b. Kunjungan ANC kepukesmas rendah karena sebagian ibu bekerja
c. Ibu tidak bisa menyimpan asi perah karena keterbatasan sosek
d. Produki asi ibu bekerja kurang karena terlalu sibuk bekerja
e. Bayi diberi susu formula dengan takaran tidak tepat karena keterbatasn ekonomi
f. Sebagin besar anak dikecamatan GGL diberi makanan padat sejak sebelum 6 bulan
g. Ibu memberikan mpasi mulai usia 4 bln karena kepercayaan ASInya tidak lagi
memenuhi kebutuhan bayi
h. Tekstur dan jenis mpasi yang tidak berubah di usia 9 bln
i. Adanya anggapan telur bisa menyebapkan alergi sehingga belum diberikan
j. Sayur baru diberikan diusia 12 bulan karena takut anak sembelit
k. MPASI yang diberikan ibu merupakan bubur yang dijual bukan dimasak sendiri
l. Jika anak tidak mau makan maka ibu akan membelikan jajanan luar seperti bisukit
dan kue
2. Identifikasi Faktor Penyebab atau Faktor Risiko dari Masalah Prioritas di atas
3. Intervensi Prioritas
(Pilih intervensi yang paling penting dan dapat dilakukan. Sertakan persiapan apa yang perlu dilakukan dan
pihak yang terlibat)
Aktivitas 1:
Memberikan Penyuluhan PMBA kepada ibu bayi dan balita dipoyandu atau kelas balita
disertai dengan praktik dan diberikan leaflet
Bekerja sama dengan Lintas sector terkait untuk pemberian PMT local dengan bahan pangan
local yang tersedia bagi yang kurang mampu
Konselor menyusui atau penyuluhan tantang Asi eks pada saat kunjungan rumah,
mengunjungi ibu pada saat tidak bekerja/libur dan diberikan leaflet
Tujuan aktivitas
1. Ibu atau pengasuh mengetahui tentang praktik pemberian mpasi bagi dan balitanya
dirumah
2. Lintas sector ikut membatu dalam menaggulangi masalah didaerahnya dengan anggaran
yang tersedia
3. Memberikan edukasi kepada ibu tentang praktik pemberian asi dan meningkatkan
cakupan keberhasilan asi eksklusif
Dst
Peluang:
Tantangan:
7. Selain dari skenario di atas, sesuai pengalaman Saudara di lapangan, apakah yang
menjadi faktor pendukung dan penghambat atau tantangan praktik PMBA yang benar
di wilayah kerja Saudara? (bisa menyebutkan lebih dari 1 faktor utama)
Peluang:
Dukungan lintas sector dalam pemberian makanan bagi anak
Penyuluhan dan sosialisasi tentang asi dan mpasi
Meningkatkan cakupan asi eks dan keberhasilan menyusui
Tantangan:
Penggunaan susu formula jika asi dirasa tidak cukup
Merubah kebiasaan dan perilaku tetang pemberian mpasi