PENDAHULUAN
atau pembuluh darah besar yang terjadi selama masa perkembangan intrauterine,
meskipun gejala klinis muncul kadang tidak langsung saat bayi lahir.1
terbentuknya PJB terjadi pada saat pembentukan organ selama kehidupan fetal
sekitar usia kahamilan 3-6 minggu. Kelainan pembentukan dapat terjadi pada
PJB merupakan kelainan kongenital yang paling sering muncul pada anak.
Prevalensi kejadian dari penyakit jantung bawaan saat ini terus meningkat. Di
Diperkirakan setiap tahun ada sekitar 36.000 anak lahir dengan kondisi
penyakit jantung bawaan dan setidaknya terdapat 3000 anak yang lahir dengan
kondisi ini namun mengalami kematian beberapa saat setelah kelahiran. Studi
yang dilakukan pada tahun 1930 menunjukkan bahwa prevalensi anak dengan
penyakit jantung bawaan hanya sebesar 0,6 per 1000 namun pada tahun 1995
PJB merupakan salah satu masalah kesehatan dan penyebab kematian pada
bayi baru lahir. Malah kesehatan yang timbul akibat gangguan dalam
1
pertumbuhan dan perkembangan anak. Keadaan yang muncul akibat gangguan
pembentukan organ saat dalam kandungan ini dapat ditoleransi saat didalam
tanpa sianosis tergantung pada keadaan klinis pasien, apakah pasien menunjukkan
sianosis atau tidak. Pada defek jantung kongenital tipe sianotik, darah vena
sistemik melewati sirkulasi pulmonal dan masuk ke sisi kiri jantung. Defek yang
terjadi pada jantung ini menyebabkan aliran darah dari kanan ke kiri jantung
system saraf. Gangguan ini dapat terjadi akibat gangguan aliran darah otak akibat
saraf PJB juga dapat menimbulkan gangguan dalam system pulmoner. Komplikasi
pulmoner akibat PJB diakibatkan oleh gangguan struktur dari saluran nafas.
Gangguan ini dapat menyebabkan peningkatan cairan di paru-paru. Selain itu anak
dengan PJB lebih berisiko terkena infeksi termasuk infeksi saluran pernafasan,
penyakit jantung bawaan baik secara operatif maupun tanpa operatif. Namun
2
penjelasan mengenai penatalaksaan penyakit ini masih belum jelas. Melihat
tingginya prevalensi dari PJB serta berbagai komplikasi yang dapat ditimbulkan
maka mendorong penulis untuk menyajikan sebuah kasus mengenai anak dengan
penyakit jantung bawaan dan memiliki defek septum ventrikel (VSD) yang
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
jantung atau pembuluh darah besar di dalam ronggo thorax yang dapat atau
gangguan atau defek yang terjadi bervariasi mulai dari defek yang sifatnya
simple dengan tanpa gejala hingga multiple defek dengan gejala yang berat.
Defek jantung yang bersifat minor tidak mengganngu kualitas hidup pasien dan
defect (VSD). VSD merupakan defek yang terjadi pada pembatas antara 2
ini dapat berdiri sendiri akibat gangguan pembentukan, atau akibat komplikasi
dari suatu kelainan jantung, atau bagian dari salah satu kombinasi kelainan
B. Faktor Risiko
4
Penyebab yang berasal dari faktor lingkungan antara lain seperti paparan
bahan kimia seperti rokok.melalui ibu saat antenatal, riwayat infeksi saat
kehamilan, dan penyakit tertentu yang ada pada ibu. Adanya riwayat
penyakit ini.5,10
penyakit jantung bawaan antara lain adanya riwayat kelainan jantung di keluarga,
bayi dengan berat lahir rendah, dan usia kehamilan kurang dari 34 minggu secara
mengembangkan PJB pada fetus. Bayi-bayi dari wanita dengan diabetes mellitus,
C. Klasifikasi
5
1. PJB Sianosis
jantung sedemikian rupa sehingga sebagian atau seluruh darah balik sistemik yang
mengadung darah rendah oksigen kembali beredar ke sirkulasi sistemik. Hal ini
terjadi akibat adanya defek sehingga terdapat aliran darah dari kanan ke kiri atau
Pada PJB sianosis, terjadinya sianosis akibat sebagian atau seluruh aliran
darah vena sistemik tidak dapat mencapai paru karena adanya obstruksi sehingga
mengalir ke jantung bagian kiri atau ke aliran sistemik melalui lubang sekat yang
ataupun katup pulmonal. Penderita PJB sianosis umumnya akan bertambah biru
bila menangis atau melakukan aktifitas fisik, akibat aliran darah ke paru
berkurang.10
Tipe penyakit dengan kelainan PJB sianotik secara umum ada 5 kelainan
Merupakan penyebab tersering sianosis pada anak kurang dari 1 tahun dan
6
b. transposition of great arteries (TGA)
Merupakan kelainan jantung sianosis yang sering muncul saat bayi baru lahir.
Kelainan ini terjadi pada 5% dari PJB dan 10% pada PJB sianosis. Kelaianan
yang terjadi pada TGA berupa tertutakarnya posisi dari arteri pulmonal
dengan aorta sehingga aorta akan berhubungan dengan ventrikel kanan dan
tricuspid. Kelainan ini merupakan penyebab ketiga tersering pada PJB sianosis
Pada kasus ini kelainan yang terjadi berupa adanya hubungan antara vena
pulmonary dengan vena sistemik seperti vena cava superior, vena porta atau
sinus coronaris. Hal ini mengakibatkan tercampurnya darah kaya oksigen dari
7
vena pulmonalis dengan darah yang tinggi karbon dioksida seperti vena posta
e. truncus arteriosus
arteri koroner dan aorta. Sehingga sirkulasi sistemik akan bercampur dengan
2. PJB Asianosis
PJB asianotik terbagi dalam 2 divisi besar yaitu berupa kelainan dengan lesi
obstruktif dan kelainan berupa adanya aliran dari kiri ke kanan (left ro right
shunt).12
Pada keadaan lesi obtruksi, ketika terjadi penyempitan yang signifikan pada
katup atau pembuluh darah, terjadi peningkatan tekanan di proximal dari obstruksi
jika dibandingkan dengan di bagian distal. Adanya hipertrofi dari ruang jantung di
bagian proximal lesi obstruksi dan gangguan aliran di sekitar obstruksi merupakan
gejala klinis yang muncul. Kelainan lesi obstruksi dapat berupa stenosis pulmonal,
Pada kelainan berupa aliran kiri ke kanan, terjadi defek pada struktur antara
bagian kiri dan kanan jantung. Darah yang kaya oksigen mengalir dari kiri ke
8
Merupakan 8-13% kelainan jantung bawaan yang sering terjadi. Kelainan ini
terjadi akibat defisiensi jaringan pada septup atrium. Defek yang terjadi
bervariasi dari kecil hingga besar. Karena terjadi left ro right shunt maka
Duktus arteriosus merupakan salah satu sirkulasi fetal yang mengalirkan darah
Merupakan PJB tersering dan terjadi pada 20-25% kasus PJB. VSD
merupakan kelainan dimana terdapat celah atau lubang pada sekat ventrikel
sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sehingga aliran darah terjadi dari ventrikel
9
kiri ke ventrikel kanan (left to right shunt). Secara patofisiologi kelainan ini
Aliran darah yang melewati defek dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan
D. Manifestasi Klinis
Berbagai keluhan klinis dapat dijumpai pada anak dan bayi yang
klinis yang dijumpai pada PJB. Adanya keringat yang berlebihan lebih banyak
dijumpai pada anak dengan pirau kiri ke kanan yang bermakna di tingkat atrium
ditemukan.11 Keluhan ini merupakan gejala denyut jantung yang lebih cepat yang
karena adanya gangguan impuls listrik yang mengontrol irama kerja jantung.
10
Pada anak dengan penyakit jantung bawaan dengan pirau kiri ke kanan
yang besar dan dengan tingginya aliran darah paru memiliki risiko untuk
menderita infeksi saluran nafas berulang. Penyakit jantung bawaan yang berisiko
untuk terjadinya infeksi saluran nafas bawah berulang seperti PDA, ASD, VSD. 7
Anak dengan PJB rawan mengalami gangguan pertumbuhan dan hal ini telah
jantung bawaan ini. Pada vital sign akan ditemukan peningkatan nadi dan respirasi
pernapasan pada kasus PJB simtomatik. Penurunan kadar SpO2 yang tidak
bidang jantung. Pada pemeriksaan kulit dapat ditemukan adanya tanda sianosis
yang mengarahkan pada kasus PJB sianosis. Pada pemeriksaan kuku pasien dapat
ditemukan tanda clubbing finger atau jari tabuh. Jari tabuh adalah istilah klinis
digit dengan kelainan sudut normal antara kuku dan bantalan kuku.11
auskultasi. Pada pemeriksaan ini menilai bagaimana kualitas dari suara S1 dan S2
serta dinilai apakah adanya bunyi tambahan seperti murmur. Adanya bising
tertentu menjadi sebuah gambaran khas dari salah satu kelainan dari PJB.11
Pada kasus PJB dengan adanya VSD seringkali tidak ditemukan gejala klinis
dan biasanya bersifat non simtomatik. Keluhan yang muncul bergantung pada
ukuran dari defek tersebut. Pada kasus dengan defek yang kecil biasanya tidak
11
bergejala klinis dan terdeteksi karena ditemukannya murmur pada pemeriksaan
rutin. Pada pasien dengan ukuran defek yang sedang dan besar akan menimbulkan
gejala klinis berupa gagal jantung kongestif seperti dispneu, takipneu, berkeringat,
dan kegagalan bertumbuhan. Pada pemeriksaan fisik, defek yang kecil akan
di parasternal bawah sebelah kiri. Pada kasus defek yang sedang dan besar
E. Diagnosis
Pada anamnesis perlu digali adanya keluhan berupa gagal jantung seperti sesak
saat aktifitas, sering berkeringat dan adanya kebiruan. Selain itu perlu pula digali
kelaianan jantung bawaan pada saudara yang lain serta faktor saat kehamilan dan
perinatal seperti riwayat infeksi ibu saat hamil, ibu yang merokok dan konsumsi
pertama kali sebelum bayi menangis. Perlu dinilai frekuensi meningkat dan irama
denyut jantung tidak teratur, suara jantung II mengeras atau tidak terdengar,
auskultasi pemeriksaan fisik lain perlu dilihat seperti penurunan perfusi perifer,
12
Penegakan diagnosis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
lainnya, seperti15
a. Elektrokardiografi
kelainan anatomis yang terjadi. Namun pada beberapa kasus komplikasi yang
ditemukan dari PJB dapat terlihat dari EKG seperti gambaran hipertrofi
ventrikel kiri.
b. Ekhokardiografi
c. Rontgen thorax
Pada pemeriksaan thorax dapat melihat bayangan corakan jantung. Dari sini
dapat memberi penunjuk kepada tipe kelainan jantung, terutama pada tipe
sianotik pada bayi dan anak- anak. Selain bentuk jantung dapat pula menilai
pulmonal.
d. CT scan
13
CT scan memerankan peran penting dalam mengevaluasi pasien dengan
arteri coroner, katup, vena sistemik (vena cava superior, vena cava inferior,
peningkatan corakan vaskuler pulmonal jika defek yang terjadi besar. Pembesaran
dari atrium kiri juga kadang ditemukan. Pada pemeriksaan EKG dapat ditemukan
gambaran normal atau hipertrofi ventrikel kiri pada defek yang kecil dan sedang.
Sedangkan pada defek yang besar ditemukan perbesaran pada kedua ventrikel
ukuran dari atrium kiri dan ventrikel kiri yang mana ini bergantung pada ukuran
dari defek ventrikel. Pada dopler echokardiografi akan ditemukan adanya left to
F. Penatalaksanaan
terjadi. Pada tulisan ini akan berfokus pada penatalaksanaan pada kasus VSD.
Pada kasus VSD dengan defek yang kecil tidak memerlukan terapi maupun
endocarditis pada beberapa kasus tidak lagi diperlukan. Secara umum pada defek
yang kecil perlu edukasi untuk menjaga higinitas oral untuk menurunkan risiko
endocarditis.14
14
Pada anak dengan defek yang sedang hingga besar memerlukan terapi
medis untuk mengobati gejala gagal jantung kongestif. Adanya gagal jantung
segera pada anak usia kurang dari 1 tahun memperlihatkan perbaikan dalam
Diuretik merupakan terapi lini pertama pada keadaan pasien dengan gagal
memperbaiki toleransi aktifitas pada anak dengan gagal jantung. Pada pasien ini
diuretic mengurangi retensi air dan garam sehingga mengurangi volume cairan
golongan diuretik kuat yang aman unuk diberikan pada anak. Furosemid dapat
15
diberikan dengan dosis 1-3 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis dan dosis maksimum
adalah 600 mg. Elektrolit serum dan fungsi ginjal harus seringkali dimonitor pada
obat yang sering digunakan pada kasus kardiologi anak. Obat ini
bawan left to right shunt atau regurgitasi katup. Obat golongan ACEI yang rutin
digunkan adalah captopril. Captopril dapat diberikan mulai dosis 0,1 mg/kgBB
Selain itu degradasi bradikinin juga dihambat sehigga kadar bradikinin dalam
darah meningkat dan berperan dalam efek vasodilatasi ACEI. Vasodilatasi akan
G. Pencegahan
Ibu yang sedang hamil maupun berencana untuk terus diedukasi untuk
pemeriksaan ini ibu diberikan penjelasan mengenai faktor risiko terjadinya PJB
seperti paparan yang berbahaya bagi kehamilan, riwayat adanya kelainan bawan
screening.10
16
Berbagai langkah advokasi juga perlu dilakukan untuk mengurangi faktor
risiko dari lingkungan yang dapat dimodifikasi seperti merokok, alcohol, obesitas,
terus harus dilakukan pada ibu yang telah diketahui memiliki risiko kejadian PJB
seperti usia kehamilan yang tua dan keterpaparan ibu terhadap obat teratogen.10
H. Eisenmenger sindrom
pada jantung dimana pada pemeriksaan ditemukan adanya VSD yang besar
sehingga akan terjadi aliran melalui celah defek dari kanan ke kiri. Penyakit ini
pada awalnya didasari oleh suatu kelainan celah defek yang mempunyai aliran
darah dari kiri ke kanan (left to righ shunt). Aliran ini menyebabkan tekanan pada
ventrikel kanan dan tekanan arteri pulmonalis semakin naik akibat bertambahnya
volume darah dari ventrikel kiri. Hingga pada akhirnya tekanan pada ventrikel
menimbulkan aliran dari kanan ke kiri. Sehingga darah dari sirkulasi sistemik
sianosis.20
17
Gambar 2.1 Mekanisme terjadinya eisenmenger sindrom yang diawali oleh terjadinya
aliran darah dari kiri ke kanan atau left to right shunt yang akhirnya meningkatkan
sirkulasi pulmonal akibat penambahan volume di ventrikel kanan. Peningkatan tekanan
pulmonal ini akan menyebabkan disfungsi endotel sehingga terjadi remodeling dari arteri
pulmonal. Remodeling ini mengakibatkan terjadinya pulmonal vascular resistance (PVC)
sehingga terjadi gangguan aliran darah saat keluar ventrikel. Keadaan ini mengubah
aliran darah menjadi right to left shunt sehingga timbullah ES
digoxin berguna pada pasien ini. Digoxin juga baik digunakan pada kejadian
yang terjadi namun kadang dapat memperparah keadaan pasien akibat terjadinya
18
Pada kasus ES terjadi suatu keadaan hipertensi pulmonal. Keadaan ini
keadaan ini. Sildenafil merupakan obat yang dapat digunakan pada pasien dengan
meningkatkan aktifitas endogen nitrit oksida. Nitrit oksida sendiri memiliki efek
19
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
1. Identitas penderita
Umur : 14 tahun
AYAH : Nama : Tn . AM
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
II. ANAMNESIS
20
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan sesak, sesak dirasakan hilang timbul sejak 7
hari SMRS . Keluhan dirasakan memberat sejak 1 hari yang lalu dan
muncul semakin berat saat anak beraktifitas atau bermain bersama teman.
Anak juga mengeluhkan bibir dan kukunya kebiruan sejak 2 jam SMRS.
Saat sesak anak juga kadang batuk, batuk tidak berdahak maupun tidak
berdarah. Pasien juga merasakan nyeri dada saat dibawa ke IGD, nyeri
dirasakan pada dada sebelah kiri tidak menjalar ke lengan dan leher. Nyeri
dada terasa seperti tertindih sesuatu. Keluhan lain seperti bengkak pada
tungkai disangkal oleh pasien. Saat dibawa ke IGD RSUD Ansari Saleh
3. Penyakit dahulu
Sebelumnya anak juga sering mengalami keluhan serupa sejak lahir dan
pernah di opname di rumah sakit pada usia 5 tahun, 9 tahun dan umur 13
21
Riwayat antenatal :
Riwayat Persalinan:
menangis
Riwayat Neonatal
6. Riwayat Perkembangan
Tiarap : 5 bulan
Merangkak : 7 bulan
Duduk : 9 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 12 bulan
22
Saat ini : Saat ini anak di kelas 6 SD dan dapat
7. Riwayat Imunisasi :
8. Makanan
(+)
9. Riwayat Keluarga
Ikhtisar keturunan :
Keterangan :
23
: Perempuan sehat
: Laki-laki sehat
: Sakit
Susunan keluarga :
dan memiliki 2 kamar tidur, ventilasi dan penerangan kurang dan 1 kamar
mandi (WC). WC berada di dalam rumah. Untuk keperlun MCK dan air
III.PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran : Komposmentis
GCS : 4–5–6
2. Pengukuran
Respirasi : 52 x/menit
24
SpO2 : 77% tanpa O2, 92% dengan O2 10 liter
NRM
Berat badan : 21 Kg
Kelembaban : Cukup
Tebal/tipis : Tebal
Distribusi : Merata
Konjungtiva : Anemis
Pupil : Diameter : 3 mm / 3 mm
25
Simetris : tidak ada
Kornea: Jernih
Serumen : Minimal
Lokasi : -
Gigi-geligi : Lengkap
Pucat/tidak : Pucat
26
Edem : Tidak ada
5. Leher :
6. Toraks :
a. Dinding dada/paru :
Lokasi : -
27
Auskultasi : Suara Napas Dasar : Vesikuler
b. Jantung :
Lokasi : ICS IV
LPS kiri
Penyebaran : -
7. Abdomen :
28
Massa : Tidak ada
8. Ekstremitas :
- Umum : Ekstremitas atas : Akral hangat, tidak ada edem dan tidak
9. Neurologis :
Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif
Tonus Eutoni Eutoni Eutoni Eutoni
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
1Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks
+ + + +
Fisiologis
Refleks Hoffman (-) Hoffman (-) Babinsky (-) Babinsky (-)
patologis Tromner (-) Tromner (-) Chaddok (-) Chaddok (-)
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tanda
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
meningeal
Hasil
Pemeriksaan Nilai Normal
30/5/17
HEMATOLOGI
Hb 13,8 11-15 g/dl
Eritrosit 4,90 4,5-6 juta/µl
29
Leukosit 5.200 4.000-10.500 µl
Hematokrit 43,1 40-50 vol%
Trombosit 176 150-450 ribu/µl
MCV, MCH,
MCHC
MCV 88,1 80-97 fl
MCH 28,1 27-32 pg
MCHC 32,0
Hasil Echocardiografi
30
Hasil Rontgent Thorax
Kesimpulan: Cardiomegali
Hasil Elektrocardiografi
31
V. RESUME
Nama : An. H
Umur : 14 tahun
Berat badan : 27 Kg
sangat kurang
Pemeriksaan Fisik
Pernafasan : 52 kali/menit
Suhu : 37,5 °C
32
Kulit : tidak tampak kelainan
asites (-)
Ekstremitas : Edema (-), parese (-), akral hangat, kuku kebiruan (+)
VI. DIAGNOSIS
VII. PENATALAKSANAAN
- Venflon
- Inj Lasix 20 mg
33
- Furosemid tablet 10mg
- Captopril 7,5 mg
VIII. PROGNOSIS
IX. FOLLOW UP
31-5-17
2-6-17
34
3-6-17
5-6-17
6-6-17
35
7-6-17
8-6-17
9-6-17
36
10-6-17
11-6-17
12-6-17
37
13-6-17
14-6-17
15-6-17
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada laporan kasus ini akan dibahas anak usia 13 tahun dengan keluhan
sesak dan kebiruan pada wajah dan kuku. Berdasarkan hasil anamnesis dan
sebelum masuk rumah sakit. Sesak ini muncul pada saat anak sedang bermain atau
beraktifitas berat. Sesak merupakan gangguan yang dapat terjadi akibat gangguan
sistem respirasi maupun sistem kardiovaskuler. Pada kasus ini anak dicurgai
sebagai sesak akibat kelainan kardiovaskular karena keluhan sesak ini memberat
ditemukan adanya kebiruan pada tubuh pasien yang juga muncul terutama saat
pasien beraktifitas atau bermain. Keluhan lain berupa nyeri dada serta dada
Keluhan yang dialami oleh pasien ini telah sering dialami pasien sejak usia
kurang dari 5 tahun. Kelainan ini juga menyebabkan anak sering dirawat di rumah
sakit dengan keluhan serupa. Kelainan kardiovaskular yang dialami oleh anak
dapat dicurigai sebagai kelaian jantung bawaan karena munculnya onset keluhan
dialami sejak usia lahir. Jika digolongkan berdasarkan munculnya klinis sianosis
39
pada pasien ini maka pasien digolongkan pada kasus penyakit jantung bawaan
sianosis.10
perbesaran jantung yang khas tipe left ventricle hipertrofi (LVH). Kelainan
dimana ditemukan defek septum ventrikel (VSD) dengan ukuran yang besar.
Kelainan bawaan berupa VSD seharusnya pada sebagian besar kasus tidak
mengalami gejala simptomatik. Manifestasi klinis baru muncul saat defek yang
terjadi pada septum ventrikel berukuran besar. Hal ini sesuai dengan kasus dimana
echokardiografi.13
Jika melihat kasus ini perlu ditelusuri suatu faktor risiko yang
menyebabkan munculnya kelainan bawaan ini pada anak. Dari hasil anamnesis
40
diketahui bahwa anak lahir preterm pada usia kehamilan 26-27 minggu dan
preterm berhubungan dengan kejadian PJB. Hal ini berkaitan dengan belum
matangnya seluruh proses pembentukan organ di dalam tubuh namun bayi telah
diterminasi. Selain itu bayi dengan berat lahir rendah berisiko 2,85 kali
Pada pasien ini kelainan VSD yang terjadi telah berlangsung lama. VSD
Namun pada kasus VSD yang telah terjadi lama akan menyebabkan peningkatan
volume dari ventrikel kanan secara terus menerus, yang dalam waktu lama akan
menyebabkan tahanan perifer di arteri pulmonal sehingga terjadi aliran dari kanan
ke kiri (right to left shunt). Keadaan ini menyebabkan darah yang rendah oksigen
dari ventrikel kanan akan menuju ke ventrikel kiri sehingga tersirkulasi ke seluruh
tubuh. Keadaan inilah yang menyebabkan munculnya suatu sianosis pada kasus
persentil 3rd yang menunjukkan bahwa anak berperawakan sangat pendek/ kerdil.
Ploting lait menurut berat badan terhadap tinggi badan berada pada persentil
dibawah 3 menunjukkan bahwa anak sangat kurus. Berdasarkan hasil ploting ini
merupakan komplikasi tersering pada kasus PJB. Sehingga pada kasus ini anak
telah mendapatkan pemenuhan nutrisi. Anak mendapatkan susu F100 atau F135
41
sesuai kebutuhan gizi pasien selama perawatan di rumah sakit. Pemberian nutrisi
merupakan obat golongan loop diuretic yang bekerja dengan mengekskresi air dan
yang dialami pasien dengan cara menurunkan volume pengisian jantung serta
stroke volume, serta cardiac output pasien. Captopril dapat diberikan dengan dosis
42
penyakit jantung bawaan berisiko terjadinya infeksi saluran nafas yang berulang.
terhadap infeksi saluran pernapasan ini. Selain itu pada VSD yang besar, adanya
simptomatik. Defek yang terjadi pada setum ventrikel tidak dapat dihilangkan
tanpa adanya pembedahan. Pada kasus celah yang kecil yang tidak menimbulkan
symptom, pembedahan tidak diindikasikan. Tetapi pada kasus dengan celah besar
dan memiliki manifestasi klinis yang mengganggu maka terapi pembedahan untuk
43
BAB V
PENUTUP
diberikan adalah pemberian diuretic yaitu furosemide 3x20 mg, captopril 3x6,5
mendapatkan diet yang telah ditentukan oleh bagian gizi sesuai dengan kebutuhan
pasien dan untuk mengejar gangguan pertumbuhan yang dialami oleh pasien.
44
DAFTAR PUSTAKA
1. Rao PS. Diagnosis and management of cyanotic congenital heart disease: part
I. Indian J Pediatr 2009; 76: 57-70
9. Spicer DE, Hsu HH, Covu J. Ventricular septal defect. Orphanet Journal of
Rare Diseases 2014; 9: 144-159
11. Rao PS. Diagnosis and management of cyanotic congenital heart disease: part
II. Indian J Pediatr 2009; 76: 297-308
12. Rao PS. Diagnosis and management of acyanotic heart disease:part I. Indian J
Pediatr 2005; 72: 495-502
45
13. Rao PS. Diagnosis and management of acyanotic heart disease:part II. Indian
J Pediatr 2005; 72: 503-512
15. Raghavaiah PV, Gajjar H, Mane S, et al. Clinical profile of congenital heart
disease of children in a tertiary care centre. International J Applied Research
2016; 2: 314-318
17. Qavi AH, Kamal R, Schrier RW. Clinical use of diuretics in heart failure,
cirrhosis, and nephrotic syndrome. International J Nephrology 2015; 2015; 1-
9
18. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi edisi
5. Jakarta : FKUI. 2007
21. Zaki SA, Dadge D, Asif S, et al. Diagnostic dilemma in child with congenital
heart disease on sildenafil. Indian J Pharmacol 2009; 41: 148-9
22. Haq FU, Jalil F, Hashmi SK, et al. Risk factor predisposing to congenital
heart defect. Annals Pediatric Cardiology 2011; 4: 117-121
23. Momma K. ACE inhibitor in pediatric patients with heart failure. Pediatric
Drugs 2006; 8: 55-69
24. Zhang ZN, Jiang X, Zhang Rui, et al. Oral sildenafil treatment for
Eisenmenger syndrome a prospective, open-label, multicenter study. Heart
2011; 97: 1876-1881
46