Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi
sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir. PJB merupakan kelainan kongenital paling banyak yang terjadi,
hampir 1/3 dari kasus kelainan kongenital yang ada merupakan kasus dengan penyakit jantung bawaan.
Prevalensi PJB di seluruh dunia berkisar antara 6 - 10 per 1000 kelahiran. Persebarannya tergantung
demografinya. Saat ini dari 220 juta penduduk Indonesia, diperhitungkan bayi yang lahir mencapai
6.600.000 dan 48.800 diantaranya adalah penyandang PJB.

PJB dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu penyakit jantung bawaan asianotik dan sianotik.
PJB sianotik bersifat lebih komplek dan ditandai dengan adanya sianosis akibat adanya pirau kanan ke
kiri sehingga darah dari vena sistemik yang mengandung rendah oksigen akan kembali lagi ke sirkulasi
sistemik. PJB asianotik ini tidak ditemukan gejala atau tanda sianosis, tetapi ditemukan pirau kiri ke
kanan atau obstruksi jalan keluar ventrikel. Jumlah pasien PJB asianotik jauh lebih besar daripada yang
sianotik yaitu 3-4 kali, tetapi PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi
daripada asianotik.

Insiden retardasi pertumbuhan pada anak PJB telah banyak dilaporkan di seluruh dunia. Penelitian yang
dilakukan oleh Varan7 pada tahun 1996 di Turki dengan kriteria NCHS dari 89 pasien penderita PJB, 37
pasien berada di bawah persentil 5 untuk berat badan dan panjang badan, dan 58 pasien berada di bawah
persentil 5 untuk berat badan. Penelitian tahun 2005 di Semarang yang dilakukan oleh Wishnuwardhana ,
22 pasien penderita PJB asianotik sebelum diberi perlakuan, didapatkan rerata WAZ -1,57±0,9SB , rerata
HAZ -0,75±1,97SB dan rerata WHZ -0,89±1,7SB. Dan penelitian pada tahun 2009 oleh Damayanti R.
Sjarif dkk di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa prevalensi gagal
tumbuh lebih tinggi pada anak dengan PJB lesi asianotik.

Pertumbuhan berkaitan masalah perubahan dalam ukuran, besar, jumlah atau dimensi sel, organ atau
individu yang dapat diukur berdasar ukuran berat (gram,pound), panjang (cm, meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik. Gangguan pertumbuhan pada suatu fase tumbuh kembang akan dihubungkan
dengan defisit perkembangan kognitif, kemampuan intelektual dan pertumbuhan saraf, efek ke maturasi
dan performa sekolah.

1. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, didapati beberapa masalah antara lain :

a. Apa itu penyakit jantung bawaan (kongenital) ?


b. Apa penyebab PJB ?
c. Bagaimana manifestasi klinis dari PJB ?
d. Bagaimana patofisiologi terjadinya PJB?
e. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari PJB ?
f. Apa saja pengobatan yang diperlukan untuk klien dengan PJB ?
g. Bagaimana asuhan keperawatan dengan PJB ?
1. Tujuan
8. Tujuan Umum

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Reproduksi

1. Tujuan Khusus
Mengetahui tentang definisi penyakit jantung bawaan (PJB)
Mengetahui penyebab PJB
Mengetahui manifestasi klinis dari PJB
Mengetahui dan memahami patofisiologi dari PJB
Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk klien dengan PJB
Mengetahui tentang penatalaksanaan/pengobatan untuk klien dengan PJB
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan PJB
BAB II

TINJAUAN TEORI

1. Pengertian

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit jantung yang dibawa sejak lahir, dan terjadi ketika bayi
masih berada dalam kandungan. Kelainan pembentukan jantung terjadi pada awal kehamilan karena saat
usia kandungan 7 minggu, pembentukan jantung sudah lengkap.

Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur
jantung atau pembuluh darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks
terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan meninggal waktu
bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien
tersebut mampu melalui seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.

1. Jenis Penyakit Jantung Kongenital


a. Penyakit Jantung Bawaan Non Sianotik

Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa
lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri
ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah
besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang
bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler
paru. Yang akan dibicarakan disini hanya 2 kelompok besar PJB non sianotik; yaitu (1) PJB non sianotik
dengar, lesi atau lubang di jantung sehingga terdapat aliran pirau dari kiri ke kanan,misalnya ventricular
septal defect (VSD), atrial septal defect (ASD) dan patent ductus arteriosus (PDA), dan (2) PJB non
sianotik dengan lesi obstruktif di jantung bagian kiri atau kanan tanpa aliran pirau melalui sekat di
jantung, misalnya, aortic stenosis (AS), coarctatio aorta (CoA) dan pulmonary stenosis (PS).

a. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik


Pada PJB sianotik didapatkan kelainan struktur dan fungsi jantung sedemikian rupa sehingga sebagian
atau seluruh darah balik vena sistemik yang mengandung darah rendah oksigen kembali beredar ke
sirkulasi sistemik. Terdapat aliran pirau dari kanan ke kiri atau terdapat percampuran darah balik vena
sistemik dan vena pulmonalis. Sianosis pada mukosa bibir dan mulut serta kuku jari tangan dan kaki
dalah penampilan utama pada golongan PJB ini dan akan terlihat bila reduce haemoglobin yang beredar
dalam darah lebih dari 5 gram %. Bila dilihat dari penampilan klinisnya, secara garis besar terdapat 2
golongan PJB sianotik, yaitu (1) dengan gejala aliran darah ke paru yang berkurang, misalnya Tetralogi of
Fallot (TF) dan Pulmonal Atresia (PA) dengan VSD, dan (2) dengan gejala aliran darah ke paru yang
bertambah. Misalnya Transposition of the Great Arteries (TGA) dan Common Mixing.

2.3 Etiologi

Penyebab PJB belum pasti, meskipun beberapa faktor dianggap berpotensi sebagai penyebab. Faktor-
faktor yang berpotensi antara lain infeksi virus pada ibu hamil (misalnya campak Jerman atau rubella),
obat-obatan atau jamu-jamuan, alkohol. Faktor keturunan atau kelainan genetik dapat juga menjadi
penyebab meskipun jarang, dan belum banyak diketahui. Misalnya Sindroma Down (Mongolism) yang
sering disertai dengan berbagai macam kelainan, dimana salah satunya PJB.

Menurut (Rilantono, 2013). Etiologi penyakit jantung bawaan bisa ditimbulkan oleh beberapa faktor.
Salah satunya disebabkan oleh faktor genetik dan maternal dimana saat ini sebagai faktor-faktor yang
paling berperan. Selain itu infeksi virus, paparan radisasi, alkohol dan obat-obatan yang diminum pada
ibu hamil juga di duga sebagai penyebab penyakit jantung bawaan.

1. Manifestasi Klinis
a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
Ventricular Septal Defect (VSD)

VSD terjadi bila sekat ventrikel tidak terbentuk dengan sempurna. Akibatnya darah dari bilik kiri
mengalir ke bilik kanan pada systole. Manifestasi klinis : Pada pemeriksaan selain didapat pertumbuhan
terhambat, anak terlihat pucat, banyak keringat bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada
bertambah, sering terlihat pembenjolan dada kiri. Tanda yang menonjol adalah nafas pendek dan retraksi
pada jugulum, sela intrakostal dan region epigastrium. Pada anak yang kurus terlihat implus jantung yang
hiperdinamik.

Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan septum atrium disebabkan dari suatu lubang pada foramen ovale atau pada septum atrium.
Tekanan pada foramen oval atau septum atrium, tekanan pada sisi kanan jantung meningkat.
Manifestasi klinis: Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
Mungkin ditemukan adanya murmur jantung. Pada foto rontgen ditemukan adanya pembesaran jantung
dan diagnosa dipastikan dengan katerisasi jantung.

Patent Ductus Arteriosus (PDA)

DAP terjadi bila duktus tidak menutup bila bayi lahir. Penyebab DAP bermacam-macam, bisa karena
infeksi rubela pada ibu dan prematuritas
Manifestasi klinis : Neonatus menunjukkan tanda-tanda respiratori distres seperti mendengkur tacipnea
dan retraksi. Sejalan dengan pertumbuhan anak maka anak akan mengalami dyspnea, kardio megali,
hipertrofi ventrikuler kiri akibat penyesuaian jantung terhadap peningkatan volume darah, adanya tanda
‘machinery type’. Murmur jantung akibat aliran darah turbulen dari aorta melewati duktus menetap.
Tekanan darah sistolik mungkin tinggikarena pembesaran ventrikel kiri.

a. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal


Stenosis Aorta (SA)

Pada kelainan ini striktura terjadi diatas atau dibawah katup aorta. Katupnya sendiri mungkin terkena
atau retriksi atau tersumbat secara total aliran darah. Manifestasi Klinis : Anak menjadi kelelahan dan
pusing sewaktu cardiac output menurun, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan
terhadap O2 tidak terpenuhi, hal ini menjadi serius dapat rnenyebabkan kematian, ini juga ditandai
dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum, diagnosa ditegakan berdasarkan
gambaran ECG yang menunjukan adanya hipertropi ventrikel kiri, dan dari kateterisasi jantung yang
menunjukan striktura.

Stenosis Pulmonal (SP)

Kelainan pada stenosis pulmonik, dijumpai adanya striktura pada katup, normal tetapi puncaknya
menyatu. Manifestasi klinis : Tergantung pada kondisis stenosis. Anak dapat mengalami dyspne dan
kelelahan, karena aliran darah ke paru-paru tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan O2 dari cardiac
output yang meingkat. Dalam keadaan stenosis yang berat, darah kembali ke atrium kanan yang dapat
rnenyebabkan kegagalan jantung kongesti. Stenosis ini didiagnosis berdasarkan murmur jantung sistolik,
ECG dan kateterisai jantung.

Koarktasio Aorta

Kelaianan pada koartasi aorta, aorta berkontriksi dengan beberapa cara. Kontriksi mungkin proksimal
atau distal terhadap duktus arteiosus. Kelaianan ini biasanya tidak segera diketahui, kecuali pada
kontriksi berat. Untuk itu penting melakukan skrening anak saat memeriksa kesehatannya, khususnya
bila anak mengikuti kegiatan-kegiatan olah raga.

Manifestasi klinis : Ditandai dengan adanya kenaikan tekanan darah, searah proksimal pada kelainan dan
penurunan secara distal. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut nadi pada lengan
terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan femoral. Kadang-kadang dijumpai adanya murmur jantung
lemah dengan frekuensi tinggi. Diagnosa ditegakkan dengan cartography.

a. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang


Tetralogi Of Fallot (TOF)

Tetralogi of fallot merupakan penyakit jantung yang umum, dan terdiri dari 4 kelainan yaitu:

1. Stenosis pulmonal,
2. Hipertropi ventrikel kanan,
3. Kelainan septum ventrikuler, dan
4. Kelainan aorta yang menerima darajh dari ventrikel dan aliran darah kanan ke kiri melalui kelainan
septum ventrikel.

Manifestasi klinis : Bayi baru lahir dengan TF menampakan gejala yang nayata yaitu adanya cianosis,
letargi dan lemah. Setain itu juga tampak tanda-tanda dyspnea yang kemudian disertai jari-jari clubbing,
bayi berukuran kecil dan berat badan kurang. Bersamaan dengan pertambahan usia, bayi diobservasi
secara teratur, serta diusahakan untuk mencegah terjadinya dyspne. Bayi mudah mengalami infeksi
saluran pernafasan atas. Diagnosa berdasarkan pada gejala-gejala klinis, mur-murjaniung, EKG foto
rongent dan kateterisai jantung.

a. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah


Transposisi arteri besar (TAB)/ Transpotition Great artery (TGA)

Apabila pembuluh pembuluh darah besar mengalami transposisi aorta, arteri aorta dan pulmonal secara
anatomis akan terpengaruh. Anak tidak akan hidup kecuali ada suatu duktus ariosus menetap atau
kelainan septum ventrikuler atau atrium, yang menyebabkan bercampurnya darah arteri-vena. Pada TGA
terjadi perubahan tempat kelurnya posisi aorta dan a.pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan
dan terletak di sebelah anterior a.pulmonalis, sedangkan a.pulmonalis keluar dari ventrikel kiri terletak
posterior terhadap aorta. Akibatnya aorta menerima darah v. Sistemik dari vena kava, atriumkanan,
ventrikel kanan dan darah diteruskan ke sirkulasi sistemik. Sedang darah dari vena pulmonalis dialirkan
ke atrium kiri, ventrikel kiri dan diteruskan ke a. Pulmonalis dan seterusnya ke paru. Dengan demikian
maka kedua sirkulasi sistemik dan paru tersebut terpisah dan kehidupan hanya dapat berlangsung apabila
ada komunikasi antara 2 sirkulasi ini. Pada neonatus percampuran darah terjadi melalui duktus arteriosus
dan foramen ovale keatrium kanan. Pada umumnya percampuran melalui duktus dan foramen ovale ini
tidak adekuat, dan bila duktus arteriosus menutup maka tidak terdapat percampuran lagi di tempat
tersebut, keadaan ini sangat mengancam jiwa penderita.

Manifesfasi klinis : Transposisi pembuluh-pembuluh darah ini tergantung pada adanya kelainan atau
stenosis. Stenosis kurang tampak apabila kelainan merupakan PDA atau ASD atau VSD, tetapi kegagalan
jantung akan terjadi.

1. Patofisiologi

Penyakit Jantung Bawaan dipengaruhi oleh faktor yaitu faktor genetik dan maternal. Pada kelainan
struktur jantung digolongkan menjadi penyakit jantung bawaan asianotik dan penyakit jantung bawaan
sianotik. Penyakit jantung bawaan asianotik; kondisi ini disebabkan oleh lesi yang memungkinkan darah
shunt dari kiri ke sisi kanan sirkulasi atau yang menghalangi aliran darah dengan penyempitan katup
serta pencampuran darah dari arteri (Padila, 2013).

Terdapat lubang antara atrium kanan dan kiri menimbulkan tekanan atrium kiri lebih besar ketimbang
atrium kanan, sehingga darah akan mengalir dari atrium kiri ke kanan. Darah yang mengalir dari atrium
kiri ke kanan menimbulkan volume atrium kanan meningkat menyebabkan hipertropi atrium kanan dan
selain itu meningkatnya volume dan tekanan atrium kanan maka darah akan mengalir ke ventrikel kanan
dan paru-paru juga meningkat. Hal ini menyebabkan penumpukan darah dan oksigen di paru sehingga
alveoli membesar dan terjadi pola nafasnya tidak efektif.

Volume di ventrikel kiri menurun disebabkan darah mengalir dari atrium kanan ke atrium kiri. Hal ini
akan menyebabkan kontraktilitas ventrikel kiri menurun sehingga terjadi penurunan curah jantung.
Penurunan curah jantung menjadikan tubuh akan kurang oksigen dan kurang nafsu makan. Kurangnya
suplai oksigen ke tubuh membuat tubuh akan terasa lemas dan pusing. Kurangnya nafsu makan
menjadikan nutrisi tidak adekuat sehingga pertumbuhan akan terhambat dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan perkembangan (Irnizarifka, 2011).

1. Pemeriksaan Penunjang
Foto thoraks : Melihat atau evaluasi adanya atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan
(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat.
Echokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi cukup bulan
atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai
akibat dari pirau kiri ke kanan).
Pemeriksaan laboratorium : Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.
Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, adanya hipertropi ventrikel kiri,
kateterisasi jantung yang menunjukan striktura.
Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler
yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek tambahan lainnya.
Diagnosa ditegakkan dengan cartography & Cardiac iso enzim (CK,CKMB) meningkat.

1. Komplikasi

Pasien dengan penyakit jantung congenital teramcam mengalami berbagai komplikasi antara lain:

1. Gagal jantung kongestif


2. Renjatan kardiogenik, Henti Jantung
3. Aritmia
4. Endokarditis bakterialistis
5. Hipertensi
6. Hipertensi pulmonal
7. Tromboemboli dan abses otak
1. Penatalaksanaan
h. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru
Ventricular Septal Defect (VSD)
Pasien dengan DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan utuk mengatasi gagal jantung. Biasanya
diberikan digoksin dan diuretic, misalnya lasix. Bila obat dapat memperbaiki keadaan, yang dilihat
dengan membaiknya pernafasan dan bertambahnya berat badan, rnaka operasi dapat ditunda sampai usia
2-3 tahun. Tindakan bedah sangat menolong karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang.

Atrial Septal Defect (ASD)

Kelainan tersebut dapat ditutup dengan dijahit atau dipasang suatu graft pembedahan jantung terbuka,
dengan prognosis baik.

Patent Ductus Arteriosus (PDA)

Karena neonatus tidak toleransi terhadap pembedahan, kelainan biasanya diobati dengan aspirin atau
idomethacin yang menyebabkan kontraksi otot lunak pada duktus arteriosus. Ketika anak berusia 1-5
tahun, cukup kuat untuk dilakukan operasi.

a. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal


Stenosis Aorta (SA)

Stenosis dihilangkan dengan insisi pada katup yang dilakukan pada saat anak mampu dilakukan
pembedahan toraks.

Stenosis Pulmonal (SP)

Stenosis dikoreksi dengan pembedahan pada katup yang dilakukan pada saat anak berusia 2-3 tahun.

Koarktasio Aorta

Kelainan dapat dikoreksi dengan Balloon Angioplasty, pengangkatan bagian aorta yang berkontriksi atau
anastomi bagian akhir, atau dengan cara memasukkan suatu graf.

a. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang


Tetralogi Of Fallot (TOF)

Pembedahan paliatif dilakukan pada usia awal anak-anak, untuk mernenuhi peningkatan kebutuhan
oksigen dalam masa pertumbuhan. Pembedahan berikutnya pada masa usia sekolah, bertujuan untuk
koreksi secara permanent. Dua pendekatan paliatif adalah dengan cara Blalock-Tausing, dilakukan pada
ananostomi ujung ke sisi sub ciavikula kanan atau arteri karotis menuju arteri pulmonalis kanan. Secara
Waterson dikerjakan pada sisi ke sisi anastonosis dari aorta assenden, menuju arteri pulmonalis kanan,
tindakan ini meningkatakan darah yang teroksigenasi dan membebaskan gejala-gejala penyakit jantung
sianosis.

a. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah


Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)
Pembedahan paliatif dilakukan agar terjadi percampuran darah. Pada saat prosedur, suatu kateter balon
dimasukan ketika kateterisasi jantung, untuk memperbesar kelainanseptum intra arterial. Pada cara
Blalock Halen dibuat suatu kelainan septum atrium. Pada Edward vena pulmonale kanan. Cara Mustard
digunakan untuk koreksi yang permanent. Septum dihilangkan dibuatkan sambungan sehingga darah
yang teroksigenisasi dari vena pulmonale kembali ke ventrikel kanan untuk sirkulasi tubuh dan darah
tidak teroksigenisasi kembali dari vena cava ke arteri pulmonale untuk keperluan sirkulasi paru-paru.
Kemudian akibat kelaianan ini telah berkurang secara nyata dengan adanya koreksi dan paliatif.

1. Pathway

Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik


Pathway Penyakit Jantung Bawaan Sianotik : ToF
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Biodata Klien
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat terjadinya infeksi pada ibu selama trimester pertama. Agen penyebab lain adalah rubella,
influenza atau chicken pox.
Riwayat prenatal seperti ibu yang menderita diabetes mellitus dengan ketergantungan pada insulin.
Kepatuhan ibu menjaga kehamilan dengan baik, termasuk menjaga gizi ibu, dan tidak kecanduan
obat-obatan dan alcohol, tidak merokok.
Proses kelahiran atau secara alami ataua adanya factor-faktor memperlama proses persalinan,
penggunaan alat seperti vakum untuk membantu kelahiran atau ibu harus dilakukan SC.
Riwayat keturunan, dengan rnemperhatikan adanya anggota keluarga lain yang juga mengalami
kelainan jantung, untuk mengkaji adanya factor genetic yang menunjang.
c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan sama dengan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap pasien yang
menderita penyakit jantung pada umumnya. Secara spesifik data yang dapat ditemukan dari hasil
pengkajian fisik pada penyakit jantung congenital ini adalah:

Bayi baru lahir berukuran kecil dan berat badan kurang. Anak terlihat pucat, banyak keringat
bercucuran, ujung-ujung jari hiperemik.
Diameter dada bertambah, sering terlihat pembonjolan dada kiri.
Tanda yang menojol adalah nafas pendek dan retraksi pada jugulum, sela intrakostal dan region
epigastrium.
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinarnik.
Anak mungkin sering mengalami kelelahan dan infeksi saluran pernafasan atas.
Neonatus menunjukan tanda-tanda respiratory distress seperti mendengkur, tacipnea dan retraksi.
Anak pusing, tanda-tanda ini lebih nampak apabila pemenuhan kebutuhan terhadap O2 tidak
terpenuhi ditandai dengan adanya murmur sistolik yang terdengar pada batas kiri sternum.
Adanya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah lebih tinggi pada lengan daripada kaki. Denyut
nadi pada lengan terasa kuat, tetapi lemah pada popliteal dan temoral.
1. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload
3. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan
4. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
5. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik
6. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif
7. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang
1. Intervensi
8. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas
tidak terjadi dengan

Kriteria hasil :

- Pertukaran gas tidak terganggu

- Pasien tidak sesak

Intervensi Rasional

Untuk meminimalkan resiko kekurangan oksigen.


Berikan respirasi support
2

Analisa gas darah


Untuk mengetahui adanya hipoksemia dan
hiperkapnia.

Berikan posisi semifowler


Memfasilitasi fungsi pernapasan klien

Untuk meringankan kerja jantung


Batasi cairan

1. Penurunan curah jantung b.d perubahan preload

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat mentoleransi gejala-gejala
yang ditimbulkan akibat penurunan curah jantung.

Kriteria Hasil :

Tanda vital dalam rentang normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit,
SB 36,5OC-37,5OC)
dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
Tidak ada edema paru, perifer dan tidak ada asites
Tidak ada penurunan kesadaran
AGD dalam batas normal
Tidak ada distensi vena leher
Warna kulit normal

Intervensi Rasional

Bina hubungan saling percaya (BHSP) dengan Menciptakan suasana yang kondusif dan
pasien dan keluarga pasien. bersahabat.

Observasi keadaan kulit terhadap pucat dan Pucat menunjukan adanya penurunan perfusi
sianosis. sekunderterhadap ketidakadekuatan curah jantung,
vasokonstriksi dan anemi.

Permulaan terjadinya gangguan pada jantung akan


ada perubahan pada tanda-tanda vital seperti
pernafasan menjadi cepat, peningkatan suhu,
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
nadimeningkat, peningkatan tekanan darah,
semuanya dapat cepat dideteksi untukpenangan
lebih lanjut.

Monitor tanda-tanda PJB seperti gelisah, Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kegawatan
takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, dari anak serta diperlukan dalam mendeteksi untuk
periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali. penanganan lebih lanjut.

Berikan oksigen tambahan dengan kanula Meningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan
nasal/masker sesuai indikasi. miokard dan untukmelawan efek hipoksia/iskemia.

Istirahat yang adekuat dapat meminimalkan kerja


Informasikan dan anjurkan tentang pentingnya
dari jantung dandapat mempertahankan energi
istirahat yang adekuat.
yang ada.

Dapat menunjukan tidak adekuatnya perfusi


Observasi perubahan pada sensori, contoh letargi,
serebral sekunder terhadap penurunan curah
bingung disorientasi cemas.
jantung.

Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi


Berikan health education pada pasien dan bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih
keluarga pasien tentang cardiac output kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang
dilakukan perawat

Mempengaruhi reabsorbsi natrium dan air, dan


Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian digoksinmeningkatkan kekuatan kontraksi miokard
tindakan farmakologis berupa digitalis dan dan memperlambat frekuensi jantung dengan
digoxin. menurunkan konduksi dan memperlambat periode
refraktori padahubungan AV untuk meningkatkan
efisiensi curah jantung.

1. Defisit nutrisi tubuh b.d ketidakmampuan menyusu dan makan


Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat makan dan
menyusu dan tidak terjadi penurunan berat badan selama terjadi perubahan status nutrisi.

Kriteria Hasil :

Anak dapat menyusu


Porsi makan dihabiskan

Intervensi Rasional

Observasi selama pemberian makan atau Selama makan atau menyusui mungkin dapat
menyusui. terjadi anak sesak atau tersedak.

Timbang berat badan setiap hari dengan Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas
timbangan yang sama dan waktu yang sama. intervensi nutrisi.

Observasi dan catat masukan makanan anak/ Mengawasi masukkan kalori dan kualitas
intake dan output secara benar kekurangan konsumsi makanan.

Jika anak menunjukkan kelemahan akibat ketidak


adekuatannya nutrisi yang masuk maka pasang
Infus akan menambah kebutuhan nutrisi yang tidak
infus
dapat dipenuhimelalui oral.

Anjurkan ibu untuk terus memberikan anak susu, Air susu akan mempertahankan kebutuhan nutrisi
walaupun sedikit tetapi sering anak.

Pada anak yang sudah tidak menyusui lagi maka


Meningkatan intake atau masukan dan mencegah
berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering
kelemahan
dengan diet sesuai instruksi (TKTP).

Berikan health education pada pasien dan


Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi
keluarga pasien tentang manfaat dari nutrisi
bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih
sendiri.
kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang
dilakukan perawat.
Berikan dan bantu hygiene mulut yang baik
sebelum dan sesudah makan, gunakan sikat gigi meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral,
halus untuk penyikatan yang lembut, berikan menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan
pencuci mulut yang di encerkan bila mukosa oral kemungkinan infeksi.
luka.

1. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, diharapkan anak dapat melakukan
aktivitas yang sesuai tanpa adanya kelemahan.

Kriteria Hasil :

Tidak nampak kelelahan


Tidak nampak lesu
Saturasi O2 saat aktivitas dalam batas normal (95-100%)
TTV Normal

Intervensi Rasional

Kaji perkembangan tanda-tanda peningkatan Menunjukan gangguan pada jantung yang


tanda-tanda vital, seperti adanya sesak. kemudian akanmenggunakan energi lebih sebagai
kompensasi sehingga akhirnya anak menjadi
kelelahan.

Batasi aktifitas anak yang berlebihan. Meminimalkan kerja dari jantung dan dapat
mempertahankan energi yang ada.

Bantu pasien dalam aktivitas yang tidak dapat


Teknik penghematan energi. .
dilakukannya.

Nutrisi dapat membantu meningkatkan


Support dalam pemberian nutrisi anak.
metabolisme juga akanmeningkatkan produksi
energi
Lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi
Berikan health education pada pasien dan bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih
keluarga pasien tentang aktifitas. kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang
dilakukan perawat.

1. Nyeri Akut b.d agen pencedera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria Hasil :

Klien tidak tampak mengeluh dan menangis


Ekspresi wajah klien tidak menunjukkan nyeri
Klien tidak gelisah

Intervensi Rasional

Observasi adanya keluhan nyeri, pada anak bisa Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi
ditunjukan dengan rewel atau sering menangis. penyebab nyeri.

Observasi perilaku dan tanda-tanda vital anak tiap


Perilaku dan tanda vital membantu menentukan
4 jam.
derajat atau adanya ketidaknyamanan

Aktivitas berlebih dapat meningkatkan kebutuhan


Berikan lingkungan istirahat yang nyaman dan oksigen miokard. (contoh kerja tiba-tiba, stress,
batasi aktivitas anak sesuai kebutuhan. makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan
nyeri dada.

Dengan adanya distraksi nyeri anak dapat


Ajarkan teknik distraksi relaksasi pada anak dan
dialihkan/pengalihan dan dapat menurunkan
ibu.
respon nyeri.

Anjurkan ibu untuk selalu memberikan


Ketenangan anak akan mengurangi stress yang
ketenangan pada anak.
dapat memperberat nyeri yang dirasakan.
lebih meningkatkan pengetahuan dan informasi
Berikan health education pada pasien dan bagi pasien dan keluarga pasien serta lebih
keluarga pasien tentang nyeri dan penanganannya. kooperatif dalam tindakan pelaksanaan yang
dilakukan perawat.

Analgesik bekerja dengan menghambat nosiseptor


Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian
nyeri menempati reseptornya, sehingga nyeri tidak
analgesic.
dirasakan lagi.

Evaluasi respon terhadap obat/terapi yang penggunaan terapi obat dan dosis, catat nyeri yang
diberikan tidak hilang atau berkurang

1. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi

Kriteria Hasil :

TTV Normal (TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100x/menit, Respirasi 18-20x/menit, SB 36,5OC-37,5OC)

Intervensi Rasional

Dorong teknik mencuci tangan dengan baik Mencegah infeksi nosokomial saat perawatan.

Kaji tanda-tanda infeksi Mengetahui tanda-tanda infeksi secara dini dapat


membantu dalam kecepatan menentukan intervensi

Peningkatan suhu badan merupakan salah satu


Ukur temperatur tiap 4 jam
tanda adanya infeksi

Berikan antibiotik sesuai dengan indikas Pemberian antibiotik dapat mecegah terjadinya
infeksi
1. Resiko cidera dibuktikan dengan hipoksia jaringan ; kejang

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x24 jam diharapkan risiko cidera dapat
diminimalisir.

Kriteria Hasil :

Klien dan keluarga mengenal tanda dan gejala yang mengindikasikan faktor resiko cidera
Pasien dapat menunjukan sikap melindungi diri sendiri dari risiko cidera

Intervensi Rasional

Ciptakan lingkungan yang aman untuk pasien Mencegah terjadinya risiko cidera

Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,


Menentukan kebutuhan pasien terhadapm
berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan
keamanan dan menentukan intervensi yang tepat
sejarah tingkah laku

Jauhkan objek berbahaya dari lingkungan Mencegah risiko cidera

Hilangkan bahaya lingkungan Mencegah risiko cidera

Membantu pasien memudahkan menjangkau


Sediakan tempat tidur yang rendah jika diperlukan
tempat tidur dan mengurangi risiko cidera

Tempatkan furniture diruangan dengan susunan


Memudahkan pasien menjangkau peralatan yang
terbaik untuk akomodasi ketidakmampuan pasien
dibutuhkan
dan keluarga
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit jantung bawaan ( PJB ) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi
sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir.

Klasifikasi :

a. Penyakit Jantung Bawaan non Sianotik dengan vaskularisasi paru


Ventricular Septal Defect (VSD)
Atrial Septal Defect (ASD)
Patent Ductus Arteriosus (PDA)
b. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru normal
Stenosis Aorta (SA)
Stenosis Pulmonal (SP)
Koarktasio Aorta
c. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik dengan vaskularisasi paru berkurang
Tetralogi Of Fallot (TOF)
d. PJB sianotik dengan vaskularisasi paru bertambah
Transposisi arteri besar (TAB) / Transpotition Great artery (TGA)

3.2 Saran

Untuk menjadikan makalah ini menjadi makalah yang sempurna maka harus disertai saran-
saran yang bersifat mendorong dan membangun, saran - saran itu antara lain :

Kita hendaknya lebih memahami tentang congenital heart diseases atau penyakit jantung
bawaan (CHD) dalam meningkatkan pelayanan pada penderita/ anak khususnya dalam
pemberian asuhan keperawatan.

Demikian saran dari kami semoga apa yang kami suguhkan dapat bermanfaat bagi kami
khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Daftar Pustaka
Jurnal Penyakit Jantung Bawaan di unduh di
http://ZUMROTUS_SAADAH_G2A009149_BAB_1_KTI.pdf pada tanggal 08/11/2017 pukul 19:01
WITA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1. Jakarta: PPNI

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Alih Bahasa Ns. Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns.
Dwi Widiarti, S,Kep. EGC. Jakarta.

NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-2014/Editor, T.


Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi Subekti ; Editor Edisi Bahasa
Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri Praptiani. Jakarta; EGC.

Alfyana Nadya Rahwamati. 2015. Jurnal Hubungan Penyakit Jantung Bawaan dengan Perkembangan Anak
usia 0-5 tahun di Unit Perawatan Jantung RS Dr.Kariadi Semarang diunduh di
http://jurnal.stikeskusumahusada.ac.id/index.php/JK/article/view/12 pada tanggal 08/11/2017 pukul 20:10
WITA

Terpapar faktor endogen dan eksogen selama kehamilan trimester I-II

Kelainana jantung kongenital sianotik: tetralogy of fallot

Stenosis pulmonal Overiding aorta Defek septum ventrikel

Obstruksi >>> berat Tek. Sistolik punjak ventrikel kanan = kiri

Pirau kanan – kiri

Menurun aliran darah paruv

Obstruksi aliran darah keluar ventrikel kanan v

Aliran darah aorta meningkatv

Hipertrofi vent kananvMenurun O2 dalam darah v

Percampuran darah kaya O2 dengan CO2v

Hipoksemiav

Sianosis (blue spells)vsesakv

Hipoksia dan laktatvKelemahan tubuhv


Penurunan O2 di otakvAsidosis metabolikv

Gangguan pertukaran gasKesadaran menurunv

Kejangv

Resiko cedera

Anda mungkin juga menyukai