dalam Upaya Promotif dan Preventif pada Tahap Profesi Departemen IKM-KK-KP
FK-UWKS Surabaya
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat
penurunan sekresi insulin yang progresif (American Diabetes Association 2015).
Diabetes melitus berhubungan dengan risiko aterosklerosis dan merupakan
predisposisi untuk terjadinya kelainan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati
dan neuropati (Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu 2009). Data Riskesdas
(2013) menunjukkan bahwa proporsi diabetes di Indonesia pada tahun 2013
meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Proporsi diabetes
melitus di Indonesia sebesar 6,9 %, toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar
29,9% dan glukosa darah puasa (GDP) terganggu sebesar 36,6%. Proporsi
penduduk di pedesaan yang menderita diabetes melitus hampir sama dengan
penduduk di perkotaan. Prevalensi diabetes melitus meningkat dari 1,1 persen
(2007) menjadi 2,1 persen (2013) (Riset Kesehatan Dasar. 2013, Komplikasi
Kronik Diabetes 2009).
Konsep hidup sehat dari H.L Blum merupakan suatu konsep yang masih
digunakan secara luas dalam identifikasi dan pembahasan masalah sebagai dasar suatu
intervensi yang akan dilakukan di masyarakat. Menurut H.L Blum ada empat faktor
utama yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang merupakan faktor
determinan sebagai penyebab timbulnya masalah kesehatan.Keempat faktor tersebut
terdiri dari faktor perilaku/gaya hidup (life style), faktor lingkungan (sosial, ekonomi,
politik, budaya), faktor pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor
genetik (keturunan)
B. Rumusan Masalah
Bagaimana memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
berkesinambungan dan menyeluruh kepada Ny. S, sebagai penderita, keluarga dan
masyarakat sekitar dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan
sosial budaya keluarga (disesuaikan dengan pengertian menurut IDI, 1983).
D. Manfaat
A. Identitas Penderita
Nama :Ny. S
Umur :64 Tahun
Jenis kelamin :Perempuan
Pekerjaan : Penjaga warung
Pendidikan :SD
Agama :Islam
Alamat : Desa Pekarungan RT 19/ RW 06 Kecamatan Sukodono
Suku :Jawa
Tanggal periksa :07 Mei 2018
B. Anamnesis
1. Keluhan utama : Badan lemas
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke puskesmas Sukodono dengan keluhan badan lemas dan tidak
dapat beraktivitas seperti biasa sejak 2 hari yang lalu. Setahun lalu, pasien
mengaku banyak makan dan minum namun tidak disertai dengan peningkatan
berat badan yang sesuai. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5
kali. Buang air besar tidak ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan
kesemutan pada kedua kakinya yang dirasakan hilang timbul. Pasien mengaku
jarang berolahraga. Enam bulan lalu pasien berobat ke Puskesmas Sukodono
dan dinyatakan kencing manis dengan gula darah 200g/dl. Oleh karena itu,
sebulan sekali pasien sering kontrol untuk pemriksaan gula darah.
3. Riwayat penyakit dahulu:
a. Riwayat Hipertensi : Tidak ada riwayat hipertensi
b. Riwayat Asma : Tidak ada riwayat asma
c. Riwayat Alergi Obat : Tidak ada alergi obat - obatan
d. Riwayat Sakit Jantung : Tidak ada riwayat penyakit jantung
i. Kadiovaskuler :
Akral : Hangat
j. Gastrointestinal :
Nafsu makan : baik
Mulut :
Urine :
l. Neuropsikiatri :
Neurologik : tidak ada kejang
Psikiatrik : tidak ada cemas dan stress
m. Muskuloskeletal dan integument :
Kemampuan pergerakan sendi : bebas tidak terbatas
Kekuatan otot : 5 5
5 5
Kulit : lembab tidak kering dan tidak ada eksoriasis
Turgor : baik
C. Pemeriksaan Fisik
7. Telinga
Nyeri tekan pada mastoid tidak ditemukan, secret tidak ada, pendengaran
berkurang, cuping telinga dalam batas normal
8. Tenggorokan
Tonsil tidak mengalami pembesaran, pharing hiperemis tidak ada
9. Leher
Trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar
limfe tidak ada, lesi pada kulit tidak ada
10. Thoraks
Simetris, tidak ditemukan retraksi intercostal dan retraksi subkostal
Cor :
I : ictus cordis tak tampak
P: ictus cordis tak kuat angkat
P: batas kiri atas : SIC U 1 cm lateral LPSS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kiri bawah : SIC V 1 cm lateral LMCS
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ I-II intensitas normal, regular, tidak ada bising
Pulmo : Statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P : fremitus raba kiri sama dengan kanan
P : sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler normal
suara tambahan RBK tidak ada, whezing tidak tidak didengar
Dinamis (depan dan belakang)
11. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada, venektasi tidak ada
Fungsi motorik
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan.
E. Resume
Dari hasil anamnesis didapatkan :
Seorang pasien perempuan usia 64 tahun dengan keluhan utama badan
lemas. Badan lemas sudah dialami sejak 2 hari.Setahun lalu, pasien mengaku
banyak makan dan minum namun tidak disertai dengan peningkatan berat badan yang
sesuai. Buang air kecil sering terutama pada malam hari ± 5 kali. Buang air besar
tidak ada keluhan. Terkadang pasien juga merasakan kesemutan pada kedua kakinya
yang dirasakan hilang timbul. Pasien mengaku jarang berolahraga. Enam bulan lalu
pasien berobat ke Puskesmas Sukodno dan dinyatakan kencing manis dengan gula
darah 200g/dl.Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit
ringan, compos mentis. Tanda vital T:110/70, N: 86 x/menit, RR: 20 x/menit,
S:36,6°C, BB: 70 kg, TB: 150 cm, status gizi obesitas.
1. Diagnosis Biofisik : Diabetes Melitus Tipe 2
2. Diagnosis Psikologis : Afek emosi dalam batas normal
F. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan penderita adalah:
1. Non medika mentosa
a. Jika terdapat keluhan, segera periksa kembali
ke puskesmas/RS agar segera mendapatkan penanganan.
b. Edukasi kepada pasien tentang kepatuhan
minum obat.
c. Edukasi kepada pasien tentang terapi nutrisi/
diet pada diabetes.
d. Olahraga secara teratur yang disesuaikan den-
gan kondisi tubuh.
G. Follow Up
Tanggal 07 Mei 2018
S : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
O : Keadaan umum : baik, Compos Mentis
PENGELOLAAN PASIEN
(PATIENT MANAGEMENT)
Medikamentosa
Pendekatan terapeutik
Pemberian Glibenclamide 5mg 1x sehari pagi hari sebelum makan.
Non medikamentosa
1. Rencana promosi dan pendidikan kesehatan kepada pasien dan kepada
keluarga
a. Memberikan motivasi kepada keluarga untuk memperbaiki pola makan dan
kurangi minuman yang mengandung banyak gula
b. Memberikan motivasi kepada pasien untuk keteraturan meminum obat
c. Memberikan motivasi kepada pasien untuk rajin berolahraga
d. Baik dokter maupun keluarga harus memberikan motivasi sehingga mental
pasien menjadi lebih kuat dalam menghadapi penyakit dan masalah
ekonominya.
2. Rencana edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga
a. Menjelaskan dan memberikan informasi kepada pasien tentang penyakit di-
abetes mellitus dan komplikasinya.
b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa untuk mencegah penyakit
ini dengan pola hidup sehat seperti rutin minum obat, rajin berolahraga, ku-
rangi makan dan minum yang mengandung banyak gula
c. Harus minum obat dengan benar.
A. Faktor Keluarga
1. Struktur keluarga
Keluarga Ny. S termasuk keluarga patriakal dimana yang dominan dan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah suami Ny. S.
2. Bentuk keluarga
Bentuk Keluarga : Nuclear family
Alamat lengkap : Ds. Pekarungan RT 19 / RW 06 Kecamatan
Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur
Genogram Keluarga Ny. S (Lihat Gambar III.1)
Ny. S (64) adalah anak sulung dari 7 bersaudara. Kedua orang tuanya sudah
meninggal dunia. Hidup dengan suami yang dikaruniai empat orang anak
perempuan. Dalam satu rumah tinggal 4 orang anggota keluarga yaitu suami
dan 2 orang anak.
Anak
Anak
Istri (pasien)
Keterangan :
: Hubungan baik
Gambar IV.1: Diagram Pola Hubungan Interaksi antara Ny. S dan Anggota
Keluarganya yang lain (Sumber: Informasi dari Ny. S, 2018).
(1) Ketika pasien jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh keluarganya ?
Jawab :
keluarga pasien langsung mengantarkan pasien berobat ke puskesmas dan
rutin melakukan kontrol terhadap kesehatan pasien
Kesimpulan:
Keluarga pasien selalu mendukung hal-hal yang positif dan tidak setuju apa-
bila hal tersebut negatif dan mengganggu kesehatan keluarganya. Hubungan
antara Ny. S dan keluarganya baik dan dekat.
Dari informasi Ny. S diperoleh keterangan bahwa tidak ada anggota keluarga atau
famili terdekat (kakek, nenek, paman, bibi) yang menderita Diabetes Melitus
(Lihat Gambar IV.2) .
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal dunia
Gambar IV.2: Genogram Keluarga Ny. S (64) (Sumber: Keterangan Ny. S., 2018)
Contoh:
Tabel IV.1: APGAR tentang Pernyataan Anggota Keluarga thd
Keadaan, Sikap dan Perilaku Ny. S.
No. Pernyataan anggota keluarga thd keadaan, sikap dan Ya Ka- Tdk
perilaku Ny. S. dang2
1. Ikhlas menerima atas beban akibat Ny S sakit DM √
2 Memotivasi Ny S dalam hal mengurangi konsumsi √
karbohidrat.
3 Memotivasi Ny. S dalam hal mengatur frekuensi makan. √
4 Memotivasi Ny. S dalam beraktivitas fisik. √
5 Mengingatkan Ny. S. untuk rutin minum obat √
6 Memotivasi Ny. S bila waktunya kontrol ke yankes. √
7 Bersedia mengantar Ny. S untuk kontrol ke yankes √
8 Menerima bila Ny. S mengeluh karena makanan dibatasi
9 Tidak menerima keluhan bila Ny.S bosan minum obat. √
10 Tidak menerima keluhan saat Ny. S malas beraktivitas √
fisik
Jawaban Ya nilai 2, kadang-2 nilai 1 dan tidak nilai 0.
Berilah skor :
- 2 (menerima) bila nilai pernyataan keluarga > 15
- 1 (kurang menerima) bila nilai pernyataan keluarga 10 -15
- 0 (tidak menerima) bila nilai pernyataan keluarga < 10
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 21
Skor =14 : anggota keluarga kurang menerima keluhan Ny. S. (Skor Adaptation
1)
Contoh:
Tabel IV.3 APGAR Pernyataan Kedewasaan/kesabaran Anggota
Keluarga terhadap Sikap dan Perilaku Ny. S.
Skor = 13 : keluarga kurang sabar terhadap sikap Ny. S. yang tidak mau mengerti
cara mencegah penyakitnya agar tidak mengalami komplikasi (Skor growth = 1)
(4) Affection (hubungan kasih sayang) yaitu tingkat hubungan kasih sayang dalam
berinteraksi antara anggota keluarga dalam menghadapi perilaku Ny. S.
Contoh:
Tabel IV.4: APGAR Pernyataan Anggota Keluarga terhadap Sikap
Dan Perilaku Ny. S.
No. Pernyataan anggota keluarga terhadap sikap dan perilaku Ny. S. Ya Ka- Tdk
dang2
1. Sering menghibur atas keluhan akibat Ny S sakit DM √
2 Sering menasihati bila Ny S tidak mampu mengurangi konsumsi √
karbohidrat.
3 Sering menasihati bila Ny. S tidak bisa mengatur frekuensi √
makan.
4 Sering mengingatkan dan mendorong bila Ny. S tidak rajin √
beraktivitas fisik.
5 Sering mengingatkan bila Ny. S. tidak rutin minum obat √
6 Sering mengingatkan bila Ny. S malas kontrol ke yankes. √
7 Sering mengingatkan Ny. S bila sudah waktunya kontrol ke √
yankes
8 Sering menasihati bila Ny. S mengeluh karena makanan dibatasi √
9 Sering mengingatkan bila Ny.S bosan minum obat. √
10 Sering memotivasi dan mendorong saat Ny. S malas beraktivitas √
fisik
Tabel IV.6: Temuan dan Skor Fungsi Keluarga Ny. S menurut APGAR
Skor
FAKTOR TEORI TEMUAN
2 1 0
Bagaimana dukungan dari
keluarga apabila ada salah
seorang anggota keluarga
mengalami masalah,
terutama untuk masalah Anggota keluarga kurang
Adaptation √
kesehatan. Adakah saling menerima keluhan Ny. S.
keterbukaan di dalam
keluarga tersebut
(Notoatmodjo, 2003).
Total dari APGAR score keluarga Ny. S adalah 8. Hal ini menunjukkan
bahwa fungsi fisiologis keluarga Ny. S dalam keadaan baik dan tidak perlu
intervensi. Namun ada beberapa catatan yang terkait dengan perilaku Pasien
Ny. S sebagai berikut:
Keterangan:
Patologi : - artinya tidak ada tekanan (masalah) antara Ny. S dan keluarga menyangkut
SCREEM di masyarakat.
Patologi : + artinga Ny. S dan keluarga ada hambatan/tekanan/masalah menyangkut
SCREEM.
Hasil Analisis
Pasien dan keluarga merasakan mendapat tekanan dalam menghadapi fungsi
patologis terutaman yang menyangkut masalah ekonomi dan edukasi. Tingkat
penghasilan keluarga yang tergolong rendah membatasi intensitas kegiatan
Kepaniteraan Klinik IKM – Contoh Laporan Home Visit | H - 28
dengan masyarakat di sekitar. Demikian juga tingkat pendidikan yang rendah
dari Suami dan Ny. S sendiri menyebabkan rasa rendah diri dalam pergaulan.
Namun didukung oleh intensitas pergaulan sosial yang menjadi budaya
masyarakat setempat maupun dalam menjalankan ibadah secara berjemaah
keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak begitu dirasakan tertutama dalam
mengatasi masalah penyakit yang di derita Ny. S.
D. Faktor Lingkungan
Keterangan :
H
A : Ruang tamu
D B : Kamar tidur
F
C C : Kamar mandi
D : Kamar mandi
G
E : Warung
F : Ruang tamu
belakang
B
G : Dapur
A
E
H : Gudang
F. Pelayanan Kesehatan
Akses pelayanan kesehatan Keluarga Ny. S sesungguhnya cukup baik,
karena dekat dengan Puskesmas.
1. Aspek pelayanan
Tentang aspek pelayanan kesehatan, Ny. S masih menemui beberapa
kendala diantaranya adalah:
a. Kurangnya edukasi dan konseling terhadap pasien dan keluarga pasien
b. Kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap pasien Diabetes Melitus dan
Komplikasinya
c. Kunjungan rumah belum optimal
d. Kurangnya komunikasi petugas kesehatan dan pasien
e. Kurangnya media informasi/promosi kesehatan
Dari hasil analisis mengenai karakteristik perilaku pasien dan keluarga yang
terdapat dalam “bentuk keluarga”, pola interaksi, pertanyaan sirkuler, identifikasi
informasi penyakit genetik, fisiologi keluarga (metode APGAR), patologi
lingkungan keluarga (metode SCREEM) maupun faktor-faktor risiko tentang faktor
perilaku, faktor lingkungan (fisik, sosial dan ekonomi) dan faktor pelayanan
kesehatan, maka dapat dirumuskan sebagai temuan masalah yang terkait dengan Ny.
S dan keluarga serta masyarakat sekitar yang kemudian divisualisasikan dalam
bentuk diagram Blum (Lihat Gambar IV.1).
A. Temuan Masalah
B. Analisis
Gambar IV.1: Diagram Faktor Risiko Penyakit Diabetes Melitus dari Ny. S.
(Modifikasi Diagram Blum).
1. Faktor lingkungan
2. Faktor perilaku
a. Faktor perlaku dilatar belakangi oleh faktor pendidikan pasien yang kurang.
Pendidikan Ny. S dan keluarga rata-rata hanya hingga sekolah menengah
atas, hal ini menyebabkan kurangnya informasi terkait dengan ilmu
kesehatan yang didapatkan oleh pasien dan keluarga.
b. Pengetahuan yang rendah tentang penyakit DM dan komplikasinya
ditunjukan dengan perilaku pasien yang tidak teratur minum obat dan gaya
hidup yang tidak sehat seperti tidak rajin berolah raga. Hal demikian akan
membawa pasien kepada risiko terjadinya komplikasi terhadap penyakitnya.
c. Dengan tingkat sosial ekonomi rendah, penghasilan per bulan kurang lebih
2.000.000 rupiah, cenderung memanfaatkan penghasilannya pada
keperluan-keperluan primer yang dianggap sangat menentukan dalam
kehidupan keluarganya, sehingga abai terhadap kepentingan pembiayaan
kesehatan seperti tidak membayar BPJS.
d. Motivasi diri untuk sehat yang kurang. Motivasi terhadap kepentingan
kesehatan apalagi apabila mengetahui risiko yang sangat membahayakan
jiwanya apabila terjadi komplikasi yang rendah menjadi tanggung jawab
C. Pembahasan
Teknik pembahasan dapat dilakukan dengan cara membuat rumusan rangkaian kegiatan
pemecahan masalah secara holistik dan komprehensif. Dengan rangkaian kegiatan tersebut
secara menyeluruh dapat memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam
diagram Blum.
Sebagai contoh rumusan rangkaian kegiatan pemecahan masalah secara holistik dan
komprehensif (dari faktor risiko Ny. S) misalnya melalui kegiatan:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah Diabetes Melitus;
2. Mengendalikan penyakit Diabetes Melitus;
3. Edukasi masyarakat tentang penyakit Diabete Melitus.
Dengan membahas 3 kegiatan tersebut maka masalah yang terkait dengan penyakit Ny.
Kepaniteraan
S, keluarga dan masyarakat sekitar Klinik IKM penyakit
menyangkut – ContohDMLaporan Home Visit
sudah teratasi secara
H - 37
| holistik
dan komprehensif.
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah DM
Pola hidup dapat dikatakan sebagai suatu model yang menjadi kebiasaan
yang dilakukan seseorang dalam kehidupan sehari-hari seperti pola makan,
pola mengalokasikan waktu dan pola melakukan kegiatan fisik.
a. Pola makan
Aktifitas fisik adalah gerakan tubuh yang disebabkan oleh kontraksi otot
untuk menghasilkan energi ekspenditur. Untuk menjaga kesehatan tubuh
dibutuhkan aktifitas fisik yang sedang atau bertenaga serta dilakukan hingga
kurang lebih 30 menit setiap harinya dalam seminggu. Penurunan berat
badan atau pencegahan peninglcatan berat badan dapat dilakukan dengan
beraktifitas fisik sekitar 60 menit dalam sehari (Jayanti, 2017). Seseorang
dengan aktivitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi
terjadinya obesitas karena orang-orang yang kurang aktif memerlukan kalori
dalam jumlah sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi
(Humayrah, 2009).
2. Mengendalikan penyakit DM
a. Farmakologi
1) Obat Antihiperglikemia Oral
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi
menjadi 5 golongan: (Askandar, 2015)
a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
b) Penghambat Alfa Glukosidase
c) Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase-IV)
d) Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose Cotransporte)
2) Terapi insulin
Terapi insulin ditunjukkan terutama pada penderita DM tipe 1, dan
sebagian penderita DM tipe 2 (Askandar, 2015).
c. Mengubah perilaku
A. KESIMPULAN
Secara prinsip kesimpulan adalah menjawab tujuan khusus, agar terjadi suatu
laporan yang unity/utuh, coherence/adanya keterpautan, dan emphasis/
penekanan pada kasus.
b. Tidak ada faktor keturunan dari penyakit Diabetes Melitus yang diderita
oleh Ny. S.
B. Saran-saran
Ada beberapa langkah dalam membantu memecahkan masalah keluarga Ny. S
diantaranya:
1. Mengatur pola hidup untuk mencegah DM dan komplikasi DM, yang
menyangkut pola makan, aktivitas fisik dan rutin berolah raga.
2. Mengendalikan penyakit DM untuk pasien dengan meminum obat atau terapi
lain secara teratur dan rutin untuk memeriksakan penyakitnya di Puskesmas.
3. Edukasi pasien dan keluarganya
Perubahan sikap dan perilaku pasien sangat membutuhkan pendampingan agar
pasien mampu mandiri dalam mengatasi masalah penyakitnya serta mampu
menghindari terjadinya komplikasi.
4. Edukasi masyarakat sekitar tempat tinggal pasien
Pentingnya mencegah DM sebelum menimpa pada diri mereka dengan
mengubah perilaku dan gaya hidup sehat dengan pola makan dan berkegiatan
fisik atau olah raga secara cukup yang menjadi kebutuhan hidup mereka.
Askandar,
2015. ....................................................................................................... ...........
...........................................
Boedisantoso, R.A., Soegondo, S., Suyono, S., Waspadji, S., Yulia, Tambunan
dan Gultom. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta:
FKUI.
Humayrah,
2009. ...................................................................................................... ............
.............................................
45
46
LAMPIRAN FOTO
47
Gambar 3 – Kamar Tidur
48
Gambar 5 – Bagian Dapur 1
49
Gambar 7 – Kamar Mandi dan Kakus
50
Gambar 9 – Penyimpanan Barang/Gudang
51