Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN HOME VISIT DOKTER KELUARGA

Berkas Pembinaan Keluarga


Puskesmas Tanggulangin Sidoarjo No. RM : 01/00/007180 ____

Tanggal kunjungan pertama kali : 27 Mei 2015

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga : Tn. Jaelani
Alamat lengkap : Pondok Tanggulangin Asri blok JJ/8 RT.04 RW
06, Desa kalitengah Tanggulangin
Bentuk Keluarga : Nuclear / Extended family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


Kedudukan
Umur Penderita
No Nama dalam L/P Pendidikan Pekerjaan Ket
(thn) Klinik (Y/T)
keluarga

1 Tn. J KK L 60 SD wiraswasta Y -

2 Ny. M Istri P 57 Tamat SD Ibu RT T DM


3 Tn. S Anak L 17 SMA Pelajar T -

Sumber : Data Primer, 30 Mei 2015


Keterangan Keluarga : Ny.M (pasien)

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Banyak orang yang masih mengganggap penyakit diabetes mellitus

merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor

keturunan. Padahal setiap orang dapat mengidap diabetes mellitus, baik tua

maupun muda. Diabetes mellitus adalah kondisi yang kronis, dimana tubuh

tidak dapat mengubah makanan menjadi energi sebagaimana harusnya. Hal

ini berasosiasi dengan komplikasi yang terjadi dalam jangka waktu yang

cukup lama yang kemudian mempengaruhi hampir seluruh bahagian tubuh.

Menurut Prof. Dr. Sidartawan Soegondo, Indonesia menjadi negara

keempat di dunia yang memiliki angka diabetes mellitus terbanyak. Diabetes

mellitus secara keseluruhan di Indonesia mengalami peningkatan hingga 14

juta orang (DetikNews, 15 April 2007). Hal ini berdasarkan laporan dari

WHO, dimana pada jumlah diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000

adalah 8,4 juta orang setelah India (31,7 juta), Cina (20,8 juta) dan Amerika

Serikat (17,7 juta). Diperkirakan jumlah tersebut akan meningkat pada tahun

2030, India (79,4 juta), Cina (42,3 juta), Amerika Serikat (30,3 juta) dan

Indonesia (21,3 juta) (Darmono, 2005).

Di Indonesia sendiri, berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007, dari 24417 responden berusia >15 tahun, 10,2%

mengalami Toleransi Glukosa Terganggu (kadar glukosa 140-200 mg/dl

setelah puasa selama 14 jam dan diberi glukosa oral 75 gram). Sebanyak

2
1,5% mengalami diabetes mellitus yang terdiagnosis dan 4,2% mengalami

diabetes melitus yang tidak terdiagnosis. Baik DM maupun TGT lebih banyak

ditemukan pada wanita dibandingkan pria, dan lebih sering pada golongan

dengan tingkat pendidikan dan status sosial rendah. Daerah dengan angka

penderita DM paling tinggi yaitu Kalimantan Barat dan Maluku Utara yaitu

11,1 %, sedangkan kelompok usia penderita DM terbanyak adalah 55-64

tahun yaitu 13,5%. Beberapa hal yang dihubungkan dengan risiko terkena

DM adalah obesitas (sentral), hipertensi, kurangnya aktivitas fisik dan

konsumsi sayur-buah kurang dari 5 porsi perhari.

Peningkatan jumlah diabetes disebabkan keterlambatan penegakan

diagnosis penyakit tersebut. Penderita sudah meninggal akibat kompikasi

sebelum adanya penegakan diagnosis (Sudoyo et al, 2006). Penyebab

keterlambatan penegakan diagnosis tersebut adalah banyaknya faktor yang

berpengaruh terhadap pilihan-pilihan yang ada atau beragamnya variabel.

Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak

menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula

atau kencing manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi

masyarakat tentang diabetes terutama gejala-gejalanya.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan

seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala

kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam

hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita

penyakit diabetes mellitus tipe 1.

3
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka

tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak

mengetahui telah menderita kencing manis.

Dampak dramatis dari diabetes mellitus terhadap kesehatan seseorang

sangatlah kompleks. Diabetes mellitus dan penyakit turunannya telah menjadi

ancaman serius. Penyakit ini membunuh 3,8 juta orang per tahun dan dalam

setiap 10 detik seorang penderita akan meninggal karena sebab-sebab yang

terkait dengan diabetes.

B. TUJUAN

Setelah mengikuti pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa mampu

melakukan berbagai tahapan dan prosedur kegiatan kunjungan rumah (home visit)

melakukan analisis, pembahasan, simpulan dan saran sebagai pelapornya, sebagai

bagian dari pelayanan Dokter Keluarga.

C. DEFINISI DAN RUANG LINGKUP

Kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah pasien

untuk lebih mengenal kehidupan pasien atau memberikan pertolongan kedokteran

sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien. Ruang Lingkup kegiatan pada

kunjungan rumah adalah untuk lebih mengenal kehidupan pasien serta lingkungan

hidupnya (fisik, sosial dan biologis) bila perlu melakukan pertolongan kedokteran

yang bersifat rawat jalan saja.

4
D. MACAM KUNJUNGAN RUMAH

Sesuai dengan tujuannya, dokter keluarga mengunjungi rumah pasien dibagi

menjadi 3, yaitu :

1. Kunjungan rumah untuk lebih mengenal kehidupan keluarga pasien

2. Kunjungan rumah memberi pertolongan medis

3. Kunjungan rumah untuk memenuhi panggilan pasien yang minta

pertolongan.

E. MANFAAT

Apabila kunjungan di rumah dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka akan

diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Lebih meningkatkan pemahaman dokter terhadap pasiennya.

2. Lebih meningkatkan hubungan dokter – pasien.

3. Lebih menjamin terpenuhinya kebutuhan dan tuntutan kesehatan pasien.

5
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN

Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang

penderita DM pasien lama, berjenis kelamin Perempuan dan berusia 57 tahun,

dimana penderita merupakan salah satu dari penderita DM dengan jaminan

kesehatan Jamkesda yang berada di wilayah Puskesmas Tanggulangin, Kabupaten

Sidoarjo. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat khususnya

di daerah Puskesmas Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo beserta permasalahannya

seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang DM terutama masalah

gejala dan tatalaksana penyakit DM tersebut. Oleh karena itu penting kiranya bagi

penulis untuk memperhatikan dan mencermatinya untuk kemudian bisa

menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan.

B. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Ny. Masruroh

Umur : 57 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Wiraswasta ( menjahit )

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Perum Pondok Tanggulangin Asri

blok JJ/8 RT 04 RW 06

6
Suku : Jawa

Tanggal periksa pertama ke puskesmas : 9 Agustus 2012

Tanggal periksa terakhir ke puskesmas : 27 Mei 2015

Tanggal kunjungan Rumah ke 1 : 30 Mei 2015

C. ANAMNESIS

1. Keluhan Utama : Badan lemas dan Keringat dingin

2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Penderita merasa badan sering lemah sejak 7 tahun yang lalu.

Sehingga penderita tidak dapat beraktifitas seperti biasanya. Penderita

mengeluh sering kencing mulai 7 tahun yang lalu, terutama malam hari

penderita bisa 3x-4x ke kamar kecil dan disertai banyak minum. Awal

mula penderita merasa nafsu makan meningkat, lambat laun nafsu makan

penderita biasa. Didapatkan berat badan yang menurun dari 65 kg menjadi

58 kg selama 7 tahun ini,

3. Riwayat Penyakit Dahulu:

- Riwayat Imunisasi : tidak ingat

- Riwayat alergi obat/makanan : disangkal

- Riwayat penyakit jantung : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : (-) disangkal

- Riwayat hipertensi : disangkal

5. Riwayat Kebiasaan

- Riwayat sering makan dan minum yang mengandung gula selama 5

tahun dari tahun 1990 - 1995 seperti teh manis dapat habis 1 botol

besar aqua pola makan yang tidak beraturan dan banyak.

7
- Riwayat merokok :-

- Riwayat olah raga : tidak pernah

- Riwayat pengisian waktu luang dengan berbincang bincang dengan

keluarga, berekreasi jarang

- Riwayat kebiasaan jarang berorganisasi

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Penderita adalah seorang penjahit memiliki 5 anggota keluarga

lainnya. Penderita tinggal di sebuah rumah yang berpenghuni 3 orang.

Suami beserta anak penderita yang terakhir yang masih sekolah dikelas 3

SMA, Suami penderita adalah seorang penjahit. Anak ke 1,2,3 penderita

sudah berstatus menikah dan tinggal bersama suaminya di rumah masing-

masing beserta anaknya. Sumber pendapatan keluarga didapatkan dari

hasil menjahit. Untuk keperluan sehari hari pas-pasan, cukup untuk makan

dan membeli baju seadanya.

7. Riwayat Gizi.

Penderita sebelum sakit tidak ada pantangan makanan sama sekali.

Makan sehari 3x-4x, Sering minum teh manis sehari 3 gelas besar. Saat ini

jika penderita memiliki obat penderita cenderung tidak mengontrol makan,

jika obat habis dan penderita belum kontrol, penderita mengubah pola

makan dengan mengurangi nasi, lauk di kukus, mengurangi sayur santan ,

hanya minum air putih, serta membeli obat sendiri di apotik. Penderita

sebelum sakit memiliki berat tubuh 65 kg dan tinggi badan 155 cm dengan

indeks massa tubuh sebesar 24,97 ( kelebihan berat badan resiko obesitas).

8. Riwayat Pengobatan

8
- Berobat tidak rutin, berobat ke puskesmas bila terasa badan lemah.

Dan lebih sering membeli obat sendiri ke apotik.

- Obat yang diberikan dari puskermas Glibenclamide 0-0-1, metformin

500mg 3x1.

D. ANAMNESIS SISTEM

1. Kulit : warna kulit kuning langsat

2. Kepala : sakit kepala (-), pusing (-), rambut kepala tidak rontok,

luka pada kepala (-), benjolan/borok di kepala (-)

3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang (+), penglihatan

kabur (-)

4. Hidung : tersumbat (-), mimisan (-)

5. Telinga : pendengaran berkurang (-), berdengung (-), keluar cairan (-)

6. Mulut : sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-)

7. Tenggorokan : sakit menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan : sesak nafas (-), batuk lama (-), batuk darah (-)

9. Kadiovaskuler : berdebar-debar (-), nyeri dada (-).

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun

(-), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan

11. Genitourinaria : BAK 3-4 kali pada malam hari warna dan jumlah biasa

12. Neuropsikiatri : Neurologik : kejang (-), lumpuh (-)

Psikiatrik : emosi stabil, mudah marah (-)

13. Muskuloskeletal : kaku sendi (-), nyeri kaki (-), kesemutan pada kaki (-)

14. Ekstremitas : Atas : bengkak (-), sakit (+)

Bawah : bengkak (-), sakit (-)

9
E. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan

cukup.

2. Tanda Vital dan Status Gizi

 Tanda Vital

Nadi : 83 x/menit, reguler

Pernafasan : 21 x/menit

Suhu : 36,1 oC

Tensi : 130/80 mmHg

 Status gizi ( Kurva NCHS ) :

BB : 60 kg

TB : 155 cm

IMT = BB = 60 = 24,97

(TB)2 (1,55) 2

BMI 18,5 – 23,9 = Normal

Status gizi over weight

Warna : kuning langsat, ikterik (-), sianosis (-)

Kepala : Bentuk bulat simetris, tidak ada luka, rambut tidak mudah

dicabut, atrofi m. temporalis(-), makula (-), papula (-),

nodula (-), kelainan mimik wajah/bells palsy (-)

3. Mata

Conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (3mm/3mm), reflek

kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman)

10
4. Hidung

Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-)

5. Mulut

Bibir pucat (-), bibir kering (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)

6. Telinga

Sekret (-), pendengaran berkurang (-), cuping telinga dalam batas normal

7. Tenggorokan

Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)

8. Leher

JVP tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran kelenjar tiroid (-).

9. Thoraks

Simetris, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)

- Cor : I : ictus cordis tak tampak

P : ictus cordis tak teraba

P : batas kiri : ICS V MCL S

batas kanan : ICS IV PSL D

A: S1S2 tunggal, murmur (-)

- Pulmo:

I : pengembangan dada kanan sama dengan kiri

P : fremitus raba kiri sama dengan kanan

P : sonor/sonor

A: suara dasar vesikuler (+/+)

suara tambahan Rh (-/-), wh (-/-)

- Abdomen

I : tak tampak kelainan

11
P : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tak teraba

P : timpani

A : peristaltik (+) normal

10. Sistem Collumna Vertebralis

I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)

P : nyeri tekan (-)

11. Ektremitas: palmar eritema(-/-) hiperemi pada jari (-), krepitasi (+)

akral dingin oedem

+ + - -

- - - -

12. Sistem genetalia: dalam batas normal

13. Pemeriksaan Neurologik

Fungsi Luhur : dalam batas normal

Fungsi Vegetatif : dalam batas normal

Fungsi Sensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik :

K 5 5 T N N RF 2 2 RP : - -

5 5 N N 2 2 - -

14. Pemeriksaan Psikiatrik

Penampilan : sesuai umur, perawatan diri cukup

Kesadaran : kualitatif tidak berubah; kuantitatif compos mentis

Afek : normal

12
Psikomotor : normoaktif

Proses pikir : bentuk : realistik

isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)

arus : koheren

Insight : baik

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Gula darah acak : 55 mg/DL

Pemeriksaan Gula darah 2 jam PP : tidak dilakukan

Pemeriksaan Gula darah puasa : tidak dilakukan

G. RESUME

Seorang Perempuan 57 tahun dengan keluhan berat badan turun sejak 7

tahun yang lalu, sering kencing mulai 7 tahun yang lalu, terutama malam hari

penderita bisa 3x-4x ke kamar kecil dan disertai banyak minum. Awal mula 7

tahun yang lalu nafsu makan meningkat, lambat laun nafsu makan penderita

biasa, berat badan yang menurun dari 65 kg menjadi 60 kg selama 7 tahun ini.

Penderita pertama kali berobat ke puskesmas pada tahun 2008 dan diberi obat

metformin dan glibenclamide, pasien tidak rutin kontrol pasien lebih sering

membeli obat di apotik.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak baik, compos

mentis, status gizi kesan normal. Tanda vital T:130/80 mmHg, N: 83x/menit,

RR: 21 x/menit, S: 36,10C, BB: 60 kg, TB:155 cm, status gizi  overweight.

Pemeriksaan penunjang didapatkan GDA 55 mg/DL.

13
H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS

1) Diagnosis Biologis

Diabetes militus tipe 2

2) Diagnosis Psikologis

 Tidak adanya dukungan dari Anak

 Interaksi dengan Anak berkurang

3) Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya

 Status ekonomi cukup.

 Penyakit mengganggu aktifitas sehari-hari.

 Kondisi lingkungan dan rumah cukup sehat.

I. PENATALAKSANAAN

Non Medika mentosa

1. Diet DM bekerjasama dengan pojok gizi puskesmas, beberapa

persyaratannya yaitu :

 Memperbaiki kesehatan umum penderita

 Mengarahkan ke berat badan normal

 Mempertahankan glukosa darah sekitar normal

Perhitungan kebutuhan kalori :

Berat badan ideal = (TB cm – 100) kg – 10%

= (155 cm – 100) kg – 10%

= 55 kg – 5,5 kg

= 49,5 kg

Status gizi = (BB aktual : BB ideal) x 100%

= ( 60 kg : 49,5 ) x 100 %

14
= 121,2 %

Jumlah kebutuhan kalori perhari :

- kebutuhan kalori basal = BB ideal x 30 kalori

= 49,5 x 30 kalori = 1606 kalori

- kebutuan untuk aktivitas ditambah 20% = 20% x 1606 kalori

= 321 kalori

- Jadi total kebutuhan kalori perhari untuk penderita 1606 kalori + 321

kalori = 1927 terdiri dari karbohidrat 68%, protein 12% dan lemak

20%. Yang di bagi dalam 3 makanan pokok dan 3 makanan

pendamping. ( setiap 3 makanan pokok dan 2 makanan selingan )

Contoh menu makanan :

 Pagi : 150g Nasi putih 262 kalori, 100g cah kacang panjang 72

kalori, 25g tahu 56 kalori, 60g ikan goreng tengiri 85 kalori,

dan 100g jus melon 25 kalori dengan jumlah 500 kalori (

selingan pagi 160g buah apel 92 kalori, 50g klepon 57 kalori)

 Siang : 200g Nasi putih 350 kalori, 120g tumis daun singkong

151 kalori, 25g sambal goreng tempe 58 kalori, 50g ikan lele

goreng 58 kalori, 100g pepaya 46 kalori dengan jumlah 663

kalori ( selingan sore 75g kroket kentang 146 kalori )

15
 Malam : 150g Nasi putih 262 kalori, 100g tumis kacang

panjang + jagung 105 kalori, 25g tahu 56 kalori, 90g tengiri

bumbu kuning 95 kalori, 100g jus tomat 20 kalori dengan

jumlah 538 kalori.

2. Olah raga

Diharapkan penderita dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan

melakukan olah raga ringan seperti jalan pagi hari di lingkungan

sekitar.

3. Mengurangi stress tertentu

Diharapkan penderita mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga

untuk kesembuhan penderita salah satunya dengan cara lebih banyak

memberikan perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-

bincang atau bermain dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

4. Mengurangi kaku dan nyeri lutut

Diharapkan penderita dapat mengontrol diri agar tidak sering menekuk

lutut dalam waktu lama, tidak terlalu lama diam, menggunakan tongkat

atau alat bantu jalan, menggunakan tangga untuk naik tangga.

Medikamentosa

Pembagian macam obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dibedakan

berdasarkan cara kerjanya:

1. Insulin Secretagogeus, yaitu OHO yang memicu sekresi insulin.

Golonngan obat ini dibedakan menjadi 2 kelompok:

a. Sulphonylureas : misalnya glibenclamide

16
b. Non-sulphonylureas

2. Insulin Sensitizer, yaitu OHO yang memperbaiki sensitivitas insulin,

dibagi menjadi:

a. Thiazolidinediones

b. Non-TZDa

c. Metaglidasen

d. Biguanides : metformin

3. Intestine Enzyme Inhibitors, yaitu bekerja dengan menghambat enzim di

usus sehingga menghambat penyerapan glukosa

4. NSAID, yaitu obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan

rasa sakit tanpa menghilangkan kesadaran.

J. FOLLOW UP

Tanggal 30 Mei 2015

S : Badan terasa lemas dan cepat capek (+), kencing malam hari 3x ke kamar

kecil (+), banyak minum (+), nafsu makan penderita biasa, tangan susah

diangkat (+), BAB (+) biasa, periksa ke posyandu lansia GDA : 253 dan

pasien membeli obat sendiri yaitu glibenclamide diminum malam hari dan

metformin di minum 3 kali.

O : KU sedang, compos mentis, gizi cukup

Tanda vital : T : 130/80 mmHg R : 21 x/menit

N : 83 x/menit S : 36,1 0C

Status Generalis : Kepala : A/I/C/D (-)

Cor : S1 S2 tunggal, m-, g-

Pulmo : rh -/- wh -/-

Abdomen : soepel, BU (+) N, met –

17
Extremitas atas/ bawah : akral dingin -, odem -

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Diabetes Militus tipe 2

P : Terapi non medika mentosa selain itu juga dilakukan patient centered

management: dukungan psikologis, penentraman hati, basic konseling

pada keluarga dan edukasi penderita yaitu Untuk mengurangi nyeri pada

lengan yaitu hindari aktifitas berat, olahraga teratur dan lakukan aktivitas

ringan untuk mengurangi kaku, makanan yang di konsumsi dapat berupa

karbohidrat 68%, protein 12%, dan lemak 20%.

 Pagi : 150g Nasi putih 262 kalori, 50g sayur bening 18 kalori, 25g tahu

56 kalori, 70g ayam panggang 144 kalori, dan 100g jus tomat 20

kalori dengan jumlah 511 kalori ( selingan pagi 160g buah apel 92

kalori, 50g klepon 57 kalori dengan jumlah 149 kalori)

 Siang : 200g Nasi putih 350 kalori, 100g tumis sayur asam 88 kalori,

25g sambal goreng tempe 58 kalori, 80g kakap goreng tepung 119

kalori, 100g pepaya 46 kalori dengan jumlah 661 kalori ( selingan sore

70g kue nagasari 149 kalori )

 Malam : 150g Nasi putih 262 kalori, 100g sop jagung 113 kalori, 25g

tahu 56 kalori, 100g ikan baronang goreng 87 kalori, 100g jus tomat 20

kalori dengan jumlah 538 kalori.

Tanggal 02 Mei 2014

18
S : badan terasa lemas (+) kencing malam hari 4x ke kamar kecil (+), banyak

minum (+), nafsu makan penderita biasa, , BAB (+), minum obat teratur, obat

tersisa 1x minum untuk malam hari. Kesemutan pada kedua kaki (-).

O : KU sedang, compos mentis, gizi cukup

Tanda vital : T : 120/80 mmHg R : 20 x/menit

N : 76 x/menit S : 36,3 0C

Status Generalis : Kepala : A/I/C/D (-)

Cor : S1 S2 tunggal, m-, g-

Pulmo : rh -/- wh -/-

Abdomen : soepel, BU (+) N, met –

Extremitas atas/ bawah : akral dingin -, odem -

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Diabetes Militus tipe 2

P : Terapi medikamentosa berupa Glibenclamide 0-0-1, metformin 500mg

3x1, non medika mentosa menyarankan penderita kontrol ke puskesmas

atau layanan kesehatan terdekat selain itu juga dilakukan patient centered

management: dukungan psikologis, penentraman hati, basic konseling

pada keluarga dan edukasi penderita yaitu Untuk menghindari makanan

manis dan olahraga ringan, makanan yang di konsumsi dapat berupa

karbohidrat 68%, protein 12%, dan lemak 20%.

 Pagi : 150g Nasi putih 262 kalori, 50g sop bayam 78 kalori, 30g tahu

56 kalori, 60g telur rebus 97 kalori dengan jumlah 503 kalori (

selingan pagi 160g buah apel 92 kalori, 50g klepon 57 kalori dengan

jumlah 149 kalori)

19
 Siang : 200g Nasi putih 350 kalori, 100g tumis sayur asam 88 kalori,

25g sambal goreng tempe 58 kalori, 50g kakap goreng tepung 123

kalori, 100g pepaya 46 kalori dengan jumlah 665 kalori ( selingan sore

70g kue nagasari 149 kalori )

 Malam : 150g Nasi putih 262 kalori, 100g sop jagung 113 kalori, 25g

tahu 56 kalori, 100g ikan tengiri goreng 85 kalori, 100g jus tomat 20

kalori dengan jumlah 536 kalori.

Tanggal 04 Mei 2015

S : sering kencing malam hari 4x ke kamar kecil (+), banyak minum (+),

nafsu makan penderita biasa, BAB (+) biasa, minum obat teratur (+) kontrol

di puskesmas Tanggulangin pada tanggal 27 mei 2015 tidak diberikan obat

hanya disuruh minum dan makan manis. GDA = 55 mg/dl. Sampai saat ini

belum kontrol penderita hanya membeli obat di apotik dekat rumah penderita.

O : KU sedang, compos mentis, gizi cukup

Tanda vital : T : 120/80 mmHg R : 20 x/menit

N : 72x/menit S : 36,5 0C

Status Generalis : Kepala : A/I/C/D (-)

Cor : S1 S2 tunggal, m-, g-

Pulmo : rh -/- wh -/-

Abdomen : soepel, BU (+) N, met –

Extremitas atas/ bawah : akral dingin -, odem -

Status Neurologis : dalam batas normal.

Status Mentalis : dalam batas normal

A : Diabetes Militus tipe

20
P : Terapi medikamentosa berupa Glibenclamide 0-0-1, metformin 500mg

3x1, non medika mentosa selain itu juga dilakukan patient centered

management: dukungan psikologis, penentraman hati, basic konseling

pada keluarga untuk rutin kontrol ke puskesmas ataupun layanan

kesehatan terdekat, menjaga pola makan dengan benar, datang ke poyandu

lansia dan posbindu yang diadakan agar dapat berkonsultasi dengan tenaga

kesehatan yang bertugas sehingga dapat mengatasi masalah kesehatan

yang ada, dan edukasi penderita yaitu kurangi makan manis dan olah raga

ringan lakukan, makanan yang di konsumsi dapat berupa karbohidrat 68%,

protein 12%, dan lemak 20%.

 Pagi : 150g Nasi putih 262 kalori, 50g sayur bening 18 kalori, 25g tahu

56 kalori, 70g ayam panggang 144 kalori, dan 100g jus tomat 20

kalori dengan jumlah 511 kalori ( selingan pagi 160g buah apel 92

kalori, 50g klepon 57 kalori dengan jumlah 149 kalori)

 Siang : 200g Nasi putih 350 kalori, 100g tumis sayur asam 88 kalori,

25g sambal goreng tempe 58 kalori, 80g kakap goreng tepung 119

kalori, 100g pepaya 46 kalori dengan jumlah 661 kalori ( selingan sore

70g kue nagasari 149 kalori )

 Malam : 150g Nasi putih 262 kalori, 100g sop jagung 113 kalori, 25g

tahu 56 kalori, 100g ikan baronang goreng 87 kalori, 100g jus tomat 20

kalori dengan jumlah 538 kalori.

FLOW SHEET

Nama : Ny. M

Diagnosis : Diabetes Militus tipe 2

21
NO T Tensi BB TB Status GDP KET

G mm Gizi

L Hg Kg Cm

1 27/05/15 130/80 60 155 overweight 55 mg/DL Glibenclamide

+ metformin

2 30/05/15 120/80 60 155 overweight 253 mg/DL Glibenclamide

+ metformin

3 2/06/15 120/80 60 155 overweight Tidak Glibenclamide

dilakukan + metformin

4 04/06/15 120/80 60 155 Overweight 100 mg/DL Glibenclamide

+ metformin

22
BAB II

IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI KELUARGA

1. Fungsi Biologis.

Keluarga terdiri dari Suami penderita (Tn.J), Penderita (Ny.

M),anak 1 (Tn.M), anak 2 (Ny.M) anak 3 (Tn.D), anak 4 (Tn.S).

Penderita tinggal serumah dengan istri, 1 anak anak terakhir.

2. Fungsi Psikologis.

Ny.M. tinggal serumah dengan suami. Hubungan keluarga mereka

terjalin akrab, terbukti suami selalu memberikan perhatian kepadanya,

Namun anak penderita tidak memberikan perhatian. Keinginan Penderita

yaitu agar anak-anak penderita perhatian serta paham dengan keadaan

penderita yang sakit. Itu yang membuat penderita terbebani pikirannya.

3. Fungsi Sosial

Penderita adalah orang yang tertutup tidak suka bergaul. Dalam

masyarakat penderita tidak masuk dalam berbagai organisasi dan tidak

memiliki kedudukan tertentu dalam organisasi tersebut. Suami penderita

juga tidak suka bergaul dengan masyarakat setempat, lebih suka di rumah

untuk menjahit.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan

Penghasilan keluarga berasal dari penghasilan dari penderita dan

suami penderita yang bekerja sebagai penjahit. Penghasilan tersebut

digunakan untuk membiayai kehidupan keluarga sehari-hari dan membiayai

pengobatan penderita. Untuk biaya hidup sehari-hari seperti makan,

23
minum,atau iuran membayar listrik. Untuk kebutuhan air dengan

menggunakan pompa air. Serta untuk memasak memakai kompor gas. Makan

sehari-hari dengan nasi, lauk pauk lebih sering tahu, tempe, kadang daging,

buah dan frekuensi makan 2-3 kali kadang bisa lebih. Jika ada anggota

keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas atau rumah sakit dan

penderita sudah mempunyai BPJS jamkesmas.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi

Penderita termasuk orang yang tertutup sehingga jika mendapat

masalah tidak pernah bercerita kepada suami maupun anaknya.

B. APGAR SCORE

ADAPTATION

Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, penderita selalu pertama kali

membicarakan kepada suaminya dan mengungkapkan apa yang diinginkan dan

menjadi keluhannya baik keluhan tentang penyakitnya, kadangkala suami merespon

kadang tidak merespon. Pada saat kambuh penyakitnya selalu mengganggu aktivitas

sehari-hari. Petugas kesehatan dan keluarga, sangat memberikan motivasi agar

penderita teratur minum obat.

PARTNERSHIP

Ny.M mengerti bahwa ia adalah bagian penting keluarga. Selain itu Suami dan

anak meyakinkannya bahwa ia bisa sembuh kembali, komunikasi antar anggota

keluarga kurang berjalan dengan baik.

GROWTH

24
Ny.M sadar bahwa ia harus bersabar dan taat dalam menghadapi penyakitnya

walaupun sering menganggunya terutama dalam pekerjaan karena membuatnya

mudah lelah dan lemas.

AFFECTION

Ny.M merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan Suami dan anak

cukup meskipun akhir-akhir ini ia sering menderita sakit tetapi perhatian yang

dirasakannya berkurang dari keluarga ke dirinya.

RESOLVE

Ny.M merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia dapatkan dari

anggota keluarganya karena setiap hari penderita di rumah.

25
APGAR Ny.M Terhadap Keluarga Sering/ Kadang- Jarang/tidak

selalu kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 


membahas dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya 


menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

Total poin = 6 fungsi keluarga dalam keadaan sedang

Ny. M bekerja dirumah, punya banyak waktu luang untuk

berkumpul dengan keluarga di rumah, tetapi perhatian yang diberikan

Anak kurang

APGAR Ny.M Terhadap Keluarga Sering/ Kadang- Jarang/tidak

selalu kadang

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 

keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya 

membahas dan membagi masalah dengan saya

26
G Saya puas dengan cara keluarga saya 

menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,

perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

Total poin = 7, fungsi keluarga dalam keadaan baik

Tn.J adalah penjahit sehingga mudah untuk membagi waktu

dirumah.

Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga Ny.M adalah 13,

sehingga rata-rata APGAR dari keluarga Ny.M adalah 6,5. Hal ini

menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga Ny.M dan

keluarganya dalam keadaan sedang. Hubungan antar individu dalam keluarga

tersebut terjalin sedang.

C. SCREEM

SUMBER PATHOLOGY KET

Sosial Interaksi sosial yang tidak baik antar anggota -

keluarga, juga partisipasi di dalam

masyarakat cukup meskipun banyak

keterbatasan.

Cultural Kepuasan terhadap budaya baik, hal ini dapat -

27
dilihat dari komunikasi sehari-hari dalam

keluarga dan selalu berprilaku saling tolong-

menolong.

Religius Pemahaman agama cukup. Namun -

Agama menawarkan penerapan ajaran agama cukup baik, hal ini

pengalaman spiritual yang baik dapat dilihat dari Pasien dan anggota

untuk ketenangan individu yang keluarganya rutin menjalankan sholat.

tidak didapatkan dari yang lain

Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong menengah +

ke bawah, untuk kebutuhan primer sudah

bisa terpenuhi, meski belum mampu

mencukupi kebutuhan sekunder.

Edukasi Pendidikan anggota keluarga kurang +

memadai. Tingkat pendidikan dan

pengetahuan orang tua masih rendah.

Kemampuan untuk memperoleh dan

memiliki fasilitas pendidikan seperti buku-

buku, koran terbatas.

Medical Tidak mampu membiayai pelayanan -

Pelayanan kesehatan puskesmas kesehatan yang lebih baik Dalam mencari

memberikan perhatian khusus pelayanan kesehatan keluarga ini biasanya

terhadap kasus penderita menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah

dijangkau karena letaknya dekat.

28
Keterangan :

 Ekonomi (+) artinya keluarga Ny.M juga menghadapi

permasalahan dalam hal perekonomian keluarga. Minimnya

pendapatan keluarga yaitu  Rp.1.000.000,- per-bulan yang

digunakan untuk kebutuhan 3 orang anggota rumah tersebut akan

sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan keluarga tersebut.

 Edukasi (+) artinya keluarga Ny.M juga menghadapi

permasalahan dalam bidang pendidikan. Penderita tamat SD dan

suaminya hanya tamatan SD. Anak pertama tamatan SMA, Anak

kedua tamatan S1, anak ketiga tamatan SMA, anak keempat masih

SMA. Hal ini akan mempengaruhi pengetahuan dan pola berpikir

dari anggota keluarga Ny.M termasuk dalam hal pengelolaan

penyakit DM.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Alamat lengkap : Pondok Tanggulangin Asri blok JJ/8 RT.04 RW 06, Desa

kalitengah Tanggulangin

Bentuk Keluarga : Nuclear Family

Diagram 1. Genogram Keluarga Tn.I

Dibuat tanggal 30 Mei 2015

Tn.J NY.M

Sdr. S

29
Sumber : Data Primer, 30 Mei 2015

Keterangan :

Tn. J : Suami Penderita

Ny. M : Penderita

Tn.M : Anak Penderita

Ny.M : Anak Penderita

Tn. D : Anak Penderita

Sdr.S : Anak Penderita

Tn. J Ny. M

Sdr. S

Tn.M Ny. R Tn.D

E. Informasi Pola Interaksi Keluarga

Keterangan : : hubungan baik tidak berhubungan

baik.

Hubungan antara Tn. J dengan istri, anak ke 4 dekat, namun dengan anak 1,2,3

hubungan keluarga ini kurang dekat diantara ketiga anak keluarga ini tidak peduli

bahkan sangat jarang mengunjungi rumah orangtuanya. Dalam keluarga ini terjadi

konflik atau hubungan buruk antar anggota keluarga.

30
31
F. Pertanyaan Sirkuler

1. Ketika penderita jatuh sakit apa yang harus dilakukan oleh Suami?

Jawab :

Suami merawat penderita dan menyiapkan kebutuhan penderita

2. Ketika bapak bertindak seperti itu apa yang dilakukan anak ?

Jawab :

Anak mendukung apa yang dilakukan oleh anak

3. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?

Jawab :

Dibutuhkan ijin Suami, karena ia yang akan merawat nanti. Namun

sebelumya melalui musyawarah dengan anggota keluarga lainnya

atau mungkin juga melibatkan keluarga besarnya.

4. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?

Jawab :

Anggota keluarga yang dekat dengan penderita adalah Suami.

Karena waktu yang tersedia untuk bertemu dengan suami lebih

banyak dan penderita selalu menyampaikan keinginannya ataupun

keluhannya kepada Suami.

5. Selanjutnya siapa ?

Jawab :

Selanjutnya adalah Suami

6. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita ?

Jawab :

Anak 1,2,dan ke 3

32
7. Siapa yang selalu tidak setuju dengan penderita?

Jawab :

Tidak ada.

8. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?

Jawab :

Tidak ada

33
BAB III

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

1. Faktor Perilaku Keluarga

Menurut semua anggota keluarga ini, yang dimaksud dengan sehat

adalah keadaan bebas dari sakit, yaitu keadaan yang menghalangi aktivitas

sehari-hari. Keluarga ini menyadari pentingnya kesehatan karena apabila

mereka sakit, hal itu akan mengganggu pekerjaan dan menjadi beban di

keluarga. Keluarga ini meyakini bahwa sakitnya disebabkan oleh makanan,

bukan dari guna-guna, sihir, atau supranatural/ takhayul. Mereka tidak terlalu

mempercayai mitos, apalagi menyangkut masalah penyakit, lebih

mempercayakan pemeriksaan atau pengobatannya pada mantri, bidan, atau

dokter di puskesmas yang terletak dekat dengan rumah.

Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun keluarga ini

berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan

menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.

Keluarga ini memiliki fasilitas lengkap seperti sumur dan PDAM

sehingga apabila ingin MCK ( mandi, cuci, kakus) sudah tersedia dirumah.

Untuk melakukan cuci dan kakus kadang digunakan air dari sumur, namun

untuk mandi serta memasak air digunakan sumber air dari PDAM.

34
2. Faktor Non Perilaku

Dipandang dari segi ekonomi, keluarga ini termasuk keluarga

menengah kebawah. Rumah yang dihuni keluarga ini cukup memadai.

Lantai sudah di keramik, pencahayaan ruangan yang baik, ventilasi cukup,

dan memiliki fasilitas MCK bagi keluarga. Pembuangan limbah keluarga

telah memenuhi sanitasi lingkungan karena limbah keluarga dialirkan ke

septiktank. Sampah keluarga dibuang ditempat pembuangan sampah yang ada

di belakang rumah. Fasilitas kesehatan yang dikunjungi oleh keluarga ini jika

sakit adalah Puskesmas Tanggulangin.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah

Gambaran Lingkungan

Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6m x 28m yang

berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke timur. Tidak

memiliki pagar pembatas. Terdiri dari ruang tamu yang digunakan untuk

menerima tamu. 2 kamar tidur,1 kamar utuk menjahit 1 kamar makan dan

dapur dan 1 kamar mandi yang juga sebagai jamban keluarga. Terdiri

dari 1 pintu keluar, yaitu pintu depan. Jendela ada 2 buah, yaitu di ruang

tamu. Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 2 m x 1 m. Lantai

rumah sebagian besar terbuat dari semen dan sudah di keramik. Ventilasi

dan penerangan rumah cukup. Atap rumah tersusun dari genteng dan

tidak ditutup langit-langit. Kamar memiliki satu kasur dan diletakkan di

Dipan. Dinding rumah terbuat dari batubata dan sudah dicat. Perabotan

rumah tangga cukup. Sumber air untuk kebutuhan sehari-harinya

35
keluarga ini menggunakan PDAM. Secara keseluruhan kebersihan rumah

sudah cukup. Sehari-hari keluarga memasak menggunakan kompor gas.

Denah Rumah :

Keterangan :

Pintu :

Jendela/ventilasi :

Pagar :

Sumur :

36
BAB IV

DAFTAR MASALAH

1. Masalah aktif :

a. Diabetes Militus sebagai penyakit yang lama diderita.

2. Faktor resiko :

a. Usia

b. Makanan

DIAGRAM PERMASALAHAN PENDERITA

(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada

dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan penderita)

1. Makanan 2. Perekonomian
yang tidak Ny.M keluarga yang
terjaga 57 th cukup
DM

3. Pengetahuan
keluarga masih kurang

37
BAB V

PATIENT MANAGEMENT

A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT

1. Dukungan Psikologis

Penderita memerlukan dukungan psikologis mengenai faktor-faktor

yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun kepada

keluarganya. Antara lain dengan cara :

a. Memberikan perhatian pada berbagai aspek masalah yang dihadapi.

b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada.

c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.

d. Timbulnya kepercayaan dari penderita, sehingga timbul pula kesadaran

dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter.

Pendekatan Spiritual, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan

memohon hanya kepada Tuhan YME.

Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal

yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi

kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.

2. Penentraman Hati

Menentramkan hati diperlukan untuk penderita dengan problem

psikologis antara lain yang disebabkan oleh persepsi yang salah tentang

penyakitnya, kecemasan, kekecewaan dan keterasingan yang dialami

akibat penyakitnya. Menentramkan hati penderita dengan memberikan

edukasi tentang penyakitnya bahwa penyakitnya tersebut dapat dikontrol.

38
Faktor yang paling penting untuk kesembuhannya adalah ketekunan

dalam menjalani pengobatan teratur sesuai petunjuk dokter. Diharapkan

penderita bisa berpikir positif, tidak berprasangka buruk terhadap

penyakitnya, dan membangun semangat hidupnya sehingga bisa

mendukung penyembuhan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan Penderita

Diberikan penjelasan yang benar mengenai persepsi yang salah

tentang DM. Penderita DM dan keluarganya perlu tahu tentang penyakit,

pengobatannya, pencegahan dan penularannya. Sehingga persepsi yang salah

dan merugikan bisa dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan melalui konseling

setiap kali penderita kontrol dan melalui kunjungan rumah baik oleh dokter

maupun oleh petugas Yankes.

Beberapa persepsi yang harus diluruskan yaitu :

a. Penyakit DM merupakan penyakit menular.

b. Penyakit DM dapat disembuhkan, harus minum obat teratur.

c. Obat DM jika diminum dapat menyebabkan sakit ginjal.

Maka penderita harus diberi pengertian untuk terus mengupayakan

kesembuhannya melalui program pengobatan dan pola makan yang

dianjurkan oleh dokter. Juga harus dilakukan pendalaman terhadap berbagai

masalah penderita termasuk akibat penyakitnya (DM) terhadap hubungan

dengan keluarganya, pemberian konseling jika dibutuhkan. Penderita juga

diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga diet yang benar dalam rangka

mencapai berat badan ideal, pentingnya olah raga yang teratur dan

sebagainya.

39
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri

Dokter perlu menimbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri

penderita bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaannya.

Selain itu juga ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai

kepatuhan dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang

dianjurkan dan hal-hal yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.

5. Pengobatan

Medikamentosa dan non medikamentosa seperti yang tertera

dalam penatalaksanaan. Dan menghindari jamu-jamuan karena akan

tambah memperparah kondisi.

6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan

Hal yang tidak boleh terlupakan adalah pencegahan dan promosi

kesehatan berupa perubahan tingkah laku (tidak makan sembarangan),

lingkungan (tempat tinggal yang tidak boleh lembab dengan penggunaan

ventilasi yang cukup, pemakaian genteng kaca sehingga pencahayaan

cukup dan kebersihan lingkungan rumah dan luar rumah yang bersih

dengan disapu 2x/hari), mengikuti anjuran dokter untuk selalu menjaga

pola makan dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan cara diet

makanan bergizi sesuai anjuran dokter dan olah raga yang teratur serta

mengikuti kegiatan posyandu lansia dan posbindu yang diadakan. Dengan

demikian paradigma yang salah tentang penyakit DM di masyarakat dapat

diluruskan.

40
B. PREVENSI BEBAS DM UNTUK KELUARGA LAINNYA (SUAMI

DAN ANAK )

Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas DM adalah sama

dengan prevensi bebas DM untuk penderita, namun dalam hal ini diutamakan

untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya dengan cara sebagai berikut :

1. Bagi keluarga diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan

mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung gula.

2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

3. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.

4. Olahraga teratur.

5. Ikut dalam kegiatan posyandu lansia dan posbindu.

Kesemuanya ini merupakan langkah-langkah untuk mencegah terkena

penyakit DM yang sama dengan penderita.

C. PREVENSI BEBAS DM UNTUK MASYARAKAT

Pada prinsipnya secara umum prevensi untuk bebas DM adalah sama

dengan prevensi bebas DM untuk penderita dan untuk keluarga lainnya,

strategi dengan menggunakan penyuluhan, dengan menguangi faktor resiko

DM, misalnya dengan cara sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat diharapkan menjaga pola makan sehari-hari dengan

mengurangi mengkonsumsi makanan yang mengandung gula karbohidrat.

2. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

3. Istirahat yang cukup 6-8 jam sehari semalam.

4. Olah raga teratur dan penimbangan berat badan.

41
5. Diadakan posyandu lansia yaitu pos pelayanan terpadu untuk masyarakat

usia lanjut disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakan

oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan.

Agar meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk

mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan

keluarga dan masyarakat.

6. Diadakan posbindu, yaitu kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor

resiko PTM khususnya DM.

 Peran masyarakat : membentuk ketenagaan untuk koordinasi dan

kader.

 Peran kader : kader komunikatif bertugas menggerakkan masyarakat,

sekaligus melakukan wawancara dalam penggalian informasi tentang

DM. Penimbangan dan mengukur lingkar perut, serta Indeks Massa

Tubuh termasuk analisa lemak tubuh, pemeriksaan gula darah rutin,

melaksanakan konseling (diet, merokok, stress, aktifitas fisik dan lain-

lain) dan penyuluhan kelompok, Untuk jadwal sebaiknya diatur

berdasarkan kesepakatan bersama dengan memperhatikan anjuran

jangka waktu monitoring yang bermanfaat secara klinis.

 Peran kepala desa : membantu untuk mengkoordinasi masyarakat

dalam hal pelaksanan dan memastikan semua masyarakat dapat

berpartisipasi dalam posbindu tersebut.

42
BAB VI

TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELLITUS

A. LATAR BELAKANG

Diabetes adalah penyakit tertua di dunia. Diabetes berhubungan

dengan metabolisme kadar glukosa dalam darah. Secara medis, pengertian

diabetes mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula darah

(hiperglikemia) akibat kekuranan insulin. Jumlah penderita diabetes mellitus

menurut data WHO (World Health Organisation), Indonesia menempati

urutan ke-4 terbesar di dunia. Diabetes mellitus merupakan salah satu contoh

penyakit degenerative yang menjadi pembicaraan di kalangan masyarakat.

B. DEFINISI

Diabetes Militus adalah penyakit metabolik (kebanyakan herediter)

sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif baik oleh karena adanya

“disfungsi” sel beta pankreas atau ambilan glukosa di jaringan perifer, atau

keduanya( pada DM- Tipe 2) atau kurang nya insulin absolut (pada DM-Tipe

1).

C. KLASIFIKASI

Klasifikasi DM yang di anjurkan oleh PERKENI (2003,2006) adalah

yang sesuai dengan klasifikasi DM oleh American Diabetes Association

(ADA).

43
Klasifikasi Etiologi DM (ADA 2006):

1. DM tipe 1 destruksi sel beta, biasanya menjurus ke defisiensi insulin

absolut):

 Autoimun

 Idiopatik

2. DM tipe 2 (biasanya berawal dari resisten insulin yang predominan

dengan defisiensi insulin relatif menuju ke defek sekresi insulin yang

predominan dengan resisten insulin)

3. DM tipe Spesifik Lain

a. Defek genetik sel beta

b. Defek genetik kerja insulin

c. Penyakit eksokrin pankreas

d. Endokrinopati

e. Karena obat/ zat kimia

f. Infeksi

g. Sebab imunologi yang jarang

h. Sindrome genetik yang lain yang berkaitan dengan

DM

4. Diabetes Mellitus Gestational (DMG)

D. EPIDEMIOLOGI

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa Indonesia

menempati urutan keenam di dunia sebagai negara dengan jumlah penderita

diabetes mellitus-nya terbanyak setelah India, China, Uni Soviet, Jepang, dan

Brasil. Tercatat pada tahun 1995, jumlah penderita diabetes di Indonesia

44
mencapai 5 juta dengan peningkatan sebanyak 230.000 penderita diabetes per

tahunnya, sehingga pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 12 juta

penderita. Kenaikan ini antara lain karena usia harapan hidup semakin

meningkat, diet kurang sehat, kegemukan, gaya hidup modern

(Soegondo,1999).

E. ETIOLOGI

Pada awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer (resistensi

insulin) dan kemudian disusul dengan sel Beta pancreas (defek pada fase

pertama sekresi insulin), yaitu sebagai berikut:

1. Sekresi insulin oleh pancreas mungkin cukup atau kurang, namn terdapat

keterlambatan sekrei insulin fase-1 (fase cepat), sehingga glukosa sudah

diabsorbsi masuk darah tetapi jumlah insulin yang efektif belum memasai.

2. Jumlah reseptor di jaringan perifer kurang.

3. Jumlah reseptor cukup, tetapi ualitas reseptor jelek, sehingga kerja insulin

tidak efektif

4. Terdapat kelainan di paska reseptor, sehingga proses glikolisis

intraseluloer terganggu.

5. Adanya kelainan campuran di antaranomor 1, 2,3, dan 4

F. GEJALA

Gejala klinis DM yang klasik : polifagi, polidipsi, poliuri, dan berat

badan naik (Fase Kompensasi). Apa bila gejala ini tidak segera diobati maka

akan timbul gejala Fase Dekompensasi (“Dekompensasi Pankreas”), yang

disebut gejala klasik DM, yaitu poliuria, polidipsi, dan berat badan menurun.

45
Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut piila “TRIAS SINDROM

DIABETES AKUT”) bahkan apabila tidak segera diobati dapat timbul

Ketoasidosis Diabetik.

Gejala kronis DM yang sering muncul antara lain lemah badan,

semutan, kaku otot , penurunan kemampuan seksual gangguan pengllihatan

yang sering berubah, sakit sendi, dan lain-lain.

G. FAKTOR PENENTU DIABETES MELLITUS

Faktor penentu terjadinya penyakit diabetes mellitus, antara lain:

1. Penjamu / Host

Faktor yang terkena atau terinfeksi penyakit. Diabetes mellitus dapat

menyerang manusia dan hewan. Pada manusia, tingkat kejadian akan lebih

tinggi pada individu yang mempunyai riwayat keturunan, dan individu yang

memiliki berat badan berlebih.

2. Agent

Agent adalah faktor yang menyebabkan penyakit. Diabetes mellitus

bukan penyakit menular yang disebabkan oleh satu agent yang pasti. Yang

dapat menyebabkan diabetes mellitus antara lain:

 Pola atau kebiasaan buruk individu

Kebiasaan buruk yang dimaksud misalnya kesalahan terhadap

konsumsi makanan atau minuman, keadaan ini menimbulkan

ketidakseimbangan gizi dan beresiko obesitas. Kebiasaan lainnya karena

kurangnya aktivitas fisik atau tidak berolah raga, hal ini membuat kadar gula

dalam darah tetap karena tidak diubah menjadi energi.

46
 Gangguan pankreas maupun resistiensi insulin

Gangguan pankreas dimana pankreas tidak dapat menghasilkan insulin

yang cukup untuk mengubah glukosa menjadi energi. Kerusakan pankreas

bisa saja karena adanya virus yang mempengaruhi dan merusak sel – sel beta

pada pankreas yang berfungsi untuk menghaslikan insulin. Virus yang diduga

adalah Rubella, Coxsackievirus B. Gangguan ini biasanya bersifat bawaan dan

akan diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Resistensi insulin dapat

terjadi dimana konsentrasi insulin dalam tubuh yang sangat tinggi namun

tubuh tidak memberikan respon yang semestinya terhadap kerja insulin,

sehingga seakan – akan tubuh kekurangan insulin. Resistensi insulin terjadi

karena kelainan insulin, dan biasanya keadaan ini bukan sifat bawaan dari

orang tua melainkan lebih sering terjadi akibat obesitas dan bisa juga karena

pengaruh dari obat – obatan yang memicu penurunan sistem kerja insulin.

Obat yang diduga dapat memicu diabetes mellitus Pentamidin dan Vacor atau

obat racun tikus.

 Lingkungan

Kejadian diabetes mellitus lebih tinggi dialami oleh individu yang

berasal dari kondisi sosial ekonomi yang baik. Hal ini kemungkinan dikaitkan

juga dengan obesitas yang terjadi karena ketidakseimbangan gizi. Prevalensi

yang tinggi juga ditunjukkan oleh penderita wanita dari pada pria, dan

komplikasi lebih sering terjadi pada penderita usia dewasa dari pada anak –

anak. Faktor kebudayaan juga dapat memicu timbulnya diabetes seperti pada

47
budaya timur yang cenderung banyak mengonsumsi makanan berkarbohidrat

tinggi yang dapat menaikkan kadar gula darah seseorang.

H. PENEMUAN PENDERITA DM

Penemuan penderita DM dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan

cara pasif dan aktif (Depkes RI 1994).

1. Penemuan secara pasif

Penemuan penderita DM secara pasif, artinya penjaringan tersangka

penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit

pelayanan kesehatan. (Depkes RI 1994).

2. Penemuan secara aktif

Kegiatan ini diharapkan terus dilakukan sebagaimana yang lalu

dengan catatan kegiatan active case finding lebih mel ibatkan peran serta

kader, posyandu maupun penyuluhan kesehatan masyarakat setempat

yang telah ditatar sebelumnya.

I. DIAGNOSIS

- Anamnesa

Keluhan, pemeriksaan fisik, diagnostik

Gejala yang ditemukan dapat berupa badan lemas, kaki

kesemutan, dan nyeri di kedua lutut.

- Laboratorium

 Darah :

Orang normal : Gula Darah Puasa (GDP) <100 mg/dl, 2j

pp< 140mg/dl Gula Darah Acak (GDA) <200 mg/dl. GDP

48
antara 100 dan 126 mg/dl disebut Gula Darah Puasa

Terganggu (GDPT). Untuk penderita DM : disebut

“normal” atau regulasi baik (ADA 2005) bila glukosa darah

sebelum makan : 90-130 mg/dl dan puncak glukosa darah

sesudah makan <180 mg/dl.

 Urine : pada orang normal, reduksi urine negatif.

Pemantauan reduksi urine biasanya 3x sehari dan dilakukan

kurang lebih 30 menit sebelum makan. Atau 4x sehari,

yaitu 1x sebelum makan pagi, dan yang 3x dilakukan setiap

2 jam sesudah makan. Pemeriksaan reduksi 3x sebelum

makan lebih lazim dan lebih hemat.

J. PENGOBATAN

Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa dalam darah. Langkah

pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu dimulai dengan pengobatan

non farmakologis, yaitu berupa perencanaan makanana atau terapi nutrisi

medik, kegiatan jasmani dan penurunan berat badan bila didapat berat badan

lebih atau obesitas. Bila dengan langkah-langkah tersebut sasaran

pengendalian diabetes belum tercapai, maka dilanjutkan dengan penggunaan

obat.

Dasar-dasar terapi diabetes mellitus, yaitu:

1. Terapi Primer

1. Diit

49
Adanya serat (sayur, buah dan kacangan) memperlambat absorbsi

glukosa, sehingga dapat ikut berperan mengatur gula darah dan memperlambat

kenaikan gula darah, makanan yang cepat dirombak dan juga cepat diserap dapat

meningkatkan kadar gula darah, sedangkan makanan yang lambat dirombak dan

lambat diserap masuk ke aliran darah menurunkan gula darah.

2. Latihan fisik

Tujuan olah raga adalah untuk meningkatkan kepekaan insulin,

mencegah kegemukan, memperbaiki aliran darah, merangsang pembentukan

glikogen baru dan mencegah komplikasi lebih lanjut, olah raga meliputi empat

prinsip jenis olah raga dinamis yaitu memenuhi frekuensi, intensitas, time

(durasi) dan tipe (jenis ):

Frekuensi : jumlah olah raga perminggu sebaiknya dilakukan teratur 3-5 kali

Intensitas : ringan dan sedang yaitu 60-70% MHR ( Maximun Heart Rate )

Time : 30-60 menit

Tipe/Jenis : Olahraga endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan

kardiorespirasi seperti jalan, jogging, berenang dan bersepeda.

3. Terapi Sekunder

a. Obat Hipoglikemik Oral

Pembagian macam obat hipoglikemik oral (OHO) dapat dibedakan

berdasarkan cara kerjanya:

 Insulin Secretagogeus, yaitu OHO yang memicu sekresi insulin.

Golonngan obat ini dibedakan menjadi 2 kelompok:

1) Sulphonylureas

2) Non-sulphonylureas

50
 Insulin Sensitizer, yaitu OHO yang memperbaiki sensitivitas insulin,

dibagi menjadi:

1) Thiazolidinediones

2) Non-TZDa

3) Metaglidasen

4) Biguanides

 Intestine Enzyme Inhibitors, yaitu bekerja dengan menghambat enzim

di usus sehingga menghambat penyerapan glukosa

K. PENCEGAHAN

Pencegahan dilakukan dengan 3 macam, yaitu:

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer lebih ditujukan pada mereka yang belum

terkena diabetes mellitus. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan:

 Melakukan promosi kesehatan berupa penyuluhan dan iklan kesehatan

yang berisi informasi yang jelas dan benar tentang diabetes melitus

 Mengatur keseimbangan makanan (gizi, nutrisi, dan jumlah kalori yang

dibutuhkan oleh tubuh kita)

 Rajin berolahraga, minimal 30 menit sehari (lari, berenang, senam, dll)

 Istirahat yang cukup

 Pemeriksaan dini dan proteksi dini, dengan memeriksa kadar gula darah

(bisa dilakukan sebulan/ tiga bulan sekali) pada posyandu lansia/

posbindu.

 Menjaga kebersihan tubuh, untuk mengurangi risiko diabetes mellitus

yang disebabkan dari virus yang dapat merusak sel beta

51
2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder lebih difokuskan kepada individu yang

beresiko diabetes mellitus, seperti individu yang memiliki riwayat

keturunan, kadar kolesterol tinggi, dan obesitas. Tahap pencegahannya

meliputi:

 Sering melakukan kontrol gula darah, atau kontrol kolesterol yang dapat

menyebabkan resistensi insulin

 Mengkonsumsi makanan yang rendah kalori dan rendah lemak,

menghindari makanan yang dapat memicu naiknya kadar gula darah

 Menghindari terjadinya luka pada tubuh, karena pada penderita diabetes

mellitus kebanyakan dari mereka lukanya susah disembuhkan

 Mengontrol tekanan darah, ataupun keadaan yang lain yang dapat

menyebabkan komplikasi terhadap penyakit lain, seperti stroke dan

penyakit jantung.

 Tetap melakukan aktivitas fisik berupa olah raga dan istirahat yang

cukup.

3. Pencegahan Tersier

Hal ini difokuskan kepada individu diabetes mellitus yang

menjalani pengobatan dan perawatan yang intensif dari tenaga ahli

kesehatan. Pencegahan berupa tindakan – tindakan yang mengecilkan

kemungkinan terjadinya pengulangan sakit atau kekumatan, dan

mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain.

 Penggunaan obat yang dianjurkan dokter dengan pengawasan yang

berkelanjutan

52
 Terapi insulin

 Rehabilitasi, pemulihan keadaan individu menuju keadaan yang sehat

seperti atau mendekati seperti keadaan semula sebelum terjadinya sakit.

53
BAB VII

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Segi Biologis :

a. Ny. M (57 tahun), menderita penyakit Diabetes Militus

b. Status gizi Ny. M berdasarkan NCHS termasuk dalam kategori Gizi

overweight

c. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga Ny.M sehat.

2. Segi Psikologis :

a. Hubungan antara anggota keluarga terjalin cukup.

b. Pengetahuan akan Diabetes Melitus yang masih kurang

c. Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat yang baik,

mendukung untuk penyembuhan penyakit tersebut

3. Segi Sosial :

a. Tidak ada problem dari segi sosial

4. Segi fisik :

a. Rumah dan lingkungan sekitar tampak bersih.

B. SARAN

1. Untuk masalah medis (DM) dilakukan langkah-langkah :

a. Preventif : mengatur pola makan sehari-hari, olahraga ringan

secara rutin, mengikuti kegiatan – kegiatan yang diadakan

daerah setempat, mengikuti kegiatan posyandu lansia dan

posbindu.

54
b. Promotif : edukasi penderita dan keluarga mengenai Diabetes

Melitus dan pengobatannya oleh petugas kesehatan atau dokter

yang menangani.

c. Kuratif : saat ini penderita memasuki pengobatan rawat jalan

d. Rehabilitatif : mengembalikan kepercayaan diri Ny.M sehingga

tetap memiliki semangat untuk sembuh.

2. Untuk masalah lingkungan tempat tinggal dan rumah yang tidak sehat

dilakukan langkah-langkah :

a. Promotif : edukasi penderita dan anggota keluarga untuk membuka

jendela tiap pagi, penggunaan genteng kaca, dan menjaga

kebersihan rumah dan lingkungan rumah. Lantai hendaknya

dibersihkan.

3. Untuk masalah persepsi mengenai penyakit DM, dilakukan langkah-

langkah :

a. Promotif : Memberikan pengertian kepada penderita dan

masyarakat mengenai penyakit DM.

55
DAFTAR PUSTAKA

1. castaneda. 2012. Penggunaan glibenklamid dalam terapi diabetes melitus

tipe II. http://yosefw.wordpress.com/2007/12/22/penggunaan-glibenlamid-

dalam-terapi-diabetes-melitus-tipe-ii/., 11 November 2009.

2. Yuliasih dan joewono 2007, balai penerbit Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Setio Hadi. 2003. Insulin: mekanisme sekresi dan aspek metabolisme.

Dalam Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus

Simadibrata K.,

4. Altman 1991 Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid III. edisi IV. Jakarta:

Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. h. 1890

5. Muray 1996. Stres oksidatif dan peran antioksidan pada diabetesmelitus.

http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl&smod=mki&sp=pu

blic&key=MTItMTQ=, 2 Agustus 2009.

6. Departemen Hukum dan HAM. 2008. Pohon pulai di departemen hukum

dan HAM. http://pule3.wordpress.com/2008/06/02/pohon-pulai-di-

departemen-hukum-ham/, 18 Desember 2008.

7. Eka. 2007. Diabetes mellitus ancaman umat manusia di dunia.

http://www.dkk-

bpp.com/index.php?option=com_content&task=view&id=214

&Itemid=1, 18 Desember 2008.

8. Soeroso,2006. Pengobatan osteoatritis. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

56
9. Drake R.L., Vogl W., Mitchell A.D. 2005. Gray’s anatomy for student.

New York: Elsevier. p. 288

10. Faisalabad. 2002. Hypoglycemic effect of powdered Alstonia scholaris.

http://www.pakmedinet.com/6266, January 20th 2009.

11. Garg J.M. 2008. Alstonia scholaris in India.

http://commons.wikimedia.org/wiki/

File:Alstonia_scholaris_%28Saptaparni%29_in_Hyderabad,_AP_W_IMG

_1470.jpg, Oct 14th, 2009.

12. Wiliams 1992. penatalaksanaan osteoatritis.jakarta.Rineka Cipta

13. Sugondo. 1999. Fitokimia mencegah penyakit degeneratif.

http://www.isfinational.or.id/pt-isfi-penerbitan/126/476-fitokimia-

mencegah-penyakitdegeneratif,30 Desember 2008.

14. Guyton A.C., Hall J.E. 2007. Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 11.

Jakarta: EGC. h. 840-1, 1010-12

15. Gustaviani, R., 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta, 1879.

16. Klippel,1997. Terapi osteoatritis. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

17. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Rineka Cipta

18. Poole, 2001. Osteoatritis. Jakarta. Rineka Cipta

19. Felson, 2006. Penyakit pada lansia. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, Jakarta.

57
Lampiran foto

Ruang tamu kamar penderita

Dapur kamar mandi

Teras rumah

58

Anda mungkin juga menyukai