Anda di halaman 1dari 38

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENERIMA MANFAAT

NY. S DENGAN DIABETES MELITUS DI RUMAH PELAYANAN


SOSIAL LANJUT USIA “PUCANG GADING” SEMARANG

DISUSUN OLEH
LUQMAN MULYA NUGRAHA CAHYA TRI UTAMI
NOVIA PUTRI UTAMI APRILIA ALDILA E
SEKAR AYUNINGTYAS FIRA DWI CAHYANI
LEDWI WISI DAELY TSANIYA SALSABILA
FITRIA ANNISA RIZKI HIDAYATUL FAIZAH

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN


PROFESI NERS

JURUSAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020

i
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
PADA PM NY. S DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUMAH
PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA PUCANG GADING SEMARANG
1
Cahya Tri Utami.1Aprilia Aldila Enggardini.1Fira Dewi Cahyani. 1Hidayatul
Faizzah.1Tsaniya Salsabila. 1Luqman Mulya Nugraha.1Novia Putri Utami. 1Ledwi
Wisi Daely. 1Sekar Ayuningtyas. 1Fitria Annisa Rizki.
1
Mahasiswa Program Studi Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners
Poltekkes Kemenkes Semarang

Latar Belakang : Diabetes melitus dikenal sebagai silent killer karena sering
tidak disadari oleh penderitanya dan saat sudah disadari sudah terjadi komplikasi
Diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi
akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Sehingga
perlunya asuhan keperawatan yang tepat pada penerima manfaat dengan diabetes
mellitus.

Tujuan : Memberikan asuhan keperawatan pada PM dengan diabetes mellitus.

Metode : Metode yang digunakan yaitu dengan pendekatan studi kasus asuhan
keperawatan pada PM Ny.S dengan Diabetes Mellitus.

Hasil :Hasil intervensi yaitu perawatan luka dilakukan setiap hari dan luka
membaik, nyeri yang dirasakan klien berkurang menjadi skala 3, klien lebih
tenang dan semangat.

Simpulan : Infeksi berhubungan dengan luka Diabetes Mellitus, Nyeri kronis


berhubungan dengan agens cidera biologis (luka diabetes mellitus) dan gangguan
alam perasaan berhubungan dengan koping maladaptive.

Kata Kunci : Diabetes Mellitus,Infeksi, Perawatan Luka.

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Diabetes melitus kini benar-benar telah menapaki era kesejagatan, dan


menjadi masalah kesehatan dunia. Insiden dan prevalensi penyakit ini
tidak pernah berhenti mengalir, terutama di negara sedang berkembang
dan negara yang terlanjur memasuki budaya industrialisasi. Estimasi
terakhir IDF, terdapat 382 juta orang yang hidup dengan diabetes
melitus di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah tersebut
diperkrakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan dari
382 juta orang tersebut, 175 juta diantaranya belum terdiagnosis,
sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa
disadari dan tanpa dicegah (Kemenkes RI, 2014). Prevalensi penderita
diabetes melitus di Indonesia pada tahun 2013 mencapai 5,8% atau sekitar
5,8 juta penduduk dengan rentang usia 20-79 tahun. (Kemenkes RI,
2014).
Diabetes melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang
terjadi akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya
(American Diabetes Assosiation, 2004 dalam jurnal Gustina, 2014).
Berdasarkan data terbaru tahun 2015 yang ditunjukan oleh
perkumpulan Endokronologi (PERKENI) menyatakan bahwa jumlah
penderita diabetes mellitus di Indonesia telah mencapai 9,1 juta orang dan
menepati peringkat ke 4 teratas diantara negara-negara dengan jumlah
penderita diabetes terbanyak di dunia seperti India, China, dan Amerika.
Berdasarkan hasil rekapitulasi data kasus baru PTM (Penyakit Tidak
Menular), jumlah kasus baru yang dilaporkan secara keseluruhan pada
tahun 2015 adalah 603.840 kasus. Penyakit diabetes mellitus menjadi
urutan kedua penyakit PTM terbesar setelah hipertensi, sebesar 18,33
persen penderita diabetes melitus. Dua penyakit tersebut menjadi prioritas
utama pengendalian PTM di Jawa Tengah. (Profil Dinkes Jateng, 2015).

2
Diabetes melitus dikenal sebagai silent killer karena sering tidak
disadari oleh penderitanya dan saat sudah disadari sudah terjadi komplikasi
(Kemenkes RI, 2014). Komplikasi ini diakibatkan karena terjadinya
defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat dan pasien diabetes
mellitus yang tidak diberi penanganan yang baik (Damayanti, 2015).
Beberapa komplikasi yang sering terjadi pada penderita diabetes mellitus
adalah meningkatkan resiko terjadinya penyakit jantung dan stroke,
neoropati, retinopati diabetikum, gagal ginjal dan resiko kematian, juga
akan berdampak pada menurunnya usia harapan hidup, penurunan kualitas
hidup dan sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kematian (Kemenkes RI, 2014).Untuk mencegah
perkembangan komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes mellitus,
mereka perlu belajar dan mempertahankan perilaku manajemen diri
seumur hidup, termasuk self care yang terkait dengan perawatan
kesehatan dan kehidupan sehari-hari.

3
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA PENERIMA MANFAAT


NY. SDENGAN DIABETES MELITUS DI RUMAH PELAYANAN SOSIAL
LANJUT USIA “PUCANG GADING” SEMARANG

Tanggal Pengkajian : 25 Februari, 09.00 WIB

A. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : Ny. S

Tempat /tgl lahir : Salatiga, 10 November 1957

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Perkawinan : Janda

Agama : Islam

Pendidikan : Tidak sekolah

Pekerjaan : Tidak bekerja

Alamat Rumah : Salatiga

2.Keluarga yang bisa dihubungi

Tidak ada keluarga yang bisa dihubungi

1. Riwayat keluarga dan genogram

Keterangan :

:P Penerima manfaat : Perempuan

: Laki-laki : meninggal

4
2. Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi

a. Pekerjaan saat ini : Tidak bekerja

b. Pekerjaan sebelumnya : mengemis

c. Sumber pendapatan : Pribadi

d. Kecukupan pendapatan : tidak cukup

3. Lingkungan tempat tinggal

- Kebersihan Dan Kerapihan Ruangan : kasur tidak ada sprei,kotor,

- Penerangan : ada lampu diatasnya

- Sirkulasi Udara : jendela dekat kasur dibuka setiap


siang

- Keadaan Kamar Mandi/ Wc : bersih, lantai kasar

- Sumber Air Minum : air galon isi ulang

- Pembuangan Sampah : sampah dibuang ditempat sampah


dikamar yang terletak didekat pintu.

4. Riwayat Kesehatan
a. Status Kesehatan saat ini
1) Keluhan utama
Keluhan utama dalam 5bulanini : jari kaki klien terdapat luka
gangrene, disebabkan karena digigit oleh tikus dan luka sulit sembuh
semakiin membengkakdan penerima maanfaat merasakan nyeri pada
luka tersebut dan berbau busuk sehingga susah untuk jalan.

P: saat bergerak atau jalan

Q: cenut-cenut

R: jari kaki klien

S: VAS4

T: hilang timbul

2) Gejala yang dirasakan : Penerima manfaat mengatakan nyeri pada


luka , tekanan darah TD 110/70 mmHg
3) Faktor pencetus : ketika berjalan
4) Timbulnya keluhan : (v) Mendadak () Bertahap
5) Upaya mengatasi : ganti balut setiap hari, istirahat tidur

5
6) Pergi ke RS/Klinik pengobatan/dokter praktek/bidan/perawat ?
Penerima manfaat jika pusing minta obat ke poliklinik Rumah
pelayanan social Penerima manfaat Pucang Gading
7) Mengkomsumsi obat-obatan sendiri ?, obat tradisional ?
Penerima manfaat tidak mengkonsumsi obat apapun
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Penyakit yang pernah diderita : Penerima manfaat menderita
diabetes sejak 5 tahun yang lalu dan menggunakan insulin setiap hari.
Namun sejak suaminya meninggal, Penerima manfaat tidak
mempunyai apa-apa dan menjual rumah sehingga menjadi
gelandangan.
2) Riwayat alergi ( obat, makanan, binatang, debu dll ) : Penerima
manfaatmempunyai riwayat alergi makanan yaitu telur dan ikan laut
3) Riwayat kecelakaan : Penerima manfaatbelum pernah memiliki
riwayat kecelakaan. Kaki penerima manfaat pernah tertimpa cobek
sehingga luka dan tergigit tikus saat tidur di pasar.
4) Riwayat pernah dirawat di RS :Penerima manfaat pernah dioperasi di
RS 3 tahun yang lalu karena ibu jari kaki kanan Penerima manfaat
tertimpa cobek
c. .Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)
1. Masalah Kesehatan Kronis
Skor : 26
Keterangan : Masalah kesehatan kronis sedang
2. Fungsi Intelektual dan Kognitif
a. SPMSQ (Short Portable Status Quesioner)
Skor :8
Keterangan : Fungsi intelektual kerusakan sedang
b. MMSE (Mini Mental State Examinational)
Skor : 13
Keterangan : Demensia sedang
3. Status Fungsional
Skor :7
Keterangan : Ketergantungan
4. Status Psikologis (Skala Depresi Geriatrik Yassavage)
Skor : 13
Keterangan : Depresi sedang

6
5. MFS (Morse Fall Scale)
Skor : 35
Keterangan : Risiko rendah
6. Inventaris Depresi Beck
Skor : 28
Keterangan : Depresi berat
7. APGAR (Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration)
Keluarga
Skor :2
Keterangan : Disfungsi keluarga tidak ada
8. Fungtional Reach (FR) Test
Skor : 18 cm
Keterangan : Potensi roboh
9. The Time Up and Go (TUG) Test
Skor : 27 detik
Keterangan : Moderate to high risk for falling

7. Pola Fungsional

a. Persepsi Kesehatan Dan Pola Manajemen Kesehatan :


b. Nutrisi Metabolic

Ny. S mengatakan Frekuensi makan 3x sehari,,1 porsi habis,


pantangan telur serta ikan laut

c. Eliminasi

Ny. S tidak mengalami gangguan BAB dan BAK.Ny. N BAB 1x


per hari dengan koonsistensi lembek dan BAK 6 – 7 kali perhari tanpa
gangguan dengan menggunakan pampers

d. Aktifitas Pola Latihan

Ny. Stidak bisa melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di


Rumah Pelayanan Sosial . Ny.S hanya bisa duduk dan berbaring

7
e. Pola Istirahat Dan Tidur

Ny. Stidur cukup 6 jam per hari. Ny.S dapat tidur tanpa gangguan

f. Personal Hygiene

Ny. S mengatakan biasanya mandi 2 kali sehari yaitu pagi jam


05.00 pagi dan sore hari jam 16.00 menggunakan sabun dan sikat gigi
setiap kali mandi, menggunakan pasta gigi. Biasanya mengganti pakaian 2
kali sehari.

g. Pola Kognitif Persepsi

Ny. S mengatakan masalah pada penglihatan yang sudah mulai


kabur

h. Persepsi Diri – Pola Konsep Diri

Ny. S mengatakan selalu berdzikir untuk beribadah dengan


keadaannya yang seperti ini

i. Pola Peran – Hubungan

Ny. S mengatakan tidak ada masalah dengan teman.

j. Pola Koping Toleransi Stress


Penerima manfaat jika ada masalah lansung diselesaikan dengan
baik-baik,
k. Nilai Pola Keyakinan
Penerima manfaat mengatakan jika penerima manfaat sudah siap
jika diambil nyawanya , penerima manfaat rajin ikut ibadah

8. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum :
TTV : TD : 110/70 , N : 77x/menit , RR : 22x/menit , S : 36,6’C
b. BB/TB : 60 Kg /158 cm
c. Kepala

Rambut : hitam dan beruban

Mata : pandangan mulai kabur

8
Telinga : bersih tidak ada serumen

Mulut, gigi dan bibir : bibir lembab, gigi bersih

d. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan JVP
e. Paru – paru
Inspeksi : pengembangan dada simetris, tampak penggunaan otot
bantu pernafasan, tidak ada jejas
Palpasi : vocal fremitus kanan-kiri
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
f. Jantung
Inspeksi : tidak ada sianosis
Palpasi : HR 77x/menit
Perkusi : Pekak
Auskultasi : terdengar BJ I – II normal
g. Abdomen
Inspeksi : distensi (-), umbilikal bersih tidak terdapat hernia
umbilikal, tidak ada peningkatan intra abdomen, visible peristaltik(-),
stoma(-), bentuk perut tidak buncit
Perkusi : kontur lunak, tidak kembung, distensi, tidak terdapat nyeri
tekan
Palpasi : tidak ada perbesaran hepar, ginjal, splain.
Auskultasi : terdengar suara bowel sound pada semua kuadran
abdomen dengan jumlah 10x/ menit.
h. Muscoloskeletal
Gaya berjalan : sedikit terganggu, postur : bungkuk, simetris
tubuh : simetris, tidak terdapat edema, kekuatan otot : 5/5 // 5/5, tonus otot
: mengalami pengecilan, terdapat luka DM pada jari kaki kanan , rentang
gerak sendi : aktif pada anggota gerak atas, anggota gerak bawah
mengalami gangguan.

9
i. Neurologis
GCS : E6M5V4
Nervus I : Nosofomia
Nervus II : visus kanan 4/6, visus kiri 4/6
Nervus III,IV,VI : tidak terdapat diplogia, tidak terdapat nistagmus,
tidak terdapat starbismus, pupil kanan dan kiri mampu mengecil dan
ukurannya isokor, bentuk bulat dan bening.
Nervus V : adanya kontraksi dari m. masteter, sensitibilitas akan nyeri
dan rangsangan baik
Nervus VII : wajah simetris, tidak terdapat gerakan abnormal
(tic,grimacing,dll), mampu membedakan rasa pahit, manis, asin, dan asam
Nervus VIII : baik mampu mendengar kata yang diucapkan oleh
mahasiswa pada telinga kanan dan kiri
Nervus IX dan X : reflek muntah (+), disatria (-), kelumpuhan
palatom (-)
Nervus XI : parese (-)
Nervus XII : artikulasi sedikit terganggu karena Ny. N sudah
tidak mempunyai gigi, lidah tidak ada penyimpangan, lidah lurus,
kekuatan lidah:4
j. Integument
Kulit bersih, lembab, tidak bersisik, dan tidak ada keluhan
i. Ekstremitas bawah:

Mengalami gangguan karena terdapat luka DM

9. Program Terapi
Ganti balut tiap hari
10. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terdapat pemeriksaan penunjang

10
11. Analisa Data

No. Hari, Data Fokus Etiologi Masalah ttd


Tgl Keperawatan
1. 25 Fen DS : Luka DM Infeksi
2020 Penerima manfaat
09.00 mengatakan
WIB bahwa luka di jari
kakinya tidak
sembuh-sembuh
dan semakin
membengkak.
DO :
- Tampak luka
ulkus di jari
kanan
penerima
manfaat
- Tampak luka
keluar cairan
putih berbau.
- Tampak luka
jari kaki
membengkak.
- Terdapat
ganggrene dan
berbau dan
tampak kotor
dikerubungi
oleh lalat.
2. 25 Feb DS : Agen cidera biologis : Nyeri Kronis
2020 Penerima manfaat Luka DM
09.00 mengatakan

11
WIB bahwa merasakan
nyeri pada luka di
jari kaki kanan
dan berbau busuk
sehingga susah
untuk jalan.
P: saat bergerak
atau jalan
Q: cenut-cenut
R: jari kaki klien
S: 4
T: hilang timbul

DO :
- VAS 4
- Penerima
manfaat
tampak sering
meringis
kesakitan
menahan
nyeri.
- TTV
TD : 110/70
mmHg
N : 77x/menit
RR: 22x/menit
S : 36,60C
- Saat luka
dibersihkan
tampak
kesakitan.
3. 25 Feb DS : Koping maladaptive Gangguan alam

12
2020 - Penerima perasaan: depresi
09.00 manfaat
WIB mengatakan
bahwa dirinya
merasa sedih
tidak bahagia,
sudah tidak
punya apa-apa
dan siapa-
siapa,
- Penerima
manfaat
membenci
dirinya sendiri
karena
kehidupannya
buruk.
- Penerima
manfaat tidak
memiliki
semangat
untuk hidup.
DO :
- Penerima
manfaat
terlihat
menangis saat
menceritakan
kehidupannya.
- Penerima
manfaat
terlihat

13
merunduk dan
muka penuh
dengan
kesedihan.
- Nilai
Inventaris
depresi Beck
(>16 Depresi
Berat).
12. Diagnosa Keperawatan
a. Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
b. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera biologis
c. Gangguan alam perasaan berhubungan dengan koping maladaptive
13. Rencana Keperawatan

Hari.tgl Dx Kep NOC NIC TTD


25 Feb Infeksi setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
2020 berhubungan keperawatan selama 3x gejala infeksi
09.00 dengan pertemuan diharapkan 2. Cuci tangan sebelum
WIB penyakit resiko infeksi dapat dan sesudah tindakan
kronis (Luka berkurang dengan kriteria keperawatan
DM) hasil : (Perawatan Luka).
1. Penerima manfaat 3. lakukan perawatan luka
bebas dari tanda-tanda 4. Tingkatkan intake
infeksi. nutrisi
2. Menunjukkan perilaku
hidup sehat
3. Infeksi terkontrol
25 Feb Nyeri kronis Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor skala nyeri
2020 berhubungan keperawatan selama 3x 2. Ajarkan teknik
09.00 dengan agen pertemuan diharapkan manajemen nyeri
WIB cidera nyeri berkurang dengan secara
biologis kriteria hasil : nonfarmakologis
(luka DM)

14
1. Skala nyeri berkurang 3. Monitor tanda-tanda
menjadi 2 vital
2. Penerima manfaat
terlihat rileks
3. Ttv dalam batas normal
25 Feb Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu untuk
2020 alam keperawatan selama 3x memahami bahwa
09.00 perasaan pertemuan diharapkan penerima manfaat
WIB berhubungan penerima manfaat merasa dapat mengatasi
dengan tidak stress dan depresi keputus asaannya.
koping sesuai dengan kriteria 2. Bantu mengidentifikasi
maladaptive hasil : sumber-sumber
1. Penerima manfaat harapan (misal: hub.
dapat meningkatkan Antar sesama,
harga diri keyakinan, hal-hal
2. Penerima manfaat untuk diselesaikan).
dapat menggunakan 3. Kaji sistem pendukung
dukungan sosial keyakinan(misal: nilai,
pengalaman masa
lalu,aktivitas
keagamaan).
4. Kaji dan manfaatkan
sumber-sumber
eskternal individu
(orang terdekat, tim
pelayanan kesehatan,
kelompok pendukung,
agama yang dianut).

14. Tindakan Keperawatan

15
Hari, Dx. Kep Implementasi Respon Ttd
Tangga
l
Senin, Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan S :
24 berhubungan gejala infeksi - Penerima manfaat
Februari dengan 2. Mencuci tangan mengatakan bahwa
2020 penyakit sebelum dan sesudah luka di jari kakinya
kronis (Luka tindakan keperawatan tidak sembuh-sembuh
DM) (Perawatan Luka). dan semakin
3. Melakukan perawatan membengkak.
luka - Penerima manfaat
4. Meningkatkan intake mengatakan
nutrisi makannya rutin setiap
harinya dan
menghabiskan
makanan yang
diberikan dari panti
O:
- Tampak luka ulkus di
jari kanan penerima
manfaat
- Tampak luka keluar
cairan putih berbau.
- Tampak luka jari kaki
membengkak.
- Terdapat ganggrene
dan berbau dan
tampak kotor
dikerubungi oleh
lalat.
- Penerima manfaat
terlihat menghabiskan
makanan dari panti

16
Senin, Nyeri kronis 1. Memonitor skala nyeri S :
24 berhubungan 2. Mengajarkan teknik - Penerima manfaat
Februari dengan agens manajemen nyeri mengatakan bahwa
2020 cedera secara merasakan nyeri pada
biologis (luks nonfarmakologis luka di jari kaki kanan
DM) dan berbau busuk
3. Memonitor tanda-
sehingga susah untuk
tanda vital
jalan.
P: saat bergerak atau
jalan
Q: cenut-cenut
R: jari kaki klien
S: 4
T: hilang timbul
- Penerima manfaat
mengatakan
sebelumnya belum
mengetahui cara
untuk mengurangi
nyeri
O:
- VAS 4
- Penerima manfaat
tampak sering
meringis kesakitan
menahan nyeri.
- TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 77x/menit
RR : 22x/menit
S : 36,60C
- Saat luka

17
dibersihkantampak
kesakitan.
- Penerima manfaat
terlihat mengikuti
instruksi untuk
melakukan teknik
relaksasi nafas
dalam untuk
menurunkan nyeri
Senin, Gangguan 1. Membantu untuk S :
24 alam perasaan memahami bahwa - Penerima manfaat
Februari berhubungan penerima manfaat mengatakan bahwa
2020 dengan koping dapat mengatasi dirinya merasa sedih
maladaptive keputusasaannya. tidak bahagia, sudah
2. Membantu tidak punya apa-apa
mengidentifikasi dan siapa-siapa,
sumber-sumber - Penerima manfaat
harapan (misal: hub. membenci dirinya
Antar sesama, sendiri karena
keyakinan, hal-hal kehidupannya buruk.
untuk diselesaikan). - Penerima manfaat
3. Mengkaji sistem tidak memiliki
pendukung semangat untuk
keyakinan(misal: nilai, hidup.
pengalaman masa O :
lalu,aktivitas - Penerima manfaat
keagamaan). terlihat menangis saat
menceritakan
kehidupannya.
- Penerima manfaat
terlihat merunduk
dan muka penuh
dengan kesedihan.

18
- Nilai Inventaris
depresi Beck (>16
Depresi Berat).
- Penerima manfaat
terlihat tidak pernah
melaksanakan ibadah.
Selasa, Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan S :
25 berhubungan gejala infeksi - Penerima manfaat
Februari dengan 2. Mencuci tangan mengatakan bahwa
2020 penyakit sebelum dan sesudah luka di jari kakinya
kronis (Luka tindakan keperawatan tidak sembuh-
DM) (Perawatan Luka). sembuh.
3. Melakukan perawatan - Penerima manfaat
luka setiap pagi mengatakan lukanya
4. Meningkatkan intake tercium bau tidak
nutrisi enak
- Penerima manfaat
mengatakan lukanya
setiap hari
dibersihkan petugas
panti
- Penerima manfaat
mengatakan
makannya rutin setiap
harinya dan
menghabiskan
makanan yang
diberikan dari panti
O:
- Tampak luka ulkus di
jari kanan dan
tertutup kassa
penerima manfaat

19
- Tampak luka keluar
cairan putih berbau.
- Tampak luka jari kaki
membengkak.
- Terdapat ganggrene
dan berbau dan
tampak kotor
dikerubungi oleh
lalat.
- Penerima manfaat
terlihat menghabiskan
makanan dari panti
Selasa, Nyeri kronis 1. Memonitor skala nyeri S : Selasa,
25 berhubungan 2. Mengajarkan teknik - Penerima manfaat 25
Februari dengan agens manajemen nyeri mengatakan masih Februari
2020 cedera secara merasakan nyeri pada 2020
biologis (luks nonfarmakologis luka di jari kaki kanan
DM) dan nyeri lebih terasa
3. Memonitor tanda-
jika berjalan
tanda vital
P: saat bergerak atau
jalan
Q: cenut-cenut
R: jari kaki klien
S: 4
T: hilang timbul
- Penerima manfaat
mengatakan lupa
dengan cara yang
diajarkan kemarin
O:
- VAS 4
- Penerima manfaat
tampak sering

20
meringis kesakitan
menahan nyeri.
- TTV
TD : 120/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,70C
- Saat luka
dibersihkantampak
kesakitan.
- Penerima manfaat
terlihat mengikuti
instruksi untuk
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
untuk menurunkan
nyeri
Selasa, Gangguan 1. Membantu untuk S :
25 alam perasaan memahami bahwa - Penerima manfaat
Februari berhubungan penerima manfaat dapat mengatakan
2020 dengan koping mengatasi keputus suaminya sudah
maladaptive asaannya. meninggal dan tidak
2. Membantu memiliki anak
mengidentifikasi - Penerima manfaat
sumber-sumber harapan mengatakan sudah
(misal: hub. Antar tidak memiliki siapa-
sesama, keyakinan, hal- siapa saat ini.
hal untuk diselesaikan). - Penerima manfaat
3. Mengkaji sistem mengatakan sebelum
pendukung dibawa ke panti
keyakinan(misal: nilai, hidupnya
pengalaman masa menggelandang
lalu,aktivitas dijalanan tidak

21
keagamaan). memiliki rumah
4. Mengkaji dan - Penerima manfaat
manfaatkan sumber- membenci dirinya
sumber eskternal sendiri karena
individu (orang kehidupannya buruk.
terdekat, tim pelayanan - Penerima manfaat
kesehatan, kelompok tidak memiliki
pendukung, agama yang semangat untuk
dianut). hidup.
O:
- Penerima manfaat
terlihat menangis saat
menceritakan
kehidupannya.
- Penerima manfaat
terlihat merunduk
dan muka penuh
dengan kesedihan.
- Nilai Inventaris
depresi Beck (>16
Depresi Berat).
- Penerima manfaat
terlihat tidak pernah
melaksanakan ibadah.
Rabu, Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan S :
27 berhubungan gejala infeksi - Penerima manfaat
Februari dengan 2. Mencuci tangan mengatakan bahwa
2020 penyakit sebelum dan sesudah luka di jari kakinya
kronis (Luka tindakan keperawatan tidak sembuh-
DM) (Perawatan Luka). sembuh.
3. Melakukan perawatan - Penerima manfaat
luka setiap pagi mengatakan lukanya
4. Meningkatkan intake tercium bau tidak

22
nutrisi enak
5. Mensterilkan alat - Penerima manfaat
perawatan luka mengatakan lukanya
menggunakan setiap hari
autoclave dibersihkan petugas
panti
- Penerima manfaat
mengatakan
makannya rutin setiap
harinya dan
menghabiskan
makanan yang
diberikan dari panti
O:
- Tampak luka ulkus di
jari kanan dan
tertutup kassa
penerima manfaat
- Tampak luka jari kaki
membengkak.
- Terdapat ganggrene
dan berbau khas
- Penerima manfaat
terlihat menghabiskan
makanan dari panti

Rabu, Nyeri kronis 1. Memonitor skala nyeri S :


26 berhubungan 2. Mengajarkan teknik - Penerima manfaat
Februari dengan agens manajemen nyeri mengatakan nyeri
2020 cedera secara sudah sedikit
biologis (luks nonfarmakologis berkurang pada luka
DM) di jari kaki kanan
3. Memonitor tanda-
P: saat bergerak atau

23
tanda vital jalan
Q: cenut-cenut
R: jari kaki klien
S: 3
T: hilang timbul
- Penerima manfaat
mengatakan jika nyeri
melakukan relaksasi
nafas dalam
O:
- VAS 3
- Penerima manfaat
tampak sering
meringis kesakitan
menahan nyeri.
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,50C
- Saat luka
dibersihkanpenerima
manfaat tidak
mengerang kesakitan.
- Penerima manfaat
terlihat mengikuti
instruksi untuk
melakukan teknik
relaksasi nafas dalam
untuk menurunkan
nyeri
Rabu, Gangguan 1. Membantu untuk S :
27 alam perasaan memahami bahwa - Penerima manfaat

24
Februari berhubungan penerima manfaat dapat mengatakan
2020 dengan koping mengatasi keputus suaminya sudah
maladaptive asaannya. meninggal dan tidak
2. Membantu memiliki anak
mengidentifikasi - Penerima manfaat
sumber-sumber harapan mengatakan sudah
(misal: hub. Antar tidak memiliki siapa-
sesama, keyakinan, hal- siapa saat ini.
hal untuk diselesaikan). - Penerima manfaat
3. Mengkaji sistem mengatakan sebelum
pendukung dibawa ke panti
keyakinan(misal: nilai, hidupnya
pengalaman masa menggelandang
lalu,aktivitas dijalanan tidak
keagamaan). memiliki rumah
4. Mengkaji dan - Penerima manfaat
manfaatkan sumber- mengatakan saat ini
sumber eskternal lebih sering
individu (orang beristighfar agar
terdekat, tim pelayanan lebih tenang
kesehatan, kelompok - Penerima manfaat
pendukung, agama yang mengatakan
dianut). bersyukur ditinggal
5. Mengajarkan untuk di panti memiliki
beristighfar agar hati banyak teman dan
lebih tenang ada yang
merawatnya.
O:
- Penerima manfaat
terlihat lebih tenang
saat bercerita tentang
kehidupannya

25
- Nilai Inventaris
depresi Beck (>16
Depresi Berat).
- Penerima manfaat
terlihat tidak pernah
melaksanakan ibadah.

15. Evaluasi Keperawatan

Tangga Dx, Kep Evaluasi Ttd


l
27 Infeksi S:
Februari berhubungan - Penerima manfaat mengatakan bahwa luka
2020 dengan di jari kakinya tidak sembuh-sembuh.
penyakit - Penerima manfaat mengatakan lukanya
kronis (Luka tercium bau tidak enak
DM) - Penerima manfaat mengatakan lukanya
setiap hari dibersihkan petugas panti
- Penerima manfaat mengatakan makannya
rutin setiap harinya dan menghabiskan
makanan yang diberikan dari panti
O:
- Tampak luka ulkus di jari kanan dan
tertutup kassa penerima manfaat
- Tampak luka jari kaki membengkak.
- Terdapat ganggrene dan berbau khas
- Penerima manfaat terlihat menghabiskan
makanan dari panti
- Alat perawatan luka sudah disterilkan
A:
Masalah keperawatan infeksi teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor tanda dan gejala infeksi

26
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan (Perawatan
Luka).
- Melakukan perawatan luka setiap pagi
27 Nyeri kronis S :
Februari berhubungan - Penerima manfaat mengatakan nyeri sudah
2020 dengan sedikit berkurang pada luka di jari kaki
agens cedera kanan
biologis P: saat bergerak atau jalan
(luks DM) Q: cenut-cenut
R: jari kaki klien
S: 3
T: hilang timbul
- Penerima manfaat mengatakan jika nyeri
melakukan relaksasi nafas dalam
O:
- VAS 3
- Penerima manfaat tampak sering meringis
kesakitan menahan nyeri.
- TTV
TD : 120/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,50C
- Saat luka dibersihkanpenerima manfaat tidak
mengerang kesakitan.
A:
Masalah keperawatan nyeri akut teratasi
sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Memonitor skala nyeri
- Mengajarkan teknik manajemen nyeri

27
secara nonfarmakologis
- Memonitor tanda-tanda vital
27 Gangguan S:
Februari alam - Penerima manfaat mengatakan suaminya
2020 perasaan sudah meninggal dan tidak memiliki anak
berhubungan - Penerima manfaat mengatakan sudah tidak
dengan memiliki siapa-siapa saat ini.
koping - Penerima manfaat mengatakan sebelum
maladaptive dibawa ke panti hidupnya menggelandang
dijalanan tidak memiliki rumah
- Penerima manfaat mengatakan saat ini lebih
sering beristighfar agar lebih tenang
- Penerima manfaat mengatakan bersyukur
ditinggal di panti memiliki banyak teman
dan ada yang merawatnya.
O:
- Penerima manfaat terlihat lebih tenang saat
bercerita tentang kehidupannya
- Nilai Inventaris depresi Beck (>16 Depresi
Berat).
- Penerima manfaat terlihat tidak pernah
melaksanakan ibadah.
A:
Masalah keperawatan gangguan alam perasaan
teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
- Membantu untuk memahami bahwa
penerima manfaat dapat mengatasi
keputus asaannya.
- Membantu mengidentifikasi sumber-
sumber harapan (misal: hub. Antar
sesama, keyakinan, hal-hal untuk

28
diselesaikan).
- Mengkaji sistem pendukung
keyakinan(misal: nilai, pengalaman masa
lalu,aktivitas keagamaan).

BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisa Kasus
Ny. S merupakan penerima manfaat yang sudah tinggal di Rumah
Pelayanan Sosial Pucang Gading Semarang selama kurang lebih 3 bulan. Ny.
S datang ke Rumah Sosial diantar oleh petugas satpol PP dengan paksaan.
Sebelum masuk ke Rumah Sosial, Ny. S mempunyai penyakit Diabetus
Mellitus semenjak 6 tahun yang lalu, Ny. S menceritakan saat berumah

29
tangga sering menggunakan injeksi insulin untuk mengatur gula darahnya dan
memiliki riwayat operasi pada ibu jari kaki klien karena kejatuhan cobek dan
luka sulit sembuh. Namun, setelah suami Ny.S meninggal, PM tidak memiliki
apa-apa sehingga PM tinggal di pasar dan tidur di bawah tempat sampah
sehingga terjadi peristiwa jari telunjuk kaki kanan PM digigit tikus dan luka
PM sulit sembuh hingga sekarang. Keluhan yang dirasakan PM saat ini yaitu
nyeri pada kakinya yang terluka dan tidak kunjung sembuh.
Berdasarkan hasil pengkajian dan screening lansia yang telah
dipaparkan di atas, diagnosa keperawatan yang kami ambil pada Ny. S adalah
infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (Luka DM),Nyeri kronis
berhubungan dengan agen cidera biologis (luka DM) dan Gangguan alam
perasaan berhubungan dengan koping maladaptive.
Pada diagnosa infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (Luka
DM),kami ambil sebagai diagnosa kedua karena Ny. S mengeluh luka di jari
kakinya tidak sembuh-sembuh dan semakin membengkak.Tampak luka ulkus
di jari kanan penerima manfaat, tampak luka keluar cairan putih berbau.
tampak luka jari kaki membengkak, terdapat ganggrene dan berbau dan
tampak kotor dikerubungi oleh lalat. Sehingga intervensi yang kami lakukan
pada Ny. S adalah monitor tanda dan gejala infeksi dan melakukan perawatan
luka.Perawatan luka ini kami lakukan setiap hari. Setelah dilakukan intervensi
selama 3 hari, luka PM bersih setelah diganti balut, namun setiap akan diganti
balut, luka PM nampak ulkus di jari kanan dan tertutup kassa, tampak luka
jari kaki membengkak dan terdapat ganggrene dan berbau khas. Sehingga
pada masalah ini, pada diagnose infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
(Luka DM) teratasi sebagian.
Infeksi kaki diabetik sendiri didefinisikan sebagai invasi dan
multiplikasi organisme patogen yang menginduksi respons inflamasi yang
diikuti dengan kerusakan jaringan lunak atau tulang distal maleolus kaki
penderita diabetes. Infeksi kaki penderita diabetes berhubngan erat dengan
morbiditas serta menyebabkan ketidaknyamanan, penurunan fungsi fisik dan
mental, serta kualitas hidup penderitanya.

30
Infeksi awal akibat kerusakan integritas kulit, umumnya di daerah
trauma atau ulserasi. Neuropati perifer baik sensorik, motorik, maupun
otonom merupakan faktor utama terjadinya kerusakan kulit; luka terbuka ini
selanjutnya menjadi daerah kolonisasi bakteri (umumnya flora normal) dan
selanjutnya berkembang menjadi invasi dan infeksi bakteri. Iskemia jaringan
kaki berkaitan dengan penyakit arteri perifer umum ditemukan pada penderita
infeksi kaki diabetik. Iskemia pada ekstremitas akan meningkatkan risiko
luka menjadi terinfeksi dan akan berkaitan dengan luaran akibat infeksi. Luka
pada kaki penderita diabetik sering menjadi luka kronik, berkaitan dengan
advanced glycation end-products (AGEs), inflamasi persisten, dan apoptosis
yang diinduksi oleh keadaan hiperglikemia.
Mayoritas kasus infeksi kaki diabetik terbatas pada bagian yang relatif
superfisial. Namun, pada PM. S infeksi menyebar ke jaringan subkutan
(tulang). Anatomi kaki terbagi menjadi beberapa kompartemen yang rigid
namun saling berhubungan, sehingga infeksi mudah menyebar antar
kompartemen. Respons inflamasi akan meningkatkan tekanan kompartemen
melebihi tekanan kapiler, menyebabkan nekrosis jaringan akibat iskemia.
Tendon yang terdapat dalam kompartemen menjadi perantara penyebaran
infeksi ke proksimal yang umumnya bergerak dari area bertekanan tinggi
menuju ke tekanan rendah.
Diagnosis klinis dapat ditegakkan dengan ditemukannya minimal 2
tanda lokal inflamasi, yaitu eritema, kalor, nyeri, edema, dan sekret purulen.
Tanda lain (sekunder) infeksi meliputi adanya jaringan nekrosis, granulasi,
sekret non-purulen, bau busuk, atau luka yang gagal sembuh dengan
perawatan adekuat.Pada PM. S ini terdapat kalor, nyeri, edema dan sekret
purulen.
Pada diagnosa nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera biologis
(luka DM) kami ambil sebagai diagnosa prioritas karena Ny. S mengatakan
nyeri pada luka di jari kaki kanan dan berbau busuk sehingga susah untuk
jalan. Pengkajian PQRST didapatkan sebagai berikut, P : saat bergerak atau
jalan, Q : cenut-cenut, R : jari kaki klien, S : 4, T : hilang timbul. Sehingga
intervensi yang kami lakukan pada Ny. S adalah Memonitor skala nyeri ,

31
Mengajarkan teknik manajemen nyeri secara non farmakologis yaitu
relaksasi nafas dalam, Memonitor tanda-tanda vital yang dimana intervensi
ini kami lakukan 3 kali. Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, Ny. S
mengatakan luka PM tidak sembuh-sembuh dan semakin membengkak.
Intervensi diagnosa risiko Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera
biologis (luka DM) teratasi sebagian.
Pada diagnosa gangguan alam perasaan berhubungan dengan koping
maladaptive. PM selalu mengatakan bahwa dirinya merasa sedih tidak
bahagia, sudah tidak punya apa-apa dan siapa-siapa, membenci dirinya
sendiri karena kehidupannya buruk dan Penerima manfaat tidak memiliki
semangat untuk hidup dan Nilai Inventaris depresi Beck (>16 Depresi Berat).
Sehingga intervensi yang kami lakukan adalah membantu untuk memahami
bahwa penerima manfaat dapat mengatasi keputus asaannya, membantu
mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal: hub. Antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan) dan mengkaji sistem pendukung
keyakinan (misal: nilai, pengalaman masa lalu, aktivitas keagamaan).
B. Analisa Intervensi
Dari hasil pengkajian pada Ny. S ditemukan tiga diagnosa yang salah
satunya adalah infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (Luka DM).
Kemudian dilakukan beberapa implementasi selama asuhan keperawatan,
antara lain memonitor tanda dan gejala infeksi, mencuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan keperawatan (perawatan luka), melakukan perawatan luka
dan meningkatkan intake nutrisi
Pada saat sebelum dilakukan tindakan perawatan luka ulkus kaki diabetik
pada Ny. S, tampak luka keluar cairan putih berbau, luka ulkus pada jari kaki
membengkak, dan terdapat ganggrene, berbau serta tampak kotor dikerubungi
oleh lalat. Kemudian dilakukan perawatan luka menggunakan VCO (Virgin
Coconut Oil) selama dua hari, namun kondisi luka tetap sama seperti semula.
Pada hari ketiga, perawatan luka diganti menggunakan obat topikal berupa
Nebacetin yang termasuk salep antimikroba. Saat dilakukan evaluasi, tampak
terdapat sedikit perbedaan pada kondisi luka. Nekrosis pada luka ulkus kaki
diabetik mulai berkurang.

32
Menurut Ayundini (2014) , perawatan luka dilakukan dengan debridement
yang adekuat, pemilihan dressing yang tepat dan terapi topikal untuk
mengurangi mikroba. Penggunaan obat topikal dapat digunakan sebagai terapi
alternatif untuk ulkus kaki diabetik ringan. Lama terapi obat topikal sebagai
antibiotik yaitu 1-3 minggu pada infeksi daerah subkutan, dan 4 minggu - 6
bulan untuk infeksi yang mencapai tulang. Namun terapi antibiotik yang lama
dan kepatuhan yang buruk, menimbulkan efek resistensi kuman terhadap
antibiotik.
Sedangkan menurut Zakaria (2011), mengenai penggunaan VCO untuk
perawatan luka yaitu VCO mengandung efek farmakologi berupa anti
inflamasi. VCO juga mengandung analgesik dan antipiretik yang berpengaruh
pada perawatan luka (Intahphuak, 2010).
Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bila perlu
dilakukannya perbandingan dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan
observasi luka ulkus kaki diabetik post perawatan luka dengan VCO dan
Nebacetin, agar terlihat perbedaan yang signifikan.
Selain itu, pada penerima manfaat Ny. S temuan yang ditemui yaitu dalam
merawat luka ulkus diabetikum digiti 2 dextra yaitu alat yang digunakan hanya
di cuci dengan sabun. Perawatan luka dilakukan setiap hari yaitu satu kali pada
pagi hari. Setelah dilakukan, pembersihan luka hanya di cuci dengan sabun
lalu dikeringkan, keesokan harinya dipakai kembali.
Berdasarkan fenomena tersebut, semua alat kesehatan yang kontak
langsung dengan penerima manfaat dapat menjadi sumber infeksi. Infeksi ini
dapat terjadi karena tidak terpenuhinya standar dalam proses sterilisasi
peralatan medis, sehingga luka penerima manfaat terpapar mikroorganisme
atau patogen yang menyebabkan luka menjadi infeksi dan sukar sembuh
(Darmadi, 2008).
Luka yang dialami oleh Ny. S yaitu terdapat ulkus diabetikum dengan
balutan kotor pus dan darah, berbau, terdapat beberapa jaringan yang nekrotik.
Sehingga untuk meminimalisir infeksi yang terjadi pada penerima manfaat
Ny.S, maka inovasi tindakan keperawatan yang kami lakukan yaitu

33
mensterilkan alat yang dilakukan untuk perawatan luka dengan metode panas
kering menggunakan autoclave.
Sterilisasi adalah suatu keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi adanya
mikroorganisme. Metode sterilisasi panas kering yaitu menggunakan suhu
130oC selama 30 menit menggunakan autoclave. Prinsip dasar dalam sterilisasi
panas kering yaitu melalui mekanisme konduksi, panas akan diabsorbsi oleh
permukaan luar dari peralatan yang akan disterilkan, lalu merambat kebagian
yang lebih dalam dari peralatan (Darmadi, 2008).
Di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Raudah (2017) bahwa
sterilisasi alat medis menggunakan metode pemanasan panas kering dengan
suhu 130oC selama 30 menit yaitu dengan angka kuman 0 koloni/cm. Sehingga
metode sterilisasi panas kering menggunakan autoclave dengan suhu 130oC
selama 30 menit efektif untuk membunuh koloni kuman. Oleh karena itu, hal
ini dapat mengurangi infeksi yang didapatkan penerima manfaat dari alat set
medikasi perawatan luka yang diberikan.
Implementasi sudah dilakukan pada penerima manfaat Ny. S yaitu alat
medikasi perawatan luka setelah digunakan maka dibersihkan dan dikeringkan.
Setelah itu, alat dimasukan kedalam sterilisasi autoclave. Hal ini menunjang
penyembuhan luka klien yang dibuktikan dengan granulasi luka klien
membaik, pus berkurang.
Namun, hal ini tidak didukung dengan kontrol gula darah PM. S dan
kurang patuhnya PM. S untuk tidak melepas balutan di kakinya sehingga
keesokan harinya luka tersebut kembali basah dan memproduksi pus. Dalam
proses membalut luka, tidak ada satu balutan yang efektif untuk semua kondisi
ulkus diabetes. Pemilihan balutan untuk ulkus diabetes disesuaikan dengan
kondisi luka. Secara umum, infeksi kaki diabetik dengan eksudat ekstensif
membutuhkan balutan yang mampu menyerap kelembapan, sedangkan luka
kering membutuhkan terapi topikal untuk meningkatkan kelembapan luka.
Balutan luka yang optimal sebaiknya diganti minimal 1 kali sehari untuk
membersihkan luka serta evaluasi keadaan infeksi luka.

34
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan screening lansia yang telah
dilakukan, diagnosa keperawatan yangdiambil pada Ny. S adalah infeksi
berhubungan dengan penyakit kronis (Luka DM), intervensi yang kami
lakukan pada Ny. S adalah monitor tanda dan gejala infeksi dan

35
melakukan perawatan luka.Perawatan luka ini kami lakukan setiap hari.
Setelah dilakukan intervensi selama 3 hari, luka PM bersih setelah diganti
balut, namun setiap akan diganti balut, luka PM nampak ulkus di jari
kanan dan tertutup kassa, tampak luka jari kaki membengkak dan terdapat
ganggrene dan berbau khas. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cidera
biologis (luka DM), intervensi yang kami lakukan pada Ny. S adalah
Memonitor skalanyeri , Mengajarkan teknik manajemen nyeri secara
nonfarmakologis yaitu relaksasi nafas dalam. Gangguan alam perasaan
berhubungan dengan koping maladaptive, intervensi yang kami lakukan
adalah membantu untuk memahami bahwa penerima manfaat dapat
mengatasi keputus asaannya, membantu mengidentifikasi sumber-sumber
harapan (misal: hub. Antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
dan mengkaji sistem pendukung keyakinan (misal: nilai, pengalaman masa
lalu, aktivitas keagamaan).
B. Saran
1. Bagi Institusi
Diharapkan tenaga medis, dan pekerja sosial mampu berperan
penting dalam pelaksanaan manajemen masalah atau pencegahan
masalah yang dapat mengganggu ketidaknyamanan penerima manfaat
di masa tuanya.
2. Bagi Keluarga Penerima Manfaat
Diharapkan keluarga dapat lebih memberikan dukungan moril bagi
penerima manfaat sehingga mampu membantu mengurangi beban
psikis penerima manfaat di masa tuanya.
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2010). Physical activity/exercise and diabetes.


http://www.uhs.wisc.edu. Diakses tanggal 7 November 2019
Ayundini, Gratcia. (2014). Penggunaan Antibiotik Topikal sebagai Alternatif
Terapi Ulkus Diabetik. Diabetes Insipidus In Young Woman. Vol. 2 (2)
Agustus 2014. Universitas Indonesia.
Department Kesehatan Republik Indonesia. (2017, September 19). Riset
Kesehatan Dasar 2013, hal.
Depkes.go.id/resources/download/HasilRieskeda2013.pdf.

36
Fontaine, K. L. (2009). Mental Health Nursing (6th ed.). New Jersey: Pearson
Publisher, Inc

Hardani, P. T., & Putri, Y. S. E. (2016). Relaksasi otot progresif dalam mengatasi
insomnia pada lansia di panti tresna werdha. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 4(1), 40-44.

Intahphuak, S., Khonsung, P., & Panthong, A. (2010). Anti-inflammatory,


analgesic, and antipyretic activities of virgin coconut oil. Pharmaceutical
Biology, 48(2), 151–157. https://doi.org/10.3109/138802009030626
Kholifah, S. N. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Replubik Indonesia.

Martono, H., & Pranaka, K. (2010). Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Padila. (2013). Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Price A, Sylvia, dkk, 2005. Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-proses


Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC

Smeltzer, Susan C, 2013. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth,


edisi 12. Jakarta : EGC

Sulistyowati, R., & Astuti, A. D. (2019). Relaksasi Otot Progresif untuk


Mengurangi Gejala Fatigue pada Klien Diabetes Mellitus di Wilayah Kerja
Pusat Kesehatan Masyarakat Kayon. PengabdianMu: Jurnal Ilmiah
Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 87-93.
Zakaria, Z. A., Somchit, M. N., Mat Jais, A. M., Teh, L. K., Salleh, M. Z., &
Long, K. (2011). In vivo antinociceptive and anti-inflammatory activities
of dried and fermented processed virgin coconut oil. Medical Principles
and Practice, 20(3), 231-236. https://doi.org/10.1159/000323756.

37

Anda mungkin juga menyukai