Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN AKHIR INDIVIDU

DIABETES MELITUS

Dosen Pembimbing Klinik:


dr. Mitra Andini Sigilipoe, MPH

Disusun Oleh:
Putu Gede Suda Satriya Wibawa
42190323

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
PUSKESMAS PUNDONG BANTUL
PERIODE 5 OKTOBER-14 NOVEMBER 2020
YOGYAKARTA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) merupakan kelainan metabolisme pada endokrin akibat


defek dalam sekresi dan kerja insulin atau keduanya sehingga, terjadi defisiensi
insulin relatif atau absolut dimana tubuh mengeluarkan terlalu sedikit insulin atau
insulin yang dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan kelainan metabolisme
kronis berupa hiperglikemia. Resistensi insulin pada otot dan kerusakan dari sel-sel β
pankreas telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe 2.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia 2019, jumlah penderita DM di
Indonesia adalah 3.941.698 dengan jumlah penderita yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai standar adalah 2.687.994 atau sekitar 68.19%. Jumlah penderita DM
meningkat dibandingkan pada tahun 2018 yaitu sebanyak 1.017.290. Berdasarkan
data riset kesehatan dasar dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terjadi
peningkatan prevalensi diabetes melitus di Indonesia yaitu dari 6,9% di tahun 2013
menjadi 8.5% di tahun 2018.
Kejadian DM di DIY tahun 2019 adalah 74.668 dengan jumlah penderita yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar adalah 55.190 atau sekitar 73.19%.
DIY merupakan salah satu provinsi dengan kejadian tertinggi DM di Indonesia, hal
ini dibuktikan dengan berdasarkan hasil riskesdas tahun 2013 DIY merupakan
provinsi dengan prevalensi DM tertinggi di Indonesia yaitu sebesar 2.6%, kemudian
berdasarkan hasil riskesdas 2018 DIY merupakan provinsi dengan prevalensi DM
tertinggi nomer 2 dibawah DKI Jakarta yaitu sebesar 2.4%. Berdasarkan profil
kesehatan DIY tahun 2019 Kabupaten Bantul menduduki peringkat ketiga pada
jumlah penderita DM di provinsi DIY dengan jumlah 11.954 kasus. Berdasarkan
profil kesehatan Bantul 2019 diabetes melitus termasuk 10 besar penyakit terbanyak
di Puskesmas dengan menduduki peringkat ke tujuh dengan jumlah kasus sebesar
5356. Di Puskesmas Pundong penyakit DM menduduki peringkat 5 sebagai penyakit
tersering di puskesmas dengan kejadian 1588 kasus. Puskesmas Pundong mencatat
jumlah pasien diabetes melitus pada bulan Januari hingga Oktober 2020 sebanyak 548
kasus.
1
Diabetes Melitus yang tidak terkontrol dapat menyebabkan timbulnya
komplikasi. Salah satu komplikasi yang sering terjadi adalah ulkus diabetik. Ulkus
diabetik adalah luka yang melibatkan hampir seluruh lapisan kulit yang dapat disertai
dengan adanya nekrosis atau gangrene akibat dari neuropati perifer atau peripheral
arterial disease pada pasien diabetes. Berdasarkan data dari Infodatin Diabetes oleh
Kementrian Kesehatan yang bersumber dari data komplikasi diabetes melitus di
RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2011, prevalensi ulkus tungkai adalah
8,7 % - 24% dari total penderita diabetes dengan angka amputasi mencapai 30%,
angka mortalitas 32% dan Ulkus diabetik merupakan penyebab perawatan rumah sakit
yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes Melitus. Penderita Ulkus diabetik di
Indonesia memerlukan biaya yang tinggi sebesar 1,3 juta sampai 1,6 juta perbulan dan
43,5 juta untuk seseorang penderita. Setiap tahun, lebih dari satu juta orang
kehilangan salah satu kakinya akibat dari komplikasi Diabetes Mellitus.

Meskipun angka akurat sulit


diperoleh untuk
prevalensi UKD, prevalensi
komplikasi ini berkisar antara
4% -27%. Berdasarkan data
dari
Infodatin Diabetes oleh
Kementrian Kesehatan yang
ber.sumber dari data
komplikasi diabetes
2
melitus di RSUP Dr. Cipto
Mangunkusumo Jakarta tahun
2011, angka komplikasi dari
ulkus
tungkai adalah 8,7 % dari total
penderita diabete
II. Tujuan
1. Memberikan informasi mengenai kejadian diabetes melitus di wilayah kerja
Puskesmas Pundong
2. Memberikan edukasi penyakit diabetes melitus secara menyeluruh

III. Manfaat
1. Masyarakat dapat aktif untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan
dalam mencegah dan mengatasi masalah Diabetes Melitus

3
BAB II
HASIL DAN KAJIAN

Judul Kasus: Ulkus Diabetik


I. Identitas Pasien
Nama : Bp. SY
Tanggal Lahir : 16/07/1963
Usia : 57 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Buruh Tani
Alamat : Tarungan Panjangrejo
Tanggal Masuk RS : 19 Oktober 2020
Ruang rawat : IGD

II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Luka pada kaki kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan luka pada kaki kanan akibat terkena pijakan motor
sejak 4 hari sebelum masuk ke IGD puskesmas. Kejadian bermula saat pasien hendak
pergi bekerja, namun karena terburu-buru, pasien tanpa sengaja terkena pijakan kaki
hingga menimbulkan luka. Pasien mencoba untuk membersihkan luka secara mandiri
dengan air bersih, namun luka tersebut tidak kunjung sembuh dan juga muncul cairan
nanah sehingga pasien memutuskan untuk berobat IGD Puskesmas Pundong di keesokan
harinya. Setelah perawatan luka pertama pasien kemudian rutin mengontrol luka nya
setiap 3 hari di IGD puskesmas pundong. Pasien juga mengeluhkan satu bulan belakangan
sering merasa lemas mudah lapar dan haus serta sering pergi kekamar mandi untuk
kencing. Mual dan muntah disangkal, BAB normal
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
 Pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak tahun 2018.
 Riwayat Hipertensi (-)
 Riwayat Jantung (-)

3
 Riwayat Operasi (-)
 Riwayat Asma (-)
 Riwayat Alergi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Riwayat penyakit serupa (-)
 Riwayat HT (ibu)
 DM (ibu)
 Riwayat alergi (-)
5. Riwayat penggunaan obat:
Pasien mengonsumsi obat metformin satu kali sehari namun pasien tidak rutin meminum
obat tersebut dengan alasan sudah tidak terdapat keluhan.
6. Riwayat Alergi:
Alergi obat (-)
Alergi makanan (-)

7. Anamnesis Sitemik
 Sistem Neurologis : Tidak Ada Keluhan.
 Sistem Kardiovaskular : Tidak Ada Keluhan.
 Sistem Respiratorius : Tidak Ada Keluhan.
 Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Keluhan
 Sistem Gastrointestinal : Tidak Ada Keluhan
 Sistem Urogenital : Tidak Ada Keluhan

8. Riwayat Gaya Hidup:


Pasien merupakan buruh tani yang sehari-hari bekerja di sawah. Pasien memiliki pola
makan tidak teratur karena pasien sibuk bekerja. Pasien juga menyukai makanan
berminyak, bersantan, serta tidak suka mengonsumsi buah dan sayur. Pasien merokok 1
bungkus per hari. Pasien menyukai minuman manis terutama teh dan kopi. Pasien merasa
cukup tidur dengan durasi 6-8 jam perhari. Pasien jarang berolahraga karena menganggap
bekerja di sawah sebagai kegiatan berolahraga.

9. Family Life Cycle


Pasien mempunyai dua anak, anak pertama adalah laki-laki berusia 33 tahun dan yang
kedua adalah laki-laki berusia 30 tahun. Pasien tinggal bersama anak pertamanya dan

4
menantu pertamanya beserta 2 cucunya. Beliau mempunyai 2 cucu dari anak pertama dan
1 cucu dari anak kedua.
Genogram :

57
55

33 30 30 28

11 4

Keterangan:
Simbol Keterangan Simbol Keterangan
Laki-laki atau Meninggal

Perempuan Tinggal satu rumah

Diabetes Melitus Pasien

10. Riwayat Personal “SCREEM”


 Social : Hubungan antara keluarga terjalin dengan baik. Pasien tinggal bersama
anak, menantu, dan kedua cucunya. Pasien selalu berhubungan dan
berkomunikasi dengan semua anggota keluarga. Pasien mudah bersosialisasi
dengan orang sekitar.
 Culture : Pasien dan keluarganya merupakan orang suku Jawa dan sejak kecil
tinggal di Pundong.

5
 Religious : Pasien dan keluarganya menganut agama Islam dan tidak
mengeluhkan adanya kendala dalam menjalankan ibadah.
 Education : Pasien merupakan lulusan SLTA/sederajat.
 Ekonomi : Pasien merupakan buruh tani. Keadaan ekonomi pasien cukup karena
ekonomi keluarga pasien juga dibantu oleh anak pasien.
 Medical : Pasien memiliki riwayat diabetes melitus. Pasien tidak rutin Kontrol
ke puskesmas dan hanya meminum obat saat terdapat keluhan. Pasien memiliki
jaminan kesehatan berupa BPJS.
11. Riwayat Tempat Tinggal
 Keadaan Rumah
Rumah pasien terletak di Tarungan Panjangrejo. Pasien tinggal bersama anak
pertamanya dan menantu pertamanya beserta 2 cucunya. Rumah pasien memiliki
pintu utama dan beberapa jendela dan ventilasi. Jendela rumah sering dibuka di
pagi hari dan ditutup kembali pada sore hari. Atap rumah menggunakan seng
dengan rangka kayu tanpa plafon. Kamar mandi terletak di dalam rumah dengan
cahaya cukup dari ventilasi. Di kamar mandi terdapat jamban dan bak mandi
berupa tembok. Bak mandi dikuras setiap 2-3 minggu. Septik tank terdapat di
belakang rumah dengan ukuran 2x1 meter. Sampah padat dibakar di belakang
rumah.
 Lingkungan Sekitar Rumah
Rumah pasien terletak di pinggir jalan dan pekarangan rumah tidak terlalu luas.
Di depan rumah terdapat tanaman berupa bunga yang diletakkan dalam pot serta
pohon manga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
KU : baik
GCS : EVM 4/5/6
Vital Sign :
a. Tekanan darah : 135/83 mmHg
b. Nadi : 93 kali/menit
c. Frekuensi nafas : 20 kali/menit
d. Suhu tubuh : 36,6o C
Antropometri

6
a. TB : 160
b. BB : 72 kg
c. IMT : 28 (Obese)
d. Lingkar perut : 91 cm
2. Status Lokalis
a. Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/-, sianosis (-)
b. Leher : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
c. Thorax
Paru
Inspeksi : gerak dada simetris, jejas (-), retraksi (-)
Palpasi : benjolan (-) nyeri tekan (-) fremitus dbn
ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler(+/+) , ronki (-/-) , wheezing (-/-)
Jantung : S1/S2 normal (reguler) , S3 (-) dan S4 (-)
d. Abdomen
Inspeksi :distensi (-)
Auskultasi :peristaltik usus (+) dalam batas normal
(20kali/menit)
Perkusi : timphani pada 9 regio abdomen
Palpasi :abdomen teraba supel, nyeri tekan epigastrik
(-), pembesaran hepar (-), pembesaran limpa (-),
turgor kulit normal
e. Ekstremitas
Inspeksi : Edema (-), pus (+), Ulkus (+), dry skin (+)
Palpasi : Teraba hangat, nyeri tekan (+), neuropati
sensoric (-), neuropati Motoric (-), pulsasi nadi
(+)

1. Kekuatan otot :
5 5
5 5

7
IV. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap (14 Oktober 2020)
Pemeriksaan Hasil Satuan Parameter
GDS 265.0 (H) mg/dL 70-140

V. DIAGNOSIS KERJA
Ulkus diabetik pedis regio cruris dextra grade III.
DIAGNOSIS KOMUNITAS
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap gaya hidup sehat, penyakit diabetes,
faktor risiko, pengobatan yang tepat dan manajemen komplikasi diabetes melitus
khususnya ulkus diabetik di Puskesmas Pundong periode Januari-Oktober 2020.
VI. TERAPI
Medikamentosa
R/ Tab Amoxicillin 500mg No XV
s.o.8h tab 1 pc (habiskan)
R/ Tab Paracetamol 500mg No XXX
s.p.r.n 3 d.d tab 1 pc (bila demam)
R/ Tab Metformin 500mg XXX
s. 1. d. d tab 1 pc
Nonmedikamentosa
Rawat luka ulkus
Edukasi:
 Motivasi dan edukasi pada pasien agar memperbaiki pola makan dan
mengurangi konsumsi gorengan dan santan, lakukan olahraga aerobik setelah
luka sembuh selama 40-50 menit dalam seminggu 3 kali dan aktivitas fisik.
 Mengedukasi tentang cara perawatan luka di rumah secara mandiri.
 Mengedukasi faktor risiko dan komplikasi DM.
 Mengedukasi tentang cara meminum obat DM secara tepat.
VII. PROGNOSIS
 Quo ad vitam (hidup) : ad bonam
 Quo ad fungtionam (fungsi) : dubia ad bonam
8
 Quo ad sanationam (sembuh) : dubia ad bonam

VIII. Follow Up (25 Oktober 2020)


S : Pasien mengeluh nyeri berkurang
O : 1. KU : CM
2. TD : 120/80
3. Suhu : 36,8 C
4. Nafas : 18x
5. Inspeksi luka : granulasi (+), necrotic tissue (-), pus berkurang, edema (-),
pulsasi nadi (+).
A : Ulkus diabetik
P : Rawat luka, Paracetamol 500mg 3x1 tab, Metformin 500mg 1x1 tab.

9
BAB III
METODE PENGAMBILAN DAN INTERPRETASI DATA

1. Metode Pengambilan Data


Metode pengambilan data diambil dari data prevalensi pasien dengan diabetes melitus di
Puskesmas Pundong dalam periode 1 Januari hingga 1 Oktober 2020 melalui DGS
Puskesmas Pundong. Pengambilan data juga diambil melalui Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul.
2. Interpretasi Data
Interpretasi data menggunakan:
a. Diagram
b. Kalimat penjelas
Data Epidemiologi
1. Distribusi 10 besar penyakit di Puskesmas se-Kabupaten Bantul tahun 2019

Diabetes melitus termasuk 10 besar penyakit di Puskesmas Kabupaten Bantul Tahun


2019 dengan total kasus sebesar 15.925 kasus.

2. Distribusi 10 besar penyakit di Puskesmas Pundong tahun 2018

10
Berdasarkan diagram diatas diabetes melitus termasuk dalam 10 besar penyakit di
Puskesmas Pundong dan menduduki peringkat ke 5 dengan jumlah kasus sebesar 1588
penderita.
3. Jenis Kelamin

Prevalensi Kasus DM Berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki
36%

Perempuan
64%

Laki-laki Perempuan

Diagram 1. Data Prevalensi Kasus DM berdasarkan Jenis Kelamin Periode 1 Januari-31 Oktober 2020.

Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM lebih
banyak terjadi pada perempuan dengan jumlah 351 orang (64%) dan pada laki-laki
sebanyak 197 orang (36%).
4. Usia
Prevalensi Kasus DM Berdasarkan Usia
25 6611 40
86

154

220

1-4th 15-24th 25-34 35-44th


45-54th 55-64th 65-74th >74th

11
Diagram 2. Data prevalensi kasus DM berdasarkan usia pada periode 1 januari – 31 Oktober 2020

Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM
tertinggi terjadi pada usia 55-64 tahun. Prevalensi kejadian DM terendah terjadi pada
usia 1-14 tahun dan 15-24 tahun dengan masing-masing sebanyak 6 orang.
5. Wilayah Kerja Puskesmas
Frekuensi Kasus DM Berdasarkan
250
Wilayah
250

200
154 144
150

100

50

0
Panjangrejo Seloharjo Srihardono

Frekuensi Kasus DM Berdasarkan Wilayah

Diagram 3. Data PrevalensiKasus DM berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Periode 1 Januari-31 Oktober 2020.

Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM
tertinggi terjadi di Desa Srihardono dengan jumlah penderita sebesar 250 kasus.
Prevalensi kejadian DM terendah berada di desa seloharjo dengan jumlah 144 kasus.
6. Klasifikasi DM
Klasifikasi DM
491
500
400
300
200 56
1
100
0
Insulin Dependent Non-Insulin Gestasional
Dependent

Klasifikasi DM

Diagram 4. Data Prevalensi Kasus DM berdasarkan Klasifikasi DM Periode 1 Januari-31 Oktober 2020

Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM

12
tertinggi terjadi pada diabetes melitus tipe 2 (non-insulin dependent) dengan kejadian
sebesar 492 kasus. Prevalensi terendah terjadi pada diabetes gestasional dengan kejadian
sebesar 1 kasus.

BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Analisis Kasus
Pemilihan kasus ini berdasarkan masih tingginya kejadian DM di Indonesia
serta terjadinya peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Berdasarkan data
riset kesehatan dasar dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terjadi peningkatan
prevalensi diabetes melitus di Indonesia yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8.5%
di tahun 2018. Diabetes yang tidak terkontrol akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Salah satu
komplikasi yang paling sering terjadi adalah ulkus DM. Angka kejadian ulkus tungkai
di Indonesia adalah 8,7 % dari total penderita diabetes dengan angka amputasi
mencapai 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan penyebab
perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus.
Penyakit DM di Puskesmas Pundong pada tahun 2018 menduduki peringkat 5
sebagai penyakit tersering di puskesmas dengan kejadian 1588 kasus. Puskesmas
Pundong mencatat jumlah pasien diabetes melitus pada bulan Januari hingga Oktober
2020 sebanyak 548 orang.
B. Analisis Determinan
Berdasarkan segitiga epidemiologi, suatu penyakit dapat terjadi karena
interaksi antara host (pejamu), agent (penyebab penyakit), dan environment
(lingkungan). Dalam penyakit ulkus diabetik host, agent dan environment
memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam mencetuskan kejadian ulkus diabetik,
hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penjamu (host)
a. Usia
Berdasarkan angka epidemiologi yang diambil dari Riskesdas 2018,
didapatkan data penderita DM berdasarkan kelompok umur adalah sebagai
berikut:

13
Dari hasil tersebut menunjukkan jika usia 55-64 tahun merupakan usia
dengan resiko tertinggi untuk menderita DM dengan prevalensi 6,29%.
Hal ini disebabkan karena semakin tua penderita maka semakin menurun
sensitivitas insulin dan menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme
glukosa.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari Riskesdas 2018, didapatkan data yang menyatakan
bahwa penderita DM lebih banyak ditemukan pada perempuan dengan
presentase 1,78% dan laki-laki 1,21%.

Hal ini disebabkan pria memiliki hormon testosteron. Penelitian oleh


pitteloud dkk mengungkapkan jika peningkatan sekresi testosteron total
pada diabetes melitus berkorelasi positif dengan perbaikan sensitivitas
insulin dan kadar glukosa darah dan demikian juga sebaliknya. Selain itu
perempuan lebih sering terkena neuropati karena hormon estrogen
menyebabkan penyerapan iodium diusus terganggu sehingga proses
pembentukan mielin saraf tidak terjadi.
c. Genetik
Keturunan dari penderita DM memiliki resiko 6 kali lebih besar untuk
menderita penyakit DM. Penderita DM tipe 2 akan mewariskan mutasi
genetik sel beta pankreas terhadap keturunannya yang dapat menyebabkan
peningkatkan ekspresi gen pada pulau Langerhans dan berdampak pada
14
terganggunya sekresi insulin, berkurangnya insulin plasma, gangguan
sekresi insulin oleh stimulasi glukosa, serta menurunkan sensitifitas insulin
sehingga meningkatkan risiko berkembangnya DM tipe 2.

2. Penyebab penyakit (agent)


a. Kebiasaan merokok
Studi yang dilakukan oleh Houston dari Birmingham Veteran Affairs
Medical Center, Amerika Serikat menyatakan bahwa perokok aktif
memiliki risiko 22% lebih tinggi untuk terserang DM tipe 2 dibanding
orang yang tidak merokok, sedangkan pada perokok pasif ditemukan
memiliki risiko 17% lebih tinggi untuk terserang diabetes dibanding
dengan orang yang tidak terpajan. Kandungan nikotin pada rokok
bertanggung jawab terhadap penyakit DM. Nikotin akan memperburuk
terjadinya resistensi insulin dan dapat menurunkan sekresi insulin melalui
nAChRs pada sel–sel β pancreas.
b. Pola makan
Fenomena yang terjadi dimasyarakat seiring dengan pergeseran zaman
menyebabkan perubahan pola makan yang alami menjadi modern. Pilihan
menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin menyebar
keseluruh lapisan masyarakat, sehingga meyebabkan terjadinya penyakit
degenarative, salah satunya DM. Gaya hidup zaman sekarang dengan pola
makan yang tinggi lemak, garam dan gula, mengkonsumsi makan kaleng,
dan siap siap saji akan berdampak pada peningkatan kadar gula darah.
c. Kurang berolahraga
Olahraga sangat bermanfaat untuk meningkatkan sirkulasi darah,
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas terhadap insulin,
sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Hal ini mendasari
semakin jarang seseorang berolahraga maka kemungkinan untuk
menderita penyakit DM semakin besar.
d. Obesitas
Obesitas adalah salah satu faktor resiko lingkungan yang sangat penting
dalam pathogenesis diabetes mellitus tipe II. Obesitas memiliki peran
yang kurang baik dalam hal ini yaitu meningkatkan resistensi insulin oleh

15
tubuh, sehingga glukosa yang ada di dalam darah tidak mampu di
metabolisme dengan baik oleh sel dan akhimya terjadi peningkatan
glukosa dalam darah, memang resistensi insulin berkaitan dengan
obesitas.
Obesitas menyebabkan tcrjadinya peningkatan massa adiposa yang
dihubungkan dengan resistensi insulin yang akan mengakibatkan
terganggunya proses penyimpanan lemak dan sintesa lemak. Pada obesitas
kemungkinan terkena diabetes melitus 2.9 kali lebih sering bila
dibandingkan yang tidak obesitas. Obesitas merupakan penyebab utama
DM 2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia
berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
e. Tingkat pengetahuan masih rendah
Pengetahuan sangat diperlukan untuk mengendalikan dan mengurangi
dampak yang disebabkan oleh DM. Tingkat pengetahuan yang rendah
akan dapat mempengaruhi pola makan yang salah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya obesitas. Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang diabetes mellitus, juga mengakibatkan rendahnya kesadaran pasien
terhadap terapi serta komplikasi yang dapat terjadi pada DM.
f. Kontrol penyakit yang tidak rutin
Kontrol penyakit DM merupakan salah satu kegiatan yang digunakan
sebagai monitoring keberhasilan suatu terapi. Kontrol yang tidak rutin
akan mempersulit dalam proses terapi penyakit DM. Terdapat berbagai
alasan yang menyebabkan pasien untuk tidak kontrol rutin diantaranya
adalah jarak rumah dengan puskesmas yang jauh, tidak memiliki waktu
luang untuk datang ke puskesmas, tidak memiliki biaya atau asuransi
(BPJS) dan pasien merasa sudah sehat.
g. Ketidak patuhan minum obat
Pengobatan DM merupakan pengobatan jangka panjang dan harus
dikonsumsi rutin sesuai dosis yang telah ditetapkan. Pasien yang tidak
patuh dan tidak disiplin terhadap pengobatan akan sulit mengontrol kadar
gula darah yang berakibat semakin besar kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi. Pasien berhenti meminum obat diakibatkan karena pasien

16
merasa sudah sehat, pasien lupa karena kesibukan bekerja, dan obat yang
hilang akibat teledor dalam menyimpan obat.
h. Imunopathy
Sistem imun dari pasien diabetes lebih lemah dari pasien sehat hal ini
menyebabkan ketika terjadi infeksi pada pasien diabetes seperti ulkus
diabetik akan membuat lebih sulit untuk sembuh. Kondisi hiperglikemia
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan cytokines pro-inflamatory dan
gangguan fungsi polymorphonuclear cell seperti chemotaxis, phagocytosis,
adherence, dan intracellular killing. Penurunan imunitas juga disebabkan
oleh penurunan aktivitas leukosit, ketidaktepatan respon inflamasi dan
gangguan imunitas seluler (penghambatan dari proliferasi fibroblast dan
gangguan pada lapisan basa keratinocytes, penurunan migrasi dari sel
epidermal. Kemampuan fagositosis dari leukosit juga sangat menurun pada
pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol.
i. Neuropathy
Kondisi hiperglikemi menyebabkan peningkatan produksi enzyme seperti
aldose reductase dan sorbitol dehydrogenase. Enzim ini akan mengubah
glukosa menjadi sorbitol dan fruktosa. Ketika produk gula ini jumlahnya
meningkat maka sintesis dari sel saraf seperti myoinositol menjadi
menurun, yang mengakibatkan konduksi saraf menjadi terganggu. Hal ini
memicu terjadinya penurunan pheripheral sensation dan inervasi saraf
pada otot yang berukuran kecil di kaki sehingga akan memperbesar
kemungkinan untuk terjadinya ulkus diabetik. Pasien dengan diabetes juga
akan memiliki kulit yang kering dan banyak terdapat fissure yang
mengakibatkan rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena
neuropati autonomic sehingga microsirkulasi dari kulit menjadi terganggu.

17
j. Vasculopathy
Pada pasien diabetes terjadi gangguan pada pembuluh darah yang
menyebabkan penyembuhan luka menjadi terganggu. Hiperglikemia
kronik dapat menyebabkan disfungsi endotel melalui aktivasi PKC yang
akan menghambat produksi NO. Nitric oxide di sintesis oleh sel endotel
yang berfungsi untuk vasodilatasi dan melindungi pembuluh darah, cedera
endogen, penghambat proliferasi sel, penghambat agregasi dan adhesi
trombosit. Hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya overekspresi
growth factors yang akan meningkatkan proliferasi endotel dan otot polos
pembuluh darah sehingga akan terjadi neovaskularisasi serta
vasokonstriksi.

k. Kebersihan luka
Kebersihan luka merupakan salah satu faktor yang mendukung
penyembuhan luka terutama ulkus DM. Semakin rutin luka dibersihkan
maka semakin baik prognosis pasien tersebut. Debridement yang baik dan
adekuat akan membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus
dikeluarkan tubuh dan mengurangi produksi pus / cairan dari ulkus /
gangren. Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
mikroba pada luka seperti cairan salin sebagai pembersih luka atau iodine
encer dan senyawa silver sebagai bagian dari dressing (pembalut). Untuk
menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa
yang dibasahi dengan salin. Selama proses inflamasi masih ada, proses

18
penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses penyembuhan
selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epitelisasi.
3. Lingkungan:
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia serta
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
manusia. Situasi pandemi Covid-19 ikut serta mempengaruhi angka kunjungan
DM di Puskesmas Pundong. Hal ini dikarenakan masyarakat menjadi ketakutan
untuk kontrol penyakitnya di puskesmas akibat takut terinfeksi. Hal ini pada
akhirnya akan menyulitkan petugas medis dan pasien untuk mengontrol
penyakit DM. Keadaan ini dibuktikan dengan jumlah kunjungan pasien baru
yang terus menurun dari bulan januari hingga oktober.
Hal lain yang mempengaruhi adalah budaya warga yang suka
mengonsumsi makanan ataupun minuman manis juga ikut serta dalam
mempengaruhi kejadian DM di wilayah Kecamatan Pundong.

19
BAB V
KAJIAN MANAJEMEN-ORGANISASI PROGRAM PEMBINAAN

1. Kinerja Utama
Target utama pembinaan diabetes melitus adalah pasien dan keluarga dengan
diabetes melitus. Permasalahan utama terkait kejadian diabetes melitus adalah gaya
hidup yang buruk, pengetahuan yang rendah dan kondisi komorbid penyerta pada
pasien.
a. Rumusan Masalah
 Masih banyaknya pasien diabetes melitus memiliki gaya hidup tidak sehat,
pengetahuan yang rendah tentang pengobatan dan kurangnya informasi
mengenai pengelolaan komplikasi diabetes melitus terutama ulkus diabetik.
b. Tujuan
 Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan penyakit DM.
 Membuat masyarakat lebih waspada sehingga rutin kontrol kesehatan dan
teratur minum obat
2. Diagnosis Komunitas.
Kurangnya pengetahuan terhadap gaya hidup sehat, penyakit diabetes, faktor risiko,
pengobatan yang tepat dan manajemen komplikasi diabetes melitus khususnya ulkus
diabetik di Puskesmas Pundong periode Januari-Oktober 2020.

20
Analisis SWOT
INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W)
 Adanya tim kesehatan puskesmas yang  Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan.
siap melatih memberi pengetahuan
mengenai penyakit DM serta memberi  Kurangnya sarana edukasi seperti
pelayanan terkait pengobatan pasien DM penyediaan brosur, poster yang mudah
 Adanya pelayanan BPJS di Puskesmas dipahami, bahasa yang sederhana, dan
 Fasilitas kesehatan yang cukup memadai
eyecatching oleh masyarakat
 Tersedianya dana yang untuk pelayanan
DM di puskesmas  Puskesmas masih terfokus pada
penanganan pandemic covid-19

EKSTERNAL dibandingkan dengan pasien DM


Peluang (O) Strategi SO Strategi WO
 Akses ke fasilitas kesehatan yang mudah  Aktif melakukan pendekatan program ke  Melibatkan kader dalam pelatihan dan
dijangkau dan jangkauan setiap dusun yang masyarakat untuk turut terlibat dalam
kesatuan visi dalam menuntaskan DM
mudah karena saling berdekatan. preventif dan promotif diabetes melitus.
 Adanya kader-kader terlatih  Semakin meningkatkan kesatuan visi melalui program preventif dan promotif.
 Adanya bantuan khusus dari pemerintah program DM antar tenaga kesehatan  Melibatkan mahasiswa atau koass dalam
untuk penanganan kesehatan dengan kader
pengadaan konten yang mudah dipahami,
 Adanya bantuan dari pihak lain seperti  Melakukan pelatihan dan bounding lebih
Dokter Muda atau petugas medis lain yang intens antara tim kesehatan puskesmas bahasa yang sederhana, dan eyecathing.
sedang melaksanakan PKL di Puskesmas dengan kader.  Melakukan kerjasama dengan dinkes untuk
 Sosialisasi fasilitas kesehatan terhadap
pemenuhan program promotif dan
penanganan DM dan komplikasinya
 Melakukan kerjasama puskesmas dengan preventif
dinkes untuk visi masyarakat sehat tanpa  Melakukan kerjasama dengan dinkes untuk
DM. pemenuhan tenaga kesehatan yang
21
mumpuni secara kuantitas dan kualitas
 Meminta bantuan kepada pemerintah
maupun swasta untuk penyediaan obat-
obatan.
Ancaman (T) Strategi ST. Strategi WT
 Kurangnya pengetahuan dan kesadaran pada  Meningkatkan pengetahuan, kesadaran  Melibatkan tokoh masyarakat, kader, dan
keluarga dan masyarakat mengenai penyakit pencegahan DM, dan kepatuhan terhadap
organisasi-organisasi masyarakat untuk
DM pengobatan DM melalui program home
 Program tidak dijalankan secara rutin visite. program promotif dan preventif DM.
terutama semenjak Maret 2020, program  Edukasi dan sosialisasi kepada  Memaksimalkan fasilitas-fasilitas yang
berhenti karena pandemi Covid 19 masyarakat terhadap penggunaan BPJS
sudah ada di puskesmas seperti brosur,
 Masyarakat masih belum menanggapi untuk penderita DM.
penyakit DM sebagai masalah yang serius  Mencari solusi pengadaan obat-obatan BPJS, dan tenaga yang tersedia dalam
yang dibutuhkan kepada Dinkes atau edukasi masyarakat mengenai seriusnya
swasta.
masalah DM dan komplikasinya.
 Melakukan pembinaan melalui media
sosial atau melalui pembinaan langsung
dengan menjalankan protokol kesehatan
khusus selama pandemi Covid 19 terjadi.

22
3. Input
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang terlibat dalam pembinaan ini adalah dokter, perawat,
dokter muda, dan petugas puskesmas di bidang promosi kesehatan Puskesmas
Pundong.
b. Perangkat Keras
Peralatan yang digunakan dalam pembinaan adalah kamera dan gadget untuk
dokumentasi, dan media promosi menggunakan ilustrasi visual berupa gambar
informasi (leaflet).
4. Proses
a. Perencanaan
 Menentukan sasaran pembinaan, yaitu individu dan keluarga dengan riwayat
penyakit diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Pundong.
 Menentukan kriteria inklusi dan eksklusi pembinaan.
1) Kriteria Inklusi
• Pasien dengan diagnosis diabetes melitus dengan atau tanpa
komplikasi dan gangguan metabolik lain.
• Pasien yang berkunjung di Puskesmas Pundong.
2) Kriteria Ekslusi
• Bukan pasien di Puskesmas Pundong dan tidak dalam jangkauan
wilayah kerja Puskesmas Pundong.
5. Pelaksanaan
 Hari, tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020
 Waktu : 10.00-Selesai
 Tempat : Ruang Tunggu Pasien Puskesmas Pundong.
 Sasaran : Pasien diabetes melitus yang kontrol di Puskesmas
Pundong.
 Kegiatan : Edukasi tentang penyakit diabetes melitus, modifikasi
gaya hidup dalam pengelolaan penyakit diabetes,
pengobatan yang tepat pada diabetes, cara manajemen
pengelolaan komplikasi diabetes terutama ulkus
diabetik.

23
 Media Promosi : Ilustrasi visual berupa gambar informasi/leaflet

Pembinaan dilakukan menggunakan ilustrasi visual berupa gambar informasi


atau leaflet seputar penyakit diabetes melitus. Melalui media promosi, pasien
diberikan edukasi dan motivasi untuk mengelola penyakitnya mulai dari
memberikan pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus, modifikasi gaya
hidup pengobatan yang tepat pada diabetes serta cara manajemen pengelolaan
komplikasi diabetes terutama ulkus diabetik.

6. Pertanggungjawaban
 Melakukan pencatatan masalah yang menyebabkan tingginya prevalensi
pasien diabetes melitus di Puskesmas Pundong.
 Menyampaikan hasil dan kesimpulan pembinaan dalam laporan
pertanggungjawaban di Puskesmas Pundong.
 Melakukan evaluasi terhadap keoptimalan pemenuhan target utama
pembinaan serta mengidentifikasi hambatan dan kekurangan yang
menyebabkan ketidakoptimalan pemenuhan target utama pembinaan.
7. Output
 Memberikan informasi mengenai gambaran kejadian diabetes melitus di
Puskesmas Pundong.
 Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai penyakit diabetes melitus.
 Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai pentingnya kepatuhan minum
obat dan cara minum obat yang tepat.
 Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai gaya hidup yang sehat
 Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai manajemen pengelolaan
komplikasi terutama ulkus diabetik

24
BAB VI
REFLEKSI

Kegiatan Case Based Discussion ini dirasa bermanfaat dalam memperluas


pengetahuan penulis terkait penyakit diabetes melitus terutama di dalam komunitas.
Penulis menjadi lebih memahami faktor - faktor apa saja yang dapat menyebabkan
terjadinya diabetes melitus, bagaimana cara melakukan edukasi dengan tepat pada pasien
dan masyarakat, serta bagaimana cara memberikan terapi di faskes tingkat pertama atau
puskesmas. Keterampilan yang penulis peroleh melalui kegiatan ini adalah bagaimana
membangun komunikasi efektif dan empati pada pasien, keluarga dan masyarakat.
Keterampilan lain yang penulis dapatkan adalah keterampilan dalam menangani penyakit
klinis terutama kasus gawat darurat. Kegiatan Case Based Discussion juga memberikan
pengalaman baru bagi penulis tentang bagaimana cara berkomunikasi di depan umum
dengan baik dan bekerjasama dengan sejawat di Puskesmas Pundong dalam
menyelesaikan suatu masalah kesehatan. Dengan pemilihan kasus ini penulis juga
disadarkan jika dalam penanganan kasus diabetes melitus tidak cukup hanya melakukan
upaya kuratif tapi perlunya juga upaya promotif dan preventif. Pentingnya upaya
promotif dan preventif karena masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
akan dampak buruk atau komplikasi dari penyakit diabetes melitus yang tidak terkendali.
Selain itu jika upaya promotif dan preventif berhasil dilaksanakan maka dapat menekan
pembiayaan yang dikeluarkan akibat komplikasi pengobatan diabetes melitus.
Sebagai calon dokter layanan primer, merupakan salah satu tugas penulis untuk
melakukan praktik komunitas guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dari
kasus ini penulis menyadari jika terdapat banyak faktor yang mempengaruhi suatu
penyakit, oleh sebab itu penting bagi seorang dokter untuk melakukan anamnesis secara
mendalam dan tidak hanya terbatas pada keluhan fisik saja tetapi juga dari aspek-aspek
lain seperti ekonomi, hubungan antar keluarga, serta sosial dan budaya. Dengan
mengenali faktor-faktor yang mencetuskan penyakit pada pasien, dokter layanan primer
tidak hanya mampu untuk menyembuhkan penyakit pasien namun juga dapat mencegah
penyakit serupa untuk terulang dan mengurangi faktor-faktor risiko yang dapat
menimbulkan penyakit tersebut melalui upaya promotif dan kuratif.

25
LAMPIRAN

26
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Kabupaten Bantul, 2020. Profil Kesehatan Kota Bantul Tahun 2019. Yogyakarta:
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

Dinkes Provinsi DIY. 2020. Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2019.
Yogyakarta: Dinas Kesehatan DIY.

Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie
Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC.

Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.

Pitteloud N, dkk. 2005. Relationship between testosterone level, insulin sensitivity and
mitochondrial function in men. Diabetes Care.

Sudoyo AW, dkk.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
.

27

Anda mungkin juga menyukai