DIABETES MELITUS
Disusun Oleh:
Putu Gede Suda Satriya Wibawa
42190323
I. Latar Belakang
III. Manfaat
1. Masyarakat dapat aktif untuk melakukan upaya peningkatan kesehatan
dalam mencegah dan mengatasi masalah Diabetes Melitus
3
BAB II
HASIL DAN KAJIAN
II. ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Luka pada kaki kanan
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan luka pada kaki kanan akibat terkena pijakan motor
sejak 4 hari sebelum masuk ke IGD puskesmas. Kejadian bermula saat pasien hendak
pergi bekerja, namun karena terburu-buru, pasien tanpa sengaja terkena pijakan kaki
hingga menimbulkan luka. Pasien mencoba untuk membersihkan luka secara mandiri
dengan air bersih, namun luka tersebut tidak kunjung sembuh dan juga muncul cairan
nanah sehingga pasien memutuskan untuk berobat IGD Puskesmas Pundong di keesokan
harinya. Setelah perawatan luka pertama pasien kemudian rutin mengontrol luka nya
setiap 3 hari di IGD puskesmas pundong. Pasien juga mengeluhkan satu bulan belakangan
sering merasa lemas mudah lapar dan haus serta sering pergi kekamar mandi untuk
kencing. Mual dan muntah disangkal, BAB normal
3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien memiliki riwayat diabetes melitus sejak tahun 2018.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat Jantung (-)
3
Riwayat Operasi (-)
Riwayat Asma (-)
Riwayat Alergi (-)
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa (-)
Riwayat HT (ibu)
DM (ibu)
Riwayat alergi (-)
5. Riwayat penggunaan obat:
Pasien mengonsumsi obat metformin satu kali sehari namun pasien tidak rutin meminum
obat tersebut dengan alasan sudah tidak terdapat keluhan.
6. Riwayat Alergi:
Alergi obat (-)
Alergi makanan (-)
7. Anamnesis Sitemik
Sistem Neurologis : Tidak Ada Keluhan.
Sistem Kardiovaskular : Tidak Ada Keluhan.
Sistem Respiratorius : Tidak Ada Keluhan.
Sistem Muskuloskeletal : Tidak Ada Keluhan
Sistem Gastrointestinal : Tidak Ada Keluhan
Sistem Urogenital : Tidak Ada Keluhan
4
menantu pertamanya beserta 2 cucunya. Beliau mempunyai 2 cucu dari anak pertama dan
1 cucu dari anak kedua.
Genogram :
57
55
33 30 30 28
11 4
Keterangan:
Simbol Keterangan Simbol Keterangan
Laki-laki atau Meninggal
5
Religious : Pasien dan keluarganya menganut agama Islam dan tidak
mengeluhkan adanya kendala dalam menjalankan ibadah.
Education : Pasien merupakan lulusan SLTA/sederajat.
Ekonomi : Pasien merupakan buruh tani. Keadaan ekonomi pasien cukup karena
ekonomi keluarga pasien juga dibantu oleh anak pasien.
Medical : Pasien memiliki riwayat diabetes melitus. Pasien tidak rutin Kontrol
ke puskesmas dan hanya meminum obat saat terdapat keluhan. Pasien memiliki
jaminan kesehatan berupa BPJS.
11. Riwayat Tempat Tinggal
Keadaan Rumah
Rumah pasien terletak di Tarungan Panjangrejo. Pasien tinggal bersama anak
pertamanya dan menantu pertamanya beserta 2 cucunya. Rumah pasien memiliki
pintu utama dan beberapa jendela dan ventilasi. Jendela rumah sering dibuka di
pagi hari dan ditutup kembali pada sore hari. Atap rumah menggunakan seng
dengan rangka kayu tanpa plafon. Kamar mandi terletak di dalam rumah dengan
cahaya cukup dari ventilasi. Di kamar mandi terdapat jamban dan bak mandi
berupa tembok. Bak mandi dikuras setiap 2-3 minggu. Septik tank terdapat di
belakang rumah dengan ukuran 2x1 meter. Sampah padat dibakar di belakang
rumah.
Lingkungan Sekitar Rumah
Rumah pasien terletak di pinggir jalan dan pekarangan rumah tidak terlalu luas.
Di depan rumah terdapat tanaman berupa bunga yang diletakkan dalam pot serta
pohon manga.
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
KU : baik
GCS : EVM 4/5/6
Vital Sign :
a. Tekanan darah : 135/83 mmHg
b. Nadi : 93 kali/menit
c. Frekuensi nafas : 20 kali/menit
d. Suhu tubuh : 36,6o C
Antropometri
6
a. TB : 160
b. BB : 72 kg
c. IMT : 28 (Obese)
d. Lingkar perut : 91 cm
2. Status Lokalis
a. Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/-, sianosis (-)
b. Leher : pembesaran KGB (-), nyeri tekan (-)
c. Thorax
Paru
Inspeksi : gerak dada simetris, jejas (-), retraksi (-)
Palpasi : benjolan (-) nyeri tekan (-) fremitus dbn
ketinggalan gerak (-)
Perkusi : sonor semua lapang paru
Auskultasi : vesikuler(+/+) , ronki (-/-) , wheezing (-/-)
Jantung : S1/S2 normal (reguler) , S3 (-) dan S4 (-)
d. Abdomen
Inspeksi :distensi (-)
Auskultasi :peristaltik usus (+) dalam batas normal
(20kali/menit)
Perkusi : timphani pada 9 regio abdomen
Palpasi :abdomen teraba supel, nyeri tekan epigastrik
(-), pembesaran hepar (-), pembesaran limpa (-),
turgor kulit normal
e. Ekstremitas
Inspeksi : Edema (-), pus (+), Ulkus (+), dry skin (+)
Palpasi : Teraba hangat, nyeri tekan (+), neuropati
sensoric (-), neuropati Motoric (-), pulsasi nadi
(+)
1. Kekuatan otot :
5 5
5 5
7
IV. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Darah Lengkap (14 Oktober 2020)
Pemeriksaan Hasil Satuan Parameter
GDS 265.0 (H) mg/dL 70-140
V. DIAGNOSIS KERJA
Ulkus diabetik pedis regio cruris dextra grade III.
DIAGNOSIS KOMUNITAS
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran terhadap gaya hidup sehat, penyakit diabetes,
faktor risiko, pengobatan yang tepat dan manajemen komplikasi diabetes melitus
khususnya ulkus diabetik di Puskesmas Pundong periode Januari-Oktober 2020.
VI. TERAPI
Medikamentosa
R/ Tab Amoxicillin 500mg No XV
s.o.8h tab 1 pc (habiskan)
R/ Tab Paracetamol 500mg No XXX
s.p.r.n 3 d.d tab 1 pc (bila demam)
R/ Tab Metformin 500mg XXX
s. 1. d. d tab 1 pc
Nonmedikamentosa
Rawat luka ulkus
Edukasi:
Motivasi dan edukasi pada pasien agar memperbaiki pola makan dan
mengurangi konsumsi gorengan dan santan, lakukan olahraga aerobik setelah
luka sembuh selama 40-50 menit dalam seminggu 3 kali dan aktivitas fisik.
Mengedukasi tentang cara perawatan luka di rumah secara mandiri.
Mengedukasi faktor risiko dan komplikasi DM.
Mengedukasi tentang cara meminum obat DM secara tepat.
VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam (hidup) : ad bonam
Quo ad fungtionam (fungsi) : dubia ad bonam
8
Quo ad sanationam (sembuh) : dubia ad bonam
9
BAB III
METODE PENGAMBILAN DAN INTERPRETASI DATA
10
Berdasarkan diagram diatas diabetes melitus termasuk dalam 10 besar penyakit di
Puskesmas Pundong dan menduduki peringkat ke 5 dengan jumlah kasus sebesar 1588
penderita.
3. Jenis Kelamin
Laki-laki
36%
Perempuan
64%
Laki-laki Perempuan
Diagram 1. Data Prevalensi Kasus DM berdasarkan Jenis Kelamin Periode 1 Januari-31 Oktober 2020.
Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM lebih
banyak terjadi pada perempuan dengan jumlah 351 orang (64%) dan pada laki-laki
sebanyak 197 orang (36%).
4. Usia
Prevalensi Kasus DM Berdasarkan Usia
25 6611 40
86
154
220
11
Diagram 2. Data prevalensi kasus DM berdasarkan usia pada periode 1 januari – 31 Oktober 2020
Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM
tertinggi terjadi pada usia 55-64 tahun. Prevalensi kejadian DM terendah terjadi pada
usia 1-14 tahun dan 15-24 tahun dengan masing-masing sebanyak 6 orang.
5. Wilayah Kerja Puskesmas
Frekuensi Kasus DM Berdasarkan
250
Wilayah
250
200
154 144
150
100
50
0
Panjangrejo Seloharjo Srihardono
Diagram 3. Data PrevalensiKasus DM berdasarkan Wilayah Kerja Puskesmas Periode 1 Januari-31 Oktober 2020.
Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM
tertinggi terjadi di Desa Srihardono dengan jumlah penderita sebesar 250 kasus.
Prevalensi kejadian DM terendah berada di desa seloharjo dengan jumlah 144 kasus.
6. Klasifikasi DM
Klasifikasi DM
491
500
400
300
200 56
1
100
0
Insulin Dependent Non-Insulin Gestasional
Dependent
Klasifikasi DM
Diagram 4. Data Prevalensi Kasus DM berdasarkan Klasifikasi DM Periode 1 Januari-31 Oktober 2020
Berdasarkan data pasien rawat jalan yang berkunjung ke Puskesmas Pundong pada
periode 1 Januari – 31 Oktober 2020 menunjukan bahwa prevalensi kejadian DM
12
tertinggi terjadi pada diabetes melitus tipe 2 (non-insulin dependent) dengan kejadian
sebesar 492 kasus. Prevalensi terendah terjadi pada diabetes gestasional dengan kejadian
sebesar 1 kasus.
BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Analisis Kasus
Pemilihan kasus ini berdasarkan masih tingginya kejadian DM di Indonesia
serta terjadinya peningkatan jumlah penderita DM di Indonesia. Berdasarkan data
riset kesehatan dasar dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 terjadi peningkatan
prevalensi diabetes melitus di Indonesia yaitu dari 6,9% di tahun 2013 menjadi 8.5%
di tahun 2018. Diabetes yang tidak terkontrol akan menyebabkan timbulnya berbagai
penyakit komplikasi yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Salah satu
komplikasi yang paling sering terjadi adalah ulkus DM. Angka kejadian ulkus tungkai
di Indonesia adalah 8,7 % dari total penderita diabetes dengan angka amputasi
mencapai 30%, angka mortalitas 32% dan ulkus diabetika merupakan penyebab
perawatan rumah sakit yang terbanyak sebesar 80% untuk diabetes mellitus.
Penyakit DM di Puskesmas Pundong pada tahun 2018 menduduki peringkat 5
sebagai penyakit tersering di puskesmas dengan kejadian 1588 kasus. Puskesmas
Pundong mencatat jumlah pasien diabetes melitus pada bulan Januari hingga Oktober
2020 sebanyak 548 orang.
B. Analisis Determinan
Berdasarkan segitiga epidemiologi, suatu penyakit dapat terjadi karena
interaksi antara host (pejamu), agent (penyebab penyakit), dan environment
(lingkungan). Dalam penyakit ulkus diabetik host, agent dan environment
memiliki keterkaitan yang sangat erat dalam mencetuskan kejadian ulkus diabetik,
hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penjamu (host)
a. Usia
Berdasarkan angka epidemiologi yang diambil dari Riskesdas 2018,
didapatkan data penderita DM berdasarkan kelompok umur adalah sebagai
berikut:
13
Dari hasil tersebut menunjukkan jika usia 55-64 tahun merupakan usia
dengan resiko tertinggi untuk menderita DM dengan prevalensi 6,29%.
Hal ini disebabkan karena semakin tua penderita maka semakin menurun
sensitivitas insulin dan menurunnya fungsi tubuh untuk metabolisme
glukosa.
b. Jenis Kelamin
Berdasarkan data dari Riskesdas 2018, didapatkan data yang menyatakan
bahwa penderita DM lebih banyak ditemukan pada perempuan dengan
presentase 1,78% dan laki-laki 1,21%.
15
tubuh, sehingga glukosa yang ada di dalam darah tidak mampu di
metabolisme dengan baik oleh sel dan akhimya terjadi peningkatan
glukosa dalam darah, memang resistensi insulin berkaitan dengan
obesitas.
Obesitas menyebabkan tcrjadinya peningkatan massa adiposa yang
dihubungkan dengan resistensi insulin yang akan mengakibatkan
terganggunya proses penyimpanan lemak dan sintesa lemak. Pada obesitas
kemungkinan terkena diabetes melitus 2.9 kali lebih sering bila
dibandingkan yang tidak obesitas. Obesitas merupakan penyebab utama
DM 2. Lemak berlebih menyebabkan resistensi insulin, dan hiperglikemia
berpengaruh negatif terhadap kesehatan.
e. Tingkat pengetahuan masih rendah
Pengetahuan sangat diperlukan untuk mengendalikan dan mengurangi
dampak yang disebabkan oleh DM. Tingkat pengetahuan yang rendah
akan dapat mempengaruhi pola makan yang salah sehingga dapat
menyebabkan terjadinya obesitas. Kurangnya pengetahuan masyarakat
tentang diabetes mellitus, juga mengakibatkan rendahnya kesadaran pasien
terhadap terapi serta komplikasi yang dapat terjadi pada DM.
f. Kontrol penyakit yang tidak rutin
Kontrol penyakit DM merupakan salah satu kegiatan yang digunakan
sebagai monitoring keberhasilan suatu terapi. Kontrol yang tidak rutin
akan mempersulit dalam proses terapi penyakit DM. Terdapat berbagai
alasan yang menyebabkan pasien untuk tidak kontrol rutin diantaranya
adalah jarak rumah dengan puskesmas yang jauh, tidak memiliki waktu
luang untuk datang ke puskesmas, tidak memiliki biaya atau asuransi
(BPJS) dan pasien merasa sudah sehat.
g. Ketidak patuhan minum obat
Pengobatan DM merupakan pengobatan jangka panjang dan harus
dikonsumsi rutin sesuai dosis yang telah ditetapkan. Pasien yang tidak
patuh dan tidak disiplin terhadap pengobatan akan sulit mengontrol kadar
gula darah yang berakibat semakin besar kemungkinan untuk terjadinya
komplikasi. Pasien berhenti meminum obat diakibatkan karena pasien
16
merasa sudah sehat, pasien lupa karena kesibukan bekerja, dan obat yang
hilang akibat teledor dalam menyimpan obat.
h. Imunopathy
Sistem imun dari pasien diabetes lebih lemah dari pasien sehat hal ini
menyebabkan ketika terjadi infeksi pada pasien diabetes seperti ulkus
diabetik akan membuat lebih sulit untuk sembuh. Kondisi hiperglikemia
dapat menyebabkan terjadinya peningkatan cytokines pro-inflamatory dan
gangguan fungsi polymorphonuclear cell seperti chemotaxis, phagocytosis,
adherence, dan intracellular killing. Penurunan imunitas juga disebabkan
oleh penurunan aktivitas leukosit, ketidaktepatan respon inflamasi dan
gangguan imunitas seluler (penghambatan dari proliferasi fibroblast dan
gangguan pada lapisan basa keratinocytes, penurunan migrasi dari sel
epidermal. Kemampuan fagositosis dari leukosit juga sangat menurun pada
pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol.
i. Neuropathy
Kondisi hiperglikemi menyebabkan peningkatan produksi enzyme seperti
aldose reductase dan sorbitol dehydrogenase. Enzim ini akan mengubah
glukosa menjadi sorbitol dan fruktosa. Ketika produk gula ini jumlahnya
meningkat maka sintesis dari sel saraf seperti myoinositol menjadi
menurun, yang mengakibatkan konduksi saraf menjadi terganggu. Hal ini
memicu terjadinya penurunan pheripheral sensation dan inervasi saraf
pada otot yang berukuran kecil di kaki sehingga akan memperbesar
kemungkinan untuk terjadinya ulkus diabetik. Pasien dengan diabetes juga
akan memiliki kulit yang kering dan banyak terdapat fissure yang
mengakibatkan rentan terhadap infeksi. Hal ini disebabkan karena
neuropati autonomic sehingga microsirkulasi dari kulit menjadi terganggu.
17
j. Vasculopathy
Pada pasien diabetes terjadi gangguan pada pembuluh darah yang
menyebabkan penyembuhan luka menjadi terganggu. Hiperglikemia
kronik dapat menyebabkan disfungsi endotel melalui aktivasi PKC yang
akan menghambat produksi NO. Nitric oxide di sintesis oleh sel endotel
yang berfungsi untuk vasodilatasi dan melindungi pembuluh darah, cedera
endogen, penghambat proliferasi sel, penghambat agregasi dan adhesi
trombosit. Hiperglikemia juga menyebabkan terjadinya overekspresi
growth factors yang akan meningkatkan proliferasi endotel dan otot polos
pembuluh darah sehingga akan terjadi neovaskularisasi serta
vasokonstriksi.
k. Kebersihan luka
Kebersihan luka merupakan salah satu faktor yang mendukung
penyembuhan luka terutama ulkus DM. Semakin rutin luka dibersihkan
maka semakin baik prognosis pasien tersebut. Debridement yang baik dan
adekuat akan membantu mengurangi jaringan nekrotik yang harus
dikeluarkan tubuh dan mengurangi produksi pus / cairan dari ulkus /
gangren. Berbagai terapi topical dapat dimanfaatkan untuk mengurangi
mikroba pada luka seperti cairan salin sebagai pembersih luka atau iodine
encer dan senyawa silver sebagai bagian dari dressing (pembalut). Untuk
menjaga suasana kondusif bagi kesembuhan luka dapat pula dipakai kasa
yang dibasahi dengan salin. Selama proses inflamasi masih ada, proses
18
penyembuhan luka tidak akan beranjak pada proses penyembuhan
selanjutnya yaitu proses granulasi dan kemudian epitelisasi.
3. Lingkungan:
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di sekitar manusia serta
pengaruh-pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan
manusia. Situasi pandemi Covid-19 ikut serta mempengaruhi angka kunjungan
DM di Puskesmas Pundong. Hal ini dikarenakan masyarakat menjadi ketakutan
untuk kontrol penyakitnya di puskesmas akibat takut terinfeksi. Hal ini pada
akhirnya akan menyulitkan petugas medis dan pasien untuk mengontrol
penyakit DM. Keadaan ini dibuktikan dengan jumlah kunjungan pasien baru
yang terus menurun dari bulan januari hingga oktober.
Hal lain yang mempengaruhi adalah budaya warga yang suka
mengonsumsi makanan ataupun minuman manis juga ikut serta dalam
mempengaruhi kejadian DM di wilayah Kecamatan Pundong.
19
BAB V
KAJIAN MANAJEMEN-ORGANISASI PROGRAM PEMBINAAN
1. Kinerja Utama
Target utama pembinaan diabetes melitus adalah pasien dan keluarga dengan
diabetes melitus. Permasalahan utama terkait kejadian diabetes melitus adalah gaya
hidup yang buruk, pengetahuan yang rendah dan kondisi komorbid penyerta pada
pasien.
a. Rumusan Masalah
Masih banyaknya pasien diabetes melitus memiliki gaya hidup tidak sehat,
pengetahuan yang rendah tentang pengobatan dan kurangnya informasi
mengenai pengelolaan komplikasi diabetes melitus terutama ulkus diabetik.
b. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan penyakit DM.
Membuat masyarakat lebih waspada sehingga rutin kontrol kesehatan dan
teratur minum obat
2. Diagnosis Komunitas.
Kurangnya pengetahuan terhadap gaya hidup sehat, penyakit diabetes, faktor risiko,
pengobatan yang tepat dan manajemen komplikasi diabetes melitus khususnya ulkus
diabetik di Puskesmas Pundong periode Januari-Oktober 2020.
20
Analisis SWOT
INTERNAL Kekuatan (S) Kelemahan (W)
Adanya tim kesehatan puskesmas yang Keterbatasan jumlah tenaga kesehatan.
siap melatih memberi pengetahuan
mengenai penyakit DM serta memberi Kurangnya sarana edukasi seperti
pelayanan terkait pengobatan pasien DM penyediaan brosur, poster yang mudah
Adanya pelayanan BPJS di Puskesmas dipahami, bahasa yang sederhana, dan
Fasilitas kesehatan yang cukup memadai
eyecatching oleh masyarakat
Tersedianya dana yang untuk pelayanan
DM di puskesmas Puskesmas masih terfokus pada
penanganan pandemic covid-19
22
3. Input
a. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia yang terlibat dalam pembinaan ini adalah dokter, perawat,
dokter muda, dan petugas puskesmas di bidang promosi kesehatan Puskesmas
Pundong.
b. Perangkat Keras
Peralatan yang digunakan dalam pembinaan adalah kamera dan gadget untuk
dokumentasi, dan media promosi menggunakan ilustrasi visual berupa gambar
informasi (leaflet).
4. Proses
a. Perencanaan
Menentukan sasaran pembinaan, yaitu individu dan keluarga dengan riwayat
penyakit diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Pundong.
Menentukan kriteria inklusi dan eksklusi pembinaan.
1) Kriteria Inklusi
• Pasien dengan diagnosis diabetes melitus dengan atau tanpa
komplikasi dan gangguan metabolik lain.
• Pasien yang berkunjung di Puskesmas Pundong.
2) Kriteria Ekslusi
• Bukan pasien di Puskesmas Pundong dan tidak dalam jangkauan
wilayah kerja Puskesmas Pundong.
5. Pelaksanaan
Hari, tanggal : Selasa, 27 Oktober 2020
Waktu : 10.00-Selesai
Tempat : Ruang Tunggu Pasien Puskesmas Pundong.
Sasaran : Pasien diabetes melitus yang kontrol di Puskesmas
Pundong.
Kegiatan : Edukasi tentang penyakit diabetes melitus, modifikasi
gaya hidup dalam pengelolaan penyakit diabetes,
pengobatan yang tepat pada diabetes, cara manajemen
pengelolaan komplikasi diabetes terutama ulkus
diabetik.
23
Media Promosi : Ilustrasi visual berupa gambar informasi/leaflet
6. Pertanggungjawaban
Melakukan pencatatan masalah yang menyebabkan tingginya prevalensi
pasien diabetes melitus di Puskesmas Pundong.
Menyampaikan hasil dan kesimpulan pembinaan dalam laporan
pertanggungjawaban di Puskesmas Pundong.
Melakukan evaluasi terhadap keoptimalan pemenuhan target utama
pembinaan serta mengidentifikasi hambatan dan kekurangan yang
menyebabkan ketidakoptimalan pemenuhan target utama pembinaan.
7. Output
Memberikan informasi mengenai gambaran kejadian diabetes melitus di
Puskesmas Pundong.
Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai penyakit diabetes melitus.
Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai pentingnya kepatuhan minum
obat dan cara minum obat yang tepat.
Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai gaya hidup yang sehat
Meningkatnya pengetahuan pasien mengenai manajemen pengelolaan
komplikasi terutama ulkus diabetik
24
BAB VI
REFLEKSI
25
LAMPIRAN
26
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes Kabupaten Bantul, 2020. Profil Kesehatan Kota Bantul Tahun 2019. Yogyakarta:
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
Dinkes Provinsi DIY. 2020. Profil Kesehatan Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2019.
Yogyakarta: Dinas Kesehatan DIY.
Isselbacher dkk. 2012. Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Alih bahasa Asdie
Ahmad H., Edisi 13, Jakarta: EGC.
Kementerian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
Pitteloud N, dkk. 2005. Relationship between testosterone level, insulin sensitivity and
mitochondrial function in men. Diabetes Care.
Sudoyo AW, dkk.2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI
.
27