OLEH :
Rembu.L
P00331018081
Laporan Studi Kasus Paripurna PKL MAGK “Asuhan Gizi pada Penyakit DM Tipe II di
Ruang Rawat Inap RSUD Kota Kendari, telah di sahkan dan mendapat persetujuan.
Kendari, , , 2021
Mengetahui
Kepala Instalasi Gizi
Sudarwati,S.Gz
NIP. 198401012009032014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Kasus PKL MAGK tahun
2021 yang berjudul “ Asuhan Gizi pada penyakit DM Tipe II di Ruang rawat Inap Levender
RSUD Kota Kendari” sebagai salah satu syarat dalam kelulusan Matakuliah Manajemen Asuhan
Gizi Klinik di Semester VI (Enam) pendidikan Diploma III Bidang Gizi.
Proses penyusunan laporan ini telah melewati berbagai proses yang dimulai dari
pengambilan kasus penyakit, perencanaan asuhan gizi, implementasi intervensi gizi, monitoring
dan evaluasi gizi pasien hingga tahap konsultasi, yang mana dalam penyusunannya tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Karena itu dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Askrening, SKM,M.Kes selaku Direktur Poltekes Kendari
2. Ibu Sri Yunancy Van Gobel, SST,MPH selaku Ketua Jurusan Gizi Kendari.
3. Direktur dab bagian Diklit RSUD Dr. saiful Anwar Malang yang telah memberikan izin lahan
praktek.
4. Ibu/bapak ...... selaku Kepala Ruangan Levender tempat penulis mengambil studi kasus.
5. Ibu/bapak Sudarwati,S.Gz selaku pembimbing klinik selama PKL MAGK di RSUD Kota
Kendari.
6. Ibu Rita Irma,SST,MPH selaku Pembimbing I ............dst
7. Ibu/bapak Tn. Usman selaku pasien beserta keluarga yang telah berkenan dijadikan sebagai
obyek dalam studi kasus penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari
itu saran kritik yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan penulisan sangat harapkan. Atas
saran dan kritik, penulis ucapkan banyak terima kasih.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca, Amin.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Appendicitis Akut
Apendisitis akut adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan
kasus pembedahan darurat nyeri perut akut terbanyak sekitar 10%, terjadi pada semua
golongan usia terutama usia 20-30 tahun dengan angka insiden paling banyak
ditemukan pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan 1,4 : 1 (Froggatt dan
Harmston, 2011).
Amerika Serikat angka insiden apendisitis akut adalah 1 per 1000 orang.
Risiko seseorang terkena apendisitis akut sepanjang hidupnya adalah sekitar 6- 9%.
Data di Inggris menyatakan jumlah penderita apendisitis akut di Rumah Sakit
didapatkan sebanyak 40.000 setiap tahunnya. Mortalitasnya cukup tinggi terutama
jika mengenai orang usia tua yaitu antara 28-60% (Humes dan Simpson, 2011).
Gastroenteritis merupakan keluhan yang cukup mudah di temui pada anak
anak maupun dewasa di seluruh dunia. Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana
feses hasil dari buang air besar (defekasi) yang berkonsistensi cair ataupun setengah
cair, dan kandungan air lebih banyak dari feses pada umumnya. Selain dari
konsistensinya, bisa disertai dengan mual muntah dan frekuensi dari buang air besar
lebih dari 3 kali dalam sehari. Gastroentritis akut adalah diare yang berlangsung
dalam waktu kurang dari 14 hari yang mana ditandai dengan peningkatan volume,
frekuensi, dan kandungan air pada feses yang paling sering menjadi penyebabnya
adalah infeksi yaitu berupa virus, bakteri dan parasit. Gastroenteritis akut masih
menjadi salah satu penyumbang morbiditas tertinggi hingga saat ini di berbagai
negara di dunia dan khususnya di negara berkembang dengan tingkat sanitasi yang
masih tergolong kurang seperti Indonesia. tahun 2003, terdapat 1,87 juta orang
meninggal akibat gastroenteritis di seluruh dunia. Menurut data dari World Health
Organization (WHO ).
Salah satu pemeriksaan lainnya pada pasien apendisitis adalah pemeriksaan
laboratorium dengan menilai leukosit dan juga neutrofil. Pemeriksaan ini merupakan
test yang sensitif untuk apendisitis tetapi memiliki sensitivitas yang rendah untuk
diagnostik apendisitis dan belum bisa dipakai untuk membedakan apendisitis
komplikata dan non komplikata. Adapun pemeriksaan lainnya yang terbukti memiliki
sensitivitas lebih tinggi untuk mendiagnosa apendisitis yaitu menilai angka neutrofil
dan limfosit kemudian dirasiokan. Hasil rasio neutrofil limfosit yang tinggi akan
menunjukkan inflamasi yang berat seperti apendisitis komplikata (Nasution, 2011;
Kahramanca et al, 2014).
2. Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang
angka kejadiannya terus meningkat setiap tahunnya. DM merupakan kelainan
pengolahan karbohidrat dalam tubuh yang disebabkan olehkurangnya hormon insulin,
sehingga karbohidrat tidak dapat digunakan oleh sel untuk diubah menjadi
tenaga. Karbohidrat yang ada di dalam tubuh dalam bentuk glukosa akan tertumpuk
dalam darah sehingga terjadi peningkatan glukosa dalam darah. Akibatnya terjadi
kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai organ dan jaringan (IDF, 2016).
Diabetes melitus sangat erat kaitannya dengan mekanisme pengaturan gula
normal. Peningkatan kadar gula darah ini akan memicu produksi hormon insulin 2
oleh kelenjar pankreas. Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling banyak
menyebabkan terjadinya penyakit lain (komplikasi). Komplikasi yang lebih sering
terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke. Hal ini berkaitan dengan
kadar glukosa darah meninggi secara terus-menerus, sehingga berakibat rusaknya
pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya. Zat kompleks yang terdiri dari
gula didalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal.
Akibat penebalan ini, maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke
kulit dan saraf (Ranakusuma, 2017.
Prevalensi penyakit diabetes melitus di beberapa negara berkembang
cenderung terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini diakibatkan karena
peningkatan kemakmuran di negara tersebut sehingga terjadi perubahan gaya hidup
masyarakat seperti mengkonsumsi makanan cepat saji dan berlemak. Memakan
makanan yang berlebihan dan jarang berolah raga merupakan faktor yang dapat
menyebabkan timbulnya penyakit ini (Endang Lanywati, 2016).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 1998 tentang
jumlah penderita diabetes melitus di dunia, Indonesia menduduki ranking ke 6 setelah
India, Cina, Rusia, Jepang, dan Brasil. Jumlah penderita Diabetes Mellitus di
Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pada tahun 1995 tercatat
sebanyak 5 juta orang dan pada tahun 2025 nanti diperkirakan mencapai 12 juta orang
(Kompas, 2000). Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien dari
8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diabetes melitus
atau yang lebih dikenal dengan penyakit gula atau kencing manis diakibatkan oleh
kekurangan hormon insulin. Hal ini disebabkan 3 oleh pankreas sebagai produsen
insulin tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup besar dari pada yang
dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pembakaran dan penggunaan karbohidrat menjadi
tidak sempurna (Tjokroprawiro, 2016).
Kadar gula darah yang melebihi normal memebuat insulin yang ada tidak
cukup untuk mengubah semua glukosa darah menjadi glikogin, sehingga glukosa
yang berlebih tersebut dikeluarkan dari ginjal melalui cairan tubuh, seperti urin.
Kurangnya hormone insulin mengakibatkan glokosa tidak dapat diubah menjadi
tenaga atau energi dan tertimbun di dalam darah. Sementara itu, kadar gula dalam
darah yang tinggi setelah makan akan merangsang β pulau langerhans untuk
mengeluarkan insulin (Sudewo, 2018.
Penatalaksanaan diabetes mellitus terdiri dari 5 pilar yaitu edukasi, diet,
latihan fisik, kepatuhan obat, selain itu juga termasuk pencegahan diabetes mellitus
dengan pemantauan kadar gula darah. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
kenaikan kasus diabetes mellitus. Salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan
penderita tentang diabetes mellitus sangat membantu pasien dalam menjalankan
penanganan diabetes mellitus selama hidupnya sehingga semakin baik penderita
mengerti tentang penyakitnya semakin mengerti bagaimana harus berperilaku dalam
penanganan penyakitnnya.
B. Tujuan Umum
1. Tujuan umum
Melakukan asuhan gizi pada pasien Gea dehidrasi sedang dan DM Tipe II secara
individual di RSUD Kota Kendari
2. Tujuan khusus
a. Melakukan Assesment Gizi pada Pasien Gea dehidrasi sedang dan DM Tipe II di
RSUD Kota Kendari
b. Menentukan Diagnosa Gizi pada Pasien Gea dehidrasi sedang dan DM Tipe II di
RSUD Kota Kendari
c. Melakukan Intervensi Gizi pada Pasien Gea dehidrasi sedang DM Tipe II di
RSUD Kota Kendari
d. Melakukan Monitoring dan Evaluasi pada Pasien Gea dehidrasi sedang dan DM
Tipe II di RSUD Kota Kendari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
1. Appendecitis Akut
6. Terapi
Tujuan daripada penatalaksanaan diabetes mellitus adalah untuk meningkatkan
tingkat daripada kualitas hidup pasien penderita diabetes mellitus, mencegah terjadinya
komplikasi pada penderita, dan juga menurunkan morbiditas dan mortalitas penyakit
diabetes mellitus. Penatalaksanaan diabetes mellitus dibagi secara umum menjadi lima
yaitu: (PERKENI, 2019)
a. Edukasi
Diabetes mellitus umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah
terbentuk dengan kuat. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan
partisipasi aktif pasien, keluarga, dan masyarakat.Tim kesehatan harus mendampingi
pasien dalam menuju perubahan perilaku.Untuk mencapai keberhasilan perubahan
perilaku, dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan
motivasi.Edukasi merupakan bagian integral asuhan perawatan diabetes.Edukasi
secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti
perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama dengan proses
edukasi yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan
evaluasi.
Edukasi terhadap pasien diabetes mellitus merupakan pendidikan dan pelatihan
yang diberikan terhadap pasien guna menunjang perubahan perilaku, tingkat
pemahaman pasien sehingga tercipta kesehatan yang maksimal dan optimal dan
kualitas hidup pasien meningkat. (PERKENI, 2016)
b. Terapi Nutrisi Medis (Diet)
Tujuan umum terapi gizi adalah membantu orang dengan diabetes memperbaiki
kebiasaan aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik,
mempertahankan kadar glukosa darah mendekati normal, mencapai kadar serum lipid
yang optimal, memberikan energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan
berat badan yang memadai dan meningkatkan tingkat kesehatan secara keseluruhan
melalui gizi yang optimal. Standar dalam asupan nutrisi makanan seimbang yang
sesuai dengan kecukupan gizi baik adalah sebagai berikut : (PERKENI, 2016)
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani dilakukan teratur sebanyak 3 -
4 kali seminggu selama kurang lebih 30 - 45 menit, dengan total kurang lebih 150
menit perminggu. Latihan jasmani dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah.
Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda santai, jogging, berenang.
(PERKENI, 2016)
Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran
jasmani.Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah sebelum
melakukan kegiatan jasmani. Jika kadar glukosa darah 250 mg/dl dianjurkan untuk
tidak melakukan aktivitas jasmani.(PERKENI, 2016)
d. Terapi farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pola pengaturan makanan dan
latihan jasmani.Terapi farmakologis terdiri dari obat hipoglikemik oral dan injeksi
insulin.Pemberian obat oral atau dengan injeksi dapat membantu pemakaian gula
dalam tubuh penderita diabetes.
e. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Golongan sulfonilurea dapat menurunkan kadar gula darah secara adekuat pada
penderita diabetes tipe-2, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe-1. Contohnya adalah
glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini menurunkan kadar gula
darah dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh pankreas dan meningkatkan
efektivitasnya.Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin
tetapi meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja
dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus.Obat hipoglikemik per-oral
biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe-2 jika diet dan oleh raga gagal
menurunkan kadar gula darah dengan cukup.(PERKENI, 2016)
f. Injeksi Insulin
Terapi insulin digunakan ketika modifikasi gaya hidup dan obat hipoglikemik oral
gagal untuk mengontrol kadar gula darah pada pasien diabetes.Pada pasien dengan
diabetes tipe-1, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan
insulin pengganti.Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin
dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan peroral.Ada lima jenis
insulin dapat digunakan pada pasien dengan diabetes mellitus berdasarkan pada
panjang kerjanya. Ada Insulin Kerja Cepat, Kerja Pendek, Kerja Menengah, Kerja
Panjang, dan Campuran. (PERKENI, 2016)
g. Pemantauan Kadar Glukosa
Tujuan utama dalam pengelolaan pasien diabetes adalah kemampuan mengelola
penyakitnya secara mandiri, penderita diabetes dan keluarganya mampu mengukur
kadar glukosa darahnya secara cepat dan tepat karena pemberian insulin tergantung
kepada kadar glukosa darah. Dari beberapa penelitian telah dibuktikan adanya
hubungan bermakna antara pemantauan mandiri dan kontrol glikemik. Pengukuran
kadarglukosa darah beberapa kali per hari harus dilakukan untuk menghindari
terjadinya hipoglikemia dan hiperglikemia, serta untuk penyesuaian dosis insulin.
Kadar glukosa darah preprandial, post prandial dan tengah malam sangat diperlukan
untuk penyesuaian dosis insulin.Perhatian yang khusus terutama harus diberikan
kepada anak pra-sekolah dan sekolah tahap awal yang sering tidak dapat mengenali
episode hipoglikemia dialaminya. Pada keadaan seperti ini diperluka pemantauan
kadar glukosa darah yang lebih sering.(PERKENI, 2016)
Tabel 3
2. Implementasi
2. Format dokumen
Format khusus untuk proses asuhan gizi adalah ADIME (assesmen,
diagnosis, intervensi, monitoring – evaluasi), namun dapat juga
dilakukan dengan metode SOAP (subjective, objective, assesment, dan
plan), sepanjang kesinambungan langkah-langkah PAGT dapat tercatat
dengan baik.
3.Tata cara
a. Tuliskan tanggal dan waktu
b Tuliskan data-data yang berkaitan pada setiap langkah PAGT
c. Membubuhkan tanda tangan dan nama jelas setiap kali menulis pada
catatan medic.
f. Indikator asuhan gizi dan kriteria asuhan gizi
Indikator asuhan gizi adalah data assesment gizi yang mempunyai batasan
yang jelas dan dapat diobservasi atau diukur. Indikator asuhan gizi merupakan
tanda dan gejala yang menggambarkan keberadaan dan tingkat keparahan
problem gizi yang spesifik, dan dapat juga digunakan untuk menunjukkan
keberhasilan intervensi gizi.
1. Preskripsi diet
Preskripsi diet merupakan rekomendasi asupan energi, makanan atau
zat gizi secara individual yang sesuai dengan pedoman yang dijadikan
acuan.
2. Target
Sebagai contoh : target perubahan perilaku (kebiasaan gemar
mengonsumsi makanan cemilan menjadi tidak melakukan kebiasaan
tersebut). Untuk perilaku tidak ada preskripsi gizi.
3. Rujukan standar
Standar yang digunakan dapat berupa rujukan internasional maupun
nasional.
BAB III
PERENCANAAN PAGT
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 57 thn
Sex : Perempuan
Tgl MRS : 19/02/2021
Tgl kasus : 20/02/2021
Suku/bangsa : Tolaki
Alamat : sampara,konawe
Diagnosa medis : Gea dehidrasi sedang + DM Tipe II
Ruangan : Lavender
No. RM : 24 16 22
A. Skrining Pasien
Apakah terjadi penurunan asupan makan selama 3 bulan terakhir berkaitan dengan
penurunan nafsu makan, gangguan saluran cerna, kesulitan mengunyah atau kesulitan
menelan?
0 = Penurunan nafsu makan tingkat berat
1 = Penurunan nafsu makan tingkat sedang
2 = Tidak kehilangan penurunan nafsu makan
Penurunan berat badan selama 3 bulan terakhir
0 = Penurunan berat badan >3 kg (6,6 lbs)
1 = Penurunan berat badan tidak diketahui
2 = Penurunan berat badan antara 1 dan 3 kg (2,2 dan 6,6 lbs)
3 = tidak terjadi penurunan berat badan
Mobilitas
0 = Hanya di atas kasur atau di kursi roda
1 = Dapat beranjak dari kursi/kasur, tetapi tidak mampu beraktivitas normal
2 = Mampu beraktivitas normal
Menderita penyakit psikologis atau penyakit akut dalam 3 bulan terakhir
0 = Ya 2 = Tidak
Masalah neuropsikologis
0 = Demansia tingkat berat atau depresi
1 = Demansia tingkat sedang
2 = Tidak ada masalah psikologis
Body Massa Indeks (BMI)
0 = BMI <19
1 = BMI 19-< 21
2 = BMI 21-< 23
3 = BMI ≥ 23
Tabel
Hasil Pemeriksaan Klinik pada Pasien Tn. Usman
Jenis Pra Satuan Nilai normal Ket
Pemeriksaan Pengamatan
Tensi 100/70 mmHg/Hg 120/80 Normal
Nadi 100 x/menit 60-100 Tinggi
RR 24 x/menit 20-30 Tinggi
Suhu 36,0 ºc 36-37,5 Normal
Sumber : Data Sekunder RSUD Kota Kendari, Ruang Levender, 2021)
Tabel
4. Dietary History
a. Food Dietary
1) Riwayat Nutrisi Sekarang :
Nafsu makan menurun dengan hasil recall :
Hari pertama : Energi 357 kkal, Protein 8,4 gr, Lemak 1,6 gr, KH 77,1 gr.
Hari kedua : Energy 1238 gr, Protein 72,14 gr, Lemak 42,19 gr, KH 179,05 gr.
Hari ketiga : Energy 1019,9 gr, Protein 34,71 gr, Lemak 22,45 gr , KH
172,96gr.
2) Riwayat Nutrisi Dahulu :
Mengonsumsi nasi 3x hari, lauk hewani sering seperti ikan kerang 1-2x/hari,ayam
jarang, lauk nabati seperti tempe tahu tidak di konsumsi sayuran hanya beberapa
saja yang dikonsumsi dengan buah.
3) Kesadaran akan gizi
Pasien belum pernah mendapatkan edukasi gizi atau informasi gizi terkait
penyakitnya.
4) Kegiatan fisik
Dahulu (sebelum MRS) : Pasien setiap hari mengerjakan pekerjaannya seperti
memasak didapur dan tidak pernah berolahraga.
Sekarang : masih beraktifitas ditempat tidur.
5. Lain-lain
a. Sosek
Ny.W berusia 57 thn, berstatus menikah dan mempunyai anak 5 orang. pekerjaan
sehari-hari sebagai ibu rumah tangga.
b. Riwayat penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang : BAB cair
2) Riwayat Penyakit Dahulu : tidak ada penyakit dahulu
3) Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
4) Riwayat Pengobatan :
Pasien tidak pernah mengkomsumsi herbal atau suplemen, jika mengalami sakit,
pasien hanya membeli obat di apotik
Sekarang : obat resep dokter
C. Diagnosa Gizi
N1.5.8.2 kelebihan asupan karbohidrat
NB.1.3 ketidaksiapan untuk menjalankan diet berkaitan dengan kurangnya motivasi
NI.54.1 Kekurangan intake vitamin ditandai dgn kurangnya mengkomsumsi buah-
buahan.
NB.1.1 pengetahuan akan gizi kurang dikaitkan dgn pangan dan gizi ditandai dgn
pengetahuan gizi kurang
N1.51.5 kelebihan intake lemak ditandai dengan IMT 29 ( obesitas )
NB.2.3 ketidakmampuan dalam mengatur diri sendiri
NB.2.1 Tidak beraktivitas fisik ditandai dengan hanya sebagai ibu rumah tangga
b. Jenis Diet
Diet lambung II + DM tipe II
c. Prinsip/Syarat Diet
1.