Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. I.

P
DENGAN DIAGNOSA DIABETES MELITUS TIPE II
DI RUANGAN FLAMBOYAN
RUMAH SAKIT TK II R. W.
MONGISIDI MANADO

OLEH:
KELOMPOK V
ADITIYA MOKOGINTA
SCHANY DONDOK
THARISA CICILIA PANGAU
TIARA CITRA YUSUF
ARZETTY PUTRI PATOH
STEVIA ANGELINA KOTIKA
RIBKA ANGGRISTA RUNTURAMBI
FIDIAWATI NGGILU
FRISCA TOMAYAHU
KARELIA PUTRI SARAYAR

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK III MANADO


FEBRUARI 2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
berkat Rahmat dan Kuasa-Nya Kepada kelompok V sehingga sampai pada saat ini kelompok dapat
menyelesaikan “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn I.P Dengan Diagnosa Diabetes Melitus
Tipe II Di Rs Robert Wolter Mongisidi Manado”
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG........................................................................................4
BAB II......................................................................................................................7
TINJAUAN TEORI.................................................................................................7
BAB III..................................................................................................................20
TINJAUAN KASUS..............................................................................................20
A. Identitas......................................................................................................20
B. Riwayat Sakit dan Kesehatan.....................................................................20
C. Pola Fungsi Kesehatan (menurut pola Gordon).........................................22
D. Pemeriksaan Fisik......................................................................................28
E. Data Penunjang..........................................................................................32
F. Tindakan Pembedahan...............................................................................32
Analisa Data...........................................................................................................34
G. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah............................35
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN..................................................................39
EVALUASI KEPERAWATAN............................................................................42
BAB IV..................................................................................................................46
PEMBAHASAN....................................................................................................46
BAB V....................................................................................................................51
PENUTUP..............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................54
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang berbeda dari kebanyakan penyakit
lainnya dengan dua alasan penting. Pertama, seperti halnya hipertensi, diabetes dapat
merupakan pembunuh tersembunyi. Yaitu, karena hanya terdapat sedikit gejala, sampai tahap
akhir penyakit, dimana pada waktu tersebut biasanya sudah terlambat untuk memulihkan
kerusakan yang diakibatkan. Kedua, para penderita harus terlibat secara aktif
dalam pengobatannya (Michael, 2012),sehingga DM dapat di perkirakan meningkat apabila
penderita tidak ikut serta dalam kepatuhan pengobatan.
Menurut WHO prevalensi DM dari tahun 1980 sampai 2014, meningkat dari 4,7%
menjadi 8,5%. Dalam beberapa dekade terakhir, prevalensi DM meningkat lebih cepat di negara
berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara berpenghasilan tinggi (Pusat Data dan
Informasi Kementrian RI). (RI & Informasi, 2018)
DM adalah salah satu masalah kesehatan masyarakat yang paling penting. Prevalensi
DM telah meningkat secara dramatis disebagian besar negara di dunia. Baru-baru ini,
diperkirakan bahwa jumlah pasien DM akan meningkat dari 171 juta menjadi 366 juta antara
tahun 2000 dan 2030.(Jannoo, Wah, Lazim, & Hassali, 2017)
DM sangat lazim dan telah diperkirakan bahwa pada tahun 2040 lebih dari 640 juta
orang akan terpengaruh di seluruh dunia. (Paduch, Kronis, Sehat, & Hidup, 2017)
Berdasarkan prevalensi diabetes mellitus di provinsi Kalimatan Timur pada tahun 2017
mencapai 11.477 kasus yang terbanyak pada kota Balikpapan dan Bontang mencapai 6.395
kasus (Dinas Kesehatan provinsi Kalimantan Timur). Dikota Balikpapan penderita diabetes
mellitus termasuk penyakit paling tertinggi urutan kedua setelah hipertensi dengan kasus
diabetes mellitus mencapai 4.026 kasus (Dinas Kesehatan kota Balikpapan, 2017).
Penyebab diabetes melitus dapat dibagi sesuai dengan klarifikasinya, pada dm tipe 1
penyebabnya yaitu kurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel B pankreas yang didasari
proses autoimun, faktor genetik, faktor imunologi, dan faktor lingkungan. Sedangkan pada dm
tipe 2, penyebabnya belum diketahui secara pasti. Tetapi, ada beberapa faktor resiko seperti
obesitas, Riwayat keluarga, usia, dan resistensi insulin yang meningkat pada usia 65 tahun.
(Smeltzer, 2010)
Dampak dari penyakit dm meliputi, peningkatan angka penyakit kerusakan retina mata
(retinopati), gangguan pada saraf di tubuh (neuropati) dan penyakit ginjal yang disebabkan oleh
komplikasi diabetes (nefropati), serta kesehatan mental yang buruk dan kualitas hidup yang
terganggu. (Paduch et al., 2017)
Peran perawat sangat diperlukan dalam menangani klien dengan DM, salah satunya
ialah perawat harus memperhatikan pemasukan nutrisi, karena pada penderita dm nafsu makan
menurun.
Pada masalah psikososial, peran perawat sangat diperlukan yaitu memberikan dukungan
pada klien agar klien tetap bersosialisasi dengan orang lain dan tidak merasa sendiri. Sedangkan
dalam masalah ekonomi, perawat juga harus dilibatkan untuk benar - benar merawat klien
seoptimal mungkin, supaya tidak terjadi komplikasi penyakit lain yang bisa menyebabkan
perawatan yang lama pada klien. Asuhan yang diberikan terutama ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan dasar klien yang terganggu dan mencegah/mengurangi komplikasi serta pemberian
pendidikan Kesehatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut, sehingga secara bertahap klien
dapat mengoptimalkan fungsi bio-psiko-sosial-spiritual (Handayani dkk, 2010).

A. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus Di RS Robert Wolter Mongisidi
Manado?

B. TUJUAN
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini dibedakan menjadi tujuan umum dan
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengalaman dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien
Diabetes Melitus di RS Robert Wolter Mongisidi Manado
2. Tujuan Khusus
a) Mengkaji pasien Diabetes Melitus di RS Robert Wolter Mongisidi Manado
b) Merumuskan Diagnosa Keperawatan pasien Diabetes Melitus di RS Robert
Wolter Mongisidi Manado
c) Menyusun perencanaan keperawatan pasien Diabetes Melitus di RS Robert
Wolter Mongisidi Manado
d) Melakukan intervensi keperawatan pasien Diabetes Melitus di RS Robert Wolter
Mongisidi Manado
e) Mengevaluasi pasien Diabetes Melitus di RS Robert Wolter Mongisidi Manado
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Diabetes mellitus adalah sekelompok gangguan metabolisme yang ditandai oleh
peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) dan kekurangan dalam produksi
atau aksi insulin yang diproduksi oleh pankreas di dalam tubuh. (Ullah & Khan, 2016)
Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia akibat defek pada sekresi insulin, aksi insulin, atau kedua. Hiperglikemia
kronis diabetes terkait dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan
berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.
(Purnamasari, 2011).
2. Anatomi Fisiologis
a. Kelenjar pancreas
Pankreas adalah suatu alat tubuh yang agak panjang terletak
retroperitonial dalam abdomen bagian atas, di depan vertebrae lumbalis I dan II.
Kepala pankreas terletak dekat kepala duodenum, sedangkan ekornya sampai ke
lien (limpa). Pankreas mendapat darah dari arteri lienalis dan arteri masenterika
superior. Duktus pankreatikus bersatu dengan duktus koledukus dan masuk ke
duodenum, pankreas menghasilkan dua kelenjar yaitu kelenjar endokrin dan
kelenjar eksokrin.
Pankreas menghasilkan kelenjar endokrin bagian dari kelompok sel yang
membentuk pulau-pulau langerhans. Pulau-pulau langerhans berbentuk oval
tersebar di seluruh pankreas. Dalam tubuh manusia terdapat 1-2 juta pulau-pulau
langerhans yang dibedakan atas granulasi dan pewarnaan, setengah dari sel ini
menyekresi hormon insulin.
Dalam tubuh manusia normal pulau langerhans menghasilkan empat jenis
sel:
1) Sel-sel A (alfa) sekitar 20-40% memproduksi glukagon menjadi
factor hiperglikemik, mempunyai anti-insulin aktif
2) Sel-sel B (beta) 60-80% fungsinya membuat insulin
3) Sel-sel D 5-15% membuat somatostasin
4) Sel-sel F 1% mengandung dan menyekresi pankreatik polipeptida
Insulin merupakan protein kecil terdiri dari dua rantai asam amino, satu
sama lain di hubungkan oleh ikatan disulfide. Sebelum dapat berfungsi ia harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar dalam membrane sel. Sekresi
insulin dikendalikan oleh kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang
berlebihan akan merangsang sekresi insulin dan bila kadar glukosa normal atau
rendah maka sekresi insulin akan berkurang.
b. Mekanisme kerja insulin
 Insulin meningkatkan transpor glukosa kedalam sel/jaringan tubuh
kecuali otak, tubulus ginjal, mukosa usus halus, dan sel darah merah.
Masuknya glukosa adalah suatu proses difusi, karena perbedaan
konsentrasi glukosa bebas luar sel dan dalam sel.
 Meningkatkan transpor asam amino ke dalam sel.
 Meningkatkan sentesis protein di otak dan hati
 Menghambat kerja hormone yang sensitive terhadap lipase,
meningkatkan sekresi lipida.
 Meningkatkan pengambilan kalsium dari cairan sekresi.
c. Efek insulin
 Efek insulin pada metabolisme karbohidrat, glukosa yang diabsorbsi
dalam darah menyebabkan sekresi insulin lebih cepat, meningkatkan
penyimpanan dan penggunaan glukosa dalam hati, dan meningkatkan
metabolisme glukosa dalam otot. Penyimpanan glukosa dalam otot
meningkatkan transpor glukosa melalui membran sel otot.
 Efek insulin pada metabolisme lemak dalam jangka panjang. Kekurangan
insulin menyebabkan arteriosklerosis, serangan jantung, stroke, dan
penyakit vascular lainnya. Kelebihan insulin menyebabkan sintesis dan
penyimpanan lemak, meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel hati,
kelebihan ion sitrat, dan isositrat. Penyimpanan lemak dalam sel adiposa
menghambat kerja lipase yang sensitif hormon dan meningkat transpor
ke dalam sel lemak.
 Efek insulin pada metabolisme protein: Transpor aktif banyak asam
amino ke dalam sel, membentuk protein baru meningkatkan translasi
messenger RNA, meningkatkan kecepatan transkipsi DNA.
Kekurangan insulin dapat menyebabkan kelainan yang dikenal dengan
diabetes melitus, yang mengakibatkan glukosa tertahan di luar sel (cairan
ekstraseluler), mengakibatkan sel jaringan mengalami kekurangan
glukosa/energi dan akan merangsang glikogenolisis di sel hati dan sel jaringan.
Glukosa akan dilepaskan ke dalam cairan ekstrasel sehingga terjadi
hiperglikemia. Apabila mencapai nilai tertentu sebagian tidak diabsorbsi ginjal,
dikeluarkan melalui urine sehingga terjadi glikosuria dan poliuria.
Konsentrasi glukosa darah mempunyai efek yang berlawanan dengan
sekresi glukagon. Penurunan glukosa darah meningkatkan sekresi glukosa yang
rendah. Pankreas menyekresi glukagon dalam jumah yang besar. Asam amino
dari protein meningkatkan sekresi insulin dan menurunkan glukosa darah.
Pada orang normal, konsentrasi glukosa darah diatur sangat sempit 90
mL/100 ml. Orang yang berpuasa setiap pagi sebelum makan 120-140 11
mg/100 ml, setelah makan akan meningkat, setelah 2 jam kembali ke tingkat
normal. Sebagian besar jaringan dapat menggeser ke penggunaan lemak dan
protein untuk energi bila tidak terdapat glukosa. Glukosa merupakan satu-
satunya zat gizi yang dapat digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinativum.
(Syarifuddin, 2013)
Pada orang normal, konsentrasi glukosa darah diatur sangat sempit 90
mL/100 ml. Orang yang berpuasa setiap pagi sebelum makan 120-140 mg/100
ml, setelah makan akan meningkat, setelah 2 jam kembali ke tingkat normal.
Sebagian besar jaringan dapat menggeser ke penggunaan lemak dan protein
untuk energi bila tidak terdapat glukosa. Glukosa merupakan satu-satunya zat
gizi yang dapat digunakan oleh otak, retina, dan epitel germinativum.
(Syarifuddin, 2013)
3. Etiologi
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
a. Diabetes Tipe I ( Insulin Dependent Diabetes Melitus /IDDM ) Diabetes yang
tergantung insulin yang ditandai oleh penghancuran selsel beta pankreas
disebabkan oleh :
 Faktor genetik
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini
ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human
Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
 Faktot imunologi
Respon abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-
olah sebagai jaringan asing.
 Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
b. Diabetes Tipe II (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus / NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui. Diabetes tipe ini adalah
gangguan heterogen yang disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang terkait
dengan gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan faktor lingkungan seperti
obesitas, makan berlebihan, kurang olahraga, dan stres serta penuaan. Selain itu
terdapat faktor-faktor risiko tertentu yang berhubungan yaitu :

 Usia
Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara
dramatis menurun dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan
ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas untuk
memproduksi insulin.
 Obesitas
Obesitas mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang
akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin. Hipertropi
pankreas disebabkan karena peningkatan beban metabolisme glukosa
pada penderita obesitas untuk mencukupi energi sel yang terlalu banyak.
 Riwayat keluarga
Pada anggota keluarga dekat pasien diabetes tipe 2 (dan pada kembar non
identik), risiko menderita penyakit ini 5 hingga 10 kali lebih besar
daripada subjek (dengan usiadan berat yang sama) yang tidak memiliki
riwayat penyakit dalam keluarganya. Tidak seperti diabetes tipe 1,
penyakit ini tidak berkaitan dengan gen HLA. Penelitian epidemiologi
menunjukkan bahwa diabetes tipe 2 tampaknya terjadi akibat sejumlah
defek genetif, masing-masing memberi kontribusi pada risiko dan
masing-masing juga dipengaruhi oleh lingkungan.
 Gaya hidup (stres)
Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang cepat
saji yang kaya pengawet, lemak, dan gula.Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja
metabolisme dan meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang
berakibat pada kenaikan kerja pankreas. Beban yang tinggi membuat
pankreas mudah rusak hingga berdampak pada penurunan insulin.
(Asdie, 2010)

4.Patofisiologi

Bermacam - macam penyebab diabetes mellitus yang berbeda - beda, akhirnya


akan mengarah kepada defisiensi insulin. Diabetes Mellitus mengalami defisiensi
insulin, menyebabkan glikogen meningkat, sehingga terjadi proses pemecahan gula baru
(glukoneugenesis) yang menyebabkan metabolisme lemak meningkat. Kemudian terjadi
proses pembentukan keton (ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma
akan menyebabkan ketonuria (keton dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH
serum menurun yang menyebabkan asidosis.
Defisiensi insulin menyebabkan penggunaan glukosa oleh sel menjadi menurun,
sehingga kadar gula dalam plasma tinggi (Hiperglikemia). Jika hiperglikemia ini parah
dan melebihi ambang ginjal maka akan timbul Glukosuria. Glukosuria ini akan
menyebabkan diuresis osmotik yang meningkatkan pengeluaran kemih (poliuri) dan
timbul rasa haus (polidipsi) sehingga terjadi dehidrasi. Glukosa yang hilang melalui urin
dan resistensi insulin menyebabkan kurangnya glukosa yang akan diubah menjadi energi
sehingga menimbulkan rasa lapar yang meningkat (polifagia) sebagai kompensasi
terhadap kebutuhan energi. Penderita akan merasa mudah lelah dan mengantuk jika
tidak ada kompensasi terhadap kebutuhan energi tersebut.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil, arteri kecil sehingga
suplai makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang, yang akan menyebabkan luka
tidak cepat sembuh, karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat akan
menyebabkan terjadinya infeksi dan terjadinya gangguan. Gangguan pembuluh darah
akan menyebabkan aliran darah ke retina menurun, sehingga suplai makanan dan
oksigen ke retina berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur. Salah satu akibat
utama dari perubahan mikrovaskuler adalah perubahan pada struktur dan fungsi ginjal,
sehingga terjadi nefropati.
Diabetes mempengaruhi syaraf – syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem
syaraf pusat sehingga mengakibatkan gangguan pada saraf (Neuropati) . (Hanum, 2013)
4. Pathway

Idiopatik, usia, genetic, dll

Jumlah sel pancreas menurun

Defisiensi insulin

Hiperglikemia Katabolisme protein Liposis meningkat


meningkat

Penurunan BB
Fleksibilitas darah Pembatasan
merah diet

Pelepasan O2 Intake tidak adekuat Resiko deficit nutrisi

Hipoksia
Poliuria Defisit volume cairan
perifer

Perfusi jaringan perifer


Nyeri
tidak efektif
4. Klasifikasi
Diabetes mellitus dapat digolongkan dalam berbagai cara tetapi satu bentuk klasifikasi
adalah sebagai berikut :
a. Diabetes tipe I (tergantung insulin) disebabkan oleh kerusakan sel beta yang
dimediasi oleh kekebalan tubuh, menyebabkan untuk defisiensi insulin.
b. Diabetes idiopatikdiabetes adalah tipe 1 tanpa etiket yang diketahui dan sangat
diturunkan.
c. Diabetes idiopatikdiabetes adalah tipe 1 tanpa etiket yang diketahui dan sangat
diturunkan.
d. Diabetes idiopatikdiabetes adalah tipe 1 tanpa etiket yang diketahui dan sangat
diturunkan.

Namun diabetes sebagian besar pada dasarnya diklasifikasikan menjadi DUA


tipe utama: Diabetes Tipe I (IDDM) dan Diabetes Tipe II (NIDDM). (Ullah & Khan,
2016)

7. Manifestasi klinis
a. Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi
insulin (Price & Wilson)
 Kadar glukosa puasa tidak normal
 Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis
osmotic yang meningkatkan pengeluaran urin (polyuria) dan timbul rasa
haus (polydipsia)
 Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
 Lelah dan mengantuk
 Gejala lain yang di keluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur,
impotensi, peruritas vulva
b. Kriteria diagnosis DM:
 Gejala klasik DM+glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1 mmol/L)
 Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu
hari tanpa memperhatikan waktu
 Gejala klasik DM+glukosa plasma ≥ 126 mg/dL (7,0 mmol/L)
 Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200mg/dL (11,1mmol/L) TTGO
dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air. (Nurarif
& Kusuma, 2015)

8. Komplikasi
Menurut (Laurentia, 2015) komplikasi yang timbul pada diabetus melitus adalah:
a. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit jantung,
stroke, aterosklerosis, dan tekanan darah tinggi.
b. Kerusakan saraf atau neuropati.
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh darah
halus. Kondisi ini bisa menyebabkan munculnya sensasi kesemutan atau perih
yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki, lalu menyebar ke bagian
tubuh lain. Neuropati pada sistem pencernaan dapat memicu mual, muntah,
diare, atau konstipasi.
c. Kerusakan mata, salah satunya dibagian retina.
Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di retina yang
dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan. Glaukoma dan katarak juga
termasuk komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita diabetes
d. Gangren
Sulistriani (2013) menyatakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian
gangrene pada penderita DM diantaranya adalah neuropati, tidak terkontrol gula
darah (hiperglikemi yang berkepanjangan akan menginisiasi terjadinya
hiperglisolia (keadaan dimana sel kebanjiran masuknya glukosa akibat
hiperglikemia kronik), hiperglisolia kronik akan mengubah homeostasis
biokimiawi sel yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan dasar
terbentuknya komplikasi DM. Gangren adalah rusak dan membusuknya jaringan,
daerah yang terkena gangren biasanya bagian ujung-ujung kaki atau tangan.
Gangren kaki diabetik luka pada kaki yang merah kehitam-hitaman dan berbau
busuk akibat sumbatan yang terjadi dipembuluh darah sedang atau besar
ditungkai, luka gangren merupakan salah satu komplikasi kronik DM.
9. Penatalaksanaan
Insulin pada DM tipe 2 diperlukan pada keadaan (Nurarif & Kusuma, 2015):
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik (KAD) atau Hiperglikemia hyperosmolar non ketotik
(HONK)
d. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
e. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis optimal
f. Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA atau infark miokard akut,
stroke)
g. Kehamilan dengan DM/diabetes mellitus gestasional yang tidak terkendali
dengan perencanaan makanan
h. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
i. Kontraindikasi dan atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral (OHO)

10. Pemeriksaan penunjang


Menurut Smelzer dan Bare, pemeriksaan penunjang untuk penderita diabetes melitus
antara lain :
a. Pemeeriksaan fisik
 Inspeksi : melihat pada daerah kaki bagaimana produksi keringatnya
(menurun atau tidak), kemudian bulu pada jempol kaki berkurang (-).
 Palpasi : akral teraba dingin, kulit pecah-pecah , pucat, kering yang
tidak normal, pada ulkus terbentuk kalus yang tebal atau bisa juga
teraba lembek.

b. Pemeriksaan Vaskuler
 Pemeriksaan Radiologi yang meliputi : gas subkutan, adanya benda
asing, osteomelietus.
 Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah yang meliputi : GDS (Gula Darah Sewaktu),
GDP (Gula Darah Puasa),
2) Pemeriksaan urine , dimana urine diperiksa ada atau tidaknya
kandungan glukosa pada urine tersebut.
A. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) yang harus dikaji pada pasien Diabetes Melitus Tipe II
adalah :
a. Data biografi : Nama, alamat, umur, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,
nama penanggung jawab dan catatan kedatangan.
b. Riwayat Kesehatan:
1) Keluhan utama : Alasan utama pasien datang ke rumah sakit atau
pelayanan kesehatan.
2) Riwayat kesehatan sekarang : Keluhan pasien yang dirasakan saat
melakukan pengkajian.
3) Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya penyakit Diabetes Melitus
Tipe II adalah penyakit yang sudah lama dialami oleh pasien dan
biasanya dilakukan pengkajian tentang riwayat minum obat klien.
4) Riwayat kesehatan keluarga : Mengkaji riwayat keluarga apakah ada
yang menderita riwayat penyakit yang sama.
c. Data fisiologis, respirasi, nutrisi/cairan, eliminasi, aktifitas/istirahat,
neurosensori, reproduksi/seksualitas, psikologi, perilaku, relasional dan
lingkungan. Pada klien dengan ketidakpatuhan dalam katagori perilaku, sub
katagori penyuluhan dan pembelajaran perawat harus mengkaji data tanda
dan gejala mayor dan minor yang sudah tercantum dalam buku Standar
Diagnosa Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016), yaitu
: Tanda dan gejala mayor
1) Subjektif :
 Mengungkapkan minat dalam belajar
 Menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
 Menggambarkan pengalaman sebelumnya yang sesuai
dengan topik
2) Objektif:
 Perilaku sesuai dengan kebutuhan
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung actual mapun potensial. Diagnosis keperawatan merupakan langkah kedua
dalam proses keperawatan yaitu mengklasifikasi masalah kesehatan dalam lingkup
keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan keputusan klinis tentang respons
seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual atau potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi resons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. Tujuan pencatatan diagnosa keperawatan yaitu sebagai alat
komunikasi tentang masalah pasien yang sedang dialami pasien saat ini dan meruakan
tanggung jawab sesorang perawat terhada masalah yang diidentifikasi berdasarkan data
serta mengidentifikasi pengembangan rencana intervensi keperawatan (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2016).

3. Intervensi
Intervensi keerawatan merupakan bagian dari fase pengorganisasian dalam
proses keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, dan memecahkan masalah
yang tertulis (Bulchek, 2017).

4. Implementasi Keperawatan
Menurut (Kozier, 2010) Implementasi keperawatan adalah sebuah fase dimana
perawat melaksanakan intervensi keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan keperawatan khusus yang digunakan
untuk melaksanaan intervensi.

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau terakhir
dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil
evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif, assesment,
planing) (Achjar, 2007). Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan masalah yang klien
hadapi yang telah di buat pada perencanaan tujuan dan kriteria hasil.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn.I.P DENGAN DIAGNOSA


DIABETES MELITUS TIPE DUA DI RUANGAN FLAMBOYAN RUMAH SAKIT TK II
ROBERT WOLTER MONGISIDI

A. Identitas
1. Nama : Tn.I.P
2. Umur : 49 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Indonesia
6. Pendidikan : SMA
7. Pekerjaan : Petani
8. Alamat : Tikala Lingkungan V
9. Tanggal Masuk Rs : 12-02-2023
10. Ruangan/kelas : 2B
11. No Rekam Medik : 225909
12. Diagnosa masuk : Ulkus DM
13. Tanggal Pengkajian : 14-02-2023
14. Penanggung jawab : Istri
a. Nama : Ny.S L
b. Umur : 47
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : IRT
e. Hubungan dengan pasien : Istri

B. Riwayat Sakit dan Kesehatan


1. Keluhan utama : Nyeri di bagian kaki kiri

2. Riwayat keluhan utama : Pasien mengatakan nyeri pada kaki kiri di bagian jari telunjuk
seperti di tusuk-tusuk dengan skala nyeri 5
P : Nyeri timbul saat kaki di gerakan
Q :Seperti di tusuk-tusk
R : Kaki kiri di bagian jari telunjuk
S:5
T : Hilang timbul selama 15 menit
3. Riwayat penyakit sekarang : Luka di jari kaki kiri akibat tertusuk paku, menghitam 2 hari
sebelum masuk rs

4. Riwayat Penyakit dahulu : Pasien mengatakan sebelumnya pernah di rawat di rumah sakit
karena asam lambung

5. Riwayat alergi : Pasien mengatakan tidak ada alergi obat maupun alergi makanan

6. Riwayat kesehatan keluarga : Pasien mengatakan ada riwayat penyakit hipertensi dari keluarga

7. Genogram (minimal 3 generasi) :


□ ○ ■ ●
□○○ ○ ○

C. Pola Fungsi Kesehatan (menurut pola Gordon)
1. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
a. Sebelum sakit : Pasien tidak mengalami gangguan pada pola persepsi

b. Saat sakit : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan pada pola persepsi

2. Pola nutrisi dan metabolisme

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit


3 kali sehari
Frekuensi
3 kali sehari
Nasi,ikan,sayur
Jenis
Nasi,ikan,sayur
Habis 1 porsi
Porsi
Habis ½ porsi
Total Konsumsi
Makanan pantangan Gula berlebihan gula berlebihan
Keluhan Tidak ada Tidak ada
3. Pola istirahat tidur

Keterangan Sebelum sakit Saat sakit

Jumlah jam tidur 2 jam 3 jam


siang

Jumlah jam tidur 8 jam 7 jam


malam

Pengantar tidur Tidak ada Tidak ada

Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada

Perasaan waktu Nyaman Nyaman


bangun

Masalah
4. Pola aktivitas dan latihan
a. Alat bantu : Tdak ada
b. Kebersihan diri
1) Mandi : Pasien mengatakan selama perawatan belum pernah mandi
2) Gosok gigi : 2 x/hari
3) Kebersihan rambut : Bersih
4) Kebersihan kuku : Tampak kotor
c. Aktivitas sehari-hari : Tidak ada
d. Rekreasi : Tidak ada
e. Kemampuan perawatan diri
Kemampuan Perawatan Diri

Aktivitas 0 1 2 3 4

Mobilitas rutin 

Waktu senggang 

Eliminasi/Toileting 

Mobilitas di tempat tidur 

Mandi

Berjalan 

Makan dan minum 

Berpakaian 

Berhias 

Tingkat ketergantugan 

Keterangan : Pasien masih perlu bantuan orang lain


Skor : 13
0 : Mandiri
1 : Dibantu sebagian
2 : Perlu bantuan orang lain
3 : Perlu bantuan orang lain dan alat
4 : Tergantung/tidak mampu
5. Pola eliminasi
a. Eliminasi urin
Pola Eliminasi Urin
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 3 – 4 kali sehari 2 – 3 kali sehari
Pancaran Kuat Kuat
Jumlah 1.000 cc 950 cc

Bau Khas Khas


Warnah Kuning Kuning

Perasaan setelah BAK Lega Lega

Total produksi 1.000 cc 950 cc


Keluhan Tidak ada Tidak ada

b. Eliminasi alvi
Pola Eliminasi Alvi
Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Frekuensi 1 kali sehari 1 kali sehari
Konsistensi Lembek Lembek
Bau Khas Khas
Warnah Kuning Kecoklatan Kuning Kecoklatan
Keluhan Tidak ada Tidak ada

6. Pola nilai dan kepercayaan

Pola Nilai Dan Kepercayaan


Keterangan Sebelum sakit Saat sakit
Nilai khusus Pasien selalu percaya Pasien selalu
kepada Allah percaya kepada
Allah

Praktik ibadah Pasien selalu percaya


kepada Allah Pasien selalu
percaya kepada
Allah

Pengetahuan tentang Pasien yakin Allah Pasien sangat yakin


praktik ibadah selama akan membantu bahwa Allah akan
sakit masalah yang di hadapi mnyembuhkannya

7. Pola seksual reproduksi


a. Riwayat perkawinan
1) Menikah / belum : Meenikah
2) Umur waktu menikah : 24 tahun
3) Lama perkawinan/lebih : 18 tahun

b. Riwayat reproduksi
1) Haid/ manerche : Tidak ada
2) Lama haid : Tidak ada
3) Siklus haid : Tidak ada
c. Riwawayat kehamilan
1) Hamil / tidak : Tidak hamil
2) Riwayat persalinan : Tidak ada persalinan
3) Riwayat aborsi : tidak aborsi
d. Pola seksual
1) Gangguan seksual : Tidak ada
2) Aktivitas seksual : Tidak ada
3) Sebelum sakit : Tidak ada
4) Sesudah sakit : Tidak ada

8. Pola kognitif perceptual


a. Bicara : Jelas
b. Bahasa : Indonesia
c. Kemampuan membaca : Baik
d. Tingkat ansietas : Ringan
e. Nyeri :5
9. Pola mekanisme koping
a. Kaji faktor yang menimbulkan stres
Pasien mengatakan stres dalam keadaan kondisi saat ini karena penyakitnya

b. Respon untuk mengatasi stres dengan koping efektif

10. Pola peran hubungan


a. Status perkawinan : Kawin
b. Pekerjaan : Sopir Angkot
c. Kualitas bekerja : Baik
d. Hubungan dengan orang lain : Baik
e. System dukungan : Dukungan utama adalah keluarga

11. Pola persepsi diri dan konsep diri


a. Gambaran diri : Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan fisik

b. Identitas diri : Pasien mengatakan bisa menjelaskan tentang biodatanya

c. Peran diri : Pasien mengatakan saat sakitperannya tidak bisa di lakukan

d. Ideal diri : Pasien mengatakan saat sakit ingin melihat dirinya seperti yang
diinginkannya

e. Harga diri : Pasien mengatakan saat sakit maih bis menangani gangguan harga diri
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis

GCS : E…4….M…6….V…5…
3. Tanda-tanda vital :Tekanan darah: 165/70 mmHg
Nadi : 92 x/m
Respirasi : 20 x/m
Suhu badan : 37,2 C
4. Tinggi badan : 163 cm
5. Berat badan : 55 kg
a. Sebelum sakit : 55 kg
b. Saat dikaji : 54 kg
6. Nilai IMT : Normal

7. Kepala
inspeksi
a. Bentuk kepala : Bulat
b. Warna rambut : Hitam
c. Penyebaran : Merata

palpasi
a. Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
b. Benjolan/lesi : Tidak ada benjolan

8. Wajah
Inspeksi
a. Pergerakan wajah : Normal
b. Ekspresi wajah : Normal
c. Warna kulit : Sawo matang
9. Mata
Inspeksi
a. Konjungtiva : Normal
b. Sklera : Normal
10. Hidung
Inspeksi
a. Septum hidung : Normal
b. sekret :Tidak ada sekret
Palpasi : Baik

11. Telinga
Inspeksi
a. Bentuk : Simetris
b. Lesi : Tidak ada lesi
c. Peradangan : Tidak ada
12. Mulut
Inspeksi
a. Mukosa : Bibir kering
b. Warna : Normal
c. Gusi : Normal
d. Peradangan : Tidak ada peradangan
e. Gigi : Lengkap
f. Lidah : Normal
12. Leher
Inspeksi
a. Warna : Sawo matang
b. Tonsil : Tidak ada pembengkakan

Palpasi
Kelenjar Tiroid : Tidak ada

13. Thoraks dan paru


Inspeksi :Simetris kiri dan kanan

Palpasi :Tidak ada nyeri tekan


Perkusi : Sonor

Auskultasi : Terdengar bunyi nafas teratur

14. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka pada bagian abdomen

Auskultasi : Bising usus 10 x/m

Perkusi : Normal

palpasi : Tidak ada nyeri tekan


15. Genetalia dan Anus
Inspeksi
a. Genetalia : Tidak terpasang kateter
b. Anus : Tidak Terlihat
c. Kebersihan : Tidak terlihat

16. Ekstremitas : Kekuatan otot

5 5
5 4

Ket:
0 : Otot tidak mampu bergerak
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan
2: Mampu menahan tegak yang berarti dapat melawan gaya gravitasi
tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak melawan
tekanan / dorongan dari pemeriksa.
4 : Kekuatan kurang dari sisi lain.
5 : Kekuatan utuh

a. Ekstremitas atas
Inspeksi :Tangan sebelah kanan terpasang infus Nacl 0.9% 20 tpm

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan

b. Ekstremitas bawah
Inspeksi : Kaki terlihat bengkak pada bagian kaki kiri

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada kaki kiri di jari telunjuk

17. Saraf
Pemeriksaan 12 Saraf Kranial

N1 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................


N2 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N3 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N4 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N5 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N6 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N7 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N8 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N9 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N10 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N11 : √ normal tidak Ket.: ……..............................................................
N12 : √ normal tidak Ket.: ……............................................................

E. Data Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
Tanggal :
Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Leb Hasil Normal Satuan


WBC [leukosit] 18,7 5,0- 10,0 10 ^3 / UL
HGB 12,0 12,0- 15,0 G/ DL
RBC 4,51 3,50- 5,00 10 ^6 / UL
GDS 297 70- 130
CT 9,17

2. Terapi yang diberikan


Tanggal :
Pemberian Terapi

No Therapi Dosis Cara


pemberian
1. IVFD RL 1 COLF 20 tpm IV
2. Paracetamol 3 X 500 g PO
3. Inj.Ceftriaxone 2X1g IV
4. Inj.Metronidato 3 X 1 F/at IV

F. Tindakan Pembedahan
Tanggal Pembedahan : Rabu 08 Februari 2023
Nama Tindakan yg diberikan : Amputasi
PENGELOMPOKAN DATA
SUBJEKTIF: -pasien mengatakan nyeri pada area bagian jari-jari kaki sebelah kiri
-Pasien mengatakan demam 2 hari sebelum masuk RS dan terasa nyeri
P: Pasien merasakan nyeri dan demam 20 menit sebelum dibawah ke rumah sakit
Q: Pasien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Nyeri dirasakan dibagian kaki (jari) samping kiri
S: Skala nyeri 6 (sedang)
T: 1 2 hari menetap dan bertambah jika bergerak

OBJEKTIF: - Pasien tampak meringis


-Bibir pasien tampak pucat
-tampak terdapat luka di bagian jari jempol kaki sebelah kiri
- bersikap produktif [misalnya waspada pada posisi menghidari nyeri]
- tampak terdapat berair di lukanya
TD: 165/70 MmHG
N: 92x/m
R: 20x/m
SB: 37,2 C
Analisa Data
No Data Etiologi/Faktor Masalah
Resiko
1 DS: -Pasien mengatakan nyeri Agen pencedera Nyeri Akut
pada bagian kaki (jari) dengan fisiologis
skala nyeri 6 (sedang)
-nyeri hilang timbul
DO: Pasien tampak meringis
kesakitan dan gelisah
Pengkajian Nyeri:
P: Nyeri saat bergerak
Q: Seperti ditusuk-tusuk
R: Kaki [jari jempol] sebelah kiri
S: Skala nyeri 6 [sedang]
T: hilang timbul
TD: 165/70 MmHg
N: 92x/m
R: 20x/m
SB: 37,2 C
2
DS: Pasien mengeluh nyeri pada
bagian kaki kiri
DO: adanya luka pada kaki [jari
jempol], luka dengan diameter -+
3 5 kedalam

DS: Menanyakan masalah yang


dihadapi
DO:- Menunjukan perilaku tidak
sesuai anjuran
-Menunjukan persepsi yang keliru
terhadap masalah
G. Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Prioritas Masalah
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik
2. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi ditandai dengan
kerusakan jaringan dari lapisan kulit
3. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi kurang sumber pengetahuan
RENCANA KEPERAWATAN
No. Hari/tanggal Diagnosis Keperawatan Luaran/Outcame Intervensi
12-02-2023 L.08066 I.08238 Manajemen nyeri
D.0077 Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan -Observasi
berhubungan dengan agen
cedera fisik keperawatan selama 3x24jam 1. kaji tanda-tanda vital
maka diharapakan tingkat 2. identifikasi lokasi karakteristik
nyeri menurun dengan kriteria intensitas nyeri
hasil; 3.- Identifikasi respon nyeri Non verbal
1). keluhan nyeri menurun -terapeutik
2). meringis menurun 4 .Berikan Teknik nonfarmakologi untuk
3). sikap protektif menurun mengurangi rasa nyeri [seperti terapi
4). gelisah menurun pijat, kompres hangat/dingin]
5). Kemampuan mengenali 5.edukasi
penyebab nyeri meningkat 6.kolaborasi pemberian analgetik
7.anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Integritas jaringan kulit dan membrane
Mukosa :
1.Berikan balutan sesuai dengan jenis
Setelah dilakukan tindakan luka,
Keperawatan pasien akan 2. periksa luka setiap kali perubahan
Kerusakan integritas mempertahankan kulit yang balutan
Berhubungan dengan adanya bersih 3. berikan rawatan insisi pada luka,
13-02-2023 luka oleskan salep yang sesuai dengan lesi

14-02-2023 Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : proses penyakit


Berhubungan dengan kurang keperawatan pasien dan 1.Kenali pengetahuan pasien dan
informasi kurang sumber keluarga akan meningkatkan keluarga
pengetahuan pengetahuan tentang proses 2. jelaskan tanda dan gejala yang umum
penyakit dari penyakit
3. identifikasi kemungkinan penyebab
4. berikan penyuluhan kesehatan pada
pasien dan keluarga
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/ Tgl/ No.
Jam Implementasi Respon Paraf
Shift Dx
12-02-23 12:00 1] Mengkaji tanda-tanda vital
TD: 165/70 MmHG
N: 92x/m
R: 20x/m
SB: 37,2 C
13:00 2] Melakukan pangkajian pasien Pasien mengatakan
nyeri pada kaki kiri jika
berjalan, nyeri tidak
menjalar ke-bagian
tubuh yang lain. Pasien
14:00 3] Mengajarkan Teknik non farmakologi [kompres hangat] tampak meringis.

Pasien mengatakan
merasa-kan nyeri pada
kaki kirinya bagian jari
13-02-23 12:00 1.Memonitor karakteristik luka kaki [jari] bagian kiri sedikit berkurang
Pada luka berwarna
Kemerah kehitaman
13;50 2. Memonitor tanda-tanda infeksi pada luka pada luka
tampak ada warna
kuning seperti bernanah

14:20 3.Membersihkan luka dengan cairan Nacl, mengambil kasa Tampak ada cairan yang
yang telah membasahi Nacl kemudian keluar dari luka pasien
sampai membasahi
bantal yang menjadi
penyangga pasien

Pasien mengatakan
dingin ketika kasa
ditempelkan kebagiam
luka
EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/Tanggal No Evaluasi Paraf
Dx
S: pasien datang dengan keluhan pada bagian kaki (jari) sebelah kiri
P: Nyeri pada bagian kaki (jari) kiri
Q : Nyeri terasa seperti di tusuk-tusuk
R : Nyeri dirasakan pada kaki (jari) kiri
S : 5 skala nyeri sedang
T : Nyeri dirasakan hilang timbul dengan nyeri bertambah jika bergerak

O: - KU : Sedang
KES : CM (Compos Mentis)
TD : 165 / 78 mmhg
N : 92 x/menit
A: - Nyeri
-Ulkus diabetes pedis sinistra

P: Lanjutan intervensi
-Kaji penyakit
- Kaji nyeri
- Kolaborasi dengan Dr dalam ppemberian therapi

S : Pasien mengatakan masih nyeri di bagian kaki (jari) sebelah kiri, sejak 10 hari
lalu awalnya terjadi terinjak paku
O : KU : Sedang
KES : CM ( Compos Mentis)
Ekspresi wajah tampak meringis,tampak gelisah
TD : 135 / 70 mmhg R : 20
N : 78x/menit SB : 36℃

A : Kecemasan – Nyeri h/d proses penyakit


-DM tipe II tidak terluka

P : lanjutan intervensi
S : Nyeri pada kaki sudah membaik

O : KU : Sedang
KES : CM RR : 20
TD : 135 / 70 mmhg SB : 36,2℃
HR : 74

A : Ulkus diabetakom pedis


DM T2
P:

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Menurut Arsa (2020) pengkajian dalam proses keperawatan termasuk langkah awal dari semua proses keperawatan
yang bertujuan untuk mencari informasi pasien di rumah sakit, pada klien ulkus diabetikum pengkajian yang dilakukan
berfokus pada riwayat penyakit klien, dan pemeriksaan fisik klien yang berupa aktivitas dan istirahat, sirkulasi, integritas ego,
pola eliminasi, makan dan minum, neurosensori, nyeri atau kenyamanan, pernafasan, dan keamanan.
Dari pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 13 Februari 2023 didapatkan hasil Tn. I mengalami komplikasi
diabetes mellitus yaitu ulkus diabetikum dikaki sebelah kanan. Pasien dengan penyakit diabetes akan mengalami neuropati dan
penyakit arteri perifer yang meliputi infeksi, ulkus, dan kerusakan jaringan pada ekstermitas bawah (dr. Graiella N T
Wahjoepranomo, 2018). Pengertian ulkus diabetikum merupakan infeksi, tukak, dan destruksi jaringan kulit pada kaki
penderita diabetes melitus yang disebabkan karena adanya kelainan saraf dan rusaknya arteri perifer. (Rizqiyah, 2020).
Pendapat lain mengungkapkan ulkus diabetikum merupakan terbentuknya luka yang dapat mengenai seluruh jaringan kulit
pada kaki penderita diabetes melitus sehingga bisa menjadi neuropati dan penyakit vaskuler perifer, ulkus diabetikum menjadi
salah satu komplikasi dari penyakit diabetes (Anggraini, 2020). Tanda gejala dari ulkus adalah klien sering merasakan
kesemutan, nyeri pada kaki saat istirahat, sensasi rasa pada kaki berkurang, terdapat kerusakan pada jaringan, penurunan
denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal, dan kulit menjadi kering
(Yunus, 2015). Tanda gejala tersebut dialami oleh Tn. I yaitu : Tn. I sering merasakan kesemutan, nyeri kaki saat istirahat
(malam hari), sensasi rasa pada kaki berkurang, terdapat kerusakan jaringan (kaki Tn. I membengkak, berbau dan juga
membusuk).
Silsilah keluarga berdampak pada pencetusan penderita penyakit DM karena ulkus diabetikum tidak penyakit menular
tetapi penyakit keturunan, namun terdapat juga pencetus skunder seperti pernah menderita penyakit DM sebelumnya
(Irwansyah & Kasim, 2021). Dari hasil pengkajian pada Tn. S didapatkan pada anggota keluarga tidak ada yang menderita
penyakit sama seperti yang dialami Tn. I saat ini, dalam data penunjang menunjukan GDS Tn. I yaitu 295 mg/dl. Gula darah
sewaktu tanpa puasa normalnya adalah < 200 mg/dl sedangkan gula darah puasa normalnya adalah < 26 mg/dl (Kemenkes,
2018) B. Diagnosa
Berdasarkan dari pengkajian yang dilakukan penulis, ditenemukan 3 diagnosis yang mucul pada Tn. I namun hanya 2
yang dimasukkan penulis yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis
Menurut Tim Pokja SDKI (2017) nyeri akut merupakan kerusakan jaringan aktual atau fungsional yang berkaitan
dengan pengalaman sensorik atau emosional, dengan serangan yang berintensitas ringan hingga berat dan berlangsung
kurang dari 3 bulan. Pada batasan karakteristik penulis mendapatkan tanda dan gejala mayor subjektif klien mengeluh nyeri
dikaki sebelah kanan dan nyeri seperti ditusuk tusuk dan pada data objektif klien tampak gelisah. Penulis mengangkat
diagnosa tersebut karena sesuai dengan pengkajian dan sudah memenuhi 80 % dari data objektif yang telah ditetapkan.
Alasan diagnosa ini diangkat karena terdapat kerusakan jaringan dan lapisan kulit pada kaki kanan Tn. I akibat
komplikasi diabetes yang dialami Tn. I yaitu ulkus diabetikum. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan
gangguan toleransi glukosa darah Diagnosa yang ke tiga ini merupakan diagnosa yang tidak dimasukan penulis dan muncul
Tn. I yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan gangguan toleransi glukosa darah. Menurut Tim Pokja
SDKI (2017) ketidakstabilan kadar glukosa darah adalah variasi naik atau turunnya kadar glukosa darah dari rentang
normal. Karena pada data penunjang didapatkan GDS Tn. I tinggi yaitu 295mg/dL dan Tn. I mendapatkan terapi humalog
3x12ui dan terapi ezelin 20ui.

C. Intervensi

Intervensi merupakan segala tindakan yang dilakukan perawat dan didasarkan dengan pengetahuan serta penilaian
klinis agar mencapai outcome yang diinginkan (SIKI, 2018).
Penulis telah menyusun intervensi untuk mengatasi masalah diagnosa pertama nyeri akut berhubungan dengan agen
peendera fisiologis dibuktikan dengan klien mengeluh nyeri, klien tampak gelisah dan merasa kesakitan. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3 X 8 jam diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil : klien tidak merasa gelisah
dan skala nyeri dapat berkurang. Rencana tindakan keperawatan yang ditegakkan penulis adalah identifikasi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, intensitas, dan skala nyeri, berikan teknik non-farmakologis, jelaskan strategi meredakan
nyeri, kolaborasi pemberian analgesik.Intervensi yang disusun penulis untuk mengatasi masalah diagnosa kedua gangguan
integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 8 jam diharapkan
integritas kulit dan jaringan baik, dengan kriteria hasil pigmentasi abnormal menurun dan nyeri menurun. Rencana
keperawatan: identifikasi gangguan integritas kulit, menurunkan nyeri dengan memberikan rasa nyaman, dan rileks
(Wulansari, 2018). Penulis dalam melakukan implementasi sudah sesuai dengan tindakan keperawatan yang telah
ditetapkan. Penulis dapat menjalankan rencana keperawatan karena Tn. I kooperatif. Setiap implementasi yang dilakukan
penulis, Tn. I aktif bertanya dan bersedia untuk melaksanakan.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer. Diagnosa yang kedua implementasi keperawatan yang
diterapkan oleh penulis sudah sesuai dengan rencana keperawatan yang ditetapkan. Respon Tn. I kooperatif dalam
mengikuti implementasi yang dilakukan penulis. Gangguan integritas kulit dapat diatasi menggunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada kulit kering, menggunakan bahan alami dan hipoalergik pada kulit sensitif, menghindari produk
berbahan dasar alkohol pada kulit kering dengan melakukan ganti balut pada luka ulkus klien. Tidak didapatkan data
subjektif dan pada data objektif didapatkan luka sudah sedikit membaik dengan karakteristik luka bewarna merah muda,
berbau disekitar luka bewarna gelap, tidak didapatkan tanda tanda infeksi dan terpasang alat V.A.C (merupakan suatu
metode perawatan luka yang menggunakan negative pressure dalam proses menyembuhannya. Konsep dasar mekanisme
kerja negative pressure yakni menarik cairan seperti darah yang memiliki kandung racun atau iritan pada jaringan sekitar
luka sekaligus mensupport proses penyembuhan luka yang lebih cepat (Labertus, 2016). Menganjurkan Tn. I untuk rajin
minum air putih, dan rajin makan buah, sayur. Nutrisi merupakan salah satu faktor yang mempercepat penyembuhan luka.
Diet tinggi protein juga sangat diperlukan pada penderita ulkus. Selain membutuhkan diet tinggi protein penderita ulkus
diabetikum juga membutuhkan vitamin A, C, B12, zat besi, dan juga kalsium agar nutrisinya dapat terpenuhi dan bisa
mempercepat penyembuhan luka dengan kriteria sembuh. Penyembuhan luka membutuhkan dua kali lipat kebutuhan
protein dan karbohidrat dari biasanya untuk segala usia. Diet seimbang mengandung bahan nutrisi yang dibutuhkan untuk
perbaikan luka seperti asam amino ( daging, ikan dan susu), energi sel (biji bijian, gula, madu, buah buahan dan sayuran),
vitamin C, vitamin, Vitamin B, zinc, bahan mineral, air (Nabila, 2017), penulis menganjurkan Tn. I untuk rajin
mengkonsumsi buah, sayur, dan air putih agar dapat mempercepat penyembuhan luka. E. Evaluasi Evaluasi merupakan
penilaian secara subjektif dan obyektif terhadap suatu usaha yang telah dilakukan perawat terkait dengan pencapaian hasil-
hasil yang telah direncanakan sebelumnya (Sitanggang, 2018). 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisiologis
Untuk Diagnosa yang pertama penulis telah melakukan tindakan keperawatan semaksimal mungkin untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan. Penulis melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang dibuat sebelumnya dan dilakukan
selama 3 x 8 jam didapatkan Assesment dalam penilaian implementasi adalah masalah teratasi nyeri berkurang dari skala 3
menjadi skala 2 rencana tindakan menetapkan intervensi kolaborasi pemberian analgesik. 2. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan neuropati perifer. Penyembuhan ulkus diabetikum tergantung dengan kepatuhan dan keteraturan dalam
melakukan perawatan luka, luka ulkus bisa sembuh dalam 1-24 minggu jika klien teratur melakukan perawatan luka
(Yunus, 2015). Penulis dalam melakukan implementasi diagnosa ke dua sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya yang dilakukan selam 3 x 8 jam didapatkan luka sudah sedikit membaik dengan karakteristik luka bewarna
merah muda, berbau disekitar luka bewarna gelap, tidak didapatkan tanda tanda infeksi dan terpasang alat V.A.C ( vacuum
assisted closure ), assesment dalam penilaian implementasi adalah masalah teratasi rencana tindakan menetapkan intervensi
lakukan ganti balut 2 hari sekali.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ulkus diabetiku merupakan terbentuknya luka yang dapat mengenai seluruh jaringan kulit pada kaki penderita
diabetes melitus sehingga dapat menyebabkan terjadinya neuropati dan penyakit vaskuler perifer, ulkus diabetikum menjadi
salah satu komplikasi dari penyakit Diabetes.
1. Pengkajian
Pada saat penulis melakukan pengkajian meliputi identitas Tn. I, alasan Tn. I masuk rumah sakit, riwayat kesehatan, pola
kesehatan fungsional, dan pemeriksaan fisik didapatkan Hasil pengkajian penulis mendapatkan terdapat luka ulkus
diabetikum dikaki kanan dan klien mengeluh nyeri pada data penunjang didapatkan juga GDS Tn. S tinggi 295mg/dL.
2.Diagnos Dari pengkajian yang telah penulis lakukan seharunya didapatkan tiga diagnosa yang muncul, namun hanya 2
diagnosa yang dimasukkan penulis yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis Dibuktikan dengan klien
mengeluh nyeri dan gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer dibuktikan dengan adanya luka ulkus
dikaki kanan klien, diagnosa yang tidak dimasukkan penulis adalah ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan
dengan gangguan toleransi glukosa darah dibuktikan dengan data penunjang GDS Tn. I tinggi dan Tn. I mendapatkan terapi
humalog dan enzelin.
3. Intervensi Intervensi keperawatan yang telah disusun oleh penulis dengan tujuan dan kriteria hasil yang sudah dicapai dan
rencana tindakan keperawatan yang telah sesuai standar luaran keperawatan indonesia dan standar intervensi keperawatan
indonesia yang meliputi observasi, teraupetik, edukasi dan kolaborasi.
4. Implementasi Implementasi dilakukan telah sesuai dengan rencana tindakan yang disusun penulis sesuai diagnosa yang
ditegakkan penulis dan dalam melaksanakan tindakan penulis tidak menemukan adanya kendala karna klien sangat
kooperatif.
5. Evaluasi Hasil evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada diagnosa yang pertama yaitu nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisiologis. Didapatkan assesment dalam penilaian implementasi adalah masalah
teratasi rencana tindakan menetapkan intervensi kolaborasi pemberian analgesik. Diagnosa kedua yaitu gangguan integritas
kulit berhubungan dengan neuropati perifer. didapatkan assesment dalam penilaian implementasi adalah masalah teratasi
rencana tindakan menetapkan intervensi lakukan ganti balut 2 hari sekali.

B. Saran
1. Bagi institusi pendidikan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan bisa menambah wawasan dan keterampilan mahasiswa dalam menyusun
asuhan keperawatan dengan klien ulkus diabetikum.
2. Bagi profesi perawat
Saran dari penulis bagi perawat adalah agar perawat tetap mempertahankan tindakan keperawatan yang telah sesuai
dengan standar prosedur yang diterapkan. Perawat juga harus mampu memodifikasi tindakan dengan baik sehingga
masalah keperawatan dapat teratasi sesuai yang diinginkan.
4. Bagi lahan praktik
Saran penulis bagi lahan praktik agar bisa menambahkan alat untuk mengecek gula darah karena alat terbatas dalam
melakukan pemeriksaan cek gula darah setiap hari.
5. Bagi masyarakat
Diharapkan dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang ulkus diabetikum. agar dapat
melakukan penanganan segera jika terjadi tanda dan gejala ulkus diabetikum supaya luka ulkus tidak semakin parah dan
tidak terjadi amputasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asdie, A. H. (2010). Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe 2. (2003), 14– 33

Bickley Lynn S & Szilagyi Peter G. (2018). Buku Saku Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan

Clevo, Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. In Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Fakultas Kedokteran. (2018). Basic Physical Examination : Teknik Inspeksi, Palpasi, Perkusi Dan Auskultasi, (0271).

Handayani dan Haribowo . (2010). Buku Ajar Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.

Hanum. (2013). Patofisiologi DM. Retrieved from http://repository.unimus.ac.id. Hasanah, H. (2016). Teknik-teknik observasi. 21–46.

Jannoo, Zeinab, Yap Bee, Alias Moch, & Hassali, Mohamed Azmi. (2017). diabetes , kualitas hidup khusus diabetes dan kualitas
hidup terkait kesehatan di antara pasien diabetes mellitus tipe 2 Journal of Clinical & Translational Endocrinology. 9, 48–54.

Kemenkes. (2018). Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018 (Khairani, Ed.). Jakarta Selatan: Pusat Data dan Informasi.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Edisi 1). Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai